pengaruh rasio c/n berbeda dalam media ...digilib.unila.ac.id/54979/3/skripsi tanpa bab...

51
PENGARUH RASIO C/N BERBEDA DALAM MEDIA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH UDANG VANNAME Litopenaeus vannamei (Boone, 1931) (Skripsi) Oleh NOVIA KARTIKA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: others

Post on 02-Feb-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH RASIO C/N BERBEDA DALAM MEDIA TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH

UDANG VANNAME Litopenaeus vannamei (Boone, 1931)

(Skripsi)

Oleh

NOVIA KARTIKA

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

ABSTRAK

PENGARUH RASIO C/N BERBEDA DALAM MEDIA TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH

UDANG VANNAME Litopanaeus vannamei (Boone, 1931)

Oleh

NOVIA KARTIKA

Pakan merupakan salah satu unsur penting dalam budidaya udang yang dapat

menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang vanname. Pemberian

sumber karbon untuk meningkatkan rasio C/N diharapkan dapat mempengaruhi

pertumbuhan bakteri (bioflok) dan memperbaiki kualitas air. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mempelajari pengaruh rasio C/N media yang berbeda terhadap

pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih udang vanname. Penelitian ini

dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung. Penelitian ini menggunakan 3 perlakuan dan 4 ulangan

yaitu A (rasio C/N 10), B (rasio C/N 12,5), dan C (rasio C/N 15). Parameter yang

diamati adalah pertumbuhan, kelangsungan hidup, feed convestion ratio (FCR),

Total Ammonia Nitrogen (TAN), dan parameter kualitas air. Hasil penelitian

menunjukan bahwa rasio C/N media yang berbeda berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang vannamei. Pada Rasio C/N 15

merupakan Rasio C/N terbaik dengan menghasilkan nilai tertinggi bagi

pertumbuhan sebesar 1,91±0,10 g dan kelangsungan hidup sebesar 88,75±2,5 %.

Kata Kunci : Pertumbuhan, Kelangsungan Hidup, Rasio C/N

ABSTRAK

THE EFFECT OF DIFFERENT C / N RATIO IN MEDIA ON GROWTH

AND LIVING OF VANNAME SHRIMP Litopanaeus vannamei

(Boone, 1931)

By

NOVIA KARTIKA

Feed is one of the important elements in shrimp farming that can support the

growth and survival of white shrimp. Live gift source carbon for upgrade the C/N

ratios expect can influence development bacteria (biofloc) and repair water

quality. The purpose of this study was to study the effect of different media C / N

ratios on the growth and survival of vannamei shrimp. This research was

conducted at the Integrated Aquaculture Laboratory, Faculty of Agriculture,

Lampung University. This study used 3 treatments and 4 replications, namely A

(C / N ratios 10), B (C / N ratios 12.5), and C (C / N ratios 15). The variabld

observed were growth, survival, feed convertion ratios (FCR), Total Ammonia

Nitrogen (TAN), and water quality parameters. The results showed that different

media C/N ratios significantty effected on the growth and survival of vannamei

shrimp. The C/N ratios 15 is the best treatment by producing the highest value

for growth of 1.91 ± 0.10 g and survival of 88.75 ± 2.5%.

Keywords: Growth, Survival, C / N ratios

PENGARUH RASIO C/N BERBEDA DALAM MEDIA TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH

UDANG VANNAME Litopenaeus vannamei (Boone, 1931)

Oleh

NOVIA KARTIKA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERIKANAN

Pada

Jurusan Perikanan dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 07

November 1996 sebagai anak keempat dari enam bersaudara

dari pasangan Bapak Isa Bakar dan Ibu Tuti Nur’aini.

Pendidikan yang ditempuh dimulai dari Taman Kanak-Kanak Riyana Al- Amin

yang diselesaikan pada tahun 2002, Sekolah Dasar Negeri 2 Sawah Lama yang

diselesaikan pada tahun 2008, Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Bandar Lampung

yang diselesaikan pada tahun 2011, dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri

Pariaman, Kota Pariaman yang diselesaikan pada tahun 2014. Penulis diterima

sebagai Mahasiswa di Program Studi Budidaya Perairan/Perikanan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur Penerimaan

Mahasiswa Perluasan Akses Pendidikan (PMPAP).

Selama masa kuliah, penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa

Budidaya Perairan UNILA (HIDRILA) sebagai anggota bidang Kewirausahaan

pada periode 2015/2016. Penulis pernah menjadi asisten praktikum pada mata

kuliah Ikhtiologi, Avertebrata Akuatik, Kewirausahaan pada tahun 2016 dan

Teknologi Budidaya Pakan Hidup pada tahun 2017. Pada pertengahan Juli 2017,

penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Pengembangan Teknologi

Perikanan Budidaya Cangkringan, Sleman Yogyakarta dengan Judul “Teknik

Kultur Pakan Alami Mikroalga Spirulina sp. Skala Laboratorium Dan Semi

Massal”. Penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa

Gunung Batin Baru, Kecamatan Terusan Nunyai, Kabupaten Lampung Tengah

pada tahun 2016.

Penulis menyelesaikan tugas akhir pada tahun 2018 dengan skripsi berjudul

“Pengaruh Rasio C/N Berbeda Dalam Media Terhadap Pertumbuhan Dan

Kelangsungan Hidup Benih Udang Vanname Litopanaeus vannamei”.

PERSEMBAHAN

Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati sebagai rasa

syukur atas karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesainkan

kupersembahkan skripsiku ini kepada :

Ayahanda Isa Bakar, Ibunda Tuti Nur’aini, Incim Eka Kartika

Oktaviani, Uni Widya Kartika Septiana, S.Sos , Abang Andrio

Pratama, Adikku Gusnia Kartika Dan Novelia Indah Kartika,

Kakak Iparku Merry Candra Dan Saipul Anam yang sangat aku

sayangi dan aku banggakan terimakasih untuk untuk segala

pengorbanan, waktu, do’a, motivasi dan dukungan yang telah

diberikan kepada penulis.

Khoirul Affandi terima kasih untuk selalu menemani dan segala pengorbanan, waktu, motivasi, dukungan, do’a dan kasih sayang

selama ini.

Sahabat-sahabatku dan teman-teman yang selalu ada

disaat suka dan duka serta alamater tercinta

UNIVERSITAS LAMPUNG

MOTTO

“ Allah akan meniggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan”. (QS.Al-Mujadalah : 11)

“Barangsiapa keluar dengan tujuan menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah sampai ia kembali.” Baginda Rasulullah

Shallallahu‘alaihiwasallam (HR. Turmudzi)

“Hidup ini seperti sepeda. Agar tetap seimbang, kau

harus terus bergerak”

(Albert Einstein)

“barang siapa mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh pasti akan berbuah manis”

(Novia Kartika)

Barang siapa yang bersabar pasti anda beruntung

(Novia Kartika)

SANWACANA

Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, kepada-Nya kami

memohon pertolongan serta ampunan, dan hanya kepada-Nya kami berlindung

dari kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan. Atas rahmat serta hidayah-Nya

yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyeselaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Rasio C/N Berbeda Dalam Media Terhadap Pertumbuhan Dan

Kelangsungan Hidup Benih Udang Vanname (Litopanaeus vannamei)” yang

dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program

Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Banyak pihak yang telah terlibat dalam membimbing dan membantu selama

proses penelitian berlangsung. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Ilmu

Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3. Bapak Limin Santoso, S.Pi., M.Si. selaku Ketua Program Studi Budidaya

Perairan, Jurusan Perikanan Dan Ilmu Kelautan.

4. Bapak Dr. Supono, S.Pi., M.Si. selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya

memberikan bimbingan, dukungan, saran, kritik, dan semangat dalam proses

penelitian dan penyelesaian skripsi.

5. Bapak Herman Yulianto, S.Pi., M. Si. selaku Pembimbing Kedua atas

bimbingan, saran, kritik dan dukungan selama proses penelitian dan

penyelesaian skripsi.

6. Bapak Wardiyanto, S.Pi., M. P. selaku Penguji yang telah memberikan saran

untuk perbaikan skripsi.

7. Ibu Rara Diantari, S.Pi. M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Akademik atas

seluruh dukungan dan nasehat selama perkuliahan.

8. Seluruh dosen dan staf Jurusan Perikanan dan kelautan Universitas Lampung.

9. Kedua orang tuaku tercinta ayahanda Isa Bakar dan ibunda Tuti Nur’aini

yang selalu memberikan kasih sayang, cinta, perhatian, pengorbanan dan

dukungan serta doa yang dipanjatkan tidak terhenti demi kelancaran,

keselamatan, dan kesuksesan penulis.

10. Incim, Uni, Abang, Taci dan Uncu yang selalu memberikan nasehatan,

dukungan serta doa yang menjadi penyemangat penulis.

11. Khoirul Afandi yang selalu menemani, memberikan dukungan, motivasi dan

doa demi kelancaran dan kesuksesan.

12. Rizka Helistia Putri, S.Pi, yang selalu menemani, memberikan dukungan,

motivasi dan doa demi kelancaran dan kesuksesan.

13. Teman-teman penelitian Vika, Ratih, Yana dan Acen.

14. Teman-teman perjuangan 2014 yang selalu memberikan dukungan, motivasi

dan doa demi kelancaran dan kesuksesan.

15. Tim KKN Julianto, Reza, Aziz, Toha, Riski,Agung, Eli, Ulima, Seli, Shelma,

Arin dan Marlia.

16. Adik-adik Program Studi Budidaya Perairan, Sumber Daya Akuatik dan Ilmu

Kelautan angkatan 2015, 2016, 2017 dan 2018.

17. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca maupun bagi

penulis. Aamiin.

Bandar Lampung, 19 Desember 2018

Novia Kartika

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................... i

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. v

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Tujuan Peneilitian ............................................................................. 2

C. Manfaat Penelitian ............................................................................ 3

D. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 3

E. Hipotesis Peneilitian ......................................................................... 4

II. TINAJUAN PUSTAKA

A. Udang Putih (Litopenaeus vannamei) ............................................. 5

1. Biologi Udang Putih (Litopenaeus vannamei) ........................... 5

2. Habitat Udang Putih ................................................................... 7

3. Pertumbuhan dan Kebiasan Makan Udang Putih ...................... 7

4. Siklus Hidup Udang Putih .......................................................... 9

B. Rasio C/N ......................................................................................... 10

C. TAN .................................................................................................. 13

D. Molase............................................................................................... 14

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat ........................................................................... 16

B. Alat dan Bahan Penelitian ............................................................... 16

C. Rancangan Penelitian....................................................................... 17

D. Pelaksanaan....................................................................................... 18

1. Persiapan Wadah ........................................................................ 18

2. Penebaran Benur ......................................................................... 19

3. Pemeliharaan Benur ........................................................................ 19

4. Pengukuran Ammonia ................................................................ 21

E. Data Penelitian .................................................................................. 22

F. Kualitas Air ....................................................................................... 24

G. Analisis Data ..................................................................................... 24

i

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Parameter Pertumbuhan .................................................................... 25

B. Kelangsungan Hidup ........................................................................ 29

C. Feed Convertion Ratio (FCR) .......................................................... 30

D. Total Ammonia Nitrogen .................................................................. 31

E. Parameter Kualitas Air ..................................................................... 34

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan .......................................................................................... 37

B. Saran ................................................................................................. 37

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 38

LAMPIRAN .................................................................................................... 46

ii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Alat yang digunakan .............................................................................. 16

2. Bahan yang digunakan ............................................................................ 17

3. Program Pemberian Pakan Secara Blind Feeding .................................. 20

4. Data Pengukuran TAN ........................................................................... 32

5. Hasil Pengamatan Kualitas Air ............................................................... 34

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir ...................................................................................... 3

2. Morfologi Udang Putih ......................................................................... 6

3. Denah Wadah Pemeliharaan ................................................................. 18

4. Pertumbuhan Mutlak ............................................................................. 25

5. Laju Pertumbuhan Harian ..................................................................... 27

6. Survival Rate (SR) ................................................................................ 29

7. Rasio Konversi Pakan ........................................................................... 30

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pengamatan Pertumbuhan Berat Mutlak .............................................. 46

2. Analisis Sidik Ragam Pertumbuhan Berat Mutlak ............................. 47

3. Pengamatan Laju Pertumbuhan Harian ................................................ 49

4. Analisis Sidik Ragam Laju Pertumbuhan Harian ............................... 50

5. Pengamatan Kelangsungan Hidup ....................................................... 52

6. Analisis Sidik Ragam Kelangsungan Hidup Uji Non Parametrik ....... 53

7. Pengamatan (Feed Convertion Ratio) .................................................. 54

8. Analisi Sidik Ragam Feed Convertion Ratio ....................................... 55

9. Tabel Distribusi suhu dan pH ............................................................... 57

10. Dokumentasi Penelitian ....................................................................... 58

v

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah yang perannya sangat penting

pada peningkatan produksi udang vanname. Potensi lahan untuk perkembangan

budidaya tambak khususnya udang mencapai 61.200 ha (BI, 2015). Pada tahun

2013 Lampung menjadi penyumbang terbesar produksi udang vannamei yaitu

72.051 ton (KKP, 2013). Keberhasilan dalam peningkatan produksi budidaya

udang vanname dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu pa-

kan. Pakan merupakan faktor yang menunjang pertumbuhan dan kelangsungan

hidup udang budidaya. Pakan yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan udang seki-

tar 30% sisanya dibuang dalam media budidaya sehingga dampak dari penggu-

naan pakan yang tidak digunakan dapat mengakibatkan kualitas air menurun.

Bioflok merupakan teknologi yang dapat digunakan sebagai solusi dalam me-

nanggulangi penurunan kualitas air yang disebabkan oleh kandungan nitrogen

anorganik yang berasal dari sisa pakan, dengan merubahnya menjadi nitrogen

organik yang tidak bersifat toksik (Mclntosh, 2000). Teknologi bioflok merupa-

kan pemanfaatan bakteri yang diubah menjadi flok dengan penambahan sumber

karbon untuk memperbaiki kualitas air. sumber karbon tersebut dimanfaatkan oleh

organisme heterotrof (bakteri) sebagai sumber energi dan karbon, sehingga bakteri

sangat bergantung pada keberadaan karbon organik dan suplay oksigen

(Avnimelch, 2009). Namun, pemanfaatan teknologi tersebut masih kurang efektif

dalam pemanfaatannya yang dilakukan pada skala besar contohnya pada kegiatan

budidaya di tambak udang, hal tersebut dapat disebabkan karena banyaknya lim-

bah yang dihasilkan pada kegiatan tersebut. Oleh karena itu, salah satu solusi yang

dapat digunakan adalah dengan cara menggunakan kolam bundar pada lahan yang

sempit pada kegitan budidaya udang Pertumbuhan bakteri heterotrof dapat dirang-

sang dengan meningkatkan rasio C/N pada media melalui penambahan molase

sehingga akan mengikat nitrogen anorganik yang digunakan untuk pertumbuhan

bakteri (Hargreaves, 2013). Salah satu penambahan sumber karbon yang cukup

tinggi yaitu molase, karena molase ini sering digunakan dalam budidaya udang.

Metode bioteknologi rasio carbon dan nitrogen (C/N) mengaktifkan kerja mikroba

heterotrof dengan mekanisme kerja bakteri yaitu memperoleh makanan melalui

sumber karbon dan nitrogen dengan perbandingkan tertentu. Mekanisme ini akan

meningkatkan efesiensi pakan, oleh karena itu perlu dilakukannya penelitian me-

ngenai pengaruh rasio C/N yang berbeda pada media budidaya terhadap pertum-

buhan dan kelangsungan hidup benih udang putih.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio C/N berbeda dalam me-

dia terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih udang vanname.

2

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi rasio C/N terbaik dalam

media pemeliharaan benih udang vanname dan memanfaatkan kandungan TAN.

D. Kerangka Pikir

Udang vanname merupakan suatu komoditas yang mengalami perkembangan

yang besar dan cepat. Tingginya penggunaan pakan menyebabkan penurunan

kualitas air yang mengakibatkan penurunan kelangsungan hidup (Survival Rate)

dan lambatnya pertumbuhan udang. Salah satu alternatif teknologi untuk mengata-

si masalah tersebut dengan penambahan sumber karbon. Perbedaan rasio C/N

yang diberikan dapat mempegaruhi pertumbuhan bakteri yang ada dalam media

budidaya sehingga dapat menurunkan kandungan ammoniak dan memperbaiki

kualitas air.

Gambar 1. Kerangka Pikir

Meningkatnya kandungan ammonia

Meningkatnya kualitas air dan sumber

protein bagi udang secara alami

Meningkatnya pertumbuhan dan

kelangsungan hidup udang vannamei

Manajemen kualitas air

Penurunan kualitas air pada budidaya

udang vannamei

Penambahan sumber

karbon

3

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang digunakan dari penelitian ini adalah :

Ho : diduga rasio C/N yang berbeda dalam media budidaya tidak berpengaruh

nyata terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih udang vanname

pada tingkat kepercayaan 95 %.

H1 : diduga rasio C/N yang berbeda dalam media budidaya berpengaruh nyata

terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih udang vanname pada

tingkat kepercayaan 95 %.

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Udang Vanname

1. Biologi Udang Vanname

Klasifikasi udang vanname adalah sebagai berikut :

Filum : Arthopoda

Kelas : Crustacea

Subkelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Superordo : Natania

Infraordo : Penaeidae

Subfamili : Penaeoidae

Family : Penaeidae

Genus : Penaeus

Subgenus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei ( Boone, 1931)

Udang vanname ini merupakan udang yang memiliki bentuk tubuh yang berbuku-

buku dan memiliki aktivitas berganti kulit luar (eksoskleton) bergantian secara

periodik dengan berjalannya waktu tubuh udang akan membesar dan kulitnya mu-

lai mengeras. udang ini memiliki tubuh bewarna putih dan bagian tubuhnya telah

mengalami modifikasi sehingga dapat digunakan untuk keperluan makan, ber-

gerak, membenamkan diri dalam lumpur serta memiliki kelebihan organ sensor

seperti antenna dan antenula (Haliman dan Adijaya, 2005).

Gambar 2. Morfologi Udang Vanname (Kahfi, 2013)

Udang vanname merupakan salah satu hewan avertebrata air yang memiliki ruas-

ruas yang setiap ruasnya terdapat sepasang anggota badan. Pada umumnya ang-

gota ini bercabang dua atau biramus. Tubuh udang terbagi menjadi dua yaitu

cepalothorax atau bagian kepala dan dada serta bagian abdomen atau perut.

Cephalothorax yang terlindungi oleh kulit chitin yang tebal disebut carapace

sedangkan kepala udang vanname yang terdiri dari antenula, mandibula, antenna,

dan sepasang maxillae dan dilengkapi 5 pasang kaki jalan (peripod), kaki jalan ini

terdiri dari 2 pasang maxillae dan 3 pasang maxilliped. Pada udang ini terdiri 6

ruas dan terdapat 5 pasang kaki renang serta sepasang uropod yang membentuk

kipas ( Elovaara, 2001 ).

6

2. Habitat Udang Putih

Udang vanname memiliki habitat yang berbeda-beda tergantung jenis dan persya-

ratan hidup dari tingkatan-tingkatan dalam daur hidupnya. Pada umumnya bersi-

fat bentis dan hidup di dasar air laut. Udang putih ini menyukai dasar lumpur yang

biasanya tercampur lumpur dan pasir. Indukan udang juga ditemukan diperairan

lepas pantai dengan kedalaman berkisaran antara 70 – 72 meter (235 kaki) dan

indukan udang menyukai perairan berlumpur. Sifat hidup dari udang vanname

adalah catadromous atau dua lingkungan yang dimana udang dewasa akan

memijah di laut terbuka, kemudian setelah pemijahan udang dewasa mengeluar-

kan telurnya dan menetas larva udang putih akan bermigrasi ke pesisir pantai atau

mangrove yang sering disebut daerah estuarine dari daerah asuhan (nursery

ground), setelah itu udang dewasa akan kembali bermigrasi kembali kelaut untuk

melakukan pemijahan (spawning ground) seperti pematangan gonad (maturasi)

dan perkawinan (Wyban dan Sweeney, 1991). Menurut Motoh (1985), pada saat

migrasi kopulasi pertama kali terjadi ketika udang betian memiliki panjang

carepace minimum 37 cm dan jantan 47 cm.

3. Pertumbuhan dan Kebiasan Makan Udang Putih

Udang vanname ini merupakan hewan omnivora dan scavenger (pemakan bang-

kai). Udang ini termasuk bersifat nocturnal yang artinya aktif mencari makan

pada malam hari atau intensitas cahaya berkurang, sedangkan pada siang hari

udang vanname lebih banyak pasif, diam, dan memebenakan diri dalam lumpur.

Udang vanname dapat hidup pada kisaran salinitas luas (euryhaline) umumnya

tumbuh optimal pada salinitas 15 – 30 ppt, suka memangsa sesama jenis (kanibal),

7

tipe pemakan lambat tetapi terus-menerus (continous feeder), menyukai hidup di

dasar (bentik) dan mencari makan lewat organ sensor (chemoreceptor) (Haliman

dan Adijaya, 2005). Udang vaname merupakan hewan karnivor yang memakan

crustasea kecil, copepod, dan polychaeta (Wyban and Sweeney, 1991). Udang

vanname dapat tumbuh dengan baik pada kepadatan tebar yang tinggi, yaitu 60-

150 ekor/m2

dan pakan dengan kandungan protein 20 – 35% (Briggs et al., 2004).

Pakan yang disukai udang memiliki kandungan senyawa organik seperti protein,

asam amino, dan asam lemak maka udang tersebutakan cepat merespon dengan

cara mendekati sumber pakan, udang akan berenang menggunakan kaki jalan me-

miliki capit. Pakan langsung dijepit menggunakan capit kaki jalan kemudian di-

masukan ke dalam mulut. Sedangkan pakan yang berukuran kecil masuk kerong-

kongan (esophagus). Jika pakan yang dikonsumsi lebih besarakan dicerna secara

kimiawi terlebih dahulu oleh maxilliped di dalam mulut (Ghufran, 2007).

Pertumbuhan udang vanname ditandai dengan adanya pergantian kulit (molting)

(Hartnoll, 1982). Pada fase larva, molting terjadi setiap 30-40 jam pada tempe-

ratur 28°C. Juvenil udang ukuran 1 - 5 gram akan molting setiap 4-6 hari, tetapi

udang berukuran 15 gram akan terjadi molting setiap 2 minggu (Manoppo, 2011).

Frekuensi molting dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan faktor nutrisi. Setelah

molting, udang biasanya membenamkan tubuhnya ke dalam lumpur untuk meng-

hindari serangan predator. Hal ini disebabkan karena carapace udang yang baru

saja molting memiliki tekstur yang lunak, sehingga udang menjadi mangsa bagi

predator lainnya (Wyban and Sweeney, 1991).

8

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu pakan dan lingkungan.

Pakan berfungsi sebagai nutrisi dan energi yang digunakan untuk mempertahan-

kan hidup, membangun tubuh dan untuk proses perkembangannya. Faktor lingku-

ngan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang

adalah suhu, salinitas, oksigen terlarut (DO), pH, nitrit, dan amonia (Ekawati et

al.,1995).

4. Siklus Hidup Udang Putih

Siklus hidup udang dewasa akan hidup dan bertelur di laut, ketika fase PL (post

larva) udang vanname telah menuju pantai dan menetap di dasar perairan payau

sampai berkembang menjadi udang muda (juvenile). Setelah berbulan-bulan di

perairan payau, udang vaname dewasa akan beruaya ke laut, dimana udang terse-

but mengalami pematangan gonad dan melakukan pemijahan serta melepaskan te-

lurnya. Proses perkawinan pada udang vanname ditandai dengan loncatan betina

secara tiba-tiba. Pada saat meloncat, betina mengeluarkan sel-sel telur, sedangkan

udang jantan mengeluarkan sperma sehingga sel telur dan sperma bertemu. Proses

perkawinan berlangsung kira-kira satu menit. Sepasang udang vanname berukuran

30 – 45 gram dapat menghasilkan telur sebanyak 100.000 – 250.000 butir dan sel

telur yang berukuran 0,22 mm (Wyban and Sweeney, 1991).

Menurut Wyban and Sweeney (1991), tahapan perkembangan larva pada udang

vanname yaitu dimulai dari a) Stadia Nauplii berlangsung antara 35 – 50 jam me-

miliki ciri-ciri yaitu masih bersifat planktonik, fototaksis aktif, memiliki kuning

telur sehingga belum memerlukan makanan, dan terdapat tiga organ tubuh (antena

9

pertama, kedua dan mandible) serta larva berukuran 0,32-0,59 mm. b) Stadia

Zoea berlangsung selama 3 – 4 hari dan merupakan stadia yang sangat sensitif ter-

hadap cahaya yang kuat, memiliki ukuran 1,05 – 3,30 mm dan aktif memakan

fitoplankton. c) Stadia Mysis berlangsung selama 4 – 5 hari. Benih yang hampir

menyerupai bentuk udang dengan ekor kipas (uropod) dan ekor (telson) yang su-

dah mulai terlihat, ukuran nya berkisar 3,50 – 4,80 mm. d) Stadia Post Larva (PL)

merupakan benih yang sudah tampak seperti udang dewasa, mulai aktif bergerak

lurus ke depan dan memiliki kecenderungan sifat karnivora, setelah PL yang ber-

umur 20 – 25 hari dapat dilepas di tambak.

B. Rasio C/N

Bakteri heterotrof dalam perairan akan berkembang pesat apabila di air tambak

ditambahkan sumber C karbohidrat yang langsung dapat dimanfaatkan misalkan

molase, sukrosa, tepung tapioka, selanjutnya bakteri akan menggunakan nitrogen

anorganik terutama amoniak di dalam air dan disintesa menjadi protein bakteri

dan sel tunggal dari protein yang dapat digunakan sebagai sumber pakan bagi

udang dan ikan (Hari et al., 2004).

Pengaturan rasio C/N adalah salah satu cara untuk perbaikan sistem budidaya in-

tensif dan penerapan teknologi yang murah dan aplikatif dalam pengelolaan lim-

bah budidaya. Penerapan teknologi pada rasio C/N berupa bioteknologi karena

mengaktifkan kerja mikroba heterotrof. Hal ini hubungan rasio C/N dengan me-

kanisme kerja bakteri merupakan bakteri dapat memperoleh makanan melalui

substrat karbon dan nitrogen dengan perbandingan tertentu sehingga bakteri dapat

10

bekerja dengan optimal untuk mengubah nitrogen anorganik yang toksik menjadi

nitrogen organik yang tidak toksik sehingga kualitas air dapat dipertahankan dan

biomasa bakteri berguna sebagai sumber pakan bagi udang dan ikan (Avnimelech

et al., 1994).

Bakteri heterotrof pada kolam budidaya menjadi pakan berprotein tinggi dengan

penambahan sumber karbon untuk meningkatkan C/N ratio yang dapat disebut

teknologi bioflok. Teknologi bioflok merupakan salah satu alternatife penyediaan

pakan tambahan berprotein untuk kultivan sehingga dapat meningkatkan pertum-

buhan dan efesiensi pakan. Hal ini teknologi bioflok dapat menjadi solusi pemeca-

han permasalahan kualitas air dengan menurunkan limbah nitrogen anorganik

(Crab et al., 2007). Rasio C/N yang tinggi (>15) akan merangsang bakteri hetero-

trof untuk mengasimilasi ammonium nitrogen dari air menjadi biomasa sel bakteri

(Ebeling et al., 2006).

Menurut Avnimelech (1999), mengontrol nitrogen anorganik dengan cara mema-

nipulasi rasio C/N merupakan suatu metode pengendalian potensi untuk sistem

akuakultur, dengan kemampuan bakteri untuk mengurangi nitrogen anorganik

dalam lingkungan budidaya dan memproduksi protein mikrobial tergantung pada

koefisien konversi mikroba, rasio C/N biomassa bakteri, serta kandungan karbon

dari bahan yang ditambahkan kedalam media.

11

Pada penanganan amoniak dalam kolam budidaya dengan bakteri heterotrof meru-

pakan metode yang paling cepat dan efektif, dalam proses yang terjadi hanya satu

kali dimana nitrogen anorganik akan diasimilasi menjadi biomassa bakteri. Per-

tumbuhan bakteri heterotrof lima kali lebih cepat dibandingkan bakteri nitrifikasi

(Ebeling et al., 2006). Selain itu bakteri bioflok akan meningkatkan aktivitas en-

zim pencernaan dalam tubuh udang dibandingkan tanpa penggunaan probiotik da-

lam pemeliharan udang (Hapsari, 2016). Menurut Valsamma et al. (2014), bahwa

dengan adanya peningkatan aktivitas enzim amylase dan tripsin dalam pencernaan

udang yang menggunakan perlakuan maka pertumbuhan udang meningkat.

Menurut Purnomo (2012) bahwa kandu-ngan bioflok berkisar antara 37-38% yang

dapat digunakan sebagai alternative sumber pakan alami berprotein tinggi bagi

ikan maupun udang. Salah satu orga-nisme akuatik yang dapat memanfaatkan bio

flok adalah udang vanname, karakter spesifik yang dimiliki udang putih adalah la-

ju partumbuhan yang cepat dan memungkinkan ditebar dengan kepadatan tinggi.

bioflok terdiri dari flok bakteri tersusun atas campuran berbagai jenis mikroorga-

nisme (bakteri pembentuk filamen, bakteri flok,dan fungi), partikel-partikel ter-

suspensi, berbagai koloid dan polimer organik, berbagai kation dan sel-sel mati

dengan ukuran yang bervariasi dengan kisaran 100 - 1000 µm. Komposisi orga-

nisme dalam flok akan mempengaruhi struktur bioflok dan kandungan nutrisi

bioflok (Izquierdo et al., 2006 dan Verstraete et al., 2007).

12

C. TAN (Total Amoniak Nitrogen)

Pada senyawa ammonia yang terdapat dalam perairan merupakan hasil reduksi

senyawa nitrat atau nitri oleh bakteri dissimilative nitrate reduction to ammonium

(DNRA) (Rusmanadan Widiyanto, 2006). Menurut Efendi (2000), sumber ammo-

niak diperairan berasal dari pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan

nitrogen anorganik. Fese dan hasil ekskresi dari biota akuatik merupakan limbah

dari aktivitas metabolisme yang menghasilkan amoniak. Selain itu sumber amo-

niak yang lain adalah limbah industri dan domestic, yang terdapat dalam bentuk

gas, amoiak membentuk komplek dengan beberapa ion logam. Amoniak juga da-

pat terserap kedalam bahan-bahan yang tersuspensi dan koloid sehingga dapat

mengendap di dasar perairan.amoniak yang di perairan dapat menghilang melalui

proses volatilisasi karena tekanan parsial amoniak dalam larutan meningkat maka

semakin meningkatnya pH.

Amoniak yang terukur diperairan berupa amoniak total (NH3 dan NH4+), kadar

amoniak total (TAN) pada perairan biasanya < 1,0 mg/L. Pada amoniak bebas

tidak dapat terionisasi sedangkan amonium (NH4+) dapat terionisasi. Presentase

amoniak bebas meningkat dengan meningkatnya nilai pH dan suhu. Amoniak be-

bas bersifat toksik terhadap organisme akuatik. Toksik ini akana meningkat apa-

bila terjadinya pencemaran bahan organic yang berasal dari limbah domestik, in-

dustri dan limpasan pupuk pertanian yang masuk ke dalam perairan (Efendi,

2000).

13

Penambahan karbon dalam media budidaya merupakan cara yang paling efektif

menurunkan nitrogen anorganik. Penambahan karbon organik pada kolam akan

merangsang pertumbuhan bakteri heterotrof, sedangkan bakteri heterotrof mem-

butuhkan sumber nitrogen anorganik untuk pertumbuhan dan pembelahan sel. Nit-

rogen anorganik yang dibutuhkan dalam bentuk ammonium (NH4+), dengan pe-

nambahan sumber karbon dapat mampu menurunkan kandungan TAN dalam be-

berapa jam (Avnimelech, 2009) dan mampu menekan kandungan TAN dalam

media kultur meskipun tanpa melakukan pergantian air (Supono et al., 2014).

Penambahan karbon organik dapat menurunkan TAN dari 7 mg/L menjadi 1 mg/L

dalam 30 menit. Bakteri heterotrof mengalami pertumbuhan yang lebih cepat di-

bandingkan bakteri autotrof (nitrifier). Bakteri heterotrof membutuh-kan waktu 30

menit untuk tumbuh, sedangkan bakteri nitrifikasi membutuhkan waktu 12 jam

untuk tumbuh (Davies, 2005).

D. Molase

Molase merupakan salah satu alternative penggantian gula dalam pencampuran

pakan maupun media air pada budidaya udang dan dapat digunakan sebagai sum-

ber karbon secara langsung ke beberapa tambak pembesaran udang (Erler et al.,

2005). Sumber karbohidrat dapat berupa gula sederhana seperti gula pasir, molase

(Avnimelech, 2007). Molase merupakan produk sampingan dari pengolahan gula

tebuyang masih terdapat kandungan gula 48 – 56% terbagi dari sukrosa 30 – 40%

dan glukosa 4 – 9% ( Paturau, 1982). Molase juga dapat digunakan sebagai bakan

baku MSG, gula cair, arak, spirtus dan alkohol (Ratninggsih, 2008).

14

Beberapa sumber karbon yang dapat diaplikasikan dalam budidaya udang antara

lain molase dan tepung terigu yang mengandung karbon cukup tinggi (50%).

Sumber karbon organik digunakan oleh bakteri dan mikroorganisme lainnya seba-

gai makanan untuk energi dan tumbuh. Proses ini terjadi relatif lebih cepat diban-

dingkan dengan nitrifikasi pada sistem autotrof (Avnimelech, 2009). Molase juga

dapat digunakan sebagai probiotik yang sangat mempengaruhi peningkatan kua-

litas air, peningkatan respon imun spesies inang, senyawa penghambat bagi bak-

teri, dan pengkatan nutrisi spesies inang melalui produksi enszim pencernaan tam-

bahan (Rajikkannu. M, et al, 2015).

15

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2018 selama 40 hari.

di Laboratorium Terpadu Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas

Lampung.

B. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan bahan

yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Alat Yang Digunakan

No Alat Kegunaan

1 Ember ukuran 25 L Wadah pemeliharaan benur udang

2 Selang aerasi Menyalurkan oksigen

3 DO meter Mengecek DO pada media

4 Thermometer Mengecek suhu pada media

5 Indikator pH Mengecek pH pada media

6 Selang sifon Membuang kotoran pada wadah pemeliharaan

7 Refaktometer Mengecek salinitas pada media

8 Seser Menyerok benur udang

9 Blower set Menyuplay oksigen

10 Genset Penganti listrik yang padam

11 Spektofotometer Mengukur TAN

12 Botol film Wadah sampel pengukuran TAN

13 Waring Penutup wadah pemeliharaan

14 Alat tulis Mendata

15 Kamera Dokumentasi penelitian

16 Timbangan digital Menimbang media dan pakan

17 Lampu Penerangan pada wadah pemelihraan

18 Kabel terminal Penyambung aliran listrik

Tabel 2. Bahan yang digunakan

No Bahan Kegunaan

1 Benur udang PL 11 Organisme yang dibudidayakan

2 Pakan 01 dan 02 Asupan nutrisi bagi udang

3 Air laut Media budidaya

4 Air tawar Media budidaya

5 Reagen serbuk Ammonia

Salicylate dan Amonia

Cyanurate

Pengukuran kandunagn TAN

6 Molase Penambahan sumber karbon

C. Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rancangan acak

lengkap (RAL) dengan Rasio C/N media yang berbeda terhadap pertumbuhan dan

kelangsungan hidup udang vannamei yang terdiri dari 3 perlakuan dan 4 kali ula-

ngan. Perlakuan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Perlakuan A : Rasio C/N 10

2. Perlakuan B : Rasio C/N 12,5

3. Perlakuan C : Rasio C/N 15

17

Denah wadah pemeliharaan terdapat pada (Gambar 2) :

Gambar 3. Denah wadah pemeliharaan

Model rancangan acak lengkap (RAL) menurut Steel dan Torrie (1983) yang

digunakan sebagai berikut :

Yij = μ + σi + єij

Keterangan:

Yij : Data pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j

μ : Nilai tengah umum

σi : Pengaruh perbedaan Rasio C/N ke-i

єij : Galat percobaan pada Perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

i : Perlakuan A,B,C

j : Ulangan (1,2,3,4)

D. Pelaksanaan

1. Persiapan Wadah

Persiapan wadah pemeliharan udang vannamei yang digunakan yaitu ember bun-

dar bervolume 25l sebanyak 12 unit. Ember dicuci terlebih dahulu kemudian di-

keringkan. Ember disi dengan air laut sebanyak 20l dan diendapkan selama 24

jam, kemudian diisi dengan air tawar hingga mencapai salinitas yang diinginkan

(20 ppt). Masing-masing ember perlakuan dilengkapi instalasi aerasi. Penyesuaian

salinitas menggunakan rumus menurut Boys, C. E. (1982) sebagai berikut :

A1

B3

A4 C2 A2 C1 C3

B2 B1 B4 C4 A3

18

Sn =

Keterangan :

Sn : Salinitas target (ppt)

S1 : salinitas air yang diencerkan (ppt)

V1 : volume air yang diencerkan (l)

S2 : salinitas air yang ditambahkan (ppt)

V2 : volume yang ditambahkan (l)

2. Penebaran Benih

Benih udang berasal dari PT. Central Proteina Prima Tbk, Kalianda, Lampung

Selatan. Penebaran benih udang vannamei dilakukan dengan cara aklimatisasi se-

lama 30 – 60 menit agar benih udang mampu menyesuaikan diri terhadap lingku-

ngan, benih udang digunakan sebanyak 240 ekor dengan PL 11 setiap ember be-

nih udang sebanyak 20 ekor. Air yang dalam wadah pemeliharan diaerasi selama

seminggu, kemudian benih udang dimasukkan secara perlahan dengan kedalam

ember sedikit demi sedikit. Setelah udang putih mulai keluar menuju ember maka

udang dapat dituangkan semuanya kedalam ember.

3. Pemeliharaan Benih

Pemeliharaan udang vanname dilakukan dalam ember bundar dengan jumlah 12

unit, sehingga untuk satu ember terdapat 20 ekor benih. Pemberian pakan diberi-

kan menggunakan pakan komersil 01 dan 02 dan penambahan sumber karon be-

rupa molase, molase yang diberikan setiap sehari sekali. Frekuensi pemberian pa-

kan 3 kali sehari (08.00), (14.00), (20.00), pakan yang akan diberikan pada peme-

19

liharaan udang dengan metode blind feeding yaitu pakan buta (Supono, 2011).

Selama pemeliharaan melakukan penyiponan seminggu 2 kali dan tidak melaku-

kan pergantian air untuk menghindari banyaknya probiotik yang hilang dari media

molase yang telah di tebar di wadah pemeliharan (Sartika, 2012). Pemberian pa-

kan dilakukan dalam jangka waktu 40 hari selama penelitian berlangsung dan

sampling dilakukan pada awal dan akhir pemeliharan. Program pemberian pakan

mengguanakan metode Blind Feeding seperti yang terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Program Pemberian Pakan Secara Blind Feeding

DOC Berat Udang FR (%) Jumlah Udang P/H (g)

1 0,02 113,3 20 0,45

2 0,03 97,8 20 0,58

3 0,03 84,4 20 0,50

4 0,04 72,8 20 0,58

5 0,06 62,9 20 0,75

6 0,07 54,3 20 0,76

7 0,10 46,8 20 0,93

8 0,13 40,4 20 1,05

9 0,16 34,9 20 1,11

10 0,21 30,1 20 1,26

11 0,28 26,0 20 1,45

12 0,36 22,4 20 1,61

13 0,43 20,3 20 1,74

14 0,52 18,3 20 1,90

15 0,62 16,5 20 2,04

16 0,74 14,9 20 2,20

17 0,85 13,8 20 2,34

18 0,98 12,7 20 2,48

19 1,13 11,8 20 2,66

20 1,30 10,9 20 2,83

21 1,49 10,1 20 3,0

22 1,64 9,5 20 3,11

23 1,81 9,0 20 3,25

24 1,99 8,6 20 3,42

20

DOC Berat Udang FR (%) Jumlah Udang P/H (g)

25 2,19 8,1 20 3,54

26 2,41 7,7 20 3,71

27 2,65 7,3 20 3,86

28 2,91 6,9 20 4,01

29 3,20 6,6 20 4,22

30 3,52 6,2 20 4,36

31 3,88 6,0 20 4,65

32 4,26 5,7 20 4,85

33 4,66 5,35 20 4,98

34 5,08 5,1 20 5,18

35 5,52 4,85 20 5,35

36 5,98 4,7 20 5,62

37 6,46 4,5 20 5,81

38 6,96 4,35 20 6,05

39 7,48 4,2 20 6,28

40 8,02 3,9 20 6,25

Sumber, Supono (2011).

4. Pengukuran amoniak

Pengukuran amoniak dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Diambil sampel air dari setiap wadah pemeliharaan udang putih sebanyak 10

ml

2. Disaring sampel air dengan menggunakan corong dan kertas saring, tempatkan

kedalam tabung reaksi

3. Ditambahkan larutan 0,05 ml MnSO4 setara 1 tetes (dikocok)

4. Ditambahkan larutan 0,5 ml Hypochlorous setara 10 tetes (dikocok)

5. Ditambahkan larutan 0,6 ml larutan penat setara 12 tetes

6. Diletakkan pada magnctic stircr agar larutan homogen

7. Dibuat larutan blanko menggunakan akuades dan ditambahkan juga larutan

standar amoniak

8. Menunggu 1 jam hingga larutan berubah warna

21

9. Diamati dengan spektofotometer (λ= 625 nm)

10. Penentuan nilai TAN disesuaikan dengan grafik standar berdasarkan rumus :

TAN = 0,357478 x A

11. Ammoniak dihitung berdasarkan koofisien nilai suhu dan pH (Supono, 2005).

E. Data Penelitian

Parameter pengamatan yang dilakukan selama penelitian yaitu :

1. Pertumbuhan Bobot Mutlak (W)

Pengukuran bobot tubuh rata rata post larva di hitung berdasarkan rumus (Hu et

al, 2008) sebagai berikut :

W = Wt –Wo

Keterangan :

W : Penambahan bobot tubuh (g/ekor)

Wo : Bobot post larva udang vannamei pada awal pemeliharaan (g/ekor)

Wt : Bobot post larva udang vannamei pada akhir pemeliharaan (g/ekor)

2. Laju Pertumbuhan Harian Atau Growth rate (GR)

Laju pertumbuahan harian dihitung dengan menggunakan rumus (Purnomo, 2012)

sebagai berikut :

GR =

Keterangan :

GR : Laju pertumbuhan harian (g/ekor/hari)

Wo : Berat rata – rata post larva udang vannamei pada awal penelitian (g/ekor)

Wt : Berat rata – rata post larva udang vannamei pada akhir penelitian (g/ekor)

T : Waktu pemeliharaan (hari) individu pada penelitian (ekor).

22

3. Kelangsungan Hidup Atau Survival rate (SR)

Kelangsungan hidup udang vannamei merupakan suatu perbandingan jumlah

benih yang hidup dengan total postlarva udang vannamei yang ditebar pada

awal pemeliharaan. Rumus yang digunakan (Huyn, M.S. and R. Fotedar, 2004)

sebagai berikut :

SR =

x 100 %

Keterangan :

SR : Kelangsungan hidup ( Survival Rate ) (%)

Nt : Jumlah post larva udang vannamei yang hidup di akhir pemeliharan (ekor )

No : Jumlah post larva udang vannamei pada awal penebaran (ekor)

4. Feed Conversion Ratio (FCR)

FCR dihitung berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh (Zonneveld et al., 1991)

sebagai berikut :

FCR =

Keterangan :

FCR : Feed Conversion Ratio

F : jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (g)

Wt : Biomassa akhir (g)

Wo : Biomassa awal (g)

5. Rasio C/N

Rasio C/N dihitung berdasarkan rumus yang dikemukan oleh (Avnimelech, 2009)

sebagai berikut :

C:N media=

23

Keterangan :

KH : Karbon yang dikehendaki

P : Pakan tambahan yang dikehendaki

C pakan : Karbon dalam pakan

Ekskresi C : Hasil ekskresi

Ekskresi N : Hasil ekskresi

F. Kualitas Air

Manajemen kualitas air dalam pemeliharan udang vannamei dengan pengukuran

kualitas air dilakukan setiap hari yaitu pH, DO, dan suhu sedangkan salinitas se-

minggu sekali selama pemeliharaan. Pada pengukuran suhu menggunakan termo-

meter, pengukuran pH menggunakan pH meter, pengukuran DO meng-gunakan

DO meter dan pengukuran salinitas menggunakan refraktometer sedangkan pe-

ngukuran ammoniak dilakukan setiap 10 hari sekali selama pemeliharaan dengan

metode uji amoniak menggunakan spectrophotometer (Rizawati, 2016). Jika

pengukuran amoniak maka parameter kualitas air seperti suhu, DO, pH, dan

salinitas dilakukan pengukuran kembali.

G. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA tingkat kepercayaan 95 %. Jika

terdapat perbedaan yang nyata analisis kepercayaan dilanjutkan dengan uji lanjut

yaitu Beda Nyata Terkecil (BNT). Jika terdapat perbedaan yang tidak nyata anali-

sis kepercayaan dilanjutkan dengan uji statistik Non Parametrik Chisquare.

24

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pemberian molase pada media memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan

berat mutlak, laju pertumbuhan harian, dan FCR. Dengan nilai tertinggi pada per-

lakuan C/N 15 yang merupakan C/N terbaik kecuali kelangsungan hidup udang

putih tidak berpengaruh nyata.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pemberian molase dalam skala tam-

bak untuk mendapatkan hasil yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Afandy, A., P. Purwadhi A., dan Maya V. B. 2017. Studi Kegiatan Budidaya

Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Dengan Penerapan

Sistem Pemeliharaan Berbeda. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 9

(1), 2085-5842.

Alen, K.O. 1974. Effect of Stocking Density and Water Exchange Rate on

Growth and Survival of Chanel Catfish Tetalurus functatus. (Refinesque)

in Circular Tanks. Aquaculture 4, 29-39.

Allsopp, M.,P. Johston and D. Santillo. 2008. Challenging The Aquaculrute

Industry On Sustainability : Technical Overview. Greenpeace Research

Laboratories Technical, Washington. 20 hlm.

Avnimelech,Y. 1999. Carbon/Nitrogen Ratio As a Control Element In

Aquaculture System. Aquaculture 176, 227-235.

Avnimelech, Y. M. M. Kochva and S Mokady. 1994.Development Of Controlled

Intensive Aquaculture System With A Limited Water Exchange And

Adjusted Carbon To Nitrogen Ratio . Bamidgeh 46, 119-131.

Avnimelech.2007 Feeding with Microbial Flocs by Tilapia in Minimal Discharge

Bio-Flocs Technology Ponds. Aquaculture 264(1), 140-147.

Avnimelech, Y. 2009. Biofloc technology – A Practical Guide Book. The World

Aquacultur Society, Baton Rounge,Lousiana, United State. 182 hlm.

Azmi,M.E; Little, D.C; and Bron, I.E. 2007. Microbal protein production in

activated suspension tanks manipulating C/N ratio in feed and imlication

for fish culture. Bioresource Technology 99, 3590-3599.

Boyd, C. E. 1990. Water Quality In Ponds For Aquaculture. Auburn University,

Alabama. 482 hlm.

Briggs, M., Smith, S. F., Subasinghe, R., and Phillips, M.2004. Introduction and

movement of Penaeus vannamei and Penaeus stylirostris in Asia and the

Pacific. RAP Publication 10, 1-87.

38

Bank Indonesia. 2015. Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi

Lampung Triwulan II Tahun 2015.Kantor Perwakilan Bank Indonesia,

Provinsi Lampung.

Chopin, T. A.H. Buschmann,C. Halling, M. Troell, N. Kautsky, A. Neori, G.

Kraemer, J. Zertuche-Gonzalez, C. Yarish, and C. Neefus. 2001.

Integrating Seaweeds Into Aquaculture Systems : a Key Towards

Sustainability. Journal of phycologi 37, 975-986.

Choo PS, Tanaka K. 2000. Nutrient level in ponds during the grow-out and

harvest phase of Penaeus monodon under semiIntensive or Intensive

culture. Journal JIRCAS 8, 13 – 20.

Crab, R., Avnimelech, Y., Defoirdt, T., Bossier, P., dan Verstraete, W. (2007).

Nitrogen removal techniques in aquaculture for a sustainable

production. Aquaculture 270(1-4), 1-14.

Crab, R., Chielens, B., Wille, M., Bossier, P., and Verstraete, W. (2010). The

effect of different carbon sources on the nutritional value of bioflocs, a

feed for Macrobrachium rosenbergii postlarvae. Aquaculture Research

41(4), 559-567.

Davies P. S. 2005. Biologlgal Basis Of Waste Water Treatment. Strathekelvin

Instrument Ltd. 19 hlm.

DKP (Dinas Kelautan dan Perikanan). 2007. Statistik Perikanan Budidaya

Indonesia. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, Jakarta.

Ebeling, J .M., M. B. Timmons, and J.J. Bisogni. 2006. Engineering analysis of

the stoichiometry of photoautotrophic, autotrophic, and heterotrophic

removal of ammonia-nitrogen in aquaculture systems. Aquaculture 257,

346-358.

Ekawati, A.W., Rustidja, Marsoedi, and Maheno. 1995. Studi Tentang

Pertumbuhan Udang Windu (Penaeus monodon Fab.) Pada Tambak

Tradisional Plus di Sidoharjo Jawa Timur. Buletin Ilmiah Perikanan Edisi

V. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang. Malang.

Effendi. M. I. 1997. Metode Bilogi Perikanan. Yayasan dewi sri, Bogor. 112 hlm.

Effendie, H. 2000. Telaah Kualitas Air. Jurusan manajemen sumberdaya

perairan. Fakultas perikanan dan ilmu kelautan, institute pertanian bogor,

Bogor. 66 hlm.

Effendi, I.N.J., Bugri, and Widanarni. 2006. Pengaruh Padat Penebaran terhadap

Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami Osphronemus

gouramy. Ukuran 2 cm. Jurnal Akuakultur Indonesia 5(2), 127-135.

39

Erler, D., Putth, S., Teeyaporn, K., and Kanit, C. 2005. Preliminary

Investigation into The Effect of Carbon Addition on Growth, Water

Quality and Nutrient Dynamics in Zero Exchange Shrimp (Penaeus

monodon) Culture System. Asian Fisheries Science 18 (3/4), 195.

Elovaara, A. K. 2001. Shrimp Farming Manual : Practical Technology for

Intensive Shrimp Production. United States of America (USA).

Erler, D., Putth, S., Teeyaporn, K., and Kanit, C. 2005. Preliminary

Investigation into The Effect of Carbon Addition on Growth, Water

Quality and Nutrient Dynamics in Zero Exchange Shrimp (Penaeus

monodon) Culture System. Asian Fisheries Science 18 (3/4), 195.

Fegan, D. F. 2003. Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di Asia

Gold Coin Indonesia Specialities, Jakarta.

Far, H.Z., C.R.B. Saad, H.M. Daud, S.A. Harmin, dan S. Shakibazadeh. 2009.

Effect of Bacillus subtilis on the growth and survival rate of shrimp

(Litopenaeus vannamei). African Journal of Biotechnology 8(14), 3369-

3376.

Ghufran. 2007. Budidaya Perairan. Buku Kedua. PT Citra Aditya Bakti,

Bandung. 472 hlm.

Gunadi, B. dan Hafsaridewi, R. 2007. Pemanfaatan Limbah Budidaya Ikan Lele

(Clarias gariepenus) Intensif Dengan Sistem Heterotrofik Untuk

Pemeliharaan IkanNila. Laporan Akhir Kegiatan Riset 2007. Loka Riset

Pemuliaan danTeknologi Budidaya Perikanan Air tawar, Sukamandi. 18

hlm.

Gunarto dan Hendrajat, E. A. 2008. Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus

vannamei) Pada Pola Semi Intensif Dengan Applikasi Jenis Probiotik

Komersial. J. Ris. Akuakultur 3(3), 303-313.

Haliman R.W, dan Adijaya DS. 2004. Udang Vannamei. Panebar Swadaya.

Jakarta. 210 hlm.

Haliman dan Adijaya. 2005. Pembudidaya Dan Prospek Pasar Udang Putih

Yang Tahan Penyakit.Udang Vannamei. Penebaran swadaya, Jakarta. 75

hlm.

Hartnoll, R. G. 1982. Growth.In L.G. Able (Ed).The biology of Crustacea. 2:

Embryology. Morphology and Genetics. Academik Press. New York. 110

hlm.

Hargreaves J.A. 2013. Biofloc Production System For Aquculture. Southern

Rregional Aquaculture center publication.No. 4503.12 hal.

40

Hari, B., Kurup, B. M., Varghese, J. T., Schrama, J. W., and Verdegem, M. C. J.

(2004). Effects of carbohydrate addition on production in extensive shrimp

culture systems. Aquaculture 241(1-4), 179-194.

Hapsari, T., W. Tjahjaningsih., M. A. Alamsjah dan H. Pramono.2016. Aktivitas

Enzimatis Bakteri Proteolitik Asal Gastrointestinal Udang Vannamei

(Litopenaeus vannamei). Journal of Marine and coastal Science 5(3), 109-

118.

Hurtado, M. A., Racotta, I. S., Civera, R., Ibarra, L., Hernández-Rodríguez, M.,

and Palacios, E. (2007). Effect of hypo-and hypersaline conditions on

osmolality and Na+/K+-ATPase activity in juvenile shrimp (Litopenaeus

vannamei) fed low-and high-HUFA diets. Comparative Biochemistry and

Physiology Part A: Molecular & Integrative Physiology 147(3), 703-710.

Huyn, M.S. and R. Fotedar. 2004.Growth, Survival, Hemolymph Osmolality and

Organosomatic indIces of the Western King Prawn (Penaeus laticulatus

Kihinouye, 1896) Reared at Different Salinities. Aquaculture 234, 601-

614.

Hu, Y., Tan, B., Mai, K., Ai, Q., Zheng, S., and Cheng, K. (2008). Growth and

body composition of juvenile white shrimp, Litopenaeus vannamei, fed

different ratios of dietary protein to energy. Aquaculture Nutrition 14(6),

499-506..

Izquierdo, M., Forster, I., Divakaran, S., Conquest, L., Decamp, O., and Tacon, A.

(2006). Effect of green and clear water and lipid source on survival,

growth and biochemical composition of Pacific white shrimp Litopenaeus

vannamei. Aquaculture nutrition 12(3), 192-202.

KKP.2013. Statistik Volume Produksi Udang 2009-2013. Direktorat Jendal

Perikanan Budidaya. Kementrian dan Perikanan. Jakarta.

Kordi, K. M.G.H. 2009. Budidaya Perairan. Citra Ditya Bakti, Bandung. 500

hlm.

Kordi, K. M.G.H. 2011. Panduan Lengkap Bisnis dan Budidaya Ikan Gabus. Lily

Publisher, Yogyakarta. 234 hlm.

Kopot, R. and Taw, N. 2002. Efficiency of Pacific White Shrimps, Current Issues

in Indonesia.Globa Aquaculture Advocate Pp 40-41.

Lin, Y., dan J. Chen . 2001. Acute Toxicity of Ammonia on Litopenaeus

vannamei Boone juveniles at different salinity levels. Journal of

Experimental Marine Biology and Ecology 259 (1), 109–119.

41

Manoppo, H. 2011. Peran Nukleotida Sebagai Imunostimulan terhadap Respon

Imun Nonspesifik dan Resistensi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei).

Disertasi. Pascasarjana IPB, Bogor.

Mantel L.H. and L.L. Farmer, 1983.Osmotic And Ionic Regulation. In: Mantel,

L.H. (ed). The Biology Of Crustacean, vol 5. Academic Press.New

York.53-161pp.

Muzaki, A., 2004. Produksi Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Pada

Padat Penebaran Berbeda Di Tambak Biocrete. Skripsi . IPB, Bogor .

Mclntosh,R.P. 2000. Changing paradigms in shrimp farming. The Advocaate

April, 44-50.

Motoh, H. 1985. Biology and ecology of Penaeus monodon. In taki Y., Primavera

J. H. and Llobreara J. A. (Eds.) Proceeding prawns/ Shrimps, 4-7

december 1984, Iloilo City, Philippines (pp. 27-36). Iloilo City,

Philippines: Aquaculture Dapartment, Southeast Asia Fisheries

Development Center.

Neori, A. T. Chopin, T. A.H. Buschmann,C. Halling, M. Troell, N. Kautsky, A.

Neori, G. Kraemer, J. Shpigel and C. Yarish. 2004. Integrated

Aquaculture : Rationale, Evalution And State Of The Art Emphasizing

Seaweed Biofiltration In Modern Maricultur. Aquacultur 231, 361-391.

Paturau, J.M. 1982. By-Products of The Cane Sugar Industry: an Introduction to

Their Industrial Utilization. Elsevier Scientific Publishing Company.

Amstrerdam. 453 hlm.

Poernomo, A. 2004. Teknologi Probiotik Untuk Mengatasi Permasalahan

Tambak Udang Dan Lingkungan Budidaya. Makalah Disampaikan Pada

Symposium Nasional Perkembangan Ilmu Dan Inovasi Teknologi Dalam

Budidaya. Semarang, 27-29 Januari. 2004. 24 hal.

Purnomo, P.D. 2012. Pengaruh Penambahan Karbohidrat Pada Media

Pemeliharaan Terhadap Produksi Budidaya Intensif Nila (Oreochromis

niloticus). Journal of Aquaculture Management and Technology 61-179.

Ratningsih, N. 2008. Uji Toksisitas Molase pada Respirasi Ikan Mas (Cyprinus

carpioL.). Jurnal Biotika 6(1), 22-33.

Rajikkannu, M., Natarajan N., Santhanam P., Deivasigamani B., Ilamathi J. and

Janani S. 2015. Effect of Probiotics on The Haematological Parameters of

Indian Major Carp (Labeo rohita). International Journal of Fisheries and

Aquatic Studies 2(5), 105-109.

Rusmana dan Widiyanto. 2006. Pemanfaatan Bakteri Pereduksi Nitrat Disimilatif

Dan Nitrifikasi Agen Bioremediasi Untuk Mengontrol Kadar Amonia Di

42

Tambak Udang PT. Garam Kabupaten Sumenep Pasca Panen Dan

Keterkaitannya Dengan Faktor Lingkungan Okid Parama Astirin. Jurnal

Akuakultur 5(2), 42.

Rizawati, H, S. 2016. Tingkat Kelulushidupan Post Larva Udang Putih

(Litopenaeus vannamei) yang dipelihara pada Media Salinitas Rendah

dengan menggunakan Metode Aklimatisasi Bertingkat. Skiripsi. Fakultas

Pertanian. Universitas Lampung, Lampung.

Ridho., A. Subagiyo. 2013. Pertumbuhan, Rasio KonversiPakan dan

Kelulushidupan Udang Litopenaeus vannamei yang Diberi Pakan dengan

SuplementasiPrebiotik FOS (Fruktooligosakarida). Buletin Osenografi

Marina. Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan, Universitas Diponegoro.

Samocha, T.M., Patnaik.S., Speed, M., Ali, A.M., Burger, J.M., Almeida, R.V.,

Ayub, Z., Harisanto, M., Horowitz, A., and Brock D.L. 2007. Use of

molasses as carbon sourcein limited discharge nursery and grow out

systems for Litopenaeus vannamei. Aqua. Eng. 36, 184-191.

Sartika, D., Harpeni, E., dan Diantari, R. 2012. Pemberian Molase pada Aplikasi

Probiotik terhadap Kualitas Air, Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan

Hidup Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jurnal Rekayasa dan Teknologi

Budidaya Perairan 1(1), 58-64.

Strumer, N. L. T. M. Samocha and A. L. Lawrence. 1992. Intensification Of

Penenid Nursery System. Dalam A. W. Fast And L.J Lester (Eds). Marine

Shrimps Cultre : Principles And Practices Development In Aquaculture

And Fisheries Science. Vol 23. Elsevier, New York. 321-344 p.

Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1983. Prinsip-Prinsip Prosedur Statistic Suatu

Pendekatan Biometric. Gramedia Pustaka, Jakarta. 610 hlm.

Sumantadinata, K. et al, 1985. Kamus Istilah Budidaya Ikan.Pusat Pembinaan

Dan Pengembangan Bahasa. Dapaertemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Jakarta. 61 hlm.

Supono. 2005. Manajemen Lingkungan Untuk Akuakultur. Plantaxia.122 pp.

Supono dan Wardiyanto. 2008. Evalusi Budidaya Udang Putih (Litopenaeus

vannamei) dengan Meningkatkan Kepadatan Tebar Di Tambak Intensif.

Seminar Hasil Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas

Lampung. Lampung. 237-242 hlm.

Supono.2011. Studi Perbandingan Keragaan Udang Windu (Penaeus monodon)

dan Udang Putih (Litopenaus vannamei) pada Tambak Semi. Pena

Akuatika 3(1), 1-8.

43

Supono, J .Huutabarat, S. B. Prayinto, dan Y. S. Darmanto. 2014. White Shrimp

(Litopenaeus vannamei) culture using heterotrophic aquaculture system on

nursery phase. Internasional Journal Of Waste Resources 4(2), 1000142

Tarsim. 2000. Studi Kualiats Air Dan Produksi Tambak Udang Intensif Di PT

Moisoon Makmur Tanggerang Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Budidaya

Perairan. FPIK, Bogor.

Tahe, S., H. S. Suwoyo, dan M. Fahrur. 2015. Aplikasi Probiotik Rica dan

Komersialpada Budidaya Udang Vaname (Litopenaeusvannamei) Pola

Intensif. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, 435-445.

Taqwa, F.H., Djokosetiyanto, D., & Affandi, R. 2008. Pengaruh penambahan

kalium pada adaptasi penurunan salinitasterhadap performa pascalarva

udangvaname (Litopenaeus vannamei). Jurnal Riset Akuakultur 3(3), 431-

436

Vikash Kumar, Suvra Roy, Dharmendra Kumar Meena & Uttam Kumar sarkar.

2016. Application of Probiotics in Shrimp Aquaculture: Importance,

Mechanisms of Action, and Methods of Administration. Reviews in

Fisheries Science & Aquaculture 24 (4), 342-368.

Valsamma J., M. Haseeb., S. Ranjit., A. Anas and I.S. Brigh Singh. 2014. Shrimp

Production under Zero Water Exchange Mode Coupled with

Bioremediation and Application of Probiotics. Journal of Fisheries

International 9(1), 5-14.

Verstraete, W., De Schryver, P., Deroirdt, T., & Crab, R. 2007. Added value of

microbial life in flocs. In World Aquaculture Society Meeting, San

Antonio, Texas, USA. February 26, 125-137.

Wasielesky, W., Bianchini, A., C.C. Sanchez, and L.H. Poersch, 2003. The

Effects of Temperature, Salinity and Nitrogen Products on Food

Consumtion of Pink Fartantepenaeus paulensis. Brazilian Archives of

Biology and Technology 46, 135-141.

Widanarni, D. Yuniasari, Sukenda, dan J. Ekasari. 2010. Nursery Culture

Performance of Litopenaeus vannamei with Probiotics Addition and

Different C/N Ratio under Laboratory Condition. Journal of Biosciences

17(3), 115-119.

Wyban, J. W dan Sweeney, J. N. 1991. Intensive Shrimp Production

Technology.The Oceanic Shrimp Manual. Honolulu, Hawai, USA.158

hlm.

Zokaeifar, H., N. Babael, C.R. Saad, M.S. Kamarudin, K.Sijam, dan J.L.Balcazar.

2014. Administration of Bacillus subtilis Strains In the Rearing Water

Enhances the Water Quality, Qrowth Performance, Immune Response, and

44

Resistance Against Vibrio harveyi Infection in Juvenile White Shrimp,

Litopenaeus vannamei. Fish & Shellfish Immunology 36 (1), 68–74.

Zonneveld, N., Huisman, E.A., and Boon, J. H. 1991.Prinsip-Prinsip Budidaya

Ikan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 317 hlm.

Zou, X., Y. Wang, dan W. Li. 2009. Effect of probiotic on larvae shrimp (Penaeus

vannamei) based on water quality, survival rate and digestive enzyme

activities. Aquaculture 287 (3-4), 349–353.

45