pengaruh rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, RASIO AKTIVITAS,
RASIO PROFITABILITAS, DAN RASIO SOLVABILITIAS
TERHADAP PERINGKAT SUKUK PADA PERUSAHAAN
PENERBIT SUKUK PERIODE 2012-2016
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Siti Nurfaridaningrum
NIM: 1111081000145
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2017 M
ii
PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, RASIO AKTIVITAS,
RASIO PROFITABILITAS, DAN RASIO SOLVABILITIAS
TERHADAP PERINGKAT SUKUK PADA PERUSAHAAN
PENERBIT SUKUK PERIODE 2012-2016
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh:
Siti Nurfaridaningrum
NIM. 1111081000145
Dibawah Bimbingan
Dr. Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA
NIDN. 2004 1070 02
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2017 M
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. IDENTITAS DIRI
Nama : Siti Nurfaridaningrum
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 22 Oktober 1993
Alamat : Jalan Kemiri No. 5 RT. 002/007 Kel. Kedaung,
Kec. Sawangan, Kota Depok. Jawa Barat
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Warga Negara Indonesia (WNI)
Email : [email protected]
Handphone : 081219110676
2. PENDIDIKAN FORMAL
2011 – 2018 S1 Manajemen, FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2008 – 2011 MAN 4 Jakarta
2005 – 2008 MTs. Darunnajah Ulujami Jakarta
1999 – 2005 SDN Kedaung
3. PENDIDIKAN NON FORMAL DAN WORKSHOP
2012 ESQ Leadership Training in ESQ Character Building -1 and ESQ
Leadership Training in ESQ Mission & Character Building
2012 Johnny Andrean Beauty and Nail School Basic Make -Up and
Bridal Make -Up
2015 Relawan Bukber Akbar PAY & DO IT 2015 Bersama 3000
#LaskarLangit, Masjid Istiqlal & Gedung RRI Pusat
vii
ABSTRACT
This Research aimed to know whether the liquidity ratio, activities ratio,
profitability ratio, and solvability ratio there are simultaneous and partial
influence on the rating of sukuk. This research used secondary data from Pefindo
and Indonesian Bond Market Directory. This research used purposive sampling
and the results of sampling are 45 samples. The data analysis method used
quantitative analysis, with hypothesis test by logistic regression. The result of
analysis showed that profitability ratio and solvability ratio has significant
positive affect on sukuk rating. Liquidity ratio and activity ratio has not affect to
sukuk rating.
Keywords: sukuk rating, liquidity, activity, profitability, and, solvability
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah rasio likuiditas, rasio
aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio solvabilitas terdapat pengaruh secara
simultan dan parsial terhadap peringkat sukuk. Penelitian ini menggunakan data
sekunder dari Pefindo dan Indonesian Bond Market Directory. Metode penarikan
sampel menggunakan purposive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 45
sampel. Metode analisis data menggunakan analisis kuantitatif, dengan uji
hipotesis menggunakan regresi logistik. Hasil dari penelitian ini menunjukan
bahwa rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas berpengaruh positif terhadap
peringkat sukuk. Rasio likuiditas dan rasio aktivitas tidak berpengaruh terhadap
peringkat sukuk.
Kata kunci: peringkat sukuk, likuiditas, aktivitas, profitabilitas dan
solvabilitas.
ix
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang.
Segala puji bagi Allah SWT yang menguasai semesta, yang telah
memberikan nikmat hidup dan segala karunia-Nya. Shalawat serta salam kami
ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan kabar bahagia
kepada umat manusia.
Skripsi ini merupakan tugas akhir bagi mahasiswa (baca: penulis) untuk
mendapatkan gelar sarjana satu pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis dapat
kesempatan dalam menyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Peringkat Sukuk pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Proses yang dihadapi dalam menyelesaikan skripsi ini penulis
banyak dapat bimbingan, arahan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak,
penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat yang patut disyukuri,
terlebih nikmat kelancaran kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini, tanpa
ridho dan berkah-Mu semua ini sulit terjadi.
2. Kedua orang tua, Bunda Nining Rudiatiningsih dan Ayah Iman
Purihatnawalia yang sangat dicintai yang memiliki peran penting dan tak
terkira, yang telah memberikan do‟a tulus ikhlas, kasih sayang, perhatian,
motivasi, dan saran, serta dukungan moril dan materil kepada penulis.
3. Bapak Dr. M. Arif Mufraini, Lc.,M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan motivasi
kepada penulis selama membina ilmu di FEB UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen FEB
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semoga barokah atas segala ilmu yang
diberikannya.
5. Ibu Ella selaku Sekretaris Jurusan Manajemen FEB UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta terimakasih atas segala ilmu dan arahannya.
x
6. Bapak Dr. Taridi Kasbi Ridho, SE., sebagai dosen pembimbing skripsi yang
telah bersedia memberikan waktunya yang sangat berharga untuk
membimbing penulis selama menyusun skripsi semoga diberkahi dan diridhoi
segala aktivitasnya oleh Allah SWT.
7. Ibu Amelia, SE., M.SM sebagai dosen pembimbing akademik yang telah
bersedia memberikan waktunya untuk membimbing penulis selama membina
ilmu di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah sabar dan ikhlas mendidik dan memberikan ilmu yang Insya Allah
dapat bermanfaat.
9. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan bantuan kepada penulis.
10. Radiant Mutahari yang selalu memberikan do‟a, motivasi, saran, dukungan
dan perhatiannya dalam pembuatan skripsi ini sehingga penulis dapat
menyelasikan skripsi ini.
11. Uwa Elly Sultinah yang selalu memberikan motivasi dan dukungan moril dan
materil kepada penulis sehingga penulis dapat menyelasikan skripsi ini.
12. Ibu Wiwin Darwinah dan Ayah Imam Addaruqutni yang telah memberikan
do‟a, dukungan dan perhatiannya dalam pembuatan skripsi ini sehingga
penulis dapat menyelasikan skripsi ini.
13. Seluruh teman dan sahabat, terutama Sarah Nur Fajriah, Rahmi Fitriyah, Tirta
Sati Ayu, Nita Fitria Asmarani, Sekar Laelani, Linda Indriani, Agung
Aprianto, Muhammad Ulum, Romi Permadi, Suci Hayati Teddy, dan
Deshinta terimakasih untuk segalanya.
14. Rekan-rekan Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2011
yang bersama-sama saling bertukar pikiran dan saling menyemangati dalam
menyelesaikan skripsi.
15. Untuk seluruh pihak yang telah membantu merampungkan skripsi ini dengan
rendah hati penulis mohon maaf tidak dapat sebutkan satu demi satu.
xi
Manusia tidak luput dari salah dan lupa, penulis mengharapkan segala
bentuk kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk menciptakan
karya yang lebih baik. Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati,
penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
maupun pembaca umumnya.
Depok, 19 Desember 2017
Siti Nurfaridaningrum
xii
DAFTAR ISI
COVER .......................................................................................................... i
COVER DALAM .......................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 15
A. Landasan teori ............................................................................ 15
1. Obligasi ................................................................................. 15
a. Pengertian Obligasi .......................................................... 15
b. Karakteristik Obligasi ....................................................... 16
c. Jenis Obligasi ................................................................... 18
2. Sukuk .................................................................................... 23
a. Pengertian Sukuk .............................................................. 23
b. Karakteristik Sukuk .......................................................... 24
c. Jenis Sukuk ....................................................................... 29
xiii
3. Penilaian Risiko Obligasi ...................................................... 32
4. Perubahan dalam Peringkat ................................................... 34
5. Rasio Keuangan .................................................................... 35
a. Rasio Likuiditas ................................................................ 36
b. Rasio Solvabilitas ............................................................. 39
c. Rasio Aktivitas ................................................................. 41
d. Rasio Profitabilitas ........................................................... 44
6. Peringkat Obligasi ................................................................. 47
7. Hubungan Variabel Independen terhadap Peringkat Sukuk 53
B. Penelitian Terdahulu .................................................................. 59
C. Kerangka Pemikiran .................................................................. 64
D. Perumusan Hipotesis .................................................................. 65
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 67
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 67
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................... 67
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 69
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian ......................................... 70
1. Variabel Dependen ................................................................ 70
Peringkat Sukuk .................................................................... 70
2. Variabel Independen ............................................................. 71
a. Rasio Likuiditas ................................................................ 71
b. Rasio Aktivitas ................................................................. 71
c. Rasio Profitabilitas ........................................................... 71
d. Rasio Solvabilitas ............................................................. 72
E. Metode Analisis Data ................................................................. 73
1. Analisis Deskriptif ................................................................ 73
2. Uji Analisis Regresi Logistik ................................................ 74
a. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ............ 76
b. Menguji Kebaikan Model (Goodness of Fit Test) ........... 76
c. Koefisiensi Determinasi (Nilai Negelkarke R Square) ..... 77
xiv
d. Matriks Klasifikasi .......................................................... 78
3. Uji Hipotesis Penelitian ....................................................... 79
a. Uji Simultan (Omnibus Tests of Model Coefficients) ....... 79
b. Menguji Koefisien Regresi ............................................... 80
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................ 81
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................... 81
B. Analisis dan Pembahasan ....................................................... 81
1. Analisis Deskriptif ............................................................... 81
a. Current Ratio .................................................................. 82
b. Total Assets Turnover ..................................................... 83
c. Return on Assets ............................................................. 84
d. Debt to Equity Ratio ....................................................... 86
e. Peringkat Sukuk ............................................................. 88
2. Uji Analisis Regresi Logistik .............................................. 89
a. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ............ 90
b. Menguji Kebaikan Model (Goodness of Fit Test) ........... 91
c. Koefisiensi Determinasi (Nilai Negelkarke R Square) ..... 92
d. Matriks Klasifikasi ........................................................... 93
3. Uji Hipotesis Penelitian ........................................................... 94
a. Uji Simultan (Omnibus Tests of Model Coefficients) ....... 94
Interpretasi Uji Hipotesis .................................................. 94
b. Menguji Koefisien Regresi ............................................... 95
Interpretasi Uji Hipotesis .................................................. 96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 103
A. Kesimpulan ................................................................................ 103
B. Saran .......................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 106
LAMPIRAN ................................................................................................... 110
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Peringkat obligasi PT. Pefindo ......................................................... 49
2.2 Rating Outlook ................................................................................. 51
2.3 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 59
3.1 Populasi Penelitian ........................................................................... 68
3.2 Sampel Penelitian ............................................................................. 69
3.3 Operasional Variabel Penelitian ....................................................... 73
4.1 Current Ratio ................................................................................... 82
4.2 Total Assets Turnover ...................................................................... 83
4.3 Return on Assets ............................................................................... 85
4.4 Debt to Equity Ratio ......................................................................... 87
4.5 Peringkat Sukuk ............................................................................... 88
4.6 Peringkat Sukuk ............................................................................... 89
4.7 Block 0: Beginning Block ................................................................. 90
4.8 Block 1: Method = Enter ................................................................. 90
4.9 Hosmer and Lemeshow test .............................................................. 91
4.10 Model Summary ............................................................................... 92
4.11 Classification Table ......................................................................... 93
4.12 Omnibus tests of Model Coefficients ................................................ 94
4.13 Variables in The Equation ............................................................... 96
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Grafik Perkembangan Penerbitan Sukuk .................................................. 3
1.2 Grafik Peringkat Instrumen Utang PT Berlian Laju Tanker ............ 5
2.1 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 64
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Perhitungan Variabel ...................................................................... 110
2 Hasil Output SPSS Regresi Logistik .............................................. 113
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar modal merupakan sumber pendanaan yang menjadi alternatif
perusahaan dalam memperoleh modal, yaitu dengan menerbitkan instrumen
keuangan perusahaan seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan
berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain. Menurut
Siegel dan Shim dalam Fahmi (2012:55) pasar modal adalah pusat
perdagangan utang jangka panjang dan saham perusahaan. Sehingga dapat
dikatakan pasar modal sebagai sarana komunikasi para emiten dengan para
investor dalam memperoleh sumber dana dan investasi. Salah satu instrumen
keuangan yang terdapat di pasar modal yaitu obligasi. Obligasi merupakan
suatu surat berharga yang dijual kepada publik, dimana disana dicantumkan
berbagai ketentuan yang menjelaskan berbagai hal seperti nilai nominal,
tingkat suku bunga, jangka waktu, nama penerbit dan beberapa ketentuan
lainnya yang terjelaskan dalam undang-undang yang disahkan oleh lembaga
yang terkait (Fahmi, 2012:170).
Obligasi merupakan utang yang dikeluarkan oleh perusahaan kepada
investor dengan janji membayar bunga secara periodik selama periode
tertentu. Padahal dalam Islam bunga merupakan riba yang jelas diharamkan.
Untuk itu, dalam perkembangannya ada alternatif pengganti obligasi yang
berbasis bunga (riba) yaitu obligasi syariah atau yang dikenal dengan nama
2
sukuk. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 32/DSN-MUI/IX/2002, tentang
obligasi syariah adalah suatu surat berharga berjangka panjang berdasarkan
prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah
yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang
obligasi syariah tersebut berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar
kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo (Rodoni, 2009:107).
Sama halnya dengan obligasi konvensional, seorang investor yang
akan berinvestasi pada sukuk pasti akan memperhatikan rating dari sukuk
tersebut. Rating sukuk sangat membantu para investor yang ingin berinvestasi
dalam bentuk obligasi, sehingga investor akan mengetahui return yang
diperoleh beserta risiko yang ditanggung. Rating sukuk dinilai berdasarkan
beberapa penilaian antara lain kinerja keuangan perusahaan, umur obligasi
dan masih banyak faktor lainnya (Purwaningsih, 2013). Peran dari peringkat
atau rating obligasi ini juga memberikan informasi dan sinyal tentang
probabilitas kegagalan utang suatu perusahaan.
Obligasi syariah atau sukuk mulai mewarnai pasar modal Indonesia
sejak tahun 2002. Perusahaan yang mempelopori penerbitan obligasi syariah
yaitu PT Indosat yang menerbitkan obligasi senilai Rp 175 Miliar. Obligasi
yang pertama terbit pada 2002 dan 2003 rata-rata menggunakan akad
mudharabah sedangkan pada tahun 2004 dan 2005 menggunakan akad
ijarah. Akad ijarah sampai sekarang paling banyak diterbitkan, tercacat
sampai 2010 ada 36 obligasi ijarah yang terbit dan hanya ada 10 obligasi
mudharabah.5 Pada tahun 2009, terjadi lonjakan penerbitan emisi sukuk dari
3
29 menjadi 43. Di tahun 2009 terjadi kenaikan emisi sukuk mencapai 48%.
Di tahun 2008 tercatat nilai sukuk 5,4 Triliun dan di akhir tahun 2009 tercatat
nilai emisi sukuk sebesar 7 Triliun (Arisanti:2012).
Sukuk mengalami perkembangan yang cukup pesat. Penerbitan sukuk
korporasi di Pasar Modal dimulai pada tahun 2002 melalui penerbitan
Obligasi 13 Syariah Mudharabah Indosat Tahun 2002 senilai Rp 175 miliar.
Pada tahun berikutnya, jumlah emisi sukuk meningkat pesat. Namun
demikian, pada tahuntahun berikutnya hingga pada Agustus 2012 mengalami
fluktuasi. Pada tahun 2007 penerbitan sukuk mulai meningkat, bahkan pada
tahun 2008 penerbitan sukuk mengalami peningkatan yang cukup drastis
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dengan nilai emisi tertinggi yaitu Rp
2.3 triliun.
Gambar 1.1
Grafik Perkembangan Penerbitan Sukuk
4
Peningkatan nilai emisi sukuk terus berlanjut pada tahun-tahun
berikutnya. Walaupun kenaikan pada tahun 2011 hanya 1 milyar, namun 3
tahun selanjutnya mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Kenaikan
sebesar 1,8 Triliun terjadi pada tahun 2012 dan sebesar 2,2 Triliun pada tahun
2013. Pada bulan Juni 2015 nilai emisi sukuk mencapai 14,4 Triliun, naik
sebesar 1,5 Triliun dari tahun sebelumnya, yaitu 12,9 Triliun
(http://ojk.go.id/data-statistik-syariah-sukuk ).
Terdapat suatu kasus yang terjadi pada tahun 2012 lalu, yang
berkenaan dengan peringkat sukuk, yaitu sebuah perusahaan pelayaran
nasional, PT Berlian Laju Tanker (BLT) dinyatakan default (gagal bayar).
Menurut Lekatompessy, Presiden Direktur PT Humpuss Intermoda
Trasportasi Tbk, perusahaan ini termasuk tiga besar dalam bisnis perkapalan
tanah air. Selain besar di dalam Negeri, Berlian Tanker juga disebut-sebut
sebagai operator armada kapal tanker kimia ketiga terbesar di dunia. Hal ini
ditandai dengan pengakuisisian Chembulk Tankers LLC pada 12 Oktober
2007. Namun ternyata sebagaimana yang dilangsir dalam Majalah Bisnis
Indonesia (2012) pada 25 Januari 2012 BLT tiba-tiba menyatakan kondisi
gagal bayar untuk sejumlah instrumen utang, termasuk sukuk. Pefindo sebagai
lembaga pemeringkat perusahaan dan efek yang memberikan peringkat
perusahaan dan efek terhadap BLT pun menurunkan peringkat perusahaan
dan efek perusahaan ini.
5
Gambar 1.2
Grafik Peringkat Instrumen Utang PT Berlian Laju Tanker
Tahun 2005-2012
Sumber: Pefindo.com
Berdasarkan grafik perkembangan peringkat perusahaan BLT dan
efeknya di atas, dapat diketahui bahwa perusahaan tersebut mengalami
penurunan peringkat sampai mencapai ke level terendah, padahal perusahaan
ini dijuluki sebagai operator armada kapal tanker kimia ketiga terbesar di
dunia. Hal ini menimbulkan pertanyaan apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi peringkat sukuk.
Fenomena peringkat obligasi maupun sukuk ini dapat dilihat pada
kasus emiten (PT Berlian Laju Tanker). Perusahaan yang bergerak dalam
bidang transportasi ini gagal memenuhi pembayaran bunga dan cicilan
imbalan enam surat utangnya. Pertama perusahaan gagal bayar bunga obligasi
konversi bergaransi senilai 125 juta dollar milik anak usahanya, BLT Finance
senilai 36,632 juta dollar, yaitu redemption prceeds sebesar 33,699 juta dollar
dan bunga obligasi sebesar 2,933 juta dollar. Perusahaan tersebut juga gagal
membayar bunga obligasi konversi bergaransi sebesar 7,5 juta rupiah milik
6
BLT Internasional Corporation senilai 125 juta rupiah. Pembayaran keduanya
seharusnya dilakukan pada 9 Februari 2012. Sementara empat utang lainnya
adalah surat utang milik perseroan langsung, yaitu dua seri Sukuk Ijarah
Berlian Laju Tanker II dan dua seri lagi adalah Obligasi Berlian Laju Tanker
IV. Total bunga yang gagal dibayar perseroan senilai 17,5 miliar rupiah
(https://finance.detik.com/bursa-valas/1853277/berlian-laju-tanker-gagal-
bayar-bunga-enam-obligasi ).
Gagal bayar bunga dan imbalan ijarah memaksa PEFINDO untuk
menurunkan peringkat obligasi yang gagal bayar tersebut. Diantaranya yaitu
penurunan peringkat Obligasi IV/2009 yang dikeluarkan PT Berlian Laju
Tanker menjadi D dari sebelumnya CCC. Penurunan peringkat juga terjadi
pada Sukuk Ijarah II/2009 yang menjadi D dari CCC dan Obligasi III/2007
dan Sukuk Ijarah I/2007 dari CCC menjadi D (Maliya, 2015).
Hal ini mengindikasikan betapa pentingnya peranan peringkat
obligasi, karena dari peringkat tersebut menunjukkan kinerja dan kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajibannya. Rating merupakan
salah satu variabel yang diperhatikan oleh investor ketika memutuskan untuk
melakukan investasi pada suatu perusahaan. Informasi yang terkandung
dalam rating akan menunjukkan sejauh mana kemampuan suatu perusahaan
untuk membayar kewajibannya atas dana yang diinvestasikan oleh investor.
Perusahaan yang memiliki rating yang tinggi, biasanya lebih disukai oleh
investor dibandingkan dengan perusahaan yang perusahaan yang memiliki
rating yang sangat rendah. Oleh sebab itu, agar obligasi suatu perusahaan
7
yang memiliki rating yang cukup rendah, dapat dijual di pasar, maka biasaya
investor akan menentut suatu premi yang lebih tinggi, sebagai suatu
kompensasi atas risiko yang ditanggung oleh investor (Mardiah, 2016).
Peringkat sukuk dilakukan oleh suatu lembaga atau agen pemeringkat
obligasi (rating agency). Lembaga ini melakukan analisis terbaru mengenai
kinerja sukuk atas dasar asumsi yang relatif independen. Setiap laporan
keuangan yang baru diterbitkan atau munculnya kejadian penting yang
menyangkut perseroan serta bersifat material dan berdampak bagi
kemampuan pembayaran kewajiban utang akan mengubah posisi hasil
peringkat sukuk, begitu juga sebaliknya. Sukuk yang memiliki peringkat
tinggi ditandai dengan fundamental keuangan dan usaha yang kuat, serta
memiliki citra yang baik di hadapan publik. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa peringkat sukuk sangat dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan
yang menerbitkan sukuk tersebut (Endri, 2011).
Ada enam perusahaan rating di Indonesia Fitch Ratings, Moody‟s
Investor Service, Standard and Poor‟s, PT. Fitch Ratings Indonesia, PT ICRA
Indonesia, dan PT. Pemeringkat Efek Indonesia
(www.bi.go.id/id/perbankan/lembaga-pemeringkat/Contents/Defaults.aspx ).
Penelitian ini menggunakan PT Pemeringkat Efek Indonesia atau yang lebih
dikenal dengan PEFINDO sebagai acuan dalam menentukan peringkat sukuk.
PEFINDO merupakan rating agency tertua di Indonesia. Hingga saat ini
PEFINDO telah memberi peringkat kepada lebih dari 500 perusahaan dan
pemerintah daerah. Selain itu, instrumen pasar modal seperti obligasi, sukuk,
8
medium-term notes telah diperingkat oleh PEFINDO. PEFINDO juga
merupakan market leader rating agency di Indonesia. Dengan menggunakan
peringkat yang diberikan oleh PEFINDO diharapkan penelitian ini dapat
mencakup sebagian besar sukuk yang telah diterbitkan di Indonesia. Karena
kebanyakan sukuk diperingkat oleh PEFINDO. Peringkat sukuk yang
diberikan oleh agen pemeringkat dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu
investment grade dan non-investment grade. Obligasi investment grade
memiliki peringkat AAA, AA, A dan BBB. Sedangkan untuk non-investment
grade dengan peringkat BB, B, CCC dan D. Investment grade merupakan
obligasi dengan risiko kredit yang rendah sehingga berperingkat 3 tinggi. Non
investment grade merupakan obligasi yang memiliki risiko tinggi sehingga
berperingkat rendah (Melis, 2015).
Banyak faktor yang mempengaruhi lembaga pemeringkat dalam
melakukan pemeringkatan sukuk. Namun Brigham dan Houston (2013)
menyatakan bahwa lembaga pemeringkat secara konsisten telah menyatakan
bahwa tidak ada rumus akurat yang digunakan dalam menentukan peringkat
sebuah perusahaan. Lembaga pemeringkat menggunakan berbagai faktor
untuk menilai dan memberikan peringkat sukuk perusahaan. Salah satu faktor
yang digunakan oleh lembaga pemeringkat adalah informasi akuntansi yang
tersedia. Informasi ini diberikan dalam bentuk laporan keuangan perusahaan.
Karena sukuk memiliki fungsi yang sama dengan obligasi, maka
dalam hal pemeringkatan pun tidak jauh berbeda. Terdapat dua faktor yang
mempengaruhi peringkat obligasi yaitu faktor kualitatif dan faktor kuantitatif.
9
Faktor kuantitatif yaitu dilihat dari rasio profitabilitas, rasio likuiditas, rasio
leverage, dan rasio aktivitas. Semakin baik rasionya semakin tinggi
peringkatnya. Faktor kualitatif yaitu faktor lingkungan hidup, provisi
penjamin, stabilitas, regulasi dan lain sebagainya (Brigham dan Houston,
2013:300).
Rating sukuk masih sangat jarang diteliti di Indonesia. Rating sukuk
dapat dipengaruhi beberapa hal termasuk rasio akuntansi dan non akuntansi.
Rasio akuntansi yang dipakai untuk mengukur rating sukuk adalah aktivitas,
likuiditas, profitabilitas, produktifitas, size dan solvabilitas. Sedangkan rasio
non akuntansi yang digunakan dalam memprediksi rating sukuk adalah
secure, maturity, reputasi auditor dan sinking fund. (Purwaningsih, 2013).
Faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi sangat beragam
Sejumlah penelitian mengenai peringkat obligasi sudah cukup banyak.
Namun, penelitian serupa mengenai peringkat sukuk cukup sulit ditemukan.
Beberapa penelitian yang dapat ditemukan menguji faktor kuantitatif yaitu
dengan menggunakan rasio-rasio keuangan dan faktor kualitatif yang dapat
memprediksi peringkat obligasi dan sukuk di Indonesia. Namun berdasarkan
beberapa penelitian tersebut ditemukan hasil empiris yang berbeda.
Beberapa penelitian ditemukan telah menguji rasio-rasio keuangan
yang dapat memprediksi peringkat obligasi maupun peringkat obligasi
syariah dan ditemukan hasil empiris yang berbeda. Dari hasil penelitian
sebelumnya menarik untuk diuji kembali variabel-variabel yang dapat
mempengaruhi posisi peringkat obligasi maupun sukuk karena adanya
10
perbedaan hasil. Peneliti melakukan penelitian mengenai pemeringkatan
sukuk dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yang didasarkan pada
laporan keuangan perusahaan, dengan anggapan bahwa laporan keuangan
perusahaan lebih menggambarkan kondisi perusahaan. Analisis laporan
keuangan yang berupa analisa rasio keuangan dan perhitungan statistika dapat
dipergunakan untuk mendeteksi under or overvalue suatu sekuritas.
Pada penelitian ini digunakan empat rasio keuangan yaitu: rasio
likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio solvabilitas. Variabel
rasio likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan current
ratio. Menurut penelitian Mardiah (2016), Pebruary (2016), Malia (2015),
Arisanti (2013), Afiani (2013), dan penelitian “The Predictive Accuracy of
Sukuk Rating; Multinomial Logistic and Neural Network Inferences” (2013)
menemukan bukti empiris bahwa rasio keuangan yang diukur dengan CR
berpengaruh terhadap variabel peringkat sukuk. Sementara pada penelitian
Arifman (2013), dan penelitian Estiyanti (2012) menemukan bukti empiris
bahwa rasio keuangan yang diukur dengan CR tidak berpengaruh terhadap
variabel peringkat obligasi.
Variabel rasio aktivitas dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan total asset turnover. Menurut penelitian Asih (2016)
menemukan bukti empiris bahwa rasio keuangan yang diukur dengan TAT
berpengaruh terhadap variabel peringkat obligasi. Sementara pada penelitian
Malia (2015), dan penelitian Afiani (2013) menemukan bukti empiris bahwa
11
rasio keuangan yang diukur dengan TAT tidak berpengaruh terhadap variabel
peringkat sukuk.
Variabel rasio profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan return on assets. Menurut penelitian Mardiah (2016), Pebruary
(2016), Afiani (2013), dan penelitian yg berjudul “The Predictive Accuracy
of Sukuk Rating; Multinomial Logistic and Neural Network Inferences”
(2013) menemukan bukti empiris bahwa rasio keuangan yang diukur dengan
ROA berpengaruh terhadap variabel peringkat sukuk. Sementara pada
penelitian Abugasem (2015), Malia (2015) menemukan bukti empiris bahwa
rasio keuangan yang diukur dengan ROA tidak berpengaruh terhadap variabel
peringkat sukuk.
Variabel rasio solvabilitas dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan debt to equity ratio. Menurut penelitian Mardiah (2016),
Abugasem (2015), Malia (2015), dan penelitian yg berjudul “The Predictive
Accuracy of Sukuk Rating; Multinomial Logistic and Neural Network
Inferences” (2013) menemukan bukti empiris bahwa rasio keuangan yang
diukur dengan DER berpengaruh terhadap variabel peringkat sukuk.
Sementara pada penelitian Pebruary (2016), dan penelitian Afiani (2013)
menemukan bukti empiris bahwa rasio keuangan yang diukur dengan DER
tidak berpengaruh terhadap variabel peringkat sukuk.
Beragamnya hasil penelitian dan ketidakkonsistenan hasil penelitian
di atas menjadi latar belakang untuk dilakukannya penelitian kembali
mengenai rasio keuangan yang berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Namun
12
ada beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan sebelumnya yaitu
periode penelitian dan variabel yang digunakan. Periode penelitian ini tahun
2012-2016, sedangkan variabel yang digunakan adalah rasio likuiditas, rasio
aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio solvabilitas.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan kejelasan seberapa besar
pengaruh rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio
solvabilitas terhadap peringkat sukuk pada perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2012-2016.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio
Aktivitas, Rasio Profitabilitas, dan Rasio Solvabilitas Terhadap
Peringkat Sukuk pada Perusahaan Penerbit Sukuk Periode 2012-2016”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat di atas, maka penyusun merumuskan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apakah rasio likuiditas (current ratio), rasio aktivitas (total asset
turnover), rasio profitabilitas (return on asset), dan rasio solvabilitas
(debt to equity ratio) berpengaruh secara simultan terhadap peringkat
sukuk?
2. Apakah rasio likuiditas (current ratio) berpengaruh terhadap peringkat
sukuk?
13
3. Apakah rasio aktivitas (total asset turnover) berpengaruh terhadap
peringkat sukuk?
4. Apakah rasio profitabilitas (return on asset) berpengaruh terhadap
peringkat sukuk?
5. Apakah rasio solvabilitas (debt to equity ratio) berpengaruh terhadap
peringkat sukuk?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang
diharapkan tercapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Menjelaskan dan menguji apakah ada pengaruh secara simultan rasio
likuiditas (current ratio), rasio aktivitas (total asset turnover), rasio
profitabilitas (return on asset), dan rasio solvabilitas (debt to equity
ratio) terhadap peringkat sukuk.
b. Menjelaskan dan menguji apakah ada pengaruh rasio likuiditas
(current ratio) terhadap peringkat sukuk.
c. Menjelaskan dan menguji apakah ada pengaruh rasio aktivitas (total
asset turnover) terhadap peringkat sukuk.
d. Menjelaskan dan menguji apakah ada pengaruh rasio profitabilitas
(return on asset) terhadap peringkat sukuk.
e. Menjelaskan dan menguji apakah ada pengaruh rasio solvabilitas (debt
to equity ratio) terhadap peringkat sukuk.
14
2. Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini berguna sebagai tugas akhir penulis untuk memperoleh
derajat pendidikan S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
b. Penulis dapat mengaplikasikan teori-teori ilmu pengetahuan yang
didapat selama masa perkuliahan.
c. Menambah wawasan dalam aplikasi ilmu yang telah diperoleh dalam
masa perkuliahan dan mengetahui gambaran umum mengenai pasar
modal syariah khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
peringkat sukuk.
d. Memberikan rujukan dan perbandingan bagi penelitian selanjutnya
yang berhubungan dengan peringkat sukuk.
e. Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para investor dan
pelaku pasar lain dalam proses pengambilan keputusan investasi.
f. Bagi perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sukuk, maupun para
akademisi sebagai bahan kajian dalam bidang manajemen keuangan
yang masih mengikuti standar keuangan konvensional.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Obligasi
a. Pengertian Obligasi
Obligasi merupakan suatu jenis hutang atau surat kesanggupan
bayar jangka panjang, yang dikeluarkan oleh peminjam, yang berjanji
untuk membayar ke pemegangnya dengan jumlah yang tetap setiap
tahun. (Keown et al., 2011:232).
Menurut Brigham dan Houston (2009:345) obligasi adalah
kontrak jangka panjang dimana peminjam dana setuju untuk membayar
bunga dan pokok pinjaman, pada tanggal tertentu, kepada pemegang
obligasi tersebut.
Menurut Van Horne dan John, (2012:87) obligasi (bond) adalah
sekuritas yang membayarkan sejumlah bunga pada investor, setiap
periode, hingga akhirnya ditarik oleh perusahaan.
Menurut Bursa Efek Indonesia, Obligasi merupakan surat utang
jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi
janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa
bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang
telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.
16
b. Karakteristik Obligasi
Beberapa karakter penting menurut Keown et al. (2001:245) dari
obligasi yang biasa didengar adalah sebagai berikut:
1) Klaim terhadap Aset dan Pendapatan Perusahaan
Bila perusahaan penerbit obligasi bangkrut, maka klaim
terhadap utang secara umum, termasuk obligasi, mendapat
kehormatan untuk didahulukan haknya daripada saham umum
maupun saham preferen. Namun, utang-utang yang berbeda itu
mempunyai urutan dalam pelunasannya.
Obligasi juga memiliki klaim terhadap pendapatan yang
didahulukan dari saham biasa dan saham, preferen. Secara umum
jika suku obligasi tidak dibayar, dewan obligasi dapat menyatakan
bahwa perusahaan penerbitnya bangkrut.
2) Nilai Pari
Nilai pari obligasi adalah nilai nominal yang tertera pada
lembar obligasi yang akan dikembalikan kepada pemegang obligasi
pada saat jatuh tempo. Tidak dinyatakan dalam jumlah melainkan
dalam persentase atas nilai nominalnya.
3) Tingkat Suku Bunga Kupon
Tingkat suku bunga kupon dari suatu obligasi menunjukkan
besarnya persentase terhadap nilai pari obligasi yang akan dibayar
setiap tahun sebagai bunga.
17
4) Periode Jatuh Tempo
Periode jatuh tempo adalah lamanya waktu hingga pihak
penerbit obligasi membayarkan kembali nilai pari obligasi kepada
para pemilik obligasi yang sekaligus akan mengakhiri masa
berlakunya.
5) Indenture
Indenture adalah perjanjian legal antara perusahaan penerbit
obligasi dengan dewan atau wali obligasi yang mewakili para
pemilik atau pembeli obligasi tersebut. Didalamnya termuat berbagai
ketentuan utang-piutang, termasuk penjelasan mengenai obligasi itu
sendiri, hak-hak para pemilik obligasi, hak-hak perusahaan atau
pihak penerbit, serta tanggung jawab dewan.
Dewan obligasi, biasanya sebuah bank komersial atau institusi
keuangan yang diserahi tugas untuk mengawasi hubungan antara
penerbit dan pemilik obligasi, melindungi kepentingan para pemilik
obligasi, serta menjamin dilaksanakannya segenap ketentuan yang
telah disepakati.
6) Tingkat Penghasilan Sekarang
Tingkat penghasilan sekarang dari suatu obligasi adalah rasio
pembayaran bunga tahunan terhadap harga obligasi pada saat
sekarang dipasaran.
18
c. Jenis Obligasi
Obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda, yaitu:
1) Dilihat dari sisi penerbit
Banyaknya dan tersebarnya emiten di beberapa daerah, maka
obligasi juga berasal dari lembaga atau daerah tertentu. Oleh karena
itu dilihat dari pihak yang menerbitkannya, maka obligasi dapat
dibedakan atas (Nasarudin, 2004:186) :
(a) Obligasi Pemerintah Pusat
Setiap obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah adalah obligasi
tanpa jaminan (non-secured bonds). Di Indonesia saat ini hanya
obligasi Bank Indonesia yang dipasarkan di pasar internasional
yang dimaksudkan untuk bench mark bagi obligasi BUMN dan
perusahaan swasta nasional.
(b) Obligasi Pemerintah Daerah
Obligasi pemerintah daerah (pemda) belum diperkenalkan di
Indonesia, walaupun dari segi potensi ada beberapa pemda yang
mempunyai prospek untuk mengeluarkan obligasi dalam rangka
menambah dana investasi pemda. UU otonomi daerah saat ini
memberikan peluang kepada daerah umtuk secara mandiri
mengelola sumber daya alamnya.
19
(c) Obligasi Perusahaan Swasta
Obligasi ini dikeluarkan oleh perusahaan komersial swasta
dalam rangka penghimpunan dana untuk kegiatan usaha
bisnisnya.
(d) Obligasi Asing (Foreign Bonds)
Obligasi jenis ini adalah obligasi yang diterbitkan dan
diperdagangkan di suatu negara dalam mata uang negara
setempat, tetapi penerbitnya adalah badan hukum asing.
(e) Obligasi Sampah (Junk Bonds)
Obligasi ini adalah obligasi yang di credit rating di bawah
tingkat BBB. Obligasi ini ditawarkan dengan bunga yang lebih
tinggi.
2) Dilihat berdasarkan cara penetapan dan pembayaran bunga
(Nasarudin, 2004:184) :
(a) Obligasi dengan bunga tetap
Obligasi ini memberikan bunga tetap yang dibayar setiap
periode tertentu.
(b) Obligasi dengan bunga tidak tetap
Cara penetapan bunga obligasi ini bermacam-macam, misalnya
bunga yang dikalikan dengan indeks atau dengan tingkat bunga
deposito atau tingkat bunga deposito yang berlaku seperti di
pasaran luar negeri seperti LIBOR (London Inter Bank Offer
Rate) atau SIBOR (Singapore Inter Bank Offer Rate).
20
(c) Obligasi tanpa bunga (Zero Coupon)
Jenis obligasi ini tidak mempunyai kupon bunga dan sebagai
konsekuensinya pemilik tidak memperoleh pembayaran bunga
secara periodik. Keuntungan yang diperoleh dari pemilikan
obligasi ini diukur dari selisih antara nilai pada waktu jatuh
tempo (sebesar nilai pari atau nominal) dengan harga pembelian.
(d) Obligasi yang tidak terbatas jatuh temponya (perfectual bond)
Salah satu jenis obligasi yang tidak mempunyai batas jatuh
temponya. Perusahaan yang menertbitkan surat berharga ini
tidak mempunyai kewajiban untuk mengembalikan utang
tersebut, kecuali perusahaan tersebut dilikuidasi.
(e) Obligasi dengan bunga mengambang (Floating Coupon Bonds)
Obligasi ini menjanjikan untuk memberikan sukuk bunga secara
mengambang, misalnya 1% di atas tingkat bunga LIBOR atau
LIBOR atau rata-rata tingkat suku bunga deposito berjangka
pada Bank Pemerintah.
3) Dilihat dari hak penukaran/opsi:
(a) Convertible Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada
pemegang obligasi untuk mengkonversikan obligasi tersebut ke
dalam sejumlah saham milik penerbitnya.
(b) Exchangeable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada
pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan ke dalam
sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.
21
(c) Callable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada emiten
untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang
umur obligasi tersebut.
(d) Putable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada investor
yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi
pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
4) Dilihat dari segi jaminan atau kolateralnya:
(a) Secured Bonds: obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu
dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga.
Dalam kelompok ini, termasuk didalamnya adalah:
Guaranteed Bonds: Obligasi yang pelunasan bunga dan
pokoknya dijamin dengan penanggungan dari pihak ketiga.
Mortgage Bonds: obligasi yang pelunasan bunga dan
pokoknya dijamin dengan agunan hipotik atas properti atau
asset tetap.
Collateral Trust Bonds: obligasi yang dijamin dengan efek
yang dimiliki penerbit dalam portofolionya, misalnya saham-
saham anak perusahaan yang dimilikinya.
(b) Unsecured Bonds: obligasi yang tidak dijaminkan dengan
kekayaan tertentu tetapi dijamin dengan kekayaan penerbitnya
secara umum.
22
5) Dilihat dari segi nilai nominal:
(a) Conventional Bonds: obligasi yang lazim diperjualbelikan dalam
satu nominal, Rp 1 miliar per satu lot.
(b) Retail Bonds: obligasi yang diperjual belikan dalam satuan nilai
nominal yang kecil, baik corporate bonds maupun government
bonds.
6) Dilihat dari segi perhitungan imbal hasil:
(a) Conventional Bonds: obligasi yang diperhitungan dengan
menggunakan sistem kupon bunga.
(b) Sharia Bonds: obligasi yang perhitungan imbal hasil dengan
menggunakan perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini
dikenal dua macam obligasi syariah, yaitu:
Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi syariah
yang menggunakan akad bagi hasil sedemikian sehingga
pendapatan yang diperoleh investor atas obligasi tersebut
diperoleh setelah mengetahui pendapatan emiten.
Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi syariah yang
menggunakan akad sewa sedemikian sehingga kupon (fee
ijarah) bersifat tetap, dan bisa diketahui/diperhitungkan sejak
awal obligasi diterbitkan.
23
2. Sukuk
a. Pengertian Sukuk
Secara terminologi shak (sukuk) adalah sebuah kertas (buku) atau
catatan yang padanya terdapat perintah dari seseorang untuk
pembayaran uang dengan jumlah tertentu pada orang lain yang
namanya terterah pada kertas tersebut. Kata sukuk berasal dari bahasa
Persia yaitu jak, lalu masuk dalam bahasa Arab dengan nama shak.
Goitien menyebutkan nahwa shak adalah asal kata dari kata cek atau
chaque yang terdapat bahasa Inggris dimana ia pada dasarnya adalah
surat utang. Kemudian surat hutang model ini berkembang di Eropa.
Sukuk sudah dipakai sebagai salah satu alat pembayaran sejak awal
Islam dimana jatah (santunan negara) atau gaji para pegawai negara
kadangkala disebutkan bahwa Khalifah Umar Ibn al-Khattab adalah
khalifah pertama yang membuat shak dengan membubuhkan setempel
dibawah kertas shak tersebut (Rodoni, 2009:108).
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 32/DSN-MUI/IX/2002,
tentang obligasi syariah adalah suatu surat berharga berjangka panjang
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang
obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan
kepada pemegang obligasi syariah tersebut berupa bagi
hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh
tempo (Rodoni, 2009:107).
24
Bapepam LK dalam peraturan No.IX.A.14, mendefinisikan sukuk
sebagai: “efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang
bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan
atau tidak terbagi atas:
1. Kepemilikan aset berwujud tertentu
2. Nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas
investasi tertentu;
3. Kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi
tertentu”
b. Karakteristik Sukuk
Menurut Rodoni (2009:107) karakteristik dan istilah „sukuk‟
merupakan pengganti dari istilah sebelumnya yang menggunakan istilah
„bond‟, dimana menambahkan „Islamic‟ maka sangat kontradiktif
maknanya karena biasanya yang mendasari mekanisme hutang (loan)
adalah interest, sedangkan dalam Islam interest tersebut termasuk riba
yang diharamkan. Untuk itu, sejak tahun 2007 istilah bond ditukar
dengan istilah „sukuk‟ sebagaimana disebutkan dalam peraturan di
Bapepam Lembaga Keuangan (LK).
Kemunculan sukuk modern sederhananya yaitu menghindari diri
dari praktek riba yang dilarang dalam Islam sebagaimana yang terjadi
pada obligasi konvensional. Keperluan para pemakai dana (fund user)
kaum muslimin khususnya untuk obligasi yang terbebas dari praktek
bunga tidak dapat dilengahkan begitu saja, sedangkan fatwa ulama yang
25
mengharamkan obligasi konvensional sudah banyak diterbitkan para
ulama seperti Fatwa Majma‟al-fiqh al-Islami tanggal 20 Maret 1990
dan No. 30 ayat 1 pada 11 Februari 1988, serta fatwa dewan syariah
Nasional Majlis Ulama Indonesia No: 32/DSN-MUI/IX/2002.
Dalam keputusan Ketua Bapepam Nomor : Kep-130/BL/2006
tentang Penerbitan Efek Syariah disebutkan bahwa sukuk adalah efek
syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan
mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi
atas :
a. Kepemilikan aset berwujud tertentu;
b. Nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas
investasi teretentu ; atau
c. Kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi
tertentu.
Jadi dari definisi yang dapat disimpulkan sebagai karakteristik
dari sukuk, sukuk adalah obligasi yang dijamin oleh adanya aset,
mempunyai pengembalian yang stabil, dapat diperjualbelikan, dan
sesuai dengan dengan aturan syariah. Syarat utama untuk penerbitan
sukuk adalah adanya suatu aset atau sekumpulan aset pada neraca
keuangan pemerintah, otoritas moneter, perusahaan korporat, bank,
institusi keuangan, atau badan apapun yang ingin memobilisasi sumber-
sumber keuangan.
Berikut ini beberapa prinsip yang harus dipenuhi oleh sukuk :
26
1. Pembiayaan hanya untuk suatu transaksi atau suatu kegiatan usaha
yang spesifik dimana harus dapat diadakan pembukuan yang
terpisah untuk menentukan manfaat yang timbul.
2. Hasil investasi yang akan diterima pemilik dana merupakan fungsi
manfaat yang diterima perusahaan dari dana/harta hasil penjualan
sukuk, bukan dari kegiatan usaha yang lain.
3. Tidak boleh memberikan jaminan hasil usaha yang semata-mata
merupakan fungsi dari waktu.
4. Pembiayaan dengan penerbitan sukuk tidak dapat dipakai untuk
menggantikan hutang yang sudah ada.
5. Perubahan nilai pasar dari sukuk bukan berarti perubahan jumlah
hutang.
6. Sukuk dapat dijual kembali, baik kepada pemilik dana lainnya
ataupun kepada emiten (bila sesuai dengan ketentuan hukum positif
yang berlaku). Sukuk dapat dijual dibawah nilai pari (modal awal)
kalau perusahaan mengalami kerugian.
7. Bila pemilik dana tidak harus menanggung rugi maka pemilik
usaha harus mengikat diri (aqad jaiz) untuk menanggung semua
biaya dari kegiatan usaha yang melebihi pendapatan usaha.
8. Pemilik dana dapat menerima pembagian dari pendapatan (revenue
sharing) bila pemilik usaha (emiten) mengikat diri untuk
membatasi penggunaan pendapatan sebagai biaya usaha.
27
Saat dibukanya penawaran umum pada pasar perdana, terdapat
berbagai hal yang harus diperhatikan, baik oleh investor maupun oleh
emiten, yaitu:
a. Instrumen atau efek yang diperjual belikan harus sejalan dengan
prinsip syariah, seperti saham syariah dan sukuk (obligasi syariah)
yang terbebas dari unsur riba (interest) dan gharar (ketidakpastian
atau ketidak lengkapan informasi yang tidak dapat dimanage dan
potensial menimbulkan penyesalan dan petengkaran).
b. Emiten yang mengeluarkan efek syariah, baik berupa saham
ataupun sukuk, harus mentaati semua aturan syariah, maka produk
barang dan jasa harus sejalan etika ajaran Isalam. Seperti bisnis
casino, perusahaan rokok, minuman keras, dan bisnis asusila akan
membuat emiten tidak boleh masuk dalam bursa saham dan
obligasi islami.
c. Semua efek harus berbasis pada harta (berbasis aset) atau transaksi
yang riil („ain), bukan mengharapkan keuntungan dari kontrak
hutang piutang. Oleh karena itu, hasil investasi yang akan diterima
pemodal merupakan fungsi dari manfaat yang diterima perusahaan
dari dana atau harta hasil penjualan efek (al-aid).
d. Semua transaksi tidak mengandung ketidakjelasan yang berlebihan
(gharar) atau spekulasi murni. Atau semua transaksi tidak
mengandung unsur judi atau pertukaran yang didasari oleh
28
spekulasi tinggi (qimar) yang lebih tepat disebut dengan asumsi
kosong.
e. Mematuhi semua aturan Islam yang berhubungan dengan hutang
piutang, seperti tidak dibenarkan jual-beli utang dengan cara
diskon; emiten tidak boleh menerbitkan efek untuk membayar
kembali hutang (bai‟ad-dain bi ad-dain), maka dana harta hasil
penjualan efek diterima perusahaan emiten untuk diinestasikan
pada usaha riil; tidak boleh ada kompensasi yang berdasarkan pada
pembaharuan (restructuring/rescheduling) dari utang; dan tidak
dibenarkan melakukan jual beli masa datang (forward) untuk
transasksi valuta asing.
Konsekuensi dari prinsip-prinsip tersebut, dalam pasar modal
tataran operasional pasar modal syariah harus memenuhi kriteria
berikut:
a. Efek yang diperjual belikan harus merupakan representasi dari
barang dan jasa yang halal.
b. Informasi harus terbuka dan transparan, tidak boleh menyesatkan
dan tidak ada manipulasi data.
c. Tidak boleh mempertukarkan efek sejenis dengan nilai nominal
yang berbeda.
d. Larangan terhadap rekayasa penawaran untuk mendapatkan
keuntungan diatas laba normal, dengan cara mengurangi supply
agar harga jual naik.
29
e. Larangan untuk merekayasa permintaan untuk mendapatkan
keuntungan diatas laba normal dengan cara menciptakan false
demand.
f. Boleh melakukan dua transaksi dalam satu akad, dengan syarat :
objek, pelaku dan periodenya sama.
c. Jenis Sukuk
Terdapat berbagai macam sukuk yang diterbitkan pada masa
kontemporer, diantaranya (Rodoni, 2009:116) ;
1. Sukuk Ijarah
Sukuk ijarah adalah suatu sertifikat yang memuat nama
pemiliknya (investor) dan melambangkan kepemilikan terhadap
aset yang bertujuan untuk disewakan, atau kepemilikan manfaat,
dan atau kepemilikan jasa sesuai jumlah efek yang dibeli dengan
harapan mendapatkan keuntungan dari hasil sewa yang berhasil
direalisasikan berdasar transaksi ijarah.
Terdapat dua macam bentuk sukuk ijarah, yaitu:
a) Sukuk Ijarah dengan pendapatan tetap (fixed rate Ijarah
certificates), dimana sewa yang didapatkan bersifat tetap
selama masa kontrak,
b) Sukuk Ijarah dengan pendapatan tidak tetap (floating rate
ijarah certificates), yaitu dimana tingkat sewa bersifat tidak
tetap karena ia kembali ditetapkan (diperbaharui) secara
30
periodik sesuai dengan gerakan tingkat sewa pasar yang
dipatok berdasarkan kontrak persetujuan akad ijarah.
2. Sukuk al-Musyarakah
Sukuk musyarakah mempunyai persamaan dengan sukuk
mudharabah, namun berbeda dari segi hubungan antara investor
dengan pengelola. Pada sukuk mudharabah, investor tidak ikut
campur dengan kebijakan perusahaan (kecuali dalam bidang
pangawasan), sedangkan praktek sukuk musyarakah, investor ikut
campur dalam hal pengelolaan karena modal berasal dari kedua
nelah pihak. Oleh karena itu, umum semua kriteria usaha yang
diisyaratkan dalam praktek sukuk mudharabah juga diisyaratkan
pada sukuk musyarakah.
Model investasi dengan musyarakah sudah dianggap mapan
dalam perekonomian modern karena suatu alasan utama, yaitu
tradisi yang sudah tidak diragukan lagi dan adanya infrastruktur
yang mendukung jalannya sistem ini. Oleh karena itu, para pakar
ekonomi Islam lebih menganjurkan pemakaian sukuk musyarakah
daripada mudharabah, khususnya musyarakah mutanaqishah
(perserikatan dengan jangka waktu terbatas).
3. Sukuk Murabahah
Murabahah adalah menjual barang sesuai dengan harga
pembelian di tambah dengan harga tambahan yang disepakati oleh
kedua belah pihak. Sedangkan Sukuk murabahah yaitu suatu
31
sertifikat yang melambangkan kepemilikan terhadap hutang yang
berakibat dari pembiayaan murabahah. Ciri utama sukuk
murabahah adalah bahwa ia tidak boleh diperjual belikan pada
pasar sekunder dan harga serta keuntungannya sudah bersifat
merujuk pada fluktuasi standar bunga LIBOR sebagaimana yang
dilakukan oleh berbagai sistem sukuk internasional.
Sukuk murabahah ini juga termasuk non-tradble sukuk
sehingga hanya diperjual belikan pada pasar primer, karena
sertifikat sukuk murabahah melambangkan hutang, sedangkan
syariat Islam melarang perdagangan hutang karena dapat menjurus
pada riba. Tetapi sukuk murabahah ini dapat menambah pendanaan
dan sebagai alat mengurangi likuiditas sebuah bank Islam, asuransi
Islam dan lain sebagainya.
4. Sukuk Istisna‟
Sukuk istisna‟ adalah suatu sertifikat yang melambangkan
kepemilikan terhadap hutang yang diakibatkan dari pembiayaan
istisna‟. Sukuk istisna‟ melambangkan suatu jual beli dari suatu
komoditi dengan basis selisih antara penyerahan komoditi yang
ditangguhkan dengan pembayaran tunai. Komoditi yang
dutangguhkan tersebut adalah hutang atas penyedia (supplier)
sesuai pesan dari pemesan (pedagang atau pun konsumen).
32
Pemegang sukuk istisna‟ tidak dapat diperjual belikan pada
pasar sekunder, karena hutang tidak boleh diperjual belikan dalam
syariat islam dan dapat diperjual belikan pada saat jatuh tempo.
5. Sukuk Salam
Sukuk salam adalah sukuk yang mengandung nilai sama yang
diterbitkan untuk mobilisasi modal saham dan abrang yang akan
diserahkan berdasarkan akad salam adalah pemilik modal dari
pemegang sukuk salam. Dana yang sudah terkumpul dari para
investor dibayarkan secara tunai kepada pengusaha, sedangkan
komoditi yang menjadi obyek akad masih bersifat hutang dan ia
dapat diserahkan secara berangsur-angsur. Oleh karena itu,
sertifikat sukuk salam yang dipegang oleh investor mencerminkan
hutang atas perusahaan.
Dalam sukuk salam investor berharap bahwa komoditi salam
akan mengalami kenaikan harga pada saat tanggal jatuh tempoh,
yang akan menjadi keuntungan efek. Sukuk salam ini merupakan
hutang. Hutang tersebut hanya dapat diubah menjadi aset nyata
pada saat jatuh tempo ketika subjek salam diserahkan.
3. Penilaian Risiko Obligasi
Menurut Moeljadi (2006:109), pemegang obligasi tidak akan
terbebas dari risiko. Adapun beberapa risiko yang akan dihadapi oleh
pemegang obligasi, sebagai berikut:
33
a. Risiko suku bunga (interest risk)
Suku bunga pasar dapat dapat naik atau turun sepanjang waktu
dan penurunan suku bunga pasar akan menyebabkan penurunan nilai
obligasi.
b. Risiko tingkat reinvestasi
Risiko tingkat reinvestasi merupakan risiko penurunan suku
bunga yang akan menyebabkan penurunan pendapatan dari portofolio
obligasi. Kenaikan suku bunga akan merugikan pemegang obligasi,
karena menurunkan nilai portofolio obligasi. Demikian juga jika ada
penurunan suku bunga, maka para pemegang obligasi akan mengalami
penurunan pendapatan. Hal itu disebabkan oleh banyaknya obligasi
yang akan ditarik untuk digantikan dengan obligasi bersuku bunga lebih
rendah. Meskipun obligasi yang tidak dapat ditarik akan jatuh tempo,
namun obligasi tersebut harus diganti dengan obligasi yang hasilnya
lebih rendah.
Risiko suku bunga berhubungan dengan nilai obligasi dalam
portofolio, sedangkan risiko reinvestasi berhubungan dengan
pendapatan yang dihasilkan oleh portofolio obligasi. Pemegang obligasi
jangka panjang akan menghadapi risiko suku bunga, namun tidak
menghadapi risiko tingkat investasi. Pemegang obligasi jangka pendek,
tidak akan menghadapi risiko suku bunga sehingga nilai portofolio tetap
stabil, namun akan menghadapi risiko investasi dan pendapatan akan
berfluktuasi dengan perubahan suku bunga.
34
c. Risiko kegagalan
Risiko kegagalan (default risk) lebih disebabkan oleh penerbit
mengalami kegagalan sehingga investor akan menerima pengembalian
lebih kecil dari yang dijanjikan atas obligasi tersebut. Risiko kegagalan
dipengaruhi oleh kekuatan keuangan penerbit obligasi maupun jangka
waktu kontrak obligasi terutama apakah jaminan telah disediakan untuk
menjamin obligasi.
4. Perubahan dalam Peringkat
Menurut Brigham & Houston (2009: 377) Perubahan dalam
peringkat obligasi suatu perusahaan akan memengaruhi pada baik
kemampuannya untuk meminjam modal jangka panjang maupun biaya
modal tersebut. Agen-agen pemeringkat akan meninjau obligasi yang
beredar secara berkala, dimana kadang-kadang agen-agen tersebut
meningkatkan atau menurunkan peringkat suatu obligasi sebagai hasil dari
perubahan kondisi yang dialami oleh emitennya.
Untuk mengimbangi, cukup adil jika dikatakan bahwa peringkat
obligasi umumnya telah mampu melakukan pekerjaan yang baik dalam
mengatur resiko kredit rata-rata obligasi, dan bahwa agen-agen
pemeringkat obligasi telah melakukan yang terbaik untuk mengubah
peringkat manakala agen-agen ini menilai telah terjadi perubahan pada
mutu kredit. Pada waktu yang sama, penting untuk dipahami bahwa
peringkat obligasi tidak langsung melakukan penyesuaian terhadap
35
perubahan dalam mutu kredit, dan dalam beberapa kasus terdapat
kesenjangan waktu yang cukup lama antara perubahan mutu kredit dan
perubahan peringkat obligasi
5. Rasio Keuangan
Menurut James C. van Horne dalam Kasmir (2016:93) rasio
keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi
dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio
keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja
perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan kelihatan kondisi kesehatan
perusahaan yang bersangkutan.
Jenis-jenis rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menilai
kinerja suatu perusahaan beragam. Penggunaan masing-masing rasio
tergantung kebutuhan perusahaan, artinya terkadang tidak semua rasio
digunakan. Hanya saja jika hendak melihat kondisi dan posisi perusahaan
secara lengkap, maka sebaiknya seluruh rasio digunakan.
Dalam praktiknya terdapat beberapa macam jenis rasio keuangan
yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Masing-
masing jenis rasio yang digunakan akan memberikan arti tertentu tentang
posisi yang diinginkan. Berikut ini jenis-jenis rasio keuangan, yaitu
(Kasmir, 2016:110) :
36
a. Rasio Likuiditas
Fred Weston dalam Kasmir (2016:110), menyebutkan bahwa rasio
likuiditas (liquidity ratio) merupakan ratio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek.
Artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu untuk
memenuhi utang (membayar) tersebut terutama utang yang sudah jatuh
tempo.
Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan terdiri dari
(Kasmir, 2016:110) :
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar atau current ratio, merupakan rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara
keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang
tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera
jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk
untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu
perusahaan.
Current ratio dihitung dengan cara (Kasmir, 2016:119) :
37
2. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio cepat (quick ratio) atau rasio sangat lancar atau acid test
ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancer (utang
jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai
sediaan (inventory). Artinya, nilai sediaan kita abaikan, dengan
cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini dilakukan
karena sediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama
untuk digunakan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat
untuk membayar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar
lainnya.
Rumus untuk mencari Rasio Cepat dapat digunakan dua cara
sebagai berikut (Kasmir, 2016:120) :
atau :
3. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio kas atau cash ratio, merupakan alat yang digunakan
untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk
membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari
ketersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti
38
rekening giro atau tabungan yang ada di bank (yang dapat ditarik
setiap saat menggunakan kartu ATM). Dapat dikatakan rasio ini
menun jukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk
membayar utang-utang jangka pendeknya.
Cash Ratio dapat dihitung dengan cara (Kasmir, 2016:121)
Atau
4. Rasio Perputaran Kas (Cash Turnover)
Rasio perputaran kas (cash turnover), menurut James O. Gill,
digunakan untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja
perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan
membiayai penjualan. Artinya, rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan
(utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan.
Rumus yang diguknakan mencari Rasio Perputaran Kas adalah
sebagai berikut (Kasmir, 2016:122) :
39
b. Rasio Solvabilitas (Leverage)
Menurut Kasmir (2016:112) rasio solvabilitas atau rasio leverage
ratio, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artionya, berapa besar beban
utang yangt ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.
Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh
kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila
perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).
Adapun jenis-jenis rasio solvabiltas antara lain:
1. Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)
Debt to Asset Ratio atau Debt Ratio, merupakan rasio utang
yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan
dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan
berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Caranya adalah dengan
membandingkan antara total utang dengan total aktiva.
Rumusan untuk mencari debt ratio dapat digunakan sebagai
berikut (Kasmir, 2016:122) :
2. Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio, merupakan rasio yang digunakan untuk
menilai utang dengan ekuitas. Untuk mencari rasio ini dengan cara
40
membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar
dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui
jumlah dana yang disediakan oeminjam (kreditor) dengan pemilik
perusahaan. Dengan kata lain rasio ini untuk mengetahui setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.
Rumusan untuk mencari debt to equity rqtio sebagai berikut
(Kasmir, 2016:123) :
3. Long Term Debt to Equity Ratio
Long Term Debt to Equity Ratio merupakan rasio antara utang
jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk
mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara
membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri
yang disediakan oleh perusahaan.
Rumusan untuk mencari long term debt to equity rqtio sebagai
berikut (Kasmir, 2016:124) :
4. Times Interest Earned
Merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga
(J. Fred Weston). Rasio ini diartikan juga kemampuan perusahaan
41
untuk membayar biaya bunga, sama seperti coverage ratio
(menurut James C. van Horne) dalam (Kasmir, 2016:113).
Rumusan untuk mencari times interest earned sebagai berikut
(Kasmir, 2016:125) :
atau
5. Fixed Charge Coverage
Atau bisa disebut lingkup biaya tetap merupakan rasio yang
menyerupai rasio Times Interest Earned. Hanya saja bedanya
dalam rasio ini dilakukan, apabila perusahaan memperoleh utang
jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa
(lease contract). Biaya tetap merupakan biaya bunga ditambah
kewajiban sewa tahunan atau jangka panjang (Kasmir, 2016:113).
Rumusan untuk mencari fixed charge coverage sebagai berikut
(Kasmir, 2016:125) :
c. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas (activity ratio), merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva
42
yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan.
Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari (Kasmir, 2016:113).
Rasio aktivitas ini meliputi :
1. Receivable Turnover
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa
lama penagihan piutang selama satu periode. Rasio perputaran
piutang memberikan pemahaman tentang kualitas piutang dan
kesuksesan penagihan piutang.
Rumusan untuk mencari receivable turnover sebagai berikut
(Kasmir, 2016:127) :
atau
2. Days of Receivable
Hasil perhitungan ini menunjukkan jumlah hari (berapa hari)
piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih dan rasio ini juga
sering disebut days sales uncollected.
43
3. Inventory Turnover
Rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang
ditanam dalam persediaan (inventory) ini berputar dalam suatu
periode. Dapat diartikan pula bahwa perputaran persediaan
merupakan rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah persediaan
diganti dalam satu tahun.
Rumusan untuk mencari inventory turnover sebagai berikut
(Kasmir, 2016:129) :
4. Working capital turnover
Merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai
kefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya
seberapa banyak modal kerja berputar selama satu periode atau
dalam suatu periode. Untuk mengukurnya dapat dihitung
membandingkan antara penjualan dengan modal kerja atau dengan
modal kerja rata-rata.
Rumus menghitung working capital turnover adalah sebagai
berikut:
atau
44
5. Fixed assets turnover
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali
dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu
periode. Atau dengan kata lain untuk mengukur apakah perusahaan
sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum.
Untuk menghitungnya dengan membandingkan antara penjualan
bersih dengan aktiva tetap dalam suatu periode.
Rumus untuk menghitung fixed assets turnover adalah sebagai
berikut (Kasmir, 2016:132):
6. Total Assets Turnover
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran
semua aktiva yang dimiliki perusahaan. Kemudian juga mengukur
berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.
Rumus menghitung total assets turnover adalah sebagai berikut
(Kasmir, 2016:133):
d. Rasio Profitabilitas
Menurut Kasmir (2016:115) rasio proftabilitas merupakan rasio
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.
45
Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu
perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari
penjualan dan pendapatan investasi. Intinya bahwa penggunaan rasio
ini menunjukkan efisiensi perusahaan.
Jenis-jenis rasio profitabilitas sebagai berikut :
1. Profit margin (profit margin on sales)
Merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur
margin laba atas penjuaan. Untuk mengukur rasio ini adalah
dengan cara membandingkan antara laba bersih setelah pajak
dengan penjualan bersih.
Rumus untuk mencari profit margin ada dengan du acara yaitu
(Kasmir, 2016:134):
i. Untuk margin laba kotor dengan rumus:
ii. Untuk margin laba bersih dengan rumus:
2. Return on Investment (ROI) atau Return on Total Assets (ROA)
Merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah
aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan
suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola
investasinya.
46
Rumus untuk menghitung return on investment dan return on
assets adalah sebagai berikut (Kasmir, 2016:136):
atau
3. Return on Equity (ROE)
Merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak
dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan
modal sendiri. Makin tinggi rasio ini, makin baik. Artinya, posisi
pemilik perusahaan makin kuat, demikian pula sebaliknya.
Rumus untuk menghitung return on equity adalah sebagai berikut
(Kasmir, 2016:137):
4. Laba per lembar saham (Earnings per Share)
Disebut juga rasio nilai buku, merupakan rasio untuk
mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan
bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen
belum berhasil memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan
rasio yang tinggi, maka kesejahteraan pemegang saham meningkat
dengan pengertian lain, bahwa tingkat pengembalian yang tinggi.
47
Rumus untuk menghitung earning per share adalah sebagai berikut
(Kasmir, 2016:139):
6. Peringkat Obligasi
Brigham & Houston (2009:375) menerangkan peringkat obligasi
memiliki arti penting baik bagi perusahaan maupun investor. Pertama,
karena peringkat obligasi adalah indikator dari risiko gagal bayarnya,
peringkat ini memiliki pengaruh langsung yang dapat diukur pada tingkat
suku bunga obligasi dan biaya utang perusahaan. Kedua, kebanyakan
obligasi dibeli oleh institusional daripada individual, dan banyak institusi
dibatasi hanya berinvestasi pada sekuritas yang layak investasi. Jadi, jika
obligasi sebuah perusahaan jatuh di bawah peringkat BBB, perusahaan
akan mengalami kesulitan menjual obligasi baru karena kebanyakan
potensi pembeli akan tidak diperbolehkan untuk membelinya.
Menurut Priyo dan Ubaidillah (2000:161), peringkat obligasi dibuat
untuk memberikan informasi kepada para investor apakah investasi
mereka terutama dalam bentuk oligasi merupakan investasi beresiko atau
tidak. Peringkat tersebut biasanya dikeluarkan oleh perusahaan
pemeringkat independen seperti Standard and Poor‟s dan Moody‟s
Investor Service. Untuk perusahaan lokal kita mengenal Pefindo.
48
Peringkat atas efek utang yang dilakukan oleh Pefindo didasarkan
atas beberapa pertimbangan, yaitu:
1) Kemungkinan pelunasan pembayaran, yaitu penilaian atas kapasitas
serta kemampuan obligor dalam memenuhi kewajiban finansialnya
sesuai dengan yang diperjanjikan.
2) Struktur, karakteristik serta berbagai ketentuan yang diatur dalam
efek utang.
3) Perlindungan yang diberikan maupun posisi klaim dari pemegang
efek utang tersebut bila terjadi pembubaran perseroan dan likuidasi.
a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi
Menurut Brigham dan Houston (2009:373) Faktor-faktor yang
mempengaruhi peringkat obligasi adalah sebagai berikut :
1) Berbagai macam rasio-rasio keuangan, termasuk rasio utang dan
rasio keliapatan pembayaran bunga. Semakin baik rasio-rasio
keuangan tersebut semakin tinggi rating tersebut.
2) Jaminan aset untuk obligasi yang diterbitkan (mortage provision).
Apabila obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, maka
rating akan membaik.
3) Kedudukan obligasi dengan jenis utang lain. Apabila kedudukan
obligasi lebih rendah dari utang lainnya maka rating akan ditetapkan
satu tingkat lebih rendah dari yang seharusnya.
4) Penjamin. Emiten obligasi yang lemah namun dijamin oleh
perusahaan yang kuat maka emiten diberi rating yang kuat.
49
5) Adanya singking fund (provisi bagi emiten untuk membayar pokok
pinjaman sedikit demi sedikit setiap tahun).
6) Umur obligasi. Cateris Paribus, obligasi dengan umur yang lebih
pendek mempunyai risiko yang lebih kecil.
7) Stabilitas laba dan penjualan emiten.
8) Peraturan yang berkaitan dengan industri emiten.
9) Faktor-faktor lingkungan dan tanggung jawab produk.
10) Kebijakan akuntansi. Penerapan kebijakan akuntansi yang
konservatif mengindikasikan laporan keuangan yang lebih
berkualitas.
Tabel 2.1
Peringkat Obligasi PT Pefindo
Peringkat Keterangan
AAA Efek hutang dengan peringkat AAA merupakan Efek Utang dengan
peringkat tertinggi dari Pefindo yang didukung oleh kemampuan
Obligor yang superior relatif dibanding entitas Indonesia lainnya
untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjang sesuai dengan
yang diperjanjikan
AA Efek utang dengan peringkat AA memiliki kualitas kredit sedikit di
bawah peringkat tertinggi, didukung oleh kemampuan Obligor yang
sangat kuat untuk memenuhi kewajiban finasial jangka panjangnya
sesuai dengan yang diperjanjikan relatif dibandingkan dengan entitas
Indonesia lainnya
A Efek utang dengan peringkat A memiliki dukungan kemampuan
Obligor yang kuat dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya
untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai
dengan yang diperjanjikan, namun cukup peka terhadap perubahan
50
yang merugikan
BBB Efek utang dengan BBB didukung oleh kemampanan obligor yang
memadai relatif dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya untuk
memenuhi kewajiban finansial, namun kemampuan tersebut dapat
diperlemah oleh perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang
merugikan
BB Efek utang dengan peringkat BB menunjukan dukungan kemampuan
Obligor yang agak lemah relatif dibandingkan dengan entitas lainnya
untukmemenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan
yang diperjanjikan, serta peka terhadap keadaan bisnis dan
perekonomian yang tidak menentu
B Efek utang dengan peringkat B menunjukan parameter perlindungan
yang sangat lemah. Walapun Obligor masih memiliki kemampuan
untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya, namun
adanya perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan
akan memperburuk kemampuan obligor utuk memenuhi kewajiban
finansialnya.
CCC Efek utang dengan peringkat CCC menunjukan Efek hutang yang
tidak mampu lagi memenuhi kewajiban finansialnya, serta hanya
tergantung kepada perbaikan keadaan eksternal.
D Efek utang dengan peringkat D menandakan Efek hutang yang
macet. Perusahaan penerbit sudah berhenti berusaha.
Sumber : PT Pefindo
Rating tertinggi adalah AAA yang menunjukkan kualitas terbaik
atau perusahaan mempunyai tingkat risiko default yang paling rendah.
Sedangkan klasifikasi rating paling rendah D yang menunjukkan
perusahaan default. Obligasi dengan rating AAA sampai dengan BBB
termasuk dalam kategori obligasi yang layak untuk investasi
(investment grade) sedangkan obligasi dibawah rating BBB termasuk
51
dalam kategori non investment grade dan dinilai bersifat spekulatif
untuk investasi.
Salah satu produk dari Pefindo adalah mengeluarkan rating
outlook yaitu penilaian atas prospek jangka menengah dan panjang
mengenai institusi yang diperingkat meliputi evaluasi terhadap
perubahan perekonomian dan bisnis tersebut. di bawah ini definisi dan
istilahnya:
Tabel 2.2
Rating Outlook
No. Outlook Definisi
1. Positif Prospek yang berpotensi untuk menaikkan peringkat
2. Negatif Prospek yang berpotensi untuk menurunkan peringkat
3. Stabil Indikasi prospek yang stabil sehingga hasil peringkat
akan stabil juga
4. Berkembang Prospek yang belum jelas disebabkan ketebatasan
informasi, sehingga hasil peringkat bisa dinaikkan dan
diturunkan sesuai dengan perkembangan selanjutnya.
Sumber : PT Pefindo (Raharjo dalam Pertiwi, 2013:39)
b. Manfaat Rating Obligasi
Manfaat umum dari proses pemeringkatan obligasi adalah
(Rahardjo dalam Pertiwi, 2013:39) :
1) Sistem informasi keterbukaan pasar yang transparan yang
menyangkut berbagai produk obligasi akan menciptakan pasar
obligasi yang sehat dan transparan juga.
2) Efisiensi biaya. Hasil pemeringkatan obligasi yang bagus biasanya
memberikan keuntungan, yaitu menghindari kewajiban persyaratan
keuangan yang biasanya memberatkan perusahaan, seperti
penyediaan singking fund dan jaminan aset.
52
3) Menentukan besarnya coupon rate, semakin bagus peringkatnya,
cenderung semakin rendah nilai coupon rate dan sebaliknya.
4) Memberikan informasi yang objektif dan independen menyangkut
kemampuan pembayaran utang, tingkat resiko investasi yang
mungkin timbul, serta jenis dan tingkat hutang tersebut.
5) Mampu menggambarkan kondisi pasar obligasi dan kondisi ekonomi
pada umumnya.
Manfaat rating bagi investor adalah sebagai berikut :
1) Informasi resiko investasi. Tujuan utama investasi adalah untuk
meminimalkan resiko serta mendapatkan keuntungan yang
maksimal. Oleh karena itu, dengan adanya peringkat obligasi
diharapkan informasi resiko dapat diketahui lebih jelas posisinya.
2) Rekomendasi investasi. Investor akan dengan mudah mengambil
keputusan investasi berdasarkan hasil peringkat kinerja emiten
obligasi tersebut. Dengan demikian investor dapat melakukan
strategi investasi akan membeli atau menjual sesuai perencanaannya.
3) Perbandingan. Hasil rating akan dijadikan patokan dalam
membandingkan obligasi yang satu dengan yang lain, serta
membandingkan struktur yang lain seperti suku bunga dan metode
penjaminannya.
53
Adapun beberapa manfaat yang didapatkan oleh emiten adalah:
1) Informasi posisi bisnis. Pihak perusahaan dapat mengetahui posisi
bisnis dan kinerja usahanya dibandingkan dengan perusahaan sejenis
lainnya.
2) Menentukan struktur obligasi. Perusahaan dapat menentukan
beberapa syarat atau struktur obligasi yang meliputi tingkat suku
bunga, jenis obligasi, jangka waktu jatuh tempo, jumlah emisi
obligasi serta berbagai struktur pendukung lainnya
3) Mendukung kinerja. Apabila emiten mendapatkan peringkat yang
cukup bagus maka kewajiban menyediakan singking fund atau
jaminan kredit bisa dijadikan pilihan alternatif.
4) Alat pemasaran. Peringkat obligasi yang baik terlihat lebih menarik
sehingga dapat membantu pemasaran obligasi tersebut.
5) Menjaga kepercayaan investor. Peringkat obligasi yang independen
akan membuat investor merasa lebih aman sehingga kepercayaan
bisa lebih terjaga.
7. Hubungan Variabel Independen terhadap Peringkat Sukuk
a. Hubungan Rasio Likuiditas (current ratio), Rasio Aktivitas (total asset
turnover), rasio profitabilitas (return on asset), dan rasio solvabilitas
(debt to equity ratio) secara simultan terhadap peringkat sukuk.
Menurut Kasmir (2016:110) rasio keuangan digunakan untuk
mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio
54
keuangan ini akan kelihatan kondisi kesehatan perusahaan yang
bersangkutan.
Jenis-jenis rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menilai
kinerja suatu perusahaan beragam. Penggunaan masing-masing rasio
tergantung kebutuhan perusahaan, artinya terkadang tidak semua rasio
digunakan. Dalam praktiknya terdapat beberapa macam jenis rasio
keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja suatu
perusahaan. Masing-masing jenis rasio yang digunakan akan
memberikan arti tertentu tentang posisi yang diinginkan.
Penelitian Mardiah (2016) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
likuiditas, profitabilitas, dan leverage terhadap peringkat sukuk, baik
secara simultan maupun parsial. dengan kata lain ketiga rasio keuangan
tersebut dapat menjadi tolak ukur untuk mengetahui peringkat sukuk.
Malia (2015) mengatakan bahwa rasio likuiditas, solvabilitas,
profitabilitas, produktivitas secara simultan (bersama-sama)
berpengaruh terhadap rating sukuk.
b. Hubungan Rasio Likuiditas terhadap Peringkat Sukuk
Fred Weston dalam Kasmir (2016:110), menyebutkan bahwa
rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek.
Artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu untuk
memenuhi utang (membayar) tersebut terutama utang yang sudah jatuh
55
tempo. Jadi semakin tinggi rasio likuditas ini berarti semakin besar
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Menurut Pebruary (2016) current ratio berpengaruh signifikan
positif terhadap rating sukuk, jika semakin tinggi rasio maka semakin
besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial
jangka pendek, sehingga resiko rendah dan rating sukuk akan
meningkat.
Arisanti (2013) menyatakan bahwa likuiditas obligasi syariah
bernilai positif artinya berbanding lurus terhadap prediksi peringkat
obligasi syariah sehingga apabila likuiditas mengalami kenaikan maka
peringkat obligasi syariah juga akan mengalami kenaikan atau semakin
tinggi perusahaan mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya,
semakin tinggi pula peringkat obligasi syariah, dengan asumsi variabel
lainnya bernilai tetap. Hal ini dikarenakan kemampuan perusahaan
dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya tinggi maka akan
menaikkan peringkat obligasi syariah. Pada dasarnya obligasi syariah
merupakan surat utang dengan menggunakan akad syariah, dengan
demikian apabila seorang investor akan membeli obligasi dari
perusahaan penerbit obligasi maka seorang investor tersebut akan
melihat kemampuan perusahaan dalam mengembalikan kewajibannya.
c. Hubungan Rasio Aktivitas terhadap Peringkat Sukuk
Menurut Kasmir (2016:113) rasio aktivitas merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan
56
aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan
untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan.
Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Asih (2016) menyatakan bahwa aktivitas berpengaruh signifikan
terhadap peringkat obligasi. Perusahaan dengan tingkat aktivitas yang
tinggi cenderung akan mampu menghasilkan pendapatan yang lebih
tinggi sehingga mampu untuk membayar hutangnya hal ini dapat
meningkatkan peringkat obligasi. Apabila semakin tinggi aktivitas
perusahaan berarti manajemen perusahaan mampu mengatur strategi,
pemasaran, dan pengeluaran yang lebih efisien dalam penggunanaan
seluruh aktiva. Dalam hal ini perusahaan akan memiliki laba yang lebih
baik sehingga perusahaan mampu membayar kewajibannya. Keadaan
ini dapat menarik minat investor.
d. Hubungan Rasio Profitabilitas terhadap Peringkat Sukuk
Menurut Kasmir (2016:115) rasio proftabilitas merupakan rasio
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.
Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu
perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari
penjualan dan pendapatan investasi.
Pebruary (2016) menyatakan bahwa variabel ROA berpengaruh
signifikan positif terhadap rating sukuk, jika semakin tinggi rasio maka
semakin tinggi keuntungan bersih yang diperoleh, sehingga akan
57
meningkatkan rating sukuk. Jika perusahaan menghasilkan keuntungan
pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham yang baik, maka rasio
profitabilitas tinggi. Hal ini menunjukkan efisiensi dan efektivitas
pengelolaan aset yang semakin baik. Maka pengaruhnya akan baik
untuk rating sukuk dari perusahaan tersebut.
Afiani (2013) menyatakan bahwa ada pengaruh variabel
profitabilitas terhadap peringkat sukuk. Jadi, perubahan kenaikan
maupun penurunan profitabilitas akan berpengaruh terhadap peringkat
sukuk. Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin
rendah risiko ketidakmampuan membayar (default) dan semakin baik
peringkat yang diberikan terhadap perusahaan tersebut.
e. Hubungan Rasio Solvabilitas terhadap Peringkat Sukuk
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.
Artinya, berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan
dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio
solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka
panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi) (Kasmir,
2016:112).
Malia (2015) menyatakan bahwa rasio solvabilitas berpengaruh
positif terhadap peringkat sukuk, jadi semakin rendah rasio solvabilitas
maka semakin baik peringkat sukuk yang didapatkan.
58
Menurut Pebruary (2016) untuk meningkatkan peringkat sukuk
juga harus meingkatkan kinerja keuangan perusahaan, semakin baik
kinerja keuangan perusahaan semakin baik pula rating sukuk. Dimana
kinerja perusahaan dilihat dari rasio hutang perusahaan (debt equity
ratio), semakin besar rasio semakin besar ketergantungan modal
terhadap hutang, hal ini kurang baik jika suatu perusahaan tergantung
dengan hutang. Menurut DSN dana pembiayaan atau sumber dana
hutang tidak lebih dari 30% dari rasio modalnya.
59
B. Penelitian Terdahulu
Berikut adalah penelitian terdahulu tentang analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi peringkat sukuk.
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
No PENELITI JUDUL VARIABEL ANALISIS HASIL
1 Putri
Kinanti
Azani,
Khairunnisa,
dan
Vaya
Juliana
Dillak
(2017)
Pengaruh Likuiditas,
Leverage, dan
Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap
Peringkat Obligasi
(Studi Empiris pada
Perusahaan Keuangan
dan Non Perbankan
yang Diperingkat Oleh
PT. Pefindo Tahun
2011-2015)
Variabel Dependen:
Peringkat obligasi
Variabel
Independen:
Likuiditas
(Current Ratio)
Leverage (Debt to
Equity Ratio)
Pertumbuhan
perusahaan
Regresi
Logistik
Variabel yang
berpengaruh terhadap
peringkat obligasi:
Likuiditas
Leverage
Variabel yang tidak
berpengaruh terhadap
peringkat obligasi:
Pertumbuhan
perusahaan
2 Gina
Mardiah,
Zaini Abdul
Malik, dan
Nurdin
(2016)
Pengaruh Likuiditas,
Produktivitas, dan
Leverage Terhadap
Peringkat Sukuk
(Penelitian Terhadap
Perusahaan-Perusahaan
yang Menerbitkan
Sukuk dan Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
Selama Periode 2009-
2014)
Variabel dependen:
Peringkat Sukuk
Variabel
independen:
Likuiditas (Current
Ratio)
Profitabilitas
(Return On Assets)
Leverage (Debt to
Equity Ratio)
Regresi
Logistik
Variabel yang
berpengaruh terhadap
peringkat obligasi:
Likuiditas
Profitabilita
Leverage
3 Silviana
Pebruary
(2016)
Pengaruh Rasio
Profitabilitas, Rasio
Likuiditas, Rasio
Leverage dan
Pendapatan Bunga
Terhadap Rating Sukuk
Korporasi Periode
2010-2013
Variabel dependen:
Rating Sukuk
Variabel
independen:
Leverage (Debt to
Equity Ratio)
Profitabilitas
(Return On Assets)
Likuiditas
(Current Ratio)
Pendapatan Bunga
Regresi
Logistik
Variabel yang
berpengaruh terhadap
peringkat obligasi:
Profitabilitas
Likuiditas
Pendapatan
Bunga
Variabel yang tidak
berpengaruh terhadap
peringkat obligasi:
Leverage
60
4 Asih (2016) Analisis Faktor –
Faktor yang
Mempengaruhi Prediksi
Peringkst Obligasi pada
Perusahaan Non-
Keuangan yang
Terdaftar di BEI
Periode 2011-2013
Variabel dependen:
Peringkat Obligasi
Variabel
independen:
Ukuran
Perusahaan (Size)
Leverage (Long
Term to Total
Aset)
Profitabilitas
(Return On
Assets)
Aktivitas (Total
Assets Turnover)
Maturity
Jaminan (Secure)
Reputasi Auditor
Likuiditas
(Current Ratio)
Pertumbuhan
Perusahaan (Sales
Growth)
Regresi
Logistik
Variabel yang
berpengaruh terhadap
peringkat obligasi:
Ukuran
Perusahaan
Profitabilitas
Aktivitas
Maturity
Secure
Reputasi
Auditor
Likuiditas
Pertumbuhan
Perusahaan
Variabel yang tidak
berpengaruh terhadap
peringkat obligasi:
Leverage
5 Dinik
Kustiyaning
rum,
Elva
Nuraina,
dan
Anggita
Langgeng
wijaya
(2016)
Pengaruh Leverage,
Likuiditas,
Profitabilitas, dan
Umur Perusahaan
terhadap Peringkat
Obligasi (Studi pada
Perusahaan Terbuka
yang Terdaftar di BEI)
Variabel dependen:
Peringkat Obligasi
Variabel
independen:
Likuiditas
(Current Ratio)
Leverage (Debt to
Equity Ratio)
Profitabilitas
(Return On Assets)
Umur obligasi
Regresi
Logistik
Variabel yang
berpengaruh terhadap
peringkat obligasi:
Likuiditas
Variabel yang tidak
berpengaruh terhadap
peringkat obligasi:
Leverage
Profitabilitas
Umur
Obligasi
6 Muhammad
Abugasem,
Nurul Aini,
dan
Natasha
Mazna
Ramli
(2015)
The Influence of
Corporate Governance,
Financial Ratio, and
Sukuk structure on
Sukuk Rating
Variabel
Dependen:
Peringkat Sukuk
Variabel
Independen:
Profitabilitas
(Return On Assets)
Leverage (Debt to
Equity Ratio)
Struktur sukuk
Ukuran
perusahaan
Regresi
Logistik
Variabel yang
berpengaruh terhadap
peringkat sukuk:
Leverage
Variabel yang tidak
berpengaruh terhadap
peringkat sukuk:
Profitabilitas
Struktur
sukuk
Ukuran
perusahaan
61
7 Lidiya
Malia dan
Andayani
(2015)
Pengaruh Rasio
Keuangan terhadap
Peringkat Sukuk
Variabel Dependen:
Peringkat sukuk
Variabel
Independen:
Likuiditas
(Current Ratio)
Produktivitas
(Total Assets
Turnover)
Profitabilitas
(Return On Assets)
Solvabilitas (Debt
to Equity Ratio)
Regresi
Berganda
Variabel yang
berpengaruh terhadap
peringkat sukuk:
Likuiditas
Solvabilitas
Variabel yang tidak
berpengaruh terhadap
peringkat sukuk:
Produktivitas
Profitabilitas
8 2013 The Predictive
Accuracy of Sukuk
Rating; Multinomial
Logistic and Neural
Network Inferences
Variabel Dependen
Peringkat sukuk
Variabel
Independen
Size (Total assets,
sales revenue
turnover, Total
stockholder‟s
equity)
Leverage (Debt
ratio, Debt to
Equity Ratio,
Long term debt to
total assets, Long
term debt to total
capital, WACC
cost of debt)
Liquidity (Current
ratio, quick ratio,
Cash ratio)
Coverage (Interest
coverage ratio)
Profitability
(Profit margin,
Operating margin,
ROA, ROE, ROA
to ROE)
Market activity
(Total market
value, Book value
per share, Share
price, GDP,
Interest rates)
Special variabel
(Guarantee status,
Regresi
Logistik
Multinomi
nal
Variabel yang
berpengaruh terhadap
peringkat sukuk:
Leverage
(Debt to
Equity Ratio)
Profitability
(Return On
Assets)
Liquidity
(Cash Ratio)
Market
activity
(share price,
GDP)
Special
variabel
(sukuk
structure,
industrial
sector,
guarantee
status,
subordination
status)
62
Subordinate,
Sukuk structure,
Industrial sector)
9 Ike Arisanti,
Isti Fadah,
dan
Novi
Puspitasari
(2013)
Analisis Faktor
Keuangan dan Non
Keuangan yang
Mempengaruhi Prediksi
Peringkat Obligasi
Syariah (Studi Empiris
pada Perusahaan
Penerbit Obligasi
Syariah yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia
Periode 2010-2012)
Variabel Dependen:
Peringkat obligasi
syariah
Variabel
Independen:
Growth
Size
Bagi hasil/fee
Likuiditas (Current
Ratio)
Jaminan obligasi
syariah
Umur obligasi
syariah
Regresi
Logistik
Variabel yang
berpengaruh terhadap
peringkat obligasi
syariah:
Likuiditas
Variabel yang tidak
berpengaruh terhadap
peringkat obligasi
syariah:
Growth
Size
Bagi hasil/fee
Jaminan
obligasi
syariah
Umur
obligasi
syariah
10 Damalia
Afiani
(2013)
Pengaruh Likuiditas,
Produktivitas,
Profitabilitas, dan
Leverage Terhadap
Peringkat Sukuk (Studi
Empiris pada Bank
Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah
Periode 2008-2010)
Variabel dependen:
Peringkat Sukuk
Variabel
independen:
Likuiditas (Current
Ratio)
Produktivitas (Total
Assets Turnover)
Profitabilitas
(Return on assets)
Leverage (Debt to
Equity Ratio)
Regresi
Berganda
Variabel yang
berpengaruh terhadap
peringkat obligasi:
Likuiditas
Profitabilitas
Variabel yang tidak
berpengaruh terhadap
peringkat obligasi:
Produktivita
Leverage
11 Yessy
Arifman
(2013)
Pengaruh Likuiditas,
Profitabilitas dan
Leverage terhadap
Peringkat Obligasi
Perusahaan (Studi
Empiris pada
Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia)
Variabel Dependen:
Peringkat obligasi
Variabel
Independen:
Likuiditas
(Current Ratio)
Profitabilitas
(Return On
Assets)
Leverage (Debt to
Equity Ratio)
Regresi
Logistik
Variabel yang
berpengaruh terhadap
peringkat obligasi:
Profitabilitas
Variabel yang tidak
berpengaruh terhadap
peringkat obligasi:
Likuiditas
Leverage
63
12 Ni Made
Estiyanti
dan
Gerianta
Wirawan
Yasa
(2012)
Pengaruh Faktor
Keuangan dan Non
Keuangan pada
Peringkat Obligasi di
Bursa Efek Indonesia
Variabel Dependen:
Peringkat Obligasi
Variabel
Independen:
Likuiditas (Current
Ratio)
Leverage (Debt to
Equity Ratio)
Aliran kas
Total aset
Laba operasi
Laba ditahan
Regresi
Logistik
Variabel yang
berpengaruh terhadap
peringkat obligasi:
Laba ditahan
Variabel yang tidak
berpengaruh terhadap
peringkat obligasi:
Likuiditas
Leverage
Aliran kas
Total aset
Laba operasi
Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah variabel yang digunakan hanya
rasio keuangan yaitu likuditas, aktivitas, profitabilitas, dan solvabilitas. Berbeda
dengan penelitian-penelitian terdahulu yang mengkombinasikan antara rasio
keuangan dan rasio non-keuangan.
Kelebihan penelitian ini dibandingakn penelitian terdahulu adalah data yang
digunakan hanya rasio keuangan, dimana dengan menggunakan hanya rasio
keuangan diharapkan data lebih terukur dibandingkan dengan rasio non-keuangan
yang tidak berlaku umum pada setiap perusahaan. Rentang waktu yang cukup
panjang 5 tahun dengan data terbaru sehingga bisa menggambarkan kondisi
terkini perusahaan penerbit sukuk.
64
C. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
3.
BEI
Laporan Keuangan
Peringkat Sukuk
High Invesment Grade Low Investment Grade
Uji Regresi Logistik
Menilai Keseluruhan Model
(Overall Model Fit)
- 2 Log likelihood
Menguji Kebaikan Model
(Goodness of Fit)
Hosmer and Lemeshow Test
Nagelkerke R Square
Uji Simultan (Omnibus Tests of Model Coefficients)
Uji Wald (Uji t)
Likuiditas Aktivitas Profitabilitas Solvabilitas
Interpretasi
65
D. Perumusan Hipotesis
1. H0 : b1 = 0, rasio likuiditas (current ratio), rasio aktivitas (total asset
turnover), rasio profitabilitas (return on assets), dan rasio solvabilitas
(debt to equity ratio) tidak berpengaruh secara simultan terhadap
peringkat sukuk.
Ha : b1 ≠ 0, rasio likuiditas (current ratio), rasio aktivitas (total asset
turnover), rasio profitabilitas (return on assets), dan rasio solvabilitas
(debt to equity ratio) berpengaruh secara simultan terhadap peringkat
sukuk.
2. H0 : b2 = 0, rasio likuiditas (current ratio) tidak berpengaruh terhadap
peringkat sukuk.
Ha : b2 ≠ 0, rasio likuiditas (current ratio) berpengaruh terhadap
peringkat sukuk.
3. H0 : b3 = 0, aktivitas (total asset turnover) tidak berpengaruh
terhadap peringkat sukuk.
Ha : b3 ≠ 0, aktivitas (total asset turnover) berpengaruh terhadap
peringkat sukuk.
4. H0 : b4 = 0, rasio profitabilitas (return on assets) tidak berpengaruh
terhadap peringkat sukuk.
Ha : b4 ≠ 0, rasio profitabilitas (return on assets) berpengaruh terhadap
peringkat sukuk.
5. H0 : b5 = 0, rasio solvabilitas (debt to equity ratio) tidak berpengaruh
terhadap peringkat sukuk.
66
Ha : b5 ≠ 0, rasio solvabilitas (debt to equity ratio) berpengaruh terhadap
peringkat sukuk.
67
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dimana data kuantitatif
adalah data yang bersifat numeric atau angka. Dengan objek penelitian adalah
rasio likuiditas (CR), rasio aktivitas (TAT), rasio profitabilitas (ROA), rasio
solvabilitas (DER) dan peringkat sukuk. Adapun periode yang digunakan
dalam melakukan penelitian ini yaitu selama 5 tahun mulai dari tahun 2012
sampai dengan tahun 2016.
Peringkat sukuk yang dijadikan sebagai sampel adalah peringkat sukuk
yang dikeluarkan oleh PT Pefindo karena jasa pemeringkatan obligasi
didominasi oleh PT Pefindo dibanding agen pemeringkat efek lainnya.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang,
benda-benda dan ukuran lain yang menjadi objek perhatian atau kumpulan
seluruh objek yang menjadi perhatian. Sedangkan sampel adalah suatu bagian
dari populasi tertentu yang menjadi perhatian (Suharyadi dan Purwanto S.H.,
2013:7). Populasi dalam penelitian ini adalah sukuk yang diterbitkan oleh
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode tahun 2012
sampai dengan 2016. Tidak ada perbedaan antara jenis sukuk baik
mudharabah maupun ijarah yang tetap dimasukkan sebagai data. Pemilihan
68
sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu dengan menggunakan
kriteria tertentu dalam melakukan pemilihan sampel. Kriteria pemilihan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sukuk yang diterbitkan oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan beredar dari tanggal 1 Januari – 31 Desember pada tahun
pengamatan 2012-2016 dan masih aktif beredar.
2. Sukuk yang secara konsisten diterbitkan dalam periode 2012-2016 dan
diperingkatkan oleh PT. PEFINDO.
3. Emiten sukuk yang memiliki kelengkapan laporan keuangan selama
periode pengamatan.
4. Selama periode pengamatan emiten sukuk tidak mengalami kerugian
(default).
5. Emiten sukuk yang mempunyai informasi lengkap yang berhubungan
dengan penelitian.
Tabel 3.1
Populasi penelitian
No Emiten Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1 Adhi Karya A AA A A A
2 Aneka Gas Industri Indonesia A A A A A
3 Berlian Laju Tanker D - D D D
4 Indosat AA AA AAA AAA AAA
5 Matahari Putra Prima A A A A A
6 Mayora Indah AA AA AA AA AA
7 Nippon Indosari Corporindo AA AA AAA AAA AAA
8 Perusahaan Listrik Negara AA AAA AAA AAA AAA
9 Sumberdaya Sewatama A A - AAA AAA
10 Summarecon Agung A A A A A
11 Tiga Pilar Sejahtera Food A A A A A
Sumber: PT PEFINDO
69
Dari populasi tersebut, ditemukan bahwa emiten Berlian Laju Tanker
tidak menerbitkan sukuk pada tahun 2013 dan emiten Sumberdaya Sewatama
tidak menerbitkan sukuk pada tahun 2014 karena keduanya pada tgahun
tersebut mengalami kerugian sehingga PT. PEFINDO tidak menerbitkan
peringkat sukuk tersebut. Oleh karena hal tersebut sehingga diperoleh 9
perusahaan penerbit sukuk yang mempunyai data peringkat oleh PT.
PEFINDO selama kurun waktu 2012 sampai 2016. Dengan demikian maka
diperoleh jumlah sampel sukuk sebanyak 45.
Tabel 3.2
Sampel penelitian
No Emiten Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1 Adhi Karya A AA A A A
2 Aneka Gas Industri Indonesia A A A A A
3 Indosat AA AA AAA AAA AAA
4 Matahari Putra Prima A A A A A
5 Mayora Indah AA AA AA AA AA
6 Nippon Indosari Corporindo AA AA AAA AAA AAA
7 Perusahaan Listrik Negara AA AAA AAA AAA AAA
8 Summarecon Agung A A A A A
9 Tiga Pilar Sejahtera Food A A A A A
Sumber: PT PEFINDO
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis data dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder. Data yang
digunakan adalah data yang terdapat di Indonesia Capital Market Directory
dan laporan keuangan untuk periode 2012 sampai dengan 2016. Sampel
penelitian ini juga menggunakan data dari Indonesia Bond Market Directory
periode 2012 sampai dengan 2016. Dalam penulisan skripsi ini, metode yang
70
digunakan adalah penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mencari dan
mempelajari buku-buku, literatur, jurnal-jurnal penelitian, skripsi, thesis, dan
penelusuran internet yang erat kaitannya dengan masalah yang dibahas dalam
penelitian ini.
D. Operasional Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen dan empat variabel
independen. Definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini
sebagai berikut :
1. Variabel Dependen
Peringkat Sukuk
Variabel ini dilihat berdasarkan peringkat yang dikeluarkan oleh
PEFINDO yang secara umum terbagi menjadi dua yaitu investment grade
(AAA, AA, A, BBB) dan non investment grade (BB, B,CCC, D).
Variabel ini mengukur tingkat peringkat sukuk korporasi yang ada di
Indonesia dengan memberi nilai pada masing-masing kategori peringkat.
Skala pengukurannya adalah skala nominal. Dengan skala pengukuran
sebagai berikut:
Peringkat Sukuk Kode Kategori
AAA, AA 1 High Invesment Grade
A, BBB 0 Low Invesment Grade
71
2. Variabel Independen
a. Rasio Likuiditas
Current Ratio (CR)
Menurut Kasmir (2016:111) rasio lancar atau current
ratio adalah rasio rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.
Rumus yang digunakan dalam menghitung rasio likuiditas
adalah (Kasmir, 2016:111):
Current Ratio =
b. Rasio Aktivitas
Total Asset Turnover (TAT)
Penelitian ini menggunakan Total Asset Turnover
sebagai proksi dari rasio aktivitas, yang dihitung dengan
membandingkan antara pendapatan dengan total asset (Kasmir,
2016:114). Rumus yang digunakan dalam menghitung rasio
aktivitas adalah (Kasmir, 2016:133):
Total Aset Turnover =
c. Rasio Profitabilitas
Return on Asset
Rasio ini mengukur tingkat pengembalian dari bisnis
atas seluruh aset yang ada. Atau rasio ini menggambarkan
72
efisiensi pada dana yang digunakan dalam perusahaan. Oleh
karena itu, sering pula rasio ini disebut Return on Invesment.
Semakin tinggi ROA, berarti perusahaan semakin mampu
mendayagunakan aset dengan baik untuk memperoleh
keuntungan (Kasmir, 2016:136). Cara menghitungnya yaitu
(Kasmir, 2016:136):
Return on Total Asset (ROA) =
d. Rasio Solvabilitas
Debt to Equity Ratio
Menurut Kasmir (2016:112) debt to equity ratio
merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan
ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara
seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas.
Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang
disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan.
Cara menghitungnya yaitu (Kasmir, 2016:123):
Debt to Equity Ratio =
73
Tabel 3.3
Operasional variabel penelitian
No. Variabel
Penelitian
Proksi Formula Skala
1. Peringkat Sukuk High Investment Grade
diberi kode 1 & Low
Investment Grade diberi
kode 0
-
Nominal
2. Likuiditas CR
Rasio
3. Aktivitas TAT
Rasio
4. Profitabilitas ROA
Rasio
5. Solvabilitas DER
Rasio
Sumber: data diolah
E. Metode Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Statistik dengan analisis deskriptif sebenarnya hampir sama dengan
statistik menggunakan prosedur frekuensi, yaitu menghasilkan analisis
dispersi (standar deviasi, minimum, maksimum) (Wahyono, 2009:17)
Prosedur deskriptif juga memiliki kegunaan pokok untuk
melakukan pengecekan terhadap input data, mengingat bahwa analisis ini
akan menghasilkan resume data secara umum. Seperti berapa jumlah
responden laki-laki, berapa jumlah responden perempuan, dan
sebagainya. Disamping itu, analisis ini juga memiliki kegunaan untuk
74
menyediakan informasi deskripsi data dan demografik sampel yang
diambil (Wahyono, 2009:18).
2. Uji Analisis Regresi Logistik
Metode yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian
ini adalah regresi logistik (logistic regression) yaitu suatu metode analisis
yang berfungsi untuk menganalisis pengaruh suatu variabel bebas
terhadap suatu variabel terikat dengan syarat bentuk data dari variabel
terikat adalah data dikotomi, seperti ya dan tidak, setuju dan tidak, wanita
dan pria, membeli dan tidak, dan sebagainya. Kategori pengelompokkan
jawaban variabel terikat ini adalah untuk Y = 1 menyatakan kejadian
yang “sukses”, sedangkan untuk Y = 0 menyatakan kejadian yang
“gagal”. Hal ini sangat berbeda dengan regresi linier, yang variabel
terikatnya termasuk skala interval atau rasio (Agung dalam Baroroh,
2013:37).
Alasan menggunakan alat analisis regresi (logistic regression)
adalah karena variabel dependen bersifat dummy (menerima atau tidak
menerima opini audit going concern) regresi logistik hampir sama
dengan analisis deskriminan yaitu digunakan untuk menguji apakah
probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi oleh variabel
bebasnya (Ghozali,2011;333). Variabel dependen atau terikat di dalam
penelitian ini merupakan data dikotomi sehingga metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah regresi logistik (logistic regression). Regresi
75
logistik digunakan untuk menguji apakah variabel rasio likuiditas, rasio
aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio solvabilitas dapat berpengaruh
terhadap peringkat sukuk.
Pada dasarnya logistic regression (regresi logitik) sama dengan
analisis diskriminan; perbedaan ada pada jenis data dari variabel
dependen. Jika pada analisis diskriminan variabel dependen adalah data
rasio, maka pada regresi logistik variabel dependen adalah data nominal.
Data nominal disini lebih khusus adalah data binary. Dengan demikian,
tujuan regresi logistik adalah pembuatan sebuah model regresi untuk
memprediksi besar variabel dependen yang berupa sebuah variabel
binary menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui
besarnya. Variabel Binary adalah data jenis nominal dengan dua kreteria
saja, seperti 1 = “membeli” dan 0 = “tidak membeli”. Atau contoh
lainnya seperti gagal-sukses, risiko-tidak berisiko (Santoso 2014:216).
Adapun model regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
ln ( )= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + εi
Keterangan:
ln ( ) = 1, jika peringkat sukuk termasuk High Invesment Grade
(memiliki peringkat AAA, AA)
ln ( ) = 0, jika peringkat sukuk termasuk Low Invesment Grade
(memiliki peringkat A, BBB)
α = Konstanta
76
β1-4 = Koefisien regresi
X1 = Current Ratio
X2 = Total Asset Turnover
X3 = Return on Assets
X4 = Debt to Equity Ratio
εi = Standar Eror
Dalam model regresi logistik ini dapat ditaksir dengan
menggunakan tahap-tahap sebagai berikut:
a. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Langkah pertama adalah menilai Overall Model Fit terhadap
data. Beberapa test statistics diberikan untuk menilai hal ini.
Menilai angka -2 Log Likelihood pada awal (blok number = 0)
dan angka -2 Log Likelihood pada blok number = 1, jika terjadi
penurunan angka -2 Log Likelihood maka menunjukkan model
regresi yang baik. Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan
pengertian “sum of squared error” pada model regresi berganda,
sehingga penurunan Log Likelihood menunjukkan model regresi
yang baik.
b. Menguji Kebaikan Model (Goodness of Fit Test)
Untuk mengetahui perbedaan antara prediksi dan observasi
dilakukakan dengan uji Hosmer and Lemeshow Test dengan
pendekatan Chi Square. Menilai kelayakan model regresi dilakukan
dengan menilai signifikan pada tabel Hosmer and Lemeshow Test.
77
Jika nilai statistiknya lebih besar dari 0,05 maka hipotesis nol tidak
dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasi
atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data
observasinya.
Uji Hosmer and Lemeshow Test digunakan untuk
membuktikan data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak
ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat
dikatakan fit). Hipotesisnya adalah:
H0 : Tidak ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai
observasinya
Ha : Ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai
observasinya
Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :
Nilai Goodness of Fit Test yang diukur dengan nilai Chi Square dan
nilai signifikasi pada bagian uji Hosmer dan Lemeshow Test :
Jika probabilitas > 0,05 H0 diterima
Jika probabilitas < 0,05 H0 ditolak
c. Koefisien Determinasi (Nilai Negelkarke R Square)
Uji ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel-
variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen. Nilai
Nagelkerke R Square adalah nilai yang menunjukkan besarnya
variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel
independen yang diteliti, sedangkan sisanya yaitu 100% dikurangi
78
nilai Nagelkerke R Square merupakan besarnya variabilitas variabel
dependen yang dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar
penelitian.
Nagelkarke R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox
dan Snell R Square untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari
0 sampai 1. Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox dan
Snell R Square dengan nilai maksimumnya (Ghozali, 2009: 79).
Nilai Nagelkarke R Square dapat diinterprestasikan seperti nilai R²
pada multiple regression. Tujuannya adalah untuk mengetahui
seberapa besar kombinasi variabel independen yang terdiri dari rasio
likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio solvabilitas
mampu menjelaskan peringkat sukuk.
d. Matriks Klasifikasi
Uji ini digunakan untuk memperjelas gambaran atas prediksi
model regresi logistik dengan data observasi. Tabel klasifikasi
menunjukkan kekuatan prediksi model regresi untuk memprediksi
kemungkinan perusahaan mendapatkan peringkat obligasi apakah
high investment atau low investment.
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model
regresi untuk menjelaskan klasifikasi prediksi dengan observasi pada
variabel dependen yaitu peringkat sukuk.
79
3. Uji Hipotesis Penelitian
a. Uji Simultan (Omnibus Tests of Model Coefficients)
Pengujian Omnibus Tests of Model Coefficients digunakan
untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang terdiri
dari rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio
solvabilitas mampu menjelaskan peringkat sukuk secara bersama-
sama berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu peringkat sukuk
atau tidak.
Untuk menjawab permasalahan dan hipotesis mengenai
pengaruh variabel independen secara simultan atau bersama-sama,
yang perlu dilihat adalah nilai signifikan yang ada pada hasil output
SPSS yaitu pada tabel Omnibus Test of Model Coefficients pada
kolom signifikansi dibandingkan dengan tingkat kealphaan 0,05.
Omnibus Tests Model Coefficients yang menghasilkan nilai
signifikansi yang lebih rendah dari 0,05 maka menunjukkan bahwa
secara simultan variabel independen memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen.
Hipotesis :
H0 : koefisien regresi tidak signifikan
Ha : koefisien regresi signifikan
Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas:
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak
80
b. Menguji Koefisien Regresi
Uji Wald (Uji t) untuk menguji signifikansi konstanta dari
setiap variabel independen (Santoso, 2012:213). Dengan
menggunakan uji Wald ini dapat mengetahui ada tidaknya pengaruh
dari variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial dengan
kata lain adalah untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing
variabel independen yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio aktivitas,
rasio profitabilitas, dan rasio solvabilitas terhadap veriabel dependen
yaitu peringkat sukuk.
Hipotesis :
H0 : koefisien regresi tidak signifikan
Ha : koefisien regresi signifikan
Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas:
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak
81
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum dan Objek Penelitian
Pada penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
program SPSS 23.0. dan Microsoft Excel 2013 langkah pertama yang
dilakukan oleh peneliti adalah melakukan teknik penentuan sampel, yaitu
purposive sampling.
Jumlah perusahaan yang diteliti sebanyak 9 perusahaan penerbit sukuk
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan sukuk yang dikeluarkan
diperingkatkan oleh PT. PEFINDO. Periode tahun yang diteliti adalah mulai
dari tahun 2012 – 2016 dengan laporan keuangan perusahaan tahun 2012 -
2016 yang diperoleh dari website idx.co.id dan peringkat sukuk yang
diperoleh periode 2012 - 2016 dari Indonesian Bond Market Directory yang
diperoleh dari www.idx.co.id dan mendatangi langsung Bursa Efek Indonesia
yang berada di Jakarta dan PT. PEFINDO. Jumlah sampel yang digunakan
sebanyak 45 sampel.
B. Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
Data-data yang diperoleh dari variabel independen dan dependen
yang diteliti diantaranya adalah sebagai berikut :
82
a. Current Ratio
Rasio yang memperlihatkan kemampuan membayar kewajiban
jangka pendek perusahaan, juga memperhatikan jaminan harta lancar
terhadap hutang jangka pendek.
Tabel 4.1
Current Ratio Emiten Sukuk yang Diperingkati Oleh PT. PEFINDO Periode
2012 - 2016
No Emiten Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1 Adhi Karya 1.1800 1.3280 1.3020 1.5600 1.2910
2 Aneka Gas Industri Indonesia 1.1000 1.1000 1.2000 1.1000 1.1000
3 Indosat 0.7543 0.5300 0.4063 0.4950 0.4230
4 Matahari Putra Prima 1.9000 1.4000 1.3000 1.3000 1.2000
5 Mayora Indah 2.7600 2.4000 2.0900 2.3700 2.2500
6 Nippon Indosari Corporindo 1.1200 1.1400 1.3700 2.0600 2.9600
7 Perusahaan Listrik Negara 1.0363 0.9500 0.9988 0.6604 0.8302
8 Summarecon Agung 1.3100 1.4600 1.5900 1.6500 2.1000
9 Tiga Pilar Sejahtera Food 1.2700 1.7500 2.6600 1.6200 2.3800
Rata-rata 1.3182 1.3398 1.4352 1.4239 1.6149
Maksimum 2.7600 2.4000 2.6600 2.3700 2.9600
Minimum 0.7543 0.5300 0.4063 0.4950 0.4230
Sumber: Laporan Keuangan, Data diolah
Dari data pada tabel 4.1 di atas dapat dilihat rata-rata nilai
current ratio terendah ada di tahun 2012 dengan persentase sebesar
131,82% (1,3182) dan rata-rata current ratio terbesar ada pada tahun
2016 dengan persentase sebesar 161,49% (1,6149).
Current ratio terendah pada tahun 2012 sampai dengan 2016
adalah INDOSAT (ISAT) dengan nilai persentase current ratio
berturut-turut dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 sebesar
75,43% (0,7543), 53,0% (0,53), 40,63% (0,4063), 49,50% (0,4950),
dan 42,30% (0,4230).
83
Nilai persentase current ratio terbesar pada tahun 2012 dan
2013, dimiliki oleh Mayora Indah (MYOR) dengan nilai persentase
current ratio berturut-turut sebesar 276,00% (2,76), 240,00% dan
237,00% (2,37). Pada tahun 2014 perusahaan yang memiliki
persentase current ratio terbesar adalah Tiga Pilar Sejahtera Food
(AISA) dengan nilai persentase sebesar 266,00% (2,6600). Current
ratio terbesar pada tahun adalah Mayora Indah yaitu 237,00%
(2,3700). Pada tahun 2016 perusahaan yang memiliki persentase
current ratio terbesar adalah Nippon Indosari Corporindo (ROTI)
dengan nilai persentase sebesar 296,00% (2,9600).
b. Total Assets Turnover
Total Asset Turnover sebagai proksi dari rasio aktivitas, yang
dihitung dengan membandingkan antara pendapatan dengan total
asset.
Tabel 4.2
Total Assets Turnover Emiten Sukuk yang Diperingkati Oleh PT. PEFINDO
Periode 2012 - 2016
No Emiten Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1 Adhi Karya 0.9690 1.0081 0.8274 0.5602 0.5508
2 Aneka Gas Industri Indonesia 0.4240 0.3803 0.3151 0.2880 0.2824
3 Indosat 0.4060 0.4375 0.4523 0.4833 0.5741
4 Matahari Putra Prima 1.3213 1.8105 2.3322 2.2878 2.0184
5 Mayora Indah 1.2660 1.2376 1.3768 1.3065 1.4200
6 Nippon Indosari Corporindo 0.9883 0.8260 0.8774 0.8035 0.8638
7 Perusahaan Listrik Negara 0.4317 0.4436 0.4849 0.1597 0.1680
8 Summarecon Agung 0.3184 0.2997 0.3627 0.2998 0.2675
9 Tiga Pilar Sejahtera Food 0.7104 0.8080 0.6972 0.6634 0.7073
Rata-rata 0.7595 0.8057 0.8585 0.7613 0.7614
Maksimum 1.3213 1.8105 2.3322 2.2878 2.0184
Minimum 0.3184 0.2997 0.3151 0.1597 0.1680
84
Sumber: Laporan Keuangan, Data diolah
Dari data pada tabel 4.2 di atas dapat dilihat rata-rata nilai
total assets turnover terbesar ada di tahun 2014 dengan persentase
sebesar 85,85% (0,8585) dan rata-rata total assets turnover terendah
ada pada tahun 2012 dengan persentase sebesar 75,95% (0,7595).
Total assets turnover terendah pada tahun 2012 dan 2013
adalah Summarecon Agung (SMRA) dengan nilai persentase total
assets turnover sebesar 31,84% (0,3184) dan 29,97% (0,2997). Total
assets turnover terendah pada tahun 2014 adalah Aneka Gas Industri
Indonesia (AGII) yang memiliki nilai persentase total assets
turnover sebesar 31,51% (0,3151). Total assets turnover terendah
pada tahun 2015 dan 2016 adalah Perusahaan Listrik Negara (PPLN)
dengan persentase total assets turnover sebesar 15,97% (0,1597) dan
16,80% (0,1680).
Nilai persentase total assets turnover terbesar pada tahun 2012
sampai dengan 2016 adalah Matahari Putra Prima (MPPA) dengan
nilai persentase berturut-turut total assets turnover sebesar 132,13%
(1,3213), 181,05% (1,8105), 232,22% (2,3222), 228,78% (2,2878)
dan 201,84% (2,0184).
c. Return On Assets
Rasio ini mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas
seluruh aset yang ada. Atau rasio ini menggambarkan efisiensi pada
dana yang digunakan dalam perusahaan. Semakin tinggi ROA,
85
berarti perusahaan semakin mampu mendayagunakan aset dengan
baik untuk memeroleh keuntungan
Tabel 4.3
Return on Assets Emiten Sukuk yang Diperingkati Oleh PT. PEFINDO
Periode 2012 - 2016
No Emiten Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1 Adhi Karya 0.0540 0.0730 0.0570 0.0440 0.0300
2 Aneka Gas Industri Indonesia 0.0400 0.0300 0.0200 0.0100 0.0100
3 Indosat 0.0578 0.0277 0.0126 0.0430 0.0780
4 Matahari Putra Prima 0.0290 0.0680 0.1000 0.0350 0.0600
5 Mayora Indah 0.0900 0.1000 0.0400 0.1100 0.1100
6 Nippon Indosari Corporindo 0.1238 0.0867 0.0880 0.1000 0.0958
7 Perusahaan Listrik Negara 0.0119 -0.0445 0.0200 0.0046 0.0830
8 Summarecon Agung 0.0700 0.0800 0.1000 0.0600 0.0300
9 Tiga Pilar Sejahtera Food 0.0656 0.0691 0.0513 0.0412 0.0713
Rata-rata 0.0602 0.0544 0.0543 0.0498 0.0631
Maksimum 0.1238 0.1000 0.1000 0.1100 0.1100
Minimum 0.0119 -0.0445 0.0126 0.0046 0.0100
Sumber: Laporan Keuangan, Data diolah
Dari data pada tabel 4.3 di atas dapat dilihat rata-rata nilai
return on assets terbesar ada di tahun 2016 dengan persentase
sebesar 6,31% (0,0631) dan rata-rata return on assets terendah ada
pada tahun 2015 dengan persentase sebesar 4,98% (0,0498).
Return on assets terendah pada tahun 2012 dan 2013 ada pada
Perusahaan Listrik Negara (PPLN) dengan nilai persentase return on
assets sebesar 1,19% (0,0119) dan -4,45% (-0,045). Return on
assets terendah pada tahun 2014 adalah Indosat (ISAT) yang
memiliki nilai persentase current ratio sebesar 1,26% (0,0126). Pada
tahun 2015 perusahaan yang memiliki persentase return on assets
terendah adalah Perusahaan Listrik Negara (PPLN) dengan nilai
86
persentase sebesar 0,46% (0,0046) dan pada tahun 2016 persentase
return on assets terendah adalah Aneka Gas Industri Indonesia
(AGII) dengan nilai persentase sebesar 1,00% (0,01).
Nilai persentase return on assets terbesar pada tahun 2012
adalah Nippon Indosari Corporindo dengan persentase return on
assets sebesar 12,38% (0,1238). Pada tahun 2013 adalah Mayora
Indah (MYOR) dengan nilai persentase return on assets sebesar
10,00% (0,10). Pada tahun 2014 perusahaan yang memiliki
persentase return on assets terbesar adalah Summarecon Agung
(SMRA) dan Matahari Putra Prima (MPPA) dengan nilai persentase
sebesar 10,00% (0,10). Pada tahun 2015 dan 2016 perusahaan yang
memiliki persentase return on assets terbesar adalah Mayora Indah
(MYOR) dengan nilai persentase sebesar 11,00% (0,11).
d. Debt to Equity Ratio
Merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan
ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh
utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini
berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam
(kreditor) dengan pemilik perusahaan.
87
Tabel 4.4
Debt to Equity Ratio Emiten Sukuk yang Diperingkati Oleh PT. PEFINDO
Periode 2012 - 2016
No Emiten Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1 Adhi Karya 0.8800 1.1700 1.3830 0.6040 0.7850
2 Aneka Gas Industri Indonesia 2.1000 2.1000 2.0000 1.8000 1.1000
3 Indosat 1.1458 1.4598 1.9100 2.0900 1.6700
4 Matahari Putra Prima 1.1000 1.0000 1.2000 1.3000 1.3000
5 Mayora Indah 1.7100 1.4900 1.5300 1.1800 1.0600
6 Nippon Indosari Corporindo 0.8100 1.3200 1.2500 1.2800 1.0200
7 Perusahaan Listrik Negara 2.4493 2.9261 1.8825 0.6332 0.4471
8 Summarecon Agung 0.2900 0.5400 0.6800 0.8200 0.9100
9 Tiga Pilar Sejahtera Food 0.9000 1.1300 1.0500 1.2800 1.1700
Rata-rata 1.2650 1.4595 1.4317 1.2208 1.0513
Maksimum 2.4493 2.9261 2.0000 2.0900 1.6700
Minimum 0.2900 0.5400 0.6800 0.6040 0.4471
Sumber : Laporan Keuangan, Data diolah
Dari data pada tabel di atas dapat dilihat rata-rata nilai debt to
equity ratio terbesar ada di tahun 2013 dengan persentase sebesar
145,95% (1,4595) dan rata-rata debt to equity ratio terendah ada
pada tahun 2016 dengan persentase sebesar 105,13% (1,0513).
Debt to equity ratio terendah pada tahun 2012, 2013, dan
2014adalah Summarecon Agung (SMRA) dengan nilai persentase
debt to equity ratio berturut-turut sebesar 29,00% (0,29), 54,00%
(0,54), dan 68,00% (0,68). Debt to equity ratio terendah pada tahun
2015 ada pada Adhi Karya (ADHI) yang memiliki nilai persentase
debt to equity ratio sebesar 60,4% (0,6040. Pada tahun 2016 debt to
equity ratio terendah adalah Perusahaan Listrik Negara (PPLN)
dengan persentase debt to equity ratio 44,71% (0,4471).
88
Nilai persentase debt to equity ratio terbesar pada tahun 2012
dan 2013 dimiliki oleh Perusahaan Listrik Negara (PPLN) dengan
nilai persentase debt to equity ratio sebesar 244,93% (2,4493) dan
292,61% (2,9261). Pada tahun 2014 nilai persentase debt to equity
ratio terbesar dimiliki oleh Aneka Gas Industri Indonesia (AGII)
dengan nilai persentase debt to equity ratio sebesar 200,00% (2,00).
Pada tahun 2015 dan 2016 nilai persentase debt to equity ratio
terbesar dimiliki oleh Indosat (ISAT) dengan nilai persentase debt to
equity ratio sebesar 209,00% (2,09) dan 167,00% (1,67).
e. Peringkat Sukuk
Data peringkat sukuk perusahaan periode 2012-2016 diperoleh
dari Indonesian Bond Market Directory yang berada di Bursa Efek
Indonesia. Data peringkat sukuk ini mencakup golongan sukuk yang
masuk ke dalam High Invesment Grade (AAA, AA) dan Low
Investment Grade (A, BBB). Adapun data peringkat sukuk adalah :
Tabel 4.5
Peringkat Sukuk
No Emiten Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1 Adhi Karya A AA A A A
2 Aneka Gas Industri Indonesia A A A A A
3 Indosat AA AA AAA AAA AAA
4 Matahari Putra Prima A A A A A
5 Mayora Indah AA AA AA AA AA
6 Nippon Indosari Corporindo AA AA AAA AAA AAA
7 Perusahaan Listrik Negara AA AAA AAA AAA AAA
8 Summarecon Agung A A A A A
9 Tiga Pilar Sejahtera Food A A A A A
Sumber: PT PEFINDO
89
Tabel 4.6
Peringkat Sukuk
No Emiten Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1 Adhi Karya 0 1 0 0 0
2 Aneka Gas Industri Indonesia 0 0 0 0 0
3 Indosat 1 1 1 1 1
4 Matahari Putra Prima 0 0 0 0 0
5 Mayora Indah 1 1 1 1 1
6 Nippon Indosari Corporindo 1 1 1 1 1
7 Perusahaan Listrik Negara 1 1 1 1 1
8 Summarecon Agung 0 0 0 0 0
9 Tiga Pilar Sejahtera Food 0 0 0 0 0
Sumber: Data diolah
Tabel 4.6 menunjukkan yang termasuk dalam kategori 1 untuk
sukuk berkarakteristik high investment grade berjumlah 21 sukuk,
sedangkan yang termasuk dalam kategori 0 untuk low investment
grade berjumlsh 24 sukuk.
2. Uji Analisis Regresi Logistik
Dalam menganalisis data ini menggunakan regresi logistik. Dalam
uji regresi logistik tidak perlu menyaratkan bahwa data berdistribusi
normal karena apabila variabel bebasnya kombinasi antara metrik dan
nominal (non metrik), maka asumsi normalitas multivariat tidak akan
dapat dipenuhi (Ghozali, 2016:8).
Dalam uji regresi logistik dilakukan dengan memasukkan variabel
dependen yang berupa kategori. Kategori 1 untuk sukuk berkarakteristik
high investment grade dan kategori 0 untuk low investment grade.
90
a. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Langkah pertama adalah menilai Overall Fit Model terhadap
data. Beberapa test statistics diberikan untuk menilai hal ini.
Menilai angka -2 Log Likelihood pada awal (blok number = 0)
dan angka -2 Log Likelihood pada blok number = 1, jika terjadi
penurunan angka -2 Log Likelihood maka menunjukkan model
regresi yang baik. Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan
pengertian “sum of squared error” pada model regresi berganda,
sehingga penurunan Log Likelihood menunjukkan model regresi
yang baik.
Tabel 4.7
Block 0: Beginning Block
Tabel 4.8
Block 1 : Method = Enter
91
Tabel 4.6 dan 4.7 menunjukkan perbandingan antara nilai -2LL
blok awal dengan -2 LL blok akhir. Dari hasil perhitungan nilai -2LL
terlihat bahwa nilai blok awal (block number = 0) adalah 62,183 dan
nilai -2LL pada blok akhir (block number = 1) adalah 48,897
mengalami penurunan sebesar 13,286 yang menunjukkan model
regresi yang lebih baik maka model regresi logistik secara
keseluruhan layak digunakan.
b. Menguji Kebaikan Model (Goodness of Fit Test)
Untuk mengetahui perbedaan antara prediksi dan observasi
dilakukakan dengan uji Hosmer and Lemeshow Test dengan
pendekatan Chi Square. Menilai kelayakan model regresi dilakukan
dengan menilai signifikan pada tabel Hosmer and Lemeshow Test.
Jika nilai statistiknya lebih besar dari 0,05 maka hipotesis nol tidak
dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasi
atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data
observasinya.
Tabel 4.9
Pada tabel 4.9 tersebut terlihat bahwa besarnya nilai statistik
Hosmer and Lemeshow Test sebesar 4,328 dengan probabilitas
signifikansi 0,741 yang nilainya diatas 0,05 sehingga H0 diterima,
maka tidak diperoleh adanya perbedaan antara prediksi model regresi
92
logistik dengan data hasil observasi. Hal ini berarti model regresi
mampu diterima karena model sesuai dengan hasil observasinya dan
layak dipakai untuk analisis selanjutnya.
c. Koefisien Determinasi (Nilai Negelkarke R Square)
Uji ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel-
variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen. Nilai
Nagelkerke R Square adalah nilai yang menunjukkan besarnya
variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel
independen yang diteliti, sedangkan sisanya yaitu 100% dikurangi
nilai Nagelkerke R Square merupakan besarnya variabilitas variabel
dependen yang dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar
penelitian. Dengan kata lain bertujuan untuk vmengetahui seberapa
besar kombinasi variabel independen mampu menjelaskan variabel
dependen.
Tabel 4.10
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa nilai
Nagelkerke‟s R Square sebesar 0,341. Ini menggambarkan bahwa
model ini mempunyai kekuatan prediksi model sebesar 34,1% yang
dijelaskan oleh empat variabel yaitu CR, TAT, ROA, dan DER.
93
Sedangkan 65,9% dijelaskan oleh variabel lainnya diluar model
misalnya variabel seperti jaminan obligasi syariah dan umur obligasi
syariah seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Ike Arisanti, Isti
Fadah, dan Novi Puspitasari pada tahun 2013.
d. Uji Matriks Klasifikasi
Uji ini digunakan untuk memperjelas gambaran atas prediksi
model regresi logistik dengan data observasi. Tabel klasifikasi
menunjukkan kekuatan prediksi model regresi untuk memprediksi
kemungkinan perusahaan mendapatkan peringkat obligasi apakah
high investment atau low investment.
Tabel 4.11
Tabel 4.10 di atas digunakan untuk menghitung nilai estimasi
yang benar (correct) dan salah (incorrect). Menurut prediksi, sukuk
yang masuk dalam kategori low investment grade adalah sebanyak
24 sukuk. Namun dalam hasil observasi hanya terdapat 18 sukuk saja,
sehingga ketepatan klasifikasinya adalah sebesar 75% (18/24).
Sedangkan prediksi sukuk high investment grade adalah sebanyak 21
sukuk. Namun hasil observasi menunjukkan bahwa hanya terdapat 16
94
sukuk saja, jadi ketepatan klasifikasinya adalah sebesar 76,2%
(16/21). Secara keseluruhan ketepatan klasifikasi adalah 75,6%.
3. Uji Hipotesis Penelitian
a. Uji Simultan (Omnibus Tests of Model Coefficients)
Menjawab apakah variabel independen secara bersama-sama
atau simultan dapat dilihat dari nilai signifikansi yang ada pada hasil
output SPSS yaitu pada tabel Omnibus Tests of Model Coefficients
pada kolom signifikansi dibandingkan dengan tingkat kealphaan 0,05.
Tabel 4.12
Pada tabel 4.11 diatas menunjukkan bahwa chi-square sebesar
13,286 dengan degree of freedom adalah 4 dan tingkat signifikansi
sebesar 0,010. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari dari 0,05,
maka Ha diterima.
Interpretasi Uji Hipotesis
Hipotesis pertama menyatakan bahwa current ratio, total asset
turnover, return on assets, dan debt to equity ratio berpengaruh secara
simultan terhadap peringkat sukuk.
Karena nilai probabilitas lebih kecil dari α sebesar 5% maka Ha
diterima yang artinya bahwa variabel Independen yang terdiri dari
95
rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio
solvabilitas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
peringkat sukuk. Hasil ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian
Afiani (2013) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh variabel
likuiditas, produktivitas, profitabilitas, dan leverage secara simultan
terhadap peringkat sukuk. Jadi, perubahan kenaikan maupun
penurunan likuiditas, produktivitas, profitabilitas, dan leverage tidak
berpengaruh terhadap peringkat sukuk.
Sedangkan hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mardiah (2016) yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh likuiditas, profitabilitas dan leverage terhadap peringkat
sukuk, dan Malia (2015) yang menyatakan bahwa rasio likuiditas,
solvabilitas, profitabilitas, produktivitas secara bersama-sama
berpengaruh terhadap rating sukuk.
b. Menguji Koefisien Regresi
Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel
independen yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio
profitabilitas, dan rasio solvabilitas terhadap veriabel dependen yaitu
peringkat sukuk.
96
Tabel 4.13
Berdasarkan pembahasan pada bagian sebelumnya dapat
dihubungkan dengan hipotesis yang dijelaskan dalam penelitian ini
melalui model regresi sebgai berikut:
ln ( )= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + εi
ln ( )= -4,076 - 0,689X1 - 0,899X2 + 42,440X3 + 2,467X4 + εi
Dari hipotesis yang diajukan, berdasarkan pada hasil penelitian
dengan menggunakan analisis regresi logistik dapat dijelaskan sebagai
berikut:
ln ( )= α + β3X3 + β4X4 + εi
ln ( )= -4,076 + 42,440X3 + 2,467X4 + εi
Interpretasi Uji Hipotesis
a) Pengaruh Current Ratio terhadap Peringkat Sukuk
Hipotesis kedua menyatakan bahwa current ratio
berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Terlihat pada Tabel
4.12 nilai probabilitas statistik Wald atas variabel current ratio
sebagai proksi dari rasio likuiditas sebesar 0,295. Karena nilai
97
probabilitas lebih besar dari α sebesar 5% maka Ha ditolak.
Kondisi ini menunjukkan bahwa current ratio tidak
berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Hasil ini tidak
mendukung hasil dari penelitian Mardiah (2016), Afiani
(2013), dan Malia (2015) yang menemukan bahwa likuiditas
memiliki pengaruh positif terhadap peringkat sukuk, artinya
rasio likuiditas dengan proksi current ratio sangat berguna
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi
kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, dimana dapat
diketahui sampai seberapa jauh sebenarnya jumlah aktiva
lancar perusahaan dapat menjamin hutang lancarnya. Semakin
tinggi rasio berarti semakin terjamin hutang-hutang
perusahaan kepada kreditor.
Serta tidak mendukung hasil dari penelitian Pebruary
(2016) yang menemukan bahwa CR berpengaruh signifikan
positif terhadap rating sukuk, jadi semakin tinggi rasio maka
semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial jangka pendek, sehingga resiko rendah
dan rating sukuk akan meningkat, dan penelitian Arisanti
(2013) yang menemukan bahwa likuiditas obligasi syariah
bernilai positif artinya berbanding lurus terhadap prediksi
peringkat obligasi syariah.
98
Sedangkan hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Arifman (2013) yang
menemukan bahwa likuiditas yang diproksikan dengan CR
tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Dengan
demikian semakin tinggi likuiditas maka tidak berpengaruh
terhadap kemungkinan peningkatan peringkat obligasi
perusahaan. Dan penelitian Estiyanti (2012) yang menemukan
bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap peringkat
obligasi, kenaikan likuiditas tidak memengaruhi probabilitas
kenaikan peringkat obligasi perusahaan yang termasuk
kategori default grade dan speculative grade.
b) Pengaruh Total Assets Turnover terhadap Peringkat Sukuk
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa total assets turnover
berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Terlihat pada Tabel
4.12 nilai probabilitas statistik Wald atas variabel total assets
turnover sebagai proksi dari rasio aktivitas sebesar 0,241.
Karena nilai probabilitas lebih besar dari α sebesar 5% maka
Ha ditolak. Kondisi ini menunjukkan bahwa total assets
turnover tidak memiliki pengaruh terhadap peringkat sukuk.
Hasil ini tidak mendukung hasil dari penelitian Asih (2016)
yang menemukan bukti empiris bahwa rasio keuangan yang
diukur dengan TAT berpengaruh terhadap variabel peringkat
obligasi. Jadi, perusahaan dengan tingkat aktivitas yang tinggi
99
cenderung akan mampu menghasilkan pendapatan yang lebih
tinggi sehingga mampu untuk membayar hutangnya hal ini
dapat meningkatkan peringkat obligasi.
Sedangkan hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Malia (2015) yang menemukan
bahwa rasio aktivitas dimana keefektifan penggunaan sumber
daya perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap
peringkat sukuk. Turnover yang tinggi menunjukkan
management yang efektif tetapi dapat juga turnover yang
tinggi disebabkan aktiva perusahaan yang sudah tua dan sudah
habis disusut, jadi turnover yang tinggi ini karena keadaan
perusahaan. Sehingga besarnya rasio aktivitas ini tidak selalu
menggambarkan keefektifan manajemen perusahaan dan
begitu pula untuk peringkat sukuk, rasio aktivitas yang tinggi
tidak selalu menghasilkan peringkat sukuk tinggi. Dan
penelitian Afiani (2013) konsisten menyatakan hal yang sama
bahwa tidak ada pengaruh variabel aktivitas terhadap
peringkat sukuk. Jadi, perubahan kenaikan maupun penurunan
aktivitas tidak berpengaruh terhadap peringkat sukuk.
c) Pengaruh Return on Assets terhadap Peringkat Sukuk
Hipotesis keempat menyatakan bahwa return on assets
berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Terlihat pada Tabel
4.12 nilai probabilitas statistik Wald atas variabel return on
100
assets sebagai proksi dari rasio profitabilitas sebesar 0,008.
Karena nilai probabilitas lebih kecil dari α sebesar 5% maka
Ha diterima. Kondisi ini menunjukkan bahwa return on assets
berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Hasil ini tidak
mendukung hasil dari penelitian Malia (2015) yang
menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh dari rasio
profitabilitas terhadap peringkat sukuk, Hal ini disebabkan
karena investor cenderung tidak memperhatikan profitabilitas
dengan proksi Return On Asset dalam keputusannya
berinvestasi karena Return On Asset memiliki kelemahan yaitu
cenderung untuk berfokus pada jangka pendek dan bukan
tujuan jangka panjang. Return On Asset tidak menunjukkan
prospek ke depan atas perusahaan sehingga investor tidak
dapat memperkirakan atau meramalkan keuntungan yang akan
didapatnya di masa depan.
Sedangkan hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Pebruary (2016) yang
menemukan bahwa variabel ROA berpengaruh signifikan
positif terhadap rating sukuk, jika semakin tinggi rasio maka
semakin tinggi keuntungan bersih yang diperoleh, sehingga
akan meningkatkan rating sukuk. Bagi perusahaan yang akan
menerbitkan sukuk atau masuk dalam Daftar efek syariah,
harus memiliki pendapatan bunga dibawah 15%. Dan
101
penelitian Afiani (2013) konsisten menyatakan hal yang sama
bahwa ada pengaruh variabel profitabilitas terhadap peringkat
sukuk. Jadi, perubahan kenaikan maupun penurunan
profitabilitas akan berpengaruh terhadap peringkat sukuk.
d) Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Peringkat Sukuk
Hipotesis kelima menyatakan bahwa debt to equity ratio
berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Terlihat pada Tabel
4.12 nilai probabilitas statistik Wald atas variabel debt to
equity ratio sebagai proksi dari rasio solvabilitas sebesar
0,005. Karena nilai probabilitas lebih kecil dari α sebesar 5%
maka Ha diterima. Kondisi ini menunjukkan bahwa debt to
equity ratio berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Hasil ini
tidak mendukung hasil dari penelitian Pebruary (2016) yang
menunjukkan bahwa variabel DER mempunyai pengaruh
signifikan negatif terhadap rating sukuk yang berarti bahwa
semakin tinggi rasio hutang maka resiko semakin tinggi,
sehingga rating sukuk akan semakin rendah. Serta tidak
mendukung hasil dari penelitian Afiani (2013) yang
menemukan bahwa tidak ada pengaruh variabel leverage
terhadap peringkat sukuk. Jadi, perubahan kenaikan maupun
penurunan leverage tidak berpengaruh terhadap peringkat
sukuk.
102
Sedangkan hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mardiah (2016) yang
menemukan bahwa DER berpengaruh terhadap peringkat
sukuk. Dan penelitian Malia (2015) konsisten menyatakan hal
yang sama bahwa rasio solvabilitas berpengaruh positif
terhadap peringkat sukuk, jadi semakin rendah rasio
solvabilitas maka semakin baik peringkat sukuk yang
didapatkan.
103
BAB V
PENUTUP
D. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan pada bab-bab sebelumnya bahwa penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh rasio likuiditas (current
ratio), rasio aktivitas (total assets turnover), rasio profitabilitas (return on
assets), dan rasio solvabilitas (debt to equity ratio) secara simultan maupun
parsial terhadap peringkat sukuk pada perusahaan penerbit sukuk. Maka
berdasarkan hasil regresi logistik penelitian ini dapat ditarik kesimpulan:
1. Rasio likuiditas (current ratio), rasio aktivitas (total asset turnover),
rasio profitabilitas (return on asset), dan rasio solvabilitas (debt to
equity ratio) berpengaruh secara simultan terhadap peringkat sukuk.
2. Rasio likuiditas yang diproksikan dengan current ratio (CR) tidak
berpengaruh signifikan terhadap peringkat sukuk.
3. Rasio aktivitas yang diproksikan dengan total assets turnover (TAT)
tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat sukuk.
4. Rasio profitabilitas yang diproksikan return on assets (ROA)
berpengaruh signifikan terhadap peringkat sukuk.
5. Rasio solvabilitas yang diproksikan debt to equity ratio (DER)
berpengaruh signifikan terhadap peringkat sukuk.
104
E. Saran
Oleh karena penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, maka
berikut ini beberapa saran dari penyusun sebagai upaya perbaikan maupun
peningkatan bagi penelitian selanjutnya, yaitu:
1. Bagi Investor
Sebaiknya investor yang ingin membeli sukuk harus memperhatikan
peringkatnya. Selain itu investor harus memperhatikan faktor lain di luar
kinerja keuangan perusahaan, karena berdasarkan hasil penelitian ini
faktor keuangan tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan peringkat.
2. Bagi Perusahaan (Emiten Sukuk)
Dalam rangka menaikkan peringkat sukuk menjadi high investment
grade perusahaan pengeluar sukuk (emiten sukuk) tidak hanya
memperhatikan kinerja keuangan perusahaan. Namun perlu
memperhatikan faktor non keuangannya, seperti jaminan, umur sukuk
dan lain-lain.
3. Bagi peneliti selanjutnya
a. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel
perusahaan yang akan diteliti agar memperoleh hasil yang lebih
akurat.
b. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti variabel-variabel
lain atau mengganti proksi pada variabel-variabel yang tidak
signifikan dalam penelitian ini, sehingga akan memberikan hasil
105
yang benar-benar menggambarkan hal-hal apa saja yang
mempengaruhi peringkat sukuk.
c. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperpanjang periode
penelitian agar hasil diperoleh lebih akurat.
106
DAFTAR PUSTAKA
Abugasem, Muhamad et al. “The Influence of Corporate Governance, Financial
Ratio and Sukuk Structure on Sukuk Rating”. Prodia Economics and
Finance 31 (2015) 62-74.
Alia, Angga. “Berlian Laju Tanker Gagal Bayar Enam Bunga Obligasi”,
http://finance.detik.com/read/2012/02/28/110001/1853277/6/, akses 26
Agustus, 2017.
Afiani, Damalia. “Pengaruh Likuiditas, Produktivitas, Profitabilitas, Dan
Leverage Terhadap Peringkat Sukuk (Studi Empiris Pada Bank Umum
Syariah Dan Unit Usaha Syariah Periode 2008-2010)”. Accounting
Analysis Journal Vol. 2 No. 1, 2013.
Agusti, Restu dan Nastia Putri Pertiwi. 2013. Jurnal. “Pengaruh Kompetensi,
Independensi, dan Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Audit”.
Jurnal Ekonomi Volume 21, Nomor 3 September, 2013.
Arisanti, Ike, Isti Fadah, dan Novi Puspitasari. “Analisis Faktor Keuangan dan
Non Keuangan yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi Syariah
(Studi Empiris Pada Perusahaan Penerbit Obligasi Syariah yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012)”. 2012.
Arifman, Yessy. “Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas dan Leverage terhadap
Peringkat Obligasi Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Universitas Negeri Padang, 2013.
Asih. “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Prediksi Peringkst Obligasi
pada Perusahaan Non-Keuangan yang Terdaftar di BEI Periode 2011-
2013”, JOM Fekon Vol. 3 No. 1 Februari, 2016.
Azani, Putri Kinanti et al. “Pengaruh Likuiditas, Leverage dan Pertumbuhan
Perusahaan terhadap Peringkat Obligasi Perusahaan (Studi Empiris pada
Perusahaan Non Keuangan dan Non Perbankan yang Diperingkat oleh
PT. Pefindo Periode 2011-2015”, E-Proceding of Management Vol. 4 No.
1, 2017.
Baroroh, Ali. “Analisis Multivariat dan Time Series”, Elex Media Kompetindo,
Jakarta, 2013.
Brigham, Eugene.F dan Joel F. Houston “Dasar-dasar Manajemen Keuangan”.
Edisi 10.Jakarta: Salemba Empat, 2009.
107
Brigham dan Houston. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan” Edisi 11. Buku
Dua, Penerjemah: Ali Akbar Yulianto. Jakarta: Salemba Empat, 2013.
C. Van Horne, James dan M. Wachowicz, Jr., John. “Fundamentals of Financial
Management, Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan”, Edisi 13, Salemba
Empat, Jakarta, 2012.
Damayanti, Eka Wahyu dan Fitriyah. “Pengaruh Corporate Governance dan
Rasio Akuntansi terhadap Peringkat Obligasi”, 2011.
Dwi, Maharti Enny dan Daldjono. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Peringkat Obligasi”, 2011.
Endri. “Corporate Governance terhadap Peringkat Sukuk Korporasi di
Indonesia”. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 15 No. 2 (Mei): 178-
190, 2011.
Estiyanti, Ni Made dan Wirawan Yasa, Gerianta. “Pengaruh Faktor Keuangan
dan Non Keuangan pada Peringkat Obligasi di Bursa Efek Indonesia”,
Jurnal Universitas Udayana, 2012.
Fahmi, Irham. “Analisis Kinerja Keuangan”, Alfaveta, Bandung, 2012
F. Bringham, Eugene dan F. Houston, Joel. ”Fundamentals of Financial
Management, Dasar-dasar Manajemen Keuangan”, Edisi 10, Salemba
Empat, Jakarta, 2009.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 19”.
Edisi 7, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2013.
Hadianto, Bram dan Veronica Wijaya, M. Sienly. “Prediksi Kebijakan Utang,
Profitabilitas, Likuiditas, Ukuran dan Status Perusahaan terhadap
Kemungkinan Penentuan Peringkat Obligasi: Studi Empirik pada
Perusahaan yang Menerbitkan Obligasi di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal
Manajemen Teori dan Terapan Tahun 3, No. 3, Desember 2010.
Halim, Abdul dan Mamduh M. Hanafi. “Analisis Laporan Keuangan”. Edisi 4.
UPP STIM YKPN. Yogyakarta, 2009.
Ikhsan, Adhisyahfitri Evalina et al. “Peringkat Obligasi dan Faktor yang
Mempengaruhinya”. Pekbis Jurnal, Vol. 4 No. 2 (Juli): 115-123, 2012.
J. Keown, Arthur et al. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”. Buku 1, Salemba
Empat, Jakarta, 2011.
108
Kasmir. “Pengantar Manajemen Keuangan”, Edisi II, Kencana, Jakarta, 2016.
Kustiyatininrum, Dinik, Nuraina , Elva dan Anggita Langgeng Wijaya.“Pengaruh
Leverage, Likuiditas, Profitabilitas, Dan Umur Obligasi Terhadap
Peringkat Obligasi (Studi Pada Perusahaan Terbuka Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia)”, Jurnal Akuntansi dan Pendidikan, Volume 5,
Nomor 1, April 2016.
Lestari Yuni, Kadek dan Gerianta Wirawan Yasa. “Pengaruh Penerapan
Corporate Governance dan Profitabilitas terhadap Peringkat Obligasi
(Studi Pada Perusahaan Terbuka Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia)”, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 8.1 (2014):227-249
Maliya, Lidiya dan Andayani. “Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Peringkat
Sukuk”, Jurnal Ilmu Riset & Akuntansi Vol. 4 No. 11, 2015.
Mardiah, Gina et al. “Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, dan Leverage terhadap
Peringkat Sukuk (Penelitian pada Perusahaan yang Menerbitkan Sukuk
dan Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014)”, Prosiding
Keuangan dan Perbankan Syariah UIN Bandung, 2016.
Melis, Kalia “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rating Sukuk,” Jurnal
Ilmiah Mahasiswa FEB, Vol. 3 No. 2 Tahun. 2015.
Moeljadi. “Manajemen Keuangan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif”.
Bayumedia Publishing, Malang, 2006.
Nasarudin, Irsan et al. “Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia” Edisi 1, Kencana,
Jakarta, 2004.
Pebruary, Silviana. “Pengaruh Rasio Profitabilitas, Rasio Likuiditas, Rasio
Leverage dan Pendapatan Bunga Terhadap Rating Sukuk Korporasi
Periode 2010-2013”, Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis Vol. 13 No. 1
Maret 2016.
Pratomo, Priyo, Eko dan Nugraha, Ubaidillah. “Reksadana Solusi Perencanaan
Investasi di Era Modern”, Gramedia, Jakarta, 2000.
Purwaningsih, Septi. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rating Sukuk yang
Ditinjau dari Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi”. Accounting Analysis
Journal, Universitas Negeri Semarang, 2013.
Rodoni, Ahmad. “Investasi Syariah”, Cetakan I, Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, Jakarta 2009.
109
Santoso, Singgih. “Statistik Multivariat Edisi Revisi”, Elex Media Komputindo,
Jakarta, 2014.
Suharyadi dan Purwanto S.H. “Statistika: untuk ekonomi dan keuangan modern”,
Edisi 2, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), hlm. 7.
Wahyono, Teguh. “25 Model Analisis Statistik dengan SPSS 17”, Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2009.
110
1. Perhitungan Variabel
A. Variabel Dependen
Peringkat Sukuk
No Emiten Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1 Adhi Karya A AA A A A
2 Aneka Gas Industri Indonesia A A A A A
3 Indosat AA AA AAA AAA AAA
4 Matahari Putra Prima A A A A A
5 Mayora Indah AA AA AA AA AA
6 Nippon Indosari Corporindo AA AA AAA AAA AAA
7 Perusahaan Listrik Negara AA AAA AAA AAA AAA
8 Summarecon Agung A A A A A
9 Tiga Pilar Sejahtera Food A A A A A
No Emiten Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1 Adhi Karya 0 1 0 0 0
2 Aneka Gas Industri Indonesia 0 0 0 0 0
3 Indosat 1 1 1 1 1
4 Matahari Putra Prima 0 0 0 0 0
5 Mayora Indah 1 1 1 1 1
6 Nippon Indosari Corporindo 1 1 1 1 1
7 Perusahaan Listrik Negara 1 1 1 1 1
8 Summarecon Agung 0 0 0 0 0
9 Tiga Pilar Sejahtera Food 0 0 0 0 0
B. Variabel Independen
1) Current ratio
No Emiten Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1 Adhi Karya 1,3900 1,2400 1,3000 1,5600 1,2910
2 Aneka Gas Industri Indonesia 1,1000 1,1000 1,2000 1,1000 1,1000
3 Indosat 0,7500 0,5300 0,4100 0,5000 0,4300
4 Matahari Putra Prima 1,9000 1,9000 1,4000 1,3000 1,2000
5 Mayora Indah 2,7600 2,4000 2,0900 2,3700 2,2500
6 Nippon Indosari Corporindo 1,1200 1,1400 1,3700 2,0500 2,9600
7 Perusahaan Listrik Negara 0,2055 0,9500 0,9736 0,6604 0,8302
8 Summarecon Agung 1,3100 1,4600 1,5900 1,6500 2,1000
9 Tiga Pilar Sejahtera Food 1,2695 1,7503 2,6633 1,6229 2,3756
111
2) Total assets turnover
No Emiten Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1 Adhi Karya 7.627.703,00
0,9690 9.799.598,00
1,0081 8.653.578,00
0,8274 9.389.570,00
0,5602 11.063.943,00
0,5508 7.872.074,00 9.720.962,00 10.458.882,00 16.761.064,00 20.085.436,00
2
Aneka Gas
Industri
Indonesia
858.905,00 0,4240
972.105,00 0,3803
1.098.905,00 0,3151
1.426.441,00 0,2880
1.651.136,00 0,2824
2.025.630,00 2.555.917,00 3.487.197,00 4.953.451,00 5.847.722,00
3 Indosat 22.418.810,00
0,4060 23.855.270,00
0,4375 24.085.100,00
0,4523 26.768.500,00
0,4833 29.184.600,00
0,5741 55.225.060,00 54.520.890,00 53.254.840,00 55.388.500,00 50.838.700,00
4 Matahari
Putra Prima
10.868.000,00 1,3213
11.913.000,00 1,8105
13.590.000,00 2,3322
13.802.000,00 2,2878
13.527.000,00 2,0184
8.225.000,00 6.580.000,00 5.827.000,00 6.033.000,00 6.702.000,00
5 Mayora
Indah
10.510.626,00 1,2660
12.017.837,00 1,2376
14.169.088,00 1,3768
14.818.731,00 1,3065
18.349.960,00 1,4200
8.302.506,00 9.710.223,00 10.291.108,00 11.342.716,00 12.922.422,00
6
Nippon
Indosari
Corporindo
1.190.825,00 0,9883
1.505.520,00 0,8260
1.880.263,00 0,8774
2.174.502,00 0,8035
2.521.921,00 0,8638
1.204.944,00 1.822.689,00 2.142.894,00 2.706.324,00 2.919.641,00
7
Perusahaan
Listrik
Negara
237.105.010,00 0,4317
261.847.042,00 0,4436
292.721.191,00 0,4849
209.844.541,00 0,1597
214.139.834,00 0,1680
549.204.010,00 590.218.986,00 603.659.191,00 1.314.370.881,00 1.274.576.230,00
8 Summarecon
Agung
3.463.000,00 0,3184
4.094.000,00 0,2997
5.757.000,00 0,3627
5.624.000,00 0,2998
5.398.000,00 0,2675
10.876.000,00 13.659.000,00 15.873.000,00 18.758.000,00 20.180.000,00
9
Tiga Pilar
Sejahtera
Food
2.747.623,00 0,7104
4.056.735,00 0,8080
5.139.974,00 0,6972
6.010.895,00 0,6634
6.545.680,00 0,7073
3.867.576,00 5.020.824,00 7.371.846,00 9.060.980,00 9.254.539,00
112
3) Return on assets
No Emiten Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1 Adhi Karya 0,0540 0,0730 0,0570 0,0440 0,0300
2 Aneka Gas Industri Indonesia 0,0400 0,0300 2,0000 0,0300 0,0300
3 Indosat 0,0578 0,0277 0,0126 0,0430 0,0780
4 Matahari Putra Prima 0,0290 0,0680 0,0950 0,0350 0,0600
5 Mayora Indah 0,0900 0,1000 0,0400 0,1100 0,1100
6 Nippon Indosari Corporindo 0,1238 0,0867 0,0880 0,1000 0,0950
7 Perusahaan Listrik Negara 0,0119 -0,0445 0,0195 0,0459 0,0083
8 Summarecon Agung 0,0700 0,0800 0,1000 0,0600 0,0300
9 Tiga Pilar Sejahtera Food 0,0546 0,0618 0,0441 0,0362 0,0628
4) Debt to equity ratio
No Emiten Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1 Adhi Karya 8,0800 1,1040 1,3830 6,0400 7,8500
2 Aneka Gas Industri Indonesia 2,1000 2,1000 2,0000 1,8000 1,1000
3 Indosat 1,1400 1,4500 1,6408 2,0900 1,6700
4 Matahari Putra Prima 1,1386 9,9700 1,0453 1,3998 1,7580
5 Mayora Indah 1,7100 1,4900 1,5100 1,1800 1,0600
6 Nippon Indosari Corporindo 8,1000 1,3200 1,2500 1,2800 1,0200
7 Perusahaan Listrik Negara 2,1739 3,9261 2,6658 6,3320 4,4710
8 Summarecon Agung 1,8510 5,4000 1,4700 1,4900 1,5500
9 Tiga Pilar Sejahtera Food 9,0200 1,1304 1,0563 1,2841 1,1702
113
2. Output SPSS
Logistic Regression
Notes
Output Created 19-NOV-2017 10:22:49
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 45
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing
Syntax LOGISTIC REGRESSION VARIABLES
RATE
/METHOD=ENTER CR TAT ROA DER
/CLASSPLOT
/CASEWISE OUTLIER(2)
/PRINT=GOODFIT CORR ITER(1)
/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10)
ITERATE(20) CUT(0.5).
Resources Processor Time 00:00:00.03
Elapsed Time 00:00:00.04
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 45 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 45 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 45 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
.0 0
1.0 1
114
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 62.183 -.133
2 62.183 -.134
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 62.183
c. Estimation terminated at iteration number 2 because
parameter estimates changed by less than .001.
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.134 .299 .200 1 .655 .875
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables CR .383 1 .536
TAT .097 1 .756
ROA 1.203 1 .273
DER 3.622 1 .057
Overall Statistics 11.736 4 .019
Block 1: Method = Enter
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant CR TAT ROA DER
Step 1 1 49.468 -3.115 -.510 -.691 32.073 1.908
2 48.907 -3.950 -.663 -.871 41.052 2.394
3 48.897 -4.073 -.688 -.898 42.412 2.465
4 48.897 -4.076 -.689 -.899 42.440 2.467
5 48.897 -4.076 -.689 -.899 42.440 2.467
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 62.183
d. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.
115
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 13.286 4 .010
Block 13.286 4 .010
Model 13.286 4 .010
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 48.897a .256 .341
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter
estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 4.328 7 .741
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
RATE = .0 RATE = 1.0
Total Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 4 4.606 1 .394 5
2 5 4.251 0 .749 5
3 4 3.712 1 1.288 5
4 4 3.049 1 1.951 5
5 2 2.563 3 2.437 5
6 1 2.169 4 2.831 5
7 2 1.748 3 3.252 5
8 1 1.181 4 3.819 5
9 1 .721 4 4.279 5
116
Classification Tablea
Observed
Predicted
RATE Percentage
Correct
.0 1.0
Step 1 RATE .0 18 6 75.0
1.0 5 16 76.2
Overall Percentage 75.6
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a CR -.689 .658 1.095 1 .295 .502
TAT -.899 .766 1.376 1 .241 .407
ROA 42.440 15.932 7.096 1 .008
27000083093037
78800.000
DER 2.467 .888 7.713 1 .005 11.786
Constant -4.076 1.791 5.178 1 .023 .017
a. Variable(s) entered on step 1: CR, TAT, ROA, DER.
Correlation Matrix
Constant CR TAT ROA DER
Step 1 Constant 1.000 -.228 .113 -.613 -.855
CR -.228 1.000 -.116 -.388 -.101
TAT .113 -.116 1.000 -.405 -.271
ROA -.613 -.388 -.405 1.000 .666
DER -.855 -.101 -.271 .666 1.000