pengaruh tingkat ekonomi terhadap prestasi anak
DESCRIPTION
Perkembangan Peserta DidikTRANSCRIPT
PENGARUH TINGKAT EKONOMI TERHADAP INTELEGENSI ANAK
MAKALAHUNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Perkembangan Peserta Didikyang dibina oleh Ibu Prof. Dr. Sumarmi, M. Pd
OlehKelompok 4 (Off B) :
1. Rizal Anggara Mukti 120721435435
2. Irwan Supriyono 120721435381
3. Dewi Romila 120721435409
4. Ahmad Yusuf 120721435410
5. Anita carolina 120721435411
6. Jefri Firman P 120721435409
UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS ILMU SOSIAL (FIS)
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFISeptember 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Intelegensi adalah suatu kecerdasan. Seorang individu tidak mempunyai
intelegensi yang sama antara individu satu dengan yang lain. Selain faktor
hereditas yang mempengaruhi, faktor lingkungan juga ikut berperan dalam
mengembangkan intelegensi individu. Sebuah keluarga memiliki faktor penting
terhadap perkembangan intelegensi, salah satunya tingkat perekonomian keluarga
dapat mempengaruhi perkembangan intelegensi, bilamana kebutuhan seorang
anak dapat terpenuhi sarana prasarananya. Seorang individu terlahir dari keluarga
yang perekonomiannya berbeda-beda diantranya rendah,sedang,tinggi. Anak-anak
yang berlatar belakang ekonomi rendah, kurang dapat mendapat bimbingan dan
pengarahan yang cukup dari orang tua mereka, karena orang tua lebih
memusatkan perhatiannya pada bagaimana untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari.
Keluarga merupakan lembaga sosial pertama yang dikenal oleh anak dan
dalam keluarga ini dapat ditanamkan sikap-sikap yang dapat mempengaruhi
perkembangan anak selanjutnya. Keluarga bertanggung jawab menyediakan dana
untuk kebutuhan pendidikan anak. Keluarga yang keadaan sosial ekonominya
tinggi tidak akan banyak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
seorang anak, berbeda dengan orang tua yang sosial ekonominya rendah.
Contohnya: anak dalam belajar akan sangat memerlukan sarana penunjang
belajarnya, yang kadang-kadang harganya mahal. Bila kebutuhannya tidak
terpenuhi maka ini akan menjadi penghambat bagi anak dalam pembelajaran.
Maka dari itu kami mengangkat tema” Bagaimana Pengaruh Tingkat
Perekonomian terhadap Intelegensi Anak..
I.II Rumusan masalah
1. Faktor-faktor yang mempegaruhi perkembangan intelegensi?
2. Faktor-faktor yang mempegaruhi tinggi rendahnya perekonomian
orangtua?
3. Bagaimana hubungan perekonomian dengan prestasi anak?
4. Masalah-masalah apa saja yang terjadi pada siswa yang
perekonomiannya rendah?
I.III Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi inetelegensi
siswa.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tinngi
rendahnya perekonomian orang tua.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh latar belakang ekonomi orang tua
terhadap prestasi siswa .
4. Untuk mengetahui masalah-masalah yang terjadi pada siswa yang berasal
dari keluarga yang berekonomi rendah.
BAB II
Pembahasan
II.I Faktor yang mempengaruhi perkembangan intelegensi
a. Faktor bawaan atau hereditas
Selain pendidikan dan pengalaman yang secara langsung dan sengaja diberikan
kepada anak oleh orang tua dan guru-guru, perkembangan intelegensi anak juga
dipengaruhi oleh berbagai rangsangan yang secara terarah dan pada saat yang
tepat diberikan oleh orang-orang yang ada di lingkungan sosialnya. Memberikan
rangsangan mental sedini mungkin dan sesuai tahap-tahap perkembangan si anak
merupakan hal penting. Maka dapat disarankan beberapa hal kepada orang tua :
1.tidak dikacaukan pengertian kepandaian dan kepintaran dengan intelegensi
2. berikanlah perhatian dan rangsangan mental kepada anak sedini mungkin,
karena hal ini akan mengembangkan bakat anak secara optimal. Pendidikan anak-
anak balita penting sekali, karenamenyerahkan anak-anak balita kepada perawat
atau pembantu adalah tindakan yang kurang bijaksana.
3. pengekangan yang berlebih-lebihan terhadap kebebasan anak juga kurang
bijaksana. Walaupun kontrol dan disiplin dari orangtua tetap ada, tetapi hendaklah
anak diberi kesempatan untuk bergaul, berteman, dan beraktifitaas sesuai dengan
minat masing-masing.
b. Faktor lingkungan
Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir,
ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti.
Intelegensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat
dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan
yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan
yang amat penting.
II.II faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya ekonomi orang tua
Ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya keadaan
ekonomi orang tua di masyarakat, diantaranya tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan dan kepemilikan saranaprasarana.
a. Tingkat Pendidikan
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1, pada dasarnya jenjang
pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang
dikembangkan. Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan adalah aktivitas
dan usaha untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensi-potensi
pribadinya, yaitu rokhani (pikir, cipta, rasa, dan hati nurani) serta jasmani (panca
indera dan keterampilan-keterampilan).
Selain dilihat dari jenjangnya juga dapat dilihat dari tahun sukses atau
lamanya orang tua sekolah. Semakin lama orang tua bersekolah berarti semakin
tinggi jenjang pendidikannya. Contohnya, orang tua yang hanya sekolah 6 tahun
berarti hanya sekolah sampai SD berbeda dengan orang yang sekolahnya sampai
12 tahun berarti lulusan SMA. Tingkat pendidikan yang pernah ditempuh orang
tua berpengaruh pada kelanjutan sekolah anak mereka. Orang tua yang memiliki
pendidikan yang tinggi mempunyai dorongan atau motivasi yang besar untuk
menyekolahkan anak mereka.
b. Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah semua pendapatan kepala keluarga maupun
anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk uang dan barang.
Berdasarkan jenisnya, Biro Pusat Statistik membedakan pendapatan menjadi dua
yaitu:
1) Pendapatan berupa barang
Pendapatan berupa barang merupakan segala penghasilan yang bersifat
biasa, akan tetapi tidak selalu berupa balas jasa dan diterimakan dalam bentuk
barang atau jasa.
Demikian juga penerimaan barang secara cuma-cuma, pembelian barang dan jasa
dengan harta subsidi atau reduksi dari majikan merupakan pendapatan berupa
barang.
2) Pendapatan berupa uang
Berdasarkan bidang kegiatannya, pendapatan meliputi pendapatan sektor
formal dan pendapatan sektor informal. Pendapatan sektor formal adalah segala
penghasilan baik berupa barang atau uang yang bersifat regular dan diterimakan
biasanya balas jasa atau kontrasepsi di sektor formal yang terdiri dari pendapatan
berupa uang, meliputi: gaji, upah dan hasil infestasi dan pendapatan berupa
barang-barang meliputi: beras, pengobatan, transportasi, perumahan, maupun
yang berupa rekreasi.
Pendapatan sektor informal adalah segala penghasilan baik berupa barang
maupun uang yang diterima sebagai balas jasa atau kontraprestasi di sektor
informal yang terdiri dari pendapatan dari hasil infestasi, pendapatan yang
diperoleh dari keuntungan sosial, dan pendapatan dari usaha sendiri, yaitu hasil
bersih usaha yang dilakukan sendiri, komisi dan penjualan dari hasil kerajinan
rumah.
Besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk akan
berbeda antara yang satu dengan yang lain, hal ini karena dipengaruhi oleh
keadaan penduduk sendiri dalam melakukan berbagai macam kegiatan sehari-hari.
Hal ini akan berdampak pada kondisi ekonomi suatu keluarga. Biasanya keluarga
dengan pendapatan yang tinggi akan selalu bisa memenuhi kebutuhan- kebutuhan
yang diperlukan baik kebutuhan primer,sekunder, bahkan tersier pun. Hal ini akan
mempengaruhi kecerdasan atau intelegensi anak sendiri.
c. Sarana atau Fasilitas.
Sebuah keluarga yang berpenghasilan tinggi biasanya akan mempunyai
saranaprasarana yang sangat lengkap dibandingkan dengan yang berpenghasilan
biasa. Biasanya orang ini orang yang telah mampu memenuhi kebutuhan primer
bahkan tersier. Sarana-prasaranaini akan mencerminkan kondisi ekonomi keluarga
yang sebenarnya. Contoh : seorang yang telah dapat memenuhi kebutuhan
sekunder cenderung akan memenuhi tersier.
1) Barang-barang berharga
Menurut Abdulsyani (1994), bahwa pemilikan kekayaan yang bernilai
ekonomis dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti perhiasan, televisi, kulkas
dan lain-lain dapat menunjukkan adanya pelapisan dalam masyarakat.
Barang-barang dapat menunjukkan keadaan ekonomi seseorang. Barang-
barang yang berharga tersebut antara lain tanah, sawah, rumah dan lain-lain.
Barang-barang tersebut bisa digunakan untuk membiayai pendidikan anak.
Semakin banyak kepemilikan harta yang bernilai ekonomi dimiliki orang tua
maka akan semakin luas kesempatan orang tua untuk dapat menyekolahkan anak-
anaknya, dan orang tua dapat mencukupi semua fasilitas belajar anak, sehingga
dapat memotivasi anak untuk berprestasi.
2) Jenis-jenis kendaraan pribadi.
Kendaraan pribadi dapat digunakan sebagai alat ukur tinggi rendahnya tingkat
ekonomi orang tua. Misalnya: orang yang mempunyai mobil akan merasa lebih
tinggi tingkat ekonominya dari pada orang yang mempunyai sepeda motor.
II.III Hubungan antara tingkat ekonomi dengan prestasi anak
Keadaan ekonomi yang mapan maka orang tua dapat memenuhi segala
keperluan yang menjadi kebutuhan oleh anak-anak mereka. Seperti dalam
pendidikan dan kesehatan. Dengan demikian anak-anak juga merasa segala
kemampuan yang dimiliki tersalurkan dengan baik. Hal ini karena tersedianya
alat-alat bagi perkembangan mereka. Selain itu komunikasi yang baik antara
orang tua dan anak akan mempengaruhi perkembangan atau prestasinya. Seluruh
manusia membutuhkan pendidikan sebagai bekal di hari nanti. Akan tetapi biaya
pendidikan pada saat ini sangat tinggi. Oleh karena itu, orang tua mempunyai
tanggung jawab untuk perkembangan anak-anaknya. Tapi pada kenyataan orang
tua banyak yang kurang memperhatikan masalah anak-anaknya. Misalnya dalam
masalah pendidikan, anak mempunyai potensi akademik baik. Tetapi orang tua
tidak menyediakan alat-alat yang dapat menyalurkan potensinya. Misalkan buku-
buku pelajaran, alat-alat tulis, tas, sepatu, baju seragam sekolah, dan lain
sebagainya. Dikarenakan faktor ekonomi atau penghasilan orang tua sangat
rendah. Sehingga anak tidak bisa mengembangkan keahlian yang dimiliki.
Dengan demikian, karena kebutuhan pendidikan tidak tersedia bagi anak, maka
prestasi belajarnya di sekolah rendah. Sedangkan bagi orang tua yang mempunyai
penghasilan memadai, mereka sangat memperhatikan perkembangan anak-
anaknya. Orang tua menyediakan berbagai keperluan yang dibutuhkan anak,
termasuk alat-alat sekolah. Sehingga mereka dapat menyalurkan berbagai
potensinya dengan baik termasuk prestasinya. Oleh karena itu anak yang
mempunyai orang tua berpenghasilan cukup pada kenyataannya mendapatkan
prestasi belajar tinggi.Dari permasalahan yang muncul di dunia pendidikan yaitu
orang tua dari sosial ekonomi rendah maka prestasi belajar anak rendah. Dan
orang tua berpenghasilan tinggi maka prestasi anak tinggi. Tetapi hal tersebut
tidak mutlak terjadi karena penelitian terdahulu mengatakan bahwa anak dari
keluarga ekonomi rendah prestasinya tinggi dari pada anak yang status ekonomi
keluarganya tinggi. Hal tersebut muncul masalah sehingga harus diselesaikan
dengan penelitian.
II.IV Masalah yang terjadi pada siswa yang berasal dari keluarga berpenghasilan
rendah.
a. Asupan Gizi
Gizi buruk akan mempengaruhi terhadap cara atau pola berfikir
anak.Asupan yang diterima jauh dari angka kesehatan sehingga dapat
membuat anak sering sakit – sakitan dan akan menghambat perkembangan
prestasinya.
b. Sarana-Prasarana
Pada anak yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah akan
mengalami hambatan – hambatan yaitu pada sarana-prasarana. Keluarga
yang bepenghasilan rendah tidak dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhan
anak mereka sehingga membuat prestasi si anak menjadi terganggu.
Contoh : Andika adalah anak yang berminat dibidang musik.
Kemampuannya dalam bermain piano pun sangatlah bagus, tetapi anidka
tidak mempunyai piano. Hal suadah menghambat kemampuan Andika
dalam berprestasi.
c. Motivasi Belajar
Keluarga yang berpenghasilan rendah cenderung berpendidikan rendah
sehingga tingkat kepedulian terhadap suatu pendidikan sedikit. Hal ini
akan berpengaruh terhadap prestasi anak. Anak akan kurang mendapatkan
motivasi dalam mencapai cita – citanya. Akan tetapi tidak semua seorang
anak seperti ini, ada pula anak mempunyai motivasi tinggi,anak yang
mempunyai motivasi yang tinggi berharap akan berhasil dan tidak akan
mengalami kesulitan dalam menetapkan sasaran sebuah cita – cita bagi
dirinya sendiri.
BAB III
PENUTUP
III.I Kesimpulan
Intelegensi dapat disimpulkan bahwa dipengaruhi oleh faktor hereditas
atau bawaan dan faktor lingkungan. Selain itu terdapat juga faktor – faktor yang
mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat ekonomi keluarga terdiri dari
Pendidikan,pendapatan,sarana – prasarana. Keduanya saling mempengaruhi dan
saling berkaitan. Hubungan antara tingkat ekonomi dengan prestasi anak sangat
berkaitan dengan berkembangnya intelegensi seorang anak. Kemudian dari ulasan
tersebut akan menimbulkan dampak atau masalah – masalah . Salah satunya
adalah kurangnya sarana prasarana , motivasi dalam belajar, dan asupan gizi.
DAFTAR PUSTAKA
Shapiro E, Lawrence. 2003.Mengajarkan Emotional Intelligence pada anak
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sumarmi, 2010. Perkembangan Peserta Didik. Malang:Universitas Negeri
Malang..
Ali Amran Udin. 2008. Pengaruh Status Sosial Ekonomi. file:///H:/Pengaruh tatus
sosial ekonomi.htm.( online ), (Diakses pada tanggal 19 november 2012).
Triyono,dkk. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Malang. Universitas Negeri
Malang