pengaruh perubahan logo (rebranding) terhadap …digilib.unila.ac.id/48587/3/3. skripsi full tanpa...
TRANSCRIPT
PENGARUH PERUBAHAN LOGO (REBRANDING)TERHADAP CITRA KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
(Studi pada Mahasiswa KedokteranUniversitas Lampung Angkatan 2014)
(Skripsi)
Oleh
GAGAH PRASCOYO1316031028
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG2018
ABSTRAK
PENGARUH PERUBAHAN LOGO (REBRANDING)TERHADAP CITRA KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
(Studi Pada Mahasiswa Fakultas KedokteranUniversitas Lampung Angkatan 2014)
Oleh
Gagah Prascoyo
Logo baru Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menandaiwarna dan semangat baru dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Perubahanlogo (rebranding) tersebut berpengaruh terhadap identitas yang digunakan untukmenggambarkan citra dan karakter Kemenkes RI. Penelitian ini betujuan untukmenjelaskan pengaruh rebranding terhadap citra Kemnkes RI. Metode penelitianyang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei dengan tipe penelitiankuantitatif dan didukung oleh konsep rebranding. Variabel yang digunakan yaituvariabel x: perubahan logo (bentuk, warna, dan tipografi); variabel y: citraKemenkes RI, dengan sebaran kuesioner sebanyak 70 responden dan dianalisamenggunakan regresi linear sederhana. Hasil regresi linear sederhanamenunjukkan pengaruh yang signifikan antara rebranding terhadap citraKemenkes RI dengan hasil sebesar 11% yang berarti jika perubahan logo bernilai1 maka akan berpengaruh terhadap citra Kemenkes RI sebesar 11% sedangkansisanya 89% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak menjadi bagian dalampenelitian ini.
Kata kunci : Logo, Rebranding, Citra Kemenkes RI.
ABSTRACT
EFFECTS OF REBRANDING TOTHE IMAGE OF MINISTRY OF HEALTH
REPUBLIC OF INDONESIA
(Study of Medical Faculty Students in Lampung University)
By
Gagah Prascoyo
The new logo of the Ministry of Health Republic of Indonesia (MH RI) marks thenew color and spirit in health development in Indonesia. The rebranding affectsthe identity used to describe the image and character of MH RI. This study aims toexplain the influence of rebranding on the image of MH RI. The method used inthis research is survey with quantitative research type and supported byrebranding concept. There are three dimensions of the variable X, those areshape, color, and typography. On the other hand, there is only one dimension ofthe variable Y which are image of MH RI. The data were obtained by using thequestionnaire of 70 respondents and analyzed using simple linear regression. Theresults of simple linear regression show that there is a significant influencebetween rebranding on the image of MH RI with a result of 11%. It means if therebranding in logo is worth 1 it will affect the image of MH RI 11% while theremaining 89% influenced by other factors that are not part of this research.
Keywords : Logo, Rebranding, Image of MH RI.
PENGARUH PERUBAHAN LOGO (REBRANDING)TERHADAP CITRA KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
(Studi pada Mahasiswa Fakultas KedokteranUniversitas Lampung Angkatan 2014)
Oleh
GAGAH PRASCOYO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarGelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Pada
Jurusan Ilmu KomunikasiFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG2018
SANWACANA
Alhamdulillah segala puji hanya untuk Allah SWT atas segala berkat dan rahmat
serta karunia-Nya yang telah diberikan dan shalawat serta salam kepada
Rasulullah SAW yang selalu dinantikan syafa’atnya di yaumul akhir sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi dengan judul
“Pengaruh Perubahan Logo (Rebranding) Terhadap Citra Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia (Studi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung Angkatan 2014)” disusun sebagai salah satu syarat mencapai gelar
sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom) Universitas Lampung. Selama proses
penulisan skripsi ini penulis menyadari keterbatasan kemampuan yang dimiliki
peneliti. Oleh karena itu peneliti banyak memperoleh bimbingan, saran, gagasan
dan masukan dari berbagai pihak yang sangat membantu bagi penulisan karya ini.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Syarief Makhya, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
2. Ibu Dhanik Sulistyarini, S.Sos, M.Comn&MediaSt., selaku Ketua Jurusan
Ilmu Komunikasi, Dosen Pembimbing Utama, dan Dosen Pembimbing
Akademik. Terimakasih telah menjadi ibu yang sabar dan pengertian, terutama
2
atas waktu yang dihabiskan dalam memberikan masukan, kritikan dan saran
selama proses perkuliahan dan penyelesaian skripsi.
3. Ibu Wulan Suciska, S.I.Kom., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Komunikasi. Terimakasih telah banyak membantu memberikan bimbingan,
masukan dan saran saat pengajuan judul penelitian skripsi saya.
4. Ibu Anna Gustina, S.Sos., M.Si., selaku Dosen Pembimbing saya.
Terimakasih atas perhatian dan nasihatnya selama bimbingan.
5. Bapak Dr. Andy Corry Wardhani, S.Sos., M.Si., selaku Dosen Pembahas.
Terimakasih atas kesabarannya selama masa bimbingan. Banyak ilmu,
pengalaman, dan motivasi berharga yang saya dapat dari Beliau yang menjadi
bekal saya di masa depan.
6. Seluruh Dosen, Staff Administrasi, dan Karyawan FISIP Universitas
Lampung, khususnya Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis
demi menyelesaikan penulisan skripsi.
7. Ibu dan Bapak, yang telah memberikan dan mengorbankan segalanya
khususnya untuk perkuliahan saya.
8. Saudara kandung saya, Mba Mita dan Mba Tia, yang telah memberikan
dorongan dan semangat dalam menyelesaikan studi perkuliahan.
9. Teman-teman yang telah membantu menyusun dan mengkoreksi skripsi saya,
Fachreza, Adi, Erig, Retno, Metha, Fia, dan Osy.
10. Sahabat-sahabat baik saya, Eka, Ridho, Sigit, Amsal, Leo, Diwang, Ilham,
Jonathan, Ladi, Silvi, Vina, Raditha, yang telah mewarnai hari-hari saya
dengan canda tawa.
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ....................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang .................................................................................. 11.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 111.3. Tujuan Penelitian............................................................................... 111.4. Manfaat Penelitian............................................................................. 11
II. TINJAUAN PUSTAKA2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu .......................................................... 122.2. Tinjauan Logo ................................................................................... 17
2.2.1. Logo ....................................................................................... 172.2.2. Unsur-Unsur Desain............................................................... 19
2.3. Tinjauan Tentang Identitas Perusahaan............................................. 212.3.1. Identitas Perusahaan............................................................... 212.3.2. Teknik Penampilan Identitas.................................................. 232.3.3. Tujuan Menciptakan Identitas Perusahaan ............................ 252.3.4. Mengefektifkan Identitas Perusahaan .................................... 25
2.4. Citra Perusahaan................................................................................ 272.5. Konsep Rebranding (Perubahan Logo)............................................. 302.6. Asosiasi dan Psikologi Warna........................................................... 342.7. Tipografi............................................................................................ 37
2.7.1. Pedoman Penggunaan Huruf.................................................. 372.7.2. Klasifikasi Huruf.................................................................... 39
2.8. Kerangka Pemikiran.......................................................................... 412.9. Hipotesis............................................................................................ 43
ii
III. METODE PENELITIAN3.1. Tipe Penelitian................................................................................... 443.2. Metode Penelitian.............................................................................. 443.3. Batasan Operasional .......................................................................... 453.4. Definisi Operasional.......................................................................... 453.5. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................ 49
3.5.1. Populasi.................................................................................. 493.5.2. Sampel.................................................................................... 49
3.6. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 503.6.1. Kuesioner ............................................................................... 503.6.2. Studi Pustaka.......................................................................... 51
3.7. Skala Data dan Penentuan Skor ........................................................ 513.8. Teknik Pengolahan Data .................................................................. 513.9. Teknik Analisis Data ........................................................................ 523.10. Teknik Pengujian Instrumen ........................................................... 54
3.10.1. Uji Validitas Kuesioner ....................................................... 543.10.2. Uji Reliabilitas Kuesioner .................................................. 56
3.11. Uji Hipotesis.................................................................................... 57
IV. GAMBARAN UMUM4.1. Profil Kementerian Kesehatan......................................................... 59
4.1.1. Visi dan Misi ....................................................................... 594.2. Tugas dan Fungsi............................................................................. 624.3. Logo dan Makna Logo Kementerian Kesehatan RI........................ 65
4.3.1. Logo Kementerian Kesehatan RI ........................................ 654.3.2. Makna dan Arti Warna Logo............................................... 654.3.3. Penggunaan Logo beserta Tulisan Kementerian Kesehatan 684.3.4. Rasio Ukuran Penggunaan Logo ......................................... 69
V. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN5.1. Hasil Penelitian................................................................................ 71
5.1.1. Hasil Uji Validitas Instrumen Pengaruh Perubahan LogoTerhadap Citra Kementerian Kesehatan RI......................... 71
5.1.2. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Pengaruh Perubahan LogoTerhadap Citra Kementerian Kesehatan RI......................... 72
5.1.3. Karakteristik Responden...................................................... 735.1.4. Analisis Jawaban Instrumen Pengaruh Perubahan Logo
Terhadap Citra Kementerian Kesehatan RI......................... 74
iii
5.1.5. Hasil Analisis Pengaruh Perubahan Logo Terhadap CitraKementerian Kesehatan RI.................................................. 87
5.1.6. Hasil Analisis Pengaruh Logo Setiap Dimensi ................... 885.1.7. Hasil Uji Hipotesis .............................................................. 90
5.2. Pembahasan Penelitian .................................................................... 93
VI. KESIMPULAN DAN SARAN6.1. Kesimpulan...................................................................................... 1006.2. Saran................................................................................................ 101
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 15
3.1. Definisi Operasional ................................................................................. 41
5.1. Hasil Uji Validitas .................................................................................... 72
5.2. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ............................................................... 73
5.3. Rincian Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin ....................... 73
5.4. Bentuk Logo Baru Kementerian Kesehatan RI ........................................ 75
5.5. Tiga Bidang Berwarna Biru Turquoise..................................................... 75
5.6. Bidang Berbentuk Hati ............................................................................. 76
5.7. Bentuk Inisial Huruf “K” .......................................................................... 77
5.8. Lima Ujung Bidang yang Membulat ........................................................ 77
5.9. Bentuk Garis Busur Panah........................................................................ 78
5.10. Kemenarikan Bentuk Logo Kementerian Kesehatan RI........................... 78
5.11. Kesederhanaan Bentuk Logo Kementerian Kesehatan RI........................ 79
5.12. Warna Biru Turquoise pada Logo Kementerian Kesehatan RI ................ 80
5.13. Warna pada Logo Kementerian Kesehatan RI ......................................... 80
5.14. Warna Hitam pada Logo Kementerian Kesehatan RI .............................. 81
5.15. Kombinasi Warna Logo Kementerian Kesehatan RI ............................... 81
5.16. Kemenarikan Warna Logo Baru Kementerian Kesehatan RI................... 82
5.17. Legibility pada Logo Kementerian Kesehatan RI..................................... 83
5.18. Readibility (Kemudahan Huruf untuk Dibaca pada Sebuah Layout) ....... 84
5.19. Jenis Huruf Mudah Dikenali..................................................................... 84
v
5.20. Jenis Huruf Memiliki Nilai Artistik.......................................................... 85
5.21. Kesesuaian Ukuran Huruf......................................................................... 85
5.22. Keterkenalan Logo Baru Kementerian Kesehatan RI............................... 86
5.23. Citra Positif Logo Baru Kementerian Kesehatan RI ................................ 86
5.24. Hasil Uji Regresi Linear Sederhana.......................................................... 87
5.25. Hasil Regresi Linear Setiap Dimensi........................................................ 88
5.26. Anova ........................................................................................................ 90
5.27. Hasil Uji Hipotesis Anova......................................................................... 91
5.28. F Tabel dengan Probabilitas 0,05 ............................................................. 91
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1. Logo Kementerian Kesehatan RI yang lama ............................................ 7
1.2. Logo Kementerian Kesehatan RI yang baru............................................. 8
2.1. Model Grid Analisis Citra......................................................................... 29
2.2. Bagan Kerangka Pikir ............................................................................... 43
4.1. Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan RI....................................... 64
4.2. Logo Kementerian Kesehatan RI.............................................................. 65
4.3. Bidang Warna Biru Turquoise .................................................................. 65
4.4. Bidang Warna Hijau Berbentuk Hati........................................................ 66
4.5. Bidang Berbentuk Inisial “K” ................................................................... 66
4.6. Lima Ujung Bidang yang Membulat ........................................................ 67
4.7. Garis Busur Panah .................................................................................... 67
4.8. Warna Biru Turquoise .............................................................................. 68
4.9. Warna Hijau Terang.................................................................................. 68
4.10. Logo dengan Tulisan “Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ....... 68
4.11. Logo dengan Tulisan “Kemenkes” ........................................................... 69
4.12. Rasio Ukuran Penggunaan Logo Kemenkes ............................................ 69
4.13. Rasio Logo dengan Tulisan di Bawah ...................................................... 70
4.14. Rasio Logo dengan Tulisan di Sebelah Kanan Logo................................ 70
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Identitas adalah sebuah jati diri bagi semua individu yang hidup di dunia ini.
Hal tersebut menjadi sebuah ciri yang melekat pada individu dan sebagai
pembeda dari individu lain. Jika tidak memiliki identitas kita akan kehilangan
jati diri dan sulit dikenali. Identitas juga sering dihubungkan dengan atribut-
atribut yang menempel pada individu tersebut seperti nama, agama, suku, ras,
ataupun hanya sekedar pakaian. Dua jenis atau lebih atribut tersebut dapat
melekat pada diri seseorang.
Ketika seseorang memiliki nama yang kebetulan sama, tentu atribut lain akan
menjadi penjelas dan pembeda bagi keduanya. Sebagai contoh, ketika kita
memiliki dua orang teman bernama Rizky, tentu kita harus paham atribut-
atribut yang melekat pada diri masing-masing. Selain dari namanya, untuk
mengenali orang yang dimaksud kita akan berlanjut melihatnya dari atribut
yang lain, seperti agama, suku, ataupun ras, akan tetapi hal tersebut sulit
dilihat secara langsung.
2
Identitas seorang individu dapat dengan mudah terlihat secara langsung
dengan melihat wajah ataupun perawakannya. Setiap individu memiliki
atribut-atribut pembentuk identitas yang berbeda-beda. Secara tidak langsung
hal-hal tersebut merepresentasikan diri mereka di hadapan orang lain. Orang
yang berpakaian baju koko, sarung, dan peci tentu kita akan melihatnya
sebagai seorang muslim.
Tak jauh berbeda dengan individu, sebuah perusahaan juga pasti memiliki
identitas. Di dalam pasar (market) yang penuh dengan perusahaan-perusahaan
besar dan kecil, masing-masing dari mereka bersaing untuk menarik perhatian
konsumen, identitas suatu perusahaan menjadi sangat penting terhadap
keberhasilan perusahaan tersebut. Banyak perusahaan sadar akan pentingnya
menciptakan dan mempertahankan sebuah corporate identity (identitas
perusahaan) yang kuat dan mantap, baik itu perusahaan produksi maupun jasa.
Semakin banyaknya jumlah perusahaan yang memproduksi barang maupun
menawarkan jasa yang sama dan bersaing dalam pasar yang bertambah luas,
sebuah corporate identity menjadi ciri yang menonjol dari sebuah perusahaan.
Rhenald Kasali (2003:110-114) menjelaskan identitas perusahaan atau
corporate identity disebut juga sebagai simbol perusahaan, baik itu berbentuk
logo perusahaan atau lambang lainnya. Simbol selain dimaksud agar lebih
mudah diingat oleh konsumen juga agar dijiwai oleh segenap karyawannya.
Simbol sangat penting bagi perusahaan yang bergerak di sektor jasa yang
menjaga pelayanan, kredibilitas, dan keramahan manusia di dalamnya.
3
Sedangkan Paul A. Argenti (2010: 78) menyebutkan bahwa identitas sebuah
perusahaan adalah manifestasi aktual dari realita perusahaan seperti yang
disampaikan melalui nama perusahaan, logo, moto, produk, layanan,
bangunan, alat-alat tulis, seragam, dan barang-barang bukti nyata yang
diciptakan oleh organisasi tersebut dan dikomunikasikan kepada beragam
konstituen. Konstituen kemudian membentuk persepsi berdasarkan pesan-
pesan yang perusahaan tersebut kirimkan dalam bentuk nyata. Jika citra-citra
tersebut dengan akurat mencerminkan realita perusahaan, program identitas
tersebut berhasil. Jika persepsi berbeda dari realita, maka strateginya tidak
efektif atau pemahaman diri perusahaan tersebut membutuhkan modifikasi.
Dengan demikian, dari kedua definisi identitas perusahaan diatas dapat ditarik
garis besarnya bahwa sebuah identitas perusahaan menjadi bukti keberadaan
dan keunikan sebuah perusahaan yang terlihat dari logo, moto, peralatan
perusahaan, seragam, hingga bangunan perusahaan tersebut. Suatu sistem
corporate identity digunakan untuk mengkomunikasikan keberadaan sebuah
korporasi, organisasi, institusi maupun golongan. Corporate Identity bukan
hanya sekedar identitas abstrak belaka, namun juga diaplikasikan menjadi
identitas visual mulai dari stationery, inventaris, seragam perusahaan sampai
dengan materi promosi.
Pada era modern seperti sekarang ini perusahaan semakin banyak
bermunculan. Banyak perusahaan yang memproduksi jenis barang yang sama.
Contohnya adalah perusahaan air minum mineral seperti Aqua, Tripanca,
4
Great, Grand, Nestle, Kangen Water, dll. Untuk itu maka diperlukan suatu
identitas untuk membedakan produksi perusahaan A dengan perusahaan B.
Ciri yang mudah dilihat adalah identitas visual yang dimiliki masing-masing
perusahaan.Kita mengenal yang disebut logo, merek dagang atau branding
yang digunakan untuk memasarkan barang-barang tersebut.
Corporate identity yang dulunya hanya bersifat dekoratif, sekarang telah
berkembang menjadi salah satu elemen penting dalam strategi perusahaan
yang mencerminkan rencana perusahaan secara matang.Argenti (2010:79)
menyebutkan bahwa disamping nama, logo merupakan elemen kunci dari
identitas organisasi, dan perlu diperlakukan sepantasnya. Corporate identity
yang baik tentunya harus sejalan dengan strategi dan rencana dari perusahaan
tersebut, selain itu juga mampu menciptakan cerminan dari suatu perusahaan,
yaitu bagaimana citra perusahaan di mata publik melalui produk, kegiatan
dan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.
Untuk itulah dibutuhkan sebuah identitas visual yang kuat sebagai sarana
untuk menciptakan image atau kesan yang ingin disampaikan. Dalam
menciptakan suatu corporate identity, seorang desainer komunikasi visual
harus mengetahui pesan, kesan, visi, dan misi yang ingin disampaikan oleh
perusahaan tersebut dan mengimplementasikannya pada identitas visual yang
diciptakan khususnya logo.
5
Logo adalah bentuk gambar atau simbol yang umum digunakan oleh bisnis
komersial, organisasi atau bahkan individu agar memiliki ciri khas yang
mudah dikenal oleh publik. Logo selain berbentuk gambar/simbol/ikon juga
diikuti oleh nama dari organisasi atau perusahaan. Dalam level komunikasi
massa dan penggunaan umum, biasanya logo perusahaan sama dengan merek
dagang atau brand yang mereka pasarkan.
Logo masuk kedalam ranah desain komunikasi visual. Sumbo Tinarbuko
(2015:5) menjelaskan desain komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari
konsep komunikasi dan ungkapan daya kreatif, yang diaplikasikan dalam
berbagai media komunikasi visual dengan mengolah elemen desain grafis
terdiri dari gambar (ilustrasi), huruf, warna, komposisi, dan layout. Seperti
wajah yang ada pada manusia, logo menjadi hal pertama yang dilihat dari
sebuah perusahaan. Tak hanya perusahaan profit saja, bahkan perusahaan non-
profit pun menggunakan logo sebagai identitas visual utama mereka.
Perusahaan berorientasi profit lebih mudah membentuk image perusahaan
mereka kepada khalayak karena mereka memiliki produk yang dapat
ditawarkan. Tetapi yang menarik adalah perusahaan-perusahaan non-profit
atau instansi-instansi pemerintah yang tidak memiliki produk yang dapat
ditawarkan tetapi mereka menawarkan sebuah bentuk pelayanan masyarakat.
Hal tersebut menjadi menarik untuk diteliti karena mereka harus tetap
membentuk image ditengah-tengah banyaknya perusahaan yang juga
melakukan hal serupa.
6
Banyak perusahaan/instansi yang merubah logo mereka karena perubahan-
perubahan yang terjadi di dalam perusahaan tersebut.Salah satu instansi yang
logonya cukup lama dikenal yakni, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah dibentuk sejak 19
Agustus 1945. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia merubah logo
mereka untuk mendapatkan pembaharuan dan terkesan lebih segar.
“Logo baru ini diharapkan mampu menambah warna baru dan semangat barudalam pembangunan kesehatan di Indonesia," kata Menteri Kesehatan(Menkes) RI (http://padk.kemkes.go.id/news/read/index/1/109/logo-baru-kemenkes diakses pada tanggal 16 Agustus 2017 pukul 23.42 WIB).
Logo tersebut bertujuan untuk: a) memperkuat visi dan misi Kementerian
Kesehatan; b) mempersatukan tekad, semangat, jiwa, cipta, rasa, dan karsa
seluruh pegawai di lingkungan Kementerian Kesehatan; c) meningkatkan
citra, wibawa, dan kepercayaan publik terhadap tugas dan fungsi Kementerian
Kesehatan; dan d) mendorong peningkatan sasaran kinerja pegawai
Kementerian Kesehatan (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2017).
Awalnya Kementrian Kesehatan Republik Indonesia memakai lambang bakti
husada. Lambang tersebut digambarkan oleh palang hijau dalam bunga
wijayakusuma dengan lima mahkota putih dan lima kelopak hijau itu,
bermakna pancakarsa husada yang melambangkan tujuan pembangunan
kesehatan sesuai dengan sistem kesehatan Nasional. Sejak 2 November 1984
silam, bakti husada ditetapkan oleh dr. Suwardjono Surjaningrat, selaku
Menteri Kesehatan pada waktu itu sebagai lambang kesehatan untuk upaya
7
kesehatan rakyat di seluruh Indonesia, tertuang dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI nomor 569/Menkes/Per/XI/1984. Lambang bakti husada
menggantikan pemakaian simbol palang hijau yang digunakan lebih dahulu
untuk usaha kesehatan rakyat di Indonesia.
Munculnya logo baru Kementerian Kesehatan RI tidak menggantikan posisi
bakti husada sebagai lambang upaya kesehatan di Indonesia. Logo baru hanya
diperuntukkan bagi unit vertikal yang kewenangannya berada langsung di
bawah Kementerian Kesehatan RI (http://www.depkes.go.id/
article/view/16120900003/inilah-makna-logo-baru-kemenkes-ri.html) diakses
pada tanggal 19 Oktober 2017 pukul 15:53 WIB.
Sebagai corporate identity tentu logo tersebut ditempelkan pada setiap
identitas yang dimiliki Kementerian Kesehatan. Mulai dari seragam, peralatan,
hingga kendaraan dinas yang digunakan semuanya memvisualisasikan logo
mereka. Hal tersebut tentu menjadi identitas agar masyarakat dan orang yang
melihat paham bahwa itu merupakan Kementerian Kesehatan RI.
Gambar 1.1. Logo Kementerian Kesehatan RI yang lama
Sumber: http://www.kemkes.go.id/
8
Setelah 32 tahun bertahan dengan logo mereka, akhirnya pada 14 November
2016, Kementerian Kesehatan RI resmi mengganti logo mereka. Logo tersebut
diresmikan setelah Kementerian Kesehatan RI melakukan sayembara logo.
Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Nila F Moeloek menjelaskan dengan adanya
sayembara pembuatan logo baru, akhirnya dipilih pemenang, yaitu Kunto
Baskoro. Ia berhasil merepresentasikan segala lini konsep dan program
kesehatan untuk Republik Indonesia pada logo baru tersebut.
Gambar 1.2. Logo Kementerian Kesehatan RI yang baru (sejak 14 November
2016)
Sumber: (http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/wp-content/uploads/ 2016/12/
logo-kemenkes_landscape.jpg)
Logo baru menampilkan tiga bidang warna biru turqoise yang melambangkan
3 Pilar Program Indonesia Sehat, yaitu: Penerapan Paradigma Sehat,
Penguatan Pelayanan Kesehatan, dan Jaminan Kesehatan Nasional. Bidang
warna hijau terang berbentuk hati melambangkan semangat universal yang
tulus dalam mewujudkan seluruh warga negara Indonesia yang sehat tanpa
membedakan suku bangsa, ras, sosial, dan budaya.Inisial K, mewakili bentuk
sederhana dari kata Kesehatan, makna verbal dari bidang lingkup kerja di
Kementerian ini.
9
Lima ujung bidang yang membulat, mewakili nilai-nilai Kementerian
Kesehatan RI, yaitu: Pro rakyat, Inklusif, Responsif, Efektif, dan Bersih serta
berlandaskan Pancasila.Garis busur panah, mewakili target dan tujuan institusi
Kementerian Kesehatan RI yakni mewujudkan Indonesia Sehat sesuai dengan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang pada dasarnya kesehatan
merupakan hak semua warga negara Indonesia dan merupakan tanggung
jawab bersama.
Pilihan warna biru turqoise melambangkan unsur sehat, kepercayaan, dan
Integritas. Warna hijau terang memberikan efek ramah, hangat, dan semangat
dalam melayani. Sedangkan warna hitam melambangkan makna tegas dan
formal selaku badan resmi negara dalam pembuat regulasi khususnya di
bidang kesehatan (http://www.depkes.go.id/article/view/16120900003/inilah-
makna-logo-baru-kemenkes-ri.html) diakses pada tanggal 16 Agustus 2017
pukul 00.13 WIB.
Citra perusahaan dari perubahan logo yang dilakukan Kementerian Kesehatan
RI dapat dilihat melalui respon masyarakat. Objek yang dipilih dalam
penelitian ini adalah yang memiliki homofili dengan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, yaitu yang terkait dengan bidang kesehatan. Selain itu,
tingkat pendidikan dan wilayah juga menjadi hal penting dalam menentukan
objek penelitian. Objek harus berkaitan dengan bidang kesehatan dan
memiliki pendidikan yang cukup baik dalam memahami pertanyaan penelitian
10
yang diajukan. Selain itu wilayah yang dipilih juga ditentukan jarak dan
kemampuan peneliti dalam melaksanakan penelitian.
Terdapat 2 Fakultas Kedokteran yang berada di Bandarlampung, yaitu
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan Fakultas Kedokteran
Universitas Malahayati. Berdasarkan website resmi milik Lembaga Akreditasi
Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) kedua Fakultas tersebut
sama-sama terakreditasi B di tahun 2017 dan berlaku hingga tahun 2022.
(lamptkes.org/akreditasi/pencarian)
Namun jika dilihat dari akreditasi Perguruan Tinggi, berdasarkan situs
banpt.or.id Universitas Lampung mendapatkan akreditasi A sementara
Universitas Malahayati mendapatkan akreditasi B. Karena hal tersebut,
peneliti menentukan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
sebagai objek penelitian.
Angkatan yang dipilih adalah mahasiswa angkatan 2014 karena telah
menyelesaikan kelas perkuliahannya namun masih dapat dijumpai dikampus.
Sehingga penentuan objek penelitian dianggap penulis sudah cukup tepat.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian dengan judul
“Pengaruh Perubahan Logo (Rebranding) Terhadap Citra Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia (Studi pada Mahasiswa Kedokteran Universitas
Lampung angkatan 2014)”.
11
1.2.Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah
pada penelitian ini yaitu, Apakah perubahan logo (Rebranding) berpengaruh
terhadap citra Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh perubahan logo baru
(rebranding) terhadap citra Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
1.4.Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini, manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1) Bagi Akademis
Penelitian ini diharapkan mampu memperkaya wacana dan konsep tentang
pengaruh perubahan logo (rebranding) terhadap citra kementerian.
2) Bagi Instansi/ Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat membantu mensosialisasikan logo baru
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
3) Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapakan dapat memperkenalkan kepada masyarakat
tentang logo Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang baru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan salah satu acuan penulis dalam melakukan
penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam
mengkaji penelitian yang dilakukan. Penelitian terdahulu memudahkan
penulis dalam menentukan langkah-langkah yang sistematis untuk
penyusunan penelitian dari segi teori dan konsep. Selain itu, penelitian ini
diharapkan dapat menghindari duplikasi dan pengulangan penelitian atau
kesalahan yang sama seperti yang dibuat oleh peneliti terdahulu.
Penlitian pertama dilakukan oleh Kartika Suci Lestari Parhusip (Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi, 2011) yang
berjudul Identitas Perusahaan dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional
Tentang Peranan Identitas Perusahaan Melalui Media Below The Line Dalam
Meningkatkan Citra Perusahaan PT Indosat Tbk Northern Sumatera Region
di Kalangan Mahasiswa FISIP USU). Penelitian ini memfokuskan pada
sejauh manakah Identitas Perusahaan berperan dalam meningkatkan Citra
Perusahaan PT Indosat Tbk Northern Sumatera Region dikalangan
mahasiswa FISIP USU.
13
Penelitian yang dilakukan mengenai peranan identitas perusahaan melalui
Media Below The Line dalam meningkatkan citra perusahaan PT Indosat Tbk
Northern Sumatera Region di kalangan mahasiswa FISIP USU. Analisa dan
interpretasi data dikelompokkan kepada dua hal, analisis deskriptif dan
analisis korelasional. Hipotesis yang diajukan adalah Ho : tidak terdapat
hubungan antara identitas perusahaan dalam meningkatkan citra perusahaan.
Ha : terdapat hubungan antara identitas perusahaan dalam meningkatkan citra
perusahaan. Dengan variabel yang diuji secara korelasional yaitu hubungan
antara promosi perusahaan dalam bentuk Marchandise dengan kemampuan
perusahaan dalam menyampaikan atau memperkenalkan produk perusahaan
melalui bidang identitas perusahaan.
Penelitian kedua dilakukan oleh Bagus Sulistio Hadi (Fakultas Ekonomi
Departemen Manajemen, 2011) yang berjudul Analisis Pengaruh Logo PT
TELKOM INDONESIA Tbk terhadap Pembentukan Brand Image pada
Mahasiswa S1 Reguler Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penelitian ini berfokus pada bagaimana responden mempersepsikan bentuk
lingkaran dan lima jari tangan pada logo Telkom Indonesia, yaitu jenis
huruf, warna, dan tagline terhadap citra merek perusahaan. Hasil dari
penelitian ini adalah jenis huruf, warna, dan slogan pada logo secara
bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembentukan
brand image. Sedangkan jenis huruf tidak berpengaruh signifikan.
14
Peneletian ketiga dilakukan oleh Darussalim Yulida Sari (Fakultas Ekonomi
Universitas Lampung 2013) yang berjudul PENGARUH PERUBAHAN
LOGO TERHADAP CITRA PERUSAHAAN (Studi Persepsi Konsumen PT
Pertamina (Persero) di Bandar Lampung). Penelitian tersebut menganalisis
pengaruh perubahan logo terhadap citra perusahaan PT Pertamina (Persero)
di Bandar Lampung. Hasil yang didapat menyatakan bahwa Variabel X
(perubahan logo) mempengaruhi variabel Y (citra perusahaan) sebesar 62,6%
dipengaruhi oleh variabel bentuk, warna, dan tipografi, sedangkan sisanya
37,4% dipengaruhi variabel-variabel di luar penelitian.
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Kontribusi padaPenelitian
PerbedaanPenelitian
1 Kartika Suci LestariParhusip (Skripsi 2011)
Identitas Perusahaan danCitra Perusahaan(Studi Korelasional TentangPeranan Identitas PerusahaanMelalui Media Below TheLine Dalam MeningkatkanCitra Perusahaan PT IndosatTbk Northern SumateraRegion di KalanganMahasiswa FISIP USU)
Terdapat peranan yangtinggi dari IdentitasPerusahaan dalammempengaruhi CitraPerusahaan.
Menjadi referensibagi penelitianpenulis sertamembantu dalamproses penyusunanpenelitian.
Penelitian ini adalahIdentitas Perusahaanmempengaruhi CitraPerusahaan.Sedangkan penelitianyang disusun penulisadalah pengaruhperubahan logoterhadap citra perusahaanKementerian KesehatanRI.
2 Bagus Sulistio Hadi (Skripsi2011)
Analisis Pengaruh Logo PTTELKOM INDONESIA Tbkterhadap PembentukanBrand Image padaMahasiswa S1 RegulerFakultas EkonomiUniversitas Sumatera Utara
Jenis huruf, warna, danslogan pada logo secarabersama-sama ber-pengaruh positif dansignifikan terhadappembentukanbrand image.Sedangkan jenis huruftidak berpengaruhsignifikan.
Menjadi referensibagi penelitianpenulis sertamembantu dalamproses penyusunanpenelitian.
Penelitian inimenganalisispengaruh logo PTTELKOM INDONESIATbk terhadappembentukan brandimage. Sedangkanpenelitian yangpenulis susun adalahpengaruh perubahanlogo terhadap citraperusahaanKementerianKesehatan RI.
15
3 Darussalim Yulida Sari(Skripsi 2013)
PENGARUHPERUBAHAN LOGOTERHADAP CITRAPERUSAHAAN (StudiPersepsi Konsumen PTPertamina (Persero) diBandar Lampung)
Variabel X (perubahanlogo) mempengaruhivariabel Y (citraperusahaan) sebesar62,6% dipengaruhi olehvariabel bentuk, warna,dan tipografi,sedangkan sisanya37,4% dipengaruhivariabel-variabel di luarpenelitian.
Membantu penelitidalam prosespenyusunanpenelitian.
Penelitian inimenganalisisperubahan logoterhadap citraperusahaan PTPertamina sedangkanpenelitian yangdisusun penulisadalah menganalisisperubahan logoterhadap citraKementerianKesehatan RI.
(sumber: Penelitian 2017)
16
17
2.2. Tinjauan Logo
2.2.1. Logo
Logo adalah huruf atau lambang yang mengandung suatu makna yang
terdiri atas satu kata atau lebih sebagai lambang atau nama perusahaan
(KBBI). Kusrianto (2007:232) mengatakan bahwa logo atau tanda
gambar merupakan identitas yang dipergunakan untuk
menggambarkan citra dan karakter suatu lembaga atau perusahaan
maupun organisasi, logotype atau tanda kata merupakan nama
lembaga, perusahaan, atau produk yang tampil dalam bentuk tulisan
yang khusus untuk menggambarkan ciri khas secara komersial.
Suatu logo yang ideal, secara keseluruhan merupakan suatu instrumen
rasa harga diri dan nilai-nilai yang mampu mewujudkan citra positif
dan bonafiditas. Pada akhirnya adalah refleksi citra bisnis perusahaan,
institusi, instansi dan lain sebagainya yang disimbolisasikan serta
direpresentasikan secara utuh dan total (Surianto, 2013: 8). Logo
merupakan perwakilan atau wajah dari suatu perusahaan untuk
mendapatkan efek yang positif terhadap citra perusahaan secara
keseluruhan. Untuk itu dalam menentukan atau merancang sebuah
logo memerlukan adanya suatu perencaan yang baik, karena salah satu
identitas perusahaan seperti logo dapat melakukan transformasi citra
yang menakjubkan dan mempengaruhi cara pandang keseluruhan
khalayak mengenai perusahaan.
18
Sebagus apapun logo itu, jika logo tidak dapat menunjukkan lembaga
yang diwakilinya, maka ia tidak lebih dari simbol-simbol tanpa arti.
Jika sebuah logo mewajibkan semua khalayak untuk menduga-duga
maknanya, maka logo itu gagal menjadi instrumen komunikasi.
Karena itulah, banyak perusahaan, khususnya yang berukuran besar,
tidak hanya mencantumkan nama, namun juga sebaris slogan yang
mengisyaratkan jenis bisnisnya, falsafah operasinya, atau reputasi
yang ingin diraihnya. Identitas perusahaan itu, merupakan salah satu
bentuk komunikasi yang paling tua. (Anggoro, 2000: 283).
Pertimbangan-pertimbangan tentang logo yang baik itu harus meliputi
beberapa hal yaitu (Kusrianto, 2007:234):
a) Orginal dan distinctive, memiliki nilai kekhasan, keunikan, dan
daya pembeda yang jelas.
b) Legible, atau memiliki tingkat keterbacaan yang cukup tinggi
meskipun diaplikasikan dalam berbagai ukuran dan media yang
berbeda-beda.
c) Simple, atau sederhana, yaitu mudah dimengerti dalam waktu yang
relatif singkat.
d) Memorable, atau cukup mudah untuk diingat, karena keunikannya,
bahkan dalam kurun waktu yang relatif lama.
e) Easily associated with the company, dimana logo yang baik akan
mudah menghubungkan dengan jenis usaha atau citra suatu
perusahaan.
19
f) Easily adabtable for all graphic media, yaitu faktor kemudahan
mengaplikasikannya (memasang) logo, baik yang menyangkut
bentuk fisik, warna, maupun konfigurasi logo pada berbagai media
grafis perlu diperhitungkan pada saat proses perancangan.
Secara visual, di dalam logo terdapat beberapa unsur yang juga
terdapat dalam desain.
2.2.2. Unsur-Unsur Desain
Anggraini S. & Nathalia (2014: 32-40) menyebutkan beberapa unsur-
unsur pada desain diantaranya
a) Garis (Line)
Garis adalah unsur dasar untuk membangun sebuah bentuk. Garis
merupakan salah satu unsur desain yang menghubungkan antara
satu titik poin dengan titik poin yang lain. Bentuknya dapat berupa
gambar garis lengkung (curve) atau lurus (straight).
Arah garis pun dapat diatur sesuai dengan citra yang ditampilkan.
Contohnya, garis lurus secara horizontal akan membuat segala
sesuatu terlihat lebih tenang, formal namun tetap professional.
Berbeda dengan garis vertikal yang memperlihatkan kesan
keseimbangan, stabil dan elegan. Pada sisi lain, garis dapat pula
menjadi sebuah fungsi atau pertanda seperti garis putus-putus yang
menandakan bagian yang dilipat atau dipotong.
20
b) Bentuk (Shape)
Bentuk adalah segala sesuatu yang memiliki diameter, tinggi, dan
lebar. Bentuk-bentuk dasar yang pada umumnya dikenal adalah
bentuk kotak (rectangle), lingkaran (circle), segitiga (triangle),
lonjong (elips), dan lain-lain. Pada kategori sifat, bentuk dapat
dikategorikan menjadi tiga: bentuk geometrik, bentuk natural,
bentuk abstrak.
c) Tekstur (Texture)
Tekstur adalah tampilan permukaan atau corak dari suatu benda
yang dapat dinilai dengan cara dilihat atau diraba. Penggunaan
tekstur pada desain, akan menambah pengalaman dan menjadi
nilai lebih dari sekedar estetik. Namun dalam desain grafis tidak
semua tekstur bersifat nyata (tekstur semu). Tekstur semu
merupakan sebuah tekstur yang dibuat secara visual dari suatu
bidang. Tekstur banyak digunakan untuk mengatur keseimbangan
pada desain.
d) Gelap Terang/ Kontras
Kontras merupakan warna yang berlawanan antara satu dengan
lainnya, terdapat perbedaan baik warna atau titik fokus. Dapat pula
berupa perbedaan antara gelap dan terang apabila tidak terdapat
warna. Warna yang kontras bisa didapatkan dari warna yang
berseberangan terdiri atas warna primer dan sekunder.
21
e) Ukuran (Size)
Ukuran dapat diartikan sebagai perbedaan besar kecilnya suatu
objek. Dengan menggunakan unsur ini, akan tercipta penekanan
(emphasis) pada objek desain yang hendak dibuat. Pemilihan
ukuran visual dalam membuat desain diperlukan agar dapat
memperhatikan bagian mana yang sangat penting, penting, dan
kurang penting.
f) Warna (Color)
Warna dapat menampilkan identitas atau citra yang ingin
disampaikan. Warna merupakan salah satu unsur yang dapat
menarik perhatian, meningkatkan mood menggambarkan citra
sebuah perusahaan, dan lainnya.
2.3. Tinjauan Tentang Identitas Perusahaan
2.3.1. Identitas Perusahaan
Elianor Selame (Sutojo, 2004: 13) mengatakan identitas perusahaan
adalah apa yang senyatanya ada pada atau ditampilkan oleh
perusahaan. Identitas menampilkan jati diri perusahaan. Identitas
merupakan pernyataan singkat perusahaan kepada masyarakat tentang
apa dan siapa mereka. Identitas perusahaan dapat membedakan
perusahaan yang satu dengan yang lain.
22
Identitas perusahaan dapat dilihat dari kombinasi logo, komposisi
warna, tipografi atau bentuk huruf, bentuk seragam pegawai, bentuk
khas peralatan, kendaraan dinas, fasilitas ataupun pelayanan yang
diberikan dari suatu perusahaan dan sebagainya, yang semuanya
mengidentifikasikan keunikan dan keberadaan suatu perusahaan
(Kotler, 2001: 882).
Identitas bukan citra, tetapi dapat membantu perusahaan mengingatkan
masyarakat tentang citra mereka. Identitas perusahaan dipergunakan
banyak konsumen sebagai jaminan mutu barang atau jasa yang mereka
beli. Identitas perusahaan dalam bentuk nama dan logo perusahaan
menjadi faktor penentu dalam penjualan produk, karena dari nama dan
logo konsumen mengetahui siapa produsen barang atau jasa yang
mereka beli.
Tony Yeshin (1998:287) menjelaskan, The corporate identity can
supply the focus for the organization and provide a unique position in
the marketplace. In many respects, the corporate identity reflects the
personalities and values which are associated with a company. Yang
kurang lebih berarti identitas perusahan dapat menambahkan fokus
organisasi dan dapat menjadi unik dalam pasar. Dalam banyak hal,
identitas perusahaan mencerminkan kepribadian dan nilai-nilai yang
terkait dengan perusahaan.
23
James R. Gregory (Sutojo 2004: 14), menyatakan identitas perusahaan
terdiri dari dua elemen pokok, yaitu nama dan logo. Gabungan nama
dan logo seringkali juga disebut simbol perusahaan (corporate
symbol). Walaupun identitas perusahaan terdiri dari dua elemen, ada
kalanya identitas hanya ditampilkan dalam bentuk logo saja, seperti
halnya Daimler Chrysler, produsen mobil-mobil Mercedes.
Sebagai sarana untuk menampilkan jati diri, nama dan logo
perusahaan dipasang di berbagai barang milik perusahaan, termasuk
kartu nama, kop surat, laporan tahunan, brosur, puncak gedung kantor
pusat dan cabang, badan kendaraan niaga, produk, kemasan produk,
webpage, iklan, pakaian dinas, dan sebagainya.
2.3.2. Teknik Penampilan Identitas
Sutojo (2004: 19-20) menjelaskan bahwa identitas memuat makna
tertentu yang ingin disampaikan perusahaan kepada masyarakat. Ada
tiga pilihan teknik bagaimana menampilkan identitas perusahaan.
a) Monolitik,
Dalam teknik monolitik nama, logo atau nama dan logo
perusahaan yang sama dipergunakan di semua media yang
menampilkan identitas. Termasuk dalam identitas adalah kop
surat, laporan tahunan, iklan, dan sebagainya. Nama dan logo yang
sama dipergunakan untuk menampilkan identitas perusahaan
induk, bagian maupun anak perusahaan.
24
Tujuan teknik penampilan identitas monolitik adalah menampilkan
hanya satu identitas, yaitu identitas perusahaan induk. Contoh
perusahaan yang menampilkan identitas mereka secara monolitik
adalah IBM Corporation dan AT&T.
b) Penampilan Ganda,
Dalam teknik penampilan ganda, disamping identitas perusahaan
induk juga ditampilkan identitas bagian atau anak perusahaan.
Kedua identitas tersebut ditampilkan bersama. Cara penampilan
itu sendiri dapat beraneka ragam. Identitas tiap bagian atau sektor
usaha perusahaan selalu menampilkan logo unilateral perusahaan.
Selain itu juga dicantumkan nama bagian atau sektor usaha.
Masing-masing anak perusahaan menampilkan identitas mereka
sendiri, disamping identitas perusahaan induk.
c) Penampilan Korporasi.
Teknik penampilan korporasi hampir sama dengan penampilan
ganda. Dalam teknik penampilan korporasi identitas perusahaan
induk ditampilkan secara bersamaan dengan identitas anak
perusahaan, produk atau merek.
25
2.3.3. Tujuan Menciptakan Identitas Perusahaan
Sutojo (2004: 22-24) menyebutkan bahwa terdapat tiga tujuan
diciptakannya identitas perusahaan, yaitu:
a) Menjadi jaminan mutu produk,
Dengan sebuah logo perusahaan dapat mengutarakan kepada
konsumen manfaat apa yang mereka janjikan, sekaligus menjadi
jaminan mutu produk. Logo tiga berlian Mitsubishi tidak hanya
dipergunakan oleh anak perusahaan mereka yang bergerak dalam
bidang otomotif, melainkan juga oleh anak-anak perusahaan yang
bergerak dalam bidang-bidang usaha yang lain, termasuk jasa
perbankan dan industri pengalengan ikan. Para konsumen barang
dan jasa yang dihasilkan Mitsubishi Group memandang logo tiga
berlian sebagai jaminan mutu produk yang dihasilkan kelompok
perusahaan tersebut.
b) Jati diri yang konsisten
c) Sebagai sarana promosi
Identitas perusahaan dalam bentuk logo dapat menjadi sarana
promosi penjualan yang efektif. Logo juga dapat berbicara banyak
tentang perusahaan kepada konsumen.
2.3.4. Mengefektifkan Identitas Perusahaan
Identitas (termasuk logo) dapat diharapkan efektif apabila perusahaan
dan design consultant yang membantu merencanakan desain identitas
memperhatikan hal-hal berikut.
26
a) Identitas singkat tapi jelas. Ia tidak membingungkan, tidak dibuat
dengan asal-asalan, orisinil, dan tidak mudah dilupakan.
b) Membawa arti tertentu,
c) Logo dapat digunakan secara fleksibel,
d) Tidak cepat membosankan.
Beberapa hal yang memberikan kontribusi positif terhadap identitas
perusahaan (Argenti, 2010 : 81-86) adalah:
a) Visi
Kebanyakan pusat dari identitas perusahaan adalah visi yang
meliputi nilai-nilai inti perusahaan, filosofi, standar, dan tujuan.
visi perusahan adalah garis umum yang dapat dirasakan semua
karyawan, dan idealnya semua konstituen juga.
b) Nama dan Logo
Nama dan logo perusahaan membantu dan mengilustrasikan
tindakan-tindakan nyata yang dapat dilakukan organisasai untuk
membentuk identitas mereka dan membedakan diri mereka di
dalam pasar.
c) Konsistensi
Visi dari sebuah organisasi harus diwujudkan dengan konsisten di
seluruh elemen-elemen identitasnya, mulai dari logo dan moto
hingga sikap karyawan.
27
2.4. Citra Perusahaan
Citra Perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi
bukan hanya citra pada produk dan pelayanannya (Jefkins, 1995:19).
Sedangkan hal-hal positif yang meningkatkan citra perusahaan lebih dikenal
dan diterima publiknya adalah sejarah atau riwayat hidup perusahaan
yang gemilang, kualitas pelayanannya, keberhasilan dalam bidang
marketing dan hingga berkaitan dengan tanggung jawab sosial (Ruslan, 2006:
66)
Citra perusahaan yang baik tidak dapat dibeli tapi didapat oleh perusahaan-
perusahaan yang memiliki reputasi bagus umumnya memiliki enam hal yaitu
(Anggoro, 2000:67):
1) Hubungan baik dengan pemuka masyarakat;
2) Hubungan positif dengan pemerintah setempat;
3) Resiko krisis yang lebih baik;
4) Rasa kebanggaan dalam organisasi dan diantara khalayak sasaran;
5) Saling pengertian antara khalayak sasaran baik internal maupun eksternal;
6) Meningkatkan kesetiaan para staff perusahaan.
Citra adalah tujuan utama sekaligus merupakan reputasi dan prestasi yang
hendak dicapai bagi dunia public relations. Pengertian citra itu sendiri
abstrak (intangible), dan tidak dapat diukur secara matematis, tetapi
wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk, seperti
penerimaan tanggapan baik positif maupun tanggapan negatif yang
28
khususnya datang dari publik. Secara logika jika perusahaan sudah
mengalami krisis kepercayaan dari publik atau masyarakat umum maka
akan membawa dampak negatif terhadap citranya, bahkan akan terjadi
penurunan citra sampai pada titik yang paling rendah. Jefkins (1995:120)
menjelaskan bahwa terdapat beberapa jenis citra didalam perusahaan,
yaitu:
1) Citra cermin (mirror image)
Yakni citra yang diyakini oleh perusahaan yang bersangkutan, terutama
para pimpinannya yang tidak percaya apa dan bagaimana kesan orang
luar terhadap perusahaan yang dipimpinnya itu tidak selamanya dalam
posisi yang baik. Terjadinya perbedaan antara citra yang diharapkan
dengan kenyataan citra dilapangan, justru mencerminkan citra negatifnya
yang muncul.
2) Citra kini (current image)
Citra merupakan kesan yang baik yang diperoleh dari orang lain tentang
perusahaan atau hal lain yang berkaitan dengan produknya.
3) Citra keinginan (wish image)
Citra yang diinginkan ini adalah seperti apa yang diinginkan dan dicapai
oleh pihak manajemen terhadap lembaga/perusahaan atau produk yang
ditampilkan tersebut lebih dikenal, menyenangkan, dan diterima dengan
kesan yang selalu positif diberikan oleh publiknya atau masyarakat
umum.
29
4) Citra perusahaan (corporate image)
Citra ini berkaitan dengan sosok perusahaan sebagai tujuan utamanya,
bagaimana menciptakan citra perusahaan yang positif yang lebih dikenal
serta diterima oleh publiknya.
5) Citra serbaneka (multiple image)
Citra ini merupakan pelengkap dari citra perusahaan, yaitu bagaimana
pihak humas akan menampilkan pengenalan terhadap identitas, atribut
logo, brand’s name, seragam, kemudian diidentikan kedalam suatu citra
serbaneka yang diintegrasikan terhadap citra perusahaan.
6) Citra penampilan (performance image)
Citra penampilan ini lebih ditujukan pada subjeknya, bagaimana kinerja
atau penampilan diri pada professional pada perusahaan bersangkutan,
misalnya dalam berbagai bentuk kualitas pelayanan dan bagaimana
pelaksanaannya.
Pada penelitian ini alat analisis yang digunakan untuk mengetahui citra
adalah mengacu ke “Model Grid Analisis Citra” yang digagas oleh Philip
Kotler dan dikutip oleh Ruslan (2006: 81), yang membagi citra ke dalam 4
grid:
CITRA BAIK
CITRA BURUK
Gambar 2.1. Model Grid Analisis Citra
Sumber: (Ruslan, 2006: 81).
SANGATDIKENAL
TIDAKDIKENAL
A B
CD
30
Berdasarkan gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Point A, merupakan grade citra dalam posisi yang ideal atau positif, dan
dikenal sangat baik oleh semua orang, pelanggan atau khalayak yang
menjadi sasarannya.
b) Point B, grade cukup positif, dan bersangkutan hanya disukai atau dikenal
oleh kalangan khalayak tertentu (kurang dikenal).
c) Point C, grade citra atau penilaian terhadap kualitasnya buruk. Tetapi
yang bersangkutan kurang dikenal oleh semua orang atau khalayaknya.
d) Point D, merupakan grade atau penilaian terhadap nama hingga tingkat
kualitasnya sangat terkenal kurang baik, dan memiliki citra buruk di mata
setiap orang atau khalayaknya.
2.5. Konsep Rebranding (Perubahan Logo)
Rebranding perusahaan (corporate rebranding) bertujuan untuk membentuk
citra (image) dan atau merefleksikan perubahan identitas. Kata rebranding itu
sendiri dapat diartikan secara etimologis, yang merupakan kombinasi kata
yaitu re dan brand. Re berarti kembali sedangkan brand berarti merek, jadi
jika diartikan berdasarkan asal katanya rebranding memilkiarti pemberian
nama merek kembali. Rebranding mengindikasikan adanya tujuan
penghapusan pernyataan atas sesuatu yang sebelumnya, misalnya
penghapusan citra atau reputasi yang terbentuk sebelumnya. Dorongan atas
rebranding adalah untuk mengirimkan sinyal kepada pasar,
mengkomunikasikan kepada pemegang modal (stakeholder) bahwa sesuatu
mengenai organisasi telah berubah (Stuart dan Muzellec dalam Yulida, 2013: 22).
31
Jadi rebranding adalah suatu upaya atau usaha yang dilakukan oleh
perusahaan atau lembaga untuk merubah total atau memperbaharui sebuah
brand yang telah ada agar menjadi lebih baik. Dengan kata lain, ketika
melakukan rebranding maka yang berubah ialah nilai-nilai dalam merek itu
sendiri. Rebranding bukan hanya sebuah perubahan logo, namun rebranding
juga meliputi perubahan pesan, perubahan cara pendekatan pada konsumen,
pemberian jasa-jasa baru, atau bahkan perubahan mengenai apa yang
dijanjikan pada konsumen.
Branding bukan hanya sekedar desain dari sebuah logo perusahaan. Branding
merupakan sebuah hubungan antara konsumen dan perusahaan, antara
konsumen dan produk atau antara konsumen dan jasa. Branding harus dibuat
sebaik mungkin untuk memberikan kesan yang positif kepada konsumennya.
Terkadang, sebuah bisnis perlu memasukkan citra baru dalam produk atau
jasa mereka dengan cara rebranding. Rebranding sangat diperlukan ketika
citra suatu perusahaan dinilai negatif oleh konsumennya, karena adanya
permasalahan pada perusahaan itu sendiri atau dengan adanya perubahan
pasar (Larslong, 2004) dalam Liminto (2010: 37).
Rebranding dapat juga diartikan sebagai suatu proses pemberian nama brand
baru atau identitas baru pada produk atau jasa yang sudah mapan tanpa
perubahan berarti dari manfaat yang ditawarkan oleh produk. Proses
rebranding dapat dilakukan pada suatu produk baru atau pada produk yang
sudah mapan.
32
Arzia (2007:11) menjelaskan, Proses rebranding menunjukkan perubahan
yang nyata pada bentuk logo, nama merek, dan slogan. Dari tiga tipe
perubahan tersebut memungkinkan permutasi, sebagai berikut :
1) Perubahan nama dan logo.
2) Perubahan nama, logo dan slogan.
3) Perubahan logo saja.
4) Perubahan slogan saja.
Rebranding dapat terjadi pada tiga level yang berbeda dalam sebuah
perusahaan, yakni :
1) Rebranding perusahaan (corporate rebranding) yang terkait dengan
pendefinisian ulang atas keseluruhan entitas perusahaan dan seringkali
menandakan perubahan strategi atau repositioning, yang bertujuan
untuk membentuk citra dan atau merefleksikan perubahan identitas
perusahaan.
2) Rebranding unit bisnis perusahaan (rebranding of business units) yang
meliputi pemberian identitas pada anak atau divisi perusahaan yang
terpisah dari perusahaan.
3) Rebranding produk individual (rebranding of individual products)
yang meliputi perubahan identitas bagi suatu produk yang diproduksi
perusahaan.
Rebranding banyak dilakukan oleh perusahaan sebagai upaya brand
repositioning produk atau perusahaan mereka. Faktor umum yang
33
mendasari proses rebranding adalah tekanan eksternal seperti regulasi,
konsekuensi penjualan/pembelian merek, merger antar perusahaan, proses
harmonisasi merek di tingkat global, dll. Proses rebranding dapat
dilakukan secara sengaja sebagai dampak dari adanya perubahan strategi
atau tanpa disengaja oleh perusahaan.
Proses rebranding dapat pula dilakukan sebagai tindakan emergency
terhadap masalah yang dihadapi perusahaan atau sebagai reaksi dinamis
atas restukturisasi perusahaan. Beberapa hal yang dapat menjadi alasan
dilakukannya rebranding menurut Arzia (2007:10), antara lain adalah :
1) Terjadi merger, akuisisi, divestasi yang memungkinkan merek, logo
atau slogan tidak lagi sesuai.
2) Pergeseran pasar yang dikarenakan tindakan pesaing, munculnya
pesaing baru, maupun perubahan kondisi ekonomi dan hukum.
3) Citra yang sudah kadaluarsa atau tidak sesuai lagi dengan
perkembangan pasar.
4) Munculnya fokus dan visi baru bagi perusahaan.
5) Menjauhi perusahaan dari lingkup sosial dan moral dan untuk
menampilkan citra yang lebih bertanggung jawab sosial.
Proses rebranding terdiri atas dua tipe, tipe pertama adalah apabila dalam
proses rebranding terjadi penggantian merek yang sudah mapan dengan
merek yang baru, sedangkan tipe kedua adalah apabila dalam proses
34
rebranding terjadi suatu modifikasi dari merek yang sudah mapan. Bentuk
lain dari proses rebranding adalah segmentasi pasar dan diferensiasi
produk.
Segmentasi pasar dan diferensiasi produk termasuk dalam proses
rebranding karena kedua kegiatan tersebut menunjukkan tindakan yang
berbeda pada setiap wilayah. Segmentasi pasar dan diferensiasi produk
berbeda dari proses rebranding yang lain karena kedua kegiatan tersebut
tidak melakukan perubahan terhadap brand image asli merek produk
(Arzia, 2007:12).
Menurut Santoso (2010:8) dalam Rahmah (2012:50) menjelaskan
mengenai rebranding atau perancangan kembali sebuah brand. Program
ini sebenarnya adalah keinginan sebuah perusahaan untuk menetapkan dan
menata kembali nilai-nilai yang ada dalam identitas perusahaan. Salah satu
hasil dari rebranding itu adalah logo, namun dari sebuah logo itu, masih
ada proses panjang yang masih terus dilakukan. Proses panjang itulah yang
sering diistilahkan sebagai proses branding, penerapan nilai-nilai yang
dibawa dalam penciptaan brand.
2.6. Asosiasi dan Psikologi Warna
2.6.1. Warna Biru
Biru memberikan ketenangan dan pilihan tepat untuk area yang
membutuhkan konsentrasi. Biru adalah warna langit juga warna laut.
35
Warna ini selalu mengasosiakan kita terhadap air dan sesuatu yang
bersifat dingin. Biru tua melambangkan kepercayaan, kebijaksanaan
dan kematangan berfikir dalam mengambil keputusan. Sedangkan biru
muda yang keabu-abuan kerap dipakai untuk hal-hal yang melibatkan
teknologi tinggi.
2.6.2. Warna Hijau
Warna hijau langsung mengasosiasikan kita akan pemandangan alam.
Hijaunya pepohonan yang teduh, segarnya rumput, sawah dll. Asosiasi
kita terhadap warna bukan hanya secara visual, tapi juga indra yang
lain terutama penciuman dan rasa. Ketika kita memvisualisasikan
warna hijau, seketika itu juga kita membayangkan segarnya udara pagi
dan sejuknya hawa pegunungan. Oleh karena itu, hijau sangat tepat
untuk merefleksikan kesegaran dan relaksasi.
2.6.3. Warna Kuning
Kuning adalah warna yang identic dengan kemegahan dan teriknya
matahari. Cocok dipakai untuk penjualan atau dalam pameran karena
lebih menarik mata dibandingkan dengan warna lain. Sebagai salah
satu warna primer, kuning adalah warna dengan efek yang kuat,
sehingga secara psikologis warna ini sangat efektif diterapkan pada
hal-hal yang membutuhkan motivasi dan menaikkan mood.
2.6.4. Warna Hitam
Hitam dapat menggambarkan keheningan, kematangan berfikir, dan
kedalaman akal yang menghasilkan karya. Terutama karya-karya yang
36
bernilai seni. Bagi para penggemar mode, warna hitam adalah warna
yang abadi, selalu terlihat modern dan gaya. Hitam juga sangat
digemari sekaligus menampilkan kesan elegan dan mewah.
2.6.5. Warna Ungu
Ungu adalah warna yang mewah dan kompleks, lebih disukai oleh tipe
yang sangat kreatif dan eksentrik. Ungu adalah warna yang unik
karena karakternya berubah-ubah begitu drastic tergantung intensitas
yang dimilikinya. Warna ungu tua dengan intensitas penuh berkarakter
misterius, mistis, dalam dan angkuh. Sebaliknya warna ungu muda
pastel justru memiliki karakter yang lembut, ringan, dan
menyenangkan.
2.6.6. Warna Jingga
Warna ini menebarkan energi, menghangatkan hati, sekaligus
memancarkan keceriaan. Warna jingga juga diasosiasikan pada
kehangatan alam, khususnya warna khas sore hari diiklim tropis. Dari
sisi psikologi, jingga merupakan lambang persahabatan. Pada otak
manusia, jingga mampu merangsang kreativitas dan daya cipta,
sehingga cocok diaplikasikan untuk ruang kerja bagi mereka yang
beroperasi di dunia desain dan seni.
2.6.7. Warna Merah
Merah adalah warna yang penuh dengan energi. Warna merah banyak
digunakan sebagai lambang keberanian, kekuatan, sensualitas, dan
bahaya. Merah sangat ekspresif dan dinamis dalam merepresentasikan
cinta dan kehidupan. Dalam lingkaran warna, merah adalah warna
37
paling panas dan memiliki gelombang warna paling panjang sehingga
warna inilah yang paling cepat tertangkap oleh mata.
2.6.8. Warna Putih
Putih adalah warna yang memberikan kemurnian dan kesederhanaan.
Sering digunakan untuk acara-acara bersifat sacral seperti
pernikahaan, atau acara ibadah keagamaan. Secara psikologis, putih
melambangkan kejujuran, ketulusan, dan keikhlasan. Warna ini juga
mengasosiasikan kita terhadap rasa bersih/ higienis dan klinis. Setiap
warna yang berada di atas warna putih menjadi warna yang menonjol
karena putih berperan sebagai latar belakangnya. Putih juga sering kita
asosiasikan sebagai sesuatu yang dingin seperti salju, seperti ungkapan
sebuah puisi cintaku padamu seputih salju.
(Dameria, 2007: 28-50).
2.7. Tipografi
Pengertian tipografi secara sederhana dejelaskan sebagai ilmu yang berurusan
dengan “penata huruf cetak”. Bermula dari istilah Yunani typos dan graphe.
Arti harfiah dari tipografi adalah “bentuk tulisan”, kemudian dalam kata
kerjanya disebut “pembentukan” atau “kreasi” (Anggraini S. & Nathalia
(2014: 51).
2.7.1. Pedoman Penggunaan Huruf
Tipografi merupakan representasi visual dari sebuah bentuk
komunikasi verbal dan merupakan perangkat visual yang pokok dan
efektif. Lewat kandungan nilai fungsional dan estetikanya, huruf
38
memeiliki potensi untuk menghadirkan ekspresi yang tersirat dalam
sebuah desain tipografi. Sihombing (2015: 164-170) menjelaskan
beberapa pedoman penggunaan huruf diantaranya:
a) Legibility dan Readibility
Legibility memiliki pengertian sebagai kualitas huruf dalam
tingkat kemudahannya untuk dikenali atau dibaca. Tingkat
keterbacaan ini tergantung dari desain per individu huruf, seperti
tipis tebalnya stroke, besarnya x-height, proporsi ascender dan
descender hingga bidang negatif (counterform) dalam fisik huruf.
Sementara readibility adalah kualitas kemudahan dan kenyamanan
dibacanya rangkaian huruf dalam sebuah desain tipografi atau tata
letak (layout).
b) Tracking dan Leading
Susunan huruf yang terlalu rapat akan mengaburkan bentuk huruf,
sedangkan susunan huruf yang terlalu renggang akan sangat
mempengaruhi kecepatan dan kenyamanan membaca. Selain itu,
perihal leading juga perlu diperhatikan. Penyesuaian leading dapat
membantu kecepatan dan kenyamanan membaca. Namun, bila
leading terlalu kecil atau besar akan memakan waktu lebih lama
bagi mata untuk menemukan atau menyambung baris-baris teks
selanjutnya.
c) Perlakuan Naskah Panjang
Naskah yang panjang selayaknya menggunakan keluarga huruf
light atau regular, tergantung tingkat ketebalan stroke dari setiap
39
desain huruf. Apabila huruf bold diterapkan dalam sebauh naskah
maka ketebalannya akan banyak sekali memberi pengaruh
terhadap readability dan keindahan rancangan. Selain itu, huruf
bold dapat memberikan kesan massif dan pekat terhadap ruang.
d) Display Type dan Body Type
Huruf yang digunakan untuk judul disebut dengan display type.
Ukuran minimum penggunaan display type umumnya adalah 14pt.
sementara ukuran maksimum untuk body type (body text/ text
type) umumnya adalah 12pt. untuk naskah yang panjang, apabila
ukuran huruf terlalu kecil maka akan cepat melelahkan mata atau
bahkan mungkin akan sukar dibaca, dan apabila dicetak terlalu
besar maka akan mengganggu estetika rancangan.
2.7.2. Klasifikasi Huruf
Klasifikasi huruf dibuat berdasarkan momentum-momentum penting
adalam perjalanan sejarah penciptaan dan pengembangan desain huruf
Latin (Sihombing, 2015: 158).
a) Old Style (1475)
Sering disebut dengan tipografi serif humanis yang dikembangkan
pada abad ke-15 dan 16. Karakteristik umum dari huruf-huruf old
style adalah:
- Serif berukuran kecil dengan sudut lengkung yang besar.
- Sumbu dari huruf ‘O’ memiliki kemiringan.
- Kontras stroke yang rendah.
40
b) Transitional (1750)
Huruf-huruf transitional muncul pada pertengahan abad ke-17
yang merupakan transisi antara huruf-huruf old style dan tipografi
dengan serif modern. Karakteristik umum yang terdapat dalam
huruf-huruf transitional adalah:
- Serif berukuran kecil dengan sudut lengkung yang kecil.
- Sumbu dari huruf ‘O’ tegak vertikal.
- Kontras stroke yang cukup.
c) Modern (1775)
Tipografi dengan serif modern dikembangkan pada akhir abad ke-
18 dan merupakan perubahan radikal dari tipografi tradisional
pada masa itu. Karakteristik umum dari huruf-huruf modern
adalah:
- Serif berukuran kecil tanpa sudut lengkung.
- Sumbu dari huruf ‘O’ tegak vertikal.
- Kontras stroke yang ekstrim.
d) Egyptian (1825)
Huruf-huruf egyptian, atau sering juga disebut dengan slab serif,
diperkenalkan pada abad ke-19 sebagai huruf yang banyak
digunakan dalam desain-desain untuk iklan. Karakterstik umum
dari huruf-huruf egyptian adalah:
- Serif berbentuk kotak dan berukuran besar tanpa sudut lengkung.
- Sumbu dari huruf ‘O’ tegak vertikal.
- Kontras stroke yang rendah.
41
e) Sans Serif (1925)
Huruf-huruf sans serif mulai banyak bermunculan pada abad ke-
19 dengan karakteristik umum lainnya dari huruf-huruf sans serif
adalah:
- Sumbu dari huruf ‘O’ tegak vertikal.
- Kontras stroke yang rendah atau tidak memiliki kontras stroke.
(Sihombing, 2015: 159-160).
2.8. Kerangka Pemikiran
Lambang Bakti Husada digambarkan palang hijau dalam bunga
wijayakusuma dengan lima mahkota putih dan lima kelopak hijau itu,
bermakna Pancakarsa Husada yang melambangkan tujuan pembangunan
kesehatan sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional.
(http://www.depkes.go.id).
Bakti husada sesungguhnya adalah lambang kesehatan untuk upaya
kesehatan rakyat di seluruh Indonesia. Bersifat lebih luas dan tidak cukup
representatif bagi institusi Kementerian Kesehatan RI sesuai dengan tujuan
yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor
569/Menkes/Per/XI/1984. Karena sebuah logo menjadi cerminan dari
organisasi itu sendiri. Tanpa bermaksud mengurangi rasa hormat pada
penemunya dan mengecilkan artinya, logo lama tersebut dapat dikatakan old
fashioned.
42
Munculnya logo baru Kementerian Kesehatan RI sendiri tidak menggantikan
posisi bakti husada sebagai lambang upaya kesehatan di Indonesia. Logo
baru hanya diperuntukkan bagi unit vertikal yang kewenangannya berada
langsung di bawah Kementerian Kesehatan RI. Logo baru menampilkan tiga
bidang warna biru turquoise yang melambangkan 3 Pilar Program Indonesia
Sehat, yaitu: Penerapan Paradigma Sehat, Penguatan Pelayanan Kesehatan,
dan Jaminan Kesehatan Nasional Inisial K, mewakili bentuk sederhana dari
kata Kesehatan, makna verbal dari bidang lingkup kerja di Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. (http://www.depkes.go.id)
Berdasarkan logo tersebut terdapat 3 unsur yang akan digunakan sebagai
variabel bebas yaitu bentuk, warna, dan logo. Pada logo Kementerian
Kesehatan RI terdapat beberapa bentuk bidang yang diketahui sedangkan
pada dimensi warna terdapat warna biru turquoise, hijau terang, dan hitam.
Pada dimensi tipografi yang akan dilihat adalah penggunaan huruf dan jenis
hurufnya. Variabel terikat pada penelitian ini adalah citra Kementerian
Kesehatan RI.
43
Secara sederhana dapat dijelaskan oleh gambar berikut:
Gambar 2.2. Bagan Kerangka Pikir
2.9. Hipotesis
Hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta
diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta maupun
kondisi yang sedang diamati sebagai petunjuk dan langkah penelitian
selanjutnya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
H 0 : Tidak ada pengaruh Perubahan Logo (Rebranding) terhadap Citra
Perusahaan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
H 1 : Ada pengaruh Perubahan Logo (Rebranding) terhadap Citra
Perusahaan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Perubahan Logo (X):- Bentuk- Warna- Tipografi
Citra KementerianKesehatan RI (Y)
Citra Lama Logo KementerianKesehatan RI
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian
kuantitatif, yaitu penelitian yang menggunakan analisis statistik, bertujuan
untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat hubungan antar fenomena yang
disusun dengan data kuantitatif serta membuat ketetapan pengukurannya
dengan menggunakan metode statistik sebagai alat ukurnya (Singarimbun,
dan Effendi, 2008:5).
3.2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode
survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari
gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual.
Singarimbun (2008:3) menjelaskan, penelitian survei adalah penelitian yang
mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai
alat pengumpul data yang pokok.
45
3.3. Batasan Operasional
Agar penelitian dapat fokus dan mencapai target serta tujuan penelitian, maka
penelitian ini hanya dibatasi pada Mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung. Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini
adalah :
a) Variabel bebas, terdiri dari elemen logo Kementerian Kesehatan RI (X)
yaitu: bentuk, warna, tipografi.
b) Variabel terikat, yaitu citra Kementerian Kesehatan RI (Y).
3.4. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan petunjuk bagaimana suatu variabel diukur.
Dengan melihat definisi operasional variabel suatu penelitian, maka peneliti
akan mengetahui variabel yang akan di teliti (M. Singarimbun dan Sofian
Effendi, 2008:3). Untuk melihat operasionalisasi suatu variabel, maka
variabel harus diukur dengan menggunakan indikator-indikator yang dapat
memperjelas variabel yang dimaksud.
Adapun indikator-indikator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1. Definisi Operasional
Variabel Dimensi Indikator Skala Pertanyaan
Perubahan Logo(Variabel X)
Bentuk
a. Keunikan LikertBentuk logo baru KementerianKesehatan RI mudah diingat
b. MencerminkanKarakteristikKementerian KesehatanRI
Likert
Tiga bidang warna biru turquoisemelambangkan 3 Pilar ProgramIndonesia Sehat, yaitu: PenerapanParadigma Sehat, PenguatanPelayanan Kesehatan, dan JaminanKesehatan NasionalBidang berbentuk hati (warna hijau)melambangkan semangat universalyang tulus dalam mewujudkanseluruh warga negara Indonesiayang sehat tanpa membedakan sukubangsa, ras, sosial, dan budaya.Inisial K, mewakili bentuksederhana dari kata Kesehatan,Lima ujung bidang yang membulat,mewakili nilai-nilai Kemenkes,yaitu: Pro rakyat, Inklusif,Responsif, Efektif, dan Bersih sertaberlandaskan Pancasila.
46
Garis busur panah, mewakili targetdan tujuan institusi Kemenkes RIyakni mewujudkan Indonesia Sehatsesuai dengan Pancasila danUndang-undang Dasar 1945
c. KetertarikanLikert
Bentuk logo baru KementerianKesehatan RI menarik
d. Kesederhanaan LikertBentuk logo KementerianKesehatan RI memberikan kesansederhana
Warnaa. Mencerminkan
KarakteristikKementerian KesehatanRI
Likert
Warna biru turqoise melambangkanunsur sehat, kepercayaan, danIntegritas.Warna hijau terang memberikanefek ramah, hangat, dan semangatdalam melayani.Warna hitam melambangkan maknategas dan formal selaku badan resminegara dalam pembuat regulasikhususnya di bidang kesehatan.
b. Komposisi Warna LikertPerpaduan warna logo baruKementerian Kesehatan RI sudahbaik.
c. Ketertarikan LikertWarna pada logo baru KementerianKesehatan menarik.
Tipografia. Readibility Likert
Susunan huruf mudah/nyamandibaca
47
Layout kalimat mudah/nyamandibaca
b. Legibility Likert Jenis huruf mudah dikenalic. Aesthetic
LikertJenis huruf yang digunakan bernilaiseni.
d. Size LikertUkuran huruf sesuai dengankeseluruhan logo
Citra Peruasahaan (Y)a. Logo baru
mempengaruhi CitraPerusahaan
Likert
Keterkenalan Logo baruKementerian Kesehatan RILogo baru (Rebranding) membuatCitra Perusahaan KementerianKesehatan RI lebih positif
48
49
3.5. Populasi dan Sampel Penelitian
3.5.1.Populasi
Populasi adalah wilayah yang terdiri atas obyek/ subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2014:61). Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung angkatan 2014 yang
berjumlah 235 orang (arsip FK Universitas Lampung).
3.5.2.Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2014: 62). Pengambilan sampel dalam penelitian
ini dengan teknik probability sampling yaitu proportionate stratified
random sampling dengan menggunakan rumus slovin. Menurut
Sugiyono (2014: 63), probability sampling adalah teknik pengambilan
sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin
sebagai berikut:
= 1 +dimana:
n = jumlah elemen/ anggota sampel
N = jumlah elemen/ anggota populasi
50
e = error level (tingkat kesalahan) (catatan: umumnya digunakan 1%
atau 0,01; 5% atau 0,05; dan 10% atau 0,1) (catatan dapat dipilih oleh
peneliti).
Populasi yang terdapat dalam penelitian ini berjumlah 235 orang dan
presisi yang ditetapkan atau tingkat signifikansi 0,1; maka besarnya
sampel pada penelitian ini adalah :
= 1 + ( . )= 2351 + (235 . 0,1 )= 2351 + 2,35= 70,14 dibulatkan menjadi 70
Jadi, jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah 70
orang.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Adapaun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.6.1.Kuesioner
Kuesioner yaitu pengumpulan data dengan cara memberikan daftar
pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian, dengan teknik ini
diharapkan akan memperoleh data yang akurat, sistematik, terarah, dan
terperinci untuk dibahas lebih lanjut.
51
3.6.2.Studi Pustaka
Pengumpulan informasi yang dibutuhkan dalam mencari referensi-
referensi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Studi
Pustaka dilakukan untuk menunjang penulis dalam pembuatan proposal
penelitian.
3.7. Skala Data dan Teknik Penentuan Skor
Skala data pengukuran yang digunakan peneliti adalah berdasarkan skala
likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
kelompok orang tentang fenomena sosial. Setiap jawaban dalam penelitian
ini akan diberikan penentuan skor sebagai berikut:
1) Untuk jawaban sangat setuju diberi nilai 5.
2) Untuk jawaban setuju diberi nilai 4.
3) Untuk jawaban biasa saja diberi nilai 3.
4) Untuk jawaban tidak setuju diberi nilai 2.
5) Untuk jawaban sangat tidak setuju diberi nilai 1.
3.8. Teknik Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan dari berbagai sumber tersebut kemudian dianalisa.
Menurut Nazir (1998: 419), analisa adalah kegiatan mengelompokan,
membuat suatu urutan, memanipulasi, serta menyingkatkan suatu data
52
sehingga mudah dibaca. Setelah data dari hasil penelitian dikumpulkan, tahap
berikutnya adalah:
1) Tahap Editing
Editing adalah pemeriksaan data yang diperoleh dari lapangan guna
menghindari kekeliruan dan kesalahan. Data yang diperoleh tersebut
kemudian dan diperiksa mencakup kelengkapan jawaban yang diperoleh
di lapangan sehingga kesempurnaan data dapat dijamin.
2) Tahap Coding
Coding adalah cara untuk mengklafisikan jawaban-jawaban dari
informasi yang menunjukkan kelompoknya. Hal ini dilakukan dengan
cara menandai masing-masing jawaban itu dengan kode tertentu.
3) Tahap Tabulasi
Tabulasi yaitu menyusun data kedalam bentuk tabel yang telah diproses
dan disusun kedalam suatu pola tertentu agar sesuai dengan tujuan
penelitian yang telah terlibat agar tersusun secara berurutan.
3.9. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data
kuantitatif. Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh
responden atau sumber data lain yang terkumpul. Kegiatan dalam analisis
53
data adalah dengan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis
responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden,
menyajikan data tiap variabel yang tengah diteliti, melakukan perhitungan
untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk
menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2014: 207).
Dalam penelitian ini data dianalisis dengan menggunakan rumus regresi
liniear sederhana untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel X terhadap
variabel Y. Rumus regresi liniear adalah sebagai berikut
y = a + bx
Keterangan:
y : Nilai variabel bebas yang diramalkan
a : Konstanta
b : Koefisien regresi dari x
x : Nilai variabel terikat yang diramalkan
Sedangkan untuk mencari nilai a dan b digunakan rumus sebagai berikut :
α= (∑ )(∑ ) − (∑ )(∑ )(∑ ) − (∑ )= ∑ − (∑ )(∑ )(∑ ) − (∑ )
Keterangan:
y : Jumlah skor variabel terikat
54
x : Jumlah skor akhir dari variabel bebas
n : Jumlah sampel
(Sugiyono, 2014: 221).
3.10. Teknik Pengujian Instrumen
Instrumen penelitian memegang peran penting dalam penelitian kuantitatif
karena kualitas data yang digunakan dalam banyak hal ditentukan oleh
kualitas instrumen penelitian. Instumen penelitian yang baik dalam
penelitian harus valid dan reliabel. Karena itu, instrumen penelitian harus
melalui tahap uji validitas dan uji reliabilitas.
3.10.1. Uji Validitas Kuesioner
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen
tersebut dapat digunakan mengukur apa yang seharusnya di ukur
(Sugiyono, 2014: 172). Pengujian validitas dilakukan dengan
analisis faktor, dimana menurut Sugiyono adalah dengan
mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam satu faktor, dan
mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Adapun kriteria
yang harus di penuhi untuk menilai validitas instrumen tersebut
adalah sebagai berikut :
a) Jika r hitung > r tabel, maka butir-butir pernyataan dari
kuesioner adalah valid.
55
b) Jika r < tabel, maka butir-butir pernyataan dari kuesioner adalah
tidak valid.
Rumus korelasi Person Product Moment :
= (∑ ) − (∑ ∑ ){ ∑ − (∑ )} { ∑ − (∑ ) }Keterangan:
r : Koefisien korelasi product moment
X : Jumlah skor untuk indikator x
Y : Jumlah skor untuk indikator y
N : Banyaknya responden (sampel) dari variabel x, y dari hasil
kuesioner
XY : Jumlah perkalian item dengan total item
Uji validitas dalam penelitian ini mengambil populasi mahasiswa
jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung. Kuesioner yang disebar oleh peneliti
sebanyak 30 buah. Jumlah tersebut berdasarkan jumlah kosntanta
yang dikemukakan oleh Sugiyono. Pengujian instrumen segi
validitas terhadap 30 responden diperoleh bahwa hasil instrumen
penelitian dilakukan valid jika nilai korelasinya lebih besar dari
0,361 (Sugiono, 2007:173).
56
3.10.2. Uji Reliabilitas Kuesioner
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto,
2006: 154).
Kuesioner dikatakan reliabel jika dapat memberikan hasil relatif
sama pada saat dilakukan pengukuran kembali pada objek yang
berlainan pada waktu yang berbeda atau memberikan hasil yang
tetap. Untuk menguji tingkat reliabilitas dapat menggunakan rumus
Cronbach’s Alpha yaitu :
= ( − 1) 1 − ∑ 2Keterangan :
r11 : Nilai Reliabilitas
k : Jumlah item pertanyaan
∑σ : Jumlah variabel item
: Nilai varian
Apabila koefisien Cronbach Alpha (r11) ≥ 0,6 maka dapat dikatakan
instrumen tersebut reliabel. (Arikunto, 2006:154)
57
3.11. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat signifikasi dari koefisien
korelasi dengan menggunakan statistik uji “F”. Uji ini digunakan untuk
mengetahui apakah variabel bebas (X) secara simultan mempunyai
pengaruh terhadap variabel terikat (Y). Pengujian dilakukan dengan
membandingkan nilai F hitung dengan F tabel pada derajat kesalahan 5%
(a = 0,05).
Ketentuan yang dipakai untuk menarik kesimpulan ini adalah:
a. Apabila nilai F hitung > dari nilai F tabel atau nilai sig < 0,05 (alpha)
maka variabel bebasnya secara simultan memberikan pengaruh yang
bermakna terhadap variabel terikat dan hipotesis pertama ditolak serta
hipotesis kedua diterima.
b. Apabila nilai F hitung < dari nilai F tabel atau nilai sig > 0,05 (alpha)
maka variabel bebasnya secara simultan tidak memberikan pengaruh
yang bermakna terhadap variabel terikat dan hipotesis pertama diterima
serta hipotesis kedua ditolak .
Rumus F hitung (Sugiyono,2014: 192) sebagai berikut:
= ⁄(1 − ) ( − − 1)⁄Keterangan:
R2 = Koefisien korelasi ganda
k = Jumlah variabel independen
n = Jumlah sampel
58
Kekuatan hubungan antar variabel yang menunjukkan derajat hubungan
yaitu korelasi (r) dapat dikategorikan sebagai berikut:
<0,20 Hubungan rendah sekali; lemah sekali
0,20 - 0,39 Hubungan rendah tetapi pasti
0,40 - 0,70 Hubungan yang cukup berarti
0,71 - 0,90 Hubungan yang tinggi; kuat
>0,90 Hubungan yang sangat tinggi; kuat sekali; dapat diandalkan
(Kriyantono, 2006: 173)
BAB IV
GAMBARAN UMUM
4.1. Profil Kementerian Kesehatan
4.1.1. Visi dan Misi
a) Nawacita
Kementerian Kesehatan berperan serta dalam meningkatkan
kualitas hidup masyarakat melalui agenda prioritas Kabinet Kerja
atau yang dikenal dengan Nawa Cita, sebagai berikut:
1) Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap
bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga
Negara;
2) Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata
kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan
terpercaya;
3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat
daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan;
4) Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem
dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan
terpercaya;
5) Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia;
60
6) Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar
Internasional;
7) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan
sektor-sektor strategis ekonomi domestik;
8) Melakukan revolusi karakter bangsa;
9) Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial
Indonesia.
b) Visi
Visi misi Kementerian Kesehatan mengikuti visi misi Presiden
Republik Indonesia yaitu Terwujudnya Indonesia yang
Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-
royong. Visi tersebut diwujudkan dengan 7 (tujuh) misi
pembangunan yaitu:
1) Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga
kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan
mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan
kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan;
2) Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan
demokratis berlandaskan negara hukum;
3) Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta
memperkuat jati diri sebagai negara maritim;
61
4) Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi,
maju dan sejahtera;
5) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing;
6) Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang
mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional,
serta;
7) Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam
kebudayaan.
c) Nilai – Nilai
1) Pro Rakyat
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,
Kementerian Kesehatan selalu mendahulukan kepentingan
rakyat dan harus menghasilkan yang terbaik untuk rakyat.
Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi
setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa
membedakan suku, golongan, agama dan status sosial
ekonomi.
2) Inklusif
Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan
semua pihak, karena pembangunan kesehatan tidak mungkin
hanya dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan saja.
Dengan demikian, seluruh komponen masyarakat harus
62
berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi
profesi, organisasi masyarakat pengusaha, masyarakat madani
dan masyarakat akar rumput.
3) Responsif
Program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan rakyat, serta tanggap dalam mengatasi
permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial
budaya dan kondisi geografis. Faktor-faktor ini menjadi dasar
dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang berbeda-beda,
sehingga diperlukan penangnganan yang berbeda pula.
4) Efektif
Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan
sesuai target yang telah ditetapkan dan bersifat efisien.
5) Bersih
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), transparan, dan
akuntabel.
(http://www.depkes.go.id/article/view/13010100001/profil-visi-dan-
misi.html tanggal: 8 Februari 2018 14:38 WIB).
4.2. Tugas dan Fungsi
Kementerian Kesehatan RI mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
63
Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2016, pasal 3 dalam melaksanakan tugas,
Kementerian Kesehatan RI menyelenggarakan fungsi :
a) perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan
masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan
kesehatan, dan kefarmasian dan alat kesehatan;
b) koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organsisasi di lingkungan
Kementerian Kesehatan;
c) pengelolaan barang milik negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Kesehatan;
d) pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan;
e) pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia di
bidang kesehatan serta pengelolaan tenaga kesehatan;
f) pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Kesehatan di daerah;
g) pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian
Kesehatan;
h) pelaksanaan dukungan substansif kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Kementerian Kesehatan;
(http://www.depkes.go.id/article/view/15110900002/kementerian-
kesehatan-republik-indonesia.html tanggal: 8 Februari 2018 15:07 WIB)
64
Gam
bar
4.1.
Str
uktu
r O
rgan
isas
i Kem
ente
rian
Kes
ehat
an R
I
Sum
ber:
http
://w
ww
.dep
kes.
go.id
/web
/ass
ets/
imag
es/S
OT
K/S
OT
K20
16%
20-
1%20
kem
kes.
jpg
8 Fe
brua
ri 2
018
15:0
4 W
IB
65
4.3. Logo dan Makna Logo Kementerian Kesehatan RI
4.3.1.Logo Kementerian Kesehatan RI
Gambar 4.2. Logo Kementerian Kesehatan RI
Sumber: (http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/wp-content/uploads/
2016/12/logo-kemenkes_landscape.jpg)
4.3.2.Makna dan Arti Warna Logo
A. Makna Logo
1. Tiga Bidang Warna Biru Turqoise
Gambar 4.3. Bidang Warna Biru Turqoise
Melambangkan tiga pilar program Indonesia Sehat: yaitu
Penerapan Paradigma Sehat, Penguatan Pelayanan Kesehatan,
dan Jaminan Kesehatan Nasional. (Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2017)
66
2. Bidang Warna Hijau Berbentuk Hati
Gambar 4.4. Bidang Warna Hijau Berbentuk Hati
Melambangkan semangat universal yang tulus dalam
mewujudkan seluruh warga negara Indonesia yang sehat tanpa
membedakan suku bangsa, ras, sosial dan budaya.
(Permenkes RI Nomor 7 Tahun 2017)
3. Inisial “K”
Gambar 4.5. Bidang Berbentuk Inisial “K”
Mewakili bentuk sederhana dari singkatan dari kata
“kesehatan”, makna verbal dari bidang lingkup kerja
Kementerian Kesehatan.
(Permenkes RI Nomor 7 Tahun 2017)
67
4. Lima Ujung Bidang yang Membulat
Gambar 4.6. Lima Ujung Bidang yang Membulat
Mewakili nilai-nilai Kementerian Kesehatan yaitu Pro rakyat,
Inklusif, Responsif, Efektif, dan Bersih serta berlandaskan
Pancasila. (Permenkes RI Nomor 7 Tahun 2017)
5. Garis Busur Panah
Gambar 4.7. Garis Busur Panah
Mewakili target dan tujuan institusi Kementerian Kesehatan
yakni mewujudkan tema Indonesia Sehat sesuai dengan
Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 yang pada dasarnya
kesehatan merupakan hak semua warga negara Indonesia dan
merupakan tanggung jawab bersama. (Permenkes RI Tahun
2017)
68
B. Arti Warna Logo
1. Warna Biru Turquoise
Melambangkan unsur sehat, kepercayaan, dan integritas.
Gambar 4.8. Warna Biru Turquoise
2. Warna Hijau Terang
Memberikan efek ramah, hangat, semangat dalam melayani.
Gambar 4.9. Warna Hijau Terang
4.3.3. Penggunaan Logo beserta Tulisan Kementerian Kesehatan
A. Penggunaan Logo Beserta Tulisan “Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia” di Sebelah Kanan Logo dengan jenis huruf
VAG Rounded Black
Gambar 4.10. Logo dengan tulisan “Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia”
69
B. Penggunaan Logo Beserta Tulisan “Kemenkes” di Bagian
Bawah Logo dengan jenis huruf VAG Rounded Black
Gambar 4.11. Logo dengan Tulisan “Kemenkes”
4.3.4. Rasio Ukuran Penggunaan Logo
A. Logo
Gambar 4.12. Rasio Ukuran Penggunaan Logo Kemenkes
70
B. Logo dengan Tulisan di Bawah
Gambar 4.13. Rasio Logo dengan Tulisan di Bawah
C. Logo dengan Tulisan di Sebelah Kanan Logo
Gambar 4.14. Rasio Logo dengan Tulisan di Sebelah
Kanan Logo
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dijabarkan pada
bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Perubahan logo (bentuk, warna, dan tipografi) berpengaruh positif
terhadap citra Kementerian Kesehatan RI. Hal ini terbukti dari hasil uji
F yang memperoleh nilai F hitung sebesar 35,98 yang diterima pada
taraf signifikansi 0%. Artinya tinggi rendahnya citra Kementerian
Kesehatan RI ditentukan oleh perubahan logo (bentuk, warna, dan
tipografi).
2. Bentuk logo merupakan dimensi yang paling berpengaruh dominan
terhadap citra Kementerian Kesehatan RI. Hal ini terbukti dari hasil
regresi linear setiap dimensi yang memperoleh nilai lebih tinggi
dibanding variabel lainnya (0,164 > 0,115 dan 0,015). Artinya citra
Kementerian Kesehatan lebih banyak dipengaruhi oleh dimensi bentuk.
3. Berdasarkan analisis model grid citra Kementerian Kesehatan RI dilihat
dari logonya berada pada poin B, artinya citra Kementerian Kesehatan
RI cukup positif karena hanya disukai atau dikenal oleh sebagian
khalayak.
101
6.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk Kementerian Kesehatan RI agar lebih memaksimalkan
kesederhanaan yang dimiliki oleh logo tersebut guna meningkatkan nilai
memorable yang sulit diterima oleh masyarakat. Logo yang baik harus
disertai dengan sosialisasi dan pengenalan kepada masyarakat sehingga
dapat berpengaruh positif pada citra yang ditampilkan.
2. Penelitian ini hanya menggunakan perubahan logo sebagai variabel
tidak terikatnya, oleh karena itu pada penelitian selanjutnya diharapkan
dapat menggunakan variabel lain yang dapat mempengaruhi citra dari
Kementerian Kesehatan RI seperti pengimplementasian logo ataupun
profesionalitas Kementerian Kesehatan RI.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Anggoro, Linggar M. 2000. Teori dan Profesi Kehumasan. Jakarta: PT BumiAksara.
Anggraini S., Lia & Nathalia, Kirana. 2004. Desain Komunikasi Visual: Dasar-DasarPanduan Untuk Pemula. Bandung: Penerbit Nuansa Cendekia.
Argenti, Paul A. 2010. Komunikasi Korporat (Communication Corporate). Jakarta:Salemba Humanika.
Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.
Dameria, Anne. 2007. Color Basic. Jakarta: Link & Match Graphic.
Jefkins, Frank. 1995. Public Relations. Jakarta: Erlangga.
Kasali, Rhenald. 2003. Manajemen Public Relations. Jakarta: Grafiti.
Kriyantono, Rakhmat. 2006. Teknik Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: AndiOffset
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung: PTRemaja Rosdakarya.
Moriarty, Sandra, dkk. 2011. ADVERTISING. Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup.
Mulyana, Deddy. 2004. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT RemajaRosdakarya.
Nasution. 2003. Metode Research. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Nazir, M. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: PT Ghalia Indonesia.
Ruslan, Rosady. 2004. Metode Penelitian Public dan Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
____________. 2006. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi. EdisiRevisi ke-7. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Rustan, Surianto. 2013. Mendesain LOGO. Cet. Ke-4. Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama.
Sihombing, Danton. 2015. Tipografi dalam Desain Grafis. Jakarta: PT GramediaPustaka Utama.
Singarimbun, M dan Effendi, S. 2008. Metode Penelitian Survei. Cet. Ke-19.Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta.
Sutojo, Siswanto. 2004. Membangun Citra Perusahaan. Jakarta: Damar MuliaPustaka.
Tinarbuko, Sumbo. 2015. DEKAVE: Desain Komunikasi Visual - Penanda ZamanMasyarakat Global. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic PublishingService).
Yeshin, Tony. 1998. Integrated Marketing Communication, The Holistic Approach.London: Reed Educational and Proffesional Publishing Ltd.
Skripsi
Arzia, Ulfathul. 2007. Analisis Pengaruh Rebranding terhadap Brand Equity AirConditioner (AC) Panasonic. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Liminto, Budi. 2010. Penerepan Rebranding Persebaya Surabaya Sebagai KlubSepakbola Profesional. Surabaya: Universitas Petra.
Rahmah, Elva. 2012. Peningkatan Kualitas Layanan Konten Jurnal MelaluiRebranding. Padang: Universitas Negeri Padang.
Sari, Yulida. 2013. PENGARUH PERUBAHAN LOGO TERHADAP CITRAPERUSAHAAN (Studi Persepsi Konsumen PT Pertamina (Persero) di BandarLampung). Lampung: Universitas Lampung.
Situs Internet
Tanudjaja, Bing B. Aplikasi Prinsip Gestalt pada Media Desain KomunikasiVisual. http://dgi.or.id/dgi-archive/aplikasi-prinsip-gestalt-pada-media-desain-komunikasi-visual. (diakses pada tanggal 3 Juni 2017 pukul 00:29WIB)
Inilah Makna Logo Baru Kemenkes RI. 6 Desember 2016.http://www.depkes.go.id/article/view/16120900003/inilah-makna-logo-baru-kemenkes-ri.html. (diakses pada tanggal 19 Oktober 2017 pukul 15:53 WIB).
http://www.kemkes.go.id/ (diakses pada tanggal 25 Maret 2018 pukul 19.00 WIB).
http://padk.kemkes.go.id/news/read/index/1/109/logo-baru-kemenkes (diakses padatanggal 16 Agustus 2017 pukul 23.42 WIB).
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/wp-content/uploads/ 2016/12/logo-kemenkes_landscape.jpg)
(http://www.depkes.go.id/article/view/13010100001/profil-visi-dan-misi.htmltanggal: 8 Februari 2018 14:38 WIB).
(http://www.depkes.go.id/article/view/15110900002/kementerian-kesehatan-republik-indonesia.html tanggal: 8 Februari 2018 15:07 WIB)
http://www.depkes.go.id/web/assets/images/SOTK/SOTK2016%20-1%20kemkes.jpg8 Februari 2018 15:04 WIB
https://banpt.or.id/direktori/institusi/pencarian_institusi (21 Mei 2018 pukul 22.05)
http://lamptkes.org/akreditasi/pencarian (21 Mei 2018 pukul 22.08)
http://ledhyane.lecture.ub.ac.id/files/2013/07/tabel-f-0-05.pdf
Sumber Lain
Republik Indonesia. 1984. Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 569/ Menkes/ Per/ XI/ 1984 tentang Lambang Kesehatan UntukUpaya Kesehatan Rakyat di Seluruh Indonesia. Kementerian Kesehatan RI.Jakarta.
Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 7 Tahun 2017 tentang Penggunaan Logo Kementerian Kesehatan.Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.