pengaruh program kelompok swadaya...
TRANSCRIPT
PENGARUH PROGRAM
KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) LAZIS
TERHADAP KESEJAHTERAAN MUSTAHIK
(Studi Pada LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali di Cinere – Depok, Jawa Barat)
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh
Rifyatur Rohmawati
NIM: 206046103868
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A 1431 H/ 2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul Pengaruh Program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
LAZIS Terhadap Kesejahteraan Mustahik (Studi Pada LAZIS PLN P3B Jawa Bali), telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 24 September 2010 Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M. NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah Ketua : Prof.Dr.H.MAmin Suma, SH, MA, MM. (.....................................) NIP.195505051982031012 Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, M.A. (.....................................) NIP. 196404121994031004 Pembimbing I : Dr. H. Supriyadi Ahmad, M.A. (.....................................) NIP. 195811281994031001 Pembimbing II : Hotnida Nasution, S.Ag., M.A. (.....................................) NIP. 197106301997032002 Penguji I :Drs. H. Zaenal Arifin, M.Pd.I (....................................)
NIP. 195911101991031001
Penguji II :Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA (....................................) NIP. 195510151979031002
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Krisis multidimensi yang melanda Negara kita sejak 1997 telah meningkatkan
jumlah penduduk miskin secara signifikan. Data terakhir yang diterbitkan Biro Pusat
Statistik menyebutkan bahwa 32,5 juta penduduk Indonesia termasuk dalam kategori
miskin.1 Membicarakan masalah kemiskinan berarti membicarakan suatu masalah
yang sebenarnya telah berlangsung lama dalam kehidupan manusia. Kemiskinan yang
dimaksud adalah serba kekurangan dalam mencukupi kebutuhan hidup seseorang atau
sekelompok orang yang disebut kaum dhuafa. Kemiskinan merupakan suatu realita
yang patut dicarikan jalan keluarnya. Dalam kondisi ekonomi yang belum juga pulih,
jumlah angka pengangguran pun semakin membengkak, hingga akan mencapai lebih
dari 40 juta orang. Kondisi ini membawa dampak buruk yang sangat serius bagi
kehidupan masyarakat, yaitu meningkatnya kriminalitas dan gangguan keamanan.
Dalam rangka menolong kaum fakir miskin dan para dhuafa, Agama Islam
yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia mewajibkan kepada setiap muslim
mengeluarkan zakat dari rezeki yang mereka peroleh. Selain itu, Islam juga
1 LIPI, “2010, Rakyat Miskin Bertambah,” artikel diakses pada 17 Februari 2010 dari
http://jakarta45.wordpress.com/2009/12/30/pepora-2010-rakyat-miskin-bertambah-lipi.
1
2
menganjurkan kepada mereka untuk bersedekah (shadaqah) dan berinfaq (infaq),
yang semuanya dimaksudkan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan warga
masyarakat yang kurang beruntung, yang berada dalam garis kemiskinan dan
kesusahan.
Dalam upaya menurunkan angka kemiskinan tersebut, perlu adanya upaya
untuk mengoptimalkan penggalian dana yang bersumber dari zakat, infaq dan
Shadaqah. Potensi dana ZIS yang belum tergali masih sangat besar, mengingat
mayoritas penduduk Indonesia adalah pemeluk agama Islam dan juga masih cukup
banyak warga masyarakat yang belum menunaikan zakat karena kurangnya
pemahaman dan pengetahuan mereka terhadap ajaran agama.
Zakat adalah ibadah yang mengandung dua dimensi yaitu dimensi hablum
minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal. Ibadah
zakat apabila ditunaikan dengan baik maka akan meningkatkan kualitas keimanan,
membersihkan dan mensucikan jiwa, dan mengembangkan serta memberkahkan harta
yang dimiliki. Dari sisi lain, zakat merupakan salah satu bentuk ibadah yang
mengedepankan nilai-nilai sosial di samping membawa pesan-pesan ritual dan
spiritual. Jika dikelola dengan baik dan amanah, zakat akan mampu meningkatkan
kesejahteraan umat, mampu meningkatkan etos kerja umat serta sebagai institusi
pemerataan ekonomi. Pelaksanaan zakat secara efektif adalah melalui organisasi
pengelola zakat. Dalam BAB III Undang-undang No.38 tahun 1999 dikemukakan
bahwa organisasi pengelola zakat terdiri dari dua jenis, yaitu Badan Amil Zakat
3
(pasal 6) yang dibentuk oleh pemerintah dan Lembaga Amil Zakat yang dibentuk
oleh masyarakat.
Lembaga–lembaga Amil Zakat yang dimaksud tentunya diharapkan berfungsi
secara efektif dan efisien dalam mengemban misi dan tujuan institusional
sebagaimana dikehendaki oleh Undang-undang. Untuk itu, diperlukan proses
pengelolaan yang baik di setiap LAZ, terutama perannya sebagai agen pemberdayaan
ekonomi umat. Proses pengelolaan tersebut meliputi pengumpulan dan
pendistribusian. Pengumpulan berkaitan dengan tugas LAZ berhubungan dengan
muzakki (pemilik harta yang wajib zakat), sedangkan pendistribusian berkaitan
dengan tugas LAZ dalam mendistribusikan harta zakat terhadap mustahik (penerima
zakat). Dalam operasionalnya, ternyata menjalankan LAZ tidaklah semudah
mendirikannya. Pertama menyangkut kepercayaan masyarakat. Kedua berkaitan
dengan kapasitas dan kapabilitas pelaksananya. Ketiga seperti tercantum dalam UU
38 tahun 1999, LAZ butuh izin operasional dari Direktur Zakat dan Wakaf Depag. Di
Indonesia, berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 581 tahun 1999,
dikemukakan bahwa lembaga zakat harus memilliki persyaratan teknis, antara lain (
(i) berbadan hukum; (ii) memilliki data muzakki dan mustahik; (iii) memiliki program
yang jelas; (iv) memiliki pembukuan yang baik; (v) melampirkan surat pernyataan
bersedia diaudit.2
2 Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Isani, 2002), cet.
Ke-1, h.129-130.
4
Persyaratan tersebut tentu mengarah pada profesionalitas dan transparansi dari
setiap lembaga pengelola zakat. Dengan demikian, diharapkan masyarakat akan
semakin bergairah dalam menyalurkan zakatnya melalui lembaga pengelola zakat.3
Pola pendayagunaan ZIS (Zakat, Infaq dan Shadaqah) selama ini pada
umumnya masih bersifat konsumtif konvensional (charity), yakni masih terfokus
menyantuni kaum fakir miskin dalam upaya mengurangi beban hidup dan
mengurangi kebutuhan dasar mereka. Bisa jadi program charity yang sering
dilakukan adalah benar ketika dilaksanakan untuk sebuah program yang sifatnya
tanggap darurat dan mendesak.
Dampak pendayagunaan ZIS yang berkeadilan sosial, memberikan penguatan
kepada masyarakat lemah (dhuafa) dan pemerataan kesejahteraan hanya bisa
diwujudkan dengan pola pendayagunaan zakat yang bersifat produktif. Yaitu pola
pendayagunaan zakat yang diperuntukkan bagi usaha produktif yang lebih sistematis,
berkesinambungan dan berjangka panjang.
Contohnya dalam bentuk pemberian bantuan modal usaha, lalu diberikan
pendampingan dan pembinaan sampai mereka mencapai mandiri. Disadari atau tidak
terdapat fenomena bahwa amil zakat yang ada belum memenuhi kualifikasi untuk
melakukan pembinaan dan pendampingan yang bersifat komprehensif. Amil zakat
3 Didin Hafidhuddin, Agar Harta Berkah & Bertambah, (Jakarta: Gema Insani, 2007), Cet. Ke-
1, h. 173.
5
yang ada baru bisa memenuhi pola pendampingan yang bersifat penguatan ruhiyah
dan pengkapasitasan pengelolaan usaha yang bersifat umum.
Penyaluran dana ZISWAF oleh LAZ pada periode 2008–2009 difokuskan
untuk kegiatan konsumtif, kepada program bantuan kemanusiaan 23,1%, hibah
langsung kepada asnaf 15,0%, pendidikan 10,7%, kesehatan 3,8%, dan bantuan
dakwah 3,9%. Untuk kegiatan ekonomi produktif secara rata – rata mendapatkan
alokasi sebesar 10,7%. Saat ini dana zakat tumbuh 67,2% per tahun.4
Untuk memberikan layanan terhadap masyarakat muslim sampai saat ini
banyak lembaga, yayasan, badan dan perusahaan yang mendirikan lembaga amil
zakat dengan lingkup lokal daerahnya masing-masing. Sebagai contoh Lembaga Amil
Zakat Infaq Sadaqah (LAZIS) PT PLN P3B Jawa Bali. LAZIS PT PLN Jawa Bali
adalah salah satu lembaga amil zakat, infaq, dan sadaqah dari sekian banyak lembaga
di Jabodetabek yang berdiri sejak tahun 2002. Dan saat ini kinerja lembaga tersebut
telah mengalami kemajuan dan menerapkan metode distribusi dana zakat tidak hanya
yang bersifat konsumtif, melainkan ada juga yang bersifat produktif.
Dengan begitu apabila lebih banyak para muzzaki yang menyerahkan dana
zakatnya kepada Lembaga Amil Zakat Infak Sedekah (LAZIS), maka akan dapat
memajukan kesejahteraan mustahik. Yaitu mengurangi jumlah pengangguran,
mengembangkan kemampuan untuk membentuk suatu usaha dan dapat lebih banyak
4 “Menggagas Cetak Biru Pengelolaan Zakat”, Majalah SHARING Inspirator Ekonomi & Bisnis
Syariah, (Jogjakarta: Januari, 2010), h. 42-43.
6
menghasilkan pendapatan para mustahik. Jadi jumlah kemiskinan pun akan semakin
berkurang.
Gambar 1.1
Pola pengembangan kesejahteraan mustahik berbasis zakat5
Rehabilitas kaum dhuafa
Profit didistribusikan
Kepada mustahik
Amil menjadi supevisor
Manajemen dan produksi
Pemilik usaha dan pekerja
Adalah mustahik
Disalurkan kepada mustahik
Untuk usaha produktif
Dana zakat dikumpulkan
Oleh amil zakat
5Sauqi dan Didin. “Zakat dan Pembangunan Perekonomian Umat.” Proceedings, Of
International Seminar on Islamic Economics As A Solution. Medan, 18-19 September 2005.
7
Untuk pemilihan objek penelitian adalah LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali yang
bertempat di Depok. LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali ini merupakan salah satu
Lembaga amil yang berada dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Dalam menyalurkan dananya, LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali ini memiliki cara
yang cukup menarik. Yaitu dengan membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM) yang didalamnya sangat melibatkan para mustahik dalam
mengembangkannya.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk mengetahui
bagaimana cara LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali dalam membentuk Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM) dan strategi yang digunakannya. Untuk itu, penulis
menulis skripsi dengan judul : “PENGARUH PROGRAM KELOMPOK
SWADAYA MASYARAKAT (KSM) LAZIS TERHADAP KESEJAHTERAAN
MUSTAHIK (Studi Pada LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali di Cinere – Depok,
Jawa Barat)”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus, dan tidak
menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh karena itu, penulis memfokuskan
8
kepada pembahasan atas masalah-masalah pokok yang dibatasi dalam konteks
permasalahan yang terdiri atas :
a. Lembaga Amil Zakat Infak Sadaqah (LAZIS) dibatasi pada Lembaga Amil
Zakat Infak Sadaqah (LAZIS) yang didirikan oleh PT PLN P3B Jawa Bali
di Cinere – Depok, Jawa Barat.
b. Program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dibatasi pada Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM) yang berada di Lembaga Amil Zakat Infak
Sadaqah (LAZIS) PT PLN P3B Jawa Bali di Cinere – Depok, Jawa Barat.
c. Mustahik dibatasi pada pihak-pihak yang berhak menerima zakat kecuali
riqab, yang sudah tidak ada di Indonesia.
2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian
ilmiah. Perumusan masalah berguna untuk mengatasi kerancuan dalam pelaksanaan
penelitian. Berdasarkan pembatasan masalah, maka masalah penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana strategi LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali dalam mengembangkan
program untuk meningkatkan kesejahteraan mustahik?
b. Bagaimana program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) terhadap
kesejahteraan mustahik?
c. Bagaimana usaha-usaha yang dilakukan LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali
dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam program Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM)?
9
d. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi KSM LAZIS dalam
mensejahterakan mustahik?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana strategi LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali
terhadap kesejahteraan mustahik.
b. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh program Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali.
c. Untuk mengetahui bagaimana usaha-usaha LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali
dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam program Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM).
d. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi KSM LAZIS
dalam mensejahterakan mustahik.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai pengaruh program KSM terhadap kesejahteraan mustahik,
diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :
a. Bagi LAZIS, sebagai objek penelitian dapat menambah referensi bagi
LAZIS dan diharapkan LAZIS dapat lebih bersinergi dalam fungsinya
untuk mewujudkan kesejahteraan bagi mustahik.
b. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberikan pemahaman tentang
LAZIS.
10
c. Bagi perusahaan atau lembaga atau badan lain, penelitian ini dapat
memberikan pengetahuan tentang kebaikan didirikan LAZIS di dalam
perusahaan atau lembaga atau badan. Dan diharapkan dapat menarik
perusahaan atau lembaga atau badan untuk mendirikan LAZIS.
D. Review Kajian Terdahulu
Telah terdapat dua tulisan yang terkait dengan judul penelitian ini, yaitu :
1. Skripsi yang berjudul Peran LAZ PT PLN (Persero) P3B dalam pengembangan
masyarakat di desa Blok Tangki Kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo Depok,
yang disusun oleh Muhammad Andhi Fakhri.6 Kesimpulan yang terdapat pada
skripsi ini adalah Dalam mengembangkan masyarakat di desa Blok Tangki LAZ
PT PLN (Persero) P3B membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).
2. Skripsi yang berjudul Pola kerjasama antara lembaga amil zakat infak shodaqoh
(LAZIS) PLN P3B Jawa Bali dengan Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dalam
pemberdayaan dana zakat, yang disusun oleh Darmiyanti.7 Kesimpulan yang
terdapat pada skripsi ini adalah dengan adanya kerjasama antara PKPU dengan
LAZIS PLN P3B JB, maka penyaluran dan pengelolaan zakat bisa lebih efektif
6 Muhammad Andhi Fakhri, “Peran LAZ PT. PLN (Persero) P3B dalam pengembangan
masyarakat di Desa Blok Tangki Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Depok,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006).
7 Darmiyanti, “Pola kerjasama antara lembaga amil zakat infak shodaqoh (LAZIS) PLN P3B Jawa Bali dengan Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dalam pemberdayaan dana zakat,” (Skripsi S1Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008).
11
dan tepat sasaran. Serta PKPU membantu LAZIS PLN P3B JB dalam
memberdayakan masyarakat dengan membentuk KSM.
Penelitian di atas saling berhubungan erat satu sama lain, yang dimana LAZIS
PT PLN P3B Jawa Bali menghimpun dana zakat melalui zakat profesi dari para
karyawan, setelah itu untuk penyaluran dana zakat tersebut LAZIS PT PLN P3B
Jawa Bali membentuk program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Hal lain
yang ingin penulis teliti yaitu tentang penanganan masalah yang muncul pada saat
pengelolaan zakat melalui KSM, serta efektifitas pengelolaan dana zakat yang dapat
memberikan perubahan terhadap mustahik.
E. Metodologi Penelitian
1. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Lembaga Amil Zakat Infaq Sadaqah (LAZIS) PT
PLN P3B Jawa Bali, di Cinere, dimana objek ini akan menjadi sumber data primer
untuk mengetahui apakah variabel yang diteliti mempunyai pengaruh antara satu
variabel dengan variabel lainnya.
Adapun Lembaga Amil Zakat Infaq Sadaqah (LAZIS) PT PLN P3B Jawa Bali
yang menjadi objek penulis dalam melakukan penelitian ini beralamat di Krukut –
Limo, Cinere 16514, Depok.
12
2. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif
analisis dan induktif analisis. Statistik deskriptif adalah bagian dari statistic
mempelajari cara pengumpulan data dan penyajian data sehingga mudah dipahami.
Statistic deskriptif hanya berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan
keterangan-keterangan mengenai suatu data atau keadaan atau fenomena. Dengan
kata lain statistic deskriptif berfungsi menerangkan keadaan, gejala, atau persoalan.8
Statistic induktif adalah bagian dari statistik yang digunakan untuk melakukan
peramalan atau penaksiran kesimpulan (generalisasi) mengenai data secara
keseluruhan (populasi).9
3. Jenis Dan Sumber Data
Jenis data yang menjadi objek penelitian adalah data primer dan sekunder.
a. Sumber data primer
Sumber data primer dalam penelitian ini didapatkan dari laporan data–data yang
dikeluarkan oleh LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali. Seperti Laporan Keuangan tahunan
dari LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali dan dokumen – dokumen LAZIS PT PLN P3B
8 Iqbal Hasan, “Statistika Deskriptif”, Artikel ini diakses pada 19 Februari 2010 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/statistika_deskriptif. 9 Slamet Santoso, “Statistik Induktif : Pengantar”, Artikel ini diakses pada 30 Maret 2010 dari
http://ssantoso.blogspot.com/2009/03/statistika-induktif-pengantar.html.
13
Jawa Bali yang berkaitan dengan program KSM. Serta wawancara langsung kepada
pengurus LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder penelitian ini diperoleh dari bahan pustaka yang terkait
dengan permasalahan penelitian serta dari hasil wawancara dengan mustahik yang
dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan permasalahan pada penelitian ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau bahan dari
berbagai daftar kepustakaan yang ada, seperti buku–buku, artikel–artikel, sumber
dokumen - dokumen LAZIS PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali, surat kabar, dan
laporan – laporan lainnya yang terkait dengan masalah skripsi ini.
Dan teknik lainnya yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Observasi
Observasi dengan melakukan kunjungan ke lokasi LAZIS PT PLN (Persero)
P3B Jawa Bali serta ke lokasi para mustahiknya. Yakni mengamati dan melihat lebih
dekat dalam pengumpulan zakat oleh LAZIS PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali dan
penyalurannya terhadap mustahik, serta dapat melihat langsung pengembangan
program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang ditujukan kepada para
mustahik zakat.
14
b. Studi dokumenter
Dilakukan dengan cara mempelajari dokumen – dokumen lembaga tersebut
sehubungan dengan aktifitas yang telah dilakukan oleh LAZIS PT PLN (Persero)
P3B Jawa Bali.
c. Wawancara
Wawancara yang dilakukan bersifat informal kepada pengurus LAZIS PT PLN
(Persero) P3B Jawa Bali, kepada karyawan dan juga kepada mustahik yang
menerima zakat.
Penulis menggunakan teknik wawancara dengan nara sumber yang cakap dan
berkompeten pada bidangnya untuk memberikan keterangan dari masalah yang
sedang dibahas. Adapun nara sumber yang dimaksud bernama Nurdin, Rahmat dan
Yazid dimana beliau menjabat sebagai Kepala Divisi Pemberdayaan dan tenaga amil
profesional.
d. Kuesioner
Dilakukan dengan cara membuat kuesioner dan meminta para pengurus dan
para mustahik yang menerima dana zakat dari LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali untuk
menjawab dengan sebenar-benarnya.
15
Dengan teknik kuesioner ini diharapkan dapat memberikan keterangan yang
lebih jelas tentang proses dan penggunaan dana zakat yang diterima oleh para
mustahik.
e. Studi Pustaka
Studi Pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan buku-buku, artikel-artikel,
undang-undang dan lainnya yang terkait dengan penelitian. Studi pustaka ditujukan
untuk mendapatkan data tentang pengertian, landasan hukum dan lainnya yang
diperlukan untuk penelitian ini.
5. Teknik analisis dan Interprestasi data
a. Kualitatif : analisa lebih lanjut untuk kedalaman pembahasan.
b. Kuantitatif : analisa berupa angka yang didapat dari dokumen atau data
dengan menggunakan;10
1) Analisa Auto Korelasi : analisa dengan menghubungkan antara
variabel–variabel lanjutan dari regresi linear.
2) Regresi Linear sederhana
Selanjutnya untuk lebih memperdalam penelitian, maka dipilih dua variabel
yang relevan dengan permasalahan yang pokok, yaitu program Kelompok Swadaya
10 Ali Mauludi, Statistika I Penelitian Ekonomi Islam dan Sosial, (Ciputat: PT Prima Heza
Lestari, 2006) h. 98.
16
Masyarakat (KSM) Lembaga Amil Zakat Infaq Sadaqah (LAZIS) PT PLN P3B Jawa
Bali sebagai variabel bebas (X), dan kesejahteraan mustahik sebagai variabel terikat
(Y).
Rumus Y= a + bX
Y = Peubah tak bebas
X = Peubah bebas
a = konstanta
b = kemiringan
Model kelayakan regresi linear didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:11
a. Model regresi dikatakan layak jika angka signifikansi pada ANOVA sebesar
< 0.05.
b. Predictor yang digunakan sebagai variabel bebas harus layak. Kelayakan ini
diketahui jika angka Standard Error of Estimate < Standard Deviation.
c. Koefesien regresi harus signifikan. Pengujian dilakukan dengan Uji T.
Koefesien regresi signifikan jika T hitung > T table (nilai kritis).
11 Jonathan Sarwono, “Teori Analisis Regresi Linier, Mengenal Analisis Regresi”, Artikel ini
diakses pada 11 Mei 2010 dari http://www.jonathansarwono.info/regresi/regresi.htm.
17
d. Tidak boleh terjadi multikolinieritas, artinya tidak boleh terjadi korelasi yang
sangat tinggi atau sangat rendah antar variabel bebas. Syarat ini hanya berlaku
untuk regresi linier berganda dengan variabel bebas lebih dari satu.
e. Tidak terjadi otokorelasi. Terjadi otokorelasi jika angka Durbin dan Watson
(DB) sebesar < 1 dan > 3.
f. Keselerasan model regresi dapat diterangkan dengan menggunakan nilai r
semakin besar nilai tersebut maka model semakin baik. Jika nilai mendekati 1
maka model regresi semakin baik. Nilai r mempunyai karakteristik
diantaranya: 1) selalu positif, 2) Nilai r maksimal sebesar 1. Jika Nilai r
sebesar 1 akan mempunyai arti kesesuaian yang sempurna. Maksudnya
seluruh variasi dalam variabel Y dapat diterangkan oleh model regresi.
Sebaliknya jika r sama dengan 0, maka tidak ada hubungan linier antara X dan
Y.
g. Terdapat hubungan linier antara variabel bebas (X) dan variabel tergantung
(Y).
h. Data harus berdistribusi normal
i. Data berskala interval atau rasio
18
j. Kedua variabel bersifat dependen, artinya satu variabel merupakan variabel
bebas (disebut juga sebagai variabel predictor) sedang variabel lainnya
variabel tergantung (disebut juga sebagai variabel response).
6. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut :
a. Terdapat hubungan antara LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali dengan
mustahik pada program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).
b. Program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) berpengaruh terhadap
kesejahteraan mustahik.
7. Teknik Penulisan
Teknik penulisan yang digunakan dalam laporan penelitian ini mengacu kepada
“Buku Pedoman Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
19
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam skripsi ini, maka penulis membuat sistematika
penulisan:
20
BAB I Pendahuluan. Bab ini merupakan bab awal yang berisi latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan kajian terdahulu, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II Lembaga Amil Zakat Infaq dan Sadaqah, Kelompok Swadaya
Masyarakat dan Kesejahteraan Mustahik. Dalam bab ini penulis
membahas tinjauan umum tentang LAZIS, Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM), Kesejahteraan Mustahik yang terdiri dari
pengertian, landasan hukum, prinsip-prinsip, karakteristik.
BAB III Gambaran Umum LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali. Dalam bab ini
berisi segala hal yang berkaitan dengan LAZIS. Diantaranya yaitu
letak geografis, sejarah dan latar belakang didirikannya, visi, misi,
tujuan, program kerja, struktur organisasi.
BAB IV Deskriptif Hasil Penelitian. Dalam bab ini berisi segala hal yang
berkaitan dengan hasil penelitian. Diantaranya yaitu Strategi yang
dilakukan oleh LAZIS untuk mengsejahterakan mustahik dan
pengaruh program KSM terhadap kesejahteraan mustahik serta analisis
datanya.
21
BAB V Penutup. Bab terakhir ini merupakan bab penutup yang berisi tentang
kesimpulan yang diperoleh dari penelitian serta saran untuk lembaga,
kemudian dicantumkan lampiran-lampiran.
BAB II
LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAQ DAN SADAQAH, KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT DAN KESEJAHTERAAN MUSTAHIK
A. Zakat
1. Pengertian Zakat
Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan apabila telah memenuhi syarat –
syarat yang telah ditentukan oleh agama.1
Zakat terbagi atas dua macam, yaitu :2
1) Zakat fitrah zakat yang wajib dikeluarkan Muslim menjelang Idul Fitri pada
bulan Ramadhan. Besar Zakat ini setara dengan 2,5 kilogram makanan
pokok yang ada di daerah bersangkutan.
2) Zakat maal(Zakat Harta), mencakup hasil perniagaan, pertanian,
pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak serta
hasil kerja (profesi). Masing-masing tipe memiliki perhitungannya sendiri-
sendiri.
2. Hukum Zakat
1 Rumah Zakat, “Pengenalan Zakat”, Artikel ini diakses pada 23 September 2010 dari http://www.rumahzakat.org/profilnya.php?id=200912240010&cat=7.
2 LAZIS PLN P3B JB, “Zakat”, Artikel ini diakses pada 23 September 2010 dari http://bushing.pln-jawa-bali.co.id/~binrohis/lazis/index.php?option=com_content&task=view&id=1 &Itemid=3.
20
21
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok
bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas
setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam
kategori ibadah, seperti:shalat,haji,dan puasa yang telah diatur secara rinci dan paten
berdasarkan Al-Qur'an dan As Sunnah,sekaligus merupakan amal sosial
kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan ummat manusia.
Peraturan yang menjadi dasar hukum zakat adalah Al-Qur’an dan Sunnah.
Peraturan perundang-undangannya yaitu UU No. 38 tahun 1999.
3. Mustahik
a. Pengertian Mustahik
Mustahik zakat artinya orang yang berhak menerima harta zakat. Mustahik
zakat dijelaskan oleh Allah Swt, dalam Al-Qur’an Surah At-Taubah ayat 60.3
☺ ☺
☺ ⌧ ⌧ ☺
3 Udin Wahyudin, Kumpulan Soal Get Smart Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Grafindo
Media Grwtama, 2007), h. 76.
22
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan orang-
orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan
Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”4
b. Ciri-ciri Mustahik
Dengan berlandaskan dari surah At-Taubah ayat 60, ciri-ciri mustahik yang
berhak menerima zakat terdiri dari 8 asnaf (golongan), yaitu:5
1) Fakir ialah orang yang tidak memiliki harta dan tidak mempunyai penghasilan
layak yang memenuhi kebutuhan makan, pakaian, perumahan dan kebutuhan
primer lainnya.
2) Miskin ialah orang yang memiliki harta dan mempunyai harta yang layak
baginya, tetapi penghasilannya belum cukup untuk keperluan minimum bagi
dirinya dan keluarga yang menjadi tanggungjawabnya.
3) Amil Zakat ialah mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan
pengumpulan dan pendayagunaan zakat, termasuk administrasi pengelolaan
mulai dari merencanakan pengumpulan, mencatat, meneliti, menghitung,
menyetor dan menyalurkan kepada mustahiknya.
4 Al-quran online terjemahan Indonesia. 5 Written by Administator Zakat, “Petunjuk Praktis Bagi Mustahik”, Artikel ini diakses pada
19 Agustus 2010 dari http://www.bazisdki.go.id.
23
4) Mualaf ialah golongan yang perlu dijinakkan hatinya kepada Islam atau lebih
memantapkan keyakinannya kepada Islam.
5) Riqab ialah pembebasan budak belian dan usaha menghilangkan segala
bentuk perbudakan.
6) Gorimin ialah orang yang mempunyai hutang untuk kemaslahatan dirinya
sendiri dalam melaksanakan ketaatan dan kebaikan atau untuk kemaslahatan
masyarakat.
7) Sabilillah ialah usaha dan kegiatan perorangan atau badan yang bertujuan
untuk menegakkan kepentingan agama atau kemaslahatan umat.
8) Ibnusabil ialah orang lain untuk melintasi dari satu daerah ke daerah lain
untuk melakukan perjalanan yang kehabisan bekalnya bukan untuk maksud
maksiat tetapi demi kemaslahatan umum yang manfaatnya kembali kepada
masyarakat dan agama Islam.
c. Hak-hak Mustahik6
Dari delapan asnaf tersebut, ada yang mempunyai hak menerima bantuan, ada
yang menerima hak santunan dan ada pula yang menerima hak imbalan. Di samping
itu ada pula asnaf yang di samping menerima hak santunan dan sekaligus dapat
menerima hak bantuan, yaitu fakir-miskin. Dalam hal memberikan dana untuk
keperluan konsumtif, seperti untuk membeli makanan dan pakaian dia menerima hak
6 Written by Administator Zakat. “Petunjuk Praktis Bagi Mustahik” Artikel diakses pada 03
September 2010 dari http://www..bazisdki.go.id.
24
santunan. Tetapi bagi fakir-miskin yang ingin berusaha untuk berusaha mandiri, dan
karena itu kepadanya diberikan modal usaha, berarti dia menerima bantuan.
Khusus bagi amilin, mereka adalah menerima hak imbalan. Karena mereka
bekerja yaitu memungut dan atau mengumpulkan ZIS maka wajarlah apabila kepada
mereka diberikan imbalan (balas jasa, kontra prestasi). Banyak mustahik yang belum
atau kurang memahami cara untuk memperoleh bantuan atau santunan.
Yang dimaksud dengan bantuan adalah dana yang diberikan dan dipergunakan
untuk kepentingan usaha produktif, antara lain:
1) Dana untuk membangun tempat ibadah, sarana dan prasarana pendidikan
Islam.
2) Dana untuk membantu pelajar/mahasiswa yang berupa beasiswa,
3) Dana untuk modal usaha, seperti untuk jualan rokok, membuka warung
nasi, jualan makanan, jualan bakso dan lain-lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan santunan adalah pemberian sejumlah uang
kepada mustahik yang sedang dilanda kesulitan terutama fakir-miskin, yang bersifat
konsumtif.
4. Yang tidak berhak menerima zakat
25
1) Orang kaya. Rasulullah bersabda, "Tidak halal mengambil sedekah (zakat) bagi orang yang kaya dan orang yang mempunyai kekuatan tenaga." (HR Bukhari).
2) Hamba sahaya, karena masih mendapat nafkah atau tanggungan dari tuannya.
3) Keturunan Rasulullah. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya tidak halal bagi kami (ahlul bait) mengambil sedekah (zakat)." (HR Muslim).
4) Orang yang dalam tanggungan yang berzakat, misalnya anak dan istri.
5) Orang kafir.7
B. Lembaga Amil Zakat Infaq Sadaqah (LAZIS)
1. Pengertian LAZIS
Definisi pengelola zakat menurut Undang – Undang No. 38 tahun 1999 Pasal 1
ayat (1) yaitu Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan atas
pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat.
Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah organisasi pengelola zakat yang didirikan
oleh dan atas inisiatif masyarakat. Pemerintah berwenang memberikan pengukuhan
bagi LAZ yang memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri
7 LAZIS PLN P3B JB, “Zakat”, Artikel ini diakses pada 23 September 2010 dari
http://bushing.pln-jawa-bali.co.id/~binrohis/lazis/index.php?option=com_content&task=view&id=1 &Itemid=3.
26
Agama RI Nomor 373 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38
Tahun 1999.
2. Landasan Hukum LAZIS
Peraturan perundang – undangan pengelola zakat, yaitu :8
a. Peraturan terkait
1) UU No.38 thn 1999 tentang Pengelolaan Zakat
2) Keputusan Menteri Agama No. 581 thn 1999 tentang Pelaksanaan UU No.38
thn 1999
3) Kep. Ditjen Bimas Islam & Urusan Haji No.D/291 thn 2000 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Zakat
4) UU No.17 thn 2000 tentang Pajak Penghasilan
b. Definisi Pengelolaan Zakat
Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan atas
pengumpulan, pendistrubusian dan pendayagunaan zakat.9
c. Kewajiban menunaikan zakat
8 Nusrizar, “ Seminar Pengelolaan Zakat.” Dalam Undang-Undang No.38 th 1999 yang
diselenggarakan Mesjid Raya Habiburrahman PT.DI Bandung bekerjasama dengan Institut Manajemen Zakat (IMZ), 01 Desember 2001.
9 UU Nomor 38 tahun 1999, pasal 1 ayat 1.
27
1) Setiap muslim atau badan milik muslim yang mampu wajib menunaikan
zakat.10
2) Pengertian mampu adalah sesuai ketentuan agama
3) Tidak ada pasal yang mengatur masalah sanksi
d. Tujuan pengelolaan zakat
1) Meningkatnya pelayanan bagi masyarakat
2) Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan
3) Meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat11
e. Jenis organisasi pengelolaan zakat
Ada dua jenis organisasi pengelolaan zakat :
1) Badan Amil Zakat (BAZ)
2) Lembaga Amil Zakat (LAZ)
3. Prinsip–prinsip
a. Prinsip-prinsip operasional organisasi pengelola zakat.12
10 UU Nomor 38 tahun 1999, pasal 2. 11 UU Nomor 38 tahun 1999, pasal 5.
28
1) Aspek Kelembagaan :
a) Visi dan misi
b) Kedudukan
c) Sifat
d) Legalitas
e) Struktur
f) Aliansi Strategi
2) Aspek Sumber Daya Manusia :
a) Perubahan Paradigma. BAZ / LAZ harus profesional (dalam arti
amil zakat sebagai profesi, amil zakat bukan pekerjaan sampingan,
amil zakat mendapatkan gaji).
b) Kualifikasi Sumber Daya Manusia (yaitu muslim, amanah dan
paham tentang kebijakan pengelolaan zakat)
3) Sistem Pengelolaan :
a) Prosedur dan aturan yang jelas
12 Nusrizar, “ Seminar Pengelolaan Zakat.” Dalam Undang-Undang No.38 th 1999 yang
diselenggarakan Mesjid Raya Habiburrahman PT.DI Bandung bekerjasama dengan Institut Manajemen Zakat (IMZ), 01 Desember 2001.
29
b) Manajemen terbuka
c) Punya rencana kerja
d) Punya komite penyaluran
e) Punya sistem akuntansi dan manajemen keuangan
f) Publikasi
g) Perbaikan terus menerus
4) Serentetan Masalah :
a) Lemahnya sosialisasi undang-undang 38 tahun 1999
b) Belum ada PP/SKB
c) Standarisasi mutu sumber daya manusia amil zakat
d) Standarisasi lembaga OPZ
b. Prinsip-prinsip pelaksanaan pengelolaan zakat.13
1) Prinsip syariah dan moral keagamaan. Artinya, pengelolaan zakat, infaq,
shadaqah berlandaskan pada syariah dan moral agama Islam.
13 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha (Jakarta : Centre for Entrepreneurship Development,
2005), h.83.
30
2) Prinsip kesadaran umum. Artinya, pengumpulan zakat, infaq dan
shadaqah hendaknya mempunyai dampak positif dalam menumbuh-
kembangkan kesadaran bagi muzzaki untuk melaksanakan kewajibannya.
3) Prinsip manfaat. Artinya, pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah harus
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kemaslahatan umat.
4) Prinsip koordinasi. Artinya, dalam pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah
hendaknya terjalin koordinasi secara harmonis antar berbagai
intansi/lembaga terkait, agar tercipta efisiensi dan efektifitas yang optimal.
5) Prinsip keterpaduan. Artinya, dalam pengelolaan zakat, infaq dan
shadaqah secara menyeluruh diperlukan adanya keterpaduan antar
berbagai instansi/lembaga terkait, dan keterpaduan antar ulam dan umara.
6) Prinsip produktif rasional. Artinya, dalam pendayagunaan dana zakat,
infaq dan shadaqah hendaknya diarahkan secara produktif dan rasional.
C. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
1. Pengertian KSM
Definisi Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) adalah sekelompok orang
yang menyatukan diri dalam usaha-usaha di bidang sosial dan ekonomi atas dasar
prinsip demokrasi, partisipasi, keterbukaan dan keadilan yang bertujuan
31
meningkatkan taraf hidup masing-masing anggota dalam rangka kepentingan bersama
sesuai pasal 33 ayat 1 UUD 1945 dan tidak berafiliasi politik dan agama.
2. Landasan Hukum
Peraturan perundang-undangan yang digunakan yaitu UU No.38 tahun 1999
tentang Pengelolaan Zakat.
Program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) adalah suatu program yang
berdasarkan pada pola penyaluran secara produktif. Pola produktif adalah pola
penyaluran dana zakat kepada mustahik yang ada dipinjamkan oleh amil untuk
kepentingan aktifitas usaha.14
Adapun penyaluran zakat secara produktif sebagaimana yang pernah terjadi di
zaman Rasulullah dikemukakan dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim dari
Salim Bin Abdillah Bin Umar dari ayahnya, bahwa Rasulullah telah memberikan
kepadanya zakat lalu menyuruhnya untuk dikembangkan atau disedekahkan lagi.
Dalam kaitan dengan penyaluran zakat yang bersifat produktif, ada pendapat
menarik yang dikemukakan oleh Syekh Yusuf Qardhawi, dalam bukunya yang
fenomenal, yaitu Fiqh Zakat, bahwa pemerintah Islam diperbolehkan membangun
pabrik-pabrik atau perusahaan-perusahaan dari uang zakat untuk kemudian
kepemilikan dan keuntungannya bagi kepentingan fakir miskin, sehingga akan
14 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha (Jakarta : Centre For Entrepreneurship Development,
2005), h. 35.
32
terpenuhi kebutuhan hidup mereka sepanjang masa. Dan untuk saat ini peranan
pemerintah dalam pengelolaan zakat digantikan oleh Badan Amil Zakat atau
Lembaga Amil Zakat.15
3. Prinsip-prinsip KSM
Gambar 2.1
PRINSIP PEMBERDAYAAN16
DARI
OLEH
UNTUK
MASYARAKAT (MUSTAHIK)
a. KSM adalah perkumpulan orang dan bukan semata-mata merupakan
kumpulan modal
b. Menjadi anggota KSM berdasarkan kesadaran, bersifat sukarela dan terbuka
untuk umum
c. Berusaha atas dasar prinsip demokrasi, partisipasi, keterbukaan dan keadilan
15 Iskandar Zulkarnaen, “Penyaluran Zakat”, Artikel ini diakses pada 04 September 2010 dari
http://www.rumahzakat.org/pengenalan_zakat.php?data=5. 16 Hasil Observasi pada tanggal 19 Juli 2010.
33
d. Bertujuan meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi anggota dan
masyarakat sekitarnya
e. Mengadakan pertemuan anggota secara teratur
f. Mengadakan tabungan secara teratur
g. Mengadakan upaya-upaya pendidikan dan pendampingan kepada anggota
secara terus menerus
h. Usaha-usaha dan tatalaksananya bersifat terbuka
D. Kesejahteraan
a. Pengertian Sejahtera
Sejahtera mempunyai arti bahagia, makmur.17 Selain itu sejahtera juga
mempunyai arti aman sentosa dan makmur, selamat (terlepas dari segala macam
gangguan).18
b. Karakteristik Sejahtera
Seseorang dapat dikatakan sejahtera apabila sudah terpenuhi segala
kebutuhannya _bukan keinginannya_. Kebutuhan dasar seseorang mencakup pada 6
17 Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Kartika Surabaya, 1997), h. 481. 18 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Kamus Besar Bahasa
Indonesia.
34
hal yakni sandang, papan, pangan, pendidikan, keamanan dan kesehatan. Jika
kebutuhannya tersebut sudah terpenuhi maka layak orang tersebut dikatakan sejahtera
walaupun berpenghasilan kurang dari US$ 2 perhari seperti standar PBB
(Perserikatan Bangsa-bangsa).19
19 Muhammad Yusuf Ansori, “Ketika Pemilu Dijadikan Harapan untuk Kesejahteraan
Masyarakat”, artikel ini diakses pada 12 Agustus 2010 dari http://muhammadyusufansori.blogspot.com/2009/04/ketika-pemilu-dijadikan-harapan-untuk.html.
BAB III
GAMBARAN UMUM LAZIS PT PLN P3B JAWA BALI
DI CINERE - DEPOK
A. Letak Geografis
Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah (LAZIS) PT PLN (Persero)
Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali terletak di pinggiran sebelah
barat kota Depok. Tepatnya di Jalan Ehave I. Kelurahan Krukut Kecamatan Limo
Kota Depok. No Telepon. 021 754 2646 (extention sekretariat LAZIS, 8900).1
B. Sejarah dan Latar belakang berdirinya
Melihat kondisi di sekitar Kantor PLN P3B JB yang memprihatinkan,
sekumpulan orang tergerak untuk mengumpulkan sebagian zakat profesinya untuk
disalurkan kepada yang berhak. Ditambah lagi dengan besarnya potensi dana zakat,
infak dan sedekah (ZIS) di PLN P3B Gandul bagi 89% karyawan muslimnya. Hal
inilah yang mendorong beberapa rekan lainnya untuk mengelola zakat karyawan
dengan lebih baik dan profesional. Berbagai upaya dilakukan, salah satunya dengan
mengadakan Inhouse Training dan Manajemen ZIS pada tanggal 22-26 April 2002
1 Hasil observasi pada tanggal 18 Agustus 2010.
31
32
silam dengan pembicara KH. Drs. Didin Hafidhudin M.Si, Hertanto Widodo, Ak dan
Drs. H. Muchlis Harun, M.Sm.
Gayung pun bersambut. Keinginan untuk mendirikan lembaga amil zakat di
lingkungan kantor terwujud. Beberapa lembaga internal PLN seperti Badan
Kesejahteraan Karyawan (BKK) dan Badan Pembinaan Rohani Islam (BINROHIS)
mendukung rencana ini. Beberapa waktu kemudian, General Manager PT. PLN
(Persero) UBS P3B Jawa Bali menerbitkan Surat Keputusan (SK) nomor :
041/021/GM.UBS-P3B/2002 Tentang Pembentukan Lembaga Amil Zakat (LAZ) PT
PLN (Persero) dan nomor : 042.K/021/GM.UBS-P3B/2002 Tentang Bantuan
Mekanisme Pemungutan Zakat Profesi.
Akhirnya, LAZ PLN P3B JB ditetapkan pada Agustus 2002 yang
ditandatangani oleh General Manager PLN P3B Bapak Basuki Prajitno dengan Helmi
Najamuddin sebagai Direktur LAZ dan Imam Samsidi sebagai Ketua Dewan
Pertimbangan Syariah periode 2002- 2005.2 Dalam masa kepengurusan pertama ini,
LAZ PLN terbilang sukses menghimpun ZIS dengan jumlah perolehan yang
meningkat dari tahun ke tahun, yakni Rp. 115.141.273 (2002), Rp. 464.906.474
(2003), Rp. 435.471.767 (2004), Rp. 465.127.106 (2005).
Sukses ini terus berlanjut hingga kepengurusan kedua periode 2005-2007 oleh
Dedi Ruspendi. Perolehan ZIS terus melonjak hingga Rp. 591.539.471 pada 2006 dan
2 Wawancara pribadi dengan Misbahul Munir, jabatan Ketua Div. Keuangan. Cinere, 20 Juli
2010.
33
menyentuh angka Rp. 713.179.966 pada 2007 lalu dengan jumlah muzakki sekitar
233 karyawan.3
Saat ini, LAZ PLN P3B JB telah memasuki kepengurusan yang keempat
periode 2009-2011 oleh Sarjito. Pola penyaluran ZIS tetap difokuskan pada delapan
ashnaf yang telah ditetapkan syariat (kecuali ashnaf riqaab atau memerdekakan
budak) diantaranya fakir, miskin, amil, muallaf, gharimin, ibnu sabil, fi sabilillah,
yang menyentuh beberapa aspek kehidupan seperti pendidikan, ekonomi, kesehatan
dan bantuan bencana kemanusiaan.4
Sejak didirikan pada 2002 lalu, hingga kini LAZ PLN P3B JB telah berhasil
menghimpun dana ZIS sekitar Rp. 2,7 Miliar dan menyalurkan Rp. 2,6 Miliar pada
beberapa wilayah program. Pembangunan kerjasama juga dilakukan pada lebih dari
100 yayasan, lebih dari 20 sekolah dari tingkat dasar hingga atas dan dengan satu
lembaga amil zakat lainnya, yakni PKPU.5
C. Visi, Misi dan Tujuan
Visi LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali yaitu Menjadi lembaga terdepan dan
terpercaya di lingkungan PLN dalam memberdayakan Mustahik menjadi Muzakki.
3 Hasil observasi pada tanggal 19 Juli 2010. 4 Wawancara pribadi dengan Rahmat sebagai tenaga amil zakat profesional. Cinere, 20 Juli 12
Juli 2010. 5 Hasil observasi pada tanggal 19 Juli 2010.
34
Misi LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali yaitu :6
1. Melaksanakan pengelolaan zakat infaq dan shodaqoh secara amanah dan
profesional sesuai tuntunan syari’ah.
2. Mengoptimalkan potensi dan penghimpunan zakat, infaq dan shodaqoh dari
pegawai PT PLN (Persero) P3B yang beragama Islam atau muzakki lainnya.
3. Memberikan informasi, edukasi, pemberdayaan dan pembinaan kepada
mustahik dan masyarakat luas.
Tujuan didirikannya LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali yaitu :7
1. Meningkatkan pemberdayaan muzakki dan calon muzakki di lingkungan kaum
muslimin.
2. Memfasilitasi pegawai yang beragama Islam dalam menunaikan kewajiban
berzakat, serta usaha untuk memperbanyak infaq dan shodaqoh.
3. Menyalurkan dana zakat, infaq dan shodaqoh kepada yang berhak menerimanya
4. Memenuhi kebutuhan dasar mustahik
5. Mendorong peningkatan kualitas SDM Mustahik
6 LAZ Badan Kesejahteraan Karyawan PT PLN Penyaluran & Pusat Pengaturan Beban Jawa
Bali, Pedoman Operasional Lembaga Amil Zakat (LAZ) (jakarta: PT PLN Penyaluran & Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali, 2006), h. 7.
7 LAZ Badan Kesejahteraan Karyawan PT PLN Penyaluran & Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali, Pedoman Operasional Lembaga Amil Zakat (LAZ) (jakarta: PT PLN Penyaluran & Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali, 2006), h. 10.
35
6. Mendorong berkembangnya potensi mustahik
7. Menciptakan lapangan kerja bagi mustahik
D. Struktur Organisasi
LAZ PT PLN (Persero) P3B dan Region – Region dibentuk berdasarkan SK
No : 041.K/021/GM.UBS-P3B/2002, yang berkedudukan di masing – masing kantor,
yang merupakan lembaga yang bersifat independen, netral, tidak berpolitik dan non-
diskriminatif.8
LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali berada di dalam struktur BKK dan menjalin
kerjasama/ sinergi program dengan dinas, PBL dan BKK. Sesuai dengan SK No :
041.K/021/GM.UBS-P3B/2002 telah disusun bagan Organisasi sebagai berikut
(terlampir). Dan susunan pengurus LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali terdiri dari :
I. Dewan Pembina
II. Direktur
III. Dewan Pengawas
IV. Dewan Pertimbangan Syari’ah
8 LAZ Badan Kesejahteraan Karyawan PT PLN Penyaluran & Pusat Pengaturan Beban Jawa
Bali, Pedoman Operasional Lembaga Amil Zakat (LAZ) (jakarta: PT PLN Penyaluran & Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali, 2006), h. 13.
36
V. Sekretariat Jendral
VI. Divisi Pemberdayaan
VII. Divisi Penghimpunan & Perencanaan
VIII. Divisi Keuangan
IX. Divisi Humas & TI
Dalam masing-masing bidang terdiri dari Ketua dan Anggota. Susunan
pengurus LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali periode tahun 2009-2011 lebih lengkapnya
sebagai berikut (terlampir).
E. Program Kerja
1. Program kerja LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali
Program kerja LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali ada tiga macam, yaitu :9
1) Program Ekonomi
Dalam program ekonomi ini LAZIS melakukan pembentukan dan pengelolaan
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).
Kelompok Swadaya Masyarakat yang telah didirikan diantaranya adalah :
9 Hasil observasi pada tanggal 19 Juli 2010.
37
a) KSM Az Zahra, Daerah Blok Singkuk
b) KSM Al Barakah, Daerah Blik Tengki
c) KSM Sumber Rezeki, Daerah Pondok Cabe
d) KSM Lestari, Daerah Kedaung
e) KSM Nurul Hidayah, Daerah Krukut
f) KSM Nurul Zihad, Daerah Gandul
Kegiatan-kegiatan Kelompok Swadaya Masyarakat adalah sebagai berikut :
1) Program pola hidup sehat
2) Sembako murah untuk kaum dhuafa
3) Pembebasan hutang dari rentenir
4) Bantuan modal usaha
5) Pengajian rutin pekanan
6) Pelatihan menejemen KSM, WUK, PERT
7) Biaya siswa mister (miskin tapi pintar)
8) Progaram tabungan mandiri
9) Jumlah anggota KSM sebanyak 253 orang
38
2) Program Pendidikan
Bentuk program pendidikan yaitu :
1) Pemberian beasiswa bagi siswa yang tidak mampu, baik yang pintar maupun
tidak, secara berkala (rutin) atau sesuai dengan hasil sortiran proposal yang masuk
2) Bantuan pendidikan, bekerjasama dengan pihak sekolah atau yayasan
Tabel 3.110
Bantuan pendidikan rutin Kerjasama dengan Yayasan dan Sekolah
NO NAMA SEKOLAH JUMLAH SISWA
1 YAYASAN KEBAGUSAN 5 orang
2 YAYASAN AR-RIDHO CARINGIN 5 orang
3 YAYASAN AMANAH PD. LABU 5 orang
4 YAYASAN NURUL AITAM 5 orang
5 YAYASAN DARUNNADWAH 40 orang
6 YAYASAN ATTABIIN 40 orang
7 YAYASAN IBNU FATAH 10 orang
8 YAYASAN MADINATUL ILMI - CINERE 10 orang
9 YAYASAN AR-ROHANIAH 30 orang
10 SLTP TERBUKA SAWANGAN – DEPOK 30 orang
11 SLTP TERBUKA ASSALAM JATIBENING 10 orang
12 SLTP UTAMA KOMPLEK PLN P3B JB 81 orang
13 SMK INFORMATIKA UTAMA PLN P3B 81 orang
10 Hasil Observasi pada tanggal 19 Juli 2010.
39
Tabel 3.211
Bantuan pendidikan rutin perorangan
NO NAMA SEKOLAH JUMLAH SISWA
1 SEKOLAH DASAR (SD) / MI 44 orang
2 SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) 12 orang
3 SEKOLAH MENEGAH ATAS (SMA / SMK) 24 orang
4 PERGURUAN TINGGI 5 orang
Tabel 3.312
Bantuan pendidikan sesuai permohonan yang masuk
NO NAMA SEKOLAH JUMLAH SISWA
1 SEKOLAH DASAR (SD) / MI 15 orang
2 SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) 30 orang
3 SEKOLAH MENEGAH ATAS (SMA / SMK) 53 orang
4 PERGURUAN TINGGI 5 orang
11 Hasil Observasi pada tanggal 19 Juli 2010. 12 Hasil Observasi pada tanggal 19 Juli 2010.
40
3) Program Sosial / Da’wah
1. PRO SEGAR ( Program Sehat Keluarga Harmoni)
Program ini dilaksanakan sebulan sekali di daerah PAKUMIS ( Padat,
Kumuh dan Miskin) berupa pelayanan :
a. Pemberian Makanan dan gizi Tambahan bagi Balita
b. Layanan Kesehatan Rehabilitatif dan Kuratif
c. Pencegahan Penyakit menular ( Fogging)
d. Penyuluhan Hidup Sehat dan bersih
e. Praktek Hidup Sehat dan Bersih bagi Anak
2. Khitanan massal tahunan
3. Bantuan rescue bencana alam
4. Bantuan kesehatan charity
5. Layanan rohani dan ekonomi bagi muallaf
6. Bantuan partisipatif : dakwah dan santunan
7. Pembebasan ghorimin dari belitan hutang
8. Pemberian santunan Ramadhan
41
2. Program kerjasama
Yang dimaksud Program kerja disini adalah program kerja bersama antara LAZ
Kantor Induk dan LAZ Region PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali.
Disamping program kerja bersama seperti tersebut dibawah ini, setiap LAZ
baik Kantor Induk maupun LAZ Region agar membuat program kerja sebagai
pedoman dalam melaksanakan kegiatan LAZ masing-masing dan dilaporkan kepada
Forum Organisasi Zakat (FOZ).
Adapun program kerja bersama LAZ sesuai kesepakatan Workshop sebagai
berikut :13
1. Pelatihan LAZ Dasar
Tujuan :Peserta memiliki kemamapuan umum minimal dalam
mengelola LAZ
Sasaran :Pengurus LAZ yang belum pernah ikut pelatihan
2. Pelatihan LAZ Lanjutan
Tujuan :Peserta memiliki kemamapuan khusus sebagai pengelola LAZ
13 LAZ Badan Kesejahteraan Karyawan PT PLN Penyaluran & Pusat Pengaturan Beban Jawa
Bali, Pedoman Operasional Lembaga Amil Zakat (LAZ) (jakarta: PT PLN Penyaluran & Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali, 2006), h. 25.
42
Sasaran :Pengurus LAZ yang pernah Mengikuti pelatihan dasar LAZ
3. Pelatihan Pembentukan dan Pengelolaan LAZ PLN secara nasional
Tujuan :Peserta mampu dan mendirikan organisasi LAZ PLN
Sasaran :PLN secara nasional
4. Pembiayaan Pelatihan Guru Lembaga Pendidikan Islam
Tujuan :Pengelola dan guru Lembaga Pendidikan Islam mempunyai
kemampuan minimal dalam mengelola dan melakukan
kegiatan belajar mengajar di Lembaga Pendidikan Islam
Sasaran :Kaum dhu’afa disekitar kantor dan daerah instalai PLN
5. Pembiayaan Pelatihan Keterampilan
Tujuan :Kaum dhu’afa mempunyai keterampilan dasar untuk mandiri
Sasaran :Kaum dhu’afa disekita kantor dan daerah instalai PLN
6. Pemberdayaan Ekonomi
Tujuan :Kaum dhu’afa berdaya dan mandiri secara ekonomi
Sasaran :Kaum dhu’afa disekita kantor dan daerah instalai PLN
7. Sosialisasi Pemahaman zakat, infaq dan sodaqoh secara berkesinambungan
43
Tujuan :Untuk meningkatkan pemahaman zakat, infaq dan sodaqoh
bagi seluruh pegawai PLN Muslim
Sasaran :Pegawai PT PLN (Persero)
BAB IV
DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Strategi LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali Dalam Pendistribusian Dana
Sebagai lembaga yang mempunyai tujuan untuk memberikan kesejahteraan
kepada mustahik, LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali mempunyai strategi yang sangat
baik. Strategi-strategi yang dimaksud yaitu :1
1. Meningkatkan pemahaman fikih zakat, UU dan peraturan terkait lainnya
bagi para pengelola LAZIS.
2. Meningkatkan pemahaman fikih zakat infaq, shodaqoh kepada Muzakki
dan calon Muzakki.
3. Melakukan analisa kebutuhan dan memahami situasi, kondisi serta
pembinaan karakter mustahik yang akan diberdayakan.
4. Menyalurkan dana zakat, infaq dan shodaqoh menurut skala prioritas
sesuai fikih zakat.
5. Mengupayakan kerjasama program secara sinergi dengan PBL (dinas)
dan BKK sesuai dengan kaidah penyaluran dana zakat.
1 Hasil observasi pada tanggal 19 Juli 2010.
42
43
6. Menjalin kerjasama yang saling memberikan manfaat dengan LAZNAS
dan pihak eksternal lain untuk pemberdayaan umat.
Strategi pengembangan program KSM antara lain adalah melalui kemitraan
usaha, bantuan keuangan (permodalan).2
a. Kemitraan usaha
Pengertian kemitraan usaha adalah hubungan kerja sama udaha diantara
berbagai pihak yang sinergis, bersifat sukarela dan berdasarkan prinsip saling
membutuhkan,saling mendukung dan saling menguntungkan dengan disertai
pembinaan dan pengembangan.
Salahsatu bentuk kemitraan usahanya yaitu yang melibatkan LAZIS dan
PKPU. Yang dimana LAZIS sebagai pemberi dana dan PKPU sebagai
lembaga yang terjun langsung membimbing program KSM.
Tujuan berbagai pola kemitraan usaha tersebut adalah untuk
memaksimalkan pembentukan dan pengembang sebuah Program KSM.
b. Bantuan keuangan (permodalan)
Pada umumnya para mustahik sudah memiliki usaha-usaha kecil, tetapi
modal yang mereka miliki sangat terbatas. Disinilah LAZIS turut menentukan
2 Hasil Observasi pada tanggal 18 Agustus 2010.
44
keberhasilan strategi pembinaan dan pengembangan dibidang permodalan
termasuk melaksanakan konsep permodalan untuk membantu mustahik.
Arah kebijakan pengembangan yang khusus memfokuskan pada penyediaan
modal perlu menentukan strategi sbb:
1) Memadukan dan memperkuat tiga aspek, yaitu bantuan keuangan, bantuan
teknis, dan program penjaminan.
2) Memberikan pembinaan yang maksimal dalam mengelola sebuah usaha.
3) Menjadikan mustahik mandiri dalam mengembangkan usahanya.
Dalam pemberian dana untuk modal usaha, LAZIS PLN P3B Jawa Bali
mempunyai cara sendiri untuk memilih mana mustahik yang pantas menerima dan
tidak. Semua itu bertujuan untuk memberi pembelajaran mustahik untuk bisa
bertanggung jawab dan termotivasi lebih giat dalam berusaha.3
Cara yang dimaksud yaitu dapat dilihat dari skema berikut :
3 Wawancara pribadi dengan Rahmat sebagai tenaga amil. Cinere, 20 Agustus 2010.
45
Gambar 4.14
Skema Penentuan Bantuan
4 Wawancara pribadi dengan Rahmat sebagai tenaga amil. Cinere, 20 Agustus 2010.
46
B. Pengaruh Program KSM Terhadap Kesejahteraan Mustahik
47
Kuesioner yang dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 50, yang
selanjutnya digambarkan dalam bentuk gambar. Kuesioner yang dibuat penulis
memiliki 43 pertanyaan dan dibagi menjadi 3 bagian. Pertama tentang data sosial dan
ekonomi responden sebelum menerima dana dari LAZIS, serta pengetahuan
responden seputar LAZIS yang terdiri dari 17 pertanyaan. Kedua tentang seputar
penerimaan dan penggunaan zakat produktif / zakat dalam bentuk modal usaha yang
terdiri dari 11 pertanyaan. Ketiga tentang pasca penggunaan modal usaha dari LAZIS
serta pemanfaatan penghasilannya yang terdiri dari 15 pertanyaan.
Untuk dapat melihat berapa besarnya pengaruh dari program KSM terhadap
kesejahteraan mustahik, penulis menjelaskan 3 variabel yang memberikan pengaruh
terhadap kesejahteraan mustahik.
48
.
Pengaruh adanya pembinaan LAZIS terhadap hasil usaha mustahik dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Correlations 1
hasilusaha2 pembinaanLAZIS
hasilusaha2 1.000 .217Pearson Correlation
pebinaanLAZIS .217 1.000
hasilusaha2 . .090Sig. (1-tailed)
pembinaanLAZIS .090 .
N hasilusaha2 40 40
Descriptive Statistics 1
Mean Std. Deviation N
hasilusaha2 3.43 1.152 40
pembinaanLAZIS 1.05 .221 40
49
Correlations 1
hasilusaha2 pembinaanLAZIS
hasilusaha2 1.000 .217Pearson Correlation
pebinaanLAZIS .217 1.000
hasilusaha2 . .090Sig. (1-tailed)
pembinaanLAZIS .090 .
hasilusaha2 40 40
pembinaanLAZIS 40 40
Dari hasil penghitungan di peroleh angka korelasi 0,217, artinya hubungan kedua variabel sangat lemah. Korelasi positif menunjukkan bahwa hubungan yang searah. Artinya semakin sering dilakukan pembinaan oleh pihak laziz maka total hasil usaha masyarakat akan meningkat.
Untuk melihat hubungan kedua variabel tersebut signifikan atau tidak dilihat dari angka probabilitas (sig) sebesar 0,090. Dengan demikian jika probabilitas > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak signifikan.
Tabel 4.3
Model Summaryb 1
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .217a .047 .022 1.140 1.958
a. Predictors: (Constant), pembinaanLAZIS
b. Dependent Variable: hasilusaha2
Untuk menentukan besarnya pengaruh frekuensi pembinaan laziz terhadap peningkatan hasil usaha, maka digunakan angka R Square atau Koefisien Determinasi (KD). Besarnya R Square adalah 0,047 artinya 4,7% variabilitas hasil usaha yang terjadi dapat dijelaskan oleh variabel pembinaan laziz.
50
Dengan kata lain 4,7% hasil usaha di tentukan oleh pembinaan laziz, sedangkan sisanya 95,3% (100% - 4,7%) dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel pembinaan laziz.
Tabel 4.4
Coefficientsa 1
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 2.237 .887 2.523 .0161
pembinaanLAZIS 1.132 .827 .217 1.369 .179
a. Dependent Variable: hasilusaha2
Koefisien Regresi : bahwa persamaan regresi untuk pembinaan laziz terhadap hasil usaha yaitu :
Y = 2,237 + 1,132X
• Angka konstanta sebesar 2,237 menytakan bahwa jika tidak ada pembinaan laziz maka hasil usaha sebesar 2 rupiah (pembulatan 2,237).
• Koefisien regresi 1,132 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 kali pembinaan laziz maka akan meningkatkan hasil usaha sebesar 1 rupiah (dibulatkan dari 1,132) per bulan.
Pengaruh besar bantuan terhadap hasil usaha mustahik dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.5
Descriptive Statistics 2
Mean Std. Deviation N
hasilusaha2 3.44 1.141 41
Besarbantuan 2.46 .745 41
Tabel 4.6
Correlations 2
51
hasilusaha2 Besarbantuan
hasilusaha2 1.000 .343 Pearson Correlation
Besarbantuan .343 1.000
hasilusaha2 . .014 Sig. (1-tailed)
Besarbantuan .014 .
hasilusaha2 41 41 N
Besarbantuan 41 41
Dari hasil penghitungan di peroleh angka korelasi 0,343, artinya hubungan kedua variabel sangat lemah. Korelasi positif menunjukkan bahwa hubungan yang searah. Artinya semakin besar bantuan dana zakat yang diberikan, maka pendapatan atau penghasilan para mustahik akan semakin bertambah.
Untuk melihat hubungan kedua variabel tersebut signifikan atau tidak dilihat dari angka probabilitas (sig) sebesar 0,014. Dengan demikian jika probabilitas > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak signifikan.
Tabel 4.7
Model Summaryb 2
Model R R Square Adjusted R SquareStd. Error of the
Estimate
52
1 .343a .118 .095 1.086
a. Predictors: (Constant), besarbantuan
b. Dependent Variable: hasilusaha2
Untuk menentukan besarnya pengaruh besarnya bantuan dana untuk usaha terhadap penghasilan atau pendapatan, maka digunakan angka R Square atau Koefisien Determinasi (KD). Besarnya R Square adalah 0,118 artinya 11,8% variabilitas hasil usaha yang terjadi dapat dijelaskan oleh variabel besar bantuan.
Dengan kata lain 11,8% hasil usaha mustahik di tentukan oleh besarnya bantuan dana untuk usaha, sedangkan sisanya 88,2% (100% - 11,8%) dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel besarnya bantuan dana untuk usaha.
Tabel 4.8
Coefficientsa 2
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
(Constant) 2.145 .592 3.620 .0011
besarbantuan .525 .230 .343 2.279 .028
a. Dependent Variable: hasilusaha2
Koefisien Regresi : bahwa persamaan regresi untuk rutinnya kunjungan laziz terhadap hasil usaha yaitu :
Y = 2,145 + 0,525X
• Angka konstanta sebesar 2,145 menyatakan bahwa jika tidak ada dana untuk usaha, maka hasil usaha sebesar 2 rupiah (pembulatan 2,145)
• Koefisien regresi 0,525 menyatakan bahwa setiap penambahan dana sebesar 1 rupiah, maka akan meningkatkan hasil usaha sebesar 1 rupiah (dibulatkan dari 0,525 per bulan.
Pengaruh rutinnya kunjungan LAZIS terhadap hasil usaha mustahik sebagai berikut :
Tabel 4.9
Descriptive Statistics 3
53
Mean Std. Deviation N
hasilusaha2 3.31 1.105 29
beraparutin 2.21 1.449 29
Tabel 4.10
Correlations 3
hasilusaha2 Beraparutin
hasilusaha2 1.000 .271 Pearson Correlation
Beraparutin .271 1.000
hasilusaha2 . .078 Sig. (1-tailed)
Beraparutin .078 .
hasilusaha2 29 29 N
Beraparutin 29 29
Dari hasil penghitungan di peroleh angka korelasi 0,271, artinya hubungan kedua variabel sangat lemah. Korelasi positif menunjukkan bahwa hubungan yang searah. Artinya semakin rutin kunjungan dari LAZIS, maka pendapatan atau penghasilan para mustahik akan semakin bertambah.
Untuk melihat hubungan kedua variabel tersebut signifikan atau tidak dilihat dari angka probabilitas (sig) sebesar 0,078. Dengan demikian jika probabilitas > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak signifikan.
54
Tabel 4.11
Model Summaryb 3
Model R R Square Adjusted R SquareStd. Error of the
Estimate
1 .271a .073 .039 1.084
a. Predictors: (Constant), beraparutin
b. Dependent Variable: hasilusaha2
Untuk menentukan besarnya pengaruh rutinnya kunjungan dari LAZIS terhadap penghasilan atau pendapatan, maka digunakan angka R Square atau Koefisien Determinasi (KD). Besarnya R Square adalah 0,073 artinya 7,3% variabilitas hasil usaha yang terjadi dapat dijelaskan oleh variabel berapa rutin kunjungan.
Dengan kata lain 7,3% tingkatan pendapatan di tentukan oleh penggunaan dana untuk usaha, sedangkan sisanya 92,7% (100% - 7,3%) dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel berapa rutin kunjungan.
Tabel 4.12
Coefficientsa 3
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
(Constant) 2.854 .371 7.690 .0001
beraparutin .207 .141 .271 1.461 .155
a. Dependent Variable: hasilusaha2
Koefisien Regresi : bahwa persamaan regresi untuk rutinnya kunjungan LAZIS terhadap hasil usaha yaitu :
Y = 2,854 + 0,207X
• Angka konstanta sebesar 2,854 menyatakan bahwa jika tidak rutinnya kunjungan dari LAZIS, maka hasil usaha sebesar 3 rupiah (pembulatan 2,854)
• Koefisien regresi 0,207 menyatakan bahwa setiap penambahan kunjungan laziz 1 kali, maka akan meningkatkan hasil usaha sebesar 0 rupiah (dibulatkan dari 0,207 per bulan.
55
C. Usaha-Usaha LAZIS Untuk Mengatasi Masalah Dalam Program KSM
Dalam menjalankan program KSM ini tidak selalu sesuai dengan apa yang
diharapkan sebelumnya, tetapi para pengurus juga mengalami serentetan masalah
yang muncul. Masalah-masalah yang dihadapi sangat beragam diantaranya yaitu :
1. Terbentur masalah Manajemen mustahik sendiri yang kurang benar dalam
menggunakan dana yang ditujukan untuk modal usaha. Tidak sedikit mustahik
yang menggunakan dana tersebut untuk kepentingan lain, seperti membayar
hutang atau untuk kebutuhan sehari-hari. Yang seharusnya dana itu untuk
dikelola, tetapi habis begitu saja.
2. Mustahik yang tidak mandiri juga menjadi hambatan dalam menjalankan
program ini. Banyak mustahik yang tergantung kepada LAZIS, padahal LAZIS
itu hanya sebagai pengawas dibelakang saja dan selebihnya itu adalah usaha
mustahik dalam mengembangkan usaha mereka.
3. Mustahik yang kurang pengetahuan tentang pemasaran untuk kemajuan
usahanya. Tidak banyak ide-ide kreatif mereka dalam melakukan
pengembangan usaha, karenanya usaha mereka tidak maju bahkan macet.
4. Keterbatasan jumlah nominal pun menjadi suatu kendala dalam memajukan
program ini.
56
Untuk mengatasi serentetan masalah di atas, LAZIS memiliki beberapa cara
diantaranya yaitu:
1. Dianalisa terlebih dahulu dan dimusyawarahkan untuk dicari solusi yang
terbaik dalam penyelesaiannya.5
2. Evaluasi untuk perbaikan, fokus pada pemberian modal usaha-usaha yang
rendah risikonya.6
3. Melalui kerjasama dengan lembaga zakat lainnya yang lebih kompeten (PKPU,
Rumah Zakat dll).
D. Faktor- faktor KSM LAZIS yang mempengaruhi kesejahteraan mustahik
1. Pola pembinaan dari LAZIS yang dilakukan pada saat dana zakat produktif itu
diberikan kepada mustahik.
2. Pola kunjungan rutin yang dilakukan LAZIS pada saat mustahik melaksanakan
usahanya dengan kata lain LAZIS tidak lepas tangan begitu saja setelah
memberikan dana.
3. Pola penentuan besarnya bantuan yang diberikan. Semakin besar usahayang
didirikan mustahik, maka semakin besar juga besar bantuan yang diberikan
5 Wawancara Pribadi dengan Nurdin jabatan Ketua Div, Pemberdayaan. Cinere, 20 Juli 2010 6 Wawancara Pribadi dengan Sarjito jabatan Direktur. Cinere, 20 Juli 2010.
57
LAZIS. Dengan artian akan berdampak pula pada peningkatan pendapatan para
mustahik yang menjalankan usaha.
BAB V
PENUTUP
Setelah melakukan serangkaian penelitian, seperti yang tertera pada bab III dan
bab IV, maka pada bab ini penulis menguraikan kesimpulan yang dapat ditarik dari
rangkaian penelitian tersebut. Selain kesimpulan, penulis juga memberikan saran
yang akan bermanfaat bagi pihak-pihak yang akan melanjutkan pengembangan
penelitian ini.
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian penulis di LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali untuk
mengetahui pengaruh program kelompok swadaya masyarakat terhadap kesejahteraan
mustahik, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada beberapa strategi LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali dalam rangka
memaksimalkan kemajuan program KSM yaitu yang pertama melalui
kemitraan usaha dengan salah satu lembaga (diantaranya PKPU) dan yang
kedua melalui pemberian dana (permodalan) yang ditujukan khusus untuk
modal usaha para mustahik.
2. Program KSM mempunyai pengaruh dengan kesejahteraan mustahik.
Variabel (faktor) yang dapat mempengaruhi diantaranya yaitu, Pertama
55
56
adanya pembinaan dari LAZIS sebelum dilaksanakan program KSM, 4,7%
hasil usaha di tentukan oleh pembinaan laziz, sedangkan sisanya 95,3%
(100% - 4,7%) dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel pembinaan laziz.
Koefisien regresi 1,132 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 kali
pembinaan laziz maka akan meningkatkan hasil usaha sebesar 1 rupiah
(dibulatkan dari 1,132) per bulan. Kedua besarnya dana bantuan modal
kerja yang diberikan mustahik pun mempunyai pengaruh, 11,8% hasil
usaha mustahik di tentukan oleh besarnya dana bantuan untuk usaha,
sedangkan sisanya 88,2% (100% - 11,8%) dijelaskan oleh faktor lain diluar
variabel besarnya dana bantuan untuk usaha. Koefisien regresi 0,525
menyatakan bahwa setiap penambahan dana sebesar 1 rupiah, maka akan
meningkatkan hasil usaha sebesar 1 rupiah (dibulatkan dari 0,525 per
bulan.
Sedangkan rutinnya kunjungan laziz tidak mempunyai banyak pengaruh
terhadap hasil usaha mustahik. Koefisien regresi 0,207 menyatakan bahwa
setiap penambahan kunjungan laziz 1 kali, maka akan meningkatkan hasil
usaha sebesar 0 rupiah (dibulatkan dari 0,207 per bulan).
3. Usaha-usaha lazis dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul yaitu
dengan cara menganalisa permasalahan sambil dimusyawarahkan dan
adanya evaluasi untuk perbaikan. Salah satu siasatnya yaitu melalui
57
kerjasama dengan lembaga zakat lainnya yang lebih kompeten (PKPU,
Rumah Zakat dll).
4. Faktor-faktor KSM LAZIS yang mempengaruhi kesejahteraan mustahik
ada 3, yaitu pertama Pola pembinaan LAZIS kepada mustahik, kedua Pola
kunjungan rutin, ketiga Pola besarnya bantuan.
B. Saran-saran
Dari hasil penelitian yang jauh dari kesempurnaan ini, penulis juga ingin
menyampaikan beberapa saran guna menambah manfaat penelitian ini, yaitu :
1. Penulis telah menemukan pembuktian bahwa dalam praktek program KSM
banyak terjadi permasalahan diantaranya yaitu permasalahan manajemen para
mustahik kurang baik yang menyebabkan usaha mustahik macet bahkan
mandek. Tetapi jika lebih sering diadakan pembinaan dari LAZIS, maka akan
memberikan pengaruh besar untuk suksesnya program KSM. Karena dapat
memberikan motivasi untuk mustahik dalam mengembangkan usahanya.
2. Pembuktian lain yaitu ketidak transparanan mustahik dalam melakukan usaha,
diantaranya yaitu jika terjadi suatu masalah para mustahik segan untuk
melaporkan kepada LAZIS. Baiknya para pengurus itu bisa lebih dekat dengan
mustahik. Karenanya dengan kedekatan mustahik dengan pengurus, maka
mustahik akan lebih transparan dalam melaksanakan usahanya baik dari segi
permasalahan manajemen sampai permasalahan modal.