pengaruh sistem pengendalian internal, …digilib.unila.ac.id/29421/3/tesis tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL, KEPATUHAN
TERHADAP PERUNDANG-UNDANGAN, TINDAK LANJUT
REKOMENDASI HASIL PEMERIKSAAN DAN TOTAL ASET
TERHADAP OPINI AUDIT DENGAN TINGKAT PENGUNGKAPAN
PADA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/
LEMBAGA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Tesis)
Oleh
DEWI RAHMASARI
PROGRAM MAGISTER ILMU AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL, KEPATUHAN TERHADAP PERUNDANG-UNDANGAN, TINDAK LANJUT
REKOMENDASI HASIL PEMERIKSAAN DAN TOTAL ASET TERHADAP OPINI AUDIT DENGAN TINGKAT PENGUNGKAPAN PADA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/
LEMBAGA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
Oleh DEWI RAHMASARI
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER SAINS AKUNTANSI
pada
Program Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
PROGRAM MAGISTER ILMU AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
2017
ii
ABSTRAK
Pengaruh Sistem Penegendalian Internal, Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan, Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan dan
Total Aset Terhadap Opini Audit dengan Tingkat Pengungkapan Pada Catatan Atas Laporan Keuangan Kementrian/Lembaga sebagai Variabel Intervening.
Oleh Dewi Rahmasari
Latar belakang penelitian ini adalah tren opini WTP yang berfluktuasi pada Kementrian/Lembaga tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah temuan audit Sistem Pengendalian Internal, temuan audit kepatuhan terhadap perundang-undangan, tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan (TLRHP) yang terus meningkat periode tahun 2011-2015.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris apakah variabel SPI, kepatuhan terhadap perundang-undangan, tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan dan total aset melalui tingkat pengungkapan laporan keuangan berpengaruh terhadap opini audit BPK pada Kementrian/Lembaga se-Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel selama lima tahun pengamatan (2011-2015). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 90 Kementrian/Lembaga Se-Indonesai dengan teknik pemilihan sample purposive sampling didapat sampel sebanyak 75 Kementrian/Lembaga.
Hasil pengujian menggunakan software amos versi 22 membuktikan bahwa SPI, kepatuhan terhadap perundang-undangan dan total aset berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan. Variabel tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan dan tingkat pengungkapan tidak berpengaruh terhadap opini audit BPK.
Kata kunci: SPI, Kepatuhan Terhadap Perundang-undangan, Tindak Lanjut
Rekomendasi Hasil Pemeriksaan, Total Aset, Opini, Tingkat Pengungkapan.
iii
ABSTRACT
Influence of Internal Control System, Compliance to Legislation, Follow-up
Recommendation of Inspection Result and Total Assets to Audit Opinion with Level of Disclosure in Notes to Financial Statement of Ministry / Institution as
Intervening Variable
By Dewi Rahmasari
The background of this research is the fluctuating trend of WTP opinion on the Ministry / Institution is not matched by the increase of audit findings of Internal Control System, the findings of compliance audit of legislation, the follow-up recommendation of examination result (TLRHP) which keep increasing the period of 2011-2015.
The purpose of this study is to test empirically whether the SPI variable, compliance with legislation, follow-up recommendations of audit results and total assets through the level of disclosure of financial statements affect BPK audit opinion on the Ministry / Institution in Indonesia. The data used in this research is panel data during five years of observation (2011-2015). Population used in this research is 90 Ministry / Institution in Indonesia using purposive sampling technique counted 75 Ministry / Institution.
The results of testing using the software amos version 22 proves that the SPI, compliance with the legislation and total assets have a significant positive effect on the level of disclosure of financial statements, follow-up recommendations of the examination results have no effect on the level of disclosure and disclosure level does not affect BPK audit opinion.
Keywords: SPI, Compliance with Legislation, Follow Up Recommended
Examination Result, Total Assets, Opinion, Level of Disclosure.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Bandar Lampung pada tanggal 11
Desember 1985 yang merupakan anak kedua dari enam bersaudara. Penulis lahir
dari pasangan suami istri Bapak Elyus Enani, S.E. dan Ibu Ayuni Suri Ra’uf,
S.Pd.
Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis yaitu Taman Kanak-kanak PTPN
X Bandar Lampung lulus tahun 1992, SDN I Penengahan Bandar Lampung lulus
tahun 1998, SLTPN 9 Bandar Lampung lulus tahun 2001 dan SMUN 2 Bandar
Lampung lulus tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan tinggi strata 1 di
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
tahun 2004.
Penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil pada Badan Pusat Statistik dan
ditempatkan pada Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Utara pada tahun
2005. Penulis menamatkan studi strata 1 pada program studi Manajemen pada
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ragam Tunas Lampung (STIE RATULA) pada
tahun 2009. Penulis diterima sebagai mahasiswi pascasarjana program studi
Magister Ilmu Akuntansi Universitas Lampung pada tahun 2015 melalui jalur
Beasiswa STAR BPKP.
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kupersembahkan karya kecilku ini kepada:
Ayah dan Mamahku tersayang
Suami dan Anak-anakku tercinta
Almamaterku
MOTTO
Alloh tempat meminta segala sesuatu
(Qs. Al-Ikhlas:2)
SANWACANA
Alhamdulillahillahirobbil’alamiin. Puji syukur atas segala nikmat yang telah Allah
SWT limpahkan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada suri teladan
terbaik di muka bumi ini, Muhammad SAW, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Tesis yang berjudul “Pengaruh Sistem Pengendalian Internal, Kepatuhan
terhadap perundang-undangan, Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil
Pemeriksaan dan Total Aset terhadap Opini Audit dengan Tingkat
Pengungkapan Pada Catatan Atas Laporan Keuangan Kementrian/Lembaga
Sebagai Variabel Intrvening” merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan
studi pada Program Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung.Tesis ini tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Oleh
karena itu peneliti membuka saran, masukan, dan kritikan yang dapat digunakan
untuk memperbaiki riset ini untuk riset berikutnya. Ucapan terima kasih peneliti
sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;
2. Ibu Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi
Magister Ilmu Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univeritas Lampung
juga selaku Pembimbing Kedua, untuk saran, kritik, motivasi, ketulusan dan
kesabaran dalam membimbing selama proses penyusunan, penyelesaian
hingga terpublikasinya tesis ini;
3. Ibu Prof. Dr. Lindrianasari, S.E., M.Si., Akt.,C.A., selaku Pembimbing
Utama, atas segala masukan, saran, motivasi, ilmu ketulusan dan keasabaran
dalam membimbing proses penyusunan, penyelesaian hingga terpublikasinya
tesis ini;
4. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt,. C.A., selaku Penguji Utama, atas
segala saran dan masukan yang sangat membantu dalam penyusunan tesis ini;
5. Ibu Dr. Agrianti Komalasari, S.E., M.Si., Akt., selaku Sekretaris Penguji, atas
segala saran yang sangat membantu dalam penyempurnaan tesis ini;
6. Ibu Yunia Amelia, S.E., M.Sc., Akt., C.A., selaku Sekretaris Program Studi
Magister Ilmu Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univeritas Lampung
untuk perhatian dan bantuannya dalam proses penyusunan tesis ini;
7. Orangtuaku, Ayahku Elyus Enani, Mamahku Ayuni Suri Ra’uf, Meme Baiq
Nurhasanah dan Mamiq Lalu April terima kasih atas ketulusan doa, kasih
sayang, pengertian, dukungan, kesabaran dan pengorbanan selama proses
penyusunan tesis ini;
8. Suamiku Lalu Januar Pribadi, anak-anakku Lalu Ghazi Patria Mahardika dan
Lalu Ghalib Arkan, atas segala doa, dukungan, motivasi, pengertian dan
kesabaran selama menyusun tesis ini;
9. Saudari-saudariku, Mami Tiara Elyana Sari, Ibu titi Dian Mustika Sari, Cica
Ade Citra Khairunnisa, Nuni Riana Putri Maharani dan Cicik Indah Yustika
Putri atas doa, kasih sayang, perhatian, keperdulian, motivasi dan ketulusan
kalian semua;
10. Saudaraku, Lalu Anggi Febrian, Kak Linda, Kak Win, Kak Agus dan Kak adi
untuk dukungan, motivasinya dan bantuannya;
11. Teman-teman seperjuangan di Batch III MIA STAR BPKP: Mbak Atikah,
Mbak Karlina, Mbak Ipit, Mbak Erna, Mbak Yeyen atas perhatian, ketulusan
dan keceriaan selama ini. Pak Didik, Mung Suratno, Mas Damar, Mas
Anggie, Pak Artha, Mr. Wahono, Mas Heru, Pak Wasis, Mas Hayat dan Pak
Mufid. Teman-teman Batch I dan II MIA STAR BPKP Mbak Aatina terima
kasih untuk saran dan bimbingannya. Teman-teman reguler: Ina, Mba Tanti,
Ayin dan lainnya, atas kerjasama juga kebersamaan selama ini dan semangat
yang selalu kalian berikan;
12. Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesawaran Ibu Wintarti Dyah
Indriani, S.E atas ijin yang diberikan sehingga penulis bisa mengikuti tugas
belajar;
13. Teman-teman sejawat pada Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesawaran untuk
segala dukungan dan motivasinya terutama Bapak Rosyidi, S.E.
14. Mas Andri, Mba Leni, Nico dan Bolang serta seluruh pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu, atas semua bantuan dan kerjasamanya.
Demikian kiranya yang dapat peneliti sampaikan. Mohon maaf atas segala yang
kurang berkenan. Semoga pembaca sekalian dapat memperoleh manfaat dari tesis
ini. Terima Kasih.
Bandar Lampung, Desember 2017 Peneliti
Dewi Rahmasari
x
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................... ................................... i ABSTRAK ....................................................................... ................................... ii ABSTRACK................................................................................................. .............. iii HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... ............... iv PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................... ............. v SANWACANA ................................................................. ................................... vi RIWAYAT HIDUP ........................................................... ................................... vii MOTTO ........................................................................ ................................... viii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... ............ ix DAFTAR ISI................................................................... ..... ................................... x DAFTAR TABEL ..................................................... .............................................. xii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiii BAB I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ................................................ ................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ........................................... ................................... 9 1.3. Tujuan Penelitian ............................................. ................................... 10 1.4. Manfaat Penelitian ........................................... ................................... 10
1.4.1.1. Manfaat Teoritis ................................. ................................... 10 1.4.1.2. Manfaat Praktis .................................. ................................... 10
BAB II. Tinjauan Pustaka
2.1. Teori Keagenan ................................................................................... 12 2.2. Teori Signalling ................................................................................... 14 2.3. Sistem Pengendalian Internal ............................................................... 14 2.4. Kepatuhan Terhadap Perundang-undangan .......................................... 18 2.5. Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan ................................... 20 2.6. Total Aset ............................................................................................ 22 2.7. Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan .......................................... 24 2.8. Opini Audit Badan Pemeriksa Keuangan ............................................. 28 2.9. Laporan Keuangan Kementrian/Lembaga ............................................ 30 2.10.Penelitian Terdahulu ........................................................................... 34 2.11. Pengembangan Hipotesis ................................................................... 38 2.11.1 SPI dan Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan .................. 38 2.11.2. Kepatuhan terhadap perundang-undangan dan Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan............................................ 40 2.11.3. Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan (TLRHP) dan Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan. .............................. 42 2.11.4. Total Aset dan Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan ....... 43 2.11.5. Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan dan Opini Audit ..... 44 2.12.Kerangka Pemikiran ........................................................................... 45
xi
BAB III. Metode Penelitian 3.1. Populasi dan Sampel ............................................................................ 47 3.2. Data Penelitian .................................................................................... 48 3.3. Teknik Analisis Data ........................................................................... 48 3.4. Operasional Variabel ........................................................................... 50 3.4.1. Variabel Exogenous .................................................................. 50 3.4.2. Variabel Endogenous ................................................................ 51 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Sampel Penelitian................................................................. 52 4.2. Deskripsi Data ..................................................................................... 52 4.3. Statistik Deskriptif ............................................................................... 53 4.4. Analisis Jalur ....................................................................................... 57 4.5. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan................................................... 59 4.5.1. SPI dan Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan ................... 60
4.5.2. Kepatuhan terhadap perundang-undangan dan Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan ............................................. 61
4.5.3. Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan (TLRHP) dan Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan ................................ 63 4.5.4. Total Aset dan Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan ......... 64 4.5.5. Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan dan Opini Audit ....... 65 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ............................................................................................. 66 5.2. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 67 5.3. Saran ................................................................................................... 68 5.4. Implikasi Penelitian ............................................................................. 69 Daftar Pustaka Lampiran
xii
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 34
2. Tabel 3.1 Kriteria Pemilihan Sampel Penelitian............................................... 48
3. Tabel 3.2 Operasional Variabel ....................................................................... 50
4. Tabel 4.1 Teknik Penentuan Sampel Penelitian ............................................... 52
5. Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel............................................................. 53
6. Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis ............................................... 60
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Opini WTP atas LKPD
dan LKKL Tahun 2011-2016. ......................................................................... 3
2. Gambar 1.2 Grafik Peningkatan Jumlah Temuan Audit dan
TLRHP Belum Tuntas Pada LKKL Periode 2011-2015 .................................. 4
3. Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran .................................................................... 46
4. Ganbar 4.1 Path Analysis ................................................................................ 58
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencanangan sembilan agenda prioritas (NAWACITA) dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 Republik
Indonesia mendorong pemerintah untuk terus meningkatkan tata kelola
pemerintahan dan reformasi birokrasi. Salah satu agenda prioritas yang tertuang
dalam RPJMN 2015-2019 dalam bidang tata kelola dan reformasi birokrasi adalah
membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan
terpercaya. Pemerintah dituntut untuk meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas keuangan pemerintah demi terwujudnya good public governance
(KNKG, 2008). Transparansi bermanfaat untuk meminimalkan masalah moral
hazard dengan memfasilitasi kontrol publik. Transaparansi menjadi alat yang
paling penting bagi masyarakat untuk memantau dan mengevaluasi kinerja wakil
rakyat serta pegawai pemerintah (Albalate, 2012). Transparansi memerlukan
syarat yakni dapat dipertanggungjawabkan, karena akses informasi merupakan
tahap awal proses pertanggungjawaban atau akuntabilitas (Meijer, 2003).
Dalam rangka mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
negara maka pemerintah wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban
keuangan pemerintah. Atas laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah
tersebut akan dinilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan
informasinya oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI).
2
Hasil pemeriksaan BPK kemudian dituangkan dalam bentuk Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) atas laporan keuangan pemerintah yang memuat opini.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara mendefinisikan bahwa opini
merupakan kesimpulan atas hasil pemeriksaan berupa pernyataan profesional
tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
pemerintah. Empat jenis opini tersebut yaitu: (i) opini wajar tanpa pengecualian
(unqualified opinion), (ii) opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion),
(iii) opini tidak wajar (adverse opinion), dan (iv) pernyataan menolak
memberikan opin (disclaimer of opinion). Opini wajar tanpa pengecualian (WTP),
merupakan penilaian tertinggi yang diberikan oleh BPK. Opini WTP berarti
bahwa laporan keuangan tersebut telah disajikan secara wajar, tidak terdapat
kesalahan yang material, dan sesuai standar sehingga dapat diandalkan untuk
pengambilan kebijakan.
Pemerintah telah menetapkan sasaran pokok pembangunan dalam bidang tata
kelola dan reformasi birokrasi pemerintah melalui RPJMN 2010-2014 dan
dilanjutkan dalam RPJMN 2015-2019. Pemerintah menargetkan capaian opini
WTP atas laporan keuangan Kementrian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yakni
97% dan 60% (RPJMN 2010-2014) kemudian sebesar 95% dan 85% (RPJMN
2015-2019). Berdasarkan IHPS 2017 capaian opini WTP Kementrian/Lembaga
hanya sebesar 71% (2014) dan 84% (2016). Sementara itu capaian opini WTP
untuk Pemerintah Daerah hanya sebesar 47% (2014) dan 71% (2016). Capaian
3
opini WTP atas Kementrian/Lembaga dan Pemerintah Daerah tentu saja masih
sangat jauh dari target yang telah ditetapkan oleh pemerintah Perkembangan opini
WTP Kementrian/Lembaga dan Pemerintah Daerah periode 2010-2015 dijelaskan
pada gambar 1.1 berikut:
Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Opini WTP atas LKPD dan LKKL Tahun 2011-2016.
Berdasarkan gambar 1.1 di atas, tren opini WTP pada Pemerintah Daerah
cenderung meningkat untuk periode tahun 2011-2015, namun hal yang berbeda
terjadi pada tren opini WTP Kementrian/Lembaga. Tren opini WTP pada
Kementrian/Lembaga untuk periode tahun 2011-2015 cenderung berfluktuasi.
Terlihat pada gambar 1.1 Kementrian/Lembaga meraih opini WTP sebesar 76%
(2011) kemudian mengalami penurunan sebesar 5 poin persen menjadi 71%
(2012). Peningkatan opini WTP sebanyak 4 poin persen menjadi 75% (2013)
tidak dapat dipertahaankan karena kembali menurun sebesar 4 poin persen
menjadi 71% (2014). Penuruan dan peningkatan opini WTP yang sangat
signifikan terjadi pada tahun 2015 dan 2016 yaitu penurunan sebesar 6 poin
4
persen menjadi 65% pada tahun 2015 dan peningkatan sebesar 19 poin persen
menjadi 84% pada tahun 2016.
Berdasarkan data IHP BPK Semester I Tahun 2017, selain tren opini WTP
Kementrian/Lembaga yang mengalami fluktuasi pada periode 2011-2015, masih
banyak permasalahan-permasalahan lain yang ditemukan dari hasil audit Laporan
Keuangan Kementrian/Lembaga oleh BPK. Permasalahan tersebut antara lain
peningkatan jumlah temuan audit (SPI dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan) dan peningkatan jumlah Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil
Pemeriksaan (TLRHP) BPK yang belum tuntas ditindaklanjuti periode tahun
2011-2015 seperti dijelaskan pada gambar 1.2 berikut:
Gambar 1.2 Grafik Peningkatan Jumlah Temuan Audit dan TLRHP Belum Tuntas Pada LKKL Periode 2011-2015
5
Berdasarkan gambar 1.2 di atas dapat dijelaskan bahwa temuan audit atas SPI
yaitu berupa kelemahan SPI pada Kementrian/Lembaga cenderung meningkat
untuk periode 2011-2015. Tahun 2011 yakni dari 616 temuan meningkat menjadi
748 temuan (21%) pada tahun 2011. Tahun 2013 mengalami penurunan menjadi
718 temuan (-4%), tahun 2014 mengalami peningkatan cukup signifikan yaitu
1.009 temuan (41%), sedangkan tahun 2015 meningkat menjadi 1.046 temuan
(4%). Masih banyaknya temuan audit berupa kelemahan SPI pada LKKL
menunjukan bahwa Kementrian/Lembaga belum optimal dalam melakukan
pengendalian internal terhadap pengelolaan keuangan negara. Untuk
menghasilkan laporan keuangan yang dapat diandalkan, suatu organisasi harus
memiliki pengendalian yang efektif, karena dengan pengendalian internal dapat
meningkatkan kualitas informasi dan memberikan keyakinan tentang keandalan
informasi keuangan (Johnstone et al, 2014).
Gambar 1.2 juga menjelaskan bahwa temuan audit penyimpangan terhadap
kepatuhan terhadap perundang-undangan pada Laporan Keuangan
Kementrian/Lembaga mengalami peningkatan periode tahun 2011-2016. Pada
tahun 2011 jumlah temuan penyimpangan kepatuhan terhadap perundang-
undangan meningkat dari 1.072 temuan menjadi 1.244 temuan (16%). Tahun
2013 mengalami penurunan menjadi 1.091 temuan (12%), tahun 2014 mengalami
peningkatan cukup signifikan menjadi 1.606 temuan (47%), sedangkan tahun
2015 hanya mengalami peningkatan sebesar 8% dari temuan tahun sebelumnya
yaitu 1.740 temuan.
6
Laporan keuangan dapat dinilai tidak wajar karena adanya salah saji material yang
disebabkan dari tindakan/kegiatan yang melanggar kepatuhan terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan yang dapat berpengaruh langsung terhadap
penyajian laporan keuangan (Peraturan BPK RI No. 01 Tahun 2007).
Penyimpangan kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang diketahui
akan menjadi tanggung jawab auditor untuk mempertimbangkan pengaruhnya
terhadap laporan keuangan, termasuk kecukupan pengungkapan (Fatimah et al,
2014). Masih banyaknya temuan audit berupa penyimpangan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan mengindikasikan bahwa Kementrian/Lembaga
belum sepenuhnya mematuhi perundang-undangan sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) dalam pengelolaan keuangan negara.
Grafik pada gambar 1.2. menunjukkan bahwa TLRHP yang belum tuntas sesuai
dengan rekomendasi BPK mengalami peningkatan selama periode 2011-2015.
Sejumlah 10.929 rekomendasi (35,65%) dari total 30.659 seluruh rekomendasi
periode 2011-2015 belum tuntas ditindaklanjuti. Secara rinci jumlah peningkatan
rekomendasi yang belum tuntas ditindaklanjuti oleh satker pada
Kementrian/Lembaga yaitu tahun 2011 dari 1.452 rekomendasi menjadi 1.549
rekomendasi atau meningkat sebesar 6,26% ditahun 2012, tahun 2013 meningkat
sebesar 2,09% menjadi 1.582 rekomendasi. Tahun 2014 terjadi peningkatan
sangat signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 46,98%
atau 2.984 rekomendasi yang belum tuntas ditindaklanjuti. Sementara itu untuk
tahun 2015 hanya mengalami peningkatan sebesar 11,24% atau 3.362
rekomendasi yang belum tuntas ditindaklanjuti dari tahun sebelumnya. Atyanta
7
(2012) menyatakan bahwa salah satu faktor penyebab sulitnya pemerintah
memperoleh opini WTP adalah kendala penyelesaian rekomendasi tahun-tahun
sebelumnya.
Kualitas laporan keuangan yang baik tercermin dari semakin tingginya tingkat
pengungkapan laporan keuangan. Jika tingkat pengungkapan tinggi maka
probabilitas opini audit yang diperoleh Kementerian/Lembaga (K/L) menjadi
semakin baik. Hal ini sesuai dengan Pasal 16 ayat 1 Undang-Undang Nomor 15
tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara. Pemberian opini didasarkan pada kriteria yaitu kesesuaian dengan standar
akuntansi pemerintahan, kecukupan pengungkapan (adequate disclosure),
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas sistem
pengendalian internal. Salah satu aspek penting untuk mendapatkan opini WTP
dari BPK adalah kepatuhan terhadap standar akuntansi. Namun, rata-rata tingkat
pengungkapan wajib laporan keuangan (mandatory disclosure) pada Catatan Atas
Laporan Keuangan (CaLK) pemerintah berdasarkan SAP masih rendah (Herawati
dan Susanto, 2009). Suhardjanti dan Yulianingtyas (2011) menyatakan bahwa
tingkat pengungkapan wajib laporan keuangan sebesar 30,85%. Martani dan
Lestiani (2012) menyatakan bahwa tingkat pengungkapan wajib laporan keuangan
sebesar 35,45%. Kemudian setyaningrum dan Syafitri (2012) menyebutkan bahwa
tingkat pengungkapan wajib laporan keuangan sebesar 52%.
Berdasarkan uraian di atas fenomena yang terjadi pada Kementrian/Lembaga
adalah opini WTP yang berfluktuasi namun tidak diimbangi dengan jumlah
8
temuan audit yang semakin meningkat pada periode tahun 2011-2015. Faktor-
faktor penurunan opini audit BPK atas hasil pemeriksaan LKKL disebabkan
karena hasil audit BPKmasih menemukan kelemahan SPI dan penyimpangan atas
kepatuhan terhadap perundang-undangan pada LKKL Kemudian peningkatan
opini audit BPK atas LKKL disebabkan karena Kementrian/Lembaga telah
melaksanakan perbaikan terhadap temuan audit yakni kelemahan-kelemahan pada
tahun sebelumnya (IHP BPK Semester 1 Tahun 2016). Perbaikan atau TLRHP
yang selesai ditindaklanjuti oleh Kementrian/Lembaga akan diungkapkan dalam
laporah tahunan. Hal ini akan menambah informasi laporan keuangan sehingga
berdampak pada meningkatnya kualitas laporan keuangan. Semakin andal
informasi yang diungkapkan pada laporan keuangan, maka probabilitas perolehan
opini WTP Kementrian/Lembaga akan semakin tinggi. Namun pada kenyataanya,
berdasarkan peneltian terdahulu menemukan bahwa tingkat pengungkapan wajib
laporan keuangan pemerintah pada Catatan atas Laporan Keuangan masih rendah,
yakni hanya pada kisaran 30-52% (Herawati dan Susanto, 2009); Suhardjanti dan
Yulianingtyas (2011); Martani dan Lestiani (2012); Setyaningrum dan Syafitri
(2012)).
Total aset sering digunakan untuk melihat pengaruh tingkat pengungkapan
laporan keuangan sebagai ukuran organisasi. Ukuran organisasi yang besar
menandakan memiliki sumber daya yang besar yang dapat digunakan untuk
melakukan pengungkapan yang lebih besar. Jumlah aset yang besar dapat menjadi
kendala dalam melaporkan laporan keuangan, karena belum semua aset yang
dimiliki oleh pemerintah dicatat dengan baik. Hal ini mengakibatkan pemerintah
9
perlu melakukan pengungkapkan lebih lanjut tentang daftar aset yang dimilikinya,
karena dituntut untuk melakukan transparansi atas pengelolaan keuangannya
sebagai bentuk akuntabilitas publik melalui pengungkapan informasi yang lebih
banyak dalam laporan keuangan (Setyowati, 2016).
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk membuktikan secara empiris
pengaruh variabel independen temuan audit (SPI, kepatuhan terhadap perundang-
undangan), TLRHP dan Total Aset melalui tingkat pengungkapan yang
memediasi variabel Indpenden terhadap opini audit. Dengan demikian judul
penelitian ini adalah “ Pengaruh Sistem Pengendalian Internal, Kepatuhan
terhadap perundang-undangan, Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil
Pemeriksaan dan Total Aset terhadap Opini Audit dengan Tingkat
Pengungkapan Pada Catatan Atas Laporan Keuangan Kementrian/Lembaga
Sebagai Variabel Intrvening”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas, maka masalah yang
dikemukakan dalam penelitain ini adalah:
1. Apakah temuan audit SPI periode sebelumnya berpengaruh positif terhadap
tingkat pengungkapan laporan keuangan?
2. Apakah temuan audit kepatuhan terhadap perundang-undangan periode
sebelumnya berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan laporan
keuangan?
10
3. Apakah tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaa (TLRHP) berpengaruh
positif terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan?
4. Apakah total aset berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan laporan
keuangan?
5. Apakah tingkat pengungkapan laporan keuangan berpengaruh positif terhadap
opini audit BPK?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris variabel tingkat
pengungkapan pada laporan keuangan Kementrian/Lembaga memediasi pengaruh
variabel independen SPI, kepatuhan terhadap perundang-undangan, tindak lanjut
rekomendasi hasil pemeriksaan dan total aset terhadap opini audit BPK.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris faktor-faktor
yang diduga mempengaruhi opini audit BPK atas LKKL melalui tingkat
pengungkapan pada laporan keuangan dengan mendasarkan Agency Theory dan
Signalling Theory.
1.4.2. Manfaat Praktis
Berdasarkan uraian latar belakang, maka penelitain ini diharapkan dapat memberi
manfaat praktis bagi pemerintah yaitu:
11
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi serta mendorong
Kementrian/Lembaga untuk mengungkapkan informasi pada laporan keungan
secara full disclosure sehingga dapat meningkatkan opini audit BPK.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
pengembangan literatur sektor publik terkait faktor-faktor yang mempengaruhi
opini audit BPK secara tidak langsung melalui tingkat pengungkapan pada
laporan keuangan.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Keagenan
Teori Keagenan adalah teori yang membahas perbedaan kepentingan antara agen
dan prinsipal. Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan bahwa hubungan
keagenan sebagai kontrak yang terjadi antara prinsipal dan agen. Hubungan
keagenan terjadi karena terdapat pendelegasian wewenang dari prinsipal kepada
agen dalam pengambilan keputusan. Pemisahan wewenang ini menimbulkan dua
permasalahan pokok yaitu asimetri informasi dan konflik kepentingan. Asimetri
informasi terjadi karena agen secara umum memiliki lebih banyak informasi
mengenai posisi keuangan dan posisi operasi entitas yang sebenarnya
dibandingkan dengan prinsipal. Hal ini menimbulkan konflik kepentingan akibat
ketidaksamaan tujuan, dimana agen tidak selalu bertindak sesuai dengan
kepentingan prinsipal.
Selain konflik agensi, Jensen dan Meckling (1976) juga menjelaskan terkait biaya
yang timbul akibat dari konfik agensi yang dikenal dengan biaya agensi (agency
cost). Biaya agensi tersebut yaitu: (i) The monitoring expenditures, (ii) The
bonding expenditures dan (iii) The residual loss. Audit atas laporan keuangan oleh
auditor independen dalam hal ini BPK termasuk kedalam bonding expenditures.
Hasil audit BPK akan mengurangi kesenjangan informasi antara pemerintah
(agen) dan Dewan Perwakilan Rakyat (Prinsipal).
13
Konflik agensi pada sektor publik dikemukakan oleh Zimmerman (1977) yang
menyatakan bahwa pemerintah sebagai agen mendapatkan mandat dari rakyat
sebagai prinsipal, berkewajiban untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah
diamanatkan oleh rakyat kepadanya. Pertanggungjawaban pemerintah kepada
rakyat dalam hal penggunaan keuangan negara adalah dengan membuat suatu
laporan keuangan.
Kementrian/Lembaga sebagai bagian dari pemerintah (agen) bertanggungjawab
menyampaikan laporan keuangan atas pengelolaan keuangan negara kepada
rakyat (prinsipal) yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Laporan Keuangan
harus disampaikan kepada DPR selambat-lambatnya 6 bulan setelah tahun
anggaran dan telah diaudit oleh BPK. Audit BPK bertujuan untuk menjaga dan
memastikan pengelolaan keuangan negara telah dilaksanakan dengan tepat, sesuai
SAP dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, transparan, akuntabel dan
digunakan untuk kesejahteraan rakyat. Arifin dan Fitriasari (2014) menyatakan
bahwa agar laporan keuangan mudah dipahami oleh rakyat maka pemerintah
harus memberikan pengungkapan yang wajar atas segala sesuatu yang berkaitan
dengan keuangan negara. Pengungkapan atas laporan keuangan tersebut
dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan pemerintah. Selain itu, dengan
pengungkapan full disclosure, potensi temuan audit oleh BPK ditahun sebelumnya
tidak terulang kembali sehingga meningkatkan probabilitas pemberian opini WTP
oleh BPK.
14
2.2 Teori Signalling
Teori signalling terbentuk untuk mengurangi asimetri informasi antara agen dan
prinsipal, dimana agen yang memiliki informasi lebih baik terdorong untuk
menyampaikan informasi tersebut kepada prinsipal (Ross, 1977). Arifin dan
Fitriasari (2014) menyatakan bahwa pemerintah akan memberikan sinyal kepada
masyarakat dengan cara memberikan laporan keuangan yang berkualitas,
peningkatan sistem pengendalian intern dan pengungkapan yang lengkap.
Kualitas Laporan Keuangan yang baik tercermin dari semakin tingginya tingkat
pengungkapan laporan keuangan. Jika tingkat pengungkapan tinggi maka
probabilitas opini audit yang diperoleh Kementrian/Lembaga menjadi semakin
baik (Sari et al, 2015), yang berdampak pada meningkatnya kepercayaan rakyat
terhadap kinerja pemerintah.
2.3 Sistem Pengendalian Internal
Sistem Pengendalian Internal (SPI) menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 60 tahun 2008 adalah proses integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai
untuk memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi
melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
COSO (1992) dalam laporannya menyebutkan rumusan pengendalian internal
sebagai berikut:
15
“Internal control is process, effected by an entity’s board of directors, management and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in following categories : effectiveness and efficiency of operations, reliability of financial reporting and compliance with applicable laws and regulations”.
Struktur pengendalian internal COSO dikenal sebagai kerangka kerja
pengendalian internal yang terintegrasi (COSO – Internal Control – Integrated
(Framework) yang terdiri dari lima komponen antara lain lingkungan
pengendalian (control environment), penilaian resiko (risk assesment), aktivitas
pengendalian (control activities), informasi dan komunikasi (information and
communication), pemantauan (monitoring).
Aren et al. (2008) menyatakan bahwa pengendalian internal didesain untuk
memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan
yaitu keandalan pelaporan keuangan, efekivitas dan efisiensi operasi, serta
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Sementara menurut
D’aquila dan Jill (1998) tujuan utama internal kontrol adalah untuk memberikan
keyakinan yang memadai mengenai kualitas pelaporan keuangan .
Mahaputra dan Putra (2014) menyatakan bahwa Sistem Pengendalian Intern
memiliki fungsi untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya
efektifitas dan efisiensi dalam proses akuntansi terutama dalam menciptakan
keandalan laporan keuangan. Keandalan laporan keuangan juga ditentukan dengan
melakukan pengungkapan yang sebaik-baiknya yang tujuan akhirnya adalah
meningkatkatkan kualitas laporan keuangan. Menurut Munawar et al. (2016)
temuan audit atas SPI adalah hasil audit yang menjelaskan semua hal yang
16
berkaitan dengan kelemahan dalam pengendalian intern atas pelaporan keuangan
yang dianggap sebagai kondisi yang dapat dilaporkan. Selanjutnya berdasarkan
IHP semester II tahun 2012 BPK dijelaskan bahwa temuan audit berupa
kelemahan atas SPI dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu: kelemahan sistem
pengendalian akuntansi dan pelaporan, kelemahan sistem pengendalian
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja, serta kelemahan struktur
pengendalian intern.
BPK memiliki tugas untuk memberikan opini atas laporan keuangan pemerintah
pusat dan daerah. Opini tersebut salah satunya didasarkan pada kriteria efektivitas
sistem pengendalian internal. Dalam melaporkan kelemahan pengendalian internal
atas pelaporan keuangan, BPK harus dapat mengidentifikasi “kondisi yang dapat
dilaporkan” yang secara sendiri-sendiri maupun kumulatif merupakan kelemahan
yang material. Pemeriksa harus menempatkan identifikasi tersebut menjadi suatu
temuan dalam perspektif yang wajar (Peraturan BPK RI Nomor 01 Tahun, 2007).
Untuk memberikan dasar bagi pengguna laporan hasil pemeriksaan dalam
mempertimbangkan kejadian dan konsekuensi kondisi tersebut, hal yang
diidentifikasi harus dihubungkan dengan hasil pemeriksaan secara keseluruhan.
Sejalan dengan definisi wajar menurut standar pemeriksaan tersebut, auditor BPK
diharuskan menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam menentukan
apakah telah terjadi kasus kelemahan pengendalian internal atau tidak, serta
apakah temuan tersebut dirasa cukup material untuk dilaporkan atau tidak.
17
Beberapa contoh “kondisi yang dapat dilaporkan” tersebut seperti yang
dirumuskan dalam SPAP antar lain:
1. Tidak ada pemisahan tugas yang memadai sesuai dengan tujuan pengendalian
yang layak;
2. Tidak ada reviu dan persetujuan yang memadai untuk transaksi pencatatan
akuntansi atau output dari suatu sistem;
3. Tidak memadainya berbagai persyaratan untuk pengamanan aktiva;
4. Bukti kelalaian yang mengakibatkan kerugian, kerusakan, atau penggelapan
aktiva;
5. Bukti bahwa suatu sistem gagal menghasilkan output yang lengkap dan
cermat sesuai dengan tujuan pengendalian yang ditentukan oleh entitas yang
diperiksa, karena kesalahan penerapan prosedur pengendalian;
6. Bukti adanya kesengajaan mengabaikan pengendalian internal oleh orang-
orang yang mempunyai wewenang, sehingga menyebabkan kegagalan tujuan
menyeluruh sistem tersebut;
7. Bukti kegagalan untuk menjalankan tugas yang menjadi bagian dari
pengendalian internal, seperti tidak dibuatnya rekonsiliasi atau pembuatan
rekonsiliasi tidak tepat waktu;
8. Kelemahan dalam lingkungan pengendalian, seperti tidak adanya tingkat
kesadaran yang memadai tentang pengendalian dalam organisasi tersebut;
9. Kelemahan yang signifikan dalam disain atau pelaksanaan pengendalian
internal yang dapat mengakibatkan pelanggaran ketentuan peraturan
18
perundang-undangan yang berdampak langsung dan material atas laporan
keuangan;
10. Kegagalan untuk melakukan tindak lanjut dan membentuk sistem informasi
tindak lanjut untuk secara sistematis dan tepat waktu memperbaiki
kekurangan-kekurangan dalam pengendalian internal yang sebelumnya telah
diketahui.
Kondisi-kondisi tersebut mempengaruhi jumlah temuan audit atas kasus
kelemahan SPI yang berakibat pada level efektivitas SPI, hal ini yang kemudian
dijadikan dasar dalam penentuan pemberian opini. Dalam penelitian ini temuan
audit diukur dengan banyaknya jumlah temuan/kasus kelemahan SPI merujuk
pada penelitian Sari et al. (2015).
2.4 Kepatuhan Terhadap Perundang-undangan
Pelaksanaan pemeriksaan laporan keuangan oleh BPK berpedoman pada Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan dalam Peraturan BPK
Nomor 1 tahun 2007. Berdasarkan SPKN, Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas
laporan keuangan harus mengungkapkan bahwa pemeriksa telah melakukan
pengujian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan.
Selanjutnya, dalam pelaksanaan pemeriksaan laporan keuangan, auditor
diharuskan membuat suatu laporan audit yang menyatakan apakah laporan
keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia (SAP) atau prinsip akuntansi yang berlaku umum secara komprehensif
19
(SAP Pernyataan Nomor 03). Standar pemeriksaan menetapkan standar pelaporan
tambahan sebagai berikut: (i) Pernyataan kepatuhan terhadap Standar
Pemeriksaan, (ii) Pelaporan tentang kepatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan, (iii) Pelaporan tentang pengendalian internal. Salah satu
hasil pemeriksaan atas laporan keuangan laporan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan. Auditor harus merancang untuk memberikan keyakinan
yang memadai guna mendeteksi salah saji material yang disebabkan oleh
ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang berpengaruh
langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan .
Berdasarkan IHP BPK Semester 1 Tahun 2016, temuan audit penyimpangan
kepatuhan terhadap perundang-undangan dapat berupa ketidakpatuhan entitas
terhadap ketentuan perundang-undangan sehingga mengakibatkan: kerugian
negara/daerah/perusahaan, potensi kerugian negara/daerah/perusahaan,
kekurangan penerimaan, kelemahan administrasi, ketidakhematan,
ketidakefisienan, dan ketidakefektifan. Ketidakpatuhan yang bersifat material dan
mempengaruhi kewajaran laporan keuangan menjadi salah satu kriteria dalam
penentuan opini.
Sipahutar dan Khairani (2013) menyatakan bahwa tingkat kepatuhan entitas
terhadap peraturan perundang-undangan maupun kesesuaian penyajian laporan
keuangan entitas mempengaruhi pemberian opini oleh auditor. Kemudian Fatimah
et al. (2014) menyatakan bahwa selain sistem pengendalian intern, auditor juga
20
mempertimbangkan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
dalam melakukan pemeriksaannya.
Temuan audit kepatuhan terhadap perundang-undangan merupakan
penyimpangan, pelanggaran atau ketidakwajaran yang ditemukan oleh auditor
berdasarkan hasil pemeriksaan. Handayani (2010), Martani dan Annisa (2012)
menemukan bahwa tingkat penyimpangan berhubungan negatif signifikan
terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan. Hal ini menunjukan bahwa jika
terdapat tingkat penyimpangan yang tinggi pemerintah cenderung untuk
menutupinya yang mengakibatkan tingkat pengungkapan laporan keuanganya
rendah. Temuan audit berupa penyimpangan kepatuhan terhadap perundang-
undangan pada penelitian ini diukur dengan banyaknya jumlah temuan/kasus
ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan mengacu pada penalitian Fatimah
et al. (2014) dan Sari et al. (2015).
2.5 Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan
Undang - Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara menyatakan definisi rekomendasi sebagai
saran dari pemeriksa dengan dasar hasil pemeriksaan yang telah dilaksanakan,
yang ditunjukan kepada orang dan/atau badan yang berwenang agar dilakukan
tindakan dan/ atau perbaikan. Pejabat wajib menindaklanjuti rekomendasi dengan
jawaban dan penjelasan kepada BPK paling lambat 60 hari setelah hasil laporan
pemeriksaan diterima. Menurut Peraturan BPK Nomor 2 tahun 2017 tentang
Pemantauan Pelaksanaan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan Badan
21
Pemeriksa Keuangan, pemantauan tindak lanjut dan hasil pemantauan tindak
lanjut diberitahukan kepada lembaga perwakilan dalam hasil pemeriksaan
semester. Pejabat yang tidak melaksanakan tindak lanjut rekomendasi akan
dikenai sanksi administratif sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
Pemantauan tindak lanjut atas rekomendasi hasil pemeriksaan merupakan
serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sistematis untuk menentukan apakah
pejabat yang berwenang telah melaksanakan rekomendasi hasil pemeriksaan
dalam batas waktu yang telah ditentukan. BPK selanjutnya melakukan telaah atas
jawaban atau penjelasan yang diterima dari pejabat yang diperiksa dan/atau yang
bertanggungjawab. Berdasarkan peraturan BPK nomor 2 tahun 2017 tentang
Pemantauan Pelaksanaan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan BPK,
hasil penelaahan diklasifikasi dalam empat status yaitu: (i) tindak lanjut telah
sesuai dengan rekomendasi, (ii) tindak lanjut belum sesuai dengan rekomendasi,
(iii) rekomendasi belum ditindaklanjuti, (iv) rekomendasi tidak dapat
ditindaklanjuti.
Tindak lanjut sesuai rekomendasi merupakan proses upaya perbaikan pada
rekomendasi yang diberikan atas audit yang dilakukan oleh BPK ditahun
sebelumnya, sehingga dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan di tahun
berikutnya. Perbaikan-perbaikan kelemahan dalam pengelolaan keuangan negara
akan meningkatkan kualitas laporan keuangan. Hartanto (2015) menyatakan
bahwa penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan menjadi salah satu bahan
22
pertimbangan bagi auditor untuk menentukan opini audit pada LKPD ditahun
selanjutya.
Rekomendasi BPK secara umum dapat ditindaklanjuti dengan cara penyetoran
uang/aset ke negara/daerah/perusahaan atau melengkapi pekerjaan/barang,
tindakan administratif berupa pemberian peringatan, teguran, dan/atau sanksi
kepada para penanggungjawab dan/atau pelaksana kegiatan. Tindakan
administratif juga dapat berupa tindakan koreksi atas penatausahaan keuangan
negara/daerah/perusahaan, melengkapi bukti pertanggungjawaban, dan perbaikan
atas sebagian atau seluruh sistem pengendalian internal (IHPSI, 2016).
Laporan tindak lanjut hasil temuan dan rekomendasi dalam laporan pemeriksaan
menunjukkan kualitas dari laporan hasil pemeriksaan dan menjadi efektif jika
rekomendasi tersebut dilaksanakan oleh organisasi yang diperiksa (Dwiputrianti,
2008). Pembetulan setelah proses audit merupakan suatu bentuk tanggung jawab
Kementrian/Lembaga atas kesalahan dalam pertanggungjawaban keuangan
publik. Liu dan Lin (2012).menyatakan bahwa dengan adanya pembetulan maka
temuan audit dapat bermanfaat untuk menciptakan akuntabilitas dalam proses
audit pemerintahan demi terciptanya akuntabilitas.
2.6 Total Aset
Total aset dalam suatu entitas menggambarkan ukuran suatu entitas. Dalam
pemerintahan total aset merupakan suatu ukuran pemerintah. Semakin besar
ukuran pemerintah maka akan semakin kompleks permasalahan yang dihadapi
dalam pemerintah. Ukuran pemerintah diukur dalam berbagai cara. Beberapa ahli
23
mengukur ukuran dengan pendapatan tahunan lainnya dengan jumlah karyawan
penuh-waktu atau pangsa pasar (Patrick, 2007). Suhardjanto dan Yulianingtyas
(2011) menyatakan bahwa Pemerintah Daerah dengan total aset yang lebih besar
akan lebih kompleks dalam menjaga dan mengelola asetnya. Konsekuensinya,
Pemerintah Daerah perlu mengungkapkan lebih lanjut tentang daftar aset yang
dimiliki, pemeliharaan, dan pengelolaannya. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah
tersebut akan memberikan perhatian yang lebih tinggi dalam pengungkapan sesuai
dengan standar akuntansi (Patrick, 2007).
Berdasarkan teori agensi, pihak prinsipal mendelegasikan suatu pekerjaan kepada
pihak agen yang melaksanakan pekerjaan tersebut.Dalam konteks organisasi
pemerintahan, rakyat memberikan mandat kepada pemerintah sebagai agen untuk
menjalankan tugas pemerintahan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Semakin besar ukuran pemerintah maka semakin besar pula sorotan dari
masyarakat dan politisi terhadap yang dilakukan pemerintah daerah dalam
pengelolaan aset sehingga pemerintah daerah sebagai agen menyajikan laporan
keuangannya secara lengkap sebagai upaya peningkatan transparansi dan
mengurangi asimetri informasi. Giroux dan McLelland (2003) menyatakan bahwa
semakin besar ukuran, pemerintah daerah akan menanggung akuntabilitas yang
lebih besar sehingga permintaan terhadap informasi keuangan pemerintah
meningkat.
24
2.7. Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan menyatakan bahwa laporan keuangan pemerintah terdiri
dari Laporan Pelaksanaan Anggaran, Laporan Finansial dan Catatan atas Laporan
Keuangan ( CaLK). Laporan Pelaksanaaan Anggaran terdiri dari Laporan
Realsisasi Anggaran (LRA) dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
(SAL). Laporan Finansial terdiri dari Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan
Arus Kas (LAK) dan Laporan Perubahan Equitas (LPE).
PP Nomor 71 Tahun 2010 Pernyataan 04 menyatakan bahwa Catatan atas
Laporan Keuangan (CaLK) merupakan laporan yang merinci atau menjelaskan
lebih lanjut atas pos-pos laporan pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial
dan merupakan laporan yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan. Catatan
atas Laporan Keuangan (CaLK) sebagai salah satu komponen utama yang tidak
terpisahkan dalam laporan keuangan bertujuan untuk meningkatkan transparansi
laporan keuangan dan penyediaan pemahaman yang lebih baik atas informasi
keuangan pemerintah bagi pengguna. Selain itu, CaLK dimaksudkan agar laporan
keuangan dapat dipahami secara luas, tidak terbatas hanya untuk pembaca tertentu
ataupun manajemen entitas pelaporan. Laporan keuangan mungkin mengandung
informasi yang dapat mempunyai potensi kesalahpahaman diantara pembacanya.
Olehkarena itu, untuk menghindari kesalahpahaman atas sajian laporan keuangan
harus dibuat CaLK yang berisi informasi yang memudahkan pengguna dalam
memahami laporan keuangan (PP Nomor 71 2010 pernyataan 04).
25
Menurut Arifin dan Fitriasari (2014), Informasi yang diungkapkan dalam laporan
tahunan entitas dikelompokkan menjadi dua jenis: (i) pengungkapan wajib dan (ii)
sukarela. Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan informasi yang
diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Konten terdiri dari pengenalan
organisasi, informasi keuangan dasar, informasi struktur organisasi, transaksi
yang signifikan, dan penjelasan item-item penting. Pada pemerintahan
pengungkapan wajib laporan keuangan harus sesuai dengan SAP. Pengungkapan
sukarela merupakan pengungkapan informasi yang dilakukan secara sukarela
tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Konten terdiri dari strategi
organisasi, rencana penelitian dan pengembangan, prediksi informasi, analisis
proyek investasi, analisis informasi keuangan, pembelian dan informasi merger.
Pengungkapan menurut Evans (2003) dalam Suwardjono (2005) diklasifikasikan
menjadi 3 tingkat, yaitu:
a. Pengungkapan memadai (adequate disclosure) merupakan tingkat minimum
yang harus dipenuhi agar statement keuangan secara keseluruhan tidak
menyesatkan untuk kepentingan pengambilan keputusan yang terarah.
b. Pengungkapan wajar (fair or ethical disclosure) merupakan tingkat yang harus
dicapai agar semua pihak mendapat perlakuan atau pelayanan informasi yang
sama.
c. Tingkat penuh (full disclosure) menuntut penyajian secara penuh semua
informasi yang berpaut dengan pengambilan keputusan.
26
Definisi disclousure menurut Siegel dan Shim (1994) adalah pengungkapan atas
informasi yang diberikan sebagai lampiran pada laporan keuangan sebagai catatan
kaki atau tambahan. Informasi ini menyediakan penjelasan yang lebih lengkap
mengenai posisi keuangan, hasil operasi, dan kebijakan perusahaan.
Pengungkapan lengkap (full disclosure) Laporan keuangan pemerintah dijelaskan
dalam PP 71 Tahun 2010 yaitu menyajikan secara lengkap informasi yang
dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan pengguna laporan
keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan
atau Catatan atas Laporan Keuangan.
Pengungkapan yang menjadi dasar dalam penelitian ini adalah pengungkapan
wajib yang secara rinci tertuang dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP 05) sampai dengan (PSAP 09) sebanyak 35 item sebagai
berikut:
1. Pernyataan Standar Akuntansi Nomor 05 Akuntansi Persedian:
a. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan;
b. Penjelasan lebih lanjut persediaan;
c. kondisi persediaan;
2. Pernyataan Standar Akuntansi Nomor 06 akuntansi investasi yaitu:
a. Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi;
b. Jenis-jenis Investasi (Permanen dan Non Permanen);
c. Perubahan harga pasar baik investasi jangka pendek maupun investasi
jangka panjang;
d. Penurunan Nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan tersebut;
27
e. investasi yang dinilai dengan wajar;
f. Perubahan pos investasi;
3. Pernyataan Standar Akuntansi Nomor 07 Akuntansi Aset Tetap:
a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat;
b. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode (Penambahan,
pelepasan, akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, mutasi aset tetap
lainnya);
c. Informasi penyusutan (nilai penyusutan, metode penyusutan, masa manfaat
atau tarif penyusutan, nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada
awal dan akhir periode);
d. Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap;
e. Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset tetap;
f. Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam kontruksi;
g. Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap;
h. Tanggal efektif penilaian kembali;
i. Jika ada, nama penilai independen;
j. Hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya;
k. Nilai tercatat setiap aset tetap;
l. Aset Bersejarah;
4. Pernyataan Standar Akuntansi Nomor 08 Kontruksi Dalam Pengerjaan:
a. Rincian Kontrak kontruksi dalam pengerjaan berikut tingkat penyelesaian
dan jangka waktu penyelesainnya;
b. Nilai kontrak kontruksi dan sumber pembiayaan;
28
c. Jumlah biaya yang telah dikeluarkan;
d. Uang muka kerja yang diberikan;
e. Retensi.
5. Pernyataan Standar Akuntansi Nomor 09 Akuntansi Kewajiban:
a. Daftar skedul hutang
b. Jumlah kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang diklasifikasikan
berdasarkan pemberi pinjaman;
c. Jumlah saldo kewajiban berupa utang pemerintah berdasarkan jenis
sekuritas utang pemerintah dan jatuh temponya;
d. Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat bunga
yang berlaku;
e. Konsekunesi dilakukannya penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo;
f. Perjanjian Restrukturisasi utang;
g. Jumlah tunggakan pinjaman yang disajikan dalam bentuk daftar umur utang
berdasarkan kreditur;
h. Biaya Pinjaman
2.8 Opini Audit Badan Pemeriksa Keuangan
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya BPK berhak menyatakan opini sebagai
kesimpulan pemeriksaan keuangan yang telah dilakukan atas laporan keuangan.
Berdasarkan Pasal 16 ayat (1) UU Nomor 15 tahun 2004 tentang Badan
Pemeriksaan Keuangan mendefinisikan opini merupakan pernyataan profesional
sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi keuangan
yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria:
29
1. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintah;
2. Kecukupan pengungkapan (adequate disclosures);
3. Kepatuhan terhadap peraturan perundang–undangan;dan
4. Efektivitas Sistem Pengendalian Internal.
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 pasal 16 ayat (1) tentang Badan
Pemeriksaan Keuangan, BPK memberikan empat jenis pemberian opini yaitu:
1. Opini Wajar Tanpa Pengecualian – WTP (unqualified opinion), termasuk di
dalamnya opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan – WTP-
DPP (unqualified opinion with modified wording); opini wajar tanpa
pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan telah disajikan dan
diungkapkan secara wajar dalam semua hal yang material dan informasi
keuangan dalam laporan keuangan dapat digunakan oleh para pengguna
laporan keuangan .
2. Opini Wajar Dengan Pengecualian – WDP (qualified opinion); opini wajar
dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan telah disajikan dan
diungkapkan secara wajar dalam semua hal yang material, kecuali untuk
dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan, sehingga
informasi keuangan dalam laporan keuangan yang tidak dikecualikan dalam
opini pemeriksa dapat digunakan oleh para pengguna kaporan keuangan .
3. Opini Tidak Wajar – TW (adverse opinion); opini tidak wajar menyatakan
bahwa laporan keuangan tidak disajikan dan diungkapkan secara wajar dalam
semua hal yang material, sehingga informasi keuangan dalam laporan
keuangan tidak dapat digunakan oleh para pengguna laporan keuangan .
30
4. Pernyataan menolak memberikan opini atau Tidak Memberikan Pendapat –
TMP (disclaimer of opinion); pernyataan menolak memberikan opini
menyatakan bahwa laporan keuangan tidak dapat diperiksa sesuai dengan
standar pemeriksaan. Dengan kata lain, pemeriksa tidak dapat memberikan
keyakinan bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, sehingga
informasi keuangan dalam laporan keuangan tidak dapat digunakan oleh para
pengguna laporan keuangan.
2.9. Laporan Keuangan Kementrian/Lembaga
Laporan keuangan memiliki peran yang besar dalam mengungkapkan informasi
secara transparan dan akuntabel. Tujuanya adalah untuk mengurangi gap dan
mengurangi peluang terjadinya asimetri informasi antara agen dan prinsipal guna
meminimalisasi agency problem (Handayani, 2010). Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP), mendefinisakan bahwa laporan keuangan merupakan laporan yang
terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh
suatu entitas pelaporan. Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri
dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban berupa
laporan keuangan yang bertujuan umum. Entitas penyusun laporan keuangan
terdiri dari: (i) Pemerintah pusat, (ii) Pemerintah daerah, (iii) Masing-masing
kementerian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah pusat dan (iv) Satuan
organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika
31
menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib
menyajikan laporan keuangan
Dalam penyusunan laporan keuangan, sekurang-kurangnya entitas harus
menyajikan komponen-komponen pokok yang telah ditatapkan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) yaitu: (1) Laporan Realisasi Anggaran (LRA); (2) Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL); (3) Neraca; (4)
Laporan Operasional (LO); (5) Laporan Arus Kas (LAK); (6) Laporan Perubahan
Ekuitas (LPE); (7) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Nordiawan dan Ayuningtyas (2011) menyatakan bahwa terdapat delapan prinsip
yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah yaitu:
1. Basis Akuntansi
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah
merupakan basis untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam
laporan realisasi anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aktiva, kewajiban
dan entitas dalam neraca.
2. Prinsip Nilai Historis
Aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas atau setara kas yang dibayar atau
sebesar nilai wajar dari imbalan untuk memperoleh aktiva tersebut pada saat
perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang
diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dimasa yang akan
datang dalam kegiatan pemerintahan.
32
3. Prinsip Realisasi
Pendapatan yang tersedia yang telah diotorisasikan melalui anggaran
pemerintah selama satu tahun fiskal yang digunakan untuk membayar utang
dan belanja dalam periode tersebut.
4. Prinsip Substansi Mengungguli Bentuk Formal
Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi atau
peristiwa lain yang seharusnya disajikan. Maka transaksi atau peristiwa lain
tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas
ekonomi dan bukan hanya aspek formalitasnya saja, hal tersebut harus
diungkapkan dengan jelas pada CaLK.
5. Prinsip Periodesitas
Kegiatan akuntansi dan Laporan Keuangan entitas pelaporan perlu dibagi
menjadi periode-periode pelaporan, sehingga kinerja entitas dapat diukur dan
posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan.
6. Prinsip konsistensi
Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang seharusnya
serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan.
7. Prinsip Pengungkapan Lengkap
Laporan Keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh
pengguna. Informasi-informasi tersebut dapat ditempatkan pada lembar muka
Laporan Keuangan atau dalam CaLK.
33
8. Prinsip Penyajian Wajar
Faktor pertimbangan sehat bagi penyusun laporan keuangan diperlukan ketika
menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian
seperti itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dengan
menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan Laporan Keuangan.
Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian sehingga aset atau
pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan
terlalu rendah.
Laporan keuangan sektor publik merupakan komponen penting untuk
menciptakan akuntabilitas sektor publik (Mardiasmo, 2009). Tuntutan yang besar
terhadap akuntabilitas publik berimplikasi pada manajemen publik untuk memberi
informasi kepada publik, salah satunya adalah informasi akuntansi yang berupa
laporan keuangan. Akuntansi dan laporan keuangan mengandung pengertian
sebagai suatu proses pengumpulan, pengolahan, dan pengkomunikasian informasi
yang bermanfaat untuk pembuat keputusan dan untuk menilai kinerja organisasi.
Tujuan utama akuntansi dan laporan keungan bagi pemerintah adalah:
1. Memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan ekonomi,
sosial, politik serta sebagai bukti pertanggungjawaban dan pengelolaan
keuangan Negara;
2. Memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial
dan organisasional.
34
Kementerian/Lembaga selaku pengguna anggaran dan barang menyelenggarakan
akuntansi atas transaksi keuangan dan barang yang berada dalam tanggung
jawabnya. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang
menetapkan Sistem Akuntansi dan Pelaporan keuangan Negara serta mengatur
Pengelolaan Anggaran dan Barang Milik Negara. Menteri Keuangan juga
menghimpun laporan keuangan dan Laporan Barang dari seluruh K/L untuk
menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) sebagai bentuk
pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan anggaran dan barang.
2.10. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu mengenai SPI dan kepatuhan terhadap perundang-
undangan, tindak rekomendasi hasil pemeriksaan, total aset, tingkat
pengungkapan dan opini audit BPK atas laporan keuangan pemerintah dirangkum
dalam Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti dan
Tahun Penelitian
Variabel Hasil Penelitian
1 Ingram (1984) coalition of voters, administrative selection process, managementincentive. alternative information source, Disclosure
Tingkat pengungkapan berhubungan positif dan signifikan dengan coalition of voters, administrative selection process, dan management incentive. Sedangkan faktor alternative information source mempunyai hubungan negatif dengan tingkat pengungkapan.
2 Robbins dan Austin (1986)
Kekokohan prosedur pengindeksan sederhana dalam mengevaluasi faktor
independen yang secara signifikan terkait dengan indeks sederhana dari kualitas pengungkapan juga
35
penentu kualitas pengungkapan laporan keuangan pemerintah yang dibandingkan dengan indeks compound
secara signifikan terkait dengan indeks compound.
3 Handayani (2010)
Kekayaan daerah, kompleksitas pemerintah, Tingkat penyimpangan, Jumlah temuan, tingkat ketergantungan danjenis daerah, pengungkapan laporan keuangan.
Kekayaan daerah dan kompleksitas pemerintahan berhubungan positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan. Tingkat penyimpangan berhubungan negatif signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan. Jumlah temuan berhubungan positif terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan, serta tingkat ketergantungan dan jenis daerah mempunyai hubungan yang tidak signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan.
4 Martani dan Annisa (2012)
Karakteristik pemerintah daerah, temuan audit dan pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah
Tingkat pengungkapan pemerintah daerah di Indonesia pada tahun 2006 masih rendah sebesar 35,45% dari standar yang telah ditetapkan dalam SAP. Wealth, populasi penduduk, dan temuan audit memiliki korelasi positif dengan pengungkapan laporan keuangan. Jenis pemerintah daerah dan ketergantungan pemerintah daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah.
5 Hilmi dan Martani (2012)
Tingkat pengungkapan, jumlah
Kekayaan daerah berpengaruh positif terhadap
36
penduduk dan tingkat penyimpangan
tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah provinsi. Jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah provinsi. Tingkat penyimpangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan.
6 Fatimah et al. (2014)
Opini audit BPK atas LKPD, SPI, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, opini audit tahun sebelumnya dan umur Pemerintah Daerah
Kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan (SPAP), ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang mengakibatkan kasus kerugian daerah/perusahaan dan penyimpangan administrasi berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini WTP. Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini WTP
7 Arifin dan Fitriasari (2014)
Pengungkapan laporan keuangan Kementerian/Lembaga, karakteristik organisasi dan hasil audit BPK
Ukuran organisasi dan jenis organisasi memiliki pengaruh yang positif terhadap tingkat pengungkapam laporan keuangan kementerian/lembaga. Jumlah satuan kerja, jumlah temuan audit, dan tingkat penyimpangan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan kementerian/lembaga.
8 Mahaputra dan Putra (2014)
Kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, sistem pengendalian
Kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, sistem pengendalian intern, dan
37
intern, dan standar akuntansi pemerintahan, kualitas informasi pelaporan keuangan
standar akuntansi pemerintahan berpengaruh positif sinifikan terhadap kualitas informasi pelaporan keuangan.
9 Khasanah dan Raharjo (2014)
Karakteristik, kompleksitas,temuan audit dan tingkat pengungkapan laporan keuangan Pemerintah Daerah
Total aset dari kategori karakteristik pemerintah dan jumlah SKPD dari kategori kompleksitas pemerintah menunjukkan adanya pengaruh signifikan. Variabel lainnya seperti kekayaan daerah (PAD), tingkat ketergantungan, umur pemerintah daerah, ukuran legislatif dan temuan audit terbukti tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah periode 2010-2012
10 Atmaja dan Probohudon (2015)
Opini BPK, SPI, kepatuhan terhadap perundang-undangan
Kelemahan Sistem Pengedalian Akuntansi dan Pelaporan (KSPAP) dan kelemahan Sistem Pengendalian Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja (KSPPAPB) berpengaruh negatif, Kelemahan Struktur Pengendalian Internal (KstPI) tidak berpengaruh terhadap pemberian opini BPK atas kewajaran laporan keuangan, kepatuhan terhadap perundang-undangan berpengaruh negatif terhadap opini yaitu temuan yang mengakibatkan kerugian daerah, potensi kerugian daerah, penyimpangan administrasi, dan ketidakhematan. Temuan kepatuhan terhadap
38
peraturan perundang-undangan lainnya tidak berpengaruh, Temuan kerugian negara dan nilai kerugian negara berpengaruh negatif pada pemberian opini BPK.
11 Waliyyani dan Mahmud (2015)
Karakteristik pemerintah (umur, size, temuan audit, leverage, dan intergovernmental revenue) dan tingkat pengungkapan Laporan Keuangan
secara parsial variabel umur pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah, sedangkan variabel size, temuan audit, leverage, dan intergovernmental revenue tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah.
12 Sari et al. (2015) Temuan kelemahan SPI, tindak lanjut hasil pemeriksaan, kapasitas operator serta latar belakang pendidikan pimpinan Kementrian/Lembaga, tingkat pengungkapan dan opini audit BPK.
Adanya pengaruh tidak langsung temuan audit, tindak lanjut hasil pemeriksaan, kapasitas operator pengelola keuangan terhadap opini audit melalui tingkat pengungkapan laporan keuangan sebagai variabel intervening adalah positif dan signifikan.
2.11. Pengembangan Hipotesis 2.11.1 SPI dan Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) Pernyataan No. 04 menyatakan bahwa tujuan CaLK adalah
untuk meningkatkan transparansi laporan keuangan dan penyediaan pemahaman
yang baik atas informasi keuangan pemerintah guna menghindari kesalahpahaman
oleh pengguna. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menyajikan
pengungkapan-pengungkapan informasi yang dianjurkan dalam SAP serta
39
pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperuntukan dalam rangka penyajian
laporan keuangan yang wajar. Salah satu informasi yang termasuk pengungkapan
lainnya dalam CaLK adalah pengungkapan kepentingan pemerintah dalam
perusahaan negara/ daerah/ lainnya, jumlah penyertaan yang diberikan, tingkat
pengendalian dan metode penilaian. Dalam SAP juga disebutkan bahwa
pengungkapan dalam arti yang seluas-luasnya, meliputi pos-pos yang disajikan
dalam setiap lembar muka (on the face) laporan keuangan maupun dalam CaLK.
Mahaputra dan Putra (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa SPI
berpengaruh positif terhadap kualitas informasi laporan keuangan. Jadi jika
terdapat kelemahan dalam SPI yang berdasarkan temuan BPK, maka diharapkan
pemerintah dapat melakukan perbaikan sesuai rekomendasi dan dapat
mengungkapkanya dengan baik pada laporan keuangan selanjutnya. Herawati
(2014) juga menemukan bahwa adanya pengaruh positif antara SPI terhadap
kualitas laporan keuangan. Perbaikan atas temuan audit BPK atas LKKL berupa
kelemahan SPI tahun sebelumnya meningktakan opini yang dikeluarkan oleh
BPK atas beberapa Kementrian/Lembaga (IHPS I BPK, 2016). Perbaikan tersebut
diungkapkan pada laporan tahunan periode laporan keuangan berikutnya. Temuan
kelemahan SPI pada tahun sebelumnya menjadi bahan evaluasi dan mendorong
Kementrian/Lembaga untuk mengungkapkan informasi secara full disclosure pada
laporan keuangan tahun beikutnya dalam CaLK.
40
Berdasarkan uraian di atas dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
H1: Temuan audit SPI periode sebelumnya berpengaruh positif terhadap tingkat
pengungkapan laporan keuangan.
2.11.2. Kepatuhan Terhadap Perundang-undangan dan Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) disebutkan bahwa penyusunan laporan
keuangan pada sektor publik harus memenuhi kaidah-kaidah yang telah
ditentukan dalam SAP. Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh entitas
pelapor terhadap perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dalam hal ini
(SAP) menimbulkan dampak negatif terhadap penyajian laporan keuangan yang
berkualitas.
Laporan keuangan yang berkualitas harus memenuhi karakteristik kualitatif
laporan keuangan yaitu: (i) relevan, (ii) andal, (iii) dapat dibandingkan dan (iv)
dapat dipahami. Temuan kepatuhan terhadap perundang-undangan pada laporan
keuangan tentu saja melanggar kaidah-kaidah yang telah ditetapkan dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan atau hukum yang berlaku di
Indonesia sehingga berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. Selain itu
temuan audit atas kepatuhan terhadap perundang-undangan menunjukkan bahwa
entitas belum sepenuhnya melakukan pengelolaan keuangan negara sesuai dengan
SAP dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dengan baik
sehingga berpotensi merugikan negara.
41
Berdasarkan IHP BPK Semester 1 Tahun 2016 disebutkan faktor-faktor
penurunan opini audit atas LKKL karena adanya temuan audit berupa
penyimpangan kepatuhan terhadap perundang-undangan yaitu Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP). Suatu laporan keuangan dapat dinilai tidak wajar karena
adanya salah saji material yang disebabkan dari tindakan/kegiatan yang melanggar
kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan sehingga dapat
berpengaruh langsung terhadap penyajian laporan keuangan (Peraturan BPK RI
Nomor 1 Tahun 2007).
Arens et al. (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ketidakpatuhan
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang diketahui akan menjadi
tanggung jawab auditor untuk mempertimbangkan pengaruhnya terhadap laporan
keuangan, termasuk kecukupan pengungkapan. Apabila auditor menemukan
pengaruh tindakan ketidakpatuhan tersebut bersifat material dan tidak memadai
dalam pengungkapannya maka auditor harus memodifikasi audit sesuai dengan
hal tersebut. Penelitian Martani dan Liestiani (2012) memberikan bukti bahwa
temuan audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan
laporan keuangan Pemerintah Daerah (kabupaten/kota). Dengan temuan audit
yang banyak, Pemerintah Daerah memenuhi rekomendasi BPK RI dalam
melakukan koreksi sehingga akan berupaya untuk meningkatkan pengungkapan
laporan keuangan.
Handayani (2010) menemukan bahwa kekayaan daerah dan kompleksitas
pemerintahan berhubungan positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan
42
laporan keuangan, tingkat penyimpangan berhubungan negatif signifikan terhadap
tingkat pengungkapan laporan keuangan, jumlah temuan berhubungan positif
terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan, serta tingkat ketergantungan
dan jenis daerah mempunyai hubungan yang tidak signifikan terhadap tingkat
pengungkapan laporan keuangan. Dengan adanya temuan audit berupa kepatuhan
terhadap peundang-undangan pada tahun sebelumnya menjadi bahan evaluasi dan
mendorong Kementrian/Lembaga untuk tidak mengulangi kesalahan dan
mengungkapkan informasi secara full disclosure pada laporan keuangan tahun
berikutnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
H2: Temuan audit kepatuhan terhadap perundang-undangan periode sebelumnya
berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan.
2.11.3 Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan (TLRHP) dan Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan.
Adanya perbaikan terhadap temuan audit tahun lalu oleh K/L akan mendorong
K/L meningkatkan pengungkapan laporan keuangan dalam CaLK sesuai dengan
Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-65/PB/2010 tentang Pedoman
Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga yang telah diubah menjadi
PER-55/PB/2012. Laporan tindak lanjut hasil temuan dan rekomendasi dalam
laporan pemeriksaan menunjukkan kualitas dari laporan hasil pemeriksaan dan
menjadi efektif jika rekomendasi tersebut dilaksanakan oleh organisasi yang
diperiksa (Dwiputrianti, 2008). Pembetulan setelah proses audit merupakan suatu
bentuk tanggung jawab dari Kementrian/Lembaga atas kesalahan dalam
43
pertanggungjawaban keuangan publik. Liu dan Lin (2012) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa dengan adanya pembetulan tersebut maka temuan audit dapat
bermanfaat untuk menciptakan akuntabilitas dalam proses audit pemerintahan
demi terciptanya akuntabilitas.
Setyaningrum (2015) membuktikan bahwa tindak lanjut hasil pemeriksaan
berpengaruh positif terhadap opini audit. Semakin banyak tindak lanjut
pemeriksaan yang dilakukan maka pengelolaan keuangan yang dilakukan pemda
menjadi semakin baik sehingga opini yang diperoleh pada periode selanjutnya
semakin baik. Sari et al. (2015) membuktikan bahwa adanya pengaruh tidak
langsung dan positif signifikan tindak lanjut hasil pemeriksaan terhadap opini
audit melalui tingkat pengungkapan laporan keuangan pada Kementrian/Lembaga.
Tindak lanjut hasil pemeriksaan periode lalu yang diukur dengan semakin banyak
jumlah rekomendasi yang telah tuntas dilakukan oleh pemerintah diharapkan
dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan yang direpresentasikan pada
tingkat pengungkapan. Semakin tinggi tingkat pengungkapan laporan keuangan
maka probabilitas opini yang diperoleh K/L menjadi semakin baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
H3: Tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaa berpengaruh positif terhadap
tingkat pengungkapan laporan keuangan.
2.11.4 Total Aset dan Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan.
Jumlah aset yang besar dapat menjadi kendala dalam melaporkan laporan
keuangan, karena belum semua aset yang dimiliki oleh pemerintah dicatat dengan
44
baik. Hal ini mengakibatkan perlu melakukan pengungkapkan lebih lanjut tentang
daftar aset yang dimiliki pemerintah. Pemerintah dituntut untuk melakukan
transparansi atas pengelolaan keuangan sebagai bentuk akuntabilitas publik
melalui pengungkapan informasi yang lebih banyak dalam laporan keuangan
(Setyowati, 2016). Arifin dan Fitriasari (2014) menemukan bahwa ukuran
organisasi yang dijelaskan dalam total aset memiliki pengaruh yang positif
terhadap tingkat pengungkapam laporan keuangan kementerian/lembaga.
Khasanah dan Raharjo (2014) juga menemukan bahwa total aset berpengaruh
secara positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Tengah periode 2010-2012.
Berdasarkan uraian tersebut maka disusun hipotesis sebagai berikut:
H4: Total aset berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan laporan
keuangan.
2.11.5. Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan dan Opini Audit
UU Nomor 15 Tahun 2004 pasal 16 ayat (1) tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara menyebutkan bahwa Kualitas laporan
keuangan dapat dilihat dari sinyal informasi yang diungkapkan oleh pemerintah.
Selain itu, Hilmi dan Martani (2012) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
kinerja pemerintahan yang baik perlu diinformasikan kepada rakyat baik sebagai
bentuk pertanggungjawaban dan promosi untuk tujuan politik.
Penelitian Sari et al. (2015) menganalisis pengaruh temuan audit, tindak lanjut
rekomendasi audit, dan kualitas sumber daya manusia terhadap opini audit dengan
45
tingkat pengungkapan pada CaLK sebagai variabel intervening. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa temuan audit, tindak lanjut rekomendasi audit, kapasitas
sumber daya manusia operator berpengaruh positif terhadap opini audit melalui
tingkat pengungkapan pada CaLK. Jika temuan audit pada periode lalu cukup
besar, maka pada periode selanjutnya diharapkan adanya upaya dari K/L untuk
mengurangi temuan audit sehingga pengungkapan tahun pelaporan menjadi
tinggi. Jika pengungkapan semakin tinggi maka probabilitas opini yang diperoleh
menjadi semakin baik.
Berdasarkan uraian di atas disusun hipotesis sebagai berikut:
H5: Tingkat pengungkapan laporan keuangan berpengaruh positif terhadap opini
audit BPK.
2.12. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan latar belakang pemasalahan dan kerangka teori maka kerangka pikir
penelitian adalah sebagai berikut:
46
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
47
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel
Cooper dan Schinder (2006) mendefinisakan populasi sebagai kumpulan dari
keseluruhan elemen yang akan ditarik kesimpulan. Kemudian sampel merupakan
elemen sebuah populasi yang akan diambil kesimpulannya dan mencerminkan
kondisi populasinya. Populasi dalam penelitian ini adalah Kementrian/Lembaga
seluruh Indonesia sebanyak 90 Kementrian/Lembaga terlampir (lampiran 1).
Dengan menggunakan metode purposive sampling atau judgement sampling
didapat sampel penelitian sebanyak 75 Kementrian/Lembaga dengan kriteria yang
telah ditentukan (tabel 3.1). Menurut Cooper dan Schinder (2006) metode
purposive sampling atau judgement sampling adalah teknik pengambilan sampel
dengan memenuhi kriteria tertentu. Pemilihan sampel dalam penelitian ini
berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Kementrian/Lembaga menyajikan laporan keuangan yang telah diaudit oleh
BPK secara berturut-turut periode tahun 2011-2015.
2. Kementrian/Lembaga yang telah berdiri sejak tahun 2011.
3. Kementrian/Lembaga yang memiliki data opini audit, temuan audit, tindak
lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan dan total aset periode tahun 2011-2015.
48
Tabel 3.1 Kriteria Pemilihan Sampel Penelitian
Keterangan Jumlah
Populasi Kementrian/Lembaga 90 Nomenklatur Kementrian/Lembaga baru tahun 2015 (2) Kementrian/Lembaga dilikuidasi mulai tahun 2015 (3) Nomenklatur Kementrian/Lembaga baru hasil gabungan Kementrian/Lembaga likuidasi mulai tahun 2015 -
Nomenklatur Kementrian/Lembaga mulai 2016 (1) BPK diperiksa oleh KAP (1) Menjadi bagian anggaran mulai tahun 2012 (7) Sampel Penelitian 75
Sumber : IHPS BPK 2017,(Data diolah)
3.2. Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data penelitian yang diperoleh
secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder terkait dengan
temuan audit SPI dan kepatuhan terhadap perundang-undangan diperoleh dari
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Badan Pemeriksa Keuangan tahun 2011-2015.
Data tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan dan opini audit BPK tahun
2011-2015 diperoleh dari Ikhtisar Hasil Pemeriksaan (IHP) BPK tahun 2017. Data
terkait dengan tingkat pengungkapan laporan keuangan Kementrian/Lembaga
tahun 2011-2015 diperoleh dari pusat informasi dan komunikasi Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK RI).
3.3. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif dan analisis jalur (path
analysis). Analisis jalur bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel
exogenous terhadap variabel endogenous. Variabel exogenous dalam penelitian ini
adalah SPI, kepatuhan terhadap perundang-undangan, tindak lanjut rekomendasi
49
hasil pemeriksaan (TLRHP) dan total aset (logaritma natural total aset). Variabel
endogenous dalam penelitian ini adalah tingkat pengungkapan dan opini audit
BPK.
Haryono (2017) menyatakan bahwa analisis jalur (path analysis) merupakan
pengembangan lebih lanjut dari regresi berganda dan bivariate. Analisis jalur
ingin menguji persamaan regresi yang melibatkan beberapa variabel exogen dan
endogen sekaligus sehingga memungkinkan pengujian terhadap variabel
mediating/intervening. Variabel intervening dalam penelitian ini adalah tingkat
pengungkapan laporan keuangan. Penelitian ini menggunakan software Amos
versi 22. Berdasarkan kerangka konseptual pada bab 2 maka diperoleh model
empiris yang akan menguji hipotesis penelitian dengan persamaan sebagai
berikut:
Persamaan Struktural 1:
Keterangan: DISCit : Tingkat pengungkapan laporan keuangan tahun ke-t SPIit-1 : Temuan audit SPI tahun t-1 NonPatuhit-1 : Temun audit kepatuhan terhadap perundan-undangan tahun t-1 TLRHPit-1 : Tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan tahun t-1 LnTAit : Logaritma natural total aset tahun ke-t α1 : Konstanta persamaan 1 ε1 : error term persamaan structural 1
Persamaan Struktural 2: Keterangan: OPINIit : Opini audit BPK tahun ke-t DISC^it : Fitted value dari Model 1 α2 : Konstanta persamaan 2 ε2 : error term persamaan structural 2
Discit = α1 +β1SPIit-1 +β2nonPatuhit-1 + β3TLRHPit-1+ LnTAit + ε1 ….(1)
OPINit = α2 + DISC^it+ ε2 ……………….(2)
50
3.4. Operasional Variabel
Penelitian ini menggunakan 6 variabel yang terdiri dari variabel 4 variabel
exogenous,2 variabel endogenous. Operasional variabel untuk masing-masing
variabel secara ringkas dijelaskan pada tabel 3.2
Tabel 3.2 Operasional Variabel
Simbol Variabel Pengukuran Variabel Hipotesis
Opini Opini audit BPK Scoring - SPI Temuan audit SPI Jumlah kasus Positif
NonPatuh Temuan audit kepatuhan terhadap perundang-undangan Jumlah kasus Positif
TLRHP Tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan Indeks TLRHP Positif
LnTA Total Aset Logaritma natural total aset Positif
DISC Pengungkapan laporan keuangan
Indeks pengungkapan wajib (SAP)
Positif
3.4.1. Variabel Exogenous
Variabel exogenous dalam penelitian ini adalah temuan audit SPI, temuan audit
kepatuhan terhadap perundang-undangan, tindak lanjut rekomendasi hasil
pemeriksaan dan total aset. Temuan audit SPI dan kepatuhan terhadap perundang-
undangan diproksikan dengan jumlah temuan/kasus kelemahan SPI dan kepatuhan
terhadap perundang-undangan berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP)BPK periode tahun 2011-2015. Tindak lanjut rekomendasi hasil
pemeriksaan diproksikan dengan jumlah temuan rekomendasi BPK yang ditindak
lanjuti sesuai dengan rekomendasi ditambah rekomendasi yang tidak dapat
ditindak lanjuti dibagi dengan total rekomendasi. Kemudian total aset di
proksikan dengan logaritma natural dari total aset.
51
3.4.2. Variabel Endogenous
Variabel endogenous dalam penelitian ini adalah tingkat pengungkapan laporan
keuangan dan opini audit BPK. Tingkat pengungkapan laporan keuangan dalam
penelitian ini juga berfungsi sebagai variabel intervening yang memediasi temuan
audit SPI, temuan audit kepatuhan terhadap perundang-undangan, tindak lanjut
rekomendasi hasil pemeriksaan dan total aset terhadap opini audit BPK. Tingkat
pengungkapan laporan keuangan diproksikan dengan indeks pengungkapan yang
telah disajikan dalam LKKL dengan pengungkapan yang seharusnya disajikan
dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP). Tingkat pengungkapan laporan keuangan dalam penelitian ini
mengacu pada penelitian Waliyyani dan Mahmud (2015) dengan rumus sebagai
berikut:
Opini audit diukur dengan menggunakan skala ordinal dengan mengurutkan
peringkat dari opini yang tertinggi sampai peringkat terendah karena peringkat
yang tertinggi dianggap opini yang paling baik. Opini audit diurutkan sesuai
dengan peringkat yakni: 4 untuk opini Wajar Tanpa Pengecualian/Wajar Tanpa
Pengecualian-Dengan Paragraf Penjelas (WTP/WTP-DPP), 3 untuk opini Wajar
Dengan Pengecualian (WDP), 2 untuk opini Tidak Wajar (TW), dan 1 untuk opini
Tidak Memberikan Pendapat (TMP). Penjelasan mengenai opini audit BPK per
Kementrian/Lembaga dapat dilihat pada lampiran 3.
Pengungkap = Pengungkapan wajib Dalam LKKL Pengungkapan Wajib Dalam PSAP
66
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitian ini menguji dan menganalisis pengaruh variabel temuan audit SPI,
temuan audit kepatuhan terhadap perundang-undangan, tindak lanjut rekomendasi
hasil pemeriksaan (TLRHP), total aset terhadap opini audit melalui tingkat
pengungkapan laporan keuangan. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat
diambil simpulan sebagai berikut:
1. Temuan audit Sistem Pengendalian Internal berpengaruh terhadap tingkat
pengungkapan pada laporan keuangan. Semakin besar jumlah temuan audit SPI
pada periode sebelumnya maka tingkat pengungkapan laporan keuangan untuk
tahun pelaporan akan semakin tinggi. Dengan temuan audit yang banyak,
pemerintah memenuhi rekomendasi BPK RI dalam melakukan koreksi
sehingga akan berupaya untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dan
meningkatkan pengungkapan laporan keuangan periode tahun pelaporan.
2. Temuan audit kepatuhan terhadap perundang-undangan berpengaruh terhadap
tingkat pengungkapan pada laporan keuangan. Semakin besar jumlah temuan
kepatuhan terhadap perundang-undangan pada periode sebelumnya maka
tingkat pengungkapan laporan keuangan untuk tahun pelaporan akan semakin
tinggi. Dengan temuan audit yang banyak, pemerintah memenuhi rekomendasi
BPK RI dalam melakukan koreksi sehingga akan berupaya untuk tidak
67
mengulangi kesalahan yang sama dan meningkatkan pengungkapan laporan
keuangan periode tahun pelaporan.
3. Tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap tingkat pengungkapan pada laporan keuangan. Semakin besar jumlah
tindak lanjut rekomendasi yang tuntas ditindaklanjuti oleh
Kementrian/Lembaga maka tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan
laporan keunagan.
4. Total aset berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan pada laporan keuangan.
Semakin besar ukuran pemerintahan (Kementrian/Lembaga) maka semakin
banyak pengungkapan informasi pengelolaan anggaran dalam laporan
keuangan.
5. Tingkat pengungkapan tidak berpengaruh terhadap opini audit. Semakin tinggi
tingkat pengungkapan tidak mempengaruhi opini audit BPK. Opini audit BPK
tidak hanya didasarkaan pada kecukupan pengungkapan, namun dilihat juga
dari kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), kepatuhan
terhadap perundang–undangan dan efektivitas Sistem Pengendalian Internal
(SPI) periode pelaporan.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan antaralain adalah:
1. Penelitian ini hanya mengukur pengaruh temuan audit SPI, kepatuhan terhadap
perundang-undangan, tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan (TLRHP)
dan total aset terhadap opini audit melalui tingkat pengungkapan sebagai
68
variabel intervening, namun tidak mengukur pengaruh variabel exogen secara
langsung terhadap opini.
2. Item pengungkapan yang disajikan dalam penelitian ini hanya menggunkan
pengungkapan wajib (35 item) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yakni PSAP 05 sampai
dengan PSAP 09 yang hanya memuat pengungkapan financial.
3. Dari nilai Squared Multiple Corelations sebesar 0,206 artinya kemampuan
variabel exogen (temuan audit SPI, kepatuhan terhadap perundang-undangan,
tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan dan total aset) mampu
menjelaskan opini audit melalui tingkat pengungkapan hanya sebesar 20,60%
dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar model sebesar 79,40%.
5.3 Saran
Dengan masih terdapat kelemahan-kelemahan dalam penelitian ini, maka peneliti
menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya dapat meneliti pengaruh secara langsung dan tidak
langsung antara variabel temuan audit SPI, kepatuhan terhadap perundang-
undangan, tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan dan total aset terhadap
opini audit melalui tingkat pengungkapan sebagai variabel intervening.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengukur tingkat pengungkapan
menggunakan pengungkapan financial dan non financial.
3. Kemudian penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih menggali faktor-faktor
lain yang mempengaruhi opini baik secara langsung maupun tidak langsung
(materialitas, sumber daya manusia dan lain-lain)
69
5.4 Implikasi Penelitian
Implikasi dalam penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan mendorong
Kementrian/Lembaga untuk tidak mengulangi kesalahan/temuan audit pada
tahun berikutnya sehingga meningkatkan pengungkapan laporan keuangan.
2. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pengungkapan wajib hanya
sebesar 53 %. Hal mengindikasikan bahwa Kementrian/Lembaga belum
sepenuhnya mematuhi SAP, oleh karena itu penerapan reward dan punishment
secara tegas perlu dilakukan.
3. Kementrian/Lembaga diharapkan dapat lebih meningkatkan sumber daya
manusia terutama pengelola keuangan untuk meningkatkan pemahaman
dibidang akuntansi melalui pelaksanaan pelatihan dan diklat secara berkala
agar mampu membuat laporan keuangan yang andal dan berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Albalate, Daniel. 2012. The Institutional, Economic and Social Determinants of
Local Government Transparency. Research Institute of Applied Economics. Working Paper 012/10 30 pag.
Arens, Alvin A., Randal, J Elder., and Mark S. Beasley.2008. Auditing and
Assurance Services, Twelfth Edition. Terjemahan Herman Wibowo. Jakarta. Arifin, Imam dan Fitriasari, Debby. 2014. Pengungkapan Laporan Keuangan
Kementerian/Lembaga, Karakteristik Organisasi Dan Hasil Audit BPK. Proceeding SNA 17 Mataram. 24-27 Sept 2014.
Atyanta, Ramya. 2011. Analisis Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah (Studi Kasus pada Kabupaten X di Jawa Timur). Jurnal ilmiah mahasiswa FEB Universitas Brawijaya 1(1):1-18
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. 2012. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun 2012. http://www.bpk.go.id. Diakses September 2017.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. 2016. Ikhtisar Hasil
Pemeriksaan Semester I Tahun 2016. http://www.bpk.go.id. Diakses Oktober 2017.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. 2017. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2017. http://www.bpk.go.id. Diakses Oktober 2017.
Cooper, D. R. and Schindler, P. S. (2006). Business research methods. Irwin:
McGrawHill. D’Aquila. & Jill M. 1998. Is the Control Environment Related to Financial
Reporting Decisions?. Managerial Auditing Journal 13(8): 472–478. Dwiputrianti, S. 2008. Efektivitas laporan hasil temuan pemeriksaan dalam
mewujudkan reformasi transparansi fiskal dan akuntabilitas sektor publik di Indonesia. Jurnal Ilmu Administrasi, Vol.V, No. 4. pp. 12- 30.
Fatimah, D., Ria N. S. dan M. Rasuli. 2014. Pengaruh Sistem Pengendalian
Intern,Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan, Opini Audit Tahun Sebelumnya dan Umur Pemerintah Daerah Terhadap Penerimaan Opini Wajar Tanpa Pengecualian Pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Di Seluruh Indonesia. Jurnal Akuntansi 3 (1): 1 – 15
71
Giroux, G. 1989. Political Interest and Governmental Accounting Disclosure. Journal of Accounting and Public Policy. Vol.6, 169-83.
Handayani, Sri. 2010. Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun 2006. Jurnal Ilmu Administrasi, Vol VII No.2
Heriningsih, S. dan Rusherlistyani. 2013. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Daerah. Jurnal Ekonomi Bisnis Indonesia, Vol. 13 No. 02. ISSN: 1693-0908
Hartanto, Rudy. 2015. Analisis Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
BPK RI. Diakses 19 Maret 2016 www. eprints.uns.ac.id. Herawati, Tuti. 2014. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas
Laporan Keuangan (Survei Pada Organisasi Perangkat Daerah Pemda Cianjur). Study & Accounting Research, Vol. XI No. 1. ISSN: 1693- 4482
Herawati & Susanto. 2009. Pengaruh Profesionalisme, Pengetahuan Mendeteksi
Kekeliruan dan Etika Profesi terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.11 No.1.
Hilmi, A. Z., dan Martani, D. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi. Simposium Nasional Akuntansi XV. Banjarmasin.
Ingram, R. W. 1984. Economics Incentives and the Choice of State Government
Accounting Practices. Journal of Accounting Research. Vol. 22. No. 1. pp 126-144.
Imam Ghozali dan Fuad. 2008. Structural Equation Modeling. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. Haryono, Siswoyo.2017.Metode SEM untuk penelitian manajemen Amos Lisrel
PLS.Jakarta:PT Luxima Metro Media. Jensen, M. dan W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Magerial Behavior,
Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3: 305-360.
Johnstone, Karla M; Audrey A. Gramling and Larry E. Rittenberg. 2014. Auditing
A Risk-Based Approach To Conducting A Quality Audit. 9th Edition. South-Western.
72
Kawedar, W. 2010. Opini Audit dan Sistem Pengendalian Intern (Studi Kasus di Kabupaten PWJ yang Mengalami Penurunan Opini Audit). Jurnal Akuntansi dan Auditing 6 (1):1-9.
Khasanah, Nur Lailatul dan Rahardjo, Shiddiq Nur. 2014. Pengaruh
Karakteristik, Kompleksitas, Dan Temuan Audit Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Diponegoro Journal of Accounting, Volume 3, Nomor 3. ISSN 2337-3806
Komite Nasional Kebijakan Governance.2008. Pedoman Umum Good Public
Governance. Liu, J., and Lin, B. 2012. Government Auditing and Corruption Control: Evidence
from China’s Provincial Panel Data. China Journal of Accounting Research, vol. 5, pp. 163-186.
Mahaputra, I Putu Upabayu Rama dan Putra, I Wayan. 2014. Analisis Faktor-
Faktor Yang Memengaruhi Kualitas Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 8.2. ISSN: 2302-8556.
Martani, Dwi dan Annisa Lestiani. 2012. Disclosure in Local Government
Financial Statements: the Case of Indonesia. Global Review of Accounting and Finance, Vol. 3. No. 1
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta. Meijer, A.J. 2003. Transparent Government: Parliamentary and Legal
Accountability in An Information Age, Information Polity, Vol. 8. Munawar. Nadirsyah dan Abdullah, Syukriy. 2016. Pengaruh Jumlah Temuan
Audit Atas SPI Dan Jumlah Temuan Audit Atas Kepatuhan Terhadap Opini Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota Di Aceh. Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Volume 5 No. 2. ISSN 2302-0164
Nordiawan, Deddi dan Ayuningtyas Hertianti. 2011. Akuntansi Sektor Publik.
Edisi 2. Salemba Empat. Jakarta. Patrick, P.A. 2007. The Determinant of Organizational Inovativeness: The
Adoption of GASB 34 in Pennsylvania Local Government. Unpublished Ph.D Dissertation. Pennsylvania: The Pennsylvania State University.
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun
2007. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Jakarta
73
Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-65/PB/2010 yang diubah dengan PeraturanDirjen Perbendaharaan Nomor PER-55/PB/2012 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga.
Peraturan Pemerintah RI No. 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2005 yang diubah
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah. 28 Agustus 2008. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127. Jakarta.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010 – 2014.20 Januari 2010. Jakarta.
Robbins, W., dan Austin. K. R 1986. Disclosure Quality in Governmental
Financial Reports: An Assessment of the Appropriateness of a Compound Measure. Journal of Accounting Research. Vol. 24 No. 2
Ross, Stephen A. 1977. The determination of financial structure: the
incentivesignalling approach. The Bell Journal of Economics. Vol. 8, No. 1
Sari, A. P., Martani, D., & Setyaningrum, D. (2015). Pengaruh temuan audit,
tindak lanjut hasil pemeriksaan dan kualitas sumber daya manusia terhadap opini audit melalui tingkat pengungkapan laporan keuangan kementerian/lembaga. Simposium Nasional Akuntansi XVIII. Medan.
Setyowati, Lilis. 2016. Determinan Yang Mempengaruhi Pengungkapan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah. Esensi: Jurnal Bisnis dan Manajemen, Volume 6 No. 1. P-ISSN: 2087-2038; E-ISSN: 2461-1182
Setyaningrum, Dyah dan Syafitri, Febriyani. 2012. Analisis Pengaruh
Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Volume 9 Nomor 2.
Siegel, J. G., & Shim, J. K. (1994). Kamus Istilah Akuntansi. Jakarta: PT. Elex
Media Computindo, Kelompok Gramedia. Sipahutar, Hottua dan Siti Khairani. 2013. Analisis Perubahan Opini LHP BPK RI
Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Empat Lawang.
74
eprints.mdp.ac.id/.../JURNAL_2009210104_HOTTUA% 20 SIPAHUTA. hal.8.
Suhardjanto, Djoko dan Yulianingtyas, Rukmita Rena. 2011. “Pengaruh
Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Kepatuhan Pengungkapan Wajib Dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Kabupaten/Kota di Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan Auditing, Volume 8 No. 1.
Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan.
Yogyakarta. BPFE UGM. The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission
(COSO). Fraudulent Financial Reporting : 1987 – 1997, An Analysis of U.S. Public Company. 1999.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. 19 Juli 2004. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 Badan Pemeriksa
Keuangan. 30 Oktober 2006. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85. Jakarta.
Umar, H. 2012. Pengawasan untuk Pemberantasan Korupsi. Jurnal Akuntansi dan
Auditing, Vol. 8, No. 2, 95-189. Vermeer, T. E., Styles, A. K dan Patton, T. K. 2009. Do Local Governments
Present Required Disclosures for Defined Benefit Pension Plans ? Journal of Accounting and Public Policy, Vol. 31. pp. 44-68.
Wijaya, RM Syah Arif Atmaja. dan Probohudono (2015). Analisis Audit BPK
RI terkait kelemahan SPI, temuan ketidak patuhan dan kerugian negara. Jurnal integritas 1(1):81-110
Waliyyani, Ghaniyyu Mintotik dan Mahmud, Amir. 2015. Pengaruh Karakteristik
Pemerintah Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Di Indonesia. Accounting Analysis Journal Vol 4 No.2. ISSN 2252-6765
Zhang, Y.,J. Zhou. dan N. Zhou. 2007. Audit Committee Quality, Auditor Independence, and Internal Control Weaknesses. Journal of Accounting and Public Policy 26: 300-327.
Zimmerman, L. J. (1977). The municipal accounting maze: An analysis of
political incentives. Journal of Accounting Research 15: 107-144.