pengaruh supervisi dan motivasi terhadap kinerja
DESCRIPTION
Pengaruh Supervisi Dan Motivasi Terhadap KinerjaPengaruh Supervisi Dan Motivasi Terhadap KinerjaTRANSCRIPT
-
i
PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA
TERHADAP KINERJA GURU DI UPT DINAS PENDIDIKAN
KECAMATAN BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA
TESIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam penyelesaian Program
Magister Manajemen Pendidikan
OLEH:
Amron Dikri
NPM: 11510060
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
IKIP PGRI SEMARANG
Nopember 2013
-
ii
-
iii
-
iv
ABSTRAK
Amron Dikri. 2013. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga Tesis. Pembimbing: (1) Prof. Dr. A.Y. Soegeng, Ysh. M.Pd.; (2) Dr. Noor Miono, M.Si.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Apakah terdapat pengaruh supervisi
kepala sekolah terhadap kinerja guru?; (2) Apakah terdapat pengaruh motivasi kerja
terhadap kinerja guru?; (3) Apakah terdapat pengaruh positif supervisi kepala sekolah dan
motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru di UPT Dinas Pendidikan
Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga?
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui besarnya pengaruh supervisi
kepala sekolah terhadap kinerja guru, (2) untuk mengetahui besarnya pengaruh motivasi
kerja terhadap kinerja guru, (3) untuk mengetahui besarnya pengaruh supervisi kepala
sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru di UPT Dinas
Pendidikan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga?
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru PNS di UPT Dinas Pendidikan
Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga yang berjumlah 188 orang, sampel 65
orang dengan menggunaan teknik proportional random sampling. Uji hipotesis meliputi
analisis regresi linier sederhana dan analisis regresi ganda menggunakan SPSS for Window
Relase 15.
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa rata-rata perolehan skor supervisi kepala
sekolah 4.13 termasuk kategori baik, rata-rata perolehan skor motivasi kerja adalah 4.29
termasuk kategori baik dan rata-rata perolehan skor kinerja guru 4,21 termasuk kategori
baik. Hasil uji prasyarat dari data penelitan diperoleh data distribusi normal, homogeny,
linier, tidak multikolinier dan tidak terjadi heteroskedastisasi. Dari uji hipotesis ditemukan
terdapat pengaruh positif supervisi Kepala Sekolah terhadap kinerja guru yang dinyatakan
dengan persamaan Y= 7,341 + 0,654X1, kekuatan korelasi sebesar 0,602 dengan kontribusi
sebesar 0,362 atau 36,2%. Terdapat pengaruh positif motivasi kerja terhadap kinerja guru
yang dinyatakan dengan persamaan Y= 0,626 + 0,776X2, kekuatan korelasi sebesar 0,683
dengan kontribusi sebesar 0,466 atau 46,6 %. Terdapat pengaruh positif supervisi kepala
sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru yang dinyatakan
dengan persamaan Y = 19,464 + 0,458X1 + 0,618X2 kekuatan korelasi sebesar 0,791
dengan kontribusi sebesar 0,613 atau 61,3%.
Dasar temuan hasil penelitian Kepala Sekolah sebagai supervisor untuk
meningkatkan supervisinya dengan penyusunan program, pelaksanaan, evaluasi dan tindak
lanjut serta memberi motivasi kerja sehingga kinerja guru meningkat.
Kata kunci : supervisi kepala sekolah, motivasi kerja dan kinerja guru.
-
v
ABSTRACT
Amron Dikri. 2013. The Influence of Headmasters Supervision and Work Motivation Toward Teachers Performance at Technical Implementer Unit of Educational Bureau of Bojongsari Subdistrict Purbalingga Regency. Thesis.
Advisor: (1) Prof. Dr. A.Y.Soegeng, Ysh. M.Pd. (2) : Dr. Noor Miono, M.Si.
The problems in the research are (1). Is there the influence of headmasters supervision toward teachers performance? (2). Is there the influence of work motivation toward teachers performance? (3) Is there the influence of headmasters supervision and work motivation done simultaneously toward teachers performance at technical implementer unit of educational bureau of Bojongsari subdistrict Purbalingga Regency.
The purposes of this research are (1). Knowing how big the influence of
headmasters supervision toward teachers performance (2). Knowing how big of the influence of work motivation toward teachers performance (3). Knowing how big the influence of Headmasters supervision and work motivation done simultaneously toward teachers performance. The sample in the research are all of the state teachers at technical implementer unit
of education bureau of Bojongsari subdistrict Purbalingga regency amount 188 teachers, 65
people were taken using proportional random sampling. Hypothesis tests include simple
liniar regression and double regression analysis using SPSS for window relase 15.
The results of the research have shown that the average of score achieved of
headmasters supervision was 4.13 stated as good category, the average of score achieved of work motivation was 4.29 stated as good category and the average of score achieved of
teachers performance was 4.21 stated as good category. The result of prerequisite test from the research data found normal distribution, homogeneity, linear, unseen
multicolinear and heteroscad. Seen in the hypothesis test that there is positive influence of
headmasters supervision toward teachers performance stated with equality
, the strength of correlation was 0.602 contributing about 0.362 or
36.2%. There is positive influence of work motivation toward teachers performance stated
with equality the strength of correlation was 0,683 contributing
about 0.466 or 46.6%. There is positive influence of headmasters supervison and work motivation done simultaneously toward teachers performance stated with equality
, the strength of correlation was 0.791 contributing
about 0.613 or 61.3%.
Based on the research result that a headmaster as supervisor to improve his or her
supervision by arranging the programs, execution, evaluation, and follow up and also giving work motivation so that the teachers performance will improve. Keywords : Headmasters supervision, work motivation and teachers performance.
-
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini berjudul
Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru di UPT
Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, saran, bimbingan, dorongan dan
dukungan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung, tesis ini tidak akan
terwujud. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Dr. Muhdi, SH. M.Hum. sebagai Rektor IKIP PGRI Semarang beserta staf akademis
yang telah menetapkan kebijakan yang sangat berarti sehingga penulis dapat
menempuh studi lanjut ini.
2. Prof. Dr. Sunandar, M.Pd. sebagai Direktur Pascasarjana Manajemen Pendidikan
IKIP PGRI Semarang.
3. Dr. Yovitha Yuliejantiningsih, M.Pd. sebagai Ketua Program Studi Manajemen
Pendidikan Program Pascasarjana IKIP PGRI Semarang.
4. Prof. Dr. AY. Soegeng Ysh, M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing I (utama) yang telah
mengarahkan, membimbing, memberi dorongan intelektual dan moral dengan penuh
kesabaran dalam penulisan tesis ini.
-
vii
5. Dr. Noor Miyono, M.Si. sebagai Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu
untuk membimbing, memberikan saran dan masukan dalam penulisan tesis ini.
6. Dosen Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan IKIP PGRI Semarang yang
telah memberikan kuliah, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.
7. Kaendar, S.Pd. selaku Kepala UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari
Kabupaten Purbalingga beserta seluruh Kepala Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan
Bojongsari Kabupaten Purbalingga yang telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk melakukan penelitian di seluruh SDN Kecamatan Bojongsari.
8. Istri Tercinta Wiwin Sukiyati dan anak tersayang Chamdan Fiddiin yang telah
menemani dengan tabah dan setia serta penuh pengertian selama menyelesaikan studi
ini.
Terakhir penulis berharap semoga tesis ini dapat mamberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca umumnya.
Semarang, Nopember 2013
penulis
-
viii
-
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING. ii
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN TESIS iii
ABSTRAK .. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I PENDAHULUAN .. 1
A. Latar Belakang . 1
B. Batasan Masalah .. 5
C. Rumusan Masalah 5
D. Tujuan Penelitian .. 6
E. Manfaat Penelitian . 6
F. Devinisi Operasional Variabel . 7
-
x
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS .. 11
A. Kinerja guru .
11
B. Supervisi Kepala Sekolah . 15
C. Motivasi Kerja .. 20
D. Penelitian yang Relevan 26
E. Kerangka Berpikir . 29
F. Hipotesis 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 33
A. Rancangan Penelitian .. 33
B. Populasi dan sampel 35
C. Instrumen Penelitian .. 37
D. Pengumpulan Data .. 39
E. Teknik Analisis Data 40
BAB IV HASIL PENELITIAN . 52
A. Deskripsi Data . 52
B. Uji Persyaratan Data . .. 57
C. Uji Hipotesis 62
D. Pembahasan 70
-
xi
BAB IV KESIMPULAN , IMPLIKASI, DAN SARAN .. 76
A. Kesimpulan . 76
B. Implikasi . 76
C. Saran .. 78
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 80
LAMPIRAN .. 85
-
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Nilai Tertinggi dan Terrendah Tiga Mata Pelajaran UN SD UPT
Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari Tiga Tahun Terakhir 4
3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 38
3.2 Hasil Penghitungan Uji Validasi Supervisi Kepala Sekolah 41
3.3 Hasil Penghitugan Uji Validasi Motivasi Kerja 43
3.4 Hasil Penghitugan Uji Validasi Kinerja Sekolah 44
3.5 Hasil Perhitungan Uji Realibilitas ... 45
4.1 Deskripsi Data Supervisi Kepala Sekolah 53
4.2 Nilai Rata-rata Supervisi Kepala Sekolah 53
4.3 Deskripsi Data Motivasi Kerja 55
4.4 Nilai Rata-Rata Motivasi Kerja 55
4.5 Deskripsi Data Kinerja Guru 56
4.6 Nilai Rata- Rata Kinerja Guru 57
4.7 Hasil Uji Variabilitas 58
4.8 Hasil Pengujian Normalitas 59
4.9 Hasil Pengujian Multikolinieritas 60
4.10 Hasil Uji Glesjer (Heteroskedasitas) 62
4.11 Koefesien Regresi X1 Y 63
4.12 Hasil Uji Anova X1 Y 63
4.13 Hasil Uji Regresi X1 Y 64
4.14 Koefesien Regresi X2 Y 65
4.15 Uji Uji Anova X2 Y 66
4.16 Hasil Uji Regresi X2 Y 66
4.17 Hasil Regresi X1 dan X2 Terhadap Y 67
4.18 Hasil Uji Anova X1 dan X2 68
4.19 Output Model Regresi 69
-
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pikir Penelitian .. 29
3.1 Desain Penelitian 34
3.2 Model Analisis Hipotesis 48
4.1 Grafik Linier . 61
4.2 Desain Hasil Penelitian .................................. 70
-
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Ijin dari Institut.. 86
2. Surat Ijin Penelitian dari UPT. 87
3. Penentuan Jumlah Sampel . 88
4. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian .. 90
5. Surat Permohonan Pengisisn Kuesioner Penelitian ......................... 91
6. Instrumen Penelitian 92
7. Karakteristik Responden 98
8. Data Hasil Uji Coba . 99
9. Analisis Hasil Uji Coba 105
10. Data Lengkap Hasil Penelitian . 115
11. Deskripsi Data 125
12. Analisis Data . 129
13. Surat Keterangan Penelitian dari Kepala UPT 134
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas pendidikan bersifat dinamis yang selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan dan tuntutan jaman. Pemerintah selalu berusaha agar kualitas pendidikan di
Indonesia tidak tertinggal dari nengara-negara di dunia. Pemerintah mendirikan sekolah-
sekolah baru, melengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana serta pendidik dan tenaga
kependidikannya. Sekolah pun berupaya bagaimana agar siswa didik pada akhir
pendidikannya bisa lulus semua dan menjadi anak yang berhasil dalam karirnya.
Ujung dari upaya peningkatan kualitas pendidikan itu sendiri tidak lain dari
bagaimana proses pendidikan di sekolah berlangsung. Proses belajar mengajar yang
berkualitas akan menghasikan keluaran yang baik. Faktor yang mempengaruhi kualitas
proses belajar mengajar antara lain: masukan siswa, guru, sarana prasarana, kurikulum,
metode, lingkungan, dan peran serta masyarakat. Faktor penentu keberhasilan proses
belajar mengajar faktor gurulah yang paling dominan, sehingga dituntut kompetensi dan
kinerja guru yang maksimal.
Kinerja guru juga dapat menjadi parameter dari reputasi sekolah, di mana reputasi
ini akan sangat menguntungkan apresiasi masyarakat terhadap sekolah. Kinerja seorang
guru sangat menentukan keberhasilan sekolah dalam menciptakan kualitas siswa di sekolah
tersebut. Usaha untuk meningkatkan kualitas guru dalam rangka menghasilkan kinerja
-
2
guru yang berkualitas dan memiliki etos kerja yang tinggi harus senantiasa dikembangkan
secara terarah: (1) Guru mengajar dengan ikhlas penuh syukur. (2) Guru mengajar dengan
benar dan penuh tanggung jawab. (3) Guru mengajar tuntas penuh integritas. (4) Guru
mengajar dengan serius penuh semangat. (5) Guru mengajar dengan cinta penuh dedikasi.
(6) Guru mengajar dengan cerdas penuh kreativitas. (7) Guru mengajar dengan tekun
penuh keunggulan. (8) Guru mengajar sebaik-baiknya penuh kerendahan hati.
Di bidang pendidikan dan pengajaran diperlukan penyelia (supervisor) yang dapat
berdialog serta membantu pertumbuhan pribadi dan profesi. Pihak yang bertugas dan
berperan untuk memberi bantuan dan layanan pembinaaan dan pendampingan kepada guru
salah satunya adalah kepala sekolah. Dengan supervisi dan pendampingan dari kepala
sekolah maka guru akan dapat melakukan refleksi diri dari suatu pembelajaran yang
dilakukan serta paham apa yang harus diperbaiki dan ditindaklanjuti, misalnya:
memaksimalkan keaktifan anak pada saat pembelajaran, penggunaan media, interaksi anak
dengan guru, interaksi anak dengan anak, pemanfaatan waktu yang lebih efektif serta
bimbingan ke masing-masing anak atau kelompok.
Pembinaan kemampuan guru merupakan hal penting dalam mencapai
profesionalisme mengajar dan mendidik siswa. Supervisi Kepala Sekolah dapat
mengarahkan guru untuk bekerja secara terencana dan terarah sehingga sasaran pendidikan
tercapai. Kepala Sekolah sebagai supervisor yang baik haruslah memiliki perencanaan,
melaksanakan supervisi sesuai perencanaan, melaksanakan evaluasi dan melaksanakan
tindak lanjut. Kenyataan di lapangan ditemukan 90 % kepala sekolah yang melaksanakan
-
3
supervisi tidak dengan kelengkapan administrasinya (perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,
dan tindak lanjut). Kepala Sekolah belum melaksanakan tugas pokok sebagai supervisor.
Motivasi juga mempengaruhi kinerja. Kepala Sekolah sebagai motivator
keberhasilan pendidikan di sekolah memiliki peran penting dan cukup berat dalam
menjalankan program-program sekolah sesuai tugas dan fungsinya.
Motivasi muncul dalam diri seseorang karena didorong atau diarahkan untuk
berbuat. Pengarahan merupakan salah satu kunci efektif untuk membawa manusia
organisasional ke arah pencapaian hasil kerja yang baik. Motivasi penting karena dengan
motivasi diharapakan setiap guru mau bekerja keras dan antusias mencapai kinerja yang
tinggi. Pemberian motivasi kerja, berupa reward dan punishment belum proporsional.
Kepala sekolah jarang memberikan reward kepada guru yang berprestasi atau berkinerja
lebih. Kepala sekolah dalam memberikan punishment belum disesuaikan dengan bentuk
norma-norma yang dilanggar guru.
Sekolah bukan saja mengharapkan guru yang mampu, cakap, dan terampil, tetapi
yag terpenting mereka mau bekerja giat terprogram dan berkeinginan untuk mencapai hasil
kerja yang optimal. Kemampuan kecakapan dan keterampilan guru tidak ada artinya bagi
sekolah jika mereka tidak mau bekerja keras dengan mempergunakan kemampuan,
kecakapan, dan keterampilan yang dimilikinya, artinya supervisi dan motivasi akan
meningkatkan kinerja.
-
4
Kinerja yang tinggi akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa termasuk hasil
UN. Tingkat kelulusan siswa di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kabupaten Purbaligga
selama tiga tahun dapat lulus 100 % hanya perolehan nilai UN masih belum sesuai
harapan.
Tabel 1.1 : Nilai Tertinggi dan Terrendah Tiga Mata Pelajaran UN SD
UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari pada Tiga Tahun
Terakhir:
No. Mapel Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
TT TR TT TR TT TR
1 B.Indo 9,40 4,80 9,60 6,40 9,20 3,80
2 Matematika 9,00 3,00 9,75 2,00 9,75 2,50
3 IPA 9,75 3,75 9,75 3,25 9,75 2,50
Sumber: Dokumen UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari
Berdasar data di atas menunjukkan bahwa hasil perolehan nilai UN di UPT Dinas
Pendidikan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga selama tiga tahun terakhir
terdapat selisih nilai yang cukup mencolok antara nilai tertinggi dan nilai terendah. Tingkat
perolehan nilai UN ini dapat disebabkan oleh kinerja guru yang kurang optimal.
-
5
Bertitik tolak dari uraian di atas maka relevan jika dilakukan penelitian dengan
judul Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru di
Lingkungan UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga.
B. Batasan Masalah
Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja guru, sehingga perlu adanya
pembatasan masalah agar kajian penelitian dapat lebih fokus dan sistimatis.
1. Variabel yang diteliti hanya beberapa variabel yang dapat mempengaruhi kinerja guru;
a) supervisi Kepala Sekolah sebagai variabel independen, b) motivasi kerja sebagai
variabel independen, dan c) kinerja guru sebagai variabel dependen.
2. Penelitian ini dilakukan pada guru SD di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari
Kabupaten Purbalingga.
C. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
1. Apakah supervisi Kepala Sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru?
2. Apakah motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja guru?
3. Apakah supervisi Kepala Sekolah dan motivasi kerja motivasi secara bersama-sama
berpengaruh terhadap kinerja guru?
-
6
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data tentang pengaruh
supervisi Kepala Sekolah dan kerja terhadap kinerja guru di UPT Dinas Pendidikan
Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga. Adapun tujuan khusus penelitian ini
adalah untuk mengetahui seberapa besar:
Pengaruh supervisi Kepala Sekolah terhadap kinerja guru.
Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru.
Pengaruh supervisi Kepala Sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama
terhadap kinerja guru.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan menambah wawasan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan terutama dengan mengetahui pengaruh supervisi
Kepala Sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru.
-
7
Manfaat Praktis
a) Dinas Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan kebijakan mengenai
keterkaitan pengaruh supervisi dan motivasi kerja terhadap kinerja guru.
b) Manfaat bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan masukan dalam
rangka memperbaiki dan meningkatkan kinerja guru.
c) Manfaat bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk dapat meningkatkan
kompetensi, motivasi kerja dan kinerja dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran.
F. Definisi Operasional Variabel
1. Kinerja Guru (Y)
Kinerja guru adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang guru dalam mengelola dan
melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran sesuai dengan ukuran yang berlaku
bagi pekerjaaannya. Kinerja guru akan diukur dengan kuesioner yang dikembangkan
oleh peneliti berdasar ukuran standar kinerja yang berlaku bagi pekerjaan guru yaitu
standar kompetensi guru (UU RI No.14 Th 2005 Pasal 20.a) dengan dimensi/indikator
-
8
sebagai berikut: a) Merencanakan pengajaran, b) Melaksanakan pengajaran, c)
Menilai pengajaran, dan d) Tindak lanjut. Instrumen ini terdiri dari 12 butir pernyataan
dan setiap butir memiliki lima alternatif jawaban yaitu A = Sangat Tidak Setuju, B =
Tidak Setuju, C = kadang-kadang, D = Setuju, E= Sangat Setuju. Dengan demikian skor
teoretis 12 sampai 60.
2. Supervisi Kepala Sekolah
Supervisi kepala sekolah adalah tanggapan guru mengenai hasil supervisi
pengajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangka meningkatkan
kualitas kegiatan belajar mengajar. Supervisi kepala sekolah merupakan total skor yang
diperoleh dari jawaban responden terhadap instrumen dengan dimensi/indikator-
indikator sebagai berikut: (a) Perencanaan supervisi; (b) Pelaksanaan Supervisi, (c)
Hasil dan Tindak lanjut supervisi.
Instrumen ini terdiri dari 16 butir pertanyaan/pernyataan dan setiap butir
memiliki lima alternatif jawaban yaitu A = Sangat Tidak Setuju, B = Tidak
Setuju, C = kadang-kadang, D = Setuju, E= Sangat Setuju. Dengan demikian
secara skor teoretis berkisar 16 sampai dengan 80
-
9
3. Motivasi Kerja (X2)
Motivasi kerja adalah suatu pendorong dari diri interen maupun eksteren guru, baik
dalam lingkungan manajerial maupun non manajerial, untuk melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan cara yang menyebabkan bahwa standar-standar hasil pekerjaan yang
diekspektasi dapat dilampaui. Variabel motivasi diukur dengan dimensi/indikator-
indikator: Motivasi instrinsik dan Motivasi ekstrinsik. Instrumen ini terdiri dari 15 butir
pertanyaan/pernyataan dan setiap butir
memiliki lima alternatif jawaban yaitu A = Sangat Tidak Setuju, B = Tidak
Setuju, C = Kadang-kadang, D = Setuju, E= Sangat Setuju. Dengan demikian
secara skor teoretis berkisar 15 sampai dengan 75
-
11
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Kinerja Guru
1. Kinerja
Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi
kerja atau prestasi sesungguhnya yang tercapai oleh seseorang). Pengertian kinerja
(prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepada pegawai atau karyawan dalam sebuah perusahaan. Sedangkan penilaian kinerja
merupakan proses yang dilakukan perusahaaan dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan
seseorang (Mangkuprawira, 2003: 223).
Kinerja karyawan adalah tingkat hasil kerja karyawan dalam mencapai persyaratan-
persyaratan pekerjaan yang diberikan. Kinerja adalah hasil kerja karyawan baik segi
kualitas maupun kuantitas berdasar standar kerja yang telah ditentukan (Simamora, 2000:
500).
Kinerja adalah sebagai fungsi dari interaksi antara kemampuan dan motivasi.
Kemampuan dan motivasi yang tidak memadai, kinerja akan dipengaruhi secara negative.
Motivasi perlu juga dipertimbangkan kecerdasan dan ketrampilan untuk menjelaskan dan
menilai kinerja. Kesempatan untuk berkinerja perlu juga ditambahkan meskipun seorang
-
12
karyawan mungkin bersedia dan mampu. Hal ini untuk menghindari adanya kendala dari
kinerja. Kesempatan untuk berkinerja adalah tingkatan-tingkatan kinerja yang tinggi
sebagian merupakan fungsi dari tidak diketahui adanya rintangan-rintangan yang menjadi
kendala bagi karyawan. ( Robbin dan Coulter, 2001: 218)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas kinerja dapat diartikan sebagai tingkat
hasil kerja atau kemampuan karyawan dalam mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan
yang diberikan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Evaluasi kinerja (performance evaluations) dalam organisasi atau perusahaan
merupakan peranan kunci dalam pengembangan karyawan/pegawai dan produktivitas
mereka. Hal ini semata-mata perusahaan saat ini dihadapkan banyak tantangan dan
persaingan yang begitu ketatnya termasuk di dalamnya persaingan sumber daya manusia.
Evaluasi kinerja pada prinsipnya merupakan manifestasi dari bentuk penilaian kinerja
seorang pegawai. Untuk menghadapi tantangan dan persaingan yang sangat ketat tersebut
harus disiapkan sumber daya manusia yang terampil dan profesional untuk meningkatkan
prestasi kerja karyawan.
Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan
yang dapat dinilai dari hasil kinerjanya. Secara definitive kinerja merupakan catatan
outcome yang dihasilkan dari fungsi pagawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan salama
periode waktu tertentu. Sedang kinerja suatu jabatan secara keseluruhan sama dengan
jumlah (rata-rata) dari kinerja fungsi pegawai atau kegiatan yang dilakukan. Pengertian
-
13
kinerja di sini tidak bermaksud menilai karakteristik individu tetapi mengacu pada
serangkaian hasil yang diperoleh selama periode waktu tertentu.
2. Kinerja Guru
Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur
berdasarkan spesifikasi atau kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru.
Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam
proses pembelajaran. Berkenaan dengan standar kinerja guru Sahertian (1997: 49)
menjelaskan dalam buku panduan penilaian kinerja guru oleh pengawas menjelaskan
bahwa: Standar kinerja guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan
tugasnya seperti: bekerja dengan siswa secara individual, persiapan dan perencanaan
pembelajaran, pendayagunaan media pembelajaran, melibatkan siswa dalam berbagai
pengalaman belajar, dan kepemimpinan yang aktif dari guru.
UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 39 ayat (2),
menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Keterangan lain menjelaskan
dalam UU No. 14 Tahun 2005 Bab IV Pasal 20 (a) tentang Guru dan Dosen menyatakan
bahwa standar prestasi kerja guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru
-
14
berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Tugas pokok guru tersebut
yang diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar merupakan bentuk kinerja guru.
Pendapat lain diutarakan Soedijarto (1993) menyatakan ada empat tugas gugusan
kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang guru. Kemampuan yang harus dikuasai oleh
seorang guru, yaitu: merencanakan program belajar mengajar, melaksanakan dan
memimpin proses belajar mengajar, menilai kemajuan proses belajar mengajar, membina
hubungan dengan peserta didik. Sedangkan berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007
tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Menengah dijabarkan beban kerja guru
mencakup kegiatan pokok: merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, melaksanakan tugas
tambahan. Kinerja guru dapat dilihat saat dia melaksanakan interaksi belajar mengajar di
kelas termasuk persiapannya baik dalam bentuk program semester maupun persiapan
mengajar.
Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru. Georgia
Departemen of Education telah mengembangkan teacher performance assessment
instrument yang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas menjadi Alat Penilaian
Kemampuan Guru (APKG). Alat penilaian kemampuan guru, meliputi: rencana
pembelajaran (teaching plans and materials) atau disebut dengan RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran); prosedur pembelajaran (classroom procedure); dan
hubungan antar pribadi (interpersonal skill). Proses belajar mengajar tidak sesederhana
-
15
seperti yang terlihat pada saat guru menyampaikan materi pelajaran di kelas, tetapi dalam
melaksanakan pembelajaran yang baik seorang guru harus mengadakan persiapan yang
baik agar pada saat melaksanakan pembelajaran dapat terarah sesuai tujuan pembelajaran
yang terdapat pada indikator keberhasilan pembelajaran. Proses pembelajaran adalah
rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru mulai dari persiapan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran sampai pada tahap akhir pembelajaran yaitu pelaksanaan
evaluasi dan perbaikan untuk siswa yang belum berhasil pada saat dilakukan evaluasi.
Dari berbagai pengertian di atas maka dapat disimpulkan definisi konsep kinerja
guru merupakan hasil pekerjaan atau prestasi kerja yang dilakukan oleh seorang guru
berdasarkan kemampuan mengelola kegiatan belajar mengajar, yang meliputi perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan membina hubungan
antar pribadi (interpersonal) dengan siswanya.
B. Supervisi Kepala Sekolah
Supervisi sering kita dengar namun pengertiannya berbeda-beda tergantung dari
sudut pandangnya, supervisi menurut Arikunto (2010: 5) menyatakan bahwa pengertian
supervisi adalah kegiatan mengamati, mengidentifikasi mana hal-hal yang sudah benar,
mana yang belum benar, dan mana yang tidak benar, dengan maksud agar tepat dengan
tujuan memberikan pembinaan. Menurut Hartoyo (2006: 46) beberapa pakar pendidikan
seperti Marks, Stoops, King Stop, dan Haris, dalam Wiles dan Bondi memberikan
-
16
pengertian bahwa supervisi lebih menekankan pada aspek peningkatan pembelajaran.
Supervisi lebih banyak terkait dengan upaya-upaya yang dilakukan untuk memelihara atau
mengembangkan kegiatan sekolah yang secara langsung berpengaruh terhadap proses
pembelajaran yang dilakukan untuk memajukan atau meningkatkan pembelajaran siswa.
Hal ini mengandung maksud bahwa kegiatan pembelajaran yang sudah baik dipelihara dan
dikembangkan sehingga proses belajar mengajar bisa lebih maju dan mudah dipahami oleh
siswa.
Lebih lanjut Arikunto (2010: 12) menyatakan supervisi bertujuan untuk membantu
guru dalam memahami tujuan pendidikan dan membantu guru dalam melihat secara jelas
dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya. Supervisi yang dilakukan oleh kepala
sekolah adalah suatu usaha kepala sekolah sebagai supervisor untuk memberikan arahan,
membantu memecahkan masalah dan mengevaluasi kinerja guru dalam melaksanakan
tugas yang diembannya, sehingga guru lebih baik dalam melaksanakan proses belajar
mengajarnya. Adapun supervisi kepala sekolah terhadap guru menurut Purwanto (2009:
120) dapat dilakukan dengan cara:
1. Teknik Perseorangan
Yang dimaksud dengan teknik perseorangan ialah supervisi yang dilakukan secara
perseorangan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Mengadakan kunjungan kelas.
-
17
Yang dimaksud dengan kunjungan kelas adalah kunjungan sewaktu-waktu, yang
dilakukan oleh kepala sekolah untuk melihat atau mengamati seorang guru yang
sedang mengajar. Tujuannya untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah
sudah memenuhi syarat-syarat didaktis atau metodik yang sesuai. Dengan kata lain,
untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu diperbaiki.
Setelah kunjungan kelas selesai, selanjutnya diadakan diskusi empat mata antara
supervisor dengan guru yang bersangkutan. Kepala sekolah memberikan saran- saran
atau nasehat-nasehat yang diperluan dan guru pun dapat mengajukan pendapat dan usul-
usul yang konstruktif demi perbaikan proses belajar-mengajar selanjutnya.
b. Mengadakan kunjungan observasi (observation visits)
Guru-guru ditugaskan untuk melihat/mengamati seorang guru yang sedang
mendemontrasikan cara-cara mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Misalnya cara
menggunakan alat atau media yang baru, seperti audio-visual-aids, cara mengajar
dengan metode tertentu, seperti misalnya sosiodrama, problem solving, diskusi
panel,fihs bowl, metode penemuan (discovery), dan sebagainya.
c. Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa dan atau
mengatasi problema yang dialami siswa.
Misalnya: siswa yang lamban belajar, tidak dapat memusatkan perhatian, siswa yang
nakal, siswa yang mengalami perasaan rendah diri dan kurang dapat bergaul dengan
teman-temannya.
-
18
Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan
kurikulum sekolah. Antara lain: menyusun program pengajaran, menyusun atau
membuat Program Satuan Pelajaran, mengoganisasi kegatan-kegiatan pengelolaan
kelas, melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran; menggunakan media dan
sumber dalam proses belajar-mengajar, mengorganisasi kegiatan-kegiatan siswa dalam
bidang ekstrakurikuler, study tour, dan sebagainya. Pertemuan atau percakapan pribadi
yaitu berdialog langsung dengan guru untuk memberikan bantuan/ layanan khusus,
memecahkan permasalahan yang ada, untuk masalah-masalah yang bersifat khusus.
2. Teknik kelompok
Teknik kelompok ialah supervisi yang dilakukan secara kelompok. Beberapa kegiatan
yang dapat diakukan antara lain:
a. Mengadakan pertemuan rutin atau rapat (meetings) yaitu pertemuan antara kepala
sekolah dengan para guru yang sifatnya memberikan bantuan maupun informasi secara
umum.
b. Mengadakan diskusi kelompok (group discussion)
c. Mengadakan penataran-penataran (inservice-training)
Supaya pelaksanaan supervisi bisa berjalan sesuai dengan harapan dan tujuan
supervisi, maka perlu disusun dan diperhatikan hal-hal sebagai berikut sesuai dengan
pendapat Hartoyo (2006: 111) yang menyatakan bahwa tahapan sangat berpengaruh
-
19
terhadap hasil supervisi. Secara keseluruhan tahapan supervisi dapat dikelompokkan
menjadi tiga bagian utama yaitu:
Tahap persiapan, pada tahapan ini penting karena memerlukan perencanaan yang
matang dan harus dikelola dengan seksama. Kesiapan dari pihak supervisor menentukan
keberhasilan untuk melangkah ketahapan berikutnya. Biasanya tahapan ini supervisor
melakukan sosialisasi kepada para guru yang akan disupervisi untuk mempersiapkan
perangkat-perangkat yang menjadi instrumen supervisi sehingga diharapkan supervisi
nantinya bisa berjalan dengan baik.
Tahap pelaksanaan/proses, pada tahap ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
yaitu: Analisis kebutuhan dan identifikasi masalah yaitu guru dilibatkan untuk
menganalisa kebutuhan dan masalah mereka sehingga para guru merasa mempunyai
tanggung jawab untuk menentukan dan menganalisis akan kebutuhannya. Keterlibatan
para guru dalam mendukung program kegiatan akan sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan program yang dilakukan.
Melakukan supervisi yaitu supervisor melakukan tugas untuk mengawasi dan
mencermati kerja guru jikalau ada yang di bawah kompetensi yang diharapkan, dari hasil
supervisi ini diharapkan dapat memperbaiki kekurangan dalam hal pembelajaran. Setelah
melakukan supervisi tindakan selanjutnya adalah membuat laporan hasil supervisi dan
melakukan umpan balik dari hal tersebut, laporan ini berfungsi untuk mengetahui dan
mengidentifikasi apakah pelaksanaan supervisi sudah baik sehingga supervisor dapat
melakukan evaluasi terhadap pekerjaannya.
-
20
Tahap tindak lanjut dari supervisi dapat berupa pemanggilan secara individu
maupun kelompok untuk pembinaan atau pertimbangan langkah berikutnya. Sehingga
pembelajaran yag akan datang diharapkan lebih bermakna dan berkualitas.
C. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Menurut Thoha (2001: 74) istilah motivasi berasal dari Bahasa Latin yaitu motives,
bagi seseorang untuk berbuat, atau ide pokok yang selalu berpengaruh terhadap tingkah
laku manusia. Dalam prakteknya istilah motivasi dipergunakan silih berganti dengan
istilah-istilah lainnya seperti kebutuhan, keinginan, dorongan atau impuls.
Callahan and Clark dalam Mulyasa (2006: 174) mengemukakan bahwa motivasi
adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah
suatu tujuan tertentu. Hal senada disampaikan oleh Sardiman (2006: 75) bahwa motivasi
dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu,
sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka akan
berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka.
Sementara berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg bahwa
terdapat dua faktor yang mendorong karyawan termotivasi dalam berkerja, yaitu faktor
intrinsik (motivator factors) dan ekstrinsik (hygiene factors) (Herzberg, 1966). Motivasi
intrinsik merupakan daya dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing seperti
-
21
tanggung jawab, prestasi yang diraih, pengakuan orang alin, pekerjaan itu sendiri,
kemungkinan pengembangan dan kemajuan. Motivasi ekstrinsik yaitu daya dorong yang
datang dari luar diri seseorang, terutama dari organisasi tempatnya bekerja. Faktor-faktor
yang termasuk dalam motivasi ekstrinsik adalah gaji, kebijakan, hubungan kerja,
lingkungan kerja, dan supervisi.
Dari pendapat di atas dikatakan bahwa motivasi adalah proses psikis yang
menggerakkan, mempengaruhi dan memampukan seseorang melakukan sesuatu untuk
mencapai tujuan tertentu baik berasal dari dalam diri sendiri (motivasi instrinsik) maupun
yang berasal dari luar (motivasi ekstrinsik).
Timbulnya motivasi diakibatkan oleh faktor dari dalam diri sendiri (faktor
instrinsik ) maupun faktor yang berasal dari luar (faktor ektrinsik). Faktor intrinsik dapat
berupa kepribadian, sikap, pengalaman, dan begbagai harapan yang menjangkau ke masa
depan, sedangkan faktor ekstrinsik dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber yang berasal
dari luar dirinya, dalam hal ini berupa lingkungan dalam arti yang seluas-luasnya.
Dari kedua jenis motivasi (intrinsik dan ekstrinsik), motivasi yang ideal bagi
pekerja adalah motivasi intrinsik yang muncul dari dalam diri sendiri dan bukan atas
rangsangan dari luar, misalnya dalam bentuk paksaan atau tekanan. Jadi munculnya
motivasi itu benar-benar atas dasar kemauan dan kesadaran sendiri. Dengan adanya
motivasi intrinsik maka seorang pekerja tanpa harus menunggu diperintah sudah mampu
mendorong dirinya sendiri untuk melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung
jawabnya.
-
22
2. Pengertian Kerja
Menurut kamus Bahasa Indonesia, pengertian kerja adalah kegiatan melakukan
sesuatu yang dilakukan (diperbuat). Sementara menurut Huders (dalam
http:/hudres.nscpolteksby.ac.id/2013/04/pengertiankerja.html), kerja merupakan sesuatu
yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai profesi, sengaja dilakukan untuk mendapatkan
penghasilan. Kerja dapat juga diartikan sebagai pengeluaran energi untuk kegiatan yang
dibutuhkan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan kedua pengertian
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kerja adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mendapat penghasilan atau tujuan lain sesuai dengan kebutuhan.
3. Motivasi Kerja Guru
Robbin dalam Ridwan (2009: 145) mengemukakan pendapat bahwa dalam
melaksanakan kerja pada sebuah organisasi, motivasi didefinisikan sebagai kesediaan
untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan-tujuan organisasi, yang
dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk memenuhi sesuatu kebutuhan individu. Jika
seseorang termotivasi maka seseorang akan mencoba sekuat tenaga dan selain itu harus
diperhatikan juga kualitas dan upaya maupun intensitasnya.
Sedangkan motivasi kerja menurut Siagian (2008: 285) adalah daya dorong yang
mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk menggerakkan
kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan tenaga dan waktunya dan
-
23
mengembangkan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran
organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Motivasi kerja guru merupakan kondisi yang menggerakkan guru agar mampu
mencapai tujuan atau kondisi yang mampu membangkitkan dan memelihara perilaku guru
dalam menjalankan tugasnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin baik
motivasi kerja guru, maka semakin termotivasi juga guru tersebut dalam melaksanakan
tugasnya dengan baik.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa motivasi dipengaruhi oleh barbagai
unsur yang kemudian berproses sedemikan rupa sehingga mempengaruhi motivasi
seseorang dalam mencapai suatu tujuan. Motivasi berkait erat dengan segala sesuatu yang
dilihat, dirasakan dan dipikirkan seseorang dengan cara yang seikit banyak berintegrasi di
dalam mengajar suatu tujuan.
Menurut Cahyani (2003: 61-62) motivasi orang bekerja secara umum diklasifikasikan
dalam dua faktor, yaitu:
a) Faktor internal, yaitu faktor yang dibentuk oleh kebutuhan, keinginan dan harapan yang
terdapat dalam diri individu. Misalnya perasaan, berprestasi, pengakuan, perasaan
kebebasan, dan sikap terhadap pekerjaan.
b) Faktor eksternal, yaitu suatu dorongan yang terdapat dalam diri individu yang mudah
dipengaruhi oleh pihak luar. Misalnya: gaji, promosi, perlakuan rekan kerja, dan kondisi
kerja.
-
24
Berdasar keterangan di atas, faktor yang mempengaruhi motivasi kerja guru terdiri
dari faktor internal dan ekternal, termasuk di dalamnya adalah keinginan untuk berprestasi,
kebebasan dalam melaksanakan tugas, pengakuan, tanggungjawab, gaji, promosi, sikap
terhadap pekerjaan, hubungan dengan rekan kerja dan lingkungan kerja.
Bagi setiap pekerja, motivasi sangat penting untuk mendukung keberhasilan
pelaksanaan kerja. Seorang pekerja hendaknya memiliki motivasi untuk meraih prestasi
kerja yang sebaik-baiknya. Secara teoritis, hal ini sejalan dengan teori kebutuhan
berprestasi (need for achievement atau N-Ach) yang dikembangkan oleh Clelland.
Clelland (dalam Thoha, 2001: 140) berdasar riset empiris telah menemukan bahwa pada
usahawan, ilmuwan dan para ahli mempunyai tingkat motivasi prestasi di atas rata-rata.
Motivasi prestasi seorang usahawan, tidak hanya semata-mata untuk mencari keuntungan,
tetapi karena dia mempunyai keinginan yang kuat untuk berprestasi. Keuntungan (laba)
hanyalah suatu ukuran sederhana yang menunjukkan seberapa baik pekerjaan yang telah
dilakukan. Kebutuhan prestasi (need for achievement), tercermin pada keinginan dia
mengambil tugas yang dia dapat bertanggungjawab secara pribadi atas perbuatan-
perbuatannya, dia menentukan tujuan yang wajar dengan memperhitungkan resiko-
resikonya, dia mendapatkan umpan balik atas perbuatan-perbuatannya dan dia berusaha
melakukan segala sesuatu secara kreatif dan inovatif. Teori Mc. Clelland ini sangat penting
dalam mempelajari motivasi karena motivasi prestasi sangat dianjurkan untuk mencapai
sukses kelompok atau organisasi.
-
25
4. Komponen dan Faktor-faktor dari Motivasi
Dimyati dan Mudjiono (2006: 80) menyatakan bahwa ada tiga komponen utama
dalam motivasi yaitu: kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Senada dengan itu Carl Rogers
dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 93) berpendapat bahwa setiap individu memiliki
motivasi utama berupa kecenderungan beraktualisasi diri. Ciri kecenderungan aktualisasi
diri tersebut adalah berakar dari sifat bawaan, perilaku bermotivasi mencapai
perkembangan diri optimal, dan pengaktualisasian diri juga bertindak sebagai evaluasi
pengalaman.
Porter dan Miles, sebagaimana dikutip Stoner (dalam Swasto, 1996: 78)
mengklasifikasikan 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi motivasi dalam
berorganisasi, yaitu perbedaan karakteristik individu, karakteristik pekerjaan, dan
karakteristik organisasi. Masing-masing karakteristik dapat dijelaskan sebagai berikut:
Karakteristik individu meliputi berbagai jenis kebutuhan, sikap terhadap diri dan
pekerjaannya, serta minat pekerjaan. Perbedaan-perbedaan tersebut dibawa ke dunia kerja
sehingga motivasi setiap individu dalam organisasi bervariasi. Apabila manajer tidak
dapat memahami perbedaan itu, maka ia tidak akan dapat memotivasi bawahannya secara
efektif.
Karakteristik pekerjaan yang berbeda memerlukan kecakapan, identitas tugas,
signifikansi tugas serta derajat otonomi yang berbeda. Perbedaan karakteristik yang
melekat pada pekerjaan akan memerlukan tipe-tipe pekerja yang sesuai dengan spesifikasi
yang ada.
-
26
Karakteristik organisasi ditunjukkan dengan kebijaksanaan dan kultur yang berbeda
dari masing-masing organisasi serta hubungan antar masing-masing individu dalam
organisasi. Untuk mencapai kinerja yang optimal, manajer organisasi harus
mempertimbangkan hubungan faktor-faktor tersebut dan pengaruhnya terhadap perilaku
individu para karyawan.
Berdasar uraian mengenai motivasi maka dapat diambil kesimpulan bahwa
motivasi merupakan dorongan atau tenaga penggerak yang berfungsi untuk mengarahkan
perilaku untuk mencapai suatu tujan tertentu. Jadi motivasi kerja guru merupakan dorongan
atau tenaga penggerak yang dimiliki oleh guru yang berfungsi untuk mengarahkan
perilakunya dalam bekerja guna mencapai suatu tujuan tetentu. Indikator untuk mengukur
motivasi dapat dilihat dari 2 (aspek), yaitu: (a) motivasi ekstrinsik, yang meliputi hubungan
dengan teman sejawat, sasaran kerja, gaji/honorarium, atensi dari atasan, lingkungan kerja
dan tujuan yang ingin dicapai oleh pihak sekolah, (b) motivasi intrinsik, yang meliputi
dorongan untuk bekerja dengan baik, keinginan untuk mencapai prestasi, adanya kepuasan
kerja, dan kedisiplinan.
D. Penelitian yang Relevan
Beberapa kajian terhadap studi terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut 2.1
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :
-
27
Pertama: Penelitian yang dilakukan oleh Bhaktinia (2012: 127) judul
Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru dan Hasil Belajar
menyimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan dari supervisi kepala sekolah terhadap
kinerja guru. Guru perlu memahami dan menyadari manfaat supervisi yang dilakukan
kepala sekolah terhadap guru, yang tujuannya adalah pembinaan untuk meningkatkan
kinerja guru yang memiliki dampak besar terhadap kemajuan hasil belajar. Guru harus
memanfaatkan hasil dan tindak lanjut supervisi kepala sekolah untuk mendorong agar
proses pembelajaran lebih kreatif dan inovatif.
Kedua; Penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2007: 30) menemukan bahwa
ternyata terdapat temuan awal yang menunjukkan adanya kendala atau persoalan yang
berkaitan dengan pelaksanaan supervisi kepala sekolah, frekuensi
dikunjungan kelas oleh kepala sekolah masih tergolong rendah, disisi lain guru memandang
perlunya supervisi kepala sekolah dalam rangka pembinaan sehingga perlu dikaji
pengaruhnya terhadap kinerja guru dalam rangka menjalankan tugasnya.
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa secara simultan supervisi kepala sekolah dan
motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja guru. Oleh karena itu disarankan kepada
kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas supervisi, seperti meningkatkan kunjungan
kelas dalam rangka supervisi klinis, observasi perbaikan, memotivasi semangat kerja
guru, meninjau rencana pembelajaran, kesesuaian antara perangkat pembelajaran dengan
pelaksanaan pembelajaran, observasi metode pembelajaran. Untuk perbaikan prestasi kerja
-
28
guru-guru untuk menggunakan beberapa teknik supervisi. Dalam menerapkan teknik
supervisi jangan terpaku pada satu teknik supervisi saja, sebaiknya mencoba teknik yang
lain.
Ketiga: Penelitian yang dilakukan oleh Sriono (2004: 92) dengan judul Pengaruh
Kepemimpinan Kepala Sekolah, Pendidikan Pelatihan dan Motivasi Kerja Guru
Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Kalimanah Kabupaten
Purbalingga. Pada penelitian ini bahwa motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap
kinerja guru. Setiap diri guru maupun kepala sekolah harus bisa membangkitkan motivasi
untuk meningkatkan kinerja. Dengan demikian semakin tingginya motivasi pegawai akan
menjadikan semakin tinggi kinerja pegawai. Di sini motivasi merupakan variabel yang
berpengaruh dominan terhadap kinerja pegawai.
Keempat: Penelitian yang dilakukan oleh Aditya (2010: 70) dengan judul Pengaruh
Gaya Kepemimpinan, Motivasi, dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai. Pada
penelitian ini menyimpulkan bahwa motivasi dan disiplin berpengaruh positif terhadap
kinerja pegawai. Untuk meningkatkan kinerja tentunya diperlukan adanya motivasi dan
disiplin yang tinggi dari semua pekerja maupun pimpinan suatu organisasi. Guru dan
kepala sekolah pun harus selalu berupaya untuk meningkatkan motivasi diri dalam bekerja
serta disiplin yang tingggi untuk mencapai kinerja yang tinggi pula.
-
29
E. Kerangka Berpikir
Kerangka konseptual penelitian yang menggambarkan korelasi pengaruh antar
variabel yaitu variabel supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja sebagai variabel
independen mempengaruhi kinerja guru UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari
Kabupaten Purbalingga sebagai variabel dependen, sehingga dalam penelitian ini jika
supervisi Kepala Sekolah dilaksanakan dengan kualitas dan motivasi kerja yang
senantiasa dimiliki akan mampu meningkatkan kinerja guru. Berdasarkan hasil
beberapa penelitian di atas, hubungan antara variabel-variabel tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 : Kerangka Pikir Penelitian
Supervisi KS
- Perencanaan - Pelaksanaan - Penilaian - Tindak Lanjut
-
Motivasi
- Instrinsik - Ekstrinsik
Kinerja Guru
- Perencanaan Pembelajaran - Proses Pembelajaran - Evaluasi Pembelajaran - Tindak lanjut Pembelajaran
-
30
Kepala Sekolah sebagai supervisor sudah semestinya melaksanakan supervisi
secara rutin kepada semua guru di sekolahnya karena dengan supervisi yang dilaksanakan
Kepala Sekolah akan mejadikan guru merasa diperhatikan. Permasalahan yang berkaitan
dengan pembelajaran bisa dipecahkan dan dicarikan jalan solusinya. Supervisi juga bisa
berfungsi sebagai control bagi guru agar pekerjaaan yang dilaksanakan berdasar program
dan target yang harus dicapai. Supervisi Kepala Sekolah yang dilaksanakan secara rutin
pastilah akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru namun jika Kepala Sekolah
tidak melaksanakan supervisi dampaknya kinerja guru rendah.
Motivasi merupakan dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang, baik secara
sadar atau tidak untuk melakukan sesuatu tindakan dengan suatu tujuan tertentu. Jadi
seseorang dapat terdorong untuk melakukan kerja secara lebih baik, karena ada dorongan
dari dalam dirinya (intrinsik) maupun karena dorongan dari luar (ekstrinsik). Dorongan
inilah yang menjadi sinergi sehingga seseorang mau bekerja keras untuk melakukan tugas
yang diberikan kepadanya.
Guru yang mempunyai motivasi kerja yang tinggi akan senantiasa bekerja keras
untuk mengatasi segala jenis permasalahan yang dihadapi dengan harapan mencapai hasil
yang lebih baik lagi. Pencapaian suatu tujuan tidak terlepas dari motivasi guru dalam
bekerja, karena motivasi merupakan pendorong semangat dan kemauan untuk bekerja
dalam mencapai keberhasilan kerja guru. Dengan adanya motivasi kerja yang dimiliki guru
-
31
diduga akan meningkatkan kinerjanya. Dengan kata lain, seorang guru akan melakukan
semua pekerjaannya dengan baik apabila ada faktor pendorong (motivasi). Motivasi kerja
sangat dibutuhkan oleh seseorang dalam bekerja, tanpa motivasi kerja niscaya hasil kerja
tidak akan sesuai dengan apa yang ditargekan. Guru membutuhkan motivasi baik itu yang
berasal dari diri guru itu sendiri maupun rekan dan Kepala Sekolah. Motivasi kerja
sangatlah diperlukan sehingga guru akan melaksanakan kerja dengan disiplin, ada
keinginan bekerja untuk mencapai prestasi dan kepuasan bisa diraih. Dengan motivasi
kerja pastilah kinerja guru akan meningkat.
Supervisi Kepala Sekolah maupun motivasi kerja dapat berpengaruh terhadap
kinerja guru, maka apabila supervisi Kepala Sekolah dan motivasi kerja secara bersama
selalu diupayakan oleh Kepala Sekolah pastilah akan lebih berpengaruh terhadap kinerja
guru. Kinerja guru meningkat akan berdampak terhadap prestasi siswa maupun sekolah
baik akademik maupun nonakademik.
F. Perumusan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban secara teoritis terhadap permasalahan dalam
penelitian, oleh karena itu hipotesis merupakan jawaban terhadap perumusan masalah
yang harus dibuktikan kebenarannya di lapangan. Berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :
-
32
1. Terdapat pengaruh yang signifikan supervisi Kepala Sekolah terhadap kinerja guru.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan motivasi kerja terhadap kinerja guru .
3. Supervisi Kepala Sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap kinerja guru.
-
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kuantitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positvisme. Metode kuantitatif digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, teknis pengambilan pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan dengan menggunakan
jenis penelitian expost facto yang merupakan penelitian dengan menemukan penyebab
yang memungkinkan perubahan perilaku, gejala atau fenomena yang disebabkan oleh
suatu peristiwa, perilaku atau hal-hal yang menyebabkan perubahan pada variabel bebas
yang secara keseluruhan sudah terjadi.
Penelitian expost facto secara metodis merupakan penelitian eksperimen yang juga
menguji hipotesis tetapi tidak memberikan perlakuan-perlakuan tertentu karena sesuatu
sebab kurang etis untuk memberikan perlakuan atau memberikan manipulasi. Biasanya
karena alasan etika manusiawi atau gejala/peristiwa tersebut sudah terjadi dan ingin
menelusuri faktor-faktor penyebab atau hal-hal yang mempengaruhinya.
-
34
Kerangka pemikiran akan menjelaskan secara teoritis antar variabel yang sudah
diputuskan untuk diteliti khususnya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Dari penjelasan di atas maka dalam penelitian ini dibuat suatu kerangka pemikiran
sebagai model penelitian untuk memudahkan pencarian data, tentang penelitian
pengaruh supervisi Kepala Sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru
digambarkan sebagai berikut:
H1
H3
H2
Gambar 3.1 Model/Desain Penelitian
Keterangan:
X1 = Supervisi Kepala Sekolah
X2 = Motivasi Kerja
Y = Kinerja Guru
X1
X2
Y
-
35
Dalam penelitian ini variabel penelitian terdiri dari
Variabel independen : Supervisi Kepala Sekolah (X1) dan
Motivasi Kerja (X2)
Variabel dependen : Kinerja Guru (Y)
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. (Arikunto, 2010: 175). Adapun
objek/subjek yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru sebanyak
182 yang mengajar di dua puluh empat Sekolah Dasar di UPT Dinas Pendidikan
Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga.
2. Sampel
Sampel adalah contoh atau wakil dari suatu populasi yang cukup besar
jumlahnya, yang dipertimbangkan dapat mewakili dan mencerminkan populasi yang
ada. Perhitungan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin.
Adapun perhitungan jumlah sampel dilakukan dengan rumus berikut ini :
n = 21 eN
N
-
36
keterangan :
n : besarnya sampel
N : ukuran populasi
e : persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang
masih dapat ditolerir atau diinginkan, yaitu 10% (Umar, 2008: 108).
Adapun perhitungannya :
n = 21 dN
N
n = 21.01821
182
n = 01.01821
182
= 82,11
182
=
82,2
182 = 65 guru sebagai sampel
Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat diambil sampel sejumlah 65
responden yaitu guru SD Negeri se UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari
Kabupaten Purbalingga. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan proporsional random sampling dimana sampel diambil perwakilan dari
guru-guru di setiap SD yang ada di Kecamatan Bojongsari.
-
37
C. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner atau angket penelitian tentang
supervisi Kepala Sekolah, motivasi kerja dan kinerja guru di lingkungan UPT Dinas
Pendidikan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga. Untuk mendapat data yang
valid instrumen variabel supervisi Kepala Sekolah , motivasi kerja dan kinerja guru
respondenya semua guru di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari.
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan tiga instrumen berdasarkan variabel yang
diteliti yaitu:
1. Instrumen untuk mengukur supervisi Kepala Sekolah.
2. Instrumen untuk mengukur motivasi kerja.
3. Instrumen untuk mengukur kinerja guru.
Untuk lebih jelasnya mengenai instrumen penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini, berikut akan dipaparkan kisi-kisi atau bagian-bagian yang menjadi dasar
dan kemudian dioperasionalkan ke dalam butir-butir pertanyaan atau pernyataan
penelitian yang dapat dilihat pada table 3.1 berikut:
-
38
Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
No Variabel Indikator Jumlah
Pertanyaan No.Kuesioner
1. Supervisi
Kepala
Sekolah
1. Perencanaan 2. Pelaksanaan
Supervisi
3. Hasil dan Tindak Lanjut Supevisi
4
8
4
1, 2, 3, 4
5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12,
13, 14, 15, 16
2. Motivasi Kerja 1. Instrinsik
2. Ekstrinsik
9
6
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8, 9
10, 11, 12, 13, 14,
15
3 Kinerja Guru 1.Perencanaan
pembelajaran
2.Proses Pembelajaran
3.Evaluasi
Pembelajaran
4.Tindak Lanjut
Pembelajaran
3
3
3
3
1, 2, 3
4, 5, 6
7, 8, 9
10, 11, 12
-
39
D. Pengumpulan Data
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
diperoleh secara langsung melalui angket (kuesioner) yang disebarkan pada guru di
lingungan UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner
atau angket penelitian tentang supervisi Kepala Sekolah, motivasi kerja, dan kinerja
guru yang diberikan kepada guru di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari
Kabupaten Purbalingga.
Penggunaaan kuesioner didasari beberapa anggapan sebagai berikut: (1)
Subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya; (2) Apa yang dinyatakan oleh
subyek adalah benar dan dapat dipercaya; (3) Interprestasi subyek tentang
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang
dimaksud oleh peneliti. Responden dipersilahkan untuk menjawab pertanyaan dan
pernyataan yang diajukan dalam kuesioner sesuai dengan keadaan mengenai
supervisi kepala sekolah, motivasi kerja dan kinerja guru. Alat ini dikembangkan
dengan mengacu kepada teori yang mendasarinya. Dari teori itu, kemudian disusun
kisi-kisi yang selanjutnya dijabarkan ke dalam butir pernyataan atau pertanyaan.
Daftar pertanyaan peneliti disusun secara berjenjang berdasarkan skala
Likert dengan memakai skala urutan, yaitu 1, 2, 3, 4, dan 5 yang mempuyai kriteria
sebagai berikut: a) Jawaban Sangat Tidak Setuju diberi skor 1 ; b) Jawaban Tidak
-
40
Setuju diberi skor 2; c) Jawaban Netral diberi skor 3; d) Jawaban Setuju diberi skor 4;
d) Jawaban Sangat Setuju diberi skor 5.
E. Teknik Analisis Data
Sebelum digunakan dalam penelitian instrumen-instrumen yang telah
dimodifikasi tersebut akan dilakukan pengujian-pengujian seperti berikut ini :
1.Uji Validasi
Validasi adalah untuk menguji sejauh mana perbedaan yang didapatkan melalui
alat dalam mencerminkan perbedaan yang sesungguhnya di antara para responden yang
diukur (Ghozali, 2001: 135). Pengujian validasi instrumen dilakukan untuk mengetahui
ketepatan pengukuran variabel atau instrumen yang digunakan dalam penelitian, yaitu
mampu mengukur apa yang akan diukur dalam penelitian. Instrumen dikatakan valid
bila butir pertanyaan/pernyataan yang digunakan benar-benar mewakili konstruk yang
akan diukur. Apabila instrumen dinyatakan valid berarti alat ukur yang digunakan
dalam penelitian sudah tepat. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan teknik
korelasi product moment. Suatu butir dikatakan valid jika nilai probabilitas korelasi
product moment lebih kecil dari 0,05.
Validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur (instrumen) mampu
mengukur apa yang diukur. Kuesioner sebagai alat ukur harus diuji validitasnya.
Semakin tinggi validitas alat ukur, maka semakin tepat pula alat ukur itu digunakan.
-
41
Dalam pengujian validasi butir soal pada responden, perhitungan menggunakan
program SPSS versi 15 for window. Dengan menggunakan angka kritis korelasi r =
0,05 dan n = 30 diperoleh motivasi kerja r tabel sebesar 0,361 dan jika r hitung > r tabel
maka kuesioner dinyatakan valid. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 3.2
diketahui r hitung tiap butir kuesioner supervisi Kepala Sekolah lebih besar dari r tabel,
maka seluruh butir instrumen dinyatakan valid.
a. Validitas Data Supervisi Kepala Sekolah
Tabel 3.2. Hasil Perhitungan Uji Validitas Supervisi Kepala Sekolah
No Item r hitung r tabel Kriteria
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
0,563
0,560
0,525
0,611
0,604
0,549
0,699
0,528
0,601
0,547
0,623
0,584
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
-
42
13
14
15
16
0,710
0,520
0,656
0,539
0,361
0,361
0,361
0,361
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasar tabel 3.2 tersebut, data dari uji coba instrumen variabel supervisi
Kepala Sekolah (X1) terhadap 30 responden dan 30 pertanyaan/pernyataan
menggunakan perhitungan program SPSS versi 15 for windows hasilnya semua valid,
sehingga instrumen tersebut dapat digunakan untuk penelitian sebagai alat ukur yang
sah.
b. Validitas Data Motivasi kerja
Dengan menggunakan angka kritis korelasi r = 0,05 dan n = 30 diperoleh
motivasi kerja r tabel sebesar 0,361 dan jika r hitung > r tabel maka kuesioner
dinyatakan valid. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 3.2 diketahui r hitung tiap
butir kuesioner motivasi kerja lebih besar dari r tabel, maka seluruh butir instrumen
dinyatakan valid.
-
43
Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Uji Validitas Motivasi Kerja
No Item r hitung r tabel Kriteria
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
0,656
0,597
0,521
0,655
0,577
0,645
0,651
0,583
0,638
0,590
0,616
0,642
0,711
0,537
0,723
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber: Data primer yang diolah
-
44
c. Validitas Data Kinerja Guru
Dengan menggunakan angka kritis korelasi r = 0,05 dan n = 30 diperoleh
motivasi kerja r tabel sebesar 0,361 dan jika r hitung > r tabel maka kuesioner
dinyatakan valid. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 3.3 diketahui r hitung tiap
butir kuesioner kinerja guru lebih besar dari r tabel, maka seluruh butir instrumen
dinyatakan valid.
Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Uji Validitas Kinerja Guru
No Item r hitung r tabel Kriteria
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
0,500
0,622
0,568
0,601
0,566
0,625
0,698
0,568
0,728
0,502
0,588
0,673
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber: Data primer yang diolah
-
45
2. Uji Reliabilitas
Setelah ditentukan validitas selanjutnya, uji ini hanya dapat dilakukan pada
pertanyaan yang telah dianggap valid. Uji ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana
hasil pengukuran tetap konsisten jika dilakukan dua kali atau lebih pada kelompok yang
sama dengan alat ukur yang sama. Untuk mengukurnya digunakan rumus Cronbachs
Alpha dari masing-masing instrumen dalam satu variabel. Dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbachs Alpha > 0,60 ( Ghozali, 2005: 42).
Reliabilitas adalah tingkat keandalan dari suatu alat ukur terhadap
mengukur suatu gejala. Semakin tinggi reliabilitas, maka semakin tinggi tingkat
kemantapan hasil pengukuran. Berdasarkan perhitungan reliabilitas pada lampiran
diperoleh koefisien reliabilitas untuk semua instrumen lebih besar dari r tabel 0,70.
Dengan demikian instrumen penelitian dinyatakan reliabel.
Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas
Variabel r hitung r table Kriteria
Supervisi Kepala
Sekolah
0,8692 0,70 reliabel
Motivasi kerja 0,8828 0,70 reliabel
Kinerja guru 0,8374 0,70 reliabel
Sumber: Data primer yang diolah
-
46
3. Uji Persyaratan/Uji Asumsi Klasik
Rumus regresi diturunkan dari asumsi-asumsi tertentu, maka data yang akan
diregresi harus memenuhi asumsi-asumsi regresi untuk mendapatkan nilai estimasi yang
akan bersifat BLUE (Best, Linier, Unbiased dan Estimator). Untuk itu perlu diadakan
pengujian asumsi klasik yang meliputi 4 uji, yaitu :
a. Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk memenuhi asumsi zero mean, yaitu bahwa
variabel pengganggu e harus berdistribusi normal. Apabila variabel pengganggu
berdistribusi normal maka Y juga akan berdistribusi normal (Setiaji, 2004: 27).
Konsekuensi apabila data tidak berdistribusi normal. Apabila data tidak
berdistribusi normal maka hasil uji t dan uji F menjadi tidak valid. Hal tersebut sebagai
akibat bahwa kedua uji tersebut didasarkan pada asumsi bahwa data Y dan e
berdistribusi normal (Setiaji, 2004: 28).
Cara mendeteksi atau menguji normalitas dapat digunakan grafik Histogram dan
P-P Plot. Adapun penanganan terhadap data yang tidak memenuhi uji normalitas dapat
dilakukan dengan pemotongan data yang outliers (berada jauh dari rata-rata) sangat
tinggi atau rendah; memperbesar sampel; atau mentransformasi data (Setiaji, 2004: 38).
b. Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah suatu hubungan linier yang sempurna (mendekati
sempurna) antara beberapa atau semua variabel bebas (Kuncoro, 2004: 98). Jika X1, X2
-
47
ada yang memiliki korelasi tinggi maka hal tersebut mengindikasikan adanya gejala
multikolinearitas.
Akibat adanya multikolinearitas, jika di antara variabel bebas memiliki korelasi
sempurna maka nilai b tidak dapat ditentukan. Bahkan apabila nilai korelasi antara
variabel bebas tidak sempurna tetapi cukup tinggi maka nilai b yang diperoleh tetap
valid tetapi nilai Sb menjadi bias dan demikian pula nilai t hitung yang diperoleh dari
rumus : t = b1 / Sb1 akan menjadi bias pula.
Cara mendeteksi multikolinearitas adalah dengan cara mengkorelasikan antara
variabel bebas. Apabila nilai korelasinya tinggi maka menunjukkan adanya gejala
multikolinearitas, demikian pula sebaliknya. Untuk mengetahui ada tidaknya
multikolinearitas digunakan uji varians inflation faktor (VIF).
c. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah kesalahan atau residual yang diamati tidak memiliki
varian yang konstan. Kondisi heteroskedastisitas sering terjadi pada data cross section,
atau data yang diambil dari beberapa responden pada suatu waktu tertentu.
Heteroskedastisitas mengakibatkan nilai parameter yang diperoleh tetap tidak bias,
tetapi standar erros Sb menjadi bias, sehingga hasil uji t dan uji F menjadi tidak
menentu. Untuk mendeteksi dapat digunakan uji t.
-
48
4. Uji Hipotesis
Hipotesis menyatakan bahwa variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan
tehadap variabel terikat. Pengujian kebenaran ini digunakan analisis korelasi dan
regresi ganda. Secara umum model ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y = a + 1X1 + 2X2 +
(Manurung, 2005: 70)
Keterangan :
Y : Kinerja guru
X1 : Supervisi kepala sekolah
X2 : Motivasi
a : Konstan
1 . 3: Koefisien variabel independent X1 X3 : Error / sisa / nilai residu
Untuk memberi gambaran yang jelas dalam penelitian ini digambarkan struktural
sebagai berikut:
Gambar 3.2 Model Analisis Hipotesis
X1
X2
Y
-
49
(1) Supervisi Kepala Sekolah berpengaruh sinifikan tehadap kinerja guru.
(2) Motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru.
(3) Supervisi Kepala Sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap kinerja guru.
Untuk mengetahui besarnya koefisien korelasi antar variabel independen, maka
penelitian ini juga menggunakan koefisien korelasi Pearson yang diolah perhitungan
program SPSS versi 15 for windows. Sedangkan untuk mengetahui kuat lemahnya
hubungan antar variabel independen dan hubungan dengan variabel dependen dapat
dinyatakan dengan fungsi linier.
a) Uji t
Uji ini digunakan untuk menguji apakah variabel independen secara signifikan terhadap
variabel dependen. Pengujian koefisiensi regresi secara parsial disimpulkan melalui
nilai p-value yaitu apabila nilai signifikan peneliti menunjukkan
-
50
data dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS versi 15. Secara manual rumus uji t
sebagai berikut :
t = 3
se
s
(Manurung, 2005: 71)
Keterangan :
0 : Koefisien regresi ke-j S.e : Standard error b ke-j
b. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian regresi secara bersama-sama
disimpulkan melalui nilai p-value yaitu apabila nilai signifikan penilaian menunjukkan
< 0,05 maka terdapat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara
bersama-sama. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS versi 15.
Secara manual uji F dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
F = )/()1(
)1/(2
2
kNR
kR
(Manurung, 2005: 72)
-
51
Keterangan:
R2
: Koefisien Determinasi
N : Jumlah pengamatan
k : Treatment (variabel independen)
Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi adalah bilangan yang menentukan hubungan antara
variabel Y dengan variabel X, pada dasarnya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variabel berikut. Bahwa nilai dari Adjust (R2) menentukan nilai,
seberapa besar himpunan variabel bebas mempengaruhi atau menjelaskan variabel terikat
dan dapat dinyatakan dalam desimal atau persentase. Secara manual rumus koefisien
determinasi yang disesuaikan sebagai berikut :
kN
NRR
1)1(1 2
2
(Manurung, 2005: 69)
Keterangan : 2R : Nilai koefisien determinasi disesuaikan
N : Jumlah sampel
K : Banyaknya parameter
-
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Persepsi Responden terhadap Variabel Penelitian
Persepsi responden terhadap variabel penelitian Supervisi Kepala Sekolah,
Motivasi Kerja dan Kinerja Guru bertujuan untuk menyajikan gambaran informasi
atau deskripsi suatu variabel dengan karakteristik data yang diperoleh dari hasil
penyebaran kuesioner. Dari deskripsi variabel dapat diperoleh suatu gambaran
kecenderungan jawaban semua responden terhadap butir pernyataan kuesioner, apakah
responden cenderung menjawab sangat tidak setuju, tidak setuju, cukup, setuju, dan
sangat setuju. Berdasarkan skala Likert setiap jawaban pertanyaan memiliki nilai
minimum 1 dan nilai maksimum 5, dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
0,00 1,00 : Kurang sekali
1,01 2,00 : Kurang
2,01 - 3,00 : Cukup
3,01 - 4,00 : Baik
4,01 - 5,00 : Sangat baik
-
53
1. Persepsi Responden Terhadap Supervisi Kepala Sekolah di UPT Dinas
Pendidikan Kecamatan Bojongsari
Data hasil penelitian tentang supervisi Kepala Sekolah di UPT Dinas
Pendidikan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga disajikan pada Tabel 4.1
dan 4.2 berikut ini:
Tabel 4.1 Deskripsi Data Supervisi Kepala Sekolah di UPT Dinas Pendidikan
Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga.
Supervisi Kepala Sekolah Jumlah Frekuensi (%)
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Kurang Sekali
4
47
14
0
0
6,2
72,3
21,5
0,0
0,0
Total 65 100,0
Tabel 4.2 Nilai Rata-Rata Supervisi Kepala Sekolah di UPT Dinas
Pendidikan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga.
Dimensi
Supervisi Kepala Sekolah
Rata-rata
Perencanaan
Pelaksanaan
Hasil dan Tindak lanjut
4,11
4,17
4,08
Rata-rata 4,12
-
54
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat deskripsi data supervisi Kepala Sekolah
di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga sebagian
besar dalam kategori baik yaitu 47 orang (72,3%) sedangkan sisanya dalam kategori
sangat baik 4 orang (6,2%) dan dalam kategori cukup sebanyak 14 orang (21,5%).
Berdasar table 4.2 nilai rata-rata Supervisi Kepala Sekolah mempunyai nilai skor
rata-rata 4,12 termasuk dalam kategori sangat baik ( Lampiran hal.85). Guru-guru
SD di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga
berdasarkan persepsi responden dapat dikatakan mempunyai penilaian terhadap
supervisi Kepala Sekolah sangat baik. Dari tiga dimensi supervisi Kepala Sekolah
dimensi pelaksanaan yang paling kuat sementara dimensi tindak lanjut yang masih
kurang.
2. Persepsi Responden terhadap Motivasi Keja
Data hasil penelitian tentang motivasi kerja di UPT Dinas Pendidikan
Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga disajikan pada Tabel 4.3 dan 4.4
berikut ini:
-
55
Tabel 4.3 Deskripsi Data Motivasi Kerja Guru SD di UPT Dinas Pendidikan
Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga
Motivasi Kerja Jumlah Frekuensi (%)
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Kurang Sekali
9
50
6
0
0
13,8
76,9
9,2
0,0
0,0
Total 65 100,0
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat deskripsi data Motivasi Kerja di UPT Dinas
Pendidikan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga sebagian besar dalam
kategori baik yaitu 50 orang (76,9%) sedangkan sisanya dalam kategori sangat baik 9
orang (13,8%) dan dalam kategori cukup sebanyak 6 orang (9,2%).
Tabel 4.4 Nilai Rata-Rata Motivasi Kerja Guru SD di UPT Dinas Pendidikan
Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga
Dimensi
Motivasi Kerja
Rata-rata
Motivasi Instrinsik
Motivasi ekstrinsik
4,29
4,09
Rata-rata 4,19
-
56
Berdasar tabel 4.4 dimensi motivasi instrinsik lebih kuat dibanding dimensi
motivasi ekstrinsik. Variabel motivasi kerja hasil analisis data rata-rata (mean) dari 65
responden guru 4,19 dapat disimpulkan bahwa persepsi jawaban responden termasuk
sangat baik. Guru guru SD di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari
berdasarkan persepsi responden dapat dikatakan mempunyai motivasi kerja yang tinggi.
3. Persepsi Responden terhadap Kinerja Guru
Data hasil penelitian tentang kinerja guru di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan
Bojongsari Kabupaten Purbalingga disajikan pada Tabel 4.5 dan 4.6 berikut ini:
Tabel 4.5 Deskripsi Data Kinerja Guru SD di UPT Dinas Pendidikan
Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga
Kinerja Guru Jumlah Frekuensi (%)
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Kurang Sekali
16
37
12
0
0
24,6
56,9
18,5
0,0
0,0
Total 65 100,0
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat deskripsi data kinerja guru di UPT Dinas
Pendidikan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga sebagian besar dalam
kategori baik yaitu 37 orang (56,9%) sedangkan sisanya dalam kategori sangat baik 16
orang (24,6%) dan dalam kategori cukup sebanyak 12 orang (18,5%).
-
57
Tabel 4.6 Nilai Rata-Rata Kinerja Guru SD di UPT Dinas Pendidikan
Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga
Dimensi Kinerja Guru Rata-rata
Perencanaan
Proses
Evaluasi
Tindak Lanjut
4,09
4,17
4,31
4,21
Rata-rata 4,18
Berdasar tabel 4.6 dimensi perencanaan merupakan dimensi yang paling lemah
sedangkan dimensi evaluasi yang paling kuat. Variabel kinerja guru hasil analisis data
rata-rata (mean) dari 65 responden guru 4,18 dapat disimpulkan bahwa persepsi
jawaban responden termasuk sangat baik. Guru-guru SD di UPT Dinas Pendidikan
Kecamatan Bojongsari berdasarkan persepsi responden dapat dikatakan mempunyai
kinerja yang tinggi.
B. Uji Persyaratan Data
1. Uji Variabilitas
Untuk mengetahui kelayakan data untuk menjadi variabel dalam penelitian ini
digunakan uji variabilitas dengan analisis faktor. Hasil uji variabilitas dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
-
58
Tabel 4.7
Hasil Uji Variabilitas
Communalities
1.000 .574
1.000 .657
1.000 .858
Superv isi Kepala Sekolah
Motivasi kerja
Kinerja Guru
Initial Extract ion
Extract ion Method: Principal Component Analysis.
Hasil Uji variabilitas menunjukkan nilai extraction lebih besar dari 0,5, sehingga
semua data dari variabel yang diteliti memenuhi syarat menjadi variabel dan dapat
dianalisis lebih lanjut.
2. Uji Asumsi Klasik
Model regresi harus memenuhi syarat asumsi klasik, karena suatu model
regresi dapat digunakan dan dianggap baik jika model regresi tersebut memenuhi
beberapa asumsi klasik, antara lain asumsi normalitas, linieritas, dan heteroskedastisitas.
Berikut ini adalah hasil dan pembahasan dari uji asumsi klasik.
a. Uji Normalitas Data
Pengujian normalitas data menggunakan uji Kolmogorov Smirnov, kurva nilai
residual terstandarisasi dikatakan menyebar dengan normal apabila nilai Kolmogorov-
Smirnov atau Nilai Asymp, Sig, (2-tailed) > = 0,05. Hasil Uji normalitas data disajikan
pada tabel 4.8.
-
59
Tabel 4.8
Hasil Pengujian Normalitas data dengan menggunakan
Uji Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
65 65 65
66.1231 64.3231 50.5692
3.4027 3.2505 3.6953
.088 .142 .116
.088 .079 .115
-.055 -.142 -.116
.706 1.145 .931
.702 .145 .351
N
Mean
Std. Dev iat ion
Normal Parameters a,b
Absolute
Positive
Negativ e
Most Extreme
Dif f erences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
Superv isi
Kepala
Sekolah Motivasi kerja Kinerja Guru
Test distribution is Normal.a.
Calculated f rom data.b.
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat nilai Asymp. Sig nilai residual sebesar
0,702; 0,145 dan 0,351, lebih besar dari 0,05 sehingga model regresi telah memenuhi
syarat normalitas.
b. Multikolineritas
Multikolineritas adalah suatu keadaan di mana terjadinya hubungan linier yang
sempurna atau pasti antar variabel bebas, Untuk mengetahui ada tidaknya
Multikolinieritas maka dapat digunakan alat bantu SPSS. Multikolinieritas terjadi
-
60
apabila nilai VIF melebihi angka 5, adapun hasil pengujian Multikoliearitas dapat
dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.9
Hasil Pengujian multikolinieritas dengan menggunakan Uji VIF
Coefficientsa
19.464 6.914 2.815 .007
.458 .089 .422 5.122 .000 .890 1.123
.618 .094 .543 6.592 .000 .890 1.123
(Constant)
Superv isi Kepala Sekolah
Motivasi kerja
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coeff icients
Beta
Standardi
zed
Coeff icien
ts
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Kinerja Gurua.
Kondisi yang disyaratkan untuk tidak terjadinya gejala multikolinearitas adalah
bila nilai VIF lebih kecil dari 10, dari analisis yang dilakukan sebagaimana terlihat pada
Tabel 4.7 diperoleh VIF sebesar 1,123 mempunyai nilai VIF yang lebih kecil dari 5,
sehingga variabel bebasnya telah terbebas dari gejala multikolinieritas atau tidak terjadi
gejala multikolinieritas.
Hubungan linier antara variabel bebas dengan variabel terikat dapat dilihat dari
grafik linieritas berikut ini.
-
61
Kinerja Guru
Supervisi Kepala Sekolah
76747270686664626058
60
58
56
54
52
50
48
46
44
42
Observed
Linear
Kinerja Guru
Motivasi kerja
727068666462605856
60
58
56
54
52
50
48
46
44
42
Observed