pengaruhvariasi konsentrasi polimer dari media …
TRANSCRIPT
Jurnal Ilmiah “MEKANIK” Teknik Mesin ITM, Vol. 2 No. 1, Mei 2016 : 22-30
22
PENGARUHVARIASI KONSENTRASI POLIMER DARI MEDIA
PENDINGIN PADA PROSES QUENCH –TEMPER TERHADAP STRUKTUR
MIKRO DAN KETANGGUHAN IMPAK DARI BAJA AISI 4140
Susri Mizhar1,*
dan Sugianto Simatupang2
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Medan
Jl. Gedung Arca No. 52 Telp.(061) 7363771 Fax. (061) 734794 Medan 20271 Sumatera Utara
*E.mail : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketangguhan(toughness) dan struktur mikro dari baja
karbon menengah paduan rendah (low alloy medium carbon steel) AISI 4140 setelah proses
Quench-Temperdengan variasi konsentrasipolimer dari media pendingin dan variasi temperatur
tempering. Pada penelitian ini material terlebih dahulu di bentuk menjadi spesimen impak dan
kemudian di panaskan (heat treatment) pada temperatur 860°C dan di tahan selama 1 jam lalu
didingin dengan cepat (quench) pada media pendingin polimer dengan variasi konsentrasi 20%,
30% dan 40% sampai mencapai temperatur kamar. Kemudian di Tempering dengan variasi
temperatur 400°C dan temperatur 500°C dengan waktu penahanan ( hold time ) selama 1 jam.
Hasil pengujian impak tertinggi setelah proses tempering pada temperatur 500°C pada
konsentrasi 40% polimer yaitu 1J/mm2. Pengamatan struktur mikro memperlihatkan fasa
martensite setelah proses quench dan perubahan fasa temper martensite terlihat setelah proses
temper pada temperatur 400°C dan temperatur 500°C.
Kata kunci ; AISI 4140, Mikrostruktur, Ketangguhanimpak, Quench, Tempering.
PENDAHULUAN
Mengendalikan sifat mekanis bahan
yang terbuat dari baja adalah penting
sebab sifat mekanis baja dapat berubah
secara drastis bahkan di kelompok yang
sama setelah penerapan proses perlakuan
panas (heat treatment). Salah satu
jenis baja yang sering digunakan dalam
dunia industri adalah tipe AISI 4140, baja
tersebut banyak digunakan pada
komponen mesin karena sifat mekanis
yang dimiliki baja ini dapat direkayasa
sesuai dengan penggunaan.
Dalam pembuatan komponen yang baik
harus ada hubungan antara sifat mekanis
yang dibutuhkan dengan manufaktur yang
akan dilakukan. Sering terjadi kesalahan
seperti hasil produksi yang tidak sesuai
dengan perencanan (design), kemungkinan
pada saat melakukan pembuatan
komponen mengalami kesulitan yang
disebabkan kurangnya data - data
pendukung yang dibutuhkan untuk
mendapatkan hasil yang sesuai dengan
perencanaan (design).
Untuk dapat mengatasi hal tersebut
perlu dilakukan penelitian awal agar data -
data pendukung yang dibutuhkan saat
melakukan proses produksi (manufacture)
dapat digunakan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh perlakuan
panas (quench) dengan variasi media
pendingin terhadap sifat mekanis
(mechanical properties) dan struktur
mikro pada baja karbon sedang tipe AISI
4140 .
Proses perlakuan panas meliputi
pemanasan baja pada suhu tertentu,
Jurnal Ilmiah “MEKANIK” Teknik Mesin ITM, Vol. 2 No. 1, Mei 2016 : 22-30
23
dipertahankan pada waktu tertentu, dan
didinginkan pada media pendingin tertentu
pula. Perlakuan panas mempunyai tujuan
untuk meningkatkan keuletan,
menghilangkan tegangan internal,
menghaluskan butir Kristal, meningkatkan
kekerasan, tegangan tarik dan sebagainya,
tujuan ini akan tercapai seperti apa yang
diinginkan jika memperhatikan faktor
yang mempengaruhinya, seperti suhu
pemanas dan media pendingin yang
digunakan ( Wibowo, 2006).
Perlakuan untuk menghilangkan
tegangan dalam dan menguatkanbajadari
kerapuhan disebut dengan memudahkan
(tempering). Tempering didefenisikan
sebagai proses pemanasan logam setelah
dikeraskan pada temperatur tempering
(dibawah suhu kritis), yang dilanjutkan
dengan proses pendinginan (koswara,
1991).
Penggunaan pelumas sebagai media
pendingin akan menyebabkan timbulnya
selaput karbon pada spesimen tergantung
dari besarnya viskositas pelumas. Atas
dasar untuk memperbaiki sifat baja
tersebut, maka peneliti memilih perlakuan
panas dengan quenching media polimer
dan dilanjutkan perlakuan panas
tempering.Peneliti ini memanfaatkan baja
karbon menengah paduan rendah AISI
4140 untuk mengetahui sifat mekanik
melalui uji ketangguhan serta sifat fisis
melalui uji mikro struktur.
George Krauss (2005), ketika kekuatan
tinggi dan dibutuhkan ketangguhan yang
cukup, tempering dilakukan pada
temperatur rendah sekitar 200°C (390°F)
dan ketika kekuatan cukup dan kebutuhan
ketangguhan yang tinggi, tempering
dilakukan pada temperatur tinggi sekitar
500°C ( 930°F ). Woei-Shyan Lee dan
Tzay-Tin Su (1997), Variasi kekuatan dan
kekerasan dari baja AISI 4340
mengindikasikan penurunan kekuatan
sebagai kenaikan temperatur dan waktu
penahan selama tempering. Keuletan dari
material meningkat dengan peningkatan
termperatur dan waktu penahanan, tetapi
ketangguhan dan keuletan merosot ketika
ditemper pada temperatur 300°C.
Karmin (2009), Salah satu upaya untuk
meningkatkan ketahanan aus, kekerasan
dan kekuatan baja dapat dilakukan dengan
proses pengerasan termal, pada proses ini
baja mengalami beberapa tahap proses
yaitu: pemanasan awal, pemanasan lanjut,
penahanan waktu pada suhu stabil, dan
pendinginan. Kekerasan yang dapat
dicapai tergantung pada kadar karbon
dalam logam baja dan unsur lainnya dalam
baja, temperature pemanasan, holding time
dan laju pendinginan yang dilakukan saat
proses perlakuan panas, perlu dipahami
pada proses pengerasan baja, bahan yang
diproses rentan akan kejadian yang tidak
kita inginkan, seperti distorsi, retak atau
pun tidak tercapainya kekerasan, yang kita
inginkan. Untuk menanggulangi hal ini
perlu dilakukan perencanaan dan
pengendalian yang benar, baik segi teoritis
maupun pelaksanaan praktek dalam proses
pengerasan.
Menurut Muhammad Zuchry (2012),
Temperatur dan bentuk takikan akan
berpengaruh terhadap kekuatan impak
bahan dan ketahanan bahan yang
mengalami tumbukan tergantung dari sifat
mekanis bahan tersebut apakah bahan
tersebut ulet, kuat, getas, ataupun rapuh.
Menurut Bayu Adie S Dkk (2013),
media pendingin air dan oli menghasilkan
mikro struktur berupa martensit dan
retained austenite. Pada pendinginan celup
polimer dihasilkan struktur mikro berupa
campuran bainit bawah dan
martensit.Sedangkan pada pendinginan
udara struktur yang dihasilkan adalah ferrit
dan perlit.Pendinginan dengan larutan
PVA 20% paling mendekati standart
kelayakan kekerasan yaitu 416 HBN,
dibawah media pendingin air dan oli SAE
20W menunjukan koefisien ekspansi yang
lebih kecil dibandingkan polimer ataupun
air. Dengan mempertimbangkan hasil
pengujian, heat treatment dengan quench
oli SAE 20W menunjukan performa
yangpaling optimum
Jurnal Ilmiah “MEKANIK” Teknik Mesin ITM, Vol. 2 No. 1, Mei 2016 : 22-30
24
Tempering
Tempering adalah pemanasan kembali
dari baja yang di keraskan pada temperatur
dibawah temperatur kritis yang disusul
dengan pendinginan untuk menghilangkan
tegangan dalam (sisa) dari baja akibat
proses quenching.Melalui temper,
kekerasan dan kerapuhan dapat di
turunkan sampai memenuhi
persyaratan.kekerasan turun,kekuatan tarik
akan turun,sedangkan keuletan dan
ketangguhanakan meningkat.temperatur
pemanasan pada proses tempering
memiliki beberapa ingkatan:
Pengujian Impak
Baja karbon yang biasanya bersifat ulet
dapat diubah menjadi getas bila berada
dalam kondisi tertentu.Maka disini untuk
menentukan kepekaan terhadap patah
getas, sering digunakan pengujian
impak.Benda uji disiapkan secara khusus,
ukuran dan bentuknya ditentukan sesuai
standart.jenis pengujian impak yang
dikenal ada dua macam yaitu dengan
metode Izop dan Charpy.
Pengujian ketangguhan dilakukan untuk
mengetahui sifat-sifat mekanis suatu
logam dan paduannya.Pada bahan benda
uji imppak dibuat takikan atau dibuat
beralur dan diputuskan dengan satu
pukulan (kecepatan peretakan dan
kecepatan perubahan bentuk).Fungsi dari
takikan ini adalah untuk melokalisir energi
patah, perpatahan pada spesimen uji
imapact itu.Oleh karena itu untuk
mengetahui besarnya energi impak maka
dibuat takikan pada spesimen serta
kedalaman takikan telah ditentukan sesuai
standarisasi ASTM mulai dimensi
minimum sampai maksimum pengujian
impak berdasarkan prinsip hokum
kekekalan energi yang menyatakan jumlah
energi mekanik konstan.
Pada gambar 1. menunjukkan palu
godam dilepas dengan ketinggian H1 dari
pusat benda uji yang bersudut a dan
setelah menabrak benda uji palu mengayun
sampai ketinggian H2 dari pusat benda uji
yang bersudut β. Pada kondisi ini besar
tenaga kinetic Ek1 dan Ek2 sama dengan
nol karna kecepatan V1 dan V2 sama
dengan nol yaitu berada pada kondisi
berhenti. Besarnya tenaga potensial Ep1 =
m.g.H1 dan tenga potensial Ep2 = m.g.H2.
jadi tenaga yang diserap benda uji atau
tenaga untuk mematahkan.
W = Ep1 – Ep2
W = GR (cos β – cos α) (joule)
Gambar 1. Prinsip pengukuran pengujian
ketangguhan
Nilai imapk bahan (K) merupakan hasil
bagi tenaga untuk mematahkan benda uji
(joule) dengan luas penampang patah
benda uji (mm²), dirumuskan dengan
K=𝑊
𝐴˳ …………………....1
Dimana :
K = nilai pukulam tarik (J/mm2)
W = energi terserap (J)
G = massa berat palu godam (kg)
R = jarak titik pusat ke titik berat
palu godam (m)
α = sudut jatuh dalam
Jurnal Ilmiah “MEKANIK” Teknik Mesin ITM, Vol. 2 No. 1, Mei 2016 : 22-30
25
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
adalah metode eksperimental yang
dilakukan di laboaratorium Institute
Teknologi Medan (ITM), laboratorium
Universitas Negeri Medan (UNIMED).
Kategori rancangan percobaan yang dipilih
adalah Pre-EksperimentalDesigns bertipe
static comparations, jadi ada kelompok
material percobaan /eksperimen dan
kontrol. Kelompok eksperimen terdiri dari
spesimen yang telah mengalami quench
dengan variasi media pendingin polimer
konsentrasi rendah, polimer konsetrasi
menengah dan polimer konsentrasi tinggi
dan masing- masing kelompok berjumlah 3
spesimen. Eksperimen untuk kelompok
kontrolsetelah proses temperingdilakukan
sebagai pembanding, bagaimanakah
perbedaan yang terjadi antara material
yang telah mengalamiQuenchdengan yang
mengalami tempering.
Bahan Penelitian
Pada penelitian ini bahan yang digunakan
adalah baja karbon menengah paduan
rendah (low alloy medium carbon steel)
AISI/SAE 4140 berbentuk spesimen impak
E23 tipe C
Gambar 2. Spesimen impak standarisasi
type C E23
Gambar 3. Diagram alir penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Hasil Pengujian
Hasil dalam penelitian ini berupa data
angka, gambar, grafik dan foto-foto
penelitian. Pengujian dilakukan pada
spesimen sesudah diberikan perlakuan
panas (heat treatment). Hal ini dilakukan
agar mengetahui perubahan yang terjadi
pada sepesimen dengan pengujian impak
dan struktur mikro.
Hasil Pengujian Komposisi Kimia
Berbagai jenis macam baja ditentukan
berdasarkan atas unsur karbon yang
terkandung dalam suatu material
tersebut.Begitu juga dengan
pengklasifikasian baja paduan (Alloy
steels). Tabel berikut ini menunjukkan
data komposisi kimia unsur-unsur yang
ada dalam material AISI 4140 menurut
standar American Iron and Steel Institute.
Jurnal Ilmiah “MEKANIK” Teknik Mesin ITM, Vol. 2 No. 1, Mei 2016 : 22-30
26
Tabel 1 menunjukkan hasil dari pengujian
komposisi material uji yang akan digunakan
pada penelitian, dan termasuk dalam baja AISI
4140 yaitu baja karbon menengah paduan
rendah (Low Alloy Medium Carbon
Steel)material uji mengandung.
Tabel 1 Komposisi kimiabaja AISI 4140.
No. Nama
Unsur Simbol
Kandungan
(%)
1. Carbon C 0,4129
2. Silicon Si 0,2303
3. Sulfur S 0,0048
4. Phospor P 0,0131
5. Manganese Mn 0,6812
6. Nikel Ni 0,0313
7. Chromium Cr 0,9473
8. Molybdenum Mo 0,1809
9. Vanadium V 0,0093
10. Copper Cu 0,0138
11. Seng Sn 0,0016
12. Alumunium Al 0,0154
13. Ferro Fe 97,458
Dari pengujian komposisi kimia diatas
menunjukkan bahwa spesimen yang
digunakan untuk pengujian ini merupakan
baja AISI 4140.
Analisa Struktur Mikro
Pengujian foto mikro bertujuan untuk
mengetahui struktur yang terkandung
dalam spesimen. Struktur mikro yang
berbeda akan memberikan pengaruh yang
berbeda pada sifat mekanis bahan.
Sebelum dilakukan pengamatandan setelah
proses pengamplasan, polishing dan
pengetsaan dengan HNO3, pada spesimen
uji baja AISI 4140, struktur mikro
dimanati melalu mikrokop optik dengan
pembesaran 400 X.
Hasil Foto Mikro Struktur Hardening
860°C Polymer 20%, 30%, dan 40%
Dari gambar 4-6 (a), (b), dan (c) terlihat
struktur martensit telah terbentuk,
perubahan struktur ini disebabkan karena
proses hardeningpemanasan dengan
temperatur yang cukup tinggi 860°C,
kemudian didinginkan dengan laju
pendinginan yang cepat quench dengan
variasi konsentrasi polymer.
(a)
Gambar 4. Foto mikro specimen
Hardening 860°C Polymer 20%
(b)
Gambar 5. Foto mikro spesimen
Hardening 860°C Polymer30%
(c)
Gambar 6. Foto mikro spesimen
Hardening 860°C Polymer 40%
Jurnal Ilmiah “MEKANIK” Teknik Mesin ITM, Vol. 2 No. 1, Mei 2016 : 22-30
27
Struktur lain yang terlihat yaitu bainit
yang berwarna hitam dan berbentuk garis-
garis seperti lidi/jarum menandakakan
spesimen ini bersifat keras dan getas.
Terlihat perbedaan dari gambar mikro
diatas cenderung lebih getas terdapat pada
gambar (b) dimana permukaannya terlihat
kasar dibandingkan dengan gambar (a) dan
(c) terbukti dengan penurunan harga impak
mencapai 4.76%.
Hasil Foto Mikro Struktur Tempering
400°C Polymer 20%, 30%, dan 40%
(d)
Gambar 7. Foto mikro spesimen
Tempering 400°C Polymer 20%
(e)
Gambar 8. Foto mikro spesimen
Tempering 400°C Polymer 30%
(f)
Gambar 9. Foto mikro spesimen
Tempering 400°C Polymer 40%
Dari gambar 7-9 (d), (e), dan (f) diatas
terlihat spesimen Tempering 400°C
konsentrasi Polymer memiliki struktur
mikro bainit dan temper martensit.
Struktur bainit terlihat gelap
penyebarannya yang hampir menyeluruh
menandakan sepesimen ini bersifat keras
dan getas.Struktur bainit bersifat keras
akibat kandungan karbon yang dimiliki
material, terbukti gambar (f) harga
impaknya mengalami penurunan mencapai
8.77%.Struktur temper martensit terlihat
berwarna putih, berbentuk seperti
jarum/lidi.
Hasil Foto Mikro Struktur Tempering
500°C Polymer 20%, 30%, dan 40%
(g)
Gambar 10. Foto mikro spesimen
Tempering 500°C Polymer 20%
Jurnal Ilmiah “MEKANIK” Teknik Mesin ITM, Vol. 2 No. 1, Mei 2016 : 22-30
28
(h)
Gambar 11. Foto mikro spesimen
Tempering 500°C Polymer 30%
(i)
Gambar 12. Foto mikro spesimen
Tempering 500°C Polymer 40%
Dari gambar 10-12 (g), (h), dan (i) diatas
terlihat spesimen Tempering500°C
konsentrasi polymer memiliki struktur
temper martensit dan bainit terlihat
berbutir kasar. Struktur bainit yang kasar
menandankan bersifat getas dan keras,
terbukti pada gambar (h) harga impak
mengalami penurunan mencapai 46.47%.
Temper martensit merupakan struktur yang
cenderung lebih tangguh/ulet. Hal ini
ditandai dengan adanya kenaikan nilai
ketangguhan pada gambar (i) mencapai
62%.struktur karbida dan austenit sisa
(retained austenite) yaitu austenite yang
tidak berhasil bertransformasi menjadi
martensit pada proses quench.
Analisa Pengujian Impak
Pengujian impak bertujuan untuk
mengukur ketangguhan atau keuletan
bahan terhadap beban tiba-tiba dengan
cara mengukur perubahan energi potensial
sebuah palu godam yang dijatuhkan pada
ketinggian tertentu. Data hasil pengujian
ini dikelompokkan menjadi 9 kelompok,
yaitu data pengujian spesimen hardening
850oC dengan quench dan data spesimen
temper dengan temperatur 400oC &
500oC Setiap kelompok terdapat 3
spesimen, rata-rata data hasil pengujian
dijadikan sebagai hasil akhir. Secara
umum, hasil pengujian impak yang didapat
dari pengujian terlihat dalam tabel dan
diagram berikut ini.
Gambar 13. Diagramhardening 860°C
impak vs Konsetrasi
Menurut jurnal Alex Sandro dkk yang
berjudul pengaruh proses tempering pada
temperatur tinggi terhadap ketangguhan
(Thoughness) dan struktur mikro baja
karbon tipe aisi/sae 1040, hasil yang
diperoleh dari pengujian ketangguhannya
pada hardening 900°C dengan media
pendingin polimer adalah 0.4 joule/mm²,
tempering 400°C didapat nilai
ketangguhan sebesar 0.94 joule/mm²,
sedangkan pada tempering temperatur
500°C dengan media polimer harga
ketangguhan semakin naik menjadi 1.04
joule/mm².
Jurnal Ilmiah “MEKANIK” Teknik Mesin ITM, Vol. 2 No. 1, Mei 2016 : 22-30
29
Pada gambar 13 diagram ditunjukkan
ketangguhan hardening 860° C Polymer
20% dengan rata - rata 0,21Joule/mm²,
ketangguhan di konsentrasi 30%
kemudian mengalami penurunan menjadi
0.2 Joule/mm², hal ini di sebabkan satu
dari 3 spesimen mengalami
lajupendinginan tidak cepat, struktur bainit
yang berwarna hitam dan berbentuk garis-
garis kasar seperti lidi/jarum
menandakakan spesimen ini bersifat keras
dan getas. Setelah proses hardening 860°
C Polymer 40% maka harga impak
mengalami kenaikan mencapai 30%
menjadi 0.26 Joule/mm².
Pada gambar diagram 14 ditunjukkan
ketangguhan tempering 400°Cpolimer
20% adalah 0,30Joule/mm², ketangguhan
kemudian mengalami peningkatan
mencapai 90% menjadi 0.57 Joule/mm².
Pada proses temper400°Cpolimer
40%ketangguhan mengalami penurunan
mencapai 8.77% menjadi 0.52 joule/mm².
hal ini di sebabkan spesimen memiliki
struktur mikro bainit dan temper martensit.
Gambar 14. Diagramtempering
400°CImpak VS Konsentrasi
Struktur bainit terlihat gelap, memiliki
ukuran butir besar dan kasar.Struktur
bainit bersifat keras akibat kandungan
karbon yang dimiliki
material.strukturtemper martensit terlihat
berwarna putih, berbentuk seperti
jarum/lidi yang kasar penyebarannya yang
hampir menyeluruh menandakan
sepesimen ini bersifat keras dan getas.
Gambar 15. Diagramtempering
500°CImpak VS Konsentrasi
Pada gambar diagram 15 ditunjukkan
ketangguhan tempering 500°Cpolimer
20% adalah 0,71Joule/mm², ketangguhan
konsentrasi 30% kemudian mengalami
penurunan menjadi 0.38 Joule/mm² setelah
proses tempering 500°C polimer 40%
maka harga impak mengalami kenaikan
mencapai 163.15% menjadi 1 Joule/mm².
Penurunana ketangguhan terjadi pada
konsentrasi 30% yang mencapai 46.47%
penurunan ini di sebabkan terbentuknya
butir temper martensit dan bainit yang
sangat kasar yang cenderung sangat keras
dan getas. Ketangguhan kemudian
meningkat setelah dilakukan proses temper
500°C konsentrasi 40% , di
karenakanmemiliki struktur Temper
martensit merupakan struktur yang
cenderung lebih tangguh/ulet. Hal ini
ditandai dengan adanya kenaikan nilai
ketangguhan pada spesimen yang
mencapai 62%.struktur karbida dan
austenit sisa (retained austenite) yaitu
austenite yang tidak berhasil
bertransformasi menjadi martensit pada
proses quench.. Peningkatan temperatur
temper konsentrasi 40% semakin
menyeragam struktur temper martensit
sehingga didapat ketangguhan maksimal
pada proses tempering 500°C konsentrasi
40% yaitu 1 joule/mm².
Jurnal Ilmiah “MEKANIK” Teknik Mesin ITM, Vol. 2 No. 1, Mei 2016 : 22-30
30
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan pada baja AISI 4140, yang telah
diberi perlakuan panas heat treatment
untuk pngujian ketangguhan dan struktur
mikro dapat di ambil kesimpulan bahwa,
perlakuan panas dapat mengubah struktur
mikro baja AISI 4140, dengan berubahnya
struktur mikro maka sifat mekanisnya juga
akan mengalami perubahan.
1. Pada proses hardening 860°C didapat
nilai impak tertinggi pada konsentrasi
polymer 40% dengan rata – rata 0.26
joule/mm². Pada proses temper 400°C
nilai impak tertinggi didapat pada
konsentrasi 30% dengan rata 0.57
joule/mm². Pada proses tempering
500°C harga impak mengalami
kenaikan pada konsentrasi 40%
mencapai 75.43% menjadi 1 joule/mm².
2. Pada proses hardening 860°C
konsentrasi 40% harga impak didapat
dengan rata –rata 0.26 joule/mm², pada
proses tempering 400°C konsentrasi
40% harga impak dengan rata –rata
0.52 joule/mm².sedangkan pada prose
tempering 500°C konsentrasi 40%
mengalami kenaikan mencapai 140.3%
menjadi 1 joule/mm². maka dari itu
peneliti mendapat sains bahwa semakin
bertambah konsentrasi dan temperatur
tempering maka semakin tinggi harga
impak yang di dapat.
3. Struktur mikro pada proses hardening
860°C konsentrasi 40% memiliki fasa
martensit dan bainit menandakan
spesimen bersifat gatas dan keras,
sesudah proses temper 400°C dan 500°
pada konsentrasi 40% struktur mikro
didapat fasa bainit, temper martensit
dan retained austenitemenandakan
spesimen bersifat ulet/tangguh.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Bayu, A, S, (dkk) Pengaruh Media
Pendingin Pada Heat Treatment
Terhadap Struktur Mikro dan Sifat
Mekanik Friction Wedge AISI 1340,
Surabaya.
[2]. Gunawan dwi haryadi. Pengaruh
Kecepatan Air Sirkulasi Sebagai
Medium Quenching Terhadap
Kekerasan Dan Struktur Mikro Pada
Baja Aisi 4140. 1 Januari 2008.
[3]. Karmin, 2009, Pengendalian Proses
Pengerasan Baja Dengan Metode
Quenching.
[4]. Koswara, Engkos, 1991, Pengujian
Bahan Logam. Bandung, Humaniora
Utama Press.
[5]. Krauss G, 2005, Steel Processing,
Structure, and Performance, Ohio.
[6]. Lee, W.S, & Su T.T, 1997,
Mechanical Properties and
Mickrostructural Features Of Aisi
4340 High-Strength Alloy Steel
Under Quenched and Tempered
Conditions, journal Of Materials
Processing Technology 87 (1997)
198-206.
[7]. Muhammad, zuchry, M, 2012,
Pengaruh Temperatur dan Bentuk
Takikan Terhadap kekuatan Impak
Logam, Palu.
[8]. Pollack, H.W, 1988 “Materials
Science and Metallurgy”, 4th
, New
Jersey, Prentice Hall.
[9]. Schonmentz. G. 1985, “Pengetahuan
Bahan dalam Pengerjaan Logam”
Bandung Aksara. [10]. Wibowo, B. T. 2006, Pengaruh Temper
Dengan Quenching Media Pendingin
Oli Mesran SAE 40 Terhadap Sifat Fisis
dan Mekanis Baja ST 60.Semarang.
Universitas Negeri Semarang.
[11]. Willyanto, Anggono (dkk), Optimasi
Proses Tempering Baja Aisi 4140 Untuk
Peningkatan Sifat Mekanik Roller Cyclo
Speed Reducer. Fakultas Teknologi
Industri Universitas Kristen Petra
Product Innovation and Development
Centre Petra Christian UniversityJ1.
Siwalankerto 121-131, Surabaya 60236.