pengaruh pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional auditor terhadap pendeteksian kecurangan...

87
PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta) Oleh: Fakhri Hilmi NIM : 105082002659 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/ 2011 M

Upload: trinhcong

Post on 23-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN

SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP

PENDETEKSIAN KECURANGAN

(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta)

Oleh:

Fakhri Hilmi

NIM : 105082002659

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/ 2011 M

Page 2: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

i

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Fakhri Hilmi

NIM : 1050 8200 2659

Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang

merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan

merupakan replikasi maupun saduran dari hasil atau karya penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau replikasi maka skripsi

dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi

baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari

menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 25 Januari 2011

Fakhri Hilmi

Page 3: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

ii

PENG PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN

SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP

PENDETEKSIAN KECURANGAN

(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta)

SkripsiSebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana EkonomiUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh

Fakhri Hilmi1050 8200 2659

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Azzam Jasin, M.B.A. Reskino, SE., Ak., M.Si.NIP: 197708142006042003

JURUSAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA1432 H/2011 M

Page 4: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

iii

Hari ini Senin Tanggal 14 Juni 2010 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas

nama Fakhri Hilmi, NIM : 105082002659 dengan judul skripsi “PENGARUH

PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL

AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN”. Memperhatikan

penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah

dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 14 Juni 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak.Penguji II Penguji III

Dr. Amilin, SE., Ak., M. SiPenguji I

Page 5: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

iv

Hari Senin, Tanggal 07 Maret 2010 telah dilakukan Ujian Skripsi atas

nama Fakhri Hilmi, NIM: 105082002659, dengan judul skripsi “PENGARUH

PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL

AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN”. Memperhatikan

penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah

dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 07 Maret 2010Tim Penguji Ujian Skripsi

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Rahmawati, SE., MMKetua Sekretaris

Prof. Dr. Azzam Jasin M.B.A. Reskino, SE., Ak., M.SiPembimbing I Pembimbing II

Dr. Amilin SE., Ak., M.SiPenguji Ahli

Page 6: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi

Nama : Fakhri Hilmi

Tempat dan Tanggal Lahir : Tangerang, 02 Juni 1987

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Kp. Ketapang No. 12 Rt 02/04

Cipondoh, Tangerang

Banten 15147

No. Telepon : 0856 9770 3428

Email : [email protected]

B. Pendidikan

1. Pendidikan Formal

- 2005 – 2011 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, Jurusan Akuntansi

- 2002 – 2005 : Madrasah Aliyah Negeri 1 Tangerang

- 1999 – 2002 : Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Tangerang

- 1993 – 1999 : Sekolah Dasar Negeri Petir IV

2. Pendidikan Informal

- 2005 – 2007 : Pondok Pesantren Luhur Sabilussalam, Ciputat

- 2002 – 2005 : Pondok Pesantren Salafi Roudlotus Salaam

C. Pengalaman Kerja

- Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Bank Niaga, Tahun 2009

- Accurate Software Implementator, Tahun 2010

D. Pengalaman Organisasi

- Keluarga Mahasiswa Pesantren Luhur Sabilussalam (KMPLS)

- Pengurus Nahdlatul Ulama Ranting Ketapang

Page 7: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

vi

“PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISMEPROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN

KECURANGAN”

(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta)

Oleh: Fakhri Hilmi

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pengalaman, pelatihan, danskeptisisme profesional auditor eksternal di wilayah Jakarta terhadap pendeteksiankecurangan yang mungkin terjadi dalam suatu perusahaan. Metode pemilihan sampelmenggunakan purposive sampling method, sedangkan metode analisis yang digunakandalam penelitian ini adalah metode regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman berpengaruh terhadap pendeteksiankecurangan dengan tingkat signifikansi 0,000; pelatihan tidak berpengaruh secarasignifikan terhadap pendeteksian kecurangan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,519;skeptisisme profesional auditor berpengaruh secara signifikan terhadap pendeteksiankecurangan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000; dan pengalaman, pelatihan danskeptisisme profesional secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadappendeteksian kecurangan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000.

Kata kunci: Pengalaman, Pelatihan, Skeptisisme Profesional Auditor, PendeteksianKecurangan

Page 8: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

vii

“THE INFLUENCE OF EXPERIENCE, TRAINING AND SKEPTICALAUDITOR BEHAVIORS ON FRAUD DETECTION”

(Empirical Research on Public Auditor at Jakarta)

By: Fakhri Hilmi

ABSTRACT

The purpose of this research is analysis the influence of experience, training andskeptical auditor behaviors on fraud detection that may occur at the company. Thesampling method used in this research is purposive sampling method, while the analysismethod used to analyze data is multiple regression method.

The results of this research that experience has a significant influence on frauddetection with a significance rate 0.000; training did not have a significant influence onfraud detection with a significance rate 0.519; skeptical auditor behavior has asignificant influence on fraud detection with a significance rate 0.000; and experience,training, skeptical auditor behaviors have a significant influence simultaneously on frauddetection with a significance rate 0.000.

Keywords: Experience, Training, Auditor Professional Skepticism, Fraud Detection

Page 9: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Alhammdulillaahirobbil’alamiin, dengan mengucap syukur kepada Allah

Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan kesehatan badan dan akal serta

bimbingan dan perlindungan-Nya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah

pada junjungan kita Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam tauladan

sepanjang zaman. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi berjudul

“Pengaruh Pengalaman, Pelatihan dan Skeptisisme Profesional Auditor

Terhadap Pendeteksian Kecurangan”. Skripsi ini disusun guna memenuhi

sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi

Akuntansi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Penulis juga banyak mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang

telah memberikan saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan skripsi

ini. Selesainya skripsi ini juga tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan,

bimbingan dan dukungan baik dalam bidang akademis, material dan spiritual dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayah (Drs. Sukardi M.Pd.), Ibu (Dra. Yiyih Barihah), Adik (Hafiz Farihi,

Wardatul Ashfia dan Riziq Mubarok) yang telah memberikan semangat dalam

penyelesaian penyusunan skripsi ini (I’m nothing without my family).

2. Bapak Prof. Dr. Azzam Jasin, M.B.A. selaku Pembimbing I yang selalu

memberikan arahan kepada penulis sehingga selesainya penelitian ini.

3. Ibu Reskino, SE., Ak., M.Si., selaku pembimbing II yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis.

5. Ibu Rahmawati,SE., MM, selaku Ketua Jurusan Akuntansi.

6. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si., selaku Sekertaris Jurusan Akuntansi

7. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si. selaku pembimbing akademik

Page 10: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

ix

8. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah

memberikan ilmunya kepada penulis selama menuntut ilmu di bangku kuliah

dan lainnya yang telah membantu penulis selama menuntut ilmu.

9. Seluruh teman-teman di pesantren, teman kost, dan teman di Fakultas Eknomi

dan Bisnis khususnya teman-teman di jurusan akuntansi yang telah banyak

membantu penulis selama menuntut ilmu di kampus dan membantu penulis

dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, semoga penelitian ini dapat berguna bagi semuanya, dan

juga bagi teman – teman yang ingin melakukan penelitian berikutnya khususnya

untuk Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Jakarta, Januari 2011

Fakhri Hilmi

Page 11: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

x

DAFTAR ISI

Surat Pernyataan.................................................................................................... i

Lembar Pengesahan Skripsi .................................................................................. ii

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif............................................................. iii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ........................................................................ iv

Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................... v

Abstrak .................................................................................................................. vi

Abstract ................................................................................................................. vii

Kata Pengantar ......................................................................................................viii

Daftar Isi................................................................................................................ x

Daftar Tabel ..........................................................................................................xiii

Daftar Gambar.......................................................................................................xiv

Daftar Lampiran .................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ......................................................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat ......................................................................................... 6

1. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6

2. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Audit ................................................................................................................ 8

1. Definisi Audit ............................................................................................ 8

2. Jenis-Jenis Audit ........................................................................................ 9

3. Tujuan Pemeriksaan Akuntansi (Audit) .................................................. 11

4. Jenis-Jenis Auditor .................................................................................. 11

B. Pengalaman, Pelatihan dan Skeptisisme Profesional Auditor ....................... 13

1. Pengalaman Auditor ................................................................................ 13

2. Pelatihan Auditor ..................................................................................... 15

3. Skeptisisme Profesional Auditor ............................................................. 17

Page 12: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

xi

C. Kecurangan (Fraud) ....................................................................................... 19

1. Jenis-Jenis Kecurangan............................................................................ 21

2. Pemicu Terjadinya Kecurangan (Fraud).................................................. 22

3. Teknik Dalam Mencegah Tindakan Kecurangan .................................... 24

D. Keterkaitan Antar Variabel ............................................................................ 24

1. Pengalaman Audit Dengan Pendeteksian Kecurangan (Fraud)............... 24

2. Pelatihan Audit Dengan Pendeteksian Kecurangan (Fraud) ................... 27

3. Skeptisisme Profesional Audit Dengan Pendeteksian Kecurangan (Fraud) ..... 29

E. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 37

B. Metode Penentuan Sampel............................................................................. 37

C. Metode Pengumpulan Data............................................................................ 38

D. Metode Analisis Data..................................................................................... 38

1. Uji Kualitas Data ..................................................................................... 38

2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 40

3. Uji Hipotesis ............................................................................................ 42

E. Operasional Variabel Penelitian .................................................................... 44

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................... 48

1. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................. 48

2. Demografi Responden ............................................................................. 50

B. Uji Kualitas Data ........................................................................................... 53

1. Uji Validitas ............................................................................................. 53

2. Uji Reliabilitas ......................................................................................... 57

C. Uji Asumsi Klasik.......................................................................................... 57

1. Uji Normalitas ......................................................................................... 57

2. Uji Multikolonieritas ............................................................................... 59

3. Uji Heteroskedastisitas ............................................................................ 59

Page 13: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

xii

D. Hasil Uji Hipotesis......................................................................................... 61

1. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ...................................................... 61

2. Hasil Uji Regresi Secara Parsial (Uji t) ................................................... 62

3. Hasil Uji Signifiknsi Simultan (Uji F) ..................................................... 65

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................... 66

B. Implikasi ........................................................................................................ 67

C. Keterbatasan dan Saran.................................................................................. 68

1. Keterbatasan ............................................................................................ 68

2. Saran ........................................................................................................ 68

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 70

Page 14: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor 2.1 Perbedaan Pendidikan dan Pelatihan .............................................. 17

Nomor 2.2 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 32

Nomor 3.1 Operasional Variabel Penelitian ..................................................... 46

Nomor 4.1 Wilayah dan Nama KAP ................................................................ 49

Nomor 4.2 Sample dan Tingkat Pengembalian Kuesioner ............................... 49

Nomor 4.3 Jenis Kelamin Responden ............................................................... 50

Nomor 4.4 Pendidikan Responden.................................................................... 51

Nomor 4.5 Jabatan Responden.......................................................................... 52

Nomor 4.6 Lama Berprofesi Sebagai Auditor .................................................. 52

Nomor 4.7 Uji Validitas Pengalaman ............................................................... 53

Nomor 4.8 Uji Validitas Pelatihan .................................................................... 54

Nomor 4.9 Uji Validitas Skeptisisme Profesional Auditor............................... 54

Nomor 4.10 Uji Validitas Skeptisisme Profesional Auditor (Setelah

Pengeliminasian Pertanyaan Kuesioner Yang Tidak Valid)

55

Nomor 4.11 Uji Validitas Pendeteksian Kecurangan ......................................... 56

Nomor 4.12 Hasil Uji Reliabilitas....................................................................... 57

Nomor 4.13 Uji Multikolonieritas ...................................................................... 59

Nomor 4.14 Uji Koefisien Determinasi (R2) ...................................................... 61

Nomor 4.15 Uji Regresi Secara Parsial (Uji t).................................................... 62

Nomor 4.16 Uji Signifiknsi Simultan (Uji F) ..................................................... 65

Page 15: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor 2.1 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 36

Nomor 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot......................... 58

Nomor 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Grafik

Scatterplot ....................................................................................... 60

Page 16: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian .......................................................................72

Lampiran 2 Matriks Tabulasi Data Penelitian....................................................78

Lampiran 3 Hasil Uji Data Penelitian Dengan Software SPSS .........................82

Page 17: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Audit dirancang untuk memberikan keyakinan bahwa laporan

keuangan tidak dipengaruhi oleh salah saji (mistatement) yang material dan

juga memberikan keyakinan yang memadai atas akuntabilitas manajemen atas

aktiva perusahaan. Salah saji itu terdiri dari dua macam yaitu kekeliruan

(error) dan kecurangan (fraud). Kasus-kasus skandal akuntansi dalam tahun-

tahun belakangan ini memberikan bukti lebih jauh tentang kegagalan audit

yang membawa akibat serius bagi masyarakat bisnis. Kasus seperti itu terjadi

pada perusahaan besar seperti Enron, Global Crossing, dan Worldcom di

Amerika Serikat yang mengakibatkan kegemparan besar dalam pasar modal,

kasus serupa juga terjadi di Indonesia seperti yang terjadi pada PT Kimia

Farma. Meski beberapa salah saji yang terjadi belum tentu terkait dengan

kecurangan, tetapi faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan kecurangan oleh

manajemen terbukti ada pada kasus-kasus ini.

Faktor pengalaman memegang peranan yang penting agar auditor

dapat mendeteksi adanya tindak kecurangan, karena pengalaman yang lebih

akan menghasilkan pengetahuan yang lebih (Christ, 1993 dalam Noviyani dan

Bandi, 2002). Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan

pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik

daripada mereka yang tidak mempunyai pengetahuan cukup atas tugasnya.

Page 18: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

2

Libby (1995) dalam Koroy (2005) menyatakan bahwa pekerjaan auditor

adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expertise). Semakin

berpengalaman seorang auditor maka semakin mampu dia menghasilkan

kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks, termasuk

dalam mengungkap tindakan kecurangan (fraud) yang kerap terjadi dalam

suatu perusahaan.

Penelitian Sularso dan Na’im (1999) tentang analisis pengaruh

pengalaman akuntan pada pengetahuan dan penggunaan intuisi dalam

mendeteksi kekeliruan didapat hasil akuntan pemeriksa berpengalaman

memiliki ketelitian yang lebih tinggi mengenai kekeliruan, dan akuntan

pemeriksa berpengalaman menggunakan intuisi lebih banyak dibandingkan

dengan akuntan pemeriksa yang tidak berpengalaman.

Penelitian yang hampir sama tentang pengalaman auditor juga

dilakukan oleh Noviyani dan Bandi (2002). Penelitian dilakukan untuk

melihat pengaruh pengalaman dan pelatihan terhadap struktur pengetahuan

auditor tentang kekeliruan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengalaman

akan berpengaruh positif terhadap pengetahuan auditor tentang jenis

kekeliruan. Hal senada juga ditemukan pada penelitian Bulchia (2008) yang

menemukan bahwa auditor yang memiliki pengalaman cenderung lebih dapat

mendeteksi kecurangan dibanding dengan auditor yang memiliki kurang

pengalaman.

Dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional,

auditor harus menjalani pelatihan yang cukup. Pelatihan tersebut dapat berupa

Page 19: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

3

kegiatan-kegiatan seperti seminar, simposium, lokakarya pelatihan dan

kegiatan penunjang keterampilan lainnya. Melalui program pelatihan para

auditor juga mengalami proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri

dengan perubahan situasi yang akan ditemui (Noviyani dan Bandi, 2002).

Lebih jauh, Noviyani dan Bandi (2002) juga mendapatkan hasil bahwa

pelatihan lebih yang didapatkan oleh auditor akan memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap perhatian auditor pada departemen tempat kekeliruan

terjadi.

Eynon dkk (1994) dalam Noviyani dan Bandi (2002) mengatakan

bahwa pelatihan perlu dilakukan untuk membangun kesuksesan akuntan dan

pendapat Boner dan Walker (1994) dalam Noviyani dan Bandi (2002) yang

menyatakan bahwa pengalaman yang didapat dari program khusus, dalam hal

ini melalui program pelatihan mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam

peningkatan keahlian daripada yang didapat dari program tradisional, dalam

hal ini hanya dengan kurikulum yang ada tanpa pelatihan.

Fullerton dan Durtschi (2004) melakukan penelitian mengenai

pengaruh skeptisisme profesional auditor dan pelatihan auditor terhadap

kemampuan auditor dalam mengungkap kecurangan dan mendapatkan hasil

bahwa dalam jangka pendek pelatihan auditor akan membuat kemampuan

auditor internal untuk dapat mengungkap kecurangan menjadi meningkat.

Noviyanti (2007) dalam Herman (2009) menyatakan bahwa seorang

auditor dalam menjalankan penugasan audit di lapangan, seharusnya tidak

hanya sekedar mengikuti prosedur audit yang tertera dalam program audit,

Page 20: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

4

tetapi juga harus disertai dengan sikap skeptisisme profesional sebagai sikap

auditor yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan

evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. Seorang auditor yang tidak skeptis,

tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien, tetapi akan mengajukan

pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti dan konfirmasi mengenai objek

yang dipermasalahkan. Tanpa menerapkan skeptisisme profesional, auditor

hanya akan menemukan salah saji yang disebabkan oleh kekeliruan saja dan

sulit untuk menemukan salah saji yang disebabkan oleh kecurangan, karena

kecurangan biasanya akan disembunyikan oleh pelakunya.

Fullerton dan Durtschi (2004) menemukan bahwa auditor yang

memiliki sikap skeptisisme profesional yang tinggi akan membuat auditor

tersebut untuk selalu mencari informasi yang lebih banyak dan lebih

signifikan daripada auditor yang memiliki tingkat skeptisisme profesional

yang rendah, dan hal ini mengakibatkan auditor yang memiliki tingkat

skeptisisme profesional yang tinggi akan lebih dapat mendeteksi adanya fraud

karena informasi tambahan yang mereka miliki tersebut.

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Herman

(2009), dan Fullerton dan Durtschi (2004). Herman (2009) meneliti tentang

pengaruh pengalaman dan skeptisisme profesional auditor terhadap

pendeteksian kecurangan, sedangkan Fullerton dan Durtschi (2004) meneliti

tentang pengaruh skeptisisme profesional auditor terhadap kemampuan

mendeteksi kecurangan.

Page 21: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

5

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu:

Fullerton dan Durtschi (2004) melakukan penelitiannya di Canada, Amerika

Serikat sedangkan penelitian ini dilakukan di Jakarta, Indonesia. Fullerton dan

Durtschi (2004) mengambil sampel penelitian terbatas hanya pada auditor

internal sedangkan penelitian ini mengambil sampel hanya pada auditor

eksternal, karena tanggung jawab untuk dapat mengungkap kecurangan

(fraud) bukan hanya milik auditor internal namun juga auditor eksternal.

Perbedaan lainnya antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

bahwa Herman (2009) dan Fullerton dan Durtschi (2004) menggunakan 2

variabel independen, yaitu: Herman (2009) menggunakan variabel

pengalaman dan skeptisisme profesional auditor serta Fullerton dan Durtschi

(2004) menggunakan variabel skeptisisme profesional auditor dan pelatihan

auditor. Sedangkan penelitian ini menggunakan 3 variabel independen, yaitu:

pengalaman, pelatihan, dan skeptisisme profesional auditor. Penggunaan

ketiga variabel tersebut dirasa perlu oleh peneliti mengingat kemampuan

auditor untuk dapat mendeteksi kecurangan didapat bukan saja dari teori

pemeriksaan akuntansi (auditing) yang didapatnya selama masa kuliah, tetapi

lebih banyak didapat dari pengalaman selama melakukan audit dan dari

pelatihan yang diikutinya sehingga pengetahuan dan wawasan auditor

mengenai kecurangan (fraud) bertambah. Selain itu, auditor harus memiliki

sikap skeptisisme profesional agar auditor dapat mendeteksi kecurangan,

bahkan American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) memberi

Page 22: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

6

penekanan khusus mengenai skeptisisme profesional tersebut dalam SAS No.

99.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis merasa tertarik untuk

meneliti lebih jauh mengenai “Pengaruh Pengalaman, Pelatihan dan

Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Pendeteksian Kecurangan”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas,

penulis mencoba membahas dan membatasi permasalahan. Adapun

perumusan masalah di dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah pengalaman auditor berpengaruh secara signifikan terhadap

pendeteksian kecurangan?

2. Apakah pelatihan auditor berpengaruh secara signifikan terhadap

pendeteksian kecurangan?

3. Apakah skeptisisme profesional auditor berpengaruh secara signifikan

terhadap pendeteksian kecurangan?

4. Apakah pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional auditor

berpengaruh secara signifikan terhadap pendeteksian kecurangan?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan

yang hendak di capai dalam penelitian ini antara lain :

Page 23: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

7

a. Untuk menguji secara empiris mengenai pengaruh pengalaman auditor

terhadap pendeteksian kecurangan.

b. Untuk menguji secara empiris mengenai pengaruh pelatihan auditor

terhadap pendeteksian kecurangan.

c. Untuk menguji secara empiris mengenai pengaruh skeptisisme

profesional auditor terhadap pendeteksian kecurangan.

d. Untuk menguji secara empiris mengenai pengaruh pengalaman,

pelatihan dan skeptisisme profesional auditor terhadap pendeteksian

kecurangan.

2. Manfaat Penelitian

a. Memberikan kontribusi pada pengembangan teori auditing, terutama

kajian mengenai pendeteksian kecurangan yang terjadi pada

perusahaan oleh auditor eksternal.

b. Memberikan pemahaman dan kesadaran mengenai pengaruh

pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional auditor terhadap

kemampuan auditor untuk dapat mendeteksi kecurangan.

c. Dapat dijadikan referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pengalaman, pelatihan dan

skeptisisme profesional auditor terhadap kemampuan auditor untuk

mendeteksi kecurangan.

Page 24: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Audit

1. Definisi Audit

Pengertian audit yang terdapat dalam report of the Comittee on

Basic Auditing Concept of the American Accounting Association

(Accounting Review, vol. 47) dalam Boynton, Johnson dan Kell (2006:4)

adalah sebagai berikut:

Audit is a systematic process of objectively obtaining andevaluating evidence regarding assertions about economic actions andevents to ascertain the degree of correspondence between those assertionsand established criteria and communicating the results to interested users.

Sedangkan definisi audit yang dikemukakan oleh Elder, Beasley

dan Arens (2008:4) adalah:

Audit is the accumulation and evaluation of evidence aboutinformation to determine and report on the degree of correspondencebetween the information and established criteria. Auditing should be doneby a competent, independent person.

Dari kedua definisi di atas dapat diperoleh pengertian bahwa

kegiatan pemeriksaan akuntansi (audit) merupakan suatu proses sistematis

yang berupa rangkaian langkah atau prosedur logis, berkerangka dan

terorganisasi untuk dapat mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti

audit. Pengumpulan bukti audit tersebut dilakukan secara objektif dan

dengan sikap yang profesional dan independen, lalu auditor tersebut harus

dapat menilai kesesuaian antara laporan keuangan yang dikeluarkan oleh

Page 25: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

9

perusahaan yang diaudit dengan standar akuntansi yang berlaku

berdasarkan temuan dan bukti audit yang berhasil dikumpulkan dan

dievaluasi oleh auditor. Setelah auditor tersebut memberi penilaian atas

kesesuaian laporan keuangan auditee dengan standar keuangan yang

berlaku, maka kemudian auditor akan menyampaikan hasil laporan

auditnya kepada pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan

perusahaan seperti kreditor, investor, maupun para pemegang saham.

2. Jenis-Jenis Audit

Boynton, Johnson dan Kell (2006:5) membagi jenis-jenis audit

menjadi 3 bagian, yaitu:

a. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)

Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit) berkaitan

dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-

laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat

apakah laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai

dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi

yang berlaku umum (Generally Accepted Accounting Principles).

b. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)

Audit kepatuhan (compliance audit) berkaitan dengan kegiatan

memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk meneteapkan apakah

kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan

persyaratan, ketentuan atau peraturan tertentu. Kriteria yang

ditetapkan dalam audit jenis ini berasal dari berbagai sumber. Sebagai

Page 26: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

10

contoh, manajemen dapat mengeluarkan kebijakan atau ketentuan

yang berkenaan dengan kondisi kerja, partisipasi dalam program

pensiun, serta pertentangan kepentingan.

c. Audit Operasional (Operational Audit)

Audit operasional (Operational Audit) atau audit manajemen

(Management Audit) adalah pengevaluasian terhadap efisiensi dan

efektivitas operasi perusahaan. Dalam konteks audit manajemen,

manajemen meliputi seluruh operasi internal perusahaan yang harus

dipertanggungjawabkan kepada berbagai pihak yang memiliki

wewenang yang lebih tinggi. (Bayangkara, 2008:2)

Ketiga jenis audit yang disebutkan di atas pada dasarnya memiliki

kegiatan inti yang sama, yaitu untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara

fakta yang terjadi dengan standar yang telah ditetapkan. Audit laporan

keuangan (financial statement audit) menetapkan tingkat keseuaian antara

laporan keuangan dengan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK),

audit kepatuhan (compliance audit) menetapkan tingkat kesesuaian antara

suatu pelaksanaan dan kegiatan pada perusahaan dengan peraturan yang

berlaku seperti peraturan pemerintah, ketetapan manajemen atau peraturan

lainnya, sedangkan audit operasional (operational audit) menetapkan

tingkat kesesuaian antara operasional usaha pada bagian tertentu di

perusahaan dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang telah ditetapkan

manajemen.

Page 27: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

11

3. Tujuan Pemeriksaan Akuntansi (Audit)

Tujuan pemeriksaan akuntansi sebagaimana yang dijelaskan oleh

Bayangkara (2008:7) adalah sebagai berikut:

Audit keuangan dilakukan untuk mendapatkan keyakinan bahwa laporankeuangan yang disajikan oleh perusahaan (manajemen) telah disusunmelalui proses akuntansi yang berlaku umum dan menyajikan dengansebenarnya kondisi keuangan perusahaan pada tanggal pelaporan dankinerja manajemen pada periode tersebut. Dari hasil audit ini kemudianakuntan (auditor) memberikan opini sebagai tanda pengesahan atas laporantersebut, untuk dapat digunakan oleh sebagian besar pemakai laporankeuangan.

Sedangkan menurut AICPA dalam SAS No. 1, tujuan pemeriksaan

akuntansi adalah:

The objective of the ordinary examination of financial statement by theindependent auditor is the expression of an opinion on the fairness withwhich they present, in all material respects, financial position, results ofoperations, and cash flows in conformity with generally acceptedaccounting principles.

Jadi, tugas utama auditor eksternal adalah untuk dapat membuat

penilaian mengenai laporan keuangan perusahaan apakah sudah sesuai

dengan standar akuntansi yang berlaku dan juga untuk memberi penilaian

bahwa laporan keuangan tersebut telah bebas dari salah saji material baik

yang disebabkan oleh kekeliruan (error) maupun kecurangan (fraud).

4. Jenis-Jenis Auditor

Secara umum Elder, Beasley dan Arens (2008:14)

mengklasifikasikan auditor menjadi 4 jenis, yaitu:

a. Akuntan Publik Terdaftar

Akuntan publik menjual jasa terutama dalam bidang pemeriksaan

laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya juga menjual jasanya

Page 28: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

12

sebagai konsultasi pajak, konsultan di bidang manajemen, penyusunan

sistem akuntansi serta penyusunan laporan keuangan.

b. Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah merupakan auditor yang bekerja pada pemerintah

yang tugasnya tidak berbeda dengan tugas Kantor Akuntan Publik

(KAP). Selain mengaudit informasi laporan keuangan seringkali

melakukan evaluasi efisiensi dan efektifitas operasi sebagai program

pemerintah dan BUMN.

c. Auditor Pajak

Auditor pajak merupakan auditor-auditor khusus dalam Kantor

Akuntan Publik (KAP) dan penyidikan pajak (Karipka) yang

mempunyai tanggung jawab melakukan audit terhadap para wajib

pajak tertentu untuk menilai apakah telah memenuhi ketentuan

perundangan perpajakan

d. Auditor Intern

Auditor intern merupakan auditor yang bekerja di satu perusahaan

untuk melakukan audit bagi kepentingan menejemen perusahaan.

Auditor intern wajib memberikan informasi yang berharga bagi

manajemen untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan

operasi perusahaan.

Perbedaan antara keempatnya terletak pada tugas dan tempat kerja

dimana auditor tersebut bekerja, auditor yang bekerja untuk suatu

perusahaan disebut auditor internal, auditor yang bekerja pada lembaga

Page 29: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

13

pemerintahan disebut auditor pemerintah, auditor yang bekerja sebagai

lembaga tersendiri disebut auditor eksternal, sedangkan auditor yang

bertugas untuk melakukan penyidikan pajak disebut auditor pajak.

B. Pengalaman, Pelatihan dan Skeptisisme Profesional Auditor

1. Pengalaman Auditor

Menurut The Oxford English Dictionary (1978) pengalaman adalah

pengetahuan atau keahlian yang didapat dari pengamatan langsung atau

partisipasi dalam suatu peristiwa dan aktivitas yang nyata, sedangkan

menurut Longman Advanced American Dictionary (2008) pengalaman

adalah kejadian dan pengetahuan yang dialami atau dibagi kepada orang

lain dalam kelompok tertentu. Dari dua pengertian di atas dapat diambil

pengertian bahwa pengalaman merupakan pengetahuan, keahlian atau

kejadian yang dialami sendiri atau orang lain yang terjadi dalam suatu

peristiwa dan aktivitas yang nyata.

Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan

pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan

formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang

membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.

Sedangkan menurut Suraida (2005), pengalaman audit dapat diartikan

sebagai pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik

dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah

ditangani. Pengalaman audit akan membentuk seorang akuntan publik

menjadi terbiasa dengan situasi dan keadaan dalam setiap penugasan.

Page 30: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

14

Herliansyah dan Ilyas (2006) menyatakan bahwa pengalaman kerja telah

dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja

akuntan publik sehingga faktor pengalaman dimasukkan sebagai salah satu

persyaratan dalam memperoleh ijin menjadi akuntan publik (SK Menkeu

No. 43/KMK.017/1997).

Pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas

kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang

sama, semakin terampil dan semakin cepat dia menyelesaikan pekerjaan

tersebut, dan semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang,

pengalaman kerjanya semakin kaya dan luas dan memungkinkan

peningkatan kinerja auditor.

Pengalaman berdasarkan lama bekerja merupakan pengalaman

auditor yang dihitung berdasarkan satuan waktu. Sehingga auditor yang

telah lama bekerja sebagai auditor dapat dikatakan auditor yang

berpengalaman. Karena semakin lamanya bekerja menjadi auditor, maka

akan dapat menambah dan memperluas pengetahuan auditor di bidang

akuntansi dan auditing.

Begitu pula dengan banyaknya jumlah penugasan yang telah

dilakukan oleh auditor dapat meningkatkan pengetahuan karena adanya

kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang diaudit. Pengalaman

berdasarkan lama bekerja dan banyaknya jumlah penugasan saling

berkaitan erat, karena semakin lamanya seseorang menjadi auditor,

tentunya jumlah penugasan yang pernah dilakukan pun akan semakin

Page 31: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

15

banyak. Libby (1995) dalam Koroy (2005) menyatakan bahwa pekerjaan

auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expertise). Semakin

berpengalaman seorang auditor maka semakin mampu dia menghasilkan

kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks,

termasuk dalam mengungkap tindakan kecurangan (fraud) yang kerap

terjadi dalam suatu perusahaan. Dan menurut Mayangsari (2003) auditor

yang berpengalaman memiliki keunggulan dalam hal pendeteksian

kesalahan, memahami kesalahan secara akurat dan mencari penyebab

kesalahan.

2. Pelatihan Auditor

Definisi pelatihan menurut Tanjung dan Arep (2002) dalam

Bulchia (2008) adalah sebagai berikut:

Pelatihan merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan sumber dayamanusia, terutama dalam hal pengetahuan (knowledge), kemampuan(ability), keahlian (skill) dan sikap (attitude).

Pelatihan merupakan bagian dari suatu proses pendidikan yang

tujuannya untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan khusus

seseorang atau kelompok orang (Notoatmodjo, 1998 dalam Ayuni, 2008).

Pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang

menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir dimana staf

mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan yang

terbatas (Mangkunegara, 2000 dalam Ayuni, 2008).

Berdasarkan kedua pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa pelatihan merupakan suatu proses pendidikan jangka pendek guna

Page 32: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

16

memperoleh dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang

khusus agar mampu untuk melakukan sesuatu. Pengetahuan yang harus

dimiliki dan didapat oleh auditor tersebut yaitu pengetahuan mengenai hal-

hal yang berkaitan dengan tindakan kecurangan (fraud), sehingga tindak

kecurangan (fraud) yang kerap terjadi dalam suatu organisasi dapat

dicegah dan di deteksi keberadaannya.

Pelatihan di bidang fraud auditing merupakan salah satu kegiatan

pengembangan auditor untuk meningkatkan kualitas auditnya. Dengan

adanya pelatihan ini, diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan

produktifitas auditor, yang pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas

Kantor Akuntan Publik (KAP) secara keseluruhan. Sebaiknya pelatihan

dan pengembangan auditor dilakukan secara berkala dan teratur.

Pelatihan perlu dibedakan dari pendidikan. Menurut Notoatmodjo

(1998) dalam Ayuni (2008) pendidikan adalah suatu proses pengembangan

kemampuan ke arah yang diinginkan. Pendidikan di sini adalah pendidikan

jangka panjang atau pendidikan formal yang telah didapat oleh seorang

auditor. Sedangkan pendidikan jangka pendek disebut dengan pelatihan.

Perbedaan istilah pendidikan dan pelatihan dalam suatu institusi secara

teori dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 33: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

17

Tabel 2.1Perbedaan Pendidikan dan Pelatihan

No. Uraian Pendidikan Pelatihan

a Pengembangan Kemampuan Menyeluruh Spesifik

b Area KemampuanKognitif, afektif

dan psikomotorPsikomotor

c Jangka waktu pelaksanaan Panjang Pendek

d Materi yang diberikan Lebih umum Lebih khusus

ePenekanan penggunaan

metode belajar mengajarKonvensional Inkonvensional

f Penghargaan akhir proses Gelar Sertifikat

3. Skeptisisme Profesional Auditor

Skeptisme profesional (professional scepticism) sebagaimana yang

didefinisikan dalam PSA No. 70 tentang pertimbangan atas kecurangan

dalam audit laporan keuangan adalah (PSA No. 70, paragraf 27):

Suatu sikap yang mencakup pikiran bertanya dan penentuan secara kritisbukti audit

Sedangkan AICPA mendefinisikannya sebagai berikut (AU 316):

Professional skepticism in auditing implies an attitude that includes aquestioning mind and a critical assessment of audit evidence without beingobsessively suspicious or skeptical. The Auditors are expected to exerciseprofessional skepticism in conducting the audit, and in gathering evidencesufficient to support or refute management’s assertion

Hurtt, Eining, dan Plumlee (2003) dalam Kopp, dkk (2003) telah

membangun sebuah model yang dapat menguraikan masalah skeptisisme

profesional dalam konteks audit laporan keuangan ini. Model yang mereka

buat tersebut mengatakan bahwa skeptisisme profesional auditor terdiri

dari 6 karakteristik, yaitu: (1) Pikiran yang selalu bertanya-tanya, (2) tidak

Page 34: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

18

cepat mengambil keputusan, (3) selalu mencari tahu, (4) mengerti antar-

perorangan (5) percaya diri, dan (6) memiliki keteguhan hati. Kemudian

keenam hal ini akan membawa seorang auditor pada 4 peningkatan sikap

skeptis, yaitu peningkatan dalam hal pencarian tambahan, pendeteksian

hal-hal yang kontradiktif, alternatif hal-hal yang mungkin terjadi, dan

penelitian cermat atas keandalan suatu sumber.

Skeptisisme profesional perlu dimiliki oleh auditor terutama pada

saat memperoleh dan mengevaluasi bukti audit. Auditor tidak boleh

mengasumsikan begitu saja bahwa manajemen adalah tidak jujur, tetapi

auditor juga tidak boleh mengasumsikan bahwa manajemen sepenuhnya

jujur (IAI, 2000, SA Seksi 230; AICPA, 2002, AU 230). Pernyataan yang

hampir sama juga terdapat pada ISA No. 200 (IFAC, 2004) yang

mengatakan bahwa auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit

dengan sikap skeptisisme profesional, dengan mengakui bahwa ada

kemungkinan terjadinya salah saji dalam laporan keuangan.

Skeptisisme profesional auditor merupakan sikap (attitude) auditor

dalam melakukan penugasan audit dimana sikap ini mencakup pikiran

yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis

terhadap bukti audit. Karena bukti audit dikumpulkan dan dinilai selama

proses audit, maka skeptisisme profesional harus digunakan selama proses

tersebut (IAI, 2000, SA seksi 230; AICPA, 2002, AU 230). Skeptisisme

merupakan manifestasi dari obyektivitas. Skeptisisme tidak berarti

bersikap sinis, terlalu banyak mengkritik, atau melakukan penghinaan.

Page 35: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

19

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa

skeptisisme profesional auditor adalah sikap seorang auditor yang

seimbang antara curiga dan percaya atas informasi yang didapatnya selama

proses audit yang dilakukan.

C. Kecurangan (Fraud)

Deteksi kecurangan mencakup identifikasi indikator-indikator

kecurangan yang memerlukan tindak lanjut auditor untuk melakukan

investigasi. Koroy (2008) menyatakan bahwa pendeteksian kecurangan bukan

merupakan tugas yang mudah dilaksanakan oleh auditor. Atas literatur yang

tersedia, dapat dipetakan empat faktor yang teridentifikasi yang menjadikan

pendeteksian kecurangan menjadi sulit dilakukan sehingga auditor gagal

dalam usaha mendeteksi. Faktor-faktor penyebab tersebut adalah:

1. Karakteristik terjadinya kecurangan

2. Standar pengauditan mengenai pendeteksian kecurangan

3. Lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit

4. Metode dan prosedur audit yang tidak efektif dalam pendeteksian

kecurangan.

Identifikasi atas faktor-faktor penyebab, menjadi dasar untuk kita

memahami kesulitan dan hambatan auditor dalam menjalankan tugasnya

untuk mendeteksi kecurangan. Meski demikian faktor-faktor itu tidaklah

menjadi alasan untuk menghindarkan upaya pendeteksian kecurangan yang

lebih baik.

Page 36: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

20

Kecurangan (fraud) perlu dibedakan dengan kekeliruan (error).

Perbedaan antara kecurangan (fraud) dan kekeliruan (error) terdapat pada

tindakan yang mendasarinya, apakah tindakan yang dilakukan dilakukan

dengan sengaja atau tidak. Kekeliruan dapat dideskripsikan sebagai

“unintentional mistakes” (kesalahan yang tidak disengaja). Kekeliruan dapat

terjadi pada setiap tahap dalam pengelolaan transaksi, dari terjadinya

transaksi, pendokumentasian, pencatatan, pengikhtisaran hingga proses

menghasilkan laporan keuangan. Kekeliruan (error) berarti salah saji

(misstatement) atau hilangnya jumlah atau pengungkapan dalam laporan

keuangan yang tidak disengaja. Sedangkan kecurangan sebagaimana yang

didefinikan oleh AICPA (AU 316) adalah:

Fraud is an intentional act that results in a material misstatement in financialstatements that are the subject of an audit

Definisi yang dikemukakan AICPA di atas memberi pengertian bahwa

kecurangan adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja dan

mengakibatkan adanya salah saji material dalam laporan keuangan dimana

laporan keuangan ini adalah subjek utama dalam audit.

Kesengajaan merupakan salah satu unsur yang harus ada agar suatu

tindakan dapat dikatakan tindakan kecurangan (fraud). Dan salah satu

kesulitan terbesar bagi auditor dalam mengungkap fraud adalah bagaimana

cara mengevaluasi dan menilai apakah salah saji material yang terjadi

dilakukan dengan dasar kesengajaan atau tidak. Bagaimanapun, kegiatan audit

bukan ditujukan untuk menentukan adanya kesengajaan atau tidak, kewajiban

auditor yang paling utama adalah merencanakan dan melaksanakan kegiatan

Page 37: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

21

audit sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk mendapatkan bukti yang

cukup dan memadai untuk kemudian dapat menilai apakah laporan keuangan

audittee bebas dari salah saji material atau tidak tanpa peduli salah saji

material tersebut disengaja atau tidak.

Untuk dapat mencegah dan mengungkap tindak kecurangan, terlebih

dahulu seorang auditor harus mengetahui jenis-jenis kecurangan, faktor-faktor

yang menyebabkan terjadinya kecurangan, serta teknik dalam mencegah

tindakan kecurangan

1. Jenis-Jenis Kecurangan

Kecurangan (Fraud) dibagi menjadi 3 bagian (Hall dan Singleton,

2007:285), yaitu:

a. Kecurangan Dalam Laporan Keuangan (fraudulent statement)

Kecurangan Dalam Laporan Keuangan (fraudulent statement) meliputi

tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan

atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang

sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial

engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh

keuntungan.

b. Korupsi (corruption)

Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja

sama dengan pihak lain seperti suap dan korupsi. Kecurangan (Fraud)

jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para pihak yang

bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis mutualisme). Korupsi

Page 38: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

22

meliputi penyuapan (bribery), konflik kepentingan (conflict of

interest), pemberian tanda terima kasih yang tidak sah (Illegal

Gratuity), dan pemerasan secara ekonomi (Economic Extortion).

c. Penyalahgunaan Aset (Asset misappropriation)

Penyalahgunaan Aset (Asset misappropriation) meliputi

penyalahgunaan/pencurian aset atau harta perusahaan atau pihak lain.

Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah dideteksi karena

sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung (defined value).

Segala tindak kecurangan yang terjadi dalam perusahaan perlu

untuk dapat dideteksi dan dicegah oleh auditor, karena segala tindak

kecurangan yang terjadi dalam perusahaan dapat merugikan baik bagi

perusahaan maupun bagi orang yang memiliki kepentingan terhadap

perusahaan seperi kreditor, pemegang saham dan lain sebagainya.

2. Pemicu Terjadinya Kecurangan (Fraud)

Dalam rangka membuat keputusan mengenai penilaian auditor atas

risiko adanya kecurangan, seorang auditor harus mengerti bahwa ada tiga

hal yang menjadi pemicu terjadinya kecurangan. Ketiga hal ini disebut

sebagai segitiga kecurangan (Hall dan Singleton, 2007:264), yaitu:

a. Kesempatan (Opportunity)

Faktor kesempatan merupakan faktor utama yang menyebabkan

terjadinya tindakan kecurangan (fraud). Risiko adanya kesempatan

bagi pegawai untuk dapat melakukan tindak kecurangan (fraud) dapat

diperkecil dengan adanya pengendalian internal (internal control) yang

Page 39: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

23

memadai dan terus melakukan pengawasan atas pengendalian internal

tersebut.

b. Tekanan Situasional/Motivasi (Situational Pressure/Motivation)

Motivasi merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam hal terjadinya

kecurangan, yang termasuk ke dalam kategori ini dapat berupa

kebutuhan finansial, tantangan untuk dapat melakukan kecurangan

tanpa terdeteksi atau tindakan balas dendam atas perlakuan perusahaan

yang dinilai tidak adil

c. Rasionalisasi (Rationalization)

Rasionalisasi (Rationalization) merupakan pembenaran atas tindak

kecurangan yang dilakukan. Contohnya adalah mereka (pelaku tindak

kecurangan) mungkin akan bekerja lebih giat atau membayar di

kemudian hari untuk membayar tindak kecurangan yang telah mereka

lakukan tersebut.

Ada satu pendapat menarik mengenai segitiga kecurangan (the

fraud triangle) yang dikemukakan oleh Koletar (2006:104), yaitu:

Fraud occurs when pressure, opportunity and rationalization cometogether. Most people have pressures. Everyone rationalizes. Wheninternal control are absent or overridden, everyone also has anopportunity to commit fraud.

Kecurangan terjadi ketika secara bersamaan ada dorongan,

kesempatan dan hal yang mendasari pikiran si pelaku kecurangan untuk

melakukan kecurangan. Setiap orang pasti memiliki tekanan atau masalah

dalam hidup yang dijalaninya dan kadang ada saja alasan bagi setiap orang

untuk dapat melakukan kecurangan, ketika ada kelemahan dalam

Page 40: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

24

pengendalian internal perusahaan yang diketahui oleh orang, maka orang

tersebut memiliki kesempatan untuk dapat melakukan kecurangan. Jadi,

ketiga hal ini, yaitu: dorongan, alasan/rasionalisasi dan kesempatan

memiliki peranan yang penting bagi orang untuk dapat melakukan

kecurangan.

3. Teknik Dalam Mencegah Tindakan Kecurangan

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas, maka tindakan

kecurangan dapat dicegah dengan (Trijayanti, 2008):

a. Membina, memelihara dan menjaga mental atau moral pegawai agar

senantiasa bersikap jujur, disiplin, setia, beretika dan berdedikasi

b. Membangun mekanisme sistem pengendalian intern yang efisien dan

efektif

Jadi, untuk dapat mencegah adanya tindakan kecurangan ada 2

sektor utama yang harus dibenahi oleh pihak manajemen, yaitu

pembinaaan mental dan moral setiap pegawai yang bekerja pada

perusahaan tersebut dan pembangunan sistem pengendalian internal yang

cukup dan memadai agar kemungkinan dan risiko terjadinya tindak

kecurangan dapat semakin diperkecil.

D. Keterkaitan Antar Variabel

1. Pengalaman Audit Dengan Pendeteksian Kecurangan (Fraud)

Sehubungan dengan variabel pengalaman kerja, hasil penelitian

mengenai pengalaman yang telah dikutip dari Sularso dan Na’im (1999)

telah dilakukan oleh Hayesroth (1975), Hutchinson (1983), dan Murphy

Page 41: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

25

dan Wright (1984) yang memperlihatkan bahwa seseorang dengan lebih

banyak pengalaman dalam suatu bidang substantif memiliki lebih banyak

hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu

pemahaman yang baik mengenai frekuensi relatif peristiwa-peristiwa.

Butt (1988) dalam Sularso dan Na’im (1999) mengungkapkan

bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman membuat judgement

frekuensi relatif lebih baik dalam tugas-tugas profesional ketimbang

akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman. Demikian pula Frederick

(1991) mendokumentasikan bahwa jumlah komponen pengendalian yang

disebut (recall) oleh akuntan pemeriksa yang berpengalaman lebih banyak

ketimbang yang belum. Marchant (1989) menemukan bahwa akuntan

pemeriksa yanng berpengalaman mampu mengidentifikasi secara lebih

baik mengenai kesalahan-kesalahan dan review analitik.

Penelitian Sularso dan Na’im (1999) tentang analisis pengaruh

pengalaman akuntan pada pengetahuan dan penggunaan intuisi dalam

mendeteksi kekeliruan didapat hasil akuntan pemeriksa berpengalaman

memiliki ketelitian yang lebih tinggi mengenai kekeliruan, dan akuntan

pemeriksa berpengalaman menggunakan intuisi lebih banyak

dibandingkan dengan akuntan pemeriksa yang tidak berpengalaman.

Penelitian Bulchia (2008) tentang analisis pengaruh pengalaman

dan pelatihan auditor terhadap pengetahuan auditor dalam mendeteksi

kecurangan didapat hasil bahwa semakin besar pengalaman auditor dalam

melaksanakan audit, semakin besar pula kecenderungan auditor untuk

Page 42: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

26

dapat mendeteksi kecurangan, hal ini berarti bahwa auditor yang memiliki

pengalaman cenderung lebih dapat mendeteksi kecurangan dibanding

dengan auditor yang memiliki kurang pengalaman.

Suraida (2005) juga menyebutkan beberapa penelitian mengenai

pengalaman. Diantaranya, Butt J.L (1988) mengungkapkan bahwa akuntan

pemeriksa yang berpengalaman akan membuat judgment yang relatif baik

dalam tugas-tugas profesional dibandingkan dengan akuntan pemeriksa

yang belum berpengalaman, Merchant G.A (1989) menemukan bahwa

akuntan pemeriksa yang berpengalaman mampu mengidentifikasikan

secara lebih baik mengenai kesalahan-kesalahan dalam telaah analitik,

sedangkan Libby dan Frederick (1990) menemukan bahwa semakin

banyak pengalaman, auditor makin dapat menghasilkan berbagai macam

dugaan dalam menjelaskan temuan audit.

Penelitian yang hampir sama tentang pengalaman auditor juga

dilakukan oleh Noviyani dan Bandi (2002). Penelitian dilakukan untuk

melihat pengaruh pengalaman dan pelatihan terhadap struktur pengetahuan

auditor tentang kekeliruan. Penelitian dilakukan terhadap 39 auditor di

Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jawa yang memiliki posisi partner,

supervisor dan asisten auditor. Penelitian ini menyimpulkan bahwa

pengalaman akan berpengaruh positif terhadap pengetahuan auditor

tentang jenis kekeliruan.

Penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa pengalaman akan

mempengaruhi kemampuan auditor untuk mengetahui kekeliruan yang ada

Page 43: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

27

di perusahaan yang menjadi kliennya. Penelitian ini juga memberikan

bukti bahwa pelatihan yang dilakukan oleh auditor akan meningkatkan

keahlian mereka untuk melakukan audit. Keahlian audit dan kemampuan

untuk mengetahui kekeliruan merupakan salah satu bagian dari kompetensi

auditor.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti berasumsi bahwa auditor yang

berpengalaman lebih memiliki kemampuan untuk mendeteksi kecurangan

(fraud) dibanding dengan auditor yang kurang/tidak berpengalaman,

sehingga peneliti mengajukan hipotesis:

Ha1 : Pengalaman auditor berpengaruh terhadap pendeteksian

kecurangan

2. Pelatihan Audit Dengan Pendeteksian Kecurangan (Fraud)

Akuntan memerlukan berbagai keterampilan dan keahlian tertentu

dalam rangka meraih kesuksesan dalam karirnya sebagai auditor eksternal,

kurikulum yang ada belum cukup membangun kesuksesan akuntan, masih

diperlukan pelatihan-pelatihan melalui kursus-kursus pendidikan

profesional lanjutan (Eynon dkk, 1994) dalam Noviyani dan Bandi (2002).

Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus

menjalani pelatihan teknis yang cukup (IAI, 2004). Program pelatihan

mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam peningkatan keahlian

auditor.

Pelatihan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan kerja peserta, yang akhirnya akan

Page 44: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

28

menimbulkan perubajan perilaku aspek-aspek kognitif, keterampilan dan

sikap (Harmalik, 2000 dalam Noviyani dan Bandi, 2002). Peningkatan

pengetahuan yang didapat dari penambahan pelatihan formal sama

bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus (Bonne dan

Walker, 1994 dalam Noviyani dan Bandi, 2002). Personel auditor baru

yang menerima pelatihan dan umpan balik tentang deteksi kecurangan

menunjukkan tingkat skeptis dan pengetahuan tentang kecurangan yang

lebih tinggi dan mampu mendeteksi kecurangan dengan lebih baik

dibanding dengan personel audit yang tidak menerima perlakuan tersebut

(Carpenter, 2002).

Pelatihan bagi akuntan publik meliputi jenis dan kualitas pelatihan.

Materi pelatihan harus dirancang dengan sebaik-baiknya. Pelatihan harus

dibuat sistematis dan berjenjang sesuai dengan tingkatan auditor yang ada

di Kantor Akuntan Publik (KAP). Pelatihan terhadap junior auditor akan

berbeda dengan pelatihan bagi manajer auditor. Pelatihan bisa

diselenggarakan oleh organisasi profesi atau dilakukan secara mandiri oleh

Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap staf auditor. Pelatihan harus

dilakukan untuk mengisi kekurangan dan memberikan penekanan pada

praktik auditing dan standar akuntansi bagi staf auditor di Kantor Akuntan

Publik (KAP).

Pendidikan dalam arti luas meliputi pendidikan formal, pelatihan

atau pendidikan berkelanjutan. Pelatihan lebih yang didapatkan oleh

Page 45: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

29

auditor akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perhatian

auditor terhadap kekeliruan yang terjadi (Noviyani dan Bandi, 2002).

Berdasarkan uraian tersebut peneliti berasumsi bahwa auditor yang

telah mengikuti pelatihan lebih banyak lebih memiliki kemampuan untuk

mendeteksi kecurangan (fraud) dibanding dengan auditor yang mengikuti

pelatihan lebih sedikit atau tidak sama sekali, sehingga peneliti

mengajukan hipotesis:

Ha2 : Pelatihan auditor berpengaruh terhadap pendeteksian

kecurangan

3. Skeptisisme Profesional Audit Dengan Pendeteksian Kecurangan (Fraud)

Penelitian yang dilakukan oleh Fullerton dan Durtschi tentang

pengaruh sikap skeptisisme profesional terhadap kemampuan mendeteksi

kecurangan pada auditor internal memberikan hasil bahwa auditor yang

memiki sikap skeptisisme profesional yang tinggi akan membuat auditor

tersebut untuk selalu mencari informasi yang lebih banyak dan lebih

signifikan daripada auditor yang memiliki tingkat skeptisisme profesional

yang rendah, dan hal ini mengakibatkan auditor yang memiliki tingkat

skeptisisme profesional yang tinggi akan lebih dapat mendeteksi adanya

fraud karena informasi yang mereka miliki tersebut.

Hasil yang sama didapat dalam penelitian yang dilakukan oleh

Herman (2009) yang meneliti tentang pengaruh pengalaman dan

skeptisisme profesional auditor terhadap pendeteksian kecurangan yang

mendapatkan hasil bahwa skeptisisme profesional auditor berpengaruh

Page 46: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

30

signifikan terhadap pendeteksian kecurangan. Dengan demikian, semakin

besar skeptisisme profesional seorang auditor maka semakin tinggi tingkat

kemampuan dalam mendeteksi kecurangan.

Penelitian yang dilakukan oleh Noviyanti pada tahun 2007 dalam

Herman (2009) tentang skeptisisme profesional auditor dalam mendeteksi

kecurangan, yaitu meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi skeptisisme

profesional auditor. Dengan kesimpulan bahwa jika auditor diberi

penaksiran risiko kecurangan yang tinggi akan menunjukkan skeptisisme

profesional yang lebih tinggi dalam mendeteksi kecurangan, dan

kepribadian mempengaruhi sikap skeptisisme profesional auditor.

Ha3 : Skeptisisme profesional auditor berpengaruh terhadap

pendeteksian kecurangan

Berdasarkan seluruh uraian mengenai pengaruh pengalaman,

pelatihan dan skeptisisme profesional auditor yang telah disebutkan di

atas, peneliti mengajukan hipotesis penelitian yang mengasumsikan bahwa

faktor pengalaman, pelatihan, dan skeptisisme profesional auditor secara

simultan berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan. Dengan

demikian, peneliti mengajukan hipotesis penelitian keempat, yaitu:

Ha4 : Pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional auditor

berpengaruh secara simultan terhadap pendeteksian

kecurangan

Berikut ini penulis paparkan hasil penelitian yang telah dilakukan

berkaitan dengan pengaruh pengalaman, pelatihan dan skeptisisme

Page 47: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

31

profesional auditor terhadap pendeteksian kecurangan, seperti terlihat pada

tabel di bawah ini:

Page 48: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

32

Tabel 2.2Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan AlatAnalisis Hasil Penelitian

1 Edy Herman(2009)

Pengaruh Pengalamandan SkeptisismeProfesional AuditorTerhadap PendeteksianKecurangan

VariabelIndependen:Pengalaman,SkeptisismePofesional Auditor

VariabelDependen:PendeteksianKecurangan

VariabelIndependen:Pelatihan Auditor

Analisisregeresiberganda

Pengalaman danSkeptisisme ProfesionalAuditor berpengaruhsecara signifikan baiksecara parsial maupunsimultan terhadappendeteksian kecurangan

2 Bulchia(2008)

Pengaruh Pengalamandan Pelatihan AuditorTerhadap PengetahuanAuditor DalamMendeteksiKecurangan

VariabelIndependen:Pengalaman,Pelatihan Auditor

VariabelIndependen:SkeptisismePofesionalAuditor

VariabelDependen:PendeteksianKecurangan

Analisisregeresiberganda

Terdapat pengaruh yangsignifikan antarapengalaman dan pelatihanauditor terhadappengetahuan auditor dalammendeteksi kecurangan

Pengalaman auditormempunyai pengaruh yangsignifikan terhadappengetahuan auditor dalammendeteksi kecurangan

Pelatihan auditor tidakberpengaruh secara

Page 49: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

33

Tabel 2.2Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan AlatAnalisis Hasil Penelitian

signifikan terhadappengetahuan auditor dalammendeteksi kecurangan

3 RosemaryFullerton danCindyDurtschi(2004)

The Effect ofProfessional Skepticismon The Fraud DetectionSkills of InternalAuditors

VariabelIndependen:Pelatihan,SkeptisismePofesionalAuditor

VariabelDependen:PendeteksianKecurangan

VariabelIndependen:Pengalaman

Analisisregeresiberganda

Internal auditor yangmemiliki tingkat skeptisismeprofesional yang tinggimemiliki kemampuan yanglebih tinggi dalammendeteksi kecurangan

Pelatihan memiliki pengaruhjangka pendek terhadapkemampuan auditor internaluntuk mendeteksi fraud

4 PutriNoviyani danBandi(2002)

Pengaruh Pengalamandan Pelatihan TerhadapStruktur PengetahuanAuditor TentangKekeliruan

VariabelIndependen:Pengalaman,Pelatihan

VariabelIndependen:SkeptisismePofesional Auditor

VariabelDependen:Pendeteksian

Analisisregeresiberganda

Pengalaman berpengaruhpositif terhadap pengetahuanauditor tentang jenis-jeniskekeliruan yang berbedayang diketahuinya

Tidak ada pengaruh yangpositif dan signifikan antarapelatihan dengan

Page 50: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

34

Tabel 2.2Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan AlatAnalisis Hasil Penelitian

Kecurangan jenis-jenis kekeliruan yangberbeda yang diketahuiauditor

Pengalaman tidakmempunyai pengaruh yangsignifikan terhadapperhatian auditor padadepartemen tempatkekeliruan terjadi

Pelatihan lebih yangdidapatkan oleh auditorakan memberikanpengaruh yang signifikanterhadap perhatian auditorpada departemen tempatkekeliruan terjadi

5 Sri Sularsodan AinunNa’im(1999)

Analisis PengaruhPengalaman Akuntanpada Pengetahuan danPenggunaan Intuisidalam MendeteksiKekeliruan

VariabelIndependen:PengalamanAuditor

VariabelIndependen:Pelatihan,SkeptisismePofesionalAuditor

Analisisregeresiberganda

Pengalaman berpengaruhpositif terhadappengetahuan auditortentang jenis-jeniskekeliruan yang berbedayang diketahuinya

Page 51: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

35

Tabel 2.2Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan AlatAnalisis Hasil Penelitian

VariabelDependen:KemampuanAuditor DalamMengidentifikasiJenis Kekeliruan,Ketelitian,PengetahuanKekeliruan YangTidak Lazim, danPenggunaanIntuisi

VariabelDependen:PendeteksianKecurangan

Tidak ada pengaruh yangpositif dan signifikanantara pelatihan denganjenis-jenis kekeliruan yangberbeda yang diketahuiauditor

Pengalaman tidakmempunyai pengaruh yangsignifikan terhadapperhatian auditor padadepartemen tempatkekeliruan terjadi

Pelatihan lebih yangdidapatkan oleh auditorakan memberikanpengaruh yang signifikanterhadap perhatian auditorpada departemen tempatkekeliruan terjadi

Page 52: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

36

E. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dapat dituangkan dalam sebuah model

penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1Kerangka Pemikiran

Pengalaman Auditor (X1)

Pelatihan Auditor (X2)

Skeptisisme Profesional

Auditor (X )

Pendeteksian

Kecurangan (Y)

Page 53: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor

Akuntan Publik (KAP) di wilayah Jakarta. Penelitian dilakukan dengan

mengambil beberapa sampel dari populasi yang telah peneliti tetapkan

tersebut, yaitu auditor eksternal yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik

(KAP) di wilayah Jakarta. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis

seberapa besar pengaruh pengalaman, pelatihan, dan skeptisisme profesional

auditor terhadap pendeteksian kecurangan.

Objek penelitian ini adalah auditor yang bekerja di kantor akuntan

publik (KAP) di wilayah Jakarta. Lokasi ini dipilih sebagai lokasi penelitian

karena lokasi ini lebih mudah dijangkau, memiliki kondisi sosial ekonomi

yang relatif sama serta diharapkan dengan memilih daerah tersebut sebagai

lokasi penelitian, penulis bisa memperoleh jumlah responden yang lebih

banyak sehingga kekuatan generalisasinya lebih tinggi.

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel dipilih dengan menggunakan metode convenience sampling

yang termasuk dalam nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan

sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap

unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Metode ini dapat

Page 54: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

38

mengambil sampel dari elemen populasi yang tidak terbatas yang bersedia

memberikan informasi yang dibutuhkan (Indriantoro dan Supomo, 2002:130).

C. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara

langsung dari sumber asli (Indriantoro dan Supomo, 2002:146). Data

primer yang penulis gunakan yaitu dengan menggunakan kuesioner yang

disampaikan secara langsung kepada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang

ada di Jakarta dan mengkonfirmasi langsung ke KAP untuk memperoleh

tingkat pengembalian yang tinggi atas kuesioner tersebut.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (Indriantoro dan

Supomo, 2002:147). Data sekunder dapat berupa buku dan majalah,

publikasi pemerintah mengenai indikator ekonomi, data sensus, ikhtisar

statistik, database, media, laporan tahunan perusahaan dan sebagainya

(Sekaran, 2006:65)

D. Metode Analisis Data

1. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui seberapa baik ketepatan dan

kecermatan suatu instrumen untuk mengukur konsep yang seharusnya

Page 55: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

39

diukur. Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya

suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur

(Indriantoro dan Supomo, 2002:181). Setiap butir pertanyaan

dikatakan valid bila angka korelasional yang diperoleh dari

perhitungan lebih besar atau sama dengan r kritis. Untuk menentukan r

hitung didapatkan dari perhitungan dengan menggunakan Pearson

Correlation yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Uji reliabilitas ini

dilakukan untuk menguji konsistensi jawaban dari responden melalui

pertanyaan yang diberikan. Suatu kuesioner dikatakan reliable

(handal) jika beberapa pengukuran terhadap subjek yang sama

diperoleh hasil yang tidak berbeda (Jogiyanto, 2009:120). Teknik yang

digunakan dalam penelitian ini adalah alpha cronbach karena

menggunakan jenis data likert.

Penelitian menggunakan bantuan program SPSS dalam menghitung

Cronbach Alpha untuk menginterprestasikan nilai alpha yang

diperoleh. Jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel lebih besar

dari 0,6 maka butir pertanyaan yang diajukan dalam pengukuran

instrumen tersebut memiliki reliabilitas yang memadai. Sebaliknya,

Page 56: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

40

jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel lebih kecil dari 0,6 maka

butir pertanyaan tersebut tidak reliable.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal

(Ghozali, 2005:110). Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F

mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika

asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk

jumlah sampel kecil. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi

normal atau tidak yaitu dengan melihat normal probability plot yang

membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada

sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menyebar di sekitar garis

diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka menunjukkan pola

distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi

memenuhi asumsi normalitas. Jika data (titik) menyebar menjauh dari

diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka tidak

menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa

model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Multikolinieritas

Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

menemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model

Page 57: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

41

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel

independen. Dalam penelitian ini uji multikolinieritas digunakan untuk

menguji apakah ada korelasi di antara variabel pengalaman auditor,

pelatihan auditor dan skeptisisme profesional auditor. Model regresi

yang tidak ada multikolinieritas adalah yang mempunyai nilai besaran

korelasi antar variabel bebas kurang dari 95%, VIF Variance Inflation

factor) kurang dari angka 1.0 dan mempunyaii nilai tolerance lebih

dari 0.1 atau 10% (Ghozali, 2005:91).

c. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah suatu model

regresi terdapat persamaan atau perbedaan varian yang dapat dilihat

dari grafik plot. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik

scatterplot. Dasat pengambilan keputusan sebagai berikut:

1) Jika ada pola tertentu seperti titik-titik (point-point) yang ada

membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar,

kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi

heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, seta titik-titik menyebar di atas dan

di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas. (Ghozali, 2005:105)

Page 58: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

42

3. Uji Hipotesis

Untuk mencapai tujuan penelitian, maka data yang telah diperoleh

perlu dianalisis. Dalam penelitian ini digunakan model analisis regresi

berganda (multiple regression analysis). Model ini digunakan karena

penulis ingin mengetahui pengaruh variabel pengalaman auditor (X1),

pelatihan auditor (X2) dan skeptisisme profesional auditor (X3) terhadap

pendeteksian kecurangan. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut:

= + + + +Keterangan:

Y : pendeteksian kecurangan

a : konstanta

b1 b2 b3 : koefisien regresi

X1 : pengalaman auditor

X1 : pelatihan auditor

X3 : skeptisisme profesional auditor

e : error

Untuk membuktikan kebenaran uji hipotesis, digunakan uji statistik

terhadap output yang dihasilkan oleh model regresi berganda, uji statistik

ini meliputi:

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen.

Page 59: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

43

Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabel Moddel

Summary dan tertulis Adjusted R Square.

Nilai R2 sebesar 1 berarti fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat

dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain yang

menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Jika nilai R2 berkisar antara

0 sampai dengan 1, berarti semakin kuat kemampuan variabel

independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel dependen. (Ghozali,

2005:83)

b. Uji Signifikasi Simultan (Uji F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen untuk mengambil keputusan

hipotesis diterima atau ditolak dengan membandingkan tingkat

signifikasi sebesar 0,05.

Jika nilai probability F lebih besar dari 0,05 maka model regresi tidak

dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dengan

kata lain variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen. (Ghozali, 2005:84)

c. Uji Regresi Secara Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel

independen secara individual terhadap variabel dependen. Untuk

mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel

independen secara individual terhadap variabel dependen digunakan

Page 60: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

44

tingkat signifikasi 5% atau (α) = 0,05. Jika probability t lebih besar

dari 0,05 maka tidak ada pengaruh dari variabel independen terhadap

variabel dependen (koefisien regresi tidak signifikan), sedangkan jika

nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka terdapat pengaruh dari

variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien signifikan).

E. Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional variabel adalah bagaimana menemukan dan

mengukur variabel-variabel tersebut di lapangan dengan merumuskan secara

singkat dan jelas, serta tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Pertanyaan atau

pernyataan dalam kuesioner untuk masing-masing variabel dalam penelitian

ini diukur dengan menggunakan skala likert.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua variabel, yaitu:

1. Variabel bebas (independent variable)

Pengertian variabel independen yaitu variabel yang bebas dan

mempengaruhi variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini

adalah pengalaman auditor, pelatihan auditor dan skeptisisme profesional

auditor.

a. Pengalaman Auditor (X1)

Pengalaman merupakan rentang waktu yang telah digunakan oleh

auditor terhadap pekerjaan atau tugas mengaudit. Penggunaan

pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan

secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar

melakukannya dengan lebih baik.

Page 61: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

45

b. Pelatihan Auditor (X2)

Pelatihan merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan sumber

daya manusia, terutama dalam hal pengetahuan (knowledge),

kemampuan (ability), keahlian (skill) dan sikap (attitude).

Peatihan di sini dapat berupa kegiatan-kegiatan seperti seminar,

simposium, lokakarya, pelatihan itu sendiri dan kegiatan penunjang

keterampilan lainnya. Selain kegiatan-kegiatan tersebut, pengarahan

yang diberikan oleh auditor senior kepada auditor junior juga bisa

dianggap sebagai salah satu bentuk pelatihan.

c. Skeptisisme Profesional Auditor (X3)

Skeptisisme profesional yaitu sikap auditor yang akan membawa

tindakannya pada tindakan yang akan selalu menanyakan dan menaksir

secara kritis terhadap bukti audit.

2. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh

variabel lain. Yang menjadi variabel terikat (dependent variabe) dalam

penelitian ini adalah pendeteksian kecurangan (fraud). Kecurangan adalah

salah saji atau hilanngnya jumlah atau pengungkapan dalam laporan

keuangan yang dilakukan dengan sengaja.

Page 62: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

46

Tabel 3.1Operasional Variabel Penelitian

Variabel Subvariabel Indikator Skala NomorKuesioner

Pengalaman Auditor(Syamsiah, 2008)

Lama kerja Lama kerja sebagai auditor Interval 1Intensitas tugas dan pengembangankarir

Dapat mengembangkan karir Interval 2Seringnya melakukan tugas audit Interval 3

Kemampuan kerja

Mampu mengetahui kekeliruan dankecurangan Interval 4

Mampu mengatasi permasalahan Interval 5Dapat mendeteksi kecurangan Interval 6

Membuat keputusan Mampu membuat keputusan Interval 7Pembelajaran dari Pengalamanorang lain

Peningkatan kompetensi sebagai auditordengan belajar dari pengalaman auditor lain Interval 8

Pelatihan Auditor(Cholifah, 2010) Intensitas Pelatihan yang diikuti

Intensitas seminar yang diikuti auditor Interval 9Intensitas lokakarya yang diikuti auditor Interval 10Intensitas symposium yang diikuti auditor Interval 11Intensitas pelatihan audit yang diikutiauditor Interval 12

Pernah mengikuti brevet pajak Interval 13Pernah mengikuti pelatihan perbankan Interval 14

Skeptisisme ProfesionalAuditor (Hurtt, Eining,

dan Plumlee, 2003)Evaluasi bukti audit

Pikiran yang penuh pertanyaan Interval 15Memiliki penilaian kritis Interval 16Tidak terlalu cepat mengambil keputusan Interval 17

Page 63: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

47

Tabel 3.1Operasional Variabel Penelitian (Lanjutan)

Skeptisisme ProfesionalAuditor (Hurtt, Eining,

dan Plumlee, 2003)

Memahami penyedia bukti Mengerti antarperorangan Interval 18Tindakan yang diambil berdasarbukti audit

Bersikap percaya diri Interval 19Memiliki keteguhan hati Interval 20

Sikap skeptis

Memperluas lingkup pencarian informasi Interval 21Menemukan bukti audit yang kontradiktif Interval 22Melihat solusi alternatif Interval 23Meningkatkan kecermatan Interval 24

PendeteksianKecurangan (Fullerton)

Indikator Kecurangan PadaPerusahaan Budaya perusahaan yang kurang baik Interval 25 - 28

Indikator Kecurangan PadaPelaksana

Adanya kesempatan untuk melakukankecurangan Interval 29 - 31

Adanya motivasi atau dorongan untukmelakukan kecurangan Interval 32 - 35

Adanya rasionalisasi untuk melakukankecurangan Interval 36 - 42

Indikator Kecurangan Pada BagianAkuntansi

Indikator kecurangan pada praktek akuntansi Interval 43 - 46Indikator kecurangan pada laporan keuangan Interval 47 - 50

Page 64: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

48

BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Kantor Akuntan Publik adalah lembaga yang memiliki izin dari

Menteri Keuangan sebagai wadah bagi akuntan publik dalam

menjalankan pekerjaannya. Secara vertikal bagian-bagian Kantor Akuntan

Publik dapat terdiri dari berbagai satu atau dua akuntan yang menjadi

partner dalam kantor tersebut. Partner ini dibantu oleh beberapa

pembantu (staff) yang memiliki fungsi pengawasan atas pelaksanaan

pemeriksaan (supervisory staff) dan pembantu-pembantu pelaksana

(auditor junior).

Penelitian ini dilakukan di 11 Kantor Akuntan Publik yang berada

di Jakarta. Penelitian ini menganalisis pendeteksian kecurangan dengan

pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional auditor sebagai

variabel yang mempengaruhinya.

Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner

penelitian secara langsung kepada para responden di Kantor Akuntan

Publik serta melalui teman yang bekerja sebagai auditor di Kantor

Akuntan Publik.

Daftar nama dan wilayah penyebaran kuesioner dapat ditunjukkan

dalam tabel berikut:

Page 65: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

49

Tabel 4.1Wilayah dan Nama KAP

No Nama Kantor Akuntan Publik KuesionerDikirim Kembali

1 Ishak Saleh Soewando & Rekan 5 52 Tasnim Ali Widjanarko & Rekan 5 43 Abdul Hamid & Khairunnas 6 64 Drs. Usman & Rekan 5 35 Drs. Iwan Kurniawan 5 56 Drs. Sutopo Insja 6 47 Ratna Widjaja 5 48 Murni & Bakhtiar 5 59 Herman, Dody, Tanumihardja & Rekan 7 510 Noor Salim, Nursehan & Sinarahardja 5 411 Drs. Wirawan & Rekan 6 3

Penyebaran kuesioner dilakukan pada pertengahan bulan Oktober

2010 sampai dengan bulan Desember 2010. Kuesioner yang disebar

sebangak 60 buah dan dari jumlah tersebut yang kembali sebanyak 51

buah kuesioner dan kuesioner yang kembali serta dapat diolah berjumlah

48 buah kuesioner. Hal ini dapat ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 4.2Sample dan Tingkat Pengembalian Kuesioner

Keterangan Jumlah Persentase

Kuesioner yang dikirim 60 100%

Kuesioner yang kembali 51 85%

Kuesioner yang tidak kembali 9 15%

Kuesioner kembali dan diolah 48 80%

Dari data di atas dapat dilihat bahwa dari 60 kuesioner yang

disebarkan yang dapat terkumpul sebanyak 51 buah kuesioner dengan

tingkat pengembalian sebesar 85% dari total kuesioner. Kuesioner yang

tidak kembali sebanyak 9 kuesioner atau sebesar 15%. Hal ini

Page 66: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

50

menunjukkan tingkat pengembalian kuesioner yang cukup tinggi karena

peneliti peneliti menelepon terlebih dahulu ke Kantor Akuntan Publik

sebelum peneliti datang untuk melakukan penyebaran kuesioner.

2. Demografi Responden

Penjelasan demografi responden memberikan gambaran mengenai

karakteristik responden yang diukur dengan skala nominal yang

menunjukkan besarnya frekuensi absolut dan presentase mengenai

jabatan, jenis kelamin, pendidikan, dan lamanya bekerja sebagai auditor

di Kantor Akuntan Publik.

a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin

Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin responden

dapat dilihat dalam table 4.3 berikut:

Tabel 4.3Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-Laki 33 68,75%

Perempuan 15 31,25%

Jumlah 48 100,00%

Pada tabel 4.3. dapat dilihat bahwa jumlah responden

berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu sebanyak

33 orang atau sebesar 63%, sedangkan sisanya sebanyak 15 orang atau

Page 67: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

51

sebesar 37% dari seluruh responden penelitian merupakan auditor

yang berjenis kelamin perempuan.

b. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan responden

Deskripsi responden berdasarkan pendidikan responden dapat

dilihat dalam table 4.4 berikut:

Tabel 4.4Pendidikan Responden

Pendidikan Jumlah PersentaseD3 4 8,33%S1 39 81,25%S2 5 10,42%S3 0 0%

Jumlah 48 100%

Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jumlah responden

berdasarkan jenjang pendidikan terakhir tersebar pada pendidikan D3

sebanyak 4 orang atau sebesar 8,33%, responden yang memiliki

pendidikan terakhir Strata Satu (S1) memiliki jumlah yang terbanyak

yaitu sebanyak 39 orang atau sebesar 81,25%, sedangkan responden

yang berpendidikan terakhir Strata Dua (S2) sebanyak 5 orang atau

sebesar 10,42% dan tidak ada satu orang responden pun yang

berpendidikan terakhir Strata Tiga (S3).

c. Deskripsi responden berdasarkan jabatan responden

Deskripsi responden berdasarkan jabatan responden dapat

dilihat dalam table 4.5 berikut:

Page 68: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

52

Tabel 4.5Jabatan Responden

Jabatan Jumlah PersentaseManager 4 8,33%

Senior Auditor 19 39,58%Junior Auditor 25 52,08%

Jumlah 48 100%

Pada tabel 4.5. dapat dilihat bahwa jabatan yang dimiliki oleh

responden pada penelitian ini terdiri dari manager sebanyak 4 orang

atau sebesar 8,33%, 19 orang atau sebesar 39,58% yang menjabat

sebagai senior auditor dan yang menjabat sebagai junior auditor

sebanyak 25 orang atau sebesar 52,08%.

d. Deskripsi responden berdasarkan lama waktu responden berprofesi

sebagai auditor eksternal

Deskripsi responden berdasarkan lama waktu responden

berprofesi sebagai auditor eksternal dapat dilihat dalam table 4.5

berikut:

Tabel 4.6Lama Berprofesi Sebagai Auditor

Lama Bekerja Jumlah Persentase1 – 3 Tahun 29 60,42%3 – 5 Tahun 15 31,25%> 5 Tahun 4 8,33%

Jumlah 48 100%

Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa lamanya waktu responden

bekerja sebagai auditor terdiri dari 1 - 3 tahun sebanyak 29 orang atau

sebesar 60,42%, 15 orang atau sebesar 31,25% yang berpengalaman

Page 69: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

53

selama 3 - 5 tahun dan yang menjabat sebagai junior auditor sebanyak

4 orang atau sebesar 8,33%.

B. Uji Kualitas Data

1. Uji Validitas

Uji validitas ini dilakukan dengan menggunakan Pearson

Correlation dan pertanyaan kuesioner dapat dikatakan valid jika memiliki

tingkat signifikansi dibawah 0,05.

Tabel 4.7Uji Validitas Pengalaman

ButirPertanyaan

PearsonCorrelation

Sig.(2-tailed) Keterangan

EXP1_Q1 .662** .000 Valid

EXP2_Q2 .521** .000 ValidEXP3_Q3 .570** .000 ValidEXP4_Q4 .415** .003 ValidEXP5_Q5 .504** .000 ValidEXP6_Q6 .700** .000 ValidEXP7_Q7 .712** .000 ValidEXP8_Q8 .507** .000 Valid

Tabel 4.8 menunjukkan variabel pengalaman auditor memiliki

kriteria valid untuk setiap item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih

kecil dari 0,05.

Page 70: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

54

Tabel 4.8Uji Validitas Pelatihan

ButirPertanyaan

PearsonCorrelation

Sig.(2-tailed) Keterangan

TRN1_Q9 .571** .000 ValidTRN2_Q10 .351* .014 ValidTRN3_Q11 .688** .000 ValidTRN4_Q12 .484** .000 ValidTRN5_Q13 .700** .000 ValidTRN6_Q14 .707** .000 Valid

Tabel 4.8 menunjukkan variabel pelatihan auditor memiliki kriteria

valid untuk setiap item pertanyaan karena memiliki nilai signifikansi lebih

kecil dari 0,05.

Tabel 4.9Uji Validitas Skeptisisme Profesional Auditor

ButirPertanyaan

PearsonCorrelation

Sig.(2-tailed)

Keterangan

SKC1_Q15 .684** 000 ValidSKC2_Q16 .719** 000 ValidSKC3_Q17 .520** .000 ValidSKC4_Q18 .292* .044 ValidSKC5_Q19 .504** .000 ValidSKC6_Q20 .405** .004 ValidSKC7_Q21 .688** .000 Valid

SKC8_Q22 .166 .259 Tidak Valid

SKC9_Q23 .039 .794 Tidak ValidSKC10_Q24 .513** .000 Valid

Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa semua pertanyaan

terkait dengan variabel skeptisisme professional auditor dapat dikatakan

valid kecuali untuk pertanyaan ke delapan dan sembilah karena setiap

pertanyaan memiliki tingkat signifikansi di atas 0,05. Karena itu variabel

Page 71: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

55

pertanyaan skeptisisme untuk nomor 8 (SKC8_Q22) dan 9 (SKC9_Q23)

di eliminasi dari kuesioner penelitian dan dilakukan pengujian ulang atas

variabel skeptisisme professional auditor tersebut tanpa mengikut sertakan

pertanyaan nomor 8 (SKC8_Q22) dan 9 (SKC9_Q23) sehingga

didapatkan hasil seperti yang terlihat pada tabel 4.10 berikut:

Tabel 4.10Uji Validitas Skeptisisme Profesional Auditor

(Setelah Pengeliminasian Pertanyaan Kuesioner Yang Tidak Valid)

ButirPertanyaan

PearsonCorrelation

Sig.(2-tailed) Keterangan

SKC1_Q15 .700** .000 ValidSKC2_Q16 .748** .000 ValidSKC3_Q17 .533** .000 ValidSKC4_Q18 .293* .043 ValidSKC5_Q19 .510** .000 ValidSKC6_Q20 .388** .006 ValidSKC7_Q21 .695** .000 ValidSKC10_Q24 .533** .000 Valid

Berdasarkan tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa semua

pertanyaan terkait dengan variabel skeptisisme professional auditor dapat

dikatakan valid setelah dilakukan pengeliminasian atas pertanyaan

skeptisisme professional auditor untuk nomor 8 (SKC8_Q22) dan 9

(SKC9_Q23) dan kemudian data pada tabel 4.10 ini yang digunakan

dalam penelitian ini.

Page 72: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

56

Tabel 4.11Uji Validitas Pendeteksian Kecurangan

ButirPertanyaan

PearsonCorrelation

Sig.(2-tailed) Keterangan

FRD1_Q25 .757** .000 ValidFRD2_Q26 .647** .000 ValidFRD3_Q27 .576** .000 ValidFRD4_Q28 .676** .000 ValidFRD5_Q29 .619** .000 ValidFRD6_Q30 .617** .000 ValidFRD7_Q31 .410** .004 ValidFRD8_Q32 .535** .000 ValidFRD9_Q33 .660** .000 ValidFRD10_Q34 .549** .000 ValidFRD11_Q35 .780** .000 ValidFRD12_Q36 .630** .000 ValidFRD13_Q37 .575** .000 ValidFRD14_Q38 .709** .000 ValidFRD15_Q39 .663** .000 ValidFRD16_Q40 .657** .000 ValidFRD17_Q41 .656** .000 ValidFRD18_Q42 .727** .000 ValidFRD19_Q43 .696** .000 ValidFRD20_Q44 .757** .000 ValidFRD21_Q45 .374** .009 ValidFRD22_Q46 .655** .000 ValidFRD23_Q47 .696** .000 ValidFRD24_Q48 .742** .000 ValidFRD25_Q49 .709** .000 ValidFRD26_Q50 .626** .000 Valid

Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa semua

pertanyaan terkait dengan variabel pendeteksian kecurangan dapat

dikatakan valid karena setiap pertanyaan memiliki tingkat signifikansi di

bawah 0,05.

Page 73: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

57

2. Uji Reliabilitas

Tabel 4.12 menunjukkan hasil uji reliabilitas untuk 4 variabel

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 4.12Hasil Uji Reliabilitas

Variabel JumlahPertanyaan

CronbachAlpha Keterangan

Pengalaman Auditor 8 .703 ReliabelPelatihan Auditor 6 .601 ReliabelSkeptisisme ProfesionalAuditor 8 .689 Reliabel

Pendeteksian Kecurangan 26 .941 Reliabel

Tabel 4.12. di atas menunjukkan bahwa instrumen untuk setiap

variabel penelitian adalah reliabel, karena nilai cronbach alpha untuk

semua variable lebih besar dari 0,6 dengan perincian yaitu: 0,703 untuk

variabel pengalaman auditor; 0,601 untuk variabel pelatihan auditor;

0,689 untuk variabel skeptisisme profesional auditor dan 0,941 untuk

variabel pendeteksian kecurangan. Karena seluruh pertanyaan dalam

kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi syarat

validitas dan reliabilitas, maka hasil data kuesioner yang digunakan dalam

penelitian ini layak untuk di uji lebih lanjut.

C. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal

(Ghozali, 2005:110). Normalitas dapat dideteksi dengan melihat

penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik)

Page 74: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

58

menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal

maka menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa

model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data (titik) menyebar

menjauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka

tidak menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa

model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Sumber: Data Primer Yang Diolah

Gambar 4.1Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot

Gambar 4.1 memperlihatkan penyebaran data yang berada disekitar

garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, ini menunjukkan bahwa

model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.

Page 75: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

59

2. Uji Multikolonieritas

Pengujian multikoliniearitas dilihat dari besaran VIF (Variance

Inflation Factor) dan tolerance. Regresi yang terbebas dari problem

multikolinearitas apabila nilai VIF <10 dan tolerance >0,10, maka data

tersebut tidak ada multikolinearitas. Tabel 4.13 menunjukkan hasil uji

multikolinearitas dengan nilai tolerance sebesar 0,612; 0,984; dan 0,607

serta nilai VIF sebesar 1,635; 1,016 dan 1,648 untuk variable pengalaman,

pelatihan dan skeptisisme professional auditor. Dari hasil pengujian

tersebut dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen tidak

memiliki masalah multikolinearitas dan dapat digunakan dalam penelitian

ini.

Tabel 4.13Uji Multikolonieritas

ModelCollinearity Statistics

KesimpulanTolerance VIF

1 (Constant)

Pengalaman .612 1.635 Tidak terjadi multikolinearitas

Pelatihan .984 1.016 Tidak terjadi multikolinearitas

Skeptisisme .607 1.648 Tidak terjadi multikolinearitas

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam

sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Deteksi ada tidaknya

Page 76: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

60

heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu

pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, yang diperlihatkan

pada gambar 4.2

Sumber: Data Primer Yang Diolah

Gambar 4.2Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Grafik Scatterplot

Berdasarkan gambar 4.2, grafik scatterplot menunjukkan bahwa

data tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan tidak

terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini

berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model persamaan regresi,

sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi pendeteksian

kecurangan berdasarkan variabel yang mempengaruhinya, yaitu

pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional auditor.

Page 77: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

61

D. Hasil Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis

regresi berganda (multiple regression analysis), yaitu:

1. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui

seberapa besar kemampuan variabel dependen dapat dijelaskan oleh

variable independen.

Tabel 4.14

Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model R R Square Adjusted RSquare Std. Error of the Estimate

1 .914a .835 .824 4.754a. Predictors: (Constant), Skeptisisme Total, Pengalaman Total, Pelatihan

Totalb. Dependent Variable: Pendeteksian Kecurangan Total

Tabel 4.13 menunjukkan nilai R sebesar 0,914 atau 91,4%. Hal

ini berarti bahwa hubungan atau korelasi antara faktor-faktor yang

mempengaruhi pendeteksian kecurangan adalah lemah karena tidak

berada dikisaran 0,40-0,599 (Riduwan dan Ahmad, 2007:62). Nilai

Adjusted R Square sebesar 0,824 atau 82,4%, ini menunjukkan bahwa

variabel pendeteksian kecurangan yang dapat dijelaskan oleh variabel

pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional adalah sebesar 82,4%,

sedangkan sisanya sebesar 0,176 atau 17,6% (1-0,824) dijelaskan oleh

faktor-faktor lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini. Oleh

karena itu, penelitian lain dapat dilakukan untuk mencari faktor-faktor

Page 78: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

62

lain yang mungkin dapat mempengaruhi pendeteksian kecurangan oleh

auditor eksternal.

2. Hasil Uji Regresi Secara Parsial (Uji t)

Hasil uji regresi secara parsial (Uji t) dapat dilihat dalam table

4.15 berikut ini:

Tabel 4.15Uji Regresi Secara Parsial (Uji t)

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

t Sig.B Std. Error Beta

(Constant) -13.197 10.192 -1.295 .202

Pengalaman 2.265 .268 .662 8.454 .000

Pelatihan .177 .272 .040 .649 .519

Skeptisisme 1.265 .293 .339 4.316 .000a. Dependent Variable: Pendeteksian Kecurangan Total

Hasil Uji Hipotesis 1: Pengaruh pengalaman terhadap pendeteksian

kecurangan.

Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.15, variabel

pengalaman mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,000. Hal ini berarti

menerima Ha1 sehingga dapat dikatakan bahwa pengalaman berpengaruh

secara signifikan terhadap pendeteksian kecurangan karena tingkat

signifikansi yang dimiliki variabel pengalaman lebih kecil dari 0,05.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Sularso dan Na’im (1999) tentang analisis pengaruh

pengalaman akuntan pada pengetahuan dan penggunaan intuisi dalam

mendeteksi kekeliruan didapat hasil akuntan pemeriksa berpengalaman

Page 79: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

63

memiliki ketelitian yang lebih tinggi mengenai kekeliruan, dan akuntan

pemeriksa berpengalaman menggunakan intuisi lebih banyak

dibandingkan dengan akuntan pemeriksa yang tidak berpengalaman.

Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Bulchia (2008) yang

mendapatkan hasil bahwa semakin besar pengalaman auditor dalam

melaksanakan audit, semakin besar pula kecenderungan auditor untuk

dapat mendeteksi kecurangan, hal ini berarti bahwa auditor yang memiliki

pengalaman cenderung lebih dapat mendeteksi kecurangan dibanding

dengan auditor yang memiliki kurang pengalaman.

Hasil Uji Hipotesis 2: Pengaruh pelatihan terhadap pendeteksian

kecurangan.

Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.15, variabel

pelatihan mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,519. Hal ini berarti

menolak Ha2 sehingga dapat dikatakan bahwa pelatihan tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap pendeteksian kecurangan karena

tingkat signifikansi yang dimiliki variabel pelatihan lebih besar dari 0,05.

Hasil penelitian yang sama juga didapatkan dalam penelitian

Bulchia (2008) yang mendapatkan hasil bahwa pelatihan tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan auditor dalam mendeteksi

kecurangan, begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri

Noviyani dan Bandi (2002) yang mendapatkan hasil bahwa tidak ada

pengaruh yang positif dan signifikan antara pelatihan dengan jenis-jenis

kekeliruan yang berbeda yang diketahui auditor.

Page 80: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

64

Hasil Uji Hipotesis 3: Pengaruh skeptisisme profesional auditor

terhadap pendeteksian kecurangan

Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.15, variabel

skeptisisme profesional auditor mempunyai tingkat signifikansi sebesar

0,000. Hal ini berarti menerima Ha3 sehingga dapat dikatakan bahwa

skeptisisme profesional auditor berpengaruh secara signifikan terhadap

pendeteksian kecurangan karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel

skeptisisme profesional auditor lebih kecil dari 0,05.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fullerton

dan Durtschi tentang pengaruh sikap skeptisisme profesional terhadap

kemampuan mendeteksi kecurangan pada auditor internal memberikan

hasil bahwa auditor yang memiki sikap skeptisisme profesional yang

tinggi akan membuat auditor tersebut untuk selalu mencari informasi yang

lebih banyak dan lebih signifikan daripada auditor yang memiliki tingkat

skeptisisme profesional yang rendah, dan hal ini mengakibatkan auditor

yang memiliki tingkat skeptisisme profesional yang tinggi akan lebih

dapat mendeteksi adanya fraud karena informasi yang mereka miliki

tersebut. Hasil yang sama didapat dalam penelitian yang dilakukan oleh

Herman (2009) yang meneliti tentang pengaruh pengalaman dan

skeptisisme profesional auditor terhadap pendeteksian kecurangan yang

mendapatkan hasil bahwa skeptisisme profesional auditor berpengaruh

signifikan terhadap pendeteksian kecurangan

Page 81: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

65

3. Hasil Uji Signifiknsi Simultan (Uji F)

Tabel 4.16Uji Signifiknsi Simultan (Uji F)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 5030.175 3 1676.725 74.199 .000a

Residual 994.304 44 22.598

Total 6024.479 47a. Predictors: (Constant), Skeptisisme Total, Pengalaman Total, Pelatihan

Totalb. Dependent Variable: Pendeteksian Kecurangan Total

Hasil Uji Hipotesis 4: Pengaruh pengalaman, pelatihan dan

skeptisisme profesional auditor terhadap pendeteksian kecurangan

Hasil uji hipotesis 4 dapat dilihat pada tabel 4.16, variabel

skeptisisme profesional auditor mempunyai tingkat signifikansi sebesar

0,000. Hal ini berarti menerima Ha3 sehingga dapat dikatakan bahwa

variabel pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional auditor

berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap pendeteksian

kecurangan. Karena itu dapat dikatakan pula bahwa untuk dapat

mendeteksi kecurangan, seorang auditor eksternal harus memiliki

pengalaman yang cukup, pelatihan yang memadai dan senantiasa

memiliki sikap skeptisisme profesional dalam menjalankan tugas audit

Page 82: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai

pengaruh pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional auditor terhadap

pendeteksian kecurangan dengan melakukan pengumpulan data dari kuesioner

yang disebarkan ke auditor eksternal yang bekerja di KAP di wilayah DKI

Jakarta. Dengan menggunakan metode penelitian regresi berganda, data yang

telah dikumpulkan dari kuesioner penelitian yang telah disebarkan kepada

auditor eksternal tersebut kemudian di olah dengan menggunakan software SPSS

(Statistic Program for Social Science) dan didapatkan hasil penelitian berikut ini:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pengalaman auditor terhadap

pendeteksian kecurangan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (lebih

kecil dari 0,05). Hal ini berarti bahwa auditor yang memiliki pengalaman

lebih banyak akan mampu mendeteksi kecurangan dari pada auditor yang

tidak atau kurang mempunyai pengalaman.

2. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pelatihan auditor terhadap

pendeteksian kecurangan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,519 (lebih

besar dari 0,5). Hal ini berarti bahwa pelatihan yang diikuti oleh auditor

eksternal tidak secara serta merta membuat auditor eksternal tersebut dapat

mendeteksi kecurangan dibandingkan dengan auditor eksternal yang tidak

mengikuti pelatihan.

Page 83: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

67

3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara skeptisisme profesional auditor

terhadap pendeteksian kecurangan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000

(lebih kecil dari 0,05). Hal ini berarti bahwa sikap skeptisisme profesional

auditor sangat diperlukan oleh auditor ketika menjalankan tugas audit, karena

auditor yang memilikik sikap skeptisisme profesional yang lebih tinggi akan

lebih dapat mendeteksi adanya kecurangan bila dibandingkan dengan auditor

dengan tingkat skeptisime profesional yang rendah.

4. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pengalaman, pelatihan dan

skeptisisme profesional auditor secara simultan terhadap pendeteksian

kecurangan. Hal ini berarti bahwa ketiga faktor pengalaman, pelatihan dan

skeptisisme profesional auditor secara bersama-sama mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap kemampuan auditor untuk dapat mendeteksi adanya

kecurangan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (lebih kecil dari 0,05).

B. Implikasi

Berikut ini ditemukan beberapa implikasi yang relevan dengan penelitian,

implikasi tersebut dapat dijabarkan antara lain:

1. Dapat digunakan sebagai pertimbangan, khususnya yang berkaitan

dengan masalah pendeteksian kecurangan oleh auditor eksternal.

2. Dapat berguna untuk pengambilan kebijakan terhadap pendeteksian

kecurangan oleh auditor eksternal sebagai langkah tegas untuk

mengurangi resiko timbulnya kerugian, baik kerugian bagi pemerintah,

stockholders, shareholders, maupun kerugian bagi auditor eksternal itu

sendiri.

Page 84: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

68

3. Bagi perusahaan, pendeteksian kecurangan yang mungkin terjadi dalam

perusahaan tersebut dapat mencegah perusahaan dari hal-hal yang tidak

diinginkan, seperti kerugian perusahaan baik secara finansial maupun

non-finansial

4. Kalangan akademisi maupun para peneliti yang berminat terhadap

masalah pendeteksian kecurangan khususnya oleh auditor eksternal, hasil

penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk mengembangkan

penelitian lebih lanjut.

C. Keterbatasan dan Saran

1. Keterbatasan

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya sampel

dalam penelitian ini hanya mencakup KAP di wilayah Jakarta, faktor

internal dan eksternal yang dianalisis dalam penelitian ini sangat terbatas,

penelitian ini tidak menggunakan metode wawancara dan hanya sedikit

terlibat dalam aktivitas KAP, serta waktu penyebaran dan pengumpulan

kuisioner antara bulan Oktober hingga Desember kurang tepat karena

dilakukan saat auditor sedang sibuk mengaudit.

2. Saran

Saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya,

adalah sebagai berikut:

a. Penelitian selanjutnya agar memperluas wilayah sampel penelitian.

b. Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah variabel independen

lainnya, seperti sistem komputerisasi KAP, kecerdasan spiritual (SQ),

Page 85: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

69

kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan intelektual (IQ), serta

variabel-variabel lain yang terkait dengan kualitas diri dan kompetensi

auditor.

c. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode wawancara

langsung kepada responden.

d. Penelitian selanjutnya agar lebih memperhatikan waktu penelitian

yang tepat saat menyebarkan dan mengumpulkan kuesioner.

Page 86: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

70

DAFTAR PUSTAKA

Ananing. “Pengaruh Pengalaman Terhadap Peningkatan Keahlian Auditor DalamBidang Auditing”, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, 2006

Ayuni, Nurul Dwi. “Pengaruh Pendidikan, Pelatihan dan Pengalaman AuditorTerhadap Kualitas Audit Atas Sistem Informasi Berbasis Komputer”,Skripsi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah, Jakarta, 2008

Bayangkara, IBK. “Audit Manajemen:Prosedur dan Implementasi”, SalembaEmpat, Jakarta, 2008

Boynton, Johnson dan Kell. “Modern Auditing: Assurance Services and theIntegrity of Financial Reporting”, John Wiley & Sons, New Jersey, 2006

Bulchia. “Analisis Pengaruh Pengalaman Dan Pelatihan Auditor TerhadapPengetahuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan”, Skripsi FakultasEkonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,Jakarta, 2008

Carpenter, Tina D.. “Audit Team Brainstorming, Fraud Risk Identification, andFraud Risk Assesment: Implications of SAS No. 99”. The AccountingReview, 82(5): 1119-1140, 2007. http://www.ssrn.com/abstract=789484diakses tanggal 2 Mei 2010

Elder, Beasley dan Arens. “Auditing and Assurance Services: An IntegratedApproach”, Pearson Prentice Hall, Canada, 2008

Fullerton, Rosemary R. Dan Cindy Durtschi. “The Effect of ProfessionalSkepticism on The Fraud Detection Skills of Internal Auditors”. Utah StateUniversity, Working Paper. http://www.ssrn.com/abstract=1140267diakses tanggal 2 Mei 2010

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Edisi 3,Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2005

Herliansyah, Yudhi dan Meifida Ilyas. “Pengaruh Pengalaman Auditor TerhadapPenggunaan Bukti Tidak Relevan Dalam Auditor Judgment”, SimposiumNasional Akuntansi 9, Padang, 2006

Hall dan Singleton. “Information Technology: Auditing and Assurance”, SalembaEmpat, Jakarta, 2007

Herman, Edy. “Pengaruh Pengalaman Dan Skeptisisme Professional AuditorTerhadap Pendeteksian Kecurangan”, Skripsi Fakultas Ekonomi dan IlmuSosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009

Indriantoro dan Supomo. “Metodologi Penelitian Bisnis”, BPFE-Yogyakarta,Yograkarta, 2002

Koletar Joseph W., “Fraud Exposed : What You Don’t Know Could Cost YourCompany Millions”. John Wiley & Sons, New Jersey, 2006

Page 87: PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3848/1/FAKHRI... ·

71

Koroy, Tri Ramaraya. “Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan olehAuditor Eksternal”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, vol. 10, no. 1, Mei2008:22-33

Longman Advanced American Dictionary, Pearson Education Limited, Letterpart,2008

Nataline. “Pengaruh Batasan Waktu Audit, Pengetahuan Akuntansi dan Auditing,Bonus Serta Pengalaman Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor AkuntanPublik di Semarang”, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Semarang,2007

Noviyani, Putri dan Bandi. “Pengaruh Pengalaman dan Pelatihan TerhadapStruktur Pengetahuan Auditor Tentang Kekeliruan”, Simposium NasionalAkuntansi 5, Semarang, 2002

Sekaran, Uma. “Research Methods For Business”, Terjemahan: Kwan Men Yon,Salemba Empat, Jakarta, 2006

Sularso, Sri dan Ainun Na’im. “Analisis Pengaruh Pengalaman Akuntan padaPengetahuan dan Penggunaan Intuisi dalam Mendeteksi Kekeliruan”,Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 2 No. 2, Juli 1999:154-172

Suraida, Ida. “Uji Model Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko AuditTerhadap Skeptisisme Profesional Auditor”. JurnalAkuntansi/Th.IX/02/Mei/2005

Syamsiah. “Pengaruh Etika Profesional Auditor, Keterampilan dan PengalamanAuditor Terhadap Pemberian Opini Audit”, Skripsi Fakultas Ekonomi danIlmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010

The Oxford English Dictionary Volume III, Oxford University Press, GreatBritain, 1978

Trijayanti, Siti Sarah. “Pengaruh Peran Dan Tanggung Jawab Auditor InternTerhadap Pencegahan Tindakan Kecurangan (Fraud)”, Skripsi FakultasEkonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,Jakarta, 2008