pengaruh pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar siswa

128
PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI DI MAN MALANG I SKRIPSI Oleh : Muhammad Din Haq 05110063 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2009

Upload: iyaz-yasin

Post on 07-Nov-2015

229 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Bagaimana pola asuh orang tua mempengaruhi prestasi belajar siswa dalam sekolah.

TRANSCRIPT

  • PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA

    TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI DI MAN

    MALANG I

    SKRIPSI

    Oleh :

    Muhammad Din Haq 05110063

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK

    IBRAHIM MALANG

    2009

  • ii

    PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI DI MAN

    MALANG I

    SKRIPSI

    Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana

    Malik IbrahimMalang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna

    Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pdi)

    Oleh :

    Muhammad Din Haq 05110063

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK

    IBRAHIM MALANG

    2009

  • iii

    HALAMAN PERSETUJUAN

    PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI

    MAN MALANG I

    SKRIPSI

    OLEH:

    MUHAMMAD DIN HAQ NIM : 05110063

    Disetujui oleh :

    Dosen Pembimbing

    Dra. Hj. Sulalah, M.Ag NIP: 150 267 279

    Mengetahui,

    Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

    Drs. Moh. Padil, M. Pdi NIP. 150 267 235

  • iv

    HALAMAN PENGESAHAN

    PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI DI MAN MALANG I

    SKRIPSI Dipersiapkan dan disusun oleh Muhammad Din Haq (05110063) telah

    dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 08 Agustus 2009 dengan nilai A

    Dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

    Pada tanggal 08 Agustus 2009

    Panitia Ujian

    Ketua Sidang Dra. Hj. Sulalah, M. Ag :______________________ NIP. 150 267 297

    Sekretaris Sidang M. Amin Nur, MA :_______________________ NIP. 150 327 263

    Pembimbing, Dra. Hj. Sulalah, M. Ag :______________________ NIP. 150 267 297

    Penguji Utama Marno, M. Ag :_______________________ NIP. 150 321 639

    Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang

    Dr. M. Zainuddin, MA NIP.150 275 502

  • v

    PERSEMBAHAN

    Karyaku ini akan aku persembahkan pada orang - orang yang terdekat denganku

    dan telah membantuku selama ini, mereka adalah :

    1. Ayah dan ibuku tercinta (Abd. Manaf & Mabruroh), karena merekalah yang

    telah membesarkanku sampai saat ini.

    2. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku rektor Universitas Islam Negeri

    Maulana Malik Ibrahim Malang.

    3. Saudara-saudaraq satu perjuangan dan satu atap mereka adalah temen-temen

    MES: Howos, mas. Arip, mas Sunu, Samsul, Bagus, amin, syarib, dan rodhi

    yang telah membantu menghitung data statistik.

    4. Temen-temen kerjaan, mas Halim yang sudah membantu dan memberi

    masukan, mas Idris yang selalu cooperative, obet, dll yang tidak bisa saya

    sebutkan satu persatu.

    5. Dra. Hj. Sulalah, M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkanku

    dalam menulis skripsi ini.

    6. Dr. M. Zainuddin, MA selaku dekan fakultas tarbiyah.

    7. M. Padil, M. Pdi selaku ketua jurusan PAI.

    8. Kepala sekolah MAN Malang I, dan seluruh guru beserta karyawan dan

    murid-murid kelas XI yang telah membantu dalam penggalian data.

    9. Dan yang terakhir adalah mahasiswa psikologi smt VI yang telah membantu

    saya dalam segala hal, dan kamu telah banyak berjasa atas semua ini, terima

    kasih Vida.

  • vi

    Motto

    #### kk kk==== ss ss3333 !!!! $$ $$#### $$$$ tt tt )))) $$$$ yy yy yy yy

    Allah tidak akan membebani hambanya di luar kemampuannya.

  • vii

    Nota Dinas Pembimbing Dra. Hj. Sulalah, M. Ag Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

    NOTA DINAS PEMBIMBING

    Hal : Skripsi Muhammad Din Haq Malang, 25 Juli 2009 Lamp : 1 (satu) Eksemplar

    Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN MALIKI Malang Di

    Malang

    Assalamualaikum Wr. Wb Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini:

    Nama : Muhammad Din Haq NIM : 05110063 Jurusan : PAI

    Judul Skripsi : Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Siswa

    Kelas XI MAN Malang I Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak

    diajukan untuk ujian. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamualaikum Wr. Wb

    Pembimbing

    Dra. Hj. Sulalah, M. Ag NIP: 150 267 279

  • viii

    SURAT PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

    diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.

    Malang, 25 Juli 2009

    Muhammad Din Haq

  • ix

    KATA PENGANTAR

    U||t{|t{t|t{|

    Alhamdulillah, tiada kata-kata yang pantas dan patut penulis ucapkan

    selain ungkapan rasa syukur kehadirat-Mu Ya Allah, dengan taufik, hidayah dan

    limpahan rahmat-Mu lah serta ridha-Mu penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

    dengan judul Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Belajar

    Siswa

    Sholawat dan salam senantiasa tetap tercurah dan terlimpahkan kepada

    tauladan seluruh umat manusia, pemimpin umat Islam beliaulah Nabi Muhammad

    SAW. beserta keluarganya dan sahabat-sahabatnya, karena beliaulah sampai saat

    ini kita dapat menikmati tentramnya iman dan indahnya Islam.

    Penulis menyadari bahwa pembuatan laporan ini tidak akan terwujud

    tanpa adanya bantuan dari semua pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

    penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

    1. Yang Tercinta; Ayah dan Ibu yang telah mendukung baik dari segi materi

    maupun moril. Beserta keluarga besarku yang dengan adanya mereka maka

    aku mempunyai garis keturunan.

    2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo. Selaku Rektor Universitas Islam Negeri

    Maulana Malik Ibrahim Malang.

    3. Bapak Dr. M. Zainuddin, MA. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas

    Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

    4. Bapak Drs. Moh. Padil, M.Pd.I. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

    Islam Universitas Islam Negeri Malang.

  • x

    5. Dra. Hj. Sulalah, M. Ag. Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

    meluangkan waktu, memberikan konstribusi tenaga dan pikiran, guna

    memberikan bimbingan dan petunjuk serta pengarahan kepada penulis

    sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

    6. Bapak Drs. H Zainal Mahmudi, M. Ag selaku kepala madrasah MAN Malang

    I beserta para dewan guru dan karyawan dan para murid-murid kelas XI yang

    telah banyak membantu dalam pengumpulan data selama ini.

    7. Seluruh sahabat-sahabati PMII Rayon CHONDRODIMUKO dan kawan-

    kawan IMADU (ikatan mahasiswa alumni Darul Ulum) yang dengan

    kebesaran hati mendoakan saya di sela-sela kegiatan mereka

    Penulis hanya bisa berdoa kepada Allah semoga amal baik Bapak/Ibu

    serta sahabat-sahabat akan diberikan balasan yang setimpal oleh Allah SWT.

    Dalam penulisan ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk

    menyelesaikan dengan sebaik-baiknya, namun tidak menutup kemungkinan masih

    terdapat kekurangan dan kekeliruan, sehingga masih jauh dari kesempurnaan.

    Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang

    membacanya dan semoga Allah SWT. melimpahkan hidayah-Nya kepada kita

    semua sehingga dapat mengemban tugas untuk melaksanakan pendidikan.

    Malang, 25 Juli 2009 Penulis

    Muhammad Din Haq NIM: 05110063

  • xi

    DAFTAR TABEL

    TABEL 3.1 VARIABEL PENELITIAN TABEL 3.2 PEDOMAN PEMBERIAN SKOR

    TABEL 3.3 BLUE PRINT SKALA POLA ASUH ORANGTUA

    TABEL 4.1 SASARAN PROGRAM UNGGULAN

    TABEL 4.2 DATA LUAS TANAH TABEL 4.3 KEADAAN GEDUNG MADRASAH

    MAN MALANG I TABEL 4.4 KEADAAN PERSONIL SEKOLAH

    TABEL 4.5 KEADAAN SISWA TABEL 4.6 KEADAAN TIDAK NAIK KELAS,

    TIDAK LULUS, DAN PUTUS SEKOLAH

    TABEL 4.7 INPUT DAN OUTPUT NEM PESERTA DIDIK

    TABEL 4.8 DATA NUN LIMA TAHUN TERAKHIR

    TABEL 4.9 DATA PRESTASI NON AKADEMIK

    TABEL 4.10 KEGIATAN KEAGAMAAN

    TABEL 4.11 DISTRIBUSI FREKUENSI POLA ASUH DEMOKRATIS

    TABEL 4.12 DISTRIBUSI FREKUENSI POLA ASUH OTORITER

    TABEL 4.13 DISTRIBUSI FREKUENSI POLA ASUH PERMISIF

    TABEL 3.14 DISTRIBUSI FREKUENSI PRESTASI SISWA

    TABEL 3.15 RINGKASAN REGRESI

  • xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    LAMPIRAN 1 ANGKET LAMPIRAN

    LAMPIRAN 2 REKAP NILAI SISWA

    LAMPIRAN 3 HASIL ANGKET

    LAMPIRAN 4 RELIABILITY

    LAMPIRAN 5 HASIL ANALISIS DESKRIPTIF DAN DISTRIBUSI

    FREKUENSI

    LAMPIRAN 6 HASIL ANALISISREGRESI LINIER SEDERHANA

  • xiii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

    HALAMAN PERSETUJUAN................................................................. iii

    HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................... v

    MOTTO ................................................................................................... vi

    HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING.......................................... vii

    HALAMAN PERNYATAAN.................................................................. viii

    KATA PENGANTAR.............................................................................. ix

    DAFTAR TABEL .................................................................................... xi

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xii

    DAFTAR ISI ............................................................................................ xiii

    ABSTRAK................................................................................................ xvii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah................................................ 1

    B. Rumusan Masalah......................................................... 7

    C. Tujuan Penelitian ......................................................... 7

    D. Manfaat Penelitian ........................................................ 7

    E. Hipotesis ...................................................................... 8

    F. Ruang Lingkup Penelitian ............................................. 8

    G. Penegasan Istilah........................................................... 8

    H. Sistematika Pembahasan ............................................... 9

  • xiv

    BAB II KAJIAN TEORITIS

    A. Pola Asuh Orangtua ...................................................... 11

    1. Pengertian Pola Asuh. ............................................. 11

    2. Pola Asuh Dalam Perspektif Islam .......................... 14

    3. Macam-macam Pola Asuh....................................... 18

    4. Pentingnya Pola Asuh Bagi Anak............................ 27

    5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

    Pola Asuh Orangtua. ............................................... 35

    B. Prestai Belajar............................................................... `39

    1. Pengertian Prestasi Belajar ...................................... 39

    2. Macam-macam Prestasi Belajar............................... 42

    3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar . 43

    4. Langkah-langkah dalam Meningkatkan Prestasi

    Belajar Siswa .......................................................... 51

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Rancangan Penelitian.................................................... 54

    B. Variabel Penelitian........................................................ 54

    C. Sumber Data ................................................................. 57

    D. Populasi dan Sampel ..................................................... 58

    E. Instrumen Penelitian ..................................................... 59

    F. Validitas dan Reliabilitas .............................................. 61

    G. Metode Pengumpulan Data ........................................... 63

    H. Analisis Data ................................................................ 65

  • xv

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................... 68

    1. Sejarah Obyek Penelitian ........................................ 68

    2. Visi, Misi, dan Tujuan............................................. 70

    3. Sasaran Program Unggulan ..................................... 72

    4. Sarana dan Prasarana............................................... 75

    5. Keadaan Guru dan Karyawan .................................. 78

    6. Data Siswa .............................................................. 82

    7. Sumber Belajar........................................................ 87

    8. Kegiatan Keagamaan............................................... 89

    9. Gambaran Umum Orangtua Siswa .......................... 91

    B. Analisis Statistik Deskriptif........................................... 91

    1. Pola Asuh Orangtua ................................................ 91

    2. Prestasi Belajar Siswa ............................................. 95

    3. Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap

    Prestasi Belajar Siswa ............................................. 96

    BAB V PEMBAHASAN

    A. Penerapan Pola Asuh Orangtua Siswa

    Kelas XI MAN Malang I............................................... 97

    B. Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap

    Prestasi Belajar Siswa Kelas XI MAN Malang I............ 103

  • xvi

    BAB VI PENUTUP

    A. Kesimpulan................................................................... 105

    B. Saran ............................................................................ 106

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • xvii

    ABSTRAK

    Muhammad Din Haq, Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Siswa Kelas XI MAN Malang I. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Dra. Hj. Sulalah, M. Ag

    Pola asuh orangtua adalah pola interaksi antara orangtua dan anak selama masa pengasuhan dan perawatan dengan tujuan untuk membimbing dan mendidik anak-anaknya pada kehidupan yang lebih baik dalam suatu lingkungan keluarga. Peran keluarga terutama orangtua sangat penting dalam mendidik anak baik tinjauan agama, sosial, maupun individu sehingga mampu menumbuhkan perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian yang kuat dan mandiri, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal. Dalam keluarga, orangtua juga memegang peranan penting dalam memberikan keteladanan yang baik bagi anak. Sehingga orangtua sedini mungkin dapat mengenalkan nilai-nilai yang mengandung suasana religi. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari pekerjaan, sedangkan belajar adalah suatu proses mental yang dilakukan untuk memperoleh perubahan perilaku yang lebih baik. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu maupun kelompok sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar. Penelitian ini bertujuan untuk bagaimana pola asuh yang diterapkan orangtua siswa terhadap anaknya. Setelah diketahui bagaimana pola asuh yang diterapkan langkah selanjutnya adalah mencari pengaruh pola asuh orangtua terhadap prestasi belajar siswa kelas XI MAN Malang I Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional, dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode pengumpulan data yang dipakai adalah metode angket (kuesioner), wawancara dan metode dokumentasi. Subjek penelitiaan ini adalah siswa kelas XI dengan jumlah 236 dan diambil sampel sebanyak 60 siswa atau 25 % dari jumlah populasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dan regresi sederhana. Dari hasil analisis deskriptif diperoleh: (a) pola asuh yang digunakan oleh orangtua siswa adalah pola asuh campuran dari ketiga tipe yaitu demokratis, otoriter, dan permisif dengan rincian sebagai berikut: demokratis 32 %, otoriter 35 %, dan permisif 47 %. (b) prestasi belajar dari 60 siswa mayoritas berada pada level prestasi tinggi dengan frekuensi sebesar 32 siswa atau 53 %. Dari hasil uji regresi linier sederhana diperoleh: angka r sebesar 0.638 yang lebih besar dari taraf signifikansi 0.5, jadi hipotesis nol ditoalak dan hipotesis kerja diterima. Nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (Adjusted R Suquare) sebesar 0.400 yang berarti variabel terikat prestasi belajar dijelaskan oleh variabel bebas pola asuh orang tua sebesar 40 % sedangkan sisanya 60 % dijelaskan oleh variabe lain di luar variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Disarankan bagi pihak sekolah untuk lebih mengintensifkan hubungan yang sinergis antara sekolah dengan wali murid untuk membantu siswa dalam kegiatan belajar.

    Kata kunci: Pola Asuh, Prestasi Belajar

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan merupakan sebagian dari fenomena interaksi kehidupan

    sosial manusia. Menurut K.J. Veeger pada hakekatnya kehidupan sosial itu

    terdiri dari jumlah aksi dan reaksi yang tidak terbilang banyaknya, baik antara

    perorangan maupun antara kelompok.1 Pihak-pihak yang terlibat

    menyesuaikan diri dengan salah satu pola perilaku yang kolektif. Kesatuan

    yang berasal dari penyesuaian diri itu disebut kelompok atau masyarakat. Oleh

    karena itu, pendidikan merupakan bagian dari interaksi sosial yang telah ada

    bersamaan dengan kehidupan manusia.

    Kian maraknya pelanggaran nilai moral oleh remaja dapat dipandang

    sebagai perwujudan rendahnya disiplin diri. Pemicu utamanya diduga adalah

    situasi dan kondisi keluarga yang negatif.2 Keluarga adalah pondasi utama

    bagi pendidikan anak, dimana dia dibentuk oleh orangtua mereka. Orangtua

    merupakan guru pertama bagi anak dan sekaligus sebagai panutan dan

    pembimbing dalam melewati fase-fase perkembangannya. Kebiasaan-

    kebiasaan di lingkungan keluarga sedikit banyak akan mempengaruhi

    kebiasaan anak-anak yang ada dalam lingkungan tersebut karena tipe

    kepribadian pada masa kanak-kanak adalah imitasi

    1 Miftahul Huda, Interaksi Pendidikan 10 Cara Quran Mendidik Anak, (Malang: UIN-

    Malang Press, 2008), hlm 1 2 Moh. Shochib, Pola Asuh Orangtua, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1998), hlm. V

  • 2

    Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk

    membentuk generasi yang siap mengganti tongkat estafet generasi tua dalam

    rangka membangun masa depan. Karena itu pendidikan berperan

    mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu

    mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamik.3

    Dalam keseluruhan proses pendidikan tujuannya untuk menyiapkan

    generasi penerus yang berkualitas, baik moral maupun intelektual serta

    berketerampilan dan bertanggung jawab. Salah satu upaya untuk menyiapkan

    genearasi penerus tersebut adalah melalui lembaga pesekolah, kegiatan belajar

    merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya

    pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses

    belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik.

    Hasan Langgulung menyebutkan bahwa dalam pendidikan mengandung

    dua aspek, Pertama: Aspek mengajar dan Kedua: Aspek belajar. Aspek

    mengajar itu hanyalah suatu cara untuk memantapkan proses belajar itu.

    Sedangkan proses belajar berlaku apa sebanarnya yang terjadi pada manusia.4

    Masalah belajar adalah masalah yang selalu aktual dan dihadapi oleh

    setiap orang5. Maka dari itu banyak para ahli-ahli membahas dan

    menghasilkan berbagai teori tentang belajar. Dalam hal ini tidak

    dipertentangkan kebenaran setiap teori yang dihasilkan, tetapi yang lebih

    penting adalah pemakaian teori-teori itu dalam praktek kehidupan yang paling

    cocok dengan situasi kebudayaan kita.

    3 Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam, (Solo: Ramadhan, 1991), hlm. 9

    4 Ibid., hlm. 23

    5 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara,

    1988), hlm. V

  • 3

    Tokoh Lintang dalam sebuah novel yang berjudul Laskar Pelangi

    karangan Andrea Hirata menunjukkan bahwa dia adalah seorang anak yang

    berasal dari keluarga yang miskin, ibunya telah meninggal dan bapaknya

    adalah seorang nelayan tradisional di pulau Belitong (Bangka Belitung) yang

    setiap harinya selalu berangkat pagi dan pulang menjelang malam untuk

    menangkap ikan untuk menghidupi keluarganya. Sehingga waktu untuk

    mendampingi anak-anaknya hampir tidak ada sama sekali, akan tetapi

    semangat belajar yang tinggi itu dimiliki oleh sosok seorang Lintang. Dia

    tidak mudah putus asa meski harus berjalan puluhan kilometer setiap harinya

    untuk bersekolah

    Lintang adalah sosok yang pintar bahkan memiliki IQ diatas rata-rata

    bila dibandingkan dengan teman sebaya satu kelasnya, dia menjadi contoh

    bagi teman-temannya untuk selalu belajar agar bisa menyaingi kepintarannya

    di kelas. Contoh yang dihadirkan dalam sosok seorang Lintang adalah sebuah

    refleksi bahwasannya tidak hanya faktor pola asuh saja yang dijadikan sebagai

    acuan untuk menentukan prestasi seorang anak dalam belajarnya, akan tetapi

    pola asuh adalah salah satu unsur yang mendukung anak untuk memeproleh

    prestasi yang gemilang dalam proses belajarnya.

    Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata

    mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk

    informasi/materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan

    segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan

    kembali secara lisan (verbal) sebagian informasi yang terdapat dalam buku

    teks atau yang diajarkan oleh guru.

  • 4

    Tidak disangkal lagi bahwa dalam belajar seseorang dipengaruhi oleh

    beberapa faktor. Sehingga bagi pelajar sendiri penting untuk mengetahui

    faktor-faktor yang dimaksud. Hal ini menjadi lebih penting lagi tidak hanya

    bagi pelajar tetapi juga bagi (calon-calon) pendidik, pembimbing dan pengajar

    didalam mengatur dan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi

    belajar sedemikian rupa hingga dapat terjadi proses belajar yang optimal.

    Proses belajar seorang siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor-

    faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan

    menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern

    adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan

    faktor ekstern adalah yang ada di luar individu6

    Dalam hal ini penulis lebih menitik beratkan pada faktor ekstern pada

    siswa salah satunya yaitu faktor keluarga. Siswa yang belajar akan menerima

    pengaruh dari keluarga berupa cara orangtua mendidik, relasi antar anggota

    keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Faktor

    lingkungan sekolah dan masyarakat juga banyak mempengaruhi proses belajar

    siswa.

    Pada dasarnya hubungan orangtua dan anak tergantung pada sikap serta

    perilaku orangtua dalam keluarga. Sikap orangtua sangat menentukan

    terbentuknya hubungan keluarga sebab apabila hubungan telah terbentuk

    dengan baik, maka hal ini cenderung untuk di pertahankan, karenanya sikap

    orangtua terhadap anak merupakan hasil belajar. Banyak faktor yang juga

    menentukan sikap apa yang di pelajari, yang paling umum diantaranya adalah

    6 Ibid., hlm. 56

  • 5

    sebagai berikut: pengalaman awal orangtua sebagai anak (dari pola asuh

    orangtuanya yang di terapkan ketika mereka masih anak-anak) serta nilai

    budaya mengenai cara terbaik memperlakukan anak. Orangtua yang

    dahulunya menerima suatu bentuk pola asuh tertentu seringkali orang akan

    menerapkan kembali kepada anak-anak mereka di kemudian hari

    Ketika berbicara masalah prestasi-prestasi yang telah diraih oleh para

    siswa sekolah, hal itu banyak yang mempengaruhi. Disamping model

    pendidikan yang diterapkan pada sekolahan terdapat faktor lain, yaitu

    pendampingan keluarga selama proses belajar mereka. Pendidikan yang

    dilakukan di sekolah terbatas pada jam belajar saja, selebihnya para siswa

    berada pada lingkungan keluarga maka unsur keluarga sangat berperan dalam

    perjalanan belajar siswa. Banyak siswa yang berprestasi akan tetapi kondisi

    keluarganya tidak sehat atau bisa dikatakan broken home. Hal ini sangat

    bertolak belakang dengan teori yang menyatakan bahwa lingkungan keluarga

    sangat berpengaruh dalam proses belajar siswa.

    Meski pencapaian prestasi itu penuh dengan rintangan dan tantangan

    yang harus dihadapi oleh seseorang, namun seseorang tidak akan pernah

    menyerah untuk mencapainya. Di sinilah nampaknya persaingan dalam

    mendapatkan prestasi dalam keompok terjadi secara konsisten dan persisten.

    Banyak kegiatan yang bisa dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan

    prestasi. Semuanya tergantung dari profesi dan kesenangan masing-masing

    individu, kegiatan mana yang akan digeluti untuk mendapatkan prestasi

  • 6

    tersebut. Konsekuensinya kegiatan tersebut harus digeluti secara optimal agar

    menjadi bagian dari diri secara pribadi.7

    Penulis menemukan beberapa realita yang terjadi yaitu ketika ada

    seorang teman yang berangkat dari keluarga mampu, akan tetapi kehidupan

    belajarnya tidak maksimal maka hasil belajarnya pun tergolong rendah.

    Sebaliknya ada seorang yang berangkat dari keluarga pas-pasan bahkan

    termasuk miskin akan tetapi prestasinya bagus dan semangat belajarnya tinggi.

    Hal ini tentu bertolak belakang dengan iklim pendidikan di Indonesia yang

    mana biaya pendidikan semakin tinggi. Maka yang punya kesempatan untuk

    mengenyam pendidikan yang bagus adalah mereka yang berangkat dari

    keluarga mampu.

    Hemat penulis anak yang mempunyai kesempatan untuk mengenyam

    pendidikan tinggi dan bagus berkualitas adalah mereka yang berangkat dari

    keluarga mampu (menengah-ke atas) dan itu berimplikasi dengan semangat

    belajar yang tinggi mengingat hanya sedikit yang bisa menikmati pendidikan

    dengan kualitas tinggi. Namun pada kenyataannya banyak diantara mereka

    yang mengabaikan dan meremehkan kesempatan itu sehingga tidak sedikit

    dari mereka yang tidak berprestasi dalam belajarnya. Sebaliknya banyak

    diantara anak-anak yang dari keluarga tidak mampu dan latar belakang

    pendidikan keluarganya rendah justru berprestasi dalam belajarnya.

    Seorang anak ketika masih kanak-kanak pembentukan mental secara

    psikologis sangat bergantung sekali pada pola asuh yang digunakan

    orangtuanya, sedangkan proses belajar adalah proses mental, maka penulis

    7 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha

    Nasional, 1994), hlm. 20

  • 7

    disini beranggapan bahwa ada hubungan antara pola asuh orangtua dengan

    tingkat belajar siswa yang akhirnya terukur dengan adanya prestasi belajar.

    Adanya hubungan antara pola asuh dengan proses mental seorang anak maka

    ada juga pengaruhnya dengan prestasi belajar siswa. Atas dasar latar belakang

    yang sudah penulis kemukakan diatas, maka penulis mengangkat sebuah judul

    Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Belajar Siswa

    B. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian

    ini dirumuskan sebagai berikut:

    1. Bagaimana pola asuh yang diterapkan oleh orangtua siswa terhadap

    anaknya?

    2. Bagaimana pengaruh antara pola asuh orangtua dengan prestasi belajar

    siswa kelas XI MAN Malang I?

    C. TUJUAN PENELITIAN

    Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak

    dicapai dalam penelititan ini adalah:

    1. Untuk mengetahui, mendiskripsikan dan menganalisis pola asuh yang

    diterapkan orangtua terhadap anaknya.

    2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pola asuh terhadap prestasi belajar

    siswa

    D. MANFAAT PENELITIAN

    1. Dari hasil penelitian ini bagi masyarakat umum dapat dijadikan sebagai

    tambahan wawasan keilmuan tentang pola asuh dan pengaruhnya

  • 8

    2. Hasil dari penelitian ini bagi lembaga pendidikan yang diteliti dapat

    digunakan acuan dalam mengembangkan prestasi belajar siswa.

    3. Bagi penulis penelitian ini sebagai wawasan serta pengalaman baru dalam

    dunia penelitian

    E. HIPOTESIS

    Hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban sementara terhadap

    permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul8.

    Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

    a. Hipotesis Kerja (Ha)

    Adanya pengaruh antara pola asuh orangtua dengan prestasi belajar siswa

    b. Hipotesis Nihil (Ho)

    Tidak ada pengaruh antara pola asuh orangtua dengan prestasi belajar siswa

    F. RUANG LINGKUP PENELITIAN

    Pembatasan ruang lingkup dalam penelitian lazim dibutuhkan, hal ini

    dimaksudkan untuk memperjelas arah penelitian yang akan dibahas oleh

    peniliti sehingga pembaca mudah untuk memahami arah berpikir peniliti.

    Dalam penilitian ini peneliti hanya meneliti bagaimana pengaruh pola

    asuh orangtua terhadap prestasi belajar siswa kelas XI MAN Malang I

    G. PENEGASAN ISTILAH

    Dalam rangka menghindari kemungkinan terjadinya kerancuan dalam

    memahami maksud definisi istilah yang dipakai dalam penelitian ini, maka

    dipandang perlu penegasan istilah dalam penelitian ini. Adapaun istilah-istilah

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    8Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 71

  • 9

    1. Pola asuh orangtua adalah pola interaksi antara orangtua dan anak selama

    masa pengasuhan dan perawatan, dengan tujuan untuk membimbing atau

    mengarahkan serta mendidik ank-anknya pada kehidupan yang lebih baik

    dalam suatu lingkungan keluarga. Pola asuh tersebut meliputi demokratis,

    otoriter dan permisif. Dalam hal ini yang dimaksud orangtua yaitu ayah

    dan ibu atau yang mempunyai tanggung jawab untuk mengasuh anak.

    2. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang

    mengakibatkan perubahan dalam diri individu maupun kelompok sebagai

    hasil dari aktifitas dalam belajar

    H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

    Untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang skripsi ini, maka

    penulis akan menguraikan dalam enam bab sebagai berikut:

    1. Bab I, pada bab ini peneiliti akan menguraikan pendahuluan yang berisi

    tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

    penelitian, ruang lingkup penelitian, dan penegasan istilah.

    2. Bab II, pada bab ini akan dikemukakan kajian teoritis mengenai variabel

    penelitian yang digunakan meliputi: definisi pola asuh, pola asuh dalam

    perspektif islam, macam-macam pola asuh, pentingnya pola asuh bagi

    anak, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua.

    3. Bab III, merupakan pemaparan tentang metodologi penelitian yang

    digunakan terdiri dari: rancangan penelitian, variabel penlitian, data dan

    sumber data, populasi dan sampel, instrumen penelitian, metode

    pengumpulan data, analisis data.

  • 10

    4. Bab IV, merupakan pemaparan hasil penelitian yang meliputi profil temapt

    penelitian dan analisa statistik deskriptif tentang pola asuh orang tua,

    prestasi belajar siswa, serta pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap

    prestasi belajar siswa.

    5. Bab V, dalam bab ini akan dijelaskan tentang pembahasan yang meliputi

    bagaimana pola asuh yang diterapkan oleh orang tua siswa, bagaimana

    prestasi siswa di sekolah, dan bagaimana pengaruh antara pola asuh

    orangtua terhadap prestasi belajar siswa kelas XI MAN Malang I

    6. Bab VI, bab inimerupakan bab yang terakhir yang berisi kesimpulan dari

    penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya serta saran yang

    diperlukan.

  • 11

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Pola Asuh Orangtua

    1. Pengertian Pola Asuh

    Orangtua merupakan model figur utama bagi anak. Sebab orangtua

    memiliki peluang yang cukup banyak untuk mensosialisasikan aturan,

    nilai, dan kebiasaan serta sikap hidup. Disamping itu, orangtua dalam

    keluarga juga merupakan sosok yang menjadi panutan dan perlakuan yang

    akan diterapkannya kepada anak-anaknya, serta mempunyai hak untuk

    mengasuh dan membesarkan anak-anaknya karena orangtua berperan

    sebagai guru, penuntun, dan pengajar.

    Bagi orangtua, anak adalah dambaan, buah hati, pelipur lara, amanah

    sekaligus cobaan yang diberikan oleh Allah SWT. Oleh karena itu sudah

    seharusnya jika mereka mengetahui dan memahami dengan benar apakah

    fungsi daripada anak dalam sebuah keluarga dan bagaimana metode

    pendidikan yang seharusnya mereka terapkan dalam rangka membentuk

    pribadi anak yang berakhlak, berkualitas dan kompeten. Sehingga dari

    pendidikan keluarga tersebut diharapkan akan tercetak generasi-generasi

    umat yang tangguh di dalam maupun di luar.

    Mengasuh anak merupakan proses yang sangat kompleks, sebab

    banyak hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengasuh anak. Dalam

    mengasuh dan mendidik anak membutuhkan beberapa kemampuan yang

    perlu diperhatikan, seperti memberikan kasih sayang, penanaman rasa

    disiplin, pemberian hukuman dan hadiah, pemberian teladan, penanaman

  • 12

    sikap dan moral, serta kecakapan dalam mengatur anak. Hal tersebut

    merupakan rangkaian suatu pola yaitu pola asuh orangtua.

    Menurut Wahyuni, bahwa dalam mengasuh dan mendidik anak,

    sikap orangtua ini dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor diantaranya

    pengalaman masa lalu yang berhubungan erat dengan pola asuh ataupun

    sikap orangtua mereka, nilai-nilai yang dianut oleh orangtua, tipe

    kepribadian orangtua maupun keluarga, kehidupan perkawinan orangtua

    dan alasan orangtua mempunyai anak.9

    Sehingga Wahyuni dalam penelitiannya menjelaskan pola asuh

    adalah suatu model dan cara pemberian perlakuan seseorang kepada orang

    lain dalam suatau lingkungan sosial, atau dengan kata lain pola asuh

    adalah model dan cara dari orangtua memperlakukan anak dalam suatu

    lingkungan keluarganya sehari-hari, baik perlakuan yang berupa fisik

    maupun psikis.10

    Menurut pendapat Mussen, mendefinisikan pola asuh orangtua

    adalah suatu cara yang digunakan oleh orang dalam mencoba berbagai

    strategi untuk mendorong anak-anaknya mencapai tujuan yang diinginkan.

    Dimana tujuan tersebut antara lain pengetahuan, nilai moral, dan standart

    perilaku yang harus dimiliki anak bila dewasa nanti.11

    Pandangan Meichati yang mengutarakan bahwa pola asuh orangtua

    adalah perlakuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan dan memberikan

    perlindungan, serta mendidik anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari.

    9 Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia. 1976),

    hlm. 144 10

    Ibid 11

    Mussen, Perkembangan dan Kepribadian Anak, (Jakartan : Arcan , 1994), hlm. 395

  • 13

    Sehingga setiap orangtua dapat menerapkan cara pengasuahan yang

    berbeda dalam sebuah keluarga.

    Setiap orangtua memegang teguh prinsip-prinsip islam sebagai tolak

    ukur dalam mendidik anak-anaknya, sebab ia akan membimbing manusia

    pada fitrahnya yang lurus, yaitu pembentukan pribadi-pribadi yang

    bertaqwa. Hal ini sebagaimana yang tersirat dalam sebuah hadits

    bahwasannya Rasulullah SAW membuat garis dengan tangannya seraya

    bersabda: Inilah jalan Allah SWT yang lurus Kemudian beliau membuat

    garis-garis yang banyak sekali di kanan kirinya seraya beliau bersabda:

    Inilah jalan-jalan yang tak satupun terlepas dari intaian setan yang

    menyesatkan Kemudian beliau membaca ayat Al-Quran:

    r&u #xy u $V ) tG 7 ? $$s ( u (# 7 Fs? 6 9$# sx tG s 3 / t & #7y 4 3 9 s 38 u / 6 =y s9 t )Gs?

    Artinya: Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (QS. Al-anam; 153)12

    Dari pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat diambil kesimpulan

    bahwa pengertian pola asuh orangtua adalah pola interaksi antara orangtua

    dan anak selama masa pengasuhan dan perawatan dengan tujuan untuk

    membimbing dan mendidik anak-anaknya pada kehidupan yang lebih baik

    dalam suatu lingkungan keluarga.

    12 Al-Quran dan terjemahannya DEPAG RI. (Semarang; Karya Toha Putra). hlm 283

  • 14

    2. Pola asuh Orangtua Perspektif Islam

    Mengasuh dan memelihara anak merupakan kewajiban dari orangtua

    sekaligus sebagai hak yang sudah semestinya diterima oleh setiap anak.

    Dalam hukum islam terdapat suatu istilah yang disebut dengan hadanah,

    yaitu memelihara anak-anak yang masih kecil, baik itu laki-laki maupun

    perempuan dengan menyediakan sesuatu yang menjadikan anak baik,

    mengasuh, merawat, dan menjaganya dari sesuatu yang membahayakan

    dirinya serta memberikannya pendidikan dalam seluruh aspek kehidupan

    sehingga ketika dewasa mereka menjadi pribadi yang mandiri dan

    memiliki tanggung jawab.

    Doktrin islam menggariskan dan mengatur orang islam agar dapat

    mengikuti gaya hidup yang berbudaya atas dasar kerja sama, kasih sayang,

    dan kesetiaan sehingga meningkatkan kemajuan budaya masyarakat islam.

    Sehingga islam mulai pengaturannya pada manusia sebagai individu

    karena ia merupakan organisme yang pertama yang membentuk kehidupan

    keluarga dan masyarakat, dan selanjutnya kehidupan bangsa.13

    Rasulullah SAW merupakan sosok teladan dalam hal menyayangi

    anak dan orang pertama yang senantiasa menasihatkan kepada para

    orangtua agar menyayangi anak-anak mereka, karena persahabatan

    orangtua dengan anak-anaknya akan menanamkan dalam diri anak tersebut

    watak yang mulia dan mengarahkan tingkah laku yang disiplin pada anak.

    Seperti dalam sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:

    :

    13 Zamarkasyi Dhifier, dkk, Mengasuh Anak Menurut Ajaran Islam. (Jakarta: UNICEF

    Indonesia, 1986), hlm. 53

  • 15

    ) (

    Artinya: Mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik

    akhlaknya serta paling penyayang kepada keluarganya (HR. Tirmidzi).

    Peran keluarga terutama orangtua menjadi penting untuk mendidik

    anak baik tinjauan agama, sosial, maupun individu. Akan tetapi bagaimana

    pendidikan keluarga dapat berlangsung dengan baik sehingga mampu

    menumbuhkan perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa

    yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian yang kuat dan

    mandiri, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang

    secara optimal. Oleh karena itu, pendidikan dan pembinaan dalam

    keluarga merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan penting. Dalam

    keluarga, orangtua juga memegang peranan penting dalam memberikan

    keteladanan yang baik bagi anak. Sehingga orangtua sedini mungkin dapat

    mengenalkan nilai-nilai yang mengandung suasana religi.

    Syariah islam membebani kewajiban orangtua untuk memelihara

    keselamatan anak dan perkembangan anak, atas dasar pertimbangan bahwa

    anak adalah titipan Allah SWT yang harus dijaga baik-baik sebab mereka

    akan mempertanggung jawabkannya kepada Allah SWT.14

    Seperti dalam hadits Bukhori yang menjelaskan dengan tegas bahwa

    bagian tanggung jawab yang harus dipikul oleh orangtua, yaitu kewajiban

    untuk memelihara keselamatan anak-anaknya dan memenuhi kebutuhan

    14 Dhofier, dkk, Op.cit, hlm. 29

  • 16

    hidupnya. Hal ini berarti bahwa orangtua harus menyediakan makanan

    dengan sebaik-baiknya.

    Rasulullah SAW menganjurkan kepada setiap orangtua agar

    menyuruh anak-anknya untuk menjalankan ibadah shalat ketika mereka

    telah berumur tujuh tahun, adalah tidak lain agar supaya mereka terbiasa

    melakukan hal itu dan membina anak mempunyai sifat yang terpuji.

    Disamping itu juga, orangtua dapat bersikap adil (tidak membedakan

    dengan saudara lain) dalam memberikan perhatian dan kasih sayang

    terhadap anak-anaknya, agar kewajiban mereka tumbuh dengan baik

    dalam kasih sayang dan persaudaraan. Rasulullah bersabda:

    :

    , ,

    ) (

    Artinya: Kamu semua adalah penanggung jawab dan akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipercayakan kepadamu. Seorang ayah bertanggung jawab membiayai dan memelihara kehidupan keluarganya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atasnya. Seorang istri bertanggung jawab terhadap anak dan harta suaminya dan akan dimintai pertanggung jawaban atasnya (Shahih Al-Bukhori Juz.VII: 34)

    Menurut Dharmawan, terdapat tiga macam pola asuh orangtua dalam

    mendidik anak, diantaranya:15

    15 Budi Dharmawan dan Yoyoh Yusroh, Metode pendidikan Rasulullah SAW dalam

    Mengembangkan kepribadian anak, one-line: http//www.pks-anz.org/print.php?sid. akses: 11 Maret 2009

  • 17

    1. Pola asuh koersif

    a. Cara orangtua mendisiplinkan anak tanpa memberi anak

    kebebasan.

    b. Membuat keputusan untuk anak, dan anak tinggal melaksanakan

    keputusan orangtua.

    c. Memberikan dorongan dari luar kepada anak.

    2. Pola asuh permisif

    a. Orangtua memberi anak kebebasan tanpa disiplin.

    b. Mengambil alih tanggung jawab anak menjadi tanggung jawab

    orangtua.

    c. Tidak memberikan dorongan kepada anak.

    3. Pola asuh dialogis

    a. Orangtua memberi anak kebebasan tetapi disiplin.

    b. Memberi pilihan kepada anak untuk membuat keputusannya

    sendiri.

    c. Menumbuhkan dorongan dari dalam pada diri anak.

    Dari ketiga macam pola asuh di atas, maka landasan pola asuh yang

    diterapkan oleh Rasulullah SAW adalah pola asuh dialogis yaitu tertib

    dengan kebebasan, karena sesuai dengan fitrah penciptaan manusia dan

    diwajibkan oleh Allah SWT terhadap para utusannya. Disamping itu,

    berpijak pada dorongan dan konsekuensi dalam membagun dan

    memelihara fitrah anak.

  • 18

    Di bawah ini merupakan tiga fase pola asuh yang diterapkan oleh

    Rasulullah SAW, diantaranya:16

    a. 0-7 tahun (dialogis-permisif), menjadikan anak manja-terarah

    b. 7-14 tahun (dialogis-koersif), menjadikan anak disiplin-terdidik.

    c. 14-21 tahun (dialogis-dialogis), menjadikan anak dapat mandiri-

    bertanggung jawab.

    Hal tersebut juga dapat diketahui dari contoh Rasulullah SAW yang

    sangat memperhatikan dan memperlakukan anak kecil dengan sangat baik.

    Beliau merawat cucu-cucunya yaitu Hasan dan Husen dengan penuh

    kelembutan, kehangatan dan cinta kasih, dimana hal tersebut merupakan

    wujud dari kecintaan dan perhatian beliau kepada mereka.

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh

    orangtua dalam prespektif Islam yaitu pola asuh koersif (tertib tanpa

    kebebasan), pola asuh permisif (bebas tanpa ketertiban), dan pola asuh

    dialogis (tertib dengan kebebasan). Sedangkan pola asuh yang diterapkan

    Rasulullah SAW yaitu pola asuh dialogis, dimana terbagi menjadi tiga

    macam yaitu dialogis-permisif (menjadikan anak manja-terarah), dialogis-

    koersif (menjadikan anak disiplin-terdidik) dan dialogis-dislogis

    (menjadikan anak mandiri-bertanggung jawab).

    3. Macam-macam Pola Asuh

    Dalam menentukan aturan yang berlaku dalam sebuah keluarga,

    harus dipertimbangkan dengan berbagai macam aspek yang dapat

    16 Dharmawan dan Yusroh, Op.cit, akses: 11 Maret 2009

  • 19

    menjamin adanya kerukunan dan kedamaian dalam berkeluarga.

    Ketentuan-ketentuan tersebut harus sesuai dengan tingkat pertumbuhan

    dan perkembangan anggota keluarga yang bersangkutan.

    Orangtua memang perlu memperhatikan keadaan anak-anaknya.

    Dalam mengajarkan norma dibutuhkan ketrampilan berkomunikasi yang

    baik dengan anak, karena komunikasi yang baik dan terarah diharapkan

    apa yang diajarkan orangtua mudah diterima oleh anak. Semua perbuatan

    dan tingkah laku dari orangtua merupakan contoh yang baik untuk

    diterapkan pada diri anak dalam kehidupan sehari-harinya.

    Orangtua dengan segala sikap, tindakan dan kebiasaannya sehari-hari

    adalah teladan bagi anak-anaknya. Tidak heran bila mereka juga

    berperilaku seperti orangtuanya. Terlebih pada masa kanak-kanak sampai

    masa remaja karena mereka mulai berpikir kritis. Sebagian besar waktu

    anak didapat di lingkungan keluarga. Dasar kelakuan, sikap hidup serta

    kebiasaannya dibangun dari lingkungan keluarga. Pengaruh lingkungan

    luar akan kalah pengaruhnya.

    Sehubungan dengan hal tersebut, maka Dewantara mengatakan

    bahwa setiap pemimpin (dalam hal ini adalah orangtua sebagai pemimpin

    keluarga) sebaiknya menganut tiga aspek diantaranya:

    a. Ing ngarso sung tulodo

    Orangtua harus dapat menjadikan dirinya pola anutan melalui

    tingkah laku kepada anak-anaknya dalam keluarga. Sebab jika

    orangtua hanya memerintah tanpa memberikan contoh, maka akan

    menimbulkan konflik bagi anak-anaknya karena anak merasa dituntut

  • 20

    sementara orangtua tidak melaksanakanya. Akibatnya anak tidak mau

    menuruti perintah orangtua.

    b. Ing madyo mangun karso

    Orangtua harus mampu memberikan semangat kepada anak-

    anaknya untuk mampu berkreasi dalam kehidupannya. Dengan kata

    lain orangtua harus mampu menghidupkan jiwa dan semangat yang

    positif kepada anak-anak, sehingga anak mampu untuk berkreativitas

    sesuai dengan potensinya.

    c. Tut wuri handayani

    Orangtua harus memiliki kemampuan untuk dapat memberikan

    dorongan kepada anak-anaknya agar berani melangkah ke depan

    menatap dunia yang kian maju dan berani bertanggung jawab atas

    semua yang diperbuatnya.

    Menurut Baumrind (1967), terdapat empat macam pola asuh

    orangtua, diantaranya:17

    a. Pola asuh demokratis

    Yaitu pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan

    tetapi tidak ragu-ragu dalam mengendalikan mereka. Orangtua dengan

    pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada

    rasio atau pemikiran-pemikiran serta bersikap realistis terhadap

    kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui

    batas kemampuan anak. Dismping itu, orangtua juga memberikan

    17 Ira Petranto, Rasa Percaya Diri Anak adalah Pantulan Pola Asuh Orangtuanya, Buletin

    DWP PTRI Jenewa, on-line: http;//www.binarymoon.co.uk/2005. Jakarta: Kawan Pustaka, Akses: 11 Maret 2009

  • 21

    kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan

    serta pendekatannya kepada anak bersifat hangat.

    b. Pola asuh otoriter

    Pola asuh ini sebaliknya cenderung menetapkan standart yang

    mutlak harus di turuti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman.

    Orangtua tipe ini cenderung untuk memaksa, memerintah, dan

    menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan

    oleh orangtua, maka orangtua tidak segan-segan untuk menghukum

    anaknya. Orangtua juga tidak mengenal kompromi, dan dalam

    komunikasi biasanya bersifat satu arah. Disamping itu, orangtua tidak

    memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai

    keinginan anaknya.

    c. Pola asuh permisif

    Pola asuh permisif atau biasa disebut pemanja biasanya

    memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan

    kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan

    yang cukup dari orangtua. Mereka cenderung tidak menegur atau

    memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat

    sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orangtua tipe

    ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.

    d. Pola asuh penelantar

    Pola asuh tipe yang terakhir adalah tipe penelantar. Orangtua tipe

    ini umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada

    anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan

  • 22

    pribadi mereka, seperti bekerja, dan kadang kala biayapun dihemat-

    hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku

    penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang

    depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik

    maupun psikis pada anak-anaknya.

    Sehingga dari macam pola asuh yang diterapkan oleh orangtua,

    masing-masing terdapat dampak yang terjadi pada anak. Karakteristik-

    karakteristik anak dalam kaitannya dengan pola asuh orangtua,

    diantaranya:

    a. Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak yang

    mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan

    teman, mampu menghadapi stres, mempunyai minat terhadap hal-hal

    baru, dan kooperatif terhadap orang-orang lain.

    b. Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut,

    pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar

    norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.

    c. Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang

    implusif, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang

    sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.

    d. Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang

    moody, implusive, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau

    mengalah, self esteem yang rendah, sering bolos, dan bermasalah

    dengan teman.

  • 23

    Dari karakteristik-karakteristik tersebut, sebagai orangtua dapat lebih

    mawas diri, karena apabila orangtua memahami pola asuh mana yang

    cenderung diterapkan, maka orangtua dapat segera merubahnya. Orangtua

    dapat melihat, bahwa harga diri anak yang rendah terutama disebabkan

    karena pola asuh orangtua yang penelantar.

    Dalam diri anak juga perlu ditanamkan karakter-karakter positif yang

    akan mendorong anak untuk melakukan hal-hal yang terbaik dalam setiap

    urusannya di dunia maupun di akhirat, seperti sifat jujur, optimisme,

    keuletan, kemandirian, keberanian, kelembutan, kasih sayang dan

    sebagainya. Karakter-karakter yang demikian sangat diperlukan bagi

    setiap individu terlebih lagi dalam menghadapi zaman serba kompleks ini.

    Seperti dalam syair di bawah ini, yang dapat dipahami oleh para

    orangtua dalam mendidik anak, diantaranya:

    Bila anak sering dikritik, ia belajar mengumpat

    Bila anak sering dikritik, ia belajar berkelahi

    Bila anak sering diejek, ia belajar menjadi pemalu

    Bila anak sering dipermalukan, ia belajar merasa bersalah

    Bila anak sering dimaklumi, ia belajar menjadi sabar

    Bila anak sering disemangati, ia belajar menghargai

    Bila anak mendapat haknya, ia belajar bertindak adil

    Bila anak merasa aman, ia belajar percaya

    Bila anak mendapat pengakuan, ia belajar menyukai dirinya

    Bila anak diterima dan diakrabi, ia akan menemukan cinta

  • 24

    (karya: Dorothy Law Notle dalam syair Children Learn What They Live)18

    Hal diatas juga senada dengan syair yang diungkapkan Rakhmat

    dalam psikologi komunikasi, yang berbunyi:

    Jika anak dibesarkan dengan celaan,

    Ia belajar memaki

    Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,

    Ia belajar berkelahi

    Jika anak dibesarkan dengan cemoohan,

    Ia belajar rendah diri

    Jika anak dibesarkan dengan penghinaan,

    Ia belajar menyesali diri

    Jika anak dibesarkan dengan toleransi,

    Ia belajar menahan diri

    Jika anak dibesarkan dengan dorongan,

    Ia belajar percaya diri

    Jika anak dibesarkan dengan pujian,

    Ia belajar menghargai

    Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan,

    Ia belajar keadilan

    Jika anak dibesarkan dengan dukungan,

    Ia belajar menyenangi dirinya

    Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,

    18 Labib, MZ, Menciptakan Keluarga Sakinah Dalam Pandangan Islam, (Surabaya:

    Bintang Usaha Jaya, 2006), hlm. 105

  • 25

    Ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan

    (Karya: Dorothy Law Notle dalam syair Children Learn What They Live)19

    Menurut syair di atas menjelaskan bahwa orangtua dalam mendidik

    anak tidak menggunakan cara yang dapat menyebabkan anak merasa tidak

    disenangi, tidak dihargai, tidak diperhatikan bahkan merasa dibedakan

    dengan saudara yang lain, karena akan berdampak tidak baik bagi anak.

    Dalam sebuah hadits bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda:

    : )(

    Artinya: Tidak ada sesuatu pemberian (hadiah) dari orangtua kepada anak-anaknya yang

    lebih utama ketimbang mengajarkan budi pekerti yang baik kepada mereka (HR.

    Turmudzi).

    Menurut Bolson, pola asuh orangtua dapat digolongkan dalam tiga

    tipe, diantaranya:20

    a. Otoriter

    Orangtua berada dalam posisi sebagai arsitek. Orangtua dengan

    cermat memutuskan bagaimana individu harus berperilaku,

    memberikan hadiah atau hukuman agar perintah orangtua ditaati.

    Tugas dan kewajiban orangtua tidak sulit, tinggal menentukan apa

    yang didinginkan dan harus dikerjakan atau yang tidak boleh

    dilakukan oleh anak-anak mereka.

    19 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: CV. Remaja Karya, 1986), hlm.

    128-129 20

    Andrie, Winarti & Utami, Pola Asuh Orangtua dan Nilai-nilai Kehidupan yang Dimiliki oleh Remaja (Fenomena: Jurnal Psiklogi, 2001), hlm. 71

  • 26

    b. Demokratis

    Tipe ini bercirikan adanya kebebasan dan ketertiban, orangtua

    memberikan arahan atau masukan-masukan yang sifatnya tidak

    mengikat kepada anak. Dalam hal ini orangtua bersifat objektif,

    perhatian dan kontrol terhadap perilaku anak-anaknya. Sehingga

    orangtua dapat menyesuaikan dengan kemampuan anak.

    c. Permisif

    Orangtua biasanya bertindak menghindari adanya konflik ketika

    orangtua merasa tidak berdaya untuk mempengaruhi anak. Akibatnya,

    orangtua membiarkan perbuatan-perbuatan salah yang dilakukan anak.

    Dalam hal ini orangtua kurang dapat membimbing terhadap anak,

    karena anak dibiarkan melakukan tindakan sesuka hati dan tidak ada

    kontrol dari orangtua.

    Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang demokratis, akan

    membuat anak mudah bergaul, aktif dan ramah tamah. Anak belajar

    menerima pandangan orang lain, belajar dengan bebas mengemukakan

    pandangannya sendiri dan mengemukakan alasan-alasannya. Hal ini bukan

    berarti bahwa anak bebas melakukan segala-galanya. Bimbingan kepada

    anak tetap diberikan. Anak lebih mudah melakukan kontrol terhadap

    sikapnya yang tidak disukai masyarakat, anak juga merasakan kehangatan

    pergaulan. Hal ini sesuai dalam Al-Quran, yaitu:

    r&u y7 s? u t / t% F{$#

  • 27

    Artinya: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (QS. Asy-

    Syuraa; 214)21

    Pada keluarga yang menerapkan pola asuh bebas, sering membiarkan

    tindakan anak, maka akan membuat anak tidak aktif dalam kehidupan

    sosial, dan dapat dikatakan anak menarik dir dari kehidupan sosial mereka.

    Dari ketiga jenis pola asuh itu, Baldwin mengatakan bahwa tipe

    demokratis merupakan cara yang terbaik untuk diterapkan oleh orangtua

    bagi anaknya untuk memberikan kemampuan menyesuaikan diri. Namun

    demikian, cara susunan keluarga ini kenyataannya tidak terbagi secara

    tajam berdasarkan ciri-ciri keluarga dalam tiga tipe tersebut. Terbanyak

    adalah campuran dari tiga tipe, dalam hal ini ditentukan mana yang paling

    menonjol yang ada dalam susunan suatu keluarga.22

    Berdasarkan beberapa uraian tentang macam-macam pola asuh

    orangtua di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pola asuh yang

    diterapkan oleh setiap orangtua sangtlah beragam, diantaranya; tipe

    demokratis, otoriter, dan permisif. Tipe demokratis (orangtua bersikap

    ramah terhadap anak) akan menghasilkan karakteristik anak yang baik

    karena dapat mengontrol diri, sedangkan tipe otoriter (orangtua tidak

    mengenal kompromi terhadap anak) akan menghasilkan karakteristik anak

    yang penakut, suka melanggar norma, serta untuk tipe permisif (orangtua

    memberikan pengawasan yang kurang terhadap anak) akan menghasilkan

    21 Al-Quran dan Terjemahannya, op.cit, hlm 742

    22 Notosudirjdo & Latipun, Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan ( Malang: UMM

    Press. 2005), hlm. 176.

  • 28

    karakteristik anak yang manja dan tidak mandiri. Penerapannya ini sesuai

    dengan kesepakatan dalam suatu keluarga tersebut.

    4. Pentingnya Pola Asuh Bagi Anak

    Orangtua sebagai pendidik, mempunyai peranan yang sangat penting

    dalam pendidikan anaknya. Karena dalam keluarga, anak pertama kali

    mengenal pendidikan untuk mengembangkan segala potensi dasarnya,

    baik potensi agama, sosial maupun budaya. Oleh karena itu, peran

    orangtua dalam membimbing dan mendidik anak serta menyelamatkan

    anak merupakan tujuan yang utama. Hal ini sesuai dengan firman Allah

    SWT yang berbunyi:

    $ pr' t t% !$# (# t# u (# % / 3| r& /3= r& u #Y$t $y %u $ 9$# u$ yft :$#u $ p n= t s3 n=t #y t t !$# !$t tt r& t =y t u $ t ts

    Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(QS. At-Tahrim; 6)23

    Menurut ayat tersebut diatas diketahui bahwa orangtua sebagai

    pemimpin dalam keluarga, bertanggung jawab terhadap anak-anaknya.

    Sebagaimana mendidik anak tersebut menjadikan taat kepada Allah SWT

    serta berbakti kepada orangtuanya. Ayat tersebut juga mengajarkan kepada

    orang-orang yang beriman agar menjaga diri mereka dan keluarganya dari

    23 Al-Quran dan Terjemahannya, op.cit, hlm 1148

  • 29

    siksaan api neraka, yaitu sikasaan Tuhan yang akan ditimpahkan kepada

    orang-orang yang berbuat dosa di dunia.

    Menurut pendapat Soekanto, sikap orangtua yang baik (ideal)

    diterapkan kepada anak adalah:24

    a. Orangtua seyogyanya bersikap tindak logis (sabenere), artinya

    orangtua dapat membuktikan apa dan mana yang benar dan salah.

    Misal: mendidik anak agar dia menjadi orang mandiri dan bertanggung

    jawab.

    b. Orangtua seyogyanga bersikap tindak etis (samestine), artinya

    bersikap tindak didasarkan pada dasar tertentu, sehingga tidak asal saja

    (sembrono). Misal: tidak serakah, mampu tidak berkekurangan tetapi

    juga tidak serba kelebihan, dan berlarut-larut.

    c. Orangtua seyogyanya bersikap tindak estetis (sapenake), artinya

    seharusnya orangtua hidup enak, tanpa menyebabkan ketidak enakan

    pada pihak lain.

    Selain hal diatas, menurut pendapat Kartono dan Andari, sikap

    orangtua yang baik adalah:25

    a. Orangtua bisa menuntun anak untuk bertanggung jawab dan

    menentukan jalan hidupnya sendiri.

    24 Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga; Ikhwal Tentang Keluarga, Remaja dan Anak,

    cet. Ketiga (Jakarta: PT Rineka Cipta 2004), hlm. 6-7 25

    Kartini Kartono dan Jeny Andari, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam, (Bandung: Mandar Maju, 1998), hlm. 187-189.

  • 30

    b. Orangtua dapat bersikap toleran terhadap implus-implus dan emosi-

    emosi anaknya serta bisa memberikan bimbingan penyalurannya

    dengan cara yang sehat.

    c. Adanya identifikasi anak yang sehat terhadap orangtua, guna

    memperkuat kepribadian anak.

    d. Orangtua mampu membimbing anak menetukan sikap dan tujuan

    hidupnya sendiri agar mandiri dan mampu membangun diri sendiri.

    e. Orangtua harus memberikan contoh sikap hidup dan perilaku yang

    baik dan menyingkirkan mekanisme pelarian diri serta pembelaan diri

    yang negatif (yang tidak sehat).

    Tanggung jawab keluarga (orangtua) terhadap pendidikan anak-

    anaknya menurut Syam harus berdasarkan pada:26

    a. Dorongan (motivasi) cinta kasih yang menjiwai hubungan orangtua

    dengan anaknya, yang nantinya mendorong sikap dan tindakan rela

    menerima tanggung jawab dan mengabdikan hidupnya untuk anak.

    b. Dorongan (motivasi) kewajiban moral, sebagai konsekuensi

    kedudukan orangtua terhadap nilai-nilai religius spiritual yang dijiwai

    ke-Tuhanan Yang Maha Esa dan agama masing-masing.

    c. Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga, yang pada

    gilirannya juga menjadi bagian dari masyarakat, bangsa dan

    negaranya, bahkan kemanusiaan.

    26 Siti Muntamah, 2000, hlm. 53

  • 31

    Hal tersebut seperti yang difirmankan oleh Allah SWT yang

    berbunyi:

    4< us? u ] t t$ s%u 4syr' t 4 n?t y# Mu/$#u $u t s9 $# u s x.

    Artinya: Dan Ya'qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: "Aduhai duka citaku terhadap Yusuf", dan kedua matanya menjadi putih karena Kesedihan dan Dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya). (QS. Yusuf; 84)27

    Pentingnya pola asuh orangtua bagi anak juga dapat dilihat dari cara

    mereka melakukan pendampingan terhadap anaknya pada saat belajar,

    diantaranya:28

    a. Mengajarkan tanggung jawab

    Anak perlu mengetahui bahwa sebagai seorang siswa memiliki

    tanggung jawab seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah dan mentaati

    semua peraturan sekolah. Dengan mengetahui tanggung jawab, anak

    akan menjadi percaya diri dan dapat mengorganisir pikirannya sendiri.

    b. Harapan tinggi

    Anak juga diajarkan bahwa mereka harus memiliki harapan dan

    cita-cita yang tinggi, misalnya masuk Universitas. Dengan demikian

    mereka akan giat (termotivasi) belajarnya. Hal tersebut untuk

    melihatkan harapan yang tinggi dan menumbuhkan motivasi belajar.

    27 Al-Quran dan Terjemahannya, op.cit, hlm 466

    28 Jordan, Kiat Sukses Orangtua, (Yogyakarta: Dolphin Books, 2006), hlm. 69-73

  • 32

    c. Melibatkan diri dengan sekolah si anak

    Orangtua memiliki tanggung jawab dan peran penting dalam

    mencari tahu apa yang terjadi pada anaknya di sekolah. Bertemu

    dengan guru-guru di sekolah secara teratur merupakan salah satu cara

    keterlibatan orangtua di sekolah.

    d. Belajar tidak selalu menyenangkan

    Untuk membangun kepribadian anak dalam belajar, anak perlu

    diberitahu bahwa belajar tidak selamanya menyenangkan. Orangtua

    perlu memberi motivasi seperti penghargaan atau ciuman sayang atas

    keberhasilan anak dalam pelajaran yang mereka anggap berat.

    e. Memberi waktu untuk bermain dan bersantai

    Orangtua dapat memberikan anak waktu untuk bermain agar

    mereka bersantai, memberikan waktu untuk menonton televisi

    meskipun tidak terlalu lama. Tidak memaksa anak untuk terus-menerus

    mengerjakan PR, tugas-tugas sekolah, atau belajar melebihi waktu.

    Anak akan bosan dan dapat menimbulkan stres padanya.

    Disamping itu juga terdapat sepuluh kunci untuk membantu orangtua

    menggunakan metode-metode yang telah terbukti memberikan rasa

    eksistensi dan rasa keamanan pada anak-anak, diantaranya:29

    a. Memanfaatkan waktu bercengkrama

    Kepercayaan diri umumnya dipengaruhi oleh kualitas waktu

    yang orangtua habiskan bersama anak, bukan jumlah waktu yang

    29 Ibid. hlm. 9-15

  • 33

    dihabiskan orangtua. Jika kita tidak memberi anak-anak waktu

    bercengkrama sepanjang hari, anak akan mulai bertingkah aneh. Anak

    menganggap perhatian negatif itu lebih baik daripada merasa

    diabaikan. Sehingga orangtua menggunakan tindakan, tidak hanya

    sekedar kata-kata.

    b. Memberi anak cara-cara yang benar untuk merasa kuat

    Cara untuk membantu mereka agar merasa kuat dan bernilai

    adalah meminta nasihat mereka, memberi mereka pilihan, mengizinkan

    mereka membantu orangtua menyelesaikan perhitungan belanja,

    meminta anak memasak (membantu) orangtua berbelanja.

    c. Menggunakan konsekuensi-konsekuensi alami

    Jika orangtua ikut campur ketika tidak perlu melakukannya,

    berarti kita merampok peluang yang dimilik anak untuk belajar dari

    konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul akibat perbuatannya.

    Dengan membiarkan mereka menghadapi konsekuensi-konsekuensi

    ini, orangtua tidak mengganggu hubungan anak dengan terlalu banyak

    mengingatkan.

    d. Menggunakan konsekuensi-konsekuensi logis

    Seringkali konsekuensi-konsekuensi logis muncul jauh di masa

    yang akan datang dengan memakai konsekuensi alamiah. Jika itu yang

    terjadi, maka konsekuensi-konsekuensi logis memang efektif. Sebuah

    konsekuensi untuk anak harus secara logis dikaitkan dengan

    perilakunya agar konsekuensi itu berfungsi.

  • 34

    e. Menjauh dari konflik

    Jika anak sedang menguji orangtua melalui perilaku yang

    membuat marah atau berbicara tanpa hormat kepada orangtua, maka

    langkah terbaik adalah meninggalkan kamar. Tidak pergi dalam

    keadaaan marah atau kalah.

    f. Memisahkan antara perbuatan dari yang berbuat

    Menjauhkan perkataan kepada anak bahwa dia nakal, karena

    akan merusak harga dirinya. Membantu anak untuk menyadarinya

    bahwa yang dibenci bukan dia melainkan perbuatannya.

    g. Bersikap ramah sekaligus tegas

    Memastikan bahwa orangtua penuh kasih saat menjemput anak,

    namun bertindak tegas dengan menjemput anak secepat mungkin jika

    waktunya habis tanpa mengomel lagi.

    h. Orangtua dengan tujuan di kepala

    Kebanyakan dari Orangtua telah menggunakan pola pikir untuk

    dapat mengendalikan situasi dengan sesegera mungkin. Namun hal ini

    dapat mengakibatkan anak-anak terlalu dikekang. Sebagai Orangtua

    kita berpikir bagaimana agar anak kita menjadi dewasa, maka kita akan

    sering merenung dengan cara itu saat mendidik.

    i. Bersikap konsisten

    Anak akan belajar untuk lebih menghormati orangtua jika

    orangtua tersebut serius dengan ucapannya dan lebih bersikap

    konsisten pada anak. Hal tersebut seperti firman Allah SWT yang

    berbunyi:

  • 35

    !$ yx. $ u=yr& 6 Z u 6 i (# = Gt 3 n= t $ o Gt#u 6j. t u 6 k=y u |=tG 3 9$# sy6 t:$# u 3 k= y u $ s9 (# 3s? t n= s?

    Artinya: Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami

    kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.(QS. Al-Baqarah; 151)30

    Setelah kita telaah beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

    pentingnya pola asuh orangtua bagi anak adalah bagi penentuan anak

    untuk masa depannya, karena orangtua mempunyai tanggung jawab untuk

    dapat membimbing dan mengarahkan anak-anaknya kepada hal-hal yang

    bersifat positif. Disamping itu, orangtua juga berperan aktif dalam

    pendidikan anak, terutama dalam hal pendampingan belajar anaknya.

    Kehadiran orangtua pada saat mereka belajar sangat berarti, dengan tujuan

    supaya anak dapat termotivasi saat mereka sedang melakukan aktivitas

    belajar.

    4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orangtua

    Dalam setiap keluarga, terutama orangtua memiliki norma dan alasan

    tertentu dalam menerapkan pola asuh kepada anak-anaknya. Menurut

    Mussen, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orangtua

    yaitu:31

    30 Al-Quran dan Terjemahannya, op.cit, hlm 45

    31 Mussen, Op.cit, hlm. 392

  • 36

    a. Lingkungan tempat tinggal

    Lingkungan tempat tinggal akan mempengaruhi cara orangtua

    dalam menerapkan pola asuh. Hal ini dapat dilihat jika suatu keluarga

    yang tinggal di kota besar, kemungkinan orangtua akan banyak

    mengontrol anak karena merasa khawatir, misal: melarang anaknya

    pergi kemana-mana sendiri. Sedangkan keluarga yang tinggal di

    pedesaan, kemungkinan orangtua tidak begitu khawatir anaknya pergi

    sendirian.

    b. Sub kultur budaya

    Budaya di lingkungan tempat tinggal keluarga menetap akan

    mempengaruhi pola asuh orangtua. Hal ini dapat dilihat dari pendapat

    Bunruws yang menyatakan bahwa banyak orangtua di Amerika Serikat

    yang memperkenankan anak-anaknya untuk mempertanyakan tindakan

    orangtua dan mengambil bagian dalam argumentasi tentang aturan dan

    standart moral. Di Meksiko, perilaku seperti itu akan dianggap tidak

    sopan dan tidak pada tempatnya.32

    c. Status sosial ekonomi

    Status sosial akan mempengaruhi pola asuh orangtua. Keluarga

    dari kelas sosial yang berbeda, tentu juga mempunyai pandangan yang

    berbeda pula bagaimana cara menerapkan pola asuh yang tepat dan

    dapat diterima bagi masing-masing anggota keluarga.

    32 Mussen, Op.cit, hlm. 393

  • 37

    Pendapat di atas juga didukung Mindel yang menyatakan bahwa ada

    beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola asuh orangtua

    dalam keluarga, diantaranya:33

    a. Budaya setempat

    Lingkungan masyarakat di sekitar tempat tinggal memiliki peran

    yang cukup besar dalam membentuk arah pengasuhan orangtua

    terhadap anaknya. Dalam hal ini mencakup segala aturan, norma, adat

    dan budaya yang berkembang di dalamnya.

    b. Ideologi yang berkembang dalam diri orangtua

    Orangtua yang mempunyai keyakinan dan ideologi tertentu

    cenderung untuk menurunkan kepada anak-anaknya dengan harapan

    bahwa nantinya nilai dan ideologi tersebut dapat tertanam dan

    dikembangkan oleh anak dikemudian hari.

    c. Letak geografis dan norma etis

    Letak suatu daerah serta norma yang berkembang dalam

    masyarakat memiliki peran yang cukup besar dalam membentuk pola

    asuh orangtua. Penduduk pada dataran tinggi tentu memiliki perbedaan

    karakteristik dengan penduduk dataran rendah sesuai tuntutan dan

    tradisi yang dikembangkan pada tiap-tiap daerah.

    d. Orientasi religius

    Arah dan orientasi religiusitas dapat menjadi pemicu

    diterapkannya pola asuh dalam keluarga. Orangtua yang menganut

    33 Walker, Handbook of Clinical Child Psychology, (Canada: A. Wiley-Inter Science

    Publication, 1992), hlm. 3

  • 38

    agama dan keyakinan religius tertentu senantiasa berusaha agar anak

    pada akhirnya nanti juga dapat mengikutinya.

    e. Status ekonomi

    Hal ini juga mempengaruhi pola asuh orangtua. Dengan

    perekonomian yang cukup, kesempatan dan fasilitas yang diberikan

    serta lingkungan material yang mendukung cenderung mengarahkan

    pola asuh orangtua menuju perlakuan tertentu yang dianggap orangtua

    sesuai.

    f. Bakat dan kemampuan orangtua

    Orangtua yang memiliki kemampuan komunikasi dan

    berhubungan dengan cara yang tepat dengan anaknya cenderung akan

    mengembangkan pola asuh yang sesuai dengan diri anak.

    g. Gaya hidup

    Suatu norma yang dianut sehari-hari sangat dipengaruhi faktor

    lingkungan yang mengembangkan suatu gaya hidup. Gaya hidup

    masyarakat di desa dan di kota besar cenderung memiliki ragam dan

    cara yang berbeda dalam mengatur interaksi orangtua dan anak.

    Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang

    mempengaruhi pola asuh orangtua yaitu adanya hal-hal yang bersifat

    internal (seperti: ideologi yang berkembang dalam diri orangtua, bakat dan

    kemampuan orangtua, orientasi religius serta gaya hidup) dan eksternal

    (seperti: lingkungan tempat tinggal, budaya setempat, letak geografis

  • 39

    norma etis dan status ekonomi). Hal itu menentukan pola asuh terhadap

    anak-anak untuk mencapai tujuan agar sesuai dengan norma yang berlaku.

    B. Prestasi Belajar

    1. Pengertian Prestasi Belajar

    Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,

    diciptakan baik secara individual maupun kelompok. Ada beberapa

    definisi prestasi menurut para ahli adalah sebagai berikut;

    Menurut WJS Poerwadarminta berpendapat, bahwa prestasi adalah

    hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).34

    Sedangkan menurut Mas'ud Khasan Abdul Qahar, prestasi adalah apa yang

    telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati

    yang diperoleh dengan jalan keuletan bekerja.35 Sementara Nasrun

    Harahap, prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan

    kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang

    disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.36

    Sedangkan menurut Bloom prestasi belajar adalah proses belajar yang

    dialami siswa dan menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan,

    pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis dan evaluasi.37

    Dari beberapa pengertian prestasi yang dikemukakan para ahli di

    atas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan,

    34 WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1982),

    hlm. 773 35

    Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional; 1994), hlm. 21

    36 Ibid., hlm, 21

    37 Reni Kbar Hawadi, Akselerasi (Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta

    2004), hlm 68

  • 40

    namun intinya sama, yakni hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk

    itu dapat difahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang

    telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh

    dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok

    dalam bidang kegiatan tertentu.

    Jadi prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-

    kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu maupun

    kelompok sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar.

    Pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses yang dilalui oleh

    individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku ke arah yang lebih

    baik sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan

    lingkungan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dapat terjadi

    melalui usaha mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati,

    memikirkan, menghayati, meniru, melatih atau mencoba sendiri dengan

    pengajaran atau latihan. Adapun perubahan tingkah laku sebagai hasil

    belajar tersebut relatif tetap dan bukan hanya perubahan yang bersifat

    sementara. Tingkah laku mengalami perubahan menyangkut semua aspek

    kepribadian, baik perubahan pengetahuan, kemampuan, keterampilan,

    kebiasaan, sikap dan aspek perilaku lainnya.

    Agar manusia senantiasa tumbuh dan berkembang, seseorang pasti

    memerlukan kegiatan belajar. Sebagian orang beranggapan bahwa yang

    dimaksud belajar adalah mencari atau menuntut ilmu. Aliran modern

    dewasa ini memberikan pengertian belajar adalah perubahan yang terjadi

    dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Walaupun pada

  • 41

    kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar, misalnya:

    perubahan fisik, mabuk gila dan sebagainya.38

    Dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang

    diperoleh, artinya belajar harus dilakukan dengan usaha sendiri adapun

    orang lain itu hanya sebagai pembantu atau penunjang dalam kegiatan

    belajar agar belajar dapat berjalan dengan baik dan akhirnya hasilnya juga

    baik.

    Surya menyatakan bahwa pengertian dari belajar adalah suatu

    proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan

    tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman

    individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.39 Dan dalam

    bukunya ANITA WOOLFOLK menjelaskan bahwa learning is process

    through which experience causes permanent change in knowledge or

    behavior.40

    Secara umum belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan

    tingkah laku yang relatif menetap terjadi sebagai hasil dari pengalaman

    atau tingkah laku. Yang dimaksud dengan pengalaman adalah segala

    kejadian yang secara sengaja dialami oleh setiap orang. Sedangkan latihan

    merupakan kejadian yang dengan sengaja dilakukan setiap orang secara

    berulang-ulang.41

    38 Pupuh Fathurrohman, Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman

    Konsep Umum dan Konsep Islami (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), hlm 6 39

    Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 8

    40 Anita Woolfolk., Educational Psychology (Printed in the United States of America

    2004). Page.198 41

    Muhaimin, Abd Ghofir, Nur Ali Rahman, Strategi Belajar Mengaja, (Surabaya: CV. Citra Media karya anak Bangsa, 1996), hlm. 43

  • 42

    Menurut Rebber dalam kamus susunannya yang tergolong modern,

    Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi.

    Pertama, belajar adalah The process of acquiring knowledge, yakni proses

    memperoleh pengetahuan. Pengetahuan ini biasanya lebih sering dipakai

    dalam pembahasan psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli dipandang

    kurang repsentatif karena tidak mengikutsertakan perolehan ketrampilan

    non kognitif. Kedua, belajar adalah A relatively permanent change in

    respons potentiality which occurs as a result of reinforces practice, yaitu

    suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatife langgeng sebagai hasil

    latihan yang diperkuat.42

    Pandangan agama khususnya islam bahwa belajar adalah proses

    kerja sistim memori (akal), dan proses dikuasainya pengetahuan dan

    ketrampilan oleh manusia. Namun islam, dalam hal penekanannya

    terhadap signifikansi fungsi kognitif dan fungsi sensori sebagai alat

    penting untuk belajar, sangat belajar seperti halnya, ya'qilun,

    yatafakkarun, yubshirun, yasma'un.43

    2. Macam-macam Prestasi Belajar

    Adapun macam-macam prestasi belajar antara lain;

    a. Prestasi yang bersifat kognitif 44

    Yang termasuk dalam prestasi yang bersifat kognitif yaitu; ingatan,

    pemahaman, penerapan, pengamatan, analisis, sintesis dan lain-lain.

    42 Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) hlm.

    91 43

    Ibid., hlm. 101 44

    Muhibbin Syah, Op.Cit hlm 154

  • 43

    Misalnya seorang siswa mampu menyebutkan materi pelajaran yang sudah

    dipelajari pada minggu lalu maka siswa tersebut bisa dikatakan potensi

    dalam kognitifnya dan lain sebagainya.

    b. Prestasi yang bersifat afektif

    Yang termasuk dalam prestasi afektif adalah yaitu sikap

    menghargai, penerimaan, penolakan dan lain-lain. Misalnya seorang siswa

    dapat menunjukkan sikap menerima dan menolak terhadap sustu

    pernyataan atau suatu permasalahan dan lain-lain. Itu bisa dikatakan

    bahwa siswa mengalami prestasi afektif.

    c. Prestasi yang bersifat psikomotorik

    Yang termasuk prestasi yang bersifat psikomorik siswa yaitu;

    kecakapan ekspresi verbal dan non verbal, ketrampilan bergerak dan

    bertindak. Misalnya seorang siswa menerima tentang adab sopan santun

    kepada orangtua, maka si anak mengaplikasikan pelajaran tersebut ke

    dalam kehidupan sehari-hari.

    3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

    Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain:

    a. Internal siswa

    Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi belajar, termasuk

    kedalam faktor internal, yakni faktor dari diri dalam siswa. Faktor ini

    terdiri dari dua aspek antara lain: 45

    45 Ibid., hlm. 127

  • 44

    1) Aspek Fisiologis

    Aspek fisiologis yang mempengaruhi belajar berkenaan dengan

    keadaan dengan keadaan dan kondisi umum jasmani seseorang,

    misalnya menyangkut kesehatan atau kondisi tubuh, seperti sakit atau

    terjadinya gangguan pada fungsi-fungsi tubuh. Aspek ini juga

    menyangkut kebugaran tubuh. Tubuh yang kurang prima, akan

    mengalami kesulitan belajar. Untuk menjaga kondisi tubuh, dianjurkan

    untuk menjaga atau mengatur pola istirahat yang baik dan mengatur

    menu makanan atau mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi.

    Dalam perspektif Islam makanan yang harus dikonsumsi adalah

    makanan yang halal dan baik. Apabila sisiwa terbiasa mengasumsi

    makanan yang haram atau tidak baik, akan mengalir darah yang tidak

    baik. Kondisi ini sedikit banyak akan mempengaruhi kepada belaja.

    Karena di dalam tubuh yang mengalir darah haram, menyebabkan cara

    berfikir yang kurang baik, sulit berkonsentrasi, semua itu bisa

    terefleksi pada prilaku yang tidak baik dalam belajar.

    2) Aspek Psikologis

    Proses belajar merupakan hal yang kompleks. Siswalah yang

    menentukan terjadi dan tidak terjadinya belajar. Untuk bertindak

    belajar siswa menghadapi masalah-masalah secara intern. Jika siswa

    tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak belajar dengan baik.

  • 45

    Faktor intern dalam aspek psikologis yang dialami dan dihayati oleh

    siswa yang berpengaruh pada proses belajar sebagai berikut:46

    a. Intellegensi siswa

    Intellegensi merupakan kecakapan yang terdiri dari tiga

    jenis, yaitu: pertama. Kecakapan untuk menghadapi dan

    menyesuaikan diri kedalam situasi yang baru denagn cepat dan

    efektif Kedua. Mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang

    abstrak secara efektif, Ketiga. Mengetahui relasi dan

    mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi juga merupakan

    kemampuan psikologis untuk mereaksi rangsangan atau

    menyesuaikan dri dengan dengan lingkungan dengan cara yang

    tepat.

    Dengan demikian, intelegensi bukan persoalan kualitas otak

    saja, melainkan juga kualitas organorgan tubuh yang lainnya.

    Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan dan hasil

    belajar.47

    b. Perhatian siswa

    Gazali dalam Salameto menyatakan bahwa perhatian

    merupakan keaktifan jiwa yang dipertinggi. Jiwa itu semata-mata

    tertuju kepada suatu objek. Untuk memperoleh hasil belajar yang

    baik, siswa harus memberi perhatian pada bahan yang

    dipelajarinya, karena apabila bahan pelajaran tidak menjadi

    perhatian bagi siswa akan menimbulkan kebosanan, sehingga

    46 Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran(Bandung : Penerbit Rineka Cipta,

    1997) hlm 238 47

    Tohirin. Op.cit., hlm. 129

  • 46

    yang bersangkutan tidak suka lagi belajar. Supaya timbul perhatian

    siswa terhadap bahan pelajaran.

    Proses timbulnya perhatian ada dua cara, yaitu perhatian

    yang timbul dari keinginan dan bukan dari keinginan (volitional

    and nonvolitional attention). Perhatian volitional memerlukan

    usaha sadar dari individu untuk menangkap suatu gagasan atau

    objek, sedangkan perhatian nonvolisional timbul tanpa kesadaran

    kehendak.

    Islam memandang perhatian sebagai tindakan penting dan

    sifat acuh merupakan aktifitas yang tidak terpuji dan merupakan

    tanda tidak bersyukur kepada Allah swt. Berkenaan dengan

    perhatian. Al-Qur'an banyak menegaskan agar manusia

    memperhatikan ayat-ayat atau tanda-tanda kekuasaannya. Ayat Al-

    Qur'an yang menegaskan tentang perhatian antara lain adalah surat

    Al-A'araf (7):204.

    #s )u % #u ) 9 $# (# tG $$s s9 (#F r& u 3 =y s9 t xq?

    Artinya: Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat (QS. Al-Araf; 204)48

    c. Sikap siswa

    Sikap merupakan kemampuan memberikan penialaian

    tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian

    adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap

    48 Al-Quran dan terjemahannya DEPAG RI. (Semarang; Karya Toha Putra). Hlm. 336

  • 47

    menerima, menolak, atau mengabaikan. Siswa memperoleh

    kesempatan belajar.49 Dan sikap dalam siswa yakni adakalanya

    positif dan negatif sikap siswa yang positif terutama kepada anda

    dan mata pelajaran yang anda sajkan merupakan, sikap negative

    siswa terhadap anda dalam mata pelajaran anda, apalagi serta

    diiringi dengan kebencian kepada anda dan mata pelajaran anda

    dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.50

    d. Bakat siswa

    Bakat adalah kemampuan potensional yang dimiliki

    seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan

    datang.

    Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki

    bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai

    ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi,

    secara global itu bakat mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya

    seorang anak yang berintelegensi sangat cerdasdisebut juga

    sebagai anak talented child. Yakni anak berbakat. Dan dalam

    perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai

    kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa

    banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.51

    e. Minat siswa

    Hilgard menyatakan minat adalah : interestis persiting

    tendency to pay attention to and enjoy some activity or content.

    49 Dimyati. Op.cit., hlm. 239

    50 Muhibbin Syah. Op.Cit., hlm. 135

    51 Ibid., hlm 135

  • 48