pengaruh sumber daya, informasi dan orientasi...

15
Prosiding ISBN : 978-602-17225-6-5 Forum Keuangan dan Bisnis V, Th. 2016 37 PENGARUH SUMBER DAYA, INFORMASI DAN ORIENTASI TUJUAN TERHADAP AKUNTABILITAS KEUANGAN DAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH Studi pada Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta Enita Binawati STIE SBI Yogyakarta [email protected] Abstract Good governance can be reflected in financial management accountable and transparent. The area is able to implement financial accountability and performance accountability can enhance public confidence in the government. Accountability of an area affected by a variety of factors. This study examined the rational factors such as resources, information, and goal orientation towards accountability of an area. The purpose of this study to empirically examine the factors that affect financial accountability and performance accountability. This research was carried out in the Local Government DIY 100 respondents, were tested using quantitative methods and analysis tools Partial Least Square (PLS). The results showed that financial accountability is only influenced by the orientation of the destination while accountability for performance is influenced by the orientation and information purposes. The link between financial accountability and performance accountability also both empirically proven to have a very significant relationship. Keywords: Financial Accountability, Performance Accountability, Resources, Information, Orientation Interest 1. PENDAHULUAN Masa peralihan dari orde baru ke masa reformasi, sistem pemerintahan dan pembangunan di Indonesia lebih mengacu pada pelaksanaan otonomi daerah, sistem desentralisasi fiskal, dekonsentrasi, dan tugas pembangunan daripada sistem sentralistik. Pelaksanaan sistem ini didasarkan pada Tap MPR Nomor: XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang berkeadilan serta Perimbangan Kekuasaan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ketetapan MPR tersebut menjadi landasan dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang sudah direvisi menjadi Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dan Undang-Undang No. 25 tahun 1999 yang direvisi menjadi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Mardiasmo, 2002). Undang-undang ini memberikan kewenangan atau otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab terhadap pemerintah. Pemerintah pusat memberikan kewenangannya kepada pemerintah daerah (pemda) untuk membangun kemandirian daerah sehingga mampu menghasilkan kualitas sumber daya daerah yang efisien dan efektif dalam menciptakan good governance. Pengelolaan sumber daya daerah setiap pemerintah daerah akan dilaporkan dalam bentuk laporan akuntabilitas atau laporan pertanggungjawaban yang dilakukan secara periodik (Effendi, 2006). Laporan pertanggungjawaban pemerintah daerah yang efisien, efektif, dan ekonomis (value for money) merupakan bentuk dari akuntabilitas suatu daerah. Laporan akuntabilitas daerah merupakan bentuk dari semakin tingginya tuntutan masyarakat terhadap kinerja pemerintah dalam meningkatkan pelayanan publik. Pemerintah menganggap bahwa dengan adanya akuntabilitas maka mampu memberikan perubahan kinerja di instansi pemerintahan yang lebih baik atau yang sering dikenal dengan istilah akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah tertuang dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Nomor 239/IX/6/8/2003 mengenai adanya Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), yang kemudian disusul dengan lahirnya Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 mengenai Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang menjelaskan bahwa pengelolaan keuangan daerah yang transparan dan akuntabel dapat menciptakan

Upload: phamthu

Post on 02-Sep-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH SUMBER DAYA, INFORMASI DAN ORIENTASI …fkbi.akuntansi.upi.edu/wp-content/uploads/2017/10/FKBI-V_ACFM_06... · Laporan akuntabilitas daerah merupakan bentuk dari semakin

Prosiding ISBN : 978-602-17225-6-5

Forum Keuangan dan Bisnis V, Th. 2016 37

PENGARUH SUMBER DAYA, INFORMASI DAN ORIENTASI TUJUAN

TERHADAP AKUNTABILITAS KEUANGAN DAN AKUNTABILITAS KINERJA

PEMERINTAH

Studi pada Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta

Enita Binawati

STIE SBI Yogyakarta

[email protected]

Abstract

Good governance can be reflected in financial management accountable and transparent. The area is

able to implement financial accountability and performance accountability can enhance public

confidence in the government. Accountability of an area affected by a variety of factors. This study

examined the rational factors such as resources, information, and goal orientation towards

accountability of an area. The purpose of this study to empirically examine the factors that affect

financial accountability and performance accountability. This research was carried out in the Local

Government DIY 100 respondents, were tested using quantitative methods and analysis tools Partial

Least Square (PLS). The results showed that financial accountability is only influenced by the

orientation of the destination while accountability for performance is influenced by the orientation and

information purposes. The link between financial accountability and performance accountability also

both empirically proven to have a very significant relationship.

Keywords: Financial Accountability, Performance Accountability, Resources, Information,

Orientation Interest

1. PENDAHULUAN

Masa peralihan dari orde baru ke masa reformasi, sistem pemerintahan dan pembangunan di

Indonesia lebih mengacu pada pelaksanaan otonomi daerah, sistem desentralisasi fiskal, dekonsentrasi,

dan tugas pembangunan daripada sistem sentralistik. Pelaksanaan sistem ini didasarkan pada Tap MPR

Nomor: XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan

Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang berkeadilan serta Perimbangan Kekuasaan Pusat dan Daerah

dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ketetapan MPR tersebut menjadi landasan

dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang sudah direvisi menjadi Undang-Undang

No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dan Undang-Undang No. 25 tahun 1999 yang direvisi

menjadi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah (Mardiasmo, 2002).

Undang-undang ini memberikan kewenangan atau otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung

jawab terhadap pemerintah. Pemerintah pusat memberikan kewenangannya kepada pemerintah daerah

(pemda) untuk membangun kemandirian daerah sehingga mampu menghasilkan kualitas sumber daya

daerah yang efisien dan efektif dalam menciptakan good governance. Pengelolaan sumber daya daerah

setiap pemerintah daerah akan dilaporkan dalam bentuk laporan akuntabilitas atau laporan

pertanggungjawaban yang dilakukan secara periodik (Effendi, 2006). Laporan pertanggungjawaban

pemerintah daerah yang efisien, efektif, dan ekonomis (value for money) merupakan bentuk dari

akuntabilitas suatu daerah.

Laporan akuntabilitas daerah merupakan bentuk dari semakin tingginya tuntutan masyarakat

terhadap kinerja pemerintah dalam meningkatkan pelayanan publik. Pemerintah menganggap bahwa

dengan adanya akuntabilitas maka mampu memberikan perubahan kinerja di instansi pemerintahan

yang lebih baik atau yang sering dikenal dengan istilah akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah tertuang dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999

Nomor 239/IX/6/8/2003 mengenai adanya Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah (LAKIP), yang kemudian disusul dengan lahirnya Peraturan Menteri Dalam Negeri

(Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 mengenai Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang

menjelaskan bahwa pengelolaan keuangan daerah yang transparan dan akuntabel dapat menciptakan

Page 2: PENGARUH SUMBER DAYA, INFORMASI DAN ORIENTASI …fkbi.akuntansi.upi.edu/wp-content/uploads/2017/10/FKBI-V_ACFM_06... · Laporan akuntabilitas daerah merupakan bentuk dari semakin

Prosiding ISBN : 978-602-17225-6-5

Forum Keuangan dan Bisnis V, Th. 2016 38

good governance. Hal tersebut menunjukkan bahwa akuntabilitas kinerja suatu daerah didukung adanya

pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel (akuntabilitas keuangan).

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang membahas mengenai akuntabilitas keuangan dan

akuntabilitas kinerja, menunjukkan adanya perbedaan hasil dari kedua hubungan tersebut. Soleman

(2007) menjelaskan bahwa akuntabilitas keuangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

akuntabilitas kinerja sedangkan hasil penelitian Riantiarno dan Azlina (2011) yang menguji pengaruh

penerapan akuntabilitas keuangan dan ketaatan pada peraturan perundangan terhadap akuntabilitas

kinerja instansi pemerintah, menunjukkan bahwa akuntabilitas keuangan tidak berpengaruh terhadap

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Adanya perbedaan hasil mengenai hubungan pengaruh antara

akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas kinerja maka menjadi hal yang sangat menarik untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut.

Akuntabilitas kinerja juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah komitmen

manajemen, otoritas pengambilan keputusan, pelatihan (Putra, 2006) dan komitemen, pelatihan, budaya

organisasi (Nurhamid, 2008). Julnes dan Holzer (2001) juga menjelaskan bahwa akuntabilitas kinerja

yang merupakan bagian dari proses pengimplementasian sistem pengukuran kinerja itu dipengaruhi

oleh faktor rasional seperti sumber daya, orientasi tujuan dan informasi.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian lanjutan dengan

menggunakan aspek rasional yaitu faktor sumber daya, faktor informasi, faktor orientasi tujuan yang

diadopsi dari Julnes dan Holzer (2001) untuk menguji pengaruh secara langsung ketiga faktor rasional

tersebut terhadap akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas kinerja suatu daerah. Penelitian ini

menggunakan metoda kuantitatif dan menguji hipotesisnya dengan analisis Partial Least Square (PLS).

Adapun judul penelitian ini adalah “Pengaruh Sumber Daya, Informasi, Orientasi Tujuan terhadap

Akuntabilitas Keuangan dan Akuntabilitas Kinerja, Studi pada Pemerintah Daerah Istimewa

Yogyakarta”.

2. KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1. Sumber Daya

Sumber daya didefinisikan oleh Werther dan Davis, dalam Izzaty, 2011 sebagai sumber daya

manusia (human resources) adalah “the people who are ready, willing and able to contribute to

organizational goals”. Sumber daya digolongkan menjadi dua aspek yaitu kualitas fisik dan kualitas

non fisik yang berhubungan dengan kemampuan manusia dalam berpikir, berketrampilan dan bekerja

(Notoadmodjo; dalam Izzaty, 2011). Sumber daya merupakan unsur yang penting dalam meningkatkan

pelayanan organisasi terhadap kebutuhan publik.

Julnez dan Holzer (2001) mendefinisikan sumber daya sebagai salah satu faktor rasional dalam

utilisasi pengukuran kinerja. Sumber daya ini terdiri dari dukungan waktu, dana dan orang. Sumber

daya yang tercukupi dan mampu berjalan secara efektif akan mendorong terjadinya implementasi

anggaran berbasis kinerja.

2.2. Informasi

Anthony dkk, dalam Achyani dan Cahya, 2011 mendefinisikan informasi sebagai data yang telah

disaring, dianalisis, ditata, dan disampaikan dalam bentuk yang berguna untuk mencapai tujuan

organisasi. Julnes dan Holzer (2001) juga menjelaskan bahwa informasi merupakan faktor rasional yang

mencerminkan mengenai pengetahuan teknis dan data yang tercermin dalam informasi yang dimiliki

pegawai (manajemen) maupun pegawai (non manajemen) terkait akses peraturan dan perundangan.

2.3. Orientasi Tujuan

Achyani dan Cahya (2011) mendefiniskan orientasi tujuan sebagai konsensus terhadap tujuan dari

setiap program. Orientasi tujuan juga dijelaskan oleh Julnes dan Holzer (2001) sebagai faktor rasional

yang mengukur sejauh mana organisasi berorientasi pada pencapaian tujuan.

2.4. Akuntabilitas Permasalahan akuntabilitas publik menjadi sangat penting di Indonesia sejak dilaksanakannya

otonomi daerah dan desentralisasi fiskal pada Januari 2001. Pemerintah ingin mencapai tujuan otonomi

daerah dan desentralisasi fiskal yaitu menciptakan good governance yang berarti bahwa pemerintah

Page 3: PENGARUH SUMBER DAYA, INFORMASI DAN ORIENTASI …fkbi.akuntansi.upi.edu/wp-content/uploads/2017/10/FKBI-V_ACFM_06... · Laporan akuntabilitas daerah merupakan bentuk dari semakin

Prosiding ISBN : 978-602-17225-6-5

Forum Keuangan dan Bisnis V, Th. 2016 39

yang baik itu dapat dilihat dari adanya transparansi, akuntabilitas publik, partisipasi, efisiensi dan

efektivitas, adanya penegakkan hukum. Mardiasmo (2002:21) menjelaskan bahwa akuntabilitas adalah

konsep yang lebih luas daripada stewardship, yang mana stewardship lebih mengacu pada pengelolaan

atas suatu aktivitas secara ekonomis dan efisien dan tidak wajib untuk melaporkan sedangkan

akuntabilitas mengacu pada pertanggungjawaban oleh steward terhadap yang memberikan

tanggungjawab. Halim (2007:254) juga mengartikan akuntabilitas sebagai pertanggungjawaban yang

merupakan ciri dari “good governance” atau pengelolaan pemerintahan yang baik.

Turner dan Hulme; dalam Mardiasmo, (2002:21) menyampaikan bahwa akuntabilitas merupakan

konsep yang kompleks yang lebih sulit diwujudkan daripada memberantas korupsi. Akuntabilitas

merupakan tujuan reformasi sektor publik, sehingga tuntutan akuntabilitas publik menjadi hal yang

penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah. Penelitian yang dilakukan oleh Sinclair (1995)

mengenai “The Chameleon of Accountability: Forms and Discourses” di Melbourne Australia

mendefinisikan akuntabilitas sebagai konsep yang dihargai dan dicari tetapi sulit untuk dipahami.

penelitian ini menggunakan model baru yang harapannya terjadi perubahan administrasi yang

memberikan akuntabilitas tinggi melalui kontrol manajerial. Akuntabilitas diidentifikasi lima bentuk,

yang dilakukan dengan interview dengan menjelaskan: political, public, manajerial, professional dan

personal. Identifikasi lain terhadap akuntabilitas juga dilakukan dengan dua wacana yaitu struktural

dan personal. Pengujian yang dilakukan oleh Sinclair (1995) menyimpulkan bahwa konsepsi baru dan

pendekatan yang baru mampu meningkatkan akuntabilitas.

Friedman (2009:11) mendefinisikan akuntabilitas hasil sebagai bentuk kedisiplinan cara berpikir

dan pengambilan tindakan yang dapat digunakan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat, kota,

kabupaten, negara dan bangsa; serta digunakan untuk meningkatkan kinerja suatu program, keagenan

dan sistem pelayanan. Sedangkan, LAN dan BPKP (dalam Halim (2007:254)) mendefinisikan

akuntabilitas sebagai kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala tindak tanduk dan kegiatan

seseorang atau lembaga terutama dalam admistrasi keuangan kepada pihak yang lebih tinggi atau

atasannya. Halim (2007:254) membagi tiga jenis akuntabilitas yaitu akuntabilitas keuangan,

akuntabilitas manfaat, dan akuntabilitas prosedural.

Berdasarkan beberapa definisi mengenai akuntabilitas tersebut menunjukkan bahwa penerapan

akuntabilitas keuangan maupun akuntabilitas kinerja menjadi sangat penting dalam pemerintahan.

Pemerintah yang tidak dapat menerapkan akuntabilitas dapat menimbulkan terjadinya penyalahgunaan

wewenang. Diharapkan pemerintah dapat mempertanggungjawabkan penyelenggaraan di

pemerintahannya dalam bentuk laporan pertanggungjawaban kinerja, yang sejalan dengan adanya

kebijakan anggaran berbasis kinerja .

2.4.1. Akuntabilitas Keuangan

Akuntabilitas keuangan adalah pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan,

pengungkapan, dan ketaatan peraturan terhadap peraturan perundangan (Halim, 2007:254).

Pertanggungjawaban yang dimaksud adalah laporan keuangan yang disajikan dan peraturan

perundangan mencakup penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang oleh instansi pemerintahan

(LAN dan BPKP, dalam Mardiasmo, 2007:254).

Menurut Mardiasmo (2007) terdapat beberapa aspek penting yang harus dipertimbangkan dan

beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam akuntabilitas keuangan. Ada dua aspek dalam

akuntabilitas keuangan, diantaranya adalah (1) aspek legalitas penerimaan dan pengeluaran daerah,

bahwa setiap transaksi yang dilakukan harus dapat ditelusuri otoritas legalnya, dan (2) pengelolaan

keuangan daerah secara baik, perlindungan aset fisik dan finansial, mencegah terjadinya pemborosan

dan salah urus. Prinsip akuntabilitas keuangan juga ada dua hal, meliputi (1) adanya sistem akuntasi

dan sistem anggaran yang dapat menjamin bahwa pengelolaan keuangan daerah dilakukan secara

konsisten sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, (2) pengeluaran daerah yang

dilakukan berorientasi pada pencapaian visi, misi, tujuan, sasaran dan hasil yang akan dicapai. Dalam

akuntabilitas keuangan juga terdapat beberapa instrumen utama yang harus diperhatikan yaitu anggaran

pemerintah, data yang dipublikasikan, laporan tahunan dan hasil investigasi dan laporan umum lainnya.

Reformasi keuangan daerah memunculkan adanya tuntutan masyarakat yang tinggi terhadap kinerja

pemerintah dalam akuntabilitas keuangan. Dapat diartikan bahwa adanya reformasi keuangan menuntut

akuntabilitas kinerja yang tercermin dari akuntabilitas keuangan. Akuntabilitas keuangan merupakan

Page 4: PENGARUH SUMBER DAYA, INFORMASI DAN ORIENTASI …fkbi.akuntansi.upi.edu/wp-content/uploads/2017/10/FKBI-V_ACFM_06... · Laporan akuntabilitas daerah merupakan bentuk dari semakin

Prosiding ISBN : 978-602-17225-6-5

Forum Keuangan dan Bisnis V, Th. 2016 40

wujud dari semakin tingginya tuntutan masyarakat terhadap pemerintah atas penggunaan dana

keuangan dalam rangka untuk pelayanan publik.

2.4.2. Akuntabilitas Kinerja

Akuntabilitas kinerja adalah kunci dari terwujudnya prinsip good governance dalam pengelolaan

organisasi sektor publik. Akuntabilitas kinerja juga tercantum dalam dasar hukum atau aturan organisasi

sektor publik (Bastian, 2010:88). Dalam konteks hukum, akuntabilitas organisasi harus dipenuhi oleh

suatu organisasi atas kinerja yang diperoleh secara efektif dan efisien. Pandangan lain muncul dari

Ledvina; dalam Santoso dan Pambelum (2008) bahwa akuntabilitas kinerja merupakan suatu evolusi

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh seorang petugas baik masih berada pada jalur otoritasnya

maupun sudah berada di luar tanggungjawab dan kewenangan.

Menurut LAN dan BPKP, akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk memberikan

pertanggungjawaban dan menerangkan kinerja dan tindakan seorang badan/ hukum/ pimpinan suatu

organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau

pertanggungjawaban. Semua instansi pemerintah berkewajiban untuk paham terkait akuntabilitas

disetiap daerahnya, baik dalam kegagalan maupun keberhasilan misi daerah. Inpres Nomor 7 Tahun

1999 menjelaskan akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah

untukmempertanggungjawabkan keberhasilan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan

sasaran yang telah ditetapkan melalui pertanggungjawaban yang dilakukan secara periodik. Misi ini

merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan oleh instansi pemerintah agar tujuan organisasi terlaksana

dengan baik.

Tujuan dan sasaran dari akuntabilitas kinerja adalah mendorong tercapainya akuntabilitas kinerja

sebagai salah satu prasyarat dalam mencapai pemerintahan yang baik dan terpercaya. Berikut tujuan

dan sasaran dari sistem akuntabilitas kinerja, yaitu (1) menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel

sehingga dapat beroperasi dengan efisien, efektif dan responsive terhadap aspirasi masyarakat, (2)

terwujudnya transparansi instansi pemerintah, (3) terwujudnya partisipasi masyarakat dalam

pelaksanaan pembangunan nasional, dan (4) terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada

pemerintah.

2.5. Hipotesis

2.5.1 Hipotesis pertama (H1)

Menguji pengaruh faktor sumber daya terhadap akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas

kinerja. Peneliti berpandangan bahwa dengan adanya sumber daya yang memadai yang sudah

disediakan oleh pemerintah maka akan meningkatkan kualitas akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas

kinerja suatu pemerintah daerah. Dengan adanya waktu yang cukup yang dimiliki para pegawai, sumber

dana yang sudah dialokasikan untuk meningkatkan kualitas implementasi anggaran, dan kapasitas dan

kualitas orang atau pegawai yang mampu dalam menganalisis kinerja program maka mampu

mendorong para pegawai untuk memberikan pertanggungjawaban keuangannya atas kinerja yang telah

dilakukan dalam rangka memperikan pelayanan kepada masyarakat.

Sumber daya berupa waktu, dana, dan orang di masing-masing daerah memiliki jumlah yang

berbeda-beda sesuai dengan tingkat kebutuhan di instansi pemerintahannya. Pemenuhan kebutuhan

sumber daya di setiap instansi pemerintah ditentukan oleh aturan dari pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah. Peraturan yang ada mencerminkan adanya fenomena institutional isomorfisme

koersif dalam instansi pemerintahan.

Berdasarkan pandangan yang sudah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

pengujian mengenai pengaruh sumber daya terhadap akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas kinerja,

dengan hipotesis sebagai berikut:

H1a : Sumber daya berpengaruh positif terhadap akuntabilitas keuangan

H1b : Sumber daya berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja

2.5.2 Hipotesis kedua (H2)

Menguji pengaruh faktor informasi terhadap akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas

kinerja. Peneliti berpandangan bahwa seorang karyawan atau pegawai yang menguasai informasi serta

pengetahuan teknis akan mendukung akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas kinerja. Informasi dan

pengetahuan teknis bisa didapatkan dari adanya akses informasi yang disediakan pemerintah seperti

Page 5: PENGARUH SUMBER DAYA, INFORMASI DAN ORIENTASI …fkbi.akuntansi.upi.edu/wp-content/uploads/2017/10/FKBI-V_ACFM_06... · Laporan akuntabilitas daerah merupakan bentuk dari semakin

Prosiding ISBN : 978-602-17225-6-5

Forum Keuangan dan Bisnis V, Th. 2016 41

literatur, internet, jurnal publikasi dan sebagainya mendukung pemerintah dalam memberikan

pertanggungjawaban keuangan atas kinerjanya. Dalam rangka memberikan pertanggungjawaban,

informasi dan pengetahuan teknis juga bisa didapatkan dari sumber lain seperti adanya pelatihan,

workshop, dan seminar yang juga berhubungan dengan akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas kinerja

yang sudah difasilitasi oleh pemerintah.

Ketersediaan informasi merupakan bentuk dari perhatian pemerintah dalam rangka

meningkatkan kualitas kerja di setiap instansi pemerintah. Pemerintah menuntut kepada setiap instansi

untuk dapat menggunakan fasilitas yang diberikan dengan seefektif mungkin sehingga menghasilkan

kualitas kerja yang baik. Para pegawai dapat menggunakan fasilitas informasi sebaik mungkin, sebagai

wujud keprofesionalan kerja sebagai konsekuensi tuntutan dari pemerintah. Bentuk keprofesionalan

kerja mencerminkan adanya fenomena institutional isomorfisme normatif di instansi pemerintah.

H2a : Informasi berpengaruh positif terhadap akuntabilitas keuangan.

H2b : Informasi berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja

2.5.3 Hipotesis ketiga (H3)

Menguji pengaruh faktor orientasi tujuan terhadap akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas

kinerja. Peneliti berpandangan bahwa suatu organisasi yang mempunyai orientasi tujuan yang dijelas

maka akan mempengaruhi orientasi yang dimiliki seorang pegawai. Orientasi tujuan dapat tercermin

dari program-program kerja yang dibuat terhadap pencapaian hasil yang akan diperoleh. Seorang

pegawai yang mempunyai orientasi kinerja yang tinggi maka akan terdorong untuk dapat mencapai

tujuan organisasi sehingga mampu meningkatkan kinerja pegawai dalam memberikan

pertanggungjawaban keuangan atas kinerja yang dilakukan, jika dibandingkan dengan pegawai yang

tidak mempunyai orientasi kinerja atau memiliki orientasi kinerja rendah. Maka dari itu, instansi

pemerintah harus mempunyai misi yang kuat yang sudah disepakati bersama sehingga misi itu dapat

tercapai dan mampu memberikan perubahan yang lebih baik. Program kerja dan misi yang ada di setiap

instansi pemerintah harus sesuai dengan standar aturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Adanya aturan

tersebut mencerminkan adanya institutional isomorfisme koersif dalam instansi pemerintah.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti tertarik melakukan pengujian mengenai

pengaruh orientasi tujuan terhadap akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas kinerja, dengan hipotesis

sebagai berikut:

H3a : Orientasi tujuan berpengaruh positif terhadap akuntabilitas keuangan.

H3b : Orientasi tujuan berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja.

2.5.4 Hipotesis keempat (H4)

Menguji pengaruh akuntabilitas keuangan terhadap akuntabilitas kinerja. Keberadaan

akuntabilitas keuangan dapat mempengaruhi akuntabilitas kinerja suatu organisasi (Soleman, 2007)

sedangkan Riantiarno dan Azlina (2011) menjelaskan bahwa penerapan akuntabilitas keuangan tidak

mempengaruhi akuntabilitas kinerja suatu daerah. Dalam prinsip penerapan good corporate governance

disebutkan bahwa akuntabilitas akan mempengaruhi kinerja perusahaan baik sektor publik atas swasta.

Akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas kinerja merupakan bagian dari akuntabilitas sektor

publik. Peneliti berpandangan bahwa suatu daerah yang mampu menerapkan akuntabilitas keuangan

secara efektif maka akan mendukung terciptanya akuntabilitas kinerja suatu daerah. Pemerintah yang

mampu memberikan laporan keuangan secara lengkap dan dapat menyajikannya secara tepat waktu

serta mampu memberikan respon secara cepat terhadap hasil pemeriksaan maka dapat digunakan

pemerintah dalam pengambilan keputusan dan mampu menghindari terjadinya penyalahgunaan

wewenang dalam mewujudkan akuntabilitas kinerja daerah. Laporan keuangan pemerintah harus

disajikan secara tepat waktu oleh setiap instansi pemerintah karena sesuai dengan kebijakan dari

pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Kebijakan yang ada merupakan bentuk adanya fenomena

institutional isomorfisme koersif di instansi pemerintah.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan pengujian mengenai

pengaruh akuntabilitas keuangan terhadap akuntabilitas kinerja, dengan hipotesis sebagai berikut: H4

: Akuntabilitas keuangan berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja.

3. METODE PENELITIAN

Page 6: PENGARUH SUMBER DAYA, INFORMASI DAN ORIENTASI …fkbi.akuntansi.upi.edu/wp-content/uploads/2017/10/FKBI-V_ACFM_06... · Laporan akuntabilitas daerah merupakan bentuk dari semakin

Prosiding ISBN : 978-602-17225-6-5

Forum Keuangan dan Bisnis V, Th. 2016 42

Desain penelitian ini menggunakan metoda secara kuantitatif. Metoda pengumpulan data berupa

survai dalam bentuk kuisioner mengenai akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas kinerja. Pengambilan

sampel dilakukan dengan purposive sampling yaitu memilih sampel sesuai kriteria yang sudah

ditentukan dengan beberapa pertimbangan.

Sampel dalam penelitian adalah para pejabat pengguna anggaran atau pejabat yang diberi

kewenangan atas penggunaan anggaran sesuai Permendagri 13 Tahun 2006 pasal 10. Kriteria sampel

yang digunakan adalah para pegawai SKPD baik dinas, badan maupun kantor yang terlibat dalam

penyusunan dan atau pengambilan keputusan anggaran serta menduduki jabatan minimal satu tahun.

Para responden yang sudah menduduki jabatan minimal satu tahun serta terlibat dalam penyusunan dan

atau pengambilan keputusan anggaran dianggap mempunyai pemahaman dan pengalaman yang lebih

dalam menyusun dan mengambil keputusan anggaran sehingga responden yang terpilih diyakini

mampu menilai akuntabilitas di daerahnya (Nurhamid, 2008; Wijaya dan Akbar, 2012). Penelitian

dilakukan dengan menggunakan populasi Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Peneliti menggunakan metoda kuantitatif, dengan mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif

yang kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan atau menganalisa dan menginterpretasikan hasilnya.

Metoda pengumpulan data diperoleh dengan survai kuesioner dan secara langsung mengenai

akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas kinerja yang sudah disebarkan oleh peneliti kepada para

responden.

Dalam menguji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan alat analisis Partial Least Square (PLS).

Jogiyanto dan Abdillah (2009:11) menjelaskan bahwa PLS merupakan salah satu metoda statistika

Structural Equation Model (SEM) berbasis varians yang didesain untuk menyelesaikan regresi berganda

ketika terjadi permasalah spesifik pada data, seperti ukuran sampel yang kecil atau adanya data yang

hilang (missing values) dan multikolinearitas. Field (dalam Jogiyanto dan Abdillah, 2009:12)

menjelaskan bahwa regresi Ordinary Least Square (OLS) akan menghasilkan data yang tidak setabil

ketika data yang digunakan berukuran kecil ataupun adanya data yang hilang dan multikolinearitas antar

prediktor yang berdampak pada meningkatnya standar error dari koefisien yang diestimasi. Risiko

penolakan hipotesis dalam pengujian model regresi akan meningkat ketika multikolinearitasnya tinggi.

Analisis PLS adalah teknik statistika multivariat dengan membandingkan antara variabel dependen

berganda dengan variabel independen berganda dalam rangka memprediksi suatu model atas

pengembangan teori penelitian (Jogiyanto dan Abdillah, 2009:11). PLS mempunyai kecenderungan

bahwa ukuran sampel yang digunakan dalam jumlah yang sedikit atau kecil dengan model yang

komplek. Tujuan dari analisis PLS adalah untuk memprediksi pengaruh variabel X terhadap Y dengan

menjelaskan hubungan antar variabel. Pengujian hipotesis dengan PLS dapat menggunakan software

Smart PLS 3.0 di website http://www.smartpls.de.

Tabel 1. Parameter Uji Validitas dalam Model Pengukuran PLS

Uji Validitas Parameter Rule of Thumbs

Konvergen Faktor loading Lebih dari 0,7

Average variance extracted (AVE) Lebih dari 0,5

Communality Lebih dari 0,5

Diskriminan Akar AVE dan korelasi variabel laten Akar AVE > korelasi

variabel laten

Cross loading Lebih dari 0,7 dalam

satu variabel

Sumber: diadaptasi dari Chin (dalam Jogiyanto dan Abdillah, 2009:61)

Uji validitas dalam PLS dengan indikator dapat tercermin dari besarnya faktor loading indikator-

indikator yang mengukur konstruk. Faktor loading merupakan korelasi antara skor item atau skor

komponen dengan skor konstruk. Hair dkk, dalam Jogiyanto dan Abdillah, 2009:60 menjelaskan bahwa

rule of thumb biasanya digunakan untuk membuat pemeriksaan awal dari matrik faktor adalah ±.30

yang dipertimbangkan memenuhi level minimal, dengan loading ±.40 dianggap lebih baik dan loading

> 0.50 dianggap signifikan secara praktikal. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai faktor

loading maka semakin mampu dalam menginterpretasikan matrik faktor.

Page 7: PENGARUH SUMBER DAYA, INFORMASI DAN ORIENTASI …fkbi.akuntansi.upi.edu/wp-content/uploads/2017/10/FKBI-V_ACFM_06... · Laporan akuntabilitas daerah merupakan bentuk dari semakin

Prosiding ISBN : 978-602-17225-6-5

Forum Keuangan dan Bisnis V, Th. 2016 43

Menurut Chin (dalam Jogiyanto dan Abdillah, 2009:61, menunjukkan bahwa nilai validitas

konvergen suatu konstruk dapat dilihat dari faktor loading dengan rule of thumb lebih dari 0,7 dan rule

of thumb lebih dari 0,5 juga masih dapat diterima (Hair dkk, 2010). Validitas konvergen juga dapat

dilihat dari nilai AVE dengan rule of thumb lebih dari 0,5 (Chin, dalam Jogiyanto dan Abdillah,

2009:61) dan rule of thumb 0,4 juga masih diberi toleransi (Lai dan Fan, 2008; Vinzi dkk., 2010, dalam

Wijaya dan Akbar, 2012). Untuk uji validitas diskriminan dapat dinilai dari cross loading pengukuran

dengan konstruknya dengan rule of thumb lebih dari 0,7 dalam satu variabel (tabel 3.1). Suatu model

mempunyai validitas yang cukup jika akar AVE antara konstruk lebih besar daripada korelasi antar

konstruk dengan konstruk lain dalam suatu model.

Reliabilitas menunjukkan akurasi, konsistensi dan ketepatan suatu alat ukur dalam melakukan

pengukuran (Jogiyanto dan Abdillah, 2009:61). Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi

internal alat ukur. Uji reliabilitas dalam PLS menggunakan dua metoda yaitu Cronbach’s alpha dan

Composite reliability. Cronbach’s alpha mengukur batas bawah nilai reliabilitas sedangkan Composite

reliability mengukur nilai sesungguhnya reliabilitas suatu konstruk. Hair dkk; dalam Jogiyanto dan

Abdillah, 2009:62 mengungkapkan bahwa composite reliability harus lebih besar dari 0,7 meskipun

nilai 0,6 masih dapat diterima.

Uji reliabilitas digunakan untuk menguji keandalan responden dalam menjawab pertanyaan yang

merupakan dimensi dari suatu variabel yang disusun dalam bentuk kuesioner. Tinggi rendahnya suatu

kuesioner dapat dilihat dari koefisien reliabilitasnya. Jogiyanto dan Abdillah (2009:81) menyatakan

bahwa suatu konstruk dikatakan reliable jika nilai Cronbach’s alpha harus > 0,6 dan nilai Composite

reliability harus > 0,7.

Untuk memprediksi hubungan kausalitas dari proses bootstrap dalam menguji hipotesis dapat

dilakukan dengan membandingkan nilai T-table dengan T-statistic. Nilai T-table yang lebih rendah

daripada T-statistic pada tingkat keyakinan tertentu maka menunjukkan hipotesis penelitian terdukung.

Sebaliknya jika nilai T-table lebih tinggi daripada T-statistic pada tingkat keyakinan tertentu maka

menunjukkan hipotesis penelitian tidak terdukung. Hair dkk; dalam Jogiyanto dan Abdillah (2009),

mengungkapkan bahwa nilai T-table untuk pengujian hipotesis adalah ≥ 1,64 pada tingkat keyakinan

95 persen (alpha 5 persen).

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional ini menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam mengukur

variabel yang digunakan. Seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini diukur menggunakan 4

(empat) poin skala Likert dengan menghilangkan jawaban ragu-ragu (netral), sesuai yang digunakan

oleh beberapa peneliti sebelumnya (Julnes dan Holzer, 2001; Willougby dan Melkers (2001),

Asmadewa, 2007; Achyani dan Cahya, 2011). Pilihan jawaban ragu-ragu (netral) dihilangkan karena

kebanyakan subyek peneliti cenderung akan memilih jawaban yang netral. Berikut definisi operasional

untuk masing-masing variabel, diantaranya adalah

3.2. Sumber Daya (SD)

Variabel sumber daya merupakan faktor rasional yang terdiri dari 4 (empat) instrumen pertanyaan

yang diadopsi dari Julnez dan Holzer (2001) dengan menjelaskan mengenai dukungan sumber daya

(waktu, dana dan orang), kualitas pegawai, kualitas unit kerja, dan tingkat kehandalan dan relevansi

data. Variabel sumber daya diukur menggunakan 4 (empat) poin skala Likert dengan empat alternatif

jawaban, yaitu skor 1 artinya sangat tidak setuju (STS), skor 2 artinya tidak setuju (TS), skor 3 artinya

setuju (S) dan skor 4 artinya sangat setuju (SS).

3.3. Informasi (IN)

Variabel informasi sebagai faktor rasional yang menjelaskan mengenai tingkat keseringan dalam

mengakses informasi baik melalui literatur, media, internet, jurnal publikasi; mengikui pelatihan atau

workshop dan dalam memperoleh asistensi atau bantuan dari para ahli. Instrumen pertanyaan yang

digunakan terdiri dari 4 (empat) pertanyaan yang diadopsi dari Julnez dan Holzer (2001). Variabel

informasi diukur menggunakan 4 (empat) poin skala Likert dengan empat alternatif jawaban, yaitu skor

1 artinya tidak pernah , skor 2 artinya jarang, skor 3 artinya sering dan skor 4 artinya selalu.

Page 8: PENGARUH SUMBER DAYA, INFORMASI DAN ORIENTASI …fkbi.akuntansi.upi.edu/wp-content/uploads/2017/10/FKBI-V_ACFM_06... · Laporan akuntabilitas daerah merupakan bentuk dari semakin

Prosiding ISBN : 978-602-17225-6-5

Forum Keuangan dan Bisnis V, Th. 2016 44

3.4. Orientasi tujuan (OT)

Orientasi tujuan sebagai faktor rasional yang mengukur sejauh mana organisasi berorientasi pada

pencapaian tujuan. Orientasi tujuan menekankan pada kemampuan suatu instansi dalam

mengkomunikasikan strategi pencapaian sasaran dengan jelas, dan misi organisasi dalam mendorong

efisiensi. Variabel orientasi tujuan diukur dengan 2 instrumen pertanyaan yang diadopsi dari Julnez dan

Holzer (2001). Variabel orientasi tujuan diukur menggunakan 4 (empat) poin skala Likert dengan empat

alternatif jawaban, yaitu skor 1 artinya sangat tidak setuju (STS), skor 2 artinya tidak setuju (TS), skor

3 artinya setuju (S) dan skor 4 artinya sangat setuju (SS).

3.5. Akuntabilitas keuangan (AK) Akuntabilitas keuangan lebih melihat pada beberapa kriteria yang mempengaruhinya seperti

pertanggungjawaban dana publik, jenis dan bentuk laporan keuangan, penyajian tepat waktu,

pemeriksaan (audit) dan respon dari pemerintah. Variabel akuntabilitas keuangan diukur dengan 5

(lima) instrumen pertanyaan yang digunakan dari Wisnu (2007). Variabel akuntabilitas keuangan

diukur menggunakan 4 (empat) poin skala Likert dengan empat alternatif jawaban, yaitu skor 1 artinya

sangat tidak setuju (STS), skor 2 artinya tidak setuju (TS), skor 3 artinya setuju (S) dan skor 4 artinya

sangat setuju (SS).

3.6. Akuntabilitas kinerja (AKI)

Akuntabilitas kinerja mengukur sejauh mana para pegawai SKPD merasa bertanggungjawab

untuk mencapai hasil organisasi. Variabel akuntabilitas kinerja diukur dengan 13 (tiga belas) instrumen

pertanyaan yang digunakan Putra (2006). Variabel akuntabilitas kinerja diukur menggunakan 4 (empat)

poin skala Likert dengan empat alternatif jawaban, yaitu skor 1 artinya sangat tidak setuju (STS), skor

2 artinya tidak setuju (TS), skor 3 artinya setuju (S) dan skor 4 artinya sangat setuju (SS).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) baik dinas/ kantor/ badan yang

berada di pemerintah DIY, yang dipilih secara random. Responden yang menjadi sampel dalam

penelitian adalah para pegawai yang terlibat dalam penyusunan dan atau dalam pengambilan keputusan

anggaran dianggap lebih mampu dalam menilai akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas kinerja suatu

daerah. Responden penelitian terdiri dari Kepala Kantor, Bendahara, Sekretaris, Kasubag, Kasubid,

Kasie, Kabid, Kabag (Perencanaan dan Evaluasi, Keuangan dan Aset, Penyusun program dan

Pelaporan, Umum, Pengawasan, Anggaran, Kepegawaian, Tata Usaha). Data responden diperoleh dari

penyebaran kuesioner penelitian secara langsung ke Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di DIY.

Berdasarkan Rincian response rate dan usable response rate, jumlah kuesioner yang disebarkan ke

pemerintahan DIY sebesar 150 eksemplar dan kuesioner yang kembali sebesar 100 eksemplar. Peneliti

tidak berhasil mengambil seluruh kuesioner yang disebar, sehingga data terakhir yang digunakan dalam

penelitian ini sebanyak 100 eksemplar. Berikut karakteristik sampel:

Tabel 2. Karakteristik Sampel

Keterangan

Jumlah

Responden

Persentase

(%)

Jenis Kelamin:

- Pria 63

- Wanita 37

100 100%

Usia:

- < 30 tahun 2

- 30 - 40 tahun 36

- 41 - 50 tahun 51

- > 50 tahun 11

Page 9: PENGARUH SUMBER DAYA, INFORMASI DAN ORIENTASI …fkbi.akuntansi.upi.edu/wp-content/uploads/2017/10/FKBI-V_ACFM_06... · Laporan akuntabilitas daerah merupakan bentuk dari semakin

Prosiding ISBN : 978-602-17225-6-5

Forum Keuangan dan Bisnis V, Th. 2016 45

100 100%

Tingkat Pendidikan:

- SMA 0

- D 6

- S1 70

- S2 24

- S3 0 0%

100 100%

Eselon:

- I 0 0%

- II 0 0%

- III 62

- IV 25

- Lainnya… 13

100 100%

Masa Kerja:

- 1 - < 5tahun 68

- 5 - 10 tahun 32

- > 10 tahun 0

100 100%

Sumber: Data primer diolah tahun 2015

Tabel 3. Perbandingan Nilai Kisaran Teoritis dan Aktual

Variabel Laten

Jumlah

Item

Kisaran

Teoritis

Kisaran

Aktual

Sumber Daya (SD) 4 4-16 4-16

Informasi (IN) 4 4-16 5-16

Orientasi Tujuan (OT) 2 2-8 3-8

Akuntabilitas Keuangan (AK) 5 5-20 13-20

Akuntabilitas Kinerja (AKI) 8 8-32 19-32

Sumber: Output olah data excel tahun 2015

Dalam kisaran data, menunjukkan perbandingan antara nilai kisaran teoritis dengan kisaran aktual

suatu variabel. Hasil olah data dari 100 responden, diperoleh 17 item pertanyaan yang dinyatakan valid

dan 6 item pertanyaan dinyatakan tidak valid karena mempunyai faktor loading dibawah 0,5 (Hair dkk,

2010). Kisaran teoritis atas jawaban responden dari kelima variabel laten, mempunyai batas minimal 2

dan batas maksimal 32, sedangkan kisaran aktualnya mempunyai batas minimal 3 dan batas maksimal

32. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa nilai kisaran aktual berada dalam kisaran teoritisnya sehingga

dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan jawaban responden atas 23 pertanyaan penelitian berada

dalam kisaran teoritis.

4.1. Analisis Data

Analisis data dilakukan menggunakan alat statistik Partial Least Square (PLS) dengan program

SmartPLS versi 3.0 M3. Ada beberapa prosedur analisis data yang digunakan dalam penelitian ini,

diantaranya adalah merancang model struktural, merancang model pengukuran dan mengevaluasi

model pengukuran. Model struktural dalam penelitian ini terdapat 5 (lima) konstruk yang terdiri dari 3

konstruk eksogen (independen) dan 2 konstruk endogen (dependen). Kontruk eksogen meliputi sumber

daya (SD), informasi (IN), orientasi tujuan (OT), dan konstruk endogen meliputi Akuntabilitas

Page 10: PENGARUH SUMBER DAYA, INFORMASI DAN ORIENTASI …fkbi.akuntansi.upi.edu/wp-content/uploads/2017/10/FKBI-V_ACFM_06... · Laporan akuntabilitas daerah merupakan bentuk dari semakin

Prosiding ISBN : 978-602-17225-6-5

Forum Keuangan dan Bisnis V, Th. 2016 46

Keuangan (AK), Akuntabilitas Kinerja (AKI). Model pengukuran untuk analisis jalur (path analysis)

ditunjukkan pada gambar berikut ini:

Gambar 1. Model pengukuran untuk analisis jalur (path analysis)

Sumber: Output Smart PLS tahun 2015

Hasil analisis diagram jalur dan pengukuran (analisis jalur) dengan menggunakan iterasi

algoritma PLS, dapat dilihat dalam gambar dan tabel sebagai berikut:

Gambar 2. Gambar Diagram Jalur Hasil Analisis (Iterasi Algoritma PLS)

Sumber: Output Smart PLS tahun 2015

Tabel 4. Overview Iterasi Algoritma PLS

Variabel Validity Test Reliability Test

R Square

AVE

Composite

Reliability

Cronbach's

Alpha

AK 0.644 0.900 0.860 0.168

AKI 0.439 0.861 0.817 0.374

IN 0.600 0.810 0.693

OT 0.848 0.917 0.820

SD 0.640 0.875 0.816

Page 11: PENGARUH SUMBER DAYA, INFORMASI DAN ORIENTASI …fkbi.akuntansi.upi.edu/wp-content/uploads/2017/10/FKBI-V_ACFM_06... · Laporan akuntabilitas daerah merupakan bentuk dari semakin

Prosiding ISBN : 978-602-17225-6-5

Forum Keuangan dan Bisnis V, Th. 2016 47

Parameter uji validitas konvergen dapat dilihat dari skor AVE dan Communality. Skor masing –

masing bernilai diatas 0,5 yang berarti bahwa probabilitas indikator kontruk masuk ke konstruk lain

menjadi lebih rendah karena kurang dari 0,5 sehingga probabilitas indikator tersebut konvergen dan

masuk di konstruk yang lebih besar yaitu diatas 0,5. Hasil uji validitas konvergen menunjukkan bahwa

konstruk OT mempunyai nilai AVE tertinggi sebesar 0,848; sedangkan nilai AVE terendah terdapat

pada konstruk AKI sebesar 0,439. Walaupun skor AVE yang dimiliki konstruk AKI (0,439)

menunjukkan lebih rendah dari skor ideal AVE dengan probabilitas sebesar 0,5 namun skor 0,4 masih

diberi toleransi (Lai dan Fan, 2008; Vinzi dkk., 2010; dalam Wijaya dan Akbar, 2012). Sedangkan

parameter uji validitas diskriminan dapat dilihat pada skor cross loading, menunjukkan bahwa masing-

masing indikator suatu konstruk dalam model pengukuran telah memenuhi syarat validitas diskriminan.

Hal ini karena masing – masing indikator di suatu konstruk berbeda dengan indikator di konstruk lain

dan mengumpul pada konstruk yang dimaksud dengan skor ≥ 0,6.

Parameter uji reliabilitas dapat dilihat dari skor composite reliability dan cronbachs alpha dengan

syarat minimal nilainya ≥ 0,6 (Hair dkk, 2006 dalam Hartono, 2009). Dari tabel diatas, dapat

disimpulkan bahwa seluruh konstruk dinyatakan reliabel karena telah memenuhi skor composite

reliability dan cronbachs alpha ≥ 0,6. Skor composite reliability yang tertinggi dimiliki konstruk OT

(0,917) dan terendah IN (810). Untuk skor cronbachs alpha tertinggi juga dimiliki oleh konstruk AK

(0,860) dan terendah dimiliki IN (0,693).

Berdasarkan evaluasi model pengukuran dengan terpenuhinya kriteria uji validitas (konvergen dan

diskriminan) dan uji reliabilitas, maka secara keseluruhan instrumen penelitian dinyatakan valid dan

reliabel sehingga layak untuk dilakukan pengujian hipotesis.

4.2. Pengujian Hipotesis

Untuk mengukur keterdukungan hipotesis yang diajukan, maka dilakukan pengujian model

struktural dengan memakai fungsi Bootstraping dalam PLS. Hasil evaluasi model struktural dapat

dilihat pada gambar sebagai berikut:

Gambar 3. Diagram Bootstraping – Evaluasi Model Struktural

Sumber: Output Smart PLS Tahun 2015

Sumber: Output Smart PLS tahun 2015

Page 12: PENGARUH SUMBER DAYA, INFORMASI DAN ORIENTASI …fkbi.akuntansi.upi.edu/wp-content/uploads/2017/10/FKBI-V_ACFM_06... · Laporan akuntabilitas daerah merupakan bentuk dari semakin

Prosiding ISBN : 978-602-17225-6-5

Forum Keuangan dan Bisnis V, Th. 2016 48

Dari proses Bootstraping yang dilakukan seperti gambar diatas, menghasilkan koefisien jalur yang

disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 5. Koefisien Jalur (Mean, STDEV, T-Values)

Hubungan

Antar Variabel

Original

Sample

(O)

Sample

Mean

(M)

Standard

Error

(STERR)

T-Statistics

(|O/STERR|)

AK -> AKI 0.358 0.358 0.084 4.275

IN -> AK -0.141 -0.149 0.108 1.305

IN -> AKI 0.330 0.331 0.109 3.033

OT -> AK 0.320 0.315 0.103 3.121

OT -> AKI 0.280 0.282 0.100 2.810

SD -> AK 0.170 0.191 0.109 1.569

SD -> AKI -0.073 -0.062 0.135 0.538

Sumber: Output Smart PLS tahun 2015

Penelitian ini mengajukan 7 (tujuh) hipotesis. Ketujuh hipotesis tersebut terdiri dari H1a,

H1b, H2a, H2b, H3a, H3b dan H4. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan PLS

yang menunjukkan hasil bahwa:

Tabel 6. Hasil Pengujian Hipotesis

Hipotesis

Hubungan Antar

Variabel Tanda Koefisien T-Value Hasil

H4 AK -> AKI + 0.358 4.275 Terdukung

H3a IN -> AK - -0.141 1.305 Tidak Terdukung

H3b IN -> AKI + 0.330 3.033 Terdukung

H2a OT -> AK + 0.320 3.121 Terdukung

H2b OT -> AKI + 0.280 2.810 Terdukung

H1a SD -> AK - 0.170 1.569 Tidak Terdukung

H1b SD -> AKI - -0.073 0.538 Tidak Terdukung

4.2.1. Faktor rasional sumber daya terhadap akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas kinerja

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang dapat dilihat dalam tabel, menunjukkan bahwa faktor

sumber daya tidak berpengaruh secara positif terhadap akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas kinerja.

Hasil penelitian dengan faktor rasional sumber daya tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan

oleh Julnez dan Holzer (2001) bahwa faktor sumber daya tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas

keuangan dan akuntabilitas kinerja. Kondisi ini menunjukkan bahwa sumber daya yang dimiliki di

setiap SKPD tidak mendukung akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas kinerja di pemerintah DIY.

Sumber daya berupa waktu, dana, dan orang yang tercukupi, berkualitas dan mampu memberikan

kontribusi yang maksimal pada pemerintah, tidak menentukan pertanggungjawaban atau akuntabilitas

keuangan maupun akuntabilitas kinerja suatu daerah.

4.2.2. Faktor rasional orientasi tujuan terhadap akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas

kinerja

Hasil pengujian hipotesis yang dapat dilihat dalam tabel, menunjukkan bahwa faktor orientasi

tujuan berpengaruh secara positif terhadap akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas kinerja. Hasil

penelitian dengan faktor rasional orientasi tujuan menunjukkan hasil yang tidak konsisten dengan

penelitian yang dilakukan oleh Julnez dan Holzer (2001) bahwa faktor orientasi tujuan berpengaruh

terhadap akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas kinerja. Walaupun demikian, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa orientasi tujuan yang dimiliki di setiap SKPD sangat mendukung akuntabilitas

Page 13: PENGARUH SUMBER DAYA, INFORMASI DAN ORIENTASI …fkbi.akuntansi.upi.edu/wp-content/uploads/2017/10/FKBI-V_ACFM_06... · Laporan akuntabilitas daerah merupakan bentuk dari semakin

Prosiding ISBN : 978-602-17225-6-5

Forum Keuangan dan Bisnis V, Th. 2016 49

keuangan dan akuntabilitas kinerja di pemerintah DIY. SKPD mampu mengkomunikasikan dengan

jelas mengenai strategi dalam mencapai sasaran organisasi pemerintah dan adanya kesepakatan visi dan

misi yang terbangun dalam organisasi. Hal ini sangat membantu pemerintah dalam mewujudkan

akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas kinerja.

4.2.3. Faktor rasional informasi terhadap akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas kinerja

Hasil pengujian hipotesis yang dapat dilihat dalam tabel, menunjukkan bahwa faktor informasi

tidak berpengaruh secara positif terhadap akuntabilitas keuangan tetapi berpengaruh positif terhadap

akuntabilitas kinerja. Hasil penelitian dengan faktor rasional informasi terhadap akuntabilitas keuangan

menunjukkan tidak adanya pengaruh sehingga tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh

Julnez dan Holzer (2001). Berbeda dengan pengaruh faktor sumber daya terhadap akuntabilitas kinerja

yang menunjukkan adanya hubungan yang positif sehingga konsisten dengan penelitian yang dilakukan

Julnes dan Holzer (2001). Kondisi ini menunjukkan bahwa informasi yang dimiliki di setiap SKPD

tidak mendukung akuntabilitas keuangan dan tetapi terciptanya akuntabilitas kinerja di pemerintah DIY.

Informasi yang ada seperti, fasilitas informasi berupa disediakannya akses informasi/ publikasi,

pelatihan dan seminar yang diberikan oleh pemerintah kepada pegawai yang dapat membantu dan

memudahkan para pegawai dalam menjalankan tugas kerjanya sehingga memberikan

pertanggungjawaban akuntabilitas kinerja pemerintah.

4.2.4. Akuntabilitas keuangan berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja

Hasil pengujian hipotesis yang dapat dilihat dalam tabel, menunjukkan bahwa akuntabilitas

keuangan berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja. Hasil penelitian ini konsisten dengan

penelitian yang dilakukan oleh Soleman (2007) dan Enita (2013) sedangkan tidak konsisten terhadap

hasil penelitian Riantiarno dan Azlina (2011). Kondisi ini menunjukkan bahwa akuntabilitas keuangan

daerah mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja pemerintah DIY. Laporan pertanggungjawaban atas

kinerja yang dilakukan oleh pemerintah dalam bentuk laporan keuangan dapat dilaporkan secara tepat

waktu. Dari laporan keuangan yang ada menunjukkan bahwa kegiatan atau program kerja sudah

berjalan secara efisien dan efektif sesuai visi dan misi yang ada dalam organisasi. Laporan keuangan

yang ada juga senantiasa ditindaklanjuti dengan melakukan evaluasi kerja.

5. KESIMPULAN

Penelitian ini melakukan pengujian menggunakan alat analisis Partial Least Square (PLS) dengan

pendekatan metoda kuantitatif. Hasil analisis penelitian secara kuantitatif menunjukkan bahwa

akuntabilitas keuangan hanya dipengaruhi oleh faktor orientasi tujuan sedangkan faktor sumber daya

dan informasi tidak mempengaruhi akuntabilitas keuangan instansi pemerintah. Akuntabilitas kinerja

dipengaruhi oleh beberapa faktor rasional diantaranya orientasi tujuan dan informasi sedangkan faktor

sumber daya tidak mempengaruhi akuntabilitas kinerja. Keterkaitan antara akuntabilitas keuangan dan

akuntabilitas kinerja juga terbukti secara empiris bahwa keduanya mempunyai hubungan pengaruh,

bahwa akuntabilitas keuangan juga terbukti berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja.

Penelitian ini secara empiris membuktikan bahwa faktor rasional informasi dan orientasi tujuan

yang terbukti berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja sedangkan akuntabilitas keuangan

hanya dipengaruhi oleh faktor orientasi tujuan. Adanya pengaruh faktor orientasi tujuan terhadap

akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas kinerja secara empiris bahwa terdapat pengaruh positif maka

hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Julnes dan Holzer (2001), sedangkan untuk pengaruh

faktor informasi terhadap akuntabilitas kinerja secara empiris terbukti berpengaruh positif sehingga

mendukung penelitian Julnes Holzer (2001). Akuntabilitas keuangan juga secara empiris terbukti

berpengaruh secara positif terhadap akuntabilitas kinerja, sehingga mendukung penelitiannya Soleman

(2007) dan Enita (2013).

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penelitian ini masih terbatas dilakukan di Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sehingga kurang mampu

mengeneralisasi faktor-faktor yang mempengaruhi akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas kinerja.

Penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa faktor informasi dan orientasi tujuan dapat

mempengaruhi akuntabilitas kinerja dan akuntabilitas keuangan hanya dipengaruhi oleh faktor orientasi

tujuan, serta akuntabilitas keuangan memberikan pengaruh terhadap akuntabilitas kinerja. Hasil

Page 14: PENGARUH SUMBER DAYA, INFORMASI DAN ORIENTASI …fkbi.akuntansi.upi.edu/wp-content/uploads/2017/10/FKBI-V_ACFM_06... · Laporan akuntabilitas daerah merupakan bentuk dari semakin

Prosiding ISBN : 978-602-17225-6-5

Forum Keuangan dan Bisnis V, Th. 2016 50

penelitian ini dapat memberikan masukan pada pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa

Yogyakarta bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi akuntabilitas kinerja adalah faktor

informasi dan orientasi tujuan sedangkan faktor orientasi tujuan juga dapat mempengaruhi akuntabilitas

keuangan, serta akuntabilitas keuangan memberikan pengaruh terhadap akuntabilitas kinerja daerah.

Dari hasil tersebut dapat digunakan pemerintah sebagai bahan evaluasi dalam menerapkan akuntabilitas

akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas kinerja, dalam meningkatkan bentuk akuntabilitas dan kinerja

pemerintah. Saran untuk penelitian berikutnya adalah sebagai berikut:

1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti kembali faktor rasional serta menambahkan

faktor politik yang terdiri dari kelompok internal, kelompok eksternal dalam akuntabilitas

sektor publik.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan melakukan penelitian menggunakan metoda campuran

(kuantitatif dan kualitatif) karena metoda ini mempunyai hasil pemahaman yang lebih luas

sehingga dapat lebih jelas menangkap fenomena institusional isomorfisme.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas obyek penelitian di pemerintah daerah

lain sehingga mampu mengeneralisasi kesimpulan penelitian secara lebih luas.

6. REFERENSI

Achyani, F. dan Cahya, B. T. 2011. Analisis Aspek Rasional dalam Penganggaran Publik terhadap

Efektivitas Pengimplementasian Anggaran Berbasis Kinerja pada Pemerintah Kota Surakarta.

Maksimum Vol.1, No.1.

Akbar, R., R. Pilcher, dan B. Perrin. 2012. Performance Measurement in Indonesia: The Case of Local

Government. Pacific Accounting Review, Vol. 24 (3), 262-291.

Ashworth, R., G. Boyne., dan R. Delbridge. 2009. Escape from the Iron Cage? Organizational Change

and Isomorphic Pressures in the Public Sector. Journal of Public Administration Research and

Theory.

Bastian, I. 2010. Akuntansi Sektor Publik, Suatu Pengantar, Edisi 3. Yogyakarta. Erlangga.

Braun, V, dan Clarke, V. 2006. Using thematic analysis in psychology.

Cavalluzzo, K. S. dan Ittner, Christopher D. 2003. Implementing Performance Measurement

Innovations: Evidence from Government. Accounting, Organizations and Society, Vol 29.

Cooper, D. R. dan Schindler, P. S. 2006. Metodologi Riset Bisnis, Volume Riset 1 dan 2, Edisi.9. Jakarta.

McGraw-Hill Irwin.

Coombs, H. M. dan Jenkins, D. E. 2002. Public Sector Financial Management, Third Edition. South-

Western Cengage Learning.

Creswell, John W. 2010. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (Versi

Terjemahan). Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Effendi, T. 2006. Modul Indikator Kinerja: Referensi untuk Menentukan Indikator Kinerja Instansi

Pemerintah. Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.

Friedman, M. 2009. Trying Hard Is Not Good Enough. Booksurge.

Enita, Binawati. 2013. Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja dan Akuntabilitas Sektor Publik, Studi

pada Pemerintah DIY. Tesis. Universitas Gadjah Mada.

Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi revisi. Yogyakarta: Salemba Empat.

Hartono, Jogiyanto. 2008a. Metodologi Penelitian Sistem Informasi. Edisi I, Andi Offset: Yogyakarta.

. 2008b. Pedoman Survei Kuesioner: Mengembangkan kuesioner, Mengatasi Bias dan

Meningkatkan Respon. Edisi I, BPFE: Yogyakarta.

Hartono, Jogiyanto dan Abdillah, Willy. 2009. Konsep dan Aplikasi PLS (Patial Least Square) untuk

Penelitian Empiris. BPFE: Yogyakarta.

Hair Jr., J.E., Anderson, R.E., Tatham R.L. & Back, W.C. 2010. Multivariate data Analysis, 7th Ed.,

New Jersey: Prentice-Hall International, Inc.

ulnes, P. de Lancerand Holzer, M. 2001. Promoting the Utilization of Performance Measures in Public

Organization: an Empirical Tudy of Factors Affecting Adoption and Implementation. Public

Administration Review 61 (6), P. 693-708.

Lembaga Adminsitrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2000.

Akuntabilitas dan Good Governance. Jakarta hal.1,5.

Mardiasmo, 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi.

Page 15: PENGARUH SUMBER DAYA, INFORMASI DAN ORIENTASI …fkbi.akuntansi.upi.edu/wp-content/uploads/2017/10/FKBI-V_ACFM_06... · Laporan akuntabilitas daerah merupakan bentuk dari semakin

Prosiding ISBN : 978-602-17225-6-5

Forum Keuangan dan Bisnis V, Th. 2016 51

Nurhamid, M. 2008. Implementasi Inovasi Sistem Pengukuran Kinerja Instansi Pemerintah. Jurnal

Akuntansi Pemerintah. Vol.3, No.3, Hal.45-76.

Parhusip, P.T. 2007. Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Akuntabilitas Publik

dan Transparansi Pemerintah Kota/Kabupaten yang Terjadi Pemekaran. Tesis. Universitas

Gadjah Mada.

Patton, J.M. 1992. Accountability and Governmental Financial Reporting. Financial Accountability and

Management, 8(3).

Putra, H.S. 2006. Pengaruh Faktor-Faktor Teknis dan Organisasi terhadap Pengembangan Pengukuran

Kinerja dan Penggunaan Informasi Kinerja Pemerintah Daerah: Studi Empiris di Propinsi DIY.

Tesis. Universitas Gadjah Mada.

Santoso, U. dan Pambelum, Y. J. 2008. Pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor Publik terhadap

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dalam Mencegah Fraud. Jurnal Administrasi Bisnis.

Vo.4, No.1, Hal.14-33.

Sardjito, B. dan Munthaher, O. 2008. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja

Aparat Pemerintah Daerah: Budaya dan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating.

Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.2, No.1, Hal.37-49.

Scott, W. Richard. 1987. The Adolescence of Institutional Theory. Administrative Science Quarterly

32:493-511.

Soleman, R. 2007. Pengaruh Kompetensi, Penerapan Akuntabilitas Keuangan, dan Ketaatan pada

Peraturan Perundangan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Disertasi.

Unpad.

Sinclair, A. 1995. The Chameleon of Accountability: Form and Discourses. Accounting Organization

and Society. Vol.20, No.2/3, PP.219-237.

Sriharioto dan Wardhani, R. Good Governance, Kompetensi KPPN dan Persepsi Keberhasilan

Pelaksanaan Penganggaran Berbasis Kinerja Satuan Kerja Kementrian/ Lembaga. Tesis.

Universitas Indonesia.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta: Bandung.

Riantiarno dan Azlina. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah, Studi pada SKPD Kabupaten Rokan Hulu. Pekbis Jurnal Vol.3, No.3, Hal 560-568.

Ridha, M. Arsyadi. 2012. Pengaruh Tekanan Eksternal, Ketidakpastian Lingkungan, dan Komitmen

Managemen terhadap Penerapan Transparansi Pelaporan Keuangan. Tesis. Universitas Gadjah

Mada.

Turner, Mark and Hulme, David. 1997. Governance, Administration and Development: Making the

State Work, London : MacMillan Press Ltd.

Windayani, S. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Penggunaan Informasi Kinerja

dalam Penganggaran. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.2, No.1, Hal 9-28.

Wisnu, H. R. S. 2007. Persepsi Stakeholders terhadap Kriteria Akuntabilitas Keuangan dan

Transparansi pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Tesis. Universitas Gadjah Mada.

Wijaya, A. C. H., dan R. Akbar. 2012. The Influences of Information, Goals and Objectives of

Organization, and External Pressures towards the Use of Performance Measurement System in

Public Sectors. Asia-America-Africa-Australia (A4).

Willoughby, K.G. dan J.E. Melkers. 2000. Implementing PBB (Performance Based Budgeting) :

Conflicting View Succes. Public Budgeting and Finance. Vol.20. 105-120.