pengaruh tayangan sinetron anak langit sctv...
TRANSCRIPT
PENGARUH TAYANGAN SINETRON ANAK LANGIT SCTV
TERHADAP PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA
(SURVEI TERHADAP SISWA-SISWI MTS MANARATUL ISLAM JAKARTA)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S. Sos)
Oleh :
Santika Oktaviani Fajrin
NIM: 1113051000031
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/ 2017 M
i
ABSTRAK
Nama : Santika Oktaviani Fajrin NIM : 1113051000031 Pengaruh Tayangan Sinetron Anak Langit SCTV Terhadap Perilaku Agresif Pada Remaja (Survei Terhadap Siswa-siswi MTS Manaratul Islam Jakarta)
Televisi merupakan media massa yang dapat diakses oleh seluruh anggota keluarga. Namun, pada kenyataannya banyak stasiun televisi yang menampilkan tayangan dengan adegan-adegan yang tidak ramah atau tidak pantas ditonton oleh anak-anak dan remaja. Sedangkan masa remaja merupakan masa dimana keinginan meniru dari apa yang dilihatnya sedang tinggi. Sehingga tayangan televisi yang ditonton dalam jangka waktu yang lama dapat mempengaruhi.
Merujuk dari latar belakang tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu, Berapa presentase proses perhatian (Attention Process), proses mengingat (Retention Process), proses reproduksi motoris (Motoris Reproduction Process), serta proses motivasional (Motivational Process) siswa-siswi MTS Manaratul Islam Jakarta terhadap perilaku agresif pada tayangan sinetron Anak Langit. Bagaimana kondisi kognitif, afektif, dan behavioral pada siswa-siswi MTS Manaratul Islam Jakarta setelah menonton tayangan sinetron Anak Langit.
Penelitian ini menggunakan paradigma positivisme, dengan pendekatan kuantitatif, jenis metode penelitian ini adalah survei. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling dengan jumlah responden 65 orang. Sedangkan jenis data yang digunakan adalah data primer yang didapat dari penyebaran angket kepada siswa-siswi MTS Manaratul Islam Jakarta kelas tujuh dan delapan dan metode analisis data yang digunakan adalah Regresi Linier.
Teori yang digunakan adalah Social Learning Theory, Albert Bandura. Teori ini menyatakan bahwa bahwa pemirsa meniru apa yang mereka lihat di televisi, melalui suatu proses observational learning (pemberlajaran hasil pengamatan).
Dalam empat proses social learning yang dikemukakan oleh Albert Bandura, pada Attention Process sebesar 50,77%-55,38% siswa-siswi mengamati adegan-adegan yang menampilkan perilaku agresif pada tayangan sinetron Anak Langit. Selanjutnya, pada Retention Process sebesar 30,77%-38,46% siswa-siswi mengingat adegan-adegan yang menampilkan perilaku agresif pada tayangan tersebut. Pada Motoris Reproduction Process 6,15%-18,46% siswa-siswi menirukan perilaku agresif yang ditayangkan pada tayangan tersebut. Kemudian, pada Motivational Process sebesar 10,77% siswa-siswi merasa puas setelah menirukan perilaku agresif pada tayangan. Kondisi kognitif siswa-siswi menyatakan bahwa isi pesan dalam tayangan sinetron Anak Langit adalah tentang perkelahian antar geng motor. Kondisi afektifnya siswa-siswi tertarik menonton tayangan karena paras pemain yang cantik dan tampan, dan menurut mereka adegan yang menampilakn perilaku agresif dalam sinetron merupakan perbuatan atau perilaku yang tidak pantas ditiru, serta menonton tayangan sinetron Anak Langit merupakan tuntutan dalam pergaulan. Sedangkan kondisi behavioralnya sebagian kecil siswa-siswi menirukan perilaku agresif pada tayangan tersebut. Kata kunci: Pengaruh, Tayangan, Sinetron, Perilaku, dan Agresif
ii
KATA PENGANTAR
. Segala puji bagi Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya yang tiada henti, serta shalawat
beriringkan salam dipanjatkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW
Pengaruh
Tayangan Sinetron Anak Langit SCTV Terhadap Perilaku Agresif Pada
Remaja (Survei Terhadap Siswa-siswi MTS Manaratul Islam Jakarta).
Dalam proses pembuatan skripsi ini, penulis telah melalui lika-liku, serta
pasang-surut yang membuat penulisan skripsi ini tertunda. Namun penulis
mendapatkan banyak bantuan baik berupa materil maupun moril, ide, tenaga, serta
dorongan semangat hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Atas
selesainya tulisan ini, terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D., selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik,
Dr. Roudhonah, MA., selaku Wakil Dekan II bidang Administrasi Umum, Dr.
Suhaimi, M.Si., selaku Wakil Dekan II bidang Kemahasiswaan.
2. Drs. Masran, MA., selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,
serta Fita Fathurakhmah, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
3. Amirudin, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyusun
skripsi ini.
iii
4. Ade Rina Farida, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik KPI A
angkatan 2013 yang telah memberi masukan dan dukungan dalam pembuatan
skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan beragam ilmu dan pengalaman kepada penulis selama
perkuliahan.
6. Untuk Orang tua terhebat Ayahanda Sugeng Muhammad Muklis dan Ibunda
Sri Kurniawati yang selalu mendoakan dan memberikan semangat sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta adik-adikku Putri dan Salma
yang sudah cerewet mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan
skripsi ini.
7. Drs. H. Akhyarullah, M.Si., selaku Kepala Sekolah MTS Manaratul Islam
Jakarta yang telah memberikan izin kepada penulis, sehingga penelitian ini
dapat dilaksanakan. Serta Rahmawati, S.Pd., selaku guru Bimbinagn
Konseling (BK) yang telah banyak membantu dalam proses penelitian.
8. Tim belakang layar: Taufiq, Ika, Mahilah, dan Vivi yang telah memberikan
semangat, masukan, serta doa. Terimakasih telah meluangkan waktunyadan
telah menjadi tempat penulis berkeluh-kesah selama pasang-surut penyusunan
skripsi ini.
9. Pejuang Kuanti: Heti, Anisa, Raafa, Yusi, dan Rizka tempat sharing sesama
pejuang kuantitatif, yang selalu berbagi pengalaman dalam penelitian masing-
masing.
10. Teman-teman seperjuangan KPI 2013, terutama KPI A 2013, khususnya:
Musfiah, Puri, Tasya, Icha, Aida, Ida, Belda, Ihat, Lia, Halida, Antik, Chika,
iv
Tami, Anjani, Ifa, Vanny, Vicky dan semua teman yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu terima kasih telah mewarnai masa- masa perkuliahan
penulis.
11. Teman-teman MM 2 2013 yang hingga kini terus memberikan dorongan serta
semangat untuk tercapainya gelar sarjana ini.
12. Kelompok KKN DAUN 2016: Agie, Ciba, Beben, Joy, Puti, Reza, Ridho,
Roro, Salwa, Syifa, keluarga baru penulis yang telah memberi warna pada
akhir masa perkuliahan
Demikian ucapan terima kasih yang dapat penulis sampaikan kepada
seluruh pihak yang telah membantu mulai dari awal penulisan hingga skripsi ini
dapat terselesaikan, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka semua
dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan seluruh pihak yang
membaca.
Jakarta, 14 September 2017
Santika Oktaviani Fajrin
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ......................................................... 5
1. Batasan Masalah ......................................................................... 5
2. Rumusan Masalah ....................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7
1. Manfaat Teoritis .......................................................................... 7
2. Manfaat Praktis ........................................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 7
F. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 10
G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 10
BAB II KERANGKA TEORI ............................................................................ 13
A. Efek Media Massa ........................................................................... 13
B. Teori Belajar Sosial (social learning theory) .................................. 14
C. Media Audience ............................................................................... 16
D. Sinetron ............................................................................................ 18
E. Remaja ............................................................................................. 21
F. Perilaku Agresi ................................................................................ 22
G. Televisi dan Perilaku Ageresif ......................................................... 26
H. Larangan Bermusuhan dalam Islam ................................................ 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 29
A. Paradigma Penelitian ....................................................................... 29
B. Jenis Metode Penelitian ................................................................... 29
vi
C. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 30
D. Subjek dan Objek Penelitian ............................................................ 30
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 30
F. Populasi dan Sampel ........................................................................ 32
1. Populasi ..................................................................................... 32
2. Sampel ...................................................................................... 32
G. Teknik Pengambilan Sampel ........................................................... 33
H. Variabel Penelitian ........................................................................... 33
I. Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................ 34
J. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 37
K. Uji Instrumen .................................................................................. 37
L. Teknik Analisis Data ....................................................................... 38
1. Skala Pengukuran ..................................................................... 38
2. Uji Normalitas .......................................................................... 39
3. Analisis Data ............................................................................. 39
BAB IV GAMBARAN UMUM .......................................................................... 45
A. Gambaran Umum Tayangan Sinetron Anak Langit ........................ 45
B. Gambaran Umum MTS Manaratul Islam Jakarta ............................ 47
1. Sejarah Singkat MTS Manaratul Islam Jakarta ........................ 47
2. Visi, Misi Pendidikan MTS Manaratul Islam ........................... 47
3. Struktur Organisasi MTS Manaratul Islam Jakarta tahun
2017/2018 ........................................................................................ 49
4. Sarana dan Prasarana MTS Manaratul Islam ............................ 49
BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA .................................. 51
A. Deskripsi Data Responden Penelitian .............................................. 51
1. Menurut Jenis Kelamin ............................................................. 51
2. Menurut Usia ............................................................................ 51
3. Menurut Durasi Menonton Tayangan ....................................... 52
B. Pengaruh Tayangan Sinetron Anak Langit terhadap Perilaku Agresif
pada Remaja ............................................................................................ 52
C. Kondisi Kognitif, Afektif, dan Behavioral ...................................... 55
1. Kognitif ..................................................................................... 55
vii
2. Afektif ....................................................................................... 58
3. Behavioral ................................................................................. 60
D. Uji Instrumen ................................................................................... 65
1. Uji Validitas .............................................................................. 65
2. Uji Reliabilitas .......................................................................... 67
E. Analisa Data Penelitian .................................................................... 68
1. Uji Normalitas .......................................................................... 68
2. Analisis Korelasi ....................................................................... 70
3. Uji Regresi Linier Sederhana .................................................... 71
4. Uji Regresi Linier Berganda ..................................................... 72
5. Uji Koefisien Determinasi ........................................................ 74
6. Uji F-test (Simultan) ................................................................. 75
7. Uji T-test (Parsial) .................................................................... 76
BAB VI PENUTUP ............................................................................................. 79
A. Kesimpulan ...................................................................................... 79
B. Saran ................................................................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 82
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 84
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Indikator Penelitian ..................................... 34
Tabel 3.2 Blue Print (sebelum validasi instrument)............................................. 36
Tabel 3.3 Blue Print (sesudah validasi instrument) ............................................. 36
Tabel 3.4 Skala Pengukuran ................................................................................. 38
Tabel 3.5 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan Tabel ................................ 40
Tabel 5.1 Jumlah Responden berdasarkan Jenis Kelamin ................................... 51
Tabel 5.2 Jumlah Responden berdasarkan Usia .................................................... 51
Tabel 5.3 Jumlah Responden berdasarkan Durasi Menonton Tayangan .............. 52
Tabel 5.4 Perilaku Agresif .................................................................................... 53
Tabel 5.5 Kognitif ................................................................................................. 56
Tabel 5.6 Afektif ................................................................................................... 58
Tabel 5.7 Behavioral ............................................................................................. 61
Tabel 5.8 Rekapitulasi Rata-rata Skor Variabel Pengaruh Tayangan Sinetron Anak
Langit .................................................................................................................... 63
Tabel 5.9 Hasil Uji Validitas ................................................................................. 66
Tabel 5.10 Tabel Kolmogorov-Smirnov ............................................................... 69
Tabel 5.11 Hasil Uji Korelasi Pearson Product Moment .................................... 70
Tabel 5.12 Hasil Uji Regresi Sederhana .............................................................. 71
Tabel 5.13 Hasil Uji ANOVA .............................................................................. 72
Tabel 5.14 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ..................................................... 73
Tabel 5.15 Hasil Uji Koefisien Determinasi ........................................................ 74
Tabel 5.16 Hasil Uji F-test (Simultan) ................................................................. 75
Tabel 5.17 Hasil Uji T-test (Parsial) .................................................................... 77
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 10
Gambar 4.1 Struktur Organisasi MTS Manaratul Islam Jakarta .......................... 49
Gambar 5.1 Analisis PP Plot Regression Standardized Residual ........................ 69
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam perkembangannya media massa terbagi menjadi dua kategori, yaitu
media cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria
sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah. Sedangkan media elektronik
yang memenuhi kriteria media massa adalah radio siaran, televisi, film, media on-
line (internet).1 Bagaimanapun, televisi telah terbukti sebagai media komunikasi
yang efektif untuk menjangkau semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali.
Popularitas televisi dikalangan masyarakat disebabkan karena menonton televisi
tidak perlu meninggalkan rumah, praktis, dapat ditonton bersama-sama dengan
keluarga, salurannya mudah diganti, dapat ditonton dengan orang yang dikenal,
menyajikan berbagai informasi, tidak menuntut persyaratan formal, menonton
televisi dilakukan di ruangan yang terang, serta tidak memerlukan syarat baca
tulis (memanfaatkan audio-visual). Kemampuan untuk mengatasi jarak, ruang,
dan waktu tidak perlu diragukan dan sampai saat ini tidak tertandingi oleh media
lain.2 Selain itu, televisi merupakan media massa yang mudah, murah, dan meriah,
sehingga dapat menjangkau semua kalangan dan golongan.
Perkembangan pertelevisian di Indonesia dirasa cukup pesat. Dapat dilihat
dari banyaknya stasiun televisi swasta yang berkembang hingga sekarang. Stasiun
televisi tersebut menyajikan banyak pilihan program acara, seperti program berita,
1 Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, dan Siti Karlinah., Komunikasi Massa Suatu
Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 103. 2 EB. Surbakti, Awas Tayangan Televis: Tayangan Misteri dan Kekerasan Mengancam
Anak Anda, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008), h. 55-58.
2
talk show, infotainment, sinetron/film, variety show, anak-anak, komedi, religi,
dan wisata budaya. Dari beragamnya acara yang disajikan, sinetron merupakan
salah satu program acara yang diminati di antara program lainnya. Karena
sinetron merupakan program hiburan yang menceritakan kehidupan sehari-hari
sehingga penonton merasa terbawa dengan suasana dalam adegan, dapat ditonton
bersama keluarga, dan imajinatif.
Banyaknya peminat program acara sinetron, membuat stasiun televisi yang
ada di Indonesia berlomba-lomba membuat sinetron yang menarik untuk merebut
perhatian pemirsa. Hingga, terkadang cerita yang disajikan dalam sinetron tidak
relevan dengan dunia nyata. Menurut hasil Survei Indeks Kualitas Program Siaran
Televisi yang dilakukan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dengan Ikatan
Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) dari 5 periode yang diadakan pada tahun
2016, program sinetron selalu berada dibawah standar ukuran baik atau
berkualitas. Program siaran disebut baik atau berkualitas, jika nilai skor indeksnya
minimal 4,0, dengan skala 1 hingga 5. Sementara, program sinetron, pada periode
1 (Maret-April 2016) mencapai angka 2,94, pada periode 2 (Mei-Juni 2016)
mencapai angka 2,70, sedangkan pada periode 3 (Juli-Agustus 2016) mencapai
3,08, pada periode 4 (September-Oktober 2016) mencapai 2,96, dan pada periode
5 (November-Desember 2016) mencapai 2,75.3
Dari hasil survei tersebut juga didapatkan bahwa program sinetron yang ada
di Indonesia dari segi relevansi cerita masih perlu mendapat perhatian, karena
masih kurang sesuai dengan kenyataan yang ada di masyarakat; belum
3 Komisi Penyiaran Indonesia, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, dan 12 Perguruan
Tinggi di Indonesia. Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi Tahun 2016. www.kpi.go.id diakses pada Rabu, 28 Desember 2016.
3
mencerminkan jati diri bangsa Indonesia yang bertakwa dan beriman; masih ada
yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di Indonesia; dimensi
kekerasan banyak yang muncul dalam tayangan sinetron; masih ada episode yang
mengandung unsur dewasa; masih ada program sinetron yang menjual mistik; dan
ada sinetron tentang percintaan remaja di bawah umur, pacaran sebagai hal biasa,
banyak mengandung unsur kebohongan yang dapat mempengaruhi psikologi
anak, anak-anak dilibatkan dalam konflik, serta mendewasakan remaja.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa sinetron masih menampilkan
adegan-adegan yang menampilkan dimensi kekerasan yang dapat memberikan
pengaruh yang negatif, terutama bagi anak-anak dan remaja. Karena pada masa
perkembangannya, anak-anak dan remaja cenderung mengikuti apa yang
dilihatnya.
Dalam penelitian ini, penulis tertarik memilih sinetron Anak Langit karena
sinetron ini ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta tertua di Indonesia,
yaitu Surya Citra Televisi (SCTV) yang semenjak penayangan perdananya
mendapatkan rating yang cukup bagus. Dibintangi oleh artis-artis remaja yang
sedang naik daun, seperti Steven William, Ammar Zoni, Ranty Maria, Cemar
Faruk, Nasya Marcella, Dylan Carr, Immanuel Caesar Hito, Raya Kitty, dan juga
artis senior seperti Adipura dan Fathir Muchtar cukup menarik minat penonton.
Selain itu, sinetron ini juga ditayangkan setiap hari pada jam prime time yaitu
pada pukul 20.00 sampai dengan 22.00 dimana pada saat tersebut seluruh anggota
keluarga dapat menonton televisi.
Sinetron Anak Langit mengisahkan tentang kehidupan remaja yang
tergabung di dalam geng motor yang berbeda, yang berselisih paham, sehingga
4
membuat sinetron ini tidak lepas dari adegan-adegan perselisihan antar geng
motor yang ada di sinetron tersebut. Pada tanggal 7 Maret 2017, sinetron ini
mendapatkan peringatan tertulis dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang
dikarenakan sinetron ini tidak memperhatikan ketentuan tentang perlindungan
anak dan remaja serta penggolongan program siaran seperti yang telah diatur
dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS)
KPI Tahun 2012. Sinetron Anak Langit dinyatakan cukup banyak menampilkan
muatan yang mengarah pada kekerasan (perkelahian) dan perilaku tidak pantas
(balapan motor atau kebut-kebutan). KPI Pusat menilai muatan tersebut dapat
memberikan pengaruh buruk bagi khalayak yang menonton, terutama remaja
untuk meniru perilaku tersebut. Selanjutnya pada tanggal 21 Juli 2017, sinetron
ini kembali mendapatkan peringatan tertulis yang dikarenakan sinetron ini
menayangkan secara eksplisit adegan perkelahian yang dilakukan oleh beberapa
orang pria.
Remaja dipilih sebagai subjek penelitian adalah karena remaja merupakan
masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa. Pada usia 12-15 tahun merupakan
masa dimana terdapat energi dan kekuatan fisik yang luar biasa serta tumbuh
keingintahuan dan keinginan coba-coba.4 Pada usia remaja awal, emosi remaja
menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif terhadap berbagai peristiwa atau
situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah
tersinggung/marah, atau mudah sedih/murung, sedangkan remaja akhir sudah
mampu untuk mengontrol emosinya.5 Dalam hal ini penelitian dilakukan di MTS
Manaratul Islam Jakarta, yang memiliki siswa cukup banyak. Pada tahun
4 Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 23. 5 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, (Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2011), h. 197.
5
2017/2018 siswa MTS Manaratul Islam Jakarta sebanyak 565 siswa yang terbagi
menjadi siswa umum dan siswa pesantren. Usia SMP merupakan usia remaja awal
yang rentan akan proses peniruan. Selain itu, akhir-akhir ini dunia maya sedang
dihebohkan dengan kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok remaja SMP
terhadap teman sebayanya. Seperti halnya kasus siswa SMP di Kota Dumai,
Provinsi Riau yang melakukan penganiayaan terhadap teman sebaya.6 Kemudian
kasus 2 siswi SMP di Manado terlibat perkelahian.7 Remaja penulis pilih sebagai
responden penelitian juga karena usia remaja merupakan segmen penonton
sinetron Anak Langit. Maka, seberapa besar tayangan sinetron Anak Langit
mempengaruhi perilaku agresif pada remaja. Sehingga kita dapat lebih
memperhatikan lagi nilai-nilai yang ditampilkan oleh sebuah tayangan sinetron,
terutama nilai-nilai yang membentuk akhlak dan moral remaja, terutama usia
remaja awal atau SMP yang sangat rentan untuk meniru apa yang dilihatnya.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis bermaksud untuk melakukan
sebuah penelitian skripsi yang berjudul Pengaruh Tayangan Sinetron Anak
Langit SCTV Terhadap Perilaku Agresif Pada Remaja (Survei Terhadap
Siswa-siswi MTS Manaratul Islam
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus dan tidak melebar, maka penulis perlu
membatasi permasalahan. Penulis hanya meneliti pengaruh tayangan
6 Antara, Dikeroyok Dua Rekannya, Siswa SMP Muhammadiyah Dumai Meregang Nyawa,
http://mediaindonesia.com, diakses pada Rabu, 16 Agustus 2017. 7Shinta Lestari, Viral, 2 Siswi SMP di Manado Terlibat Perkelahian,
http://news.liputan6.com,diakses pada 17 September 2017.
6
sinetron Anak Langit terhadap perilaku agresif pada remaja di sekolah MTS
Manaratul Islam Jakarta.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dikemukakan
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Berapa presentase proses perhatian (Attention Process), proses
mengingat (Retention Process), proses reproduksi motoris (Motoris
Reproduction Process), serta proses motivasional (Motivational
Process) siswa-siswi MTS Manaratul Islam Jakarta terhadap perilaku
agresif pada tayangan sinetron Anak Langit?
b. Bagaimana kondisi kognitif, afektif, dan behavioral pada siswa-siswi
MTS Manaratul Islam Jakarta setelah menonton tayangan sinetron
Anak Langit?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka diketahui tujuan dari penelitian
ini, antara lain sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui presentase proses perhatian (Attention Process),
proses mengingat (Retention Process), proses reproduksi motoris
(Motoris Reproduction Process), serta proses motivasional
(Motivational Process) siswa-siswi MTS Manaratul Islam Jakarta
terhadap perilaku agresif pada tayangan sinetron Anak Langit.
2. Untuk mengetahui kondisi kognitif, afektif, dan behavioral pada siswa-
siswi MTS Manaratul Islam Jakarta setelah menonton tayangan sinetron
Anak Langit?
7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam aspek teoritis (keilmuan) yaitu bagi perkembangan jurusan Ilmu
Komunikasi secara umum dan jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
khususnya. Di samping itu, diharapkan juga dapat menjadi acuan (referensi)
dan perbandingan bagi peneliti yang melakukan penelitian dengan objek
yang serupa.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
pembelajaran bagi orang tua mengenai efek media massa agar lebih
memantau tayangan yang ditonton oleh anaknya. Selain itu, penelitian ini
diharapkan juga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi pihak televisi agar
menayangkan tayangan yang mendidik serta memotivasi remaja agar remaja
dapat berperilaku sesuai dengan usianya.
E. Tinjauan Pustaka
1. Skripsi Lia Pediati (2015) Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi yang berjudul
Ganteng-Ganteng Serigala SCTV Terhadap Perilaku Pacaran Siswa
SMP Islam Al-
Dalam penelitian tersebut, terdapat kesamaan penelitian yaitu
sama-sama menggunakan pendekatan Social Learning Theory dan
8
menjadikan remaja sebagai subjek penelitian. Penelitian tersebut
meneliti tentang efek media massa terhadap khalayak. Perbedaannya
terdapat pada objek yang diteliti, penulis meneliti mengenai pengaruh
tayangan sinetron terhadap perilaku agresif sedangkan Lia Pediati
meneliti mengenai pengaruh tayangan sinetron terhadap perilaku
pacaran.
2. Skripsi Nuri Rahmah Fajria (2011) Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang berjudul
Opera Van Java Terhadap Perubahan Perilaku Kekerasan di SMA
Triguna Utama Cipu
Dalam penelitian tersebut, terdapat kesamaan penelitian yaitu
sama-sama menggunakan pendekatan Social Learning Theory.
Penelitian tersebut meneliti tentang efek media massa terhadap
khalayak. Perbedaannya terdapat pada objek yang diteliti, penulis
meneliti mengenai pengaruh tayangan sinetron yaitu sinetron Anak
Langit sedangkan Nuri Rahma Fajria meneliti mengenai pengaruh
tayangan komedi yaitu Opera Van Java.
3. Skripsi Nando (2011) Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Departemen
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Hubungan Antara Perilaku Menonton Film
Kekerasan Dengan Perilaku Agresi Remaja (Kasus Remaja Di Smk
Pelita Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
Barat)
9
Dalam penelitian tersebut, terdapat kesamaan penelitian yaitu
sama-sama menjadikan perilaku agresi sebagai objek penelitian dan
menjadikan remaja sebagai subjek penelitian. Penelitian tersebut
meneliti tentang efek media massa terhadap khalayak. Perbedaannya
terdapat pada objek yang diteliti, penulis meneliti mengenai pengaruh
tayangan sinetron terhadap perilaku agresif sedangkan Nando meneliti
mengenai hubungan antara perilaku menonton film kekerasan dengan
perilaku agresi.
4. Skripsi Aulia Izzati Sabilah (2017) Mahasiswa Universitas Mercu
Buana Bidang Studi Broadcasting, Fakultas Ilmu Komunikasi yang
berjudul Sikap Khalayak Terhadap Peran Protagonis di Tayangan
Sinetron Anak Langit SCTV (Survey terhadap siswa/i kelas 5 dan 6
di Madrasah Ibtidaiyah Burul Hidayah, Cilandak Timur-Kota
Jakarta Selatan)
Dalam penelitian tersebut, terdapat kesamaan penelitian yaitu
sama-sama menggunakan tayangan Sinetron Anak Langit SCTV
sebagai objek sinetron yang diteliti. Penelitian tersebut meneliti tentang
sikap khalayak terhadap peran protagonis yang terdapat dalam sinetron
tersebut dengan menggunakan teori S-O-R. Perbedaannya terdapat pada
subjek yang diteliti, penulis meneliti remaja dengan survei terhadap
siswa-siswi MTS Manaratul Islam, sedangkan Aulia meneliti anak-anak
dengan survey terhadap siswa-siswi kelas 5 dan 6 MI Nurul Hidayah.
5. Skripsi Karina Tika Patricia (2017) Mahasiswa Universitas Katolik
Widya Mandala Surabaya Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas
10
Ilmu Komunikasi yang berjudul Motif Remaja Surabaya Menonton
Dalam penelitian tersebut, terdapat kesamaan penelitian yaitu
sama-sama menggunakan sinetron Anak Langit SCTV sebagai objek
sinetron yang diteliti dan menjadikan remaja sebagai subjek penelitian,
dimana remaja surabaya yang menjadi subjek penelitian Karina.
Penelitian tersebut meneliti tentang motif remaja dalam menonton
tayangan sinetron Anak Langit. Perbedaannya terdapat pada teori yang
digunakan, penulis menggunakan Social Learning Theory sedangkan
Karina menggunakan teori Uses and Gratifications.
F. Kerangka Pemikiran
Adapun kerangka pemikiran yang digunakan penulis dalam
merumuskan masalah ini adalah sebagai berikut:
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
G. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan membahas mengenai: latar belakang masalah,
batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat teoritis dan praktis
Pengaruh tayangan
(Variabel X)
Perilaku agresif pada
remaja
(Variabel Y)
11
penelitian, tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, serta sistematika
penulisan.
BAB II : KERANGKA TEORI
Bab ini akan membahas tentang teori-teori mengenai pengaruh
tayangan terhadap perilaku agresif seperti: Efek Media Massa, Teori Belajar
Sosial (social learning theory), Media Audience, Sinetron, Remaja, Perilaku
Agresi (Faktor-faktor Penyebab Agresi, Bentuk-bentuk Agresi), Televisi
dan Perilaku Agresif, dan Larangan Bermusuhan dalam Islam.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini akan membahas mengenai paradigma penelitian, jenis metode
penelitian, subjek dan objek penelitian, populasi dan sampel, teknik
pengambilan sampel, variabel penelitian, hipotesis penelitian, definisi
operasional konsep, teknik pengumpulan data, uji instrumen, serta metode
analisis data.
BAB IV : GAMBARAN UMUM
Bab ini membahas tentang: gambaran umum mengenai tayangan
sinetron Anak Langit dan gambaran umum mengenai MTS Manaratul Islam
Jakarta, seperti, sejarah singkat, visi dan misi MTS Manaratul Islam Jakarta,
struktur organisasi, serta sarana dan prasarana.
BAB V : HASIL PENELITIAN DAN ANALIS DATA
Bab ini akan membahas mengenai pengolahan uji instrumen dan
analisis data penelitian.
12
BAB VI : PENUTUP
Pada bab penutup ini penulis mengakhiri skripsi yang berisi
kesimpulan dari semua pembahasan yang menjadi fokus penelitian dan
saran mengenai pengaruh tayangan sinetron Anak Langit terhadap perilaku
agresif pada remaja.
13
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Efek Media Massa
Menurut Steven M. Chaffee, efek media massa dapat dilihat dari tiga
pendekatan. Pendekatan pertama adalah efek dari media massa yang berkaitan
dengan pesan ataupun media itu sendiri. Pendekatan kedua adalah dengan melihat
jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa yang berupa
perubahan sikap, perasaan, dan perilaku. Pendekatan ketiga adalah observasi
terhadap khalayak (individu, kelompok, organisasi, masyarakat, atau bangsa) yang
dikenai efek komunikasi massa.
Mengenai efek pesan media massa, terdapat tiga dimensi efek pesan media
massa, antara lain:1
1. Efek Kognitif
Efek kognitif membahas tentang bagaimana media massa dapat
memberikan pengetahuan, keterampilan, maupun kepercayaan kepada
khalayak.
2. Efek Afektif
Efek Afektif membahas mengenai apa yang disebarkan melalui media
massa dapat mengubah pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci
khalayak. Dampak ini berkaitan dengan perasaan dan rangsangan emosional
seseorang.
1 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h. 148-150.
14
3. Efek Behavioral
Efek behavioral membahas tentang dampak pesan media massa dapat
menimbulkan pola-pola tindakan, kegiatan, atau perilaku nyata yang dapat
diamati.
B. Teori Belajar Sosial (social learning theory)
Teori belajar sosial atau yang dikenal juga dengan sebutan social learning
theory diperkenalkan oleh Albert Bandura. Teori ini menjelaskan bahwa pemirsa
meniru apa yang mereka lihat di televisi, melalui suatu proses observational
learning (pemberlajaran hasil pengamatan).2 Bandura telah memberikan
gambaran yang komperhensif sehingga teori ini dapat digunakan untuk
memecahkan atau meneliti perubahan perilaku remaja. Belajar mengobservasi
telah memberikan dampak yang cukup kuat terhadap tingkah laku sosial-antisosial
anak atau remaja. Dalam hal ini, Bandura telah merancang tiga dampak utama
dari pengamatan terhadap tingkah laku individu yang dijadikan model, yaitu:3
1. Remaja memperoleh pola-pola respon baru, ketika dia berfungsi
sebagai pengamat.
2. Pengamatan terhadap tingkah laku model dapat memperkuat atau
memperlemah respons-respons yang tidak diharapkan (ditolak).
3. Mengamati tingkah laku yang lain dapat mendorong remaja/anak untuk
melakukan kegiatan yang sama.
Teori belajar sosial merupakan sebuah teori yang ide dasarnya adalah
sebuah pembelajaran untuk perkembangan dan perilaku diri yang tidak hanya
2 Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, dan Siti Karlinah., Komunikasi Massa Suatu
Pengantar, h. 64. 3 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, (Jakarta: PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2011), h. 190
15
melalui pengalaman dan pengamatan personal langsung saja, tetapi juga belajar
melalui sumber tidak langsung seperti media massa.4 Dalam proses belajar sosial
(Social Learning Process), Albert Bandura menggagas bahwa media massa
merupakan agen sosialisasi utama selain orang tua, keluarga besar, guru, sekolah,
sahabat, dan seterusnya. Bandura membagi proses ke dalam empat tahapan,
yakni:5
1. Proses Perhatian (Attention Process). Perhatian kepada suatu peristiwa
ditentukan oleh karakteristik peristiwa itu (atau rangsangan yang
dimodelkan) dan karakteristik si pengamat. Peristiwa yang jelas dan
sederhana akan mudah menarik perhatian dan karenanya mudah
dimodelkan.
2. Proses Mengingat (Retention Process). Peristiwa yang menarik
perhatian dimasukkan ke dalam benak dalam bentuk lambang secara
verbal atau imaginal sehingga menjadi ingatan (memory).
3. Proses Reproduksi Motoris (Motoris Reproduction Process). Hasil
ingatan akan meningkat menjadi bentuk perilaku. Kemampuan kognitif
dan kemampuan motorik pada langkah ini berperan penting.
trial and
error mana umpan balik turut mempengaruhi.
4. Proses Motivasional (Motivasional Process). Menunjukkan bahwa
perilaku akan berwujud apabila terdapat nilai peneguhan. Peneguhan
dapat berbentuk ganjaran eksternal, pengamatan yang menunjukkan
4 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa McQuail/Denis McQuail Edisi 6 Buku 2,
(Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h. 252. 5 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori,dan Filsafat Komunikasi, (Bandung : PT Citra
Aditya Bakti, 2003), h. 282-283.
16
bahwa bagi orang lain ganjaran disebabkan perilaku yang sama, serta
ganjaran internal, misalnya rasa puas diri.
Penelitian yang dilakukan oleh Bandura, 1973; Berkowitz, 1965; Bryan &
Schwartz, 1971; Geen, 1978; dan Goranson, 1970, menyimpulkan bahwa
menyaksikan tayangan kekerasan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan
dampak sebagai berikut:6
1. Kekerasan mengajarkan perilaku agresif.
2. Menurunkan kemampuan mengekang perilaku agresif.
3. Berkurangnya kepekaan dan menganggap kekerasan sebagai hal biasa.
4. Tayangan televisi membentuk kesan tentang realitas.
Jadi dapat dikatakan jika anak-anak atau remaja menonton tayangan yang
mengandung adegan-adegan kekerasan secara terus-menerus, kemudian mereka
menjadikan tayangan tersebut sebagai model, maka perilaku agresif dapat timbul
dalam keseharian anak-anak atau remaja, karena kekerasan juga mengajarkan
perilaku agresif.
C. Media Audience
Dalam komunikasi dibutuhkan dua pihak, yaitu pengirim pesan
(komunikator) dan penerima pesan (komunikan). Dalam kasus ini, yang
dikatakarn sebagai khalayak adalah penerima pesan. Komunikasi yang dilakukan
dengan khalayak dapat dikatakan berhasil jika, pesan yang disampaikan oleh
komunikator mencapai target yang diinginkan. Dalam kasus khalayak media
massa, umpan balik (feedback) itu penting. Tetapi, umpan balik tersebut pasti
tertunda pada saat itu, dan disampaikan kembali kepada produsen pesan melalui
6 EB Surbakti, Awas Tayangan Televisi: Tayangan Misteri dan Kekerasan Mengancam Anak Anda, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008), h. 144.
17
beberapa entitas ketiga, seperti rating mengenai tayangan televisi yang dilakukan
oleh Nielsen serta opini publik.7
James G. Webster berpendapat bahwa terdapat tiga model dasar dari
khalayak media, yaitu:8
1. Khalayak sebagai hasilnya (audience as outcome)
Pada model ini khalayak dipandang bertingkah atau berlaku
berdasarkan media. Media memiliki kekuatan untuk menghasilkan efek
merugikan pada individu, dan implikasinya pada masyarakat secara
keseluruhan.
2. Khalayak sebagai massa (audience as mass)
Pada model ini khalayak dipandang sebagai kumpulan besar orang-
orang yang bertindak secara otonom dan tidak mengenal satu sama lainnya.
Khalayak pada model ini biasanya digunakan pada survei opini publik dan
rating televisi untuk mengukur tanggapan massa.
3. Khalayak sebagai agen (audience as agent)
Pada model ini khalayak dianggap sebagai agen yang bebas memilih
media apa yang akan mereka konsumsi, membawa keterampilan interpretasi
mereka sendiri ke teks yang mereka temui, membuat maknanya sendiri, dan
umumnya menggunakan media untuk menyesuaikan diri.
7 John L. Sullivan, Media Audiences: Effect, Users, Institutions, and Power, (United States
of America: SAGE Publications, 2013), h. 3. 8 John L. Sullivan, Media Audiences: Effect, Users, Institutions, and Power, h. 6-8.
18
D. Sinetron
1. Pengertian Sinetron
Sinetron merupakan drama yang menyajikan cerita dari berbagai tokoh
secara bersamaan. Masing-masing tokoh memiliki alur cerita mereka
sendiri-sendiri tanpa harus dirangkum menjadi suatu kesimpulan. Akhir
cerita sinetron cenderung selalu terbuka dan sering kali tanpa penyelesaian
(open-ended). Cerita cenderung dibuat berpanjang-panjang selama masih
ada audien yang menyukainya.9
Selanjutnya sinetron juga diartikan sebagai drama dalam rangkaian
episode yang menyajikan cerita dari berbagai tokoh secara bersamaan.
Kemasannya dibuat dalam konsep dasar produksi televisi.10 Penayangan
sinetron biasanya terbagi dalam beberapa episode. Sinetron yang memiliki
episode terbatas disebut dengan miniseri. Episode dalam suatu miniseri
merupakan bagian dari cerita keseluruhan. Dengan demikian, episode sama
seperti bab dari buku.
Dinegara lain, sinetron disebut dengan opera sabun (soap opera atau
daytime serial). Sedangkan untuk sinetron yang berasal dari Amerika Latin
dalam pertelevisian Indonesia digunakan istilah telenovela.11
2. Jenis-jenis Sinetron
Sebetulnya tidak ada jenis tertentu yang tampil utuh dalam sinetron
televisi. Hampir semuanya merupakan pencampuran antara dua jenis yang
9 Morissan, Manajemen Media Penyiaran (Strategi Mengelola Radio & Televisi), (Jakarta:
Kencana Prenadamdia Group, 2008), h. 223. 10 Andi Fachruddin, Cara Kreatif Memproduksi Program Televisi, (Yogyakarta: CV ANDI
OFFSET, 2015), h. 76. 11 Morissan, Manajemen Media Penyiaran (Strategi Mengelola Radio & Televisi), (Jakarta:
Kencana Prenadamdia Group, 2008), h. 223.
19
berbeda,bahkan tak jarang lebih dari satu. Ada beberapa jenis sinetron yang
dapat dilihat dalam layar pertelevisian Indonesia, antara lain sebagai
berikut:12
a. Laga Klasik
Pihak broadcast dan para pembuat sinetron menyebutnya, bahwa
yang dimaksud dengan laga klasik adalah sinetron laga dengan setting
jaman kerajaan dahulu (Jawa, Sunda, dan lain-lain). Misalnya Tutur
Tinular, Pedang Naga Puspa, Misteri Gunung Merapi.
b. Drama Rumah Tangga
Jenis ini berpola kehidupan rumah tangga yang diselingi dengan
bumbu-bumbu pertengkaran dan konflik, temanya seputar warisan,
kekerasan suami terhadap istri, perselingkuhan, percintaan yang
dramatis. Misalnya Tersanjung, Tersayang, Cinta Fitri.
c. Komedi
Komedi merupakan salah satu jenis sinetron yang paling digemari
oleh penonton. Komedi menyajikan cerita lucu. Semua konflik
diserahkan untuk menimbulkan kesan lucu. Misalnya Tuyul dan Mbak
Yul.
d. Religius
Sinetron ini berorientasi pada tema-tema keagamaan dan tidak
melulu berpihak pada agama mayoritas saja. Konflik-konflik dalam plot
banyak disisipi pemikiran-pemikiran keagamaan, demikian pula dengan
tokoh-tokohnya. Misalnya Para Pencari Tuhan, Pesantren Rock n Roll.
12 JB. Wahyudi, Teknologi Informatika dan Produksi Citra Bergerak, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 16.
20
e. Drama Remaja
Pada saat ini drama remaja adalah jenis sinetron yang sedang
populer di kancah pertelevisian Indonesia. Didominasi tokoh-tokoh
remaja mulai dari percintaan, persahabatan, konflik di sekolah, dan lain-
lain. Misalnya seperti sinetron yang peneliti teliti Anak Langit.
f. Misteri (Horor)
Jenis ini menampilkan cerita dan pengadegan dengan tujuan
menimbulkan rasa takut melalui hal-hal yang menyeramkan. Misalnya
Di Sini Ada Setan dan Jail.
3. Standar Tayangan Sinetron
Menurut Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam Hasil Survei Indeks
Kualitas Program Siaran Televisi tahun 2016, yang termasuk ke dalam aspek
kualitas program sinetron/film antara lain:13
1. Membentuk watak, identitas, dan jatidiri Bangsa Indonesia yang
bertakwa dan beriman.
2. Relevansi cerita.
3. Tidak bermuatan kekerasan.
4. Menghormati nilai dan norma sosial di masyarakat.
5. Menghormati keberagaman.
6. Tidak mengandung muatan mistik, horor, dan supra natural.
7. Menghormati orang dan kelompok tertentu
8. Tidak bermuatan seksual
13 Komisi Penyiaran Indonesia, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, dan 12 Perguruan
Tinggi di Indonesia. Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi Tahun 2016. www.kpi.go.id diakses pada Kamis, 28 September 2017.
21
Jika program sinetron yang tayangan di televisi menerapakan aspek-
aspek diatas maka program sinetron tersebut dapat dikatakan sebagai
program sinetron dengan kualitas baik atau layak ditonton.
E. Remaja
Remaja didefinisikan sebagai periode transisi antara masa anak-anak ke
masa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau seseorang yang menunjukkan
tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang perasaannya, dan
sebagainya.14
Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih
bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu
biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Maka secara lengkap definisi tersebut
berbunyi sebagai berikut.
Remaja adalah suatu masa ketika: 15
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-
tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
seksual;
2. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa;
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat
penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga
14 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007),
h. 2 15 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, h. 9.
22
mampu bereproduksi. Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja
atas empat bagian, yaitu: (a) masa pra remaja atau pra-pubertas (10-12 tahun); (b)
masa remaja awal atau pubertas (12-15 tahun); (c) masa remaja pertengahan (15-
18 tahun); dan (d) masa remaja akhir (18-21 tahun).16
F. Perilaku Agresi
1. Perilaku Agresi
Agresi menurut Robert Baron (dalam Koswara, 1988) adalah sebuah
tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan
individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut.17
Pemicu yang umum dari agresi adalah ketika seseorang mengalami satu
kondisi emosi tertentu, yang sering terlihat adalah emosi marah. Perasaan
marah berlanjut pada keinginan untuk melampiaskannya dalam satu bentuk
tertentu pada objek tertentu.18
Suatu unsur penting dari agresi adalah adanya tujuan atau kesengajaan
dalam melakukannya. Sehingga suatu peristiwa yang terjadi secara
kebetulan walau menghasilkan agresi bagi orang lain, maka ini tidak dapat
dimasukkan dalam kategori agresi.19 Contoh, jika seseorang sedang berjalan
terburu-buru karena sedang mengejar bis, dan tanpa sengaja ia menubruk
seseorang sehingga orang tersebut jatuh dan merasa kesakitan. Kondisi
seperti ini tidak dapat dikatakan sebagai agresi, karena tindakan orang
tersebut tidak disengaja. Beda lagi dengan orang yang dengan sengaja
16 Deswita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 192. 17 Tri Dayakisni dan Hudaniah, Psikologi Sosial, (Malang: UMM Press, 2012), h. 171. 18 Tim Penulis Fakultas Psikologi UI, Psikologi Sosial (Jakarta: Salemba Humanika, 2011),
h. 148. 19 Tri Dayakisni dan Hudaniah, Psikologi Sosial, (Malang: UMM Press, 2012), h. 171.
23
menubruk seseorang sehingga orang tersebut jatuh dan kesakitan karena ia
mempunyai dendam, masalah, atau apapun itu dengan orang tersebut, hal ini
baru dapat dikatakan sebagai perilaku agresif.
2. Bentuk-bentuk Agresi
Bentuk-bentuk perilaku agresi kemudian dikelompokkan oleh Bus
kedalam delapan jenis, antara lain:20
a. Agresi Fisik Aktif Langsung, yaitu tindakan agresi secara fisik
yang dilakukan dengan cara berhadapan secara langsung yang
akhirnya terjadi kontak fisik secara langsung, seperti memukul dan
mendorong.
b. Agresi Fisik Pasif Langsung, yaitu tindakan agresi secara fisik yang
dilakukan dengan cara berhadapan secara langsung, namun tidak
terjadi kontak fisik secara langsung, seperti demonstrasi, dan aksi
mogok.
c. Agresi Fisik Aktif Tidak Langsung, yaitu tindakan agresi secara
fisik yang dilakukan dengan cara tidak berhadapan secara langsung
dengan targetnya, seperti menyewa tukang pukul.
d. Agresi Fisik Pasif Tidak Langsung, yaitu tindakan agresi fisik yang
dilakukan dengan cara tidak berhadapan secara langsung dan tidak
terjadi kontak fisik secara langsung dengan targetnya, seperti tidak
peduli, apatis, dan masa bodoh.
20 Tri Dayakisni dan Hudaniah, Psikologi Sosial, h. 188-189.
24
e. Agresi Verbal Aktif Langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang
dilakukan dengan cara berhadapan secara langsung dengan
targetnya, seperti menghina, marah, dan mengumpat.
f. Agresi Verbal Pasif Langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang
dilakukan dengan cara berhadapan dengan target, namun tidak
terjadi kontak verbal langsung dengan targetnya, seperti menolak
bicara dan bungkam.
g. Agresi Verbal Aktif Tidak Langsung, yaitu tindakan agresi verbal
yang dilakukan degan cara tidak berhadapan secara langsung
dengan targetnya, seperti menyebar fitnah, mengadu domba.
h. Agresi Verbal Pasif Tidak Langsung, yaitu tindakan agresi verbal
yang dilakukan dengan cara tidak berhadapan dengan target secara
langsung dan tidak terjadi kontak verbal secara langsung, seperti
tidak memberi dukungan dan tidak menggunakan hak suara.
3. Penyebab Perilaku Agresi
Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya perilaku
agresi, antara lain:
a. Sosial
Yang menjadi faktor sosial dalam tumbuhnya perilaku agresi
antara lain:21
1) Frustrasi, terhambatnya atau tercegahnya upaya mencapai
tujuan.
2) Provokasi verbal atau fisik.
21 Tim Penulis Fakultas Psikologi UI, Psikologi Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011),
h. 152-153.
25
3) Alkohol.
b. Personal
Kepribadian seseorang juga mempengaruhi perilaku agresi orang
tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Bushman dan Baumeister
(1988). Hasilnya ditemukan bahwa orang narsis memiliki tingkat
agresivitas lebih tinggi. Hal ini dikarenakan dirinya merasa terancam
mana kala ada orang lain yang mempertanyakan dirinya. Maka
kemudian yang terwujud adalah tingkah laku agresi. Perbedaan pada
jenis kelamin juga membedakan perilaku agresi individu.22
c. Kebudayaan
Faktor kebudayaan dapat juga dikatakan sebagai salah satu
penyebab perilaku agresi. Lingkungan geografis, seperti pantai/ pesisir,
menunjukkan karakter lebih keras daripada masyarakat yang hidup di
pedalaman. Nilai dan norma yang mendasari sikap dan tingkah laku
masyarakat juga berpengaruh terhadap agresivitas suatu kelompok.23
d. Situasional
Harries K, Stadler, (1983) dalam Gifford (1997) mengatakan
penelitian terkait dengan cuaca dan tingkah laku menyebutkan bahwa
ketidaknyamanan akibat panas menyebabkan kerusuhan dan bentuk-
bentuk agresi lainnya. Harries K dan Stadler SJ (1984) dalam Gifford,
(1997) mengatakan hal yang paling sering muncul ketika udara panas
adalah timbulnya rasa tidak nyaman yang berujung pada meningkatnya
agresi sosial. Baron dan Ransberger, (1978) serta Cohn 1990 dalam
22 Tim Penulis Fakultas Psikologi UI, Psikologi Sosial, h.153- 154. 23 Tim Penulis Fakultas Psikologi UI, Psikologi Sosial, h. 154.
26
Gifford, (1997) mengatakan Penelitian di AS, yang memiliki empat
musim, menunjukkan bahwa pada suhu 28,33-29,44 memunculkan
peningkatan tingkah laku penyerangan, perampokan, kekerasan
kolektif, dan pemerkosaan.24
e. Sumber Daya
Salah satu yang menjadi faktor timbulnya perilaku agresi adalah
pemenuhan sumber daya dukung alam yang menjadi salah satu
pendukung utama dalam kehidupan manusia. Daya dukung alam
terhadap kebutuhan manusia tidak selamanya mencukupi. Oleh karena
itu, dibutuhkan upaya lebih untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Diawali dengan tawar-menawar. Jika tidak tercapai kata sepakat, maka
akan terbuka dua kemungkinan, yaitu mencari sumber pemenuhan
kebutuhan lain dan mengambil paksa dari pihak yang memilikinya.25
f. Media Massa
Ade E. Mardiana dalam Kompas, 10 November 2008 mengatakan
bahwa tayangan dari televisi berpotensi besar diimitasi oleh
pemirsanya. Karena media televisi merupakan media tontonan dan
secara alami mempunyai kesempatan lebih bagi pemirsanya untuk
mengamati apa yang disampaikan secara jelas.26
G. Televisi dan Perilaku Ageresif
Periode sensitif untuk menyaksikan tayangan kekerasan di layar televisi
adalah antara usia delapan sampai delapan belas tahun. Memang media televisi
24 Tim Penulis Fakultas Psikologi UI, Psikologi Sosial, h. 155. 25 Tim Penulis Fakultas Psikologi UI, Psikologi Sosial, h. 156. 26 Tim Penulis Fakultas Psikologi UI, Psikologi Sosial, h. 156.
27
bukanlah satu-satunya penyebab perilaku agresif mereka, namun media televisi
sebagai faktor terbesar tidak perlu diragukan lagi. Perilaku agresif bisa juga
dijelaskan dari sisi kognitif. Jika seseorang anak terlalu sering menonton tayangan
kekerasan, kekerasan akan menajdi hal biasa bagi sang anak. Akibatnya, si anak
akan kehilangan kepekaan, terhadap perbuatan yang bisa mengakibatkan orang
lain mengalami cedera. Jika kepekaan anak telah hilang, otomatis hal tersebut
menyebabkan mereka tidak lagi memiliki perasaan bersalah atau takut untuk
melakukan kekerasan.27
H. Larangan Bermusuhan dalam Islam
Al- -Nahl ayat 90 menjelaskan tentang larangan
bermusuhan, berikut kutipan ayatnya:
Artinya: kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
(QS. An-Nahl (16): 90).
Maksud ayat ini adalah, Allah memerintahkan manusia untuk berlaku adil,
berbuat baik kepada orang dan menolong keluarga dan melarang untuk berbuat
tidak baik dan jahat.28 Perilaku Agresif merupakan sebuah perilaku yang tidak
baik, yang dapat memancing permusuhan. Sedangkan dalam Islam permusuhan
sangat dilarang, karena agama Islam sangat mencintai kedamaian. Kerana secara
27 EB Surbakti, Awas Tayangan Televisi: Tayangan Misteri dan Kekerasan Mengancam
Anak Anda, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008), h. 133-134. 28 Ahmad Shahibuddin, Fungsi Al- , (Jakarta:
DEWARUSI PRESS, 1984), h. 11.
28
tidak langsung dalam berlangsungnya kehidupan, kita pasti membutuhkan
bantuan orang lain, maka dari itu permusuhan merupakan tindakan yang dilarang.
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Paradigma Penelitian
Dalam penelitian ini paradigma penelitian yang digunakan adalah
positivisme. Paradigma ini adalah tradisi pemikiran Perancis dan Inggris yang
menekankan pengalaman sebagai sumber pengetahuan dan memandang
pengetahuan memiliki kesamaan hubungan dengan pandangan aliran filsafat.1
B. Jenis Metode Penelitian
Jenis metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah survei.
Survei merupakan studi yang bersifat kuantitatif yang digunakan untuk meneliti
gejala suatu kelompok atau perilaku individu. Pada umumnya survei
menggunakan kuesioner sebagai alat pengambilan data.2
Menurut Kerlinger (1973) karakteristik penelitian survei, sebagai berikut:3
1. Objek penelitian dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi
data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi
tersebut, sehingga dapat ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi,
dan hubungan-hubungan antarvariabel sosiologis maupun psikologis.
2. Penelitian survei dilakukan untuk mengambil sutau generalisasi dari
pengamatan yang tidak mendalam.
1 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan
Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 31. 2 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, (Yogyakarta: GRAHA
ILMU, 2006), h. 16. 3 Syofian Siregar, Statistik Parametik untuk Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan
Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 7, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 10-11.
30
3. Metode survei ini tidak memerlukan kelompok kontrol seperti halnya
pada metode eksperimen.
Dalam penelitian ini, survei dilakukan pada siswa-siswi MTS Manaratul
Islam Jakarta, sekolah tersebut peneliti pilih karena sekolah MTS Manaratul Islam
memiliki siswa-siswi yang cukup banyak yang berjumlah 565 orang.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung pada bulan Februari 2017 hingga September 2017
di MTS Manaratul Islam Jakarta, Jalan Madrasah No. 12, Gandaria Selatan,
Cilandak, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12420.
D. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi MTS Manaratul Islam
Jakarta yang menonton tayangan sinetron Anak Langit. Sedangkan objek
penelitiannya adalah pengaruh tayangan sinetron Anak Langit terhadap perilaku
agresif pada remaja.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, berbagai
sumber, dan berbagai cara. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa
teknik pengumpulan data, antara lain:
1. Angket
Metode angket dapat disebut juga sebagai metode kuesioner atau dalam
Bahasa Inggris disebut questionnaire (daftar pertanyaan). Metode ini
merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara
31
sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Setelah diisi,
angket dikirim kembali atau dikembalikan ke petugas atau peneliti.4
Dalam penelitian ini, penulis memberikan angket kepada siswa-siswi
MTS Manaratul Islam Jakarta kelas VII (tujuh) dan VIII (delapan) yang
tidak pesantren yang menonton tayangan sinetron Anak Langit dengan
pertanyaan dalam angket menggunakan jenis angket tertutup. Jenis angket
ini penulis pilih agar memudahkan responden dalam menjawab pertanyaan.
2. Wawancara
Wawancara merupakan sebuah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dan responden.5 Peneliti akan melakukan wawancara dengan
guru Bimbingan Konseling (BK) MTS Manaratul Islam Jakarta.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa, catatan atau transkrip, surat kabar, majalah, notulen, rapat, agenda,
dan sebagainya.6
Dalam hal ini penulis mencari dan mengumpulkan data yang berasal
dari catatan atau arsip-arsip tersimpan yang terkait dalam penelitian ini.
4 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2014), h. 123. 5 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan
Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 126. 6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 236.
32
F. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.7
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi MTS Manaratul Islam
Jakarta kelas VII (tujuh) dan kelas VIII (delapan) yang tidak pesantren yang
berjumlah 185 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu.8
Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini, penulis
menggunakan rumus Slovin, rumusnya adalah9:
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = tingkat kesalahan
7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2014), h. 89. 8 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h. 81. 9 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010), h. 154.
33
Dalam penelitian ini menggunakan taraf kepercayaan sampel terhadap
populasi sebesar 90% dan taraf kesalahan sebesar 10% (0,1) dengan jumlah
populasi 185 orang. Dari rumus di atas kemudian diperoleh jumlah sampel
sebanyak 65 orang yang terdiri dari siswa-siswi MTS Manaratul Islam
Jakarta kelas VII (tujuh) dan VIII (delapan).
G. Teknik Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel nonprobability
sampling yaitu purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik
pengambilan anggota sampel dengan lebih mengutamakan sifat populasi dalam
menentukan sampel penelitian.10 Adapun kriteria sampel yang peneliti butuhkan
adalah siswa-siswi MTS Manaratul Islam yang pernah menonton tayangan
sinetron Anak Langit.
H. Variabel Penelitian
Adapun variabel yang terlibat dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel
yang termasuk di dalamnya variabel bebas dan variabel terikat:
1. Variabel bebas (independent variable), adalah variabel yang menjadi
sebab atau berubah/memengaruhi suatu variabel lain. Dalam penelitian
ini variabel bebasnya adalah tayangan sinetron Anak Langit SCTV.
2. Variabel terikat (dependent variable), adalah variabel yang dipengaruhi
atau menjadi akibat karena adanya variabel lain. Dalam penelitian ini
variabel terikatnya adalah perilaku agresif pada remaja.
10 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 115.
34
I. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Indikator Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Skala Tayangan sinetron Anak Langit
1. Durasi menonton tayangan sinetron
- Lama menonton tayangan sinetron Anak Langit
Likert
2. Frekuensi menonton tayangan sinetron
- Tingkat keseringan menonton sinetron Anak Langit
Likert
3. Kognitif - Penerimaan Informasi
Likert
4. Afektif - Perasaan Likert
5. Behavioral - Perilaku atau sikap Likert
Perilaku Agresif pada Remaja
6. Perubahan Perilaku a. Proses
Perhatian (Attention). Mengamati peristiwa secara langsung (berupa pemikiran: sikap, nilai-nilai, atau pandangan hidup).
- Kejadian yang mudah diingat.
- Kejadian yang sederhana.
- Kejadian yang menonjol.
- Kejadian yang menarik. - Kejadian yang
berulang-ulang.
Likert
b. Proses Mengingat (Retention). Menyimpan peristiwa kedalam memori dalam bentuk imajinasi dan lambang secara verbal.
- Gambaran tentang memukul
- Gambaran tentang mendorong
- Gambaran tentang merusak fasilitas umum
- Gambaran tentang menghina
- Gambaran tentang marah
- Gambaran tentang memaki
Likert
35
- Gambaran tentang memfitnah/ mengadu domba
c. Proses Reproduksi Motoris (Motoris Reproduction). Pandangan yang perseptual sebelumnya mengikat menjadi bentuk perilaku
- Perilaku memukul - Perilaku mendorong - Perilaku merusak
fasilitas umum - Perilaku menghina - Perilaku marah - Perilaku memaki - Perilaku memfitnah/
mengadu domba
Likert
d. Proses Motivasi (Motivational). Peneguhan yang mendorong perilaku ke arah pemenuhan tujuan tertentu.
- Nilai peneguhan/Self Reinforcment (Rasa Puas Diri).
Likert
7. Bentuk-bentuk Perilaku Agresi
Fisik - Memukul - Mendorong - Merusak fasilitas
umum Verbal
- Menghina - Marah - Memaki - Menyebar
fitnah/mengadu domba
Likert
36
Adapun blue print sebelum dilakukan uji coba validitas instrument terlihat
pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Blue Print (sebelum validasi instrument)
No. Variabel (X) Tayangan Sinetron
Item Jumlah Favorable Unfavorable
1. Kognitif 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10 6, 9 10 2. Afektif 11, 12, 13, 14, 18,
20 15, 16, 17, 19 10
3. Behavioral 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 30 23, 29 10
No. Variabel (Y) Perilaku Agresi
Item Jumlah
Favorable Unfavorable
1. Perilaku agresif 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 41 40, 42 12
Selanjutnya, setelah dilakukan uji validitas kepada 30 responden dari 42 butir
pernyataan yang diujicobakan terdapat 11 butir pernyataan yang tidak valid,
sehingga item yang valid atau yang dapat digunakan untuk penelitian adalah
sebanyak 31 pernyataan, adapun blue print setelah dilakukan uji coba validitas
instrument terlihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3 Blue Print (sesudah validasi instrument)
No. Variabel (X) Tayangan Sinetron
Item Jumlah Favorable Unfavorable
1. Kognitif 1, 2, 3, 4, 5, 8, 10 - 7 2. Afektif 11, 12, 13, 14, 18, 20 - 6 3. Behavioral 21, 22, 24, 25, 26,
27, 28, 30 - 8
No. Variabel (Y) Perilaku Agresi
Item Jumlah
Favorable Unfavorable
1. Perilaku agresif 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 39, 40, 41 - 10
37
J. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data.11 Adapun hipotesis penelitian ini
adalah:
Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tayangan sinetron
Anak Langit SCTV terhadap perilaku agresif pada remaja.
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara tayangan sinetron Anak
Langit SCTV terhadap perilaku agresif pada remaja.
K. Uji Instrumen
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur mengukur apa yang ingin diukur. Sekiranya peneliti menggunakan
kuesioner di dalam pengumpulan data penelitian, maka kuesioner yang
disusunnya harus mengukur apa yang diukurnya.12
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui keajegan atau konsistensi
alat ukur yang biasanya menggunakan kuesioner. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan metode pengujian reliabilitas Cronbach Alpha yang
digunakan dalam menentukan reliabel. Tingkat reliabilitas dengan metode
11 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2014), h. 71. 12 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metodologi Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES,
2011), h. 124.
38
ini diukur dengan menggunakan batasan 0,6, jika reliabilitas kurang dari 0,6
adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah
baik.13 Dengan metode ini, koefisien keandalan alat ukur dapat dihitung
dengan rumus yang digunakan sebagai berikut:
Keterangan:
: Koefesien Keandalan Alat Ukur
K : Jumlah Variabel
R : Koefisien Rata-rata Koefisien antar Variabel.
L. Teknik Analisis Data
1. Skala Pengukuran
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala likert. Skala likert
adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena tertentu.14 Adapun
skala likert ini menggunakan empat kategori penilaian yang masing-masing
kategori tersebut diberi bobot nilai atau skor, yakni:
Tabel 3.4 Skala Pengukuran
Positif Negatif
Sangat Setuju 5 Sangat Setuju 1
Setuju 4 Setuju 2
13 Duwi Priyatno, SPSS 22: Pengolahan Data Terpraktis, (Yogyakarta: Penerbit ANDI,
2014), h. 64. 14 Syofian Siregar, Statistika Deskriptif untuk Penelitian Dilengkapi Perhitungan Manual
dan Aplikasi SPSS Versi 17, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 138.
39
Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 4
Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju 5
2. Uji Normalitas
Uji Normalitas data yang digunakan untuk menguji apakah model
regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak.15
Normalitas dapat diketahui dengan melihat tabel One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test. Pada Kolom sig (signifikansi) yaitu jika
signifikansi kurang dari 0,05, kesimpulannya data tidak berdistribusi
normal. Jika signifikansi lebih dari 0,05, maka data berdistribusi normal.16
3. Analisis Data
a. Statistika Deskriptif
Metode analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
adalah metode statistika deskriptif. Statistika deskriptif adalah metode-
metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus
data sehingga memberikan informasi yang berguna.17
Statistika deskriptif hanya mereduksi, menguraikan atau
memberikan keterangan suatu data, fenomena atau keadaan ke dalam
beberapa besaran untuk disajikan secara bermakna dan mudah
dimengerti. Statistika ini hanya berfungsi menguraikan dan
15 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program IBM SPSS.21 (Edisi 7),
(Semarang: Penerbit Universitas Dipenogoro, 2013), h. 160. 16 Duwi Priyatno, SPSS 22: Pengolahan Data Terpraktis, (Yogyakarta: Penerbit ANDI,
2014), h. 74. 17 Ronald E. Walpole, Pengantar Statistika (Edisi ke-3), a.b. Bambang Sumantri, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 2.
40
menerangkan keadaan, persoalan tanpa menarik suatu kesimpulan
terhadap data yang lebih luas atau populasi.18
b. Analisis Korelasi
Koefisiensi korelasi adalah bilangan yang menyatakan kekuatan
hubungan antara dua variabel atau lebih, juga dapat menentukan arah
hubungan dari kedua variabel.
Nilai korelasi .
Untuk kekuatan hubungan, nilai koefisien korelasi berada di antara
sampai , sedangkan untuk arah dinyatakan dalam bentuk positif
(+) dan negatif (-).
Misalnya:
1) Apabila korelasi negatif sempurna, artinya terjadi
hubungan bertolak belakang antara variabel X dan variabel Y.
Jika variabel X naik, maka variabel Y turun.
2) Apabila korelasi positif sempurna, artinya terjadi
hubungan searah variabel X dan variabel Y. Jika variabel X
naik, maka variabel Y naik.19
Tabel 3.5 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan Tabel20
No. Nilai Korelasi Tingkat Hubungan
1. Sangat Lemah
2. Lemah
18 Budi Susetyo, Statistika untuk Analisis Data Penelitian: Dilengkapi Cara Perhitungan
dengan SPSS dan MS Office Excel, (Bandung: PT Refika Aditama, 2014), h. 4. 19 Syofian Siregar, Statistik Parametik untuk Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan
Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 337. 20 Syofian Siregar, Statistik Parametik untuk Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan
Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17, h. 337.
41
3. Cukup
4. Kuat
5. Sangat Kuat
Sumber: Syofian Siregar, 2013
c. Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui
pengaruh atau hubungan secara linier antara satu variabel independen
dengan satu variabel dependen.21
Persamaan regresi untuk regresi linier sederhana sebagai berikut:
Keterangan:
= Nilai prediksi variabel dependen
a = Konstanta, yaitu nilai jika X = 0
b = Koefisien regresi, yaitu nilai peningkatan atau penurunan
variabel yangdidasarkanvariabelX
X =Variabelindependen
d. Uji F (ANOVA)
ANOVA atau analisis varian, yaitu uji koefisien regresi secara
bersama-sama (uji F) untuk menguji signifikansi pengaruh beberapa
variabel independen terhadap variabel dependen.22
Pembuktian dilakukan dengan cara membandingkan nilai Fhitung
dengan Ftabel pada tingkat signifikansi tertentu dan derajat kebebasan
21 Duwi Priyatno, SPSS 22: Pengolahan Data Terpraktis, (Yogyakarta: Penerbit ANDI,
2014), h. 134. 22 Duwi Priyatno, SPSS 22: Pengolahan Data Terpraktis, h. 142.
42
(df) = (n-k-1) dimana n adalah jumlah responden dan k adalah jumlah
variabel. Kriteria pengujian yang digunakan adalah :
Jika Fhitung Ftabel maka Ho diterima
Jika Fhitung Ftabel maka Ho ditolak.23
e. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi adalah koefisien korelasi yang dikuadratkan
(r2) atau disebut juga koefisien penentu. Koefisien determinasi
merupakan proporsi untuk menentukan terjadinya presentase variansi
bersama antara variabel X dengan variabel Y jika dikalikan dengan
100%. Oleh karena itu, besarnya koefisien determinasi adalah
dan tidak ada koefisien determinasi yang bertanda negatif karena
dikuadratkan.24
f. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui
pengaruh atau hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel
independen dengan satu variabel dependen.25 Bentuk umum regresi
linier berganda:
Keterangan:
Y : Variabel Dependen atau Terikat
X1 : Variabel Independen atau bebas yang pertama
23 Duwi Priyatno, SPSS 22: Pengolahan Data Terpraktis, h. 157-158. 24 Budi Susetyo, Statistika untuk Analisis Data Penelitian: Dilengkapi Cara Perhitungan
dengan SPSS dan MS Office Excel, (Bandung: PT Refika Aditama, 2014), h. 122. 25 Duwi Priyatno, SPSS 22: Pengolahan Data Terpraktis, (Yogyakarta: Penerbit ANDI,
2014), h. 148.
43
X2 : Variabel Independen atau bebas yang kedua
B0 : Konstanta, besar nilai Y jika X1= 0 dan X2= 0
B1 : Koefisien regresi variabel X1
g. Uji F -Test (Simultan)
Uji F ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
secara bersama-sama (simultan) variabel independen (bebas) terhadap
variabel dependent (terikat).
Pembuktian dilakukan dengan cara membandingkan nilai Fhitung
dengan Ftabel pada tingkat signifikansi tertentu dan derajat kebebasan
(df) = (n-k-1) dimana n adalah jumlah responden dan k adalah jumlah
variabel. Kriteria pengujian yang digunakan adalah :
Jika Fhitung Ftabel maka Ho diterima
Jika Fhitung Ftabel maka Ho ditolak.26
h. Uji T-test (Parsial)
Uji t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh masing-
masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk mengukurnya
dapat digunakan rumus, sebagai berikut:
Keterangan:
n = banyaknya sampel
r = koefisien korelasi
26 Duwi Priyatno, SPSS 22: Pengolahan Data Terpraktis, h. 157-158.
44
Harga t yang diperoleh dari perhitungan rumus di atas
dibandingkan dengan harga ttabel dengan menentukan tingkat
signifikansi uji dua pihak dan derajat kebebasan (db) = (n-2). Jika thitung
dari ttabel maka Ho ditolak (berarti ada hubungan yang signifikan).27
Berdasar signifikansi:28
Jika signifikansi > 0,05 maka Ho diterima.
Jika signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak.
27 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktik Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset
Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 175.
28 Duwi Priyatno, SPSS 22: Pengolahan Data Terpraktis, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2014), h. 162.
45
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Tayangan Sinetron Anak Langit
Sinetron Anak Langit merupakan sebuah sinetron yang ditayangkan oleh
stasiun televisi SCTV. Sinetron ini diproduksi oleh rumah produksi SinemArt, dan
juga merupakan sekuel dari sinetron Anak Jalanan. Sinetron ini tayangan untuk
pertama kalinya pada tanggal 21 Februari 2017 yang sudah mencapai 200 lebih
episode. Sinetron ini tayang setiap hari dalam seminggu dengan slot tayang pada
jam prime time yaitu pada pukul 20.00 sampai dengan pukul 22.00. Serial Anak
Langit menceritakan tentang 3 anak motor yaitu Ammar Zoni berperan sebagai
Al. Dia tinggal di panti asuhan bersama dua teman lainnya yaitu Andra (Caesar
Hito), dan Kei (Cemal Faruk). Panti asuhan itu milik Babe Rozaq (Fathir
Muchtar) dan Nyak Ida (Mega Aulia).
Al merupakan singkatan dari Anak Langit. Ternyata ia ditemukan Babe
Rozaq di jalan depan Masjid saat ia masih bayi. Babe Rozaq menganggap Al
adalah anak kiriman dari langit untuk dirinya dan Nyak Ida, karena saat itu
mereka belum memiliki momongan. Babe Rozaq dan Nyak Ida akhirnya
membesarkan Al bersama-sama di panti asuhannya. Bukan hanya Al, mereka juga
merawat beberapa anak yatim dan piatu yang senasib dengan Al dan hanya
berbeda beberapa tahun dengan Al, yaitu Andra dan Kei. Al memiliki umur lebih
tua dari Andra dan Kei. Mereka menjalin hubungan kekeluargaan yang sangat
dekat, walaupun mereka tau kalau mereka bukan saudara sedarah. Tidak hanya
46
mereka saja, tetapi juga dengan seluruh adik-adik panti. Dibesarkan tanpa orang
tua asli, Al, Andra, dan Kei tumbuh dengan kepribadian yang berbeda-beda.
Ketika Al sudah dewasa dan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang
lebih tinggi, yaitu perguruan tinggi. Al pun mempunyai hobi yang menantang bagi
kalangan awam yaitu balapan motor. Andra dan Kei pun mengikuti jejak Al yang
mempunyai hobi balapan motor. Ketiganya pun bergabung di sebuah geng motor
Rainbow. Al merupakan salah satu ketua geng motor Rainbow tersebut. Ternyata
ada beberapa geng motor yang tidak suka dengan kehadiran geng motor Rainbow,
salah satunya adalah geng motor Antrax.
Semenjak terjun dalam hobi balapan motornya Al bertemu dengan sosok
wanita yang bernama Vika (Ranty Maria). Vika sendiri adalah adik dari anggota
geng motor yang sudah meninggal, Reno. Kepincut dengan kecantikan Vika, Al
berusaha untuk mendapatkan cintanya. Berbagai cara dilakukan Al demi meraih
hati Vika. Namun muncul Rimba (Dylan Carr) yang ternyata jatuh hati juga
kepada Vika. Rimba yang juga merupakan ketua geng motor Antrax berusaha
mendapatkan perhatian Vika. Tidak hanya itu, persaingan antar geng motor
membuat Rimba berusaha menyingkirkan Al. Terkadang pertikaian antara Al dan
Rimba dibawa kedalam pertandingan laga Mixed Martial Arts (MMA).
Dipertengahan episode sosok Al dibuat menghilang dengan Al diceritakan
tiba-tiba kabur dari rumah tanpa alasan yang jelas dan kemudian digantikan
dengan sosok baru yang bernama Hiro. Hiro merupakan juara laga Mixed Martial
Arts (MMA), ia merpukan sosok yang tidak tergabung dalam geng motor seperti
Al dan Rimba. Dikabarkan sosok Hiro merupakan sosok yang menengahi antara
geng motor Rainbow dengan geng motor Antrax. Namun kemudian Hiro dekat
47
dengan anggota geng motor Rainbow serta dengan Babe Rozaq dan Nyak Ida.
Dengan munculnya sosok Hiro tidak membuat pertikaian antar geng motor Antrax
dan Rainbow berhenti.
B. Gambaran Umum MTS Manaratul Islam Jakarta
1. Sejarah Singkat MTS Manaratul Islam Jakarta
MTS Manaratul Islam Jakarta berlokasi di Jl. Madrasah No. 12,
Kelurahan Gandaria Selatan, Kecamatan Cilandak, Kota Jakarta Selatan,
Provinsi DKI Jakarta, berdiri sejak tahun 1983. Sekolah ini berdiri dibawah
naungan Yayasan Pendidikan Manaratul Islam yang bergerak di bidang
pendidikan dan sosial kemasyarakatan.
MTS Manaratul Islam Jakarta berstatus akreditasi dengan nilai
selain MTS Manaratul Islam, Yayasan Pendidikan Manaratul Islam juga
mendirikan lembaga pendidikan jenjang lainnya, seperti Taman Kanak-
kanak (TK), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Dasar Islam (SDI),
Madrasah Tsanawiyah (MTS), Madrasah Aliyah (MA), serta Pondok
Pesantren yang diberi nama Pondok Pesantren Miftahul Ulum.
2. Visi, Misi Pendidikan MTS Manaratul Islam
a. Visi Pendidikan
Visi pendidikan MTS Manaratul Islam adalah Menjadi Madrasah
Bermut
b. Misi Pendidikan
MTS Manaratul Islam juga memiliki misi pendidikan sebagai
berikut:
48
a) Menyiapkan calon pemimpin masa depan menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi mempunyai daya juang tinggi,
kreatif, inovatif, dan mempunyai landasan iman dan takwa
yang kuat.
b) Membentuk calon pemimpin yang berakhlak mulia.
c) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan profesional
tenaga pendidik dan kependidikan sesuai perkembangan dunia
pendidikan.
d) Menjadikan MTS Manaratul Islam sebagai sekolah/madrasah
model dalam pengembangan pengajaran IMTAK dan IPTEK
bagi lembaga lainnya.
e) Menciptakan English Atmosphere yang kondusif di lingkungan
sekolah
f) Mewujudkan generasi Islam yang terampil, mandiri, dan
bertanggungjawab bagi kemajuan umat bangsa.
49
3. Struktur Organisasi MTS Manaratul Islam Jakarta tahun
2017/2018
Gambar 4.1 Struktur Organisasi MTS Manaratul Islam Jakarta
4. Sarana dan Prasarana MTS Manaratul Islam
a. Laboratorium IPA (Sains)
b. Laboratorium Komputer
c. Laboratorium Bahasa
d. Laboratorium PAI
e. Ruang Perpustakaan
f. Ruang UKS
g. Ruang Keterampilan
h. Ruang Kesenian
50
i. Ruang OSIS
j. Gedung Serba Guna (Aula)
k. Ruang Pramuka
l. Masjid/Mushola
m. Sarana & Prasarana Olahraga Lengkap
n. Asrama Siswa (Putri)
o. Asrama Siswa (Putra)
p. Kantin
q. Pos Satpam
51
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA
A. Deskripsi Data Responden Penelitian
1. Menurut Jenis Kelamin
Tabel 5.1 Jumlah Responden berdasarkan Jenis Kelamin
No. Kategori Jumlah Persentase 1. Laki-laki 44 67,69% 2. Perempuan 21 32,31%
Total 65 100%
Berdasarkan tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa dalam penelitian ini
dari jumlah total 65 responden, mayoritas responden adalah laki-laki dengan
jumlah 44 orang (67,69%) dan 21 orang (32,31%) adalah responden
perempuan.
2. Menurut Usia
Tabel 5.2 Jumlah Responden berdasarkan Usia
No. Kelompok Usia Jumlah Persentase 1. 11 tahun 3 4,61% 2. 12 tahun 35 53,85% 3. 13 tahun 18 27,69% 4. 14 tahun 7 10,77% 5. 15 tahun 2 3,08%
Total 65 100%
Berdasarkan tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden
dalam penelitian ini rata-rata berusia 12 tahun yang berjumlah 35 orang
(53,85%). Sedangkan responden lainnya berusia 11 tahun berjumlah 3 orang
52
(4,61%), usia 13 tahun berjumlah 18 orang (27,69%), dan usia 14 tahun
berjumlah 7 orang (10,77%), serta usia 15 tahun berjumlah 2 orang
(3,08%).
3. Menurut Durasi Menonton Tayangan
Tabel 5.3 Jumlah Responden berdasarkan Durasi Menonton Tayangan
No. Durasi Menonton Jumlah Persentase 1. 1-2 hari 14 21,54% 2. 3-4 hari 23 35,38% 3. 5-6 hari 8 12,31% 4. Setiap hari 20 30,77%
Total 65 100%
Berdasarkan tabel 5.3 di atas menunjukkan mayoritas responden
menonton tayangan Anak Langit 3-4 hari dalam seminggu berjumlah 23
orang (35,38%). Sedangkan yang menonton tayangan selama 1-2 hari dalam
seminggu berjumlah 14 orang (21,54%), dan yang menonton tayangan
selama 5-6 hari berjumlah 8 orang (12,31%), serta yang menonton tayangan
setiap hari dalam seminggu berjumlah 20 orang (30,77%)
B. Pengaruh Tayangan Sinetron Anak Langit terhadap Perilaku Agresif
pada Remaja
Dalam penelitian ini, penulis mencoba menganalisis tentang pengaruh
tayangan sinetron Anak Langit terhadap perilaku agresif pada remaja dengan
menggunakan Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) menurut Albert
Bandura. Berdasarkan data hasil penyebaran angket kepada 65 responden siswa-
siswi MTS Manaratul Islam Jakarta kelas VII (tujuh) dan VII (delapan).
53
Tabel 5.4 Perilaku Agresif
No. Pernyataan SS S TS STS Skor Rank
22.
Saya mengamati saat adegan-adegan perkelahian antar geng motor pada sinetron Anak Langit
6 30 23 6 202 1
23.
Saya mengamati saat adegan-adegan balapan liar antar geng motor pada sinetron Anak Langit
10 23 24 8 198 2
24.
Saya mengingat saat adegan-adegan perkelahian antar geng motor pada sinetron Anak Langit
5 15 30 15 160 4
25.
Saya mengingat saat adegan-adegan balapan liar antar geng motor pada sinetron Anak Langit
8 17 27 13 175 3
26.
Saya pernah meniru perilaku seperti memukul serta mendorong orang lain, setelah menonton tayangan tersebut
2 6 25 32 116 5
27.
Saya pernah menirukan perilaku seperti merusak fasilitas umum, setelah menonton tayangan tersebut
2 5 26 32 114 6
28.
Setelah menonton sinetron Anak Langit, saya pernah menirukan perilaku seperti marah, memaki, serta menghina teman saya
1 3 32 29 110 8
29.
Setelah menonton sinetron Anak Langit, saya mengikuti gaya marah Rimba ketika keinginan saya tidak tercapai
1 5 27 32 111 7
30.
Setelah menonton sinetron Anak Langit, saya menyelesaikan masalah dengan teman dengan
5 7 28 25 134 4
54
perkelahian
31.
Saya merasa puas setelah mencontoh adegan memukul, mendorong, merusak fasilitas, marah, memaki dan menghina pada sinetron Anak Langit
2 5 21 37 109 9
Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa respon siswa-siswi MTS
Manaratul Islam terhadap variabel perilaku agresif yang menempati ranking
siswa-siswi mengamati saat
adegan-adegan perkelahian antar geng motor pada sinetron Anak Langit
Sedangkan respon siswa-siswi MTS Manaratul Islam terhadap variabel perilaku
agresif yang menempati ranking terakhir adalah pernyataan no. 29, dengan
pernyataa -siswi merasa puas setelah mencontoh adegan memukul,
mendorong, merusak fasilitas, marah, memaki dan menghina pada sinetron Anak
Langit
Berdasarkan tabel 5.8, dalam Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)
yang dikemukakan oleh Albert Bandura terdapat empat proses, antara lain: pada
proses perhatian (Attention Process) sebesar 55,38% siswa-siswi mengamati
adegan-adegan perkelahian antar geng motor dalam tayangan sinetron Anak
Langit, dan sebesar 50,77% siswa-siswi mengamati adegan-adegan balapan liar
pada sinetron Anak Langit. Selanjutnya, pada proses mengingat (Retention
Process) sebesar 30,77% siswa-siswi mengingat adegan-adegan perkelahian antar
geng motor pada tayangan sinetron Anak Langit, dan sebesar 38,46% siswa-siswi
mengingat adegan-adegan balapan liar pada sinetron Anak Langit.
Pada proses reproduksi motoris (Motoris Reproduction Process) sebesar
12,31% siswa-siswi menirukan perilaku sepertin memukul serta mendorong orang
55
lain, setelah menonton tayangan sinetron Anak Langit, sebesar 10,77% siswa-
siswi menirukan perilaku seperti merusak fasilitas umum, setelah menonton
tayangan sinetron Anak Langit, dan sebesar 6,15% siswa-siswi menirukan
perilaku seperti marah, memaki, serta menghina teman setelah menonton tayangan
sinetron Anak Langit, sebesar 9,23% siswa-siswi mengikuti gaya marah Rimba
ketika keinginannya tidak tercapai, selanjutnya sebesar 18,46% siswa-siswi
menyelesaikan masalah dengan teman dengan perkelahian setelah menonton
tayangan sinetron Anak Langit.
Kemudian, pada proses motivasional (Motivational Process) sebesar
10,77% siswa-siswi merasa puas setelah menirukan adegan memukul,
mendorong, merusak fasilitas, marah, memaki dan menghina pada sinetron Anak
Langit dan sebesar 89,23% siswa-siswi merasakan sebaliknya.1
C. Kondisi Kognitif, Afektif, dan Behavioral
Dalam penelitian ini, penulis mencoba menjelaskan kondisi kognitif, afektif,
dan behavioral siswa-siswi sesuai dengan data yang diperoleh dari penyebaran
angket.
1. Kognitif
Hasil perhitungan data penelitian yang diperoleh dari kuesioner yang
telah diisi oleh responden dari variabel kognitif, didapatkan hasil dengan
scoring dan ranking pada tabel sebagai berikut:
1 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori,dan Filsafat Komunikasi, (Bandung : PT Citra
Aditya Bakti, 2003), h. 282-283.
56
Tabel 5.5 Kognitif
No. Pernyataan SS S TS STS Skor Rank
1.
Saya mengetahui SCTV menayangkan sinetron remaja yang berjudul Anak Langit
39 26 0 0 299 1
2. Saya mengetahui kapan waktu tayang sinetron Anak Langit
14 40 11 0 252 6
3. Saya mengetahui pemeran-pemeran sinetron Anak Langit
20 33 11 1 255 5
4.
Saya tahu peran Steven William, Immanuel Caesar Hito, Cemal Faruk sebagai anggota geng motor Rainbow dan Dylan Carr sebagai ketua geng motor Anthrax
31 27 7 0 277 2
5.
Tayangan sinetron Anak Langit menampilkan hal-hal yang berkaitan dengan gaya pergaulan remaja zaman sekarang
23 33 7 2 263 3
6.
Menurut saya isi pesan dalam sinetron Anak Langit adalah tentang perkelahian antar geng motor
19 26 14 6 233 7
7.
Tayangan sinetron Anak Langit menampilkan perselisihan antara geng motor
24 29 9 3 257 4
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa respon siswa-siswi MTS
Manaratul Islam terhadap variabel kognitif yang menempati ranking
-siswi
mengetahui SCTV menayangkan sinetron remaja yang berjudul Anak
57
program-programnya atau iklan yang ditayangkan oleh SCTV membuat
siswa-siswi MTS Manaratul Islam mengetahui bahwa SCTV menayangkan
sinetron remaja yang berjudul Anak Langit.
Sedangkan respon siswa-siswi MTS Manaratul Islam terhadap variabel
kognitif yang menempati ranking terakhir adalah pernyataan no. 6, dengan
pern
perkelahian antar geng
siswa-siswi MTS Manaratul Islam isi dari sinetron Anak Langit bukan
hanya mengenai perkelahian antar geng motor, tetapi juga menampilkan
pesan yang lain seperti gaya pergaulan remaja zaman sekarang seperti
halnya butir pernyataan nomor lima yang menempati ranking tiga.
Berdasarkan tabel 5.4 di atas juga dapat diketahui bahwa pernyataan
isi pesan dalam sinetron Anak Langit adalah tentang perkelahian
antar geng motor
orang, setuju berjumlah 26 orang, tidak setuju berjumlah 14 orang, dan
sangat tidak setuju berjumlah 6 orang. Hal ini menunjukkan bahwa 69,23%
siswa-siswi menyetujui bahwa isi pesan dalam sinetron Anak Langit adalah
tentang perkelahian antar geng motor, dan sebesar 30,77% menunjukkan
ayangan sinetron Anak
Langit menampilkan perselisihan antar geng motor nden yang
sangat setuju berjumlah 24 orang, setuju berjumlah 29 orang, tidak setuju
berjumlah 9 orang, dan sangat tidak setuju berjumlah 3 orang. Hal ini
menunjukkan bahwa 81,54% siswa-siswi menyetujui bahwa tayangan
58
sinetron Anak Langit menampilkan perselisihan antar geng motor, dan
sebesar 18,46% menunjukkan sebaliknya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
tayangan sinetron Anak Langit menampilkan perselisihan antar geng motor
dan sebagian siswa-siswi MTS Manaratul Islam Jakarta menyatakan bahwa
isi pesan dalam tayangan sinetron Anak Langit adalah tentang perkelahian
antar geng motor. Ada baiknya jika tayangan sinetron tidak mencontohkan
remaja untuk berkelahi atau bermusuhan, karena hal tersebut dilarang oleh
agama. Hal ini tertera pada Al-Quran surat An-Nahl (16) ayat 90.
Allah SWT. Berfiman:
Artinya: dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
(QS. An-Nahl (16): 90).
2. Afektif
Hasil perhitungan data penelitian yang diperoleh dari kuesioner yang
telah diisi oleh responden dari variabel kognitif, didapatkan hasil dengan
scoring dan ranking pada tabel sebagai berikut:
Tabel 5.6 Afektif
No. Pernyataan SS S TS STS Skor Rank
8. Saya suka menonton tayangan sinetron Anak Langit
29 30 4 2 275 2
59
9. Saya merasa senang dan terhibur dengan tayangan sinetron Anak Langit
21 36 6 2 263 3
10.
Saya suka pemeran-pemeran sinetron Anak Langit karena paras yang cantik dan tampan
32 26 6 1 277 1
11.
Saya menyukai peran Dylan Carr sebagai Rimba selaku ketua geng motor Anthrax yang dengan mudahnya meluapkan amarah kepada orang lain
9 30 15 11 206 4
12.
Setelah menonton tayangan sinetron Anak Langit, saya merasa memukul, menghina, marah, memaki merupakan hal yang wajar
4 12 27 22 144 6
13.
Menonton tayangan sinetron Anak Langit menjadi tuntutan dalam pergaulan, karena teman-teman saya juga menonton tayangan tersebut
9 26 26 4 205 5
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa respon siswa-siswi MTS
Manaratul Islam terhadap variabel afektif yang menempati ranking pertama
-pemeran
ut
menunjukkan bahwa pemilihan pemeran yang cantik dan tampan dalam
sinetron Anak Langit berhasil mempengaruhi siswa-siswi Manartul Islam
60
sehingga mereka menyukai pemeran-pemeran sinetron Anak Langit dengan
alasan tampan dan cantik.
Sedangkan respon siswa-siswi yang menempati ranking terakhir adalah
pernyataan no. 12, dengan persepsi siswa-siswi tentang perilaku memukul,
menghina, marah, memaki merupakan hal yang wajar. Hal tersebut
menunjukkan bahwa siswa-siswi merasa adegan memukul, menghina,
marah, dan memaki dalam sinetron merupakan perbuatan atau perilaku yang
tidak pantas ditiru.
Selanjutnya, butir pernyataan mengenai menonton sinetron Anak Langit
menjadi tuntutan dalam pergaulan menempati ranking lima dengan jumlah
responden yang sangat setuju berjumlah 9 orang, setuju berjumlah 26 orang,
tidak setuju berjumlah 26 orang, dan sangat tidak setuju berjumlah 4 orang.
Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 53,85% siswa-siswi MTS Manaratul
Islam Jakarta menyetujui bahwa menonton sinetron Anak Langit merupakan
sebuah tuntutan dalam pergaulan, dan sebesar 46,15% menunjukkan
sebaliknya.
3. Behavioral
Hasil perhitungan data penelitian yang diperoleh dari kuesioner yang
telah diisi oleh responden dari variabel kognitif, didapatkan hasil dengan
scoring dan ranking pada tabel sebagai berikut:
61
Tabel 5.7 Behavioral
No. Pernyataan SS S TS STS Skor Rank
14. Saya ingin memiliki geng motor seperti dalam sinetron Anak Langit
6 5 31 23 135 5
15.
Setelah mengetahui tayangan sinetron Anak Langit memberikan informasi mengenai gaya hidup geng motor, saya tidak pernah melewatkan untuk menonton
10 37 14 4 230 1
16.
Saya akan mengikuti gaya hidup geng motor seperti yang ditayangkan dalam sinetron Anak Langit
3 9 38 15 142 4
17.
Setelah menonton tayangan tersebut saya akan mengikuti perilaku seperti marah, memaki, serta menghina orang yang saya tidak suka seperti yang diperankan oleh Dylan Carr yang berperan sebagai Rimba
2 9 27 27 127 6
18.
Saya akan mengikuti perilaku seperti memukul serta mendorong orang lain, setelah menonton tayangan sinetron Anak Langit
2 2 26 35 105 7
19. Saya pernah berkelahi dengan teman saya untuk menyelesaikan masalah
5 9 34 17 146 3
20.
Saya tahu adegan-adegan perkelahian dalam sinetron Anak Langit memiliki dampak negatif terhadap remaja seusia saya, tetapi saya tetap menontonnya
12 34 14 5 229 2
21.
Setelah menonton tayangan tersebut saya pernah mengintimidasi teman yang tidak satu pemahaman dengan saya
3 12 29 21 142 4
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa respon siswa-siswi MTS
Manaratul Islam terhadap variabel behavioral yang menempati ranking
-siswi tidak
62
melewatkan menonton tayangan sinetron Anak Langit karena memberikan
informasi mengenai gaya hidup geng motor
konsep geng motor yang disajikan merupakan salah satu daya tarik sinetron
Anak Langit bagi responden. Sedangkan respon siswa-siswi MTS Manaratul
Islam terhadap variabel behavioral yang menempati ranking terakhir adalah
akan mengikuti perilaku seperti
memukul serta mendorong orang lain, setelah menonton tayangan sinetron
Anak Langit
Berdasarkan tabel 5.6 juga dapat diketahui bahwa pernyataan mengenai
marah, memaki, serta menghina orang yang saya tidak suka seperti yang
diperankan oleh Dylan Carr yang berperan sebagai Rimba
responden yang sangat setuju berjumlah 2 orang, setuju berjumlah 9 orang,
tidak setuju berjumlah 27 orang, dan sangat tidak setuju berjumlah 27 orang.
Hal ini menunjukkan bahwa 16,92% siswa-siswi MTS Manaratul Islam
Jakarta akan mengikuti perilaku seperti mearah, memaki, serta menghina
orang yang tidak disukai seperti yang diperankan oleh salah satu tokoh
utama, Rimba, dan sebesar 83,08% menunjukkan sebaliknya. Selanjutnya
aya akan mengikuti perilaku seperti memukul serta
mendorong orang lain, setelah menonton tayangan sinetron Anak Langit
dengan responden sangat setuju berjumlah 2 orang, setuju berjumlah 2
orang, tidak setuju berjumlah 26 orang, dan sangat tidak setuju berjumlah 35
orang. Hal ini menunjukkan bahwa 6,15% siswa-siswi akan mengikuti
63
perilaku memukul serta mendorong orang lain seperti yang ditampilkan oleh
sinetron Anak Langit, dan sebesar 93,85% menunjukkan sebaliknya.
Selanjutnya saya pernah berkelahi dengan teman saya
untuk menyelesaikan masalah
setuju berjumlah 9 orang, tidak setuju berjumlah 34 orang, dan sangat tidak
setuju berjumlah 17 orang. Hal ini menunjukkan bahwa 21,54% siswa-siswi
pernah berkelahi dengan temannya saat menyelesaikan masalah, dan sebesar
78,46% menunjukkan sebaliknya. Kemudian pada pernyataan
menonton tayangan tersebut saya pernah mengintimidasi teman yang tidak
dengan responden sangat setuju berjumlah 3
orang, setuju berjumlah 12 orang, tidak setuju berjumlah 29 orang, dan
sangat tidak setuju berjumlah 21 orang. Hal ini menunjukkan bahwa 23,08%
siswa-siswi pernah mengintimidasi teman yang tidak satu pemehaman
dengannya setelah menonton tayangan sinetron Anak Langit, dan sebesar
76,92% menunjukkan sebaliknya.
Dari variabel-variabel pengaruh tayangan dilakukan rekapitulasi rata-
rata skor variabel dan diperoleh ranking pada tabel berikut:
Tabel 5.8 Rekapitulasi Rata-rata Skor Variabel Pengaruh Tayangan Sinetron Anak
Langit
No. Variabel Pengaruh Tayangan
Sinetron Anak Langit
Rata-rata
Skor Ranking
1. Kognitif 262.286 1
2. Afektif 228.333 2
3. Behavioral 157 3
64
Dari tabel 5.7 dapat diketahui bahwa rekapitulasi rata-rata variabel
tayangan sinetron Anak Langit yang menempati ranking pertama adalah
variabel kognitif, yang terdiri dari tayangan sinetron Anak Langit
menampilkan perselisihan antar geng motor dan sebagian siswa-siswi MTS
Manaratul Islam Jakarta menyatakan bahwa isi pesan dalam tayangan
sinetron Anak Langit adalah tentang perkelahian antar geng motor. Hal ini
berdasarkan aspek kualitas program sinetron/film yang dikemukakan oleh
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), sebagai berikut:
1. Membentuk watak, identitas, dan jatidiri Bangsa Indonesia yang
bertakwa dan beriman.
2. Relevansi cerita.
3. Tidak bermuatan kekerasan.
4. Menghormati nilai dan norma sosial di masyarakat.
5. Menghormati keberagaman.
6. Tidak mengandung muatan mistik, horor, dan supra natural.
7. Menghormati orang dan kelompok tertentu
8. Tidak bermuatan seksual
Berdasarkan poin-poin aspek kualitas tayangan sinetron/film di atas
tayangan sinetron Anak Langit tidak sesuai dengan aspek poin ke 3 yaitu
tidak bermuatan kekerasan.2 Karena menampilkan beberapa adegan
perselisihan antar geng motor, maka terdapat adegan kekerasan dalam
tayangan sinetron Anak Langit.
2 Komisi Penyiaran Indonesia, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, dan 12 Perguruan
Tinggi di Indonesia. Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi Tahun 2016. www.kpi.go.id diakses pada Kamis, 28 September 2017.
65
Adapun rekapitulasi rata-rata variabel tayangan sinetron Anak Langit
yang menempati ranking kedua yaitu variabel afektif, yang terdiri dari
siswa-siswi tertarik menonton tayangan ini karena paras pemain yang cantik
dan tampan, dan menurut siswa-siswi adegan memukul, menghina, marah,
dan memaki dalam sinetron merupakan perbuatan atau perilaku yang tidak
pantas dilakukan oleh seorang remaja, serta menonton tayangan sinetron
Anak Langit merupakan tuntutan dalam pergaulan.
Sedangkan rekapitulasi rata-rata tayangan sinetron Anak Langit yang
menempati ranking terakhir adalah variabel behavioral, yaitu sebagian kecil
siswa-siswi menirukan perilaku agresif pada tayangan sinetron Anak Langit,
seperti marah, memaki, serta menghina orang lain seperti yang diperankan
oleh tokoh Rimba, memukul dan mendorong orang lain, dan berkelahi
dengan teman untuk menyelesaikan masalah, serta mengintimidasi teman
yang tidak satu pemahaman.
D. Uji Instrumen
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan software Microsoft
Excel 2010, yang bertujuan untuk mengetahui setiap butir pernyataan yang
diajukan kepada responden telah dinyatakan valid. Teknik yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan korelasi hitung (r-
hitung) dengan r-tabel pada tingkat signifikansi 5%. Nilai r-tabel dengan
signifikansi 5% ( dapat dicari berdasarkan jumlah responden atau
N oleh karena itu N=30, maka nilai r-tabel adalah 0,361. Jika r-hitung lebih
besar dari r-tabel maka butir tersebut dinyatakan valid, begitu juga
66
sebaliknya jika r-hitung lebih kecil dari r-tabel, maka butir pernyataan
dinyatakan tidak valid (gugur).
Tabel 5.9 Hasil Uji Validitas
Pernyataan r tabel r hitung Hasil Instrumen
Butir 1 0,361 0.408 Valid
Butir 2 0,361 0.470 Valid
Butir 3 0,361 0.375 Valid
Butir 4 0,361 0.405 Valid
Butir 5 0,361 0.520 Valid
Butir 6 0,361 0.520 Valid
Butir 7 0,361 0.156 Tidak Valid
Butir 8 0,361 0.415 Valid
Butir 9 0,361 0.111 Tidak Valid
Butir 10 0,361 0.494 Valid
Butir 11 0,361 0.513 Valid
Butir 12 0,361 0.396 Valid
Butir 13 0,361 0.577 Valid
Butir 14 0,361 0.559 Valid
Butir 15 0,361 0.246 Tidak Valid
Butir 16 0,361 -0.040 Tidak Valid
Butir 17 0,361 0.029 Tidak Valid
Butir 18 0,361 0.418 Valid
Butir 19 0,361 0.056 Tidak Valid
Butir 20 0,361 0.621 Valid
Butir 21 0,361 0.552 Valid
Butir 22 0,361 0.504 Valid
Butir 23 0,361 0.274 Tidak Valid
Butir 24 0,361 0.671 Valid
Butir 25 0,361 0.621 Valid
67
Butir 26 0,361 0.443 Valid
Butir 27 0,361 0.207 Tidak Valid
Butir 28 0,361 0.433 Valid
Butir 29 0,361 0.258 Tidak Valid
Butir 30 0,361 0.464 Valid
Butir 31 0,361 0.525 Valid
Butir 32 0,361 0.408 Valid
Butir 33 0,361 0.464 Valid
Butir 34 0,361 0.433 Valid
Butir 35 0,361 0.539 Valid
Butir 36 0,361 0.628 Valid
Butir 37 0,361 0.627 Valid
Butir 38 0,361 0.534 Valid
Butir 39 0,361 0.669 Valid
Butir 40 0,361 -0.252 Tidak Valid
Butir 41 0,361 0.647 Valid
Butir 42 0,361 -0.066 Tidak Valid
Pada tabel 3.6 terdapat hasil uji instrument dan ditemukan jumlah
butir pernyataan yang valid dari uji validitas, maka uji terhadap 30
responden dari 42 butir pernyataan terdapat 31 butir pernyataan yang
dianggap valid dan reliabel. Dengan 11 pernyataan yang tidak valid atau
digugurkan.
2. Uji Reliabilitas
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui konsistensi alat ukur.
Berdasarkan pada perhitungan yang telah dilakukan menggunakan software
SPSS 22, dengan teknik Cronbach Alpha maka didapatkan hasil seperti tabel
berikut:
68
Tabel 5.10 Hasil Uji Reliabilitas
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.915 31
Pada tabel 5.9 besarnya nilai Cronbach Alpha yaitu 0,915 dengan
jumlah pernyataan sebanyak 31. Nilai Cronbach Alpha 0,915 di atas nilai
0,8 dan dapat disebut reliabel.
E. Analisa Data Penelitian
1. Uji Normalitas
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah model regresi, variabel
terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Hasil normalitas dengan menggunakan PP Plot Regression
Standardized ditunjukkan dengan grafik sebagai berikut:
69
Gambar 5.1 Analisis PP Plot Regression Standardized Residual
Berdasarkan Gambar 5.1 di atas, hasil dari uji grafik normal plot
menunjukkan bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Sementara itu, jika dianalisa menggunakan metode uji non-parametric
Kolmogorov-Smirnov (K-S), maka terlihat seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 5.10 Tabel Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 65
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 4.62268856
Most Extreme Differences Absolute .052
Positive .052
Negative -.042
Test Statistic .052
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
70
Dari hasil tabel 5.10 diketahui bahwa nilai signifikansi dari uji
normalitas Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,200 dengan alpha 0,05 karena
nilai signifikansi lebih besar dari alpha, maka dapat dikatakan data tersebut
terdistribusi normal.
2. Analisis Korelasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dengan menggunakan
software SPSS 22, maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 5.11 Hasil Uji Korelasi Pearson Product Moment
Correlations
Tayangan
Sinetron Perilaku Agresif
Tayangan Sinetron Pearson Correlation 1 .416**
Sig. (2-tailed) .001
N 65 65
Perilaku Agresif Pearson Correlation .416** 1
Sig. (2-tailed) .001
N 65 65
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Pada tabel 5.11 memperlihatkan bahwa besarnya nilai signifikansi uji
korelasi antara variabel Tayangan Sinetron Anak Langit (X) dengan variabel
Perilaku Agresif (Y) sebesar 0,001 dimana lebih kecil dari nilai alpha yaitu
0,05. Artinya terdapat hubungan signifikan antara variabel Tayangan
Sinetron Anak Langit (X) dengan variabel Perilaku Agresif (Y).
Dari tabel 5.11 juga menunjukkan nilai korelasi antara variabel
Tayangan Sinetron Anak Langit (X) dengan variabel Perilaku Agresfi (Y)
sebesar 0,416 yang artinya tingkat hubungan antara variabel Tayangan
71
Sinetron Anak Langit (X) dengan variabel Perilaku Agresif (Y) adalah
cukup kuat.
3. Uji Regresi Linier Sederhana
a. Pengaruh Tayangan Sinetron Anak Langit Terhadap Perilaku
Agresif
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh atau
hubungan secara linier. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah
dengan menggunakan software SPSS 22, maka didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 5.12 Hasil Uji Regresi Sederhana
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -1.740 5.155 -.337 .737
Tayangan_Sinetron .271 .074 .416 3.633 .001
a. Dependent Variable: Perilaku_Agresif
Berdasarkan tabel 5.12, maka dapat disusun persamaan regresi linier
sederhana sebagai berikut:
Dari persamaan tersebut dapat diartikan bahwa koefisien arah regresi
dengan variabel Tayangan Sinetron Anak Langit (X) dengan nilai koefisien
regresi sebesar 0,271 dengan nilai uji signifikansi sebesar 0,001 > 0,05
(alpha), artinya mempunyai pengaruh yang positif secara signifikan
terhadap variabel Perilaku Agresif pada Remaja (Y).
72
b. Uji ANOVA
Pengujian ini dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah diolah dengan menggunakan software SPSS 22,
maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 5.13 Hasil Uji ANOVA
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 388.235 1 388.235 13.200 .001b
Residual 1852.903 63 29.411
Total 2241.138 64
a. Dependent Variable: Perilaku_Agresif
b. Predictors: (Constant), Tayangan_Sinetron
Hipotesis:
Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tayangan sinetron
Anak Langit terhadap perilaku agresif pada remaja.
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara tayangan sinetron Anak
Langit terhadap perilaku agresif pada remaja.
Berdasarkan tabel 5.13 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,001
dengan nilai alpha 0,05. Maka diperoleh perbandingan 0,01 < 0,05 (alpha),
sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya terdapat pengaruh
yang signifikan antara tayangan sinetron Anak Langit terhadap perilaku
agresif pada remaja.
4. Uji Regresi Linier Berganda
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan
secara linier variabel Tayangan Sinetron Anak Langit (X) terhadap Perilaku
73
Agresif pada Remaja (Y) dapat dianalisis dengan menggunakan regresi
linier berganda.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dengan menggunakan
software SPSS 22, maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 5.14 Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 7.947 4.282 1.856 .068
Kognitif -.296 .135 -.209 -2.203 .031
Afektif .152 .149 .102 1.023 .310
Behavioral .727 .106 .653 6.889 .000
a. Dependent Variable: Perilaku_Agresif
Berdasarkan tabel 5.14, maka dapat disusun persamaan regresi linier
berganda sebagai berikut:
Dari persamaan tersebut dapat diartikan bahwa koefisien arah regresi
dengan variabel Kognitif Tayangan Sinetron Anak Langit (X1) dengan nilai
koefisien regresi sebesar -0,296 mempunyai pengaruh yang negatif terhadap
variabel Perilaku Agresif pada Remaja (Y). Namun, variabel Afektif
Tayangan Sinetron Anak Langit (X2) dengan nilai koefisien regresi sebesar
0,152 mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel Perilaku Agresif
pada Remaja (Y). Begitu pula dengan variabel Pengaruh Behavioral
Tayangan Sinetron Anak Langit (X3) dengan nilai koefisien regresi sebesar
0,727 mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel Perilaku Agresif
pada Remaja (Y).
74
5. Uji Koefisien Determinasi
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui presentase kontribusi atau
sumbangan yang diberikan oleh sebuah atau lebih variabel X (bebas)
terhadap variabel Y (terikat). Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah
dengan menggunakan bantuan SPSS 22, maka didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel 5.15 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R
Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .725a .526 .502 4.17499 .526 22.525 3 61 .000 1.647 a. Predictors: (Constant), Behavioral, Kognitif, Afektif
b. Dependent Variable: Perilaku_Agresif
Pada tabel 5.15 memperlihatkan bahwa besarnya pengaruh variabel R
Square (R2) adalah sebesar 0,526= 52,6%. Hal ini berarti tayangan sinetron
Anak Langit sebesar 52,6% berpengaruh terhadap perilaku agresif pada
remaja. Sedangkan sisanya sebesar 47,4% dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak diteliti. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Bandura, 1973;
Berkowitz, 1965; Bryan & Schwartz, 1972; Geen, 1978; dan Goranson,
1970, jika menonton tayangan yang mengandung kekerasan dalam waktu
yang lama atau secara terus menurus, maka dapat mengajarkan perilaku
agresif.3 Berdasarkan tabel 5.3 siswa-siswi MTS Manaratul Islam sebesar
35,38% menonton tayangan Anak Langit selama 3-4 hari dalam seminggu,
3 EB Surbakti, Awas Tayangan Televisi: Tayangan Misteri dan Kekerasan Mengancam
Anak Anda, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008), h. 144.
75
dan sebesar 30,77% menonton tayangan Anak Langit setiap hari dalam
seminggu.
6. Uji F-test (Simultan)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
secara bersama-sama (simultan) variabel independen (bebas) tayangan
sinetron Anak Langit terhadap variabel dependen (terikat) yaitu perilaku
agresif pada remaja secara simultan atau bersama-sama. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah diolah dengan menggunakan bantuan SPSS 22, maka
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 5.16 Hasil Uji F-test (Simultan)
ANOVAa
Model
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 1177.875 3 392.625 22.525 .000b
Residual 1063.264 61 17.431
Total 2241.138 64 a. Dependent Variable: Perilaku_Agresif b. Predictors: (Constant), Behavioral, Kognitif, Afektif
Hipotesis:
Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tayangan sinetron
Anak Langit terhadap perilaku agresif pada remaja.
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara tayangan sinetron Anak
Langit terhadap perilaku agresif pada remaja.
Berdasarkan perbandingan antara Fhitung dan Ftabel, jika Fhitung > Ftabel,
maka Ho diterima, dan jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak. Pada tabel 5.16
76
dapat dilihat nilai Fhitung sebesar 22,525. Sedangkan nilai Ftabel dari tabel
distribusi F{(0,05), (65-3-1)} sebesar 2,755. Hasil perbandingan Fhitung dan Ftabel
telah ditemukan F(22,525) > F(2,755), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.
Sedangkan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 (alpha). Kesimpulannya variabel
independen kognitif, afektif, dan behavioral tayangan sinetron Anak Langit
secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen yaitu perilaku agresif pada remaja.
Berdasarkan uraian diatas, menurut James G. Webster dalam tiga
model dasar khalayak media yang dikemukakannya yaitu: audience as
outcome (khalayak sebagai hasilnya), audience as mass (khalayak sebagai
masa), dan audience as agent (khalayak sebagai agen), siswa-siswi MTS
Manaratul Islam termasuk pada model audience as outcome (khalayak
sebagai hasilnya), dimana siswa-siswi bertingkah berdasarkan media pada
kasus ini perilaku agresif pada tayangan sinetron Anak Langit, yang
mengahasilkan efek negatif pada siswa-siswi.4
7. Uji T-test (Parsial)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengeruh
masing-masing variabel tayangan sinetron Anak Langit terhadap variabel
perilaku agresif pada remaja secara parsial atau satu persatu. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah diolah dengan menggunakan bantuan SPSS 22,
maka didapatkan hasil sebagai berikut:
4 John L. Sullivan, Media Audiences: Effect, Users, Institutions, and Power, h. 6-8.
77
Tabel 5.17 Hasil Uji T-test (Parsial)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 7.947 4.282 1.856 .068
Kognitif -.296 .135 -.209 -2.203 .031
Afektif .152 .149 .102 1.023 .310
Behavioral .727 .106 .653 6.889 .000
a. Dependent Variable: Perilaku_Agresif
Hipotesis:
Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tayangan sinetron
Anak Langit terhadap perilaku agresif pada remaja.
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara tayangan sinetron Anak
Langit terhadap perilaku agresif pada remaja.
Berdasarkan tabel 5.17 diperoleh nilai t-hitung variabel kognitif (X1)
sebesar -2,203 dengan taraf signifikansi 0,031 < 0,05 (alpha). Karena nilai
signifikansi lebih kecil dari alpha, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini
berarti, variabel kognitif (X1) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
perilaku agresif pada remaja (Y).
Nilai t-hitung variabel afektif (X2) sebesar (1,023) dengan taraf
signifikansi 0,310 > 0,05 (alpha). Karena nilai signifikansi lebih besar dari
alpha, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti, variabel afektif
(X2) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku agresif
pada remaja.
78
Nilai t-hitung variabel behavioral (X3) sebesar (6,889) dengan taraf
signifikansi 0,000 < 0,05 (alpha). Karena nilai signifikansi lebih kecil dari
alpha, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti, variabel behavioral
(X3) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap perilaku agresif pada
remaja.
79
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data pengaruh tayangan sinetron Anak Langit
terhadap perilaku agresif pada remaja (survei terhadap siswa-siswi MTS
Manaratul Islam Jakarta, maka dalam bab ini dapat disimpulkan:
1. Dalam empat proses social learning yang dikemukakan oleh Albert
Bandura, pada proses perhatian (Attention Process) sebesar 55,38%
siswa-siswi mengamati adegan-adegan perkelahian antar geng motor
dalam tayangan sinetron Anak Langit, dan sebesar 50,77% siswa-siswi
mengamati adegan-adegan balapan liar pada sinetron Anak Langit.
Selanjutnya, pada proses mengingat (Retention Process) sebesar 30,77%
siswa-siswi mengingat adegan-adegan perkelahian antar geng motor
pada tayangan sinetron Anak Langit, dan sebesar 38,46% siswa-siswi
mengingat adegan-adegan balapan liar pada sinetron Anak Langit. Pada
proses reproduksi motoris (Motoris Reproduction Process) sebesar
12,31% siswa-siswi menirukan perilaku seperti memukul serta
mendorong orang lain, setelah menonton tayangan sinetron Anak
Langit, sebesar 10,77% siswa-siswi menirukan perilaku seperti merusak
fasilitas umum, setelah menonton tayangan sinetron Anak Langit, dan
sebesar 6,15% siswa-siswi menirukan perilaku seperti marah, memaki,
serta menghina teman setelah menonton tayangan sinetron Anak Langit,
sebesar 9,23% siswa-siswi mengikuti gaya marah Rimba ketika
80
keinginannya tidak tercapai, selanjutnya sebesar 18,46% siswa-siswi
menyelesaikan masalah dengan teman dengan perkelahian setelah
menonton tayangan sinetron Anak Langit. Kemudian, pada proses
motivasional (Motivational Process) sebesar 10,77% siswa-siswi merasa
puas setelah menirukan adegan memukul, mendorong, merusak fasilitas,
marah, memaki dan menghina pada sinetron Anak Langit dan sebesar
89,23% siswa-siswi merasakan sebaliknya.
2. Kondisi kognitif siswa-siswi MTS Manaratul Islam Jakarta menyatakan
bahwa isi pesan dalam tayangan sinetron Anak Langit adalah tentang
perkelahian antar geng motor. Kondisi afektifnya siswa-siswi tertarik
menonton tayangan ini karena paras pemain yang cantik dan tampan,
dan menurut siswa-siswi adegan memukul, menghina, marah, dan
memaki dalam sinetron merupakan perbuatan atau perilaku yang tidak
pantas dilakukan oleh seorang remaja, serta menonton tayangan sinetron
Anak Langit merupakan tuntutan dalam pergaulan. Sedangkan kondisi
behavioralnya sebagian kecil siswa-siswi menirukan perilaku agresif
pada tayangan sinetron Anak Langit, seperti marah, memaki, serta
menghina orang lain seperti yang diperankan oleh toko Rimba,
memukul dan mendorong orang lain, dan berkelahi dengan teman untuk
menyelesaikan masalah.
81
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan, maka penulis mengemukakan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Media massa terutama televisi yang memiliki fungsi sebagai media
hiburan, dan televisi merupakan media massa yang dapat diakses oleh
semua umur. Seharusnya stasiun televisi tidak hanya menyajikan
tayangan yang menghibur, tetapi dapat memproduksi dan menampilkan
tayangan yang ramah anak dan mengedukasi. Karena dengan tayangan
yang bermutu, maka kualitas anak bangsa kelak juga akan bermutu.
2. Untuk orang tua, sebaiknya lebih memperhatikan dan membatasi
tayangan yang ditonton oleh anak. Selain itu, orang tua juga lebih baik
mendampingi anak ketika menonton televisi, untuk memberi pengertian
atau penjelasan kepada anak jika terdapat tontonan yang tidak ramah
anak. Karena anak-anak dan remaja pada umumnya tertarik untuk
mencontoh apa yang mereka lihat. Jika orang tua menemukan tayangan
yang mengandung konten yang tidak ramah anak, sebaiknya jangan
segan untuk melaporkan kepada lembaga yang kompeten dibidang
tersebut.
3. Pemerintah, melalui lembaga Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
diharapkan lebih ketat lagi dalam menyaring konten-konten yang
terdapat dalam sebuah tayangan. Selain itu, KPI juga diharapkan dapat
lebih tegas dalam mengatasi stasiun televisi yang menampilkan
tayangan-tayangan yang sudah dengan jelas mengandung unsur
pelanggran dalam tayangan tersebut.
82
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala, dan Siti Karlinah. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2009.
Dayakisni, Tri, dan Hudaniah . Psikologi Sosial. Malang: UMM Press, 2012.
Deswita. Psikologi Perkembangan. 2006: Remaja Rosdakarya, Bandung.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori,dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003.
Fachruddin, Andi. Cara Kreatif Memproduksi Program Televisi. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET, 2015.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program IBM SPSS.21 (Edisi 7). Semarang: Penerbit Universitas Dipenogoro, 2013.
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.
McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa McQuail/Denis McQuail Edisi 6 Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika, 2011.
Morissan. Manajemen Media Penyiaran (Strategi Mengelola Radio & Televisi). Jakarta: Kencana Prenadamdia Group, 2008.
Priyatno, Duwi. SPSS 22: Pengolahan Data Terpraktis. Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2014.
Ronald E. Walpole, a.b. Bambang Sumantri. Pengantar Statistika (Edisi ke-3). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama , 1992.
Roudhonah. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007.
Sarwono, Jonathan. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: GRAHA ILMU, 2006.
Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007.
83
Shahibuddin, Ahmad. Fungsi Al- Jakarta: DEWARUSI PRESS, 1984.
Singarimbun, Masri, dan Sofian Effendi. Metodologi Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES, 2011.
Siregar, Syofian. Statistika Deskriptif untuk Penelitian Dilengkapi Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2014.
Sullivan, John L. Media Audiences: Effect, Users, Institutions, and Power. United States of America: SAGE Publications, 2013.
Surbakti, EB. Awas Tayangan Televis: Tayangan Misteri dan Kekerasan Mengancam Anak Anda. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008.
Susetyo, Budi. Statistika untuk Analisis Data Penelitian: Dilengkapi Cara Perhitungan dengan SPSS dan MS Office Excel. Bandung: PT Refika Aditama, 2014.
UI, Tim Penulis Fakultas Psikologi. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika, 2011.
Wahyudi, JB. Teknologi Informatika dan Produksi Citra Bergerak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992.
Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2011.
Website :
Antara, Dikeroyok Dua Rekannya, Siswa SMP Muhammadiyah Dumai Meregang Nyawa. http://mediaindonesia.com/ diakses pada Rabu, 16 Agustus 2017.
Komisi Penyiaran Indonesia, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, dan 12 Perguruan Tinggi di Indonesia. Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi Tahun 2016. www.kpi.go.id diakses pada Rabu, 28 Desember 2016.
Shinta Lestari, Viral, 2 Siswi SMP di Manado Terlibat Perkelahian, http://news.liputan6.com,diakses pada 17 September 2017.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN
No. Responden : Tanggal Pengisian : Assalamualaikum Wr. Wb
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir saya dengan judul PENGARUH MENONTON TAYANGAN SINETRON ANAK LANGIT SCTV TERHADAP PERILAKU AGRESI PADA REMAJA (SURVEI TERHADAP SISWA/SISWI SMP YPUI JAKARTA). Saya memohon kesediaan anda untuk menjadi responden dalam penelitian saya dengan mengisi daftar pernyataan di bawah ini dengan sejujur-jujurnya. Peneliti menjamin kerahasiaan identitas responden.
Atas kesediaannya saya ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb. Santika Oktaviani Fajrin (1113051000031)
KPI, FIDIKOM UIN Jakarta
A. PERTANYAAN SARINGAN Berilah tanda lingkara 1. Apakah anda pernah menonton tayangan sinetron Anak Langit yang tayangan di
SCTV? a. Ya. Jika ya, silahkan melanjutkan ke pertanyaan berikutnya. b. Tidak. Jika tidak, cukup stop di sini. Terima kasih.
2. Dalam satu minggu berapa hari anda menonton tayangan Anak Langit? a. 1-2 hari c. 5-6 hari b. 3-4 hari d. setiap hari
3. Pernahkah anda menonton tayangan sinetron Anak Langit hingga selesai? a. Selalu c. kadang-kadang b. Sering d. tidak pernah
B. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama : 2. Usia : 3. Kelas : 4. Jenis Kelamin :
C. PETUNJUK PENGISIAN
Kuesioner yang akan diisi oleh anda berbentuk skala Likert, dimana ada empat alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang diberikan, yaitu: Anda hanya diminta untuk memilih salah satu jawaban Keterangan:
SS = Sangat Setuju S = Setuju TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju
No. Pernyataan SS S TS STS
Tayangan Sinetron
1. Saya mengetahui SCTV menayangkan sinetron remaja yang berjudul Anak Langit
2. Saya mengetahui kapan waktu tayang sinetron Anak Langit
3. Saya mengetahui pemeran-pemeran sinetron Anak Langit
4. Saya tahu peran Steven William, Immanuel Caesar Hito, Cemal Faruk sebagai anggota geng motor Rainbow dan Dylan Carr sebagai ketua geng motor Anthrax
5. Tayangan sinetron Anak Langit menampilkan hal-hal yang berkaitan dengan gaya pergaulan remaja zaman sekarang
6. Menurut saya isi pesan dalam sinetron Anak Langit adalah tentang perkelahian antar geng motor
7. Tayangan sinetron Anak Langit menampilkan perselisihan antara geng motor
8. Saya suka menonton tayangan sinetron Anak Langit
9. Saya merasa senang dan terhibur dengan tayangan sinetron Anak Langit
10. Saya suka pemeran-pemeran sinetron Anak Langit karena paras yang cantik dan tampan
11. Saya menyukai peran Dylan Carr sebagai Rimba selaku ketua geng motor Anthrax yang dengan mudahnya meluapkan amarah kepada orang lain
12. Setelah menonton tayangan sinetron Anak Langit, saya merasa memukul, menghina, marah, memaki merupakan hal yang wajar
13. Menonton tayangan sinetron Anak Langit menjadi tuntutan dalam pergaulan, karena teman-teman saya juga menonton tayangan tersebut
14. Saya ingin memiliki geng motor seperti dalam sinetron Anak Langit
15. Setelah mengetahui tayangan sinetron Anak Langit memberikan informasi mengenai gaya hidup geng motor, saya tidak pernah melewatkan untuk menonton
16. Saya akan mengikuti gaya hidup geng motor seperti yang ditayangkan dalam sinetron Anak Langit
17.
Setelah menonton tayangan tersebut saya akan mengikuti perilaku seperti marah, memaki, serta menghina orang yang saya tidak suka seperti yang diperankan oleh Dylan Carr yang berperan sebagai Rimba
18. Saya akan mengikuti perilaku seperti memukul serta mendorong orang lain, setelah menonton tayangan sinetron Anak Langit
19. Saya pernah berkelahi dengan teman saya untuk
menyelesaikan masalah
20. Saya tahu adegan-adegan perkelahian dalam sinetron Anak Langit memiliki dampak negatif terhadap remaja seusia saya, tetapi saya tetap menontonnya
21. Setelah menonton tayangan tersebut saya pernah mengintimidasi teman yang tidak satu pemahaman dengan saya
Perilaku Agresi
22. Saya mengamati saat adegan-adegan perkelahian antar geng motor pada sinetron Anak Langit
23. Saya mengamati saat adegan-adegan balapan liar antar geng motor pada sinetron Anak Langit
24. Saya mengingat saat adegan-adegan perkelahian antar geng motor pada sinetron Anak Langit
25. Saya mengingat saat adegan-adegan balapan liar antar geng motor pada sinetron Anak Langit
26. Saya pernah meniru perilaku seperti memukul serta mendorong orang lain, setelah menonton tayangan tersebut
27. Saya pernah menirukan perilaku seperti merusak fasilitas umum, setelah menonton tayangan tersebut
28. Setelah menonton sinetron Anak Langit, saya pernah menirukan perilaku seperti marah, memaki, serta menghina teman saya
29. Setelah menonton sinetron Anak Langit, saya mengikuti gaya marah Rimba ketika keinginan saya tidak tercapai
30. Setelah menonton sinetron Anak Langit, saya menyelesaikan masalah dengan teman dengan perkelahian
31. Saya merasa puas setelah mencontoh adegan memukul, mendorong, merusak fasilitas, menghina, marah, memaki dan menghina pada sinetron Anak Langit
Adegan-adegan Yang Menampilkan Perilaku Agresif
Pada Sinetron Anak Langit SCTV