pengaruhpendidikankesehatantentangpenyaladigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1545-1-skripsi-).pdf ·...

98
PENGARUHPENDIDIKANKESEHATANTENTANGPENYALA HGUNAAN NARKOBA DENGAN METODE BERMAIN PERAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS X DISMA NEGERI 1 SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawaatan Oleh : PURYANTO NIM. ST 13058 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

Upload: truongkiet

Post on 22-Apr-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUHPENDIDIKANKESEHATANTENTANGPENYALA

HGUNAAN NARKOBA DENGAN

METODE BERMAIN PERAN TERHADAP

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA

KELAS X DISMA NEGERI 1

SUKOHARJO

SKRIPSIUntuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawaatan

Oleh :

PURYANTO

NIM. ST 13058

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

i

ii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : PURYANTO

NIM : ST 13058

Dengan ini menyatakan bahwa :

1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada

Surakarta maupun diperguruan tinggi lain.

2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri,

tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan

Tim Penguji.

3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis

atau dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas

dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama

pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang

telah diperoleh karena karyaini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma

yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Surakarta, 1 Agustus 2015

Yang membuat pernyataan

Puryanto

NIM ST 13058

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan nikmat dan karunia-Nya, sehingga dapat tersusun laporan

penelitian ini dan hanya kepada-Nya kami serahkan pujian, sanjungan dan hanya

kepada-Nya pula kami menyembah.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa laporan penelitian ini dapat tersusun

berkat bimbingan dan bantuan dari banyak pihak. Ucapan terima kasih yang tidak

terhingga saya sampaikan kepada :

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku ketua STIKes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menempuh studi lanjut S-1 Keperawatan.

2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku ketua prodi S-1

keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku penguji yang telah memberikan

saran dan masukan demi sempurnanya skripsi ini.

4. Ibu Happy Indri Hapsari,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing utama yang

telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan petunjuk kepada

penulis.

5. Ibu Prihantini SST.,M.Kes selaku pembimbing pendamping yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan petunjuk kepada

penulis.

iv

6. Bapak Dr. Endro Suprayitno, Sp.KJ, M.Si selaku direktur Rumah Sakit Jiwa

Daerah Surakarta yang telah memberikan ijin belajar untuk menempuh studi

lanjut S-1 Keperawatan di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

7. Bapak Drs. Darno selaku kepala SMA Negeri 1 Sukoharjo yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Istriku yangtercinta, Dik Warsiti yang selalu memberikan dukungan baik

moral maupun spiritual.

9. Rekan-rekan seperjuangan Prodi S-1 Keperawatan angkatan ST 13 yang

senasib dan sepenanggungan.

10. Rekan-rekan bangsal Samba di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yang

banyak memberikan dukungan.

11. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Semoga jasa dan budi baik yang telah diberikan kepada saya selalu

mendapatkan balasan dengan balasan yang lebih baik dan berlipatganda. Harapan

saya, semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua. Kritik

saran saya tunggu demi perbaikan karya saya ke depan. Terima kasih.

Surakarta, 01 Agustus 2015

Penulis

v

DAFTAR ISI

Halaman Judul......................................................................................... i

Lembar Pengesahan .............................................................................. ii

Surat Pernyataan Orisinalitas .................................................................. iii

Kata Pengantar ........................................................................................ iv

Daftar Isi.................................................................................................. vi

Daftar Tabel ............................................................................................ ix

Daftar Gambar......................................................................................... xi

Daftar Lampiran .................................................................................... xii

Abstrak .................................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah.............................................................. 7

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................... 7

1.4. Manfaat Penelitian ............................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori.................................................................... 10

2.2. Keaslian Penelitian............................................................. 38

2.3. Kerangka Teori .................................................................. 39

2.4. Kerangka Konsep............................................................... 40

2.5. Hipotesis ............................................................................ 40

vi

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancanganpenelitian........................................ 41

3.2. Populasi dan Sampel........................................................ 42

3.3. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................... 44

3.4. Variabel, Definisi Operasional dan skala Pengukuran .... 44

3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data .................. 46

3.6.Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ..................................... 49

3.7. Tehnik Pengolahan .......................................................... 53

3.8. Analisa Data .................................................................... 54

3.9. Etika Penelitian .................................................................. 56

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1.1 Analisa Univariat ......................................................... 58

4.1.2 Analisa Bivariat ........................................................... 62

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Tingkat pengetahuan dan sikap kelompok

perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol sebelum

dilakukan perlakuan......................................................... 67

5.2. Tingkat pengetahuan dan sikap kelompok

perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol setelah

dilakukan perlakuan ....................................................... 68

5.3. Perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap kelompok

perlakuan/eksperimen sebelum dan setelah perlakuan .. 69

vii

5.4. Perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap kelompok

perlakuan/eksperimen sebelum dan setelah perlakuan .. 72

5.5. Perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap kelompok

perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol setelah

perlakuan ....................................................................... 74

5.6. Keterbatasan Penelitian ................................................. 77

BAB VI PENUTUP

6.1. Simpulan ........................................................................ 78

6.2. Saran ............................................................................... 79

Daftar Pustaka

Daftar Lampiran

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ....... 44

Tabel 3.2. Kisi-kisi Pendidikan Kesehatan tentang Penyalahgunaan

narkoba ............................................................................... 48

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia.............................. 58

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .............. 58

Tabel 4.3. Distribusi Data Asal Sumber Informasi ............................... 58

Tabel 4.4. Distribusi Data Pernah Tidaknya Anak Mencoba Narkoba59

Tabel 4.5. Data pre-test tentang pengetahuan ....................................... 59

Tabel 4.6. Data pos-test tentang pengetahuan....................................... 60

Tabel 4.7. Data pre-test tentang sikap................................................... 61

Tabel 4.8. Data pos-test tentang sikap .................................................. 61

Tabel 4.9. Data analisa bivariat tingkat pengetahuan kelompok

perlakuan/eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan ..... 62

Tabel 4.10. Data analisa bivariat kategori sikap kelompokperlakuan/

eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan........................ 62

Tabel 4.11. Data analisa bivariat tingkat pengetahuan kelompokkontrol

sebelum dan sesudah perlakuan ........................................... 63

Tabel 4.12. Data analisa bivariat kategori sikap kelompok kontrol

sebelum dan sesudah perlakuan .............................................................. 63

ix

Tabel 4.13. Data bivariat tingkat pengetahuan

kelompokperlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol sesudah

perlakuan .............................................................................. 64

Tabel 4.14. Data bivariat kategori sikap kelompokperlakuan/eksperimen dan

kelompok kontrol sesudah perlakuan................................... 65

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Teori ................................................................. 39

Gambar 2.2. Kerangka Konsep ............................................................. 40

Gambar 3.1. Rancangan Penelitian Quasi Eksperimen ......................... 41

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Permohonan Studi Pendahuluan Penelitian.

Lampiran 2. Surat Balasan Ijin Permohonan Studi Pendahuluan Penelitian.

Lampiran 3. Surat Ijin Permohonan Uji Validitas Dan Reliabilitas.

Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Melakukan Uji Validitas Dan Reliabilitas.

Lampiran 5. Surat Permohonan Ijin Penelitian.

Lampiran 6. Surat Balasan Ijin Penelitian.

Lampiran 7. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian.

Lampiran 8. Permohonan Menjadi Responden.

Lampiran 9. Persetujuan Untuk Menjadi Responden.

Lampiran 10. Lembar Kuesioner Penelitian.

Lampiran 11. Satuan Acara Penyuluhan.

Lampiran 12. Satuan Acara Penyuluhan Bermain Peran.

Lampiran 13. Lembar Konsultasi.

Lampiran 14.Data Validitas dan Reliabilitas.

Lampiran 15.Data Karakteristik Responden.

Lampiran16.Data Pengetahuan.

Lampiran 17.Data Sikap.

Lampiran 18.Hasil Olah Data SPSS

Lampiran19.Dokumentasi Penelitian.

xii

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATANSTIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2015

Puryanto

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Penyalahgunaan NarkobaDenganMetode Bermain Peran Terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa

Kelas X di SMA Negeri 1 Sukoharjo

ABSTRAK

Pengguna narkoba di Indonesia mengalami tren peningkatan dari tahun ketahun. Salah satu cara untuk mengatasinya dengan meningkatkan pengetahuan dansikap siswa mengenai narkoba melalui pendidikan kesehatan dengan metodebermain peran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruhpendidikan kesehatan tentang penyalahgunaan narkoba dengan metode bermainperan terhadap pengetahuan dan sikap siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sukoharjo.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan quasieksperimen dengan desain Pre-test dan post-test non equivalen controlgroupdesign dengan teknik purposive sampling dengan jumlah 80 responden.Analisa data dalam penelitian ini menggunakan Chi-Square.

Hasil analisa data tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan kelompokperlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol setelah perlakuan dengan nilaip-Value 0,522>0,05. Tidak ada perbedaan sikap kelompok perlakuan/eksperimendan kelompok kontrol setelah perlakuan dengan nilai p-Value 0,762>0,05.

Tidak ada perbedaan pendidikan kesehatan tentang penyalahgunaan narkobadengan metode bermain peran terhadap tingkat pengetahuan dan sikap siswaapabila dilaksanakan pada kelompok besar dengan jumlah sasaran 40 respondendan dalam proses belajarnya tidak melibatkan siswa untuk memerankan ataumendemonstrasikan tingkah laku manusia.

Kata Kunci:Pendidikan Kesehatan, Penyalahgunaan Narkoba, Bermain Peran,Pengetahuan, Sikap

Daftar Pustaka: 38 (2005-2014)

xiii

BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCEKUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA

2015

Puryanto

Effect of Health Education of Drug Abuse with the Role Play Method onKnowledge and Attitude of the Students in Grade X of State Senior

Secondary School 1 of Sukoharjo

ABSTRACT

The number of drug users in Indonesia has actually increased for therecent years. One way to resolve this problem is by improving studentsknowledge and attitude abaut drugs through health education with the role playmethod. The objective of the research is to investigate the effect of the healtheducation of drug abuse with the role play method on the knowledge and attitudeof the students in Grade X of State Senior Secondary School 1 of Sukoharjo.

This research used the quasi experimental quantitative method with thepre-test and post-test non equivalent control group design. The samples ofresearch consisted of 80 persons and the were taken by using the purposivesampling technique. The data of research were analyzed by using the Chi-squaretest.

The result of this research shows that following the treatment, theknowledge level of the experimental and control groups was not different asindicated by the p-Value = 0.522 which was greater than 0.05 and the attitude ofthe experimental and control groups was not different as shown by the p-Value0.762 which was greater than 0.05.

Thus, there was not any difference of the health education of drug abusewith the role play method on the level of knowledge and attitude of students if thetarget was in the large group i.e. 40 respondents and the learning process did notinvolve the students to play or demonstrate human behavior.

Keywords: Health Education, Drug Abuse, Role Play, Knowledge, AttitudeReferences: 38 (2005-2014)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Istilah Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika dan

bahan adiktif lainnya (Badan Narkotika Nasional/BNN, 2007). Masalah

gangguan penggunaan narkoba merupakan problema kompleks yang

penatalaksanaanya melibatkan banyak bidang keilmuan(medik dan non-

medik).Penatalaksanaan seseorang dengan ketergantungan

narkobamerupakan proses yang panjangyang memakan waktu relatif cukup

lama dan melibatkan berbagai pendekatan dan latar belakang

profesi.Gangguan penggunaan narkoba merupakan masalah bio-psiko-

sosial-kultural yang sangat rumit sehingga perlu ditanggulangi secara

multidisipliner dan lintas sektoraldalam suatu program yang menyeluruh

(komprehensif)serta konsisten (Lamp.SK MENKES No 422, 2010).

Gangguan penggunaan narkoba merupakan masalah yang menjadi

keprihatinan dunia Internasional disamping masalah Human

Immunodeficiency Virus/Acquaired Immune Deficiency Syndrome

(HIV/AIDS), kekerasan, kemiskinan, pencemaran lingkungan, pemanasan

global dan kelangkaan pangan. World Health Organizationmemperkirakan

bahwa jumlah penyalahgunaannarkoba di dunia pada tahun 2012 sekitar 243

juta orang (Iskandar, 2014).

2

Pengguna narkoba di Indonesia mengalami tren peningkatan dari

tahun ke tahun. Fakta tersebut dapat dilihat dari data statistik prevalensi

penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Pada tahun 2008 ada 1,99 %,pada

tahun 2011 ada 2,32%, pada tahun 2013 meningkat lagi ada 2,56% pada

tahun 2015 diperkirakan akan meningkat menjadi 2,80 % dari jumlah

penduduk (Iskandar, 2014).

Kasus pengguna narkoba di Jawa Tengah juga mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun.Fakta tersebut dapat dilihat dari data tindak

pidana narkoba diJawa Tengah. Menurut data Direktorat Tindak Pidana

Narkoba pada tahun 2007 ada 645 kasus, pada tahun 2008 ada 753 kasus,

pada tahun 2009 ada 1.038 kasus, pada tahun 2010 ada 1.122 kasus dan

pada tahun 2011 ada 1.493 kasus.Penyalahgunaan narkoba berdasarkan

pendidikan pada tahun 2012 sebagai berikut: Sekolah Dasar ada 504 orang,

Sekolah Menengah Pertama ada 1.499 orang, Sekolah Menengah Atas ada

3.957 orangdanPerguruan Tinggi ada 236 orang (BNN,2012).

Remaja akan menjadi sangat beresiko tinggi terhadap penyalahgunaan

narkoba apabila tidak berada dalam pengawasan orang tua, tidak bisa

berkomunikasi dengan orang tua, pengendalian diri/kepercayaan diri/harga

diri yang rendah, tidak mau mengikuti aturan/norma/tata tertib, suka cari

sensasi, bergaul dengan pengguna narkoba,memiliki anggota keluarga

penyahguna narkoba, merasa dikucilkan dan sulit menyesuaikan diri, rendah

penghayatan spiritualnya, praktik pengasuhan orang tua yang efektif akan

3

memiliki efek perlindungan yang kuat pada penggunaan narkoba oleh

remaja (Waluyo,2007).

Pada awalnya, remaja yang mengkonsumsi narkoba biasanya diawali

dengan perkenalan dengan rokok. Kebiasaan merokoksudah menjadi

kebisaan remaja saat ini.Dari kebiasaan inilah, pergaulan terus meningkat,

apalagi ketika remaja tersebut bergabung ke dalam lingkungan orang-orang

yang sudah menjadi pecandu narkoba. Awalnyacuma mencoba, lalu akan

mengalami ketergantungan (Purba, 2013).

Pemakai narkoba memiliki perbedaan dengan orang yang tidak

memakai mulai dari gaya hidup, sikap dan tingkah laku sehari-hari. Pemakai

narkoba tersebut mudah sekali dikenali meliputi secara fisik, emosi dan

perilaku. Secara fisik meliputi: berat badan menurun drastis, mata terlihat

cekung dan merah, muka pucat, bibir kehitaman, buang air besar dan kecil

kurang lancar, sembelit atau sakit perut tanpa alasan /penyebab yang jelas.

Secara emosi meliputi: sangat sensitif dan cepat bosan, bila ditegur atau

dimarahi, dia malah menunjukkan sikap membangkang, emosinya naik

turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau berbicara kasar terhadap

anggota keluarga atau orang disekitarnya. Secara perilaku meliputi: malas

dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas rutinnya,

menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga, sering bertemu

dengan orang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa ijin dan pulang lewat

tengah malam, suka berbohong dan ingkar janji dengan berbagai alasan,

jalan sempoyongan(Kabain, 2007).

4

Banyak sekali akibat atau dampak buruk dari penyalahgunaan narkoba

baik bagi diri sendiri,bagi keluarga maupun bagi masyarakat.Bagi diri

sendiri adalah fungsi otak dan perkembangan remaja terganggu, mulai dari

ingatan, perhatian, persepsi, perasaan dan perubahan pada motivasinya.Bisa

juga menimbulkan ketergantungan, overdosis bahkan bisa kematian,

gangguan pada organ seperti: hati, ginjal, paru-paru, jantung, lambung,

reproduksi, tertular HIV/AIDS, hepatitis, tubercolosis dan masih banyak

lagi(Waluyo, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Manoj, S, menyatakan bahwa dalam

rangka untuk membuat program pencegahan alkohol yang efektif harus

dimulai dari sekolah menengah pertama (SMP) dan dilanjutkan sekolah

menengah atas (SMA) ditambah kurikulum pendidikan kesehatan yang ada

atau sebagai program pelengkap, menggunakan teori perilaku yang kuat

yang bertujuan untuk mempengaruhi perilaku daripada hanya membangun

pengetahuan, memanfaatkan dukungan kelompok sebaya, membangun

ketahanan khusus,membangun penolakan masyarakat terhadap konsumsi

alkohol, melibatkan dukungan masyarakat dan memanfaatkan komponen

media massa aktif (Manoj, 2006).

Badan Narkotika Kabupaten (BNK) Sukoharjo, yang sejak tahun

2011, telah berubah nama menjadi Tim Pencegahan Penanggulangan

Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika (Tim P4GN), merupakan salah

satu mitra BNN yang mana tugasnya adalah melayani masyarakat dalam hal

pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkoba khususnya di

5

Kabupaten Sukoharjo.Beberapa strategi yang sudah dilakukan antara lain

adalah dengan melakukan programpenyuluhan tentang narkoba.Program ini

salah satunya dilakukan di sekolah, khususnya Sekolah Menengah Tingkat

Atas se-Kabupaten Sukoharjo (BNK Sukoharjo, 2011).

Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha

menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau

induvidu.Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan masyarakat,

kelompok atau induvidu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan

yang lebih baik.Pengetahuan tersebut akhirnya diharapkan dapat membawa

akibat terhadap perubahan perilaku sasaran (Notoatmodjo, 2007).

Penelitian yang berkaitan dengan pengaruh pendidikan kesehatan

tentang narkoba dilakukan di SMA Negeri 5 Pematang, Siantar, Sumatera

Utara dengan judul pengaruh pendidikan kesehatan tentang narkoba

terhadap pengetahuan dan sikap dengan hasil pada kelompok perlakuan ada

peningkatan pengetahuan dari 7,86 menjadi 13,56 setelah diberikan

pendidikan kesehatandan peningkatan sikap dari 46,16 menjadi 58,28,

sedangkan pada kelompok kontrol tidak ditemukan perubahan signifikan

pada pengetahuan dan sikap (Purba, 2013).

Dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan perlu adanya suatu metode

yang sesuai agar para pendengar dapat memahami dengan baik, aktif, tidak

pasif dan tidak cepat bosan dalam mendengarkan pendidikan kesehatan

sampai selesai. Salah satu metode yang melibatkan pendengarnya aktif,

6

tidak pasif adalah bermain peran. Metode bermain peran adalah metode

yang baik untuk merubah sikap sesuai yang diperankan (Maulana, 2009).

Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan bermain peran pernah

dilakukan di SMP Muhammadiyah 4 Tangerang dengan judul pengaruh

metode role playing terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep gerak

pada tumbuhan dengan kesimpulan bahwa penggunaan metode bermain

peran membawa pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar biologi

siswa (Khaerani, 2010).

Berdasarkanstudi pendahuluanyang dilakukan peneliti pada tanggal 13

Januari 2015 di SMA Negeri 1 Sukoharjo adalah salah satu sekolah favorit

dengan akreditasi A.Sekolah ini terletak di tengah kota, dekat dengan alun-

alun,pasar tradisional, pasar modern (mall) dan hotel atau tempat

penginapan. Disamping itu tidak terlalu jauh terdapat pabrik alkohol (ciu),

terminal, kampus, pusat-pusat hiburan malam mulai bermunculandanjuga

berbatasan langsung dengan kota besar Surakarta, selain itu tiap tahun ada

kasus narkoba yang tertangkap di Sukoharjo, yang semua itu menjadi rawan

terjadi pengedaranpenyalahgunaan narkoba.

Berdasarkan data dari gurudan karyawan tata usaha SMA Negeri 1

Sukoharjo bahwa belum pernah ada penyuluhan tentang penyalahgunaan

narkoba dengan metode bermain peran kepada siswa, yang pernah ada

penyuluhan dengan cara ceramah. Dari hasil wawancara dengan 5 siswa

kelas X didapatkan hasil bahwa 5 siswa itu belum pernah mendapat

penyuluhan dengan metode bermain peran. Menurut pendapat

7

siswapenyuluhan tentang narkoba dengan bermain peran ini sangat menarik

karena umumnya penyuluhan itu dengan metode ceramah yang

menyebabkan cepat bosan dan monoton.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan

penelitian tentangpengaruh pendidikan kesehatan tentang penyalahgunaan

narkoba dengan metode bermain peran terhadap pengetahuan dan sikap

siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sukoharjo.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalahbagaimana pengaruh pendidikan

kesehatan tentang penyalahgunaan narkoba dengan metode bermain peran

terhadap pengetahuan dan sikap siswa kelas X di SMA Negeri 1

Sukoharjo?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyalahgunaan

narkoba dengan metode bermain peran terhadap pengetahuan dan sikap

siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sukoharjo.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik responden di SMA Negeri 1 Sukoharjo.

2. Mengetahui tingkatpengetahuandansikapkelompokperlakuan/

eksperimendankelompok kontrolsebelumdilakukanperlakuan.

8

3. Mengetahuitingkatpengetahuandansikapkelompokperlakuan/

eksperimen dankelompok kontrol setelah dilakukan perlakuan.

4. Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap kelompok

perlakuan/eksperimen sebelum perlakuan dan setelah perlakuan.

5. Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap kelompok

kontrol sebelum perlakuan dan setelah perlakuan.

6. Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap kelompok

perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol setelah perlakuan.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah tingkat

pengetahuan tentang penyalahgunaan narkoba, sehingga masyarakat

termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam upaya penanggulangan dan

pencegahan penyalahgunaan narkoba.

1.4.2. Manfaat bagi Istitusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan dan bahan

kajian pada Institusi pendidikan guna meningkatkan kualitas pendidikan

1.4.3. Manfaat bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi

penelitian tentang penyalahgunaan narkoba.

9

1.4.4. Manfaat bagi peneliti

Memenuhisalahsatupersyaratanakademisgunamemperoleh gelar

Sarjana KeperawatandiSekolahTinggi IlmuKesehatanKusuma Husada

Surakarta.

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1.Pendidikan kesehatan

1. Pengertian

Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha

menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau

induvidu. Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan masyarakat,

kelompok atau induvidu dapat memperoleh pengetahuan tentang

kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya diharapkan

dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran

(Notoatmodjo, 2007).

Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang mempunyai

masukan (input) dan keluaran (output). Suatu proses pendidikan

kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan yakni perubahan

perilaku, dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut adalah faktor

masukannya sendiri/sasaran pendidikan, faktor metode, faktor

materi/pesannya, pendidik /petugas yang melakukannya dan alat-alat

bantu pendidikan yang dipakai (Notoatmodjo, 2007).

11

2. Media/alat bantu pendidikan

Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh

pendidik dalam menyampaikan bahan pengajaran/pendidikan. Alat

bantu ini lebih sering disebut sebagai alat peraga karena berfungsi

untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses

pendidikan/pengajaran (Notoatmodjo, 2007).

Secara garis besar alat bantu pendidikan menurut

Notoatmodjo(2011), dikelompokkan menjadi :

a. Alat bantu lihat (visual aids)

Alat ini berguna menstimulasi indrapenglihatan pada waktu

terjadinya proses pendidikan. Alat bantu pendidikan ini ada dua

bentuk yaitu :

1) Alat bantu pendidikan yang tidak diproyeksikan, seperti

gambar, peta, bagan, bola dunia, boneka dan sebagainya.

2) Alat yang diproyeksikan, seperti slide, film, film strip dan

sebagainya.

b. Alat bantu dengar (audio aids)

Alat bantu dengar adalah alat yang dapat menstimulasi indra

pendengar, misalnya pita rekaman dan radio.

c. Alat bantu lihat dengar (audio visual aids)

Alat bantu pendidikan yang dalam penggunaannya menstimulasi

indra penglihatan dan pendengaran, seperti televisi dan radio.

12

Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan,

media dikelompokkan menjadi :

1) Media cetak (booklet, leaflet, flyer, flipchart, rublik atau tulisan pada

surat kabar, poster dan foto).

2) Media elektronik (televisi, radio, video, slide dan film strip).

3) Media papan (billboard).

(Menurut Notoadmodjodalam Suiraoka & Supariasa, 2012)

2.1.2.Metode bermain peran

a. Pengertian

MenurutYamin (2005), bermain peran adalah metode yang

melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik

atau situasi. Siswa melakukan peran masing-masing sesuai tokoh yang

dilakoni, mereka berinteraksi sesama mereka dalam melakukan peran.

Bermain peran adalah metode yang melibatkan interaksi antara

dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi. Siswa melakukan

peran masing-masing sesuai tokoh yang dilakoninya, mereka

berinteraksi sesama mereka dalam melakukan suatu peran tertentu

(Khaerani, 2010).

b. Tujuan

Menurut Djamarah& Zain (2006), tujuan dari bermain peran adalah

a. Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain.

b. Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab.

13

c. Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi

kelompok secara spontan.

d. Merangsang kelas untuk berfikir dan memecahkan masalah.

c. Tahapan bermain peran

Menurut Uno(2007), prosedur bermain peran terdiri atas sembilan

langkah, yaitu:

a. Pemanasan (warning up)

Dengan memperkenalkan kepada siswa apa itu metode bermain

peran.

b. Memilih peran

Dengan menentukan siapa yang akan bermain peran dan

mengelompokkan sebagai kelompok pemain peran. Kemudian

membahas materiyang akan diperankan.

c. Menyiapkan pengamat (observer)

Dengan menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat dan

mengelompokkannya sebagai kelompok observer.

d. Menata panggung.

Dengan mendiskusikan dengan siswa bagaimana peran itu akan

dimainkan dan apa saja kebutuhan yang diperlukan untuk bermain

peran.

e. Memainkan peran

Permainan peran dimulai.

14

f. Diskusi dan evaluasi

Dengan meminta kelompok observer untuk mendiskusikan

permainan peran yang sudah diperankan oleh siswa dari kelompok

pemain peran dan melakukan evaluasi dengan mempresentasikan

hasil diskusi.

g. Memainkan peran ulang

Setelah evaluasi selesai, dilanjutkan dengan memainkan permainan

ulang atau peran kedua. Seharusnya pada permainan kedua ini akan

berjalan lebih baik.

h. Diskusi dan evaluasi kedua

Dalam diskusi dan evaluasi pada langkah kedelapan, pembahasan

diskusi dan evaluasi kedua lebih baik dari yang pertama.

i. Berbagi pengalaman dan kesimpulan

Siswa diajak untuk berbagi pengalaman tentang tema permainan

peranyang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat

kesimpulan.

d. Kelebihan bermain peran

Menurut Djamarah & Zain (2006), kelebihan bermain peran adalah

a. Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami dan mengingat isi

bahan yang akan diperankan.

b. Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan kreatif.

c. Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina sebaik-

baiknya.

15

d. Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi

tanggung jawab dengan sesamanya.

e. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar

mudah dipahami orang lain.

f. Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga

dimungkinkan akan tumbuh bibit seni dari sekolah.

e. Kelemahan bermain peran

Menurut Djamarah& Zain (2006), kelemahan bermain peran yaitu:

a. Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain peran mereka menjadi

kurang kreatif

b. Banyak memakan waktu baik waktu persiapan dalam rangka

pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan

pertunjukkan.

c. Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit

menjadi kurang bebas.

d. Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton

yang kadang-kadang bertepuk tangan, dan lain-lain.

2.1.3.Narkoba

1. Pengertian

Istilah narkoba sesuai dengan surat edaran Badan Narkotika Nasional

(BNN) No. SE /03/IV/ 2002 adalah singkatan dari Narkotika,

Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya. Narkoba yaitu zat-zat alami

16

maupun kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh dapat

mengubah pikiran, suasana hati, perasaan dan perilaku seseorang

(BNN, 2007). Pengertian lebih jelasnya sebagai berikut:

a. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baiksintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi

sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan

ketergantungan (UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika).

b. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis

bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh

selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan

khas pada aktifitas mental perilaku (UU No. 5 tahun 1997 tentang

Psikotropika).

c. Bahan Adiktif lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau

psikotropika yang penggunaannya dapat menimbulkan

ketergantugan (Waluyo, 2007).

d. Minuman Beralkohol adalah minuman yag mengandung etanol dan

diproses dari bahan hasil pertanian atau secara sintetis yang

mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi destilasi atau

fermentasi tanpa destilasi, maupun yang diproses dengan cara

mencampur konsentrat dengan etanol atau dengan cara pengenceran

minuman yang mengandung etanol (Waluyo, 2007).

17

2. Penggolongan narkoba

Dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika dan

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika,

penggolongan jenis-jenis narkoba berikut didasarkan pada peraturan

perundang-undangan yang berlaku (Waluyo, 2007).

a. Narkotika

1) Narkotika golongan I

Berpotensi sangat tinggi menyebabkan ketergantungan tidak

digunakan untuk terapi pengobatan, Contoh : heroin, kokoin

dan ganja.

2) Narkotika golongan II

3) Berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Digunakan

sebagai terapi pengobatan sebagai pilihan terakhir, Contoh :

morfin, petidin, metadon.

4) Narkotika golongan III

Berpotensi ringan menyebabkan ketergantungan dan banyak

digunakan sebagai terapi pengobatan, Contoh : kodein.

b. Psikotropika

1) Psikotropika golongan I

Amat kuat menyebabkan ketergantungan dan tidak digunakan

terapi pengobatan, Contoh : MDMA (ektasi), LS.

18

2) Psikotropika golongan II

Kuat menyebabkan ketergantungan,digunakan amat terbatas

pada terapi pengobatan, Contoh : amfetamin, metamfetamin

(shabu), fensiklidin dan ritalin.

3) Psikotropika golongan III

Potensi sedang menyebabkan ketergantungan, banyak

digunakan sebagai terapi pengobatan, Contoh : pentobarbital,

flunitrazepam.

4) Psikotropika golongan IV

Potensi ringan menyebabkan ketergantungan dan sangat luas

digunakan sebagai terapi pengobatan, Contoh : diazepam,

klobazam, fenobarbital, barbital, klorazepam, klordiazepoxide

dan nitrazepam (nipam, pil koplo, BK / koplo, DUM, MG,

lexo, rohyp, dan lain – lain).

c. Bahan adiktif lainnya

1) Alkohol

Alkohol adalah zat aktif yang terdapat dalam berbagai jenis

minum-minuman keras.

2) Inhalan / solven

Inhalan yaitu gas atau zat yang mudah menguap yang terdapat

pada berbagai keperluan pabrik, kantor dan rumah tangga.

19

3) Nikotin

Nikotin adalah salah satu zat yang terdapat pada tembakau

yang merupakan zat paling adiktif di dunia.

4) Kafein

Kafein merupakan zat perangsang yang terdapat pada kopi.

3. Jenis-jenis narkotika

Menurut BNN (2007), jenis narkotika yang sering disalahgunakan

sebagai berikut :

1. Narkotika

a. Heroin dan morfin dikenal dengan nama putaw atau PTW

Bentuk : berupa serbuk.

Efek : menimbulkan rasa kantuk, lesu, penampilan dungu, jalan

mengambang, rasa sakit seluruh badan, badan gemetar,jantung

berdebar-debar, susah tidur, nafsu makan berkurang, mata berair

dan hidungnya selalu ingusan/berlendir, tertular hepatitis,

HIV/AIDS, menimbulkan kematian bila over dosis.

b. Ganja dikenal dengan nama mariyuana, hashish, gelek, budha

stick, cimeng

Bentuk : berupa tanaman yang dikeringkan.

Efek : denyut jantung cepat, nafsu makan bertambah, daya tahan

menghadapi masalah menjadi lemah, malas, apatis, kehilangan

semangat belajar maupun bekerja, persepsi waktu dan

20

pertimbangan intelektual maupun moral terganggu, dalam waktu

lama menyebabkan kanker paru-paru.

c. Cocain

Bentuk : berupa bubuk, daun coca, buah coca, cocain cristal.

Efek : tidak gairah kerja, tidak bisa tidur, halusinasi, tidak nafsu

makan, berbuat dan berfikir tanpa tujuan, merasa cemas dan

gelisah berlebihan, dapat menyebabkan pecahnya pembuluh

darah/stroke, bila over dosis dapat menyebabkan kematian.

2. Psikotropika

a. Ekstasi dikenal dengan nama Inex, XTC, huge drug, yupier drug,

essence,clarity, butterfly, black heart, ice

Bentuk : Berupa tablet dan kapsul warna-warni.

Efek : Peningkatan detak jantung dan tekanan darah, rasa senang

yang berlebihan, rasa percaya diri meningkat, setelah itu merasa

cemas, tidak mau diam/hiperaktif, susah tidur, sakit kepala,

pusing, gemetaran, pecahnya pembuluh darah/stroke, bila

overdosisbisa menyebabkan kematian.

b. Methamphetamine dikenal shabu atau ubas

Bentuk : berupa cristal.

Efek : tidak mau diam/hiperaktif, rasa percaya diri meningkat,

rasa ingin diperhatikan orang lain, nafsu makan menurun, susah

tidur,jantungberdebar-debar, tekanan darah meningkat,

mengalami gangguan pada fungsi sosial dan pekerjaan.

21

c. Obat penenang yang dikenal obat tidur, pil koplo, BK, nipam,

valium, lexotan dan lain-lain.

Bentuk : berupa tablet.

Efek : bicara menjadi pelo, jalannya jadi sempoyongan, persepsi

terganggu, memperlambat kerja otak, gangguan pernafasan dan

jantung. Penggunaan campuran dengan alkohol akan

menghasilkan kematian. Gejala putus zat bersifat lama dan serius,

sakit kepala, cemas, tidak bisa tidur, halusinasi, mual,muntah dan

kejang.

3. Jenis bahan adiktif lainnya

a. Alkohol

Efek : memperlambat kerja sistem syaraf pusat, memperlambat

reflex motorik, menekan pernafasan, denyut jantung dan

mengganggu penalaran dan penilaian. Menimbulkan perilaku

kekerasan, meningkatkan resiko kecelakaan lalu lintas. Gejala

putus zat mulai dari hilangnya nafsu makan, sensitif, tidak dapat

tidur, kejang otot, halusinasi dan bahkan kematian.

b. Zat yang mudah menguap/solven dikenal lem aica aibon, thinner,

bensin, spiritus.

Efek : begitu dihisap langsung masuk darah dan segera ke otak.

Memperlambat kerja otak dan sistem syaraf pusat. Menimbulkan

perasaan senang, pusing, penurunan kesadaran, gangguan

penglihatan dan pelo. Problem kesehatan terutama merusak otak,

22

ginjal, paru-paru, sumsum tulang dan jantung. Kematian timbul

akibat otak kekurangan oksigen, berhentinya pernafasan dan

gangguan pada jantung.

c. Zat yang menimbulkan halusinasi dikenal jamur, kotoran kerbau,

sapi, kecubung

Efek : bekerja pada sistem syaraf pusat untuk mengacaukan

kesadaran dan emosi pengguna. Perubahan pada proses berfikir,

hilangnya kontrol, hilang orientasi dan depresi. Karena halusinasi

bisa menimbulkan kecelakaan.

4. Akibat penyalahgunaan narkoba

a. Bagi diri sendiri

1) Fungsi otak dan perkembangan normal remaja terganggu, mulai

dari ingatan, perhatian, persepsi, perasaan dan perubahan pada

motivasinya.

2) Menimbulkan ketergantungan, over dosis, gangguan organ

tubuh, seperti: hati, ginjal, paru-paru, jantung, lambung,

reproduksi serta gangguan jiwa.

3) Perubahan pada gaya hidup dan nilai-nilai agama, sosial dan

budaya, misalkan tindakan asusila, asosial bahkan anti sosial.

4) Akibat jarum suntik yang tidak steril dapat terkena HIV/AIDS,

radang pembuluh darah,hepatitis B dan C.

23

b. Bagi keluarga

1) Orang tua menjadi malu, sedih, merasa bersalah, marah, bahkan

kadang-kadang sampai putus asa.

2) Suasana kekeluargaan berubah menjadi tidak terkendali karena

sering terjadi pertengkaran, saling mempersalahkan, marah,

bermusuhan, dan lain-lain.

3) Uang dan harta habis terjual, serta masa depan anak tidak jelas

karena putus sekolah dan menganggur.

c. Bagi masyarakat

1) Lingkungan menjadi rawan terhadap penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkoba.

2) Kriminalitas dan kekerasan meningkat.

3) Ketahanan kewilayahan menurun (Waluyo, 2007).

5. Ciri-ciri penyalahguna narkoba

Menurut Kabain (2007), ciri-ciri penyalahguna narkoba adalah sebagai

berikut :

a) Perubahan fisik dan lingkungan sehari –hari

1) Berat badan turun drastis.

2) Mata terlihat cekung dan merah, muka pucat dan bibir

kehitam-hitaman.

3) Tangan penuh dengan bintik-bintik merah seperti bekas gigitan

nyamuk dan ada tanda bekas luka sayatan, goresan dan

perubahan warna kulit di tempat bekas suntikan.

24

4) Buang air besar dan kecil kurang lancar.

5) Sembelit atau sakit perut tanpa ada alasan yang jelas.

b) Perubahan emosi

1) Sangat sensitif dan cepat bosan.

2) Bila ditegur atau dimarahi, dia malah menunjukkan sikap

membangkang.

3) Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau

berbicara kasar terhadap anggota keluarga atau orang

disekitarnya.

4) Nafsu makan tidak menentu.

c) Perubahan perilaku

1) Malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas

rutinnya.

2) Menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga.

3) Sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga,

pergi tanpa ijin dan pulang lewat tengah malam.

4) Suka mencuri uang di rumah, sekolah, tempat kerja dan

menggadaikan barang–barang berharga di rumah, barang-

barang berharga miliknya, selalu kehabisan uang.

5) Waktunya di rumah kerapkali dihabiskan di kamar tidur,

kloset, gudang, kamar mandi atau tempat-tempat sepi lainnya.

6) Takut air jika terkena akan terasa sakit, karena itu mereka

menjadi malas mandi.

25

7) Sering batuk-batuk atau pilek berkepanjangan, biasanya terjadi

pada saat gejala putus zat.

8) Sikapnya cenderung manipulatif dan tiba-tiba tampak manis

bila ada maunya seperti saat membutuhkan uang untuk

membeli obat.

9) Sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai macam

alasan.

10) Bicara pelo atau cedal.

11) Jalan sempoyongan.

12) Sering menguap.

13) Mengeluarka air mata , keringat berlebihan.

14) Sering mengalami mimpi buruk.

15) Mengalami nyeri kepala, nyeri sendi.

6. Pencegahan penyalahgunaan narkoba

1. Pencegahan primer

a) Pencegahan primer yaitu pencegahan yang ditujukan kepada :

1) Anak-anakdangenerasimudayangbelum

pernahmenyalahgunakan narkoba.

2) Semuasektor masyarakat yang berpotensi membantu generasi

muda untuk tidak menyalahgunakan narkoba.

b) Kegiatan

Kegiatan pencegahan primer terutama dilaksanakan

dalambentuk penyuluhan, penerangan dan pendidikan, seperti :

26

1) Penyuluhan tatap muka, ceramah, diskusi,sarasehan dan

seminar.

2) Leaflet, brosur, spanduk, poster dan sticker.

3) Penyuluhan dengan memasukkan informasi tentang bahaya

narkoba ke dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, seperti :

arisan, pengajian dan lain-lain.

4) Pendidikan pencegahan dengan memasukkan ke dalam

kurikulum sekolah, seperti: pelajaran pendidikan agama.

5) Pendidikan orang tua tentang mengasuh anak yang baik dan

pencegahan penyalahgunaan narkoba.

6) Kegiatan alternatif atau pengganti, Contoh : olah raga,

kesenian, keagamaan, kerajinan tangan, hobby, kelompok

bermain dan lain-lain.

2. Pencegahan sekunder

a) Pencegahan sekunder yaitu pencegahan yang ditujukan kepada :

1) Anak-anak atau generasi muda yang sudah mulai mencoba-

coba(ekperimental) dalam menyalahgunakan narkoba.

2) Sektor-sektor masyarakat yang dapat membantu anak-

anak,generasimuda berhenti dari menyalahgunakan narkoba.

b) Kegiatan

Kegiatan pencegahan sekunder menitikberatkan pada kegiatan

deteksi secara dini terhadap anak yang menyalahgunakan

narkoba, konseling perorangan dan keluarga pengguna,

27

bimbingan sosial melalui kunjungan rumah. Penerangan dan

pendidikan pencegahan tentang bahaya narkoba dan pendidikan

pengembangan induvidu seperti ketrampilan berkomunikasi,

ketrampilan menolak tekanan teman sebaya dan ketrampilan

mengambil keputusan yang baik tetap terus dilakukan.

3. Pencegahan Tertier

a) Pencegahan tertier ditujukan pada :

1) Korban narkoba atau bekas korban narkoba.

2) Sektor-sektor masyarakat yang bisa membantu bekas korban

narkoba untuk tidak menggunakan lagi.

b) Kegiatan

Kegiatan pencegahan tertier dilaksanakan dalam bentuk

bimbingan sosial dan konseling terhadap yang bersangkutan,

keluarga serta kelompok sebaya, penciptaan lingkungan sosial

yang menguntungkan bekas korban untuk mantapnya

kesembuhan, pengembangan minat, bakat dan ketrampilan kerja,

pembinaan orang tua, keluarga, teman sebaya, para guru dan

masyarakat dimana korban tinggal, agar siap menerima bekas

korban dengan baik, memperlakukannya dengan wajar dan turut

membina dan mengawasinya jangan sampai bekas korban

kembali menyalahgunakan narkoba lagi (kambuh lagi)

(Waluyo, 2007).

28

7. Cara menghindari diri dari narkoba

Menurut Waluyo (2007), cara untuk menghindari dari narkoba adalah

a. Siapkan mental/diri untuk menolak apabila ditawari narkoba.

b. Hati-hati dalam memilih teman bergaul, karena teman yang baik

tidak akan menjerumuskan pada hal-hal yang tidak baik.

c. Belajar berkata “tidak” apabila ditawari dengan alasan yang tepat

dan kalau terus memaksa tinggalkan tempat itu.

d. Tingkatkan prestasi untuk mewujudkan cita-cita dan kembangkan

bakat yang ada demi masa depan.

e. Lakukan kegiatan-kegiatan yang positif untuk mengisi waktu

luangmu dengan menyalurkan hobi dan yang dapat membuat lebih

mandiri.

f. Tingkatkan iman dan taqwa.

8. Tempat yang rawan pada peredaran narkoba

Resiko penyalahgunaan narkoba semakin bertambah dengan makin

luasnya tempat-tempat yang digunakan untuk praktek perdagangan

narkoba. Tempat-tempat yang rawan antara lain :

a. Kampus dan sekolah

Kampus dan sekolah merupakan sasaran empuk pemasaran

narkoba karena menjanjikan keuntungan yang menggiurkan bagi

pengedarnya. Para siswa atau mahasiswa biasanya diberi contoh

gratis atau paket hemat selama beberapa waktu, lalu kalau sudah

29

mulai ketergantungan subsidi dihentikan dan pengedar mulai

mematok harga tinggi.

b. Diskotik, Bar, Pub, Karaoke

Sudah menjadi rahasia umum bila tempat hiburan semacam itu

menjadi sarang dari pedagang narkoba. Perdagangan ada yang

sembunyi-sembunyi dan ada pula yang terang-terangan.

c. Terminal Bus, Bandara, Stasiun

d. Hotel

Hotel identik dengan transaksi narkoba dalam partai besar, namun

tidak menutup kemungkinan kebutuhan narkoba untuk digunakan

sendiri juga bisa dipenuhidi tempat seperti ini (Purba, 2013).

2.1.4. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan

penginderaan suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan

merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali

kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja

dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan

terhadap suatu objek tertentu (Mubarak, 2007).

2. Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo (2007), menyebutkan bahwa pengetahuan yang tercakup

dominan kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan, sebagai berikut :

30

a. Tahu (know)

Tahu (know) diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini

adalah nengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari

seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasi materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam

suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu

sama lain.

e. Sintesis(synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.

31

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Mubarak (2007), menyebutkan bahwa pengetahuan seseorang

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

a) Pendidikan

Makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima

informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang

dimilikinya dan sebaliknya.

b) Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak

secara langsung.

c) Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan

pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik

terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis

(mental) taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.

d) Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang

tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk

32

mencoba suatu hal dan pada akhirnya akan memperoleh

pengetahuan yang mendalam.

e) Pengalaman

Pengalaman menyenangkan secara psikologis akan menimbulkan

kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi

kejiwaan seseorang dan akhirnya dapat pula membentuk

sikappositif dalam kehidupan seseorang.

f) Kebudayaan Lingkungan sekitar

Kebudayaan dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap.

g) Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang

baru.

4. Kriteria Pengetahuan

Menurut Riwidikdo pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterpretasikan dengan skala yaitu :

a. Baik = (x) > mean + 1SD.

b. Cukup = mean – 1SD ≤ x ≤ mean + 1SD

c. Kurang= (x) < mean – 1SD

33

2.1.5. Sikap

1. Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon yang

masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap

secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi

yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

MenurutSujanto(2006),sikap merupakanarahdaripada energi psikis

umum atau libido yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia

terhadap dunianya. Tiap orang mengadakan orientasi terhadap dunia

sekitarnya, namun dalam mengadakan orientasi setiap orang memiliki

cara yang berbeda. Arah orientasi manusia terhadap dunianya ini dapat

keluar ataupun kedalam.

2. Komponen sikap

Menurut Niven dalam Wisudiyanto (2008), ada 3 komponen yang

membentuk sikap yaitu :

a. Komponen Kognitif

Pengetahuan tentang objek tertentu.

b. Komponen Afektif

Melibatkan perasaan senang dan tidak senang serta perasaan

emosional lain sebagai akibat proses evaluatif yang dilakukan.

34

c. Komponen Perilaku

Sikap selalu diikuti dengan kecenderungan untuk berpola perilaku

tertentu.

3. Tingkatan sikap

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap terdiri dari beberapa tingkatan

yaitu :

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap

orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang

itu terhadap ceramah.

b. Merespon (Responding)

Menanggapi diartikan memberi jawaban atau tanggapan terhadap

pertanyaan atau objek yang dihadapi. Memberikan jawaban apabila

ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan

adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (Valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang

positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya

dengan orang lain dan bahkan mengajak atau memengaruhi orang

lain.

35

d. Bertanggung Jawab (Responsible)

Sikap yang paling tinggi tindakannya adalah bertanggung jawab

terhadap apa yang telah diyakininya. Bertanggung jawab atas

segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko

merupakan sikap yang paling tinggi.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Menurut Azwar (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi sikap adalah:

a. Pengalaman Pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi

haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan

lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi

dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, induvidu cenderung untuk memiliki sikap yang

komformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk

berafiliasi dankeinginan untuk menghindari konflik dengan orang

yang dianggap penting tersebaut.

c. Pengaruh Kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh

sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai

sikap anggota masyarakat, karena kebudayaanlah yang memberi

corak pengalaman induvidu-induvidu masyarakat asuhannya.

36

d. Media Massa

Dalam pemberitaan surat kabar, radio maupun media komunikasi

lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif

cenderung dipengaruhi sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh

terhadap konsumennya.

e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga

agama sangat menentukan sistem kepercayaan, tidaklah

mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut

mempengaruhi sikap.

f. Emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi

atau penyaluran bentuk mekanisme pertahanan ego.

5. Sifat Sikap

a. Sikap Positif

Terdapat kecenderungan untuk mendekati, menyenangi,

mengharapkan objek tertentu.

b. Sikap Negatif

Terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, tidak

menyukai objek tertentu (Wawan&Dewi, 2011).

37

6. Cara pengukuran sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan

sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang

mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap.

Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif

mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau

memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan

yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-

hal negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung

maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan seperti ini disebut

pernyataan yang unfavourable. Suatu skala sikap sedapat mungkin

diusahakan agar terdiri atas pernyataan favourable dan unfavourable

dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang

disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah

isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali objek sikap

(Azwar, 2005).

38

2.2. KEASLIAN PENELITIAN

Tabel 2.1Keaslian Penelitian

NamaPeneliti

JudulPenelitian

MetodePenelitian HasilPenelitian

MardianiPurba,20013

PengaruhPendidikanKesehatanTentangNarkobaTerhadapPengetahuandan SikapRemaja diSMA Negeri 5PematangSiantar tahun2013

Menggunakanpendekatankuantitatif denganmetode quasieksperimendengan rancangankontrol groupdesign with pre-test dan post-test.Uji analisa datadengan pairedtest.

Menunjukkan padakelompok perlakuan adapeningkatan pengetahuantentang narkoba dari 7,86menjadi 13,56 setelahdiberikan pendidikankesehatan dengan nilai p =0,000 dan ada peningkatansikap dari 46,16 menjadi58,28 dengan nilai p =0,000. Sedangkan padakelompok kontrol tidakditemukan perubahan yangsignifikan padapengetahuan dan sikaptentang narkoba.

Cahyakhaerani,2010

Pengaruhmetode roleplayingterhadap hasilbelajar biologisiswa padakonsep gerakpadatumbuhan

Menggunakanpendekatankuantitatif denganmetode quasieksperimansampel diambilsecara purposivesampling.Instrumenpenelitian yangdigunakan adalahtes hasil belajardan hasilnya diujimelalui statistiktes “t“.

Dari hasil perhitungandiperoleh nilai t hitungsebesar 6,61 sedangkan ttabel pada taraf signifikan0,05 sebesar 1,99. Makadapat disimpulkan bahwaHa yang menyatakan adapengaruh metode bermainperanterhadap hasil belajarbiologi siswa diterima dandisetujui. Hal inimenunjukkan bahwapenggunaan metodebermain peran membawapengaruh yang signifikanterhadap hasil belajarbiologi siswa.

39

2.3. KERANGKA TEORI

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Mubarak (2007), BNN (2007), Wawan &Dewi (2011), Purba(2013),Suiraoka & Supariasa (2012), Notoatmodjo (2007),

Pendidikan kesehatantentang narkoba :

1. Pengertian2. Penggolongan3. Jenis narkoba4. Akibat/dampak5. Ciri-ciri

pengguna6. Pencegahan7. Caramenghindari

diri8. Tempat yang

rawan narkoba

PendidikanKesehatan

Pengetahuan Siswa :

1. Tahu2. Memahami3. Aplikasi4. Analisis5. Sintesis6. Evaluasi

Sikap Siswa :

1. Menerima2. Merespon3. Menghargai4. Bertanggung

jawab

Faktor yang mempengaruhi:

1. Pengalaman Pribadi2. Pengaruh Orang Lain3. Kebudayaan4. Media massa5. Lembaga

Pendidikan/Agama6. Faktor Emosional

Faktor yang mempengaruhi:

1. Pendidikan2. Pekerjaan3. Umur4. Minat5. Pengalaman6. Kebudayaan Lingkungan

sekitar Informasi

Metode :

1. Bermainperan

2. Ceramah

40

Waluyo (2007), Khaerani (2010).

2.4. KERANGKA KONSEP

Variabel pengganggu

Variabel bebas/independen Variabel terikat/dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

2.5. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis merupakan suatu pernyataan tentang hubungan yang

diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris

(Hidayat, 2007). Hipotesis penelitian ini yaitu :

Ho artinya tidak ada pengaruh antara pendidikan kesehatan tentang narkoba

dengan bermain peran terhadap pengetahuan dan sikap siswa kelas X di SMA

Negeri 1 Sukoharjo.

Pengaruh pendidikan kesehatan

tentang penyalahgunaan narkoba

dengan metode bermain peran

Pengetahuan dan

sikap siswa

1. Informasi2. Pengalaman pribadi

41

Ha artinya ada pengaruh antara pendidikan kesehatan tentang narkoba dengan

bermain peran terhadap pengetahuan dan sikap siswa kelas X di SMA Negeri

1 Sukoharjo.

42

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian

quasi eksperimenyaitu penelitian yang kondisinya meniru penelitian

eksperimen murni tetapi tidak semua variabel yang relevan dapat

dimanipulasi dan dikendalikan (Azwar, 2013). Penelitian ini menggunakan

desain Pre-test dan post-test non equivalen control groupdesignyaitu suatu

desain yang penggunaannya hampir sama dengan pre-test post-test

controlgrup design, tetapi dalam desain ini kelompok eksperimen maupun

kelompok kontrol tidak dapat dipilih secara random. Desain ini diawali

dengan memberikan pre-test pada kedua kelompok, setelah itu diberikan

intervensi hanya kepada kelompok eksperimen dan selanjutnya diberikan

post-test pada kedua kelompok tersebut (Sugiyono, 2010).

O1 X O2O3 O4

Gambar 3.1Rancangan Penelitian Quasi Eksperimen

Keterangan :

O1 = Kelompok perlakuan/eksperimen pre-test sebelum diberi pendidikan

kesehatan dengan metode bermain peran.

O2 = Kelompok perlakuan/eksperimen post-test sesudah diberi pendidikan

kesehatan dengan metode bermain peran.

43

O3 = Kelompok kontrol pre-test sebelum diberi pendidikan kesehatan

dengan metode ceramah.

O4 = Kelompok kontrol post-test sesudah diberi pendidikan kesehatan

dengan metode ceramah.

X = Perlakuan

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1.Populasi

Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan (Nursalam, 2011). Populasi adalah keseluruhan objek penelitian

yang dapat terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, peristiwa sebagai sumber

data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian (Siswanto,2012).

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas Xdi SMA Negeri 1

Sukoharjo berjumlah 376 siswa.

3.2.2.Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007).

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang karaktertistiknya hendak

diselidiki (Siswanto,2012). Pengambilan sampel dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan teknikpurposive sampling yaitu suatu

penentuan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu, sehingga

sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang dikenal

sebelumnya (Sugiyono, 2010).

44

Kriteria sampel dalam hal ini meliputi :

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subjek penelitian

yang layak untuk dilakukan penelitian. Kriteria inklusi penelitian ini

adalah usia 15-16 tahun

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah karakteristik umum dari subjek penelitian

yang tidak dapat digunakan untuk penelitian. Kriteria eksklusi dari

penelitian ini adalah

1. Responden dalam keadaan sakit.

2. Responden tidak berada di tempat penelitian.

Besarnya sampel dari penelitian ini digunakan rumus :

n = 1+ ( )2Keterangan :

n = Jumlah sampel.

N = Jumlah populasi.

d = Tingkat signifikasi.

n = 3761+376(0,1)2n = 78,99 bila dibulatkan menjadi 80

Jadi jumlah sampel yang digunakan sebanyak 80 responden.

45

3.3. Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Sukoharjo, pemilihan

tempat penelitian ini karena belum ada penelitian serupa sebelumya di

sekolah tersebut.

3.3.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 Februari 2015.

3.4. Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

Tabel 3.1Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

Variabel DefinisiOperasional

Parameter/IndikatorPenilaian dan skor

Alat Ukur Skala Data

Variabelindependen/bebas:Pendidikankesehatantentangpenyalahgunaannarkoba

Memberikaninformasi ataupesan tentangnarkoba denganmetode bermainperan danceramah

1. Memberikanpendidikan kesehatantentang narkobadengan metodebermain peran, yangdimainkan oleh timpeneliti danlamanyabermain peran ± 60menit.

2. Memberikanpendidikan kesehatantentang narkobadengan metodeceramah dengan slidelaptop selama ± 60menit.

- -

46

Variabel DefinisiOperasional

Parameter/IndikatorPenilaian dan skor

Alat Ukur Skala Data

Variabeldependen :Pengetahuan

Pemahamanresponden tentangpenyalahgunaannarkoba.

Menggunakankuesioner denganjumlah pertanyaan 15dalam bentukmultiplechoice denganskoring benar nilai 1dan salah nilai 0.Dengan kategori :Baik = (x) >mean+1SDCukup = mean – 1SD≤ x ≤ mean + 1SD.Kurang = (x) < mean-1SD.

Kuesioner Ordinal

Variabeldependen :Sikap

Tanggapanresponden tentangpenyalahgunaannarkoba.

Menggunakan kuesionerdengan jumlah pertanyaan15 dengan skalaLikert.Pertanyaan positif(favorable) berjumlah 8dengan skoring :Sangatsetuju = 4Setuju =3Tidak setuju = 2sangat tidak setuju=1Pertanyaan negatif(unfavorable)berjumlah 7dengan skoring :Sangat tidaksetuju=4tidak setuju = 3setuju = 2sangat tidak setuju = 1Hasil ukur adalahNilai tertinggi 60Nilai terendah 15Bila dikonversikan dalam0-100 dengan rumus

100A = total skoreB = skoreSikap positif jika nilaitotal ≥ nilai meanSikap negatif jika nilaitotal < .

Kuesioner Nominal

47

Variabel DefinisiOperasional

Parameter/IndikatorPenilaian dan skor

Alat Ukur Skala Data

Variabelperancu/penggangguinformasi

pengalamanpribadi

1. Respondenyang telahmendapatkaninformasitentangnarkobasebelumyasehinggasudahmengertitentangpenyalahgunaan narkoba

2. Respondenyang pernahmencobanarkoba

Cara ukur : menggunakan1 item pertanyaan tentangsumber informasi.Hasil ukur :1. Belum pernah dapat

informasi2. Pernah dapat

informasi dari :a. Koran/majalahb. Televisi.c. Radio.d. Internet.e. Penyuluhan

kesehatan.f. Dari lainnya.

Cara ukur denganmenggunakan 1 itempertanyaan tentang pernahmencoba narkoba.Hasil ukur :1. Ya/ pernah mencoba

narkoba.2. Tidak pernah mencoba

narkoba.

Kuesioner

Kuesioner

Nominal

Nominal

3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1.Alat Penelitian

Peneliti menggunakan alat untuk menunjang pengumpulan data

yaitu: laptop, kamera, alat perekam, kuesioner, buku tulis, ballpoint,

pensil, penghapus dan lain-lain, yang digunakan untuk mencatat

informasi yang dianggap penting untuk keperluan penelitian yang didapat

dilapangan.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebar kuesioner

kepada responden. Kuesioner disebarkan pada kelompok perlakuan/

48

eksperimen sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan tentang

narkoba dengan metode bermain peran. Kelompok kontrol kuesioner

disebarkan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan tentang narkoba

dengan metode ceramah. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini

dibuat sendiri oleh peneliti dan kuesioner ini merupakan kuesioner

tertutup (closed ended question) yang mempunyai keuntungan mudah

mengoreksi jawaban responden, juga mudah diolah atau ditabulasi dan

responden tidak membuat jawaban lain. Multiple Choice untuk

pengetahuan dan Likert scale untuk sikap.

Kuesioner untuk menggali pengetahuan disusun sendiri oleh

peneliti berdasarkan teori dan terdiri dari 15 pertanyaan multiple choice.

Kuesioner pengetahuan menggunakan pernyataan positif (favorable).

Jika jawaban benar mendapat nilai 1 dan jawaban salah mendapat nilai 0.

Kuesioner sikap disusun sendiri oleh peneliti dengan 15 pertanyaan

berskala Likert. Pernyataan positif (favorable) jika jawaban sangat

setuju mendapatkan nilai 4, jawaban setuju mendapatkan nilai 3,

jawaban tidak setuju mendapatkan nilai 2 dan jawaban sangat tidak

setuju mendapatkan nilai 1. Penyataan negatif (unfavorable) jika

jawaban sangat setuju mendapatkan nilai 1, jawaban setuju

mendapatkan nilai 2, jawaban tidak setuju mendapatkan nilai 3 dan

jawaban sangat tidak setuju mendapatkan nilai 4. Isi kuesioner terdiri

dari pengetahuan tentang pengertian narkoba, penggolongan narkoba, jenis

49

narkoba, akibat narkoba, tempat yang rawan narkoba, cara menghindari diri

dari narkoba serta sikap siswa terhadap narkoba.

Kuesioner untuk menggali informasi dan pengalaman pribadi

disusun sendiri oleh peneliti dengan mengetahui data identitas responden.

Kuesioner terdiri dari 5 pertanyaan.

Tabel 3.2Kisi-kisi soal pertanyaan tentang penyalahgunaan narkoba

Variabel IndikatorPernyataanfavorabel

Pernyataannonfavorabel

Jumlahskore

Dependen Pengetahuan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14, 15

-15

Dependen Sikap 1,2,3,4,5,6,7,8 9,10,11,12,13,14,15

60

3.5.2. Cara Pengumpulan Data

Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta ijin kepada Kepala

Sekolah dan mendapatkan ijin pada tanggal 13 Februari 2015 pada waktu

sore hari pada jam pelajaran pramuka. Atas bantuan guru pembimbing

pramuka 80 calon responden dikumpulkan di lapangan dan dibagi menjadi

dua kelompok. Kemudian kedua kelompok masuk ke dalam ruang kelas

yang berbeda, untuk menghindari tukar menukar informasi dan

pengalaman.

Calon responden kelompok pertama dengan perlakuan pendidikan

kesehatan dengan metode bermain peran dengan jumlah 40 responden dan

kelompok kedua dengan perlakuan pendidikan kesehatan dengan metode

ceramah dengan jumlah 40 responden.

50

Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan tentang penyalahgunaan

narkoba dengan metode ceramah, peneliti melakukan pre-test terlebih

dahulu. Peneliti membagi lembar persetujuan (informed consent) dan

membagikan kuesioner pada responden, kemudian menjelaskan tentang

cara pengisiannya. Responden diminta untuk mengisi kuesioner sampai

selesai kemudian kuesioner diambil oleh peneliti. Setelah itu peneliti

melakukan pendidikan kesehatan tentang penyalahgunaan narkoba dengan

metode ceramah selama ± 60 menit, setelah selesai peneliti membagikan

kuesioner untuk melakukan post-test pada kelompok kontrol.

Kemudian peneliti ke kelompok perlakuan/eksperimen yang berada

di kelas yang berbeda. Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan dengan

metode bermain peran, peneliti melakukan pre-test terlebih dahulu.

Peneliti membagi lembar persetujuan (informed consent) dan

membagikan kuesioner pada responden, kemudian menjelaskan tentang

cara pengisiannya. Responden diminta untuk mengisi kuesioner sampai

selesai kemudian kuesioner diambil oleh peneliti. Setelah itu peneliti

melakukan pendidikan kesehatan tentang penyalahgunaan narkoba pada

kelompok perlakuan/eksperimen dengan bermain peran selama ± 60 menit

yang dilakukan oleh tim peneliti, setelah selesai peneliti membagikan

kuesioner untuk melakukan post-test pada kelompok perlakuan/

eksperimen.

51

3.6. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

3.6.1. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkantingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto dalam Saputri,

2012). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa

yang seharusnya hendak diukur. Uji validitas akan dilakukan di SMA

Negeri 3 Sukoharjo dengan jumlah 30 responden. Penelitian ini

menggunakan uji validitas dengan rumus pearson product momen.

Pernyataan dikatakan valid apabila rhitung > rtabel (0,361) dengan

nilai taraf signifikan 5% dengan rumus :(ΣXY) − (ΣY){(NΣΣ − (ΣX )}{ ΣΣ − (ΣY) }Keterangan :

r = product momen.

N = Jumlah teruji.

Y = Skor total.

X = Nilai tiap pertanyaan.

Hasil uji validitas telah dilakukan di SMA Negeri 3 Sukoharjo

dengan responden berjumlah 30 responden pada tanggal 3 Februari 2015.

Kuesioner pengetahuan sebelum dilakukan uji validitas sebanyak 22

pertanyaan. Hasil uji validitas pada kuesioner pengetahuan, diketahui

memiliki koefisiensi korelasi terendah 0,115 dan tertinggi 0,787. Dari

harga tersebut terdapat 3 pertanyaan yang harganya dibawah 0,361

sehingga dinyatakan tidak valid. Pertanyaan tersebut adalah nomor 6

52

(0,148), 13 (0,115) dan 18 (0,141). 3 pertanyaan tersebut selanjutnya

dihapus dan tidak digunakan untuk penelitian sehingga jumlah kuesioner

pengetahuan dalam penelitian ini ada 19 pertanyaan yang siap diujikan ke

responden.

Kuesioner sikap sebelum dilakukan uji validitas berjumlah 22

pertanyaan. Hasil uji validitas pada kuesioner sikap, diketahui memiliki

koefisiensi korelasi terendah 0,116 dan tertinggi 0,795. Dari harga

tersebut terdapat 5 pertanyaan yang harganya di bawah 0,361 sehingga

dinyatakan tidak valid. Pertanyaan tersebut adalah nomor 9 (0,236), 12

(0,225), 13 (0,343), 18 (0,293), 19 (0,116). 5 pertanyaan tersebut

selanjutnya dihapus dan tidak digunakan untuk penelitian sehingga jumlah

kuesioner sikap dalam penelitian ini ada 17 pertanyaan yang siap diujikan

ke responden.

3.6.2.Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto dalam

Saputri, 2012).

Uji reliabilitas instrumen ini, peneliti menggunakan Alpha

Chronbach yang dapat digunakan baik untuk instrumen yang

jawabannya berskala maupun bersifat dikotomis (hanya mengenal

jawaban yang benar dan salah). Dengan menggunakan

53

AlphaChronbach, kuesioner dikatakan reliabel apabila nilai alpha>

0,7 (Priyatno, 2012).

Rumus yang digunakan adalah : 11 = −1 1 − ∝2∝2Keterangan :

11= Reliabilitas instrumen.

K = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal.∝2= Jumlah varian butir.∝2 = Jumlah varian total.

Kuesioner pengetahuan yang sudah valid sebanyak 19 pertanyaan

kemudian dilakukan uji reliabilitas dan didapatkan 15 pertanyaan yang

reliabel dengan harga alpha cronbach sebesar 0,849, kemudian

dibandingkan dengan nilai alpha yaitu 0,7. Karena harga alpha cronbach>

0,7, maka disimpulkan bahwa kuesioner pengetahuan sudah reliabel. 4

pertanyaan yang tidak reliabel kemudian dihapus dari kuesioner.

Pertanyaan tersebut adalah nomor 7 (0,352), 11 (0,304), 15 (0,356) dan 21

(0,278).

Kuesioner sikap yang sudah valid sebanyak 17 pertanyaan kemudian

dilakukan uji reliabilitas dan didapatkan 15 pertanyaan yang reliabel

dengan harga alpha cronbach sebesar 0,871, kemudian dibandingkan

dengan nilai alpha yaitu 0,7. Karena harga alpha cronbach> 0,7, maka

disimpulkan bahwa kuesioner sikap sudah reliabel. 2 pertanyaan yang

tidak reliabel kemudian dihapus dari kuesioner. Pertanyaan tersebut adalah

nomor 8 (0,358) dan 20 (0,357).

54

3.7. Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yangdilakukan berikutnya adalah

pengolahandataadalah :

3.7.1 Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Pada penelitian ini semua responden

menjawab semua pertanyaan yang diberikan.

3.7.2 Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pada

pengetahuan bila benar nilai 1, bila nilai salah 0, sedangkan untuk

sikap pernyataan positif (favorable) jika jawaban sangat setuju

mendapatkan nilai 4, jawaban setuju mendapatkan nilai 3,

jawaban tidak setuju mendapatkan nilai 2 dan jawaban sangat

tidak setuju mendapatkan nilai 1. Penyataan sikap negatif

(unfavorable) jika jawaban sangat setuju mendapatkan nilai 1,

jawaban setuju mendapatkan nilai 2, jawaban tidak setuju

mendapatkan nilai 3 dan jawaban sangat tidak setuju mendapatkan

nilai 4.

3.7.3. Entry Data

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer,

55

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga

dengan membuat tabel kontigensi.

3.7.3 Tabulating

Tabulating merupakan proses mengklarifikasi data menurut

kriteria tertentu sehingga frekuensi dari masing-masing item.

3.8. Analisis Data

3.8.3.Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk menganalisa

tiap variabel dari hasil penelitian, disajikan dalam bentuk distribusi

frekuensi dan persentase. Analisis univariat dalam penelitian ini adalah

karakteristik responden di SMA Negeri 1 Sukoharjo, tingkat pengetahuan

dan sikap kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol sebelum

dilakukan perlakuan dan tingkat pengetahuan dan sikap kelompok

perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol setelah dilakukan perlakuan.

3.8.4.Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui

keterkaitan dua variabel. Analisa ini digunakan untuk mengetahui

perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap kelompok perlakuan/eksperimen

sebelum dan sesudah perlakuan, mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan

dan sikap kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan dan untuk

mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap kelompok

perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol setelah perlakuan.

56

Menganalisa data secara bivariat untuk menguji perbedaan tingkat

pengetahuan pada kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol

sebelum dan setelah perlakuan dengan menggunakan Marginal Homogenity.

Marginal Homogenity merupakan statistik nonparametrik berpasangan

dengan tabel 2 x > 2 yaitu untuk tabel kelompok perlakuan/eksperimen dan

kelompok kontrol dengan kategori nilai baik, nilai cukup, nilai kurang.

Menganalisa data secara bivariat untuk menguji perbedaan sikap pada

kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol sebelum dan setelah

perlakuan dengan menggunakan uji Mc Nemar. Mc Nemar merupakan

statistik nonparametrik berpasangan dengan tabel 2 x 2 yaitu untuk tabel

kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol dengan kategori

sikap positif dan sikap negatif. Menganalisa data secara bivariat untuk

menguji perbedaan tingkat pengetahuan pada kelompok

perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol setelah perlakuan dengan

menggunakan Kolmogorov Smirnov.Kolmogorov Smirnov merupakan

statistik nonparametrik tidak berpasangan dengan tabel 2 x konstanta.

Menganalisa data secara bivariat untuk menguji perbedaan sikap kelompok

perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol setelah perlakuan dengan

menggunakan Chi-Square. Chi-Square merupakan statistik nonparametrik

tidak berpasangan dengan tabel 2 x2, dengan syarat nilai ekspektisinya

(ExpectedCount) adalah > 5. Kaidah keputusannya yaitu jika nilai signifikan

p-Value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, dan sebaliknya jika

nilai signifikan p-Value < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

57

3.9. Etika Penelitian

Peneliti membuat informed consent atau surat persetujuan

menjadi responden terlebih dahulu dengan menuliskan jati diri, identitas

diri, tujuan penelitian, serta permohonan kesediaan responden untuk

berpartisipasi dalam penelitian. Pelaksanaan penelitian ini mendapat ijin

dari STIkes Kusuma Husada Surakarta, kepala sekolah SMA Negeri 1

Sukoharjo dan dari responden sendiri melalui informed consent yang

terjamin rahasianya.

Pelaksanaan penelitian khususnya jika yang menjadi subjek

penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar

manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya,

sehingga penelitian akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi

kebebasan manusia.Penelitian ini menekankan pada masalah etika yang

meliputi :

1. Informed Consent (persetujuan)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuan

informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian,

mengetahui dampaknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

58

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan

hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya (Hidayat, 2007).

59

BAB IVHASIL PENELITIAN

4.1. Analisis Univariat

4.1.1.Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.1.Distribusi responden berdasarkan usia

Usia Frekuensi Persentase15 th 33 41,316 th 47 58,8Total 80 100

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden terbanyak pada usia 16 tahun.

4.1.2.Karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2.Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki 20 25,0Perempuan 60 75,0

Total 80 100

Tabel 4.2 menunjukkan responden terbanyak berjenis

kelaminperempuan.

4.1.3.Distribusi Asal Sumber Informasi

Tabel 4.3.Distribusi data asal sumber informasi

Sumber Informasi Frekuensi PersentaseKoran/Majalah 1 1,3

Televisi 13 16,3Internet 28 35,0Radio 14 17,5

Penyuluhan 22 27,5Lainnya 2 2,5

Total 80 100

60

Tabel 4.3 menunjukkan sumber informasi tentangterbanyak adalah dari

internet.

4.1.4. Mencoba atau tidak mencoba

Tabel 4.4.Distribusi data pernah tidaknya anak mencoba narkoba

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Tidak Pernah 79 98,8Pernah 1 1,3Total 80 100

Tabel 4.4 menunjukkan responden terbanyak tidak pernah mencoba

narkoba.

4.1.5. Deskripsi Data Pengetahuan

Data pengetahuan diperoleh dengan kuesioner sebanyak 15 item. Hasil

jawaban responden kemudian ditabulasi sebagaimana terlihat pada

lampiran. Berdasarkan tabulasi data, kemudian dijumlahkan sehingga

diperoleh data tentang pengetahuan.

a. Data Pre-test

Data pre-test tentang tingkat pengetahuan responden dari kelompok

kontrol dan kelompok perlakuan (eksperimen) diperoleh hasil

deskripsi sebagai berikut:

Tabel 4.5Data pre-test tentang pengetahuan

Kelompok Mean SD Nilai Tingkat pengetahuanMin Max Kurang Cukup Baik

Kontrol 11,95 1,19 9 14 5 34 112,5% 85% 2,5%

Eksperimen 11,98 0,94 10 14 2 38 05% 95% 0,0%

61

Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden

kedua kelompok sebelum dilakukan perlakuan mayoritas tingkat

pengetahuan pada kategori cukup pada kelompok kontrol dan

perlakuan/eksperimen.

b. Data Pos-test

Data pos-test tentang tingkat pengetahuan responden dari kelompok

kontrol dan kelompok perlakuan (eksperimen) diperoleh hasil

deskripsi sebagai berikut:

Tabel 4.6Data pos-test tentang pengetahuan

Kelompok Mean SD Nilai Tingkat pengetahuanMin Max Kurang Cukup Baik

Kontrol 13,13 1,38 9 15 4 29 7

10,0% 72,5% 17,5%Eksperimen 13,35 1,47 9 15 2 24 14

5,0% 60,0% 35.0%

Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan kedua

kelompok setelah dilakukan perlakuan mayoritas tingkat

pengetahuan pada kategori cukup pada kelompok kontrol dan

perlakuan/eksperimen.

4.1.6.Deskripsi DataSikap

Data sikap diperoleh dengan kuesioner sebanyak 15 item. Hasil

jawaban responden kemudian ditabulasi sebagaimana terlihat pada

lampiran. Berdasarkan tabulasi data, kemudian dijumlahkan sehingga

diperoleh data tentang sikap responden.

62

a. Data Pre-test

Data pre-test tentang sikap responden dari kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan (eksperimen) diperoleh hasil deskripsi sebagai

berikut:

Tabel 4.7Data pre-test tentang sikap

Kelompok Mean SD Nilai Tingkat SikapMin Max Positif Negatif

Kontrol 49,68 2,88 45 57 24 1660,0% 40,0%

Eksperimen 48,78 3,63 38 56 24 1660,0% 40,0%

Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sikap kedua kelompok sebelum

dilakukan perlakuanmayoritas dengan sikap kategori positif pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (eksperimen).

b. Data Pos-test

Data pos-test tentang sikap responden dari kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan (eksperimen) diperoleh hasil deskripsi sebagai

berikut:

Tabel 4.8Data pos-test tentang sikap

Kelompok Mean SD Nilai Tingkat SikapMin Max Positif Negatif

Kontrol 49,60 2,67 43 53 33 782,5% 17,5%

Eksperimen 49,80 2,53 43 53 34 685,0% 15,0%

Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa sikap kedua kelompok setelah

dilakukan perlakuanmayoritas dengan sikap kategori positif pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan/eksperimen

63

4.2. Analisis Bivariat

4.2.1. Perbedaantingkat pengetahuan dan sikap kelompok

perlakuan/eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan.

Tabel 4.9.Data analisa bivariat tingkat pengetahuan

kelompok perlakuan/eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan.Tingkat Pengetahuan Pre-test Pos-test p-Value

Baik 0 140,02Cukup 38 24

Kurang 2 2

Dari tabel 4.9 diatas menunjukkan hasil uji perbedaan skor pre-test

dan pos-test pengetahuan pada kelompok perlakuan/eksperimen dengan

menggunakan uji Marginal Homogeniti diperoleh nilai p-Value sebesar

0,02. Karena harga signifikansi yaitu 0,05, maka dapat dilihat bahwa

harga Signifikansi < 0,05 (0,02 < 0,05 ). Jadi dapat disimpulkan bahwa

tingkat pengetahuan pada kelompok perlakuan/eksperimen sebelum dan

sesudah perlakuan terdapat perbedaaan.

Tabel 4.10Data analisa bivariat kategori sikap

kelompokperlakuan/eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan.Kategori Sikap Pre-test Pos-test p-Value

Positif 24 34 0,013

Negatif 16 6

Dari tabel 4.10 di atas menunjukkan hasil uji perbedaan skor pre-test

dan pos-test sikap pada kelompok perlakuan dengan menggunakan uji

Mc Nemar diperoleh nilai p-Value sebesar 0,013. Karena harga

signifikansi yaitu 0,05, maka dapat dilihat bahwa harga Signifikansi <

0,05 (0,013 < 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap padakelompok

64

perlakuan/eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan terdapat

perbedaan.

4.2.2. Perbedaantingkat pengetahuan dan sikap kelompok kontrol sebelum

dan sesudah perlakuan.

Tabel 4.11Data analisa bivariat

tingkat pengetahuan kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan.Tingkat Pengetahuan Pre-test Pos-test p-Value

Baik 1 70,09Cukup 34 29

Kurang 5 4

Dari tabel 4.11 di atas menunjukkan hasil uji perbedaan skor pre-

test dan pos-test pengetahuan pada kelompok kontrol dengan

menggunakan uji Marginal Homogeniti diperoleh nilai p-Value sebesar

0,09. Karena harga signifikansi yaitu 0,05, maka dapat dilihat bahwa

harga Signifikansi > 0,05 (0,09 > 0,05 ). Jadi dapat disimpulkan bahwa

tingkat pengetahuan pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah

perlakuan tidak terdapat perbedaan.

Tabel 4.12Data analisa bivariat

kategori sikapkelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan.Kategori Sikap Pre-test Pos-test p-Value

Positif 24 16 0,004Negatif 33 7

Dari tabel 4.12 di atas menunjukkan hasil uji perbedaan skor pre-

test dan pos-test sikap pada kelompok kontrol dengan menggunakan uji

Mc Nemar diperoleh nilai p-Value sebesar 0,004. Karena harga

signifikansi yaitu 0,05, maka dapat dilihat bahwa harga Signifikansi

65

<0,05 (0,004 < 0,05). Jadi dapat disimpulkan sikap kelompok kontrol

sebelum dan sesudah perlakuan terdapat perbedaan.

4.2.3. Perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap kelompok

perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol sesudah perlakuan.

Tabel 4.13Data bivariat tingkat pengetahuan kelompok

perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol sesudah perlakuan.Tingkat Pengetahuan Kontrol Eksperimen p-Value

Baik 7 140,522Cukup 29 24

Kurang 4 2

Dari tabel di atas menunjukkan hasil uji perbedaan skor pos-test

pengetahuan pada kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok

kontrol sesudah perlakuan dengan menggunakan uji

KolmogorovSmirnov diperoleh nilai p-Value sebesar 0,522. Karena

harga signifikansi yaitu 0,05, maka dapat dilihat bahwa harga

Signifikansi > 0,05 (0,522 > 0,05 ). Jadi dapat disimpulkan bahwa

tingkat pengetahuan kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok

kontrol sesudah perlakuan tidak ada perbedaan.

Tabel 4.14Data bivariat kategori sikapkelompok

perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol sesudah perlakuan.Kategori Sikap Kontrol Eksperimen p-Value

Positif 33 34 0,762Negatif 7 6

Dari tabel di atas menunjukkan hasil uji perbedaan skor pos-test

sikap pada kelompok perlakuan/eksperimendan kelompok kontrol

sesudah perlakuan dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai

66

p-Value sebesar 0,762. Karena harga signifikansi yaitu 0,05, maka

dapat dilihat bahwa harga Signifikansi > 0,05 (0,762>0,05). Jadi dapat

disimpulkan bahwa sikap kelompok perlakuan/eksperimen dan

kelompok kontrol sesudah perlakuan tidak ada perbedaan.

67

BAB V

PEMBAHASAN

4.1. Tingkat pengetahuan dan sikap Kelompok perlakuan/eksperimen dan

kelompok kontrol sebelum dilakukan perlakuan

Berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 13

Februari 2015 di SMA Negeri 1 Sukoharjo, sebelum dilakukan perlakuan

baik kelompok perlakuan/eksperimen maupun kelompok kontrol mayoritas

dengan tingkat pengetahuan cukup. Kelompok kontrol ada 5 (12,5%)

responden kategori kurang, 34 (85,0%) responden kategori cukup, 1 (2,5%)

responden kategori baik. Kelompok perlakuan/eksperimen ada 2 (5,0%)

responden kategori kurang dan 38 (95,0%) responden kategori cukup.

Kurangnya pengetahuan tentang penyalahgunaan narkoba karena kurangnya

mencari informasi tentang narkoba baik lewat majalah, penyuluhan, media

massa, televisi dan sebagainya.

Bagoes (2010), mengatakan bahwa pengetahuan didefinisikan sebagai

keahlian dan keterampilan yang diperoleh oleh seseorang melalui pengalaman

atau pendidikan, pemahaman teoritis atau praktis dari suatu subjek. Selaras

dengan pernyataan Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil

dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu

objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan yang

bervariasi dapat disebabkan karena kemampuan belajar setiap orang yang

berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010).

68

Sikap siswa sebelum dilakukan perlakuan baik pada kelompok

perlakuan/eksperimen maupun kelompok kontrol mayoritas bersikap positif.

Kelompok kontrol ada 24 (60,0%) responden dengan sikap positif dan 16

(40,0%) responden dengan sikap negatif. Kelompok eksperimen ada 24

(60,0%)responden dengan sikappositif dan 16 (40,0%) responden dengan

sikap negatif.

Adanya sikap negatif dari responden karena kurangnya minat dalam

mencari informasi tentang narkoba. Pengetahuan yang kurang akan

berdampak pada sikap yang negatif karena kurang mengetahui cara mencegah

penyalahgunaan narkoba, sehingga mengurangi minat dalam ikut mencegah

penyalahgunan narkoba. Hal ini didukung oleh teori bahwa sikap tertentu

terhadap suatu objek menunjukkan pengetahuan orang terhadap objek sikap

yang bersangkutan (Wawan & Dewi, 2011).

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon

yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap

secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang

bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

4.2. Tingkat pengetahuan dan sikap Kelompok perlakuan/eksperimen dan

kelompok kontrol setelah dilakukan perlakuan

Berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 13

Februari 2015 di SMA Negeri 1 Sukoharjo, setelah dilakukan perlakuan baik

kelompok perlakuan/eksperimen maupun kelompok kontrol mayoritas

69

dengancukup.Kelompok kontrol ada 4 (10,0%) responden kategori kurang, 29

(72,5%) responden kategori cukup, 7 (17,5%) responden kategori baik.

Kelompok perlakuan/eksperimen ada 2 (5,0%) responden kategori kurang, 24

(60,0%) responden kategori cukup, 14 (35,0%) responden kategori baik.

Faktor yang mempengaruhi meningkatnya pengetahuan adalah faktor

usia, yaitu bertambahnya usia seseorang akan mengalami berubahnya aspek

fisik dan mental seseorang (Mubarak, 2012). Usia dapat mempengaruhi

tingkat pengetahuan seseorang karena semakin cukup usia, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja (Wawan & Dewi, 2011).

Sikap siswa setelah dilakukan perlakuan baik pada kelompok

perlakuan/eksperimen maupun kelompok kontrol mayoritas bersikap positif.

Kelompok kontrol ada 33 (82,5%) responden dengan sikap positif dan 7

(17,5%) responden dengan sikap negatif. Kelompok eksperimen ada 34

(85,0%)responden dengan sikappositif dan 6 (15,0%) responden dengan sikap

negatif.

Pengalaman pribadi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

sikap seseorang. Teori menyebutkan untuk dapat menjadi dasar pembentukan

sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Media

massa juga berpengaruh terhadap sikap seseorang baik itu koran, majalah,

televisi, internet dan lain-lain. Dalam pemberitaan media cetak atau

elektronik, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif

cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, sehingga berpengaruh terhadap

70

sikap konsumennya (Wawan & Dewi, 2011). Selain faktor pengalaman

pribadi dan media massa, ada tahap motivasi yang merubah seseorang setelah

mengikuti pendidikan kesehatan benar-benar merubah perilaku sehari-hari

(Azwardalam Susilo, 2011).

4.3. Perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap Kelompok perlakuan/

eksperimen sebelum dan setelah perlakuan

Hasil uji perbedaan skor pre-test dan pos-test pengetahuan pada

kelompok perlakuan/eksperimen dengan menggunakan uji Marginal

Homogeniti diperoleh nilai p-Value sebesar 0,02. Karena harga signifikansi

yaitu 0,05, maka dapat dilihat bahwa harga Signifikansi < 0,05 (0,02< 0,05).

Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan pada kelompok

perlakuan/eksperimen terdapat perbedaaan, artinya ada pengaruh pendidikan

kesehatan dengan metode bermain peran terhadap tingkat pengetahuan siswa

kelas X di SMA Negeri 1 Sukoharjo.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh

Khaerani(2010), bahwa penggunaan metode bermain peran membawa

pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar biologi siswa.

Pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi

terhadap objek (Wawan &Dewi, 2011). Siswa kelas X di SMA Negeri 1

Sukoharjo pada saat dilakukan pendidikan kesehatan dengan menggunakan

metode bermain peran sangat antusias dan memperhatikan dengan seksama

sehingga dapat menambah skor pengetahuan.

71

Menurut Yamin (2005), bermain peran adalah metode yang

melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau

situasi. Siswa melakukan peran masing-masing sesuai tokoh yang dilakoni,

mereka berinteraksi sesama mereka dalam melakukan peran. Kelebihan

bermain peran antara lain: siswa melatih dirinya untuk memahami dan

mengingat isi bahan yang akan diperankan, siswa akan terlatih untuk

berinisiatif dan kreatif, kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina

sebaik-baiknya, siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi

tanggung jawab dengan sesamanya, bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi

bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain, bakat yang terdapat pada

siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan tumbuh bibit seni dari

sekolah (Djamarah & Zain, 2006).

Keuntungan bermain peran adalah sebagai berikut: segera mendapat

perhatian, membantu rasa percaya diri peserta, membantu anggota

memperoleh pengalaman yang dialami orang lain, membangkitkan semangat

untuk pemecahan masalah (Maulana, 2009).

Hasil uji perbedaan skor pre-test dan pos-test sikap pada kelompok

perlakuan dengan menggunakan uji Mc Nemar diperoleh nilai p-Value

sebesar 0,013. Karena harga signifikansi yaitu 0,05, maka dapat dilihat bahwa

harga Signifikansi < 0,05 (0,013 < 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap

pada kelompok eksperimen terdapat perbedaan, artinya ada pengaruh

pendidikan kesehatan tentang penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan

72

metode bermain peran terhadap sikap siswa kelas X diSMA Negeri 1

Sukoharjo.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Qirom

(2014), bahwa metode pembelajaran role playing yang lebih berpengaruh

terhadap sikap nasionalisme daripada metode ceramah bervariasi.

Pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan yang dapat

meningkatkan sikap dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka

sendiri (Adnani, 2011). Pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap

seseorang karena pengetahuan akan terus bertambah sesuai dengan proses

pengalaman yang dialami (Mubarak, 2012). Proses kognitif dapat terjadi pada

saat induvidu memperoleh informasi mengenai objek sikap. Sikap dapat

terjadi karena pengalaman langsung, media massa, pengaruh orang lain yang

dianggap penting, lembaga pendidikan, faktor emosional (Azwar, 2005).

Metode bermain peran ini digunakan jika ada dalam kondisi berikut:

peserta mempunyai kemampuan untuk memakainya, bertujuan membantu

peserta memahami suatu masalah, ingin mencoba mengubah sikap peserta,

pengaruh emosi dapat membantu penyajian masalah, digunakan untuk

pemecahan masalah (Maulana, 2009).

4.4. Perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap Kelompok kontrol sebelum

dan setelah perlakuan

Hasil uji perbedaan skor pre-test dan pos-test pengetahuan pada

kelompok kontrol dengan menggunakan uji Marginal Homogeniti diperoleh

nilai p-Value sebesar 0,09. Karena harga signifikansi yaitu 0,05, maka dapat

73

dilihat bahwa harga Signifikansi > 0,05 (0,09>0,05). Jadi dapat disimpulkan

bahwa tingkat pengetahuan pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan,

artinya tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyalahgunaan

narkoba dengan menggunakan metode ceramah terhadap pengetahuan siswa

kelas X di SMA Negeri 1 Sukoharjo.

Siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sukoharjo pada saat dilakukan

pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode ceramah kurang antusias.

Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara didepan

sekelompok pengunjung atau pendengar (Maulana, 2009).

Kekurangan dari metode ceramah antara lain: menghalangi respon

dari pendengar, hanya sedikit pengajar yang dapat menjadi pembicara yang

baik, pembicara harus menguasai pokok pembicaraan, dapat menjadi kurang

menarik, pembicara kurang dapat memanfaatkan pendengar, sulit digunakan

untuk anak-anak, daya ingat biasanya terbatas, biasanya hanya satu indra

yang dipakai, pembicara tidak selalu dapat menilai reaksi pendengar

(Maulana, 2009).

Penelitian ini pernah dilakukan sebelumnya oleh Nugraheni (2012)

efektifitas metode pembelajaran role playing lebih tinggi dibandingkan

dengan metode ceramah.

Hasil uji perbedaan skor pre-test dan pos-test sikap pada kelompok

kontrol dengan menggunakan uji Mc Nemar diperoleh nilai p-Value sebesar

0,004. Karena harga signifikansi yaitu 0,05, maka dapat dilihat bahwa harga

Signifikansi < 0,05 (0,004<0,05). Jadi dapat disimpulkan sikap kelompok

74

kontrol terdapat perbedaan,artinya ada pengaruh pendidikan kesehatan

tentang penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan metode ceramah

terhadap sikap siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sukoharjo.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Purba

(2010), bahwa penggunaan metode ceramah tentang narkoba membawa

pengaruh peningkatan sikap dari 46,16 menjadi 58,28 dengan nilai p = 0,000.

Sedang pada kelompok kontrol tidak ada perubahan yang signifikan.

Hasil penelitian lain yang sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh

Silasa (2012), bahwa ada pengaruh penyuluhan kesehatan metode ceramah

terhadap sikap remaja di SMA Negeri 1 Baraka.

Menurut Sujanto (2006), sikap merupakan arah daripada energi psikis

umum atau libido yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap

dunianya. Tiap orang mengadakan orientasi terhadap dunia sekitarnya, namun

dalam mengadakan orientasi setiap orang memiliki cara yang berbeda. Arah

orientasi manusia terhadap dunianya ini dapat keluar ataupun kedalam.

Festinger dalam teorinya mengemukakan bahwa sikap individu itu

biasanya konsisten satu dengan yang lain dan dalam tindakannya juga

konsisten satu dengan yang lain. Menurut Festinger apa yang dimaksud

dengan komponen kognitif ialah mencakup pengetahuan, pandangan,

kepercayaan,tentang lingkungan, tentang seseorang atau tentang tindakan.

Pengertian disonansi adalah tidak cocoknya antara dua atau tiga elemen

kognitif. Hubungan antara elemen satu dengan elemen lain dapat relevan

tetapi juga tidak relevan (Wawan & Dewi, 2011).

75

4.5. Perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap Kelompok perlakuan/

eksperimen dan kelompok kontrol setelah perlakuan

Hasil uji perbedaan skor pos-test pengetahuan pada kelompok

perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol sesudah perlakuan dengan

menggunakan uji KolmogorovSmirnov diperoleh nilai p-Value sebesar 0,522.

Karena harga signifikansi yaitu 0,05, maka dapat dilihat bahwa harga

Signifikansi> 0,05 (0,522>0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat

pengetahuan kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol sesudah

perlakuan tidak ada perbedaan, artinya tidak ada pengaruh pendidikan

kesehatan tentang penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan metode

bermain peran terhadap pengetahuan siswa kelas X di SMA Negeri 1

Sukoharjo.

Menurut beberapa teori seharusnya metode bermain peran

memberikan hasil yang lebih baik dari metode ceramah tetapi dalam

penelitian ini dengan hasil yang berbeda, ini bisa saja terjadi karena bermain

peran cocok untuk kelompok kecil dengan sasaran kurang dari 15 orang

(Notoatmodjo, 2007). Pada penelitian ini respondennya berjumlah 40

responden yang termasuk dalam kelompok besar. Bermain peran dengan

kelompok besar banyak sekali hambatan atau kendala dalam komunikasi.

Hambatan-hambatan dalam komunikasi akan mengganggu efektifitas proses

komunikasi. Faktor tersebut yaitu faktor ekologis meliputi waktu yang

diijinkan pada penelitian ini sore hari sehingga ruangan kurang terang

cahanyanya, diluar ada suara gaduh siswa lain yang sedang latihan pramuka

76

dan siswa yang latihan pramuka sudah mulai pulang sehingga mengganggu

konsentrasi siswa yang didalam. Faktor lainnya yaitu faktor penerima pesan

dalam menafsirkan pesan yaitu munculnya kesalahpahaman dalam

menarsirkan pesan dapat disebabkan oleh perbedaan latar belakang dan

perbedaan reaksi emosional antar siswa (Fajar dalam Nurdianti, 2014).

Selain itu pada penelitian ini yang bermain peran adalah tim dari

peneliti sedangkan siswa hanya sebagai penonton. Seharusnya siswa yang

bermain peran karena pada dasarnya metode bermain peran merupakan model

pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memerankan atau

mendemontrasikan tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan

masalah sosial. Permainan peran ini memberikan pendekatan untuk

melibatkan murid-murid dalam proses belajar mereka sendiri terhadap

penjelasan konsep diri, evaluasi perilaku, dan meluruskan perilaku tersebut

dengan kenyataan (Darwyan dalam Wahyudin, 2014).

Hasil uji perbedaan skor pos-test sikap pada kelompok

perlakuan/eksperimendan kelompok kontrol sesudah perlakuan dengan

menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p-Value sebesar 0,762. Karena

harga signifikansi yaitu 0,05, maka dapat dilihat bahwa harga Signifikansi >

0,05 (0,762>0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap kelompok

perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol sesudah perlakuan tidak ada

perbedaan, artinya tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang

penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan metode bermain peran

terhadap sikap siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sukoharjo.

77

Beberapa teori mengatakan bahwa bermain peran menghasilkan lebih

baik dari ceramah, tetapi hasil dalam penelitian ini adalah bahwa tidak ada

pengaruh metode bermain peran terhadap sikap siswa kelas X di SMA Negeri

1 Sukoharjo. Hal ini bisa saja terjadi karena banyaknya faktor yang

mempengaruhi sikap.

Faktor perubah sikap itu adalah faktor penerima pesan meliputi sifat

kepribadian seseorang tidak berhubungan dengan mudahnya seseorang untuk

dibujuk, meski demikian anak-anak lebih mudah dibujuk daripada orang

dewasa. Faktor lainnya yaitu arah perhatian dan penafsiran responden, pesan

akan berpengaruh pada penerima bergantung dari persepsi dan penafsirannya

(Wawan & Dewi, 2011).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Diliani (2011) bahwa tidak ada pengaruh pendidikan

kesehatan dengan metode role play yang signifikan rerata perilaku terhadap

personal hygiene.

4.6. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa dalam proses pelaksanaan maupun hasil

penelitian ini masih mempunyai banyak keterbatasan, antara lain:

1. Angket yang digunakan dalam pengambilan data ini masih minim

sehingga belum bisa dikatakan mewakili tingkat pengetahuan maupun

sikap dari para responden. Karena itu, hal ini menjadi salah satu

keterbatasan dalam penelitian ini.

78

2. Dalam penelitian ini para responden tidak ditempatkan pada ruangan

khusus sehingga gangguan dari luar sangat besar yang berupa suara-suara

yang mengganggu, belum lagi konsentrasi responden yang terpecah

karena teman-teman sudah mulai pulang.

3. Kelompok dalam penelitian ini termasuk kelompok besar dengan jumlah

40 responden. Dengan kelompok besar banyak sekali hambatan-

hambatan dalam komunikasi yang akan mengganggu dalam efektifitas

proses komunikasi.

79

BAB VI

PENUTUP

6.1. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis sebagaimana telah diuraikan di atas, maka

kesimpulan penelitian ini sebagai berikut:

1. Karakteristik siswa SMA Negeri 1 Sukoharjo dari segi umur mayoritas

berumur 16 tahun, mayoritas berjenis kelamin perempuan, mayoritas

siswa memperoleh informasi tentang narkoba dari internet dan sebagian

besar tidak pernah mencoba narkoba.

2. Tingkat pengetahuan sebelum dilakukan perlakuan mayoritas memiliki

kategori cukup, (95%) pada kelompok perlakuan/eksperimen dan (85%)

pada kelompok kontrol, kategori sikap sebelum dilakukan perlakuan

mayoritas memiliki sikap positif, (60,0%) pada kelompok perlakuan/

eksperimen dan (60,0%) pada kelompok kontrol.

3. Tingkat pengetahuansetelah dilakukan perlakuan mayoritas memiliki

kategori cukup, (60,0%) pada kelompok perlakuan/eksperimen dan

(72,5%) pada kelompok kontrol, kategori sikap setelah dilakukan

perlakuan mayoritas memiliki sikap positif, (85,0%) pada kelompok

perlakuan/ eksperimen dan (82,5%) pada kelompok kontrol.

4. Terdapat perbedaan tingkat pengetahuankelompok perlakuan/eksperimen

sebelum dan setelah perlakuan (p-Value 0,02). Terdapat perbedaan

kategori sikap kelompok perlakuan/eksperimen sebelum dan setelah

perlakuan (p-Value 0,013).

80

5. Tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan siswa kelompok kontrol

sebelum dan setelah perlakuan (p-Value 0,09).Terdapat perbedaan sikap

siswa kelompok kontrol sebelum dan setelah perlakuan ( p-Value 0,004).

6. Tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan kelompok

perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol setelah perlakuan (p-Value

0,522). Tidak ada perbedaan sikap kelompok perlakuan/eksperimen dan

kelompok kontrol setelah perlakuan (p-Value 0,762).

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka pada penelitian ini

dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:

6.2.1.Bagi Institusi Sekolah

Diharapkan sekolah dapat meningkatkan metode pendidikan

yang sesuai dalam memberikan penyuluhan terhadap para siswa tentang

bahaya narkoba dan perilaku negatif lainnya. Dengan metode tertentu

yang sesuai, maka akan dapat memberikan efek positif terhadap siswa,

yaitu peningkatan pengetahuan dan sikap siswa.

6.2.2.Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian tersebut masih perlu dikaji ulang. Untuk itu

peneliti yang akan datang dapat melakukan penelitian yang sama

dengan topik permasalahan pada penelitian ini. Hal-hal yang perlu

diperhatikan adalah sebagai berikut:

81

1. Dalam menyusun angket yang akan digunakan untuk

mengumpulkan data agar lebih detail dan rinci, sehingga dapat

mewakili tingkat pengetahuan dan sikap responden.

2. Pada penelitian berikutnya supaya responden ditempatkan pada

ruangan khusus sehingga gangguan dari luar yang berupa suara-

suara yang mengganggu dapat diminimalisir dan pemilihan waktu

yang tidak mendekati waktu pulang agar perhatian responden tidak

terpecah karena ada teman yang sudah pulang.

3. Kelompok yang digunakan adalah kelompok kecil dengan sasaran

< 15 responden, sehingga hambatan dalam komunikasi dapat

ditekan dan responden sebaiknya dilibatkan secara aktif dalam

bermain peran.

82

DAFTAR PUSTAKA

Adnani. (2011). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha Medika.

Azwar. (2005). Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Lyberty.

Badan Narkotika Nasional. (2007).Mengenal Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta:B.N.N.

Badan Narkotika Nasional. (2012). Data Tindak Pidana Narkoba ProvinsiJawaTengah Tahun 2007-2011. Diakses pada tanggal 20 Desember2014, dari http://www.bnn.go.id.

Badan Narkotika Kabupaten Sukoharjo. (2011). Tahun 2011 AdalahTahunPenyuluhan Buat BNK. Diakses pada tanggal 20 Desember 2014,dari http://bnksukoharjo.wordpress.com.

Bagoes. (2010). Filsafah Pengetahuan. Jakarta: EGC.

Diliani. (2011). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Role PlayTerhadap Perilaku Personal Hygiene Pada Anak Kelas III Di SDPandakI, Bantul. Diakses pada tanggal 5 Juli 2005, darihttp://www.stikesaisyiyah.ac.id.

Djamarah & Zain. (2006).Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Iskandar. (2014). Diskriminasi Pengguna Narkoba Di Indonesia. Diakses padatanggal 20 Desember 2014, dari http://www.bnn.go.id.

Kabain. (2007). Jenis-Jenis Napza Dan Bahayanya. Semarang: PT. Bengawanilmu.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013)Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Dan PeraturanPemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2013 TentangPelaksanaan Undang-Undang Nomor 35 Tahun2009 Tentang Narkotika.Jakarta: Kemenkes.R.I.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Keputusan MenteriKesehatan Republik Indonesia No. 422/MENKES/SK/III/2010 TentangPedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan Penggunaan Napza.Jakarta: Kemenkes.R.I.

Khaerani. (2010).Pengaruh Metode Role playing Terhadap Hasil BelajarBiologiSiswa Pada Konsep Gerak Pada Tumbuhan.Diakses pada tanggal 20Desember 2014, dari http://www.repository.uinjkt.ac.id.

Liem. (2010).Efektifitas Pelatihan Anti Narkoba Dengan Metode ReflektifTerhadap Pemahaman Dan Intense Penyalahgunaan Narkoba PadaMuridSMA Kelas X.Diakses pada tanggal 20 Desember 2014,darihttp://jurnalusd.ac.id.

Macaulay, Griffin, Gronewold, et al. (2005). Parenting Practices And AdolescentDrug-Releted Knowledge, Attitudes, Norms And Behavior. Journal OfAlcohol And Drug Education. 49.2, 67-68. Diakses pada tanggal 15Desember 2014, dari http://www.search.proques.com.

Manoj & Sharma. (2006).making effective alcohol education intervention forhighschools. journal of alcohol and drug education. 50.2, 1-4.Diakses padatanggal 15 Desember 2014, dari http://www.search.proques.com.

Maulana. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

Mubarak. (2007).Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses BelajarMengajardalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mubarak. (2012). Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: SalembaMedika.

Notoatmodjo. (2007).Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:RinekaCipta.

Notoatmodjo.(2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi (Edisi Revisi 2010).Jakarta: Rineka Cipta.

Nugraheni. (2014). Efektifitas Metode Role Playing Dan Ceramah TerhadapPrestasi Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS Di SMA Negeri IPleretBantul. Diakses pada tanggal 15 Juni 2015, dari http://eprintsuny.ac.id.

Nurdianti. (2014). Analisis Faktor-Faktor Hambatan KomunikasiDalamSosialisasi Program Keluarga Berencana Pada MasyarakatKebon Agung Samarinda. Diakses pada tanggal 15 Desember 2015, darihttp://ejournal ilkom.fisip-unmul.ac.id.

Purba. (2013).Pengaruh Pendidikan KesehatanTtentang Narkoba TerhadapPengetahuan Dan Sikap Remaja Di SMA Negeri 5 Pematang,SiantarTahun 2013.Diakses pada tanggal 15 Desember 2014, darihttp://www.repository.usu.ac.id.

Qirom. (2014). Pengaruh Metode Role Play Dan Ceramah BervariasiTerhadapSikap Nasionalisme Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran IPSDi SDNegeri 2 Sentolo Dan SD Negeri 3 Sentolo. Diakses pada tanggal 10 Juni2015, dari http://eprints uny.ac.id.

Riwidikdo. (2009).Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Cendekia Press.

Silasa. (2012). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap PengetahuanDanSikap Remaja Tentang Narkoba Di SMA Negeri 1 BarakaKabupatenEnrekang. Diakses pada tanggal 10 Juni 2015, dari http://jurnalstikesnh.ac.id.

Siswanto. (2012).Strategi dan Langkah-langkah Penelitian. Yogyakarta: GrahaIlmu.

Sugiyono. (2009).Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatifdan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suiraoka&Supariasa. (2012).Media Pendidikan Kesehatan. Yogyakarta: GrahaIlmu.

Sujanto. (2006). Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Susilo. (2011). Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan. Yogyakarta: NuhaMedika.

Uno. (2007). Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Aksara Bumi.

Wahyudin. (2014). Meningkatkan Minat Belajar Siswa Dengan MenggunakanMetode Bermain Peran Pada Pelajaran Sejarah Kebudayaan IslamMateri Kisah Nabi Muhammad SAW. Diakses pada tanggal 15 Juni 2015,dari http://jurnal iainbanten.ac.id.

Waluyo. (2007).Pedoman Pelaksanaan P4GN Melalui Peran SertaKepalaDesa/Lurah Babinkamtibmas Dan PLKB Di TingkatDesa/Kelurahan. Jakarta: Badan Narkotika Nasional.

Wawan& Dewi. (2011).Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta:Nuha Medika.

Yamin. (2005).Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: GaungPersada Press.