pengaruh supervisi manajerial dan intensitas supervisi...

168
PENGARUH SUPERVISI MANAJERIAL DAN INTENSITAS SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SMP DI SUB RAYON 07 KARANGANYAR KABUPATEN KEBUMEN Oleh: Rodiyah NIM. 120100150063 Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2017

Upload: lethuan

Post on 16-Jul-2019

253 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

PENGARUH SUPERVISI MANAJERIAL DAN

INTENSITAS SUPERVISI KEPALA SEKOLAH

TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM (PAI) SMP DI SUB RAYON 07

KARANGANYAR KABUPATEN KEBUMEN

Oleh:

Rodiyah

NIM. 120100150063

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan

untuk gelar Magister Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2017

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh supervisi manajerial dan

intensitas supervisi kepala sekolah terhadap kinerja Guru PAI SMP di Sub Rayon

07 Kebumen baik secara terpisah maupun simultan.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan populasi dan

sampel sebanyak 20 orang guru PAI yang terdiri dari 6 orang guru swasta dan 14

orang guru Negeri.Teknik pengumpulan data menggunakan angket dengan

analisis kuantitatif menggunakan uji korelasi dan regresi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa supervisi manajerial kepala sekolah

berpengaruh terhadap kinerja guru PAI SMP di sub rayon 07 Kebumen. Pengaruh

ini dapat dilihat dari hasil pengolahan data yang menunjukan nilai thitung variabel

supervisi manajerial kepala sekolah sebesar 5,051 > 1,725 dengan nilai Sig

sebesar 0.000 < 0.05 sedangkan pengaruhnya sebesar 58,6,sisanya sebesar 41,4%

dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini. Begitu juga dengan intensitas

supervisi berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru PAI dengan nilai thitung

2,491 > 1,725 dengan pengaruh sebesar 25,6%, sisanya sebesar 74,4%

dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini. Supervisi manajerial kepala

sekolah dan intensitas supervisi berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru PAI

dengan nilai fhitung sebesar 12,895 > 3,098 dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05.

Sedangkan pengaruhnya sebesar 60,3%, sisanya 39,7% dipengaruhi oleh faktor

lain di luar penelitian ini.

Kata kunci: Supervisi manajerial, intensitas supervisi, kinerja guru.

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of teacher managerial supervision

and the intensity of the principal's supervisor on the performance of Islamic of

education Junior High School teachers at Sub Rayon 07 Kebumen either

separately or simultaneously.

This research is a quantitative research with a population and a sample of

20 Islamic of education teachers consisting of 6 teachers and 14 state teachers.

Technique collecting data using a questionnaire with quantitative analysis using

correlation and regression test.

The results showed that the principal managerial supervision affects the

performance of Teachers Islamic of education SMP in Sub Rayon 07 Kebumen.

Influence this can be seen from the results of data processing shows the value of

sitting managerial supervisor of the principal of 5.051> 1.725 with significant

value of 0.000 <0.05 while the influence amounted to 58.6%. The remaining

41,4% influenced by others factors outside this resarch. Likewise with the

intensity supervisor significantly affect the performance of teachers Islamic of

education with a value of tally 2.491> 1.725 with the influence of 25.6%. The

remaining 74,4% influenced by others factors outside this resarch Managerial

supervision and the intensity of supervision have a significant effect on teacher

performance together with Islamic of education teacher performance with the

value of 12,895> 3,098 with significant value 0.000 <0,05 while the influence is

60,3%. The remaining 39,7% influenced by others factors outside this resarch.

Keywords: Managerial supervision, supervisory intensity, teacher performance.

PRAKATA

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt. atas

limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga tahap demi tahap proses studi

Program Pascasarjana sampai dengan penulisan tesis dapat diselesaikan dengan

baik. Demikian pula salawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi

Muhammad saw. yang telah menjadi pendidik utama untuk kemuliaan umat

manusia.

Tesis yang membahas “Pengaruh Supervisi Manajerial Dan Intensitas

Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)

SMP Di Sub Rayon 07 Karanganyar Kabupaten Kebumen,"hadir dengan segala

keterbatasan dan masih jauh dari wujud kesempurnaan. Dengan penuh kerendahan

hati, penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak sehingga tesis

ini dapat hadir sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih atas dorongan dan

keterlibatan berbagai pihak dalam penyusunan tesis ini. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Bapak Dr.H. Rahmat

Hariyadi, M.Pd dengan seluruh stafnya yang telah memberikan pelayanan

maksimal kepada penulis.

2. Direktur Pascasarjana IAIN Salatiga Bapak Prof. Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag.

yang telah memberikan motifasi dan inspirasi kepada penulis

3. Para guru besar dan dosen Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga, dengan segala jerih payahnya, memberikan kontribusi ilmiah,

sehingga membuka wawasan dan cakrawala berpikir penulis dalam

menghadapi berbagai persoalan.

4. Hammam, Ph.D, selaku Ketua Prodi PAI Pascasarjana IAIN Salatiga.

5. Dr. Winarno, S.Si. M.Pd. sebagai dosen pembimbing yang senantiasa

memberikan motivasi, kesabaran dan bimbingan kepada penulis

6. Kepala dan petugas perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

yang telah membantu mencari dan menghimpun data yang penulis butuhkan

berkaitan dengan penyelesaian tesis ini.

7. Kepala SMP Negeri 1 Karanggayam, Kepala SMP Negeri 2 Karanggayam,

Kepala SMP Negeri 2 Karanganyar, Kepala SMP Negeri 3 Karanganyar,

Kepala SMP Negeri 1 Adimulyo, Kepala SMP Negeri 2 Adimulyo, Kepala

Sekolah SMP Diponegoro Karanggayam, Kepala Sekolah SMP Binangun

Karanggayam, Kepala Sekolah SMP 10 November Karanggayam yang telah

memberikan pelayanan yang baik selama melakukan penelitian.

8. Orang tua tercinta, Ibu Satinem dan Ayah Sanmohari yang telah memberikan

pengorbanan yang tulus dan ikhlas sehingga penulis dapat menyelesaikan

studi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

9. Rekan-rekan guru di SMP Negeri 1 Karanggayam yang telah memotivasi

penulis untuk melanjutkan studi dan membantu kelancaran dalam bertugas.

10. Rekan-rekan guru di MGMP PAI Sub Rayon 07 Kebumen dan juga MGMP

PAI Kab. Kebumen yang telah menjadi responden dalam penelitian ini.

11. Segenap sahabat dan rekan-rekan mahasiswa PPs Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga, yang telah memberikan dorongan selama menjalani studi,

serta semua pihak yang tidak sempat disebutkan namanya dalam tesis ini,

yang telah memberikan bantuannya berupa moril dan materiil, sehingga

penulis dapat menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

12. Kepada Bapak Suyitman, S.Pd.I., M.Pd.I yang telah membantu dengan penuh

kerja keras dan penuh kesabaran, sehingga tesis ini bisa terselesaikan.

13. Kepada Bapak Muhammad Maftukh, S.Pd.I., M.Pd.I yang telah mensupport

penulis untuk melanjutkan ke jenjang S2.

Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis panjatkan do‟a, semoga

bantuan dan ketulusan yang telah diberikan senantiasa bernilai ibadah di sisi Allah

SWT dan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Amin.

Penulis

Rodiyah

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... iii

ABSTRAK ..................................................................................................... v

PRAKATA ..................................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................

1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 8

C. Signifikansi Penelitian ............................................................................. 9

1. Tujuan Penelitian ............................................................................... 9

2. Manfaat Penelitian ............................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori ....................................................................................... 11

1. Supervisi Manajerial dan Intensitas Supervisi ….............................. 11

2. Kinerja Guru ...................................................................................... 24

3. Pengaruh Supervisi Manajerial dan Intensitas Supervisi………….. 32

B. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 36

C. Hipotesis ................................................................................................. 41

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 42

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian .............................................................. 42

C. Variabel Penelitian .................................................................................. 42

D. Definisi Operasional ................................................................................ 43

E. Populasi dan Sampel ............................................................................... 44

F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 45

G. Teknik Analisis Data ............................................................................... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Responden ............................................................................... 54

B. Deskripsi Data dan Hasil Penelitian ........................................................ 58

C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 115

BAB V PENUTUP

A. Simpulan .................................................................................................. 121

B. Saran ……................................................................................................ 122

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................

125

LAMPIRAN................................................................................................... 128

BIOGRAFI ................................................................................................... 145

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Kisi-kisi penyusunan angket ..................................................... 46

3.2. Bobot alternatif jawaban responden .......................................... 48

3.3. Interpretasi koefisien korelasi nilai “r” ..................................... 51

4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin .................. 55

4.2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir ........ 55

4.3. Masa kerja responden ................................................................ 56

4.4. Status kepegawaian ................................................................... 57

4.5. Bobot alternatif jawaban responden .......................................... 58

4.6. Presentase jawaban responden .................................................. 58

4.7. Deskripsi statistik variabel penelitian ....................................... 59

4.8. Memiliki tujuan yang sesuai dengan visi misi sekolah ............. 61

4.9. Memiliki sasaran program yang sesuai dengan visi misi

sekolah ......................................................................................

62

4.10. Mengorganisir setiap kegiatan yang ada di sekolah .................. 63

4.11. Melaksanakan program secara berkesinambungan ................... 64

4.12. Menilai kinerja guru secara obyektif ......................................... 65

4.13. Memberikan arahan yang konstruktif ....................................... 66

4.14. Mendorong guru untuk kolaborasi dalam melaksanakan tugas

.........................................................................................

67

4.15. Menerapkan pendekatan sesuai tujuan supervisi manajerial ..... 69

4.16. Menerapkan pendekatan sesuai masalah yang dihadapi ........... 70

4.17. Menerapkan teknik supervisi sesuai pendekatan yang dipilih .. 71

4.18. Memanfaatkan berbagai sumber informasi untuk mengambil

kebijakan ...................................................................................

72

4.19. Melaksanakan analisis terhadap program yang dilaksanakan ... 73

4.20. Melaksanakan evaluasi pelaksanaan program ........................... 74

4.21. Melaksanakan membuat laporan pelaksanaan program ............ 75

4.22. Melaksanakan tindak lanjut dari analisis dan evaluasi program 76

4.23. Memiliki komitmen terhadap karir ........................................... 77

4.24. Memiliki komitmen terhadap pekerjaan ................................... 78

4.25. Memiliki komitmen terhadap setiap orang ................................ 79

4.26 Memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaan .......................... 80

4.27. Memiliki tanggung jawab terhadap karir .................................. 81

4.28. Memiliki pelayanan yang berorientasi kepada pelanggan ........ 82

4.29. Memiliki bekerja terhadap prioritas program ............................ 83

4.30. Memiliki tanggung jawan sosial terhadap pelaksanaan

program .....................................................................................

84

4.31 Memiliki tanggung jawab moral terhadap pelaksanaan

program .....................................................................................

85

4.32. Memiliki tanggung jawab keilmuan terhadap pelaksanaan

program .....................................................................................

86

4.33. Bersifat terbuka terhadap dunia luar ......................................... 86

4.34. Bersifat terbuka terhadap ide-ide baru ...................................... 87

4.35. Memiliki kepastian terhadap upah atau gaji .............................. 88

4.36. Memiliki status yang jelas ......................................................... 89

4.37. Memiliki orientasi terhadap prestasi ......................................... 89

4.38. Mampu bekerja sama dengan masyarakat ................................. 90

4.39. Mampu berdiskusi tentang strategi baru ................................. 91

4.40. Mampu menyelesaikan masalah ................................................ 92

4.41. Mampu mengajar dengan baik .................................................. 92

4.42. Mampu menganalisis data ....................................................... 93

4.43. Menyusun program tahunan ................................................ 94

4.44. Menyusun program semesteran ......................................... 95

4.45. Menyusun rencana pembelajaran ...................................... 96

4.46. Menggunakan strategi dengan variatif .................................. 96

4.47. Menggunakan media sumber belajar yang variatif ................. 97

4.48. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik .................................. 98

1.49. Menyusun alat evaluasi dan menganalisis ketuntasan belajar

peserta didik ........................................................................

99

1.50. Melaksanakan perbaikan pembelajaran .................................. 100

1.51. Melaksanakan pengayaan pembelajaran ................................... 101

1.52. Memiliki bakat dan minat sebagai pendidik ........................... 102

1.53. Memiliki kepribadian sebagai pendidik .................................... 102

1.54. Memiliki motivasi, kehadiran dan rancangan tugas atau

pekerjaan .............................................................................

104

1.55. Mengikuti pelatihan dan pengembangan ............................. 104

1.56. Mampu menggunakan peralatan dan teknologi pendidikan ...... 105

1.57. Interpretasi koefisiensi korelasi nilai “r” hasil uji validitas

instrumen supervisi manajerial ..................................................

107

1.58. Hasil uji validitas instrumen kinerja guru PAI ......................... 107

1.59. Hasil uji validitas instrumen intensitas supervisi ..................... 108

1.60. Hasil uji coba instrumen penelitian .......................................... 108

1.61. Hasil analisis regresi X1 ........................................................... 110

1.62. Model summary ........................................................................ 111

1.63. Hasil analisis regresi X2 ........................................................... 112

1.64. Model summary ........................................................................ 112

1.65. Hasil analisis regresi berganda (uji F) ...................................... 113

1.66. Anova................................................................................ 114

1.67. Model summary ................................................................... 114

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar responden ................................................................ 128

2. Hasil angket variabel supervisi manajerial kepala sekolah. 129

3. Hasil angket variabel intensitas supervisi .......................... 130

4. Hasil angket variabel kinerja guru ..................................... 131

5. Angket penelitian ............................................................... 132

6. Correlations X1 .................................................................. 133

7. Correlations X2 .................................................................. 134

8. Corelations Y .................................................................... 135

9. Realibility X1 ..................................................................... 136

10. Realibility X2 ..................................................................... 137

11. Scale: All Variables Y ........................................................ 138

12. Regression X1 .................................................................... 139

13. Regression X2 .................................................................... 140

14. Regression X1 X2 .............................................................. 141

15. Coefficients ........................................................................ 142

16. Foto Pengisiang angket penelitian oleh guru PAI SMP .... 143

17. Foto Pengisian angket oleh guru PAI SMP di MGMP ...... 143

18. Foto pengisian angket oleh guru PAI di SMPN

Karanggayam 2 ..................................................................

144

19. Foto pengisian angket oleh guru PAI di SMPN

Karanggayam 1 ..................................................................

144

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Upaya pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan terus

dilakukan. Salah satu langkah strategis yang dilakukan pemerintah yaitu

dengan menerbitkan kebijakan yang termaktub dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Ada 8

Standarisasi Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar

kompetensi kelulusan, standar proses, standar pengelolaan, standar pendidik

dan kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar penilaian, dan

standar biaya.

Salah satu dari 8 SNP adalah standarisasi pendidik dan tenaga

kependidikan. Mau tidak mau komponen ini sangat penting untuk dilakukan

pembenahan. Pendidik merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan.

Berhasil tidaknya pendidikan, sangat tergantung dengan kualitas pendidik.

Pemerintah pun menuntut pendidik harus berijazah minimal sarjana (S1).

Untuk itu pemerintah memberikan beasiswa kepada pendidik untuk

melanjutkan belajar hingga memperoleh gelar sarjana.

Bukan hanya itu. Pemerintah juga memberikan tunjangan sertifikasi

guru sebagai imbalan kepada guru yang telah mengembangkan dirinya. Guru

yang telah mendapatkan sertifikat sebagai guru profesional berhak

mendapatkan gaji sebesar gaji pokok setiap bulannya. Tentunya kebijakan ini

sangat membantu citra dan image guru di hadapan masyarakat. Guru menjadi

salah satu profesi yang sekarang banyak diminati oleh mahasiswa baru.

Namun berbagai upaya pemerintah belum mendapatkan hasil yang

signifikan. Kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal dengan

negara lain. Berdasarkan penelitian Programme for International Students

Assesment (PISA) Tahun 2015 yang baru skor pencapaian siswa Indonesia

untuk sains, membaca, dan matematika berada pada peringkat 62, 61, dan 63

dari 69 negara. Peringkat ini tidak jauh berbeda dengan hasil PISA tahun

2012 di mana Indonesia berada pada kelompok rendah.1

Meski ada sedikit kenaikan, tetapi hasil tersebut membuat pihak-pihak

yang konsen dengan dunia pendidikan untuk mengevaluasi diri. Program-

program kerja sekalipun begitu baik dan sempurna, bila dalam proses

organisasi satuan pendidikan tidak dijalankan dengan baik. Program yang

begitu hebat, akan tetapi proses pelaksanaan tidak dijalankan semestinya,

akan terjadi kelumpuhan pada organisasi tersebut.

Pada manajemen pembelajaran di satuan pendidikan juru kuncinya

adalah pendidik. Tidak akan kondusif situasi belajar saat interaksi

pembelajaran antara peserta didik dengan pendidik bila pendidiknya tidak

aktif. Apalagi tidak dihadiri oleh pendidik. Pendidik akan menjadi kunci

kesuksesan untuk mencapai tujuan organisasi, yakni keberhasilan belajar.

Perencanaan dan proses di lalui menjadikan organisasi beroperasi dengan

baik dan didukung oleh evaluasi atau kepengawasan akan menjadikan satuan

1Hazrul Iswadi, Sekelumit dari Hasil PISA 2015 yang Baru

Dirilis,http://www.ubaya.ac.id/2014/content/article_detail/230/Sekelumit-Dari-Hasil-PISA-2015-

Yang-Baru-Dirilis.html. download, Jumat, 1 September 2017.

pendidikan menjadi tangguh dan unggul. Keunggulan satuan pendidikan tetap

dalam kendali kepala sekolah. Kepala sekolah memegang kendali kemajuan

satuan pendidikan. Aktivitas organisasi sekolah di bawah kepemimpinannya.

Termasuk kepengawasan pembelajaran guru di saat interaksi belajar dengan

peserta didik. Kepengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam

situasi pembelajaran terhadap pendidik menjadi hal yang utama. Karena sesi

ini, salah satu diterminan utama keunggulan sekolah, baik berstandar nasional

maupun berstandar internasional. Dengan keunggulan sekolah ditunjang oleh

pendidik yang profesional. Peran kepala sekolah sangat berarti dalam

pembinaan profesi terhadap pendidik yang profesional aktivitas kehadiran

pembelajaran perlu adanya kontrol yang rutin.

Kehadiran pendidik termasuk agenda yang utama dalam

kepengawasan kepala sekolah atau yang mendapat pelimpahan

kepengawasan, yakni pembantu Kepala sekolan (PKS) bidang kurikulum atau

kesiswaan. Pendidik yang bermasalah pada proses pembelajaran, hal

kehadiran, penyajian, maupun kompetensi yang belum memadai, kepala

sekolah perlu mengaplikasikan supervisi pendidikan atau akademik terhadap

pendidik tersebut. Pembinaan rutin kepada para pendidik dan lebih

menekankan lagi pada pendidik yang bermasalah. Hal ini bagaimana kepala

sekolah memberikan supervisi manajerial kepada guru agar terjadi

peningkatan kinerja.

Sebagai bagian dari sistem pendidikan, guru Pendidikan Agama Islam

(PAI) tak luput dari bagian penting dalam supervisi. Kinerja guru PAI

berbeda antar individu. Perbedaan ini terjadi disebabkan adanya perbedaan

karakteristik pada masing-masing individu itu sendiri. Seseorang yang

memiliki keinginan untuk berprestasi akan menghasilkan kinerja yang

optimal. Sebaliknya orang yang tidak memiliki keinginan untuk berprestasi,

cenderung menghasilkan kinerja yang rendah pula. Untuk menghasilkan

kinerja yang tinggi seseorang tentu harus mempunyai motivasi dan

kemampuan yang tinggi, sebaliknya apabila seseorang mempunyai

kemampuan dan motivasi yang rendah, maka kinerja yang dihasilkan rendah

pula.

Menurut Lloyd L. Byars & Leslie W. Rue,2 “refers to degree of

accomplishment of the tasksthat make up an individual's job. It reflects

howwell an individual is fulfilling the requirements ofa job.” Kinerja atau

“performance”mengacu pada derajat tingkat penyelesaian tugas yang

melengkapi pekerjaan seserorang. Hal ini mencerminkan seberapa baik

seseorang dalam melaksanakan tuntutan suatu pekerjaan.

Kaitan dengan pengertian kinerja tersebut, dalam proses pembelajaran

di kelas, kinerja guru dapat terlihat pada kegiatannya dalam merencanakan,

melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran yang intensitasnya

dilandasi oleh sikap moral dan profesional seorang guru. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah kualitas pekerjaan, kuantitas

pekerjaan, kreativitas, tanggung jawab, kerjasama, dan disiplin kerja atau

2Lloyd L. Byars & Leslie W. Rue, Human Resource Management, Boston: Irwin Inc.,

1991, 250.

loyalitas yang harus dimiliki oleh guru dalam melaksanakan tugas sesuai

dengan tugas pokok dan fungsinya.

Sejalan dengan tuntutan kinerja guru itulah, maka pemerintah

mengeluarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen. Dengan dikeluarkannya Undang-undang tersebut guru diposisikan

sebagai suatu profesi sebagimana profesi dokter, hakim, akuntan dan profesi-

profesi lain yang akan mendapat penghargaan sepadan sesuai dengan

profesinya masing-masing. Guru adalah pendidik professional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.3

Selain kinerja guru, ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi

kinerja guru. Menurut Sedarmayanti (2001) dalam Malayu Hasibuan antara

lain: (1) sikap mental (motivasi kerja, disiplin kerja, etika kerja); (2)

pendidikan; (3) keterampilan; (4) manajemen kepemimpinan; (5) tingkat

penghasilan; (6) gaji dan kesehatan; (7) jaminan sosial; (8) iklim kerja; (9)

sarana pra sarana; (10) teknologi; (11) kesempatan berprestasi.4

Tanpa mengesampingkan arti keseluruhan aspek tersebut, kinerja guru

dan kepemimpinan kepala sekolah merupakan aspek penting dalam

meningkatkan kinerja guru. Faktor kepemimpinan kepala sekolah

mempengaruhi kinerja guru antara lain supervisi kepala sekolah. Kepala

sekolah adalah mereka yang banyak mengetahui tugas mereka dan mengatur

3Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1.

4Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: Bumi Aksara, 2007,

67.

irama bagi sekolah yang dipimpinnya. Peran dan fungsi yang harus

dilaksanakan oleh kepala sekolah memiliki pengaruh terhadap kinerja guru.

Menurut Dinas Pendidikan Nasional, peran dan fungsi kepala sekolah di

antaranya educator, manager, administrator, supervisor, leader, innovator,

dan motivator. Oleh karena itulah, supervisi yang dilakukan kepala sekolah

juga berpengaruh terhadap kinerja guru.

Uraian di atas, telah dapat memberikan alasan bahwa kinerja guru dan

supervisi kepala sekolah berpengaruh kepada kinerja guru. Supervisi kepala

sekolah meliputi supervisi akademik dan supervisi manajerial. Kedua jenis

supervisi ini mempengaruhi kinerja guru. Semakin baik supervisi dilakukan

maka semakin baik pula kinerja guru. Selain itu, intensitas supervisi juga

mempengaruhi kinerja guru.

Dari paparan di atas, peneliti tertarik untuk menulis tesis dengan judul

“Pengaruh Supervisi Manajerial dan Intensitas Supervisi Kepala Sekolah

terhadap Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP se-Sub Rayon

07 Karangganyar Kebumen.” SMP di se-sub Rayon 07 Karanganyar

Kebumen terdiri dari 6 sekolah Negeri dan 3 Sekolah sewasta. Sedangkan

SMP Negeri yaitu: SMPN 1 Karanggayam, SMPN 2 Karanggayam, SMPN 1

Adimulyo, SMPN 2 Adimulyo, SMPN 2 Karanganyar, SMPN 3

Karanganyar. Sedangkan SMP Sewasta yaitu: SMP Diponegoro

Karanggayam, SMP Binangun Karanggayam, SMP 10 November

Karanggayam di mana masing-masing SMP memiliki kinerja guru yang

bervariasi.

Selain itu, supervisi manajerial merupakan masalah menarik untuk

diteliti, karena rata-rata kepala SMP lemah dalam hal supervisi manajerial di

lembaganya. Selanjutnya berdasarkan hasil observasi awal yang telah

dilakukan, menunjukkan sebagian guru sudah ada yang menempuh

pendidikan ke jenjang magister (S2). Hal ini terkait dengan adanya supervisi

kepala SMP secara maksimal. Kepala SMP aktif dalam melakukan supervisi,

baik supervisi manajerial maupun supervisi akademik,sehingga guru merasa

pengawasan lebih maksimal karena ada yang mengawasi.5 Sedangkan

berdasarkan observasi awal di SMP Binangun Karanggayam Kebumen,

diperoleh informasi bahwa kinerja guru di sekolah tersebut kurang baik. Hal

ini berhubungan dengan kinerja guru dalam melakukan kegiatan

pembelajaran. Guru menganggap pekerjaan mereka hanya rutinitas biasa,

sehingga tidak menunjukkan profesionalismenya dalam melakukan kegiatan

pembelajaran. Ini tercermin dari kemampuan mengajar yang dimiliki oleh

para guru. Kenyataan di lapangan Kepala Sekolah SMP jarang melakukan

supervisi, baik supervisi manajerial maupun supervisi akademik, sehingga

guru merasa santai karena tidak ada yang mengawasi, serta dalam

melaksanakan pembelajaran mereka hanya melakukan dengan model yang

monoton.6 Sehingga penelitian ini menjadi penting dan signifikan untuk

dilaksanakan.

5Hasil wawancara dan observasi pendahuluan dengan beberapa guru di SMP Binangun

Karanggayam Kebumen pada tanggal 7 april 2017. 6Hasil wawancara dan observasi awal dengan beberapa guru di SMP Diponegoro pada

tanggal 13 April 2017.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah di atas,

maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Sejauh mana pengaruh supervisi manajerial kepala sekolah terhadap

kinerja guru PAI SMP se-sub Rayon 07 Karanganyar Kabupaten

Kebumen?

2. Sejauh mana pengaruh intensitas supervisi terhadap kinerja guru PAI SMP

Se-Sub Rayon 07 Karanganyar Kabupaten Kebumen?

3. Sejauh mana pengaruh supervisi manajerial kepala sekolah dan intensitas

Supervisi secara bersama-sama terhadap kinerja guru PAISMP Negeri

se-sub Rayon 07 Karanganyar Kabupaten Kebumen?

C. Signifikansi Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk menemukan tingkat pengaruh supervisi manajerial kepala

SMP terhadap kinerja guru di SMP se-Sub Rayon 07 Karanganyar

Kabupaten Kebumen.

b. Untuk menemukan tingkat pengaruh terhadap kinerja guru di SMP

se-Sub Rayon Karanganyar Kabupaten Kebumen.

c. Untuk menemukan tingkat pengaruh supervisi manajerial kepala

sekolah dan intensitas supervisi secara bersama-sama terhadap

kinerja guru di SMP se-Sub Rayon 07 Karanganyar Kabupaten

Kebumen.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat,

yaitu sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

1) Penelitian ini dapat memberikan sumbangsih terhadap

perkembangan ilmu pendidikan, terutama yang berkaitan dengan

manajemen pendidikan.

2) Dapat menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil dari

pengamatan langsung serta dapat memakai penerapan disiplin

ilmu yang diperoleh selain studi di perguruan tinggi.

3) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan untuk

mengetahui pengaruh supervisi manajerial kepala sekolah dan

intensitas kepengawasan terhadap kinerja guru.

4) Sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti lain yang akan

melaksakan penelitian serupa di masa yang akan datang.

b. Secara Praktis

1) Informasi dan masukan yang konstruktif untuk perbaikan

supervisi manajerial kepala sekolah dan intensitas terhadap

kinerja guru.

2) Memberikan sumbangan pemikiran dan perbaikan supervisi

manajerial kepala sekolah dan intensitas supervisi terhadap

kinerja guru.

3) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai input bagi

pemimpin dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang

berhubungan dengan supervisi manajerial kepala sekolah dan

intensitas supervisi terhadap kinerja guru.

4) Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran guna

meningkatkan supervisi manajerial kepala sekolah dan intensitas

supervisi terhadap kinerja guru.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Supervisi Manajerial dan Intensitas Supervisi

a. Kepala Sekolah

Sekolah adalah lembaga pendidikan keagamaan yang

komplek, sehingga memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi, Oleh

karena itu kepala sekolah yang berhasil, yaitu tercapainya tujuan

sekolah dan tujuan dari pada individu yang ada di dalam lingkungan

sekolah. Kepala Sekolah harus memahami dan menguasai peranan

organisasi dalam hubungan kerja sama antara individu.

Kepala sekolah dalam pengelolaan satuan pendidikan

meliputi perencanaan program, penyusunan kurikulum tingkat satuan

pendidikan, kegiatan pembelajaran, pendayagunaan pendidik dan

tenaga kependidikan, pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan,

penilaian hasil belajar, dan pengawasan. Maka diperlukan adanya

suatu esensi pemikiran yang teoretis seperti konsepsi klasik tentang

stuktur organisasi, hirarki, kewibawaan dan mekanisme demi

pencapaian dan koordinasi di lingkungan sekolah. Kepala Sekolah

harus memahami, mengantisipasi dan memperbaiki konflik yang

terjadi di lingkungan sekolah. Kepala sekolah perlu mempelajari

teori dimensi sistem sosial. Kepala sekolah diharapkan mampu

melakukan analisis terhadap kehidupan informal sekolah dan

suasana sekolah.

Dengan memahami macam-macam teori, akan sangat

bermanfaat bagi kepala sekolah di dalam memperbaiki organisasi

dan operasionalisasi sekolah. Studi keberhasilan sekolah

menunjukkan bahwa kepala sekolah adalah orang yang menentukan

fokus suasana sekolah. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa

keberhasilan sekolah adalah sekolah yang memiliki pemimpin yang

berhasil. Pemimpin sekolah adalah mereka yang dilukiskan sebagai

orang yang memiliki harapan tinggi terhadap staf dan siswa.

Pemimpin sekolah adalah yang banyak mengetahui tentang tugas-

tugasnya dan yang menentukan suasana untuk sekolah.

Pengertian kepala sekolah dalam judul ini adalah Kepala

SMP se-sub Rayon 07 Karanganyar Kebumen yang pengelolaannya

berada di bawah naungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga

Kab. Kebumen. Adapun tugas yang harus dilaksanakan sebagai

Kepala Sekolah sesuai dengan fungsinya adalah :

a. Fungsi sebagai edukator, bertugas melaksanakan pembinaan

peserta didik dan proses belajar dan bermain secara efektif dan

efesien terutama bila ada guru yang berhalangan.

b. Fungsi sebagai manager, bertugas menyelenggarakan kegiatan

pendidikan diantaranya penyusunan program kerja, mengatur

kegiatan belajar mengajar, menyusun rencana anggaran dan

pendapatan, membina para personel, menilai kinerja para

personel, merencanakan pengembangan dan pendayagunaan

sarana dan prasarana, serta melaksanakan hubungan sekolah

dengan lingkungan.

c. Fungsi sebagai administrator, bertugas menyelenggarakan

administrasi.

d. Fungsi sebagai supervisor, bertugas menyelenggarakan kegiatan

supervisi dan pengawasan.7

Untuk merealisasikan tujuan pendidikan, peran kepala

sekolah sebagai pemimpin pendidikan sangat diperlukan.

Sebagaimana diketahui bahwa kepala sekolah di samping fungsinya

sebagai administrator juga berfungsi sebagai supervisor. Sebagai

administrator diharapkan mampu mengusahakan dan

mengembangkan berbagai fasilitas sehingga akan tercapai suasana

dan situasi belajar mengajar yang baik, sesuai dengan tujuan yang

akan dicapai. Sebagai supervisor kepala sekolah harus mampu

menciptakan suasana kerja yang kondusif, menyenangkan, aman dan

penuh semangat. Ia juga harus mampu mengembangkan staf-stafnya

untuk selalu dinamis dan aktif dalam menjalankan tugas-tugasnya.

Kepala sekolah berarti harus mampu membagi wewenang dan

pengambilan keputusan, sebab banyak tanggung jawab yang harus

dilaksanakannya.

7Depag RI, Standar Supervisi Pendidikan pada Sekolah Tsanawiyah, Cet I; Jakarta, 2005,

15-17.

Jabatan kepala sekolah sebagai administrator dan supervisor

sebenarnya tidaklah dipandang ringan, karena menyangkut berbagai

aspek kehidupan serta menuntut tanggung jawab moral yang berat.

Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin juga memerlukan

pengetahuan dan kemampuan untuk mengorganisir bawahan agar

bekerja dengan baik. Kepala sekolah juga mampu menjaga

kemaslahatan, menghindari kelalaian dan kelebihan dalam hak-hak

karena seorang kepala tidak hanya mempertanggungjawabkan di

dunia tetapi juga di akhirat.

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan

yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Peran kepala sekolah semakin penting, sejalan dengan semakin

kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah yang menghendaki

dukungan kinerja yang semakin efektif dan efesien. Selain itu,

kepala sekolah harus memiliki visi dan misi serta strategi menajemen

pendidikan secara utuh dan berorientasi kepada mutu. Visi adalah

gambaran sekolah yang diinginkan di masa depan. Gambaran

tersebut didasarkan pada landasan yuridis khususnya pendidikan

nasional sesuai level dan jenis sekolahnya. Visi juga disesuaikan

dengan profil sekolah sehingga dimungkinkan sekolah memiliki visi

tidak sama dengan sekolah lain.

Dalam kaitannya dengan peningkatan kinerja tenaga

kependidikan dan kualitas sekolah, Kepala Sekolah yang profesional

seperti disarankan Sellis dalam buku Haidar Putra Daulay harus

memperhatikan hal sebagai berikut:

a. Mempunyai visi atau daya pandang yang mendalam tentang

mutu yang terpadu bagi lembaganya maupun bagi tenaga

kependidikan dan peserta didik yang ada di sekolah.

b. Mempunyai komitmen yang jelas pada proses peningkatan

kualitas.

c. Mengkomunikasikan pesan yang berkaitan dengan kualitas.

d. Menjamin kebutuhan peserta didik sebagai perhatian kegiatan

dan kebijakan lembaga atau sekolah.

e. Meyakinkan terhadap para pelanggan (peserta didik, orang tua,

masyarakat), bahwa terdapat channel cocok untuk

menyampaikan harapan dan keinginannya.

f. Pemimpin mendukung pengembangan tenaga kependidikan

g. Tidak menyalahkan pihak lain jika ada masalah yang muncul

tanpa dilandasi bukti kuat.

h. Pemimpin melakukan inovasi terhadap sekolah.

i. Menjamin struktur organisasi yang menggambarkan tanggung

jawab yang jelas.

j. Mengembangkan komitmen untuk mencoba menghilangkan

setiap penghalang, baik yang bersifat organisasional maupun

budaya.

k. Membangun tim kerja yang efektif

l. Mengembangkan mekanisme yang cocok untuk melakukan

monitoring dan evaluasi.8

Kepala sekolah merupakan pemegang komando pada satuan

pendidikan yang dipimpinnya. Oleh karena itu, ia harus dapat

menjadi sosok yang pantas ditiru oleh rekan kerja yang berada di

bawahnya. Untuk dapat memerankan tugas tersebut, kepala sekolah

harus mengambil keputusan yang cepat dalam situasi yang tepat.

Kepala sekolah juga harus bersikap bijaksana dan menghormati

bawahannya agar terjalin hubungan yang harmonis di sekolah

tersebut.

b. Supervisi Manajerial

Dalam banyak kepustakaan, kata manajerial sering disebut

sebagai asal kata dari management yang berarti melatih kuda atau

secara harfiah diartikan sebagai to handle yang berarti mengurus,

menangani, atau mengendalikan. Sedangkan, management

merupakan kata benda yang dapat berarti pengelolaan, tata pimpinan

atau ketatalaksanaan. Pada prinsipnya pengertian manajemen

mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut: (1) ada tujuan

yang ingin dicapai; (2) sebagai perpaduan ilmu dan seni; (3)

merupakan proses yang sistematis, terkoordinasi, koperatif, dan

terintegrasi dalam memanfaatkan unsur-unsurnya; (4) ada dua orang

atau lebih yang bekerjasama dalam suatu organisasi; (5) didasarkan

8Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam, dalam Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta:

Kencana, 2004, 59.

pada pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab; (6) mencakup

beberapa fungsi; (7) merupakan alat untuk mencapai tujuan.

Manajemen merupakan suatu proses pengelolaan sumber

daya yang ada mempunyai empat fungsi yaitu perencanaan, peng-

organisasian, penggerakan, dan pengawasan. Hal ini sesuai dengan

pendapat Terry bahwa fungsi manajemen mencakup kegiatan

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang

dilakukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Tugas

dan tanggung jawab kepala sekolah adalah merencanakan,

mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi

dan mengevaluasi seluruh kegiatan sekolah, yang meliputi bidang

proses belajar mengajar, administrasi kantor, administrasi siswa,

administrasi pegawai, administrasi perlengkapan, administrasi

keuangan, administrasi perpustakaan, dan administrasi hubungan

masyarakat. Oleh sebab itu, dalam rangka mencapai tujuan

organisasional, kepala sekolah pada dasarnya mempunyai tugas dan

tanggung jawab untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan, dan pengawasan terhadap seluruh sumber daya yang

ada dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah.9

Perencanaan (Planning), merupakan keseluruhan proses

pemikiran dan penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan

9Soetopo, Hendiyat, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Jakarta: PT. Bina Aksara,

1984, 14.

dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan

yang telah ditentukan. Di dalam perencanaan ini dirumuskan dan

ditetapkan seluruh aktivitas lembaga yang menyangkut apa yang

harus dikerjakan, mengapa dikerjakan, di mana dikerjakan, kapan

akan dikerjakan, siapa yang mengerjakan dan bagaimana hal tersebut

dikerjakan. Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan dapat

meliputi penetapan tujuan, penegakan strategi, dan pengembangan

rencana untuk mengkoordinasikan kegiatan. Kepala sekolah sebagai

top manajemen di lembaga pendidikan sekolah mempunyai tugas

untuk membuat perencanaan, baik dalam bidang program

pembelajaran dan kurikulum, kepegawaian, kesiswaan, keuangan

maupun perlengkapan.

Pengorganisasian (organizing), menurut Terry bahwa

pembagian pekerjaan yang direncanakan untuk diselesaikan oleh

anggota kelompok pekerjaan, penentuan hubungan-hubungan

pekerjaan di antara mereka dan pemberian lingkungan pekerjaan

yang sepatutnya. Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi

manajemen yang perlu mendapatkan perhatian dari kepala sekolah.

Fungsi ini perlu dilakukan untuk mewujudkan struktur organisasi

sekolah, uraian tugas tiap bidang, wewenang dan tanggung jawab

menjadi lebih jelas, dan penentuan sumber daya manusia dan materil

yang diperlukan. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Robbins

bahwa kegiatan yang dilakukan dalam pengorganisasian dapat

mencakup (1) menetapkan tugas yang harus dikerjakan; (2) siapa

yang mengerjakan; (3) bagaimana tugas itu dikelompokkan; (4)

siapa melapor ke siapa; (5) di mana keputusan itu harus diambil.10

Penggerakan (actuating), adalah aktivitas untuk memberikan

dorongan, pengarahan, dan pengaruh terhadap semua anggota

kelompok agar mau bekerja secara sadar dan suka rela dalam rangka

mencapai suatu tujuan yang ditetapkan sesuai dengan perencanaan

dan pola organisasi. Masalah penggerakan ini pada dasarnya

berkaitan erat dengan unsur manusia sehingga keberhasilannya juga

ditentukan oleh kemampuan kepala sekolah dalam berhubungan

dengan para guru dan karyawannya. Oleh sebab itu, diperlukan

kemampuan kepala sekolah dalam berkomunikasi, daya kreasi serta

inisiatif yang tinggi dan mampu mendorong semangat dari para guru

atau karyawannya. Untuk dapat menggerakan guru atau anggotanya

agar mempunyai semangat dan gairah kerja yang tinggi, maka perlu

memperhatikan beberapa prinsip berikut: a). Memperlakukan para

pegawai dengan sebaik-baiknya; b). Mendorong pertumbuhan dan

pengembangan bakat dan kemampuan para pegawai tanpa menekan

daya kreasinya; c). Menanamkan semangat para pegawai agar mau

terus berusaha meningkatkan bakat dan kemampuannya; d).

Menghargai setiap karya yang baik dan sempurna yang dihasilkan

para pegawai; e). Mengusahakan adanya keadilan dan bersikap

10

Thoha, Miftah, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2004, 15.

bijaksana kepada setiap pegawai tanpa pilih kasih.; f). Memberikan

kesempatan yang tepat bagi pengembangan pegawainya, baik

kesempatan belajar maupun biaya yang cukup untuk tujuan tersebut;

g). Memberikan motivasi untuk dapat mengembangkan potensi yang

dimiliki para pegawai melalui ide, gagasan dan hasil karyanya.

Pengawasan (controlling), dapat diartikan sebagai salah satu

kegiatan untuk mengetahui realisasi perilaku personel dalam

organisasi pendidikan dan apakah tingkat pencapaian tujuan

pendidikan sesuai dengan yang dikehendaki, kemudian apakah perlu

diadakan perbaikan. Pengawasan dilakukan untuk mengumpulkan

data tentang penyelenggaraan kerja sama antara guru, kepala

sekolah, konselor, supervisor, dan petugas sekolah lainnya dalam

institusi satuan pendidikan.

Pada dasarnya ada tiga langkah yang perlu ditempuh dalam

melaksanakan pengawasan, yaitu (1) menetapkan alat ukur atau

standar, (2) mengadakan penilaian atau evaluasi, dan (3)

mengadakan tindakan perbaikan atau koreksi dan tindak lanjut. Oleh

sebab itu, kegiatan pengawasan itu dimaksudkan untuk mencegah

penyimpangan dalam pelaksanaan pekerjaan, menilai proses dan

hasil kegiatan dan sekaligus melakukan tindakan perbaikan.

Menurut Wahjosumidjo11

bahwa deskripsi tugas dan

tanggung jawab kepala sekolah dapat dilihat dari dua fungsi, yaitu

kepala sekolah sebagai administrator dan sebagai supervisor. Kepala

sekolah sebagai administrator di sekolah mempunyai tugas dan

tanggung jawab atas seluruh proses manajerial yang mencakup

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan

terhadap seluruh bidang garapan yang menjadi tanggung jawab

sekolah . Bidang garapan manajemen tersebut dapat meliputi bidang

personalia, siswa, tata usaha, kurikulum, keuangan, sarana dan

prasarana, hubungan sekolah dan masyarakat serta unit penunjang

lainnya.

Sedangkan, kepala sekolah sebagai supervisor berkaitan

dengan kegiatan-kegiatan pelayanan terhadap peningkatan

kemampuan profesionalisme guru dalam rangka mencapai proses

pembelajaran yang berkualitas. Untuk dapat melakukan tugas dan

tanggung jawab tersebut, kepala sekolah perlu memiliki berbagai

kemampuan yang diperlukan. Menurut Katz bahwa kemampuan

manajerial itu meliputi technical skill (kemampuan teknik), human

skill (kemampuan hubungan kemanusiaan), dan conceptual skill

(kemampuan konseptual). Kemampuan teknik adalah kemampuan

yang berhubungan erat dengan penggunaan alat-alat, prosedur,

metode dan teknik dalam suatu aktivitas manajemen secara benar

11

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan

Permasalahannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, 14.

(working with things). Sedangkan, kemampuan hubungan

kemanusiaan merupakan kemampuan untuk menciptakan dan

membina hubungan baik, memahami dan mendorong orang lain

sehingga mereka bekerja secara suka rela, tiada paksaan dan lebih

produktif (working with people). Kemampuan konseptual adalah

kemampuan mental untuk mengkoordinasikan, dan memadukan

semua kepentingan serta kegiatan organisasi. Dengan kata lain,

kemampuan konseptual ini terkait dengan kemampuan untuk

membuat konsep (working with ideas) tentang berbagai hal dalam

lembaga yang dipimpinnya.12

Seiring dengan perubahan paradigma desentralisasi

pendidikan dan otonomisasi sekolah dengan diberlakukannya suatu

model manajemen school based management, maka kepala sekolah

sebagai top manajemen di sekolah mempunyai kedudukan yang

sangat penting dan strategis. Bahkan menurut hasil studi dari Lipham

disebutkan bahwa keberhasilan suatu sekolah sangat ditentukan oleh

kemampuan kepala sekolah dalam mengelola dan memimpin

lembaganya.

Dalam kaitannya dengan pengembangan personalia di

madrasah, menurut Wiles bahwa ada sejumlah keterampilan yang

perlu dimiliki oleh seorang pemimpin pendidikan yaitu keterampilan

dalam memimpin, menjalin hubungan kerja dengan sesama,

12

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah...., 14.

menguasai kelompok, mengelola administrasi personalia, dan

keterampilan dalam penilaian. Selain itu, seorang kepala sekolah

dalam melaksanakan tugasnya hendaknya mempunyai tiga

kecerdasan, yaitu kecerdasan pesonal, kecerdasan profesional, dan

kecerdasan manajerial. Kecerdasan personal adalah kemampuan, skil

dan keterampilan untuk melakukan hubungan sosial dalam konteks

tata hubungan profesional maupun sosial. Sedangkan, kecerdasan

professional merupakan kecerdasan yang diperoleh melalui

pendidikan yang berupa keahlian tertentu di bidangnya. Adapun

kecerdasan manajerial adalah kecerdasan yang berkaitan dengan

kemampuan untuk melakukan kerja sama dengan mengerjakan

sesuatu melalui orang lain, baik kemampuan mencipta, membuat

perencanaan, pengorganisasian, komunikasi, memberikan motivasi,

maupun melakukan evaluasi.13

2. Kinerja Guru

Kinerja dapat diartikan sebagai : (1) sesuatu yang dicapai, (2)

prestasi yang diperlihatkan, (3) kemampuan kerja. Alewine14

menyatakan

bahwa „‟ Kinerja merupakan kulminasi dari tiga elemen yang saling

berkaitan, yakni: keterampilan, upaya dan sifat keadaan eksternal‟‟.

Tingkat keterampilan merupakan bahan mentah yang dibawa oleh

seseorang karyawan ke tempat kerja seperti: pengetahuan kemampuan,

13

Hasibuan,Malayu S. P. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2005, 17. 14

A.DaleTimpe, Seri Manajemen Sumber Daya Manusia Produktivitas, Jakarta: Elex

Media Komputindo, 2009, 244.

kecakapan-kecakapan teknis. Tingkat upaya dapat digambarkan sebagai

motivasi yang diperlihatkan karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan.

Sedangkan kondisi-kondisi eksternal mendukung produktivitas kerja.

Pendapat lain menyebutkan, kinerja atau “performance” yaitu:the

accomplishment of a given task measured against preset known

standards of accuracy, completeness, cost, and speed. In a contract,

performance is deemed to be the fulfillment of an obligation, in a manner

that releases the performer from all liabilities under the contract.15

Kinerja merupakan pemenuhan tugas yang diberikan diukur terhadap

standar yang telah ditetapkan dikenal akurasi, kelengkapan, biaya, dan

kecepatan. Dalam kontrak, kinerja dianggap pemenuhan kewajiban,

dengan cara yang melepaskan pemain dari seluruh kewajiban di bawah

kontrak.

Dengan demikian, kinerja dapat dikatakan sebagai perilaku kerja

seseorang guna mencapai tujuan. Hasil yang dicapai menunjukkan

efektivitas perilaku kerja yang bersangkutan. Perilaku kerja yang pada

gilirannya, mempengaruhi hasil kerja dipengaruhi dua faktor yakni: (1)

faktor dalam diri individu, seperti keterampilan dan upaya, yang dimiliki,

dan (2) faktor di luar diri individu, seperti keadaan ekonomi, kebijakan

pemerintah, terlambatnya bahan mentah dan sebagainya. Kinerja guru

merupakan kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan tugas

pembelajaran di sekolah dan bertanggungjawab atas peserta didik

15

Anonim.Performance.http://www.businessdictionary.com/definition/performance.htm

diunduh pada hari Selasa 18 Maret 2017, pukul 11.00 WIB.

dibawah bimbingannya dengan meningkatkan prestasi belajar peserta

didik.16

Menurut manajemen, istilah kerja disebut juga performansi atau

kinerja. Kinerja dapat berupa proses dan hasil kerja secara individual

maupun organisasi. Hal ini berguna bagi pengukuran efektivitas

pencapaian tujuan dan pelaksanaan rencana. Longenecker dan Pringle17

,

mengemukakan bahwa pengendalian kinerja berarti pemantauan

organisasi terhadap penetapan pencapaian tujuan dan pelaksanaan

rencana. Efektivitas penetapan tujuan dan pelaksanaan rencana ini relatif

tergantung kepada sumber daya manusia dalam organisasi.Dengan

demikian kinerja dapat berupa kemampuan individu dalam melaksanakan

tujuan dan rencana menurut standart tertentu.

Berikut dijelaskan beberapa definisi kinerja yang ditulis oleh

beberapa ahli. Definisi ini beraneka makna tergantung sisi penekanan

para ahli tersebut. Menurut Wirawan konsep kinerja merupakan

singkatan dari kinetika energi kerja yang padangannya dalam bahasa

Inggris adalah performance. Istilah performance sering diindonesiakan

sebagai performa.18

Dikatakan pula oleh Wirawan, bahwa yang dimaksud

kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau

indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu

tertentu. Kinerja yang dimaksud Wirawan adalah berorientasi pada hasil

dari suatu pekerjaan baik yang dilakukan oleh pekerja yang dilandasi

16

Supardi, Kinerja Guru, Jakarta : Rajagrafindo Perkasa, 2013, 5. 17

R Bacal, Performance Management, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011, 4. 18

Wirawan, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia,Jakarta: Salemba Empat, 2009, 5.

keahlian tertentu (profesi) maupun pekerjaan tanpa dilandasi pekerjaan

tersebut dengan keahlian. Kelebihan Wirawan dalam pengungkapan

definisinya adalah mengungkap pekerja yang berprofesi (pekerja yang

memiliki keahlian) dan pekerja seperti biasa tanpa dilandasi dengan

keahlian tertentu.

Dengan kata lain kinerja adalah penampilan hasil karya personil

baik kualitas maupun kuantitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat

merupakan penampilan individu maupun kelompok.19

Definisi tersebut

menggambarkan penampilan atau perilaku orang secara umum, baik

manusia secara individu maupun manusia secara kelompok. Perilaku

tersebut baik dalam bentuk kuantitas maupun kualitas dalam organisasi.

Dalam bentuk kuantitas, menunjukkan beberapa gerak laku seseorang

pada organisasi atau pada kelompok manusia tersebut. Perilaku kualitas

menunjukkan gerak laku seseorang yang menunjukkan sifat positif. Hal

ini yang ditekankan adalah sifat dari hasil pekerjaan atau kegiatan

tersebut. Kinerja menurut Simanjuntak adalah tingkat pencapaian hasil

atas pelaksanaan tugas tertentu. Kinerja perusahaan adalah tingkat

pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan.20

Difenisi yang diberikan oleh Simanjuntak tersebut bermakna oreintasi

pada hasil dari suatu kegiatan dalam mencapai tujuan. Makna ini

cenderung menekankan pada hasil (outcome) bukan menitik beratkan

pada proses (process) kegiatan. Definisinya sama dengan yang diungkap

19

Wirawan, Evaluasi Kinerja Sumber...., 7. 20

Wirawan, Evaluasi Kinerja Sumber...., 8.

oleh Ilyas, yakni menekankan pada hasil suatu pekerjaan. Menurut

Kusnadi kinerja adalah setiap gerakan, perbuatan, pelaksanaan, kegiatan

atau tindakan sadar yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan atau

target tertentu. Definisi ini lebih rinci menggambar perilaku manusia

yang tidak hanya terikat dalam organisasi saja. Akan tetapi, termasuk

perilaku manusia secara individual maupun kelompok dalam mencapai

tujuan yang sengaja ditentukan sebelumnya. Definisi ini berorientasi

pada suatu pekerjaan, tidak menekankan pada perilaku atau sikap.

Pekerjaan yang bukan jobnya tidak akan dikerjaan menurut definisi

tersebut dan pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan seperti tugas

yang sehari-hari.

Dari beberapa pemaparan definisi tersebut di atas, makna kinerja

dapat disimpulkan definisinya yaitu setiap gerakan, perbuatan,

pelaksanaan, kegiatan atau tindakan sesuai dengan tugas dan fungsinya

secara sadar yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan atau target

tertentu. Definisi ini senada dengan Kusnadi. Definisi tersebut cenderung

menekankan pada proses untuk mencapai tujuan dan dilakukan secara

sadar. Pada dasarnya suatu pekerjaan dilakukan secara sadar akan

berhasil dengan baik. Hal demikianlah definisi Kusnadi yang akan

dikembangkan. Kinerja tidak terbatas meliputi personil yang mengampu

jabatan fungsional maupun struktural, akan tetapi juga pada keseluruhan

jajaran personil dan organisasi. Deskripsi kinerja mencakup 3 komponen

penting yaitu tujuan, ukuran dan penilaian. Deskripsi tujuan memberikan

arah dan mempengaruhi bagaimana perilaku kerja diharapkan personil di

dalam suatu organisasi. Penentuan tujuan saja tidaklah cukup sebab itu

dibutuhkan ukuran apakah seorang personil telah mencapai kinerja yang

diharapkan. Deskripsi menyangkut penilaian kinerja secara reguler yang

dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan kinerja setiap personil.

Tindakan ini akan membuat personil senantiasa berorientasi pada tujuan

dan berperilkau sesuai arah dan tujuan yang hendak dicapai .

Dalam sebuah organisasi, setiap individu mempunyai kemampuan

yang berbeda, faktor kemampuan berkaitan dengan bakat dan minat yang

dimiliki seseorang. Pendapat Davis (2007) bahwa faktor yang dapat

mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability)

dan faktor motivasi (motivation).21

Kinerja mempunyai hubungan yang

erat dengan produktivitas. Menurut Hasibuan22

faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja antara lain:

a. Sikap mental (motivasi kerja, disiplin kerja, etika kerja ).

b. Pendidikan.

c. Keterampilan.

d. Manajemen kepemimpinan.

e. Tingkat penghasilan.

f. Gaji dan kesehatan.

g. Jaminan sosial.

h. Iklim kerja.

21

Supardi, Kinerja Guru, …155 22

Supardi, Kinerja Guru, …160

i. Sarana prasarana.

j. Teknologi.

k. Kesempatan berprestasi.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut dapat dikatakan bahwa faktor

yang mempengaruhi kerja seseorang dapat berasal dari dalam individu itu

sendiri seperti motivasi, keterampilan, dan juga pendidikan. Ada juga

faktor dari luar seperti iklim kerja, tingkat gaji dan sebagainya.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S At-taubat:105

Artinya: dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan

Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan

kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang

ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah

kamu kerjakan.23

Dan juga dalam firman Allah Q.S Al-An‟am: 132

23

Departemen Agama RI, Mushaf Al Kamil Al Quran dan Terjemahnya disertai Tema

Penjelasan Kandungan Ayat, Jakarta Timur: CV Darus Sunnah, 2014, 204

Artinya: Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat

(seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. dan Tuhanmu tidak lengah

dari apa yang mereka kerjakan.24

Serta dalam Q.S Al-An‟am: 135

Artinya: Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh

kemampuanmu, Sesungguhnya akupun berbuat (pula). kelak kamu akan

mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang

baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan

mendapatkan keberuntungan.25

Seseorang yang bekerja dengan baik dapat dikatakan sebagai

pekerja profesional. Kata profesionalitas apabila ditinjau secara etimologi

berasal dari kata profesional. Istilah “profesional” (professional) aslinya

adalah kata sifat dari kata profession (pekerjaan) yang berarti sangat

mampu melakukan pekerjaan.26

Atau bidang pekerjaan yang dilandasi

pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu.27

Secara umum profesi juga diartikan sebagai suatu pekerjaan yang

memerlukan pendidikan lanjut di dalam science dan teknologi yang

24

Departemen Agama RI, Mushaf Al Kamil…., 146 25

Departemen Agama RI, Mushaf Al Kamil…., 146 26

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Edisi Revisi,Cet. X:

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, 230. 27

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Cet.

III; Jakarta: Balai Pustaka, 2007, 897.

digunakan sebagai perangkat dasar untuk diimplementasikan dalam

berbagai kegiatan yang bermanfaat. Dalam aplikasinya menyangkut

aspek-aspekyang lebih bersifat mental dari pada yang bersifat manual

work.28

Profesional juga merujuk pada dua hal yakni pertama, orang

yang menyandang suatu profesi, orang yang profesional biasanya

melakukan pekerjaan secara otonomi dan mengabadikan diri pada

pengguna jasa dengan disertai rasa tanggung jawab atas kemampuan

profesionalnya. Kedua, kinerja atau performance seseorang dalam

melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.29

Greta G. Morine

– Dershimer dalam Wina Sanjaya menjelaskan bahwa seorang

profesional adalah seorang yang memiliki keterampilan dan pengetahuan

khusus (specialized knowledge and skill), mampu mempertimbangkan

pilihan-pilihan (alternatives), dan mampu memilih di antara sekelompok

tindakan yang kemungkinan besar bersifat produktif, terutama sekali

yang sesuai dengan situasi yang sedang berlangsung.30

Menurut Indrajati Sidi, guru profesional dituntut dengan sejumlah

syarat minimal, antara lain memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang

memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang

ditekuninya, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan

28

Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru dan

Calon Guru, Cet. III; Jakarta: Rajawali, 1990, 131. 29

Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme

Tenaga Kependidikan, Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 2002, 22-23. 30

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, KTSP, Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2008, 274-275.

peserta didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos

kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya, dan selalu melakukan

pengembangan diri secara terus menerus melalui organisasi profesi,

internet, buku seminar dan semacamnya.31

Dengan persyaratan semacam ini maka tugas seorang guru bukan

lagi sebagai knowledge based tetapi lebih bersifat competency based

yang menekankan pada penguasaan secara optimal konsep keilmuan dan

perekayasaan yang berdasarkan nilai etika dan moral. Dalam Standar

Nasional Pendidikan, Penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan

bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah

kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam

yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar

kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.32

Ruang lingkup kompetensi profesional guru secara umum dapat

diidentifikasi dan disarikan sebagai berikut:

a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi,

psikologis, sosiologis dan sebagainya.

b. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf

perkembangan peserta didik.

c. Mampu melaksanakan dan mengembangkan bidang studi yang

menjadi tanggung jawabnya.

31

Indrajati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru Pendidikan,

Jakarta: Paramadina, 2003, 38. 32

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan, Jakarta: BSNP, 2006, 21-22.

d. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang

bervariasi,

e. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media

dan sumber belajar yang relevan.

f. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program

pembelajaran.

g. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.

h. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.33

Secara luas profesionalitas kinerja guru dapat dijabarkan sebagai

berikut:

a. Memahami standar nasional pendidikan yang meliputi standar isi,

standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidikan dan

tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar

pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan.

b. Mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang

meliputi: memahami standar kompetensi dan kompetensi dasar,

mengembangkan silabus, menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan pembentukan

kompetensi peserta didik, menilai hasil belajar dan memperbaiki

kurikulum sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi dan kemajuan zaman.

33

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Cet. III; Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2008, 3.

c. Menguasai materi standar yang meliputi, menguasai bahan

pembelajaran (bidang studi) menguasai bahan pendalaman

(pengayaan).

d. Mengelola program pembelajaran yang meliputi :

1) Merumuskan tujuan,

2) Menjabarkan kompetesi dasar,

3) Menetapkan materi atau bahan ajar,

4) Menjabarkan indikator-indikator kecapaian pembelajaran,

5) Memilih dan menggunakan metode pembelajaran,

6) Menetapkan sumber belajar, media dan alat peraga

pembelajaran,

7) Memilih dan menyusun prosedur pembelajaran,

8) Melaksanakan pembelajaran.

Dalam melaksanakan tugas-tugasnya guru harus mempunyai

kemampuan dasar yang disebut kompetensi. Menurut Sudjana

kompetensi tersebut terdiri dari tiga bidang, yaitu :

a. Kompetensi bidang kognitif. Kompetensi bidang kognitif, artinya

kemampuan yang dimiliki guru, seperti penguasaan materi pelajaran,

pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan mengenai belajar

dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang bimbingan dan

penyuluhan, pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar,

pengetahuan tentang administrasi kelas, pengetahuan tentang

masyarakat serta pengetahuan umum lainnya.

b. Kompetensi bidang sikap. Kompetensi bidang sikap, artinya

kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal yang berkenaan

dengan tugas dan profesinya. Misalnya sikap menghargai

pekerjaannya, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap

mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap teman

seprofesinya, mempunyai kemampuan yang keras untuk

meningkatkan hasil pekerjaannya.

c. Kompetensi bidang perilaku atau performance. Kompetensi perilaku

atau performance, artinya kemampuan guru dalam berbagai

ketrampilan dan berprilaku, seperti ketrampilan mengajar,

membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul

dan berkomunikasi dengan peserta didik, ketrampilan merancang

dan menyusun persiapan mengajar, ketrampilan melaksanakan

administrasi kelas, dan lain-lain.

Kompetensi kognitif berkenaan dengan aspek teori atau

pengetahuan, sedangkan kompetensi perilaku berkenaan dengan praktek

pelaksanaan sebagai implementasi dari teori atau pengetahuan yang

dimiki oleh guru. Kompetensi guru dalam bidang sikap berkenaan

dengan aspek psikologis, terutama yang berkaitan dengan tugas dan

tanggung jawabnya yang merupakan implikasi dari jabatan profesi yang

disandangnya. Ketiga bidang kompetensi tersebut saling berhubungan

dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain.

3. Pengaruh Supervisi Manajerial dan Intensitas Supervisi terhadap

Kinerja Guru

Keputusan partisipatif akan memiliki nilai positif terhadap kinerja

guru diantaranya:

1 Memungkinkan karyawan lebih mudah menerima perubahan-

perubahan manajemen peran serta menandai salah satu kunci

pendorong bagi perusahan dan menempatkan

2 Menciptakan hubungan yang damai dan serasi antara manajemen

dengan bawahannya antara manajer dengan serikat pekerja

3 Meningkatkan komitmen karyawan atau manajer pada perusahaan

dengan menerapkan manajemen peran serta para karyawan atau

manajer merasa bahwa mereka mendapat tempat dan dihargai oleh

perusahaannya. Ini berarti bahwa pemuasan kebutuhan harga diri dan

realisasi dirinya dipenuhi oleh perusahaan dimana mereka berkerja,

sehingga dapat meningkatkan komitmen mereka kepada

perusahaannya.

4 Meningkatkan rasa percaya pada pimpinan atau manajer. Karyawan

atau manajer yang berperan aktif akan cenderung meningkatkan rasa

percaya terhadap manajemen perusahaan, karena dengan peran aktif

dalam proses pengambilan keputusan, maka karyawan atau manajer

yang bersangkutan dapat mengetahui motif dan keinginan

manajemen yang memang baik.

5 Memudahkan pengelolaan bawahan. Bila bawahan telah komitmen,

bersedia, menerima perubahan dan percaya kepada manjemen, maka

merasa lebih mudah untuk dikelola oleh atasannya.

6 Meningkatkan mutu keputusan manajemen. Manajemen peran serta

dapat meningkatkan mutu keputusan manajemen, karena dalam

proses pengambilan keputusan telah dipertimbangkan berbagai

alternatif sebagai sumbang saran para manajer yang terlibat.

7 Meningkatkan mutu komunikasi antara atasan dengan bawahan. Jika

manajemen partisipatif ingin berhasil, maka keharusan

berkomunikasi yang lancar menjadi syarat utama, terutama

komunikasi ke atas, sehingga memberikan informasi umpan balik

yang sangat berguna bagi atasan;

8 Meningkatkan kerja sama (team work). Dengan berkurangnya

konflik yang mungkin terjadi, kerja sama bisa terjalin.34

Dampak keputusan partisipatif terhadap profesionalitas kinerja

guru dapat meningkatkan motivasi karena guru merasa lebih diterima

dan terlibat dalam situasi itu. Keberhargaan diri, kepuasan kerja dan

kerjasama mereka dengan pimpinan dapat meningkatkan prestasi kerja

berkurangnya konflik dan strees, keterikatan lebih besar terhadap tujuan

yang hendak dicapai.

Dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) maka gaya

pengambilan keputusan pada tingkat sekolah adalah pembagian

34

Vithzal Rifai, Kiat Memimpin dalam Abad 21, Jakarta: Murni Kencana, 2004,199.

kekuasaan (power sharing) atau partisipasi (partisipation) dengan

alasan sebagai berikut:

1. Tujuan sekolah sering tidak jelas dan berubah-ubah. Partisipasi

guru, orang tua, siswa dan alumni dapat membantu untuk

mengembangkan tujuan yang dapat lebih merefleksikan situasi saat

ini dan kebutuhan masa depan.

2. Tujuan sekolah itu beragam dan misi sekolah itu kompleks.

Diperlukan intelegensi, imajinasi dan usaha dari melibatkan banyak

orang untuk mencapainya. Partisipasi atau keterlibatan guru, orang

tua dan siswa dalam pengambilan keputusan adalah sebuah

sumbangan yang penting bagi siswa.

3. Partisipasi dalam pengambilan keputusan memberikan kesempatan

kepada warga dan bahkan administrator untuk belajar dan

berkembang juga mengerti dalam mengelola sekolah.

4. Partisipasi dalam pengambilan keputusan adalah proses untuk

mendorong guru-guru, orang tua dan siswa untuk terlibat di

sekolah.35

Kegiatan pembelajaran dan hasil belajar peserta didik tidak

saja ditentukan oleh manajemen sekolah, kurikulum, sarana prasarana

pembelajaran, tetapi sebagian besar ditenukan oleh guru. Guru yang

kompeten dan professional akan mendorong terciptanya kegiatan dan

hasil belajar yang optimal, karena guru yang memiliki kompetensi

35

Abdurrohman Shaleh, Profil Sekolah Masa Depan,Jakarta: Depag RI Dan MP3A 2006,

42.

secara professional akan senantiasa menyesuaikan kompetensinya

dengan perkembangan kebutuhan dan pembelajaran, mampu

menciptakan suasana pembejaran yang kondusif, kreatif, efektif,

inovatif dan menyenangkan sehingga mampu mengembangkan

potensi seluruh peserta didik secara optimal.

Pada dasarnya pemberdayaan guru melalui standar kompetensi

guru terjadi melalui beberapa tahapan; pertama, guru-guru

mengembangkan sebuah kesadaran awal bahwa mereka dapat

melakukan tindakan untuk meningkatkan kehidupannya dan

memperoleh seperangkat keterampilan agar mampu bekerja lebih

baik. Melalui upaya tersebut, pada tahap kedua, mereka akan

mengalami pengurangan perasaan ketidakmampuan dan mengalami

peningkatan kepercayaan diri. Akhirnya yang ketiga seiring dengan

tumbuhnya ketrampilan dan kepercayaan diri, para guru bekerjasama

untuk berlatih lebih banyak mengambil keputusan dan memilih

sumber–sumber daya yang akan berdampak pada kesejahteraan.36

Penguasaan materi meliputi pemahaman karakteristik dan

substansi ilmu sumber bahan pembelajaran, pemahaman disiplin ilmu

yang bersangkutan dalam konteks yang lebih luas, penggunaan

metodologi yang bersangkutan untuk memverifikasi dan

memantapkan pemahaman konsep yang dipelajari, penyesuaian

substansi dengan tuntutan dan ruang gerak kurikuler serta pemahaman

36

Abdurrohman Shaleh, Profil Sekolah Masa...., 25.

pembelajaran. Hal ini penting dalam memberikan dasar-dasar

pembentukan kompetensi dan profesionalitas guru di sekolah.37

Dengan menguasai materi pembelajaran, guru dapat memilih,

alternatif untuk menetapkan dan mengembangkan strategi dari

berbagai sumber belajar yang mendukung pembentukan standar

kompetensi dasar.

B. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

Tesis Muhammad Makhfud yang berjudul “Kompetensi

Manajerial Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru di

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Purwosari Pasuruan.” evaluasi

yang dilakukan Kepala SMA Negeri 1 Purwosari dalam meningkatkan

kinerja guru, adalah: (a) melakukan supervisi pendidikan bagi guru, baik

secara personal maupun kelompok; (b) teknik supervisi pendidikan yang

digunakan adalah secara langsung (directive) dan tidak langsung (non

direcvtive); (c) aspek penilaian dalam supervisi pendidikan adalah

presensi guru, kinerja guru di sekolah, perkembangan peserta didik (hasil

tes dan prestasi peserta didik), RPP, dan silabus; dan (d) dalam

melakukan evaluasi, kepala SMA Negeri 1 Purwosari, di samping

menggunakan supervisi pendidikan, juga menggunakan format Daftar

Penilaian Pekerjaan (DP3).38

37

Abdurrohman Shaleh, Profil Sekolah Masa...., 26. 38

Muhammad Makhfud, “Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah dalam Meningkatkan

Kinerja Guru di Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 1 Purwosari Pasuruan,” Tesis Program

Tesis Abdul Majid Muslim yang berjudul “Kompetensi

Manajerial Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Profesioanalisme

Guru (Studi Multikasus di MTsN Terate Sumenep dan MTsN Sumenep).”

Kepala MTsN Tarate Sumenep dan MTsN Sumenep dalam

meningkatkan profesionalisme guru, adalah: (a) dengan melakukan

supervisi pendidikan bagi guru, baik secara personal maupun kelompok;

(b) teknik supervisi pendidikan yang digunakan adalah secara langsung

(directive) dan tidak langsung (non direcvtive); (c) aspek penilaian dalam

supervisi pendidikan adalah presensi guru, kinerja guru di sekolah,

perkembangan peserta didik (hasil tes dan prestasi peserta didik), RPP,

dan silabus; dan (d) dalam melakukan evaluasi, kepala MTsN Terate dan

MTsN Sumenep, di samping menggunakan supervisi pendidikan, juga

menggunakan format Daftar Penilaian Pekerjaan (DP3).39

Tesis Ummamah yang berjudul “Pengaruh Perilaku

Kepemimpinan dan Keterampilan Manajerial Kepala Madrasah

terhadap Kinerja Guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Se-Kota

Malang.” MAN Se-KotaMalang; dan (4) ada pengaruh positif signifikan

secara simultan perilaku kepemimpinan dan keterampilan manajerial

kepala madrasah terhadap kinerja guru MAN Se-Kota Malang, hal ini

ditunjukkan dari hasil analisis uji F dengan nilai signifikansi 0,000. Besar

Studi Manajemen Pendidikan Islam Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibrahim Malang, Malang, 2010. 39

Abdul Majid Muslim, “Kompetensi Manajerial Kepala Madrasah dalam Meningkatkan

Profesionalisme Guru, Studi Multikasus di MTsN Terate Sumenep dan MTsN Sumenep,” Tesis

Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang, 2009.

R square adalah sebesar 0,296 yang berarti perilaku kepemimpinan dan

keterampilan manajerial berpengaruh terhadap kinerja guru sebesar

29,6% dan sisanya 70,4% dipengaruhi oleh variabel lain selain kedua

variabel tersebut.40

Tesis Warun yang berjudul “Implementasi Supervisi Manajerial

Pengawas TK/SD dalam Meningkatkan Kemampuan Profesional Kepala

SD (Studi Kasus di Kecamatan Banjarharja Kabupaten Brebes).”

Pengawas TK/SD bagi peningkatan kemampuan profesional Kepala

Sekolah Dasar cenderung masih konvensional, sehingga kurang

berpengaruh terhadap mutu kemampuan profesional Kepala Sekolah

Dasar. Kurang tepatnya. Strategi pembinaan dan tidak sesuainya

instrumen penilaian mengakibatkan Kepala Sekolah Dasar menjadi

frustasi. Di samping itu dana yang tersedia masih belum memadai, baik

untuk kompensasi Pengawas TK/SD maupun teknis administrasi akan

berpengaruh terhadap strategi pembinaan yang telah direncanakan.41

Tesis Ani Puspa Rini yang berjudul “Supervisi Kepala Sekolah

dalam Peningkatan Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus

di SMKN 10 Malang).” Kepala SMKN 10 Malang setelah melakukan

supervisi terhadap Guru Pendidikan Agama Islam, di antaranya: (a)

40

Ummamah, “Pengaruh Perilaku Kepemimpinan dan Keterampilan Manajerial Kepala

Madrasah terhadap Kinerja Guru Madrasah Aliyah Negeri MAN Se-Kota Malang,” Tesis Program

Studi Manajemen Pendidikan Islam Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibrahim Malang, Malang, 2006. 41

Warun, “Implementasi Supervisi Manajerial Pengawas TK/SD dalam Meningkatkan

Kemampuan Profesional Kepala SD, Studi Kasus di Kecamatan Banjarharja Kabupaten Brebes,”

Tesis Program Studi Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Maulana

Semarang, Semarang, 2009.

memberikan komentar tentang perencanaan pembelajaran yang telah

direncanakan, pelaksanakan pembelajaran, pembuatan evaluasi

pembelajaran; (b) apabila perencanaan pembelajaran yang telah

dibuatnya kurang baik, maka Guru Pendidikan Agama Islam diminta

memperbaikinya; dan (c) Kepala SMKN 10 Malang memberi

kesempatan mengikuti pelatihan kepada Guru Pendidikan Agama Islam

dalam pembuatan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses belajar

mengajar, pembuatan evaluasi pembelajaran.42

Tesis Mochamad Selamet yang berjudul “Pengaruh Kompetensi

Supervisi Manajerial dan Supervisi Akademik Pengawas Sekolah

terhadap Kinerja Guru Study Deskriptif Kuantitatif pada SMP Negeri di

SMP Negeri di Kota Banjar.” pengawas selalu ditingkatkan secara

optimal dengan cara pengawas melaksanakan tugas pokok dan fungsinya

sesuai standar pelayanan minimal dan menjalankan prinsip-prinsip

supervisi sesuai dengan dimensi kompetensi supervisi akademik; (3) agar

kinerja guru meningkat hendaknya kompetensi supervisi manajerial dan

akademik pengawas dilaksanakan secara optimal dengan cara pengawas

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sesuai standar pelayanan

minimal dan menjalankan prinsip-prinsip supervisi sesuai dengan

dimensi kompetensi supervisi manajerial dan dimensi kompetensi

akademiknya; dan (4) berhubung penelitian ini memiliki banyak

42

Ani Puspa Rini, “Supervisi Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru

Pendidikan Agama Islam Studi Kasus di SMKN 10 Malang, ”Tesis Program Studi Manajemen

Pendidikan Islam Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,

Malang, 2012.

keterbatasan dan dirasakan belum sempurna, maka untuk kesempatan

lain hendaknya dilakukan penelitian sejenis yang lebih mendalam dan

akurat.43

2. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan pemaparan terkait penelitian sebelumnya bahwa

penelitian yang penulis lakukan bukan hanya berbeda dalam hal subjek

dan lokasi penelitian, tetapi perbedaan tersebut juga terdapat dalam

variabel bebasnya. Penelitian sebelumnya hanya mengangkat persoalan

supervisi, tetapi penulis menambahkannya dengan intensitas supervisi.

Variabel ini menjadi penting karena intensitas supervisi mempengaruhi

kinerja guru.

Selain itu, subjek penelitian ini diambil dari beberapa sekolah

yang berada di subrayon 07 Kebumen. Karena ada beberapa sekolah

tentunya ada pelaksanaan supervisi dan kinerja gurunya berbeda pula.

Perbedaan ini dipengaruhi oleh masing-masing individu dan situasi

lingkungan sekolah di mana subjek penelitian berada. Oleh karena itu,

adanya perbedaan dengan penelitian sebelumnya maka penelitian ini

menjadi penting untuk dilaksanakan.

43

Mochamad Selamet, “Pengaruh Kompetensi Supervisi Manajerial dan Supervisi

Akademik Pengawas Sekolah terhadap Kinerja Guru, Study Deskriptif Kuantitatif pada SMP

Negeri di SMP Negeri di Kota Banjar,”Tesis Pascasarjana Universitas Universitas Galuh Ciamis,

Ciamis, 2013.

C. Hipotesis

H1 : Terdapat pengaruh signifikan antara supervisi manajerial kepala

sekolah terhadap kinerja Guru PAI di SMP Sub Rayon 07 Kebumen.

H2 : Terdapat pengaruh signifikan antara intensitas supervisi terhadap

kinerja Guru PAI di SMP Sub Rayon 07 Kebumen.

H3 : Terdapat pengaruh signifikan antara supervisi manajerial kepala

sekolah dan intensitas supervisi terhadap kinerja Guru PAI di SMP

Sub Rayon 07 Kebumen.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Se-Sub Rayon 07 Karanganyar

Kebumen, yaitu SMPN 1 Karanggayam, SMPN 2 Karanggayam, SMPN 1

Adimulyo, SMPN 2 Adimulyo, SMPN 2 Karanganyar, SMPN 3 Karanganyar

SMP Diponegoro, SMP Binangun, SMP 10 November. Adapun waktu

penelitian ini direncanakan berlangsung selama dua bulan, yaitu bulan Mei

2017 sampai dengan Bulan Juni 2017.

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Penelitian korelasional

merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara dua variabel atau beberapa variabel.44

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independen)

dan variabel terikat (dependen), yaitu sebagai berikut:

a. Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan variabel dependen. Dalam

penelitian ini terdapat 2 variabel independen, yaitu supervisi manajerial

kepala madrasah (X1) dan intensitas supervisi (X2).

44

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2005, 247.

b. Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen.45

Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah kinerja guru (Y).

D. Definisi Operasional

a. Data Supervisi Manajerial (X1)

Data diperoleh dari angket persepsi responden terhadap supervisi

manajerial kepala sekolah se-sub Rayon 07 Karanganyar Kebumen

dengan indikator: (1) perencanaan supervisi; (2) pelaksanaan supervisi;

dan (3) tindak lanjut supervisi.

b. Data Intensitas Supervisi (X2)

Data mengenai intensitas supervisi mengacu karakteristik

pengawas yang profesional menurut Mukhtar dalam Darmansyah, yaitu:

(1) komitmen atau konsistensi; (2) tanggung jawab; (3) keterbukaan; (4)

orientasi; dan (5) kemampuan atau kreatifitas.

c. Data Kinerja Guru (Y)

Data mengenai kinerja guru mengacu pada Surat Keputusan

Mendikbud RI Nomor 25 Tahun 1995 Tentang Standar Prestasi Kerja

Guru dan pendapat dari Robert L. Malthis dan John H. Jackson, yaitu: (1)

berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud RI No. 25 Tahun 1995 Tentang

Standar Prestasi Kerja Guru, meliputi: penyusunan program belajar,

pelaksanaan program pembelajaran, pelaksanaan evaluasi pembelajaran,

analisis evaluasi, dan pelaksanan perbaikan dan pengayaan; dan (2)

45

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

Bandung: Alfabeta, 2015, 61.

menurut pendapat dari Robert L. Malthis dan John H. Jackson, meliputi:

kemampuan, usaha yang dilakukan dan dukungan organisasi.

E. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan.46

Populasi dalam penelitian ini adalah guru PAI se-sbu rayon

07 Karanganyar kebumen.

Guru Pendidikan Agama Islam sebanyak 20 orang sehingga

jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 20 orang. Semua populasi

mendapatkan peluang dan kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi

sampel penelitian. Populasi itu disesuaikan dengan tempat tugas dan

kegiatan masing-masing guru setiap harinya.

b. Sampel

Sampel adalah bagian atau dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut.47

Pengambilan sampel dalam penelitian

ini menggunakan cluster sampling atau area sampling, yaitu teknik yang

digunakan untuk menentukan sampel apabila obyek penelitian yang akan

diteliti atau sumber data tergolong luas.48

Dalam menentukan sampel

mana yang akan diambil, maka digunakan random, karena dari semua

SMP Negeri dan Swasta yang ada di sub-Rayon 07 Karanganyar

46

Sugiyono, Metode..., 117. 47

Sugiyono, Metode..., 118 48

Sugiyono, Metode..., 121.

Kebumen memiliki karakteristik yang sama. Selain itu karena jumlah

populasi hanya 20 guru maka semuanya menjadi sampel penelitian.

Dengan kata lain, jumlah populasi dan sampelnya sama.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

kuesioner juga disebut angket. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan

tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden.49

Langkah-langkah penyusunan angket yang dilakukan sebagai

berikut:

a. Penyusunan Kisi-kisi Angket

Kisi-kisi disusun dalam bentuk matrik yang di dalamnya

tertuang konsep supervisi manajerial kepala sekolah, intensitas

supervisi, dan kinerja guru. Konsep ini dijabarkan ke dalam variabel

dan indikator, masing-masing indikator terwakili oleh item-item

angket sebagai alat ukur. Setelah kisi-kisi angket dibuat barulah

menyusun item-item angket.

b. Penyusunan Item Angket

Instrumen yang digunakan untuk mengukur masing-masing

variabel terdiri dari 20 item soal untuk supervisi manajerial kepala

sekolah, 20 item soal untuk intensitas supervisi, dan 20 item soal

untuk kinerja guru yang disusun oleh peneliti. Total seluruh item ada

49

Sugiyono, Metode..., . 151.

60 butir. Adapun pengembangan instrumen untuk masing-masing

variabel penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Kisi-kisi Penyusunan Angket

No Variabel Dimensi Indikator

1. Supervisi Manajerial

Kepala Sekolah

(Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional

Nomor 7 Tahun 2012

tentang Standar

Pengawas Sekolah/

Madrasah)

Perencanaan Menentukan Tujuan.

Menentukan Sasaran.

Mengorganisasikan Kegiatan.

Menentukan Waktu.

Pelaksanaan Penerapan Prinsip-prinsip:

a. Kontinyu

b. Obyektif

c. Konstruktif

d. Kolaboratif

Pendekatan

a. Menerapkan Pendekatan

Sesuai Tujuan Supervisi

Manajerial.

b. Menerapkan Pendekatan

Sesuai Masalah yang

Dihadapi.

Teknik

a. Menerapkan Berbagai

Teknik Sesuai

Pendekatan yang

Dipilih.

b. Memanfaatkan Berbagai

Sumber Informasi.

c. Memanfaatkan

Teknologi Informasi.

Tindak

Lanjut

Analisis dan Evaluasi

Pelaporan

Tindak Lanjut

2. Intensitas Supervisi Komitmen

atau

Konsistensi

Komitmen Terhadap Karier

Guru

Komitmen pada Pekerjaan

Guru

Komitmen pada Setiap Orang

Intensitas Disiplin dalam menjalankan

jadwal supervisi

No Variabel Dimensi Indikator

Mengunjungi kelas disetiap

semester

Mendatangai kegiatan

MGPM PAI

Aktif memberikan sosialisasi

peraturan terbaru

Selalu memberikan

pembinaan kepada guru

Selalu menerima masukan

dan saran dari guru

3. Kinerja Guru

(SK Mendikbud RI No.

25 Tahun 1995 Tentang

Standar Prestasi Kerja

Guru)

Kinerja Guru (Robert L.

Malthis dan John H.

Jackson, 2006)

Penyusunan

Program

Belajar

Analisis Mata Pelajaran.

Menyusun Program Tahunan.

Menyusun Program

Semesteran.

Menyusun Rencana

Pembelajaran.

Pelaksanaan

Program

Pembelajaran

Melaksanakan Pembelajaran

di Kelas.

Menggunakan Strategi yang

Variatif.

Menggunakan Media Sumber

Belajar yang Variatif.

Pelaksanaan

Evaluasi

Pembelajaran

Mengevaluasi Hasil Belajar

Peserta Didik.

Mengevaluasi Target

Kurikulum.

Mengevaluasi Daya Serap

Peserta Didik.

Analisis

Evaluasi

Menyusun Alat Evaluasi dan

Menganalisis Ketuntasan

Belajar Peserta Didik.

Pelaksanan

Perbaikan

dan

Pengayaan

Melaksanakan Perbaikan

Pembelajaran.

Melaksanakan Pengayaan

Pembelajaran.

Kemampuan Bakat dan Minat.

Kepribadian.

Usaha yang

Dilakukan

Motivasi, Kehadiran dan

Rancangan Tugas/Pekerjaan.

Dukungan

Organisasi

Pelatihan dan Pengembangan

Peralatan dan Teknologi

Untuk mengukur item angket di atas, maka teknik skala

pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala

Likert yakni 1 sampai 4.50

Tabel 3.2. Bobot Alternatif Jawaban Responden

Kategori Kode B O B O T

Selalu 5 Positif

Sering 4

Kadang-kadang 3 Sedang

Pernah 2 Negatif

Tidak pernah 1

c. Uji Coba Angket

Uji coba diawali dengan; pertama: uji keterbacaan; kedua, data

hasil uji coba tersebut selanjutnya dilakukan analisis butir pernyataan

angket, untuk mencari validitas item-item angket yang telah disusun

dan kesahihan masing-masing butir pernyataan angket ditunjukkan

dengan koefisien-koefisien korelasi product moment antara skor

masing-masing item dengan skor total item; dan ketiga, uji reliabilitas.

Uji keterbacaan atau sering disebut try out preliminier

bertujuan untuk: pertama, memeriksa kemungkinan terdapat

pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas maksudnya bagi responden,

baik karena susunan kalimatnya maupun dalam memaparkan pokok

pikiran sebagai inti pertanyaan; kedua, memeriksa kemungkinan

terdapat kata-kata yang asing sehingga tidak dimengerti responden;

50

Uma Sekaran, Research Methods For Bussines: A Skill Building Approach, 4th

ed, New

York: Jhon Wiley & Sons, Inc. 2003.

ketiga, memeriksa kemungkinan terdapat pertanyaan-pertanyaan yang

terlalu dangkal dalam mengungkapkan masalah penelitian; dan

keempat, untuk memeriksa terdapat pertanyaan yang tidak relevan

dengan masalah dan tujuan penelitian.

Dari hasil uji keterbacaan, ada beberapa istilah yang belum

dipahami oleh responden, sehingga istilah tersebut harus

diterjemahkan ke dalam bahasa yang mudah dipahami. Setelah

diadakan perbaikan, butir-butir pertanyaan ini dibagikan kepada

peserta didik.

G. Teknik Analisis Data

1. Validitas Instrumen

Hasil data uji coba keterbacaan selanjutnya dilakukan analisis

butir pernyataan angket, untuk mencari validitas item-item angket.

Pengujian validitas tiap butir instrumen tersebut dilakukan dengan teknik

uji validitas butir, yakni, mengkorelasikan skor butir dan skor total.

Rumus yang digunakan ialah rumus korelasi product moment dari

Pearson dengan rumus51

:

2222 ...

.

YYnXXn

YXXYnrxy

Keterangan:

rxy : Koefisiensi korelasi antara variabel X dan Y. Dua variabel

yang dikorelasikan/Angka indeks korelasi "r" product moment.

51

Riduwan dan Sunarto, Pengantar Statistika Cet. II; Bandung: Alfabeta, 2009, 80.

n : Jumlah responden.

∑XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y.

∑X : Jumlah skor X (skor tiap butir soal untuk setiap responden)

∑Y : Jumlah skor Y (skor total setiap responden)

∑X2

: Deviasi pangkat dua untuk nilai X.

∑Y2

: Deviasi pangkat dua untuk nilai Y.

Harga kritis "r" pada product moment dalam tabel dengan

jumlah responden "n" = 20 adalah 0.213, karena rhitung> rtabel maka

butir pernyataan angket dinyatakan "valid". Selanjutnya, Jika

instrumen itu valid maka dilihat kriteria penafsiran mengenai

indeks korelasinya (r) sebagai berikut:

Tabel 3.3 Interpretasi koefisiensi korelasi nilai "r"

Koefisiensi Korelasi Klasifikasi

0.800 – 1,000 Sangat kuat

0.600 – 0.799 Kuat

0.400 – 0.599 Cukup Kuat

0.200 – 0.399 Rendah

0.000 – 0.199 Sangat rendah

Berdasarkan Interpretasi koefisiensi korelasi nilai "r" pada

table di atas maka rxy untuk pernyataan angket nomor 1 tergolong

cukup kuat. Untuk menentukan keberartian koefisiensi korelasi

dilakukan uji "ttabel" dengan kaidah keputusan:

thitung> ttabel berarti valid dan thitung< ttabel berarti tidak valid

Selanjutnya, apabila diketahui taraf signifikansi52

untuk α = 0.05 (taraf 5%) dan α = 0.01 (taraf 1%), maka dk = 19 –

2 = 17, dengan uji satu pihak maka diperoleh ttabel = 2,000 (taraf 5%) dan α

= 2,660 (taraf 1%).

2. Analisis Reliabilitas Instrumen

Pada tahap ini, dari ke-60 item angket yang dinyatakan valid

kemudian dilakukan perhitungan reliabilitas angket. Dalam menghitung

reliabelitas angket, peneliti harus melalui langkah membuat tabel analisis

butir pernyataan angket atau butir pertanyaan. Dari analisis ini skor-skor

dikelompokkan menjadi dua berdasarkan belahan bagian pernyataan

angket. Ada dua cara membelah yaitu belah ganjil-genap dan belah awal-

akhir. Oleh karena itulah maka teknik Spearman-Brown dalam mencari

reliabilitas juga disebut teknik belah dua.

Dengan teknik belah dua ganjil-genap peneliti mengelompokkan

skor butir bernomor ganjil sebagai belahan pertama dan kelompok skor

butir bernomor genap sebagai belahan kedua. Langkah selanjutnya adalah

mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua, dan

akan diperoleh harga rxy. Oleh karena indeks korelasi yang diperoleh baru

52

Taraf signifikansi atau significance level adalah kesediaan dan keberanian peneliti

untuk secara maksimal mengambil resiko kesalahan dalam menguji hipotesis. Taraf signifikansi

dinyatakan dengan bilangan persentase, misalnya 50%, 10%, 5%, 1% dan lain sebagainya.

Sebagai kelengkapan dari taraf signifikansi maka digunakan taraf kepercayaan, yakni, sisi balik

dari taraf signifikansi. Jadi apabila taraf signifikansi 5% maka taraf kepercayaannya 95%. M.

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Ed. I Cet. III; Jakarta: Kencana, 2008, 182-

183.

menunjukkan hubungan antara dua belahan instrumen, maka untuk

memperoleh indeks reliabilitas pernyataan angket masih harus

menggunakan rumus Spearman-Brown, yaitu:

Keterangan :

r11 = Reliabilitas.

r1/21/2 = r xy yang disebut sebagai indeks korelasi antara dua belah

instrumen.

Dengan harga koefisiensi korelasi masing-masing belahan

menggunakan teknik korelasi product moment dengan bantuan SPSS versi

23

Maka hasil yang diperoleh diinterpretasikan ke dalam tabel kriteria

reliabilitas instrumen sebesar 0,88 termasuk kriteria "tinggi". Ini berarti

seluruh perangkat angket dinyatakan reliabel dan layak untuk diberikan

kepada responden penelitian.

Tahap selanjutnya adalah item angket yang dinyatakan valid dan

reliabel disebarkan ke-20 responden untuk mengetahui variabel X1 tentang

supervisi manajerial, X2 tentang intensitas supervisi dan Y1 tentang

kinerja guru dan teknik analisis ini menggunakan bantuan SPSS versi 23.

21

21

21

21

11

1

2

r

rr

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memaparkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Pengaruh

Supervisi Manajerial dan Intensitas Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja

Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SMP Negeri dan Swasta di Sub Rayon 07

Karanganyar Kabupaten Kebumen. Pembahasan diawali dengan deskripsi data

penelitian yang menyangkut karakteristik responden serta deskripsi variabel

penelitian. Setelah itu dilanjutkan dengan uji hipotesis dan analisa pembahasan

hasil penelitian.

A. Deskripsi Responden

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yang

merupakan jawaban sebanyak 20 responden guru PAI. Semua responden

atau 100% responden mengembalikan kuesioner sesuai dengan batas waktu

yang ditetapkan. Dalam penelitian ini deskripsi responden dikelompokkan

berdasarkan beberapa kriteria yaitu jenis kelamin, pendidikan, masa kerja,

dan usia. Deskripsi responden dimaksudkan untuk mengetahui lebih jauh

keadaan responden yaitu guru PAI SMP di Sub Rayon 07 Kabupaten

Kebumen.

1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada dasarnya klasifikasi responden berdasarkan jenis

kelaminnya tidak bermaksud untuk membedakan gender, tetapi hanya

untuk mengelompokan saja. Baik responden pria dan wanita mendapat

perilaku yang sama dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya, jumlah

responden berdasarkan jenis kelaminnya disajikan dalam tabel berikut!

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1. Pria 14 70%

2. Wanita 6 30%

Jumlah 20 100%

Sumber: Lampiran 3

Berdasarkan tabel di atas, jumlah responden pria lebih banyak

dibanding wanita. Jumlah responden pria sebanyak 14 orang atau 70%.

Dari 14 orang responden pria, jumlah keseluruhan responden wanita

hanya 4 orang atau 30%. Semuanya menjadi guru PAI.

2. Responden Berdasarkan Pendidikan

Dalam dunia pendidikan, tingkat pendidikan guru menjadi

sangat penting. Seorang guru, minimal harus berpendidikan S1 atau

sarjana. Guru yang belum memperoleh gelar sarjana tidak berhak untuk

mendapatkan tunjuangan sertifikasi guru. Gambaran responden

berdasarkan jenjang pendidikan dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Terakhir

No. Pendidikan Jumlah Persentase

1. S2 1 5%

2. S1 19 95%

Jumlah 20 100%

Sumber: Lampiran 3

Jumlah responden yang telah meraih gelar Magister (S2)

sebanyak 1 orang atau (5%). Sebagian besar responden masih

berpendidikan sarjana (S1), yakni sebanyak 19 orang atau 95%.

Berdasarkan persentase di atas maka dapat disimpulkan bahwa

kesadaran guru untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan baik. Guru-

guru tersebut memiliki semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu dan

melakukan peningkatan kompetensi guru. Mereka telah melakukan

kegiatan pengembangan diri dengan baik sesuai tuntutan profesonalitas

guru.

3. Responden Berdasarkan Masa Kerja

Masa kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas

kinerja seseorang.Idealnya, semakin lama masa kerja seseorang maka

semakin bagus kualitas kinerjanya. Begitu juga dengan masa kerja

responden dalam penelitian ini yang dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.3. Masa Kerja Responden

No. Masa Kerja Jumlah Persentase

1. < 5 tahun 7 35%

2. 6 - 10 tahun 8 40%

3. 11 - 20 tahun 2 10%

4. > 20 tahun 3 15%

Jumlah 20 100%

Sumber: Lampiran 3

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jumlah guru yang

menjalankan tugas kurang dari 5 tahun sebanyak 7 guru atau 35%.Pada

umumnya mereka adalah guru baru yang belum berstatus sebagai

Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pengalaman kerja paling banyak berkisar

antara 6 - 10 tahun, yakni sebanyak 8 orang atau 40%. Untuk masa

kerja antara 11 - 20 tahun terdapat 2 orang atau 10%. Sedangkan

responden yang memiliki masa kerja lebih dari 20 sebanyak 3 orang

atau 15%.

4. Responden Berdasarkan Status Kepegawaian.

Status kepegawaian guru dibedakan menjadi guru/kepala

sekolah yang berstatus sebagai Pengawai Negeri Sipil (PNS) dan guru

yang Bukan Pegawai Negeri Sipil (BPNS). Untuk lebih jelasnya,

karakteristik responden berdasarkan status kepegawaian di uraikan

dalam tabel berikut:

Tabel 4.4. Status Kepegawaian

No. Status Kepegawaian Jumlah Persentase

1. PNS 8 40%

2. BPNS 12 60%

Jumlah 20 100%

Sumber: Lampiran 3

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar responden merupakan guru BPNS. Jumlah mereka sebanyak 12

guru atau 60% dari responden. Sedangkan 8 orang atau 40% responden

merupakan guru yang berstatus sebagai guru PNS.

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian

1. Deskripsi Variabel Penelitian

Data supervisi manajerial kepala sekolah diperoleh berdasarkan

angket yang disebarkan kepada 20 responden. Angket yang disebarkan

dikembangkan berdasarkan indikator dan dikategorikan ke dalam 5

jawaban responden yang dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.5. Bobot Alternatif Jawaban Responden

Kategori Kode Bobot

Selalu 5 Positif

Sering 4

Kadang-kadang 3 Sedang

Pernah 2 Negatif

Tidak Pernah 1

Untuk menganalisis hasil data dengan frekuensi di atas, berikut

adalah tabel pengklasifikasiannya:

Tabel 4.6. Persentase Jawaban Responden

No. Persentase Klasifikasi Bobot

1. 00.00 - 19.00 Sangat Rendah

Negatif 2. 20.00 - 39.00 Rendah

3. 40.00 - 59.00 Sedang Sedang

4. 60.00 - 79.00 Tinggi

Positif 5. 80.00 - 100.00 Sangat Tinggi

Berdasarkan hasil angket (yang telah dianalisis validitas dan

reabilitasnya dengan menunjukkan "valid") yang telah peneliti sebarkan

kepada responden maka dapat digambarkan tentang supervi manajerial

kepala sekolah dan intensitas supervisi. Secara umum pendapat

responden terkait variable penelitian di jelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.7. Deskripsi Statistik Variabel Penelitian

X1 X2 Y

Supervisi Manajerial

Intesitas Supervisi

Kinerja Guru

Valid 20 20 20 Missing 0 0 0

Mean 3.725 3.565 3.6675

Median 4 4 4

Mode 4 4 4

Std. Deviasion 0.1354 0.1394 0.1349

Maximum 5 5 5

Minumum 1 1 1

Sum 1497 1426 1467

Secara lengkap jawaban responden terhadap masing-masing

item pertanyaan yang terdapat dalam angket, yang berhubungan dengan

supervisi manajerial kepala sekolah diuraikan sebagai berikut:

a. Supervisi Manajerial Kepala Sekolah (X1)

Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwa untuk 20 indikator

variable “Supervisi Manajerial Kepala Sekolah” atau X1 yang

semuanya dinyatakan valid. Nilai rata-rata (mean) sebesar 3.725

dengan skor maksimal 5, maka supervisi manajerial kepala sekolah

pada tingkat 74.50%. nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa

responden berpendapat supervisi manajerial kepala sekolah dalam

tingkat baik. Responden berpendapat bahwa kepala sekolah telah

melaksanakan supervisi manajerial dengan baik.

b. Intensitas Supervisi

Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwa untuk 20 indikator

variable “Intensitas Supervisi” atau X2 dinyatakan valid. Nilai

rata-rata (mean) sebesar 3.565 dengan skor maksimal 5, maka

supervisi manajerial kepala sekolah pada tingkat 71.30%. Nilai

rata-rata tersebut menunjukkan bahwa responden berpendapat

intensitas supervisi dalam tingkat baik. Dengan kata lain responden

berpendapat bahwa intensitas supervisi oleh kepala sekolah telah

dilakukan dengan baik.

c. Kinerja Guru PAI

Berdasarkan tabel 4.7. terlihat bahwa untuk 20 indikator

variable “Kinerja Guru PAI” atau Y dinyatakan valid. Nilai rata-

rata (mean) sebesar 3.667 dengan skor maksimal 5, maka kinerja

guru PAI pada tingkat 73.34%.Nilai rata-rata tersebut menunjukkan

bahwa responden berpendapat kinerja guru PAI dalam tingkat baik.

Dengan kata lain responden berpendapat bahwa guru PAI telah

menunjukkan kinerjanya dengan baik.

2. Deskripsi Data Variabel Penelitian

a) Data Variabel Supervisi Manajerial

1) Kepala sekolah memiliki tujuan yang sesuai dengan visi misi

sekolah

Jawaban responden terhadap item kepala sekolah memiliki

tujuan yang sesuai dengan visi misi sekolah disajikan dalam

tabel berikut:

Tabel 4.8. Memiliki Tujuan yang Sesuai dengan Visi Misi

Sekolah

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 4 20

2. Sering 8 40

3. Kadang-kadang 6 30

4. Pernah 2 10

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan Hasil Angket

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa

kepala sekolah telah memiliki tujuan yang sesuai dengan visi

misi sekolah. Sebanyak 6 responden atau 40% menjawab

dengan sering, 4 responden atau 20% menjawabnya selalu.

Sisanya, 6 responden atau 30% menjawab kadang-kadang.

Sedangkan 2 responden atau 10% menjawabnya pernah. Tidak

ada responden yang menjawab tidak pernah.

Jumlah jawaban “selalu” dan “sering” sebagai jawaban

positif sebanyak 12 atau 60% sehingga masuk dalam kategori

tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kepala sekolah telah

memiliki tujuan yang sesuai dengan visi misi sekolah di

tempatnya bertugas.

2) Kepala sekolah memiliki sasaran program yang sesuai

dengan visi misi sekolah

Tujuan yang dimiliki kepala sekolah diimplementasikan dalam

sasaran dan program yang sesuai dengan visi misi sekolah.

Kepala sekolah menjabarkan tujuan tersebut menjadi program

yang aplikatif sesuai dengan sasarannya. Dalam menanggapi

kemampuan ini, jawaban responden dijabarkan dalam tabel

berikut:

Tabel 4.9. Memiliki sasaran program yang sesuai dengan visi

misi sekolah

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 4 20

2. Sering 8 40

3. Kadang-kadang 8 40

4. Pernah 0 0

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan Hasil Angket

Dari tabel di atas diperoleh penjelasan bahwa 4

responden atau 20% menjawab selalu dan 8 responden atau 40%

menjawabnya sering. Sisanya, 8 responden atau 40%

menjawabnya kadang-kadang. Tidak ada responden yang

menjawab “pernah” dan “tidak pernah.”

Distribusi jawaban ini menunjukkan bahwa kepala

sekolah telah memiliki sasaran dan program sesuai visi misi

sekolah. Jawaban positif yang terdapat pada jawaban “selalu”

dan “sering” berjumlah 12 responden atau 60%. Jumlah tersebut

tergolong dalam kategori “tinggi.”

3) Kepala sekolah mengorganisir setiap kegiatan yang ada di

sekolah.

Kepala sekolah harus memiliki kemampuannya dalam

mengorganisir setiap kegiatan yang ada di sekolah. Sebagai

seorang pemimpin atau manajer, kepala sekolah harus mampu

mengendalikan dan mengatur semua kegiatan yang ada di

sekolah. Pada item ini, jawaban responden tersaji dalam tabel

berikut:

Tabel 4.10. Mengorganisir setiap kegiatan yang ada di sekolah

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 1 5

2. Sering 13 65

3. Kadang-kadang 6 30

4. Pernah 0 20

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan Hasil Angket

Jawaban “sering” memperoleh respon yang paling

banyak, yakni 13 responden atau 65% disusul dengan jawaban

“kadang-kadang” sebanyak 6 responden atau 30%. Sisanya, 1

responden atau 5% yang menjawab “selalu.” Tidak ada

responden yang menjawab “pernah” dan “tidak pernah.”

Distribusi jawaban responden menunjukkan bahwa

kepala sekolah dapat mengorganisir kegiatan yang ada di

sekolah dengan baik. Jumlah jawaban kategori positif sebanyak

70% yang berasal dari 5% jawaban “selalu” dan 65% jawaban

sering. Sisanya, 30% dalam kategori sedang.

4) Kepala sekolah melaksanakan program secara

berkesinambungan

Kemampuan penting lainnya yang harus dimiliki oleh

kepala sekolah adalah melaksanakan program yang

berkesinambungan. Program-program yang dilaksanakan

sekolah memiliki keterkaitan dan pengaruh terhadap program

lainnya. Program tersebut juga mempengaruhi program yang

akan datang.

Tabel 4.11. Melaksanakan program secara berkesinambungan.

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 6 30

2. Sering 5 25

3. Kadang-kadang 8 40

4. Pernah 1 5

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Jawaban responden pada item “melaksanakan program

secara berkesinambungan”paling banyak terdapat pada jawaban

kadang-kadang, yakni sejumlah 8 responden atau 40%.

Terbanyak kedua terdapat pada jawaban “selalu” dengan jumlah

6 responden atau 30% disusul dengan sering sebanyak 5

responden atau 25%. Tidak ada responden yang memilih

jawaban “tidak pernah.” Sisanya, 1 responden menjawab

“pernah” atau sebanyak 5%.

Meskipun jawaban “kadang-kadang” paling banyak,

namun jawaban positif, yakni jumlah jawaban “selalu” dan

“sering” lebih banyak yakni 11 responden atau 55%. Sedangkan

jawaban kadang-kadang yang berarti “sedang” hanya 8

responden atau 40%. Bisa jadi kondisi ini disebabkan karena

keberadaan kepala sekolah yang selalu berpindah-pindah

tugas.Bahkan ada 2 kepala sekolah yang menjabat pada dua

sekolah sekaligus. Kondisi ini menyebabkan pelaksanaan

program kurang berkesinambungan.

5) Kepala sekolah menilai kinerja guru secara obyektif.

Tabel 4.12. Menilai kinerja guru secara obyektif

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 4 20

2. Sering 7 35

3. Kadang-kadang 8 40

4. Pernah 1 5

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas jawaban terbanyak terdapat

pada pilihan “kadang-kadang” dengan 8 responden atau

40%.Jawaban terbanyak kedua ada pada pilihan “sering” dengan

7 responden atau 35%. Disusul dengan jawaban “selalu”

sebanyak 4 responden atau 20%. Sedangkan jawaban “pernah”

dipilih oleh 1 responden atau 5%. Untuk jawaban “tidak pernah”

tidak ada responden yang memilihnya.

Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepala

sekolah telah melaksanakan penilaian secara adil yang tercermin

dari banyaknya kualitas jawaban positif yang ada pada “selalu”

dan “sering.” Jumlah kedua jawaban ini sebanyak 11 responden

atau 55% dari seluruh responden yang ada.

6) Kepala sekolah memberikan arahan yang konstruktif.

Sebagai seorang pemimpin atau manajer, kepala sekolah

dituntut untuk mampu memberikan arahan yang konstruktif

kepada bawahannya. Arahan ini berperan penting demi

terlaksananya program yang telah dirancang. Kemampuan

kepala sekolah dalam memberikan arahan yang konstruktif

dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.13. Memberikan arahan yang konstruktif

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 2 10

2. Sering 9 45

3. Kadang-kadang 7 35

4. Pernah 1 5

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Jawaban “sering” mendapatkan 9 responden atau 45%.

Jawaban ini menjadi item yang paling banyak dipilih responden.

Pada jawaban “kadang-kadang” terdapat 7 responden atau 35%

disusul dengan jawaban “selalu” dengan 2 responden atau 10%.

Hanya ada 1 responden atau 5% yang menjawab “pernah”dan 0

responden yang menjawab “tidak pernah.”

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kepala

sekolah memiliki kemampuan yang baik dalam memberikan

arahan konstruktif kepada anak buahnya. Kemampuan ini

tercermin dari jawaban positif sebanyak 11 responden atau 55%

yang berasal dari jawaban “selalu” dan “sering.”

7) Kepala sekolah mendorong guru untuk kolaborasi dalam

melaksanakan tugas.

Dalam menjalankan roda organisasi di sekolah perlu

adanya kolaborasi antar guru, tenaga kependidikan dan seluruh

stake holder yang ada. Untuk mewujudkannya seorang kepala

sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan mendorong guru

untuk berkolaborasi dalam menjalankan tugasnya. Kemampuan

kepala sekolah tersebut dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.14. Mendorong guru untuk kolaborasi dalam

melaksanakan tugas

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 3 15

2. Sering 4 20

3. Kadang-kadang 12 60

4. Pernah 1 5

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas diperoleh gambaran bahwa

kemampuan kepala sekolah dalam mendorong guru untuk

berkolaborasi dalam menjalankan tugasnya masih tergolong

“sedang.” Hal ini tercermin dari banyaknya responden yang

menjawab “kadang-kadang” yakni sebanyak 12 responden atau

60%.

Sedangkan jawaban “selalu” hanya ada 3 responden atau

15% dan jawaban “sering” sebanyak 4 responden atau 20%. Jika

kedua item jawaban positif ini digabungkan jumlahnya hanya 7

responden atau 35%. Masih lebih sedikit dari responden yang

menjawab “kadang-kadang.”

8) Kepala sekolah menerapkan pendekatan sesuai tujuan

supervisi manajerial.

Kepala sekolah dituntut untuk menerapkan berbagai

pendekatan dalam melaksanakan supervisi manajerial.

Kemampuan ini menjadi penting karena perbedaan karakteristik

masing-masing guru atau staf yang ada di sekolah. Kemampuan

kepala sekolah dalam menerapkan beberapa pendekatan dalam

supervisi manajerial dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.15. Menerapkan pendekatan sesuai tujuan supervisi

manajerial

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 2 10

2. Sering 9 45

3. Kadang-kadang 5 25

4. Pernah 4 20

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas diperoleh gambaran bahwa kepala

sekolah memiliki kemampuan yang baik dalam menerapkan

pendekatan supervisi manajerial. Kemampuan ini tercermin dari

banyaknya responden yang menjawab “sering” yakni sebanyak 9

responden atau 45%. Begitu juga untuk jawaban “selalu” sebanyak

2 responden atau 10%. Jika kedua jawaban ini dijumlahkan

menjadi 11 responden atau 55%.

Sisanya, sebanyak 5 responden atau 25% memilih

“kadang-kadang” dan 4 responden atau 20% menjawab

“pernah.” Dengan demikian item jawaban positif masih lebih

banyak dibanding jawaban “sedang” dan “negatif.” Sedangkan

jawaban “tidak pernah” tidak ada responden yang memilihnya

atau sebanyak 0%.

9) Kepala sekolah menerapkan pendekatan sesuai masalah

yang dihadapi

Sebagai seorang pimpinan, kepala sekolah dituntut untuk

memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah yang

dihadapi karena memimpin sebuah lembaga pendidikan tidak

lepas dari berbagai masalah yang menghambat jalannya

pendidikan. Dalam memecahkan masalah pun seorang kepala

sekolah hendaknya menerapkan pendekatan sesuai masalah yang

dihadapi. Adapun gambaran kemampuan kepala sekolah dalam

menerapkan pendekatan sesuai masalah yang dihadapi tercermin

dalam tabel berikut:

Tabel 4.16. Menerapkan pendekatan sesuai masalah yang

dihadapi

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 5 25

2. Sering 9 45

3. Kadang-kadang 4 20

4. Pernah 2 10

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas diperoleh gambaran bahwa

kepala sekolah memiliki kemampuan yang baik dalam

memecahkan masalah. Hal ini terlihat dari banyaknya responden

yang memilih jawaban “sering” yakni sebanyak 9 responden atau

45%.Untuk jawaban “selalu” sebanyak 5 responden atau 25%.

Sedangkan 4 responden atau 20% memilih jawaban “kadang-

kadang.” Hanya 2 responden atau 10% yang menjawab “pernah.”

10) Kepala sekolah menerapkan teknik supervisi sesuai

pendekatan yang dipilih.

Selain sebagai manajer, kepala sekolah juga berperan

sebagai seorang supervisor. Sebagai supervisor, kepala sekolah

dituntut untuk mampu menerapkan teknik supervisi sesuai

pendekatan yang dipilih. Gambaran kemampuan kepala sekolah

dalam supervisi dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.17. Menerapkan teknik supervisi sesuai pendekatan yang

dipilih

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 5 25

2. Sering 8 40

3. Kadang-kadang 6 30

4. Pernah 1 5

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas kemampuan kepala sekolah

dalam menerapkan teknik supervisi sesuai dengan pendekatan

yang dipilih telah baik. Hal ini terlihat dari jumlah responden

yang menjawab “sering” sebanyak 8 responden atau 40% dan 5

responden atau 25% menjawab “selalu.” Jika kedua jawaban ini

digabungkan maka ada 13 responden atau 65% yang menjawab

positif. Sedangkan yang menjawab “kadang-kadang” ada 6

responden atau 30%. Sisanya 1 responden atau 5% menjawab

“pernah.”

11) Kepala sekolah memanfaatkan berbagai sumber informasi

untuk mengambil kebijakan.

Teknologi informasi telah berkembang cukup pesat. Oleh

karena itu, seorang kepala sekolah harus memiliki kemampuan

yang baik dalam memanfaatkan teknologi informasi sebagai

sumber dalam mengambil kebijakan. Gambaran kemampuan

kepala sekolah dalam mengambil kebijakan dengan

memanfaatkan teknologi informasi dijelaskan dalam tabel

berikut:

Tabel 4.18. Memanfaatkan berbagai sumber informasi untuk

mengambil kebijakan

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 3 15

2. Sering 11 55

3. Kadang-kadang 6 30

4. Pernah 0 0

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas diperoleh kesimpulan bahwa

kemampuan kepala sekolah dalam memanfaatkan teknologi

informasi sebagai sumber informasi dalam mengambil kebijakan.

Sebanyak 11 responden atau 55% menjawab “sering” dan 3

responden atau 15% menjawab “selalu.” Kedua jawaban ini

termasuk dalam kategori jawaban positif sehingga ketika

dijumlahkan menjadi 14 responden atau 70%. Sisanya, sebanyak 6

responden atau 30% memilih jawaban “kadang-kadang” sebagai

kategori jawaban sedang. Tidak ada responden yang menjawab

dalam kategori “negatif” yakni jawaban “pernah” dan “tidak

pernah.”

12) Kepala sekolah melaksanakan analisis terhadap program

yang dilaksanakan

Program yang telah direncanakan dan dilaksanakan

hendaknya dianalisis sebagai bahan pertimbangan dalam

merumuskan program kegiatan di masa yang akan datang. Oleh

karena itu, kepala sekolah hendaknya memiliki kemampuan dalam

menganalisa program yang telah dilaksanakan. Adapun gambaran

kemampuan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.19. Melaksanakan analisis terhadap program yang

dilaksanakan

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 3 15

2. Sering 9 45

3. Kadang-kadang 7 35

4. Pernah 1 5

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa

kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan analisis

terhadap program yang telah dilaksanakan baik. Hal ini terlihat

dari distribusi jawaban responden. Sebagian besar responden

memilih jawaban “sering” yakni sebanyak 9 responden atau

45%. Ada 3 responden atau 15% yang memilih jawaban “selalu.”

Total jawaban “sering” dan “selalu” sebagai jawaban positif

sebanyak 12 responden atau 60%. Sedangkan jawaban “sedang”

yang terdapat pada jawaban “kadang-kadang” sebanyak 7

responden atau 35% dan 1 responden atau 5% yang memilih

jawaban “pernah.”

13) Kepala sekolah melaksanakan evaluasi pelaksanaan

program

Selain menganalisis pelaksanaan program, kepala sekolah

juga dituntut untuk mampu mengadakan evaluasi terhadap

pelaksanaan program. Evalauasi ini menjadi kemampuan yang

penting agar kepala sekolah dapat menentukan program kegiatan

yang efektif, efisien, dan tepat sasaran sesuai visi misi sekolah.

Secara umum kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan

evaluasi program dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.20. Melaksanakan evaluasi pelaksanaan program

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 3 15

2. Sering 9 45

3. Kadang-kadang 6 30

4. Pernah 2 10

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kepala

sekolah memiliki kemampuan yang baik dalam mengevaluasi

pelaksanaan program. Sebagian besar responden memilih jawaban

“sering” yakni sebanyak 9 responden atau 45%. 3 responden atau

15% menjawab “selalu.” Sehingga jumlah jawaban positif menjadi

12 responden atau 60%. Sedangkan untuk jawaban sedang atau

“kadang-kadang” terdapat 6 responden atau 30%. Sisanya

sebanyak 2 responden memilih jawaban “pernah.”

14) Kepala sekolah melaksanakan membuat laporan

pelaksanaan program.

Tabel 4. 21. Melaksanakan membuat laporan pelaksanaan

program

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 5 20

2. Sering 9 40

3. Kadang-kadang 4 30

4. Pernah 2 10

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Kemampuan yang tak kalah pentingnya yang wajib dimiliki

oleh kepala sekolah adalah kemampuan pembuatan laporan kegiatan

yang telah dilaksanakan. Berdasarkan tabel di atas kepala sekolah

telah memiliki kemampuan yang baik dalam pembuatan laporan. Hal

ini terlihat dari banyak responden yang memilih jawaban “sering”,

yakni sebanyak 9 responden atau 40%. Sedangkan responden yang

memilih jawaban “selalu” sebanyak 5 orang atau 20%. Dengan

demikian, jawaban positif mendapat respon sebanyak 14 responden

atau 70%.

Sedangkan jawaban “kadang-kadang” dipilih oleh 4

responden atau 20%. Sisanya menjawab “pernah” sebanyak 2

responden atau 10%. Jawaban dengan kualitas sedang dan negatif ini

lebih sedikit dibanding dengan jawaban positif.

b) Data Intensitas Supervisi

1) Kepala sekolah melaksanakan tindak lanjut dari analisis

dan evaluasi program

Sebagai kelanjutan dari analisa dan pembuatan laporan

pelaksanaan program, maka kepala sekolah dituntut memiliki

kemampuan melaksanakan tindak lanjut dari analisis dan evaluasi

program. Kemampuan kepala sekolah dalam bidang ini tercermin

pada tabel berikut:

Tabel 4.22. Melaksanakan tindak lanjut dari analisis dan

evaluasi program

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 3 15

2. Sering 9 45

3. Kadang-kadang 6 30

4. Pernah 2 10

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa kepala sekolah telah

memiliki kemampuan yang baik dalam menindaklanjuti hasil

analisis evaluasi program. Hal ini terlihat dari banyaknya responden

yang menjawab “sering” yakni sejumlah 9 responden atau 45%.

Sedangkan responden yang menjawab “selalu” ada 3 orang atau

15%. Sisanya tersebar ke dalam jawaban “kadang-kadang” dan

“pernah” yakni sebanyak 6 responden atau 30% yang menjawab

“kadang-kadang” dan 2 responden atau 10% yang menjawab

“pernah.”

2) Kepala sekolah memiliki komitmen terhadap karir

Komitmen kepala sekolah terhadap karir dirinya dan seluruh

guru disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.23. Memiliki komitmen terhadap karir

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 2 10

2. Sering 11 55

3. Kadang-kadang 7 35

4. Pernah 0 0

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa komitmen kepala

sekolah terhadap karir sangat baik.Hal ini terlihat dari banyaknya

responden yang memilih jawaban “sering” yakni sebanyak 11

responden atau 55%. Ada 2 responden atau 10% yang menjawab

“selalu” jika kedua jawaban ini digabungkan maka ada 13 responden

atau 65% yang menjawab positif terhadap komitmen kepala sekolah.

Sisanya, sebanyak 7 responden atau 35% yang menjawab “kadang-

kadang.” Tidak ada responden yang menjawab “pernah” dan “tidak

pernah.”

3) Kepala sekolah memiliki komitmen terhadap pekerjaan

Selain berkomitmen terhadap karir, kepala sekolah juga

dituntut memiliki komitmen terhadap pekerjaan. Gambaran

komitmen kepala sekolah terhadap pekerjaan ditampilkan dalam

tabel berikut:

Tabel 4.24. Memiliki komitmen terhadap pekerjaan

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 6 30

2. Sering 7 35

3. Kadang-kadang 4 20

4. Pernah 2 10

5. Tidak Pernah 1 5

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kepala

sekolah memiliki komitmen yang baik terhadap pekerjaan. Hal ini

terlihat dari banyaknya responden yang menjawab “selalu” yakni

sebanyak 6 orang atau 30%. Jawaban positif tersebut semakin

banyak jika ditambahkan dengan responden yang menjawab “sering”

yakni sebanyak 7 responden atau 35%. Total jawaban positif

sebanyak 13 responden atau 65%. Responden yang menjawab

“sedang” yakni jawaban “kadang-kadang” sebanyak 4 responden

atau 20%. Sisanya tersebar ke dalam jawaban negatif, yakni

“pernah” sebanyak 2 responden atau 10% dan “tidak pernah”

sebanyak 1 responden atau 5%.

4) Kepala sekolah memiliki komitmen kepada setiap orang

Sebagai seorang pemimpin dalam sebuah institusi

pendidikan, seorang kepala sekolah tentu memiliki komitmen yang

baik kepada setiap orang, tanpa membedakan jabatan, pangkat, dan

golongan. Komitmen ini penting karena seorang kepala sekolah

dituntut untuk menjaga kesolidan semua unsur yang ada. Gambaran

komitemen kepala sekolah terhadap setiap orang dijelaskan dalam

tabel berikut:

Tabel 4.25. Memiliki komitmen kepada setiap orang

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 3 15

2. Sering 5 25

3. Kadang-kadang 11 55

4. Pernah 1 5

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa komitmen kepala

sekolah terhadap setiap orang dalam taraf sedang. Sebab sebagian

besar responden yakni sebanyak 11 orang atau 55% memilih

“kadang-kadang.” Jawaban “sering” dipilih oleh 5 responden atau

25% dan jawaban “selalu” hanya 3 responden atau 15%. Sisanya, 1

responden atau 5% memilih “pernah.” Meskipun demikian untuk

item jawaban “tidak pernah” tidak ada yang memilih sama sekali

atau 0%.

5) Kepala sekolah memiliki tanggung jawab terhadap

pekerjaan

Bentuk lain intensitas supervisi yang dilakukan kepala

sekolah ditunjukkan ke dalam rasa tanggung jawab terhadap

pekerjaan. Kepala sekolah bertanggung jawab penuh terhadap

segala aktivitas yang dilaksanakan di lembaga pendidikan yang

diampunya.Kepala sekolah tidak bisa melepaskan diri dari segala

urusan yang terkait dengan pelaksanaan program atau kegiatan yang

diselenggarakan sekolah. Adapun gambaran rasa tanggung jawab

kepala sekolah terhadap pekerjaan disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.26. Memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaan

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 3 15

2. Sering 9 45

3. Kadang-kadang 5 25

4. Pernah 3 15

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Dari tabel di atas tampak bahwa kepala sekolah telah

memiliki rasa tanggung jawab yang baik terhadap pekerjaannya. Hal

ini tampak pada jawaban responden yang paling banyak menjawab

pada pilihan “sering.” Ada 9 responden atau 45% yang menjawab

“sering” dan 3 responden atau 15% yang menjawab “selalu.” Kedua

jawaban ini merupakan jawaban positif yang menunjukkan bahwa

kepala sekolah memiliki rasa tanggung jawab yang baik terhadap

pekerjaannya.

6) Kepala sekolah memiliki tanggung jawab terhadap karir

Selain bertanggung jawab terhadap pekerjaan, kepala sekolah

juga dituntut untuk bertanggung jawab terhadap karirnya dan karir

pegawai atau bawahan yang menjadi anak buahnya. Kepala sekolah

perlu memberikan kesempatan yang luas untuk pegawainya agar bisa

meningkatkan kualitas professional baik sebagai guru maupun

sebagai karyawan atau tenaga kependidikan. Gambaran tanggung

jawab terhadap karir ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 4.27. Memiliki tanggung jawab terhadap karir

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 5 25

2. Sering 9 45

3. Kadang-kadang 3 15

4. Pernah 3 15

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Seperti halnya pada tanggung jawab terhadap pekerjaan, rasa

tanggung jawab kepala sekolah terhadap karir pun telah baik. Hal ini

tampak pada tabel di atas. Sebanyak 9 responden atau 45% memilih

jawaban “sering” dan 5 responden atau 25% menjawab “selalu.”

Kedua jawaban ini menunjukkan baiknya tanggung jawab kepala

sekolah terhadap karir. Sedangkan sisanya, masing-masing 3

responden atau 15% yang memilih jawaban “kadang-kadang” dan

“pernah.”

7) Kepala sekolah memiliki pelayanan yang berorientasi

kepada pelanggan

Pelayanan yang berorientasi kepada pelanggan merupakan

salah satu parameter intensitas supervisi kepala sekolah. Pada

dasarnya orang tua atau wali murid tak ubahnya seperti pelanggan.

Mereka akan kembali menyekolahkan anaknya ke sekolah tersebut

jika kualitas sekolah tersebut baik dan terpercaya. Sebaliknya, jika

kualitas pembelajaran di sekolah kurang bermutu, maka calon

peserta didik dan juga orang tua akan memilih sekolah lain yang

lebih baik kualitasnya. Komitmen kepala sekolah terhadap pelayanan

yang berorientasi kepada pelanggan di jelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.28. Memiliki pelayanan yang berorientasi kepada

pelanggan

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 4 20

2. Sering 10 50

3. Kadang-kadang 6 30

4. Pernah 0 0

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa kepala sekolah telah

memiliki komitmen dan kemampuan yang baik terhadap pelayanan

yang berorientasi pada pelanggan. Hal ini tampak pada banyaknya

responden yang memilih jawaban “sering”, yakni sebanyak 10 orang

atau 50%. Jawaban tersebut semakin diperkuat dengan jumlah

responden yang menjawab “selalu” yakni sebanyak 4 responden atau

20%. Sisanya, sebanyak 6 responden memilih jawaban sedang atau

“kadang-kadang.”

8) Kepala sekolah memiliki bekerja sesuai dengan prioritas

program

Program atau kegiatan yang diselenggarakan sekolah

ditentukan berdasarkan skala prioritas. Program yang mendesak dan

dengan pendanaan yang sedikit pantas untuk didahulukan daripada

program yang kurang mendesak dan memerlukan dana besar.

Seorang kepala sekolah yang baik memiliki kemampuan untuk

bekerja sesuai dengan skala prioritas. Adapun gambaran tersebut

dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.29. Memiliki bekerja sesuai dengan prioritas program

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 2 10

2. Sering 10 50

3. Kadang-kadang 7 35

4. Pernah 0 0

5. Tidak Pernah 1 5

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa kepala sekolah telah

bekerja dengan baik dan mengedepankan skala prioritas program.

Jawaban “sering” mendapat pilihan paling banyak yakni ada 10

responden atau 50%. Ada 2 responden atau 10% yang menjawab

“selalu” sehingga jawaban positif menjadi 12 responden atau 60%.

Responden yang menjawab “kadang-kadang” sebanyak 7 orang atau

35%. Sisanya, sebanyak 1 responden atau 5% menjawab “tidak

pernah.”

9) Kepala sekolah memiliki tanggung jawab sosial terhadap

pelaksanaan program.

Kepala sekolah merupakan pihak yang paling bertanggung

jawab terhadap berhasil tidaknya program sekolah. Tanggung jawab

kepala sekolah bukan hanya kepada dinas terkait tetapi juga

tanggung jawab sosial kepada masyarakat sekitar. Masyarakatlah

yang akan menilai baik-buruknya sebuah lembaga pendidikan.

Gambaran rasa tanggung jawab sosial kepala sekolah dijelaskan

dalam tabel berikut:

Tabel 4.30. Memiliki tanggung jawab sosial terhadap

pelaksanaan program

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 4 20

2. Sering 7 35

3. Kadang-kadang 8 40

4. Pernah 1 5

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah

memiliki tanggung jawab sosial yang baik terhadap pelaksanaan

program. Hal ini terlihat dari jumlah jawaban positif yang

direpresentasikan dengan jawaban “selalu” dan “sering.” Kedua

kualitas jawaban ini mendapatkan 11 responden atau 55% yang

terdiri dari jawaban “selalu” sebanyak 4 responden atau 20% dan

“sering” dengan 7 responden atau 35%. Sisanya menjawab “kadang-

kadang” sebanyak 8 responden atau 40% dan 1 responden atau 5%

menjawab “pernah.”

10) Kepala sekolah memiliki memiliki tanggung jawab moral

terhadap pelaksanaan program.

Tanggung jawab yang tidak kalah pentingnya yang harus

diemban oleh kepala sekolah adalah tanggung jawab moral.

Tanggung jawab ini bukan hanya penting tetapi menjadi tanggung

jawab yang tidak dapat dielakkan berkaitan dengan kedudukan

seseorang sebagai kepala sekolah. Gambaran rasa tanggung jawab

moral yang dimiliki kepala sekolah terhadap pelaksanaan program

dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.31. Memiliki tanggung jawab moral terhadap

pelaksanaan program

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 4 20

2. Sering 7 35

3. Kadang-kadang 7 35

4. Pernah 2 10

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas, tanggung jawab moral kepala

sekolah telah cukup baik. Jawaban dengan kriteria positif sebanyak

11 responden atau 55% yang berasal dari 4 responden atau 20%

memilih jawaban “selalu” dan 7 responden atau 35% menjawab

“sering.” 7 responden atau 35% menjawab “kadang-kadang.”

Sisanya, sebanyak 2 responden atau 10% menjawab “pernah.”

11) Kepala sekolah memiliki tanggung jawab keilmuan

terhadap pelaksanaan program

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mengajarkan

berbagai bidang keilmuan. Oleh karena itu sudah seyogyanya

seorang kepala sekolah juga bertangggung jawab secara keilmuan

terhadap pelaksanaan program, baik kegiatan pembelajaran maupun

kegiatan di luar pembelajaran. Secara umum tanggung jawab

keilmuan kepala sekolah disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.32. Memiliki tanggung jawab keilmuan terhadap

pelaksanaan program

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 1 5

2. Sering 6 30

3. Kadang-kadang 10 50

4. Pernah 3 30

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas maka diperoleh kesimpulan bahwa

tanggung jawab keilmuan kepala sekolah dalam kualitas sedang. Hal

ini tampak pada banyaknya responden yang memilih jawaban

“kadang-kadang” yakni sebanyak 10 responden atau 50%.

Sedangkan jawaban positif yang direpresentasikan oleh jawaban

“sering” dan “selalu” hanya berjumlah 7 responden yang terdiri dari

6 responden atau 30% memilih “sering” dan 1 responden atau 5%

memilih “selalu.” Sedangkan jawaban “pernah” dipilih oleh 3

responden atau 15%.

12) Kepala sekolah bersifat terbuka terhadap dunia luar

Tabel 4.33. Bersifat terbuka terhadap dunia luar

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 2 10

2. Sering 10 50

3. Kadang-kadang 7 35

4. Pernah 1 5

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Kepala sekolah memiliki tanggung jawab yang cukup luas.

Mereka bukan hanya bertanggung jawab kepada internal sekolah

tetapi juga bertanggung jawab terhadap dunia luar. Berdasarkan

tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah memiliki

tanggung jawab yang baik terhadap dunia luar yang ditunjukkan

dengan 10 responden atau 50% yang menjawab “sering.” 2

responden atau 10% menjawab selalu sehingga jawaban positif

menjadi 12 responden atau 60%. Responden yang menjawab

“kadang-kadang” sebanyak 7 orang atau 35%. Sisanya, 1 responden

atau 5% menjawab “pernah” dan tidak ada responden yang

menjawab “tidak pernah.”

13) Kepala sekolah bersifat terbuka terhadap ide-ide baru

Sebagai lembaga pendidikan, sekolah tentunya harus respon

terhadap perubahan yang terjadi di dunia luar. Kepala sekolah tentu

harus terbuka terhadap ide-ide baru yang berkembang di masyarakat.

Gambaran sikap terbuka kepala sekolah terhadap ide-ide baru

dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.34. Bersifat terbuka terhadap ide-ide baru

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 2 10

2. Sering 7 35

3. Kadang-kadang 7 35

4. Pernah 4 20

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kepala

sekolah telah merespon ide-ide baru dengan baik. Sebanyak 7

responden atau 35% menjawab “sering” dan “kadang-kadang.”

Untuk jawaban “selalu” terdapat 2 responden atau 10%. Sisanya,

sebanyak 4 responden menjawab “pernah.”

c) Data Kinerja Guru PAI

1) Guru memiliki kepastian terhadap upah/gaji

Salah satu bentuk motivasi kerja adalah adanya kepastian

akan upah atau gaji. Adanya upah atau gaji menyebabkan guru

semangat dalam menjalankan tugasnya. Gambaran kepastian

adanya upah atau gaji dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.35. Memiliki kepastian terhadap upah atau gaji

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 3 15

2. Sering 7 35

3. Kadang-kadang 4 20

4. Pernah 6 30

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa guru telah

memiliki kepastian upah atau gaji yang baik. Sebanyak 7 responden

atau 35% memilih “sering.” 3 responden atau 15% memilih

“selalu.” Kedua jawaban positif ini menjadi 10 responden atau

50%. Sisanya 4 responden atau 20% memilih “kadang-kadang,”

dan 6 responden atau 30% memilih “pernah.”

2) Guru memiliki status yang jelas

Selain mendapatkan upah atau gaji yang jelas, status

kepegawaian yang jelas juga menjadi faktor penentu kinerja

seseorang. Begitu juga guru dalam menjalankan tugasnya harus

memiliki status yang jelas sehingga dapat menjalankan tugas

dengan baik. Berdasarkan angket yang disebarkan, kepemilikan

status yang jelas dijabarkan dalam tabel berikut:

Tabel 4.36. Memiliki status yang jelas

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 4 20

2. Sering 8 40

3. Kadang-kadang 8 40

4. Pernah 0 0

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

guru telah memiliki status kepegawaian yang jelas. Ada 8

responden atau 40% yang menjawab “sering” dan “kadang-

kadang.” Sisanya sebanyak 4 responden atau 20% memilih

“selalu.” Tidak ada responden yang menjawab “pernah” dan “tidak

pernah.”

3) Guru memiliki orientasi terhadap prestasi

Dalam menjalankan tugasnya, guru hendaknya berorientasi

pada pencapaian prestasi kerja. Adapun gambaran kepemilikan

orientasi terhadap prestasi dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.37. Memiliki orientasi terhadap prestasi

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 3 15

2. Sering 6 30

3. Kadang-kadang 9 45

4. Pernah 2 10

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa guru

hanya sedang saja dalam orientasi prestasi. Hal ini tampak pada

sebagian besar responden yang memilih jawaban “kadang-kadang”

yakni sebanyak 9 responden atau 45%. Jumlah ini sebanding

dengan jawaban positif yang berasal dari jawaban “sering” dan

“selalu. ”Sisanya sebanyak 2 responden atau 10% menjawab

“pernah.”

4) Guru mampu bekerjasama dengan Masyarakat

Guru bukan makhluk individu yang hidupnya terisolasi dari

yang lain. Tetapi guru juga makhluk sosial yang hidup di tengah

masyarakat. Oleh karena itu seorang guru harus mampu bekerja

sama dengan masyarakat. Gambaran kemampuan guru dalam

bekerja sama dengan masyarakat dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.38. Mampu bekerjasama dengan Masyarakat

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 4 20

2. Sering 10 50

3. Kadang-kadang 2 10

4. Pernah 4 40

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar guru dapat bekerja sama dengan masyarakat. Sebagian besar

responden sekitar 10 orang atau 50% menjawab “sering.” Ada 4

responden atau 20% yang menjawab “selalu.” Sisanya sebanyak 2

responden atau 10% menjawab “kadang-kadang” dan 4 responden

atau 20% menjawab “kadang-kadang.”

5) Guru mampu berdiskusi tentang strategi baru.

Dalam menjalankan tugasnya guru harus mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru dituntut

untuk mampu berdiskusi tentang strategi baru yang terkait dengan

pembelajaran di kelas dan untuk kemajuan pendidikan.

Tabel 4.39. Mampu berdiskusi tentang strategi baru

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 4 20

2. Sering 4 20

3. Kadang-kadang 9 45

4. Pernah 2 10

5. Tidak Pernah 1 5

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar guru dapat bekerja sama dengan masyarakat. Sebagian besar

responden sekitar 10 orang atau 50% menjawab “sering.”Ada 4

responden atau 20% yang menjawab “selalu.” Sisanya sebanyak 2

responden atau 10% menjawab “kadang-kadang” dan 4 responden

atau 20% menjawab “kadang-kadang.”

6) Guru Mampu Menyelesaikan Masalah

Dalam menjalankan tugasnya guru tidak lepas dari berbagai

kendala yang menghambat jalannya pembelajaran atau program

pendidikan. Oleh karena itu guru dituntut untuk mampu

menyelesaikan masalahnya dengan baik. Gambaran kemampuan

guru dalam menyelesaikan masalah dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.40. Mampu Menyelesaikan Masalah

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 2 10

2. Sering 7 35

3. Kadang-kadang 9 45

4. Pernah 2 10

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar guru dapat bekerja sama dengan masyarakat. Sebagian besar

responden sekitar 10 orang atau 50% menjawab “sering.”Ada 4

responden atau 20% yang menjawab “selalu.” Sisanya sebanyak 2

responden atau 10% menjawab “kadang-kadang” dan 4 responden

atau 20% menjawab “kadang-kadang.”

7) Guru Mampu Mengajar dengan baik.

Kemampuan mengajar merupakan keterampilan yang wajib

dimiliki oleh seorang guru. Kesuksesan pendidikan sangat

dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam. Tabel di bawah ini

menjelaskan kemampuan guru dalam mengajar dengan baik.

Tabel 4.41. Mampu Mengajar dengan baik

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 5 25

2. Sering 9 45

3. Kadang-kadang 2 10

4. Pernah 4 20

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar guru dapat bekerja sama dengan masyarakat. Sebagian besar

responden sekitar 10 orang atau 50% menjawab “sering.”Ada 4

responden atau 20% yang menjawab “selalu.” Sisanya sebanyak 2

responden atau 10% menjawab “kadang-kadang” dan 4 responden

atau 20% menjawab “kadang-kadang.”

8) Guru Mampu Menganalisis Data

Kemampuan tak kalah pentingnya yang wajib dimiliki guru

adalah dalam kaitannya dengan menganalisis data. Kemampuan ini

banyak berkaitan dengan pengolahan dan analisis hasil penilaian

baik yang kuantitatif maupun kualitatif. Kemampuan guru dalam

menganalisis data dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.42. Mampu Menganalisis Data

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 3 16

2. Sering 6 30

3. Kadang-kadang 8 40

4. Pernah 2 10

5. Tidak Pernah 1 5

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar guru dapat bekerja sama dengan masyarakat. Sebagian besar

responden sekitar 10 orang atau 50% menjawab “sering.”Ada 4

responden atau 20% yang menjawab “selalu.” Sisanya sebanyak 2

responden atau 10% menjawab “kadang-kadang” dan 4 responden

atau 20% menjawab “kadang-kadang.”

9) Guru Menyusun Program Tahunan.

Program tahunan bukan sekadar kelengkapan administrasi

seorang guru, tetapi program tahunan memiliki peranan yang

penting dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.

Penyusunan program tahunan yang dilakukan dijelaskan dalam

tabel berikut:

Tabel 4.43. Menyusun Program Tahunan

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 5 25

2. Sering 7 35

3. Kadang-kadang 6 30

4. Pernah 2 10

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar guru dapat bekerja sama dengan masyarakat. Sebagian besar

responden sekitar 10 orang atau 50% menjawab “sering.”Ada 4

responden atau 20% yang menjawab “selalu.” Sisanya sebanyak 2

responden atau 10% menjawab “kadang-kadang” dan 4 responden

atau 20% menjawab “kadang-kadang.”

10) Guru Menyusun Program Semesteran.

Selain program tahunan, guru juga harus menyusun program

semester. Program ini merupakan penjabaran dari program tahunan

ke dalam pengalokasian pembelajaran dalam setiap minggunya.

Dalam pembuatan program semester, guru harus memperhatikan

minggu efektif dan tidak efektif. Penyusunan program semester

yang dilakukan guru dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.44. Menyusun Program Semesteran

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 4 20

2. Sering 5 25

3. Kadang-kadang 9 45

4. Pernah 2 10

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar guru dapat bekerja sama dengan masyarakat. Sebagian besar

responden sekitar 10 orang atau 50% menjawab “sering.”Ada 4

responden atau 20% yang menjawab “selalu.” Sisanya sebanyak 2

responden atau 10% menjawab “kadang-kadang” dan 4 responden

atau 20% menjawab “kadang-kadang.”

11) Guru Menyusun Rencana Pembelajaran.

Rencanan pembelajaran atau yang lebih dikenal dengan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan seperangkat

perencanaan yang menjelaskan tentang langkah-langkah

pembelajaran yang akan dilakukan. RPP disusun sedetail mungkin

agar memudahkan guru dalam mengaplikasikannya di dalam kelas.

RPP juga memuat materi dan alat evaluasi yang dilakukan untuk

mengetahui keberhasilan pembelajaran. Selain itu, RPP juga

dilengkapi dengan program remedial dan program pengayaan yang

dilakukan setelah pembelajaran selesai. Penyusunan RPP yang

dilakukan guru dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.45. Menyusun Rencana Pembelajaran

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 5 25

2. Sering 6 30

3. Kadang-kadang 7 35

4. Pernah 2 10

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar guru dapat bekerja sama dengan masyarakat. Sebagian besar

responden sekitar 10 orang atau 50% menjawab “sering.”Ada 4

responden atau 20% yang menjawab “selalu.” Sisanya sebanyak 2

responden atau 10% menjawab “kadang-kadang” dan 4 responden

atau 20% menjawab “kadang-kadang.”

12) Guru Menggunakan Strategi yang Variatif

Kemampuan guru yang tak kalah pentingnya adalah

kemampuannya dalam menggunakan strategi pembelajaran yang

variatif agar menarik peserta didik dalam pembelajaran.

Kemampuan ini dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.46. Menggunakan Strategi yang Variatif

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 4 20

2. Sering 5 25

3. Kadang-kadang 6 30

4. Pernah 5 25

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar guru dapat bekerja sama dengan masyarakat. Sebagian besar

responden sekitar 10 orang atau 50% menjawab “sering.”Ada 4

responden atau 20% yang menjawab “selalu.” Sisanya sebanyak 2

responden atau 10% menjawab “kadang-kadang” dan 4 responden

atau 20% menjawab “kadang-kadang.”

13) Guru Menggunakan Media Sumber Belajar yang Variatif

Selain pendekatan yang variatif, guru juga dituntut untuk

mampu menggunakan media dan sumber belajar yang variatif pula.

Hal ini disebabkan karakteristik peserta didik yang heterogen.

Masing-masing peserta didik memiliki keunikan yang berbeda

antara satu dengan lainnya. Berikut ini dijelaskan tentang

kemampuan guru dalam menggunakan media dan sumber belajar

yang variatif.

Tabel 4.47. Menggunakan Media Sumber Belajar yang Variatif

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 2 10

2. Sering 7 35

3. Kadang-kadang 9 45

4. Pernah 2 10

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar guru dapat bekerja sama dengan masyarakat. Sebagian besar

responden sekitar 10 orang atau 50% menjawab “sering.”Ada 4

responden atau 20% yang menjawab “selalu.” Sisanya sebanyak 2

responden atau 10% menjawab “kadang-kadang” dan 4 responden

atau 20% menjawab “kadang-kadang.”

14) Guru Mengevaluasi Hasil Belajar Peserta Didik.

Kemampuan mengevaluasi hasil belajar peserta didik

merupakan kompetensi yang harus dimiliki guru. Evaluasi hasil

belajar menjadi alat bagi guru untuk mengukur tingkat keberhasilan

dalam pembelajaran. Dari evaluasi hasil belajar, peserta didik akan

mendapatkan program tindak lanjut baik berupa kegiatan remedial

bagi peserta didik yang belum mencapai batas minimal ketuntasan,

maupun pengayaan bagi peserta didik yang telah mencapai batas

minimal ketuntasan belajar.

Kemampuan guru dalam mengevaluasi hasil belajar

dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.48. Mengevaluasi Hasil Belajar Peserta Didik

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 5 25

2. Sering 7 35

3. Kadang-kadang 6 30

4. Pernah 3 15

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar guru dapat bekerja sama dengan masyarakat. Sebagian besar

responden sekitar 10 orang atau 50% menjawab “sering.”Ada 4

responden atau 20% yang menjawab “selalu.” Sisanya sebanyak 2

responden atau 10% menjawab “kadang-kadang” dan 4 responden

atau 20% menjawab “kadang-kadang.”

15) Guru Menyusun Alat Evaluasi dan Menganalisis

Ketuntasan Belajar Peserta Didik

Sebagai pihak yang terlibat langsung dalam pembelajaran,

guru juga dituntut untuk mampu menyusun alat evaluasi dan

menganalisis ketuntasan belajar peserta didik. Alat evaluasi

hendaknya disusun sendiri oleh guru sehingga mencerminkan

pemahaman peserta didik dalam menerima materi pembelajaran.

Kemampuan guru dalam menyusun alat evaluasi dan menganalisis

ketuntasa belajarnya dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.49. Menyusun Alat Evaluasi dan Menganalisis

Ketuntasan Belajar Peserta Didik

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 2 10

2. Sering 8 40

3. Kadang-kadang 5 25

4. Pernah 4 20

5. Tidak Pernah 1 5

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar guru dapat bekerja sama dengan masyarakat. Sebagian besar

responden sekitar 10 orang atau 50% menjawab “sering.”Ada 4

responden atau 20% yang menjawab “selalu.” Sisanya sebanyak 2

responden atau 10% menjawab “kadang-kadang” dan 4 responden

atau 20% menjawab “kadang-kadang.”

16) Guru Melaksanakan Perbaikan Pembelajaran

Berdasarkan evaluasi pembelajaran, guru hendaknya

melakukan instropeksi diri terhadap pembelajaran. Jika hasil

pembelajaran sudah memuaskan, maka hendaknya guru

meningkatkan kualitas pembelajaran. Jika hasil belajar belum

banyak mencapai ketuntasan maka hendaknya guru melakukan

perbaikan pembelajaran. Perbaikan pembelajaran atau remedial

diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai ketuntasan

belajar.

Kegiatan remedial dilakukan dalam bentuk remedial

pembelajaran dan juga evaluasi. Sebelum melaksanakan remedial

evaluasi guru hendaknya melaksanakan pembelajaran terlebih

dahulu. Kemampuan guru dalam melaksanakan perbaikan

pembelajaran dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.50. Melaksanakan Perbaikan Pembelajaran

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 4 20

2. Sering 11 55

3. Kadang-kadang 3 15

4. Pernah 2 10

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar guru melaksanakan perbaikan pembelajaran. Sebagian besar

responden sekitar 11 orang atau 55% menjawab “sering”. Ada 4

responden atau 20% yang menjawab “selalu”. Sisanya sebanyak 3

responden atau 15% menjawab “kadang-kadang” dan 2 responden

atau 20% menjawab “tidak pernah”.

17) Guru Melaksanakan Pengayaan Pembelajaran

Sejalan dengan pelaksanaan perbaikan/remedial

pembelajaran, guru juga dituntut untuk mampu melaksanakan

pengayaan pembelajaran. Kegiatan pengayaan pembelajaran

diberikan kepada peserta didik yang telah mencapai ketuntasan

minimal dalam penguasaan materi pembelajaran. Pengayaan

pembelajaran diberikan di luar jam belajar efektif. Guru dapat

memberikan tugas kepada peserta didik untuk membaca buku atau

meresume materi pengayaan. Kemampuan guru dalam

melaksanakan pengayaan pembelajaran dijelaskan dalam tabel

berikut:

Tabel 4.51. Melaksanakan Pengayaan Pembelajaran

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 6 30

2. Sering 9 45

3. Kadang-kadang 3 16

4. Pernah 2 10

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh gambaran bahwa

sebagian besar guru telah melaksanakan pengayaan pembelajaran.

Dari 20 responden, sebagian besar responden sekitar 9 orang atau

45% menjawab “sering”. Ada 6 responden atau 30% yang

menjawab “selalu”. Sisanya sebanyak 3 responden atau 15%

menjawab “kadang-kadang” dan 2 responden atau 10% menjawab

“pernah”.

18) Guru memiliki Bakat dan Minat sebagai pendidik

Tabel 4.52. Memiliki Bakat dan Minat sebagai pendidik

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 3 15

2. Sering 8 40

3. Kadang-kadang 9 45

4. Pernah 0 0

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

guru memiliki bakat dan minat sebagai pendidik yang biasa saja.

Sebagian besar responden sekitar 9 orang atau 45% menjawab

“kadang-kadang.”Jumlah yang hampir sama terdapat pada jawaban

“sering” yang dipilih oleh 8 responden atau 40%. Sisanya,

sebanyak 3 responden atau 15% yang menjawab “selalu.”

19) Guru memiliki kepribadian sebagai pendidik

Dari beberapa syarat yang harus dipenuhi, syarat kepribadian

merupakan hal mutlak yang harus ada pada diri seorang guru.

Kompetensi kepribadian guru dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.53. Memiliki kepribadian sebagai pendidik

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 2 10

2. Sering 6 60

3. Kadang-kadang 10 50

4. Pernah 2 10

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar guru merasa belum sepenuhnya memiliki jiwa dan

kepribadian sebagai pendidik. Sebagian besar responden sekitar 10

orang atau 50% menjawab “kadang-kadang.”Jawaban selalu

mendapatkan 2 responden atau 10%. Jumlah yang sama terdapat

pada jawaban “pernah.” Sisanya sebanyak 6 responden atau 30%

menjawab “sering.” Tidak ada responden yang menjawab “tidak

pernah.”

20) Guru memiliki Motivasi, Kehadiran dan Rancangan Tugas

atau Pekerjaan.

Guru yang baik tentu memiliki semangat dan motivasi yang

tinggi dalam menjalankan tugasnya. Tinggi rendahnya motivasi

sangat menentukan keberhasilan guru dalam menjalankan

tugasnya. Seorang guru yang baik juga memiliki jurnal kehadiran

dan rancangan tugas atau pekerjaan yang harus dia selesaikan.

Kompetensi guru dalam hal motivasi, kehadiran, dan rancangan

tugas atau pekerjaan dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.54. Memiliki Motivasi, Kehadiran dan Rancangan

Tugas atau Pekerjaan

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 3 15

2. Sering 10 50

3. Kadang-kadang 4 20

4. Pernah 3 15

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar guru dapat memiliki motivasi, kehadiran, dan

rancangan tugas atau pekerjaan. Sebagian besar responden sekitar

10 orang atau 50% menjawab “sering” 3. Responden atau 15%

yang menjawab “selalu”. Sisanya sebanyak 4 responden atau 20%

menjawab “kadang-kadang” dan 3 responden atau 15% menjawab

“pernah”.

21) Guru mengikuti pelatihan dan pengembangan

Seorang guru harus terus meningkatkan profesionalitasnya

dalam menjalankan tugas. Guru yang baik harus rajin mengikuti

pelatihan dan pengembangan diri. Adapun gambaran kompetensi

guru dalam mengikuti pelatihan dan pengembangan diri dijelaskan

dalam tabel berikut:

Tabel 4.55. Mengikuti pelatihan dan pengembangan

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 3 15

2. Sering 10 50

3. Kadang-kadang 5 25

4. Pernah 2 0

5. Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar guru telah mengikuti pelatihan dan pengembangan

keprofesian guru yang dilaksanakan secara berkelanjutan. Sebagian

besar responden sekitar 10 orang atau 50% menjawab “sering.”Ada

3 responden atau 20% yang menjawab “selalu.” Sisanya sebanyak

5 responden atau 25% menjawab “kadang-kadang” dan 2

responden atau 10% menjawab “pernah.”

22) Guru mampu menggunakan peralatan dan teknologi

pendidikan

Seorang guru yang baik bukan hanya mampu mengikuti

perkembangan teknologi dan informasi, tetapi guru yang baik juga

mampu memanfaatkan dan menggunakan teknologi ke dalam

pembelajaran. Apalagi, saat ini perkembangan teknologi dalam

bidang pendidikan berlangsung cukup pesat. Tabel berikut ini

menjelaskan tentang kompetensi guru dalam menggunakan

peralatan dan teknologi pendidikan.

Tabel 4.56. Mampu menggunakan peralatan dan teknologi

pendidikan

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Selalu 2 10

2. Sering 9 45

3. Kadang-kadang 8 40

4. Pernah 0 0

5. Tidak Pernah 1 5

Jumlah 20 100

Sumber: Pengolahan hasil angket

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

guru dapat memanfaatkan peralatan dan teknologi pendidikan.

Sebagian besar responden sekitar 9 orang atau 45% menjawab

“sering.”Ada 2 responden atau 10% yang menjawab “selalu.”

Sisanya sebanyak 8 responden atau 40% menjawab “kadang-

kadang” dan 1 responden atau 20% menjawab “tidak pernah.”

3. Uji Validitas

Setelah dilakukan uji coba keterbacaan selanjutnya dilakukan

analisis butir pernyataan angket, untuk mencari validitas item-item

angket. Pengujian validitas tiap butir instrumen tersebut dilakukan

dengan teknik uji validitas butir, yakni, mengkorelasikan skor butir dan

skor total. Rumus yang digunakan ialah rumus korelasi product moment

dari Pearson dengan rumus53

:

2222 ...

.

YYnXXn

YXXYnrxy

Keterangan:

53

Riduwan dan Sunarto, Pengantar Statistika (Cet. II; Bandung: Alfabeta, 2009), h. 80.

rxy : Koefisiensi korelasi antara variabel X dan Y. Dua variabel

yang dikorelasikan/Angka indeks korelasi "r" product moment.

n : Jumlah responden.

∑XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y.

∑X : Jumlah skor X (skor tiap butir soal untuk setiap responden)

∑Y : Jumlah skor Y (skor total setiap responden)

∑X2 : Deviasi pangkat dua untuk nilai X.

∑Y2

: Deviasi pangkat dua untuk nilai Y.

Selanjutnya harga kritis "r" pada product moment dalam tabel

dengan jumlah responden "n" = 20 adalah 0.444, karena rhitung> rtabel

maka butir pernyataan angket dinyatakan "valid". Selanjutnya, Jika

instrumen itu valid maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks

korelasinya (r) sebagai berikut:

Tabel 4.57. Interpretasi koefisiensi korelasi nilai "r"

Hasil uji validitas instrumen supervisi manajerial

No r hitung

No r hitung No r hitung No r hitung

1 0,644

6 0,858

11 0,792 16 0,557

2 0,800

7 0,878

12 0,886 17 0,796

3 0,863

8 0,905

13 0,885 18 0,565

4 0,801

9 0,464

14 0,858 19 0,732

5 0,839

10 0,673

15 0,866 20 0,769

Hasil uji validitas uji coba instrumen supervisi manajerial dalam

tabel diatas menunjukan bahwa 20 item pernyataan semuanya valid .

a. Hasil uji validitas intensitas supervisi

Hasil validitas instrumen intensitas supervisi seperti pada tabel

berikut:

Tabel 4.58

Hasil uji validitas instrumen kinerja guru PAI

No r hitung

No r hitung No r hitung No r hitung

1 0,692

6 0,658

11 0,731

16 0,651

2 0,651

7 0,592

12 0,614

17 0,656

3 0,699

8 0,634

13 0,691

18 0,634

4 0,634

9 0,698

14 0,652

19 0,732

5 0,788

10 0,637

15 0,692

20 0,627

Hasil analisis angket intensitas supervisi menunjukan bahwa

semua item peryataan valid.

b. Hasil uji validitas kinerja guru PAI

Hasil validitas instrumen kinerja guru seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.59

Hasil uji validitas instrumen intensitas supervisi

No r hitung

No r hitung No r hitung No r hitung

1 0,558

6 0,655

11 0,693

16 0,642

2 0,640

7 0,780

12 0,806

17 0,664

3 0,747

8 0,844

13 0,835

18 0,486

4 0,715

9 0,490

14 0,807

19 0,482

5 0,823

10 0,844

15 0,848

20 0,665

Hasil analisis angket kinerja guru PAI menunjukan bahwa item

peryataan semua valid karena lebih dari r tabel 0,444.

2. Reliabilitas instrumen

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi instrumen

penelitian. Instrumen penelitian dikatakan reliabel jika koefisien alpha > r

Tabel. Adapun hasil uji coba instrumen penelitian dapat diketahui pada

tabel berikut:

Tabel 4.60

Hasil uji coba instrumen penelitian

No Nomor item Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

1 Item 1 (X1) 0,962

0,444 Reliabel

2 Item 2 (X2) 0,934

0,444 Reliabel

3 Item 3 (Y ) 0,949

0,444 Reliabel

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas dengan program SPSS 23

pada tabel di atas menunjukan bahwa nilai alpha hasil angket supervisi

manajerial, intensitas supervisi dan kinerja guru guru PAI reliabel karena

nilai r hitung > r nilai tabel. Maka instrumen variabel penelitian

dinyatakan reliabel.

3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan dua cara yaitu uji regresi

sederhana dan uji regresi berganda. Uji regresi sederhana bertujuan

untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen

(X1dan X2) terhadap variabel dependen Y. Untuk menguji pengaruh

masing-masing variabel independen (X1 dan X2) dengan variabel

dependen (Y) menggunakan uji t yang dianalisis dengan Aplikasi

SPSS 23. Dengan kata lain untuk mengetahui seberapa jauh perubahan

variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat. Dalam analisis

regresi sederhana, pengaruh satu variabel bebas terhadap variabel

terikat dapat dibuat persamaan sebagai berikut:

Y = a + bX.

Hasil uji regresi yang dilakukan untuk mengetahui apakah

variabel supervisi manajerial kepala sekolah sebagai variable X1

berpengaruh terhadap kinerja guru PAI” sebagai variable Y. Selain itu

uji regresi juga dilakukan untuk mengetahui variabel “Intensitas

Supervisi” sebagai variable X2 berpengaruh terhadap Kinerja guru

PAI” sebagai variable Y. Adapun hasil uji regresi dari masing-masing

variable dan gabungan antar variable dijelaskan dalam uraian berikut:

1. Hasil Uji Hipotesis 1 (H1): supervisi manajerial kepala sekolah

berpengaruh positif terhadap kinerja guru. (X1 Y)

Hasil analisis regresi dari pengaruh supervisi manajerial kepala

sekolah terhadap kinerja guru dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.61.Hasil Analisis Regresi X1

Coefficients

a

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 25,449 9,663 2,634 ,017

supervisi manajerial ,648 ,128 ,766 5,051 ,000

a. Dependent Variable: kinerja guru

Berdasarkan tabel di atas persamaan regresi adalah sebagai

berikut:

Y= 25.449 + 0,648 X1

Nilai koefisien X1 (Supervisi Manajerial Kepala Sekolah)

bernilai positif, yaitu 0,648 yang berarti jika variable lain diasumsikan

konstan, dan jika terjadi peningkatan Supervisi Manajerial Kepala

Sekolah sebanyak 1 skor makakinerja guru PAI sebesar 0,648

Berdasarkan hasil pengolahan tabel di atas juga dapat diketahui

bahwa nilai Sig untuk variabel supervisi manajerial kepala sekolah

sebesar 0.000 < 0.05.berdasarkan hasil thitung sebesar 5,051> dari

ttabel 1,725. Hal ini berarti hipotesis 1 diterima yaitu Supervisi

Manajerial Kepala Sekolah berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Kinerja Guru PAI. Artinya, semakin tinggi Supervisi

Manajerial Kepala Sekolah maka semakin tinggi pula Kinerja Guru

PAI. Adapun besarnya pengaruh dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.62

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,766a ,586 ,563 6,180

a. Predictors: (Constant), supervisi manajerial

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pengaruh supervisi

manajerial terhadap kinerja guru PAI sebesar 0,586 atau 58,6%,

sisanya sebesar 41,4% dipengaruhi faktor lain di luar penelitian ini.

2. Hasil Uji Hipotesis 2: Intensitas Supervisi Berpengaruh Positif

Terhadap Kinerja Guru. (X2 Y)

Hasil analisis regresi dari pengaruh Intensitas Supervisi

terhadap Kinerja Guru PAI dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.63. Hasil Analisis Regresi X2

Coefficients

a

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 34,355 15,923 2,158 ,045

intensitas supervisi ,499 ,200 ,506 2,491 ,023

a. Dependent Variable: kinerja guru

Berdasarkan tabel di atas persamaan regresi adalah sebagai berikut:

Y= 34.355 + 0,499X2

Nilai koefisien X2 (Intensitas Supervisi) bernilai positif, yaitu

0,499 yang berarti jika variable lain diasumsikan konstan, dan jika

terjadi peningkatan Intensitas supervisi sebanyak 1 poin maka akan

meningkatkan kinerja guru PAI sebesar 0.499.

Berdasarkan hasil pengolahan tabel di atas juga dapat diketahui

bahwa nilai Sig untuk variabel Intensitas Supervisi sebesar 0.023<

0.05.berdasarkan hasil thitungsebesar 2.491> dari ttabel1,725.Hal ini

berarti hipotesis 2 diterima yaitu Intensitas Supervisi berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja guru PAI. Artinya, semakin

tinggi supervisi manajerial kepala sekolah maka semakin tinggi pula

kinerja guru PAI. Adapun besarnya pengaruh dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4. 64

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,506a ,256 ,215 8,286

a. Predictors: (Constant), intensitas supervisi

Berdasarkan hasil r square diperoleh nilai 0,215 artinya

intensitas supervisi berpegaruh terhadap kinerja guru sebesar 25,6%,

sisanya sebesar 74,4 % dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian

ini.

3. Hasil uji hipotesis supervisi manajerial dan intensitas supervisi

berpengaruh positif terhadap kinerja guru. (X3 Y)

Uji hipotesis ini dilakukan dengan uji regresi berganda yang

digunakan untuk mengetahui pengaruh supervisi manajerial dan

intensitas supervisi terhadap kinerja guru. Hasil pengolahan

berdasarkan SPSS 23 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.65. Hasil Analisis Regresi Berganda (Uji F)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 18,690 12,648 1,478 ,158

supervisi manajerial ,582 ,151 ,688 3,850 ,001

intensitas supervisi ,148 ,176 ,150 ,838 ,414

a. Dependent Variable: kinerja guru

Berdasarkan tabel di atas didapatkan persamaan regresi

sebagai berikut:

Y= -18.690 + 0.582 X1 + 0.148 X2

Y = Kinerja Guru PAI

X1 = Supervisi Manajemen

X2 = Intensitas Supervisi

Secara simultan Supervisi Manajemen dan Intensitas Supervisi

berpengaruh terhadap kinerja guru PAI dengan persamaan regresi

linear berganda Y= 18.690 + 0.582 X1 + 0.148 X2. Artinya jika nilai

supervisi manajerial (X1) sebesar 1 dan nilai intensitas supervisi (X2)

sebesar 1, maka akan diperoleh kinerja guru PAI sebesar 18.690. Jika

nilai supervisi manajerial dan intensitas naik, maka kinerja guru PAI

juga akan naik. Sedangkan hasil f hitung dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.66

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1001,558 2 500,779 12,895 ,000b

Residual 660,192 17 38,835

Total 1661,750 19

a. Dependent Variable: kinerja guru

b. Predictors: (Constant), intensitas supervisi, supervisi manajerial

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahawa nilai f hitung

sebesar 12,895 lebih besar dari f tabel 3.098 artinya supervisi

manajerial dan intensitas supervisi secara bersama-sama berpengaruh

terhadap kinerja guru PAI. Adapun besarnya pengaruh dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.67

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,776a ,603 ,556 6,232

a. Predictors: (Constant), intensitas supervisi, supervisi manajerial

Bersdasarkan tabel di atas diperoleh nilai r square sebesar 0, 603

Artinya pengaruh supervisi manajerial dan intensitas supervisi

kepala sekolah secara bersama-sama sebesar 60,3% ,sedangkan

sisanya sebesar 39,7 % dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian

ini.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah melakukan uji hipotesis berdasarkan data hasil penelitian

diperoleh kesimpulan bahwa supervisi manajerial kepala sekolah dan

intensitas supervisi berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Hasil

penelitian ini menguatkan bahwa sekolah sebagai sebuah sistem

memerlukan sinergi antar komponen untuk mewujudkan kualitas pendidikan

yang baik. Masing-masing elemen saling berinteraksi dan saling

mempengaruhi antara satu dengan lainnya.

Apabila salah satu komponen menunjukkan kualitas kinerja yang

baik, tentu akan mempengaruhi komponen yang lain. Dalam kondisi seperti

ini peran kepala sekolah sebagai the top leader sangat penting dalam

menjaga stabilitas kinerja jajaran di bawahnya.

Untuk lebih jelasnya pengaruh masing-masing variabel penelitian

dijelaskan dalam uraian berikut:

1. Pengaruh Supervisi Manajerial Kepala Sekolah terhadap Kinerja

Guru PAI.

Kepala sekolah berfungsi sebagai supervisor di sekolah.Fungsi

ini dijabat oleh kepala sekolah karena kepala sekolah memiliki

kewenagan untuk mengadakan kontrol di sekolah. Tentunya fungsi

kepala sekolah di sekolah tidak hanya sebagai fungsi pengawas,

melainkan memiliki fungsi lain seperti kepala sekolah berfungsi sebagai

educator, manajer, administrator, leader, inovator, dan motivator.

Salah satu dari fungsi tersebut adalah supervisi.

Akan tetapi, dalam pelaksanaan supervisi tidak selamanya

dilaksanakan oleh kepala sekolah karena terlalu banyaknya tugas kepala

sekolah, maka tugas tersebut dapat didelegasikan kepada wakasek dan

guru-guru senior yang diberi kewenangan memanajemen sekolah

membantu kepala sekolah pada bidangnya masing-masing.

Pelaksanaan supervisi ini memiliki pengaruh yang besar

terhadap kinerja guru, termasuk guru PAI. Kinerja guru PAI dapat

berubah-ubah. Guru bisa berkinerja tinggi. Guru juga dapat pula

berkinerja rendah. Hal ini sesuai pula dengan pendapat Keith Davis

dalam Mangkunegara,54

bahwa yang mempengaruhi kinerja faktornya

adalahkemampuan dan motivasi. Supervisi adalah salah satu unsur dari

motivasi, yaitu pengaruh dari sisi luar. Dengan memberikan supervisi

akademik kinerja guru akan meningkat.

Menurut Boardman dalam Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi55

dijelaskan bawha supervisi adalah suatu kegiatan menstimulir,

mengkoordinasi, dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-

guru sekolah, baik secara individual maupun secara kolektif. Tujuan

54

Anwar PrabuMangkunegara,Evaluasi Kinerja SDM. Bandug: Aditama, 2010, 14. 55

Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran Jakarta: Rineka, 2009, 68.

diadakannya supervisi adalah agar guru lebih mengerti dan lebih efektif

dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran sehingga mereka mampu

dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat modern.

Pada analisis penelitian di atas, ditemukan pengaruh supervisi

akademik terhadap kinerja guru PAI terbukti dari hasil t hitung sebesar

5,051>t tabel 1,725, dengan persentase 58,6 %. Dengan persentase

demikian, maka pengaruh supervisi akademik cukup kuat terhadap

kinerja guru PAI. Karena supervisi akademik itu ada pengaruhnya

terhadap kinerja guru, maka beberapa upaya untuk meningkatkan

kinerja guru. Kinerja guru yang rendah dapat ditingkatkan kinerjanya.

Jika tidak ditingkatkan kinerja yang rendah itu dapat mengakibatkan

kurang kreatif dalam melaksanakan tugas. Kurang terampil untuk

bekerja sehingga mengakibatkan prestasinya turun atau rendah

kinerjanya dalam melakukan pembelajaran.

Untuk meningkatkan kenerja guru agar pelaksanaan

pembelajarannya meningkat diantaranya mengadakan pembinaan-

pembinan, mengadakan rapat-rapat, atau bisa juga melalui MGMP.

Dalam pembinaan terhadap guru bisa secara pribadi, bisa juga secara

berkelompok. Dalam forum rapat, kepala sekolah bisa membangkitkan

semangat guru. Pada forum MGMP baik dilaksanakan di Gugus sendiri

ataupun ditingkat kabupaten. Dengan diadakan MGMP terjadi

pelatihan-pelatihan, maka kompetensi atau pengetahuan guru dapat

meningkat karena menambah pengalaman. Dengan demikian

diharapkan kinerja guru semakin meningkat.

2. Pengaruh Intensitas Supervisi terhadap Kinerja Guru PAI

Intensitas supervisi berpengaruh positif terhadap kinerja guru

sebesar 2.491 > dari ttabel1,725 dengan pengaruh 25.6%. Artinya

semakin intensif supervisi dilakukan maka kinerja guru akan semakin

meningkat. Semakin sering tatap muka kepal sekolah dengan guru akan

mempermudah guru di dalam menyampaikan kesulitan di dalam

bekerja, sehingga guru dapat dengan mudah berkonsultasi dengan

kepala sekolah. Penggunaan teknik supervisi yang sesuai dengan

kesulitan yang dialami guru akan mempermudah peningkatan kinerja

guru.

Tentunya, kepala sekolah sebagai supervisor telah memahami

persoalan-persoalan mengajar belajar yang dihadapi oleh guru-guru.

Dengan pemahaman itu maka kepala sekolah dapat memberikan

bimbingan profesional yang sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang

dihadapi oleh guru, baik secara peroangan maupun kelompok.

Selain itu, pemberian umpan balik yaitu hasil supervisi akan

menjadikan guru lebih bersemangat untuk memperbaiki kesalahan-

kesalahan di dalam mengajar, serta sikap kepala sekolah yang

memotivasi, memperlakukan sebagai rekan kerja, kerja sama yang

terjalin baik, dan adanya perhatian juga akan meningkatkan kepuasan

kerja guru (perasaan senang guru di dalam bekerja). Adanya

kemudahan fasilitas bimbingan kepada guru, variasi teknik, umpan

balik, dan sikap pengawas yang baik maka akan meningkatkan

ketertarikan guru terhadap pekerjaan, kenyamanan guru dalam

bekerja,antusias dan juga kemuan untuk mengembangkan diri.

Intensitas supervisi yang kurang baik akan menciptakan kinerja

guruyang rendah sehingga guru akan malas untuk bekerja dan banyak

mengeluh yang berakibat pada penurunan kualitas pembelajaran, cara

supervisi monoton dan tidak adanya pemberian hasil supervisi

mengakibatkan guru bekerja seadanya. Oleh karena itu, supervisi kepala

sekolah merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam

menciptakan kinerja guru PAI yang baik.

3. Pengaruh supervisi manajerial dan Intensitas Supervisi terhadap

Kinerja Guru PAI

Hasil analisis deskriptif menunjukan bahwa kinerja guru PAI di SD

Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2017 termasuk dalam kategori baik,

73,75 dalam kategori cukup baik karena berada pada interval 67-78

Hasil pengujian hipotesis secara simultan pengaruh yang signifikan dan

positif, hal ini dibuktikan dengan nilai f hitung sebesar 14,287

sedangkan f tabel 3,124, jadi 12,895>3.098, dan nilai probabilitasnya

0,000<0,05. Adapun sumbangan pengaruh secara simultan supervisi

akademik dan intensitas supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru

PAI sebesar 60,3% dan sisanya sebesar 39,7% dipengaruhi oleh faktor

lain.

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang

diuraikan pada bab sebelumnya maka pada bab ini dijelaskan tentang simpulan

dan saran.

A. Simpulan

1. Supervisi manajerial kepala sekolah terhadap kinerja guru PAI SMP di

Sub Rayon 07 Kebumen diketahui persamaan regresinya

Y=25,449+0,648X1. Adapun pengaruhya dapat dilihat dari hasil

pengolahan data yang menunjukan nilai variabel supervisi manajerial

berdasarkan hasil thitung sebesar 5,051> ttabel 1,725, dengan nilai Sig

sebesar 0.000 < 0.05. Sedangkan pengaruhnya sebesar 58,6% sisanya

sebesar 41,4% dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian ini. Hasil ini

menunjukkan bahwa supervisi manajerial kepala sekolah berpengaruh

signifikan terhadap kinerja guru. Jika variabel lain diasumsikan konstan,

jika supervisi manajerial kepala sekolah semakin baik maka akan semakin

meningkatkan kinerja guru PAI.

2. Intensitas supervisi berpengaruh terhadap kinerja guru PAI SMP di Sub

Rayon 07 Kebumen diketahui persamaan regresinya Y=34,355+0,499X2.

Pengaruh ini dapat dilihat dari hasil pengolahan data yang menunjukan

nilai variable intensitas supervisi 0.023< 0.05. berdasarkan hasil thitung

sebesar 2.491 > dari ttabel1,7251. Dengan pengaruh sebesar 25,6% sisanya

sebesar 74,4% dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini. Hasil ini

menunjukkan bahwa intensitas supervisi berpengaruh signifikan terhadap

kinerja guru. Jika variable lain diasumsikan konstan, dan jika semakin

tinggi intensitas supervisi kepala sekolah maka akan semakin meningkat

kinerja guru PAI

3. Supervisi manajerial kepala sekolah dan intensitas supervisi, berpengaruh

signifikan secara simultan terhadap kinerja guru PA. Hal ini ditunjukkan

dengan hasil penghitungan regresi ganda dengan nilai Fhitung sebesar

12.895 > dari Ftabel 3.098 dengan tingkat signifikansi 0.000 < 0.5.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel supervisi

manajerial kepala sekolah (X1) dan intensitas supervisi (X2) secara

simultan berpengaruh terhadap kinerja Guru PAI SMP (Y) di Sub Rayon

07 Kebumen dengan kontribusi sebesar 60,3% dan sisanya dipengaruhi

oleh faktor lain diluar penelitian ini. Sementara persamaan regresinya

Y=18,690+0,582X1+0,148X2.

B. Saran

Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada pihak yang berkaitan

terutama kepala sekolah dan guru agar bersinergi dengan baik untuk

meningkatkan kinerjanya. Baik buruknya kualitas pendidikan tidak terletak

kepada kepala sekolah atau guru semata, tetapi terletak kepada semua

komponen yang ada di sekolah.

Kepala sekolah yang sekaligus berfungsi sebagai supervisor

hendaknya mengedepankan pendekatan dialogis agar guru tidak merasa

dirinya sedang mendapatkan pengawasan. Kepala sekolah dapat memulai

supervisinya dengan mendengarkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru

selama melaksanakan pembelajaran. Dari persoalan ini, kepala sekolah dapat

memberikan saran kepada guru untuk melakukan perbaikan kualitas

pembelajaran.

Begitu juga dengan guru. Sebaiknya guru tidak menganggap kepala

sekolah sebagai “polisi sekolah” yang bertugas mencari cari kesalahan guru.

Guru hendaknya menjadikan kepala sekolah sebagai mitra kolaboratif untuk

meningkatkan pembelajaran. Bagaimanapun juga kepala sekolah

berkewajiban untuk menjaga kualitas dan kinerja guru sehingga kepala

sekolah harus melaksanakan supervisi, baik manajerial maupun akademik.

Berdasarkan hasil penelitian ini hendaknya perlu adanya penelitian

tindak lanjut tentang pengaruh supervisi manajerial dan akademik terhadap

kinerja guru pada umumnya. Bisa jadi kinerja guru PAI dan kinerja guru yang

lain memiliki motivasi yang berbeda. Selain itu juga dapat dilakukan

penelitian lebih lanjut tentang model-model supervisi kepala sekolah terhadap

kinerja guru.

DAFTAR PUSTAKA

A.M., Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru

dan Calon Guru, Cet. III. Jakarta: Rajawali, 1990.

Anonim.Performance.http://www.businessdictionary.com/definition/performance.

htm diunduh pada hari Selasa 18 Maret 2017, pukul 11.00 WIB.

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

Bacal, R. Performance Management. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011.

Bungin, M. Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Ed. I Cet. III; Jakarta:

Kencana, 2008.

Danim, Sudarwan. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan

Profesionalisme Tenaga Kependidikan Cet. I. Bandung: Pustaka Setia,

2002.

Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam, dalam Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta: Kencana, 2004.

Depag RI, Standar Supervisi Pendidikan pada Sekolah Tsanawiyah, Cet I.

Jakarta, 2005.

Departemen Agama RI, Mushaf Al Kamil Al Quran dan Terjemahnya disertai

Tema Penjelasan Kandungan Ayat. Jakarta Timur: CV Darus Sunnah,

2014.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga,

Cet. III. Jakarta: Balai Pustaka, 2007.

Hasibuan, Malayu. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Bumi Aksara,

2007.

Hasibuan, Malayu S. P. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2005.

Hasil wawancara dan observasi pendahuluan dengan beberapa guru di SMP

Binangun Karanggayam Kebumen pada tanggal 7 april 2017.

Hasil wawancara dan observasi awal dengan beberapa guru di SMP Diponegoro

pada tanggal 13 April 2017.

Hendiyat, Soetopo. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT. Bina

Aksara, 1984.

Iswadi, Hazrul. Sekelumit dari Hasil PISA 2015 yang Baru

Dirilis,http://www.ubaya.ac.id/2014/content/article_detail/230/Sekelumit-

Dari-Hasil-PISA-2015-Yang-Baru-Dirilis.html. download, Jumat, 1

September 2017.

Makhfud, Muhammad. “Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah dalam

Meningkatkan Kinerja Guru di Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 1

Purwosari Pasuruan”, Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Malang, Malang, 2010.

Miftah, Thoha. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2004.

Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Cet. III. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2008.

Muslim, Abdul Majid. “Kompetensi Manajerial Kepala Madrasah dalam

Meningkatkan Profesionalisme Guru, Studi Multikasus di MTsN Terate

Sumenep dan MTsN Sumenep”, Tesis, Program Studi Manajemen

Pendidikan Islam Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibrahim Malang, Malang, 2009.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, No. 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan. Jakarta: BSNP, 2006.

Rifai, Vithzal. Kiat Memimpin dalam Abad 21. Jakarta: Murni Kencana, 2004.

Rini, Ani Puspa. “Supervisi Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru

Pendidikan Agama Islam Studi Kasus di SMKN 10 Malang”, Tesis,

Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Program Pascasarjana

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang, 2012.

Rue, Lloyd L. Byars & Leslie W. Human Resource Management. Boston: Irwin

Inc., 1991.

Timpe, A Dale. Seri Manajemen Sumber Daya Manusia Produktivitas. Jakarta:

Elex Media Komputindo, 2009.

Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, KTSP, Cet. I. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2008.

Sekaran, Uma. Research Methods For Bussines: A Skill Building Approach, 4th

ed.

New York: Jhon Wiley & Sons, Inc. 2003.

Selamet, Mochamad. “Pengaruh Kompetensi Supervisi Manajerial dan Supervisi

Akademik Pengawas Sekolah terhadap Kinerja Guru, Study Deskriptif

Kuantitatif pada SMP Negeri di SMP Negeri di Kota Banjar”, Tesis.

Pascasarjana Universitas Universitas Galuh Ciamis, Ciamis, 2013.

Shaleh, Abdurrohman. Profil Sekolah Masa Depan. Jakarta: Depag RI Dan MP3A

2006.

Sidi, Indrajati. Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru

Pendidikan, Jakarta: Paramadina, 2003.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D. Bandung: Alfabeta, 2015.

Sunarto, Riduwan dan. Pengantar Statistika Cet. II. Bandung: Alfabeta, 2009.

Supardi, Kinerja Guru. Jakarta : Rajagrafindo Perkasa, 2013.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Edisi

Revisi,Cet. X: Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Ummamah. “Pengaruh Perilaku Kepemimpinan dan Keterampilan Manajerial

Kepala Madrasah terhadap Kinerja Guru Madrasah Aliyah Negeri MAN

Se-Kota Malang”, Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Malang, Malang, 2006.

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1.

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan

Permasalahannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.

Warun. “Implementasi Supervisi Manajerial Pengawas TK/SD dalam

Meningkatkan Kemampuan Profesional Kepala SD, Studi Kasus di

Kecamatan Banjarharja Kabupaten Brebes”, Tesis. Program Studi

Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Maulana

Semarang, Semarang, 2009.

Wirawan, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat,

2009.

ANGKET PENELITIAN

PENGARUH SUPERVISI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN INTENSITAS

KEPENGAWASAN TERHADAP KINERJA GURU DI SUBRAYON 07

KARANGANYAR KABUPATEN KEBUMEN

A. Identitas Responden

Nama

:

Tempat/Tanggal Lahir :

Unit Kerja

:

B. Petunjuk

Pengisian

Berilah tanda check list (√) pada kolom yang tersedia dengan ketentuan :

1. TP = Tidak Pernah, apabila keadaan sebenarnya tidak sesuai dengan kenyataan

2. JR = Jarang, apabila pernyataan lebih banyak tidak sesuai kenyataan

3. KD = Kadang, apabila pernyataan lebih banyak tidak sesuai kenyataan

4. SR = Sering, apabila pernyataan lebih banyak sesuai dengan kenyataan

5. SL = Selalu, apabila pernyataan sesuai dengan kenyataan

C. Instrumen Penelitian

No Pernyataan

Jawaban

1

(TP)

2

(JR)

3

(KD)

4

(SR)

5

(SL)

1 Kepala sekolah memiliki tujuan yang sesuai

dengan visi misi sekolah

2 Kepala sekolah memiliki sasaran program

yang sesuai dengan visi misi sekolah

3 Kepala sekolah mengorganisir setiap

kegiatan yang ada di sekolah

4 Kepala sekolah melaksanakan program

secara berkesinambungan

5 Kepala sekolah menilai kinerja guru secara

obyektif

6 Kepala sekolah memberikan arahan yang

konstruktif

7 Kepala sekolah mendorong guru untuk

kolaborasi dalam melaksanakan tugas

8 Kepala sekolah menerapkan pendekatan

sesuai tujuan supervisi manajerial

9 Kepala sekolah menerapkan pendekatan

sesuai masalah yang dihadapi.

10 Kepala sekolah menerapkan teknik

supervisi sesuai pendekatan yang dipilih

11

Kepala sekolah memanfaatkan berbagai

sumber informasi untuk mengambil

kebijakan

12 Kepala sekolah memanfaatkan teknologi

informasi dalam melaksanakan tugasnya.

13 Kepala sekolah melaksanakan analisis

terhadap program yang dilaksanakan

14 Kepala sekolah melaksanakan evaluasi

pelaksanaan program

15 Kepala sekolah melaksanakan membuat

laporan pelaksanaan program

16 Kepala sekolah melaksanakan tindak lanjut

dari analisis dan evaluasi program

17 Kepala sekolah memiliki komitmen

terhadap karir

18 Kepala sekolah memiliki komitmen

terhadap pekerjaan

19 Kepala sekolah memiliki komitmen kepada

setiap orang

20 Kepala sekolah memiliki tanggung jawab

terhadap pekerjaan

21 Kepala sekolah memiliki tanggung jawab

terhadap karir

22 Kepala sekolah memiliki pelayanan yang

berorientasi kepada pelanggan

23 Kepala sekolah memiliki bekerja sesuai

dengan prioritas program

24

Kepala sekolah memiliki memiliki

tanggung jawab sosial terhadap pelaksanaan

program

25 Kepala sekolah memiliki tanggung jawab

moral terhadap pelaksanaan program

26 Kepala sekolah memiliki tanggung jawab

keilmuan terhadap pelaksanaan program

27 Kepala sekolah bersifat terbuka

terhadap dunia luar

28 Kepala sekolah bersifat terbuka

terhadap ide-ide baru

29 Guru memiliki kepastian terhadap

upah/gaji

30 Guru memiliki status yang jelas

31 Guru memiliki orientasi terhadap

prestasi

32 Guru berperilaku sebagai pamong

33 Guru mampu mengembangkan norma

kolaborasi

34 Guru mampu bekerjasama dengan

Masyarakat

35 Guru mampu berdiskusi tentang

strategi baru

36 Guru Mampu Menyelesaikan Masalah

37 Guru Mampu Mengajar dengan baik

38 Guru Mampu Menganalisis Data

39 Guru Mampu Menyelesaikan Masalah

40 Guru Mampu Meningkatkan Strategi

41 Guru mampu mengendalikan resiko

tugas

42 Guru Mampu Menghadapi Setiap

Manusia yang Berbeda

43 Guru Mampu Saling Mendorong

44 Guru Memiliki Keahlian Khusus

45 Guru mengnalisis Mata Pelajaran.

46 Guru Menyusun Program Tahunan.

47 Guru Menyusun Program Semesteran.

48 Guru Menyusun Rencana

Pembelajaran.

49 Guru Menggunakan Strategi yang

Variatif.

50 Guru Menggunakan Media Sumber

Belajar yang Variatif.

51 Guru Mengevaluasi Hasil Belajar

Peserta Didik.

52 Guru Mengevaluasi Target Kurikulum.

53

Guru Menyusun Alat Evaluasi dan

Menganalisis Ketuntasan Belajar

Peserta Didik.

54 Guru Melaksanakan Perbaikan

Pembelajaran.

55 Guru Melaksanakan Pengayaan

Pembelajaran.

56 Guru memiliki Bakat dan Minat

sebagai pendidik

57 Guru memiliki kepribadian sebagai

pendidik

58 Guru memiliki Motivasi, Kehadiran

dan Rancangan Tugas/Pekerjaan.

59 Guru mengikuti pelatihan dan

pengembangan

60 Guru mampu menggunakan peralatan

dan teknologi pendidikan

Kebumen, …………….2017

Responden

(……………………………)