pengaruh penggunaan mind mappingdengan prezi terhadap...

15
2 1. Pendahuluan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari berbagai cabang ilmu- ilmu sosial seperti sosiologi, ekonomi, sejarah, geografi, politik, hukum dan budaya [1]. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan agar siswa memiliki kemampuan untuk: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial. (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai- nilai sosial dan kemanusiaan. (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat [2]. Ditemui kondisi pendidikan IPS saat ini masih menggunakan pembelajaran konvensional, guru sebagai pusat pembelajaran, pelajaran bersifat hafalan, prestasi belajar yang kurang optimal dan pola interaksi searah [3]. Kondisi pendidikan IPS seperti yang telah disebutkan terjadi di SMK Al- Falah Salatiga. Menurut hasil wawancara dengan guru IPS Ekonomi, terdapat permasalahan pada hasil belajar siswa. Nilai siswa kelas X belum memenuhi KKM yang ditentukan sekolah yaitu 70. Hasil tes terakhir kelas X dari 71 siswa hanya 26 siswa yang memenuhi nilai KKM dan 45 siswa lainnya tidak memenuhi KKM. Menindak lanjuti hasil wawancara, maka dilakukan observasi dalam rangka melihat proses pembelajaran di dalam kelas. Hasil observasi menunjukkan guru menggunakan pembelajaran konvensional. Siswa hanya mendengarkan guru menjelaskan materi, banyak ditemukan siswa mengantuk dan sibuk dengan kegiatan masing-masing. Hasil wawancara yang dilakukan dengan guru IPS Ekonomi, pembelajaran konvensional digunakan karena mudah untuk diterapkan, tidak perlu mempersiapkan sarana prasarana yang membutuhkan waktu dalam merencanakan dan siswa pun sudah terbiasa dengan pembelajaran tersebut. Pemanfaatan media pembelajaran yang kurang menarik juga turut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan siswa bosan dan tidak memperhatikan guru. Fasilitas yang disediakan sekolah berupa LCD, laptop dan internet tidak dimanfaatkan dengan baik. Guru memberikan penjelasan kepada siswa dengan menggunakan media pembelajaran white board. Siswa sibuk dengan kegiatan di luar pelajaran dibandingkan dengan penjelasan yang diberikan oleh guru. Siswa asik melihat keluar kelas, siswa gaduh dan ada yang tidur di dalam kelas. Pembelajaran yang sering diterapkan guru saat ini cenderung mengaktifkan salah satu sisi otak saja. Pada hakekatnya otak manusia terdiri dari dua belahan sisi otak yaitu otak kiri dan otak kanan. Kedua belah sisi otak tersebut memiliki tugas dan cara kerja yang berbeda. Otak kiri bekerja pada hal-hal yang berkaitan dengan logika, angka, kata dan daftar. Otak kanan bekerja pada hal-hal yang berkaitan dengan imajinasi, gambar, warna dan keindahan. Umumnya manusia hanya memfungsikan salah satu sisi otak saja, ada yang dominan menggunakan otak kiri adapula yang dominan menggunakan otak kanan. Apabila kedua belah sisi otak bekerja secara optimal, tentunya hasil yang diperoleh juga optimal. Begitu juga dengan siswa dalam belajar, jika siswa dapat mengaktifkan kedua belah sisi otak dengan efektif, maka akan mudah menerima pelajaran. Bukan hanya itu, logika anak juga akan lebih berkembang jika dibandingkan dengan

Upload: lekhanh

Post on 11-Apr-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

2

1. Pendahuluan

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari berbagai cabang ilmu-

ilmu sosial seperti sosiologi, ekonomi, sejarah, geografi, politik, hukum dan

budaya [1]. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan agar siswa memiliki

kemampuan untuk: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan

kehidupan masyarakat dan lingkungannya. (2) Memiliki kemampuan dasar untuk

berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, memecahkan masalah dan keterampilan

dalam kehidupan sosial. (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-

nilai sosial dan kemanusiaan. (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi,

bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat [2]. Ditemui kondisi pendidikan

IPS saat ini masih menggunakan pembelajaran konvensional, guru sebagai pusat

pembelajaran, pelajaran bersifat hafalan, prestasi belajar yang kurang optimal dan

pola interaksi searah [3].

Kondisi pendidikan IPS seperti yang telah disebutkan terjadi di SMK Al-

Falah Salatiga. Menurut hasil wawancara dengan guru IPS Ekonomi, terdapat

permasalahan pada hasil belajar siswa. Nilai siswa kelas X belum memenuhi

KKM yang ditentukan sekolah yaitu ≥ 70. Hasil tes terakhir kelas X dari 71 siswa

hanya 26 siswa yang memenuhi nilai KKM dan 45 siswa lainnya tidak memenuhi

KKM. Menindak lanjuti hasil wawancara, maka dilakukan observasi dalam

rangka melihat proses pembelajaran di dalam kelas. Hasil observasi menunjukkan

guru menggunakan pembelajaran konvensional. Siswa hanya mendengarkan guru

menjelaskan materi, banyak ditemukan siswa mengantuk dan sibuk dengan

kegiatan masing-masing. Hasil wawancara yang dilakukan dengan guru IPS

Ekonomi, pembelajaran konvensional digunakan karena mudah untuk diterapkan,

tidak perlu mempersiapkan sarana prasarana yang membutuhkan waktu dalam

merencanakan dan siswa pun sudah terbiasa dengan pembelajaran tersebut.

Pemanfaatan media pembelajaran yang kurang menarik juga turut menjadi salah

satu faktor yang menyebabkan siswa bosan dan tidak memperhatikan guru.

Fasilitas yang disediakan sekolah berupa LCD, laptop dan internet tidak

dimanfaatkan dengan baik. Guru memberikan penjelasan kepada siswa dengan

menggunakan media pembelajaran white board. Siswa sibuk dengan kegiatan di

luar pelajaran dibandingkan dengan penjelasan yang diberikan oleh guru. Siswa

asik melihat keluar kelas, siswa gaduh dan ada yang tidur di dalam kelas.

Pembelajaran yang sering diterapkan guru saat ini cenderung mengaktifkan

salah satu sisi otak saja. Pada hakekatnya otak manusia terdiri dari dua belahan

sisi otak yaitu otak kiri dan otak kanan. Kedua belah sisi otak tersebut memiliki

tugas dan cara kerja yang berbeda. Otak kiri bekerja pada hal-hal yang berkaitan

dengan logika, angka, kata dan daftar. Otak kanan bekerja pada hal-hal yang

berkaitan dengan imajinasi, gambar, warna dan keindahan. Umumnya manusia

hanya memfungsikan salah satu sisi otak saja, ada yang dominan menggunakan

otak kiri adapula yang dominan menggunakan otak kanan. Apabila kedua belah

sisi otak bekerja secara optimal, tentunya hasil yang diperoleh juga optimal.

Begitu juga dengan siswa dalam belajar, jika siswa dapat mengaktifkan kedua

belah sisi otak dengan efektif, maka akan mudah menerima pelajaran. Bukan

hanya itu, logika anak juga akan lebih berkembang jika dibandingkan dengan

3

menghafal kata demi kata dan kalimat demi kalimat. Pembelajaran yang dapat

mengoptimalkan kedua belah sisi otak adalah pembelajaran dengan Mind

Mapping [4]. Mind Mapping merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan dimana

memungkinkan menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja

alami otak dilibatkan. Mind Mapping dapat membantu untuk merencana,

berkomunikasi, memusatkan perhatian, belajar menjadi lebih efisien dan lebih

kreatif [5]. Mind Mapping dapat digunakan siswa untuk menggambarkan seluruh

materi pembelajaran sehingga siswa mampu menggali ide-ide kreatif dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan akan menjadi

lebih hidup, variatif dan membiasakan siswa memecahkan permasalahan dengan

cara memaksimalkan daya pikir dan kreativitas. Sehingga, tujuan pembelajaran

yang sudah ditentukan dapat tercapai. Teknik tersebut merupakan suatu strategi

yang memanfaatkan keseluruhan otak sehingga anak mampu membuat catatan

menyeluruh dalam satu halaman [6].

Media pembelajaran yang digunakan juga turut mempengaruhi hasil belajar

siswa [7]. Salah satu media yang dapat digunakan adalah Prezi. Prezi merupakan

media presentasi selain power point yang dapat digunakan sebagai alat untuk

mengeksplorasi dan berbagi ide di atas kanvas virtual yang dapat digunakan

untuk membuat presentasi dalam bentuk non linier (Mind Map) [8]. Ditinjau dari

latar belakang masalah, muncul ide untuk menggunakan Mind Mapping dengan

memanfaatkan media presentasi Prezi pada mata pelajaran IPS Ekonomi kelas X

di SMK Al-Falah Salatiga.

2. Kajian Pustaka

Penelitian terdahulu tentang Mind Mapping dilakukan oleh Dewa Ayu,

Nengah Bawa dan Marhaeni dengan judul “Pengaruh Metode Mind Mapping

Terhadap Ketrampilan Berpikir Kreatif Dan Pretasi Belajar IPS”. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode Mind Mapping terhadap

keterampilan berpikir kreatif dan prestasi belajar IPS. Hasil penelitian

menunjukan bahwa: (1) terdapat perbedaan keterampilan berpikir kreatif yang

signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan metode Mind

Mapping dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional; (2) terdapat

perbedaan prestasi belajar IPS yang signifikan antara siswa yang mengikuti

pembelajaran menggunakan metode Mind Mapping dan siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional. [9]

Penelitian terdahulu tentang Prezi dilakukan oleh Restu Setiawan dengan

judul “Penerapan Media Presentasi Prezi Pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup

Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII Semester 1

SMP Negeri 1 Karang Anyar Kabupaten Pekalongan Tahun Ajaran 2013/2014”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar

siswa setelah mempelajari materi dengan menggunakan media presentasi Prezi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil

belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. [10]

4

Pembelajaran IPS menekankan pada aspek pendidikan, karena dalam

pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah

konsep sehingga dapat mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral dan

ketrampilan berdasarkan konsep yang dimiliki. Tujuan pembelajaran IPS ekonomi

untuk memahami konsep ekonomi serta mengaitkan masalah dan peristiwa

ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pencapaian tujuan pembelajaran,

guru mempunyai peran untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan hasil

belajar siswa. [3]

Mind Mapping adalah cara mencatat kreatif, efektif dan cara harfiah akan

“memetakan“ pikiran-pikiran. Mind Mapping selalu menggunakan warna, garis

lengkung, simbol, kata dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian aturan

yang sederhana, mendasar, alami dan sesuai dengan cara kerja otak. Semuanya

memiliki struktur alami yang memancar dari pusat. Manfaat Mind Mapping, yaitu:

(1) memberikan pandangan menyeluruh terhadap pokok masalah; (2)

memungkinkan perencanaan; (3) mengumpulkan sejumlah besar data disatu

tempat; (4) mendorong pemecahan masalah dengan kreativitas yang dimiliki; (5)

menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna dan diingat [5]. Mind Mapping dapat

digunakan dalam kelompok belajar. Kelompok belajar dapat dimanfaatkan untuk

membahas bersama sebuah topik yang akan membantu memberi lebih banyak ide-

ide, dua atau lebih otak lebih baik dari pada satu [6].

Tahap aplikasi pada Mind Mapping dalam pembelajaran, terdapat empat

langkah: (1) Overview merupakan tinjauan menyeluruh terhadap suatu topik, hal

ini bertujuan memberi gambaran secara umum kepada siswa tentang topik yang

akan dipelajari. (2) Preview merupakan tinjauan awal lanjutan dari Overview

sehingga gambaran umum setingkat lebih detail daripada Overview, diharapkan

siswa mempunyai pengetahuan awal tentang sub-topik sebelum pembahasan yang

lebih detail. (3) Inview merupakan tinjauan mendalam, inti dari proses

pembelajaran dimana suatu topik akan dibahas secara detail dan terperinci. (4)

Review, tinjauan ulang dilakukan menjelang berakhirnya jam pelajaran dan

berupa ringkasan dari bahan yang telah diajarkan serta ditekankan pada informasi,

konsep yang harus diingat atau dikuasai oleh siswa. Proses pembuatan Mind

Mapping terbagi menjadi empat langkah yang harus dilakukan secara berurutan:

(1) Menentukan Central Topic yang akan digunakan dalam Mind Mapping,

usahakan berbentuk gambar dan letakkan ditengah. (2) Membuat Basic Ordering

Ideas (BOIs) untuk Central Topic yang akan dipilih. (3) Melengkapi setiap BOIs

dengan cabang-cabang yang berisi data-data pendukung yang terkait. (4)

Melengkapi setiap cabang dengan Image bisa berupa gambar, simbol, kode,

daftar, grafik dan garis penghubung bila ada BOIs yang saling terkait satu dengan

yang lain. Tujuan dari langkah ini adalah untuk membuat sebuah Mind Mapping

menjadi lebih menarik sehingga lebih mudah untuk dimengerti dan diingat. [11]

Aturan dalam membuat Mind Mapping sebagai berikut : (1) Gunakan kertas

polos untuk dijadikan lembar Mind Mapping dan tulis tema, ide, atau gagasan

utama pada bagian tengah kertas. (2) Gunakan gambar (simbol) untuk ide utama,

karena sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu otak menggunakan

imajinasi. (3) Gunakan warna, karena warna membuat Mind Mapping lebih hidup,

menambah energi pada pemikiran kreatif dan menyenangkan. (4) Hubungkan

5

cabang-cabang yang berasal dari tema, ide atau gagasan utama yang telah

ditentukan, karena otak bekerja secara asosiasi. (5) Buatlah garis hubung yang

melengkung, bukan garis lurus. (6) Gunakan satu kunci untuk setiap garis, karena

kata kunci tunggal memberikan lebih banyak daya dan fleksibelitas pada Mind

Mapping. (7) Gunakan gambar, karena seperti halnya gambar sentral, setiap

gambar memliki seribu makna. [5]

Pengaplikasian Mind Mapping dalam pembelajaran di sekolah, terdapat

empat tahap yang dilakukan secara langkah demi langkah dan berurutan, yaitu :

(1) Tahap Persiapan, pemberian pelatihan mengenai Mind Mapping khususnya

mengenai bagaimana Mind Mapping dibuat dan aturan Mind Mapping serta

latihan-latihan untuk menentukan BOIs dan mencari kata kunci. (2) Tahap

Pendahuluan, Mind Mapping yang dibuat baru pada level Central Topic dan

BOIsnya. Mind Mapping hanya akan digunakan pada langkah Overview dan

Preview di awal pelajaran serta Review diakhir pelajaran sementara untuk langkah

Inview masih tetap menggunakan catatan linier yang digunakan selama ini. (3)

Tahap Transisi, Inview mulai menggunakan Mind Mapping secara parsial yang

dikenal dengan Cluster Map. Cluster Map adalah suatu hibrida dari catatan linier

dengan Mind Mapping yang dapat dipakai dalam masa transisi dari catatan linier

ke Mind Mapping. Cluster Map sudah menggunakan struktur radian namun

seluruh BOIs dan cabang-cabangnya belum berbentuk kata kunci seperti yang

diatur dalam peraturan Mind Mapping tapi masih menggunakan kalimat-kalimat

pendek seperti dalam catatan linier namun harus diletakkan dalam suatu kotak

atau lingkaran sehingga membentuk suatu Cluster. (4) Tahap Implementasi,

Inview sudah sepenuhnya menggunakan Mind Mapping dan seluruh catatan yang

dibuat sudah berbentuk Mind Mapping. [11]

Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk

menyampaikan pesan atau informasi dalam proses belajar. Media pembelajaran

dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan

menarik memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi [12]. Manfaat

media pembelajaran dapat menjadikan pembelajaran menarik perhatian siswa,

bahan pembelajaran lebih jelas maknanya, metode pembelajaran lebih variatif,

dan siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar [13]. Media pembelajaran

yang dapat digunakan adalah Prezi. Prezi merupakan suatu perangkat lunak yang

dapat digunakan untuk presentasi berbasis internet (SaaS) akan tetapi dapat

bekerja offline. Selain dapat digunakan untuk presentasikan dimana Prezi dapat

digunakan sebagai alat untuk mengeksplorasi dan berbagi ide di atas kanvas

virtual. Prezi menjadi unggul karena program ini menggunakan Zooming User

Interface (ZUI), yang dapat dimanfaatkan pengguna Prezi untuk memperbesar

dan memperkecil tampilan media presentasi dalam transisi atau pergantian slide.

Prezi digunakan untuk membuat presentasi dalam bentuk linier yaitu presentasi

terstruktur dan kanvas presentasi dan dapat dikelompokkan dalam bingkai-bingkai

yang telah disediakan. [8]

Hasil belajar merupakan hasil kegiatan belajar siswa yang menggambarkan

ketrampilan atau penguasaan siswa terhadap bahan ajar. Hasil belajar biasanya

dinyatakan dengan nilai atau angka yang diberikan guru. Tes yang digunakan

untuk menentukan hasil belajar merupakan suatu alat untuk mengukur aspek-

6

aspek tertentu dari siswa [14]. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang

diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan pembelajaran. Perolehan aspek-aspek

perubahan tingkah laku tergantung pada apa yang dipelajari [13]. Hasil belajar

IPS Ekonomi merupakan hasil belajar yang diperoleh siswa setelah melakukan

kegiatan pembelajaran IPS Ekonomi, hasil belajar diketahui dengan tes dan

dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai. Salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi hasil belajar adalah aktivitas belajar siswa. Menurut Paul dalam

Sardiman mengklasifikasikan aktivitas belajar siswa menjadi delapan kelompok,

antara lain sebagai berikut: (1) Visual activities, seperti membaca, memerhatikan

gambar demonstrasi. (2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan,

bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,

diskusi, interupsi. (3) Listening activities, seperti mendengarkan uraian,

percakapan, diskusi, musik, pidato. (4) Writing activities, seperti misalnya

menulis cerita karangan, laporan, angket, menyalin. (5) Drawing activities, seperti

misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. (6) Motor activities, yang

termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi,

model mereparasi, bermain, berkebun, beternak. (7) Mental activities, sebagai

contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis,

melihat hubungan, mengambil keputusan. (8) Emotional activities, seperti

misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, antusias,

bergairah, berani, tenang [15]. Diantara delapan indikator aktivitas belajar siswa

dimodifikasi menjadi lima indikator berkaitan dengan aktivitas belajar siswa yang

diamati dalam penelitian, yaitu: (1) Visual activities misalnya membaca

memperhatikan gambar demonstrasi; (2) Oral activities seperti bertanya,

mengeluarkan pendapatt, diskusi; (3) Listening activities misalnya mendengarkan;

(4) Writing activities misalnya menyalin; (5) Emotional activities misalnya

bersemangat.

3. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

eksperimen. Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap sesuatu dalam

kondisi yang terkendali. Penelitian ini menggunakan desain Quasi experiment.

Ciri dari Quasi experiment dalam penelitian memiliki kelompok kontrol tetapi

tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel yang

mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Quasi experiment dibagi dalam dua

bentuk desain yaitu Time-Series Design dan Nonequivalent Control Group

Design. Berikut penjelasan bentuk desain penelitian: (1) Time-Series Design,

dalam desain ini hanya menggunakan satu kelompok saja dan tidak memerlukan

kelas kontrol. Diadakan pretest untuk mengukur keadaan kelompok siswa dan

setelah keadaan kelompok seimbang kemudian diberikan treatment. (2)

Nonequivalent Control Group Design, dalam desain ini pretest dan posttest

dilakukan pada semua kelas kontrol maupun kelas eksperimen, terdapat satu kelas

yang diberi perlakuan dan satu kelas tidak diberi perlakuan. Kelas yang diberi

perlakuan diharapkan terjadi perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan treatment.

7

Jenis penelitian eksperimen yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group

Design. Rancangan penelitian sebagai berikut: [16]

Kelompok(Group) Pretest Treatment Posttest

Kelas Eksperimen O1 X O2

Kelas Kontrol O3 - O4

Gambar 3.1 Nonequivalent Control Group Design

Keterangan :

O1 : Pretest kelompok eksperimen

O2: Posttest kelompok eksperimen

O3 : Pretest kelompok kontrol

O4:

Posttest kelompok kontrol

X : treatment kelompok eksperimen

- : Tidak ada treatment kelompok kontrol

Variabel bebas (independent) pada penelitian ini yang menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel terikat adalah penggunaan Mind Mapping

dengan Prezi. Variabel terikat (dependent) yang menjadi akibat karena variabel

bebas adalah hasil belajar siswa. Populasi yang ditetapkan adalah siswa kelas X di

SMK Al-Falah Salatiga yang berjumlah 3 kelas. Sifat populasi ini terdiri atas

kelas-kelas yang sudah dirancang oleh sekolah. Teknik pengambilan sampel

adalah Purposive Sampling sehingga sampel juga berupa kelas yang diambil dari

populasi kelas-kelas yang ada. Sampel dalam penelitian ini berdasarkan

pertimbangan dari pihak sekolah diambil dua kelas yaitu X Teknik Otomotif A (X

TOA) sebagai kelas kontrol dan X Teknik Otomotif A (X TOB) sebagai kelas

eksperimen, sedangkan X Tata Busana (X TB) digunakan sebagai kelas ujicoba.

Pembelajaran di kelas eksperimen menggunakan Mind Mapping dengan Prezi,

sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes berupa soal pretest dan posttest.

Penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksaan,

dan tahap akhir. Tahap persiapan terdiri dari identifikasi masalah, studi literatur,

pembuatan instrumen dan bahan ajar dilanjutkan dengan analisis intrumen.

Identifikasi masalah digunakan untuk mengetahui masalah yang akan diselesaikan

dan menentukan tujuan dalam penelitian, dalam identifikasi masalah dilakukan

observasi untuk melihat proses pembelajaran secara langsung di dalam kelas

sehingga dapat mengetahui permasalahan yang ada. Wawancara juga dilakukan

untuk mendukung data observasi. Indikator wawancara terdiri kemudahan Mind

Mapping dan Prezi, bagaimanakah pembelajaran Mind Mapping dengan Prezi

serta manfaat menggunakan Mind Mapping dengan Prezi. Studi literatur

digunakan untuk mengumpulkan referensi dan mencari solusi yang tepat dalam

menyelesaikan masalah yang ditemukan pada observasi. Pembelajaran

konvensional membuat siswa bosan dan tidak memperhatikan guru. Pembelajaran

menggunakan Mind Mapping dengan Prezi akan menjadi menyenangkan, menarik

dan memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam belajar di kelas. Aktivitas

belajar siswa dalam penelitian ini diamati untuk mendukung hasil observasi yang

8

dilakukan di dalam kelas. Indikator yang diamati dalam aktivitas belajar siswa

adalah: (1) Visual activities, siswa memperhatikan tampilan yang diberikan. (2)

Oral activities, siswa berpendapat atau bertanya. (3) Writing activities, siswa

mencatat atau menyalin. (4) Listening activities, siswa mendengarkan dan

memperhatikan informasi yang disampaikan. (5) Emotional activites, siswa

antusias dan besemangat dalam mengikuti pembelajaran. Data yang diperoleh

dipersentasekan kemudian hasil persentase tersebut akan dirata-ratakan dan

disesuaikan dengan kriteria rata-rata persentase yaitu; 90-100% (sangat baik), 80 –

89% (baik), 70 – 79% (sedang), 60 – 69% (cukup), 50 – 59% (sangat kurang)

[17]. Pembuatan instrumen dan materi ajar dimulai dengan membuat Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP dibuat berdasarkan sumber buku pegangan

guru. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes. Tes

hasil belajar merupakan tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian siswa

setelah mempelajari materi. Tes dalam penelitian menggunakan pretest dan

posttest dengan tipe soal pilihan ganda sejumlah 21 soal. Sebelum soal tes dapat

digunakan, terlebih dahulu soal diujicobakan pada kelas ujicoba dan hasil tes

tersebut dianalisis dengan uji validitas dan uji reabilitas instrumen.

Tahap pelaksaan terdiri dari pretest, treatment dan posttest. Pretest

dilakukan untuk megetahui kondisi awal pemahaman siswa kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Treatment, kelas kontrol tetap menggunakan pembelajaran

konvensional, sedangkan pada kelas eksperimen pembelajaran menggunakan

Mind Mapping dengan Prezi. Prezi digunakan untuk presentasi dalam bentuk

Mind Mapping. Diharapkan siswa kelas eksperimen tidak bosan dan

memperhatikan sehingga dapat tercipta pembelajaran yang menyenangkan di

dalam kelas. Setelah selesai membuat Mind Mapping dengan Prezi, kelompok

menyampaikan hasil Mind Mapping yang telah dibuat. Berikut perbandingan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada kelas kontrol dan kelas eksperimen:

No Kegiatan BelajarKelas Kontrol Kegiatan BelajarKelas Eksperimen

1. Pendahuluan

a. Apersepsi

Ruang kelas dipersiapkan seperti

absensi, kebersihan dan

ketenangan.

b. Memotivasi

Siswa diberi penjelasan tentang

pokok bahasan yang akan

dipelajari.

c. Rambu-rambu belajar

Siswa mendengarkan penjelasan

guru tentang tujuanpembelajaran

materi pada hari itu.

Pendahuluan

a. Apersepsi

Ruang kelas dipersiapkan seperti

absensi, kebersihan dan ketenangan.

b. Memotivasi

Siswa diberi penjelasan tentang

pokok bahasanyang akan dipelajari

dan siswa diberi penjelasan bahwa

materi pembelajaran yang akan

disampaikan menggunakan Mind

Mapping dengan Prezi

c. Rambu-rambu belajar

Siswa mendengarkan penjelasan

guru tentang tujuan pembelajaran

materi pada hari itu.

2. Kegiatan Inti

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

Kegiatan Inti

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

9

Guru menjelaskan materi

kebutuhan manusia.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

Guru menggambarkan contoh –

contoh kebutuhan manusia.

Guru meminta siswa membaca

materi di LKS

Konfirmasi

Meringkas materi di LKS

Mengerjakan latihan soal

Guru menjelaskan materi kebutuhan

manusia menggunakan Mind

Mapping dengan Prezi

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

Tahap Persiapan

Latihan membuat Mind Mapping

dengan Prezi

Tahap Pendahuluan

Guru meminta siswa untuk

berdiskusi kelompok 4-5 orang

tiap kelompok.

Guru memberikan topik diskusi

pada siswa tentang kelangkaan

yang pernah terjadi di

Indonesia.

Hasil diskusi kelompok dicatat

masih dengan menggunakan

catatan biasa. Pada tahap ini

Mind Mapping masih dibuat

pada level menentukan topik

sebagai pusat Mind Mapping

dan cabang Mind Mapping.

Tahap Transisi

Guru meminta siswa untuk

mulai membuat Mind Mapping

dengan Cluster Map

Pemindahan dari catatan biasa

ke Mind Mapping

Tahap Implementasi

Guru meminta siswa untuk

membuat Mind Mapping dengan

Prezi

Konfirmasi

Hasil Mind Mapping dengan Prezi

dipresentasikan

3. Penutup

Siswa menyimpulkan materi yang

telah dipelajari.

Penutup

Siswa menyimpulkan materi yang

telah dipelajari.

Posttest dilakukan untuk mengukur dan melihat perbedaan hasil belajar

pada kelas kontrol dan eksperimen. Soal posttest sama dengan soal pretest

sebelumnya. Sebelum masuk tahap akhir, wawancara dilakukan kepada guru IPS

Ekonomi dan siswa dengan tujuan untuk mengetahui respon tentang penggunaan

Mind Mapping dengan Prezi. Tahap akhir pengolahan data dimulai dengan

evaluasi data hasil pretest dan posttest kemudian dilanjutkan dengan analisis

data menggunakan uji prasayarat analisis uji normalitas dan homogenitas

kemudian dilanjutkan dengan uji hipotesis atau uji t. Setelah perhitungan analisis

data kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.

10

Teknik Analisis data yang digunakan adalah analisis uji t. Adapun prasyarat

analisis untuk uji t adalah data terdistribusi normal dan homogen [18]. Untuk

mengetahui perbedaan hasil belajar siswa menggunakan analisis deskripsi dengan

menghitung rata-rata hasil pretest posttest. Uji prasyarat analisis menggunakan uji

normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas mempunyai ketentuan nilai

signifikansi P > α (0,05), maka data terdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai

signifikansi P < α (0,05), maka data tidak terdistribusi normal. Uji homogenitas

dengan ketentuan nilai signifikansi P > α (0,05), maka data homogen. Sebaliknya

jika nilai signifikansi P < α (0,05), maka data tidak homogen. Pengujian hipotesis

uji t dengan kriteria pengambilan keputusan jika nilai signifikansi P < α (0,05),

maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sebaliknya jika nilai signifikansi P > α (0,05),

maka H0 diterima dan H1 ditolak. [16]

Rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut :

H0: Tidak terdapat pengaruh signifikan hasil belajar siswa menggunakan

Mind Mapping dengan Prezi dibandingkan hasil belajar siswa

menggunakan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPS

Ekonomi kelas X di SMK Al-Falah Salatiga.

H1: Terdapat pengaruh signifikan hasil belajar siswa menggunakan Mind

Mapping dengan Prezi dibandingkan hasil belajar siswa menggunakan

pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPS Ekonomi kelas X di

SMK Al-Falah Salatiga.

4. Hasil dan Pembahasan

Hasil observasi awal pada siswa kelas X di SMK Al-Falah Salatiga

menunjukkan bahwa guru menggunakan pembelajaran konvensional dengan

alasan penggunaan pembelajaran konvensional lebih mudah diterapkan tanpa

persiapan yang membutuhkan waktu cukup lama. Hasil observasi juga

menunjukkan bahwa guru menggunakan media pembelajaran yang kurang

menarik, pada kenyataannya sekolah mempunyai fasilitas media pembelajaran

yang dapat dimanfaatkan dan lebih menarik berupa LCD, laptop dan internet.

Penelitian dilakukan pada kelas XTOA berjumlah 19 siswa sebagai kelas kontrol

dan kelas X TOB berjumlah 19 siswa sebagai kelas eksperimen. Pembelajaran

pada kelas eksperimen menggunakan Mind Mapping dengan Prezi, sedangkan

proses pembelajaran kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.

Pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen terdiri dari empat tahap yaitu

tahap peersiapan, tahap pendahuluan, tahap transisi dan tahap implementasi.

Sebelum tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran dilakukan, guru memperkenalkan

pada siswa tentang pembelajaran menggunakan Mind Mapping dengan Prezi.

Guru menggunakan Mind Mapping dengan Prezi dalam menyampaikan materi

pembelajaran dengan topik bahasan kebutuhan manusia. Ketika guru menjelaskan

materi, siswa memperhatikan dan semangat dalam mengikuti pelajaran di kelas.

Beberapa siswa mengajukan pertanyaan kepada guru mengenai materi yang

disampaikan. Berikut Mind Mapping dengan Prezi yang digunakan dalam

pembelajaran di kelas:

11

Gambar 4.1. Mind Mapping dengan Prezi dalam Pembelajaran

Setelah materi disampaikan, guru memberikan tugas diskusi kelompok pada

siswa tentang topik bahasan kelangkaan. Hasil diskusi dibuat dalam bentuk Mind

Mapping dengan Prezi sesuai tahapan yang telah ditentukan dalam pembuatan

Mind Mapping. Tahap pertama adalah tahap persiapan, pada tahap ini guru

memberikan pelatihan pada siswa tentang bagaimana cara membuat Mind

Mapping sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Pada tahap persiapan

dilakukan pelatihan menggunakan Prezi. Tahap kedua adalah tahap pendahuluan,

pada tahap ini langkah siswa mencatat hasil diskusi kelompok dengan catatan

linier. Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa untuk

membahas topik diskusi yang diberikan guru. Siswa menentukan topik utama dan

cabang topik Mind Mapping sesuai dengan topik diskusi dalam kelompok. Tahap

berikutnya adalah tahap transisi, pada tahap ini siswa mulai membuat Mind

Mapping dalam bentuk Cluster Map berdasarkan hasil diskusi kelompok. Cluster

Map berbentuk struktur radian yang berisi kata kunci dalam Mind Mapping, akan

tetapi masih menggunakan kalimat-kalimat pendek seperti dalam catatan linier

namun harus diletakkan dalam suatu kotak atau lingkaran sehingga membentuk

suatu Cluster. Tahap terakhir adalah tahap implementasi, pada tahap ini siswa

memindahkan Cluster Map kedalam bentuk Mind Mapping dengan Prezi. Hasil

pembuatan Mind Mapping dengan Prezi kelompok yang telah dibuat kemudian

dipresentasikan di depan kelas. Presentasi dilakukan secara bergantian dengan

waktu 5 sampai 10 menit setiap kelompok. Ketika presentasi berlangsung siswa

memperhatikan penjelasan hasil diskusi yang disampaikan di depan kelas. Siswa

antusias dan bersemangat mengajukan pertanyaan pada kelompok yang sedang

melakukan presentasi di depan kelas. Berikut adalah salah satu contoh hasil

diskusi kelompok siswa menggunakan Mind Mapping dengan Prezi:

12

Gambar 4.2. Contoh Hasil Diskusi Kelompok Siswa

Setelah treatment pada kelas eksperimen, wawancara dilakukan bertujuan

untuk mengetahui respon guru dan siswa tentang penggunaan Mind Mapping

dengan Prezi. Penggunaan Mind Mapping dengan Prezi mudah dan dalam

penyampaian materi lebih ringkas mencakup satu pokok bahasan. Pembelajaran

menggunakan Mind Mapping dengan Prezi menarik dan menyenangkan jika

dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Guru menyatakan bahwa

“Menggunakan Mind Mapping dan Prezi mudah, akan tetapi butuh kebiasaan baru

mahir menggunakannya. Akan tetapi, baru pertama kali siswa sudah bisa

membuat Mind Mapping dengan Prezi. Mind Mapping dapat digunakan untuk

membuat materi menjadi ringkas dan menyeluruh pada satu pokok bahasan.

Semakin menarik ketika menggunakan Prezi untuk membuat Mind Mapping.

Pembelajaran menjadi menyenangkan, sehingga siswa lebih antusias dan tertarik

dibandingkan dengan pembelajaran seperti biasa.” (Penjelasan Guru)

Wawancara dengan siswa dilakukan pada siswa yang mendapatkan nilai

tertinggi dan nilai terendah dalam kelas eksperimen. Dapat disimpulkan

pembuatan Mind Mapping dengan Prezi mudah dan menarik. Pembelajaran

menggunakan Mind Mapping dengan Prezi siswa lebih kreatif, belajar menjadi

efektif. Siswa menyatakan bahwa, “Mind Mapping merupakan pembelajaran yang

baru pertama kali. Awalnya susah akan tetapi setelah dijelaskan cara membuat

Mind Mapping menjadi lebih mudah. Sedangkan untuk Prezi tool dalam aplikasi

mudah digunakan. Memasukkan gambar pada kanvas presentasi tidak ribet.

Menggunakan Mind Mapping dengan Prezi belajar menjadi menarik,

menyenangkan dan menghafal pelajaran jadi mudah.” (Siswa 1) “Pertama

membuat Mind Mapping masih bingung, akan tetapi setelah diajari menjadi

mengerti dan mudah. Menggunakan Prezi baru pertama kali, akan tetapi langsung

bisa membuat presentasi. Membuat Mind Mapping dengan Prezi menarik, bisa

memilih desain yang sudah ada dan bisa juga membuat desain sendiri. Belajar

menggunakan Mind Mapping dengan Prezi menyenangkan, tidak membosankan,

menjadikan lebih kreatif, belajar lebih mudah dan menarik.”( Siswa 2)

Selain wawancara, aktivitas belajar siswa dalam kelas diamati ketika

pembelajaran sedang berlangsung. Indikator yang diamati Visual activities, Oral

activities, Writing activitie, Listening activities dan, Emotional activites. Berikut

adalah persentase aktivitas belajar siswa pada kelas kontrol dan eksperimen:

13

Tabel 4.1. Persentase Aktivitas Belajar Siswa

No Aspek Persentase

Kontrol Eksperimen

1 Siswa memperhatikan tampilan yang diberikan guru 42,1% 89,4%

2 Siswa mengeluarkan pendapat 52,6% 73,6%

3 Siswa mencatat yang djelaskan guru 52,6% 94,7%

4 Siswa memperhatikan informasi yang disampaikan

oleh guru 52,6% 73,6%

5 Siswa antusias dan bersemngat mengikuti

pembelajaran 57,8% 73,6%

Total 51,5 % 80,98 %

Tabel 4.1 menunjukkan persentase aktivitas belajar siswa pada kelas kontrol

dan kelas eksperimen. Keseluruhan persentase aktivitas belajar siswa kelas

kontrol sebesar 51,5% dan kelas eksperimen sebesar 80,98%. Dapat dinyatakan

aktivitas belajar siswa kelas kontrol masuk dalam kategori sangat kurang

sedangkan aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen masuk dalam kategori

baik. Indikator ketiga menunjukkan selisih persentase yang signifikan antara

aktivitas belajar siswa kelas kontrol dan eksperimen. Hal tersebut didukung oleh

wawancara dengan siswa yang menyatakan bahwa ketika guru menjelaskan materi

menggunakan Mind Mapping dengan Prezi, materi yang disampaikan menjadi

mudah dipahami, terstruktur, tidak membingungkan dan lebih ringkas. Sehingga

membuat siswa berminat, bersemangat dan tidak malas untuk mencatat.

Tabel 4.2. Persentase Aktivitas Belajar Antar Siswa

No Aspek Persentase

1 Siswa memperhatikan tampilan yang diberikan siswa lain 84,2%

2 Siswa melakukan diskusi kelompok 100%

3 Siswa mencatat hasil diskusi kelompok 73,6%

4 Siswa memperhatikan informasi yang disampaikan siswa

lain ketika presentasi 78,9%

5 Siswa antusias dan bersemngat mengikuti pembelajaran 84,2%

Total 84,18 %

Tabel 4.2 menunjukkan persentase aktivitas belajar antar siswa dengan

persentase pada aspek pertama 84,2%, aspek kedua 100%, aspek ketiga 73,6%,

14

aspek keempat 78,9% dan aspek kelima 84,2%. Total persentase yaitu 84,18%

masuk dalam kategori baik.

Sebelum dan setelah treatment, kelas eksperimen dan kelas kontrol

diberikan pretest dan posttest dengan soal yang sama. Sebelum soal diberikan,

soal diujicobakan untuk mendapatkan soal valid dan reliabel. Uji validitas dari 30

butir soal diperoleh 21 butir soal yang dinyatakan valid. Soal valid bernomorkan

1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 15, 16, 17, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 27, 29. Soal tidak

valid bernomorkan 7, 9, 13, 14, 18, 21, 26, 28, 30. Hasil menunjukkan Alpha

0,842 > 0,05, maka soal dinyatakan reliabel. Selanjutnya soal pretest dan posttest

diujikan pada kelas kontrol dan eksperimen. Hasil pretest menunjukkan rata-rata

hasil belajar kelas kontrol sebesar 51,21 dan kelas eksperimen sebesar 49,11.

Hasil posttest menunjukkan rata-rata nilai hasil belajar kelas kontrol sebesar 59,63

dan kelas eksperimen sebesar 78,16. Data hasil pretest dan posttest dianalisis

menggunakan uji prasyarat analisis dengan uji normalitas dan uji homogenitas.

Hasil perhitungan uji normalitas menggunakan uji statistik Kolmogorov

Smirnov pada nilai pretest dan posttest. Nilai signifikan P pada nilai pretest kelas

kontrol dan eksperimen masing-masing 0,655 dan 0,358, maka nilai signifikan P <

α (0,05), dapat dinyatakan data pretest pada kedua kelas tersebut terdistribusi

normal. Nilai signifikan P pada nilai posttest kelas kontrol dan eksperimen

masing-masing 0,471 dan 0,500, maka dapat dinyatakan nilai signifikan P < α

(0,05) dan terdistribusi normal. Hasil perhitungan uji homogenitas pada nilai

signifikansi Levene’s Test data pretest dan posttest. Nilai signifikan pretest kelas

kontrol dan eksperimen 0,718 > 0,05. Nilai signifikan posttest kelas kontrol dan

eksperimen 0,581 > 0,05. Disimpulkan data pretest dan posttest homogen. Setelah

dilakukan uji prasyarat analisis diperoleh data terdistribusi normal dan homogen,

kemudian dilakukan pengujian hipotesis dengan uji t-test. Hasil perhitungan uji t-

testdengan uji statistik Independent Sample T Test nilai signifikan P pada nilai

pretest kelas kontrol dan eksperimen diperoleh 0,465 > 0,05. Nilai signifikan P

pada nilai posttest kelas kontrol dan eksperimen diperoleh 0,000 < 0,05.Berikut

adalah rangkuman hasil perhitungan:

Tabel 4.3. Rangkuman Hasil Perhitungan

Keterangan Kelas Mean Uji t Perbedaan

Pretest Kontrol 51,21 0,465 Tidak

Signifikan Eksperimen 49,11

Posttest Kontrol 59,63 0,000 Signifikan Eksperimen 78,16

Tabel 4.3 menunjukkan rangkuman hasil perhitungan nilai rata-rata pretest

pada kelas kontrol dan eksperimen relatif sama dengan nilai 51,21 dan 49,11.

Nilai rata-rata posttest pada kelas kontrol lebih rendah jika dibandingkan dengan

rata-rata nilai posttest kelas eksperimen dengan nilai 59,63 dan 78,16. Hasil uji t-

test data pretest menunjukkan nilai signifikansi 0,465 > 0,05, maka dapat

dinyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan hasil belajar antara kelas

kontrol dan eksperimen sebelum diberikan perlakuan. Hasil posttest menunjukkan

nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka dapat dinyatakan terdapat pengaruh

15

signifikan hasil belajar antara kelas kontrol dan eksperimen setelah diberikan

perlakuan sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima. Hipotesis dalam

penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Dewa Ayu

bahwa dengan menggunakan Mind Mapping berpengaruh terhadap hasil belajar

siswa. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Restu Setiawan bahwa

dengan menggunakan Prezi dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

5. Simpulan

Berdasarkan analisis data tentang penggunaan Mind Mapping dengan Prezi

dapat diambil kesimpulan: (1) Persentase aktivitas belajar siswa pada kelas

kontrol sebesar 51,5% masuk dalam kategori sangat kurang, sedangkan persentase

aktivitas pada kelas eksperimen dengan menggunakan Mind Mapping dengan

Prezi 80,98% masuk dalam kategori baik dan persentase aktivitas antar siswa

sebesar 84,18% masuk dalam kategori baik. Jadi Mind Mapping dengan Prezi

berdampak positif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. (2) Hasil uji t-test

menunjukkan nilai signifikansi P 0,000 < 0,05, maka terdapat pengaruh signifikan

terhadap hasil belajar siswa. Hipotesis dalam penelitian diterima, dapat

dinyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan hasil belajar siswa menggunakan

Mind Mapping dengan Prezi dibandingkan hasil belajar siswa menggunakan

pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPS Ekonomi kelas X di SMK

Al-Falah Salatiga. (3) Perbedaan hasil belajar siswa dilihat dari rata-rata hasil

posttest kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol.

Dengan rata-rata nilai kelas eksperimen sebesar 78,16 dan rata-rata nilai kelas

kontrol sebesar 59,63.

Berdasarkan simpulan maka beberapa saran yang diusulkan sebagai upaya

perbaikan adalah, sebagai berikut : (1) Guru lebih kreatif dalam penyampaian

pembelajaran menggunakan Mind Mapping dengan Prezi. (2) Penggunaan Mind

Mapping dengan Prezi perlu diterapkan dan dikembangkan pada materi yang lain

dengan tujuan dapat memaksimalkan hasil belajar siswa. (3) Perlu adanya

penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian ini.

6. Daftar Pustaka

[1] Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek.

Jakarta: Prestasi Pustaka

[2] Supriatna, Nana. 2007. Implementasi SI dan SKL IPS SMK.

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/1961101419860

11-NANA_SUPRIATNA/mak-SMK-01-07.pdf. Diunduh tanggal 09-05-2014

jam 18.00

[3] Solihatin, Etin; Raharjo. 2008. Cooperative Learning: Analisis Model

Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara

[4] Buzan, Tony. 2008. Buku Pintar Mind Map untuk Anak: Agar Anak Mudah

Menghafal dan Berkonsentrasi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

16

[5] Buzan, Tony. 2012. Buku Pintar Mind Map. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka

Utama

[6] Buzan, Tony. 2008. BukuPintar Mind Map untuk Anak: Agar Anak Lulus

Ujian Dengan Nilai Bagus. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

[7] Asmani, Ma’mur Jamal. 2011. Tips Efektif Pemanfaat dan Teknologi

Informasi dan Komunikasi dalam Dunia Pendidikan. Jogjakarta: Diva Press

[8] Admin. 2014. Prezi, Sofware Presentasi “Zooming”. [online].

http://www.usdi.itb.ac.id/prezi-software-presentasi-zooming/. Diakses

tanggal 03-06-2014 jam 17.55

[9] Ayu, Dewa; Nengah Bawa; Marhaeni. 2013. Pengaruh Metode Mind

Mapping terhadap Ketrampilan Berpikir Kreatif dan Pretasi Belajar IPS.

Jurusan Pendidikan Dasar. Volume 3 Tahun 2013. Singaraja: Universitas

Pendidikan Ganesha. Hal 10

[10] Setiawan, Restu. 2013. Penerapan Media Presentasi Prezi pada Materi Ciri-

Ciri Makhluk Hidup untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa

Kelas VII Semester 1 SMP Negeri 1 Karang Anyar Kabupaten Pekalongan

Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Semarang: IKIP PGRI. Hal 47-51

[11] Djohan Yoga. 2007. How to Apply Real-time Mind Map® at Classroom.

Smart Learning & Thinking Center Singapore

[12] Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada

[13] Rifa’i, Achmad; Chatarina Tri Anni. 2011. Psikolog Pendidikan. Semarang:

Universitas Negeri Semarang Press

[14] Dimyati, Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta

[15] Sardiman, A.M. (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada

[16] Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.

Bandung: Alfabeta

[17] Tahir, Wahdah. 2012. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Menggunakan

Media Kartu Bilangan Pada Pembelajaran Matematika.

http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/viewFile/831/pdf. Diakses

tanggal 03-06-2014 jam 20.00

[18] Subana; Moersetyo Rahadi. 2000. Statistika Pendidikan. Bandung: CV.

Pustaka Setya