pengaruh sikap overprotective orang tua...
TRANSCRIPT
PENGARUH SIKAP OVERPROTECTIVE ORANG TUA TERHADAP SIKAP MANDIRI ANAK
(Studi atas Siswa Kelas V dan VI SD Islam al-Azhar 25 Semarang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh :
AFIZUL CHUSNA
3103053
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
2008
ii
ABSTRAK
Afizul Chusna (NIM. 3103053). Pengaruh Sikap Overprotective Orang Tua Terhadap Sikap Mandiri Anak (Studi atas Siswa Kelas V dan VI SD Islam al-Azhar 25 Semarang). Skripsi. Semarang: Program Strata 1 Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo, 2008.
Adanya orang tua yang bersikap overprotective terhadap anak, yakni orang tua yang mencurahkan kasih sayangnya secara berlebihan sehingga akan memberikan perlindungan, serta penjagaan yang melampui batas kepada anak. Perilaku ini akan memungkinkan seorang anak tumbuh dengan rasa ingin terus bergantung pada orang lain dan kurangnya kemandirian dalam diri anak tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; 1) Bagaimanakah sikap overprotective orang tua siswa kelas V dan VI SD Islam al-Azhar 25 Semarang (X), 2) Bagaimanakah sikap mandiri siswa kelas V dan VI SD Islam al-Azhar 25 Semarang (Y), 3) Apakah terdapat pengaruh sikap overprotective orang tua (X) terhadap sikap mandiri siswa kelas V dan VI SD Islam al-Azhar 25 Semarang (Y).
Penelitian ini menggunakan metode survey dengan teknik korelasional. Subyek penelitian sebanyak 72 responden, menggunakan 2 tahap pengambilan sampel. Pertama, pra sampel yang diberikan kepada seluruh populasi yaitu orang tua siswa kelas V dan VI SD Islam al-Azhar 25 Semarang (X) dan siswa kelas V dan VI SD Islam al-Azhar 25 Semarang (Y). Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi orang tua yang bersikap overprotective terhadap anaknya. Kedua, dari pelaksanaan tahap pertama diketahui bahwa jumlah orang tua yang bersikap overprotective terhadap anaknya sebanyak 72 orang, sehingga responden yang menjadi penelitian ini berjumlah 72 responden. Karena jumlah responden kurang dari 100 orang, maka penelitian ini disebut dengan penelitian populasi.
Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan inferensial. Pengujian hipótesis penelitian menggunakan analisis regresi satu prediktor dengan skor deviasi. Hasil analisis koefisien korelasi menunjukkan bahwa: rxy=0,804>rtabel pada taraf signifikansi r0,01 = 0,306 dan r0,05 = 0,235. Kemudian koefisien determinasinya adalah 0,6464. Hal ini menunjukkan bahwa 64,64% variasi nilai sikap mandiri anak ditentukan oleh sikap overprotective orang tua, melalui fungsi taksiran persamaan garis regresi Y=0,908 X + 4,336. Sedangkan dari hasil analisis regresi diperoleh Freg = 128,061 > Ftabel pada taraf signifikansi F0,01=7,08 dan F0,05=4,00. Meskipun rxy>rt dan Freg>Ft tetapi tidak dapat dikatakan signifikan, karena dari pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh prediktor seharusnya hasil uji hipotesisnya berupa signifikan negatif dan bukan signifikan positif. Sehingga dalam penelitian ini, dinyatakan bahwa hipotesis tidak diterima.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa, orang tua, para tenaga pengajar, para peneliti pendidikan dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
iii
Drs. Abdul Wahid, M.Ag.
Jl. Candi Prambanan VI/1444
Kalipancur Semarang
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eks.
Hal : Naskah Skripsi
An. Sdr. Afizul Chusna
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama
ini saya kirim naskah skripsi Saudara:
Nama : Afizul Chusna
Nomor Induk : 3103053
Judul : PENGARUH SIKAP OVERPROTECTIVE
ORANG TUA TERHADAP SIKAP MANDIRI
ANAK (Studi atas Siswa Kelas V dan VI SD
Islam al-Azhar 25 Semarang).
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi Saudara tersebut dapat segera
dimunaqasyahkan.
Demikian harap menjadikan maklum.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Semarang, 6 Januari 2008
Pembimbing
Drs. Abdul Wahid, M.Ag NIP. 150 268 214
iv
DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH SEMARANG
PENGESAHAN
Skripsi Saudara :
Nomor Induk :
Judul :
Afizul Chusna
3103053
PENGARUH SIKAP OVERPROTECTIVE ORANG TUA
TERHADAP SIKAP MANDIRI ANAK (Studi atas Siswa
Kelas V dan VI SD Islam al-Azhar 25 Semarang).
telah dimunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam Negeri Walisongo Semarang, pada tanggal :
17 Januari 2008
Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata 1 tahun
akademik 2007/2008.
Semarang, 24 Januari 2008 Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Drs. H. Fatah Syukur, M.Ag. Dra. Siti Mariam, M.Pd. NIP:150267028 NIP:150257372
Penguji I Penguji II
Drs. H. Rahardjo, M.Ed. ST. Dra. Hj. Nur Uhbiyati, M.Pd. NIP:150246873 NIP:150170474
Pembimbing
Drs. Abdul Wahid, M.Ag. NIP:150 268 214
Alamat: Jl. Prof. DR. Hamka Km. 1 (Kampus II), Telp/Fax. 024 7601295, 7615387
v
MOTTO
χÎ) ©! $# Ÿω ç Éitó ム$ tΒ BΘ öθs) Î/ 4©®L ym (#ρ çÉitó ム$ tΒ öΝ ÍκŦ àΡr' Î/ 3 ∩⊇⊇∪
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka
mengubah keadaan diri mereka sendiri”.
(Q.S. ar-Ra’du: 11)1
β r&uρ }§øŠ©9 Ç⎯≈|¡ΣM∼ Ï9 ω Î) $ tΒ 4©tëy™ ∩⊂®∪
“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya”.
(Q.S. an-Najm: 39)2
1 Departemen Agama R.I. al-Hikmah, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung:
Diponegoro, 2005), Cet. 9, hlm. 250. 2 Ibid, hlm. 527.
vi
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini, penulis persembahkan untuk :
இ Bapak dan Ibu tercinta (Abdul Rokhim dan Maslakhah).
இ Kakakku (A. Riyadi) tercinta.
இ Adikku Ami, serta saudaraku Atiq tersayang.
இ Rekan-rekan Angkatan 2003 Fak. Tarbiyah.
இ Teman-teman Rekor 07.
vii
PERNYATAAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran
orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan
bahan rujukan,
Semarang, 6 Januari 2008
Deklarator,
Afizul Chusna NIM. 3103053
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Tiada untaian kata yang layak dan pantas penulis ungkapkan selain bacaan
"Alhamdulillahirabbil ‘alamin” atas segala rahmat, taufiq serta hidayah-Nya
sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi yang berjudul “PENGARUH SIKAP OVERPROTECTIVE
ORANG TUA TERHADAP SIKAP MANDIRI ANAK (Studi atas Siswa Kelas V
dan VI SD Islam al-Azhar 25 Semarang)” ini disusun untuk memenuhi tugas dan
sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata 1 dalam Ilmu
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
Penulis merasa sangat bahagia karena dalam penulisan skripsi ini banyak
mendapatkan bantuan, bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Maka, kiranya menjadi suatu kewajiban atas
diri penulis untuk menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya serta
menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya, teriring do’a jazakumullah
khairan bi khairil jaza`, jaza`an katsiiran kepada:
1. Prof. DR. Ibnu Hadjar, M.Ed. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang beserta para staff.
2. Drs. Abdul Wahid, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
berkenan meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan
arahan, saran, serta motivasi yang sangat berharga kepada penulis.
3. Bapak dan Ibu Dosen yang telah mengajarkan ilmunya dengan ikhlas
kepada penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang.
4. Budiyarno, S.Pd. selaku Kepala Sekolah, seluruh guru serta karyawan SD
Islam al-Azhar 25 Semarang yang telah berkenan memberikan izin,
informasi dan bantuan yang sangat membantu penulis sehingga penelitian
dapat berjalan lancar.
ix
5. Bapak dan ibu wali murid serta siswa-siswi kelas V dan VI SD Islam
al-Azhar 25 Semarang yang senantiasa meluangkan waktu dan tenaga
untuk memberikan informasi melalui pengisian angket yang telah peneliti
buat.
6. Bapak dan ibu tercinta yang telah mengasuh, membimbing, mencurahkan
segala kasih sayang dan perhatian, memberi bantuan baik materil maupun
immateril, dan do’a kepada penulis.
7. Kakakku (A. Riyadi) dan adikku (M. Amiqul Haq) yang senantiasa
memberi dorongan, semangat serta do’a kepada penulis.
8. Rekan-rekan mahasiswa senasib seperjuangan yang telah memberikan
masukan dan bantuan selama pembuatan skripsi.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian
skripsi ini.
Semoga Allah Swt membalas segala budi baik mereka dengan pahala yang
lebih besar dari yang telah mereka berikan pada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan penulis. Demi perbaikan dan
penyempurnaan penulisan skripsi ini, penulis dengan rendah hati membuka serta
menerima saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah
pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Semarang, 6 Januari 2008
Penulis
Afizul Chusna
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
ABSTRAK PENELITIAN......................................................................... ii
NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................ v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ vi
HALAMAN DEKLARASI........................................................................ vii
KATA PENGANTAR................................................................................. viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL....................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN. ............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .......................................................... 5
D. Perumusan Masalah ........................................................... 7
E. Manfaat Penelitian ............................................................. 7
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS........... 9
A. Deskripsi Teori ................................................................... 9
1. Sikap Overprotective Orang Tua.................................. 9
a. Pengertian Sikap Overprotective Orang Tua.......... 9
b. Ciri-Ciri Sikap Overprotective Orang Tua ............. 13
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Overprotective Orang Tua...................................... 18
d. Dampak Sikap Overprotective Orang Tua ............. 19
xi
2. Sikap Mandiri Anak ..................................................... 20
a. Pengertian dan Dasar Sikap Mandiri Anak ............ 20
b. Ciri-Ciri Sikap Mandiri .......................................... 22
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya
Sikap Mandiri......................................................... 27
3. Pengaruh Sikap Overprotective Orang Tua terhadap
Sikap Mandiri Anak ..................................................... 32
B. Kajian Penelitian yang Relevan ......................................... 35
C. Pengajuan Hipotesis ........................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN............................................................ 37
A. Tujuan Penelitian................................................................ 37
B. Waktu dan Tempat Penelitian............................................. 37
C. Variabel Penelitian ............................................................. 38
D. Metode Penelitian .............................................................. 38
E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel. ........ 39
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 41
G. Teknik Analisis Data .......................................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................... 46
A. Hasil Temuan Data Penelitian ............................................ 46
1. Gambaran Umum SD Islam al-Azhar 25 Semarang .... 46
a. Tinjauan Historis.. .................................................. 46
b. Visi dan Misi. ......................................................... 46
c. Letak Geografis. ..................................................... 47
d. Struktur Organisasi................................................. 49
e. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa.................... 49
f. Sarana dan Prasarana.............................................. 51
g. Latar Belakang Orang Tua Siswa........................... 52
2. Deskripsi Data.............................................................. 53
a. Data tentang Sikap Oveprotective Orang Tua. ....... 53
xii
b. Data tentang Sikap Mandiri Anak. ......................... 60
B. Pengujian Hipotesis............................................................ 66
C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................. 73
D. Keterbatasan Penelitian...................................................... 75
BAB V SIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP .................................... 77
A. Simpulan ............................................................................ 77
B. Saran................................................................................... 78
C. Penutup............................................................................... 79
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN – LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kualifikasi Sikap Overprotective Orang Tua .............................. 41
Tabel 3.2 Rumus Analisis Regresi .............................................................. 44
Tabel 4.1 Keadaan Siswa Dalam Setiap Tahun........................................... 50
Tabel 4.2 Sarana SD Islam al-Azhar 25 Semarang..................................... 51
Tabel 4.3 Rekapitulasi Jawaban Angket Sikap Overprotective Orang Tua 53
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sikap Overprotective Orang Tua ............... 58
Tabel 4.5 Kualifikasi dan Interval Sikap Overprotective Orang Tua.......... 59
Tabel 4.6 Rekapitulasi Jawaban Angket Sikap Mandiri Anak .................... 60
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Sikap Mandiri Anak................................... 64
Tabel 4.8 Kualifikasi dan Interval Sikap Mandiri Anak ............................. 65
Tabel 4.9 Tabel Kerja Koefisien antara Sikap Overprotective Orang Tua
dan Sikap Mandiri Anak ........................................…….. .......... 66
Tabel 4.10 Uji Signifikansi dengan r tabel .................................................. 70
Tabel 4.11 Rumus Analisis Variansi Regresi Satu Prediktor ........................ 72
Tabel 4.12 Ringkasan Hasil Analisis Variansi Regresi Satu Prediktor ......... 73
Tabel 4.13 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis.. .................................................. 74
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Denah lokasi SD Islam al-Azhar 25 Semarang........................ 48
Gambar 4.2 Histogram Sikap Overprotective Orang Tua............................ 58
Gambar 4.3 Histogram Sikap Mandiri Anak. .............................................. 64
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kisi-kisi Instrumen Angket
2. Angket Sikap Overprotective Orang Tua
3. Angket Sikap Mandiri Anak
4. Hasil Uji SPSS di Lab. Matematika Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo.
5. Surat Penunjukan Pembimbing
6. Surat Izin Riset dari Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
7. Surat Keterangan Penelitian dari Kepala SD Islam al-Azhar 25 Semarang
8. Riwayat Pendidikan Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya menjadi orang yang
berkembang secara sempurna. Bagi sebuah keluarga, anak merupakan salah
satu rahmat dan karunia Allah yang patut disyukuri. Selain itu, anak juga
amanat dari Allah kepada kedua orang tua yang wajib dipertanggung
jawabkan. Jelas, tanggung jawab orang tua terhadap anak tidak kecil. Secara
umum inti tanggung jawab itu ialah penyelenggaraan pendidikan bagi anak-
anak dalam rumah tangga.1
Berbicara tentang tanggung jawab orang tua dalam keluarga, maka
erat kaitannya antara pendidikan keluarga dengan perkembangan jiwa anak.
Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan tidak hanya terbatas pada
lingkungan sekolah saja, yang secara sadar seorang pendidik memberikan
bimbingan kepada anak didiknya. Pendidikan dalam pengertian luas yaitu life
is education and education is life, sehingga benar adanya jika Lodge
menyatakan bahwa “pendidikan itu menyangkut seluruh pengalaman”.2
Lingkungan keluarga merupakan pengalaman pertama yang didapat oleh
seorang anak sebelum mengenal dunia luar. Oleh karena itu, orang tua harus
menanamkan hal-hal yang positif sedini mungkin, sesuai dengan sabda Rasul
yang berbunyi,
ن قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم ما م: عن ايب هريرة رضي اهللا عنه قالرواه (مولود إال يولد على الفطرة فا بواه يهودانه او ينصرانه او يمجسا نه
3 )البخاري
1 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1994), Cet. 2, hlm. 160. 2 Ibid., hlm. 25. 3 Al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz I,
(Beirut: Dar al-Kutub al-ilmiah, t.th), hlm. 413.
2
Dari abu Hurairah r.a dia berkata, bersabda Rasulullah Saw., “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua ibu bapaknyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi”. (H.R al-Bukhari) Sehubungan dengan hadits di atas, maka semakin jelas bahwa orang
tua mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mendidik iman dan perilaku
anak. Islam mengajarkan bahwa pendidik pertama dan utama yang paling
bertanggung jawab terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik
adalah kedua orang tua. Seperti pernyataan Ibrahim Nasir dalam kitabnya
Muqaddimah fi at-Tarbiyah,
البيت أو االسرة هي البيئة التربوية االوىل للطفل وهي اليت تشكله حسب الروح 4السائدة بني االفراد املكونني هلذه االسرة
Rumah atau keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi anak-anak dan keluarga tersebut akan sulit menciptakan jiwa yang mulia bagi anaknya bila dilakukan perorangan tanpa disertai dengan adanya bantuan dari seluruh keluarga.
Berdasarkan pernyataan di atas, jelas bahwa perkembangan jiwa
anak sangat dipengaruhi oleh kedua orang tua bahkan seluruh anggota
keluarga. Seperti halnya Islam yang juga memerintahkan kedua orang tua
untuk mendidik diri dan keluarganya terutama anak-anaknya.5 Tanggung
jawab orang tua ini didasarkan pada Firman Allah dalam surat at-Tahrim ayat
6, yang berbunyi:
$ pκ š‰r'≈tƒ t⎦⎪ Ï% ©! $# (#θãΖ tΒ#u™ (# þθè% ö/ä3|¡ àΡr& ö/ä3‹ Î=÷δ r&uρ # Y‘$tΡ... ∩∉∪
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka ... (Q.S. at-Tahrim : 6)6
4 Ibrahim Nasir, Muqaddimah fi at-Tarbiyah, Mudkhal ila at-Tarbiyah (Aman al-
Ardan: al-Jami’ah at-Tarbiyah, t.th), hlm. 182. 5 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,
(Jakarta: Ciputat Pers, 2000), hlm. 42. 6 Departemen Agama R.I. al-Hikmah, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung:
Diponegoro, 2005), Cet. 9. hlm. 560.
3
Kewajiban orang tua ini sebenarnya dapat dilaksanakan dengan
mudah dan wajar karena orang tua memang mencintai anaknya. Hal ini
merupakan sifat manusia yang dibawanya sejak lahir.7 Bila orang tua memang
mencintai anaknya, tentunya mereka tidak akan merasa kesulitan untuk
mendidik anaknya. Pendidikan berdasarkan kasih sayang ini terkadang juga
dapat mendatangkan bahaya, karena kasih sayang yang diberikan orang tua
terhadap anak terkadang terlampau berlebihan (overprotective) dan berubah
menjadi pemanjaan kepada anak.
Mendidik anak melalui cara yang keras dan kaku dampaknya akan
sama dengan menyikapi anak secara masa bodoh dan meremehkan. Di sisi
lain, sikap memanjakan yang kelewat batas juga akan memberikan hasil yang
tidak memuaskan.8 Orang tua memiliki kewajiban untuk menolong anak-anak
dalam memenuhi kebutuhan mereka, akan tetapi mereka tidak boleh berlebih-
lebihan dalam menolong itu. Sehingga anak-anak mereka tidak kehilangan
kemampuan untuk berdiri sendiri.9
Anak yang manja jika dewasa cenderung tidak memiliki
kemandirian, karena mereka selalu melibatkan campur tangan orang tua dalam
menyelesaikan persoalan, baik sederhana maupun rumit. Mereka tidak dapat
berdiri sendiri dan selalu menggantungkan diri pada orang lain. Oleh karena
pentingnya penanaman sikap mandiri pada anak, maka orang tua harus
memulainya sejak dini. Meskipun tidak berarti bahwa orang tua melepas
begitu saja dan membiarkannya tumbuh dengan sendirinya.
Pendidikan yang didasarkan pada kasih sayang yang terlampau
berlebihan (overprotective) akan memberikan dampak negatif terhadap anak
itu sendiri, yang justru akan menghambat kepribadiannya. Pendidikan seperti
ini merupakan pendidikan yang salah dalam sebuah keluarga. Bila demikian,
maka pendidikan yang benar dalam persoalan kasih sayang terhadap anak
7 Ahmad Tafsir, loc. cit. 8 A. Choiran Marzuki, Anak Saleh dalam Asuhan Ibu Muslimah, (Yogyakarta: Mitra
Pustaka, 2000), Cet. 3. hlm. 127. 9 Abdul Aziz el-Quussy, Pokok-pokok Kesehatan Jiwa/Mental, Jilid I, Alih Bahasa
Zakiah Daradjat (Jakarta: Bulan Bintang, 1983), hlm. 220.
4
adalah dengan menjaga keseimbangan “khairul umur ausatuha” dan menjauhi
ifrath dan tafrith (melebihkan dan mengurangi).10
Merupakan hal yang manusiawi bila orang tua selalu berusaha
menghindari tindakan yang membuat anak mereka sedih. Mereka berfikir
bahwa mereka dapat membahagiakan anak dengan cara memenuhi semua
kebutuhannya. Maka tidak dipungkiri lagi, bila orang tua dari golongan kelas
atas (Upper Class) mempunyai kecenderungan untuk memanjakan anak.11
Oleh karena itu, penulis mengambil lokasi di SD Islam al-Azhar 25 Semarang
yang kebanyakan siswanya berasal dari keluarga menengah ke atas.
Berdasarkan realita bahwa terkadang orang tua tidak sadar bila
mendidik anak dengan berlimpahan kasih sayang (overprotective) dapat
mengantarkan anak mereka kepada pengaruh yang negatif di masa mendatang.
Hal inilah yang menjadikan penulis merasa tertarik untuk mengkajinya lebih
dalam lagi dan berusaha memberanikan diri untuk mencoba mengamati,
mengkaji, menelaah, menganalisis dan kemudian menulisnya dalam bentuk
skripsi yang berjudul: PENGARUH SIKAP OVERPROTECTIVE ORANG
TUA TERHADAP SIKAP MANDIRI ANAK (Studi atas Siswa Kelas V
dan VI SD Islam al-Azhar 25 Semarang).
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan
penelitian dapat diidentifikasikan antara lain sebagai berikut:
1. Sikap overprotective orang tua pada dasarnya merupakan wujud dari kasih
sayang orang tua, akan tetapi cinta serta kasih sayang yang mereka
berikan terlalu berlebihan. Sehingga menimbulkan adanya penjagaan serta
perlindungan yang kelewat batas. Mendidik dengan cinta memang tidak
disalahkan, tetapi orang tua harus memberi batasan-batasan sampai di
mana mereka boleh memperhatikan dan melindungi anaknya.
10 Husain Mazhahiri, Pintar Mendidik Anak, (Jakarta: Lentera, 1999), hlm. 150. 11 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
1995), Cet. 3, hlm. 64.
5
2. Sikap mandiri merupakan suatu keadaan seseorang untuk dapat berdiri
sendiri tanpa bergantung dengan orang lain. Pandangan bahwa masa
kanak-kanak merupakan masa bermain yang pada umumnya masih belum
bisa berdiri sendiri, tetapi bukan berarti mereka dibiarkan begitu saja.
Kemandirian seorang anak tidak datang dengan sendirinya, tetapi sikap
mandiri dapat terbentuk dengan adanya latihan-latihan dan juga kebiasaan.
Sebagai langkah awal orang tua dapat membimbing kemandirian anak
sejak mereka masih kecil.
3. Pada dasarnya orang tua tidak boleh memberikan kasih sayang, perhatian
dan pemeliharaan secara berlebihan kepada anak, karena hal ini akan
menimbulkan sifat ketergantungan pada orang lain. Pada akhirnya, hal ini
akan meninggalkan pengaruh negatif di masa mendatang, karena mereka
sudah terbiasa sejak kecil ada orang yang selalu menjaga dan
melindunginya.
C. PEMBATASAN MASALAH
Beranjak dari latar belakang yang telah diungkap di muka, maka
penulis akan lebih mempertegas serta membatasi ruang lingkup yang ada
sehingga tidak akan terjadi kesalahpahaman serta kerancuan dalam
menafsirkan judul yang ada. Adapun istilah-istilah tersebut adalah:
1. Pengaruh
Pengaruh berarti “daya yang ada/timbul dari sesuatu (orang, benda) yang
ikut membentuk watak, kepercayaan/perbuatan seseorang“12 Jadi, yang
dimaksud pengaruh di sini adalah daya/kekuatan yang timbul dari sikap
overprotective orang tua dalam membentuk sikap mandiri seorang anak.
12 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), Edisi Ketiga, Cet. 3, hlm. 849.
6
2. Sikap Overprotective
Overprotective berasal dari kata overprotection yang berarti: over proteksi;
perlindungan, pembelaan, penjagaan berlebih-lebihan.
Memberi perhatian yang sangat berlebih-lebihan terhadap seorang anak.
Kaum ibu yang melaksanakan hal seperti ini cenderung merintangi
anaknya untuk memiliki sifat berdiri sendiri atau tidak tergantung kepada
orang lain13
kemudian, sikap overprotective yang dimaksud oleh penulis adalah sikap
orang tua yang memberi kasih sayang dengan sangat berlebihan terhadap
anak, sehingga cenderung untuk memanjakannya.
3. Orang Tua
Orang tua artinya 1. Ayah dan Ibu, 2. (orang tua) Orang yang dianggap tua
(cerdik, pandai, ahli dan sebagainya), orang-orang yang dihormati
(disegani di kampung).14 Atau, orang tua adalah “orang yang bertanggung
jawab dalam satu keluarga/rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-
hari lazim disebut bapak ibu”.15
Jadi, orang tua yang dimaksud di sini adalah orang yang sepenuhnya
bertanggung jawab terhadap anak dan dalam kehidupan sehari-hari biasa
dipanggil dengan sebutan ayah/ibu.
4. Sikap Mandiri
Kata sikap yang dalam bahasa Inggris adalah attitude mempunyai arti
“perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian, keyakinan;
perilaku, gerak-gerik”.16 Mandiri mempunyai arti “keadaan dapat berdiri
sendiri, tanpa tergantung pada orang lain”17 Sedangkan menurut Zakiah
13 Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung: Pionir Jaya, 1987), hlm.
329. 14 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op. cit., hlm. 802. 15 Thamrin Nasution dan Nurhalizah Nasution, Peran Orang Tua dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Anak, (Jakarta: Gunung Mulia, 1989), hlm. 1. 16 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op. cit., hlm. 1063. 17 Ibid., hlm. 710.
7
Daradjat “mandiri adalah kecenderugan anak untuk melakukan suatu yang
diingininya tanpa minta bantuan orang lain”.18
Adapun yang dimaksud dengan sikap mandiri di sini adalah suatu
kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang diingininya tanpa minta
tolong pada orang lain atau tergantung pada orang lain.
D. PERUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan judul yang telah diangkat, maka dapat dirumuskan
beberapa pokok permasalahan yang akan menjadi kajian dalam penelitian ini
yaitu:
1. Bagaimanakah sikap overprotective orang tua siswa kelas V dan VI SD
Islam al-Azhar 25 Semarang?
2. Bagaimanakah sikap mandiri siswa kelas V dan VI SD Islam al-Azhar 25
Semarang?
3. Bagaimanakah pengaruh sikap overprotective orang tua terhadap sikap
mandiri siswa kelas V dan VI SD Islam al-Azhar 25 Semarang?
E. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain:
1. Secara teoritis
a. Sebagai kontribusi wacana keilmuan dan khazanah intelektual tentang
cara mengasuh anak.
b. Sebagai bahan informasi bagi para peneliti lain yang hendak
mengadakan penelitian lebih lanjut.
2. Secara praktis
a. Sebagai sumbangan pemikiran bagi para orang tua untuk lebih
meningkatkan serta memperhatikan pendidikan dan pengasuhan dalam
sebuah keluarga.
18 Zakiah Daradjat, Perawatan Jiwa untuk Anak-anak, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987),
hlm. 130.
8
b. Sebagai bahan masukan bagi para orang tua dalam mendidik anak-
anak mereka, agar mereka juga memperhatikan pendidikan dari segi
kejiwaan anak sehingga nantinya anak mereka dapat hidup mandiri.
c. Sebagai bahan renungan bagi para siswa agar mereka memiliki sikap
mandiri dan lebih meningkatkan kualitas kepribadiannya, sehingga
mampu mengaktualisasikan dirinya pada masyarakat.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
SIKAP OVERPROTECTIVE ORANG TUA DAN SIKAP MANDIRI ANAK
A. DESKRIPSI TEORI
1. Sikap Overprotective Orang Tua
a. Pengertian Sikap Overprotective Orang Tua
Kata “sikap” yang dalam bahasa Inggris adalah attitude
mempunyai arti “sikap atau perilaku”.1 Atau sikap yang berarti perbuatan
dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian, keyakinan, perilaku,
gerak-gerik.2 Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Clifford T Morgan
sebagai berikut “an attitude is a tendency to respond positively (favorably)
or negatively (unfavorably) to certain persons, objects or situation”.3
Sikap adalah sebuah kecenderungan untuk memberikan tanggapan positif (menyenangkan) atau negatif (tidak menyenangkan) terhadap orang, benda/keadaan.
Kata overprotective berasal dari kata overprotection yang terdiri
dari kata over dan protection. Kata over yang berarti lebih, sangat4 dan
protection yang berarti perlindungan, pembelaan, penjagaan.5
Overprotective (overly protective) yang berarti “overprotective parents”.
Protective yang berarti pula intended or adapted to afford protection of
some kind. 6 (keinginan atau kebiasaan untuk memberikan perlindungan
akan berbagai hal).
1 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
1992), Cet. 20, hlm. 45. 2 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), Edisi Ketiga, Cet. 3, hlm. 1063. 3 Clifford T. Morgan and Richard A. King, Introduction to Psychology, (Singapore:
Mc. Graw Hill, 1971), Fourth Edition, hlm. 244. 4 John M. Echols dan Hassan Shadily, op. cit., hlm. 411. 5 Ibid, hlm. 453. 6 WordNet Home Page, “Overprotective Parents”,
http:www.wordnet.Princeton.edu/perl/webwn?02=&00=protective.
10
Kartini Kartono dan Dali Gulo mendefinisikan Overprotection
dengan:
over proteksi, perlindungan, pembelaan, penjagaan berlebih-lebihan. Maksudnya adalah memberi perhatian yang sangat berlebih-lebihan terhadap seorang anak. Kaum ibu yang melaksanakan hal seperti ini cenderung merintangi anaknya untuk memiliki sifat berdiri sendiri atau tidak tergantung kepada orang lain.7
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka sikap
overprotective orang tua dapat diartikan dengan sikap orang tua yang
memberikan kasih sayang dengan sangat berlebihan terhadap anak,
sehingga kasih sayang tersebut akan menimbulkan perhatian, perlindungan
serta kekhawatiran yang sangat berlebih-lebihan terhadap seorang anak.
Mendidik pada hakekatnya bersifat melindungi, yaitu melindungi
anak dari ketidakmampuannya bergaul dengan lingkungan pergaulannya,
melindungi dari sergapan pengaruh yang tidak baik yang mungkin dapat
mengancamnya dari lingkungan hidupnya, lebih-lebih dalam kehidupan
dewasa ini yang serba kompleks.8 Sehingga yang dimaksud memberikan
perlindungan kepada anak bukanlah dengan cara memberikan perhatian
atau perlindungan yang berlebihan dengan menonjolkan kekhawatiran
akan segala sesuatu yang berhubungan dengan anak.
Memberikan kasih sayang dan perhatian kapada anak adalah
kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap orang tua, supaya mental si
anak dapat tumbuh sehat. Hal itu disebabkan kasih sayang orang tua
sangat mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Anak yang tumbuh sehat
mentalnya akan mudah untuk dididik dengan nilai-nilai keislaman,
dibimbing pada jalan kebenaran dan ditanami ideology ketauhidan,
sebagaimana yang diinginkan oleh orang tuanya.9 Kecintaan pada anak
hendaknya jangan sampai melewati batas hingga melupakan segalanya,
7 Kartini Kartono & Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung: Pionir Jaya, 1987), hlm.
329. 8 M. I. Soelaeman, Pendidikan Dalam Keluarga, (Bandung: Alfabeta, 1994), hlm. 92. 9 Fuad Kauma, Buah Hati Rasulullah, Mengasuh Anak Cara Nabi, (Jakarta: Hikmah,
2003), hlm. 159.
11
karena hal ini merupakan perilaku yang keliru, yang dituntut adalah
keadaan yang wajar, yaitu tengah-tengah antara berlebihan dan
berkekurangan (ifrath & tafrith).10 Al-Qur’an al-Karim menggambarkan
keadaan ini dalam surat al-Furqon ayat 67.
t⎦⎪ Ï% ©! $#uρ !# sŒÎ) (#θà) xΡ r& öΝ s9 (#θèùÌó¡ ç„ öΝ s9uρ (#ρçI ø) tƒ tβ%Ÿ2 uρ š⎥÷⎫ t/ š Ï9≡sŒ $YΒ#uθs% ∩∉∠∪
Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secar wajar.11
Selain itu Rasulullah Saw. juga memperingatkan agar dalam
mencintai anak jangan sampai melewati batas. Jika hal itu dilakukan maka
keimanannya tidak akan sempurna. Hal ini dijelaskan dalam sabdanya
اليؤمن أحدكم حتى أكون : عن أنس قال قال النيب صلى اهللا عليه وسلم نعيماس أجالنلده ووالده وو ه منالي ب12)رواه البخاري(أح
Dari Anas dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, “Tidak beriman salah seorang diantara kalian sehingga kecintaannya kepadaku melebihi kecintaannya kepada orang tuanya, anaknya dan manusia seluruhnya”. (H.R al-Bukhari)
Sebagaimana hadits Rasulullah yang telah disebutkan di atas, hal
yang sama juga dijelaskan oleh Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya`
‘Ulum ad-Din yaitu,
فأحد أسباب ضعف حب اهللا فى القلوب قوةحب الدنياومنه حب األهل 13والمال والولد واألقارب والعقار والدواب والبساتين والمتنزهات
Maka salah satu sebab lemahnya rasa cinta kepada Allah dalam hati adalah kuatnya rasa cinta kepada dunia termasuk di dalamnya cinta kepada istri, harta, anak, keluarga, sawah ladang, binatang ternak, kebun-kebun, dan tempat-tempat hiburan.
10 Husain Mazhahiri, Pintar Mendidik Anak, (Jakarta: Lentera, 1999), hlm. 163. 11 Departemen Agama R.I. al-Hikmah, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung:
Diponegoro, 2005), Cet. 9. hlm. 365. 12 Al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz I,
(Libanon: Dar al-Fikr, t.th), hlm. 12. 13 Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Ihya ‘Ulum ad-Din, Juz IV,
(Semarang: Toha Putra, t.th.), hlm. 307.
12
Berdasarkan hadits Rasulullah dan pernyataan Imam al-Ghazali
di atas, jelas bahwa dalam mencintai Allah dan Rasul-Nya harus di atas
segala-galanya. Jika cintanya kepada Allah dan Rasul masih kalah dengan
anak, berarti dirinya adalah orang yang lemah imannya dan rapuh
akidahnya sehingga menomorduakan Allah dan Rasul-Nya. Padahal
keberadaan anak di dunia ini hanya bersifat sementara.14
Telah diketahui bahwa, memperlakukan anak dengan penuh
kelembutan dan kasih sayang merupakan prinsip dasar pendidikan anak
dalam islam. Namun, tidak menutup kemungkinan bagi orang tua untuk
memberi hukuman ketika mereka berbuat salah. Sebagaimana penjelasan
Abdullah Ulwan dalam kitabnya Tarbiyatul Aulad bahwa,
:والطرق اليت فتح معاملها املعلم األول عليه الصالة والسالم هياالرشاد اىل اخلطا بالتوجيه، االرشاد اىل اخلطا باملالطفة، االرشاد اىل اخلطا باالشارة، االرشاد اىل اخلطا بالتوبيخ، االرشاد اىل اخلطا باهلجر، االرشاد اىل
15واعظة اخلطا بالضرب، االرشاد اىل اخلطا بالعقوبة ال
Cara-cara yang telah dilakukan oleh Rasulullah Saw. Dalam mengatasi dan memperbaiki kesalahan anak, antara lain:
Memberitahu kesalahan diiringi dengan bimbingan, menyalahkan dengan lembut, menyalahkan dengan isyarat, menyalahkan dengan taubih (menjelekkan), memperbaiki kesalahan dengan meninggalkannya (tidak mengajak bicara padanya), memperbaiki kesalahan dengan memukul, menyadarkan kesalahan dengan sanksi yang keras.
Semakin jelas bahwa, dalam mendidik seorang anak tidak hanya
mengagungkan kasih sayang, tetapi juga memperhatikan prinsip-prinsip
pendidikan lain yang tidak kalah pentingnya dengan pemberian kasih
sayang.
14 Fuad Kauma, op. cit., hlm. 160. 15 Abdullah Ulwan, Tarbiyatul Aulad fi al-Islam, Juz II, (Beirut: Dar as-Salam, 1893),
hlm. 763-766.
13
Salah satu gambaran orang tua yang sangat mencintai anaknya
tanpa melupakan cintanya kepada Allah adalah Nabi Ibrahim a.s. Beliau
adalah figur yang patut kita contoh, oleh karena itu, sebagai orang tua
seyogyanya tidak melampui batas-batas yang lazim dalam menyayangi
dan melindungi anaknya.
b. Ciri-ciri Sikap Overprotective Orang Tua.
Sikap overprotective orang tua dapat dilihat dari perlakuan-
perlakuan orang tua di bawah ini:
1) Perhatian yang Berlebihan
Perhatian orang tua merupakan kebutuhan dasar bagi anak,
karena dengan adanya perhatian tersebut, anak akan merasa
mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Orang tua yang
memberikan perhatian cukup, sangat membantu perkembangan
kepribadian anak. Perhatian tersebut dapat ditunjukkan dengan
berbagai bentuk, misalnya cara orang tua memenuhi kebutuhan dan
keinginan anak, sikap orang tua ketika anak sedang belajar atau
bermain, respon orang tua atas kemampuan yang dimiliki anak baik
kemampuan motorik, intelektual maupun emosional, dan lain-lain.
Memberikan perhatian dan menerima anak sebagaimana
adanya adalah esensial dalam kehidupan anak. Namun, kasih sayang
yang diberikan itu harus diterjemahkan dalam bentuk tindakan
memelihara dan mengasuh anak sebaik-baiknya, seperti memberi
makan dan minum, memandikan, memakaikan baju ketika masih bayi.
Jika anak bertambah besar, orang tua wajib memberikan berbagai
rangsangan yang dapat membantu perkembangan anak. Kewajiban
orang tua adalah mengembangkan keterampilan berinteraksi dengan
anak, sehingga dapat mengekspresikan kasih sayang dan kehangatan
mereka terhadap anak.16 Tetapi, kebanyakan orang tua mengartikannya
16 Shinta Ratnawati, Keluarga, Kunci Sukses Anak, (Jakarta: Kompas, 2001), Cet. 3,
hlm. 56.
14
dengan cara memberikan perhatian kepada anak akan segala hal-hal
yang dibutuhkan mereka.
Terkadang orang tua mempunyai tuntutan yang tinggi,
bahkan tidak realistis. Mereka menuntut dirinya menjadi orang tua
yang dapat memenuhi semua keinginan anaknya, memberikan kasih
sayang, bekerja mati-matian untuk memenuhi kebutuhan anak, dan
sebagainya. Tuntutan yang berlebihan ini justru akan menghambat
tugas mereka sebagai orang tua.
Pendidikan dengan perhatian adalah senantiasa mencurahkan
perhatian penuh dengan mengikuti perkembangan aspek aqidah dan
moral anak. Misalnya, orang tua memperhatikan sikap jujur anak. Jika
anak ditemukan telah berdusta, maka orang tua berkewajiban untuk
membimbingnya agar tidak mengulanginya lagi. Jika hal ini dibiarkan,
kemungkinan besar ia akan terbiasa untuk berdusta.17 Selain itu, orang
tua juga harus memperhatikan tata cara seorang anak bermasyarakat
dan bergaul dengan orang lain. Jika terdapat satu keganjilan baik
dalam sopan santun makan, memberi salam, bergaul, berbicara atau
tata cara bermasyarakat lainnya, maka orang tua harus berusaha keras
seoptimal mungkin untuk menanamkan dan membiasakan tata krama
bermasyarakat dan bergaul yang islami.18
Teramat jelas bahwa perhatian kepada anak bukan hanya
ditekankan pada pemenuhan kebutuhan materi anak saja, di mana
segala sesuatu yang diminta dan diinginkannya selalu dituruti, tetapi
lebih ditekankan pada aspek agama yang akan menjadi landasan utama
untuk kehidupannya mendatang.
2) Pemberian Bantuan Secara Terus-menerus
Peran orang tua sebagai penolong dan pembantu adalah
memberikan bantuan kepada anak, karena ia masih memiliki
17Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam, Kaidah-kaidah Dasar,
Alih Bahasa Khalilullah Ahmas Masjkur Hakim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), hlm. 144. 18 Ibid., hlm. 150.
15
keterbatasan dan kelemahan baik fisik, psikis, maupun ruhaniahnya.
Yang dimaksud membantu adalah membawa anak kepada keadaan
yang wajar dan mandiri. Bantuan itu berupa tindakan-tindakan yang
mempercepat kedewasaan, dalam bentuk perawatan fisik, penggunaan
anggota badan dan pemeliharaan ruhani.
Sebelum ada kemampuan untuk berdiri sendiri, anak tentu
membutuhkan pertolongan orang dewasa. Orang tua memiliki
kewajiban untuk menolong anak-anaknya dalam memenuhi kebutuhan
mereka, tetapi mereka tidak boleh berlebih-lebihan dalam menolong
anak, sehingga nantinya anak mereka tidak akan kehilangan
kemampuan untuk berdiri sendiri.19
Seorang anak lahir ke dunia sebagai makhluk yang
independen dan kompleks. Makhluk independen yang dimaksud dalam
hal ini ialah ciptaan Allah yang berdiri sendiri, memiliki takdir
tersendiri dan merupakan individu yang terlepas dari individu lain
termasuk orang tuanya sekalipun.
Adapun disebut makhluk yang
kompleks karena seorang anak lahir dengan membawa karakter, bakat
serta kemampuan tertentu untuk dapat dikembangkan.20
Orang tua yang baik adalah orang tua yang mengakui
kemampuan anak, dia memandang anak sebagai individu yang sedang
berkembang.
Sehingga memberikan kesempatan kepadanya untuk
mengembangkan diri dengan segala kemungkinan yang dimilikinya.
Orang tua seperti ini memahami hakekat perkembangan anak yakni
mencapai kedewasaan fisik, mental, emosional dan sosial. Orang tua
yang memahami hal ini akan menanggapi secara positif seluruh
ekspresi anak dalam bentuk apapun, memberi kebebasan kepada anak
untuk berkreasi, mengembangkan bakatnya, serta mendukung seluruh
19 Abdul Aziz El-Quussy, Pokok-pokok Kesehatan Jiwa/Mental, Jilid I, Alih Bahasa
Zakiah Daradjat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983), hlm. 220. 20 M. Nipan Abdul Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2001), hlm.19.
16
keinginan anak yang positif, dengan terus memantau dan mengarahkan
anak agar jangan menyusuri jalan hidup yang sesat.
3) Mengawasi Kegiatan Anak Secara Berlebihan
Mengingat anak akan senantiasa terletak di bawah perhatian
dan pengawasan pendidikan, maka orang tua akan selalu
memperhatikan segala gerak-gerik, ucapan, perbuatan, bacaan dan
orientasinya. Pengawasan di sini bukan berarti bahwa orang tua selalu
mengawasi gerak-gerik atau segala kegiatan anaknya karena mereka
sangat khawatir bila anaknya akan ditimpa musibah.
Maksud dari pendidikan yang disertai pengawasan yaitu
mendampingi anak dalam upaya membentuk akidah dan moral, dan
mengawasinya mempersiapkan secara psikis dan sosial. Hal ini sesuai
dengan prinsip-prinsip Islam yang universal dan dengan peraturan
yang abadi, mendorong para orang tua, ibu-bapak untuk selalu
mengawasi dan mengontrol anak-anaknya dalam setiap segi kehidupan
dan pada setiap aspek kependidikan.21 Sesuai dengan firman Allah
dalam surat at-Tahrim ayat 6 yang berbunyi,
$ pκ š‰r'≈tƒ t⎦⎪Ï% ©! $# (#θãΖ tΒ# u™ (#þθè% ö/ä3|¡ àΡr& ö/ä3‹ Î=÷δ r& uρ #Y‘$ tΡ... ∩∉∪
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka ... (Q.S. at-Tahrim : 6) 22
Berdasarkan nash tersebut kita dapat mengambil suatu
kesimpulan bahwa tiap anggota keluarga diharapkan untuk selalu
menjaga anggota keluarganya, bahkan bertanggung jawab atas mereka.
Hal penting lain yang perlu diketahui dan disadari seorang
pendidik bahwa pengawasan ini tidak terbatas pada satu atau dua aspek
pembentukan jiwa, tetapi juga mencakup berbagai segi; segi keimanan,
intelektual, moral, fisik, psikis, dan sosial kemasyarakatan. Sehingga
21 Abdullah Nashih Ulwan, op. cit., hlm. 128-129. 22 Departemen Agama R.I. al-Hikmah, op. cit., hlm. 560.
17
pendidikan ini akan memberi hasil positif dan insan muslim yang
seimbang dalam menunaikan tugas dan kewajibannya dalam hidup.23
4) Memecahkan Masalah Anak
Orang tua sering tidak memberi kepercayaan pada anak atas
kemampuan yang dimilikinya. Mereka sering turun tangan untuk
membantu memecahkan masalah mereka, padahal belum tentu bantuan
tersebut benar-benar dibutuhkan oleh seorang anak. Pada dasarnya
Allah Swt telah memberi karunia yang berupa intuisi pada setiap anak
agar mereka dapat memecahkan berbagai masalah, dan dengan
memecahkan masalah tersebut mereka dapat mengasah intuisinya
secara lebih tajam.24 Orang tua tidak sadar bahwa kemampuan
memecahkan masalah adalah bagian yang menyatu dalam proses
pertumbuhan anak.
Ada pula orang tua yang suka mencampuri urusan anak-
anaknya sampai kepada soal-soal yang kecil, misalnya mereka
mengatur jadwal kegiatan anak-anaknya, cara membelanjakan uang,
teman-teman bermain dan lain-lain. Anak-anak yang dibesarkan dalam
suasana seperti itu, jika mereka dewasa akan memiliki sifat ragu-ragu,
lemah kepribadian dan tidak sanggup mengambil keputusan tentang
apa saja. Hal ini dikarenakan mereka belum pernah terlatih untuk
mengambil keputusan bagi dirinya sendiri, karena selama ini ada orang
yang selalu memikirkannya. Dalam hal ini mungkin orang tua lupa
bahwa seseorang akan belajar dari pengalamannya.
Orang tua harus mengajarkan anak-anaknya untuk
mempelajari segala sesuatu sendirian, artinya mereka akan merasakan
hasil perbuatan mereka sendiri baik yang menyenangkan atau yang
menyakitkan. Berawal dari pengalaman tersebut, anak akan belajar
untuk mengmbil keputusan, memecahkan masalah, serta memunculkan
ide-ide kreatif yang dimilikinya. Mereka akan mendapatkan pelajaran
23 Abdullah Nashih Ulwan, op. cit., hlm. 143. 24 Irawati Istadi, Mendidik dengan Cinta, (Bekasi: Pustaka Inti, 2006), hlm. 47.
18
tersendiri melalui pengalaman pribadinya secara langsung. Seperti
yang dikemukakan Stephanie Thornton dalam bukunya Children
Solving Problem, bahwa “pemecahan masalah yang berhasil tidak
begitu bergantung kepada kecerdasan si anak tetapi lebih pada
pengalaman mereka”.25
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Overprotective Orang Tua
Pada dasarnya, ada dua faktor yang dapat mempengaruhi orang
tua untuk memberikan pemeliharaan serta penjagaan yang melampui batas
(overprotective) dalam membimbing anaknya, yaitu:
1) Sifat proteksi yang murni datang dari dalam orang tua sendiri, hal ini
dikarenakan mereka benar-benar menyayangi anak-anaknya. Perilaku
proteksi yang murni dari orang tua ini timbul dari beberapa hal di
antaranya:
a) Pengalaman orang tua di waktu kecil
b) Terlambatnya ibu mendapat anak
c) Adanya penderitaan saat melahirkan anak
d) Anak yang cacat/sakit-sakitan
e) Anak tunggal/anak sulung/anak bungsu26
2) Orang tua memproteksi anak untuk menutupi perasaan
bermusuhan/penolakan anak. Sehingga hal ini merupakan kompensasi
atas kesalahan orang tua.27
Dalam hal ini, orang tua biasanya sangat memanjakan anak sebagai
imbalan atas hilangnya waktu bersama anak akibat kesibukan orang
tua, bahkan mereka merasa sangat berdosa karena telah meninggalkan
anak seharian.
25 Lawrence E. Shapiro, Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak, Alih Bahasa
Alex Tri Kantjono, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), Cet. 4, hlm. 141. 26 Musthafa Fahmi, Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat, Jilid I,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hlm. 98-99. 27 Shinta Ratnawati, op. cit., hlm. 55.
19
d. Dampak Sikap Overprotective Orang Tua
Setiap orang memulai kehidupannya dari dalam keluarga. Besar
ataupun kecil lingkungan keluarga akan tetap berpengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan anak. Tidak diragukan lagi bahwa
perlakuan overprotective orang tua juga mempunyai pengaruh dalam
pribadi anak. Meskipun tidak semua anak itu akan mendapatkan akibat
yang sama. Hendaknya para orang tua perlu mengetahui bahwa sikap
overprotective bisa menimbulkan akibat-akibat yang buruk, antara lain:
1) Anak akan tumbuh dalam pribadi yang sangat lemah, kehilangan
kemampuan untuk mandiri. Elizabeth B. Hurlock menyatakan bahwa
Parental overprotectivenees consist of excessive care and control over
the child. These fosters overdependency in children, dependency on all
people, not parents alone, lack of self confidence, and frustrations.28
perlindungan orang tua yang berlebihan mencakup pengasuhan dan pengendalian anak yang berlebihan. Hal ini menumbuhkan ketergantungan yang berlebihan, ketergantungan pada semua orang, bukan pada orang tua saja, kurangnya rasa percaya diri dan frustasi.
2) Kurang mempunyai rasa tanggung jawab. Hal ini dikarenakan si anak
selalu mendapat pertolongan, sehingga mereka akan melimpahkan
segala urusan/kewajibannya kepada orang lain. Hal ini pula yang
membuat anak berusaha menghindari kesukaran serta tanggung jawab
yang dipikulnya.
3) Anak yang dibesarkan dalam pemeliharaan yang melampui batas dan
penjagaan yang berlebih-lebihan, akan sukar baginya untuk membuat
hubungan yang sukses (bersosialisasi) dengan orang lain karena ia
hanya dekat dengan orang tuanya saja.29
4) Anak akan kurang terlatih dalam menghadapi kesukaran, karena anak
sudah terbiasa terlindungi dan tidak pernah mengalami benturan dalam
28 Elizabeth B. Hurlock, Child Development, (Singapore: Mc. Graw Hill, 1978), Sixth
Edition, hlm. 497. 29 Musthafa Fahmi, op. cit., hlm. 100.
20
hidupnya. Orang tua tidak sadar bahwa dengan membiasakan anak
memperoleh segala yang dibutuhkannya tanpa usaha, berarti segala
kesulitan dalam kehidupan akan terpampang dihadapannya.
5) Potensi yang dimiliki anak akan terbunuh. Hal ini dikarenakan mereka
selalu mendapat kesenangan dan kepuasan tanpa bersusah payah,
sehingga potensi yang mereka miliki tidak terasah dan akhirnya tidak
akan muncul ke permukaan.30
6) Sikap overprotective orang tua juga bisa mempengaruhi perilaku anak
di kemudian hari, anak akan menghadapi kesukaran yang lebih besar
dari pada biasa dalam penyesuaian diri dengan alam luar. Perhatian
orang tuanya yang berlebihan, akan menyeret anak kepada harapan dan
bantuan dan perhatian dari orang lain.31 Hal ini dikarenakan semasa
kecilnya, anak tidak boleh dan tidak pernah menderita, susah dan
kesukaran. Sehingga mereka kurang terlatih dalam menghadapi hal-hal
yang sulit.
2. Sikap Mandiri Anak
a. Pengertian dan Dasar Sikap Mandiri
Pada dasarnya pengertian sikap mandiri itu dapat ditinjau dari
dua segi, yaitu pengertian secara etimologi (bahasa) dan pengertian secara
terminology (istilah).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “mandiri”
mempunyai arti “keadaan yang dapat berdiri sendiri, tanpa tergantung
pada orang lain”.32 Sedangkan pengertian mandiri secara istilah diartikan
oleh beberapa ahli antara lain: J.I.G.M. Drost, S.J menyatakan bahwa
“kemandirian adalah keadaan kesempurnaan dan keutuhan kedua unsur
(budi dan badan) dalam kesatuan pribadi, dengan kata lain manusia
30 Anik Pamilu, Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan, (Yogyakarta: Citra Media,
2006), hlm. 177. 31 Musthafa Fahmi, op. cit.,hlm. 111. 32 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op.cit., hlm. 710.
21
mandiri adalah pribadi dewasa yang sempurna”.33 Enung Fatimah
mendefinisikan mandiri (berdiri di atas kaki sendiri) dengan “kemampuan
seseorang untuk tidak bergantung pada orang lain serta bertanggung jawab
atas apa yang dilakukannya”.34
Menurut Zakiah Daradjat, mandiri (berdiri sendiri) adalah
kecenderungan anak untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya tanpa minta tolong kepada orang lain. Juga mengukur kemampuannya untuk mengarahkan kelakuannya tanpa tunduk kepada orang lain. Biasanya anak yang berdiri sendiri lebih mampu memikul tanggungjawab, dan pada umumnya mempunyai emosi yang stabil.35
Sedangkan Chabib Thoha mengartikan prilaku mandiri dengan
kebebasan seseorang dari pengaruh orang lain. Ini berarti orang yang berperilaku mandiri mempunyai kemampuan untuk menemukan sendiri apa yang harus dilakukan, menentukan dan dalam memilih kemungkinan-kemungkinan dari hasil perbuatan dan akan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi tanpa harus mengharapkan bantuan dari orang lain.36
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa sikap mandiri adalah sikap yang dapat berdiri sendiri
dan memiliki pribadi yang matang, sehingga dia mampu menentukan apa
yang harus dilakukannya secara bertanggung jawab, tanpa campur tangan
orang lain. Anak yang mandiri adalah anak yang tidak selalu bergantung
kepada orang lain, baik pada orang tua, guru, teman, maupun lingkungan.
Adapun dasar-dasar dari sikap mandiri adalah:
χ Î) ©! $# Ÿω çÉitóム$ tΒ BΘöθs) Î/ 4© ®L ym (#ρç Éitóム$tΒ Ν Íκ ŦàΡ r'Î/ 3 ∩⊇⊇∪
33 J.I.G.M. Drost S.J, Sekolah, Mengajar atau Mendidik ?, (Jakarta: Kanisius, 1998),
hlm. 39. 34 Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan, Perkembangan Peserta Didik, (Bandung:
Pustaka Setia, 2006), hlm. 141. 35 Zakiah Daradjat, Perawatan Jiwa untuk Anak-anak, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987),
hlm. 130. 36
HM. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1996), hlm. 122.
22
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. (Q.S. ar-Ra’du: 11)
‘≅ ä. ¤§ø tΡ $ yϑÎ/ ôM t6|¡ x. îπ oΨ‹ Ïδ u‘ ∩⊂∇∪
Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya. (Q.S. al-Mudatsir: 38)
‘≅ ä. ¤› Íö∆$# $ oÿ Ï3 |= |¡ x. ×⎦⎫Ïδ u‘ ∩⊄⊇∪
Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya. (Q.S. at-Thur: 21)37
Berdasarkan ayat-ayat di atas, maka jelas bahwa setiap diri
seseorang harus mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. Oleh
karena itu, dia harus mampu memilih dan menentukan sendiri apa-apa
yang akan diperbuatnya. Sehingga seluruh perbuatannya akan menjadi
baik dan terhindar dari perbuatan yang salah.
Pandangan bahwa anak merupakan sosok pribadi yang masih
labil sudah merupakan pendapat umum dan kenyatannya memang
demikian. Segala sesuatu yang terdapat pada anak, sifatnya masih sulit
diidentifikasi secara jelas, karena dalam diri anak masih sering mengalami
perubahan-perubahan, seiring dengan perkembangan fisik dan mentalnya.
b. Ciri – ciri Sikap Mandiri
Orang yang mempunyai sikap mandiri akan dapat menemukan
sendiri apa yang harus dilakukan, menentukan dan memilih kemungkinan-
kemungkinan dari hasil perbuatan dan dapat menyelesaikan sendiri
masalah-masalahnya tanpa mengharapkan bantuan dari orang lain. Begitu
juga kemandirian seorang anak, tentunya tidak akan terlepas dari faktor-
faktor dan juga ciri-ciri yang menandai bahwa seorang anak sudah bisa
dikatakan mandiri atau belum. Adapun ciri-ciri sikap mandiri adalah:
37 Departemen Agama R.I. al-Hikmah, op. cit., hlm. 250, 576, 524.
23
1) Disiplin
Salah satu ciri yang menandai sikap mandiri pada anak adalah
disiplin dalam segala perbuatan atau tingkah lakunya, sehingga setiap
anak yang mandiri mempunyai disiplin dalam segala perbuatan atau
tingkah lakunya agar tidak salah dalam melangkah atau menyesal atas
tindakannya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin mempunyai
arti “ketaatan dan kepatuhan kepada aturan”.38 Sedangkan pengertian
disiplin secara istilah diartikan oleh beberapa ahli, di antaranya W.J.S
Poerwadarminta, menurutnya disiplin adalah “latihan batin dan watak
supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib”.39
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
disiplin adalah kontrol diri terhadap perbuatan seseorang agar selalu
mentaati tata tertib dari orang lain maupun diri sendiri.
Dalam masalah disiplin ini Rasulullah juga memerintahkan
untuk mendidik anak dengan kedisiplinan sebagaimana yang beliau
sabdakan:
سول اهللا صلى اهللا قال ر: بن شعيب، عن أبيه، عن جده، قال عن عمرومروا أو الدكم بالصالة وهم أبناء سبع سنين، واضر بوهم : عليه وسلم
40 )رواه أبو داود(عليها وهم أبناء عشر، وفر قوا بينهم في المضاجع
Dari ‘Amru bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, “Suruhlah anak-anakmu salat jika mereka telah berumur tujuh tahun dan pukullah mereka jika mereka meninggalkan salat, bila mereka telah berumur sepuluh tahun pisahkanlah mereka dari tempat tidur”. (HR. Abu Dawud).
38 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op. cit., hlm. 268. 39 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1976), hlm. 254. 40 Abu Daud Sulaiman bin Asy’as as-Sajastani, Sunan Abu Dawud, Jus 1, (Libanon :
Darul Fikr, t.th), hlm. 133.
24
Dengan disiplin anak dapat mengembangkan kendali atas
perilaku mereka sendiri sehingga mereka akan melakukan apa yang
benar, meskipun tidak ada penjaga yang mengancamnya dengan
hukuman jika mereka melakukan kesalahan. Sebab, fungsi utama
disiplin adalah untuk mendidik supaya dapat mengendalikan diri
dengan mudah, menghormati dan mematuhi peraturan yang ada.
Mengingat pentingnya sikap disiplin, maka seyogyanya orang
tua dapat menanamkan sikap disiplin pada anak sedini mungkin.
Karena disiplin merupakan kunci sukses dan dengan disiplin pula
orang dapat menyelesaikan suatu pekerjaan dengan tepat.
2) Mampu Memecahkan Masalah
Orang yang mandiri adalah orang yang apabila mendapat
masalah dapat menghadapinya dan menyelesaikannya dengan matang
dan bersikap dewasa, karena tanpa mampu memecahkan masalah,
seseorang tidak mungkin dapat bertindak sendiri dengan yakin.
Mampu memecahkan masalah merupakan salah satu sikap
mandiri, sebab tidak mungkin anak bertindak sendiri jika tidak mampu
memecahkan masalah terlebih dahulu. Sebagai anak yang mandiri
hendaknya selalu mencoba untuk menyelesaikan segala persoalan yang
ada, dihadapi sendiri tanpa minta bantuan orang lain. Hal ini sesuai
dengan pendapat Aryatmi yang mengatakan bahwa:
Keterampilan memecahkan masalah merupakan keterampilan yang sangat penting. Setiap orang pada saat-saat tertentu dalam hidupnya dihadapkan pada masalah yang harus dipecahkan. Jadi kemampuan dan keterampilan memecahkan masalah tidak hanya penting untuk menolong orang lain, tetapi juga menolong dirinya sendiri.41
Anak dapat belajar memecahkan masalahnya sendiri dengan
bantuan orang lain, khususnya orang tua. Orang tua harus
41 Aryatmi, “Ketrampilan Memecahkan Masalah”, dalam Kartini Kartono (ed.),
Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya, (Jakarta : Rajawali, 1983), hlm. 137.
25
membiasakan anaknya untuk selalu memecahkan masalahnya sendiri.
Kebiasaan ini harus diberikan pada anak supaya mereka terbiasa.
Selain memberikan latihan-latihan dan kebiasaan tentunya
orang tua harus memberikan pengawasan pada anak dalam
memecahkan masalah. Jadi, anak tidak dibiarkan begitu saja karena
anak masih membutuhkan bimbingan dan pengawasan dari orang tua
dalam memecahkan masalahnya.
3) Bertanggung Jawab
Agoes Soejanto mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan
seorang anak telah mulai dapat bertanggung jawab, ialah:
ia telah mengerti tentang perbedaan antara yang benar dan yang salah, yang boleh dan yang dilarang, yang dianjurkan dan yang dicegah, yang baik dan yang buruk, dan ia sadar bahwa ia harus menjauhi segala yang bersifat negatif dan mencoba membina diri untuk selalu menggunakan hal-hal yang positif.42
Bertanggung jawab terhadap segala tindakan yang diperbuat
merupakan kunci menuju kemandirian. Tanggung jawab bukan sesuatu
yang tertanam sejak lahir, namun merupakan hasil dari latihan yang
perlahan-lahan atau merupakan sebuah proses panjang, yang
tergantung pada tingkat umur dan daya fikirnya. Dalam hal ini Zakiah
Daradjat berpendapat bahwa, “biasanya anak yang dapat berdiri
sendiri, lebih mampu memikul tanggung jawab dan pada umumnya
memiliki emosi yang stabil”.43
Berkenaan dengan rasa tanggung jawab ini, Allah telah
berfirman dalam surat al-Mudatsir ayat 38, yang berbunyi:
‘≅ ä. ¤§ ø tΡ $yϑ Î/ ôM t6 |¡ x. îπ oΨ‹ Ïδ u‘ ∩⊂∇∪
Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya. (Q.S. al-Mudatsir: 38) 44
42 Agoes Soejanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), Cet. 8,
hlm. 267. 43 Zakiah Daradjat, loc. cit. 44 Departemen Agama R.I. al-Hikmah, loc. cit.
26
Berdasarkan ayat tersebut, seseorang dapat meyakini bahwa
dirinya tidak akan dikenai beban atas perbuatan yang dilakukan orang
lain. Ia akan bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukannya
sendiri. Hal ini akan menumbuhkan kesadaran dalam diri seseorang
akan sikap jujur dan kesatria, serta tidak akan melemparkan tanggung
jawab kepada orang lain.45 Bertanggung jawab terhadap segala
tindakan yang diperbuat merupakan kunci menuju kemandirian, karena
dengan bertanggung jawab (betapapun sakitnya) akan mengajarkan
anak untuk tidak mengulangi lagi hal-hal yang memberi dampak
negatif (tidak menyenangkan) bagi dirinya.
Dengan belajar bertanggung jawab, maka anak bisa
menunjukkan dirinya mampu dan mengontrol diri sendiri. Rasa
percaya diri pun akan tumbuh jika anak berhasil mengerjakan semua
tugasnya. Anak juga akan belajar bahwa hidup mempunyai
konsekuensi terhadap diri, keluarga, dan masyarakat.46
4) Bekerja Sendiri Tanpa Bantuan Orang Lain.
Secara umum kemandirian bisa diukur melalui bagaimana anak
bertingkah laku secara fisik, meskipun bisa juga terwujud dalam
perilaku emosional dan sosialnya. Ciri kemandirian yang dapat dilihat
dengan mudah adalah bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain, karena
hal ini bisa dilihat secara langsung dan oleh siapapun.
Dalam hal memenuhi kebutuhan sendiri ini, sesuai dengan
firman Allah dalam surat an-Najm ayat 39, yang berbunyi,
β r&uρ }§øŠ ©9 Çان|¡Σ M∼Ï9 ωÎ) $tΒ 4© tëy™ ∩⊂®∪
Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya. (Q.S. an-Najm: 39)47
45 HM. Chabib Thoha, op. cit., hlm. 25. 46 Elly Risman “Melatih Anak Mandiri dan Bertanggung Jawab”,
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0209/01/Keluarga/mela21.htm, hlm. 2. 47 Departemen Agama R.I. al-Hikmah, op. cit. hlm. 527.
27
Pada dasarnya, setiap anak mempunyai keinginan untuk
memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan mereka berusaha untuk
mengerjakan segala sesuatu yang diinginkannya. Bila anak belajar
mengerjakan sendiri, mereka akan mengetahui sesuatu yang baru dan
akan mendapat pengalaman baru. Tetapi terkadang, orang tua malah
memutuskan usaha anaknya itu, karena mereka merasa tidak sabar
akan apa yang dikerjakan oleh anaknya dengan alasan menghemat
waktu. Berawal dari perilaku yang tidak disengaja ini akan
menimbulkan suatu kebiasaan terus bergantung pada orang tua bahkan
pada orang lain.
Bahwasanya, kemandirian dapat dimulai sejak anak masih
kecil, bahkan ketika anak masih bayi. Seorang anak hanya
membutuhkan suatu kepercayaan untuk melakukan suatu hal yang
mampu ia kerjakan sendiri, misalnya dengan memberikan tugas-tugas
rumah yang sederhana.
Pada umumnya, seorang anak akan mengerjakan/memenuhi
kebutuhannya sendiri dikarenakan ia sudah terbiasa. Kebiasaan ini
harus ditanamkan orang tua sedini mungkin, karena tanpa adanya
pembiasaan seorang anak akan merasa canggung bahkan malas untuk
melakukannya.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap Mandiri
Sebagaimana aspek-aspek psikologis lainnya, perkembangan
sikap mandiri ini juga bukan semata-mata merupakan pembawaan yang
melekat pada diri individu sejak lahir dan juga tidak datang dengan
sendirinya. Sikap mandiri ini akan terbentuk karena adanya faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Adapun faktor yang mempengaruhi sikap
mandiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Faktor Internal
Faktor internal ini merupakan faktor yang berasal dari dalam
diri anak itu sendiri, antara lain:
28
a) Faktor Umur
Bertambahnya umur anak akan mendorong tumbuhnya
kecenderungan untuk melepaskan diri dari ikatan orang tua. Anak
mulai mencoba tingkah lakunya dan berusaha dengan ketrampilan
motoriknya mengetahui hal-hal yang baru dalam pergaulan dan
lingkungannya.
Berpengaruhnya faktor umur dalam sikap mandiri
disebabkan anak mengalami perkembangan rohani dan
pertumbuhan jasmani pada umur-umur tertentu. Sebagaimana
perkataan Alfred Binet yang dikutip oleh Zakiah Daradjat, yaitu:
Bahwa kemampuan untuk mengerti masalah-masalah yang abstrak tidak sempurna perkembangannya sebelum mencapai usia 12 tahun. Dan kemampuan untuk mengambil kesimpulan yang abstrak dari fakta-fakta yang ada, baru tampak pada umur 14 tahun. Itulah sebabnya maka pada umur 14 tahun itu, anak-anak telah dapat menolak saran-saran yang tidak dapat dimengertinya dan mereka sudah dapat mengkritik pendapat-pendapat tertentu yang berlawanan dengan kesimpulan yang diambilnya.
48
Berdasarkan pendapat tersebut teramat jelas bahwa, apabila
umur semakin bertambah, maka akan bertambah pula kecakapan-
kecakapan dan ketrampilan yang dimiliki oleh seorang anak,
sehingga secara otomatis sikap mandiri pada anak akan semakin
berkembang dan mantap.
Sebenarnya usia bukan patokan mutlak untuk menentukan
tahap perkembangan seorang anak, tetapi ketika anak menunjukkan
tanda-tanda ingin mandiri, berarti ia telah siap melangkah menjadi
anak yang mandiri.
b) Keturunan Orang Tua (Gen)
Orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali
menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga. Namun, faktor
keturunan ini masih menjadi perdebatan karena ada yang
48 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1998), hlm. 73.
29
berpendapat bahwa sesungguhnya bukan sifat kemandirian orang
tuanya itu menurun kepada anaknya, melainkan sifat orang tuanya
muncul berdasarkan cara orang tua mendidik anaknya.49
Hal ini sesuai dengan pernyataan Elizabeth B. Hurlock
bahwa “intrinsic maturing is the unfolding of characteristic
potentially present in the individual that come from the individual’s
genetic endowment”50 yang artinya proses kematangan intrinsic
adalah terbukanya karakteristik yang secara potensial ada pada
individu yang berasal dari warisan genetik individu.
c) Kekuatan Iman dan Ketaqwaan Kepada Allah Swt
Faktor dari dalam yang sangat menentukan perilaku
mandiri adalah kekuatan iman dan ketaqwaan kepada Allah Swt.
Bagi anak yang mempunyai kepercayaan dan keyakinan yang kuat
terhadap agama, mereka cenderung untuk memiliki kemandirian
yang kuat terhadap agama. Hal ini dapat dilihat dalam beberapa
ayat al-Qur’an sebagai berikut:
Ÿωuρ â‘ Ì“ s? ×ο u‘ Η#uρ u‘ ø—Íρ 2”t÷z é& 4 ∩⊇∇∪
Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. (Q.S. al-Fathir: 18)51
Sikap yang seperti ini juga telah disebutkan oleh Allah
dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 139 yang berbunyi:
Ÿωuρ (#θãΖ Îγ s? Ÿωuρ (#θçΡ t“ øt rB ãΝ çFΡr&uρ tβ öθn= ôãF{$# β Î) Ο çGΨä. t⎦⎫ ÏΖ ÏΒ÷σ •Β ∩⊇⊂®∪
Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman. (Q.S. Ali Imran: 139)52
49 Mohammad Ali, Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2004), hlm. 118. 50 Elizabeth B. Hurlock, op. cit., hlm. 28. 51 Departemen Agama R.I. al-Hikmah, op. cit., hlm. 436. 52 Ibid, hlm. 67.
30
Ayat di atas menggambarkan bahwasanya, jika seseorang
itu benar-benar beriman kepada Allah maka tidak akan ada tempat
di hatinya untuk merasa khawatir, sedih dan putus asa.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri anak
tersebut, yang meliputi:
a) Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua merupakan cara terbaik yang dapat di
tempuh orang tua dalam mendidik anak. Hal ini merupakan salah
satu wujud dari rasa tanggung jawab orang tua pada anak dan
tanggung jawab untuk mendidik anak ini merupakan tanggung
jawab primer bagi orang tua.53 Pola asuh orang tua merupakan
faktor eksternal yang paling dominan, oleh karena itu orang tua
harus dapat membuat anak mereka berdiri sendiri secepat mungkin.
Dalam pandangan Islam, orang tua merupakan pendidik
yang pertama dan utama, maka sudah sewajarnya bila mereka
memikul tanggung jawab untuk mendidik anaknya. Pendidikan
keluarga merupakan awal dari segalanya, yakni pendidikan awal
yang menjembatani anak untuk bisa lebih maju dan hidup lebih
baik. Sebagaimana telah disebutkan dalam sebuah hadits Rasul
yang berbunyi,
قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم : عن ايب هريرة رضي اهللا عنه قال انه اورصني انه اودوهي اهوة فا بالفطر لىع لدود إال يلووم ا منم
54)رواه البخاري(يمجسا نه
Dari Abu Hurairah r.a dia berkata, bersabda Rasulullah Saw., “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan putih bersih maka kedua ibu bapaknyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi”. (H.R al-Bukhari)
53 HM. Chabib Thoha, op. cit., hlm. 109. 54 Al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz I,
(Beirut: Dar al-Kutub al-ilmiah, t.th), hlm. 413.
31
Berdasarkan hadits di atas, menjadi teramat jelas bahwa
pendidikan dalam keluarga mempunyai peran yang sangat penting
dalam perkembangan jiwa anak, dan tanggung jawab ini secara
umum dibebankan kepada orang tua. Maka, tidak ada salahnya bila
orang tua mengajarkan kemandirian pada anak sedini mungkin,
karena kemandirian ini akan menghantarkan mereka pada masa
depan yang cemerlang.
Pada umumnya, seorang anak akan mengerjakan/memenuhi
kebutuhannya sendiri dikarenakan ia sudah terbiasa. Kebiasaan ini
harus ditanamkan orang tua sedini mungkin, karena tanpa adanya
pembiasaan dari orang tua seorang anak akan merasa canggung
bahkan malas untuk melakukannya.
b) Kebudayaan
Kebudayaan seseorang bertempat tinggal sangat
mempengaruhi kepribadian anak, termasuk aspek kemandirian.
Masyarakat yang maju dan kompleks tuntutan hidupnya cenderung
mendorong anak untuk hidup dalam situasi kompetitif, penuh
persaingan dan individualis dibandingkan dengan masyarakat yang
sederhana.
Masyarakat yang terbelakang cenderung bergantung pada
orang lain, berbeda dengan masyarakat yang maju dan kompleks
tuntutan hidupnya cenderung bersikap mandiri dibanding dengan
masyarakat yang kehidupannya ke arah sederhana.
c) Sistem Pendidikan Sekolah
Sistem pendidikan yang diterapkan sekolah khususnya
dalam proses belajar mengajar, penegakan peraturan sekolah,
bimbingan guru terhadap siswa, kegiatan ekstra kurikuler, dan lain-
lain, juga dapat menunjang perkembangan kemandirian siswa.
Proses pembelajaran atau pendidikan memungkinkan seseorang
menjadi lebih manusiawi (being humanize), sehingga disebut
32
dewasa dan mandiri. Itulah visi atau tujuan dari proses
pembelajaran.55
Sekolah diharapkan dapat membantu orang tua
memandirikan anak mereka. Proses pendidikan di sekolah yang
banyak menekankan pentingnya pemberian sanksi atau hukuman
(punishment) juga dapat menghambat perkembangan kemandirian
anak. Sebaliknya, proses pendidikan yang lebih menekankan
pentingnya penghargaan (reward) terhadap potensi anak serta
penciptaan kompetisi positif akan memperlancar perkembangan
kemandirian anak.56
3. Pengaruh Sikap Overprotective Orang Tua terhadap Sikap Mandiri
Anak
Tugas pendidik khususnya bagi orang tua adalah memandirikan
anak secepat mungkin. Apabila potensi kemandirian dikembangkan secara
cepat, maka kemandirian anak akan tumbuh sedini mungkin. Tetapi
apabila anak sejak kecil hingga dewasa selalu dimanja, maka kemandirian
itu akan terhambat perkembangannya.
Sikap orang tua akan berpengaruh terhadap perilaku anak, serta
dalam pembentukan kepribadiannya. Hal ini sama dengan dua individu
yang saling berhadapan. Apabila seorang individu menunjukkan sikap
tertentu, maka individu lainnya akan memberi tanggapan atas sikap
individu yang pertama. Hal ini serupa dengan orang tua yang menghadapi
anak. Orang tua akan menunjukkan sikap tertentu kepada si anak dan si
anak akan menanggapinya sesuai dengan sikap orang tua. Demikian pula
sebaliknya, sikap anak akan ditanggapi secara tertentu pula oleh orang tua.
Hal ini berlangsung dalam bentuk proses interaksi mutualistik atau
interaksi timbal balik.57
55 Andreas Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar, (Jakarta: Kompas, 2000), hlm. 37. 56 Mohammad Ali, op. cit., hlm. 119. 57 Monty P. Satiadarma, Persepsi Orang Tua Membentuk Perilaku Anak, (Jakarta:
Pustaka Populer Obor, 2001), hlm. 51-52.
33
Sikap orang tua yang dimaksud di sini adalah sikap overprotective
orang tua yang timbul dalam sebuah pola pengasuhan keluarga.
Pengasuhan orang tua yang menjadi landasan pokok untuk pijakan
seorang anak juga harus dibangun dengan kokoh. Bila orang tua
memberikan perlindungan kepada anak terlalu berlebihan (overprotective)
juga akan menimbulkan hal yang negatif kepada anak. Seperti pernyataan
Elizabeth B. Hurlock yang telah disebutkan di muka, bahwa sikap
overprotective dapat menumbuhkan suatu ketergantungan atau sikap tidak
mandiri pada seorang anak.58
Selain Elizabeth B. Hurlock, HM. Chabib Thoha juga menyatakan
bahwa “dalam praktek pemeliharaan anak, sikap orang tua yang selalu
melindungi anak, terutama seorang ibu akan menunjukkan perilaku anak
yang kurang mandiri, mereka lebih banyak bergantung”.59 Dari pernyataan
tersebut jelas bahwa mengasuh dengan proteksi yang berlebihan akan
berpengaruh buruk terhadap kemandirian seorang anak.
Ditinjau dari segi pendidikan, pemberian perlindungan yang tidak
diarahkan pada rasa aman seorang anak tidak begitu baik. Seperti
perlindungan yang diberikan seorang ibu yang memanjakan anaknya, agar
terhindar dari segala kesukaran, batapapun kecilnya, dapat mengakibatkan
anak tersebut terus-terusan merasa tergantung dan terikat kepada ibunya.60
Dalam contoh tersebut, jelas bahwa “perlindungan” yang diberikan dalam
rangka pemanjaan terhadap anak tidak dapat digolongkan dalam fungsi
proteksi keluarga, karena dapat menimbulkan dampak yang kurang baik
bagi perkembangan anak.
Untuk memperoleh gambaran yang jelas bahwa sikap
overprotective orang tua dapat mempengaruhi kemandirian anak, maka
penulis akan memperinci setiap sikap dan akibat dari sifat overprotective
58 Elizabeth B. Hurlock, loc, cit. 59 HM. Chabib Thoha, op. cit., hlm. 125. 60 M. I. Soelaeman, op. cit., hlm. 93.
34
orang tua yang dapat dilihat dari sifat-sifat kepribadian yang terbentuk, di
antaranya adalah:
Orang tua yang selalu mengawasi kegiatan anak secara berlebihan
akan mengakibatkan anak kurang mampu dalam mengontrol
dirinya sendiri (kurang disiplin).
Orang tua yang memberikan perhatian kepada anak secara
berlebihan, akan mengakibatkan kurangnya rasa tanggung jawab.
Hal ini dikarenakan si anak selalu mendapat pertolongan, sehingga
mereka akan melimpahkan segala urusan/kewajibannya kepada
orang lain.
Orang tua yang selalu memberikan bantuan tanpa memandang
besar kecilnya bantuan tersebut, akan mengakibatkan anak malas
untuk mengerjakan segala sesuatunya sendirian.
Orang tua yang selalu ikut memecahkan masalah anak, akan
mengakibatkan sang anak sulit untuk mengambil keputusan serta
kesulitan dalam memecahkan masalahnya sendiri.
Berdasarkan sebab serta akibat yang ditimbulkan dari sikap
overprotective orang tua, maka seyogyanya bagi orang tua untuk
mengasihi anaknya dengan sewajarnya. Karena dengan begitu, anak akan
belajar untuk mendewasakan dirinya sendiri.
Sehubungan dengan penelitian yang penulis angkat, penulis
menguji anak tingkat SD (Sekolah Dasar) untuk mengetahui tingkat
kemandirian mereka. Pada dasarnya, anak seusia mereka masih berada
dalam lingkup dunia bermain. Kendati masa kanak-kanak memang
merupakan masa bermain dan menemukan, anak-anak seharusnya diberi
tanggung jawab yang secara progresif mengajari mereka untuk mencukupi
diri mereka sendiri.61
61 Laura M. Ramirez, Mengasuh Anak dengan Visi, (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer,
2004), hlm. 319.
35
Para orang tua yang menyelesaikan segala sesuatu bagi anak-
anaknya, tidak akan membantu kemandirian anak. Hal ini akan membuat
anak-anak menjadi orang dewasa yang tidak mengetahui cara untuk
merawat diri mereka sendiri. Cara efektif yang dapat membantu
mengembagkan rasa mandiri anak adalah dengan cara memberikan tugas
rumah sehari-hari kepada anak, dan tugas rumah ini dapat disesuaikan
dengan usia mereka.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Sejauh ini penulis belum pernah menemukan penelitian yang
mengkaji tentang permasalahan yang sama persis dengan permasalahan yang
penulis kaji. Meskipun demikian terdapat beberapa penelitian yang ada
relevansinya dengan penelitian yang penulis laksanakan dalam penelitian ini,
yang bahasannya berhubungan dengan permasalahan yang dibahas penulis.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini penulis sebutkan beberapa peneliti dan hasil
penelitiannya, di antaranya adalah:
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Soimah (3100138) yang
berjudul Pengaruh Pengasuhan Orang Tua dan Bimbingan Guru terhadap
Kemandirian Siswa di SMUN 08 Semarang, yang hasilnya terdapat pengaruh
positif antara pengasuhan orang tua dan bimbingan guru terhadap kemandirian
siswa. Dalam pembahasannya, penulis mengkaitkan antara pola pengasuhan
orang tua dengan bimbingan dari guru kepada anak. Hal ini sejalan dengan
keinginan orang tua dan juga guru yang berusaha membuat seorang anak agar
menjadi orang dewasa yang mandiri.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Rif’atul Badriyah (3100162)
yang berjudul Pengaruh Latar Belakang Pendidikan dan Pola Pembinaan
Orang tua terhadap Kemandirian Belajar Siswa di SMP Hasanuddin 6
Semarang, hasilnya terdapat pengaruh positif antara latar belakang pendidikan
dan pola pembinaan orang tua terhadap kemandirian belajar siswa. Adapun
dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa seseorang yang memiliki
pengetahuan lebih banyak akan mempunyai metode yang banyak dalam
36
mendidik, dan seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi maka
akan lebih luas wawasannya dan memiliki pengetahuan yang luas dalam
mendidik anak khususnya dalam hal kemandirian belajar anak.
Berbeda dengan kedua penelitian yang pernah dibahas, karena
penelitian yang akan penulis lakukan adalah suatu penelitian yang akan
membahas tentang sikap overprotective orang tua terhadap sikap mandiri
anak.
C. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis adalah “suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.62
Atau hipotesis merupakan “jawaban terhadap masalah penelitian yang secara
teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi kebenarannya”.63
Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis mengajukan
hipotesis/dugaan sementara bahwa: terdapat pengaruh yang signifikan antara
sikap overprotective orang tua terhadap sikap mandiri anak. Artinya, semakin
tinggi sikap overprotective orang tua maka tingkat kemandirian seorang anak
akan semakin rendah.
62 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2002), Cet. 12, hlm. 64. 63 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003),
Cet. 14, hlm. 21.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian sering disebut dengan metodologi. Metodologi adalah
cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data, yang
dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan dengan menggunakan prosedur
yang reliabel dan terpercaya.1
Adapun dalam metodologi penelitian ini, diuraikan tentang tujuan
penelitian, waktu dan tempat penelitian, variabel penelitian, metode penelitian,
populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, dan
teknik pengambilan sampel. Untuk mengetahui lebih jelas, dapat diuraikan
sebagai berikut:
A. Tujuan Penelitian
Secara umum, studi ini bertujuan mencari data dan informasi yang
kemudian dianalisis dan ditata secara sistematis dalam rangka menyajikan
gambaran yang semaksimal mungkin tentang pengaruh sikap overprotective
orang tua terhadap sikap mandiri anak di SD Islam al-Azhar 25 Semarang.
Beberapa tujuan yang ingin penulis capai adalah:
1. Untuk mengetahui sikap overprotective orang tua siswa kelas V dan VI
SD Islam al-Azhar 25 Semarang.
2. Untuk mengetahui tingkat kemandirian siswa kelas V dan VI SD Islam al-
Azhar 25 Semarang.
3. Untuk mengetahui pengaruh sikap overprotective orang tua terhadap sikap
mandiri siswa kelas V dan VI SD Islam al-Azhar 25 Semarang.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Adapun waktu penelitian selama + 25 hari yang terhitung mulai
tanggal 5 November 2007 – 26 November 2007 dan tempat yang dijadikan
penelitian adalah SD Islam al-Azhar 25 Semarang, yang beralamat di Jl. WR
Supratman Kav. 31-32 Semarang.
1 Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metode Penelitian Kuantiatif Dalam Pendidikan, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 10.
38
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian.2 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua
variabel yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat
(dependent variable). Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas (Independent Variable) merupakan variabel yang berperan
memberikan pengaruh. Dalam hal ini yang menjadi variabel bebas (X)
yaitu sikap overprotective orang tua dengan indikator sebagai berikut :
a. Perhatian yang berlebihan
b. Pemberian bantuan secara terus menerus
c. Mengawasi kegiatan anak secara berlebihan
d. Memecahkan masalah anak
2. Variabel Terikat
Variabel terikat (Dependent Variable) merupakan variabel yang mendapat
pengaruh. Dalam hal ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah sikap
mandiri anak, dengan indikator sebagai berikut:
a. Disiplin
b. Mampu memecahkan masalah
c. Bertanggung jawab
d. Bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain
D. Metode Penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, bersifat
kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survey, yaitu dengan mengambil sampel dari suatu populasi di lapangan dan
menggunakan angket/kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.3
2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2002), Cet. 12, hlm. 96. 3 Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metodologi Penelitian Survey, (Jakarta:
LP3ES Indo, 1995), Cet.2, hlm. 3.
39
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis korelasional dan teknik uji hipotesisnya menggunakan analisis
regresi satu prediktor. Metode korelasi ini bertujuan untuk menemukan ada
tidaknya hubungan antara kedua variabel tersebut dan apabila ada, seberapa
erat hubungannya serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut.4 Sedangkan
teknik analisis regresi yang digunakan adalah teknik analisis regresi satu
prediktor dengan skor deviasi. Teknik analisis regresi ini digunakan untuk
memperoleh informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi antara variabel
(ubahan) kriterium dan prediktor. 5
Dalam penelitian ini teknik tersebut digunakan untuk mengetahui
pengaruh antara sikap overprotective orang tua terhadap sikap mandiri anak
yang diadakan di SD Islam al-Azhar 25 Semarang.
E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Salah satu langkah yang harus dilakukan dalam penelitian adalah
menentukan subyek penelitian. Subyek yang akan diambil dalam penelitian
biasanya disebut dengan populasi. Populasi adalah "kelompok besar individu
yang mempunyai karakteristik yang sama".6 Dalam definisi lain, populasi
adalah “keseluruhan subjek penelitian”.7 Sedangkan Sutrisno Hadi
memberikan pengertian populasi adalah “semua individu untuk siapa
kenyataan–kenyataan yang diperoleh hendak digeneralisasikan”.8 Adapun
yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V dan
VI SD Islam al-Azhar 25 Semarang tahun ajaran 2007/2008 yang berjumlah
165 siswa.
Sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti.9 Atau
dapat dikatakan pula bahwa sampel adalah “kelompok kecil individu yang
4 Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 239. 5 Sutrisno Hadi, Analisis Regresi, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), hlm. 1. 6 Ibnu Hadjar, op, cit., hlm. 133. 7 Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm. 108. 8 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta: Andi Ofset, 2004), hlm. 77. 9 Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 109.
40
dilibatkan langsung dalam penelitian”.10 Apabila subjeknya kurang dari 100,
lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-
15% atau 20-25% atau lebih, tergantung pada keadaan.11 Untuk menentukan
sampel, peneliti menggunakan seluruh populasi (siswa kelas V dan VI SD
Islam al-Azhar 25 Semarang tahun ajaran 2007/2008) yang berjumlah 165
siswa untuk mencari orang tua yang bersikap overprotective terhadap
anaknya.
Dalam penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan pada siswa kelas V
dan VI SD Islam al-Azhar 25 Semarang. Hal ini dikarenakan anak usia ± 12
tahun (kelas V dan VI Sekolah Dasar), dilihat dari segi psikologi sudah mulai
menunjukkan kemandiriannya. Selain itu, anak kelas V dan VI Sekolah Dasar,
bisa lebih memahami setiap item pertanyaan yang diajukan peneliti melalui
angket yang telah diberikan kepada mereka.
Proses pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan melalui
dua tahap, yaitu:
1. Pra sampel, yang dilakukan dengan cara memberikan angket yang berisi
sejumlah pertanyaan diberikan kepada seluruh populasi, yaitu orang tua
serta siswa kelas V dan VI SD Islam al-Azhar 25 Semarang yang
berjumlah 165 orang.
Tahap pra sampel ini bertujuan untuk mengelompokkan orang tua yang
bersikap overprotective terhadap anaknya dan yang tidak bersikap
overperotective. Sehingga, dari sini akan diketahui secara lebih khusus
berapa jumlah orang tua yang bersikap overprotective terhadap anaknya.
Setelah angket yang diisi terkumpul, kemudian dilakukan penskoran dan
mengelompokkan hasil angket orang tua berdasarkan kategori sikap
overprotective. Pengelompokan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
10 Ibnu Hadjar, loc, cit. 11 Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 112.
41
Tabel 3.1 Kualifikasi Sikap Overprotective Orang Tua
No. Skor Nilai Kualifikasi
1 76 ke atas Tidak overprotective
2 51 – 75 Sedang
3 50 ke bawah Overprotective
Berdasarkan pegelompokan tersebut, maka dapat diketahui
bahwa:
a. Jumlah prosentase untuk kategori pertama, merupakan orang tua
yang bersikap tidak overprotective terhadap anaknya, sebanyak 42
orang.
b. Jumlah prosentase untuk kategori kedua, merupakan orang tua
yang bersikap sedang, sebanyak 51 orang.
c. Jumlah prosentase untuk kategori ketiga, merupakan orang tua
yang bersikap overprotective terhadap anaknya, sebanyak 72
orang.
2. Berdasarkan pelaksanaan tahap pertama tersebut, diketahui bahwa jumlah
orang tua yang bersikap overprotective terhadap anaknya sebanyak 72
orang, sehingga yang menjadi responden atas penelitian ini berjumlah 72
orang. Karena jumlah responden kurang dari 100 orang, maka penelitian
ini disebut dengan penelitian populasi.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan,
maka dibutuhkan adanya teknik pengumpulan data. Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:
42
1. Metode Angket
Metode angket (Questionnaires) adalah “sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
laporan tentang pribadinya/hal-hal yang ia ketahui”.12
Metode ini dipergunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat
perhatian/kasih sayang orang tua terhadap anak sehingga mereka termasuk
dalam kategori orang tua yang bersifat overprotective atau tidak. Selain
itu, metode ini juga dapat dijadikan ukuran sejauh mana tingkat
kemandirian siswa. Adapun bentuk metode ini adalah angket tertutup,
dengan cara memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab responden
secara tertulis.
2. Metode Obervasi
Observasi biasa diartikan sebagai “pengamatan dan pencatatan
dengan sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti. Dalam arti luas
observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang
dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung”.13
Metode observasi yang digunakan di sini adalah observasi
langsung yang dilakukan di SD Islam al-Azhar 25 Semarang, seperti letak
geografis, sarana dan prasarana.. Metode ini digunakan untuk
mendapatkan data yang berkaitan dengan objek penelitian, yaitu mencari
data yang tidak dapat diperoleh melalui metode lain.
3. Metode Interview
Metode interview/wawancara adalah “alat pengumpul informasi
dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab
secara lisan pula”.14 Ciri utama dari interview adalah kontak langsung
dengan tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber
informasi (interviewee)
12 Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 128. 13 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid II, (Yogyakarta: Andi Ofset, 2004), hlm.
151. 14 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet.
2, hlm. 165.
43
Metode ini digunakan sebagai metode pelengkap, yaitu sebagai alat
untuk mencari informasi yang tidak dapat diperoleh dengan metode lain,
selain itu juga untuk menguji kebenaran dan kemantapan suatu data.
4. Metode Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis. Sedangkan metode dokumentasi ini berarti “mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya”.15
Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan data lain yang
didokumentasikan oleh sekolah, seperti: jumlah siswa, jumlah guru dan
karyawan, serta dokumen-dokumen mengenai orang tua siswa.
G. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data yang telah terkumpul dari hasil penelitian
yang bersifat kuantitatif ini, maka penulis melanjutkan dengan analisis data
statistik.
Pertama kali, peneliti menganalisa data yang telah terkumpul dari
hasil angket yang masih berupa data kualitatif diubah menjadi data kuantitatif.
Yaitu memberi nilai pada setiap item jawaban masing-masing pertanyaan
dalam angket untuk responden, dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
Penilaian untuk pertanyaan positif adalah:
a. Untuk alternatif jawaban A diberi skor 4
b. Untuk alternatif jawaban B diberi skor 3
c. Untuk alternatif jawaban C diberi skor 2
d. Untuk alternatif jawaban D diberi skor 1
Penilaian untuk pertanyaan negatif adalah:
a. Untuk alternatif jawaban A diberi skor 1
b. Untuk alternatif jawaban B diberi skor 2
c. Untuk alternatif jawaban C diberi skor 3
d. Untuk alternatif jawaban D diberi skor 4
15 Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 206.
44
Analisis ini digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis yang
diajukan. Adapun jalan analisisnya adalah melalui pengolahan data yang akan
mencari pengaruh antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) yang
dicari dengan menggunakan teknik analisis regresi satu prediktor, dengan
rumus RKresRKregregF =
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Mencari korelasi antara kriterium dengan prediktor dengan menggunakan
teknik korelasi momen tangkar dari Pearson dengan rumus sebagai
berikut: r xy = ( )( )∑∑∑
22 yx
xy
b. Menguji apakah korelasi tersebut signifikan atau tidak
c. Mencari persamaan garis regresi dengan rumus
y = ax atau )( XXaYY −=−
di mana y = 2,xxyaYY
ΣΣ
=− dan XXx −=
d. Mencari varian regresi dengan menggunakan rumus regresi satu prediktor.
Rumus yang digunakan adalah:
Tabel 3.2 Rumus Analisis Regresi
Sumber Variasi Db JK RK F reg
Regresi (reg)
Residu (res)
1
N-2
2
2)(xxyΣΣ
2
22 )(
xxyyΣΣ
−Σ
dbregJKreg
dbresJKres
RKresRKreg
Total (T) N-1 2yΣ __ __
45
Keterangan : N : Jumlah responden
Db : Derajat kebebasan
JK : Jumlah kuadrat
RK reg : Rerata kuadrat garis regresi
RK res : Rerata kuadrat residu
F reg : Harga bilangan F untuk garis regresi16
Setelah mengetahui harga F regresi maka dapat dilakukan uji
hipotesis dengan cara mengkorelasikan regresi dengan nilai tabel, dengan
kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:
a. Jika Freg > dari Ft 1% dan Ft 5% maka signifikan, berarti hipotesis
diterima.
b. Jika Freg < dari Ft 1% dan Ft 5% maka non signifikan, berarti
hipotesis ditolak.
16 Sutrisno Hadi, Analisis Regresi, op. cit., hlm. 16.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Temuan Data Penelitian
1. Gambaran Umum SD Islam al-Azhar 25 Semarang
a. Tinjauan Historis
SD Islam al-Azhar 25 Semarang berdiri pada tanggal 16 agustus
2001. Pada awalnya, sekolah ini berdiri atas permintaan wali murid TK
Islam al-Azhar 22 Semarang. Mereka mengharapkan adanya pendidikan
yang berkesinambungan dan berkelanjutan dari TK ke SD dalam satu
yayasan. Atas prakarsa wali murid tersebut, yayasan al-Fikri Semarang
bekerjasama dengan Yayasan Pendidikan Islam al-Azhar Jakarta
mendirikan SD Islam al-Azhar 25 Semarang, yang sebelumnya
bekerjasama dalam pendirian dan penyelenggaraan pendidikan di TK
Islam al-Azhar 22 Semarang.
Pendidikan Islam al-Azhar, pada mulanya adalah sebuah yayasan
yang bertempat di Jakarta dengan nama Yayasan Pesantren Islam al-
Azhar. Yayasan ini telah mendirikan berbagai sekolah dari TK sampai
perguruan tinggi sejak tahun 1963 di wilayah JABOTABEK. Kemudian,
karena dirasakan banyak kemajuan dan mendapat respon yang baik dari
masyarakat, maka diadakan perluasan wilayah di kota-kota besar lain di
Indonesia. Perluasan wilayah ini dilakukan dengan cara bekerjasama
dengan Yayasan Pendidikan Islam di daerah-daerah. Salah satu perluasan
tersebut adalah berdirinya TK Islam al-Azhar 22 Semarang dan SD Islam
al-Azhar 25 Semarang.1
b. Visi dan Misi SD Islam al-Azhar 25 Semarang
Sebagai lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Pendidikan
Islam Al-Azhar, SD Islam al-Azhar 25 Semarang dalam pengelolaannya
mengacu pada Visi dan Misi al-Azhar yaitu:
1 Wawancara dengan Wakil Kepala SD Islam al-Azhar 25 Semarang bidang
Kurikulum, Ruswanto pada tanggal 12 November 2007.
47
Visi SD Islam al-Azhar 25 Semarang:
Mewujudkan peserta didik yang bertaqwa dan berakhlak mulia, sehat
jasmani dan rohani, cerdas, terampil, dan kreatif, mempunyai kemampuan
dasar yang memadai untuk melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi dan
menghadapi era globalisasi.
Misi SD Islam al-Azhar 25 Semarang:
1) Menanamkan pendidikan agama sejak dini
2) Membiasakan membaca dan memahami al-Qur’an
3) Melatih sikap dan perilaku islami
4) Melatih dan membiasakan beribadah
5) Menanamkan dan melatih kemampuan dasar calistung
6) Menciptakan kegiatan yang dapat memberi kesempatan murid
berekspresi
7) Membantu peserta didik menyiapkan diri pada pendidikan yang lebih
tinggi
8) Menjadi sekolah unggulan di Semarang dan sekitarnya.2
c. Letak Geografis
SD Islam al-Azhar 25 Semarang didirikan pada tahun 2001 diatas
lahan seluas 1400 m2 dengan luas bangunan 1200 m2 dengan satu gedung
berlantai dua.
SD Islam al-Azhar 25 Semarang dilihat dari sudut lokasi sangat
strategis, yaitu berada di Jl. WR. Supratman Kav. 31-32 Semarang. Kira-
kira 50 meter arah utara dari bundaran Kalibanteng dan jalur utama
Surabaya-Jakarta, dan 500 meter arah utara dari bandara Ahmad Yani, di
samping itu juga tepat di seberang jalan kira-kira 20 meter terdapat
Museum Ronggowarsito, di seberang jalan samping kiri sekitar 150 meter
terdapat SMP/SMA Kesatrian Semarang.
2 Dokumen Visi dan Misi SD Islam al-Azhar 25 Semarang.
48
Gambar 4.1 Denah Lokasi SD Islam al-Azhar 25 Semarang
7. Bandara Ahmad Yani 8. Jl. Arteri Arah ke
Surabaya
6. Arah ke Jakarta 9.Jl. Siliwangi arah Simpang lima
1. LOKASI SD ISLAM
AL-AZHAR 25 SMG 3. Museum Ronggowarsito
5. Jl. Abdurrahman Saleh 2. Jl. Wr. Supratman
4. SMP/SMA Kesatrian SMG U
B T Keterangan :
1. Lokasi / SD Islam al-Azhar 25 Semarang S 2. Jl. WR. Supratman 3. Museum Ronggowarsito 4. SMP/SMA Kesatrian Semarang 5. Jl. Abdurrahman Saleh 6. Arah ke Jakarta 7. Bandara Ahmad Yani 8. Jl. Arteri / arah ke Surabaya 9. Jl. Siliwangi arah ke Simpang Lima 10. Bundaran Kalibanteng
10. Bundaran Kalibanteng
49
d. Struktur Organisasi
Secara umum SD Islam al-Azhar 25 Semarang bernaung di
bawah dua yayasan sekaligus yaitu Yayasan Pendidikan Islam al-Azhar
dan yayasan al-Fikri. Meskipun keberadaannya bernaung pada dua
yayasan, tetapi kebijakan-kebijakannya sudah terorganisir. Yayasan
Pendidikan Islam al-Azhar bertanggung jawab atas kurikulum dan
pembinaan tenaga kerja, atau dapat dikatakan bahwa proses dan sistem
pembelajaran serta SDM mengacu kepada kebijaksanaan Yayasan al-
Azhar, sedangkan kebutuhan sarana prasarana dan keuangan berada pada
kebijakan Yayasan al-Fikri. Oleh karena itu, di SD Islam al-Azhar 25
Semarang ada 2 (dua) struktur organisasi, yaitu:
1) Struktur organisasi Guru/SDM sebagai pelaksana proses pembelajaran,
yang secara umum program kerjanya mengacu pada kebijakan
Yayasan Pendidikan Islam al-Azhar.
2) Struktur organisasi Yayasan Pendidikan Islam al-Fikri sebagai yayasan
yang bertanggung jawab atas kelangsungan pendidikan.
e. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa
1) Keadaan Guru dan Karyawan
Dalam rangka menjaga mutu pendidikan, al-Azhar
memberikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap mutu tenaga
akademik maupun non akademik. SD Islam al-Azhar 25 Semarang
mengadakan seleksi yang cukup ketat untuk mendapatkan pengajar
yang berkualitas dan mampu membentuk cendekiawan sebagaimana
misi al-Azhar. Hal ini diwujudkan dalam ruang kelas dengan cara
menempatkan guru sesuai dengan kompetensi atau bidang akademik
yang dimilikinya, sehingga setiap guru akan mengajar sesuai dengan
mata pelajaran yang diampunya.
Tenaga guru yang ada di SD Islam al-Azhar 25 Semarang
tahun pelajaran 2007/2008 baik guru tetap maupun tidak tetap
sebanyak 45 orang terdiri dari 16 guru pria dan 29 guru wanita.
Sedangkan jumlah karyawan di SD Islam al-Azhar 25 Semarang terdiri
50
dari 14 orang, terdiri dari 5 orang satpam, 7 orang K3 dan 2 orang TU
dan semua itu adalah pegawai tetap.
2) Keadaan Siswa Siswa SD Islam al-Azhar 25 Semarang dari tahun ke tahun
semakin meningkat. Keadaan ini bisa dilihat melalui tabel di bawah
ini:
Tabel 4.1 Keadaan Siswa Dalam Setiap Tahun Dari Tahun 2001 – 2007
Tahun ke Tahun Pelajaran Jumlah Siswa
1 2001 – 2002 19 2 2002 – 2003 74 3 2003 – 2004 173 4 2004 – 2005 290 5 2005 – 2006 426 6 2006 – 2007 554 7 2007 – 2008 630
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa SD Islam al-
Azhar 25 Semarang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Masyarakat sangat berantusias untuk menyekolahkan anaknya ke
sekolah tersebut, karena mereka menginginkan anaknya mengenal
pengetahuan agama sekaligus pengetahuan umum, disertai dengan
adanya pengajaran yang baik serta fasilitas yang memadai. Tetapi,
masyarakat dengan ekonomi rendah memandang bahwa sekolah ini
terlalu mahal, baik dalam pendaftaran siswa baru maupun dalam biaya
pendidikan setiap bulannya. Oleh karena itu, sebagian besar anak yang
sekolah di SD Islam al-Azhar 25 Semarang rata-rata berasal dari
kalangan menengah keatas, mereka beralasan bahwa tidak ada yang
mahal untuk pendidikan dan masa depan anaknya.
Berdasarkan pengamatan yang telah penulis lakukan,
diketahui bahwa jumlah tenaga pengajar yang ada di SD Islam al-
Azhar 25 Semarang berjumlah 45 orang, sedangkan jumlah siswa
tahun 2007/2008 sebanyak 630 anak. Bila diambil perbandingan antara
jumlah guru dan siswa, maka akan didapatkan seorang guru hanya
51
menangani 14 orang siswa. Hal ini dapat dikatakan sangat baik/ideal,
ditambah lagi guru SD Islam al-Azhar merupakan guru bidang (mapel)
f. Sarana dan Prasarana
SD Islam al-Azhar 25 Semarang memiliki sarana dan prasarana
yang digunakan sebagai penunjang dalam kegiatan belajar secara umum,
dalam penelitian ini dikelompokan ke dalam bagian-bagian yang
merupakan sarana dan prasarana yang ada di SD Islam al-Azhar 25
Semarang dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Sarana Pendidikan
a) Ruang kantor, perpustakaan / PSB (Pusat Sumber Belajar),
laboratorium komputer, mushola, lapangan olah raga, ruang karya
seni / teater.
b) Perlengkapan mengajar; papan tulis, komputer, meja, kursi dan alat
peraga.
2) Sarana Administrasi
a) Buku absensi guru
b) Daftar prestasi harian dan prestasi kolektif
c) Seperangkat alat kantor; meja, kursi, almari dan komputer
Tabel 4.2 Sarana SD Islam al-Azhar 25 Semarang
No. Nama Ruangan Jumlah Keterangan
1 Pos satpam / penjaga 2 Memadai 2 Masjid / tempat ibadah 1 Memadai 3 Kantor TU 1 Memadai 4 Ruang Kepala sekolah 1 Memadai 5 Ruang tamu 1 Memadai 6 Ruang guru 1 Memadai 7 Ruang UKS 1 Memadai 8 Ruang perpustakaan 1 Memadai 9 Laboratorium komputer 1 Memadai 10 Ruang PSB (Pusat Sumber
Belajar) 1 Memadai
11 Ruang kelas 22 Memadai 12 Ruang musik 1 Memadai 13 Ruang qiro’ati (ruang rapat) 1 Memadai 14 Kamar mandi WC 16 Memadai
52
15 Dapur 1 Memadai 16 Gudang 2 Memadai
Mengenai sarana dan prasarana SD Islam al-Azhar 25 Semarang
ini, bisa dikatakan sangat memadai. Hal ini bisa dilihat dari ruangan-
ruangan yang ada, seperti: kantor TU, ruang kepala sekolah, ruang tamu,
ruang guru, ruang kelas, perpustakaan, dan ruang-ruang lain sangat bersih,
cukup penerangan dan hampir semuanya dilengkapi dengan fasilitas AC.
Masing masing kelas dilengkapi dengan rak sandal, rak tas dan
media pembelajaran berupa pajangan yang menempel pada dinding seperti
do’a sehari-hari, nasehat-nasehat, majalah dinding, dan papan informasi.
Untuk sarana belajar kelompok, kelas juga dilengkapi meja lantai bundar
yang bisa dikelilingi siswa dengan sistem lesehan. Ruang kelas terkesan
santai, pada saat PBM dimulai siswa bisa merubah posisi tempat duduk
mereka sesuai perintah guru. Hal ini mudah dilakukan karena siswa tidak
diperkenankan memakai alas kaki di ruang kelas.
Seluruh bagian sekolah di SD Islam al-Azhar merupakan ruang
belajar bagi siswa. Berbagai media pembelajaran yang menarik dapat
dilihat di berbagai ruang, seperti: do’a masuk kamar mandi dipajang di
depan toilet, asma’ al husna yang ditempel di dinding, papan informasi di
setiap sudut yang terlihat dan nasehat-nasehat dipasang di sudut ruang
yang ditulis menggunakan Bahasa Indonesia, Bahasa Arab dan juga
Bahasa Inggris. 3
g. Latar Belakang Orang Tua Siswa
Berdasarkan teori yang telah penulis ungkap di muka, bahwa
keluarga dari golongan kelas atas (Upper Class) mempunyai
kecenderungan untuk memanjakan anaknya. Hal ini dapat dilihat dari latar
belakang pekerjaan orang tua yang sebagian besar merupakan pekerja
kantor, seperti: pegawai DEPAG, PNS, pertamina, pegawai bank, telkom,
indosat, pengacara, dosen, dokter, TNI AD, POLRI, notaris, dan lain-lain.
Hampir 80% dari orang tua siswa SD Islam al-Azhar 25 Semarang
3 Observasi, pada hari Sabtu, tanggal 10 November 2007.
53
merupakan orang tua yang waktunya banyak tersita oleh pekerjaan.
Sehingga, ketika mereka berada di samping anak-anaknya, mereka tidak
akan menyia-nyiakan waktu yang ada dan akan mencurahkan segala kasih
sayangnya kepada anak.
Selain dari latar belakang pekerjaan orang tua, kasih sayang
orang tua yang berlebihan (overprotective) juga timbul dari seorang ibu
rumah tangga yang setiap hari selalu berada di rumah. Mereka memiliki
banyak waktu untuk mencurahkan kasih sayang kepada anak-anaknya. Hal
ini dapat dilihat dari perilaku mereka yang selalu mengantar jemput anak
ketika sekolah, bahkan mereka rela untuk menunggui anaknya di sekolah,
terlebih lagi bila anak mereka merupakan anak tunggal.
2. Deskripsi Data
Untuk memperoleh data tentang sikap overprotective orang tua dan
sikap mandiri anak, maka dapat diperoleh dari hasil angket yang telah
diberikan kepada responden. Responden yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah orang tua yang bersikap overprotective terhadap anaknya.
Angket yang diberikan kepada responden, baik angket tentang
sikap overprotective orang tua maupun angket tentang sikap mandiri anak
terdiri dari 25 item pertanyaan positif dan negatif. Masing-masing
pertanyaan terdiri dari empat alternatif jawaban A, B, C, D dengan bobot
nilai 4, 3, 2, 1 untuk item pertanyaan positif dan bobot nilai 1, 2, 3, 4 untuk
pertanyaan negatif. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka data yang ada
akan didistribusikan sebagai berikut:
a. Data Tentang Sikap Overprotective Orang Tua
Tabel 4.3 Rekapitulasi Jawaban Angket Sikap Overprotective Orang Tua
Item Jawaban Nilai Positif 4 3 2 1 No.
Resp Negatif A B C D 1 2 3 4 Jumlah Total
Positif - 1 - - - 3 - - 3 1 Negatif 16 4 2 2 16 8 6 8 38 41
Positif - 1 - - - 2 - - 2 2 Negatif 15 6 3 - 15 12 9 - 36 38
54
Positif - 1 - - - 2 - - 2 3 Negatif 19 1 3 1 19 2 9 4 34 36
Positif - - - 1 - - - 1 1 4 Negatif 17 3 2 2 17 6 6 8 37 38
Positif 1 - - - 4 - - - 4 5 Negatif 11 7 4 2 11 14 2 8 45 49
Positif - - 1 - - - 2 - 2 6 Negatif 16 5 2 1 16 10 6 4 36 38
Positif - 1 - - - 3 - - 3 7 Negatif 12 5 3 4 12 10 9 16 47 50
Positif - 1 - - - 3 - - 3 8 Negatif 19 3 1 1 19 6 3 4 32 35
Positif 1 - - - 4 - - - 4 9 Negatif 15 6 3 - 15 12 9 - 36 40
Positif - - 1 - - - 2 - 2 10 Negatif 20 1 2 1 20 2 6 4 32 34
Positif - - - 1 - - - 1 1 11 Negatif 18 3 1 2 18 6 3 8 35 36
Positif - - 1 - - - 2 - 2 12 Negatif 20 2 1 1 20 4 3 4 31 33
Positif - - - 1 - - - 1 1 13 Negatif 16 5 1 2 16 10 3 8 37 38
Positif 1 - - - 4 - - - 4 14 Negatif 10 9 3 2 10 18 9 8 45 49
Positif - 1 - - - 3 - - 3 15 Negatif 13 7 3 1 13 14 9 4 40 43
Positif - 1 - - - 3 - - 3 16 Negatif 17 3 1 3 17 6 3 12 38 41
Positif 1 - - - 4 - - - 4 17 Negatif 11 7 3 3 11 14 9 12 46 50
Positif - - 1 - - - 2 - 2 18 Negatif 14 7 1 2 14 14 3 8 39 41
Positif - - - 1 - - - 1 1 19 Negatif 17 3 2 2 17 6 6 8 37 38
Positif - 1 - - - 3 - - 3 20 Negatif 12 9 1 2 12 18 3 8 41 44
Positif - - - 1 - - - 1 1 21 Negatif 16 5 1 2 16 10 3 8 37 38
Positif 1 - - - 4 - - - 4 22 Negatif 13 6 3 2 13 12 9 8 42 46
Positif - - - 1 - - - 1 1 23 Negatif 15 6 1 2 15 12 3 8 38 39
Positif - - - 1 - - - 1 1 24 Negatif 20 2 1 1 20 4 3 4 31 32
55
Positif - - 1 - - - 2 - 2 25 Negatif 19 2 1 2 19 4 3 8 34 36
Positif 1 - - - 4 - - - 4 26 Negatif 15 6 2 1 15 12 6 4 37 41
Positif - 1 - - - 3 - - 3 27 Negatif 11 7 5 1 11 14 15 4 44 47
Positif 1 - - - 4 - - - 4 28 Negatif 14 7 1 2 14 14 3 8 39 43
Positif - - 1 - - - 2 - 2 29 Negatif 19 3 1 1 19 6 3 4 32 34
Positif 1 - - - 4 - - - 4 30 Negatif 13 4 4 3 13 8 12 12 45 49
Positif - - 1 - - - 2 - 2 31 Negatif 18 2 3 1 18 4 9 4 35 37
Positif - - 1 - - - 2 - 2 32 Negatif 19 3 2 - 19 6 6 - 31 33
Positif - - - 1 - - - 1 1 33 Negatif 17 3 2 2 17 6 6 8 37 38
Positif 1 - - - 4 - - - 4 34 Negatif 12 9 1 2 12 18 3 8 41 45
Positif - - - 1 - - - 1 1 35 Negatif 14 6 2 1 14 12 6 4 36 37
Positif 1 - - - 4 - - - 4 36 Negatif 13 6 3 2 13 12 9 8 42 46
Positif - 1 - - - 3 - - 3 37 Negatif 14 6 2 2 14 12 6 8 40 43
Positif 1 - - - 4 - - - 4 38 Negatif 12 9 1 2 12 18 3 8 41 45
Positif - - 1 - - - 2 - 2 39 Negatif 15 5 3 1 15 10 9 4 38 40
Positif - - - 1 - - - 1 1 40 Negatif 16 5 2 1 16 10 6 4 36 37
Positif - - - 1 - - - 1 1 41 Negatif 13 7 3 1 13 14 9 4 40 41
Positif - 1 - - - 3 - - 3 42 Negatif 12 9 1 2 12 18 3 8 41 44
Positif - 1 - - - 3 - - 3 43 Negatif 14 7 1 2 14 14 3 8 39 42
Positif - - - 1 - - - 1 1 44 Negatif 18 4 1 1 18 8 3 4 33 34
Positif - - - 1 - - - 1 1 45 Negatif 16 5 1 2 16 10 3 8 37 38
Positif - 1 - - - 3 - - 3 46 Negatif 14 7 2 1 14 14 6 4 38 41
56
Positif - - - 1 - - - 1 1 47 Negatif 13 4 4 3 13 8 12 12 45 46
Positif - - - 1 - - - 1 1 48 Negatif 18 3 1 2 18 6 3 8 35 36
Positif - 1 - - - 3 - - 3 49 Negatif 15 5 3 1 15 10 9 4 38 41
Positif 1 - - - 4 - - - 4 50 Negatif 10 9 3 2 10 18 6 8 45 49
Positif 1 - - - 4 - - - 4 51 Negatif 11 7 5 1 11 14 15 4 44 48
Positif - - 1 - - - 2 - 2 52 Negatif 16 3 4 1 16 6 12 4 38 40
Positif - - 1 - - - 2 - 2 53 Negatif 12 9 1 2 12 18 3 8 41 43
Positif 1 - - - 4 - - - 4 54 Negatif 14 7 1 2 14 14 3 8 39 43
Positif - - - 1 - - - 1 1 55 Negatif 16 4 2 2 16 8 6 8 38 39
Positif 1 - - - 4 - - - 4 56 Negatif 13 7 3 1 13 14 9 4 40 44
Positif 1 - - - 4 - - - 4 57 Negatif 17 4 2 1 17 8 6 4 35 39
Positif 1 - - - 4 - - - 4 58 Negatif 11 7 4 2 11 14 12 8 45 49
Positif - 1 - - - 3 - - 3 59 Negatif 18 3 2 1 18 6 6 4 34 37
Positif - - - 1 - - - 1 1 60 Negatif 15 6 3 - 15 12 9 - 36 37
Positif - 1 - - - 3 - - 3 61 Negatif 14 5 3 2 14 10 9 8 41 44
Positif - - - 1 - - - 1 1 62 Negatif 12 5 4 3 12 10 12 12 46 47
Positif - - - 1 - - - 1 1 63 Negatif 18 3 1 2 18 6 3 8 35 36
Positif - - 1 - - - 2 - 2 64 Negatif 17 2 3 2 17 4 9 8 38 40
Positif - - 1 - - - 2 - 2 65 Negatif 13 7 3 1 13 14 9 4 40 42
Positif - - 1 - - - 2 - 2 66 Negatif 16 3 3 2 16 6 9 8 39 41
Positif - - - 1 - - - 1 1 67 Negatif 18 3 2 1 18 6 6 4 34 35
Positif 1 - - - 4 - - - 4 68 Negatif 11 6 5 2 11 12 15 8 46 50
57
Positif - - - 1 - - - 1 1 69 Negatif 15 5 2 2 15 10 6 8 39 40
Positif - - 1 - - - 2 - 2 70 Negatif 20 2 2 - 20 4 6 - 30 32
Positif - 1 - - - 3 - - 3 71 Negatif 17 3 3 1 17 6 9 4 36 39
Positif - - 1 - - - 2 - 2 72 Negatif 18 3 1 2 18 6 3 8 35 37
Berdasarkan tabel di atas, kemudian diadakan analisis sebagai
berikut:
1) Mencari Banyaknya Kelas Interval
k = 1 + 3,3 log N
= 1 + 3,3 log 72
= 1 + 3,3 (1,8573)
= 1 + 6,12909
= 7,12909 dibulatkan menjadi 7
jadi banyaknya kelas interval adalah 7
2) Menentukan Range
R = nilai tertinggi – nilai terendah
= 50 – 32
= 18
3) Menentukan Interval
I = kR dimana R = Range, dan k = kelas interval
= 12909,718
= 2,5249 dibulatkan menjadi 3
Kemudian hasil ini dimasukkan ke tabel distribusi frekuensi
sekaligus untuk mencari mean dan standar deviasi sebagai berikut:
58
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sikap Overprotective Orang Tua
Interval x f x’ fx’ x’ 2 fx’ 2 Fr (%) 50 – 52 47 – 49 44 – 46 41 – 43 38 – 40 35 – 37 32 – 34
51 48 45 42 39 36 33
3 8 9 15 17 13 7
3 2 1 0 -1 -2 -3
9 16 9 0
-17 -26 -21
9 4 1 0 1 4 9
27 32 9 0 17 52 63
4,17 % 11,11 % 12,5 % 20,83 % 23,61 % 18,06 % 9,72 %
Jumlah 72 -30 200 100%
Berdasarkan data distribusi frekuensi sikap overprotective orang
tua siswa SD Islam al-Azhar 25 Semarang di atas, kemudian data
tersebut divisualisasikan dalam bentuk histogram pada gambar di bawah
ini:
5 14 84 54 23 93 63 3
2 0
1 0
0
1 5
5
Gambar 4.2
Histogram Sikap Overprotective Orang Tua
Untuk mencari rata-rata (mean) variabel pengaruh Sikap
Overprotective Orang Tua menggunakan rumus:
M = M’ + i N
fx∑ '
= 42 + 372
)30(−
= 42 + 3 (-0,4167)
= 42 - 1,2501
= 40,7499 Dibulatkan menjadi 41
Setelah diketahui distribusi skor mean, kemudian mencari nilai
standar deviasi yaitu dengan menggunakan rumus:
59
SD = i )'
('2
Nfx
Nfx ∑∑ −
= 3 2)7230(
72200 −
−
= 3 2)4167,0(7778,2 −−
= 3 1736,07778,2 −
= 3 6042,2
= 3 (1,6138)
= 4,8414
Kemudian mengubah skor mentah ke dalam nilai standar skala
lima
M + 1,5 SD = 40,7499 + 1,5 (4,8414) = 40,7499 + 7,2621 = 48,012
M + 0,5 SD = 40,7499 + 0,5 (4,8414) = 40,7499 + 2,4207 = 43,1706
M – 0,5 SD = 40,7499 – 0,5 (4,8414) = 40,7499 – 2,4207 = 38,3292
M – 1,5 SD = 40,7499 – 1.5 (4,8414) = 40,7499 – 7,2607 = 33,4878
Dari hitungan nilai standar skala lima diperoleh data interval dan
kualifikasi sebagai berikut:
Tabel 4.5 Kualifikasi dan Interval Sikap Overprotective Orang Tua
Nilai Interval Kualifikasi
48 ke atas
43 – 47
38 – 42
33 – 37
kurang dari 33
Rendah
Cukup
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
Dari data yang telah lalu dapat diketahui bahwa mean dari
variabel sikap overprotective orang tua dari anak yang sekolah di SD
Islam al-Azhar 25 Semarang sebesar 40,7499. Hal ini berarti bahwa
sikap overprotective orang tua tersebut, terdapat dalam kategori sedang
yaitu berada pada interval 38 – 42.
60
b. Data Tentang Sikap Mandiri Anak
Tabel 4.6 Rekapitulasi Jawaban Angket Sikap Mandiri Anak
Item Jawaban Nilai Positif 4 3 2 1 No.
Resp Negatif A B C D 1 2 3 4 Jumlah Total
Positif - 2 10 5 - 6 20 5 31 1 Negatif 2 6 - - 2 12 - - 14 45
Positif 1 1 8 7 4 3 16 7 30 2 Negatif 7 1 - - 7 2 - - 9 39
Positif 1 1 2 13 4 3 4 13 24 3 Negatif 7 - 1 - 7 - 3 - 10 34
Positif 2 1 - 14 8 3 - 14 25 4 Negatif 6 1 1 - 6 2 3 - 11 36
Positif 3 1 12 1 12 3 24 1 40 5 Negatif 8 - - - 8 - - - 8 48
Positif 1 - 7 10 4 - 14 10 28 6 Negatif 8 - - - 8 - - - 8 36
Positif 3 1 9 4 12 3 18 4 37 7 Negatif - 6 2 - - 12 6 - 18 55
Positif - 4 1 12 - 12 2 12 26 8 Negatif 6 1 - 1 6 2 - 4 12 38
Positif 3 2 6 6 12 6 12 6 36 9 Negatif 4 2 1 - 4 4 3 - 11 47
Positif - 2 2 13 - 6 4 13 23 10 Negatif 7 - 1 - 7 - 3 - 10 43
Positif 1 - 3 13 4 - 6 13 23 11 Negatif 4 2 2 - 4 4 6 - 14 37
Positif - 2 2 13 - 6 4 13 23 12 Negatif 5 1 1 1 5 2 3 4 14 37
Positif - 1 9 7 - 3 18 7 28 13 Negatif 4 3 - 1 4 6 - 4 14 42
Positif 2 7 1 7 8 21 2 7 38 14 Negatif 4 2 2 - 4 4 6 - 14 52
Positif 3 2 3 9 12 6 6 9 33 15 Negatif 4 2 1 1 4 4 3 4 15 48
Positif 2 1 2 12 8 3 4 12 27 16 Negatif 7 - 1 - 7 - 3 - 10 37
Positif 4 2 3 8 16 6 6 8 36 17 Negatif 2 2 1 3 2 4 3 12 21 57
Positif 1 - 5 11 4 - 10 11 25 18 Negatif 5 2 - 1 5 4 - 4 13 38
Positif - 1 6 10 - 3 12 10 25 19 Negatif 8 - - - 8 - - - 8 33
61
Positif 1 2 5 9 4 6 10 9 29 20 Negatif 2 4 2 - 2 8 6 - 16 45
Positif 1 1 3 12 4 3 6 12 25 21 Negatif 5 2 1 - 5 4 3 - 12 37
Positif 1 3 4 9 4 9 8 9 30 22 Negatif 4 1 1 2 4 2 3 8 17 47
Positif - 1 9 7 - 3 18 7 28 23 Negatif 2 7 - - 2 14 - - 16 44
Positif - 1 3 13 - 3 6 13 22 24 Negatif 4 3 - 1 4 6 - 4 14 36
Positif - 1 6 10 - 3 12 10 25 25 Negatif 5 2 1 - 5 4 3 - 12 37
Positif 3 1 1 12 12 3 2 12 29 26 Negatif 2 4 2 - 2 8 6 - 16 45
Positif - 4 1 12 - 12 2 12 26 27 Negatif 1 5 1 1 1 10 3 4 18 44
Positif 1 3 5 8 4 9 10 8 31 28 Negatif 4 3 - 1 4 6 - 4 14 45
Positif - 2 3 12 - 6 6 12 24 29 Negatif 3 5 - - 3 10 - - 13 37
Positif - 3 5 9 - 9 10 9 28 30 Negatif - 7 1 - - 14 3 - 17 45
Positif 2 1 5 9 8 3 10 9 30 31 Negatif 5 3 - - 5 6 - - 11 41
Positif 1 2 2 12 4 6 4 12 26 32 Negatif 6 2 - - 6 4 - - 10 36
Positif - 2 9 6 - 6 18 6 30 33 Negatif 7 - 1 - 7 - 3 - 10 40
Positif - 2 7 8 - 6 14 8 28 34 Negatif 1 7 - - 1 14 - - 15 43
Positif 1 3 - 13 4 9 - 13 26 35 Negatif 5 - 3 - 5 - 9 - 14 40
Positif - 2 11 4 - 6 22 4 32 36 Negatif 5 2 1 - 5 4 3 - 12 44
Positif 2 2 3 10 8 6 6 10 30 37 Negatif 2 4 2 - 2 8 6 - 16 46
Positif - 3 2 12 - 9 4 12 25 38 Negatif 1 7 - - 1 14 - - 15 40
Positif 3 - 1 13 12 - 2 13 27 39 Negatif 6 2 - - 6 4 - - 10 37
Positif 2 1 1 13 8 3 2 13 26 40 Negatif 5 1 1 - 5 3 2 - 10 36
Positif 1 3 4 9 4 9 8 9 30 41 Negatif 7 1 - - 7 2 - - 9 39
62
Positif 4 1 3 9 16 3 6 9 34 42 Negatif 1 5 1 1 1 10 3 4 18 52
Positif 2 - 8 7 8 - 16 7 31 43 Negatif 5 2 1 - 5 4 3 - 12 43
Positif - 1 3 13 - 3 6 13 22 44 Negatif 6 2 - - 6 4 - - 10 32
Positif - 2 1 14 - 6 2 14 22 45 Negatif 5 1 2 - 5 2 6 - 13 35
Positif - 3 6 8 - 9 12 8 29 46 Negatif 8 - - - 8 - - - 8 37
Positif 2 - 6 9 8 - 12 9 29 47 Negatif 5 3 - - 5 6 - - 11 40
Positif - 2 3 12 - 6 6 12 24 48 Negatif 5 1 1 1 5 2 3 4 14 38
Positif - 3 5 9 - 9 10 9 28 49 Negatif 4 1 1 2 4 2 3 8 17 45
Positif - 4 8 5 - 12 16 5 33 50 Negatif 1 5 1 1 1 10 3 4 18 51
Positif 3 1 2 11 12 3 4 11 30 51 Negatif 2 6 - - 2 12 - - 14 44
Positif 1 3 3 10 4 9 6 10 29 52 Negatif - 8 - - - 16 - - 16 45
Positif 2 1 4 10 8 3 8 10 29 53 Negatif 4 4 - - 4 8 - - 12 41
Positif - 3 4 10 - 9 8 10 27 54 Negatif 5 1 2 - 5 2 6 - 13 40
Positif - 2 3 12 - 6 6 12 24 55 Negatif 2 5 - 1 2 10 - 4 16 40
Positif 2 1 5 9 8 3 10 9 30 56 Negatif 1 6 - 1 1 12 - 4 17 47
Positif 2 - 2 13 8 - 4 13 25 57 Negatif 6 1 1 - 6 2 3 - 11 36
Positif 2 2 5 8 8 6 10 8 32 58 Negatif 2 5 - 1 2 10 - 4 16 48
Positif 1 - 1 15 4 - 2 15 21 59 Negatif 6 1 1 - 6 2 3 - 11 32
Positif - 2 2 13 - 6 4 13 23 60 Negatif 1 7 - - 1 14 - - 15 38
Positif 2 1 3 11 8 3 6 11 28 61 Negatif 3 2 1 2 3 4 3 8 18 46
Positif 4 2 4 7 16 6 8 7 37 62 Negatif 5 2 1 - 5 4 3 - 12 49
Positif 1 - 3 13 4 - 6 13 23 63 Negatif 3 5 - - 3 10 - - 13 36
63
Positif - 2 5 10 - 6 10 10 26 64 Negatif 5 1 - 2 5 2 - 8 15 41
Positif - 1 4 12 - 3 8 12 23 65 Negatif - 7 - 1 - 14 - 4 18 41
Positif - 3 5 9 - 9 10 9 28 66 Negatif 4 2 1 1 4 4 3 4 15 43
Positif - 2 3 12 - 6 6 12 24 67 Negatif 4 3 1 - 4 6 3 - 13 37
Positif 1 3 6 7 4 9 12 7 32 68 Negatif 4 2 1 1 4 4 3 4 15 47
Positif - 4 4 9 - 12 8 9 29 69 Negatif 7 1 - - 7 2 - - 9 38
Positif 1 - 3 13 4 - 6 13 23 70 Negatif 4 2 2 - 4 4 6 - 14 37
Positif - 3 5 9 - 9 10 9 28 71 Negatif 6 - 1 1 6 - 3 4 13 41
Positif 1 1 3 12 4 3 6 12 25 72 Negatif 2 6 - - 2 12 - - 14 39
Berdasarkan tabel di atas, kemudian diadakan analisis sebagai
berikut:
1) Mencari Banyaknya Kelas Interval
k = 1 + 3,3 log N
= 1 + 3,3 log 72
= 1 + 3,3 (1,8573)
= 1 + 6,12909
= 7,12909 dibulatkan menjadi 7
jadi banyaknya kelas interval adalah 7
2) Menentukan Range
R = nilai tertinggi – nilai terndah
= 57 – 32
= 25
3) Menentukan Interval
I = kR dimana R = Range, dan k = kelas interval
= 12909,725 = 3,5068 dibulatkan menjadi 4
64
Kemudian hasil ini dimasukkan ke tabel distribusi frekuensi
sekaligus untuk mencari mean dan standar deviasi sebagai berikut:
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Sikap Mandiri Anak
Interval x F x’ fx’ x’ 2 fx’ 2 Fr (%) 56 – 59 52 – 55 48 – 51 44 – 47 40 – 43 36 – 39 32 – 35
57,5 53,5 49,5 45,5 41,5 37,5 33,5
1 3 5
17 15 25 6
3 2 1 0 -1 -2 -3
3 6 5 0
-15 -50 -18
9 4 1 0 1 4 9
9 12 5 0
15 100 54
1,39 % 4,17 % 6,95%
23,61 % 20,83 % 34,72% 8,33 %
Jumlah 72 -69 195 100%
Berdasarkan data distribusi frekuensi sikap mandiri siswa SD
Islam al-Azhar 25 Semarang di atas, kemudian data tersebut
divisualisasikan dalam bentuk histogram pada gambar di bawah ini:
5 7 , 5 5 3 , 54 9 , 54 5 , 54 1 , 53 7 , 53 3 , 5
2 0
1 0
0
1 5
5
2 5
Gambar 4.3
Histogram Sikap Mandiri Anak
Untuk mencari rata-rata (mean) variabel sikap mandiri anak
menggunakan rumus:
M = M’ + i N
fx∑ '
= 45,5 + 472
)69(−
= 45,5 + 4 (-0,9583)
= 45,5 + (-3,8332)
= 41,6668 Dibulatkan menjadi 42
65
Setelah diketahui distribusi skor mean, kemudian mencari nilai
standar deviasi yaitu dengan menggunakan rumus:
SD = i )'
('2
Nfx
Nfx ∑∑ −
= 4 2)7269(
72195 −
−
= 4 2)9583,0(7083,2 −−
= 4 9183,07083,2 −
= 4 79,1
= 4 (1,3379)
= 5,3516
Kemudian mengubah skor mentah ke dalam nilai standar skala
lima
M + 1,5 SD = 41,6668 + 1,5 (5,3516) = 41,6668 + 8,0274 = 49,6942
M + 0,5 SD = 41,6668 + 0,5 (5,3516) = 41,6668 + 2,6758 = 44,3426
M – 0,5 SD = 41,6668 – 0,5 (5,3516) = 41,6668 – 2,6758 = 38,991
M – 1,5 SD = 41,6668 – 1,5 (5,3516) = 41,6668 – 8,0274 = 33,6394
Dari hitungan nilai standar skala lima diperoleh data interval dan
kualifikasi sebagai berikut:
Tabel 4.8 Kualifikasi dan Interval Sikap Mandiri Anak
Nilai Interval Kualifikasi
50 ke atas
44 – 49
39 – 43
34 – 38
kurang dari 34
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Cukup
Rendah
Dari data yang telah lalu dapat diketahui bahwa mean dari
variabel sikap mandiri anak di SD Islam al-Azhar 25 Semarang sebesar
66
41,6668. Hal ini berarti bahwa sikap mandiri anak tersebut, terdapat
dalam kategori sedang yaitu berada pada interval 39 – 43.
B. Pengujian Hipotesis
Pembahasan ini digunakan peneliti untuk menguji hipotesis, yakni
terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap overprotective orang tua
terhadap sikap mandiri anak. Langkah awal yang harus ditempuh adalah
memasukkan data-data hasil angket ke dalam tabel kerja analisis regresi.
Tabel 4.9 Tabel Kerja Koefisien Antara Sikap Overprotective Orang Tua dan
Sikap Mandiri Anak
Resp. X Y X 2 Y 2 XY (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 41 45 1681 2025 1845 2 38 39 1444 1521 1482 3 36 34 1296 1156 1224 4 38 36 1444 1296 1368 5 49 48 2401 2304 2352 6 38 36 1444 1296 1368 7 50 55 2500 3025 2750 8 35 38 1225 1444 1330 9 40 47 1600 2209 1880 10 34 33 1156 1089 1122 11 36 37 1296 1369 1332 12 33 37 1089 1369 1221 13 38 42 1444 1764 1596 14 49 52 2401 2704 2548 15 43 48 1849 2304 2064 16 41 37 1681 1369 1517 17 50 57 2500 3249 2850 18 41 38 1681 1444 1558 19 38 33 1444 1089 1254 20 44 45 1936 2025 1980 21 38 37 1444 1369 1406 22 46 47 2116 2209 2162 23 39 44 1521 1936 1716 24 32 36 1024 1296 1152 25 36 37 1296 1369 1332 26 41 45 1681 2025 1845 27 47 44 2209 1936 2068 28 43 45 1849 2025 1935
67
(1) (2) (3) (4) (5) (6) 29 34 37 1156 1369 1258 30 49 45 2401 2025 2205 31 37 41 1369 1681 1517 32 33 36 1089 1296 1188 33 38 40 1444 1600 1520 34 45 43 2025 1849 1935 35 37 40 1369 1600 1480 36 46 44 2116 1936 2024 37 43 46 1849 2116 1978 38 45 40 2025 1600 1800 39 40 37 1600 1369 1480 40 37 36 1369 1296 1332 41 41 39 1681 1521 1599 42 44 52 1936 2704 2288 43 42 43 1764 1849 1806 44 34 32 1156 1024 1088 45 38 35 1444 1225 1330 46 41 37 1681 1369 1517 47 46 40 2116 1600 1840 48 36 38 1296 1444 1368 49 41 45 1681 2025 1845 50 49 51 2401 2601 2499 51 48 44 2304 1936 2112 52 40 45 1600 2025 1800 53 43 41 1849 1681 1763 54 43 40 1849 1600 1720 55 39 40 1521 1600 1560 56 44 47 1936 2209 2068 57 39 36 1521 1296 1404 58 49 48 2401 2304 2352 59 37 32 1369 1024 1184 60 37 38 1369 1444 1406 61 44 46 1936 2116 2024 62 47 49 2209 2401 2303 63 36 36 1296 1296 1296 64 40 41 1600 1681 1640 65 42 41 1764 1681 1722 66 41 43 1681 1849 1763 67 35 37 1225 1369 1295 68 50 47 2500 2209 2350 69 40 38 1600 1444 1520 70 32 37 1024 1369 1184 71 39 41 1521 1681 1599
68
72 37 39 1369 1521 1443 Jumlah 2932 2975 121064 125051 122662
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa:
N = 72 ∑ 2X = 121064
∑ X = 2932 ∑ 2Y = 125051
∑Y = 2975 ∑ XY = 122662
Selanjutnya menghitung data di atas dengan memasukkan kedalam
rumus regresi dengan analisis regresi satu prediktor. Adapun langkah-
langkahnya adalah:
1. Mencari Korelasi Antara Kriterium dengan Prediktor
Korelasi antara prediktor X dengan kriterium Y dapat dicari
melalui teknik korelasi product moment dari Pearson dengan rumus
sebagai berikut:
r xy = ( )( )∑∑∑
22 yx
xy
Di mana ∑ xy = ( )( )
∑ ∑∑−N
YXXY
∑ 2x = ( )
∑ ∑−NX
X2
2
∑ 2y = ( )
∑ ∑−NY
Y2
2
Untuk mencari hasil dari masing-masing rumus di atas adalah
sebagai berikut:
∑ xy = ( )( )
∑ ∑∑−N
YXXY
= ( )( )72
29752932122662 −
= 72
8722700122662 −
= 122662 – 121148,6111
= 1513,3889
69
∑ 2x = ( )
∑ ∑−NX
X2
2
= 72
29321210642
−
= 72
8596624121064 −
= 121064 – 119397,5556
= 1666,4444
∑ 2y = ( )
∑ ∑−NY
Y2
2
= 72
29751250512
−
= 72
8850625125051−
= 125051 – 122925,3472
= 2125,6528
Dengan demikian korelasi antara X dan Y adalah
r xy = ( )( )∑∑∑
22 yx
xy
= ( )( )6528,21254444,1666
3889,1513
= 205,3542282
3889,1513
= 0952,18823889,1513
= 0,80409 = 0,804
Jadi koefisien koreasi antara variabel X dan variabel Y sebesar
0,804. Besar koefisien korelasi determinasinya (Rsquare) = rxy2 adalah:
KP = rxy2 .100% = 0,804 2 .100% = 0,646416 . 100% = 64,6416%
2. Menguji Signifikansi Korelasi Antara Variabel X Dengan Variabel Y
Untuk menguji apakah harga r xy = 0,804 itu signifikan atau tidak,
maka dapat dikonsultasikan dengan harga rtabel pada taraf signifikansi 1%
70
dan 5%. Jika r xy > rtabel baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5% ,
maka dinyatakan signifikan. Untuk mengetahui lebih lanjut dapat dilihat
dari tabel di bawah ini:
Tabel 4.10 Uji Signifikansi dengan r tabel
rtabel N rxy
1% 5% Kesimpulan
72 0,804 0,306 0,235 Signifikan
3. Mencari Persamaan Garis Regresi
Setelah mengkorelasikan kedua variabel tersebut, langkah
selanjutnya adalah membuat persamaan garis regresi. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui bagaimana variabel dependent dapat diprediksikan
melalui variabel independent. Langkah-langkahnya adalah dengan
menggunakan rumus garis regresi satu prediktor yang sudah diketahui,
yaitu: Y = aX + k
Keterangan:
Y = kriterium
a = bilangan koefisien prediktor
X = prediktor
k = bilangan konstan
Dengan menggunakan metode skor deviasi harga-harga a dan k
dapat dicari dengan menggunakan persamaan y = ax
Di mana : y = Y Y− , x = X X− , dan a = ∑∑
2xxy
Jika data yang telah ditemukan dimasukkan kedalam rumus tersebut,
∑ xy = 1513,3889
∑ 2x = 1666,,4444
4444,16663889,1513
2 ==∑∑
xxy
a = 0,908157 = 0, 9082
71
x = X X− di mana 7222,4072
2932=== ∑
NX
X
y = Y Y− di mana 3194,4172
2975=== ∑
NY
Y
Dari perhitungan di atas, maka persamaan garis regresinya dapat
diselesaikan dengan jalan
y = a x
YY − = ( )XXa −
Y – 41,3194 = 0,9082 (X – 40,7222)
Y – 41,3194 = 0,9082 X – 36,9839
Y = 0,9082 X – 36,9839 + 41,3194
Y = 0,9082 X + 4,3355
Y = 0,908 X + 4,336
Dari perhitungan di atas telah diketahui bahwa persamaan garis
linier regresinya adalah Y = 0,908 X + 4,336.
4. Analisis Variansi Garis Regresi
Untuk menguji varians garis regresi, maka digunakan analisis
regresi bilangan F (uji F) dengan skor deviasi sebagai berikut:
res
regreg RK
RKF =
Keterangan:
F reg = Harga bilangan F untuk garis regresi
RK reg = Rerata kuadrat garis regresi
RK res = Rerata kuadrat residu
Untuk memudahkan perhitungan bilangan F maka dibuat tabel
ringkasan garis regresi sebagai berikut:
72
Tabel 4.11 Rumus Analisis Variansi Regresi Satu Prediktor
Sumber Varisi Db Jumlah Kuadrat
(JK) Rerata Kuadrat
(RK) F reg
Regresi (reg)
Residu (res)
1
N – 2
2
2)(
∑∑
x
xy
( )∑ ∑
∑− 2
22
xxy
y
reg
reg
dbJK
db res
resJK
RKRK
res
reg
Total (T) N - 1 ∑ 2y - -
Selanjutnya rumus-rumus di atas diaplikasikan ke dalam data yang
telah ada. Dari langkah-langkah yang terdahulu dapat diketahui bahwa:
N = 72
∑ 2x = 1666,4444
∑ 2y = 2125,6528
∑ xy = 1513,3889
untuk selanjutnya dapat dimasukkan kedalam rumus:
( )∑∑= 2
2
xxy
JK reg
= 4444,16663889,1513 2
= 4,1666963,2290345
= 1374,3909
( )∑ ∑
∑−= 2
22
xxy
yJK res
= 2125,6528 – 1374,3909
= 751,2619
73
db reg
regreg
JKRK =
= 13909,1374
= 1374,3909
res
resres db
JKRK =
= 702619,751
= 10,7323
RKRkF
res
regreg =
= 7323,103909,1374
= 128,0612
Dari hasil perhitungan di atas telah diketahui bahwa harga Freg
diperoleh 128,0612. Agar lebih memudahkan mengetahui hasil analisis
variansi garis regresi, maka dapat dilihat dalam tabel ringkasan hasil
analisis regresi berikut ini:
Tabel 4.12 Ringkasan Hasil Analisis Variansi Regresi Satu Prediktor
Sumber Varisi Db Jumlah Kuadrat
(JK) Rerata Kuadrat
(RK) F reg
Regresi (reg)
Residu (res)
1
70
1374,3909
751,2619
1374,3909
10,7323
128,0612
Total (T) 71 2125,6528 - -
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Langkah berikutnya adalah analisis hipotesis yaitu untuk mengetahui
kebenaran hipotesis yang diajukan pada Bab II. Berdasarkan hasil perhitungan
statistik dengan menggunakan rumus regresi satu prediktor yang telah dibahas
di muka, maka langkah selanjutnya adalah menginterpretasikan hasil uji
74
hipotesis. Nilai Frekuensi yang diperoleh oleh Freg = 128,0612 kemudian
dikonsultasikan dengan nilai Ftabel pada taraf signifikansi 1% dan juga 5%
dengan kemungkinan sebagai berikut:
a. Jika Freg>Ftabel maka signifikan atau hipotesis diterima.
b. Jika Freg<Ftabel maka non signifikan atau hipotesis ditolak.
Berdasarkan ketentuan di atas, maka uji hipotesis dengan kriteria,
Freg>Ftabel yaitu Freg = 128,0612. Sedangkan harga F pada tabel dinyatakan
dengan Fα (df1: df2), di mana df1 = k = 1 dan df2 = N - K – 1 = 70, sehingga
untuk taraf signifikansi 5% ditulis F0,05 (1:70) = 4,00, sedangkan pada taraf
1% ditulis F0,01 (1:70) = 7,08. Karena Freg > F0,05 dan F0,01, berarti
signifikan.
Setelah diadakan uji hipotesis melalui analisis regresi Freg dan
koefisien korelasi rxy sebagaimana pembahasan di atas, maka hasil yang
diperoleh dikonsultasikan pada Ftabel dan rtabel. Diketahui bahwa Freg dan
rxy hitung > Ftabel dan rtabel. Berdasarkan hasil konsultasi tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa: baik Freg maupun rxy adalah signifikan pada taraf
signifikansi 5% dan 1%, sehingga hipotesis yang diajukan diterima. Untuk
mengetahui lebih lanjut hasil uji hipotesis terhadap nilai Freg dan rxy maka
dapat dilihat pada tabel ringkasan berikut:
Tabel 4.13 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis
Tabel Uji Hipotesis
Uji Hitung 5% 1%
Keterangan Hipotesis
Freg 128,0612 4,00 7,08
rxy 0,804 0,235 0,306 Signifikan Diterima
75
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, baik
menggunakan analisis regresi (Freg) maupun menggunakan koefisien korelasi
(rxy) hasilnya dinyatakan signifikan. Dengan demikian, maka hipotesis yang
peneliti ajukan, yaitu “terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap
overprotective orang tua terhadap sikap mandiri anak” diterima. Hal ini
dibuktikan dengan diperolehnya harga F yang lebih besar dibanding dengan
harga F pada tabel dengan taraf signifikansi 5% dan 1%.
Berdasarkan pengujian hipotesis di atas dapat diketahui bahwa
hasilnya dinyatakan signifikan positif. Tetapi bila melihat adanya pengaruh
negatif yang ditimbulkan oleh variabel X (sikap overprotective orang tua)
terhadap variabel Y (sikap mandiri anak), maka seharusnya hasil yang
diperoleh dari pengujian hipotesis juga berbentuk negatif. Sedangkan hasil
analisis regresi yang diperoleh adalah Freg = 128,0612 (hasilnya berupa
positif). Sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis yang telah diajukan tidak
diterima, karena hasilnya berupa signifikan positif dan bukan signifikan
negatif.
Hasil uji hipotesis yang tidak signifikan ini dapat terjadi karena
adanya beberapa hal, salah satunya karena angket. Hubungan antara variabel
X terhadap variabel Y dalam penelitian ini, bila digambar akan membentuk
suatu kurva normal. Sehingga dalam hal pembuatan angket sikap
overprotective orang tua, harus mengarah pada angket yang benar-benar kuat
atau berada pada titik tertinggi. Sedangkan dalam penelitian ini, terdapat suatu
kesalahan dalam penyusunan angket di mana angket untuk variabel X (sikap
overprotective orang tua) terdapat pada tingkat yang rendah (angket tidak
kuat). Dari pembuatan angket yang kurang maksimal ini, menyebabkan hasil
yang didapatkan juga tidak maksimal. Yakni hasil dari uji hipotesis yang
seharusnya berupa signifikan negatif, pada akhirnya hasil uji hipotesis berupa
signifikan positif.
76
D. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini pasti terjadi banyak
kendala dan hambatan. Hal tersebut bukan karena faktor kesengajaan,
melainkan terjadi karena adanya keterbatasan dalam melakukan penelitian.
Beberapa hambatan yang dialami peneliti diantaranya:
1. Peneliti menyadari bahwa sebagai manusia biasa tentunya mempunyai
kekurangan-kekurangan di antaranya keterbatasan waktu, biaya dan
intelektual penulis. Dalam hal keterbatasan waktu, hal ini berkaitan dengan
penelitian yang hampir bersamaan dengan jadwal mid semester yang telah
ditetapkan oleh sekolah.
2. Penelitian yang dilakukan hanya terbatas pada satu tempat, yaitu di SD
Islam al-Azhar 25 Semarang, sehingga jika penelitian ini dilaksanakan di
tempat lain atau kepada orang tua lain dimungkinkan hasilnya akan
berbeda. Namun demikian, hasil penelitian ini setidak-tidaknya dapat
dijadikan sebagai sebuah simpulan sementara.
3. Dalam penelitian ini, tidak dilakukan interview dan observasi langsung
terhadap orang tua siswa, sehingga tidak ada komunikasi langsung untuk
mengetahui sejauh mana sikap overprotective yang mereka lakukan
kepada anaknya. Peneliti hanya mengetahui sikap overprotective orang tua
dari angket yang telah dikembalikan. Tetapi, berdasarkan kenyataan yang
pernah peneliti lihat, dapat dibuktikan bahwa sikap overprotective orang
tua dapat menyebabkan kurangnya sikap mandiri anak.
4. Peneliti juga mengalami kesukaran dalam hal pengambilan angket dari
responden. Hal ini dikarenakan responden yang peneliti ambil adalah
orang tua dan anaknya, dan peneliti menyadari kesibukan orang tua akan
pekerjaan atau kegiatan-kegiatan mereka.
Selain itu masih ada kendala-kendala kecil yang peneliti alami dalam
hal penyusunan skripsi ini. Akan tetapi, hal ini tidak menjadi batu sandungan
yang mematahkan semangat peneliti. Bahkan segala kendala dan hambatan
tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi peneliti. Peneliti bersyukur bahwa
penelitian telah berhasil dengan sukses dan lancar.
77
BAB V
SIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil penelitian mengenai Pengaruh sikap overprotective orang
tua terhadap sikap mandiri anak (Studi atas siswa kelas V dan VI di SD Islam
al-Azhar 25 Semarang) sebagai mana telah diuraikan pada bab-bab
sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Sikap overprotective orang tua dari anak yang sekolah di SD Islam al-
Azhar 25 Semarang termasuk dalam kategori “sedang”. Hal ini dibuktikan
dengan penghitungan rata-rata sikap overprotective orang tua sebesar
40,7499 yang terletak pada interval 38 – 42.
2. Sikap mandiri siswa kelas V dan kelas VI di SD Islam al-Azhar 25
Semarang termasuk dalam kategori “sedang”. Hal ini ditunjukkan dengan
penghitungan rata-rata akhlak remaja di desa tersebut sebesar 41,6668
yang terletak pada interval 39 – 43.
3. Ada pengaruh negatif yang signifikan antara sikap overprotective orang
tua terhadap sikap mandiri anak di SD Islam al-Azhar 25 Semarang. Dari
analisis koefisien korelasi diperoleh rxy=0,804 lebih besar dari rt
5%=0,235 dan rt1%=0,306 yang ditunjukkan dengan persamaan garis
regresi Y=0,908X+4,336. Sedangkan dari hasil analisis regresi diperoleh
Freg=128,061 lebih besar dari Ft 5% = 4,00 dan Ft 1% = 7,08. Meskipun
rxy>rt dan Freg>Ft tetapi tidak dapat dikatakan signifikan, karena dari
pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh prediktor seharusnya hasil uji
hipotesisnya juga berupa signifikan negatif.
Jadi hipotesis yang peneliti ajukan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara sikap overprotective orang tua terhadap sikap mandiri
anak di SD Islam al-Azhar 25 Semarang tidak diterima.
78
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh
negatif antara sikap overprotective orang tua terhadap sikap mandiri anak di
SD Islam al-Azhar 25 Semarang, maka penulis merasa perlu untuk
menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi orang tua:
Bagi orang tua hendaknya selalu ingat bahwa anak merupakan salah satu
rahmat dan karunia dari Allah yang patut disyukuri, tetapi di samping itu
anak merupakan amanat dari Allah kepada kedua orang tuanya. Mereka
diberi tanggung jawab untuk mendidik, merawat, memperhatikan,
memberi kasih sayang serta memenuhi segala kebutuhannya. Memberikan
kasih sayang dan perhatian kepada anak merupakan kewajiban orang tua,
tetapi jangan sampai bersikap overprotective terhadap anak. Hal ini akan
berdampak negatif kepada anak yang akan menimbulkan kurangnya
kemandirian seorang anak. Orang tua hendaknya menyayangi dan
melindungi anak sewajarnya saja. Sehingga diharapkan nantinya anak
akan menjadi generasi penerus bangsa yang berguna bagi nusa, bangsa dan
agama serta berakhlaqul karimah.
2. Bagi anak:
Bagi anak hendaknya tidak terlalu terpengaruh oleh sikap overprotective
yang orang tua berikan. Seorang anak seharusnya bisa lebih mandiri dan
tidak terlalu menggantungkan segala hal pada orang tua atau bahkan orang
lain, karena hal ini akan menjadikan suatu kebiasaan yang berlarut-larut.
Mereka harus belajar berdiri sendiri tanpa terus mendapatkan bantuan dari
orang lain.
3. Bagi guru:
Bagi guru hendaknya lebih meningkatkan peran mereka sebagai seorang
pendidik, bukan hanya sebagai seorang pengajar. Sehingga, di samping
mentransfer ilmu pengetahuan juga mendidik para siswanya menjadi
79
pribadi yang berakhlaqul karimah karena guru merupakan orang tua ke
dua dari para siswanya.
C. Penutup
Alhamdulillahi robbil alamin, berkat rahmat dan hidayah Allah
Swt, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang sederhana ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai
pihak sangat penulis harapkan demi kelengkapan dan kesempurnaan skripsi
ini.
Akhirnya, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberi bantuan kepada peneliti, baik berupa tenaga maupun doa.
Semoga mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah Swt. Amin.
Ada pengaruh negatif yang signifikan antara sikap overprotective orang tua
terhadap sikap mandiri anak di SD Islam al-Azhar 25 Semarang, karena dari
hasil analisis regresi dan analisis koefisien korelasi diperoleh nilai Freg =
128,061 sedang Ft 5% = 4,00 dan Ft 1% = 7,08, dan rxy=0,804 sedang rt 5%
= 0,235 dan rt 1% = 0,306 yang berarti Freg>Ft baik dalam taraf signifikansi
5% maupun 1% begitu juga rxy > rt baik pada taraf signifikansi 5% maupun
1%. Hal ini ditunjukkan pula dengan persamaan garis regresi Y = 0,908 X +
4,336.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ali, Mohammad., Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
Al-Bukhari, Al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail., Shahih al-Bukhari,
Juz I, Libanon: Dar al-Fikr, t.th. __________, Shahih al-Bukhari, Juz I, Beirut: Dar al-Kutub al-ilmiah, t.th. Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad., Ihya ‘Ulum ad-Din, Juz IV,
Semarang: Toha Putra, t.th. Arikunto, Suharsimi., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :
Rineka Cipta, 2002, Cet. 12. Aryatmi, “Ketrampilan Memecahkan Masalah”, dalam Kartini Kartono (ed.),
Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya, Jakarta : Rajawali, 1983. As-Sajastani, Abu Daud Sulaiman bin Asy’as., Sunan Abu Dawud, Juz I, Libanon:
Dar al-Fikr, t.th. Daradjat, Zakiah., Perawatan Jiwa Untuk Anak-anak, Jakarta: Bulan Bintang,
1987. __________, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1998. Departemen Agama R.I. al-Hikmah., Al-qur’an dan Terjemahnya, Bandung:
Diponegoro, 2005, Cet. 9. Drost S.J, J.I.G.M., Sekolah, Mengajar atau Mendidik ?, Jakarta: Kanisius, 1998. Echols, John M., dan Shadily, Hassan., Kamus Inggris Indonesia, Jakarta:
Gramedia, 1992, Cet. 20. El-Quussy, Abdul Aziz., Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa/Mental, Jilid I, Alih
Bahasa Zakiah Daradjat, Jakarta: Bulan Bintang, 1983. Fahmi, Musthafa., Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat, Jilid I, Jakarta: Bulan Bintang, 1977. Fatimah, Enung., Psikologi Perkembangan, Perkembangan Peserta Didik,
Bandung: Pustaka Setia, 2006.
Hadi, Sutrisno, Analisis Regresi,Yogyakarta: Andi Offset, 2004. ___________, Metodologi Research, Jilid I, Yogyakarta: Andi Ofset, 2004. ___________, Metodologi Research, Jilid II, Yogyakarta: Andi Ofset, 2004. Hadjar, Ibnu., Dasar-dasar Metode Penelitian Kuantiatif Dalam Pendidikan,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998. Halim, M. Nipan Abdul., Anak Saleh Dambaan Keluarga, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2001. Harefa, Andreas., Menjadi Manusia Pembelajar, Jakarta: Kompas, 2000. Hurlock, Elizabeth B., Child Development, Singapore: Mc. Graw Hill, 1978, Sixth
Edition. Istadi, Irawati., Mendidik dengan Cinta, Bekasi: Pustaka Inti, 2006. Kartono, Kartini., & Gulo, Dali., Kamus Psikologi, Bandung: Pionir Jaya, 1987. Kauma, Fuad., Buah Hati Rasulullah, Mengasuh Anak Cara Nabi, Jakarta:
Hikmah, 2003. Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2003,
Cet. 2. Marzuki, A. Choiran., Anak Saleh Dalam Asuhan Ibu Muslimah, Yogyakarta:
Mitra Pustaka, 2000, Cet. 3. Mazhahiri, Husain., Pintar Mendidik Anak, Jakarta: Lentera, 1999. Morgan, Clifford T., and King, Richard A., Introduction to Psychology, Singapore:
Mc. Graw Hill, 1971, Fourth Edition. Nasution, Thamrin., dan Nasution, Nurhalizah., Peran Orang Tua dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Anak, Jakarta: Gunung Mulia, 1989. Nasir, Ibrahim., Muqaddimah fi at-Tarbiyah, Mudkhal ila at-Tarbiyah, Aman al-
Ardan: al-Jami’ah at-Tarbiyah, t.th. Nizar, Samsul., Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan
Praktis, Jakarta: Ciputat Pers, 2000.
Pamilu, Anik., Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan, Yogyakarta: Citra Media, 2006.
Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1976. Ramirez, Laura M., Mengasuh Anak dengan Visi, Jakarta: Bhuana Ilmu Populer,
2004. Ratnawati, Shinta., Keluarga, Kunci Sukses Anak, Jakarta: Kompas, 2001, Cet. 3. Risman, Elly., “Melatih Anak Mandiri dan Bertanggung Jawab”,
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0209/01/Keluarga/mela21.htm. Satiadarma, Monty P., Persepsi Orang Tua Membentuk Perilaku Anak, Jakarta:
Pustaka Populer Obor, 2001. Shapiro, Lawrence E, Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak, Alih
Bahasa Alex Tri Kantjono, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001, Cet. 4.
Singarimbun, Masri., dan Effendi, Sofyan., Metodologi Penelitian Survey, Jakarta:
LP3ES Indo, 1995, Cet. 2. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka
Cipta, 1995, Cet. 3. Soejanto, Agoes., Psikologi Perkembangan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005, Cet. 8. Soelaeman, M. I., Pendidikan Dalam Keluarga,Bandung: Alfabeta, 1994. Suryabrata, Sumadi., Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2003. Tafsir, Ahmad., Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1994, Cet. 2. Thoha, H.M. Chabib., Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1996. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 2005, Edisi Ketiga, Cet. 3.
Ulwan, Abdullah Nashih., Pendidikan Anak Menurut Islam, Kaidah-kaidah Dasar, Alih Bahasa Khalilullah Ahmas Masjkur Hakim, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992.
___________, Tarbiyatul Aulad fi al-Islam, Juz II, Beirut: Dar as-Salam, 1893. WordNet Home Page, “Overprotective Parents”,
http:www.wordnet.Princeton.edu/perl/webwn?02=&00=protective.