pengaruh penggunaan e-learning dengan …digilib.unila.ac.id/26798/20/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH PENGGUNAAN E-LEARNING DENGAN SCHOOLOGY
DALAM PEMBELAJARAN FISIKA PADA MATERI SUHU DAN
KALOR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
(Skripsi)
Oleh
SAFURA RIZKI AZIZAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRAK
PENGARUH PENGGUNAAN E-LEARNING DENGAN SCHOOLOGY
DALAM PEMBELAJARAN FISIKA PADA MATERI SUHU DAN
KALOR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
Oleh
Safura Rizki Azizah
Pembelajaran melalui teknologi internet yang memiliki sifat maya tentu sajaberbeda dengan pembelajaran menggunakan metode yang secara konvensional.Hal ini mendorong adanya pembuktian mana diantara keduanya yang lebih efektifdigunakan dalam pembelajaran fisika, sehingga perlu adanya upaya yang dapatditempuh melalui proses untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satudiantaranya adalah menerapkan blended learning yaitu dengan mengombinasikanpenggunaan e-learning berbasis schoology dan tatap muka.Sehingga telahdilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penggunaan e-learning berbasisschoology terhadap hasil belajar pada level kemampuan berpikir tingkat tinggi(Higher Order Thinking Skill) siswa pada materi suhu dan kalor. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan e-learning denganschoology dalam pembelajaran fisika pada materi suhu dan kalor terhadap hasilbelajar siswa level higher order thinking skill. Metode penelitian yang digunakanadalah True Experimental Design dengan jenis Pretest-posttest Control GroupDesign. Data diuji dengan analisis N-gain, uji normalitas, uji homogenitas danIndependent Sample T Test. Pada penelitian ini terdapat kelas eksperimen 1 dankelas eksperimen 2, yang tidak dipilih secara random. Penelitian ini pula, keduakelas eksperimen mendapatkan treatment pembelajaran blended learning dantatap muka dengan intensitas yang sama. Pengaruh penggunaan e-learning denganschoology terhadap hasil belajar juga ditunjukkan oleh peningkatan hasil belajarsiswa dengan N-gain 0,619, yaitu pada kategori sedang. Hasil penelitian yangditunjukkan dari uji Independent Sample T Test sebesar Sig. 0,01 maka dapatdinyatakan terdapat pengaruh yang signifikan pada penggunaan e-learning denganschoology terhadap hasil belajar.
Kata kunci: e-learning, hasil belajar, schoology
PENGARUH PENGGUNAAN E-LEARNING DENGAN SCHOOLOGYDALAM PEMBELAJARAN FISIKA PADA MATERI SUHU DAN
KALOR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
Oleh
Safura Rizki Azizah
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan FisikaJurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Natar, 23 Juli 1995 sebagai anak ke sepuluh dari tiga belas
bersaudara, pasangan Bapak Nurhadi dan Ibu Rubinem.
Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 2000 di TK Al-Fatah Natar,
Lampung-Selatan lalu melanjutkan pendidikan di Sekolah Madrasah Ibtidaiyah di
Natar, Lampung-Selatan dan tamat pada tahun 2007. Selanjutnya penulis
melanjutkan pendidikan di MTS Al-Fatah Natar, Lampung-Selatan hingga tahun
2010. Pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan di MA Al-Fatah Natar,
Lampung-Selatan dan tamat pada tahun 2013. Pada tahun yang sama, penulis
diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa regular program studi Pendidikan
Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di
Universitas Lampung.
Penulis melaksanakan KKN di desa Simpang Agung, kecamatan Seputih Agung ,
kabupaten Lampung Tengah, PPL di SMAN 1 Seputih Agung, dan melaksanakan
penelitian di MA Al-Fatah Natar Lampung-Selatan.
MOTTO HIDUP
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (Q.S Asy-Syarh: 6)
“Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan.” (Q.S. Ar-Rahman: 13)
“Jangan pernah merendahkan kehidupan, dan jangan pernah
pula terlalu pandai menilai orang lain karena, disaat kalian
cukup mampu menilainya, percayalah bahwa orang lainpun
mampu menilai dengan baik. Hargailah prosesnya, dan
berikanlah dorongan sebagai rasa tanggung jawab insan yang
terhormat dan berbudi baik .”
(Safura Rizki Azizah)
PERSEMBAHAN
Hasil karya sederhana dari sebuah proses yang luar biasa,
Hakikatnya semua karena Allah semata,
syukurku selalu pada Sang Maha Indah dalam berencana.
Sebuah persembahan yang kuhaturkan untuk Ayah dan Ibu, Kakak, dan Adik
tercinta, serta semua orang yang senantiasa memberikan warna dalam pelangi
hikmah pada setiap pertemuan juga episode kehidupan.
Semoga kita selalu berada dalam limpahan berkah dan rahmat Allah.
Terimakasi kepada :
Keluarga Besar Nurhadi & Rubinem
Alumni MI AL-FATAH 2004
Alumni D’STAR AL-FATAH LAMPUNG 2010
Alumni 19 Squad AL-FATAH LAMPUNG 2013
Seluruh Anggota YAPU Phisich Education 2013
Keluarga Besar ALMAFIKA & Seluruh dosen FKIP Fisika UNILA
Seluruh teman seperjuangan menunngu
TIM KKN & PPL Seputih Agung
Seluruh Guru dan siswa Al-Fatah LAMPUNG
Seluruh Guru dan Siswa kelas X IPA SMAN 1 Seputih Agung 2016
Anggota GACUTKU (Adella, Aisyah, Listiyani)
TIM Karate INKADO AL-FATAH LAMPUNG
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
kasih-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari kekurangan dalam
penelitian ini, namun berkat usaha penulis, skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum, selaku Dekan FKIP
Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika Universitas Lampung.
4. Bapak Prof. Dr. Agus Suyatna, M.Si., Ismu Wahyudi, S.Pd., M.PFis., dan
Drs. Nengah Maharta, M.Si selaku Pembimbing I, Pembimbing II , dan
Pembahas, terima kasih atas keikhlasan dan kesabaran dalam
memberikan bimbingan, masukan, saran, dan kritiknya.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staff Program Studi Pendidikan Fisika
dan Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Lampung.
6. Ustadz Helmi Latif, S.Pdi. selaku Kepala MA Al-Fatah beserta staff
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
7. Ustadz Aminul Ummah, S.Pdi. selaku Guru Mitra, serta seluruh Dewan
Guru di SMA N 1 Purbolinggo selama penelitian berlangsung.
8. Siswa-siswi kelas X MIA A dan X MIA B MA Al-Fatah, sebagai sampel
penelitian, atas kerjasama dan keceriaannya.
9. Keluarga besar, ummi, abi, mb maryam, mb warni, mas rifai, mb rohana, mb
thoyyibah, mb mutoh, mb nurillah, mb eni, mas iman, adek ambu, adek bilal,
dan adek ryan, terima kasih atas doa, dukungan, perhatian, kasih sayang, dan
nasehatnya.
10. Teman, sahabat, kakak, dan seluruh rekan yang membantu, terima kasih atas
semangat, motivasi, serta dukungan yang secara tidak sengaja.
11. Sahabat dari MA Al-fatah, para anggota 19 Squad, Fatayat Markaz II, para
anggota FKMH, teman-teman KKN Simpang Agung, kakak seperjuangan ,
dan sahabat seperjuangan, Adella Putri Kasih, Listiyani, dan Siti Aisyah yang
selalu memberikan semangat, dukungan, serta motivasi selama kuliah, dan
dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Keluargaku yang kedua, Khoirunnisa, Hana Shobrina, Bayu, Fachri, mb evi,
fida, opi, ida, umi, ani, fathimah, dan Khoirul, terima kasih sudah menjadi
teman, sahabat, dan keluarga selama ini.
13. Rekan-rekan Pendidikan Fisika 2013 Universitas Lampung, Soleha, Revania,
Radha, Retno, Tiara, Sundari, Ningrum, Uswatun, Nova, Yeni, Dede, Witri,
Nurul, Winda, Anita, fire, gita, tika, nuzul, clara, lulu, isna, arwi, fadel, herwin,
nawawi, wanda, ismal, dwi, aday, deni, dina, sara, fince, yuni, dan seluruh
rekan Pendidikan Fisika 2013 Universitas Lampung yang tidak dapat disebutkan
satu per satu atas motivasi dan kebersamaan selama ini.
14. Kakak tingkat Pendidikan Fisika angkatan 2009-2012 dan Adik tingkat P.Fisika
angkatan, 2014, 2015, dan 2016 Universitas Lampung.
16. Rekan-rekan selama KKN-KT, eka, revi, susi, febti, cici, vena, ratu, novi, dan
fitri atas kebersamaan yang tak terlupakan.
17. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga Allah Yang Maha kuasa melimpahkan rahmat dan berkat-Nya kepada kita
semua dan berkenan membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis. Penulis skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Bandarlampung, Maret 2017Penulis
Safura Rizki Azizah
xii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .................................................................................................... i
COVER DALAM ......................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN ............................................................................ v
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... vi
MOTTO ........................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ......................................................................................... viii
SANWACANA ............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7
E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka teoritis ............................................................................ 9
xiii
1. E-learning ............................................................................... 9
2. Blended Learning ................................................................... 13
3. Schoology ............................................................................... 15
4. Hasil Belajar ........................................................................... 20
5. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi .................................... 22
B. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 27
C. Anggapan Dasar ............................................................................ 29
D. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 30
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 31
B. Desain Penelitian ................................................................................ 31
C. Variabel Penelitian ............................................................................. 33
D. Prosedur Penelitian ............................................................................. 33
E. Instrumen Penelitian ........................................................................... 34
F. Analisis Instrumen............................................................................. 34
1. Uji Validitas .................................................................................... 34
2. Uji Realibilitas ................................................................................ 35
G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 36
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis .................................. 37
1. Analisis Data……………………………………………………. 37
2. Uji Normalitas Data…………………………………………….. 38
3. Uji Homogenitas………………………………………………... 38
4. Independent Sample T-Test…………………………………….. 39
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .............................................................................. 41
1. Tahap Pelaksanaan Penelitian ................................................ 42
2. Data Kuantitatif Hasil Belajar Level HOTS ........................... 50
3. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas .................................. 51
4. Uji N-Gain .............................................................................. 54
5. Uji Normalitas ........................................................................ 55
6. Uji Homogenitas ..................................................................... 56
7. Uji Hipotesis dengan Independent Sample T Test .................. 56
B. Pembahasan ................................................................................... 59
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ........................................................................................ 65
B. Saran .............................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 67
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Paradigma Pemikiran .................................................................... 28
2. Desain eksperimen ................................................................................... 32
3. Diagram Rata-rata Hasil Belajar .............................................................. 51
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kelebihan Schoology............................................................................... 18
2. Kriteria Hasil Belajar .............................................................................. 22
3. Desain Penelitian..................................................................................... 33
4. Kriteria Reabilitas Instrumen .................................................................. 36
5. Kriteria Interpretasi N-Gain .................................................................... 37
6. Rata-rata Hasil Belajar Ranah Kognitif Level HOTS............................. 51
7. Hasil Uji Validitas................................................................................... 53
8. Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................... 53
9. Perolehan N-Gain Hasil Belajar Ranah Kognitif Level HOTS .............. 54
10. Uji Normalitas........................................................................................ 55
11. Uji Homogenitas .................................................................................... 56
12. Independent Sample T-Test eksperimen 1 .............................................. 57
13. Independent Sample T-Test eksperimen 2 .............................................. 58
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Deskripsi Penelitian ................................................................................ 69
2. Silabus ...................................................................................................... 70
3. RPP........................................................................................................... 74
4. Kisi-kisi Soal............................................................................................ 91
5. Instrumen soal .......................................................................................... 93
6. Rata-Rata Hasil Belajar Ranah Kognitif Level HOTS .......................... 101
7. Uji Validitas ........................................................................................... 106
8. Uji Reliabilitas ....................................................................................... 108
9. Uji N-Gain Ranah Kognitif Level HOTS .............................................. 109
10. Uji Normalitas...................................................................................... 112
11. Uji Homogenitas .................................................................................. 113
12. Uji Independent Sample T-Test ............................................................ 114
13. Surat Balasan Penelitian....................................................................... 116
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi (TI) yang sangat pesat, telah merambah
pada semua aspek kehidupan, tidak terkecuali pada bidang pendidikan dan
pelatihan. Meskipun awalnya dari ilmu dan teknologi komunikasi, namun
dengan berkembangnya teknologi komputer baik software maupun
kemampuan hardware-nya, terjadilah pergeseran paradigma yang
berkembang pada tatanan masyarakat dimana terbentuk suatu tatanan
masyarakat informasi, yang mana menjadikan informasi sebagai salah satu
aspek dan pilar terpenting dalam kehidupan, pada bidang pendidikan
khususnya pendidikan teknologi dan kejuruan (PTK).
Teknologi komunikasi dan informasi digunakan sebagai pranata media
pembelajaran maupun sebagai sumber belajar. Konsekuensinya adalah
keseluruhan perangkat personil pendidikan, dimana didalamnya termasuk
dosen/guru/instruktur maupun pengelola pendidikan perlu melengkapi
keterampilan dalam menggunakan TI sebagai sebuah kompetensi dalam
kerangka kerja pengembangan profesionalnya. Fokus penggunaan TI adalah
melengkapi pranata yang sudah ada, yang mungkin digunakan kedalam
kurikulum dan peluang mengintegrasikan TI kedalam aktivitas proses
pembelajaran di dalam kelas. Perkembangan TI pada masa yang akan datang
2
juga akan membawa perubahan dan tantangan tambahan tersendiri, yakni
dengan meningkatnya harapan terhadap penggunaan TI, khusus dalam
kontribusinya pada pendidikan teknologi dan kejuruan.
Teknologi komunikasi dan informasi terbukti telah memberikan dampak yang
sangat positif dalam pemanfaatan penyelenggaraan pendidikan seperti di
sekolah SMU Lester B. Pearson di Kanada yang model pendidikannya
banyak memanfaatkan teknologi komputer. Sekolah ini memiliki 300
komputer untuk 1200 murid dan sekolah ini memiliki angka putus sekolah
yang terendah di Kanada 4% dibandingkan rata-rata nasional sebesar 30%,
dan kemudian prestasi yang lebih spektakuler ditunjukkan oleh SMP
Christopher Columbus di Union City, New Jersey. Pada akhir tahun 1980-an,
nilai ujian sekolah ini begitu rendah, dan jumlah murid absen dan putus
sekolah begitu tinggi hingga negara bagian memutuskan untuk mengambil
alih. Lebih dari 99% murid berasal dari keluarga yang menggunakan bahasa
Inggris sebagai bahasa kedua. Bell Atlantic (Sebuah perusahaan telepon di
daerah itu) membantu menyediakan komputer dan jaringan yang
menghubungkan sinyal dari rumah murid dengan ruang kelas, guru, dan
administrator sekolah. Semuanya dihubungkan ke internet, dan para guru
dilatih menggunakan komputer pribadi. Sebagai gantinya, para guru
mengadakan kursus pelatihan akhir minggu bagi orangtua. Dalam tempo dua
tahun, baik angka putus sekolah maupun murid absen menurun ke titik nol.
Nilai ujian-standar murid meningkat hampir 3 kali lebih tinggi dari rata-rata
sekolah seantero New Jersey.
3
Pemanfaatan TI di Indonesia sedang memasuki tahap mempelajari berbagai
kemungkinan pengembangan dan penerapan teknologi informasi dan
komunikasi untuk pendidikan. Ini merupakan salah satu bukti utama
ketertinggalan pendidikan Indonesia dengan pendidikan di dunia. Seharusnya
informasi yang diwakilkan oleh komputer yang terhubung dengan internet
sebagai media utamanya telah mampu memberikan kontribusi yang demikian
besar bagi proses pendidikan, khususnya dalam pendidikan di Indonesia.
Lebih terbuka lagi, sistem pembelajaran berbasis web yang popular dengan
sebutan electronic learning (e-learning), Web-Based Training (WBT) atau
kadang disebut Web-Based Education (WBE), kampus maya (Virtual
camous), m-learning (mobile learning) dan lain-lain sudah mulai
dikembangkan secara luas. Dengan keadaan yang demikianlah, belajar jarak
jauh dan pendidikan terbuka/jarak jauh akan menjadi pelopor memasuki
dekade baru. Juniarti (2012) mengemukakan bahwa “ internet terbukti
berpengaruh dan efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa’’.
E-Learning merupakan bentuk pembelajaran yang mengintegrasikan proses
pembelajaran dari pembelajaran tradisional dan perpaduan berbagai model
pembelajaran lain yang salah satunya adalah blended learning. Blended
learning merupakan penggabungan pembelajaran secara tatap muka dengan
pembelajaran online atau E-Learning (Sjukur, 2012: 4). Dengan demikian
pembelajaran kombinasi ini bertujuan untuk menggabungkan sifat dari model
pembelajaran berbasis internet yaitu efisiensi waktu, biaya yang murah dan
kemudahan siswa kapan saja mengakses bahan pembelajaran. Kemudian sifat
4
dari model pembelajaran tatap muka di kelas, yaitu membantu siswa untuk
mempelajari bahan pembelajaran yang baru disajikan, serta berinteraksi
dengan siswa lainnya maupun guru di kelas. Karunia (2013: 28)
mengemukakan model pembelajaran kombinasi ini memiliki kelebihan dan
kekurangan, kelebihan pembelajaran kombinasi ini adalah dapat digunakan
untuk menyampaikan pembelajaran kapan saja dan dimana saja, pembelajaran
terjadi secara online dan tatap muka, yang keduanya memiliki kelebihan yang
dapat saling melengkapi yaitu pembelajaran lebih efektif, efisien, dan
meningkatkan aksesbilitas. Adanya pembelajaran kombinasi ini maka siswa
semakin mudah dalam mengakses bahan pembelajaran, pembelajaran menjadi
lebih luwes dan tidak kaku. Blended learning yang digunakan pada penelitian
ini adalah penggabungan metode konvensianal secara tatap muka dan online
menggunakan media schoology, dan seharusnya pembelajaran blended
learning ini mampu lebih baik dari model pembelajaran lainnya.
Schoology merupakan social network berbasis lingkungan sekolah (school
based environment) yang dikembangkan oleh Nicolas Borg and Jeff O’Hara
tahun 2008, schoology ditujukan untuk penggunaan bagi guru, siswa dan
orang tua siswa. Tampilan Schoology hampir sama dengan jejaring sosial
facebook, situs jejaring sosial facebook sudah lumrah dikalangan remaja
bahkan anak usia SD pun sudah mengenal apa yang namanya facebook.
Menurut Rismayanti (2012: 2) Schoology adalah platform media sosial yang
sering digambarkan sebagai Facebook untuk sekolah dan dapat berfungsi
lebih banyak lagi sesuai dengan kebutuhan. Schoology merupakan aplikasi
yang menarik bagi guru dan siswa dengan elemen sosial yang menyerupai
5
facebook, tapi sesungguhnya ada nilai lebih besar dalam aplikasi edukasi
berbasis jejaring sosial ini.
Schoology merupakan bukti pesatnya perkembangan teknologi internet yang
ada, karena schoology adalah platform media sosial bagi guru dan siswa atau
dosen dan mahasiswa yang berfungsi untuk berbagi ide, file, agenda kegiatan,
dan penugasan yang dapat menciptakan interaksi guru dan siswa. Seharusnya
schoology memungkinkan bisa diterapkan sebagai media pembelajaran yang
lebih baik, karena kebermanfaatan media ini sangatlah kompleks yang
mampu menunjang kualitas pendidikan khususnya pada bidang ilmu fisika
mengenai materi suhu dan kalor. Materi suhu dan kalor memiliki tingkat
kesulitan yang relatif lebih sulit dari materi lainnya, sehingga guru yang
membelajarkan mengenai materi suhu dan kalor di sekolah perlu
menanamkan nilai-nilai yang dapat membuat siswa untuk dapat berpikir
secara teratur, sistematis, dan kegiatan yang dilakukan siswa mengikuti
langkah-langkah metode ilmiah. Untuk menghasilkan evaluasi hasil belajar
yang lebih baik mengenai materi suhu dan kalor maka perlu menggunakan
instrumen tes hasil belajar yang menuntut penalaran tingkat tinggi (Higher
Order Thinking Skill) dan setiap soal terdiri dari dasar pertanyaan yang
memberikan stimulus pada siswa (STIMULUS), mengukur kemampuan
bertanya kritis, dan mengukur keterampilan pertanyaan masalah, dan yang
terakhir siswa ditanamkan sikap ilmiah berdasarkan kegiatan yang telah
dilakukan dan sikap tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
6
Pembelajaran melalui teknologi internet yang memiliki sifat maya tentu saja
berbeda dengan pembelajaran menggunakan metode yang secara
konvensional. Hal ini mendorong adanya pembuktian mana diantara
keduanya yang lebih efektif digunakan dalam pembelajaran fisika, sehingga
perlu adanya upaya yang dapat ditempuh melalui proses untuk meningkatkan
hasil belajar siswa. Salah satu diantaranya adalah menerapkan blended
learning yaitu dengan mengombinasikan penggunaan e-learning berbasis
schoology dan tatap muka.
Sehingga telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penggunaan
e-learning berbasis schoology terhadap hasil belajar pada level kemampuan
berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill) siswa pada materi suhu
dan kalor.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan E-Learning dengan Schoology
pada materi suhu dan kalor terhadap hasil belajar siswa fisika pada level
kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill) ?
2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
(Higher Order Thinking Skill) menggunakan E-Learning dengan
Schoology pada materi suhu dan kalor ?
7
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dari rumusan masalah yang telah dikemukakan
maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengaruh penggunaan E-Learning dengan Schoology
pada materi suhu dan kalor terhadap hasil belajar siswa fisika pada level
kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill).
2. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
(Higher Order Thinking Skill) menggunakan E-Learning dengan
Schoology pada materi suhu dan kalor.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan memberikan beberapa manfaat, yaitu memberikan
treatment pada kelas eksperimen menggunakan e-learning dengan
schoology dalam pembelajaran sehingga penelitian ini dapat memberikan
informasi dan gambaran mengenai langkah dalam proses pembelajaran e-
learning dengan schoology, dan bagaimana pengaruh penggunaan e-learning
dengan schoology terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada materi
suhu dan kalor.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Pengaruh yang dimaksud dari penelitian ini adalah pengaruh dari
penggunaan e-learning dengan schoolgy dalam pembelajaran yang
ditandai dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Untuk menunjukkan
8
pengaruh tersebut merupakan benar-benar pengaruh dari treatment
penggunaan e-learning dengan schoology, sehingga dibutuhkan kelas
kontrol dan kelas eksperimen yang dimana kelas eksperimen ini
menggunakan blended learning (mengombinasikan pembelajaran dengan
tatap muka dan online), sedangkan kelas kontrol hanya menggunakan
pembelajaran dengan tatap muka.
2. Peningkatan hasil belajar siswa pada penelitian ini hanya akan dibatasi
pada ranah kognitif saja, yaitu hasil belajar siswa pada level kemampuan
berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill) pada KD. 3. 8
mengenai materi suhu dan kalor.
3. Subjek penelitian ini adalah siswa/siswi MA Al-Fatah Natar kelas X
semester genap tahun pelajaran 2016/2017.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
1. E-Learning
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
memberikan banyak kemudahan dalam beberapa bidang, termasuk di
dalamnya bidang pendidikan, khususnya konsep dan model pembelajaran
berbasis web. Pengertian pembelajaran bebasis web atau yang lebih
dikenal E-Learning (Electronic Learning) menurut Rusman (2013: 335)
merupakan suatu aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk
sebuah proses pendidikan.
Pengertian E-Learning menurut Horton (2003) adalah:
E-Learning adalah segala pemanfaatan atau penggunaan teknologi
internet dan web untuk menciptakan pengalaman belajar. E-
Learning dapat dipandang sebagai suatu pendekatan yang inovatif
untuk dijadikan sebuah desain media penyampaian yang baik,
terpusat pada pengguna, interaktif dan sebagai lingkungan belajar
yang memiliki berbagai kemudahan-kemudahan bagi siapa saja, di
mana saja dan kapan saja. Dengan memanfaatkan berbagai atribut
dan sumber teknologi digital dengan bentuk lain dari materi dan
bahan pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan pada suatu
lingkungan belajar yang terbuka, fleksibel, dan terdistribusi.
Sedangkan definisi mengenai e-Learning menurut Darmawan (2014: 66-67)
a. Darin E. Hartley menyatakan bahwa e-Learning merupakan suatu jenis
belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke
siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet, atau media
jaringan komputer lain.
10
b. Menurut LearnFrame.com, e-Learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar
dengan media internet, jaringan komputer, dan komputer standalone.
E-Learning adalah pembelajaran yang menggunakan TIK untuk
mentransformasikan proses pembelajaran antara pendidik dan peserta didik.
Tujuan utama penggunaan teknologi ini adalah meningkatkan efisiensi dan
efektivitas, transparansi dan akuntabilitas pembelajaran. Di samping itu, suatu E-
Learning juga harus mempunyai kemudahan bantuan profesional isi pelajaran
secara online.
E-Learning memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai media pembelajaran.
Rusman (2013: 350) menyatakan bahwa petunjuk tentang manfaat penggunaan
internet (kelebihan E-Learning), khususnya dalam dunia pendidikan terbuka dan
pembelajaran jarak jauh. Kelebihan yang pertama adalah tersedianya fasilitas e-
moderating di mana pendidik dan peserta didik dapat berkomunikasi secara
mudah melalui fasilitas internet secara reguler atau kapan saja kegiatan
berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.
Kedua, pendidik dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk
belajar yang struktural dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa
saling menilai sampai seberapa jauh bahan ajar dipelajari. Ketiga, peserta didik
dapat belajar atau me-review bahan pelajaran setiap saat dan di mana saja
diperlukan, mengingat bahan ajar tersimpan di komputer. Selanjutnya, bila peserta
didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang
dipelajarinya, dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah. Kemudian,
baik pendidik maupun peserta didik dapat melakukan diskusi melalui internet
11
yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas, berubahnya peran peserta didik dari
yang biasanya pasif menjadi aktif, mandiri, relatif , dan lebih efisien. Misalnya,
bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah konvensional.
E-Learning biasa digunakan untuk pembelajaran jarak jauh (distance learning).
Pembelajaran jarak jauh bisa dilakukan apabila antara pendidik dengan peserta
didik terpisah di tempat yang berlainan. Holmberg (1986) dalam penelitiannya
tentang pembelajaran jarak jauh menjelaskan bahwa pembelajaran jarak jauh
memiliki banyak kelebihan, yaitu dapat meningkatkan motivasi, minat, dan
efektivitas belajar siswa. Pendapat ini didukung oleh Soekartawi (2006) yang
menjelaskan bahwa kelebihan dari pembelajaran jarak jauh yaitu dapat
meningkatkan hasil pembelajaran, meningkatkan kemudahan belajar sehingga
siswa menjadi puas atau gembira dalam belajar dan mengurangi biaya
pembelajaran. Berdasarkan penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa
pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan e-Learning dapat membuat
pembelajaran lebih efektif dan hemat biaya.
Pembelajaran jarak jauh (E-Learning) memiliki banyak kelebihan dalam
pembelajaran. Telah disebutkan bahwa E-Learning dapat menjadi alternatif
pembelajaran yang lebih efisien karena dalam menggunakan E-Learning tidak
terbatas oleh jarak dan waktu. Selain itu jika peserta didik kekurangan informasi
dalam pembelajaran, mereka dapat mengaksesnya melalui internet.
12
Walaupun demikian, pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau E-Learning
juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Terdapat berbagai kritik menurut
Rusman (2013). Pertama, kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik
atau bahkan antarsesama peserta didik itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa
memperlambat terbentuknya values dalam proses pembelajaran. Kedua,
kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya
mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial. Ketiga, proses pembelajarannya
cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan. Kemudian berubahnya peran
pendidik dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini
juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT/medium
komputer. Selanjutnya, peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang
tinggi cenderung gagal. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet, dan
kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan mengoperasikan
internet, personil dalam hal penguasaan bahasa pemrograman komputer.
Model pembelajaran E-learning menurut Rashty (1999: 36) dapat
diklasifikasikan dalam tiga bentuk, yaitu:
a. Model Adjunct
Model adjunct memiliki pengertian bahwa pembelajaran
tradisional yang ditunjang dengan sistem penyampaian secara
online sebagai pengayaan. Keberadaan sistem penyampaian secara
online merupakan suatu tambahan.
b. Model Mixed/Blended
Model mixed/blended memiliki pengertian bahwa baik proses tatap
muka maupun pembelajaran secara online merupakan satu kesatuan
13
utuh. Berbeda dengan model adjunct yang hanya menempatkan
sistem penyampaian online sebagai tambahan. Dalam model
mixed/blended, masalah relevansi topik pelajaran mana yang dapat
dilakukan secara online dan mana yang dilakukan secara tatap muka
(tradisional) menjadi faktor pertimbangan penting dalam
penyesuaian dengan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
karakteristik siswa ataupun kondisi yang ada.
c. Model Online Penuh (Fully Online)
Model online penuh (fully online) memiliki pengertian bahwa
semua interaksi dalam pembelajaran dan penyampaian bahan
belajar terjadi secara online.
2. Blended Learning
Blended learning menurut Darmawan (2014: 21) merupakan kombinasi
berbagai model pembelajaran yang ditujukan guna mengoptimalkan proses
dan layanan pembelajaran baik jarak jauh, tradisional, bermedia, bahkan
berbasis komputer. Sementara itu, pengertian blended learning menurut Rovai
and Jordan (2004: 3) adalah:
Model blended learning pada dasarnya merupakan gabungan keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara tatap muka (face to face learning) dan secara virtual (E-Learning).
Blended learning merupakan penggabungan pembelajaran secara tatap muka
dan secara online untuk memaksimalkan proses pembelajaran. Lewat model
blended learning, proses pembelajaran akan lebih efektif karena proses belajar
mengajar yang biasa dilakukan (conventional) akan dibantu dengan
14
pembelajaran secara E-Learning yang dalam hal ini berdiri di atas infrastruktur
teknologi informasi dan bisa dilakukan kapan pun dan dimana pun. Blended
Learning menggunakan e-Learning sebagai pendukung dari proses pembelajaran
tatap muka di kelas. E-learning dapat membuat pembelajaran lebih efisien dan
fleksibel. Hal ini yang tidak dimiliki oleh pembelajaran tradisional. Kombinasi e-
Learning dengan pembelajaran tradisional akan membuat pembelajaran lebih
berkualitas, khususnya dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sejalan
dengan penelitian Kazu dan Demirkol (2014) yang menyatakan bahwa siswa yang
menggunakan metode Blended Learning memiliki nilai rata-rata hasil belajar
yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan metode
pembelajaran tradisional. Kemudian diperkuat dari penelitian yang telah
dilakukan oleh Sjukur (2012) dengan judul “Pengaruh Blended Learning
Terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa Tingkat SMK” dari hasil
kesimpulan dikatakan bahwa :
terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan pembelajaran
blended learning dibandingkan siswa yang diajarkan pembelajaran
konvensional, dan ada peningkatan hasil belajar siswa akibat penerapan
pembelajaran blended learning dengan rata-rata skor motivasi belajar yang
diukur sebelum pembelajaran blended learning sebesar 83,97. Kemudian
setelah diberi pembelajaran dengan memanfaatkan blended learning
sebanyak lima kali pertemuan, motivasi belajar diukur lagi dan diperoleh
rata-rata motivasi belajar 97,52 yang artinya ada peningkatan rata-rata
sebesar 13,55 dan rata-rata skor hasil belajar yang diukur sebelum
pembelajaran blended learning sebesar 39,35. Kemudian setelah diberi
pembelajaran dengan menerapkan blended learning sebanyak lima kali
pertemuan, hasil belajar diukur lagi dan diperoleh rata-rata hasil belajar
77,58 yang artinya ada peningkatan hasil belajar rata-rata sebesar 38,23.
Pembelajaran berbasis blended learning merupakan pilihan terbaik untuk
meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan daya tarik yang lebih besar dalam
berinteraksi antar guru dan siswa dalam lingkungan belajar yang beragam.
15
3. Schoology
Menurut Fatur (2013) ada tiga LMS yang sering digunakan yaitu LearnBoost,
Edmodo dan Schoology. LMS yang pertama yaitu LearnBoost (LB) yang
merupakan aplikasi sistem manajemen kelas online yang terdiri dari
sekelompok aplikasi untuk memanajemen kelas khusus atau bahkan seluruh
sekolah. Aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk mengatur buku nilai,
rencana pembelajaran, pengaturan kelas, tempat duduk siswa, jadwal, dan
absensi. LB utamanya dirancang untuk guru, selanjutnya orang tua dan murid
bisa terlibat mengakses aplikasi ini. LB sangat mudah digunakan dan memiliki
fitur yang banyak, bahkan bisa juga terintegrasi ke perangkat teknologi, seperti
tablet atau smartphone. Fasilitas utama dari LB yaitu administrasi
(administration), buku nilai (gradebook), daftar absen (attendance) dan rapor
(reporting). Pada Tab Administrator, guru bisa melihat dan mengedit info
kelas dasar, peserta kelas (class roster), rencana posisi bangku (seating plan),
jadwal (schedule) dan peraturan (policy).
LMS yang kedua yaitu Edmodo. Edmodo adalah jejaring sosial terbatas
dengan guru sebagai pusatnya. Siswa dapat masuk ke dalam sebuah circle di
Edmodo hanya apabila diundang oleh gurunya. Semua orang di Edmodo
adalah anonimus, termasuk guru. Karena itulah semua orang bisa dengan
bebas mengemukakan komentar, pertanyaan, jawaban, ide, dan pendapat tanpa
diketahui identitasnya. Orang tua siswa juga bisa bergabung di Circle Edmodo
anaknya. Edmodo memiliki tampilan seperti Facebook sehingga siswa tidak
asing dengan fitur dan tampilannya. Melalui Edmodo siswa belajar untuk
16
mengemukakan pendapat secara terstruktur dan menulis. Edmodo juga
dilengkapi dengan banyak game dan aplikasi yang membantu siswa untuk belajar
dengan interaktif dan menyenangkan. Beberapa fitur yang terdapat pada LMS
untuk mendukung e-Learning seperti penugasan, kuis dan penilaian pun terdapat
di Edmodo.
LMS yang ketiga yaitu Schoology. Schoology adalah sebuah situs yang
menggabungkan fitur jejaring sosial dan LMS. Melalui Schoology, kita bisa
berinteraksi sosial sekaligus belajar. Adapun fitur-fitur yang dimiliki oleh
Schoology adalah Courses (Kursus), yaitu fasilitas untuk membuat kelas mata
pelajaran, misalnya mata pelajaran Fisika, Groups (Kelompok) yaitu fasilitas
untuk membuat kelompok, dan Resources (Sumber Belajar). Pada menu Course
kita juga bisa membuat kuis yang jenisnya banyak, yaitu pilihan ganda, benar
salah, menjodohkan, dan isian singkat. Pembuatan soal di Schoology ini
dilengkapi dengan Symbol, Equation, dan Latex. Jadi, semua jenis soal yang
mengandung gambar, simbol, dan equation dapat ditulis di Schoology. Selain itu,
untuk memasukkan anggota atau siswa yang ikut di kelas yang kita ampu kita
cukup memberikan kode kepada siswa-siswa yang kita ajar. Aminoto dan Pathoni
(2014: 3) mengatakan bahwa Schoology adalah website yang memadu E-Learning
dan jejaring sosial.
Putri, dkk. (2014) menjelaskan bahwa Schoology merupakan salah satu LMS
berbentuk web sosial yang menawarkan pembelajaran sama seperti di dalam
kelas secara gratis dan mudah digunakan, seperti media social Facebook.
17
Schoology adalah situs yang menggabungkan antara jejaring sosial dan LMS,
sehingga dengan Schoology pengguna dapat berinteraksi sosial sekaligus belajar
dan memberikan kesempatan kepada siswa dan guru untuk memperoleh informasi
melalui internet.
Kelebihan dari Schoology menurut Amiroh (2013) yaitu:
Pada Schoology tersedia fasilitas Attandance atau absensi, yang digunakan untuk mengecek kehadiran siswa, serta fasilitas Analytic untuk melihat semua aktivitas siswa pada setiap course, assignment, discussion, dan aktivitas lain yang kita siapkan untuk siswa.
Fatur (2013) mengidentifikasi kelebihan Schoology dibandingkan jenis LMS
yang lain, sehingga dapat dilihat perbandingannya pada Tabel 1.
Tabel 1. Kelebihan Schoology Dibandingkan dengan LMS yang Lain.
Perbandingan Sistem Edmodo LearnBoost Schoology
Architecture √ √ √
Sistem Kepengurusan
√ √ √
Pembelajaran (LMS)
100% Cloud-based √ √ √
Hubungan Sosial √ √ √
Alat Pembelajaran √ √ √
Pembelajaran Teratur & X √ √
Pembelajaran Mandiri
(Organizable Lessons & Self-
Paced Learning)
Komunitas(Learning √ √ √
Community)
18
Perbandingan Sistem Edmodo LearnBoost Schoology
Media Komunikasi √ √ √
Micro-Blogging √ √ √
Content Migration & Imports √ √ √
Alat Kepengurusan √ √ √
Keabsahan (Autentification - X √ √
SSO)
Pendaftaran Pengguna dan √ √ √
Pendaftaran Kursus
Kesesuaian Tema X X √
Menentukan Peranan, X √ √
Kebenaran, dan Setting
Menyediakan Google Apps X √ √
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam Schoology ini
sangatlah lengkap dengan berbagai alat pembelajaran, sama seperti di kelas
dalam dunia nyata, mulai dari absensi, tes dan kuis, hingga kotak untuk
mengumpulkan Pekerjaan Rumah. Schoology juga menawarkan jejaring lintas
sekolah, yang memungkinkan sekolah berkolaborasi dengan berbagi data,
kelompok dan juga diskusi kelas. Schoology sangat cocok dijadikan sebagai
media pembelajaran pendukung melalui E-Learning.
Menurut Aminoto, dkk. (2014), fitur-fitur yang dimiliki Schoology adalah:
a. Courses (Kursus), yaitu fasilitas untuk membuat kelas mata
pelajaran.
19
b. Groups (Kelompok), yaitu fasilitas untuk membuat kelompok. c. Resources (Sumber Belajar), dalam fitur resource dapat
menambahkan materi, yaitu assignment, test/quiz, file/link,
discussion, page, dan media album.
Schoology memiliki fasilitas yang memadai apabila dijadikan sebagai
suplemen pembelajaran. Fasilitas yang bisa digunakan sebagai suplemen
pembelajaran yaitu assigment (tugas), test/quiz (kuis), dan discussion (forum
diskusi). Melalui fitur assigment, guru dapat memberikan penugasan kepada
siswa sebagai pengayaan atau suplemen. Tugas yang diberikan guru dapat
juga mengatasi keterbatasan waktu pembelajaran di kelas sehingga siswa
bisa mencari materi pelajaran yang belum tersampaikan akibat keterbatasan
waktu. Guru juga dapat memberikan latihan soal dengan menggunakan fitur
kuis. Melalui fitur ini guru dapat membuat soal berupa soal pilihan ganda,
menjodohkan, isian singkat, dan essay. Siswa dapat melatih kemampuan
memecahkan soal yang berkaitan dengan materi pelajaran. Melalui fitur
discussion, siswa dapat mendiskusikan fenomena fisika yang diberikan guru.
Dabbagh (2007) mengemukakan bahwa ketika membuat forum diskusi
online, perlu topik yang menarik dan spesifik supaya siswa tertarik untuk
mengikuti diskusi tersebut. Diskusi membuat siswa terlatih untuk
memecahkan permasalahan dengan saling bertukar pikiran satu sama lain.
Selain itu, forum diskusi online ini melatih siswa untuk berpendapat dan
berkomunikasi seperti menggunakan sosial media.
20
4. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu pencapaian usaha belajar yang dilakukan siswa
dalam aktivitas belajar yang menentukan tingkat keberhasilan pemahaman
siswa. Menurut Sumiati dan Asra (2007: 39) yaitu:
Hasil belajar tidak terjadi tiba-tiba, tetapi memerlukan usaha. Usaha
memerlukan waktu, cara dalam hal ini metode pembelajaran. Metode
pembelajaran secara umum dapat dipratekan pada siapapun namun
dalam memodifikasi metode pembelajaran haruslah sesuai dengan
keadaan khusus dari setiap individu.
Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 3) adalah:
Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan
tindak mengajar. Bagi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya puncak proses belajar. Sedangkan dari sisi guru hasil
belajar merupakan suatu pencapaian tujuan pengajaran.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hasil
belajar merupakan hasil dari suatu interaksi dari tindak pembelajaran. Selain
itu, hasil belajar merupakan hasil akhir akhir pengambilan keputusan
mengenai tinggi rendahnya nilai yang diperoleh siswa selama mengikuti
proses pembelajaran.
Keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan hasil
belajar yang diperoleh oleh siswa. Hal tersebut didukung oleh pendapat
Djamarah dan Zain (2006: 121)
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, dapat
dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir atau puncak dari proses
belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat
keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.
21
Hasil belajar diperoleh setelah siswa melakukan tes pada materi yang
diujikan, dan menjadi bahan evaluasi kemampuan belajarnya di akhir materi.
Sedangkan bagi guru, hasil belajar ini juga menjadi bahan evaluasi untuk
penerapan pembelajaran yang dilakukan.
Menurut Dalyono (2005: 55) faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil
belajar siswa, yaitu:
a. Faktor internal (yang berasal dari dalam diri) meliputi kesehatan,
intelegensi, bakat, minat, motivasi dan cara belajar.
b. Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) meliputi lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.
Keberhasilan dari proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor,
baik yang bersal dari dalam diri siswa (faktor internal). Untuk mendapatkan
hasil belajar yang memuaskan, maka seorang siswa harus bias mengelola
faktor-faktor ini dengan baik terutama faktor yang berasal dari dalam dirinya.
Menurut Bloom, dalam Dimyati (2002: 26) Ada tiga taksonomi yang dipakai
untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar
yaitu:
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu: pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif terdiri dari lima perilaku yaitu penerimaan, partisipasi,
penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola
hidup.
22
c. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan
kompleks, penyesuaian gerakan, dan kreativitas.
Hasil belajar yang diidentifikasi dalam hal ini adalah semua ranah yang ada,
yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Dalam kaitan ini
bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan atau kemampuan yang dimiliki
dan dicapai oleh siswa dalam mengikuti program pembelajaran. Kriteria hasil
belajar siswa dapat dilihat seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Kriteria hasil belajar siswa.
Nilai Siswa Kualifikasi Nilai
80 – 100 Baik Sekali
66 – 79 Baik
56 – 65 Cukup
40 – 55 Kurang
30 – 39 Gagal
(Arikunto, 2010: 249)
5. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skill )
a. Pengertian Berpikir tingkat tinggi
Ketika seseorang melakukan aktivitas yang terkait dalam jasmani dan
rohani, maka aspek berpikir tidak dapat dilepaskan, terlebih jenis aktivitas
tersebut melibatkan unsur persoalan yang harus dicarikan jalan keluar.
Dengan demikian, berpikir dapat dikatakan memegang peran dalam
melakukan, memecahkan dan memutuskan persoalan yang sedang atau
telah dihadapi. Berpikir terjadi karena suatu aktivitas untuk menemukan
pemahaman atau pengertian yang ingin dikehendaki. Berpikir juga erat
23
hubungannya dengan daya kemampuan yang lain seperti tanggapan, ingatan,
pengertian dan perasaan. Berpikir merupakan aktivitas psikis yang intensional
terhadap suatu hal atau persoalan dan tetap berupaya untuk memecahkannya,
dengan cara menghubungkan satu persoalan dengan yang lain, sehingga
mendapatkan jalan keluar. Bentuk proses berpikir yang dilakukan oleh setiap
orang dalam memecahkan masalah tidak harus sama, tetapi dapat disesuaikan
dengan persoalan yang sedang dihadapinya. Menurut Sugihartono, dkk (2007: 13)
bahwa :
Berpikir merupakan proses yang menghasilkan representasi mental yang
baru melalui transformasi informasi yang melibatkan intreraksi yang
kompleks antara berbagai proses mental seperti penilaian, abstraksi,
penalaran, imajinasi dan pemecahan masalah.
Sedangkan menurut Suryabrata (2006: 54) berpikir adalah meletakan hubungan
antara bagian-bagian pengetahuan seseorang. Berpikir adalah proses yang
menghasilkan representasi mental yang baru melalui transformasi informasi yang
melibatkan intreraksi yang kompleks antara bagian-bagian pengetahuan
seseorang. Menurut Gunawan (2004: 171), Berpikir tingkat tinggi adalah proses
berpikir yang mengharuskan peserta didik untuk memanipulasi informasi dan ide-
ide dalam cara tertentu yang memberi mereka pengertian dan implikasi baru.
Vui (2001: 5) mendefinisikan kemampuan berpikir tingkat tinggi sebagai berikut:
Higher order thinking occurs when a person takes new information and
information stored in memory and interrelates and/or rearranges and
extends this information to achieve a purpose or find possible answers in
perplexing situations
Kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah suatu kemampuan berpikir yang tidak
hanya membutuhkan kemampuan mengingat saja, namun membutuhkan
kemampuan lain yang lebih tinggi. Berpikir tingkat tinggi adalah operasi kognitif
24
yang banyak dibutuhkan pada proses-proses berpikir yang terjadi dalam short-
term memory. Jika dikaitkan dengan taksonomi Bloom, berpikir tingkat tinggi
meliputi analisis, sintesis, dan evaluasi. Selain itu, bahwa kemampuan atau
keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skill) tersebut jauh lebih
dibutuhkan di masa kini daripada di masa-masa sebelumnya. Sekaligus
memberikan arah yang jelas bagi peserta didik di era globalisasi ini yang arah dan
perkembangan pemikiran orang tidak pernah urut dan runtut melainkan acak dan
tidak dapat diduga sebelumnya.
b. Ciri-ciri Berpikir Tingkat Tinggi
Seseorang dikatakan memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi tentu ada
indikator yang menyebabkan seseorang itu disebut berpikir tingkat tinggi.
Gunawan (2003: 184-188) menyatakan indikator yang digunakan sebagai ciri
dari kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat diamati dalam aspek kognitif
peserta didik yaitu pada tingkat analisis, sintesis, dan evaluasi sebagai berikut:
1) Analisis adalah kemampuan untuk memecahkan atau menguraikan
suatu materi atau informasi menjadi komponen-komponen yang lebih
kecil sehingga mudah dipahami. Indikatornya adalah:
a) Membuat pertanyaan-pertanyaan tentang topik
b) Melakukan penyelidikan tentang topik
c) Membuat bagan untuk menjelaskan topik
d) Membuat grafik untuk menjelaskan topik
e) Meninjau untuk menemukan kriteria
f) Menyiapkan laporan tentang materi
25
2) Sintesis adalah kemampuan untuk menyatukan bagian-bagian atau
kemponen menjadi suatu bentuk yang lengkap dan unik. Indikatornya
adalah:
a) Membuat model untuk menjelaskan ide baru
b) Merancang sebuah rencana tentang topik
c) Membuat hipotesis tentang topik
d) Mengubah pola lama menjadi pola baru
e) Mengajukan sebuah metode baru pada topik
f) Memberikan judul baru pada materi
3) Evaluasi adalah kemampuan untuk menentukan nlai suatu materi untuk
tujuan tertentu. Indikatornya adalah:
a) Membuat daftar kriteria yang akan digunakan untuk menilai
b) Melakukan debat mengenai topic
c) Melakukan diskusi mengenai topic
d) Menyiapkan sebuah studi kasus untuk menjelaskan pemikiran
mengenai topik
e) Membuat sebuah kesimpulan umum tentang topik.
Dari penjelasan di atas, indikator kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam
penelitian ini yakni meliputi keterampilan berpikir secara analisis,
keterampilan berpikir secara sintesis, dan keterampilan berpikir secara
evaluasi.
26
c. Mengukur Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Lewy, dkk (2009: 16) menyatakan bahwa indikator untuk mengukur
kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi:
1) Analisis
a) Menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau
menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil
untuk mengenali pola atau hubungannya
b) Mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan
akibat dari sebuah skenario yang rumit.
c) Mengidentifikasi/merumuskan pertanyaan
2) Sintesis
a) Membuat generalisasi suatu ide atau cara pandang terhadap
sesuatu
b) Merancang suatu cara untuk menyelesaikan masalah
c) Mengorganisasikan unsur-unsur atau bagian-bagian menjadi
struktur baru yang belum pernah ada sebelumnya
3) Evaluasi
a) Memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, dan
metodologi dengan menggunakan kriteria yang cocok atau
standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau
manfaatnya.
b) Membuat hipotesis, mengkritik dan melakukan pengujian
27
c) Menerima atau menolak suatu pernyataan berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan
Dari uraian di atas, terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk
menilai kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dalam penelitian ini untuk
mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi yakni menggunakan tes. Tes
kemampuan berpikir tingkat tinggi ini dipakai untuk mengukur kemampuan
berpikir tingkat tinggi peserta didik (Analisis, Sintesis, Evaluasi) dalam
mendeskripsikan suatu masalah.
B. Kerangka Berpikir
Blended learning merupakan penggabungan pembelajaran secara tatap muka
dan secara online untuk memaksimalkan proses pembelajaran. Lewat model
blended learning, proses pembelajaran akan lebih efektif karena proses belajar
mengajar yang biasa dilakukan (conventional) akan dibantu dengan
pembelajaran secara E-Learning yang dalam hal ini berdiri di atas
infrastruktur teknologi informasi dan bisa dilakukan kapan pun dan dimana
pun. Model blended learning memiliki kelebihan, antara lain yaitu siswa
mendapat lebih banyak pengetahuan dari pembelajaran secara tatap muka dan
secara virtual, meningkatkan interaksi, siswa memiliki kesempatan untuk
mempelajari materi yang diinginkan, dapat mengatur waktu dan jadwal yang
fleksibel pada mata pelajaran, serta memiliki nilai kehematan.
Blended learning yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggabungkan
pembelajaran secara online yang menggunakan aplikasi schoology dan
28
pembelajaran secara tatap muka. Schoology merupakan salah satu laman web
berbentuk web sosial yang menawarkan pembelajaran sama seperti di dalam
kelas secara gratis dan mudah digunakan, seperti Facebook. Blended learning
ini merupakan pilihan terbaik untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi dan
daya tarik yang lebih besar, serta menawarkan kesempatan belajar untuk
menjadi baik secara bersama-sama dan terpisah, demikian pula pada waktu
yang sama maupun berbeda. Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut,
dapat diduga hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan blended
learning (online dengan schoology dan tatap muka) dapat meningkat. Secara
umum kerangka pemikiran penelitian eksperimen dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen yang menggunakan dua
kelas yaitu kelas eksperimen (blended learning) dan kelas kontrol (tatap
Animasi dan
Video
pembelajaran
Uji
Kompetensi
Dibandingkan
Hasil Belajar Hasil Belajar
Diskusi
Latihan
Buku Siswa
LKS
konvensional
Schoology
Pembelajaran
dengan tatap
muka
Pembelajaran
dengan Blended
Learning
Tes
Pengetahuan
Awal
Tes
Pengetahuan
Awal
Siswa
Kelas Kontrol Kelas
Eksperimen
Handout
29
muka). Kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan treatment blended
learning yang menggabungkan antara pembelajaran secara online ( e-learning
dengan schoology ) dan tatap muka , sedangkan kelas kontrol yaitu kelas yang
menggunakan pembelajaran secara konvensional atau tatap muka saja. Kedua
kelas akan diberikan pretest dengan soal yang sama, kemudian kedua kelas
diberi treatment yang berbeda yaitu pada kelas eksperimen diberikan
treatment blended e-learning dengan schoology dan pembelajaran tatap muka
sedangkan pada kelas kontrol hanya diberikan pembelajaran secara tatap
muka. Setelah kedua kelas diberi perlakuan maka kedua kelas tersebut diberi
posttest dengan soal yang sama tujuannya untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh e-learning dengan schoology terhadap hasil belajar siswa. Hasil
belajar yang digunakan pada penelitian ini yaitu hasil belajar pada level
kemampuan berpikir tingkat tinggi ( Higher Order Thinking Skill ).
Kemudian rata-rata hasil belajar dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap
peningkatan hasil belajar siwa.
C. Anggapan Dasar
Anggapan dasar berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir adalah:
1. Setiap sampel penelitian memperoleh materi yang sama.
2. Nilai rata-rata kemampuan awal tentang materi suhu dan kalor siswa pada
kelas kontrol dan eksperimen sama.
3. Kurikulum yang dilaksanakan pada kedua kelas sama.
4. Setiap siswa pada kelas eksperimen dapat mengakses e-learning melalui
media schoology di luar jam kelas.
30
D. Hipotesis Penelitian
Pengaruh penggunaan e-learning dengan schoology dalam pembelajaran
diidentifikasi berdasarkan adanya perbedaan hasil belajar siswa antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Maka hipotesis yang akan diajukan pada
penelitian ini yaitu: “Ada perbedaan peningkatan hasil belajar pada ranah
kognitif level higher order thinking skill antarsiswa yang belajar menggunakan
blended learning (e-learning dengan schoology) dengan siswa yang belajar
menggunakan tatap muka”.
31
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas X MIA MA Al-Fatah Natar
pada semester genap Tahun Pelajaran 2016/2017 yang terdiri atas 5 kelas
berjumlah 188 siswa. Penelitian ini akan melihat pengaruh penggunaan
blended learning dengan schoology terhadap hasil belajar peserta didik.
Untuk melihat pengaruh tersebut benar-benar disebabkan dari penggunaan e-
learning dengan schoology maka digunakan kelas eksperimen 1 dan kelas
eksperimen 2. Penelitian ini diseting pada kelas yang memiliki kemampuan
relatif sama, sehingga digunakan teknik purposive sampling.
B. Desain Penelitian
Penelitian eksperimen ini menggunakan quasi experimental dengan desain
the non-equivalent control group design. Desain ini mempunyai kelompok
kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel
luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Pada penelitian ini
terdapat dua kelompok, yaitu satu kelompok diberi perlakuan tertentu
(eksperimen) dan satu kelompok dijadikan sebagai kelompok kontrol. Secara
diagram rancangan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
32
Gambar 2. Desain eksperimen nonequivalent control group design
(Sugiyono, 2011: 79)
Keterangan:
O1 : tes awal (pretest) kelas eksperimen
O2 : tes akhir (posttest) kelas eksperimen
O3 : tes awal (pretest) kelas kontrol
O4 : tes akhir (posttest) kelas kontrol
X1 : pengaruh pembelajaran blended learning dengan schoology
Pada penelitian ini terdapat kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2, yang
tidak dipilih secara random. Dalam penelitian ini kedua kelas eksperimen
mendapatkan treatment pembelajaran blended learning dan tatap muka
dengan intensitas yang sama. Kelas eksperimen 1 akan diberikan treatment
blended learning pada pertemuan pertama dan ke dua, sementara pertemuan
ke tiga dan ke empat diberikan treatment tatap muka. Kelas eksperimen 2
akan diberikan treatment blended learning pada pertemuan ke tiga dan ke
empat, sementara pertemuan pertama dan ke dua diberikan treatment tatap
muka. Sebelum diberikan treatment terlebih dahulu peserta didik diminta
untuk mengerjakan soal pretest, setelah itu diakhir pembelajaran peserta didik
diberikan soal posttest. Perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen 1 dan
kelas eksperimen 2 digunakan sebagai indikator keberhasilan belajar peserta
didik menggunakan blended learning dengan schoology dalam pembelajaran
Secara umum desain penelitian yang akan digunakan dapat digambarkan
pada Tabel 3.
O1 X1 O2
O3 O4
33
Tabel 3. Desain Penelitian
Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2
Subtopik BL TM
A -
B -
C -
D -
Keterangan:
BL : Blended Learning
TM : Tatap Muka
A : Suhu dan Kalor
B : Pemuaian dan Perubahan Wujud Zat
C : Asas Black
D : Perpindahan Kalor
C. Variabel Penelitian
Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan e-learning
dengan schoology. Sedangkan variabel terikatnya yaitu hasil belajar siswa.
D. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah:
1. Menetapkan sampel.
2. Melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa pada ranah kognitif
melalui pretest.
3. Melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan e-learning
dengan schoology
4. Mengadakan posttest pada akhir pembelajaran untuk mengetahui dan
memperoleh data mengenai hasil belajar siswa pada ranah kognitif.
5. Menilai hasil posttest untuk mengetahui perubahan hasil belajar siswa.
34
6. Menganalisis hasil observasi mengenai pengaruh penggunaan e-learning
dengan schoology terhadap hasil belajar siswa.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), soal tes berbentuk pilihan jamak yang beralasan
digunakan untuk mengukur pemahaman konsep fisika siswa. Tes ini
digunakan pada saat pretest dan posttest dengan soal level Higher Order
Thinking Skill.
F. Analisis Instrumen
Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, harus diuji terlebih dahulu
validitas dan reliabilitasnya, dengan menggunakan program SPSS
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk melihat valid atau tidaknya instrumen evaluasi
yang digunakan. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan).
Pengujian validitas instrument menggunakan rumus korelasi product-
moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ }
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi yang menyatakan validitas
35
X = Skor butir soal
Y = Skor total
n = Jumlah sampel
Arikunto (2010: 87)
Kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3
maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi
antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut
dinyatakan tidak valid. Apabila r hitung > r tabel dengan α = 0,05 maka
koefisien korelasi tersebut signifikan.
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program
SPSS 21.0 dengan kriterium uji bila correlated item – total correlation
lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construck yang
kuat (valid).
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat reliabel atau tidaknya instrumen
evaluasi yang digunakkan. Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan
sejauh mana instrumen dapat dipercaya atau diandalkan dalam penelitian.
Pada penelitian ini, perhitungan reliabilitas tes menggunakan rumus Alpha,
yaitu:
2
2
11 11
t
b
n
nr
Keterangan:
11r : koefisien reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir
36
2
b
: jumlah varians dari tiap-tiap item
2
t : varians total
Arikunto (2010: 122)
Kreteria reabilitas instrumen dapat dilihat dalam tabel 3
Tabel 4. Kriteria Reabilitas Instrumen
(Arikunto, 2010: 89)
Pada penelitian ini uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan SPSS. Uji
reliabilitas dalam hal ini mengacu pada nilai alpha yang dihasilkan dalam
output SPSS. Jika nilai alpha lebih besar dari r tabel maka soal pretest dan
postest yang digunakan sebagai instrumen dinyatakan reliabel atau
konsisten. Sebaliknya, jika nilai alpha lebih kecil dari r tabel maka soal
pretest dan postest yang digunakan dinyatakan tidak reliabel atau tidak
konsisten.
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan bentuk tes berupa
pilihan jamak. Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan
untuk memperoleh data yang mendukung pencapaian tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
Nilai Keterangan
0,80 < r11 ≤ 1,00 Reabilitas sangat tinggi
0,60 < r11 ≤ 0,80 Reabilitas tinggi
0,40 < r11 ≤ 0,60 Reabilitas sedang
0,20 < r11 ≤ 0,40 Reabilitas rendah
r11 ≤ 0,20 Reabilitas sangat rendah
37
dengan tes. Instrumen tes yang digunakan adalah tes tertulis yaitu tes soal
berkemampuan tingkat tinggi berupa soal pilihan jamak yang digunakan pada
saat pretest dan posttes.
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil belajar siswa ranah
kognitif yang ditunjukkan pada proses pembelajaran. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis dengan melakukan
1. Analisis Data
Untuk menganalisis kategori tes hasil belajar siswa digunakan skor gain
yang ternormalisasi. N-gain diperoleh dari pengurangan skor postest
dengan skor pretest dibagi oleh skor maksimum dikurang skor pretest.
Jika dituliskan dalam persamaan adalah
N-gain (
Keterangan: g
= N-gain
postS = Skor posttest
preS = Skor pretest
maxS = Skor maksimum
Kriteria interperensi N-gain dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kriteria Interpretasi N-gain
N-gain Kriteria Interpretasi
0,7 ≤ N-gain ≤ 1 Tinggi
0,3 ≤ N-gain< 0,7 Sedang
N-gain < 0,3 Rendah
(Meltzer, 2002)
38
2. Uji Normalitas Data
Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi
normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogrov-
Smirnov. Data yang diuji kenormalitasannya adalah data hasil tes akhir
(pretest) dan data hasil tes akhir (posttest) hasil belajar siswa. Dasar dari
pengambilan keputusan uji normalitas, dihitung menggunakan program
SPSS 21.0 dengan metode nonparametrik berdasarkan pada besaran
probabilitas atau nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test, nilai α yang digunakan adalah 0,05 dengan
demikian kriteria uji sebagai berikut: (1) jika nilai sig atau probabilitas <
0,05 maka H0 diterima dengan arti bahwa data tidak terdistribusi normal;
dan (2) jika nilai sig atau probabilitas ≥ 0,05 maka Ha diterima dengan arti
bahwa terdistribusi normal.
3. Uji Homogenitas
Untuk mengetahui sama atau tidaknya varian dari populasi, maka
dilakukan uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan analisis uji
paired sample t test, dengan bantuan program SPSS 21.0. Jika nilai
signifikasi < 0,05, maka dikatakan bahwa varian dari dua kelompok
pupulasi data adalah tidak sama. Sebaliknya, jika nilai signifikasi > 0,05,
maka dapat dikatakan bahwa varian dari kelompok populasi data adalah
sama.
39
2121
2
22
2
11
_____
2
____
1
11
2
)1()1(
nnnn
snsn
XXt
4. Independent Sample T-Test
Adapun hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini adalah
Hipotesis
OH : Tidak terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar pada ranah
kognitif level higher order thinking skill antarsiswa yang belajar
menggunakan blended learning (e-learning dengan schoology)
dengan siswa yang belajar menggunakan tatap muka.
1H : Ada perbedaan peningkatan hasil belajar pada ranah kognitif level
higher order thinking skill antarsiswa yang belajar menggunakan
blended learning (e-learning dengan schoology) dengan siswa yang
belajar menggunakan tatap muka.
Uji ini dilakukan untuk membandingkan dua sampel yang berbeda (bebas).
Independent Sample T Test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan.
Menguji Independent Sample T Test dengan menggunakan bantuan program
komputer SPSS 21.0. Berpedoman berdasarkan nilai signifikansi atau nilai
probabilitas: (1) jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka
OH diterima; (2) jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka
OH ditolak
(Priyatno, 2010: 32).
Rumus perhitungan Independent Sample T Test adalah sebagai berikut :
40
Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel distribusi t
dengan = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2.
Setelah diperoleh besar hitungt dan tabelt maka dilakukan pengujian dengan
kriteria pengujian sebagai berikut :
Kriteria pengujian:
OH diterima jika - tabelt hitungt tabelt
OH ditolak jika - hitungt < - tabelt atau hitungt > tabelt
65
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Terdapat pengaruh pembelajaran menggunakan e-learning dengan
schoology terhadap peningkatan N-Gain hasil belajar siswa level higher
order thinking skill pada materi suhu dan kalor, N-gain hasil belajar
menggunakan blended learning lebih besar dibandingkan dengan hanya
tatap muka.
2. Pembelajaran menggunakan blended learning (e-learning schoology dan
tatap muka) dapat meningkatkan hasil belajar pada ranah kognitif level
higher order thinking skill siswa dengan kategori sedang (0,619).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:
1. E-learning schoology dapat terlaksana dengan baik jika sarana prasarana
yang mendukung pembelajaran tersedia.
2. Salah satu kelemahan media online e-learning schoology dalam proses
pembelajaran adalah terdapat beberapa siswa yang belum memahami
prosedur penggunaan media online e-learning schoology. Hal ini menjadi
sebuah kendala bagi guru ketika meminta siswa mengklik tombol yang
ada pada media online e-learning schoology, sehingga disarankan untuk
66
siswa lebih membiasakan membuka dan belajar melalui e-learning
schoology.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan belajar. Jakarta:Rineka Cipta.
Alvin S., Sicat. 2015. Enhancing College Students’ Proficiency in BusinessWriting Via Schoology. [Versi elektronik]. International Journalof Education and Research, 3, 162.
Aminoto, Tugiyo dan Hairul Pathoni. 2014. Penerapan Media E-LearningBerbasis Schoology untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil BelajarMateri Usaha dan Energi di Kelas XI SMA N 10 Kota Jambi. JurnalSainmatika. (Online), Vol 8,(1)(http://www.google.co.id/download.portalgaruda.org), diakses 02November 2016.
Amiroh. 2012. Under E-Learning, Edmodo, Moodle and Schoology.(Online), (http://amiroh.web.id), diakses 20 Oktober 2016.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: BumiAksara.
Arsyad, Azar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Azad, Rakesh. 2013. Blended Learning: A Way For Excellence In TeacherEducation In E-World.[Online]. International Journal Proceeding ofthe Global Summit on Education ,Vol 3.(1), Available:
http://www.WorldConferences.net, diakses [7th
of October 2016].
Dermawan, Deni. 2014. Pengembangan E-Learning Teori dan Desain.Bandung: Pt Remaja Rosdakarya
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Fatur. 2013. Schoology jejaring soasial yang sangat bermanfaat bagi guru dansiswa. (Online), (http://fatkoer.wordpress.com/2013/04/25/schoology-jejaring-soasial-yang-sangat-bermanfaat-bagi-guru-dan-siswa), diakses21 Oktober 2016.
Gunawan, Adi W. 2004. Genius Learning Strategy. Petunjuk Praktis untuk MenerapkanAccelerated Learning. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Umum
Holmberg, Borje. 1986. A Discipline of Distance Education. Jurnal of DistanceEducation. Vol. 1 (1) , 25-40
Horton, William & Horton, Katherine. 2003. E-Learning Tools andTechnologies: A consumer guide for trainers, teachers, educators, andinstructional designers. USA : Wiley Publishing, Inc.
Kozu, Ibrahim Yasar dan Mehmet Dermikol.2014. Effect Of Blended LearningEnvironment Model On High School Students’ Academic Achiev-ment.Jurnal Of Educational Technology. Vol. 13 (1), 77-87.
Lewy, Zulkardi dan Nyimas Aisyah. 2009. Pengembangan Soal Untuk MengukurKemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Pokok Bahasan Barisan dan Deret BilanganDi kelas IX Akselerasi SMP XAVERIUS MARIA PALEMBANG. JurnalPendidikan Matematika Volume 3(2), 16
Meltzer D. E. 2002. The relationship between mathemathics preparation andconceptual learning gains in physics : A possible :hidden variable indiagnostic pretest score. American Journal Physics. 70 (2), 1259–1268.
Nurhasanah, eko suyanto dan wayan suana. 2016. E-Learning dengan Schoologysebagai Suplemen Pembelajaran Fisika Materi Elastisitas dan HukumHooke. Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 4(2). (Online),(http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JPF/article/view/11106), diakses 2November 2016.
Pardjono dan Wardaya. 2009. Peningkatan Kemampuan Analisis, Sintesis, EvaluasiMelalui Pembelajaran Problem Solving. Jurnal Ilmiah Pendidikan(NO.ISSN:0216-1370). Hlm.232
Juniarti, Rani Dwi. 2014. Pengembangan media mobile learning dengan aplikasiSchoology pada pembelajaran geografi materi hidrosfer kelas X SMANegri 1 Karanganyar. (Online), (http://www. scholar.google.co.id), diakses01 November 2016.
Karunia, N. 2013. Blended Learning. Paper. Jakarta: UNJ.
Poon, Joanna. 2013. Blended Learning : An Institutional Approach For EnhancingStudents’ Learning Experiences. Journal of Online Leaning andTeaching. [Online] tersedia http://jolt.merlot.org/vol9no2/poon_0613.htm.Diakses 7 November 2016
Priyatno, Duwi. 2010. Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis DataPenelitian dengan SPSS dan Tanya Jawab Ujian Pendadaran. Yogyakarta:
Gaya Media.
Putri, Ni Wayan Mei Ananda, Nyoman Jampel dan I Kadek Suartama. 2014.Pengem-bangan E-Learning Berbasis Schoology pada Mata Pelajaran IPAKelas VIII di SMP Negeri 1 Seririt. Jurnal Edutech Universitas Pendidi-kanGanesha. Vol. 2 (1), 1-11.
Rashty, D. 1999. E-Learning Process Models. (Online),(http://www. addwise.com/articles/e-learning_Process_Models.pdf),diakses 30 Oktober 2016.
Rovai, A.P., Jordan, H.M. 2004. Blended learning and sense of community: acomparative analysis with traditional and fully online graduate courses.[Online]. Journal International Review of Research in Open and DistanceLearning, Vol. 5 (2), Available:http://www.irrodl.org/index.php/irrodl/article/viewFile/192/795.com.
Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran.Depok: PT Raja Grafindo Persada.
Siahaan, Sudirman. 2003. E-Learning (Pembelajaran Elektronik) Sebagai SalahSatu Alternatif Kegiatan Pembelajaran. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,Vol. 9 (42), 303-321
Sjukur, B. Sulihin. 2012. Pengaruh Blended Learning Terhadap Motivasi Belajardan Hasil Belajar Siswa Tingkat Smk. Jurnal Pendidikan Vokasi (Online),Vol. 2(3),(http://journal.uny.ac.id/index.php/jpv/article/viewFile/1043/844),diakses 13 Oktober 2016.
Sugihartono. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sukiyasa, Kadek dan Sukoco. 2013. Pengaruh Media Animasi Terhadap HasilBelajar dan Motivasi Belajar Siswa Materi Sistem Kelistrikan Otomotif.Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol. 3(128), http://www. scholar.google.co.id,diakses 17 Oktober 2016.
Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Suryabrata, Sumadi. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada
Vui, Tran. 2001. Effective Mathematics Teaching Stratgies Inspiring Students: StudentCentered Approach. Penang, Malaysia: Recsam
Yendri, Dodon. 2013. Blended Learning : Model Pembelajaran Kombinasi
E-Learning dalam Pendidikan Jarak Jauh. Jurnal pendidikan vokasi.(Online), Vol. 3(2), http://www. scholar.google.co.id, diakses 17 Oktober2016.