laporan perendaman biji tumbuhan

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies Brassica yang kadang-kadang mirip satu sama lain. Di Indonesia penyebutan sawi biasanya mengacu pada sawi hijau (Brassica rapa kelompok parachinensis, yang disebut juga sawi bakso, caisim, atau caisin). Selain itu, terdapat pula sawi putih (Brassica rapa kelompok pekinensis, disebut juga petsai) yang biasa dibuat sup atau diolah menjadi asinan. Jenis lain yang kadang-kadang disebut sebagai sawi hijau adalah sesawi sayur (untuk membedakannya dengan caisim). Kailan (Brassica oleracea kelompok alboglabra) adalah sejenis sayuran daun lain yang agak berbeda, karena daunnya lebih tebal dan lebih cocok menjadi bahan campuran mi goreng. Sawi sendok (pakcoy atau bok choy) merupakan jenis sayuran daun kerabat sawi yang mulai dikenal pula dalam dunia boga Indonesia. Sebagaimana makhluk hidup yang lain, kedelai juga mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu koordinasi dari banyak peristiwa dengan tahap yang berbeda, yaitu dari tahap biofisika dan biokimia ke tahap organisme dan menghasilkan suatu orgaisme yang utuh dan lengkap. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dapat terjadi secara simultan ataupun independen (tanpa bergantung sama lain). Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain lingkungan yang meliputi cahaya, suhu, gravitasi, suara, medan magnetik, radiasi elektromagnetik, kelembaban, nutrien, mekanik, dan juga faktor internal seperti gen dan hormon yang terdapat dalam tubuh tumbuhan itu sendiri.

Upload: faris-nur-israri

Post on 01-Sep-2015

199 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

laporan praktikum tentang lama waktu perendaman biji tumbuhan

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1.Latar Belakang Sawiadalah sekelompok tumbuhan darimargaBrassicayang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesiesBrassicayang kadang-kadang mirip satu sama lain.DiIndonesiapenyebutan sawi biasanya mengacu padasawi hijau(Brassica rapakelompokparachinensis, yang disebut juga sawi bakso, caisim, atau caisin). Selain itu, terdapat pulasawi putih(Brassica rapakelompokpekinensis, disebut juga petsai) yang biasa dibuatsupatau diolah menjadiasinan. Jenis lain yang kadang-kadang disebut sebagai sawi hijau adalahsesawi sayur(untuk membedakannya dengan caisim).Kailan(Brassica oleraceakelompokalboglabra) adalah sejenis sayuran daun lain yang agak berbeda, karena daunnya lebih tebal dan lebih cocok menjadi bahan campuranmi goreng.Sawi sendok(pakcoy atau bok choy) merupakan jenis sayuran daun kerabat sawi yang mulai dikenal pula dalam duniabogaIndonesia.Sebagaimana makhluk hidup yang lain, kedelai juga mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu koordinasi dari banyak peristiwa dengan tahap yang berbeda, yaitu dari tahap biofisika dan biokimia ke tahap organisme dan menghasilkan suatu orgaisme yang utuh dan lengkap. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dapat terjadi secara simultan ataupun independen (tanpa bergantung sama lain). Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain lingkungan yang meliputi cahaya, suhu, gravitasi, suara, medan magnetik, radiasi elektromagnetik, kelembaban, nutrien, mekanik, dan juga faktor internal seperti gen dan hormon yang terdapat dalam tubuh tumbuhan itu sendiri. Pertumbuhan dapat diukur sebagai petambahan panjang, lebar atau luas, tetapi dapat pula diukur berdasarkan pertambahan volume, massa atau berat (segar atau kering). Sedangkan perkembangan didefinisikan sebagai suatu perubahan teratur dan berkembang seringkali menuju suatu keadaan yang lebih tinggi, lebih teratur atau lebih kompleks atau dapat pula dikatakan sebagai suatu seri perubahan pada organisme yang terjadi selama daur hidupnya yang meliputi pertumbuhan dan diferensiasi. Salah satu fenomena alam yang mencerminkan pertumbuhan dan perkembangan adalah proses perkecambahan.Pada perkembangan tidak hanya perubahan kuantitatif tetapi juga meyangkut perubahan kualitatif diatara sel, jaringan, dan organ yang disebut diferensiasi. Peristiwa perkembangan yang penting seperti perkecambahan, perbungaan, atau penuaan menghasilkan perubahan yang mendadak di dalam kehidupan atau pola pertumbuhan tumbuhan. Pentingnya proses perkecambahan bagi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, yang dipengaruhi oleh lama proses imbibisi oleh biji tumbuhan itu sendiri, mendorong Penulis untuk meneliti Pengaruh Lama Perendaman Biji dalam air terhadap Perkecambahan Biji Sawi hijau (Brassica rapavar.parachinensisL).

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas didapatkan rumusan masalah :Bagaimana pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap perkecambahan biji Sawi?

1.3. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :Untuk mengetahui pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap perkecambahan biji Sawi hijau (Brassica rapavar.parachinensisL).

BAB IIKAJIAN TEORI2.1Sawi HijauSawi hijau (Brassica rapavar.parachinensisL) merupakan jenis sayuran yang sudah tidak asing lagi dan sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Sawi hijau ini dapat dikonsumsi secara langsung seperti dibuat lalapan, bisa juga dibuat tumis, ataupun disajikan sebagai pelengkap makanan lainnya. Semua bagian dari sawi hijau ini dapat dikonsumsi kecuali bagian akarnya.Manfaat sawi hijau untuk kesehatan tubuh tercatat cukup banyak di antaranya adalah sebagai berikut ini. Mencegah penyakit.Sawi hijau sama seperti bayam adalah gudangnya fitonutrien. Fitonutrien dikenal berkhasiat bagi kesehatan dan pencegahan penyakit. Mengendalikankolesteroldan mengurangi berat badan.Hal ini dikarenakan sawihijau sangat rendah kalori (26 kkal per 100 g daun mentah) dan lemak, namun kaya serat. Membantu mengatasiwasir, sembelit, serta penyakit kanker usus besar.Bermasalah dengan pencernaan? Konsumsi sawi hijau adalah pilihan tepat karena daunnya yang hijau gelap sangat kaya serat. Membantu melawankanker prostat, kanker usus, kanker payudara, dan kanker ovarium.Sawi hijaumerupakan sumber yang kaya antioksidan flavonoid, indoles, sulforaphane, karoten, lutein dan zeaxanthin. Indoles, terutama di-indolyl-metana (DIM) dan sulforaphane memiliki manfaat nyata dalam menghambat pertumbuhan sel kanker. Melawan radikal bebas dan infeksi virus.Daunsawisegar adalah sumber vitamin C dimana menyediakan 70 mcg atau sekitar 117% dari AKG per 100 g. Vitamin C (asam askorbat) adalah antioksidan alami yang kuat.Melihat beberapa manfaat tadi, ada baiknya mengonsumsi sawi hijau secara rutin. Namun, terdapat pengecualian bagi para penderita ginjal karena sawi hijau banyak mengandung oksalat. Kandungan oksalat yang terlalu tinggi di dalam tubuh dapat menyebabkan kristalisasi yang menjurus pada terbentuknya batu.2.2 Perkembangan BijiBiji berasal dari hasil mikrosporogenesis dan megagametogenesis yaitu, berturut-turut pembentukan butir serbuk sari (gametofit jantan) dan pembentukan embrio (gametofit betina). Sel induk mikrospora dalam kepala sari dan sel induk megaspora dalam kantung embrio kemudian membelah lagi tidak secara meiosis, menghasilkan sel anak yang haploid, kemudian secara mitosis untuk melipatgandakan jumlah inti haploidnya. Hasil akhir adalah sel atau butir serbuk sari masing-masing dengan dua inti dan kantung embrio membelah untuk membentuk sel telur dan sebuah inti yang membelah lagi untuk membentuk inti kutub dari bakal biji.Pada fertilisasi, satu dari dua inti serbuk sari berfusi dengan sel telur pada katung embrio, untuk membentuk embrio sehingga mengembalikan kantung diploid, kromosom (2N). Inti sperma yang kedua berfusi dengan inti kutub untuk membentuk endosperma (3N). Pada tumbuhan monokotil, endosperma merupakan suatu satuan struktural utama biji yang mempunyai ciri tersendiri. Endosperma monokotil tersusun atas sel parenkim yang tidak mengalami diferensiasi yang terbungkus dalam kantung lapisan luar yang tipis, yang membungkus sel hidup dan kaya akan protein, yaitu aleuron. Pada tumbuhan dikotil, endosperma sebagian besar atau seluruhnya diserap oleh embrio, khususnya oleh kotiledon atau daun biji. Kulit biji atau testa merupaka derivat dari integumen luar ovarium yang merupakan jaringan induk. Hilum merupakan bekas ari-ari biji (penghubung pembuluh). Hilum ini membantu lewatnya air dan oksigen terlarut secara bolak-balik, keduanya penting bagi perkecambahan. Air dan gas terlarut juga masuk ke dalam mikrofil, suatu saluran yang mikroskopis bekas tempat masuknya pembuluh serbuk menuju ke integumen. Seringkali hilum dilengkapi dengan suatu sumbat untuk memungkinkan terjadinya kehilangan air tetapi bukan pemasukan air.Biji yang masak mempunyai empat komponen yang secara fisiologis maupun ekologis penting bagi kelangsungan hidupnya yaitu 1). kulit biji, suatu pebungkus pelindung, 2). embrio, suatu bakal tanaman atau sporofit, 3). cadangan makanan cadangan mineral yang memberi maka sporofit muda hingga dapat berdiri sendiri, 4). Enzim dan hormon yang diperlukan untuk mencera cadangan makanan dan untuk menyusun jaringan baru dalam semai selama perkecambahan. Keadaan tersebut juga memelihara biji dengan mekanisme perlindungan untuk mempertahankan diri terhadap lingkungan yang amat buruk selama dalam keadaan dorman (istirahat dalam keadaan kering). Dalam keadaan dorman, biji tidak aktif tetapi masih hidup. Suatu keadaan yang berlangsung hingga kondisi meguntungkan bagi perkecambahan. Kandungan kelembaban dan laju metabolisme pada biji selama dormansi, mungkin hanya sepersepuluh atau kurang dibandingkan pada jarigan tumbuhan 2.3 PerkecambahanDefinisi perkecambahan menurut seorang analis biji yaitu sebagai suatu perubahan morfologis, seperti penonjolan akar lembaga (radikula), tetapi bagi seorang petani, perkecambahan adalah munculnya semai. Secara tehnis, perkecambahan adalah permulaan munculnya pertumbuhan aktif yang menghasilkan pecahnya kulit biji dan munculnya semai. Pada perkecambahan meliputi peristiwa-peristiwa fisiologi dan morfologi, sebagai berikut :a. imbibisi dan absorpsi airb. hidrasi jaringanc. absorpsi oksigend. pengaktifan ezim dan penceraane. trasport molekul yang dihidrolisis ke sumbu embriof. peningkatan respirasi dan asimilasi g. inisiasi pembelahan dan pembesaran selh. munculnya embrioPada pertumbuhan suatu embrio, awal mula pertumbuhan akar lembaga (radikula) lebih cepat daripada pucuk lembaga (plumula) dan umumnya radikula pertama muncul dari kulit biji yang pecah. Berat kering pada pucuk melampaui berat kering akar dalam waktu beberapa hari. Berat keseluruhan semai mengalami kemunduran dalam waktu kira-kira 10 hari karena hilangnya respirasi. Suatu urutan pertumbuhan dengan pertumbuhan akar mendahului pertumbuhan pucuk. Tampaknya menguntungkan bagi kelangsungan hidup suatu semai.

2.4 Metabolisme Cadangan MakananPerkecambahan dan munculnya semai memerlukansuatu energi yang tinggi lewat respirasi cadangan makanan biji. Energi dalam ikatan kimia pada karbohidrat, lemak, dan protein dilepaskan oleh pencernaan dan fosforilasi oksidatif, yang menghasilkan nukleotida berenergi tinggi, seperti adenosin trifosfat (ATP), di dalam mitokondria (tempat respirasi). Apabila ATP diubah menjadi adenosin difosfat (ADP) dilepaskan energi untuk aktivitas biologis sebagai berikut : (ADP + Pi) ATP Karbohidrat,lemak ---------------------hasil degradasi --------------------biosintesisatau protein ATP (ADP + Pi)Tepung dihidrolisis oleh - dan - amilase, diperantarai oleh giberelin, menjadi gula maltose (disakarida) dan glukose Beberapa glukose diubah oleh enzim invertase menjadi sukrose, gula yang umumnya ditranspor pada tumbuhan. Metabolisme glukose dilakukan dengan (1). Glikolisis, yang membentuk dua molekul asam piruvat dan ATP, dan (2). Oksidasi lewat daur krebs atau daur asam trikarboksilat, yang secara lengkap dapat mengoksidasi asam perantara menjadi CO2, H2O, dan ATP atau kemungkinan lain menjadi jalur lintas pentosa fosfat.2.5 Germinabilitas (kemampuan berkecambah) dan Viabilitas Biji yang masak viable (terkecambahkan) sebelum berpisah atau saat berpisah dengan tumbuhan induknya, tetapi biji tersebut mungkin tidak dapat dikecambahkan (mampu berkecambah dengan cepat dalam kondisi yag meguntungkan). Biji pada beberapa spesies adalah dorman dan dapat menjadi dikecambahkan hanya sesudah dikenai kondisi tertentu. Biji tanaman budidaya adalah viabel dan dorman (yaitu, hidup tetapi tidak berkecambah karena kondisi lingkungan kurang mendukung untuk perkecambahan, seperti tidak cukup air atau temperatur yang tidak cocok) dan umumnya dapat dikecambahkan apabila dipisahkan dari tumbuhan induknya. Kebanyakan dari biji atau hampir semua spesies liar dan spesies budidaya makanan ternak tertentu tetap dorman, walaupun kondisinya menguntungkan bagi perkecambahan. Karena itu germinabilitas dan viabilitas mungkin berbeda 100% pada populasi biji yang berbeda. Perkecambahan tidak berlangsung hingga masa dormansi berlalu, walaupun biji viabel dan germinabel (dapat dikecambahkan). Pada umumnya viabilitas mengalami penurunan dan germinabilitas mengalami peningkatan sejalan dengan umur, karena secara alami terjadi pemecahan faktor-faktor dormansi pada biji.2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahanA. AirAir merupakan faktor yang paling penting, karena biji berada dalam keadaan terdehidrasi. Secara normal biji mengandung sekitar 5-20% dari berat totalnya dan harus menyerap sejumlah air sebelum perkecambahan dimulai. Tahap awal perkecambahan adalah pengambilan air dengan cepat yang disebut imbibisi.Biji yang hidup atau mati mengalami imbibisi air dan membengkak. Banyaknya air imbibisi tergantung pada komposisi kimia biji. Protein, getah, dan pektin lebih bersifat koloid dan hidrofilik dan lebih banyak mengalami imbibisi air daripada zat tepung. Laju perkecambahan berlangsung lebih lambat pada kelembaban tanah yang mendekati titik layu. Kandungan air yang kurang dari batas optimum biasanya menghasilkan imbibisi sebagian dan memperlambat atau menahan perkecambahan. Komposisi medium, khususnya kandungan zat terlarut mempengaruhi ketersediaan air.B. Temperatur atau suhuSelain imbibisi, proses perkecambahan juga meliputi sejumlah proses katabolisme dan anabolisme yang dikendalikan enzim dan karenanya sangat responsive terhadap temperatur. Temperatur kardinal (maksimum, minimum, dan optimum) untuk perkecambahan pada kebanyakan biji tanaman budidaya pada dasarnya merupakan temperatur kardinal untuk pertumbuhan vegetative yang normal.temperatur optimum adalah temperatur yang memberikan persentase perkecambahan yang paling tinggi dalam periode waktu yang paling pendek.

C. GasPerkecambahan memerlukan tingkatan O2 yang tinggi kecuali bila respirasi yang berhubungan dengan hal ini terjadi karena fermentasi. Kebanyakan spesies memberikan respon yang baik terhadap komposisi udara normal: 20 % O2. 0,03 % CO2, dan 80 % N. Penurunan kandungan O2 udara di bawah 20 % biasanya menurunkan kegiatan perkecambahan. Pada beberapa biji dapat berkecambah secara anaerob, tetapi hal ini akan menghasilkan kecambah yang abnormal. Sementara perkecmbahan biji pada kebanyakan spesies berlangsung dengan baik pada kandungan O2 udara normal atau pada konsentrasi O2 yang lebih tinggi. D. CahayaBiji membuuthkan cahaya untuk perkecambahan, yang berpengaruh sebagai pemicu dalam memeahkan macam dormansi. Cahaya memberikan respon pada perkecambahan biji sama seperti dengan mekanisme pengendalian proses formatif lainnya seperti pembungaan, pembentukan pigmen, pemanjangan batang, dan pelurusan kait hipokotil. Panjang gelombang yang paling efektif unutk menggalakkan dan menghambat perkecambahan biji berturut-turut yaitu merah dan infra merah.

a. Senyawa kimia eksogenSejumlah senyawa kimia dalam medium menggalakkan perkecambahan beberapa spesies. Senyawa kimia hanya hanya sebagai perangsang dan bukan prasyarat perkecambahan. Beberapa senyawa kimia yanglebih penting digunakan untuk merangsang perkecambahan adalah sebagai berikut :i. Kalium nitrat (KNO3)ii. Tiourea atau CS(NH2)2iii. Hidrogen peroksida (H2O2)iv. Etilen (C2H4)v. Giberelin (GA)

b. KematanganDi dalam lingkungan yang menguntungkan sekalipun, perkecambahan tidak akan terjadi sampai berlangsung tingkat morfogenesis minimum di dalam biji. Umumnya terjadi perkembangan yang cukup untuk viabilitas dan germinabilitas, jauh sebelum biji mengalami pemasakan. Umumnya dormansi biji meningkat dengan terjadinya pemasakan biji.

2.7 Hormon-hormon PerkecambahanPada dasarnya perkecambahan biji diatur oleh sejumlah hormon yang kerjanya bertahap. Adapun hormon yang memulai dan memperantai proses perkecambahan, yaitu fitohormon. Selain itu ada beberapa aktivitas hormon pertumbuhan lain yang penting, yakni giberelin yang berfungsi untuk menggiatkan enzim hodrolitik serta sitokinin yang berfungsi untuk merangsang pembelahan sel, munculnya radikula dan plumula serta auksin yang berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan.Adapun mekanisme kerja hormon-hormon ini dalam perkecambahan, yaitu pertama kali absorbsi air dari tanah menyebabkan embrio memproduksi sejumlah kecil giberelin yang kemudian berdifusi kedalam selapis sel aleuron yang mengelilingi sel cadangan makanan endospora, yang menyebabkan sel endospora itu mengalami pemecahan dan mencair. Dan akibat hal ini, sitokinin dan auksin terbentuk. Sehingga aktivitas dua hormon ini mengaktifkan pertumbuhan embrio dengan membuat sel-sel membelah dan membesar sehingga terjadi perkecambahan.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Jenis PenelitianJenis penelitian yang digunakan pada percobaan kali ini adalah eksperimen. Digunakan jenis penelitian eksperimen karena dalam percobaan terdapat objek pembanding. Objek tersebut adalah biji Sawi yang direndam dengan waktu yang berbeda (0 jam, 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 4 jam), yang ditumbuhkan pada media yang sama. Pada akhirnya, pengaruh lama perendaman terhadap perkecambahan biji akan dapat diketahui dengan melihat dan membandingkan data yang diperoleh.

3.2 Variabel Variabel kontrol : jenis biji Sawi hijau (Brassica rapavar.parachinensisL), volume air penyiraman selama pemeliharaan, intensitas cahaya, media tanam, waktu penanaman, lama penanaman (10 hari), kelembaban Variabel Manipulasi: Lama perendaman biji Variabel Respon: Persentase perkecambahan, indeks kecepatan perkecambahan (IKP) biji3.3 Alat dan Bahan Alat Cawan petri 6 buah Kapas secukupnya Gelas ukur 1 buah

Bahan Biji kacang tanah50 biji Air secukupnya

3.4 Langkah Kerja1. Merendam biji Sawi hijau (Brassica rapavar.parachinensisL)selama 4 jam, 3 jam, 2 jam, 1 jam dan 0 jam/tanpa perendaman.2. Menanam biji tersebut pada cawan petri yang telah dialasi kapas basah.3. Menutup cawan petri dan menyimpannya di tempat yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. 4. Amati dan hitung biji yang berkecambah setiap hari, hingga dicapai 75% kemudian pisahkan biji yang telah berkecambah pada tempat lain.5. Hitung IKP biji yang berkecambah setelah diperoleh 75%, dengan cara :

IKP (Indeks kecepatan perkecambahan) = + + + +

Prosentase perkecambahan = x 100%

3.4 Rancangan Percobaan

Rendam biji Sawi sebanyak 250 biji dengan ketentuan lama waktu perendaman 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, dan tanpa direndam. Masing-masing 50 biji untuk setiap kategori waktu.Mengamati Jumlah biji yang berkecambah pada setiap gelas bekas selama 10 hari dengan ketentuan memisahkan biji yang sudah berkecambah dan sudah dilakukan perhitunganMenutup gelas bekas dengan plastik dan disimpan dalam tempat gelapMenanam dalam waktu yang bersamaan pada gelas bekas dengan dialasi tissue sebelumnya

Membuat tabel persentase perkecambahan dan indeks kecepatan perkecambahan hasil pengamtan sesuai dengan ketentuan.

BAB IVHASIL dan PEMBAHASAN

4.1 HasilTopik : Perkecambahan BijiTabel Pengaruh Perendaman Biji Dalam Air Terhadap Perkecambahan Hari ke-Jumlah Biji yang Berkecambah pada Perlakuan Perendaman

0 jam1 jam2 jam3 jam4 jam

100000

221191820

3269221211

481815119

514204910

Total biji yang berkecambah5050505050

Persentase perkecambahan100%100%100%100%100%

IKP14,4715,416,3517,5517,91

Persentase perkecambahan:

a. 4 jam= 100%b. 3 jam = 100%

c. 2 jam= 100%

d. 1 jam= 100%

e. 0 jam= 100%

Nilai Indeks Kecepatan Perkecambahan (IKP):

a. 4 jam

= 0 + 10 + 3,67 + 2,25 + 2 = 17,91

b. 3 jam

= 0 + 9 + 4 + 2,75 + 1,8 = 17,55c. 2 jam

= 0 + 4,5 + 7,3 + 3,75 + 0,8 = 16,35

d. 1 jam

= 0 + 5,5 + 3 + 4,5 + 2,4 = 15,4

e. 0 jam

= 0 + 1 + 8,6 + 2 + 2,8 = 14,47

Histogram 1. Pengaruh Lama Perendaman Biji dalam Air terhadap Perkecambahan Biji Bayam

Grafik 1. Pengaruh Lama Perendaman Biji dalam Air terhadap Nilai Indeks Kecepatan Perkecambahan Biji Bayam4.2 Analisis DataBerdasarkan tabel (1), histogram (1) dan grafik (1) menunjukkan bahwa setiap 50 biji bayam direndam dengan rentang selisih waktu 1 jam, yakni 4 jam, 3 jam, 2 jam, 1 jam, dan 0 jam (tanpa perlakuan perendaman) menghasilkan persentase perkecambahan dan nilai IKP yang berbeda dari masing-masing setiap perlakuan.Pada perendaman selama 4 jam, biji mulai berkecambah pada hari ke-2, yaitu sebanyak 20 biji, hari ke-3 yaitu sebanyak 11 biji, hari ke-4 yaitu sebanyak 9 biji, dan hari ke-5 yaitu sebanyak 10 biji dengan persentase perkecambahan sebesar 100% dan nilai indeks kecepatan perkecambahan sebesar 17,91. Pada perendaman selama 3 jam, bijimulai berkecambah pada hari ke- 2, yaitu sebanyak 18 biji dan hari ke-3, yaitu sebanyak 12 biji, hari ke-4 yaitu sebanyak 11 biji, dan hari ke-5 sebanyak 9 biji dengan persentase perkecambahan sebesar 100% dan nilai indeks kecepatan perkecambahan sebesar 17,55. Kemudian pada perendaman selam 2 jam, biji mulai berkecambah pada hari ke-2, yaitu sebanyak 9 biji; pada hari ke-3 sebanyak 22 biji; dan pada hari ke-4, yaitu sebanyak 15 biji, dan hari ke-5 sabanyak 4 biji dengan persentase perkecambahan sebesar 100% dan nilai indeks kecepatan perkecambahan sebesar 16,35.Pada perendaman selama 1 jam, biji mulai berkecambah pada hari ke-2, yaitu sebanyak 11 biji; pada hari ke-3 sebanyak 9 biji; dan pada hari ke-4 sebanyak 18 biji, dan hari ke-5 sebanyak 4 biji dengan persentase perkecambahan sebesar 100% dan nilai indeks kecepatan perkecambahan sebesar 15,4. Kemudian pada biji dengan perlakuan tanpa direndam, biji mulai berkecambah pada hari ke-2, yaitu sebesar 2 biji; pada hari ke-3 sebanyak 26 biji; dan pada hari ke-4 sebesar 8 biji, dan hari ke-5 sebanyak 14 biji dengan persentase perkecambahan sebesar 100% dan nilai indeks kecepatan perkecambahan yang lebih rendah, yaitu sebesar 14,47.Berdasarkan grafik (1), lama perendaman berbanding lurus dengan nilai indeks kecepatan perkecambahan yang dihasilkan dari masing-masing perlakuan. Lama perendaman juga meningkatkan frekuensi jumlah biji yang menyerap banyak air selama proses imbibisi, sehingga hubungan yang berbanding lurus ini juga diperoleh antara total persentase biji yang berkecambah dan lama perendaman biji dalam air. Dengan demikian, persentase jumlah biji bayam yang berkecambah dan nilai indeks kecepatan perkecambahan (IKP) tertinggi diperoleh pada perlakuan perendaman biji bayam dalam air pada jangka waktu yang lebih lama, yaitu selama 4 jam.

4.3 Pembahasan5 Dalam praktikum yang dilakukan, biji bayam diberi perlakuan perendaman yang berbeda-beda, yaitu perendaman dalam air dengan rentang selisih waktu 1 jam, antara lain perendaman selama 4 jam, 3 jam, 2 jam, 1 jam dan tanpa perlakuan perendaman (0 jam) dengan jumlah biji pada setiap perlakuan masing-masing sebanyak 50 biji. Efek dari perendaman ini yaitu persentase biji yang berkecambah dan nilai indeks kecepatan perkecambahan (IKP) biji bayam dari masing-masing perlakuan.6 Seluruh perlakuan yang diberikan pada biji bayam ini dikecambahkan pada kondisi lingkungan yang sama, antara lain: intensitas cahaya, kelembapan, kadar air saat pemeliharaan (proses pengecambahan), serta suhu yang diletakkan pada kondisi kurang cahaya (gelap). Adanya cahaya ini sangat berperan dalam proses fotosintesis dan berperan dalam pembentukan klorofil. Akan tetapi, adanya cahaya juga dapat berperan sebagai penghambat (inhibitor) bagi pertumbuhan, karena auksin sebagai hormon tumbuh ini berdifusi ke bagian yang tidak terkena cahaya. Sehingga, proses perkecambahan yang diletakkan ditempat gelap (kurang cahaya) ini akan terjadi etiolasi, yang ditandai dengan batang yang melemah dan koleoptil yang menguning. Meskipun terjadi etiolasi, namun proses perkecambahan biji bayam ini dapat berlangsung sangat cepat.7 Dari hasil yang didapat, menunjukkan bahwa lama perendaman berpengaruh terhadap persentase jumlah biji yang berkecambah dan nilai indeks kecepatan perkecambahan (IKP). Semakin lama perendaman biji dalam air, maka semakin banyak pula total biji yang berkecambah dan nilai IKP-nya. Ini disebabkan proses imbibisi yang dialami oleh biji bayam itu sendiri ketika perendaman berlangsung, imbibisi adalah proses awal perkecambahan dimana terjadi penyerapan air pada biji yang berguna untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan pengembangan embrio dan endosperma. Hal ini menyebabkan pecah atau robeknya kulit biji.Selain itu, air memberikan fasilitas untuk masuknya oksigen ke dalam biji. Dinding sel yang kering hampir tidak permeabel untuk gas, tetapi apabila dinding sel di-imbibisi oleh air, maka gas akan masuk ke dalam sel secara difusi. Dalam imbibisi, potensial air rendaman lebih tinggi daripada potensial air yang berada di dalam biji. Dengan kata lain, potensial osmotik air rendaman lebih besar daripada potensial osmotik biji, sehingga air berdifusi dari lingkungan (yaitu air rendaman) ke dalam biji sawi hijau. Prinsip difusi adalah perpindahan molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Sehingga dapat dihasilkan biji yang direndam akan terlihat lebih besar dari ukuran semula, kulit biji mulai pecah, kemudian biji mulai berkecambah ketika diletakkan pada media tanam yang ditandai dengan munculnya radikula dari dalam biji.8 Saat perkecambahan ini terjadi, berbagai zat pengatur tumbuhan (ZPT) yang berupa hormon pengatur proses pertumbuhan dan perkembangan, antara lain 1) auksin, yang berperan dalam pemanjangan sel, yang artinya mengendalikan pertumbuhan biji sawi hijau itu sendiri, baik radikula maupun koleoptil; 2) sitokinin atau kinetin, yang merangsang pembelahan sel; dan 3) giberelin berupa GA3 (asam giberelat), yang terlibat dalam proses perkecambahan biji dan menghilangkan dormansi.Dalam lingkungan alami atau habitat bayam, proses imbibisi terjadi saat biji menyerap air kapiler yang terdapat dalam tanah. Air kapiler adalah air yang diserap oleh tubuh tumbuhan karena terdapat di pori mikro tanah, melapisi butiran tanah, diikat longgar oleh partikel tanah, dapat dilepaskan oleh sistem perakaran tumbuhan, dan dapat diserap oleh biji dan akar. Keadaan alami biji bayam dalam habitat alami ini, direpresentasikan oleh perlakuankontrol saat biji tidak direndam sama sekali oleh air dengan persentase biji yang berkecambah sebesar 100% dan nilai indeks kecepatan perkecambahan didapat sebesar 14,47. Hal ini menunjukkan pentingnya proses imbibisi dalam pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan karena kadar air kapiler dalam tanah tidak selalu cukup dan memadai untuk proses perkecambahan.

BAB VPENUTUP

5.1KesimpulanBerdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa lama perendaman berpengaruh terhadap perkecambahan biji bayam. Semakin lama perendaman biji dalam air, maka semakin besar total persentase biji yang berkecambah dan nilai indeks kecepatan perkecembahan (IKP) yang dihasilkan pada perkecambahan biji Sawi hijau.

DAFTAR PUSTAKARahayu, Yuni Sri, dkk. 2012. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya: Laboratorium Fistum Jurusan Biologi FMIPA UNESA.Salisbury, Frank B. dan Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3 Edisi Keempat (Dyah R. Lukman dan Sumarsono). Bandung: ITB.Sasmitamihardja, D. dan Siregar, A. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.Taiz, Lincoln. Dan Zeiger, Eduardo. 2002. Plant Physiology 3th Edition. Sinaeur Associates, Inc.