pengarull vaksinasi dengan larva tiga haemonchus contortus

6
Risalah Perlemuan Ilmiah Penelilian dan Pengembangan Teknologi IsOlop dan RadiaSl; 2000 PENGARUH V AKSINASI DENGAN LARVA TIGA HAEMONCHUS CONTORTUS IRADIASI TERHADAP RESPON KEKEBALANPADADOMBA Beriajaya* daD Sukardji P.** .Balai Penelitiwl Veteriner, Bogor ..Puslitbang Teknologi Isotop daD Radiasi, BATAN, Jakarta ABSTRAK Penelitian ini bertujuml untuk mengetahui pengaruhvaksinasidengan larva tiga cacing Haemonchus contoltusiradiasi terhadap respon kekebalan pacta domba. Sebwlyak15ekordomba jantanmuda, jenis ekor tipis yang telah heros cacing dibagi menjadi 3 kelompok masing-masing 5 ekor. Kelompok satu divaksin dengan 50.000 larva tiga cacing H. contortus iradiasi sebanyak 3 kali dengan selang waktu 3 minggu dan 3 minggu kemudian ditantang per oral dengan50.000 larva tiga cacing H. conto11us. Kelompok dua divaksin seperti kelompok satutetapi tidak mendapat tantangan. Kelompoktiga tidak divaksin tetapi ditantang pacta hari yang sarnaseperti kelompok satu. Pengarnatan dilakukanterhadap jumlah telur cacing, jumlah cacing dewasa, nilai total protein serum darah dantiter antibodi terhadap cacing H. conto11us. Hasil penelitian memperlihatkan adanya pengaruh Yallg tidak nyata (P>0,05) terhadap jumlah telur cacing, jumlah cacingdewasa dan titer antibodi, tetapi pengaruh yang nyata (P<0,05) terlihatpacta nilai total proteinserum darah antara kelompok yang divaksindengan kelompok yang tidak divaksin. Dalam penelitiall ini belum terlihatadanya kekebalan yang protektif dari vaksin larva tiga cacing H. contorlusiradiasi padadomba yangditunjukkan datijumlah cacing dewasa antarakelompok yang divaksin dan kelompok yang tidak divaksin. Kata kunci: Haemonchus contorlus, larva iradiasi, domba, vaksin ABSTRACT The objective of this study wasto detennine the effect of vaccination with irradiated third stage larvae of Haemonchus contortus on inunwIe responses in sheep. A number of 15 young male thin-tail sheep freed of wonns were divided into 3 groups of 5. The first group wasvaccinated with 50.000 irradiated third larvae of H. contortus 3 times with an interval of 3 weeks and 3 weekslater waschallenged with 50.000third larvae of H. contortus. The second group was vaccinated as group I but without challenged. The third group was not vaccinatedbut challenged as group I. Observations werecarried out on egg counts,wonn counts,total serum protein and mItibody titer agaillSt H. contortus. The resultsshowed therewas no significant differences (P>0.05) on egg counts,wonn countsand antibodytiter, but a significant differencewas seen on value of serumprotein betweenvaccinated group mId non vaccinated group. The results showedno protective inununity which is showedin wonn counts of vaccinated mIdnonvaccinated groups. Key words: Haemonchus contortus, irradiated larvae, sheep, vaccine PENDAHULUAN tarat penelitian (9, 10). Protein yang berasal dari ekstrak membran salman pencemaan dan disebut Hll kemungkinan dapat digunakan sebagai antigen karena mempunyai daya proteksi yang baik (11, 12, 13). Beberapa peneliti telall memanfaatkan telmik nuklir dengan card meradiasi larva tiga cacing H. contortu5', tetapi pengarull yang ditimbulkcw belum memuaskan (14, 15,16,17), Tujuan dari penelitian ini adalall untuk mengetahui pengaruh vaksinasi dengan larva cacing H. contortus yang telah diradiasi terhadap respon kekebalan pacta domba yang diukur dari jumlah telur daD cacing dewasa,nilai total protein dalam serum daD titer antibodi. Cacing nematoda S.:11uran pencemaan yang banyak menyeratlg temak domba dan karnbing adalall Haemonchus contortus. Cacing ini terdapat di lambUlIg kelenjar datI banyak menghisap darall. Sebagaiakibatnya hewan menjadi anaemia dcll1terlilmt oedema di rallang bagian bawah (bottle jaw) (1). Temak domba dcw kambing Ulnumnya terserang cacing nematoda dari berbagai spesies dan cacing H. contortus merupakan spesies yang dolninan (2). Gejala yang Ulnum terlilmt hewan menjadi kurus dan sering menimbulkan kematian terutama hewan muda (3, 4). Kontrol terl1.1dap penyakit cacing yang Ulnumnya dilakukan di Indonesia menggunakan obat cacing (antelmintik) (5) dan perbaikan lnanajemen peternak.lI1 (6). Kelemahan penggunaarl antellnintik hila digunakan secata terns menerus dapat menimbulkan resistensi obat (7, 8) dan residu dalarn jaringan tubulI. Usaha penanggulangan penyakit cacing dengan menggtmakan vaksin merupakan pilihan yang terbaik tetapi sayangnya vaksin tersebut belmn ada dipasaran karena masih dalarn BAHAN DAN METODA Dewan percobaan Lima belas ekor dombajantan yang berumur 4-5 bulandan telal\ bebas dari infeksi cacing dibagi menjadi 3 kelompokrnasing-rnasing 5 ekor. Kelompok pertama diberi secara oral 50.000 larva cacing H. con/or/us 163

Upload: dinhngoc

Post on 13-Jan-2017

232 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengarull vaksinasi dengan larva tiga Haemonchus contortus

Risalah Perlemuan Ilmiah Penelilian dan Pengembangan T eknologi IsOlop dan RadiaSl; 2000

PENGARUH V AKSINASI DENGAN LARVA TIGA HAEMONCHUSCONTORTUS IRADIASI TERHADAP RESPON

KEKEBALANPADADOMBA

Beriajaya* daD Sukardji P.**

.Balai Penelitiwl Veteriner, Bogor..Puslitbang Teknologi Isotop daD Radiasi, BATAN, Jakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuml untuk mengetahui pengaruh vaksinasi dengan larva tiga cacing Haemonchuscontoltusiradiasi terhadap respon kekebalan pacta domba. Sebwlyak 15 ekor domba jantan muda, jenis ekor tipisyang telah heros cacing dibagi menjadi 3 kelompok masing-masing 5 ekor. Kelompok satu divaksin dengan50.000 larva tiga cacing H. contortus iradiasi sebanyak 3 kali dengan selang waktu 3 minggu dan 3 minggukemudian ditantang per oral dengan 50.000 larva tiga cacing H. conto11us. Kelompok dua divaksin sepertikelompok satu tetapi tidak mendapat tantangan. Kelompok tiga tidak divaksin tetapi ditantang pacta hari yangsarna seperti kelompok satu. Pengarnatan dilakukan terhadap jumlah telur cacing, jumlah cacing dewasa, nilaitotal protein serum darah dan titer antibodi terhadap cacing H. conto11us. Hasil penelitian memperlihatkan adanyapengaruh Yallg tidak nyata (P>0,05) terhadap jumlah telur cacing, jumlah cacing dewasa dan titer antibodi, tetapipengaruh yang nyata (P<0,05) terlihat pacta nilai total protein serum darah antara kelompok yang divaksin dengankelompok yang tidak divaksin. Dalam penelitiall ini belum terlihat adanya kekebalan yang protektif dari vaksinlarva tiga cacing H. contorlus iradiasi pada domba yang ditunjukkan dati jumlah cacing dewasa antara kelompokyang divaksin dan kelompok yang tidak divaksin.

Kata kunci: Haemonchus contorlus, larva iradiasi, domba, vaksin

ABSTRACT

The objective of this study was to detennine the effect of vaccination with irradiated third stage larvae ofHaemonchus contortus on inunwIe responses in sheep. A number of 15 young male thin-tail sheep freed ofwonns were divided into 3 groups of 5. The first group was vaccinated with 50.000 irradiated third larvae of H.contortus 3 times with an interval of 3 weeks and 3 weeks later was challenged with 50.000 third larvae of H.contortus. The second group was vaccinated as group I but without challenged. The third group was notvaccinated but challenged as group I. Observations were carried out on egg counts, wonn counts, total serumprotein and mItibody titer agaillSt H. contortus. The results showed there was no significant differences (P>0.05)on egg counts, wonn counts and antibody titer, but a significant difference was seen on value of serum proteinbetween vaccinated group mId non vaccinated group. The results showed no protective inununity which isshowed in wonn counts of vaccinated mId non vaccinated groups.

Key words: Haemonchus contortus, irradiated larvae, sheep, vaccine

PENDAHULUAN tarat penelitian (9, 10). Protein yang berasal dari ekstrakmembran salman pencemaan dan disebut Hllkemungkinan dapat digunakan sebagai antigen karenamempunyai daya proteksi yang baik (11, 12, 13).Beberapa peneliti telall memanfaatkan telmik nuklirdengan card meradiasi larva tiga cacing H. contortu5',tetapi pengarull yang ditimbulkcw belum memuaskan (14,15,16,17),

Tujuan dari penelitian ini adalall untukmengetahui pengaruh vaksinasi dengan larva cacing H.contortus yang telah diradiasi terhadap respon kekebalanpacta domba yang diukur dari jumlah telur daD cacingdewasa, nilai total protein dalam serum daD titer antibodi.

Cacing nematoda S.:11uran pencemaan yang banyakmenyeratlg temak domba dan karnbing adalallHaemonchus contortus. Cacing ini terdapat di lambUlIgkelenjar datI banyak menghisap darall. Sebagai akibatnyahewan menjadi anaemia dcll1 terlilmt oedema di rallangbagian bawah (bottle jaw) (1). Temak domba dcwkambing Ulnumnya terserang cacing nematoda dariberbagai spesies dan cacing H. contortus merupakanspesies yang dolninan (2). Gejala yang Ulnum terlilmthewan menjadi kurus dan sering menimbulkan kematianterutama hewan muda (3, 4).

Kontrol terl1.1dap penyakit cacing yang Ulnumnyadilakukan di Indonesia menggunakan obat cacing(antelmintik) (5) dan perbaikan lnanajemen peternak.lI1(6). Kelemahan penggunaarl antellnintik hila digunakansecata terns menerus dapat menimbulkan resistensi obat(7, 8) dan residu dalarn jaringan tubulI. Usaha

penanggulangan penyakit cacing dengan menggtmakanvaksin merupakan pilihan yang terbaik tetapi sayangnyavaksin tersebut belmn ada dipasaran karena masih dalarn

BAHAN DAN METODA

Dewan percobaanLima belas ekor domba jantan yang berumur 4-5

bulan dan telal\ bebas dari infeksi cacing dibagi menjadi3 kelompok rnasing-rnasing 5 ekor. Kelompok pertamadiberi secara oral 50.000 larva cacing H. con/or/us

163

Page 2: Pengarull vaksinasi dengan larva tiga Haemonchus contortus

Risalah Pe,temuan Ilmiah Penelilian dan Pengemfungan leknologi lsalop dan Radlasi 2fXKJ

iradiasi sebanyak 3 kali dengan selang wakhl 3 minggudaD 3 minggu kemudian dilakllkan taI1tangan dengan50.000 larva infektif. Kelompok kedua dilakukallvaksinasi seperti kelompok pertama tetapi tidakditantang. Kelompok ketiga tidak divaksinasi tetapiditangtang seperti kelompok pel1a1na.

ternyata berbeda nyata (P<O,O5). Rata-rata jwnlah telurcacing antara kelompok yang divaksin dan tanpadivaksin tidak berbeda nyata (P>O,O5), tetapi berbedanyata (P<O,O5) dengan kelompok yang tidak ditantang.Larva cacing yang mendapat iradiasi mengalamiperuballan dalam siklus hidupnya, dimana setelahmenjadi cacing dewaS<1 mempunyai telur-telur yang steril(23). Telur-telur tersebut tidak mempunyai morulasehingga tidak dapat berkembang menjadi larva ataudengan kala lain telur-telur tersebut mati. Dari data inibelum terlilmt perbedaan jUInlall telur cacing antarakelompok yang divaksin dan tidak divaksin. Vaksinasidengan larva iradiasi belum dapat merangsang kekebalansehingga hewan tetap peka terhadap infeksi langtang.

Domba donorScbanyak 2 ekor domba jantan yang berumur 4-5

bulan digunakan sebagai donor. Domba tcrsebut diberiantelmintik 3 kali dengan sclang 3 Iwi untukmembebaskan dari ilueksi cacing. Sebanyak 5.000 larvainfektif cacing Haemonchus contortus diberikan secaraoral kepada domba donor. Setelah tiga minggu. dombatersebut mengllasilkml telur cacing dalam tinjanya. Tinjadomba ditampung dengml tempat penmnpungan tinjayang diikat pada dt1erah sekitar anus. Tinja tersebutkemudian dibiakan UIltuk mendapatkan larva cacing.Pekerjaan ini harns diulang beberapa kali untukmendapat larva caGing dalmnjumlall banyak.

Tabel2. Rata-rata jumlah cacing dewasa dalamabomasum domba dari masing-masing kelompok

KelompokVaksin daD ditantang

Vaksin tanpa ditantang-

Rata-rata15158371432

-

Tanoa ~sin tetaoi ditan~glradiasi larvaSebanyak saul juta larva cacing H. con/or/us dari

pupukan tinja berasal dari domba donor yang ltanyadiinfeksi cacing H. con/or/us diradiasi denganmenggunakan gallUna cell 220 dengan dosis 500 GY diPusat Aplikasi lsotop daD Radiasi, Badan Tenaga AtomNasional, Pasar Jumat, Jakarta. Larva yang telah diradiasidalam keadr'lan masih segar digtmak.'1D unulk vaksinasihewan. Proses ini diulang 3 kali karena vaksinasidilakukaIl 3 kali.

Rata-rata jumlah cacing dewasa dan cacing mudadalam abomasum domba daTi setiap kelompok dapatdilihat dalam Tabel 2 dan 3. Rata-rata jumlah cacingdewasa antara kelompok yang divaksin dan tidakdivaksin tidak berbeda nyata (p>O,O5), tetapi berbedanyata dengan kelompok yang tidak ditantang. lradiasilarva cacing belum dapat membuat proteksi terltadapinfeksi tantang karena tidak merangsang timbulnyakekebalan. Hal ini kemungkinan karena pemberianvaksin dilakukan tiga kali dengan selang waktu 3minggu. Pemberian vaksin umurnnya dilakukan 2 kalidengan maksud untuk meningkatkan kekebalan danselang waktu yang terlalu lama (3 minggu)memungkinkan kekebalan yang terbentuk akan turunkemmbali (24). Akibat dari iradiasi, sebagian larvatumbuh menjadi dewasa, tetapi tidak menghasilkan telurcacing yang dapat berkembang dan sebagian lagi tetapmenjadi cacing muda atau proses perkembangannya lebihlama.

PengamatanPengambilan sronpel berupa tinja 6 minggu

setelah tantangan dan serum daraJl dilakukan setiapminggu. Tinja diperiksa untuk menentukan jumlah telurcacing (18). Serum diperiksa untuk menentukan totalserum protein yang dilakukan menurut metoda Lowry et

al (19) daD titer antibodi dengan menggunakan ELISA(20) dan antigen yang digunakan berasal dari larva

cacing (21). Lilna minggu setelah uji tantang semua

hewan diblmuh dan cacing H. contortus yang terdapat di

dalam lambung kelenjar (abomasum) dilritung (22).

Tabel3. Jumlah cacing muda dalam abomasum dombadari masing-masing kelompokHASIL DAN PEMBAHASAN

KelompokVaksin daD ditantang

Vaksin tanp:a Qi!~~~

Rata-rata294211481134

Hasil perllitungan jumlah telur cacing tiap gramtinja 3 minggu setelall ditantang dapat dililmt dalmuTabel I.

Tanpa v*~in tetapi ditantan~Rata-rata jumlah telur cacing tiap gram tinja 5minggu setelah ditantang pad a domba yangdivaksin dengan larva iradiasi

Tabcl

Rata-rata jumlah cacing muda kelompok vaksintanpa ditantang dan kelompok tanpa vaksin tetapiditantang tidak berbeda nyata (P>O,O5), tetapi berbedanyata (P<O,O5) dengan kelompok vaksin daD ditantang.Cacing muda merupakan bagian daTi pertumbuhancacing, dimana sebagian besar larva iradiasi hanyatumbuh menjadi cacing muda atau perkembangannyamenjadi lambat. Pemotongan hewan 5 minggu setelahtantangan seharusnya sudah cukup untuk melihatperkembangan cacing. Hal ini juga terlihat pada

KelompokVaksin dan ditantang

Vaksin tanoa ditantang

Rata-rata194462

1713--

Tanpa v~sin teta~tantan~

Rata-rata jurnlah telur cacing antara ketigakelompok yang diperiksa 5 minggu setelah ditantang

164

Page 3: Pengarull vaksinasi dengan larva tiga Haemonchus contortus

Risa/ah PeltemlJan //miah Penelilian dan Pengembangan /ekn%gi /salOp dan Radia5~ 2(x)()

iradiasi sebanyak 3 kali dengan selang waktu 3 minggudaD 3 minggu kemudian dilaktlkan tantangan dengan50.000 larva infektif. Kelompok kedua dilakukanvaksinasi seperti kelompok pertama tetapi tidakditantang. Kelompok ketiga tidak divaksinasi tetapiditangtang seperti kelompok pertama.

temyata berbeda nyata (P<O,O5). Rata-rata jumlah telurcacing antara kelompok yang divaksin dan tanpadivaksin tidak berbeda nyata (P>O,O5), tetapi berbedanyata (P<O,O5) dengan kelompok yang tidak ditantang.Larva cacing yang mendapat iradiasi mengalamiperubahan dalam sikIus hidupnya, dimana setelahmenjadi cacing dewasa mempunyai telur-telur yang steril(23). Telur-telur tersebut tidal mempunyai morulasehingga tidak dapat berkembang menjadi larva ataudengan kata lain telur-telur tersebut mati. Dari data inibelum terlilmt perbedaan jwnlall telur cacing antarakelompok yang divaksin dan tidak divaksin. Vaksinasidengan larva iradiasi belum dapat merangsang kekebalansehingga hewan tetap peka terhadap infeksi tangtang.

Domba donorSebanyak 2 ekor domba jantan yang berurnur 4-5

bulan digunakan sebagai donor. Dornba tersebut diberiantelrnintik 3 kali dengan selang 3 lmri untukrnernbebaskan dari iIlfeksi cacing. Sebanyak 5.000 larvainfektif cacing Haemonchus con/or/us diberikan secaraoral kepada dornba donor. Setelah tiga rninggu, dornbatersebut menglmsilkaxl telur cacing dalam tinjanya. Tinjadomba ditampung dengan tempat penaxupungan tinjayang diikat pada dc'lerah sekitar anus. Tinja tersebutkemudian dibiakan untnk mendapc'ltkc'111 larva cacing.Pekerjaan ini Imrus diulaxlg beberapa kali untukmendapat larva cacing dalaxn jUlnlall banyak.

Tabel 2. Rata-rata jumlah cacing dewasa dalamabomasum domba dari masing-masing kelompok

KelompokVaksin daD ditantang

~aks~pa ditantan~

Rata-rata15158371432Tanpa v~sin tetapi ditantang-lradiasi larva

Sebanyak sanl juta larva cacing H. contortus daripupukan tinja berasal dari domba donor yang hanyadiinfeksi cacing H. contortus diradiasi denganmenggunakan ganuna cell 220 dengan dosis 500 GY diPusat Aplikasi Isotop daD Radiasi, Badan Tefu1ga AtomNasional, Pasar Jumat, Jakarta. Larva yang telah diradiasidalam kead.1an masih segar digunakan unnlk vaksinasihewan. Proses ini diulang 3 kali karena vaksinasidilakukall 3 kali.

Rata-rata jumlah cacing dewasa daD cacing mudadalam abomasum domba dari setiap kelompok dapatdilihat dalam Tabel 2 daD 3. Rata-rata jumlah cacingdewasa antara kelompok yang divaksin daD tidakdivaksin tidak berbeda nyata (p>O,O5), tetapi berbedanyata dengan kelompok yang tidak ditantang. lradiasilarva cacing belum dapat membuat proteksi terlmdapinfeksi tantang karena tidak merangsang timbulnyakekebalan. Hal ini kemungkinan karena pemberianvaksin dilakukan tiga kali dengan selang waktu 3minggu. Pemberian vaksin umumnya dilakukan 2 kalidengan maksud untuk meningkatkan kekebalan danselang waktu yang terlalu lama (3 minggu)memungkinkan kekebalan yang terbentuk akan turunkemmbali (24). Akibat daTi iradiasi, sebagian larvatumbuh menjadi dewasa, tetapi tidak menghasilkan telurcacing yang dapat berkembang daD sebagian lagi tetapmenjadi cacing muda atau proses perkembangannya lebihlama.

PengamatanPengmnbilan smnpel berupa tinja 6 minggu

setelah tantangan daD serum darall dilakukan setiapminggu. Tinja diperiksa untuk menentukan jmnIah telurcacing (18). Serum diperiksa untuk menentukan totalserum protein yang dilakukan menurut metoda Lowry etal (19) daD titer antibodi dengan menggunakan ELISA(20) d.w antigen yang digunakan berasal dari larvacacing (21). Lima minggu setelah uji tantang semuahewan dibunuh dan cacing H. contortus yang terdapat didalam lambung kelenjar (abomasum) dilliumg (22).

Tabcl 3. Jumlah cacing muds dalam abomasum dombadari masing-masing kclompokBASIL DAN PEMBABASAN

Hasil perllitungan jumJah telur cacing tiap gramtinja 3 minggu setelall ditantang dapat dilillat dalaJuTabel I.

Tabcll. Rata-rata jumlah tclur cacing tiap grdm tinja 5minggu sctelah ditantang pada domba yangdivaksin dcngan larva iradiasi Rata-rata jumlah cacing muda kelompok vaksin

tanpa ditantang dan kelompok tanpa vaksin tetapiditantang tidak berbeda nyata (P>O,O5), tetapi berbedanyata (P<O,O5) dengan kelompok vaksin clan ditantang.Cacing muda merupakan bagian dari pertumbullancacing, dimana sebagian besar larva iradiasi hanyatumbuh menjadi cacing muda atau perkembangannyamenjadi lambat. Pemotongan hewan 5 minggu setelahtantangan seharusnya sudah cukup untuk melillatperkembangan cacing. Hal ini juga terlihat pada

KelomDok Rata-rata194462

171.3

Vaksin daD ditantangVaksin tanpa ditantanJ!.

Tanoa vaksin tetaoi ditantang

Rata-rata jmnlah telur cacing antara ketigakelompok yang diperiksa 5 minggu setelah ditantang

164

Page 4: Pengarull vaksinasi dengan larva tiga Haemonchus contortus

Risa/ah Perlemuan //miah Penelilian dan Pengf'l77bangan r t'/inologi /solop dan Radiasi, 2fXXJ

kelompok yang tanpa vaksin tetapi ditantang.dimanasetengall dari jumlah cacing yang berkembang ada.1allcacing mud:'l. Untuk mengurangi jmnlah cacing mudamaka pemotongan hewan untuk keperluan perhitungancacing hams lebih lama setelah hewan ditantang.

KESIMPULAN DAN SARAN

Pernberian 50.000 larva iradiasi cacing H.contortus pacta dornba belurn rnenimbulkan daya proteksiterhadap infeksi tantangan. Selang pemberian vaksinselama 3 lninggu dan pengulangan vaksinasi sampai tigakali tidak perlu dilakukan mengingat akibat dari itukernungkinan daya proteksi hewan malahan tunm: Perluditeliti lebih lanjut apakah dosis pernberian larva iradiasisudah tepat sellingga dapat rnenirnbulkan responkekebalan.

Tabel4. Rata-rata nilai total protein serum 5 minggusetelah ditantang pad a domba yang divaksindengan larva iradiasi

KelompokVaksin dan ditantang

Vaksin tanpa ditantan~

Rata-rata9.7386.8605.766Tanpa vaksin tetapi ditantan~ UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada KepalaBalai Penelitian Veteriner, Bogor yang telah memberiizin dan fasilitas sehingga penelitian ini terlaksana.Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dr GozaliMukti, Ir Harison dan para teknisi di bagian Parasitologidan Bioteknologi yang telah membantu penelitian ini.

DAFTARPUSTAKA

SOULSBY E.J.L. 1982. Helminths, Arthropods andProtozoa of Domesticated Anilnals (7 ed).Bailliere, Tindall, London.

2. BERIAJAYA and COPEMAN D B (1997) Anestimate of seasonality and intensity of infectionwith gastrointestinal nematodes in sheep andgoats in West Java. Jurnal J/mu Ternak donVeteriner 2: 270-276.

3. BERIAJAYA and STEVENSON P. 1986. Reducedproductivity in small ruminant in Indonesia as aresult of gastrointestinal nematode infections. InLivestock Production and Diseases in theTropics, (eds M.R. Jainudeen, M. Mahyuddinand J.E. Hulm). Proceedings of tile 5 thConference Institute Tropical VeterinaryMedicine, Kuala Lumpur, Malaysia.

Rata-rata nilai total protein senun yang diperiksa5 minggu setelah ditantang dapat dilihatdalam Tabel 4.Rata-rata nilai total protein antara kelompok yangdivaksin daD yang tidt1k divaksin berbeda nyata (P<0,05).Pemberian VakSillasi dengan larva iradiasi meningkatkannilai total protein serum. Peningkatan ini kemungkinankarena terbentuknya zat-zat seperti gamma globulin yangmenyusun antibodi. Pemberian larva iradiasi merangsangtimbulnya respon, tetapi apakah respon ilU protektif? Halini hams sejalan dengan data jWulall cacing dewasa dantiter antibodi.

Rata-rata titer antibodi daTi ketiga kelompokdomba yang divaksin dengatl larva iradiasi dapat dilihatdalam Tabel 5. Titer atrtibodi ini tidt1k berbeda nyata(P>0,05) antara san! kelompok dengan kelompok yanglain. Pemberian vaksinasi dengan larva iradiasi akanmenyebabkan kellaikan titer antibodi. Hal ini terlihat datisampel yang dipeTiksa sebelum uji tantang dimana titerantibodi daTi kelompok hewan yang divaksin sedikitlebih tinggi walaupun tidak nyata perbedaannya (P>0,05)(15,24).

Antigen yang diberikatl berupa larva tiga cacingH. con/or/us yang telah diradiasi. Akibat daTi radiasikemungkinan rantai asam atnino yang menyusun proteindaTi antigen tersebut terputus selungga larva tersebutberkurang daya patogenitasnya. Hal ini terlillat pactaTabel 1 daD 2, dilnana kelompok vaksin yang tidakditantang menghasilkan jumlah telur dtw jumlah cacingyang sedikit. Pemberiatl larva yang berkurang dayapatogenitasnya kemungkilkw akan menimbulkan respon.Dalam hal ini respon tersebut belum terlihat walaupunke.1ompok yang divaksin dt111 ditantang memperlihatkantotal protein serum yang lebih tinggi (Tabcl 4). Tidaktimbulnya respon kekebalatl kemungkinan karcna dosispcmberian larva iradiasi sebanyak 50.000 tcrlalu bcsarschingga perlu diteliti dosis yang tepat agar rcspontcrscbut timbul. Selain itu selang pemberian danbanyaknya pemberian perlu juga diteliti schinggadiketalmi secara tepat kapan vaksinasi l1anls diulang.

4. HANDAYANI S.W. and GATENBY R.M. 1988.Effects of management system, legume feedingand antIlelmintic treatment on tIle performanceof Iambs in North Smnatra. Tropical AnimalHealth and Production 20: 122-128.

5. BERlAJA Y A. 1986. The significant importance ofgastrointestinal nematodiasis on village sheep inan upland area of Garut, West Java. PenyakitHewan 88: 130-133.

BERIAJA Y A daD SUHARDONO. 1998.Penanggulangan nematodiasis pada ruminansiakecil secara terpadu antara rnanajemen, nutrisidaD obat cacing. Pros. Seminar NasionalPeternakan don Veteriner. 18-19 Nopember1'997. Bogor.

Tabel 5. Titer antibodi 5 minggu setelah ditantang padadomba yang divaksin dengan larva iradiasi

165

Page 5: Pengarull vaksinasi dengan larva tiga Haemonchus contortus

R/:sa/ah Pertemuan //miah Pene/itian dan Pengembangan leknologi /sotop dan Radias~ 2fXXJ

7. WALLER P.J., ECHEVARRIA F., EDDI C.;MACIEL S., NARI S. and HANSEN J. W. 1995.Antheltnintic resistance of nematodes in sheepflocks in South Atnerica. r,'eterina,:v Record136: 620.

16. SIVANATHAN S., DUNCAN J.L.URQUHART G.M. 1984. Someililluencing immunization of sheepilTadiated Haemonchus contortusv'eterinary Parasitology 16: 113-123.

andfactors

withlarvae.

8. WALLER P.l. 1994. The development ofantllelmintic resistance in nuninant livestock.Acta Tropica 56: 233-243.

7. BERIAJAYA, ADIWINATA G. danPARTODIHARDJO S. 1994. Sturn pendahuluantentang larva cacing Haemonchus contortusyang diradiasi pacta kelinci. Risa/ah PertemuanJ/miah Ap/ikasi Isoto! don Radiasi do/ambidang Industri. Pertanian don Lingkungan. 14-15 Desember 1993. Jakarta.

9. MUNN E.A. 1993. Development of a vaccineagainst Haemonchus contortus. ParasitologyToday 9: 338-339.

10. MUNN E.A. 1997. Rational design of nematodevaccines: hidden antigens. International Journalfor Parasitology 27: 359-366.

18. WHITLOCK H. V. 1948. Some modification of theMc Master helminth egg-counting technique andapparatus. Journal of the Council for Scientificand Industrial Research 21: 117-118.

SMITH T.S., MUNN E.A., GRAHAM M.,TAVERNOR A.S. and GREENWOOD C.A.1993. Purification mId evaluation of the integralmembrane protein H II as a protective antigenagainst Haemonchus contortus. InternationalJournal for Parasitology 23: 271-280.

1.9. LOWRY O.H., ROSENBORGH N.J., FARR A.L.and RANDALL R.J. 1.951.. Protein measurementwith fol.in phenol reagent Journal of BiologicalChemistry 1.93: 265-275.

20. MUKTI M.R. , BERIAJA Y A, SURYONO,PARTODIHARDJO S. 1994. PenggunaanEnzyme Linked Immunosorbent Assay untukmendeteksi antibodi antilarva Haemonchuscontortus di dalaIn serum domba. RisalahPertemuan I/miah Ap/ikasi Isoto! don Radiasido/am bidang Industri, Pertanian donLingkungan. 14-15 Oesember 1993. Jakarta.

12. MUNN E.A., SMITH T.S., GRAHAM M.,GREENWOOD C.A., T A VERNOR A. S. andCOETZE G. 1993a. Vaccination of Merinolambs against haemonchosis withmembrane-associated proteins from adultsparasite. Parasitology 106: 63-66.

13. MUNN E.A., SMITH T.S., GRAHAM M.,TAVERNOR A.S. and GREENWOOD C.A.1993b. The potential value of integralmembrane proteins in tile vaccination of Iambsagainst Haemonchus contortus. InternationalJournalfor Parasitology 23: 261-269.

21. SMITH W.D. 1977. Antilarval antibodies in theserum and abomasal mucus of sheephyperinfected with Haemonchus contortus.Research in Veterinary ,S'cience 22: 334-338.

22. Manual of Veterinary Parasitological LaboratoryTeclmiques. 1971. Teclmical Bulletin No 18,Her Majesty's Stationery Office. London.

14. JARRETT W.F.H., JENNINGS F. W., McINTYREW.I.M., MULLIGAN W. and SHARP N.C.C.1959. Studies on ilmnunity to Haemonchuscontortus infection: Vaccination of sheep usinga single dose of x-irradiated larvae. AmericanJournal of f/eterina,:v Research 20(26): 527-530.

23. BITAKARAMIRE P.K. 1973. Prelimillal)' studies ontile immunization of cattle animal againstFasciolasis using gamma irradiated metacercarieof Fasciola gigantica. Isotop and Radiation inParasitology III. Proc. Panel Kabete, 1971.lAEA Viena : 23.15. URQUHART G.M., JARRETT W.F.H., JENNINGS

F. W., McINTYRE W.I.M. and MULLIGAN W.1966. ImmlUuty to Haemonchus con/or/usinfection: relationship between age andsuccessful vaccination with irradiated larvae.American Journal of ,,'eterinary Research 27:1645-1648.

24. TIZARD I.R. 1995. lmmunologv. An introduction.Fourth Edition. Saunders College Publishing,USA.

166

Page 6: Pengarull vaksinasi dengan larva tiga Haemonchus contortus

Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitlan dan Pengembangan T eknologi Isotop dan RadiaSl; Z(X)()

DISKUSI

HARYANTO NIZAR NASRULLAH

Apakah yang dimaksud dengan larva tiga, ap.1kahacta larva-larva lain, kalau acta mengclpa digunakml larvatiga untuk memvaksin domba ?

Mohon penjelasan apakah telur-telur cacing padaK2 tidak menjadi lebih gaIlas pada generasi berikutnya ?

SUKARDJI P. (BERlAJA Y A)SUKARDJI P. (BERIAJA Y A)

Dari uraian tadi jelas bahwa cacing muda dancacing dewasa menjadi rendah dan bentuk fisik cacingkelihatan steril tidak mampu lagi bereproduksi.

Kare",'! L3 adalall larva yang paling patogen/ganasdaD banyak ditemui di daun-dawl rumput untuk dilnakandomba. pada rase L3 itu yang paling patogen hamsdirangsang (dilelnal1kan) dengan iradiasi dengan harapandapat memberikan respon kekebalan yang optinml.

RIY ANTI S.

Penyakit apa saja yang mllmnnya menyerang padadomba daD temak nuninansia lain, dan sampai dimanakerugiannya ?

SUHARYONO

SUKARDJI P. (BERIAJA Y A)1. Haemonchus contortus akan dimnbil telun1ya dalmn

upaya menentukan EPG, bagaimana caramembedakan telur dari cacing lainnya karena dalamusus banyak jenis cacing lainnya.

2. Pembuatan vaksin pada wnumnya dilakukan di virus,kalau penemtlan untuk parasit tentunya lama,bagailnana caranya mempercepat penemuan vaksintersebut "

1. Banyak penyakit yang menyerang domba/ternakruminansia sehingga merugikan.

2. Penyakit yang menyerang hewan antara lain..Distomatosis, scabies. kaskado. TBC, anthrax,anaplasmois, dU.Kerugiannya : Menurunnya produksi dan kualitasdaging sapi dengan kematian.SUKARDJI P. (BERIAJA Y A)

BINT ARA H. SASANGKA

Menurut pengalaman Saudara, mana yang lebihefektif pembuatan vaksin dengan bantuan iradiasi ataumetode yang Iainnya ?

I. Karena sebelUlu penelitiml ini cacing telahdibersiltkml daTi ulbuh aDak domba yang akan dipakaipenelitian, setelah bersih barn dipakai untukpenelitian. Jadi dalmu pemeliharaan karena tidaktercemar cacing lain.

2. Untuk vaksin virus dengan iradiasi memang sulit,dosis iradiasi optimc'llpun belUll1 banyak diketalmi, haIini telaIl kalui konsultasikan ke Balitvet.

SUKARDn P. (BERIAJAYA)

Pembuatan vaksin iradiasi masih jarnngsedangkan metode konvensional telall banyak dihasilkanseperti vaksin ND, Gumboro, rabies dIl. dibuat dengantidal menggunakan iradiasi.

167