pengaruh persepsi konsumen terhadap keputusan pembelian
DESCRIPTION
ekonomiTRANSCRIPT
Pengaruh Persepsi Konsumen Terhadap Keputusan Pembelianyang dijual, dan apa yang mereka berikan pada masyarakat lebih baik daripada pesaingnya.
Tanggapan konsumen merupakan sebuah alat penguji untuk sebuah strategi pemasaran
perusahaan. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai konsumen harus dimasukkan dalam setiap
strategi pemasaran. Data mengenai konsumen dapat membantu perusahaan menentukan pasar
dan mengidentifikasi tantangan dan kesempatan, serta memastikan bahwa produknya dapat terus
bertahan dalam pasar.
Salah satu ukuran keberhasilan suatu usaha adalah bagaimana persepsi konsumen dapat
meningkatan kepercayaan terhadap suatu produk sehingga mereka mempunyai keinginan
membeli yang sangat besar terhadap produk tersebut. Hal ini dapat diketahui dengan melakukan
penilaian persepsi konsumen. Hasil penilaian dapat diukur dengan membandingakan data yang
ada dilapangan. Bagi perusahaan hasil penilaian persepsi konsumen sangat penting peranannya
dalam pengambilan keputusan berbagai hal terutama dalam hal ini yaitu tentang keputusan
pembelian suatu produk atau barang.
Konsumen secara selektif memilih stimuli mana yang akan diterima dan menjadikan stimuli
tersebut sebagai dasar psikologi utama. Penginterpretasian stimuli juga berbeda-beda pada
masing-masing individu. Penginterpretasian stimuli juga berbeda-beda pada masing-masing
individu. Proses tersebut terjadi sejak konsumen menangkap stimuli tersebut pertama kali.
Penilaian oleh konsumen biasanya dipengaruhi oleh pengalaman maupun referensi yang dimiliki
konsumen. Sehingga pengalaman sebelumnya berperan sebagai dasar acuan atau pertimbangan.
Orang tidak menerima berbagai stimuli yang mereka pilih dari lingkungan sebagai sensasi yang
terpisah, tetapi mereka cenderung mengelompokkannya menjadi kelompok-kelompok dan
merasakannya sebagai satu keseluruhan. Proses tersebut terjadi sejak konsumen menangkap
stimuli tersebut pertama kali.
Persepsi konsumen terhadap suatu produk akan menjadi pertimbangan konsumen dalam
menentukan pilihan produk mana yang akan dibeli. Jika persepsi tersebut tinggi maka konsumen
akan tertarik dan mengevaluasi masukan-masukan informasi yang mereka dapat mengenai barang
tersebut untuk kemudian membelinya. Untuk menghasilkan persepsi yang tepat bagi konsumen,
perusahaan hendaknya memperhatikan kriteria evaluasi kualitas produk atau jasa yang ditawarkan
dengan cara terus menerus, karena orang akan melupakan banyak hal yang mereka pelajari
namun cenderung akan mengingat informasi yang mendukung pandangan dan keyakinan mereka
untuk membeli produk tesebut.
2.1.2 Prinsif Dasar Pengelompokan Persepsi
Schiffman dan Kanuk (2004 : 253), ada tiga prinsip paling dasar mengenai pengelompokkan
persepsi yaitu:
1. Figur dan Dasar.
Stimuli yang kontras dengan lingkungan akan cenderung lebih diperhatikan. Orang cenderung
untuk mengorganisasikan persepsi mereka ke dalam hubungan figur dan dasar. Para pemasang
iklan harus merencanakan iklan dengan teliti untuk memastikan agar stimuli yang mereka
harapkan mendapat perhatian menjadi diperhatikan, dipandang sebagai figur dan bukan sebagai
dasar, karena figur lebih menonjol dari pada dasar. Sehingga jangan sampai latar belakang iklan
mengurangi arti produk,yang bisa menyebabkan stimuli tidak bekerja maksimal.
2. Pengelompokkan.
Individu cenderung mengelompokkan stimuli, sehingga stimuli tersebut membentuk gambar atau
kesan yang menyatu. Persepsi mengenai stimuli sebagai kelompok-kelompok atau potongan-
potongan informasi lebih mempermudah ingatan untuk mengingat kembali. Pengelompokkan
dapat digunakan secara menguntungkan oleh para pemasar untuk menyatakan secara tidak
langsung arti-arti tertentu yang diinginkan terkait dengan produk mereka. Contoh, sebuah iklan
rokok dapat mempertunjukkan seorang pria yang berpenampilan menarik berkumpul dengan
teman-temannya dalam suatu pesta yang mewah, sambil menghisap rokok tersebut. Maka
keseluruhan suasana yang secara tidak langsung dinyatakan oleh pengelompokkan stimuli
menyebabkan konsumen menghubungkan, bahwa menghisap rokok tersebut identik dengan
suasana santai dan kesan mewah (prestisius)
3. Penyelesaian.
Kebutuhan akan penyelesaian mempunyai beberapa implikasi menarik bagi para pemasar.
Penyajian pesan iklan yang tidak lengkap, “meminta” untuk dilengkapi oleh para konsumen. Dan
tindakan melengkapi itu sendiri membantu untuk melibatkan mereka lebih dalam pada pesan itu.
Itulah sebabnya banyak pemasang iklan dengan sengaja meminta keikutsertaan penonton pada
iklan-iklan mereka. Sehingga orang yang melihat iklan tersebut menjadi penasaran dan tertarik
mencoba produk tersebut.
Bagaimana dekatnya interpretasi seseorang atas realitas tergantung pada kejelasan stimuli,
pengalaman masa lalu orang yang menerimanya, dan motif serta minatnya pada saat memperoleh
persepsi terhadap suatu informasi mengenai produk atau barang yang akan dibeli.
2.1.3 Dimensi Persepsi
Mengacu pada pendapat Assael (2001: 256), dimensi persepsi dibagi menjadi tujuh, yaitu:
1. Kinerja
Melibatkan berbagai karakteristik operasional utama, misalnya karakteristik operasional mobil
adalah kecepatan, akselerasi, sistem kemudi dan kenyamanan. Pelanggan mempunyai sikap yang
berbeda dalam menilai atribut-atribut kinerja tersebut karena faktor kepentingan pelanggan
berbeda satu sama lain.
2. Pelayanan
Mencerminkan kemampuan toko dalam memberikan pelayanan kepada konsumen terkait dengan
produk yang dipasarkan. Semakin baik pelayanan yang diberikan toko kepada konsumen, semakin
baik pula penilaian konsumen terhadap image toko itu.
3. Ketahanan
Mencerminkan daya tahan produk tersebut, apakah produk tersebut tahan lama atau tidak.
Konsumen akan merasa nyaman dalam membeli suatu produk apabila produk tersebut telah
benar-benar teruji dan tahan lama.
4. Keandalan
Konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari satu pembelian ke pembelian
berikutnya. Jika konsumen melakukan pembelian suatu produk, kemudian melakukan pembelian
berulang terhadap produk tersebut dan merasakan kepuasan yang sama atas kinerja produk itu,
maka produk itu dikatakan mempunyai keandalan.
5. Karakteristik produk
Fitur-fitur yang terdapat pada suatu produk yang dapat membedakannya dari produk pesaingnya,
dan fitur tersebut bisa menjadi nilai lebih di mata konsumen. Misalnya, Yamaha Mio memiliki mesin
dengan kapitas 115 cc yang tidak dimiliki motor lain, sehingga akan memberikan nilai lebih produk
itu bagi konsumen.
6. Kesesuaian dengan spesifikasi
Merupakan pandangan mengenai kualitas proses manufaktur sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan dan teruji. Konsumen akan merasa dibohongi apabila produk yang mereka gunakan
tidak sesuai dengan spesifikasi kualitas yang ditawarkan perusahaan, sehingga akan memberikan
penilaian yang buruk badi produk tersebut.
7. Hasil
Mengarah pada kualitas yang dirasakan yang melibatkan enam dimensi sebelumnya. Jika
perusahaan tidak dapat menghasilkan “hasil akhir” produk yang baik maka kemungkinan produk
tersebut tidak akan mempunyai atribut kualitas lain yang penting yang dapat menarik perhatian
konsumen.
Persepsi konsumen terhadap suatu produk akan menjadi pertimbangan konsumen dalam
menentukan pilihan produk mana yang akan dibeli. Jika persepsi tersebut tinggi maka konsumen
akan tertarik untuk membeli produk tersebut. Untuk menghasilkan persepsi yang tepat bagi
konsumen, perusahaan hendaknya memperhatikan kriteria evaluasi kualitas produk atau jasa yang
ditawarkan. Contoh, dalam membeli rokok, konsumen memperhatikan faktor-faktor seperti rasa,
aroma, harga, distribusi produk , iklan serta kemasan.
2.1.4 Proses Persepsi
Menurtu Philip Kotler (2007 : 228) orang dapat memiliki persepsi berbeda atas objek yang sama
karena ada tiga proses persepsi yaitu :
1.Perhatian selektif
Pada dasarnya orang akan terlibat banyak rangsangan harian. Sebagian besar rangsangan akan
disaring, karena seseorang tidak mungkin dapat menanggapi rangsangan-rangsangan ini. Proses
ini disebut perhatian selektif. Rangsangan-rangsangan yang diperhatikan antara lain :
a). Rangsangan yang berhubungan dengan kebutuhannya saat ini.
b). Rangsangan yang mereka antisipasi.
c). Rangsangan dengan deviasi yang besar dibandingkan dengan ukuran rangsangan.
Perhatian selektif membuat pemasar harus bekerja keras untuk menarik perhatian konsumen.
Pesan-pesan mereka akan terbuang pada orang-orang yang berada dalam pasar produk tertentu.
Bahkan orang-orang yang berada dalam pasar mungkin tidak memperhatikan suatu pesan kecuali
jika pesan itu menonjol dibandingkan rangsangan-rangsangan lain di sekitarnya.
2.Distorsi Selektif
Distorsi selektif adalah kecenderungan orang untuk mengubah informasi ke dalam pengertian
pribadi dan menginterprestasikan informasi dengan cara yang akan mendukung pra-konsepsi
mereka, bukannya yang menentang pra-konsepsi tersebut. Bahkan rangsangan yang telah
mendapatkan perhatian konsumen, belum tentu berada di jalur yang diinginkan.
3.Ingatan Selektif
Ingatan selektif menjelaskan mengapa para pemasar menggunakan drama dan pengulangan
dalam mengirimkan pesan pada pasar sasaran mereka. Karena orang akan melupakan banyak hal
yang mereka pelajari namun cenderung akan mengingat informasi yang mendukung pandangan
dan keyakinan mereka.
Kombinasi kedua tipe masukan yang berbeda yaitu dari dalam dan dari luar menghasilkan
gambaran yang sangat pribadi dan sangat khusus mengenai berbagai hal. Setiap orang
merupakan individu yang unik dengan pengalaman, kebutuhan, keinginan dan harapan yang unik,
sehingga persepsi setiap individu juga unik. Hal ini menjelaskan mengapa tidak ada dua orang
yang melihat dunia dengan cara yang persis sama.
2.2 Merek
2.2.1 Pengertian Merek
Merek merupakan suatu nama, istilah, simbol, desain atau gabungan dari keempatnya yang
mengidentifikasikan suatu produk dan membedakannya dengan produk para pesaing. Merek
sebenarnya adalah cerminan dari janji yang diucapkan oleh produsen terhadap konsumen atas
kualitas produk yang akan mereka hasilkan. Bahkan lebih jauh lagi, dapat dikatakan bahwa merek
adalah gudang penyimpan kepercayaan yang semakin penting peranannya seiring dengan
meningkatnya jumlah pilihan yang dihadapi masyarakat. “Konsumen bersedia membayar lebih
suatu produk karena merek melekat padanya, yang merupakan jaminan konsistensi kualitas nilai
tertentu yang diyakini terkandung di dalamnya” (Kotler, 2007 : 219). Dengan adanya merek, dapat
membuat konsumen merasa aman karena adanya jaminan kualitas pada produknya. Perusahaan
juga diuntungkan dengan memberi harga premium bagi merek yang terkenal dan dapat
memperluas pangsa pasar perusahaan. Jadi yang pertama yang ada dibenak konsumen sebelum
melakukan pembelian adalah dengan mengidentifikasi merk dari produk sejak pertama kali
mereka mendapatkan informasi mengenai produk tersebut.
Sepeda motor Yamaha Mio merupakan produk mahal, berkualitas mesin tinggi, dan dapat
diandalkan, sehingga akan menimbulkan keuntungan fungsional dimana konsumen tidak akan
membeli sepeda motor dalam kurun waktu tertentu dan keuntungan emosional dimana konsumen
akan merasa dihargai karena menggunakan produk yang mahal dan berkualitas. Yamaha Mio
merupakan contoh yang baik mengenai produk yang sukses yang masih terus memperbaiki
produknya. Walaupun saat ini banyak produk motor dari perusahaan lain yang menawarkan
berbagai jenis produknya dengan keunggulan masing-masing., Yamaha Mio masih tetap
mengungguli para pesaingnya. Bahkan, Yamaha sudah memperbarui produk Mio-nya dengan
mengeluarkan produk baru, dengan tampilan dan desain body yang lebih sproty.
2.2.2 Tingkatan Merek
Menurut (Kottler,2007:220), merek terbagi atas enam tingkat, yaitu :
1. Atribut
Sebuah merek memiliki beberapa atribut atau ciri khas. Misalnya, mobil Mercedes mempunyai ciri
mahal, berkualitas mesin tinggi, dapat diandalkan, dan mempunyai prestise yang tinggi.
2. Keuntungan
Atribut harus dapat memberikan keuntungan, baik dari segi fungsi maupun secara emosional.
Atribut “dapat diandalkan” dapat mencerminkan keuntungan fungsional berupa “saya tidak akan
membeli mobil lain dalam waktu beberapa tahun kedepan”. Atribut “mahal” mencerminkan
keuntungan emosional “mobil ini membuat saya merasa penting dan dihargai”.
3. Nilai
Merek juga mencerminkan sesuatu mengenai nilai produsen. Mobil Mercedes mencerminkan
performa yang tinggi, aman, dan mempunyai prestise tinggi.
4. Kebudayaan
Merek mencerminkan beberapa kebudayaan. Mobil Mercedes mencerminkan kebudayaan Jerman :
terorganisasi, efisien, dan berkualitas tinggi.
5. Kepribadian
Merek dapat membentuk kepribadian seseorang. Mobil Mercedes mencerminkan gambaran
seorang bos (orang), singa yang perkasa (binatang), atau istana yang megah (obyek).
6. Pengguna
Merek mencerminkan tipe konsumen yang membeli atau menggunakan produk. Mercedes
biasanya dipakai oleh kaum eksekutif berusia 55 tahun, bukan seorang sekretaris yang berusia 22
tahun.
2.3 Keputusan Pembelian
2.3.1 Pengertian Keputusan Pembelian
Untuk mendapat gambaran mengenai keputusan pembelian, berikut ini akan dikemukakan definisi
mengenai keputusan pembelian menurut para ahli.
Menurut Philip Kotler (2007;223) Keputusan Pembelian yaitu : “beberapa tahapan yang dilakukan
oleh konsumen sebelum melakukan keputusan pembelian suatu produk”.
Sedangkan Menurut Chapman dan Wahlers (1999: 176) Keputusan Pembelian adalah :
“sebagai keinginan konsumen untuk membeli suatu produk. Konsumen akan memutuskan produk
yang akan dibeli berdasarkan persepsi mereka terhadap produk tersebut berkaitan dengan
kemampuan produk tersebut dalam memenuhi kebutuhannya’.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa untuk melakukan suatu keputusan orang akan
melalui suatu proses tertentu, demikian pula pada hal keputusan memilih produk atau merek
mereka akan melaksanakan proses terlebih dahulu mungkin karena mereka tidak mau
menanggung resiko apabila membeli produk tersebut, sehingga mereka akan penuh dengan
pertimbangan – pertimbangan.
2.3.2Peran Pembeli
Seorang pemasar perlu mengetahui siapa yang berperan dalam kegiatan pembelian, karena
semua itu mengandung implikasi yang akan digunakan untuk merancang produk yang akan
diproduksi, penentu pesanan dan penentu anggaran biaya produksi. Beberapa peranan dalam
keputusan pembelian menurut Philip Kotler (2007 :225)
1.Initiator
2.Influencer
3.Decider
4.Buyer
5.User
Beberapa peranan dalam keputusan pembelian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.Initiator
Individu yang mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu yang mempunyai kebutuhan /
keinginan tetapi tidak mempunyai wewenang untuk melakukan sendiri
2.Influencer
Individu yang memepunyai pengaruh keputusan untuk memebeli baik secara sengaja atau tidak
segaja.
3.Decider
Individu yang memutuskan membeli atau tidak, apa yang akan dibeli, bagaimana membelinya,
kapan dan dimana membelinya.
4.Buyer
Individu yang melakukan transaksi pembelian sesungguhnya.
5.User
Individu yang menggunakan produk atau jasa yang dibeli.
2.3.3 Perilaku Pembelian Pada Konsumen
Ada empat perilaku pembeli seperti yang dikemukakan oleh Henry Assael dan Philip Kotler (1997 :
169) yang membedakan jenis-jenis tersebut berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat
pembedaan merek. Dari empat jenis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.Berdasarkan Pada Tingkat Keterlibatan Pembeli
a. Perilaku pembeli yang rumit
Konsumen melalui perilaku pembeli yang rumit pada saat mereka memiliki keterlibatan yang tinggi
dalam pembelian dan menyadari adanya perbedaan yang jelas antara merek-merek yang ada.
Konsumen akan memiliki keterlibatan yang tinggi dalam membeli bila produk yang diinginkan
mahal, tidak sering membeli, beresiko dan amat mencerminkan dirinya. Umunya konsumen tidak
mengetahui terlalubanyak mengenai kategori produk yang bersangkutan dan harus belajar
mengenai barang tersebut. Pembeli ini akan melalui proses belajar yang ditandai dengan
mengembangkan kepercayaan terhadap produk, kemudahan sikap akhirnya membuat pilihan
pembeli yang sudah dipikirkan.
b.Perilaku membeli untuk mengurani ketidakcocokan
Kadang-kadang konsumen yang sangat telihat dalam pembelian melihat hanya sedikit perbedaan
antara merek-merek yang ada. Keterlibatan yang mendalam disebabkan oleh kenyataan bahwa
pembelian itu mahal, tidak sering dilakukan dan beresiko. Dalam kasus ini pembeli melihat-lihat
untuk mempelajari apa yang tersedia, tetapi akan membeli cepat karena perbedaan tidak terlihat.
Pembeli mungkin akan menanggapi terutama harga yang baik atau kemudahan membeli. Setelah
pembelian, pembeli mungkin mengalami ketidakcocokan yang timbul akibat menyadari cirri-ciri
tertentu yang mungkin kurang menyenangkan, konsumen akan menjadi dewasa karena lebih
banyak informasi yang dapat membenarkan keputusan memebelinya untuk mengurangi
ketidakcocokan.
2.Berdasarkan Pada Tingkat Pembedaan Merek
a.Perilaku membeli berdasarkan ketidakcocokan
Banyak produk dibeli dibawah kondisi tingkat keterlibatan yang rendah dan tidak terdapatnya
perbedaan yang jelas antara merek-merek yang ada. Konsumen dalam kasus ini tidaklah melalui
urutan kepercayaan / sikap / perilaku yang normal. Konsumen tidaklah mencari secara ektensif
mengenai informasi merek-merek yang ada, mengevaluasi karakteristiknya dan membuat
pertimbangan yang hati-hati mengenai merek mana yang akan dibeli. Konsumen adalah penerima
informasi yang positif pada saat mereka melihat iklan. Konsumen tidak membentuk sikap yang
kuat terhadap merek tetapi memilihnya berdasarkan kebiasaan. Setelah membeli bahkan mereka
mungkin tidak mengevaluasi terhdap merek yang mereka pilih sehingga proses membeli :
kepercayaan merek yang dibentuk oleh proses belajar yang pasif diikuti perilaku membeli yang
mungkin disertai evaluasi.
b.Perilaku membeli yang mencari keragaman
Situasi membeli ditandai dengan keterlibatan konsumen yang rendah namun terdapat perbedaan
merek yang jelas. Konsumen sering terlihat melakukan banyak pergantian merek itu, karena
bertujuan mencari keragaman da ketidakpuasan. Pemimpin pasar dan merek-merek minor dalam
jenis produk ini memiliki strategi pemasaran yang berbeda. Pemimpin pasar akan berusaha
mendorong perilaku pembelian karena kebiasaan dengan mendominasi rak-rak penjualan
menghindari kekurangan persedian dan sering mensponsori iklan untuk meningkatkan konsumen.
Perusahaan penantang akan mendorong pencari variasi dengan menawarkan harga yang lebih
rendah, kupon gratis dan iklan yang menyajikan untuk mencoba sesuatu hal yang baru
2.3.4Struktur Keputusan Pembelian
Keoputusan pembelian yang diambil oleh pembeli sebenarnya merupakan kumpulan dari sejumlah
keputusan yang terorganisir. Menurut Philip Kotler (2000 : 109) setiap keputusan pembelian
mempunyai struktur sebanyak tujuh komponen. Komponen – komponen tersebut antara lain :
1.Keputusan tentang jenis produk
2.Keputusan tentang bentuk produk
3.Keputusan tentang merek
4.Keputusan tentang penjualan
5.Keputuasan tentang jumlah produk
6.Keputusan tentang waktu pembelian
7.Keputusan tentang cara pembayaran
Komponen-komponen tesebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.Keputusan tentang jenis produk
Konsumen dapat mengambil keputusan pembelian suatu produk atau menggunakan uangnya untu
tujuan lain. Dala hal ini, perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang
berminat membeli suatu produk serta alternative lain yang mereka pertimnbangkan.
2.Keputusan tentang bentuk produk
Konsumen dapat mengambil keputusan pebelian dalam suatu produk. Keputusan tersebut
menyangkut pula ukuran, mutu, corak, dan sebagainya. Dalam hal ini, perusahaan harus
melakukan riset pemasaran untu mengetahui kesukaan konsumen tentang produk yang
bersangkutan agar dapat memaksimalkan daya tarik mereknya.
3.Keputusan tentang merek.
Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek mana yang akan dibeli. Setiap merek
memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal ini, perusahaan harus mengetahui bagaimana
konsumen harus memilih sebuah merek dalam melakukan pembelianny, merek yang sudah
dikenal memiliki nama akan memudahkan konsumen dalam mengambil keputusanny.
4.Keputusan tentang penjualnya
Konsumen harus megambil keputusan dimana produk tersebut akan dibeli. Dalam hal ini produsen,
pedagang besar dn pengecer harus mengetahui bagaimana konsumen menyukai barang tersebut.
5.Keputusan tentang jumlah produk
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang akan dibelinya
pada suatu saat. Dalam hal ini, perusahaan harus mempersiapkan banyaknya produk sesuai degan
keinginan yang berbeda-beda dari para pembeli.
6.Keputusan tentang waktu pembelian
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan ia harus melakukan pembelian. Masalah ini
menyangkut tesedianya uang untuk membeli produk. Oleh karena itu perusahaan harus dapat
mengukur waktu produksi dan kegiatan pemasaran.
7.Keputusan tentang cara pembayaran
Konsumen harus mengambil keputusan tentang metode atau cara pembayaran produk yang akan
dibeli, secara tunai atau kredit. Keputusan tersebut akan mempengaruhi keputusan tentang
tentang penjual dan jumlah pembelinya. Dalam hal ini, perusahaan harus mengetahui keinginan
pembeli terhadap cara pembayarannya.
2.3.5 Tahap – tahap dalam proses Keputusan Pembelian
Adapun tahap-tahap dalam proses keputusan pembelian produk menurut Philip Kotler (2007 ; 235 )
adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Lima tahap proses Keputusan Pembelian
Kelima tahap di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1). Pengenalan masalah adalah tahap dimana konsumen mengenali adanya suatu
masalah atau kebutuhan
2). Pencarian informasi adalah tahap dimana konumen telah tertarik untuk mencari lebih banyak
informasi, dilakukan dengan cara meningkatkan perhatian atau aktif mencari informasi.
3). Evaluasi berbagai alternatif adalah tahap dimana konsumen menggunakan informasi yang telah
didapat untuk mengevaluasi merek-merek alternatif.
4). Keputusan pembelian adalah ( dalam hal ini keputusan memilih produk ) adalah tahap dimana
konsumen benar-benar melakukan pembelian
5). Perilaku pasca pembelian adalah tindakan lebih lanjut setelah melakukan pembelian
berdasarkan keputusan atau ketidakpuasan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa proses pembelian terdiri dari beberapa tahapan yang
dengan pengenalan masalah terhdap kebutuhan dan keinginan serta tidak berhenti setelah
pembelian dilakukan. Para pemasar telah mendalami berbagai hal yang mempengaruhi pembelian,
serta pengembangan suatu pengertian tentang bagaimana konsumen dalam kenyataannya
membuat keputusan itu dan bagaimana tipe keputusan membeli konsumen.
2.2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi Keputusan Pembelian
Untuk melakukan suatu keputusan orang akan melalui suatu proses tertentu, sehingga mereka
dapat menentukan pilihan yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka untuk membeli
suatu produk atau barang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian menurut Philip Kotler (2007 : 153), adalah
1Faktor Budaya
Faktor budaya memiliki pengaruh yang luas dan mendalam terhadap keputusan pembelian.
2Faktor Sosial
Sebagai tambahan atas faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh factor-faktor
sosial. Antara lain :
a.Kelompok acuan
b.Keluarga
c.Peran
d.Status
3Faktor Pribadi
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Antara lain:
a. Pekerjaan
b. Keadaan ekonomi
c. Gaya hidup
d. Kepribadian dan konsep diri pembeli
4Faktor Psikologis
Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi empat faktor psikologi utama. Antara lain:
a.Persepsi
b.Keyakinan dan pendirian
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa para konsumen dalam memilih suatu produk melalui
beberapa tahapan proses terlebih dahulu sebelum mereka melakukan pembelian.
2.4 Pengaruh Persepsi Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian
Proses keputusan konsumen dalam membeli atau mengkonsumsi produk atau jasa akan
dipengaruhi oleh kegiatan oleh pemasar dan lembaga lainnya serta penilain dan persepsi
konsumen itu sendiri. Proses keputusan pembelian akan tediri dari pengenalan masalah, pencarian
informasi, evaluasi altenatif, pembelian, kepuasan konsumen. Pemahaman tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan konsumen akan memberikan pengetahuan kepada pemasar
bagaimana menyusun strategi dan komunikasi pemasaran yang lenih baik. Persepsi konsumen
akan mempunyai keputusan pembelian dikarenakan orang mempunyai kesukaan dan kebiasaan
yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi konsumen terutama didukung oleh kemampuan
seseorang untuk mendapatkan suatu barang atau jasa . Menurut Philip Kotler (2007 :153)
“keputusan pembelian seseorang dipengaruhi oleh faktor psikologi utama, antara lain persepsi
serta keyakinan dan pendirian”.
Berdasarkan uraian diatas maka proses keputusan pembelian konsumen sangat ditentukan oleh
faktor psikologi mereka sendiri antara lain persepsi serta keyakinan dan pendirian mereka,
kemudian mengidentifikasi masukan-masukan informasi yang mereka peroleh mengenai barang
atau produk kemudian mengevaluasinya untuk kemudian melakukan keputusan pembelian.
http://cybercloning.blogspot.com/2011/04/pengaruh-persepsi-konsumen-terhadap.html