pengaruh suhu terhadap respirasi

35
PENGARUH SUHU TERHADAP LAJU RESPIRASI DAN PRODUKSI ETILENA PADA PASCAPANEN BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L) STANLEY SWADIANTO DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Upload: yogaika

Post on 28-Nov-2015

110 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

PENGARUH SUHU TERHADAP LAJU RESPIRASI DAN

PRODUKSI ETILENA PADA PASCAPANEN BUAH

MANGGIS (Garcinia mangostana L)

STANLEY SWADIANTO

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

Page 2: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

PENGARUH SUHU TERHADAP LAJU RESPIRASI DAN

PRODUKSI ETILENA PADA PASCAPANEN BUAH

MANGGIS (Garcinia mangostana L)

STANLEY SWADIANTO

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

Page 3: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

Judul : Pengaruh Suhu Terhadap Laju Respirasi dan Produksi Etilena

pada Pascapanen Buah Manggis (Garcinia mangostana L)

Nama : Stanley Swadianto

NIM : G84051911

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. drh. Maria Bintang, MS. Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc.

Ketua Anggota

Diketahui

Dr. Ir. I Made Artika, M.App.Sc.

Ketua Departemen Biokimia

Tanggal Lulus:

Page 4: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 31 Januari 1987 dari pasangan

Ayub Kurniawan dan Swacahayani. Penulis merupakan anak pertama dari tiga

bersaudara. Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negeri 4 Tangerang dan masuk

Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru

(SPMB) pada Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam.

Selama mengikuti Perkuliahan, penulis menjadi asisten Agama Kristen

Protestan pada tahun ajaran 2008/2009. Penulis aktif di unit kegiatan mahasiswa

Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) di Komisi Pelayanan Anak sebagai

koordinator (2007/2008) dan pemimpin kelompok kecil, Community of Research

and Education in Biochemistry (CREBs) pada tahun 2008/2009 sebagai pengurus.

Penulis melakukan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Laboratorium Analitik, Balai

Pengkajian Bioteknologi, Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT),

Kawasan Puspitek Serpong, Tangerang dari bulan Juli sampai Agustus 2008.

Page 5: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus karena berkat dan

kasih karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

Penelitian ini berjudul Pengaruh Suhu Terhadap Laju Respirasi dan Produksi

Etilena pada Pascapanen Buah Manggis (Garcinia mangostana L). Kegiatan

penelitian dilakukan dari bulan Februari hingga April 2009, bertempat di

Laboratorium Teknik dan Pengolahan Pangan Hasil Pertanian dan Laboratorium

Lingkungan Bangunan Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Institut Pertanian

Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian ini, antara lain kepada Prof. Dr. drh. Maria

Bintang, MS selaku pembimbing utama, Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc

selaku pembimbing kedua, Bapak Ismadi dan Pusat Kajian Buah Tropis (PKBT)

yang telah memberikan dana untuk penelitian ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tuaku,

adek-adekku (Standy, Steffy) atas dukungan dan doanya selama ini. Tak lupa

penulis juga mengucapkan terima kasih buat teman-temanku KPA 42 (Oliv, Lili,

Evi, Isak, Dmitry, Ester), adek kelompok kecilku (Juli, Janu, Hadi, Satya), Kak

Andri, Kezhia, adek-adek asistensiku (Dian, Leo, Desi, Feri, Chris, Kurnia,

Sintong, Herlina, Helma, Rido, Ana), teman-teman KPA 43, pengurus KPA 44,

serta teman-teman seperjuangan Departemen Biokimia angkatan 42.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan yang harus

diperbaiki, namun harapan penulis semoga penelitian ini dapat memberikan

manfaat bagi semua orang yang membacanya.

Bogor, Januari 2010

Stanley Swadianto

Page 6: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

ABSTRAK

STANLEY SWADIANTO. Pengaruh Suhu Terhadap Laju Respirasi dan Produksi

Etilena pada Pascapanen Buah Manggis (Garcinia mangostana L). Dibimbing

oleh MARIA BINTANG dan ROEDHY POERWANTO.

Manggis merupakan salah satu tanaman buah klimakterik yang

mempunyai kulit buah tebal, mudah pecah, daging buahnya berwarna putih,

kandungan gizi serta penampilan buahnya yang berwarna merah keunguan dan

menarik. Buah yang memiliki laju respirasi cepat dan produksi etilenanya tinggi

biasanya memiliki umur simpan yang pendek dan berpengaruh terhadap

pascapanen buah. Tujuan penelitian ini mengkaji pengaruh suhu terhadap laju

respirasi dan produksi etilena buah manggis. Pada penelitian ini laju respirasi CO2

dan O2 diukur menggunakan alat gas analyzer dan produksi etilena menggunakan

alat kromatografi gas. Hasil penelitian menunjukkan puncak klimakterik pada

suhu ruang terjadi pada hari ke-11 dengan laju respirasi sebesar 54.56 ml/kg.jam

dan untuk suhu dingin terjadi pada hari ke-22 dengan laju respirasi sebesar 36.68

ml/kg.jam. Hasil pengukuran konsentrasi etilena tertinggi pada suhu ruang sebesar

247.29 ppm (hari ke-11). Hasil pengukuran konsentrasi etilena tertinggi pada suhu

dingin (150C) sebesar 50.44 ppm (hari ke-21). Pada suhu ruang buah manggis

akan lebih cepat matang dan masa simpannya tidak akan lama jika dibandingkan

dengan buah manggis yang disimpan pada suhu dingin (150C)

Page 7: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

ABSTRACT

STANLEY SWADIANTO. Effects of Temperature on Respiration Rate and

Ethylene Production in Postharvest of Mangosteen Fruit ( Garcinia mangostana

L). Under the direction of MARIA BINTANG and ROEDHY POERWANTO.

The Mangosteen is one of climacteric fruit plant that has thick and fragile

rind, the kernel is white color, nutrient content and of presenting it’s red-purple

colored fruit and interesting. The fruit which has a fast respiration rate and high

ethylene production usually has short shelf-life. The purpose of this research was

to evaluate affect of temperature on respiration rate and ethylene production of

mangosteen fruit. Respiration rate CO2 and O2 were measured by gas analyzer and

ethylene production was analyzed gas chromatography. The results of this

research revealed that the peak of climacteric at room temperature occured on

11th day with respiration rate of 54.56 ml/kg.hour and for cold temperature

happened on 22nd day with respiration rate of 36.68 ml/kg.hour. The research

showed that the highest ethylene on the room temperature pointed on 247.29 ppm

(11th day). The research showed that the highest ethylene on the cold temperature

pointed on 50.44 ppm (21st day). At room temperature (27-300C), mangosteen

will be faster ripend and has a shorter shelf-life compare to the mangosteen which

stored on the cold temperature (150C).

Page 8: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vi

PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

TINJAUAN PUSTAKA

Manggis (Garcinia mangostana L) ......................................................... 2

Laju Respirasi ........................................................................................ 2

Etilena .................................................................................................... 3

Fisiologi Pascapanen .............................................................................. 4

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan ....................................................................................... 5

Metode Penelitian .................................................................................. 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Laju Respirasi ......................................................................................... 6

Produksi Etilena ...................................................................................... 8

SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 10

LAMPIRAN ....................................................................................................... 13

Page 9: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Manggis ......................................................................................................... 2

2 Kurva laju respirasi C02 buah klimakterik dan nonklimakterik ..................... 3

3 Laju respirasi pada suhu ruang (27-300C) ..................................................... 7

4 Laju respirasi pada suhu dingin150C ............................................................. 7

5 Konsentrasi etilena pada suhu ruang (27-300C) ............................................ 9

6 Konsentrasi etilena pada suhu dingin 150C ................................................... 9

7 Biosintesis etilena .......................................................................................... 10

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Tahapan pengukuran laju respirasi ................................................................ 14

2 Tahapan pengukuran produksi etilena ........................................................... 15

3 Hasil pengukuran produksi etilena pada suhu ruang (27-300C) .................... 16

4 Hasil pengukuran produksi etilena pada suhu dingin 150C ........................... 16

5 Hasil analisis keragaman laju respirasi CO2 ................................................. 17

6 Tabel laju respirasi ........................................................................................ 19

Page 10: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

PENDAHULUAN

Manggis (Garcinia mangostana L)

merupakan salah satu tanaman buah yang

mempunyai potensi tinggi untuk

dikembangkan. Rasa buahnya yang khas,

daging buahnya berwarna putih, kandungan

gizi serta penampilan kulit buahnya yang

menarik membuat manggis menjadi salah satu

buah yang banyak diminati oleh masyarakat.

Masalah yang terjadi pada pascapanen adalah

produk mudah mengalami kerusakan akibat

proses fisiologis seperti respirasi, transpirasi,

produksi etilena, dan pengerasan kulit buah

(Reza & Tuherkih 1994).

Pada tahun 1999 ekspor buah manggis

Indonesia sebesar 4.743.494 kg dengan nilai

US$ 3.887.816 dan pada tahun 2005

meningkat menjadi 8.472.770 kg dengan nilai

US$ 6.386.091. Nilai ekspor manggis jauh

lebih tinggi dari alpukat, durian, jeruk

mangga, nenas, dan pepaya. Panen manggis

berlangsung pada bulan November-April

dengan puncak produksi pada bulan Februari-

Maret. Ekspor manggis Indonesia sebagian

besar ditujukan ke Taiwan, Cina, Hongkong.

Buah manggis seperti buah pada umumnya

mudah mengalami kerusakan setelah dipanen

yang disebabkan oleh faktor fisiologis,

mekanis, hama dan penyakit. Diperkirakan

tingkat kerusakan dan kehilangan pascapanen

buah-buahan dan sayur-sayuran mencapai 5-

25% di negara maju dan 20-50% di negara

berkembang, tergantung jenis komoditasnya

(Kader 1992).

Buah manggis akan tetap melakukan

proses respirasi dan transpirasi secara aktif

setelah dipetik dari pohonnya. Laju respirasi

yang tinggi sebanding dengan kecepatan

kerusakan atau penurunan mutu sehingga

dapat mengurangi umur simpan buah-buahan

dan sayuran. Mutu buah manggis pada saat

diekspor pada umumnya kurang baik sehingga

ditolak oleh konsumen. Hal ini karena pada

saat sampai di tempat tujuan buah manggis

sudah terlalu matang dan akibatnya buah

manggis akan cepat membusuk. Mutu buah

manggis yang kurang baik dapat dilihat dari

kulit buahnya yang berwarna ungu kehitaman,

kesegaran kelopak buahnya yang sudah mulai

berwarna kuning, dan kulitnya yang sudah

mengeras.

Penanganan pascapanen yang baik dapat

mempertahankan mutu buah segar dalam

waktu yang cukup lama. Untuk mencegah

terjadinya kerusakan pascapanen pada

komoditas buah-buahan, diperlukan suatu cara

penanganan yang tepat sehingga kerusakan

dapat ditekan serendah mungkin.

Keberhasilan memperpanjang masa

simpan buah-buahan segar ditunjukkan

dengan menurunnya laju pematangan atau

tertundanya awal pematangan sehingga

kesegaran buah dapat dipertahankan serta

dapat diterima oleh konsumen. Hal ini dapat

dicapai dengan mengubah lingkungan produk

setelah panen, yaitu dengan cara penurunan

suhu, penggunaan bahan kimia, memodifikasi

atmosfir di sekitar produk atau kombinasi dari

perlakuan-perlakuan tersebut (Irving 1984).

Laju respirasi merupakan indeks yang baik

untuk menentukan umur simpan buah-buahan

setelah dipanen. Intensitas respirasi

merupakan ukuran kecepatan metabolisme

dan seringkali digunakan sebagai indikasi

umur simpan buah-buahan. Penyimpanan

pada suhu dingin merupakan cara yang paling

efektif dan bermanfaat untuk memperlambat

perkembangan pembusukan pascapanen pada

buah-buahan dan sayur-sayuran. Tiap-tiap

buah dan sayuran memiliki suhu optimum

penyimpanan untuk menghambat penuaan dan

pematangan proses-proses fisiologis (Winarno

& Aman 1981)

Pola respirasi buah dibedakan menjadi 2

jenis, yaitu respirasi klimakterik dan

nonklimakterik. Respirasi buah klimakterik

mempunyai karakteristik yaitu laju

respirasinya pada saat awal setelah pemetikan

akan menurun, secara tiba-tiba laju respirasi

akan naik mencapai titik maksimum. Setelah

mencapai titik maksimum respirasi akan

menurun secara perlahan-lahan sampai buah

menjadi layu dan busuk. Pola karakteristik

buah nonklimakterik memiliki karakteristik

laju respirasinya tidak mengalami kenaikan

dan terus-menerus menurun (Seymour 1993).

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji

pengaruh suhu terhadap laju respirasi dan

produksi etilena serta membuktikkan bahwa

manggis merupakan buah klimakterik.

Hipotesis yang diajukan adalah suhu dapat

mempengaruhi laju respirasi dan produksi

etilena yang dihasilkan sehingga dapat

berpengaruh terhadap tingkat kematangan dan

umur simpan buah manggis.

Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi mengenai pengaruh

suhu terhadap laju respirasi dan produksi

etilena buah manggis yang dapat

meningkatkan umur simpan. Kemudian

membuktikan bahwa manggis merupakan

buah klimakterik sehingga dapat dipetik

sebelum matang sempurna.

Page 11: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

TINJAUAN PUSTAKA

Manggis

Manggis (Garcinia mangostana L)

merupakan tanaman buah berupa pohon yang

berasal dari hutan tropis yang teduh di

kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara

Malaysia atau Indonesia. Kemudian dari Asia

Tenggara tanaman ini menyebar ke Amerika

Tengah dan daerah tropis lainnya seperti

Srilanka, Malagasi, Karibia, dan Australia.

Buah ini berwarna coklat, merah, hingga

keunguan bila telah matang dan bergetah,

semakin tua buah, getah semakin berkurang

(Gambar 1). Buahnya berbentuk bulat dengan

diameter 6 cm dan sebagian besar kulitnya

mengandung tanin dan xantones (Pantastico

1986).

Pada bagian dalam buah manggis terdapat

daging buah manggis sebanyak 4 hingga 7

juring dengan ukuran yang berbeda-beda

(Gambar 1). Juring dicirikan terdiri atas

daging buah berwarna putih susu, lunak,

manis, dan segar (Martin 1980).

Pohon manggis dapat tumbuh hingga

ketinggian 600 meter di atas permukaan laut,

dengan curah hujan 1500-2500 mm/tahun.

Sifat tumbuh tanaman ini selain dipengaruhi

oleh ketinggian tanah tempat tanaman

tumbuh, juga dipengaruhi oleh suhu udara.

Tanaman manggis tidak dapat tumbuh di

daerah yang bersuhu kurang dari 50C atau

suhu lebih dari 380C. Suhu optimum untuk

pertumbuhan tanaman manggis adalah antara

250C sampai 350C dengan kelembapan relatif

lebih dari 80 persen (Cox 1988).

Manggis tumbuh baik di daerah yang

suhunya tinggi, lembab, curah hujan tinggi

merata sepanjang tahun. Manggis ini sangat

baik tumbuh pada tanah yang kaya akan bahan

organik dengan aerasi yang cukup baik.

Umumnya di Indonesia tumbuh di daerah

dataran rendah terutama di pulau Jawa, yaitu

Jawa Barat, Purwakarta, Subang, Kebumen,

Ungaran, Blitar.

Di Indonesia manggis disebut dengan

berbagai macam nama lokal seperti manggu

(Jawa Barat), manggus (Lampung),

manggusto (Sulawesi Utara) dan manggista

(Sumatra Barat). Buah manggis berbentuk

bulat dan berjuring dengan diameter 6 cm.

(Sunarti 1995).

Tiap-tiap juring bisa mengandung biji dan

tidak berbiji, warna biji adalah coklat

kehitaman. Klasifikasi manggis, yaitu

Kingdom Plantae, Divisi Spermatophyta,

Kelas Angiospermae, Sub-klas Dikotil, Ordo

Thalamiflora, Genus Garcinia, Spesies

mangostana.

Komponen kimia terbesar dari buah

manggis yaitu karbohidrat sebesar 81-83%.

Kalori yang dihasilkan oleh 100 gram buah

manggis yang dapat dimakan adalah 63%.

Manggis juga mengandung komponen protein

dan lemak tetapi dalam jumlah kecil (Martin

1980).

Dalam proses pematangan, buah-buahan

akan mengalami perubahan fisik. Hal ini bisa

terlihat dari perubahan warna kulit buah. Buah

manggis yang masih muda berwarna hijau,

sedangkan yang sudah matang biasanya

berwarna merah keunguan (Tabel 1).

Gambar 1 Manggis.

.

Tabel 1 Indeks kematangan buah manggis

Indeks warna Warna Kulit

0 Kehijauan

1 Merah kekuningan

2 Kemerahan

3 Coklat kemerahan

4 Ungu kemerahan

5 Ungu kehitaman

Sumber: Rukmana (1995)

Laju Respirasi

Respirasi adalah suatu metabolisme yang

memerlukan oksigen untuk pembakaran

senyawa makromolekul seperti karbohidrat,

lemak, protein yang menghasilkan CO2, air

dan sejumlah elektron-elektron (Winarno &

Aman 1981).

Elektron-elektron yang merupakan hasil

dari sistem pernafasan berupa NADH dan H+.

Kemudian melalui flavoprotein, sistem

sitokrom, dan O2 sebagai penerima elektron

Page 12: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

3

terakhir maka akan diubah menjadi energi dan

air. Hasil berupa energi dalam bentuk ATP

yang akan digunakan untuk kegiatan sel di

dalam buah.

Setelah dipanen ternyata sayuran dan

buah-buahan juga masih melangsungkan

proses respirasi. Terdapat tiga fase dalam

respirasi yaitu perombakan polisakarida

menjadi gula-gula sederhana, oksidasi gula-

gula sederhana menjadi asam piruvat, dan

perubahan aerobik dari piruvat menjadi

karbon dioksida, air, dan energi.

Laju respirasi dari suatu buah merupakan

indikator yang baik bagi aktivitas metabolik

jaringan. Oleh karena itu, respirasi dapat

digunakan sebagai petunjuk terhadap potensi

umur simpan. Kecepatan respirasi yang tinggi

biasanya berhubungan dengan tingkat umur

simpan yang pendek (Goldsmidt 1997).

Respirasi biasanya juga dipengaruhi oleh

faktor internal yaitu tingkat perkembangan,

susunan kimiawi jaringan, ukuran produk,

pelapisan alami dan jenis jaringan serta faktor

eksternal yaitu suhu, zat pengatur

pertumbuhan dan konsentrasi O2, CO2 di

lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan pola respirasinya, buah

dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu

buah klimakterik dan buah nonklimakterik.

Buah klimakterik adalah buah yang proses

pematangannya terjadi setelah laju respirasi

mencapai puncaknya. Buah-buahan yang

termasuk golongan klimakterik ialah pisang,

mangga, pepaya, alpokat, tomat, sawo dan

sebagainya. Sedangkan buah nonklimakterik

adalah buah yang laju respirasinya terus

menurun dan tidak mencapai puncak. Buah-

buahan yang termasuk golongan

nonklimakterik ialah semangka, jeruk, nenas,

mentimun, anggur (Muchtadi 1992).

Gambar 2 Kurva laju respirasi C02 buah

klimakterik dan nonklimakterik.

Tahapan pertumbuhan dalam kehidupan

buah dan sayuran meliputi pembelahan sel,

pembesaran sel, pendewasaan sel

(maturation), kematangan (ripening),

kelayuan (senescence), dan pembusukan

(deterioration) (Winarno & Aman 1981).

Pada buah pembelahan sel langsung terjadi

pada pembuahan yang diikuti dengan

pembesaran sel sampai volume yang

maksimal. Setelah itu akan mengikuti

pendewasaan sel, kematangan, kelayuan, dan

pembusukan sel.

Laju respirasi dapat diukur dengan

menentukan jumlah substrat yang hilang,

jumlah O2 yang diserap, CO2 yang

dikeluarkan, panas yang dihasilkan dan energi

yang terbentuk. Pengukuran laju respirasi

biasanya hanya ditentukan dengan mengukur

O2 dan CO2, yaitu dengan mengukur laju

penggunaan O2 atau pengeluaran CO2

(Pantastico 1986).

Pengukuran laju respirasi dapat dilakukan

dengan sistem tertutup dan sistem terbuka.

Dalam sistem tertutup, bahan ditempatkan

dalam suatu wadah tertutup sehingga gas CO2

yang dihasilkan terakumulasi dan gas O2 yang

dikonsumsi menjadi berkurang

konsentrasinya. Laju respirasi dihitung dengan

mengetahui berat bahan, volume bebas wadah

dan selisih konsentrasi gas antara masuk dan

yang keluar (Rokhani et al 1996). Laju

respirasi merupakan indeks yang baik untuk

menentukan umur simpan buah-buahan

setelah dipanen.

Etilena

Etilena merupakan gas terpenting dalam

proses pematangan buah dan dapat juga

digolongkan sebagai hormon yang dapat

mempercepat terjadinya proses klimakterik.

Etilen hanya berpengaruh pada buah-buahan

klimakterik untuk memindahkan waktu

klimakterik tetapi tidak berpengaruh terhadap

bentuk kurva respirasi dan tidak juga

menyebabkan perubahan komponen-

komponen utama buah (Bleecker & Kende

2000).

Etilena bersifat autokatalitik yaitu

pemberian etilen sedikit dari luar akan

merangsang dan mempercepat pembentukan

etilena di dalam buah. Perbandingan antara

respirasi dengan produksi etilena tidak tetap,

tetapi ada suatu fase semakin matang buah,

produksi etilenanya akan semakin menurun.

(Alexander & Grierson 2000).

Dalam keadaan normal, etilena akan

berbentuk gas dan struktur kimianya sangat

Page 13: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

4

sederhana sekali. Etilena yang terdapat di

alam akan berperan jika terjadi perubahan

secara fisiologis pada suatu tanaman. Hormon

ini akan berperan dalam proses pematangan

buah dalam fase klimakterik.

Produksi etilena erat hubungannya dengan

proses respirasi, yaitu banyaknya penggunaan

oksigen pada saat respirasi berlangsung.

Apabila produksi etilena banyak biasanya

aktivitas respirasi itu meningkat ditandai

dengan meningkatnya penyerapan oksigen.

Oksigen sangat dibutuhkan dalam proses

sintesis etilena dan reaksi-reaksi lainnya

dalam pematangan. Konsentrasi yang rendah

oksigen akan menghambat produksi etilena

(Kartasapoetra 1989).

Peranan etilena tidak hanya pada

pemasakan buah tetapi juga ada pertumbuhan,

oleh karena itu etilena juga disebut zat

pengatur tumbuh pada tumbuhan, terutama

pada buah-buahan. Etilena merupakan

pembangkit kemasakan buah dan peranannya

tidak dapat digantikan oleh gas lain. Dengan

adanya etilena, proses respirasi akan segera

berlangsung dan ikut berperan dalam

pemasakan. Fungsi etilena pada pemasakan

buah klimakterik hanya sebagai pemacu

dalam meningkatkan proses respirasi dan

besarnya respon terhadap level endogenus

bervariasi terhadap besar kecilnya konsentrasi

dan sifat autokatalitiknya bersifat nyata

(Wang 1998).

Etilena pada buah klimakterik hanya

berpengaruh pada saat fase praklimakterik,

sedangkan pada buah nonklimakterik aktivitas

respirasi dan pemasakan dapat dipercepat

pada semua fase tahap pemasakan. Jika etilena

secara endogenus cukup diproduksi oleh buah,

maka penambahan etilena dari luar akan

memberikan pengaruh yang tidak nyata

(Zheng & Wolff 2000).

Jumlah etilena tidak selalu tetap dan

berubah-ubah selama proses pematangan.

Selain dapat memulai proses klimakterik,

etilena ternyata juga dapat mempercepat

proses terjadinya klimakterik. Mekanisme dari

pengaruh etilena terhadap laju respirasi adalah

etilene dapat menginduksi perubahan

permeabilitas dari membran mitokondria

sehingga menyebabkan peningkatan

pergerakan ATP sehingga akan memajukan

beberapa reaksi yang meningkatkan laju

respirasi (Salunkhe 1976). Etilena juga tidak

aktif pada suhu yang dekat dengan suhu

pembekuan, sebaliknya pada suhu 300C

etilena tidak dapat membangkitkan

pematangan dengan kandungan oksigen

sangat rendah sebesar 1% (Abeles 1973).

Fisiologi Pascapanen

Produk utama dari tanaman manggis

adalah buahnya. Pada waktu masih muda

permukaan kulitnya berwarna hijau. Warna ini

perlahan-lahan berubah sesuai dengan

bertambah tuanya buah menjadi merah

kekuningan, kemerahan, coklat kemerahan,

ungu kemerahan, dan akhirnya menjadi ungu

kehitaman.

Selama pematangan buah-buahan akan

terjadi perubahan-perubahan secara fisik dan

kimia. Perubahan yang terjadi pada umumnya

adalah perubahan warna, tekstur, pH,

kandungan gula, kandungan vitamin C dan

asam-asam organik.

Perubahan warna merupakan perubahan

yang paling menonjol pada waktu

pematangan. Perubahan warna yang terjadi

yaitu sintesis dari pigmen tertentu seperti

karotenoid dan antosianin, di samping itu

terjadinya perombakan klorofil. Perombakan

klorofil menyebabkan pigmen karotenoid

yang sudah ada namun tidak nyata menjadi

nampak.

Perubahan warna yang terjadi pada buah-

buahan sering dijadikan sebagai kriteria utama

bagi konsumen untuk menentukan mentah dan

matangnya suatu buah. Warna buah-buahan

disebabkan oleh pigmen, yang umumnya

dibedakan atas 4 kelompok, yaitu klorofil,

antosianin, flavonoid, dan karotenoid

(Winarno & Aman 1981).

Warna hijau yang dominan tersebut

disebabkan oleh pigmen klorofil yang

berikatan dengan magnesium organik

kompleks. Kerusakan struktur klorofil dapat

disebabkan adanya perubahan pH, oksidasi

dan enzim klorofilase. Meskipun klorofil oleh

klorofilase dipecah menjadi fitol dan inti

porfirin belum menyebabkan hilangnya warna

hijau dari buah. Pemecahan lain dari bagian

porfirin pada klorofil menyebabkan timbulnya

tetrapirolat, biliverdin yang tetap berwarna

hijau (Suhardi 1989).

Perubahan kekerasan tergolong perubahan

fisik pada buah-bahan. Tekstur kulit buah

tergantung pada tegangan, ukuran, bentuk,

dan keterikatan sel-sel dan adanya jaringan

penunjang. Ketegangan disebabkan oleh

tekanan isi sel pada dinding sel, dan

bergantung pada konsentrasi zat-zat osmotik

aktif dalam vakuola, permeabilitas

protoplasma, dan elastis dinding sel.

Terjadinya difusi yang terus menerus

meningkatkan jenjang energi sel dan

mengakibatkan meningkatnya tekanan yang

mendorong sitoplasma ke dinding sel, dan

Page 14: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

5

menyebabkan sel menjadi tegang (Pantastico

1986).

Salah satu masalah dalam

mempertahankan mutu manggis adalah

terjadinya pengerasan kulit buah pada

manggis yang disimpan dalam jangka waktu

yang lama. Suhu penyimpanan manggis yang

pernah diteliti adalah 4-8oC. Pada suhu ini

manggis dapat disimpan sampai 44 hari,

namun mengalami pengerasan kulit yang

menyebabkan buah sulit untuk dibuka. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kekerasan

kulit buah manggis yang mengalami

perlakuan kasar akan meningkat dengan cepat

pada suhu ruang (Ketsa & Atantee 1998)

Kulit buah manggis yang mengeras

sehingga manggis sulit untuk dibuka

kemungkinan disebabkan oleh dehidrasi yang

tinggi dipermukaan kulit atau kerusakan

jaringan kulit buah, sehingga terjadi desikasi.

Keempukan kulit buah manggis dipengaruhi

oleh rongga jaringan kulit (Muchtadi 1992).

Pengerasan perikarp dapat juga terjadi

karena terjadi benturan mekanis sehingga

terjadi peningkatan kandungan lignin dan

kekerasan kulit. Peningkatan lignin pada

perikap merupakan salah satu alasan mengapa

terjadi pengerasan pada kulit manggis, dan ini

terjadi pada saat disimpan pada suhu rendah

(Zheng & Wolff 2000).

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah buah

manggis, lilin, gas CO2, O2, N, He, dan etilena.

Adapun alat-alat yang digunakan adalah

stoples gelas, gas analyzer, gelas ukur,

penutup karet kedap udara, ruang pendingin

(cold storage), syringe, alat kromatografi gas,

pipa plastik, timbangan analitik.

Metode

Laju Respirasi

Persiapan Sampel. Buah manggis dipilih

berdasarkan indeks warna kulitnya. Buah

manggis yang dipakai dalam penelitian

memiliki indeks 2 dan 3. dengan memilih

buah manggis yang memiliki berat total 1 kg.

Kemudian volume dan berat buah manggis

diukur menggunakan gelas ukur. Pengamatan

laju respirasi dilakukan di dalam wadah

tertutup atau stoples untuk membiarkan gas

CO2 terakumulasi. Buah manggis yang

disimpan pada suhu 150C dan suhu ruang

(270-300C) yang memiliki berat total 1 kg

dimasukkan ke dalam stoples gelas yang

tertutup, kemudian ditutup dengan lilin untuk

mencegah keluar masuknya gas O2 dan CO2.

Untuk pengukuran konsentrasi dalam stoples

dibuat lubang yang dihubungkan dengan pipa

plastik.

Pengukuran Laju Respirasi. Laju

respirasi pada buah manggis dilakukan dengan

mengambil gas dalam stoples gelas yang

berisi manggis dan dimasukkan ke dalam

selang plastik yang telah dihubungkan dengan

alat Gas analyzer. Setiap pengukuran

dilakukan rata-rata setiap 3 jam sampai kurva

menunjukkan penurunan. Tiap-tiap

pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali

ulangan. Besarnya laju respirasi yang terukur

dinyatakan dalam jumlah CO2 yang dihasilkan

(ml/kg.jam). Persamaan yang digunakan

untuk menghitung laju respirasi adalah

sebagai berikut:

W

Vx

dt

dxR =

R = Laju respirasi (ml/kg.jam)

x = konsentrasi gas CO2 (%)

t = waktu (jam)

V = Volume bebas respiratory chamber

(ml)

W = berat produk (kg)

Produksi Etilena

Persiapan Sampel. Pengamatan laju

respirasi dilakukan dalam wadah tertutup atau

stoples untuk membiarkan gas CO2

terakumulasi. Buah manggis yang dipakai

dalam penelitian memiliki indeks 2 dan 3.

Buah manggis yang disimpan pada suhu 150C

dan suhu ruang (270-300C) sebanyak 8 buah

yang memiliki berat total 1 kg dimasukkan ke

dalam stoples gelas yang tertutup, kemudian

ditutup dengan lilin untuk mencegah

masuknya gas O2 dan CO2. Untuk pengukuran

konsentrasi dalam stoples dibuat lubang yang

dihubungkan dengan pipa plastik.

Pengukuran Konsentrasi Etilena.

Produksi etilena pada buah manggis dilakukan

dengan mengambil gas dalam stoples gelas

yang berisi manggis dengan menggunakan

syringe 1 ml dan diinjeksikan ke dalam alat

kromatografi gas sebanyak 0.5 ml. Keadaan

kromatografi gas saat injeksi, aliran gas He

dan H2 masing-masing sebesar 30 ml/menit,

suhu detektor A 700C, dan suhu detektor B

Page 15: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

6

Area sampel

Area standarEtilena = x 500 ppm (standar)

2000C. Kromatografi gas yang dipakai

menggunakan detektor FID (Flame Ionization

Detector) yang telah dilengkapi dengan sistem

komputerisasi.

Tiap-tiap pengukuran dilakukan sebanyak

tiga kali ulangan. Besarnya laju produksi

etilena yang terukur dinyatakan dalam jumlah

etilena yang diproduksi (ppm).

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan

adalah rancangan acak lengkap (RAL).

Percobaan ini terdiri atas 2 perlakuan dan 3

kali ulangan. Model percobaan yang

digunakan adalah sebagai berikut :

Yij=µ + αi + εij

keterangan :

Yij = pengamatan pada perlakuan ke-i dan

ulangan ke-j

µ = rataan umum

αi = pengaruh perlakuan ke-i

εij = pengaruh acak pada perlakuan ke-i,

ulangan ke-j

Analisis data dilakukan dengan uji beda

nyata terkecil (BNT) dengan selang

kepercayaan 95%. Data yang diperoleh

dianalisis dengan menggunakan uji F. Bila

hasil yang diperoleh berbeda nyata pada taraf

5%, maka dilakukan uji lanjut dengan

menggunakan Duncan’s Multiple Range Test

(DMRT)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Laju Respirasi

Hasil pengamatan grafik laju respirasi

pada suhu ruang menunjukkan pada awal

pengukuran, laju respirasi mengalami

penurunan secara perlahan-lahan kemudian

mengalami peningkatan sehingga tercapai

puncak kurva. Setelah itu perlahan-lahan laju

respirasi mengalami penurunan dan

mengalami peningkatan kembali.

Hasil grafik laju respirasi pada suhu ruang

menunjukkan bahwa manggis merupakan

buah klimakterik (Gambar 3). Hal ini sesuai

dengan teori bahwa buah klimakterik pada

awal laju respirasi akan mengalami penurunan

dengan ditandai jumlah karbon dioksida yang

diproduksi akan terus menurun, kemudian

secara tiba-tiba produksi gas karbon dioksida

akan meningkat yang menunjukkan laju

respirasi dari buah manggis tersebut juga

meningkat (Winarno & Aman 1981).

Proses klimakterik dapat dibagi menjadi

beberapa tahap, yaitu praklimakterik,

klimakterik menaik, puncak klimakterik, dan

klimakterik menurun. Setelah mengalami

proses klimakterik maka buah telah menjadi

matang yang disertai dengan adanya

penurunan proses respirasi dan mulainya

proses pelayuan (senescene) pada sayuran

atau buah-buahan (Winarno & Aman 1981).

Klimakterik terjadi apabila buah belum

matang dan apabila buah tersebut telah

matang, maka klimakterik tidak akan terjadi.

Buah diperkirakan hanya mengalami satu kali

klimakterik selama pematangan.

Tahap praklimakterik pada suhu ruang

dimulai pada jam ke-177 (hari ke-7) dengan

laju respirasi sebesar 20.36 ml/kg.jam,

kemudian laju respirasi mulai mengalami

peningkatan pada tahap klimakterik menaik

yang dimulai pada jam ke-184(hari ke-8)

dengan laju respirasi sebesar 31.80 ml/kg.jam.

Puncak klimakterik terjadi pada jam ke-263

(hari ke-11) dengan laju respirasi sebesar

54.56 ml/kg.jam. Kemudian laju respirasi

akan mengalami tahap klimakterik menurun

pada jam ke-269 (hari ke-12). Laju respirasi

CO2 tertinggi sebesar 64.38 ml/kg.jam pada

jam ke-477(hari ke-20), sedangkan terendah

sebesar 20.36 ml/kg.jam pada jam ke-177(hari

ke-7).

Hasil pengamatan grafik laju respirasi

suhu 150C menunjukkan penurunan pada

awal pengukuran (Gambar 4). Kemudian

secara lambat mengalami kenaikan pola laju

respirasinya. Tahap praklimakterik pada suhu

150C dimulai pada jam ke-484 (hari ke-20)

dengan laju respirasi sebesar 16.84 ml/kg.jam,

kemudian laju respirasi mengalami

peningkatan pada tahap klimakterik menaik

yang dimulai pada jam ke-500 (hari ke-21)

dengan laju respirasi sebesar 21.32 ml/kg.jam.

Puncak klimakterik pada suhu 150C terjadi

pada jam ke-519 (hari ke-22) dengan laju

respirasi sebesar 36.68 ml/kg.jam. Setelah itu

laju respirasi mengalami tahap klimakterik

menurun dimulai pada jam ke-522 (hari ke-

22). Laju respirasi CO2 tertinggi sebesar 36.68

ml/kg.jam pada jam ke-519 (hari ke-22),

sedangkan terendah sebesar 8.18 ml/kg.jam

pada jam ke-17 (hari ke-0).

Berdasarkan analisis keragaman, dapat

diketahui bahwa kondisi perlakuan pada hari

pertama berpengaruh nyata terhadap laju

respirasi sehingga interaksi antara kondisi

perlakuan dan suhu penyimpanan berpengaruh

Page 16: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

7

nyata terhadap laju respirasi. Dari hasil uji

lanjut Duncan diketahui bahwa kondisi suhu

penyimpanan pada hari pertama telah

menunjukkan laju respirasi berbeda secara

signifikan antara buah manggis yang disimpan

pada suhu 150C dengan buah manggis yang

disimpan pada suhu ruang.

Terdapat dua teori yang dapat digunakan

untuk menerangkan terjadinya klimakterik,

yaitu teori perubahan fisik dan perubahan

secara kimia. Proses klimakterik karena

perubahan fisik disebabkan karena adanya

perubahan permeabilitas dari selnya.

Perubahan permeabilitas tersebut akan

menyebabkan enzim-enzim dan substrat

dalam sel yang dalam keadaan normal

terpisah dan akan bergabung serta bereaksi

satu dengan yang lainnya. Perubahan secara

kimia disebabkan karena adanya perubahan

aktivitas dari selnya yang meningkat.

Perubahan secara kimia yang terjadi yaitu

kegiatan yang berlangsung di dalam sel

meningkat sehingga diperlukan energi yang

diperoleh dari ATP. Kebutuhan ATP

meningkat, maka mitokondria harus bekerja

lebih berat untuk meningkatkan produksi ATP

yang akan digunakan dalam aktivitas sel.

Meningkatnya kegiatan mitokondria

menyebabkan meningkatnya proses respirasi

sehingga terjadi proses klimakterik (Pech

2007). Selain itu kenaikan laju respirasi CO2

yang terjadi pada buah ketika mengalami

klimaterik dapat terjadi akibat proses

dekarboksilasi asam malat. Dekarboksilasi

asam malat ini yang menyebabkan produksi

CO2 meningkat (Yang & Hoffman 1987).

Berdasarkan waktu klimakterik yang

dicapai, maka manggis mengalami puncak

klimakterik pada hari ke-11. Sedangkan pada

suhu dingin 150C manggis mengalami puncak

klimakterik pada hari ke-22. Setelah buah

mengalami masa klimakterik, maka proses

kehidupan buah akan mengalami proses

kelayuan (senescence).

Pada waktu proses kelayuan terjadi,

banyak perubahan-perubahan yang terjadi di

dalam sel. Demikian juga pada setiap tahap

klimakterik perubahan yang terjadi dalam sel

pun berbeda-beda. Peristiwa tersebut dapat

diamati menggunakan mikroskop elektron dan

ternyata pada waktu proses kelayuan dinding

sel menjadi lebih tipis (Bleecker & Kende

2000).

Pada tahap klimakterik kloroplas pecah

menjadi bagian yang lebih kecil, endoplasmik

retikula menjadi rusak dan sitoplasma terlihat

penuh dengan kotoran-kotoran hasil pecahan

tersebut, tetapi organel mitokondria masih

tetap utuh. Kemudian pada tahap-tahap

selanjutnya mitokondria akan rusak dan

penyediaan untuk energi metabolisme juga

akan terhambat akibatnya lama-kelamaan laju

respirasi pada tumbuhan akan menurun

(Giovannoni 2004).

Perubahan-perubahan lain yang terjadi

sebagai tanda terjadinya kelayuan ialah

hilangnya pigmen klorofil dari tanaman dan

meningkatnya pigmen karoten. Hal ini bisa

dilihat ketika buah manggis masih muda akan

berwarna hijau kemudian berubah menjadi

kemerahan. Selain itu turunnya kandungan

protein juga dapat menyebabkan terjadinya

proses kelayuan. Tetapi perlu diketahui bahwa

selama proses pematangan (sebelum proses

pelayuan terjadi) kandungan protein

menunjukkan jumlah yang meningkat. Selain

itu, apabila buah menjadi matang, maka

kandungan gulanya akan meningkat, tetapi

kandungan asamnya akan menurun.

(Alexander & Grierson 2002).

Gambar 3 Laju respirasi pada suhu ruang

(27-300C).

Gambar 4 Laju respirasi pada suhu dingin

(150C).

Page 17: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

8

Pada saat proses kelayuan kegiatan

respirasi dan fotosintesis pada umumnya juga

akan menurun. Hal ini disebabkan karena

adanya kerusakan mitokondria. Hal ini dapat

dibuktikan dengan menghitung harga

perbandingan antara produksi fosfat (ATP)

dengan jumlah O2 yang dikonsumsi (PO

rasio). Sebagai contoh pada buah pisang harga

PO rasio pada saat praklimakterik adalah 2.32

tetapi setelah klimakterik berlangsung PO

rasionya menjadi 0.66 (Suhardi 1989).

Kemudian selain perubahan di atas, maka

akan terjadi juga perubahan permeabilitas dari

membran sel. Hal ini disebabkan karena

jaringan-jaringan sel terus melemah sehingga

sifat permeabilitas membran sel juga akan ikut

berubah akibatnya volume ruang antar sel

akan makin sempit sehingga gas yang

berdifusi juga akan berkurang (Agravante &

Kitagawa 1990).

Terdapat berbagai faktor yang dapat

menyebabkan laju respirasi naik atau turun

yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor

internal yaitu ketersediaan substrat, susunan

kimiawi jaringan, ukuran produk, dll. Faktor

eksternal yaitu suhu, ketersediaan O2, jumlah

CO2, zat-zat pengatur tumbuhan, kerusakan

buah, dan lain-lain.

Perbandingan grafik laju respirasi CO2

pada suhu ruang (27-300C) dengan suhu 15OC

didapatkan bahwa pada awal laju respirasi

keduanya mengalami penurunan, tetapi

dengan bertambahnya waktu penyimpanan,

laju respirasi pada suhu ruang (27-300C) lebih

cepat meningkat dibandingkan dengan suhu

15OC. Perbedaan suhu yang terjadi

menyebabkan waktu klimakterik pada suhu

ruang dan suhu 150C berbeda. Suhu ruang

(27-300C) mencapai waktu klimakteriknya

lebih cepat daripada suhu dingin 150C,

kemudian suhu dingin 150C mengalami waktu

mencapai klimakteriknya lebih lama daripada

suhu ruang (27-300C). Penelitian ini sejalan

dengan penelitian pada buah mangga yang

merupakan salah satu buah klimaterik, yaitu

penyimpanan pada suhu yang lebih rendah

akan menghambat waktu klimaterik dari buah

tersebut (Mejsa 1998).

Laju respirasi yang tinggi dan semakin

meningkat akan menyebabkan semakin cepat

menurunnya mutu dan masa simpan buah

tersebut sehingga tidak dapat disimpan dalam

waktu yang lama. Penyimpanan pada suhu

150C merupakan cara penyimpanan yang

paling efektif karena memperlambat laju

respirasi sehingga dapat meningkatkan masa

simpan buah manggis.

Produksi Etilena

Pada buah-buahan klimakterik, semakin

besar konsentrasi etilena pada batas tertentu

maka semakin cepat stimulasi terhadap proses

respirasi terjadi, tetapi penggunaan etilena

untuk pematangan buah akan lebih efektif bila

digunakan selama fase praklimakterik dan

pada suhu relatif tinggi (Yang & Hofman

1984).

Etilena diukur masing-masing sebanyak 5

kali pada jam yang berbeda sehingga

dihasilkan kurva yang terdiri dari 5 titik yang

berbeda. Pada awal pengukuran etilena yang

dihasilkan pada suhu ruang cukup tinggi dan

pengukuran ke-2 konsentrasi etilena yang

dihasilkan mengalami penurunan yang cukup

tajam, kemudian pengukuran ke-3 mengalami

peningkatan yang tajam. Selanjutnya pada

pengukuran ke-4 dan ke-5 mengalami

penurunan (Gambar 5). Konsentrasi etilena

yang dihasilkan secara berturut-turut yaitu

64.97 ppm (hari ke-0), 15.13 ppm (hari ke-

10), 247.29 ppm (hari ke-11), 19.29 ppm (hari

ke-21), 2.02 ppm (hari ke-21).

Konsentrasi etilena tertinggi terjadi pada

pengukuran ke-3 jam ke-260 (hari ke-11)

sebesar 247.29 ppm sedangkan konsentrasi

terendah pada pengukuran ke-5 jam ke-509

(hari ke-21) sebesar 2.02 ppm. Hal ini

disebabkan karena pada jam ke-260 (hari ke-

11) buah manggis mengalami puncak

klimakterik sehingga konsentrasi etilena yang

dihasilkan tinggi.

Pengukuran etilena pada suhu 150C

memiliki pola grafik yang hampir sama

dengan suhu ruang. Pada awal pengukuran

etilena yang dihasilkan sebesar 26.23 ppm.

Kemudian hasil pengukuran ke-2 konsentrasi

etilena mengalami penurunan menjadi 13.04

ppm. Pengukuran ke-3 mengalami

peningkatan dengan konsentrasi yang

dihasilkan sebesar 28.12 ppm. Selanjutnya

pada pengukuran ke-4 konsentrasi etilena

yang dihasilkan mengalami kenaikan yang

cukup tajam mencapai produksi etilena

tertinggi sebesar 50.44 ppm dan pengukuran

ke-5 mengalami penurunan (Gambar 6).

Kenaikan konsentrasi etilena yang cukup

tajam pada pengukuran ke-4 karena manggis

sedang mengalami masa klimaterik yang

terjadi pada hari ke-21. Kemudian pengukuran

ke-5 mengalami penurunan karena buah

manggis telah melewat sehingga produksi

etilenanya akan menurun i fase klimaterik.

Konsentrasi etilena tertinggi pada suhu

150C terjadi pada jam ke-509 (hari ke-21)

sebesar 50.44 ppm, sedangkan konsentrasi

Page 18: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

9

etilena terendah pada jam ke-632 (hari ke-26)

sebesar 7.27 ppm. Konsentrasi etilena yang

dihasilkan secara berturut-turut yaitu 26.23

ppm (hari ke-0), 13.04 ppm (hari ke-10),

28.12 ppm (hari ke-11), 50.44 ppm (hari ke-

21), 7.27 ppm (hari ke-26).

Perbandingan kedua grafik didapatkan

bahwa pengukuran produksi etilena pada suhu

ruang dihasilkan konsentrasi etilena yang

lebih besar daripada suhu dingin. Oleh karena

itu terbukti pada suhu ruang buah manggis

akan cepat matang dan masa simpannya tidak

akan lama jika dibandingkan dengan buah

manggis yang disimpan pada suhu dingin

150C. Hal ini karena produksi etilena pada

buah manggis yang disimpan pada suhu ruang

akan menghasilkan etilena lebih cepat yang

membuat buah akan cepat matang dan masa

simpannya akan lebih pendek. Penelitian ini

sejalan dengan penelitian pada buah mangga

ketika disimpan pada suhu dingin 100C

produksi etilenanya lebih rendah

dibandingkan dengan suhu ruang 27-300C

(Mejsa 1998).

Etilena memiliki sifat autokatalitik, yaitu

pemberian konsentrasi etilena yang sedikit

pada buah akan mempercepat proses produksi

etilena. Produksi etilena yang cepat juga akan

mempercepat laju respirasi tetapi

perbandingan respirasi dengan etilena tidak

tetap sehingga ada suatu fase dimana semakin

matang buah, produksi etilenanya akan

semakin menurun (Winarno & Aman 1981).

Kemudian pembentukan etilena pada jaringan

tanaman dapat juga distimulasikan karena

kerusakan-kerusakan mekanis yang terjadi

pada tanaman tersebut. Oleh karena itu,

adanya kerusakan mekanis akan mempercepat

terjadinya pematangan.

Etilena juga dapat meningkatkan kegiatan

enzim katalase, peroksidase, dan amilase serta

menonaktifkan penghambat-penghambat

enzim tersebut dalam buah sebelum mencapai

puncak pemasakannya. Selain proses ini

berlangsung, terjadi perubahan komponen sel

sehingga memungkinkan interaksi yang lebih

besar antara substrat dengan enzim-enzim

yang terdapat dalam buah. Semua proses ini

memacu sistem metabolik yang akhirnya

menyebabkan buah menjadi masak (Holger &

Oliver 2004).

Terdapat beberapa hipotesis mengenai

mekanisme kerja etilena di dalam tanaman.

Etilena mengadakan interaksi dengan hormon

auksin. Apabila konsentrasi auksin meningkat,

maka produksi etilena pun akan bertambah.

Peranan auksin dalam proses pematangan

buah hanyalah merangsang pembentukan

etilen (Brady 1987).

Kemudian apabila buah disimpan dalam

suatu ruangan yang konsentrasi CO2

ditingkatkan, kemudian diturunkan kembali

maka proses pematangan akan terhambat. Hal

ini disebabkan dalam keadaan normal, etilena

akan aktif berikatan secara kompleks dengan

metalo-enzim dan oksigen. Apabila

konsentrasi CO2 ditingkatkan dari keadaan

normal, maka metalo-enzim tersebut akan

melepaskan etilena yang terikat,dan metalo-

enzim tersebut akan mengikat CO2

menggantikan posisi etilena yang terlepas

sehingga pada saat konsentrasi CO2 tinggi,

maka etilena yang dihasilkan juga tinggi

(Seymour 1993). Produksi etilena erat

kaitannya dengan aktivitas respirasi, yaitu

dengan adanya etilena, maka laju respirasi

akan berjalan dengan cepat dan diikuti oleh

pematangan (Augustin & Azudin 1986).

Gambar 5 Konsentrasi etilena pada suhu

ruang (27-300C).

Gambar 6 Konsentrasi etilena pada suhu

dingin (150C).

Page 19: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

10

Hipotesis yang lain menjelaskan hubungan

antara etilena dengan laju respirasi yaitu

etilena memiliki peranan penting dalam

merangsang aktivitas ATP sintase dalam

penyediaan energi yang dibutuhkan dalam

metabolisme. ATP sintase merupakan suatu

enzim yang dibutuhkan untuk sintesis ATP.

Energi yang dibebaskan selama transpor

elektron dari NADH menuju oksigen

digunakan untuk melangsungkan proses

sintesis ATP dari ADP dan fosfat melalui

proses fosforilasi oksidatif. Laju respirasi

membutuhkan energi sehingga saat laju

respirasi naik, maka kebutuhan energi juga

akan meningkat. etilena yang dihasilkan akan

meningkat, etilena tersebut akan merangsang

aktivitas ATP sintase untuk menghasilkan

energi yang dibutuhkan dalam proses respirasi

sehingga aktivitas laju respirasi juga akan ikut

meningkat (Yang & miyazaki 1987).

Proses yang terjadi dalam biosintesis

etilena yaitu perubahan L-metionina yang

diaktifkan oleh ATP menjadi S-

adenosylmethionine (SAM) yang dikatalisis

oleh enzim SAM sintase. Kemudian senyawa

SAM dikonversi menjadi 1-

aminocyclopropane-1carbolic acid (ACC)

dan 5-methylthioribose yang dikatalisis oleh

enzim ACC sintase (Gambar 7). Setelah itu

ACC akan diubah menjadi etilena

menghasilkan CO2, HCN dan H2O. Perubahan

ACC menjadi etilena dikatalisis oleh enzim

ACC oksidase dan dalam proses ini enzim

ACC oksidase membutuhkan O2 (Yang &

Hoffman 1987).

.

Gambar 7 Biosintesis etilena.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil pengukuran laju respirasi pada suhu

ruang dan suhu dingin menunjukkan bahwa

buah manggis terbukti sebagai buah

klimakterik. Suhu dingin 150C dapat

memperlambat laju respirasi buah manggis.

Puncak klimakterik pada suhu ruang terjadi

pada jam ke-263 (hari ke-11) dengan laju

respirasi sebesar 54.56 ml/kg.jam. Puncak

klimakterik pada suhu 150C terjadi pada jam

ke-519 (hari ke-22) dengan laju respirasi

sebesar 36.68 ml/kg.jam. Hasil pengukuran

konsentrasi etilena tertinggi pada suhu ruang

sebesar 247.29 ppm (hari ke-11). Hasil

pengukuran konsentrasi etilena tertinggi pada

suhu dingin (150C) sebesar 50.44 ppm (hari

ke-21).

Saran

Perlu dilakukan uji kekerasan, organoleptik

dan perubahan warna pada kelopak dan kulit

manggis agar bisa mengetahui tingkat

kesegaran dan kematangan buah manggis

secara fisik. Pengukuran etilena dilakukan tiap

3 jam sekali untuk mengetahui laju produksi

etilenanya.

DAFTAR PUSTAKA

Adams PL, Barry C, Giovannoni J. 2004.

Signal transduction systems regulating

fruit ripening. Trends Plant Sci 9:331-

338.

Abeles FB. 1973. Ethylene in Plant Biology.

New York: Academic Press.

Agravante JU, Kitagawa H. 1990. Starch

breakdown and changes in amylase

activity during ripening of ethylene and

ethanol treated bananas. Acta Hortic

269:133-140.

Alexander L, Grierson D. 2002. Ethylene

biosynthesis and action in tomato: a model

for climacteric fruit ripening. J Bot

53:2039–2055.

Augustin MA, Azudin MN. 1986. Storage of

mangosteen (Garcinia mangostana L.). J

ASEAN Food 2:78-80.

Brady CJ. 1987. Fruit ripening. Plant Physiol

38:155-178.

Page 20: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

11

Bleecker AB, Kende H. 2000. Ethylene is

gaseous signal molecule in plants. Biol

16:1-18.

Ecker JR. 1995. The ethylene signal

transduction pathway in plants. Sci

268:667-675.

Giovannoni JJ. 2004. Genetic regulation of

fruit development and ripening. Plant cell

supplement 16:170-180.

Goldsmidt EE. 1997. Ripening of citrus and

other nonclimacteric fruit: a role for

ethylene. Acta Hotict 463:335-340.

Holger H, Oliver K. 2004. Current

understanding of the regulation of

methionine biosynthesis in plants. Jxb

55:1799-1808.

Irving AR. 1984. Transport of fresh

hortikultura produce under modified

atmosphere. J CSIRO Food Res Q. 44:25-

33.

Kader AA. 1992. Postharvest Technology of

Horticultural Croups. Amerika Serikat:

Publication.

Kader AA. 1980. Prevention of ripening in

fruits by the use of controlled atmosphere.

J Food Technol 34:51-54.

Kartasapoetra AG. 1989. Teknologi

Penanganan Pascapanen. Jakarta: Bina

Aksara.

Kende H. 1993. Ethylene biosynthesis. Plant

Physiol 44:283-307.

Ketsa S, Atantee S. 1998. Phenolics, lignin,

perovidase activity and incresed firmness

of damages pericarp of mangosteen fruit

after impact. Postharvest Biology and

Technology 14:117-124.

Lieberman M. 1979. Biosynthesis and action

of ethylene. Physiol 30:533-591.

Mejsa TJ. 1998. Pengaruh suhu terhadap laju

respirasi dan produksi etilena serta

perubahan mutu buah mangga (Mangiera

indica L) selama penyimpanan pada

atmosfer terkendali. [skripsi]. Bogor:

Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

Miyazaki JH, Yang SF. 1987. The methionine

salvage pathway in relation to ethylene

and polyamine biosynthesis. Plant Physiol

69:366-370.

Muchtadi D. 1992. Fisiologi Pascapanen

Sayuran dan Buah-buahan. Bogor: IPB Pr.

Pantastico EB. 1986. Fisiologi Pascapanen,

Penanganan dan Pemanfaatan Buah-

buahan, Sayur-sayuran Tropika dan

Subtropika. Penerjemah: Kamaryani.

Yogyakarta: UGM Pr.

Pech JC. 2007. Climacteric fruit ripening:

Ethylene-dependent and independent

regulation of ripening pathways in melon

fruit. Plant Physiol 32:115-119

Reza M, Tuherkih E. 1994. Pembibitan dan

Pembudidayaan Manggis. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Rokhani H. 1996. Rancang bangun sistem

pencampuran gas dan pengukuran laju

respirasi pada penyimpanan secara

atmosfer terkendali. [tesis]. Bogor:

Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

Rukmana R. 1995. Budidaya Manggis.

Yogyakarta: Kanisius.

Salunkhe DK.. 1976. Storage, Processing and

Nutritional Quality of Fruits and

Vegetables. Ohio: CRC Pr.

Seymour GB, Taylor JE and Tucker GA.

1993. Biochemistry of Fruit Ripening.

London: Chapman and Hall Publishers.

Suhardi. 1989. Fisiologi dan Teknologi

Pascapanen Buah-buahan. Yogyakarta:

UGM Pr.

Sunarti. 1995. Pengaruh pelilinan terhadap

sifat fisiologis dan fisiko kimia manggis

(Garcinia mangostana L.). [skripsi].

Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor.

Wang T. 1998. Ethylene in Postharvest

Physiologi of Tropical and Subtropical

Fruit Crops. Taipei: FTTC ASPAC Pr.

Winarno FG, Aman M. 1981. Fisiologi

Lepaspanen. Jakarta: Sastra Hudaya.

Page 21: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

12

Winarno FG. 1988. Kimia Pangan dan Gizi.

Jakarta: Gramedia.

Yang SF, Hoffman NE. 1987. Ethylene

biosynthesis and it is regulation in higher

plants. Plant Physiol 35:155–189.

Zheng XY, Wolff DW. 2000. Ethylene

production, shelf-life and evidence of

RFLP polymorphisms linked to ethylene

genes in melon (Cucumis melo L.). Genet

101:613-624.

Page 22: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

LAMPIRAN

Page 23: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

14

Lampiran 1 Tahapan pengukuran laju respirasi

Buah manggis disortasi

Volume dan berat manggis diukur

Dimasukkan ke dalam

stoples, kemudian ditutup

rapat dengan lilin

Diukur tiap 3 jam sekali dengan gas

analyzer

Page 24: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

15

Lampiran 2 Tahapan pengukuran produksi etilena

Buah manggis disortasi

Volume dan berat manggis diukur

Dimasukkan ke dalam

stoples, kemudian ditutup

rapat dengan lilin

Sampel gas diambil dengan

menggunakan syringe

Diinjeksikan ke dalam

kromatografi gas

Page 25: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

16

Lampiran 3 Pengukuran produksi etilena pada suhu ruang (27-300C)

Lampiran 4 Pengukuran produksi etilena pada suhu dingin (150C)

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-rata

1 0 (jam ke-11) 64,65 33,16 97,11 64,97

2 10 (jam ke-236) 29,08 6,47 9,84 15,13

3 11 (jam ke-260) 104,48 73,05 564,33 247,29

4 21 (jam ke-490) 21,14 22,88 13,86 19,29

5 21 (jam ke-509) 2,59 0,00 3,48 2,02

Pengukuran Hari ke- Konsentrasi etilena (ppm)

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-rata

1 0 (jam ke-11) 22,56 26,85 29,28 26,23

2 10 (jam ke-236) 15,83 7,62 15,68 13,04

3 11 (jam ke-260) 19,65 7,21 57,51 28,12

4 21 (jam ke-509) 74,14 12,12 65,06 50,44

5 26 (jam ke-632) 8,90 7,42 5,50 7,27

Pengukuran Hari ke- Konsentrasi etilena (ppm)

Page 26: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

17

Lampiran 7 Analisis keragaman laju respirasi CO2

Class Level Information

Class Levels Values

perlakuan 2 15 27

Number of Observations Read 6

Number of Observations Used 6

Output tersebut menunjukkan observasi yang dilakukan software SAS ketika membaca nilai input

yang diberikan. Interpretasinya bahwa terdapat 2 perlakuan yaitu 15 (suhu 15oC) dan suhu ruang

jumlah amatan seluruhnya yang diperiksa sebanyak 6 amatan.

Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 1 453.7920667 453.7920667 123.42 0.0004

Error 4 14.7074667 3.6768667

Corrected Total 5 468.4995333

R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean

0.968607 7.556216 1.917516 25.37667

Page 27: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

18

Lanjutan lampiran 7 Analisis keragaman laju respirasi CO2

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

perlakuan 1 453.7920667 453.7920667 123.42 0.0004*

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

perlakuan 1 453.7920667 453.7920667 123.42 0.0004*

Interpretasi:

H0 : α1= α2 = 0 (perlakuan tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati )

H1 : paling sedikit ada satu i dimana αi ≠ 0 (perlakuan berpengaruh terhadap respon yang diamati )

* = berbeda nyata

Karena p-value = 0.0004 < alpha (0.05) maka perlakuan berpengaruh nyata terhadap respon. Nilai R-

Square sebesar 0.968607 atau sebesar 96.8607% yang dapat diartikan bahwa sebesar 96.8607%

keragaman respon yang diamati dapat dijelaskan oleh faktor model sedangkan sisanya dijelaskan oleh

faktor-faktor lain di luar model.

Page 28: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

19

Lampiran 8 Pengukuran laju respirasi

Jam

Ke-

Laju respirasi (ml/kg.jam)

Suhu dingin 150 C Suhu ruang 27-30

0 C

Ulangan 1 Ulangan 2 ulangan 3 rata-rata Ulangan 1 Ulangan 2 ulangan 3 rata-rata

CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2

0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

2,75 24,65 27,13 26,44 31,25 24,08 27,15 25,06 28,51 41,44 56,07 42,10 55,39 56,42 68,32 46,65 59,92

5,5 13,45 12,98 13,94 16,83 16,06 16,53 14,48 15,44 41,44 47,53 36,43 91,08 25,68 28,27 34,52 55,63

7,91 14,00 14,81 15,64 20,57 16,17 20,21 15,27 18,53 55,63 66,76 50,00 61,80 56,18 67,20 53,94 65,25

10,66 13,21 12,98 14,18 16,83 16,53 18,89 14,64 16,23 38,76 42,66 37,42 43,08 43,35 45,94 39,84 43,89

13,41 11,56 11,80 12,74 13,22 13,22 12,99 12,51 12,67 36,81 37,78 35,20 34,46 67,61 80,10 46,54 50,78

17,16 7,44 7,79 8,11 8,81 9,00 10,39 8,18 9,00 26,10 30,39 25,45 25,27 28,51 30,23 26,69 28,63

19,57 14,27 12,79 13,99 15,09 16,71 18,86 14,99 15,58 43,95 52,85 41,29 47,75 48,66 55,11 44,63 51,90

22,32 9,72 10,67 9,89 12,07 11,85 11,85 10,49 11,53 27,76 34,40 27,98 34,66 32,94 36,73 29,56 35,26

25,07 9,96 10,67 12,07 12,07 12,09 11,85 11,37 11,53 33,91 39,31 34,17 39,62 36,49 41,46 34,86 40,13

28,57 9,88 9,32 11,95 12,33 11,36 11,18 11,06 10,94 35,33 33,78 35,60 34,05 39,84 39,10 36,92 35,64

31,4 12,22 12,68 13,13 12,90 13,36 12,67 12,90 12,75 40,59 47,75 40,90 48,12 46,05 44,90 42,51 46,92

35,15 8,00 9,57 10,26 12,39 10,26 12,17 9,51 11,37 30,99 34,23 31,23 34,50 35,10 44,31 32,44 37,68

37,73 12,39 10,11 14,15 9,00 15,67 17,69 14,07 12,27 37,97 43,21 38,27 43,55 43,69 44,20 39,98 43,65

40,48 11,39 11,86 11,58 12,07 21,10 23,71 14,69 15,88 29,48 30,71 29,71 30,95 35,30 35,54 31,50 32,40

43,73 8,83 10,04 10,41 21,44 12,04 21,06 10,43 17,51 24,74 31,19 24,93 31,43 27,87 30,07 25,85 30,90

46,48 9,51 10,70 10,88 13,30 13,06 13,06 11,15 12,35 27,66 37,05 28,36 32,34 30,25 34,53 28,76 34,64

49,23 10,94 11,89 11,85 13,30 12,58 14,25 11,79 13,15 32,85 39,52 29,35 32,34 31,20 38,11 31,13 36,65

52,48 8,65 10,06 7,78 9,21 10,45 11,05 8,96 10,11 26,13 34,49 25,26 29,47 28,21 30,23 26,53 31,39

55,73 9,86 8,05 11,26 7,16 12,46 14,06 11,19 9,76 32,40 39,71 30,52 34,73 34,86 35,27 32,59 36,57

59,39 8,22 8,93 8,72 10,00 10,17 12,49 9,04 10,47 28,39 30,62 23,92 28,03 28,63 31,76 26,98 30,14

62,39 10,24 10,90 11,09 12,19 12,84 14,15 11,39 12,41 29,89 33,96 29,41 28,50 32,97 26,20 30,76 29,55

65,22 10,40 10,97 11,75 11,75 12,23 16,15 11,46 12,96 29,76 34,80 28,52 33,84 32,17 38,19 30,15 35,61

Page 29: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

20

Lanjutan lampiran 8 pengukuran laju respirasi

Jam

Ke-

Laju respirasi (ml/kg.jam)

Suhu dingin 150 C Suhu ruang 27-30

0 C

Ulangan 1 Ulangan 2 ulangan 3 rata-rata Ulangan 1 Ulangan 2 ulangan 3 rata-rata

CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2

68,05 12,48 10,40 13,40 11,75 15,46 11,54 13,78 11,23 28,08 31,20 26,35 29,01 30,55 30,09 28,33 30,10

70,08 17,42 16,13 18,38 16,41 19,36 19,36 18,38 17,30 36,65 45,39 37,23 42,30 40,19 43,75 38,02 43,81

72,74 14,03 11,08 14,78 12,52 14,77 25,85 14,53 16,48 27,97 32,07 25,05 27,12 29,93 35,86 27,65 31,68

74,90 14,55 9,10 23,44 26,22 16,68 13,64 18,22 16,32 31,91 36,34 30,85 31,81 33,81 33,50 32,19 33,88

77,23 14,90 21,08 17,73 21,44 18,27 21,08 16,96 21,20 37,20 55,65 37,15 30,96 42,92 50,82 39,09 45,81

80,23 11,79 9,82 11,66 9,99 12,66 9,82 12,04 9,88 25,25 28,44 24,05 27,48 24,34 26,31 24,55 27,41

83,15 10,09 12,33 11,18 11,41 11,44 12,34 10,90 12,03 22,67 25,71 21,18 23,53 22,98 22,53 22,28 23,92

86,40 10,68 11,08 11,48 11,27 12,49 11,08 11,55 11,15 28,77 34,65 25,37 27,48 28,95 30,36 27,69 30,83

89,15 13,12 13,12 14,31 12,13 15,50 11,93 14,31 12,39 31,56 41,01 28,27 31,27 32,10 33,54 30,65 35,27

94,15 10,24 9,85 8,95 9,35 11,03 10,50 10,07 9,90 23,99 30,16 22,21 27,59 36,98 40,28 27,73 32,68

97,40 13,13 11,11 13,66 11,30 13,64 22,22 13,48 14,88 30,37 35,86 28,43 31,83 32,71 30,48 30,51 32,72

99,57 15,42 10,58 16,91 12,30 18,14 16,63 16,83 13,17 38,52 34,73 35,58 31,77 34,98 38,02 36,36 34,84

102,57 14,21 14,21 15,56 14,45 15,09 15,30 14,95 14,65 32,42 41,09 33,99 37,89 38,04 36,28 34,81 38,42

106,57 10,01 18,87 10,68 9,18 11,33 12,31 10,67 13,45 22,79 28,28 21,55 26,72 23,94 28,89 22,76 27,96

110,07 12,75 13,13 14,50 14,31 14,63 14,07 13,96 13,84 29,77 35,26 28,77 30,54 30,75 34,90 29,76 33,57

113,07 11,62 9,87 13,60 11,15 13,14 10,95 12,79 10,65 23,86 27,53 24,91 25,37 25,64 25,42 24,80 26,11

116,07 15,13 15,35 15,60 16,72 16,86 17,52 15,87 16,53 30,28 37,85 30,91 38,06 32,49 37,57 31,23 37,83

119,07 9,43 6,58 11,81 4,46 12,27 4,38 11,17 5,14 22,94 16,06 23,07 17,30 23,21 19,89 23,07 17,75

122,07 12,50 9,87 13,82 10,03 14,46 9,86 13,59 9,92 30,05 32,11 29,53 32,29 24,31 23,21 27,96 29,21

124,07 20,06 13,16 22,74 13,37 22,34 14,78 21,71 13,77 43,70 43,01 41,87 39,79 41,44 48,07 42,34 43,62

127,07 14,69 12,06 14,49 11,15 14,24 13,14 14,47 12,12 28,44 27,53 28,14 29,99 33,81 32,05 30,13 29,85

130,07 14,25 12,06 14,04 11,15 14,67 14,24 14,32 12,48 36,70 35,55 35,99 38,06 38,23 37,57 36,97 37,06

134,07 8,73 12,35 15,24 15,91 14,47 12,33 12,81 13,53 34,04 38,88 35,08 41,68 35,26 40,75 34,79 40,44

136,82 16,29 13,17 17,78 14,61 16,50 13,16 16,86 13,65 39,46 36,44 32,59 31,58 35,08 31,45 35,71 33,16

139,57 14,37 11,98 14,61 13,39 14,35 11,96 14,45 12,44 33,68 35,18 34,36 39,16 36,05 41,13 34,69 38,49

Page 30: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

21

Lanjutan lampiran 8 pengukuran laju respirasi

Jam

Ke-

Laju respirasi (ml/kg.jam)

Suhu dingin 150 C Suhu ruang 27-30

0 C

Ulangan 1 Ulangan 2 ulangan 3 rata-rata Ulangan 1 Ulangan 2 ulangan 3 rata-rata

CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2

143,57 10,70 8,23 11,05 10,05 10,85 9,04 10,87 9,11 37,84 41,47 34,21 37,34 34,76 41,58 35,60 40,13

147,57 18,44 19,76 21,43 20,93 19,08 23,85 19,65 21,51 24,71 32,83 25,88 30,39 28,27 32,43 26,29 31,88

150,57 17,35 19,76 18,53 20,09 19,73 19,73 18,54 19,86 36,40 46,07 37,28 45,16 34,82 45,46 36,17 45,56

154,07 14,12 14,12 15,31 15,31 13,81 15,04 14,41 14,82 34,16 42,45 38,70 40,69 37,64 39,92 36,83 41,02

157,07 15,15 16,47 17,41 16,74 17,54 17,54 16,70 16,92 43,77 50,68 44,00 47,47 42,36 48,79 43,38 48,98

160,74 12,80 14,42 13,56 13,74 14,21 15,29 13,52 14,48 35,81 40,74 37,72 41,91 36,66 41,04 36,73 41,23

162,74 18,86 16,54 19,83 16,81 19,81 16,50 19,50 16,62 49,38 52,16 53,48 55,93 49,87 51,88 50,91 53,32

165,90 14,24 14,66 15,10 15,96 15,46 17,76 14,93 16,12 39,61 48,42 46,90 51,99 40,88 51,90 42,47 50,77

169,57 11,99 14,42 12,73 15,57 13,94 16,19 12,89 15,39 38,09 43,58 43,63 57,15 36,30 41,95 39,34 47,56

173,24 13,52 14,42 13,92 17,40 14,93 17,99 14,12 16,60 35,06 44,53 47,72 56,20 35,66 43,78 39,48 48,17

176,57 15,10 19,87 15,34 23,22 17,25 24,78 15,90 22,62 37,17 50,12 54,17 73,48 38,80 53,27 20,36 58,96

180,65 8,27 12,16 9,39 12,36 9,22 10,52 15,80 11,68 29,57 35,79 29,30 36,84 21,00 24,61 26,63 32,42

183,65 11,93 9,94 15,04 13,47 14,34 15,44 13,77 12,95 27,27 31,47 40,53 46,86 27,60 30,29 31,80 36,21

187,40 13,61 13,25 6,29 5,39 14,83 16,77 11,57 11,80 30,21 32,63 37,86 50,61 31,05 35,90 33,04 39,71

190,40 12,37 12,15 11,68 12,35 14,56 16,55 12,87 13,68 27,04 31,47 34,44 42,17 26,70 30,29 29,39 34,64

194,90 13,84 33,13 14,67 21,70 15,30 22,06 14,60 25,63 30,15 44,29 40,61 58,58 29,77 44,87 33,51 49,25

197,9 18,33 18,78 19,76 21,33 18,31 19,86 18,80 19,99 28,44 29,14 32,80 43,35 14,58 44,87 25,27 39,12

200,65 15,42 16,87 15,68 17,15 11,31 10,83 14,14 14,95 31,78 33,06 39,62 43,45 35,74 40,39 35,71 38,96

203,40 13,52 12,07 15,47 15,96 28,22 30,15 19,07 19,39 32,94 32,09 37,48 39,80 33,68 36,87 34,70 36,25

206,15 15,69 12,07 16,69 13,50 19,54 12,06 17,31 12,54 35,49 38,51 42,88 44,93 37,36 36,87 38,58 40,10

209,65 14,42 14,23 14,66 15,43 15,35 16,11 14,81 15,26 29,29 37,32 33,28 44,38 28,20 33,80 30,26 38,50

212,65 14,61 15,49 17,10 16,88 17,25 17,69 16,32 16,69 33,47 41,19 40,48 51,78 33,12 40,56 35,69 44,51

216,32 14,11 14,47 15,82 15,64 14,82 15,36 14,92 15,16 39,03 43,29 30,59 34,63 26,71 30,39 32,11 36,10

218,73 15,98 13,77 17,93 15,41 16,24 13,76 16,71 14,31 38,46 35,16 48,63 48,34 35,62 33,66 40,90 39,05

222,73 12,95 12,45 14,35 13,50 13,60 13,27 13,63 13,07 35,11 39,71 39,36 54,72 29,41 33,80 34,63 42,74

Page 31: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

22

Lanjutan lampiran 8 pengukuran laju respirasi

Jam

Ke-

Laju respirasi (ml/kg.jam)

Suhu dingin 150 C Suhu ruang 27-30

0 C

Ulangan 1 Ulangan 2 ulangan 3 rata-rata Ulangan 1 Ulangan 2 ulangan 3 rata-rata

CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2

225,73 13,97 14,41 15,32 13,52 14,61 12,18 14,63 13,37 39,73 47,02 49,69 65,07 34,15 36,19 41,19 49,43

229,06 12,97 13,97 15,82 12,17 13,15 14,95 13,98 13,69 41,90 45,50 46,00 56,44 28,50 30,53 38,80 44,16

232,73 14,42 13,60 16,04 15,67 15,40 16,30 15,28 15,19 44,43 60,59 52,27 64,85 36,82 40,70 44,51 55,38

235,73 15,30 13,30 17,13 15,77 16,83 15,50 16,42 14,86 51,72 59,95 54,66 60,34 37,77 39,58 48,05 53,29

239,23 14,44 12,35 15,07 13,52 15,37 12,34 14,96 12,74 58,24 68,52 53,95 65,92 34,70 42,65 48,96 59,03

241,73 15,96 13,30 16,76 16,22 18,07 15,94 16,93 15,16 62,63 76,17 54,23 62,47 33,92 36,64 50,26 58,43

244,73 14,63 16,63 15,32 16,90 14,83 15,50 14,93 16,34 57,60 71,71 47,09 59,16 30,08 36,19 44,92 55,68

247,73 14,89 13,53 14,87 13,32 15,39 16,61 15,05 14,49 57,99 72,19 47,97 54,89 30,89 23,85 45,62 50,31

251,4 13,27 16,59 12,34 14,52 13,04 16,30 12,88 15,80 58,43 58,05 47,21 53,65 30,82 35,28 45,49 48,99

254,57 16,86 13,87 17,01 14,70 17,19 18,87 17,02 15,81 59,36 72,80 49,01 59,85 33,96 34,39 47,44 55,68

257,07 17,86 14,89 17,05 14,65 19,14 15,95 18,02 15,16 68,45 72,43 55,84 63,00 38,43 35,43 54,24 56,96

260,07 15,79 16,92 15,32 12,21 16,61 13,29 15,91 14,14 67,46 73,38 53,93 56,08 36,11 36,34 52,50 55,27

263,24 16,01 11,74 14,18 12,60 15,72 12,58 15,30 12,31 63,62 67,20 49,24 54,20 35,90 36,54 54,56 52,65

266,4 14,99 10,71 17,28 14,75 16,82 15,77 16,36 13,74 64,72 64,04 53,02 54,38 35,15 36,66 50,96 51,69

269,23 16,74 11,95 17,18 14,12 17,85 14,09 17,25 13,39 69,25 66,49 56,42 53,13 37,08 38,52 54,25 52,72

271,73 17,59 18,95 20,78 15,98 17,54 19,94 18,64 18,29 56,24 61,07 61,86 75,89 38,16 40,88 52,09 59,28

274,73 15,11 12,41 15,54 13,32 15,95 14,40 15,53 13,37 58,23 54,44 51,31 51,31 34,75 35,21 48,10 46,99

277,89 15,42 14,99 8,01 8,43 14,30 13,67 12,57 12,36 56,18 51,68 49,62 55,51 33,64 38,81 46,48 48,67

280,72 16,50 15,54 15,29 15,29 17,14 17,61 16,31 16,15 61,48 57,71 55,91 65,78 39,49 46,95 52,29 56,81

284,22 12,37 10,63 12,94 13,32 13,48 14,24 12,93 12,73 48,08 46,66 41,12 43,98 31,34 33,10 40,18 41,25

286,8 16,04 18,11 16,57 18,41 17,04 15,49 16,55 17,34 53,17 50,11 50,57 54,78 39,94 43,93 47,89 49,61

289,46 16,31 15,05 16,33 14,03 16,78 11,27 16,47 13,45 49,68 51,30 49,05 50,41 37,71 43,90 45,48 48,54

292,46 13,79 11,12 15,61 11,31 14,43 11,10 14,61 11,18 45,49 40,70 40,35 36,24 43,51 38,93 43,11 38,62

295,63 13,26 15,79 14,34 14,98 14,50 16,81 14,04 15,86 45,77 62,31 45,27 53,73 39,01 47,68 43,35 54,57

298,63 12,46 12,24 13,57 15,83 12,00 16,66 12,06 14,91 41,18 44,29 39,62 47,11 35,27 42,36 38,69 44,59

Page 32: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

23

Lanjutan lampiran 8 pengukuran laju respirasi

Jam

Ke-

Laju respirasi (ml/kg.jam)

Suhu dingin 150 C Suhu ruang 27-30

0 C

Ulangan 1 Ulangan 2 ulangan 3 rata-rata Ulangan 1 Ulangan 2 ulangan 3 rata-rata

CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2

302,63 12,68 12,51 13,40 13,57 13,49 14,99 13,19 13,69 40,76 44,89 41,50 48,02 36,24 42,94 39,50 45,28

306,96 9,56 8,48 5,01 3,13 8,62 8,46 11,65 6,69 29,69 28,20 28,79 30,97 24,43 26,97 27,64 28,71

310,71 11,32 8,90 11,68 9,05 11,19 10,66 11,40 9,53 34,67 33,52 36,72 39,62 29,49 32,06 33,63 35,07

313,54 14,41 11,81 14,65 12,01 16,05 15,34 15,03 13,05 44,33 48,99 47,55 45,23 41,26 39,07 44,38 44,43

316,71 14,55 15,82 15,86 18,22 16,22 18,96 15,55 17,67 44,36 46,86 60,22 62,30 45,12 47,96 49,90 52,37

320,71 14,71 13,37 16,14 16,99 16,86 15,86 15,90 15,41 25,59 28,89 47,17 49,37 37,31 44,05 36,69 40,77

323,71 14,26 11,14 16,31 15,86 17,36 16,70 15,98 14,56 36,97 41,82 45,59 43,88 33,86 38,01 38,81 41,24

326,96 14,40 11,31 15,47 15,68 16,23 16,44 15,37 14,48 39,82 46,73 49,06 61,89 35,72 37,21 41,53 48,61

329,71 14,10 12,15 15,57 16,06 16,51 14,57 15,39 14,26 40,58 44,42 50,53 53,19 34,17 33,92 41,76 43,84

333,71 12,39 12,75 13,89 13,89 15,29 14,56 13,85 13,73 37,60 47,68 45,64 52,81 31,26 32,01 38,16 44,17

336,88 17,95 16,54 17,53 15,61 16,75 15,34 17,41 15,83 43,16 50,16 48,85 47,81 34,18 32,96 42,06 43,65

340,30 14,89 13,72 14,55 12,95 15,46 13,70 14,97 13,46 49,09 50,16 36,27 34,55 45,04 44,63 43,47 43,11

343,55 15,07 16,51 14,69 15,74 15,87 15,46 15,21 15,91 47,67 56,21 45,72 45,49 34,41 34,19 42,60 45,30

347,13 15,52 14,03 14,83 14,26 16,62 14,94 15,66 14,41 52,76 65,19 45,54 48,43 36,01 36,79 44,77 50,13

350,63 13,02 11,49 15,67 15,58 13,96 13,39 14,22 13,48 48,39 55,27 40,51 42,20 28,15 33,70 39,02 43,72

353,88 12,99 11,34 14,47 14,68 15,65 15,45 14,37 13,82 58,62 67,38 46,12 49,99 34,16 37,36 46,30 51,58

357,63 12,69 13,40 13,45 13,63 14,64 15,17 13,59 14,07 54,51 69,11 47,65 49,23 31,17 33,30 44,45 50,55

361,63 13,09 12,59 13,66 13,66 15,60 16,78 14,12 14,34 60,96 69,07 49,02 51,25 34,33 38,34 48,10 52,89

365,38 14,68 16,11 14,39 12,75 14,67 14,31 14,58 14,39 52,46 63,85 43,74 46,72 32,16 36,25 42,78 48,94

369,88 13,28 14,92 12,60 14,42 14,02 15,66 13,30 15,00 57,30 63,03 49,37 57,16 30,98 37,18 45,88 52,45

373,05 16,11 14,84 15,31 11,86 18,01 15,89 16,48 14,20 57,23 72,12 56,27 62,39 35,88 36,32 49,79 56,94

376,80 13,61 13,43 14,75 13,66 16,64 17,89 15,00 14,99 55,40 65,82 48,51 54,67 32,72 37,18 45,54 52,55

379,80 14,32 14,55 16,16 15,94 16,33 16,78 15,60 15,75 53,78 61,39 40,26 43,49 57,62 65,06 50,55 56,65

382,80 13,87 12,31 15,03 11,38 16,78 16,78 15,23 13,49 55,75 66,31 43,74 47,22 59,25 69,70 52,91 61,08

385,80 15,66 16,78 15,48 13,66 15,88 13,42 15,68 14,62 66,06 69,99 65,36 62,13 45,31 46,47 58,91 59,53

Page 33: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

24

Lanjutan lampiran 8 pengukuran laju respirasi

Jam

Ke-

Laju respirasi (ml/kg.jam)

Suhu dingin 150 C Suhu ruang 27-30

0 C

Ulangan 1 Ulangan 2 ulangan 3 rata-rata Ulangan 1 Ulangan 2 ulangan 3 rata-rata

CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2

389,05 13,85 12,40 15,15 15,78 16,33 17,57 15,11 15,25 67,97 76,93 65,23 69,89 45,57 51,83 59,59 66,22

392,21 11,99 13,79 12,42 15,12 14,32 19,09 12,91 16,00 47,96 63,63 47,94 59,78 33,80 44,33 43,24 55,91

396,05 13,67 14,02 13,38 13,38 15,78 14,90 14,28 14,10 59,59 68,15 55,71 64,21 40,11 49,45 51,80 60,60

399,05 15,45 16,80 15,50 17,10 18,14 16,80 16,37 16,90 56,97 65,93 55,27 63,10 42,58 50,30 51,61 59,78

402,05 15,23 15,68 13,45 12,54 16,80 16,80 15,16 15,00 50,00 57,22 52,50 60,57 40,71 46,79 47,74 54,86

406,55 12,69 14,93 13,22 15,20 14,48 17,17 13,47 15,77 53,24 54,73 49,13 58,89 42,27 53,03 48,21 55,55

409,55 18,14 11,20 18,24 17,10 12,76 17,92 16,38 15,40 56,97 46,02 63,10 63,10 57,09 60,83 59,05 56,65

412,55 14,33 11,20 13,22 11,40 17,02 22,39 14,86 15,00 55,48 59,71 50,23 51,74 47,73 52,64 51,14 54,70

416,05 12,90 14,44 14,49 12,73 17,89 18,28 15,09 15,15 57,09 58,38 53,30 54,84 45,55 55,67 51,98 56,30

419,05 19,09 20,21 18,28 17,14 22,45 23,57 19,94 20,31 68,12 70,64 58,34 62,70 57,63 61,41 61,36 64,91

422,05 13,70 11,23 13,25 11,42 17,96 19,08 14,97 13,91 59,54 63,07 55,27 60,14 55,98 57,87 56,93 60,36

425,55 16,55 15,40 15,86 14,69 19,43 19,24 17,28 16,44 57,95 61,63 50,89 58,13 55,27 53,65 54,70 57,80

430,05 13,62 13,47 13,56 13,71 16,01 17,96 14,40 15,05 57,02 62,23 47,94 57,15 48,97 55,11 51,31 58,16

433,05 16,39 19,09 16,68 17,14 20,43 19,08 17,83 18,43 58,28 59,29 50,92 57,58 53,14 53,14 54,11 56,67

437,05 13,64 14,32 13,71 13,71 17,68 19,36 15,01 15,80 56,38 59,60 50,48 53,74 54,03 55,80 53,63 56,38

440,38 15,99 11,13 15,24 13,38 20,64 12,14 17,29 12,22 63,23 57,27 47,47 58,17 44,83 17,08 51,84 44,17

442,71 16,48 17,35 16,18 14,71 22,84 24,57 18,50 18,88 58,58 55,64 55,52 58,17 55,51 53,38 56,54 55,73

445,71 16,64 16,87 15,78 19,44 21,36 21,36 17,93 19,22 55,48 57,26 40,59 53,00 47,44 53,37 47,84 54,54

448,71 15,29 17,99 14,41 17,16 20,91 22,48 16,87 19,21 53,45 57,26 47,31 51,70 45,54 47,44 48,77 52,14

451,71 15,29 16,87 14,41 16,01 20,91 23,61 16,87 18,83 36,39 34,36 53,77 59,46 45,07 45,07 45,08 46,29

454,88 15,55 15,98 15,17 16,25 0,00 0,00 15,36 16,11 43,40 50,63 40,90 48,98 43,14 44,94 42,48 48,18

458,21 14,98 15,18 21,41 24,71 14,37 13,15 16,92 17,68 48,79 51,54 42,81 53,52 52,09 51,24 47,90 52,10

461,55 14,98 15,18 13,79 12,35 20,24 20,24 16,34 15,92 47,65 50,40 45,61 55,85 47,40 48,04 46,88 51,43

464,55 14,44 15,80 13,99 14,91 21,45 22,58 16,63 17,76 50,51 46,28 57,73 62,98 63,77 52,74 57,34 54,00

467,71 14,96 14,96 14,78 15,21 21,82 22,46 17,19 17,54 56,37 53,86 50,95 59,65 51,32 55,64 52,88 56,39

Page 34: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

25

Lanjutan lampiran 8 pengukuran laju respirasi

Jam

Ke-

Laju respirasi (ml/kg.jam)

Suhu dingin 150 C Suhu ruang 27-30

0 C

Ulangan 1 Ulangan 2 ulangan 3 rata-rata Ulangan 1 Ulangan 2 ulangan 3 rata-rata

CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2

470,88 15,82 16,04 15,00 15,22 22,25 24,60 17,69 18,62 57,14 60,15 53,46 60,92 51,79 56,79 54,13 59,28

474,21 15,64 15,23 13,84 16,52 31,30 20,32 20,26 17,36 53,32 58,32 56,68 68,49 52,43 58,26 54,15 61,69

477,29 20,86 21,96 16,97 14,51 27,24 27,46 21,69 21,31 64,85 74,63 61,79 68,94 66,48 71,15 64,38 71,57

480,29 18,50 13,54 14,57 14,91 24,72 28,22 19,27 18,89 60,30 64,80 59,04 65,60 55,98 56,34 58,44 62,24

483,79 15,28 14,51 14,16 14,75 21,09 22,26 16,84 17,17 63,70 69,14 56,23 65,22 60,62 62,67 60,18 65,68

486,79 16,02 19,18 15,60 21,80 23,93 28,22 18,52 23,07 56,60 60,83 52,48 69,54 52,02 61,13 53,70 63,83

490,29 16,47 16,47 14,78 18,72 21,73 28,13 17,66 21,11 48,97 62,90 48,32 64,65 47,14 52,73 48,14 60,09

493,88 17,41 18,93 15,40 17,32 22,35 27,47 18,39 21,24 53,31 61,43 52,50 59,81 45,23 55,53 50,35 58,92

496,88 17,41 16,96 17,01 17,24 25,12 27,16 19,85 20,45 53,99 65,52 53,99 72,78 48,00 65,13 51,99 67,81

500,13 18,98 20,86 18,24 19,09 26,72 26,10 21,32 22,02 58,99 60,45 55,91 61,03 52,96 47,85 55,96 56,44

503,13 20,58 21,48 18,16 17,24 26,48 28,29 21,74 22,34 57,14 70,76 58,22 70,13 55,72 63,93 57,03 68,27

506,21 20,04 20,92 17,91 16,79 26,00 26,44 21,32 21,38 55,63 61,25 55,40 64,42 52,85 64,59 54,63 63,42

509,54 19,23 22,39 19,35 28,97 25,87 23,43 21,49 24,93 55,67 69,59 50,26 64,32 49,72 54,28 51,89 62,73

512,88 20,21 24,50 18,52 19,77 27,90 30,77 22,21 25,02 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

516,21 23,48 29,61 17,90 16,65 28,72 30,77 23,37 17,14 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

519,04 26,67 37,24 25,47 29,39 57,92 69,99 36,68 45,54 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

522,04 30,85 34,03 26,82 27,75 40,79 43,30 32,82 35,03 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

525,04 23,82 23,82 20,58 19,66 30,54 31,91 24,98 25,13 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

528,04 22,46 22,69 19,89 23,12 28,71 28,49 23,69 24,77 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

531,04 18,60 31,76 16,65 17,34 20,74 25,07 18,66 24,72 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

534,04 16,67 21,55 16,88 18,50 19,03 19,37 17,53 19,81 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

537,54 20,51 23,44 18,08 19,87 23,71 24,49 20,77 22,60 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

541,04 21,06 23,40 18,05 19,83 25,23 29,34 21,45 24,19 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

544,04 22,77 22,77 18,76 17,37 26,72 25,13 22,75 21,75 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

547,04 20,95 21,63 16,91 17,37 25,35 27,41 21,07 22,14 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Page 35: Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi

26

Lanjutan lampiran 8 pengukuran laju respirasi

Jam

Ke-

Laju respirasi (ml/kg.jam)

Suhu dingin 150 C Suhu ruang 27-30

0 C

Ulangan 1 Ulangan 2 ulangan 3 rata-rata Ulangan 1 Ulangan 2 ulangan 3 rata-rata

CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2 O2

550,04 23,91 27,32 19,45 19,69 26,27 27,41 23,21 24,81 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

553,04 21,86 22,77 18,76 17,37 22,61 22,84 21,08 20,99 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

556,88 16,93 20,49 15,23 17,22 20,92 25,03 17,69 20,91 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

560,04 21,35 22,65 17,55 16,45 24,23 27,05 21,05 22,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

563,04 23,05 26,24 19,01 19,71 26,29 28,58 22,78 24,84 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

566,04 23,27 26,24 19,24 22,03 24,92 27,43 22,48 25,23 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

569,04 24,41 31,94 20,64 23,19 28,12 34,29 24,39 29,81 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

574,04 22,45 28,07 16,97 18,08 22,50 26,75 20,64 24,30 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

577,04 26,24 26,24 20,87 19,71 27,89 28,58 25,00 24,84 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

581,54 22,83 24,35 17,32 19,33 22,27 26,69 20,81 23,46 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

584,04 28,99 34,18 22,79 25,01 29,32 47,95 27,03 35,72 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

589,04 23,76 26,79 17,28 21,60 26,73 30,32 22,59 26,23 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

592,04 29,76 26,33 21,14 30,20 23,43 21,82 24,78 26,11 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

595,04 27,70 28,62 21,37 18,58 27,79 28,71 25,62 25,30 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

599,04 23,52 25,76 19,16 17,42 19,81 22,39 20,83 21,86 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

601,79 37,96 42,46 24,33 29,14 28,81 32,57 30,37 34,72 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

605,21 25,93 26,13 29,98 18,35 25,41 26,21 27,10 23,57 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

611,71 23,03 29,06 12,44 20,37 20,88 24,38 18,78 24,60 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

614,54 34,25 30,37 28,60 28,35 35,58 40,21 32,81 32,97 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

617,80 29,16 29,58 22,09 21,44 27,34 29,68 26,20 26,90 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

620,88 39,83 44,75 28,38 31,79 33,67 40,40 33,96 38,98 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

625,04 32,54 38,00 23,64 29,34 28,34 37,29 28,17 34,87 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

629,04 27,61 38,71 21,04 29,68 24,77 34,52 24,47 34,30 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

632,04 33,95 43,59 27,70 32,59 30,15 34,52 30,60 36,90 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00