pengaruh supervisi dan motivasi terhadap kinerja

Upload: malays

Post on 10-Oct-2015

115 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Pengaruh Supervisi Dan Motivasi Terhadap KinerjaPengaruh Supervisi Dan Motivasi Terhadap Kinerja

TRANSCRIPT

  • i

    PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA

    TERHADAP KINERJA GURU DI UPT DINAS PENDIDIKAN

    KECAMATAN BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA

    TESIS

    Diajukan untuk memenuhi salah satu

    persyaratan dalam penyelesaian Program

    Magister Manajemen Pendidikan

    OLEH:

    Amron Dikri

    NPM: 11510060

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

    PROGRAM PASCASARJANA

    IKIP PGRI SEMARANG

    Nopember 2013

  • ii

  • iii

  • iv

    ABSTRAK

    Amron Dikri. 2013. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga Tesis. Pembimbing: (1) Prof. Dr. A.Y. Soegeng, Ysh. M.Pd.; (2) Dr. Noor Miono, M.Si.

    Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Apakah terdapat pengaruh supervisi

    kepala sekolah terhadap kinerja guru?; (2) Apakah terdapat pengaruh motivasi kerja

    terhadap kinerja guru?; (3) Apakah terdapat pengaruh positif supervisi kepala sekolah dan

    motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru di UPT Dinas Pendidikan

    Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga?

    Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui besarnya pengaruh supervisi

    kepala sekolah terhadap kinerja guru, (2) untuk mengetahui besarnya pengaruh motivasi

    kerja terhadap kinerja guru, (3) untuk mengetahui besarnya pengaruh supervisi kepala

    sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru di UPT Dinas

    Pendidikan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga?

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru PNS di UPT Dinas Pendidikan

    Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga yang berjumlah 188 orang, sampel 65

    orang dengan menggunaan teknik proportional random sampling. Uji hipotesis meliputi

    analisis regresi linier sederhana dan analisis regresi ganda menggunakan SPSS for Window

    Relase 15.

    Hasil penelitian dapat diketahui bahwa rata-rata perolehan skor supervisi kepala

    sekolah 4.13 termasuk kategori baik, rata-rata perolehan skor motivasi kerja adalah 4.29

    termasuk kategori baik dan rata-rata perolehan skor kinerja guru 4,21 termasuk kategori

    baik. Hasil uji prasyarat dari data penelitan diperoleh data distribusi normal, homogeny,

    linier, tidak multikolinier dan tidak terjadi heteroskedastisasi. Dari uji hipotesis ditemukan

    terdapat pengaruh positif supervisi Kepala Sekolah terhadap kinerja guru yang dinyatakan

    dengan persamaan Y= 7,341 + 0,654X1, kekuatan korelasi sebesar 0,602 dengan kontribusi

    sebesar 0,362 atau 36,2%. Terdapat pengaruh positif motivasi kerja terhadap kinerja guru

    yang dinyatakan dengan persamaan Y= 0,626 + 0,776X2, kekuatan korelasi sebesar 0,683

    dengan kontribusi sebesar 0,466 atau 46,6 %. Terdapat pengaruh positif supervisi kepala

    sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru yang dinyatakan

    dengan persamaan Y = 19,464 + 0,458X1 + 0,618X2 kekuatan korelasi sebesar 0,791

    dengan kontribusi sebesar 0,613 atau 61,3%.

    Dasar temuan hasil penelitian Kepala Sekolah sebagai supervisor untuk

    meningkatkan supervisinya dengan penyusunan program, pelaksanaan, evaluasi dan tindak

    lanjut serta memberi motivasi kerja sehingga kinerja guru meningkat.

    Kata kunci : supervisi kepala sekolah, motivasi kerja dan kinerja guru.

  • v

    ABSTRACT

    Amron Dikri. 2013. The Influence of Headmasters Supervision and Work Motivation Toward Teachers Performance at Technical Implementer Unit of Educational Bureau of Bojongsari Subdistrict Purbalingga Regency. Thesis.

    Advisor: (1) Prof. Dr. A.Y.Soegeng, Ysh. M.Pd. (2) : Dr. Noor Miono, M.Si.

    The problems in the research are (1). Is there the influence of headmasters supervision toward teachers performance? (2). Is there the influence of work motivation toward teachers performance? (3) Is there the influence of headmasters supervision and work motivation done simultaneously toward teachers performance at technical implementer unit of educational bureau of Bojongsari subdistrict Purbalingga Regency.

    The purposes of this research are (1). Knowing how big the influence of

    headmasters supervision toward teachers performance (2). Knowing how big of the influence of work motivation toward teachers performance (3). Knowing how big the influence of Headmasters supervision and work motivation done simultaneously toward teachers performance. The sample in the research are all of the state teachers at technical implementer unit

    of education bureau of Bojongsari subdistrict Purbalingga regency amount 188 teachers, 65

    people were taken using proportional random sampling. Hypothesis tests include simple

    liniar regression and double regression analysis using SPSS for window relase 15.

    The results of the research have shown that the average of score achieved of

    headmasters supervision was 4.13 stated as good category, the average of score achieved of work motivation was 4.29 stated as good category and the average of score achieved of

    teachers performance was 4.21 stated as good category. The result of prerequisite test from the research data found normal distribution, homogeneity, linear, unseen

    multicolinear and heteroscad. Seen in the hypothesis test that there is positive influence of

    headmasters supervision toward teachers performance stated with equality

    , the strength of correlation was 0.602 contributing about 0.362 or

    36.2%. There is positive influence of work motivation toward teachers performance stated

    with equality the strength of correlation was 0,683 contributing

    about 0.466 or 46.6%. There is positive influence of headmasters supervison and work motivation done simultaneously toward teachers performance stated with equality

    , the strength of correlation was 0.791 contributing

    about 0.613 or 61.3%.

    Based on the research result that a headmaster as supervisor to improve his or her

    supervision by arranging the programs, execution, evaluation, and follow up and also giving work motivation so that the teachers performance will improve. Keywords : Headmasters supervision, work motivation and teachers performance.

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

    rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini berjudul

    Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru di UPT

    Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga.

    Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, saran, bimbingan, dorongan dan

    dukungan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung, tesis ini tidak akan

    terwujud. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan

    terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

    1. Dr. Muhdi, SH. M.Hum. sebagai Rektor IKIP PGRI Semarang beserta staf akademis

    yang telah menetapkan kebijakan yang sangat berarti sehingga penulis dapat

    menempuh studi lanjut ini.

    2. Prof. Dr. Sunandar, M.Pd. sebagai Direktur Pascasarjana Manajemen Pendidikan

    IKIP PGRI Semarang.

    3. Dr. Yovitha Yuliejantiningsih, M.Pd. sebagai Ketua Program Studi Manajemen

    Pendidikan Program Pascasarjana IKIP PGRI Semarang.

    4. Prof. Dr. AY. Soegeng Ysh, M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing I (utama) yang telah

    mengarahkan, membimbing, memberi dorongan intelektual dan moral dengan penuh

    kesabaran dalam penulisan tesis ini.

  • vii

    5. Dr. Noor Miyono, M.Si. sebagai Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu

    untuk membimbing, memberikan saran dan masukan dalam penulisan tesis ini.

    6. Dosen Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan IKIP PGRI Semarang yang

    telah memberikan kuliah, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.

    7. Kaendar, S.Pd. selaku Kepala UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari

    Kabupaten Purbalingga beserta seluruh Kepala Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan

    Bojongsari Kabupaten Purbalingga yang telah memberikan kesempatan pada penulis

    untuk melakukan penelitian di seluruh SDN Kecamatan Bojongsari.

    8. Istri Tercinta Wiwin Sukiyati dan anak tersayang Chamdan Fiddiin yang telah

    menemani dengan tabah dan setia serta penuh pengertian selama menyelesaikan studi

    ini.

    Terakhir penulis berharap semoga tesis ini dapat mamberikan manfaat bagi penulis

    khususnya dan pembaca umumnya.

    Semarang, Nopember 2013

    penulis

  • viii

  • ix

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

    LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING. ii

    LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN TESIS iii

    ABSTRAK .. iv

    KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

    PERNYATAAN KEASLIAN viii

    DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL xii

    DAFTAR GAMBAR ... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN xiv

    BAB I PENDAHULUAN .. 1

    A. Latar Belakang . 1

    B. Batasan Masalah .. 5

    C. Rumusan Masalah 5

    D. Tujuan Penelitian .. 6

    E. Manfaat Penelitian . 6

    F. Devinisi Operasional Variabel . 7

  • x

    BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS .. 11

    A. Kinerja guru .

    11

    B. Supervisi Kepala Sekolah . 15

    C. Motivasi Kerja .. 20

    D. Penelitian yang Relevan 26

    E. Kerangka Berpikir . 29

    F. Hipotesis 31

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN 33

    A. Rancangan Penelitian .. 33

    B. Populasi dan sampel 35

    C. Instrumen Penelitian .. 37

    D. Pengumpulan Data .. 39

    E. Teknik Analisis Data 40

    BAB IV HASIL PENELITIAN . 52

    A. Deskripsi Data . 52

    B. Uji Persyaratan Data . .. 57

    C. Uji Hipotesis 62

    D. Pembahasan 70

  • xi

    BAB IV KESIMPULAN , IMPLIKASI, DAN SARAN .. 76

    A. Kesimpulan . 76

    B. Implikasi . 76

    C. Saran .. 78

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 80

    LAMPIRAN .. 85

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1.1 Nilai Tertinggi dan Terrendah Tiga Mata Pelajaran UN SD UPT

    Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari Tiga Tahun Terakhir 4

    3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 38

    3.2 Hasil Penghitungan Uji Validasi Supervisi Kepala Sekolah 41

    3.3 Hasil Penghitugan Uji Validasi Motivasi Kerja 43

    3.4 Hasil Penghitugan Uji Validasi Kinerja Sekolah 44

    3.5 Hasil Perhitungan Uji Realibilitas ... 45

    4.1 Deskripsi Data Supervisi Kepala Sekolah 53

    4.2 Nilai Rata-rata Supervisi Kepala Sekolah 53

    4.3 Deskripsi Data Motivasi Kerja 55

    4.4 Nilai Rata-Rata Motivasi Kerja 55

    4.5 Deskripsi Data Kinerja Guru 56

    4.6 Nilai Rata- Rata Kinerja Guru 57

    4.7 Hasil Uji Variabilitas 58

    4.8 Hasil Pengujian Normalitas 59

    4.9 Hasil Pengujian Multikolinieritas 60

    4.10 Hasil Uji Glesjer (Heteroskedasitas) 62

    4.11 Koefesien Regresi X1 Y 63

    4.12 Hasil Uji Anova X1 Y 63

    4.13 Hasil Uji Regresi X1 Y 64

    4.14 Koefesien Regresi X2 Y 65

    4.15 Uji Uji Anova X2 Y 66

    4.16 Hasil Uji Regresi X2 Y 66

    4.17 Hasil Regresi X1 dan X2 Terhadap Y 67

    4.18 Hasil Uji Anova X1 dan X2 68

    4.19 Output Model Regresi 69

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    2.1 Kerangka Pikir Penelitian .. 29

    3.1 Desain Penelitian 34

    3.2 Model Analisis Hipotesis 48

    4.1 Grafik Linier . 61

    4.2 Desain Hasil Penelitian .................................. 70

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1. Surat Ijin dari Institut.. 86

    2. Surat Ijin Penelitian dari UPT. 87

    3. Penentuan Jumlah Sampel . 88

    4. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian .. 90

    5. Surat Permohonan Pengisisn Kuesioner Penelitian ......................... 91

    6. Instrumen Penelitian 92

    7. Karakteristik Responden 98

    8. Data Hasil Uji Coba . 99

    9. Analisis Hasil Uji Coba 105

    10. Data Lengkap Hasil Penelitian . 115

    11. Deskripsi Data 125

    12. Analisis Data . 129

    13. Surat Keterangan Penelitian dari Kepala UPT 134

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kualitas pendidikan bersifat dinamis yang selalu berkembang sesuai dengan

    perkembangan dan tuntutan jaman. Pemerintah selalu berusaha agar kualitas pendidikan di

    Indonesia tidak tertinggal dari nengara-negara di dunia. Pemerintah mendirikan sekolah-

    sekolah baru, melengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana serta pendidik dan tenaga

    kependidikannya. Sekolah pun berupaya bagaimana agar siswa didik pada akhir

    pendidikannya bisa lulus semua dan menjadi anak yang berhasil dalam karirnya.

    Ujung dari upaya peningkatan kualitas pendidikan itu sendiri tidak lain dari

    bagaimana proses pendidikan di sekolah berlangsung. Proses belajar mengajar yang

    berkualitas akan menghasikan keluaran yang baik. Faktor yang mempengaruhi kualitas

    proses belajar mengajar antara lain: masukan siswa, guru, sarana prasarana, kurikulum,

    metode, lingkungan, dan peran serta masyarakat. Faktor penentu keberhasilan proses

    belajar mengajar faktor gurulah yang paling dominan, sehingga dituntut kompetensi dan

    kinerja guru yang maksimal.

    Kinerja guru juga dapat menjadi parameter dari reputasi sekolah, di mana reputasi

    ini akan sangat menguntungkan apresiasi masyarakat terhadap sekolah. Kinerja seorang

    guru sangat menentukan keberhasilan sekolah dalam menciptakan kualitas siswa di sekolah

    tersebut. Usaha untuk meningkatkan kualitas guru dalam rangka menghasilkan kinerja

  • 2

    guru yang berkualitas dan memiliki etos kerja yang tinggi harus senantiasa dikembangkan

    secara terarah: (1) Guru mengajar dengan ikhlas penuh syukur. (2) Guru mengajar dengan

    benar dan penuh tanggung jawab. (3) Guru mengajar tuntas penuh integritas. (4) Guru

    mengajar dengan serius penuh semangat. (5) Guru mengajar dengan cinta penuh dedikasi.

    (6) Guru mengajar dengan cerdas penuh kreativitas. (7) Guru mengajar dengan tekun

    penuh keunggulan. (8) Guru mengajar sebaik-baiknya penuh kerendahan hati.

    Di bidang pendidikan dan pengajaran diperlukan penyelia (supervisor) yang dapat

    berdialog serta membantu pertumbuhan pribadi dan profesi. Pihak yang bertugas dan

    berperan untuk memberi bantuan dan layanan pembinaaan dan pendampingan kepada guru

    salah satunya adalah kepala sekolah. Dengan supervisi dan pendampingan dari kepala

    sekolah maka guru akan dapat melakukan refleksi diri dari suatu pembelajaran yang

    dilakukan serta paham apa yang harus diperbaiki dan ditindaklanjuti, misalnya:

    memaksimalkan keaktifan anak pada saat pembelajaran, penggunaan media, interaksi anak

    dengan guru, interaksi anak dengan anak, pemanfaatan waktu yang lebih efektif serta

    bimbingan ke masing-masing anak atau kelompok.

    Pembinaan kemampuan guru merupakan hal penting dalam mencapai

    profesionalisme mengajar dan mendidik siswa. Supervisi Kepala Sekolah dapat

    mengarahkan guru untuk bekerja secara terencana dan terarah sehingga sasaran pendidikan

    tercapai. Kepala Sekolah sebagai supervisor yang baik haruslah memiliki perencanaan,

    melaksanakan supervisi sesuai perencanaan, melaksanakan evaluasi dan melaksanakan

    tindak lanjut. Kenyataan di lapangan ditemukan 90 % kepala sekolah yang melaksanakan

  • 3

    supervisi tidak dengan kelengkapan administrasinya (perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,

    dan tindak lanjut). Kepala Sekolah belum melaksanakan tugas pokok sebagai supervisor.

    Motivasi juga mempengaruhi kinerja. Kepala Sekolah sebagai motivator

    keberhasilan pendidikan di sekolah memiliki peran penting dan cukup berat dalam

    menjalankan program-program sekolah sesuai tugas dan fungsinya.

    Motivasi muncul dalam diri seseorang karena didorong atau diarahkan untuk

    berbuat. Pengarahan merupakan salah satu kunci efektif untuk membawa manusia

    organisasional ke arah pencapaian hasil kerja yang baik. Motivasi penting karena dengan

    motivasi diharapakan setiap guru mau bekerja keras dan antusias mencapai kinerja yang

    tinggi. Pemberian motivasi kerja, berupa reward dan punishment belum proporsional.

    Kepala sekolah jarang memberikan reward kepada guru yang berprestasi atau berkinerja

    lebih. Kepala sekolah dalam memberikan punishment belum disesuaikan dengan bentuk

    norma-norma yang dilanggar guru.

    Sekolah bukan saja mengharapkan guru yang mampu, cakap, dan terampil, tetapi

    yag terpenting mereka mau bekerja giat terprogram dan berkeinginan untuk mencapai hasil

    kerja yang optimal. Kemampuan kecakapan dan keterampilan guru tidak ada artinya bagi

    sekolah jika mereka tidak mau bekerja keras dengan mempergunakan kemampuan,

    kecakapan, dan keterampilan yang dimilikinya, artinya supervisi dan motivasi akan

    meningkatkan kinerja.

  • 4

    Kinerja yang tinggi akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa termasuk hasil

    UN. Tingkat kelulusan siswa di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kabupaten Purbaligga

    selama tiga tahun dapat lulus 100 % hanya perolehan nilai UN masih belum sesuai

    harapan.

    Tabel 1.1 : Nilai Tertinggi dan Terrendah Tiga Mata Pelajaran UN SD

    UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari pada Tiga Tahun

    Terakhir:

    No. Mapel Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

    TT TR TT TR TT TR

    1 B.Indo 9,40 4,80 9,60 6,40 9,20 3,80

    2 Matematika 9,00 3,00 9,75 2,00 9,75 2,50

    3 IPA 9,75 3,75 9,75 3,25 9,75 2,50

    Sumber: Dokumen UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari

    Berdasar data di atas menunjukkan bahwa hasil perolehan nilai UN di UPT Dinas

    Pendidikan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga selama tiga tahun terakhir

    terdapat selisih nilai yang cukup mencolok antara nilai tertinggi dan nilai terendah. Tingkat

    perolehan nilai UN ini dapat disebabkan oleh kinerja guru yang kurang optimal.

  • 5

    Bertitik tolak dari uraian di atas maka relevan jika dilakukan penelitian dengan

    judul Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru di

    Lingkungan UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga.

    B. Batasan Masalah

    Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja guru, sehingga perlu adanya

    pembatasan masalah agar kajian penelitian dapat lebih fokus dan sistimatis.

    1. Variabel yang diteliti hanya beberapa variabel yang dapat mempengaruhi kinerja guru;

    a) supervisi Kepala Sekolah sebagai variabel independen, b) motivasi kerja sebagai

    variabel independen, dan c) kinerja guru sebagai variabel dependen.

    2. Penelitian ini dilakukan pada guru SD di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari

    Kabupaten Purbalingga.

    C. Rumusan Masalah

    Berdasar latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan beberapa permasalahan

    sebagai berikut:

    1. Apakah supervisi Kepala Sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru?

    2. Apakah motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja guru?

    3. Apakah supervisi Kepala Sekolah dan motivasi kerja motivasi secara bersama-sama

    berpengaruh terhadap kinerja guru?

  • 6

    D. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data tentang pengaruh

    supervisi Kepala Sekolah dan kerja terhadap kinerja guru di UPT Dinas Pendidikan

    Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga. Adapun tujuan khusus penelitian ini

    adalah untuk mengetahui seberapa besar:

    Pengaruh supervisi Kepala Sekolah terhadap kinerja guru.

    Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru.

    Pengaruh supervisi Kepala Sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama

    terhadap kinerja guru.

    E. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoretis

    Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan menambah wawasan bagi

    pengembangan ilmu pengetahuan terutama dengan mengetahui pengaruh supervisi

    Kepala Sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru.

  • 7

    Manfaat Praktis

    a) Dinas Pendidikan

    Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan kebijakan mengenai

    keterkaitan pengaruh supervisi dan motivasi kerja terhadap kinerja guru.

    b) Manfaat bagi Sekolah

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan masukan dalam

    rangka memperbaiki dan meningkatkan kinerja guru.

    c) Manfaat bagi Guru

    Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk dapat meningkatkan

    kompetensi, motivasi kerja dan kinerja dalam pelaksanaan kegiatan

    pembelajaran.

    F. Definisi Operasional Variabel

    1. Kinerja Guru (Y)

    Kinerja guru adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang guru dalam mengelola dan

    melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran sesuai dengan ukuran yang berlaku

    bagi pekerjaaannya. Kinerja guru akan diukur dengan kuesioner yang dikembangkan

    oleh peneliti berdasar ukuran standar kinerja yang berlaku bagi pekerjaan guru yaitu

    standar kompetensi guru (UU RI No.14 Th 2005 Pasal 20.a) dengan dimensi/indikator

  • 8

    sebagai berikut: a) Merencanakan pengajaran, b) Melaksanakan pengajaran, c)

    Menilai pengajaran, dan d) Tindak lanjut. Instrumen ini terdiri dari 12 butir pernyataan

    dan setiap butir memiliki lima alternatif jawaban yaitu A = Sangat Tidak Setuju, B =

    Tidak Setuju, C = kadang-kadang, D = Setuju, E= Sangat Setuju. Dengan demikian skor

    teoretis 12 sampai 60.

    2. Supervisi Kepala Sekolah

    Supervisi kepala sekolah adalah tanggapan guru mengenai hasil supervisi

    pengajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangka meningkatkan

    kualitas kegiatan belajar mengajar. Supervisi kepala sekolah merupakan total skor yang

    diperoleh dari jawaban responden terhadap instrumen dengan dimensi/indikator-

    indikator sebagai berikut: (a) Perencanaan supervisi; (b) Pelaksanaan Supervisi, (c)

    Hasil dan Tindak lanjut supervisi.

    Instrumen ini terdiri dari 16 butir pertanyaan/pernyataan dan setiap butir

    memiliki lima alternatif jawaban yaitu A = Sangat Tidak Setuju, B = Tidak

    Setuju, C = kadang-kadang, D = Setuju, E= Sangat Setuju. Dengan demikian

    secara skor teoretis berkisar 16 sampai dengan 80

  • 9

    3. Motivasi Kerja (X2)

    Motivasi kerja adalah suatu pendorong dari diri interen maupun eksteren guru, baik

    dalam lingkungan manajerial maupun non manajerial, untuk melaksanakan pekerjaan

    sesuai dengan cara yang menyebabkan bahwa standar-standar hasil pekerjaan yang

    diekspektasi dapat dilampaui. Variabel motivasi diukur dengan dimensi/indikator-

    indikator: Motivasi instrinsik dan Motivasi ekstrinsik. Instrumen ini terdiri dari 15 butir

    pertanyaan/pernyataan dan setiap butir

    memiliki lima alternatif jawaban yaitu A = Sangat Tidak Setuju, B = Tidak

    Setuju, C = Kadang-kadang, D = Setuju, E= Sangat Setuju. Dengan demikian

    secara skor teoretis berkisar 15 sampai dengan 75

  • 11

    11

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

    A. Kinerja Guru

    1. Kinerja

    Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi

    kerja atau prestasi sesungguhnya yang tercapai oleh seseorang). Pengertian kinerja

    (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang

    pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

    kepada pegawai atau karyawan dalam sebuah perusahaan. Sedangkan penilaian kinerja

    merupakan proses yang dilakukan perusahaaan dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan

    seseorang (Mangkuprawira, 2003: 223).

    Kinerja karyawan adalah tingkat hasil kerja karyawan dalam mencapai persyaratan-

    persyaratan pekerjaan yang diberikan. Kinerja adalah hasil kerja karyawan baik segi

    kualitas maupun kuantitas berdasar standar kerja yang telah ditentukan (Simamora, 2000:

    500).

    Kinerja adalah sebagai fungsi dari interaksi antara kemampuan dan motivasi.

    Kemampuan dan motivasi yang tidak memadai, kinerja akan dipengaruhi secara negative.

    Motivasi perlu juga dipertimbangkan kecerdasan dan ketrampilan untuk menjelaskan dan

    menilai kinerja. Kesempatan untuk berkinerja perlu juga ditambahkan meskipun seorang

  • 12

    karyawan mungkin bersedia dan mampu. Hal ini untuk menghindari adanya kendala dari

    kinerja. Kesempatan untuk berkinerja adalah tingkatan-tingkatan kinerja yang tinggi

    sebagian merupakan fungsi dari tidak diketahui adanya rintangan-rintangan yang menjadi

    kendala bagi karyawan. ( Robbin dan Coulter, 2001: 218)

    Berdasarkan beberapa pengertian di atas kinerja dapat diartikan sebagai tingkat

    hasil kerja atau kemampuan karyawan dalam mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan

    yang diberikan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

    Evaluasi kinerja (performance evaluations) dalam organisasi atau perusahaan

    merupakan peranan kunci dalam pengembangan karyawan/pegawai dan produktivitas

    mereka. Hal ini semata-mata perusahaan saat ini dihadapkan banyak tantangan dan

    persaingan yang begitu ketatnya termasuk di dalamnya persaingan sumber daya manusia.

    Evaluasi kinerja pada prinsipnya merupakan manifestasi dari bentuk penilaian kinerja

    seorang pegawai. Untuk menghadapi tantangan dan persaingan yang sangat ketat tersebut

    harus disiapkan sumber daya manusia yang terampil dan profesional untuk meningkatkan

    prestasi kerja karyawan.

    Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan

    yang dapat dinilai dari hasil kinerjanya. Secara definitive kinerja merupakan catatan

    outcome yang dihasilkan dari fungsi pagawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan salama

    periode waktu tertentu. Sedang kinerja suatu jabatan secara keseluruhan sama dengan

    jumlah (rata-rata) dari kinerja fungsi pegawai atau kegiatan yang dilakukan. Pengertian

  • 13

    kinerja di sini tidak bermaksud menilai karakteristik individu tetapi mengacu pada

    serangkaian hasil yang diperoleh selama periode waktu tertentu.

    2. Kinerja Guru

    Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur

    berdasarkan spesifikasi atau kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru.

    Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam

    proses pembelajaran. Berkenaan dengan standar kinerja guru Sahertian (1997: 49)

    menjelaskan dalam buku panduan penilaian kinerja guru oleh pengawas menjelaskan

    bahwa: Standar kinerja guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan

    tugasnya seperti: bekerja dengan siswa secara individual, persiapan dan perencanaan

    pembelajaran, pendayagunaan media pembelajaran, melibatkan siswa dalam berbagai

    pengalaman belajar, dan kepemimpinan yang aktif dari guru.

    UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 39 ayat (2),

    menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan

    dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan

    pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada

    masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Keterangan lain menjelaskan

    dalam UU No. 14 Tahun 2005 Bab IV Pasal 20 (a) tentang Guru dan Dosen menyatakan

    bahwa standar prestasi kerja guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru

  • 14

    berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang

    bermutu serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Tugas pokok guru tersebut

    yang diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar merupakan bentuk kinerja guru.

    Pendapat lain diutarakan Soedijarto (1993) menyatakan ada empat tugas gugusan

    kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang guru. Kemampuan yang harus dikuasai oleh

    seorang guru, yaitu: merencanakan program belajar mengajar, melaksanakan dan

    memimpin proses belajar mengajar, menilai kemajuan proses belajar mengajar, membina

    hubungan dengan peserta didik. Sedangkan berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007

    tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Menengah dijabarkan beban kerja guru

    mencakup kegiatan pokok: merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,

    menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, melaksanakan tugas

    tambahan. Kinerja guru dapat dilihat saat dia melaksanakan interaksi belajar mengajar di

    kelas termasuk persiapannya baik dalam bentuk program semester maupun persiapan

    mengajar.

    Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru. Georgia

    Departemen of Education telah mengembangkan teacher performance assessment

    instrument yang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas menjadi Alat Penilaian

    Kemampuan Guru (APKG). Alat penilaian kemampuan guru, meliputi: rencana

    pembelajaran (teaching plans and materials) atau disebut dengan RPP (Rencana

    Pelaksanaan Pembelajaran); prosedur pembelajaran (classroom procedure); dan

    hubungan antar pribadi (interpersonal skill). Proses belajar mengajar tidak sesederhana

  • 15

    seperti yang terlihat pada saat guru menyampaikan materi pelajaran di kelas, tetapi dalam

    melaksanakan pembelajaran yang baik seorang guru harus mengadakan persiapan yang

    baik agar pada saat melaksanakan pembelajaran dapat terarah sesuai tujuan pembelajaran

    yang terdapat pada indikator keberhasilan pembelajaran. Proses pembelajaran adalah

    rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru mulai dari persiapan pembelajaran,

    pelaksanaan pembelajaran sampai pada tahap akhir pembelajaran yaitu pelaksanaan

    evaluasi dan perbaikan untuk siswa yang belum berhasil pada saat dilakukan evaluasi.

    Dari berbagai pengertian di atas maka dapat disimpulkan definisi konsep kinerja

    guru merupakan hasil pekerjaan atau prestasi kerja yang dilakukan oleh seorang guru

    berdasarkan kemampuan mengelola kegiatan belajar mengajar, yang meliputi perencanaan

    pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan membina hubungan

    antar pribadi (interpersonal) dengan siswanya.

    B. Supervisi Kepala Sekolah

    Supervisi sering kita dengar namun pengertiannya berbeda-beda tergantung dari

    sudut pandangnya, supervisi menurut Arikunto (2010: 5) menyatakan bahwa pengertian

    supervisi adalah kegiatan mengamati, mengidentifikasi mana hal-hal yang sudah benar,

    mana yang belum benar, dan mana yang tidak benar, dengan maksud agar tepat dengan

    tujuan memberikan pembinaan. Menurut Hartoyo (2006: 46) beberapa pakar pendidikan

    seperti Marks, Stoops, King Stop, dan Haris, dalam Wiles dan Bondi memberikan

  • 16

    pengertian bahwa supervisi lebih menekankan pada aspek peningkatan pembelajaran.

    Supervisi lebih banyak terkait dengan upaya-upaya yang dilakukan untuk memelihara atau

    mengembangkan kegiatan sekolah yang secara langsung berpengaruh terhadap proses

    pembelajaran yang dilakukan untuk memajukan atau meningkatkan pembelajaran siswa.

    Hal ini mengandung maksud bahwa kegiatan pembelajaran yang sudah baik dipelihara dan

    dikembangkan sehingga proses belajar mengajar bisa lebih maju dan mudah dipahami oleh

    siswa.

    Lebih lanjut Arikunto (2010: 12) menyatakan supervisi bertujuan untuk membantu

    guru dalam memahami tujuan pendidikan dan membantu guru dalam melihat secara jelas

    dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya. Supervisi yang dilakukan oleh kepala

    sekolah adalah suatu usaha kepala sekolah sebagai supervisor untuk memberikan arahan,

    membantu memecahkan masalah dan mengevaluasi kinerja guru dalam melaksanakan

    tugas yang diembannya, sehingga guru lebih baik dalam melaksanakan proses belajar

    mengajarnya. Adapun supervisi kepala sekolah terhadap guru menurut Purwanto (2009:

    120) dapat dilakukan dengan cara:

    1. Teknik Perseorangan

    Yang dimaksud dengan teknik perseorangan ialah supervisi yang dilakukan secara

    perseorangan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:

    a. Mengadakan kunjungan kelas.

  • 17

    Yang dimaksud dengan kunjungan kelas adalah kunjungan sewaktu-waktu, yang

    dilakukan oleh kepala sekolah untuk melihat atau mengamati seorang guru yang

    sedang mengajar. Tujuannya untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah

    sudah memenuhi syarat-syarat didaktis atau metodik yang sesuai. Dengan kata lain,

    untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu diperbaiki.

    Setelah kunjungan kelas selesai, selanjutnya diadakan diskusi empat mata antara

    supervisor dengan guru yang bersangkutan. Kepala sekolah memberikan saran- saran

    atau nasehat-nasehat yang diperluan dan guru pun dapat mengajukan pendapat dan usul-

    usul yang konstruktif demi perbaikan proses belajar-mengajar selanjutnya.

    b. Mengadakan kunjungan observasi (observation visits)

    Guru-guru ditugaskan untuk melihat/mengamati seorang guru yang sedang

    mendemontrasikan cara-cara mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Misalnya cara

    menggunakan alat atau media yang baru, seperti audio-visual-aids, cara mengajar

    dengan metode tertentu, seperti misalnya sosiodrama, problem solving, diskusi

    panel,fihs bowl, metode penemuan (discovery), dan sebagainya.

    c. Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa dan atau

    mengatasi problema yang dialami siswa.

    Misalnya: siswa yang lamban belajar, tidak dapat memusatkan perhatian, siswa yang

    nakal, siswa yang mengalami perasaan rendah diri dan kurang dapat bergaul dengan

    teman-temannya.

  • 18

    Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan

    kurikulum sekolah. Antara lain: menyusun program pengajaran, menyusun atau

    membuat Program Satuan Pelajaran, mengoganisasi kegatan-kegiatan pengelolaan

    kelas, melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran; menggunakan media dan

    sumber dalam proses belajar-mengajar, mengorganisasi kegiatan-kegiatan siswa dalam

    bidang ekstrakurikuler, study tour, dan sebagainya. Pertemuan atau percakapan pribadi

    yaitu berdialog langsung dengan guru untuk memberikan bantuan/ layanan khusus,

    memecahkan permasalahan yang ada, untuk masalah-masalah yang bersifat khusus.

    2. Teknik kelompok

    Teknik kelompok ialah supervisi yang dilakukan secara kelompok. Beberapa kegiatan

    yang dapat diakukan antara lain:

    a. Mengadakan pertemuan rutin atau rapat (meetings) yaitu pertemuan antara kepala

    sekolah dengan para guru yang sifatnya memberikan bantuan maupun informasi secara

    umum.

    b. Mengadakan diskusi kelompok (group discussion)

    c. Mengadakan penataran-penataran (inservice-training)

    Supaya pelaksanaan supervisi bisa berjalan sesuai dengan harapan dan tujuan

    supervisi, maka perlu disusun dan diperhatikan hal-hal sebagai berikut sesuai dengan

    pendapat Hartoyo (2006: 111) yang menyatakan bahwa tahapan sangat berpengaruh

  • 19

    terhadap hasil supervisi. Secara keseluruhan tahapan supervisi dapat dikelompokkan

    menjadi tiga bagian utama yaitu:

    Tahap persiapan, pada tahapan ini penting karena memerlukan perencanaan yang

    matang dan harus dikelola dengan seksama. Kesiapan dari pihak supervisor menentukan

    keberhasilan untuk melangkah ketahapan berikutnya. Biasanya tahapan ini supervisor

    melakukan sosialisasi kepada para guru yang akan disupervisi untuk mempersiapkan

    perangkat-perangkat yang menjadi instrumen supervisi sehingga diharapkan supervisi

    nantinya bisa berjalan dengan baik.

    Tahap pelaksanaan/proses, pada tahap ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

    yaitu: Analisis kebutuhan dan identifikasi masalah yaitu guru dilibatkan untuk

    menganalisa kebutuhan dan masalah mereka sehingga para guru merasa mempunyai

    tanggung jawab untuk menentukan dan menganalisis akan kebutuhannya. Keterlibatan

    para guru dalam mendukung program kegiatan akan sangat berpengaruh terhadap

    keberhasilan program yang dilakukan.

    Melakukan supervisi yaitu supervisor melakukan tugas untuk mengawasi dan

    mencermati kerja guru jikalau ada yang di bawah kompetensi yang diharapkan, dari hasil

    supervisi ini diharapkan dapat memperbaiki kekurangan dalam hal pembelajaran. Setelah

    melakukan supervisi tindakan selanjutnya adalah membuat laporan hasil supervisi dan

    melakukan umpan balik dari hal tersebut, laporan ini berfungsi untuk mengetahui dan

    mengidentifikasi apakah pelaksanaan supervisi sudah baik sehingga supervisor dapat

    melakukan evaluasi terhadap pekerjaannya.

  • 20

    Tahap tindak lanjut dari supervisi dapat berupa pemanggilan secara individu

    maupun kelompok untuk pembinaan atau pertimbangan langkah berikutnya. Sehingga

    pembelajaran yag akan datang diharapkan lebih bermakna dan berkualitas.

    C. Motivasi

    1. Pengertian Motivasi

    Menurut Thoha (2001: 74) istilah motivasi berasal dari Bahasa Latin yaitu motives,

    bagi seseorang untuk berbuat, atau ide pokok yang selalu berpengaruh terhadap tingkah

    laku manusia. Dalam prakteknya istilah motivasi dipergunakan silih berganti dengan

    istilah-istilah lainnya seperti kebutuhan, keinginan, dorongan atau impuls.

    Callahan and Clark dalam Mulyasa (2006: 174) mengemukakan bahwa motivasi

    adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah

    suatu tujuan tertentu. Hal senada disampaikan oleh Sardiman (2006: 75) bahwa motivasi

    dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu,

    sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka akan

    berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka.

    Sementara berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg bahwa

    terdapat dua faktor yang mendorong karyawan termotivasi dalam berkerja, yaitu faktor

    intrinsik (motivator factors) dan ekstrinsik (hygiene factors) (Herzberg, 1966). Motivasi

    intrinsik merupakan daya dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing seperti

  • 21

    tanggung jawab, prestasi yang diraih, pengakuan orang alin, pekerjaan itu sendiri,

    kemungkinan pengembangan dan kemajuan. Motivasi ekstrinsik yaitu daya dorong yang

    datang dari luar diri seseorang, terutama dari organisasi tempatnya bekerja. Faktor-faktor

    yang termasuk dalam motivasi ekstrinsik adalah gaji, kebijakan, hubungan kerja,

    lingkungan kerja, dan supervisi.

    Dari pendapat di atas dikatakan bahwa motivasi adalah proses psikis yang

    menggerakkan, mempengaruhi dan memampukan seseorang melakukan sesuatu untuk

    mencapai tujuan tertentu baik berasal dari dalam diri sendiri (motivasi instrinsik) maupun

    yang berasal dari luar (motivasi ekstrinsik).

    Timbulnya motivasi diakibatkan oleh faktor dari dalam diri sendiri (faktor

    instrinsik ) maupun faktor yang berasal dari luar (faktor ektrinsik). Faktor intrinsik dapat

    berupa kepribadian, sikap, pengalaman, dan begbagai harapan yang menjangkau ke masa

    depan, sedangkan faktor ekstrinsik dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber yang berasal

    dari luar dirinya, dalam hal ini berupa lingkungan dalam arti yang seluas-luasnya.

    Dari kedua jenis motivasi (intrinsik dan ekstrinsik), motivasi yang ideal bagi

    pekerja adalah motivasi intrinsik yang muncul dari dalam diri sendiri dan bukan atas

    rangsangan dari luar, misalnya dalam bentuk paksaan atau tekanan. Jadi munculnya

    motivasi itu benar-benar atas dasar kemauan dan kesadaran sendiri. Dengan adanya

    motivasi intrinsik maka seorang pekerja tanpa harus menunggu diperintah sudah mampu

    mendorong dirinya sendiri untuk melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung

    jawabnya.

  • 22

    2. Pengertian Kerja

    Menurut kamus Bahasa Indonesia, pengertian kerja adalah kegiatan melakukan

    sesuatu yang dilakukan (diperbuat). Sementara menurut Huders (dalam

    http:/hudres.nscpolteksby.ac.id/2013/04/pengertiankerja.html), kerja merupakan sesuatu

    yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai profesi, sengaja dilakukan untuk mendapatkan

    penghasilan. Kerja dapat juga diartikan sebagai pengeluaran energi untuk kegiatan yang

    dibutuhkan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan kedua pengertian

    tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kerja adalah kegiatan yang dilakukan untuk

    mendapat penghasilan atau tujuan lain sesuai dengan kebutuhan.

    3. Motivasi Kerja Guru

    Robbin dalam Ridwan (2009: 145) mengemukakan pendapat bahwa dalam

    melaksanakan kerja pada sebuah organisasi, motivasi didefinisikan sebagai kesediaan

    untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan-tujuan organisasi, yang

    dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk memenuhi sesuatu kebutuhan individu. Jika

    seseorang termotivasi maka seseorang akan mencoba sekuat tenaga dan selain itu harus

    diperhatikan juga kualitas dan upaya maupun intensitasnya.

    Sedangkan motivasi kerja menurut Siagian (2008: 285) adalah daya dorong yang

    mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk menggerakkan

    kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan tenaga dan waktunya dan

  • 23

    mengembangkan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran

    organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.

    Motivasi kerja guru merupakan kondisi yang menggerakkan guru agar mampu

    mencapai tujuan atau kondisi yang mampu membangkitkan dan memelihara perilaku guru

    dalam menjalankan tugasnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin baik

    motivasi kerja guru, maka semakin termotivasi juga guru tersebut dalam melaksanakan

    tugasnya dengan baik.

    Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa motivasi dipengaruhi oleh barbagai

    unsur yang kemudian berproses sedemikan rupa sehingga mempengaruhi motivasi

    seseorang dalam mencapai suatu tujuan. Motivasi berkait erat dengan segala sesuatu yang

    dilihat, dirasakan dan dipikirkan seseorang dengan cara yang seikit banyak berintegrasi di

    dalam mengajar suatu tujuan.

    Menurut Cahyani (2003: 61-62) motivasi orang bekerja secara umum diklasifikasikan

    dalam dua faktor, yaitu:

    a) Faktor internal, yaitu faktor yang dibentuk oleh kebutuhan, keinginan dan harapan yang

    terdapat dalam diri individu. Misalnya perasaan, berprestasi, pengakuan, perasaan

    kebebasan, dan sikap terhadap pekerjaan.

    b) Faktor eksternal, yaitu suatu dorongan yang terdapat dalam diri individu yang mudah

    dipengaruhi oleh pihak luar. Misalnya: gaji, promosi, perlakuan rekan kerja, dan kondisi

    kerja.

  • 24

    Berdasar keterangan di atas, faktor yang mempengaruhi motivasi kerja guru terdiri

    dari faktor internal dan ekternal, termasuk di dalamnya adalah keinginan untuk berprestasi,

    kebebasan dalam melaksanakan tugas, pengakuan, tanggungjawab, gaji, promosi, sikap

    terhadap pekerjaan, hubungan dengan rekan kerja dan lingkungan kerja.

    Bagi setiap pekerja, motivasi sangat penting untuk mendukung keberhasilan

    pelaksanaan kerja. Seorang pekerja hendaknya memiliki motivasi untuk meraih prestasi

    kerja yang sebaik-baiknya. Secara teoritis, hal ini sejalan dengan teori kebutuhan

    berprestasi (need for achievement atau N-Ach) yang dikembangkan oleh Clelland.

    Clelland (dalam Thoha, 2001: 140) berdasar riset empiris telah menemukan bahwa pada

    usahawan, ilmuwan dan para ahli mempunyai tingkat motivasi prestasi di atas rata-rata.

    Motivasi prestasi seorang usahawan, tidak hanya semata-mata untuk mencari keuntungan,

    tetapi karena dia mempunyai keinginan yang kuat untuk berprestasi. Keuntungan (laba)

    hanyalah suatu ukuran sederhana yang menunjukkan seberapa baik pekerjaan yang telah

    dilakukan. Kebutuhan prestasi (need for achievement), tercermin pada keinginan dia

    mengambil tugas yang dia dapat bertanggungjawab secara pribadi atas perbuatan-

    perbuatannya, dia menentukan tujuan yang wajar dengan memperhitungkan resiko-

    resikonya, dia mendapatkan umpan balik atas perbuatan-perbuatannya dan dia berusaha

    melakukan segala sesuatu secara kreatif dan inovatif. Teori Mc. Clelland ini sangat penting

    dalam mempelajari motivasi karena motivasi prestasi sangat dianjurkan untuk mencapai

    sukses kelompok atau organisasi.

  • 25

    4. Komponen dan Faktor-faktor dari Motivasi

    Dimyati dan Mudjiono (2006: 80) menyatakan bahwa ada tiga komponen utama

    dalam motivasi yaitu: kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Senada dengan itu Carl Rogers

    dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 93) berpendapat bahwa setiap individu memiliki

    motivasi utama berupa kecenderungan beraktualisasi diri. Ciri kecenderungan aktualisasi

    diri tersebut adalah berakar dari sifat bawaan, perilaku bermotivasi mencapai

    perkembangan diri optimal, dan pengaktualisasian diri juga bertindak sebagai evaluasi

    pengalaman.

    Porter dan Miles, sebagaimana dikutip Stoner (dalam Swasto, 1996: 78)

    mengklasifikasikan 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi motivasi dalam

    berorganisasi, yaitu perbedaan karakteristik individu, karakteristik pekerjaan, dan

    karakteristik organisasi. Masing-masing karakteristik dapat dijelaskan sebagai berikut:

    Karakteristik individu meliputi berbagai jenis kebutuhan, sikap terhadap diri dan

    pekerjaannya, serta minat pekerjaan. Perbedaan-perbedaan tersebut dibawa ke dunia kerja

    sehingga motivasi setiap individu dalam organisasi bervariasi. Apabila manajer tidak

    dapat memahami perbedaan itu, maka ia tidak akan dapat memotivasi bawahannya secara

    efektif.

    Karakteristik pekerjaan yang berbeda memerlukan kecakapan, identitas tugas,

    signifikansi tugas serta derajat otonomi yang berbeda. Perbedaan karakteristik yang

    melekat pada pekerjaan akan memerlukan tipe-tipe pekerja yang sesuai dengan spesifikasi

    yang ada.

  • 26

    Karakteristik organisasi ditunjukkan dengan kebijaksanaan dan kultur yang berbeda

    dari masing-masing organisasi serta hubungan antar masing-masing individu dalam

    organisasi. Untuk mencapai kinerja yang optimal, manajer organisasi harus

    mempertimbangkan hubungan faktor-faktor tersebut dan pengaruhnya terhadap perilaku

    individu para karyawan.

    Berdasar uraian mengenai motivasi maka dapat diambil kesimpulan bahwa

    motivasi merupakan dorongan atau tenaga penggerak yang berfungsi untuk mengarahkan

    perilaku untuk mencapai suatu tujan tertentu. Jadi motivasi kerja guru merupakan dorongan

    atau tenaga penggerak yang dimiliki oleh guru yang berfungsi untuk mengarahkan

    perilakunya dalam bekerja guna mencapai suatu tujuan tetentu. Indikator untuk mengukur

    motivasi dapat dilihat dari 2 (aspek), yaitu: (a) motivasi ekstrinsik, yang meliputi hubungan

    dengan teman sejawat, sasaran kerja, gaji/honorarium, atensi dari atasan, lingkungan kerja

    dan tujuan yang ingin dicapai oleh pihak sekolah, (b) motivasi intrinsik, yang meliputi

    dorongan untuk bekerja dengan baik, keinginan untuk mencapai prestasi, adanya kepuasan

    kerja, dan kedisiplinan.

    D. Penelitian yang Relevan

    Beberapa kajian terhadap studi terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, dapat

    dilihat pada tabel sebagai berikut 2.1

    Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

  • 27

    Pertama: Penelitian yang dilakukan oleh Bhaktinia (2012: 127) judul

    Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru dan Hasil Belajar

    menyimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan dari supervisi kepala sekolah terhadap

    kinerja guru. Guru perlu memahami dan menyadari manfaat supervisi yang dilakukan

    kepala sekolah terhadap guru, yang tujuannya adalah pembinaan untuk meningkatkan

    kinerja guru yang memiliki dampak besar terhadap kemajuan hasil belajar. Guru harus

    memanfaatkan hasil dan tindak lanjut supervisi kepala sekolah untuk mendorong agar

    proses pembelajaran lebih kreatif dan inovatif.

    Kedua; Penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2007: 30) menemukan bahwa

    ternyata terdapat temuan awal yang menunjukkan adanya kendala atau persoalan yang

    berkaitan dengan pelaksanaan supervisi kepala sekolah, frekuensi

    dikunjungan kelas oleh kepala sekolah masih tergolong rendah, disisi lain guru memandang

    perlunya supervisi kepala sekolah dalam rangka pembinaan sehingga perlu dikaji

    pengaruhnya terhadap kinerja guru dalam rangka menjalankan tugasnya.

    Dari penelitian ini disimpulkan bahwa secara simultan supervisi kepala sekolah dan

    motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja guru. Oleh karena itu disarankan kepada

    kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas supervisi, seperti meningkatkan kunjungan

    kelas dalam rangka supervisi klinis, observasi perbaikan, memotivasi semangat kerja

    guru, meninjau rencana pembelajaran, kesesuaian antara perangkat pembelajaran dengan

    pelaksanaan pembelajaran, observasi metode pembelajaran. Untuk perbaikan prestasi kerja

  • 28

    guru-guru untuk menggunakan beberapa teknik supervisi. Dalam menerapkan teknik

    supervisi jangan terpaku pada satu teknik supervisi saja, sebaiknya mencoba teknik yang

    lain.

    Ketiga: Penelitian yang dilakukan oleh Sriono (2004: 92) dengan judul Pengaruh

    Kepemimpinan Kepala Sekolah, Pendidikan Pelatihan dan Motivasi Kerja Guru

    Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Kalimanah Kabupaten

    Purbalingga. Pada penelitian ini bahwa motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap

    kinerja guru. Setiap diri guru maupun kepala sekolah harus bisa membangkitkan motivasi

    untuk meningkatkan kinerja. Dengan demikian semakin tingginya motivasi pegawai akan

    menjadikan semakin tinggi kinerja pegawai. Di sini motivasi merupakan variabel yang

    berpengaruh dominan terhadap kinerja pegawai.

    Keempat: Penelitian yang dilakukan oleh Aditya (2010: 70) dengan judul Pengaruh

    Gaya Kepemimpinan, Motivasi, dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai. Pada

    penelitian ini menyimpulkan bahwa motivasi dan disiplin berpengaruh positif terhadap

    kinerja pegawai. Untuk meningkatkan kinerja tentunya diperlukan adanya motivasi dan

    disiplin yang tinggi dari semua pekerja maupun pimpinan suatu organisasi. Guru dan

    kepala sekolah pun harus selalu berupaya untuk meningkatkan motivasi diri dalam bekerja

    serta disiplin yang tingggi untuk mencapai kinerja yang tinggi pula.

  • 29

    E. Kerangka Berpikir

    Kerangka konseptual penelitian yang menggambarkan korelasi pengaruh antar

    variabel yaitu variabel supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja sebagai variabel

    independen mempengaruhi kinerja guru UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari

    Kabupaten Purbalingga sebagai variabel dependen, sehingga dalam penelitian ini jika

    supervisi Kepala Sekolah dilaksanakan dengan kualitas dan motivasi kerja yang

    senantiasa dimiliki akan mampu meningkatkan kinerja guru. Berdasarkan hasil

    beberapa penelitian di atas, hubungan antara variabel-variabel tersebut dapat

    digambarkan sebagai berikut :

    Gambar 2.1 : Kerangka Pikir Penelitian

    Supervisi KS

    - Perencanaan - Pelaksanaan - Penilaian - Tindak Lanjut

    -

    Motivasi

    - Instrinsik - Ekstrinsik

    Kinerja Guru

    - Perencanaan Pembelajaran - Proses Pembelajaran - Evaluasi Pembelajaran - Tindak lanjut Pembelajaran

  • 30

    Kepala Sekolah sebagai supervisor sudah semestinya melaksanakan supervisi

    secara rutin kepada semua guru di sekolahnya karena dengan supervisi yang dilaksanakan

    Kepala Sekolah akan mejadikan guru merasa diperhatikan. Permasalahan yang berkaitan

    dengan pembelajaran bisa dipecahkan dan dicarikan jalan solusinya. Supervisi juga bisa

    berfungsi sebagai control bagi guru agar pekerjaaan yang dilaksanakan berdasar program

    dan target yang harus dicapai. Supervisi Kepala Sekolah yang dilaksanakan secara rutin

    pastilah akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru namun jika Kepala Sekolah

    tidak melaksanakan supervisi dampaknya kinerja guru rendah.

    Motivasi merupakan dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang, baik secara

    sadar atau tidak untuk melakukan sesuatu tindakan dengan suatu tujuan tertentu. Jadi

    seseorang dapat terdorong untuk melakukan kerja secara lebih baik, karena ada dorongan

    dari dalam dirinya (intrinsik) maupun karena dorongan dari luar (ekstrinsik). Dorongan

    inilah yang menjadi sinergi sehingga seseorang mau bekerja keras untuk melakukan tugas

    yang diberikan kepadanya.

    Guru yang mempunyai motivasi kerja yang tinggi akan senantiasa bekerja keras

    untuk mengatasi segala jenis permasalahan yang dihadapi dengan harapan mencapai hasil

    yang lebih baik lagi. Pencapaian suatu tujuan tidak terlepas dari motivasi guru dalam

    bekerja, karena motivasi merupakan pendorong semangat dan kemauan untuk bekerja

    dalam mencapai keberhasilan kerja guru. Dengan adanya motivasi kerja yang dimiliki guru

  • 31

    diduga akan meningkatkan kinerjanya. Dengan kata lain, seorang guru akan melakukan

    semua pekerjaannya dengan baik apabila ada faktor pendorong (motivasi). Motivasi kerja

    sangat dibutuhkan oleh seseorang dalam bekerja, tanpa motivasi kerja niscaya hasil kerja

    tidak akan sesuai dengan apa yang ditargekan. Guru membutuhkan motivasi baik itu yang

    berasal dari diri guru itu sendiri maupun rekan dan Kepala Sekolah. Motivasi kerja

    sangatlah diperlukan sehingga guru akan melaksanakan kerja dengan disiplin, ada

    keinginan bekerja untuk mencapai prestasi dan kepuasan bisa diraih. Dengan motivasi

    kerja pastilah kinerja guru akan meningkat.

    Supervisi Kepala Sekolah maupun motivasi kerja dapat berpengaruh terhadap

    kinerja guru, maka apabila supervisi Kepala Sekolah dan motivasi kerja secara bersama

    selalu diupayakan oleh Kepala Sekolah pastilah akan lebih berpengaruh terhadap kinerja

    guru. Kinerja guru meningkat akan berdampak terhadap prestasi siswa maupun sekolah

    baik akademik maupun nonakademik.

    F. Perumusan Hipotesis

    Hipotesis adalah jawaban secara teoritis terhadap permasalahan dalam

    penelitian, oleh karena itu hipotesis merupakan jawaban terhadap perumusan masalah

    yang harus dibuktikan kebenarannya di lapangan. Berdasarkan hasil penelitian

    sebelumnya dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :

  • 32

    1. Terdapat pengaruh yang signifikan supervisi Kepala Sekolah terhadap kinerja guru.

    2. Terdapat pengaruh yang signifikan motivasi kerja terhadap kinerja guru .

    3. Supervisi Kepala Sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama berpengaruh

    signifikan terhadap kinerja guru.

  • 33

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Rancangan Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

    penelitian kuantitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

    positvisme. Metode kuantitatif digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

    tertentu, teknis pengambilan pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan

    data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic

    dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan dengan menggunakan

    jenis penelitian expost facto yang merupakan penelitian dengan menemukan penyebab

    yang memungkinkan perubahan perilaku, gejala atau fenomena yang disebabkan oleh

    suatu peristiwa, perilaku atau hal-hal yang menyebabkan perubahan pada variabel bebas

    yang secara keseluruhan sudah terjadi.

    Penelitian expost facto secara metodis merupakan penelitian eksperimen yang juga

    menguji hipotesis tetapi tidak memberikan perlakuan-perlakuan tertentu karena sesuatu

    sebab kurang etis untuk memberikan perlakuan atau memberikan manipulasi. Biasanya

    karena alasan etika manusiawi atau gejala/peristiwa tersebut sudah terjadi dan ingin

    menelusuri faktor-faktor penyebab atau hal-hal yang mempengaruhinya.

  • 34

    Kerangka pemikiran akan menjelaskan secara teoritis antar variabel yang sudah

    diputuskan untuk diteliti khususnya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

    Dari penjelasan di atas maka dalam penelitian ini dibuat suatu kerangka pemikiran

    sebagai model penelitian untuk memudahkan pencarian data, tentang penelitian

    pengaruh supervisi Kepala Sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru

    digambarkan sebagai berikut:

    H1

    H3

    H2

    Gambar 3.1 Model/Desain Penelitian

    Keterangan:

    X1 = Supervisi Kepala Sekolah

    X2 = Motivasi Kerja

    Y = Kinerja Guru

    X1

    X2

    Y

  • 35

    Dalam penelitian ini variabel penelitian terdiri dari

    Variabel independen : Supervisi Kepala Sekolah (X1) dan

    Motivasi Kerja (X2)

    Variabel dependen : Kinerja Guru (Y)

    B. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. (Arikunto, 2010: 175). Adapun

    objek/subjek yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru sebanyak

    182 yang mengajar di dua puluh empat Sekolah Dasar di UPT Dinas Pendidikan

    Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga.

    2. Sampel

    Sampel adalah contoh atau wakil dari suatu populasi yang cukup besar

    jumlahnya, yang dipertimbangkan dapat mewakili dan mencerminkan populasi yang

    ada. Perhitungan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin.

    Adapun perhitungan jumlah sampel dilakukan dengan rumus berikut ini :

    n = 21 eN

    N

  • 36

    keterangan :

    n : besarnya sampel

    N : ukuran populasi

    e : persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang

    masih dapat ditolerir atau diinginkan, yaitu 10% (Umar, 2008: 108).

    Adapun perhitungannya :

    n = 21 dN

    N

    n = 21.01821

    182

    n = 01.01821

    182

    = 82,11

    182

    =

    82,2

    182 = 65 guru sebagai sampel

    Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat diambil sampel sejumlah 65

    responden yaitu guru SD Negeri se UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari

    Kabupaten Purbalingga. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah dengan

    menggunakan proporsional random sampling dimana sampel diambil perwakilan dari

    guru-guru di setiap SD yang ada di Kecamatan Bojongsari.

  • 37

    C. Instrumen Penelitian

    Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner atau angket penelitian tentang

    supervisi Kepala Sekolah, motivasi kerja dan kinerja guru di lingkungan UPT Dinas

    Pendidikan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga. Untuk mendapat data yang

    valid instrumen variabel supervisi Kepala Sekolah , motivasi kerja dan kinerja guru

    respondenya semua guru di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari.

    Instrumen dalam penelitian ini menggunakan tiga instrumen berdasarkan variabel yang

    diteliti yaitu:

    1. Instrumen untuk mengukur supervisi Kepala Sekolah.

    2. Instrumen untuk mengukur motivasi kerja.

    3. Instrumen untuk mengukur kinerja guru.

    Untuk lebih jelasnya mengenai instrumen penelitian yang digunakan dalam

    penelitian ini, berikut akan dipaparkan kisi-kisi atau bagian-bagian yang menjadi dasar

    dan kemudian dioperasionalkan ke dalam butir-butir pertanyaan atau pernyataan

    penelitian yang dapat dilihat pada table 3.1 berikut:

  • 38

    Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

    No Variabel Indikator Jumlah

    Pertanyaan No.Kuesioner

    1. Supervisi

    Kepala

    Sekolah

    1. Perencanaan 2. Pelaksanaan

    Supervisi

    3. Hasil dan Tindak Lanjut Supevisi

    4

    8

    4

    1, 2, 3, 4

    5, 6, 7, 8, 9, 10,

    11, 12,

    13, 14, 15, 16

    2. Motivasi Kerja 1. Instrinsik

    2. Ekstrinsik

    9

    6

    1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,

    8, 9

    10, 11, 12, 13, 14,

    15

    3 Kinerja Guru 1.Perencanaan

    pembelajaran

    2.Proses Pembelajaran

    3.Evaluasi

    Pembelajaran

    4.Tindak Lanjut

    Pembelajaran

    3

    3

    3

    3

    1, 2, 3

    4, 5, 6

    7, 8, 9

    10, 11, 12

  • 39

    D. Pengumpulan Data

    Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang

    diperoleh secara langsung melalui angket (kuesioner) yang disebarkan pada guru di

    lingungan UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga.

    Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner

    atau angket penelitian tentang supervisi Kepala Sekolah, motivasi kerja, dan kinerja

    guru yang diberikan kepada guru di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari

    Kabupaten Purbalingga.

    Penggunaaan kuesioner didasari beberapa anggapan sebagai berikut: (1)

    Subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya; (2) Apa yang dinyatakan oleh

    subyek adalah benar dan dapat dipercaya; (3) Interprestasi subyek tentang

    pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang

    dimaksud oleh peneliti. Responden dipersilahkan untuk menjawab pertanyaan dan

    pernyataan yang diajukan dalam kuesioner sesuai dengan keadaan mengenai

    supervisi kepala sekolah, motivasi kerja dan kinerja guru. Alat ini dikembangkan

    dengan mengacu kepada teori yang mendasarinya. Dari teori itu, kemudian disusun

    kisi-kisi yang selanjutnya dijabarkan ke dalam butir pernyataan atau pertanyaan.

    Daftar pertanyaan peneliti disusun secara berjenjang berdasarkan skala

    Likert dengan memakai skala urutan, yaitu 1, 2, 3, 4, dan 5 yang mempuyai kriteria

    sebagai berikut: a) Jawaban Sangat Tidak Setuju diberi skor 1 ; b) Jawaban Tidak

  • 40

    Setuju diberi skor 2; c) Jawaban Netral diberi skor 3; d) Jawaban Setuju diberi skor 4;

    d) Jawaban Sangat Setuju diberi skor 5.

    E. Teknik Analisis Data

    Sebelum digunakan dalam penelitian instrumen-instrumen yang telah

    dimodifikasi tersebut akan dilakukan pengujian-pengujian seperti berikut ini :

    1.Uji Validasi

    Validasi adalah untuk menguji sejauh mana perbedaan yang didapatkan melalui

    alat dalam mencerminkan perbedaan yang sesungguhnya di antara para responden yang

    diukur (Ghozali, 2001: 135). Pengujian validasi instrumen dilakukan untuk mengetahui

    ketepatan pengukuran variabel atau instrumen yang digunakan dalam penelitian, yaitu

    mampu mengukur apa yang akan diukur dalam penelitian. Instrumen dikatakan valid

    bila butir pertanyaan/pernyataan yang digunakan benar-benar mewakili konstruk yang

    akan diukur. Apabila instrumen dinyatakan valid berarti alat ukur yang digunakan

    dalam penelitian sudah tepat. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan teknik

    korelasi product moment. Suatu butir dikatakan valid jika nilai probabilitas korelasi

    product moment lebih kecil dari 0,05.

    Validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur (instrumen) mampu

    mengukur apa yang diukur. Kuesioner sebagai alat ukur harus diuji validitasnya.

    Semakin tinggi validitas alat ukur, maka semakin tepat pula alat ukur itu digunakan.

  • 41

    Dalam pengujian validasi butir soal pada responden, perhitungan menggunakan

    program SPSS versi 15 for window. Dengan menggunakan angka kritis korelasi r =

    0,05 dan n = 30 diperoleh motivasi kerja r tabel sebesar 0,361 dan jika r hitung > r tabel

    maka kuesioner dinyatakan valid. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 3.2

    diketahui r hitung tiap butir kuesioner supervisi Kepala Sekolah lebih besar dari r tabel,

    maka seluruh butir instrumen dinyatakan valid.

    a. Validitas Data Supervisi Kepala Sekolah

    Tabel 3.2. Hasil Perhitungan Uji Validitas Supervisi Kepala Sekolah

    No Item r hitung r tabel Kriteria

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    0,563

    0,560

    0,525

    0,611

    0,604

    0,549

    0,699

    0,528

    0,601

    0,547

    0,623

    0,584

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

  • 42

    13

    14

    15

    16

    0,710

    0,520

    0,656

    0,539

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Sumber: Data primer yang diolah

    Berdasar tabel 3.2 tersebut, data dari uji coba instrumen variabel supervisi

    Kepala Sekolah (X1) terhadap 30 responden dan 30 pertanyaan/pernyataan

    menggunakan perhitungan program SPSS versi 15 for windows hasilnya semua valid,

    sehingga instrumen tersebut dapat digunakan untuk penelitian sebagai alat ukur yang

    sah.

    b. Validitas Data Motivasi kerja

    Dengan menggunakan angka kritis korelasi r = 0,05 dan n = 30 diperoleh

    motivasi kerja r tabel sebesar 0,361 dan jika r hitung > r tabel maka kuesioner

    dinyatakan valid. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 3.2 diketahui r hitung tiap

    butir kuesioner motivasi kerja lebih besar dari r tabel, maka seluruh butir instrumen

    dinyatakan valid.

  • 43

    Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Uji Validitas Motivasi Kerja

    No Item r hitung r tabel Kriteria

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    0,656

    0,597

    0,521

    0,655

    0,577

    0,645

    0,651

    0,583

    0,638

    0,590

    0,616

    0,642

    0,711

    0,537

    0,723

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Sumber: Data primer yang diolah

  • 44

    c. Validitas Data Kinerja Guru

    Dengan menggunakan angka kritis korelasi r = 0,05 dan n = 30 diperoleh

    motivasi kerja r tabel sebesar 0,361 dan jika r hitung > r tabel maka kuesioner

    dinyatakan valid. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 3.3 diketahui r hitung tiap

    butir kuesioner kinerja guru lebih besar dari r tabel, maka seluruh butir instrumen

    dinyatakan valid.

    Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Uji Validitas Kinerja Guru

    No Item r hitung r tabel Kriteria

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    0,500

    0,622

    0,568

    0,601

    0,566

    0,625

    0,698

    0,568

    0,728

    0,502

    0,588

    0,673

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Sumber: Data primer yang diolah

  • 45

    2. Uji Reliabilitas

    Setelah ditentukan validitas selanjutnya, uji ini hanya dapat dilakukan pada

    pertanyaan yang telah dianggap valid. Uji ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana

    hasil pengukuran tetap konsisten jika dilakukan dua kali atau lebih pada kelompok yang

    sama dengan alat ukur yang sama. Untuk mengukurnya digunakan rumus Cronbachs

    Alpha dari masing-masing instrumen dalam satu variabel. Dikatakan reliabel jika

    memberikan nilai Cronbachs Alpha > 0,60 ( Ghozali, 2005: 42).

    Reliabilitas adalah tingkat keandalan dari suatu alat ukur terhadap

    mengukur suatu gejala. Semakin tinggi reliabilitas, maka semakin tinggi tingkat

    kemantapan hasil pengukuran. Berdasarkan perhitungan reliabilitas pada lampiran

    diperoleh koefisien reliabilitas untuk semua instrumen lebih besar dari r tabel 0,70.

    Dengan demikian instrumen penelitian dinyatakan reliabel.

    Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas

    Variabel r hitung r table Kriteria

    Supervisi Kepala

    Sekolah

    0,8692 0,70 reliabel

    Motivasi kerja 0,8828 0,70 reliabel

    Kinerja guru 0,8374 0,70 reliabel

    Sumber: Data primer yang diolah

  • 46

    3. Uji Persyaratan/Uji Asumsi Klasik

    Rumus regresi diturunkan dari asumsi-asumsi tertentu, maka data yang akan

    diregresi harus memenuhi asumsi-asumsi regresi untuk mendapatkan nilai estimasi yang

    akan bersifat BLUE (Best, Linier, Unbiased dan Estimator). Untuk itu perlu diadakan

    pengujian asumsi klasik yang meliputi 4 uji, yaitu :

    a. Normalitas

    Uji normalitas dilakukan untuk memenuhi asumsi zero mean, yaitu bahwa

    variabel pengganggu e harus berdistribusi normal. Apabila variabel pengganggu

    berdistribusi normal maka Y juga akan berdistribusi normal (Setiaji, 2004: 27).

    Konsekuensi apabila data tidak berdistribusi normal. Apabila data tidak

    berdistribusi normal maka hasil uji t dan uji F menjadi tidak valid. Hal tersebut sebagai

    akibat bahwa kedua uji tersebut didasarkan pada asumsi bahwa data Y dan e

    berdistribusi normal (Setiaji, 2004: 28).

    Cara mendeteksi atau menguji normalitas dapat digunakan grafik Histogram dan

    P-P Plot. Adapun penanganan terhadap data yang tidak memenuhi uji normalitas dapat

    dilakukan dengan pemotongan data yang outliers (berada jauh dari rata-rata) sangat

    tinggi atau rendah; memperbesar sampel; atau mentransformasi data (Setiaji, 2004: 38).

    b. Multikolinearitas

    Multikolinearitas adalah suatu hubungan linier yang sempurna (mendekati

    sempurna) antara beberapa atau semua variabel bebas (Kuncoro, 2004: 98). Jika X1, X2

  • 47

    ada yang memiliki korelasi tinggi maka hal tersebut mengindikasikan adanya gejala

    multikolinearitas.

    Akibat adanya multikolinearitas, jika di antara variabel bebas memiliki korelasi

    sempurna maka nilai b tidak dapat ditentukan. Bahkan apabila nilai korelasi antara

    variabel bebas tidak sempurna tetapi cukup tinggi maka nilai b yang diperoleh tetap

    valid tetapi nilai Sb menjadi bias dan demikian pula nilai t hitung yang diperoleh dari

    rumus : t = b1 / Sb1 akan menjadi bias pula.

    Cara mendeteksi multikolinearitas adalah dengan cara mengkorelasikan antara

    variabel bebas. Apabila nilai korelasinya tinggi maka menunjukkan adanya gejala

    multikolinearitas, demikian pula sebaliknya. Untuk mengetahui ada tidaknya

    multikolinearitas digunakan uji varians inflation faktor (VIF).

    c. Heteroskedastisitas

    Heteroskedastisitas adalah kesalahan atau residual yang diamati tidak memiliki

    varian yang konstan. Kondisi heteroskedastisitas sering terjadi pada data cross section,

    atau data yang diambil dari beberapa responden pada suatu waktu tertentu.

    Heteroskedastisitas mengakibatkan nilai parameter yang diperoleh tetap tidak bias,

    tetapi standar erros Sb menjadi bias, sehingga hasil uji t dan uji F menjadi tidak

    menentu. Untuk mendeteksi dapat digunakan uji t.

  • 48

    4. Uji Hipotesis

    Hipotesis menyatakan bahwa variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan

    tehadap variabel terikat. Pengujian kebenaran ini digunakan analisis korelasi dan

    regresi ganda. Secara umum model ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Y = a + 1X1 + 2X2 +

    (Manurung, 2005: 70)

    Keterangan :

    Y : Kinerja guru

    X1 : Supervisi kepala sekolah

    X2 : Motivasi

    a : Konstan

    1 . 3: Koefisien variabel independent X1 X3 : Error / sisa / nilai residu

    Untuk memberi gambaran yang jelas dalam penelitian ini digambarkan struktural

    sebagai berikut:

    Gambar 3.2 Model Analisis Hipotesis

    X1

    X2

    Y

  • 49

    (1) Supervisi Kepala Sekolah berpengaruh sinifikan tehadap kinerja guru.

    (2) Motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru.

    (3) Supervisi Kepala Sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama berpengaruh

    signifikan terhadap kinerja guru.

    Untuk mengetahui besarnya koefisien korelasi antar variabel independen, maka

    penelitian ini juga menggunakan koefisien korelasi Pearson yang diolah perhitungan

    program SPSS versi 15 for windows. Sedangkan untuk mengetahui kuat lemahnya

    hubungan antar variabel independen dan hubungan dengan variabel dependen dapat

    dinyatakan dengan fungsi linier.

    a) Uji t

    Uji ini digunakan untuk menguji apakah variabel independen secara signifikan terhadap

    variabel dependen. Pengujian koefisiensi regresi secara parsial disimpulkan melalui

    nilai p-value yaitu apabila nilai signifikan peneliti menunjukkan

  • 50

    data dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS versi 15. Secara manual rumus uji t

    sebagai berikut :

    t = 3

    se

    s

    (Manurung, 2005: 71)

    Keterangan :

    0 : Koefisien regresi ke-j S.e : Standard error b ke-j

    b. Uji F

    Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama

    berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian regresi secara bersama-sama

    disimpulkan melalui nilai p-value yaitu apabila nilai signifikan penilaian menunjukkan

    < 0,05 maka terdapat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara

    bersama-sama. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS versi 15.

    Secara manual uji F dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

    F = )/()1(

    )1/(2

    2

    kNR

    kR

    (Manurung, 2005: 72)

  • 51

    Keterangan:

    R2

    : Koefisien Determinasi

    N : Jumlah pengamatan

    k : Treatment (variabel independen)

    Uji Koefisien Determinasi

    Uji koefisien determinasi adalah bilangan yang menentukan hubungan antara

    variabel Y dengan variabel X, pada dasarnya mengukur seberapa jauh kemampuan model

    dalam menerangkan variabel berikut. Bahwa nilai dari Adjust (R2) menentukan nilai,

    seberapa besar himpunan variabel bebas mempengaruhi atau menjelaskan variabel terikat

    dan dapat dinyatakan dalam desimal atau persentase. Secara manual rumus koefisien

    determinasi yang disesuaikan sebagai berikut :

    kN

    NRR

    1)1(1 2

    2

    (Manurung, 2005: 69)

    Keterangan : 2R : Nilai koefisien determinasi disesuaikan

    N : Jumlah sampel

    K : Banyaknya parameter

  • 52

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Data Persepsi Responden terhadap Variabel Penelitian

    Persepsi responden terhadap variabel penelitian Supervisi Kepala Sekolah,

    Motivasi Kerja dan Kinerja Guru bertujuan untuk menyajikan gambaran informasi

    atau deskripsi suatu variabel dengan karakteristik data yang diperoleh dari hasil

    penyebaran kuesioner. Dari deskripsi variabel dapat diperoleh suatu gambaran

    kecenderungan jawaban semua responden terhadap butir pernyataan kuesioner, apakah

    responden cenderung menjawab sangat tidak setuju, tidak setuju, cukup, setuju, dan

    sangat setuju. Berdasarkan skala Likert setiap jawaban pertanyaan memiliki nilai

    minimum 1 dan nilai maksimum 5, dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

    0,00 1,00 : Kurang sekali

    1,01 2,00 : Kurang

    2,01 - 3,00 : Cukup

    3,01 - 4,00 : Baik

    4,01 - 5,00 : Sangat baik

  • 53

    1. Persepsi Responden Terhadap Supervisi Kepala Sekolah di UPT Dinas

    Pendidikan Kecamatan Bojongsari

    Data hasil penelitian tentang supervisi Kepala Sekolah di UPT Dinas

    Pendidikan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga disajikan pada Tabel 4.1

    dan 4.2 berikut ini:

    Tabel 4.1 Deskripsi Data Supervisi Kepala Sekolah di UPT Dinas Pendidikan

    Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga.

    Supervisi Kepala Sekolah Jumlah Frekuensi (%)

    Sangat Baik

    Baik

    Cukup

    Kurang

    Kurang Sekali

    4

    47

    14

    0

    0

    6,2

    72,3

    21,5

    0,0

    0,0

    Total 65 100,0

    Tabel 4.2 Nilai Rata-Rata Supervisi Kepala Sekolah di UPT Dinas

    Pendidikan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga.

    Dimensi

    Supervisi Kepala Sekolah

    Rata-rata

    Perencanaan

    Pelaksanaan

    Hasil dan Tindak lanjut

    4,11

    4,17

    4,08

    Rata-rata 4,12

  • 54

    Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat deskripsi data supervisi Kepala Sekolah

    di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga sebagian

    besar dalam kategori baik yaitu 47 orang (72,3%) sedangkan sisanya dalam kategori

    sangat baik 4 orang (6,2%) dan dalam kategori cukup sebanyak 14 orang (21,5%).

    Berdasar table 4.2 nilai rata-rata Supervisi Kepala Sekolah mempunyai nilai skor

    rata-rata 4,12 termasuk dalam kategori sangat baik ( Lampiran hal.85). Guru-guru

    SD di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga

    berdasarkan persepsi responden dapat dikatakan mempunyai penilaian terhadap

    supervisi Kepala Sekolah sangat baik. Dari tiga dimensi supervisi Kepala Sekolah

    dimensi pelaksanaan yang paling kuat sementara dimensi tindak lanjut yang masih

    kurang.

    2. Persepsi Responden terhadap Motivasi Keja

    Data hasil penelitian tentang motivasi kerja di UPT Dinas Pendidikan

    Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga disajikan pada Tabel 4.3 dan 4.4

    berikut ini:

  • 55

    Tabel 4.3 Deskripsi Data Motivasi Kerja Guru SD di UPT Dinas Pendidikan

    Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga

    Motivasi Kerja Jumlah Frekuensi (%)

    Sangat Baik

    Baik

    Cukup

    Kurang

    Kurang Sekali

    9

    50

    6

    0

    0

    13,8

    76,9

    9,2

    0,0

    0,0

    Total 65 100,0

    Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat deskripsi data Motivasi Kerja di UPT Dinas

    Pendidikan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga sebagian besar dalam

    kategori baik yaitu 50 orang (76,9%) sedangkan sisanya dalam kategori sangat baik 9

    orang (13,8%) dan dalam kategori cukup sebanyak 6 orang (9,2%).

    Tabel 4.4 Nilai Rata-Rata Motivasi Kerja Guru SD di UPT Dinas Pendidikan

    Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga

    Dimensi

    Motivasi Kerja

    Rata-rata

    Motivasi Instrinsik

    Motivasi ekstrinsik

    4,29

    4,09

    Rata-rata 4,19

  • 56

    Berdasar tabel 4.4 dimensi motivasi instrinsik lebih kuat dibanding dimensi

    motivasi ekstrinsik. Variabel motivasi kerja hasil analisis data rata-rata (mean) dari 65

    responden guru 4,19 dapat disimpulkan bahwa persepsi jawaban responden termasuk

    sangat baik. Guru guru SD di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Bojongsari

    berdasarkan persepsi responden dapat dikatakan mempunyai motivasi kerja yang tinggi.

    3. Persepsi Responden terhadap Kinerja Guru

    Data hasil penelitian tentang kinerja guru di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan

    Bojongsari Kabupaten Purbalingga disajikan pada Tabel 4.5 dan 4.6 berikut ini:

    Tabel 4.5 Deskripsi Data Kinerja Guru SD di UPT Dinas Pendidikan

    Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga

    Kinerja Guru Jumlah Frekuensi (%)

    Sangat Baik

    Baik

    Cukup

    Kurang

    Kurang Sekali

    16

    37

    12

    0

    0

    24,6

    56,9

    18,5

    0,0

    0,0

    Total 65 100,0

    Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat deskripsi data kinerja guru di UPT Dinas

    Pendidikan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga sebagian besar dalam

    kategori baik yaitu 37 orang (56,9%) sedangkan sisanya dalam kategori sangat baik 16

    orang (24,6%) dan dalam kategori cukup sebanyak 12 orang (18,5%).

  • 57

    Tabel 4.6 Nilai Rata-Rata Kinerja Guru SD di UPT Dinas Pendidikan

    Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga

    Dimensi Kinerja Guru Rata-rata

    Perencanaan

    Proses

    Evaluasi

    Tindak Lanjut

    4,09

    4,17

    4,31

    4,21

    Rata-rata 4,18

    Berdasar tabel 4.6 dimensi perencanaan merupakan dimensi yang paling lemah

    sedangkan dimensi evaluasi yang paling kuat. Variabel kinerja guru hasil analisis data

    rata-rata (mean) dari 65 responden guru 4,18 dapat disimpulkan bahwa persepsi

    jawaban responden termasuk sangat baik. Guru-guru SD di UPT Dinas Pendidikan

    Kecamatan Bojongsari berdasarkan persepsi responden dapat dikatakan mempunyai

    kinerja yang tinggi.

    B. Uji Persyaratan Data

    1. Uji Variabilitas

    Untuk mengetahui kelayakan data untuk menjadi variabel dalam penelitian ini

    digunakan uji variabilitas dengan analisis faktor. Hasil uji variabilitas dapat dilihat pada

    tabel berikut ini:

  • 58

    Tabel 4.7

    Hasil Uji Variabilitas

    Communalities

    1.000 .574

    1.000 .657

    1.000 .858

    Superv isi Kepala Sekolah

    Motivasi kerja

    Kinerja Guru

    Initial Extract ion

    Extract ion Method: Principal Component Analysis.

    Hasil Uji variabilitas menunjukkan nilai extraction lebih besar dari 0,5, sehingga

    semua data dari variabel yang diteliti memenuhi syarat menjadi variabel dan dapat

    dianalisis lebih lanjut.

    2. Uji Asumsi Klasik

    Model regresi harus memenuhi syarat asumsi klasik, karena suatu model

    regresi dapat digunakan dan dianggap baik jika model regresi tersebut memenuhi

    beberapa asumsi klasik, antara lain asumsi normalitas, linieritas, dan heteroskedastisitas.

    Berikut ini adalah hasil dan pembahasan dari uji asumsi klasik.

    a. Uji Normalitas Data

    Pengujian normalitas data menggunakan uji Kolmogorov Smirnov, kurva nilai

    residual terstandarisasi dikatakan menyebar dengan normal apabila nilai Kolmogorov-

    Smirnov atau Nilai Asymp, Sig, (2-tailed) > = 0,05. Hasil Uji normalitas data disajikan

    pada tabel 4.8.

  • 59

    Tabel 4.8

    Hasil Pengujian Normalitas data dengan menggunakan

    Uji Kolmogorov Smirnov

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    65 65 65

    66.1231 64.3231 50.5692

    3.4027 3.2505 3.6953

    .088 .142 .116

    .088 .079 .115

    -.055 -.142 -.116

    .706 1.145 .931

    .702 .145 .351

    N

    Mean

    Std. Dev iat ion

    Normal Parameters a,b

    Absolute

    Positive

    Negativ e

    Most Extreme

    Dif f erences

    Kolmogorov-Smirnov Z

    Asy mp. Sig. (2-tailed)

    Superv isi

    Kepala

    Sekolah Motivasi kerja Kinerja Guru

    Test distribution is Normal.a.

    Calculated f rom data.b.

    Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat nilai Asymp. Sig nilai residual sebesar

    0,702; 0,145 dan 0,351, lebih besar dari 0,05 sehingga model regresi telah memenuhi

    syarat normalitas.

    b. Multikolineritas

    Multikolineritas adalah suatu keadaan di mana terjadinya hubungan linier yang

    sempurna atau pasti antar variabel bebas, Untuk mengetahui ada tidaknya

    Multikolinieritas maka dapat digunakan alat bantu SPSS. Multikolinieritas terjadi

  • 60

    apabila nilai VIF melebihi angka 5, adapun hasil pengujian Multikoliearitas dapat

    dilihat pada Tabel 4.7.

    Tabel 4.9

    Hasil Pengujian multikolinieritas dengan menggunakan Uji VIF

    Coefficientsa

    19.464 6.914 2.815 .007

    .458 .089 .422 5.122 .000 .890 1.123

    .618 .094 .543 6.592 .000 .890 1.123

    (Constant)

    Superv isi Kepala Sekolah

    Motivasi kerja

    Model

    1

    B Std. Error

    Unstandardized

    Coeff icients

    Beta

    Standardi

    zed

    Coeff icien

    ts

    t Sig. Tolerance VIF

    Collinearity Statistics

    Dependent Variable: Kinerja Gurua.

    Kondisi yang disyaratkan untuk tidak terjadinya gejala multikolinearitas adalah

    bila nilai VIF lebih kecil dari 10, dari analisis yang dilakukan sebagaimana terlihat pada

    Tabel 4.7 diperoleh VIF sebesar 1,123 mempunyai nilai VIF yang lebih kecil dari 5,

    sehingga variabel bebasnya telah terbebas dari gejala multikolinieritas atau tidak terjadi

    gejala multikolinieritas.

    Hubungan linier antara variabel bebas dengan variabel terikat dapat dilihat dari

    grafik linieritas berikut ini.

  • 61

    Kinerja Guru

    Supervisi Kepala Sekolah

    76747270686664626058

    60

    58

    56

    54

    52

    50

    48

    46

    44

    42

    Observed

    Linear

    Kinerja Guru

    Motivasi kerja

    727068666462605856

    60

    58

    56

    54

    52

    50

    48

    46

    44

    42

    Observed