pengaruh tipe kapal dan kargo angkut terhadap kinerja dan...

5
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia terus bertambah setiap tahun. Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2015 adalah sebanyak 255 juta jiwa dan pada tahun 2035 diperkirakan jumlah penduduk sebanyak 305 juta jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 2010 2015 adalah sebesar 1,4 yang berarti dalam lima tahun terakhir, jumlah penduduk telah bertambah sebanyak 40%. Pertumbuhan penduduk ini telah mendorong kegiatan ekonomi sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi. Pada Triwulan II Tahun 2016, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,175%. Harga minyak dunia yang berfluktuasi juga ikut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan keputusan investasi (Hall et.al, 2016). Pertumbuhan penduduk pada gilirannya meningkatkan produktivitas yang selanjutnya meningkatkan jumlah kebutuhan energi. Sebaliknya, pendapatan dari sektor energi utamanya sektor migas juga meningkatkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang pada tahap berikutnya dapat digunakan untuk menggerakkan sektor pertanian dan manufaktur (Nweze and Edame, 2016). Menurut data dari BPPT, pertumbuhan PDB dari tahun 2010 hingga tahun 2013 sebesar 5.58% sedangkan konsumsi energi Indonesia dalam tahun 2014 sebanyak 962 juta SBM (setara barrel minyak), dimana konsumsi terbesar adalah dari sektor BBM sebanyak 32%. Konsumsi BBM ini dipenuhi dari kilang-kilang dalam negeri, yaitu dari Pertamina dan kilang swasta, sementara kekurangannya dicukupi dengan impor. Dalam Gambar 1 dapat dilihat kebutuhan energi nasional per jenis energi. Pertamina merupakan BUMN yang dipercaya oleh pemerintah untuk mendistribusikan BBM dan gas ke seluruh penjuru Nusantara, serta mengangkut minyak mentah dari seluruh lapangan pengeboran di Indonesia ke kilang-kilang Pertamina. Sistem pola suplai yang digunakan oleh Pertamina adalah teratur dimulai dari pengangkutan minyak mentah dari lapangan pengeboran ke kilang- kilang Pertamina, kemudian pengangkutan BBM dan gas dari kilang-kilang Pertamina menuju depot-depot besar dan kecil. Selanjutnya dari depot-depot Gambar 1 Konsumsi Energi Final per Jenis (Sumber: BPPT, 2016)

Upload: buitram

Post on 15-Mar-2019

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh tipe kapal dan kargo angkut terhadap kinerja dan ...repository.sb.ipb.ac.id/2949/4/E15K-05-Winarto-Pendahuluan.pdf · mendorong kegiatan ekonomi sehingga mendorong pertumbuhan

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jumlah penduduk Indonesia terus bertambah setiap tahun. Berdasarkan

data dari Biro Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia pada tahun

2015 adalah sebanyak 255 juta jiwa dan pada tahun 2035 diperkirakan jumlah

penduduk sebanyak 305 juta jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tahun

2010 – 2015 adalah sebesar 1,4 yang berarti dalam lima tahun terakhir, jumlah

penduduk telah bertambah sebanyak 40%. Pertumbuhan penduduk ini telah

mendorong kegiatan ekonomi sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi. Pada

Triwulan II Tahun 2016, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,175%.

Harga minyak dunia yang berfluktuasi juga ikut mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi dan keputusan investasi (Hall et.al, 2016).

Pertumbuhan penduduk pada gilirannya meningkatkan produktivitas yang

selanjutnya meningkatkan jumlah kebutuhan energi. Sebaliknya, pendapatan

dari sektor energi utamanya sektor migas juga meningkatkan pertumbuhan

Produk Domestik Bruto (PDB) yang pada tahap berikutnya dapat digunakan

untuk menggerakkan sektor pertanian dan manufaktur (Nweze and Edame,

2016). Menurut data dari BPPT, pertumbuhan PDB dari tahun 2010 hingga

tahun 2013 sebesar 5.58% sedangkan konsumsi energi Indonesia dalam tahun

2014 sebanyak 962 juta SBM (setara barrel minyak), dimana konsumsi terbesar

adalah dari sektor BBM sebanyak 32%. Konsumsi BBM ini dipenuhi dari

kilang-kilang dalam negeri, yaitu dari Pertamina dan kilang swasta, sementara

kekurangannya dicukupi dengan impor. Dalam Gambar 1 dapat dilihat

kebutuhan energi nasional per jenis energi.

Pertamina merupakan BUMN yang dipercaya oleh pemerintah untuk

mendistribusikan BBM dan gas ke seluruh penjuru Nusantara, serta mengangkut

minyak mentah dari seluruh lapangan pengeboran di Indonesia ke kilang-kilang

Pertamina. Sistem pola suplai yang digunakan oleh Pertamina adalah teratur

dimulai dari pengangkutan minyak mentah dari lapangan pengeboran ke kilang-

kilang Pertamina, kemudian pengangkutan BBM dan gas dari kilang-kilang

Pertamina menuju depot-depot besar dan kecil. Selanjutnya dari depot-depot

Gambar 1 Konsumsi Energi Final per Jenis

(Sumber: BPPT, 2016)

Page 2: Pengaruh tipe kapal dan kargo angkut terhadap kinerja dan ...repository.sb.ipb.ac.id/2949/4/E15K-05-Winarto-Pendahuluan.pdf · mendorong kegiatan ekonomi sehingga mendorong pertumbuhan

2

kecil tersebut, BBM dan gas didistribusikan lewat darat dengan mobil-mobil

tanki ke SPBU, SPBG, dan SPBE.

Selain pemenuhan produksi kilang dari lapangan dalam negeri, Pertamina

juga melakukan ekspansi dengan menambang minyak mentah di luar negeri

antara lain di Aljazair, Irak, dan Malaysia. Oleh karena belum mencukupi juga,

Pertamina melakukan impor dari Timur Tengah, Asia Tenggara, Mediterania,

dan Afrika. Sedangkan tingginya konsumsi BBM dalam negeri yang tidak

tercukupi dengan hasil produksi kilang Pertamina, maka dilakukanlan impor

BBM seperti Premium, Solar, dan Avtur dari Singapura dan Malaysia.

Dalam melaksanakan pengangkutan minyak mentah maupun BBM dan gas

via laut seperti pada Gambar 2, Pertamina setiap harinya mengoperasikan lebih

dari 200 kapal tanker dengan berbagai ukuran tipe kapal dan kargo angkut.

Kapal-kapal tersebut sebanyak 69 unit dimiliki sendiri dan sisanya disewa dari

perusahaan lain di Indonesia. Pengoperasian kapal-kapal menyesuaikan kondisi

perairan di Indonesia dari mulai perarian sungai, laut dangkal, hingga laut

dalam. Tipe kapal yang dioperasikan mulai dari oil barge (OB),Satgas (tugboat

(TB) dan oil barge), bulk lighter (BL), small-1 (S1), small-2 (S2), general

purpose (GP), medium range (MR), large range (LR), very large crude carrier

(VLCC), dan ultra large crude carrier (ULCC) untuk angkutan minyak mentah

dan BBM. Selain itu ada pula angkutan berdasarkan jumlah kargo angkut yang

disebut contract of affreightment (COA). Untuk angkutan gas dibedakan

menjadi small pressurized, medium fully refrigerated (Midsize), dan very large

gas carrier (VLGC). Jenis kargo yang diangkut adalah minyak mentah, gas,

aspal, white oil (avtur, premium, solar, kerosene), intermediate (naphtha dan

HOMC), black oil (fule oil dan diesel oil), produk petrokimia (paraxylene dan

benzene), serta produk-produk turunan minyak lainnya. Tabel 1 menunjukkan

daftar jumlah kapal tanker yang dioperasikan oleh Pertamina.

Gambar 2. Bisnis Hilir: Jalur Distribusi BBM Dalam Negeri Melalui

Transportasi Laut

(Sumber: Dokumen Internal PT. Pertamina (Persero), 2016)

Page 3: Pengaruh tipe kapal dan kargo angkut terhadap kinerja dan ...repository.sb.ipb.ac.id/2949/4/E15K-05-Winarto-Pendahuluan.pdf · mendorong kegiatan ekonomi sehingga mendorong pertumbuhan

3

Perumusan Masalah

Sesuai dengan program transformasi Pertamina yang telah dimulai pada

tahun 2009, seluruh lini bisnis dituntut menjalankan bisnisnya dengan

menguntungkan dan efisien. Begitu pula dengan bagian Perkapalan dituntut

untuk dapat melakukan efisiensi dalam hal biaya pengapalan (shipping cost).

Jumlah kargo yang harus diangkut oleh Perkapalan semakin tahun semakin

meningkat. Oleh karena itu, kinerja kapal pula dituntut semakin handal.

Saat ini Pertamina menilai kinerja kapal yang beroperasi belum optimal,

antara lain kapal-kapal memiliki tingkat pembongkaran yang rendah dan speed

kapal yang lambat. Untuk mengejar permintaan di suatu depot, kapal-kapal

sering mengangkut kargo tidak penuh sehingga sehingga tidak efisien dalam

pemuatan. Permintaan di depot yang berfluktuatif menjadikan kondisi stok BBM

terkadang kritis. Kapal-kapal terkadang juga mengkonsumsi bahan bakar

melebihi standar sehingga menambah biaya pengapalan. Selain itu, dalam

mengangkut kargo, tidak dapat dipungkiri sering terjadi pula penyusutan muatan

dikarenakan penguapan maupun kecurangan pihak kapal dan pihak darat

sehingga merugikan Pertamina.

Kapal-kapal yang dipakai oleh Pertamina untuk mengangkut minyak

produk dari kilang menuju depot utama atau dari lapangan pengeboran minyak

mentah ke kilang adalah kapal-kapal tipe general purpose (GP) dan medium

range (MR), sedangkan kargo yang diangkut adalah BBM, komponen BBM,

dan minyak mentah. Kinerja kecepatan kapal dan susut muatan menjadi bagian

penting yang harus dipertahankan.

Dari uraian di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh antara tipe kapal dan kargo yang diangkut terhadap

tingkat kinerja kecepatan kapal?

2. Bagaimana pengaruh antara tipe kapal dan kargo yang diangkut terhadap

tingkat kinerja kecepatan susut muatan?

Tabel 1 Kapal Tanker Pertamina menurut Tipe dan Cargo Angkut Tahun 2016

Kargo Tipe Kapal

COA TB Satgas BL Sm-1 Sm-2 GP MR LR VLCC /

VLGC

Gas / LPG - 12 - - 21 - - 9 - 6

Avtur/

Avgas

- - - 1 5 3 4 - - -

White Oil 40 - 17 21 30 19 17 17 1 -

Intermediate - - - - - 1 4 3 - -

Black Oil - - 1 - 1 4 4 5 - -

Crude Oil - - 1 - - - 6 9 12 2

LAWS/

Benzene

- - - 1 - - - - - -

Aspal - - - 2 2 1 6 - - -

Sumber : Dokumen Internal PT. Pertamina (Persero), 2016

Page 4: Pengaruh tipe kapal dan kargo angkut terhadap kinerja dan ...repository.sb.ipb.ac.id/2949/4/E15K-05-Winarto-Pendahuluan.pdf · mendorong kegiatan ekonomi sehingga mendorong pertumbuhan

4

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini dilakukan

bertujuan untuk:

1. Menganalisis pengaruh antara tipe kapal dan kargo yang diangkut terhadap

tingkat kinerja kecepatan kapal.

2. Menganalisis pengaruh antara tipe kapal dan kargo yang diangkut terhadap

tingkat kinerja kecepatan susut muatan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak

terkait, antara lain:

1. Bagi Pertamina sebagai bahan kajian evaluasi terhadap kinerja kapal

sehingga diharapkan dapat membantu memberikan rekomendasi dalam

pengoperasian dan pemeliharaan kapal.

2. Bagi akademisi dan peneliti agar dapat menambah wawasan dalam bidang

perkapalan umumnya dan tanker khususnya, mengasah kemampuan

berfikir, menjawab permasalahan yang terjadi dalam bidang perkapalan,

serta referensi bahan pustaka untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya akan membahas mengenai kinerja kapal-kapal tanker

Pertamina selama semester I tahun 2016 untuk tipe kapal general purpose (GP)

dan medium range (MR), sedangkan kargo yang diangkut adalah BBM,

komponen BBM, dan minyak mentah. Input yang akan digunakan adalah data

pengapalan selama semester I tahun 2016, sedangkan output yang dikehendaki

adalah pengaruh antara kinerja kapal dengan tipe kapal dan kargo yang diangkut.

Kinerja kapal yang akan diteliti difokuskan pada kinerja kecepatan (speed) dan

susut muatan dalam pelayaran (transportation loss).

2 TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Kapal

Menurut Undang Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Bab I

Ketentuan Umum, dalam Pasal 1 no.36 disebutkan pengertian bahwa kapal

adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan

tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk

kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air,

serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah. Sementara

dalam Kitab Undang Undang Hukum Dagang (KUHD) Pasal 309 disebukan

bahwa kapal adalah semua alat berlayar, bagaimanapun namanya dan apapun

sifatnya. Kecuali bila ditentukan lain, atau diadakan perjanjian lain, dianggap

Page 5: Pengaruh tipe kapal dan kargo angkut terhadap kinerja dan ...repository.sb.ipb.ac.id/2949/4/E15K-05-Winarto-Pendahuluan.pdf · mendorong kegiatan ekonomi sehingga mendorong pertumbuhan

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan SB-IPB