pengaruh tailing ptfi terhadap kualitas air sungai …

20
PENGARUH TAILING PTFI TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI AJKWA (Status Mutu Air Sungai Ajkwa Menggunakan Metode Storet) Geinessa Irianty, Setyo Sarwanto Moersidik, dan Nyoman Suwartha Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Indonesia E-mail : [email protected] Abstrak PTFI, sebagai perusahaan tambang emas dan tembaga, saat ini mengoperasikan tambang terbuka Grasberg dan tambang bawah tanah DOZ (Deep Ore Zone) dengan target produksi harian 240 ribu ton bijih. Hanya 3% dari total bijih yang diolah di pabrik berubah menjadi konsentrat dan sisanya menjadi limbah tambang (tailing). Tailing PTFI dibuang ke Sungai Aghawagon – Ajkwa menuju ModADA (Modified Ajkwa Deposition Area). Diperlukan status mutu air sungai untuk mengetahui pengaruh tailing terhadap kualitas air Sungai Ajkwa karena sampai saat ini, air sungai dan air sumur masih digunakan sebagai sumber air bersih bagi penduduk Kabupaten Mimika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status mutu air Sungai Ajkwa dan beban pencemaran selama periode 2008-2012. Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode STORET. Nilai TSS Sungai Ajkwa di setiap stasiun berkisar antara 8-983.000 mg/L dan melampaui baku mutu PP No.82 Tahun 2001 untuk semua kelas air. Parameter lainnya yang tidak memenuhi baku mutu adalah nitrit, sulfat, tembaga, kadmium, mangan, selenium, dan seng. Ada tiga parameter yang berkontribusi paling besar dalam pencemaran Sungai Ajkwa, yaitu TSS (± 99%), mangan (93,14-95,7%), dan sulfat (86,89-93,17%). Tingginya nilai parameter-parameter tersebut berpengaruh pada status mutu air Sungai Ajkwa saat ini, sehingga Sungai Ajkwa tidak dapat dikategorikan ke dalam semua kelas air. Banyaknya sedimen akibat tingginya TSS di Sungai Ajkwa juga menyebabkan pendangkalan sungai dan saat ini ketinggian muka air Sungai Ajkwa berkisar antara 50–1.500 cm. Berdasarkan beban cemaran tertinggi, kemampuan self purifikasi Sungai Ajkwa terbaik terjadi pada tahun 2009–2010 sebesar 26,141% untuk parameter TSS, tahun 2011–2012 sebesar 32,909% untuk parameter sulfat, dan tahun 2010–2011 sebesar 20,520% untuk parameter mangan. Kata Kunci : Metode STORET, PTFI, Status Mutu Air, Sungai Ajkwa, Tailing PTFI’S TAILINGS EFFECT ON WATER QUALITY OF AJKWA RIVER (Water Quality Status of Ajkwa River Using Storet Method) Abstract PTFI, as gold and copper mining company, currently operates the Grasberg open pit and underground DOZ (Deep Ore Zone) mine with a daily production target of 240 thousand tons of ore. Only 3% of the total ore processed at the plant turned into a concentrate and the rest are considered as mine waste (tailings). Freeport tailings are discharged into the Aghawagon-Ajkwa river towards ModADA (Modified Ajkwa Deposition Area). Water quality status is required to determine the effect of tailings towards water quality in Ajkwa river because until now, the river and deep well are still used as a source of clean water for the people of Mimika. This study aims to determine the status of water quality and pollution load Ajkwa during the 2008-2012 period. The analytical methods used in this study is the STORET method. Ajkwa TSS values at each station ranged between 8-983000 mg/L and exceeded the PP No.82 of 2001 quality standard for all classes of water. Other parameters that do not meet the quality standard is nitrite, sulfate, copper, cadmium, manganese, selenium, and zinc. There are three parameters that contribute the most in Ajkwa pollution, which are TSS (± 99%), manganese (93.14 to 95.7%), and sulfate (86.89 to 93.17%). The high values of these parameters affect the water quality status in Ajkwa nowadays, therefore Ajkwa can not be categorized into all classes of water. Amount of sediment due to high TSS in Ajkwa also cause silting river and the current water level in Ajkwa ranged from 50-1500 cm. Based Pengaruh tailing…, Geinessa Irianty, FT UI, 2013

Upload: others

Post on 15-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH TAILING PTFI TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI …

PENGARUH TAILING PTFI TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI AJKWA

(Status Mutu Air Sungai Ajkwa Menggunakan Metode Storet)

Geinessa Irianty, Setyo Sarwanto Moersidik, dan Nyoman Suwartha

Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Indonesia

E-mail : [email protected]

Abstrak

PTFI, sebagai perusahaan tambang emas dan tembaga, saat ini mengoperasikan tambang terbuka Grasberg dan tambang bawah tanah DOZ (Deep Ore Zone) dengan target produksi harian 240 ribu ton bijih. Hanya 3% dari total bijih yang diolah di pabrik berubah menjadi konsentrat dan sisanya menjadi limbah tambang (tailing). Tailing PTFI dibuang ke Sungai Aghawagon – Ajkwa menuju ModADA (Modified Ajkwa Deposition Area). Diperlukan status mutu air sungai untuk mengetahui pengaruh tailing terhadap kualitas air Sungai Ajkwa karena sampai saat ini, air sungai dan air sumur masih digunakan sebagai sumber air bersih bagi penduduk Kabupaten Mimika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status mutu air Sungai Ajkwa dan beban pencemaran selama periode 2008-2012. Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode STORET. Nilai TSS Sungai Ajkwa di setiap stasiun berkisar antara 8-983.000 mg/L dan melampaui baku mutu PP No.82 Tahun 2001 untuk semua kelas air. Parameter lainnya yang tidak memenuhi baku mutu adalah nitrit, sulfat, tembaga, kadmium, mangan, selenium, dan seng. Ada tiga parameter yang berkontribusi paling besar dalam pencemaran Sungai Ajkwa, yaitu TSS (± 99%), mangan (93,14-95,7%), dan sulfat (86,89-93,17%). Tingginya nilai parameter-parameter tersebut berpengaruh pada status mutu air Sungai Ajkwa saat ini, sehingga Sungai Ajkwa tidak dapat dikategorikan ke dalam semua kelas air. Banyaknya sedimen akibat tingginya TSS di Sungai Ajkwa juga menyebabkan pendangkalan sungai dan saat ini ketinggian muka air Sungai Ajkwa berkisar antara 50–1.500 cm. Berdasarkan beban cemaran tertinggi, kemampuan self purifikasi Sungai Ajkwa terbaik terjadi pada tahun 2009–2010 sebesar 26,141% untuk parameter TSS, tahun 2011–2012 sebesar 32,909% untuk parameter sulfat, dan tahun 2010–2011 sebesar 20,520% untuk parameter mangan. Kata Kunci : Metode STORET, PTFI, Status Mutu Air, Sungai Ajkwa, Tailing

PTFI’S TAILINGS EFFECT ON WATER QUALITY OF AJKWA RIVER

(Water Quality Status of Ajkwa River Using Storet Method)

Abstract

PTFI, as gold and copper mining company, currently operates the Grasberg open pit and underground DOZ (Deep Ore Zone) mine with a daily production target of 240 thousand tons of ore. Only 3% of the total ore processed at the plant turned into a concentrate and the rest are considered as mine waste (tailings). Freeport tailings are discharged into the Aghawagon-Ajkwa river towards ModADA (Modified Ajkwa Deposition Area). Water quality status is required to determine the effect of tailings towards water quality in Ajkwa river because until now, the river and deep well are still used as a source of clean water for the people of Mimika. This study aims to determine the status of water quality and pollution load Ajkwa during the 2008-2012 period. The analytical methods used in this study is the STORET method. Ajkwa TSS values at each station ranged between 8-983000 mg/L and exceeded the PP No.82 of 2001 quality standard for all classes of water. Other parameters that do not meet the quality standard is nitrite, sulfate, copper, cadmium, manganese, selenium, and zinc. There are three parameters that contribute the most in Ajkwa pollution, which are TSS (± 99%), manganese (93.14 to 95.7%), and sulfate (86.89 to 93.17%). The high values of these parameters affect the water quality status in Ajkwa nowadays, therefore Ajkwa can not be categorized into all classes of water. Amount of sediment due to high TSS in Ajkwa also cause silting river and the current water level in Ajkwa ranged from 50-1500 cm. Based

Pengaruh tailing…, Geinessa Irianty, FT UI, 2013

Page 2: PENGARUH TAILING PTFI TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI …

on the highest contaminant loads, the ability of self-purification at best in Ajkwa occurred in 2009-2010 amounted to 26.141% for TSS parameters, in 2011-2012 amounted to 32.909% for the parameter sulfate, and the years 2010-2011 amounted to 20.520% for manganese parameter. Keywords : Ajkwa River, PTFI, STORET Method, Tailing, Water Quality Status

PENDAHULUAN

Saat ini, sungai juga dijadikan alternatif tempat pembuangan limbah oleh berbagai

industri pertambangan. Limbah tambang (tailing) umumnya masih mengandung mineral –

mineral berharga yang disebabkan karena pengolahan bijih untuk memperoleh mineral yang

dapat dimanfaatkan di industri pertambangan tidak akan mencapai perolehan (recovery)

100%. Secara mineralogi, tailing dapat terdiri dari beraneka mineral seperti silika, silikat besi,

magnesium, natrium, kalium, dan sulfida. Dari mineral – mineral tersebut, sulfida mempunyai

sifat aktif secara kimiawi, dan apabila bersentuhan dengan udara akan mengalami oksidasi

sehingga membentuk garam – garam bersifat asam dan aliran asam mengandung sejumlah

logam beracun seperti As, Hg, Pb, dan Cd yang dapat mencemari atau merusak lingkungan

(Herman, 2006). Di Indonesia, terdapat beberapa sungai yang dijadikan tempat pembuangan

limbah tambang, seperti Sungai Jira di Maluku Utara, Sungai Batang Toru di Sumatera Utara,

dan Sungai Ajkwa di Timika.

Sungai Ajkwa yang terletak di sebelah timur kota Timika dijadikan tempat pembuangan

tailing oleh PT. Freeport Indonesia (PTFI) dengan cara mengalirkan tailing ke Daerah

Pengendapan Modifikasi (Modified Ajkwa Deposition Area atau ModADA). Semenjak PTFI

melakukan penambangan, sampai saat ini jutaan ton tailing hasil pengolahan telah dibuang,

dari 7.275 ton/hari di tahun 1973, meningkat menjadi 31.040 ton/hari di tahun 1988, dan saat

ini menjadi 291.000 ton/ hari (Pohan et al., 2007). Kerugian yang ditimbulkan dari kerusakan

lingkungan akibat operasi pertambangan PT. Freeport Indonesia (PTFI) di Papua dinilai

mencapai US$ 7,5 miliar atau sekitar Rp. 67,5 triliun (kurs Rp. 9000 per US$). Kerugian itu

hanya mencakup kerusakan Sungai Ajkwa yang digunakan untuk membawa tailing

pertambangan ke daerah pengendapan. Metode pembuangan ini juga dinilai sudah

menimbulkan sejumlah masalah, seperti kestasbilan gundukan limbah batuan, pembekapan

tanaman yang mengancam kelestarian sejumlah spesies, pencemaran logam berat di perairan

sungai dan laut yang akhirnya mengganggu ekologi di muara sungai dan perairan sekitar

muara Sungai Ajkwa (Suara Pembaruan, 9 Mei 2006).

Pengaruh tailing…, Geinessa Irianty, FT UI, 2013

Page 3: PENGARUH TAILING PTFI TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI …

Salah satu dampak pembuangan limbah tailing ke Sungai Ajkwa adalah adanya

perubahan kualitas air sungai. Beberapa penyebab perubahan kualitas air adalah masuknya

materi polutan ke dalam air permukaan, asupan panas yang disebabkan oleh aliran buangan

air limbah dari sumber-sumber pertukaran panas, pengambilan air untuk kepentingan

pengolahan air bersih umum maupun aktivitas industri, perubahan pola aliran, perubahan

morfologi badan air, dan interaksi kehidupan flora – fauna. Salah satu upaya pengelolaan

kualitas air yang penting dilakukan adalah dengan pelaksanaan pemantauan kualitas air

dengan menentukan nilai status mutu air sungai yang dapat dilakukan dengan metode

STORET (KepmenLH No.115 Tahun 2005).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status mutu air Sungai Ajkwa, menganalisis

beban pencemaran tertitinggi yang ditimbulkan akibat pembuangan tailing ke Sungai Ajkwa,

dan mengestimasi self purifikasi Sungai Ajkwa berdasarkan beban pencemaran tertinggi.

Periode penelitian ini adalah tahun 2008 – 2012. Adapun baku mutu yang dipakai untuk

menjadi standar dalam penelitian ini adalah Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Baku mutu tersebut menjadi

acuan terhadap hasil penelitian untuk mengetahui kelas atau golongan kualitas air dan untuk

melihat parameter yang mengindikasikan adanya pencemaran yang ditimbulkan oleh tailing

terhadap kualitas air sungai.

TINJAUAN TEORITIS Tailing

Dilihat dari bentuk fisik dan sumbernya, tailing didefinisikan sebagai adalah gabungan

dari bahan padat berbutiran halus (umumnya berukuran debu, berkisar antara 0,001 hingga

0,6 mm) yang tersisa setelah logam-logam dan mineral-mineral diekstraksi dari bijih yang

ditambang, serta air hasil pengolahan yang tersisa.

Tailing adalah ampas mineral yang terdiri dari 30% fraksi padat dan 70% fraksi cair.

Untuk mendapatkan satu gram emas dihasilkan 2,1 ton limbah batuan dan lumpur tailing, 5,8

kg emisi beracun lebih dari 260 g timbal; 6 g merkuri dan 3 g sianida serta diperlukan

sedikitnya 104 liter air.

Tailing yang dihasilkan PTFI bertekstur kental dan pekat, serta bersifat basa. Sifat

kimia tanah tailing dicirikan oleh defisiensi unsur hara nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium

(K). Kandungan bahan organik pada tailing rendah bahkan nihil, sedangkan kandungan unsur

Pengaruh tailing…, Geinessa Irianty, FT UI, 2013

Page 4: PENGARUH TAILING PTFI TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI …

hara makro seperti kalsium (Ca), sulfur (S), dan magnesium (Mg) serta unsur hara mikro

seperti besi (fe), seng (Zn), dan tembaga (Cu) tergolong tinggi. Tailing juga mengandung satu

atau lebih logam berat yang beracun dan berbahaya (B3) bagi makhluk hidup, antara lain

kadmium (Cd), dan timbal (Pb). Namun, unsur-unsur tersebut umumnya berada dalam bentuk

yang belum dapat diserap, khususnya oleh tumbuhan (Pohan, 2007).

Status Mutu Air

Status mutu air adalah kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi

baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan terhadap baku mutu

air yang ditetapkan (Pusat Litbang SDA, 2004).

Status mutu air juga didefinisikan sebagai tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan

kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber dalam waktu tertentu dengan

membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan.

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada aliran sungai yang dilalui oleh tailing, yaitu di dua

belas stasiun dengan enam stasiun di dataran tinggi yang merupakan Sungai Aghawagon,

yaitu S.110, S.025, #55, #56, #57, #57, dan #58 (Gambar 1) dan enam stasiun di dataran

rendah yang merupakan Sungai Ajkwa, yaitu S.130, S.245, S.255, S.260, S.262, dan S.263

(Gambar 2). Analisis data dilakukan di Laboratorium Lingkungan PT. Freeport Indonesia.

Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Juni 2012 sampai Agustus 2012. Pengambilan data

dilakukan satu kali di setiap titik sampling yang dilakukan setiap bulan oleh pihak PTFI.

Parameter – parameter yang diuji pada setiap pengambilan data adalah pH, total suspended

solid (TSS), nitrat, nitrit, sulfat, arsen, kadmium, kromium, tembaga, besi, air raksa, mangan,

timbal selenium, dan seng.

Analisis Status Mutu Air Pada penelitian ini, metode penentuan status mutu air yang digunakan adalah metode

STORET karena penggunaan metode STORET memberikan keuntungan dalam mengetahui

baik buruknya kualitas badan air untuk suatu peruntukkan, serta dapat diketahui pula

parameter yang tidak memenuhi persyaratan baku mutu tertentu (Canter, 1977).

Pengaruh tailing…, Geinessa Irianty, FT UI, 2013

Page 5: PENGARUH TAILING PTFI TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI …

Gambar 1. Lokasi Penelitian di Dataran Tinggi

Sumber : PT. Freeport Indonesia, 2012

Gambar 2. Lokasi Penelitian di Dataran Rendah Sumber : PT. Freeport Indonesia, 2012

Penentuan status mutu air dengan menggunakan metode STORET dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan data kualitas air dan debit air secara periodik sehingga membentuk

data dari waktu ke waktu (tahun 2008 – 2012).

2. Membandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan nilai

baku mutu yang sesuai dengan kelas air.

#

#

#

###

Tembagapura

Hiden Valley

Ridgecamp

Mill

Banti

S110S025

#55

#58

#57

#56

Skala 1 : 52.082

Area Proyek PTFIPrasarana

Dataran TinggiDataran Rendah

Lokasi Sampling#S

Sungai

2 November 2006

N

300 0 300 Meters

Daerah Pesisir

Lokasi Pemantauan Air Sungai Dataran Tinggi

Legenda

726000

726000

728000

728000

730000

730000

732000

732000

734000

734000

736000

736000

9540

000 9540000

9542

000 9542000

9544

000 9544000

9546

000 9546000

9548

000 9548000

Pegunungan

#

#

#

#

##

#

##

#

##

#

#

#

#Kamora

Tipoeka

Ajkwa

MinajerwiMawati

LAUT ARAFURA

S325

S417.6S255

S590S415

S420S760

S860

S261S260S262S263S264

S130

S225

S245

Skala: 1 : 362.745

Area Proyek PTFIPrasarana

Dataran TinggiDataran RendahMangrove

Lokasi Sampling#S

Sungai

Lokasi Pemantauan Air Sungai Dataran Rendah

27 September 2006

2 0 2 Kilometers

N Legenda

Infrastructure.shp Batas Wilayah Proyek Sungai Zone1.shp

Dataran Tinggi

Dataran Rendah

Mangrove

Water body.shp

Catchment View Land&Water

680000

680000

700000

700000

720000

720000

740000

740000

760000

760000

9460

000 9460000

9480

000 9480000

9500

000 9500000

Pengaruh tailing…, Geinessa Irianty, FT UI, 2013

Page 6: PENGARUH TAILING PTFI TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI …

3. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran ≤ baku mutu),

maka diberi skor 0.

4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran > baku

mutu), maka diberi skor seperti yang terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai STORET

Jumlah Nilai Parameter

Fisika Kimia Biologi

< 10 Maksimum Minimum Rata-rata

-1 -1 -3

-2 -2 -6

-3 -3 -9

≥ 10 Maksimum Minimum Rata-rata

-2 -2 -6

-4 -4 -12

-6 -6 -18

Sumber : Center (1997)

Catatan : Jumlah parameter yang digunakan untuk penentuan status mutu air

5. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya dari

jumlah skor yang didapat dengan menggunakan sistem nilai.

Cara untuk menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan sistem nilai dari

“US-EPA (Environmental Protection Agency)” dengan mengklasifikasikan mutu air dalam

empat kategori, yaitu :

1) Kategori A : baik sekali, skor = 0 memenuhi baku mutu

2) Kategori B : baik, skor = -1 s/d -10 cemar ringan

3) Kategori C : sedang, skor = -11 s/d -30 cemar sedang

4) Kategori D : buruk, skor ≥ 31 cemar berat

Analisis Beban Pencemaran dan Daya Tampung

Analisis beban pencemaran sungai dapat dianalisis dengan perhitungan langsung debit

sungai dan konsentrasi parameter yang diukur, berdasarkan persamaan berikut :

BP = C x D x f (1)

Keterangan :

BP : Beban pencemaran yang masuk dari sungai (ton/bulan)

C : Konsentrasi limbah (mg/L)

D : Debit air sungai (m3/detik)

f : Faktor konversi (3600 x 24 x 30 x 1 x 10-6)

Pengaruh tailing…, Geinessa Irianty, FT UI, 2013

Page 7: PENGARUH TAILING PTFI TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI …

Analisis daya tampung sungai sesuai dengan PP No. 82 Tahun 2001 dapat dirumuskan

sebagai berikut :

DT = Q x BMA x R (2)

Keterangan :

DT : Daya tampung (ton/bulan)

Q : Debit aliran air sungai (m3/detik)

BMA : Baku Mutu Air berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001

R : Faktor konversi (3600 x 24 x 30 x 1 x 10-6)

Dalam Gambar 3, terlihat segmen – segmen yang akan dihitung beban

pencemarannya. Segmen dibuat agar dapat mempermudah analisis beban cemaran terhadap

jarak tempuh antar stasiun.

Gambar 3. Penentuan Segmen Sungai Ajkwa

HASIL PENELITIAN Penentuan Nilai STORET dan Status Mutu Air

Bagian dari Sungai Ajkwa terdiri dari stasiun S.130, S.245, S.255, S.260, S.262, dan

S.263. Dari nilai STORET yang diperoleh pada Tabel 2, maka status mutu air Sungai Ajkwa

dapat ditentukan berdasarkan kategori seperti pada Tabel 3. Setelah nilai STORET setiap

stasiun dikategorikan, maka dapat diperoleh status mutu air Sungai Ajkwa untuk periode 2008

– 2012 seperti yang terlihat pada Tabel 4.

Pengaruh tailing…, Geinessa Irianty, FT UI, 2013

Page 8: PENGARUH TAILING PTFI TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI …

Tabel 2. Nilai STORET Sungai Aghawagon – Ajkwa

Stasiun Parameter 2008 2009 2010 2011 2012

Kelas I

Kelas II

Kelas III

Kelas IV

Kelas I

Kelas II

Kelas III

Kelas IV

Kelas I

Kelas II

Kelas III

Kelas IV

Kelas I

Kelas II

Kelas III

Kelas IV

Kelas I

Kelas II

Kelas III

Kelas IV

S.110

pH -16 -16 -16 -16 -16 -16 -16 -16 -16 -16 -16 -16 -16 -16 -16 -16 -16 -16 -16 -16

TSS -10 -10 -10 -10 -8 -8 -8 -8 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 Nitrit -16 -16 -16 0 -20 -20 -20 0 -20 -20 -20 0 -16 -16 -16 0 -16 -16 -16 0

Sulfat -20 0 0 0 -20 0 0 0 -20 0 0 0 -20 0 0 0 -16 0 0 0

Tembaga -4 -4 -4 0 -4 -4 -4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Mangan -16 0 0 0 -4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Selenium 0 0 0 0 -4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Seng 0 0 0 0 -4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

TOTAL -82 -46 -46 -26 -80 -48 -48 -24 -66 -46 -46 -26 -62 -42 -42 -26 -58 -42 -42 -26

S.025

TSS -10 -10 -6 -6 -10 -10 -10 -10 -6 -6 -6 -6 -6 -6 -6 -6 -10 -10 -6 -6

Nitrit -4 -4 -4 0 -4 -4 -4 0 -16 -16 -16 0 -4 -4 -4 0 Sulfat 0 0 0 0 -4 0 0 0 -4 0 0 0 0 0 0 0 -4 0 0 0

Kadmium -4 -4 -4 -4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tembaga -4 -4 -4 0 -4 -4 -4 0 -4 -4 -4 0 -16 -16 -16 0 -4 -4 -4 0

Mangan -20 0 0 0 -20 0 0 0 -16 0 0 0 -20 0 0 0 -20 0 0 0

Selenium -4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Seng -4 -4 -4 0 -4 -4 -4 0 -4 -4 -4 0 -4 -4 -4 0 -16 -16 -16 0

TOTAL -46 -22 -18 -6 -46 -22 -22 -10 -50 -30 -30 -6 -50 -30 -30 -6 -54 -30 -26 -6

#55

pH -16 -16 -16 -16 -16 -16 -16 -16 -16 -16 -16 -16 -16 -16 -16 -16 -16 -16 -16 -16

TSS -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10

Nitrit -16 -16 -16 0 -16 -16 -16 0 -20 -20 -20 0 -16 -16 -16 0 -16 -16 -16 0

Sulfat -20 0 0 0 -20 0 0 0 -20 0 0 0 -20 0 0 0 -16 0 0 0

Mangan 0 0 0 0 0 0 0 0 -16 0 0 0 0 0 0 0 -16 0 0 0

TOTAL -62 -42 -42 -26 -62 -42 -42 -26 -82 -46 -46 -26 -62 -42 -42 -26 -74 -42 -42 -26

Pengaruh tailing…, Geinessa Irianty, FT UI, 2013

Page 9: PENGARUH TAILING PTFI TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI …

#56

pH -4 -4 -4 -4 -4 -4 -4 -4 -4 -4 -4 -4 -4 -4 -4 -4 -4 -4 -4 -4

TSS -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -6 -6

Nitrit -16 -16 -16 0 -16 -16 -16 0 -16 -16 -16 0 -16 -16 -16 0 -16 -16 -16 0

Sulfat -20 0 0 0 -20 0 0 0 -20 0 0 0 -16 0 0 0 -16 0 0 0

Mangan -4 0 0 0 -4 0 0 0 -4 0 0 0 -4 0 0 0 -4 -4 -4 0

Selenium -4 0 0 0 -4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -16 0 0 0

TOTAL -58 -30 -30 -14 -58 -30 -30 -14 -54 -30 -30 -14 -50 -30 -30 -14 -66 -34 -30 -10

#57

TSS -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -8 -8 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10

Nitrit 0 0 0 0 -16 -16 -16 0 -4 -4 -4 0 -4 -4 -4 0 -4 -4 -4 0

Sulfat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 0 0 0

Mangan -20 0 0 0 -20 0 0 0 -20 0 0 0 -16 0 0 0 -16 0 0 0

Selenium -4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Seng -4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

TOTAL -38 -10 -10 -10 -46 -26 -26 -10 -34 -14 -12 -8 -30 -14 -14 -10 -34 -14 -14 -10

#58

TSS -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10

Nitrit -16 -16 -16 0 -16 -16 -16 0 -16 -16 -16 0 -16 -16 -16 0 -16 -16 -16 0

Sulfat -16 0 0 0 -20 0 0 0 -20 0 0 0 -16 0 0 0 -16 0 0 0

Mangan -16 0 0 0 -16 0 0 0 -16 0 0 0 -16 0 0 0 -16 0 0 0

TOTAL -58 -26 -26 -10 -62 -26 -26 -10 -62 -26 -26 -10 -58 -26 -26 -10 -58 -26 -26 -10

S.130

TSS -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10

Nitrit -4 -4 -4 0 -4 -4 -4 0 -4 -4 -4 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Sulfat -20 0 0 0 -16 0 0 0 -20 0 0 0 -16 0 0 0 -16 0 0 0

Mangan -20 0 0 0 -16 0 0 0 -16 0 0 0 -20 0 0 0 -16 0 0 0

TOTAL -54 -14 -14 -10 -46 -14 -14 -10 -50 -14 -14 -10 -46 -10 -10 -10 -42 -10 -10 -10

S.245 TSS -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10

Nitrit -4 -4 -4 0 -4 -4 -4 0 -4 -4 -4 0 -4 -4 -4 0 0 0 0 0

Pengaruh tailing…, Geinessa Irianty, FT UI, 2013

Page 10: PENGARUH TAILING PTFI TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI …

Sulfat -20 0 0 0 -20 0 0 0 -20 0 0 0 -16 0 0 0 -16 0 0 0

Mangan -20 0 0 0 -20 0 0 0 -20 0 0 0 -20 0 0 0 -20 0 0 0

TOTAL -54 -14 -14 -10 -54 -14 -14 -10 -54 -14 -14 -10 -50 -14 -14 -10 -46 -10 -10 -10

S.255

TSS -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10

Nitrit -4 -4 -4 0 -4 -4 -4 0 -4 -4 -4 0 -4 -4 -4 0 0 0 0 0

Sulfat -16 0 0 0 -16 0 0 0 -20 0 0 0 -16 0 0 0 -16 0 0 0

Mangan -20 0 0 0 -20 0 0 0 -20 0 0 0 -20 0 0 0 -20 0 0 0

TOTAL -50 -14 -14 -10 -50 -14 -14 -10 -54 -14 -14 -10 -50 -14 -14 -10 -46 -10 -10 -10

S.260

TSS -8 -8 -8 -8 -10 -10 -8 -8 -8 -8 -8 -8 -8 -8 -8 -8 -10 -10 -10 -10

Nitrit 0 0 0 0 -16 -16 -16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 -4 -4 0

Sulfat -16 0 0 0 -20 0 0 0 -20 0 0 0 -16 0 0 0 -16 0 0 0

Tembaga -4 -4 -4 0 -4 -4 -4 0 0 0 0 0 -4 -4 -4 0 0 0 0 0

Mangan -16 0 0 0 -16 0 0 0 -16 0 0 0 -16 0 0 0 -20 0 0 0

TOTAL -44 -12 -12 -8 -66 -30 -28 -8 -44 -8 -8 -8 -44 -12 -12 -8 -50 -14 -14 -10

S.262

TSS -8 -8 -8 -8 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10

Nitrit -4 -4 -4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Sulfat -16 0 0 0 -20 0 0 0 -20 0 0 0 -20 0 0 0 -16 0 0 0

Mangan -16 0 0 0 -20 0 0 0 -20 0 0 0 0 0 0 0 -20 0 0 0

Tembaga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 -4 -4 0 0 0 0 0

TOTAL -46 -10 -10 -10 -50 -10 -10 -10 -50 -10 -10 -10 -34 -14 -14 -10 -46 -10 -10 -10

S.263

TSS -10 -10 -8 -8 -10 -10 -8 -8 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -8 -8 -10 -10 -10 -10

Sulfat -20 0 0 0 -16 0 0 0 -20 0 0 0 -20 0 0 0 -16 0 0 0

Mangan -20 0 0 0 -20 0 0 0 -20 0 0 0 -16 0 0 0 -20 0 0 0

TOTAL -50 -10 -8 -8 -46 -10 -8 -8 -50 -10 -10 -10 -46 -10 -8 -8 -46 -10 -10 -10 Sumber : Olahan Penulis, 2013

Pengaruh tailing…, Geinessa Irianty, FT UI, 2013

Page 11: PENGARUH TAILING PTFI TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI …

Tabel 3. Penentuan Kategori

No Kategori Nilai Keterangan 1 A (baik sekali) 0 memenuhi baku mutu 2 B (baik) -1 s/d -10 tercemar ringan

3 C (sedang) -11 s/d -30 tercemar sedang

4 D (buruk) ≥ -31 tercemar berat Sumber : Kepmen LH No. 115 Tahun 2003

Tabel 4. Status Mutu Air Sungai Ajkwa Tahun 2008 – 2012

Tahun Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV 2008 tercemar berat tercemar sedang tercemar sedang tercemar ringan 2009 tercemar berat tercemar sedang tercemar sedang tercemar ringan 2010 tercemar berat tercemar sedang tercemar sedang tercemar ringan 2011 tercemar berat tercemar sedang tercemar sedang tercemar ringan 2012 tercemar berat tercemar ringan tercemar ringan tercemar ringan

Sumber : Olahan Penulis, 2013

Beban Pencemaran

Beban pencemaran dihitung berdasarkan besarnya konsentrasi masing-masing unsur

pencemar dan debit air sungai. Debit Sungai Ajkwa yang dipakai dalam perhitungan

merupakan debit harian rata-rata dengan nilai 135,8 m3/detik untuk tahun 2008, 140,5

m3/detik untuk tahun 2009, 136,6 m3/detik untuk tahun 2010, 143,2 m3/detik untuk tahun

2011, dan 141,4 m3/detik untuk tahun 2012. Idealnya, debit sungai diukur di setiap titik

stasiun pada setiap pemantauan sehingga dapat diketahui beban pencemar masing-masing

polutan di tiap titik pantau pada periode yang berbeda.

Beban pencemaran yang dihitung terdiri atas parameter-parameter yang dianalisis

pada status mutu air, kecuali pH. Perhitungan daya tampung menggunakan baku mutu PP No.

82 Tahun 2001 untuk kelas air I karena pada kelas ini semua parameter dihitung.

Beban pencemaran diperoleh dari perkalian antara konsentrasi setiap parameter dan

debit sungai, sedangkan daya tampung diperoleh dari perkalian antara konsentrasi parameter

baku mutu kelas I dan debit sungai. Dari kedua nilai tersebut dapat diperoleh persentase

pencemaran yang menggambarkan berapa persen beban pencemaran yang melampaui daya

tampung Sungai Ajkwa. Nilai positif menandakan terjadinya pencemaran akibat beban

pencemaran telah melampaui daya tampung Sungai Ajkwa, sedangkan nilai negatif

menandakan sebaliknya.

Pengaruh tailing…, Geinessa Irianty, FT UI, 2013

Page 12: PENGARUH TAILING PTFI TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI …

Tabel 5. Persentase Pencemaran Sungai Ajkwa Tahun 2008 – 2012

Parameter 2008 2009 2010 2011 2012

% Pencemaran

TSS 99,9 99,9 99,91 99,92 99,92

Nitrat (NO₃) -587,1 -1209,1 -891,2 -594,57 -1229,23

Nitrit (NO₂) 63,8 70,1 67,15 49,85 47,03

Sulfat (SO₄) 91,9 92 93,17 91,09 86,89

Arsen (As) -84,4 -111,9 -141,98 -145,53 -139,26

Kadmium (Cd) -400 -601,9 -505,42 -677,76 -728,03

Kromium (Cr) -721,9 -363,7 -147,93 -733,33 -581,82

Tembaga (Cu) 58,5 53,8 61,48 52,87 -1,75

Besi (Fe) -118,1 -508,5 -250,23 -332,24 -157,72

Air Raksa(Hg) 44,4 44,4 44,44 44,44 44,44

Mangan (Mn) 95,7 95,5 94,76 93,14 95,69

Timbal (Pb) -110 -154,4 -165,61 -145,39 -140,5

Selenium (Se) 70,8 31,8 20,15 31 29,9

Seng (Zn) -47,8 -68,9 2,7 -47,45 -34,92 Sumber : Olahan Penulis, 2013

Gambar 3. Beban Pencemaran TSS di Sungai Ajkwa Tahun 2008 – 2012

Sumber : Pengolahan Penulis, 2013.

Gambar 6. Beban Pencemaran Mangan di Sungai Ajkwa Tahun 2008 – 2012

Sumber : Pengolahan Penulis, 2013.

0.0  10.0  20.0  30.0  40.0  50.0  

Stasiun  

TSS  (%

)   2008  

2009  

2010  

2011  

2012  

0.0  5.0  10.0  15.0  20.0  25.0  

Stasiun  

man

gan  (%

)  

2008  

2009  

2010  

2011  

2012  

Pengaruh tailing…, Geinessa Irianty, FT UI, 2013

Page 13: PENGARUH TAILING PTFI TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI …

Gambar 7. Beban Pencemaran Sulfat di Sungai Ajkwa Tahun 2008 – 2012

Sumber : Pengolahan Penulis, 2013.

Dari nilai beban pencemaran TSS, mangan, dan sulfat, dapat diperoleh persentase rata-

rata penurunan tiap beban pencemaran tahun 2008–2012 seperti yang terlihat pada Tabel 6.

Nilai positif menandakan bahwa terjadi penurunan beban pencemar, sedangkan nilai negatif

menandakan terjadi kenaikan beban pencemar. Tabel 6. Persentase Rata-rata Penurunan Beban Pencemar Sungai Ajkwa Tahun 2008 - 2012

Tahun TSS Sulfat Mangan

% 2008 - 2009 -42,719 -4,594 2,364

2009 - 2010 26,141 -14,230 15,121

2010 - 2011 -8,057 23,074 20,520

2011 - 2012 -8,093 32,909 -57,073 Sumber : Olahan penulis, 2013

PEMBAHASAN Penentuan Nilai STORET dan Status Mutu Air

Berdasarkan hasil pemantauan pada tahun 2008 – 2012 seperti yang terlihat pada

Tabel 2, parameter-parameter yang mempengaruhi nilai STORET Sungai Aghawagon-Ajkwa

adalah pH, TSS, nitrit, sulfat, mangan, kadmium, tembaga, selenium, dan seng. Jika dilihat

dari aliran sungainya, parameter-parameter yang masih ada dari hulu hingga hilir sungai

adalah TSS, sulfat, dan mangan.

Parameter pH pada stasiun S.110 - #56 bernilai >7, menyatakan bahwa kondisi air

berada pada kondisi basa. Hal ini dipengaruhi oleh pengolahan bijih PTFI yang menggunakan

proses pengapungan dengan reagent yang mengandung kapur.

Parameter TSS dapat dijadikan sebagai indikator kualitas suatu perairan karena TSS

berpengaruh terhadap kecerahan dan kekeruhan air, sehingga akan mempengaruhi aktivitas di

perairan tersebut (Abel, 1989). Nilai TSS mencapai maksimum pada musim hujan dan musim

0.0  5.0  10.0  15.0  20.0  25.0  

Stasiun  

Sulfa

t  (%)   2008  

2009  

2010  

2011  

2012  

Pengaruh tailing…, Geinessa Irianty, FT UI, 2013

Page 14: PENGARUH TAILING PTFI TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI …

kemarau, sedangkan konsentrasi TSS minimum dicapai pada bulan – bulan peralihan musim

hujan – kemarau dan musim peralihan kemarau – hujan (Setiapermana dan Nontji, 1980).

Faktor yang mempengaruhi tingginya TSS adalah volume tailing yang dibuang ke sungai

setiap harinya. Volume tailing dipengaruhi oleh jumlah produksi bijih PTFI.

Selanjutnya, parameter nitrit. Nitrit merupakan bentuk peralihan antara amonia dan

nitrat. Keberadaan nitrit menggambarkan keadaan oksigen terlarut yang rendah. Sumber nitrit

berasal dari hasil proses bijih yang dilakukan dengan peledakan menggunakan ammonium

sulfat sehingga sebagian akan terbawa saat proses tersebut. Nilai nitrit juga diakibatkan oleh

aktifitas mikroba dalam air atau tanah yang menguraikan sampah yang mengandung nitrogen

menjadi amonia kemudian dioksidasikan menjadi nitrit dan nitrat.

Parameter sulfat merupakan salah satu parameter yang tetap ada dari hulu hingga hilir

Sungai Aghawagon-Ajkwa. Sulfat berasal dari adanya air asam tambang yang terbentuk

akibat oksidasi mineral yang mengandung besi-sulfur oleh oksidator yang berasal dari

atmosfer, seperti air, oksigen dan karbon dioksida dengan bantuan katalis bakteri Thiobacillus

ferooxidans dan produk lainnya yang terbentuk akibat reaksi oksidasi tersebut. Sulfat

merupakan hasil dari elemen sulfida yang larut dalam air yang bersifat oksidatif sebagai S+b

akan berasosiasi dengan oksigen menjadi SO4-4. Sumber sulfida terluas dalam batuan beku

dan sedimen, sedangkan sulfat bersumber dari hasil oksidasi gibsum atau anhidrid. Sulfat juga

merupakan senyawa yang larut dalam air sehingga sangat sulit dipisahkan dari air.

Menurut Clark (1989) sumber kadimium yang masuk ke dalam perairan berasal dari

uap, debu, dan limbah dari pertambangan timah dan seng serta besi, tembaga, dan industri

logam non ferrous yang menghasilkan abu dan uap serta air limbah dan endapan yang

mengandung kadmium. Kadmium dapat ditemukan dalam berbagai sumber alam namun yang

paling melimpah terdapat dalam bijih seng, timah, dan tembaga sulfida.

Secara alamiah, tembaga masuk ke dalam perairan dari peristiwa erosi, pengikisan

batuan, ataupun dari atmosfer yang dibawa turun oleh air hujan. Tembaga juga bersumber

dari aktifitas manusia dikarenakan kegiatan pertambangan (Palar, 1994). Tembaga juga

merupakan unsur yang esensial bagi tumbuhan dan hewan.

Mangan hanya dipertimbangkan pada kelas air I. Bijih mangan sangat erat kaitannya

dengan bijih besi. Sumber alami mangan adalah pyrolusite (MnO2), rhodochrosite (MnO3),

manganite (Mn2O3.H2O), hausmannite (Mn3O4), biotite mica, dan amphibole (McNeely,

1992).

Selenium dalam bentuk unsur tidak larut dalam air, melainkan terserap ke dalam

partikulat. Bentuk selenium yang terlarut adalah selenit (SeO32-) dan selenat (SeO4

2-).

Pengaruh tailing…, Geinessa Irianty, FT UI, 2013

Page 15: PENGARUH TAILING PTFI TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI …

Keberadaan selenium di perairan diperkirakan dapat menurunkan toksisitas arsen dan

merkuri. Sumber alami selenium dalam perairan adalah ferroslite (FeSe2), chalcopyrite,

pentladite, dan pyrrhotite (Novontny dan Olem, 1994).

Seng merupakan unsur yang terdapat dalam jumlah yang berlimbah dalam alam.

Kelarutan unsur seng dan oksida seng dalam air relatif rendah. Keadaan seng dalam air

bergantung pada suhu dan pH air. Nilai pH yang cukup netral menyebabkan seng tidak larut

dalam air. Seng ada di dalam bijih sfalerit dan smithsonite.

Bagian dari Sungai Ajkwa terdiri dari stasiun S.130, S.245, S.255, S.260, S.262, dan

S.263. Dari nilai STORET yang diperoleh pada Tabel 2, maka status mutu air Sungai Ajkwa

dapat ditentukan berdasarkan kategori seperti pada Tabel 3. Setelah nilai STORET setiap

stasiun dikategorikan, maka dapat diperoleh status mutu air Sungai Ajkwa untuk periode 2008

– 2012 seperti yang terlihat pada Tabel 4.

Dari Tabel 4, dapat dilihat bahwa Sungai Ajkwa untuk periode 2008 – 2012 tidak

memenuhi baku mutu kelas air I – IV. Namun, Sungai Ajkwa mengalami perbaikan pada

tahun 2012 dimana pada kelas air II dan kelas air III, status mutu airnya adalah tercemar

ringan, sedangkan pada tahun – tahun sebelumnya adalah tercemar sedang.

BEBAN PENCEMARAN

Berdasarkan Tabel 5, beban–beban pencemar yang melampaui daya tampung Sungai

Ajkwa tahun 2008-2009 adalah TSS (± 99%), nitrit (47,03-70,1%), sulfat (86,89-93,17%),

tembaga (52,87-61,48%), air raksa (44,44%), mangan (93,14-95,7%), selenium (2,70-70,8%),

dan seng (2,70%). Dengan demikian, beban-beban pencemar yang berkontribusi paling tinggi

dalam pencemaran Sungai Ajkwa adalah TSS, mangan, dan sulfat.

Berdasarkan Gambar 3, persentase TSS tertinggi berada pada stasiun S.130. Kondisi

ini disebabkan karena stasiun S.130 menerima akumulasi beban tailing dari dataran tinggi

sehingga nilai TSS di stasiun S.130 lebih tinggi daripada stasiun lainnya. Nilai TSS juga

mengalami penurunan dari stasiun S.130 – S.255 lalu meningkat di stasiun S.262, S.260 dan

S.263. Peningkatan terjadi dikarenakan stasiun – stasiun tersebut berdekatan dengan sungai

lain dan muara sehingga kemungkinan terjadinya air pasang menyebabkan sedimen terangkat

dan terbawa kembali dari laut ke stasiun S.262, S.260, dan S.263.

Penurunan nilai TSS juga dipengaruhi oleh jarak tempuh antarsegmen. Jarak yang jauh

memungkinkan terjadinya perpindahan (difusi) oksigen dari udara ke dalam air dan proses

sedimentasi. Penurunan nilai TSS juga mengindikasikan adanya self purifikasi sungai.

Pengaruh tailing…, Geinessa Irianty, FT UI, 2013

Page 16: PENGARUH TAILING PTFI TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI …

Semakin panjang jarak sungai, maka kemampuan self purifikasi sungai akan semakin bagus

(Noviriana, 2010).

Parameter kedua yang besar kontribusinya dalam pencemaran air Sungai Ajkwa yaitu

mangan. Dapat dilihat pada Gambar 6, nilai mangan pada antarsegmen bervariasi. Dari

segmen 1 ke segmen 2, nilai mangan cenderung naik, kemudian menurun di segmen

berikutnya. Tingginya nilai mangan disebabkan oleh kondisi fisik Sungai Ajkwa yang penuh

dengan pasir, batu, dan juga tailing sehingga memungkinkan terjadinya pelapukan batuan.

Parameter ketiga yang berkontribusi dalam pencemaran air Sungai Ajkwa adalah

sulfat. Terlihat pada Gambar 7, nilai sulfat cenderung datar dan tidak mengalami perubahan

yang besar. Sifat sulfat yang larut sempurna dengan air menyebabkan sulfat sulit dihilangkan

dari air. Tingginya nilai sulfat berasal dari tembaga yang ditambang oleh PTFI yang

mengandung metal sulfida, terutama pyrite dan chalcopyrite. Sulfida sebenarnya stabil jika

dia terkunci di dalam bebatuan di bawah tanah, tapi ketika bebatuan digali, dihancurkan dan

diuraikan dalam elemen-elemennya, dia menjadi stabil dan terurai menjadi elemen yang

berbahaya bagi lingkungan yang disebut air asam tambang.

Penurunan beban pencemar mengindikasikan terjadinya self purifikasi Sungai Ajkwa.

Untuk parameter TSS, penurunan tertinggi terjadi pada tahun 2009 – 2010 sebesar 26,141%,

untuk parameter sulfat, penurunan tertinggi terjadi pada tahun 2010 – 2011 sebesar 32,909%,

dan untuk parameter mangan, penurunan tertinggi terjadi pada tahun 2010 – 2011 sebesar

20,520%.

KESIMPULAN 1. Status mutu air Sungai Ajkwa, dengan kondisi yang dipenuhi tailing saat ini, tidak

memenuhi baku mutu untuk semua kelas air. Hal ini diakibatkan oleh tingginya nilai TSS

di seluruh aliran sungai tailing PTFI.

2. Beban pencemaran yang kontribusinya paling besar dalam pencemaran Sungai Ajkwa

adalah TSS, mangan, dan sulfat dengan persentase pencemaran 86 – 99,9%. Beban

pencemaran ini juga mempengaruhi tinggi muka air Sungai Ajkwa yang saat ini berkisar

antara 50–1.500 cm.

3. Berdasarkan adanya penurunan beban pencemaran di setiap segmen, maka dapat

diasumsikan kemampuan self purifikasi Sungai Ajkwa terbaik terjadi pada tahun 2009–

2010 sebesar 26,141% untuk parameter TSS, tahun 2010–2011 sebesar 32,909% untuk

parameter sulfat, dan tahun 2011–2012 sebesar 20,520% untuk parameter mangan.

Pengaruh tailing…, Geinessa Irianty, FT UI, 2013

Page 17: PENGARUH TAILING PTFI TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI …

SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang ada, terdapat beberapa saran yang dapat dilakukan yaitu :

1. Mengurangi tailing dengan memanfaatkannya sebagai bahan bangunan, campuran beton,

paving block, maupun kerajinan tangan. Diperlukan kerja sama antara perusahaan dan

pemerintah untuk mengatasi masalah tailing ini agar pengendapan yang terjadi tidak

semakin banyak.

2. Mengubah metode pembuangan tailing agar pembuangan ke sungai dapat dikurangi.

Metode – metode yang dapat dijadikan alternatif adalah dry stacking dan co-disposal

system.

DAFTAR PUSTAKA

Abel, P., 1989, Water Polution Biology, Department of Biology, Sunderland Polytechnic,

Ellisd Horwood Limited, England.

Achmad, R., 2004, Kimia Lingkungan, Andi, Yogyakarta.

Anabrang, N.P., 2007, Perencanaan Bangunan Pengolahan Tailing PT. Freeport Indonesia,

Timika, Papua, Skripsi, Fakultas Teknik, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mimika, 2012, Mimika Dalam Angka 2012.

Barus, T.A, 2001, Pengantar Limnologi. Studi Tentang Ekosistem Sungai dan Danau, Diktat

Kuliah, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Departemen Industri, Parawisata dan Sumber Daya Australia, 2007, Pengelolaan Tailing,

(diterjemahkan oleh : Global Village Translations Pty Ltd)

Effendi, H., 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan

Perairan. Kanisius, Yogyakarta.

Fitra, E., 2008, Analisis Kualitas Air dan Hubungannya dengan Keanekaragaman Vegetasi

Akuatik Di Perairan Parapat Danau Toba, Thesis, Program Pascasarjana, Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Harsanto, B., 1995, Parameter dan Kriteria Pencemaran Lingkungan, Kursus Dasar-Dasar

Pengendalian Pencemaran Lingkungan Kerjasama PPLH UGM dengan BAPEDAL,

Yogyakarta.

Hasibuan, R.E., 2005, Analisis Kualitas Air Sungai Rampah Secara Biologis Akibat Dari

Pembuangan Pabrik Tepung Tapioka, Thesis, Program Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Pengaruh tailing…, Geinessa Irianty, FT UI, 2013

Page 18: PENGARUH TAILING PTFI TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI …

Herman, D.Z, 2006, Tinjauan Terhadap Tailing Mengandung Unsur Pencemar Arsen (As),

Merkuri (Hg), Timbal (Pb), dan Kadmium (Cd) dari Sisa Pengolahan Bijih Logam,

Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 1, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.

Kamarijanto, 1994, Tinjauan Atas Beberapa Perubahan Dalam Produksi Konsentrat Tembaga

PT. Freeport Indonesia, Prosiding Temu Profesi Tahunan 1994 Yogyakarta, PERHAPI.

Kempton, H., 2003, Addressing the Dilemmas of Long-Term Mining Impacts Using a

Framework of Sustainability and Adaptive Management, Proceedings Sixth

International Conference on Acid Rock Drainage, The Australasian Institute of Mining

and Metallurgy.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 110 Tahun 2003 tentang Pedoman

Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air pada Sumber Air.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2005 Tentang Pedoman

Penentuan Status Mutu Air.

Kirkham, R.V. and Sinclair, W.D., 1995, Porphyry copper, gold, molybdenum, tungsem, tin,

silver, in Eckstrand, O.R., Sinclair, W.D. and Thorpe, R.I., eds., Geology of Canadian

Mineral Deposit Types; Geology of Canada, No. 8, Geological Survey of Canada, p.

421-446.

Leith, D., 2003, The Politics of Power – Freeport in Suharto’s Indonesia. University of

Hawai’i Press.

Lestari, F., 2007, Pengaruh Tembaga terhadap Kandungan Klorofil –a dan Pertumbuhan Sel

Mikroalga Isochrysis sp., Skripsi, Fakultas Biologi, Universitas Nasional, Jakarta.

Mealey, G. A., 1999, Grasberg Penambangan Tembaga dan Emas di Pegunungan Irian Jaya

pada Endapan Yang Paling Terpencil di Dunia, Freeport-McMoran Cooper and Gold,

Jakarta.

McNeely, J. A., 1992, Ekonomi dan Keanekaragaman Hayati, Terjemahan Pustaka Sinar

Harapan, Jakarta.

Miller, S., Smart, R., Andrina, J., Neale, A., and Richards, D., 2003, Evaluation of Limestone

Covers and Blends for Long-Term Acid Rock Drainage Control at the Grasberg Mine,

Papua Province, Indonesia. Proceedings Sixth International Conference on Acid Rock

Drainage, The Australasian Institute of Mining and Metallurgy.

Neale, A., Miller, S., dan Michaelsen, D., 2003, Overview of the Acid Rock Drainage and

Overburden Management Program at PT. Freeport Indonesia Operations in Papua

Province, Indonesia, Proceedings Sixth International Conference on Acid Rock

Drainage, The Australasian Institute of Mining and Metallurgy.

Pengaruh tailing…, Geinessa Irianty, FT UI, 2013

Page 19: PENGARUH TAILING PTFI TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI …

Novirina, H. dan Cahyarani, 2010, Kemampuan Self Purification Kali Surabaya, Ditinjau dari

Parameter Organik Berdasarkan Model Matematis Kualitas Air, Jurnal Ilmiah Teknik

Lingkungan, Vol. 2 No. 1, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur,

Surabaya.

Oey, B.L.R, R.E. Soeriaatmadja, W. Prajitno, 1978, Faktor Lingkungan Penentu dalam

Ekosistem Sungai, Seminar Pengendalian Pencemaran Air, Dirjen Pengairan Dept. PU-

RI, Bandung.

Palar, H., 1994, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, PT. Rineka, Jakarta.

Parametrix, 2002, Aquatic Ecological Risk Assessment, Prepared for PT. Freeport Indonesia.

Paull, D., G. Banks, C. Ballard, dan D. Gillieson, 2006, Monitoring The Environmental

Impact of Mining in Remote Locations Through Remotely Sensed Data.

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air.

Pusat Litbang SDA, 2004, Status Mutu Air Sungai (Studi Kasus S. Citarum), Balai

Lingkungan Keairan.

Pusat Pengembangan dan Penerapan Amdal Bapedal, 2001, Aspek Lingkungan dalam Amdal

Bidang Pertambangan, Jakarta.

Pohan, M., Denni W., Sabtanto J. S., Asep A., 2007, Penyelidikan Potensi Bahan Galian pada

Tailing PT. Freeport Indonesia di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, Proceeding

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan dan Non Lapangan, Pusat Sumber Daya Geologi.

PT. Freeport Indonesia, 2006, Pengaliran Tailing Melalui Sungai.

PT. Freeport Indonesia, 2011, Laporan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Tahun

2011. PTFI Environment Department.

Rahmawati, D., 2011, Pengaruh Kegiatan Industri terhadap Kualitas Air Sungai Diwak di

Bergas Kabupaten Semarang dan Upaya Pengendalian Pencemaran Air Sungai, Thesis,

Program Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro, Semarang.

Ratnaningsih, D., 2010, Implementasi Metode STORET Terhadap Data Kualitas Air Sungai

Di Indonesia, Jurnal Ecolab Vol 4. No 1., Pusat Sarana Pengendalian Dampak

Lingkungan – Deputi VII-KLH, Tangerang.

Rusmana, E., Parris, K., Sukanta, U., dan Samodra, H., 1995, Peta Geologi Lembar Timika,

Irian Jaya (Geological Map of Timika Quadrangle, Irian Jaya), Pusat Penelitian dan

Pengembangan Geologi, Bandung.

Pengaruh tailing…, Geinessa Irianty, FT UI, 2013

Page 20: PENGARUH TAILING PTFI TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI …

Sabbara, J.J., 2010, Struktur Komunitas Vegetasi Mangrove di Muara Sungai Ajkwa Kawasan

PT. Freeport Indonesia, Kabupaten Mimika, Papua, Skripsi, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan, Universitas Indonesia, Depok.

Sariwati, E., 2010, Analisis Beban Pencemaran Sungai Cihideung Sebagai Bahan Baku

Pengolahan Air Di Kampus IPB Dermaga, Thesis, Sekolah Pascasarjana, Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Setiapermana, D. dan A. Nontji, 1980, Klorofil dan Seston in A. Soegiarto, S. Birowo, dan

Sukarno (Ed). Atlas Oseanografi Perairan Indonesia dan Sekitarnya, LON-LIPI, Jakarta.

Soemarwoto, O., 1992, Indonesia dalam Kancah Isu Lingkungan Global, Gramedia, Jakarta.

Soemarwoto, O., 2001, Atur – Diri – Sendiri : Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan

Hidup, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Suara Pembaruan, Selasa, 9 Mei 2006, Kerugian Akibat Limbah Freeport di Sungai Ajkwa

Mencapai Rp. 67, 5 Triliun.

Sundra, K. I., 2006, Kualitas Air Bawah Tanah Di Wilayah Pesisir Kabupaten Badung, Jurnal

Ecotrophic, Vol. 1 No. 2, Universitas Udayana, Bali.

Suparjo, M. N., 2009, Kondisi Pencemaran Perairan Sungai Babon Semarang, Jurnal Saintek

Perikanan, Vol. 4 No. 2, Universitas Diponegoro, Semarang.

Suriawiria, U., 2003, Air Dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat, Penerbit Alumni,

Bandung.

Suwari, Etty Riani, Bambang Pramudya, dan Ita Djuwita, 2010, Penentuan Status Mutu Air

Kali Surabaya dengan Metode STORET dan Indeks Pencemaran, Majalah Ilmiah

Widya, Tahun 27 Nomor 297, Hal. 59 – 64.

Taberima, S., 2007, Hubungan Karakteristik Tanah Yang Berkembang dari Tailing dan

Ukuran Partikel, Makalah Seminar S3, Program Studi Ilmu Tanah, Sekolah Pasca

Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

UABS (Universitas Cenderawasih and the Australian National University), 1998a,

Amungme Baseline Study. UNCEN-ANU Baseline Studies (UABS) Project, Prepared

for PT Freeport Indonesia.

UABS (Universitas Cenderawasih and the Australian National University), 1998b,

Amungme Baseline Study. UNCEN-ANU Baseline Studies (UABS) Project, Prepared

for PT Freeport Indonesia.

WALHI, 2006, Dampak Lingkungan Hidup Operasi Pertambangan dan Emas Freeport – Rio

Tinto di Papua, WALHI, Jakarta.

Pengaruh tailing…, Geinessa Irianty, FT UI, 2013