pengaruh waktu aplikasi dan dosis …satek.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/28-yayuk.pdf ·...
TRANSCRIPT
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
306
PENGARUH WAKTU APLIKASI DAN DOSIS PEMUPUKAN SUSULAN NPK
MAJEMUK PADA VIGOR AWAL SIMPAN BENIH KEDELAI
(Glycine max (L.) Merr.)
Yayuk Nurmiaty1) dan Niar Nurmauli1)
1) Dosen Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145
Surel: [email protected]
ABSTRACT
The purpose of the experiment were to (1) Obtain time aplication for supplementary
NPK compound fertilizer to get high vigor soybean seed, (2) Getting the optimum
dosage of NPK compound fertilizer to produce high vigor soybean seed; (3) Find out
the best application time and dosage of fertilizer to reach maximum seed vigor. The
experiment was conducted from March to June 2015 in the District Rajabasa Bandar
Lampung, at Laboratory of Plant Breeding and Seed Technology Unila. Treatments
arranged factorial (2 x 5) in fully randomized group design repeated three times. The
first factor were application of supplementary NPK compound fertilizer, at early
flowering (R1) and at begins to form pods (R3). The second factor, supplementary
doses of NPK compound fertilizer were 0 (N0), 25 (N1), 50 (N2), 75 (N3), and 100
(N4) kg / ha. The results of the experiment showed that time supplementary fertilizer
applications on R1 produced more soybean seed vigor for Dering I vareity than R3-
based on benchmarks primary root length, crown length, normal seedling length,
electrical conductivity and seedling dry weight. Fertilizer dosage of up to 100 kg / ha
were still increasing the seed vigor in all its benchmarks. R1 application time on a
variety of supplementary fertilizer dose level produces higher vigor seed than R3, based
on measure of long-canopy and electrical conductivity at various dose level
Keywords: application time, seed vigor, soybean, supplementary fertilizer.
ABSTRAK
Tujuan percobaan adalah (1) Mendapatkan waktu aplikasi pupuk susulan NPK
majemuk pada produksi benih kedelai dalam menghasilkan benih bervigor tinggi, (2)
Mendapatkan dosis pupuk susulan NPK majemuk yang optimum dalam menghasilkan
vigor benih kedelai maksimum; (3) Mengetahui waktu aplikasi dan dosis pupuk susulan
terbaik dalam menghasilkan vigor benih maksimum. Percobaan dilaksanakan dari Maret
sampai Juni 2015 di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung dan di Laboratorium
Pemuliaan dan Teknologi Benih Unila. Perlakuan disusun secara faktorial (2 x 5)
dalam rancangan kelompok teracak sempurna yang diulang tiga kali. Faktor pertama,
waktu aplikasi pupuk susulan NPK majemuk yaitu awal berbunga (R1) dan mulai
terbentuk polong (R3). Faktor kedua, dosis pupuk susulan NPK majemuk yaitu 0 (N0),
25 (N1), 50 (N2), 75 (N3), dan 100 (N4) kg/ha. Hasil percobaan waktu aplikasi pupuk
susulan pada R1 menghasilkan vigor benih kedelai Varietas Dering I lebih tinggi
daripada R3 berdasarkan tolok ukur panjang akar primer, panjang tajuk, panjang
kecambah normal, dan daya hantar listrik sedangkan bobot kering kecambah normal
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
307
tidak nyata. Dosis pupuk susulan hingga 100 kg/ha masih meningkatkan vigor benih
pada semua tolok ukur tersebut. Waktu aplikasi R1 pada berbagai taraf dosis pupuk
susulan menghasilkan vigor benih yang lebih tinggi daripada R3 berdasarkan tolok ukur
panjang tajuk dan daya hantar listrik pada berbagai taraf dosis
Kata kunci: kedelai, pupuk susulan, vigor benih, waktu aplikasi.
PENDAHULUAN
Benih bermutu baik mutu fisik, fisiologis, maupun genetik dapat dihasilkan
melalui teknologi produksi benih yang tepat. Penerapan salah satu prinsip agronomik
seperti pemupukan susulan yang diberikan pada waktu dan dosis yang tepat dapat
menghasilkan vigor benih yang maksimum. Pupuk susulan yang dimaksud adalah
tambahan dosis pupuk makro NPK majemuk selain dosis rekomendasi yang diberikan
pada fase generatif tanaman. Cara tersebut dapat memberikan kontribusi lebih baik
dalam menghasilkan vigor benih yang tinggi. Hasil penelitian pemupukan NPK
(16:16:16) susulan secara digerus saat awal pembungaaan dapat menghasilkan viabilitas
benih kedelai varietas Anjasmoro sebelum disimpan lebih tinggi dibandingkan dengan
tanpa diberi pupuk susulan (Nurmiaty dan Nurmauli, 2008). Cara pemberian pupuk
NPK susulan dilarutkan lebih baik daripada digerus dalam menghasilkan viabilitas
benih berdasarkan variabel keserempakan berkecambah benih kedelai varietas
Grobogan (Nurmiaty dan Timotiwu, 2010). Di samping itu, variabel bobot kering
kecambah normal ternyata dipengaruhi oleh cara pemupukan dan dosis pupuk NPK
susulan. Selanjutnya diperoleh hasil bahwa terdapat peningkatan viabilitas benih yang
diukur berdasarkan daya berkecambah, keserempakan berkecambah, kecepatan
berkecambah, dan penurunan nilai daya hantar listrik. Penurunan daya hantar listrik
benih merupakan indikator penurunan bocoran senyawa-senyawa penting benih dari
dalam benih. Benih kedelai hasil pemupukan susulan yang semakin ditingkatkan
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
308
dosisnya sampai 80 kg per hektar jika disimpan 9 bulan pada kondisi kedap udara
(kemasan plastik) masih mempunyai viabilitas benih relatif masih baik berdasarkan
bobot kering kecambah normal (Nurmiaty dan Timotiwu, 2009).
Pemberian pupuk susulan seperti pupuk NPK majemuk merupakan suatu teknik
yang member harapan untuk memenuhi kebutuhan tanaman selama fase generatif
sehingga pengisian benih menjadi maksimal. Pada produksi benih, pemupukan susulan
menggunakan pupuk majemuk selain praktis juga memberi peluang meningkatkan
kualitas benih yang dihasilkan. Tanaman kedelai merupakan tanaman yang memberikan
tanggapan positif terhadap penerapan pupuk, terutama pupuk N, tetapi hasil penelitian
masih tidak menentu, sementara tanggapan terhadap pupuk P dan K telah lebih
konsisten. Bosweel dan Anderson (2008) melakukan penelitian untuk menentukan
apakah pupuk NPK majemuk (residunya) yang diterapkan selama bertahun-tahun pada
tanaman non leguminose lain akan memengaruhi kebutuhan pupuk kedelai. Kedelai
pemberian pupuk NPK (112 kg/ha) ternyata menghasilkan kualitas benih kedelai lebih
tinggi, indeks biji, dan kandungan protein kasar lebih tinggi daripada tingkat NPK
rendah (56 kg/ha) dan kontrol (0 kg/ha) (Boswell and Anderson, 2008). Mutert dan
Fairhurst (2002) yang dikutip oleh Siregar dan Marzuki (2011) menyatakan bahwa
puncak kebutuhan nutrisi N tergantung dari cara penempatan pupuk dalam tanah.
Menurut Heenihatherly dan Elmore (2004), serapan N oleh tanaman kedelai
mencapai tingkat maksimum hingga 4,5 kg N/ha antara R3 dan R4 (berpolong penuh).
Oleh karena itu, beberapa peneliti telah berusaha untuk meningkatkan hasil kedelai
dengan mengaplikasikan N selama akhir vegetatif dan tahap awal pertumbuhan
reproduksi (awal berbunga). Namun demikian, laporan terbaru dari Kansas menemukan
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
309
bahwa aplikasi N di R3 dapat meningkatkan hasil kedelai. Jika pemberian pupuk N
terlambat dapat menghambat nodulasi sehingga dapat mengurangi fiksasi N2.
Menurut Zhang et al. (2012), semakin banyak pupuk N diterapkan maka
semakin banyak nitrogen yang hilang; hanya 30 % - 35 % dari pupuk N yang diberikan
akan diambil oleh tanaman dan sekitar 20 % - 50 % akan hilang melalui pencucian dan
run-off. Oleh karena itu diperlukan strategi pengurangan kehilangan nitrogen seperti
metode aplikasi pupuk yang tepat. Pemberian nitrogen pada kedelai sebesar 20-40
pounds/acre atau setara dengan 10 kg/ha pada fase tanaman R3 ternyata dapat
meningkatkan hasil kedelai sebesar 5-10% (Ferguson et al., 2006). Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Haq dan Antonio (2005), menyimpulkan bahwa dari 112
percobaan selama 8 tahun ternyata pemberian pupuk NPK dapat meningkatkan produksi
total lemak dan protein pada benih kedelai.
Menurut Gracia dan Hanway (1976), pemberian pupuk daun pada tanaman
kedelai, dengan unsur N , P , K, dan S selama periode pengisian benih dapat
meningkatkan hasil kedelai. Aplikasi pupuk daun tersebut dapat digunakan untuk
menghindari berkurangnya nutrisi dalam daun kedelai sehingga tingkat laju fotosintesis
selama periode ini tetap dapat dipertahankan. Percobaan lapangan yaitu menyemprot
daun kedelai dengan unsur N , P , K , dan S dalam proporsi dan waktu yang berbeda.
Sumber N terutama dari urea, P dari polifosfat, K dan P dari kalium polifosfat, dan S
dari kalium sulfat. Peningkatan hasil sangat signifikan diperoleh dari dua hingga empat
kali aplikasi pada kultivar kedelai yang berbeda di lokasi percobaan yang berbeda antara
fase R5 dan R7. Perbandingan pupuk yang optimum untuk N : P : K : S dalam larutan
10:1:3:0.5 atau 80 + 8 + 2 + 4 4 kg / ha N + P + K + S. Hasil kedelai meningkat yang
disebabkan oleh kenaikan jumlah biji saat panen, bukan karena ukuran benih. Hasil
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
310
menunjukkan bahwa pemupukan daun selama periode pengisian biji dapat menjadi
metode yang sangat praktis untuk meningkatkan hasil kedelai.
METODOLOGI PENELITIAN
Percobaan dilakukan di Kecamatan Raja Basa, Kota Bandar Lampung dan
Laboratorium Pemuliaan dan Benih Tanaman, Fakultas Pertanian Unila, mulai bulan
Maret sampai Juni 2015.
Perlakuan disusun secara faktorial (2 x 5) dalam rancangan kelompok teracak
sempurna. Faktor pertama adalah waktu aplikasi pupuk susulan NPK majemuk yaitu
awal berbunga (R1) dan awal terbentuk polong (R3). Faktor kedua adalah dosis pupuk
susulan NPK majemuk yaitu 0 (N0), 25 (N1), 50 (N2), 75 (N3), dan 100 (N4) kg/ha.
Stadium mulai berbunga (R1) ditandai dengan terbukanya bunga pertama pada buku
manapun. Umur berbunga ini bervariasi menurut umur varietas tanaman kedelai,
biasanya mulai dari umur 35 sampai 45 hari. Stadium mulai berpolong (R3) biasanya
mulai pada umur tanaman 55 – 65 hari yang ditandai dengan terbentuknya polong pada
salah satu dari empat buku teratas pada batang utama.
Benih kedelai Varietas Dering I hasil percobaan di lapang, setelah panen
kemudian diuji vigornya (vigor awal simpan). Benih yang diuji diambil dari setiap lot
benih hasil perlakuan waktu aplikasi dan dosis pupuk susulan NPK majemuk. Sejumlah
sampel benih ditetapkan dengan menggunakan alat pembagi tepat benih untuk
dikecambahkan. Benih dikecambahkan dengan metode UKDdp (Uji Kertas Digulung
dilapisi plastik). Kertas merang sebagai media perkecambahan direndam lebih dulu
dalam air lalu dibuang airnya dengan alat pengepres kertas. Tiga 3 lembar kertas
merang diletakkan di bagian bawah kemudian benih ditanam dan ditutup dengan 3
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
311
lembar kertas merang. Kertas merang bagian bawah atau bagian terluar sudah dilapisi
plastik tipis, kemudian kertas digulung dan diletakkan dalam germinator secara tegak.
Benih yang ditanam sebanyak 25 butir per gulungan. Pengamatan yang dilakukan
sebagai tolok ukur vigor awal simpan benih adalah panjang akar primer, panjang tajuk,
panjang kecambah normal, bobot kering kecambah normal, dan daya hantar listrik
(DHL).
Data yang diperoleh diuji asumsi analisis ragamnya. Homogenitas ragam antar
perlakuan diuji dengan Uji Barlett dan kemenambahan data diuji dengan Uji Tukey.
Bila asumsi analisis ragam terpenuhi maka data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan
Uji Ortogonal dan Ortogonal Polinomial pada taraf nyata 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu aplikasi dan dosis pupuk susulan
berinteraksi dalam menghasilkan vigor awal simpan benih kedelai Vareitas Dering I
berdasarkan tolok ukur panjang tajuk dan daya hantar listrik (Tabel 1). Waktu aplikasi
pada R1 menghasilkan panjang tajuk lebih tinggi daripada R3 seiring dengan
peningkatan dosis pupuk susulan hingga 100 kg/ha (Gambar2); demikian juga daya
hantar listrik. Tanpa pupuk susulan, DHL yang dihasilkan pada R1 lebih rendah
daripada R3 yaitu berturut-turur 35,57 dan 38,16 µmos/gram benih; peningkatan dosis
pupuk susulan juga menghasilkan nilai DHL lebih rendah pada aplikasi R1 daripada R3
(Gambar 5). Dari gambar tersebut, tampak bahwa pada pupuk susulan NPK majemuk
dosis 100 kg/ha, DHL yang dihasilkan relatif sama meskipun waktu aplikasi berbeda.
Sadjad (1993), menggunakan tolok ukur DHL sebagai indikator kemunduran benih atau
vigor daya simpan. Daya hantar listrik lebih besar apabila benih makin mundur akibat
elektrolit yang bocor makin besar; tolok ukur DHL ternyata berkorelasi tinggi dengan
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
312
vigor daya simpan benih yaitu semakin lama benih disimpan maka daya hantar listrik
makin besar. Dari hasil percobaan ini, waktu aplikasi pupuk susulan pada R1 tampaknya
memberi harapan dalam meningkatkan vigor awal simpan benih jika dibandingkan
dengan aplikasi pada R3 berdasarkan tolok ukur DHL. Waktu aplikasi R1 lebih baik
daripada R3 karena nilai DHL R1 lebih kecil daripada R3 jika dosis pupuk kurang dari
100 kg/ha, nilai DHL pada dosis 100 kg/ha relatif sama pada kedua waktu aplikasi. Hal
ini juga berkaitan dengan tolok ukur lain yaitu panjang tajuk yang mempunyai
kecenderungan yang sama. Pupuk susulan dosis 100 kg/ha, relatif sama panjang tajuk
kecambahnya pada kedua waktu aplikasi (Gambar 2). Hasil penelitian Wibowo (2014),
pupuk susulan yang diaplikasikan saat awal berbunga dapat menurunkan DHL benih
kedelai. Prayuda (2015) menyimpulkan dari percobaannya bahwa benih yang disimpan
3 bulan dari hasil aplikasi pupuk susulan awal berbunga, DHL lebih kecil jika dosis
ditingkatkan dan digerus.
Pengaruh waktu aplikasi, pupuk susulan pada R1 menghasilkan vigor awal
simpan benih kedelai Varietas Dering I lebih tinggi daripada R3 berdasarkan tolok ukur
panjang akar primer, panjang tajuk, panjang kecambah normal, dan daya hantar listrik
sedangkan bobot kering kecambah normal tidak nyata (Tabel 1). Perbedaan waktu
aplikasi tidak menghasilkan perbedaan bobot kering kecambah normal, meskipun
panjang akar primer, panjang tajuk, panjang kecambah normal meningkat. Tolok ukur
kecambah normal yang lebih panjang karena peningkatan dosis pupuk susulan yang
diaplikasikan saat R1,dibandingkan dengan R3 diduga karena sel-sel kecambah
mengalami pemanjangan sedangkan bobotnya relatif sama. Menurut Copeland dan Mc
Donald (1985), kandungan kimia benih mempengaruhi perkecambahan benih. Umar
(2012), mutu awal benih sangat dipengaruhi oleh kondisi tanaman selama proses
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
313
pertumbuhan, salah satunya adalah pupuk. Tanaman yang mengalami defisiensi satu
atau atau lebih unsur hara akan menghambat tercapainya mutu fisiologis yang optimal,
disamping itu akan mempengaruhi komposisi kimia benih yang dapat menurunkan mutu
benih yang dihasilkan. Pada percobaan ini diduga perbedaan waktu aplikasi
menghasilkan perbedaan kandungan kimia benih sehingga ada perbedaan mutu
fisiologis benih yakni peningkatan panjang akar primer, panjang tajuk, dan panjang
kecambah normal (Tabel 1).
Pengaruh dosis pupuk susulan, tampak pada tolok ukur panjang akar primer,
panjang tajuk, panjang kecambah normal, bobot kering kecambah normal, dan juga
DHL (Tabel 1). Keempat tolok ukur perkecambahan dan tersebut masih meningkat
secara linear jika dosis pupuk susulan ditingkatkan sampai 100 kg/ha (Gambar 1-4)
sehingga belum diperoleh dosis pupuk NPK majemuk yang optimum untuk
memperoleh vigor awal simpan yang tinggi. Seperti hasil penelitian Kareem dan
Adegoke (2015), pemberian pupuk majemuk NPK (15:15:15) dosis 0, 150, 200, dan
250 kg/ha pada dua tipe tanah pasir (A0 dan A1) dan dua tipe tanah liat (A2 dan A3);
benih yang mempunyai persentase perkecambahan tertinggi terdapat pada tipe tanah liat
(Loamy soil) pada dosis pupuk NPK majemuk 250 kg/ha dibandingkan dengan tipe
tanah berpasir (sandy and clayey soils).
Vigor benih secara umum dapat dipilah menjadi vigor kekuatan tumbuh dan
vigor daya simpan (Sadjad, 1993) yang menunjukkan benih kuat tumbuh di lapang
dalam kondisi suboptimum dan tahan disimpan dalam kondisi yang ideal. Benih yang
mempunyai bobot kering kecambah normal yang lebih tinggi diduga berkorelasi positif
dengan vigor benih. Hasil percobaan ini, pengaruh pupuk susulan dapat meningkatkan
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
314
bobot kering kecambah, dan juga tolok ukur kecambah normal yang lain yaitu panjang
akar primer, panjang tajuk, dan panjang kecambah normal.
KESIMPULAN
1. Waktu aplikasi pupuk susulan pada R1 menghasilkan vigor benih kedelai Varietas
Dering I lebih tinggi daripada R3 berdasarkan tolok ukur panjang akar primer,
panjang tajuk, panjang kecambah normal, dan daya hantar listrik sedangkan bobot
kering kecambah normal tidak nyata.
2. Dosis pupuk susulan hingga 100 kg/ha masih meningkatkan vigor benih pada
semua tolok ukur tersebut.
3. Waktu aplikasi R1 pada berbagai taraf dosis pupuk susulan menghasilkan vigor
benih yang lebih tinggi daripada R3 berdasarkan tolok ukur panjang tajuk dan daya
hantar listrik pada berbagai taraf dosis.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-
tingginya kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi yang telah membiayai penelitian
ini. Kegiatan penelitian ini merupakan sebagian dari Hibah Bersaing Tahun 2015
dengan nomor Penugasan Hibah Bersaing No 156/UN26/8/LPPM/2015 Tanggal 30
Maret 2015.
DAFTAR PUSTAKA
Boswell, Fred C. and O. E. Anderson. 2008. Long-term Residual Fertility and Current
N-P-K Application Effects on Soybeans. J. Agron. 68 (2), p.315-318.
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
315
Ferguson, R. B., Charles A. Shapiro, Achim R. Dobermann, and Charles S. Wortmann.
2006. Fertilizer Recommendations for Soybeans. Institute of Agriculture and
Natural Resources. University of Nebraska Lincoln Extention. p.15.
Gracia, Ramon L. and John J. Hanway. 1976. Foliar Fertilization of Soybeans During
the Seed-filling Period. J. Agron. 68( 4): 653-657.
Haq, Mazhar U. and Antanio P. Malarino. 2005. Respons of Soybeans Grain Oil and
Protein Concentrations to Faliar and Soil Fertilizer. Agron. J. 97: 910-918.
Kareem, I.A and Adegoke, A.O. 2015. Response of Glycine max (Soya bean) to
Different Levels of NPK Fertilizer and Soil Types. Department of Plant Science
and Biotechnology, Faculty of Science, Adekunle Ajasin University, Akungba–
Akoko, Ondo State, Western Nigeria.International Journal of Agricultural
Research and Review: ISSN-2360-7971, Vol. 3(7): pp 401-405, August, 2015.
Copyright © 2015 Spring Journals.
Heatherly, Larry G.And Roger W. Elmore. 2004. Managing Inputs For Peak
Production. In Soybeans: Improvement, Production, And Uses. Co-Editors: H.
Roger Boerma And James E. Specht. Madison, Wisconsin, Usa. 451-536.
Nurmiaty .Y. dan Nurmauli. N. 2008. Upaya mendapatkan vigor awal yang tinggi
melalui pemberian pupuk NPK susulan saat berbunga pada produksi benih
kedelai. Laporan Penelitian IMHERE-Unila. 2001.
Nurmiaty. Y. dan Timotiwu. 2010. Penerapan NPK susulan pada saat berbunga dalam
upaya mempertahankan viabilitas benih kedelai. Laporan Penelitian Hibah
Bersaing. Unila. 74 halaman.
Prayuda, C. 2015. Pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada
viabilitas benih kedelai (Glycine max (L) merill) varietas dering 1 pasca simpan
tiga bulan. Skripsi. Fakultas pertanian Unila. 77 halaman.
Sadjad, S.S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. P.T. Gramedia Widiasarana Indonesia,
Jakarta. 144 hlm.
Umar, S. 2012. Pengaruh Pemberian Bahan Organik terhadap Daya Simpan Benih
Kedelai {Glycine max (L.) Merr.} Berita Biologi 11(3) 401-410. Desember 2012
Siregar, A. dan Ilyas Marzuki. 2011. Efisiensi Pemupukan Urea terhadap Serapan N dan
Peningkatan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa. L.). Jurnal Budidaya Pertanian,
7(2): 107-112.
Wibowo, D.B. 2014. Bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada viabilitas
benih kedelai (Glycine max (L) merill) varietas dering 1 prasimpan. Skripsi.
Fakultas pertanian Unila. 80 halaman.
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
316
Zhang, Jin; Zhao-Hua Li; Kun Li; Wei Huang; And Lian-Hai Sang. 2012. Nitrogen Use
Efficiency Under Different Field Treatments On Maize Fields In Central China:
A Lysimeter And 15n Study. Journal Of Water Resource And Protection. No. 4:
590-596
Tabel 1. Rekapitulasi pengaruh waktu aplikasi dan dosis pupuk susulan NPK majemuk
pada vigor benih kedelai.
Perbandingan F-hitung F-tabel 5%
1 2 3 4 5
Pengaruh Waktu Aplikasi (R)
P1 : R1 VS R3 29,09* 3,84* 21,87* 0,45tn 159,73* 4,41
Pengaruh Dosis Pupuk Susulan NPK Majemuk (N)
P2 : N-linier 76,07* 140,10* 87,49* 15,54* 324,13* 4,41
P3 : N-kuadratik 0,13* 7,81* 1,91tn 0,87tn 1,41tn 4,41
Persitindakan (RxN)
P4 : P1 x P2 0,76* 1,14tn 0,69tn 0,22tn 47,81* 4,41
P5 : P1 x P3 1,37* 4,68* 2,87tn 0,02tn 0,40tn 4,41
Tanggapan Tanaman Kedelai terhadap Dosis Pupuk susulan NPK Majemuk
pada:
R1: N-linier - 57,99* - - 61,49* 4,41
R1: N-kuadratik - 0,19tn - - 0,15tn 4,41
R3: N-linier - 83,24* - - 310,46* 4,41
R3: N-kuadratik - 12,29* - - 1,66tn 4,41 Tanggapan Tanaman Kedelai terhadap Waktu Aplikasi Pupuk susulan NPK Majemuk pada:
N0: R1 VS R3 - 57,99* - - 101,12* 4,41
N1: R1 VS R3 - 0,19tn - - 72,40* 4,41
N2: R1 VS R3 - 83,24* - - 21,54* 4,41
N3: R1 VS R3 - 12,29* - - 11,24* 4,41
N4: R1 VS R3 - 57,99* - - 2,89tn 4,41
Keterangan: 1 = Panjang akar primer 2.= Panjang tajuk
3 = Panjang kecambah normal 4.= Bobot kering kecambah
5 = Daya hantar listrik
R1 = fase reproduktif tanaman kedelai awal berbunga
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
317
R3 = fase reproduktif tanaman kedelai awal terbentuk polong
tn = tidak nyata pada taraf uji 5%
* = berbeda pada taraf uji 5%
Gambar 1. Pengaruh dosis pupuk susulan NPK majemuk pada panjang akar primer
kecambah kedelai awal simpan.
Gambar 2. Pengaruh dosis pupuk susulan NPK majemuk pada panjang tajuk kecambah
kedelai awal simpan.
Gambar 3. Pengaruh dosis pupuk susulan NPK majemuk pada panjang kecambah
normal kecambah kedelai awal simpan.
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
318
Gambar 4. Pengaruh dosis pupuk susulan NPK majemuk pada bobot kering kecambah
normal kecambah kedelai awal simpan.
Gambar 5. Pengaruh dosis pupuk susulan NPK majemuk pada daya hantar listrik benih
kedelai awal simpan.