digilib.uns.ac.id/pengaruh... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user jabatan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH TEMPERATUR UDARA TERHADAP UNJUK KERJA UNIT DESALINASI SURYA BERBASIS POMPA
KALOR DENGAN MENGGUNAKAN PROSES HUMIDIFIKASI- DEHUMIDIFIKASI
TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister
Program Studi Teknik Mesin
Oleh :
Indri Yaningsih
NIM S951008005
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jabatan
Ketua
Sekretaris
AnggotaPenguji
PENGARUH TEMPERATUR UDARA TERIIADAP UNJUKI(ERJA UNIT DESALINASI SURYA BERBASIS POMPA
KALOR DENGAN MENGGUNAKAN PROSESHT]MIDIFIKASI. DEHT]MIDIFIKASI
TESIS
OlehIndri Yaningsih
s951008005
Tim penguji
Nama
Tri Istanto, ST. MT.NrP. 1 97308202000121001
Dr. Eng. Agus Purwanto, ST. MT.NrP. 1975041 1 199903 1001
Eko Prasetyo 8., ST. MT.NrP. 1 97 l 09261999031002
Prof. Muhammad Nizam. ST.MT.Ph.DNIP. 1 970072A1999Ay001
Dr. Agus Supriyanto S.Si, M.Si.NrP. 1 9690826199903 1001
Telah dipertahankan di depan pengujiDinyatakan telah memenuhi syarat
Pada tanggal 14 Februari 2012
Pascasarjana IINS
Tanggal
14 Februari 2Al2
14 Februari 2Al2
14 Februari 2012
l4Februan 2Al2
14 Februari 2012
Teknik Mesin
ST. MT.
111
n\#
itE
NrP. 1 96107 17198601 1001
Yunus, M.S.
200tT2r002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH TEMPERATTJR UDARA TERIIADAP UNJUKKERJA UNIT DESALINASI SURYA BERBASIS POMPA
KALOR DENGAN MENGGUNAKAN PROSESHTTMIDIFIKASI. DEHUMIDIFIKASI
TESIS
OIehIndri Yaningsih
s951008005
KomisiPembimbing
Pembimbing I
Nama
Tri Istanto, ST. MT.NrP 197308202000121 001
Tanggal
14 Februari 2012
14 Februari 2012Pembimbing II Dr. Eng. Agus Purwanto, ST- MT.NIP 1975041 1 199903 1001
Telah dinyatakan memenuhi sYarat
Pada tanggal 14 Februan 2012
Studi Teknik Mesin
tno, ST. MT.
i;3i:;€#..)*;
w'x
iS. -ltr",lto
22001121002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, Tuhan Yang Maha
Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
melaksanakan dan menyelesaikan Tesis ini dengan baik.
Tesis ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar
Magister Program Studi Teknik Mesin di Jurusan Teknik Mesin Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Penyelesaian Tesis ini tidaklah mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan
dari berbagai pihak, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Skripsi
ini, terutama kepada:
1. Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala kenikmatan yang telah diberikan.
2. Bapak Tri Istanto ST, MT dan Dr. Eng Agus Purwanto, ST, MT, selaku
pembimbing tesis, terimakasih atas arahan dan bimbingan dalam penyusunan
tesis ini.
3. Bapak Dr. Techn. Suyitno, ST, MT dan Bapak Prof. Muhammad Nizam.ST,
MT, PhD selaku ketua dan sekretaris prodi Magister Teknik Mesin
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Seluruh Dosen serta Staf di Jurusan Teknik Mesin UNS.
5. Bapak dan Ibu tercinta, serta kakak dan adekku, terima kasih atas dukungan
dan do’anya.
6. Endut, terimakasih atas dukungan, do’a dan semangatnya.
7. Teman – teman team desalinasi sinyo, handoyo, ferdi, bitok, adi, dan pak
dedet terimakasih atas kerjasamanya selama ini.
8. Teman – teman magister teknik mesin atas dukungan dan do’anya.
9. Teman – teman di kost KD, ryka, cintya, tyas, terimakasih atas do’a dan
dukungan kalian.
10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moral dan spiritual hingga
terselesainya penulisan tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih jauh dari
sempurna, maka kritik dan saran penulis harapkan untuk kesempurnaan tesis ini.
Semoga tesis ini dapat berguna bagi ilmu pengetahuan dan kita semua
Amin.
Surakarta, 14 Februari 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
Indri Yaningsih. 2012. Pengaruh Temperatur Udara Terhadap Unjuk Kerja Unit Desalinasi Surya Berbasis Pompa Kalor dengan Menggunakan Proses Humidifikasi-Dehumidifikasi. TESIS. Pembimbing I: Tri Istanto, ST, MT. II: Dr. Eng Agus Purwanto, ST, MT. Program Studi Teknik Mesin, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh temperatur udara dan pengaruh penggunaan pemanas udara surya plat datar dua laluan dengan dua penutup kaca terhadap unjuk kerja unit desalinasi surya berbasis pompa kalor dengan menggunakan proses humidifikasi dan dehumidifikasi. Unit ini terdiri dari sistem pompa kalor, humidifier, dehumidifier serta pemanas udara surya plat datar dua laluan dengan dua penutup kaca. Penelitian dilakukan secara indoor experiment. Energi surya dihasilkan dari simulator surya dengan menggunakan lampu halogen. Intensitas radiasi matahari divariasi sebesar 828 W/m², 924 W/m², 1014 W/m², dan 1120 W/m², sehingga dihasilkan temperatur udara masuk humidifier berturut-turut sebesar 60°C, 63°C, 68°C dan 71°C. Untuk unit desalinasi tanpa kolektor surya temperatur udara masuk humidifier sebesar 37°C. Parameter-parameter yang dibuat konstan adalah putaran kompresor sebesar 1.200 rpm, temperatur air laut sebesar 45°C, laju aliran volumetrik air laut sebesar 300 l/jam, dan air laut dalam unit disirkulasi ulang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa volume produksi air tawar meningkat seiring dengan peningkatan temperatur udara masuk ke humidifier pada unit desalinasi surya ini. Laju produksi air tawar rata-rata dari unit desalinasi surya pada temperatur udara masuk humidifier 37oC, 60oC, 63oC, 68oC dan 71oC berturut-turut 18 l/hari, 24,48 l/hari, 26,64 l/hari, 29,52 l/hari dan 35,64 l/hari. Penggunaan pemanas udara surya plat datar dua laluan dengan 2 penutup kaca dapat meningkatkan produksi air tawar untuk variasi intensitas radiasi surya 828 W/m2, 924 W/m2, 1014 W/m2 dan 1120 W/m2
berturut-turut sebesar 36%, 48%, 64% dan 76%.
Kata kunci : desalinasi, pompa kalor, humidifikasi, dehumidifikasi, pemanas udara surya plat datar dua laluan dengan dua penutup kaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
Indri Yaningsih. 2012. The Effect of Air Temperature to The Performance of Solar Desalination Unit Based on Heat Pump With Using Humidification and Dehumidification Processes. THESIS. Supervisor I: Tri Istanto, ST, MT. II: Dr. Eng Agus Purwanto, ST, MT. Program Study of Mechanical Engineering. Post-graduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta.
ABSTRACT
This research was conducted to investigate the effect of air temperature and the effect of the use of double-pass flat plate solar air heater with two glass covers on the performance of solar desalination unit based on heat pump using humidification and dehumidification processes. This unit consists of a heat pump, humidifier, dehumidifier and double-pass flat plate solar air heater with two glass covers. This research was conducted in the indoor experiment. Solar energy generated from solar simulator using halogen lamps. Intensity of solar radiation was varied at 828 W/m², 924 W/m², 1014 W/m², and 1120 W/m², so the resulting air temperature entering the humidifier of 60°C, 63°C, 68°C and 71°Crespectively. For desalination unit without solar collector, inlet air temperature of humidifier was 37°C. The constant parameters were compressor rotation of 1,200 rpm, the temperature of seawater at 45°C, the volumetric flow rate of sea water of 300 l/h, and seawater in the desalination unit was re-circulated. The results of the research show that the volume of fresh water production increases with increasing temperature of the air entering the humidifier on this solar desalination unit. Average fresh water production rate of solar desalination unit at air temperature entering humidifier 37oC, 60oC, 63oC, 68oC and 71oC was 18 l/day, 24.48 l/day, 26.64 l/day, 29.52 l/day and 35.64 l/day, respectively. The use of double-pass flat plate solar air heater with two glass covers could increase the production of fresh water for the variation of solar radiation intensity 828 W/m2, 924 W/m², 1014 W/m², 1120 W/m² by 36% , 48%, 64% and 76%, respectively.
Keywords: desalination, heat pump, humidification, dehumidication, double-pass flat plate solar air heater with two glass covers.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................vAbstrak ..........................................................................................................viiDaftar Isi ......................................................................................................... ixDaftar Tabel .....................................................................................................xi Daftar Gambar ................................................................................................xiiDaftar Persamaan ............................................................................................ xv Daftar Notasi ................................................................................................. xviDaftar Lampiran ..........................................................................................xviiiBAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah..............................................................11.2. Perumusan Masalah ....................................................................41.3. Batasan Masalah .........................................................................41.4. Tujuan dan Manfaat ....................................................................61.5. Sistematika Penulisan..................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI2.1. Tinjauan Pustaka.........................................................................82.2. Dasar Teori ...............................................................................10
2.2.1. Desalinasi (Desalination)...............................................102.2.2. Teknologi Desalinasi .....................................................112.2.3. Pompa Kalor (Heat Pump).............................................212.2.4. Siklus Kompresi ............................................................232.2.5. Psikrometrik ..................................................................272.2.6. Proses Humidifikasi dan Dehumidifikasi .......................28
2.2.6.1.Humidifikasi ...................................................... 292.2.6.2.Dehumidifikasi................................................... 31
2.2.7. Energi Surya.................................................................. 332.2.7.1.Radiasi ............................................................... 342.2.7.2.Kolektor Surya ................................................... 362.2.7.3.Analisis Termal Pada Kolektor Surya Plat
Datar .................................................................. 37BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian ......................................................................403.2. Bahan Penelitian .......................................................................403.3. Alat Penelitian ........................................................................403.4. Prosedur Penelitian ...................................................................55
3.4.1. Tahap Persiapan.............................................................563.4.2. Tahap Pengujian ............................................................56
3.4.2.1. Pengujian tanpa kolektor surya ..........................563.4.2.2.Pengujian dengan kolektor surya ........................56
3.5. Analisa Data .............................................................................573.6. Diagram Alir Penelitian ............................................................59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
4.1. Hasil Penelitian ......................................................................604.1.1. Temperatur udara pada proses humidifikasi dan
dehumidifikasi ............................................................... 614.1.2. Proses pemanasan udara di kolektor surya ..................... 624.1.3. Pengujian kadar garam air laut dan salinitas air
tawar hasil desalinasi ..................................................... 634.1.4. Volume air tawar aktual yang dihasilkan unit
desalinasi surya.............................................................. 634.1.5. Proses humidifikasi dan dehumidifikasi pada
diagram psikrometrik..................................................... 644.1.6. Perhitungan volume air tawar yang dihasilkan unit
desalinasi surya.............................................................. 654.1.7. Perhitungan COPHP aktual ............................................. 694.1.8. Perhitungan efisiensi kolektor surya plat datar dua
laluan dengan 2 penutup kaca ........................................ 714.2. Analisa Data ......................................................................74
4.1.9. Pengaruh temperatur udara terhadap produksi air tawar.............................................................................. 74
4.2.1. Pengaruh temperatur udara terhadap COPHP...................764.1.10. Pengaruh penggunaan pemanas udara surya plat
datar dua laluan dengan 2 penutup kaca terhadap unjuk kerja sistem..........................................................77
4.1.11. Efisiensi pada pemanas udara surya plat datar dua laluan dengan 2 penutup kaca ........................................78
BAB V PENUTUP5.1. Kesimpulan ......................................................................80
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................81LAMPIRAN ....................................................................................................83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Proses – proses desalinasi (Kalogirou 2005) ....................................12Tabel 3.1. Hasil pengujian kadar garam air laut yang digunakan.......................40Tabel 3.2. Spesifikasi pompa Moswell Model 125C.........................................47Tabel 4.1 Temperatur rata-rata udara melewati kondensor, kolektor
surya, dan masuk humidifier ............................................................61Tabel 4.2. Data temperatur udara pada proses humidifikasi dan
dehumidifikasi .................................................................................61Tabel 4.3 Data temperatur udara melewati kolektor surya untuk
variasi intensitas radiasi surya rata-rata 1120 W/m2 .........................62Tabel 4.4. Hasil pengujian kadar garam air laut sebelum proses desalinasi .......63Tabel 4.5. Hasil pengujian salinitas air tawar setelah proses desalinasi .............63Tabel 4.6. Hasil pengamatan akumulasi produksi air tawar aktual untuk
seluruh temperatur udara masuk humidifier .....................................64Tabel 4.7. Data proses humidifikasi dan dehumidifikasi pada menit ke-20
untuk temperatur udara masuk humidifier 71°C ...............................65Tabel 4.8. Hasil perhitungan laju aliran massa udara, penambahan massa
uap total, pengurangan massa uap total dan volume air tawar yang dihasilkan pada temperatur udara masuk humidifier 71°C .......67
Tabel 4.9. Hasil perhitungan volume air tawar yang dihasilkan untuk seluruh temperatur udara masuk humidifier .....................................68
Tabel 4.10.Hasil perhitungan penambahan massa uap air total di humidifier untuk seluruh temperatur udara masuk humidifier .......68
Tabel 4.11.Hasil perhitungan pengurangan massa uap air total di dehumidifier untuk seluruh temperatur udara masuk humidifier .....................................................................................68
Tabel 4.12. Perhitungan COPHP aktual untuk temperatur udara masuk humidifier 71°C...............................................................................71
Tabel 4.13.COPHP aktual untuk seluruh temperatur udara masuk humidifier........................................................................................71
Tabel 4.14. Efisiensi kolektor surya plat datar dua laluan dengan 2 penutup kaca pada intensitas radiasi surya rata-rata 1120 W/m2 ....................73
Tabel 4.15 Efisiensi kolektor surya untuk seluruh variasi intensitas radiasi surya................................................................................................73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Multi-stage flash distillation (Cipollina dkk 2009) .........................13Gambar 2.2. Penyulingan multi-efek (Multiple-effect distillation)(Cipollina
dkk 2009) ......................................................................................14Gambar 2.3. Penyulingan dengan tekanan uap (vapor compression
distillation) (Kalogirou 2009) ........................................................15Gambar 2.4. Osmosis balik (Reverse Osmosis) (Kalogirou 2009).......................16Gambar 2.5. Penguapan efek tunggal (single effect evaporation)(Cipollina
dkk 2009) ......................................................................................17Gambar 2.6. Siklus air hujan (Narayan dkk 2010) ..............................................18Gambar 2.7. Sistem desalinasi dengan humidifikasi dan dehumidifikasi
berbasis pompa kalor (Gao dkk 2008) ...........................................19Gambar 2.8. Humidifier (Gao dkk 2008) ............................................................20Gambar 2.9. Kemungkinan kombinasi dari sistem RE untuk diaplikasikan
ke sistem desalinasi. (Cipollina dkk 2009) .....................................21Gambar 2.10. Skema perbandingan mesin kalor dengan pompa kalor
(Holland dkk 2005) .......................................................................22Gambar 2.11. Komponen pompa kalor pada proses pemanasan
(http://www.reuk.co.uk/Air-Source-Heat-Pumps.htm).................23Gambar 2.12. Komponen pompa kalor pada proses pendinginan
(http://www.reuk.co.uk/Air-Source-Heat-Pumps.htm).................23Gambar 2.13. Siklus kompresi uap standar ........................................................23
(a) Diagram alir proses................................................................23(b) Diagram temperatur-entropi (Pasek 2004)..............................23
Gambar 2.14. Siklus kompresi uap aktual dan standar (Pasek 2004)...................26Gambar 2.15. Diagram psikrometrik (McDowall 2006) .....................................27Gambar 2.16. Proses humidifikasi dan dehumidifikasi (Pita 2002) .....................29Gambar 2.17.Proses heating and humidification dalam diagram
psikrometrik (Kharagpur 2008) ....................................29Gambar 2.18.Proses cooling and humidification dalam diagram
psikrometrik (Kharagpur 2008).....................................30Gambar 2.19. Proses heating and dehumidification dalam diagram
psikrometrik (Kharagpur 2008) ..................................................32Gambar 2.20. Proses cooling and dehumidification dalam diagram
psikrometrik(Kharagpur 2008) ....................................................32Gambar 2.21. Skema karakteristik panjang gelombang......................................34Gambar 2.22. Energi radiasi matahari yang sampai pada suatu material
(Petela 2010)...............................................................................35Gambar 2.23. Bagian – bagian utama dari kolektor surya plat datar
(Kalogirou 2009).........................................................................36Gambar 2.24. Hambatan termal pada kolektor surya (Kalogirou 2009)..............38Gambar 2.25. Input radiasi dan kerugian panas pada kolektor surya
(Kalogirou 2009).........................................................................39Gambar 3.1. Refrigeran HFC 134-a ...................................................................40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
Gambar 3.2. Skema unit desalinasi surya berbasis pompa kalor dengan menggunakan proses humidifikasi dan dehumidifikasi ................41
Gambar 3.3. Unit desalinasi surya berbasis pompa kalor dengan menggunakan proses humidifikasi dan dehumidifikasi ................42
Gambar 3.4. Kompresor ....................................................................................43Gambar 3.5. Kondensor .....................................................................................43Gambar 3.6. Receiver ........................................................................................43Gambar 3.7. Katup ekspansi .............................................................................44Gambar 3.8. Evaporator .....................................................................................44Gambar 3.9. Motor listrik 3 HP..........................................................................44Gambar 3.10. Pressure gauge ............................................................................45Gambar 3.11. Humidifier ...................................................................................45Gambar 3.12. Dehumidifier ...............................................................................46Gambar 3.13. Sprinkler......................................................................................46Gambar 3.14. Fan aksial ....................................................................................46Gambar 3.15. Pompa sentrifugal ........................................................................47Gambar 3.16. Termokopel tipe T .......................................................................47Gambar 3.17. Pemasangan termokopel tipe T pada pipa.....................................48Gambar 3.18. Display termokopel......................................................................48Gambar 3.19. Flowmeter refrigerant ..................................................................49Gambar 3.20. Flowmeter air laut........................................................................49Gambar 3.21. Thermostat...................................................................................49Gambar 3.22. Relay atau kontaktor ....................................................................50Gambar 3.23. Manometer ..................................................................................50Gambar 3.24. Termometer bola basah................................................................51Gambar 3.25. Termometer digital ......................................................................51Gambar 3.26. Power supply switching circuit ....................................................51Gambar 3.27. Stopwatch ....................................................................................52Gambar 3.28. Gelas ukur ...................................................................................52Gambar 3.29. Bak penampung air laut ...............................................................52Gambar 3.30. Bak penampung air tawar (fresh water)........................................53Gambar 3.31. Lampu Halogen ...........................................................................53Gambar 3.32. Pyranometer ................................................................................53Gambar 3.33. Skema kolektor surya plat datar dua laluan ..................................54Gambar 3.34. Unit kolektor surya plat datar dua laluan ......................................55Gambar 4.1. Diagram alir energi sistem pompa kalor pada menit ke-20,
temperatur udara masuk humidifier 71°C ....................................62Gambar 4.2. Proses humidifikasi dan dehumidifikasi pada menit ke-20
untuk temperatur udara masuk humidifier 71°C ..........................64Gambar 4.3. Diagram p-h siklus actual............................................................69Gambar 4.4. Grafik akumulasi produksi air tawar terhadap waktu dengan
variasi temperatur udara masuk humidifier..................................74Gambar 4.5. Grafik penambahan massa uap air total terhadap waktu
dengan variasi temperatur udara masuk humidifer.......................75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
Gambar 4.6. Grafik perbandingann akumulasi produksi air tawar teoritis dan aktual terhadap waktu dengan variasi temperatur udara masuk humidifier ........................................................................76
Gambar 4.7 Grafik COP HP aktual terhadap waktu dengan variasi temperatur udara .........................................................................77
Gambar 4.8 Pengaruh penggunaan pemanas udara surya plat datar dua laluan dengan 2 penutup kaca terhadap unjuk kerja sistem ..........77
Gambar 4.9. Efisiensi kolektor surya plat datar dua laluan dengan 2 penutup kaca untuk seluruh variasi intensitas radiasi surya..........78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
DAFTAR PERSAMAAN
Persamaan (2.1) COP ideal Heat Pump ........................................................... 25Persamaan (2.2) COP aktual Heat Pump ......................................................... 26Persamaan (2.3) Laju aliran massa refrigeran aktual ........................................ 26Persamaan (2.4) Kapasitas panas yang dilepas ................................................ 27Persamaan (2.5) Kenaikan entalpi udara spesifik ............................................. 30Persamaan (2.6) Kenaikan entalpi udara total .................................................. 30Persamaan (2.7) Penambahan kadar uap air (moisture content) ....................... 30Persamaan (2.8) Penambahan massa uap air total............................................. 30Persamaan (2.9) Jumlah kalor yang dilepas selama proses ............................... 30Persamaan (2.10) laju aliran massa uap air ...................................................... 31Persamaan (2.11) entalpi spesifik dari uap air .................................................. 31Persamaan (2.12) Penurunan entalpi udara ...................................................... 32Persamaan (2.13) Penurunan kadar uap air (moisture content) ......................... 32Persamaan (2.14) Jumlah kalor yang dilepas udara selama proses ................... 32Persamaan (2.15) Laju aliran massa udara ....................................................... 32Persamaan (2.16) Massa air tawar yang dihasilkan selama proses .................... 32Persamaan (2.17) Energi radiasi matahari total ................................................ 35Persamaan (2.18) Reflektivitas ........................................................................ 35Persamaan (2.19) Absorptivitas ....................................................................... 35Persamaan (2.20) Transmisivitas ..................................................................... 35Persamaan (2.21) Energi yang hilang pada kolektor surya ............................... 37Persamaan (2.22) Koefisien perpindahan panas total ....................................... 38Persamaan (2.23) Laju energy panas yang berguna pada kolektor surya .......... 38Persamaan (2.24) Efisiensi kolektor surya ....................................................... 39Persamaan (2.25) Efisiensi kolektor surya ....................................................... 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
DAFTAR NOTASI
A = luas penampang saluran (m2)COPaktual = koefisien prestasi aktualCOPHP = koefisien prestasi idealcp = panas jenis udara (J/kg.K)Eρ = radiasi yang dipantulkan (direfleksikan)Eα = radiasi yang mampu diserap oleh materialEτ = radiasi yang mampu ditransmisikan melewati materialGt = intensitas radiasi yang masuk dan diserap oleh plat penyerap (W/m2)hw = entalpi spesifik dari uap air (kJ/kg)h1 = entalpi refrigeran keluar evaporator (kJ/kg)h1 = entalpi udara masuk humidifier(kJ/kg)h2 = entalpi udara keluar humidifier(kJ/kg)h2 = entalpi gas refrigeran pada tekanan keluar kompresor (kJ/kg)h2a = entalpi refrigeran masuk kondensor (kJ/kg)h3 = entalpi refrigeran pada tekanan keluar kondensor (kJ/kg)h3 = entalpi udara keluar dehumidifier(kJ/kg)ṁa = laju aliran massa udara (kg/s)ṁref = laju aliran massa refrigeran (kg/s)mw = massa air tawar yang dihasilkan selama proses (kg)Q = debit aliran refrigeran (m3/s)Qkond = kalor yang dilepas oleh kondensor (kW)Qu = laju energi panas yang keluar (J/s)Q1-2 = jumlah kalor yang dilepas selama proses (kW)Q2-3 = jumlah kalor yang dilepas udara selama proses (kW)Ta = temperatur lingkungan (K)Tp = temperatur plat kolektor (K)Ti = temperatur udara masuk kolektor (K)To = temperatur udara yang keluar dari kolektor (K)Ub = koefisien perpindahan panas total pada bagian bawah kolektor
(W/m2.K)Ue = koefisien perpindahan panas total pada bagian tepi kolektor
(W/m2.K)UL = koefisien perpindahan panas total berdasarkan luas kolektor Ac
(W/m2.K)Ut = koefisien perpindahan panas total pada bagian atas kolektor
(W/m2.K)Va = kecepatan udara (m/s)wi = rasio kelembaban udara setelah melewati evaporator (kg/kg)wo = rasio kelembaban udara sebelum melewati evaporator (kg/kg)Wkomp = daya kompresor (kW)w1 = rasio kelembaban udara masuk humidifier (kg uap air/kg udara
kering)w2 = rasio kelembaban udara keluar humidifier (kg uap air/kg udara
kering)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
w3 = rasio kelembaban udara keluar humidifier (kg uap air/kg udara kering)
α = absorptivitasρref = densitas refrigeran (kg/m3)ρudara = densitas udara (kg/m3)air laut = densitas air laut (kg/m3)ρ = reflektivitast = periode (jam/hari)τ = transmisivitasη = efisiensi kolektor surya (%)ΔH = kenaikan entalpi udara total (kJ/kg)Δh = kenaikan entalpi udara spesifik (kJ/kg)Δw = penambahan kadar uap air (kg uap air/kg udara kering)ΔW = penambahan massa uap air total (kg/s)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xviii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. DATA VARIASI TEMPERATUR UDARA MASUK HUMIDIFIER 37 °C ............................................................................ 84
Tabel 1. Data kecepatan udara, laju aliran volumetrik air laut, dan temperatur air laut pada temperatur udara masuk humidifier 37 °C....... 84
Tabel 2. Data sistem humidifikasi dan dehumidifikasi pada temperatur udara masuk humidifier 37 °C.............................................................. 84
Tabel 3. Data sistem pompa kalor pada temperatur udara masuk humidifier 37 °C................................................................................................... 85
Tabel 4. Data perhitungan COP pada temperatur udara masuk humidifier 37 °C.................................................................................................... 85
Tabel 5. Data entalpi, rasio kelembaban, dan kelembaban relatif pada temperatur udara masuk humidifier 37 °C ............................................ 86
Tabel 6. Data perhitungan penambahan massa uap air total dalam udara sesudah humidifier dan pengurangan massa uap air total dalam udara sesudah dehumidifier temperatur udara masuk humidifier 37 °C.................................................................................................... 86
LAMPIRAN 2. DATA VARIASI TEMPERATUR UDARA MASUK HUMIDIFIER 60 °C ............................................................................ 87
Tabel 1. Data kecepatan udara, laju aliran volumetrik air laut, dan temperatur air laut pada temperatur udara masuk humidifier 60 °C....... 87
Tabel 2. Data sistem humidifikasi dan dehumidifikasi pada temperatur udara masuk humidifier 60 °C .............................................................. 87
Tabel 3. Data sistem pompa kalor pada temperatur udara masuk humidifier 60 °C.................................................................................................... 88
Tabel 4. Data perhitungan COP pada temperatur udara masuk humidifier 60 °C.................................................................................................... 88
Tabel 5. Data entalpi, rasio kelembaban, dan kelembaban relatif pada temperatur udara masuk humidifier 60 °C ............................................ 89
Tabel 6. Data perhitungan penambahan massa uap air total dalam udara sesudah humidifier dan pengurangan massa uap air total dalam udara sesudah dehumidifier temperatur udara masuk humidifier 60 °C.................................................................................................... 89
Tabel 7. Data hasil pegujian kolektor surya untuk intensitas radiasi surya rata – rata 828 W/m²............................................................................. 90
LAMPIRAN 3. DATA VARIASI TEMPERATUR UDARA MASUK HUMIDIFIER 63 °C ............................................................................ 90
Tabel 1. Data kecepatan udara, laju aliran volumetrik air laut, dan temperatur air laut pada temperatur udara masuk humidifier 63 °C....... 90
Tabel 2. Data sistem humidifikasi dan dehumidifikasi pada temperatur udara masuk humidifier 63 °C .............................................................. 91
Tabel 3. Data sistem pompa kalor pada temperatur udara masuk humidifier 63 °C.................................................................................................... 91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xix
Tabel 4. Data perhitungan COP pada temperatur udara masuk humidifier 63 °C.................................................................................................... 92
Tabel 5. Data entalpi, rasio kelembaban, dan kelembaban relatif pada temperatur udara masuk humidifier 63 °C ............................................ 92
Tabel 6. Data perhitungan penambahan massa uap air total dalam udara sesudah humidifier dan pengurangan massa uap air total dalam udara sesudah dehumidifier temperatur udara masuk humidifier 63 °C.................................................................................................... 93
Tabel 7. Data hasil pegujian kolektor surya untuk intensitas radiasi surya rata – rata 924 W/m²............................................................................. 93
LAMPIRAN 4. DATA VARIASI TEMPERATUR UDARA MASUK HUMIDIFIER 68 °C ............................................................................ 94
Tabel 1. Data kecepatan udara, laju aliran volumetrik air laut, dan temperatur air laut pada temperatur udara masuk humidifier 68 °C....... 94
Tabel 2. Data sistem humidifikasi dan dehumidifikasi pada temperatur udara masuk humidifier 68 °C .............................................................. 94
Tabel 3. Data sistem pompa kalor pada temperatur udara masuk humidifier 68 °C.................................................................................................... 95
Tabel 4. Data perhitungan COP pada temperatur udara masuk humidifier 68 °C.................................................................................................... 95
Tabel 5. Data entalpi, rasio kelembaban, dan kelembaban relatif pada temperatur udara masuk humidifier 68 °C ............................................ 96
Tabel 6. Data perhitungan penambahan massa uap air total dalam udara sesudah humidifier dan pengurangan massa uap air total dalam udara sesudah dehumidifier temperatur udara masuk humidifier 68 °C.................................................................................................... 96
Tabel 7. Data hasil pegujian kolektor surya untuk intensitas radiasi surya rata – rata 1014 W/m²........................................................................... 97
LAMPIRAN 5. DATA VARIASI TEMPERATUR UDARA MASUK HUMIDIFIER 71 °C ............................................................................ 97
Tabel 1. Data kecepatan udara, laju aliran volumetrik air laut, dan temperatur air laut pada temperatur udara masuk humidifier 71 °C....... 97
Tabel 2. Data sistem humidifikasi dan dehumidifikasi pada temperatur udara masuk humidifier 71 °C .............................................................. 98
Tabel 3. Data sistem pompa kalor pada temperatur udara masuk humidifier 71 °C.................................................................................................... 98
Tabel 4. Data perhitungan COP pada temperatur udara masuk humidifier 71 °C.................................................................................................... 99
Tabel 5. Data entalpi, rasio kelembaban, dan kelembaban relatif pada temperatur udara masuk humidifier 71 °C ............................................ 99
Tabel 6. Data perhitungan penambahan massa uap air total dalam udara sesudah humidifier dan pengurangan massa uap air total dalam udara sesudah dehumidifier temperatur udara masuk humidifier 71 °C.................................................................................................. 100
Tabel 7. Data hasil pegujian kolektor surya untuk intensitas radiasi surya rata – rata 1120 W/m²......................................................................... 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xx
LAMPIRAN 5. GAMBAR PROSES HUMIDIFIKASI DAN DEHUMIDIKASI UNTUK SELURUH VARIASI TEMPERATUR UDARA MASUK HUMIDIFIER PADA MENIT KE-20 ................................................................................... 101
LAMPIRAN 6. HASIL PENGUJIAN SALINITAS AIR TAWAR .................. 102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejak dimulainya kehidupan di bumi, jumlah sumber air tawar yang ada di
dunia dapat dikatakan hampir mendekati konstan. Namun dalam kurun waktu
kurang dari 200 tahun, jumlah penduduk di dunia terus meningkat dengan cepat.
Hal ini diikuti dengan peningkatan konsumsi air di dunia, yang meningkat dua
kali lipat setiap 20 tahun melampaui dua kali laju pertumbuhan penduduk (Sinha
2010). Peningkatan jumlah penduduk yang sangat cepat, perubahan gaya hidup,
pertumbuhan aktivitas ekonomi dan polusi, mengakibatkan menurunnya kualitas
air serta terbatasnya penggunaan sumber air tawar. Sehingga ketersediaan akan air
tawar semakin menurun. Kekurangan air tawar ini dapat mengancam kehidupan
sebagian besar penduduk di dunia, karena air merupakan salah satu kebutuhan
primer.
Penggunaan air yang tidak sehat dapat menyebabkan berbagai macam
penyakit, contohnya pada negara berkembang 80-90% penyakit disebabkan oleh
penggunaan air yang tidak sehat, dan 30% diantaranya menyebabkan kematian.
Menurut laporan terbaru badan International Atomic Energy Agency (IAIE),
diperkirakan 1,1 miliar orang tidak mendapatkan air yang layak untuk dikonsumsi
dan lebih dari 5 juta orang meninggal tiap tahunnya karena penyakit yang
disebabkan oleh kekurangan air (Fath dkk 2005). Kekurangan air bersih sebagian
besar dirasakan oleh penduduk pedesaan, terutama di daerah terpencil, dimana
infrastruktur untuk air dan energi kurang berkembang. Selain itu kandungan total
padatan yang terlarut (Total Dissolved Solids) dalam air yang tersedia pada daerah
tersebut juga terlalu tinggi, sehingga tidak layak untuk dikonsumsi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan batas minimal
kebutuhan air adalah 15 - 20 liter/orang/hari, dimana jumlah ini hanya dapat
digunakan untuk kebutuhan dasar seperti minum, persiapan makanan, kebersihan
pribadi serta mencuci. Di Amerika Serikat konsumsi air rata-rata mencapai 400
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
liter per orang. Di beberapa negara di Afrika, konsumsi air tawar berada pada
kisaran 20 liter per kapita per hari (Cipollina dkk 2009). Sedangkan di Indonesia
kebutuhan air rata-rata berkisar 100 – 150 liter/orang /hari (Enjtang 1991).
Jumlah air di bumi sangat melimpah karena mencakup 3/4 luas permukaan
bumi, namun sekitar 97% air ini merupakan air garam yang terdapat di laut dan
3% (sekitar 36 juta km3) adalah air tawar, meliputi air di kutub (dalam bentuk es),
air tanah, danau dan sungai. Hampir 70% dari 3% air tawar di bumi membeku
dalam bentuk gletser, salju permanen, dan es. Sedangkan 30% air tawar di bumi
berada di dalam tanah, sebagian besar berada sangat dalam dan susah untuk
dijangkau. Air tawar ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar
manusia dan hewan. Total konsumsi air di dunia sekitar 70% digunakan untuk
pertanian, 20% digunakan untuk industri, dan hanya 10% dikonsumsi untuk
kebutuhan rumah tangga (Kalogirou 2005).
Sumber air yang hampir tidak akan habis adalah lautan. Kekurangan
utamanya adalah kadar garamnya yang tinggi. Air laut, air payau, dan air tawar
memiliki tingkat salinitas yang berbeda, yang sering dinyatakan dengan
konsentrasi padatan terlarut total. Menurut WHO, batas kadar garam yang
diijinkan dalam air adalah 500 parts per million (ppm), dan untuk kasus khusus
mencapai 1.000 ppm. Sebagian besar air yang terdapat di dunia mempunyai kadar
garam sampai 10.000 ppm, dan air laut secara normal mempunyai kadar garam
dalam rentang 35.000 – 45.000 ppm dalam bentuk total garam terlarut (Kalogirou
2005). Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu cara untuk mengurangi kadar garam
tersebut. Salah satunya adalah dengan proses desalinasi. Desalinasi, secara umum
bertujuan untuk menghilangkan garam dari air yang mengandung larutan garam.
Tujuan dari sistem desalinasi adalah untuk membersihkan dan memurnikan air
laut atau air payau serta mendapatkan air dengan total padatan terlarut dalam batas
yang diijinkan yaitu 500 ppm atau kurang.
Proses desalinasi membutuhkan jumlah energi yang signifikan. Kapasitas
sistem desalinasi yang telah terpasang pada tahun 2000 adalah sekitar 22 juta
m3/hari, dan diharapkan meningkat secara drastis pada dekade selanjutnya.
Namun peningkatan ini dapat menimbulkan serangkaian masalah, salah satunya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
yaitu berhubungan dengan konsumsi energi dan polusi lingkungan yang
disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil. Dapat diperkirakan bahwa
produksi air 22 juta m3/hari membutuhkan sekitar 203 juta ton minyak per tahun
(sekitar 8,5 EJ/tahun atau 2,36 x 1012
kWh/tahun bahan bakar) (Kalogirou 2005).
Delapan puluh persen energi di seluruh dunia yang saat ini digunakan adalah
bahan bakar fosil. Pembakaran bahan bakar fosil melepas emisi berbahaya, seperti
karbon dioksida, oksida nitrogen, aerosol, dll yang mempengaruhi lingkungan
lokal, regional dan global (Thirugnanasambandam dkk 2010). Sehingga perlu
dikembangkan sumber energi yang tidak mencemari lingkungan. Dalam hal ini
yaitu pemanfaatan energi terbarukan untuk menggerakkan sistem pengolahan
serta desalinasi air laut.
Sistem energi terbarukan mampu menghasilkan energi dari sumber yang
tersedia di alam secara bebas. Teknologi energi terbarukan adalah menghasilkan
energi yang dapat dipasarkan dengan mengubah fenomena alam ke dalam bentuk
energi yang berguna. Karakteristik utama teknologi energi terbarukan adalah
ramah terhadap lingkungan (tidak menghasilkan limbah yang berbahaya). Sumber
energi terbarukan yang paling melimpah adalah energi panas matahari. Energi
panas matahari dalam bentuk radiasi mendukung hampir seluruh kehidupan di
dunia diantaranya melalui fotosintesis serta menggerakkan iklim dan cuaca di
dunia. Matahari memancarkan energi sekitar 3,8 x 1023
kW, dimana sekitar 60%
atau 1,8 x 1014
kW diserap oleh bumi, yang terletak sekitar 150 juta km dari
matahari. Sisanya dipantulkan kembali ke ruang angkasa dan diserap oleh
atmosfer. Sekitar 0,1% dari energi ini, ketika dikonversi dengan efisiensi 10%
akan menghasilkan empat kali kapasitas pembangkit listrik total dunia sekitar
3.000 GW. Hal yang perlu diperhatikan juga bahwa total radiasi matahari tahunan
yang jatuh ke bumi adalah lebih dari 7.500 kali total konsumsi energi primer
tahunan dunia, yaitu 450 EJ. Radiasi matahari tahunan yang mencapai permukaan
bumi, sekitar 3.400.000 EJ, lebih besar dari semua sumber energi tak terbarukan
(non-renewable energy), termasuk bahan bakar fosil dan nuklir
(Thirugnanasambandam dkk 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Perkembangan terakhir yang paling menjanjikan dalam desalinasi surya
(solar desalination) adalah penggunaan proses humidifikasi-dehumidifikasi (HD).
Prinsip dari proses ini berdasarkan pada fakta bahwa udara dapat dicampur
dengan uap air. Kandungan uap air yang dibawa udara akan meningkat bersamaan
dengan meningkatnya temperatur udara. 1 kg udara kering dapat membawa 0,5 kg
uap air atau sekitar 670 kkal ketika temperatur udara meningkat dari 30°C - 80°C.
Proses HD terdiri dari tiga sub sistem, yaitu pemanas air atau udara, humidifier
atau evaporator, dehumidifier atau kondensor.
Unjuk kerja dari sistem desalinasi surya dengan proses HD untuk
meningkatkan produksi air tawar sangat tergantung pada temperatur masukan air
laut ke humidifier, temperatur udara di dalam saluran (duct), laju aliran massa air
laut, laju aliran massa udara, intensitas radiasi matahari, serta tipe kolektor surya
(solar collector). Oleh karena itu penelitian untuk mengetahui unjuk kerja dari
sistem desalinasi surya ini sangat penting. Penelitian ini akan menguji pengaruh
temperatur udara terhadap unjuk kerja sistem desalinasi surya dengan
menggunakan proses HD dan pengaruh penggunaan pemanas udara surya plat
datar dua laluan dengan 2 penutup kaca (double-pass flat plat solar air heater
with two glass covers) terhadap unjuk kerja sistem.
1.2 Perumusan Masalah
Bagaimanakah pengaruh temperatur udara terhadap unjuk kerja sistem
desalinasi surya dengan proses humidifikasi-dehumidifikasi dan pengaruh
penggunaan pemanas udara surya plat datar dua laluan dengan 2 penutup kaca
(double-pass flat plat solar air heater with two glass covers) terhadap unjuk kerja
sistem.
1.3 Batasan Masalah
Pada penelitian ini masalah dibatasi sebagai berikut:
1. Refrigeran yang digunakan dalam pengujian ini adalah HFC-134a.
2. Intensitas radiasi matahari divariasi sebesar 828 W/m2, 924 W/m
2, 1014
W/m2 dan 1120 W/m
2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
3. Pengujian menggunakan unit desalinasi surya berbasis pompa kalor dengan
menggunakan proses humidifikasi dan dehumidifikasi, yang terdiri dari:
Motor 3 phase
Kompresor torak ( reciprocating compressor )
Kondensor
Receiver
Katup ekspansi (Thermal Expansion Valve)
Evaporator
Humidifier
Pemanas udara surya (solar air heater)
Flowmeter refrigeran
Flowmeter air laut
Tangki air laut
Tangki air bersih
Pompa sentrifugal
Sprinkler
Fan aksial
Penerus daya motor listrik
4. Humidifier yang digunakan terbuat dari plat-plat aluminium dengan dimensi
panjang 30 cm, lebar 37 cm, dan tinggi 35 cm yang disusun secara sejajar
sebanyak 72 buah dengan jarak antar plat 5 mm dan sudut elevasi 45o tiap
gelombangnya.
5. Kondensor yang digunakan berjumlah 2 buah yang disusun secara seri
dengan dimensi tiap kondensor 58 cm x 36 cm x 1,5 cm.
6. Evaporator yang digunakan berjumlah 2 buah yang disusun secara paralel.
7. Humidifier, evaporator, dan fan aksial berada di dalam saluran.
8. Parameter yang dibuat konstan yaitu putaran kompresor sebesar 1200 rpm,
laju aliran volumetrik air laut sebesar 300 liter/jam, dan temperatur air laut
sebesar 45ºC.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
9. Temperatur udara diatur dengan mengatur pemanas udara surya plat datar dua
laluan dengan 2 penutup kaca (double-pass flat plate solar air heater with
two glass covers).
10. Energi surya dihasilkan dari simulator surya (solar simulator) dengan
menggunakan lampu halogen.
11. Air laut dalam sistem ini disirkulasi ulang.
12. Penelitian merupakan indoor experiment.
1.4 Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menguji unjuk kerja unit desalinasi surya dengan proses humidifikasi-
dehumidifikasi dengan menggunakan pemanas udara surya plat datar
dua laluan dengan 2 penutup kaca.
2. Mengetahui pengaruh temperatur udara terhadap unjuk kerja unit
desalinasi surya dengan menggunakan proses humidifikasi-
dehumidifikasi.
3. Mengetahui pengaruh penggunaan pemanas udara surya plat datar dua
laluan dengan 2 penutup kaca terhadap unjuk kerja sistem.
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Mampu memberikan pengetahuan baru tentang penggunaan energi surya
sebagai energi alternatif serta aplikasinya dalam unit desalinasi dengan
menggunakan proses humidifikasi-dehumidifikasi.
2. Dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai alternatif untuk
menghasilkan air tawar dari air laut.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tesis ini adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta
sistematika penulisan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II : Landasan teori, berisi tinjauan pustaka yang berkaitan dengan
pengujian unit desalinasi surya dengan menggunakan proses
humidifikasi dan dehumidifikasi, teori desalinasi, teknologi desalinasi,
pompa kalor, proses desalinasi dengan humidifier dan dehumidifier
dan energi surya.
BAB III : Metodologi penelitian, menjelaskan peralatan yang digunakan, tempat
dan pelaksanaan penelitian, langkah-langkah percobaan dan
pengambilan data.
BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan, menjelaskan data hasil pengujian,
perhitungan data hasil pengujian serta analisa hasil dari perhitungan.
BAB V : Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Fath dan Ghazy (2002), melakukan studi secara numeris untuk
mengetahui unjuk kerja desalinasi surya dengan sistem humidifikasi-
dehumidifikasi sederhana. Sistem desalinasi terdiri dari pemanas udara surya,
humidifier, dehumidifier dan komponen sirkulasi udara. Studi ini meneliti
pengaruh kondisi lingkungan, desain, serta parameter operasi terhadap daya
produksi sistem desalinasi. Parameter lingkungan termasuk radiasi matahari,
temperatur lingkungan, dan kecepatan angin. Parameter desain termasuk isolasi
pemanas udara, humidifier, dan efektivitas dehumidifier. Parameter operasi
diantaranya laju aliran udara, laju aliran air umpan dan temperatur. Hasil
menunjukkan bahwa efisiensi pemanas udara surya (sumber energi) sangat
berpengaruh terhadap daya produksi sistem. Peningkatan laju aliran udara sampai
0,6 kg/detik meningkatkan produktivitas sistem, dan setelah itu tidak memberikan
efek yang signifikan lagi.
Nafey dkk (2004), melakukan penelitian sistem desalinasi surya dengan
tujuan utama mengetahui parameter – parameter utama yang mempengaruhi
produksi sistem. Alat penelitian terdiri dari pemanas air surya (solar water
heater), pemanas udara surya (solar air heater), humidifier dan dehumidifier.
Variabel yang diubah yaitu laju aliran air umpan, laju aliran udara, dan laju aliran
air pendingin ke humidifier serta kondisi cuaca. Hasilnya yaitu produksi dari
sistem sangat dipengaruhi oleh temperatur air laut masuk humidifier, laju aliran
air pendingin pada humidifier, laju aliran udara serta intensitas radiasi matahari.
Peningkatan energi surya masukan meningkatkan temperatur udara dan
temperatur air, serta produktivitas sistem. Peningkatan temperatur air dan udara
ini meningkatkan koefisien perpindahan panas dan perpindahan massa. Selain itu
uap air meningkat karena adanya peningkatan temperatur udara. Sedangkan
temperatur lingkungan dan kecepatan angin tidak menunjukkan pengaruh yang
signifikan terhadap peningkatan produktivitas sistem.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Orfi dkk (2004) melakukan studi teoritis dan eksperimental sistem
desalinasi surya menggunakan proses humidifikasi dan dehumidifikasi. Sistem
tersebut terdiri dari dua buah kolektor surya (udara dan air), sebuah evaporator
dan kondensor. Dalam prakteknya sebuah pemanas air elektrik digunakan untuk
menggantikan kolektor surya, evaporator yang digunakan dalam penelitian ini
memiliki penampang segiempat. Pada penelitian ini memanfaatkan panas laten
dari uap air dalam kondensor untuk memanaskan air laut yang diumpankan ke
humidifier untuk meningkatkan produktivitas sistem. Dari penelitian tersebut
disimpulkan bahwa efisiensi global dari sistem tergantung pada efisiensi dari
masing-masing komponen (kolektor surya untuk pemanas air dan udara,
evaporator dan kondensor).
Ben-Amara dkk (2005), melakukan studi eksperimental terhadap
efisiensi desain kolektor surya plat datar untuk memanaskan udara pada proses
desalinasi dengan humidifikasi-dehumidifikasi. Dalam proses ini kolektor surya
bekerja pada parameter eksperimental yang tidak biasa (konveksi paksa,
kelembaban udara tinggi, serta intensitas radiasi tinggi). Selain itu diteliti juga
parameter-parameter yang berpengaruh terhadap efisiensi kolektor surya seperti
radiasi matahari, kecepatan angin, udara lingkungan, laju aliran udara, temperatur
udara serta kelembaban udara masuk. Pada faktanya penggunaan pemanas udara
dengan kolektor surya ini bertujuan untuk menekan biaya ekonomi sehingga
membuat sistem ini dapat diaplikasikan untuk unit desalinasi. Kolektor surya ini
diuji pada indoor dan outdoor experiments.
Yuan dan Zhang (2007), melakukan penelitian secara eksperimen dan
teoritis untuk meningkatkan unjuk kerja dari sistem desalinasi surya sirkulasi
tertutup dengan proses humidifikasi-dehumidifikasi. Penelitian ini difokuskan
pada analisa pada kolektor surya, laju aliran air pendingin, laju aliran air laut dan
efek dimensi struktural pada produksi air tawar. Produksi air tawar harian dan
bulanan dari sistem ini disimulasikan berdasarkan pada radiasi sinar matahari
bulanan. Hasil penelitian untuk luas kolektor surya yang sama, peningkatan laju
aliran air umpan akan menurunkan produksi air tawar karena temperatur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
semprotan (spray temperature) menurun. Kesesuaian laju aliran air pendingin
dengan luas kolektor surya sangat penting untuk meningkatkan produksi air tawar.
Gao Penghui dkk (2008) meneliti tentang unjuk kerja unit desalinasi
berbasis pompa kalor dengan humidifikasi dan dehumidifikasi. Pada sistem ini,
udara dipanaskan melalui kolektor surya dan kemudian dilembabkan di
honeycomb (alveolate humidifier) melalui blower. Udara lembab kemudian
didinginkan ketika melewati pre-kondensor dan dilanjutkan didinginkan melalui
evaporator (evaporative condenser) dan akan dihasilkan air tawar. Dari hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa laju aliran massa air laut dan temperatur
air laut yang masuk ke sistem mempunyai pengaruh yang besar dalam
memproduksi air tawar.
Yamali dan Solmus (2008) melakukan studi eksperimental untuk
mengetahui unjuk kerja dari sistem solar desalinasi menggunakan proses
humidifikasi dan dehumidifikasi, dan hasilnya dibandingkan dengan hasil yang
diperoleh secara teoritis. Unit ini terdiri dari pemanas udara surya plat datar dua
laluan dengan 2 penutup kaca (double-pass flat plate solar air heater with two
glass covers), humidifier, tangki penyimpanan air dan dehumidifying exchanger.
Diperoleh hasil bahwa daya produksi sistem meningkat karena peningkatan laju
aliran udara dan air masuk humidifier. Selain itu, unjuk kerja sistem sangat
dipengaruhi oleh luas pemanas udara surya plat datar dua laluan dengan 2 penutup
kaca.
2.2 Dasar Teori
2.2.1 Desalinasi (Desalination)
Kadar garam yang terkandung dalam laut ini tergantung pada kondisi
masing – masing daerah, namun persentase komposisi air laut dapat dikatakan
konstan untuk setiap daerah. Kadar garam rata-rata untuk air laut sekitar 35.000
ppm, 30% adalah sodium dan 55% adalah klorida. Sulfat dan magnesium yang
terkandung dalam air laut juga tinggi, sekitar 8% sulfat dan 4% magnesium.
Komposisi kimia ini menunjukkan bahwa sifat fisik air laut dengan kadar padatan
terlarut total yang tinggi sangat berbeda dengan air tawar. Dimana kadar garam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
untuk air tawar hanya sekitar 1.500 ppm. Oleh karena itu diperlukan suatu cara
untuk mengurangi kadar garam tersebut agar dapat dijadikan air tawar dan dapat
digunakan dalam kehidupan sehari – hari.
Desalinasi adalah proses pemisahan yang digunakan untuk mengurangi
kandungan garam terlarut dari air garam hingga level tertentu sehingga air dapat
digunakan. Proses desalinasi melibatkan 3 aliran cairan, yaitu umpan berupa air
garam (misalnya air laut), produk bersalinitas rendah, dan konsentrat bersalinitas
tinggi. Produk proses desalinasi umumnya merupakan air dengan kandungan
garam terlarut kurang dari 500 mg/l, yang dapat digunakan untuk keperluan
domestik, industri, dan pertanian. Hasil sampingan dari proses desalinasi
adalah brine. Brine adalah larutan garam berkonsentrasi tinggi (lebih dari 35.000
mg/l garam terlarut). Proses ini memerlukan beberapa bentuk energi untuk
menghilangkan garam, dan memanfaatkan berbagai teknologi untuk pemisahan.
2.2.2 Teknologi Desalinasi
Untuk memproduksi air tawar dari air laut harus digunakan peralatan
untuk proses pemisahan garam. Proses ini dapat dilakukan dengan berbagai cara
dan semuanya berdasarkan pada prinsip bahwa air dan garam tidak dapat
dipisahkan secara spontan, namun dibutuhkan sumber energi sebagai daya pada
proses pemisahan. Unit desalinasi yang pertama untuk memproduksi air tawar
yaitu berdasarkan pada proses penguapan air oleh panas yang dihasilkan matahari
atau proses pembakaran. Prinsip ini, menerapkan proses integrasi energi yang
kompleks, dan teknologi desalinasi ini didasarkan pada proses pemisahan secara
termal. Energi termal ini dapat diperoleh dari sumber energi konvensional seperti
bahan bakar fosil, nuklir atau dari sumber energi non-konvensional seperti energi
matahari atau energi panas bumi.
Desalinasi dapat dicapai dengan menggunakan sejumlah teknik. Teknologi
desalinasi dalam sebuah industri menggunakan perubahan fase atau melibatkan
membran semi-permeabel untuk memisahkan pelarut atau beberapa zat terlarut.
Teknologi desalinasi dapat diklasifikasikan ke dalam kategori berikut :
(i) perubahan fase atau proses termal, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
(ii) membran atau proses fase tunggal.
Proses desalinasi berdasarkan energi termal diantaranya adalah multi-stage
flash (MSF) distillation, multiple effect boiling (MEB) and vapour compression
(VC). Dalam proses membran, listrik digunakan baik untuk menjalankan pompa
bertekanan tinggi atau untuk ionisasi garam yang terkandung dalam air laut.
Tabel 2.1. Proses – proses desalinasi (Kalogirou 2005)
Proses perubahan fasa Proses Membran
1. Multi-stage flash (MSF) 1. Reverse osmosis (RO)
2. Multiple effect boiling (MEB) - RO tanpa energy recovery
3. Vapour Compression (VC) 2. Electrodialysis (ED)
4. Freezing
5. Humidification/Dehumidification
dehumidification
6. Solar stills
- Conventional stills
- Special stills
- Cascade type solar stills
- Wick-type stills
- Multiple-wick-type stills
Beberapa teknologi desalinasi yang digunakan dalam industri dijelaskan di
bawah ini :
a. Multi-stage flash distillation
Proses multi-stage flash (MSF) distillation didasarkan pada prinsip
percikan penguapan. Dalam proses MSF, air laut diuapkan dengan penurunan
tekanan sebagai akibat dari kenaikan suhu air laut. Teknologi MSF cukup
ekonomis karena pada prosesnya percikan uap air laut pada tiap ruang
memberikan panasnya pada air laut yang akan digunakan untuk proses berikutnya,
kalor laten dilepaskan oleh uap air yang mengembun pada tiap tahap dan akan
meningkatkan temperatur air laut yang akan masuk pada proses berikutnya.
Teknologi MSF terdiri dari input panas (heat input), pemanfaatan kembali panas
(heat recovery), dan bagian pelepas panas (heat rejection).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Gambar 2.1. Multi-stage flash distillation (Cipollina dkk 2009).
Pemanasan air laut dilakukan di pemanas air laut (brine heater) dengan
uap tekanan rendah yang dipasok oleh cogenerator power plant seperti turbin gas
dengan generator uap sebagai heat recovery. Air laut yang akan masuk pemanas
sebelumnya melewati pipa-pipa penukar kalor yang berada pada bagian atas ruang
pemercik uap (flash chamber). Air laut yang telah dipanaskan tadi lalu mengalir
ke ruang pemercik uap. Evaporator dibuat beberapa tingkat, biasanya terdiri dari
19-28 tingkat untuk tipe MSF skala besar. Unit MSF biasanya beroperasi dengan
temperatur pemanasan antara 90 - 120°C. Pengoperasian alat dengan temperatur
di atas 120°C dapat meningkatkan efisiensi alat tersebut, tetapi juga meningkatkan
pembentukan kerak dan mempercepat korosi pada permukaan logam yang kontak
langsung dengan air laut. Di ruang pemercik uap, uap air ini didinginkan dengan
air laut yang melewati pipa-pipa penukar kalor yang ada di bagian atas ruang ini
sehingga uap air mengembun menjadi air tawar. Uap air yang tidak mengembun
akan mengalir ke ruang berikutnya dan akan diembunkan lagi, begitu seterusnya.
b. Penyulingan multi-efek (Multiple-effect distillation)
Penyulingan multi-efek (MED) adalah metode desalinasi tertua dan sangat
efisien secara termodinamika. Pada proses ini air laut masukan dapat menguap
beberapa kali tanpa penambahan panas lagi setelah efek pertama. Air laut
memasuki efek pertama dan menguap sebagai akibat dari kenaikan suhu yang
mencapai titik didihnya. Kenaikan suhu ini terjadi setelah air laut mengalami
kontak dengan uap panas yang ada dalam pipa penukar kalor pada efek pertama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Uap panas ini akan disalurkan ke dalam pipa-pipa uap. Pipa uap panas ini
selanjutnya akan menuju ke bagian bawah dan akan mengalami kontak kembali
dengan air laut sisa dari efek pertama yang akan menguapkan kembali air laut
tersebut. Uap ini akan masuk ke dalam pipa penyalur panas menyatu dengan uap
panas hasil efek pertama. Begitu seterusnya sampai air laut telah dingin sehingga
tidak menguap kembali dan akan digunakan untuk mengkondensasikan uap air
yang ada pada pipa uap tadi. Hasil kondensasi uap air inilah yang akan menjadi
produk (air tawar) dalam sistem ini.
Gambar 2.2. Penyulingan multi-efek (Multiple-effect distillation)
(Cipollina dkk 2009).
Beberapa unit MED yang telah dibuat, beroperasi dengan suhu air laut
dalam efek pertama sekitar 70°C, hal ini dapat mengurangi pembentukan kerak
dari air laut, tetapi dibutuhkan daerah transfer panas tambahan dalam bentuk
tabung. Konsumsi daya dari unit MED lebih rendah dari unit MSF, dan rasio kerja
MED lebih tinggi dari MSF. Oleh karena itu MED lebih efisien daripada MSF
dari segi termodinamika dan perpindahan panas.
c. Penyulingan dengan tekanan uap (vapor compression distillation)
Dalam proses VCD panas untuk menguapkan air laut berasal dari
kompresi uap. Pemanas air elektrik digunakan untuk pemanasan awal pada ruang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
penguapan (boiling chamber). Uap air hasil pemanasan akan dikompresi dalam
kompresor sehingga temperatur uap air tersebut naik. Uap bertekanan ini
disalurkan melalui pipa penukar panas yang melalui tangki air laut dalam ruang
penguapan dan tangki air laut yang akan digunakan sebagai umpan untuk ruang
penguapan. Air laut dalam ruang penguapan akan menyerap kalor laten uap air
dari dalam pipa melalui permukaan pipa sehingga air laut dalam ruang penguapan
akan terus menguap. Akibat pelepasan kalor laten tersebut uap air dalam pipa
penukar kalor akan mulai mengembun dan akan diembunkan lebih lanjut ketika
pipa penukar kalor ini melewati tangki air laut yang akan digunakan sebagai
umpan untuk ruang penguapan sehingga terbentuk air tawar.
Gambar 2.3. Penyulingan dengan tekanan uap (vapor compression distillation)
(Kalogirou 2009).
VCD dengan temperatur rendah cukup sederhana, handal, dan efisien
karena hanya membutuhkan daya kompresor. Kompresor berkapasitas tinggi
memungkinkan operasi pada temperatur rendah di bawah 70°C, sehingga
mengurangi potensi pembentukan kerak dan korosi. Proses VCD umumnya
digunakan untuk unit desalinasi skala kecil. VCD biasanya dibangun sampai
dengan kisaran 3.000 m3/hari. VCD sering digunakan untuk resort, industri, dan
lokasi pengeboran di mana air tawar tidak tersedia.
d. Osmosis balik (Reverse Osmosis)
Proses osmosis balik dilakukan dengan cara pemberian tekanan eksternal
yang lebih tinggi dari tekanan osmosis air laut ke air laut sebelum melewati suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
membran semipermeabel sehingga aliran dapat dibalik. Molekul air dari air laut
akan mengalir melewati membran dan meninggalkan larutan dengan konsentrasi
garam yang masih tinggi di belakang membran. Energi utama yang diperlukan
dalam proses ini adalah tekanan eksternal yang akan diberikan kepada air laut.
Sebuah unit desalinasi dengan sistem osmosis balik umumnya terdiri dari 4
komponen utama, yaitu komponen untuk perlakuan awal air umpan (feed water
pre-treatment), pompa bertekanan tinggi, membran pemisahan, dan perlakuan
akhir air hasil pemisahan.
Gambar 2.4. Osmosis balik (Reverse Osmosis) (Kalogirou 2009).
Perlakuan awal diperlukan untuk menghilangkan zat-zat yang tidak
diinginkan dalam air laut yang dapat menjadi pengotor membran. Perlakuan awal
air laut meliputi klorinasi, koagulasi, penambahan asam, multi-media filtrasi dan
deklorinasi. Jenis perlakuan awal yang digunakan sebagian besar tergantung pada
karakteristik air umpan, jenis dan konfigurasi membran dan kualitas air tawar
yang dihasilkan.
Membran yang digunakan harus mampu menahan tekanan dari air laut
yang melewatinya. Umumnya sejumlah kecil garam masih bisa melewati
membran dan bercampur dengan air tawar hasil produksi. Dua jenis konfigurasi
membran yang paling sukses secara komersial adalah spiral wound dan serat halus
berongga atau hollow fine fiber (HFF). HFF terbuat dari selulosa triasetat dan
poliamida.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
e. Penguapan efek tunggal (Single effect evaporation)
Unit desalinasi dengan penguapan efek tunggal terdiri dari beberapa
komponen utama yaitu evaporator, kondensor, sprinkler, evaporator, ruang
penguapan dan pipa-pipa penyalur air. Air laut masuk ke dalam kondensor lalu
dialirkan melalui pipa dan disemburkan ke ruang penguapan melalui sprinkler. Di
dalam ruang penguapan air laut akan kontak langsung dengan evaporator sehingga
air laut akan menguap. Uap air akan dialirkan melalui pipa menuju kondensor
sehingga uap air akan mengembun menjadi air tawar. Pada proses pengembunan
saat melewati kondensor, uap air melepaskan kalor laten yang akan digunakan
sebagai pemanas awal dari air laut umpan yang berada di dalam pipa-pipa
kondensor. Sisa air laut dalam ruang penguapan akan dikeluarkan dari sistem
melalui brine rejector.
Gambar 2.5. Penguapan efek tunggal (single effect evaporation)
(Cipollina dkk 2009).
Sistem ini jarang digunakan dalam dunia industri karena jumlah dari air
tawar yang dihasilkan tidak sebanding dengan jumlah uap yang digunakan untuk
mengoperasikan sistem.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
f. Humidifikasi dan dehumidifikasi
Alam menggunakan energi surya untuk desalinasi air laut seperti
ditunjukkan oleh siklus air hujan pada gambar 2.6. Air laut dipanaskan (dengan
radiasi sinar matahari) dan dilembabkan oleh udara yang berfungsi sebagai gas
pembawa. Kemudian udara lembab naik dan membentuk awan. Kemudian awan
tersebut mengalami dehumidifikasi sebagai air hujan. Instalasi paling sederhana
dari proses HD terdiri dari tiga sub sistem yaitu :
a. Pemanas udara dan atau air
b. Humidifier atau evaporator
c. Dehumidifier atau kondensor.
Proses HD mempunyai beberapa keuntungan seperti fleksibilitasnya dalam
kapasitas air tawar yang dibutuhkan, instalasinya mudah, biaya operasi yang
rendah, lebih sederhana, dan memungkinkan untuk dikombinasikan dengan energi
panas tingkat rendah (low grade thermal energy) seperti energi surya dan
geothermal. Proses HD diaplikasikan untuk skala kecil ( produksi air dari 5 – 10
m3/hari ).
Gambar 2.6. Siklus air hujan (Narayan dkk 2010)
Prinsip proses HD yaitu didasarkan pada fakta bahwa uap air dapat
bercampur dengan udara akibat adanya perbedaan konsentrasi. Jumlah uap air
yang dapat dibawa oleh udara semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
temperatur udara. Satu kg udara kering dapat membawa 0,5 kg uap air ketika
temperaturnya meningkat dari 30°C sampai 80°C. Dalam perkembangannya
Ocean Land
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
desalinasi dengan proses humidifikasi dan dehumidifikasi ini dikombinasikan
dengan siklus kompresi uap pada pompa kalor. Penggunaan pompa kalor dapat
membuat unit desalinasi menjadi lebih ringkas dan penggunaan energi surya
sebagai sumber energi terbarukan membuat unit ini biayanya menjadi lebih
rendah serta lebih ramah lingkungan.
Keterangan :
1. Kolektor surya 9. Pre-condenser
2. Blower 10. Evaporative condenser
3. Humidifier 11. Drainer 4. Sprinkler 12,13. Penampung air tawar
5. Commutator 14. Kompresor 6. Inlet air pendingin pre-condenser 15. Throttle
7. Outlet air pendingin pre-condenser 16. Air condensor 8. Outlet air laut 17. Aerofoil fan
Gambar 2.7. Sistem desalinasi dengan humidifikasi dan dehumidifikasi
berbasis pompa kalor (Gao dkk 2008).
Sistem desalinasi dengan humidifikasi dan dehumidifikasi berbasis pompa
kalor ditunjukkan pada gambar 2.7. Sistem ini terdiri dari 3 bagian utama yaitu
kolektor surya, unit humidifikasi dan dehumidifikasi serta pompa kalor. Dalam
sistem ini, udara dipanaskan oleh kolektor surya, kemudian dilembabkan di
humidifier yang digerakkan oleh blower. Udara lembab ini didinginkan ketika
melewati pre-condenser dan evaporatif kondensor, sehingga udara mengembun
menjadi air tawar. Air laut bertemperatur rendah masuk ke dalam pre-condenser
untuk pendinginan awal udara lembab sekaligus pemanasan awal air laut, setelah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
itu disemburkan melalui sprinkler ke humidifier untuk menambah kelembaban
udara kering dari kolektor surya. Pada malam hari atau kondisi cahaya matahari
tidak memadahi sistem ini dapat diatur agar udara panas dari kondensor pompa
kalor langsung mengalir ke humidifier tanpa melalui kolektor surya.
Gambar 2.8. Humidifier (Gao dkk 2008).
Beberapa sistem desalinasi membutuhkan energi yang sangat signifikan
untuk memisahkan garam dari air. Energi ini dapat dihasilkan oleh panas, seperti
pada proses termal, atau secara mekanis atau energi listrik, seperti pada proses
membran. Konsumsi energi untuk masing – masing proses sangat bervariasi.
Proses yang membutuhkan energi paling besar yaitu proses termal, dimana untuk
menghasilkan 8 – 12 kg air tawar dibutuhkan sekitar 50-70 kWhth/m3 air distilasi.
RO membutuhkan 3 – 6 kWhel untuk memproduksi 1 m3 air resapan. Electro
dialysis membutuhkan energi yang lebih rendah namun hasil untuk produksi air
tawar dengan kadar garam rendah sangat terbatas. Analisa biaya untuk proses
desalinasi menunjukkan bahwa biaya yang dibutuhkan sangat berhubungan
dengan biaya energi. Beberapa gabungan penggunaan energi alternatif dengan
proses desalinasi yang pernah dijalankan yaitu penggunaan energi nuklir. Dimana
panas buang dari pembangkit nuklir ini digunakan sebagai sumber panas untuk
proses – proses termal, atau penggunaan energi listrik yang dihasilkan oleh
pembangkit listrik tenaga nuklir untuk menggerakkan unit RO.
Sumber energi lain yaitu dengan menggabungkan proses desalinasi dengan
sumber energi terbarukan (renewable energy). Banyak sekali teknologi yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
digunakan untuk mengeksploitasi energi terbarukan. Energi surya dapat
digunakan dengan mengumpulkan panas yang dihasilkan, dengan efisiensi tinggi,
dengan menggunakan kolektor surya atau dengan memproduksi energi listrik
dengan menggunakan teknologi photovoltaic. Energi angin juga dapat
dimanfaatkan dengan cara penggunaan turbin angin untuk memproduksi energi
listrik sebagai sumber energi untuk unit desalinasi yang digerakkan oleh listrik.
Selain itu bisa dikombinasikan juga dengan energi tidal dan gelombang laut,
geothermal dan biomassa. Gambar 2.9 menunjukkan kemungkinan penggabungan
sumber – sumber energi terbarukan dengan proses desalinasi.
Gambar 2.9. Kemungkinan kombinasi dari sistem RE untuk diaplikasikan
ke sistem desalinasi. (Cipollina dkk 2009).
2.2.3 Pompa Kalor (Heat Pump)
Pompa kalor adalah mesin yang memindahkan panas dari satu lokasi (atau
sumber) ke lokasi lainnya menggunakan kerja mekanis. Pompa kalor bisa
disamakan dengan mesin kalor yang beroperasi dengan cara terbalik. Mesin kalor
membuat energi mengalir dari lokasi yang lebih panas ke lokasi yang lebih dingin,
menghasilkan fraksi dari proses tersebut sebagai kerja. Kebalikannya, pompa
kalor membutuhkan kerja untuk memindahkan energi termal dari lokasi yang
lebih dingin ke lokasi yang lebih panas. Gambar 2.10 menunjukkan perbandingan
antara pompa kalor dengan mesin kalor yang beroperasi pada 2 tingkat temperatur
MED ; Multiple Effects Distillation
TVC ; Thermal Vapour Compression
MVC ; Mechanical Vapour Compression
MSF ; Multi Stage Flash
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
yaitu TH (higher temperature) dan TL (lower temperature). Pompa kalor bekerja
dengan memanfaatkan kuantitas sumber panas (heat source), QL , pada temperatur
TL , menambahkan sejumlah kerja untuk memindahkan panas, dan sisa kalor
dibuang ke lokasi dengan temperatur lebih tinggi yaitu QH pada temperatur TH.
Gambar 2.10. Skema perbandingan mesin kalor dengan pompa kalor (Holland dkk 2005).
Pompa kalor memindahkan panas melalui suatu zat yang bersirkulasi yang
disebut dengan refrigeran, yang melewati sebuah siklus penguapan (evaporation)
dan pengembunan (condensation). Sebuah kompresor yang memompa refrigeran
berada diantara dua koil penukar kalor yaitu kondensor dan evaporator. Pada
evaporator, refrigeran diuapkan pada tekanan rendah dan menyerap panas dari
lingkungan. Refrigeran kemudian dikompresikan mengalir menuju kondensor,
dimana refrigeran akan diembunkan pada tekanan tinggi. Pada umumnya pompa
kalor bekerja berdasarkan siklus kompresi uap yang terdiri dari : evaporator,
kompresor, kondensor, dan katup ekspansi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Gambar 2.11. Komponen pompa kalor pada proses pemanasan
(http://www.reuk.co.uk/Air-Source-Heat-Pumps.htm)
Gambar 2.12. Komponen pompa kalor pada proses pendinginan
(http://www.reuk.co.uk/Air-Source-Heat-Pumps.htm)
2.2.4 Siklus Kompresi Uap
a. Siklus kompresi uap standar
Gambar 2.13. Siklus kompresi uap standar (a) Diagram alir proses, (b) Diagram temperatur-entropi (Pasek 2004)
KATUP
EKSPANSI
3
2
s 1
2
1 4
4
3
KOMPRESOR
EVAPORATOR
KONDENSOR
T
Qin
Qout
(a) (b)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Pada siklus kompresi uap standar seperti pada gambar 2.13 (a), terdapat 4
proses utama yaitu :
Evaporasi
Kompresi
Kondensasi
Ekspansi
Proses – proses tersebut dapat dijelaskan secara detail sebagai berikut :
(1-2) Kompresi isentropis (adiabatik dan reversibel). Refrigeran meninggalkan
evaporator dalam wujud uap jenuh dengan temperatur dan tekanan rendah,
kemudian oleh kompresor uap tersebut dinaikkan tekanannya menjadi uap
dengan tekanan yang lebih tinggi (tekanan kondensor). Kompresi ini
diperlukan untuk menaikkan temperatur refrigeran, sehingga temperatur
refrigeran di dalam kondensor lebih tinggi daripada temperatur
lingkungannya. Dengan demikian perpindahan panas dapat terjadi dari
refrigeran ke lingkungan.
(2-3) Pelepasan kalor reversibel pada tekanan konstan. Setelah mengalami
proses kompresi, refrigeran berada dalam fasa panas lanjut dengan tekanan
dan temperatur tinggi. Untuk mengubah wujudnya menjadi cair, kalor harus
dilepaskan ke lingkungan. Hal ini dilakukan pada penukar kalor yang
disebut kondensor. Refrigeran mengalir melalui kondensor dan pada sisi
lain dialirkan fluida pendingin (udara atau air) dengan temperatur lebih
rendah daripada temperatur refrigeran. Oleh karena itu kalor akan berpindah
dari refrigeran ke fluida pendingin dan sebagai akibatnya refrigeran
mengalami penurunan temperatur dari kondisi uap panas lanjut menuju
kondisi uap jenuh, selanjutnya mengembun menjadi wujud cair jenuh.
(3-4) Ekspansi irreversibel pada entalpi konstan. Refrigeran, dalam wujud cair
jenuh, mengalir melalui alat ekspansi. Refrigeran mengalami ekspansi pada
entalpi konstan dan berlangsung secara tak-reversibel. Selanjutnya
refrigeran keluar dari katup ekspansi berwujud campuran uap-cair pada
tekanan dan temperatur sama dengan tekanan serta temperatur evaporator.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
(4-1) Penambahan kalor reversibel pada tekanan konstan. Refrigeran, dalam
fasa campuran uap-cair, mengalir melalui sebuah penukar kalor yang
disebut evaporator. Pada tekanan evaporator, titik didih refrigeran haruslah
lebih rendah daripada temperatur lingkungan (media kerja atau media yang
didinginkan), sehingga dapat terjadi perpindahan panas dari media kerja ke
dalam refrigeran. Kemudian refrigeran yang masih berwujud cair menguap
di dalam evaporator dan selanjutnya refrigeran meninggalkan evaporator
dalam fasa uap jenuh.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung unjuk kerja sistem pompa
kalor standar :
).(m
).(m
12ref
32ref
hh
hh
W
QCOP
komp
kondHP
(2.1)
dimana:
Qkond = kalor yang dilepas oleh kondensor (kW)
Wkomp = daya kompresor (kW)
ref = laju aliran massa refrigeran (kg/s)
h1 = entalpi gas refrigeran pada tekanan keluar evaporator (kJ/kg)
h2 = entalpi gas refrigeran pada tekanan keluar kompresor (kJ/kg)
h3 = entalpi refrigeran pada tekanan keluar kondensor (kJ/kg)
b. Siklus Kompresi Uap Aktual
Siklus kompresi uap aktual mengalami pengurangan efisiensi
dibandingkan dengan siklus kompresi uap standar. Perbedaan penting antara
siklus aktual dan nyata terletak pada penurunan tekanan di dalam kondensor dan
evaporator, dalam pembawahdinginan (subcooling) cairan yang meninggalkan
kondensor, dan dalam pemanasan uap lanjut yang meninggalkan evaporator.
Siklus standar dianggap tidak mengalami penurunan tekanan pada kondensor dan
evaporator. Tetapi pada siklus nyata, terjadi penurunan tekanan karena adanya
gesekan. Akibat dari penurunan tekanan ini, kompresi pada titik 1 dan titik 2
memerlukan lebih banyak kerja dibandingkan dengan siklus standar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Membawahdinginkan (subcooling) cairan di dalam kondensor dilakukan untuk
menjamin bahwa seluruh refrigeran yang memasuki alat ekspansi dalam keadaan
100% cair. Pemanasan uap lanjut biasanya terjadi di dalam evaporator, sebagai
pencegah refrigeran berbentuk cair agar tidak memasuki kompresor. Perbedaan
terakhir pada siklus nyata adalah kompresi yang tidak lagi isentropik, dan terdapat
ketidakefisienan yang disebabkan oleh gesekan dan kerugian-kerugian lain.
Gambar 2.14. Siklus kompresi uap aktual dan standar (Pasek 2004).
Persamaan yang digunakan untuk menghitung unjuk kerja sistem pompa
kalor aktual :
COPHP aktual
).(
).(
12
32
hhm
hhm
W
QCOP
aref
aref
komp
kondHP
(2.2)
dimana :
h1 = entalpi refrigeran keluar evaporator (kJ/kg)
h2a = entalpi refrigeran masuk kondensor (kJ/kg)
h3 = entalpi refrigeran keluar kondensor (kJ/kg)
Laju aliran massa refrigeran aktual
)/(. skgQm refref
(2.3)
dimana :
ρref = densitas refrigeran (kg/m3)
Q = debit aliran refrigeran (m3/s)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Kapasitas panas yang dilepas (Qkond)
)().( 32 kWhhmQ arefkond
(2.4)
dimana :
ṁref = laju aliran massa refrigeran (kg/s)
h2a = entalpi refrigeran masuk kondensor (kJ/kg)
h3 = entalpi refrigeran keluar kondensor (kJ/kg)
2.2.5 Psikrometrik
Psikrometrik merupakan kajian tentang sifat – sifat campuran udara dan
uap air, yang mempunyai arti penting di dalam bidang teknik pengkondisian
udara, karena udara atmosfir tidak kering betul tetapi merupakan campuran antara
udara dan air.
Gambar 2.15. Diagram psikrometrik (McDowall 2006)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Istilah-istilah dalam diagram psikrometrik :
Temperatur Bola Kering (Dry Bulb Temperature)
Temperatur bola kering dapat dibaca pada termometer dengan sensor kering
dan terbuka. Namun penunjukkannya tidaklah tepat karena adanya pengaruh
radiasi panas, kecuali jika sensornya memperoleh ventilasi yang cukup baik.
Temperatur Bola Basah (Wet Bulb Temperature)
Temperatur bola basah adalah temperatur yang ditunjukkan oleh termometer
yang ”Bulb” nya dibungkus kain atau kapas basah yang digunakan untuk
menghilangkan radiasi panas.
Temperatur Titik Embun (Dew Point Temperature)
Temperatur dimana uap air mulai mengembun ketika campuran udara-air
didinginkan, untuk mengkondensasi uap air maka campuran uap air dan udara
harus didinginkan dahulu mencapai titik embun (dew point).
Kelembaban Relatif (Relative Humidity)
Rasio antara tekanan parsial aktual uap air yang ada dalam udara terhadap
tekanan parsial jenuh uap air pada temperatur bola kering tertentu.
Rasio Kelembaban (Humidity Ratio)
Didefinisikan sebagai massa air yang terkandung dalam setiap kg udara kering,
atau dapat juga disebut dengan specific humidity.
Entalpi
Didefinisikan sebagai sejumlah energi kalor yang diperlukan untuk
memanaskan 1 kg udara kering dan x kg air ( dalam fasa cair) dari 0ºC sampai
tºC dan menguapkannya menjadi uap air ( fasa gas).
Volume Spesifik
Volume campuran udara dan uap air, biasanya dalam satuan meter kubik udara
kering atau campuran per kilogram udara kering.
2.2.6 Proses Humidifikasi dan Dehumidifikasi
Suatu proses dimana uap air ditambahkan ke udara disebut humidifikasi,
dan proses menghilangkan uap air dari udara disebut dehumidifikasi. Pada gambar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2.16 dapat dilihat proses humidifikasi dan dehumidifikasi pada diagram
psikrometrik.
Gambar 2.16. Proses humidifikasi dan dehumidifikasi (Pita 2002).
2.2.6.1 Humidifikasi
Proses humidifikasi terjadi apabila terjadi penambahan kadar uap air ke
udara tanpa disertai perubahan temperatur bola kering. Pada kenyataannya proses
humidifikasi selalu disertai dengan penambahan atau pengurangan temperatur
bola kering. Proses humidifikasi dengan disertai penambahan temperatur bola
kering udara dinamakan heating and humidification, dimana pada proses ini udara
dengan temperatur yang lebih rendah mengalami kontak dengan cairan yang
memiliki temperatur lebih tinggi.
Gambar 2.17. Proses heating and humidification dalam diagram psikrometrik
(Kharagpur 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Proses humidifikasi dengan disertai pengurangan temperatur bola kering
udara dinamakan cooling and humidification, dimana pada proses ini udara
dengan temperatur yang lebih tinggi mengalami kontak dengan cairan yang
memiliki temperatur lebih rendah. Pada proses ini temperatur bola kering air harus
lebih rendah dari temperatur bola kering udara tetapi harus lebih tinggi dari
temperatur titik embun udara (dewpoint temperature) untuk mencegah terjadinya
pengembunan.
Gambar 2.18. Proses cooling and humidification dalam diagram psikrometrik
(Kharagpur 2008).
Pada proses humidifikasi akan terjadi beberapa proses yaitu :
Kenaikan entalpi udara spesifik
12 hhh (kJ/kg) (2.5)
Kenaikan entalpi udara total
)( 12 hhmH a
(kW) (2.6)
Penambahan kadar uap air (moisture content)
12 www (kg uap air/kg udara kering) (2.7)
Penambahan massa uap air total
)( 12 wwmW a
(kg/s) (2.8)
Jumlah kalor yang dilepas selama proses
wwa hmhmQ
21 (kW) (2.9)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Wmw
(kg/s) (2.10)
12
12
ww
hhhw
(kJ/kg) (2.11)
dimana :
h = kenaikan entalpi udara spesifik (kJ/kg)
h2 = entalpi udara keluar humidifier (kJ/kg)
h1 = entalpi udara masuk humidifier (kJ/kg)
= laju aliran massa udara (kg/s)
w = penambahan kadar uap air (kg uap air/kg udara kering)
w2 = rasio kelembaban udara keluar humidifier (kg uap air/kg udara kering)
w1 = rasio kelembaban udara masuk humidifier (kg uap air/kg udara kering)
W = penambahan massa uap air total (kg/s)
Q1-2 = jumlah kalor yang dilepas selama proses (kW)
= laju aliran massa uap air (kg/s)
hw = entalpi spesifik dari uap air (kJ/kg)
2.2.6.2 Dehumidifikasi
Proses dehumidifikasi terjadi apabila terjadi pengurangan kadar uap air
dalam udara tanpa disertai perubahan temperatur bola kering. Pada kenyataannya
proses dehumidifikasi selalu disertai dengan penambahan atau pengurangan
temperatur bola kering. Proses humidifikasi dengan disertai penambahan
temperatur bola kering udara dinamakan heating and dehumidification. Proses ini
menggunakan suatu bahan higroskopik yang menyerap uap air dari udara. Apabila
proses tersebut diberi penyekat kalor maka entalpinya akan konstan dan sebagai
akibat dari penurunan kelembaban maka temperatur bola kering dari udara akan
naik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Gambar 2.19. Proses heating and dehumidification dalam diagram psikrometrik
(Kharagpur 2008).
Proses dehumidifikasi dengan disertai pengurangan temperatur bola kering
udara dinamakan cooling and dehumidification. Proses ini terjadi apabila udara
lembab didinginkan di bawah temperatur titik embunnya ketika udara lembab
tersebut mengalami kontak dengan suatu permukaan dingin yang memiliki
temperatur di bawah temperatur titik embun udara. Pada proses ini sebagian dari
uap air dalam udara mengembun, akibatnya baik temperatur udara maupun rasio
kelembabannya menurun.
Gambar 2.20. Proses cooling and dehumidification dalam diagram psikrometrik
(Kharagpur 2008).
Pada proses dehumidifikasi akan terjadi beberapa proses sebagai berikut :
Penurunan entalpi udara
23 hhh (kJ/kg) (2.12)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Penurunan kadar uap air (moisture content)
23 www (kg uap air/kg udara kering) (2.13)
Jumlah kalor yang dilepas udara selama proses
wwa hmhmQ
32 (kW) (2.14)
Dengan hw ≈ hsat,water pada temperatur yang bersangkutan, sedangkan laju
aliran massa udara ( ) dapat dihitung dengan persamaan :
AVm audaraa
(kg/s) (2.15)
dimana :
h3 = entalpi udara keluar dehumidifier (kJ/kg)
h2 = entalpi udara masuk dehumidifier (kJ/kg)
w3 = rasio kelembaban udara keluar dehumidifier (kg uap air/kg udara kering)
w2 = rasio kelembaban udara masuk dehumidifier (kg uap air/kg udara kering)
Q2-3 = jumlah kalor yang dilepas udara selama proses (kW)
udara = massa jenis udara (kg/m3)
Va = kecepatan udara (m/s)
A = luas penampang saluran (m2)
Massa air tawar teoritis yang dihasilkan selama proses desalinasi
dtwwmm oi
t
taw )(
0
(2.16)
mw = massa air tawar yang dihasilkan selama proses (kg)
= laju aliran massa udara (kg/s)
wo = rasio kelembaban udara sebelum melewati evaporator (kg/kg)
wi = rasio kelembaban udara setelah melewati evaporator (kg/kg)
τ = periode (jam/hari)
2.2.7 Energi Surya
Dari seluruh sumber energi terbarukan yang ada, energi panas matahari
merupakan salah satu energi yang jumlahnya paling banyak dan tersedia dalam
bentuk langsung maupun tidak langsung. Matahari tersusun dari gas – gas panas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
dengan diameter 1,39 x 109 m. Massa matahari terdiri dari sekitar 74% hidrogen,
25% helium dan sisanya adalah unsur-unsur yang lebih berat. Temperatur pada
permukaan matahari sekitar 5.500 K, dan mempunyai warna putih, namun karena
menyebar di atmosfer sehingga warnanya tampak kuning. Jarak matahari dengan
bumi sekitar 1,5 x 108
m, dimana radiasi termal matahari mencapai bumi dengan
kecepatan cahaya sekitar 300.000 km/s. Total output energi matahari adalah 3,8 x
1020
MW dimana sama dengan 63 MW/m2 pada permukaan matahari. Energi ini
diradiasikan dalam segala arah. Bumi menerima sebagian kecil radiasi dari total
radiasi yang dipancarkan yaitu sekitar 1,7 x 1014
kW, namun walaupun kecil jika
diperkirakan bahwa 84 menit radiasi matahari yang jatuh di bumi sama dengan
kebutuhan energi dunia untuk satu tahun (sekitar 900 EJ). Sisanya dipantulkan
kembali ke ruang angkasa dan diserap oleh atmosfer.
2.2.7.1 Radiasi
Radiasi sangat penting dalam aplikasi energi surya, radiasi dipancarkan
oleh matahari dalam bentuk sinar ultraviolet, cahaya tampak, dan infra merah.
Panjang gelombang radiasi yang penting untuk aplikasi energi surya ini berkisar
antara 0,15 dan 3,0 μm. Panjang gelombang untuk cahaya tampak sekitar 0,38 dan
0,72 μm.
Gambar 2.21. Skema karakteristik panjang gelombang
Energi radiasi E yang mengenai permukaan material dengan ketebalan
tertentu, terbagi ke dalam 3 bagian, seperti yang ditunjukkan gambar 2.22. Eρ
merupakan radiasi yang dipantulkan (direfleksikan), Eα merupakan radiasi yang
mampu diserap oleh material, dan Eτ adalah radiasi yang mampu ditransmisikan
melewati material.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Gambar 2.22. Energi radiasi matahari yang sampai pada suatu material (Petela 2010).
Persamaan energi untuk radiasi matahari total adalah :
EEEE (2.17)
dari persamaan energi tersebut dapat didefinisikan untuk masing – masing proses
yaitu :
Reflektivitas
Merupakan perbandingan antara radiasi yang dipantulkan dengan radiasi total
yang terjadi.
E
E
(2.18)
Absorptivitas
Merupakan perbandingan antara radiasi yang diserap material dengan radiasi
total yang terjadi, dimana absorptivitas menunjukkan kemampuan dari suatu
material untuk menyerap radiasi total yang terjadi pada suatu permukaan
material.
E
E (2.19)
Transmisivitas
Merupakan kemampuan suatu material untuk meneruskan radiasi matahari
yang dipancarkan melewati material tersebut.
E
E (2.20)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
dimana :
1
Besaran ρ, α, dan τ merupakan besaran tak berdimensi dan dapat bervariasi
untuk material yang berbeda dari 0 sampai 1. Radiasi matahari dalam bentuk
panas ini dapat dimanfaatkan untuk memanaskan udara atau air, dengan
menggunakan kolektor surya.
2.2.7.2 Kolektor Surya
Komponen utama dari setiap sistem surya adalah kolektor surya. Kolektor
surya merupakan salah satu jenis penukar kalor khusus yang menyerap radiasi
matahari yang masuk, mengubahnya menjadi panas, dan mentransfer panas
tersebut ke fluida (biasanya udara, air, atau minyak) yang mengalir melalui
kolektor. Pada dasarnya ada dua jenis kolektor surya: non-concentrating atau
stasioner dan concentrating.
Kolektor plat datar merupakan kolektor tipe non-tracking (stasioner). Plat
penyerap di dalam kolektor mengubah cahaya matahari menjadi energi panas dan
mentransfer energi panas ini ke fluida, seperti air atau udara. Bagian – bagian
utama dari kolektor surya plat datar ditunjukkan seperti pada gambar 2.23.
Gambar 2.23. Bagian – bagian utama dari kolektor surya plat datar (Kalogirou 2009).
Permukaan depan dari plat penyerap memiliki lapisan hitam yang
menyerap radiasi matahari. Lapisan ini dapat berupa cat hitam. Bagian belakang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
dan sisi penyerap diisolasi untuk mencegah hilangnya panas dari tepi dan
belakang kolektor. Kolektor memiliki kaca transparan yang menutupi plat
penyerap. Kaca ini mentransmisikan radiasi matahari ke plat penyerap dan
meminimalkan panas yang hilang pada plat penyerap panas. Beberapa kolektor
memiliki lebih dari satu lapisan bahan kaca. Jenis dan jumlah kaca tergantung
pada temperatur operasi dari kolektor serta jenis lapisan pada plat penyerap.
Bahan yang digunakan sebagai plat penyerap diantaranya; tembaga, aluminium,
baja, kaca, dan plastik, dan yang biasa digunakan adalah tembaga dan aluminium.
Ada 2 cara penyerapan energi matahari yang dilakukan oleh plat penyerap. Salah
satunya adalah radiasi dan konveksi, dan yang lainnya melalui perpindahan panas
antara fluida dalam kolektor, dengan tujuan untuk mengekstrak energi yang dapat
digunakan dari plat kolektor.
2.2.7.3 Analisis Termal Pada Kolektor Surya Plat Datar
Laju energi panas yang hilang pada kolektor
Radiasi sinar matahari yang jatuh pada permukaan sebuah kolektor, tidak
semuanya dapat diserap oleh kolektor, sebagian ada yang diserap dan ditransfer ke
fluida kerja dan disebut sebagai energi yang berguna. Seperti pada sistem termal
yang terlihat pada gambar 2.24, pada kolektor terjadi perpindahan panas konveksi,
konduksi, serta radiasi. Temperatur pada plat adalah Tp, temperatur pada bagian
belakang kolektor adalah Tb, dan radiasi yang diserap adalah S. Sehingga energi
yang hilang pada suatu kolektor surya dapat didefinisikan sebagai :
)( apCL
L
ap
loss TTAUR
TTQ
(2.21)
dimana :
UL = koefisien perpindahan panas total berdasarkan luas kolektor Ac (W/m2.K)
Tp = temperatur plat kolektor (K)
Ta = temperatur lingkungan (K)
Koefisien perpindahan panas total merupakan hambatan termal pada plat
penyerap dengan udara lingkungan dan tergantung pada susunan kolektor dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
kondisi operasi kolektor tersebut. Koefisien perpindahan panas total didefinisikan
sebagai :
ebtL UUUU (2.22)
dimana :
Ut = koefisien perpindahan panas total pada bagian atas kolektor (W/m2.K)
Ub = koefisien perpindahan panas total pada bagian bawah kolektor (W/m2.K)
Ue = koefisien perpindahan panas total pada bagian tepi kolektor (W/m2.K)
Gambar 2.24. Hambatan termal pada kolektor surya (Kalogirou 2009).
Laju energi panas yang digunakan
Pada kondisi tunak, laju energi panas yang berguna pada suatu kolektor
sama dengan laju energi panas yang diserap oleh fluida dikurangi dengan kerugian
panas secara langsung ataupun tidak langsung ke lingkungan seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.25. Sehingga laju energi panas yang berguna pada
suatu kolektor surya dapat didefinisikan sebagai :
][.)]()([ iopapLtcu TTcmTTUGAQ
(2.23)
dimana :
Qu = laju energi panas yang keluar (J/s)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Gt = intensitas radiasi yang masuk dan diserap oleh plat penyerap (W/m2)
ṁ = laju aliran massa udara (kg/s)
cp = panas jenis udara (J/kg.K)
To = temperatur udara yang keluar dari kolektor (K)
Ti = temperatur udara masuk kolektor (K)
Gambar 2.25. Input radiasi dan kerugian panas pada kolektor surya (Kalogirou 2009).
Efisiensi kolektor surya
Output energi yang digunakan merupakan perbedaaan antara energi
matahari yang diserap dengan kerugian energi dari kolektor tersebut. Sedangkan
efisiensi dari kolektor surya dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara
energi yang digunakan dengan jumlah energi matahari yang terjadi pada waktu
tertentu. Jika energi yang digunakan (dikumpulkan) adalah Qu, luas plat penyerap
Ac, intensitas radiasi yang masuk dan diserap oleh plat penyerap GT, dan efisiensi
dari kolektor surya, :
energysolarIncident
lossesEnergy
energysolarIncident
energysolarAbsorbed
GA
Q
Tc
u
c .
(2.24)
Jika persamaan 2.21 dan 2.23 disubtitusikan ke persamaan 2.24 maka
persamaan efisiensi kolektor menjadi :
Tc
iop
c
T
ap
LcGA
TTcmatau
G
TTU
.
).(.)()(
(2.25)
dimana :
ηc = efisiensi kolektor surya (%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di laboratorium Perpindahan Panas dan
Termodinamika, Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret.
3.2 Bahan Penelitian
1. Refrigeran yang digunakan dalam penelitian ini adalah refrigeran HFC 134-a
merek Klea.
Gambar 3.1. Refrigeran HFC 134-a
2. Air laut
Pengujian dilakukan di UPT Laboratorium Pusat MIPA Universitas
Sebelas Maret.
Tabel 3.1. Hasil pengujian kadar garam air laut yang digunakan
No Parameter Satuan Hasil Analisis Ketidakpastian Metode
1 Kadar NaCl ppm 31.342 0,0007 SNI 06-6989. 19-2004
Ketidakpastian analisis dinyatakan pada tingkat kepercayaan 95% dengan
faktor k = 2.
3.3 Alat Penelitian
Sistem desalinasi surya air laut berbasis pompa kalor terdiri atas:
Kompresor torak (reciprocating compressor).
Evaporator.
Kondensor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Katup ekspansi (Thermal Expansion Valve).
Receiver / dryer.
Pressure gauge (suction maupun discharge).
Motor listrik 3 phase, 3 HP.
Tangki penampungan air laut.
Flowmeter refrigeran
Flowmeter air laut
Fan aksial.
Penampung air tawar.
Power Supply Switching.
Pompa sentrifugal.
Relay atau kontaktor.
Termokopel
Sprinkler.
Kolektor surya
Lampu Halogen
Gambar 3.2. Skema unit desalinasi surya berbasis pompa kalor dengan menggunakan
proses humidifikasi dan dehumidifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Gambar 3.3. Unit desalinasi surya berbasis pompa kalor dengan menggunakan
proses humidifikasi dan dehumidifikasi
Spesifikasi komponen
1. Pompa Kalor
Kompresor
Kompresor berfungsi mengalirkan uap panas lanjut refrigeran serta
menaikkan tekanan refrigeran dari tekanan evaporasi ke tekanan kondensasi.
Kompresor yang dipakai dalam penelitian ini adalah merek Nippon Denso tipe
torak 2 silinder.
Gambar 3.4. Kompresor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Kondensor
Kondensor digunakan untuk mendinginkan dan menyerap panas dari gas
refrigeran yang telah ditekan oleh kompresor hingga bertemperatur dan
bertekanan tinggi, sehingga mengubah gas menjadi cair kembali. Pada penelitian
ini kondensor yang digunakan adalah kondensor AC mobil yang berjumlah 2 buah
dengan dimensi panjang 58 cm, lebar 36 cm dan tebal 1,5 cm tiap kondensor.
Gambar 3.5. Kondensor
Receiver
Receiver adalah komponen yang digunakan untuk menyimpan atau
menampung sementara cairan refrigeran untuk kemudian mensuplainya sesuai
dengan beban pendinginan. Dryer dan filter di dalam receiver akan menyerap air
dan kotoran yang ada di dalam refrigeran.
Gambar 3.6. Receiver
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Katup ekspansi
Katup ekspansi ini akan mengatur jumlah aliran refrigeran yang diuapkan
di evaporator dan memastikan bahwa refrigeran dalam bentuk uap panas lanjut
(superheated vapor) yang keluar evaporator.
Gambar 3.7. Katup ekspansi
Evaporator
Fungsi dari sebuah evaporator adalah untuk menyediakan sebuah luasan
permukaan yang besar untuk mengijinkan udara hangat mengalir melaluinya
melepaskan energi panasnya ke refrigeran yang berada di dalam evaporator dan
mendinginkan udara. Evaporator yang digunakan pada penelitian ini adalah tipe
window 2 PK berjumlah 2 buah yang dipasang secara paralel.
Gambar 3.8. Evaporator
Motor listrik 3 HP
Motor listrik 3 HP ini digunakan untuk menggerakkan kompresor.
Gambar 3.9. Motor listrik 3 HP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Pressure gauge
Pressure gauge ini untuk mengetahui tekanan pada kompresor, kondensor,
dan evaporator.
Gambar 3.10. Pressure gauge
2. Alat humidifikasi dan dehumidifikasi
Humidifier
Humidifier berfungsi sebagai tempat terjadinya proses humidifikasi antara
air laut dengan udara. Humidifier yang digunakan terbuat dari aluminium dengan
dimensi panjang 30 cm, lebar 37 cm, tinggi 35 cm yang disusun secara sejajar
sebanyak 72 buah dengan jarak antar plat 5 mm dan sudut elevasi 45o tiap
gelombangnya.
Gambar 3.11. Humidifier
Dehumidifier
Dehumidifier berfungsi sebagai tempat terjadinya proses pengembunan.
Dehumidifier pada penelitian ini adalah evaporator pada pompa kalor yang
berjumlah 2 buah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Gambar 3.12. Dehumidifier
Sprinkler
Sprinkler ini digunakan untuk menyemburkan air laut berbentuk kabut di
atas humidifier sehingga luas permukaan kontak antara air laut dan udara panas
menjadi lebih besar. Sprinkler pada penelitian ini berjumlah 5 buah yang dipasang
di atas humidifier, disusun membentuk persegi dengan jarak antar sprinkler 16,5
cm.
Gambar 3.13. Sprinkler
Fan aksial
Fan ini digunakan untuk mengalirkan udara dalam unit desalinasi surya.
Pada penelitian ini digunakan fan tipe aksial.
Gambar 3.14. Fan aksial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
3. Pompa sentrifugal
Pompa sentrifugal digunakan untuk memompa air laut dari bak
penampung air laut menuju ke sprinkler melalui selang penghubung. Pompa ini
sekaligus memberikan tekanan penyemprotan dari sprinkler. Pompa yang
digunakan berjumlah 2 buah yang disusun secara seri.
Gambar 3.15. Pompa sentrifugal
Tabel 3.2. Spesifikasi pompa Moswell Model 125C
Voltase / Frekuensi 220V / 50Hz
Output 100W
Total Head 31 m
Max. Capacity 34 L/m
Max. Suction Head 9 m
Size 1” x 1”
4. Termokopel
Termokopel ini digunakan untuk mengukur temperatur refrigeran di dalam
sistem refrigerasi. Termokopel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
termokopel tipe T dengan paduan dari copper dan constantan dengan kisaran
temperatur pengukurannya -200oC sampai 350
oC. Termokopel ini memiliki
ketelitian sampai ± 0,03oC dengan sensitifitas 43 V/
oC dan diameter 0,1 mm.
Gambar 3.16. Termokopel tipe T
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Gambar 3.17. Pemasangan termokopel tipe T pada pipa
5. Display termokopel/thermocouple reader
Alat ini digunakan untuk menunjukkan temperatur yang diukur oleh sensor
termokopel.
Gambar 3.18. Display termokopel
6. Flowmeter refrigeran
Flowmeter digunakan untuk mengukur debit dari aliran refrigeran.
Flowmeter diletakkan di antara receiver dan katup ekspansi dengan tujuan agar
refrigeran yang mengalir adalah dalam fase cair jenuh. Data yang diperoleh harus
dikalibrasi dengan Flowmeter Calibration Data, yang tercantum dalam lampiran.
Flowmeter yang digunakan adalah Variable Area Glass Flowmeter Dwyer
tipe VA20440 dengan spesifikasi:
Service : Compatible gases or liquid
Flowtube : Borosilicate glass
Floats : Stainless steel
End fittings : Anodized Aluminium
O-rings : Fluoroelastomer
Connections : Two 1/8 ” female NPT
Temperature limits : 121 oC
Accuracy : + 2%
Repeatability : + 0,25% full scale
Mounting : vertical
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Gambar 3.19. Flowmeter refrigeran
7. Flowmeter air laut
Flowmeter digunakan untuk mengukur debit dari aliran air laut. Flowmeter
diletakkan antara pompa air laut dengan sprinkler sehingga debit air laut yang
masuk ke dalam sistem dapat diatur.
Gambar 3.20. Flowmeter air laut
8. Thermostat
Thermostat ini digunakan untuk mengatur temperatur air laut yang
disemprotkan ke humidifier dan menjaganya dalam kondisi konstan.
Gambar 3.21. Thermostat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
9. Relay atau kontaktor
Relay atau kontaktor dihubungkan dengan thermocontroller dan digunakan
untuk memutus dan menyambung arus listrik yang diatur oleh thermocontroller.
Gambar 3.22. Relay atau kontaktor
10. Manometer
Manometer yang digunakan pada penelitian ini adalah manometer U
dengan minyak diesel sebagai fluida kerjanya. Manometer ini digunakan untuk
membaca beda tekanan antara saluran masuk dan keluar.
Gambar 3.23. Manometer
11. Termometer bola basah
Termometer bola basah dalam penelitian ini digunakan untuk membaca
temperatur bola basah udara di dalam saluran (duct).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Gambar 3.24. Termometer bola basah
12. Termometer
Termometer yang digunakan dalam penelitian ini adalah termometer digital
untuk mengukur temperatur ruangan.
Gambar 3.25. Termometer digital
13. Power Supply Switching Circuit
Digunakan sebagai penyuplai arus listrik ke seluruh sistem dimana tegangan
masukan 220 V – 240 V, tegangan keluaran 12 – 13,8V dan arus yang dihasilkan
40A DC. Pada penelitian ini Switching Circuit yang digunakan berjumlah 2 buah
dengan arus keluaran 40A DC dan 22A DC.
Gambar 3.26. Power supply switching circuit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
14. Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk mencatat selang waktu yang diperlukan dalam
produksi air tawar.
Gambar 3.27. Stopwatch
15. Gelas Ukur
Gelas ukur digunakan untuk menampung jumlah air tawar (fresh water)
yang dihasilkan oleh sistem pada selang waktu tertentu.
Gambar 3.28. Gelas ukur
16. Bak penampung air laut
Digunakan untuk menampung air laut.
Gambar 3.29. Bak penampung air laut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
17. Bak penampung air tawar (fresh water)
Digunakan untuk menampung air tawar (fresh water) yang telah dihasilkan
kemudian dialirkan ke gelas ukur.
Gambar 3.30. Bak penampung air tawar (fresh water)
18. Lampu Halogen
Lampu halogen merupakan simulator untuk sinar matahari. Lampu halogen
yang dipakai sebanyak 6 buah, dengan daya 1000 W.
Gambar 3.31. Lampu Halogen
19. Pyranometer
Pyranometer digunakan untuk mengukur intensitas radiasi yang dihasilkan
oleh lampu halogen.
Gambar 3.32. Pyranometer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
20. Kolektor surya
Kolektor surya digunakan untuk memanaskan udara. Kolektor surya yang
digunakan berjenis kolektor surya plat datar dua laluan dengan 2 penutup kaca,
dimana terdiri dari :
a. Kaca yang digunakan adalah kaca temper, dengan tebal 10 mm dan ukuran
200 x 100 cm. Kaca ini mentransmisikan radiasi matahari kepada plat
penyerap dan meminimalkan panas yang hilang pada plat penyerap panas.
b. Plat penyerap yang digunakan adalah aluminium lembaran yang dicat
warna hitam yang tidak mengkilap, dengan tebal ± 1 mm dan ukuran 100 x
200 cm.
c. Isolator yang digunakan adalah glass wool, dengan tebal 5 cm.
Gambar. 3.33. Skema kolektor surya plat datar dua laluan
Air inlet
Air outlet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Gambar 3.34. Unit kolektor surya plat datar dua laluan.
3.4 Prosedur Penelitian
Penelitian ini adalah indoor experiment dengan menggunakan simulator
surya, dimana radiasi surya disimulasikan dengan cahaya lampu halogen.
Berdasarkan standar ANSI/ASHRAE 93-1986 (RA 91), maka dalam pengujian ini
tingkat radiasi simulator surya diatur pada nilai minimum 800 W/m2 (254
Btu/h.ft) dan ditahan konstan selama periode pengujian. Pada penelitian pengaruh
temperatur udara terhadap unjuk kerja unit desalinasi surya ini, diuji unjuk kerja
unit desalinasi tanpa kolektor surya dan unjuk kerja unit desalinasi dengan
kolektor surya yang divariasi intensitas radiasi suryanya dengan simulator surya.
Pada pengujian unjuk kerja unit desalinasi dengan kolektor surya, nilai intensitas
radiasi surya dari simulator surya divariasi pada 828 W/m2, 924 W/m
2, 1014
W/m2
dan 1120 W/m2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
3.4.1. Tahap Persiapan
Mempersiapkan dan memasang seluruh alat yang digunakan dalam
pengujian, seperti : pompa sentrifugal, kolektor surya, fan, dan sistem pompa
kalor serta alat pendukung lainnya.
3.4.2. Tahap Pengujian
3.4.2.1. Pengujian tanpa kolektor surya
1. Sebelum refrigeran masuk ke sistem, sistem harus divakum terlebih dahulu
sampai tekanan -76 cmHg. Kemudian didiamkan beberapa saat kurang lebih
10 menit untuk memastikan apakah sistem mengalami kebocoran. Apabila
tekanan pada pressure gauge naik maka dipastikan bahwa sistem terdapat
kebocoran sehingga perlu tindakan untuk mengatasinya.
2. Mengisi refrigeran ke dalam sistem sampai tekanan tertentu.
3. Menghidupkan semua fan.
4. Menghidupkan power supply dan menjalankan sistem pompa kalor, tunggu
sampai 15 menit hingga keadaan tunak.
5. Menghidupkan pompa sentrifugal untuk mengalirkan air laut (feed water) ke
sistem.
6. Data diambil setelah 10 menit pertama dengan tujuan untuk menstabilkan
temperatur udara yang akan masuk ke sistem.
7. Mencatat seluruh data temperatur, tekanan dan produksi air tawar setiap 20
menit selama 180 menit.
Setelah melakukan percobaan mematikan pompa air, semua fan, motor
listrik, kompresor, kemudian power supply.
3.4.2.2. Pengujian dengan kolektor surya
1. Sebelum refrigeran masuk ke sistem, sistem harus divakum terlebih dahulu
sampai tekanan -76 cmHg. Kemudian didiamkan beberapa saat kurang lebih
10 menit untuk memastikan apakah sistem mengalami kebocoran. Apabila
tekanan pada pressure gauge naik maka dipastikan bahwa sistem terdapat
kebocoran sehingga perlu tindakan untuk mengatasinya.
2. Mengisi refrigeran ke dalam sistem sampai tekanan tertentu.
3. Menghidupkan semua fan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
4. Menghidupkan power supply dan menjalankan sistem pompa kalor, tunggu
sampai 15 menit hingga keadaan tunak.
5. Menyalakan 6 buah lampu halogen, lalu mengatur jarak lampu sehingga
diperoleh radiasi surya rata-rata 828 W/m2.
6. Menghidupkan pompa sentrifugal untuk mengalirkan air laut (feed
seawater) ke sistem.
7. Data diambil setelah 10 menit pertama dengan tujuan untuk menstabilkan
temperatur udara yang akan masuk ke unit desalinasi.
8. Mencatat seluruh data temperatur, tekanan dan produksi air tawar setiap 20
menit selama 180 menit.
9. Data diperoleh sebanyak 9 kali untuk setiap variasi temperatur udara.
10. Sistem harus dikondisikan seperti semula atau distabilkan terlebih dahulu
untuk sesi pengujian yang lain.
11. Percobaan diulangi untuk variasi intensitas radiasi surya rata-rata 924 W/m2.
12. Mengulangi langkah (3) – (10).
13. Percobaan diulangi untuk variasi intensitas radiasi surya rata-rata 1014
W/m2.
14. Mengulangi langkah (3) – (10).
15. Percobaan diulangi untuk variasi intensitas radiasi surya rata-rata 1120
W/m2.
16. Mengulangi langkah (3) – (10).
Setelah melakukan percobaan mematikan pompa air, semua fan, motor
listrik, kompresor, kemudian power supply.
3.5 Analisa Data
Dari data yang diperoleh, selanjutnya dapat dilakukan analisis data yaitu
dengan melakukan perhitungan terhadap:
Besarnya volume air tawar yang dihasilkan.
Besarnya penambahan massa uap total
Besarnya nilai COPHP pada sistem pompa kalor
Besarnya efisiensi kolektor surya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Berdasarkan data hasil pengujian, yaitu besarnya tekanan masuk dan
keluar pada kompresor, kondensor, dan evaporator; temperatur refrigeran yang
masuk dan keluar pada evaporator, temperatur refrigeran yang masuk dan keluar
pada kondensor, temperatur udara sebelum dan sesudah humidifier, temperatur
udara sebelum dan sesudah dehumidifier, temperatur udara masuk ke kolektor
surya, temperatur udara keluar dari kolektor surya, temperatur plat penyerap,
temperatur kaca penutup, dan intensitas radiasi matahari. Dari data-data tersebut
dapat diketahui sifat-sifat udara dan refrigeran serta efisiensinya pada tiap
komponen. Setelah sifat - sifat dari udara dan refrigeran diketahui maka
selanjutnya dapat dilakukan perhitungan dan analisis Dari perhitungan tersebut
dapat dibuat grafik - grafik hubungan temperatur udara dengan produksi air tawar
(fresh water) dan waktu, temperatur udara dengan penambahan massa uap air total
dengan waktu, temperatur udara terhadap nilai COPHP dengan waktu, temperatur
udara terhadap efisiensi kolektor surya dengan waktu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
3.6 Diagram Alir Penelitian
Variasi intensitas radiasi surya 828 W/m2, 924 W/m
2,
1014 W/m2 dan 1120 W/m
2
Pengambilan data :
Temperatur refrigeran, Tekanan refrigeran
Temperatur udara sebelum dan sesudah humidifier,
Temperatur udara sebelum dan sesudah dehumidifier,
Intensitas radiasi matahari, Temperatur plat penyerap,
Temperatur udara masuk dan keluar kolektor surya,
Produksi air tawar (fresh water)
Debit aliran massa refrigeran
Analisa data
Volume air tawar yang dihasilkan
Penambahan dan pengurangan kadar uap total
Coefficient of Performance Aktual (COPHP aktual)
Efisiensi kolektor surya plat datar
Hasil analisa data
Pengaruh temperatur udara terhadap unjuk kerja unit desalinasi surya
berbasis pompa kalor dengan menggunakan proses humidifikasi dan
dehumidifikasi
Kesimpulan
Mulai
Persiapan unit desalinasi surya berbasis pompa kalor dengan menggunakan proses
humidifikasi dan dehumidifikasi
Selesai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dianalisa mengenai pengaruh temperatur udara masuk
humidifier terhadap unjuk kerja unit desalinasi surya berbasis pompa kalor dengan
menggunakan proses humidifikasi dan dehumidifikasi. Pengujian dilakukan
secara indoor experiment dengan variasi intensitas radiasi surya rata-rata pada 828
W/m2, 924 W/m
2, 1014 W/m
2 dan 1120 W/m
2 dengan menggunakan simulator
surya dari cahaya lampu halogen.
Data yang diperoleh dalam pengujian ini, yaitu: tekanan dan temperatur
pada pompa kalor, tekanan dan temperatur dalam saluran, intensitas radiasi surya,
temperatur masuk dan temperatur keluar kolektor surya serta debit air tawar yang
dihasilkan. Sistem ini dijalankan selama 180 menit pada setiap variasi pengujian
dan pengambilan data setiap 20 menit.
4.1. Hasil Penelitian
Prinsip kerja unit desalinasi surya berbasis pompa kalor dengan
menggunakan proses humidifikasi dan dehumidifikasi ini adalah menggunakan
udara panas untuk membawa uap air dari air laut, kemudian udara yang
mengandung uap air ini diembunkan di evaporator dari sistem pompa kalor. Udara
dingin dari lingkungan dipanaskan dengan cara melewatkan ke kondensor dari
sistem pompa kalor, kemudian dipanaskan kembali dengan memanfaatkan energi
surya di kolektor surya, dan setelah dipanaskan di kolektor surya udara akan
masuk ke unit humidifier untuk proses humidifikasi. Proses pemanasan udara di
kolektor surya dilakukan dengan variasi intensitas radiasi surya rata-rata pada 828
W/m2, 924 W/m
2, 1014 W/m
2 dan 1120 W/m
2.
Temperatur udara rata-rata masuk dan keluar kondensor, temperatur rata-
rata masuk dan keluar kolektor surya, dan temperatur rata-rata masuk humidifier
untuk variasi intensitas radiasi surya rata-rata pada 828 W/m2, 924 W/m
2, 1014
W/m2
dan 1120 W/m2 dapat dilihat pada tabel 4.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Tabel 4.1 Temperatur rata-rata udara melewati kondensor, kolektor surya,
dan masuk humidifier
Intensitas
radiasi surya
rata-rata
(W/m2)
Temperatur
udara masuk
kondensor
(oC)
Temperatur
udara keluar
kondensor
(oC)
Temperatur
udara masuk
kolektor
surya (oC)
Temperatur
udara keluar
kolektor
surya (oC)
Temperatur
udara masuk
humidifier
(oC)
828 30 43 41,5 78,2 60
924 29 43 41,3 84,8 63
1014 29 44 41,3 90,6 68
1120 29 44 41 97,9 71
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dengan variasi intensitas radiasi surya
rata-rata 828 W/m2, 924 W/m
2, 1014 W/m
2 dan 1120 W/m
2 diperoleh temperatur
udara rata-rata masuk humidifier berturut-turut sebesar 60oC, 63
oC, 68
oC, dan
71oC. Pada pengujian unit desalinasi tanpa kolektor surya diperoleh data
temperatur rata-rata masuk humidifier sebesar 37oC. Sehingga pengujian unjuk
kerja unit desalinasi surya berbasis pompa kalor dengan menggunakan proses
humidifikasi dan dehumidifikasi ini dianalisa untuk temperatur udara masuk
humidifer sebesar 37oC, 60
oC, 63
oC, 68
oC, dan 71
oC.
4.1.1. Temperatur udara pada proses humidifikasi dan dehumidifikasi
Udara pada unit desalinasi surya berbasis pompa kalor ini mengalami
proses humidifikasi di humidifier dan dehumidifikasi di evaporator. Dari hasil
pengamatan saat pengujian pada temperatur udara masuk humidifier 71°C,
diperoleh data seperti terlihat pada tabel 4.2 :
Tabel 4.2. Data temperatur udara pada proses humidifikasi dan dehumidifikasi
waktu
(menit) Sebelum humidifier Sesudah humidifier Sesudah dehumidifier
Tdb (°C) Twb (°C) Tdb (°C) Twb (°C) Tdb (°C) Twb (°C)
20 71,2 28,6 43,4 37,8 25,9 25,2
40 71,3 28,6 43,3 37,8 25,7 25,1
60 71,4 28,7 43,4 37,7 25,8 25,1
80 71,4 28,6 43,4 37,7 25,7 25,1
100 71,4 28,7 43,5 37,7 25,8 25,1
120 71,3 28,7 43,4 37,7 25,7 25
140 71,3 28,6 43,4 37,7 25,7 25
160 71,4 28,7 43,4 37,7 25,6 25
180 71,4 28,7 43,5 37,7 25,7 25,1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Selanjutnya data temperatur udara pada proses humidifikasi dan
dehumidifikasi untuk seluruh temperatur udara masuk humidifer tercantum dalam
lampiran
Gambar 4.1. Diagram alir energi sistem pompa kalor pada menit ke-20, temperatur
udara masuk humidifier 71°C.
4.1.2. Proses pemanasan udara di kolektor surya
Udara setelah melewati kondensor dipanaskan di kolektor surya yang
berjenis kolektor surya plat datar dua laluan dengan 2 penutup kaca. Data
temperatur udara masuk dan keluar kolektor surya untuk variasi intensitas radiasi
surya rata-rata 1120 W/m2 dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Data temperatur udara melewati kolektor surya untuk
variasi intensitas radiasi surya rata-rata 1120 W/m2.
Waktu
Menit
Temperatur
udara masuk
kolektor
surya, Tin
(°C)
Temperatur
udara keluar
kolektor
surya, Tout
(°C)
Intensitas radiasi
(W/m²)
20 40,9 98 1120,6
40 40,7 97,9 1119,2
60 41,2 97,8 1120,4
80 41,1 98 1121,1
KONDENSOR
KOMPRESOR
EVAPORATOR
HIGH PREASURE GAUGE
LOW PREASSURE GAUGE
KATUP EKSPANSI
RECEIVER
FLOW METER
0, 3082 MPa 23,4 °C
1,2045 MPa 45,5 °C
1,4803 MPa 78 °C
0,3840 MPa
5,4 °C
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
100 41,3 98,1 1119,4
120 41,1 98 1119,6
140 41,2 98,1 1119,6
160 41 97,9 1121,5
180 40,9 97,8 1119,9
Rata -rata 41 98 1120,1
Selanjutnya data temperatur udara melewati kolektor surya untuk seluruh
variasi intensitas radiasi surya tercantum dalam lampiran.
4.1.3. Pengujian kadar garam air laut dan salinitas air tawar hasil desalinasi
Pengujian dilakukan di UPT Laboratorium Pusat MIPA Universitas
Sebelas Maret. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan salinitas air laut sebelum
dan sesudah proses desalinasi seperti terlihat pada tabel 4.4 dan tabel 4.5.
Tabel 4.4. Hasil pengujian kadar garam air laut sebelum proses desalinasi
No Parameter Satuan Hasil Analisis Ketidakpastian Metode
1 Kadar NaCl ppm 31.342 0,0007 SNI 06-6989. 19-2004
Tabel 4.5. Hasil pengujian salinitas air tawar setelah proses desalinasi
No Parameter Satuan Hasil Analisis Ketidakpastian Metode
1 Salinitas ppm 120 - SNI 06-2413-1991
Ketidakpastian analisis dinyatakan pada tingkat kepercayaan 95% dengan
faktor k = 2.
4.1.4. Volume air tawar aktual yang dihasilkan unit desalinasi surya
Produk air tawar dihasilkan dari proses dehumidifikasi/pengembunan di
evaporator, diukur untuk setiap periode waktu 20 menit selama 180 menit. Hasil
pengamatan volume air tawar yang dihasilkan dari unit desalinasi surya untuk
keseluruhan temperatur udara masuk humidifier dapat dilihat pada tabel 4.6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel 4.6. Hasil pengamatan akumulasi produksi air tawar aktual
untuk seluruh variasi temperatur udara masuk humidifier
Waktu
(menit) Akumulasi produksi air tawar (ml)
37°C 60°C 63°C 68°C 71°C
20 250 340 370 410 440
40 505 680 740 820 880
60 760 1020 1110 1230 1325
80 1010 1370 1480 1645 1775
100 1260 1720 1850 2060 2225
120 1515 2070 2225 2475 2675
140 1765 2420 2600 2895 3130
160 2020 2770 2975 3315 3585
180 2270 3120 3350 3735 4040
4.1.5. Proses humidifikasi dan dehumidifikasi pada diagram psikrometrik
Proses humidifikasi dan dehumidifikasi yang terjadi pada unit desalinasi
surya berbasis pompa kalor menggunakan proses humidifikasi dan dehumidifikasi
pada menit ke 20 untuk temperatur udara masuk humidifier 71°C dapat dilihat
pada diagram psikrometrik pada gambar 4.2 dibawah ini.
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
210
220
230
240
250
260
270
280
290
290
300
300
310
310
320
320
330
330
340
340
350
350
360
360
ENTHALPY - KJ PER KILOGRAM OF DRY AIR
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
210
220
230
240
250
260
270
280
EN
TH
ALP
Y -
KJ P
ER
KIL
OG
RA
M O
F D
RY
AIR
SA
TU
RA
TIO
N T
EM
PE
RA
TU
RE
- °
C
20
30
40
50
60
70
80
90
10
0
11
0
12
0
DR
Y B
UL
B T
EM
PE
RA
TU
RE
- °
C
10
20
30
40
50
60
70
80
90
15%
25%
2%
4%
6%
8% R
ELA
TIVE H
UM
IDIT
Y
10% RELATIVE HUMIDITY20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
10
20
20
30
30
40
40
50 WET BULB TEMPERATURE - °C
50
0.8
2
0.8
6
0.9
0
0.9
4 V
OLU
ME
- CU
BIC
ME
TE
R P
ER
KG
DR
Y A
IR
0.9
8
1.0
2
1.0
6
1.1
0
1.1
4
1.1
8
1.2
2
1.2
6
HU
MID
ITY
RA
TIO
- G
RA
MS
MO
IST
UR
E P
ER
KIL
OG
RA
M D
RY
AIR
Titik 1
Titik 2
Titik 3
Note 1
R R
ASHRAE PSYCHROMETRIC CHART NO.3
HIGH TEMPERATURE
BAROMETRIC PRESSURE: 101.325 kPa
Copyright 1992
AMERICAN SOCIETY OF HEATING, REFRIGERATING AND AIR-CONDITIONING ENGINEERS, INC.
SEA LEVEL
0
1.0 1.0
-
1.52.0
4.0
-4.0-2.0
-1.0
-0.5
-0.2
0.10.
2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8-5.0
-2.0
0.0
1.0
2.0
2.5
3.0
4.0
5.0
10.0
-
SENSIBLE HEAT Qs
TOTAL HEAT Qt
ENTHALPY
HUMIDITY RATIO
h
W
Gambar 4.2. Proses humidifikasi dan dehumidifikasi pada menit ke-20
untuk temperatur udara masuk humidifier 71°C
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 4.7. Data proses humidifikasi dan dehumidifikasi pada menit ke-20
untuk temperatur udara masuk humidifier 71°C
No. Tdb (°C) Twb (°C) h (kJ/kg) w(g/kg) RH(%)
1 71,2 28,6 90,59 7,23 3,5
2 43,4 37,8 148,83 40,76 70,7
3 25,9 25,2 77,31 20,12 94,6
Selanjutnya untuk data temperatur bola kering, temperatur bola basah,
kelembaban relatif, entalpi, dan rasio kelembaban pada proses humidifikasi dan
dehumidifikasi variasi lainnya tercantum dalam lampiran.
4.1.6. Perhitungan volume air tawar yang dihasilkan unit desalinasi surya
Sesuai dengan persamaan 2.16, maka :
dtwwmm oi
t
taw )(
0
dimana :
mw = massa air tawar yang dihasilkan selama proses (kg)
= laju aliran massa udara (kg/s)
wo = rasio kelembaban udara sebelum melewati evaporator (kg/kg)
wi = rasio kelembaban udara setelah melewati evaporator (kg/kg)
τ = periode (jam/hari)
Data pengujian menit ke 20 variasi temperatur udara 71°C
Sebelum humidifier
Tdb = 71,2ºC w1 = 7,23 g/kg
Twb = 28,6ºC ρudara = 1,0143 kg/m3
Sesudah humidifier / sebelum dehumidifier
Tdb = 43,4 ºC w2 = 40,76 g/kg
Twb = 37,8ºC
Sesudah dehumidifier
Tdb = 25,9 ºC w3 = 20,12 g/kg
Twb = 25,2 ºC
Kecepatan udara dalam pipa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
v = 4 m/s
Luas penampang pipa
2
4dA
22 m)62,7(4
= 0,00456 m2
Densitas air laut
air laut = 1.030 kg/ m3
1. Menghitung laju aliran massa udara
ṁa = ρudara.V.A
= 1,0143 kg/ m3× 4 m/s × 0,00456 m
2
= 0,01849 kg/s
2. Menghitung massa uap total
Penambahan massa uap total sesudah humidifier
Sesuai dengan persamaan 2.8
ΔW1 = ṁa (w2 - w1) (kg/s)
= 0,01849 kg/s × (0,04076 – 0,00723) kg/kg
= 0,00062 kg/s
Pengurangan massa uap total sesudah dehumidifier
ΔW2 = ṁa (w2 – w3) (kg/s)
= 0,01849 kg/s × (0,04076 – 0,02012) kg/kg
= 0,00038 kg/s
3. Menghitung volume air tawar yang dihasilkan
Sesuai dengan persamaan 2.16, maka :
dtwwmm oi
t
taw )(
0
= a
t
tm
0 (w2 – w3) dt
= 20
0kg/s01849,0 × ((0,04076 – 0,02012) kg/kg) dt
= 0,01849 kg/s × (0,04076 – 0,02012)kg/kg × (20 × 60) s
= 0,45796 kg
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
V = lautair
wm
=
3m
kg1000
kg45803,0
= 0,00045796 m3
= 457,96 ml
Analogi dengan perhitungan diatas, maka diperoleh tabel data laju aliran
massa udara, volume air tawar yang dihasilkan, penambahan massa uap total dan
pengurangan massa uap total secara keseluruhan untuk temperatur udara masuk
humidifier 71°C seperti terlihat pada tabel 4.8 :
Tabel 4.8. Hasil perhitungan laju aliran massa udara, penambahan massa uap total,
pengurangan massa uap total dan volume air tawar yang dihasilkan pada temperatur udara
masuk humidifier 71°C
Waktu
(menit) ṁa
(kg/s)
ΔW1
(kg/s)
ΔW2
(kg/s)
V
(ml)
20 0,01849 0,00062 0,000382 457,96
40 0,01849 0,00062 0,000384 921,08
60 0,01848 0,00061 0,000378 1361,88
80 0,01848 0,00062 0,000377 1811,4
100 0,01848 0,00061 0,000378 2265,36
120 0,01849 0,00061 0,000381 2740,62
140 0,01849 0,00062 0,000381 3197,39
160 0,01848 0,00061 0,00038 3645,87
180 0,01848 0,00061 0,000377 4067,67
Selanjutnya data untuk temperatur udara masuk humidifier 37°C, 60°C,
63°C, dan 68°C tercantum di lampiran.
Data hasil perhitungan volume air tawar yang dihasilkan, penambahan
massa uap air total dan pengurangan massa uap air total untuk seluruh temperatur
udara masuk humidifier dapat dilihat pada tabel 4.9– 4.11.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 4.9. Hasil perhitungan volume air tawar yang dihasilkan
untuk seluruh temperatur udara masuk humidifier
Waktu
(menit) Akumulasi produksi air tawar (ml)
37°C 60°C 63°C 68°C 71°C
20 269,45 345,99 378,96 416,02 457,96
40 547,44 689,67 757,67 839,49 921,08
60 790,09 1044,55 1150,48 1256,54 1361,88
80 1041,93 1384,92 1548,54 1660,65 1811,40
100 1331,23 1731,15 1935,06 2106,57 2265,36
120 1568,35 2069,09 2336,34 2543,23 2740,62
140 1829,74 2429,28 2691,56 2975,30 3197,39
160 2098,41 2788,28 3098,90 3417,20 3645,87
180 2351,84 3144,09 3421,67 3835,48 4067,67
Tabel 4.10. Hasil perhitungan penambahan massa uap air total di humidifier
untuk seluruh temperatur udara masuk humidifier
Waktu
(menit) Penambahan massa uap air total (kg/s)
37°C 60°C 63°C 68°C 71°C
20 0,00019 0,00031 0,00041 0,00052 0,00062
40 0,00018 0,00031 0,00041 0,00053 0,00062
60 0,00018 0,00030 0,00041 0,00052 0,00061
80 0,00018 0,00030 0,00041 0,00053 0,00062
100 0,00019 0,00030 0,00041 0,00052 0,00061
120 0,00018 0,00031 0,00042 0,00053 0,00061
140 0,00018 0,00031 0,00041 0,00053 0,00062
160 0,00018 0,00031 0,00041 0,00053 0,00061
180 0,00018 0,00031 0,00041 0,00053 0,00061
Tabel 4.11. Hasil perhitungan pengurangan massa uap air total di dehumidifier
untuk seluruh temperatur udara masuk humidifier
Waktu
(menit) Pengurangan massa uap air total (kg/s)
37°C 60°C 63°C 68°C 71°C
20 0,00022 0,00029 0,00032 0,00035 0,00038
40 0,00023 0,00029 0,00032 0,00035 0,00038
60 0,00022 0,00029 0,00032 0,00035 0,00038
80 0,00022 0,00029 0,00032 0,00035 0,00038
100 0,00022 0,00029 0,00032 0,00035 0,00038
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
120 0,00022 0,00029 0,00032 0,00035 0,00038
140 0,00022 0,00029 0,00032 0,00035 0,00038
160 0,00022 0,00029 0,00032 0,00036 0,00038
180 0,00022 0,00029 0,00032 0,00036 0,00038
4.1.7. Perhitungan COPHP aktual
Pada siklus aktual terjadi perbedaan bila dibandingkan dengan siklus ideal,
antara lain:
1. Terjadi penurunan tekanan di sepanjang pipa kondensor dan evaporator.
2. Adanya proses pembawah dingin (sub-cooling) cairan yang meninggalkan
kondensor sebelum memasuki alat ekspansi.
3. Pemanasan lanjut uap (superheating) yang meninggalkan evaporator sebelum
memasuki kompresor.
4. Terjadi kenaikan entropi pada saat proses kompresi (kompresi tak isentropik)
dan terdapat ketidakefisienan yang disebabkan oleh gesekan dan kerugian-
kerugian lain.
5. Proses ekspansi berlangsung non-adiabatik.
Skema siklus aktual:
Gambar 4.3. Diagram p-h siklus aktual
Sesuai dengan persamaan (2.2), maka:
).(
).(
12
32
hhm
hhm
W
QCOP
aref
aref
komp
kondHP
dimana :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
h1 = entalpi refrigeran keluar evaporator (kJ/kg)
h2a = entalpi refrigeran masuk kondensor (kJ/kg)
h3 = entalpi refrigeran keluar kondensor (kJ/kg)
Data pengujian menit ke-20 untuk temperatur udara masuk humidifier 71 °C
Titik 1. (Kondisi uap panas lanjut keluar evaporator)
T1 = 23,4 ºC h1 = 418,8 kJ/kg
P1 = 0,3220 MPa
Titik 2a. (Kondisi uap panas lanjut masuk kondensor)
T2 = 78 ºC h2a = 452,6 kJ/kg
P2 = 1,4459 MPa
Titik 3. (Kondisi cairan bawah dingin keluar kondensor )
T3 = 45,5 ºC h3 = 264,7 kJ/kg
P3 = 1,2045 MPa
Titik 4. (Kondisi campuran uap dan cairan masuk evaporator )
P4= 0,3840 MPa h4 = 264,7 kJ/kg
h4 = h3 = 264,7 kJ/kg
12
32
.
.
hhm
hhm
W
QCOP
aref
aref
komp
kond
HP
kJ/kg
8,4186,452.
7,2646,452.
ref
ref
m
m
= 5,5592
Analogi dengan perhitungan diatas, maka diperoleh data perhitungan
COPHP aktual secara keseluruhan untuk temperatur udara masuk humidifier 71°C,
seperti terlihat pada tabel 4.12.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel 4.12. Perhitungan COPHP aktual untuk temperatur udara masuk humidifier 71°C
Waktu
(menit) Enthalpi (kJ/kg) h1 - h4
(kJ/kg)
h2a-h1
(kJ/kg)
h2a-h3
(kJ/kg) COPHP h1 h2a h3 h4
20 418,8 452,60 264,70 264,70 154,10 33,80 187,90 5,5592
40 418,6 452,40 265,20 265,20 153,40 33,80 187,20 5,5385
60 418,7 452,70 265,00 265,00 153,70 34,00 187,70 5,5206
80 418,9 452,50 265,20 265,20 153,70 33,60 187,30 5,5744
100 418,8 452,80 264,80 264,80 154,00 34,00 188,00 5,5294
120 418,6 452,60 265,00 265,00 153,60 34,00 187,60 5,5176
140 418,8 452,70 264,80 264,80 154,00 33,90 187,90 5,5428
160 418,9 452,80 264,70 264,70 154,20 33,90 188,10 5,5487
180 418,7 452,70 266,10 266,10 152,60 34,00 186,60 5,4882
Selanjutnya data perhitungan COPHP aktual untuk temperatur udara masuk
humidifier 37 °C, 60 °C, 63 °C, dan 68 °C tercantum di lampiran.
Data COPHP aktual untuk keseluruhan temperatur udara masuk humidifier
dapat dilihat pada tabel 4.13 di bawah ini.
Tabel 4.13. COPHP aktual untuk seluruh temperatur udara masuk humidifier
Waktu
(menit) COPHP aktual
37°C 60°C 63°C 68°C 71°C
20 6,87179 5,76829 5,70695 5,55588 5,55917
40 6,86859 5,77301 5,75610 5,65868 5,53846
60 6,87179 6,02913 5,73780 5,61128 5,52059
80 6,86538 6,00000 5,71212 5,53666 5,57440
100 6,82484 5,99038 5,68072 5,61607 5,52941
120 6,80317 6,03883 5,68882 5,57522 5,51765
140 6,80635 6,04531 5,71212 5,61905 5,54277
160 6,80317 6,09772 5,67568 5,65165 5,54867
180 6,80317 6,03548 5,89905 5,62202 5,48824
4.1.8. Perhitungan efisiensi kolektor surya plat datar dua laluan dengan 2
penutup kaca
Perhitungan efisiensi kolektor surya plat datar dua laluan dengan 2
penutup kaca untuk intensitas radiasi surya rata-rata 1120 W/m2 menit ke-20 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Data kolektor surya plat datar dua laluan dengan 2 penutup kaca :
Intensitas radiasi matahari (I) = 1120,6 W/m²
Temperatur udara masuk (Tin) = 40,9 °C
Temperatur udara keluar (Tout) = 98 °C
Panas jenis udara (Cp )
°C45,69
°C2
989,40
2
outinratarata
TTT
Sehingga dari tabel A.4 Thermophysical properties of gases at
atmospheric pressure (Incropera 2007) didapatkan panas jenis udara (Cp)
= 1008,7 (J/kg.K)
Luas permukaan kolektor surya (Ac)
2
2
m2
m)12(
lpAc
Laju aliran massa udara di dalam kolektor surya (ṁa)
ṁa = 0,01849 kg/s
Efisiensi kolektor surya plat datar dua laluan dengan 2 penutup kaca (η)
Sesuai dengan persamaan 2.25,
%4848,0
W/m6,1120.m2
°C)9,4098(J/kg.K.7,1008.kg/s01849,0
.
).(.
22
Tc
iop
cGA
TTcm
Analogi dengan perhitungan diatas, maka diperoleh efisiensi kolektor
surya plat datar dua laluan dengan 2 penutup kaca secara keseluruhan untuk
variasi intensitas radiasi surya rata-rata 1120 W/m2, seperti terlihat pada tabel
4.14.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Tabel 4.14. Efisiensi kolektor surya plat datar dua laluan dengan 2 penutup
kaca pada intensitas radiasi surya rata-rata 1120 W/m2
Waktu
(menit)
Trata-rata
(°C)
Cp
(J/kg.K)
Intensitas radiasi
matahari
(W/m²) (%)
20 69,45 1008,7 1120,6 48
40 69,3 1008,69 1119,2 48
60 69,5 1008,7 1120,4 47
80 69,55 1008,7 1121,1 47
100 69,7 1008,71 1119,4 47
120 69,55 1008,7 1119,6 47
140 69,65 1008,71 1119,6 47
160 69,45 1008,7 1121,5 47
180 69,35 1008,69 1119,9 47
Selanjutnya data untuk variasi intensitas radiasi surya rata-rata 828 W/m2,
924 W/m2, 1014 W/m
2 dan 1120 W/m
2 tercantum di lampiran.
Data efisiensi kolektor surya plat datar dua laluan dengan 2 penutup kaca
untuk seluruh variasi intensitas radiasi surya dapat dilihat pada tabel 4.15 di
bawah ini.
Tabel 4.15 Efisiensi kolektor surya untuk seluruh variasi intensitas radiasi surya.
Waktu
(menit) Efisiensi kolektor surya (%)
828 W/m2
924 W/m2 1014 W/m
2 1120 W/m
2
20 43 45 46 48
40 44 45 46 48
60 43 45 46 47
80 43 45 46 47
100 43 45 46 47
120 43 45 46 47
140 43 45 46 47
160 43 45 46 47
180 42 45 46 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
4.2. Analisis Data
4.2.1. Pengaruh temperatur udara masuk humidifier terhadap produksi air
tawar
Gambar 4.4. menunjukkan grafik akumulasi produksi air tawar terhadap
waktu dengan variasi temperatur udara masuk humidifier. Pada penelitian
pengaruh temperatur udara masuk humidifier terhadap produksi air tawar,
temperatur air laut dikondisikan pada temperatur konstan sebesar 45oC,
kompresor dioperasikan pada putaran konstan sebesar 1.200 rpm, laju aliran
volumetrik air laut konstan sebesar 300 l/jam, dan air laut dalam sistem ini
disirkulasi ulang.
Gambar 4.4. Grafik akumulasi produksi air tawar terhadap waktu dengan variasi
temperatur udara masuk humidifier.
Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa produksi air tawar meningkat
terhadap waktu dan temperatur udara masuk humidifier. Hal ini dikarenakan
semakin tinggi temperatur udara masuk humidifer maka kemampuan untuk
menyerap uap air juga semakin tinggi. Seperti pada gambar 4.5, bahwa semakin
tinggi temperatur udara masuk humidifier maka penambahan massa air total
dalam udara setelah melewati humidifier juga semakin tinggi. Penambahan massa
uap air total dalam udara yang semakin tinggi ini dikarenakan udara pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
temperatur yang lebih tinggi mempunyai kelembaban relatif yang lebih kecil
daripada udara pada temperatur rendah, sehingga kemampuan untuk menyerap
uap air menjadi semakin tinggi.
Gambar 4.5. Grafik penambahan massa uap air total terhadap waktu dengan variasi
temperatur udara masuk humidifer
Grafik perbandingan akumulasi produksi air tawar teoritis dan aktual pada
masing-masing variasi temperatur udara masuk humidifier terlihat pada gambar
4.6. Pada gambar 4.6 terlihat produksi air tawar teoritis lebih banyak
dibandingkan produksi air tawar aktual, hal ini dikarenakan tidak semua air tawar
yang dihasilkan melalui pengembunan pada evaporator jatuh ke dalam bak
penampung, sehingga mengurangi hasil produksi air tawar aktual yang dihasilkan.
Volume air tawar yang dihasilkan setiap 20 menit untuk setiap variasi
temperatur udara masuk humidifer relatif sama. Hal tersebut terjadi karena
temperatur udara, laju aliran volumetrik air laut, temperatur air laut serta
kecepatan udara yang masuk ke dalam sistem selama waktu pengujian untuk
setiap variasi relatif sama. 2. Volume air tawar rata-rata yang dihasilkan tiap 20
menit untuk temperatur udara rata-rata masuk humidifier 37°C, 60°C, 63°C, 68°C,
dan 71°C berturut-turut 250 ml, 340 ml, 370 ml, 410 ml, dan 440 ml. Ini berarti
laju produksi air tawar rata-rata untuk temperatur udara masuk humidifier 37°C,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
60°C, 63°C, 68°C, dan 71°C berturut-turut 12,5 ml/menit, 17 ml/menit, 18,5
ml/menit, 20,5 ml/menit dan 22 ml/menit. Sehingga unit desalinasi surya ini dapat
memproduksi air tawar untuk temperatur udara masuk humidifier 37°C, 60°C,
63°C, 68°C, dan 71°C berturut-turut rata-rata 18 L/hari, 24,48 L/hari, 26,64
L/hari, 29,52 L/hari dan 35,64 L/hari.
Gambar 4.6. Grafik perbandingann akumulasi produksi air tawar teoritis dan aktual
terhadap waktu dengan variasi temperatur udara masuk humidifier
4.2.2. Pengaruh temperatur udara terhadap COPHP.
Gambar 4.7 menunjukkan grafik hubungan antara COPHP aktual terhadap
waktu dengan variasi temperatur udara masuk humidifier. Dari gambar 4.7 dapat
dilihat nilai COPHP aktual menurun dengan kenaikan temperatur udara masuk
humidifier. Nilai COPHP aktual untuk keseluruhan temperatur udara masuk
humidifier berkisar 5,5-6,8. Nilai COPHP aktual tertinggi terjadi pada temperatur
udara 37°. Hal ini disebabkan karena pada temperatur udara 37°C sistem pompa
kalor memiliki beban pendinginan paling rendah dibandingkan dengan temperatur
udara masuk humidifier yang lain. Sedangkan untuk COPHP aktual pada variasi
temperatur 60°C, 63°C, 68°C dan 71°C nilainya hampir sama karena beban
pendinginan yang diterima sistem pompa kalor hampir sama. Nilai COPHP aktual
pada temperatur udara masuk humidifier tertentu relatif sama terhadap waktu. Hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
ini karena sistem pompa kalor menerima beban pendinginan sama selama
dijalankan pada temperatur udara tertentu yang konstan.
Gambar 4.7 Grafik COP HP aktual terhadap waktu dengan variasi temperatur udara
4.2.3. Pengaruh penggunaan kolektor surya plat datar dua laluan dengan 2
penutup kaca terhadap produksi air tawar
Pengaruh penggunaan kolektor surya plat datar dua laluan dengan 2
penutup kaca ditunjukkan pada gambar 4.8.
Gambar 4.8 Pengaruh penggunaan pemanas udara surya plat datar dua laluan dengan 2
penutup kaca terhadap unjuk kerja sistem.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Dapat dilihat pada gambar 4.8 bahwa hasil produksi air tawar meningkat
rata-rata 36% jika menggunakan kolektor surya plat datar dua laluan dengan 2
penutup kaca pada intensitas 828 W/m². Sedangkan pada intensitas radiasi surya
924 W/m², 1014 W/m², 1120 W/m² hasil produksi air tawar berturut-turut
meningkat rata-rata 48%, 64% dan 76%, jika dibandingkan dengan tanpa
menggunakan kolektor surya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Yamali dan
Solmus (2007), penggunaan kolektor surya dapat meningkatkan produksi air
tawar sampai 8%. Peningkatan ini terjadi karena luas perpindahan panas pada
kolektor surya plat datar dua laluan dengan 2 penutup kaca lebih besar, sehingga
temperatur bola basah (Twb) udara keluar kolektor surya lebih besar (dan RH lebih
kecil) dibandingkan tanpa menggunakan kolektor surya. Sehingga ketika udara
kontak dengan semprotan air laut di humidifier, udara ini dapat membawa uap air
lebih banyak dibandingkan tanpa menggunakan kolektor surya. Sehingga hasil
produksi air tawar juga akan lebih banyak.
4.2.4. Efisiensi sesaat kolektor surya plat datar dua laluan dengan 2
penutup kaca
Nilai efisiensi sesaat kolektor surya plat datar dua laluan dengan 2 penutup
kaca untuk seluruh variasi intensitas radiasi surya ditunjukkan pada gambar 4.9.
Gambar 4.9. Efisiensi kolektor surya plat datar dua laluan dengan 2 penutup kaca untuk
seluruh variasi intensitas radiasi surya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Pada gambar 4.9 terlihat bahwa semakin tinggi intensitas radiasi surya,
maka efisiensi sesaat kolektor surya juga semakin tinggi. Temperatur udara masuk
kolektor surya plat datar dua laluan dengan 2 penutup kaca untuk setiap variasi
intensitas radiasi surya hampir sama, sehingga efisiensi dari kolektor surya ini
sangat dipengaruhi oleh temperatur udara keluar kolektor surya. Semakin besar
perbedaan temperatur udara keluar dan masuk kolektor surya maka efisiensi
sesaat dari kolektor surya ini juga akan semakin meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 80
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Volume produksi air tawar meningkat seiring dengan peningkatan temperatur
udara masuk humidifier dari unit desalinasi surya berbasis pompa kalor
dengan menggunakan proses humidifikasi dan dehumidifikasi.
2. Laju produksi air tawar rata-rata dari unit desalinasi surya berbasis pompa
kalor dengan menggunakan proses humidifikasi dan dehumidifikasi pada
variasi temperatur udara rata-rata masuk humidifier 37oC, 60
oC, 63
oC, 68
oC
dan 71oC berturut-turut 12,5 ml/menit, 17 ml/menit, 18,5 ml/menit, 20,5
ml/menit dan 22 ml/menit atau berturut-turut 18 L/hari, 24,48 L/hari, 26,64
L/hari, 29,52 L/hari dan 35,64 L/hari.
3. Penggunaan kolektor surya plat datar dua laluan dengan 2 penutup kaca dapat
meningkatkan volume produksi air tawar, semakin tinggi intensitas radiasi
surya, maka volume air tawar yang dihasilkan akan semakin banyak.
Peningkatan hasil produksi air tawar untuk masing – masing variasi intensitas
radiasi surya rata-rata 828 W/m2, 924 W/m
2, 1014 W/m
2 dan 1120 W/m
2
berturut-turut 36%, 48%, 64% dan 76%.
4. Efisiensi sesaat rata-rata dari kolektor surya plat datar dua laluan dengan 2
oenutup kaca untuk variasi intensitas radiasi surya rata-rata 828 W/m2, 924
W/m2, 1014 W/m
2 dan 1120 W/m
2 berturut-turut 43%, 45%, 46% dan 48%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 83
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
LAMPIRAN 1. DATA VARIASI TEMPERATUR UDARA MASUK HUMIDIFIER 37 °C
Tabel 1. Data kecepatan udara, laju aliran volumetrik air laut, dan temperatur air laut pada temperatur udara masuk humidifier 37 °C
waktu V udara Rotameter Q air Temperatur air
(menit) (m/s) (l/jam) °C20 4 300 300 45
40 4 300 300 45
60 4 300 300 45
80 4 300 300 45
100 4 300 300 45
120 4 300 300 45
140 4 300 300 45
160 4 300 300 45
180 4 300 300 45
Tabel 2. Data sistem humidifikasi dan dehumidifikasi pada temperatur udara masuk humidifier 37 °C
waktuSebelum
HumidifierSesudah
humidifierSesudah
dehumidifierVolume air
tawar
(menit)T db (°C)
T wb (°C)
T db (°C)
T wb (°C)
T db (°C)
T wb (°C) (ml)
20 37,4 25,2 33,1 29,2 20 19 250
40 37,3 25,3 33 29,2 20 18,9 505
60 37,3 25,3 33 29,1 20,1 19,1 760
80 37,2 25,3 33,1 29,1 19,9 19,1 1010
100 37,4 25,2 33,1 29,2 19,9 19,1 1260
120 37,3 25,2 33,1 29,1 20 19,1 1515
140 37,3 25,3 33 29,1 19,9 19,1 1765
160 37,4 25,2 33 29,1 20 19,1 2020
180 37,4 25,2 33,1 29,1 20 19,1 2270
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Tabel 3. Data sistem pompa kalor pada temperatur udara masuk humidifier 37 °C
waktu Kompresor KondensorKatup
Expansi Evaporator
(menit) P (Psi) Trefri. (°C) Tudara. (°C) P (Psi) P (Psi) T (°C) P (Psi)
IN OUT IN OUT IN OUT IN OUT IN OUT IN OUT IN OUT
20 29 195 65,6 39,5 29 44 190 155 150 37 1,3 12,1 40 31
40 29 195 65,7 39,6 29 44 190 155 150 37 1,3 12,2 40 31
60 29 195 65,6 39,5 29 44 190 155 150 37 1,5 12,1 40 31
80 29 195 65,6 39,6 29 44 190 155 150 37 1,4 12,1 40 31
100 29 195 65,7 39,6 29 44 190 155 150 37 1,5 12 40 31
120 29 195 65,8 39,7 29 44 190 155 150 37 1,4 12 40 31
140 29 195 65,8 39,6 29 44 190 155 150 37 1,4 11,9 40 31
160 29 195 65,8 39,7 29 44 190 155 150 37 1,5 11,9 40 31
180 29 195 65,8 39,7 29 44 190 155 150 37 1,6 11,9 40 31
Tabel 4. Data perhitungan COP pada temperatur udara masuk humidifier 37 °C
Waktu Enthalpi (kJ/kg) h1 - h4 h2a-h1 h2a-h3
COPhp(menit) h1 h2a h3 h4 kJ/kg kJ/kg kJ/kg20 408,8 440 225,6 225,6 183,2 31,2 214,4 6,8718
40 408,9 440,1 225,8 225,8 183,1 31,2 214,3 6,8686
60 408,8 440 225,6 225,6 183,2 31,2 214,4 6,8718
80 408,8 440 225,8 225,8 183 31,2 214,2 6,8654
100 408,7 440,1 225,8 225,8 182,9 31,4 214,3 6,8248
120 408,7 440,2 225,9 225,9 182,8 31,5 214,3 6,8032
140 408,7 440,2 225,8 225,8 182,9 31,5 214,4 6,8063160 408,7 440,2 225,9 225,9 182,8 31,5 214,3 6,8032
180 408,7 440,2 225,9 225,9 182,8 31,5 214,3 6,8032
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Tabel 5. Data entalpi, rasio kelembaban, dan kelembaban relatif pada temperatur udara masuk humidifier 37 °C
waktu Sebelum Humidifier Sesudah Humidifier Sesudah dehumidifier
(menit) h(kj/kg) w(g/kg) RH(%) h(kj/kg) w(g/kg) RH(%) h(kj/kg) w(g/kg) RH(%)20 76,782 15,25 37,6 95,678 24,36 75,1 54,176 13,43 91,2
40 77,214 15,46 38,3 95,684 24,4 75,6 53,847 13,3 90,3
60 77,214 15,46 38,3 95,174 24,2 75,1 54,504 13,52 91,2
80 77,218 15,5 38,6 95,169 24,16 74,5 54,511 13,6 92,9
100 76782 15,25 37,6 95,684 24,4 75,6 54,511 13,6 92,9
120 76,786 15,29 37,9 95,169 24,16 74,5 54,507 13,56 92,1
140 77,214 15,46 38,3 95,174 24,2 75,1 54,511 13,6 92
160 76,782 15,25 37,6 95,174 24,2 75,1 54,507 13,56 92,1
180 76,782 15,25 37,6 95,169 24,16 74,5 54,507 13,56 92,1
Tabel 6. Data perhitungan penambahan massa uap air total dalam udara sesudah humidifierdan pengurangan massa uap air total dalam udara sesudah dehumidifier temperatur udara masuk humidifier 37 °C
waktuPenambahan massa
uap air totalPengurangan massa
uap air total
(menit) kg/s kg/s20 0,00019 0,00022
40 0,00018 0,00023
60 0,00018 0,00022
80 0,00018 0,00022
100 0,00019 0,00022
120 0,00018 0,00022
140 0,00018 0,00022
160 0,00018 0,00022
180 0,00018 0,00022
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
LAMPIRAN 2. DATA VARIASI TEMPERATUR UDARA MASUK HUMIDIFIER 60 °C
Tabel 1. Data kecepatan udara, laju aliran volumetrik air laut, dan temperatur air laut pada temperatur udara masuk humidifier 60 °C
waktu V udara Rotameter Q air Temperatur air
(menit) (m/s) (l/jam) (°C)
20 4 300 300 45
40 4 300 300 45
60 4 300 300 45
80 4 300 300 45
100 4 300 300 45
120 4 300 300 45
140 4 300 300 45
160 4 300 300 45
180 4 300 300 45
Tabel 2. Data sistem humidifikasi dan dehumidifikasi pada temperatur udara masuk humidifier 60 °C
waktu Sebelum Humidifier Sesudah humidifierSesudah
dehumidifierVolume air
tawar
(menit)T db (°C)
T wb (°C)
T db (°C)
T wb (°C)
T db (°C)
T wb (°C)
(ml)
20 59,4 30,7 39,9 34,1 23,5 22,8 340
40 59,4 30,7 40 34,1 23,5 22,8 680
60 59,5 30,8 40 34,1 23,5 22,7 1020
80 59,6 30,8 40,1 34,1 23,4 22,7 1370
100 59,6 30,8 40,1 34,1 23,4 22,7 1720
120 59,6 30,7 40,1 34,1 23,5 22,8 2070
140 59,7 30,8 40,1 34,1 23,5 22,7 2420
160 59,6 30,8 40,1 34,2 23,4 22,8 2770
180 59,7 30,8 40,1 34,2 23,5 22,8 3120
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Tabel 3. Data sistem pompa kalor pada temperatur udara masuk humidifier 60 °C
waktu Kompresor KondensorKatup
Expansi Evaporator
(menit) P (Psi) Trefri. (°C) Tudara (°C) P (Psi) P (Psi) T (°C) P (Psi)
IN OUT IN OUT IN OUT IN OUT IN OUT IN OUT IN OUT
20 29 195 70,2 39,8 30 43 190 155 150 37 2,4 16,2 40 31
40 29 195 69,6 40 30 43 190 155 150 37 2,2 15,6 40 31
60 29 195 68,5 40,4 30 43 190 155 150 37 2 16,1 40 31
80 29 195 68,5 40,2 30 43 190 155 150 37 2,1 15,8 40 31
100 29 195 68,6 40,1 30 43 190 155 150 37 2 15,9 40 31
120 29 195 68,6 40,3 30 43 190 155 150 37 1,9 16,2 40 31
140 29 195 68,5 40,1 30 43 190 155 150 37 2 16,1 40 31
160 29 195 68,6 39,9 30 43 190 155 150 37 2 16,4 40 31
180 29 195 68,7 40,1 30 43 190 155 150 37 1,9 16,3 40 31
Tabel 4. Data perhitungan COP pada temperatur udara masuk humidifier 60 °C
Waktu Enthalpi (kJ/kg) h1 - h4 h2a-h1 h2a-h3
COPhp(menit) h1 h2a h3 h4 kJ/kg kJ/kg kJ/kg20 412,5 445,3 256,1 256,1 156,4 32,8 189,2 5,7683
40 412 444,6 256,4 256,4 155,6 32,6 188,2 5,7730
60 412,4 443,3 257 257 155,4 30,9 186,3 6.0291
80 412,2 443,3 256,7 256,7 155,5 31,1 186,6 6
100 412,2 443,4 256,5 256,5 155,7 31,2 186,9 5,9904
120 412,5 443,4 256,8 256,8 155,7 30,9 186,6 6,0388
140 412,4 443,3 256,5 256,5 155,9 30,9 186,8 6,0453160 412,7 443,4 256,2 256,2 156,5 30,7 187,2 6,0977
180 412,6 443,6 256,5 256,5 156,1 31 187,1 6,0355
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Tabel 5. Data entalpi, rasio kelembaban, dan kelembaban relatif pada temperatur udara masuk humidifier 60 °C
waktu Sebelum Humidifier Sesudah Humidifier Sesudah dehumidifier
(menit) h(kj/kg) w(g/kg) RH(%) h(kj/kg) w(g/kg) RH(%) h(kj/kg) w(g/kg) RH(%)20 102,08 16,23 13.2 123,283 32,31 67,8 66,5 17,3 94,3
40 102,08 16,23 13,2 123,28 32,26 67,4 67,64 17,3 94,3
60 102,62 16,4 13,3 123,28 32,26 67,4 67,25 17,15 93,5
80 102,61 16,36 13,2 123,27 32,22 66,9 67,26 17,19 94,3
100 102,61 16,36 13,2 123,27 32,22 66,9 67,26 17,19 94,3
120 102,07 16,15 13 123,283 32,31 67,8 67,64 17,34 95,1
140 102,607 16,32 13,1 123,27 32,22 66,9 67,25 17,15 93,5
160 102,61 16,36 13,2 123,91 32,47 67,4 67,64 17,34 95,1
180 102,61 16,32 13,1 123,91 32,47 67,4 67,64 17,3 94,3
Tabel 6. Data perhitungan penambahan massa uap air total dalam udara sesudah humidifier dan pengurangan massa uap air total dalam udara sesudah dehumidifier pada temperatur udara masuk humidifier 60 °C
waktuPenambahan
massa uap air totalPengurangan massa
uap air total
(menit) kg/s kg/s20 0,00031 0,00029
40 0,00031 0,00029
60 0,00030 0,00029
80 0,00030 0,00029
100 0,00030 0,00029
120 0,00031 0,00029
140 0,00031 0,00029
160 0,00031 0,00029
180 0,00031 0,00029
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Tabel 7. Data hasil pegujian kolektor surya untuk intensitas radiasi surya rata – rata 828 W/m².
Waktu Tin Tout ΔT Trata-rata CpIntensitas radiasi
matahariη
(Menit) (°C) (°C) (°C) (°C) J/kg.K W/m² %
20 41,3 78,1 36,8 59,7 1008,3 827,7 43
40 41,4 78,6 37,2 60 1008,3 827,9 44
60 41,5 78,6 37,1 60,05 1008,3 829,1 43
80 41,2 78 36,8 59,6 1008,3 829 43
100 41,4 78 36,6 59,7 1008,3 828,3 43
120 41,8 78,2 36,4 60 1008,3 828,4 43
140 41,5 78 36,5 59,75 1008,3 828,4 43
160 41,6 78 36,4 59,8 1008,3 827,9 43
180 41,7 78 36,3 59,85 1008,3 827,9 42
LAMPIRAN 3. DATA VARIASI TEMPERATUR UDARA MASUK HUMIDIFIER 63 °C
Tabel 1. Data kecepatan udara, laju aliran volumetrik air laut, dan temperatur air laut temperatur udara masuk humidifier 63 °C
waktu V udara Rotameter Q air Temperatur air
(menit) (m/s) (l/jam) (°C)
20 4 300 300 45
40 4 300 300 45
60 4 300 300 45
80 4 300 300 45
100 4 300 300 45
120 4 300 300 45
140 4 300 300 45
160 4 300 300 45
180 4 300 300 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Tabel 2. Data sistem humidifikasi dan dehumidifikasi pada temperatur udara masuk humidifier 63 °C
waktuSebelum
HumidifierSesudah
humidifierSesudah
dehumidifierVolume air
tawar
(menit)T db (°C)
T wb (°C)
T db (°C)
T wb (°C)
T db (°C)
T wb (°C)
(ml)
20 63,2 29,9 41,8 35,3 24,3 23,4 370
40 63,3 29,9 41,8 35,3 24,3 23,4 740
60 63,4 30 41,9 35,4 24,3 23,4 1110
80 63,4 30 41,9 35,4 24,3 23,3 1480
100 63,5 30 41,9 35,4 24,3 23,3 1850
120 63,6 30 41,9 35,5 24,3 23,4 2225
140 63,5 30 41,8 35,4 24,3 23,4 2600
160 63,4 29,9 41,8 35,4 24,2 23,3 2975
180 63,5 30 41,9 35,3 24,2 23,3 3350
Tabel 3. Data sistem pompa kalor pada temperatur udara masuk humidifier 63 °C
waktu Kompresor KondensorKatup
Expansi Evaporator
(menit) P (Psi) Trefri. (°C) Tudara (°C) P (Psi) P (Psi) T (°C) P (Psi)
IN OUT IN OUT IN OUT IN OUT IN OUT IN OUT IN OUT
20 29 195 73,2 42,3 29 43 190 155 155 40 3,2 19,7 40 31
40 29 195 72,9 42,1 29 43 190 155 155 40 3,5 19,5 40 31
60 29 195 72,8 42,4 29 43 190 155 155 40 3,1 19,4 40 31
80 29 195 73,1 42,5 29 43 190 155 155 40 3,3 19,6 40 31
100 29 195 73,4 42,6 29 43 190 155 155 40 3,2 19,8 40 31
120 29 195 73,2 42,7 29 43 190 155 155 40 3,1 19,7 40 31
140 29 195 73,1 42,5 29 43 190 155 155 40 3,4 19,6 40 31
160 29 195 73,3 42,3 29 43 190 155 155 40 3,5 19,5 40 31
180 29 195 72 42,6 29 43 190 155 155 40 3,2 19,7 40 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Tabel 4. Data perhitungan COP pada temperatur udara masuk humidifier 63 °C
Waktu Enthalpi (kJ/kg) h1 - h4 h2a-h1 h2a-h3
COPhp(menit) h1 h2a h3 h4 kJ/kg kJ/kg kJ/kg
20 415,6 448,7 259,8 259,8 155,8 33,1 188,9 5,7069
40 415,5 448,3 259,5 259,5 156 32,8 188,8 5,7561
60 415,4 448,2 260 260 155,4 32,8 188,2 5,7378
80 415,6 448,6 260,1 260,1 155,5 33 188,5 5,7121
100 415,7 448,9 260,3 260,3 155,4 33,2 188,6 5,6807
120 415,6 448,7 260,4 260,4 155,2 33,1 188,3 5,6888
140 415,6 448,6 260,1 260,1 155,5 33 188,5 5,7121160 415,5 448,8 259,8 259,8 155,7 33,3 189 5,6757
180 415,6 447,3 260,3 260,3 155,3 31,7 187 5,8991
Tabel 5. Tabel 5. Data entalpi, rasio kelembaban, dan kelembaban relatif pada temperatur udara masuk humidifier 63 °C
waktu Sebelum Humidifier Sesudah Humidifier Sesudah dehumidifier
(menit) h(kj/kg) w(g/kg) RH(%) h(kj/kg) w(g/kg) RH(%) h(kj/kg) w(g/kg) RH(%)20 97,61 13,03 8,9 131,03 34,53 65,3 69,96 17,89 92,8
40 97,61 12,98 8,9 131,03 34,53 65,3 69,96 17,89 92,8
60 98,12 13,14 8,9 131,7 34,74 65,3 69,96 17,89 92,8
80 98,12 13,14 8,9 131,7 34,74 65,3 69,96 17,73 92
100 98,12 13,1 8,9 131,7 34,74 65,3 69,96 17,73 92
120 98,11 13,06 8,8 132,38 35,01 65,8 69,96 17,89 92,8
140 98,12 13,1 8,9 131,7 34,79 65,8 69,96 17,89 92,8
160 97,6 12,94 8,8 131,91 34,79 65,8 69,56 17,77 92,8
180 98,12 13,1 8,9 131,03 34,48 79,9 69,56 17,77 92,8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Tabel 6. Data perhitungan penambahan massa uap air total dalam udara sesudah humidifier dan pengurangan massa uap air total dalam udara sesudah dehumidifier pada temperatur udara masuk humidifier 63 °C
waktu Penambahan
massa uap air totalPengurangan massa
uap air total
(menit) kg/s kg/s20 0,00041 0,00032
40 0,00041 0,00032
60 0,00041 0,00032
80 0,00041 0,00032
100 0,00041 0,00032
120 0,00042 0,00032
140 0,00041 0,00032
160 0,00041 0,00032
180 0,00041 0,00032
Tabel 7. Data hasil pegujian kolektor surya untuk intensitas radiasi surya rata – rata 924 W/m².
Waktu Tin Tout ΔT Trata-rata CpIntensitas radiasi
matahariη
(Menit) (°C) (°C) (°C) (°C) J/kg.K W/m² %
20 41,2 84,9 43,7 63,05 1008,44 924,2 45
40 41,1 84,7 43,6 62,9 1008,44 926,9 45
60 41,4 84,8 43,4 63,1 1008,44 925,6 45
80 41,3 84,9 43,6 63,1 1008,44 924,1 45
100 41,2 84,8 43,6 63 1008,44 925,0 45
120 41,5 84,5 43 63 1008,43 921,5 45
140 41,2 84,8 43,6 63 1008,44 922,9 45
160 41,4 84,9 43,5 63,15 1008,45 924,8 45
180 41,3 84,8 43,5 63,05 1008,44 924,8 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
LAMPIRAN 4. DATA VARIASI TEMPERATUR UDARA MASUK HUMIDIFIER 68 °C
Tabel 1. Data kecepatan udara, laju aliran volumetrik air laut, dan temperatur air laut pada temperatur udara masuk humidifier 68 °C
waktu V udara Rotameter Q air Temperatur air
(menit) (m/s) (l/jam) (°C)
20 4 300 300 45
40 4 300 300 45
60 4 300 300 45
80 4 300 300 45
100 4 300 300 45
120 4 300 300 45
140 4 300 300 45
160 4 300 300 45
180 4 300 300 45
Tabel 2. Data sistem humidifikasi dan dehumidifikasi pada temperatur udara masuk humidifier 68 °C
waktu Sebelum
HumidifierSesudah
humidifierSesudah
dehumidifierVolume air
tawar
(menit)T db (°C)
T wb (°C)
T db (°C)
T wb (°C)
T db (°C)
T wb (°C)
(ml)
20 67,8 29,3 42,6 36,7 25,2 24.6 410
40 67,7 29,2 42,7 36,7 25,3 24,5 820
60 67,7 29,3 42,8 36,7 25,3 24,5 1230
80 67,6 29,2 42,7 36,7 25,2 24,6 1645
100 67,7 29,3 42,7 36,7 25,1 24,4 2060
120 67,8 29,3 42,8 36,8 25,2 24,5 2475
140 67,6 29,3 42,7 36,8 25,2 24,5 2895
160 67,7 29,3 42,6 36,8 25,3 24,5 3315
180 67,6 29,3 42,7 36,8 25,3 24,5 3735
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Tabel 3. Data sistem pompa kalor pada temperatur udara masuk humidifier 68 °C
waktu Kompresor KondensorKatup
Expansi Evaporator
(menit) P (Psi) Trefri. (°C) Tudara (°C) P (Psi) P (Psi) T (°C) P (Psi)
IN OUT IN OUT IN OUT IN OUT IN OUT IN OUT IN OUT
20 30 200 76,3 44,2 29 44 195 160 160 45 4,5 22,1 41 32
40 30 200 76 43,9 29 44 195 160 160 45 4,3 22,4 41 32
60 30 200 76,2 44 29 44 195 160 160 45 4,2 22,3 41 32
80 30 200 76,4 44,3 29 44 195 160 160 45 4,1 22,1 41 32
100 30 200 76,1 44,2 29 44 195 160 160 45 4,3 22,3 41 32
120 30 200 76,3 44,1 29 44 195 160 160 45 4,2 22,2 41 32
140 30 200 76,2 44,2 29 44 195 160 160 45 4,3 22,4 41 32
160 30 200 75,9 44,3 29 44 195 160 160 45 4,1 22,3 41 32
180 30 200 76,2 44,1 29 44 195 160 160 45 4,2 22,4 41 32
Tabel 4. Data perhitungan COP pada temperatur udara masuk humidifier 68 °C
Waktu Enthalpi (kJ/kg) h1 - h4 h2a-h1 h2a-h3
COPhp(menit) h1 h2a h3 h4 kJ/kg kJ/kg kJ/kg
20 417,6 451,6 262,7 262,7 154,9 34 188,9 5,5559
40 417,9 451,3 262,3 262,3 155,6 33,4 189 5,6587
60 417,8 451,5 262,4 262,4 155,4 33,7 189,1 5,6113
80 417,6 451,7 262,9 262,9 154,7 34,1 188,8 5,5367
100 417,8 451,4 262,7 262,7 155,1 33,6 188,7 5,6161
120 417,7 451,6 262,6 262,6 155,1 33,9 189 5,5752
140 417,9 451,5 262,7 262,7 155,2 33,6 188,8 5,6190160 417,8 451,1 262,9 262,9 154,9 33,3 188,2 5,6517
180 417,9 451 262,6 262,6 155,3 33,6 188,9 5,6220
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Tabel 5. Data entalpi, rasio kelembaban, dan kelembaban relatif pada temperatur udara masuk humidifier 68 °C
waktu Sebelum Humidifier Sesudah Humidifier Sesudah dehumidifier
(menit) h(kj/kg) w(g/kg) RH(%) h(kj/kg) w(g/kg) RH(%) h(kj/kg) w(g/kg) RH(%)20 94,27 9,95 5,6 140,74 37,96 68,5 74,8 19,42 95,3
40 93,77 9,8 5,5 140,74 37,91 68 74,38 19,21 93,7
60 94,27 9,99 5,6 140,73 37,87 67,6 74,38 19,21 93,7
80 93,77 9,84 5,6 140,74 37,91 68 74,8 19,42 95,3
100 94,27 9,99 5,6 140,74 37,91 68 73,98 19,14 94,5
120 94,27 9,95 5,6 141,45 38,15 68,1 74,39 19,26 94,5
140 94,27 10,03 5,7 141,46 38,19 68,5 74,39 19,26 94,5
160 94,27 9,99 5,6 141,47 38,24 68,9 74,38 19,21 93,7
180 94,27 10,03 5,7 141,46 38,19 68,5 74,38 19,21 93,7
Tabel 6. Data perhitungan penambahan massa uap air total dalam udara sesudah humidifier dan pengurangan massa uap air total dalam udara sesudah dehumidifier pada temperatur udara masuk humidifier 68 °C
waktu Penambahan
massa uap air totalPengurangan massa
uap air total
(menit) kg/s kg/s20 0,00052 0,00035
40 0,00053 0,00035
60 0,00052 0,00035
80 0,00053 0,00035
100 0,00052 0,00035
120 0,00053 0,00035
140 0,00053 0,00035
160 0,00053 0,00036
180 0,00053 0,00036
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Tabel 7. Data hasil pegujian kolektor surya untuk intensitas radiasi surya rata – rata 1014 W/m².
Waktu Tin Tout ΔT Trata-rata CpIntensitas radiasi
matahariη
(Menit) (°C) (°C) (°C) (°C) J/kg.K W/m² %
20 41,5 90,7 49,2 66,1 1008,56 1011,9 46
40 41,3 90,6 49,3 65,95 1008,56 1011,7 46
60 41,4 90,6 49,2 66 1008,56 1013,7 46
80 41,3 90,7 49,4 66 1008,56 1014 46
100 41,5 90,6 49,1 66,05 1008,56 1014,1 46
120 41,1 90,5 49,4 65,8 1008,55 1013,5 46
140 41,3 90,7 49,4 66 1008,56 1013 46
160 41,2 90,6 49,4 65,9 1008,56 1014,1 46
180 41,4 90,8 49,4 66,1 1008,56 1019,5 46
LAMPIRAN 5. DATA VARIASI TEMPERATUR UDARA MASUK HUMIDIFIER 71 °C
Tabel 1. Data kecepatan udara, laju aliran volumetrik air laut, dan temperatur air laut pada temperatur udara masuk humidifier 71 °C
waktu V udara Rotameter Q air Temperatur air
(menit) (m/s) (l/jam) (°C)
20 4 300 300 45
40 4 300 300 45
60 4 300 300 45
80 4 300 300 45
100 4 300 300 45
120 4 300 300 45
140 4 300 300 45
160 4 300 300 45
180 4 300 300 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Tabel 2. Data sistem humidifikasi dan dehumidifikasi pada temperatur udara masuk humidifier 71 °C
waktu Sebelum Humidifier Sesudah humidifier Sesudah dehumidifierVolume
air tawar
(menit) T db (°C) T wb (°C) T db (°C) T wb (°C) T db (°C) T wb (°C) (ml)
20 71,2 28,6 43,4 37,8 25,9 25,2 440
40 71,3 28,6 43,3 37,8 25,7 25,1 880
60 71,4 28,7 43,4 37,7 25,8 25,1 1325
80 71,4 28,6 43,4 37,7 25,7 25,1 1775
100 71,4 28,7 43,5 37,7 25,8 25,1 2225
120 71,3 28,7 43,4 37,7 25,7 25 2675
140 71,3 28,6 43,4 37,7 25,7 25 3130
160 71,4 28,7 43,4 37,7 25,6 25 3585
180 71,4 28,7 43,5 37,7 25,7 25,1 4040
Tabel 3. Data sistem pompa kalor pada temperatur udara masuk humidifier 71 °C
waktu Kompresor KondensorKatup
Expansi Evaporator
(menit) P (Psi) Trefri. (°C) Tudara (°C) P (Psi) P (Psi) T (°C) P (Psi)
IN OUT IN OUT IN OUT IN OUT IN OUT IN OUT IN OUT
20 30 200 78 45,5 29 44 195 160 160 45 5,4 23,4 41 32
40 30 200 80 45,8 29 44 195 160 160 45 5,3 23,2 41 32
60 30 200 80,1 45,7 29 44 195 160 160 45 5,2 23,3 41 32
80 30 200 79,9 45,8 29 44 195 160 160 45 5,3 23,5 41 32
100 30 200 80,1 45,6 29 44 195 160 160 45 5,5 23,4 41 32
120 30 200 80,2 45,7 29 44 195 160 160 45 5,3 23,2 41 32
140 30 200 80 45,6 29 44 195 160 160 45 5,5 23,4 41 32
160 30 200 80,1 45,5 29 44 195 160 160 45 5,4 23,5 41 32
180 30 200 80,2 46,4 29 44 195 160 160 45 5,3 23,3 41 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Tabel 4. Data perhitungan COP pada temperatur udara masuk humidifier 71 °C
Waktu Enthalpi (kJ/kg) h1 - h4 h2a-h1 h2a-h3
COPhp(menit) h1 h2a h3 h4 kJ/kg kJ/kg kJ/kg
20 418,8 452,60 264,70 264,70 154,10 33,80 187,90 5,5592
40 418,6 452,40 265,20 265,20 153,40 33,80 187,20 5,5385
60 418,7 452,70 265,00 265,00 153,70 34,00 187,70 5,5206
80 418,9 452,50 265,20 265,20 153,70 33,60 187,30 5,5744
100 418,8 452,80 264,80 264,80 154,00 34,00 188,00 5,5294
120 418,6 452,60 265,00 265,00 153,60 34,00 187,60 5,5176
140 418,8 452,70 264,80 264,80 154,00 33,90 187,90 5,5428160 418,9 452,80 264,70 264,70 154,20 33,90 188,10 5,5487
180 418,7 452,70 266,10 266,10 152,60 34,00 186,60 5,4882
Tabel 5. Data entalpi, rasio kelembaban, dan kelembaban relatif pada temperatur udara masuk humidifier 71 °C
waktu Sebelum Humidifier Sesudah Humidifier Sesudah dehumidifier
(menit) h(kj/kg) w(g/kg) RH(%) h(kj/kg) w(g/kg) RH(%) h(kj/kg) w(g/kg) RH(%)
20 90,59 7,23 3,5 148,828 40,76 70,2 77,31 20,12 94,6
40 90,58 7,19 3,5 148,836 40,8 70,7 76,89 20,04 95,3
60 91,07 7,34 3,5 148,071 40,46 69,7 76,89 19,99 94,6
80 90,58 7,15 3,5 148,071 40,46 69,7 76,89 20,04 95,3
100 91,07 7,34 3,5 148,063 40,42 69,3 76,89 19,99 94,6
120 91,07 7,38 3,6 148,071 40,46 69,7 76,47 19,87 94,5
140 90,58 7,19 3,5 148,071 40,46 69,7 76,47 19,87 94,5
160 91,07 7,34 3,5 148,071 40,46 69,7 76,47 19,91 95,3
180 91,07 7,34 3,5 148,063 40,42 69,3 76,89 20,04 95,3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Tabel 6. Data perhitungan penambahan massa uap air total dalam udara sesudah humidifier dan pengurangan massa uap air total dalam udara sesudah dehumidifier pada temperatur udara masuk humidifier 71 °C
waktu Penambahan massa
uap air totalPengurangan massa
uap air total
(menit) kg/s kg/s20 0,00062 0,00038
40 0,00062 0,00038
60 0,00061 0,00038
80 0,00062 0,00038
100 0,00061 0,00038
120 0,00061 0,00038
140 0,00062 0,00038
160 0,00061 0,00038
180 0,00061 0,00038
Tabel 7. Data hasil pegujian kolektor surya untuk intensitas radiasi surya rata – rata 1120W/m²
Waktu Tin Tout ΔT Trata-rata CpIntensitas radiasi
matahariη
(Menit) (°C) (°C) (°C) (°C) J/kg.K W/m² %
20 40,9 98 57,1 69,45 1008,7 1120,6 48
40 40,7 97,9 57,2 69,3 1008,69 1119,2 48
60 41,2 97,8 56,6 69,5 1008,7 1120,4 47
80 41,1 98 56,9 69,55 1008,7 1121,1 47
100 41,3 98,1 56,8 69,7 1008,71 1119,4 47
120 41,1 98 56,9 69,55 1008,7 1119,6 47
140 41,2 98,1 56,9 69,65 1008,71 1119,6 47
160 41 97,9 56,9 69,45 1008,7 1121,5 47
180 40,9 97,8 56,9 69,35 1008,69 1119,9 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
LAMPIRAN 5. GAMBAR PROSES HUMIDIFIKASI DAN DEHUMIDIKASI UNTUK SELURUH VARIASI TEMPERATUR UDARA MASUK HUMIDIFIER PADA MENIT KE-20
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
130
140
150
160
170
180
190
200
210
220
230
240
250
260
270
280
290
300
310
320
ENTHALPY - KJ PER KILOGRAM OF DRY AIR
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
210
220
EN
TH
ALP
Y -
KJ
PE
R K
ILO
GR
AM
OF
DR
Y A
IR
SA
TU
RA
TIO
N T
EM
PE
RA
TU
RE
- °
C
20
30
40
50
60
70
80
90
10
0
11
0
12
0
DR
Y B
UL
B T
EM
PE
RA
TU
RE
- °
C
10
20
30
40
50
60
70
15%
25%
2%
4%
6%
8% R
ELATIVE H
UMID
ITY
10% RELATIVE HUMIDITY20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
10
20
20
30
30
40
40
0.82
0.86
0.90
0.94 VOLU
ME - C
UBIC
METER
PER KG
DR
Y AIR
0.98
1.02
1.06
HU
MID
ITY
RA
TIO
- G
RA
MS
MO
IST
UR
E P
ER
KIL
OG
RA
M D
RY
AIR
Titik 1
Titik 2
Titik 3
Titik 1
Titik 2
Titik 3
Titik 1
Titik 2
Titik 3
Titik 1
Titik 2
Titik 3
Titik 1
Titik 2
Titik 3
Gambar 1. Proses humidifikasi dan dehumidifiaksi pada menit ke-20 untuk seluruh variasi
temperatur udara masuk humidifier.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
LAMPIRAN 6. HASIL PENGUJIAN SALINITAS AIR TAWAR