pengaruh penerapan pendekatan pemecahan · pdf filepembelajaran kimia (penelitian . deskriptif...
TRANSCRIPT
PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN
PEMECAHAN MASALAH TERHADAP
PEMAHAMAN KONSEP PADA
PEMBELAJARAN KIMIA (Penelitian Deskriptif Kualitatif Di SMAN 8 Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh :
DINI NURCAHYANI
107016200851
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Dini Nurcahyani
NIM : 107016200851
Jurusan : Pendidikan Kimia
Alamat : Komp. Reni Jaya Blok AA 5/10 RT 006 RW 020 Pamulang
Barat, Pamulang - Tangsel
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Penerapan Pendekatan Pemecahan
Masalah Terhadap Pemahaman Konsep Pada Pembelajaran Kimia adalah
benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama pembimbing I : Nanda Saridewi, M.Si
NIP : 19841021 200912 2 004
Nama pembimbing II : Dr. Ahamad Sofyan, M.Pd
NIP : 19650115 198703 1 020
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.
Jakarta, 30 Agustus 2014
Yang menyatakan
Dini Nurcahyani
i
ABSTRAK
Dini Nurcahyani, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Judul: Pengaruh Pendekatan Pemecahan Masalah
Terhadap Pemahaman Konsep Pada Pembelajaran Kimia. Deskriptif
Kualitatif di Kelas XI IPA SMAN 8 Tangerang Selatan
Pada proses pembelajaran diperlukan suatu pendekatan pembelajaran dan strategi
yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dan siswa merasa tertarik serta
termotivasi untuk belajar. Peneliti menggunakan strategi pemecahan masalah
untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Adapun tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh penggunaan strategi
pemecahan masalah terhadap pemahaman konsep pada pembelajaran kimia.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah studi deskriptif dengan desain
penelitian ex post facto. Sampel adalah siswa kelas XI IPA2 SMAN 8 Tangerang
Selatan semester genap Tahun Ajaran 2011/2012, dengan jumlah siswa 40 orang
yang diambil dengan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data
diperoleh melalui instrument tes tertulis. Berdasarkan tes yang diberikan,
diketahui bahwa ketercapaian indikator rata – rata diperoleh presentase sebesar
78,5% dengan kategori baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang positif pada pembelajaran pemecahan masalah terhadap
pemahaman konsep siswa pada pembelajaran kimia.
Kata kunci : Pendekatan pemecahan masalah, pemahaman konsep, Pembelajaran
Kimia
ii
ABSTRACT
Dini Nurcahyani, Majoring of Natural Sciences Education (IPA), Science of
Tarbiyah and Teachership Faculty, University of Islamic Nationality (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta, Title: The Effect of Problem Solving Approach
Againts Understanding of the Concept in Learning Chemistry. Subject: This
Deskriptive qualitative in Class XI IPA SMAN 8 Tangerang Selatan
In the process of learning requires a learning approaches and strategies
appropriate to the learning objectives can be achieved and the students feel
interested and motivated to learn. Researchers use problem solving strategies to
improve students' understanding of concepts. The purpose of this study was to
determine the presence or absence of the effect of the use of problem-solving
strategies to students' understanding of concepts in chemistry learning. The
method used in the study is a descriptive study of ex post facto research design.
The sample is student in class XI IPA 2 SMAN 8 Tangerang Selatan semester
academic year 2011/2012, the number of students 40 people were taken by
purposive sampling technique. Data collection techniques obtained through
written test instrument. Based on a given test, it is known that the average
achievement indicators - average percentage of 78.5% was obtained with either
category. The results showed that there is a positive influence on learning problem
solving to students' understanding of concepts in chemistry learning.
Keywords: Problem solving approach, understanding of the concept, learning
Chemistry
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan
karunianya kepada hamba-hambanya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi yang berjudul Pengaruh Penerapan Pendekatan Pemecahan Masalah
terhadap Pemahaman Konsep pada Pembelajaran Kimia dibuat untuk memenuhi
syarat mencapai gelar sarjana pendidikan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak luput dari dukungan dan bantuan
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Ibu Dr. Nurlena, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan IPA UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si, Ketua Prodi Pendidikan Kimia
4. Ibu Nanda Saridewi M,Si, pembimbing I dan Bapak Dr. Ahmad Sofyan,
M.Pd, pembimbing II yang telah memberikan arahan dan koreksi dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Orang tua tercinta yaitu Bapak Djaenuri dan Ibu Sri Larasati Bapak dan Ibu
tercinta yang tidak pernah lelah untuk mendoakan serta kesabaran dan
dorongannya menemani penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Kakak tersayang Andi Cahyoko dan adik tercinta Arief Kurniadi, tempat
berkeluh kesah dan sumber inspirasi serta semangat, bagian kehidupan tak
tergantikan.
7. Semua teman-teman prodi pendidikan kimia angkatan 2007 yang
menjadikan hari-hari lebih menyenangkan, terima kasih atas kerjasamanya
dan semoga sukses untuk kalian.
8. Rahmadani Febrianto, Vindarini Novianti, dan Ade Munawar Lutfi yang
telah menemani dan memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
iv
9. Guru–guru SMK Paramarta yang telah memberikan izin dan semangat
dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu-persatu
Penulis menyadari sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya belum
seberapa dan masih perlu banyak belajar. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar skripsi ini menjadi lebih
baik dan berdaya guna di masa yang akan datang.
Peneliti berharap agar skripsi ini dapat bemanfaat bagi semua pihak yang
menggunakannya.
Jakarta, Agustus 2014
Dini Nurcahyani
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT .............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar belakang masalah ............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah.................................................................................. 5
D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS .................................................................... 7
A. Deskripsi Teoretis
1. Pendekatan Pemecahan Masalah .......................................................... 7
a. Pengertian Pendekatan ..................................................................... 7
b. Pengertian Pemecahan Masalah ....................................................... 9
c. Langkah-langkah Pemecahan Masalah ............................................ 13
d. Keunggulan dan Kelemahan ............................................................ 16
2. Pemahaman Konsep .............................................................................. 18
3. Pembelajaran Kimia .............................................................................. 27
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................... 31
C. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 32
vi
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 35
A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 35
B. Metode dan Desain Penelitian .................................................................. 35
C. Populasi dan Sampel ................................................................................. 35
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 36
E. Instrumen Penelitian .................................................................................. 37
F. Macam – Macam Uji Instrumen ................................................................ 38
G. Tenik Analisis Data ................................................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 45
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 45
1. Analisis Data Hasil Belajar .................................................................. 45
2. Data Presentase Indikator Pencapaian ................................................. 46
B. Pembahasan ............................................................................................... 47
1. Hasil Belajar .......................................................................................... 48
2. Ketercapaian Indikator .......................................................................... 50
BAB V KESIMPULAN .......................................................................................... 59
A. Kesimpulan.................................................................................................59
B. Saran...........................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 61
LAMPIRAN .............................................................................................................. 6
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2 : Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ............................................... 37
Tabel 3.2 : Kriteria Klasifikasi Reabilitas ................................................ 39
Tabel 3.3 : Interpretasi Nilai Daya Pembeda ........................................... 41
Tabel 3.4 : Kriteria Penilaian Tes Pemahaman Konsep ........................... 40
Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Hasil Belajar ......................................... 45
Tabel 4.2 : Statistik Deskriptif Hasil Belajar ........................................... 46
Tabel 4.3 : Persentase Indikator Pencapaian ............................................ 47
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar2.1 : Bagan Kerangka Berpikir.......................................................... 34
Gambar 4.1 :Diagram Persentase IndikatorPencapaian .................................. 50
Gambar 4.2 : Jawaban Tes Pemahaman Konsep Siswa Indikator 1 ............... 51
Gambar 4.3 :Jawaban Tes Pemahaman Konsep Siswa Indikator 2 ................ 52
Gambar 4.4 :Jawaban Tes Pemahaman Konsep Siswa Indikator 3 ................ 53
Gambar 4.5 : Jawaban Tes Pemahaman Konsep Siswa Indikator 4 ............... 54
Gambar 4.6 : Jawaban Tes Pemahaman Konsep Siswa Indikator 5 ............... 54
Gambar 4.7 : Jawaban Tes Pemahaman Konsep Siswa Indikator 6 ............... 55
Gambar 4.8 :Jawaban Tes Pemahaman Konsep Siswa Indikator 7 ................ 56
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ............................................................ 65
Lampiran 2 : Lembar Kerja Siswa ............................................................................................... 91
Lampiran 3 : Kisi-Kisi Instrumen PemahamanKonsep ............................................................... 101
Lampiran 4 : Rubrik Penilaian ..................................................................................................... 108
Lampiran 5 : Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Sebelum Validitas .................................... 122
Lampiran 6 : Hasil Perhitungan Anates ....................................................................................... 126
Lampiran 7 : Tabel Skor Kelompok atas dankelompok bawah ................................................... 131
Lampiran 8 : Tabel Hasil Validitas .............................................................................................. 133
Lampiran 9 : Tabel Hasil Reabilitas ............................................................................................ 134
Lampiran 10 : Tabel Hasil Tingkat Kesukaran .............................................................................. 135
Lampiran 11 : Tabel Hasil Daya Pembeda .................................................................................... 136
Lampiran 12 : Tes Pemahaman Konsep Sesudah Validitas .......................................................... 137
Lampiran 13 : Hasil Belajar Tes Pemahaman Konsep .................................................................. 139
Lampiran 14 : Distribusi Frekuensi ............................................................................................... 140
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi ini perkembangan ilmu pengetahuan dan tekologi
sangat cepat. Fenomena tersebut menghasilkan persaingan yang cukup tinggi, hal
ini juga terjadi dalam dunia pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan yang
sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama
bagi pembangunan bangsa dan negara, sebab dari situlah akan tercipta sumber
daya manusia yang berkualitas dan berdedikasi tinggi. Upaya tersebut harus selalu
ditingkatkan antara lain dengan meningkatkan kualitas pendidikan sehingga
menghasilkan SDM yang unggul. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul
tersebut dapat dicapai dengan proses pendidikan. Dalam Undang-Undang
Pendidikan Nasional (Pasal 1 UU RI No. 20 th 2003) dinyatakan Bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dan untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa dan
Negara.1
Dengan demikian pendidikan harus mampu mengembangakan keseluruhan
potensi kemanusiaan peserta didik sehingga ia sanggup untuk hidup di era
mendatang yang lebih kompleks dan rumit permasalahannya. Pendidikan juga
memiliki memiliki tujuan tidak hanya mendidik namun juga mengembangkan dan
membentuk watak bangsa. Berdasarkan Undang-Undang No.20 pasal 3 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berfungsi:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
1 UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),
h.3
2
Tuhan YME, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.2
Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas maka diperlukan adanya
keterpaduan dari semua komponen pendidikan yang saling berkaitan, antara lain
meliputi pendidik, peserta didik, kurikulum, dan sarana prasarana. Di antara
komponen-komponen tersebut pendidik atau guru merupakan komponen yang
sangat penting peranannya dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan perlu adanya pembaharuan di bidang
pendidikan antara lain adalah pembaharuan metode atau peningkatan relevansi
metode mengajar. Metode mengajar dikatakan baik atau sesuai jika mampu
mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan melalui pembelajaran. Belajar
adalah “perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang
diperoleh dari pengalaman-pengalaman.”3 Belajar merupakan proses dari yang
belum mampu menjadi mampu dan dari belum tahu menjadi tahu. Belajar tidak
hanya sebuah hasil akan tetapi merupakan sebuah proses. Adapun tujuan
pembelajaran adalah supaya siswa dapat berpikir dan bertindak secara hierarki
dan kreatif. Selain itu harapan terbesar dunia pendidikan adalah menjadikan
peserta didik sebagai pemikir dan pemecah masalah yang baik.
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya pencapaian hasil belajara
mata pelajaran kimia. Pada umumnya siswa cenderung belajar dengan hafalan
daripada secara aktif mencari tahu untuk membangun pemahaman mereka sendiri
terhadap konsep ilmu kimia sendiri. Hal ini menyebabkan sebagian besar konsep-
konsep kimia menjadi konsep yang abstrak bagi siswa dan bahkan mereka tidak
mengenali konsep-konsep kunci atau hubungan antar konsep tersebut. Akibatnya,
siswa tidak dapat membangun pemahaman konsep kimia yang fundamental pada
awal mereka mempelajari ilmu kimia.
Pemahaman siswa berangkat dari konsep-konsep yang sederhana menuju
konsep yang lebih kompleks. Konsep-konsep yang dibangun siswa harus mampu
diterapkan untk menyelesaikan masalah. Karena dalam pembelajaran kimia, siswa
2 Ibid., h.7
3 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s,
2008), h. 79
3
tidak hanya dituntut paham mengenai konsep-konsep kimia tetapi juga mampu
menyelesaikan memecahkan masalah. Pada umumnya, metode pembelajaran yang
dikembangkan guru kimia dalam kegiatan belajar mengajar adalah pembelajaran
yang masih konvensional. Guru juga lebih sering menggunakan tes tertulis dengan
soal-soal yang rutin daripada soal-soal pemecahan masalah. Model pembelajaran
yang hanya berpusat kepada guru dan mengabaikan aktivitas dan kreativitas siswa
harus ditinggalkan. Karena hanya akan menciptakan suasana pembelajaran yang
monoton dan menguruangi kualitas kelulusan yang memiliki keunggulan
kompetitif dan komparatitif. Rendahnya pemahaman konsep-konsep kimia salah
satu sebabnya karena guru kurang memberikan perhatian terhadap kemampuan
pemahaman konsep siswa.4
Pembelajaran sains di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi
siswa untuk mempelajari dan mengembangkan kompetensi diri serta memahami
alam sekitar secara ilmiah. Ilmu kimia merupakan salah satu ilmu yang
menunjang perkembangan teknologi. Di sisi lain kemajuan teknologi juga
mendorong berkembangnya ilmu kimia. Dalam era globalisasi ini, pengajaran
ilmu kimia seharusnya tidak semata-mata hanya mengalihkan pengetahuan guru
kepada murid tetapi siswa mampu mengembangkan pengetahuannya sehingga
dapat menerapkannya untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Dari cakupan pengajaran kimia tersebut diatas dapat diketahui bahwa
dalam mempelajari ilmu kimia diperlukan kemampuan intelektual serta
ketrampilan yang memadai untuk memahami teori-teori, konsep-konsep, hukum-
hukum, prinsip-prinsip, serta fakta-fakta. Sehingganya pelajaran ilmu kimia
merupakan suatu pelajaran yang cukup kompleks. Kurangnya partisipasi guru
dalam merancang dan menerapkan metode yang relevan dengan situasi kelas,
rendahnya motivasi siswa karena metode pembelajaran selama ini tidak membuat
siswa tertarik dengan fenomena kimia dalam kehidupan sehari – hari dan masih
banyak siswa yang terpaksa menghafal karena penjelasan guru tidak membantu
4 Roby Zidni,dkk, “Analisis pemahaman konsep siswa SMA kelas X pada Materi Persamaan
kimiadan stoikiometri melalui penggunaan diagram submikroskopik, serta hubungannya dengan
kemampuan pemecahan Masalah”, Jurnal Risest dan Praktik Pendidikan KimiaVol. 1 No. 1 Mei
2013 ISSN : 2301-271X
4
siswa dalam mendeskripsikan kimia secara benar. Kondisi seperti ini
mengakibatkan tidak sedikit siswa merasa kesulitan dalam ketika akan mengikuti
pelajaran kimia.5 Masalah ini terjadi karena sebagian dari materi-materi kimia
seperti kelarutan dan hasil kali kelarutan memerlukan kemampuan dalam
berhitung menggunakan rumus dan kemampuan dalam memahami konsep.
Pada saat ini telah banyak pendekatan yang inovatif dan kreatif telah
dikembangkan dalam bidang sains khususnya kimia. Salah satu dari pendekatan
baru yang inovatif adalah pendekatan pemecahan masalah. Dalam metode
pemecahan masalah siswa dihadapkan pada serangkaian aktivas pembelajaran
yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara
ilmiah. Dalam penyelesaian masalah tersebut harus mengacu pada langkah-
langkah yang ada. Belajar atas prakasa sendiri dapat berkembang karena guru
menaruh kepercayaan terhadap kemampuan anak untuk berpikir dan berani
mengemukakan gagasan baru, dan ketika anak diberi kesempatan untuk bekerja
sesuai dengan minat kebutuhannya, maka kemampuan akan tumbuh dengan
subur. Agar pemahaman konsep siswa meningkat, maka salah satu cara yang
dapat ditempuh adalah dengan pendekatan pemecahan masalah. Siswa dituntut
untuk memecahkan masalah yang disajikan oleh guru sesuai dengan langkah-
langkah yang telah ditetapkan. Untuk dapat mencari pemecahan dari
permasalahan yang disajikan, siswa terlebih dahulu harus memikirkan mengenai
kemungkinan-kemingkinan yang akan terjadi dari setiap langkah yang
dilakukannya. Kemampuan untuk berfikir mengenai kemungkinan-kemungkinan
yang akan terjadi dan kemampuan untuk menyelesaikan langkah-langkah
pemecahan yang ada inilah yang dapat meningkatkan pemahaman siswa.
Berdasarkan fenomena yang telah diungkapkan di atas, penulis mencoba
melakukan pengkajian ilmiah yang berdasarkan penelitian pendekatan pemecahan
masalah terhadap pemahaman konsep pada pelajaran kimia, yang hasilnya disusun
dalam bentuk karya ilmiah dengan judul “Pengaruh Pendekatan Pemecahan
Masalah terhadap Pemahaman Konsep pada Pembelajaran Kimia”.
5 Intan Pulungan, Pengaruh Metode Pembelajaran dan Motivasi Belajar siswa Terhadap Hasil
belajar Kimia, (Makalah Peringkat I pada Temu Karya, Serang – Juli 2008), h. 47 - 48
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Guru lebih sering menggunakan tes tertulis dengan soal-soal yang rutin
daripada soal-soal pemecahan masalah.
2. Pada umumnya siswa cenderung belajar dengan hafalan daripada secara
aktif mencari tahu untuk membangun pemahaman mereka sendiri terhadap
konsep ilmu kimia sendiri
3. Rendahnya pemahaman konsep-konsep kimia salah satu sebabnya karena
guru kurang memberikan perhatian terhadap kemampuan pemahaman
konsep siswa.
4. Kimia merupakan pelajaran tersulit bagi kebanyakan siswa. Masalah ini
terjadi karena sebagian dari materi-materi kimia seperti kelarutan dan hasil
kali kelarutan memerlukan kemampuan dalam berhitung menggunakan
rumus dan kemampuan dalam memahami konsep.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan masalah-masalah yang telah diidentifikasi maka untuk
menghindari pembahasan yang terlalu meluas diperlukan pembatasan masalah.
Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada:
1. Pengaruh pendekatan pemecahan masalah terhadap pemaham konsep pada
pembelajaran kimia.
2. Penelitian dilakukan pada siswa SMA kelas XI IPA.
D. Rumusan Masalah
Dari identifikasi dan pembatasan masalah diatas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh pendekatan pemecahan
masalah terhadap pemahaman konsep pada pembelajaran kimia?”
6
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil pengaruh pendekatan
pemecahan masalah terhadap pemahaman konsep pada pembelajaran kimia.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis merupakan wahana uji kemampuan terhadap bekal teori yang
peneliti peroleh dibangku kuliah serta sebagai upaya untuk
mengembangkan ilmu.
2. Bagi guru dapat dijadikan bahan masukan guru untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif sehingga guru dapat menggunakan metode
pendekatan pemecahan masalah dalam membantu siswa untuk belajar
kimia.
3. Bagi peneliti berikutnya dapat dijadikan sebagai bahan pembanding atau
dikembangkan lebih lanjut serta sebagai referensi terhadap penelitian yang
relevan dengan pokok bahasan sejenis.
7
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis
1. Pendekatan Pemecahan Masalah
a. Pengertian Pendekatan
Pendekatan pembelajaran adalah jalan yang akan ditempuh oleh guru
dan siswa dalam mencapai tujuan intruksional untuk suatu satuan tertentu.1
Selain itu, Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.2 Pendekatan pembelajaran
merupakan salah satu hal yang penting dalam proses pembelajaran. Faktor
lain yang juga mempengaruhi proses pembelajaran adalah faktor guru, faktor
siswa, sarana, alat, dan saran yag tersedia, serta faktor lingkungan.
Sebagai seorang pendidik, guru profesi dituntut untuk menguasai
berbagai kompetensi dalam melaksanakan profesi keguruannya sehingga
tujuan pengajaran dapat tercapai secara optimal. Seorang guru minimal harus
memiliki 2 kompetensi agar pembelajaran bisa berjalan secara efektif dan
bermakna yaitu menguasai materi/bahan pelajaran dan mengusai ilmu
mendidik. Yang termasuk dalam ilmu mendidik adalah ilmu tentang dasar-
dasar pendidikan, metode mengajar, media, strategi belajar mengajar,
mengelola kelas, manejemen waktu, karakteristik perserta didik. 3
Menurut Roy Killen yang dikutip Wina Sanjaya menyatakan bahwa ada
dua pendekatan pada pambelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada
guru (teacher-centered approachs) dan pendekatan yang berpusat pada siswa
1 Zulfiani, dkk, Strategi Pembelajaran Sains , cet. I (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009), h. 91 2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:
Kencana, 2008) Ed. 1 cet.5, h. 127 3 Pupuh Fathurrohman dan M, Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar –Strategi Mewujudkan
Pembelajran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami (Bandung: PT
Refikan Aditama, 2007), h. 47
8
(student-centered approach).4 Istilah lain yang juga memiliki kemiripan
dengan pendekatan adalah strategi dan metode pembelajaran. Sebenarnya
pendekatan berbeda dengan startegi maupun metode.
“Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai rencana yang berisi
tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu”.5 “Strategi belajar mengajar adalah pola umum perbuatan guru-
murid di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar”.6 Sedangkan metode
merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.7 Metode mengajar adalah alat yang merupakan bagian dari
strategi pembelajarn untuk mencapai tujuan pembelajaran.8 Karena strategi
mengajar merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan–tujuan belajar,
maka metode mengajar adalah cara yang yang digunakan untuk
melaksanakan strategi.
Model pembelajaran adalah rencana atau pola yang dapat dipakai untuk
merancang mekanisme suatu pengajaran meliputi sumber belajar, subyek
pembelajaran, lingkungan belajar dan kurikulum. Model pembelajaran
memiliki empat tahapan:
a) Sintaks atau pentahapan merupakan penjelasan pengoperasian model
b) Sistem sosial bagaimana penjelasan tentang peranan guru an pembelajaran
c) Prinsip-prinsip reaksi menjelaskan bagaimana sebaiknya guru bersikap dan
berespon terhadap aktivitas siswa
d) Sistem pendukung menjelaskan hal-hal yang diperlukan sebagai
kelengkapan model di luar manusia.9
Selain strategi, metode dan pendekatan pembelajaran, terdapat
jugaistilah lain yang kadang-kadang sulit dibedakan, yaitu teknik dan taktik.
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka
mengimplementasikan suatu metode. Sedangkan taktik adalah gaya seseorang
dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Dengan demikian
pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik tidak dapat dipisahkan dalam
proses pengajaran atau saling berkaitan satu sama lain. Komponen-komponen
4 Wina Sanjaya, loc. cit
5 Ibid., h. 126
6 Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosda Karya. 1995)
Cet. 6, h. 3 7 Fathurrohman, op. cit., h. 15
8 Hasibuan, loc. cit.
9 Zulfiani,dkk, op. cit., h.116-117
9
tersebut dapat membantu dalam tercapainya tujuan pembelajaran dan
menciptakan suasana pembalajaran yang menyenangkan jika dipilih secara
tepat. Oleh karena itu, sebelum menentukan metode pembelajaran ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode antara
lain:
a) Tujuan yang hendak dicapai
b) Materi pelajaran
c) Peserta didik
d) Situasi
e) Fasilitas
f) Guru
Menurut Ballard dan Clanchy yang dikutip oleh Muhibbin Syah,
pendekatan belajar siswa pada umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap
ilmu pengetahuan, yaitu sikap melestarikan apa yang sudah ada (conserving)
dan sikap memperluas (extending). Siswa yang bersikap conserving pada
umumnya menggunakan pendekatan belajar “reproduktif” (bersifat
menghasilkan kembali fakta dan informasi). Sementara itu, siswa yang
bersikap extending, biasanya menggunakan pendekatan belajar “analitis”
(berdasarkan pemilahan dan interpretasi fakta dan informasi).
Berdasarkan hal-hal di atas, salah satu keterampilan guru yang
memgang pernanan penting adalah keterampilan dalam memilih pendekatan
dan metode pembelajaran. pemilihan metode berkaitan langsung dengan
usaha-usaha guru dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi
dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pengajaran diperoleh secara optimal.
Makin tepat metode yang digunakan oleh guru diharapkan makin efektif pula
pencapaian tujuan pembelajaran. Sehingga Metode mengajar tersebut turut
menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar.
b. Pengertian Pemecahan Masalah
Muhibbin Syah menyatakan bahwa “belajar pemecahan masalah pada
dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau secara
sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya adalah untuk memperoleh
10
kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara
rasional, lugas dan tuntas serta meningkatkan kemampuan berpikir tingkat
siswa”.10
Pastel juga menyatakan bahwa “untuk memecahkan masalah, siswa
terlebih dahulu memiliki beberapa kemampuan antara lain kemampuan
memahami konsep, memahami masalah, mampu menerapkan konsep-konsep
yang dimiliki pada situasi baru, dan mampu mengevaluasi tugas yang telah
dikerjakannya”.11
Jadi, belajar pemecahan masalah adalah belajar untuk memecahkan
masalah dengan menggunakan metode ilmiah untuk memperoleh kemampuan
dan kecakapan kognitif. Selanjutnya Gagne menyatakan bahwa “keterampilan
intelektual tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui pemecahan masalah.”
Pemecahan masalah sendiri mempunyai pengertian yaitu menggunakan
(yaitu mentransfer) pengetahuan dan keterampilan yang sudah ada untuk
menjawab pertanyaan yang belum terjawab atau situasi yang sulit.12
Dari
pengertian tersebut pemecahan masalah merupakan suatu cara yang dilakukan
untuk mencari jalan keluar dari suatu kesulitan dengan menggunakan
kemampuan, keterampilan dan pemahaman. Kemampuan yang harus dimiliki
adalah kemampuan memahami konsep, memahami masalah, mampu
menerapkan konsep-konsep yang dimiliki pada situasi baru, dan mampu
mengevaluasi tugas yang telah dikerjakannya.
Metode pemecahan masalah ini dicontokan Nabi Muhammad ketika
hendak mengutus Muadz ke Yaman.13
“Sesungguhnya Rasulullah SAW berkehendak mengutus Muadz ke
Yaman. Beliau berkata: “Bagaimana engkau memutuskan (hukum)
apabila seseorang mengajukan masalah kepadamu?”. Muadz
menjawab: “aku memutuskan (hukum masalah tersebut) dengan kitab
10
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Ed. Revisi, cet 10 (Jakarta: Rajawali pers, 2010), h. 127 11
Gelar Dwi Rahayu dan Munasprianto Ramli (eds.), Pendekatan Baru dalam Proses
Pembelajaran matematika dan sains dasar sebuah antologi, ( Jakarta : PIC UIN Jakarta, 2007), h.
51 12
Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang (Jakarta:
Erlangga, 2009), h. 393 13
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 142
11
Allah SWT”. Nabi Bersabda: “Bagaimana sekiranya engkau tidak
mendapatinya dalam kitab Allah SWT”, Muadz menjawab: “dengan
Sunnah Rasulullah SAW”. Nabi bersabda lagi: “Bagaimana pula
sekiranya engkau tidak mendapati pada sunnah Rasulullah SAW dan
Kitab Allah SWT”. Muadz berkata: “aku akan menggunakan pikiranku
untuk berijtihad dan aku tidak berbuat sia-sia”. Maka Rasulullah SAW
menepuk dadanya serta bersabda: “Segala puji bagi Allah SWT, yang
telah mensucikan pendirian atas utusan Rasulullah dengan apa yang
diridloi (disetujui) Rasulullah”.
Dalam menghadapi masalah yang lebih pelik, manusia dapat
menggunakan cara ilmiah, cara-cara pemecahan masalah secara ilmiah inilah
yang disebut dengan metode problem solving. Cara belajar dengan
menggunakan metode problem solving sangat terkait dengan cara belajar
rasional, yaitu cara belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir logis
dan rasional (sesuai akal sehat). Cara belajar dengan metode problem solving
sangat terkait dengan cara belajar rasional, yait cara belajar dengan
menggunakan cara berpikir logis, ilmiah dan sesuai dengan akal sehat.
Pembelajaran dengan metode problem solving ini dimaksud agar siswa dapat
menggunakan pemikiran (rasio) seluas-luasnya sampai titik maksimal dari
daya tangkapnya. Sehingga siswa terlatih untuk terus berpikir dengan
menggunakan kemampuan berpikirnya.
Suatu kondisi yang mendukung terlaksananya kegiatan pemecahan
masalah diantaranya keinginan atau ketertarikan siswa terhadap masalah yang
dihadapinya. Jacobson, Lester dan Stegel mengajukan tiga prinsip dasar agar
siswa tertarik untuk menyelesaikan masalah, yaitu:14
a) Berikan kepada siswa pengalaman langsung, aktif, dan berkesinambungan
dalam menyelesaikan soal-sosal yang beragam.
b) Ciptakan hubungan yang positif antara minat siswa dalam menyelesaikan
soal dengan keberhasilan mereka.
c) Ciptakan hubungan akrab antara siswa, permasalahan, perilaku pemecahan
masalah, dan susana kelas.
14
Gelar dan Munasprianto (eds.), op. cit., h. 56
12
Suherman, dkk. Seperti dikutip Lia menyebutkan beberapa hal yang
harus diperhatikan agar proses pembelajaran dengan pendekatan pemecahan
masalah berjalan dengan baik antara lain 15
a) Waktu, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah sangat
relatif.
b) Perencanaan, Proses pembelajaran akan memberikan hasil maksimal jika
terdapat rencana yang cukup baik, termasuk merencanakan strategi
permasalahan bagi siswa.
c) Sumber, umumnya buku-buku masalah yang rutin, maka guru dituntut
mampu mengembangkan masalah-masalah lain sehingga hal ini dapat
menambah koleksi soal pemecahan masalah.
d) Teknologi, siswa diberikan kesempatan dalam menggunakan teknologi
tetap dibatasi dengan maksud tertentu.
e) Manajemen kelas, Salah satu indikator yang cukup berperan dalam proses
pembelajaran adalah pengturan kelas, termasuk mengatur siswa belajar.
Faktor-faktor kognitif yang mempengaruhi pemecahan masalah adalah:
a) Memori kerja menempatkan batas atas mengenai seberapa banyak siswa
dapat berpikir pada saat mereka mengerjakan suatu soal.
b) Bagaimana siswa menyandikan suatu masalah mempengaruhi pendekatan
mereka dalam usahanya untuk memecahkannya.
c) Siswa biasanya memecahkan soal secara lebih efektif bial mereka
mempunyai basis pengetahuan yang menyeluruh dan terintegrasi baik
yang relevan dengan topik itu.
d) Pemecahan masalah yang sukses tergantung pada kesuksesan pemanggilan
kembali pengetahuan yang relevan.
e) Pemecahan masalah yang kompleks mensyaratkan keterlibatan
metakognitif.16
Berdasarkan hal-hal tersebut, belajar pemecahan masalah merupakan
suatu cara yang dilakukan untuk mencari jalan keluar dari suatu kesulitan
dengan menggunakan kemampuan, keterampilan dan pemahaman.
Menggunakan pemecahan masalah dalam pembelajaran harus memperhatikan
kondisi dan situasi yang dapat mendukung proses pembelajaran dengan
15
Ibid. 16
Ormord, op. cit., h. 398-402
13
menggunakan pendekatan pemecahan masalah agar tercapainya tujuan
pembelajaran.
c. Langkah-langkah Pemecahan Masalah
Banyak langkah-langkah dalam pemecahan masalah yang dibuat oleh
para ahli yang berbeda satu sama lainnya. Tetapi pada prinsipnya semua
model mempunyai sasaran yang sama yaitu mengatasi kesulitan belajar siswa
dalam memecahkan soal-soal, hanya saja dalam proses pemecahan masalah
harus dikaitkan dengan keteramplan dan kemampuan yang dimiliki siswa.
Gagne menyatakan bahwa pemecahan masalah terdiri dari lima
langkah yang harus dilakukan yaitu :17
1) Menyajikan masalah dalam bentuk lebih jelas
2) Menyatakan masalah dalam bentuk yang operasional
3) Menyusun hipotesis-hipotesis alternatif dan prosedur kerja yang
diperkirakan baik untuk digunakan dalam memecahkan masalah itu.
4) Mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya
5) Memeriksa kembali apakah hasil yang diperoleh itu benar, mungkin
mememiliki pemecahan masalah yang paling baik.
Dalam buku Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain yang berjudul
Strategi Belajar Mengajar, langkah-langkah dalam memecahkan masalah
adalah sebagai berikut:18
1) Merumuskan dan menegaskan masalah Individu melokalisasi letak sumber
kesulitan untuk memungkinkan mencari jalan pemecahannya. Ia menandai
aspek mana yang mungkin dipecahkan menggunakan prinsip atau dalil
serta kaidah yang diketahuinya.
2) Mencari fakta pendukung dan merumuskan hipotesis. Individu
menghimpun berbagai informasi yang relevan termasuk pengalaman orang
lain dalam menghadapi pemecahan masalah yang serupa. Kemudian
17
Gelar dan Munasprianto (eds.), op. cit., h.54 18
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006, cetakan ke-3), h. 18
14
mengidentifikasi berbagai alternatif kemungkinan pemecahannya yang
dapat dirumuskan sebagai pertanyaan jawaban sementara yang
memerlukan pembuktian (hipotesis)
3) Mengevaluasi alternatif pemecahan yang dikembangkan. Setiap alternatif
pemecahan masalah ditimbang dari segi untung ruginya. Selanjutnya
dilakukan pengambilan keputusan memilih alternatif yang dipandang
paling mungkin dan menguntungkan.
4) Mengadakan pengujian atau verifikasi. Mengadakan pengujian atau
verifikasi secara eksperimental alternatif pemecahan yang dipilih,
dipraktikan, atau dilaksanakan. Darihasil pelaksanaan itu diperoleh
informasi untuk membuktikan benar atau tidaknya yang telah dirumuskan
Langkah-langkah penyelesaian pemecahan masalah menurut tokoh
utamanya George Polya. Menurut Polya, dalam pemecahan suatu masalah
terdapat empat langkah yang harus dilaksanakan yaitu:19
Langkah 1 : memahami masalah, yaitu mendefinisikan unsur-unsur dalam soal
dan menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas.
Langkah 2 : membuat rencana penyelesaiannya, yaitu membuat beberapa
alternatif pemecahan dan menyusun prosedur kerja untuk dipergunakan dalam
memecahkan masalah
Langkah 3 : menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana langkah kedua
Langkah 4: memeriksa kembali hasil yang diperoleh (loocking back) yaitu
interpreatasi jawaban melalui perwujudan kembali, memeriksa (mengecek)
jawaban dari permasalahannya dan mengevaluasi pengerjaan secara
keseluruhan.
Pada pelaksanaan keempat langkah tersebut, tugas utama guru adalah
membantu dan memfasilitasi siswa untuk dapat mengoptimalisasikan
kemampuannya mencapai terselesaikannya masalah yang dihadapi secara
logis, terstruktur cermat dan tepat.
19
Anonim, How to Solve It (diakses dari http://en.wikipedia.org/wiki/how_to_solve_it pada
tanggal 8 Desember 2011)
15
Strategi dalam meningkatkan transfer dan pemecahan masalah di ruang
kelas adalah:20
a) Ajarkan suatu topik penting secara mendalam dan pastikan para siswa
mempelajarinya secara menyeluruh.
b) Hubungkan materi kelas dengan apa yang sudah diketahui siswa.
c) Berikan siswa latihan dalam menghasapi soal-soal yang tidak jelas dan
tunjukkan kepada mereka cara memperjelas soal-soal semacam itu.
d) Ajarkan informasi dan keterampilan dasar pemecahan masalah sampai
pada tingkat otomatisasi.
e) Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan apa yang telah
mereka pelajari pada situasi dan masalah baru.
f) Buatlah tugas-tugas sekolah semirip mungkin dengan tugas-tugas yang
mungkin ditemui siswa dikehidupan kelak.
g) Dalam tes atau asesmen-asesmen lainnya, mintalah siswa mengaplikasikan
apa yang telah mereka ketahui
Nancy Plooster tahun 1997 yang peneliti ambil dari catatan
Sumardyono menulis “Teaching Tips for TAs: 10 Suggestionsfor Teaching
Problem Solving” yang berisi saran-saran dalam pembelajaran problem
solving. Berikut ini saran-saran yang berguna tersebut:21
a) Cobalah untuk memulai setiap bagian pelajaran dengan mengutarakan
sebuah masalah dan menjelaskan mengapa masalah tersebut menarik dan
penting.
b) Dari pada menyuruh siswa menghafalkan rumus, lebih baik ajari mereka
bagaimana menurunkan rumus tersebut dan mengidentifikasi bagian-
bagiannya.
c) Cobalah melakukan pendekatan langkah demi langkah untuk
menyelesaikan masalah. Tanyakan beberapa pertanyaan sepanjang
kegiatan agar siswa dapatmemahami bagaimana solusi diperoleh, dan
dapat menghadapi pertanyaan yang serupa dengan strategi yang sama.
d) Giatkan siswa untuk membayangkan atau memikirkan cara menyelesaikan
masalah sebelum kita bersama-sama siswa menyelesaikan masalah. Hal ini
untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan siswa secara aktif.
20
Ormord op. cit., hal. 404 21
Sumardyono, Beberapa Saran dan Tips dalam Penerapan pembelajaran Problem Solving,
diakses di http://p4tkmatematika.org/file/problemsolving/TipsPenerapanProblemSolving-smd.pdf
16
e) Saat bertanya kepada siswa, cobalah meminta siswa untuk mengusulkan
apa yang harus dilakukan, bukan menanyakan hasil akhir/jawaban
masalah.
f) Aktif meminta pertanyaan dari kelas dan menghindari untuk menjawabnya
secara langsung. Pastikan setiap siswa mendengar dan memahami
pertanyaanpertanyaan tersebut dan kemudian mulailah bekerja
menyelesaikannya secara bersama-sama.
g) Cobalah sedini mungkin menggiatkan siswa untuk berbicara, agar mereka
secara bertahap aktif untuk berpartisipasi dalam kelas.
h) Cobalah untuk menyelesaikan masalah dengan cara berbeda-beda. Hal ini
dapat membantu siswa memahami cara terbaik menyelesaikan masalah
tersebut, dan mungkin dapat mencegah kesalahan. Teknik ini juga menarik
perhatian/attensi siswa karena mereka ingin melihat apakah cara-cara
tersebut berakhir pada jawaban yang sama.
i) Bantulah siswa belajar merumuskan masalah sekeras upaya kita membantu
mereka menemukan jawabannya, dan giatkan mereka mengemukakan
pertanyaan-pertanyaan untuk mereka sendiri.
j) Sebelum bergerak ke konsep yang baru, cobalah bertanya kepada siswa
dengan pertanyaan yang spesifik tentang masalah yang relevan. Siswa
biasanya merespon untuk masalah-masalah yang spesifik
Dengan adanya tips-tips di atas diharapkan guru yang menerapkan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah dapat
terlaksana secara baik
d. Keunggulan dan Kelemahan Pemecahan Masalah
Wina Sanjaya mengemukakan beberapa keunggulan pembelajaran
dengan pendekatan pemecahan masalah diantaranya:22
1) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk
memahami isi pelajaran.
2) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta
memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
22
Sanjaya, op. cit., h. 220
17
3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang
mereka lakukan. Serta dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri
terhadap hasil maupun proses belajarnya
6) Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa
setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu
yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru
atau dari buku–buku saja.
7) Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
8) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk
menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
9) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
10) Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus
menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
Di samping keunggulan, pemecahan masalah juga memiliki kelemahan,
diantaranya:23
1) Ketika siswa merasa permasalahan yang diberikan sulit untu diselesaikan
maka siswa akan merasa enggan untuk mencoba menyelsaikan
permasalahan tersebut
2) Keberhasilan strategi pembelajaran pemecahan masalah membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan.
3) Mereka harus diberikan pemehaman mengapa mereka harus berusaha
menyelesaikan masalah yang mereka pelajari, karena mereka akan belajar
apa yang ingin mereka pelajari.
Dari penjelasan di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
dalam menyelesaikan masalah diperlukan teknik-teknik (langkah-langkah)
tertentu untuk sampai ke hasil yang ingin diinginkan. Langkah pertama
memahami masalah, tanpa adanya pemahaman terhasapa masalah yang
diberikan, siswa tidak mungkin dapat menyelesaikan masalah. Setelah siswa
memahami masalah, selanjutnya siswa merencanakan penyelesaian masalah.
Jika rencana penyelesaian suatu masalah telah dibuat, selanjutnya dilakukan
23
Ibid.
18
penyelesaian masalah seperti rencan penyelesaian sebelumnya yang paling
tepat. Langkah terakhir adalah pengecekkan atas apa yang telah dilakukan.
Dengan cara ini, maka berbagai kesalahan dapat terkoreksi kembali sehingga
siswa dapat sampai pada jawaban yang sesuai dengan masalah yang diberikan.
Pendekatan pemecahan masalah memiliki banyak keunggulan dalam
pembelajaran. Namun, walaupun banyak keunggulan tetapi metode ini juga
memiliki kelemahan dalam pencapaian pembelajaran. Disinilah peran guru,
untuk pencapaian pengajar dengan menggunakan metode pemecahan masalah
guru harus mendorong siswa untuk mengikuti langkah-langkah pemecahan
masalah.
2. Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” adalah
proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan.24
Pemahaman juga
diartikan dari kata “understanding” Michener menyatakan bahwa
pemahaman adalah salah satu aspek dalam taksonomi Bloom. Pemahaman
adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Menurut
Bloom, “pemahaman merupakan kemampuan untuk memahami apa yang
sedang dikomunikasikan dan mampu mengimplementasikan ide tanpa
harus mengaitkannya dengan ide lain, dan juga tanpa harus melihat ide itu
secara mendalam”.25
Pemahaman atau comprehension juga dapat diartikan
menguasai sesuatu dengan pikiran.
Seseorang dikatakan memahami sesuatu jika telah dapat
mengorganisasikan dan mengutarakan kembali apa yang dipelajarinya
dengan menggunakan kalimatnya sendiri. Siswa tidak lagi mengingat dan
menghafal informasi yang diperolehnya, melainkan harus dapat memilih
dan mengorganisasikan informasi tersebut. Hal tersebut sesuai dengan
yang dituliskan Sanjaya bahwa pemahaman bukan hanya sekedar
mengingat fakta, akan tetapi berkenaan kemampuan menjelaskan,
24
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai pustaka,
2007), h.811 25
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis (Jakarta: Kencana, 2004)
19
menerangkan, menafsirkan atau kemampuan menangkap makna atau arti
suatu konsep.26
Pemahaman lebih tinggi tingkatannya dari pengetahuan. Pemahaman
bukan hanya sekedar mengingat fakta, akan tetapi berkenaan dengan
kemampuan menjelaskan, menafsirkan atau kemampuan menangkap makna
atau arti suatu konsep.27
Siswa dapat memahami jika mereka dapat
membangun keterkaitan antar pengetahuan baru untuk ditambahkan ke
pengetahuan sebelumnnya. Pada dasarnya kimia akan dimengerti dan
dipahami bila siswa dalam belajarnya terjadi kaitan antara informasi yang
diterima.
Belajar dengan memahami adalah belajar yang memberikan tekanan
pada dikuasainya materi pelajaran secara menyeluruh (insightful) karena
memahami hubungan satu materi dengan yang lain. Belajar yang bersifat
mekanistik dan tanpa pemahaman dipertanyakan manfaatnya. Pemecahan
masalah tidak dapat dilakukan dengan menggunakan informasi yang tidak
bermakna.
Menurut Ernes Hilgard ada enam ciri dari belajar yang
mengandung pemahaman, yaitu:28
1) Pemahaman dipengaruhi oleh kemampuan dasar,
2) Pemahaman dipengaruhi pengalaman belajar yang lalu,
3) Pemahaman tergantung pada pengaturan situasi,
4) Pemahaman didahului oleh usaha-usaha coba-coba,
5) Belajar dengan pemahaman dapat diulangi,
6) Suatu pemahaman dapat diaplikasikan bagi pemahaman situasi lain.
Dalam taksonomi Bloom, pemahaman merupakan hasil belajar yang
termasuk dalam ranah kognitif. Menurut Dahar dan Liliasari, pemahaman
26
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 102 27
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h.102 28
R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 21
20
merupakan jenjang kemampuan berpikir untuk mengetahui tentang sesuatu hal
serta dapat melihatnya dari berbagai segi.29
Benyamin S. Bloom dan D. Krathwohl (1964) membagi hasil belajar
terdiri dari tiga ranah atau kawasan yaitu; ranah kognitif (cognitive domain),
ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor
domain). Ketiga aspek-aspek hasilbelajar tersebut dapat dirinci sebagai berikut
yaitu:
a) Kawasan kognitif adalah kawasan yang berkenaan dengan hasil belajar
intelektual mulai dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih
tinggi yaitu terdiri dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, evaluasi.
b) Kawasan afektif adalah satu dominan yang berkenaan dengan sikap yaitu
terdiri dari penerimaan, reaksi atau tanggapan, penilaian, organisasi, dan
internalisasi.
c) Kawasan psikomotor berkenaan dengan hasil belajar berupa keterampilan
dan kemampuan bertindak yang terdiri dari gerakan refleks, keterampilan
gerakan dasar, kemampuan perspektual ketepatan, gerakan keterampilan
kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Konsep – konsep merupakan kategori - kategori yang kita berikan pada
stimulus -stimulus yang ada di lingkungan. Konsep – konsep menyediakan
skema – skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus – stimulus
baru dan untuk menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori –
kategori. Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok
orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk
pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari
fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berfikir abstrak.
Menurut Hamalik Konsep adalah suatu kelas stimuli yang memiliki sifat-sifat
(atribut-atribut) umum.30
29
Ratna Wilis Dahar dan Liliasari, Interaksi Belajar Mengajar IPA, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2000), h. 48. 30
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2005), h. 161
21
Konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk
mengklasifikasi suatu objek dan menerangkan apakah objek tersebut
merupakan contoh atau bukan contoh dari ide abstrak tersebut. Objek yang
dibentuk dengan memandang sifat-sifat yang sama dari sekumpulan objek.
Untuk dapat mengklasifikasikan objek, seseorang harus dapat mengenali
atribut atau sifat-sifat khusus dari objek tersebut.
Konsep adalah ide atau pengertian umum yang disusun dengan kata,
simbol, dan tanda.31
Menurut Rosser, konsep adalah suatu abstraksi yang
mewakili suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, atau hubungan-
hubungan yang mempunyai atribut yang sama.32
Mempelajari konsep
merupakan kemampuan untuk mengelompokkan benda atau peristiwa yang
mempunyai hubungan. Siswa mengembangkan suatu konsep ketika mereka
mampu mengklasifikasikan atau mengelompokkan benda-benda atau ketika
mereka dapat mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu.
Dengan belajar konsep, siswa dapat memahami dan membedakan benda-
benda, peristiwa atau kejadian yang ada dalam lingkungan sekitar.
Konsep berkembang, sejalan dengan pengalaman-pengalaman
selanjutnya dalam situasi, peristiwa, perlakuan ataupun kegiatan yang lain,
baik yang diperoleh dari bacaan ataupun pengalaman langsung. Konsep
erat kaitannya dengan pemahaman dasar. Siswa mengembangkan suatu
konsep ketika mereka mampu mengelompokkan benda-benda atau ketika
mereka dapat mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda
tertentu. Konsep mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang
sama dan dituangkan dalam bentuk suatu kata. Suatu konsep dapat
dilambangkan dalam bentuk suatu kata yang mewakili konsep itu, jadi
lambang konsep dituangkan dalam bentuk suatu kata atau bahasa. Belajar
konsep berguna dalam rangka pendidikan siswa atau paling tidak punya
pengaruh tertentu. Adapun kegunaan konsep adalah sebagai berikut:
31
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Surabaya: Pustaka
Belajar, 2012), cet. 8, h. 9 32
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran:Untuk Membantu Memecahkan Masalah
Problematika Belajar dan Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2011), cet. 9, h. 73
22
1) Konsep-konsep mengurangi kerumitan lingkungan. Lingkungan yang
luas dan rumit dapat dikurangi kerumitannya dengan menjabarkannya
menjadi sejumlah konsep (suatu kelas stimuli). Misalnya untuk
memudahkan mempelajari lingkungan desa, perlu dirinci menjadi
konsep-konsep, misalnya geografisnya, penduduk, ekonomi, pendidikan
dan sebagainya.
2) Konsep-konsep membantu kita untuk mengidentifikasi objek-objek
yang ada di sekitar kita. Konsep berguna untuk mengidentifikasi
objek-objek yang ada di sekitar kita dengancara mengenali ciri-ciri
masing-masing objek. Misalnya, kalau kita telah mengenali konsep
rumah, maka kita akan mudah mempelajari macam-macam rumah,
rumah panggung, rumah tembok, rumah limas dan sebagainya.
3) Konsep membantu kita untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih
luas dan lebih maju. Siswa tidak harus belajar secara konstan, tetapi
dapat menggunakan konsep-konsep yang telah dimilikinya untuk
mempelajari sesuatu yang baru.
4) Konsep mengarahkan kegiatan instrumental. Berdasarkan konsep yang
telah diketahui, maka seseorang dapat menentukan tindakan-tindakan apa
yang selanjutnya perlu dikerjakan/dilakukan.
5) Konsep memungkinkan pelaksanaan pengajaran. Pengajaran umumnya
berlangsung secara verbal, artinya dengan menggunakan bahasa lisan.
Hal itu terjadi dalam pengajaran pada semua jenjang persekolahan.
Pengajaran lebih tinggi hanya mungkin berlangsung secara efektif jika
siswa telah memiliki konsep berbagai mata pelajaran yang telah
diberikan pada jenjang sekolah di bawahnya.
6) Konsep dapat digunakan untuk mempelajari dua hal yang berbeda
dalam kelas yang sama. Jika kita telah mengetahui konsep suku
bangsa, misalnya cerdas, bertanggung jawab, dan rajin. Selanjutnya
kita dapat mengenali suatu suku bangsa yang bodoh, tak bertanggung
jawab, dan pemalas. Konsep suku bangsa sebenarnya merupakan
bagian dari konsep tentang manusia. Kedua konsep tersebut merupakan
23
dua hal yang stereo, bagaimana dua nada yang dibunyikan dalam
waktu yang bersamaan.
Belajar konsep pada manusia dibantu dan dipercepat dengan bantuan
instruksi verbal.33
(1) Lebih dahulu diajarkan benda-benda yang mengandung konsep yang
akan dipelajari. Stimulus itu diberikan berturut-turut dalam waktu yang
pendek jaraknya (kontiguitas). Setiap kali guru bertanya, “Apa ini?”
sebagai stimulus dengan mengharapkan respons “larutan”.
(2) Guru menanyakan konsep itu dalam situasi-situasi yang belum dihadapi
anak lalu ditanya, “Apa ini?” atau “adakah endapannya?”. Bila respons
salah kita dapat memperbaikinya.
(3) Kemudian anak dihadapkan kepada berbagai situasi yang baru yang
mengandung konsep itu yang menanyakan rangkaian verbal yang belum
pernah dipelajarinya. Bila dalam situasi-situasi baru ini anak dapat
memberikan respons yang tepat, maka ini merupakan bukti bahwa ia
telah memahami konsep itu.
(4) Dalam proses belajar itu diperlukan reinforcement, yakni anak
diberitahukan bila jawabannya benar.
Setiap konsep yang dimiliki siswa merupakan hasil dari pengalaman
yang mereka peroleh dari kegiatan pembelajaran kemudian menjadi dasar
dalam struktur berpikir mereka. Konsep-konsep dasar inilah yang dijadikan
dasar untuk memecahkan suatu masalah. Oleh karena itu kegiatan
pembelajaran perlu menyediakan pengalaman belajar bermakna yang
dikaitkan dengan pengetahuan awal mereka agar mereka bisa mengonstruk
hasil pemikiran mereka sendiri.
Pemahaman terhadap suatu konsep dapat berkembang baik jika
terlebih dahulu disajikan konsep yang paling umum sebagai jembatan antar
informasi baru dengan informasi yang telah ada pada struktur kognitif
siswa.. Penyajian konsep yang paling umum perlu dilakukan sebelum
33
S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Bandung: Bumi
Aksara, 2003), h. 163
24
penjelasan yang lebih rumit mengenai konsep yang baru agar terdapat
keterkaitan antara informasi yang telah ada dengan informasi yang baru
diterima pada struktur kognitif siswa.
Penanaman konsep, teorema, dalil, dan rumus-rumus matematika
dapat terwujud dengan baik jika para siswa dapat memusatkan
perhatiannya terhadap bahan pelajaran yang dipelajari serta selalu
melakukan penguatan melalui latihan yang teratur. Sehingga apa yang
telah dipelajarinya dapat dikuasai dengan baik dan dapat digunakan untuk
mempelajari materi selanjutnya.
Berikut diuraikan beberapa jenis pemahaman menurut para ahli:
1) Skemp (1976) membedakan dua jenis pemahaman konsep, yaitu
pemahaman intruksional (instructional understanding) dan
pemahaman relasional (relational understanding).34
Adapun masing-
masing jenis pemahaman mengandung pengertian sebagai berikut :
a) Pemahaman intruksional (instructional understanding), yaitu
pemahamamn atas konsep yang saling terpisah dan hanya hafal
rumus dalam perhitungan sederhana. Dalam tahap ini siswa
hanya sekedar tahu dan hafal suatu rumus dan dapat
menggunakannya untuk menyelesaikan suatu soal, tetapi belum/
tidak bisa menerapkannya pada keadaan lain yang berkaitan.
b) Pemahaman relasional (relational understanding), yaitu
pemahaman yang termuat dalam suatu skema atau struktur yang
dapat digunakan pada penyelesaian masalah yang lebih luas.
Dalam tahap ini siswa tidak hanya sekedar tahu dan hafal suatu
rumus, tetapi juga tahu bagaimana dan mengapa rumus itu dapat
digunakan.
2) Bloom membedakan pemahaman ke dalam tiga kategori, yakni:35
34
Muli, Tingkatan Pemahaman Siswa Terhadap Pembelajaran IPA. http://muli30.wordpress.com/.
Diakses 07 juli 2011 35
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005) h. 24
25
a) Pemahaman terjemahan (Translasi), mulai dari terjemahan dalam
arti yang sebenarnya, misalnya seorang siswa mampu merubah
model/ bentuk permasalahan ke dalam simbol yang lain seperti
dari bentuk kata-kata ke dalam bentuk penterjemahan, rumus
atau tabel untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
b) Pemahaman penafsiran (Interpretasi), yakni menghubungkan
bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya.
c) Pemahaman Ekstrapolasi (Extrapolation). Dengan ekstrapolasi
diharapkan seseorang mampu melihat di balik yang tertulis, dapat
membuat ramalan dengan konsekuensi atau dapat memperluas
persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, pemahaman
konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu
memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang
dikomunikasikan, memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci
dengan menggunakan kata-kata sendiri, mampu menyatakan ulang suatu
konsep, mampu mengklasifikasikan suatu objek dan mampu mengungkapkan
suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami. Dengan
demikian, untuk keperluan penelitian ini pemahaman konsep yang
digunakan adalah pemahaman yang dikemukakan oleh Bloom, yaitu
penerjemahan (translation), penafsiran (interpretation) dan ekstrapolasi
(extrapolation).
Flavell menyatakan bahwa pemahaman terhadap konsep – konsep
dapat berbeda dalam tujuh dimensi yaitu36
a. Atribut, setiap konsep mempunyai atribut yang berbeda, contoh – contoh
konsep harus mempunyai atribut – atribut yang relevan,
b. Struktur, menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut – atribut
tersebut.
c. Keabstrakan, yaitu konsep – konsep dapat dilihat dan konkret, atau konsep
– konsep itu terdiri dari konsep – konsep lain.
36
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: ALFABETA, 2010) h. 72 – 73
26
d. Keinklusifan, yaitu ditujukan pada jumlah contoh – contoh yang terlibat
dalam konsep itu.
e. Generalitas atau keumuman, yaitu bila diklasifikasikan, konsep – konsep
dapat berbeda dalam posisi superordinate atau subordinatnya.
f. Ketepatan, yaitu konsep menyangkut apakah ada sekumpulan aturan –
aturan untuk membedakan contoh – contoh dari noncontoh – noncontoh
suatu konsep.
g. Power (kekuatan), yaitu kekuatan suatu konsep oleh sejauh mana orang
setuju bahwa konsep itu penting.
Dijelaskan pada dokumen Peraturan Dirjen Dikdasmen No.
506/C/PP/2004, Indikator yang menunjukkan pemahaman konsep antara lain
adalah:37
1. Menyatakan ulang sebuah konsep.
2. Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan
konsepnya.
3. Memberi contoh dan noncontoh dari konsep.
4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.
6. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.
Pemahaman merupakan aspek yang penting dalam pembelajaran,
karena dengan memahami konsep siswa dapat menyelesaikan permasalahan
kimia mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks. Pemahaman dalam
pembelajaran kimia sudah seharusnya ditanamkan kepada setiap siswa. Karena
tanpa pemahaman, siswa tidak bisa mengaplikasikan prosedur, konsep, ataupun
proses.
37
Sri Wardani, “Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk Optimalisasi
Tujuan Mata Pelajaran Matematika”, Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan
Tenaga Kependidikan Matematika, 2008, h. 10
27
3. Pembelajaran Kimia
“Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan
dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun
implisit (tersembunyi)”.38
Belajar adalah proses perubahan dari belum mampu
menjadi mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi
harus secara relatif menetap dan tidak hanya pada perilaku yang saat ini , tetapi
perilaku yang mungkin terjadi di masa datang. Selain itu beberapa pengertian
belajar menurut beberapa ahli seperti dikutip Zikri Neni Iska, Muhibbin Syah
dan Pupuh Fathurrohman:
a) Menurut Skinner, belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian
tingkah laku) yang berlangsung secara progresif.39
b) Menurut Chaplin, belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang
relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan
keduanya, belajar adalah proses memperoleh respons-respons sebagai
akibat adanya latihan khusus.40
c) Menurut Hintzman, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri
organism,manusia atau hewan, disebabkan pengalaman yang dapat
mempengaruhi tingkah laku organism tersebut.41
d) Menurut Wittig, belajar adalah perubaha yang relatif menetap yang terjadi
dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai
hasil pengalaman.42
e) Menurut Hilgard dan Bower, bahwa belajar berhubungan dengan
perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamnnya yang berulang-ulang dalam situasi itu.43
f) Menurut M. Roby Sutikno, belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru
38
Syaiful Sagala, op. cit., h. 11 39
Syah, op. cit., h. 64 40
Ibid., h.65 41
Ibid. 42
Ibid. 43
Fathurrohman, op. cit., h. 5
28
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. 44
g) Biggs mendefinisikan belajar dalam tiga rumusan, yaitu: pertama, secara
kuantitatif, belajar berarti kegiatan mengisi atau pengembangan
kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Kedua, secara
instutisional, belajar adalan proses validasi (pengabsahan) terhadap
penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Ketiga, secara
kualitatif ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahan-pemahaman serta
cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa.45
h) C.T. Morgan merumuskan belajar adalah suatu perubahan yang relatif
dalam menentapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari
pengalaman yang lalu.46
i) Thursan Hakim, belajar adalah suatu proses perubahan di dalam
kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan,
daya fikir dan lain-lain kemampuannya.47
Belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu
yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif.48
Dalam proses belajar siswa
menempuh tiga tahap yaitu tahap informasi (tahap penerimaan materi), tahap
transformasi (tahap pengubahan materi), dan tahap evaluasi (tahap penilaian
materi). Kegiatan belajar banyak dipengaruhi oleh beberpa hal, secara global
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa adalah
a) Faktor internal, yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa terdiri dari dua aspek yaitu
pertama, aspek fisiologis seperti kondisi kesehatan dan kedua, aspek
44
Ibid. 45
Syah, op. cit., h. 68 46
Fathurrohman, op. cit., h. 6 47
Ibid. 48
Syah, op. cit. h. 68
29
psikologis seperti tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat dan motovasi
siswa.
b) Faktor eksternal, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor ini
terdiri dari dua macam faktor yaitu faktor lingkungan sosial seperti para
guru, para staff administrasi dan teman-teman sekelas serta masyarakat
dan tetangga juga teman-teman sepermainan, faktor selanjutnya adalah
lingkungan nonsosial yaitu gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat
tinggal dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar
yang digunakan siswa.
c) Faktor pendekatan belajar, yalni jenis upaya belajar siswa yang meliputi
strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
mempelajari materi-materi pelajaran.49
“Ilmu pengetahuan tentang kimia adalah ilmu yang mencakup
sejumlah aspek mengenai bahan-bahan kimia.”50
Kimia merupakan ilmu yang
termasuk dalam rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik
sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara
memperoleh serta kegunaanya. “Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari
struktur, susunan, sifat, perubahan materi, dan energi yang menyertainya.”51
Kimia merupaka ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan percobaan namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga
diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori. “Kimia adalah ilmu yang
mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana gejala-gejala
alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat serta perubahan,
dinamika, dan energetika zat”.52
Mata pelajaran kimia perlu diajarkan untuk
tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan
pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki
49
Ibid., h. 144-155 50
James E. Brady, Kimia universitas Azas dan Struktur Terj. Dari General Chemistry Principles
and Structure oleh Sukmariah Maun, dkk, (Jakarta: Binarupa Aksara, 1999), h. 3 51
Parning, dkk, Kimia 1A Untuk Kelas 1 Sekolah Menengah Atas Semester Pertama Kurikulum
Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Yudhistira, 2003), h. 3 52
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Sebuah Panduan Praktis, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 132
30
jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan
teknologi.
Tujuan Mata pelajaran kimia di SMA/MA adalah untuk memiliki
kemampuan sebagai berikut:
a. Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan
dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa.
b. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan
dapat bekerjasama dengan orang lain.
c. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui
percobaan atau eksprimen, dimana peserta didik melakukan pengajuan
hipotesis dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrument,
pengambilan, pengolahan, dan penafsiran data serta menyampaikan hasil
percobaan secara lisan dan tertulis.
d. Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat
dan merugikan bagi individu, masyarakat dan lingkungan serta
menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi
kesejahteraan masyarakat.
e. Memahami konsep, prinsip, hukum dan teori kimia serta keterkaitannya
dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan
sehari-hari dan teknologi.53
Sedangkan ruang lingkup kimia adalah sebagai berikut:
a. Struktur atom, sistem periodik, dan ikatan kimia. Stoikiometri, larutan
elektrolit dan nonelektrolit, reaksi redoks, senyawa organik dan
makromolekul.
b. Termokimia, laju reaksi dan kesetimbangan, larutan asam basa,
stoikiometri larutan, kesetimbangan ion dalam larutan dan sistem koloid.
c. Sifat koligatif larutan, redoks dan elektrokimia, karakteristik unsur
kegunaan dan bahayanya, senyawa organik dan reaksinya, benzena dan
turunannya dan makromolekul.54
53
Ibid., h. 133-134
31
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang disusun oleh Ida Bagus Putu Arnyana dari hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok siswa yang belajar dengan
strategi-strategi pembelajaran inovatif, yaitu strategi Kooperatif GI, PBL, dan
inkuiri menunjukkan kemampuan berpikir kreatif berada pada katagori baik,
sementara kelompok siswa yang belajar dengan model DI (konvensional)
berada pada katagori sedang.55
Hasil penelitian lain yang dikemukankan Muti’ah dalam jurnal yang
berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan
Strategi Pemecahan Masalah Untuk Mengatasi Kesalahan Konseptual Pada
Matakuliah Kimia Dasar I” menyimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif dengan strategi pemecahan masalah dapat meningkatkan hasil
belajar, aktivitas dan motivasi belajar mahasiswa.56
Nyoman Subratha dengan hasilnya adalah Penerapan model
pembelajaran kooperatif dan strategi pemecahan masalah dapat meningkatkan
kualitas intraksi siswa dalam pembelajaran fisika siswa kelas VII C SMP
Negeri 1 Sukasada. Selain itu penerapan model pembelajaran kooperatif dan
strategi pemecahan masalah dapat meningkatkan capaian kompetensi dasar
fisika siswa SMP Negeri 1 Sukasada.57
Penelitian oleh Fitriyanti dihasilkan bahwa Penggunaan metode
pemecahan masalah dalam penelitian ini memberikan hasil yang berbeda dari
metode konvensional terhadap peningkatan kemampuan berpikir rasional
54
Ibid. h. 134 55
Ida Bagus Aryana, “Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif Pada Pelajaran Biologi
Terhadap Kemampuan BerpikirKreatif Siswa SMA”, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Negeri
singaraja, No.3, TH. XXXIX (http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/) h. 496. 56
Muti’ah, “Penggunaan Mode Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Strategi Pemecahan
Masalah untuk Mengatasi Kesalahan Konseptual pada Mata Kuliah Kimia Dasar I”, J. Pijar
MIPA, Vol. 2, September 2005, h. 69-74 57
Nyoman Subratha, “Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Dan Strategi Pemecahan
Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII C SMP NEGERI 1 Sukasada”,
Jurnal Penelitian dan Pengembangan,vol.1 No.2, 2007,h.145
32
siswa. Penggunaan metode pemecahan masalah dalam pembelajaran Ekonomi
ternyata mampu meningkatkan kemampuan berpikir rasional siswa.58
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran
environmental problem solving dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
kimia dan dibuat untuk meningkatkan motivasi, aktivitas, kreativitas, penalaran
dan saling ketergantungan satu sama lain.59
Hasil penelitian oleh Nuraini, dkk menyimpulkan bahwa berdasarkan
tes objektif yang diberikan setelah pembelajaran berakhir, diketahui ketuntasan
hasil belajar siswa yang diperoleh sangat baik dengan tingkat ketuntasan
sebesar 96,67%. Hasil observasi aktivitas siswa menunjukkan bahwa
persentase aktivitas yang baik (79,82%). Tanggapan siswa menunjukkan
bahwa siswa memberikan tanggapan positif sangat baik (91,52%). Penerapan
pendekatan problem solving pada materi sifat koligatif larutan dapat
meningkatkan hasil belajar, aktivitas, dan motivasi belajar siswa.60
Hasil penelitian oleh Ibrahim Bilgin, dkk menunjukkan bahwa
kelompok eksperimen yang menggunakan PBL memiliki kinerja yang lebih
baik pada masalah konseptual dalam konsep gas daripada kelompok kontrol.61
C. Kerangka Berpikir
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang mempunyai kualitas tinggi. Untuk
menciptakan kualitas SDM yang baik maka diperlukan peningkatan kualitas
juga dalam dunia pendidikan. Salah satunya dengan cara pembaharuan di
bidang pendidikan yaitu dengan pembahuruan metode pengajaran yang dapat
58
Fitriyanti, “Pengaruh Penggunaan Metode Pemecahan Masalah Terhadap Kemampuan Berpikir
Rasional Siswa”, Jurnal Pendidikan Vol. 10, No.1 Maret 2009 : 38-47 (online) http://lppm.ut.ac.id 59
Munrir Tanrere, 2008, “Environmental Problem Solving In Learning Chemistry For High
School Students”, Journal of Applied Sciences in Environmental Sanitation, 3 (1): 47-50. (online)
http://trisanita.org/ 60
Nuraini,dkk, “Penerapan Pendekatan Problem Solving Pada Materi Sifat Koligatif Larutan Di
Man Model Banda Aceh Tahun Ajaran 2012/2013”, CDA Vol.1 No.1 (2013) pp 54 – 61 61
Ibrahim Bilgin,dkk, “The Effects of Problem-Based Learning Instruction on University
Student’s Performance Conceptual and Quantitative problems of gas concept”, Eurasia journal of
Mathematics, science and technology education, 2009, 5(2), 154-164. (online) Diakses di
www.ejmste.com tanggal 8 Desember 2011
33
mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah supaya siswa
dapat berfikir dan bertindak secara hierarki dan kreatif.
Pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-
pengertian seperti mampu memahami atau mengerti apa yang diajarkan,
mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, memberikan penjelasan atau
memberi uraian yang lebih rinci dengan menggunakan kata-kata sendiri,
mampu menyatakan ulang suatu konsep, mampu mengklasifikasikan suatu
objek dan mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam
bentuk yang lebih dipahami. Kimia sendiri merupakan pelajaran yang masih
dianggap sulit oleh siswa. Kesulitan tersebut bersumber dari memahami
istilah, memahami konsep, dan memahami angka. Dalam memahami angka ini
membutuhkan keterampilan dalam menggunakan rumusan kimia sehingga
siswa yang kurang terampil dalam kimia maka akan mengalami kesulitan. Bila
siswa dilatih menyelesaikan soal atau masalah maka akan melatih daya
analisis sehingga siswa mampu mengambil keputusan. Karena siswa telah
memiliki keterampilan dalam mengumpulkan data.
Pada proses pembelajaran kimia saat ini memerlukan metode atau
pendekatan yang inovatif pada proses pembelajaran yang dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa. Salah satu pendekatan pembelajaran inovatif pada
mata pelajaran kimia adalah pendekatan pemecahan masalah. Pemecahan
masalah merupakan model pembelajaran yang merangsang siswa untuk mau
berfikir, menganalisa suatu permasalahan sehingga dapat menentukan
pemecahannya.
Dari uraian di atas pendekatan ini berpusat pada siswa sebagai subjek pada
proses pembelajaran untuk menemukan pemecahan suatu masalah berdasarkan
fakta yang diperoleh. Sehingga siswa juga terlatih dalam memecahkan
masalah dan dapat memahami konsep.
Jadi, pembelajaran yang dapat menciptakan lingkungan agar siswa mau
berpikir, menganalisa suatu permasalahan sehingga dapat menentukan
pemecahannya dan juga meningkatkan pemahaman konsep adalah pendekatan
pemecahan masalah pada pembelajaran kimia. Masalah dalam pembelajaran
34
kimia akan diberikan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
pemecahan masalah. Masalah-masalah yang diberikan bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman konsep siswa.
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Kimia dinggap sulit
Kemampuan berpikir kreatif
yang masih rendah
Seringnya penggunaan metode
pembelajaran konvensional
(ceramah)
Rancangan pelaksanaan pembelajaran
pemecahan masalah
Penelitian pembelajaran pemecahan
masalah di dalam kelas dapat dilakukan
Melaksanakan penelitian pembelajaran
pemecahan masalah di dalam kelas
Tes pemahaman konsep
siswa
(posttest)
Lembar kerja siswa
dalam pembelajaran
pemecahan masalah
Pemahaman Konsep siswa
Meningkat
posttest
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 8 Tangerang Selatan yang berlokasi
di Jl. Cireundeu Raya 5, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Adapun waktu yang
digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah pada bulan Mei semester genap
(II) tahun 2012.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
yaitu penelitian studi. Penelitian studi adalah sejenis penelitian deskriptif yang
ingin mencari jawaban secara ,mendasar tentang sebab akibat, dengan
menganalisis factor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu
fenomena tertentu.1 Dengan metode ini peneliti diharapkan menangkap
kompleksitas kasus tersebut.
Metode Penelitian studi bersifat ex post facto. Artinya, data dikumpulkan
setelah semua kejadian berlangsung.2 Peneliti dapat melihat semua akibat dari
fenomena dan menguji hubungan sebab akibat dari data-data yang tersedia.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi diartikan jumlah dari keseluruhan objek yang karakteristiknya
hendak diduga. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 8
Tangerang Selatan. Sedangkan populasi terjangkau pada penelitian ini adalah
siswa kelas XI IPA SMAN 8 Tangerang Selatan yang terdaftar pada SMA
tersebut pada semester genap (II) pada tahun ajaran 2011/2012.
1 Moh. Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), h.58
2 Ibid, h. 59
36
2. Sampel
Sampel adalah kelompok kecil yang kita amati. Teknik sampel yang
digunakan adalah purposive sample. Sampel bertujuan ini dilakukan dengan
dasarkan atas tujuan tertentu3. Sampel dipilih karena memiliki ciri-ciri, sifat dan
karakteristik yang merupakan ciri-ciri pokok populasi. Sampel dalam penelitian
ini adalah dua kelas dari kelas XI IPA di SMAN 8 Tangerang Selatan yaitu kelas
XI IPA-2 sebagai kelas eksperimen tahun ajaran 2011-2012. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 40 siswa.
D. Teknik Pengumpulan data
Cara yang dilakukan oleh penulis dalam pengumpulan data adalah dengan
menggunankan tes sebagai instrument penelitian yang dilakukan setrlah penulis
melaksanakan penelitian pada subjek penelitian dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah. Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah tes dalam
bentuk essai pada konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan.
Tahap – tahap pengumpulan data:
1. Tahap Persiapan
Pesiapan yang dilakukan yaitu penyusunan materi yang akan diajarkan,
pembuatan dan pengujian instrumen
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan peneltitian dilakukan pada semester II. Penelitian ini dilakukan
langsung untuk menguji penguasaan kognitif yang dapat dilihat dari hasil
belajar kimia siswa yaitu dengan posttest (tes akhir) pada kelas kontrol dan
kelas eksperimen yang menggunakan pendekatan pemecahan masalah.
3. Tahap Penyelesaian
Setelah bahan pelajaran diajarkan, maka diadakan tes pemahaman konsep
pada siswa dengan menggunakan instrument berupa soal essai. Substansi
3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik cet. 14 (Jakarta: Rineka
cipta, 2010) h. 183
37
materi tes meliputi pelajaran kimia SMA pada konsep kelarutan dan hasil kali
kelarutan yang telah disesuaikan dengan kurikulum KTSP.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian yaitu:
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengentahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes ini bertujuan untuk mengukur
kemampuan kognitif siswa dalam memahami materi kelarutan dan hasil kali
kelarutan. Soal – soal diambil dari beberapa sumber dan diadaptasikan untuk
tujuan penelitian. Instrumen tes ini menggunakan soal dengan kompetensi dasar
mendeskripsikan terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip
kelarutan dan hasil kelarutan. Tes ini berupa tes tulis dengan bentuk essay,
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
No Indikator No. Butir
Soal
Jumlah
soal
1 Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan
jenuh atau larutan garam yang sukar larut
1*, 2, 3 3
2 Menuliskan ungkapan berbagai Ksp
elektrolit yang sukar larut dalam air
4*, 5 2
3 Menghubungkan tetapan hasil kali
kelarutan dengan tingkat kelarutan atau
pengendapannya
6*, 7*, 8 3
4 Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang
sukar larut berdasarkan data harga Ksp
atau sebaliknya
9, 10, 11*,
12
4
38
*Valid
Dari 23 butir soal yang diujikan didapatkan 12 butir soal yang dinyatakan
valid, namun hanya 10 butir soal yang digunakan untuk menguji pemahaman
konsep siswa.
F. Macam – Macam Uji Instrumen
Setelah dibuat instrument berupa tes, maka diadakan uji coba instrument,
tujuannya untuk melihat validitas dan reabilitas instrument sehingga ketika
instrument itu diberikan kepada kelas eksperimen, instrument tersebut telah valid.
1. Validitas
Validitas adalah ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya. Validitas dapat juga sebagai kesesuaian antara skor
butir dengan skor total. Rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien
korelasi antara skor butir soal dengan skor total tes adalah4
22
ti
ti
it
xx
xxr
Keterangan:
rit = koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total
2
ix = Jumalah kuadrat deviasi skor 2
iX
4 Ahmad Sofyan, dkk, Evalusi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi (Jakarta: UIN Jakarta
Perss, 2006), h. 106
No Indikator No. Butir
Soal
Jumlah
soal
5 Menjelaskan pengaruh penambahan ion
senama dalam larutan
13*, 14,
15
3
6 Menentukan pH larutan dari harga Kspnya 16, 17*,
18*
3
7 Memperkirakan terbentuknya endapan
berdasarkan harga Ksp
19, 20,
21*, 22,
23*
5
39
2
tx = Jumalah kuadrat deviasi skor 2
tX
ti xx = Jumlah deviasi skor dari ti XX
Validasi suatu tes dinyatakan dengan angka korelasi koefisisen.
Berdasarkan uji validitas menggunakan program Anates 4.05. Jika rhitung> rtabel
maka butir soal dikatakan valid. Dari 23 butir soal yang diujikan didapat 12 butir
soal yang valid, namun hanya 10 soal dalam instrumen.5
2. Reliabilitas
Reliabilitas tes adalah tingkat ke ajegan (konsistensi) suatu tes, yakni
sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang
ajeg/konsisten (tidak berubah-ubah). Dalam penelitian ini, untuk menentukan
reliabilitas tes uraian digunakan rumus alpha sebagai berikut:6
2
2
11 St
Si
k
krii
Keterangan:
rii= Koefisien reabilitas tes
k = jumlah butir
Si2 = varians skor butir
St2 = varians skor total
Menurut ketentuan yang sering diikuti, reliabilitas diklasifikasikan dalam tabel 3.2
dibawah ini:
Tabel 3.2 Klasifikasi Reabilitas
Nilai (R) Kategori
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik Sekali
Negatif Semuanya tidak baik
5Lampiran 8, h. 128
6Ahmad Sofyan, op. cit., h. 108
40
Berdasarkan uji reliabilitas dengan menggunakan Anates 4.05
didapatkan nilai reliabilitas seluruh item adalah 0,83 termasuk dalam kategori baik
sekali.7
3. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran merupakan salah satu analisis kuantitatif
konvensional dan paling sederhana. Analisis tingkat kesukaran suatu butir soal
dimaksudkan untuk mengetahui apakah butir soal tersebut tergolong mudah,
sedang atau sulit. Tingkat kesukaran dinyatakan dalam bentuk indeks, semakin
besar indeks tingkat kesukaran suatu butir soal semakin mudah butir soal tersebut.
Tingkat kesukaran butir soal dapat ditentukan dengan rumus:8
%100
N
AP
Keterangan:
P = indeks kesukaran
A = Jumlah siswa yang mendapat nilai di bawah batas lulus
N = jumlah seluruh siswa
Indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari perhitungan diatas,
digunakan kriteria tingkat kesukaran sebagai berikut jika peserta didik yang gagal:
P 27% termasuk mudah
28% P 72% termasuk sedang
P 72% termasuk sukar
4. Daya Pembeda
Daya pembeda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir dalam
membedakan kelompok siswa yang pandai dalam membedakan kelompok siswa
yang pandai dengan kelompok siswa yang kurang pandai.9 Rumus yang
digunakan adalah
7 lampiran 9, h. 129
8Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010), h.273 9Ibid.
41
( )
√[∑
∑
( )]
Keterangan:
= rata-rata dari kelompok atas
= rata-rata dari kelompok bawah
∑ = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas
∑ = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah
n = 27% x N (baik dari kelompok bawah maupun kelompok atas)
Nilai daya pembeda (DP) yang diperoleh, kemudian diinterpretasikan
pada kategori berikut ini pada Tabel 3.3.10
:
Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Daya Pembeda
DP Interpretasi
DP 0,4 Sangat Baik
0,3 DP 0,39 Baik
0,2 DP 0,29 Sedang
DP 0,19 Tidak Baik
Data hasil uji tingkat kesukaran dan daya beda soal instrumen dapat
dilihat pada lampiran 10 dan 11 di halaman 130 – 131 . Dalam penelitian ini uji
menggunakan program komputer anates 4.05.
5. Uji Keabsahan Instrumen Kualitatif
Uji keabsahan data kualitatif, antara lain:
a) Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,
peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan
10
Ibid., h. 274
42
teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check. Peneliti
kembali ke lapangan, melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan, wawancara dengan sumber yang pernah ditemui atau
sumber baru. Melakukan pengecekkan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara dan berbagai waktu.
b) Uji Transferability
Uji transferability menunjukan derajad ketepatan atau dapat
diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut
diambil. Peneliti mengambil data yang lengkap dari sumber serta
membuat laporan dengan memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis,
dan dapat dipercaya.
c) Uji Dependability
Uji dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian. Dalam uji dependability peneliti
melakukan proses penelitian langsung ke lapangan dan melakukan
pengambilan data secara langsung ke sampel penelitan.
d) Uji Konfirmability
Uji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, yang dikaitkan
dengan proses yang dilakukan. Uji konfirmability ini dilakukan
bersamaan dengan uji dependability, peneliti melakukan proses
penelitian dan penggambilan data. 11
G. Teknik Analisis Data
Untuk penganalisaan data dalam penelitian ini digunakan uji statistik. Data
primer hasil tes siswa sesudah penerapan pendekatan pembelajaran dianalisis
dengan menganalisis skor posttest kelompok eksperimen. Data yang didapat
kemudian dihitung dan dinilai dengan memberikan skor. Setelah seluruh butir soal
jawaban siswa diberi skor, maka langkah selanjutnya adalah menghitung
11
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. IX, h. 367
43
persentase skor jawaban dari tiap item atau butir soal dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Kriteria penilaian hasil tes pemahaman konsep siswa dikelompokkan seperti pada
tabel 3.4 di bawah ini:
Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Tes Pemahaman Konsep12
PersentaseJawaban Kriteria Penilaian
85% – 100% Sangat Baik
70% – 84% Baik
55%– 69% Cukup Baik
40% – 54% Kurang Baik
00 % – 39 % Tidak Baik
1. Analisis Data Kuantitatif
Sebelum data dianalisis terlebih dahulu disusun ke dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi, yaitu penyusunan sistematik dari pengukuran
pretest dan posttest dari nilai yang tinggi ke nilai yang rendah, setelah data
terkumpul selanjutnya data dianalisis. Tetapi data terlebih dahulu dicari nilai
rata-rata (mean), nilai yang sering keluar atau nilai yang sering didapat siswa
(mode/modus), dan nilai tengah (median).
a. Rata-rata (Mean)
Rata-rata hitung untuk sampel bersimbol . Perhitungan mean di bagi
dua yaitu mean data tunggal dan mean data kelompokan. Yang
digunakan dalam penelitian adalah mean data tunggal dengan rumus
sebagai berikut:13
12
Arnyana, op.cit., h. 507 13
Riduan dan Sunarto, Pengantar Statistik, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet.III, h. 38
44
∑
Keterangan:
= rata-rata (mean)
∑ = jumlah tiap data
n = jumlah data
b. Mode
Mode atau disingkat dengan Mo ialah nilai nilai dari data yang
mempunyai frekuensi tertinggi atau data yang sering muncul dalam
kelompok data. Rumus yang digunakan dalam mencari mode data
tunggal sangat sederhana, yaitu mencari nilai yang sering muncul antara
sebaran data.14
c. Nilai tengah (Median)
Median ialah nilai tengah dari gugusan data yang telah diurutkan mulai
dari data terkecil sampai terbesar atau sebaliknya. Rumus median data
tunggal sebagai berikut:15
( )
Keterangan:
n = jumlah data
2. Analisis Data Kualitatif
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis menggunakan
analisis deskriptif. Analisis data deskriptif yaitu data yang diperoleh dianalisis
atau dipaparkan dalam bentuk deskriptif.
14
Ibid., h. 43 15
Ibid., h. 45
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil tes pemahaman konsep siswa setelah diberi pembelajaran dengan
pendekatan pemecahan masalah (posttest) pada kelas eksperimen dengan hasil tes
kemampuan pemahaman konsep siswa. Sampel yang diambil dalam penelitian ini
terdiri atas dua kelas, yaitu kelas XI-IPA 2 sebagai kelas eksperimen diberikan
perlakuan menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Setelah diberikan
perlakuan, kemudian pada akhir penelitian kelas tersebut diberikan Postest
(tes pemahaman konsep kimia siswa tentang kelarutan dan hasil kali kelarutan).
Berikut disajikan data mengenai perolehan hasil tes mengenai pemahaman konsep
kimia siswa:
1. Analisis Data Hasil Belajar
Data hasil belajar yang terkumpul dari hasil tes kemampuan pemahaman
konsep siswa pada kelas kontrol selanjutnya dinilai dan dihitung. Hasil
pengolahan data hasil belajar tersebut disajikan dalam Tabel 4.1 dan 4.2
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar
Nilai Nilai
Tengah
Frekuensi
Kumulatif
Frekuensi
Absolut
Frekuensi
Relatif
60 – 65 62.5 4 4 10%
66 – 71 68.5 5 1 2,5%
72 – 77 74.5 13 8 20%
78 – 83 80.5 34 21 52,5%
84 – 89 87.5 38 4 10%
90 – 95 92.5 40 2 5%
Total 40 100 %
Berdasarkan Tabel 4.3 jumlah siswa dalam penelitian kelas eksperimen
adalah 40 siswa. Nilai terendah siswa pada hasil belajar pemahaman konsep
adalah 60 (sebanyak 1 orang) yang terletak pada rentang nilai 60 – 65 yang
46
memiliki frekuensi relatif sebanyak 10%. Sedangkan nilai tertinggi adalah 95
(sebanyak) pada interval nilai 90 – 95 sebanyak 5%. Nilai rata-rata hasil belajar
pada kelas eksperimen adalah 78,5 dan siswa yang mendapatkan nilai di atas rata
– rata sebanyak 55% siswa. Sedangkan nilai siswa yang di bawah rata–rata
memiliki frekuensi persentase sebanyak 45%. siswa yang paling banyak yaitu
persentase siswa yang memperoleh nilai pada interval 78 – 83 sebesar 52,5%
(sebanyak 21 orang).
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Hasil Belajar
Statistik Hasil
Nilai terendah 60
Nilai tertinggi 95
Mean 78,5
Median 81,5
Modus 81,5
Simpangan baku 7,25
Jumlah sampel 40
Berdasarkan data statistik hasil posttest pada materi kelarutan dan hasil
kali kelarutan nilai posttest kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran
dengan pendekatan pemecahan masalah. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai
rata-rata kelas eksperimen sebesar 81,5 dengan simpangan baku 7,25.
Sedangkan nilai mean yang diperoleh adalah 78,5. Selanjutnya, nilai median dari
hasil yang diperoleh adalah 81,5 dan nilai modus sebesar 81,5.
2. Data Presentase Indikator Pencapaian
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian mengenai hasil persentase
indikator pencapaian posttest diperoleh data seperti yang disajikan dalam tabel
berikut ini.
47
Tabel 4.3 Persentase Indikator Pencapaian
No Indikator Persentase Keterangan
1 Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh
atau larutan garam yang sukar larut 86,67% Tuntas
2 Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit
yang sukar larut dalam air 95,83% Tuntas
3 Menghubungkan tetapan hasil kali kelarutan
dengan tingkat kelarutan atau pengendapannya 83,23% Tuntas
4 Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar
larut berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya 90% Tuntas
5 Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama
dalam larutan 76,5% Tuntas
6 Menentukan pH larutan dari harga Kspnya 76,25% Tuntas
7 Memperkirakan terbentuknya endapan
berdasarkan harga Ksp 77,92% Tuntas
Total Rata-Rata 78,31% Tuntas
Dari data di atas dapat dilihat bahwa ada indikator pencapaian antara nilai postes
kelas kontrol dan eksperimen yang didapat siswa. Dari 7 indikator pada postes
kelas eksperimen indikator pencapaian terendah pada indikator “Menentukan pH
larutan dari harga Kspnya” dengan mendapatkan persentase 76,25%. Dan
indikator pencapaian yang mendapatkan persentase tertinggi yaitu “Menuliskan
ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air” dengan
mendapatkan persentase 95,83%. Hasil rata – rata ketercapaian indikator
menmperoleh presentase sebesar 78,31%.
B. Pembahasan
Penelitian ini menggunakan SK (Standar Kompetensi) memahami sifat-
sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya dan KD (Kompetensi
Dasar) serta tujuh indikator untuk menganalisis penggunaan pendekatan
pemecahan masalah terhadap pemahaman konsep pada pembelajaran kimia.
Indikator yang digunakan sebagai tolak ukur untuk melihat ketercapaian hasil
pembelajaran. Guru dalam pembelajaran lebih memahami dan memberikan
48
perhatian kepada siswa yang terlihat kurang aktif selama pembelajaran, lebih
meningkatkan langkah-langkah pembelajaran pemecahan masalah kepada siswa.
Banyak memberikan pertanyaan yang sifatnya memancing keaktifan siswa untuk
dapat berpikir lebih keras dalam menyelesaikan masalah yang dalam hal ini
adalah soal yang diberikan oleh guru.
Penilaian hasil belajar siswa menggunakan instrumen tes berupa tes
tertulis yang dilakukan pada tahap postes. Instrumen tes yang digunakan adalah
tes tulis berbentuk uraian atau essai. Tes ini bertujuan untuk mengukur
pemahaman siswa dalam memahami materi larutan dan hasil kali kelarutan. Soal
yang digunakan mencakup ranah C2 – C5, dengan berisi 10 butir soal. Tes
pemahaman konsep pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan ini disesuaikan
dengan ketujuh indikator.
1. Hasil Belajar
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan alat pengumpul tes
berupa tes subjektif essay untuk mengetahui pemahaman konsep siswa. Dari hasil
yang diperoleh nilai sebaran data terletak terendah pada kelas eksperimen nilai
terendahnya adalah 60. Sedangkan, Nilai tertinggi pada kelas eksperimen adalah
95. Pada kelas eksperimen nilai rata-ratanya sebesar 78,5. Persentase jumlah
siswa yang memiliki nilai di atas rata – rata kelas eksperimen sebesar 55%. Nilai
siswa terbanyak terlaetak pada rentang nilai 78 – 83 dengan jumlah siswa
sebanyak 21 orang dengan frekuensi persentase sebesar 52,5%. Dari hasil
perhitungan data juga menghasilkan nilai median sebesar 81,5 dan nilai modus
sebesar 81,5. Pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah juga dapat
mengatasi kesalahan konseptual yang ditunjukkan dengan peningkatan kualitas
pembelajaran.1. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pendekatan pemecahan
masalah terdapat dampak yang positif terhadap nilai tes siswa.
Nilai postes siswa rendah pada indikator Menentukan pH larutan dari
harga Kspnya. Hal ini dikarenakan tidak ada perhatian atau motivasi dalam
belajar. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, siswa harus mempunyai
1Muti’ah, “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Pendekatan Strategi
Pemecahan Masalah Untuk Mengatasi Kesalahan Konseptual Pada Mata Kuliah Kimia Dasar
I”, J. Pijar MIPA, Vol. 2, September 2007: 69 -74, ISSN 1907-1744, h. 69
49
perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika tidak ada perhatian maka akan
timbul kebosanan sehingga siswa tidak lagi suka belajar.2.
Pemecahan masalah merupakan tahapan yang paling tinggi karena
masalah selalu datang dalam proses pembelajaran dan membutuhkan pemecahan
dari berbagai sudut pandang. Siswa tidak akan mampu memecahkan suatu
masalah apabila tidak mempunyai banyak konsep, kaidah atau aturan tertentu dari
berbagai aspeknya.“The best way for the students to learn science was by giving
them challenge problems and forcing their mind, stimulating habituation to think
and doing action related to problem solving.”3
Dengan menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran akan memberi
dampak pada pengembangan pemahaman konsep siswa. Siswa diberikan masalah
yang menuntut siswa untuk berpikir dalam menyelesaikan masalah yang ada.
Menurut Muhibbin Syah tujuan dari pemecahan masalah adalah untuk
memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah
secara rasional, lugas, dan tuntas.4 Belajar dengan pemecahan masalah pada
dasarnya adalah cara siswa untuk menemukan pengetahuannya sendiri dan juga
berperan dalam mengembangkan aktivitas siswa.5Pada pembelajaran
konvensional siswa tidak banyak terlibat dalam kegiatan pembelajaran guru lebih
berperan aktif dalam memberikan materi pembelajaran dan siswa cenderung pasif
dan hanya mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh guru, daripada mencari
dan menemukan pengetahuan mereka sendiri, keterampilan dan sikap yang
mereka butuhkan. Hal ini menyebabkan pemahaman siswa terhadapa materi yang
dipelajari tidak berkembang dengan baik.
2 Slameto, Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet.
V, h. 56 3 Munir Tanrere, “Environmental Problem Solving in Learning Chemistry for High School
Students”, Jurnal of Applied Sciences in Environmental Sanitation Volume 3 No.1, 2008, h. 47 4 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Ed. Revisi, cet 10 (Jakarta: Rajawali pers, 2010), h. 127
5 Fitriyanti, “Pengaruh Penggunaan Metode Pemecahan Masalah Terhadap Kemampuan
Berpikir Rasional Siswa”, Jurnal Pendidikan Vol. 10, No.1 Maret 2009 : 38-47 (online)
http://lppm.ut.ac.id h. 44
50
2. Ketercapaian Indikator
Keberhasilan dalam proses pembelajaran salah satunya dengan
pemahaman konsep siswa. Konsep membawa pada suatu pertanyaan yang sesuai
dengan pengalaman dalam menyelesaikan suatu masalah. Menurut Zulfiani dalam
Gelar Dwirahayu, konsep tidak hanya mempresentasikan pengetahuan, mereka
membantu menghasilkan pengetahuan.6 Untuk pemahaman konsep siswa maka
digunakannya pendekatan pembelajaran yang variatif yaitu pendekatan
pemecahan masalah. Untuk mengetahui ketercapaian pemahaman siswa pada
materi kelarutan dan hasil kali kelarutan disesuaikan dengan indikator pada materi
tersebut. Indikator – indikator tesebut adalah menjelaskan kesetimbangan dalam
larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut, menuliskan ungkapan berbagai
Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air, menghubungkan tetapan hasil kali
kelarutan dengan tingkat kelarutan atau pengendapannya, menghitung kelarutan
suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya,
menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan, menentukan pH
larutan dari harga Kspnya, dan Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan
harga Ksp.
Gambar 4.1 Diagram Persentase Indikator Pencapaian
6 Zulfiani, Inkuiri dalam Pendidikan IPA (Pendekatan Baru dalam Pembelajaran Sains dan
Matematika Dasar), (Jakarta: PIC UIN Jakarta, 2007), h. 9
0
20
40
60
80
100
51
a. Menjelaskan Kesetimbangan dalam Larutan Jenuh Atau Larutan
Garam yang Sukar Larut
Pada indikator pertama yaitu menjelaskan kesetimbangan dalam larutan
jenuh atau larutan garam yang sukar larut setelah dilakukan perhitungan
diperoleh persentase rata-rata mencapai 86,67% (Tabel 4.3). Dari data tersebut
dapat dilihat bahwa presentase indikator pertama mencapai ketuntasan. Secara
klasikal, menurut Tabel 3.4, penilaian ketuntasan antara 85% - 100%
tergolong dalam kategori yang sangat baik. Di Indikator ini siswa mampu
menjelaskan pemahamannya tentang bagaimana proses terjadinya suatu
larutan tidak bisa lagi melarutkan zat padat sehingga menghasilkan endapan.
Berarti tingkat ketuntasan belajar siswa setelah menerapkan pendekatan
pemecahan masalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan termasuk
kategori sangat baik.
Gambar 4.2 Jawaban Tes Pemahaman Konsep Siswa Indikator 1
b. Menuliskan Ungkapan berbagai Ksp Elektrolit yang Sukar Larut
Dalam Air
Pada diagaram indikator kedua yaitu menuliskan ungkapan berbagai
Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air. Di Indikator kedua ini siswa mampu
menuliskan reaksi kesetimbangan kelarutan garam dan menuliskan tetapan
hasil kali kelarutan garam - garam. Indikator ini memiliki persentase rata-rata
mencapai 95,83% (Tabel 4.3). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
presentase indikator kedua mencapai ketuntasan. Hal ini berarti tingkat
ketuntasan belajar siswa setelah menerapkan pendekatan pemecahan masalah
termasuk kategori sangat baik pada indikator ini. Indikator kedua ini juga
52
merupakan nilai indikator yang tertinggi. Hal ini berarti sesuai dengan
pengertian menurut Nuraini,dkk bahwa problem solving merupakan suatu
upaya berpikir sistematis untuk memecahkan masalah yang dihadapi.7
Pemecahan masalah didasarkan pada pengetahuan, pemahaman, dan
keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya dengan menggunakan langkah –
langkah yang sesuai untuk menemukan suatu jawaban.
Gambar 4.3 Jawaban Tes Pemahaman Konsep Siswa Indikator 2
c. Menghubungkan Tetapan Hasil Kali Kelarutan Dengan Tingkat
Kelarutan Atau Pengendapannya
Pada diagram pencapaian yang disajikan, peneliti menilai pencapaian
siswa dalam indikator ke 3, yaitu menghubungkan tetapan hasil kali kelarutan
dengan tingkat kelarutan atau pengendapannya. Di soal untuk indikator ke tiga
ini siswa mampu mengurutkan tingkat kelarutan dari suatu garam dengan
menghubungakannya denga harga Ksp garam tersebut. Presentase rata – rata
pencapain indikator ketiga sebesar 83,23%. Pada indikator ketiga ini juga
mencapai ketuntasan dalam belajar. Pemecahan masalah bukan hanya sekedar
pendekatan dalam pembelajaran, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir
yang memusatkan kegiatan pada siswa. Hal ini dapat mendorong anak untuk
7 Nuraini,dkk, “Penerapan Pendekatan Problem Solving Pada Materi Sifat Koligatif Larutan Di
Man Model Banda Aceh Tahun Ajaran 2012/2013”, CDA Vol. 1 No. 1 (2013) pp 54-61
57
dengan cara mengumpulkan informasi dari berbagai sumber relevan. Kemampuan
yang diharapkan dalam langkah ini adalah siswa dapat menentukan prioritas
masalah sehingga dapat merencanakan penyelesaian masalah dan menentukan
kemungkinan berbagai penyelesaian masalah. Langkah ketiga siswa mampu
menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana penyelesaian yang telah ditentukan
dan mampu menyelesaikan masalah lebih dari satu cara. Langkah terakhir adalah
memeriksa kembali hasil yang diperoleh dengan cara mengevaluasi strategi
pemecahan masalah yang digunakan. Kesuksesan seseorang dalam menyelesaikan
masalah bergantung kepada bagaimana ia mampu mengendalikan kemampuan
berpikir dalam menyelesaikan masalah. Kemampuan tersebut adalah
metakognisi.11
Sehingga dalam proses pembelajaran pendekatan pemecahan
masalah terlibat proses metakognitif. Dalam memecahkan masalah siswa akan
berpikir permasalahan apa yang terjadi, bagaimana cara menemukan penyelesaian
masalah, apakah ada strategi baru untuk menyelesaikan masalah yang sama.
Pertanyaan - pertanyaan tersebut dapat melatih siswa untuk meningkatkan
pemahamannya dalam memecahkan masalah.
Hal ini menimbulkan motivasi bagi siswa untuk terus belajar. Sesuai
dengan penelitian Muti’ah bahwa 86% mahasiswa memiliki motivasi tinggi dalam
belajar dan nilai hasil belajar mahasiswa dalam belajar kimia dasar meningkat
setelah diberi tindakan pembelajaran kooperatif dengan strategi pemecahan
masalah.12
Proses belajar mengajar dengan penerapan pendekatan problem
solving juga menciptakan interaksi baik antar siswa dengan guru maupun siswa
dengan siswa. Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran siswa dapat
bertanya langsung jika ada hal-hal yang kurang dimengerti, dan siswa juga dapat
berdiskusi sesama teman.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah
lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional yang tidak memberi
ruang kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikirnya sehingga dapat
meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pembelaran kimia. Guru dalam
11
Dindin Abdul Muiz Lidinillah, Strategi Pembelajaran Pemecahan Masalah di Sekolah
Dasar, Jurnal Pendidikan Dasar, No. 10, 2008, h. 4 12
Mu’tiah, op. cit., hal. 74
58
strategi pendekatan pemecahan masalah sebagai fasilitator dan motivator
sedangkan siswa banyak melakukan latihan. Pemecahan masalah merupakan
model pembelajaran yang merangsang siswa untuk mau berfikir, menganalisa
suatu permasalahan sehingga dapat menentukan pemecahannya.
Peneliti mendapatkan hasil bahwa dari setiap indikator memperoleh skor
dengan kriteria baik dan sangat baik dan memiliki skor rata – rata dengan baik
yaitu 78,5%. Hal ini menunjukan bahwa dengan menerapkan pendekatan
pemecahan masalah mampu mempengaruhi pemahaman konsep siswa pada
pembelajaran kimia. Dengan pemahaman konsep yang baik diharapkan siswa
dapat memahami materi selanjutnya dengan baik. Siswa tidak lagi kesulitan dalam
belajar kimia, memudahkan siswa dalam menyelesaikan soal atau permasalahan
yang berkaitan dengan kimia serta memudahkan siswa untuk mempelajari kimia
pada tingkat yang lebih tinggi.
59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa penelitian pemahaman konsep dengan menggunakan instrumen tes tertulis
berbentuk uraian menghasilkan nilai terendah 60 dan nilai tertinggi sebesar 95 dan
nilai terbanyak terletak pada rentang 78 – 83 sebanyak 21 siswa. Sedangkan nilai
mean dari hasil belajar siswa adalah 78,5. Rata-rata persentase pencapaian
indikator pemahaman konsep 78,5% dan mempunyai rata-rata presentase dengan
kriteria baik. Indikator 1, 2 dan 4 mempunyai kriterian sangat baik pada rentang
presentase 85% - 100%, sedangka indikator 3, 4, 5, 7 mempunyai kriteria baik
pada rentang 70% – 84%. Jadi, pendekatan pemecahan masalah memiliki dampak
yang positif karena dapat mempengaruhi pemahaman konsep siswa pada
pembelajaran kimia.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti dapat
memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Pendekatan pemecahan masalah dapat digunakan guru sebagai salah satu
alternatif pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman konsep
kimia pada kelas lainnya.
2. Penggunaan metode pemecahan masalah dalam pembelajaran memerlukan
persiapan yang lebih banyak terutama dalam waktu. Untuk itu guru hendaknya
membuat perencanaan waktu yang lebih baik, sehingga siswa dapat lebih
banyak mencari pengetahuannya sendiri melalui buku dan sumber lainnya.
3. Guru perlu memberikan masalah–masalah terbuka pada siswa secara kontinu
dan berkesinambungan dan lebih banyak memberikan waktu kepada siswa
untuk berlatih memecahkan masalah.
60
4. Diharapkan lebih banyak penelitian-penelitian selanjutnya tentang penerapan
pendekatan pemecahan masalah terhadap pemahaman konsep yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif.
61
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. How to Solve It (online) http://en.wikipedia.org/wiki/how_to_solve_it
Anonim. 2006. UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Jakarta: Sinar Grafika
Arnyana, Ida Bagus Putu. 2006. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif
Pada Pelajaran Biologi Terhadap Kemampuan BerpikirKreatif Siswa SMA.
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Negeri singaraja, No.3, TH. XXXIX
(http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/)
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:
RinekaCipta
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi
Revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta
Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Brady, James E. 1999. Kimia universitas Azas dan Struktur Terj. Dari General
Chemistry Principles and Structure olehSukmariah Maun, dkk. Jakarta:
Binarupa Aksara
Bilgin, Ibrahim,dkk. 2009.The Effects of Problem-Based Learning Instruction on
University Student’s Performance Conceptual and Quantitative problems of gas
concept. Eurasia journal of Mathematics, science and technology education.,
5(2), 154-164 (online) Diakses di www.ejmste.com tanggal 8 Desember 2011
Dahar, Ratna Wilis, Liliasari. 2000. Interaksi Belajar Mengajar IPA. Jakarta:
Universitas Terbuka
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai pustaka
Djamarah, Syaiful Bahri, Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar Cet.3.
Jakarta: Rineka Cipta
62
Fathurrohman, Pupuh dan M. SobrySutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar –
Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep
Umum dan Konsep Islami. Bandung: PT Refikan Aditama
Fitriyanti. Pengaruh Penggunaan Metode Pemecahan Masalah Terhadap
Kemampuan Berpikir Rasional Siswa. Jurnal Pendidikan Vol. 10, No. 1 Maret
2009 : 38-47 (online) http://lppm.ut.ac.id
Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: PT. Bumi Aksara
Hasibuan dan Moedjiono. 1995. Proses Belajar Mengajar, cet. 6. Bandung: Remaja
RosdaKarya
Ibrahim, R., Nana Syaodih S. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Iska, Zikri Neni. 2008. Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan.
Jakarta: Kizi Brother’s
Mahmudi, Ali. 2008. Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif, Makalah Konferensi
Nasional Matematikan XIV UNSRI- Palembang Juli 2008
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Muli, Tingkatan Pemahaman Siswa Terhadap Pembelajaran IPA. Diakses di
http://muli30.wordpress.com/ (07 juli 2011)
Mulyasa. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Sebuah Panduan Praktis.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Muti’ah. 2005. Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan
Strategi Pemecahan Masalah untuk Mengatasi Kesalahan Konseptual pada
Mata Kuliah Kimia Dasar I. J. Pijar MIPA, Vol. 2
Nuraini,dkk. Penerapan Pendekatan Problem Solving Pada Materi Sifat Koligatif
Larutan Di Man Model Banda Aceh Tahun Ajaran 2012/2013. CDA Vol.1
No.1 (2013) pp 54 – 61
Ormrod, Jeanne Ellis. 2009. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang. Jakarta: Erlangga
63
Petrucci, Ralph H.1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Ed. 4 Jilid 1 Terj.
Dari General Chemistry, Principles and Modern Application Fourth Edition
oleh Suminar Achmadi. Jakarta: Erlangga
Purwanto, M. Ngalim. 2004. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Rahayu, Gelar Dwi dan Munasprianto Ramli (eds.). 2007. Pendekatan Baru dalam
Proses Pembelajaran matematika dan sains dasar sebuah antologi. Jakarta :
PIC UIN Jakarta
Ridwan, 2005. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan peneliti
pemula.Bandung : Alfabeta
Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Kencana
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Cet. 5. Jakarta : Kencana Media Group
Sanjaya, Wina. 2008 Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Siswono, Tatag Yuli Eko dan Whidia Novitasari. 2009. Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pemecahan Masalah Tipe “What’s Another
Way”.
Siswono, Tatag Yuli. 2005. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Melalui Pengajuan Masalah. Jurnal terakreditasi “Jurnal Pendidikan
Matematika dan Sains”, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, Tahun X, No.
1, ISSN 1410-1866
Sofyan, Ahmad, dkk. 2006. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi.
Jakarta: UIN Jakarta Press
Sagala, Syaiful Sagala. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran:Untuk Membantu
Memecahkan Masalah Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta
Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta
64
Nana Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Sumardyono. Beberapa Saran dan Tips dalam Penerapan pembelajaran Problem
Solving. diakses di http://p4tkmatematika.org/
Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Surabaya: Pustaka Belajar
Suryabrata, Sumadi. 2005. PsikologiPendidikan – Ed.5, Cet.13. Jakarta: PT Raja
Grafindo
Subratha, Nyoman. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Dan
Strategi Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas
VII C SMP NEGERI 1 Sukasada. Jurnal Penelitian dan Pengembangan, Vol.1
No.2
Sukmadinata, Nana S. 2010. Metode Penelitian Pendidikan cet.VI. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Belajar, Ed. Revisi, cet 10. Jakarta: Rajawalipers
Tanrere, Munrir. 2008. Environmental Problem Solving In Learning Chemistry For
High School Students, Journal of Applied Sciences in Environmental Sanitation,
3 (1): 47-50 (online) http://trisanita.org/
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2008. Pengantar Statistika Edisi
Kedua. Jakarta, PT Bumi Aksara
Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum Ed. IV. Yogyakarta: ANDI
Zidni, Roby, dkk. Analisis pemahaman konsep siswa SMA kelas X pada Materi
Persamaan kimia dan stoikiometri melalui penggunaan diagram
submikroskopik, serta hubungannya dengan kemampuan pemecahan Masalah.
Jurnal Risest dan Praktik Pendidikan KimiaVol. 1 No. 1 Mei 2013 ISSN : 2301-
271X
Zulfiani, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran Sains, cet. I. Jakarta: LembagaPenelitian
UIN Jakarta
65
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA 8 Tangerang Selatan
Mata pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/ Genap
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
Pertemuan ke- : 1
A. Standar Kompetensi
4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.
B. Kompetensi Dasar
4.3 Mendeskripsikan terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kelarutan
C. Indikator
Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut
Menghubungkan tetapan hasil kali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau pengendapannya
Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
1. Menjelaskan kesetimbangan yang terjadi pada larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut
2. Menjelaskan pengertian kelarutan dan tetapan kesetimbangan
3. Menghubungkan tetapan hasil kali dengan kelarutan dari suatu garam yang sukar larut
4. Menuliskan persamaan tetapan kesetimbangan
E. Materi Ajar
1. Hasil Kali Kelarutan
Pada suatu larutan elektrolit, zat-zat yang terlarut akan terionisasi dan menghasilkan kation dan anion. Jika keadaan sudah
lewat jenuh, akan terdapat padatan yang tidak larut. Antara ion-ion yang dihasilkan dan padatan yang tidak larut, terjadi
kesetimbangan heterogen
66
Perhatikan persamaan – persamaan reaksi berikut ini,
Reaksi 1 : AgCl (s) Ag+ (aq) + Cl
- (aq)
Reaksi 2 : Ag2CrO4 (s) 2Ag+ (aq) + CrO4
2- (aq)
Reaksi 3 : Mg(OH)2 (s) Mg2+
(aq) + 2OH- (aq)
Jika terdapat larutan dan padatan pada suatu kesetimbangan heterogen, dalam penentuan harga tetapan kesetimbangan,
hanya konsentrasi ion-ion saja yang diperhitungkan. Jadi,
pada reaksi 1 : K1 = [Ag+][Cl
-] ;
pada reaksi 2 : K1 = [Ag+]
2[CrO4
2-] ;
pada reaksi 3 : K1 = [Mg2+
][ OH-]2
.
Tetapan kesetimbangan yang berlaku untuk ion-ion larutan elektrolit, seperti pada contoh disebut tetapan hasil kali
kelarutan atau solubility product constant yang disingkat dengan Ksp. Jadi,
K1 = Ksp AgCl = [Ag+][Cl
-] ;
K1 = Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]
2[CrO4
2-] ;
K1 = Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+
][ OH-]
2 .
Harga Ksp merupakan perkalian antara konsentrasi kation dan konsentrasi anion dipangkatkan koefisiennya.
Perhatikan persamaan reaksi berikut ini.
AxBy (s) xAy+
(aq) + yB
x- (aq)
Dari persamaan reaksi tersebut, hasil kali kelarutan dapat dirumuskan sebagai berikut.
Ksp AxBy = [Ay+
]x[B
x-]
y
dengan x = bilangan yang menunjukkan jumlah kation (Ay+
)
y = bilangan yang menunjukkan jumlah anion (Bx-
)
2. Kelarutan dalam Air
Jika garam, seperti AgCl dan Ag2CrO4, dilarutkan dalam air, garam tersebut akan terionisasi sempurna. Kelarutan suatu zat
dalam air adalah konsentrasi maksimum zat dalam air saat tercapai keadaan tepat jenuh. Jumlah zat terlarut dapat dihitung
dari harga Ksp dan sebaliknya, harga Ksp dapat ditentukan jika harga kelarutan zat diketahui. Harga kelarutan dimisalkan
dengan s (solubility) sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut.
67
AxBy (s) xAy+
(aq) + yB
x- (aq)
Kelarutan (s): s xs ys
Ksp AxBy = [Ay+
]x[B
x-]
y = [xs]
x[ys]
y
= xx×s
x×y
y×s
y = x
x×y
y×s
x+y
Dari persamaan tersebut, Anda dapat mengetahui bagaimana hubungan antara kelarutan dan harga Ksp. Untuk garam
yang harga x dan y-nya sama, harga kelarutan ( tingkat kelarutan ) berbanding lurus dengan harga Ksp. Semakin besar harga
Ksp, garam tersebut semakin mudah larut. Semakin kecil harga Ksp, garam tersebut semakin sukar larut.
F. Metode Pembelajaran
Diskusi kelompok
Tanya jawab
G. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pemecahan masalahan (problem solving)
H. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Alokasi
Waktu
Pendahuluan Kegiatan awal:
Guru memberikan salam
“Assalamualaikum wr. wb.”
Guru memberikan pertanyaan untuk mengulas pelajaran
sebelumnya
“Apa yang telah kalian pelajari minggu lalu?
Guru memotivasi dengan mengingatkan kembali
Kegiatan awal:
Menjawab salam
”waalaikumsalam wr. wb”
Siswa menjawab pertanyaan
” Titrasi asam-basa”
Siswa menyimak
10’
s= √
Ksp AxBy = (xx × y
y) × s
x+y
68
tentang kesetimbangan homogen dan heterogen dan
mengkontekskan materi dengan contoh dalam
kehidupan sehari-hari.
“siapa yang masih bisa menjelaskan tentang
kesetimbangan homogen dan kesetimbangan
heterogen?”
“Apakah Kalian sudah pernah melarutkan gula atau
garam dalam air?”
“Jika kita melarutan garam (NaCl) dalam jumlah yang
sangat banyak apa yang akan terjadi?
“Siapa yang tahu mengapa hal tersebut dapat terjadi?”
“Hal tersebut terjadi karena ketika garam dimasukkan
ke dalam air maka ion-ion penyusun garam akan
terionisasi atau larut dalam air. Tetapi ketika larutan
mulai jenuh maka garam tidak dapat larut lebih banyak
lagi.”
Guru menjelaskan tujuan kegiatan pembelajaran yang
akan dilaksanakan yaitu kesetimbangan dalam larutan
jenuh, menghubungkan tetapan kesetimbangan dengan
kelarutannya, menuliskan ungkapan Ksp.
Siswa menjawab pertanyaan sesuai
kemampuan siswa
”Saya bu... kalau kesetimbangan homogen
adalah kesetimbangan yang terjadi jika fase
dari zat-zat yang bereaksi dengan zat-zat hasil
reaksi sama yaitu gas atau larutan. Sedangkan
kesetimbangan heterogen adalah jika zat-zat
yang berada dalam keadaan setimbang
memiliki fase yang berbeda-beda.”
”Pernah bu....”
”Ada garam yang tidak terlarut”
”Tidak Tahu bu...”
Siswa menyimak
Siswa menyimak
Inti
Kegiatan inti:
Memberikan informasi tentang larutan jenuh, kelarutan
dan tetapan hasil kali kelarutan
Memberikan contoh soal tetapan hasil kali kelarutan
dan hubungannya dengan kelarutan serta
penyelesaiannya dengan menggunakan pemecahan
masalah
Kegiatan inti:
Menyimak penjelasan guru
75’
69
Memahami
Masalah
Membuat
Rencana
Penyelesaian
Melaksanakan
Solusi
Contoh:
Tuliskan rumusan Ksp garam-garam berikut ini
- BaCl2 - Na2SO4
BaCl2 Ba2+
+ 2Cl- Na2SO4 2Na
+ + SO4
-2
Ksp BaCl2 = [Ba+2
] [Cl-]2 Ksp Na2SO4 = [Na
+]2 [SO4
-2]
Tuliskan harga Ksp garam berikut ini jika diketahui
kelarutan garam dalam air adalah s.
- PbI2 - Al(OH)3
PbI2 Pb+2
+ 2I- Al(OH)3 Al
+3 + 3OH
-
s s 2s s s 3s
Ksp PbI2 = [Pb+2
] [I-]
2 Ksp Al(OH)3 = [Al
+3] [OH
-]
3
= (s) (2s)2 = (s) (3s)
3
= 4s3 = s . 27s
3 = 27s
4
Membagi kelompok menjadi 4-5 anggota dalam setiap
kelompoknya
Memberikan latihan penulisan persamaan tetapan
kesetimbangan untuk beberapa jenis garam yang sukar
larut dan hubungannya dengan kelarutan yang
dikerjakan secara berkelompok
Membimbing siswa dalam memahami masalah yang
diberikan
Mengorganisir siswa dalam belajar, membantu siswa
dalam menemukan masalah dan merancang kegiatan
penyelidikan atau merancang rencana penyelesaian
masalah
Membantu siswa dalam menentukan penerapan strategi
Bergabung dengan kelompok masing-masing
Siswa mengambil pertanyaan
Berdiskusi untuk menyelesaikan pertanyaan
yang diberikan dalam kelompok masing-
masing
Mencari informasi penyelesaian
permasalahan di buku kimia
Menanyakan bila ada soal yang belum
dimengerti
Menerapkan strategi yang telah didiskusikan
70
Memeriksa
kembali hasil
pemecahan masalah.
Membimbing siswa dalam melakukan penerapan
strategi pemecahan masalah yang muncul dari
kesepakatan
Guru menunjuk perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan/menuliskan jawaban di papan tulis
hasil diskusi
memberi kesempatan kepada siswa yang belum
mengerti untuk bertanya
Membimbing siswa pada konsep permasalahan yang
ada dengan benar
Mempresentasikan/ menuliskan jawaban di
papan tulis
Menyimak penjelasan guru
Penututp Kegiatan akhir:
Guru dan siswa memberi kesimpulan apa yang telah
dipelajari:
“Apa yang dimaksud dengan tetapan hasil kali
kelarutan?”
“Bagaimana menuliskan tetapan hasil kali kelarutan dari
garam yang sukar larut?”
Memberi tugas untuk dikumpulkan pada pertemuan
selanjutnya
Kegiatan akhir:
Siswa menyimpulkan apa yang telah dipelajari
“ Tetapan hasil kelarutan adalah hasil kali
konsentrasi zat-zat terlarut yang dipangkatkan
dengan koefisiennya”
AxBy XA+y
+ YB-x
Ksp = [A+y
]x [B
-x]
y
Siswa menyimak
5’
I. Alat/Bahan/Sumber Pembelajaran
Buku Kimia dan sumber lain yang relevan
White Board/Black Board
Laptop, LCD, proyektor
J. Penilaian
Lembar Kerja Siswa (LKS)
71
Ciputat, Mei 2012
Mengetahui,
Guru Kimia SMA 8 Tangsel, Peneliti,
Dini Nurcahyani
72
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA Negeri 8 Tangerang Selatan
Mata pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/ Genap
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
Pertemuan ke- : 2
A. Standar Kompetensi
4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.
B. Kompetensi Dasar
4.3 Mendeskripsikan terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kelarutan
C. Indikator
Menghubungkan tetapan hasil kali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau pengendapannya
Menghitung kelarutan suatu elektrolit berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
1. Menghubungkan tetapan hasil kali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau pengendapannya
2. Menghitung kelarutan suatu garam yang sukar larut berdasarkan harga Ksp atau sebaliknya
E. Materi Ajar
Hubungan Kelarutan dan Tetapan Hasil Kelarutan
Pada larutan jenuh senyawa ion AxBy , konsentrasi zat di dalam larutan sama dengan harga kelarutannya dalam satuan mol L-1
.
Senyawa AxBy yang terlarut akan mengalami ionisasi dalam kesetimbangan ,
AxBy (s) xAy+
(aq) + yBx-
(aq)
Jika harga kelarutan dari senyawa AxBy sebesar s mol L-1
, maka di dalam reaksi kesetimbangan tersebut konsentrasi ion Ay+
dan
ion Bx-
sebagai berikut.
AxBy (s) xAy+
(aq) + yBx-
(aq)
73
s mol L-1
x s mol L-1
y s mol L-1
sehingga harga hasil kelarutannya adalah
Ksp AxBy = [Ay+
]x [B
x-]
y
= (x s)x (y s)
y
= xx . y
y (s)
x+y
Dengan s = kelarutan AxBy dalam satuan mol L-1
Dari rumus tersebut dapat ditentukan harga kelarutan sebagai berikut.
√
Besarnya Ksp suatu zat bersifat tetap pada suhu tetap. Bila terjadi perubahan suhu maka harga Ksp zat tersebut akan mengalami
perubahan.
F. Metode Pembelajaran
Diskusi kelompok
Tanya jawab
G. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pemecahan masalahan (problem solving)
H. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Alokasi
Waktu
Pendahuluan Kegiatan awal:
Guru mengingatkan kembali tentang persamaan tetapan
hasil kelarutan dan hubungannya dengan Ksp
Kegiatan awal:
Menjawab pertanyaan guru
AxBy xA+y
+ yB-x
10’
74
“Bagaimana cara menuliskan rumus Ksp garam yang
sukar larut dalam air?”
Memotivasi siswa dengan menanyakan hubungan rumus
Ksp dengan kelarutan
“ bagaimana cara mencari nilai kelarutan garam yang
sukar larut berdasarkan harga Ksp?”
Ksp = [A+y
]x[B
-x]
y
Menjawab pertanyaan guru sesuai kemampuan
mereka
Inti
Memahami
Masalah
Membuat
Kegiatan inti:
Memberikan informasi tentang cara menghitung
kelarutan berdasarkan harga Ksp
Memberikan contoh soal dan penyelesaiannya tentang
cara menghitung kelarutan berdasarkan harga Ksp
Pada suhu tertentu kelarutan Ag2CO3 dalam air adalah
10-4
mol/L. Tentukan Ksp Ag2CO3.
Ag2CO3 2Ag+ +CO3
-2
s 2s s
Ksp = [Ag+]
2 [CO3
-2]
= (2s)2 (s)
= 4s3
Ksp Ag2CO3 = 4s3 = 4(10
-4)3 = 4 x 10
-12
Membagi kelompok menjadi 4-5 anggota dalam setiap
kelompoknya
Memberikan latihan cara menghitung Ksp dari
kosentrasi larutan jenuhnya yang dikerjakan secara
berkelompok
Membimbing siswa dalam memahami masalah yang
diberikan
Mengorganisir siswa dalam belajar, membantu siswa
Kegiatan inti:
Menyimak penjelasan guru
Bergabung dengan kelompok masing-masing
Mengambil lembar pertanyaan
Mengambil LKS yang diberikan guru
Berdiskusi untuk menyelesaikan pertanyaan
yang diberikan dalam kelompok masing-
masing
Menanyakan soal bila ada yang belum
75’
75
Rencana
Penyelesaian
Melaksanakan
Solusi
Memeriksa
kembali hasil
dalam menemukan masalah dan merancang kegiatan
penyelidikan atau merancang rencana penyelesaian
masalah
Membantu siswa dalam menentukan penerapan strategi
pemecahan masalah.
Membimbing siswa dalam melakukan penerapan
strategi pemecahan masalah yang muncul dari
kesepakatan
Guru menunjuk perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan/menuliskan jawaban di papan tulis
hasil diskusi
memberi kesempatan kepada siswa yang belum
mengerti untuk bertanya
Membimbing siswa pada konsep permasalahan yang
ada dengan benar
dipahami
Mencari informasi penyelesaian
permasalahan di buku kimia
Menerapkan strategi yang telah didiskusikan
Mempresentasikan/ menuliskan jawaban di
papan tulis
Menyimak penjelasan guru
Penututp Kegiatan akhir:
Memberi kesimpulan tentang cara menghitung kelarutan
garam yang sukar larut berdasarkan harga Ksp
Memberi tugas untuk dikumpulkan pada pertemuan
selanjutnya
Kegiatan akhir:
Siswa menyimpulkan apa yang telah dipelajari
√
Siswa menyimak
5’
I. Alat/Bahan/Sumber Pembelajaran
Buku Kimia dan sumber lain yang relevan
White Board/Black Board
Laptop, LCD, proyektor
76
J. Penilaian
PR
LKS
Ciputat, Mei 2012
Mengetahui,
Guru Kimia SMAN 8 Tangsel, Peneliti
Dini Nurcahyani
77
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA Negeri 8 Tangerang Selatan
Mata pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/ Genap
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
Pertemuan ke- : 3
A. Standar Kompetensi
4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.
B. Kompetensi Dasar
4.3 Mendeskripsikan terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kelarutan
C. Indikator
Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan dan penerapannya
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
1. Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan
2. Menghitung Ksp berdasarkan penambahan ion senama dalam larutan
E. Materi Ajar
Pengaruh Ion Senama
Jika suatu zat yang dilarutkan ke dalam air menghasilkan larutan elektrolit, zat yang terlarut akan terionisasi membentuk ion-
ionnya. Jika AgCl dimasukkan ke dalam larutan AgNO3, berarti sebelum terbentuk ion Ag+ dan ion Cl
-, di dalam larutan sudah
terdapat ion Ag+ dari AgNO3. Ion Ag
+ yang sudah ada dalam larutan tersebut disebut ion senama. Begitu pula jika melarutkan
AgCl dalam NaCl, ion Cl- dalam larutan disebut ion senama.
Menurut asas kesetimbangan , keberadaan ion senama akan mempengaruhi reaksi kesetimbangan.
AgCl (s) Ag+ (aq) + Cl
- (aq)
Jika dalam larutan sudah terdapat ion Ag+ atau sudah terdapat Cl
-, reaksi ke kanan akan sukar, berarti elektrolit akan semakin
sukar larut.
78
F. Metode Pembelajaran
Diskusi kelompok
Tanya jawab
G. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pemecahan masalahan (problem solving)
H. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi Waktu
Pendahuluan Kegiatan awal:
Guru mengingatkan kembali tentang cara menghitung
Kelarutan berdasarkan Ksp dan sebaliknya
“bagimana cara menghitung kelarutan berdasarkan
harga Ksp-nya?”
Memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan
tentang pergeseran kesetimbangan bila salah satu zat
diperbesar
“Apakah kalian masih ingat tentang materi
kesetimbangan?”
“Kesetimbangan akan bergeser ke arah manakah jika
konsentrasi zat ditambahkan?”
Kegiatan awal:
Menjawab pertanyaan guru
Menjawab pertanyaan guru sesuai
kemampuan mereka
” masih sedikit-sedikit bu”
”Jika konsentrasi suatu zat ditambahkan
kesetimbangan akan bergeser menjauhi zat
tersebut”
10’
Inti
Kegiatan inti:
Memberikan informasi tentang pengaruh ion senama
Memberi contoh soal pengaruh ion senama terhadap
kelarutan dan penyelesaiannya dengan menggunakan
pemecahan masalah.
Kegiatan inti:
Menyimak penjelasan guru
75’
79
Memahami
Masalah
Diketahui Ksp AgCl = 1,6 x 10-10
, tentukan kelarutan
AgCl dalam larutan AgNO3 0,1 M.
Penyelesaian:
Larutan AgNO3 Ag+ + NO3
-
0,1 mol/L 0,1 mol/L 0,1 mol/L
Konsentrasi Ag+ 0,1 M dalam larutan merupakan
konsentrasi awal. Kemudian, ke dalam larutan
ditambahkan AgCl. Jika yang larut adalah x maka
AgCl Ag+ + Cl
-
Awal : 0,1 mol/L
Kelarutan : x mol/L x mol/L x mol/L
Kesetimbangan: x mol/L (0,1+x) mol/L x mol/L
Pada keadaan setimbang, [Ag+] = (0,1+x) mol/L. Harga
x kecil sekali sehingga dapat diabaikan, konsentrasi Ag+
menjadi 0,1 mol/L
Ksp AgCl = [Ag+] [Cl
-]
1,6 x 10-10
= (0,1) (x)
x =
= 1,6 x 10
-9 M
jadi kelarutan AgCl dalam larutan AgNO3 0,1 mol/L
adalah 1,6 x 10-9
mol/L
Membagi kelompok menjadi 4-5 anggota dalam setiap
kelompoknya
Memberikan latihan cara menghitung kelarutan garam
akibat pengaruh penambahan ion senama yang
dikerjakan secara berkelompok
Membimbing siswa dalam memahami masalah yang
Bergabung dengan kelompok masing-
masing
Mengambil lembar pertanyaan
Berdiskusi untuk menyelesaikan
80
Membuat
Rencana
Penyelesaian
Melaksanakan
Solusi
Memeriksa
kembali hasil
diberikan
Mengorganisir siswa dalam belajar, membantu siswa
dalam menemukan masalah dan merancang kegiatan
penyelidikan atau merancang rencana penyelesaian
masalah
Membantu siswa dalam menentukan penerapan strategi
pemecahan masalah.
Membimbing siswa dalam melakukan penerapan
strategi pemecahan masalah yang muncul dari
kesepakatan
Guru menunjuk perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan/menuliskan jawaban di papan tulis
hasil diskusi
memberi kesempatan kepada siswa yang belum
mengerti untuk bertanya
Membimbing siswa pada konsep permasalahan yang
ada dengan benar agar tidak tidak terjadi miskonsepsi
pertanyaan yang diberikan dalam
kelompok masing-masing
Menanyakan soal bila ada yang belum
dipahami
Mencari informasi penyelesaian
permasalahan di buku kimia
Menerapkan strategi yang telah
didiskusikan
Mempresentasikan/ menuliskan jawaban
di papan tulis
Menyimak penjelasan guru
Penututp Kegiatan akhir:
Memberi kesimpulan tentang pengaruh penambahan ion
senama
Memberi tugas untuk dikumpulkan pada pertemuan
selanjutnya
Kegiatan akhir:
Siswa menyimpulkan apa yang telah
dipelajari
“Jika dalam larutan ditambahkan ion
senama maka reaksi ke kanan akan
sukar, berarti elektrolit akan semakin
sukar larut.”
Siswa menyimak
5’
81
I. Alat/Bahan/Sumber Pembelajaran
Buku Kimia dan sumber lain yang relevan
White Board/Black Board
Laptop, LCD, proyektor
J. Penilaian
PR
LKS
Ciputat, Mei 2012
Mengetahui,
Guru Kimia SMAN 8 Tangsel, Peneliti
Dini Nurcahyani
82
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA Negeri 8 Tangerang Selatan
Mata pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/ Genap
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
Pertemuan ke- : 4
A. Standar Kompetensi
4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.
B. Kompetensi Dasar
4.3 Mendeskripsikan terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kelarutan
C. Indikator
Menentukan pH larutan dari harga Kspnya
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
1. Menjelaskan hubungan antara pH dengan Ksp
2. Menentukan pH larutan dari harga Kspnya
E. Materi Ajar
Hubungan Ksp dan pH
Beberapa senyawa asam atau basa ada yang sukar larut dalam air. Senyawa asam atau basa tersebut akan membentuk larutan
dengan pH jenuh. Besarnya pH jenuh sesuai banyaknya ion H+ atau ion OH
- yang terlarut. Konsentrasi ini sangat bergantung
pada besarnya harga Ksp sehingga kelarutan akan semakin besar. Berarti, pH larutan asam akan semakin kecil, sedangkan pH
larutan basa akan semakin besar. Konsentrasi ion H+ atau konsentrasi ion OH
- dapat ditentukan dengan cara menghitung harga
kelarutannya dalam air.
F. Metode Pembelajaran
Diskusi kelompok
83
Tanya jawab
G. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pemecahan masalahan (problem solving)
H. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi Waktu
Pendahuluan Kegiatan awal:
Guru mengingatkan kembali tentang pengaruh ion
senama terhadap kelarutan
“Bagaimana pengaruh ion senama terhadap kelarutan?”
Memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan:
“Bagaimana rumus untuk mencari pH dan pOH?”
“bagaimana pengaruh pH terhadap Ksp?”
Kegiatan awal:
Menjawab pertanyaan guru
“Jika ke dalam larutan ditambahkan
larutan yang memiliki ion senama maka
akan mengakibatkan kelarutan senyawa
berkurang”
Menjawab pertanyaan guru sesuai
kemampuan mereka
pH = - log [H+]
pOH = -log [OH-]
10’
Inti
Kegiatan inti:
Memberikan informasi tentang hubungan pH dan Ksp
Memberi contoh soal menentukan pH berdasarkan
harga Ksp dengan menggunakan pemecahan masalah.
Contoh:
Pada suhu kamar, diketahui Ksp senyawa H2A sebesar
3,2 x 10-5
. Tentukan pH jenuh H2A dalam air
Penyelesaian
H2A 2H+ + A
2-
s 2s s
√
√
√
√
Kegiatan inti:
Menyimak penjelasan guru
75’
84
Memahami
Masalah
Membuat
Rencana
Penyelesaian
Melaksanakan
Solusi
Memeriksa
kembali hasil
= √
[H+] = 2s = 2 x (2 x 10
-3) = 4 x 10
-3 ml/L
pH = -log [H+] = -log 4 x 10
-3 = 3 – log 4 = 3 – 2 log 2
Membagi kelompok menjadi 4-5 anggota dalam setiap
kelompoknya
Memberikan latihan menentukan pH berdasarkan harga
Ksp yang dikerjakan secara berkelompok
Membimbing siswa dalam memahami masalah yang
diberikan
Mengorganisir siswa dalam belajar, membantu siswa
dalam menemukan masalah dan merancang kegiatan
penyelidikan atau merancang rencana penyelesaian
masalah
Membantu siswa dalam menentukan penerapan strategi
pemecahan masalah.
Membimbing siswa dalam melakukan penerapan
strategi pemecahan masalah yang muncul dari
kesepakatan
Guru menunjuk perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan/menuliskan jawaban di papan tulis
hasil diskusi
memberi kesempatan kepada siswa yang belum
mengerti untuk bertanya
Membimbing siswa pada konsep permasalahan yang
Bergabung dengan kelompok masing-
masing
Mengambil lembar pertanyaan
Berdiskusi untuk menyelesaikan
pertanyaan yang diberikan dalam
kelompok masing-masing
Menanyakan soal bila ada yang belum
dipahami
Mencari informasi penyelesaian
permasalahan di buku kimia
Menerapkan strategi yang telah
didiskusikan
Mempresentasikan/ menuliskan jawaban
di papan tulis
Menyimak penjelasan guru
85
ada dengan benar
Penututp Kegiatan akhir:
Memberi kesimpulan tentang
Memberi tugas untuk dikumpulkan pada pertemuan
selanjutnya
Kegiatan akhir:
Menyimpulkan bersama tentang apa
yang telah dipelajari
“Konsentrasi ion H+ atau konsentrasi ion
OH- dapat ditentukan dengan cara
menghitung harga kelarutannya dalam
air.”
Siswa menyimak
5’
I. Alat/Bahan/Sumber Pembelajaran
Buku Kimia dan sumber lain yang relevan
White Board/Black Board
Laptop, LCD, proyektor
J. Penilaian
PR
LKS
Ciputat, Mei 2012
Mengetahui,
Guru Kimia SMAN 8 Tangsel, Peneliti
Dini Nurcahyani
86
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA Negeri 8 Tangerang Selatan
Mata pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/ Genap
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
Pertemuan ke- : 5
A. Standar Kompetensi
4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.
B. Kompetensi Dasar
4.3 Mendeskripsikan terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kelarutan
C. Indikator
Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan Ksp
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat menentukan apakah terjadi endapan jika sejumlah sejumlah garam yang sukar larut dilarutkan dalam air.
E. Materi Ajar
Pengendapan
salah satu ciri reaksi kimia adalah reaksi yang menghasilkan endapan. Reaksi ini terjadi jika dua larutan dicampurkan dan salah
satu kehasil reaksi berupa endapan. Sebagai contoh, jika AgNO3 dan NaCl dilarutkan ke dalam air,. Alam Kedua senyawa ini
larut dengan baik dalam air, artinya dalam larutan AgNO3 terdapat ion Ag+ dan NO3
- dan dalam larutan NaCl terdapat ion Na
+
dan Cl-. Ketika kedua larutan ini dicampurkan, akan terbentuk larutan natrium nitrat dan endapan perak klorida.
Percampuran dua jenis larutan elektrolit ada yang dapat membentuk endapan dan ada juga yang tidak membentuk endapan,
bergantung pada konsentrasi ion-ion dipangkatkan koefisiennya. Dalam prosesyang kemungkinanmembentuk endapan AxBy,
dapat terjadi 3 kemungkinan, yaitu:
a. Jika [A+y
]x[B
-x]
y > Ksp
AxBy, percampuran menghasilkan endapan,
b. Jika [A+y
]x[B
-x]
y = Ksp
AxBy, percampuran belum menghasilkan endapan (keadaan seperti ini disebut tepat jenuh atau akan
menghasilkan endapan)
87
c. Jika [A+y
]x[B
-x]
y > Ksp
AxBy, percampuran belum menghasilkan endapan,
F. Metode Pembelajaran
Diskusi kelompok
Tanya jawab
G. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pemecahan masalahan (problem solving)
H. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi Waktu
Pendahuluan Kegiatan awal:
Guru mengingatkan kembali tentang hubungan Ksp
dengan kelaerutan suatu garam
“Siapa yang bisa menjelaskan bagaimana hubungan
antara Ksp dengan nilai kelarutan suatu garam?”
Memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan:
“Bagaimana membuktikan suatu zat sudah terjadi
endapan atau belum?”
Kegiatan awal:
Menjawab pertanyaan guru
” Kelarutan dapat dicari apabila Ksp zat
diketahui atau sebaliknya. Dan jika
nilai koefisien ion-ion garamnya sama
maka semakin besar harga Ksp maka
garam tersebut akan semakin mudah
larut.”
Menjawab pertanyaan guru sesuai
kemampuan mereka
”tidak tahu bu...”
5’
Inti
Kegiatan inti:
Memberikan informasi tentang memperkirakan
terbentuk endapan berdasarkan harga Ksp
Memberi contoh soal memperkirakan terbentuknya
endapan dengan menggunakan strategi pemecahan
Kegiatan inti:
Menyimak penjelasan guru
75’
88
Memahami
Masalah
Membuat
Rencana
Penyelesaian
Melaksanakan
masalah.
Contoh:
Jika 500 mL larutan AgNO3 10-4
M dicampur dengan
500 mL larutan NaCl 2 x 10-6
M, apakah terbentuk
endapan AgCl? (Ksp AgCl = 1,6 x 10-10
)
Penyelesaian:
[ ] [ ]
mol/L
[ ] [ ] ( )
Q AgCl = [Ag
+] [Cl
-]
= (5 x10-5
) (10-6
) = 5 x 10-11
Jadi, Q < Ksp AgCl sehingga belum terjadi endapan
Membagi kelompok menjadi 4-5 anggota dalam setiap
kelompoknya
Memberikan latihan pengaruh penambahana ion
senama yang dikerjakan secara berkelompok
Membimbing siswa dalam memahami masalah yang
diberikan
Mengorganisir siswa dalam belajar, membantu siswa
dalam menemukan masalah dan merancang kegiatan
penyelidikan atau merancang rencana penyelesaian
masalah
Membantu siswa dalam menentukan penerapan
strategi pemecahan masalah.
Bergabung dengan kelompok masing-
masing
Mengambil lembar pertanyaan
Berdiskusi untuk menyelesaikan
pertanyaan yang diberikan dalam
kelompok masing-masing
Menanyakan soal bila ada yang belum
dipahami
Mencari informasi penyelesaian
permasalahan di buku kimia
Menerapkan strategi yang telah
didiskusikan
89
Solusi
Memeriksa
kembali hasil
Membimbing siswa dalam melakukan penerapan
strategi pemecahan masalah yang muncul dari
kesepakatan
Guru menunjuk perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan/menuliskan jawaban di papan tulis
hasil diskusi
memberi kesempatan kepada siswa yang belum
mengerti untuk bertanya
Membimbing siswa pada konsep permasalahan yang
ada dengan benar agar tidak tidak terjadi miskonsepsi
Mempresentasikan/ menuliskan
jawaban di papan tulis
Menyimak penjelasan guru
Penututp Kegiatan akhir:
Memberi kesimpulan tentang cara menghitung Ksp
dari berdasarkakn kelarutan garam yang sukar larut
dan pengaruh penambahan ion senama
Memberi tugas untuk dikumpulkan pada pertemuan
selanjutnya
Kegiatan akhir:
Menyimpulkan bersama
5’
Pertemuan 6 : Posttest
I. Alat/Bahan/Sumber Pembelajaran
Buku Kimia dan sumber lain yang relevan
White Board/Black Board
Laptop, LCD, proyektor
J. Penilaian
PR
LKS
Posttest
90
Ciputat, Mei 2012
Mengetahui,
Guru Kimia SMAN 8 Tangsel, Peneliti
Dini Nurcahyani
91
92
B. Hasil Kali Kelarutan
Di dalam larutan jenuh terjadi sistem kesetimbangan heterogen antara zat padat
dengan ion-ionnya. Dalam reaksi kesetimbangan tersebut dapat diperoleh harga
tetapan kesetimbangannya.
Pada larutan jenuh senyawa ion AxBy akan menghasilkan reaksi kesetimbangan
sebagai berikut
AxBy(s) xA+y
(aq) + yB-x
(aq)
1. Diskusikan dengan kelompokmu, bagaimana reaksi kesetimbangan yang
terjadi di dalam larutan jenuh?
2. Diskusikan dengan kelompokmu apakah yang dimaksud dengan tetapan hasil
kali kelarutan?
3. Tuliskan persamaan reaksi kesetimbangan dan rumusan harga Kspnya untuk
senyawa-senyawa ion yang sukar larut berikut ini
a. PbI2
b. Ca(OH)2
c. Ag2CrO4
d. BaSO4
e. Na3PO4
f. Bi2S3
C. Hubungan kelarutan dengan Ksp
Pada larutan jenuh senyawa ion AxBy, konsentrasi zat di dalam larutan yang
sama dengan harga kelarutannya dalam satuan mol L-1
. Jika harga kelarutan dari
senyawa AxBy sebesar s mol L-1
, maka dalam reaksi kesetimbangan tersebut
konsentrasi ion A+y
dan ion B-x
sebagai berikut
AxBy (s) xA-y
+ yB+x
Ksp AxBy = ( )
Diskusikan dengan teman sekelompokmu!
1. Kelarutan AxBy dalam air adalah s mol L-1
, hitunglah Ksp AxBy!
2. Tuliskan persamaan tetapan hasil kelarutan (Ksp) dari setiap garam berikut.
Jika kelarutan dinyatakan dengan s, bagaimana hubungan Ksp dengan nilai s
dari garam garam berikut. Jika kelarutan dinyatakan dengan s. bagaimana
hubungan Ksp dengan nilai s dari garam – garam tersebut?
a. PbSO4
b. PbBr2
c. Zn(OH)2
d. Ag2S
e. Mg3(PO4)2
f. Ag2Cr2O4
93
Lembar Kerja Siswa
Pertemuan 2
Kelompok : ................................... Hari :
Anggota : ................................... Tanggal :
...................................
...................................
...................................
...................................
...................................
Judul : Perhitungan kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan harga
Ksp
Tujuan : Menghitung kelarutan suatu elektrolit berdasarkan data harga Ksp atau
sebaliknya
Diskusikan dengan teman sekelompokmu untuk menjawab pertanyaan –
pertanyaan berikut ini
Jika garam seperti AgCl dan AgCrO4, dilarutkan dalam air, garam tersebut akna
terionisasi sempurna. Kelarutan dalam air adalah konsentrasi maksimum zat dalam air
saat tercapai keadaan jenuh. Jumlah zat terlarut dapat dihitung dari harga Ksp atau
sebaliknya, harga Ksp dapat ditentukan jika harga kelarutan zat diketahui.
AxBy (s) xA+y
+ yB-x
s xs ys
s = √
1. Diketahui:
Ksp Ag2CO3 = 8 x 10-12
Ksp AgCl = 2 x 10-10
Ksp Ag3PO4 = 1 x 10-16
Ksp AgI = 8,5 x 10-17
Ksp AgCN = 1,2 x 10-16
Susunlah kelima garam tersebut berdasarkan urutan makin bertambahnya
kelarutan dalam air. Garam manakah yang paling sukar larut dalam air? Jelaskan!
94
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
2. Diketahui Ksp Ag2CrO4 pada suhu 25oC adalah 2,4 x 10
-12. Tentukan kelarutan
Ag2CrO4 dalam air pada suhu 25 oC dan konsentrasi Ag
+ dalam keadaan jenuh.
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
3. Pada suhu tertentu kelarutan Ca(OH)2 adalah 0,074 g dalam 100 mL larutan.
Tentukan
a. Berapa kelarutan Ca(OH)2 dalam satuan mol/L jika (Ar Ca = 40; O= 16; H= 1)
b. Tentukan [Ca2+
] dan [OH-] dalam larutan jenuh Ca(OH)2 tersebut
c. Tentukan Ksp-nya.
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
4. Dalam 100 cm3 larutan KBrO3 terdapat 1,05 x 10
-3 mol KBrO3 yang terlarut.
Tentukan Ksp KBrO3.
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
5. Berapa gram CaF2 yang dapat larut dalam 250 mL pada suhu ToC, jika pada suhu
tersebut Ksp CaF2 = 3,2 x 10-11
(Ar Ca= 40; F = 19)
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
95
Lembar Kerja Siswa
Pertemuan 3
Kelompok : ................................... Hari :
Anggota : ................................... Tanggal :
...................................
...................................
...................................
...................................
...................................
Judul : Pengaruh Ion Senama terhadap Kelarutan
Tujuan : Menjelaskan pengaruh ion senama terhadap kelarutan
Menghitung kelarutan garam karena pengaruh ion senama
Diskusikan dengan teman sekelompokmu untuk menjawab pertanyaan –
pertanyaan berikut ini!
Jika kita menambahkan ion senama ke dalam larutan jenuh yang berada pada
kesetimbangannya, maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri membentuk endapan.
Terbentuknya endapan ini menunjukkan penurunan kelarutan. Fenomena ini disebut
efek ion senama .
Jika larutan jenuh AgCl ditambahkan HCl, maka kesetimbangan AgCl akan
terganggu.
HCl (s) H +
(aq) + Cl - (aq)
AgCl (s Ag +
(aq) + Cl - (aq)
Kehadiran Cl- pada reaksi ionisasi HCl menyebabkan konsentrasi Cl
- pada
kesetimbangan bergeser ke kiri membentuk endapan AgCl. Dengan demikian
kelarutan menjadi berkurang.
1. Garam KI dan KNO3 ternyata mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap
kelarutan AgI dalam air. Jelaskan pengaruh masing – masing garam tersebut dan
mengapa pengaruhnya berbeda?
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
2. Diketahui Ksp AgCl = 1,6 x 10-10
. Tentukan kelarutan AgCl dalam larutan –
larutan berikut ini.
a. Larutan AgNO3 0,1 M
96
b. Larutan NaCl 0,2 M
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
3. Diketahui Ksp PbI2 = 1,35 x 10-9
. Tentukan kelarutan PbI2 dalam larutan-larutan
berikut ini.
a. Larutan Pb(NO)3 0,01 M
b. Larutan NaI 0,1 M
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
4. Kelarutan PbSO4 dalam air = 1,4 x 10-4
mol/L. Kelarutan PbSO4 dalam larutan
K2SO4 0,05 M adalah….
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
5. Kelarutan PbCl2 dalam air sebesar 1,62 x 10-10
mol/L. Tentukanlah:
a. Kelarutan PbCl2 dalam larutan HCl 0,1 M
b. Massa PbCl2 yang dapat larut dalam 100 mL CaCl2 0,1 M (Ar Pb = 206; Cl =
35,5)
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
97
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Pertemuan 4
Kelompok : ................................... Hari :
Anggota : ................................... Tanggal :
...................................
...................................
...................................
...................................
...................................
Judul : Pengaruh pH terhadap Kelarutan
Tujuan : Menjelaskan pengaruh pH terhadap kelarutan
Menghitung pH dan Ksp
Diskusikan dengan teman sekelompokmu untuk menjawab pertanyaan –
pertanyaan berikut ini!
Beberapa senyawa asam atau basa ada yang sukar larut dalam air. Senyawa asam atau
basa tersebut akan membentuk larutan dengan pH jenuh. Besarnya pH jenuh sesuai
banyaknya ion H+ atau ion OH
- yang terlarut. Konsentrasi ini sangat bergantung pada
besarnya harga Ksp sehingga kelarutan semakin besar. Konsentrasi ion H+ atau
konsentrasi ion OH- dapat ditentukan dengan cara menghitung harga kelarutannya
dalam air.
1. Hasil kelarutan senyawa asam H2A sebesar 1,08 x 10-10
. Tentukan besarnya
kelarutan senyawa H2A dan pH jenuh larutan
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
2. Diketahui Ksp Fe(OH)2 = 2 x 10-14.
Tentukanlah kelarutan Fe(OH)2 dalam
a. Air murni
b. Larutan dengan pH = 12 + log 2.
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
98
3. Pada suhu tertentu, larutan Mg(OH)2 dalam larutan MgCl2 0,05 M memiliki pH
larutan jenuh 9. Tentukan Ksp Mg(OH)2.
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
4. Larutan jenuh M(OH)2 mempunyai pH = 10. Tentukanlah kelarutan basa tersebut
dalam larutan yang mempunyai pH = 13.
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
5. Manakah pelarut yang lebih baik untuk melarutkan Mg(OH)2, aquades atau larutan
NaOH ? jelaskan!
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
99
Lembar Kerja Siswa
Pertemuan 5
Kelompok:................................... Hari :
Anggota :................................... Tanggal :
...................................
...................................
...................................
...................................
...................................
Judul : Memperkirakan terbetuknya endapan berdasarkan harga Ksp-nya
Tujuan : Dapat menentukan apakah terjadi endapan jika sejumlah garam dilarutkan
Diskusikan dengan teman sekelompokmu untuk menjawab pertanyaan –
pertanyaan berikut ini!
Percampuran dua jenis larutan elektrolit ada yang dapat membentuk endapan dan ada
juga yang tidak membentuk endapan, bergantung pada konsentrasi ion-ion
dipangkatkan koefisiennya. Dalam proses yang kemungkinan membentuk endapan
AxBy, dapat terjadi 3 kemungkinan, yaitu:
a. Jika [A+y
]x[B
-x]
y > Ksp
AxBy, percampuran menghasilkan endapan,
b. Jika [A+y
]x[B
-x]
y = Ksp
AxBy, percampuran belum menghasilkan endapan
(keadaan seperti ini disebut tepat jenuh atau akan menghasilkan endapan)
c. Jika [A+y
]x[B
-x]
y > Ksp
AxBy, percampuran belum menghasilkan endapan,
1. Diketahui harga Ksp garam sebagai berkut
Ksp BaSO4 = 1,1 x 10-10
Ksp SrSO4 = 3,2 x 10-7
Ksp CaSO4 = 9,1 x 10-6
Bila masing-masing garam CaCl2, SrCl2, BaCl2 dengan konsentrasi yang sama
0,02 M ditambah dengan Na2SO4 0,005 M, maka garam manakah yang akan
mengendap?
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
100
2. Diketahui Ksp Ca(OH)2 = 4 x 10-6
. tentukan pH pada saat mulai terbentuk endapan
jika pada larutan CaCl2 0,1 M ditambahkan larutan NaOH.
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
3. Tentukan daerah pH yang memungkinkan untuk memisahkan ion Fe3+
dan Zn2+
dengan mengendapkan Fe(OH)3 dari larutan yang mengandung ion Fe3+
dan Zn2+
dengan konsentrasi masing-masing 0,01 M. Diket. Ksp Fe(OH)3 = 8x10-4
dan Ksp
Zn(OH)2 = 2x10-17
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
4. Dalam 1 L larutan terdapat campuran garam-garam CuCl2, MgCl2 dan BaCl2 yang
masing-masing konsentrasinya 0,01 M jika ditambahkan 53 mg Na2CO3 (Mr
Na2CO3 = 106). Garam manakah yang akan mengendap?
Diket: Ksp MgCO3 = 4 x 10-5
, Ksp CuCO3 = 2,5 x 10-10
, Ksp BaCO3 = 1 x 10-9
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
Lampiran 3
KISI-KISI INSTRUMEN PEMAHAMAN KONSEP
Standar Kompetensi:
Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.
101
KD Indikator
Materi Indikator Soal Soal
Nomor
Butir
Soal
Ranah
Kognitif
Mendeskripsi
kan
terbentuknya
endapan dari
suatu reaksi
berdasarkan
prinsip
kelarutan dan
hasil
kelarutan
Menjelaskan
kesetimbangan
dalam larutan
jenuh atau
larutan garam
yang sukar larut
Disajikan
pertanyaan
memahami
masalah reaksi
kesetimbangan
pada larutan
jenuh
1. Pada larutan lewat jenuh terdapat
ion-ion terlarut dan zat padat yang
tak terlarut sehingga terjadi
kesetimbangan. Jelaskan keadaan
kesetimbangan antara ion dan zat
padat dalam larutan jenuh!
1 C2
Disajikan
pertanyaan
memahami
masalah
mengapa garam
tidak terlarut
pada saat larutan
jenuh
Jelaskan mengapa bila 1 sendok
garam dapur dimasukkan ke dalam
segelas air maka garam dapur
tersebut dapat terlarut, tetapi jika 10
sendok garam dapur dimasukkan ke
dalam segelas air maka sebagian
garam tidak dapat terlarut atau
mengendap?
2 C2
Disajikan
pertanyaan
memahami
masalah apa
yang terjadi jika
larutan
Apakah yang akan terjadi jika ke
dalam larutan AgCl jenuh
ditambahkan AgNO3 atau NaCl?
Jelaskan! 3 C2
Lampiran 3
KISI-KISI INSTRUMEN PEMAHAMAN KONSEP
Standar Kompetensi:
Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.
102
ditambahkan ion
senama
Menuliskan
ungkapan
berbagai Ksp
elektrolit yang
sukar larut
dalam air
Disajikan
pertanyaan
menuliskan
rumus Ksp dari
garam yang
sukar larut
Tulislah reaksi kesetimbangan
kelarutan garam dalam air dan
tetapan hasil kali kelarutan(Ksp)
garam-garam berikut ini!
a. PbI2
b. Ag2SO4
c. Al(OH)3
d. Ba3(PO4)2
e. Ag3PO4
4 C2
Disajikan
pertanyaan
pengertian s dan
Ksp serta
menuliskan
rumus Ksp
Jelaskan pengertian dari tetapan hasil
kelarutan dan kelarutan! Dan
tuliskan reaksi kesetimbangan dan
tetapan hasil kelarutan dari AxBy. 5 C2
Menghubungkan
tetapan hasil kali
kelarutan
dengan tingkat
kelarutan atau
pengendapannya
Disajikan
pertanyaan
mengurutkan
kelarutannya
dalam air
berdasarkan
harga Ksp-nya
Ksp AgCl = 1,0 x 10-10
Ksp AgBr = 5,0x10-13
Ksp Ag2CO3 = 4,0x10-12
Ksp Ag2CrO4 = 2,0 x10-12
Susunlah keempat garam tersebut
berdasarkan urutan semakin
sukarnya kelarutan garam dalam air?
Berikan alasannya!
6 C3
Disajikan Tuliskan persamaan Ksp dari setiap 7 C2
Lampiran 3
KISI-KISI INSTRUMEN PEMAHAMAN KONSEP
Standar Kompetensi:
Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.
103
pertanyaan
menghubungkan
Ksp dengan
nilai s dari
garam yang
sukar larut
gram berikut. Jika kelarutan
dinyatakan dengan s, bagaimanakah
hubungan Ksp dengan nilai s dari
garam-garam tersebut?
a. PbBr2
b. Mg3(PO4)2
c. Na2CO3
d. AgI
Kelarutan AxBy dalam air adalah s
mol L-1, hitunglah Ksp AxBy! 8 C2
Menghitung
kelarutan suatu
elektrolit yang
sukar larut
berdasarkan data
harga Ksp atau
sebaliknya
Disajikan harga
Ksp untuk
Menghitung
kelarutan dan
massa garam
yang terlarut
berdasarkan Ksp
Pada suhu kamar harga Ksp Ca(OH)2
= 4 x 10-12
, hitunglah harga kelarutan
Ca(OH)2 dalam air pada suhu kamar
dan massa Ca(OH)2 dalam 100 mL
larutan (Ar Ca = 40, O = 16, H=1)
9 C3
Disajikan massa
garam terlarut
dan volume
larutan untuk
menghitung Ksp
Dalam 100 mL larutan CaSO4
terdapat 0,408 g CaSO4 (Mr CaSO4 =
136) yang terlarut. Tentukan Ksp.
10 C3
2. Pada suhu kamar, kelarutan AgCl
dalam air sebesar 1,435 mg/L.
a. Berapa Kelarutan AgCl dalam
satuan mol/L jika Mr AgCl =
143,5?
b. Tentukan [Ag+] dan [Cl
-] dalam
11 C3
Lampiran 3
KISI-KISI INSTRUMEN PEMAHAMAN KONSEP
Standar Kompetensi:
Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.
104
larutan jenuh AgCl tersebut.
c. Tentukan Ksp-nya.
Disajikan harga
Ksp garam dan
konsentrasi ion
untuk
menghitung
konsentrasi ion
zat terlarut
lainnya
3. Ksp Ag2CrO4 = 1 x 10-12
. Jika
dalam larutan konsentrasi ion
kromat (CrO4-2
) 1 x 10-4
mol/L,
maka ion Ag+ yang dapat larut di
dalamnya adalah…. 12 C3
Menjelaskan
pengaruh
penambahan ion
senama dalam
larutan
Disajikan harga
Ksp untuk
menghitung
kelarutan garam
akibat pengaruh
ion senama
Diketahui Ksp BaSO4 = 1,1 x 10-10
.
Tentukan kelarutan BaSO4 dalam
larutan-larutan berikut ini
a. Larutan Ba(NO3)2 0,1 M
b. Larutan Na2SO4 0,05 M
13 C3
Diketahui Ksp PbI2 = 1,35 x 10-9
.
Tentukan kelarutan PbI2 dalam
larutan-larutan berikut.
a. Larutan Pb(NO3)2 0,01 M
b. Larutan NaI 0,1 M
14 C3
Disajikan
volume,
konsentrasi dan
harga Ksp untuk
menghitung
Diketahui 500 mg AgBrO3 padat
terdapat dalam 100 mL larutan
KBrO3 0,1 M. Jika larutan tersebut
diencerkan menjadi 1 L dan Ksp
AgBrO3 = 6x10-5
, konsentrasi ion
15 C3
Lampiran 3
KISI-KISI INSTRUMEN PEMAHAMAN KONSEP
Standar Kompetensi:
Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.
105
konsentrasi ion Ag+ adalah....
Menentukan pH
larutan dari
harga Kspnya
Disajikan harga
pH larutan basa
untuk
menghitung Ksp
Pada suhu kamar diketahui Ksp
senyawa H2A sebesar 3,2 x 10-5
.
Tentukan pH H2A dalam air. 16 C3
Disajikan harga
Ksp dan
konsentrasi ion
senama untuk
menentukan pH
Hasil kali kelarutan (Ksp) dari
Mg(OH)2 = 1,2 x 10-11
. Bila larutan
MgCl2 0,2 M dinaikkan pHnya
dengan jalan penambahan NaOH,
maka endapan akan mulai terbentuk
pada pH kira-kira….
17 C3
Disajikan harga
Ksp untuk
menentukan pH
larutan asam
Larutan jenuh basa L(OH)3
mempunyai pH = 10. Nilai Ksp basa
itu adalah…. 18 C3
Memperkirakan
terbentuknya
endapan
berdasarkan
harga Ksp
Disajikan
konsentrasi zat
dan pH larutan
untuk
memperkirakan
terjadinya
endapan
Suatu larutan mengandung garam-
garam Pb(NO3)2, Mn(NO3)2, dan
Zn(NO3)2 masing-masing memiliki
0,01 M. pada larutan ini dilarutkan
sejumlah NaOH padat hingga pH
larutan menjadi 8.
Jika Ksp Pb(OH)2 = 2,8 x 10-16
Ksp Mn(OH)2 = 4,5 x 10-14
Ksp Zn(OH)2 = 4,5 x 10-17
Hidroksida manakah yang akan
mengendap?
19 C4
Lampiran 3
KISI-KISI INSTRUMEN PEMAHAMAN KONSEP
Standar Kompetensi:
Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.
106
Disajikan
volume dan
konsetrasi zat
untuk
memperkirakan
terbentuknya
endapan
berdasarkan
harga Ksp
Selidikilah dengan perhitungan,
apakah pada percampuran 200 mL
larutan BaCl2 0,004 M dengan 600
mL K2SO4 0,008 M akan
menghasilkan endapan BaSO4 (Ksp
BaSO4 = 1,1 x 10-1
)
20 C4
Diketahui harga tetapan hasil
kelarutan beberapa garam sulfat
berikut
Ksp BaSO4 = 1,1 x 10-10
Ksp SrSO4 = 3,2 x 10-7
Ksp CaSO4 = 9,1 x 10-6
Jika ke dalam larutan yang
mengandung ion Ba2+
, Sr2+
, Ca2+
yang berkonsentrasi sama 0,02 M,
ditambahkan Na2SO4 0,005 M,
bagaimana urutan pengendapan
garam sulfat tersebut? Jelaskan!
21 C4
Disajikan
konsentrasi ion
dan massa zat
yang
ditambahkan
kedalam larutan
untuk
memperkirakan
Dalam 1000 mL larutan terdapat
campuran garam-garam Ba(NO3)2,
Sr(NO3)2, Pb(NO3)2, yang
konsentrasinya masing-masing 0,01
M. Ke dalam larutan tersebut
ditambahkan 81 mg Na2CrO4 (Mr
=162). Pada suhu 25oC garam yang
mengendap adalah… (Ksp BaCrO4 =
22 C4
Lampiran 3
KISI-KISI INSTRUMEN PEMAHAMAN KONSEP
Standar Kompetensi:
Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.
107
garam yang
akan
mengendap
berdasarkan
harga Ksp
2x10-10
, SrCrO4 = 3,6 x 10-5
, PbCrO4
= 1,8 x 10-14
).
Air sadah mengandung logam alkali
tanah Ca2+
yang bereaksi dengan
CO32-
membentuk CaCO3 (Ksp
CaCO3 = 8,7x10-9
). Apakah
terbentuk endapan CaCO3 jika 250
mL cuplikan air sadah dengan
konsentrasi Ca2+
8x10-4
M
direaksikan dengan,
a. 0,10 mL larutan Na2CO3 2,0x10-3
M, dan
b. 10 mg Na2CO3 (s)? (Mr Na2CO3
= 106)
23 C4
108
Lampiran 4 RUBRIK PENILAIAN
No.2 3 2 1 0
Jelaskan mengapa bila
garam dilarutkan ke dalam
air dalam jumlah yang
banyak, garam tersebut
tidak dapt terlarut
semuanya?
Mampu menjelaskan dengan benar dan
menggunakan bahasa yang baik, yaitu
Garam tidak terlarut semua karena ketika
garam dilarutkan, garam tersebut akan
terionisasi. Tetapi ketika larutan sudah jenuh
maka larutan tidak mampu lagi melarutkan
garam sehingga terjadi endapan atau garam
yang tidak larut.
Menjelaskan dengan
bahasa yang
sederhana
Menuliskan
jawaban yang salah
Tidak menuliskan
apa-apa
No.1 3 2 1 0
1. Pada larutan lewat jenuh
terdapat ion-ion terlarut
dan zat padat yang tak
terlarut sehingga terjadi
kesetimbangan. Jelaskan
reaksi kesetimbangan
antara ion dan zat padat
dalam larutan jenuh!
Mampu menjelaskan dengan benar dan
menjelaskan dengan bahasa yang baik dan
lengkap, yaitu
Bila garam dilarutkan ke dalam air maka
garam tersebut akan terionisasi. Tetapi ketika
larutan sudah melewati jenuh maka larutan
akan menghasilkan zat padat yang tak larut.
Antara ion-ion yang dihasilkan dan padatan
yang tak larut mengalami kesetimbangan
heterogen yaitu dimana pada saat yang sama di
dalam larutan terjadi proses melarutkan dan
proses pengkristalan dengan laju yang sama.
Mampu menjelaskan
dengan benar dan
menjelaskan dengan
bahasa yang sederhana
Menuliskan
jawaban yang salah
Tidak
menuliskan
apa-apa
109
No. 3 3 2 1 0
Apakah yang akan terjadi
jika ke dalam larutan AgCl
jenuh ditambahkan AgNO3
atau NaCl? Jelaskan!
Menjelaskan dengan benar dan menjelaskan
dengan bahasa yang baik
Jika ke dalam larutan jenuh AgCl ditambahkan
AgNO3 atau NaCl maka akan terjadi endapan
AgCl hal ini dikarenakan bila ke dalam sistem
kesetimbangan tersebut ditambahkan ion Ag+
maka kesetimbangan akan bergeser ke sebelah
kiri, sehingga akan mengakibatkan jumlah AgCl
yang mengendap akan bertambah. Begitu juga
bila ditambahkan dengan ion Cl– maka
kesetimbangan juga akan bergeser ke sebelah kiri
dan mengakibatkan bertambahnya endapan AgCl.
Jadi bila ke dalam sistem kesetimbangan
kelarutan ditambahkan ion yang senama akan
mengakibatkan kelarutan senyawa berkurang.
Menjelaskan dengan
bahasa yang
sederhana
Menuliskan
jawaban yang salah
Tidak
menuliskan apa-
apa
No. 4 3 2 1 0
Tulislah persamaan reaksi
kesetimbangan kelarutan
garam dalam air dan
tetapan hasil kali
kelarutan(Ksp) garam-
garam berikut ini!
a. PbI2
b. Ag2SO4
c. Al(OH)3
d. Ba3(PO4)2
e. Ag3PO4
Menuliskan rumus Ksp dengan benar dan lengkap
dengan persamaannya yaitu
a. PbI2 Pb2+
+2 I–
Ksp = [Pb2+
] [I–
]2
b. Ag2SO4 2Ag+ + SO4
2–
Ksp = [Ag+]
2 [SO4
2–]
c. Al(OH)3 Al3+
+ 3OH–
Ksp = [Al3+
] [OH– ]3
d. Ba3(PO4)2 3Ba2+
+ 2PO43–
Ksp = [Ba2+
]3 [PO4
3– ]2
e. Ag3PO4 3Ag+ + PO4
3–
Ksp = [Ag+]
3 [PO4
3–]
Hanya menuliskan 3
atau 2 jawaban
dengan benar atau
hanya menuliskan
persamaan reaksi
saja atau rumus Ksp –
nya saja
Menuliskan
rumus dengan
jawaban yang
salah
Tidak menuliskan
apa-apa
110
No. 5 3 2 1 0
Jelaskan pengertian dari
tetapan hasil kelarutan dan
kelarutan! Dan tuliskan
reaksi kesetimbangan dan
tetapan hasil kelarutan dari
AxBy.
Mampu menjelaskan pengertian dan
menuliskan reaksi kesetimbangan dan Ksp
dengan benar yaitu
Tetapan hasil kelarutan adalah perkalian antara
konsentrasi kation dan konsentrasi anion
dipangkatkan koefisiennya, sedangkan
kelarutan adalah jumlah maksimum suatu zat
yang dapat larut dalam suatu pelarut.
AxBy XAy+
+ YBx–
Ksp = [Ay+
]x [B
x–]
y
Hanya menjelaskan
pengertiannya saja
Menuliskan jawaban
yang salah
Tidak
menuliskan apa-
apa
No. 6 3 2 1 0
Ksp AgCl = 1,0 x 10–10
Ksp AgBr = 5,0x10–13
Ksp Ag2CO3 = 4,0x10–12
Ksp Ag2CrO4 = 2,0 x10–12
Susunlah keempat garam
tersebut berdasarkan
urutan semakin sukarnya
kelarutan garam dalam
air? Berikan alasannya!
Mampu mengurutkan tingkat kelarutan garam
dengan benar dan menjelaskan dengan bahasa yang
baik
1. AgBr:
s= √
= 7,07x10–7
2. AgCl :
s = √
=1x10–5
3. Ag2CrO4
s = √
= 0,793 x 10–4
= 7,93x10 –5
4. Ag2CO3
s = √
= 1 x 10–4
Karena s Ag2CO3 > s Ag2CrO4 > s AgCl > s AgBr
AgBr adalah garam yang paling sukar larut karena
harga kelarutannya yang paling besar. Karena
semakin besar harga kelarutan maka garam tersebut
semakin mudah larut.
Hanya mampu
mengurutkan 3 atau
2 jawaban dengan
benar
Menuliskan
rumus dengan
jawaban yang
salah
Tidak
menuliskan apa-
apa
111
No.7 4 3 2 1 0
Tuliskan persamaan
Ksp dari setiap
garam berikut. Jika
kelarutan
dinyatakan dengan
s, bagaimanakah
hubungan Ksp
dengan nilai s dari
garam-garam
tersebut?
a. PbBr2
b. Mg3(PO4)2
c. Na2CO3
d. AgI
Mampu menghubungkan rumus Ksp dan
kelarutan dengan benar dan lengkap dengan
persamaannya yaitu
a. PbBr2 Pb2+
+2 Br –
s s 2s
Ksp PbBr2 = [Pb2+
] [Br –]
2
= s . (2s)2
= 4s3
b. Mg3(PO4)2 3Mg2+
+ 2 PO43–
s 3s 2s
Ksp Mg3(PO4)2 = [Mg2+
]3 [PO4
3–]2
= (3s)3 . (2s)
2
= 27s3 . 4s
2
= 108s5
c. Na2CO3 2Na+ + CO3
2–
s 2s s
Ksp Na2CO3 = [Na+]2 [CO3
2– ]
= (2s)2 (s)
=4s3
d. AgI Ag+ + I
–
s s s
Ksp AgI = [Ag+] [ I
–]
= s . s
= s2
Hanya menjawab
3 jawaban benar
atau tidak
menuliskan reaksi
kesetimbangannya
Hanya
menyebutkan 2
jawaban benar
atau
menuliskan
reaksi
kesetimbangan
dan rumus Ksp-
nya saja yang
benar
Menuliskan
jawaban yang
salah
Tidak menuliskan
apa-apa
No. 8 3 2 1 0
Kelarutan AxBy dalam air
adalah s mol L–1
, hitunglah
Ksp AxBy.
Mampu menghubungkan rumus Ksp dan
kelarautan dengan benar yaitu
AxBy XAy+
+ YBx–
s xs ys
Hanya mampu
menuliskan
persamaannya dan
rumus Ksp
Menuliskan
jawaban yang salah
Tidak
menuliskan apa-
apa
112
Ksp = [Ay+
]x [B
x–]
y
= (xs)x (ys)
y
= xx . y
y (s)
x+y
No. 9 4 3 2 1 0
Pada suhu tertentu
harga Ksp Ca(OH)2 =
4 x 10–12
, hitunglah
harga kelarutan
Ca(OH)2 dalam air
pada suhu tertentu dan
massa Ca(OH)2 yang
terlarut dalam 100 mL
larutan. (Ar Ca=40,
O=16, H=1)
Menjelaskan jawaban dengan benar dan
berurut yaitu
Ksp Ca(OH)2 = 4 x 10 – 12
Ca(OH)2 Ca2+
+ 2OH–
s s 2s
s= √
= √
= 1 x 10–4
M
dalam 1 L larutan terdapat 1x 10– 4
mol
Ca(OH)2
jadi dalam 100 mL larutan terdapat Ca(OH)2
= (1x 10–4
) x
= 1 x 10
–5 mol
Massa Ca(OH)2 = n x Mr
= (1 x 10–5
) x 74 = 7,4 x 10–4
g
Jadi, massa Ca(OH)2 dalm 100 mL larutan
adalah 7,4 x 10–4
g
Jika jawaban
sampai
menemukan mol
dalam larutan
Jika menjawab
hanya sampai
menemukan
harga kelarutan
Menjawab
jawaban yang
salah dan tidak
berurut
Tidak
menuliskan
apa-apa
No. 10 4 3 2 1 0
Dalam 100 mL
larutan CaSO4
terdapat 0,408 g
CaSO4 (Mr CaSO4 =
136) yang terlarut.
Tentukan Ksp.
Menjelaskan jawaban dengan benar dan
berurut yaitu
n CaSO4 =
=
= 3 x 10
–3 mol
s CaSO4 =
=
= 3 x 10
–2 mol/L
Jika menjawab
sampai
menuliskan
kelarutan
senyawa
Jika jawaban
hanya sampai
menemukan mol
Menjawab
jawaban salah dan
tidak berurut
Tidak
menuliskan
apa-apa
113
CaSO4 Ca2+
+ SO42–
3x10–2
M 3 x 10
–2 M 3x10
–2 M
Ksp CaSO4 = [Ca2+
] [SO42–
]
= (3x10–2
) (3x10–2
)
= 9 x 10–4
No. 11 5 4 3 2 1 0
Pada Suhu tertentu,
suhu tertentu
kelarutan AgCl
dalam air sebesar
1,435 mg/L.
a.Berapa Kelarutan
AgCl dalam satuan
mol/L jika Mr AgCl
= 143,5?
b.Tentukan [Ag+]
dan [Cl– ] dalam
larutan jenuh AgCl
tersebut.
c.Tentukan Ksp-nya.
Menuliskan jawaban benar dan berurutan
a. s AgCl = 1,435 mg/L= 1,435 x 10–3
g/L
=
= 10
–5 mol/L
b. AgCl(s) Ag+ (aq) + Cl
– (aq)
s s s
10–5
mol/L 10–5
mol/L 10–5
mol/L
Jadi [Ag+] = s = 10
–5 mol/L
[Cl-] = s = 10
–5 mol/L
c. Ksp AgCl = [Ag+] [Cl
–]
= 10–5
x 10–5
= 10–10
Atau dengan rumus
Ksp AgCl = s2 = (10
–5 )2 = 10
–10
Menjawab
jawaban yang
benar tetapi
tidak
menuliskan
jawaban
secara
lengkap
Menjawab
jawaban
benar dan
berurut tetapi
hanya
menjawab 2
pertanyaan
Jika hanya
menjawab
salah satu
pertanyaan
Menjawab
jawaban yang
salah dan
tidak berurut
Tidak
menuliskan
apa-apa
No. 12 4 3 2 1 0
Ksp Ag2CrO4 = 1 x
10–12
. Jika dalam
larutan konsentrasi
ion kromat (CrO42–
)
1 x 10–4
mol/L, maka
ion Ag+ yang dapat
larut di dalamnya
Menuliskan jawaban benar dan berurutan
Ag2CrO4 2 Ag+ + CrO4
2–
Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]
2 [CrO4
2–]
1 x 10-12
= (x)2 (1x 10
–4 )
x2 =
x2 = 1 x 10
–8
Menjawab
jawaban yang
benar tetapi
tidak
menuliskan
jawaban secara
lengkap
Jika hanya
menjawab
sampai
memasukkan
nilai kelarutan
dalam rumus
Menjawab
jawaban yang
salah dan tidak
berurut
Tidak
menuliskan
apa-apa
114
adalah…. x = √ = 1 x 10–4
M
jadi ion Ag+ yang dapat larut adalah 1 x 10
–4 M
No. 13 5 4 3 2 1 0
Diketahui Ksp BaSO4
= 1,1 x 10–10
. Tentukan
kelarutan BaSO4 dalam
larutan-larutan berikut
ini
a. Larutan Ba(NO3)2
0,1 M
b.Larutan Na2SO4 0,05
M
Menjelaskan jawaban yang benar dan
berurut, yaitu:
BaSO4 Ba2+
+ SO42–
s s s
a. Ba(NO3)2 Ba2+
+ 2NO3–
0,1M 0,1M 2 x (0,1) M
Ion senamanya adalah [Ba2+
]= 0,1 + s M
Karena harga s <<<0,1 maka s diabaikan
Jadi [Ba2+
] = 0,1 M
Ksp BaSO4 = [Ba2+
][SO42–
]
1,1 x 10–10
= 0,1 M (x)
x =
= 1,1 x 10
–9 mol/L
jadi kelarutan BaSO4 dalam larutan
Ba(NO3)2 0,1M adalah 1,1 x 10–9
mol/L
b. Na2SO4 2Na+ + SO4
2–
0,05M 2x0,05M 0,05M
Ion senamanya adalah [SO42–
] = 0,05 + s M
Karena harga s <<<0,1 maka s diabaikan
Jadi [SO42-
] = 0,1 M
Ksp BaSO4 = [Ba2+
][SO42–
]
1,1 x 10-10 = (x) . 0,05 M
x =
= 2,2 x 10
–9 mol/L
Jadi kelarutan BaSO4 dalam larutan Na2SO4
0,05M adalah 2,2 x 10–9
mol/L
Menjawab
jawaban
yang benar
tetapi tidak
menuliskan
jawaban
secara
lengkap
Menjawab
jawaban
yang benar
tetapi hanya
a atau b saja
dan kedua
pertanyaan
dijawab
Jawaban
keduanya
salah dan
tidak
berurut
M Hanya
menuliskan
persamaan
reaksinya
saja
Tidak
menuliskan
jawaban
apa-apa
115
No. 14 5 4 3 2 1 0
Diketahui Ksp PbI2 =
1,35 x 10–9
. Tentukan
kelarutan PbI2 dalam
larutan-larutan
berikut.
a. Larutan Pb(NO3)2
0,01 M
b. Larutan NaI 0,1 M
Menjelaskan jawaban yang benar dan berurut,
yaitu:
PbI2 Pb2+
+ 2I–
s s 2I
a. Pb(NO3)2 Pb2+
+ 2NO3–
0,01 M 0,01 M 2 x 0,01 M
Ion senamanya adalah [Pb2+
] = 0,01 +s M
Karena harga s <<<0,1 maka s diabaikan
Jadi [Pb2+
] = 0,01 M
Ksp PbI2 = [Pb2+
] [I–]
2
1,35 x 10-9
= (0,01) (2x)2
4x2 =
4x2 = 1,35 x 10
–7 M
x2
= 0,3375 x 10–7
=3,3 x 10–8
x = √ = 1,8 x 10–4
jadi kelarutan dari PbI2 dalam lautan PbNO3
adalah 1,8 x 10–4
M
b. NaI Na+ + I
–
0,1M 0,1M 0,1M
PbI2 Pb2+
+ 2I–
s s 2s
Ion senamanya adalah [I–
] = 0,1 + 2s M
Karena harga s<<<0,1 maka 2s diabaikan.
Jadi [I–] = 0,1 M
Ksp PbI2 = [Pb2+
] [I–]
2
1,35 x 10-9
= (x) (0,1)2
x =
= 1,35 x 10
–7 M
jadi, kelarutan PbI2 dalam larutan NaI
adalah 1,35 x 10–7
M
Menjawab
jawaban
yang benar
tetapi tidak
menuliskan
jawaban
secara
lengkap
Menjawab
jawaban
yang benar
tetapi hanya
a atau b saja
dan kedua
pertanyaan
dijawab
Jika kedua
jawaban
salah tetapi
cara tidak
berurut
Hanya
menuliskan
persamaan
reaksinya
saja
Tidak
menuliskan
jawaban
apa-apa
116
No. 15 4 3 2 1 0
Diketahui 500 mg
AgBrO3 padat terdapat
dalam 100 mL larutan
KBrO3 0,1 M. Jika
larutan tersebut
diencerkan menjadi 1 L
dan Ksp AgBrO3 =
6x10–5
, konsentrasi ion
Ag+ adalah….
Menjelaskan jawaban yang benar dan
berurut, yaitu:
s KBrO3 =
=
= 10
–2 M
[BrO3-] = 10
–2 M
Ksp AgBrO3 = [Ag+] [BrO3
– ]
6 x 10–5
= x . (10–2
)
x =
= 6 x 10
–3 M
Jadi konsentrasi ion Ag+ adalah 6 x 10
–3 M
Menjawab
jawaban yang
salah dan
berurut
Menjawab
jawaban yang
benar dan tidak
berurut
Menjawab
jawaban yang
salah dan tidak
berurut
Tidak
menuliskan apa-
apa
No. 18 4 3 2 1 0
Pada suhu kamar
diketahui Ksp senyawa
H2A sebesar 3,2 x 10–5
.
Tentukan pH H2A
dalam air.
Menjelaskan jawaban yang benar dan berurut
yaitu
H2S 2H+ + S
2–
s 2s s
s H2S = √
= √
= √
= 2 x 10–2
mol/L
[H+] = 2s = 2 x (2x10
–2) = 4 x 10
–2 mol/L
pH = -log [H+]
= - log 4 x 10–2
= 2 – log 4
= 2 – 2 log 2
Menjawab
jawaban yang
salah dan berurut
Menjawab
jawaban benar
dan tidak berurut
Menjawab
jawaban
salah dan
tidak
berurut
Tidak
menuliskan
jawaban apa-
apa
117
No.17 4 3 2 1 0
Hasil kali kelarutan
(Ksp) dari Mg(OH)2 =
1,2 x 10–11
. Bila larutan
MgCl2 0,2 M dinaikkan
pHnya dengan jalan
penambahan NaOH,
maka endapan akan
mulai terbentuk pada pH
kira-kira….
(log 6 = 0,778; log 7 =
0,845; log 8 = 0,9)
Menjelaskan jawaban yang benar dan berurut,
yaitu:
MgCl2 Mg2+
+ 2Cl–
0,2M 0,2 M 2 x 0,2 M
Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+
] [OH–]2
1,28 x 10-11
= (0,2) [OH–]
2
[OH-]
2 =
[OH-]
2 = 6,4 x 10
–11
[OH-] = √ =
= 8 x 10–6
mol/L
pOH = - log 8 x 10–6
= 6 – log 8
pH = 14 – (6 – log 8)
= 8 + log 8
= 8 + 0,9 = 8,9
Jadi, endapan mulai terbentuk pada pH 8,9
Menjawab
jawaban yang
salah dan
berurut
Menjawab
jawaban yang
benar dan tidak
berurut
Menjawab
jawaban
yang salah
dan tidak
berurut
Tidak
menuliskan
apa-apa
No. 18 4 3 2 1 0
Larutan jenuh basa
L(OH)3 mempunyai
pH = 10. Nilai Ksp
basa itu adalah….
Menjelaskan jawaban yang benar dan berurut,
yaitu:
pH jenuh = 10
pOH = 14 – 10 = 4
[OH-] = 10
–4 M
L(OH)3(s) L3+
(aq) + 3OH–
x 10
–4M 10
–4 M
Ksp L(OH)3 = [L+3
] [OH–]
3
= (
x 10
–4) (10
–4)3
Menjawab
jawaban yang
salah dan berurut
Menjawab
jawaban yang
benar dan tidak
berurut
Menjawab
jawaban
yang salah
dan tidak
berurut
Tidak
menuliskan
apa-apa
118
=
x 10
–16 = 3,3 x 10
–17
Jadi, Ksp L(OH)3 = 3,3 x 10–17
No. 19 4 3 2 1 0
Suatu larutan mengandung
garam-garam Pb(NO3)2,
Mn(NO3)2, dan Zn(NO3)2
masing-masing memiliki 0,01
M. pada larutan ini dilarutkan
sejumlah NaOH padat hingga
pH larutan menjadi 8.
Jika Ksp Pb(OH)2 = 2,8 x 10–16
Ksp Mn(OH)2 = 4,5 x 10–14
Ksp Zn(OH)2 = 4,5 x 10–17
Hidroksida manakah yang akan
mengendap?
Menjelaskan jawaban yang benar dan berurut
yaitu
[Pb2+
]=[Mn2+
]=[Zn2+
] = 0,01 M
pH = 8
pOH = 14 – 8 = 6
[OH–] = 10
–6 mol/L
Q Pb(OH)2 = [Pb2+
] [OH–]2
= (0,01) (10–6
)2 = 10
–14
Q Mn(OH)2 = [Mn2+
] [OH–]2
= (0,01) (10–6
)2 = 10
–14
Q Zn(OH)2 = [Zn2+
] [OH– ]
2
= (0,01) (10–6
)2 = 10
–14
Karena QPb(OH)2 > Ksp Pb(OH)2,
QMn(OH)2 < Ksp Mn(OH)2,
QZn(OH)2 > Ksp Zn(OH)2,
sehingga garam yang mengendap adalah
Pb(OH)2 dan Zn(OH)2
Menjawab
jawaban yang
yang salah
dan berurut
Menjawab
jawaban yang
benar dan
tidak berurut
Menjawab
jawaban yang
salah dan
tidak berurut
Tidak
menuliskan
jawaban
apa-apa
No. 20 4 3 2 1 0
Selidikilah dengan
perhitungan, apakah
pada percampuran 200
mL larutan BaCl2 0,004
M dengan 600 mL
K2SO4 0,008 M akan
menghasilkan endapan
Menjelaskan jawaban yang benar dan berurut, yaitu:
Diketahui :
[BaCl2] = [Pb2+
] =
=
= 10–3
M
[K2SO4] = [SO42+
] =
=
Menjawab
jawaban yang
salah dan
berurut
Menjawab
jawaban yang
benar dan
tidak berurut
Menjawab
jawaban yang
salah dan
tidak berurut
Tidak
menuliskan
apa-apa
119
BaSO4 (Ksp BaSO4 =
1,1 x 10–1
)
= 6 x 10–3
M
Q BaSO4 = [Ba2+
] [SO42–
]
= (10–3
) x ( 6 x 10–3
)
= 6x 10–6
Jadi, Q < Ksp sehingga belum terjadi endapan
No.21 4 3 2 1 0
Diketahui harga tetapan
hasil kelarutan beberapa
garam sulfat berikut
Ksp BaSO4 = 1,1 x 10–10
Ksp SrSO4 = 3,2 x 10–7
Ksp CaSO4 = 9,1 x 10–6
Jika ke dalam larutan
yang mengandung ion
Ba2+
, Sr2+
, Ca2+
yang
berkonsentrasi sama 0,02
M, ditambahkan Na2SO4
0,005 M, garam
manakah yang akan
mengendap? Jelaskan!
Menjelaskan jawaban yang benar dan berurut,
yaitu:
Na2SO4 2Na+ + SO4
2–
0,005 M 2.0,005 M 0,005 M
Q BaSO4 = [Ba2+
] [SO42–
]
= (0,02) (0,005)
= 1,0 x 10–4
Q SrSO4 = [Sr2+
] [SO42–
]
= (0,02) (0,005)
= 1,0 x 10–4
Q CaSO4 = [Ca2+
] [SO42–
]
= (0,02) (0,005)
= 1,0 x 10–4
Jadi, Semua garam mengendap
Karena QBaSO4 > Ksp BaSO4
QSrSO4 > Ksp SrSO4
QCaSO4 > Ksp CaSO4
Maka semua garam mengendap
Menjawab
jawaban yang
salah dan
berurut
Menjawab
jawaban yang
benar dan
tidak berurut
Menjawab
jawaban yang
salah dan tidak
berurut
Tidak
menuliskan
apa-apa
No. 22 4 3 2 1 0
Dalam 1000 mL larutan
terdapat campuran garam-
garam Ba(NO3)2,
Menjelaskan jawaban yang benar dan berurut
yaitu
[Ba2+
] = [Sr2+
] = [Pb2+
] = 0,01 M
Menjawab
jawaban yang
salah dan
Menjawab
jawaban yang
benar dan
Menjawab
jawaban yang
salah dan
Tidak
menuliskan
jawaban
120
Sr(NO3)2, Pb(NO3)2, yang
konsentrasinya masing-
masing 0,01 M. Ke dalam
larutan tersebut
ditambahkan 81 mg
Na2CrO4 (Mr =162). Pada
suhu 25oC garam yang
mengendap adalah… (Ksp
BaCrO4 = 2x10–10
, SrCrO4
= 3,6 x 10–5
, PbCrO4 =
1,8 x 10– 14
).
Konsentrasi Na2CrO4 dalam larutan
Mol Na2CrO4 =
=
= 0,5 mmol
= 5x10–4
mol
[Na2CrO4] =
=
= 5 x 10
–4 M
Q BaCrO4 = [Ba2+
] [CrO42–
]
= (0,01) (5x10–4
) = 5 x 10–6
Q SrCrO4 = [Sr2+
] [CrO42–
]
= (0,01) (5x10–4
) = 5 x 10–6
Q PbCrO4 = [Pb2+
] [CrO42–
]
= (0,01) (5x10–4
) = 5 x 10–6
Karena QBaCrO4 > Ksp BaCrO4 dan QPbCrO4 >
Ksp PbCrO4 maka percampuran sudah terjadi
endapan. QSrCrO4 < Ksp SrCrO4 maka belum
terjadi endapan.
Jadi garam yang mengendap adalah BaCrO4 dan
PbCrO4
berurut tidak berurut tidak berurut apa-apa
No. 23 5 4 3 2 1 0
Air sadah
mengandung logam
alkali tanah Ca2+
yang
bereaksi dengan
CO32–
membentuk
CaCO3 (Ksp CaCO3 =
8,7x10–9
). Apakah
terbentuk endapan
CaCO3 jika 250 mL
cuplikan air sadah
dengan konsentrasi
Ca2+
8x10–4
M
Menjelaskan jawaban yang benar dan berurut,
yaitu:
a. [Ca2+
]= ( )
= 7,99 x 10
–4 M
Na2CO3 = [CO32-
] = ( )
= 7,99 x10–7
M
Q CaCO3 = [Ca2+
] [CO32–
]
= (7,99 x 10–4
) (7,99 x10–7
)
= 63,84 x 10–11
Karena Q < Ksp, maka pada percampuran belum
Menjawab
jawaban
yang salah
dan berurut
Menjawab
jawaban
yang benar
tetapi
hanya a
atau b saja
Menjawab
jawaban yang
benar tetapi
tidak berurut
Menjawab
jawaban
yang salah
dan tidak
berurut
Tidak
menulisk
an apa-
apa
121
direaksikan dengan,
a.0,10 mL larutan
Na2CO3 2,0x10–3
M,
dan
b.10 mg Na2CO3 (s)?
(Mr Na2CO3 = 106)
terjadi endapan
b. [Ca2+
] = 8 x 10–4
M
n Na2CO3 =
=
= 9,4 x 10–5
mol
[Na2CO3] =
=
= 3,76 x 10–3
M
[CO32-
] = 3,76 x 10–3
M
Q CaCO3 = [Ca2+
] [CO32–
]
= (8 x 10–4
) (3,76 x 10–3
)
= 30,08 x 10–7
= 3 x 10–6
karena Q > Ksp , maka pada percampuran itu
terjadi endapan.
122
Lampiran 5
KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN
(sebelum uji validitas)
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan lengkap, tepat dan jelas!
1. Pada larutan lewat jenuh terdapat ion-ion terlarut dan zat padat yang tak terlarut
sehingga terjadi kesetimbangan. Jelaskan reaksi kesetimbangan antara ion dan
zat padat dalam larutan jenuh!
2. Jelaskan mengapa bila garam dilarutkan ke dalam air dalam jumlah banyak,
garam tidak dapat terlarut semua dalam air?
3. Apakah yang akan terjadi jika ke dalam larutan AgCl jenuh ditambahkan AgNO3
atau NaCl? Jelaskan!
4. Tulislah reaksi kesetimbangan kelarutan garam dalam air dan rumusan tetapan
hasil kali kelarutan(Ksp) garam-garam berikut ini!
a. PbI2
b. Ag2SO4
c. Al(OH)3
d. Ba3(PO4)2
e. Ag3PO4
5. Jelaskan pengertian dari tetapan hasil kelarutan dan kelarutan! Dan tuliskan
reaksi kesetimbangan dan tetapan hasil kelarutan dari AxBy.
6. Ksp AgCl = 1,0 x 10-10
Ksp AgBr = 5,0x10-13
Ksp Ag2CO3 = 4,0x10-12
Ksp Ag2Cr2O4 = 2,0 x10-12
Susunlah keempat garam tersebut berdasarkan urutan semakin sukarnya
kelarutan garam dalam air? Berikan alasannya!
Nama : Nilai :
Kelas :
123
7. Tuliskan persamaan tetapan hasil kelarutan (Ksp) dari setiap garam berikut. Jika
kelarutan dinyatakan dengan s, bagaimanakah hubungan Ksp dengan nilai s dari
garam-garam tersebut?
a. PbBr2
b. Mg3(PO4)2
c. Na2CO3
d. AgI
8. Kelarutan AxBy dalam air adalah s mol L-1, hitunglah Ksp AxBy!
9. Pada suhu tertentu harga Ksp Ca(OH)2 = 4 x 10-12
, hitunglah harga kelarutan
Ca(OH)2 dalam air pada suhu tertentu dan massa Ca(OH)2 yang terlarut dalam
100 mL larutan. (Ar Ca=40, O=16, H=1)
10. Dalam 100 mL larutan CaSO4 terdapat 0,408 g CaSO4 (Mr CaSO4 = 136) yang
terlarut. Tentukan Ksp.
11. Pada Suhu tertentu, suhu tertentu kelarutan AgCl dalam air sebesar 1,435 mg/L.
a. Berapa Kelarutan AgCl dalam satuan mol/L jika Mr AgCl = 143,5?
b. Tentukan [Ag+] dan [Cl
-] dalam larutan jenuh AgCl tersebut.
c. Tentukan Ksp-nya.
12. Ksp Ag2CrO4 = 1 x 10-12
. Jika dalam larutan konsentrasi ion kromat (CrO4-2
) 1 x
10-4
mol/L, maka ion Ag+ yang dapat larut di dalamnya adalah….
13. Diketahui Ksp BaSO4 = 1,1 x 10-10
. Tentukan kelarutan BaSO4 dalam larutan-
larutan berikut ini
a. Larutan Ba(NO3)2 0,1 M
b. Larutan Na2SO4 0,05 M
14. Diketahui Ksp PbI2 = 1,35 x 10-9
. Tentukan kelarutan PbI2 dalam larutan-larutan
berikut.
a. Larutan Pb(NO3)2 0,01 M
b. Larutan NaI 0,1 M
15. Diketahui 500 mg AgBrO3 padat terdapat dalam 100 mL larutan KBrO3 0,1 M.
Jika larutan tersebut diencerkan menjadi 1 L dan Ksp AgBrO3 = 6x10-5
,
konsentrasi ion Ag+ adalah….
124
16. Pada suhu kamar diketahui Ksp senyawa H2A sebesar 3,2 x 10-5
. Tentukan pH
H2A dalam air.
17. Hasil kali kelarutan (Ksp) dari Mg(OH)2 = 1,2 x 10-11
. Bila larutan MgCl2 0,2 M
dinaikkan pHnya dengan jalan penambahan NaOH, maka endapan akan mulai
terbentuk pada pH kira-kira….
18. Larutan jenuh basa L(OH)3 mempunyai pH = 10. Nilai Ksp basa itu adalah….
19. Suatu larutan mengandung garam-garam Pb(NO3)2, Mn(NO3)2, dan Zn(NO3)2
masing-masing memiliki 0,01 M. pada larutan ini dilarutkan sejumlah NaOH
padat hingga pH larutan menjadi 8.
Jika Ksp Pb(OH)2 = 2,8 x 10-16
Ksp Mn(OH)2 = 4,5 x 10-14
Ksp Zn(OH)2 = 4,5 x 10-17
Hidroksida manakah yang akan mengendap?
20. Selidikilah dengan perhitungan, apakah pada percampuran 200 mL larutan
BaCl2 0,004 M dengan 600 mL K2SO4 0,008 M akan menghasilkan endapan
BaSO4 (Ksp BaSO4 = 1,1 x 10-1
)
21. Diketahui harga tetapan hasil kelarutan beberapa garam sulfat berikut
Ksp BaSO4 = 1,1 x 10-10
Ksp SrSO4 = 3,2 x 10-7
Ksp CaSO4 = 9,1 x 10-6
Jika ke dalam larutan yang mengandung ion Ba2+
, Sr2+
, Ca2+
yang berkonsentrasi
sama 0,02 M, ditambahkan Na2SO4 0,005 M, garam manakah yang akan
mengendap? Jelaskan!
22. Dalam 1000 mL larutan terdapat campuran garam-garam Ba(NO3)2, Sr(NO3)2,
Pb(NO3)2, yang konsentrasinya masing-masing 0,01 M. Ke dalam larutan
tersebut ditambahkan 81 mg Na2CrO4 (Mr =162). Pada suhu 25oC garam yang
mengendap adalah… (Ksp BaCrO4 = 2x10-10
, SrCrO4 = 3,6 x 10-5
, PbCrO4 = 1,8
x 10-14
).
23. Air sadah mengandung logam alkali tanah Ca2+
yang bereaksi dengan CO32-
membentuk CaCO3 (Ksp CaCO3 = 8,7x10-9
). Apakah terbentuk endapan CaCO3
125
jika 250 mL cuplikan air sadah dengan konsentrasi Ca2+
8x10-4
M direaksikan
dengan,
a. 0,10 mL larutan Na2CO3 2,0x10-3
M, dan
b. 10 mg Na2CO3 (s)? (Ar Na: 23, C: 12, O: 16)
126
Lampiran 6
Uji Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Beda (Anates)
DATA MENTAH =========== Jumlah Subyek= 20 Jumlah Butir Soal= 23 Nama berkas: D:\DINI\INSTRUMEN 2\ANALISIS INSTRUMEN\ANALISIS INSTRUMEN BARU.AUR Nomor Nomor No. Butir Baru -----> 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Urut Subyek No. Butir Asli ---> 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nama|Skor Ideal -> 3 3 3 3 3 3 4 3 4 1 1 A 2 2 3 3 3 2 4 1 2 2 2 B 2 1 1 3 3 2 4 1 4 3 3 C 2 1 1 3 3 2 1 0 4 4 4 D 1 2 3 3 3 1 4 2 3 5 5 E 1 1 3 3 3 1 4 1 4 6 6 F 1 2 3 3 3 2 3 1 4 7 7 G 2 2 3 3 2 1 2 1 0 8 8 H 3 3 3 3 2 2 4 3 4 9 9 I 0 1 0 3 1 2 4 3 4 10 10 J 1 3 1 2 3 1 1 0 3 11 11 K 1 3 2 3 3 2 4 1 4 12 12 L 3 1 3 3 3 2 2 1 0 13 13 M 2 3 0 3 2 3 4 1 3 14 14 N 1 3 2 2 3 1 1 3 1 15 15 O 0 2 1 2 1 1 3 1 0 16 16 P 1 3 2 3 2 1 2 1 3 17 17 Q 3 1 3 3 2 1 1 1 4 18 18 R 1 3 1 1 1 2 1 1 3 19 19 S 1 2 1 3 2 3 4 1 4 20 20 T 2 1 2 3 3 1 4 1 3 Nomor Nomor No. Butir Baru -----> 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Urut Subyek No. Butir Asli ---> 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Nama|Skor Ideal -> 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 1 1 A 4 2 1 5 2 0 4 1 4 2 4 4 3 5 2 2 B 4 1 1 3 2 1 1 1 4 1 4 1 1 1 3 3 C 4 1 2 1 1 0 1 0 4 1 2 3 1 0 4 4 D 4 1 1 1 1 0 2 0 4 1 2 3 1 0 5 5 E 4 2 1 3 3 1 3 1 3 0 1 1 0 1 6 6 F 4 2 1 2 3 4 1 4 1 0 1 1 1 0 7 7 G 3 1 0 1 1 0 3 1 4 1 2 2 1 1 8 8 H 4 4 3 1 1 0 4 0 4 0 1 1 0 0 9 9 I 4 4 3 1 2 1 2 1 4 1 3 3 1 1 10 10 J 4 1 3 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 11 11 K 3 2 3 1 1 0 4 1 3 1 1 4 1 2 12 12 L 4 3 3 5 5 1 1 1 4 0 1 1 0 1 13 13 M 4 1 2 4 3 1 4 2 3 2 1 4 2 3 14 14 N 0 1 2 1 0 0 4 0 4 0 1 1 0 0 15 15 O 0 1 0 0 1 0 2 1 2 1 2 1 2 0 16 16 P 2 1 2 1 0 0 1 1 4 0 4 1 2 1 17 17 Q 2 3 2 3 3 1 1 0 4 2 1 2 1 0
127
18 18 R 4 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 2 0 0 19 19 S 1 2 2 4 3 1 4 2 3 0 1 4 2 2 20 20 T 2 2 3 3 4 1 1 2 4 2 4 3 2 1 KELOMPOK UNGGUL & ASOR ====================== Kelompok Unggul Nama berkas: D:\DINI\INSTRUMEN 2\ANALISIS INSTRUMEN\ANALISIS INSTRUMEN BARU.AUR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 No Urt 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 B 57 2 1 1 3 3 2 4 1 4 4 2 13 M 57 2 3 0 3 2 3 4 1 3 4 3 1 A 55 2 2 3 3 3 2 4 1 2 4 4 20 T 54 2 1 2 3 3 1 4 1 3 2 5 19 S 52 1 2 1 3 2 3 4 1 4 1 Rata2 Skor 1.80 1.80 1.40 3.00 2.60 2.20 4.00 1.00 3.20 3.00 Simpang Baku 0.45 0.84 1.14 0.00 0.55 0.84 0.00 0.00 0.84 1.41 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 No Urt 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 1 2 B 57 1 1 3 2 1 4 2 3 2 1 4 3 5 2 13 M 57 1 2 4 3 1 4 2 3 2 1 4 2 3 3 1 A 55 2 1 5 2 0 4 1 4 2 3 4 0 1 4 20 T 54 2 3 3 4 1 1 2 4 2 4 3 2 1 5 19 S 52 2 2 4 3 1 4 2 3 0 1 4 2 2 Rata2 Skor 1.60 1.80 3.80 2.80 0.80 2.80 1.60 3.60 1.60 2.60 3.80 1.80 2.40 Simpang Baku 0.55 0.84 0.84 0.84 0.45 1.64 0.55 0.55 0.89 1.52 0.45 1.10 1.67 Kelompok Asor Nama berkas: D:\DINI\INSTRUMEN 2\ANALISIS INSTRUMEN\ANALISIS INSTRUMEN BARU.AUR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 No Urt 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 7 G 37 2 2 3 3 2 1 2 1 0 3 2 14 N 31 1 3 2 2 3 1 1 0 3 4 3 10 J 28 1 3 1 2 3 1 1 0 3 4 4 18 R 28 1 3 1 1 1 2 1 1 3 4 5 15 O 24 0 2 1 2 1 1 3 1 0 0 Rata2 Skor 1.00 2.60 1.60 2.00 2.00 1.20 1.60 1.20 1.40 2.20 Simpang Baku 0.71 0.55 0.89 0.71 1.00 1.20 1.60 1.20 1.40 2.20 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 No Urt 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 1 7 G 37 1 0 1 1 0 3 1 4 1 2 2 1 1 2 14 N 31 1 2 1 0 0 4 0 4 0 1 1 0 0 3 10 J 28 1 3 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 4 18 R 28 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 2 0 0 5 15 O 24 1 0 0 1 0 2 1 2 1 2 1 2 0 Rata2 Skor 1.00 1.20 0.40 0.80 0.20 2.20 0.40 2.40 0.80 1.40 1.20 0.60 0.20 Simpang Baku 0.00 1.30 0.55 0.45 0.45 1.30 0.55 1.52 0.45 0.55 0.84 0.89 0.45
128
DAYA PEMBEDA ============ Jumlah Subyek= 20 Klp atas/bawah(n)= 5 Butir Soal= 23 Un: Unggul; AS: Asor; SB: Simpang Baku Nama berkas: D:\DINI\INSTRUMEN 2\ANALISIS INSTRUMEN\ANALISIS INSTRUMEN BARU.AUR No No Btr Asli Rata2Un Rata2As Beda SB Un SB As SB Gab t DP(%) 1 1 1.80 1.00 0.80 0.45 0.71 0.37 2.14 26.67 2 2 1.80 2.60 -... 0.84 0.55 0.45 -... -26.67 3 3 1.40 1.60 -... 1.14 0.89 0.65 -... -6.67 4 4 3.00 2.00 1.00 0.00 0.71 0.32 3.16 33.33 5 5 2.60 2.00 0.60 0.55 1.00 0.51 1.18 20.00 6 6 2.20 1.20 1.00 0.84 0.45 0.42 2.36 33.33 7 7 4.00 1.60 2.40 0.00 0.89 0.40 6.00 60.00 8 8 1.00 1.20 -... 0.00 1.10 0.49 -... -6.67 9 9 3.20 1.40 1.80 0.84 1.52 0.77 2.32 45.00 10 10 3.00 2.20 0.80 1.41 2.05 1.11 0.72 20.00 11 11 1.60 1.00 0.60 0.55 0.00 0.24 2.45 12.00 12 12 1.80 1.20 0.60 0.84 1.30 0.69 0.87 15.00 13 13 3.80 0.40 3.40 0.84 0.55 0.45 7.60 68.00 14 14 2.80 0.80 2.00 0.84 0.45 0.42 4.71 40.00 15 15 0.80 0.20 0.60 0.45 0.45 0.28 2.12 15.00 16 16 2.80 2.20 0.60 1.64 1.30 0.94 0.64 15.00 17 17 1.60 0.40 1.20 0.55 0.55 0.35 3.46 30.00 18 18 3.60 2.40 1.20 0.55 1.52 0.72 1.66 30.00 19 19 1.60 0.80 0.80 0.89 0.45 0.45 1.79 20.00 20 20 2.60 1.40 1.20 1.52 0.55 0.72 1.66 30.00 21 21 3.80 1.20 2.60 0.45 0.84 0.42 6.13 65.00 22 22 1.80 0.60 1.20 1.10 0.89 0.63 1.90 30.00 23 23 2.40 0.20 2.20 1.67 0.45 0.77 2.84 44.00 TINGKAT KESUKARAN ================= Jumlah Subyek= 20 Butir Soal= 23 Nama berkas: D:\DINI\INSTRUMEN 2\ANALISIS INSTRUMEN\ANALISIS INSTRUMEN BARU.AUR No Butir Baru No Butir Asli Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran 1 1 46.67 Sedang 2 2 73.33 Mudah 3 3 50.00 Sedang 4 4 83.33 Mudah 5 5 76.67 Mudah 6 6 56.67 Sedang 7 7 70.00 Sedang 8 8 36.67 Sedang 9 9 57.50 Sedang
129
10 10 65.00 Sedang 11 11 26.00 Sukar 12 12 37.50 Sedang 13 13 42.00 Sedang 14 14 36.00 Sedang 15 15 12.50 Sangat Sukar 16 16 62.50 Sedang 17 17 25.00 Sukar 18 18 75.00 Mudah 19 19 30.00 Sukar 20 20 50.00 Sedang 21 21 62.50 Sedang 22 22 30.00 Sukar 23 23 26.00 Sukar KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL ================================= Jumlah Subyek= 20 Butir Soal= 23 Nama berkas: D:\DINI\INSTRUMEN 2\ANALISIS INSTRUMEN\ANALISIS INSTRUMEN BARU.AUR No Butir Baru No Butir Asli Korelasi Signifikansi 1 1 0.422 Signifikan 2 2 -0.328 - 3 3 0.081 - 4 4 0.758 Sangat Signifikan 5 5 0.315 - 6 6 0.556 Sangat Signifikan 7 7 0.718 Sangat Signifikan 8 8 0.104 - 9 9 0.430 Signifikan 10 10 0.363 - 11 11 0.431 Signifikan 12 12 0.297 - 13 13 0.739 Sangat Signifikan 14 14 0.577 Sangat Signifikan 15 15 0.294 - 16 16 0.274 - 17 17 0.443 Signifikan 18 18 0.448 Signifikan 19 19 0.288 - 20 20 0.185 - 21 21 0.690 Sangat Signifikan 22 22 0.307 - 23 23 0.618 Sangat Signifikan Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut: df (N-2) P=0,05 P=0,01 df (N-2) P=0,05 P=0,01 10 0,576 0,708 60 0,250 0,325 15 0,482 0,606 70 0,233 0,302 20 0,423 0,549 80 0,217 0,283 25 0,381 0,496 90 0,205 0,267 30 0,349 0,449 100 0,195 0,254 40 0,304 0,393 125 0,174 0,228
130
50 0,273 0,354 >150 0,159 0,208 Bila koefisien = 0,000 berarti tidak dapat dihitung. REKAP ANALISIS BUTIR ===================== Rata2= 43.80 Simpang Baku= 10.10 KorelasiXY= 0.71 Reliabilitas Tes= 0.83 Butir Soal= 23 Jumlah Subyek= 20 Nama berkas: D:\DINI\INSTRUMEN 2\ANALISIS INSTRUMEN\ANALISIS INSTRUMEN BARU.AUR No No Btr Asli T DP(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi 1 1 2.14 26.67 Sedang 0.422 Signifikan 2 2 -... -2... Mudah -0.328 - 3 3 -... -6.67 Sedang 0.081 - 4 4 3.16 33.33 Mudah 0.758 Sangat Signifikan 5 5 1.18 20.00 Mudah 0.315 - 6 6 2.36 33.33 Sedang 0.556 Sangat Signifikan 7 7 6.00 60.00 Sedang 0.718 Sangat Signifikan 8 8 -... -6.67 Sedang 0.104 - 9 9 2.32 45.00 Sedang 0.430 Signifikan 10 10 0.72 20.00 Sedang 0.363 - 11 11 2.45 12.00 Sukar 0.431 Signifikan 12 12 0.87 15.00 Sedang 0.297 - 13 13 7.60 68.00 Sedang 0.739 Sangat Signifikan 14 14 4.71 40.00 Sedang 0.577 Sangat Signifikan 15 15 2.12 15.00 Sangat Sukar 0.294 - 16 16 0.64 15.00 Sedang 0.274 - 17 17 3.46 30.00 Sukar 0.443 Signifikan 18 18 1.66 30.00 Mudah 0.448 Signifikan 19 19 1.79 20.00 Sukar 0.288 - 20 20 1.66 30.00 Sedang 0.185 - 21 21 6.13 65.00 Sedang 0.690 Sangat Signifikan 22 22 1.90 30.00 Sukar 0.307 - 23 23 2.84 44.00 Sukar 0.618 Sangat Signifikan
131
Lampiran 7
Kelompok Atas dan Kelompok Bawah
Program : ANATES uraian Versi 4.0.5
Kelompok Atas
No Nama
Subyek Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 B 57 2 1 1 3 3 2 4 1 4 4 1 1 3 2 1
2 M 57 2 3 0 3 2 3 4 1 3 4 1 2 4 3 1
3 A 55 2 2 3 3 3 2 4 1 2 4 5 1 4 2 0
4 T 54 2 1 2 3 3 1 4 1 3 2 2 3 3 4 1
5 S 52 1 2 1 3 2 3 4 1 4 1 2 2 4 3 1
Rata-rata skor 1,80 1,80 1,40 3,00 2,60 2,20 4,00 1,00 3,20 3,00 1,60 1,80 3,80 2,80 0,80
Simpang baku 0,45 0,84 1,14 0,00 0,55 0,84 0,00 0,00 0,84 1,41 0,55 0,84 0,84 0,84 0,45
No Nama
Subyek Skor 16 17 18 19 20 21 22 23
1 B 57 1 1 4 2 4 4 3 5
2 M 57 4 2 3 2 1 4 2 3
3 A 55 4 1 4 2 3 4 0 1
4 T 54 1 2 4 2 4 3 2 1
5 S 52 4 2 3 0 1 4 2 2
Rata-rata skor 2,80 1,60 3,60 1,60 2,60 3,80 1,80 2,40
Simpang baku 1,64 1,64 0,55 0,55 1,52 0,45 1,10 1,67
132
Kelompok Bawah
No Nama
Subyek Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 G 37 1 2 3 3 2 1 2 1 0 3 1 0 1 1 0
2 N 31 2 3 2 2 3 1 1 3 1 0 1 2 1 0 0
3 R 28 1 3 1 2 3 1 1 0 3 4 1 3 0 1 0
4 J 28 1 3 1 1 1 2 1 1 3 4 1 1 0 1 1
5 O 24 1 2 1 2 1 1 3 1 0 0 1 0 0 1 0
Rata-rata skor 1,00 2,60 1,60 2,00 2,00 1,20 1,60 1,20 1,40 2,20 1,00 1,20 0,40 0,80 0,20
Simpang baku 0,71 0,55 0,89 0,71 1,00 0,45 0,89 1,10 1,52 2,05 0,00 1,30 0,55 0,45 0,45
No Nama
Subyek Skor 16 17 18 19 20 21 22 23
1 G 3 1 4 1 2 2 1 1
2 N 4 0 4 0 1 1 0 0
3 J 1 0 1 1 1 0 0 0
4 R 1 0 1 1 1 2 0 0
5 O 2 1 2 1 2 1 2 0
Rata-rata skor 1,00 0,40 1,40 0,80 1,40 1,20 0,60 0,25
Simpang baku 0,00 0,55 1,52 0,45 0,55 0,84 0,89 0,45
133
Lampiran 8
VALIDITAS
Jumlah Subyek : 20
Butir Soal : 23
t tabel : 0,415
Program : ANATES uraian Versi 4.0.5.
No. Butir
Soal Korelasi Signifikansi
1 0,422 Valid
2 -0,382 Tidak Valid
3 0,081 Tidak Valid
4 0,758 Valid
5 0,315 Tidak Valid
6 0.556 Valid
7 0.718 Valid
8 0,104 Tidak Valid
9 0,430 Valid
10 0.363 Tidak Valid
11 0.431 Valid
12 0.297 Tidak Valid
13 0,739 Valid
14 0.577 Valid
15 0.294 Tidak Valid
16 0,274 Tidak Valid
17 0.443 Valid
18 0,448 Valid
19 0,288 Tidak Valid
20 0.185 Tidak Valid
21 0,690 Valid
22 0,307 Tidak Valid
23 0,618 Valid
134
Lampiran 9
RELIABILITAS
Rata - rata : 43,80
Simpang Baku : 10,10
KorelasiXY : 0,71
Reliabilitas Tes : 0,83
Program : ANATES uraian Versi
4.0.5.
Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total
A 29 26 55
B 31 26 57
C 16 23 39
D 20 23 43
E 24 21 45
F 27 20 47
G 16 21 37
H 22 28 50
I 21 28 49
J 11 17 28
K 25 25 50
L 23 25 48
M 28 29 57
N 11 20 31
O 9 15 24
P 15 23 38
Q 24 20 44
R 12 16 28
S 27 25 52
T 28 26 54
135
Lampiran 10
TINGKAT KESUKARAN
Jumlah subyek : 20
Butir soal : 23
No Butir
Asli Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran
1 46,67 Sedang
2 73,33 Mudah
3 50,00 Sedang
4 73,33 Mudah
5 76,67 Mudah
6 56,67 Sedang
7 70,00 Sedang
8 36,67 Sedang
9 57,50 Sedang
10 65,00 Sedang
11 26,00 Sukar
12 37,50 Sedang
13 42,00 Sedang
14 36,00 Sedang
15 12,50 Sangat sukar
16 62,50 Sedang
17 25,00 Sukar
18 75,00 Mudah
19 30,00 Sedang
20 50,00 Sedang
21 62,50 Sedang
22 30,00 Sukar
23 26,00 Sukar
136
Lampiran 11
DAYA PEMBEDA
Jumlah Subyek : 20
Kelompok atas/bawah : 5
Butir Soal : 23
Program : ANATES uraian Versi 4.0.5.
No Btr
Asli Rata2Un Rata2As Beda SB Un SB As
SB
Gab t DP (%)
1 1.80 1.00 0.80 0.45 0.71 0.37 2.14 26.67
2 1.80 2.60 -… 0.84 0.55 0.45 -… -26.67
3 1.40 1.60 -… 1.14 0.89 0.65 -… -6.67
4 3.00 2.00 1.00 0.00 0.71 0.32 3.16 33.33
5 2.60 2.00 0.60 0.55 1.00 0.51 1.18 20.00
6 2.20 1.20 1.00 0.84 0.45 0.42 2.36 33.33
7 4.00 1.60 2.40 0.00 0.89 0.40 6.00 60.00
8 1.00 1.20 -… 0.00 1.10 0.49 -… -6.67
9 3.20 1.40 1.80 0.84 1.52 0.777 2.32 45.00
10 3.00 2.20 0.80 1.41 2.05 1.11 0.72 20.00
11 1.60 1.00 0.60 0.55 0.00 0.24 2.45 12.00
12 1.80 1.20 0.60 0.84 1.30 0.69 0.87 15.00
13 3.80 0.40 3.40 0.84 0.55 0.45 7.60 68.00
14 2.80 0.80 2.00 0.84 0.45 0.42 4.71 40.00
15 0.80 0.20 0.60 0.45 0.45 0.28 2.12 15.00
16 2.80 2.20 0.60 1.64 1.30 0.94 0.64 15.00
17 1.60 0.40 1.20 0.55 0.55 0.35 3.46 30.00
18 3.60 2.40 1.20 0.55 1.52 0.72 1.66 30.00
19 1.60 0,80 0.80 0.89 0.45 0.45 1.79 20.00
20 2.60 1.40 1.20 1.52 0.55 0.72 1.66 30.00
21 3.80 1.20 2.60 0.45 0.84 0.42 6.13 65.00
22 1.80 0.60 1.20 1.10 0.89 0.63 1.90 30.00
23 2.40 0.20 2.20 1.67 0.45 0.77 2.84 44.00
137
Lampiran 12
KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan lengkap, tepat dan jelas!
1. Pada larutan lewat jenuh terdapat ion-ion terlarut dan zat padat yang tak terlarut
sehingga terjadi kesetimbangan. Jelaskan reaksi kesetimbangan antara ion dan
zat padat dalam larutan jenuh!
2. Tulislah persamaan reaksi kesetimbangan kelarutan garam dalam air dan tetapan
hasil kali kelarutan(Ksp) garam-garam berikut ini!
a. PbI2
b. Ag2SO4
c. Al(OH)3
d. Ba3(PO4)2
e. Ag3PO4
3. Ksp AgCl = 1,0 x 10-10
Ksp AgBr = 5,0x10-13
Ksp Ag2CO3 = 4,0x10-12
Ksp Ag2Cr2O4 = 2,0 x10-12
Susunlah keempat garam tersebut berdasarkan urutan semakin sukarnya
kelarutan garam dalam air? Berikan alasannya!
4. Tuliskan persamaan Ksp dari setiap gram berikut. Jika kelarutan dinyatakan
dengan s, bagaimanakah hubungan Ksp dengan nilai s dari garam-garam
tersebut?
a. PbBr2
b. Mg3(PO4)2
c. Na2CO3
d. AgI
5. Pada Suhu tertentu, suhu tertentu kelarutan AgCl dalam air sebesar 1,435 mg/L.
a. Berapa Kelarutan AgCl dalam satuan mol/L jika Mr AgCl = 143,5?
b. Tentukan [Ag+] dan [Cl
-] dalam larutan jenuh AgCl tersebut.
c. Tentukan Ksp-nya.
6. Diketahui Ksp BaSO4 = 1,1 x 10-10
. Tentukan kelarutan BaSO4 dalam larutan-
larutan berikut ini
a. Larutan Ba(NO3)2 0,1 M
b. Larutan Na2SO4 0,05 M
7. Hasil kali kelarutan (Ksp) dari Mg(OH)2 = 1,2 x 10-11
. Bila larutan MgCl2 0,2 M
dinaikkan pHnya dengan jalan penambahan NaOH, maka endapan akan mulai
terbentuk pada pH kira-kira…. (log 6 = 0,778; log 7 = 0,845; log 8 = 0,9)
Nama : Nilai :
Kelas :
138
Lampiran 12
KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN
8. Larutan jenuh basa L(OH)3 mempunyai pH = 10. Nilai Ksp basa itu adalah….
9. Diketahui harga tetapan hasil kelarutan beberapa garam sulfat berikut
Ksp BaSO4 = 1,1 x 10-10
Ksp SrSO4 = 3,2 x 10-7
Ksp CaSO4 = 9,1 x 10-6
Jika ke dalam larutan yang mengandung ion Ba2+
, Sr2+
, Ca2+
yang berkonsentrasi
sama 0,02 M, ditambahkan Na2SO4 0,005 M, garam manakah yang akan
mengendap? Jelaskan!
10. Air sadah mengandung logam alkali tanah Ca2+
yang bereaksi dengan CO32-
membentuk CaCO3 (Ksp CaCO3 = 8,7x10-9
). Apakah terbentuk endapan CaCO3
jika 250 mL cuplikan air sadah dengan konsentrasi Ca2+
8x10-4
M direaksikan
dengan,
a. 0,10 mL larutan Na2CO3 2,0x10-3
M, dan
b. 10 mg Na2CO3 (s)? (Ar Na= 23, C= 12, O = 16)
139
Lampiran 13
Indikator 1indikator 2 indikator 4indaktor 5 indikator 6 JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SKOR
A 3 3 3 4 5 4 4 3 3 1 33 82.5
B 3 3 3 3 4 3 4 4 3 2 32 80
C 3 2 3 2 5 4 3 4 3 2 31 77.5
D 3 3 2 4 5 5 4 4 4 4 38 95
E 2 3 2 3 5 3 3 2 4 3 30 75
F 2 3 1 4 4 4 3 4 4 2 31 77.5
G 3 3 3 4 5 3 3 3 3 3 33 82.5
H 3 3 3 4 5 5 4 2 3 1 33 82.5
I 3 3 3 3 3 3 4 2 3 2 29 72.5
J 3 3 3 4 5 3 3 4 3 2 33 82.5
K 2 3 2 4 5 3 3 2 4 1 29 72.5
L 3 3 3 4 2 4 3 4 4 3 33 82.5
M 3 3 2 2 5 5 3 2 4 2 31 77.5
N 3 3 3 4 5 5 4 3 3 2 35 87.5
O 3 3 2 4 5 3 4 4 3 2 33 82.5
P 3 3 3 4 4 4 3 2 2 2 30 75
Q 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 31 77.5
R 3 2 2 2 5 3 3 2 3 1 26 65
S 2 2 1 2 5 3 3 4 3 1 26 65
T 2 3 2 4 5 5 3 4 2 2 32 80
U 3 3 3 4 5 5 4 4 3 3 37 92.5
V 2 3 3 4 5 5 2 3 3 3 33 82.5
W 3 3 3 4 4 3 3 4 3 2 32 80
X 3 3 3 3 5 4 3 4 3 2 33 82.5
Y 2 3 2 4 3 4 2 4 4 2 30 75
Z 2 3 3 4 5 3 3 3 4 2 32 80
AA 3 3 2 4 5 5 3 4 3 2 34 85
AB 3 3 2 4 5 3 3 4 3 2 32 80
AC 2 2 1 2 5 3 2 4 3 1 25 62.5
AD 2 2 2 4 5 4 2 2 4 3 30 75
AE 2 3 3 4 4 3 3 3 4 3 32 80
AF 3 3 2 4 4 3 3 2 4 2 30 75
AG 3 3 1 2 5 2 3 2 1 2 24 60
AH 2 3 2 4 5 5 2 4 2 1 30 75
AI 2 3 2 2 4 4 2 3 4 1 27 67.5
AJ 3 3 3 3 5 5 3 4 2 4 35 87.5
AK 2 3 3 3 2 5 3 4 4 2 31 77.5
AL 2 3 3 4 5 4 2 3 3 3 32 80
AM 2 3 3 2 5 4 3 3 2 4 31 77.5
AN 3 3 2 3 4 4 4 4 4 3 34 85
JUMLAH 104 115 97 137 180 153 122 131 127 87 1253 3132.5
RATA-RATA 86.67 95.83 80.83 85.63 90 76.5 76.25 81.88 79.38 72.50 78.31
Rata2 indikator 83.23 77.92
HASIL POSTTEST PEMAHAMAN KONSEP
RESPONDENindikator 3 indikator 7
NILAI
140
Lampiran 14
Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi
1. Menentukan daftar distribusi frekuensi
a. Data nilai siswa
60 62,5 65 65 67,5 72,5 72,5 75
75 75 75 75 75 77,5 77,5 77,5
77,5 77,5 77,5 80 80 80 80 80
80 80 82,5 82,5 82,5 82,5 82,5 82,5
82,5 82,5 85 85 87,5 87,5 92,5 95
b. Menentukan rentang kelas
J = Xmax - Xmin
= 95 – 60
=35
c. Menentukan banyak kelas
k = 1 + 3,3 log 40
= 1 + 3,3 (1,602)
= 1 + 5,2866
= 6,28
= 6/7
d. Menentukan panjang kelas
e. Tabel distribusi frekuensi
Distribusi Frekuensi Nilai Posttest eksperimen
Nilai fi fk xi fixi xi2 fixi
2
60 – 65 4 4 62,5 250 3906.25 15625
66 – 71 1 5 68,5 68,5 4692.25 4692.25
72 – 77 8 13 74,5 596 5550.25 44402
78 – 83 21 34 80,5 1690,5 6480.25 136085.3
84 – 89 4 38 87,5 350 7656.25 30625
90 – 95 2 40 92,5 185 8556.25 17112.5
∑=40 3140 248542
2. Menentukan nilai mean, median, modus dan simpangan baku
a. Nilai mean
( x ) ∑ ∑
b. Nilai median
( ) (
) (
)
141
c. Nilai modus
( ) (
) (
)
d. Nilai simpangan baku
( ) √ ∑
(∑ )
( ) √
( ) ( )
( )