rabu, 20 april 2011 tidak ada un susulan bagi 5.814 siswa dki · 4/20/2011 · tidak ada un susulan...

1
RABU, 20 APRIL 2011 5 M EGAPOLITAN SELAMAT SARAGIH S EBANYAK 6.038 siswa di DKI tidak hadir pada hari pertama pelaksan- aan ujian nasional (UN). Dari jumlah itu, sebanyak 224 siswa memberi keterangan pe- nyebab tidak mengikuti ujian. Sementara sisanya, 5.814 siswa tidak memberikan keterangan. Oleh karena itu, mereka teran- cam tidak bisa mengikuti UN susulan. Demikian dikemukakan Wakil Kepala Dinas Pendidik- an (Disdik) DKI Jakarta Agus Suradika di Jakarta, kemarin. “Mereka (siswa) itu kan tan- pa keterangan. Jadi (mereka) tidak bisa ikut ujian susulan,” kata Agus. Sebanyak 224 siswa yang bisa ikut UN susulan memberi keterangan penyebab tidak ikut UN di antaranya karena sakit. Sebagian juga memberi keterangan karena ada urusan keluarga yang tidak dapat di- tinggalkan. Dan para siswa ini telah mendapatkan izin dari sekolah masing-masing. “Tapi khusus siswa yang tidak memberi keterangan resmi setelah UN pada Senin kemarin, tidak boleh ikut UN susulan,” tegas Agus. Hasil data Disdik DKI, jum- lah peserta yang mengikuti UN berjumlah 122.497 siswa. Namun, hanya 116.459 siswa yang ikut UN. Sehingga jum- lah siswa yang hadir mengi- kuti ujian ini mencapai 99,81%. Sementara siswa yang tidak hadir sakit atau ada keperluan mendadak berjumlah 224 siswa atau 0,19%. Adapun rincian siswa yang mengikuti ujian sebanyak 116.459 siswa ini adalah 50.656 siswa sekolah menengah atas (SMA), 2.758 siswa madrasah aliyah (MA) dan 62.995 siswa sekolah menengah kejuruan (SMK). Sementara 224 yang tidak hadir adalah 79 siswa SMA, 4 siswa MA, dan 141 siswa SMK. Adapun untuk 50 siswa SMA Luar Biasa seluruh- nya mengikuti UN. Bagi siswa yang diberikan kelonggaran oleh Disdik DKI untuk mengikuti UN susulan, pelaksanaan ujian dijadwalkan pada 25-28 April 2011. Semen- tara untuk soal UN susulan, Disdik DKI sudah menyiapkan soal tersebut dengan baik. “Kita sudah siapkan soal- nya dan kita harapkan tidak terjadi kebocoran. Mudah- mudahan semuanya tetap aman,” ujarnya. Disayangkan Ketua Komisi Perlindung- an Anak Indonesia (KPAI) Maria Ulfah menyayangkan banyaknya siswa yang tidak mengikuti ujian. Ia menilai pihak sekolah harus melakukan introspeksi dan mengevaluasi kondisi siswa-siswanya dalam bentuk konseling. Terlebih lagi jika ada kasus anak yang tidak hadir akibat mengalami keta- kutan ataupun trauma psikis terhadap UN. “Karena anak-anak di-press sedemikian rupa (dalam per- siapan UN) sehingga stres dan bisa mengalami ketakutan,” ujarnya. Menurut Maria, pihaknya pun akan melakukan pen- dampingan dan advokasi ter- hadap anak-anak yang meng- alami masalah seperti di atas. Apalagi jika dikaitkan dengan aturan Kemendiknas yang tidak membolehkan peserta UN mengikuti ujian susulan bagi siswa yang tidak memi- liki alasan seperti sakit. “Akan kami usulkan kepada Mendik- nas agar mereka bisa ikut ujian. Karena kita harus lihat juga latar belakang permasalahan mereka tidak hadir itu apa. Jangan disamaratakan,” cetus- nya.(*/J-2) [email protected] Ujian nasional bagi sebagian siswa berubah menjadi teror yang menakutkan. Tidak Ada UN Susulan bagi 5.814 Siswa DKI T INGGINYA standar kelulusan ujian nasional (UN), yaitu 5,50 untuk tiap mata pelajaran masih dirasakan berat oleh beberapa siswa peserta UN. Selain melakukan persiapan dengan menambah waktu belajar, banyak di antara peserta yang berharap mendapat kunci jawaban. Misalnya saja Iman, siswa kelas 3 jurusan IPS di salah satu sekolah negeri favorit di Jakarta Selatan. Ia berharap bisa memperoleh kunci jawaban soal-soal ujian. ‘’Saya enggak dapat bocoran, padahal katanya dulu suka ada bocoran via SMS. Mau juga lah kalau ada, karena soal-soalnya lumayan susah,’’ keluhnya, kemarin. Selain kecele tidak beredarnya kunci jawaban, ia juga pasrah dengan ketatnya pengawasan di sekolahnya. Menurutnya, keberadaan dua pengawas dan ketatnya peraturan selama ujian tidak memberinya kesempatan untuk menyontek. ‘’HP disimpan di dalam tas, tasnya dikumpulkan di depan kelas. Selama ujian, kita enggak boleh keluar kelas, ke toilet saja diantar sama pengawas sampai depan toilet,’’ tuturnya. Sebagai persiapan menghadapi UN, Iman mengaku telah melakukan berbagai cara. Mulai dari mengikuti belajar tambahan di sekolah, les tambahan di rumah, dan belajar ekstra sendiri. ‘’Saya ikut les privat di rumah, yang jadi tutornya mahasiswa STAN untuk belajar matematika. Terus ikut les tambahan dua kali seminggu di sekolah, juga membeli buku-buku latihan untuk dipelajari pas tengah malam,’’ papar Iman yang ingin melanjutkan studi di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia. Berbeda dengan Iman, Rama yang juga siswa di sekolah yang sama, tapi dari jurusan IPA ini mengaku tidak berharap mendapat bocoran jawaban soal ujian. ‘’Kayaknya sekarang sudah enggak ada bocoran-bocoran lagi karena sistemnya diperketat. Memang harus belajar sendiri,’’ ujarnya. Menurut siswa yang ingin melanjutkan studi teknik kimia di ITB ini, soal-soal yang diujikan berbeda jauh dengan latihan-latihan yang diikutinya selama ini. Maka ia pun tidak segan-segan untuk menambah porsi jam belajarnya di rumah. Tingginya standar kelulusan dan tingkat kesulitan soal UN juga menjadi momok bagi siswa yang masih duduk di kelas dua. Sarah, siswa kelas II jurusan IPA SMA Muhammadiyah V Tebet, Jakarta, mengaku sudah memiliki incaran tempat bimbingan belajar dan berencana membentuk kelompok belajar sendiri. ‘’Menurut kakak kelas, soal UN tiap tahun makin sulit, standar kelulusan makin tinggi. Sudah ada beberapa tempat bimbel yang mau diikuti, sama belajar bareng teman-teman,’’ papar siswa berkacamata ini. (Nesty Pamungkas/J-3) Berharap Bocoran Kunci Jawaban tidak lagi Beredar

Upload: duongkhue

Post on 16-Jun-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

RABU, 20 APRIL 2011 5MEGAPOLITAN

SELAMAT SARAGIH

SEBANYAK 6.038 siswa di DKI tidak hadir pada hari pertama pelaksan-aan ujian nasional (UN).

Dari jumlah itu, seba nyak 224 siswa memberi ke terangan pe-nyebab tidak mengikuti ujian. Sementara sisanya, 5.814 siswa tidak memberikan keterangan. Oleh karena itu, mereka teran-cam tidak bisa mengikuti UN susulan.

Demikian dikemukakan Wakil Kepala Dinas Pendidik-an (Disdik) DKI Jakarta Agus Suradika di Jakarta, kemarin.

“Mereka (siswa) itu kan tan-pa keterangan. Jadi (mereka) tidak bisa ikut ujian susulan,” kata Agus.

Sebanyak 224 siswa yang bisa ikut UN susulan memberi keterangan penyebab tidak ikut UN di antaranya karena sakit. Sebagian juga memberi keterangan karena ada urusan keluarga yang tidak dapat di-tinggalkan. Dan para siswa ini telah mendapatkan izin dari sekolah masing-masing.

“Tapi khusus siswa yang tidak memberi keterangan resmi setelah UN pada Senin kemarin, tidak boleh ikut UN susulan,” tegas Agus.

Hasil data Disdik DKI, jum-lah peserta yang mengikuti UN berjumlah 122.497 siswa. Namun, hanya 116.459 siswa yang ikut UN. Sehingga jum-lah siswa yang hadir mengi-kuti ujian ini mencapai 99,81%. Sementara siswa yang tidak

hadir sakit atau ada keperluan mendadak berjumlah 224 siswa atau 0,19%.

Adapun rincian siswa yang mengikuti ujian sebanyak 116.459 siswa ini adalah 50.656 siswa sekolah menengah atas (SMA), 2.758 siswa madrasah aliyah (MA) dan 62.995 siswa sekolah menengah kejuruan (SMK). Sementara 224 yang tidak hadir adalah 79 siswa SMA, 4 siswa MA, dan 141 siswa SMK. Adapun untuk 50 siswa SMA Luar Biasa seluruh-nya mengikuti UN.

Bagi siswa yang diberikan kelonggaran oleh Disdik DKI untuk mengikuti UN susulan, pelaksanaan ujian dijadwalkan pada 25-28 April 2011. Semen-tara untuk soal UN susulan, Disdik DKI sudah menyiapkan soal tersebut dengan baik. “Kita sudah siapkan soal-nya dan kita harapkan tidak terjadi kebocoran. Mudah-mudahan semuanya tetap aman,” ujarnya.

DisayangkanKetua Komisi Perlindung-

an Anak Indonesia (KPAI) Maria Ulfah menyayangkan banyaknya siswa yang tidak mengikuti ujian. Ia menilai pihak sekolah harus melakukan introspeksi dan mengevaluasi kondisi siswa-siswanya dalam bentuk konseling. Terlebih lagi jika ada kasus anak yang tidak hadir akibat mengalami keta-kutan ataupun trauma psikis terhadap UN.

“Karena anak-anak di-press

sedemikian rupa (dalam per-siapan UN) sehingga stres dan bisa mengalami ketakutan,” ujarnya.

Menurut Maria, pihaknya pun akan melakukan pen-dampingan dan advokasi ter-hadap anak-anak yang meng-

alami masalah seperti di atas. Apalagi jika dikaitkan dengan aturan Kemendiknas yang tidak membolehkan peserta UN mengikuti ujian susulan bagi siswa yang tidak memi-liki alasan seperti sakit. “Akan kami usulkan kepada Mendik-

nas agar mereka bisa ikut ujian. Karena kita harus lihat juga latar belakang permasalahan mereka tidak hadir itu apa. Jangan disamaratakan,” cetus-nya.(*/J-2)

[email protected]

Ujian nasional bagi sebagian siswa berubah menjadi teror yang menakutkan.

Tidak Ada UN Susulan bagi 5.814 Siswa DKI

TINGGINYA standar kelulusan ujian nasional (UN), yaitu 5,50 untuk

tiap mata pelajaran masih dirasakan berat oleh beberapa siswa peserta UN. Selain melakukan persiapan dengan menambah waktu belajar, banyak di antara peserta yang berharap mendapat kunci jawaban.

Misalnya saja Iman, siswa kelas 3 jurusan IPS di salah satu sekolah negeri favorit di Jakarta Selatan. Ia berharap bisa memperoleh kunci jawaban soal-soal ujian. ‘’Saya enggak dapat bocoran, padahal katanya dulu suka ada bocoran via SMS. Mau juga lah kalau ada, karena soal-soalnya lumayan susah,’’ keluhnya, kemarin.

Selain kecele tidak beredarnya kunci jawaban, ia juga pasrah dengan ketatnya pengawasan di sekolahnya. Menurutnya, keberadaan dua pengawas dan ketatnya peraturan selama ujian tidak memberinya kesempatan untuk menyontek.

‘’HP disimpan di dalam tas, tasnya dikumpulkan di depan kelas. Selama ujian, kita enggak boleh keluar kelas, ke toilet saja diantar sama pengawas sampai depan toilet,’’ tuturnya.

Sebagai persiapan menghadapi UN, Iman mengaku telah melakukan berbagai cara. Mulai dari mengikuti belajar tambahan di sekolah, les tambahan di rumah, dan belajar ekstra sendiri.

‘’Saya ikut les privat di rumah, yang jadi tutornya

mahasiswa STAN untuk belajar matematika. Terus ikut les tambahan dua kali seminggu di sekolah, juga membeli buku-buku latihan untuk dipelajari pas tengah malam,’’ papar Iman yang ingin melanjutkan studi di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia.

Berbeda dengan Iman, Rama yang juga siswa di sekolah yang sama, tapi dari jurusan IPA ini mengaku tidak berharap mendapat bocoran jawaban soal ujian. ‘’Kayaknya sekarang sudah enggak ada bocoran-bocoran lagi karena sistemnya diperketat. Memang harus belajar sendiri,’’ ujarnya.

Menurut siswa yang ingin melanjutkan studi teknik kimia di ITB ini, soal-soal yang diujikan berbeda jauh dengan latihan-latihan yang diikutinya selama ini. Maka ia pun tidak segan-segan untuk menambah porsi jam belajarnya di rumah.

Tingginya standar kelulusan dan tingkat kesulitan soal UN juga menjadi momok bagi siswa yang masih duduk di kelas dua. Sarah, siswa kelas II jurusan IPA SMA Muhammadiyah V Tebet, Jakarta, mengaku sudah memiliki incaran tempat bimbingan belajar dan berencana membentuk kelompok belajar sendiri.

‘’Menurut kakak kelas, soal UN tiap tahun makin sulit, standar kelulusan makin tinggi. Sudah ada beberapa tempat bimbel yang mau diikuti, sama belajar bareng teman-teman,’’ papar siswa berkacamata ini. (Nesty Pamungkas/J-3)

Berharap Bocoran Kunci Jawaban

tidak lagi Beredar