pengaruh kepemilikan manajerial, intensitas …
TRANSCRIPT
PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, INTENSITAS
MODAL, SALES GROWTH, DAN NILAI PERUSAHAAN
TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK
(Pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di BEI Tahun 2014-2018)
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh derajat Strata Satu (S-1)
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pancasakti Tegal
Oleh:
Fahmi Nur Intan Neli
NPM 4316500054
Diajukan Kepada:
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pancasakti Tegal
2020
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan karunia
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul
“PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, INTENSITAS MODAL,
SALES GROWTH DAN NILAI PERUSAHAAN TERHADAP
PENGHINDARAN PAJAK (Pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang
Terdaftar di BEI Tahun 2014-2018)”.
Proposal penelitian untuk skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk
menyelesaikan pendidikan S1 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Pancasakti Tegal.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam meyelesaikan proposal untuk
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, pengarahan, bimbingan, maupun dorongan
dari berbagai pihak, tiada sesuatu yang berharga dan bernilai yang dapat penulis
persembahkan selain rasa hormat dan ucapan terimakasih yang tulus kepada:
1. Ibu Dr. Dien Noviany R, S.E, M.M, Ak. CA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Pancasakti Tegal selaku Dosen Pembimbing I yang
telah banyak membantu dan membimbing saya menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Aminul Fajri, S.E, M.M. selaku Ketua Prodi Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasakti Tegal.
3. Bapak Abdulloh Mubarok, S.E, M.M, Ak. CA selaku Dosen Pembimbing II
yang telah memberikan support dan bimbingannya sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini.
vi
4. Ibu Dr. Dewi Indriasih, S.E, M.M, Ak CA selaku Dosen Wali Kelas Ekstensi
yang telah banyak memberi arahan, motivasi selama peneliti menempuh
perkuliahan.
5. Segenap staf pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasakti
Tegal yang telah membantu dalam studi dan penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen di Universitas Pancasakti Tegal yang telah memberi
bekal dalam kegiatan belajar mengajar.
7. Orangtua, Keluarga dan Sahabat penulis yang selalu memberikan do’a dan
semangat.
8. Teman-teman Kelas Ekstensi, Kelas Konversi, Serta Kelas Reguler yang telah
memberikan semangat, masukan dan informasi kepada penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
mendukung penulisan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena kritik dan saran yang membangun guna perbaikan
penyusunan skripsi nantinya, sangat penulis harapkan.
Tegal, Juli 2020
Penulis
Fahmi Nur Intan Neli
NPM. 4316500054
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
“Jika kau ingin menulis satu paragraph yang baik, kau harus membaca satu buku.
Maka jika didalam tulisan itu ada beratus-ratus paragraph, sebanyak itulah buku
yang harus kau baca” (Tere Liye)
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (Q.S Ar Ra’d :11)
PERSEMBAHAN :
Dengan rasa hormat penuh kesyukuran dan kerendahan hati, skripsi ini
dipersembahkan kepada :
1. Orang tua tercinta Bapak Sultoni dan Ibu Rusmini, yang selalu memberikan
doa yang teramat tulus, serta dorongan moril dan materiil yang tak ada
hentinya sehingga penulis bisa sampai pada tahap seperti ini.
2. Mamas tersayang Adika Bagus Erianto beserta istri Lia Safitri dan putra kecil
mereka yang menggemaskan Algis Ganendra Erianto.
3. Adek tersayang Azzami Nizul Alfiyah Wafa yang sudah banyak membantu
selama penulisan ini dibuat.
4. Sahabat-sahabat terbaik Mba Marya, Mba Alma, Mba Nina, Rizkaden,
Aliyatulhm, Restu Putri yang selalu mengiringiku sebagai penyejuk,
menyapaku dalam kesendirian yang melelahkan, dan selalu menjagaku tetap
viii
dalam senyum. Semoga ukhuwah dan persaudaraan kita kekal sampai ke
Jannah-Nya.
5. Sahabat seperjuangan Mega Ayu, Khusnul Amaliyah, Risma Meilana, Milla
Murniati, Tri Ayu Resti, Fida Alawiyah. Terimakasih telah banyak
mengajarkan banyak hal dan warna baru selama 4 tahun terakhir, tetap
semangat dan terus berjuang agar dapat terbang tinggi menembus cita-cita
dan tujuan hidup masing-masing.
6. Teman-teman KKN Kelurahan Dampyak Kecamatan Kramat Kabupaten
Tegal, Kordes Agriyan, Alex, Ijal, Isma dan Fidia yang sudah banyak
memberikan keceriaan dan saling belajar hidup mandiri selama 2 bulan di
posko.
7. Semua pihak yang membantu yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu,
Jazakumullah khairan katsiran.
ix
ABSTRAK
Fahmi Nur Intan Neli, Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Intensitas Modal,
Sales Growth, dan Nilai Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak (Studi Kasus
Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2014-2018).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memberikan bukti empiris
mengenai pengaruh kepemilikan manajerial, intensitas modal, sales growth dan
nilai perusahaan terhadap penghindaran pajak pada perusahaan pertambangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2018.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistic
deskriptif mengenai penghindaran pajak dengan teknik pengolahan data
menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 22.
Sampel yang digunakan berjumlah 16 perusahaan pertambangan pada Bursa Efek
Indonesia yang diperoleh dengan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Kepemilikan Manajerial, Intensitas
modal, dan Nilai Perusahaan tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Sedangkan, sales growth berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Kata kunci: Penghindaran Pajak, Kepemilikan Manajerial, Intensitas
Modal, Sales Growth, Nilai Perusahaan.
x
ABSTRACT
Fahmi Nur Intan Neli, Effects of Managerial Ownership, Capital Intensity, Sales
Growth, and Company Value on Tax Avoidance (Case Study of Mining
Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange in 2014-2018).
This study aims to determine and provide empirical evidence regarding the
influence of managerial ownership, capital intensity, sales growth and company
value on tax avoidance of mining companies listed on the Indonesia Stock
Exchange in 2014-2018.
The data analysis method used in this study is a descriptive statistic
regarding tax avoidance with data processing techniques using the SPSS
(Statistical Product and Service Solutions) version 22 program. The samples used
were 16 mining companies on the Indonesia Stock Exchange which were obtained
using purposive sampling technique.
The results showed that Managerial Ownership, Capital Intensity, and
Company Value had no effect on tax avoidance. Meanwhile, sales growth affects
tax avoidance.
Keywords: Tax Avoidance, Managerial Ownership, Capital Intensity,
Sales Growth, Company Value.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL. .............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................... iv
KATA PENGANTAR. ............................................................................ v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ vii
ABSTRAK ............................................................................................. ix
ABSTRACK ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv
D DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ vxi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Perumusan Masalah .......................................................... 9
C. Tujuan Penelitian .............................................................. 9
D. Manfaat Penelitian ............................................................ 10
1. Manfaat Teoritis ......................................................... 10
2. Manfaat Praktis .......................................................... 11
xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 12
A. Landasan Teori.................................................................. 12
1. Grand Theory ............................................................. 12
a. Teori Agensi ......................................................... 12
b. Teori Akuntansi Positif ......................................... 14
2. Kepemilikan Manajerial ............................................. 16
3. Intensitas Modal ......................................................... 17
4. Sales Growth .............................................................. 19
5. Nilai Perusahaan......................................................... 22
6. Penghindaran Pajak .................................................... 24
B. Studi Penelitian Terdahulu ................................................ 29
C. Kerangka Pemikiran .......................................................... 32
D. Hipotesis ........................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................... 39
A. Pemilihan Metode .............................................................. 39
B. Objek Penelitian ................................................................. 39
C. Populasi dan Sampel .......................................................... 40
D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ................... 42
1. Definisi Konseptual .................................................... 42
2. Definisi Operasional Variabel..................................... 45
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 46
F. Teknik Pengolahan Data..................................................... 46
xiii
G. Analisis Data dan Uji Hipotesis .......................................... 46
1. Analisis Statistik Deskriptif ........................................ 46
2. Uji Asumsi Klasik ...................................................... 47
a. Uji Normalitas ....................................................... 47
b. Uji Multikolinearitas .............................................. 47
c. Uji Autokorelasi .................................................... 48
d. Uji Heteroskedastisitas ........................................... 49
3. Analisis Regresi Linear Berganda ............................... 50
4. Pengujian Hipotesis .................................................... 51
a. Uji Signifikan Parsial (Uji t) .................................. 51
b. Uji Koefisien Determinasi...................................... 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................. 52
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................... 52
B. Gambaran Umum Perusahaan Sampel ................................ 54
C. Hasil Penelitian .................................................................. 57
D. Pembahasan ....................................................................... 68
BAB V PENUTUP ................................................................................. 74
A. Kesimpulan ........................................................................ 74
B. Saran .................................................................................. 74
C. Keterbatasan Penelitian ...................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 78
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ 84
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Negara Tahun 2014-2018 ....................... 2
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu........................................................ 30
Tabel 3.1 Proses Seleksi Sampel Penelitian .............................................. 41
Tabel 3.2 Sampel Penelitian ..................................................................... 41
Tabel 3.3 Operasional Variabel Penelitian ................................................ 45
Tabel 3.4 Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson (DW) ............................. 49
Tabel 4.1 Sejarah Bursa Efek ................................................................... 53
Tabel 4.2 Gambaran Umum Sampel Perusahaan ...................................... 55
Tabel 4.3 Hasil Statistika Diskriptif ......................................................... 57
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas ................................................................. 59
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier......................................... 60
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolineritas ......................................................... 61
Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi .............................................................. 62
Tabel 4.8 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda .................................... 64
Tabel 4.9 Hasil Uji Kelayakan Model (Uji F) ........................................... 66
Tabel 4.10 Hasil Uji Parsial (Uji t) .......................................................... 67
Tabel 4.11 Nilai R Square ........................................................................ 68
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ............................................................. 37
Gambar 4.1 Scatterplot ............................................................................ 63
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. ............................................................................................. 85
Lampiran 2. ............................................................................................. 86
Lampiran 3. ............................................................................................. 113
Lampiran 4. ............................................................................................. 118
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya pajak merupakan sumber utama penerimaan negara untuk
memenuhi kebutuhan negara, yang meliputi belanja rutin maupun belanja
pembangunan. Dalam belanja pembangunan, penerimaan hasil pajak akan
dilakukan oleh pemerintah untuk membangun; infrastruktur, pembangunan
kesehatan, pendidikan dan fasilitas publik lainnya. Jadi, jika penerimaan pajak
meningkat maka lebih banyak fasilitas dan infrastruktur yang dibangun dengan
kualitas pelayanan negara yang dalam hal ini diwakilkan oleh pemerintah untuk
masyarakat akan jauh lebih meningkat.
Kewajiban membayar pajak oleh masyarakat merupakan pencerminan
tanggung jawab diri sendiri terhadap kepatuhan kewajiban kenegaraan dibidang
perpajakan. Hal tersebut sesuai dengan sistem self assessment yang dianut dalam
Sistem Perpajakan Indonesia. Tetapi pada kenyataannya sifat manusia dari dulu
hingga sekarang akan selalu senantiasa berusaha menghindari pembayaran pajak
dalam berbagai bentuk dan manifestasinya, karena pajak adalah pungutan yang
diwajibkan oleh undang- undang, bukan kontribusi yang sifatnya sukarela (taxes
are enforced extractions, not voluntary contributions), dan tanpa ada imbalan
langsung dari pemerintah (Maharani, Titisari, & Nurlaela, 2017).
Pajak merupakan sumber penerimaan terbesar yang paling berpotensi dalam
menempati kedudukan prosentase tertinggi pada Anggaran Pendapatan dan
2
Belanja Negara (APBN) dibandingkan dengan penerimaan lainnya. Besarnya
peranan pajak sebagai salah satu sumber penerimaan negara tersebut sesuai
dengan data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) seperti dalam
tabel berikut:
Tabel 1.1
Realisasi Penerimaan Negara Tahun 2014-2018
(Dalam Milyaran Rupiah)
No Tahun &
Prosentase
Keterangan
Penerimaan
Perpajakan
Penerimaan
Bukan Pajak Jumlah
1 2014 1.146.865,80 398.590,50 1.545.456,30
% 74% 26% 100%
2 2015 1.240.418,86 255.628,48 1.496.047,34
% 83% 17% 100%
3 2016 1.284.970,10 261.976,30 1.546.946,40
% 83% 17% 100%
4 2017 1.343.529,80 311.216,30 1.654.746,10
% 81% 19% 100%
5 2018 1.518.789,80 409.320,20 1.928.110,00
% 79% 21% 100%
Sumber : www.bps.go.id (2020)
Dapat dilihat dalam tabel 1.1 realisasi penerimaan negara diatas, pada tahun
2014-2015 prosentase penerimaan pajak mengalami kenaikan 9%, antara 2015-
2016 stabil dan mulai dari 2016-2018 mengalami penurunan setiap tahunnya.
Dengan demikian menjelaskan bahwa pemerintah atau dalam konteks ini
Direktorat Jendral Pajak perlu mengoptimalkan lagi penerimaan pajaknya demi
percepatan pembangunan negara. Namun upaya untuk mengoptimalkan
penerimaan pajak ini masih banyak mengalami kendala, salah satunya dengan
adanya tindakan penghindaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak pribadi
ataupun wajib pajak badan.
3
Bagi wajib pajak, pajak merupakan suatu beban yang dapat mengurangi
pendapatan sehingga wajib pajak menginginkan pembayaran pajak seminim
mungkin. Sedangkan bagi pemerintah, pajak merupakan sumber pendapatan
negara yang harus dilakukan secara terus menerus sehingga mengalami
peningkatan setiap tahun. Perbedaan ini yang menyebabkan ketidakpatuhan
pembayaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak yang berdampak pada
perusahaan untuk melakukan pengelakan pajak untuk mengurangi beban
pembayaran pajaknya (Silvia, 2019).
Pengelakan pajak yang dilakukan oleh perusahaan biasanya menggunakan
dua cara, yaitu; penghindaran pajak (tax avoidance) dan penggelapan pajak (tax
evasion). Dalam buku-buku perpajakan Indonesia, penghindaran pajak (tax
avoidance) merupakan salah satu bentuk usaha yang dianggap legal untuk
mengupayakan dan memanfaatkan celah tanpa melanggar peraturan perpajakan
yang berlaku di Indonesia dengan tujuan menekan seminim mungkin beban pajak
yang harus dibayarkan ke negara. Sedangkan penggelapan pajak (tax evasion)
diartikan sebagai bentuk usaha ilegal yang dilakukan oleh perusahaan untuk
mengurangi beban pajaknya (Wahidah & Ayem, 2018)
Dengan demikian perusahaan akan melakukan berbagai cara untuk bisa
mengurangi beban perpajakannya. Biasanya perusahaan akan memanfaatkan
pengecualian dan potongan yang diperbolehkan ataupun dengan cara menunda
pembayaran pajak (Dewinta & Setiawan, 2016).
Suatu perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dalam tata mengelola
perencanaan pajaknya dipengaruhi oleh karakteristik tata kelola perusahaan
4
(corporate governance) yang dijalankan oleh perusahaan itu sendiri. Karakteristik
corporate governace yang dipakai dalam penelitian ini yaitu: kepemilikan
manajerial. Kepemilikan manajerial itu sendiri merupakan proporsi saham biasa
yang dimiliki oleh manajemen yang diukur melalui presentase saham biasa yang
dimiliki oleh manajemen yang secara aktif ikut terlibat secara langsung dalam
pengambilan suatu keputusan perusahaan. Semakin besar kepemilikan manajerial
pada perusahaan, semakin tinggi pula tingkat praktik penggelapan pajaknya
(Prasetyo & Pramuka, 2018).
Karakteristik perusahaan selanjutnya yang berkaitan dengan tingkat efektif
pajak secara langsung adalah intensity ratio atau rasio intensitas modal. Aset tetap
yang dimiliki oleh perusahaan memungkinkan perusahaan memotong pajak akibat
penyusutan aset tetap setiap tahunnya. Hampir seluruh aset tetap akan mengalami
penyusutan setiap tahunnya yang mengakibatkan menjadi biaya penyusutan di
laporan keuangan perusahaan. Sementara itu biaya penyusutan ini adalah biaya
yang dapat dikurangi dari penghasilan dalam perhitungan pajak perusahaan.
Darsono & Muzaki (2015) mengatakan bahwa aset tetap akan mempengaruhi
perusahaan untuk mengurangi pajaknya akibat dari biaya penyusutan aset tetap
setiap tahunnya.
Faktor selanjutnya yang berpengaruh dalam upaya peningkatan tindakan
penghindaran pajak pada perusahaan yaitu dengan adanya pertumbuhan penjualan
(sales growth). Penjualan memiliki dampak yang sangat berpengaruh terhadap
perusahaan, karena penjualan yang dilakukan harus didukung dengan harta atau
asset perusahaan, bila perusahaan menginginkan penjualan naik maka harta atau
5
aset perusahaan harus ditambah. Perusahaan dapat mengoptimalkan sumber daya
yang ada dengan cara melihat penjualan dari tahun sebelumnya. Penelitian ini
menggunakan pengukuran pertumbuhan penjualan (sales growth) karena dapat
melihat baik buruknya tingkat pertumbuhan penjualan suatu perusahaan dan dapat
memprediksi seberapa besarnya laba perusahaan yang dapat diperoleh dengan
pertumbuhan penjualan tersebut. Dengan meningkatnya pertumbuhan penjualan,
maka laba yang dihasilkan juga akan tinggi yang akan mengakibatkan perusahaan
melakukan praktik penghindaran pajak (Dewinta & Setiawan, 2016).
Praktik penghindaran pajak juga merupakan salah satu cara yang dilakukan
oleh manajemen keuangan dalam suatu perusahaan untuk meningkatkan nilai
perusahaan setiap periodenya. Aktifitas tersebut di lakukan dengan cara
mengurangi pajak perusahaan yang masih dalam peraturan-peraturan perpajakan
yang berlaku (legal), sehingga nantinya akan dapat menaikan laba perusahaan dan
akan berdampak terhadap nilai perusahaan tersebut. Aktifitas penghindaran pajak
merupakan langkah yang efektif untuk menaikan nilai perusahaan menurut para
manajemen keuangan.
Tax avoidance atau penghindaran pajak sendiri merupakan upaya perusahaan
dengan memanfaatkan celah tanpa melanggar peraturan perpajakan yang berlaku
dengan tujuan menekan seminim mungkin beban pajak yang harus di bayarkan ke
negara (Wahidah & Ayem, 2018). Selain memberikan keuntungan bagi pihak
perusahaan, penghindaran pajak juga dapat memberikan efek negatif bagi
perusahaan. Hal ini disebabkan karena tax avoidance dapat mencerminkan
adanya kepentingan pribadi manajer dengan cara melakukan manipulasi laba yang
6
mengakibatkan adanya informasi yang tidak benar bagi investor. Dengan
demikian para investor dapat memberikan penilaian yang rendah bagi perusahaan.
Terbentuknya judul ini dilatarbelakangi karena terdapat fenomena pada wajib
pajak badan (perusahaan) yang ukurannya terbilang besar namun masih
melakukan penghindaran pajak. Adanya beberapa modus yang dilakukan oleh
perusahaan dalam penghindaran pajak. Adanya perusahaan yang mendapatkan
laba tapi berkonsolidasi dengan perusahaan yang rugi agar secara tahunan tidak
membayar pajak. Dan adapun tujuan utama dari perusahaan adalah memperoleh
laba semaksimal mungkin, sehingga perusahaan akan memanipulasi laba agar
terlihat kecil agar beban pajak yang harus di bayarkan ke negara juga rendah
(Ikhwan, 2019).
Fenomena penghindaran pajak pernah beberapa kali terjadi di Indonesia.
Diantaranya yang terjadi pada tahun 2014 silam terdapat kasus penghindaran
pajak yang dilakukan oleh PT. Toyota Motor Manufakturing Indonesia (TMMIN)
yang memanfaatkan transaksi antar perusahaan terafiliasi di dalam dan luar negeri
untuk menghindari pembayaran pajak. Istilah bekennya transfer pricing
(Sugiharto, 2014). Selain itu dalam laporan pajaknya TMMIN menyatakan nilai
penjualannya Rp 32,9 triliun, namun Direktor Jendral Pajak mengoreksi nilai
penjualannya menjadi Rp 34,5 triliun. Dengan begitu nilai koreksi sebesar Rp 1,5
triliun (Idris, 2013).
Pada tahun 2017 lalu PT. Coca Cola Indonesia melakukan penghindaran
pajak yang menimbulkan kekurangan pembayaran pajak senilai Rp 49,24 miliar.
Direktorat Jedral Pajak menemukan pembengkakan biaya pada tahun 2002, 2003,
7
2004 dan 2006 silam. Beban biaya dapat mengakibatkan penghasilan kena pajak
berkurang, sehingga beban kena pajak pada CCI otomatis ikut mengecil (Piliang,
2015).
Selain kedua kasus penghindaran pajak diatas, baru-baru ini mencuat kasus
PT. Adaro Energy Tbk yang melakukan akal-akalan penghindaran pajak dengan
cara transfer pricing melalui anak usahanya di Singapura Coaltrade Services
Internasional sejak tahun 2009 hingga 2017. Adaro diduga telah mengatur
sedemikian rupa sehingga mereka hanya membayar pajak U$ 125 juta atau setara
Rp 1,75 triliun (kurs Rp 14 ribu) lebih rendah dari pada yang seharusnya di
bayarkan di Indonesia (Sugianto, 2019).
Fenomena penghindaran pajak tidak hanya terjadi di negara Indonesia atau
negara suaka atau surga pajak (tax havens countries). Sudah menjadi rahasia
umum bahwa perusahaan internasional seperti Google, Apple, Microsoft,
Amazon, dan Starbucks mempunyai anak usaha yang berlokasi di yurisdiksi surga
pajak. Tujuan utamanya adalah meminimalkan beban pajak yang harus dibayar di
negara asalnya (Amerika Serikat dan Uni Eropa) maupun di negara dimana
penghasilan diperoleh (source country). Keuntungan usaha akan dialihkan ke
negara-negara surga pajak sehingga tidak dapat dijangkau oleh negara asal
ataupun negara sumber penghasilan. Penghindaran pajak dilakukan dengan
memanfaatkan kelemahan peraturan perpajakan melalui skema yang disebut
(Double Irish Dutch Sandwich) (Panji, 2016).
Penghindaran pajak merupakan masalah serius di Indonesia. Diduga setiap
tahunnya mencapai Rp 110 triliun nilai angka penghindaran pajak. Kebanyakan
8
adalah wajib badan usaha sekitar 80 persen dan 20 persen untuk wajib orang
pribadi. Dari prosentase 80 persen tersebut kebanyakan usaha yang bergerak di
sektor mineral dan pertambangan (batu bara). Kebanyakan juga adalah perusahaan
asing, dan ada juga perusahaan yang bertempat dan berbadan hukum Indonesia
tapi nyatanya berkepemilikan asing (Himawan, 2017).
Penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penghindaran
pajak telah banyak dilakukan di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Putri &
Lawita (2019) dengan kesimpulan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh
terhadap penghindaran pajak. Berbeda dengan hasil penelitian Rejeki, Wijaya, &
Amah (2019) dan Kalbuana, Purwanti, & Agustin (2017) yang menunjukan
bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap
penghindaran pajak. Penelitian yang dilakukan Puspita & Febrianti (2017)
menyimpulkan bahwa pertumbuhan penjualan (sales growth) berpengaruh
terhadap penghindaran pajak dan intensitas modal (capital intensity) tidak
berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Berbanding terbalik dengan penelitian
Swingly & Sukartha (2015) dan Maharani, Titisari, & Nurlaela (2017) yang
menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan (sales growth) tidak berpengaruh dan
menurut Wijayanti, Wijayanti, & Chomsatu (2017) intensitas modal (capital
intensity) berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Selanjutnya menurut Pohan
(2009) nilai perusahaan dengan proxy rasio tobin’s Q tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak, berbanding terbalik dengan hasil penelitian Tampubolon
(2016) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara nilai perusahaan dengan
menggunakan rasio tobin’s Q terhadap penghindaran pajak.
9
Berdasarkan berbagai perbedaan hasil penelitian sebelumnya, maka penulis
akan mencoba melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penghindaran pajak
dengan judul “PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL,
INTENSITAS MODAL, SALES GROWTH DAN NILAI PERUSAHAAN
TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK (Pada Perusahaan Sektor
Pertambangan yang Terdaftar di BEI Tahun 2014-2018)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka permasalahan dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap penghindaran pajak
pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2014 –
2018?
2. Apakah intensitas modal berpengaruh terhadap penghindaran pajak pada
perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2014 – 2018?
3. Apakah sales growth berpengaruh terhadap penghindaran pajak pada
perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2014– 2018?
4. Apakah nilai perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak pada
perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2014– 2018?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang terurai diatas, maka tujuan dari penelitian ini
yaitu sebagai berikut :
10
1. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial terhadap penghindaran
pajak pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode
2014 – 2018.
2. Untuk mengetahui pengaruh intensitas modal terhadap penghindaran pajak
pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2014 –
2018.
3. Untuk mengetahui pengaruh sales growth terhadap penghindaran pajak pada
perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2014 – 2018.
4. Untuk mengetahui pengaruh nilai perusahaan terhadap penghindaran pajak
pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2014 –
2018.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi
mahasiswa ekonomi dan bisnis khususnya anak akuntansi yang mengambil
konsentrasi perpajakan, mengenai pengaruh kepemilikan manajerial, intensitas
modal, sales growth dan nilai perusahaan terhadap penghindaran pajak pada
perusahaan sektor pertambangan.
2. Manfaat Praktis
Dari penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi beberapa pihak,
antara lain :
11
a. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan, pengetahuan, dan
menjadi kesempatan yang baik untuk pengembangan teori, terutama terkait
dengan pengaruh kepemilikan manajerial, intensitas modal, sales growth dan nilai
perusahaan terhadap penghindaran pajak.
b. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi investor,
khususnya mengenai sejauh mana pengaruh kepemilikan manajerial, intensitas
modal, sales growth dan nilai perusahaan terhadap penghindaran pajak untuk
dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi.
c. Bagi Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi, bahan pertimbangan,
wacana, rujukan, informasi tambahan maupun perbandingan dalam melakukan
penelitian selanjutnya mengenai sejauh mana pengaruh kepemilikan manajerial,
intensitas modal, sales growth dan nilai perusahaan terhadap penghindaran pajak.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Grand Theory
a. Teori Agensi (Agency Theory)
Teori agensi dikembangkan oleh Jensen dan Meckling (1976) dalam Putri,
Ulfah, & Musviyanti (2018) menjelaskan bahwa hubungan keagenan sebagai
“agency relationship as a contract under which on or more person (the
principals) angage another person (the agent) to perform some service on their
behalf which involves delegating some desicion making authority to the agent”.
Hubungan antara agensi dengan principal yang keduanya terikat dalam sebuah
kontrak untuk melaksanakan dan mendelegasikan keputusan. Akan tetapi
hubungan keduanya kurang baik karena antara agensi dan principal
mempentingkan diri sendiri. Pada akhirnya permasalahan tersebut menimbulkan
biaya agensi (agency cost). Menurut Putri & Putra (2017) permasalahan agensi
tersebut terjadi dalam dua bentuk, yaitu:
1. Permasalahan antara pemegang saham dengan manajer. Penyebab konflik
tersebut terjadi karena pembuatan keputusan atas pencairan dana dan
keputusan yang diambil untuk bagaimana dana tersebut diinvestasikan.
2. Permasalahan anatara pemegang saham dengan kreditor. Penyebab konflik
tersebut terjadi karena kreditur menerima uang dari perusahaan
13
dalam jumlah yang sama sebagai bunga hutang, sedangkan pemegang
saham tergantung dengan pendapatan laba yang diperoleh perusahaan.
Menurut Eisenhardt (1989) dalam Nurjanah (2017) ada tiga asumsi yang
mendasari terjadinya teori agensi, yaitu:
1. Asumsi tentang sifat manusia. Asumsi ini menadasari tentang sifat manuasia
yang cenderung memikirkan diri sendiri (self interst), memiliki keterbatasan
rasional (baounded rasionality) dan tidak menyukai dan berkeinginan untuk
mengambil resiko (risk eversion).
2. Asumsi tentang keorganisasian. Asumsi ini terjadi karena adanya konflik
antara anggota organisasi, efesiensi sebagai krikteria produktifitas dan adanya
asimetris informasi antara principal dan agen.
3. Asumsi tentang informasi. Asumsi ini menjelaskan bahwa informasi
merupakan barang komoditi yang dapat diperjual belikan.
Keterkaitan hubungan teori agensi dengan penghindaran pajak yaitu adanya
perbedaan pelaporan laba komersil dengan laba fiskal yang dapat menimpulkan
konflik kepentingan (agency theory) bagi manajer dalam melaporkan aktivitas
perusahaannya. Seorang manajer akan melaporkan laba yang lebih tinggi dalam
laporan keuangan (laba komersil) untuk bisa mendapatkan bonus atau kompensasi
yang tinggi pula atau dengan mengaitkan peraturan-peraturan dengan kontrak
hutang (debt convenant) dan memanfaatkan celah penyusutan aset tetap. Teori
agensi dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan penghindaran pajak
yang dilakukan perusahaan pertambangan dengan variabel independen yang
14
berkaitan dengan teori agensi yaitu kepemilikan manajerial, sales growth dan nilai
perusahaan.
b. Teori Akuntansi Positif (Positif Accounting Theory)
Teori akuntansi postif ini berupaya menjelaskan sebuah proses, yang
menggunakan kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta
penggunaan kebijakan akuntansi yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi
tertentu dimasa mendatang. Teori akuntansi positif pada prinsipnya menjelaskan
dan memprediksi praktik akuntansi. Teori akuntansi positif merupakan studi lanjut
dari teori akuntansi normatif karena teori akuntansi normatif gagal dalam
menjelaskan fenomena praktik yang terjadi secara nyata. Teori akuntansi positif
mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan teori akuntansi.
Teori akuntansi positif dapat memberikan pedoman bagi para pembuat kebijakan
akuntansi dalam menentukan konsekuensi dari kebijakan tersebut (Putri, Ulfah, &
Musviyanti, 2018).
Teori ini dipelopori oleh Watts dan Zimmerman (1986) dalam Putri, Ulfah, &
Musviyanti (2018) menyatakan bahwa tujuan dari teori akuntansi positif adalah
untuk menguraikan dan menjelaskan bagaimana proses akuntansi dari mulai
sampai dengan sekarang dan bagaimana informasi akuntansi disajikan agar dapat
dikomunikasikan dengan baik kepada pihak lain dalam perusahaan. Dalam teori
ini juga ada tiga hipotesis utama yang menjadi acuan dalam menjelaskan dan
memprediksi peristiwa akuntansi, yaitu:
15
1. Hipotesis Rencana Bonus (The Bous Plan Hypothesis)
Para manajer perusahaan dengan rencana pemberian bonus akan cenderung
melakukan metode akutansi yang dapat menggantikan laporan earning untuk
periode mendatangke periode sekarang atau yang populer dengan istilah income
smoothing. Dengan hipotesis tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, seorang
manajer apabila sistem penggajiannya tergantung dengan sistem bonus maka akan
cenderung untuk memilih metode akuntansi yang akan memaksimalkan gajinya,
misalnya dengan metode accrual
2. Hipotesis Perjanjian Hutang (Debt Covenant Hypothesis)
Hipotesis ini berkaitan dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi perusahaan
dalam melakukan perjanjian hutang (debt convenant). Seperti diketahui bahwa
banyak perjanjian hutang yang mensyaratkan peminjaman yag harus dipenuhi
peminjam selama masa perjanjian. Ketika perusahaan mulai terancam melanggar
perjanjian utang, maka manajer perusahaan akanberusaha untuk menghindari
semaksimal mungkin perjanjian utang tersebut dengan cara memilih metode
akuntansi yang akan meningkatkan pendapatan perusahaan.
3. Hipotesis Biaya Proses Politik (The Political Cost Hypothesis)
Semakin besar biaya politik perusahaan, cenderung melakukan rekayasa
penurunan laba dengan tujuan untuk meminimalkan biaya politik yang harus
mereka bayarkan. Biaya politik meliputi semua biaya yang harus ditaggung
perusahaan terkait dengan regulasi pemerintah, termasuk didalamnya terdapat tarif
pajak yang dibayarkan kepada pemerintah.
16
Ketiga hipotesis tersebut menunjukan bahwa teori akuntansi positif mengakui
adanya tiga hubungan keagenan, yaitu; (1) antara manajemen dengan pemilik (the
bonus plan hypothesis), (2) antara manajemen dengan kreditur (the debt to equity
hypothesis), (3) antara manajemen dengan pemerintah (the political hypothesis).
Masalah agency muncul disebabkan karena asimetris informasi antara principal
dengan agent, dimana agent lebih banyak memperoleh informasi ketimbang
principal yang menyebabkan adanya moral hazard (Putri, Ulfah, & Musviyanti,
2018).
2. Kepemilikan Manajerial
Rejeki, Wijaya, & Amah (2019) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial
merupakan mekanisme pengendalian internal yang berfungsi untuk memonitoring
agar konflik keagenan dapat di kurangi. Kepemilikan saham manajerial
merupakan jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen dari keseluruhan modal
yang ada dalam suatu perusahaan.
Kepemilikan saham manajerial merupakan proporsi saham biasa yang
dimiliki dan bisa di kontrol oleh manajemen yang dapat mempengaruhi keputusan
perusahaan. Prasetyo & Pramuka (2018) menegaskan bahwa struktur kepemilikan
saham manajerial diukur sebagai prosentase saham biasa yang bisa dimiliki oleh
direktur atau karyawan. Semakin besar proporsi kepemilikan saham manajerial
disuatu perusahaan maka semakin giat pihak manajemen untuk kepentingan
pemegang saham, karena jika ada kesalahan pihak manajemen pula yang
mendapat konsekuensinya.
17
Penerapan kepemilikan manajerial sesuai dengan teori agensi (agency theory)
yang menyatakan bahwa terdapat konflik didalam suatu perusahaan antara
pemegang saham dengan manajer. Peningkatan kepemilikan manajerial ini salah
satu cara untuk mengurangi agency conflict Jensen et al dalam (Utami & Tahar,
2018). Perusahaan meningkatkan jumlah kepemilikan saham oleh manajerial
untuk mensejajarkan kedudukan antara manajer dengan pemegang saham
(outsider ownership) sehingga bertindak sesuai dengan keinginan pemegang
saham (Hartadinanta & Tjaraka, 2013). Banyaknya jumlah kepemilikan saham
oleh manajerial di perusahaan juga menunjukan bahwa kecenderungan
melakukan penghindaran pajak akan semakin kecil. Hal tersebut terjadi karena
kepemilikan saham oleh manajer akan cenderung membuat manajer memikirkan
kembali nasib perusahaan yang sedang dipimpinnya sehingga manajer tidak akan
rela jika usahanya diperiksa terkait permasalahan perpajakannya, sehingga
kebijakan perpajakan tidak akan mendukung tax avoidance untuk dilakukan
(Putri, Ulfah, & Musviyanti, 2018).
3. Intensitas Modal (Capital Intensity)
Menurut Fatimah, Anwar, Nordiansyah, & Tambun (2017) intensitas modal
merupakan salah satu bentuk keputusan keuangan yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan untuk meningkatkan tingkat profitabilitas perusahaan.
Dengan begitu intensitas modal jika dilihat dari sisi keuangan, dapat diartikan
dengan peningkatan profitabilitas yang dilakukan oleh manajer perusahaan.
Peningkatan profitabilitas tersebut bisa dilakukan dengan tiga cara, yaitu;
mengurangi beban, meningkatkan margin atau keuntungan dan meningkatkan
18
penjualan. Apabila suatu perusahaan dapat menjalankan atau melakukan ketiga
tindakan tersubut sekaligus maka akan menghemat biaya dan memaksimalkan
keuntungan yang ujungnya akan membuat perusahaan tersebut melakukan
penghindaran pajak.
Intensitas modal juga dapat didefinisikan seberapa besar perusahaan
berkorban untuk melakukan aktivitas operasi dan pendanaan aktiva untuk
memperoleh keuntungan (Widani, Mahaputra, & Sudiartana, 2019).
Dari pengertian diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa manajer dalam
perusahaan akan melakukan investasi aset tetap dengan cara menggunakan dana
menganggur untuk membeli saham atau obligasi di perusahaan lain yang nantinya
akan mendapat tambahan penghasilan berupa deviden atau bunga. Dengan begitu
perusahaan memperoleh keuntungan yang maksimal sehingga perusahaan akan
cenderung melakukan penghindaran pajak.
Sedangkan menurut Wiguna & Jati (2017) intensitas modal (capital intensity)
merupakan cerminan seberapa besar suatu perusahaan menginvestasikan
modalnya pada aset tetap. Aset tetap yang dimiliki perusahaan mengakibatkan
perusahaan memotong pajak akibat penyusutan aset tetap setiap tahunnya. Hampir
seluruh aset tetap mengalami penyusutan setiap tahunnya yang mengakibatkan
adanya biaya penyusutan dalam laporan keuangan. Sedangkan biaya penyusutan
merupakan biaya yang dikurangkan dari penghasilan perusahaan dalam
perhitungan perpajakan, yang berarti apabila biaya penyusutannya besar maka
akan semakin mengecil tingkat pajak yang harus dibayarkan. Hal tersebut
berdampak pada perusahaan dengan tingkat rasio intensitas modal yang besar
19
menunjukan tingkat efektif yang rendah, dengan tingkat efektif yang rendah
perusahaan akan melakukan praktik penghindaran pajak.
Dari pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa intensitas modal
merupakan tindakan perusahaan dimana manajemen menanamkan investasinnya
pada asset tetap. Intensitas modal juga dapat mencerminkan seberapa besar modal
yang dibutuhkan untuk menghasilkan pendapatan, jadi intensitas modal dapat
menjadi indikator perusahaan dalam memperebutkan pasar. Sedangkan alat untuk
mengukur intensitas modal menggunakan rasio intensitas aset tetap. Intensitas aset
tetap merupakan seberapa besar proporsi aset tetap perusahaan dalam total aset
tetap yang dimiliki. Dengan meningkatnya aset tetap perusahaan maka dapat
meningkatkan produktivitas perusahaan sehingga penghasilan perusahaan juga
meningkat. Kepemilikan aset tetap yang tinggi akan menghasilkan beban
penyusutan yang tinggi pula, sehingga laba menjadi turun dan beban pajak
perusahaan menjadi turun juga. Jadi dengan tingginya jumlah aset yang dimiliki
perusahaan mendorong perusahaan melakukan tindakan penghindaran pajak
(Novitasari, 2017).
4. Sales Growth (Pertumbuhan Penjualan)
Sales Growth adalah kenaikan atau pertumbuhan penjualan dari tahun
sebelumnya ke tahun berikutnya. Rasio ini terdiri atas kenaikan penjualan,
kenaikan laba bersih, erning per share dan kenaikan deviden per share
(Widiayani, Sunarsih, & Dewi, 2019). Hasil penelitian Ayu & Kartika (2019)
menyatakan bahwa rasio pertumbuhan ini diukur dengan seberapa besar
perusahaan mampu bertahan dan bersaing dengan industri serta perkembangan
20
ekonomi pada umumnya. Salah satu cara untuk melihat pertumbuhan perusahaan
yaitu dari segi penjualan (sales) atau yang sering disebut sebagai sales growth.
Perusahaan dapat memprediksi seberapa besar profit yang diinginkan dengan cara
menganalisa besarnya pertumbuhan penjualan (sales growth). Sales growth yang
meningkat akan menunjukan kapasitas operasi karena dengan meningkatkan sales
growth perusahaan akan mendapat profit yang lebih banyak. Dengan begitu bisa
ditarik kesimpulan, apabila sales growth ditingkatkan maka perusahaan akan
mendapat profit yang besar dan cenderung akan melakukan praktik penghindaran
pajak karena semakin profit yang didapatkan maka semakin banyak pula beban
pajak yang dibayarkan perusahaan.
Hidayat (2018) menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan merupakan
tingkat keberhasilan investasi pada periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai
prediksi untuk periode masa yang akan datang. Menurut Brigham dan Houston
dalam Hidayat (2018) perusahaan yang mempunyai penjualan yang relatif stabil
akan dapat banyak kepercayaan untuk memperoleh dana pinjaman dan
menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang
penjualannya kurang stabil. Kho (2019) menjelaskan bahwa beban tetap adalah
segala jenis biaya atau pengeluaran bisnis yang tidak tergantung pada jumlah
barang atau jasa yang dihasilkan dan hal itu berulang secara berkala terlepas dari
volume bisnisnya. Berikut contoh biaya yang termasuk kedalam biaya tetap (fixed
cost) menurut (Kho, 2019):
21
1. Penyusutan (Depresiation) adalah pembebanan yang bertahap dan berkala
terhadap asset tak berwujud (seperti alat produksi) sesuai umur manfaat dari
barang tersebut.
2. Asuransi (Insurance) adalah biaya berkala yang harus di tanggung perusahaan
selama kontrak perjanjian.
3. Beban Bunga (Interest Expense) adalah biaya bunga yang diberikan oleh si
pemberi pinjaman terhadap perusahaan. Beban bunga ini akan menjadi biaya
tetap apabila suku bunga tetap dimasukan dalam kontrak perjanjian
peminjaman.
4. Pajak Properti (Property Tax) pajak property adalah pajak yang dibebankan
oleh pemerintah setempat kepada perusahaan yang didasari pada biaya
assetnya.
5. Biaya Sewa (Rent) biaya sewa adalah biaya berkala yang digunakan untuk
real estat (kantor, gudang, pabrik) milik orang lain yang digunakan untuk
menjalankan operasional perusahaan.
6. Gaji (Salary) gaji adalah konpensasi tetap yang dibayarkan perusahaan secara
teratur kepada karyawan sesuai perjanjian kontrak kerja.
7. Utilitas (Utility) biaya utilitas seperti biaya listrik, gas, telepon. Biaya ini
mempunyai elemen variable tetapi sebagian besar tetap.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hidayat (2018),
dengan menggunakan pengukuran sales growth dari periode ke periode
berikutnya dapat dicari melalui perbandingan antara penjualan periode sekarang
dikurangi dengan penjulan periode sebelumnya dengan membagi penjualan
22
periode sekarang. Maka, dapat diperoleh kesimpulan bahwa pertumbuhan
penjualan (sales growth) secara parsial berpengaruh negatif secara signifikan
terhadap penghindaran pajak. Artinya, jika semakin tinggi pertumbuhan penjualan
maka akan menurunkan penghindaran pajak. Hal itu bisa terjadi karena dalam
suatu perusahaan yang sedang tumbuh berkembang serta dilakukan dengan
efisiensi maka akan mencapai keuntungan yang besar oleh karena itu perusahaan
akan mampu untuk membayar pajak ke negara.
5. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan suatu pandangan yang disematkan oleh investor
terhadap suatu perusahaan, yang biasanya dikaitkan dengan harga saham. Apabila
harga saham tinggi maka hal itu dapat meningkatkan nilai perusahaan yang akan
berdampak pada kesejahteraan pemilik perusahaan, dengan begitu pemilik
perusahaan akan mendorong atau memotivasi manajer perusahaan agar bisa selalu
meningkatkan nilai perusahaan dari tahun ke tahun. Bagi suatu perusahaan yang
sudah berkembang dan sudah menawarkan sahamnya kepada masyarakat (publik)
maka nilai pasar perusahaan ditentukan dari mekanisme permintaan dan
penawaran di bursa efek yang tercermin dalam listing price (Prasiwi, 2015).
Dalam penelitian ini metode dan teknik yang digunakan menggunakan rasio
tobin’s Q. Pada tahun 1969 James Tobin ekonom Amerika meraih Nobel dibidang
ekonomi yang merumuskan hipotesis nilai pasar suatu perusahaan seharusnya
sama dengan biaya pergantian aktiva perusahaan tersebut sehingga
mengakibatkan terjadinya keadaan equilibrium. Equilibrium atau keseimbangan
pasar adalah keadaan yang menunjukkan baik pembeli maupun penjual telah
23
menyetujui harga suatu barang. Dengan kata lain pembeli sudah sepakat untuk
membeli sejumlah barang yang harganya sama dengan harga yang ditawarkan
oleh penjual (Waluyo, 2013).
Pengertian Tobin’s Q menurut James Tobin sebagaimana yang telah dikutip
Carton dan Perluff dalam Haosana (2012) adalah “Tobin’s Q is the rasio of the
market value of a firm assets (as measured by the market value of the market
velue of its out standingstock and debt) to the replacement cost of the firm’s
assets”. Tobin’s Q menawarkan penjelasan dari nilai perusahan. Tobin’s Q yang
mendefinisikan nilai perusahaan sebagai nilai kombinasi antara aktiva berwujud
degan aktiva tak berwujud. Nilai Tobin’s Q perusahaan yang rendah (antara 0 dan
1) mengindikasikan bahwa biaya ganti aktiva perusahaan lebih besar daripada
nilai pasar perusahaan tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar menilai
kurang perusahaan tersebut. Sedangkan jika nilai Tobin’s Q suatu perusahaan
tinggi (lebih dari 1), maka nilai perusahaan lebih besar daripada nilai aktiva
perusahaan yang tercatat. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat beberapa
aktiva perusahaan yang tidak terukur atau tercatat.
Menurut Ricardo dalam Haosana (2012) Tobin’s Q meringkas informasi yang
akan datang yang relavan dengan keputusan investasi perusahaan. Tobin’s Q
memasukan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham
biasa dan tidak hanya equitas yang dimasukan namun seluruh aset perusahaan.
Dengan memasukan semua aset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya fokus
pada satu investor tetapi juga untuk kreditur karena sumber pembiayaan
24
operasional perusahaan bukan hanya equitasnya saja tetapi juga dari pinjaman
kreditur.
Semakin besar nilai tobin’s Q menunjukan bahwa perusahaan memiliki
prospek pertumbuhan yang baik. Hal ini terjadi karena semakin besar nilai pasar
aset perusahaan dibandingan dengan nilai buku aset perusahaan maka semakin
besar kerelaan investor untuk memiliki perusahaan. Dalam penelitian ini
menjelaskan bahwa hasil dari nilai perusahaan yang diproksikan dengan rasio
tobin’s Q yang dihitung dengan cara membandingkan antara total harga pasar
saham ditambah nilai pasar total utang dibagi dengan total aset tidak berpengaruh
terhadap penghindaran pajak (Pohan, 2009).
6. Penghindaran Pajak
Penghindaran pajak merupakan kegiatan untuk mengurangi atau menghindari
biaya pajak yang seharusnya dibayarkan oleh perusahaan. hampir semua
perusahaan ingin melakukan penghindaran pajak, karen pajak bagi perusahaan
merupakan suatu yang tidak menguntungkan. Sesuatu yang tidak menguntungkan
ini biasanya mendorong adanya upaya untuk melakukan penghindaran atau
perlawanan pajak. Untuk meminimumkan kewajiban pajak perusahaan dapat
melakukan berbagai cara, baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan
(lawful) maupun yang melanggar peraturan perpajakan (unlawful) (Puspita &
Febrianti, 2017).
Menurut Maulida (2018) sistem pemungutan pajak merupakan sebuah
mekanisme yang digunakan untuk menghitung beban pajak yang harus
25
dibayarkan wajib pajak pribadi maupun badan ke negara. Di Indonesia terdapat 3
jenis sistem pemungutan pajak, yakni:
1. Self Assessment System, merupaka sistem pemungutan pajak yang
membebankan penentuan besarnya pajak yang perlu disetorkan oleh wajib
pajak itu sendiri ke negara.
2. Official Assessment System, merupakan sistem pemungutan pajak yang
membebankan penentuan besarnya pajak yang perlu disetorkan ke ngara oleh
fiskus atau aparat perpajakan sebagai pemungut pajak.
3. Withholding Assesment Syestem, merupakan sistem pemungutan pajak yang
membebankan penentuan besarnya pajak yang perlu disetorkan ke negara
oleh pihak ketiga yang bukan wajib pajak itu sendiri maupun aparat
pajak/fiskus (Maulida, 2018).
Sistem pemungutan perpajakan yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Self
Assesment System. Sistem tersebut memberikan wewenang penuh terhadap wajib
pajak untuk menghitung, menyetorkan, dan melaporkan sendiri Surat
Pemberitahuan (SPT) dan Surat Setoran Pajak (SSP) ke Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) atau melalui aplikasi online yang sudah dibuat oleh pemerintah (Umar,
Darwis, & Ansar, 2019). Sistem ini mengakibatkan perbedaan besar dalam jumlah
pajak (tax gap) yang dihitung dan disetorkan oleh wajib pajak dengan yang
terutang. Putri, Ulfah, & Musviyanti (2018) menyebutkan tiga komponen yang
menyebabkan tax gap, yaitu:
1. Perbedaan karena wajib pajak telat melapor atau bahkan tidak melaporkan
pajak sama sekali (nonfilling gap)
26
2. Perbedaan karena ada kesalahan dalam melaporkan besarnya pajak
3. Perbedaan karena kurang bayar (underpayment).
Sehingga secara eksplisit, self assesment system ini memberikan kebebasan
dalam penghitungan pajak, hal ini memicu wajib pajak untuk menekan bebab
pajak dan menimbulkan penyelewengan dan pelanggaran. Penyelewengan dan
pelanggaran tersebut merupakan suatu bentuk dari perlawanan atau penghindaran
pajak (Umar, Darwis, & Ansar, 2019).
Penghindaran pajak merupakan kegiatan mengurangi atau menghindari biaya
pajak yang seharusnya dibayarkan kepada negara oleh suatu peusahaan. Dan
hampir semua perusahaan cenderung akan melakukan praktik penghindaran pajak
(Nuraini, 2019).
Penghindaran pajak merupakan upaya perusahaan dengan memanfaatkan
celah tanpa melanggar peraturan perpajakan dengan tujuan untuk menekan beban
pajak. Meskipun penghindaran pajak tersebut tidak melanggar aturan negara tapi
tindakan ini tidak dianjurkan karena akan mengurangi penerimaan negara
(Wahidah & Ayem, 2018).
Penghindaran pajak adalah rekayasa ‘tax affairs’ yang masih tetap berada
dalam bingkai ketentuan perpajakan (lawful). Menurut Mardiasmo dalam Puspita
& Febrianti (2017), penghindaran pajak adalah suatu usaha meringankan beban
pajak dengan tidak melanggar undang-undang yang ada. Pengertian tersebut
sejalan dengan Pohan (2009) dalam Nurjanah (2017), bahwa penghindaran pajak
merupakan upaya penghindaran pajak yang legal dan aman dilakukan oleh wajib
pajak karena tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan, teknik dan metode
27
yang digunakan oleh wajib pajak cenderung memanfaatkan kelemahan-kelemahan
grey area yang terdapat dalam undang-undang ataupun dalam ketentuan
perpajakan itu sendiri untuk memperkecil jumlah pajak yang harus dibayarkan.
Khomsatun & Martani (2013) mengatakan bahwa konsep pajak secara umum
adalah usaha yang dilakukan untuk mengurangi jumlah pajak yang harus
dibayarkan dengan menggunakan transaksi-transaksi yang menyebabkan
pengurangan beban pajak. Penghindaran pajak merupakan lanjutan dari
perencanaan pajak, sedangkan aggressiveness, sheltering, evasion, dan
noncompliance lebih mengarah ke penggelapan pajak karena penghindaran
pajaknya yang berlebihan dan ekstrim.
Dalam buku Perencanaan Pajak nya, Suandy (2008) dalam Ismi & Linda
(2016) memaparkan beberapa faktor yang memotivasi wajib pajak melakukan
penghindaran pajak, antara lain:
1. Jumlah pajak yang harus dibayar, jumlah pajak sangat mempengaruhi wajib
pajak melakukan penghindaran pajak karena semakin besar jumlah pajak nya
semakin besar pula wajib pajak melakukan pelanggaran.
2. Biaya untuk menyuap fiskus, semakin kecil biaya untuk menyuap fiskus,
semakin besar wajib pajakmelakukan pelanggaran.
3. Kemungkinan untuk terditeksi, semakin kecil kemungkinan suatu
pelanggaran terditeksi maka semakin besar wajib pajak melakukan
pelanggaran.
28
4. Besar sanksi, semakin ringan sanksi yang diberikan ketika melakukan
pelanggaran semakin besar pula pelanggaran yang dilakukan oleh wajib
pajak.
Menurut Ernest R Mortenson, penghindaran pajak berkenaan dengan
pengaturan suatu peristiwa sedemikian rupa untuk meminimkan atau
menghilangkan beban pajak dengan memperhatikan ada atau tidaknya akibat-
akibat pajak yang ditimbulkan. Oleh karena itu penghindaran pajak tidak
merupakan pelanggaran atas perundang-undangan perpajakan atau secara etik
tidak dianggap salah dalam rangka usaha wajib pajak untuk mengurangi,
menghindari, meminimkan atau meringankan beban pajak dengan cara yang
memungkinkan oleh perundang-undangan pajak. Dalam menentukan
penghindaran pajak komite urusan fiskal dari Organization for Economic
Coorporation and Development (OECD), menyebutkan tiga karakter
penghindaran pajak, yaitu:
1. Adanya unsur artifisial dimana berbagai peraturan seoalah-olah termuat di
dalamnya padahal tidak, hal ini dilakukan karena ketiadaan faktor pajak.
2. Skema semacam ini sering memanfaatkan loopholes dari peraturan
perpajakan yang menerapkan ketentuan-ketentuan legal untuk berbagai
tujuan, padahal bukan itu yang sebenarnya dimaksudkan oleh pembuat
peraturan perpajakan.
3. Kerahasian juga sebagai bentuk dalam skema ini karena biasanya kosultan
akan memberikan cara untuk melakukan penghindaran pajak dengan syarat
29
wajib pajak harus menutup rapat atau menjaga serahasia mungkin. (Council
of Exsecutive Secretaries of Tax Organisation, 1991 dalam Hestanto (2020).
Berdasarkan berbagai definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa tax
avoidane merupakan cara ampuh yang dapat menciptakan suatu alternatif pilihan
dalam perencanaan pajak yang bisa menghemat besarnya beban pajak terutang
yang harus dibayarkan oleh perusahaan kepada negara. Dalam penelitian ini alat
untuk mengukur penghindaran pajak menggunakan rasio CETR, menurut
penelitian Mills et al (1998) dan Phillips (2003) dalam Nuraini (2019) effective tax
rate banyak digunakan oleh peneliti untuk mengukur penghindaran pajak karena
dapat membantu mengestimasi efektivitas aktivitas penghindaran pajak yang
dapat menghemat beban pajak berupa kas dibagi dengan mengurangi pajak yang
dibayarkan ke pemerintah. Berdasarkan penelitian Wardani & Purwaningrum
(2019) menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan di variabel penghindaran
pajak hanya ditemukan jika diukur dengan CETR.
B. Studi Penelitian Terdahulu
Penghindaran pajak (tax avoidance) merupakan kegiatan penghindaran pajak
yang sudah sering terjadi, yang dilakukan oleh wajib pajak pribadi atau badan
(perusahaan) dengan tujuan untuk menekan beban pajak seminim mungkin. Studi
mengenai penghindaran pajak ini telah banyak dilakukan oleh penelitian terdahulu
namun tidak berfokus pada perusahaan pertambangan seperti yang saya lakukan.
Berikut beberapa penelitian terdahulu tentang kepemilikan manajerial, intensitas
modal, sales growth dan nilai perusahaan terhadap penghindaran pajak dapat
dirangkum dalam tabel berikut ini:
30
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No Judul, Nama dan
Tahun Penelitian Variabel
Hasil Penelitian
1. Analisis pengaruh
kepemilikan institusi, rasio
tobin’s Q, akrual pilihan, tarif efektifitas pajak, dan
biaya pajak di tunda
terhadap penghindaran pajak pada perusahaan
publik (Pohan, 2009).
Independen:
Kepemilikan institusi,
rasio tobin’s Q, akrual pilihan, tarif efektifitas
pajak, dan biaya pajak di
tunda
Dependen:
Penghindaran pajak
Kepemilikan institusi, rasio
tobin’s Q, akrual pilihan,
tarif efektifitas pajak, biaya
pajak ditunda sama-sama
tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak
2. Pengaruh karakter
eksekutif, komite audit, ukuran perusahaan,
leverage dan sales growth
pada tax avoidance (Swingly & Sukartha,
2015)
Independen:
Karakter eksekutif, komite audit, ukuran
perusahaan, leverage
dan sales growth
Dependen:
Tax avoidance
Karakter eksekutif dan
ukuran perusahaan
berpengaruh positif,
laverage berpengaruh
negatif, sedangkan variabel
komite audit dan sales
growth tidak berpengaruh
terhadap tax avoidance.
3. Pengaruh CSR,
profitabilitas, komisaris
independen dan rasio
tobin’s Q terhadap tax avoidance pada perusahaan
manufaktur di BEI
(Tampubolon, 2016)
Independen:
CSR, profitabilitas,
komisaris independen
dan rasio tobin’s Q
Dependen:
Tax avoidance
Secara simultan CSR,
profitabilitas, komisaris
independen dan rasio tobin’s
Q memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap tax
avoidance. Sedangkan
secara parsial CSR,
komisaris independen, rasio
tobin’s Q tidak berpengaruh
signifikan terhadap tax
avoidance dan profitabilitas
berengaruh signifikan
terhadap tax avoidance.
4. Pengaruh kepemilikan
manajerial, beban pajak
tangguhan, dan tingkat pajak efektif terhadap
penghindaran pajak di
Indonesia (Kalbuana, Purwanti, & Agustin,
2017)
Independen:
Kepemilikan manajerial,
beban pajak tangguhan, dan tingkat pajak efektif
Dependen: Penghindaran pajak
Kepemilikan manajerial dan
beban pajak tangguhan tidak
berpengaruh terhadap
penghindaran pajak,
sedangkan tingkat pajak
efektif berpengaruh terhadap
perpajakan pajak.
Dilanjutkan...
31
5.
Pengaruh karakteristik
perusahaan, GCG, dan
CSR terhadap penghindaran pajak
(Wijayanti, Wijayanti, &
Chomsatu, 2017)
Independen:
Leverage, komisaris
independen, komite audit, CSR, ukuran
perusahaan dan
intensitas modal
Dependen: Penghindaran pajak
Leverage, komisaris
independen, komite audit
dan Corporate Social Responsibility tidak
berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan, hanya
ukuran perusahaan dan intensitas
modal yang berpengaruh
terhadap penghindaran pajak
6. Faktor-faktor yang
memengaruhi penghindaran pajak pada
perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia (Puspita & Febrianti, 2017)
Independen:
Ukuran perusahaan, ROA, sales growth,
laverage, intensitas
modal, komposisi komisaris
independen
Dependen: Penghindaran pajak
Ukuran perusahaan, ROA,
sales growth berpengaruh
terhadap penghindaran
pajak. Sedangkan laverage,
intensitas modal, dan
komposisi komisaris
independen tidak
berpengaruhi penghindaran
pajak
7. Pengaruh karakteristik
perusahaan, sales growth
dan CSR terhadap tax avoidance (Maharani,
Titisari, & Nurlaela, 2017)
Independen:
Karakteristik
perusahaan, sales growth dan CSR
Dependen: Tax avoidance
Umur perusahaan dan
komite audit berpengaruh
terhadap tax avoidance,
sedangkan ukuran
perusahaan, komisaris
independen, sales growth,
dan CSR tidak berpengaruh
terhadap tax avoidance.
8. Pengaruh kepemilikan institusi dan kepemilikan
manajerial terhadap
penghindaran pajak (Putri
& Lawita, 2019)
Independen: Kepemilikan institusi
dan kepemilikan
manajerial
Dependen:
Penghindaran pajak
Kepemilikan institusi dan kepemilikan manajerial
mempunyai pengaruh
terhadap penghindaran
pajak.
9. Pengaruh kepemilikan institusi, kepemilikan
manajerial dan proporsi
dewan komisaris terhadap
penghindaran pajak dan transfer pricing sebagai
variabel moderasi (Studi
pada perusahaan manufaktur yang terdapat
di BEI2014-2017) (Rejeki,
Wijaya, & Amah, 2019)
Independen: Kepemilikan institusi,
kepemilikan manajerial
dan proporsi dewan
komisaris Dependen:
Penghindaran pajak
Moderating:
Transfer pricing
Proporsi dewan komisaris berpengaruh positif.
Kepemilikan institusi dan
kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran
pajak. Sedangkan transfer
pricing tidak memoderasi kepemilikan institusi,
kepemilikan manajerial, dan
proporsi dewan komisaris
Lanjutan...
umber :
Diolah dari
berbagai
sumber
(2019)Sumb
er : Diolah
dari
berbagai
sumber
(2019)
32
Sumber : data yang diolah peneliti (2020)
Penelitian ini merujuk pada penelitian Puspita & Febrianti (2017) dengan
menambahkan dua variabel independen yaitu kepemilikan manajerial dan nilai
perusahaan yang diproksikan menggunakan rasio tobin’s Q, sedangkan untuk
variabel dependen yang digunakan masih sama yaitu penghindaran pajak (tax
avoidance).
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran menjelaskan tentang hubungan antar variable yang
disusun dari berbagai teori yang telah di deskripsikan. Didasarkan berdasarkan
atas teori-teori yang berkaitan, kemudian dilakukan analisa secara kritis dan
sistematis sehingga menghasilkan gambaran mengenai hubungan antar variable
yang akan diteliti. Gambaran variable mengenai hubungan antara variable tersebut
kemudian digunakan untuk merumuskan hipotesis Sugiyono (2016) dalam Wulan
(2019).
1. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Penghindaran Pajak.
Struktur kepemilikan yang ada di perusahaan salah satunya adalah
kepemilikan manajerial. Berdasarkan teori agensi, hubungan antara pemilik
perusahaan atau pemegang saham dengan manajer sering terjadi konflik
keagenan. Konflik keagenan tidak sepenuhnya dapat diatasi melalui kebijakan
insentif tetapi diperlukan juga kebijakan baru melalui peningkatan kepemilikan
manajerial. Hal-hal yang dilakukan untuk mengurangi masalah keagenan adalah
dengan adanya kepemilikan manajerial dan kebijakan hutang. Perusahaan
meningkatkan kepemilikan manajerial untuk mensejajarkan kedudukan manajer
33
dengan pemegang saham sehingga bertindak sesuai keinginan dan kebaikan
pemegang saham yang tidak lain termasuk manajer (Utami & Tahar, 2018).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Pohan (2009), Hartadinanta &
Tjaraka (2013), Pramudito & Sari (2015) serta Ma & Thomas (2019) mereka
menemukan suatu bukti dan memberikan suatu pernyatakan bahwa kepemilikan
manajemen memiliki pengaruh terhadap tax avoidance. Dengan adanya
kepemilikan saham oleh pihak manajemen pada perusahaan tersebut akan
membuat manajemen lebih berhati-hati dalam mengambil suatu keputusan, karena
manajemen akan ikut merasakan manfaat secara langsung dari keputusan yang
telah diambil, dan manajemen juga akan ikut menanggung kerugian yang terjadi
apabila keputusan yang diambil oleh mereka salah.
Dengan begitu kepemilikan manajerial bisa diharapkan dapat membuat pihak
manajemen untuk mengesampingkan kepentingannya pribadi agar tidak
melakukan tax avoidance. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan saham oleh
manajerial pada suatu perusahaan dapat mempengaruhi terjadinya tax avoidance.
2. Pengaruh Intensitas Modal Terhadap Penghindaran Pajak.
Intensitas modal (capital intensity) adalah seberapa besar perusahaan
menginvestasikan asetnya dalam bentuk asset tetap. Pemilihan investasi dalam
bentuk asset ataupun modal terkait perpajakan dalam hal ini adalah penyusutan
(depresiasi). Perusahaan yang memutuskan akan menginvestasikan asset tetapnya
dapat menjadikan baiya penyusutan sebagai biaya yang dikurangkan dalam
penghasilan. Biaya penyusutan tersebut akan menyebabkan laba kena pajak
perusahaan semakin berkurang yang nantinya akan mengurangi biaya beban pajak
34
yang harus dibayarkan (Nurjanah, 2017). Rodrigues dan Aries (2010) dalam
Wijayanti, Wijayanti, & Chomsatu (2017) memamparkan bahwa asset tetap
memungkinkan perusahaan untuk mengurangi pajaknya karena penyusutan yang
muncul setiap tahun pada asset tetapnya. Hal ini karena biaya penyusutan akan
mengurangi laba perusahaan yang mendasari perhitungan perpajakan.
Berkaitan dengan teori yang digunakan dalam menerangkan intensitas modal
adalah teori akuntansi positif. Teori akuntansi positif memberikan pilihan
kebijakan akuntansi dan memanfaatkan kebijakan akuntansi yang ada untuk
meningkatkan labanya, yang mana dalam investasi pada aset, perusahaan dapat
memilih metode depresiasi yang dipandang dapat meningkatkan laba perusahaan.
Jika dihubungkan dengan penghindaran pajak maka ketika aset tetap pada
perusahaan tinggi maka semakin besar beban depresiasi yang menyebabkan
semakin kecil kewajiban pajak yang harus dibayar perusahaan.
Penelitian yang terkait dengan intensitas modal dilakukan oleh Nurjanah
(2017), menunjukan bahwa intensitas modal berpengaruh positif dan signifikan
terhadap penghindaran pajak karena besarnya investasi dalam aset tetap dapat
menyebabkan beban depresiasi tinggi yang nantinya berdampak pada pembayaran
pajak. Beban pembayaran pajak dilakukan berdasarkan dari seberapa besar
pendapatan laba yang diperoleh oleh perusahaan. Pendapatan laba yang rendah
atas resiko dari keputusan keuangan yang kurang tepat dari pihak manajemen
mengindikasikan pihak manajemen melakukan penghindaran pajak.
35
3. Pengaruh Sales Growth Terhadap Penghindaran Pajak
Sales growth (pertumbuhan penjualan) adalah perubahan penjualan pada
laporan keuangan pertahun yang dapat mencerminkan prospek perusahaan dan
profitabilitas di masa yang akan datang. Dengan menggunakan pengukuran
pertumbuhan penjualan perusahaan dapat memprediksi seberapa besar profit yang
akan diperoleh dengan besarnya pertumbuhan penjualan (Susanti, 2018).
Berkaitan dengan teori yang digunakan dalam menerangkan sales growth
ialah teori agensi di mana teori ini menjelaskan permasalahan antara principal dan
agen yang menyebabkan terjadinya konflik mengenai laba yang dihasilkan
perusahaan. Sales growth yang meningkat memungkinkan perusahaan akan
memperoleh laba yang meningkat pula. Kenaikan tingkat sales growth
memungkinkan perusahaan akan lebih dapat meningkatkan kapasitas operasi
perusahaan. Sebaliknya bila sales growth menurun perusahaan akan menemui
kendala dalam rangka meningkatkan kapasitas operasinya. Jika dihubungkan
dengan penghindaran pajak maka ketika perusahaan memperoleh peningkatan
sales growth maka perusahaan mendapatkan laba yang besar. Oleh karena itu,
perusahaan akan cenderung untuk melakukan praktik penghindaran pajak karena
laba yang besar akan menimbulkan pajak terutang yang besar pula.
Pernyataan diatas diperkuat dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Dewinta & Setiawan (2016) dan Puspita & Febrianti (2017) yang
menunjukan bahwa pertumbuhan penjualan (sales growth) berpengaruh positif
pada CETR yang merupakan indikator dari aktivitas penghindaran pajak yang
dilakukan oleh perusahaan.
36
4. Pengaruh Nilai Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak
Nilai perusahaan merupakan persepsi yang diberikan oleh para investor
terhadap tingkat keberhasilan dalam suatu perusahaan dan biasanya mengaitkan
serta melihatnya dari harga saham. Berdasarkan teori agensi, yang biasanya
menjelaskan tentang permasalahan yang terjadi antara principal dan agen yang
menyebabkan terjadinya konflik mengenai laba yang diperoleh oleh perusahaa.
Perusahaan dalam kegiatan bisnisnya mempunyai tujuan untuk meningkatkan laba
setinggi-tingginya yang akan berdampak pada penambahan nilai perusahaan
tersebut. Calon investor akan tertarik untuk menanamkan sahamnya pada
perusahaan yang mempunyai laba yang tinggi, karena perusahaan yang
mempunyai laba yang tinggi memiliki nilai perusahaan dan kinerja perusahaan
yang baik juga. Untuk mempertahankan laba yang tinggi biasanya pihak
manajemen melakukan aktivitas penghindaran pajak yang diharapkan akan dapat
meningkatkan nilai pasar di pasar saham.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan adanya penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Tampubolon (2016) dan Herdiyanto (2015) yang menyatakan
bahwa nilai perusahaan berpengaruh secara nyata terhadap penghindaran pajak.
Berdasarkan kajian teori, penelitian terdahulu, dan hubungan variabel
penelitian yang telah diuraikan, maka peneliti dapat membuat kerangka pemikiran
dapat digambarkan seperti di bawah ini:
37
H5
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir Penelitian
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu proposisi atau anggapan yang bisa jadi benar atau
salah yang sering digunakan sebagai alat dasar pembuat keputusan /pemecahan
persoalan ataupun sebagai acuan penelitian yang lebih mendalam.
Anggapan/asumsi pada suatu hipotesis juga merupakan sebuah data, namun
karena adanya resiko kesalahan yang bisa saja terjadi maka sebaiknya harus diuji
terlebih dahulu dengan menggunakan data yang sudah diobservasi (Supranto,
2016).
Berdasarkan kerangka penelitian diatas, maka peneliti merumuskan hipotesis
sebagai berikut:
Intensitas Modal(X2)
Sales Growth (X3)
H2
H3
H4
Nilai Perusahaan (X4)
Kepemilikan Manajerial
(X1)
Penghindaran Pajak
(Y)
H1
38
H1: Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap penghindaran pajak pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2014-2018.
H2: Intensitas modal berpengaruh terhadap penghindaran pajak pada perusahaan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2018.
H3: Sales Growth berpengaruh terhadap penghindaran pajak pada perusahaan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2018.
H4: Nilai Perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2014-2018.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pemilihan Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif
kuantitatif. Metode ini dinamakan kuantitatif karena data penelitian yang
digunakan berupa angka-angka dan metode analisis yang digunakan adalah
statistik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen,
yaitu kepemilikan manajerial, intensitas modal, sales growth, dan nilai perusahaan
terhadap variabel dependen, yaitu penghindaran pajak.
B. Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2018. Pemilihan pada perusahaan sektor
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai objek penelitian
karena beberapa alasan. Pertama, alasan peneliti memilih perusahaan sektor
pertambangan sebagai objek penelitian karena perusahaan pertambangan
merupakan sektor usaha yang memiliki risiko paling tinggi diantara sektor yang
lain. Kedua, besarnya investasi pada sektor ini, keuntungan dan terbatasanya
deposit sumber daya alam (unrenewable resources) serta kinerja perusahaan
sektor pertambangan di Indonesia memberikan harapan besar investor pada
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
40
C. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan sekumpulan objek yang akan dijadikan sebagai bahan
penelitian yang memiliki ciri kuantitas dan karakteristik yang sama dan telah
ditetapkan oleh peneliti untuk menghasilkan kesimpulan (Supangat, 2017). Pada
penelitian ini, populasi yang diambil yaitu seluruh perusahaan pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berjumlah 47 perusahaan.
Sampel adalah bagian dari populasi yang terdiri dari jumlah dan karakteristik
yang dipilih oleh populasi (Supangat, 2017). Pemilihan sampel penelitian
didasarkan pada metode nonprobability sampling dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Purposive Sampling merupakan metode penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu, dimana anggota sampel akan dipilih sedemikian
rupa sehingga sampel yang dibentuk tersebut dapat mewakili sifat-sifat populasi
Sugiyono (2016) dalam Wulan (2019).
Kriteria-krikteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Perusahaan pertambangan sub sektor batu bara yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Tahun 2014-2018.
2. Perusahaan pertambangan sub sektor batu bara yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dan mempublikasikan annual report secara konsisten pada
tahun 2014-2018 di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan web perusahaan.
3. Perusahaan pertambangan sub sektor batu bara yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dan memiliki data lengkap terkait variabel yang digunakan.
Berdasarkan kriteria tersebut sampel yang di dapat dalam penelitian ini
adalah sebanyak 16 perusahaan.
41
Tabel 3.1
Proses Seleksi Sampel Penelitian
No. Keterangan Jumlah
1 Perusahaan pertambangan sub sektor batu bara yang
terdaftar di BEI tahun 2014-2018 25
2
Perusahaan pertambangan sub sektor batu bara yang
tidak mempublikasikan annual report secara konsisten
periode tahun 2014-2018 di BEI dan web perusahaan.
(9)
Jumlah sampel penelitian terpilih 16
Jumlah sampel total selama periode penelitian
(16x5 tahun) 80
Sumber : data diolah peneliti (2020)
Daftar perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang di jadikan
sampel penelitian sesuai dengan kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Sampel Penelitian
No. Nama Perusahaan Kode Saham
1 Adaro Energy Tbk. ADRO
2 Atlas Resources Tbk. ARII
3 Bara Jaya Internasional Tbk. ATPK
4 Baramulti Suksessarana Tbk. BSSR
5 Bumi Resource Tbk. BUMI
6 Bayan Resource Tbk. BYAN
7 Darma Henwa Tbk. DEWA
8 Delta Dunia Makmur Tbk. DOID
9 Golden Energy Miner Tbk. GEMS
10 Harum Eneri Tbk. HRUM
11 Indo Tambangraya Tbk. ITMG
12 Mitrabara Adiperdana Tbk. MBAP
13 Samindo Resource Tbk. MYOH
42
14 Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. PTBA
15 Petrosea Tbk. PTRO
16 Toba Bara Sejahtera Tbk. TOBA
Sumber : www.idx.co.id (2020)
D. Definisi Konseptual Variabel
1. Definisi Konseptual
Definisi konseptual adalah batasan pengertian tentang konsep yang masih
bersifat abstrak yang biasanya merujuk pada definisi yang ada pada buku-buku
teks. Definisi konseptual dari variabel dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel Terikat (Variabel Dependen)
Variabel terikat merupakan variabel yang mempunyai pengaruh yang
mendapat akibat dari perubahan variabel bebas Sugiyono (2016) dalam Wulan
(2019). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen yaitu penghindaran
pajak. Dengan menggunakan perhitungan yhang tela dilakukan oleh Hanlon dan
Heitzman (2010) dengan menggunakan proksi current effective tax rate atau
(ETR).
ETR=Total Beban Pajak Penghasilan
Total Laba Sebelum Pajak
b. Variabel Bebas (Variabel Independen)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi yang dapat
menjadikan sebab perubahan Sugiyono (2016) dalam Wulan (2019). Dalam
43
penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah kepemilikan manajerial,
intensitas modal, sales growth, nilai perusahaan.
1. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan pemisahan kepemilikan antara
pihak outsider dengan pihak insider. Jika dalam suatu perusahaan
memiliki banyak pemilik saham, maka kelompok besar individu tersebut sudah
jelas tidak dapat berpartisipasi dengan aktif dalam manajemen perusahaan sehari-
hari. Karenanya, mereka memilih dewan komisaris, yang memilih dan mengawasi
manajemen perusahaan. Struktur ini berarti bahwa pemilik berbeda dengan
manajer perusahaan. Hal ini memberikan stabilitas bagi perusahaan yang tidak
dimiliki oleh perusahaan dengan pemilik merangkap manajer. Pada penelitian ini
kepemilikan manajerial diukur dengan rumus sebagai berikut :
NSDR=Jumlah Saham yang Dimiliki Manajer dan Dewan Komisaris
Jumlah Saham yang Beredar
2. Intensitas Modal
Intensitas modal mencerminkan seberapa besar modal yang di butuhkan
untuk menghasilkan pendapatan. Dalam melakukan investasi, perusahaan harus
selalu mempertimbangkan setiap peluang dalam memperebutkan pasar. Indicator
prospek perusahaan dimasa depan dapat dilihat dari sisi intensitas modal.
Intensitas modal menggambarkan rasio anatara aktiva tetap seperti peralatan,
mesin, dan berbagai property lain terhadap total aktiva. Adapaun rumus untuk
menghitung intensitas modal yaitu:
44
Capint =Total Aktiva Tetap
Total Aktiva
3. Sales Growth
Pertumbuhan perusahaan pada penelitian ini diukur dari pertumbuhan
penjualannya (sales growth). Pertumbuhan penjualan (sales growth) menunjukan
perkembangan tingkat penjualan perusahaan dari tahun ke tahun. Oleh karena itu,
suatu perkembangan bisa meningkat ataupun menurun. Pertumbuhan penjualan
diukur dengan cara penjualan akhir periode dikurangi dengan penjualan awal
periode dibagi dengan penjualan awal periode (Rahmawati, 2017). Adapun rumus
untuk menghitung sales growth yaitu sebagai berikut:
Sales Growth =Penjualan Akhir Periode-Penjualan Awal Periode
Penjualan Awal Periode
4. Nilai Perusahaan
Tobin's q merupakan rasio dari nilai pasar asset perusahaan yang diukur oleh
nilai pasar dari jumlah saham yang beredar dan hutang (enterprise value) terhadap
replacement cost dari aktiva perusahaan.
Rasio Tobin’s Q, perbandingan antara total harga pasar saham ditambah nilai
pasar total utang dibagi total asset, rasio ini mengukur nilai perusahaan
(Prasetyorini, 2013). Adapun rumus untuk menghitung Tobin’s Q:
45
Q =MVE + Debt
TA
Keterangan:
MVE : Jumlah saham biasa perusahaan yang beredar x harga penutupan saham
Debt : Total utang + persediaan – aktiva lancar
TA : Total aktiva perusahaan
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel merupakan batasan pengertian tentang variabel
yang diteliti yang di dalamnya sudah mencerminkan indikator-indikator yang
akan digunakan untuk mengukur variabel yang bersangkutan. Definisi operasional
variabel dalam penelitian ini dijelaskan dengan tabel berikut ini:
Tabel 3.3
Operasional Variabel Penelitian
Variabel Indikator Skala
Penghindaran Pajak
(Y)
ETR=Total Beban Pajak Penghasilan
Total Laba Sebelum Pajak Rasio
Kepemilikan Manajerial
(X1)
INSDR=Jumlah Saham yang Dimiliki Manajer dan Dewan Komisaris
Jumlah Saham yang Beredar Rasio
Intensitas Modal (X2)
Capint =Total Aktiva Tetap
Total Aktiva Rasio
Sales Growth
(X3)
Sales Growth =Penjualan Akhir Periode-Penjualan Awal Periode
Penjualan Awal Periode
Rasio
Nilai Perusahaan
(X4)
Q =MVE+Debt
TA Rasio
46
Sumber : diolah peneliti dari berbagai referensi (2020)
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai metode dan sumber
sesuai dengan maksud dan tujuan penulis. Metode pengumpulan data yang
dilakukan peneliti ini adalah metode dokumentasi yaitu dengan mencatat,
mencari, mengutip, mengolah secara langsung data yang telah masuk kedalam
krikteria yang telah dijelaskan diatas. Data tersebut diunduh dari situs website
www.idx.co.id. Selain itu, peneliti mengambil data laporan keuangan yang
diterbitkan secara langsung pada situs resmi masing-masing perusahaan sampel
untuk melengkapi data penelitian yang dibutuhkan.
F. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh akan diolah menggunakan aplikasi analisis data
statistik atau dikenal dengan Statistical Product and Service Solutions (SPSS)
versi 22.0. Statistik mempunyai banyak peran dalam penelitian, diantaranya
sebagai alat analisis dan alat untuk menguji reabilitas dan validitas data. Aplikasi
SPPS ini digunakan untuk menghindari kalkulasi dan human error.
G. Analisis Data dan Uji Hipotesis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
dan analisis deskriptif. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang berhubungan dengan penelitian yang sudah dikumpulkan yang
47
dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, minimum,
sum, range, kurtosis, dan skewness (Ghozali, 2018). Analisis Statistik Dieskriptif
ini digunakan untuk memberikan gambaran tentang tingkat kepemilkan
manajerial, intensitas modal, sales growth, dan nilai perusahaan dilihat dari nilai
rata-rata, standar deviasi, maksimum dan minimum.
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui kelayakan penggunaan model
regresi dalam penelitian ini. Uji asumsi klasik yang dilakukan ada 4 yaitu uji
normalitas, uji multikolienaritas, uji autokorelasi, dan uji heterokedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
penggangu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi
yang baik adalah regresi yang nilai residualnya berdistribusi normal. Pengujian ini
dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Kolmogarov Smirnov satu arah untuk
menguji normalitas pada penelitian ini. Apabila nilai signifiakan >0,05 maka
variabel berdistribusi normal, sedangkan jika signifikan <0,05 berarti variabel
tidak berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen atau tidak. Model regresi
yang baik adalah regresi yang tidak terdapat multikolonieritas. Uji
Multikolonieritas ini akan menguji antar variabel independen dengan melihat
48
tolerance value dan variance inflation factor (VIF) Ghozali (2006) dalam Hanum
(2013)
Kedua ukuran ini digunakan untuk menunjukkan variabel manakah yang
dijelaskan oleh vaiabel independen lainnya. Jika nilai tolerance diatas 0,10 atau
nilai VIF dibawah 10 maka tidak terjadi multikolinearitas atau dapat disimpulkan
tidak terdapat korelasi antar variabel independen dan sebaliknya.
c. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah model regresi linear
terdapat korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan
penganggu pada periode t-1) Jika terdapat korelasi, maka dinamakan problem
autokorelasi. Adanya autokorelasi karena observasi secara berurutan sepanjang
waktu terkait satu sama lain. Masalah timbul karena residual tidak bebas antara
satu observasi ke observasi lain. Regresi yang bebas dari autokorelasi adalah
model regresi yang baik. Dalam mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dilihat
dengan uji Durbin – Waston (DW test) bertujuan untuk autokorelasi tingkat satu
dan syarat adanya intercept dalam model regresi dan tidak ada variabel lag
diantara variabel independen. Hipotesis yang diuji adalah :
H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0)
HA : ada autokorelasi (r ≠ 0)
49
Tabel 3.4
Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson (DW)
No. Hipotesis nol Kondisi Keputusan
1. Tidak ada autokorelasi
positif 0 < DW < dL Tolak
2. Tidak ada autokorelasi
positif dL ≤ DW ≤ dU
No
Decision
3. Tidak ada autokorelasi
negatif 4 - dL< DW < 4 Tolak
4. Tidak ada autokorelasi
negatif 4 - dU ≤ DW ≤ 4 - dL
No
Decision
5. Tidak ada autokorelasi
positif atau negative dU < DW < 4 – dU
Tidak
Ditolak
Sumber : (Ghozali, 2018)
d. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2018) uji heteroskedastisitas adalah uji model regresi
mengenai ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain. Jika pengamatan satu ke pengamatan lain menunjukan variance residual
tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika hasilnya berbeda maka disebut
Heteroskedastisitas. Homoskedastisitas menunjukkan model regresi yang baik
atau tidak terjadi Heteroskesdatisitas. Dalam mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas dilihat dengan melihat Grafik Plot antara nilai prediksi
variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Data
heteroskesdatisitas dapat dilihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana Y adalah Y yang diprediksi, dan
sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-
studentized. Dasar analisis sebagai berikut :
50
a. Jika ada pola tertentu, titik-titik membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudia menyempit), maka mengindikasikan
terjadinya heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, titik-titik menyebar diatas dan di bawah angka
0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh dua atau l
lebih variabel independen terhadap variabel dependen, yaitu apakah variabel
independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari
variabel dependen jika nilai variabel independen mengalami kenaikan atau
penurunan. Adapun persamaannya sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + €
Dimana:
Y = Penghindaran Pajak (ETR)
α = Konstanta
β = Koefisien Regresi
X1 = Kepemilikan Manajerial (INSDR)
X2 = Intensitas Modal (Capint)
X3 = Sales Growth
X4 = Nilai Perusahaan (Q)
€ = Error
51
4. Pengujian Hipotesis
a. Uji Signifikan Parsial (Uji t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui pengaruh satu variabel independen
secara individual terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan dengan
membandingkan antara nilai t-tabel dengan t-hitung. Jika t-tabel < t-hitung maka
Ho ditolak, artinya variabel independen secara individual mempengaruhi variabel
dependen. Dan apabila nilai probabilitas signifikansi p-value < 0,05 maka suatu
variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan Ghozali
(2006) dalam Hanum (2013).
b. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi ini digunakan untuk mengukur seberapa besar
variasi variable dependen yang dijelaskan oleh variable independen. Nilai
koefisien determinasi adalah nilai nol dan nilai satu. Apabila nilai koefisien
determinasi sama dengan nol (R2=0), maka variasi variable dependen tidak dapat
dijelaskan oleh variable independen. Tetapi jika nilai (R2=1), maka variasi dari
variable dependen secara keseluruhan dapat dijelaskan oleh variable independen.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa baik atau buruknya suatu persamaan
regresi ditentukan oleh nilai koefisien determinasinya Ghozali (2016) dalam
Wulan (2019).
52
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Bursa Efek Indonesia
Bursa efek (pasar modal) sudah ada di Indonesia sejak zaman penjajahan
Belanda, tepatnya pada tahun 1912 yang betepatan di Batavia. Pasar modal ini
didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan tujuan untuk memenuhi
kepentingan Pemerintah Kolonial atau VOC. Perkembangan pasar modal di
Indonesia mengalami pasang surut, sejalan dengan perkembangan sejarah bangsa
Indonesia sendiri. Bahkan beberapa periode pasar modal pernah vakum beberapa
saat. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor, diantaranya; Perang Dunia I dan II,
perpindahan kekuasaan dari Pemerintah Kolonial ke Pemerintah RI, dan dalam
kondisi yang menyebabkan operasi Bursa Efek tidak berjalan dengan baik.
Pemerintah Republik Indonesia atau lebih tepatnya Presiden Soeharto
mengaktifkan Pasar Modal kembali pada tanggal 10 Agustus 1977. Pengaktifan
kembali Bursa Efek ini di ikuti dengan adanya Go public serta berbagai insentif
dan regulasi pemerintah pada saat itu. Berikut tabel sejarah perkembangan Bursa
Efek Indonesia:
53
Tabel 4.1
Sejarah Bursa Efek
Periode Tahun Sejarah
01 Desember 1912 Bursa Efek pertama kali didirikan di Batavia atau yang
sekarng bernama Jakarta oleh Pemerintah Hindia Belanda
1914-1918 Bursa Efek yang berada di Batavia/Jakarta ditutup selama
Indonesia mengalami Perang Dunia I
1925-1942
Bursa Efek yang berada di Batavia/Jakarta dibuka
kembali bersamaan dengan dibukanya Bursa Efek yang
berada di Surabaya dan Semarang
Awal 1939 Dengan adanya Perang Dunia II Bursa Efek yang berada
di Surabaya dan Semarang ditutup sementara
1942-1952 Bursa Efek yang berada di Batavia/Jakarta juga ditutup
kembali selama Perang Dunia II
09 Mei 1905 Program nasionalisasi perusahaan Belanda menyebabkan
semakin tidak efektifnya Bursa Efek
1956-1977 Terjadinya vakum perdagangan di Bursa Efek
10 Agustus 1977
Bursa Efek diresmikan oleh Presiden Soeharto. BEI
dijalankan di bawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar
Modal). Pengaktifan Bursa Efek ini juga ditandai dengan
permulaan go public di PT Semen Cibinong sebagai
emiten pertama yang ada.
1977-1987
Perdagangan di Bursa Efek sangatlah lemah. Jumlah
emiten hanya mencapai 24. Masyarakat lebih memilih
instrument perbankan dibandingkan instrument pasar
modal
09 Juni 1905
Ditandainya dengan hadirnya Paket Desember 1987
(PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi
perusahaan dalam melakukan penawaran umum dan
stakeholders asing menanamkan modal di Indonesia.
1988-1990
Paket deregulasi dibidang perbankan dan pasar modal
diluncurkan. Pintu BEJ (Bursa Efek Jakarta) terbuka
untuk asing dan aktivitas bursa semakin meningkat
02 Juni 1988
Bursa Pararel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan
dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek
(PPUE) sedangkan organisasi sendiri terdiri dari broker
dan dealer
01 Desember 1988
Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES
88) yang memberikan kepada perusahaan untuk go public
serta beberapa kebijakan lain yang positif bagi
pertumbuhan pasar modal
16 Juni 1989 Bursa Efek Surabaya (BES) sudah mulai beroperasi
kembali dan dikelola oleh Perseroan Terbatas (PT) milik
Dilanjutkan
.….
54
swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya
13 Juli 1992 Swastanisasi BEJ, BAPEPAM berubah menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini juga dieringati
sebagai HUT BEJ
22 Mei 1995 Sistem otomatis perdagangan di BEJ dilaksanakan
dengan komputerisasi atau JATS (Jakarta Automated
Tranding System)
10 November 1995 Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.8 Tahun
1995 tentang pasar. Undang-undang ini mulai berlaku
pada Januari 1996
17 Juni 1905 Bursa Pararel Indonesia merger dengan Bursa Efek
Surabaya (BES)
22 Juni 1905 Sitem perdagangan tanpa warkat (scripless trading)
mulai diaplikasikan di Bursa Efek Indonesia
24 Juni 1905 BEJ mulai mengoperasikan perdagangan jarak jauh
(remote trading)
29 Juni 1905 Penggabungan antara Bursa Efek Surabaya dengan Bursa
Efek Jakarta yang sekarang menjadi Bursa Efek
Indonesia
02 Maret 2009 Peluncuran perdana sistem perdagangan baru di Bursa
Efek Indonesia adalah JATS-NextG
Sumber : www.idx.co.id (2020)
2. Gambaran Umum Perusahaan Sampel
Gambaran umum perusahaan merupakan penjelasan atau deskripsi dari latar
belakang, sejarah dan perkembangan dari mulai berdiri sampai halnya bisa eksis
sampai sekarang oleh perusahaan sampel yang nanti bisa mempermudah
seseorang untuk lebih memahami dan bisa mendapatkan informasi yamg
dibutuhkan mengenai profil perusahaan tersebut. Berdasarkan uraian diatas, maka
dapat disipulkan dan diringkas bahwa gambaran umum perusahaan sampel
penelitian, sebagai berikut:
Lanjutan …
55
Tabel 4.2
Gambaran Umum Perusahaan Sampel
No Nama Tgl Berdiri Alamat
1 Adaro Energy Tbk 28 Juli 2004 Gedung Menara Karya, Lantai
23, Jl. H.R. Rasuna Said Blok
X-5, Kav. 1-2, Jakarta Selatan
12950 – Indonesia
2 Atlas Resources Tbk 26 Januari 2007 Sampoerna Strategic Square,
South Tower, Lt. 18, Jl. Jend.
Sudirman Kav. 45 – 46, Jakarta
Selatan, Indonesia
3 Bara Jaya Internasional
Tbk
12 Januari 1988 Wisma GKBI Lantai 39, Jl
Jenderal Sudirman No. 28,
Jakarta 10210 dan kantor
operasional berlokasi di AXA
Tower Lantai 29, suite 01 Jl.
Prof. Dr. Satrio Kav. 18,
Kuningan City Jakarta 12940 –
Indonesia
4
Baramulti Suksessarana
Tbk
31 Oktober 1990 Sahid Sudirman Centre, Suite C-
D, Lantai 56, Jl. Jend. Sudirman
No. 86, Jakarta 10220 dan
memiliki tambang batubara yang
terletak di Kalimantan Timur.
5 Bumi Resources Tbk 26 Juni 1973 Lantai 12, Gedung Bakrie
Tower, Rasuna Epicentrum,
Jalan H. R. Rasuna Said, Jakarta
Selatan 12940 – Indonesia
6 Bayan Resources Tbk 07 Oktober 2004 Gedung Office 8, lantai 37,
SCBD Lot 28, Jalan Jenderal
Sudirman Kav. 52-53, Jakarta
12190 – Indonesia
7 Darma enwa Tbk 08 Oktober 1991 Gedung Bakrie Tower Lantai 8,
Rasuna Epicentrum, Jl. HR.
Rasuna Said, Kuningan Jakarta,
12940 dan proyek berlokasi di
Bengalon dan Binungan Timur,
Kalimantan Timur dan Asam
Asam, Kalimantan Selatan
8 Delta Dunia Makmur
Tbk
26 Nopember 1990 Cyber 2 Tower, Lantai 28, Jl.
H.R. Rasuna Said Blok X-5 No.
13, Jakarta 12950 – Indonesia.
Dilanjutkan
.….
56
9 Golden Energy Mines
Tbk
13 Maret 1997 Sinar Mas Land Plaza, Menara
II, Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin
Kav. 51, Jakarta 10350 –
Indonesia.
10 Harum Energy Tbk 12 Oktober 1995 Deutsche Bank Building, Lantai
9, Jl. Imam Bonjol No. 80,
Jakarta Pusat 10310 – Indonesia.
11 Indo Tambangraya
Megah Tbk
02 September 1987 Pondok Indah Office Tower III,
Lantai 3, Jln. Sultan Iskandar
Muda, Pondok Indah Kav. V-
TA, Jakarta Selatan 12310 –
Indonesia.
12 Mitrabara Adiperdana
Tbk
29 Mei 1992 Graha Baramulti, Jl.
Suryopranoto 2, Komplek
Harmoni Blok A No. 8, Jakarta
Pusat 10130 – Indonesia.
Sedangkan lokasi tambang
batubara terletak di Kabupaten
Malinau, Kalimantan Utara.
13 Samindo Resources Tbk 15 Maret 2000 Menara Mulia lantai 16, Jl. Jend.
Gatot Subroto Kav 9-11 Jakarta
12930 – Indonesia, sedangkan
Anak Usaha berlokasi di Ds.
Batu Kajang, Kec. Batu Sopang,
Kab. Paser, Propinsi Kalimantan
Timur (Kaltim).
14 Bukit Asam Tbk 02 Maret 1981 Jl. Parigi No. 1 Tanjung Enim
31716, Sumatera Selatan dan
kantor korespondensi terletak di
Menara Kadin Indonesia Lt. 9 &
15. Jln. H.R. Rasuna Said X-5,
Kav. 2-3, Jakarta 12950 –
Indonesia.
15 Petrosea Tbk 21 Februari 1972 Indi Bintaro Office Park,
Gedung B, Jl. Boulevard Bintaro
Jaya Blok B7/A6, Sektor VII,
Tangerang Selatan 15224 dan
memiliki kantor pendukung di
Tanjung Batu dan Gedung Graha
Bintang, Jl. Jend. Sudirman No.
423, Balikpapan, Kalimantan
Timur.
16 Toba Bara Sejahtra Tbk 03 Agustus 2007 Wisma Bakrie 2 Lantai 16, Jl.
H.R. Rasuna Said Kav. B-2,
Jakarta Selatan.
Sumber : www.idx.co.id (2020)
Lanjutan …
57
B. Hasil Penelitian
3. Statistik Deskriptif
Berdasarkan data variabel dependen (penghindaran pajak) dan variabel
independen (kepemilikan manajerial, intensitas modal, sales growth dan nilai
perusahaan), maka dilakukan analisa data dalam bentuk statistik deskriptif.
Tabel 4.3
Hasil Statistik Diskriptif
Descriptive Statistics
N Min. Max. Mean Std. Devisiasi
Kepemilikan
Manajerial
80 ,00 ,66 ,0836 ,17431
Intensitas
Modal
80 ,01 ,84 ,3056 ,17483
Sales Growth 80 -,99 63,02 ,8561 7,05217
Nilai
Perusahaan
80 -,23 2049351,28 73130,2780 324760,23985
Penghindaran
Pajak
80 ,00 2,29 ,3198 ,30095
Valid N
(listwise)
80
Sumber : Data hasil olahan spss versi 22.
Tabel 4.3 menunjukan nilai N atau jumlah data yang valid dari setiap variabel
adalah 80. Dari 80 data pengamatan variabel dependen yaitu penghindaran pajak
dari periode 2014-2018, nilai minimum sebesar 0,00, nilai maksimum sebesar
2,29, nilai mean sebesar 0,3198 dan standar deviasi sebesar 0,30095. Berdasarkan
data diatas, nilai mean variabel penghindaran pajak lebih besar dari standar
deviasinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyimpangan data tersebut
rendah dan penyebaran nilainya merata.
58
Kepemilikan Manajerial (X1) dari 80 data pengamatan yang dilakukan
menunjukan nilai minimum 0,00, nilai maksimum sebesar 0,66, nilai mean 0,0836
dan standar deviasi sebesar 0,17431. Nilai mean variabel X1 lebih kecil dari
standar deviasinya. Data tersebut menunjukan penyebaran nilainya tidak merata.
Intensitas Modal (X2) dari 80 pengamatan yang dilakkan menunjukan nilai
minimum 0,01, nilai maksimum sebesar 0,84 nilai mean 0,3056 dan standar
deviasi sebesar 0,17483. Nilai mean variabel X2 lebih besar dari standar
deviasinya. Data tersebut menunjukan penyimpangan data tersebut rendah dan
penyebaran nilainya merata.
Sales Growth (X3) dari 80 data pengamatan yang dilakukan menunjukan nilai
minimum -0,99, nilai maksimum sebesar 63,02, nilai mean 0,8561 dan nilai
standar deviasi sebesar 7,05217. Nilai mean variabel X1 lebih kecil dari standar
deviasinya. Data tersebut menunjukan penyebaran nilainya tidak merata.
Nilai Perusahaan (X4) dari 80 data pengamatan yang dilakukan menunjukan
nilai minimum sebesar -0,23, nilai maksimum sebesar 2049351,28, nilai mean
73130,2780 dan nilai standar deviasi sebesar 324760,23985. Nilai mean variabel
X1 lebih kecil dari standar deviasinya. Data tersebut menunjukan penyebaran
nilainya tidak merata.
4. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk menguji apakah data berdistribusi normal
atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas data dilakukan dengan
59
menggunakan uji Kolmogrov Smirnov satu arah. Berikut ini hasil uji normalitas
data dengan metode Kolmogrov Smirnov:
Tabel 4.4
Tabel Uji Normalitas
Sumber : Data hasil olahan spss versi 22.
Dari data tabel 4.4 diatas diperoleh nilai asymp sig (2-tailed) sebesar 0,000
memiliki nilai lebih kecil dari 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa data belum
berdistribusi normal, karena belum memenuhi syarat nilai asymp sig lebih besar
dari . Agar data berdistribusi normal maka dilakukan transformasi data dengan
membuang beberapa data outlier dan mengunakan monte carlo sehingga diperoleh
data normal dengan nilai asymp sig sebesar 0,350 satuan seperti tabel berikut:
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 80
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std.
Deviation
,29883635
Most Extreme
Differences
Absolute ,211
Positive ,211
Negative -,134
Test Statistic ,211
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c
60
Tabel 4.5
Tabel Uji Normalitas
(Setelah membuang data outlier)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 54
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,09371930
Most Extreme
Differences
Absolute ,124
Positive ,124
Negative -,096
Test Statistic ,124
Asymp. Sig. (2-tailed) ,038c
Monte Carlo Sig. (2-
tailed)
Sig. ,350d
99% Confidence
Interval
Lower
Bound
,337
Upper
Bound
,362
Sumber : Data hasil olahan spss versi 22.
b. Uji Multikolineritas
Uji multikolineritas untuk mendeteksi ada atau tidak adanya multikolineritas
dalam model regresi, dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan nilai
Variance Inflation Factor (VIF). Dalam penelitian ini, hasil uji multikolineritas
ditunjukan dalam tabel berikut:
61
Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolineritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Kepemilikan
Manajerial
,869 1,150
Intensitas Modal ,946 1,057
Sales Growth ,955 1,047
Nilai Perusahaan ,887 1,127
Sumber : Data hasil olahan spss versi 22.
Berdasarkan tabel 4.6 hasil uji multikolineritas diatas menunjukan nilai
tolerance pada setiap variabel lebih besar dari 0,10 dan nilai Variance Inflation
Factor (VIF) masing-masing variabel menunjukan nilai kurang dari 10. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolineritas antar
variabel independen pada model regresi ini.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara
variabel bebas pada periode tertentu dengan variabel sebelumnya. Pada penelitian
ini metode yang digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya masalah
autokorelasi yaitu dengan uji Durbin-Watson (DW). Hasil uji autokorelasi pada
penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
62
Tabel 4.7
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Change Statistics Durbin-
Watson R Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
,151 2,180 4 49 ,085 2,365
Sumber : Data hasil olahan spss versi 22.
Dengan jumlah sampel (n) = 54 dan variabel independen (k) = 4 , pada tabel
Durbin-Watson didapatkan nilai dU=1,7234, nilai dL=1,4069, nilai d=2,365 dan
nilai 4-dU(4-1,7234)=2,2766. Maka, 1,4069<2,365<2,2766 memenuhi syarat uji
autokorelasi. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat
autokorelasi positif atau negatif pada penelitian ini.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Salah satu cara mendeteksi keberadaan heteroskedatisitas
adalah dengan melihat pola gambar scatterplots, dengan ketentuan :
1. Titik-titik data penyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0.
2. Titik-titik tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
3. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombanag
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
4. Penyebaran titik-titik data tidak berpola.
63
Gambar 4.1
Scatterplot
Sumber: Data hasil olahan spss versi 22.
Dari gambar 4.1 memperlihatkan titik-titik menyebar secara acak atau tidak
membentuk pola tertentu. Oleh karena itu dapat disimpulkan tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model analisis penelititan ini, yang artinya tidak terjadi
ketidaksamaan varians dari satu variabel bebas ke variabel bebas lain.
3. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh dua atau l
lebih variabel independen terhadap variabel dependen, yaitu apakah variabel
independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari
variabel dependen jika nilai variabel independen mengalami kenaikan atau
penurunan. Hasil analisis regresi linear berganda dalam penelitian ini dapat dilihat
pada tabel berikut:
64
Tabel 4.8
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std.
Error
Beta
1 (Constant) ,229 ,035 6,516 ,000
Kepemiikan Manajerial ,042 ,068 ,086 ,612 ,543
Intensitas Modal ,004 ,019 ,027 ,202 ,840
Sales Growth ,098 ,036 ,368 2,733 ,009
Nilai Perusahaan ,000 ,006 ,005 ,037 ,971
Sumber : Data hasil olahan spss versi 22.
Berdasarkan tabel 4.8 hasil uji analisis regresi linear berganda diatas,
diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y= 0,229 + 0,042X1 + 0,004X2 + 0,098X3 + 0,000X4 + €
Dengan melihat persamaan tersebut, dapat ditarik penjelasan sebagai berikut:
Keterangan:
1. Nilai konstanta adalah 0,229 artinya apabila variabel kepemilikan manajerial,
intensitas modal, sales growth dan nilai perusahaan bernilai nol (tidak ada)
maka penghindaran pajak bernilai sebesar 0,229.
2. Nilai koefisien kepemilikan manajerial (X1) sebesar 0,042 menunjukkan
apabila nilai likuiditas naik 1 satuan, maka nilai penghindaran pajak akan
naik sebesar 0,002 satuan dengan asumsi bahwa nilai kepemilikan manajerial,
intensitas modal, sales growth dan nilai perusahaan adalah tetap atau tidak
berubah.
65
3. Nilai koefisien intenstas modal (X2) sebesar 0,042 menunjukkan apabila nilai
intenstas modal naik 1 satuan, maka nilai penghindaran pajak akan naik
sebesar 0,042 satuan dengan asumsi bahwa nilai kepemilikan manajerial,
intensitas modal, sales growth dan nilai perusahaan adalah tetap atau tidak
berubah.
4. Nilai koefisien sales growth (X3) sebesar 0,004 menunjukkan apabila nilai
intensitas persediaan naik 1 satuan, maka nilai penghindaran pajak akan naik
sebesar 0,004 satuan dengan asumsi bahwa nilai kepemilikan manajerial,
intensitas modal, sales growth dan nilai perusahaan adalah tetap atau tidak
berubah.
5. Nilai koefisien nilai perusahaan (X4) sebesar 0,000 menunjukkan bahwa nilai
penghindaran pajak tidak akan mengalami kenaikan ataupun penurunan.
a. Pengujian Kelayakan Model (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji kelayakan model penelitian dengan kriteria
jika tingkat signifikansi F yang diperoleh dari hasil pengolahan data nilainya lebih
kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi layak dapat
menjelaskan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Sebaliknya jika tingkat signifikansi F lebih besar dari 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa model regresi tidak layak atau tidak dapat menjelaskan
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
66
Tabel 4.9
Hasil Uji Kelayakan Model (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
1 Regression ,083 4 ,021 2,180 ,085b
Residual ,466 49 ,010
Total ,548 53
Sumber: Data hasil olahan spss versi 22.
Tabel 4.9 menunjukkan nilai signifikansi dari Uji F adalah sebesar 0,085
lebih besar dari 0,05. Maka dapat dikatakan model regresi yang digunakan tidak
layak untuk menguji variabel independen terhadap variabel dependen atau tidak
dapat menjelaskan hubungan keduanya.
b. Pengujian Koefisien Secara Parsial (Uji t)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen
secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji t mempunyai
nilai signifikansi α = 0,05. Kriteria pengujian hipotesis dengan menggunakan uji
statistik t adalah jika nilai signifikansi t (p-value) < 0,05, maka hipotesis alternatif
diterima, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual
mempengaruhi variabel dependen.
67
Tabel 4.10
Hasil Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std.
Error Beta
1 (Constant) ,229 ,035 6,516 ,000
Kepemilikan Manajerial ,042 ,068 ,086 ,612 ,543
Intensitas Modal ,004 ,019 ,027 ,202 ,840
Sales Growth ,098 ,036 ,368 2,733 ,009
Nilai Perusahaan ,000 ,006 ,005 ,037 ,971
Sumber: Data hasil olahan spss versi 22.
Berdasarkan table 4.10 hasil uji koefisien regresi secara parcial (uji t) di atas,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kepemilikan Manajerial (X1) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,543>0,05
sedangkan nilai koefisien bernilai 0,042, maka dapat disimpulkan bahwa
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
2. Intensitas Modal (X2) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,840>0,05
sedangkan nilai koefisien bernilai 0,004, maka dapat disimpulkan bahwa
intensitas modal tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
3. Sales Growth (X3) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,009<0,05 sedangkan
nilai koefisien bernilai 0,098, maka dapat disimpulkan bahwa sales growth
berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
4. Nilai Perusahaan (X4) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,971>0,05
sedangkan nilai koefisien bernilai 0,000, maka dapat disimpulkan bahwa nilai
perusahaan tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
68
c. Pengujian Koefisien Determinasi (Uji R2)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui berapa besarnya pengaruh dari
seluruh variabel independen yang ada dan besarnya pengaruh yang disebabkan
oleh variabel lain yang tidak dijelaskan. Dalam penelitian ini terdapat koefisien
determinasi (R2) dan koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Adjusted R
Square). Koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Adjusted R Square)
digunakan guna mengurangi kelemahan dari koefisien determinasi (R2) yang bias
terhadap jumlah variabel bebas dan jumlah pengamatan yang ditambahkan
meskipun tidak memiliki pengaruh terhadap variabel tergantung.
Tabel 4.11
Nilai R Square
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,389a ,151 ,082 ,09747
Sumber: Data hasil olahan spss versi 22.
Tabel 4.11 menjelaskan mengenai nilai adjusted R square, berdasarkan hasil
analisis tersebut diketahui nilai adjusted R square sebesar 0,082. Hal ini
menunjukkan bahwa variasi variabel dependen penghindaran pajak dapat
dijelaskan sebesar 8,2 persen oleh variable kepemilikan manajerial, intensitas
modal, sales growth dan nilai perusahaan. Sedangkan sisanya sebesar 91,8 persen
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Penghindaran Pajak
Hasil statistic t (uji t), kepemilikan manajerial (X1) mempunyai nilai
signifikansi sebesar 0,543 > 0,05 dan memiliki nilai koefisien bernilai positif
69
sebesar 0,042, maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Berdasarkan teori agensi, hubungan antara pemilik perusahaan atau
pemegang saham dengan manajer sering terjadi konflik keagenan. Konflik
keagenan tidak sepenuhnya dapat diatasi melalui kebijakan insentif tetapi
diperlukan juga kebijakan baru melalui peningkatan kepemilikan manajerial.
Kepemilikan manajemen memiliki pengaruh terhadap tax avoidance, dengan
adanya kepemilikan saham oleh pihak manajemen pada perusahaan tersebut akan
membuat manajemen lebih berhati-hati dalam mengambil suatu keputusan, karena
manajemen akan ikut merasakan manfaat secara langsung dari keputusan yang
telah diambil, dan manajemen juga akan ikut menanggung kerugian yang terjadi
apabila keputusan yang diambil oleh mereka salah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rejeki, Wijaya, & Amah (2019)
dan Kalbuana, Purwanti, & Agustin (2017) bahwa tidak ada pengaruh antara
kepemilikan manajerial terhadap penghindaran pajak. Sebaliknya, penelitian ini
tidak konsisten dengan hasil penelitian Putri & Lawita (2019) yang menunjukkan
adanya pengaruh kepemilikan manajerial terhadap penghindaran pajak. Adapun
penyebab tidak berpengaruhnya kepemilikan manajerial terhadap penghindaran
pajak mungkin dikarenakan pihak manajerial tidak memiliki hak yang cukup
besar untuk mengambil sebuah keputusan perusahaan, sehingga pihak manajerial
tidak memiliki kesempatan serta wewenang yang besar dalam perusahaan.
Praduga tersebut diperjelas dalam penelitian Zahira (2017), yang menunjukan
bahwa proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajerial jauh lebih kecil
70
dibanding dengan jumlah kepemilikan insitusional. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa pihak manajerial tidak memiliki hak yang cukup besar dalam pengambilan
keputusan perusahaan, sehingga pihak manajerial tidak mempunyai kesempatan
serta wewenang untuk menentukan kebijakan pajak perusahaan.
2. Pengaruh Intensitas Modal Terhadap Penghindaran Pajak
Hasil uji statistic t (uji t), intensitas modal (X2) memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,840 > 0,05, sedangkan nilai koefisien bernilai positif sebesar 0,004,
maka dapat disimpulkan bahwa intensitas modal tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak.
Berdasarkan teori yang digunakan dalam menerangkan intensitas modal yaitu
teori akuntansi positif. Teori akuntansi positif memberikan pilihan kebijakan
akuntansi dan memanfaatkan kebijakan akuntansi yang ada untuk meningkatkan
labanya, yang mana dalam investasi pada aset tetap, perusahaan dapat memilih
metode depresiasi yang dipandang dapat meningkatkan laba perusahaan. Jika
dihubungkan dengan penghindaran pajak maka ketika aset tetap pada perusahaan
tinggi maka semakin besar beban depresiasi yang menyebabkan semakin kecil
kewajiban pajak yang harus dibayar perusahaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Puspita & Febrianti (2017) dan
Wiguna & Jati (2017) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara
intensitas modal dengan penghindaran pajak. Intensitas modal (capital intensity)
didefinisikan sebagai seberapa besar perusahaan menginvestasikan hartanya pada
asset tetap. Hampir semua asset mengalami penyusutan yang nantinya biaya
penyusutan tersebut dapat mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan.
71
Menurut Hanum (2013), biaya penyusutan merupakan biaya yang dapat
dikurangkan dari penghasilan dalam menghitung pajak. Artinya, semakin besar
jumlah aset tetap yang dimiliki suatu perusahaan maka akan semakin besar pula
biaya penyusutannya sehingga mengakibatkan jumlah penghasilan kena pajak dan
ETR-nya akan semakin kecil. ETR yang semakin kecil memberikan gambaran
tindakan penghindaran pajak semakin besar. Hasil penelitian ini tidak menemukan
adanya pengaruh jumlah aset tetap terhadap tindakan penghindaran pajak.
Perusahaan yang memiliki asset tetap yang besar bukan digunakan untuk
pengurang pajak karena biaya penyusutan yang melekat pada asset tetap,
melainkan untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan. Hasil penelitian ini
tidak selaras dengan penelitian (Wijayanti, Wijayanti, & Chomsatu, 2017) yang
menunjukan adanya pengaruh antara intensitas modal dengan penghindaran pajak.
3. Pengaruh Sales Growth Terhadap Penghindaran Pajak
Hasil uji statistik t (uji t), sales growth (X3) memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,009 < 0,05 sedangkan nilai koefisien bernilai positif sebesar 0,098,
maka dapat disimpulkan bahwa sales growth berpengaruh terhadap penghindaran
pajak.
Berdasarkan teori keagenan, di mana teori ini menjelaskan permasalahan
antara principal dan agen yang menyebabkan terjadinya konflik mengenai laba
yang dihasilkan perusahaan. Agen akan berusaha mengelola beban pajaknya agar
tidak mengurangi kompensasi kinerja agen sebagai akibat dari laba perusahaan
yang meningkat berasal dari meningkatnya pertumbuhan penjualan sehingga akan
menimbulkan beban pajak yang lebih besar. Pertumbuhan penjualan menunjukkan
72
perkembangan tingkat penjualan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan penjualan
berpengaruh terhadap tax avoidance (penghindaran pajak) menunjukkan bahwa
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi berarti memiliki
kinerja yang baik dan laba perusahaan cenderung meningkat, sehingga
pembayaran pajaknya juga akan tinggi dengan demikian pihak manajemen akan
melakukan penghematan pajak dan cenderung untuk melakukan tax avoidance.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Puspita &
Febrianti (2017) yang menujukkan bahwa pertumbuhan penjualan (sales growth)
berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Menurut Dewinta & Setiawan (2016),
pertumbuhan penjualan (sales growth) pada suatu perusahaan menunjukan bahwa
semakin tinggi volume penjualan, maka laba yang akan dihasilkan pun akan
semakin banyak.
Berdasarkan teori agensi, agent akan berusaha mengelola beban pajaknya
agar tidak mengurangi kompensasi kinerja agent sebagai akibat dari laba
perusahaan yang meningkat yang berasal dari meningkatnya pertumbuhan
penjualan sehingga akan menimpulkan beban pajak yang lebih besar. Hasil
penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Swingly &
Sukartha (2015) dan Maharani, Titisari, & Nurlaela (2017) yang menunjukan
bahwa hasil sales growth tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
4. Pengaruh Nilai Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak
Hasil uji statistic t (uji t), nilai perusahaan (X4) memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,971 > 0,05, dan nilai koefisien bernilai positif sebsar 0,000, maka dapat
73
disimpulkan bahwa nilai perusahaan tidak berpengaruh terhadap penghindaran
pajak.
Berdasarkan teori agensi, yang biasanya menjelaskan tentang permasalahan
yang terjadi antara principal dan agen yang menyebabkan terjadinya konflik
mengenai laba yang diperoleh oleh perusahaa. Perusahaan dalam kegiatan
bisnisnya mempunyai tujuan untuk meningkatkan laba setinggi-tingginya yang
akan berdampak pada penambahan nilai perusahaan tersebut. perusahaan yang
mempunyai laba yang tinggi memiliki nilai perusahaan dan kinerja perusahaan
yang baik juga. Untuk mempertahankan laba yang tinggi biasanya pihak
manajemen melakukan aktivitas penghindaran pajak yang diharapkan akan dapat
meningkatkan nilai pasar di pasar saham.
Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Pohan (2009) yang
menerangkan bahwa nilai perusahaan yang diproxykan menggunakan rasio
tobin’s Q tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hal ini
menggambarkan kesadaran perusahaan untuk tidak melakukan tindakan
penghindaran pajak sebagai bentuk kepatuhan terhadap peraturan perpajakan yang
berlaku. Kesadaran tersebut mungkin saja dikarenakan manajemen menyadari
resiko yang ditimbulkan oleh tindakan penghindaran pajak yang bisa saja
melebihi batas ketentuan perpajakan yang berlaku, hal tersebut dapat
menimbulkan tindakan penghindaran pajak yang tentunya akan merugikan
perusahaan dimasa yang akan datang. Dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya
nilai perusahaan tidak mempengaruhi manajemen untuk melakukan penghindaran
pajak.
74
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik, regresi linear
berganda, uji hipotesis dan koefisien determinasi pada penelitian mengenai
determinan penghindaran pajak ini, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Artinya, semakin tinggi nilai kepemilikan manajerial maka tingkat
penghindaran pajak akan menurun. Hal ini dikareanakan, pihak manajerial
tidak memiliki hak yang cukup besar untuk mengambil sebuah keputusan
perpajakan dalam sebuah perusahaan.
2. Intensitas Modal tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Artinya,
semakin tinggi nilai intensitas modal maka tingkat penghindaran pajak akan
menurun. Hal ini dikarenakan, ketika aset tetap pada perusahaan tinggi maka
beban depresiasi yang akan menyebabkan semakin kecil kewajiban pajak
yang harus dibayarkan oleh perusahaan.
3. Sales Growth berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Artinya, semakin
tinggi nilai sales growth maka tingkat penghindaran pajaknya akan
meningkat pula. Hal ini dikarenakan, apabila tinggi volume penjualan, maka
laba yang dihasilkan pun akan semakin banyak.
4. Nilai Perusahaan tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Artinya,
semakin tinggi nilai perusahaan maka tingkat penghindaran pajak akan
75
menurun. Hal ini dikarenakan, pihak manajemen menyadari resiko yang
ditimbulkan oleh tindakan penghindaran pajak yang nantinya akan
berpengaruh terhadap perspekstif investor.
5. Variabel dependen yaitu penghindaran pajak dapat dijelaskan oleh variabel
independen yaitu kepemilikan manajeria, intensitas modal, sales growth dan
nilai perusahaan sebesar 8,2 persen. Sedangkan sisanya sebesar 91,81 persen
dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan, maka saran dari penulis untuk penelitian selanjutnya
adalah sebagai berikut :
1. Sebaiknya kepemilikan manajerial dalam perusahaan harus lebih dapat
meningkatkan pengawasan terhadap kebijakan yang berkaitan dengan
perpajakan yang dilakukan oleh perusahaan sengingga kecenderungan untuk
melakukan penghindaran pajak akan lebih kecil dalam suatu perusahaan.
2. Perusahaan dalam mengambil sebuah keputusan mengenai kebijakan
melakukan intensitas modal harus lebih mempertimbangkan berbagai macam
hal yang nantinya akan berpengaruh terhadap pandangan yang disematkan
oleh investor terhadap perusahaan tersebut. Sehingga jika intensitas modal
dalam perusahaan kecil maka kemungkinan juga untuk melakukan
penghindaran pajak akan lebih kecil.
3. Pimpinan perusahaan sebaiknya mengelola dan mengatur perusahaannya
dengan sangat baik dan hati-hati. Karena jika dalam perusahaannya memiliki
76
sales growth yang tinggi maka akan memperbanyak laba yang diperoleh
sehingga memungkinkan melakukan penghindaran pajak.
4. Perusahaan harus bijak dalam mengambil semua keputusan mengenai segala
macam hal, termasuk mengenai perpajakan karena hal tersebut akan
mempengaruhi nilai perusahaan dalam pandangan para investor.
5. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan terhadap variabel yang lebih luas
seperti kepemilikan institusional, leverage, profitabilitas agar hasil yang
diperoleh lebih akurat dan bervariasi mengingat variabel independen dalam
penelitian ini kepemilikan manajerial, intensitas modal, sales growth dan nilai
perusahaan yang dapat dilihat dari hasil uji determinasi diketahui keempat
variabel independen tersebut hanya dapat menjelaskan variabel depen sebesar
8,2 persen, sedangkan sisanya sebesar 91,8 dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak digunakan dalam penelitian ini.
C. Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, maka keterbatasan penelitian yang dapat
disampaikan peneliti, sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan sektor pertambangan
sub sektor batu bara yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan web
perusahaan dengan periode 5 tahun yaitu tahun 2014-2018. Untuk peneliti
selanjutnya, diharapkan dapat menambah jumlah sampel dan tahun penelitian,
karena dengan jumlah sampel yang banyak dengan periode penelitian yang
lebih panjang akan memberikan hasil yang normal atau valid.
77
2. Penelitian ini hanya menggunakan 4 variabel independen yaitu, kepemilikan
manajerial, intensitas modal, sales growth, dan nilai perusahaan. Hal ini
masih banyak pengaruh variabel lain mengenai penghindaran pajak.
78
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, S. A., & Kartika, A. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tax
Avoidance Pada Perusahaan Manufaktur. Dinamika Akuntansi, Keuangan
Dan Perbankan, 8(1), 65-77.
Darsono, & Muzaki, M. R. (2015). Pengaruh Corporate Social Responsibility Dan
Capital Intensity Terhadap Penghindaran Pajak. Diponegoro Journal Of
Accounting, 4(3), 1-8.
Dewinta, I. A., & Setiawan, E. P. (2016). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur
Perusahaan, Profitabilitas, Laverage,dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap
Tax Avoidance. E-Jurnal Universitas Udayana, 14(3), 1584-1613.
Fatimah, Anwar, K., Nordiansyah, M., & Tambun, S. P. (2017). Pengaruh
Intensitas Modal, Kompensasi Eksekutif Dan Kualitas Audit Terhadap
Tindakan Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di BEI. Prosding Seminar Nasional ASBIS , 170-192.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Hanum, H. R. (2013). Pengaruh Karakteristik Corporate Governace Terhadap
Effective Tax Rate (ETR).
Haosana, C. (2012). Pengaruh Return On Asset Dan Tobin's Q Terhadap Volume
Perdagangan Saham Pada Perusahaan Retail Yang Terdaftar Di BEI.
Harinda, H. (2019). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Tax
Avoidance.
Hartadinanta, O. S., & Tjaraka, H. (2013). Analisis Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kebijakan Hutang Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax
Aggresivitas Pada Perusahaan Manufaktur Di BEI. Jurnal Ekonomi Dan
Bisnis(3).
Herdiyanto, D. G. (2015). Pengaruh Tax Avoidance Terhadap Nilai Perusahaan.
Hestanto. (2020). Penghindaran Pajak Atau Perlawanan Pajak Terhadap Wajib
Pajak. Diambil kembali dari https://www.hestanto.web.id/penghindaran-
pajak/
79
Hidayat, W. W. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Leverage Dan Pertumbuhan
Penjualan Terhadap Penghindaran Pajak. Jurnal Riset Manajemen Dan
Bisnis (JRMB), 3(1), 19-26.
Himawan, A. (2017). Setiap Tahun Penghindaran Pajak Capai Rp. 110 Triliun.
Diambil kembali dari www.suara.com
Idris, U. (2013). Sengketa Pajak Toyota Motor Menanti Palu Hukum. Dipetik
Januari 18, 2020, dari www.nasioanal.kontan.co.id
Ikhwan, M. (2019). Pengaruh Opini Audit, Audit Delay Dan Financial Distress
Terhadap Auditor Switching (Pada Perusahaan Sektor Pertambangan Yang
Terdaftar Di BEI 2014-2018).
Indonesia, B. E. (t.thn.). Bursa Efek Indonesia. Diambil kembali dari
www.idx.co.id
Ismi, F., & Linda. (2016). Pengaruh Thin Capitalization, ROA Dan Corporate
Governace Pada Perusahaan Jakarta Islami Index (JII). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA), 1(1), 150-165.
Kalbuana, N., Purwanti, T., & Agustin, N. H. (2017). Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Beban Pajak Tangguhan Dan Tingkat Pajak Efektif Terhadap
Penghindaran Pajak Di Indonesia.
Kho, B. (2019). Pengertian Biaya Tetap dan Contohnya. Dipetik Januari 23,
2020, dari www.ilmuwanindutri.com
Khomsatun, S., & Martani, D. (2013). Pengaruh Thin Capitalization Dan Aset
Mix Perusahaan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Terhadap
Penghindaran Pajak.
Ma, M., & Thomas, W. B. (2019). Legal Environment and Corporate Tax
Avoidance: Evidance from State Tax Codes.
Maharani, A., Titisari, K. H., & Nurlaela, S. (2017). Pengaruh Karakteristik
Perusahaan, Sales Growth Dan CSR Terhadap Tax Avoidance. (ENACO).
Maulida, R. (2018). Sistem Pemungutan Pajak. Dipetik Januari 23, 2020, dari
www.online-pajak.com
Novitasari, S. (2017). Pengaruh Manajemen Laba, Corporate Governance Dan
Intensitas Modal Terhadap Agresivitas Pajak. JOM Fakon, 4(1).
80
Nuraini, A. (2019). Pengaruh Goog Corporate Governace Terhadap Penghindaran
Pajak.
Nurjanah. (2017). Pengaruh Konservatisme Akuntansi Dan Intensitas Modal
Terhadap Penghindaran Pajak Dengan Dewan Komisaris Sebagai Variabel
Moderating.
Okrayanti, T. Y., Utomo, S. W., & Nuraina, E. (2017). Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Dan Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance. FIPA,
5(1), 804-817.
Panji, A. (2016). Fenomena Penghindaran Pajak. Dipetik Januari 18, 2020, dari
www.cnnindonesia.com
Piliang, I. (2015). Sketsa: Merampok Ribuan Triliun Melalu Transfer Pricing
Pajak. Dipetik Januari 18, 2020, dari www.kompas.com
Pohan, H. T. (2009). Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusi, Rasio Tobin's Q,
Akrual Pilihan, Tarif Efektif Pajak Dan Biaya Ditunda Terhadap
Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Publik. Jurnal Informasi Perpajakan
Dan Keuangan Publik, 4(2), 113-135.
Pramudito, B. W., & Sari, M. R. (2015). Pengaruh Konservatisme Akuntansi,
Kepemilikan Manajerial Dan Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Tax
Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 13(3), 705-722.
Prasetyo, I., & Pramuka, B. A. (2018). Pengaruh Kepemilikan Institusi,
Kepemilikan Manajerial Dan Proporsi Dewa Komisaris Independen
Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Ekonomi Bisnis Dan Akuntansi, 20(02).
Prasetyorini, B. F. (2013). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Price Earning
Rasio Dan Profitabilitas Terhadap Penghindaran Pajak. Jurnal Imu
Manajemen, 1(1).
Prasiwi, K. W. (2015). Pengaruh Penghindaran Pajak Terhadap Nilai Perusahaan:
Transparasi Informasi Sebagai Variabel Pemoderasi.
Puspita, D., & Febrianti, M. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, 19(1), 38-46.
Putri, A. A., & Lawita, N. F. (2019). Pengaruh Kepemilikan Institusional Dan
Kepemilikan Manajerial Terhadap Penghindaran Pajak. Jurnal Akuntansi
Dan Ekonomika (JAE), 9(1).
81
Putri, N. K., Ulfah, Y., & Musviyanti. (2018). Pengaruh Penerapan Corporate
Governance Dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Tax Avoidance Pada
Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI. Simposium Nasional Akuntansi XXI.
Putri, V. R., & Putra, B. I. (2017). Pengaruh Laverage, Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan Dan Proporsi Kepemilikan Institusional Terhadap Tax
Avoidance. Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya, 19(1).
Rahmawati, L. (2017). Pengaruh Intensitas Modal, Sales Growth Dan
Karakteristik Eksekutif Terhadap Tax Avoidance Dengan Leverage
Sebagai Variabel Intervening.
Ratnasari, M. M., & Kurniawan, T. (2013). Pengaruh ROA, Laverage. Corporate
Governance, Ukuran Perusahaan Dan Kompensasi Rugi Fiskal. Buletin
Studi Ekonomi, 18(1).
Rejeki, S., Wijaya, A. L., & Amah, N. (2019). Pengaruh Kepemilikan
Institusional, Kepemilikan Manajerial Dan Proporsi Dewa Komisaris
Terhadap Penghindaran Pajak Dan Transfer Pricing Sebagai Variabel
Moderasi. Seminar Inovasi Manajemen Bisnis Dan Akuntansi (SIMBA).
Sari, D. K., & Martani, D. (2010). Karakteristik Kepemilikan Perusahaan,
Corporate Governance Dan Tindakan Pajak Agresif . Simposium Nasional
Akuntansi XIII Purwokerto.
Setiawan, P. (2019). Pengertian Pajak-Pemahaman, Unsur, Jenis, Objek, Subjek,
Para Ahli. Dipetik Januari 18, 2020, dari www.gurupendidikan.co.id
Silvia, L. (2019). Pengaruh Profitabilitas, Leverage Dan Good Corporate
Governance Terhadap Tax Avoidance.
Sugianto, D. (2019). Mengenal Soal Penghindaran Pajak Yang Dituduhkan Ke
Adero. Dipetik Januari 18, 2020, dari www.detikfinance.com
Sugiharto, D. (2014). Prahara Pajak Kerja Otomotif. Dipetik Januari 18, 2020,
dari https://investigasi.tempo.co/toyota/
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D . Bandung:
Alfabeta.
Supangat, A. (2017). Statistika Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan
Nonparametrik. Jakarta: Kencana.
Supranto, J. (2016). Statistik Teori & Aplikasi. Jakarta: Erlangga.
82
Susanti, E. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Sales Growth Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak.
Swingly, C., & Sukartha, I. M. (2015). Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite
Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage Dan Sales Growth Pada Tax
Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 10(1), 47-62.
Tampubolon, D. S. (2016). Pengaruh Corporate Social Responsibility,
Profitabilitas, Komisaris Independen Dan Rasio Tobin's Q Terhadap Tax
Avoidance Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI .
Umar, I., Darwis, H., & Ansar, R. (2019). Pengaruh Good Corporate Governance
Dan Koneksi Politik Terhadap Penghindaran Pajak. JEAMM, 1(1), 15-29.
Utami, C. T., & Tahar, A. (2018). Pengaruh Corporate Social Responsibility,
Kepemilikan Manajerial, Capital Intensity Dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Tax Aggresiveees. Review Akuntansi Dan Bisnis Indonesia
(RAB), 2(1), 39-50.
Wahidah, U., & Ayem, S. (2018). Pengaruh Konvergensi Internasional Financial
Reporting Standars (IFRS) Terhadap Penghindaran Pajak. Jurnal Kajian
Bisnis, 26(2), 158-169.
Waluyo, T. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Dan
Penawaran . Dipetik Januari 23, 2020, dari
www.ekonomiilmu.blogspot.com
Wardani, D. K., & Purwaningrum, R. (2019). Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Dan Corporate Social Responsibilty Terhadap Penghindaran Pajak. JRAK,
14(1).
Widani, M. A., Mahaputra, I. N., & Sudiartana, I. M. (2019). Pengaruh Struktur
Modal, Capital Intensity Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pajak
Penghasilan Pada Perusahaan Manufaktur.
Widiayani, N. P., Sunarsih, N. M., & Dewi, N. P. (2019). Pengaruh Leverage,
Umur Perusahaan, Profitabilitas Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap
Tax Avoidance. 183-197.
Wiguna, I. P., & Jati, I. K. (2017). Pengaruh Manajemen Laba, Corporate
Governance Dan Intensitas Modal Terhadao Agresivitas Pajak Perusahaan.
E-Journal Akuntansi Universitas Udayana, 21(1), 418-446.
83
Wijayanti, A., Wijayanti, A., & Chomsatu, Y. (2017). Pengaruh Karakteristik
Perusahaan, GCG Dan CSR Terhadap Penghindaran Pajak. Journal Of
Economic And Economic Education, 5(2), 113-127.
Wulan, E. C. (2019). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Leverage,
Profitabilitas, Komite Audit Dan Konsentrasi Kepemilikan Terhadap
Intelektual Capital Disclosure.
Zahira, A. (2017, April). Pengaruh Leverage, Kepemilikan Institusional,
Kepemilikan Manajerial, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran
Pajak. JOM Ferkon, 4(1).
84
LAMPIRAN-LAMPIRAN
85
LAMPIRAN.1 DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL
No. Nama Perusahaan Kode Saham
1 Adaro Energy Tbk. ADRO
2 Atlas Resources Tbk. ARII
3 Bara Jaya Internasional Tbk. ATPK
4 Baramulti Suksessarana Tbk. BSSR
5 Bumi Resource Tbk. BUMI
6 Bayan Resource Tbk. BYAN
7 Darma Henwa Tbk. DEWA
8 Delta Dunia Makmur Tbk. DOID
9 Golden Energy Miner Tbk. GEMS
10 Harum Eneri Tbk. HRUM
11 Indo Tambangraya Tbk. ITMG
12 Mitrabara Adiperdana Tbk. MBAP
13 Samindo Resource Tbk. MYOH
14 Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. PTBA
15 Petrosea Tbk. PTRO
16 Toba Bara Sejahtera Tbk. TOBA
Sumber : www.idx.co.id (2020)
86
LAMPIRAN.2 DATA LAPORAN KEUANGAN DAN PERHITUNGAN
1. Variabel Kepemilikan Manajerial
KODE
SAHAM TAHUN
JUMLAH SAHAM
MANJ+KOMISARIS
JUMLAH SAHAM
BEREDAR
KEPEMILIKAN
MANAJERIAL
ADRO 2014 4.837.043.450 31.985.962.000 0,15
ARII 653.842.000 3.000.000.000 0,22
ATPK 0 5.768.795.331 0,00
BSSR 1.703.566.000 2.616.500.000 0,65
BUMI 0 36.627.020.427 0,00
BYAN 2.167.290.000 3.333.333.500 0,65
DEWA 0 21.853.733.792 0,00
DOID 6.300.500 8.245.228.732 0,00
GEMS 0 5.882.353.000 0,00
HRUM 275.000 2.703.620.000 0,00
ITMG 153.000 1.129.925.000 0,00
MBAP 0 1.227.271.952 0,00
MYOH 0 2.206.312.500 0,00
PTBA 60.000 2.304.131.850 0,00
PTRO 102.973.200 1.008.605.000 0,10
TOBA 88.355.000 2.012.491.000 0,04
ADRO 2015 4.219.255.248 31.985.962.000 0,13
ARII 653.842.000 3.000.000.000 0,22
ATPK 0 5.760.245.414 0,00
BSSR 25.641.026 2.616.500.000 0,01
BUMI 0 36.627.020.427 0,00
BYAN 2.167.290.000 3.333.333.500 0,65
DEWA 0 21.853.733.792 0,00
87
DOID 6.700.500 8.276.878.732 0,00
GEMS 0 5.882.353.000 0,00
HRUM 375.000 2.671.003.100 0,00
ITMG 173.000 1.129.925.000 0,00
MBAP 0 1.227.271.952 0,00
MYOH 0 2.206.312.500 0,00
PTBA 130.000 2.304.131.850 0,00
PTRO 106.916.200 1.008.605.000 0,11
TOBA 88.355.000 2.012.491.000 0,04
ADRO 2016 4.263.235.248 31.985.962.000 0,13
ARII 616.217.000 3.000.000.000 0,21
ATPK 0 5.760.245.414 0,00
BSSR 23.078.400 2.616.500.000 0,01
BUMI 0 36.627.020.427 0,00
BYAN 2.167.303.600 3.333.333.500 0,65
DEWA 0 21.853.733.792 0,00
DOID 518.279.700 8.325.016.732 0,06
GEMS 0 5.882.353.000 0,00
HRUM 380.000 2.640.491.700 0,00
ITMG 108.500 1.129.925.000 0,00
MBAP 0 1.227.271.952 0,00
MYOH 0 2.206.312.500 0,00
PTBA 56.000 2.304.131.850 0,00
PTRO 115.351.900 1.008.605.000 0,11
TOBA 88.355.000 2.012.491.000 0,04
ADRO 2017 3.915.354.855 31.985.962.000 0,12
ARII 616.217.000 3.000.000.000 0,21
88
ATPK 0 5.760.245.414 0,00
BSSR 2.565.600 2.616.500.000 0,00
BUMI 0 65.376.556.624 0,00
BYAN 2.167.253.300 3.333.333.500 0,65
DEWA 0 21.853.733.792 0,00
DOID 799.958.800 8.553.342.132 0,09
GEMS 0 5.882.353.000 0,00
HRUM 300.000 2.573.765.300 0,00
ITMG 1.023.380 1.129.925.000 0,00
MBAP 0 1.227.271.952 0,00
MYOH 0 2.206.312.500 0,00
PTBA 198.000 11.520.659.250 0,00
PTRO 117.983.600 1.008.605.000 0,12
TOBA 88.355.000 2.012.491.000 0,04
ADRO 2018 3.966.286.105 31.985.962.000 0,12
ARII 623.806.100 3.000.000.000 0,21
ATPK 0 5.760.245.414 0,00
BSSR 13.131.600 2.616.500.000 0,01
BUMI 0 65.475.927.488 0,00
BYAN 2.209.782.700 3.333.333.500 0,66
DEWA 0 21.853.733.792 0,00
DOID 984.019.000 8.611.686.432 0,11
GEMS 0 5.882.353.000 0,00
HRUM 300.000 2.566.637.900 0,00
ITMG 1.075.980 1.129.925.000 0,00
MBAP 0 1.227.271.952 0,00
MYOH 0 2.206.312.500 0,00
89
PTBA 126.000 1.152.065.950 0,00
PTRO 135.503.000 1.008.605.000 0,13
TOBA 82.723.900 2.012.491.000 0,04
90
2. Variabel Intensitas Modal
KODE
SAHAM TAHUN
TOTAL ASET
TETAP RUPIAH TOTAL ASET RUPIAH
INTENSITAS
MODAL
ADRO 2014 1.616.603 20.110.541.320 6.413.648 79.785.781.120 0,25
ARII 63.450 789.318.000 339.149 4.219.013.560 0,19
ATPK 1.043.207.058 1.043.207.058 1.795.865.062 1.795.865.062 0,58
BSSR 63.045.244 784.282.835.360 167.190.382 2.079.848.352.080 0,38
BUMI 217.141.975 2.701.246.169.000 4.603.993.244 57.273.675.955.360 0,05
BYAN 257.925.669 3.208.595.322.360 1.161.656.314 14.451.004.546.160 0,22
DEWA 127.207.059 1.582.455.813.960 355.813.230 4.426.316.581.200 0,36
DOID 426.649.460 5.307.519.282.400 907.648.046 11.291.141.692.240 0,47
GEMS 683.585.633.245 8.503.805.277.567.800 3.921.803.353.518 48.787.233.717.763.900 0,17
HRUM 106.572.802 1.325.765.656.880 444.106.858 5.524.689.313.520 0,24
ITMG 285.688 3.553.958.720 1.310.494 16.302.545.360 0,22
MBAP 25.791.222 320.842.801.680 80.357.498 999.647.275.120 0,32
MYOH 78.531.274 976.929.048.560 163.271.470 2.031.097.086.800 0,48
91
PTBA 3.987.565 3.987.565 14.860.611 14.860.611 0,27
PTRO 279.315 3.474.678.600 467.732 5.818.586.080 0,60
TOBA 47.921.110 596.138.608.400 300.740.758 3.741.215.029.520 0,16
ADRO 2015 1.467.111 20.340.026.904 5.958.629 82.610.432.456 0,25
ARII 76.058 1.054.468.112 351.484 4.872.974.176 0,22
ATPK 1.086.684.869 1.086.684.869 1.772.109.917 1.772.109.917 0,61
BSSR 66.446.110 921.208.869.040 173.877.318 2.410.635.136.752 0,38
BUMI 226.265.069 3.136.938.916.616 3.394.276.258 47.058.246.040.912 0,07
BYAN 259.990.067 3.604.502.288.888 937.851.728 13.002.376.356.992 0,28
DEWA 153.981.489 2.134.799.363.496 372.974.932 5.170.924.457.248 0,41
DOID 379.305.958 5.258.697.801.712 831.796.061 11.532.020.589.704 0,46
GEMS 52.972.131 734.405.624.184 369.667.295 5.125.067.377.880 0,14
HRUM 98.437.287 1.364.734.546.968 380.654.005 5.277.387.125.320 0,26
ITMG 254.594 3.529.691.216 1.178.363 16.336.824.632 0,22
MBAP 32.176.598 446.096.354.672 109.163.029 1.513.436.234.056 0,29
MYOH 68.626.497 951.437.754.408 161.232.709 2.235.330.277.576 0,43
92
PTBA 5.579.117 5.579.117 16.894.043 16.894.043 0,33
PTRO 269.468 3.735.904.352 425.368 5.897.301.952 0,63
TOBA 48.848.826 677.240.123.664 282.371.637 3.914.800.375.368 0,17
ADRO 2016 1.544.187 20.851.157.061 6.522.257 88.070.036.271 0,24
ARII 70.464 951.475.392 351.484 4.746.088.452 0,20
ATPK 965.344.237 965.344.237 1.585.848.621 1.585.848.621 0,61
BSSR 68.829.822 929.409.086.466 183.981.910 2.484.307.730.730 0,37
BUMI 224.267.330 3.028.281.756.990 3.102.193.700 41.888.921.531.100 0,07
BYAN 247.142.103 3.337.159.816.809 824.686.661 11.135.743.983.483 0,30
DEWA 170.175.438 2.297.878.939.314 381.339.705 5.149.230.036.615 0,45
DOID 405.926.630 5.481.227.284.890 882.275.704 11.913.368.831.112 0,46
GEMS 50.349.933 679.875.145.299 377.670.000 5.099.678.010.000 0,13
HRUM 88.996.624 1.201.721.413.872 413.365.853 5.581.679.113.059 0,22
ITMG 223.796 3.021.917.388 1.209.792 16.335.821.376 0,18
MBAP 31.612.964 426.869.852.892 116.375.759 1.571.421.873.777 0,27
MYOH 56.268.446 759.792.826.338 147.254.262 1.988.374.299.786 0,38
93
PTBA 6.087.746 6.087.746 18.576.774 18.576.774 0,33
PTRO 233.189 3.148.751.067 393.425 5.312.417.775 0,59
TOBA 47.389.456 639.899.824.368 261.588.159 3.532.224.910.977 0,18
ADRO 2017 1.506.553 20.308.334.440 6.814.147 91.854.701.560 0,22
ARII 66.583 897.538.840 327.055 4.408.701.400 0,20
ATPK 846.225.245 846.225.245 1.004.852.063 1.004.852.063 0,84
BSSR 63.833.889 860.480.823.720 210.137.454 2.832.652.879.920 0,30
BUMI 51.209.742 690.307.322.160 3.696.498.624 49.828.801.451.520 0,01
BYAN 259.468.439 3.497.634.557.720 888.813.140 11.981.201.127.200 0,29
DEWA 172.109.746 2.320.039.376.080 401.800.150 5.416.266.022.000 0,43
DOID 484.369.495 6.529.300.792.600 945.581.412 12.746.437.433.760 0,51
GEMS 55.355.314 746.189.632.720 590.469.384 7.959.527.296.320 0,09
HRUM 80.501.053 1.085.154.194.440 459.443.071 6.193.292.597.080 0,18
ITMG 222.537 2.999.798.760 1.358.663 18.314.777.240 0,16
MBAP 32.643.958 440.040.553.840 160.778.962 2.167.300.407.760 0,20
MYOH 44.258.697 596.607.235.560 136.067.975 1.834.196.303.000 0,33
94
PTBA 6.199.299 6.199.299 21.987.482 21.987.482 0,28
PTRO 263.685 3.554.473.800 436.844 5.888.657.120 0,60
TOBA 46.554.610 627.556.142.800 348.338.028 4.695.596.617.440 0,13
ADRO 2018 1.609.701 23.194.181.709 7.060.755 101.738.418.795 0,23
ARII 81.364 1.172.373.876 350.065 5.044.086.585 0,23
ATPK 726.550.855 726.550.855 885.506.109 885.506.109 0,82
BSSR 61.417.640 884.966.774.760 245.100.202 3.531.648.810.618 0,25
BUMI 24.216.701 348.938.444.709 3.906.773.939 56.292.705.687.051 0,01
BYAN 299.319.453 4.312.893.998.277 1.150.863.891 16.582.797.805.419 0,26
DEWA 168.585.624 2.429.150.256.216 415.098.432 5.981.153.306.688 0,41
DOID 657.789.960 9.478.095.533.640 1.184.094.711 17.061.620.690.799 0,56
GEMS 71.682.384 1.032.871.471.056 701.046.630 10.101.380.891.670 0,10
HRUM 82.159.276 1.183.833.007.884 467.989.195 6.743.256.310.755 0,18
ITMG 227.294 3.275.079.246 1.442.728 20.788.267.752 0,16
MBAP 33.383.746 481.026.396.114 173.509.262 2.500.094.956.158 0,19
MYOH 42.710.041 615.408.980.769 151.326.098 2.180.457.746.082 0,28
95
PTBA 6.547.586 6.547.586 24.172.933 24.172.933 0,27
PTRO 298.461 4.300.524.549 555.591 8.005.510.719 0,54
TOBA 48.261.432 695.398.973.688 501.883.194 7.231.634.942.346 0,10
3. Variabel Sales Growth
KODE
SAHAM
TAHUN PENJ. AKHIR
PERIODE
RUPIAH PENJ. AWAL
PERIODE
RUPIAH SALES
GROWTH
ADRO 2014 3.325.444 41.368.523.360 3.285.142 40.867.166.480 0,01
ARII 38.468 478.541.920 114.712 1.427.017.280 -0,66
ATPK 672.653.702 672.653.702 409.411.286 409.411.286 0,64
BSSR 217.110.403 2.700.853.413.320 167.423.234 2.082.745.030.960 0,30
BUMI 2.786.067.095 34.658.674.661.800 3.547.424.427 44.129.959.871.880 -0,21
BYAN 828.259.942 10.303.553.678.480 1.147.467.928 14.274.501.024.320 -0,28
DEWA 234.664.122 2.919.221.677.680 222.028.647 2.762.036.368.680 0,06
DOID 607.426.558 7.556.386.381.520 694.912.667 8.644.713.577.480 -0,13
GEMS 5.185.585.519.326 64.508.683.860.415.400 4.427.626.221.656 55.079.670.197.400.600 0,17
HRUM 477.643.910 5.941.890.240.400 837.079.750 10.413.272.090.000 -0,43
96
ITMG 1.942.655 24.166.628.200 2.178.763 27.103.811.720 -0,11
MBAP 128.818.187 1.602.498.246.280 115.695.508 1.439.252.119.520 0,11
MYOH 3.024.041.102 37.619.071.308.880 2.455.556.483 30.547.122.648.520 0,23
PTBA 13.077.962 13.077.962 11.209.219 11.209.219 0,17
PTRO 347.968.000 4.328.721.920.000 360.096.000 4.479.594.240.000 -0,03
TOBA 499.965.642 6.219.572.586.480 421.849.737 5.247.810.728.280 0,19
ADRO 2015 2.684.476 37.217.575.264 3.325.444 46.103.955.616 -0,19
ARII 28.342 392.933.488 38.468 533.320.352 -0,26
ATPK 246.706.960 246.706.960 672.653.702 672.653.702 -0,63
BSSR 259.020.747 3.591.063.636.408 217.110.403 3.010.018.627.192 0,19
BUMI 40.506.538 561.582.642.832 2.786.067.095 38.626.034.205.080 -0,99
BYAN 465.007.423 6.446.862.912.472 828.259.942 11.482.995.835.888 -0,44
DEWA 240.123.973 3.329.078.761.672 234.664.122 3.253.383.387.408 0,02
DOID 565.615.288 7.841.690.352.832 607.426.558 8.421.361.800.112 -0,07
GEMS 353.186.003 4.896.570.745.592 5.185.585.519.326 5.185.585.519.326 -0,06
HRUM 249.328.849 3.456.695.162.536 477.643.910 6.622.055.168.240 -0,48
97
ITMG 1.589.409 22.035.566.376 1.942.655 26.932.968.920 -0,18
MBAP 219.113.608 3.037.791.061.312 128.818.187 1.785.935.344.568 0,70
MYOH 226.332.334 3.137.871.478.576 3.024.041.102 41.925.305.838.128 -0,93
PTBA 13.845.199 13.845.199 13.077.962 13.077.962 0,06
PTRO 206.834.000 2.867.546.576.000 347.968.000 4.824.228.352.000 -0,41
TOBA 348.662.183 4.833.852.505.112 499.965.642 6.931.523.660.688 -0,30
ADRO 2016 2.524.239 34.084.799.217 2.684.476 36.248.479.428 -0,06
ARII 11.641 157.188.423 28.342 382.702.026 -0,59
ATPK 10.202.426 10.202.426 246.706.960 246.706.960 -0,96
BSSR 242.598.535 3.275.808.018.105 259.020.749 3.497.557.173.747 -0,06
BUMI 23.372.429 315.597.908.787 40.506.538 546.959.782.614 -0,42
BYAN 555.483.921 7.500.699.385.263 465.007.423 6.278.995.232.769 0,19
DEWA 259.095.490 3.498.566.401.470 240.123.973 3.242.394.007.419 0,08
DOID 611.231.812 8.253.463.157.436 565.615.288 7.637.503.233.864 0,08
GEMS 384.339.836 5.189.740.805.508 353.186.003 4.769.070.598.509 0,09
HRUM 217.121.593 2.931.792.870.279 249.328.849 3.366.687.448.047 -0,13
98
ITMG 1.367.498 18.465.325.494 1.589.409 21.461.789.727 -0,14
MBAP 187.155.820 2.527.165.037.460 219.113.608 2.958.691.048.824 -0,15
MYOH 190.106.455 2.567.007.461.865 226.332.334 3.056.165.506.002 -0,16
PTBA 14.058.869 14.058.869 13.845.199 13.845.199 0,02
PTRO 209.370.000 2.827.123.110.000 206.834.000 2.792.879.502.000 0,01
TOBA 258.271.601 3.487.441.428.303 348.662.183 4.707.985.457.049 -0,26
ADRO 2017 3.258.333 43.922.328.840 2.524.239 34.026.741.720 0,29
ARII 28.731 387.293.880 11.641 156.920.680 1,47
ATPK 16.707.474 16.707.474 10.202.426 10.202.426 0,64
BSSR 392.574.134 5.291.899.326.320 242.598.535 3.270.228.251.800 0,62
BUMI 17.366.667 234.102.671.160 23.372.429 315.060.342.920 -0,26
BYAN 1.067.376.037 14.388.228.978.760 555.483.921 7.487.923.255.080 0,92
DEWA 242.790.874 3.272.820.981.520 259.095.490 3.492.607.205.200 -0,06
DOID 764.608.154 10.306.917.915.920 611.231.812 8.239.404.825.760 0,25
GEMS 759.448.383 10.237.364.202.840 384.339.836 5.180.900.989.280 0,98
HRUM 325.599.861 4.389.086.126.280 217.121.593 2.926.799.073.640 0,50
99
ITMG 1.689.525 22.774.797.000 1.367.498 18.433.873.040 0,24
MBAP 258.586.097 3.485.740.587.560 187.155.820 2.522.860.453.600 0,38
MYOH 188.070.083 2.535.184.718.840 190.106.455 2.562.635.013.400 -0,01
PTBA 19.471.030 19.471.030 14.058.869 14.058.869 0,38
PTRO 313.476.000 4.225.656.480.000 209.370.000 2.822.307.600.000 0,50
TOBA 310.709.476 4.188.363.736.480 258.271.601 3.481.501.181.480 0,20
ADRO 2018 3.619.751 52.156.992.159 3.258.333 46.949.320.197 0,11
ARII 38.161 549.861.849 28.731 413.984.979 0,33
ATPK 41.979.199 41.979.199 16.707.474 16.707.474 1,51
BSSR 443.432.403 6.389.417.494.827 392.574.134 5.656.600.696.806 0,13
BUMI 1.111.820.412 16.020.220.316.508 17.366.667 250.236.304.803 63,02
BYAN 1.676.717.292 24.159.819.460.428 1.067.376.037 15.379.821.317.133 0,57
DEWA 276.097.099 3.978.283.099.491 242.790.874 3.498.373.703.466 0,14
DOID 892.458.605 12.859.436.039.445 764.608.154 11.017.238.890.986 0,17
GEMS 1.045.058.516 15.058.248.157.044 759.448.383 10.942.891.750.647 0,38
HRUM 336.707.790 4.851.622.546.110 325.599.861 4.691.568.397.149 0,03
100
ITMG 2.007.630 28.927.940.670 1.689.525 24.344.365.725 0,19
MBAP 258.138.029 3.719.510.859.861 258.586.097 3.725.967.071.673 0,00
MYOH 241.114.622 3.474.220.588.398 188.070.083 2.709.901.825.947 0,28
PTBA 21.166.993 21.166.993 19.471.030 19.471.030 0,09
PTRO 465.742.000 6.710.876.478.000 313.476.000 4.516.875.684.000 0,49
TOBA 438.444.319 6.317.544.192.471 310.709.476 4.477.012.839.684 0,41
4. Variabel Nilai Perusahaan
KO
DE
SA
HA
M
TA
HU
N
MVE TOTAL
UTANG RUPIAH
PE
RS
ED
IAA
N
RUPIAH AL RUPIAH DEBT
TA
RUPIAH NP JML
SAHAM
BREDAR
HARGA
PENUTUPAN
SAHAM
(TOTAL
AKTIVA)
ADRO ‘14 31.985.962.
000
1.145 366239264900
00
3.154.39
2
39.240.636.4
80
96.743 1.203.482.92
0
1.271.632 15.819.102.0
80
24.625.017.32
0
6.413.864 79.788.468.1
60
459,32
ARII 3.000.000.0
00
680 204000000000
0
231.793 2.883.504.92
0
7.868 97.877.920 48.490 603.215.600 2.378.167.240 339.149 4.219.013.56
0
484,09
ATPK 5.768.795.3
31
194 111914629421
4
621.707.
633
621.707.633 56.206.6
76
56.206.676 695.699.9
44
695.699.944 -17.785.635 1.795.865.
062
1.795.865.06
2
623,17
BSSR 2.616.500.0
00
1210 316596500000
0
77.453.3
92
963.520.196.
480
8.837.71
8
109.941.211.
920
39.315.08
1
489.079.607.
640
584.381.800.7
60
167.190.3
83
2.079.848.36
4.520
1,80
BUMI 36.627.020.
427
50 183135102135
0
7.233.57
0.276
89.985.614.2
33.440
119.465.
537
1.486.151.28
0.280
2.346.891
.707
29.195.332.8
35.080
62.276.432.67
8.640
6.500.528.
918
80.866.579.7
39.920
0,79
101
BYAN 3.333.333.5
00
14.450 481666690750
00
906.124.
269
11.272.185.9
06.360
84.960.3
38
1.056.906.60
4.720
323.240.0
03
4.021.105.63
7.320
8.307.986.873
.760
1.161.656.
314
14.451.004.5
46.160
3,91
DEW
A
21.853.733.
792
50 109268668960
0
133.452.
468
1.660.148.70
1.920
22.037.3
19
274.144.248.
360
160.791.4
31
2.000.245.40
1.640
-
65.952.451.36
0
355.859.0
07
4.426.886.04
7.080
0,23
DOID 8.245.228.7
32
130 107187973516
0
813.373.
779
10.118.369.8
10.760
23.665.3
25
294.396.643.
000
301.905.9
97
3.755.710.60
2.680
6.657.055.851
.080
905.305.4
07
11.261.999.2
63.080
0,69
GEMS 5.882.353.0
00
2550 150000001500
00
840.925.
836.195
10.461.117.4
02.265.800
12.237.4
17.018
152.233.467.
703.920
1.757.801
.329.334
21.867.048.5
36.915.000
-
11.253.697.66
6.945.200
3.921.803.
353.518
48.787.233.7
17.763.900
-0,23
HRU
M
2.703.620.0
00
1240 335248880000
0
82.138.1
74
1.021.798.88
4.560
16.873.8
04
209.910.121.
760
280.935.2
93
3.494.835.04
4.920
-
2.263.126.038
.600
444.106.8
58
5.524.689.31
3.520
0,20
ITMG 1.129.925.0
00
8475 957611437500
0
408.724 5.084.526.56
0
149.858 1.864.233.52
0
569.553 7.085.239.32
0
-136.479.240 1.307.348 16.263.409.1
20
588,81
MBAP 1.227.271.9
52
1620 198818056224
0
34.233.1
13
425.859.925.
720
13.831.8
98
172.068.811.
120
44.147.85
4
549.199.303.
760
48.729.433.08
0
80.406.79
2
1.000.260.49
2.480
2,04
MYO
H
2.206.312.5
00
900 198568125000
0
1.027.78
7.769
12.785.679.8
46.360
237.573.
360
2.955.412.59
8.400
1.021.319
.762
12.705.217.8
39.280
3.035.874.605
.480
2.031.097.
095
25.266.847.8
61.800
0,20
PTBA 2.304.131.8
50
2080 479259424800
0
6.141.18
1
6.141.181 1.033.36
0
1.033.360 7.416.805 7.416.805 -242.264 14.812.02
3
14.812.023 323561,07
PTRO 1.008.605.0
00
1245 125571322500
0
274.905.
000
3.419.818.20
0.000
5.012.00
0
62.349.280.0
00
176.832.0
00
2.199.790.08
0.000
1.282.377.400
.000
467.732.0
00
5.818.586.08
0.000
0,44
TOBA 2.012.491.0
00
338 680221958000 158.257.
656
1.968.725.24
0.640
41.963.3
07
522.023.539.
080
112.496.0
94
1.399.451.40
9.360
1.091.297.370
.360
300.610.2
42
3.739.591.41
0.480
0,47
ADRO ‘15 31.985.962.
000
520 166327002400
00
2.605.58
6
36.123.844.3
04
72.791 1.009.174.42
4
1.092.519 21.701.797.4
16
15.431.221.31
2
5.958.629 82.610.432.4
56
201,53
ARII 3.000.000.0 422 126600000000 269.491 3.736.223.22 7.626 105.726.864 40.086 796.268.304 3.045.681.784 351.484 4.872.974.17 260,43
102
00 0 4 6
ATPK 5.760.245.4
14
194 111748761031
6
762.468.
829
762.468.829 63.754.6
30
63.754.630 294.016.3
54
294.016.354 532.207.105 1.772.109.
719
1.772.109.71
9
630,90
BSSR 2.616.500.0
00
1110 290431500000
0
68.925.9
45
955.589.301.
480
6.370.82
6
88.325.131.6
64
46.313.52
3
642.090.682.
872
401.823.750.2
72
173.877.3
18
2.410.635.13
6.752
1,37
BUMI 36.627.020.
427
50 183135102135
0
6.299.18
7.989
87.331.942.2
79.496
0 0 541.962.1
76
7.513.763.60
8.064
79.818.178.67
1.432
3.394.276.
258
47.058.246.0
40.912
1,74
BYAN 3.333.333.5
00
7950 265000013250
00
765.691.
713
10.615.549.9
09.032
90.150.6
44
1.249.848.52
8.416
281.558.8
06
3.903.531.28
6.384
7.961.867.151
.064
937.851.7
28
13.002.376.3
56.992
2,65
DEW
A
21.853.733.
792
50 109268668960
0
148.218.
508
2.054.901.39
4.912
160.426.
622
2.224.154.68
7.408
134.785.9
52
1.868.672.43
8.528
2.410.383.643
.792
372.974.9
32
5.170.924.45
7.248
0,68
DOID 8.276.878.7
32
54 446951451528 746.795.
972
10.353.579.3
55.808
19.819.9
09
274.783.218.
376
307.841.9
85
4.267.921.28
0.040
6.360.441.294
.144
831.796.0
61
11.532.020.5
89.704
0,59
GEMS 5.882.353.0
00
1400 823529420000
0
122.155.
683
1.693.566.38
9.112
16.182.1
72
224.349.632.
608
195.737.1
11
2.713.699.30
6.904
-
795.783.285.1
84
369.667.2
95
5.125.067.37
7.880
1,45
HRU
M
2.671.003.1
00
670 178957207700
0
37.224.3
42
516.078.277.
488
7.665.07
0
106.268.530.
480
225.450.0
32
3.125.639.24
3.648
-
2.503.292.435
.680
380.654.0
05
5.277.387.12
5.320
-0,14
ITMG 1.129.925.0
00
5750 649706875000
0
343.806 4.766.526.38
4
117.372 1.627.245.40
8
512.318 7.102.776.75
2
-709.004.960 1.178.363 16.336.824.6
32
397,65
MBAP 1.227.271.9
52
1115 136840822648
0
35.317.2
83
489.638.811.
512
13.149.7
07
182.307.537.
848
68.613.30
9
951.254.915.
976
-
279.308.566.6
16
109.163.0
29
1.513.436.23
4.056
0,72
MYO
H
2.206.312.5
00
500 110315625000
0
67.885.1
23
941.159.345.
272
3.368.77
5
46.704.696.6
00
85.330.79
4
1.183.026.12
8.016
-
195.162.086.1
44
161.232.7
09
2.235.330.27
7.576
0,41
PTBA 2.304.131.8 4580 105529238730 7.606.49 7.606.496 1.233.17 1.233.175 7.598.476 7.598.476 1.241.195 16.894.04 16.894.043 624653,62
103
50 00 6 5 3
PTRO 1.008.605.0
00
294 296529870000 247.091.
000
3.425.669.62
4.000
4.416.00
0
61.223.424.0
00
141.187.0
00
1.957.416.56
8.000
1.529.476.480
.000
425.368.0
00
5.897.301.95
2.000
0,31
TOBA 2.012.491.0
00
685 137855633500
0
127.253.
438
1.764.241.66
4.432
21.711.4
66
301.007.764.
624
96.509.17
6
1.338.003.21
6.064
727.246.212.9
92
282.371.5
37
3.914.798.98
8.968
0,54
ADRO 16 31.985.962.
000
1690 540562757800
00
2.736.37
5
36.949.271.6
25
73.417 991.349.751 1.592.715 21.506.430.6
45
16.434.190.73
1
6.522.257 88.070.036.2
71
613,97
ARII 3.000.000.0
00
500 150000000000
0
273.848 3.697.769.54
4
3.389 45.761.667 34.783 469.674.849 3.273.856.362 330.115 4.457.542.84
5
337,24
ATPK 5.760.245.4
14
194 111748761031
6
848.700.
573
848.700.573 51.275.0
55
51.275.055 158.680.4
82
158.680.482 741.295.146 1.585.848.
621
1.585.848.62
1
705,13
BSSR 2.616.500.0
00
1410 368926500000
0
56.636.5
29
764.763.051.
087
5.247.01
8
68.489.325.9
54
54.182.49
4
731.626.216.
482
101.626.160.5
59
183.981.9
10
2.484.307.73
0.730
1,53
BUMI 36.627.020.
427
276 101090576378
52
5.886.96
8.507
79.491.735.7
50.021
0 0 529.147.2
20
7.145.074.91
1.660
72.346.660.83
8.361
3.102.193.
700
41.888.921.5
31.100
1,97
BYAN 3.333.333.5
00
6000 200000010000
00
636.535.
687
8.595.141.38
1.561
44.890.6
07
585.957.093.
171
224.009.9
23
3.024.805.99
0.269
6.156.292.484
.463
824.686.6
61
11.135.743.9
83.483
2,35
DEW
A
21.853.733.
792
50 109268668960
0
156.210.
035
2.109.304.10
2.605
15.108.7
46
197.214.461.
538
129.048.6
73
1.742.544.23
1.519
563.974.332.6
24
381.339.7
06
5.149.230.05
0.118
0,32
DOID 8.276.878.7
32
520 430397694064
0
755.806.
919
10.205.660.8
27.257
18.293.4
51
238.784.415.
903
299.288.0
34
4.041.286.32
3.102
6.403.158.920
.058
882.275.7
04
11.913.368.8
31.112
0,90
GEMS 5.882.353.0
00
2700 158823531000
00
122.155.
683
1.649.468.18
7.549
8.547.80
8
111.574.537.
824
203.411.6
99
2.746.668.17
1.597
-
985.625.446.2
24
377.670.0
00
5.099.678.01
0.000
2,92
HRU
M
2.640.491.7
00
2200 580908174000
0
57.935.5
32
782.303.488.
596
8.066.49
6
105.291.972.
288
268.174.0
19
3.621.153.77
8.557
-
2.733.558.317
.673
413.365.8
53
5.581.679.11
3.059
0,55
104
ITMG 1.129.925.0
00
16500 186437625000
00
302.362 4.082.794.08
6
61.991 809.168.523 539.004 7.278.171.01
2
-
2.386.208.403
1.209.792 16.335.821.3
76
1141,13
MBAP 1.227.271.9
52
2090 256499837968
0
24.745.3
76
334.136.812.
128
9.794.59
0
127.848.783.
270
76.545.72
8
1.033.596.96
5.184
-
571.611.369.7
86
116.375.7
59
1.571.421.87
3.777
1,27
MYO
H
2.206.312.5
00
660 145616625000
0
39.773.0
01
537.054.832.
503
13.008.9
60
169.805.954.
880
84.058.26
9
1.135.038.80
6.307
-
428.178.018.9
24
147.254.2
62
1.988.374.29
9.786
0,52
PTBA 2.304.131.8
50
12500 288016481250
00
8.024.36
9
8.024.369 1.102.29
0
1.102.290 8.349.927 8.349.927 776.732 18.576.77
4
18.576.774 1550411,7
6
PTRO 1.008.605.0
00
730 736281650000 222.976.
000
3.010.844.92
8.000
4.974.00
0
67.163.922.0
00
147.736.0
00
1.994.879.20
8.000
1.083.129.642
.000
393.425.0
00
5.312.417.77
5.000
0,34
TOBA 2.012.491.0
00
1225 246530147500
0
113.843.
825
1.537.233.16
8.975
15.652.9
71
211.362.067.
413
70.623.72
0
953.632.091.
160
794.963.145.2
28
261.588.1
59
3.532.224.91
0.977
0,92
ADRO ‘17 31.985.962.
000
1860 594938893200
00
2.722.52
0
36.699.569.6
00
85.466 1.152.081.68
0
1.979.162 26.679.103.7
60
11.172.547.52
0
6.814.147 91.854.701.5
60
647,82
ARII 3.000.000.0
00
980 294000000000
0
287.290 3.872.669.20
0
4.291 57.842.680 39.409 531.233.320 3.399.278.560 327.055 4.408.701.40
0
667,63
ATPK 5.760.245.4
14
194 111748761031
6
607.874.
994
607.874.994 36.991.9
72
36.991.972 42.508.63
7
42.508.637 602.358.329 1.004.852.
063
1.004.852.06
3
1112,69
BSSR 2.616.500.0
00
2100 549465000000
0
60.246.7
79
812.126.580.
920
5.545.19
9
74.749.282.5
20
78.872.98
9
1.063.207.89
1.720
-
176.332.028.2
80
210.137.4
54
2.832.652.87
9.920
1,88
BUMI 65.376.556.
624
270 176516702884
80
3.410.14
7.622
45.968.789.9
44.560
30.604.9
50
412.554.726.
000
758.083.6
85
10.218.968.0
73.800
36.162.376.59
6.760
3.696.498.
624
49.828.801.4
51.520
1,08
BYAN 3.333.333.5
00
10600 353333351000
00
373.209.
321
5.030.861.64
7.080
84.388.6
28
1.137.558.70
5.440
309.947.2
94
4.178.089.52
3.120
1.990.330.829
.400
888.813.1
40
11.981.201.1
27.200
3,12
DEW 21.853.733. 50 109268668960 174.247. 2.348.857.86 19.788.2 266.745.313. 117.660.4 1.586.062.60 1.029.540.567 401.800.1 5.416.266.02 0,39
105
A 792 0 616 3.680 28 440 31 9.880 .240 50 2.000
DOID 8.553.342.1
32
715 611563962438
0
768.413.
436
10.358.213.1
17.280
28.427.2
55
383.199.397.
400
347.013.5
23
4.677.742.29
0.040
6.063.670.224
.640
945.581.4
12
12.746.437.4
33.760
0,96
GEMS 5.882.353.0
00
2750 161764707500
00
298.251.
273
4.020.427.16
0.040
15.960.9
23
215.153.242.
040
414.782.7
53
5.591.271.51
0.440
-
1.355.691.108
.360
590.469.3
84
7.959.527.29
6.320
1,86
HRU
M
2.573.765.3
00
2050 527621886500
0
63.582.3
49
857.090.064.
520
11.616.7
39
156.593.641.
720
314.799.7
90
4.243.501.16
9.200
-
3.229.817.462
.960
459.443.0
71
6.193.292.59
7.080
0,33
ITMG 1.129.925.0
00
20700 233894475000
00
400.524 5.399.063.52
0
108.679 1.464.992.92
0
796.996 10.743.506.0
80
-
3.879.449.640
1.358.663 18.314.777.2
40
1276,87
MBAP 1.227.271.9
52
2900 355908866080
0
38.474.6
21
518.637.891.
080
21.158.2
20
285.212.805.
600
108.554.5
52
1.463.315.36
0.960
-
659.464.664.2
80
160.778.9
62
2.167.300.40
7.760
1,34
MYO
H
2.206.312.5
00
700 154441875000
0
33.526.6
32
451.938.999.
360
16.522.6
85
222.725.793.
800
85.963.27
5
1.158.784.94
7.000
-
484.120.153.8
40
136.067.9
75
1.834.196.30
3.000
0,58
PTBA 11.520.659.
250
2460 283408217550
00
8.187.49
7
8.187.497 1.156.01
2
1.156.012 11.117.74
5
11.117.745 -1.774.236 21.987.48
2
21.987.482 1288952,5
0
PTRO 1.008.605.0
00
1660 167428430000
0
265.373.
000
3.577.228.04
0.000
7.283.00
0
98.174.840.0
00
178.316.0
00
2.403.699.68
0.000
1.271.703.200
.000
454.201.0
00
6.122.629.48
0.000
0,48
TOBA 2.012.491.0
00
2070 416585637000
0
173.538.
605
2.339.300.39
5.400
24.661.8
71
332.442.021.
080
100.351.1
80
1.352.733.90
6.400
1.319.008.510
.080
348.338.0
28
4.695.596.61
7.440
1,17
ADRO ‘18 31.985.962.
000
1215 388629438300
00
2.758.06
3
39.740.929.7
67
112.005 1.613.880.04
5
1.600.294 23.058.636.2
46
18.296.173.56
6
7.060.755 101.738.418.
795
382,17
ARII 3.000.000.0
00
900 270000000000
0
940.079 13.545.598.3
11
6.219 89.609.571 53.517 771.126.453 12.864.081.42
9
350.065 5.044.086.58
5
537,83
ATPK 5.760.245.4 194 111748761031 615.043. 615.043.863 31.007.5 31.007.559 54.790.18 54.790.180 591.261.242 885.506.1 885.506.109 1262,64
106
14 6 863 59 0 09
BSSR 2.616.500.0
00
2340 612261000000
0
94.820.8
65
1.366.273.84
3.785
15.939.8
32
229.677.039.
288
90.459.13
9
1.303.425.73
3.851
292.525.149.2
22
245.100.2
02
3.531.648.81
0.618
1,82
BUMI 65.475.927.
488
103 674402053126
4
3.403.16
2.098
49.036.162.6
70.082
48.139.6
92
693.644.822.
028
460.903.7
44
6.641.162.04
7.296
43.088.645.44
4.814
3.906.773.
939
56.292.705.6
87.051
0,89
BYAN 3.333.333.5
00
19875 662500033125
00
472.793.
557
6.812.482.36
2.813
121.300.
265
1.747.815.51
8.385
491.460.6
66
7.081.456.73
6.394
1.478.841.144
.804
1.150.863.
891
16.582.797.8
05.419
4,08
DEW
A
21.853.733.
792
50 109268668960
0
184.294.
296
2.655.496.51
1.064
20.280.8
77
292.227.156.
693
108.985.5
11
1.570.372.22
7.999
1.377.351.439
.758
415.098.4
32
5.981.153.30
6.688
0,41
DOID 8.611.686.4
32
525 452113537680
0
922.583.
702
13.293.508.5
62.118
33.427.1
31
481.651.530.
579
441.719.1
96
6.364.731.89
5.164
7.410.428.197
.533
1.184.094.
711
17.061.620.6
90.799
0,70
GEMS 5.882.353.0
00
2550 150000001500
00
385.233.
714
5.550.832.58
5.026
19.439.5
60
280.104.620.
040
327.576.5
63
4.720.050.69
6.267
1.110.886.508
.799
701.046.6
30
10.101.380.8
91.670
1,59
HRU
M
2.566.637.9
00
1400 359329306000
0
79.502.4
04
1.145.550.13
9.236
35.258.4
47
508.038.962.
823
310.761.3
49
4.477.760.27
7.741
-
2.824.171.175
.682
467.989.1
95
6.743.256.31
0.755
0,11
ITMG 1.129.925.0
00
20250 228809812500
00
472.945 6.814.664.50
5
107.868 1.554.270.01
2
766.450 11.043.778.0
50
-
2.674.843.533
1.442.728 20.788.267.7
52
1100,54
MBAP 1.227.271.9
52
2850 349772506320
0
49.328.0
08
710.767.267.
272
22.828.8
91
328.941.490.
419
107.855.8
98
1.554.095.63
4.282
-
514.386.876.5
91
173.509.2
62
2.500.094.95
6.158
1,19
MYO
H
2.206.312.5
00
1045 230559656250
0
37.338.3
63
538.008.472.
467
16.056.5
69
231.359.102.
721
102.654.6
51
1.479.150.86
6.259
-
709.783.291.0
71
151.326.0
98
2.180.457.74
6.082
0,73
PTBA 11.520.659.
250
4300 495388347750
00
7.903.23
7
7.903.237 155.135 155.135 11.739.34
4
11.739.344 -3.680.972 24.172.93
3
24.172.933 2049351,2
8
PTRO 1.008.605.0
00
1785 180035992500
0
364.459.
000
5.251.489.73
1.000
9.037.00
0
130.214.133.
000
250.174.0
00
3.604.757.16
6.000
1.776.946.698
.000
555.591.0
00
8.005.510.71
9.000
0,45
107
TOBA 2.012.491.0
00
1620 326023542000
0
286.259.
322
4.124.710.57
0.698
49.794.7
23
717.492.163.
707
141.942.1
44
2.045.244.35
2.896
2.796.958.381
.509
501.883.1
94
7.231.634.94
2.346
0,84
5. Variabel Penghindaran Pajak
KODE
SAHAM
TAH
UN
TOTAL BEBAN PAJAK
PENGHASILAN
RUPIAH TOTAL LABA
SEBELUM PAJAK
RUPIAH PENGHINDARAN
PAJAK
ADRO 2014 325.360 4.047.478.400 141.820 1.764.240.800 2,29
ARII 5.524 68.718.560 45.701 568.520.440 0,12
ATPK 22.341.111 22.341.111 75.281.109 75.281.109 0,30
BSRR 2.657.912 33.064.425.280 5.191.758 64.585.469.520 0,51
BUMI 155.886.244 1.939.224.875.360 1.055.257.333 13.127.401.222.520 0,15
BYAN 11.336.139 141.021.569.160 268.004.368 3.333.974.337.920 0,04
DEWA 6.033.189 75.052.871.160 6.331.790 78.767.467.600 0,95
DOID 11.633.716 144.723.427.040 27.103.362 337.165.823.280 0,43
GEMS 51.854.211.562 645.066.391.831.280 185.676.112.789 2.309.810.843.095.160 0,28
HRUM 4.755.712 59.161.057.280 7.361.665 91.579.112.600 0,65
ITMG 61.886 769.861.840 262.587 3.266.582.280 0,24
MBAP 3.623.864 45.080.868.160 17.547.675 218.293.077.000 0,21
108
MYOH 7.799.616 97.027.223.040 30.380.488 377.933.270.720 0,26
PTBA 550.171 550.171 2.413.952 2.413.952 0,23
PTRO 19.752.000 245.714.880.000 22.005.000 273.742.200.000 0,90
TOBA 18.015.704 224.115.357.760 53.564.378 666.340.862.320 0,34
ADRO 2015 128.970 1.788.040.080 279.973 3.881.545.672 0,46
ARII 581 8.054.984 56.539 783.856.696 0,01
ATPK 2.141.107 2.141.107 238.978.145 238.978.145 0,01
BSRR 10.106.455 140.115.892.120 36.482.580 505.794.489.120 0,28
BUMI 144.915.861 2.009.113.496.904 2.350.583.046 32.588.483.349.744 0,06
BYAN 13.615.750 188.768.758.000 68.182.304 945.279.462.656 0,20
DEWA 4.967.206 68.865.343.984 5.432.960 75.322.557.440 0,91
DOID 2.517.872 34.907.777.408 32.892.085 456.015.866.440 0,08
GEMS 416.800 5.778.515.200 2.268.411 31.449.250.104 0,18
HRUM 1.306.636 18.115.201.504 25.051.858 347.318.959.312 0,05
ITMG 76.339 1.058.363.896 139.446 1.933.279.344 0,55
MBAP 12.719.462 176.342.621.168 47.382.528 656.911.368.192 0,27
109
MYOH 8.755.345 121.384.103.080 33.487.910 464.276.384.240 0,26
PTBA 626.685 626.685 2.663.796 2.663.796 0,24
PTRO 9.581.000 132.830.984.000 31.586.000 437.908.304.000 0,30
TOBA 13.390.302 185.643.146.928 39.114.397 542.282.000.008 0,34
ADRO 2016 205.834 2.779.376.502 546.520 7.379.659.560 0,38
ARII 6.104 82.422.312 45.881 619.531.143 0,13
ATPK 4.347.452 4.347.452 456.066.479 456.066.479 0,01
BSRR 8.170.678 110.328.665.034 35.592.255 480.602.219.265 0,23
BUMI 129.639.742 1.750.525.436.226 2.049.948.658 27.680.456.728.974 0,06
BYAN 11.487.276 155.112.687.828 29.502.709 398.375.079.627 0,39
DEWA 2.214.985 29.908.942.455 2.764.875 37.334.107.125 0,80
DOID 23.620.558 318.948.394.674 60.709.743 819.763.659.729 0,39
GEMS 13.928.488 188.076.373.464 48.916.736 660.522.686.208 0,28
HRUM 11.411.985 154.096.033.455 29.391.728 396.876.503.184 0,39
ITMG 61.282 827.490.846 191.991 2.592.454.473 0,32
MBAP 9.059.580 122.331.508.740 36.173.315 488.448.272.445 0,25
110
MYOH 8.194.069 110.644.513.707 29.452.922 397.702.805.766 0,28
PTBA 651.847 651.847 2.696.916 2.696.916 0,24
PTRO 972.000 13.124.916.000 18.378.000 248.158.134.000 0,05
TOBA 11.397.421 153.899.375.763 25.984.193 350.864.558.079 0,44
ADRO 2017 393.093 5.298.893.640 929.531 12.530.077.880 0,42
ARII 9.581 129.151.880 26.514 357.408.720 0,36
ATPK 1.895.259 1.895.259 603.394.565 603.394.565 0,00
BSRR 28.871.637 389.189.666.760 111.688.566 1.505.561.869.680 0,26
BUMI 66.978.827 902.874.587.960 309.725.010 4.175.093.134.800 0,22
BYAN 82.065.574 1.106.243.937.520 420.082.773 5.662.715.780.040 0,20
DEWA 8.058.563 108.629.429.240 10.827.703 145.957.436.440 0,74
DOID 39.955.404 538.598.845.920 86.702.705 1.168.752.463.400 0,46
GEMS 47.201.636 636.278.053.280 167.307.676 2.255.307.472.480 0,28
HRUM 17.282.967 232.974.395.160 73.030.968 984.457.448.640 0,24
ITMG 109.352 1.474.064.960 362.055 4.880.501.400 0,30
MBAP 20.087.158 270.774.889.840 78.722.858 1.061.184.125.840 0,26
111
MYOH 4.710.316 63.495.059.680 17.016.672 229.384.738.560 0,28
PTBA 1.598.336 1.598.336 6.067.783 6.067.783 0,26
PTRO 2.483.000 33.470.840.000 10.794.000 145.503.120.000 0,23
TOBA 18.825.616 253.769.303.680 60.195.507 811.435.434.360 0,31
ADRO 2018 343.457 4.948.871.913 820.998 11.829.760.182 0,42
ARII 509 7.334.181 35.903 517.326.327 0,01
ATPK 1.951.966 1.951.966 496.087.642 496.087.642 0,00
BSRR 24.291.684 350.018.874.756 93.354.875 1.345.150.393.875 0,26
BUMI 8.611.227 124.079.169.843 166.829.576 2.403.847.360.584 0,05
BYAN 172.422.999 2.484.442.992.591 696.732.272 10.039.215.307.248 0,25
DEWA 4.247.046 61.195.685.814 6.812.382 98.159.612.238 0,62
DOID 32.259.059 464.820.781.131 107.902.359 1.554.765.090.831 0,30
GEMS 34.982.592 504.064.168.128 135.530.697 1.952.861.813.073 0,26
HRUM 7.986.047 115.070.951.223 48.191.469 694.390.876.821 0,17
ITMG 108.607 1.564.918.263 367.363 5.293.333.467 0,30
MBAP 17.310.612 249.428.608.308 67.621.314 974.355.513.426 0,26
112
MYOH 10.518.865 151.566.325.785 41.447.529 597.217.445.361 0,25
PTBA 1.677.944 1.677.944 6.858.075 6.858.075 0,24
PTRO 11.354.000 163.599.786.000 34.520.000 497.398.680.000 0,33
TOBA 29.191.826 420.625.020.834 97.281.622 1.401.730.891.398 0,30
113
LAMPIRAN.3 HASIL PERHITUNGAN VARIABEL
1. Data Kepemilikan Manajerial setelah diolah.
No. Nama
Perusahaan
Kode
Saham
Tahun
2014 2015 2016 2017 2018
1 Adaro Energy
Tbk. ADRO
0,15 0,13 0,13 0,12 0,12
2 Atlas Resources
Tbk. ARII
0,22 0,22 0,21 0,21 0,21
3 Bara Jaya
Internasional Tbk. ATPK
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
4 Baramulti
Suksessarana Tbk. BSSR
0,65 0,01 0,01 0,00 0,01
5 Bumi Resource
Tbk. BUMI
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
6 Bayan Resource
Tbk. BYAN
0,65 0,65 0,65 0,65 0,66
7 Darma Henwa
Tbk. DEWA
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
8 Delta Dunia
Makmur Tbk. DOID
0,00 0,00 0,06 0,09 0,11
9 Golden Energy
Miner Tbk. GEMS
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
10 Harum Eneri Tbk. HRUM 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
11
Indo
Tambangraya
Tbk.
ITMG 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
12 Mitrabara
Adiperdana Tbk. MBAP
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
13 Samindo Resource
Tbk. MYOH
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
14
Tambang
Batubara Bukit
Asam Tbk.
PTBA 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
15 Petrosea Tbk. PTRO 0,10 0,11 0,11 0,12 0,13
16 Toba Bara
Sejahtera Tbk. TOBA
0,04 0,04 0,04 0,04 0,04
Sumber: Data olahan penulis
114
2. Data Intensitas Modal setelah diolah.
No. Nama
Perusahaan
Kode
Saham
Tahun
2014 2015 2016 2017 2018
1 Adaro Energy
Tbk. ADRO
0,25 0,25 0,24 0,22 0,23
2 Atlas Resources
Tbk. ARII
0,19 0,22 0,20 0,20 0,23
3 Bara Jaya
Internasional Tbk. ATPK
0,58 0,61 0,61 0,84 0,82
4 Baramulti
Suksessarana Tbk. BSSR
0,38 0,38 0,37 0,30 0,25
5 Bumi Resource
Tbk. BUMI
0,05 0,07 0,07 0,01 0,01
6 Bayan Resource
Tbk. BYAN
0,22 0,28 0,30 0,29 0,26
7 Darma Henwa
Tbk. DEWA
0,36 0,41 0,45 0,43 0,41
8 Delta Dunia
Makmur Tbk. DOID
0,47 0,46 0,46 0,51 0,56
9 Golden Energy
Miner Tbk. GEMS
0,17 0,14 0,13 0,09 0,10
10 Harum Eneri Tbk. HRUM 0,24 0,26 0,22 0,18 0,18
11
Indo
Tambangraya
Tbk.
ITMG 0,22 0,22 0,18 0,16 0,16
12 Mitrabara
Adiperdana Tbk. MBAP
0,32 0,29 0,27 0,20 0,19
13 Samindo Resource
Tbk. MYOH
0,48 0,43 0,38 0,33 0,28
14
Tambang
Batubara Bukit
Asam Tbk.
PTBA 0,27 0,33 0,33 0,28 0,27
15 Petrosea Tbk. PTRO 0,60 0,63 0,59 0,60 0,54
16 Toba Bara
Sejahtera Tbk. TOBA
0,16 0,17 0,18 0,13 0,10
Sumber: Data olahan penulis
115
3. Data sales growth setelah diolah.
No. Nama
Perusahaan
Kode
Saham
Tahun
2014 2015 2016 2017 2018
1 Adaro Energy
Tbk. ADRO
0,01 -0,19 -0,06 0,29 0,11
2 Atlas Resources
Tbk. ARII
-0,66 -0,26 -0,59 1,47 0,33
3 Bara Jaya
Internasional Tbk. ATPK
0,64 -0,63 -0,96 0,64 1,51
4 Baramulti
Suksessarana Tbk. BSSR
0,30 0,19 -0,06 0,62 0,13
5 Bumi Resource
Tbk. BUMI
-0,21 -0,99 -0,42 -0,26 63,02
6 Bayan Resource
Tbk. BYAN
-0,28 -0,44 0,19 0,92 0,57
7 Darma Henwa
Tbk. DEWA
0,06 0,02 0,08 -0,06 0,14
8 Delta Dunia
Makmur Tbk. DOID
-0,13 -0,07 0,08 0,25 0,17
9 Golden Energy
Miner Tbk. GEMS
0,17 -0,06 0,09 0,98 0,38
10 Harum Eneri Tbk. HRUM -0,43 -0,48 -0,13 0,50 0,03
11
Indo
Tambangraya
Tbk.
ITMG -0,11 -0,18 -0,14 0,24 0,19
12 Mitrabara
Adiperdana Tbk. MBAP
0,11 0,70 -0,15 0,38 0,00
13 Samindo Resource
Tbk. MYOH
0,23 -0,93 -0,16 -0,01 0,28
14
Tambang
Batubara Bukit
Asam Tbk.
PTBA 0,17 0,06 0,02 0,38 0,09
15 Petrosea Tbk. PTRO -0,03 -0,41 0,01 0,50 0,49
16 Toba Bara
Sejahtera Tbk. TOBA
0,19 -0,30 -0,26 0,20 0,41
Sumber: Data olahan penulis
116
4. Data Nilai Perusahaan setelah diolah.
No. Nama
Perusahaan
Kode
Saham
Tahun
2014 2015 2016 2017 2018
1 Adaro Energy
Tbk. ADRO 459,32 201,53 613,97 647,82 382,17
2 Atlas Resources
Tbk. ARII 484,09 260,43 337,24 667,63 537,83
3
Bara Jaya
Internasional
Tbk.
ATPK 623,17 630,90 705,13 1112,69 1262,64
4
Baramulti
Suksessarana
Tbk.
BSSR 1,80 1,37 1,53 1,88 1,82
5 Bumi Resource
Tbk. BUMI 0,79 1,74 1,97 1,08 0,89
6 Bayan Resource
Tbk. BYAN 3,91 2,65 2,35 3,12 4,08
7 Darma Henwa
Tbk. DEWA 0,23 0,68 0,32 0,39 0,41
8 Delta Dunia
Makmur Tbk. DOID 0,69 0,59 0,90 0,96 0,70
9 Golden Energy
Miner Tbk. GEMS -0,23 1,45 2,92 1,86 1,59
10 Harum Eneri
Tbk. HRUM 0,20 -0,14 0,55 0,33 0,11
11
Indo
Tambangraya
Tbk.
ITMG 588,81 397,65 1141,13 1276,87 1100,54
12 Mitrabara
Adiperdana Tbk. MBAP 2,04 0,72 1,27 1,34 1,19
13 Samindo
Resource Tbk. MYOH 0,20 0,41 0,52 0,58 0,73
14
Tambang
Batubara Bukit
Asam Tbk.
PTBA 323561,07 624653,62 1550411,76 1288952,50 2049351,28
15 Petrosea Tbk. PTRO 0,44 0,31 0,34 0,48 0,45
16 Toba Bara
Sejahtera Tbk. TOBA 0,47 0,54 0,92 1,17 0,84
Sumber: Data olahan penulis
117
5. Data Penghindaran Pajak setelah diolah.
No. Nama
Perusahaan
Kode
Saham
Tahun
2014 2015 2016 2017 2018
1 Adaro Energy
Tbk. ADRO 2,29 0,46 0,38 0,42 0,42
2 Atlas Resources
Tbk. ARII 0,12 0,01 0,13 0,36 0,01
3 Bara Jaya
Internasional Tbk. ATPK 0,30 0,01 0,01 0,00 0,00
4 Baramulti
Suksessarana Tbk. BSSR 0,51 0,28 0,23 0,26 0,26
5 Bumi Resource
Tbk. BUMI 0,15 0,06 0,06 0,22 0,05
6 Bayan Resource
Tbk. BYAN 0,04 0,20 0,39 0,20 0,25
7 Darma Henwa
Tbk. DEWA 0,95 0,91 0,80 0,74 0,62
8 Delta Dunia
Makmur Tbk. DOID 0,43 0,08 0,39 0,46 0,30
9 Golden Energy
Miner Tbk. GEMS 0,28 0,18 0,28 0,28 0,26
10 Harum Eneri Tbk. HRUM 0,65 0,05 0,39 0,24 0,17
11
Indo
Tambangraya
Tbk.
ITMG 0,24 0,55 0,32 0,30 0,30
12 Mitrabara
Adiperdana Tbk. MBAP 0,21 0,27 0,25 0,26 0,26
13 Samindo Resource
Tbk. MYOH 0,26 0,26 0,28 0,28 0,25
14
Tambang
Batubara Bukit
Asam Tbk.
PTBA 0,23 0,24 0,24 0,26 0,24
15 Petrosea Tbk. PTRO 0,90 0,30 0,05 0,23 0,33
16 Toba Bara
Sejahtera Tbk. TOBA 0,34 0,34 0,44 0,31 0,30
Sumber: Data olahan penulis
118
LAMPIRAN.4 OUTPUT SPSS
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic
Kepemilikan
Manajerial 80 ,00 ,66 ,0836 ,17431
Intensitas Modal 80 ,01 ,84 ,3056 ,17483
Sales Growth 80 -,99 63,02 ,8561 7,05217
Nilai Perusahaan 80 -,23 2049351,28 73130,2780 324760,23985
Penghindaran Pajak 80 ,00 2,29 ,3198 ,30095
Valid N (listwise) 80
Sumber : Data hasil olahan spss versi 22.
2. Tabel Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Sumber : Data hasil olahan spss versi 22.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 80
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,29883635
Most Extreme Differences Absolute ,211
Positive ,211
Negative -,134
Test Statistic ,211
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
119
b. Hasil Uji Multikolineritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) ,229 ,035 6,516 ,000
TRANS_X1 ,042 ,068 ,086 ,612 ,543 ,869 1,150
TRANS_X2 ,004 ,019 ,027 ,202 ,840 ,946 1,057
TRANS_X3 ,098 ,036 ,368 2,733 ,009 ,955 1,047
TRANS_X4 ,000 ,006 ,005 ,037 ,971 ,887 1,127
a. Dependent Variable: TRANS_Y
Sumber : Data hasil olahan spss versi 22.
c. Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model
Change Statistics
Durbin-Watson R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 ,151 2,180 4 49 ,085 2,365
a. Predictors: (Constant), TRANS_X4, TRANS_X2, TRANS_X3, TRANS_X1
b. Dependent Variable: TRANS_Y
Sumber : Data hasil olahan spss versi 22.
120
d. Hasil Uji Multikolineritas
Sumber : Data hasil olahan spss versi 22.
3. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,229 ,035 6,516 ,000
TRANS_X1 ,042 ,068 ,086 ,612 ,543
TRANS_X2 ,004 ,019 ,027 ,202 ,840
TRANS_X3 ,098 ,036 ,368 2,733 ,009
TRANS_X4 ,000 ,006 ,005 ,037 ,971
a. Dependent Variable: TRANS_Y
Sumber : Data hasil olahan spss versi 22.
121
4. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji-f Simultan
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,083 4 ,021 2,180 ,085b
Residual ,466 49 ,010
Total ,548 53
a. Dependent Variable: TRANS_Y
b. Predictors: (Constant), TRANS_X4, TRANS_X2, TRANS_X3, TRANS_X1
Sumber : Data hasil olahan spss versi 22.
b. Uji-t Parsial
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,229 ,035 6,516 ,000
TRANS_X1 ,042 ,068 ,086 ,612 ,543
TRANS_X2 ,004 ,019 ,027 ,202 ,840
TRANS_X3 ,098 ,036 ,368 2,733 ,009
TRANS_X4 ,000 ,006 ,005 ,037 ,971
a. Dependent Variable: TRANS_Y
Sumber : Data hasil olahan spss versi 22.
5. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
Sig. F Change
1 ,389a ,151 ,082 ,09747 ,085
a. Predictors: (Constant), TRANS_X4, TRANS_X2, TRANS_X3, TRANS_X1
b. Dependent Variable: TRANS_Y
Sumber : Data hasil olahan spss versi 22.
122
LAMPIRAN.5 DATA OUTLIER DAN UJI NORMALITAS SETELAH
OUTLIER
1. Data Outlier Kepemilikan Manajerial
Sumber : Data hasil olahan spss versi 22.
2. Data Outlier Intensitas Modal
Sumber : Data hasil olahan spss versi 22.
123
3. Data Outlier Sales Growth
Sumber : Data hasil olahan spss versi 22.
4. Data Outlier Nilai Perusahaan
Sumber : Data hasil olahan spss versi 22.
124
5. Data Outlier Penghindaran Pajak
Sumber : Data hasil olahan spss versi 22.
Tabel Uji Normalitas
(setelah membuang data outlier)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 54
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,09371930
Most Extreme Differences Absolute ,124
Positive ,124
Negative -,096
Test Statistic ,124
Asymp. Sig. (2-tailed) ,038c
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Sig. ,350d
99% Confidence Interval Lower Bound ,337
Upper Bound ,362
Sumber: Data hasil olahan spss versi 22.