pengaruh religiusitas dan pengetahuan tentang …etheses.iainponorogo.ac.id/12296/1/210216070 silvia...

97
PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENGETAHUAN TENTANG FATWA MUI NO. 33 TAHUN 2018 TERHADAP KEPUTUSAN MASYARAKAT MENGGUNAKAN VAKSIN MR UNTUK IMUNISASI DI DESA BEDIWETAN KECAMATAN BUNGKAL KABUPATEN PONOROGO SKRIPSI Oleh : SILVIA MERLYN KUSUMANINGHATI NIM 210216070 Pembimbing : Dr. MOH. MUKHLAS, M.Pd. NIP. 196701152005011003 JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO 2020

Upload: others

Post on 05-Feb-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENGETAHUAN TENTANG FATWA

    MUI NO. 33 TAHUN 2018 TERHADAP KEPUTUSAN MASYARAKAT

    MENGGUNAKAN VAKSIN MR UNTUK IMUNISASI

    DI DESA BEDIWETAN KECAMATAN BUNGKAL

    KABUPATEN PONOROGO

    SKRIPSI

    Oleh :

    SILVIA MERLYN KUSUMANINGHATI

    NIM 210216070

    Pembimbing :

    Dr. MOH. MUKHLAS, M.Pd.

    NIP. 196701152005011003

    JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

    2020

  • ii

    ABSTRAK

    Merlyn K, Silvia. 2020. Pengaruh Religiusitas dan Pengetahuan tentang fatwa

    MUI Nomor 33 Tahun 2018 terhadap Keputusan Masyarakat

    Menggunakan Vaksin MR untuk Imunisasi di Desa Bediwetan

    Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo. Skripsi. Jurusan Hukum

    Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

    Ponorogo. Pembimbing Dr. Moh. Mukhlas, M.Pd.

    Kata kunci: Konsep Religiusitas, Konsep Pengetahuan, Fatwa MUI No.33 Tahun

    2018, Vaksin MR.

    Perilaku konsumen merupakan suatu tindakan yang dilakukan individu atau

    kelompok untuk mengambil keputusan dalam memilih menggunakan suatu produk

    atau jasa, dalam hal ini produk vaksin MR untuk imunisasi. Religiusitas yang baik

    akan memberikan dorongan kepada masyarakat untuk menggunakan vaksin MR

    untuk imunisasi, dan pengetahuan mengenai fatwa MUI Nomor 33 Tahun 2018

    yang baik akan mempengaruhi sikap masyarakat. Dalam fatwa MUI ini dijelaskan

    bahwa penggunaan vaksin MR saat ini diperbolehkan karena belum ditemukan

    bahan yang halal dan suci. Oleh karena itu, religiusitas dan pengetahuan sangat

    diperlukan masyarakat untuk dapat menerima vaksin MR tersebut.

    Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) apakah religiusitas

    berpengaruh terhadap keputusan masyarakat menggunakan vaksin MR di Desa

    Bediwetan Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo? (2) Apakah pengetahuan

    tentang fatwa MUI No.33 Tahun 2018 berpengaruh terhadap keputusan masyarakat

    menggunakan vaksin MR di Desa Bediwetan Kecamatan Bungkal Kabupaten

    Ponorogo? (3) Apakah religiusitas dan pengetahuan tentang fatwa MUI No.33

    Tahun 2018 secara simultan berpengaruh terhadap keputusan masyarakat

    menggunakan vaksin MR di Desa Bediwetan Kecamatan Bungkal Kabupaten

    Ponorogo?

    Penelitian yang dilakukan penulis menggunakan jenis penelitian kuantitatif.

    Adapun populasi berjumlah 76, teknik sampling menggunakan sampling total. Data

    dikumpulkan berupa angket. Teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab

    rumusan masalah 1 dan 2 menggunakan analisis regresi linier sederhana yang

    dikuatkan dengan uji t, sedangkan untuk menjawab rumusan masalah 3

    menggunakan analisis regresi linier berganda yang dikuatkan dengan uji F.

    Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan: (1) secara parsial, religiusitas

    berpengaruh terhadap keputusan masyarakat menggunakan vaksin MR di Desa

    Bediwetan Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo karena thitung = 4,691 > ttabel =

    1,993, atau besarnya pengaruh 22,9%. (2) Secara parsial, pengetahuan tentang

    fatwa MUI No.33 Tahun 2018 berpengaruh terhadap keputusan masyarakat

    menggunakan vaksin MR di Desa Bediwetan Kecamatan Bungkal Kabupaten

    Ponorogo karea thitung = 4,877 > ttabel = 1,993, atau besarnya pengaruh 24,3%. (3)

    Secara simultan, religiusitas dan pengetahuan tentang fatwa MUI No.33 tahun 2018

    berpengaruh terhadap keputusan masyarakat menggunakan vaksin MR di Desa

    Bediwetan Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo karena Fhitung = 30,425 > Ftabel

    = 3,12, atau besarnya pengaruh 45,5%.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu berikhtiar secara

    sungguh-sungguh dalam menghadapi dan menyelesaikan berbagai persoalan

    hidup dan kehidupan, termasuk di dalamnya ketika menghadapi suatu

    penyakit. Setiap orang diharuskan berobat ketika sakit, sebagaimana mereka

    diharuskan makan ketika lapar atau minum ketika haus.1 Indonesia merupakan

    negara yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam terbesar di

    dunia. Umat Islam menjadikan hukum Islam yang bersumber dari Al-Qur’an

    dan Hadith sebagai pedoman untuk menyelesaikan dan menjawab segala

    persoalan, umat Islam juga telah sepakat bahwasanya Al-Qur’an sebagai

    sumber utama hukum Islam.

    Di antara ketinggian dan kemuliaan agama Islam adalah kesempurnaan

    syariat yang mengatur kehidupan manusia dari segenap aspek dalam

    kehidupan. Hukum Islam merupakan hukum yang dinamis, elastis, dan

    fleksibel, sehingga dapat memelihara keseimbangan antara prinsip-prinsip

    hukum syariat dengan perkembangan pemikiran, juga pemecah masalah yang

    berkembang di tengah masyarakat.2

    1Tristinna Nawidia Putri, “Efektivitas Fatwa MUI No, 33 Tahun 2018 tentang

    Penggunaan Vaksin MR (Measles Rubella) Produk dari SII (Serum Intitute of India) untuk

    Imuniasi (Studi Kasus di Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo),”Skripsi (Ponorogo: IAIN

    Ponorogo, 2019), 7. 2 Indriana, “Tinjauan Maslahah terhadap Impementasi Fatwa MUI No.33 Tahun 2018

    tentang Penggunaan Vaksin MR Produk dari SII (Serum Intitute of India) untuk Imunisasi di Desa

    Temboro Kecamatan Karas Kabupaten Magetan,”Skripsi (Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2019), 1.

  • 2

    Di Indonesia dibentuklah lembaga khusus untuk membahas segala

    persoalan mengenai Islam yaitu Majelis Ulama Indonesia (MUI). MUI adalah

    Lembaga Swadaya Masyarakat yang mewadahi ulama, zu’ama dan

    cendekiawan Islam di Indonesia untuk membimbing, membina, dan

    mengayomi kaum muslimin di seluruh Indonesia. MUI berdiri pada tanggal 7

    Rajab 1395 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta,

    Indonesia.3

    Dalam perjalanannya, Majelis Ulama Indonesia sebagai wadah

    musyawarah para ulama, zu’ama dan cendekiawan muslim berusaha untuk

    memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam Indonesia dalam

    mewujudkan kehidupan beragama dan bermasyarakat yang diridhoi Allah

    Swt., memberikan nasihat dan fatwa mengenai masalah keagamaan dan

    kemasyarakatan kepada pemerintah dan masyarakat, meningkatkan kegiatan

    bagi terwujudnya ukhwah islamiyah dan kerukunan antar umat beragama

    dalam memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa serta menjadi

    penghubung antara ulama dan umaro (pemerintah) dan penterjemah timbal

    balik antara umat dan pemerintah guna mensukseskan pembangunan nasional,

    meningkatkan hubungan serta kerjasama antar organisasi, lembaga Islam dan

    cendekiawan muslimin dalam memberikan bimbingan dan tuntunan kepada

    masyarakat khususnya umat Islam dengan mengadakan konsultasi dan

    informasi secara timbal balik.4

    3 https://mui.or.id/sejarah-mui/, (di akses pada tanggal 23 Januari 2020, jam 20.02). 4 https://mui.or.id/sejarah-mui/, (di akses pada tanggal 23 Januari 2020, jam 20.02).

    https://mui.or.id/sejarah-mui/https://mui.or.id/sejarah-mui/

  • 3

    Saat ini ditemukan banyak kasus terjadinya penyakit campak dan

    rubella di Indonesia. Kedua penyakit ini digolongkan penyakit yang mudah

    menular dan berbahaya, karena bisa menyebabkan cacat permanen dan

    kematian. Anak-anak merupakan kelompok yang sangat rentan terkena

    penyakit tersebut. Untuk mencegah mewabahnya dua penyakit tersebut,

    dibutuhkan ikhtiar dan upaya yang efektif, salah satunya melalui imunisasi.5

    Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kekebalan

    tubuh pada anak terhadap suatu penyakit yang sedang mewabah.6 Imunisasi

    MR merupakan vaksin MR diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit

    yang disebabkan oleh virus measles (campak) dan rubella (campak jerman).

    Virus ini hanya bisa menyerang manusia dan masuk ke tubuh manusia melalui

    saluran napas (penyebarannya lewat udara). Virus ini mudah hinggap pada

    orang yang ketahanan tubuhnya sedang lemah, belum pernah terkena campak,

    dan belum pernah mendapatkan vaksin campak. Manfaat dari imunisasi ini

    adalah dapat melindungi anak dari kecacatan dan juga kematian.

    Pemerintah berkomitmen kuat dalam mewujudkan eliminasi campak

    dan mengendalikan penyakit rubella serta kecacatan bawaan akibat rubella

    (Congenital Rubella Syndrome) di Indonesia pada tahun 2020. Strategi yang

    ditempuh adalah pemberian imunisasi Measless Rubella (MR) untuk anak usia

    9 bulan sampai kurang dari 15 tahun.7 Terkait dengan itu, Menteri Kesehatan

    RI mengajukan permohonan Fatwa kepada MUI tentang status hukum

    5 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 33 Tahun 2018, 1. 6 Arti Anggraeni, dkk., “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Dasar

    Lengkap Anak Dengan Kepatuhan Melaksanakan Imunisasi”( Bandung, 2015), 2. 7 https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/1463/imuniasi-campak-dan-

    rubella-untuk-penuhi-hak-anak-indonesia, (di akses pada tanggal 23 Januari 2020, jam 20.30).

    https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/1463/imuniasi-campak-dan-rubella-untuk-penuhi-hak-anak-indonesiahttps://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/1463/imuniasi-campak-dan-rubella-untuk-penuhi-hak-anak-indonesia

  • 4

    pelaksanaan imunisasi vaksin MR tersebut untuk dijadikan sebagai paduan

    pelaksanaannya dari aspek keagamaan.

    Pada tahun 2018, komisi fatwa MUI mengeluarkan sebuah fatwa yaitu

    fatwa MUI No. 33 Tahun 2018 tentang penggunaan vaksin MR produk dari

    SII (Serum Intitute Of India) untuk imunisasi, di mana di dalam fatwa tersebut

    dijelaskan bahwa berdasarkan kajian oleh LPPOM MUI menurut dokumen

    yang diberikan oleh SII sebagai produsen vaksin MR mencatat bahwa di

    dalam produksinya vaksin MR dalam pembuatannya menggunakan bahan

    yang berasal dari babi yaitu gelatin yang berasal dari kulit babi dan trypsin

    yang berasal dari pangkreas babi, terdapat bahan yang berpeluang besar

    bersentuhan dengan babi dalam proses produksinya.8

    Dengan memperhatikan beberapa pertimbangan, akhirnya MUI

    mengeluarkan keputusan tentang penggunaan vaksin MR. Penggunaan Vaksin

    MR produk dari Serum Intitute of India (SII), pada saat ini dibolehkan

    (mubah), karena ada kondisi keterpaksaan, belum ditemukan vaksin MR yang

    halal dan suci serta adanya keterangan dari ahli yang kompeten dan dipercaya

    tentang bahaya yang ditimbulkan akibat tidak imunisasi. Kebolehan

    penggunaan vaksin MR tersebut tidak berlaku jika ditemukan adanya vaksin

    yang halal dan suci.

    8 Indriana, “Tinjauan Maslahah terhadap Impementasi Fatwa MUI No.33 Tahun 2018

    tentang Penggunaan Vaksin MR Produk dari SII (Serum Intitute of India) untuk Imunisasi di Desa

    Temboro Kecamatan Karas Kabupaten Magetan,”Skripsi ...., 4.

  • 5

    Sebagaimana firman Allah Swt. dalam (QS. Al-Baqarah [2] : 173)

    َم َعلَْيُكُم ٱْلَمْيتَةَ َوٱلدََّم َولَْحَم ٱْلِخنِزيِر َوَمآ أُِهلَّ بِهِۦ ِلغَْيِر ِ ۖ إِنََّما َحرَّ ٱَّللَّ

    ِحيمٌ َ َغفُوٌر رَّ فََمِن ٱْضُطرَّ َغْيَر بَاغٍ َوََل َعاٍد فَََلٓإِثَْم َعلَْيِه ۚ إِنَّ ٱَّللَّ

    Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,

    daging babi, dan binatang yang ketika disembelih menyebut nama

    selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa

    memakannya sedang dia tidak menginginkannya dan tidak pula

    melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah

    Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”9

    Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah Swt. hanya mengharamkan bagi

    kita bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang disembelih dengan

    menyebut nama selain Allah. Imunisasi dan vaksin adalah boleh, dalam hal ini

    jika seseorang yang tidak diimunisasikan akan menyebabkan terserangnya

    penyakit berat, kecacatan permanen yang mengancam jiwa, atau bahkan

    kematian.

    Akan tetapi dalam pelaksanaan vaksinasi MR ini tidak luput dari pro

    dan kontra di kalangan masyarakat. Pembicaraan mengenai vaksin MR ini

    ramai sejak pemerintah Indonesia memulai program imunisasi vaksin MR

    serentak pada tanggal 1 Agustus hingga akhir September 2018. Hal ini

    dilatarbelakangi bahwa vaksin MR mengandung kandungan zat babi yang

    jelas sudah menjadi hukum haram di masyarakat muslim dan fatwa yang

    dikeluarkan oleh pemerintah di atas masih tergolong fatwa baru.

    Salah satu masyarakat yang memilih untuk menggunakan vaksin MR

    untuk imunisasi adalah masyarakat di Desa Bediwetan Kecamatan Bungkal

    9 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV.

    Penerbit J-Art, 2005), 13.

  • 6

    Kabupaten Ponorogo. Proses pengambilan keputusan diawali oleh adanya

    kebutuhan yang berusaha dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan ini terkait dengan

    beberapa alternatif sehingga perlu dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk

    memperoleh alternatif terbaik dari persepsi konsumen.10 Perilaku konsumen

    merupakan suatu tindakan yang dilakukan individu atau kelompok untuk

    mengambil keputusan dalam memilih menggunakan suatu produk atau jasa.

    Mayoritas masyarakat di Desa Bediwetan memilih untuk menggunakan

    produk vaksin MR untuk imunisasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi

    keputusan tersebut adalah faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan

    faktor psikologis. Selain itu, masyarakat memilih untuk menggunakan produk

    vaksin MR karena mereka mengikuti anjuran dari pemerintah terkait

    penggunaan vaksin MR tersebut.11 Masyarakat mengerti jika sudah ada

    fatwanya yang memperbolehkan penggunaan vaksin MR, pastinya itu untuk

    kebaikan kita semua. Religiusitas dan pengetahuan tentang fatwa MUI No.33

    Tahun 2018 tentunya berpengaruh dalam pengunaan vaksin MR tersebut.

    Religiusitas adalah suatu keadaan dimana keadaan tersebut yang akan

    mendorong seseorang untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya

    terhadap agama. Seorang muslim diwajibkan untuk selalu mengkonsumsi atau

    menggunakan produk-produk halal. Ketentuan inilah yang akan membuahkan

    sikap berbeda-beda dari masing-masing individu.12 Religiusitas merupakan

    10 Anang Firmansyah, Perilaku Konsumen (Sikap dan Pemasaran) (Yogyakarta:

    Deepublish, 2018), 35. 11 Bidan Atik, Hasil Wawancara, Ponorogo. 25 April 2020. 12 Karina Indah Rohmatun, Citra Kusuma Dewi, “Pengaruh Pengetahuan dan Religiusitas

    Teradap Niat Beli pada Kosmetik Halal Melalui Sikap”, Jurnal Ecodemica, No. 1, Vol. 1 (April

    2017), 28.

  • 7

    konsistensi antara keyakinan dan kepercayaan pada agama sebagai unsur

    kognitif, perasaan pada agama sebagai unsur yang efektif, dan perilaku agama

    sebagai unsur konatif. Maka dapat dikatakan bahwa aspek keberagamannya

    adalah integrasi dari pengetahuan, perasaan dan perilaku keagamaan pada diri

    setiap individu. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan mampu

    mempengaruhi segala pandangan hidup dan tidakan individu.

    Tingkat religiusitas yang tinggi secara otomatis dapat mempengaruhi

    sikap masyarakat muslim dalam memilih dan mengkonsumsi suatu produk

    makanan. Masyarakat Desa Bediwetan memiliki nilai keagamaan yang tinggi

    dan sebagian besar sudah paham tentang ilmu agama karena banyaknya

    masyarakat yang telah menamatkan pendidikannya dengan baik, dan besarnya

    peran tokoh agama yang membimbing masyarakat dan juga besarnya

    kesadaran masyarakat untuk belajar agama. Selain itu, religiusitas yang tinggi

    disana dibuktikan dengan adanya sarana beribadah yang cukup banyak, yaitu

    adanya 13 masjid dan mushola. Banyaknya kegiatan keagamaan yang

    dilakukan oleh masyarakat disana, antara lain: yasinan, khotmil Qur’an,

    banjari, al-barjanji, madrasah diniyah.

    Ibu-ibu yang mempunyai balita, anak-anak, dan ibu-ibu yang sedang

    dalam proses kehamilan, dengan religiusitas yang tinggi secara otomatis dapat

    mempengaruhi sikap mereka dalam memilih dan menentukan suatu produk

    halal yang akan mereka gunakan atau manfaatkan. Seperti dalam menentukan

    pemberian imunisasi vaksin MR, mereka memilih memberikan imunisasi

  • 8

    vaksin MR pada anak-anaknya karena dalam pandangan Islam pencegahan

    lebih baik daripada mengobati.

    Pengetahuan merupakan sebagai suatu pembentukan yang dilakukan

    secara terus menerus oleh individu yang setiap saat akan mengalami

    reorganisasi karena adanya pemahaman baru.13 Pengetahuan manusia

    dipengaruhi oleh mata dan telinga. Hasil pekerjaan tahu merupakan hasil dari

    kenal, sadar, pandai, juga mengerti.14 Pengetahuan mencakup antara seseorang

    yang mengetahui dengan obyek yang diketahui.15 Pengetahuan konsumen

    adalah sebuah informasi yang diperoleh dan dimiliki konsumen terkait

    berbagai produk atau jasa.

    Pengetahuan penggunaan vaksin MR untuk imunisasi diperoleh melalui

    kampanye vaksin MR yang dilakukan pada 2 fase, fase pertama pada bulan

    agustus-september 2017 dan fase kedua pada bulan agustus-september 2018.

    Setelah masa kampanye berakhir, imunisasi MR masuk ke dalam jadwal

    imunisasi rutin dan diberikan pada anak sesuai jadwal (usia 9 bulan, 18 bulan

    dan anak sekolah kelas 1 SD/Sederajat). Penggunaan vaksin MR tersebut

    status hukumnya diperbolehkan oleh MUI. Sehingga, pengetahuan Fatwa MUI

    Nomor 33 Tahun 2018 tetang penggunaan vaksin MR produk dari SII untuk

    imunisasi dapat mempengaruhi tingginya minat masyarakat untuk mau

    menggunakan vaksin MR untuk imunisasi.

    13 Ibid., 41. 14 Sidi Gazalba, Ham dan Pluralisme Agama (Jakrta: Bulan Bintang, 1990), 4. 15 Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Buku Kedua Pengantar Kepada Teori Pengetahuan

    (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), 30.

  • 9

    Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji penelitian dengan

    judul “Pengaruh Religiusitas dan Pengetahuan tentang Fatwa MUI No. 33

    Tahun 2018 terhadap Keputusan Masyarakat Menggunakan Vaksin MR

    untuk Imunisasi di Desa Bediwetan Kecamatan Bungkal Kabupaten

    Ponorogo.”

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

    penulis akan merumuskan masalah yang akan diteliti, yaitu:

    1. Apakah religiusitas berpengaruh terhadap keputusan masyarakat

    menggunakan vaksin MR untuk imunisasi di Desa Bediwetan Kecamatan

    Bungkal Kabupaten Ponorogo?

    2. Apakah pengetahuan tentang Fatwa MUI Nomor 33 Tahun 2018

    berpengaruh terhadap keputusan masyrakat menggunakan vaksin MR

    untuk imunisasi di Desa Bediwetan Kecamatan Bungkal Kabupaten

    Ponorogo?

    3. Apakah religiusitas dan pengetahuan tentang Fatwa MUI Nomor 33

    Tahun 2018 secara simultan berpengaruh terhadap keputusan masyarakat

    menggunakan vaksin MR untuk imunisasi di Desa Bediwetan Kecamatan

    Bungkal Kabupaten Ponorogo?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian yang akan dicapai dari penelitian ini berdasarkan

    rumusan masalah di atas adalah:

  • 10

    1. Untuk menjelaskan pengaruh religiusitas terhadap keputusan masyarakat

    menggunakan vaksin MR untuk imunisasi di Desa Bediwetan Kecamatan

    Bungkal Kabupaten Ponorogo.

    2. Untuk menjelaskan pengaruh pengetahuan tentang Fatwa MUI Nomor 33

    Tahun 2018 terhadap keputusan masyarakat menggunakan vaksin MR

    untuk imunisasi di Desa Bediwetan Kecamatan Bungkal Kabupaten

    Ponorogo.

    3. Untuk menjelaskan pengaruh secara simultan antara religiusitas dan

    pengetahuan tentang Fatwa MUI Nomor 33 Tahun 2018 terhadap

    keputusan masyarakat menggunakan vaksin MR untuk imunisasi di Desa

    Bediwetan Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo.

    D. Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

    1. Manfaat Teoritis

    Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

    salah satu sumber pengetahuan khususnya terkait dengan pengaruh

    religiusitas dan pengetahuan tentang Fatwa MUI Nomor 33 Tahun 2018

    terhadap keputusan masyarakat menggunakan vaksin MR untuk imunisasi

    serta dapat dijadikan sebagai literatur kepustakaan dan acuan penelitian

    selanjutnya.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Masyarakat

  • 11

    Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan

    pengetahuan dan informasi kepada masyarakat terkait faktor yang

    mempengaruhi keputusan penggunaan vaksin MR untuk imunisasi.

    b. Bagi peneliti yang akan datang

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan

    memberikan sumber pengetahuan umum, rujukan serta acuan bagi

    penelitian-penelitian selanjutnya yang relevan dengan tema penelitian

    ini.

    E. Sistematika Penulisan

    Agar penelitian ini bisa disajikan secara sistematis, maka peneliti

    menyusunnya ke dalam lima bab yang berkelanjutan dan berhubungan satu

    sama lain.

    BAB I : PENDAHULUAN

    Pada bab ini penulis menjelaskan terkait latar belakang

    untuk mendeskripsikan problem akademik yang menjadi

    pendorong penelitian ini dilakukan. Penelitian ini terkait

    dengan penggunaan vaksin MR di Desa Bediwetan

    Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo. Selanjutnya,

    dijelaskan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

    penelitian, dan sistematika pembahasan.

  • 12

    BAB II : LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN

    HIPOTESIS

    Bab ini berisikan landasan teori, kerangka berpikir, dan

    hipotesis. Kajian pustaka yang menguraikan dasar pustaka

    penelitian ini baik secara teoritis berupa penjelasan

    masing-masing variabel. Dalam bab ini juga dijelaskan

    mengenai kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

    BAB III : METODE PENELITIAN

    Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian, yang

    menguraikan metode-metode yang meliputi rancangan

    penelitian yang menjelaskan gambaran umum dan metode

    yang digunakan dalam penelitian ini. Populasi dan sampel

    yang dijadikan responden. Definisi operasioanl masing-

    masing variabel, jenis dan sumber data, teknik

    pengumpulan data, instrumen pengumpulan data dan yang

    terakhir adalah teknik analisis data yang digunakan untuk

    menganalisis dan membaca hasil penelitian.

    BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

    Dalam bab ini menguraikan hasil dan pembahasan data-

    data yang diperoleh dari penelitian di lapangan. Data

    tersebut dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok

    berupa hasil pengujian instrumen. Selanjutnya dalam bab

    ini, data yang diperoleh tersebut dianalisis dengan metode

  • 13

    analisis yang telah dijabarkan pada bab III untuk

    kemudian diteliti lebih lanjut dan diambil kesimpulannya

    pada sub-bab pembahasan.

    BAB V : PENUTUP

    Penutup yang menguraikan kesimpulan dari hasil

    penelitian ini dan saran yang peneliti utarakan sebagai

    wujud tindak lanjut dari adanya penelitian ini.

  • 14

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

    A. Landasan Teori

    1. Pengambilan Keputusan

    a. Pengertian Pengambilan Keputusan

    Menurut Robins sebagaimana dikutip oleh Syafaruddin

    Anzizham dalam buku sistem pengambilan keputusan pendidikan,

    berpendapat bahwa “decision making is which on choses between two

    or more alternative”. Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami

    bahwa hakikat pengambilan keputusan ialah memilih dua alternative

    atau lebih untuk melakukan suatu tindakan tertentu baik secara pribadi

    maupun kelompok.1

    Sedangkan menurut Kotler dan Keller sebagaimana dikutip oleh

    Widayat dalam buku statistika multivariat (pada bidang manajemen

    dan bisnis), menyatakan bahwa keputusan pembelian merupakan hasil

    dari suatu evaluasi terhadap prefensi merek suatu produk dalam

    memenuhi kebutuhan.2

    Proses pengambilan keputusan diawali oleh adanya kebutuhan

    yang berusaha untuk dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan ini terkait

    dengan beberapa alternatif sehingga perlu dilakukan evaluasi yang

    bertujuan untuk memperoleh alternatif terbaik dari persepsi

    1 Syafaruddin Anzizham, Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan (Jakarta: Grasindo,

    2004), 45. 2 Widayat, Statistika Multivariat (Pada Bidang Manajemen dan Bisnis) (Malang: UMM

    Press, 2018), 45.

  • 15

    konsumen. Di dalam proses membandingkan ini konsumen

    memerlukan informasi yang jumlah dan tingkat kepentingannya

    tergantung kebutuhan konsumen serta situasi yang dihadapinya.3

    Perilaku konsumen merupakan suatu tindakan yang dilakukan

    individu atau kelompok untuk mengambil keputusan dalam memilih

    menggunakan suatu produk atau jasa. Pada dasarnya, perilaku

    konsumen secara umum dibagi menjadi 2 yaitu perilaku konsumen

    yang bersifat rasional dan irrasional. Perilaku konsumen yang rasional

    adalah tindakan perilaku konsumen dalam pembelian suatu barang dan

    jasa yang mengedepankan aspek-aspek konsumen secara umum, yaitu

    seperti tingkat kebutuhan mendesak, kebutuhan utama/primer, serta

    daya guna produk itu sendiri terhadap konsumen pembelinya.

    Sedangkan perilaku konsumen yang bersifat irrasional adalah perilaku

    konsumen yang mudah terbujuk oleh iming-iming diskon atau

    marketing dari suatu produk tanpa mengedepankan aspek kebutuhan

    atau kepentingan.4

    Menurut Philip Kotler sebagaimana dikutip oleh Dr. Meithiana

    Indrasari dalam buku pemasaran & kepuasan pelanggan, keputusan

    pembelian diukur melalui indikator: pengenalan kebutuhan, pencarian

    informasi, pengevaluasian alternatif, keputusan pembelian, perilaku

    sesudah pembelian.

    3 Sudaryono, Manajemen Pemasaran Teori dan Implementasi (Yogyakarta: CV Andi

    Offset, 2016), 102. 4 Astir Romondang, dkk, Pemasaran Digital dan Perilaku Konsumen (Sumatera:

    Yayasan Kita Menulis, 2020), 34.

  • 16

    b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

    Menurut Kotler sebagaimana dikutip oleh sebagaimana dikutip

    oleh Dr. Meithiana Indrasari dalam buku pemasaran & kepuasan

    pelanggan, menyatakan bahwa perilaku konsumen dipengaruhi oleh

    faktor-faktor berikut:

    1) Faktor Budaya

    Faktor-faktor budaya mempunyai pengaruh yang paling

    luas dan paling dalam. Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat

    penting bagi perilaku pembelian. Budaya merupakan penentu

    keinginan dan perilaku yang paling dasar.

    2) Faktor Sosial

    Selain faktor budaya, perilaku konsumen dipengaruhi oleh

    faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran

    dan status sosial masyarakat.

    3) Faktor Pribadi

    Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik

    pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap siklus hidup,

    pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan

    konsep diri pembeli.

    4) Faktor Psikologis

    Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor

    psikologis utama. Faktor-faktor tersebut terdiri dari motivasi,

    persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan sikap. Kebutuhan akan

  • 17

    menjadi motif jika ia didorong hingga mencapai tahap intensitas

    yang memadai.

    c. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian

    Ada lima tahap yang dilalui konsumen dalam proses

    penggunaan suatu produk/pembelian, yaitu pengenalan masalah,

    pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan

    perilaku pembelian.5

    1) Pengenalan masalah (Attention)

    Penganalisisan keinginan dan kebutuhan ini ditujukan

    terutama untuk mengetahui adanya keinginan dan kebutuhan yang

    belum terpenuhi dan belum terpuaskan. Jika kebutuhan tersebut

    diketahui, maka konsumen akan segera memahami adanya

    kebutuhan yang belum segera terpenuhi atau masih bisa ditunda

    pemenuhannya, serta kebutuhan yang sama-sama harus dipenuhi.

    2) Pencarian Informasi (Interest)

    Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong

    untuk mencari informasi yang lebih banyak mengenai produk

    atau jasa yang ia butuhkan. Pencarian informasi dapat bersifat

    aktif maupun pasif. Informasi yang bersifat aktif dapat berupa

    kunjungan terhadap beberapa toko untuk membuat

    perbandingan harga dan kualitas produk, sedangkan pencarian

    informasi pasif dengan membaca suatu pengiklanan di majalah

    5 Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, (Jakarta: Gramedia Pustaka

    Utama,2002), 15.

  • 18

    atau surat kabar tanpa mempunyai tujuan khusus dalam

    perkiranya tentang gambaran produk yang diinginkan.

    3) Evaluasi Alternatif

    Tahap ini meliputi dua tahap, yaitu menetapkan tujuan

    pembelian dan menilai serta mengadakan seleski terhadap

    alternatif pembelian dan menilai serta mengadakan seleksi

    terhadap alternatif pembelian berdasarkan tujuan pembeliannya.

    Tujuan pembelian bagi masing-masing konsumen tidak selalu

    sama, tergantung pada jenis produk dan kebutuhannya. Ada

    konsumen yang mempunyai tujuan pembelian untuk

    meningkatkan prestasi, ada yang sekedar ingin memenuhi

    kebutuhan jangka pendeknya dan sebagainya.

    4) Keputusan Pembelian

    Keputusan untuk membeli disini merupakan proses

    pembelian yang nyata. Jadi, setelah tahap-tahap dimuka

    dilakukan maka konsumen harus mengambil keputusan apakah

    membeli atau tidak. Bila konsumen memutuskan untuk

    membeli, konsumen akan menjumpai serangkaian keputusan

    yang harus diambil menyangkut jenis produk, merek, penjual,

    kuantitas, waktu pembelian dan cara pembayarannya.

    Perusahaan perlu mengetahui beberapa jawaban atas pertanyaan-

    pertanyaan yang menyangkut perilaku konsumen dalam

    keputusan pembeliannya.

  • 19

    5) Perilaku Pasca Pembelian

    Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level

    kepuasan atau ketidakpuasan. Tugas pemasar tidak berakhir saat

    produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode

    pascapembelian. Pemasar harus memantau kepuasan

    pascapembelian, tindakan pascapembelian, dan pemakaian

    produk pasca pembelian.

    Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwasannya ada

    beberapa indikator yang mampu mempengaruhi keputusan masyarakat

    dalam menggunakan produk vaksin MR untuk imunisasi, yaitu:

    a. Pengenalan kebutuhan

    b. Pencarian informasi

    c. Evaluasi alternatif

    d. Keputusan pembelian/penggunaan produk

    e. Perilaku pasca pembelian/pasca penggunaan produk

    2. Imunisasi Vaksin MR

    Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

    kekebalan tubuh pada anak terhadap suatu penyakit. Sehingga ketika anak

    terserang penyakit, tubuhnya tidak akan menderita penyakit tersebut

    karena sudah mempunyai sistem memori, pada saat vaksin diberikan

    kepada tubuh anak maka akan membentuk antibodi yang akan melawan

    vaksin tersebut kemudian sistem memori yang akan menyimpan suatu

    yang sudah terjadi.

  • 20

    Imunisasi merupakan pemberian vaksin yang dimasukkan dalam

    tubuh anak sebagai pencegahan terjadinya suatu penyakit tertentu. Vaksin

    merupakan obat yang dimasukkan kedalam tubuh yang berguna sebagai

    pencegah suatu penyakit. Vaksin ini akan menghasilkan antibodi yang

    fungsinya melindungi tubuh dari penyakit infeksi.6

    Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

    imunisasi merupakan upaya pemberian kekebalan pada tubuh anak sebagai

    pencegahan terhadap terjadinya suatu penyakit dengan cara memberikan

    vaksin kedalam tubuh guna membuat zat anti untuk mencegah terhadap

    penyakit tertentu.

    Vaksin adalah suatu bahan yang berasal dari virus atau bakteri

    yang menjadi penyebab penyakit bersangkutan yang telah dilemahkan dan

    dimatikan dari virus atau bakteri penyebab penyakit, yang secara sengaja

    dimasukkan ke dalam tubuh seseorang dengan tujuan merangsang

    timbulnya zat anti penyakit tertentu pada orang tersebut.

    Pandangan MUI terkait hukum dari imunisasi menggunakan vaksin

    MR ini pada dasarnya dibolehkan (mubah) untuk memberikan kekebalan

    tubuh dan untuk pencegahan terjadinya penyakit campak dan rubella.

    Sebagai bentuk ikhtiar, vaksin yang digunakan seharusnya berbahan halal

    dan suci. Vaksin yang najis tidak boleh digunakan kecuali pada keadaan

    yang al-dlarurat, MUI membolehkan melakukan imunisasi dengan vaksin

    6 Sisfani Sarimin, dkk, “Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu

    Dalam Pemberian Imunisasi Dasar Pada Balita di Desa Taraitak Satu Kecamatan Langowan Utara

    Wilayah Kerja Puskesmas Walantakan” Jurnal, 2014, 2.

  • 21

    tersebut jika memang belum ditemukan vaksin yang halal yang dapat

    menggantikan vaksin tersebut.

    a. Tujuan dari imunisasi rubella adalah sebagai berikut:7

    1) Menurut Notoatmodjo, tujuan dari imunisasi adalah menurunkan

    angka kematian dan kesakitan dari penyakit seperti polio,

    tuberkolusis, dan campak (measless)

    2) Menurut Yusrianto, tujuan dari imunisasi adalah agar zat

    kekebalan tubuh balita terbentuk sehingga resiko untuk

    mengalami penyakit yang bersangkutan lebih kecil.

    3) Menurut Hidayat, tujuan dari imunisasi adalah agar anak menjadi

    kebal terhadap penyakit, sehingga dapat mengurangi kecacatan

    akibat penyakit tertentu.

    4) Menurut Notoatmodjo, tujuan dari imunisasi adalah menurunkan

    angka kesakitan dan juga kematian dari penyakit tersebut yang

    dapat dicegah dengan imunitas.

    Dari beberapa tujuan di atas, maka dapat disimpulkan

    bahwa tujuan diberikannya imunisasi rubella adalah untuk

    memberi kekbalan tubuh pada balita dan anak, dan menurunkan

    angka kematian.

    b. Manfaat Imunisasi Rubella

    Manfaat dari imunisasi rubella adalah untuk meningkatkan

    kekebalan tubuh pada anak, melindungi anak dari kecacatan dan

    7 Nur Amalina, “Pengaruh Religiusitas dan Pengetahuan terhadap Preferensi Ibu-ibu Pada

    Kehalalan Vaksin Imunisasi Rubella di Dukuh Ploro Desa Sumbergenuk Kecamatan Babat

    Kabupaten Lamongan,” Skripsi ....., 30-31.

  • 22

    kematian akibat pneumonia, diare, kerusakan otak, ketulian, kebutaan,

    dan kelainan jantung bawaan.8

    3. Religiusitas

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama berarti ajaran,

    sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan

    kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan

    dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.9

    Religiusitas berdasarkan dimensi yang dikemukakan oleh Glock

    dan Stark sebagaimana dikutip oleh Irwan, adalah seberapa jauh

    pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa tekun pelaksanaan

    ibadah dan seberapa dalam penghayatan agama yang dianut seseorang.10

    Menurut Michael Mayer sebagaimana dikutip oleh Fuad Ansori

    dan Rachmi Dian Mucharam, berpendapat bahwa religi adalah

    seperangkat aturan dan kepercayaan yang pasti untuk membimbing

    manusia dalam tindakannya terhadap Tuhan, orang lain, dan juga diri

    sendiri.11

    Dari sinilah muncul istilah lain yaitu religiusitas. Religiusitas

    diartikan sebagai seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan,

    seberapa pelaksanaan ibadah dan akidah, dan sebarapa dalam

    penghayatan atas agama yang dianutnya. Bagi seorang muslim

    8 Ibid., 31. 9 kbbi.web.id, (diakses pada tanggal 12 Januari 2020, jam 23.05). 10 Irwan, Kearifan Lokal Dalam Pencegahan HIV/AIDS Pada Remaja Beresiko Tinggi,

    (Yogyakarta: CV. Absolute Media, 2018), 40. 11 Fuad Ansori dan Rachmy Dian Mucharam, Mengembangkan Keativitas dalam

    Perspektif Psikologi Islam (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002), 71.

  • 23

    religiusitas dapat diketahui dari seberapa jauh pengetahuan, keyakinan,

    pelaksanaan, dan pengkhayatan atas agama Islam.

    Religiusitas dalam Islam bukan hanya terjadi ketika seseorang

    melakukan ibadah ritual saja, melainkan juga ketika melakukan aktivitas

    lainnya sehari-hari. Keberagamaan (religiusitas) diwujudkan dalam

    berbagai sisi kehidupan manusia. Dalam pernyataan pertama etika Islam

    adalah supaya manusia mempunyai perilaku yang baik mengikuti ajaran

    Islam bagi mencapai keredhaan Allah.12

    Religiusitas adalah komitmen yang bisa dilihat dari aktivitas atau

    perilaku seseorang yang berkaitan dengan agama, keimanan atau

    kepercayaan. Agama bagi para pengikut Islam adalah pedoman perilaku,

    cara hidup di berbagai aspek kehidupan untuk mencapai kebahagiaan di

    dunia dan akhirat. Religiusitas seorang pengikut Islam bisa dalam bentuk

    ketaatan pada pengetahuan, kepercayaan, implementasi dan pemahaman

    terhadap agama Islam.13

    Agama mencakup ajaran dan praktik tentang berbagai aspek

    kehidupan manusia, seperti ibadah, akidah, akhlak, sosial, ekonomi,

    politik, pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Islam menuntun umatnya

    agar memiliki religiusitas yang tinggi. Islam mengajarkan bahwa tugas

    manusia adalah untuk beribadah, taat menjalankan perintahnya dan

    12Ananda Putra,”Pengaruh Brand Equity dan Religiusitas terhadap Repurchase Intention

    pada Perusahaan Retail Berbasis Islam,”Skripsi (Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 2018),

    38. 13 Ibid., 39.

  • 24

    menjauhi segala larangannya, serta agar manusia berperilaku atau

    berakhlak yang terpuji seperti dicontohkan Rasulullah Saw.

    Islam baik dari segi bahasa maupun istilah menggambarkan misi

    keselamatan dunia akhirat, kesejahteraan dan kemakmuran lahir dan

    batin bagi seluruh umat manusia.14 Islam menghendaki agar umatnya

    kuat atau sehat, tidak lemah secara fisik, mental, sosial dan ekonomi.

    Tuntunan dalam ajaran Islam banyak mencerminkan nilai-nilai

    kesehatan, diantaranya melalui cara hidup atau perilaku yang bersih dan

    sehat.

    a. Dimensi-dimensi Religiusitas

    Menurut Glock dan Stark ada lima dimensi religiusitas yang

    dapat dijadikan indikator religiusitas seseorang, yaitu :15

    1) Dimensi Keyakinan

    Dimensi ini menunjukkan seberapa tingkat keyakinan

    muslim terhadap kebenaran-kebenaran ajaran agamanya terhadap

    ajaran-ajaran yang bersifat mendasar dan dogmatik, seperti

    kepercayaan kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Nabi/Rasul,

    surga dan neraka.

    2) Dimensi Ibadah atau Praktik Agama

    Dimensi ini mencangkup perilaku ketaatan dan hal-hal

    tingkat kepatuhan seseorang dalam melakukan kegiatan-kegiatan

    ritual sebagaimana yang telah diajarkan dan diperintahkan oleh

    14 Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif (Jakarta: Kencana, 2011), 22. 15 Djamaludin Ancok dan Fuad Nasroni, Psikologi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

    2011), 76-82.

  • 25

    agama. Dimensi praktek dalam agama Islam dijalankan dengan

    melaksanakan ibadah shalat, puasa, zakat, haji, membaca Al-

    Qur’an dan lain-lain.

    3) Dimensi Pengetahuan Agama

    Dimensi ini menerapkan atau menunjukkan seberapa jauh

    pengetahuan dan pemahaman muslim terhadap ajaran-ajaran

    agamanya, dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-

    orang yang beragama memiliki pengetahuan mengenai dasar-

    dasar ritus-ritus, kitab suci dan tradisi, seperti pengetahuan

    tentang kandungan Al-Qur’an, pokok-pokok ajaran yang harus

    diimani dan dilaksanakan, hukum Islam serta pemahaman tentang

    kaidah kaidah keilmuan ekonomi/peran syariah.

    4) Dimensi penghayatan (pengalaman)

    Dimensi ini tentang pengaaman-pengalaman yang pernah

    dialami atau dirasakan, seperti merasa bahwa doanya dikabulkan

    Tuhan, lebih dekat dengan Tuhan, timbul rasa bertambah

    keimanan dan lain sebagainya.

    5) Dimensi pengamalan

    Dimensi ini merujuk pada seberapa tingkat muslim

    berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajarannya, yaitu bagaimana

    individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan manusia

    lain. Seperti perilaku suka menolong, bekerja sama, berderma,

    berlaku jujur dan lain sebagainya.

  • 26

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa indikator

    religiusitas meliputi:

    a. Keyakinan

    b. Ibadah atau praktik agama

    c. Pengetahuan agama

    d. Penghayatan (pengalaman)

    e. Pengamalan

    4. Pengetahuan tentang Fatwa MUI Nomor 33 Tahun 2018

    a. Pengetahuan

    Epistemologi atau pengetahuan berasal dari bahasa Yunani

    yaitu episteme yang artinya adalah pengetahuan dan logos artinya

    percakapan, ilmu, atau pikiran. Jadi, pengetahuan adalah pikiran dan

    percakapan terkait ilmu pengetahuan. Pengetahuan juga bisa

    diartikan sebagai hasil tahu, hal tersebut terjadi setelah seseorang

    melakukan pengindraan terhadap suatu objek. Pengindraan terjadi

    melalui panca indra manusia yakni indra pendengaran, penglihatan,

    penciuman, rasa, dan juga raba. Namun sebagian besar pengetahuan

    manusia dipengaruhi oleh mata dan telinga. Hasil pekerjaan tahu

    merupakan hasil dari kenal, sadar, pandai, juga mengerti.16

    Pengetahuan mencakup antara seseorang yang mengetahui dengan

    obyek yang diketahui.17

    16 Sidi Gazalba, Ham dan Pluralisme Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), 4. 17 Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Buku Kedua Pengantar Kepada Teori Pengetahuan

    (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), 30.

  • 27

    Menurut Notoatmodjo sebagaimana dikutip oleh Ragil,

    pengetahuan adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya

    tindakan seseorang,maka dari itu perilaku yang didasari dengan

    pengetahuan dan kesadaran akan bertahan lama dibandingkan

    perilaku yang tidak didasari ilmu pengetahuan dan kesadaran.18

    Pengetahuan menurut knowledge berarti proses yang dilakukan

    seseorang dengan meggunakan pancaindra terhadap suatu objek

    untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan.

    Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

    penting dalam membentuk tindakan seseorang. Faktor-faktor yang

    mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan, media, dan

    informasi. Sedangkan tingkatan pengetahuan adalah tahu,

    memahami, aplikasi, analisis, dan evaluasi.

    1) Tingkatan pengetahuan didalam domain kognitif menurut

    Notoatmodjo sebagaimana dikutip oleh Asriwati dalam buku

    antropologi kesehatan dalam keperawatan, tercakup dalam 6

    tingkatan, yaitu:19

    a) Mengetahui

    Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

    dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan

    tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang

    18 Ragil Retnaningsih, “Hubungan Pengetahuan dan Sikap tentang Alat Pelindung Telinga

    dengan Penggunaannya pada Pekerja di PT. X”, Jurnal of Industrial Hygiene and Occupational

    Health, No. 1, Vol. 1 (Oktober, 2016), 69. 19 Asriwati, Antropologi Kesehatan Dalam Keperawatan, (Yogyakarta:

    Deepublish,2019), 147-148.

  • 28

    spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

    yang telah diterima.

    b) Memahami

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

    menjelaskan secara benar tentang objek yang telah diketahui

    dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

    Orang yang sudah paham terhadap objek atau materi harus

    dapat menjelaskan dan juga menyebutkan.

    c) Aplikasi

    Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan

    materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil

    (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai

    penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

    sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

    d) Analisis

    Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan

    materi atau objek ke dalam komponen, tapi masih di dalam

    satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama

    lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan

    kata kerja seperti bisa menggambarkan, membedakan,

    memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

  • 29

    e) Sintesis

    Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan dalam

    meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian pada suatu

    bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis

    merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

    formulasi yang sudah ada.

    f) Evaluasi

    Evaluasi berhubungan dengan kemahiran dalam

    menjalankan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

    Penilaian tersebut berdasarkan pada suatu kriteria yang

    ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang

    telah ada. Evaluasi ini dapat membandingkan, antara satu hal

    dengan hal lainnya.

    Pengetahuan keluarga tentang kesehatan diperlukan

    untuk menyusun dan menjalankan aktivitas-aktivitas

    pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan anggota

    keluarganya. Pengetahuan keluarga tentang kesehatan banyak

    ditentukan oleh kelas sosial masyarakat.

    2) Sumber pengetahuan

    Sumber pengetahuan merupakan salah satu masalah terkait

    pengetahuan, setiap individu mempunyyai khazanah

    pengetahuan tertentu, seperti pengetahuan tentang buruk dan

  • 30

    baik, jelek dan bagus, kehidupan di sekitar dan lain

    sebagainya.20

    Di dalam sejarah filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan

    dapat diperoleh oleh setiap individu dengan salah satu empat

    jalan, yaitu:21

    a) Pengetahuan yang dibawa sejak lahir.

    b) Pengetahuan yang didapatkan dari akhlak dan ikhtiyar.

    c) Pengetahuan yang didapatkan melalui alat indra, yaitu

    pendengaran, penglihatan, penciuman, dan rabaan.

    d) Pengetahuan yang didapatkan dari ilham atau penghayatan.

    3) Fakor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut

    Notoatmodjo adalah pendidikan, informasi, pekerjaan,

    lingkungan, pengalaman, usia, sosial, budaya, dan ekonomi.22

    a) Pendidikan

    Pendidikan merupakan pengajaran atau bimbingan

    yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain terkait suatu

    hal agar orang tersebut dapat memahami. Semakin tinggi

    pendidikan seseorang maka semakin mudah mereka

    mendapatkan informasi dan semakin banyak juga

    pengetahuan yang mereka miliki. Sebaliknya jika seseorang

    20 Nur Amalina, “Pengaruh Religiusitas dan Pengetahuan terhadap Preferensi Ibu-ibu

    Pada Kehalalan Vaksin Imunisasi Rubella di Dukuh Ploro Desa Sumbergenuk Kecamatan Babat

    Kabupaten Lamongan,” Skripsi...., 44. 21 Ibid., 45. 22 Fatkhurrohman Ilham Fuadi, “Hubungan Antara Pengetahuan dengan Sikap

    Masyarakat dalam Mencegah Leptospirosis di Desa Pabelan Kecamatan Kartasura Kabupaten

    Sukoharjo, “Skripsi (Surakarta: UNMUH Surakarta).

  • 31

    yang pendidikannya rendah maka dapat menghambat

    perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan

    informasi.

    b) Pekerjaan

    Lingkungan pekerjaan merupakan salah satu tempat

    dimana seseorang akan mendapatkan informasi, pengetahuan

    dan pengalaman baik secara langsung maupun tidak

    langsung.

    c) Usia

    Bertambahnya usia seseorang akan menjadikan

    perubahan pada aspek psikis dan psikologisnya.

    d) Pengalaman

    Pengalaman merupakan kejadian yang pernah dialami

    oleh seseorang dalam berinteraksi. Kecenderungan terhadap

    suatu pengalaman yang baik seorang individu akan berusaha

    untuk melupakan, namun jika pengalaman tersebut

    menyenangkan maka secara psikologis akan menimbulkan

    kesan sehingga menimbulkan sikap positif.

    e) Keyakinan

    Keyakinan ini biasanya diperoleh secara turun temurun

    tanpa disertai adanya bukti terlebih dahulu. Jadi keyakinan

    dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang baik positif

    maupun negatif.

  • 32

    f) Sosial Budaya

    Kebudayaan dan kebiasaan dalam sebuah keluarga juga

    dapat mempengaruhi presepsi, pengetahuan dan sikap

    seseorang terhadap sesuatu.

    g) Fasilitas

    Fassilitas disini merupakn sumber informasi yang dapat

    mempengaruhi pengetahuan seseorang. Misalnya TV,

    majalah, hp, radio, dan lain-lain.

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan indikator untuk variabel

    pengetahuan yaitu:

    1) Mengetahui

    2) Memahami

    3) Aplikasi

    4) Analisis

    5) Sintesis

    6) Evaluasi

    b. Fatwa MUI Nomor 33 Tahun 2018 tentang Vaksin MR untuk

    Imunisasi

    Bahwa saat ini ditemukan banyak kasus terjadinya penyakit

    Campak dan Rubella di Indonesia. Kedua penyakit ini digolongkan

    penyakit yang mudah menular dan berbahaya, karena bisa

    menyebabkan cacat permanen dan kematian. Anak-anak merupakan

    kelompok yang sangat rentan terkena penyakit tersebut. Untuk

  • 33

    mencegah mewabahnya dua penyakit tersebut, dibutuhkan ikhtiar

    dan upaya yang efektif, salah satunya melalui imunisasi.23

    Bahwa untuk melindungi anak dan masyarakat Indonesia dari

    bahaya penyakit campak dan rubella, Pemerintah menjalankan

    program imunisasi MR. Terkait dengan itu, Menteri Kesehatan RI

    mengajukan permohonan fatwa kepada MUI tentang status hukum

    pelaksanaan imunisasi MR tersebut untuk dijadikan sebagai panduan

    pelaksanaannya dari aspek keagamaan.

    Bahwa atas dasar pertimbangan di atas, maka dipandang perlu

    menetapkan fatwa tentang penggunaan vaksin MR Produksi SII

    untuk Imunisasi agar digunakan sebagai pedoman. Dengan

    berdasarkan pada :

    a. Al-Quran al-Karim

    b. Hadith-Hadith Nabi SAW

    c. Kaidah-kaidah Fiqh

    Hasil pertemuan Majelis Ulama Indonesia dan Kementrian

    Kesehatan RI pada tanggal 3 Agustus 2018 yang antara lain

    menyepakati adanya pengajuan sertifikasi halal terhadap produk

    vaksin yang digunakan untuk imunisasi MR serta pengajuan Fatwa

    MUI tentang pelaksanaan imunisasi MR di Indonesia sebagai

    pedoman.24

    23 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 33 Tahun 2018, 1. 24 Ibid., 8.

  • 34

    Surat Menteri Kesehatan RI Nomor

    SR.02.06/Menkes/449/2018 tanggal 6 Agustus 2018 perihal

    Pengajuan Fatwa MUI tentang Pelaksanaan Imunisasi Measles

    Rubella di Indonesia, yang intinya menjeaskan bahwa kampanye

    imunisasi MR merupakan pelaksanaan kewajiban Pemerintah

    bersama masyarakat untuk melindungi anak dan masyarakat

    Indonesia dari bahaya penyakit campak dan rubella, dan karenanya

    Menkes mengajukan Fatwa MUI terkait dengan pelaksanaan dari

    aspek keagamaan.25

    Pendapat, saran, dan masukan yang berkembang dalam Sidang

    Komisi Fatwa pada Rapat Pleno Komisi Fatwa pada tanggal 20

    Agustus 2018, memutuskan:26

    Ketentuan Umum:

    a. Penggunaan vaksin yang memanfaatkan unsur babi dan

    turunannya hukumnya haram.

    b. Vaksin MR produk dariSerum Intitute of India (SII) hukumnya

    haram karena dalam proses produksinya memanfaatkan bahan

    yang berasal dari babi.

    c. Penggunaan Vaksin MR produk dari Serum Institute of India

    (SII), pada saat ini dibolehkan (mubah) karena:

    1) Ada kondisi keterpaksaan (Dlarurat syar’iyyah).

    2) Belum ditemukan vaksin MR yang halal dan suci.

    25 Ibid., 8-9. 26 Ibid., 11.

  • 35

    3) Ada keterangan dari ahli yang kompeten dan dipercaya

    tentang bahaya yang ditimbulkan akibat tida diimunisasi dan

    belum adanya vaksin MR yang halal.

    4) Kebolehan penggunaan vaksin MR sebagaimana dimaksud

    pada angka 3 tidak berlaku jika ditemukan adanya vaksin

    yang halal dan suci.

    Rekomendasi:

    a. Pemerintah wajib menjamin ketersediaan vaksin halal untuk

    kepentingan imunisasi bagi masyarakat.

    b. Produsen vaksin wajib mengupayakan produksi vaksin yang halal

    dan mensertifikasi halal produk vaksin sesuai ketentuan peraturan

    perundang-undangan.

    c. Pemerintah harus menjadikan pertimbangan keagamaan sebagai

    panduan dalam imunisasi dan pengobatan.

    d. Pemerintah harus mengupayakan secara maksimal, serta melalui

    WHO dan negara-negara berpenduduk muslim, agar

    memperhatikan kepentingan umat Islam dalam hal kebutuhan

    akan obat-obatan dan vaksin yang suci dan halal.

    Penggunaan vaksin MR untuk imunisasi merupakan salah satu

    upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh pada anak terhadap suatu

    penyakit. Sehingga ketika anak terserang penyakit, tubuhnya tidak

    akan menderita penyakit tersebut karena sudah mempunyai sistem

    memori, pada saat vaksin diberikan kepada tubuh anak maka akan

  • 36

    membentuk antibodi yang akan melawan vaksin tersebut kemudian

    sistem memori yang akan menyimpan suatu yang sudah terjadi.

    B. Keterkaitan Antarvariabel

    1. Keterkaitan antara religiusitas dan keputusan masyarakat menggunakan

    vaksin MR untuk imunisasi.

    Thontowi memandang religiusitas sebagai bentuk hubungan

    manusia dengan penciptanya melalui ajaran agama yang sudah

    terinternalisasi dalam diri seseorang dan tercermin dalam sikap dan

    perilakunya sehari-hari.27 Dengan religiusitas yang tinggi secara otomatis

    dapat mempengaruhi sikap/keputusan masyarakat dalam memilih dan

    menentukan suatu produk halal yang akan mereka gunakan atau

    manfaatkan. Seperti dalam menentukan pemberian imunisasi vaksin MR,

    mereka memilih memberikan imunisasi vaksin MR pada anak-anaknya

    karena dalam pandangan Islam pencegahan lebih baik daripada

    mengobati.28

    2. Keterkaitan antara pengetahuan tentang Fatwa MUI Nomor 33 Tahun

    2018 dan keputusan masyarakat menggunakan vaksin MR untuk

    imunisasi.

    Menurut Notoatmodjo pengetauan adalah domain yang sangat

    penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan tentang

    Fatwa MUI Nomor 33 Tahun 2018 mempengaruhi masyarakat dalam

    27https://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/dokumen/hakekatreligiusitas.pdf (diakses

    pada tanggal 15 Mei 2020, jam 21.40) 28 Nur Amalina, “Pengaruh Religiusitas dan Pengetahuan terhadap Preferensi Ibu-ibu

    Pada Kehalalan Vaksin Imunisasi Rubella di Dukuh Ploro Desa Sumbergenuk Kecamatan Babat

    Kabupaten Lamongan,” Skripsi ..., 103.

    https://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/dokumen/hakekatreligiusitas.pdf

  • 37

    menentukan suatu pilihan. Women dan Angel mereka mengatakan bahwa

    pengetahuan konsumen adalah sebuah informasi yang diperoleh dan

    dimiliki konsumen terkait berbagai produk atau jasa.29 Tingginya

    pengetahuan tentang Fatwa MUI Nomor 33 Tahun 2018 dapat

    mempengaruhi tingginya minat untuk menggunakan vaksin MR untuk

    imunisasi.

    3. Keterkaitan antara religiusitas dan pengetahuan tentang Fatwa MUI

    Nomor 33 Tahun 2018 terhadap keputusan masyarakat menggunakan

    vaksin MR untuk imunisasi.

    Religiusitas dan pengetahuan tentang Fatwa MUI Nomor 33 Tahun

    2018 yang tinggi secara otomatis dapat mempengaruhi sikap/keputusan

    masyarakat dalam menentukan penggunaan imunisasi vaksin MR,

    mereka memilih memberikan imunisasi vaksin MR pada anak-anaknya

    karena mereka tau Majelis Ulama Indonesia (MUI) memperbolehkan

    pemberian imunisasi tersebut sebagai pencegahan, karena dalam

    pandangan Islam pencegahan lebih baik daripada mengobati.

    C. Penelitian Terdahulu

    Pada sub bab ini penulis akan menuliskan kajian-kajian penelitian

    sebelumnya yang sesuai dengan topik yang akan dibahas. Kajian-kajian

    penelitian sebelumnya ini digunakan sebagai referensi agar dalam penulisan

    pada penelitian ini ada perbedaan dengan penelitian sebelumnya.

    29 Ibid., 10

  • 38

    Pertama, skripsi Merlinta dari UNMUH Surakarta Tahun 2018 dengan

    judul “Hubungan Pengetahuan tentang Vaksin MR (Measles Rubella) dan

    Pendidikan Ibu terhadap Minat Keikutsertaan Vaksinasi MR di Puskesmas

    Kartasura”. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasioal

    analitik dengan pendekatan cross sectional. Hasil dari penelitian ini

    menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan tentang vaksin

    MR dengan minat keikutsertaan vaksinasi MR akan tetapi tidak terdapat

    hubungan antara pendidikan ibu dengan minat keikutsertaan vaksinasi MR.30

    Kedua, skripsi Rachmawati Sukarno Putri dari UNAIR Surabaya Tahun

    2016 Surabaya dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

    Ibu dalam Pemberian Imunisasi Dasar pada Balita di Dukuh Pilangbangau

    Desa Sepat Masaran Sragen”. Penelitian ini menggunakan desain penelitian

    analitik observasioanl dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian ini

    menjelaskan bahwa ada hubungan antara presepsi penerimaan vaksin terkait

    agama yang dianut ibu dengan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi

    dasar pada balita di Dukuh Pilangbangau Kelurahan Sepat Kecamatan

    Masaran Kabupaten Seagen serta ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu

    dengan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada balita di Dukuh

    Pilangbangau Kelurahan Sepat Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen.31

    30 Merlinta, “Hubungan Pengetahuan tentang Vaksin MR (Measles Rubella) dan

    Pendidikan Ibu terhadap Minat Keikutsertaan Vaksinasi MR di Puskesmas Kartasura,” Skripsi

    (Surakarta: UNMUH Surakarta, 2018), 7. 31 Rachmawati Sukarno Putri, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu dalam

    Pemberian Imunisasi Dasar pada Balita di Dukuh Pilangbangau Desa Sepat Masaran Sragen,”

    skripsi (Surabaya: UNAIR Surabaya, 2016), 91.

  • 39

    Ketiga, skripsi Nur Amalina dari UIN Sunan Ampel Surabaya dengan

    judul “Pengaruh Religiusitas dan Pengetahuan terhadap Preferensi Ibu-ibu

    Pada Kehalalan Vaksin Imunisasi Rubella di Dukuh Ploro Desa Sumurgenuk

    Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan”. Penelitian ini menggunakan

    metode kuantitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa religiusitas

    berpengaruh terhadap preferensi ibu-ibu pada kehalalan vaksin imunisasi

    rubella di Dukuh Ploro Desa Sumurgenuk Kecamatan Babat Kabupaten

    Lamongan. Serta faktor pengetahuan juga berpengaruh terhadap preferensi

    ibu-ibu pada kehalalan vaksin imunisasi rubella di Dukuh Ploro Desa

    Sumurgenuk Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan.32

    D. Kerangka Berfikir

    Kerangka berfikir adalah sebuah model konseptual tentang bagaimana

    teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai

    masalah yang penting. Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara

    teoritis hubungan antar variabel dependent dan independent.33 Berikut

    kerangka berfikir dari penelitian ini :

    1. Jika tingkat religiusitas masyarakat di Desa Bediwetan Kecamatan

    Bungkal Kabupaten Ponorogo tinggi, maka masyarakat akan

    menggunakan vaksin MR untuk imunisasi.

    32 Nur Amalina, “Pengaruh Religiusitas dan Pengetahuan terhadap Preferensi Ibu-ibu

    Pada Kehalalan Vaksin Imunisasi Rubella di Dukuh Ploro Desa Sumbergenuk Kecamatan Babat

    Kabupaten Lamongan,” Skripsi...., 117. 33Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan

    R&D)(Bandung: Alfabeta, 2015), 91.

  • 40

    2. Jika pengetahuan masyarakat di Desa Bediwetan Kecamatan Bungkal

    Kabupaten Ponorogo tentang Fatwa MUI Nomor 33 Tahun 2018 itu baik,

    maka masyarakat akan menggunakan vaksin MR untuk imunisasi.

    3. Jika religiusitas dan pengetahuan masyarakat Desa Bediwetan

    Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo tentang Fatwa MUI Nomor 33

    Tahun 2018 itu tinggi, maka masyarakat akan menggunakan vaksin MR

    untuk imunisasi.

    E. Hipotesis Penelitian

    Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

    penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

    bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang

    diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada

    fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis

    juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah

    penelitian, belum jawaban yang empirik.

    Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis dari penelitian ini

    adalah sebagai berikut :

    Ha1 : Ada pengaruh religiusitas terhadap keputusan masyarakat

    menggunakan vaksin MR untuk imunisasi di Desa Bediwetan

    Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo.

    Ha2 : Ada pengaruh pengetahuan Fatwa MUI Nomor 33 Tahun 2018

    terhadap terhadap keputusan masyarakat yang menggunakan vaksin

    MR untuk imunisasi di Desa Bediwetan Kecamatan Bungkal

    Kabupaten Ponorogo.

  • 41

    Ha3 : Ada pengaruh religiusitas dan pengetahuan Fatwa MUI Nomor 33

    Tahun 2018 secara simultan terhadap keputusan masyarakat yang

    menggunakan vaksin MR untuk imunisasi di Desa Bediwetan

    Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo.

  • 42

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Rancangan Penelitian

    Rancangan penelitian adalah semacam strategi untuk membuktikan

    kebenaran hipotesis. Jika yang digunakan bukan rancangan yang seharusnya,

    kemungkinan besar hipotesisnya tidak terbukti kebenarannya. Tidak terbukti

    kebenaran hipotesis penelitian mungkin pula disebabkan karena rancangan

    penelitian yang digunakan kurang tepat.1

    Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu penelitian

    yang datanya berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Tujuan

    penelitian kuantitatif untuk mengembangkan dan menggunakan model

    matematis, teori, dan/ atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena yang

    diselidiki oleh peneliti.2

    Dalam rancangan penelitian ini, peneliti menggunakan rancangan

    penelitian non eksperimen (ex post facto), yaitu suatu penelitian yang

    pengamatannya dilakukan terhadap sejumlah variabel menurut apa adanya.

    Penelitian ini bertujuan membandingkan kedua atau tiga peristiwa yang sudah

    terjadi melalui hubungan sebab akibat dengan cara mencari sebab-sebab

    terjadinya peristiwa berdasarkan pengamatan akibat-akibat yang mungkin

    tampak dan teramati.3

    1Sumadi Suryabrata, Methodologi Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), 43. 2 Yusuf Muri, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan

    (Jakarta: Prenada Media Group, 2014), 5. 3 M. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka Setia,

    2005), 42.

  • 43

    B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

    Variabel pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja

    yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

    tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.4 Penelitian ini

    menggunakan dua variabel yaitu :

    a. Variabel bebas / independen (X)

    Variabel bebas merupakan variabel stimulus yang mempengaruhi

    variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang variabilitasnya

    diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan

    hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi. Variabel independen

    dalam penelitian ini adalah religiusitas (X1) dan Pengetahuan tentang

    fatwa MUI No. 33 Tahun 2018 (X2).

    b. Variabel terikat / dependen (Y)

    Variabel terikat adalah variabel yang memberikan reaksi (respon)

    jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel terikat adalah variabel

    yang variabilitasnya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang

    disebabkan oleh variabel bebas.5 Variabel dependen dalam penelitian ini

    adalah keputusan menggunakan vaksin MR (Y).

    Definisi operasional masing-masing variabel yang akan digunakan

    pada penelitian ini dijelaskan pada tabel berikut :

    4 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Bandung: Alfabeta, 2013), 64. 5 Jonathan Sarwono, Statistik Multivariat Aplikasi Untuk Riset Skripsi (Yogyakarta: CV

    Andi Offset 2013), 62.

  • 44

    Tabel 3.1

    Variabel penelitian dan definisi operasional

    Variabel

    Penelitian

    Definisi Operasional Indikator

    Keputusan

    Menggunakan

    Vaksin MR

    (Y)

    Keputusan

    masyarakat

    menggunakan vaksin

    MR untuk imunisasi

    merupakan suatu

    tindakan atau pilihan

    masyarakat yang setuju

    menggunakan vaksin

    MR untuk imunisasi.

    a. Pengenalan masalah

    b. Pencarian informasi

    c. Evaluasi alternatif

    d. Keputusan Pembelian

    e. Perilaku Pasca

    Pembelian

    Religiusitas

    (X1)

    Religiusitas adalah

    komitmen yang bisa

    dilihat dari aktivitas atau

    perilaku seseorang yang

    berkaitan dengan agama,

    keimanan atau

    kepercayaan.

    a. Keyakinan

    b. Ibadah atau Praktek

    Agama

    c. Pengetahuan agama

    d. Penghayatan

    (Pengalaman)

    e. Pengamalan

    Pengetahuan

    tentang Fatwa

    MUI No. 33

    Tahun 2018

    (X2)

    Pengetahuan Fatwa

    MUI No. 33 Tahun 2018

    merupakan buah pikir,

    ide, gagasan, konsep,

    serta pemahaman

    manusia tentang Fatwa

    MUI No. 33 Tahun 2018.

    a. Mengetahui

    b. Memahami

    c. Aplikasi

    d. Analisis

    e. Sintesis

    f. Evaluasi

  • 45

    C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

    Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek yang berada pada suatu

    wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah

    penelitian atau keseluruhan unit dalam ruang lingkup yang akan diteiti.6

    Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.7 Populasi dalam penelitian ini

    adalah masyarakat Desa Bediwetan yang menggunakan vaksin MR untuk

    imunisasi sejumlah 76 responden.8

    Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti/diobservasi dan

    dianggap dapat menggambarkan keadaan atau ciri populasi.9 Bila populasi

    besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,

    misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat

    menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

    Menurut Arikunto apabila populasi penelitian berjumlah kurang dari

    100 maka sampel yang di ambil adalah semuanya, namun apabila populasi

    penelitian lebih dari 100 orang dapat di ambil antara 10-15% atau 20-25%

    atau lebih.10 Karena populasi dalam penelitian ini berjumlah 76 orang, maka

    sampel yang akan digunakan peneliti adalah semuanya. Sampel yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah 76 responden.

    6 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

    2012), 74. 7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka

    Cipta, 2013), 173. 8 Bidan Pety, Hasil Wawancara, Ponorogo, 11 Mei 2020. 9Trihono Kadri, Rancangan Penelitian(Yogyakarta: Deepublish, 2018), 35. 10Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka

    Cipta, 2006), 135.

  • 46

    Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Untuk

    menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai

    teknik sampling yang digunakan. Teknik sampling dalam penelitian ini

    menggunakan sensus atau sampling total. Sensus atau sampling total adalah

    teknik pengambilan sampel di mana seluruh anggota populasi dijadikan

    sampel semua. Penelitian yang dilakukan pada populasi di bawah 100

    sebaiknya dilakukan dengan sensus, sehingga seluruh anggota populasi

    tersebut dijadikan sampel semua sebagai subyek yang dipelajari atau sebagai

    responden pemberi informasi.11

    D. Jenis dan Sumber Data

    Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kuantitatif, karena

    data yang diperoleh nantinya berupa angka. Dari angka yang diperoleh akan

    dianalisis lebih lanjut dalam analisis data.

    Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi

    mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu

    data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung

    diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek

    penelitian.12 Cara memperoleh data primer ini melalui penyebaran kuisioner

    terhadap masyarakat yang menggunakan vaksin MR untuk imunisasi di Desa

    Bediwetan Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo. Data primer yang

    dikumpulkan meliputi: tanggapan mengenai religiusitas, tanggapan mengenai

    pengetahuan tentang Fatwa MUI no. 33 Tahun 2018, dan keputusan

    11 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2016), 146. 12 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatid, dan R&D (Bandung: Alfabeta,

    2016), 85.

  • 47

    masyarakat menggunakan vaksin MR untuk imunisasi di Desa Bediwetan

    Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo.

    Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau

    sumber sekunder dari data yang kita butuhkan, yaitu data yang diperoleh dari

    dokumen/publikasi/laporan penelitian dari dinas/instansi maupun sumber data

    lainnya yang menunjang.13 Data sekunder dalam penelitian ini adalah jurnal-

    jurnal, internet, dan dokumen dari instansi.

    E. Instrumen Pengumpulan Data

    Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan untuk

    mengumpulkan data penelitian.14 Instrumen penelitian adalah alat ukur untuk

    memperoleh, mengolah serta menginterprestasikan informasi yang didapatkan

    dari responden-responden yang dilakukan dengan pola ukur yang sama.15

    Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan instrumen pengumpulan data

    kuisioner/angket.

    Kuisioner adalah pertanyaan/pernyataan yang disusun peneliti untuk

    mengetahui pendapat/persepsi responden penelitian tentang variabel yang

    diteliti. Kuisionernya ini ditujukan kepada masyarakat Desa Bediwetan

    Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo yang menggunakan vaksin MR

    untuk imunisasi. Sistem yang digunakan berupa pemberian skor berdasarkan

    skala likert.

    13 Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset,

    2019), 13. 14Azuar Juliandi, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis, Konsep dan Aplikasi(Medan: UMSU

    Press, 2014), 68. 15Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana, 2007), 46.

  • 48

    Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert

    mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Jawaban

    tersebut kemudian diberi skor:

    Sangat Setuju (SS) diberi skor 5

    Setuju (ST) diberi skor 4

    Netral (N) diberi skor 3

    Tidak Setuju (TS) diberi skor 2

    Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1

    F. Metode Pengolahan dan Analisis Data

    1. Uji Coba Instrumen

    Sebelum instrumen penelitian digunakan untuk memperoleh data-

    data penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba agar diperoleh

    instrumen yang valid dan reliabel.

    a. Uji Validitas

    Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-

    butir dalam suatu pernyataan dalam mendeskripsikan suatu variabel.16

    Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur dan

    dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji

    validitas dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung dengan nilai

    rtabel. Dasar pengambilan keputusan valid atau tidaknya suatu

    instrumen:

    16 V Wiratna Sujarweni, SPSS Untuk Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Baru, 2014), 192.

  • 49

    1) Apabila nilai rhitung > atau sama dengan rtabel atau rhitung berada di

    bawah 0,05 dikatakan valid.

    2) Apabila rhitung < atau sama dengan rtabel atau rhitung berada di

    bawah 0,05 dikatakan tidak valid.

    Rumus yang akan digunakan oleh penleiti untuk uji

    validitas adalah rumus korelasi product moment, yaitu:17

    𝑟𝑥𝑦 =𝑁 ∑ 𝑥𝑦 − (∑𝑥)(∑𝑦)

    √𝑁∑𝑥2 − ∑𝑥2 (𝑁∑𝑦2 − ∑𝑦2 )

    Keterangan :

    rxy : Angka indeks korelasi product moment

    N : Jumlah data

    ∑x : Jumlah seluruh nilai X

    ∑y : Jumlah seluruh nilai Y

    ∑xy : Jumlah hasil perkalian nilai X dan Y

    Dalam melakukan uji validitas instrument, peneliti

    mengambil sampel sebanyak 20 responden dengan menggunakan

    33 item pernyataan. Yakni 12 butir pernyataan untuk religiusitas,

    12 butir pernyataan untuk pengetahuan tentang Fatwa MUI No. 33

    Tahun 2018, dan 9 butir pernyataan untuk keputusan penggunaan

    vaksin MR.

    Suatu butir pertanyaan dinyatakan valid bila nilai rhitung >

    rtabel. Dengan melihat rtabel (nilai r product moment) untuk N = 20,

    17 Retno Widyaningrum, Statistika (Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2013), 107.

  • 50

    dengan sig. 5% diperoleh nilai sebesar 0,444. Dari perhitungan uji

    validitas dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 21, dapat

    disimpulkan sebagai berikut:

    Tabel 3.2

    Hasil Uji Validitas Instrumen

    Variabel Item Rhitung Rtabel Sig Keterangan

    Religiusitas

    (X1)

    1 0,689 0,444 0,001 Valid

    2 0,604 0,444 0,006 Valid

    3 0,594 0,444 0,004 Valid

    4 -0,328 0,444 0,156 Tidak Valid

    5 0,478 0,444 0,048 Valid

    6 0,530 0,444 0,029 Valid

    7 0,559 0,444 0,003 Valid

    8 0,339 0,444 0,217 Tidak Valid

    9 0,439 0,444 0,164 Tidak Valid

    10 0,628 0,444 0,001 Valid

    11 0,447 0,444 0,043 Valid

    12 0,642 0,444 0,096 Valid

    Pengetahuan

    Tentang

    Fatwa MUI

    No. 33 Tahun

    2018 (X2)

    1 0,769 0,444 0,000 Valid

    2 0,736 0,444 0,000 Valid

    3 0,611 0,444 0,004 Valid

    4 0,558 0,444 0,005 Valid

    5 0,629 0,444 0,003 Valid

    6 0,573 0,444 0,010 Valid

    7 0,541 0,444 0,429 Valid

    8 0,760 0,444 0,000 Valid

    9 0,081 0,444 0,790 Tidak Valid

    10 0,707 0,444 0,002 Valid

    11 0,716 0,444 0,000 Valid

  • 51

    Tabel 3.2 lanjutan

    Variabel Item Rhitung Rtabel Sig Keterangan

    12 0,253 0,444 0,300 Tidak Valid

    Keputusan

    Menggunakan

    Vaksin MR

    (Y)

    1 0,548 0,444 0,007 Valid

    2 0,648 0,444 0,102 Valid

    3 0,200 0,444 0,059 Tidak Valid

    4 0,558 0,444 0,002 Valid

    5 0,647 0,444 0,004 Valid

    6 0,537 0,444 0,016 Valid

    7 0,613 0,444 0,022 Valid

    8 0,634 0,444 0,003 Valid

    9 0,480 0,444 0,043 Valid

    Dari tabel 3.2 dapat disimpulkan bahwa ada 27 butir

    pernyataan rhitung dan bernilai positif, sehingga 27 butir pernyataan

    pada kuisioner penelitian ini dinyatakan valid. Adapun 6 butir

    pernyataan dinyatakan tidak valid karena rhitung < rtabel. Sehingga 6

    butir pernyataan tersebut harus dihapus dan tidak dapat digunakan

    sebagai instrumen penelitian.

    b. Uji Reliabilitas

    Reliabilitas adalah suatu instrumen cukup dapat dipercaya

    untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument

    tersebut sudah baik.18 Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu

    instrumen dapat memberi hasil. Pengukuran yang konsisten apabila

    pengukuran dilakukan berulang-ulang terhadap gejala yang sama

    18 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka

    Cipta, 2013), 238.

  • 52

    dengan alat pengukuran yang sama. Uji reliabilitas ini hanya

    dilakukan pada data yang dinyatakan valid. Untuk menguji reliabilitas

    digunakan rumus croncbach alpha (α).19 Apabila nilai croncbach

    alpha suatu variabel > 0,60 maka indikator yang digunakan oleh

    variabel adalah reliabel, sedangkan apabila nilai croncbach alpha

    suatu variabel < 0,60 maka indikator yang digunakan oleh variabel

    adalah tidak reliabel.

    Rumus croncbach alpha (α) adalah sebagai berikut:

    𝑟11 = (𝑘

    𝑘 − 1) (1

    ∑ 𝜎𝑏2

    𝜎𝑡2

    )

    r11 = reliabilitas instrumen

    k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

    ∑σb2 = jumlah varians butir

    Σt2 = varians total20

    Dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 21, diperoleh hasil uji

    reliabilitas untuk masing-masing variabel sebagaimana tabel di bawah

    ini.

    19 Ibid., 239. 20 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka

    Cipta, 2013), 239.

  • 53

    Tabel 3.3

    Uji Reliabilitas

    Variabel Nilai

    Cronbach’s

    Alpha

    Batas

    Reliabel

    Keterangan

    Religiusitas (X1) 0,769 0,60 Reliabel

    Pengetahuan

    tentang Fatwa MUI

    No. 33 Tahun 2018

    (X2)

    0,859 0,60 Reliabel

    Keputusan

    Menggunakan

    Vaksin MR (Y)

    0,733 0,60 Reliabel

    Dari tabel 3.3 dapat kita ketahui bahwa masing-masing variabel

    instrumen memiliki nilai Croncbach Alpha > 0,60, sehingga dapat

    dikatakan bahwa seluruh variabel instrumen penelitian ini reliabel.

    2. Uji Asumsi Klasik

    Sebelum melakukan proses pengolahan dan analisis data, pada

    penelitian ini perlu dilakukan uji asumsi. Model regresi yang akan

    digunakan untuk prediksi, terlebih dahulu harus memenuhi sejumlah

    asumsi yang biasa disebut dengan asumsi klasik. Adapun asumsi yang

    harus dipenuhi yakni:

    a. Uji Normalitas

    Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui nilai

    residu atau perbedaan yang ada dalam penelitian, apakah memiliki

    distribusi normal atau tidak normal, dengan cara melihat nilai

  • 54

    signifikansinya. Jika nilai signifikansi variabel penelitian > 0,05 maka

    distribusi normal dan sebaliknya jika signifikansi variabel penelitian <

    0,05 maka tidak berdistribusi normal.21

    b. Uji Multikolinearitas

    Uji multilolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui ada

    tidaknya hubungan (korelasi) yang signifikan antar variabel bebas.

    Jika terdapat hubungan yang cukup tinggi (signifikan), berarti ada

    aspek yang sama diukur pada variabel bebas. Hal ini tidak layak

    digunakan untuk menentukan kontribusi secara bersama-sama

    variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji multikolinearitas dengan

    SPSS dilakukan dengan uji regresi, dengan patokan nilai VIF

    (Variance Inflation Factor) dan koefisien korelasi antar variabel

    bebas. Kriteria yang digunakan adalah :

    1) Jika nilai VIF < 10 atau memiliki toleransi > 0,1 maka dikatakan

    tidak terdapat masalah multikolinearitas dalam model regresi.

    2) Jika koefisien korelasi antar variabel bebas kurang dari 0,5 maka

    tidak terdapat masalah multikolinearitas.22

    c. Uji Autokorelasi

    Uji autokorelasi digunakan untuk suatu tujuan, yaitu

    mengetahui ada tidaknya korelasi antar anggota serangkaian data yang

    diobservasi dan dianalisis menurut ruang atau menurut waktu, cross

    section atau time series. Uji ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya

    21 Imam Machali, Metode Penelitian Kuantitatif (Yogyakarta: Prodi MPI Fakultas Ilmu

    Tarbiyah dan Pendidikan UIN Sunan Kalijaga, 2017), 89. 22 Ibid., 107.

  • 55

    korelasi antara residual pada suatu pengamatan dengan pengamatan

    yang lain pada model. Metode pengujian yang sering digunakan

    adalah pengujian uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan

    sebagai berikut:23

    1) Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW dibawah -2 (DW < -2)

    2) Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan

    +2 atau -2 ≤ DW ≤ +2

    3) Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW diatas +2 atau DW >

    +2

    d. Uji heteroskedastisitas

    Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam

    model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu

    pengamatan ke pengamatan yang lain. Konsekuensi

    heteroskedastisitas adalah penaksir (estimator) yang diperoleh tidak

    efisien, baik dalam sampel kecil maupun besar. Salah satu cara yang

    digunakan untuk melihat adanya kasus heteroskedastisitas yaitu

    dengan menggunakan metode uji glejser dengan kriteria: jika nilai

    signifikan > 0,05 maka tidak ada masalah heteroskedastisitas.24

    23 Danang Sunyoto, Praktik SPSS untuk Kasus (Yogyakarta: Nuha Medika, 2011), 134. 24 Imam Gunawan, Pengantar Statistika Inferensial (Jakarta: Rajawali Press, 2017), 103.

  • 56

    3. Uji Hipotesis

    a. Regresi Linier Sederhana

    Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional

    ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel

    dependen. Persamaan umum regresi linier sederhana adalah:

    Y = a + b. X

    Keterangan :

    Y : Variabel Dependen (Variabel Terikat)

    X : Variabel Independen (Variabel Bebas)

    a : Konstanta

    b : Koefisien Regresi

    b. Uji t

    Uji t untuk melihat signifikan pengaruh variabel independen

    secara individu terhadap variabel dependen dengan menganggap

    variabel lain bersifat konstan. Untuk pengambilan kesimpulannya

    dinyatakan dengan melihat nilai signifikan dan membandingkan

    dengan taraf kesalahan (signifikansi) yang dipakai, yakni jika nilai

    probabilitas < nilai alpha (α), maka variabel independen berpengaruh

    signifikan terhadap variabel dependen.

    Adapun dasar pengambilan keputusan adalah:

    Jika thitung > ttabel, artinya variabel bebas (X) mempunyai pengaruh

    signifikan terhadap variabel terikat (Y).

  • 57

    Jika thitung < ttabel, artinya variabel bebas (X) tidak mempunyai

    pengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y).

    Dan mengambil kesimpulan:

    Nilai signifikan > 0,05 maka H0 diterima H1 ditolak.

    Nilai signifikan < 0,05 maka H0 ditolak H1 diterima.25

    c. Regresi Linier Berganda

    Analisis regresi berganda adalah alat untuk meramalkan

    pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat.

    Rumus regresi linier berganda sebagai berikut:26

    Y = a + b1X1 + b2X2

    Keterangan:

    Y : Keputusan Menggunakan Vaksin MR

    a : Konstanta

    X1 : Religiusitas

    X2 : Pengetahuan tentang Fatwa MUI

    b1 : Koefisien Regresi X1

    b2 : Koefisien Regresi X2

    d. Uji F

    Uji F dipakai untuk melihat pengaruh variabel-variabel

    independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Untuk

    melihat pengaruh yang terjadi dilakukan dengan membandingkan nilai

    sig dengan nilai tingkat kepercayaan 0,05. Apabila nilai sig lebih kecil

    25 Trihendradi, Langkah Praktis Menguasai Statistik Untuk Ilmu Sosial Kesehatan

    Konsep & Penerapannya Menggunakan SPSS (Yogyakarta: CV, Andi Offset, 2013), 154. 26 Dwi Priyanto, SPSS Handbokk (Yogyakarta: MediaKom, 2016), 92.

  • 58

    dari nilai derajat kepercayaan (sig < 0,05), berarti terdapat hubungan

    yang signifikan antara semua variabel independen terhadap variabel

    dependen.27 Pengajuan hipotesisnya adalah:

    H0 : b1, b2 = 0, berarti variabel bebas (X1) secara serentak tidak

    memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y).

    Ha : b1, b2 ≠ 0, berarti variabel bebas (X1) memiliki pengaruh

    signifikan terhadap variabel terikat (Y).

    Dasar pengambilan keputusan ialah:

    Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak Ha diterima artinya variabel bebas

    secara serentak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.28

    Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima Ha ditolak artinya variabel bebas

    secara serentak tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

    Dan mengambil kesimpulan:

    Nilai signifikan > 0,05 maka H0 diterima H1 ditolak.

    Nilai signifikan < 0,05 maka H0 ditolak H1 diterima.29

    27 Trihendradi, Langkah Praktis Menguasai Statistik Untuk Ilmu Sosial Kesehatan

    Konsep & Penerapannya Menggunakan SPSS (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2013), 150. 28 Ibid., 154. 29 Ibid., 154.

  • 59

    BAB IV

    HASI