pengaruh perilaku organisasi positif terhadap kinerja...

20
1 Pengaruh Perilaku Organisasi Positif Terhadap Kinerja Pegawai Rumah Sakit Umum Daerah Raja Ahmad Thabib Provinsi Kepulauan Riau Mahadiansar [email protected] Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa seberapa besar pengaruh perilaku organisasi positif terhadap kinerja pegawai rumah sakit umum daerah raja ahmad thabib provinsi kepulauan riau. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode observasi, penyebaran kuesioner, dan studi kepustakaan dengan menggunakan skala ordinal. Dalam penentuan sampel menggunakan teknik Stratified Random Sampling sebanyak 87 sampel yang terdiri dari profesi medis dan non medis. Metode analisis yang digunakan adalah metode regresi linear sederhana yang di uji dengan Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16.0. Hasil penelitian menunjukkan korelasi perilaku organisasi positif (X) dengan kriteria harapan, optimisme serta ketahanan berpengaruh terhadap kinerja (Y) memiliki kriteria kinerja tugas, kinerja kontekstual dan perilaku kontraproduktif dengan signifikansi menunjukan “sangat kuat” sebesar 85,5 persen. Pada analisis regresi linier sederhana menunjukan konstribusi Model Summary variabel X dan Y untuk pegawai medis sebesar 24,2 persen lebih kecil dari pada pegawai non medis sebesar 87 persen. Kata kunci : Perilaku Organisasi Positif, Kinerja. PENDAHULUAN Penelitian ini membahas tentang Perilaku Organisasi Positif atau di kenal dengan istilah Positive Organizational Behavior di singkat dengan POB berawal dari sebuah gerakan psikologi positif yang diterapkan untuk memperkuat sumberdaya manusia yang mengukur kapasitas psikologi yang kemudian dikelolakan dalam tempat kerja secara efektif untuk pengembangan sebuah organisasi baik kelompok maupun lingkungan individu. Ada tiga hal mengindetifikasikan menurut Seligman (2002:2) yaitu pertama pengalaman subjektif yang sangat berharga yaitu perlakuan yang baik, kesenangan hati

Upload: others

Post on 30-Nov-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Perilaku Organisasi Positif Terhadap Kinerja ...repository.umrah.ac.id/2730/1/MAHADIANSAR... · persen. Pada analisis regresi linier sederhana menunjukan konstribusi Model

1

Pengaruh Perilaku Organisasi Positif Terhadap Kinerja Pegawai

Rumah Sakit Umum Daerah Raja Ahmad Thabib Provinsi Kepulauan Riau

Mahadiansar

[email protected]

Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa seberapa besar

pengaruh perilaku organisasi positif terhadap kinerja pegawai rumah sakit umum

daerah raja ahmad thabib provinsi kepulauan riau. Metode Penelitian yang

digunakan adalah metode observasi, penyebaran kuesioner, dan studi kepustakaan

dengan menggunakan skala ordinal. Dalam penentuan sampel menggunakan

teknik Stratified Random Sampling sebanyak 87 sampel yang terdiri dari profesi

medis dan non medis. Metode analisis yang digunakan adalah metode regresi

linear sederhana yang di uji dengan Statistical Product and Service Solutions

(SPSS) 16.0. Hasil penelitian menunjukkan korelasi perilaku organisasi positif

(X) dengan kriteria harapan, optimisme serta ketahanan berpengaruh terhadap

kinerja (Y) memiliki kriteria kinerja tugas, kinerja kontekstual dan perilaku

kontraproduktif dengan signifikansi menunjukan “sangat kuat” sebesar 85,5

persen. Pada analisis regresi linier sederhana menunjukan konstribusi Model

Summary variabel X dan Y untuk pegawai medis sebesar 24,2 persen lebih kecil

dari pada pegawai non medis sebesar 87 persen.

Kata kunci : Perilaku Organisasi Positif, Kinerja.

PENDAHULUAN

Penelitian ini membahas tentang Perilaku Organisasi Positif atau di kenal

dengan istilah Positive Organizational Behavior di singkat dengan POB berawal

dari sebuah gerakan psikologi positif yang diterapkan untuk memperkuat

sumberdaya manusia yang mengukur kapasitas psikologi yang kemudian

dikelolakan dalam tempat kerja secara efektif untuk pengembangan sebuah

organisasi baik kelompok maupun lingkungan individu. Ada tiga hal

mengindetifikasikan menurut Seligman (2002:2) yaitu pertama pengalaman

subjektif yang sangat berharga yaitu perlakuan yang baik, kesenangan hati

Page 2: Pengaruh Perilaku Organisasi Positif Terhadap Kinerja ...repository.umrah.ac.id/2730/1/MAHADIANSAR... · persen. Pada analisis regresi linier sederhana menunjukan konstribusi Model

2

(dimasa lalu); harapan dan optimisme (untuk masa depan) dan kelancaran di uji

fisiknya (sekarang) ketahanan,.

Rumah Sakit Umum Daerah Raja Ahmad Thabib Provinsi Kepulauan Riau

sampai saat ini tidak mengalami banyak masalah, hanya saja ada beberapa pasien

yang masih kurang puas terhadap pelayanan disana, hal ini perlu dilakukan

perbaikan mulai dari kinerja pegawai dalam melaksanakan tugasnya, namun

kenyataannya banyak pegawai yang tidak ingin berubah menjadi lebih baik lagi

sehingga kinerja menjadi kurang optimal dalam pelaksanaannya. (hasil

wawancara managemen Rumah Sakit Umum Daerah Raja Ahmad Thabib

Provinsi Kepulauan Riau pada tanggal 17 September 2018)

Fakta di lapangan yang di temui peneliti ialah kualitas pelayanan maupun

kinerja pegawai Rumah Sakit Umum Daerah Raja Ahmad Thabib Provinsi

Kepulauan Riau merujuk terhadap kepuasan kinerja pegawai dalam melaksanakan

tugasnya belum sesuai dengan keinginan yang diharapkan sepenuhnya tercapai

karena faktor permasalahan perilaku organisasi yang tidak menunjukan perilaku

yang positif dalam bekerja maupun hambatan hingga kinerja pegawai yang tidak

optimal dalam bekerja. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa tertarik

untuk mengadakan sebuah penelitian yang berjudul “Pengaruh Perilaku

Organisasi terhadap Kinerja Pegawai Rumah Sakit Umum Daerah Raja Ahmad

Thabib Provinsi Kepulauan Riau.”

BAHAN DAN METODE

Luthan secara sistematika meninjau teori dan cara kerja yang digunakan

dalam psikologi positif. Secara tidak langsung pengembangan psikologi positif ini

dikolaborasikan ke dalam sebuah organisasi dengan pendekatan baru yang positif

Page 3: Pengaruh Perilaku Organisasi Positif Terhadap Kinerja ...repository.umrah.ac.id/2730/1/MAHADIANSAR... · persen. Pada analisis regresi linier sederhana menunjukan konstribusi Model

3

lalu muncul dengan sebutan perilaku organisasi positif atau Positif Organizational

Behavior (POB). Pendekatan POB berbeda dari pada yang lainnya dan

melengkapi pendekatan konvensional terhadap perilaku organisasi, dengan

fokusnya pada kreteria unik melibatkan kekuatan manusia dan kapasitas

psikologis yang dapat diukur dan dapat diubah untuk meningkatkan suatu kinerja.

Penekanan dalam POB ini untuk meningkatkan kinerja dalam bekerja yang

berimplikasi terhadap manajemen sumberdaya manusia dan khusunya dan

pengembangan ke pemimpinan.

Menggambarkan dari sifat psikologi positif, Luthans (2002, p. 69)

mengungkapkan atau telah menemukan sebanyak lima susunan psikologi di mulai

dari sebuah kepercayaan, harapan, optimisme, kesejahteraan, ketahanan dan

kecerdasan emosional sebagai memenuhi kriteria POB menjadi hal yang positif

agar menjadi menarik yag terukur lalu dikembangkan dan dikelola usebagai upaya

peningkatan kinerja di tempat kerja saat ini. Pada awalnya, pembentukan teori

POB mencakup: confidence, hope, optimism, subjective well-being, resilience,

dan emotional intelligence. Li, (2002). namun dengan perkembangan studi

selanjutnya mengidentifikasi bahwa faktor-faktor psikologi positif yang signifikan

berpengaruh pada kinerja pegawai hanya hope, optimism dan reselience, Luthans

& Youssef. (2007).

Harapan

Snyder et al., (1996:822) menurutnya harapan sebagai upaya rencana dilihat

sebagai jalur dan perencanaan keinginan yang hendak di capai yang mencermikan

diri seorang individu sebagai kemampuan sesuai rasional, kemudian kehendak

yang di capai berkaitan dengan motivasi untuk mempermudah dalam mencapai

Page 4: Pengaruh Perilaku Organisasi Positif Terhadap Kinerja ...repository.umrah.ac.id/2730/1/MAHADIANSAR... · persen. Pada analisis regresi linier sederhana menunjukan konstribusi Model

4

tujuan. Hal ini menunjukan sebuah sarana kesempatan untuk diri sendiri

menikatkan kualitas individu di dalam organisasi.

Menurut Averill & Catlin, (1991:262) harapan di bagi atas dua konsep yaitu

dengan penjelasan sebagai berikut :

1) Berdasarkan tujuan yaitu imajinasi yang realistis, moralistik pribadi yang dapat

diterima secara moral, memprioritas yang melibatkan kepentingan utama dan

ada tindakan untuk mencapai tujuan.

2) Berdasarkan sifat yaitu emosi yang sulit di kendalikan, mempengaruhi cara

berfikir, bertindak tidak seperti biasanya;, motivasi dalam belajar

Berbeda dengan Marques, Lopez, & Pais-Ribeiro, (2009:150) dengan hasil

penelitian bersama mahasiswa yang menjelaskan harapan sebagai kekuatan untuk

mewujudkan kapasitasnya sebagai manusia yang kuat meliputi beberapa

komponen yaitu :

1) Tujuan konsep yang jelas hasilnya (goal)

2) Mengembangkan strategi agar tujuan terapai dengan maksimal (pathway

thingking)

3) Mempertahankan strategi harapan dengan motivasi sebagai acuan strategi

(agency thingking)

Kemudian Weil, (2000:219) menjelaskan dalam hasil penelitiannya yang

akurat, faktor – faktor yang mempengaruhi harapan kemudian ia deskripsikan

terdiri atas :

1) Dukungan Sosial; Keadaan lingkungan yang membuat pentingnya dukungan

sosial, banyak studi kasus yang menyatakan harapan sangat mempengaruhi dari

dukungan seperti dari pihak keluarga maupun teman yang di identifikasikan

sebuah harapan untuk menyelesaikan aktifitasnya untuk mencapai tujuan yang

Page 5: Pengaruh Perilaku Organisasi Positif Terhadap Kinerja ...repository.umrah.ac.id/2730/1/MAHADIANSAR... · persen. Pada analisis regresi linier sederhana menunjukan konstribusi Model

5

yang ditunjukkan sebelumnya sebagai ketidakmampuan berkomunikasi dengan

orang lain selain keluarga dan teman dekatnya.

2) Kepercayaan Regelius; menunjukan sebagai kekuatan keyakinan seseorang

dalam hal positif yang menyadarkan bahwa terdapat sebuah tujuan yang telah

ia tetapkan dalam situasi yang di kehendakinya. Biasanya terfokus pada tujuan

dan makna hidup yang berkaitan dengan orang lain bahkan lebih. Kepercayaan

regilius ini merupakan opsi yang paling umum mempertahankan harapan

3) Kontrol; memaknainya sebagai harapan mempertahankan informasi yang di

sampaikan dengan memikir batasannya sebagai upaya menentukan nasib

sendiri yang menimbulkan perasaan kuat pada harapannya.

Optimisme

Chang, (2002:231) menyatakan akibatnya optimis membangun harapan

positif itu memotivasi pengejaran tujuan diri dan pendekatan mengatasi perilaku

di masa depan, sedangkan pesimis dihalangi oleh keraguan diri dan harapan

negatif. Selain itu, optimisme dapat diukur secara sah dan dapat dipercaya (Lopez

& Snyder 2003; Scheier & Carver 1985) dan memiliki dampak kinerja yang

diakui dalam pengaturan kerja (Luthans et al., 2005; Seligman, 1998; Youssef &

Luthans, 2007)

Terdapat dua pandangan utama kata optimisme menurut Carver & Scheier,

(2002:301–303) yaitu the explanatory style dan the dispositional optimism.

1) The Explanatory Style / gaya penjelasan ; M. E. P. Seligman, (1998a:78) di

dalam bukunya menjelaskan dengan definisikan berkaitan psikologi dengan

memperlihatkan dan menjelaskan kepada diri sendiri melalui tahapan peristiwa

baik yang bersifat positif maupun negatif. Gaya penjelasan ini terbagi beberapa

aspek yaitu

Page 6: Pengaruh Perilaku Organisasi Positif Terhadap Kinerja ...repository.umrah.ac.id/2730/1/MAHADIANSAR... · persen. Pada analisis regresi linier sederhana menunjukan konstribusi Model

6

a. Personal : mencakup sejauh mana seseorang menghubungkan suatu

peristiwa dengan penyebab hunungan diri sendiri dan di luar dalam diri.

Seorang optimis mungkin mengaitkan pengalaman buruk dengan

keberuntungan sedangkan seorang pesimis mungkin menganggap itu

salahnya.

b. Permanent : mencakup karakteristik yang dianggap pasti dengan

konsentrasi terhadap apa yang seseorang yakini. Hal ini dikenal juga dengan

istilah dimensi stabil atau tidak stabil serta menunjukkan apakah individu

percaya bahwa kejadian tertentu akan kembali terulang atau akan berubah

c. Pervasive : memiliki kemampuan menyebarkan wawasan yang positif. Hal

ini menunjukkan apakah individu akan menggeneralisasikan kejadian

tersebut ke seluruh aspek kehidupan atau hanya pada area tertentu

2) The Dispositional Optimsm; didefinisikan sebagai harapan global yang lebih

baik (diinginkan) hal-hal dari yang buruk (yang tidak diinginkan) akan terjadi

di masa depan. Scheier & Carver, (1985:233). Secara individu pada mayoritas

seorang individu bisa untuk memperoleh atupun memiliki ekspektasi positif

secara menyeluruh meskipun individu menghadapi kemalangan atau kesulitan

dalam kehidupan. Setiap individu memiliki karakteristiknya masing-masing.

Ketahanan

Menurut Tugade & Fredrickson, (2004;332) Ketahanan didefinisikan

sebagai kapasitas untuk memodifikasi respons terhadap perubahan tuntutan

situasional atau situasi yang tidak kondusif, kemudian hadir sebuah pemikiran

yang membuat frustrasi atau stres. Kemudian Block & Kremen, (1996) dan

Masten (2001) yang peneliti cermati dalam artikel nya mengatakan ketahanan

secara individu lebih rentan terhadap emosi yang membangkit emosi positif

Page 7: Pengaruh Perilaku Organisasi Positif Terhadap Kinerja ...repository.umrah.ac.id/2730/1/MAHADIANSAR... · persen. Pada analisis regresi linier sederhana menunjukan konstribusi Model

7

kecenderungannya dan memiliki kemampuan lebih besar untuk pulih dari keadaan

negatif, terutama ketika mereka mengenali ancaman yang datang.

Berdasarkan aspeknya, Wolin & Wolin, (1993:298) di dalam bukunya

menjelaskan aspek dari ketahanan ada tujuh aspek yaitu

1) Initiatif (Inisiatif); kepribadian yang bermakna, berintegritas, memberikan

kepibadian yang bertindak dan memberikan konstribusi hidup untuk semua

orang

2) Independent (Independen); Keberanian tersendiri, tidak ada interfensi dari atas

maupun bawah

3) Insight (Berwawasan); kekuatan fikiran yang terarah serta menunjukan atau

mempromosikan diri ke orang lain

4) Relationship (Hubungan); berbagi kebaikan serta di lingkungan sekitar

5) Joke (Humor) ; kemampuan mengungkapkan suasana sedikit tenang di

tengah situasi menegangkan atau mencairkan suasana kebekuan yang kaku

6) Creativeness (Kreativitas); dapat melakukan sesuatu ataupun hal baru bagi

sekitarnya dengan di tunjukan ide yang dilakukan sebagai upaya pengungkapan

diri.

7) Morality (Moralitas); bersikap menghormati dengan kerendahan hati yang

ditunjukan tentang baik dan buruk dalam membuat kesimpulan sebagai upaya

mendahulukan kepentingan yang lain.

Kemudian Henderson & Milstein, (2003:99) dari ciri – ciri ketahanan secara

individualistik terbagi dari :

1) Kesediaan diri untuk membantu dan melayani orang lain

2) Mengunakan kemampuan diri yang mencangkup keterampilan mengambil

keputusan dengan baik kemudian tegas mengatasi masalah yang di hadapinya

Page 8: Pengaruh Perilaku Organisasi Positif Terhadap Kinerja ...repository.umrah.ac.id/2730/1/MAHADIANSAR... · persen. Pada analisis regresi linier sederhana menunjukan konstribusi Model

8

3) Kemampuan membentuk kerjasama yang positif

4) Memiliki perasaan rumor

5) Bisa kontrol diri dalam kondisi tidak menentu

6) Bersifat menengahi suasana tidak kondusif

7) Mampu mempredeksi masa depan sesuai yang direncana dengan baik

8) Tidak memiliki batasan untuk berekspresi

9) Memiliki kapasitas untuk terus belajar serta selalu memotivasikan diri sendiri

Kemudian definisi tentang kinerja dan beberapa penelitian yang

dikembangkan oleh Koopmans et al., (2011:856) menambahkan definisi kinerja

perilaku atau tindakan yang relevan dengan tujuan dari suatu organisasi yaitu

pertama kinerja harus dijelaskan dalam perilaku dibanding hasil, kedua kinerja

hanya berisikan perilaku yang relevan dengan tujuan organisasi dan ketiga kinerja

adalah multidimensi.

Kinerja pegawai merupakan kebutuhan individual di dalam bekerja atau

biasa di sebut Individual work performance (IWP) untuk menentukan vadilitas

terhadap kinerja pegawai di bagi tiga indikator yaitu Task Performace kemudian

melihat dari sisi Contextual Performance dan Counterproductive Work Behavior.

Kinerja Tugas

Lalu Borman & Brush, (1993:11–13) memaparkan bahwa kinerja tugas

sebagai upaya menurus administrasi meliputi :

1) Perencanaan dan mengatur

2) Membimbing, mengarahkan, dan memotivasi bawahan dan memberikan

umpan balik

3) Pelatihan, pembinaan, dan mengembangkan bawahan

4) Komunikasi secara efektif dan memberi tahu orang lain

Page 9: Pengaruh Perilaku Organisasi Positif Terhadap Kinerja ...repository.umrah.ac.id/2730/1/MAHADIANSAR... · persen. Pada analisis regresi linier sederhana menunjukan konstribusi Model

9

Selain itu Kiker & Motowidlo, (1999:602) juga mengatakan ada 5 faktor

yang mempengaruhi kinerja tugas yaitu :

1) Tugas-tugas secara spesifik didalam pekerjaan

2) Kemampuan tugas diluar non pekerjaan

3) Kemampuan dalam komunikasi lisan

4) Hal pengawasan atau posisi kepemimpinan beserta jajarannya dan

5) Manajemen untuk mengurus administrasi.

Kinerja Kontekstual

Kinerja kontekstual yang didefinisikan sebagai kegiatan yang berkontribusi

pada inti sosial dan psikologis organisasi, Bergman et al., (2008:106)

menggambarkan kinerja kontekstual sebagai mencakup sebagai pengelompokan

bertingkat (taksonomi). Adapun taksonomi yang dimaksud sebagai berikut :

1) Bertahan dengan antusiasme dan usaha ekstra yang diperlukan untuk

menyelesaikan aktivitas tugas sendiri dengan sukses

2) Bersedia meluangkan waktu untuk melaksanakan aktivitas tugas yang tidak

secara formal merupakan bagian dari pekerjaan sendiri

3) Membantu dan bekerja sama dengan orang lain

4) Mengikuti aturan sesuai prosedur organisasi

5) Mendukung dan melaksanakan tujuan organisasi, mendukung, dan membeli

6) Fasilitasi antar satu dengan yang lainnya secra pribadi

7) Dedikasi dalam pekerjaan

Kemudian Motowidlo & Van Scotter, (1994:475) untuk menyesuaikan

kinerja kontekstual dalam pengawasan terhadap pegawai nya yaitu

Page 10: Pengaruh Perilaku Organisasi Positif Terhadap Kinerja ...repository.umrah.ac.id/2730/1/MAHADIANSAR... · persen. Pada analisis regresi linier sederhana menunjukan konstribusi Model

10

1) Bersedia meluangkan waktunya untuk melakukan lebih dari pekerjaan yang

diperlukan untuk membantu orang lain atau berkontribusi pada efektivitas

organisasi

2) Bernisiatif menangani tugas pekerjaan yang sulit dalam dengan semangat yang

tinggi

3) Menjadi Voluntter sebagai kinerja tambahan

Perilaku Kerja Kontraproduktif

. Berdasarkan dimensinya, Gruys & Sackett, (2003:30–31) menyatakan di

dalam perilaku kerja kontraproduktif terbagi beberapa dimensi yaitu :

1) Penyimpangan fasilitas; penyalahgunaan barang yang dipergunakan

kepentingan pribadi. Penyalahgunaan ini bisa dikategorikan mencuri atau

mengambil barang tanpa izin, milik organisasi atau instansi dan merusak

barang tersebut. Hal ini menekankan menggunakan barang untuk kepentingan

pribadi juga termasuk dalam kategori perilaku menyimpang.

2) Penyimpangan produksi; perilaku yang tidak mematuhi norma instansi yang

telah ditetapkan sebagai aturan yang harus diselesaikan oleh setiap individu

sebagai tanggung jawab secara pofesional sebagai bagian yang ditempatkan.

Seperti kerja dengan mengurangi jam dalam bekerja.

3) Penyimpangan Politik; menguraikan bahwa yang termasuk dalam kategori

penyimpangan politik anatara lain memperlihatkan kesukaan terhadap pegawai

atau anggota tertentu dalam organisasi secara tidak adil, dalam

tingkat dan memperlihatkan ketidaksopanan.

4) Agresi Indvidu; yang termasuk dalam kategori agresi individu adalah bullying,

berperilaku tidak menyenangkan kepada individu atau pegawai lain secara

verbal maupun fisik, dan mencuri barang milik individu atau pegawai lain.

Page 11: Pengaruh Perilaku Organisasi Positif Terhadap Kinerja ...repository.umrah.ac.id/2730/1/MAHADIANSAR... · persen. Pada analisis regresi linier sederhana menunjukan konstribusi Model

11

Peneliti dalam pemilihan sampel adalah dengan mengetahui populasinya.

Menurut Sugiyono, (2006, p. 73) mengatakan bahwa pengertian populasi adalah :

“Wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya” Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai di

Rumah Sakit Umum Daerah Raja Ahmad Thabib Provinsi Kepulauan Riau

berjumlah 681 Orang.

Sampel dianggap sebagai perwakilan dari populasi yang hasilnya mewakili

keseluruhan kejadian yang diamati. Menurut Sugiyono, (2006, p. 73) yang

menyebutkan bahwa “Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut” Jumlah sampel dalam penelitian ditentukan berdasarkan rumus

Slovin. Adapun sampel yang peneliti mengunakan rumus slovin.

N

Nn =

1 + Ne2

Keterangan:

n = Jumlah sampel minimal N = Ukuran populasi E = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel

yang ditolerir (0,1).

Berdasarkan rumus di atas di peroleh :

681

n =

= = 87 Pegawai

1+681(0.1)2

Rumus ini mengukur tingkat keyakinan dari data yang sudah diukur.

Tingkat ketelitian (taraf nyata) ditetapkan sebesar 10%, sedangkan tingkat

keyakinan (taraf kepercayaan) sebesar 90%.

Peneliti rumus Stratified Random Sampling. Sugiyono, (2006, p. 82), yang

meliputi strata pegawai menurut golongan atau profesi pegawai. Ukuran alokasi

Page 12: Pengaruh Perilaku Organisasi Positif Terhadap Kinerja ...repository.umrah.ac.id/2730/1/MAHADIANSAR... · persen. Pada analisis regresi linier sederhana menunjukan konstribusi Model

12

pada unit masing – masing dengan menggunakan alokasi sampel proporsional

yang dapat ditentukan dengan menggunakan rumus neuman adalah sebagai

berikut :

n2

Nn1 =

x n

N

Keterangan :

n1 = Besarnya sampel pada strata ke-1 n2 = Besarnya populasi pada strata ke-1 N = Besarnya populasi keseluruhan

n = Besarnya ukuran sampel

Tabel. 1. Ukuran Populasi dan Sampel

No Profesi Ukuran Populasi Ukuran Sampel

1 Tenaga Medis 365 47

2 Tenaga Non Medis 316 40

Total Keseluruhan 681 87

Sumber: Data Olahan 2018.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Responden pegawai medis dan non medis Rumah Sakit Umum Daerah Raja

Ahmad Thabib Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 87 orang. Dalam mengisi

kuesioner, responden diminta mengisi identitas diri sebagai penunjang data

kuesioner yang mana identitas meliputi jenis kelamin, pendidikan terakhir.

Berdasarkan jenis kelamin responden maka berikut ini uraian penjelasan pada

tabel dan bagan dibawah ini:

Tabel 3.Jumlah dan Persentase Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki – Laki 23 26.4

Perempuan 64 73.6

Total 87 100.0

Sumber : Data Primer Hasil Penelitian 2018

Berdasarkan tabel di atas responden laki-laki sebanyak 23 responden (26%)

dan perempuan 64 responden (74%). Dapat dikatakan bahwa pegawai Rumah

Page 13: Pengaruh Perilaku Organisasi Positif Terhadap Kinerja ...repository.umrah.ac.id/2730/1/MAHADIANSAR... · persen. Pada analisis regresi linier sederhana menunjukan konstribusi Model

13

Sakit Umum Daerah Raja Ahmad Thabib Provinsi Kepulauan Riau mayoritas

berjenis kelamin perempuan. Hal tersebut dikarenakan sesuai kebutuhan tim

kesehatan yang pada umumnya di minati perempuan

Tabel 4. Jumlah dan Persentase Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

SMA 19 21.8

Diploma (D3) 36 41.4

Sarjana (S1) 26 30.0

Magister (S2) 5 5.8

Dokter (S3) 1 1.1

Total 87 100.0

Sumber : Data Primer Hasil Penelitian 2018

Dari bagan tabel diatas bisa di lihat bahwa tingkat pendidikan responden

yang terpilih sebanyak 87 yang terdiri dari Sekolah Menengah Atas (SMA)

sebanyak 19 responden (22%) kemudian Diploma (D3) sebanyak 36 responden

(41%) ada Sarjana (S1) sebanyak 26 responden (30%) dan 5 responden (6%)

tingkat pendidikan Magister (S2) dan 1 responden dokter (S3). Bisa ditarik

kesimpulan partisipasi pegawai dalam menjawab kuesioner dilihat dari jenjang

pendidikan mayoritas adalah Diploma (D3). Berdasarkan data dari UNESCO

Perempuan Indonesia cenderung menyukai disiplin ilmu farmasi dan biologi, serta

menjadi mayoritas pada bidang kesehatan, kimia, dan matematika.

Kemudian faktor usia menjadi tolak ukur terhadap peneliti yang merupakan

sebuah perilaku maupun kinerja seseorang dalam melaksanakan tugasnya. Berikut

ini responden yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner dalam tingkat usia :

Tabel 5. Jumlah dan Presentase Klasifikasi Usia

Tingkatan Jumlah Persentase

20 – 25 Tahun 44 50.6 26 – 30 Tahun 33 37.9 Lebih dari 31 Tahun 10 11.5

Total 87 100.0

Sumber : Data Olahan 2018

Berdasarkan usia responden pada tabel diatas, menunjukkan bahwa

responden yang usia 20 – 25 tahun sebanyak 44 responden (50.6%), lalu

Page 14: Pengaruh Perilaku Organisasi Positif Terhadap Kinerja ...repository.umrah.ac.id/2730/1/MAHADIANSAR... · persen. Pada analisis regresi linier sederhana menunjukan konstribusi Model

14

responden 26 – 30 tahun sebanyak 33 responden (37.9%) dan responden yang

berumur lebih dari 31 tahun sebanyak 10 responden (11.5%). Menurut Badan

Pusat Statistik usia produktif antara <15 – 64 tahun, yang dianggap sudah mampu

dalam proses bekerja, mempunyai beban untuk menanggung hidup dan sudah

selesai menepuh pendidikannya.

Sesuai dengan tabel dan penjelasan diatas bahwa rentang usia mayoritas

responden 20 - 25 tahun, usia ini masuk kedalam usia produktif dan memiliki

partisipasi bekerja lebih tinggi dibandingkan usia diatas 30 tahun di Rumah Sakit

Umum Daerah Raja Ahmad Thabib Provinsi Kepulauan Riau.

Uji Regresi Linier Sderhana

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .815a .664 .660 6.08039

a. Predictors: (Constant), POB

b. Dependent Variable: Kinerja

Pada hasil analisis regresi sederhana di atas pada Model Summary besarnya

nilai R Square yaitu 0,664 yang merupakan konstribusi antara variabel X dan

variabel Y. nilai koefisien determinasi (KD) dengan rumus (KD = R square x

100%) maka hasil koefisien determinasi atau R square sebesar 66,4 persen. Dapat

di artikan bahwa variabel X memiliki pengaruh kontribusi sebesar 66,4 persen

terhadap variabel Y. Kemudian untuk melihat perbandingan analisis regresi

sederhana yang dikelompokan antara medis dan non medis seberikut hasil

analisnya:

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .492a .242 .225 6.21469

a. Predictors: (Constant), POB_M

Page 15: Pengaruh Perilaku Organisasi Positif Terhadap Kinerja ...repository.umrah.ac.id/2730/1/MAHADIANSAR... · persen. Pada analisis regresi linier sederhana menunjukan konstribusi Model

15

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .295a .087 .063 5.06077

a. Predictors: (Constant), POB_NM

Setelah di uji regresi linier sederhana maka perbandingannya ialah

konstribusi variabel X dan Y untuk medis sebesar 24,2 % lebih kecil dari pada

non medis dengan jumlah konstribusi X dan Y sebesar 87%.

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 6201.064 1 6201.064 167.727 .000a

Residual 3142.545 85 36.971

Total 9343.609 86

a. Predictors: (Constant), POB

b. Dependent Variable: Kinerja

Berdasarkan uji signifikasi diatas, digunakan untuk menentukan taraf

signifikasi atau linieritas dari regresi. Kriteria dapat ditentukan berdasarkan uji

nilai signifikasi (Sig), dengan ketentuan “jika nilai Sig < 0,05”. Berdasarkan tabel

diatas, diperoleh nilai Sig. = 0,00 berarti Sig.< dari kriteria signifikan (0,05).

Dengan demikian model persamaan regresi berdasarkan data penelitian adalah

signifikan, atau model persamaan regresi memenuhi kriteria.

Uji Koefisiensi Sederhana

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 10.369 3.321 3.122 .002

POB .810 .063 .815 12.951 .000

a. Dependent Variable: Kinerja

Hasil penghitungan koefisien regresi sederhana diatas memperlihatkan nilai

koefisien konstanta adalah sebesar 10,369 koefisien variabel X adalah sebesar

Page 16: Pengaruh Perilaku Organisasi Positif Terhadap Kinerja ...repository.umrah.ac.id/2730/1/MAHADIANSAR... · persen. Pada analisis regresi linier sederhana menunjukan konstribusi Model

16

0,810. Sehingga diperoleh persamaan regresi Y=10,369+0,810X. Berdasarkan

persamaan diatas diketahui nilai konstantanya sebesar 10,369.

Secara matematis, nilai konstanta ini menyatakan bahwa pada saat kinerja 0,

maka POB memiliki nilai 10,369. Selanjutnya nilai positif (0,810) yang terdapat

pada koefisien regresi variabel Y menggambarkan bahwa arah hubungan antara

variabel X dengan variabel Y adalah searah, dimana setiap kenaikan satu satuan

variabel Y akan akan menyebabkan kenaikan Kinerja sebesar 0,810. Kemudian

menentukan siginifikansi dalam distribusi nilai ttabel sebagai berikut:

Tabel 6. Distribusi Nilai t tabel untuk Uji Regresi (87-2)

d.f

5 1.476 2.015 2.571 3.365 4.032

10 1.372 1.812 2.228 2.764 3.169

15 1.341 1.753 2.131 2.602 2.947

20 1.325 1.725 2.086 2.528 2.845

25 1.316 1.708 2.060 2.485 2.787

30 1.310 1.697 2.042 2.457 2.750

35 1.306 1.690 2.030 2.438 2.724

40 1.303 1.684 2.021 2.423 2.704

45 1.301 1.679 2.014 2.412 2.690

50 1.299 1.676 2.009 2.403 2.678

55 1.297 1.673 2.004 2.396 2.668

60 1.296 1.671 2.000 2.390 2.660

65 1.296 1.670 1.998 2.388 2.657

70 1.295 1.669 1.997 2.385 2.653

75 1.295 1.668 1.995 2.383 2.650

80 1.294 1.667 1.993 2.380 2.647

85 1.294 1.666 1.992 2.378 2.643

90 1.293 1.666 1.990 2.375 2.640

95 1.293 1.665 1.988 2.372 2.637

100 1.292 1.664 1.987 2.370 2.633

Sumber : www.statistikaindonesia.com

Berdasarkan dari uji t mengunakan SPSS dan tabel distribusi nilai ttabel oleh

di atas, nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 sehingga dapat di putuskan bahwa

variabel (X) Perilaku Organisasi Positif berpengaruh terhadap variabel (Y)

Kinerja. Kemudian dapat di hitung hasilnya nilai thitung 12,951> ttabel 1,666 atau

(thitung 12,951>1,666) maka H0 di tolak dan H1 diterima artinya bahwa

Page 17: Pengaruh Perilaku Organisasi Positif Terhadap Kinerja ...repository.umrah.ac.id/2730/1/MAHADIANSAR... · persen. Pada analisis regresi linier sederhana menunjukan konstribusi Model

17

diputuskan variabel (X) perilaku organisasi positif berpengaruh signifikan

terhadap variabel (Y) Kinerja.

Correlations

POB Kinerja

POB

Pearson Correlation 1 .815**

Sig. (2-tailed) .000

N 87 87

Kinerja Pearson Correlation .815** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 87 87

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari analisa diketahui bahwa responden sebanyak 87 dihasilkan nilai

kolerasi sebesar 0,815. Untuk melakukan interpretasi kekuatan hubungan antara

dua variabel dilakukan dengan melihat angka koefisien kolerasi hasil perhitungan

dengan menggunakan interpretasi nilai r adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Nilai Interpretasi Korelasi

Nilai Interpretasi Katagori Korelasi

>0 – 0,25 Sangar Lemah

>0,25 – 0,5 Cukup

>0,5 – 0,75 Kuat

>0,75 – 0,99 Sangat Kuat

1 Sempurna

Sumber: www.statistikaindonesia.com

Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa antara variabel X dengan

variabel Y mempunyai hubungan yang “sangat kuat” karena mempunyai nilai

korelasi sebesar 0,815.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan dan hasil penelitian serta hasil analisis yang

telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka peneliti bisa membuat beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1) Ada pengaruh Perilaku Organisasi Positif terhadap Kinerja Pegawai Rumah

Sakit Umum Daerah Raja Ahmad Thabib Provinsi Kepulauan Riau. Hal ini

Page 18: Pengaruh Perilaku Organisasi Positif Terhadap Kinerja ...repository.umrah.ac.id/2730/1/MAHADIANSAR... · persen. Pada analisis regresi linier sederhana menunjukan konstribusi Model

18

membuktikan bahwa dari hasil hitungan uji regresi linier sederhana, maka

hipotesis H1 diterima. Meskipun H1 hipotesisnya di terima, tingkat

signifikansinya diterima “sanga kua ” pengaruhnya antara Perilaku

Organisasi Positif terhadap Kinerja Pegawai Rumah Sakit Umum Daerah Raja

Ahmad Thabib Provinsi Kepulauan Riau sebesar 0,815 atau setara dengan 85,5

persen.

2) Konstribusi variabel X dan Y untuk medis sebesar 24,2 % lebih kecil dari pada

non medis dengan jumlah konstribusi X dan Y sebesar 87%. Maka dengan ini

faktor konstribusi pengaruh perilaku organisasi positif terhadap kinerja untuk

pegawai medis lebih kecil dari pada non medis di Rumah Sakit Umum Daerah

Raja Ahmad Thabib Provinsi Kepulauan Riau.

3) Untuk analisis regresi linier sederhana mengenai pengaruh perilaku organisasi

positif terhadap kinerja pada Model Summary nilai konstribusi sebesar 64,4

persen.

Page 19: Pengaruh Perilaku Organisasi Positif Terhadap Kinerja ...repository.umrah.ac.id/2730/1/MAHADIANSAR... · persen. Pada analisis regresi linier sederhana menunjukan konstribusi Model

19

DAFTAR PUSTAKA

_____. (n.d.). Data Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Kepulauan Riau.

Averill, R. J. R., & Catlin, G. (1991). Rules of Hope. In Recent Research in

Psychology (p. 105). Springer Verlag.

Bergman, M. E., Donovan, M. A., Drasgow, F., Overton, R. C., & Henning, J. B.

(2008). Test of Motowidlo et al.’s (1997) Theory of Individual Differences in

Task and Contextual Performance. Human Performance, 21(3), 227–253.

Block, J., & Kremen, A. M. (1996). IQ and Ego-Resiliency: Conceptual and

Empirical Connections and Separateness. Journal of Personality and Social

Psychology, 70(2), 349–361.

Borman, W. C., & Brush, D. H. (1993). More progress toward a taxonomy of

managerial performance requirements. Human Performance, 1–12.

Carver, C. S., & Scheier, M. F. (2002). Handbook of positive psychology.

Chang, E. C. (2002). Optimism – Pessimism and stress appraisal : Testing a

cognitive interactive model of psychological adjustment in Adults. Cognitive

Therapy and Research, 26(5), 675–690.

Gruys, M. L., & Sackett, P. R. (2003). Investigating the dimensionality of

counterproductive work behavior. International Journal of Selection and

Assessment, 11(1), 30–42.

Henderson, N., & Milstein, M. M. (2003). Resiliency in schools : making it happen

for students and educators. A Sage Publications Company. California: Corwin

Press.

Kiker, D. S., & Motowidlo, S. J. (1999). Main and interaction effects of task and

contextual performance on supervisory reward decisions. Journal of Applied

Psychology, 84(4), 602–609.

Koopmans, L., Bernaards, C. M., Hildebrandt, V. H., Schaufeli, W. B., de Vet

Henrica, C. W., & van der Beek, A. J. (2011). Conceptual Frameworks of

Individual Work Performance. Journal of Occupational and Environmental

Medicine, 53(8), 856–866.

Lopez, S. J., & Snyder, C. R. (2003). Positive psychological assessment: A

handbook of models and measures.

Luthans, F. (2002). Positive organizational behavior: Developing and managing

psychological strengths. Academy of Management Executive, 16(1), 57–72.

Luthans, F., Avolio, B. J., Walumbwa, F. O., & Li, W. (2005). The Psychological

Capital of Chinese Workers : Exploring the Relationship with Performance.

Management and Organization Review, 1(2), 249–271.

Marques, S. C., Lopez, S. J., & Pais-Ribeiro, J. L. (2009). Building hope for the

future": A Program to foster strength in middle. In Journal of Happiness

Studies (Vol. 12, pp. 139–152). Spinger Science Business Media.

Masten, A. (2001). Ordinary magic: Resilience processes in development. American

Psychologist, (56), 227–239.

Motowidlo, S. J., & Van Scotter, J. R. (1999). Evidence that task performance

should be distinguished from contextual performance. Journal of Applied

Psychology, 79(4), 475–480.

Scheier, M. F., & Carver, C. S. (1985). Optimism, coping, and health: Assessment

and implications of generalized outcome expectancies. Health Psychology,

4(3), 219–247.

Seligman, M. (2002). Authentic happiness: using the new positive psychology to

Page 20: Pengaruh Perilaku Organisasi Positif Terhadap Kinerja ...repository.umrah.ac.id/2730/1/MAHADIANSAR... · persen. Pada analisis regresi linier sederhana menunjukan konstribusi Model

20

realize your potential for lasting fulfillment. Cognitive Behavior Therapy Book

Review, 1(8), 1–2.

Seligman, M. E. P. (1998a). Learned optimism: how to change your mind and your

Life. Learned Optimism.

Seligman, M. E. P. (1998b). Learned optimism. New York: Pocket Books.

Snyder, C. R., Sympson, S. C., Ybasco, F. C., Borders, T. F., Babyak, M. A., &

Higgins, R. L. (1996). Development and validation of the State Hope Scale.

Journal of Personality and Social Psychology, 70(2), 321–335.

Sugiyono. (2006). Statistik untuk penelitian. CV ALFABETA Bandung (Vol. 10).

Tugade, M. M., & Fredrickson, B. L. (2004). Resilient Individuals Use Positive

Emotions to Bounce Back From Negative Emotional Experiences. Journal of

Personality and Social Psychology, 86(2), 320–333.

Weil, C. M. (2000). Exploring hope in patients with end stage renal disease on

chronic hemodialysis. Nephrology Nursing Journal, 27(2), 24–219.

Wolin, S. J., & Wolin, S. (1993). The resilient self: How survivors of troubled

families rise above adversity. Villard Books (1 st ed). New York: Villard

Books.

Youssef, C. M., & Luthans, F. (2007). Positive organizational behavior in the

workplace: The impact of hope, optimism, and resilience. Journal of

Management, 33(5), 774–800.