pengaruh sebaran suhu air pendingin pltu...
TRANSCRIPT
PENGARUH SEBARAN SUHU AIR PENDINGIN PLTU JENEPONTO TERHADAP KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN PUNAGAYA,
JENEPONTO-SULSEL
EFFECT OF TEMPERATURE DISTRIBUTION COOLING WATER OF JENEPONTO’S POWERPLANT TO PLANKTON COMMUNITY IN
MARINE OF PUNAGAYA, JENEPONTO-SOUTH SULAWESI
Hasriyani Hafid1, Alfian Noor2, Alimuddin Hamzah3
1Mahasiswa Program Studi Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar
2Dosen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar
3Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar
Alamat Korespondensi: Hasriyani Hafid Program Studi Pengelolaan Lingkungan Hidup Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 HP: 085 299 375 781 Email: [email protected]
ABSTRAK
Sebaran suhu air panas ke perairan yang diakibatkan oleh pemanfaatan air laut sebagai air pendingin dari mesin pembangkit tenaga listrik uap memberikan dampak pada perubahan suhu perairan terhadap habitat dalam suatu ekosistem. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh buangan air pendingin dari PLTU terhadap komunitas plankton di perairan baik yang dekat dan jauh dari sumber buangan (near-far field). Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Maret-Juli 2014 dengan metode surveydengan menetapkan enam (6) stasiun penelitian yang berada di sekitar lokasi buangan air buangan dan intake, serta melakukan pengukuran parameter suhu dan pengambilan sampel plankton.. Data yang dihitung meliputi komposisi jenis, kepadatan, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunitas plankton yang berada di sekitar buangan air bahang dan intake pltu terdiri dari 4 kelas. Komposisi jenis terbesar dari kelas Bacillariophyceae yaitu sebesar 44,89 %. Kepadatan rata-rata plankton sebesar 112,5 plankter/L, dengan kepadatan plankton terbesar ditemukan di stasiun yang jauh dari sumber buangan air bahang. Kisaran nilai indeks keanekaragaman 1,01 – 1,97 dan indeks keseragaman kisaran nilainya 0,73 – 1,01, dengan yang nilai indeks tertinggi berada di lokasi yang jauh dari sumber buangan air bahang. Sedangkan nilai indeks dominansi, diperoleh kisaran nilai 0,1 – 0,42 dengan yang terendah berada di lokasi yang jauh dari sumber buangan air bahang. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini yaitu sebaran suhu air panas dapat mempengaruhi kehidupan biota perairan seperti plankton, hal ini ditunjukkan dengan menurunnya jumlah jenis dan spesies, khususnya yang berada dekat dengan sumber buangan air panas (source). Kata Kunci: Sebaran suhu, PLTU, plankton. ABSTRACT Distribution of hot water temperature caused by use the sea water as cooling water of power plant steam engines have an impact on the dispersal patterns of water temperature change on the habitats within an ecosystem. The purpose of this study was to determine the effect of cooling water discharge from the power plant to the plankton community in waters both near and far from the source of the waste (near-far field). This study was conducted in March-July 2014 with the survey method and a set of six (6) research station located in the vicinity of the waste heat (outlet) and water intake. Data are calculated including species composition, density, diversity index, uniformity index and dominance index. The results showed that the plankton community residing around the waste water heat and power plant intakes consists of 4 classes. Composition of the bulk of the class Bacillariophyceae in the amount of 44.89%. Average density of 112,5 plankton plankter / L, with the largest density of plankton found in the station away from the heat source water discharges. Diversity index values range from 1,01 to 1,97 and uniformity index values range from 0,73 to 1,01 with the highest value of the index is in a location away from sources of heat water discharges. While the dominance index values, obtained a range of values from 0,1 to 0,42 with the lowest being in a location away from sources of heat water discharges. It can be concluded that the distribution of hot water temperature can affect aquatic biota, such as plankton, as shown by the decrease in the number of types and species, especially those close to the source of hot exhaust (source). Keyword :Distribution of temperature, power plant, plankton
PENDAHULUAN
Pengoperasian suatu instalasi pembangkit listrik, baik yang berbahan bakar batubara,
minyak bumi maupun energi nuklir, umumnya menggunakan air laut sebagai pendingin. Air
laut yang telah digunakan sebagai pendingin ini kemudian dibuang ke laut. Sebaran suhu air
panas ke perairan yang diakibatkan oleh pemanfaatan air laut sebagai air pendingin dari
mesin pembangkit tenaga listrik uap memberikan dampak pada pola penyebaran perubahan
suhu perairan terhadap habitat dalam suatu ekosistem. Suhu sangat berperan dalam
mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Apabila kadar oksigen sedikit saat suhu air naik
maka hal tersebut dapat mengakibatkan makhluk hidup dalam air mati karena kebutuhan
oksigen tinggi sedangkan yang tersedia sedikit (Effendi, 2010).
Peningkatan pemenuhan kebutuhan energi listrik melalui pengoperasian PLTU
Jeneponto unit 1 dan 2, disisi lain menghasilkan air buangan (air bahang) yang langsung
dibuang secara sirkuler ke laut dimana perairan pantai Desa Punagaya berhubungan langsung
dengan Teluk Laikang – Kab.Takalar. Tekanan lingkungan terhadap perairan yakni
pembuangan air panas tersebut secara langsung ke laut dapat mempengaruhi perubahan
struktur komunitas organisme laut pada lokasi pelimbahan. Perubahan struktur komunitas
organisme laut seperti plankton meliputi keanekaragaman, keseragaman, indeks dominansi
dan pola sebaran akibat akumulasi limbah buangan tersebut. Akumulasi buangan air panas
tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada tingkat yang berbeda-beda tergantung jarak
organisme tersebut terhadap sumber buangan air panas dan kemampuan adaptasi organisme
terhadap kenaikan suhu di perairan. Sebagai contoh fitoplankton, kenaikan suhu hingga 3,4 –
5,9oC menyebabkan terjadinya pengurangan jumlah klorofil-a sekitar 15-50% (Poernima et
al., 2005). Selain itu, peraturan Kep. Men LH No. 51 (2004) menyebutkan kenaikan suhu
perairan oleh aktivitas industri tidak boleh lebih dari 20C dari suhu perairan alami.
Pada penelitian sebelumnya di Muara Karang menunjukkan bahwa pembuangan
limbah termal dari PLTU Muara Karang telah menyebabkan dampak kenaikan suhu perairan
tersebut yang mengakibatkan menurunnya jumlah jenis di sana. Terjadi pengurangan jumlah
jenis ikan, crustacea dan molusca akibat limbah termal PLTU Muara Karang. Penelitian lain
di PLTU Priok, limbah air panas mempengaruhi komposisi jenis ikan di pelimbahan. Makin
tinggi suhu-suhu perairan makin sedikit jumlah jenis ikan yang hidup di sana. Suhu yang
lebih rendah dari 37°C belum mempengaruhi kehidupan ikan, sedangkan pada suhu 39 -
40°C mulai terlihat dampaknya (Burhanuddin dan Sujatno,1981).
Pengaruh sebaran suhu air pendingin ini perlu dianalisis.Oleh karena itu tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh buangan air pendingin dari PLTU terhadap
komunitas plankton di perairan baik yang dekat dan jauh dari sumber buangan (near-far
field).
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di perairan Punagaya pada bulan Maret-Juli 2014. Secara
geografi lokasi perairan Punagaya terletak pada posisi 119°32'42.19" BT dan 05º 03’ 00’’-
5°37'18.11" LS.
Tahap Persiapan
Penentuan titik stasiun yang dilakukan pada 6 stasiun di perairan pantai Desa
Punagaya, Kec.Bangkala. Desain penelitian didasarkan pada jarak dekat dan jauhnya dari
sumber buangan air bahang yang keluar dari kanal pelimbahan (outlet) PLTU Jeneponto.
Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah survey primer, berupa pengambilan
sampel plankton dan pengukuran suhu di lapangan dan survey sekunder, berupa data-data
sekunder dari data parameter lingkungan sebelum ada PLTU Jeneponto dan studi literatur.
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan cara menyaring 40 liter air laut
dengan menggunakan planktonet, yang selanjutnya ditampung ke dalam botol bervolume 25
ml, kemudian diawetkan dengan formalin 4% sebanyak 4 tetes dan dilakukan identifikasi
lanjutan di laboratorium.
Analisis Data
Untuk mengetahui komposisi jenis plankton dilakukan pengamatan sampel di bawah
mikroskop dengan bantuan Sedgwick Rafter (S-R) dan diidentifikasi sampai tingkat spesies
dengan menggunakan buku petunjuk Saclan (2005), Davis (1955) dan Newell (1977).
Komposisi jenis dan kelimpahan plankton dinyatakan dalam jumlah individu per liter air,
sampel dihitung dengan menggunakan rumus :
퐽푢푚푙푎ℎ표푟푔푎푛푖푠푚푒 = 퐶푥1000푚푚
퐿퐷푊푆
Keterangan :
C = Jumlah organisme yang ditemukan
L = Panjang alur (S-R) mm
D = Tinggi alur (S-R)
W = Lebar alur (S-R)
S = Jumlah alur (S-R) mm yang dihitung.
Analisis data untuk mendapatakan nilai kepadatan plankton dihitung berdasarkan
rumus :
푁 = 푛푥푉푟푉표 푥
1푉푠
Keterangan :
N = Kepadatan plankton (sel/liter)
n = Jumlah plankton yang diamati (sel)
Vr = Volume air tersaring (ml)
Vo = Volume air yang diamati pada SR (ml)
Vs = Volume air yang disaring (liter)
Untuk indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman baik plankton dan
makrozoobentos dihitung berdasarkan indeks Shannon-Wiener (Brower et al., 1990):
H’ = - ∑Pi log2 Pi atau
Nni
logNni'H 2
Keterangan:
H’ = Indeks keanekaragaman;
ni = Jumlah individu untuk setiap jenis;
N = Jumlah total individu.
Indeks keseragaman dapat dihitung dengan menggunakan rumus Shannon – Wiener
(Brower et al., 1990):
s2log
H'
max'H
H'J'
Keterangan:
H’= Indeks keanekaragaman;
J’= Indeks keseragaman;
S = Jumlah jenis
Untuk indeks dominasi dihitung dengan menggunakan formula menurut Brower et al.
(1990) sebagai berikut :
1)N(N1)ni(niD
Keterangan:
D = Indeks dominansi;
ni= Jumlah Individu setiap jenis
N = Jumlah individu dari seluruh jenis
HASIL
Komposisi dan Kepadatan Plankton
Dari hasil pengamatan keseluruhan stasiun yang telah dilakukan diperoleh sebanyak
13 genus yang terbagi ke dalam 4 kelas, yakni Bacillariophyceae, Dynophyceae,
Cyanophyceae, dan Crustacea. Komposisi jenis dan persentase rata-rata kemunculan plankton
yang ditemukan didominasi dari kelas Bacillariophyceae yaitu sebesar 44,89 %; sedangkan
kelas Crustacea sebesar 23,11 %; Cyanophyceae sebesar 19,11 % dan yang terkecil adalah
Dynophyceae sebesar 12,89 % (Gambar.1).
Demikian pula dengan jumlah jenis plankton yang ditemukan menunjukkan bahwa
kelas Bacillariophyceae merupakan kelas yang dominan yakni sebanyak 96 plankter/l dari 8
genus (Tabel.1). Secara terperinci komposisi jenis plankton di setiap stasiun menunjukkan
bahwa kelas Bacillariophyceae mendominasi hampir di semua stasiun. Komposisi jenis dari
kelas Bacillariophyceae tertinggi terdapat di stasiun 1,2,3 dan 6 sedangkan yang terendah
terdapat di stasiun 4 dan 5 (Gambar.2). Penyebaran komposisi jenis plankton dari kelas yang
lain bervariasi di setiap stasiun.
Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman dan Indeks Dominansi
Nilai rata-rata indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi
plankton yang ditemukan di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar.3. Kisaran nilai
indeks keanekaragaman 1,01 – 1,97 dengan nilai indeks keanekaragaman tertinggi terdapat di
stasiun 5 dan terendah di stasiun 4. Untuk indeks keseragaman kisaran nilainya 0,73 – 1,01
dengan yang tertinggi di stasiun 5 dan terendah di stasiun 4. Indeks dominansi, diperoleh
kisaran nilai 0,1 – 0,42 dengan yang tertinggi di stasiun 4 dan terendah di stasiun 5.
Perbandingan nilai indeks ekologi sebelum adanya PLTU Jeneponto (tahun 2005) dan setelah
pembangkit listrik tersebut beroperasi (tahun 2014) disajikan pada Tabel. 2 yang
menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan nilai indeks ekologi khususnya indeks
keanekaragaman dan indeks keseragaman di perairan sekitar outlet pelimbahan dari PLTU.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil survey sebelum adanya pembangkit listrik ini (tahun 2005)
komposisi jenis plankton yang terdapat mengalami penurunan sejak beroperasinya PLTU
Jeneponto Unit 1 dan 2. Komposisi jenis plankton pada tahun 2005 (APUR, 2005) yang
ditemukan sebanyak 20 genus dari 7 kelas yakni Bacillariophyceae (28,62%), Dynophyceae
(22,55%), Crustacea (36,63), Protozoa (1,32%), Ciliata (2,05%), Rhizopoda (0,49%) dan
Molusca (8,33%). Sedangkan komposisi jenis plankton di tahun 2014 yang ditemukan
sebanyak 8 genus dari 4 kelas yakni Bacillariophyceae yaitu sebesar 44,89 %; sedangkan
kelas Crustacea sebesar 23,11%; Cyanophyceae sebesar 19,11% dan yang terkecil adalah
Dynophyceae sebesar 12,89 %
Dibandingkan dengan komposisi jenis plankton di tahun 2005 untuk plankton dari
Kelas Crustacea lebih mendominasi perairan di sekitar lokasi perencanaan pembangunan
PLTU Jeneponto Unit 1 dan 2, namun di tahun 2014 plankton dari Kelas Bacillariophyceae
lebih mendominasi. Melimpahnya plankton dari kelas tersebut disebabkan Bacillariophyceae
(diatom) merupakan jenis fitoplankton yang mempunyai sifat yang mudah beradaptasi
dengan lingkungan, bersifat kosmopolit, tahan terhadap kondisi yang ekstrim dan mempunyai
daya reproduksi yang tinggi. Hal ini juga dapat dilihat dari jumlah kepadatan 243 sel/L yang
terdiri dari 8 spesies yaitu Chaetoceros sp, Nitzchia sp, Coconeis sp, Melosira sp,
Pleurosigma sp, Coscinodiscus sp, Amphiprora sp dan Plagiotropis sp.
Kepadatan plankton yang ditemukan berdasarkan stasiun menunjukkan bahwa dari
keempat kelas komposisi jenis tertinggi terdapat di Stasiun 1 dan Stasiun 6 yang lokasi
berada jauh dari saluran pembuangan air panas (far-field). Stasiun 1 merupakan lokasi intake
yang berada di sebelah utara saluran (kanal) pembuangan air panas, sedangkan Stasiun 6
berada sekitar 500 meter sebelah barat daya outlet kanal pembuangan air panas. Sebaliknya
Stasiun 3 dan 4 berada di sebelah selatan outlet atau tegak lurus dengan outlet yang berjarak
150 – 300 meter dari outlet. Komposisi jenis plankton mengalami penurunan sebesar 23,75%
di Stasiun 2 yang merupakan outlet buangan air panas pembangkit listrik, yang berarti
sebanyak 76,25% komposisi jenis plankton mengalami kematian dan atau rusak, setelah
melalui sistem pemanasan air yang bekerja dalam pembangkit listrik (kondensor). Untuk
Stasiun 5 yang juga berada jauh dari saluran kanal pembuangan air panas tetapi mempunyai
komposisi jenis sedikit, hal disebabkan karena letak Stasiun 5 yang berada pada jarak 350
meter dari depan saluran intake, dimana konsentrasi plankton lebih banyak masuk ke saluran
intake.
Nilai indeks keanekaragaman plankton dapat dijadikan petunjuk seberapa besar
tingkat pencemaran suatu perairan. Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman di lokasi
penelitian yakni 1,01 – 1,79 menandakan bahwa di lokasi tersebut telah mengalami tekanan
lingkungan dalam tingkat yang sedang. Hal ini sesuai dengan nilai indeks keanekaragaman
Shannon-Wiener (Wardoyo, 2009) yang menyatakan bahwa jika indeks keanekaragaman
berkisar antara 0,0 – 1,0 tercemar berat (tekanan lingkungan tinggi) dan antara 1,0 – 2,0
tercemar sedang (tekanan lingkungan sedang).
Indeks keseragaman mencapai nilai maksimum jika penyebaran jumlah individu
setiap spesies merata. Semakin kecil nilai keseragaman (mendekati nol) menunjukan bahwa
penyebaran jumlah individu tiap jenis tidak sama dan ada kecenderungan bahwa komunitas
akan didominasi oleh spesies tertentu. Nilai indeks keseragaman di lokasi penelitian termasuk
dalam kategori tinggi yakni pada kisaran 0,73 – 1,01. Hal ini berarti pada semua stasiun
penyebaran jumlah individu merata ((jumlah individu tiap genus dapat dikatakan sama atau
tidak jauh berbeda).
Penurunan indeks ekologi plankton yang cukup signifikan dari tahun 2005 sampai
tahun 2014. Penurunan dapat dilihat dari jumlah spesies sebesar 110 spesies dan indeks
keanekaragaman (H = 0,83). Turunnya jumlah spesies dan indeks keanekaragaman yang
ditemukan mengindikasikan bahwa telah terjadi perubahan lingkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan komunitas bahkan mengakibatkan hilangnya beberapa
spesies. Hal ini sesuai dengan pernyataan Basmi (2012) bahwa karakteristik spesies dalam
komunitas menggambarkan hubungan antara biota dan lingkungan, sehingga bila terjadi
perubahan lingkungan maka struktur komunitas akan mengalami perubahan. Perubahan
lingkungan yang terjadi akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan komunitas,
mengakibatkan hilangnya beberapa spesies yang sepanjang tahun ada, munculnya spesies
baru dan terjadi dominasi spesies.
Berdasarkan pada nilai indeks ekologi khususnya indeks keanekaragaman plankton
mengindikasikan bahwa penurunan kualitas perairan di sekitar wilayah pengoperasian PLTU
dan termasuk dalam kategori pencemaran sedang/cukup berat sampai kategori pencemaran
berat. Penurunan kualitas perairan diduga karena adanya buangan air panas yang berdampak
terhadap meningkatnya suhu perairan sekitar wilayah pembangkit listrik, dari data survey
amdal dan penelitian sebelumnya suhu di perairan Punagaya dan sekitarnya berkisar 28°C –
29°C dibandingkan dengan suhu pengukuran (tahun 2014) yang dilakukan di lokasi
penelitian (perairan Punagaya) diperoleh suhu 29,7°C – 33,4°C
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebaran suhu air panas
dapat mempengaruhi kehidupan biota perairan khususnya plankton, hal ini ditunjukkan
dengan menurunnya jumlah jenis dan spesies, khususnya yang berada dekat dengan sumber
buangan air panas (source). Berdasarkan nilai indeks ekologi khususnya indeks
keanekaragaman plankton mengindikasikan bahwa telah terjadi penurunan kualitas perairan
di sekitar wilayah pengoperasian PLTU serta berpotensi menurunkan indeks
keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi di tahun yang akan datang
apabila tidak dilakukan penanganan terhadap buangan limbah air panas yang dibuang ke
badan perairan.
DAFTAR PUSTAKA
Andal Persada Utama Raya. (2005). Analisis Dampak Lingkungan Pembangunan PLTU Jeneponto Unit 1 dan 2 (2x125 MW) di Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan (Dokumen Andal). Jeneponto.
Basmi, H.J. (2012). Planktonologi, Plankton sebagai Bioindikator Kualitas Perairan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Burhanuddin dan Sujatno Birowo. (1981). Pengaruh Limbah Air Panas PLTU Priok Terhadap Komposisi Jenis Ikan di Pelimbahannya. Jurnal Oseanologi 14 : 19 – 30.
Brower, et al. (1990). Field and Laboratory Methods for General Ecology Dubuque. WCB Publishers.
Davis, C.C. (1955). The Marine and Fresh-Water Plankton. Michigan: Michigan State University Press.
Effendi, Hefni. (2010).Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Kepmen LH No. 51. (2004). Keputusan Menteri Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu Air
Laut.Jakarta. Newell, G.E. & R.C. Newell. (1977). Marine Plankton : Practical Guide. 5th ed. London:
Hutchinson & co (Pub.) Ltd. Poernima, et al. (2005). Impact of thermal discharge from a tropical coastal power plant on
phytoplankton. Journal of Thermal Biology, 30 : 307–316 Saclan, M. (2005). Planktonologi. Semarang: Universitas Diponegoro. Wardoyo. (2009). Kriteria Kualitas Air Untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Hasil
Kerjasama PPLH-UNDIP PSL-Training Amdal. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Tabel 1. Jenis Plankton yang ditemukan di Setiap Stasiun Jenis Sta.1 Sta.2 Sta.3 Sta.4 Sta.5 Sta.6 Amphipoda 3 0 0 0 0 2 Amphiprora sp. 4 0 1 0 0 0 Ceratium furca 0 0 0 0 1 0 Ceratium macroceros 17 1 0 0 4 0 Ceratium trichoceros 1 1 0 0 4 0 Chaetoceros sp. 0 0 0 0 3 0 Cocconeis sp. 0 0 0 0 0 1 Copepoda 21 6 1 14 4 1 Coscinodiscus sp. 11 5 6 0 3 5 Melosira sp. 0 0 0 1 0 0 Nitzchia sp. 0 1 2 2 0 10 Oscillatoria sp. 1 0 7 0 0 1 Plagiotropis sp. 0 0 0 0 0 4 Pleurosigma sp. 20 3 2 0 1 16 Pseudanabaena 2 2 2 13 2 13 Total 80 19 21 30 22 53
Tabel.2 Perbandingan Rata-Rata Nilai Indeks Ekologi Plankton di Perairan Punagaya
Indeks Ekologi Tahun
2005
Tahun
2014 ΔIE
Jumlah spesies 154 44 -110
Indeks keanekaragaman 2,48 1,66 -0,83
Indeks keseragaman 0,77 0,85 0,09
Indeks dominansi 0,06 0,23 0,17
Gambar 1.Persentase Komposisi Jenis Plankton yang Ditemukan
Gambar 2. Komposisi Jenis Plankton Berdasarkan Kelas pada masing-masing Stasiun
44.89%
19.11%12.89%
23.11%
Bacillariophyceae Cyanophyceae Dynophyceae Crustacea
0
5
10
15
20
25
30
35
St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6
Jum
lah
Indi
vidu
sel/
L
Stasiun Pengambilan Sampel PlanktonBacillariophyceae Cyanophyceae Dynophyceae Crustacea
Gambar 3. Indeks Keanekaragaman (H’) , Indeks Keseragaman (E) Dan Indeks
Dominansi (C) Plankton
0.000.200.400.600.801.001.201.401.601.802.00
St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6Indeks Keanekaragaman (H') 1.77 1.71 1.69 1.01 1.97 1.79Indeks Keseragaman (E) 0.81 0.88 0.87 0.73 1.01 0.81Indeks Dominansi ( C ) 0.20 0.21 0.22 0.41 0.15 0.20
Kisa
ran
Nila
i