pengaruh perilaku terhadap masalah kesehatan keluarga
TRANSCRIPT
II. ISI
Definisi Perilaku
Menurut Skinner (1938) yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), merumuskan
bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Perilaku merupakan interaksi antara stimulus, organisme
dan respon.
Determinan Perilaku
Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut
determinan perilaku. Menurut Bloom (1994), determinan perilaku ini dapat
dibedakan menjadi dua, yakni tergantung pada faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah tingkat kecerdasan, emosional, karakteristik gender, latar
belakang sosio budaya dan sebagainya sedangkan faktor eksternal adalah
lingkungan fisik dan sosial.
Konsep perilaku
Bentuk operasional dari perilaku dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu :
1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi dan
rangsangan.
2. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan
atau rangsangan dari luar diri si subjek sehingga alam itu sendiri akan
mencetak perilaku manusia yang hidup di dalamnya, sesuai dengan sifat
keadaan alam tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial
budaya yang bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap
pembentukan perilaku manusia. Lingkungan ini merupakan keadaan
masyarakat dan segala budi daya masyarakat itu lahir dan mengembangkan
perilakunya.
3. Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan
terhadap situasi dan rangsangan dari luar.
Perilaku dalam bentuk pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang
dari pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan
orang lain, di dapat dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt
behaviour). Pada dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori
yang memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan
memecahkan masalah yang dihadapi. Pengetahuan dapat diperoleh dari
pengalaman langsung ataupun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan
dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik secara individu maupun
kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang bertujuan untuk
tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam
upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal.
Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan mempunyai enam tingkatan
yaitu :
1. Tahu (Know)
2. Paham (Comprehension)
3. Aplikasi (Aplication)
4. Analisis (Analysis)
5. Sintesis (Synthesis)
6. Evaluasi (Evaluation)
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2003).
Perilaku dalam Bentuk Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek. Sikap tidak langsung dilihat tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu
yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 1993).
Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk
merespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi
tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang,
benci, sedih, dan sebagainya). Selain bersifat positif dan negatif, sikap
memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci,
dan sebagainya). Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku
tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang. Sebab sering kali terjadi
bahwa seseorang dapat berubah dengan memperlihatkan tindakan yang
bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan
diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi
serta tekanan dari kelompok sosialnya. Sikap merupakan reaksi atau respon
yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.
Manifestasi sikap itu tidak langsung dapat dilihat, tetapi dapat ditafsirkan
terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Allport (1954) dalam Soekidjo
(1993), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok
yaitu :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Sikap ini terdiri dari 4 (empat) tingkatan yaitu :
1. Menerima (Receiving)
2. Merespon (Responding)
3. Menghargai (Valuing)
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Perilaku dalam Bentuk Tindakan
Suatu sikap belum optimis terwujud dalam suatu tindakan untuk
terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung/suatu kondisi yang memungkinkan (Notoatmodjo, 1993).
Tindakan terdiri dari empat tingkatan, yaitu :
1. Persepsi (Perception)
2. Respon Terpimpin (Guided Response)
3. Mekanisme (Mechanism)
4. Adopsi (Adoption)
Perilaku Kesehatan
Definisi perilaku kesehatan
Menurut Gochman (1988)
“those attributes such as beliefs, expectations, motives, values, perceptions, and
other cognitive elements, personallity characteristics, including affective and
emotional states and habits that relate to health maintenance, to health
restoration and to health improvement”
Definisi tersebut tidak hanya meliputi tindakan yang dapat secara langsung
diamati dan jelas tetapi juga kejadian mental dan keadaan perasaan yang diteliti
dan diukur secara tidak langsung. Komponen perilaku kesehatan dapat dilihat
dalam dua aspek perkembangan penyakit (Gerace dan Vorp, 1985). Pertama,
adalah perilaku yang mempengaruhi faktor resiko penyakit tertentu. Faktor resiko
adalah ciri kelompok individu yang menunjuk mereka sebagai at-high-risk
terhadap penyakit tertentu. Kedua, perilaku itu sendiri dapat berupa faktor resiko.
Klasifikasi Perilaku Kesehatan
A. Menurut Skinner
1. Perilaku Pencegahan (preventif)
2. Perilaku Penyembuhan (kuratif)
3. Perilaku pemulihan (rehabilitatif)
4. Perilaku peningkatan Kesehatan (promotif)
5. Perilaku yang berhubungan dengan gaya hidup sehat (life styles),
seperti perilaku makan, olahraga, merokok dan sebagainya
6. Perilaku yang berhubungan dengan lingkungan
B. Menurut Karl and Cobb (1966)
1. Preventive Health Behavior
Semua aktivitas yang diambil seseorang yang percaya bahwa dirinya
sehat, bertujuan untuk mencegah atau mendeteksi penyakit pada
stadium asimptomatik
2. Illness Behavior
Semua aktivitas yang diambil seseorang yang mempunyai persepsi
bahwa dirinya sakit, untuk mendefinisikan status kesehatannya dan
mencari pengobatan yang cocok
3. Sick-role Behavior
Semua aktivias yang diambil seseorang yang menganggap dirinya sakit
dengan tujuan untuk kesembuhan
Model dan Teori Perilaku Kesehatan
Ada beberapa model dan teori mengenai perilaku kesehatan diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Health Belief Model
2. Model Komunikasi/persuasi (McGuire 1964)
3. Theory of Reasoned Action (Fishbein dan Ajsen 1980)
4. Transteoritic Model (bertahap)
5. Preceed Model Lawrance Green (1980)
Preceed Model dari Lawrence Green
Konsep :
Merncanakan program-program pendidikan kesehatan yang mengarah
pada upaya pragmatik mengubah perilaku kesehatan daripada
mengembangkan teoritis
Menganalisa kebutuhan kesehatan komunitas dengan Lima tahap
diagnosis yang berbeda yaitu :
• Sosial
• Epidemiologi
• Perilaku
• Pendidikan
• Administrasi/Kebijakan
Kelima diagnosis di atas menghindarkan diri dari “ menyalahkan korban
” dan penilaian terhadap individu. Fase diagnosis pendidikan model
presede memberikan penekanan pada faktor2 :
• “predisposisi” (perilaku yang mendahului)
• “pemberdayaan” (kebutuhan keterampilan kinerja perilaku
• dan penguatan (konsekuen)
Hubungan Status Kesehatan, Perilaku dan Penidikan Kesehatan
( Blum - Green )
Keturunan
Pelayanan Status Kes Lingkungan
Perilaku
Proses Perubahan
Predisposing FactorsAttitudes,Beliefs,Values
Enabling FactorsSkills,Availability
Accessibility,Referals
Reinforcing FactorsSupport from family,peers, health providers,etc.
Training community organizationPendidikan Kesehatan
Perencanaan, Evaluasi Pendidikan( Psikologi, Sosiologi, Antropologi )
KomunikasiIndirect
communications,consultation
Pendidikan Kesehatan
Konsep Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan ialah suatu penerapan konsep pendidikan
dibidang kesehatan
Pendidkan kesehatan adalah komponen kesehatan dan program medis
yang terdiri dari hal-hal terencana untuk merubah perilaku individu,
group dan komunitas (apa yang orang pikirkan, rasakan, dan lakukan)
dengan tujuan, rehabilitatif, pencegahan dan promosi kesehatan.
Salah satu pelaksanaan pendidikan kesehatan adalah dengan jalan
penerapan pola hidup sehat. Pola hidup sehat ini diikuti oleh setiap
individu guna meningkatkan status kesehatannya. Yang dimaksud
dengan pola hidup sehat adalah segala upaya untuk menerapkan
kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan
menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
Pendidikan kesehatan memiliki banyak definisi diantaranya adalah :
- Menurut Griffiths (1972)
Usaha untuk meniadakan gap antara apa yang diketahui tentang
praktek kesehatan optimal dan prakteknya di lapangan
- Simonds (1976)
Membawa perubahan perilaku pada individu, grup dan populasi
yang lebih luas dari perilaku yang diperkirakan menurunkan status
kesehatan menjadi perilaku yang mendukung untuk kesehatan
- Green (1988)
Kombinasi tertentu dari pengalaman belajar yang didesain untuk
memfasilitasi adaptasi volunter dari perilaku yang mendukung
kesehatan
- Wood 1926
Sekumpulan pengalaman yang mendukung kebiasaan, sikap, dan
pengetahuan yang berhubungan dengan kesehtan individu,
masyarakat dan ras
Proses perubahan perilaku kesehatan yang dinamis bukan hanya proses
pemindahan teori dari seseorang ke orang lainnya dan bukan pula
seperangkat prosedur
Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan adalah :
1. Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat
2. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat
3. Mendorong pengembangan dan pengguanaan secara tepat sarana
pelayanan kesehatn yang ada.
Prinsip Pendidikan Kesehatan
1. Belajar Mengajar Berfokus pada Pasien
2. Belajar mengajar bersifat holistik
3. Belajar mengajar negosisi
4. Belajar mengajar yang interaktif
Pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain
dimensi saran pendidikan kesehatan, tempat pelaksanaan, dan tingkat
pelayanan kesehatan.
A. Sasaran Pendidikan Kesehatan
1. Pendidikan Kesehatan individual
2. Pendidikan Kesehatan kelompok
3. Pendidikan Kesehatan masyarakat
B. Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
1. Pendidikan Kesehatan di sekolah
2. Pendidikan Kesehatan di pelayanan kesehatan
3. Pendidikan Kesehatan di tempat-tempat
C. Tingkat Pelayanan Pendidikan Kesehatan
Berdasarkan five Level of Prevention (Leavel & Clark) yaitu :
1. Promosi Kesehatan
2. Spesific Protection
3. Early Diagnosis and Prompt Treatment
4. Dissability Limitation
5. Rehabilitation
Perencanaan Program Pendidikan Kesehatan
Perencanaan program merupakan kegiatan utama dalam usaha kesehatan
masyarakat. Sejalan dengan dinamika masyarakat, kontribusi pendidik
kesehatan yang unik dalam struktur perencanaan ini tertuju pada
tercapainya dua tujuan, kekompakan (cohesiveness) dalam instansi dan
kekompakan dalam masyarakat. Usaha-usaha dalam perencanaan
seringkali berfokus pada dua tujuan tersebut.
Luasnya pengertian sehat yang menjadi subjek dan objek upaya
kesehatan, menyebabkan pelaksanaan berbagai upaya kesehatan telah
sangat membutuhkan adanya perencaan. Dalam pelaksanaannya, banyak
pengaturan yang diperlukan, tidak hanya menyangkut masalah
kesehatan, tetapi menyangkut masalah kemasyarakatan secara
keseluruhan. Mengingat pentingnya fungsi perencanaan pendidikan
kesehatan, pendidik kesehatan diharuskan memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang baik tentang perencanaan.
Langkah-langkah perencanaan pendidikan kesehatan
Program dan pelayanan kesehatan di dalam pelaksanaannya menuntut
partisipasi masyarakat sasaran. Pendidikan kesehatan merupakan cara
yang tepat membantu masyarakat mempelajari apa yang harus mereka
kerjakan sendiri dan bagaimana mengerjakannya untuk mencapai derajat
kesehatan yang lebih baik.
Langkah-langkah dalam perencanaan pendidikan kesehatan adalah
sebagai berikut :
1. Analisis sasaran atau menentukan prioritas pengajaran.
Hal ini bertujuan menentukan garis batas antara perilaku yang akan
diajarkan dan perilaku yang tidak perlu diajarkan. Kriteria yang
diprioritaskan adalah motivasi klien untuk berkonsentrasi pada
kebutuhan belajar yang telah diidentifikasikan. Perilaku yang akan
diajarkan selanjutnya dirumuskan dalam bentuk tujuan khusus.
2. Menentukan tujuan.
Terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
merupakan tujuan yang akan dicapai setelah menyelesaikan setiap
pokok bahasan atau satuan bahasan tertentu dalam suatu bidang studi
sedangkan tujuan khusus harus menggambarkan tingkah laku
(perilaku) sasaran yang dapat diamati dan dapat diukur oleh pemberi
materi dan ini merupakan perilaku yang dikehendaki oleh pasien.
Untuk membantu dan mempermudah pemberi materimenentukan
tercapai tidaknya tujuan, maka tujuan khusus harus jelas,
rumusannya, konkret, dapat diamati, dan dapat diukur.
Contoh :
A. Klien dapat menunjukkan atau mendemontrasikan teknik
pemberian ASI dengan benar
B. Klien dapat mendemontrasikan injeksi insulin setelah diberikan
penyuluhan selama 15 menit (ada waktu yang jelas)
C. Klien dapat berjalan 5 langkah di sekitar tempat tidur (tujuan
belajar dapat diobservasi sementara aktivitasnya dapat diukur
D. Klien dapat berjalan dari ujung tempat tidur ke ujung lainnya
tanpa menggunakan tongkat pembantu (terkandung bagaimanan
perilaku ditampilkan)
3. Memilih Sibstansi atau Isi Materi yang Harus Dipilih
Sumber yang dipilih hendaknya akurat, terbaru, didasarkan atas
tujuan belajar, disesuaikan dengan usia klien, budaya dan
kemampuan, konsisten serta dipilih dengan mempertimbangkan
waktu dan sumber daya yang mungkin untuk belajar
4. Memilih Stategi Belajar
Memilih metode mengajar hendaknya sesuai dengan individu, cocok
dengan materi yang dipelajari, dan cocok dengan pengajar dan
berbagai faktor l ain yang perlu dipertimbangkan
5. Memilih alat bantu mengajar
Alat bantu mengajar sangat ditentukan oleh tujuan belajar yang
hendak dicapai, oleh karena itu pilihla alat bantu secara hati-hati,
lihat kembali kegunaan dan kecocokan penggunaan alat bantu.
6. Membuat Rencana Evaluasi
Rencana evaluasi harus disebutkan dalam perencaan pendidikan
kesehatan misalnya waktu dan saaran yang akan dievaluasi dan
indikator apa yang akan dipakai dalam evaluasi itu.
Determinan perilaku kesehatan dan status penyakit dapat ditemukan untuk
hampir semua penyakit melalui faktor resiko perilaku atau melalui faktor
perilaku yang mempengaruhi faktor resiko fisiologis, ataupun melaluo faktor
perilaku yang mempengaruhi terapi dan prognosis.
Evaluasi
Evaluasi memerlukan monitoring reguler serta penentuan alat evaluasi sebelum
dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan
Modifikasi Teori Bloom untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan
- pengukuran tingkat pengetahuan (Tahu, paham, aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi
- sikap yang tercermin dalam perilaku (menerima, menanggapi,
menghargai dan bertanggungjawab)
- Tindakan (persepsi, respon terpimpin, mekanisme, adopsi)