pengaruh return on asset, current ratio, debt...
TRANSCRIPT
PENGARUH RETURN ON ASSET, CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY
RATIO, DIVIDEN, LABA BERSIH DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO
TERHADAP HARGA SAHAM SYARIAH PADA PERUSAHAAN YANG
TERDAFTAR DI JAKARTA ISLAMIC INDEX PERIODE 2009-2014
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
ALVIN FEBIANTO
NIM: 1111046100055
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/ 2015 M
LEMBAR PENGESAHAN
iv
LEMBAR PERNYATAAN
v
ABSTRAK
Alvin Febianto. NIM: 1111046100055. Pengaruh Return on Asset, Current
Ratio, Debt to Equity Ratio, Dividen, Laba Bersih dan Dividend Payout Ratio
terhadap Harga Saham Syariah pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta
Islamic Index Periode 2009-2014. Konsentrasi Perbankan Syariah, Program
Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh return on asset, current
ratio, debt to equity ratio, dividen, laba bersih dan dividen payout ratio terhadap
harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index periode 2009-
2014. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling dan didapatkan 7 perusahaan yang sesuai kriteria. Data penelitian ini
diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi data panel dengan fixed effect model. Hasil penelitian
menghasilkan nilai adjusted R-Square sebesar 68,95%. Secara parsial menunjukkan
bahwa variabel Debt to Equity Ratio (DER) dan Dividend Payout Ratio (DPR)
berpengaruh signifikan positif terhadap Harga Saham dengan koefisien regresi
masing- masing sebesar 0,572050 dan 0,452079 . Tetapi, Return on Asset (ROA),
Current Ratio (CR), Dividen, Laba Bersih dan secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap Harga Saham dengan koefisien regresi masing-masing sebesar
0,377164, 0,125777, 0,198871, 0,205671. Variabel yang paling berpengaruh adalah
Debt to Equity Ratio (DER).
Kata kunci : Harga Saham, Return on Asset, Current Ratio, Debt to Equity
Ratio, Dividen, Laba Bersih, Dividend Payout Ratio dan Jakarta
Islamic Index
Pembimbing : Dr. H. Abd. Aziz Hsb., M.Pd, dan Ir. Aries Koentjoro, MM.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirrabbil’alamin. Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT
atas segala rahmat, nikmat, serta pertolongan-Nya, khususnya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam
senantiasa dipanjatkan kepada Rasulullah, Nabi Muhammad SAW yang telah
mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat kelulusan Strata 1 (S-1)
Konsentrasi Perbankan Syariah Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa banyak pihak yang terulur
memberikan bantuan. Ucapan rasa hormat dan terima kasih atas segala kepedulian
mereka yang telah memberikan bantuan, baik moril, kritik, saran, masukan, dorongan
semangat, doa maupun pemikiran dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu,
perkenankan penulis secara khusus mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak A.M. Hasan Ali, MA, dan Bapak Abdurrauf, Lc, MA, selaku Ketua dan
Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
3. Bapak Ir. Aries Koentjoro, MM, dan Bapak Dr. H. Abd. Aziz Hsb, M.Pd, selaku
dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, saran, ilmu, pikiran,
semangat, solusi, serta meluangkan waktunya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Bapak M. Nur Rianto Al Arif, S.E., M.Si. dan Ibu Nurhasanah, M.Ag, selaku
dosen penguji skripsi yang telah memberikan waktu, saran, ilmu dan solusi kepada
penulis sehingga skripsi dapat dinyatakan baik.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah dengan sabar memberikan bekal ilmu yang
tak terhingga nilainya. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat, sehingga menjadi
amal kebaikan bagi kita semua. Aamiin.
6. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, serta
Perpustakaan Umum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah memberikan fasilitas untuk melakukan studi kepustakaan.
7. Kedua orang tua, yaitu Bapak Momy Rustianto dan Ibu Lussi Lestari, yang selalu
memberikan doa dan semangat yang tiada hentinya. Memberikan nasihat untuk
selalu melalui proses kehidupan ini dengan baik, semoga karya tulis ini dapat
memberikan sedikit kebanggaan. Tidak lupa juga, adik penulis yaitu Alvira
Anzhani Putri yang selalu memberikan dorongan agar penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
viii
8. Terima kasih kepada sahabat-sahabat terbaik penulis yaitu Rembulan Rahmadia
Fitri, Burhanudin Yusuf Solikhin, Dessy Rachma, Riri Sartika, Sharfina Putri,
Erna Setiawati, yang telah mendukung baik secara moril dan memotivasi penulis
untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
9. Terima kasih kepada sahabat-sahabat seperjuangan, keluarga besar Perbankan
Syariah 2011 khusunya PS B 2011 yang senantiasa telah membantu, memberikan
motivasi dan mendoakan yang terbaik kepada penulis. Terima kasih atas semua
kenangan yang tidak terlupakan, semoga silaturahim kita dapat tetap terjalin
sampai kapanpun.
10. Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan bimbingan Bapak Aries, keluarga
KKN Medali 2014, yang selalu menghibur dan memberikan semangat serta
masukan kepada penulis.
11. Semua Pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan
skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini,
penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT
mencatatnya sebagai amal yang baik dan membalasnya lebih baik lagi. Semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua kalangan. Aamiin.
Jakarta, September 2015
Alvin Febianto
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah............................................ 7
C. Pembatasan Penelitian .................................................................................. 8
D. Perumusan Masalah ..................................................................................... 9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 10
F. Sistematika Penulisan ................................................................................ 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 13
A. Landasan Teori ........................................................................................... 13
B. Kerangka Konsep ....................................................................................... 39
C. Kerangka Teori........................................................................................... 44
D. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 48
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 48
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 48
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 50
D. Metode Analisis Data ................................................................................. 50
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian.......................................................... 61
F. Operasionalisasi Variabel........................................................................... 69
x
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ........................................................ 70
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................... 70
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ................................................................... 70
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 88
A. Kesimpulan ................................................................................................ 88
B. Implikasi ..................................................................................................... 90
C. Saran ........................................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 94
LAMPIRAN .......................................................................................................... 97
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Fenomena Return on Assets ................................................................. 5
Tabel 1.2 Fenomena Debt to Equity Ratio ........................................................... 6
Tabel 3.1 Data Sampel Penelitian ....................................................................... 49
Tabel 4.1 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................. 71
Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas Setelah di-LOG ..................................... 72
Tabel 4.3 Hasil Uji Jarque-Bera ......................................................................... 73
Tabel 4.4 Hasil Uji Glejser .................................................................................. 74
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi ......................................................................... 75
Tabel 4.6 Hasil Uji Chow ..................................................................................... 77
Tabel 4.7 Hasil Uji Hausman .............................................................................. 78
Tabel 4.8 Hasil Estimasi Fixed Effect Model ..................................................... 79
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Harga saham konvensional dan harga saham syariah di sebuah bursa nilainya
tidak pernah konstan, namun selalu bergerak membentuk trend yang tidak
konsisten. Harga saham pertama didapatkan dari penawaran umum perdana atau
biasa dikenal dengan nama IPO (Initial Public Offering). Menurut UU No.8 tahun
1995 IPO merupakan sebuah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh
emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur
dalam undang-undang pasar modal dan peraturan pelaksanaannya.
Emiten adalah perusahaan publik yang sudah terdaftar di bursa efek. Emiten
membutuhkan investor dalam mencari tambahan modal bagi perusahaannya
dalam rangka untuk mengembangkan perusahaannya.
Bagi setiap investor yang menanamkan modalnya pasti mengharapkan return
atau pengembalian dalam bentuk keuntungan. Investor perlu mempergunakan
berbagai pertimbangan untuk menilai jenis perusahaan yang layak untuk
diinvestasikan dan dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi investor.
Sehingga investor dapat membuat langkah-langkah strategis dengan analisis
investasi pada perusahaan-perusahaan dimana investor tersebut melakukan
penanaman modal.
2
Penilaian emiten suatu perusahaan didapat dari informasi yang tersedia di
pasar modal sehingga masyarakat dapat dengan mudah memperoleh informasi
tentang penilaian emiten suatu perusahaan. Salah satu aspek yang dinilai oleh
masyarakat dalam investasi adalah kinerja keuangan perusahaan yang diukur dari
laporan keuangan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan akan selalu
mempublikasikan laporan keuangannya agar para calon investor dapat
mengetahui bagaimana kinerja perusahaan, dan prospek perusahaan tersebut ke
depan. Pembelian saham di pasar modal perlu meninjau harga saham yang
ditawarkan oleh perusahaan. Investor dapat menilai tingkat kesesuain harga
saham yang ditawarkan dengan nilai perusahaan tersebut. Salah satu alat analisis
dalam menilai harga saham adalah melalui analisis fundamental perusahaan
melalui analisis rasio keuangannya di antaranya rasio profitabilitas, likuiditas dan
solvabilitas.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan
dari usahanya.1 Return on Asset (ROA) merupakan rasio keuangan perusahaan
yang berhubungan dengan profitabilitas. rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, aset dan
modal saham tertentu. Dengan mengetahui ROA, kita dapat menilai apakah
perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan operasi
untuk menghasilkan keuntungan. ROA adalah rasio yang digunakan untuk
1 Danang Sunyoto, Analisis Laporan Keuangan untuk Bisnis(Teori dan Kasus), (Yogyakarta:
CAPS, 2013), h. 113.
3
mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva.2 Dengan
kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas aset (asset)
dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan
daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan
menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati oleh investor, karena tingkat
pengembalian atau dividen akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak
pada harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal yang akan semakin
meningkat sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.
Rasio likuiditas adalah rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek.3 Current Ratio
merupakan salah satu macam rasio likuiditas. Pengertian dari Current Ratio
adalah rasio yang dihasilkan dari perbandingan antara aktiva lancar (current
asset) dengan utang lancar (current liabilities) atau utang jangka pendek.
Ternyata tingginya current ratio menunjukkan keyakinan investor terhadap
kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen yang dijanjikan.
Pembayaran dividen merupakan arus kas keluar, sehingga semakin kuat posisi
aktiva yang dimiliki perusahaan maka akan semakin besar pula kemampuan
perusahaan dalam membayarkan dividen kepada para pemegang saham dan
perubahan harga saham atau fluktuasi harga saham ini akan mendatangkan
2 Maharani Ika Lestari dan Toto Sugiharto. “Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa dan
Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”, Jurnal PESAT, Vol. 2, (2007) h.195-201. 3 Bambang Subroto, Akuntansi Keuangan Intermediate, (Yogyakarta: BPFE, 1985), h.6.
4
keuntungan atau kerugian atas selisih penjualan saham (capital gain/loss).
4Peningkatan CR akan menyebabkan peningkatan dividen dan harga saham.
Peningkatan harga pasar saham menyebabkan timbulnya selisih penjualan dengan
pembelian saham (capital gain). Dengan demikian perubahan CR akan
mempengaruhi pengembalian (return) yang diperoleh investor dalam bentuk
keuntungan atau kerugian selisih penjualan saham (capital gain/loss) dan dividen.
Semakin tinggi tingkat pengembalian (return) yang akan diperoleh investor,
semakin banyak pula permintaan akan saham perusahaan tersebut. Jika semakin
banyak permintaan akan sebuah saham pasti akan menaikkan harga dari saham
tersebut. Maka jelas CR mempengaruhi harga saham sebuah perusahaan.
Rasio solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh
kewajiban perusahaan yang meliputi utang jangka pendek dan utang jangka
panjang, baik perusahaan masih berjalan maupun dalam keadaan dilikuidasi
(dibubarkan).5 Debt to Equity Ratio (DER) merupakan salah satu macam rasio
solvabilitas. Rasio ini menunjukkan besarnya biaya total aktiva yang
pembiayaannya berasal dari total utang. Semakin besar angka DER maka semakin
tinggi resiko yang dimiliki perusahaan dalam menutupi seluruh utangnya.
Investor akan berpikir panjang untuk menanamkan modal pada perusahaan
dengan angka DER tinggi, karena dividen yang akan dibagikan kepada investor
4 Sawidji Widoatmojo, Pasar Modal Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), h. 13.
5 Danang Sunyoto, Analisis Laporan Keuangan untuk Bisnis(Teori dan Kasus), (Yogyakarta:
CAPS, 2013), h. 85.
5
jumlahnya akan dikurangi terlebih dahulu dengan utang perusahaan. Jika
utangnya besar maka dividen yang dibagikan kepada investor minim atau bahkan
tidak dibagikan. Utang yang besar akan berdampak pada berkurangnya
kepercayaan investor dalam berinvestasi sehingga permintaan akan saham
menurun dan harga saham pun akan ikut turun.
Fenomena yang terjadi di dalam pasar modal ternyata berbeda dengan teori
rasio keuangan yang ada.
Tabel 1.1
Fenomena Return on Assets
Nama
Perusahaan Tahun ROA
Harga
Saham
AALI 2009 21.93 22,750
2010 22.94 26,200
2011 24.48 21,700
2012 20.29 19,100
2013 12.72 25,100
2014 14.12 24,250 Sumber: data sekunder yang diolah
Tabel 1.1 menjelaskan perubahan nilai return on asset dan harga saham pada
perusahaan publik Astra Agro Lestari. Angka return on asset pada tahun 2011
dan 2014 mengalami kenaikan masing-masing sebesar 1.54% dan 1.4%,
sedangkan harga sahamnya menurun masing-masing sebesar Rp. 4.500 dan Rp.
850. Pada tahun 2013 angka return on assets menurun sebesar 7.57%, sedangkan
harga sahamnya meningkat sebesar Rp. 6.000. Hal ini tidak sesuai dengan teori
yang menyebutkan ketika ROA mengalami kenaikan maka harga saham juga
6
akan meningkat karena investor melihat kemampuan manajerial dalam mengolah
aktiva nya menjadi laba sehingga investor akan tertarik menanamkan modalnya
pada perusahaan dengan angka ROA yang tinggi sehingga meningkatkan
permintaan saham dan menaikkan harga saham.
Tabel 1.2
Fenomena Debt to Equity Ratio
Nama
Perusahaan Tahun DER
Harga
Saham
INTP 2009 24.08 13,700
2010 27.17 15,950
2011 25.36 17,050
2012 27.16 22,650
2013 25.80 20,000
2014 26.54 25,000 Sumber: data sekunder yang diolah
Tabel 1.2 menjelaskan perubahan nilai debt to equity ratio dan harga saham
pada perusahaan publik Indocement Tunggal Prakarsa. Angka debt to equity ratio
perusahaan INTP tahun 2010, 2012 dan 2014 meningkat sebesar 3.09%, 1.8% dan
0.74%, sedangkan harga sahamnya ikut meningkat masing-masing sebesar Rp.
2.250, Rp. 5.600 dan Rp. 5000. Pada tahun 2013 angka debt to equity ratio
menurun sebesar 1.36%, sedangkan harga sahamnya ikut menurun sebesar Rp.
2.650. Hal ini menunjukkan ketidaksesuaian antara teori dengan prakteknya di
perusahaan publik. Dimana secara teori debt to equity ratio berpengaruh negatif
terhadap harga saham karena jika rasio hutang perusahaan yang meningkat akan
menyebabkan berkurangnya dividen yang akan dibagikan kepada investor
7
sehingga investor akan menarik sahamnya atau tidak tertarik untuk membeli
saham perusahaan tersebut yang mengakibatkan harga saham perusahaan tersebut
turun.
Karena latar belakang masalah di atas diperlukan penelitian yang
berhubungan dengan pengambilan keputusan investasi oleh investor dengan
mempertimbangkan beberapa aspek terkait kinerja keuangan perusahaan yang
tercermin di dalam laporan keuangan perusahaan. Maka penulis akan meneliti
“Pengaruh Return on Asset (ROA), Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio
(DER), Dividen, Laba Bersih dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap
Harga Saham Syariah pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic
Index Periode 2009-2014”.
B. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifkasi masalah sebagai
berikut :
1. Ketidaksesuaian antara teori dengan praktek pada return on asset, current
ratio, debt to equity ratio, dividen, laba bersih, dan dividend payout ratio
terhadap harga saham syariah.
2. Adanya saham saham syariah perusahaan publik yang masih memiliki harga
saham di atas harga wajarnya (undervalued) ataupun harga saham dibawah
harga wajarnya (overvalued)
8
3. Harga saham syariah tidak luput dari permainan broker demi
memainkan harga saham dari sebuah emiten.
Berdasarkan identifikasi masalah, maka peneliti membuat pembatasan
masalah yaitu peneliti akan menganalisis ketidaksesuaian antara teori dengan
praktek pada return on asset, current ratio, debt to equity ratio, dividen, laba
bersih, dan dividend payout ratio terhadap harga saham syariah.
C. Pembatasan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, peneliti
melakukan pembatasan penelitian, antara lain :
1. Ruang lingkup penelitian ini meliputi harga saham syariah dengan variabel
independen yang terdiri dari beberapa rasio berbeda, pertama rasio kinerja
keuangan perusahaan yang terdiri dari pengembalian atas aktiva
pengembalian (return on asset), rasio lancar (current ratio),rasio total hutang
terhadap modal sendiri (debt to equity ratio) dan rasio pembayaran dividen
(dividend payout ratio) dan akun laporan yaitu dividen dan laba bersih. Hal
ini penting untuk diteliti karena perlu dirumuskan sebuah model untuk
mengestimasi nilai (value) saham sehingga dapat ditemukan indikasi saham
dengan harga di atas harga wajar (overvalued stock) dan saham dengan harga
di bawah harga wajar (undervalued stock).
9
2. Objek Penelitian merupakan Perusahaan publik yang memiliki saham syariah,
dan konsisten terdaftar di Jakarta Islamic Index dari tahun 2009 hingga 2014.
Objek dipilih berdasarkan kinerja keuangannya yang secara kontinuitas
menggunakan prinsip syariah dan tidak melakukan pemecahan saham (stock
split) selama periode 2009 hingga 2014.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bermaksud untuk
menganalisis seberapa besarkah pengaruh rasio profitabilitas, rasio likuiditas,
rasio solvabilitas, dividen, laba bersih dan rasio pembayaran dividen terhadap
harga saham syariah. Peneliti akan menguji dengan menggunakan metode regresi
data panel (data panel regression). Adapun permasalahan-permasalahan pokok
yang diangkat dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah Return on Asset, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Dividen, Laba
Bersih, dan Dividend Payout Ratio secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap harga saham syariah ?
2. Apakah Return on Asset, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Dividen, Laba
Bersih, dan Dividend Payout Ratio secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap harga saham syariah ?
10
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis Return on Asset, Current Ratio, Debt to Equity Ratio,
Dividen, Laba Bersih, dan Dividend Payout Ratio secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap harga saham syariah.
2. Untuk menganalisis Return on Asset, Current Ratio, Debt to Equity Ratio,
Dividen, Laba Bersih, dan Dividend Payout Ratio secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap harga saham syariah.
Penelitian ini juga diharapkan akan membawa manfaat bagi berbagai pihak
antara lain sebagai berikut:
1. Bagi penulis, untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan penganalisaan laporan
keuangan perusahaan terutama faktor keuangan internal perusahaan seperti
Return on Asset, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Dividen, Laba Bersih,
dan Dividend Payout Ratio dalam mempengaruhi harga saham pada
perusahaan yang terdaftar di JII pada Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi perusahaan, untuk masukkan bagi perusahaan bagaimana seperti Return
on Asset, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Dividen, Laba Bersih, dan
Dividend Payout Ratio dapat mempengaruhi harga saham.
11
F. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih jelas, terarah dan mudah
dipahami, maka penulis membagi skripsi ini menjadi lima bab dengan sistematika
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab I merupakan pendahuluan yang berisi penjelasan yang erat sekali
hubungannya dengan masalah yang akan dibahas dalam bab-bab. Penjelasan-
penjelasan tersebut meliputi: latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab II menjelaskan berbagai macam teori yang mendukung proses analisis
penelitian, seperti pengertian saham dan harga saham, pengertian return on asset,
pengertian current ratio, pengertian debt to equity ratio, dividen, laba bersih, dan
dividen payout ratio.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab III menyajikan jenis dan pendekatan penelitian, data penelitian, teknik
pengumpulan data, variabel penelitian, teknik pengolahan data, serta metode
analisis.
12
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV memaparkan hasil analisis variabel independen (return on asset,
current ratio, debt to equity ratio, dividen, laba bersih, dividend payout ratio)
dalam mempengaruhi harga saham sebagai variabel dependen penelitian dan
interpretasi uji asumsi klasik, fungsi regresi data panel, uji F, uji t, dan koefisien
determinasi.
BAB V PENUTUP
Bab V berisi kesimpulan dan rekomendasi sebagai hasil dari penelitian yang
dilakukan sehingga diharapkan dapat berguna untuk kegiatan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Saham
Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan
sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi
lain yang dilakukan perusahaan kepada pemegang saham lainnya. Saham
merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang
memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau
kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi
yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya. Saham
merupakan salah satu dari beberapa alternatif yang dapat dipilih untuk
berinvestasi.6
Investasi dengan membeli saham suatu perusahaan, berarti investor telah
menginvestasikan dana dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dari
hasil penjualan kembali (return) saham tersebut. Wujud saham adalah
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah
pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut dan porsi
kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan
6 Suad Husnan, Dasar-dasar Teori Portfolio dan Analisis Sekurita Edisi 4, (Yogyakarta: UPP
YKPN, 2005), h. 29.
14
dalam perusahaan tersebut.7 Sifat dasar investasi saham adalah memberikan
peran bagi investor dalam memperoleh laba perusahaan. Setiap pemegang
saham merupakan sebagian pemilik perusahaan, sehingga mereka berhak atas
sebagian dari laba perusahaan. Namun hak tersebut terbatas karena pemegang
saham berhak atas bagian penghasilan perusahaan hanya setelah seluruh
kewajiban perusahaan dipenuhi.
2. Jenis-Jenis Saham
Dalam transaksi jual dan beli di Bursa Efek, saham merupakan instrumen
yang paling dominan diperdagangkan. Ada beberapa sudut pandang untuk
membedakan jenis-jenis saham, yaitu:
a. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim:
1) Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa merupakan saham yang memiliki hak klaim berdasarkan
laba atau rugi yang diperoleh perusahaan. Bila terjadi likuidasi, pemegang
saham biasa yang mendapatkan prioritas paling akhir dalam pembagian
dividen dari penjualan asset perusahaan. Ciri-ciri dari saham biasa adalah
sebagai berikut:
a) Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.
b) Memiliki hak suara (one share one vote).
7 Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Salemba
Empat, 2006), h. 5.
15
c) Hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan paling akhir apabila
bangkrut setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.
2) Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen merupakan saham dengan bagian hasil yang tetap dan
apabila perusahaan mengalami kerugian maka pemegang saham preferen
akan mendapat prioritas utama dalam pembagian hasil atas penjualan
asset. Saham preferen mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan
saham biasa. Adapun ciri-ciri dari saham preferen adalah:
a) Memiliki hak paling dahulu memperoleh dividen.
b) Tidak memiliki hak suara.
c) Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam
pencalonan pengurus.
d) Memiliki hak pembayaran sebesar nilai nominal saham lebih dahulu
setelah kreditur apabila perusahaan dilikuidasi.8
b. Ditinjau dari cara peralihan:
1) Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks)
Pada saham atas unjuk tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah
dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum,
siapapun yang memegang saham ini, maka akan diakui sebagai
pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.
8 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan Perbankan Edisi 5,
(Jakarta: LP-FEUI, 2005), h.385.
16
2) Saham Atas Nama (Registered Stocks)
Saham atas nama merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa
nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur
tertentu.
c. Ditinjau dari kinerja perdagangan:
1) Saham Perusahaan Unggulan (Blue Chip Stocks)
Saham biasa dari suatu perusahaan publik (emiten) yang memiliki
reputasi tinggi, sebagai pemimpin (leader) di industri sejenis, memiliki
pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.
2) Saham Dividen Berkembang (Income Stocks)
Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar
dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun
sebelumnya. Perusahaan publik atau emiten seperti ini biasanya mampu
menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan
dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak
mementingkan potensi.
3) Saham Pendapatan Berkembang (Growth Stocks)
Saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan
yang tinggi, sebagai pemimpin (leader) di industri sejenis yang
mempunyai reputasi tinggi.
17
4) Saham Spekulasi (Speculative Stock)
Saham suatu perusahaan publik yang tidak bisa secara konsisten
memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai
kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun
belum pasti.
5) Saham Siklus Terbalik (Counter Cyclical Stocks)
Saham sebuah perusahaan publik yang tidak terpengaruh oleh kondisi
ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi
ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu
memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten
dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi.9
3. Pasar Modal Syariah
a. Tinjauan Pasar Modal Syariah
Pasar modal syariah adalah kegiatan yang berhubungan dengan
perdagangan efek syariah perusahaan publik yang berkaitan dengan efek
yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengannya,
dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya berjalan tidak
bertentangan dengan hukum muamalat Islamiyah.10
9 Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Salemba
Empat, 2006), h. 6. 10
Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 62.
18
Secara umum kegiatan pasar modal syariah tidak memiliki perbedaan
dengan pasar modal konvensional, namun terdapat beberapa karakteristik
khusus pasar modal syariah, yaitu produk dan mekanisme transaksi yang
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Dalam pasar modal
berprinsip syariah, penyertaan modal perusahaan dapat dilakukan selama
perusahaan tersebut tidak melanggar prinsip-prinsip Islam dalam kegiatan
operasionalnya. Seperti bergerak dalam bidang perjudian, riba, produksi
barang haram, dan lain-lain.
Di Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal secara syariah tidak
diwujudkan dalam bentuk saham syariah maupun non syariah, melainkan
berupa pembentukan indeks saham yang memenuhi prinsip-prinsip Islam.
Dalam hal ini, di Bursa Efek Indonesia tedapat Jakarta Islamic Index yang
merupakan kumpulan 30 saham yang memenuhi kriteria Islam.11
b. Jakarta Islamic Index (JII)
Jakarta Islamic Index (JII) pertama kali diluncurkan oleh BEI (pada saat
itu masih bernama Bursa Efek Jakarta) bekerjasama dengan PT.Danareksa
Investment Management. Saham syariah yang menjadi konstituen JII terdiri
dari 30 saham yang merupakan saham-saham syariah paling likuid dan
memiliki kapitalisasi pasar yang besar. BEI melakukan review JII setiap 6
11
Mohamad Heykal, Tuntunan dan Aplikasi Investasi Syariah, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2012), h.38.
19
bulan, yang disesuaikan dengan periode penerbitan DES oleh OJK. Setelah
dilakukan penyeleksian saham syariah oleh OJK yang dituangkan ke dalam
DES, BEI melakukan proses seleksi lanjutan yang didasarkan kepada kinerja
perdagangannya.
Adapun proses seleksi JII berdasarkan kinerja perdagangan saham syariah
yang dilakukan oleh BEI adalah sebagai berikut:
1) Saham-saham yang dipilih adalah saham-saham syariah yang termasuk ke
dalam DES yang diterbitkan oleh OJK.
2) Dari saham-saham syariah tersebut kemudian dipilih 60 saham
berdasarkan urutan kapitalisasi terbesar selama 1 tahun terakhir.
3) Dari 60 saham yang mempunyai kapitalisasi terbesar tersebut, kemudian
dipilih 30 saham berdasarkan tingkat likuiditas yaitu urutan nilai transaksi
terbesar di pasar reguler selama 1 tahun terakhir.12
Filter syariah bukan satu-satunya syarat yang menjamin emiten masuk ke
Jakarta Islamic Index, terdapat dua syarat tambahan yang harus dipenuhi
yaitu, saham emiten harus memiliki nilai kapitalisasi yang cukup besar di
bursa, ini dapat dilihat dari jumlah saham yang dikeluarkan, dan harga
perlembar saham mempunyai harga yang bagus, serta saham yang
diterbitkan harus sering ditransaksikan (likuid).13
12
Bursa Efek Indonesia, “Indeks Saham Syariah”, artikel diakses pada 1 Juli 2015 dari
http://www.idx.co.id/id-id/beranda/produkdanlayanan/pasarsyariah/indekssahamsyariah.aspx. 13
Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 77.
20
c. Prinsip Syariah dalam Pasar Modal
Saat dibukanya penawaran umum pada pasar perdana, terdapat berbagai
hal yang harus diperhatikan baik oleh investor maupun oleh emiten, yaitu:
1) Instrumen atau efek yang diperjualbelikan harus sejalan dengan prinsip
syariah, yang terbebas dari unsur riba (bunga) dan gharar
(ketidakpastian).
2) Emiten yang mengeluarkan efek syariah, baik berupa saham ataupun
sukuk, harus mentaati semua aturan syariah, maka produk barang dan jasa
harus sejalan dengan etika ajaran Islam.
3) Semua efek harus berbasis pada harta (aset) atau transaksi yang riil (‘ain),
bukan mengharapkan keuntungan dari kontrak hutang piutang.
4) Semua transaksi tidak mengandung ketidakjelasan yang berlebihan
(gharar) atau spekulasi murni. Atau semua transaksi tidak mengandung
unsur judi atau pertukaran yang didasari oleh spekulasi tinggi (qimar).
5) Mematuhi semua aturan Islam yang berhubungan dengan hutang piutang,
seperti tidak dibenarkan jual-beli utang dengan cara diskon, emiten tidak
boleh menerbitkan efek untuk membayar kembali hutang (bai’ad-dain bi
ad-dain), maka dana harta hasil penjualan efek diterima perusahaan
emiten untuk diinvestasikan pada usaha riil, tidak boleh ada kompensasi
yang berdasarkan pada pembaharuan (restructuring/ rescheduling) dari
21
utang, dan tidak dibenarkan melakukan jual beli masa mendatang
(forward) untuk transaksi valuta asing.
Prinsip-prinsip dalam tataran operasional pasar modal syariah harus
memenuhi kriteria berikut:
1) Efek yang diperjualbelikan harus merupakan representasi dari barang dan
jasa yang halal.
2) Informasi harus terbuka tidak boleh menyesatkan, dan tidak ada
manipulasi fakta.
3) Tidak boleh mempertukarkan efek sejenis dengan nilai nominal yang
berbeda.
4) Larangan terhadap rekayasa penawaran untuk mendapatkan keuntungan
diatas laba normal, dengan cara mengurangi supply agar harga jual naik.
5) Larangan untuk merekayasa permintaan untuk mendapatkan keuntungan
diatas laba normal dengan cara menciptakan false demand.
6) Boleh melakukan dua transaksi dalam satu akad, dengan syarat; objek,
pelaku, dan periodenya sama.14
d. Kriteria Pemilihan Saham Syariah
Secara konsep saham syariah merupakan efek yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah. Namun demikian, tidak semua saham yang
14
Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 63-
64.
22
diterbitkan oleh Emiten dan Perusahaan Publik dapat disebut sebagai saham
syariah. Suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika saham
tersebut diterbitkan oleh:
1) Emiten dan Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan dalam
anggaran dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik
tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip syariah.
2) Emiten dan Perusahaan Publik yang tidak menyatakan dalam anggaran
dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak
bertentangan dengan Prinsip-prinsip syariah, namun memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a) kegiatan usaha tidak bertentangan dengan prinsip syariah sebagaimana
diatur dalam peraturan IX.A.13, yaitu tidak melakukan kegiatan usaha:
(1) perjudian dan permainan yang tergolong judi;
(2) perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa;
(3) perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu;
(4) bank berbasis bunga;
(5) perusahaan pembiayaan berbasis bunga;
(6) jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar)
dan/atau judi (maisir), antara lain asuransi konvensional;
(7) memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau
menyediakan barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi),
23
barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi)
yang ditetapkan oleh DSN-MUI; dan/atau, barang atau jasa yang
merusak moral dan bersifat mudarat;
(8) melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah);
(9) rasio total hutang berbasis bunga dibandingkan total ekuitas tidak
lebih dari 45%, dan
(10) rasio total pendapatan bunga dan total pendapatan tidak halal
lainnya dibandingkan total pendapatan usaha dan total pendapatan
lainnya tidak lebih dari 10%.15
4. Harga Saham
Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang dalam
suatu perusahaan. Selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan
bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik saham (berapapun
porsinya/jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham)
tersebut. Selembar saham mempunyai nilai atau harga. Harga saham dapat
dibedakan sebagai berikut:
a. Harga Nominal
Harga nominal merupakan harga yang tercantum dalam sertifikat saham
yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang
15
Otoritas Jasa Keuangan, “Pasar Modal Syariah”, artikel diakses pada 1 Juli 2015 dari
http://www.ojk.go.id/sharia-capital-id.
24
dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting karena
dividen yang dibayarkan atas saham biasanya ditetapkan berdasarkan nilai
nominal.
b. Harga Perdana
Harga perdana merupakan harga pada waktu saham tersebut dicatat di
bursa efek dalam rangka penawaran umum penjualan saham perdana yang
disebut dengan IPO (Initial Public Offering). Harga saham pada pasar
perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan
perusahaan publik yang terdaftar di bursa (emiten). Pada kasus tertentu,
apabila saham yang dijual memilki permintaan yang lebih banyak dari
saham yang tersedia (oversubscribed) maka harga sahamnya tidak seperti
angka yang tertera di sertifikat saham (nominal).
c. Harga pasar
Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor
yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa efek.
Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi. Harga
inilah yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan merupakan harga
yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada
transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga antara
investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di
surat kabar atau media lain adalah harga pasar yang tercatat pada waktu
25
penutupan (closing price) aktivitas di Bursa Efek Indonesia yang akan
digunakan sebagai harga saham pembukaan keesokan harinya saat
pembukaan bursa.16
5. Analisis Saham
Analisis saham umumnya dapat dilakukan dengan mengamati dua
pendekatan dasar yaitu:
a. Analisis Teknikal
Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham
dengan mengamati perubahan harga saham tersebut di waktu yang lalu.17
Menurut Sutrisno (2005), Analisis teknikal adalah pendekatan investasi
dengan cara mempelajari data historis dari harga saham serta
menghubungkannya dengan volume transaksi (trading volume) yang terjadi
dan kondisi ekonomi pada saat itu. Analisis ini hanya mempertimbangkan
pergerakan harga saja tanpa memperhatikan kinerja perusahaan yang
mengeluarkan saham. Pergerakan harga tersebut dihubungkan dengan
kejadian-kejadian pada saat itu seperti adanya pengaruh ekonomi, pengaruh
16
Sawidji Widoatmojo, Pasar Modal Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), h. 13. 17
Suad Husnan, Dasar-dasar Teori Portfolio dan Analisis Sekuritas,(Yogyakarta: UPP
YKPN, 2005), h. 349
26
politik, pengaruh pernyataan (statement) perdagangan, pengaruh psikologis
maupun pengaruh isu-isu lainnya.18
Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham
dengan mengamati perubahan harga saham di periode yang lalu dan upaya
untuk menentukan kapan investor harus membeli, menjual atau
mempertahankan sahamnya dengan menggunakan indikator-indikator teknis
atau menggunakan analisis grafik. Indikator teknis yang digunakan adalah
trend yang mengikuti pasar (moving average), volume perdagangan, dan
rasio ketertarikan dalam jangka pendek (short-interest ratio). Sedangkan
analisis grafik diharapkan dapat mengidentifikasi pola seperti head and
shoulders, dan sebagainya. Analisis ini menggunakan data pasar dari saham,
seperti harga dan volume transaksi penjualan saham untuk menentukan nilai
saham.
b. Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan faktor yang erat kaitannya dengan
kondisi perusahaan yaitu kondisi manajemen organisasi sumber daya
manusia dan kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja
keuangan perusahaan. Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga
saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor
18
Sutrisno, Manajemen Keuangan Teori, Konsep, dan Aplikasi, (Yogyakarta: Ekonisia,
2005), h. 330.
27
fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang
dan menetapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh
taksiran harga saham”.19
Analisis ini sering disebut sebagai peramalan harga saham (share price
forecasting) dan sering digunakan dalam berbagai pelatihan analisis
sekuritas. Langkah yang paling penting dalam analisis ini adalah
mengidentifikasi faktor-faktor fundamental yang diperkirakan akan
mempengaruhi harga saham. Faktor yang dianalisis merupakan faktor yang
berhubungan dengan kondisi perusahaan, yang meliputi kondisi manajemen,
organisasi, sumber daya manusia, dan keuangan perusahaan yang tercermin
dalam kinerja perusahaan.
Analisis fundamental merupakan analisis yang menggunakan data-data
finansial yaitu data-data yang berasal dari laporan keuangan perusahaan,
seperti laba, dividen yang dibagikan dan sebagainya. Analisis fundamental
merupakan analisis yang berkaitan dengan kondisi internal perusahaan”.20
Analisis fundamental merupakan pendekatan analisis harga saham yang
menitik beratkan pada kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham dan
analisis ekonomi yang akan mempengaruhi masa depan perusahaan”.21
19
Suad Husnan, Dasar-dasar Teori Portfolio dan Analisis Sekuritas,(Yogyakarta: UPP
YKPN, 2005), h. 315. 20
Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi Ed. 5, (Yogyakarta: BPFE,
2007), h. 315. 21
Sutrisno, Manajemen Keuangan Teori, Konsep, dan Aplikasi, (Yogyakarta: Ekonisi, 2005),
h. 153.
28
Analisis fundamental menitik beratkan pada rasio keuangan dan kejadian-
kejadian yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
kinerja keuangan perusahaan. Sebagian pakar berpendapat teknik analisis
fundamental lebih cocok untuk membuat keputusan dalam memilih saham
perusahaan mana yang dibeli untuk jangka panjang. Beberapa faktor utama
atau fundamental yang mempengaruhi harga saham yaitu penjualan,
pertumbuhan penjualan, operasional perusahaan, laba, dividen, Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS), perubahan manajemen, dan pernyataan -
pernyataan yang dibuat oleh manajemen perusahaan.
6. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Pada analisis saham yang terdiri analisis teknikal dan analisis fundamental
dapat dikelompokan menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham
antara lain :
a. Rasio Profitabilitas atau Rasio Keuntungan
Pengertian dari profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk
memperoleh keuntungan dari usahanya. Disini permasalahannya adalah
keefektifan manajemen dalam menggunakan baik total aktiva maupun aktiva
bersih. Keefektifan dinilai dengan mengaitkan laba bersih terhadap aktiva
yang digunakan untuk menghasilkan laba. Hubungan seperti itu merupakan
29
salah satu analisis yang memberikan gambaran lebih, walaupun hakikat dan
waktu penetapan nilai yang tercantum dalam neraca akan cenderung
menyimpangkan hasilnya.22
Return on Asset (ROA)
ROA merupakan bentuk yang paling umum dari analisis rasio
profitabilitas karena menghubungkan laba bersih dengan total aktiva. Rasio
ini menggambarkan efektifitas manajerial suatu perusahaan dalam
menggunakan aktiva nya untuk menghasilkan laba. Sehingga nilai Return on
Asset yang tinggi akan menggambarkan keadaan perusahaan yang mampu
memperoleh keuntungan (profitable).
ROA = Laba sebelum pajak : Total Aktiva x 100%
b. Rasio Likuiditas atau Rasio Kelancaran
Pengertian rasio likuiditas adalah rasio yang dipergunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban
jangka pendek.23
Rasio likuiditas mempunyai tujuan untuk melakukan uji
kecukupan dana, kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban-
kewajiban jangka panjang (solvency), kemampuan perusahaan membayar
kewajiban-kewajiban yang segera harus dipenuhi. Menurut Weston dan
Brigham yang dikutip oleh Danang Sunyoto (2013) bahwa rasio likuiditas
22
Danang Sunyoto, Analisis Laporan Keuangan untuk Bisnis(Teori dan Kasus), (Yogyakarta:
CAPS, 2013), h. 113. 23
Bambang Subroto, Judul, (Kota: Penerbit, 1985), h.6.
30
bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya.24
Current Ratio (CR)
Current Ratio merupakan salah satu macam rasio likuiditas. Pengertian
dari Current Ratio adalah rasio yang dihasilkan dari perbandingan antara
aktiva lancar (current asset) dengan utang lancar (current liabilities) atau
utang jangka pendek. CR yang baik dan memuaskan perusahaan sebesar
200% artinya bahwa setiap utang lancar Rp. 1 akan dijamin dengan aktiva
lancar sebesar Rp. 2. Jika CR suatu perusahaan kurang dari 100 %, dapat
dipastikan bahwa setiap utang lancar perusahaan tersebut tidak dapat dijamin
penuh atau dibawah 100% sehingga perusahaan itu disebut dalam keadaan
ilikuid. Rumusnya sebagai berikut :
CR = Aktiva lancar : Hutang lancar x 100
c. Rasio Solvabilitas atau Rasio Kewajiban
Pengertian dari solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk
memenuhi seluruh kewajiban perusahaan yang meliputi utang jangka pendek
dan utang jangka panjang, baik perusahaan masih berjalan maupun dalam
keadaan dilikuidasi (dibubarkan). Rasio ini terbukti penting karena
mengukur utang jangka pendek dan jangka panjang, karena jika kondisi
keuangan yang baik dalam jangka pendek tidak menjamin adanya kondisi
24
Danang Sunyoto, Op.cit., h. 85.
31
keuangan yang baik juga dalam jangka panjang. Hal-hal yang
menguntungkan dalam jangka pendek dengan mudah dapat digoyahkan
dengan pos-pos jangka panjang.25
Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio merupakan salah satu macam rasio solvabilitas.
Rasio ini menunjukkan besarnya biaya total aktiva yang pembiayaannya
berasal dari total utang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar
jumlah pinjaman yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan.
Sebaliknya semakin rendah rasio ini berarti semakin kecil jumlah pinjaman
yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan.
DER = Total Hutang : Total Modal x100%
d. Dividen
Dividen merupakan pembagian sisa hasil laba bersih perusahaan yang
didistribusikan kepada pemegang saham. Dividen diberikan setelah
mendapat persetujuan dari RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham).
Kebijakan dividen adalah kebijakan yang menyangkut masalah pembagian
laba yang menjadi hak pemegang saham. Pemegang saham mempunyai hak
untuk menjual saham setiap saat untuk suatu kepentingan, sehingga
perputaran jual-beli saham sangat cepat berubah-ubah, karena komposisi
pemegang saham berubah-ubah maka pembayaran dividen menjadi sulit
25
Ibid, h. 101
32
untuk menentukan siapa yang berhak atas dividen tersebut, sehingga
diperlukan prosedur untuk mengatur pembayaran dividen.26
e. Laba Bersih
Laba (rugi) adalah total pendapatan dikurangi beban, tidak termasuk
komponen-komponen akun pendapatan komprehensif lain. Dalam Kieso,dkk
(2010) menjelaskan bahwa terdapat empat unsur di dalam laba (rugi), yaitu;
1) Revenues are inflows or other enhancements of assets of an entity or
settlements of its liabilities (or a combination of both) from delivering or
producing goods, rendering services, or carrying out other activities that
constitute the entitiy's ongoing major or central operations (Pendapatan
adalah arus masuk atau peningkatan-peningkatan lainnya dalam aset suatu
entitas atau penyelesaian kewajibannya (atau kombinasi keduanya) yang
berasal dari pengiriman atau produksi barang, penyelenggaraan jasa, atau
pelaksanaan aktivitas-aktivitas lainnya yang merupakan kegiatan operasi
utama entitas tersebut yang berlangsung terus-menerus).
2) Expenses are outflows or other using up of assets or incurrencies of
liabilities (or a combination of both) from delivering or producing of
goods, rendering services, or carrying out other activities that constitute
the entity's ongoing major or central operations (Biaya adalah arus keluar
atau dikonsumsinya aset atau timbulnya kewajiban (atau kombinasi
26
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal Indonesia,(Jakarta: Salemba
Empat, 2006), h. 9.
33
keduanya) yang berasal dari pengiriman atau produksi barang,
penyelenggaraan jasa, atau pelaksanaan aktivitas-aktivitas lainnya yang
merupakan kegiatan operasi utama entitas tersebut yang berlangsung
terus-menerus).
3) Gains are increse in equity (net assets) from peripheral or incidental
transactions of an entity and from all other transactions or other events
and circumstances affecting the entity except those that result from
revenues or investements by owners (Untung adalah peningkatan ekuitas
(aset bersih) dari transaksi-transaksi yang bukan kegiatan utama atau
insidental dari suatu entitas dan dari transaksi-transaksi atau kejadian-
kejadian lainnya serta keadaan-keadaan yang mempengaruhi entitas selain
yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi dari pemilik).
4) Losses are decreases in equity (net assets) from peripheral or incidental
transactions of an entity and from all other transactions or other events
and circumstnces affecting the entity except those that result from
expenses or distributions to owners (Rugi adalah penurunan ekuitas (aset
bersih) dari transaksi-transaksi yang bukan kegiatan utama atau insidental
dari suatu entitas dan dari transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian
lainnya serta keadaan-keadaan yang mempengaruhi entitas selain yang
diakibatkan oleh biaya atau distribusi kepada pemilik). 27
27
Donald E. Kieso, dkk, Akuntansi Intermediate accounting Ed. 12 Jilid 1, (Jakarta: Erlangga,
2007), h. 314-315.
34
Laba bersih merupakan jumlah yang dilaporkan perusahaan, digunakan
sebagai sinyal positif jika laba tersebut dapat mencerminkan informasi
perusahaan yang tidak dapat diamati. Ketika perusahaan melaporkan laba
kepada publik, maka hal tersebut merupakan berita karena pasar
menganggap perusahaan memberikan informasi yang lengkap mengenai
perusahaan. Dengan komponen laba yang dilaporkan perusahaan, maka
investor akan mengetahui kinerja perusahaan dan pada akhirnya akan
mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut di pasar modal.28
f. Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio)
DPR merupakan perbandingan antara kas dividen dengan laba setelah
pajak. Semakin besar dividen yang diberikan maka semakin besar DPR
tersebut.29
Beberapa perusahaan memilih untuk mempertahankan persentase
pembayaran (payout) atas laba yang konstan. Terdapat kebijakan teori
dividen, seperti teori perbedaaan pajak (Tax Diffrential Theory) yang
menyebutkan bahwa investor lebih suka untuk menerima selisih penjualan
dengan pembelian saham (capital gain) yang tinggi daripada menerima
dividen yang tinggi. Dengan kata lain investor menghendaki perusahaan
28
Meythi dan Selvy Hartono, Pengaruh Informasi Laba dan Arus Kas terhadap Harga
Saham, Akurat Jurnal Ilmiah dan Akuntansi. No. 7 (2012),: h. 119-139. 29
Mahmud M Hanafi, Analisa Laporan Keuangan, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2007),
h. 88.
35
untuk menahan laba setelah pajak yang dipergunakan untuk pembiayaan
investasi daripada pembayaran dividen dalam bentuk tunai. Untuk itu dapat
dijelaskan bahwa investor akan menerima tingkat keuntungan setelah pajak
yang lebih tinggi terhadap saham yang memiliki rasio nilai dividen terhadap
harga saham (dividend yield) yang tinggi daripada saham dengan dividend
yield yang rendah. Oleh karena itu kelompok ini cenderung menyarankan
bahwa perusahaan sebaiknya menentukan DPR yang rendah atau bahkan
tidak membagikan dividen. Berbeda halnya dengan teori kebijakan dividen
seperti Hipotesis Informasi Konten (Information Content Hypothesis) yang
menyatakan bahwa dalam menentukan apakah perubahan harga saham yang
mengikuti perubahan dividen yang disebabkan karena kebijakan dividen satu
tanda bagi investor, seorang investor memang lebih menyukai dividen
daripada selisih pembelian saham dengan penjualan saham (capital gain)
atau karena kombinasi dari kedua alasan tersebut.30
7. Tinjauan Studi Terdahulu
Dalam melakukan penelitian, ada penelitian yang serumpun dan mirip
dengan penelitian yang sudah dilakukan. Berikut ini, penulis memaparkan hasil
penelusuran penulis tentang studi terdahulu berkaitan dengan penelitian yang
akan dilakukan.
30
Suad Husnan, Op.cit., h. 315.
36
a. Penelitian Robert Lambey, membahas bagaimana hubungan linier antara
Rasio Kas (Cash Ratio), Rasio Penjualan Terhadap Total Aktiva (Total Asset
Turnover), ROA, dan DER mempengaruhi Harga Saham pada Emiten yang
bergerak di bidang perbankan. Penelitian ini menggunakan Metode Analisis
Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian memaparkan bahwa ROA
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham, sedangkan TATO
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Harga Saham. CR berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap Harga Saham. DER berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap Harga Saham.31
b. Penelitian Alan Andy Kusuma, membahas bagaimana hubungan linier antara
Rasio Pengembalian atas Modal (Return on Equity), ROA, Rasio Laba
Bersih atas Penjualan (Net Profit Margin), dan CR, mempengaruhi Harga
Saham pada Emiten yang bergerak di sektor pertambangan dan sektor kimia.
Penelitian ini menggunakan Metode Analisis Regresi Linear Berganda. Hasil
penelitian mengungkapkan bahwa CR berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Harga Saham. ROA dan ROE berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap Harga Saham. Sedangkan NPM berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap Harga Saham.32
31
Robert Lambey, “Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Harga Saham pada Bank di Bursa
Efek Indonesia”, Journal Accountability, Vol.3 No.1 (Juni 2014) : h.122-133. 32
Alan Andy Kusuma, “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan
(Sektor Pertambangan dan Sektor Kimia)”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma,
2008).
37
c. Penelitian Setyaningsih Sri Utami, membahas bagaimana hubungan linier
antara, Rasio Deposito atas Peminjaman (Loan to Deposit Ratio), Rasio
Modal (Capital Ratio), CR, ROE, ROA, NPM, dividen per lembar saham
(Dividend per Share), dan DER dalam mempengaruhi Harga Saham pada
Emiten yang bergerak di bidang perbankan. Penelitian ini menggunakan
Metode Analisis Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian mengungkapkan
bahwa CR, ROE NPM, dan CR berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Harga Saham. LDR berpengaruh negatif dan signifikan. Sedangkan DPS
berpengaruh positif dan tidak signifikan.33
d. Penelitian Karina Dewi Puspita, membahas bagaimana hubungan linier
antara, Pengaruh Rasio Harga Saham terhadap Laba Bersih per Saham
(Price Earning Ratio), DER, dan ROE dalam mempengaruhi Harga Saham
pada Emiten yang ada di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan
pengambilan sampel secara acak (Random Sampling) dalam menentukan
objek penelitiannya. Penelitian ini menggunakan Metode Analisis Regresi
Linear Berganda. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa PER berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Harga Saham. ROE berpengaruh positif dan
tidak signifikan. Sedangkan DER berpengaruh negatif dan tidak signifikan.34
33
Setyaningsih Sri Utami, “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham (Studi Pada
PerusahaanPerbankan di Bursa Efek Jakarta)”, Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan, Vol.5 No.2
(2005) : h.110-122. 34
Karina Dewi Puspita, “Pengaruh price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER)
dan Return On Equity (ROE) terhadap Harga Pasar Saham Setelah Penawaran Perdana di BEI”,
(Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, 2008).
38
e. Penelitian Angrawit Kusumawardani, membahas bagaimana hubungan linier
antara, DER, CR, dan Rasio Hutang Keuangan (Financial Leverage) dalam
mempengaruhi Harga Saham pada Emiten yang termasuk dalam LQ45.
Penelitian ini menggunakan Metode Analisis Regresi Linear Berganda. Hasil
penelitian mengungkapkan bahwa DER berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Harga Saham. Sedangkan FL dan CR berpengaruh positive dan
tidak signifikan terhadap Harga Saham.35
Dalam penelitian ini, penulis akan menghitung nilai, posisi, dan signifikansi
rasio-rasio keuangan, yaitu rasio profitabilitas (Return on Asset), rasio
likuiditas (Current Ratio), rasio solvabilitas (Debt to Equity Ratio), Dividen,
Laba Bersih, dan Dividend Payout Ratio terhadap Harga Saham Syariah pada
perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) Periode 2009-2014.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data laporan keuangan emiten
tetap yang termasuk sebagai perusahaan terdaftar di Jakarta Islamic Index dari
2009 hingga 2014. Metode yang digunakan adalah regresi data panel (data
panel regression) karena data yang digunakan merupakan gabungan data silang
(cross section) dan serial waktu (time series) sehingga dapat diketahui
pengaruh, posisi, signifikansi variabel independen terhadap variabel
dependennya.
35
Angrawit Kusumawardani, “Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR) dan
Financial Leverage (FL) terhadap Harga Saham Perusahaan LQ45.”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma, 2009).
39
B. Kerangka Konsep
1. Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan rasio keuangan perusahaan yang
berhubungan dengan profitabilitas. rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, aset dan modal
saham tertentu. Dengan mengetahui ROA, kita dapat menilai apakah
perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan operasi
untuk menghasilkan keuntungan.36
Menurut Lestari dan Sugiharto, ROA adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Dengan
kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas aset (asset)
dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan
daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan
menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati oleh investor, karena tingkat
pengembalian atau dividen akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak
pada harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal yang akan semakin
meningkat sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.
Angka ROA dapat dikatakan baik apabila > 2%.37
36
Mahmud M Hanafi dan Abdul Halim, Analisa Laporan Keuangan Edisi 4, (Yogyakarta:
UPP YKPN, 2009), h. 7. 37
Maharani Ika Lestari dan Toto Sugiharto. “Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa dan
Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”, Jurnal PESAT, Vol. 2, (2007) :h.195-201.
40
2. Current Ratio (CR)
Current Ratio (CR) merupakan indikator utama yang digunakan para
investor dalam melihat daya tarik suatu saham. Apabila Current Ratio (CR)
mempunyai pertumbuhan bagus maka para pemodal akan tertarik untuk
membeli saham sehingga akan menaikkan harga saham. Tingkat pertumbuhan
Current Ratio (CR) tergantung dari kemampuan manajemen perusahaan.
Perusahaan dikatakan mengalami kinerja yang bagus dan berkembang apabila
terdapat peningkatan Current Ratio (CR) dari satu perioda ke perioda
berikutnya.
Current Ratio adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya melalui sejumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.
Semakin tinggi nilai Current Ratio menunjukkan kemampuan aktiva lancar
perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya. Tingginya current
ratio menunjukkan keyakinan investor terhadap kemampuan perusahaan untuk
membayarkan dividen yang dijanjikan Pembayaran dividen merupakan arus kas
keluar, sehingga semakin kuat posisi aktiva yang dimiliki perusahaan maka
akan semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam membayarkan dividen
kepada para pemegang saham dan perubahan harga saham atau fluktuasi harga
saham ini akan mendatangkan keuntungan atau kerugian atas selisih penjualan
saham (capital gain/loss).38
38
Sawidji Widoatmojo, Cara Sehat Investasi di Pasar Modal, Pengetahuan Dasar, (Jakarta:
Jurnalindo Aksara Grafika, 1996), h. 50.
41
Peningkatan CR akan menyebabkan peningkatan dividen dan harga saham.
Peningkatan harga pasar saham menyebabkan timbulnya selisih penjualan
dengan pembelian saham (capital gain). Dengan demikian perubahan CR akan
mempengaruhi pengembalian (return) yang diperoleh investor dalam bentuk
keuntungan atau kerugian selisih penjualan saham (capital gain/loss) dan
dividen. Semakin tinggi tingkat pengembalian (return) yang akan diperoleh
investor, semakin banyak pula permintaan akan saham perusahaan tersebut.
Maka jelas CR mempengaruhi harga saham sebuah perusahaan.
3. Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik
dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang
mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio ini
disebut juga rasio perbandingan hutang dan modal (leverage).
Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur
permodalan perusahaan. Struktur permodalan merupakan pendanaan permanen
yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang
saham.39
Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan
pengimbangan antar hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri
adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau
39
Hadi Wahyono, ”Komparasi Kinerja Perusahaan Bank dan Asuransi Studi Empiris di Bursa
Efek Jakarta”, Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, Vol. 2 No. 2 (Mei 2002) : h.12.
42
berasal dari mengambil bagian, peserta, atau pemilik (modal saham, modal
peserta dan lain-lain).40
Jadi dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan perbandingan
antara total hutang (hutang lancar dan hutang jangka panjang) dan modal yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan
menggunakan modal yang ada. Semakin kecil rasio hutang modal maka
semakin baik. DER dikatakan baik apabila jumlah modal lebih besar dari
jumlah hutang atau minimal sama.
4. Dividen
Harga saham sebuah emiten tidak terlepas dari pengaruh pembayaran
dividen. Saham sebagai surat bukti kepemilikan hak terhadap perusahaan.
Harga sebuah saham sangat dipengaruhi oleh perkembangan kinerja
perusahaannya. Jika perusahaan emiten mampu menghasilkan keuntungan yang
tinggi dan mampu menyisihkan sebagian keuntungannya itu sebagai dividen
dengan jumlah yang tinggi pula maka investor akan tertarik untuk membeli
saham dari perusahaan tersebut. Akibatnya, permintaan atas saham tersebut
meningkat dan pada akhirnya menyebabkan harga saham naik.
40
Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan Edisi 4, (Yogyakarta: BPFE,
2008), h. 22.
43
5. Laba Bersih
Laba (rugi) adalah total pendapatan dikurangi beban. Laba bersih merupakan
jumlah yang dilaporkan perusahaan, digunakan sebagai sinyal positif jika laba
tersebut dapat mencerminkan informasi perusahaan yang tidak dapat diamati.
Ketika perusahaan melaporkan laba kepada publik, maka hal tersebut
merupakan berita karena pasar menganggap perusahaan memberikan informasi
yang lengkap mengenai perusahaan. Dengan komponen laba yang dilaporkan
perusahaan, maka investor akan mengetahui kinerja perusahaan dan pada
akhirnya akan mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut dipasar
modal.41
6. Dividend Payout Ratio (DPR)
Dividen merupakan hasil yang diperoleh dari saham yang dimiliki, selain
keuntungan selisih penjualan saham (capital gain) yang. Dividen tersebut
diperoleh dari perusahaan sebagai distribusi yang dihasilkan dari operasi
perusahaan. Dividen perlu diputuskan dalam rapat umum pemegang saham
(RUPS) sebab selain untuk dibagikan sebagai dividen, laba perusahaan juga
dialokasikan dalam laba ditahan (retained earning). Proporsi pembagian laba
41 Mahmud M Hanafi, Analisa Laporan Keuangan, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2007),
h. 88.
44
perusahaan menjadi laba ditahan dan dividen tergantung pada RUPS dan
kondisi perusahaan.42
Dividend payout ratio seringkali dikaitkan dengan signalling theory.43
Dividend payout ratio yang berkurang dapat mencerminkan laba perusahaan
yang makin berkurang. Akibatnya sinyal buruk akan muncul karena
mengindikasikan bahwa perusahaan kekurangan dana. Kondisi ini akan
menyebabkan preferensi investor akan suatu saham berkurang karena investor
memiliki preferensi yang sangat kuat atas dividen.44
C. Kerangka Teori
Harga saham adalah nilai bukti penyertaan modal pada perseroan terbatas yang
telah terdaftar di bursa efek, dimana saham tersebut telah beredar (outstanding
securities). Harga saham dapat juga didefinisikan sebagai harga yang dibentuk
dari interaksi antara para penjual dan pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh
harapan mereka terhadap keuntungan perusahaan. Harga saham penutupan
(closing price) yaitu harga yang diminta oleh penjual atau harga perdagangan
terakhir untuk suatu periode.
42
Farid Arif dan Nur Indriantoro, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reaksi Pasar Pasar
terhadap Pengumuman Dividen Saham”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol.13 No. 4
(2007) : h. 48-69. 43
Jogiyanto Hartono, Teori Portfolio dan Analisis Investasi Ed. 5, (Yogyakarta: BPFE, 2007),
h. 233. 44
Brav et al, “Payout policy in the 21st Century”, Journal of Financial Economics. Vol.77
(2003) : h. 483-527.
45
Secara umum, keputusan membeli atau menjual saham ditentukan oleh
perbandingan antara perkiraan nilai intrinsik dengan harga pasarnya yang
didasarkan atas hasil analisis fundamental dan teknikalnya.45
Analisis fundamental
mencakup rasio kinerja keuangan emiten baik merupakan rasio profitabilitas,
likuiditas, solvabilitas dan rasio lainnya yang juga dapat mengukur kinerja
keuangan perusahaan.
Menurut Abdul Halim dalam hal penilaian harga saham, terdapat tiga pedoman
yang dipergunakan. Pertama, bila harga pasar saham atau (stock’s market value)
melampaui nilai instrinsik saham (stock’s book value), maka saham tersebut dinilai
overvalued (harganya terlalu tinggi). Oleh karena itu, saham tersebut sebaiknya
dihindari untuk dibeli atau segera menjual saham tersebut karena kondisi seperti
ini pada masa yang akan datang kemungkinan besar akan terjadi koreksi pasar.
Kedua, apabila harga pasar saham sama dengan nilai instrinsiknya maka harga
saham tersebut dinilai wajar dan berada dalam kondisi keseimbangan. Pada
kondisi demikian, sebaiknya pelaku pasar tidak melakukan transaksi pembelian
maupun penjualan saham yang bersangkutan. Kondisi saham pada tingkat ini
ditanyakan aman, tetapi karena keseimbangan antara harga pasar dengan harga
intrinsiknya maka sebaiknya pemegang saham yang ingin menjual saham nya
lebih baik menunggu karena pada kondisi ini penjual tidak mendapatkan
keuntungan atas penjualan sahamnya. Ketiga, apabila harga pasar saham lebih
45
Abdul Halim, Analisis Investasi Edisi 2, (Jakarta: Salemba Empat.2005), h.31.
46
kecil dari nilai instrinsiknya maka saham tersebut dikatakan harganya terlalu
rendah (undervalued). Bagi para pelaku pasar, saham tidak dijual, karena besar
kemungkinan dimasa yang akan datang akan terjadi lonjakan harga saham. Atas
alasan tersebut, harga saham sebaiknya mendekati harga wajar sehingga nilai yang
tercermin merupakan nilai saham yang benar.
D. Hipotesis Penelitian
1. Pengujian secara simultan (Uji F) dapat dijelaskan sebagai berikut:
Ho : β1, β2, β3, β4, β5, β6 = 0
Variabel independen ROA, CR, DER, Dividen, Laba Bersih dan DPR secara
simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen Harga Saham.
Ho : β1, β2, β3, β4, β5, β6 = 0
Variabel independen ROA, CR, DER, Dividen, Laba Bersih dan DPR secara
simultan berpengaruh terhadap variabel dependen Harga Saham.
2. Pengujian secara parsial (Uji t) dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Ho : β1 = 0 variabel independen ROA secara individual tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen Harga Saham.
Ha : β1 ≠ 0 variabel independen ROA secara individual
berpengaruhterhadap variabel dependen Harga Saham.
b. Ho : β2 = 0 variabel independen CR secara individual tidak
berpengaruhterhadap variabel dependen Harga Saham.
47
Ha : β2 ≠ 0 variabel independen CR secara individual berpengaruh
terhadap variabel dependen Harga Saham.
c. Ho : β3 = 0 variabel independen DER secara individual tidak
berpengaruhterhadap variabel dependen Harga Saham.
Ha : β3 ≠ 0 variabel independen DER secara individual berpengaruh
terhadap variabel dependen Harga Saham.
d. Ho : β4 = 0 variabel independen Dividen secara individual tidak
berpengaruhterhadap variabel dependen Harga Saham.
Ha : β4 ≠ 0 variabel independen Dividen tahun sebelumnya secara
individual berpengaruh terhadap variabel dependen Harga Saham.
e. Ho : β5 = 0 variabel independen Laba Bersih secara individual tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen Harga Saham.
Ha : β5 ≠ 0 variabel independen Laba Bersih secara individual
berpengaruh terhadap variabel dependen Harga Saham.
f. Ho : β6 = 0 variabel independen DPR secara individual tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen Harga Saham.
Ha : β6 ≠ 0 variabel independen DPR secara individual berpengaruh
terhadap variabel dependen Harga Saham.
48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen, yaitu
Return on Asset, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Dividen, Laba Bersih dan
Dividend Payout Ratio terhadap variabel dependen, yaitu harga saham. Objek
yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di
Jakarta Islamic Index (JII) pada tahun 2009 sampai 2014.
B. Metode Penentuan Sampel
Penentuan sampel dalam penelitian ini adalah metode pengambilan sampel
dengan tujuan tertentu (purposive sampling method). Metode ini memilih sampel
dari elemen populasi berdasarkan tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti. Elemen
populasi yang dipilih sebagai sampel penelitian ini adalah objek yang memenuhi
kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index (JII) selama periode 2009
hingga 2014.
2. Perusahaan memiliki kelengkapan data yang dibutuhkan yaitu laporan
keuangan.
49
3. Perusahaan tidak melakukan pemecahan saham (stock split) pada periode 2009
hingga 2014.
Dari populasi perusahaan yang sahamnya tercatat di Jakarta Islamic Index
selama periode 2009-2014 didapatkan sampel 7 perusahaan yang sesuai dengan
kriteria – kriteria di atas. Berikut adalah tabel sampel perusahaan dalam penelitian
ini.
Tabel 3.1
Data Sampel Penelitian
No Kriteria
Tidak
Memenuhi
Kriteria
Jumlah
1 Perusahaan yang terdaftar di JII dari
tahun 2009-2014 - 44
2 Perusahaan yang menerbitkan laporan
keuangan dari tahun 2009-2014 13 31
3 Perusahaan yang konsisten tergabung
di JII periode 2009-2014 20 11
4 Perusahaan yang tidak melakukan
Stock Split 4 7
Jumlah Perusahaan 7
Sumber: Data Sekunder yang diolah
50
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kepustakaan, yaitu data diperoleh dari beberapan literatur yang berkaitan dengan
penelitian. Penelusuran data ini diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui
perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data dalam penelitian ini
didapatkan dari Bursa Efek Indonesia.
D. Metode Analisis Data
Untuk dapat mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode regresi data panel (pooled data).
Terdapat beberapa keunggulan dari penggunaan data panel dibandingkan
dengan data time series dan cross section. Pertama, dapat memberikan sejumlah
data yang lebih besar, menaikkan derajat kebebasan, mengurangi kolinearitas
diantara variabel penjelas, sehingga diperoleh estimasi ekonometrik yang efisien.
Kedua, memberikan informasi yang penting bagi peneliti yang tidak dapat
diberikan jika menggunakan data time series dan cross section.
Keunggulan penggunaan panel data adalah :
1. Dapat memberikan penelitian jumlah pengamatan yang besar, meningkatkan
degree of freedom (derajat kebebasan), data memiliki variabilitas yang besar
51
dan mengurangi kolinearitas antara variabel penjelas, di mana dapat
menghasilkan estimasi ekonometri yang efisien.
2. Data panel memberikan informasi lebih banyak yang tidak dapat diberikan
hanya oleh data cross section dan time series saja.
3. Data panel akan memberikan penyelesaian yang lebih baik dalam inferensi
perubahan dinamis dibandingkan dengan data cross section.
4. Mengingat penggunaan data panel juga meliputi data cross section dalam
rentang waktu tertentu, maka data akan rentan dari heterogenitas. Penggunaan
teknik dan estimasi data panel akan memperhitungkan secara eksplisit
heterogenitas tersebut.
5. Dengan pengkombinasian, data akan memberikan informasi yang lebih, tingkat
kolinearitas yang lebih kecil antar variabel dan lebih efisien.
6. Penggunaaan data panel, mampu meminimasi bias yang dihasilkan jika kita
mengagregasikan data individu ke dalam agregasi yang luas. 46
Dalam penelitian ini digunakan regresi data panel untuk melihat pengaruh
antara variabel independen yang terdiri dari ROA, CR, DER, Dividen, Laba Bersih
dan DPR terhadap Harga Saham. Untuk membantu penelitian, penulis
menggunakan software Microsoft Excel 2010 dan Eviews 8.1 untuk pengolahan
data penelitian.
46
Damodar Gujarati. Ekonometrika Dasar Edisi Keenam. (Jakarta: Erlangga, 2003) h. 96
52
Model regresi data panel penelitian ini adalah:
Keterangan:
LOGHS : Logaritma Natural Harga Saham
α : Konstanta
β1 – β6 : Koefisien regresi untuk variabel independen
LOGROA : Logaritma Natural Return on Asset
LOGCR : Logaritma Natural Current Ratio
LOGDER : Logaritma Natural Debt to Equity Ratio
LOGDIV : Logaritma Natural Dividen
LOGLB : Logaritma Natural Laba Bersih
LOGDPR : Logaritma Natural Dividend Payout Ratio
1. Metode Estimasi Model Regresi Data Panel
a. Common Effect Model atau Pooled Least Square (PLS)
Pooled least square model merupakan metode estimasi model regresi data
panel yang paling sederhana dengan asumsi intersep dan koefisien regresi
(slope) yang konstan antar waktu dan cross section (common effect). Dalam
pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu.
Diasumsikan bahwa perilaku data antar perusahaan sama dalam berbagai
kurun waktu. Pada dasarnya common effect model sama seperti OLS dengan
LOGHSit = α + β1LOGROAit + β2LOGCRit + β3LOGDERit +
β4LOGDIVit + β5LOGLBit + β6LOGDPRit + 𝓔it
53
meminimumkan jumlah kuadrat, tetapi data yang digunakan bukan data time
series atau data cross section saja, melainkan data panel yang diterapkan
dalam bentuk pooled.
b. Fixed Effect Model (FEM)
Fixed effect model adalah teknik mengestimasi data panel dengan
menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan intersep.
Pengertian fixed effect ini didasarkan adanya perbedaan intersep antar
perusahaan, namun intersepnya konstan antar waktu. Disamping itu, model
ini juga mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) konstan antar
perusahaan dan antar waktu. Salah satu cara untuk mengetahui perbedaan
adalah dengan mengasumsikan bahwa intersep adalah berbeda antar
perusahaan, sedangkan slopenya tetap sama antar perusahaan.47
Akan tetapi,
kelemahan metode ini yaitu berkurangnya derajat kebebasan (degree of
freedom) yang akhirnya akan mengurangi efisiensi parameter.
c. Random Effect Model (REM)
Random effect model merupakan metode estimasi model regresi data
panel dengan asumsi koefisien regresi (slope) konstan dan intersep berbeda
antar waktu dan antar individu (random effect). Dimasukannya variabel
dummy di dalam fixed effect model bertujuan untuk mewakili ketidaktahuan
tentang model yang sebenanrnya. Namun juga memberikan konsekuensi
47
Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Edisi Ketiga, (Yogyakarta:
Ekonisia, 2009) h.232.
54
berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) yang akhirnya akan
mengurangi efisiensi parameter. Masalah ini bisa diatasi dengan
menggunakan variabel gangguan (error terms) yang mungkin saja akan
muncul pada hubungan antar waktu dan antar perusahaan yang dikenal
dengan random effect model. Model ini akan mengestimasi data panel
dimana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan
antar individu.48
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji multikolinieritas, uji
heteroskedastisitas, uji normalitas dan uji autokorelasi.
a. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.49
Menggunakan Software Eviews 8.1, dapat mendeteksi ada tidaknya
multikolinearitas dengan melihat nilai koefisien korelasi pada masing
masing variabel bebas melalu uji matriks korelasi. Jika nilai koefisien
48
Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Edisi Ketiga, (Yogyakarta:
Ekonisia, 2009) h.235. 49
Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS Edisi 5, (Semarang:
Badan Penerbit UNDIP, 2011), h.105.
55
korelasi untuk masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0,8 maka
terjadi multikolinearitas.50
b. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi,
variabel dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak mempunyai distribusi normal. Jarque-Bera Test
dapat membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi
normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan plotting data residual
akan dibandingkan dengan melihat garis diagonalnya. Jika distribusi data
residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan
mengikuti garis diagonalnya.51
Dalam analisis multivariat, para peneliti
menggunakan pedoman tiap variabel terdiri atas 30 data, maka data sudah
berdistribusi normal. Untuk menguji dengan lebih akurat diperlukan alat
analisis seperti Eviews 8.1. Menggunakan uji Jarque-Bera. Bila nilai J-B
tidak signifikan , maka data berdistribusi normal.52
50
Shochrul R Ajija,dkk, Cara Cerdas Menguasai Eviews, (Jakarta: Salemba Empat.2011),
h.35. 51
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19, (Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), h.160. 52
Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews Edisi
3,(Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2011), h.37
56
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteorskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan persebaran data (variance) dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika persebaran data (variance) dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain nilainya tetap, disebut dengan
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteoroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas.53
Untuk menguji keberadaan heteroskedastisitas dilakukan dengan uji
glejser. Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan variabel-variabel
bebas terhadap nilai absolutresidualnya. Sebagai pengertian dasar, residual
adalah selisih antara nilaiobservasi dengan nilai prediksi; dan absolut
adalah nilai mutlaknya.54
Dengan melihat uji glejser suatu data dapat
dikatakan memenuhi uji heteroskedastisitas apabila nilai signifikansi
residualnya lebih besar daripada 0,05.55
d. Uji Autokorelasi
Uji autokolerasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
53
Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS Edisi 5, (Semarang:
Badan Penerbit UNDIP, 2011), h.139. 54
Damodar Gujarati. Ekonometrika Dasar Edisi Keenam. (Jakarta: Erlangga, 2003) h. 48 55
Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews Edisi
3,(Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2011), h.8.
57
kesalahan pengganggu pada periode t-1. Salah satu cara yang dapat
digunakan untuk mendeteksi keberadaan autokorelasi adalah dengan
menggunakan uji Durbin-Watson. Uji Durbin-Watson hanya digunakan
untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya konstanta dalam
model regresi dan tidak ada variabel tumpang tindih (lag) di antara variabel
independen.56
Autokorelasi dapat diukur melalui nilai Durbin-Watson
dengan melihat beberapa kriteria sebagai berikut:
1) Angka Durbin Watson di bawah 1,10 atau < 1,10 berarti ada autokorelasi
positif.
2) Angka Durbin Watson di antara 1,10 sampai 1,54 berarti tidak dapat
diputuskan ada atau tidaknya otokorelasi.
3) Angka Durbin Watson di antara 1,54 sampai 2,46 berarti tidak
mengandung otokorelasi.
4) Angka Durbin Watson di antara 2,46 sampai 2,90 berarti tidak dapat
diputuskan ada atau tidaknya otokorelasi.
5) Angka Durbin Watson di atas 2,90 atau > 2,90 berarti ada autokorelasi
negatif.57
56
Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS Edisi 5, (Semarang:
Badan Penerbit UNDIP, 2011), h.110. 57
Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews Edisi 3,
(Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2011), h.7.
58
3. Proses Pemilihan Regresi Data Panel (Pooled data)
Terdapat beberapa tahapan pengujian yang dilakukan untuk memilih model
mana yang tepat digunakan untuk pengolahan data panel, antara lain:
a. Uji Chow
Uji Chow adalah pengujian untuk memilih apakah model common effect
atau fixed effect yang lebih tepat digunakan dalam regresi data panel.58
Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:
Ho: Intersep dan koefisien slope konstan antar waktu dan individu
Ha: Intersep tidak konstan antar individu
Pada software Eviews 8.1, uji Chow dilakukan dengan melihat nilai
probability F pada hasil output. Dasar pengambilan keputusannya adalah
jika nilai probability F ≥ 0.05, maka Ho diterima , yang berarti model yang
lebih tepat digunakan adalah common effect, tetapi jika nilai probability F <
0.05, maka Ho ditolak Ha diterima, yang berarti model yang lebih tepat
digunakan adalah fixed effect, dan dilanjutkan dengan uji Hausman untuk
memilih apakah menggunakan model fixed effect atau random effect.
58
Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Edisi Ketiga, (Yogyakarta:
Ekonisia, 2009) h.238.
59
b. Uji Hausman
Hausman test adalah pengujian statistik untuk memilih apakah model
fixed effect atau random effect yang lebih tepat digunakan dalam regresi data
panel.59
Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:
Ho: Random effect model (REM)
Ha: Fixed effect model (FEM)
Dasar pengambilan keputusannya adalah dengan membandingkan nilai
chi square hitung dengan chi square tabel, jika nilai chi-square hitung >
chi-square tabel, maka Ho ditolak , yang berarti model yang lebih tepat
digunakan adalah fixed effect, tetapi jika nilai chi-square hitung < chi-square
tabel, maka Ho diterima , yang berarti model yang lebih tepat digunakan
adalah random effect.
4. Uji Signifikansi
a. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Pengujian koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel
dependen. Nilai adjusted R2 sebesar 1, berarti fluktuasi variabel dependen
seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor
59
Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Edisi Ketiga, (Yogyakarta:
Ekonisia, 2009) h.240.
60
lain yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Jika nilai R2 berkisar
antara 0 sampai dengan 1, berarti semakin kuat kemampuan variabel
independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel dependen (Ghozali,
2012:87).60
Untuk mengetahui besar atau kecilnya pengaruh variabel
independen (X) terhadap variabel dependen (Y) dipergunakan koefisien
determinasi dengan menggunakan rumus berikut:
KD= r2 x 100%
Dimana:
KD = Koefisien Determinasi
r = Koefisien korelasi
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model regresi memiliki pengaruh
secara simultan terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui ada atau
tidaknya pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel
dependen digunakan tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai probabilitas lebih
besar dari 0,05 maka tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen, sedangkan jika nilai probabilitas
lebih kecil dari 0,05 maka terdapat pengaruh signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2012:101).
60
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program Ed. 7, (Semarang: BPUD,
2013) hal. 87.
61
c. Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya digunakan untuk mengetahui seberapa
jauh pengaruh variabel independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel independen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh setiap variabel independen secara individual terhadap variabel
dependen digunakan tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai probabilitas lebih
besar dari 0,05 maka tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen, sedangkan jika nilai probabilitas
lebih kecil dari 0,05 maka terdapat pengaruh signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen.61
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
Harga Saham
Harga saham adalah harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang
ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran
saham yang bersangkutan di pasar modal.62
Pengukuran harga saham dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan harga penutupan (closing price) pada periode.
61
Ibid, hal. 101. 62
Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi Ed. 5, (Yogyakarta: BPFE,
2007), h. 143
62
2. Variabel Independen
a. Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan rasio keuangan perusahaan yang
berhubungan dengan profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, aset dan modal
saham tertentu. Dengan mengetahui ROA, kita dapat menilai apakah
perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan
operasi untuk menghasilkan keuntungan.63
Menurut Lestari dan Sugiharto, ROA adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva.
Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas
aset (asset) dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan
meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik
perusahaan menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati oleh investor,
karena tingkat pengembalian atau dividen akan semakin besar. Hal ini juga
akan berdampak pada harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal
yang akan semakin meningkat sehingga ROA akan berpengaruh terhadap
harga saham perusahaan. Angka ROA dapat dikatakan baik apabila > 2%.64
63
Mahmud M Hanafi dan Abdul Halim, Analisa Laporan Keuangan Edisi 4, (Yogyakarta:
UPP YKPN, 2009), h. 27. 64
Maharani Ika Lestari dan Toto Sugiharto. “Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa dan
Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”, Jurnal PESAT, Vol. 2, (2007) : h. 1965-201.
63
Pengukuran Return on Asset dalam penelitian ini dengan menggunakan
logaritma. ROA didapatkan dari membagi laba bersih dengan total aset.
Return on Asset dihitung dengan formula sebagai berikut:
Return On Asset =
Laba Sebelum Pajak
x 100 %
Total Aset
b. Current Ratio (CR)
Current Ratio (CR) merupakan indikator utama yang digunakan para
investor dalam melihat daya tarik suatu saham. Apabila Current Ratio (CR)
mempunyai pertumbuhan bagus maka para pemodal akan tertarik untuk
membeli saham sehingga akan menaikkan harga saham. Tingkat
pertumbuhan Current Ratio (CR) tergantung dari kemampuan manajemen
perusahaan. Perusahaan dikatakan mengalami kinerja yang bagus dan
berkembang apabila terdapat peningkatan Current Ratio (CR) dari satu
periode ke periode berikutnya.
Current Ratio adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya melalui sejumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.
Semakin tinggi nilai Current Ratio menunjukkan kemampuan aktiva lancar
perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya. Tingginya
current ratio menunjukkan keyakinan investor terhadap kemampuan
perusahaan untuk membayarkan dividen yang dijanjikan. Pembayaran
64
dividen merupakan arus kas keluar, sehingga semakin kuat posisi aktiva
yang dimiliki perusahaan maka akan semakin besar pula kemampuan
perusahaan dalam membayarkan dividen kepada para pemegang
sahamperubahan harga saham atau fluktuasi harga saham ini akan
mendatangkan keuntungan atau kerugian dari selisih penjualan saham
(capital gain/loss.)65
Peningkatan CR akan menyebabkan peningkatan dividen dan harga
saham. Peningkatan harga pasar saham menyebabkan timbulnya capital
gain. Dengan demikian perubahan CR akan mempengaruhi return yang
diperoleh investor dalam bentuk capital gain/loss dan dividen. Semakin
tinggi return yang akan diperoleh investor, semakin banyak pula permintaan
akan saham perusahaan tersebut. Maka jelas CR mempengaruhi harga saham
sebuah perusahaan.
Pengukuran Current Ratio dalam penelitian ini dilakukan menggunakan
logaritma dengan skala rasio yaitu dengan membagi aktiva lancar dengan
hutang lancar. Current Ratio dihitung dengan formula sebagai berikut.
Current Ratio =
Aktiva Lancar
x 100 % Hutang Lancar
65
Sawidji Widiatmojo, Cara Sehat Investasi di Pasar Modal, Pengetahuan Dasar, (Jakarta:
Jurnalindo Aksara Grafika, 1996), h. 50.
65
c. Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio aktiva atas hutang dan modal (leverage) merupakan rasio untuk
mengukur seberapa bagus struktur permodalan perusahaan. Struktur
permodalan merupakan pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka
panjang, saham preferen dan modal pemegang saham.66
Jadi dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan
perbandingan antara total hutang (hutang lancar dan hutang jangka panjang)
dan modal yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya dengan menggunakan modal yang ada. Semakin kecil rasio
hutang modal maka semakin baik dan untuk keamanan pihak luar rasio
terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah hutang atau minimal sama.
Pengukuran Debt to Equity Ratio dalam penelitian ini dilakukan dengan
skala rasio yaitu dengan membagi total hutang dengan modal. Debt to Equity
Ratio dihitung dengan formula sebagai berikut.
Debt to Equity Ratio =
Total Hutang
x 100 %
Modal (Equity)
d. Dividen
Harga saham sebuah emiten tidak terlepas dari pengaruh pembayaran
dividen. Saham sebagai surat bukti kepemilikan hak terhadap perusahaan.
66 Hadi Wahyono, ”Komparasi Kinerja Perusahaan Bank dan Asuransi Studi Empiris di Bursa
Efek Jakarta”, Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, Vol. 2 No. 2, (Mei 2002), h.12.
66
Harga sebuah saham sangat dipengaruhi oleh perkembangan kinerja
perusahaannya. Jika perusahaan emiten mampu menghasilkan keuntungan
yang tinggi dan mampu menyisihkan sebagian keuntungannya itu sebagai
dividen dengan jumlah yang tinggi pula maka investor akan tertarik untuk
membeli saham dari perusahaan tersebut. Akibatnya, permintaan atas saham
tersebut meningkat dan pada akhirnya menyebabkan harga saham naik.
Besarnya dividen tergantung dari besarnya keuangan dan jumlah saham
yang beredar dalam masyarakat. Ada tiga pendapat yang muncul mengenai
kebijaksanaan dividen, (1) Dividen tidak Mempengaruhi Harga Saham.
Teori ini berdasarkan pandangan bahwa kebijaksanaan dividen tidak akan
mempengaruhi terhadap aliran kas dimasa yang akan datang. Berdasarkan
pandangan ini, efisiensi pasar modal menjadi kritis, dan pajak diabaikan.
Argumen yang menyokong suatu hipotesis yaitu jika manajemen dapat
meningkatkan nilai pasar dari saham perusahaan dengan mengubah
kebijakan dividennya. Dalam hal ini kebijaksanaan dividen tidak berarti. (2)
Dividen Akan Menurunkan Harga Saham. Jika tarif pajak investor atas
dividen lebih besar dari untung laba modal, maka investor akan berusaha
untuk menginvestasikan kembali pendapatan mereka untuk
memaksimumkan Return setelah pajak mereka. Sudah tentu, berdasarkan
alasan ini, jika tarif pajak atas capital gain melebihi tarif dividen maka akan
terjadi sebalikannya. (3) Dividen Akan Menaikkan Harga Saham.
67
Pendapatan dari dividen merupakan hal yang sangat diharapkan oleh
investor. Dengan asumsi seperti ini, keputusan manajemen untuk menaikkan
dividen merupakan suatu tanda bahwa perusahaan tersebut mempunyai
kemampuan untuk menghasilkan laba dimasa yang akan datang, hal ini
akhirnya akan mendorong harga saham menjadi lebih tinggi. Sebaliknya
dividen yang rendah merupakan suatu tanda yang kurang baik dan akhirnya
akan menurunkan harga saham.67
Pengukuran dividen dalam penelitian ini dilakukan dengan
mentransformasikan nilai dari dividen menjadi logaritma untuk
menyeimbangkan dengan data lainnya yang dimiliki masing-masing
perusahaan.
e. Laba Bersih
Laba (rugi) adalah total pendapatan dikurangi beban, tidak termasuk
komponen-komponen pendapatan komprehensif lain. Laba bersih
merupakan jumlah yang dilaporkan perusahaan, digunakan sebagai sinyal
positif jika laba tersebut dapat mencerminkan informasi perusahaan yang
tidak dapat diamati. Ketika perusahaan melaporkan laba kepada publik,
maka hal tersebut merupakan berita karena pasar menganggap perusahaan
memberikan informasi yang lengkap mengenai perusahaan. Dengan
67
Erlina, Metodologi Penelitian Bisnis: Untuk Akuntansi dan Manajemen Ed. 2, (Medan:
USU Press, 2008) h.12.
68
komponen laba yang dilaporkan perusahaan, maka investor akan mengetahui
kinerja perusahaan dan pada akhirnya akan mempengaruhi harga saham
perusahaan tersebut dipasar modal.
Pengukuran laba bersih dalam penelitian ini dilakukan dengan
mentransformasikan nilai dari laba bersih menjadi logaritma untuk
menyeimbangkan hasil data laba bersih dengan data lainnya yang dimiliki
masing-masing perusahaan.
f. Dividend Payout Ratio (DPR)
DPR merupakan bagian laba perusahaan yang dibayarkan dalam bentuk
dividen. Perhitungan dalam DPR adalah perbandingan antara kas dividen
dengan laba setelah pajak. Kebijakan dividen termasuk bagian inti suatu
keputusan pembelanjaan perusahaan yang dikarenakan dari likuiditas
perusahaan itu sendiri. DPR merupakan perbandingan antara kas dividen
dengan laba setelah pajak. Semakin besar dividen yang diberikan maka
semakin besar DPR tersebut. Data dari DPR ini diambil dari tahun 2009-
2014 dalam website www.idx.co.id di bagian Jakarta Islamic Index pada
Bursa Efek Indonesia. Dividend Payout Ratio dirumuskan sebagai berikut :
Dividend Payout Ratio =
Dividend Per Share
x 100 %
Earning Per Share
69
Pengukuran dividend payout ratio dalam penelitian ini dilakukan dengan
mentransformasikan nilai dari DPR menjadi logaritma untuk
menyeimbangkan hasil data DPR dengan data lainnya yang dimiliki masing-
masing perusahaan.
F. Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Variabel Indikator Skala
Return on Asset
(ROA)
(X1)
ROA = Laba bersih : Total Aset Rasio
Debt to Equity Ratio
(DER)
(X2)
DER = Total Hutang : Total Ekuitas Rasio
Current Ratio (CR)
(X3)
CR = Aktiva Lancar : Hutang
Lancar Rasio
Dividen
(X4) Dividen Rasio
Laba Bersih
(X5) Laba Bersih Rasio
Dividend Payout
Ratio
(DPR)
(X6)
DPR = DPS : EPS Rasio
Harga Saham
(Y) Harga closing saham akhir tahun Rasio
70
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode purposive sampling untuk menentukan
sampel. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII). Penelitian mengambil
sampel selama 6 tahun, yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2014.
Penelitian secara purposive sampling mengindikasikan bahwa sampel yang
digunakan dalam penelitian merupakan representasi dari populasi yang ada serta
sesuai dengan tujuan dari penelitian, kemudian diperoleh sampel sejumlah 7
perusahaan. Data yang digunakan berasal dari annual report tahun 2009, 2010,
2011, 2012, 2013 dan 2014 yang didapatkan dari Bursa Efek Indonesia (BEI).
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Multikolinieritas
Tujuan uji multikolinieritas adalah mengetahui apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Ada atau tidaknya
multikolinieritas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi masing-
masing variabel bebas melalui uji matriks korelasi. Jika koefisien korelasi di
71
antara masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0,8, maka terjadi
multikolinieritas.68
Tabel 4.1
Hasil Uji Multikolinearitas
ROA CR DER DIV LB DPR
ROA 1 -0.0455 0.33396 0.16341 0.11888 0.87719
CR -0.04546 1 -0.5608 -0.298 0.02728 -0.3251
DER 0.33396 -0.5608 1 0.43704 0.25848 0.61217
DIV 0.16341 -0.298 0.43704 1 0.4649 0.41828
LB 0.11888 0.02728 0.25848 0.4649 1 0.22173
DPR 0.87719 -0.3251 0.61217 0.41828 0.22173 1
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai dari hubungan variabel
independen yang satu ke variabel independen yang lainnya ada yang
melebihi 0,8 (x < 0,8) yaitu DPR dengan ROA, sehingga perlu dilakukan
tahapan sehingga data menjadi normal dan tidak lagi terdapat
multikolinearitas.
Karena dari hasil uji normalitas diatas menunjukkan bahwa data
penelitian tidak terdistribusi dengan normal, maka semua data variabel pada
penelitian ini dilakukan LOG untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Berikut merupakan hasil uji multikolinearitas setelah semua data variabel
pada penelitian ini dilakukan LOG.
68
Shochrul R Ajija,dkk, Cara Cerdas Menguasai Eviews, (Jakarta: Salemba Empat.2011),
h.35.
72
Tabel 4.2
Hasil Uji Multikolinearitas Setelah di-LOG
LOG
ROA
LOG
CR
LOG
DER
LOG
DIV
LOG
LB
LOG
DPR
LOG ROA 1 0.0273 0.091 0.06498 0.04856 0.50899
LOG CR 0.0273 1 -0.602 -0.2655 0.06024 -0.3635
LOG DER 0.091 -0.602 1 0.43027 0.19206 0.52187
LOG DIV 0.06498 -0.2655 0.43027 1 0.48408 0.42402
LOG LB 0.04856 0.06024 0.19206 0.48408 1 0.1594
LOG DPR 0.50899 -0.3635 0.52187 0.42402 0.1594 1
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai dari hubungan variabel
independen satu ke variabel independen lainnya dimana semua variabel telah
ditransformasi logaritma natural hasilnya tidak ada yang melebihi 0,8 atau <
0,8, sehingga dapat disimpulkan tidak adan lagi masalah multikolinieritas.
b. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Metode yang umum digunakan
adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan
distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan
membentuk satu garis lurus diagonal dan plotting data residual akan
dibandingkan dengan garis diagonal. Model regresi yang baik adalah
distribusi data normal atau mendekati normal. Deteksi uji normalitas juga
73
dapat dilakukan dengan menghitung nilai Jarque-Bera yaitu apabila nilainya
lebih kecil dari 12,592.
Tabel 4.3
Hasil Uji Jarque-Bera
0
1
2
3
4
5
6
7
-0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3
Series: Standardized Residuals
Sample 2009 2014
Observations 42
Mean 2.25e-17
Median -0.014109
Maximum 0.344103
Minimum -0.439723
Std. Dev. 0.185437
Skewness -0.168332
Kurtosis 2.468422
Jarque-Bera 0.692856
Probability 0.707210
Sumber: Data sekunder yang diolah
Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa variabel harga saham, return on asset,
current ratio, debt to equity ratio, dividen, laba bersih, dividend payout ratio
dan laba bersih memiliki nilai Jarque-Bera 0,693(dibawah 12,592 dengan
Chi-Square Tabel df.6 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel
independen maupun dependen memenuhi asumsi normalitas.
c. Hasil Uji Heterokedastisitas
Pengujian heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas.
74
Tabel 4.4
Hasil Uji Glejser
Dependent Variable: RESABS
Method: Panel Least Squares
Date: 09/13/15 Time: 09:47
Sample: 2009 2014
Periods included: 6
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 42
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.913404 1.638675 0.557404 0.5815
LOGX1 -0.044719 0.096572 -0.463062 0.6468
LOGX2 0.002452 0.153659 0.015955 0.9874
LOGX3 -0.109226 0.135446 -0.806412 0.4266
LOGX4 -0.049169 0.091676 -0.536329 0.5958
LOGX5 0.030979 0.087560 0.353807 0.7260
LOGX6 0.003695 0.103158 0.035814 0.9717
Sumber: Data sekunder yang diolah
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai Prob. (probabilitas) dari masing-
masing variabel tidak memiliki angka yang signifikan (lebih dari 0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa data penelitian tidak terdapat pengaruh
heteroskedastisitas.
75
d. Hasil Uji Autokorelasi
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Dependent Variable: LOGY
Method: Panel Least Squares
Date: 09/12/15 Time: 21:19
Sample: 2009 2014
Periods included: 6
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 42
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -1.805878 3.281732 -0.550282 0.5863
LOGX1 0.377164 0.193403 1.950148 0.0609
LOGX2 0.125777 0.307729 0.408725 0.6857
LOGX3 0.572050 0.271255 2.108901 0.0437
LOGX4 0.198871 0.183597 1.083190 0.2876
LOGX5 0.205671 0.175354 1.172892 0.2504
LOGX6 0.452079 0.206591 2.188273 0.0369
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.780350 Mean dependent var 9.867768
Adjusted R-squared 0.689460 S.D. dependent var 0.395667
S.E. of regression 0.220490 Akaike info criterion 0.062743
Sum squared resid 1.409856 Schwarz criterion 0.600593
Log likelihood 11.68240 Hannan-Quinn criter. 0.259886
F-statistic 8.585683 Durbin-Watson stat 1.753347
Prob(F-statistic) 0.000001
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.5, terlihat bahwa nilai dari Durbin-Watson sebesar
1,75(diantara 1,202 – 1,845). Hal ini menunjukkan bahwa model regresi
dalam penelitian ini tidak terdapat masalah autokorelasi.
76
2. Uji Pemilihan Regresi Data Panel
a. Uji Chow
Uji Chow adalah pengujian untuk memilih apakah model common effect
atau fixed effect yang lebih tepat digunakan dalam regresi data panel.69
Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:
Ho: Intersep dan koefisien slope konstan antar waktu dan individu
Ha: Intersep tidak konstan antar individu
Uji Chow dilakukan dengan melihat nilai probability F pada hasil output.
Dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai probability F ≥ 0.05,
maka Ho diterima yang berarti model yang lebih tepat digunakan adalah
common effect, tetapi jika nilai probability F < 0.05, maka Ho ditolak yang
berarti model yang lebih tepat digunakan adalah fixed effect, dan dilanjutkan
dengan uji Hausman untuk memilih apakah menggunakan model fixed effect
atau random effect. Dapat dilihat hasil uji Chow dengan bantuan software
Eviews 8.1 sebagai berikut:
69
Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Edisi Ketiga, (Yogyakarta:
Ekonisia, 2009) h.238.
77
Tabel 4.6
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 13.188667 (6,29) 0.0000
Cross-section Chi-square 55.274390 6 0.0000
Sumber: Data sekunder yang diolah
Hasil output diatas menunjukkan nilai Prob= 0.0000 untuk Cross section
F, nilai probability F (0.0000 ) ≤ 0.05, maka Ho ditolak yang berarti model
yang lebih tepat digunakan adalah fixed effect model . Karena yang terpilih
adalah fixed effect model, sehingga perlu dilanjutkan dengan uji Hausman
untuk memilih apakah menggunakan model fixed effect atau random effect.
b. Uji Hausman
Hausman test adalah pengujian statistik untuk memilih apakah model
fixed effect atau random effect yang lebih tepat digunakan dalam regresi data
panel.70
Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:
Ho: Random effect model (REM)
Ha: Fixed effect model (FEM)
70
Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Edisi Ketiga, (Yogyakarta:
Ekonisia, 2009) h.240.
78
Dasar pengambilan keputusannya adalah dengan membandingkan nilai
chi square hitung dengan chi square tabel, jika nilai chi-square hitung >
chi-square tabel, maka Ho ditolak , yang berarti model yang lebih tepat
digunakan adalah fixed effect, tetapi jika nilai chi-square hitung < chi-square
tabel, maka Ho diterima, yang berarti model yang lebih tepat digunakan
adalah random effect. Dapat dilihat hasil uji Chow dengan bantuan software
Eviews 8.1 sebagai berikut:
Tabel 4.7
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 79.132003 6 0.0000
Sumber: Data sekunder yang diolah
Hasil output diatas menunjukkan nilai Prob = 0.0000 untuk Cross section
random, nilai chi-square hitung(79,1320) ≥ nilai chi-square tabel d.f 6
(18,548), maka Ho diterima , yang berarti model yang lebih tepat digunakan
adalah fixed effect model .
79
3. Uji Signifikansi
Berdasarkan hasil uji hasuman, model estimasi data panel yang terpilih
adalah fixed effect model. Maka selanjutnya dilakukan uji signifikansi dari
model yang terpilih.
Tabel 4.8
Hasil Estimasi Fixed Effect Model
Dependent Variable: LOGY
Method: Panel Least Squares
Date: 09/12/15 Time: 21:19
Sample: 2009 2014
Periods included: 6
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 42
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -1.805878 3.281732 -0.550282 0.5863
LOGX1 0.377164 0.193403 1.950148 0.0609
LOGX2 0.125777 0.307729 0.408725 0.6857
LOGX3 0.572050 0.271255 2.108901 0.0437
LOGX4 0.198871 0.183597 1.083190 0.2876
LOGX5 0.205671 0.175354 1.172892 0.2504
LOGX6 0.452079 0.206591 2.188273 0.0369
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.780350 Mean dependent var 9.867768
Adjusted R-squared 0.689460 S.D. dependent var 0.395667
S.E. of regression 0.220490 Akaike info criterion 0.062743
Sum squared resid 1.409856 Schwarz criterion 0.600593
Log likelihood 11.68240 Hannan-Quinn criter. 0.259886
F-statistic 8.585683 Durbin-Watson stat 1.753347
Prob(F-statistic) 0.000001
80
a. Hasil Uji Koefisien
Berdasarkan tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa:
1) Nilai koefisien korelasi kekuatan hubungan antara variabel return on
asset (X1), current ratio (X2), debt to equity ratio (X3), dividen (X4),
laba bersih (X5), dan dividend payout ratio (X6) terhadap variabel harga
saham (Y) adalah sebesar 0,78. Hal ini berarti menunjukkan bahwa
hubungan antara variabel return on asset, current ratio, debt to equity
ratio, dividen, laba bersih, dan dividend payout ratio terhadap harga
saham adalah kuat karena nilai koefisisen korelasi (R-squared) berada di
antara 0,70 - 0,85.71
2) Nilai koefisien determinasi atau nilai Adjusted R2 Square digunakan
untuk melihat seberapa besar kontribusi variabel independen terhadap
variabel dependen. Besarnya nilai koefisien determinasi antara variabel
return on asset (X1), current ratio (X2), debt to equity ratio (X3), dividen
(X4), laba bersih (X5), dan dividend payout ratio (X6) terhadap variabel
harga saham (Y) adalah sebesar 0,6895 atau 68,95%. Hal ini berarti
bahwa variabel harga saham dapat dijelaskan oleh variabel return on
asset (X1), current ratio (X2), debt to equity ratio (X3), dividen (X4),
laba bersih (X5), dan dividend payout ratio (X6) adalah sebesar 68,95%
71
Jonathtan, Sarwono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2006.
81
selebihnya 31,05% (100% - 68,95% = 31,05% berasal dari variabel lain
atau faktor lain yang tidak diteliti dalam model regresi ini seperti Book
Value per Share (BVS) serta Total Asset Turnover (TATO) dan Earning
per Share (EPS).
b. Hasil Uji Statistik t
1) Pengaruh Return on Asset terhadap Harga Saham
Hasil uji interaksi menunjukkan bahwa pada tabel 4.5, variabel return
on asset mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,0609. Ini berarti Ho
diterima sehingga dapat dikatakan bahwa return on asset tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham karena tingkat
signifikansi yang dimiliki return on asset lebih besar dari 0,05.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Robert Lambey (2014) dimana return on asset
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Akan tetapi, hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyaningsih.
(2005) dimana variabel return on asset tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga saham, hal ini disebabkan oleh kecilnya tingkat
pengembalian perusahaan dilihat dari aset yang dimiliki.
Pada umumnya, semakin tinggi nilai ROA maka semakin tinggi pula
tingkat profitabilitas perusahaan tersebut. Hal ini juga merupakan
pengertian umum dimana jika perusahaan menguntungkan, maka harga
82
sahamnya akan meningkat. Akan tetapi pertumbuhan aset tidak selalu
menyebabkan nilai laba bersih perusahaan mengalami peningkatan. Jika
nilai dari laba bersih tidak mengalami perubahan atau tetap namun nilai
aset mengalami peningkatan, maka ROA akan menurun atau memiliki
tingkat yang semakin rendah. Kondisi ini juga menggambarkan bahwa
kemampuan perusahaan memperoleh laba dan untuk mengendalikan
seluruh biaya-biaya operasional dan non operasional sangat rendah
sehingga kurang berpengaruh terhadap harga saham. Tidak
berpengaruhnya ROA terhadap harga saham juga dimungkinkan karena
pasar efek Indonesia yang bisa dibilang terkategori dalam pasar yang
sedang berkembang masih sarat dengan intervensi dari pemerintah,
sehingga banyak aturan-aturan main pasar efek yang tidak dapat berjalan
dengan seharusnya.
2) Pengaruh Current Ratio terhadap Harga Saham
Analisis uji interaksi dapat dilihat pada tabel 4.5, variabel CR
mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,6857. Ini berarti Ho diterima
sehingga dapat dikatakan bahwa current ratio tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap harga saham karena tingkat signifikansi yang dimiliki
variabel CR lebih besar dari 0,05. Hasil ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Alan Andy Kusuma (2005) dimana dalam
penelitian tersebut variabel CR berpengaruh signifikan terhadap harga
83
saham. Tetapi hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Angrawit Kusumawardhani (2009) dimana variabel
current ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal ini
disebabkan karena dividen yang tidak selalu mempengaruhi harga saham.
Dividen yang dibagikan kepada investor berasa dari kas perusahaan. Saat
kas perusahaan akan dialokasikan untuk pembayaran dividen tetapi
kenyataannya hutang lancarnya belum terbayarkan maka alokasi
pembayaran dividen pun akan berkurang. Tetapi karena dalam saham
tidak selalu dividen yang berpengaruh, maka CR juga demikian dengan
bukti hasil yang tidak signifikan. Karena tidak semua investor mencari
keuntungan dengan dividen (investor jangka panjang) tetapi ada juga
yang menjadi investor pengambil resiko (risk taker) sehingga CR dan
dividen tidak dapat menggambarkan harga saham dengan mutlak.
3) Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham
Hasil uji t untuk DER dalam tabel 4.5 mempunyai nilai signifikansi
sebesar 0,0437 dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Ini berarti Ho
ditolak . Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Angrawit
Kusumawardhani (2009) dimana variabel DER berpengaruh signifikan
terhadap harga saham.
84
Perusahaan yang sedang tumbuh dan gencar mecari pinjaman-
pinjaman untuk pembiayaan investasinya atau pengembangan usaha
perusahaan yang konsekuensinya mendorong meningkatnya rasio utang
perusahaan yang tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan perusahaan
dihadapkan kepada risiko yang tinggi juga dalam kemampuan membayar
biaya bunga dan cicilan pokok utang. Walaupu rasio utangnya tinggi,
perusahaan yang sedang tumbuh dan sangat agresif umumnya diminati
banyak investor dan selanjutnya mendorong tingginya permintaan pada
saham tersebut, sehingga harga saham perusahaan tersebut akan
meningkat tajam. Hal ini mengindikasikan data sampel penelitian ini
memiliki harga saham yang mengalami harga saham diatas harga wajar
(overvalued) karena angka DER yang bernilai positif.
4) Pengaruh Dividen terhadap Harga Saham
Analisis uji interaksi dapat dilihat pada tabel 4.5, variabel dividen
mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,2876. Ini berarti Ho diterima
sehingga dapat dikatakan bahwa dividen tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap harga saham karena tingkat signifikansi yang dimiliki
variabel dividen lebih besar dari 0,05. Hasil ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Alan Andy Kusuma (2005) dimana dalam
penelitian tersebut variabel dividen berpengaruh signifikan terhadap
harga saham. Tetapi hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
85
dilakukan oleh Angrawit Kusumawardhani (2009) dimana variabel
dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Walaupun salah satu teori dividen mengemukakan bahwa pembayaran
dividen yang tinggi berpengaruh positif terhadap harga saham yang juga
akan naik. Tetapi pada kenyataannya teori perbedaan pajak (Tax
Differential Theoriifferential Theory) menyatakan hal yang berbeda.
Dimana saat keuntungan penjualan saham (capital gain yield) lebih besar
dari keuntungan dividen (dividend yield) akan menyebabkan investor
lebih memilih mengambil pengembalian (return) dari capital gain.
Sehingga dividen tidak selalu berpengaruh signifikan terhadap harga
saham.
5) Pengaruh Laba Bersih terhadap Harga Saham
Analisis uji interaksi dapat dilihat pada tabel 4.5, variabel laba bersih
mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,2876. Ini berarti Ho diterima
sehingga dapat dikatakan bahwa laba bersih tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap harga saham karena tingkat signifikansi yang dimiliki
variabel laba bersih lebih besar dari 0,05. Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Keni (2009) dimana variabel laba
bersih berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Pada dasarnya, laba bersih merupakan salah satu tingkat
pengukuran/kemampuan perusahaan dalam mencapai target atau tujuan.
86
Hal ini juga dapat menjadi sebuah penilaian tentang kinerja perusahaan.
Apabila laba yang diperoleh perusahaan tinggi, maka dividen yang akan
dibagikan kepada pemegang saham juga tinggi sehingga investor banyak
yang tertarik untuk menanamkan investasi di perusahaan. Sebaliknya,
apabila laba yang diperoleh perusahaan rendah, maka dividen yang akan
dibagikan kepada pemegang saham akan rendah sehingga akan
menurunkan minat investor untuk menanamkan investasi di perusahaan.
Hal ini menunjukkan bahwa adanya publikasi laporan keuangan
perusahaan mengenai laba akan menyebabkan pasar bereaksi yang akan
tampak pada perubahan harga saham.
6) Pengaruh Dividend Payout Ratio terhadap Harga Saham
Analisis uji interaksi dapat dilihat pada tabel 4.5, variabel DPR
mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,0369. Ini berarti Ho ditolak
sehingga dapat dikatakan bahwa dividend payout ratio berpengaruh
secara signifikan terhadap harga saham karena tingkat signifikansi yang
dimiliki variabel DPR lebih besar dari 0,05. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Tita Deitiana (2011) dimana
variabel dividend payout ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap
harga saham.
DPR yang tinggi cenderung membuat investor menyukai saham yang
akan dibeli di bursa efek. Karena persentase DPR yang besar
87
menggambarkan sebuah perusahaan publik yang baik, dimana hal
tersebut mengindikasikan kualitas perusahaan publik yang bagus. Dengan
DPR yang tinggi akan menarik minat investor dalam melakukan
pembelian saham sehingga berdampak pada kenaikan harga saham atas
permintaan saham yang tinggi.
c. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Hasil uji hipotesis ini dapat dilihat pada tabel 4.5 dari nilai Fhitung yang
diperoleh sebesar 8,585683 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena
tingkat signifikansinya lebih kecil dari 0,05 sehingga Ho ditolak . Hasil
menunjukkan bahwa variable return on asset, current ratio, debt to equity
ratio, dividen, laba bersih, dan dividend payout ratio secara simultan
berpengaruh terhadap harga saham.
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris tentang pengaruh
ROA, CR, DER, dividen, laba bersih, dan DPR terhadap harga saham syariah
dengan jumlah sampel sebanyak 7 perusahaan dan periode tahun 2009 sampai
dengan 2014. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan dengan
menggunakan model regresi data panel maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Variabel Return On Assets secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga saham syariah. Hasil ini mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Menaje Jr. (2012) dan Limento dan Djuaeriah (2013), tetapi
tidak mendukung penelitian Pandansari (2012) dan Kabajeh, Nu’aimat dan
Dahmash (2012) yang menyatakan bahwa return on assets berpengaruh
signifikan terhadap harga saham.
2. Variabel Current Ratio secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
harga saham syariah. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Alan Andy Kusuma (2005) dimana dalam penelitian tersebut variabel CR
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Tetapi hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Angrawit Kusumawardhani
89
(2009) dimana variabel current ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap
harga saham.
3. Variabel Debt to Equity Ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
harga saham syariah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Angrawit Kusumawardhani (2009) dimana variabel debt to
equity ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
4. Variabel Dividen secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga
saham syariah. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Alan Andy Kusuma (2005) dimana dalam penelitian tersebut variabel dividen
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Tetapi hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Angrawit Kusumawardhani
(2009) dimana variabel dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap harga
saham.
5. Variabel Laba Bersih secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
harga saham syariah. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Keni (2009) dimana variabel laba bersih berpengaruh
signifikan terhadap harga saham.
6. Variabel Dividen Payout Ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
harga saham syariah. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Tita Deitiana (2011) dimana variabel dividend payout ratio
tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
90
B. Implikasi
Model teoritis yang dikembangkan dan diuji dalam penelitian ini diharapkan
memberikan kontribusi bagi pemahaman kita tentang mekanisme return on assets,
current ratio, debt to equity ratio, dividen, laba bersih, dan dividend payout ratio
yang mempengaruhi harga saham perusahaan khususnya saham syariah. Hasil
penelitian ini memiliki beberapa implikasi penting bagi praktisi perusahaan dan
investor.
1. Variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada
penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio dan Dividend Payout Ratio. Debt to
Equity Ratio merupakan variabel yang berpengaruh signifikan pada penelitian
ini. Hasil pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap harga saham yang signifikan
ini sejalan dengan penelitian Hadi Wahyono. Karena Debt to Equity Ratio
merupakan perbandingan antara total hutang dengan modal perusahaan yang
merupakan gambaran kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya
dengan modal yang dimiliki perusahaan. Semakin kecil rasio hutang modal
maka semakin baik karena dapat diketahui bahwa kemampuan perusahaan
untuk menanggung hutangnya dengan modal milik perusahaan cukup baik.
Walau dalam penelitian ini DER bernilai positif tapi tetap signifikan
dikarenakan bahwa asumsi DER yang digunakan untuk memperoleh profit dan
agresif mencari dana sehingga investor menanggapnya sebagai perusahaan yang
91
masih dapat berkembang (kapasitas dibawah 100%) untuk menghasilkan lebih
banyak lagi profit di masa mendatang.
2. Dividend Payout Ratio merupakan rasio kebijakan dividen dimana rasio ini
menggambarkan bagian dividen yang akan dibagikan kepada investor. Semakin
tinggi rasio ini maka investor akan semakin berminat membelinya dengan
asumsi laba yang diterima perusahaan publik tersebut konstan atau meningkat
sehingga dividen yang akan diterima oleh investor meningkat dengan
persentase nya yang meningkat.
3. Dalam penelitian ini ada beberapa variabel lainnya seperti Return on Assets,
Current Ratio, Dividen, Laba Bersih, dan Dividend Payout Ratio yang pada
tinjauan penelitian terdahulu merupakan variabel-variabel yang berpengaruh
signifikan terhadap harga saham. Tetapi pada penelitian ini hasil yang
didapatkan berbeda. Variabel-variabel tersebut tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen yaitu harga saham syariah.
4. Diharapkan saat investor ingin berinvestasi juga memperhatikan DER dan DPR
dalam laporan tahunan perusahaan. Walaupun bukan rasio profitabilitas tetapi
DER juga berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan memperoleh laba. Hal
ini disebabkan oleh keterkaitan hutang yang digunakan untuk memperoleh laba
di kemudian hari. Artinya, hutang tersebut digunakan untuk meningkatkan
jumlah laba yang dapat diterima perusahaan seperti penambahan alat produksi,
dan biaya operasional dalam memperoleh laba yang lebih tinggi. Oleh sebab
92
itu, ada baiknya seorang investor yang ingin menanamkan dananya melihat
DER bukannya hanya faktor yang berpengaruh negatif terhadap harga saham
tetapi juga bisa menjadi acuan sebuah perusahaan memperoleh profit. DPR juga
berpengaruh terhadap harga saham karena bagian keuntungan perusahaan yang
akan dibagikan kepada investor ditentukan dari DPR. Bila angka DPR naik dan
laba yang diterima perusahaan konstan maka keuntungan yang didapat investor
juga kan naik. Sehingga hal tersebut akan meningkatkan permintaan atas saham
tersebut dengan alasan pengembalian (return) yang tinggi dan menyebabkan
harga saham perusahaan di bursa naik. Sehingga disarankan investor dapat
melihat DER dan DPR sebagai faktor dalam pengambilan keputusan membeli
saham.
C. Saran
Penelitian ini diharapkan bisa diberi pembaharuan untuk menjadikannya lebih
berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai hal-hal yang
berkaitan tersebut, diantaranya:
1. Penelitian selanjutnya bisa menggunakan periode pengamatan yang lebih
panjang sehingga bisa mendapatkan data yang valid untuk dioleh dan diteliti
sehingga bisa memberikan hasil yang lebih akurat.
93
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan atau menggunakan
variabel lain untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi harga
saham secara signifikan.
3. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan software atau tools statistik terbaru
sehingga kekurangan pada software terkini tidak menjadi hambatan untuk
mengetahui pengaruh variabel terhadap harga saham.
94
DAFTAR PUSTAKA
Ajija, Shochrul R, dkk. Cara Cerdas Menguasai Eviews. Jakarta: Salemba Empat,
2011.
Arif, Farid dan Nur Indriantoro. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reaksi Pasar
Pasar terhadap Pengumuman Dividen Saham”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia, Vol.13 No. 4 (2007) : h. 48-69.
Brav et al, “Payout policy in the 21st Century”. Journal of Financial Economics.
Vol.77 (2003) : h. 483-527.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. Pasar Modal Indonesia. Jakarta:
Salemba Empat, 2006.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS Edisi 5.
Semarang: Badan Penerbit UNDIP, 2011.
Gujarati, Damodar. Ekonometrika Dasar : Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. 2003.
Halim, Abdul. Analisis Investasi Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat, 2005.
Hanafi, Mahmud M dan Abdul Halim. Analisa Laporan Keuangan Edisi 4.
Yogyakarta: UPP YKPN, 2009.
Hanafi, Mahmud M. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN,
2007.
Hartono, Jogiyanto. Teori Portfolio dan Analisis Investasi Edisi 5. Yogyakarta:
BPFE, 2007.
Husnan, Suad. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas Edisi 4.
Yogyakarta: UPP YKPN, 2005.
95
Jonathtan, Sarwono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2006.
Kieso, Donald E, dkk. Akuntansi Intermediate Accounting Ed. 12 Jilid 1. Jakarta:
Erlangga, 2007.
Kusuma, Alan Andy. “Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Harga Saham Perusahaan
(Sektor Pertambangan dan Sektor Kimia)”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma, 2008.
Kusumawardani, Angrawit. “Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio
(CR) dan Financial Leverage (FL) Terhadap Harga Saham Perusahaan
LQ45”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma 2009.
Lambey, Robert. “Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Harga Saham pada Bank di
Bursa Efek Indonesia”. Journal Accountability, Vol.3 No.1 (Juni 2014) :
h.122-133.
Lestari, Maharani Ika dan Toto Sugiharto. “Kinerja Bank Devisa dan Bank Non
Devisa dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”, Jurnal PESAT, Vol. 2
(Agustus 2007) :h.195-201.
Meythi dan Selvy Hartono. “Pengaruh Informasi Laba dan Arus Kas terhadap Harga
Saham”. Akurat Jurnal Ilmiah dan Akuntansi, No. 7 (2012): h. 119-139.
Puspita, Karina Dewi. “Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio
(DER) dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Pasar Saham Setelah
Penawaran Perdana di BEI”. Skripsi S1 Fakultas Ekonom Universitas
Brawijaya, 2008.
Riyanto, Bambang. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4. Yogyakarta:
BPFE, 2008.
96
Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan Perbankan
Edisi 5, Jakarta: LP-FEUI, 2005.
Sunyoto, Danang. Analisis Laporan Keuangan untuk Bisnis(Teori dan Kasus).
Yogyakarta: CAPS, 2013.
Sutrisno. Manajemen Keuangan Teori, Konsep, dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonisia,
2005.
Utami, Setyaningsih Sri. “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham (Studi
pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta)”. Jurnal Ekonomi dan
Kewirausahaan, Vol.5 No.2 (2005) : h.110-122.
Wahyono, Hadi. ”Komparasi Kinerja Perusahaan Bank dan Asuransi Studi Empiris di
Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, Vol. 2 No. 2
(Mei 2002) : h.12.
Widiotmojo, Sawidji. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal: Pengetahuan Dasar.
Jakarta: Jurnalindo Aksara Grafika, 1996.
Widoatmojo, Sawidji. Pasar Modal Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia, 2009.
Winarno, Wing Wahyu. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews Edisi 3.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2011.
97
LAMPIRAN
Lampiran 1: Data variabel perusahaan publik yang belum diolah
No Nama
Perusahaan Tahun ROA CR DER DIV LB DPR HS
1 AALI 2009 21.93 182.58 28.39 990,529 1,903,088 35.56 22,750
2 AALI 2010 22.94 193.17 28.51 1,031,458 1,660,649 51.14 26,200
3 AALI 2011 24.48 130.97 31.1 1,532,288 2,498,565 41.33 21,700
4 AALI 2012 20.29 108.46 32.61 1,554,401 2,520,266 40.09 19,100
5 AALI 2013 12.72 120 45.73 1,033,802 1,903,088 54.32 25,100
6 AALI 2014 14.12 116.47 56.78 1,015,018 2,621,275 48.72 24,250
7 INTP 2009 20.69 300.55 24.08 952,154 5,012,294 20.1 13,700
8 INTP 2010 21.01 355 27.17 1,028,277 2,746,654 25.68 15,950
9 INTP 2011 19.84 398 25.36 1,068,163 3,601,516 26.88 17,050
10 INTP 2012 20.93 402.62 27.16 1,078,601 4,763,388 28.64 22,650
11 INTP 2013 18.84 414.81 25.8 1,659,004 5,012,294 33.1 20,000
12 INTP 2014 18.26 493.37 26.54 2,050,400 5,274,009 62.82 25,000
13 ITMG 2009 28 197.79 52.2 1,491,620 2,304,840 44.45 31,800
14 ITMG 2010 18.73 183.44 51.13 2,559,990 3,355,510 55.4 50,750
15 ITMG 2011 34.6 236.59 46.05 2,064,230 5,461,260 37.8 38,650
16 ITMG 2012 28.97 221.71 48.76 3,049,670 4,320,430 47.88 41,350
17 ITMG 2013 16.56 199.19 44.43 2,690,460 2,304,840 33.21 28,500
18 ITMG 2014 15.31 156.4 45.48 2,000,650 2,002,180 29.92 15,375
19 PTBA 2009 33.77 391.23 40.21 1,007,494 1,854,281 36.94 17,250
20 PTBA 2010 23.03 379.05 35.83 1,235,841 2,727,734 61.52 22,950
21 PTBA 2011 26.84 403.25 40.93 1,281,752 3,088,067 41.51 17,350
22 PTBA 2012 22.86 412.37 49.66 1,613,116 2,909,421 40.32 15,000
23 PTBA 2013 15.88 286.59 54.63 1,595,063 1,854,281 42.37 10,200
24 PTBA 2014 13.63 207.51 70.83 1,004,380 2,019,214 43.54 12,500
25 SMGR 2009 25.68 357.63 25.82 1,605,792 5,354,298 48.27 7,550
26 SMGR 2010 23.35 291.7 28.51 1,829,577 3,326,487 50.36 9,450
27 SMGR 2011 20.12 264.65 34.53 1,485,260 3,955,272 37.55 11,450
28 SMGR 2012 18.54 170.59 46.32 1,976,042 4,926,639 40.11 15,700
98
29 SMGR 2013 17.39 188.24 41.23 2,211,365 5,354,298 41.3 14,150
30 SMGR 2014 16.24 220.9 37.25 2,426,542 5,573,577 71.94 16,200
31 UNTR 2009 15.64 165.64 75.51 1,164,407 4,798,778 30.5 14,902
32 UNTR 2010 13.04 156.59 83.88 1,630,170 3,817,541 42.09 22,882
33 UNTR 2011 12.7 171.64 68.85 1,697,214 5,899,506 28.77 26,350
34 UNTR 2012 11.44 194.65 55.73 2,463,844 5,753,342 42.82 19,600
35 UNTR 2013 8.37 191.02 60.91 2,189,197 4,798,778 45.62 19,000
36 UNTR 2014 8.03 206.04 56.29 1,995,622 4,839,970 34.22 17,350
37 UNVR 2009 40.67 208.32 50.55 1,221,600 5,352,625 80.21 11,050
38 UNVR 2010 38.93 170.26 57 1,544,370 3,044,107 89.88 16,500
39 UNVR 2011 39.73 136.67 92.35 2,232,220 4,164,304 108.83 18,800
40 UNVR 2012 40.38 112.83 101.02 2,547,480 4,839,145 93.97 21,200
41 UNVR 2013 40.1 138.64 106.73 2,566,320 5,352,625 94.65 26,000
42 UNVR 2014 40.18 142.49 105.53 2,694,411 5,738,523 98 32,300
99
Lampiran 2: Output hasil pengujian data sebelum dilakukan transformasi
data(LOG)
Hasil Estimasi Common Effect Model
Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Date: 09/12/15 Time: 21:35
Sample: 2009 2014
Periods included: 6
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 42
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 13960.63 7070.937 1.974368 0.0563
X1 234.3846 193.8605 1.209037 0.2348
X2 -9.986031 15.62299 -0.639188 0.5269
X3 10.65609 84.31937 0.126378 0.9002
X4 0.008223 0.002737 3.004423 0.0049
X5 -0.001313 0.001072 -1.224913 0.2288
X6 -114.7243 100.0207 -1.147006 0.2592
R-squared 0.262654 Mean dependent var 20846.64
Adjusted R-squared 0.136252 S.D. dependent var 8716.448
S.E. of regression 8100.896 Akaike info criterion 20.98835
Sum squared resid 2.30E+09 Schwarz criterion 21.27796
Log likelihood -433.7553 Hannan-Quinn criter. 21.09450
F-statistic 2.077925 Durbin-Watson stat 0.762393
Prob(F-statistic) 0.081025
100
Hasil Estimasi Fixed Effect Model
Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Date: 09/12/15 Time: 21:36
Sample: 2009 2014
Periods included: 6
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 42
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -15825.96 7846.329 -2.016990 0.0530
X1 358.1679 218.1399 1.641918 0.1114
X2 1.238605 23.63603 0.052403 0.9586
X3 136.2945 85.31213 1.597599 0.1210
X4 0.001672 0.002369 0.706043 0.4858
X5 0.001677 0.001050 1.597464 0.1210
X6 249.7714 97.29832 2.567068 0.0157
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.787353 Mean dependent var 20846.64
Adjusted R-squared 0.699361 S.D. dependent var 8716.448
S.E. of regression 4779.274 Akaike info criterion 20.03064
Sum squared resid 6.62E+08 Schwarz criterion 20.56849
Log likelihood -407.6434 Hannan-Quinn criter. 20.22778
F-statistic 8.948033 Durbin-Watson stat 2.028570
Prob(F-statistic) 0.000001
101
Hasil Estimasi Random Effect Model
Dependent Variable: Y
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 09/12/15 Time: 21:42
Sample: 2009 2014
Periods included: 6
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 42
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 13960.63 4171.630 3.346565 0.0020
X1 234.3846 114.3716 2.049325 0.0480
X2 -9.986031 9.217072 -1.083428 0.2860
X3 10.65609 49.74577 0.214211 0.8316
X4 0.008223 0.001615 5.092514 0.0000
X5 -0.001313 0.000632 -2.076235 0.0453
X6 -114.7243 59.00905 -1.944182 0.0599
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 0.000000 0.0000
Idiosyncratic random 4779.274 1.0000
Weighted Statistics
R-squared 0.262654 Mean dependent var 20846.64
Adjusted R-squared 0.136252 S.D. dependent var 8716.448
S.E. of regression 8100.896 Sum squared resid 2.30E+09
F-statistic 2.077925 Durbin-Watson stat 0.762393
Prob(F-statistic) 0.081025
Unweighted Statistics
R-squared 0.262654 Mean dependent var 20846.64
Sum squared resid 2.30E+09 Durbin-Watson stat 0.762393
102
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 11.926094 (6,29) 0.0000
Cross-section Chi-square 52.223831 6 0.0000
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 71.556561 6 0.0000
Hasil Uji Normalitas
0
2
4
6
8
10
12
-10000 -5000 0 5000 10000 15000
Series: Standardized Residuals
Sample 2009 2014
Observations 42
Mean -8.66e-14
Median -61.52189
Maximum 13705.85
Minimum -10071.29
Std. Dev. 4019.472
Skewness 0.607870
Kurtosis 5.121884
Jarque-Bera 10.46573
Probability 0.005338
103
Hasil Uji Multikolinearitas
ROA CR DER DIV LB DPR
ROA 1 -0.0455 0.33396 0.16341 0.11888 0.87719
CR -0.04546 1 -0.5608 -0.298 0.02728 -0.3251
DER 0.33396 -0.5608 1 0.43704 0.25848 0.61217
DIV 0.16341 -0.298 0.43704 1 0.4649 0.41828
LB 0.11888 0.02728 0.25848 0.4649 1 0.22173
DPR 0.67719 -0.3251 0.61217 0.41828 0.22173 1
104
Hasil Uji Autokorelasi
Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Date: 09/12/15 Time: 21:36
Sample: 2009 2014
Periods included: 6
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 42
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -15825.96 7846.329 -2.016990 0.0530
X1 358.1679 218.1399 1.641918 0.1114
X2 1.238605 23.63603 0.052403 0.9586
X3 136.2945 85.31213 1.597599 0.1210
X4 0.001672 0.002369 0.706043 0.4858
X5 0.001677 0.001050 1.597464 0.1210
X6 249.7714 97.29832 2.567068 0.0157
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.787353 Mean dependent var 20846.64
Adjusted R-squared 0.699361 S.D. dependent var 8716.448
S.E. of regression 4779.274 Akaike info criterion 20.03064
Sum squared resid 6.62E+08 Schwarz criterion 20.56849
Log likelihood -407.6434 Hannan-Quinn criter. 20.22778
F-statistic 8.948033 Durbin-Watson stat 2.028570
Prob(F-statistic) 0.000001
105
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Dependent Variable: RESABS
Method: Panel Least Squares
Date: 09/13/15 Time: 09:55
Sample: 2009 2014
Periods included: 6
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 42
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 6479.413 4569.009 1.418122 0.1668
X1 -115.6537 127.0254 -0.910477 0.3701
X2 -4.953383 13.76354 -0.359892 0.7215
X3 -21.89527 49.67825 -0.440742 0.6627
X4 -0.001461 0.001379 -1.059156 0.2983
X5 0.000218 0.000611 0.356116 0.7243
X6 62.63767 56.65795 1.105541 0.2780
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.200133 Mean dependent var 3014.214
Adjusted R-squared -0.130846 S.D. dependent var 2617.072
S.E. of regression 2783.027 Akaike info criterion 18.94914
Sum squared resid 2.25E+08 Schwarz criterion 19.48699
Log likelihood -384.9319 Hannan-Quinn criter. 19.14628
F-statistic 0.604671 Durbin-Watson stat 2.486122
Prob(F-statistic) 0.820462
106
Lampiran 3: Output hasil pengujian data setelah dilakukan transformasi data
(LOG)
Karena data penelitian mengalami multikolinearitas, maka semua data variabel
dilakukan LOG untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Hasil Estimasi Common Effect Model
Dependent Variable: LOGY
Method: Panel Least Squares
Date: 09/12/15 Time: 21:33
Sample: 2009 2014
Periods included: 6
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 42
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 7.160197 3.079159 2.325375 0.0260
LOGX1 0.164123 0.179511 0.914278 0.3668
LOGX2 -0.186584 0.190003 -0.982008 0.3328
LOGX3 0.065510 0.205647 0.318555 0.7520
LOGX4 0.435397 0.228020 1.909463 0.0644
LOGX5 -0.168169 0.178482 -0.942220 0.3525
LOGX6 -0.189858 0.228575 -0.830614 0.4118
R-squared 0.180993 Mean dependent var 9.867768
Adjusted R-squared 0.040592 S.D. dependent var 0.395667
S.E. of regression 0.387553 Akaike info criterion 1.093085
Sum squared resid 5.256916 Schwarz criterion 1.382697
Log likelihood -15.95479 Hannan-Quinn criter. 1.199239
F-statistic 1.289114 Durbin-Watson stat 0.672780
Prob(F-statistic) 0.287667
107
Hasil Estimasi Fixed Effect Model
Dependent Variable: LOGY
Method: Panel Least Squares
Date: 09/12/15 Time: 21:19
Sample: 2009 2014
Periods included: 6
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 42
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -1.805878 3.281732 -0.550282 0.5863
LOGX1 0.377164 0.193403 1.950148 0.0609
LOGX2 0.125777 0.307729 0.408725 0.6857
LOGX3 0.572050 0.271255 2.108901 0.0437
LOGX4 0.198871 0.183597 1.083190 0.2876
LOGX5 0.205671 0.175354 1.172892 0.2504
LOGX6 0.452079 0.206591 2.188273 0.0369
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.780350 Mean dependent var 9.867768
Adjusted R-squared 0.689460 S.D. dependent var 0.395667
S.E. of regression 0.220490 Akaike info criterion 0.062743
Sum squared resid 1.409856 Schwarz criterion 0.600593
Log likelihood 11.68240 Hannan-Quinn criter. 0.259886
F-statistic 8.585683 Durbin-Watson stat 1.753347
Prob(F-statistic) 0.000001
108
Hasil Estimasi Random Effect Model
Dependent Variable: LOGY
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 09/12/15 Time: 21:33
Sample: 2009 2014
Periods included: 6
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 42
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 7.160197 1.751818 4.087295 0.0002
LOGX1 0.164123 0.102129 1.607021 0.1170
LOGX2 -0.186584 0.108098 -1.726069 0.0932
LOGX3 0.065510 0.116998 0.559922 0.5791
LOGX4 0.435397 0.129727 3.356251 0.0019
LOGX5 -0.168169 0.101543 -1.656134 0.1066
LOGX6 -0.189858 0.130043 -1.459965 0.1532
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 0.000000 0.0000
Idiosyncratic random 0.220490 1.0000
Weighted Statistics
R-squared 0.180993 Mean dependent var 9.867768
Adjusted R-squared 0.040592 S.D. dependent var 0.395667
S.E. of regression 0.387553 Sum squared resid 5.256916
F-statistic 1.289114 Durbin-Watson stat 0.672780
Prob(F-statistic) 0.287667
Unweighted Statistics
R-squared 0.180993 Mean dependent var 9.867768
Sum squared resid 5.256916 Durbin-Watson stat 0.672780
109
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 13.188667 (6,29) 0.0000
Cross-section Chi-square 55.274390 6 0.0000
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 79.132003 6 0.0000
Hasil Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
-0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3
Series: Standardized Residuals
Sample 2009 2014
Observations 42
Mean 2.25e-17
Median -0.014109
Maximum 0.344103
Minimum -0.439723
Std. Dev. 0.185437
Skewness -0.168332
Kurtosis 2.468422
Jarque-Bera 0.692856
Probability 0.707210
110
Hasil Uji Multikolinearitas
LOG
ROA LOG CR
LOG
DER
LOG
DIV
LOG
LB
LOG
DPR
LOG
ROA 1 0.0273 0.091 0.06498 0.04856 0.50899
LOG CR 0.0273 1 -0.602 -0.2655 0.06024 -0.3635
LOG
DER 0.091 -0.602 1 0.43027 0.19206 0.52187
LOG DIV 0.06498 -0.2655 0.43027 1 0.48408 0.42402
LOG LB 0.04856 0.06024 0.19206 0.48408 1 0.1594
LOG
DPR 0.50899 -0.3635 0.52187 0.42402 0.1594 1
111
Hasil Uji Autokorelasi
Dependent Variable: LOGY
Method: Panel Least Squares
Date: 09/12/15 Time: 21:19
Sample: 2009 2014
Periods included: 6
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 42
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -1.805878 3.281732 -0.550282 0.5863
LOGX1 0.377164 0.193403 1.950148 0.0609
LOGX2 0.125777 0.307729 0.408725 0.6857
LOGX3 0.572050 0.271255 2.108901 0.0437
LOGX4 0.198871 0.183597 1.083190 0.2876
LOGX5 0.205671 0.175354 1.172892 0.2504
LOGX6 0.452079 0.206591 2.188273 0.0369
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.780350 Mean dependent var 9.867768
Adjusted R-squared 0.689460 S.D. dependent var 0.395667
S.E. of regression 0.220490 Akaike info criterion 0.062743
Sum squared resid 1.409856 Schwarz criterion 0.600593
Log likelihood 11.68240 Hannan-Quinn criter. 0.259886
F-statistic 8.585683 Durbin-Watson stat 1.753347
Prob(F-statistic) 0.000001
112
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Dependent Variable: RESABS
Method: Panel Least Squares
Date: 09/13/15 Time: 09:47
Sample: 2009 2014
Periods included: 6
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 42
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.913404 1.638675 0.557404 0.5815
LOGX1 -0.044719 0.096572 -0.463062 0.6468
LOGX2 0.002452 0.153659 0.015955 0.9874
LOGX3 -0.109226 0.135446 -0.806412 0.4266
LOGX4 -0.049169 0.091676 -0.536329 0.5958
LOGX5 0.030979 0.087560 0.353807 0.7260
LOGX6 0.003695 0.103158 0.035814 0.9717
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.187192 Mean dependent var 0.152548
Adjusted R-squared -0.149142 S.D. dependent var 0.102705
S.E. of regression 0.110098 Akaike info criterion -1.326224
Sum squared resid 0.351524 Schwarz criterion -0.788373
Log likelihood 40.85069 Hannan-Quinn criter. -1.129080
F-statistic 0.556567 Durbin-Watson stat 2.810058
Prob(F-statistic) 0.858063