pengaruh status pekerjaan ibu terhadap asupan …eprints.ums.ac.id/70823/10/naskah...
TRANSCRIPT
PENGARUH STATUS PEKERJAAN IBU TERHADAP ASUPAN
ENERGI DAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH
DI TK AISYIYAH PAJANG DAN KARANGASEM KECAMTAN
LAWEYAN SURAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh :
SEPTINA MARTHA ANGGRAINI PUTRI
J 310 120 044
PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
ii
iii
1
PENGARUH STATUS PEKERJAAN IBU TERHADAP ASUPAN ENERGI DAN
STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK AISYIYAH PAJANG DAN
KARANGASEM KECAMTAN LAWEYAN SURAKARTA
Abstrak
Status gizi anak secara umum dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Status
pekerjaan ibu juga dapat mempengaruhi pola makan anak dan pemantauan kesehatahan anak,
akan dapat mempengaruhi status gizi anak prasekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan status pekerjaan ibu terhadap status gizi dan asupan energi pada anak usia prasekolah
di Aisyiyah Kecamatan Laweyan Surakarta. Pengambilan sampel menggunakan teknik Simpel
Random Sampling, sampel 78 responden terdiri dari 39 orang anak ibu yang bekerja dan 39 ibu
yang tidak bekerja. Data asupan energi diperoleh dengan menggunakan food record, sedangkan
data status gizi diperoleh dari pengukuran tinggi badan dan berat badan. Uji perbedaan asupan
energi dan status gizi pada anak prasekolah ibu bekerja dan tidak bekerja menggunakan uji
perbedaan Mann Whitney. Hasil analisis uji beda dari dua kelompok didapatkan hasil terdapat 20
orang anak (25,6%) dari ibu yang tidak bekerjadan 18 orang anak (23%) dari ibu yang bekerja
sedangkan asupan energi normal terdapat 25 orang anak (53,2%) dari anak ibu yang bekerja dan
terdapat 22 orang anak (46,8%) ibu yang tidak bekerja. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan
bahwa ada perbedaan status gizi pada anak prasekolah ibu yang bekerja dan bukan bekerja
(p=0,001) dan asupan energi pada anak prasekolah ibu yang bekerja dan bukan bekerja
(p=0,007).Status pekerjaan ibu berpengaruh terhadap asupan energi dan status gizi pada anak
usia prasekolah di TK Aisyiyah Pajang dan Karangasem Kecamatan Laweyan Surakarta.
Katakunci: Status pekerjaanibu, anak usia prasekolah status gizi, asupan energi.
Abstract
The nutritional status of children is generally influenced by internal factors and external factors.
The employment status of the mother can also influence children's diet and child health
monitoring, can affect the nutritional status of preschool children. This study aims to determine
the differences in maternal employment status with nutritional status and energy intake in
preschool children in Aisyiyah, Laweyan District, Surakarta. Sampling using Simple Random
Sampling technique, a sample of 78 respondents consisted of 39 working mothers and 39 non-
working mothers. Energy intake data is obtained by using a food record, while nutritional status
data is obtained from measurements of height and weight. Test for differences in energy intake
and nutritional status in preschool children working and not working using the Mann Whitney
difference test. The results of the analysis of different tests from the two groups showed that
there were 20 children (25.6%) from mothers who did not work and 18 children (23%) from
working mothers while the normal energy intake had 25 children (53.2% ) from working mothers
and there were 22 children (46.8%) who did not work. The Mann Whitney test results showed
that there were differences in nutritional status in preschool children working and not working
mothers (p = 0.001) and energy intake in preschool children working and not working mothers
(p = 0.007).The employment status of mothers influences energy intake and nutritional status in
preschoolers in Aisyiyah Pajang and Karangasem Kindergarten Laweyan Districts.
Keywords: employment status, preschool age nutritional status, energy intake.
2
1. PENDAHULUAN
Masa prasekolah merupakan fase terpenting dalam membangun fondasi pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Pertumbuhan anak dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal berasal dari genetik, sedangkan faktor eksternal yaitu status gizi pada masa balita
atau prasekolah. Anak prasekolah merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan
yang sangat pesat, sehingga memerlukan asupan zat gizi setiap kilogram berat badannya
(Supartini, 2004).
Status gizi anak adalah keadaan anak akibat dari keseimbangan antara konsumsi makan
dan penyerapan zat gizi. Status gizi dapat diketahui dengan melakukan pengukuran status gizi
menggunkan indikator IMT/ U dan WHO NCHS (Etik, 2009).
Status gizi dinyatakan sebagai keadaan tubuh yang merupakan akibat dari konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dikategorikan menjadi 4 kategori, yaitu status
gizi baik, kurang, sangat buruk, dan lebih. Konsumsi makan seseorang berpengaruh terhadap
status gizi orang tersebut. Status gizi baik terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang
dibutuhkan anak secara efisien, sehingga tidak menimbulkan tefek toksis atau membahayakan
(Rizka, 2013).
Asupan zat gizi makronutrien dalam tubuh akan menghasilkan energi yang diperlukan
oleh tubuh. Asupan energi dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan energi basal, untuk
menunjang proses pertumbuhan dan aktivitas sehari-hari. Anak prasekolah yang kekurangan atau
kehilangan energi dalam jangka lama akan menyebabkan status gizi yang menurun dan berlanjut
menjadi gizi buruk (Soediatama, 2010).
Ibu yang bekerja menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah wanita yang bekerja
dengan maksud untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling
sedikit 1 jam secara terus menerus dalam satu minggu, termasuk pekerja tanpa upah yang
membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi. Gambaran pekerjaan informal perempuan
bekerja ada 35,4 juta orang (36,3%) dari 97,5 juta orang jumlah penduduk yang bekerja di
Indonesia (Jeane, 2012).
Status pekerjaan ibu dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian nutrisi kepada
anak balita. Ibu yang bekerja berdampak pada rendahnya waktu kebersamaan ibu dengan anak
balitanya, sehingga perhatian ibu terhadap perkembangan balita menjadi berkurang. Dampak dari
ibu bekerja juga tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan ibu. Ibu yang memiliki jenis
pekerjaan berat maka akan mengalami kelelahan fisik, sehingga ibu akan cenderung memilih
3
untuk beristirahat daripada mengurus balitanya (Dyah, 2008). Status pekerjaan ibu juga dapat
mempengaruhi pola makan anak dan pemantauan kesehatahan anak, secara tidak langsung akan
dapat mempengaruhi status gizi anak prasekolah. Dalam tumbuh kembang anak prasekolah,
peran ibu sangat dominan untuk mengasuh dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang
menjadi anak yang berkualitas (Merryana, 2011).
WHO (2010) menyatakan bahwa masalah gizi masyarakat akan dianggap berat bila hasil
prevalensinya sebesar 30-39% dan serius 40%. Menurut hasil survey pedahuluan yang peneliti
lakukan di TK Aisyiyah Pajang Kecamatan Laweyan Surakarta didapatkan prevalensi status gizi
normal sebesar 43,4%, status gizi kurus sebesar 36,3%, status gizi gemuk sebesar 10% dan status
gizi obesitas sebesar 10% dari 60 orang anak ibu yang bekerja dan tidak bekeja.
Berkaitan dengan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang pengaruh status pekerjaan ibu terhadap asupan energi dan status gizi di TK Aisyiyah
Pajang dan Karangasem Kecamtan Laweyan Surakarta.
2. METODE
Jenis data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang diperoleh dari hasil pengisian
kuesioner yang diberikan kepada responden yaitu ibu anak prasekolah mengenai status pekerjaan
ibu, status gizi dan asupan energi pada anak prasekolah dengan hasil pengisian form food record
untuk mengetahui status gizi dan asupan energi anak prasekolah. Sampel dalam penelitian ini
adalah ibu yang bekerja dan tidak bekerja yang mempunyai anak prasekolha usia 5-7 tahun
senbanyak 39 orang ibu bekerja dan 39 orang ibu yang tidak bekerja. Penentuan sampel
dilakukan dengan Simple Random Sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Pengukuran status gizi data diambil dengan melakukan penimbangan berat badan serta
pengukuran tinggi badan. Selanjutnya data berat badan dan tinggi badan dihitung dan
dikategorikan sesuai kategori IMT/U anak Indonesia, data asupan energi diperoleh dengan cara
memberikan kuesioner yang berisi form food record yang diisi oleh ibu dari anak prasekolah.
Pengisian form food record berisi tentang semua makanan dan minuman yang dikonsumsi anak
mulai dari makan pagi, selingan, makan siang selingan, makan malam dan selingan malam yang
dilakukan selama 3 kali 24 jam. Selanjutnya data food record dihitung menggunakan aplikasi
Nutri Survey untuk mengetahui asupan energi pada anak kemudian hasil perhitungan asupan
energi dibandingkan dang dikategorikan sesuai dengan Angka Kecukupan Energi
(AKG).Analisis univariat dilakukan untuk mendisktipsikan anatara masing-masing variabel
berupa distribusi dan presentase setiap variabel yaitu variabel bebas (status pekerjaan ibu)
4
denngan variabel terikat (status gizi dan asupan energi).Uji kenormalan data menggunakan uji
Kolmugorof Smirnov, Analisis bivariat dengan menggunakan uji perbedaan Mann Whitney.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN.
3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
TK Aisyiyah pajang Laweyan Surakarta
TK Aisyiyah pajang Laweyan Surakarta terletak di perbatasan Pajang dengan Desa
Makamhaji tepatnya di jalan Tegal Kepuntren No 05, RT 04, Pajang Laweyan Surakarta Jawa
Tengah. TK Aisyiyah Pajang Laweyan Surakarta kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 07.30
WIB sampai pukul 10.30 WIB, namun pada hari jumat siswa-siswi pulang sedikt lebih awal
yaitu pukul 10.00 WIB.
TK Aisyiyah Pajang Laweyan Surakarta ada 6 kelas yaitu kelompok TK A kelas, kelompok
TK B 2 kelas dan kelompok bermain 2 kelas. Kegiatan di TK Aisyiyah Pajang Laweyan
Surakarta adalah senam, mengaji dan kegiatan parenting seperti Gernas Baku (Gerakan Nasional
Orangtua Membaca Buku) orangtua mengajarkan membaca anak sejak dini.
TK Aisyiyah Karangasem Laweyan Surakarta
TK Aisyiyah Karangasem Laweyan Surakarta terletak di jalan Srikoyo VIII Karangasem
Laweyan Surakarta Jawa Tengah. TK Aisyiyah Karangasem Laweyan Surakarta dibagi menjadi
dua tempat yaitu barat dan timur, bagian barat khusus untuk kelas fullday dan bagian timur
khusus untuk kelas reguler.
TK Aisyiyah Karangasem Surakarta terdapat dua kelompok kelas yaitu kelas full day dan
reguler. Kegiatan belajar megajar untuk kelas fullday dimulai pukul 07.30 WIB sampai pukul
13.00 WIB dan kegiatan belajar kelas reguler dimulai pukul 07.30 WIB sampai pukul 10.30
WIB.Yang membedakan kelas fullday dan kelas reguler adalah kelas fullday mendapat makan
dan snack disekolah dan ada sedikit tambahan matapelajaran.
Untuk kegiatan belajar KB dimulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 10.30 WIB, sedangkan
KB fullday dan penitipan fullday dimulai pukul 08.00 sampai pukul 17.00 WIB. TK Aisyiyah
Karangasem Laweyan Surakarta terdiri dari 2 kelas TK A, 1 kelas TK B, 1 kelas KB fullday dan
1 kelas KB reguler, serta 1 kelas khusus untuk penitipan anak. Kegiatan selain belajar mengajar
di TK Aisyiyah Karangasem Laweyan Surakarta adalah drumband, senam, mengaji dan kegiatan
perenting seperti gernas baku (Gerakan Nasional Orangtua Membaca Buku) orangtua
mengajarkan membaca anak sejak dini.
5
3.2 Karakrteristik Subyek Penelitian
3.2.1 Usia
Umur merupakan salah satu variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-penelitian
epidemiologi dan merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi dalam penentuan
pengukuran dan kategori status gizi. Subyek pada penelitian ini berjumlah 78 orang yang terdiri
dari 39 orang anak dari ibu yang bekerja dan 39 orang anak dari ibu yang tidak bekerja.
Karakteristik subyek penelitian menurutusia dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1. Karakteristik Subyek Menurut Usia
Karakteristik frekuensi Presentase (%)
5 tahun 49 62,8
6 tahun 27 34,7
7 tahun 2 2,5
Total 78 100
Jumlah subyek penelitian adalah 78 orang anak prasekolah. Usia responden sebagian berusia 5-7
tahun. Pada karakteristik subyek didapat hasil 62,8% orang anak yang berusia 5 tahun, terdapat
34,7% orang anak yang berusia 6 tahun dan 2,5% orang anak yang berusia 7 tahun. Subyek
penelitian adalah ibu yang bekerja dan tidak bekerja memiliki anak prasekolah berusia 5-7
tahun. Subyek penelitain sebanyak 78 orang ibu yang memiliki anak prasekolah di TK Aisyiyah
Kecamatan Laweyan Surakarta. Subyek penelitaian terdiri dari 39 orang ibu yang bekerja dan 39
orang ibu yang tidak bekerja yang memiliki anak usia prasekolah.
3.2.2 Jenis Kelamin Anak Prasekolah
Distribusi subyek penelitian jenis kelamin dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu laki-laki dan
perempuan. Distribusi subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Subyek menurut Jenis Kelamin
Karakteristik frekuensi Presentase (%)
Laki-laki 34 43,6
perempuan 44 56,4
Total 78 100
Berdasarkan tabel 9 dapat disimpulkan bahawa subyek penelitian mayoritas perempuan
dengan presentase 56,4% sedangkan subyek laki-laki dengan presentase 43,6%.
3.3 Pembahasan
3.3.1 Distrubusi asupan energi antara anak ibu bekerja dan tidak bekerja
Masa anak prasekolah adalah masa dimana anak mengalami tumbuh kembang sehingga
membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang memadai. Pada masa ini anak sangat
6
tergantung pada ibu ataupun pengasuhnya. Salah satu pola pengasuhan dari ibu atau pengasuh
anak adalah dalam hal pengetahuan gizi, pengaturan makan, pemberian dan penyedian makanan
untuk keluarga. Dilihat dari hasil food recod 3 kali 24jam diketahui asupan makan anak
dipengaruhi oleh ibu ataupun pengasuh anak dalam memberikan makan. Distribusi subyek
penelitian berdasarkan asupan energi dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Subyek Penelitian berdasarkan Asupan Energi
Asupan Energi
Kelompok
Bekerja Tidak bekerja
(n) % (n) %
Defisit berat 1 2,6 0 0
Defisit sedang 3 7,7 2 5,1
Defisit ringan 4 10,3 1 2,6
Normal 25 64,1 21 53,8
Diatas kebutuhan 6 15,4 15 38,5
Jumlah 39 100 39 100
Dari tabel 10 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar asupan energi anak prasekolah
ibu yang bekerja dan tidak bekerja adalah normal yaitu sebesar 64,1% anak ibu yang bekerja dan
53,8% anak dari ibu yang tidak bekerja, dimana asupan energi anak prasekolah >90% dari
kebutuhan (Angka Kecukupan Gizi) AKG. Hal tersebut dikarenakan sebgaian besar anak
mempunyai kebiasan makan nasi, lauk hewani dan minum susu berdasarkan hasil survei
konsumsi dengan menggunakan form food record 3x24 jam.
Metode yang digunankan untuk mencatat jumlah konsumsi makan dengan menggunakan
food record 3 kali 24jam. Pengisian kuesioner tanpa ada pemberiaan terlebih dahulu kepada
responden. Sebelum melakuakan pengisian kuesioner responden mendapat pengarahan dan
penjelasan besertsa fungsi dan tujuan metode food record (Meryyana, 2011).
Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua yang makanan dan minuman
yang dikonsumsi setiap kali sebelum makan dan minum dalam Ukuran RumahTangga (URT)
atau menimbang dalam ukuran berat dalam periode tertentu (3 kali 24 jam) (Meryyana, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian dfiatas asupan energi sangat berpengaruh terhadap status gizi
anak, apabila konsumsi makan anak kurang maka akan mengalami asupan energi defisit dan
dapat mengakibatkan status gizi kurang, sedangkan asupan makan berlebih maka anak akan
mengalami asupan energi diatas kebutuhan yang dapat menyebabkan anak menjadi gemuk dan
obesitas.
7
3.3.2 Distribusi status gizi anak ibu yang bekerja dan tidak bekerja
Penentuan status gizi diperoleh dari pengukuran antropometri, yaitu dengan pengukuran tinggi
badan dan berat badan subyek, hasil pengukuran selanjutnya diolah dan ditentukan dengan
menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan membandingkan standar IMT/U yang telah
ditentukan lalu dikategorikan menjadi status gizi sangat kurus, kurus, normal, gemuk dan obes
(Depkes, 2005). IMT dapat menentukan apakah berat badan seseorang dinyatakan sangat kurus,
kurus, normal, gemuk dan obes (Napitupuluh, 2005).
Tabel 4. Distribusi subyek penelitian berdasarkan status gizi
Status Gizi
Kelompok
Bekerja Tidak Bekerja
(n) % (n) %
Kurang 8 20,5 3 7,7
Normal 25 64,1 21 53,8
gemuk 5 12,8 7 17,9
obes 1 2,6 8 20,5
Jumlah 39 100 39 100
Dari tabel 11 dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan status gizi anak prasekolah
kelompok ibu yang bekerja dan kelompok ibu tidak bekerja bahwa sebagian besar berstatus gizi
normal sebesar 64,1% pada anak ibu yang bekerja dan 53,8% anak ibu yang tidak bekerja. Hal
tersebut disebabkan karena pola konsumsi makan, asupan energi anak prasekolah dan
pengasuhan orang tua terhadap anak sudah cukup baik.
Pekerjaan ibu dapat mempengaruhi keadaan status gizi anak, dimana akan berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada ibu yang bekerja biasanya pengasuhan
diserahkan kepada orang lain yang belum tentu memiliki ketrampilan dan pengalaman mengurus
anak kurang perhatian (Defi, 2012).
3.3.3 Perbedaan asupan energi anak prasekolah ibu bekerja dan tidak bekerja
Pengujian perbedaan asupan energi antara anak prasekolah ibu yang bekerja dengan anak
pasekolah ibu yang tidak bekerja menggunakan uji Mann whitney. Hal ini dikarenakan data nilai
status gizi dan asupan energi menunjukkan berdistribusi tidak normal (p<0,05).
Pada penelitian ini terdapat perbedaan status gizi dan asupan energi anatara anak prasekolah
ibu yang bekerja dan tidak bekerja. Perbedaan status gizi dan asupan energi anak prasekolah ibu
yang bekerja dan tidak bekerja dapat dilihat pada tabel 5
8
Tabel 5. Distribuisi Responeden berdasarkan Asupan Energi Esubyek
penelitian (n) Mean Std. Dev Min Max p- value
Bekerja 39 99.7767 14.40784 62.20 124.30 0.001
Tidak bekerja 39 110.9721 14.03052 75.40 0.001
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan asupan energi antara anak
prasekolah ibu yang bekerja dan tidak bekerja diuji dengan uji statistik Mann Whitney, hasil
uji statistik didapatkan nilai p – 0,001 (p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan status gizi
anatara anak prasekolah ibu yang bekerja dan tidak bekerja.
Asupan energi diperoleh berdasarkan hasil survey konsumsi menggunakan food record 3 kai
24 jam. Setelah food record atau pencatatan konsumsi makan selesai dicatat kemudian dilakukan
penghitungan asupan energi dengan menggunakan Nutri Survey. Berdasarkan hasil food record 3
kali 24 jam kemudian didaptkan rata-rata asupan energi untuk melihat perpedaan antara asupan
energi anak prasekolah ibu yang bekerja dengan anak prasekolah ibu yang tidak bekerja.
Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Energi
berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu dan kegiatan
fisik. Kelebihan energi disimpan dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi jangka pendek
dan dalam bentuk lemak sebagai jangka panjang (Hardiyansyah, 2011).
Asupan energi diperolah dari pemecahan karbohidarat, protein dan lemak dari asupan
makan sehari-hari. Penentuan kebutuhan energi didasarkan pada basal metabolism rate dan
kegiatan fisik sesorang.Sedangkan basal metabolism rate dipengaruhi oleh usai, jenis kelamin,
penyakit dan komposisi tubuh. WHO merkomendasikan bahwa asupan energi diperoleh dari
karbohidrat 60-75%, lemak 10-25% dan protein 10-15% (Sunarti, 2013).
Penyebab kurangnya asupan energi yaitu makanan anak atau asupan makan dan penyakit
infeksi (biologis). Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di dalam keluarga, pola
pengasuhan anak, pola makan, kebiasan adat istiadat serta pelayanan kesehatan dan kesehatan
lingkungan (sanitasi). Pokok masalah adalah pendidikan ibu ataupun pengasuh anak,
pengetahuan dan ketrampikan dalam memanfaatkan sumber bahan makanan. Akar masalah
adalah kondisi perekonomian, dan sosial keluarga (Hapsari, 2013).
Kecukupan energi berhubungan dengan status gizi. Energi yang cukup memungkinkan anak
untuk bisa melakasankan kegiatannya sehari-hari seperti sekolah, bermain, belajar, berekreasi
dan untuk tumbuh kembang anak. Tanda seseorang telah terpenuhi asupan energinya dapat
dilihat dari kenaikan berat badannya (Sunarti, 2013).
9
3.3.4 Perbedaan status gizi anak prasekolah ibu bekerja dan tidak bekerja
Pengujian perbedaan status gizi antara anak prasekolah ibu yang bekerja dengan anak pasekolah
ibu yang tidak bekerja menggunakan uji Mann whitney. Hal ini dikarenakan data nilai status gizi
dan asupan energi menunjukkan berdistribusi tidak normal (p<0,05).
Pada penelitian ini terdapat perbedaan status gizi dan asupan energi anatara anak
prasekolah ibu yang bekerja dan tidak bekerja. Perbedaan status gizi dan asupan energi anak
prasekolah ibu yang bekerja dan tidak bekerja dapat dilihat pada tabel 6
Tabel 6. Distribuisi Responeden berdasarkan Status Gizi Esubyek
penelitian (n) Mean Std. Dev Min Max p- value
Bekerja 39 -.1856 1.51186 -2.80 -2.70 0.037
Tidak bekerja 39 .6038 1.58852 2.80 2.88
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan status gizi antara anak
prasekolah ibu yang bekerja dan tidak bekerja diuji dengan uji statistik Mann Whitney, hasil uji
statistik didapatkan nilai p– 0,037 (p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan status gizi antara
anak prasekolah ibu yang bekerja dan tidak bekerja.
Status gizi anak prasekolah diperoleh dengan melakukan pengukuran antropometri
meliputi berat badan dan tinggi badan. Pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunakan
timbangan injak dengan kapasitas 120 kg dan ketelitian 0,1kg sedangkan pengukuran tinggi
badan dilakukan dengan menggunakan microtoice dengan kapasitas dan ketelitian 0,1cm dan
200cm (Luciasari, 2012).
Status gizi anak prasekolah merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang
terutama ibu. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia anak prasekolah
didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini bersifat irreversible (tidak
dapat pulih). Ukuran tubuh yang pendek merupakan salah satu indikator kekurangan gizi yang
berkepanjangan pada anak (Mia, 2013).
Perilaku ibu dalam pemberian nutrisi kepada anak juga dipengaruhi oleh status pekerjaan
ibu. Ibu yang bekerja berdampak pada rendahnya waktu kebersamaan ibu dengan anak,
sehingga perhatian ibu terhadap perkembangan anak menjadi berkurang. Dampak dari ibu
bekerja juga tergantung perkembangan anak menjadi berkurang. Dampak dari ibu bekerja juga
tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan ibu. Ibu yang memiliki jenis pekerjaan berat
10
maka akan mengalami kelelahan fisik, sehingga ibu akan cenderung memilih untuk beristirahat
dari pada mengurus balitanya (Julianti, 2014).
3.4 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah seperti penambahan suplemen dan vitamin yang di konsumsi
anak. Faktor tersebut dapat mempengaruhi status gizi dan asupan energi anak.
4. PENUTUP
1) Terdapat 64,1% anak prasekolah yang mengalami asupan energi normal pada kelompok
ibu yang bekerja dan terdapat 53,8% anak pada kelompok ibu yang tidak bekerja di Tk
Aisyiyah Kecamatan Laweyan Surakarta.
2) Terdapat 54,3% anak prasekolah status gizi normal pada kelompok ibu yang bekerja dan
terdapat 45,7% anak pada kelompok ibu yang tidak bekerja di Tk Aisyiyah Kecamatan
Laweyan Surakarta.
3) Tidak terdapat status gizi sangat kurus pada anak prasekolah ibu yang bekerja dan tidak
bekerja di TK Aisyiyah Pajang dan Karangasem Surakarta Kecamatan Laweyan
Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Andriyan, M., dkk. 2011. Pola Asuh Makan Pada Balita Dengan Status Gizi Kurang di Jawa
Timur Jawa Tengah dan Kalimantan Tengah. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan.
Ariningsih, E. 2005.Konsumsi Dan Kecukupan Energi Dan Protein Rumah Tangga Perdesaan
Di Indonesia: Analisis Data SUSENAS 2005. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian. Bogor.
Depkes. 2014. Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013 .Dari
htp://gizi.dekes.go.id/download/Kebijakan%20Gizi/Tabel/%20AKG. pdf pada tanggal 5
Mei 2017.
Departemen Kesehatan RI, 2000. Visi Pembangunan Nasional Indonesia Sehat 2000. Depkes
RI. Jakarta.
Desiawan, A., Soviana, E., Dharmawati, L. 2015. Hubungan Asupan Zat Besi (Fe) Dan Status
Gizi Dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Di SD Negeri Kudu 02 Kecamatan
Baki Kabupaten Sukoharjo. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi.
Dyah, AS. 2008. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Bergizi Dengan Status
Gizi Balita Usia 1-3 Tahun Didesa Lencoh Wilayah Kerja Puskesmas Selo Boyolali.
Publikasi Penelitian. Akbid Estu Utomo. Boyolali.
11
Habibah, U., Puspowati,S.D., Soviana, E. 2017. Perbedaan Tingkat Pendidikan, Pola Asuh Ibu
dan Status dan Status Gizi pada Anak Karies dan Non Karies di TK Aisyiyah Bustanul
Athfal Imam Syuhodo Kabupaten Sukoharjo. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Skripsi.
Khasanah, R. 2013. Hubungan Peran Orang Tua Sebagai Fasilitator Pemberian Asupan
Makanan Dengan Status Gizi Pada Anak Prasekolah TK/RA GUPPI 1 Kalijambe Sragen.
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran.
Kristanti ,E dan Sari, D. 2016. Perbedaan Status Gizi Anak Usia 4-6 Tahun Pada Ibu Bekerja
dan Ibu Tidak Bekerja.STIKES RS Baptis. Jurnal STIKES. Kediri.
Luciasari, E dan Susanto, D. 2012.Status Gizi Anak Prasekolah Pada Keluarga berpendapatan
Rendah Dengan Ibu Pekerja. Bogor.
Meryana. 2014. Gizi dan Kesehatan Balita. Edisi Pertama, Kencana: Jakarta.
Natipuluh, Halasan. 2002. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan status gizi pada lanjut usia
di kota bengkulu [Tesis]. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Sediaoetama, AD. 2008. Ilmu Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I. Dian Rakyat. Jakarta.
Sugiyanto. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D).
Alfa Beta. Bandung.
Sunarti. 2013. Perbedaan Asupan Energi Protein Dan Status Gizi Anak Usia Prasekolah Dengan
Model School Feeding Dan Non School Feeding. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Unversitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta.
Yultia. Hubungan Pola Asuh, Asupan Energi, Asupan Protein Status Gizi Balita Di Desa
Kertamul Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat Tahun 2016. [Skripsi].
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung. Bandung.
Wulandari, Y. 2012. Tanya Jawab Perkambangan Anak. Dafa Piblishing. Jogjakarta.