pengaruh sebaran suhu air pendingin pltu...

13
PENGARUH SEBARAN SUHU AIR PENDINGIN PLTU JENEPONTO TERHADAP KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN PUNAGAYA, JENEPONTO-SULSEL EFFECT OF TEMPERATURE DISTRIBUTION COOLING WATER OF JENEPONTO’S POWERPLANT TO PLANKTON COMMUNITY IN MARINE OF PUNAGAYA, JENEPONTO-SOUTH SULAWESI Hasriyani Hafid 1 , Alfian Noor 2 , Alimuddin Hamzah 3 1 Mahasiswa Program Studi Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar 2 Dosen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar 3 Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar Alamat Korespondensi: Hasriyani Hafid Program Studi Pengelolaan Lingkungan Hidup Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 HP: 085 299 375 781 Email: [email protected]

Upload: hahuong

Post on 05-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH SEBARAN SUHU AIR PENDINGIN PLTU …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2ad95abfeb6f05a9a3ac3ce97c5043e7.pdf · sampel dihitung dengan menggunakan rumus : , Q I H =ℎ K N C =

PENGARUH SEBARAN SUHU AIR PENDINGIN PLTU JENEPONTO TERHADAP KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN PUNAGAYA,

JENEPONTO-SULSEL

EFFECT OF TEMPERATURE DISTRIBUTION COOLING WATER OF JENEPONTO’S POWERPLANT TO PLANKTON COMMUNITY IN

MARINE OF PUNAGAYA, JENEPONTO-SOUTH SULAWESI

Hasriyani Hafid1, Alfian Noor2, Alimuddin Hamzah3

1Mahasiswa Program Studi Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar

2Dosen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar

3Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar

Alamat Korespondensi: Hasriyani Hafid Program Studi Pengelolaan Lingkungan Hidup Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 HP: 085 299 375 781 Email: [email protected]

Page 2: PENGARUH SEBARAN SUHU AIR PENDINGIN PLTU …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2ad95abfeb6f05a9a3ac3ce97c5043e7.pdf · sampel dihitung dengan menggunakan rumus : , Q I H =ℎ K N C =

ABSTRAK

Sebaran suhu air panas ke perairan yang diakibatkan oleh pemanfaatan air laut sebagai air pendingin dari mesin pembangkit tenaga listrik uap memberikan dampak pada perubahan suhu perairan terhadap habitat dalam suatu ekosistem. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh buangan air pendingin dari PLTU terhadap komunitas plankton di perairan baik yang dekat dan jauh dari sumber buangan (near-far field). Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Maret-Juli 2014 dengan metode surveydengan menetapkan enam (6) stasiun penelitian yang berada di sekitar lokasi buangan air buangan dan intake, serta melakukan pengukuran parameter suhu dan pengambilan sampel plankton.. Data yang dihitung meliputi komposisi jenis, kepadatan, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunitas plankton yang berada di sekitar buangan air bahang dan intake pltu terdiri dari 4 kelas. Komposisi jenis terbesar dari kelas Bacillariophyceae yaitu sebesar 44,89 %. Kepadatan rata-rata plankton sebesar 112,5 plankter/L, dengan kepadatan plankton terbesar ditemukan di stasiun yang jauh dari sumber buangan air bahang. Kisaran nilai indeks keanekaragaman 1,01 – 1,97 dan indeks keseragaman kisaran nilainya 0,73 – 1,01, dengan yang nilai indeks tertinggi berada di lokasi yang jauh dari sumber buangan air bahang. Sedangkan nilai indeks dominansi, diperoleh kisaran nilai 0,1 – 0,42 dengan yang terendah berada di lokasi yang jauh dari sumber buangan air bahang. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini yaitu sebaran suhu air panas dapat mempengaruhi kehidupan biota perairan seperti plankton, hal ini ditunjukkan dengan menurunnya jumlah jenis dan spesies, khususnya yang berada dekat dengan sumber buangan air panas (source). Kata Kunci: Sebaran suhu, PLTU, plankton. ABSTRACT Distribution of hot water temperature caused by use the sea water as cooling water of power plant steam engines have an impact on the dispersal patterns of water temperature change on the habitats within an ecosystem. The purpose of this study was to determine the effect of cooling water discharge from the power plant to the plankton community in waters both near and far from the source of the waste (near-far field). This study was conducted in March-July 2014 with the survey method and a set of six (6) research station located in the vicinity of the waste heat (outlet) and water intake. Data are calculated including species composition, density, diversity index, uniformity index and dominance index. The results showed that the plankton community residing around the waste water heat and power plant intakes consists of 4 classes. Composition of the bulk of the class Bacillariophyceae in the amount of 44.89%. Average density of 112,5 plankton plankter / L, with the largest density of plankton found in the station away from the heat source water discharges. Diversity index values range from 1,01 to 1,97 and uniformity index values range from 0,73 to 1,01 with the highest value of the index is in a location away from sources of heat water discharges. While the dominance index values, obtained a range of values from 0,1 to 0,42 with the lowest being in a location away from sources of heat water discharges. It can be concluded that the distribution of hot water temperature can affect aquatic biota, such as plankton, as shown by the decrease in the number of types and species, especially those close to the source of hot exhaust (source). Keyword :Distribution of temperature, power plant, plankton

Page 3: PENGARUH SEBARAN SUHU AIR PENDINGIN PLTU …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2ad95abfeb6f05a9a3ac3ce97c5043e7.pdf · sampel dihitung dengan menggunakan rumus : , Q I H =ℎ K N C =

PENDAHULUAN

Pengoperasian suatu instalasi pembangkit listrik, baik yang berbahan bakar batubara,

minyak bumi maupun energi nuklir, umumnya menggunakan air laut sebagai pendingin. Air

laut yang telah digunakan sebagai pendingin ini kemudian dibuang ke laut. Sebaran suhu air

panas ke perairan yang diakibatkan oleh pemanfaatan air laut sebagai air pendingin dari

mesin pembangkit tenaga listrik uap memberikan dampak pada pola penyebaran perubahan

suhu perairan terhadap habitat dalam suatu ekosistem. Suhu sangat berperan dalam

mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Apabila kadar oksigen sedikit saat suhu air naik

maka hal tersebut dapat mengakibatkan makhluk hidup dalam air mati karena kebutuhan

oksigen tinggi sedangkan yang tersedia sedikit (Effendi, 2010).

Peningkatan pemenuhan kebutuhan energi listrik melalui pengoperasian PLTU

Jeneponto unit 1 dan 2, disisi lain menghasilkan air buangan (air bahang) yang langsung

dibuang secara sirkuler ke laut dimana perairan pantai Desa Punagaya berhubungan langsung

dengan Teluk Laikang – Kab.Takalar. Tekanan lingkungan terhadap perairan yakni

pembuangan air panas tersebut secara langsung ke laut dapat mempengaruhi perubahan

struktur komunitas organisme laut pada lokasi pelimbahan. Perubahan struktur komunitas

organisme laut seperti plankton meliputi keanekaragaman, keseragaman, indeks dominansi

dan pola sebaran akibat akumulasi limbah buangan tersebut. Akumulasi buangan air panas

tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada tingkat yang berbeda-beda tergantung jarak

organisme tersebut terhadap sumber buangan air panas dan kemampuan adaptasi organisme

terhadap kenaikan suhu di perairan. Sebagai contoh fitoplankton, kenaikan suhu hingga 3,4 –

5,9oC menyebabkan terjadinya pengurangan jumlah klorofil-a sekitar 15-50% (Poernima et

al., 2005). Selain itu, peraturan Kep. Men LH No. 51 (2004) menyebutkan kenaikan suhu

perairan oleh aktivitas industri tidak boleh lebih dari 20C dari suhu perairan alami.

Pada penelitian sebelumnya di Muara Karang menunjukkan bahwa pembuangan

limbah termal dari PLTU Muara Karang telah menyebabkan dampak kenaikan suhu perairan

tersebut yang mengakibatkan menurunnya jumlah jenis di sana. Terjadi pengurangan jumlah

jenis ikan, crustacea dan molusca akibat limbah termal PLTU Muara Karang. Penelitian lain

di PLTU Priok, limbah air panas mempengaruhi komposisi jenis ikan di pelimbahan. Makin

tinggi suhu-suhu perairan makin sedikit jumlah jenis ikan yang hidup di sana. Suhu yang

lebih rendah dari 37°C belum mempengaruhi kehidupan ikan, sedangkan pada suhu 39 -

40°C mulai terlihat dampaknya (Burhanuddin dan Sujatno,1981).

Page 4: PENGARUH SEBARAN SUHU AIR PENDINGIN PLTU …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2ad95abfeb6f05a9a3ac3ce97c5043e7.pdf · sampel dihitung dengan menggunakan rumus : , Q I H =ℎ K N C =

Pengaruh sebaran suhu air pendingin ini perlu dianalisis.Oleh karena itu tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh buangan air pendingin dari PLTU terhadap

komunitas plankton di perairan baik yang dekat dan jauh dari sumber buangan (near-far

field).

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di perairan Punagaya pada bulan Maret-Juli 2014. Secara

geografi lokasi perairan Punagaya terletak pada posisi 119°32'42.19" BT dan 05º 03’ 00’’-

5°37'18.11" LS.

Tahap Persiapan

Penentuan titik stasiun yang dilakukan pada 6 stasiun di perairan pantai Desa

Punagaya, Kec.Bangkala. Desain penelitian didasarkan pada jarak dekat dan jauhnya dari

sumber buangan air bahang yang keluar dari kanal pelimbahan (outlet) PLTU Jeneponto.

Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah survey primer, berupa pengambilan

sampel plankton dan pengukuran suhu di lapangan dan survey sekunder, berupa data-data

sekunder dari data parameter lingkungan sebelum ada PLTU Jeneponto dan studi literatur.

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan cara menyaring 40 liter air laut

dengan menggunakan planktonet, yang selanjutnya ditampung ke dalam botol bervolume 25

ml, kemudian diawetkan dengan formalin 4% sebanyak 4 tetes dan dilakukan identifikasi

lanjutan di laboratorium.

Analisis Data

Untuk mengetahui komposisi jenis plankton dilakukan pengamatan sampel di bawah

mikroskop dengan bantuan Sedgwick Rafter (S-R) dan diidentifikasi sampai tingkat spesies

dengan menggunakan buku petunjuk Saclan (2005), Davis (1955) dan Newell (1977).

Komposisi jenis dan kelimpahan plankton dinyatakan dalam jumlah individu per liter air,

sampel dihitung dengan menggunakan rumus :

퐽푢푚푙푎ℎ표푟푔푎푛푖푠푚푒 = 퐶푥1000푚푚

퐿퐷푊푆

Keterangan :

C = Jumlah organisme yang ditemukan

L = Panjang alur (S-R) mm

Page 5: PENGARUH SEBARAN SUHU AIR PENDINGIN PLTU …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2ad95abfeb6f05a9a3ac3ce97c5043e7.pdf · sampel dihitung dengan menggunakan rumus : , Q I H =ℎ K N C =

D = Tinggi alur (S-R)

W = Lebar alur (S-R)

S = Jumlah alur (S-R) mm yang dihitung.

Analisis data untuk mendapatakan nilai kepadatan plankton dihitung berdasarkan

rumus :

푁 = 푛푥푉푟푉표 푥

1푉푠

Keterangan :

N = Kepadatan plankton (sel/liter)

n = Jumlah plankton yang diamati (sel)

Vr = Volume air tersaring (ml)

Vo = Volume air yang diamati pada SR (ml)

Vs = Volume air yang disaring (liter)

Untuk indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman baik plankton dan

makrozoobentos dihitung berdasarkan indeks Shannon-Wiener (Brower et al., 1990):

H’ = - ∑Pi log2 Pi atau

Nni

logNni'H 2

Keterangan:

H’ = Indeks keanekaragaman;

ni = Jumlah individu untuk setiap jenis;

N = Jumlah total individu.

Indeks keseragaman dapat dihitung dengan menggunakan rumus Shannon – Wiener

(Brower et al., 1990):

s2log

H'

max'H

H'J'

Keterangan:

H’= Indeks keanekaragaman;

J’= Indeks keseragaman;

S = Jumlah jenis

Untuk indeks dominasi dihitung dengan menggunakan formula menurut Brower et al.

(1990) sebagai berikut :

1)N(N1)ni(niD

Page 6: PENGARUH SEBARAN SUHU AIR PENDINGIN PLTU …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2ad95abfeb6f05a9a3ac3ce97c5043e7.pdf · sampel dihitung dengan menggunakan rumus : , Q I H =ℎ K N C =

Keterangan:

D = Indeks dominansi;

ni= Jumlah Individu setiap jenis

N = Jumlah individu dari seluruh jenis

HASIL

Komposisi dan Kepadatan Plankton

Dari hasil pengamatan keseluruhan stasiun yang telah dilakukan diperoleh sebanyak

13 genus yang terbagi ke dalam 4 kelas, yakni Bacillariophyceae, Dynophyceae,

Cyanophyceae, dan Crustacea. Komposisi jenis dan persentase rata-rata kemunculan plankton

yang ditemukan didominasi dari kelas Bacillariophyceae yaitu sebesar 44,89 %; sedangkan

kelas Crustacea sebesar 23,11 %; Cyanophyceae sebesar 19,11 % dan yang terkecil adalah

Dynophyceae sebesar 12,89 % (Gambar.1).

Demikian pula dengan jumlah jenis plankton yang ditemukan menunjukkan bahwa

kelas Bacillariophyceae merupakan kelas yang dominan yakni sebanyak 96 plankter/l dari 8

genus (Tabel.1). Secara terperinci komposisi jenis plankton di setiap stasiun menunjukkan

bahwa kelas Bacillariophyceae mendominasi hampir di semua stasiun. Komposisi jenis dari

kelas Bacillariophyceae tertinggi terdapat di stasiun 1,2,3 dan 6 sedangkan yang terendah

terdapat di stasiun 4 dan 5 (Gambar.2). Penyebaran komposisi jenis plankton dari kelas yang

lain bervariasi di setiap stasiun.

Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman dan Indeks Dominansi

Nilai rata-rata indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi

plankton yang ditemukan di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar.3. Kisaran nilai

indeks keanekaragaman 1,01 – 1,97 dengan nilai indeks keanekaragaman tertinggi terdapat di

stasiun 5 dan terendah di stasiun 4. Untuk indeks keseragaman kisaran nilainya 0,73 – 1,01

dengan yang tertinggi di stasiun 5 dan terendah di stasiun 4. Indeks dominansi, diperoleh

kisaran nilai 0,1 – 0,42 dengan yang tertinggi di stasiun 4 dan terendah di stasiun 5.

Perbandingan nilai indeks ekologi sebelum adanya PLTU Jeneponto (tahun 2005) dan setelah

pembangkit listrik tersebut beroperasi (tahun 2014) disajikan pada Tabel. 2 yang

menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan nilai indeks ekologi khususnya indeks

keanekaragaman dan indeks keseragaman di perairan sekitar outlet pelimbahan dari PLTU.

Page 7: PENGARUH SEBARAN SUHU AIR PENDINGIN PLTU …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2ad95abfeb6f05a9a3ac3ce97c5043e7.pdf · sampel dihitung dengan menggunakan rumus : , Q I H =ℎ K N C =

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil survey sebelum adanya pembangkit listrik ini (tahun 2005)

komposisi jenis plankton yang terdapat mengalami penurunan sejak beroperasinya PLTU

Jeneponto Unit 1 dan 2. Komposisi jenis plankton pada tahun 2005 (APUR, 2005) yang

ditemukan sebanyak 20 genus dari 7 kelas yakni Bacillariophyceae (28,62%), Dynophyceae

(22,55%), Crustacea (36,63), Protozoa (1,32%), Ciliata (2,05%), Rhizopoda (0,49%) dan

Molusca (8,33%). Sedangkan komposisi jenis plankton di tahun 2014 yang ditemukan

sebanyak 8 genus dari 4 kelas yakni Bacillariophyceae yaitu sebesar 44,89 %; sedangkan

kelas Crustacea sebesar 23,11%; Cyanophyceae sebesar 19,11% dan yang terkecil adalah

Dynophyceae sebesar 12,89 %

Dibandingkan dengan komposisi jenis plankton di tahun 2005 untuk plankton dari

Kelas Crustacea lebih mendominasi perairan di sekitar lokasi perencanaan pembangunan

PLTU Jeneponto Unit 1 dan 2, namun di tahun 2014 plankton dari Kelas Bacillariophyceae

lebih mendominasi. Melimpahnya plankton dari kelas tersebut disebabkan Bacillariophyceae

(diatom) merupakan jenis fitoplankton yang mempunyai sifat yang mudah beradaptasi

dengan lingkungan, bersifat kosmopolit, tahan terhadap kondisi yang ekstrim dan mempunyai

daya reproduksi yang tinggi. Hal ini juga dapat dilihat dari jumlah kepadatan 243 sel/L yang

terdiri dari 8 spesies yaitu Chaetoceros sp, Nitzchia sp, Coconeis sp, Melosira sp,

Pleurosigma sp, Coscinodiscus sp, Amphiprora sp dan Plagiotropis sp.

Kepadatan plankton yang ditemukan berdasarkan stasiun menunjukkan bahwa dari

keempat kelas komposisi jenis tertinggi terdapat di Stasiun 1 dan Stasiun 6 yang lokasi

berada jauh dari saluran pembuangan air panas (far-field). Stasiun 1 merupakan lokasi intake

yang berada di sebelah utara saluran (kanal) pembuangan air panas, sedangkan Stasiun 6

berada sekitar 500 meter sebelah barat daya outlet kanal pembuangan air panas. Sebaliknya

Stasiun 3 dan 4 berada di sebelah selatan outlet atau tegak lurus dengan outlet yang berjarak

150 – 300 meter dari outlet. Komposisi jenis plankton mengalami penurunan sebesar 23,75%

di Stasiun 2 yang merupakan outlet buangan air panas pembangkit listrik, yang berarti

sebanyak 76,25% komposisi jenis plankton mengalami kematian dan atau rusak, setelah

melalui sistem pemanasan air yang bekerja dalam pembangkit listrik (kondensor). Untuk

Stasiun 5 yang juga berada jauh dari saluran kanal pembuangan air panas tetapi mempunyai

komposisi jenis sedikit, hal disebabkan karena letak Stasiun 5 yang berada pada jarak 350

meter dari depan saluran intake, dimana konsentrasi plankton lebih banyak masuk ke saluran

intake.

Page 8: PENGARUH SEBARAN SUHU AIR PENDINGIN PLTU …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2ad95abfeb6f05a9a3ac3ce97c5043e7.pdf · sampel dihitung dengan menggunakan rumus : , Q I H =ℎ K N C =

Nilai indeks keanekaragaman plankton dapat dijadikan petunjuk seberapa besar

tingkat pencemaran suatu perairan. Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman di lokasi

penelitian yakni 1,01 – 1,79 menandakan bahwa di lokasi tersebut telah mengalami tekanan

lingkungan dalam tingkat yang sedang. Hal ini sesuai dengan nilai indeks keanekaragaman

Shannon-Wiener (Wardoyo, 2009) yang menyatakan bahwa jika indeks keanekaragaman

berkisar antara 0,0 – 1,0 tercemar berat (tekanan lingkungan tinggi) dan antara 1,0 – 2,0

tercemar sedang (tekanan lingkungan sedang).

Indeks keseragaman mencapai nilai maksimum jika penyebaran jumlah individu

setiap spesies merata. Semakin kecil nilai keseragaman (mendekati nol) menunjukan bahwa

penyebaran jumlah individu tiap jenis tidak sama dan ada kecenderungan bahwa komunitas

akan didominasi oleh spesies tertentu. Nilai indeks keseragaman di lokasi penelitian termasuk

dalam kategori tinggi yakni pada kisaran 0,73 – 1,01. Hal ini berarti pada semua stasiun

penyebaran jumlah individu merata ((jumlah individu tiap genus dapat dikatakan sama atau

tidak jauh berbeda).

Penurunan indeks ekologi plankton yang cukup signifikan dari tahun 2005 sampai

tahun 2014. Penurunan dapat dilihat dari jumlah spesies sebesar 110 spesies dan indeks

keanekaragaman (H = 0,83). Turunnya jumlah spesies dan indeks keanekaragaman yang

ditemukan mengindikasikan bahwa telah terjadi perubahan lingkungan yang mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan komunitas bahkan mengakibatkan hilangnya beberapa

spesies. Hal ini sesuai dengan pernyataan Basmi (2012) bahwa karakteristik spesies dalam

komunitas menggambarkan hubungan antara biota dan lingkungan, sehingga bila terjadi

perubahan lingkungan maka struktur komunitas akan mengalami perubahan. Perubahan

lingkungan yang terjadi akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan komunitas,

mengakibatkan hilangnya beberapa spesies yang sepanjang tahun ada, munculnya spesies

baru dan terjadi dominasi spesies.

Berdasarkan pada nilai indeks ekologi khususnya indeks keanekaragaman plankton

mengindikasikan bahwa penurunan kualitas perairan di sekitar wilayah pengoperasian PLTU

dan termasuk dalam kategori pencemaran sedang/cukup berat sampai kategori pencemaran

berat. Penurunan kualitas perairan diduga karena adanya buangan air panas yang berdampak

terhadap meningkatnya suhu perairan sekitar wilayah pembangkit listrik, dari data survey

amdal dan penelitian sebelumnya suhu di perairan Punagaya dan sekitarnya berkisar 28°C –

29°C dibandingkan dengan suhu pengukuran (tahun 2014) yang dilakukan di lokasi

penelitian (perairan Punagaya) diperoleh suhu 29,7°C – 33,4°C

Page 9: PENGARUH SEBARAN SUHU AIR PENDINGIN PLTU …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2ad95abfeb6f05a9a3ac3ce97c5043e7.pdf · sampel dihitung dengan menggunakan rumus : , Q I H =ℎ K N C =

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebaran suhu air panas

dapat mempengaruhi kehidupan biota perairan khususnya plankton, hal ini ditunjukkan

dengan menurunnya jumlah jenis dan spesies, khususnya yang berada dekat dengan sumber

buangan air panas (source). Berdasarkan nilai indeks ekologi khususnya indeks

keanekaragaman plankton mengindikasikan bahwa telah terjadi penurunan kualitas perairan

di sekitar wilayah pengoperasian PLTU serta berpotensi menurunkan indeks

keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi di tahun yang akan datang

apabila tidak dilakukan penanganan terhadap buangan limbah air panas yang dibuang ke

badan perairan.

Page 10: PENGARUH SEBARAN SUHU AIR PENDINGIN PLTU …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2ad95abfeb6f05a9a3ac3ce97c5043e7.pdf · sampel dihitung dengan menggunakan rumus : , Q I H =ℎ K N C =

DAFTAR PUSTAKA

Andal Persada Utama Raya. (2005). Analisis Dampak Lingkungan Pembangunan PLTU Jeneponto Unit 1 dan 2 (2x125 MW) di Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan (Dokumen Andal). Jeneponto.

Basmi, H.J. (2012). Planktonologi, Plankton sebagai Bioindikator Kualitas Perairan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Burhanuddin dan Sujatno Birowo. (1981). Pengaruh Limbah Air Panas PLTU Priok Terhadap Komposisi Jenis Ikan di Pelimbahannya. Jurnal Oseanologi 14 : 19 – 30.

Brower, et al. (1990). Field and Laboratory Methods for General Ecology Dubuque. WCB Publishers.

Davis, C.C. (1955). The Marine and Fresh-Water Plankton. Michigan: Michigan State University Press.

Effendi, Hefni. (2010).Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Kepmen LH No. 51. (2004). Keputusan Menteri Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu Air

Laut.Jakarta. Newell, G.E. & R.C. Newell. (1977). Marine Plankton : Practical Guide. 5th ed. London:

Hutchinson & co (Pub.) Ltd. Poernima, et al. (2005). Impact of thermal discharge from a tropical coastal power plant on

phytoplankton. Journal of Thermal Biology, 30 : 307–316 Saclan, M. (2005). Planktonologi. Semarang: Universitas Diponegoro. Wardoyo. (2009). Kriteria Kualitas Air Untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Hasil

Kerjasama PPLH-UNDIP PSL-Training Amdal. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Page 11: PENGARUH SEBARAN SUHU AIR PENDINGIN PLTU …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2ad95abfeb6f05a9a3ac3ce97c5043e7.pdf · sampel dihitung dengan menggunakan rumus : , Q I H =ℎ K N C =

LAMPIRAN

Tabel 1. Jenis Plankton yang ditemukan di Setiap Stasiun Jenis Sta.1 Sta.2 Sta.3 Sta.4 Sta.5 Sta.6 Amphipoda 3 0 0 0 0 2 Amphiprora sp. 4 0 1 0 0 0 Ceratium furca 0 0 0 0 1 0 Ceratium macroceros 17 1 0 0 4 0 Ceratium trichoceros 1 1 0 0 4 0 Chaetoceros sp. 0 0 0 0 3 0 Cocconeis sp. 0 0 0 0 0 1 Copepoda 21 6 1 14 4 1 Coscinodiscus sp. 11 5 6 0 3 5 Melosira sp. 0 0 0 1 0 0 Nitzchia sp. 0 1 2 2 0 10 Oscillatoria sp. 1 0 7 0 0 1 Plagiotropis sp. 0 0 0 0 0 4 Pleurosigma sp. 20 3 2 0 1 16 Pseudanabaena 2 2 2 13 2 13 Total 80 19 21 30 22 53

Tabel.2 Perbandingan Rata-Rata Nilai Indeks Ekologi Plankton di Perairan Punagaya

Indeks Ekologi Tahun

2005

Tahun

2014 ΔIE

Jumlah spesies 154 44 -110

Indeks keanekaragaman 2,48 1,66 -0,83

Indeks keseragaman 0,77 0,85 0,09

Indeks dominansi 0,06 0,23 0,17

Page 12: PENGARUH SEBARAN SUHU AIR PENDINGIN PLTU …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2ad95abfeb6f05a9a3ac3ce97c5043e7.pdf · sampel dihitung dengan menggunakan rumus : , Q I H =ℎ K N C =

Gambar 1.Persentase Komposisi Jenis Plankton yang Ditemukan

Gambar 2. Komposisi Jenis Plankton Berdasarkan Kelas pada masing-masing Stasiun

44.89%

19.11%12.89%

23.11%

Bacillariophyceae Cyanophyceae Dynophyceae Crustacea

0

5

10

15

20

25

30

35

St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6

Jum

lah

Indi

vidu

sel/

L

Stasiun Pengambilan Sampel PlanktonBacillariophyceae Cyanophyceae Dynophyceae Crustacea

Page 13: PENGARUH SEBARAN SUHU AIR PENDINGIN PLTU …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2ad95abfeb6f05a9a3ac3ce97c5043e7.pdf · sampel dihitung dengan menggunakan rumus : , Q I H =ℎ K N C =

Gambar 3. Indeks Keanekaragaman (H’) , Indeks Keseragaman (E) Dan Indeks

Dominansi (C) Plankton

0.000.200.400.600.801.001.201.401.601.802.00

St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6Indeks Keanekaragaman (H') 1.77 1.71 1.69 1.01 1.97 1.79Indeks Keseragaman (E) 0.81 0.88 0.87 0.73 1.01 0.81Indeks Dominansi ( C ) 0.20 0.21 0.22 0.41 0.15 0.20

Kisa

ran

Nila

i