pengaruh perendaman gigi post ekstraksi dalam madu terhadap proses pemutihan gigi

39
Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

Upload: muhammad-effrin

Post on 05-Aug-2015

399 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

Page 2: Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

Disusun Oleh :

M Effrin J (10610026)

JURUSAN S-1 KEDOKTERAN GIGIINSTITUT ILMU KESEHATAN

BHAKTI WIYATAKEDIRI

2012KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji syukur kami berikan kehadirat Allah SWT, karena atas seijinNya kami berhasil

menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengaruh Perendaman Gigi Post

Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi ” yang merupakan bagian dari

tugas skill lab KTI (Karya Tulis Ilmiah) Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter

Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri. Tidak lupa kami menghanturkan terima

kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu terselesaikannya tulisan ini, antara lain :

1. drg.Bambang Sumarsono yang telah dengan sabar memberikan bimbingan slama

penyusunan tulisan ini.

2. Pihak Institusi yang telah menyediakan segala fasilitas belajar sehingga penyusunan

tulisan ini berjalan lancar.

3. Orang tua kami yang selalu menyertai kami dengan restu dan doanya.

4. Semua pihak yang belum tersebut di sini yang baik secara langsung maupun tidak

langsung telah mendukung terselesaikannya tulisan ini.

Semoga apa yang kami sajikan dalam tulisan ini dapat menjadi tambahan wacana dan

semakin memperluas cakrawala keilmuan khususnya di dunia komunikasi kedokteran .

Kami menyadari bahwa dalam tulisan ini masih banyak cacat dan kekurangan di sana sini

yang mana semua itu tidak terlepas dari kekurangan dan keterbatasan kami. Untuk itu kami

Page 3: Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

selalu menerima dengan tangan terbuka segala kritik dan saran yang membangun dari para

pembaca.

Terima kasih,

Wassalam’mualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Hormat kami,

Penyusun

Daftar Isi

Halaman Judul..............................................................................................................................

KATA PENGANTAR...................................................................................................................

Daftar isi........................................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................................

1.1 Latar belakang..............................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................

1.3 Tujuan penelitian..........................................................................................................

1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................................

1.5 Batasan Penelitian.........................................................................................................

BAB II Tinjauan Pustaka.............................................................................................................

2.1................................................................................................................................................Gigi

2.1.1. Struktur Gigi............................................................................................................

2.1.2. Warna Gigi ...............................................................................................................

2.1.3. Interapretasi warna gigi.............................................................................................

2.1.4. Penyebab perubahan warna gigi ..............................................................................

2.2. Pemutihan Gigi.......................................................................................................................

Page 4: Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

2.2.1. Material Pemutih.......................................................................................................

2.2.2. Mekanisme Pemutihan Gigi ....................................................................................

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pemutihan Gigi ....................................

2.2.5. efek samping dari pemutihan gigi menggunakan bahan-bahan kimia......................

2.2.5. Keuntungan dan Kerugian Bahan Pemutih Gigi Peroksida......................................

2.3. Madu......................................................................................................................................................

2.3.1. Pengertian madu .....................................................................................................

2.3.2. Kandungan kimia madu .........................................................................................

2.3.3. Klasifikasi madu.....................................................................................................

BAB III PEMBAHASAN.............................................................................................................

BAB IV METODE PENELITIAN..............................................................................................

3.1. Rancangan Penelitian ..............................................................................................................

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................................................

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian...............................................................................................

3.4. Variabel dan Definisi Operasional...........................................................................................

3.6. Pengolahan dan Analisa Data..................................................................................................

3.7. Kerangka penelitia...................................................................................................................

Page 5: Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Terlihat lebih cantik dan menarik adalah keinginan semua orang. Karena itulah,

orang berlomba-lomba untuk melakukan berbagai perawatan terhadap berbagai bagian tubuh,

tak terkecuali juga pada gigi. Terutama bagi orang yang membutuhkan penampilan wajah yang

menarik, estetik gigi merupakan kebutuhan utama. Kerapian rangkaian serta warna gigi menjadi

penting artinya.

Warna gigi setiap orang sangat bervariasi tergantung pada ketebalan email, warna

dentin dan pulpa. Namun karena berbagai faktor baik ekstrinsik maupun intrinsik, gigi dapat

mengalami perubahan warna akibat penumpukan noda yang sering disebut juga diskolorisasi

gigi. Adanya diskolorisasi tersebut menimbulkan upaya untuk memutihkan gigi Dalam upaya

memutihkan gigi biasanya digunakan bahan oksidasi atau reduksi berkekuatan tinggi. Bahan

yang sering digunakan adalah hidrogen peroksida (H2O2).

Selama ini hidrogen peroksida yang digunakan adalah yang berasal dari bahan

kimia. Berbicara tentang bahan kimia maka kita juga harus berbicara tentang efek sampingnya,

bahan kimia apabila digunakan untuk gigi yang masih vital tentunya akan memberi efek yang

merugikan yaitu dapat membunuh pertumbuhan jaringan baru dan mengiritasi jaringan sehat

yang ada di sekitar gigi tersebut. Melihat efek samping yang sangat merugikan tersebut maka

peneliti mencoba mencari solusi untuk menekan efek samping yang terlalu merugikan tersebut.

Dalam ilmu gizi dikatakan bahwa hidrogen peroksida juga terdapat pada madu.

kandungan hidrogen peroksida pada madu yaitu 0,003% sama dengan hidrogen peroksida 3%

yang ada di pasaran di ekstrak 1000 kali (Bogdanov,2011) hal ini tentu sangat berguna karena

larutan peroksida yang terdapat dalam madu dapat ditoleransi oleh tubuh sehingga tidak perlu

diencerkan lagi. (Bang et al, 2003; Evans & Flavin, 2008). H2O2 tersebut melalui radikal bebas

Page 6: Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

reaktif yang dihasilkannya dapat menghancurkan ikatan konjugasi pada molekul-molekul zat

warna pada noda sehingga molekul tersebut menjadi lebih sedikit berpigmen dan menyebabkan

efek pemutihan. Oleh karena itu, maka peneliti ingin mengetahui pengaruh lama perendaman

gigi pada madu terhadap perubahan warna gigi dengan waktu perendaman 24 jam, 36, 72, dan

96 jam.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh

lama perendaman gigi pada madu terhadap perubahan warna gigi.

1.3 Tujuan penelitian

Untuk mengetahui pengaruh lama perendaman gigi pada pada madu dengan waktu 24, 36, 48,

72, 96 jam.

2. 4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai alternatif untuk bahan pemutihan gigi tanpa bahan kimia

2. Untuk lebih mengurangi efek samping yang ditimbulkan dalam upaya pemutihan gigi

2.5 Batasan Penelitian.

Batasan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Gigi yang digunakan adalah gigi post ekstraksi

Page 7: Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

BAB IITinjauan Pustaka

2.1 Gigi

2.1.1. Struktur Gigi

Gigi adalah bagian terkeras yang ada dalam rongga mulut dan digunakan untuk

sistem mastikasi dan lain-lain. Gigi terdiri dari mahkota gigi, akar gigi dan garis servikal

(leher gigi), mahkota klinis ialah bagian dari mahkota yang tidak diliputi epitel lagi dan

menonjol dalam rongga mulut (tidak tetap) sedangkan mahkota anatomis ialah bagian dari

gigi yang diliputi jaringan enamel, akar klinis adalah bagian dari akar gigi yang masih

diliputi jaringan periodonsium (tidak tetap). Baik mahkota klinis maupun akar klinis, besar

dan panjangnya tergantung pada usia penderita dan tidak tetap. Sedangkan akar anatomis

adalah akar yang diliputi jaringan sementum. Baik mahkota dan akar anatomis, besar

maupun panjang tetap. (Itjiningsih, 1991)

1. Dilihat secara makroskopis (menurut letak dari email dan sementum) :

a) Mahkota atau Korona adalah bagian gigi yang dilapisi jaringan enamel atau email

dan normal terletak diluar jaringan gusi atau gingggiva

b) Akar atau Radix adalah bagian gigi yang dilapisi jaringan sementum dan ditopang

oleh tulang alveolar dari maksila dan mandibula. Terdapat akar tunggal dan akar

ganda. Akar tunggal dengan satu apeks, dan akar ganda dan akar ganda dengan

bifurkasi, adalah tempat dimana 2 akar bertemu dan trifurkasi adalah tempat

dimana 3 akar bertemu

c) Garis Servikal atau Semento-enamel junction adalah batas antara jaringan

sementum dan email, yang merupakan pertemuan antara mahkota dan akar gigi

d) Ujung akar atau apeks adalah titik yang terujung dari suatu benda yang runcing

atau yang berbentuk kerucut seperti akar gigi

Page 8: Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

e) Tepi insisal (insisal edge) adalah suatu tonjolan kecil dan panjang pada bagian

korona dari gigi insisivus yang merupakan sebagian dari permukaan insisivus dan

yang digunakan untuk memotong atau mengiris makanan

f) Tonjolan atau cups adalah tonjolan pada bagian korona gigi kaninus dan gigi

posterior, yang merupakan sebagian dari permukaan oklusal. (Itjiningsih, 1991)

2. Dilihat secara mikroskopis

a) Jaringan Keras adalah jaringan yang mengandung bahan kapur, terdiri dari

jaringan email, jaringan dentin, dan jaringan sementum. Email dan sementum

adalah bagian atau bentuk luar yang melindungi dentin. Dentin merupakan bentuk

pokok dari gigi, pada satu pihak diliputi oleh jaringan email (korona) dan pada

pihak lain diliputi oleh jaringan sementum (akar), merupakan bagian terbesar dari

gigi dan merupakan dinding yang membatasi dan melindungi rongga yang berisi

jaringan pulpa

b) Jaringan Lunak yaitu jaringan pulpa adalah jaringan yang terdapat dalam rongga

pulpa sampai foramen apikal, umumnya mengandung bahan dasar (ground

subtance), bahan perekat, sel saraf yang peka sekali terhadap rangsang mekanis,

termis dan kimia

c) Rongga pulpa terdiri dari Tanduk pulpa, Ruang pulpa, saluran pulpa, dan foramen

apikal. (Itjiningsih, 1991)

2.1.2. Warna Gigi

Warna alami email adalah putih translusens sedangkan dentin berwarna kekuningan.

Struktur poros dan persyarafan gigi akan menembus warna dentin sehingga warna gigi menjadi

lebih gelap sampai kearah kuning kecoklatan. Warna gigi yang tampak juga tergantung dari

jumlah cahaya yang mengenai gigi dan kualitas pantulan cahaya.

( Pratiwi, 2009)

Warna gigi manusia memiliki gradasi warna yang sangat bervariasi. Gigi Caninus terlihat

lebih gelap daripada gigi Incisivus. Secara fisiologis, gigi akan berwarna semakin gelap seiring

dengan bertambahnya usia. Hal ini dikarenakan adanya pembentukkan dentin sekunder,

penumpukan pewarnaan ekstrinsik, penipisan email, dan resesi ginggiva. ( Pratiwi, 2009)

Page 9: Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

Penilaian warna gigi ini sangat sulit untuk dilakukan. Beberapa alat telah ditemukan

untuk mengukur perubahan warna gigi, diantaranya dengan menggunakan shade guide,

spectrophotometer, dan kamera digital. Alat yang paling sering digunakan adalah menggunakan

shade guide. Kelemahan metode ini diantaranya persepsi warna sangat subjektif dan dipengaruhi

oleh faktor cahaya, pengalaman, usia, serta tingkat kelelahan mata pemeriksa. Metode yang lebih

objektif dan sering dimanfaatkan pada penelitian in vitro adalah spectrophotometer. ( Pratiwi,

2009)

2.1.3. Interapretasi warna gigi

Dalam penelitian ini intepretasi warna gigi dapat diterapkan melalui intepretasi warna

gigi yang dilakukan oleh Sir Issac Newton. Prinsip utamanya adalah mengamati bahwa cahaya

putih yang mengenai prisma akan dibiaskan menjadi suatu pola warna yang disebut spektrum

warna. Pengintepretasi warna gigi digunakan:

1. Hue adalah nama dari warna (merah, orange, kuning, hijau, biru, indigo, ungu). Semua

warna tersebut merupakan penyusun spektrum warna. Pada gigi permanen yang masih

muda, warna hue semua gigi hampir sama di rongga mulut. Variasi warna hue sering

terjadi sesuai dengan bertambahnya umur.

2. Chroma adalah kejenihan atau intensitas warna, yang merupakan kualitas dari hue dan

kebanyakan akan berkurang karena adanya proses pemutihan gigi atau bleaching. Semua

hue menerima reduksi chroma akibat vital dan non vital bleaching.

3. Value adalah hubungan antara gelap atau terang dari warna. Gigi yang berwarna terang

memiliki value tinggi tetapi gigi yang berwarna gelap memiliki value yang rendah. Value

lebih kearah kualitas ketajaman warna (Saputro, 2009)

2.1.4. Penyebab perubahan warna gigi

Penyebab perubahan warna gigi terbagi atas dua faktor, yaitu:

1. Faktor intrinsik

Penyebab perubahan warna gigi berasal dari gigi itu sendiri:

a. Dekomposisi jaringan pulpa atau sisa makanan. Adanya gas yang dihasilkan dari pulpa

nekrosis dapat emmbentuk ion sulfida yang berwarna hitam.

b. Pemakaian antibiotik, misalnya tetrasiklin. Pemakaian obat golongan tetrasiklin selama

proses pertumbuhan gigi dapat menyebabkan perubahan gigi yang permanen.

Page 10: Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

c. Penyakit metabolik yang berat selama fase pertumbuhan gigi, misalnya alkaptonuria yang

menyebabkan warna coklat.

d. Perdarahan dalam kamar pulpa. Disebabkan karena terjadinya trauma, aplikasi bahan

devitalisasi arsen ataupun eksterpasi pulpa yang masih vital.

e. Medikamentasi saluran akar. Obat teraupetik yang digunakan dalam endodonti dapat

menyebabkan perubahan warna pada gigi, misalnya perak nitrat. Bahan pengisi saluran akar.

Bahan pengisi saluran kar yang dapat mewarnai dentin adalah iodoform dan semen saluran

akar yang mengandung perak atau minyak esensial.

2. Faktor Ekstrinsik

Perubahan warna pada gigi yang berasal dari luar gigi:

a. Kebersihan mulut yang tidak baik. Perubahan warna pada gigi karena kebersihan mulut yang

tidak baik, dapat menyebabkan gigi berwarna hijau, jingga, kuning, atau coklat.

b. Pengaruh makanan dan minuman. Misalnya: kopi, teh, kunyit, dll.

c. Pengaruh kopi dan tembakau menghasilkan warna coklat sampai hitam pada leher gigi.

d. Bahan tambalan logam

Diskolorisasi akibat hipoplasia emaildiskolorisasi akibat amalgamdiskolorisasi akibat tetrasiklin

Diskolorisasi akibat amelogenesis imperfekta diskolorisasi akibat fuorosis

(Rasinta. 2002)

Tabel perubahan warna gigi dan penyebabnya

Penyebab perubahan warna gigi Warna gigi

Faktor dari

luar gigi

Kesehatan mulut jelek, kopi, teh,

makanan, produk tembakau,

Kuning, coklat, hijau, hitam, coklat

sampai hitam, kuning kecoklatan

sampai hitam

Page 11: Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

Faktr dari

dalam gigi

Obat-obatan selam pertumbuhan

gigi

1. Tetracyline

2. Fluoride

Obat-obatan setelah pertumbuhan

gigi

1. Minocyline

Penyakit/ kondisi selama

pertumbuhan gigi

1. Kondisi kelainan darah

2. Trauma

Perubahan pada pulpa

1. Obliterasi saluran akar

2. Nekrosis pulpa dengan

pendarahan

3. Nekrosis pulpa tanpa

pendarahan

Penyebab lain pada gigi non vital

1. Trauma selama ektipasi

pulpa

2. Sisa jaringan dalam ruang

pulpa

3. Material restorasi gigi

4. Material perawatan saluran

akar

Garis coklat, abu-abu, hitam

Bercak coklat, putih atau garis

Coklat, abu-abu

Merah, coklat, ungu

Biru, hitam, coklat

Kuning

Abu-abu, hitam

Kuning, abu-abu, kecoklatan

Abu-abu, hitam

Coklat, abu-abu, hitam

Coklat, abu-abu, hitam

Abu-abu, hitam

Kombinasi Fliorosis

Proses ketuaan

Putih coklat

Kuning

(Saputro, 2009)

2.2. Pemutihan Gigi

Pemutihan gigi adalah suatu upaya untuk mengembalikan (merestorasi) warna normal

pada gigi akibat adanya diskolorisasi (perubahan warna) baik oleh karena faktor ekstrinsik dan

Page 12: Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

intrinsik pada gigi dengan cara mengubah warna noda menjadi lebih sedikit berpigmen

menggunakan bahan oksidasi atau reduksi berkekuatan tinggi. (Adiyanto, 2009)

Sekarang ini, pemutihan gigi telah dapat dikerjakan di klinik oleh dokter gigi (in-office

bleaching) menggunakan hidrogen peroksida berkonsentrasi tinggi sekitar 30-35 %5,16 atau

dapat juga dilakukan oleh pasien sendiri (at-home bleaching) dengan menggunakan karbamid

peroksida (10-22%), gel pemutih non peroksida5, atau juga hidrogen peroksida berkonsentrasi

rendah 1,5 % yang terbukti cukup efektif menghilangkan stain ekstrinsik. (Adiyanto, 2009)

2.2.1. Material Pemutih

Material pemutih bisa bertindak sebagai material pengoksidasi (oksidator) atau

agen pereduksi (reduktor). Hampir semua agen pemutih adalah pengoksidasi, dan untuk

ini tersedia cukup banyak preparatnya. Material yang banyak dipakai adalah larutan

Hidrogen Peroksida dengan berbagai kekuatan, natrium perborat, dan karbamid

peroksida. Natrium perborat dan karbamid peroksida adalah zat kimia yang secara

bertahap terdegradasi sehingga melepaskan hidrogen peroksida kadar rendah. Hidrogen

peroksida dan karbamid peroksida hanya diindikasikan bagi pemutihan eksterna

sementara natrium perborat sebagai besar digunakan untuk pemutih interna. Semuanya

terlah terbukti efektif. (Walton, 2008)

a) Hidrogen Peroksida

Hidrogen peroksida (H202) adalah pengoksidasi kuat yang tersedia dalam

berbagai tingkat kekuatan walaupun yang biasa dipakai adalah larutan yang

distabilkan dengan kadar 30 sampai 35 persen (Superoxol, Perhydrol).

Larutan berkadar tinggi ini harus dipakai dengan hati-hati karena tidak stabil,

kehilangan oksigen dengan cepat, dan bisa meledak kalau tidak disimpan

dalam lemari es atau disimpan di tempat gelap. Juga, material ini adalah

material kaustik dan dapat membakar jaringan jika berkontak dengannya.

(Walton, 2008)

b) Natrium Perborat

Material ini dapat diperoleh dalam bentuk bubuk atau dalam berbagai

kombinasi campuran komersial. Jika masih baru, bahan ini mengandung kira-

kira 95 % oksigen. Natrium Perborat stabil bila dalam keadaan kering.

Tetapai jika ada asam, air hangat, atau air, akan berubah menjadi natrium

Page 13: Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

metaborat, hidrogen peroksida, dan oksigen bentuk nasen. Preparat natrium

perborat yang tersedia adalah monohidrat, trihidrat, dan tetrahidrat. Semua

berbeda dalam kandungan oksigennya, yang menentukan keefektifan

pemutihannya. Preparat natrium perborat yang biasa digunakan adalah yang

bersifat alkali dan PH-nya bergantung pada jumlah H2020 yang dilepaskan

dan Na- metaborat yang tersisa.Natrium Perborat lebih mudah dikontrol dan

lebih aman dari pada larutan hidrogen peroksida pekat. Oleh karena itu,

material ini merupakan material pilihan bagi pemutih interna. (Walton, 2008)

c) Karbamid Peroksida

Karbamid Peroksida, juga dikenal sebagai hidrogen peroksida urea, dapat

diperoleh dalam berbagai konsentrasi antara 3 dan 15%. Preparat komersial

yang terkenal mengandung kira-kira 10% karbamid peroksida dengan Ph

rata-rata 5 sampai 6,5. Biasanya juga mengandung gliserin atau propilen

glikol, natrium stannat, asam fosfat atau asam sitrat, dan aroma. Dalam

beberapa preparat, ditambahkan carbopol, suatu resin yang larut dalam air,

untuk memperlama pelepasan peroksida aktif dan meningkatkan masa

penyimpannanya. Karbamid peroksida 10% akan terurai menjadi urea,

amonia, karbondioksida, dan sekitar 3,5% hidrogen peroksida. Sistem

karbamid peroksida digunakana pada pemutihan eksterna dan dikaitkan

dengan berbagai derajat kerusakan gigi dan jaringan lunak disekitarnya

(biasanya ringan). Material ini dapat mempengaruhi kekuatan ikatan resin

komposit serta penutupan tepinya. Oleh karena itu, material ini harus dipakai

dengan sangat hati-hati, biasanya di bawah pengawasan ketat dokter gigi.

(Walton, 2008)

2.2.2. Mekanisme Pemutihan Gigi

Pemutihan gigi, hydrogen peroksida bercampur dengan seluruh matriks organik dari

enamel dan dentin. Karena bahan-bahan radikal mempunyai elektron yang tidak berpasangan,

bahan-bahan ini sangat elektrofilik dan tidak stabil dan akan menyerang molekul organik

lainnya untuk mencapai kestabilan, menghasilkan radikal yang lainnya. Radikal ini bereaksi

dengan ikatan tak jenuh, berakhir dengan perpecahan konjugasi elektron dan perubahan absorbsi

energi molekul organik pada enamel gigi. Molekul-molekul sederhana memantulkan sedikit

Page 14: Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

cahaya yang terbentuk, sehingga menghasilkan aksi pemutihan yang sukses. Proses ini terjadi

ketika bahan oksidasi (hydrogen peroksida) bereaksi dengan material organik pada ruangan

diantara senyawa inorganik pada enamel gigi. (Goldstein dkk,1995 )

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pemutihan Gigi

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemutihan gigi :

1. Konsentrasi

Reaksi lebih dapat ditingkatkan dengan meningkatkan konsentrasi bahan pemutih

misalnya hidrogen peroksida.

2. Waktu Reaksi

Secara umum perlakuan bahan kimia untuh proses pemutihan akan lebih reaktif dengan

memperpanjang waktu reaksi.

3. Suhu

Peningkatan suhu menyebabkan terjadinya peningkatan reaksi pemutihan.

4. pH (Derajat Keasaman)

pH mempunyai pengaruh yang sangat vital terhadap semua proses pemutihan dan nilai

pH tergantung pada bahan yang digunakan.

Dalam penelitian ini peniliti menggunakan waktu reaksi sebagai variabel bebas, untuk

mengukur perubahan warna gigi dalam proses pemutihan gigi (Saputro, 2009)

2.2.5. efek samping dari pemutihan gigi menggunakan bahan-bahan kimia

Ada dua efek samping yang paling sering terjadi yaitu gigi sensitif dan iritasi pada

gingiva. Selain itu, sakit tenggorokan, rasa perih pada jaringan rongga mulut dan sakit kepala

merupakan efek samping tetapi jarang dilaporkan.ketika efek samping pada seseorang terjadi

secara kebetulan selama proses pemutihan gigi. Proses ini harus dihentikan. Bagi kebanyakan

orang efek samping yang mereka rasakan tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan proses

pemutihannya. Umumnya efek samping ringan pada seseorang yang dapat ditoleransi selama

pemutihan gigi akan menurun dalam beberapa hari setelah mereka menyelesaikan perawatannya.

(yudha dkk, 2005)

Page 15: Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

2.2.5. Keuntungan dan Kerugian Bahan Pemutih Gigi Peroksida

No Keuntungan Kerugian

1 Jumlah kunjungan relatif singkat Bila digunkan dalam jangka panjang harus berhati-

hati karena bahan tersebut merupakan senyawa

radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh

2 Perlengkapan yang diperlukan

sederhana

Peroksida memiliki efek buruk terhadap jaringan

keras gigi (pengikisan) karena bersifat asam dan

menyebabkan sensitivitas

3 Biaya perawatan relatif rendah Menyebkan pelepasan merkuri pada restorasi

amalgam bila digunakan dalam jangka waktu

panjang

4 Bahan pemutih hidrogen

peroksida 30-35% memberikan

hasil pemutihan gigi lebih cerah

Dapat menurunkan kekuatan antara bahan restorasi

dan email

5 Bahan dengan konsentrasi rendah

sedikit mengiritasi gingiva dan

jaringan lunak sekitarnya

Bahan dengan konsentrasi tinggi dapat memberikan

efek buruk pada mukosa sehingga harus berhati-

hati dalam penggunaanny

2.3. Madu

2.3.1. Pengertian madu

Madu adalah cairan manis yang berasal nektar tanaman yang diproses oleh

lebah menjadi madu dan tersimpan dalam sel-sel sarang lebah. Madu merupakan hasil

sekresi lebah, karena madu ditempatkan dalam bagian khusus di perut lebah yang

disebut perut madu yang terpisah dari perut besar. Nektar yang dihisap madu

mengandung 60% air sehingga lebah harus menurunkan menjadi 20% atau lebih

rendah lagi untuk membuat madu. Penurunan kadar air ini melalui proses fisika dan

kimia. Proses fisika penurunan kadar air mulai terjadi saat lebah menjulurkan

lidahnya (proboscis) untuk memindahkan madu dari perut madu ke sarang lebah, di

sarang kadar air terus diturunkan melalui putaran sayap-sayap lebah yang

Page 16: Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

menyirkulasikan hawa hangat ke dalam sarang lebah. Sedangkan proses kimianya

terjadi di dalam perut lebah dimana enzim invertase mengubah sukrosa (disakarida)

menjadi glukosa dan fruktosa yang keduanya merupakan monosakarida (Anonim,

2006).

Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Madu bermanfaat

sebagai makanan kesehatan yang dapat meningkatkan stamina tubuh sebagai energi

seketika. Selain itu madu juga dapat digunakan sebagai pengganti gula atau

suplementasi nutrisi (Anonim, 2008). Produk lebah ini dapat menyembuhkan

berbagai macam penyakit seperti jantung, paru-paru, lambung, sistem pencernaan,

influenza, katarak, luka infeksi, dan masih banyak lagi khasiat dari madu. Winarno,

Kepala Pusat Pengembangan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor dalam

Intanwidya (2008), menyatakan bahwa gula dan mineral dalam madu berfungsi

sebagai tonikum bagi jantung. Antioksidan madu diyakini mampu mencegah

terjadinya kanker, penyakit jantung, dan penyakit lainnya. Selain itu madu juga dapat

membunuh dan mencegah kuman untuk berkembang sehingga madu dipercaya dapat

menyembuhkan berbagai macam luka seperti luka bakar, luka infeksi, luka setelah

operasi dan lain-lain. Madu juga banyak sekali digunakan dalam dunia kosmetika,

baik dalam bentuk sabun, masker, dan krim pelembut. Madu dapat menjaga

kelembaban kulit dan memberinya nutrisi yang dibutuhkan.

2.3.2. Kandungan kimia madu

Komposisi kimia madu bervariasi tergantung pada sumber tanaman, musim

dan metode produksi. Kondisi penyimpanan juga bisa mempengaruhi komposisi

akhir, dengan peningkatan proporsi disakarida selama waktu penyimpanan

berlangsung. Fruktosa (sekitar 38% w/w) dan glukosa (sekitar 31%) adalah dua gula

utama yang terdapat pada madu secara umum, dengan jumlah sukrosa yang kurang

(sekitar 1%), serta disakarida dan oligosakarida yang lain. Potassium merupakan

mineral utama pada madu. Selain itu mineral yang juga terkandung dalam madu

adalah Ca, P, Fe, Mg, dan Mn. Madu mengandung beberapa vitamin antara lain

vitamin E dan vitamin C serta vitamin B1, B2 dan B6. Madu memiliki keasaman

yang rendah dengan pH sekitar 3,9. Kandungan air madu sekitar 17%, dengan

Page 17: Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

aktivitas air antara 0,56-0,62. Asam glukonat dan jumlah protein yang kecil serta

asam amino juga terdapat pada madu (White, 1975 dalam Anonim, 1998).

Madu mengandung beberapa senyawa organik, yang telah terindentifikasi

antara lain seperti polyphenol, flavonoid, dan glikosida (Kamaruddin, 1997 dalam

Anonim, 2009). Selain itu, di dalam madu juga terdapat berbagai jenis enzim, antara

lain enzim glukosa oksidase dan enzim invertase yang dapat membantu proses

pengolahan sukrosa untuk diubah menjadi glukosa dan fruktosa yang keduanya

mudah diserap dan dicerna. Begitu pula enzim amilase dan enzim lipase dan minyak

volatil, seperti hidroksi metil furfural. Madu juga mengandung dekstrosa (gula yang

ditemukan dalam tumbuhan), lilin, gen pembiakan, dan asam formik (Hamad, 2007).

2.3.3. Klasifikasi madu

Di Indonesia jenis lebah yang paling banyak digunakan sebagai penghasil

madu adalah lebah lokal (Apis cerana), lebah hutan (Apis dorsata) dan lebah Eropa

(Apis melifera). Ada banyak jenis madu menurut karakteristiknya. Karakteristik madu

dapat dibedakan berdasarkan sumber nektar, letak geografi, dan teknologi

pemprosesannya. Jenis madu berdasarkan sumber nektarnya dapat dibagi menjadi

dua, yaitu monoflora dan poliflora. Madu monoflora merupakan madu yang diperoleh

dari satu tumbuhan utama. Madu ini biasanya dinamakan berdasarkan sumber

nektarnya, seperti madu kelengkeng, madu rambutan dan madu randu. Madu

monoflora mempunyai wangi, warna dan rasa yang spesifik sesuai dengan

sumbernya. Madu monoflora juga disebut madu ternak, karena madu jenis ini pada

umumnya diternakkan. Sedangkan madu poliflora merupakan madu yang berasal dari

nektar beberapa jenis tumbuhan bunga. Lebah cenderung mengambil nektar dari satu

jenis tanaman dan baru mengambil dari tanaman lain bila belum mencukupi. Contoh

dari madu jenis ini adalah madu hutan. Madu hutan adalah madu yang diproduksi

oleh lebah liar. Madu ini berasal dari lebah liar yang bernama Apis dorsata. Sumber

pakan dari lebah ini adalah tumbuh-tumbuhan obat yang banyak tumbuh di dalam

hutan hujan tropis di Indonesia. Madu hutan juga sangat baik untuk kesehatan karena

mengandung antibiotik alami yang diproduksi oleh lebah-lebah liar.

Madu juga bisa dicirikan sesuai dengan letak geografis dimana madu tersebut

diproduksi, seperti madu Timur Jauh, madu Yaman, dan madu Cina. Selain itu, jenis

Page 18: Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

madu berdasarkan teknologi perolehannya dibedakan menjadi madu peras (diperas

langsung dari sarangnya) dan madu ekstraksi (diperoleh dari proses sentrifugasi)

(Suranto, 2007).

Terdapat beberapa perbedaan antara madu ternak dan madu hutan. Menurut

Anonim ( 2007) perbedaan itu diantaranya adalah :

a. Jenis lebah

Lebah madu hutan dari jenis Apis dorsata sedangkan madu ternak dari jenis Apis

cerana atau Apis melifera. Sehingga jenis sarang yang dihasilkan juga berbeda.

Sarang tersebut menempati jenis tanaman yang berbeda, sehingga nektar yang akan

dihisap oleh lebah juga akan berbeda. Jenis nektar yang berbeda tersebut pada

akhirnya akan memberikan perbedaan rasa dan warna madu yang mereka hasilkan.

b. Perlakuan

Madu hutan didapat dari jenis lebah liar yang sampai saat ini belum bisa

ditangkarkan, sedangkan madu ternak berasal dari madu yang telah ditangkarkan.

c. Kadar air

Karena lebah hutan membuat sarang di tempat terbuka (batang pohon, batu karang),

sehingga sarang lebah hutan lebih terpengaruh oleh perubahan musim dibanding

sarang lebah ternak yang berada di dalam kotak. Kadar air madu hutan sekitar 24%

sedangkan kadar air madu ternak sekitar 21%.

Madu mempunyai banyak keunggulan karena karakteristiknya. Karakteristik

fisis madu menurut Suranto (2007) adalah sebagai berikut :

a. Kekentalan (viskositas)

Madu yang baru diekstrak berbentuk cairan kental. Kekentalannya tergantung dari

komposisi madu, terutama kandungan airnya. Bila suhu madu meningkat, kekentalan

madu akan menurun.

b. Kepadatan (densitas)

Madu memiliki ciri khas yaitu kepadatannya akan mengikuti gaya gravitasi sesuai

berat jenis. Bagian madu yang kaya akan air (densitasnya rendah) akan berada di atas

bagian madu yang lebih padat dan kental. Oleh karena itulah, madu yang disimpan

terlihat memiliki lapisan.

Page 19: Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

c. Sifat menarik air (higroskopis)

Madu bersifat menyerap air sehingga akan bertambah encer dan akan menyerap

kelembaban udara sekitarnya.

d. Tegangan permukaan (surface tension)

Madu memiliki tegangan permukaan yang rendah sehingga sering digunakan sebagai

campuran kosmetik. Tegangan permukaan madu bervariasi tergantung sumber

nektarnya dan berhubungan dengan kandungan zat koloid. Sifat tegangan permukaan

yang rendah dan kekentalan yang tinggi membuat madu memiliki ciri khas

membentuk busa.

e. Suhu

Madu memiliki sifat lambat menyerap suhu lingkungan yang tergantung dari

komposisi dan derajat pengkristalannya. Dengan sifat yang mampu menghantarkan

panas dan kekentalan yang tinggi menyebabkan madu mudah mengalami overheating

(kelebihan panas) sehingga pengadukan dan pemanasan madu harus dilakukan secara

hati-hati.

f. Warna

Warna madu bervariasi dari transparan hingga tidak berwarna seperti air dan dari

warna terang hingga hitam. Warna dasar madu adalah kuning kecoklatan seperti gula

karamel. Warna madu dipengaruhi oleh sumber nektar, usia madu, dan penyimpanan.

Madu yang berasal dari pengumpulan nektar dengan proses yang cepat akan berwarna

lebih terang daripada yang prosesnya lambat. Warna madu juga ditentukan oleh

subspesies lebah dan kualitas sarang. Adapun bening tidaknya madu ditentukan oleh

partikel yang tercampur, misalnya ada tidaknya pollen. Pada madu yang mengkristal,

akan terjadi perubahan warna madu menjadi lebih terang akibat putihnya kristal

glukosa yang dikandungnya. Dalam dunia industri, warna madu menentukan harga

dan kegunaannya. Misalnya madu yang berwarna gelap lebih sering digunakan untuk

industri, sedangkan madu berwarna terang banyak dipilih sebagai makanan atau

minuman.

g. Aroma

Page 20: Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

Aroma madu yang khas disebabkan oleh kandungan zat organiknya yang mudah

menguap (volatil). Komposisi zat aromatik dalam madu bisa bervariasi sehingga

wangi madu pun menjadi unik dan spesifik. Aroma madu bersumber dari zat yang

dihasilkan sel kelenjar bunga yang tercampur dalam nektar dan juga proses

fermentasi dari gula, asam amino, dan vitamin selama pematangan madu. Zat

aromatik madu berupa minyak esensial, campuran karbonil (formaldehid, asetaldehid,

propionaldehid, aseton, metil etil keton, dan sebagainya), ikatan alkohol (propanol,

etanol, butanol, isobutanol, pentanol, benzyl alkohol, dan sebagainya), serta ikatan

ester (asam benzoat atau propionat). Aroma madu cenderung tidak menetap karena

zat ini akan menguap seiring waktu terutama bila madu tidak disimpan dengan baik.

h. Rasa

Rasa madu yang khas disebabkan oleh kandungan asam organik dan karbohidratnya,

serta jenis nektarnya. Sebagian besar madu mempunyai rasa manis dan agak asam.

Tingkat kemanisan madu ditentukan oleh rasio karbohidrat yang terkandung dalam

nektar tanaman yang menjadi sumber madu. Rasa madu bisa berubah bila disimpan

pada kondisi yang tidak cocok dan suhu yang tinggi yaitu menjadi kurang enak dan

masam.

i. Sifat mengkristal (kristalisasi)

Madu cenderung mengkristal pada proses penyimpanan di suhu kamar. Banyak orang

berpikir bila madu mengkristal berarti kualitas madu buruk atau sudah ditambahkan

gula. Madu yang mengkristal merupakan akibat dari pembentukan kristal glukosa

monohidrat yang tergantung dari komposisi dan kondisi penyimpanan madu. Makin

rendah kandungan airnya dan makin tinggi kadar glukosanya, makin cepet terjadi

pengkristalan. Selama mengkristal, kandungan air dalam madu tidak terikat dan

mengakibatkan terjadinya fermentasi madu. Menurut Taormina et al. (2001), madu

dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti Escherichia coli, Salmonella

typhimurium, Listeria monocytogenes, Bacillus cereus dan Staphylococcus aureus.

Hal ini terlihat dari zona penghambatan yang dihasilkan oleh madu yang diberikan

pada media yang telah ditanam bakteri-bakteri tersebut. Selain itu, madu juga dapat

menghambat kerusakan daging kalkun kemas yang telah dilakukan oleh Antony et al.

(2006). Dengan menambahkan madu dalam konsentrasi tertentu, potongan daging

Page 21: Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

kalkun kemas memiliki umur simpan yang lebih lama daripada potongan daging

kalkun kemas tanpa penambahan madu.

Aktivitas antibakteri yang dimiliki madu disebabkan karena beberapa hal, menurut

Molan (1992) dalam Jeffrey (1997) diantaranya adalah sebagai berikut :

j. Efek osmotik

Madu adalah larutan gula yang kental atau super kental. Interaksi yang kuat antara

molekul gula dengan molekul air meninggalkan molekul air yang sangat sedikit yang

tersedia bagi mikroorganisme. Air bebas ini terukur sebagai aktivitas air (aw). Nilai

aw madu adalah sekitar 0,56-0,62. Aktivitas air madu terlalu rendah untuk

mendukung pertumbuhan banyak spesies mikroba.

h. Keasaman

Madu memiliki karakter yang cukup asam (pH 3,2-4,5). Kisaran nilai keasaman

tersebut cukup rendah untuk dijadikan sebagai penghambat bakteri. Ini terjadi pada

madu yang masih kental atau belum diencerkan.

i. Hidrogen peroksida

Aktivitas antibakteri yang lain pada madu adalah hidrogen peroksida yang dihasilkan

secara enzimatis pada madu. Enzim glukosa oksidase dikeluarkan dari kelenjar

hipofaring lebah ke dalam nektar untuk membantu pembentukan madu dari nektar.

Hidrogen peroksida dan keasaman dihasilkan dari reaksi : Glukosa + H2O + O2

asam glukonat + H2O2

j. Faktor fitokimia

Beberapa senyawa fitokimia diduga juga berperan pada aktivitas antibakteri madu.

Beberapa kandungan kimia dengan aktivitas antibakteri telah diidentifikasi pada

madu, antara lain : pinocembrin, terpenes, benzyl alcohol, 3,5-dimethoxy-4-

hydroxybenzoic acid (syringic acid), methyl 3,5 dimethoxy-4-hydroxybenzoate

(methyl syringate), 3,4,5-trimethoxybenzoic acid, 2-hydroxy-3-phenylpropionic

acid, 2-hydroxybenoic acid dan 1,4-dihydroxybenzene. Tetapi jumlah senyawa

fitokimia tersebut dalam madu juga kecil, sehingga pengaruh terhadap aktivitasnya

juga kecil

Page 22: Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

BAB III

PEMBAHASAN

Ikatan konjugasi antar molekul zat warna

noda diskolorisasi

Upaya pemutihan gigi

Jenis bahan yg digunakan dan waktu atau lama kontak dengan bahan

pemutih

H2O2

madu

Gigi lebih putih

Page 23: Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

BAB IV

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Rancanagan penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan metode

randomized controlled group design. Dalam penelitian ini waktu perendaman dalam

larutan madu selama beberapa intervel waktu adalah sebagai perlakuannya (treatmen) .

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi penelitian

Penelitian ini di laksanakan di laboratorium Amazon kediri

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan tanggal 15-11-201

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah leseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoadmodjo, 2005). populasi dalam penelitian ini adalah gigi post ekstraksi

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitiannya adalah bagian dari populasi yaitu untuk eksperimen ini

menggunakan 5 buah gigi dalam setiap kelmpok sehingga membutuhkan sekitar 30 gigi

total

3.4. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu variabel dependen dan variabel

independen. Variabel dependen yang digunakan adalah warna gigi pada gigi non vital

dan variabel independennya adalah waktu perendaman dalam madu

3. definisi operasional

a. warna gigi adalah putih translusens sedangkan dentin berwarna kekuningan.

Page 24: Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

b. cara mengukur warna gigi Beberapa alat telah ditemukan untuk mengukur perubahan

warna gigi, diantaranya dengan menggunakan shade guide, spectrophotometer, dan

kamera digital. Alat yang paling sering digunakan adalah menggunakan shade guide.

c. waktu perendaman Secara umum perlakuan bahan kimia untuh proses pemutihan

akan lebih reaktif dengan memperpanjang waktu reaksi waktu yang digunakan yaitu

dalam waktu 24, 34,48,60,72,84 dan 96 jam sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh intan oktaviana adriyanto

3. Tekhnik Pengambilan Data

Data dalam penelitian ini berupa data primer. Data primer adalah secara langsung diambil

dari obyek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi (Riwidikdo, 2008).

Data yang diperoleh dengan melakukan eksperimen dengan melakukan perendaman gigi

pada larutan madu dalam interval waktu 24,36,48,60,72,84 dan 96 jam

3.6. Pengolahan dan Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji one way anova dengan hipotesa

sebagai berikut

H0 : tidak ada perubahan pada warna gigi pada setiap kelompok yang digunakan

H1 : ada perubahan pada warna gigi setelah perendaman pada interval waktu

Perhitungan ini dilakukan dengan mennggunakan sofftwer spps versi 2.0

Page 25: Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

3..8. Kerangka penelitia

3.1. Diagram Alur Penelitian

Penentuan waktu

24 jam 36 jam

Penentuan populasi dan sampel

48 jam 60 jam 72 jam 84 jam

Analisa dengan one way anova

kesimpulan

mulai

selesai

Page 26: Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

DAFTAR PUSTAKA

Bogdanov, S. (2010). Honey in medicine, bee product science, 2(1), 1-23. Diperoleh melalui

www.bee-hexagone.net tanggal 12 januari 2011

__________. (2011). Honey ias a nutrien adn functional food. Bee product science, 3(2), 1-31.

Diperoleh melalui www.bee-hexagone.net tanggal 8 februari 2011

dari Bahan Pemutih Golongan Peroksida. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Evans, J., & Flavin, S. (2008). Honey: A guide for healthcare professionals. British Journal of

Nursing, 17(15), 24-30

goldstein R E, Garber D A. Complete Dental Bleaching. Quintenssence Publhising C. Inc,

1995:25-33

Grossman. 1998. Teknik Bleaching. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran

Molan, P.c. (2001). The potential of honey promote oral wellnwss. Gen Dent, 49(6),24-34

Mottalebnejad, M., Akram, s., Moghadamina., Moulana, Z., &Omidi, S. (2008). The effect of

topical application of pure honey on radiation-induced mocositis: A randomized

clinical trial. The journal of contenporary dental practice, 9(3), 1-12

Pratiwi, septiva asih. 2009. PENGARUH PEMBERIAN JUS BUAH TOMAT (Lycopersicon

esculentum Mill.) TERHADAP PERUBAHAN WARNA GIGI PADA PROSES

PEMUTIHAN GIGI SECARA IN VITRO. Fakultas kedokteran universitas

diponogoro.semarang

Saputro, bayu teguh.2009. PENGARUH KONSENTRASI JUS BUAH TOMAT (Lycopersicon

esculentum Mill) TERHADAP PERUBAHAN WARNA GIGI DALAM PROSES

PEMUTIHAN GIGI SECARA IN VITRO. Semarang: FKG Universitas Diponogoro

sumber ( Martin Dunitz. Bleaching technigues in restorative dentistry. Alih bahasa Linda

Greenwall. Cetakan 1, London,2004 :30 – 44)

Sumber : Johari Fahimah Nur .2010. Mekanisme Pemutihan Gigi Diskolorisasi Ekstrakoronal

Tarigan, Rasinta. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta: EGC

Page 27: Pengaruh Perendaman Gigi Post Ekstraksi Dalam Madu Terhadap Proses Pemutihan Gigi

Walton & Torabinejad. 1996. Bleaching. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran.

Yudha. RD, Irene D, Robert H. Dental Whitening. Dental Lintas Meditama, jakarta 2005: 10-52