pengaruh stres kerja, beban kerja dan ...repository.helvetia.ac.id/2291/8/erma elizar,...

213
PENGARUH STRES KERJA, BEBAN KERJA DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD DATU BERU TAKENGON TESIS Oleh: ERMA ELIZAR 1602011056 PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN 2019

Upload: others

Post on 12-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGARUH STRES KERJA, BEBAN KERJA DAN KEPUASAN

    KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG

    RAWAT INAP RSUD DATU BERU TAKENGON

    TESIS

    Oleh:

    ERMA ELIZAR

    1602011056

    PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

    MEDAN

    2019

  • PENGARUH STRES KERJA, BEBAN KERJA DAN KEPUASAN

    KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG

    RAWAT INAP RSUD DATU BERU TAKENGON

    TESIS

    Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

    untuk Memeroleh Gelar Magister Kesehatan Mayarakat (M.K.M)

    pada Program Studi S2 Kesehatan Masyarakat

    Minat Studi Manajemen Rumah Sakit

    Institut Kesehatan Helvetia Medan

    Oleh :

    ERMA ELIZAR

    1602011056

    PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

    MEDAN

    2019

  • HALAMAN PENGESAHAN

    Judul Tesis : Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja Dan

    Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Perawat Di

    Ruang Rawat Inap RSUD Datu Beru Takengon

    Nama Mahasiswa : Erma Elizar

    Nomor Induk Mahasiswa : 1602011056

    Minat Studi : Manajemen Rumah Sakit

    Menyetujui

    Komisi Pembimbing :

    Medan, 31 Agustus 2019

    Pembimbing I

    (Namora Lumongga Lubis, M.Sc., Ph.D.)

    Pembimbing II

    (Yuniati, S.K.M., M.Kes.)

    Fakultas Kesehatan Masyarakat

    Institut Kesehatan Helvetia

    Dekan,

    (Dr. Ns. Asriwati, Spd., S.Kep.,M.Kes)

  • Telah diuji pada tanggal : 31 Agustus 2019

    PANITIA PENGUJI TESIS

    Ketua : Namora Lumongga Lubis, M.Sc., Ph.D.

    Anggota : 1. Yuniati , S.K.M., M.Kes.

    2. Prof. Dr. dr. Thomson P. Nadapdap, M.Kes., Epid.

    3. Anto, SKM., M.Kes., M.M.

  • HALAMAN PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan :

    1. Tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar magister, baik di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Helvetia maupun di

    perguruan tinggi lain.

    2. Tesis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing dan masukan tim

    penelaah/tim penguji.

    3. Dalam Tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tulis dengan jelas dicantumkan

    sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

    dicantumkan dalam daftar pustaka.

    4. Pernyataan ini saya perbuat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,

    maka saya bersedia menerima sanksi akademik pencabutan gelar yang

    telah diperoleh karena Tesis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma

    yang berlaku di perguruan tinggi ini.

    Medan, April 2019

    Yang membuat pernyataan

    Erma Elizar

    1602011056

  • LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI

    Sebagai civitas akademika Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan

    Helvetia Medan, Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

    Nama Mahasiswa : Erma Elizar

    NIM : 1602011056

    Minat Studi : Manajemen Rumah Sakit

    Fakultas : Kesehatan Masyarakat

    Jenis karya : Tesis

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

    Fakultas Kesehatan Masyarakat Hak Bebas Royalty Non Ekslusif atau (Non

    Exclusive Royalty Free Right) atau tesis saya yang berjudul :

    “Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja Dan Kepuasan Kerja Terhadap

    Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RSUD Datu Beru

    Takengon”

    Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan) dengan Hak Bebas Royalty Non

    Ekslusif Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan

    berhak menyimpan, Mengalih media format, mengelola dalam bentuk pangkalan

    data (database), merawat dan mempublikasi tesis saya tanpa meminta ijin dari

    saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis, pencipta dan sebagai

    pemilik hak cipta.

    Demikian persyaratan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Di buat di : Takengon

    Pada Tanggal, Mei 2019

    Yang Menyatakan

    Erma Elizar

  • i

    ABSTRAK

    PENGARUH STRES KERJA, BEBAN KERJA DAN KEPUASAN KERJA

    TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD

    DATU BERU TAKENGON TAHUN 2019

    ERMA ELIZAR

    1602011056

    Stres kerja perawat di RSUD Datu Beru Takengon disebabkan perawat

    jarang menerima penghargaan terhadap kinerja apabila mereka bekerja melebihi

    standar. Beban kerja berat dan jumlah perawat yang tidak mengalami

    pertambahan, dengan rasio 1:10. Tujuan penelitian untuk mengetahui dan

    menganalisa pengaruh stress kerja, beban kerja dan kepuasan kerja terhadap

    kinerja perawat di ruang rawat inap RSUD Datu Beru Takengon.

    Desain penelitian menggunakan survei analitik kuantitatif dengan rancangan

    crossectional. Populasi seluruh perawat yang bekerja di Ruang Rawat Inap RSUD

    Datu Beru 304 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan Proportional

    Random Sampling. Jumlah sampel 75 perawat. Analisa data dilakukan dengan

    analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan chi_square.

    Hasil penelitian variabel stres kerja diperoleh nilai p-value = 0,000, beban

    kerja 0,003, dan kepuasan kerja 0,000 < α 0,05, artinya ada pengaruh antara stres

    kerja, beban kerja dan kepuasan kerja terhadap kinerja perawat, hasil analisis

    multivariat variabel yang paling berpengaruh penelitian adalah variabel beban

    kerja dengan nilai Exp B 22,121 yang artinya beban kerja 22 kali berpengaruh

    terhadap kinerja perawat.

    Kesimpulan ada pengaruh stres kerja, beban kerja dan kepuasan kerja

    terhadap kinerja perawat. Analisa multivariat menunjukkan hasil paling dominan

    adalah variabel beban kerja terhadap kinerja perawat. Disarankan perawat

    memanfaatkan waktu secara efektif dalam menyelesaikan tugas yang dibebankan,

    pihak rumah sakit juga harus meningkatkan promosi untuk perawat, pembinaan,

    pelatihan dan kebijakan dapat meningkatkan kinerja perawat. Peneliti selanjutnya

    disarankan mengkaji lebih lanjut pengaruh stres kerja terhadap kinerja perawat.

    Kata Kunci : Stres Kerja, Beban Kerja Dan Kepuasan Kerja, Kinerja

    Perawat

    Daftar pustaka : Buku 30 (2011-2019) + Jurnal 16 (1995-2018)

  • ii

    ABSTRAK

    PENGARUH STRES KERJA, BEBAN KERJA DAN KEPUASAN KERJA

    TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD

    DATU BERU TAKENGON TAHUN 2019

    ERMA ELIZAR

    1602011056

    Stres kerja perawat di RSUD Datu Beru Takengon disebabkan perawat

    jarang menerima penghargaan terhadap kinerja apabila mereka bekerja melebihi

    standar. Beban kerja berat dan jumlah perawat yang tidak mengalami

    pertambahan, dengan rasio 1:10. Tujuan penelitian untuk mengetahui dan

    menganalisa pengaruh stress kerja, beban kerja dan kepuasan kerja terhadap

    kinerja perawat di ruang rawat inap RSUD Datu Beru Takengon.

    Desain penelitian menggunakan survei analitik kuantitatif dengan rancangan

    crossectional. Populasi seluruh perawat yang bekerja di Ruang Rawat Inap RSUD Datu Beru 304 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan Proportional

    Random Sampling. Jumlah sampel 75 perawat. Analisa data dilakukan dengan

    analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan chi_square.

    Hasil penelitian variabel stres kerja diperoleh nilai p-value = 0,000, beban

    kerja 0,003, dan kepuasan kerja 0,000 < α 0,05, artinya ada pengaruh antara stres

    kerja, beban kerja dan kepuasan kerja terhadap kinerja perawat, hasil analisis

    multivariat variabel yang paling berpengaruh penelitian adalah variabel beban

    kerja dengan nilai Exp B 22,121 yang artinya beban kerja 22 kali berpengaruh

    terhadap kinerja perawat.

    Kesimpulan ada pengaruh stres kerja, beban kerja dan kepuasan kerja

    terhadap kinerja perawat. Analisa multivariat menunjukkan hasil paling dominan

    adalah variabel beban kerja terhadap kinerja perawat. Disarankan perawat

    memanfaatkan waktu secara efektif dalam menyelesaikan tugas yang dibebankan,

    pihak rumah sakit juga harus meningkatkan promosi untuk perawat, pembinaan,

    pelatihan dan kebijakan dapat meningkatkan kinerja perawat. Peneliti selanjutnya

    disarankan mengkaji lebih lanjut pengaruh stres kerja terhadap kinerja perawat.

    Kata Kunci : Stres Kerja, Beban Kerja Dan Kepuasan Kerja, Kinerja

    Perawat

    Daftar pustaka : Buku 30 (2011-2019) + Jurnal 16 (1995-2018)

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

    anugerah-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang

    berjudul “Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja Dan Kepuasan Kerja

    Terhadap Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Datu Beru

    Takengon”

    Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

    mendapatkan gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M.) pada Program

    Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia. Penulis

    menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan

    berbagai pihak, baik dukungan moril, materil dan sumbangan pemikiran. Untuk

    itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes., selaku Pembina Yayasan

    Helvetia.

    2. Imam Muhammad, SE., S.Kom, M.M., M.Kes., selaku Ketua Yayasan

    Helvetia.

    3. Dr. Ismail Efendi, M.Si., selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia.

    4. Dr. Asriwati, S.Kep., Ns., S.Pd., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan

    Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia.

    5. Dr. Anto, S.K.M., M.Kes., M.M., selaku Ketua Program Studi S2 Kesehatan

    Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah memberikan ilmu

    pengetahuan dan bimbingan kepada peneliti selama pendidikan.

  • iv

    6. Namora Lumongga Lubis, M.Sc., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing I yang

    telah memberikan bimbingan dan mencurahkan waktu, perhatian, ide dan

    motivasi selama penyusunan tesis ini.

    7. Yuniati, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan

    waktu dan memberikan pemikiran dalam membimbing penulis selama

    penyusunan tesis ini.

    8. Seluruh Dosen Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah

    mendidik dan mengajarkan berbagai ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

    9. Teristimewa kepada kedua orang tua Bapak Supono dan Ibu Rusmaniar serta

    suami tercinta Yudi Ferdiansyah Nasution yang selalu memberikan

    pandangan, mendukung baik moril maupun materil, mendoakan dan selalu

    memotivasi penulis dalam penyelesaian tesis ini.

    Penulis menyadari bahwa proposal ini masih memiliki banyak

    kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran demi

    kesempurnaan proposal ini. semoga Allah SWT selalu memberikan Rahmat dan

    Hidayah-Nya atas segala kebaikan yang telah diberikan.

    Medan, April 2019

    Penulis,

    Erma Elizar

  • v

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Penulis bernama Erma Elizar, lahir di Takengon pada tanggal 04 Januari

    1985 dari pasangan Supono dan Rusmaniar Penulis anak ke Tiga dari empat

    bersaudara, Penulis beragama Islam dan sudah menikah dengan Yudi

    Ferdiansyah Nasution, SP. Mempunyai dua orang anak yaitu laki-laki dan

    perempuan, Penulis tinggal di Jln. Mude Sedang No. 432 Kampung Keramat

    Mufakat Kecamatan Bebesen Takengon Aceh Tengah.

    Riwayat Pendidikan formal penulis dimulai dari SD Negeri 03 Takengon

    dari Tahun 1992-1997. Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 2 Takengon dari

    Tahun 1997-2000. Kemudian melanjutkan pendidikan SMU Negeri 15 Medan

    dari Tahun 2000-2003. Penulis menempuh Pendidikan SI Keperawatan STIKes

    SU dari Tahun 2004-2008. Kemudian melanjutkan Program Pendidikan Profesi

    Ners di STIKes SU Medan dari Tahun 2008-2009. Penulis melanjutkan

    pendidikan Pascasarjana di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat

    Studi Manajemen Rumah Sakit di Institut Kesehatan Helvetia Medan dari Tahun

    2016-2019.

    Riwayat Pekerjaan Penulis mulai bekerja pada Tahun 2010 – Sekarang di

    Rumah Sakit Umum Datu Beru Takengon.

  • vi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    LEMBAR PENGESAHAN

    ABSTRACT .......................................................................................................... i

    ABSTRAK ........................................................................................................... ii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... v

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... x

    DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

    1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 14

    1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 14

    1.3.1 Tujuan Umum .............................................................. 14

    1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................. 15

    1.4. Manfaat Penelitian ................................................................... 15

    1.4.1 Manfaat Teoritis .......................................................... 15

    1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................ 16

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................. 17

    2.2. Telaah Teori .............................................................................. 21

    2.2.1 Teori Kinerja .................................................................. 21

    2.2.1.1 Pengertian Kinerja ........................................... 21

    2.2.1.2 Penilaian Kinerja.............................................. 23

    2.2.1.3 Tujuan Penilaian Kinerja ................................. 25

    2.2.1.4 Metode Penilaian Kinerja ................................ 25

    2.2.1.5 Penilaian Sendiri (Self Asessment) ................... 27

    2.2.1.6 Kinerja Perawat................................................ 29

    2.2.2 Teori Stres Kerja ............................................................ 35

    2.2.2.1 Definisi Stres Kerja .......................................... 35

    2.2.2.2 Jenis Stres Kerja............................................... 36

    2.2.2.3 Gejala Stres Kerja ............................................ 37

    2.2.2.4 Pengaruh Stres Kerja dengan Kinerja .............. 39

    2.2.2.5 Cara Mengatasi Stres Kerja ............................ 39

    2.2.2.6 Instrumen Pengukuran Stres Kerja .................. 42

    2.2.3 Teori Beban Kerja .......................................................... 45

    2.2.3.1 Definisi Beban Kerja ....................................... 45

    2.2.3.2 Dimensi Beban Kerja Perawat ......................... 46

    2.2.3.3 Jenis Beban Kerja ............................................ 49

    2.2.3.4 Sumber-Sumber Beban Kerja .......................... 50

  • vii

    2.2.3.5 Pengukuran Beban Kerja ................................. 50

    2.2.3.6 Standar Beban kerja Perawat ........................... 57

    2.2.3.7 Tugas Perawat Sesuai Dengan SOP................. 59

    2.2.4 Teori Kepuasan Kerja ..................................................... 63

    2.2.4.1 Definisi Kepuasan Kerja .................................. 63

    2.2.4.2 Dimensi Kepuasan kerja .................................. 63

    2.2.4.3 Indikator Kepuasan Kerja ................................ 65

    2.3.Landasan Teori ............................................................................ 66

    2.3.1 Kerangka Teori .............................................................. 68

    2.4.Kerangka Konsep ........................................................................ 68

    2.5.Hipotesa....................................................................................... 69

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian ............................................................................ 72

    3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 72

    3.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................ 72

    3.2.2 Waktu Penelitian ............................................................ 72

    3.3.Populasi Dan Sampel Penelitian ................................................. 73

    3.3.1 Populasi Penelitian ......................................................... 73

    3.3.2 Sampel Penelitian ........................................................... 73

    3.4.Metode Pengumpulan Data ......................................................... 74

    3.4.1 Jenis Data ....................................................................... 74

    3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ............................................. 75

    3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ......................................... 76

    3.5.Definisi Operasional.................................................................... 80

    3.6.Metode Pengukuran .................................................................... 81

    3.7.Metode Pengolahan data ............................................................. 82

    3.8.Analisa Data ................................................................................ 83

    3.8.1 Analisis Univariat ........................................................... 83

    3.8.2 Analisis Bivariat ............................................................. 83

    3.8.3 Analisis Multivariat ........................................................ 84

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    4.1. Gambaran Rumah Sakit Umum Datu Beru Takengon .......... 86

    4.1.1 Visi dan Misi ................................................................. 88

    4.2 Karakteristik Responden ........................................................ 89

    4.3. Analisis Univariat .................................................................. 91

    4.4. Analisis Bivariat ..................................................................... 98

    4.4.1 Tabulasi Dan Hasil Uji Statistik .................................... 98

    4.4.2 Seleksi Kandidat ............................................................ 101

    4.5 Analisa Multivariat ................................................................ 101

    4.5.1. Overall Test (Tes Keseluruhan) .................................... 101

    4.5.2 Parsial Test................................................................... 102

    4.5.3. Pseudo R-Square .......................................................... 103

    BAB V PEMBAHASAN

    5.1. karakteristik Responden ............................................................ 104

  • viii

    5.2. Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Di Ruang

    Rawat Inap RSUD Datu Beru Takengon ............................... 105

    5.3. Hubungan Beban Kerja Dengan Kinerja Perawat Di

    Ruang Rawat Inap RSUD Datu Beru Takengon .................... 111

    5.4. Hubungan Kepuasan Kerja Dengan Kinerja Perawat Di

    Ruang Rawat Inap RSUD Datu Beru Takengon .................... 115

    5.5. Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja Dan Kepuasan Kerja

    Terhadap Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RSUD

    Datu Beru Takengon .............................................................. 119

    5.6. Implikasi Hasil Penelitian ...................................................... 124

    5.7. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 125

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ............................................................................ 126

    6.2. Saran .................................................................................... 126

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 129

    LAMPIRAN ......................................................................................................... 134

  • ix

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Judul Halaman

    Halaman

    2.1. Kerangka Teoritis………………………..…………………. 70

    2.2. Kerangka Konseptual..........………………………………… 71

  • x

    DAFTAR TABEL

    Tabel Judul Halaman

    Halaman

    3.1. Jumlah Sampel Disetiap Ruangan ................................................... 74

    3.2. Validitas Stres Kerja ....................................................................... 77

    3.3 Validitas Beban Kerja ..................................................................... 77

    3.4 Validitas Kepuasan Kerja ................................................................ 78

    3.5 Reliabilitas Stres Kerja .................................................................... 79

    3.6 Reliabilitas Beban Kerja ................................................................. 79

    3.7 Reliabilitas Kepuasan Kerja ............................................................ 80

    3.8 Aspek Pengukuran variabel Independen dan Dependen .................. 81

    4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Di Ruang Rawat

    Inap RSUD Datu Beru Takengon ................................................... 89

    4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Di Ruang Rawat

    Inap RSUD Datu Beru Takengon .................................................. 90

    4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Ruang

    Rawat Inap RSUD Datu Beru Takengon ........................................ 90

    4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Diruang

    Rawat Inap RSUD Datu Beru Takengon ........................................ 90

    4.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Stres Kerja Di

    Ruang Rawat Inap RSUD Datu Beru Takengon ............................. 91

    4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Stres Kerja

    Di Ruang Rawat Inap RSUD Datu Beru Takengon ........................ 93

    4.7 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Beban Kerja

    Di Ruang Rawat Inap RSUD Dat Beru Takengon .......................... 93

    4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Beban

    Kerja Di Ruang Rawat Inap RSUD Datu Beru Takengon .............. 95

    4.9 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Kepuasan Kerja

    Di Ruang Rawat Inap RSUD Datu Beru Takengon ........................ 95

    4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Kepuasan

    Kerja Di Ruang Rawat Inap RSUD Datu Beru Takengon .............. 97

    4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kinerja Perawat Di

    Ruang Rawat Inap RSUD Datu Beru Takengon ............................. 97

    4.12 Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat

    Inap RSUD Datu Beru Takengon ................................................... 98

    4.13 Hubungan Beban Kerja Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat

    Inap RSUD Datu Beru Takengon ................................................... 99

    4.14 Hubungan Kepuasan Kerja Dengan Kinerja Perawat Di Ruang

    Rawat Inap RSUD Datu Beru Takengon ........................................ 100

    4.15 Hasil Analisis Uji Kandidat ............................................................. 101

    4.16 Hasil Nilai Uji Overall Tess ............................................................. 102

    4.17 Hasil Nilai Partial Test ..................................................................... 102

    4.18 Hasil Nilai Pseudo R-Square ........................................................... 103

  • xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Judul Halaman

    Halaman

    1 : Lembar Persetujuan Responden ..................................................... 134

    2 : Kuesioner Penelitian ....................................................................... 135

    3 : Observasi Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSU Datu Beru

    Takengon ......................................................................................... 140

    4 : Master Tabel Stres Kerja ................................................................. 144

    5 : Master Tabel Beban Kerja dan Kepuasan Kerja ............................. 146

    6 : Uji Validitas dan Reliabilitas Stres Kerja........................................ 148

    7 : Uji Validitas dan Reliabilitas Beban Kerja ..................................... 152

    8 : Uji Validitas dan Reliabilitas Kepuasan Kerja ................................ 157

    9 : Hasil Uji SPSS ............................................................................... 160

    10 : Dokumentasi Penelitian .................................................................. 165

    11 : Surat Izin Survei penelitian Institut Kesehatan Helvetia................. 174

    12 : Surat Izin Survei Penelitian RSUD Datu Beru Takengon ............... 175

    13 : Surat Izin Validitas Institut Kesehatan Helvetia ............................. 176

    14 : Surat Selesai Uji Validitas RSUD Datu Beru Takengon ................ 177

    15 : Surat Izin Penelitian Institut Kesehatan Helvetia ........................... 178

    16 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian RSUD Datu Beru

    Takengon ......................................................................................... 179

    17 : Lembar Persetujuan Perbaikan (Revisi) Tesis ................................ 180

    18 : Lembar Bimbingan Tesis Pembimbing I ......................................... 181

    19 : Lembar Bimbingan Tesis Pembimbing II ....................................... 182

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional

    dalam rangka tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat

    bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

    Untuk mencapai tujuan tersebut di butuhkan upaya pengelolaan berbagai sumber

    daya pemerintah maupun masyarakat sehingga dapat di sediakan pelayanan

    kesehatan yang efisien, bermutu dan terjangkau. Hal ini perlu didukung dengan

    komitmen yang tinggi terhadap kemauan, etika dan dilaksanakan dengan prioritas

    kepada upaya kesehatan dan pengendalian penyakit disamping penyembuhan dan

    pemulihan (1).

    Rumah sakit merupakan suatu instansi yang bergerak dalam bidang

    pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit meliputi

    pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, yang menyediakan

    pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan yang

    saat ini berkembang di rumah sakit tidak hanya mengenai bangunan rumah sakit

    (seperti ukuran, kompleksitas, jumlah unit), jumlah kualifikasi staff medis dan

    non medis, sistem keuangan dan sistem informasi, tetapi mengenai kualitas

    pelayanan pekerja kesehatan dalam memberikan pelayanan. Penyelenggaraan

    pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tujuan tersebut berbagai jenis dengan

    perangkat keilmuan yang beragam harus berintegrasi satu sama lain, salah satu

    terpenting dalam lingkaran pemberi pelayanan tersebut adalah perawat (2).

  • 2

    Pelayanan keperawatan kesehatan pada rumah sakit merupakan salah satu

    pelayanan yang sangat penting dan berorientasi pada tujuan yang berfocus pada

    penerapan asuhan keperawatan secara profesional sesuai standar keperawatan

    sangat tergantung pada bagaimana kinerja perawat di rumah sakit dalam

    menerapkan standar asuhan keperawatan (1).

    Menurut WHO (Word Health Organization), rumah sakit juga merupakan

    pusat latihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biososial. Setiap fasilitas

    pelayanan kesehatan mempunyai kewajiban untuk memberikan pertanggung

    jawaban atas pelayanan yang telah diberikan (3).

    Stres kerja merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi dan sering

    dikeluhkan oleh pekerja diberbagai negara. Di Amerika, Stres kerja merupakan

    masalah yang umum terjadi dan merugikan bagi pekerja. Tercatat sekitar 8%

    penyakit yang ditimbulkan akibat pekerjaan adalah depresi. Dalam sebuah survei

    yang dilakukan oleh Princeton Survei Research Associates, diketahui bahwa tiga

    dari empat oorang Amerika mengatakan bahwa perawat pada saat ini memiliki

    tingkat stres yang tinggi dibandingkan dengan perawat yang bekerja ditahun

    sebelumnya. Sementara hasil penelitian Labour Force Survey, menemukan

    bahwa terdapat 440.000 kasus stres akibat kerja di Inggris dengan angka kejaian

    sebanyak 1.380 kasus per 100.000 perawat yang mengalami stres akibat beban

    kerja. Sementara hasil Komisi Kesehatan Mental Kanada tahun 2016 mencatat

    bahwa setidaknya terdapat 1 dari 5 orang perawat yang mengalami masalah

    kesehatan psikologis pada tahun tertentu serta terdapat 47% perawat Kanada

  • 3

    menganggap bahwa pekerjaan mereka merupakan bagian yang paling

    menyebabkan stres dalam kehidupan sehari-hari (3).

    Tenaga perawat yang merupakan “The caring profession” mempunyai

    kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah

    sakit, karena pelayanan yang diberikannya berdasarkan pendekatan bio-psiko-

    sosial spiritual merupakan pelayanan yang unik dilaksanakan selama 24 jam dan

    berkesinambungan merupakan kelebihan tersendiri dibanding pelayanan lainnya

    Perawat merupakan sumber daya manusia terpenting di rumah sakit karena selain

    jumlahnya yang dominan (55 - 65%). Oleh karena itu pelayanan keperawatan

    sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan jelas mempunyai kontribusi

    yang sangat menentukan kualitas pelayanan di rumah sakit. Sehingga setiap upaya

    untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit harus juga disertai upaya

    untuk meningkatkan kinerja keperawatan (4).

    Keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan

    dan merupakan salah satu faktor yang menentukan mutu pelayanan kesehatan.

    Untuk itu perlu diperhatikan kinerja perawat dalam melaksanakan tugas dan

    fungsinya dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Perawat

    menjalankan fungsi dengan berbagai peran antara lain sebagai pemberi perawatan,

    pembuat keputusan klinik dan etika, pelindung dan advokat bagi klien, manajer

    kasus, rehabilitator, councelor, komunikator dan pendidik (5).

    Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan, Rumah Sakit beroperasi 24

    jam sehari. Rumah Sakit membuat pemisah terhadap pelayanan pasien yaitu

    pelayanan perawatan pasien yang memerlukan penanganan emergency, non

  • 4

    emergency dan yang diopname. Penanganan pada pelayanan tersebut

    dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah

    sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah sekitar 60% dari tenaga

    kesehatan yang ada di rumah sakit. Perawat merupakan salah satu pekerja

    kesehatan untuk mendapatkan tanggapan, informasi serta jawaban yang selalu

    ada disetiap rumah sakit dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan

    rumah sakit. Perawat rumah sakit bertugas pada pelayanan rawat inap, rawat

    jalan atau poliklinik dan pelayanan gawat darurat (6).

    Dalam merencanakan kebutuhan tenaga kesehatan, departemen kesehatan

    Republik Indonesia telah menyusun modul dasar susunan personalia (DSP) yang

    memuat tentang metode perhitungan tenaga kesehatan yaitu estimasi beban kerja.

    Dalam metode ini tiap-tiap pegawai dapat dihitung beban kerjanya berdasarkan

    tugas dan fungsinya. Tenaga kesehatan khususnya perawat, beban kerjanya dapat

    dilihat berdasar aspek-aspek tugas yang dijalankan menurut fungsi utamanya (7).

    Pelayanan yang diberikan oleh perawat masih sering dikeluhkan oleh

    masyarakat. Sorotan terhadap kinerja perawat merupakan masalah yang harus

    segera ditanggulangi, sebab pelayanan keperawatan menentukan mutu pelayanan

    rumah sakit. Kinerja yang jelek akan berdampak terhadap rendahnya pelayanan,

    pasien merasa kurang nyaman dan tidak puas. Kinerja dalam hal ini erat kaitannya

    dengan seberapa besar beban kerja, stres kerja dan motivasi kerja perawat

    dalam memberikan pelayanan kesehatan. Semakin rendah beban kerja dan stres

    kerja perawat semakin baik kinerjanya. Semakin besar motivasi kerja perawat

    semakin baik kinerjanya (8).

  • 5

    Beban kerja perawat merupakan seluruh kegiatan atau aktivitas yang

    dilakukan oleh perawat selama tugas di suatu unit pelayanan keperawatan. Beban

    kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Beban kerja yang terlalu berat

    atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja

    menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Beban kerja perawat dapat dilihat

    dari aspek seperti tugas yang di jalankan berdasarkan fungsi utama dan fungsi

    tambahan yang di kerjakan, jumlah pasien yang di rawat perhari, perbulan dan

    pertahun, kondisi pasien, rata-rata pasien di rawat, tindakan langsung dan tidak

    langsung di butuhkan pasien, hasil penelitian dari Rubbiana (2015) menunjukkan

    beban kerja terbanyak yang dilakukan oleh perawat yaitu keperawatan tidak

    langsung, seperti kegiatan pelaporan rutin perawat kepada kepala ruangan terkait

    jumlah pasien, kondisi pasien dan tindakan keperawatan. Beban kerja yang terlalu

    berlebihan akan menimbulkan kelelahan fisik atau mental dan reaksi-reaksi

    emosional. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan

    yang terjadi karena pengulangan gerak akan menimbulkan kebosanan dalam kerja

    rutin sehari-hari. Beban kerja dapat mempengaruhi kepuasan kerja perawat.

    Beban kerja yang tidak proporsional akan berdampak pada rasa stres.(9)

    Permasalahan beban kerja lainnya juga di hadapi oleh perawat dimana

    perawat merasakan bahwa jumlah perawat yang ada tidak sebanding dengan

    jumlah pekerjaan yang harus di selesaikan, sehingga harus menyelesaikan

    pekerjaan di luar waktu jam kerja. Sehingga seringkali mengalami gangguan

    kesehatan yang berakibat susahnya istirahat pada malam hari sehingga pada waktu

  • 6

    bekerja sering mengantuk dan kurang bisa kosentrasi, mudah lelah dan mudah

    tersinggung tanpa sebab yang jelas (10).

    Beban kerja yang berlebihan ini sangat berpengaruh terhadap produktifitas

    tenaga kesehatan dan tentu saja berpengaruh terhadap produktifitas perawat.

    Azizah Indriyani (2009) menyatakan bahwa apabila banyaknya tugas tidak

    seimbang dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang

    tersedia maka akan menjadi sumber stres (11) .

    Apabila stres yang dialami karyawan terlalu besar, maka kinerja akan

    mulai menurun, karena stres tersebut menganggu pelaksanaan kerja karyawan dan

    akan kehilangan kemampuan untuk mengendalikannya atau menjadi tidak mampu

    untuk mengambil keputusan dan perilakunya menjadi tidak menentu. Akibat yang

    paling ekstrim adalah kinerja menjadi nol, mengalami gangguan, menjadi sakit,

    dan tidak kuat lagi untuk bekerja, menjadi putus asa, keluar atau menolak bekerja

    (12).

    Selain masalah beban kerja, faktor stres kerja juga memegang peranan

    penting dalam upaya meningkatkan kinerja perawat. Bila tidak ada stres,

    tantangan kerja juga tidak ada. Sebaliknya bila stres terlalu tinggi, kinerja akan

    menurun karena stres menganggu pelaksanaan pekerjaan (13).

    Stres kerja menyebabkan perawat kehilangan kemampuan untuk

    mengendalikannya. Akibat yang paling ekstrim adalah kinerja menjadi rendah,

    perawat menjadi kehilangan semangat dalam bekerja, putus asa, keluar atau

    menolak bekerja untuk menghindari stres. Menurut survei di Perancis di temukan

    bahwa persentasi terjadinya stress pada perawat yaitu 74%. Hasil penelitian di

  • 7

    Indonesia, Persatuan Perawat Nasional Indonesia Perawat yang mengalami stress

    kerja sebanyak 50,9%.dan sering merasa pusing, lelah, kurang ramah, kurang

    istirahat akibat beban kerja terlalu tinggi serta penghasilan yang tidak memadai

    (14).

    Di Indonesia, stres kerja juga menjadi salah satu masalah dengan angka

    yang cukup tinggi. Hasil penelitian stres pada kelompok kerja lebih tinggi

    dibanding populasi umum. Dimana contohnya adalah Jakarta dimana tenaga

    kesehatannya terjadi stres mencapai 25% (14).

    Salah satu penyebab stres dalam bekerja adalah sistem kerja bergilir/shift

    kerja. Shift kerja malam lebih beresiko untuk terjadinya stres sedang dibandingkan

    shift kerja pagi. Karyawan yang bekerja pada shift pagi mengalami stress ringan

    lebih tinggi karena mempunyai waktu istirahat yang lebih banyak dan penerangan

    saat bekerja yang cukup sehingga beban kerja tidak terlalu berat. Shift malam

    mengalami stres yang lebih tinggi karena pekerjaan pada shift malam banyak

    terdapat kegiatan kerja lembur sehingga waktu istirahat sedikit. Pekerja yang

    mengalami stres kerja rendah mempunyai jumlah jam kerja/minggu antara 37

    hingga 40 jam, sedangkan pekerja yang mengalami stres kerja sedang mempunyai

    jumlah jam kerja/minggu antara 61 hingga 71 jam. Sebaliknya, pekerja yang

    mengalami stres kerja tinggi mempunyai jumlah jam kerja/minggu antara 41

    hingga 60 jam (14).

    Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan

    mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan

    prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan, dan

  • 8

    kombinasi dalam dan luar pekerjaan. Kepuasan kerja kombinasi dalam dan luar

    pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dicerminkan oleh sikap emosional yang

    seimbang antara balas jasa dengan pelaksanaan pekerjaannya. Perawat yang lebih

    menikmati kepuasan kerja kombinasi dalam dan luar pekerjaan akan merasa puas

    jika hasil kerja dan balas jasanya dirasa adil dan layak. Kepuasan kerja sangat

    berpengaruh terhadap kinerja, apabila kepuasan kerja rendah, maka akan

    berdampak pada rendahnya kinerja, sangat penting untuk memperhatikan

    kepuasan kerja perawat agar kinerja perawat selalu baik dan dapat meningkatkan

    kualitas pelayanan yang terbaik (15).

    Kepuasan kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap

    produktivitas organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung.

    Ketidakpuasan merupakan titik awal dari masalah-masalah yang muncul dalam

    organisasi seperti mempunyai semangat kerja yang rendah, cepat lelah dan bosan,

    emosi tidak stabil dan melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan

    pekerjaan yang harus dilakukan. Chadek Novi Dewi (2014) mengungkapkan

    bahwa karyawan yang merasa puas terhadap pekerjaannya maka akan berdampak

    positif terhadap pencapaian kinerja. Kinerja seorang perawat dapat dilihat dari

    mutu pelayanan keperawatan yang di berikan pada pasien. Pada dasarnya yang

    dijadikan acuan dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan adalah dengan

    menggunakan standar praktek keperawatan. Tenaga perawat merupakan tenaga

    yang paling banyak dan paling lama kontak dengan pasien, maka kinerja perawat

    harus selalu ditingkatkan dalam pemberian asuhan keperawatan (16).

  • 9

    Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun

    2016 untuk Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dapat diketahui bahwa

    penambahan rumah sakit (RS) di Indonesia dalam 1 tahun (tahun 2015 sampai

    dengan tahun 2016) sebanyak 133 RS, atau mengalami pertumbuhan 5,3%. Dalam

    rangka pencapaian visi 2019 Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan

    menciptakan “Akses pelayanan kesehatan rujukan yang terjangkau dan berkualitas

    bagi masyarakat”. Jika dibandingkan dengan target sampai 2019 sebanyak 95%

    Kab/Kota dengan kesiapan akses layanan rujukan salah satunya adalah Kabupaten

    Aceh Tengah (17).

    Gubernur Aceh pada tahun 2015 telah mengatakan bahwa “salah satu

    langkah yang mungkin efektif dilakukan adalah mengembangkan regionalisasi

    rujukan’. Hal ini dipertegas lagi oleh Kepala Dinas Kesehatan dr.M. Yani bahwa

    “regionalisasi rujukan adalah sistem rujukan yang ditentukan berdasarkan batas

    wilayah administrasi daerah dan kemampuan pelayanan medis. Sistem rujukan

    regional ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain: pelayanannya lebih dekat

    ke pusat rujukan; dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan

    mampu mencegah penumpukan pasien, yang menjadi rumah sakit rujukan untuk

    wilayah barat adalah RSUD Tjut Nya’ Dhien, Meulaboh. Wilayah Selatan RSUD

    Dr Yulidin Away Aceh Selatan dan untuk wilayah Tengah adalah RSUD Datu

    Beru, Takengon. Sementara untuk wilayah Utara yaitu RSUD dr Fauziah Biereun

    dan untuk wilayah Timur, RSUD Langsa (18).

    Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan tidak terlepas dari pada sumber

    daya yang ada terutama sumber daya manusia. RSUD Datu Beru, Takengon

  • 10

    sebagai salah satu rumah sakit rujukan di wilayah tengah pada Propinsi Aceh saat

    ini memiliki sumber daya manusia (SDM) sebanyak 801 orang, dimana terdapat

    27 orang dokter umum, 26 orang dokter spesialis, 576 orang paramedis dan 172

    orang non medis. Jika melihat komposisi SDM yang ada di RSUD Datu Beru

    hampir 70% adalah paramedis/perawat (19).

    Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 22 Januari

    2019 kepada beberapa kepala ruangan dan perawat di ruangan Rawat Inap RSUD

    Datu Beru mereka mengungkapkan bahwa mereka kurang puas terhadap sistem

    pembayaran insentif medis yang diberikan per 3 bulan oleh pihak rumah sakit.

    Sebahagian perawat tidak puas dengan pembagian mitra kerja yang bekerja dalam

    1 shift. Selain itu, Pihak rumah sakit belum transparan dalam menetapkan standar

    promosi jabatan untuk perawat. Perawat sudah puas dengan pemberian reward

    yang dilakukan secara transparan dengan adanya pemilihan perawat terbaik tiap

    tahunnya dan pemberian punishment belum baik karena masih ada perawat yang

    tidak disiplin dalam melakukan pekerjaannya tetapi belum ada pemberian sanksi

    yang jelas.

    Rumah Sakit Datu Beru Takengon merupakan rumah sakit yang

    terakreditasi Paripurna dan merupakan rumah sakit rujukan beberapa daerah.

    Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan sebelumnya di Rumah Sakit

    Datu Beru Takengon, menunjukkan hasil perhitungan menggunakan indikator

    rawat inap pada 3 tahun sebalumnya, yaitu pada tahun 2014 diperoleh hasil BOR

    82%, dan LOS 4 hari, sedangkan pada tahun 2015 diperoleh hasil BOR yaitu

    81%, dan LOS 4 hari, dan pada tahun 2016 diperoleh hasil BOR yaitu

  • 11

    94%, dan LOS 5 hari, pada tahun 2017 diperoleh hasil BOR yaitu 88%, dan

    LOS 4 hari, dan pada tahun 2018 diperoleh hasil BOR yaitu 76%, dan LOS

    4 hari. Standar BOR menurut Barber Johnson adalah 75%-85%, LOS

    adalah 3-12 hari. Dari hasil perhitungan dapat diketahui terdapat penurunan

    pada BOR selama 3 (tiga) tahun terakhir, sedangkan pada LOS berdasarkan hasil

    pengamatan selama 3 (tiga) tahun mengalami penurunan. Hal tersebut berarti

    menunjukkan pemakaian tempat tidur yang sering di rumah sakit Datu Beru

    Takengon. Berdasarkan pengamatan, selama ini jarang dilakukan evaluasi

    terhadap pengelolaan bangsal perawatan sehingga pengelolaan bangsal tidak

    terlalu terpantau.

    Meskipun jumlah pasien terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun

    tetapi jumlah perawat tidak mengalami pertambahan. Hal ini menyebabkan

    perawat memiliki beban kerja yang lebih banyak sehingga memicu stres kerja.

    Selain itu, rasio antara jumlah perawat dengan jumlah pasien tidak seimbang

    yaitu berdasarkan standar ketentuan bahwa perbandingan rasio antara perawat

    dengan pasien yaitu 1 : 10, artinya satu perawat menangani 10 pasien, tetapi

    aturan tersebut belum diberlakukan. Jumlah perawat di ruang rawat inap yang

    terdiri dari 16 bangsal berjumlah 304 perawat sedangkan jumlah pasien rawat

    inap yaitu 3686 tentu tidak sebanding antara jumlah perawat dengan

    jumlah pasien.

    Dari hasil pra survey diketahui masih banyak pasien rawat inap rumah

    sakit ini yang merasa tidak puas dengan pelayanan keperawatan yang diberikan

    oleh perawat. Seperti perawat yang kurang terampil dalam melakukan tugas

  • 12

    dan funginya, perawat yang kurang ramah saat melakukan pelayanan

    keperawatan, perawat yang kurang siap ketika melakukan pelayanan keperawatan,

    ketidaktepatan waktu yang perawat lakukan dalam memberikan asuhan

    keperawatan, dan lain sebagainya. Hasil ini menunjukkan kinerja perawat yang

    masih kurang maksimal. Beban kerja perawat juga menjadi masalah karena

    terjadi ketidakseimbangan beban kerja. Dari hasil pra survey diketahui jumlah

    pasien yang harus ditangani 1 orang perawat tidak sesuai dengan banyak

    jumlah pasien berdasarkan ilmu keperawatan. Pada bulan Januari rata-rata

    pasien yang harus ditangani 1 orang perawat berjumlah 1 orang. Ini

    merupakan beban kerja terlalu sedikit atau kurang. Pekerjaan yang terlalu

    sedikit dibebankan setiap hari, dapat mempengaruhi beban mental atau

    psikologi perawat. Sedangkan pada bulan Februari sampai April jumlah pasien

    mencapai 7 sampai 8 orang setiap bulannya, jumlah ini lebih banyak dari

    jumlah pasien yang harus ditangani perawat menurut standar ilmu keperawatan.

    Jumlah pasien berlebih ini akan membutuhkan waktu untuk bekerja dengan

    jumlah jam yang lebih banyak.

    Berdasarkan hasil wawancara pada saat survei awal dengan 10 orang

    perawat yang ada menggunakan alat ukur kuesioner Depression Anxiety Stres

    Scale (DASS 21), didapatkan hasil bahwa 8 perawat mengalami stres ringan (80%)

    dan 2 orang tidak mengalami stres (2%). Alasan perawat yang mengalami stres

    kerja yaitu dikarenakan beban kerja yang berat dimana selain merawat dan

    menangani pasien perawat juga mengarahkan keluarga untuk mengurus

    administrasi pasien, membawa pasien ke radiologi, melakukan rujukan kerumah

  • 13

    sakit lain,. Selanjutnya jumlah hari kerja dan libur kerja tidak sesuai dengan

    pekerjaan yang ada dan jadwal shift kerja yang dibuat tidak tersusun dengan jelas.

    Beberapa alasan ini yang membuat sebagian besar perawat memiliki stres kerja.

    Meningkatnya stres kerja pada perawat juga berasal dari beban kerja

    dimana sebelumnya perawat hanya bekerja dengan sistem 2 sift yaitu sift pagi

    mulai dari jam 08.00 sampai dengan 18.00 WIB dan sift malam mulai jam 18.00

    sampai dengan 20.00 WIB, namun setelah diadakan akreditasi rumah sakit tahun

    2019 sift dinas beralih menjadi 3 sift sehingga hal tersebut menjadi keluhan

    pekerjaan yang dirasakan. Lain halnya dengan keadaan saat jumlah pasien

    membludak dimana perawat dalam bekerja sudah tidak maksimal lagi akibat

    beban kerja yang terlalu tinggi.

    Selain itu perawat ruang rawat inap yang rentan mengalami stres kerja, yaitu

    disebabkan oleh berbagai tuntutan dilingkungan kerja ruang rawat inap seperti

    adanya tuntutan pendokumentasian yang harus lengkap, perawat harus mengikuti

    pelatihan-pelatihan yang mendukung kinerja dan adanya evaluasi atau penilaian

    terhadap kinerja perawat oleh bagian keperawatan serta berbagai kondisi dan

    prilaku keluarga pasien yang masih belum mau menuruti peraturan yang dibuat oleh

    ruangan. Stres kerja pada perawat di RSU Datu Beru Takengon juga disebabkan

    karena selama masa kerjanya perawat jarang menerima penghargaan terhadap

    kinerja apabila mereka bekerja melebihi standar atau jam kerja seperti perawat di

    ruang OK yang pulang selalu melebihi batas jam kerja.

    Penelitian tentang stres kerja dan beban kerja yang mempengaruhi kinerja

    perawat di RSU Datu Beru Takengon perlu dilakukan karena belum ada penelitian

  • 14

    sebelumnya yang meneliti tentang faktor-faktor tersebut. Selain itu, pentingnya

    penelitian ini dilakukan karena dapat mempengaruhi program rekrutmen dan retensi

    perawat yang akan mempengaruhi meningkatnya mutu pelayanan keperawatan

    yang di berikan. Oleh karena itu, pentingnya dilakukan penelitian mengenai hal-

    hal tersebut untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi dan untuk

    menyelesaikan masalah tersebut. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan

    penelitian mengenai “Pengaruh Stress Kerja, Beban Kerja Dan Kepuasan

    Kerja Terhadap Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RSUD Datu Beru

    Takengon”

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat ditarik suatu rumusan

    masalah dalam penelitian ini, yaitu;

    1. Bagaimana pengaruh stres kerja terhadap kinerja perawat di Ruang Rawat

    Inap RSUD Datu Beru Takengon?

    2. Bagaimana pengaruh beban kerja terhadap kinerja perawat di Ruang Rawat

    Inap RSUD Datu Beru Takengon Tahun?

    3. Bagaimana pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja perawat di Ruang

    Rawat Inap RSUD Datu Beru Takengon?

    1.3. Tujuan Penelitian

    1.3.1. Tujuan Umum

    Adapun tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

    menganalisa pengaruh stress kerja, beban kerja dan kepuasan kerja terhadap

    kinerja perawat di ruang rawat inap RSUD Datu Beru Takengon.

  • 15

    1.3.2. Tujuan Khusus

    Tujuan khusus pada penelitian ini adalah sebagai berikut;

    1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh stres kerja terhadap kinerja

    perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Datu Beru Takengon.

    2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh beban kerja terhadap kinerja

    perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Datu Beru Takengon.

    3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap

    kinerja perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Datu Beru Takengon.

    4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel yang dominan pada

    stres kerja, beban kerja dan kepuasan kerja terhadap kinerja perawat di Ruang

    Rawat Inap RSUD Datu Beru Takengon.

    1.4. Manfaat Penelitian

    1.4.1. Manfaat Teoritis

    Penelitian memiliki peran penting apabila dilakukan secara baik dan benar,

    karena suatu penelitian bisa digunakan untuk memudahkan mencapai tujuan, bisa

    mengatasi ataupun menjawab persoalan yang diteliti. Penelitian lebih

    mengembangkan dan menguatkan suatu teori-teori dari penelitian, yaitu;

    1. Dapat mengembangkan pengetahuan khususnya di bidang manajemen

    sumber daya manusia di lingkungan manajemen rumah sakit

    2. Dapat menambah referensi ilmu pengertahuan manajemen rumah sakit

    khsusnya di bidang yang berkaitan dengan analisa pengaruh beban kerja, stres

    kerja dan kepuasan kerja.

  • 16

    1.4.2. Manfaat Praktis

    Penelitian sangat bermanfaat bagi para praktisi, karena dapat memberikan

    masukkan atas suatu permasalahan yang ada atau sama dengan yang diteliti, yaitu;

    1. Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang pengaruh stress

    kerja, beban kerja dan kepuasan kerja terhadap kinerja responden

    2. Dapat memberikan informasi dalam penyusunan pembagian tugas tenaga

    perawat di lingkungan rumah sakit dengan memperhatikan beban kerja, stress

    kerja dan kepuasan kerja.

    3. Dapat sebagai sumber penelitian selanjutnya, karena dapat berperan sebagai

    masukkan dan tambahan data yang cukup unuk penelitian selanjutnya.

  • 17

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

    2.1.1. Penelitian Terdahulu

    Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu

    No Nama Peneliti Judul Penelitian Metodologi Penjelasan penelitian

    1 Lindanur Sipatu

    (20) (2013)

    e-Jurnal

    Katalogis

    Pengaruh Motivasi,

    Lingkungan Kerja

    Dan Stres Kerja

    Terhadap Kinerja

    Perawat Di Ruang

    Rawat Inap RSUD

    Undata Palu

    Deskriptif dan

    kausal

    Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa

    variabel motivasi

    memiliki 3,94.

    Variabel lingkungan

    kerja rata- rata

    tertinggi adalah

    lingkungan

    psikologis kerja

    3,60. Selain itu rata

    – rata tertinggi

    variabel stress

    pekerja adalah

    kelompok dukungan

    4,17 dan untuk

    kinerja perawat

    adalah kemampuan

    4,18 masing –

    masing. Berdasarkan

    hasil multiple regresi

    linear diperoleh hasil

    secara simultan

  • 18

    motivasi, stress dan

    lingkungan kerja

    bersama – sama

    berpengaruh

    signifikan 0,000 (α =

    0,05) atau sangat

    berpengaruh positip

    terhadap kinerja

    perawat.

    2 Ika Nopa (21)

    (2016)

    Universitas

    Sumatera Utara

    Pengaruh Stres

    Kerja Terhadap

    Kinerja Perawat

    Ruang Rawat Inap

    RSUD Tanjung

    Pura Langkat

    Tahun 2016

    Explanatory

    research

    Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa

    kinerja perawat

    ruang rawat inap

    RSUD Tanjumg

    Pura 77.8,% sedang,

    14,3% baik dan

    7,9% tidak baik.

    Hasil uji

    menunjukkan bahwa

    variabel stres kerja

    berpengaruh

    terhadap kinerja

    dengan nilai

    p=0,00001

    3 Devy Nur

    Faradilla (22)

    (2016)

    Universitas

    Muhammadiyah

    Surakarta

    Pengaruh Stress

    Kerja, Sikap Dan

    Kecerdasan

    Emosional

    Terhadap Kinerja

    Perawat Di Ruang

    Kuantitatif Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa

    1) Stres kerja

    berpengaruh negatif

    terhadap kinerja

    perawat di Ruang

  • 19

    Rawat Inap RSUD

    Kota Surakarta

    Rawat Inap RSUD

    Kota Surakarta. 2)

    Sikap kerja

    berpengaruh positif

    terhadap kinerja

    perawat di Ruang

    Rawat Inap RSUD

    Kota Surakarta. 3)

    Kecerdasan

    emosional

    berpengaruh positif

    terhadap kinerja

    perawat di Ruang

    Rawat Inap RSUD

    Kota Surakarta. 4)

    Stres kerja, sikap

    kerja, dan

    kecerdasan

    emosional

    berpengaruh secara

    simultan terhadap

    kinerja perawat di

    Ruang Rawat Inap

    RSUD Kota

    Surakarta

    4 Bona Boy

    Pandapotan

    Sihotang (23)

    (2012)

    Universitas

    Sumatera Utara

    Pengaruh Beban

    Kerja Terhadap

    Kinerja Perawat

    Dalam Pelayanan

    Kegawatdaruratan

    di RSUD dr.

    Explanatory

    Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa

    beban kerja

    kuantitatif dan

    kualitatif

    berpengaruh

  • 20

    Djasamen Saragih

    Pematang Siantar

    terhadap kinerja

    perawat dalam

    pelayanan

    kegawatdaruratan.

    Beban kerja

    kuantitatif

    memberikan

    pengaruh paling

    besar terhadap

    kinerja perawat

    dalam pelayanan

    kegawatdaruratan

    5 Fitriani Yanti

    Sembiring (24)

    (2012)

    Hubungan Beban

    Kerja Dan Stress

    Kerja Dengan

    Kinerja Perawat Di

    RSU Melati

    Perbaungan

    Kuantitatif Hasil penelitian

    menunjukkan

    terdapat hubungan

    yang signifikan

    antara beban kerja

    dan stres kerja

    dengan kinerja

    dengan tingkat

    signifikan dan

    koefisien korelasi

    yang bervariasi

    6 Syafrizal (25)

    (2014)

    Universitas

    Sumatera Utara

    Hubungan Motivasi

    Dan Beban Kerja

    Dengan Kinerja

    Perawat Pelaksana

    Di Ruang Rawat

    Inap Rumah Sakit

    Umum Daerah

    Kuantitatif Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa

    motivasi perawat

    pelaksana di Rumah

    Sakit Umum Daerah

    Langsa umumnya

    tinggi (55,8%) dan

  • 21

    Langsa beban kerja perawat

    pelaksana umumnya

    rendah (55,8%). Ada

    hubungan motivasi

    dengan kinerja

    perawat pelaksana (P

    = 0,000) dan tidak

    ada hubungan beban

    kerja dengan kinerja

    perawat pelaksana (P

    =0,187). Dari hasil

    uji regresi logistik,

    motivasi instrinsik

    memiliki peluang

    sebesar 18 % untuk

    mempengaruhi

    kinerja perawat

    pelaksana di RSUD

    Langsa jika dikelola

    dengan baik

    7 Ahmad

    Hannani (1)

    (2016)

    Jurnal Mirai

    Management

    Pengaruh Beban

    Kerja, Kepuasan

    Dan Fasilitas

    Terhadap Kinerja

    Perawat Di Ruang

    Perawatan Mawar

    Lantai II RSU

    Wisata UIT

    Makassar

    Kuantitatif Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa

    Kepuasan

    berpengaruh positif

    dan paling signifikan

    Terhadap Kinerja

    Perawat Di Ruang

    Perawatan Mawar

    Lantai II RSU UIT

    Makassar yaitu

    dengan nilai

  • 22

    parameter

    standarized sebesar

    0.383 dengan nilai

    signifikan 0.000

    8 Mokhamad Afif

    Faudin (24)

    (2016)

    Universitas

    Wisnuwardhana

    Malang

    Pengaruh Stres

    Kerja Terhadap

    Kinerja Perawat

    Melalui Kepuasan

    Kerja (Studi Pada

    Perawat Instalasi

    Rawat Inap Rumah

    Sakit Militer Kota

    Malang)

    Explanatory

    research

    Hasil penelitian ini

    adalah: (1) Stres

    Kerja perawat

    berpengaruh

    signifikan terhadap

    kinerja perawat, (2)

    pengaruh signifikan

    stres kerja dan

    kepuasan kerja

    terhadap kinerja

    perawat, (3)

    kepuasan kinerja

    berpengaruh

    signifikan terhadap

    kinerja perawat, (4)

    tidak ada pengaruh

    stres kerja melalui

    kepuasan kerja

    terhadap kinerja

    perawat. Ini

    menunjukkan bahwa

    perawat dapat

    mengontrol stres

    kerja di Rawat Inap

    Rumah Sakit Militer

    Malang.

  • 23

    9 Karyo (24)

    (2016)

    Jurnal

    Kesehatan

    Mesencephalon

    Analisis Faktor-

    Faktor Yang

    Mempengaruhi

    Kinerja Perawat

    Gawat Darurat” di

    RSUD dr. R.

    Koesma Tuban,

    RSNU Tuban dan

    RS Medika Mulia

    Tuban

    Analitik korelasi Hasil penelitian di

    peroleh bahwa faktor

    yang berhubungan

    adalah kemampuan

    dan keterampilan

    (p=0,000) dan

    memiliki tingkat

    korelasi kuat (r

    =0,678), faktor

    Kepemimpinan

    (p=0,000) dan

    memiliki tingkat

    korelasi yang kuat

    (r=0,662), faktor

    budaya organisasi

    (p=0,000) dan

    memiliki tingkat

    korelasi yang sangat

    kuat (r=0,854),

    sedangkan faktor

    yang tidak

    berhubungan adalah

    pengalaman

    (p=0,872)

    10 Chyntia Novita

    Kalalo (24)

    (2015)

    Universitas

    Hasanuddin

    Hubungan

    Kompensasi Dan

    Kepuasan Kerja

    Dengan Kinerja

    Perawat Melalui

    Motivasi Di Ruang

    Rawat Inap Rumah

    Kuantitatif Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa

    terdapat hubungan

    kompensasi dengan

    kepuasan kerja

    (p=0.003), terdapat

    hubungan

  • 24

    Sakit Umum

    Bethesda Tomohon

    kompensasi dengan

    motivasi (p=0.040),

    terdapat hubungan

    kepuasan kerja

    dengan motivasi

    (0.002), terdapat

    hubungan

    kompensasi dengan

    kinerja (p=0.001),

    terdapat hubungan

    kepuasan kerja

    dengan kinerja

    (p=0.000), terdapat

    hubungan motivasi

    dengan kinerja

    (p=0.013)

    2.2. Telaah Teori

    2.2.1. Teori Kinerja

    2.2.1.1. Pengertian Kinerja

    Kinerja merupakan istilah yang sering dipakai untuk menggambarkan

    keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator pekerjaan atau profesi

    dalam batas waktu tertentu. Kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi

    kerja (24).

    Hasil dari kombinasi upaya yang dikerahkan oleh individu dengan

    tingkat kemampuan yang mereka miliki (menggambarkan keahlian, pelatihan,

    informasi, dan lain-lain) dengan demikian upaya berkombinasi dengan

  • 25

    kemampuan untuk menghasilkan tingkatan kerja tertentu juga dapat dijadikan

    definisi dari kinerja (24).

    Performance diartikan sebagai kinerja, hasil kerja atau prestasi kerja.

    Kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya menyatakan sebagai

    hasil kerja, tetapi juga bagaimana proses kerja berlangsung. Implementasi kinerja

    dilakukan oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi,

    motivasi, dan kepentingan (24).

    Kinerja individu adalah hasil kerja baik dari segi kualitas maupun

    kuantitas berdasarkan standard kerja yang telah ditentukan. Kinerja individu ini

    akan tercapai bila didukung oleh atribut individu, upaya kerja (work effort) dan

    dukungan organisasi (24).

    Teori dari hasil penelitian terdahulu tentang kinerja menurut Hasibuan

    (2012) mengemukakan bahwa, kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja

    yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan

    kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan

    serta waktu. Kinerja (performance) menurut Supriyanto dan Ratna (2007) dalam

    Nursalam (2015) adalah efforts (upaya atau aktivitas) ditambah achievements

    (hasil kerja atau pencapaian hasil upaya). Selanjutnya kinerja dirumuskan

    sebagai Performance = Efforts + Achievement. Dimana kinerja (Performance)

    merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan (achievement) suatu program

    kegiatan perencanaan strategis dan operasional organisasi (efforts) oleh seseorang

    atau sekelompok dalam suatu organisasi baik secara kuantitas dan kualitas.

  • 26

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja sumber daya manusia

    dalam organisasi atau perusahaan adalah hasil kerja yang dicapai seorang

    karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya pada suatu periode tertentu sesuai

    dengan tugas pokok dan tanggung jawabnya.

    Kinerja mempunyai pengertian yang cukup luas dari ilmu pengetahuan,

    teknologi dan taktik manajemen yaitu suatu filosofi dan sikap mental yang timbul

    dan motivasi yang kuat dari lingkungan kerja secara terus menerus. Dari

    pengertian atau teori diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja

    seorang pegawai pada periode tertentu baik itu secara kualitas maupun

    kuantitasnya harus lebih baik setiap periodenya atau hari ini harus lebih baik dari

    hari kemarin.

    2.2.1.2. Penilaian Kinerja

    Penilaian kinerja merupakan pengamatan (observasi) terhadap

    pelaksanaan pekerjaan oleh seorang pekerja. Dari hasil observasi itu dilakukan

    pengukuran yang dinyatakan dalam bentuk penetapan keputusan mengenai

    keberhasilan atau kegagalannya dalam bekerja (27).

    Dharma menyatakan bahwa faktor-faktor tingkat kinerja meliputi: mutu

    pekerjaan, jumlah pekerjaan, efektifitas biaya dan inisiatif dalam pekerjaan.

    Sementara karateristik individu yang mempengaruhi kinerja meliputi: umur

    pekerja, jenis kelamin pekerja, pendidikan pekerja, lama kerja, penempatan kerja

    dan lingkungan kerja (rekan kerja, atasan, organisasi, penghargaan dan imbalan

    yang diterima). Pengukuran kinerja dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat

    perbedaan dari apa yang telah direncanakan sebelumnya dengan kenyataan (28).

  • 27

    Adapun aspek-aspek standar kinerja menurut Mangkunegara terdiri dari

    aspek kuantitatif dan aspek kualitatif.

    Aspek kuantitatif meliputi:

    1. Proses kerja dan kondisi pekerjaan.

    2. Waktu yang dipergunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan.

    3. Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan.

    4. Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam bekerja.

    Sedangkan aspek kualitatif meliputi:

    1. Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan.

    2. Tingkat kemampuan dalam bekerja.

    3. Kemampuan menganalisis data informasi, kemampuan atau kegagalan

    menggunakan mesin atau peralatan.

    4. Kemampuan mengevaluasi (keluhan/keberatan konsumen) (24).

    Sedangkan Dharma mengatakan bahwa : Hampir semua cara pengukuran

    kinerja mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.

    1. Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. Pengukuran

    kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan

    kegiatan. Ini berkaitan dengan jumlah keluaran yang dihasilkan.

    2. Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pengukuran

    kualitatif keluaran mencerminkan pengukuran tingkat kepuasan, yaitu

    seberapa baik penyelesaiannya. Ini berkaitan dengan bentuk keluaran (24).

  • 28

    2.2.1.3. Tujuan Penilaian Kinerja

    Hal-hal yang penting dari tujuan penilaian kinerja adalah sebagai berikut:

    1. Mengetahui ketrampilan dan kemampuan pegawai

    2. Sebagai dasar perencanan bidang kepegawaian khususnya penyempurnaan

    kondisi kerja, peningkatan mutu dan hasil kerja

    3. Sebagai dasar pengembangan dan pendayagunaan pegawai seoptimal

    mungkin, sehingga dapat diarahkan jenjang/rencana kariernya, kenaikan

    pangkat/jabatan

    4. Mendorong terciptanya hubungan timbal balik yang sehat antara atasan dan

    bawahan.

    5. Mengetahui kondisi organisasi secara keseluruhan dan bidang kepegawaian,

    khususnya kinerja pegawai dalam bekerja

    6. Secara pribadi, pegawai mengetahui kekuatan dan kelemahan sehingga

    dapat memacu perkembangannya.

    7. Hasil penilaian pelaksanaan pekerjaan dapat bermanfaat bagi penelitian dan

    pengembangan di bidang kepegawaian (24).

    2.2.1.4. Metode Penilaian Kinerja

    Beberapa metode penilaian kinerja yang dapat digunakan yaitu :

    1. Metode penilaian yang berorientasi masa lalu. Teknik yang sering

    digunakan dalam metode ini, meliputi :

    a. Rating scale, yaitu penilaian yang berbentuk formulir dan berisi unsur-

    unsur atau tanggapan yang akan dinilai dengan menggunakan skala

    pengukuran Likert, seperti:

  • 29

    (1) Baik sekali : bobot 5

    (2) Baik : bobot 4

    (3) Sedang : bobot 3

    (4) Kurang : bobot 2

    (5) Kurang sekali : bobot 1.

    b. Checklist, adalah teknik penilaian yang digunakan untuk menyeleksi

    pernyataan yang menjelaskan karakteristik karyawan dengan

    menggunakan formulir yang berisi unsur-unsur yang akan dinilai dengan

    tanda cek, misalnya formulir Weighted Performance Check List.

    c. Critical Inddent adalah metode penilaian yang mengarahkan pembuat

    perbandingan untuk mencari pernyataan yang menggambarkan tingkah

    laku karyawan baik dan buruk dihubungkan dengan cara kerja mereka.

    d. Field Review, adalah merupakan metode penilaian prestasi kerja dengan

    melakukan tes keahlian.

    e. Group Evaluation Method, adalah teknik penilaian untuk mengevaluasi

    kelompok karyawan dalam memutuskan pembayaran kenaikan

    kompensasi, pangkat/jabatan dan pengaturan pemberian penghargaan

    dengan cara membuat rangking dari yang terbaik sampai yang terburuk.

    Metode ini terdiri dari: (1) metode peringkat adalah metode yang

    membandingkan karyawan yang satu dengan yang lain dalam

    mengerjakan pekerjaan dari yang terbaik sampai yang terburuk.

    (2) distribusi kekuatan, yaitu metode penilaian dengan membuat

    perbandingan atau penilaian, mengelompokkan dan memisahkan para

  • 30

    karyawan perusahaan dalam klasifikasi yang variatif (berbeda-beda).

    (3) metode alokasi merupakan bentuk lain dari penilaian distribusi

    kekuatan. Penilai membuat perbandingan dengan memberikan sejumlah

    angka keseluruhan untuk dialokasikan kepada para pekerja dalam

    kelompok-kelompok. (4) metode perbandingan berpasangan, yaitu

    melakukan perbandingan masing-masing karyawan dengan karyawan

    lain. Setiap pasangan yang akan dibandingkan berdasarkan faktor-faktor

    prestasi akan dengan mudah menentukan siapa diantara kedua yang

    relatif lebih berprestasi

    2. Metode penilaian yang berorientasi masa depan

    Metode penilaian kinerja yang berorientasi pada masa depan meliputi empat

    cara yang digunakan, yaitu:

    a. Penilaian diri sendiri

    b. Penilaian psikologi, dilakukan dengan wawancara, tes psikologi,

    bertukar pendapat dengan penanya dan diakhiri dengan penilaian

    c. Pendekatan manajemen berdasarkan sasaran

    d. Teknik pusat penilaian (24).

    2.2.1.5. Penilaian Sendiri (Self Asessment)

    Kinerja individu dilihat dengan self assessment yaitu penilaian yang

    dilakukan oleh karyawan sendiri dengan harapan karyawan tersebut dapat lebih

    mengenal kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dirinya sehingga mampu

    mengidentifikasi aspek-aspek perilaku kerja yang perlu diperbaiki pada masa

    yang akan datang. Keuntungan penilaian diri sendiri (self appraisal) ini karena

  • 31

    dapat berpartisipasi dalam proses penilaian prestasi kerja, meningkatkan motivasi

    kerja, mengurangi penolakan pada saat dinilai, memperbaiki diri sendiri, dapat

    menentukan tujuan-tujuan yang akan datang secara mandiri dan melatih diri

    karyawan untuk menentukan dan merencanakan sendiri kerjanya di masa yang

    akan datang (24).

    Salah satu keuntungan metode self assessment, teknik evaluasi penilaian

    diri berguna bila tujuan evaluasi adalah untuk melanjutkan pengembangan diri.

    Bila karyawan menilai dirinya, perilaku defensif cenderung tidak terjadi, sehingga

    upaya perbaikan diri juga cenderung dilaksanakan. Kelemahan metode ini adalah

    responden akan melebih-lebihkan dalam membuat penilaian terhadap dirinya.

    Menurut Ilyas penilaian sendiri dipengaruhi oleh sejumlah faktor

    penentu, seperti faktor kepribadian, faktor pengalaman, faktor pengetahuan serta

    faktor sosial demografi seperti suku dan pendidikan. Pada penilaian sendiri juga

    akan memungkinkan pemberian skor yang tinggi yang diberikan oleh karyawan

    tersebut untuk menilai pekerjaan mereka sendiri. Pandangan mengenai

    obyek/jenis penilaian kinerja dan jumlah obyek penilaian yang dinilai masih

    belum diperoleh kesepakatan (24).

    Hal tersebut diatas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti apabila

    beragamnya jenis jabatan dalam organisasi ataupun perusahaan, kualifikasi tenaga

    dan tujuan penilaian itu sendiri berbeda-beda.

    Penilaian kinerja seseorang menurut Podsakoff dalam Tarwaha dkk ada

    5 ciri yaitu:

  • 32

    1. Altruism (mementingkan orang lain), ialah perilaku ingin membantu orang

    lain yang bermasalah/kesulitan.

    2. Conscientiousness (ketelitian), yaitu perilaku pekerja yang melakukan

    pekerjaannya dengan baik melebihi ketentuan peran minimum. Hal ini dapat

    terlihat dalam hal kehadiran, mematuhi peraturan, menggunakan waktu

    istirahat, dan sebagainya.

    3. Sportmanship (lapang dada), adalah suatu kemampuan untuk menerima

    keadaan yang tidak ideal, tidak mengeluh, menghadapi pengaduan, balas

    dendam dan keributan.

    4. Courtesy (keramahan) yaitu perilaku yang mengarah pada

    preventif/pencegahan persoalan dengan orang lain yang berkaitan dengan

    pekerjaan.

    5. Civic Virtue (kesopanan) yaitu perilaku yang menunjuk bahwa ia mau

    berpartisipasi dan peduli terhadap jalannya rumah sakit (24).

    2.2.1.6. Kinerja Perawat

    Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan

    baik didalam maupun diluar negeri yang diakui oleh pemerintah RI sesuai dengan

    peraturan perundangan. Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada

    individu, keluarga, kelompok atau masyarakat baik dalam keadaan sakit maupun

    sehat (24).

    Kinerja perawat adalah aktivitas dalam mengimplementasikan sebaik-

    baiknya suatu wewenang, tugas dan tanggung jawabnya dalam rangka pencapaian

    tujuan tugas pokok profesi dan terwujudnya tujuan dan unit organisasi. Kinerja

  • 33

    perawat sebenarnya sama dengan prestasi kerja di perusahaan. Perawat ingin di

    ukur kinerjanya berdasarkan standar obyektif yang terbuka dan dapat

    dikomunikasikan. Jika perawat diperhatikan dan dihargai sampai penghargaan

    superior, mereka akan lebih terpacu untuk mencapai prestasi pada tingkat yang

    lebih tinggi (24).

    Menurut PPNI kinerja profesi keperawatan dinilai tidak hanya

    berdasarkan konsep keilmuan yang dimiliki tetapi juga berdasarkan pelayanan

    yang diberikan kepada pasien. Untuk memberikan pelayanan yang prima seorang

    perawat tidak hanya membutuhkan keahlian medis tetapi harus memiliki empati

    dan tingkat emosionalitas yang baik. Persatuan Perawat Nasional Indonesia

    (PPNI) sudah menetapkan standar praktek keperawatan yang dikembangkan

    berdasarkan standar praktik keperawatan yang dikeluarkan oleh American

    Nursing Association/ANA. Standar praktik keperawatan adalah :

    Standar I : Perawat mengumpulkan data tentang kesehatan klien.

    Standar II : Perawat menetapkan diagnosa keperawatan.

    Standar III : Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan untuk setiap klien.

    Standar IV : Perawat mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang berisi

    rencana tindakan untuk mencapai hasil yang diharapkan.

    Standar V : Perawat mengimplementasikan tindakan yang sudah ditetapkan

    dalam rencana asuhan keperawatan.

    Standar VI : Perawat mengevaluasi perkembangan klien dalam mencapai hasil

    akhir yang sudah ditetapkan (24).

  • 34

    Menurut Nursalam standar pelayanan keperawatan adalah pernyataan

    deskriptif mengenai kualitas pelayanan yang diinginkan untuk menilai pelayanan

    keperawatan yang telah diberikan pada pasien. Tujuan standar keperawatan adalah

    meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan

    keperawatan, dan melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas

    dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik. Dalam menilai kualitas

    pelayanan keperawatan kepada klien digunakan standar praktik keperawatan yang

    merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan (24).

    Standar asuhan keperawatan adalah kualitas sempurna pada asuhan

    keperawatan yang meliputi beberapa kriteria keefektifan asuhan keperawatan bisa

    dievaluasi. Standar asuhan keperawatan meliputi standar proses yaitu

    berhubungan dengan kualitas implementasi asuhan; standar muatan (content)

    yaitu merupakan substansi dari asuhan keperawatan dan standar hasil (outcome),

    yaitu perubahan diharapkan pada klien dan lingkungan setelah intervensi

    keperawatan diberikan (24).

    Tujuan standar asuhan keperawatan adalah untuk meningkatkan kualitas

    keperawatan, mengurangi biaya keperawatan, menghindarkan perawat berbuat

    kelalaian. Dan karena tidak ada satupun standar yang baku dari suatu profesi,

    maka masing-masing organisasi dan profesi harus membuat standard yang

    objektif untuk memandu praktisi individu dalam penampilan asuhan yang aman

    dan efektif. Standar untuk praktik harus mampu mendefinisikan lingkup dan

    dimensi keperawatan professional (24).

  • 35

    Penilaian kinerja perawat bertujuan untuk mengevaluasi kinerja perawat

    sesuai dengan standar praktik professional dan peraturan yang berlaku. Penilaian

    kinerja perawat merupakan suatu cara untuk menjamin tercapainya standar

    praktek keperawatan. Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat

    dipercaya oleh manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan

    produktivitas. Proses penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam

    mengarahkan perilaku pegawai, dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan

    dalam kualitas dan volume yang tinggi. Perawat manajer dapat menggunakan

    proses operasional kinerja untuk mengatur arah kerja dalam memilih, melatih,

    membimbing perencanaan karier serta memberi penghargaan kepada perawat

    yang berkompeten (24).

    Nursalam menyatakan bahwa berdasarkan surat keputusan

    no.025/PP.PPNI/SK/K/XII/2009, pengurus Pusat PPNI telah menyusun standar

    praktik profesional yang mengacu pada tahapan proses keperawatan, yang

    meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan

    keperawatan, implementasi, dan evaluasi keperawatan.

    A. Pengkajian Keperawatan

    Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis,

    menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan. Kriteria pengkajian

    keperawatan, meliputi:

    a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, observasi,

    pemeriksaan fisik serta dari pemeriksaan penunjang

  • 36

    b. Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang yang terkait, tim kesehatan,

    rekam medis, dan catatan lain.

    c. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi:

    1) Status kesehatan klien masa lalu.

    2) Status kesehatan klien saat ini.

    3) Status biologis-psikologis-sosial-spiritual.

    4) Respon terhadap terapi.

    5) Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal.

    6) Resiko-resiko tinggi masalah.

    B. Diagnosa Keperawatan

    Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan dignosa

    keperawatan. Adapun kriteria proses:

    a. Proses diagnosa terdiri dari analisa, interpretasi data, identikasi masalah

    klien, dan perumusan diagnosa keperawatan.

    b. Diagnosa keperawatan terdiri dari: masalah (P), Penyebab (E), dan tanda

    atau gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).

    c. Bekerjasama dengan klien, dan petugas kesehatan lain untuk memvalidasi

    diagnosa keperawatan.

    d. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data

    terbaru

    C. Perencanaan Keperawatan

    Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah

    dan meningkatkan kesehatan klien. Kriteria prosesnya, meliputi:

  • 37

    a. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan, dan rencana

    tindakan keperawatan.

    b. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan

    keperawatan.

    c. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan

    klien.

    d. Mendokumentasi rencana keperawatan.

    D. Implementasi

    Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam

    rencana asuhan keperawatan. Kriteria proses, meliputi:

    a. Bekerja sama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

    b. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.

    c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien.

    d. Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep

    keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan

    yang digunakan.

    e. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan

    berdasarkan respon klien

    E. Evaluasi Keperawatan

    Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam

    pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Adapun kriteria

    prosesnya:

  • 38

    a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif,

    tepat waktu dan terus menerus.

    b. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengikuti perkembangan

    ke arah pencapaian tujuan.

    c. Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat.

    d. Bekerja sama dengan klien keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan

    keperawatan.

    e. Mendokumentasi hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.

    Proses keperawatan merupakan suatu siklus yang terus berlanjut, proses

    keperawatan diawali dengan kegiatan pengkajian saat pasien masuk rumah sakit.

    Pengkajian bertujuan untuk menggali informasi yang penting (data) yang akan

    digunakan untuk menyusun diagnosis keperawatan setelah melalui analisis data.

    Setelah tersusun diagnosis, maka disusun suatu rencana tindakan

    keperawatan sesuai kebutuhan pasien dan prioritas masalah yang ada.

    Implementasi adalah langkah nyata dari perencanaan tindakan yang dilanjutkan

    dengan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah tindakan yang

    dilakukan efektif atau tidak dalam mengatasi masalah pasien (24).

    2.2.2. Teori Stres Kerja

    2.2.2.1. Definisi Stres Kerja

    Stres adalah suatu respon yang dibawa oleh berbagai peristiwa eksternal

    dan dapat berbentuk pengalaman positif atau pengalaman negatif (24). Stres

    adalah suatu tanggapan yang muncul karena adanya kapasitas adaptif antara

    pikiran dan tubuh atau fisik manusia (39).

  • 39

    Jika stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan

    tempat individu bekerja maka seseorang dapat dikategorikan mengalami stres

    kerja (40).

    Robbins menyatakan bahwa terdapat tiga kategori sumber potensi pemicu

    stres, yaitu : faktor lingkungan yang termasuk diantaranya seperti (a) kebijakan

    tenaga kerja, (b) ketidakpastian ekonomi, (c) kemajuan teknologi. Selanjutnya

    terdapat faktor organisasi, yang termasuk diantaranya yaitu : (a) Tuntutan tugas,

    (b) Tuntutan peran, (c) Tuntutan antarpersonal. Faktor yang terakhir, yaitu faktor

    pribadi, yang termasuk diantaranya : (a) persoalan keluarga, (b) persoalan

    ekonomi, (c) kepribadian (41).

    2.2.2.2. Jenis Stres Kerja

    Vithzal R mengkategorikan jenis stres menjadi dua yaitu :

    a. Eustress, yaitu hasil respons terhadap stres yang bersifat sehat, positif dan

    konstruktif (membangun). Hal tersebut termasuk kesejahtraan individu dan

    organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan

    adaptasi dan tingkat performance yang tinggi.

    b. Distress, Yaitu hasil dari respon terhadap yang bersifat tidak sehat, negatif

    dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu

    dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidak

    hadiran yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan

    kinerja dan kematian (42).

    Stres dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Apabila ditijau dari

    penyebabnya stres dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

  • 40

    1. Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperature yang terlalu tinggi atau

    rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang atau tersengat arus listrik.

    2. Stres kimiawi, disebabkan oleh asam atau basa kuat, obat-obatan, zat racun,

    hormon atau gas.

    3. Stres mikrobiologi, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang

    menimbulkan penyakit.

    4. Stres fisiologi, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ atau

    sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh yang tidak normal.

    5. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh adanya

    gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.

    6. Stres psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal,

    sosial, budaya atau keagamaan.

    Sementara itu, Brecht mengemukakan bahwa stres apabila ditinjau dari

    penyebab hanya dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

    1. Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti

    kematian, perceraian, pension, luka batin dan kebangkrutan.

    2. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti

    pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan

    dimakan dan antri(26).

    2.2.2.3. Gejala Stres Kerja

    Stres kerja pada pegawai dapat berpengaruh positif maupun negatif.

    Namun efek negatif lebih sering terlihat. Efek negatif tersebut dapat berupa

    kebosanan, penurunan dalam motivasi, absen, apatis, insomnia, mudah

  • 41

    tersinggung, kesalahan dalam pekerjaan yang meningkat, tidak dapat mengambil

    keputusan. Sedangkan jika pegawai mampu mengelola stres secara optimal maka

    stres tersebut mampu menghasilkan dampak positif berupa motivasi yang tinggi,

    energi tinggi, persepsi yang tajam, ketenangan (43).

    Stres pegawai yang tidak terselesaikan dengan baik akan menimbulkan

    frustasi. Frustasi akan menimbulkan perilaku aneh dari orang tersebut, misalnya

    marah-marah, membanting telepon, bahkan memukul-mukul kepalanya. Frustasi

    adalah keadaan emosional, ketegangan pikiran, dan perilaku yang tidak

    terkendalikan dari seseorang, bertindak aneh-aneh yang dapat membahayakan