pengawasan pemerintah bidang kehutanan di …repository.umrah.ac.id/546/1/karya ilmiah...
TRANSCRIPT
-
PENGAWASAN PEMERINTAH BIDANG KEHUTANAN DI KELURAHAN
SEMBULANG, KECAMATAN GALANG KOTA BATAM”
(STUDI USAHA KAYU ARANG)
Harianto, Bismar Arianto, Nazaki
Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Maritim Raja Ali Haji
E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Hutan sebagai paru-paru dunia menjadi hal yang sangat perlu dijaga, hutan
sampai saat ini masih rawan pengrusakan dan penebangan liar. Masalah yang timbul dari
penebangan hutan secara liar ini tak hanya bisa mengakibatkan produksi oksigen menjadi
berkurang tetapi, melainkan bisa memusnahkan habitat ribuan spesies yang hidup
didalamnya. Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja
standar pada perencanaaan untuk merancang suatu sistem umpan balik informasi untuk
membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan. .
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara.
Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa konservasi hutan lindung, dalam hal ini
masih banyak penebangan illegal meskipun sudah dibuat peraturan daerah. Dari
wawancara terlihat bahwa Dinas Kehutanan Kota Batam telah melakukan pengawasan
dan inspeksi ke kecamatan galang atau pun kecamatan lainnya, namun masih ada lahan
yang mengalami kritis akibat penebangan liar oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
hasil fakta di lapangan sudah di lakukan patrol rutin oleh Dinas Kehutanan Kota Batam
dan dibentuk patrol khusus oleh polisi hutan. Namun dalam hal ini ada juga yang
kedapatan melakukan pelanggaran. Usaha kayu arang mempunyai peranan yang cukup
penting dalam meningkatkan kesejahteraan karyawan. Agar usaha kayu arang dapat
berperan dengan baik tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu factor intern dan
ekstern. Faktor intern yaitu pengukuran yang dilakukan untuk mengambarkan maju
mundurnya usaha yang dilakukan usaha kayu arang pengukuran itu berdasarkan pada
perkembangan volume usaha per tahun, jumlah pekerja, modal serta perkembangan
dalam pemberian pelayanan terhadap pekerja. Sedangkan faktor ekstern yaitu bantuan
penyelenggaraan pembinaan dan bimbingan terhadap pekerja oleh Dinas Kehutanan..
Kedua faktor ini sangat berpengaruhi peningkatan kesejahteraan terhadap karyawan
Kata Kunci : Kebijakan pemerintahan, Pengawasan, Usaha Kayu Arang
-
ABSTRACT
The world’s forests as the lungs become very need to be maintained, the forest is still vulnerable to vandalism and illegal logging. Problems arising from illegal logging is
not only can lead to the production of oxygen is reduced, but rather it destroys the
habitat of thousands of species that live in it. Oversight is a systematic effort to set
performance standards planning to design a system of feedback intormation to comapre
actual performance with the standards set.
The study used a qualitative approach with interview. Based on this study can be seen
that the conservation of protected forests in this regard is still a lot of illegal logging
despite being made of local regulations. Of the interviews seen that the forest department
of batam cty has conducted supervsion and inspection to mobilize districts or other
districts, but there is still land that is experiencing critical due to llegal logging by people
who are not responsible. That results of fact the field has been carried out routine patrols
by city forestry department and formed a specal patrols by rangers. But in this case there
is also caught in violation. Wood charcoal business has an important role in improving
the welfare of employess. Wood charcoal that efforts can contribute both certainly
influenced by various factors, internal and external factors. These internal factors are
measures taken to describe the reciprocation of the work done wood charcoal
measurement business was based on the developmentof business volume over time, the
number of workers, capital and development in the provision of services to workes.
Whereas eksternal factors that support the implementation of the guidance and
councseling of workers by the forestry service. Thes two factors greatly influence the
increase in the welfare of the employees.
Keyword : government policy, oversight and Wood charcoal
PENDAHULUAN
Urusan Pemerintahan di Bidang Kehutanan adalah menyangkut urusan hutan,
kawasan hutan dan hasil hutan secara terpadu. Urusan pemerintahan di bidang
kehutanan diselenggarakan berdasarkan Undang-Undang Kehutanan. Berdasarkan
statistik kehutanan tahun 2013, luas hutan di Indonesia adalah seluas 187.840,9 ribu
Ha yang didalamnya terdapat Areal Penggunaan Lain (diluar kawasan hutan negara)
seluas 59.455,1 ribu Ha. Dari luasan hutan tersebut dan mempertimbangkan
keterpaduan ekosistemnya, Pemerintah Pusat menetapkan kawasan hutan negara di
-
Indonesia seluas 129.425.443,29 Ha termasuk didalamnya kawasan hutan didalam
perairan seluas 5.402.594,62 Ha (BPS, 2013).
Banyaknya orang yang mempunyai usaha dapur arang melakukan
penimbunan kayu tanpa izin. Dikeluarkan Peraturan Walikota Batam Nomor: 23
Tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Perizinan Usaha Bidang Kehutanan.
Tetapi tetap saja masyarakat melakukan penimbunan kayu tanpa izin karna
kurangnya peranan pemerintah atau aparat penegak hukum dalam masalah ini, ini
akan memberi peluang kepada para pelaku penimbunan kayu tanpa izin.
Khususnya di Kelurahan Sembulang telah banyak masyarakat melakukan
aktivitas penimbunan kayu tanpa izin, aktivitas seperti ini sudah berjalan puluhan
tahun, disatu sisi memang termasuk mata pencaharian masyarakat setempat dimana
mayoritas masyarakat merupakan buruh.
Penimbunan kayu telah lama dilakukan sejak bertahun-tahun dan selama ini belum
nampak usaha penertiban dan penerapan sanksi hukum bagi pelaku penimbunan kayu
tersebut. Berdasarkan hasil survey wawancara pendahuluan Dinas Kehutanan telah
melakukan pengawasan melalui staff yang sudah dibekali pengetahuan tentang objek
yang akan diawasi yaitu terhadap pengusaha kayu arang. Disini pihak Dinas
Kehutanan melalui staff melakukan sosialisasi tiap bulan di lingkungan kecamatan
dan kelurahan terutama terhadap pengusaha. Hasil dari sosialisasi dilaporkan ke pihak
Kecamatan dan Kelurahan. Dinas kehutanan juga membentuk polisi hutan yang
melakukan patroli rutin dan sudah melakukan inspeksi mendadak mendapatkan hasil
inspeksi sebelumnya mengenai lahan kritis. Selain itu Dinas kehutanan juga telah
-
melakukan koordinasi dengan instansi Dinas Perindustrian dan lainnya dalam
melakukan pengawasan terhadap usaha kayu arang hanya saja pihak swasta (CV)
masih belum dapat dilakukan koordinasi dan juga phak staff telah menyarankan dan
memberikan masukan kepada pemilik usaha agar membuat izin usaha bagi yang tidak
memiliki izin usaha. Pihak Dinas Kehutanan juga telah memberikan penjelasan
kepada pengusaha yang tidak memiliki izin usaha akan dilakukan pembongkaran
paksa, hanya saja sampai sekarang mereka belum melakukannya dikarenakan masih
melakukan pertimbangan dan mengkoordinasikan dengan instansi yang berwenang
serta walikota. Maka dari itu peneliti melakukan penelitian ini dengan alasan karena
di Kelurahan Sembulang merupakan salah satu tempat dimana banyak yang
melakukan aktivitas penimbunan kayu. Disinilah letak pentingnya pengamatan ini
dilakukan untuk melihat sejauh mana upaya pemerintah dalam menangani
penimbunan kayu tanpa izin di Kelurahan Sembulang. Maka dari itu, Penulis
menetapkan judul “Pengawasan Pemerintah Bidang Kehutanan Di Kelurahan
Sembulang, Kecamatan Galang Kota Batam” (Studi Usaha Kayu Arang).
BAHAN DAN METODE
1. Kebijakan
Kebijakan itu sendiri menurut Friedrich ( dalam Agustino, 2012)
menjelaskan bahwa:
“kebijakan merupakan sebagai tindakan-tindakan atau kegiatan yang
diusulkan oleh individu, seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu
-
lingkungan tertentu. Dimana terdapat hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan
dan kemungkinan-kemungkinan dimana kebijakan itu diusulkan agar berguna dalam
mengatasinya untuk mecapai tujuan yang di maksud atau telah ditetapkan
sebelumnya”.
2. Pengawasan
Muhadam Labolo (2007:264) mengatakan pengawasan adalah suatu kegiatan
pengontrolan terhadap implementasi perencanaan kerja, perencanaan anggaran serta
pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan. Dalam kenyataan saat ini, kegiatan
fungsi pengawasan sering dijadikan alat bagi pelaku pengawasan untuk
mengintervensi seseorang atau institusi terhadap sebuah kegiatan yang dilakukan.
Bentuk pengawasan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengawasan Langsung dan Tidak Langsung
Menurut Viktor Situmorang (2010) Pengawasan langsung adalah pengawasan yang
dilakukan secara pribadi oleh pemimpin atau pengawas dengan mengamati, meneliti,
memeriksa, mengecek sendiri secara on the spot di tempat pekerjaan, dan menerima
laporan-laporan secara langsung dari pelaksana. Sedangkan pengawasan tidak
langsung diadakan dengan mempelajari laporan-laporan yang diterima dari pelaksana
baik lisan maupun tulisan, mempelajari pendapat masyarakat dan sebagainya tanpa on
the spot.
2. Pengawasan Preventif dan Represif
-
Arti pengawasan preventif adalah pengawasan yang bersifat mencegah. Mencegah
artinya menjaga jangan sampai suatu kegiatan itu jangan sampai terjerumus pada
kesalahan.
3. Pengawasan Internal dan Eksternal
Pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dalam organisasi
itu sendiri (Viktor S, 2010). Pengawasan intern lebih dikenal dengan pengawasan
fungsional. Pengawasan fungsional adalah pengawasan terhadap pemerintah daerah,
yang dilakukan secara fungsional oleh lembaga yang dibentuk untuk melaksanakan
pengawasan fungsional, yang kedudukannya merupakan bagian dari lembaga yang
diawasi seperti Inspektorat Jenderal, Inspektorat Provinsi, Inspektorat
Kabupaten/Kota. Sementara pengawasan eksternal adalah pengawasan yang
dilakukan oleh aparat dari luar organisasi itu sendiri seperti Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK).
Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
2. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian adalah di Kelurahan Sembulang Kota Batam. Lokasi ini
diambil dengan pertimbangan lokasi yang merupakan daerah yang banyak melakukan
aktivitas penimbunan kayu tanpa izin.
3. Jenis dan Sumber Data
-
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersumber dari
dinas-dinas atau kantor-kantor pemerintah setempat terkait masalah serta masyarakat
setempat yang diteliti serta data sekunder yang bersumber dari internet dan sumber-
sumber lain yang memungkinkan.
4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulisan menggunakan teknik:
a. Wawancara
b. Observasi
c. Dokumentasi
5. Informan
Adapun yang menjadi informan adalah:
a. Kasi Pengawasan dan Perlindungan Dinas Kehutanan Kota Batam,
b. Kasi Bina Usaha Dinas Kehutanan Kota Batam
c. Camat Galang
d. Lurah Sembulang
e. Pengusaha kayu arang berjumlah 7 orang
HASIL
Pelaksanaan pengawasan dalam usaha kayu arang ini dilakukan berdasarkan empat
hal, yaitu :
A. Penentuan Standar Atau Tolak Ukur Terhadap Objek Yang Diawasi
-
Dari wawancara dapat disimpulkan sudah ada peraturan yang telah dibentuk
oleh Pemerintah Kota Batam dan Dinas Kehutanan telah melakukan pengawasan
melalui staff yang sudah dibekali pengetahuan tentang objek yang akan diawasi yaitu
terhadap pengusaha kayu arang. Disini pihak Dinas Kehutanan melalui staff
melakukan sosialisasi tiap bulan di lingkungan Kecamatan dan Kelurahan terutama
terhadap pengusaha. Dalam hal ini target untuk sosialisasi 20 orang. Dalam kegiatan
sosialisasi yang berperan adalah kabid bina usaha Dinas Kehutanan Kota Batam dan
staff. Objek yang diamati dan diawasi di Kota Batam yaitu konservasi hutan lindung,
dalam hal ini masih banyak penebangan illegal meskipun sudah dibuat Peraturan
Walikota Batam. Dari wawancara diatas terlhat bahwa Dinas Kehutanan Kota Batam
telah melakukan pengawasan dan inspeksi ke Kecamatan Galang atau pun Kecamatan
lainnya, namun masih ada lahan yang mengalami kritis akibat penebangan liar oleh
orang yang tidak bertanggung jawab. Dari hasil itu juga terlihat bahwa sosialisasi
disini termasuk kegiatan represif, dikarenakan sudah terjadi dan perlu dilakukan
tindakan.
B. Pengamatan Fakta Di Lapangan
Berdasarkan hasil wawancara kepada pemilik usaha kayu arang bapak H ia
menuturkan bahwa Kemajuan industri ini baru mengalami perkembangan di segi
pengelolaannya. Kalau kita lihat dari pengelolaan usaha kayu arang ini sudah hampir
mampu memberikan hasil produksi yang baik. Kayu arang tersebut bahkan menjadi
-
komoditi ekspor Singapura dan Batam. usaha kayu arang CV. Panglung Arang ini
adalah satu-satunya usaha yang ada di Kecamatan Galang. Usaha yang masih
tergolong tradisional ini sudah membuktikan keberhasilannya dengan menciptakan
lapangan kerja bagi masyarakat, walaupun usaha ini belum tergolong usaha besar,
namun usaha ini telah mampu memberikan pendapatan masyarakat khususnya
masyarakat yang berada diwilayah pesisir.
Dalam hal ini Disini pihak Dinas Kehutanan memberikan pelatihan kepada staff
mengenai usaha, bagaimana sistem usaha dan peizinan, serta pemanfaatannya, limbah
dan lainnya. Dinas kehutanan juga membentuk polisi hutan yang melakukan patroli
rutin dan sudah melakukan inspeksi mendadak mendapatkan hasil inspeksi
sebelumnya mengenai lahan kritis. Dari kegiatan ini terlihat bahwa termasuk kegiatan
represif berupa masalah sudah terjadi dan oleh sebab itu dilakukan tindakan.
Dinas Kehutanan Kota Batam juga mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
pemberian bimbingan teknis terhadap pelaksanaan kebijaksanaan pembinaan dan
pengembangan sarana, usaha, produksi, aspek manajemen, permodalan dan
pemasaran serta pemantauan dan evaluasi kegiatan di bidang industri baik industri
besar, menengah maupun kecil serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan
oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.
C. Perbandingan Fakta Hasil Pengamatan Dengan Standar Pengawasan
Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak D salah seorang karyawan bagian
penebang kayu bakau, ia menuturkan bahwa bekerja pada usaha bias memenuhi
-
kebutuhan pokok keluarga bahan pakan, sandang dan kebutuhan sekolah anak telah
dapat dipenuhi dari hasil bekerja pada usaha kayu arang. Bapak Idris yang bekerja 15
tahun harga beli kayu hanya tetap Rp 90.00,- Per/ Kg. hanya bisa mendapatkan bahan
baku kayu bakau satu hari 500-700 Kg dalam sehari.
D. Perumusan Saran dan Korektif
Dalam hal ini kepala dinas kehutanan menampik dari tanggung jawabnya, sudah
cukup jelas bahwa Hutan ada di atur dalam perundangan bahwa hutan magrove
adalah hutan kawasan kehutanan yang harus di lindungi dan di lestarikan sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999, yang di pertegas dalam Keppres
Nomor 32 Tahun 1990, mengamanatkan,“ bahwa dinas kehutanan mendapat
wewenang untuk menjaga kelestarian hutan di perairan dalam hal ini dalam kawasan
Batam.
Usaha kayu arang mempunyai peranan yang cukup penting dalam meningkatkan
kesejahteraan karyawan. Agar usaha kayu arang dapat berperan dengan baik tentu
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu factor intern dan ekstern. Faktor intern yaitu
pengukuran yang dilakukan untuk mengambarkan maju mundurnya usaha yang
dilakukan usaha kayu arang pengukuran itu berdasarkan pada perkembangan volume
usaha dari waktu kewaktu, jumlah pekerja, modal serta perkembangan dalam
pemberian pelayanan terhadap pekerja. Sedangkan faktor ekstern yaitu bantuan
penyelenggaraan pembinaan dan bimbingan terhadap pekerja oleh Dnas Kehutanan..
Kedua faktor ini sangat berpengaruhi peningkatan kesejahteraan terhadap karyawan.
-
PEMBAHASAN
A. Kebijakan
1. Pengertian Kebijakan
Kebijakan publik menurut R. Dye (dalam Anderson, 2010) menyatakan bahwa
kebijakan publik adalah apa yang dilakukan atau dilakukan oleh pemerintah.
Sedangkan menurut Dunn (2008) kebijakan publik adalah pilihan-pilihan yang saling
terkait satu sama lain yang dibuat oleh pejabat-pejabat pemerintah mengenai isu-isu
yang menyangkut perumahan, energi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan,
pengendalian kriminalitas dan lain-lain. Definisi ini mengandung elemen penting
mengenai pilihan-pilihan tindakan yang saling terkait satu sama lain.
2. Jenis Kebijakan
Sesuai dengan sistem administrasi Negara Republik Indonesia kebijakan dapat terbagi
2 (dua) yaitu :
a. Kebijakan internal (manajerial), yaitu kebijakan yang mempunyai kekuatan mengikat
aparatur dalam organisasi pemerintah sendiri,
b. Kebijakan eksternal (publik), suatu kebijakan yang mengikat masyarakat umum.
Sehingga dengan kebijakan demikian kebijakan harus tertulis.
3. Proses Pembuatan Kebijakan
Proses analisis kebijakan adalah serangkaian aktifitas intelektual yang dilakukan
dalam proses kegiatan yang pada dasarnya bersifat politis, aktifitas politis tersebut
dijelaskan sebagai proses pembuatan kebijakan, tahapan-tahapan dalam pembuatan
kebijakan adalah sebagai berikut:
-
a) Penyusunan agenda,
b) Formulasi kebijakan,
c) Adopsi kebijakan,
d) Implementasi kebijakan, dan
e) Penilaian kebijakan.
4. Implementasi Kebijakan
Van Meter dan Van Hom ( dalam Wahab, 2012:135), yang menjelaskan bahwa
implementasi kebijakan merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh
idividual, pejabat-pejabat, atau kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan
pada tercapaianya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.
Sehingga, pada intinya menurut pendapat peneliti implementasi kebijakan dapat
dipahami sebagai tindakan nyata yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan dalam
mencapai tujuan kebijakan yang diimplementasikan
5. Evaluasi Kebijakan
Evaluasi diperlukan untuk melihat kesenjangan antara harapan dengan kenyataan,
tugas selanjutnya dari evaluasi adalah bagaimana mengurangi atau menutup
kesenjangan tersebut. Jadi evaluasi publik harus dipahami sebagai suatu yang bersifat
positif yang bertujuan mencari kekurangan dan menutupi kekurangan tersebut.
B. Pengawasan
1. Pengertian Pengawasan
Pengertian dari kata pengawasan yang telah ada dalam perbendaharaan kata Bahasa
Indonesia, pengawasan berasal dari kata awas yang artinya memperhatikan baik-baik,
-
dalam arti melihat sesuatu dengan cermat dan seksama, tidak ada lagi kegiatan
kecuali memberi laporan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya dari apa yang di
awasi (H. Bohari, S.H.2009). Disimpulkan juga oleh Poerwadarminta (dalam kamus
Bahasa Indonesia,2016) pengawasan adalah suatu bentuk pemeriksaan atau
pengontrolan dari pihak yang lebih tinggi kepada pihak dibawahnya.
2. Fungsi Pengawasan
Pengertian fungsi adalah suatu kegiatan yang dijalankan oleh pimpinan ataupun suatu
badan dalam mengamati, membandingkan tugas dan pekerjaan yang dibebankan
kepada aparat pelaksana dengan standar yang telah ditetapkan guna mempertebal rasa
tanggung jawab untuk mencegah penyimpangan dan memperbaiki kesalahan dalam
pelaksanaan pekerjaan (Nurmayani,2009:82)
3. Tujuan Pengawasan
Tujuan dari diadakannya pengawasan adalah untuk mengetahui kinerja yang
dilakukan oleh seseorang atau suatu badan dalam menjalankan tugasnya sesuai
ketentuan yang telah ditetapkan serta untuk memahami apa yang salah demi
perbaikan dimasa mendatang, dan mengarahkan seluruh kegiatan-kegiatan dalam
rangka pelaksanaan daripada suatu rencana sehingga dapat diharapkan suatu hasil
yang maksimal.
4. Sifat dan Waktu Pengawasan
Berkaitan dengan hal ini Malayu SP Hasibuan (2009) menyebutkan beberapa sifat
dan waktu pengawasan yaitu :
a. Pengawasan preventif
-
b. Pengawasan represif
c. Pengawasan yang dilakukan pada waktu proses kegiatan terjadi
d. Pengawasan berkala yaitu pengawsan yang dilakukan secara berkala, satu bulan
sekali, satu semester sekali atau satu tahun sekali
5. Tahap - Tahap Pengawasan
Sebelumnya telah disebutkan bahwa pengawasan dilakukan secara sistematis, maka
dalam hal ini berarti proses pengawasan dilakukan dengan beberapa tahap. Berkaitan
dengan itu, Malayu SP. Hasibuan (2009) menyebutkan beberapa tahap proses
pengawasan yaitu :
a. Menentukan standar dasar kontrol;
b. Mengukur pelaksanaan;
c. Membandingkan pelaksanaan dengan standar, juga menentukan penyimpangan, jika
ada
d. Melakukan tindakan perbaikan jika terdapat penyimpangan-penyimpangan sehingga
tetap sesuai dengan rencana.
KESIMPULAN
Pelaksanaan pengawasan dalam usaha kayu arang ini dilakukan berdasarkan empat
hal, yaitu :
1. Penentuan standar atau tolak ukur terhadap objek yang diawasi dalah
Pengawasan yang dilakukan adalah penentuan standar atau tolak ukur
terhadap objek. Sebelumnya telah ada standar atau tolak ukur yang dipakai
-
berdasarkan pertauran daerah no 23 tahun 2010 tentang izin usaha. Dari
wawancara tersebut dapat disimpulkan objek yang diamati dan diawasi di
Kota Batam yaitu konservasi hutan lindung, dalam hal ini masih banyak
penebangan illegal meskipun sudah dibuat peraturan daerah. Dari wawancara
diatas terlhat bahwa dinas kehutanan kota batam telah melakukan pengawasan
dan inspeksi ke kecamatan galang atau pun kecamatan lainnya, namun masih
ada lahan yang mengalami kritis akibat penebangan liar oleh oaring yang
tidak bertanggung jawab.
2. Pengamatan fakta di lapangan yaitu dari wawancara tersebut didapat bahwa
hasil fakta di lapangan sudah di lakukan patrol rutin oleh Dinas Kehutanan
Kota Batam dan dibentuk patrol khusus oleh polisi hutan. Namun dalam hal
ini ada juga yang kedapatan melakukan pelanggaran. Selain itu Dinas
Kehutanan Kota Batam mempunyai tugas melaksanakan penyiapan pemberian
bimbingan teknis terhadap pelaksanaan kebijaksanaan pembinaan dan
pengembangan sarana, usaha, produksi, aspek manajemen, permodalan dan
pemasaran serta pemantauan dan evaluasi kegiatan di bidang industri baik
industri besar, menengah maupun kecil serta melaksanakan tugas-tugas lain
yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya
3. Perbandingan Fakta Hasil Pengamatan Dengan Standar Pengawasan yaitu
laporan hasil pengawasan masih ditinjau lebih lanjut dan perlu
pengkoordinasian instasi lainnya. Semakin besar permasalahan yang terjadi
maka kegiatan yang dilakukan semakin banyak dan tenaga yang
-
dipekerjakannya pun akan bertambah sehingga pengawasan akan semakin
penting. Dengan pengawasan kegiatan yang banyak akan dapat berjalan lancar
dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan
4. Perumusan Saran dan Korektif yaitu kurangnya koordinasi oleh dnas
kehutanan terhadap phak swasta dalam melakukan pengawasan. Dengan
adanya kekurangan yang dihadapi, dalam hal ini camat dan kelurahan sebagai
instansi yang terkait dengan bidang usaha dan perdagangan melaksanakan
pembinaan secara teratur dengan cara memberikan penyuluhan dan
memberikan gambaran ketentuan pidana.
5. Agar usaha kayu arang dapat berperan dengan baik tentu dipengaruhi oleh
berbagai factor yaitu faktor intern yaitu pengukuran yang dilakukan untuk
mengambarkan maju mundurnya usaha yang dilakukan usaha kayu arang
pengukuran itu berdasarkan pada perkembangan volume usaha dari waktu
kewaktu, jumlah pekerja, modal serta perkembangan dalam pemberian
pelayanan terhadap pekerja. Sedangkan faktor ekstern yaitu bantuan
penyelenggaraan pembinaan dan bimbingan terhadap pekerja oleh Dnas
Kehutanan. Kedua faktor ini sangat berpengaruhi peningkatan kesejahteraan
terhadap karyawan
A. Saran
-
Adapun saran penulis dalam Pengawasan Pemerintah Dalam Usaha Kayu
Arang di Bidang Kehutanan adalah :
1. Diharapkan pihak Dinas kehutanan Kota Batam dapat memberikan motivasi
terhadap usaha agar tidak terjadi illegal dan penimbunan kayu serta lahan
kritis
2. Pelaksanaan pegawasan dibidang kehutanan yang telah diajarkan harus
ditingkatkan. Sehingga pelaksanaan dapat dijalankan dan dapat menurunkan
kasus lahan krits
3. Perubahan lingkungan memerlukan pengamatan yang cermat, khususnya
kemungkinankemungkinan perubahannya untuk masa yang akan datang yaitu
a. Evaluasi Tahap Perencanaan dilakukan guna memilih dan menentukan
skala prioritas dari berbagai alternatif dan kemungkinan terhadap cara/
masalah;
b. Evaluasi Tahap Pelaksanaan dilakukan guna menganalisis dan
menentukan tingkat masalah;
c. Evaluasi Pasca Pelaksanaan adalah bukan terletak pada kemaj uan
obyek yang dinilai atau dianalisis, tetapi lebih terfokus pada dampak
yang dihasilkan apakah telah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
atau masih jauh dari harapan. Dan pengembangan sistem mekanisme
pelaksanaan evaluasi terarah pada mekanisme
-
d. Evaluasi yang terpadu dan terprogram berdasarkan satuan waktu
(bulan, triwulan, semesteran, tahunan dan lima tahunan) dan satuan
tugas pelaksana program
DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku:
Agustino. 2012. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: CV Alfabetha
Abdul Rahman, Arifin M.P “Hutan & Kehutanan”, Yogyakarta: Kanisius, 2001.
Bangun, Willson. 2008. “Intisari Manajemen”. Bandung: Refika Aditama
Dwiyanto, Agus. 2008. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
H.Bohari. 2012. Pengantar Hukum Pajak, Rajawali Pers, Jakarta 2012.
Handayaningrat, Soewarno.2008. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manjemen,
Yogyakarta: BPFE.
-
Handoko, T, Hani. 2003. Manajemen Edisi II, Yogyakarta: BPFE.
Haibuan, Malayu.SP. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara.
Jakarta,
Ibid. (dalam Siagian.2009). Peran Pengawas Terhdap Peningkatan Kinerja. Skripsi
Kadarman, A.M, dan Udayana, Jusuf. 2001. Pengantar Ilmu Manajemen, Jakarta: PT.
Prehallindo.
Labolo, Muhadam. 2007. “Memahami Ilmu Pemerintahan”, Jakarta: PT Raja
Grafindo
Lubis, Brahim. 1985. Pengendalian dan Pengawasan Proyek dalam Manajemen,
Jakarta: Ghalia Indonesia
Manullang. 2002. Dasar-Dasar Manajemen, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Press.
Moleong, 2002. Metode Penelitian Kualitatif Bandung. Rosdakarya Offet. Bandung.
________. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya.
Muchsan. 2000. Sistem Pengawasan Terhadap Perbuatan Aparat. Skripsi
Ndraha, Taliziduhu. 2003. “Kybernology 1&2”, Jakarta: PT Rineka Cipta.
N. Dunn, W William. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Gadjah Mada
Press.
Nugroho, Rian D. 2003. Kebijakan Publik Formulasi Implementasi dan Formulasi.
Jakarta: PT.Elex Media Komputindo
Nurmayani.2009. Hukum Administrasi Daerah. Jakarta: PT.Elex Media
-
Pasaribu, Afrizal. 2011. Pengaruh Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai
Negeri Sipil Di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Skripsi FISIP USU.
Pengaduan Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2015. Profil.
Reksohadiprodjo Sukanto, Indriyo Gitosudarmo. 2008. Manajemen Produksi.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta
Saydam, Gouzali. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Resources
Management): Suatu Pendekatan Mikro (Dalam Tanya Jawab), Cetakan Kedua,
Jakarta: Penerbit Djambatan.
Subarsono, AG. 2013. Analisa Kebijakan Publik, Konsep, Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suharto, Edi. 2012. Analisa Kebijakan Publik “Panduan Praktis Mengkaji Masalah
dan Kebijakan Sosial”, Bandung: Alfabeta.
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik, Teori dan Proses, Jakarta: Media Pressindo.
Peraturan Perundang-Undangan :
Peraturan Walikota Batam Nomor: 23 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Perizinan Usaha Bidang Kehutanan
UU Nomor: 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan