pengaruh penerapan model pembelajaran … filepembelajaran kooperatif tipe team assisted...
TRANSCRIPT
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION
(TAI) TERHADAP KEMAMPUAN MENGAPLIKASI DAN
MENGANALISIS SISWA KELAS V
SD KANISIUS WIROBRAJAN 1 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Falentina Ruri Prasetyo
NIM: 141134044
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Karya Ilmiah ini Penulis persembahkan untuk:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, sumber pengharapan dan kasih
sejati.
2. Kedua orang tuaku terkasih Marcelinus Petrus Sugiyono dan Chatarina
Martinah yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dengan penuh
ketulusan.
3. Kakakku Silvanus Anggi Prasetyo yang telah memberikan dukungan dan
semangat.
4. Sahabat-sahabatku Theresia Triwiyanti, Brigita Sukma Wijayanti, dan
Dyan Enggaringtyas yang senantiasa berjuang bersama, saling menyayangi
dan menyemangati.
5. Teman Kolaboratif satu payung Theresia Triwiyanti dan Valentina Galuh
Sunaryati yang senantiasa memberikan dorongan yang positif.
6. Almamaterku yang selalu kubanggakan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Bersiaplah dengan baik, lakukan yang terbaik, maka kau akan menjadi orang
yang baik”
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan
kepadaku”
(Amsal 4:13)
“Jangan hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam
segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan
syukur”
(Filipin 4:6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
daftar kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 22 Februari 2018
Penulis
Falentina Ruri Prasetyo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Falentina Ruri Prasetyo
Nomor Mahasiswa : 141134044
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP
KEMAMPUAN MENGAPLIKASI DAN MENGANALISIS SISWA KELAS V
SD KANISIUS WIROBRAJAN 1 YOGYAKARTA”, beserta perangkat yang
diperlukan (bila ada).
Dengan demikian saya berikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma
hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya
dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 22 Februari 2018
Yang Menyatakan
Falentina Ruri Prasetyo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP
KEMAMPUAN MENGAPLIKASI DAN MENGANALISIS SISWA KELAS V
SD KANISIUS WIROBRAJAN 1 YOGYAKARTA
Falentina Ruri Prasetyo
Universitas Sanata Dharma 2018
Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap rendahnya tingkat literasi IPA siswa Indonesia pada penelitian PISA tahun 2012 dan 2015.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD
Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta pada semester gasal tahun ajaran 2017/2018. Penelitian ini menggunakan penelitian quasi experimental design tipe
pretest-posttest non-equivalent group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta sebanyak 58 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari 29 siswa kelas VB sebagai kelompok eksperimen
dan 29 siswa kelas VA sebagai kelompok kontrol. Treatment yang diterapkan di kelompok eksperimen adalah model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI). Ada 8 langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) yaitu (1) placement test, (2) teams, (3) teaching group, (4) student creative, (5) team study, (6) test, (7) team scores and
team recognition, (8) whole-class unit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Model pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualization (TAI) berpengaruh terhadap kemampuan mengaplikasi. Rerata selisih skor pada kelompok eksperimen (M = 1,18; SE = 0,06) lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (M = 0,63; SE = 0,11).
Perbedaan tersebut signifikan dengan harga t(56) = -4,171 dan p = 0,000 (p < 0,05). Besar pengaruh sebesar r = 0,49 atau setara dengan 24% termasuk kategori
menengah. 2) Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) berpengaruh terhadap kemampuan menganalisis. Rerata selisih skor pada kelompok eksperimen (M = 1,05; SE = 0,08) lebih tinggi
dibandingkan kelompok kontrol (M = 0,71; SE = 0,10). Perbedaan tersebut signifikan dengan harga t(56) = -2,608 dan p = 0,012 (p < 0,05). Besar pengaruh
sebesar r = 0,33 atau setara dengan 11% termasuk kategori menengah. Kata kunci: Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI), kemampuan mengaplikasi, kemampuan menganalisis, dan mata pelajaran IPA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE EFFECT OF IMPLEMENTATION COOPERATIVE LEARNING ON
THE TYPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TO THE
ABILITY AND ANALYZE FOR THE FIFTH GRADE STUDENTS IN
KANISIUS WIROBRAJAN 1 YOGYAKARTA EMENTARY SCHOOL
Falentina Ruri Prasetyo Sanata Dharma University
2018
The background of the study showed that lack of science ability in
Indonesia according to PISA 2012 and 2015 research. This study aimed was to know the effect of implementation cooperatife learning model on the type Team Assisted Individualization (TAI) on the ability of apply and analyze in science
subject of fifth grade at Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta elementary school. This study used experimental type pretest-posttest non-equivalent control
group design method. The participants were 58 students of 5th grades at Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta elementary school. Class VA was the control group which consisted of 29 students and class VB was the experiment group which
consisted of 29 students. The treatment for the experimental group was cooperative learning model on the type Team Assisted Individualization (TAI). There were 8 steps in coperative learning model on the type Team Assisted
Individualization (TAI) including (1) placement test, (2) teams, (3) teaching group, (4) student creative, (5) team study, (6) test, (7) team scores and team
recognition, (8) whole-class unit. The result of this study showed that 1) cooperative learning model on the
type Team Assisted Individualization (TAI) affected on the ability to apply. The
average of difference score from experimental group (M = 1,18; SE = 0,06) was higher than the average of difference score from the control group (M = 0,63; SE
= 0,11). The difference was significant with t(56) = -4,171 and p = 0,000 (p < 0,05). The effect size that r = 0,49 as same as 24% which categorized as medium effect. 2) cooperative learning model on the type Team Assisted Individualization
(TAI) affects on the ability analyze. The average of score differences from experimental group (M = 0,71; SE = 0,08) was higher than the average of score
difference from the control group (M = 0,71; SE = 0,10). The difference was significant with t(56) = -2,608 and p = 0,012 (p < 0,05). The effect size was 0,33 as same as 11%. which categorized as medium effect.
Key words: Cooperative learning on the type was Team Assisted Individualization
(TAI), ability to apply, ability to analyze, and science.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu.
Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP KEMAMPUAN
MENGAPLIKASI DAN MENGANALISIS SISWA KELAS V SD KANISIUS
WIROBRAJAN 1 YOGYAKARTA” disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. selaku Dosen Pembimbing I
yang telah membimbing dan mendukung dengan sabar dan bijaksana.
5. Agnes Herlina Dwi H., S.Si., M.T., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing II yang
telah membimbing dengan penuh kesabaran.
6. Andri Anugrahana, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing III yang
memberikan saran perbaikan dengan penuh bijaksana.
7. Ernawati, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta
yang telah memberikan ijin melakukan penelitian.
8. MM. Sri Wahyuni, S.Pd. selaku guru mitra yang telah membantu pelaksanaan
penelitian, sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.
9. Siswa kelas VA dan VB SD Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta tahun ajaran
2017/2018 yang telah bersedia terlibat dalam penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
10. Sekretaris PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah
membantu proses perijinan penelitian skripsi.
11. Kedua orang tuaku, Marcelinus Petrus Sugiyono dan Chatarina Martinah
yang dengan sabar selalu mendukung dan menyertai perjuanganku selalui
doa, kasih sayang, perhatian, dan nasihat.
12. Kakakku Silvanus Anggi Prasetyo yang selalu memberikan doa, dukungan,
dan semangat.
13. Sahabat-sahabatku yang tergabung dalam penelitian kolaboratif payung
(Brigita, Tere, Pipit, Ratna, Galih, Galuh, Ria, Ana, Suster Yosefa, Beki,
Benita, Tina, Siska, Rena, Al, Lina, Arin, Ayudya, Sinta).
14. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu namun telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna karena keterbatasan
kemampuan penulis, Segala kritik dan saran yang membangun akan penulis
terima dengan senang hati. Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi dunia pendidikan dan para pembaca.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO........................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.............................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT........................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .......................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTRA TABEL .............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 7 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7 1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7
1.5 Definisi Operasional .................................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI............................................................................. 10
2.1 Kajian Pustaka............................................................................................ 10 2.1.1 Teori yang Mendukung ...................................................................... 10
2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak ........................................................... 10 2.1.1.2 Model Pembelajaran ..................................................................... 14
2.1.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif ................................................... 15 2.1.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif tipe TAI .................................... 18 2.1.1.5 Taksonomi Bloom ........................................................................ 21
2.1.1.6 Proses Kognitif Mengaplikasi dan Menganalisis ......................... 24 2.1.1.7 Pembelajaran IPA ......................................................................... 26
2.1.1.8 Materi IPA .................................................................................... 27 2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................... 29
2.2.1 Penelitian-penelitian Mengenai Team Assisted Individualization ...... 29
2.2.2 Penelitian tentang Kemampuan Mengaplikasi dan Menganalisis ...... 31 2.2.3 Literature Map ..................................................................................... 34
2.3 Kerangka Berpikir...................................................................................... 34 2.4 Hipotesis Penelitian ................................................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................... 37
3.1 Jenis Penelitian........................................................................................... 37
3.2 Setting Penelitian ....................................................................................... 39 3.2.1 Lokasi Penelitian ................................................................................ 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
3.2.2 Waktu Penelitian ................................................................................ 39
3.3 Populasi dan Sampel .................................................................................. 40 3.4 Variabel Penelitian ..................................................................................... 42
3.4.1 Variabel Independen........................................................................... 42 3.4.2 Variabel Dependen ............................................................................. 42
3.5 Teknik Pengumpulan Data......................................................................... 43
3.6 Instrumen Penelitian .................................................................................. 45 3.7 Teknik Pengujian Instrumen ...................................................................... 46
3.7.1 Uji Validitas........................................................................................ 46 3.7.1.1 Validitas Permukaan ..................................................................... 46 3.7.1.2 Validitas Isi ................................................................................... 47
3.7.1.3 Validitas konstruk ......................................................................... 48 3.7.2 Uji Reliabilitas .................................................................................... 49
3.8 Teknik Analisis Data.................................................................................. 50 3.8.1 Uji Pengaruh Perlakuan ...................................................................... 50
3.8.1.1 Uji Asumsi .................................................................................... 50
3.8.1.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ................................................ 52 3.8.1.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ............................................ 53
3.8.1.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ...................................................... 55 3.8.2 Analisis Lebih Lanjut ......................................................................... 56
3.8.2.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I .. 56
3.8.2.2 Uji Bsar Efek Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I .................. 58 3.8.2.3 Uji Korelasi Antara Rerata Skor Pretest ke Posttest I ................. 58
3.8.2.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ................................................... 59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 61
4.1 Hasil Penelitian .......................................................................................... 61 4.1.1 Implementasi Penelitian ..................................................................... 61
4.1.1.1 Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian ................................... 61 4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran ......................................... 62
4.1.2 Deskripsi Sebaran Data ...................................................................... 68
4.1.2.1 Kemampuan Mengaplikasi ........................................................... 68 4.1.2.2 Kemampuan Menganalisis ........................................................... 70
4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I .......................................................... 72 4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data ..................................................... 73 4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ................................................ 74
4.1.3.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ............................................ 76 4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ...................................................... 78
4.1.3.5 Analisis Lebih Lanjut ................................................................... 79 4.1.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II ......................................................... 85
4.1.4.1 Uji Normalitas Distribusi Data ..................................................... 85
4.1.4.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ................................................ 86 4.1.4.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ............................................ 88
4.1.4.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ...................................................... 90 4.1.4.5 Analisis Lebih Lanjut .................................................................... 91
4.2 Pembahasan .............................................................................................. 96
4.2.1 Ancaman terhadap Validitas Internal Penelitian ................................ 96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
4.2.2 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TAI terhadap
Kemampuan Mengaplikasi ............................................................... 103 4.2.3 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TAI terhadap
Kemampuan Menganalisis ............................................................... 105 4.2.4 Pembahasan Lebih Lnjut ................................................................... 108
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 112
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 112
5.2 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 113 5.3 Saran ....................................................................................................... 113
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 114
LAMPIRAN ...................................................................................................... 119
CURRICULUM VITAE .................................................................................... 197
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif TAI......................................20
Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data .........................................................................40 Tabel 3.2 Pemetaan Instrumen Penelitian ...............................................................44
Tabel 3.3 Matriks Pengembangan Instrumen ............................................................45 Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas ...................................................................................48 Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas ...............................................................................49
Tabel 3.6 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan ...........................................................55 Tabel 4.1 Sebaran Data Kelompok Kontrol ..............................................................68
Tabel 4.2 Sebaran Data Kelompok Eksperimen ........................................................69 Tabel 4.3 Sebaran Data Kelompok Kontrol ..............................................................70 Tabel 4.4 Sebaran Data Kelompok Eksperimen ........................................................71
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Distribusi ...............................................................73 Tabel 4.6 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians .................................................75
Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest ..........................................................75 Tabel 4.8 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians ...................................................76 Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ...............................................77
Tabel 4.10 Hasil Uji Effect Size ...............................................................................79 Tabel 4.11 Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I .......................................79
Tabel 4.12 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ................81 Tabel 4.13 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I..........................82 Tabel 4.14 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ....................................................83
Tabel 4.15 Hasil Uji signifikan Skor Pretest dan Posttest II....................................84 Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data......................................................86
Tabel 4.17 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians .................................................87 Tabel 4.18 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest ........................................................87 Tabel 4.19 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians .................................................89
Tabel 4.20 Hasil Uji Signifikan Pengaruh Perlakuan................................................89 Tabel 4.21 Hasil Uji effect size .................................................................................91
Tabel 4.22 Peningkatan Rerata Skor Pretest ke posttest I........................................91 Tabel 4.23 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Skor dari Pretest ke Posttest I .........93 Tabel 4.24 Hasil Uji Korelasi antara rerata Pretest dan Posttest I ...........................94
Tabel 4.25 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ....................................................95 Tabel 4.26 Hasil Uji Signifikansi Skor Pretest ke Posttest II ..................................96
Tabel 4.27 Ancaman dalam penelitian .................................................................... 102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Perubahan Pradigma Taksonomi Bloom Lama dan Baru ................ 22 Gambar 2.2 Dimensi Proses Kognitif.................................................................... 24
Gambar 2.3 Proses Siklus Air ............................................................................... 27 Gambar 2.4 Literature Map ................................................................................... 34 Gambar 3.1 Rumus Pengaruh Perlakuan ............................................................... 38
Gambar 3.2 Desain Penelitian ............................................................................... 38 Gambar 3.3 Pemetaan Variabel Penelitian ............................................................ 43
Gambar 3.4 Rumus Effect Size untuk Data Normal .............................................. 55 Gambar 3.5 Rumus Effect Size untuk Data tidak Normal ..................................... 56 Gambar 3.6 Rumus Persentase Pengaruh ............................................................ 56
Gambar 3.7 Rumus Perhitungan Persentase Peningkatan Pretest ke Posttest I .... 56 Gambar 3.8 Rumus Gain Score ............................................................................. 57
Gambar 3.9 Rumus Persentase Peningkatan Skor Posttest I ke Posttest II........... 60 Gambar 4.1 Grafik Selisih Skor Pretest-Posttest I................................................ 77 Gambar 4.2 Diagram Rerata Pretest-Posttest I ..................................................... 78
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Rerata Pretest ke Posttest I ............................. 80 Gambar 4.4 Grafik Gain Score ............................................................................ 80
Gambar 4.5 Grafik Pretest, Posttest I, Posttest II ................................................. 84 Gambar 4.6 Grafik Rerata Selisih Pretest – Posttest I ......................................... 89 Gambar 4.7 Grafik rerata selisih skor Pretest – Posttest I ................................... 90
Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Rerata Skor Pretest ke Posttest I .................... 92 Gambar 4.9 Gain Score ....................................................................................... 92
Gambar 4.10 Grafik Pretest, Posttest I, Posttest II ............................................... 95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian.......................................................................... 120
Lampiran 1.2 Surat Ijin Validitas Soal ................................................................... 121 Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Kontrol .............................................................. 122 Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Eksprimen.......................................................... 125
Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Kelompok Kontrol........................................ 128 Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Kelompok Eksperimen ................................. 135
Lampiran 3.1 Soal Uraian....................................................................................... 149 Lampiran 3.2 Kunci Jawaban ................................................................................ 155 Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian............................................................................... 161
Lampiran 3.4 Expert Judgement............................................................................. 172 Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas.................................................... 174
Lampiran 3.6 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas ................................................ 175 Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Kemampuan Maplikasi Kontrol dan Eksperimen .... 176 Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Kemampuan Menganalisis Kontrol dan Eksperimen177
Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Data ...................................................... 178 Lampiran 4.4 Hasil Uji SPSS Perbedaan Kemampuan Awal ................................ 179
Lampiran 4.5 Hasil Uji SPSS Signifikansi Pengaruh Perlakuan............................ 181 Lampiran 4.6 Perhitungan Manual Besar Pengaruh Perlakuan .............................. 183 Lampiran 4.7 Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ....................... 184
Lampiran 4.8 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Pretest-Posttest I ..................... 188 Lampiran 4.9 Hasil SPSS Uji Korelasi antara Rerata Pretest-Posttest I................ 189
Lampiran 4.10 Hasil Uji Retensi Perlakuan ........................................................... 191 Lampiran 5.1 Foto-foto Kegiatan ........................................................................... 195 Lampiran 5.2 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian..................................... 196
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas mengenai (1) latar belakang masalah, (2) rumusan
masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) definisi operasional.
1.1 Latar Belakang Masalah
Belajar adalah suatu proses usaha seseorang untuk memperoleh perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2003: 2). Belajar bukanlah semata-
mata perubahan dan penemuan, tetapi mencakup kecakapan yang dihasilkan
akibat perubahan dan penemuan yang telah diperoleh. Setelah terjadi perubahan
dan penemuan, maka akan timbul suatu kecakapan yang memberikan manfaat
bagi kehidupannya (Rusman, 2017: 77). Belajar merupakan proses yang dilakukan
manusia secara sadar atau tanpa sadar untuk mencapai berbagai macam
kompetensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Rahyubi, 2014: 1). Kegiatan
pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan
proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan
guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kopetensi
dasar (BSNP, 2006: 16). Tujuan pendidikan nasional ini diwujudkan melalui
program pendidikan yang dilaksanakan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
Pada tingkat Sekolah Dasar (SD), siswa mulai dibekali dengan beragam kegiatan
pengembangan kemampuan baca, tulis, hitung, mental, sosial dan spiritual
(Susanto, 2013: 72).
Perkembangan kognitif apada anak usia Sekolah Dasar (usia 7 sampai 11
tahun) masuk pada tahap operasional konkret. Perkembangan kognitif pada anak
usia Sekolah Dasar ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir
sistematis, namun hanya ketika mereka dapat mengacu pada objek-objek dan
aktivitas-aktivitas konkret (Crain, 2014: 186). Interaksi sosial mempengaruhi
perubahan pemikiran anak, perilaku berakar pada konteks sosial di mana perilaku
itu berlangsung, maka perbedaan pemikiran atau perilaku akan tergantung pada
perbedaan kultur di mana semua itu terjadi (Salkind, 2009: 373).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Dalam proses perkembangan kognitif diharapkan anak dapat
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Berpikir tingkat tinggi
adalah berpikir pada tingkat lebih tinggi dari pada sekedar menghafal fakta atau
mengatakan sesuatu kepada seseorang (Heong, dkk, 2011, dalam Purbaningrum,
2017: 41). Kemampuan berpikir tersebut mengacu pada Taksonomi Bloom yang
terdiri dari 6 kategori. Enam kategori dalam Taksonomi Bloom yaitu mengingat,
memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta (Anderson
& Krathwohl, 2015: 100). Penelitian ini akan mengukur dua tingkat proses
kognitif siswa yaitu mengaplikasi dan menganalisis. Mengaplikasi ialah
menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu (Anderson
& Krathwohl, 2015: 101). Kategori mengaplikasi terdiri dari dua proses kognitif,
yakni mengeksekusi dan mengimplementasikan. Sedangkan menganalisis ialah
memecah-memecah materi menjadi bagian-bagian penyusunan dan menentukan
hubungan-hubungan antara bagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut
dengan keseluruhan struktur dan tujuan (Anderson & Krathwohl, 2015: 101).
Kategori menganalisis terdiri dari tiga proses kognitif, yakni membedakan,
mengorganisasi, dan mengatribusi (Anderson & Krathwohl, 2015: 101-102).
Dengan berkembangnya kemampuan mengaplikasi dan menganalisis yang
dimiliki oleh siswa, maka kemampuan berpikir tingkat tinggi tentu akan
meningkat karena siswa mampu mengaplikasi dan menganalisis suatu
permasalahan dan dapat mengatasi permasalahan tersebut dengan tepat. Maka dari
itu, sangat penting bagi siswa untuk menggembangkan kemampuan mengaplikasi
dan menganalisis.
Setiap proses pembelajaran membutuhkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi karena menggabungkan beberapa kegiatan belajar secara beriringan. Salah
satu mata pelajaran di sekolah yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi
adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA adalah pengetahuan
yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Samatowa,
2011: 2). IPA menjadi salah satu mata pelajaran yang dimasukkan dalam
kurikulum suatu sekolah karena (1) IPA merupakan dasar teknologi yang menjadi
tulang punggung pembangunan, (2) IPA merupakan suatu mata pelajaran yang
memberikan kesempatan berpikir kritis, (3) IPA bukanlah mata pelajaran yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
bersifat hafalan, (4) IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yang dapat
membentuk kepribadian anak secara keseluruhan (Samatowa, 2011: 3).
Dalam implementasinya, pembelajaran IPA belum sepenuhnya
mengembangkan kemampuan berpikir tinkat tinggi. Permasalahan ini dibuktikan
dengan data dari survei mengenai sistem pendidikan dan kemampuan dari siswa
sekolah. Survey tersebut dilakukan oleh Organization for Economic Cooperation
and Development (OECD) yang bernama Programme for International Student
Assessment (PISA). Hasil penelitian PISA pada tahun 2012 menunjukan bahwa
Indonesia berada pada peringkat ke 64 dari 65 negara, dengan skor literasi IPA
sebesar 382 (OECD, 2013: 231). Tiga tahun kemudian yaitu tahun 2015 PISA
kembali melakukan penelitian yang berfokus pada IPA, membaca, dan
matematika (OECD, 2016: 5). Hasil survey PISA tersebut menunjukkan bahwa
Indonesia berada pada peringkat ke 62 dari 70 negara, dengan skor literasi IPA
sebesar 403 (OECD, 2016: 5). Berdasarkan hasil penelitian PISA tersebut,
Indonesia mengalami peningkatan hasil skor literasi IPA dari tahun 2012 ke tahun
2015, dari 382 menjadi 403. Akan tetapi untuk literasi sains (IPA) masih berada
pada peringkat 10 besar terbawah dari 70 negara peserta PISA tahun 2015. Hasil
penelitian PISA tersebut menunjukkan bahwa Indonesia mengalami kelemahan
dalam mata pelajaran IPA. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi salah satunya
masih ada sekolah yang menggunakan model ceramah dalam proses
pembelajaran. Model ceramah adalah cara menyajikan pembelajaran melalui
penurutan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa oleh
guru (Sanjaya, 2006: 147).
Wisudawati dan Sulistyowati (2014) menyatakan bahwa hasil belajar IPA
yang dicapai oleh peserta didik di Indonesia yang tergolong rendah dipengaruhi
oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi karakteristik peserta didik,
kemampuan membaca, motivasi belajar, minat dan konsep diri, strategi belajar,
tingkat kehadiran dan rasa memiliki. Faktor yang sangat penting adalah
lingkungan belajar dalam bentuk strategi yang diciptakan guru untuk
mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dalam mempelajari
IPA, dan menggunakan konsep-konsep tersebut dalam memahami lingkungan.
Terkait dengan hal tersebut, banyak upaya telah dilakukan untuk meningkatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
mutu pembelajaran IPA antara lain perbaikan kurikulum, penggunaan strategi, dan
metode pembelajaran, serta peningkatan kualitas guru melalui program pelatihan.
Namun upaya tersebut belum menunjukkan dampak perbaikan yang signifikan.
Inovasi strategi dan metode pembelajaran IPA yang dilakukan guru di kelas
biasanya kurang berhasil karena dalam implementasinya kurang memperhatikan
karakteristik siswa, termasuk kemampuan berpikirnya (Jeremy, 2005).
Sejalan dengan pemikiran di atas, dewasa ini muncul kecenderungan
terjadinya pergeseran filosofi pembelajaran, yaitu dari pradigma transmisi menuju
pada aktivitas kelas yang berpusat pada pembelajaran (O’Malley & Fierce, 1996).
Pergeseran filosofi tersebut berorientasi pada pembelajaran yang lebih
memperhatikan perkembangan siswa meliputi pertumbuhan fisik, sosial,
emosional, dan intelektual. Hal ini menghendaki adanya pergeseran peran siswa
dari posisi sebagai pengamat informasi yang pasif menjadi pembelajar aktif,
pemikir kritis, dan kreatif dalam menganalisis serta mengaplikasikan konsep yang
dipelajarinya untuk memecahkan masalah.
Maka untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di Indonesia dilakukan
dengan cara memberikan motivasi kepada siswa melalui model pembelajaran di
kelas. Karena selama ini pembelajaran di kelas hanya menggunakan model
ceramah yang kurang efektif untuk proses pembelajaran. Oleh karena itu,
diperlukan upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia salah
satunya dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) dalam pembelajaran. Penggunaan model yang kurang
tepat dalam proses pembelajaran dapat menimbulkan kebosanan atau kejenuhan,
kurang memahami konsep, dan monoton sehingga siswa kurang termotivasi untuk
belajar. Oleh karena itu suatu model pembelajaran yang menurut keefektifan
seluruh siswa, salah satu diantarannya adalah model pembelajaran kooperatif
(Cooperative Learning). Pembelajaran kooperatif mencerminkan keterampilan
sosial, mengembangkan sikap demokrasi secara bersamaan juga membantu siswa
dalam pembelajaran akademis mereka (Lie, 2002: 11).
Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti mencoba mencari solusi untuk
memperbaiki pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran koopratif dipandang sebagai proses pembelajaran yang aktif,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
sebab peserta didik akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan
(constructing) dan penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagai pengetahuan
(Daryanto, 2012: 229). Salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif adalah Team
Assisted Individualization (TAI). Model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) memiliki dasar pemikiran yaitu untuk
mengadaptasi pembelajaran terhadap perbedaan individual berkaitan dengan
kemampuan maupun pencapaian prestasi siswa. Model pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualization (TAI) ini mengkombinasikan keunggulan
kooperatif dan program pengajaran individual serta memberikan tekanan pada
efek sosial dari belajar kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) disusun untuk memecahkan masalah dalam
program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual
(Slavin, 2009: 15). Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualization (TAI) ini terdiri dari delapan langkah yaitu
(1) placement test, (2) teams (3) teaching group, (4) student creative, (5) team
study, (6) test, (7) team scores and team recognition, (8) whole-class unit Teams
Score and Teams Recognition (Shoimin, 2014: 200-201). Manfaat yang dimiliki
oleh model Team Assisted Individualization (TAI) adalah (a) siswa yang lemah
dapat terbantu dalam menyelesaikan masalahnya, (b) siswa yang pandai dapat
mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, (c) adanya tanggung jawab
dalam kelompok dalam menyelesaikan permasalahannya, (d) siswa diajarkan
bagaiman bekerja sama dalam suatu kelompok (Shoimin, 2014: 202).
Beberapa penelitian dan jurnal yang pernah diterbitkan sebelumnya
memaparkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) cukup efektif diterapkan dalam pembelajaran. Penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan kemampuan kognitif
siswa kelas X MIA 7 dengan ketuntasan belajar siswa mencapai 81,25% dari
KKM sebesar 75 dan meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas X MIA 7 (Murti
dkk, 2015). Penerapan metode pembelajaran kooperatif Team Assisted
Individualization (TAI) dilengkapi Handout dapat meningkatkan kualitas proses
siswa pada materi larutan penyangga (Vitria dkk, 2014), dan terdapat perbedaan
yang signifikan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus VIII Kedewatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Kecamatan Ubud Gianyar Tahun pelajaran 2013/2014 antara siswa yang
melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan siswa yang
melaksanakan pembelajaran konvensional (Wulandari dkk, 2014). Ketiga
penelitian tersebut menunjukkan bahwa Team Assisted Individualization (TAI)
berpengaruh terhadap variabel dependen. Selain itu, beberapa penelitian dan
jurnal yang pernah diterbitkan sebelumnya juga pernah diterbitkan untuk
mendukung pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi dengan metode
tertentu misalnya implementasi pembelajaran IPA berbasis pendekatan
keterampilan proses sains untuk melatih keterampilan berpikir analisis (Sartika &
Nuroh, 2006), efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap
kemampuan menganalisis unsur cerpen (Purba & Barus, 2015), dan meningkatkan
kemampuan menganalisis tentang konsep gaya melalui pembelajaran reciprocal
teaching (Basyiruddin dkk, 2014).
Penelitian ini hanya dibatasi pada pengaruh model pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualization (TAI) terhadap kemampuan mengaplikasi
dan menganalisis siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan 1 semester gasal tahun
ajaran 2017/2018. Peneliti memilih SD Kanisius Wirobrajan 1 sebagai tempat
penelitian, karena SD Kanisius Wirobrajaan 1 memiliki kelas paralel yaitu kelas A
dan B di kelas 1- 6 sehingga cocok digunakan untuk penelitian eksperimen. Selain
itu, SD Kanisius Wirobrajan 1 juga memiliki prestasi yang baik di bidang
akademik maupun non-akademik, Sehingga kedua hal tersebut akan memudahkan
peneliti untuk melaksanakan penelitian. Kelas yang digunakan untuk penelitian
adalah kelas VB sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah siswa 29 anak dan
kelas VA sebagai kelompok kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 29 anak. Jenis
penelitian yang digunakan adalah experimental design tipe pretest-posttest non
equivalent group design. Variabel dalam penelitian ini di bagi menjadi dua yaitu
variabel independen dan variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian
ini yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI) dan variabel dependen dalam penelitian ini yaitu kemampuan mengaplikasi
dan menganalisis. Instrumen yang digunakan dalam penelitian menggunakan tes
berbentuk tes esai. Materi pembelajaran IPA dibatasi pada tema 2 yaitu “
Peristiwa dalam Kehidupan” dengan subtema 2 “Peristiwa-peristiwa Penting”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
yang difokuskan untuk materi pembelajaran IPA dan dibatasi pada materi siklus
air.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) berpengaruh terhadap kemampuan mengaplikasi
pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta
semester gasal tahun ajaran 2017/2018?
1.2.2 Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) berpengaruh terhadap kemampuan menganalisis
pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta
semester gasal tahun ajaran 2017/2018?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) terhadap kemampuan mengaplikasi pada
mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta
semester gasal tahun ajaran 2017/2018.
1.3.2 Mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) terhadap kemampuan menganalisis pada
mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta
semester gasal tahun ajaran 2017/2018.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Siswa
Siswa akan mendapatkan pengalaman baru dalam belajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) pada mata pelajaran IPA dengan materi siklus air
serta siswa dapat mengembangkan kemampuan mengaplikasi dan
menganalisis dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
1.4.2 Bagi Guru
Guru dapat mengetahui bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) berpengaruh terhadap kemampuan
mengaplikasi dan menganalisis siswa khususnya pada mata pelajaran IPA,
sehingga tipe tersebut dapat menjadi bahan referensi bagi guru.
1.4.3 Bagi Sekolah
Sekolah dapat mengetahui bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) khususnya pada
mata pelajaran IPA dapat berpengaruh terhadap kemampuan mengaplikasi
dan menganalisis siswa, sehingga dapat menjadi referensi bagi sekolah
dan guru-guru untuk mengembangkan mutu sekolah.
1.4.4 Bagi Peneliti
Peneliti dapat mempergunkan hasil penelitian sebagai acuan dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) pada mata pelajaran IPA.
1.5 Definisi Operasional
1.5.1 Model pembelajaan adalah rencana konseptual yang sudah dirancang atau
dipersiapkan secara sistematis, agar proses pembelajaran dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang sudah ditargetkan atau diinginkan sesuai dengan
kebutuhan siswa.
1.5.2 Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.
1.5.3 Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)
adalah model pembelajaran yang mengkombinasikan pembelajaran
berkelompok dan pembelajaran individual, dalam pelaksankaan TAI
terdapat delapan langkah yaitu (1) placement test, (2) teams (3) teaching
group, (4) student creative, (5) team study, (6) test, (7) team scores and
team recognition, (8) whole-class unit Teams Score and Teams
Recognition.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1.5.4 Kemampuan adalah kesaggupan atau kecakapan dalam menerima,
mengerti, da melakukan sesuatu.
1.5.5 Megaplikasikan adalah menerapkan atau menggunakan suatu prosedur
dalam keadaan tertentu.
1.5.6 Kemampuan mengaplikasikan adalah kesanggupan atau kecakapan untuk
dapat menerapkan suatu prosedur dalam suatu keadaan dengan tepat serta
mampu mengeksekusi dan mengimplementasikan.
1.5.7 Menganalisis adalah kemampuan menguraikan sesuatu menjadi bagian-
bagian kecil dari keseluruhan yang mudah untuk dipahami. Dengan
indikator membedakan informasi, membuat garis besar, dan
mendeskripsikan peran.
1.5.8 Kemampuan menganalisis adalah kesanggupan atau kecakapan untuk
memilah-milah materi menjadi bagian-bagian penyusun dari materi lalu
menentukan hubungan antar bagian dan hubungan bagian dari materi
dengan materi secara keseluruhan yang meliputi proses membedakan,
mengorganisasi, dan mengatribusikan.
1.5.9 Mata pelajaran IPA adalah mata pelajaran yang mempelajari gejala-gejala
alam yang terdapat di lingkungan sekitar.
1.5.10 Siswa SD adalah siswa yang duduk di kelas V SD Kanisius Wirobrajan 1
pada semester gasal tahun ajaran 2017/2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
LANDASAN TEORI
BAB II ini membahas tentang kajian teori, hasil penelitian yang relevan,
kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Kajian teori berisi teori-teori yang
mendukung dan beberapa penelitian yang relevan. Kerangka berpikir pada sub
bab terakhir berisi tentang kerangka pemikiran dan hipotesis yang berisi dugaan
sementara terkait dengan jawaban rumusan masalah.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Teori yang mendukung
2.1.1.1 Teori Perkembangan Kognitif
Perkembangan anak adalah semua proses yang maju ke depan dan tidak
dapat diulang kembali. Dalam perkembangan manusia melalui perubahan-
perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulang.
Perkembangan menunjukkan pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang
bersifat tetap dan maju (Ahmadi, 2005: 1). Ada berbagai teori perkembangan anak
yang memberikan pengaruh besar terhadap pandangan pertumbuhan kognisi
manusia diantaranya teori Jean Piaget (1896-1980) dan Lev Semyonovich
Vygotsky (1896-1934) yang berperan dalam proses perkembangan anak.
Teori perkembangan anak yang dijadikan acuan dalam penelitian ini
adalah teori perkembangan kognitif Jean Piaget dan teori pembelajaran Lev
Semyonovich Vygotsky. Peneliti menggunakan kedua teori tersebut karena
memiliki kesesuaian dengan variabel penelitian dan tahap mendasar
perkembangan anak yaitu tahap perkembangan kognitif.
1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Jean Piaget lahir pada tanggal 9 Agustus 1896 di Neuchatel, Swiss. Pada
tahun 1916 Piaget menyelesaikan pendidikan sarjana dalam bidang biologi di
Universitas Neuchatel (Suparno, 2001: 12). Pada tahun 1920 hingga 1930 Piaget
meneruskan penelitiannya dalam bidang perkembangan anak. Pada tahun 1950
Piaget banyak menulis dan meneliti tentang perkembangan inteligensi manusia.
Pada tanggal 16 September 1980 Piaget meninggal dunia (Suparno, 2001: 18).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Piaget dikenal sebagai psikologi terkenal yang banyak mempengaruhi
perkembangan dunia pendidikan, terlebih dengan diterimanya teori
konstruktivisme.
Piaget mengatakan bahwa ada delapan konsep yang perlu dimengerti agar
lebih mudah memahami perkembangan kognitif anak. Delapan konsep tersebut
antara lain : (1) Inteligensi yaitu suatu bentuk ekuilibium kearah mana semua
struktur yang menghasilkan persepsi, kebiasaan, dan mekanisme sensorimotor
diarahkan. (2) Organisasi adalah suatu tendensi yang umum untuk semua bentuk
kehidupan guna mengintegrasikan struktur, baik psikis maupun psikologis, dalam
suatu sistem yang lebih tinggi. (3) Skema adalah suatu struktur mental seseorang
dimana ia secara intelektual beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Skema itu
akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan seseorang. (4) Asimilasi
adalah proses kognitif di mana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, atau
pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya.
Asimilasi dapat dipandang sebagai suatu proses kognitif untuk menempatkan dan
mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan yang baru ke dalam skema yang
telah ada. (5) Akomodasi yaitu pembentukan skema baru atau pengubahan skema
lama. (6) Ekuilibrasi adalah proses bergerak dari keadaan ekuilibrium. Proses
tersebut berjalan terus dalam diri seseorang melalui asimilasi dan akomodasi. (7)
Adaptasi adalah penyesuaian diri dengan lingkungannya. Adaptasi terjadi dalam
suatu proses asimilasi dan akomodasi. Di satu pihak, seseorang menyatukan atau
mengasimilasikan gambaran akan realitas luar dalam struktur psikologisnya
(skema) yang sudah dimiliki untuk dicocokkan dengan lingkungannya. (8)
Pengetahuan Figuratif didapatkan dari gambaran langsung seseorang terhadap
objek yang dipelajari dan Pengetahuan Operatif didapatkan karena orang itu
mengadakan operasi terhadap objek yang dipelajari (Suparno, 2001: 19-24).
Secara garis besar Piaget mengelompokkan tahap-tahap perkembangan
kognitif seseorang menjadi 4 tahapan. Setiap tahapan terkait dengan usia dan
memiliki cara pemikian yang berbeda. Berikut adalah pemaparan tahap
perkembangan kognitif menurut Piaget (Suparno, 2001: 25).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
a. Tahap Sensorimotor
Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada waktu bayi lahir
sampai umur 2 tahun. Tahapan ini berlangsung mulai dari lahir sampai usia 2
tahun. Dalam tahap ini, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi
anak terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamah, mendengar,
membau, dan lain-lain (Crain, 2014: 173).
b. Tahap Pra-Operasinal
Tahapan ke dua perkembangan anak berlangsung dari umur 2 sapai 7 tahun.
Anak-anak belajar berpikir menggunakan simbol-simbol dan pencitraan batiniah,
namun pemikiran mereka tidak sistematis dan tidak logi. Pada tahap ini anak-anak
mulai mempresentasikan dunianya untuk membentuk kata-kata, bayangan, dan
gambar (Crain, 2014: 182).
c. Tahap Operasional-Konkret
Tahapan ini berlangsung dari umur 7 sampai 11 tahun. Anak-anak
mengembangkan kemampuan berpikir sistematis, namun hanya ketika mereka
dapat mengacu pada objek-objek dan aktivitas-aktivitas konkret (Crain, 2014:
186).
d. Tahap Operasional-Formal
Tahap ini berlangsung dari usia 11 tahun ke atas, orang muda
mengembangkan kemampuan berpikir sistematis menurut rancangan yang murni,
abstrak, dan hipotesis. Pada tahap ini karakteristik yang paling menonjol dari
pemikiran adalah sifatnya yang lebih abstrak dibandingkan pemikiran operasional
konkret. Remaja tidak terbatas lagi pada pengalaman-pengalaman yang aktual
atau konkret sebagai titik tolak pemikirannya (Crain, 2014: 200).
Berdasarkan teori Piaget, anak Sekolah Dasar masuk dalam tahap operasinal
konkret. Dijelaskan bahwa anak sudah memiliki sistem penalaran yang didasarkan
pada pemikian yang logis. Hal ini ditandai dengan adanya sistem operasi
berdasarkan apa yang kelihatan nyata atau konkret, namun cara berpikir anak
masih terbatas.
2. Teori Pembelajaran Sosio-historis
Vygotsky (dalam Salkind, 2009: 374) memberikan sumbangan penting
dan kreatif bagi ilmu perkembangan manusia. Pendekatan Vygotsky memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
kesempatan anak akan belajar melalui interaksi dari faktor-faktor Interpersonal
(sosial), kultural-historis, dan individual sebagai kunci dari perkembangan
manusia (Tudge, dalam Schunk, 2012: 339). Interaksi dari faktor-faktor
interpersonal merupakan bagaimana anak berhubungan dengan lingkungan
disekitarnya, sebagai contoh di lingkungan sekolah maupun di sekitar rumah.
Melalui interaksi sosial ini, maka akan mendorong proses-proses perkembangan
anak sehingga kemampuan berpikir mereka juga akan bertambah seiring dengan
berjalannya waktu. Vygotsky merumuskan empat ide pokok yang menjadi dasar
dalam teorinya. Pertama, anak mengembangkan pengetahuan mereka sendiri.
Artinya, anak-anak adalah peserta didik aktif dalam perkembangan mereka.
Kedua perkembangan tidak bisa dipisahkan dari konteks sosialnya. Dalam
ungkapan yang sederhana, perkembangan dan konteks sosial adalah hal yang satu
dan sama. Ketiga, pembelajaran bisa mengarahkan perkembangan, maksudnya
adalah pembelajaran menjadi persiapan bagi terjadinya perkembangan. Dengan
demikian guru yang mempersiapkan atau menunjukkan langkah awal dengan
memberikan tugas tertentu untuk dikerjakan oleh siswa. Keempat, Bahasa
memainkan peran sentral dalam perkembangan mental (Salkind, 2009: 374).
Vygotsky mengemukakan bahwa fungsi-fungsi mental mempunyai
hubungan eksternal atau hubungan sosial. Keyakinan Vygotsky mengenai
pentingnya pengaruh sosial, khususnya pengajaran, pada perkembangan kognitif
anak-anak tercermin pada konsep zona perkembangan proksimalnya. Zona
perkembangan proksimal (Zone of Proximal Development atau ZPD) adalah
istilah untuk kisaran tugas-tugas yang terlalu sulit saat sang anak melakukannya
sendiri, tetapi dapat dipelajari dengan bimbingan dan bantuan dari orang dewasa
atau anak-anak yang terampil. Batas bawah dari ZPD adalah tingkat keterampilan
yang dapat diraih oleh anak yang melakukan secara mandiri. Sedangkan batas
atasnya adalah, tingkat tanggung jawab yang tambahan yang dapat diterima anak
dengan bantuan seorang pengajar yang kompeten (Santrock, 2009: 62).
Scaffolding teknik yang melibatkan pengubahan tingkat dukungan untuk
belajar. Scaffolding erat berhubungan dengan konsep ZPD, Scaffolding berarti
mengubah tingkat dukungan. Sepanjang sesi pengajaran, seseorang lebih terampil
(seorang guru atau teman sebaya yang lebih ahli) menyesuaikan jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
bimbingan sesuai dengan kinerja anak yang ada. Scaffolding biasa digunakan
untuk membantu siswa mencapai batas atas dari ZPD mereka. Dialog adalah
sebuah alat Scaffolding yang penting dalam ZPD (Santrock, 2009: 64).
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Vygotsky, yaitu anak
belajar berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya termasuk guru dan teman
sebayannya. Oleh karena itu, pembelajaran yang berlangsung di Sekolah Dasar
akan lebih efektif jika proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran
yang mampu melibatkan siswa untuk menyelesaikan langsung masalah yang
dihadapinya dengan dukungan dan interaksi dari guru dan teman sebayannya.
Model pembelajaran yang dapat digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif.
2.1.1.2 Model Pembelajaran
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,
termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends, dalam
Suprijono, 2009: 46). Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran sebagai
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganiasiskan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan aktifitas pembelajaran (Soekamto dkk, dalam Al-
Tabany, 2014: 24). Model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang
sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum,
mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelasnya.
Dalam penerapannya model pembelajaran ini harus sesuai dengan kebutuhan
siswa (Joyce & Weil, dalam Isjoni, 2013: 73).
Berdasarkan paparan dari beberapa ahli di atas dapat ditarik benang merah
bahwa model pembelajaran adalah rencana konseptual yang sudah dirancang atau
dipersiapkan secara sistematis, agar proses pembelajaran dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang sudah ditargetkan atau diinginkan sesuai dengan kebutuhan
siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2.1.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Salah satu model pemebelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif.
Dukungan teori konstruktivisme sosial Vygotsky telah meletakkan arti penting
model pembelajaran kooperatif. Konstruktivisme sosial Vygotsky menekankan
bahwa pengetahuan dibangun dan dikontruksi secara mutlak. Peserta didik berada
dalam konteks sosiohistoris. Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan
bagi mereka mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman. Dengan cara ini,
pengalaman dan konteks memberikan mekanisme penting untuk perkembangan
pikiran peserta didik (Suprijono, 2009: 55).
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa
anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk saling
memahami materi pelajaran (Isjoni, 2013: 14).
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran di dalam
kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang, memberikan kesempatan kepada
setiap anggota untuk saling berinteraksi, memahami, bekerja sama, dan
mengevaluasi suatu materi atau permasalahan (Slavin dalam Isjoni, 2013: 15).
Berdasarkan paparan beberapa ahli di atas dapat ditarik benang merah
bahwa model Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran di
mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.
2. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan belajar kelompok pada
umumnya. Tidak semua belajar kelompok bisa dianggap belajar kooperatif. Untuk
mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif
harus diterapkan yaitu sebagai berikut (Roger & David Johnson, dalam Suprijono,
2009: 58).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
a. Positive interdependence (saling ketergantungan positif )
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua
pertanggung jawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang
ditugaskan kedua kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok
secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.
b. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)
Pertanggung jawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap
keberhasilan kelompok. Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk
menjamin semua kelompok anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar
bersama.
c. Face to face promotive interaction (interaksi promotif)
Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan yang
positif.
d. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota)
Untuk mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian
tujuan.
e. Group processing (pemrosesan kelompok)
Pemrosesan mengandung arti menilai, tujuan dari pemrosesan kelompok
adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi
terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.
3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki ciri khas yang membedakannya dengan
model pembelajaran yang lain. Pembelajaran kooperatif memiliki empat ciri,
yaitu : (a) siswa bekerja dalam kelompok untuk memahami materi pembelajaran
yang diberikan, (b) kelompok terdiri dari anggota yang heterogen, (c) jika
memungkinkan, anggota kelompok sebaiknya juga beragam dari segi suku, ras,
budaya, dan kelamin, (d) dan penghargaan lebih mengarah pada kelompok untuk
menghindari kecemburuan anggota kelompok (Ibrahim, dalam Taniredja, 2011:
100).
Ciri khas nampak dari proses pembelajaran yang lebih difokuskan pada
proses kerja sama dalam kelompok. Proses pembelajaran tidak hanya bertujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
untuk meningkatkan kemampuan akademik dibidang penguasaan materi tetapi
terhadap unsur kerja sama untuk menguasai materi tersebut (Rusman, 2011: 206).
Berdasarkan paparan beberapa ahli di atas dapat ditarik benang merah
bahwa ciri-ciri pebelajaran koopratif adalah proses pembelajaran yang tidak hanya
meningkatkan kemampuan akademik dibidang penguasaan materi tetapi terhadap
unsur kerja sama untuk menguasai materi.
4. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif
Keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif sebagai
berikut (Sugiyanto, 2010: 43) a) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan
sosial, b) memungkinkan saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi,
perilaku sisoal, dan pandangan-pandangan, c) memudahkan melakukan
penyesuaian sosial, d) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai
sosial dan komitmen, e) menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan
komitmen, f) membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa,
g) berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan
saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktikkan, h) meningkatkan rasa
saling percaya kepada sesama manusia, i) meningkatkan kemampuan memandang
masalah dan situasi dari berbagai perspektif, j) meningkatkan kesediaan
menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik, k) meningkatkan
kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin,
etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.
5. Tujuan Pembelajaran kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada siswa
keterampilan kerja sama dan kolaborasi (Isjoni, 2013: 109). Keterampilan ini amat
penting untuk dimiliki siswa sebagai warga masyarakat, bangsa dan Negara,
mengingat kenyataan yang dihadapi bangsa ini dalam mengatasi masalah-masalah
sosial semakin kompleks.
6. Jenis-jenis pembelajaran kooperatif
beberapa model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan, beriku ini
beberapa model pembelajaran kooperatif diantaranya: a) Student Teams
Achievement Divisions (STAD), b) Teams-Game-Tournament (TGT), c) Jigsaw
II, d) Group Investigation (GI), e) Complex Instruction (CI), f) Team Accelerated
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Instruction (TAI), g) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC),
h) Structured Dyadic Methods (SDM), h) Spontaneous Discussion (SGD), i)
Numbered Heads Together (NHT), j) Team Product (TP), k) Cooperative Review
(CR), l) Think-pair-share (TPS), m) Disscussion Group (DG) – Group Project
(GP) dan sebagainnya.
Semua tipe pembelajaran kooperatif didasarkan pada prinsip bahwa siswa
harus belajar bersama dan tanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan
pembelajaran teman satu kelompoknya (Slavin, dalam Huda, 2011: 114). Dalam
penelitian ini, peneliti akan mengambil salah satu tipe pembelajaran koopertif
yaitu tipe Team Accelerated Instruction (TAI).
2.1.1.4 Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI)
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization
(TAI)
Team Assisted Individualization (TAI) merupakan salah satu tipe
pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif. Team Assisted
Individualization (TAI) adalah tipe yang mengadaptasi pengajaran terhadap
perbedaan individual berkaitan dengan kemampuan siswa maupun pencapaian
prestasi siswa (Slavin, 2008: 187).
Tipe Team Assisted Individualization (TAI) merupakan salah satu upaya
merancang sebuah pembelajaran individu yang dapat menyelesaikan masalah-
masalah teoritis dan praktis dari sistem pengajaran individual. Dengan membagi
siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil akan membuat siswa memiliki sikap
tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan kepadannya dan
memiliki tanggung jawab untuk membantu teman satu kelompoknya yang
mengalami kesulitan, dapat meminimalisir ketidak mampuan siswa dalam
menyelesaikan tugas karena sudah dibantu oleh teman yang lainnya, dan guru
lebih berfokus pada materi-materi yang diangap sukar. Melalui tipe Team Assisted
Individualization (TAI), siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang
terdiri dari 4 sampai 5 siswa heterogen dan selanjutnya diikuti dengan pemberian
bantuan secara individu bagi siswa memerlukannya (Suyitno, dalam Sohimin
2014: 200). Dengan pembelajaran kelompok, diharapkan para siswa dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
meningkatkan pemikiran kritisnya, kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial yang
tinggi.
2. Komponen Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization
(TAI)
Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)
memiliki delapan komponen utama, yaitu (Slavin, 2008: 200) :
a. Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen. Kelompok terdiri dari 4-5
siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda.
b. Placement Test yaitu pemberian tes awal atau pre-test kepada siswa untuk
mengetahui kemampuan awal siswa. Hasil tes ini menjadi pedoman untuk
mengelompokkan siswa secara heterogen.
c. Curriculum Materials yaitu lembar kerja yang berisi materi-materi
pembelajaran yang akan dipelajari.
d. Team Study yaitu para siswa diberi materi pembelajaran secara individu.
Siswa mengerjakan soal secara individu kemudian membahasnya dengan
teman-teman satu kelompoknya.
e. Team Score and Team Recognition yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja
kelompok. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil
menyelesaikan tugas dengan baik dan memberikan penguatan kepada
kelompok yang kurang berhasil.
f. Teaching Group yaitu guru memberikan penjelasan materi pokok kepada
seluruh siswa. Guru menjelaskan konsep-konsep utama dari materi sebelum
siswa mengerjakan tugas secara individu.
g. Fact Test yaitu pelaksanaan tes berdasarkan fakta yang didapatkan oleh
siswa.
h. Whole Class Units yaitu guru menyampaikan materi kembali dan diakhiri
dengan strategi pemecahan masalah.
3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted
Individualization (TAI)
Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)
memiliki delapan langkah yaitu (Shoimin, 2014: 200-201):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Tabel: 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran TAI
Langkah Kegitan
Langkah 1:
Placement Test
Guru memberikan tes awal (pretest) kepada siswa.
Langkah 2:
Teams
Siswa membentuk kelompok yang bersifat homogen yang terdiri dari 4-5
siswa.
Langkah 3:
Teaching Group
Siswa memperhatikan guru memberikan materi secara singkat menjelang
pemberian tugas kelompok.
Langkah 4:
Student Creative
Guru perlu menekankan dan menciptakan persepsi bahwa keberhasilan
setiap siswa (individu) ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya.
Langkah 5:
Team Study
Siswa belajar bersama dengan mengerjakan tugas -tugas dari LKS yang
diberikan dalam kelompok.
Langkah 6:
Fact Test
Guru memberikan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa,
misalnya dengan memberikan kuis.
Langkah 7:
Team Score and
Team
Recognition
Guru memberikan skor pada hasil kerja kelompok dan memberikan
penghargaan terhadap kelompok yang berhasil dalam mengerjakan . Bagi
kelompok yang mendapatkan skor paling tinggi maka akan mendapatkan
“gelar” atau pengahargaan.
Langkah 8:
Whole-Class
Unit
Guru menyajikan kembali materi di akhir bab dengan strategi pemecahan
masalah untuk seluruh siswa dikelasnya.
4. Manfaat Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI)
Manfaat yang dimiliki oleh model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI), manfaat tersebut antara lain (Shoimin, 2014:
202) : (a) siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalahnya, (b)
siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, (c)
adanya tanggung jawab dalam kelompok dalam menyelesaikan permasalahannya,
(d) siswa diajarkan bagaiman bekerja sama dalam suatu kelompok, (e)
mengurangi kecemasan (reduction of anxiety), (f) menghilangkan perasaan
“terisolasi” dan panik, (g) menggantikan bentuk persaingan (competition) dengan
saling kerja sama (cooperation), (h) melibatkan siswa untuk aktif dalam proses
belajar, (i) mereka dapat berdiskusi (disuss), berdebat (debate), atau
menyampaikan gagasan, konsep, dan keahlian sampai benar-benar memahaminya,
(j) mereka memiliki rasa peduli (care), rasa tanggung jawab (take responsibility)
terhadap teman lain dalam proses belajarnya, (k) mereka dapat belajar menghargai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
(learn to appreciate) perbedaan etnik (ethnicity), perbedaan tingkat kemampuan
(performance level), dan cacat fisik (disability).
2.1.1.5 Taksonomi Bloom
Kata “taksonomi” diambil dari bahasa Yunani tassein yang mengandung
arti “untuk mengelompokkan” dan nomos yang berarti “aturan”. Taksonomi dapat
diartikan sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan)
tertentu (Kuswana, 2012: 2). Taksonomi merupakan sebuah kerangka untuk
mengklasifikasikan pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk memprediksi
kemampuan peserta didik dalam belajar sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran
(Sujoko & Darmawan, 2016: 30). Taksonomi Bloom memiliki tiga ranah
diantaranya 1) ranah kognitif yang mencakup ingatan atau pengenalan terhadap
fakta-fakta tertentu, pola-pola prosedural, dan konsep-konsep yang
memungkinkan berkembangnya kemampuan dan skill intelektual (Huda, dalam
Sujoko & Darmawan, 2016: 31); 2) ranah afektif ranah yang berkaitan
perkembangan perasaan, sikap, nilai, dan emosi; 3) ranah psikomotor ranah yang
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan manipulatif atau keterampilan motorik
(Degang, dalam Sujoko & Darmawan, 2016: 31).
Dalam perkembanganya, Taksonomi Bloom mengalami perbaikan, setelah
mengalami perbaikan Taksonomi Bloom lebih dikenal dengan nama Revisi
Taksonomi Bloom yang di publikasikan pada tahun 2001. Perbaikan ini dilakukan
dengan alasan agar sesuai dengan kemajuan zaman, revisi yang dilakukan hanya
pada ranah kognitif yang meliputi 1) perubahan kata kunci dari kata benda
menjadi kata kerja untuk setiap level taksonomi; 2) perubahan hampir terjadi pada
semua level, namun urutan level tidak mengalami perubahan yaitu dari urutan
terendah hingga tertinggi. Pada level 1 yaitu knowledge di ubah menjadi
remember (mengingat), pada level 2 comperhension dipertegas menjadi
understand (memahami), pada level 3 application diubah menjadi appliy
(menerapkan), pada level 4 analysis menjadi analyz (menganalisis), pada level 5
synthesis dinaikkan levelnya menduduki level 6 dengan sedikit perubahan yaitu
create (mencipta), dan pada level 6 yaitu evaluation menduduki posisi level 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
dengan nama evaluate (menilai). Perbaikan pola dan tingkatan level Taksonomi
Bloom dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 2.1 Perubahan Taksonomi Bloom Lama dengan Taksonomi Bloom Baru
(Sumber:https://www.google.co.id/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&ca
d=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi3_N6j_8jZAhUBOI8KHSCvB0QQjRx6BAgAEAY&url=http%3
A%2F%2Fedunesiania.blogspot.com%2F2017%2F05%2Fdomain-
kognitif.html&psig=AOvVaw3YuDV2W32b9jkDENrkFvIH&ust=1519920493749123)
Terdapat 2 alasan perubahan dalam kategori proses kognitif yang
berbentuk kata benda diubah atau diganti dengan menggunakan kata kerja
(Anderson & Krathwohl, 2010: 399) yaitu: 1) kata kerja mempresentasikan
proses-proses kognitif yang dijelaskan dengan teori dan hasil penelitian kognitif
dan 2) kata kerja merupakan jenis-jenis proses yang lazim dijumpai dalam
rumusan tujuan dan rencana unit pengajaran guru. Kategori proses kognitif
merupakan pengklasifikasian proses-proses kognitif siswa secara komperhensif
yang memiliki tujuan yang terdapat dalam bidang pengetahuan. Tujuan dalam
kategori kognitif yang paling banyak dijumpai dalam tujuan-tujuan di bidang
pendidikan, yaitu mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta (Anderson & Krathwohl, 2015: 99).
1. Mengingat
Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari
memori jangka panjang. Mengingat berisikan dua prose kognitif yang lebih
spesifik, yaitu mengenal dan mengingat kembali. Nama lain dari mengingat
adalah mengidentifikasi dan mengambil (Anderson & Krathwohl, 2015: 99).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2. Memahami
Memahami adalah mengonstruksi makna dari materi pembelajaran,
termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Memahami
mencakup tujuan proses kognitif yaitu menafsirkan, mencontohkan,
mengklasifikasi, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.
Nama lain dari memahami adalah mengklarifikasi, memparafrasakan,
merepresentasi, menerjemahkan, mengilustrasikan, memberi contoh,
mengategorikan, mengelompokkan, mengabstraksi, menggeneralisasi,
menyarikan, mengekstrapolasi, menginterpolasi, memprediksi, mengontraskan,
memetakan, mencocokkan, membuat model (Anderson & Krathwohl, 2015: 100).
3. Mengaplikasikan
Mengaplikasikan berarti menerapkan atau menggunakan suatu prosedur
dalam keadaan tertentu. Mengaplikasikan mencakup dua proses kognitif yaitu
mengeksekusi dan mengimplementasikan. Nama lain dari mengaplikasikan adalah
melaksanakan dan menggunakan (Anderson & Krathwohl, 2015: 116).
4. Menganalisis
Menganalisis berarti memecah-mecahkan materi jadi bagian-bagian
penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan
antar bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan. Menganalisis
berisikan tiga proses kognitif yaitu membedakan, mengorganisasi, dan
mengatribusikan. Nama lain dari menganalisis adalah mendekonstruksi (Anderson
& Krathwohl, 2015: 120).
5. Mengevaluasi
Mengevaluasi ialah mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan
standar. Mengevaluasi mencakup proses kognitif memeriksa dan mengkritik.
Nama lain dari mengevaluasi adalah mengoordinasi, mendeteksi, memonitor,
menguji, dan menilai (Anderson & Krathwohl, 2015: 125).
6. Mencipta
Mencipta adalah memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang
baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinil. Mencipta
mencakup proses kognitif merumuskan, merencanakan, dan memproduksi. Nama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
lain dari mencipta adalah membuat hipotesis, mendesain, dan mengkonstruksi
(Anderson & Krathwohl, 2015: 128).
Gambar 2.2 Dimensi Proses Kognitif
(Sumber: https://3.bp.blogspot.com/-tshFDIUn_wA/V56BM0jZCXI/AAAAAAAAAJs/-
Tog0lwwqCIDQU73B2_vWrnIHNb5T5ORgCLcB/s1600/penelusuran%2Banderson.jpg )
Berdasarkan keenam tingkatan berpikir kognitif Benyamin S Bloom,
penelitian hanya mengambil dua aspek yaitu kemampuan mengaplikasi dan
menganalisis.
2.1.1.6 Proses Kognitif Kemampuan Mengaplikasi dan Menganalisis
1. Kemampuan Mengaplikasi
Proses Mengaplikasi melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu
untuk mengerjakan soal latian atau menyelesaikan masalah. Kategori
mengaplikasi terdiri dari dua proses kognitif, yaitu mengeksekusi dan
mengimplementasikan (Anderson & Krathwohl, 2015: 116). Kategori
mengaplikasi terdiri dari dua proses kognitif, yaitu mengeksekusi ketika tugasnya
hanya soal latihan (yang familiar) dan mengimplementasikan ketika tugasnya
merupakan masalah (yang tidak familiar). Apabila tugas yang diberikan adalah
soal latihan yang familiar, siswa umumnya sudah mengetahui prosedural yang
harus digunakan. Akan tetapi, apabila tugasnya adalah terkait masalah yang tidak
familiar, siswa harus menentukan pengetahuan apa yang akan digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
a. Mengeksekusi
Menerapkan prosedur-prosedur ketika menghadapi tugas yang sudah familiar,
(misalnya siswa belajar membagi sebuah angka dengan angka lain, dan kedua
angka tersebut terdiri dari beberapa digit).
b. Mengimplementasikan
Mengimplementasikan berlangsung saat siswa memilih dan menggunakan
sebuah prosedur untuk menyelesaikan tugas yang tidak familiar, (misalnya,
menggunakan hukum gravitasi pada konteks yang tepat).
Penelitian memfokuskan penelitiannya terhadap tiga aspek kemampuan yaitu
mengimplementasikan, menggunakan, dan melaksanakan.
2. Kemampuan Menganalisis
Menganalisis adalah proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian
kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antar setiap bagian
dan struktur keseluruhannya. Kategori proses menganalisis terdiri dari proses
kognitif membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan (Anderson &
Krathwol, 2015: 120). Kategori proses menganalisis ini meliputi proses-proses
kognitif membedakan, mengorganisasikan, dang mengatribusikan. Berikut adalah
penjelasan dari setiap kategori dalam kemampuan menganalisis (Anderson &
Krathwol, 2015: 120).
a. Membedakan
Proses memilah-milah bagian-bagian yang relevan atau penting dari sebuah
struktur. Membedakan terjadi sewaktu siswa mengdiskriminasikan informasi yang
relevan dan tidak relevan, yang penting dan tidak penting, dan kemudian
memperhatikan informasi yang relevan dan tidak relevan. Misalnya membedakan
antara angka-angka yang relevan dan yang tidak relevan dalam pembelajaran
matematika. Nama lain dari kategori membedakan adalah menyendirikan,
memilah, memfokuskan, dan memilih (Anderson & Krathwohl, 2015: 122).
b. Mengorganisasi
Proses mengidentifikasi elemen-elemen komunikasi atau situasi dan proses
mengenali bagaimana elemen-elemen ini membentuk sebuah struktur yang
heterogen. Misalnya menunjukkan garis besar buku teks tentang statistik dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
pembelajaran matematika. Nama lain dari kategori mengorganisasikan adalah
menemukan, koherensi, memadukan, membuat garis besar, mendeskripsikan
peran, dan menstrukturkan (Anderson & Krathwohl, 2015: 123).
c. Mengatribusikan
Menentukan sudut pandang, pendapat, nilai, atau tujuan dibalik komunikasi.
Misalnya, menentukan sudut pandang pengarang suatu esai melalui topik yang
kontroversial dalam pelajaran ilmu sosial. Kata lain dari kategori mengatribusikan
adalah mendekontruksi misalnya, ketika siswa diberi informasi, mereka dapat
menentukan sudut pandang atau tujuan pengarang (Anderson & Krathwohl, 2015:
120).
Peneliti memfokuskan penelitiannya terhadap tiga aspek kemampuan yaitu
membedakan informasi, membuat garis besar, dan mendeskripsikan.
2.1.1.7 Pembelajaran IPA
IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta
dengan segala isinya (Samatowa, 2011: 2). IPA merupakan suatu cara atau metode
untuk mengamati alam, cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap,
cermat, serta menghubungkannya antara suatu fenomena dengan fenomena lain,
sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek
yang diamatinya (Nash, dalam Samatowa, 2011: 3).
IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis
yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh
manusia (Samatowa, 2011: 3). IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan
gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku
umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen atau sistematis
(teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri,
satu dengan yang lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga
seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh. Sedangkan berlaku umum artinya
pengetahuan ini tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang
dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau
konsisten (Powler, dalam Samatowa, 2011: 3). IPA tidak hanya merupakan
kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah (Winaputra, dalam Samatowa,
2011: 3). IPA adalah sebuah ilmu pengetahuan yang mempunyai objek dan
menggunakan metode ilmiah (Samatowa, 2011: 3).
Pengajaran IPA di Sekolah Dasar perlu memberikan kesempatan anak
untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA dan yang perlu
dimodifikasikan dengan tahap perkembangan kognitifnya (Samatowa, 2011: 5).
Keterampilan proses sains atau IPA adalah mengamati, mencoba memahami apa
yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk memprediksi apa yang
terjadi, dan menguji prediksi-prediksi di bawah kondisi-kondisi itu untuk melihat
kebenarannya (Paolo & Marten, dalam Samatowa, 2011: 5).
2.1.1.8 Materi IPA mengenai Siklus Air
Materi IPA pada penelitian ini diambil dari Tema 2 yaitu “Peristiwa dalam
Kehidupan” dengan subtema 2 “Peristiwa-peristiwa Penting”. Materi IPA yang
difokuskan pada tema ini yaitu mengenai “Siklus Air”. Meskipun materi siklus air
hanya dibatasi mengenai : proses siklus air, akibat dari siklus air, dan manfaat air
dalam kehidupan. Kompetensi Dasar yang diambil yaitu 3.5 Mendeskripsikan
siklus air dan dampaknya pada peristiwa di bumi serta kelangsungan makhluk
hidup.
1. Proses Siklus Air
Siklus atau daur artinya peristiwa atau rentetan kejadian alam yang terjadi
terus-menerus dan berulang-ulang tanpa henti. Kejadian alam tersebut salah satu
diantaranya adalah siklus air.
Gambar 2.3 Proses Siklus Air
(Sumber : https://tematiku.blogspot.co.id/2016/12/pembelajaran-1-tema-2-subtema-2.html)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Akibat sinar matahari, air yang ada di lautan dan daratan sebagian
menguap. Uap air ini akan naik ke atmosfer. Di atmosfer bumi, uap air tadi
mengalami peristiwa pengembunan menjadi titik-titik air. Titik-titik air ini
kemudian mengumpul membentuk awan. Pada lapisan tertentu di atmosfer bumi,
terdapat lapisan udara yang bersuhu sangat dingin. Pada lapisan inilah, butiran-
butiran air tadi mengalami pembekuan dan pemadatan atau mengalami kondensasi
menjadi butiran-butiran es. Pada keadaan ini, kita akan melihat bentuk awan
menebal dan menghitam. Jika butiran-butiran es ini sudah terkumpul sangat
banyak, maka volume air beku menjadi banyak. Akibatnya kumpulan butiran-
butiran es ini akan memiliki massa yang sangat besar. Tentu saja massa air ini
akan terkena tarikan gravitasi bumi menuju pusat bumi. Akibatnya butiran-butiran
es ini akan jatuh ke permukaan bumi berupa air hujan (Hermana, 2009: 166).
Air hujan ini kemudian jatuh ke berbagai permukaan bumi. Ada yang
meresap dalam tanah, ada juga yang langsung mengalir ke sungai, danau, dan ada
yang jatuh kembali ke lautan luas. Siklus ini akan terus berlangsung sehingga
bumi kita tidak akan pernah kering. Peristiwa perputaran air di alam yang terjadi
secara berulang dan terus menerus ini disebut siklus air (Hermana, 2009: 166).
2. Akibat dari Siklus Air
Hujan dapat membersihkan udara dan tumbuh-tumbuhan. Hujan dapat
membuat lingkungan menjadi segar, bersih, dan nyaman. Namun, hujan asam
dapat menyebabkan kerusakan bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mencemari
lingkungan. Demikian pula jika hujan dangat deras dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan banjir. Banjir disebabkan oleh sungai yang tidak mampu
menampung aliran air yang mengalir pada saat yang bersamaan dengan volume
yang sangat besar. Akibatnya air meluap menjadi banjir merusak daerah pinggiran
aliran sungai, daerah perkotaan, dan merusak apa saja yang dilaluinya (Hermana,
2009: 167).
Banjir dapat juga disebabkan air hujan yang tidak dapat tertahan di lereng
gunung, perbukitan, dan daerah penampung air hujan. Umumnya lereng
pegunungan dan perbukitan berupa hutan-hutan yang mampu menahan limpahan
air hujan. Hutan-hutan ini bermanfaat dan berguna untuk mengendalikan curahan
air hujan. Jika terdapat banyak hutan, berarti banyak terdapat pepohonan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
dedaunan, semak belukar, rerumputan, dan humus yang tebal di permukaan tanah.
Ketika terjadi hujan deras, air hujan tersebut akan tertahan oleh pepohonan,
humus, semak belukar, rerumputan, sehingga air hujan mudah masuk dan meresap
ke dalam tanah. Itulah sebabnya, di lingkungan hutan banyak sekali ditemukan
mata air. Air dari mata air semacam ini rasanya segar, bening, dan sangat bersih.
Mata air ini banyak mengandung mineral karena meresap ke dalam tanah dan
mengalir tiada henti (Hermana, 2009: 167).
Sebaliknya, jika di lereng gunung dan perbukitan sudah tidak berupa hutan
lagi karena sudah dibakar, dibabat, dirusak, ditebangi, sehingga menjadi gundul
dan gersang, maka tidak ada lagi humus. Sehingga apabila air hujan turun dengan
deras dan lama maka air hujan ini tidak ada yang menahannya, dan langsung
tumpah ke permukaan tanah. Tanah humus tidak mampu menyerap air begitu saja.
Akibatkan air langsung mengalir, mengikis, dan merusak tanah humus dan
terbawa aliran air ke sungai (Hermana, 2009: 167).
3. Manfaat Air dalam Kehidupan
Manfaat air untuk kelangsungan hidup manusia, hewan, dan tumbuhan. Aliran
air sungai dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik. Air juga untuk kegiatan
olahraga : selancar, untuk kolam renang, memancing, dan lain sebagainya
(Hermana, 2009: 167).
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan
2.2.1 Penelitian tentang Model Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization
(TAI)
Murti, Wiyono, dan Jamaluddin (2015) bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan kognitif Fisika siswa kelas X MIA 7 SMA Negeri 1 Karanganyar
tahun pelajaran 2014/2015 pada materi pokok Fluida Statis dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) dan
meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas X MIA 7 SMA Negeri 1 Karanganyar
tahun pelajaran 2014/2015 pada materi pokok Fluida Statis dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI).
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
menggunakan model Kolaboratif berdasarkan Kurt Lewin, yang dilaksanakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dalam dua siklus.
Data diperoleh melalui pengamatan, wawancara dengan guru, ulangan harian,
angket dan kajian dokumen. Subjek penelitian adalah siswa kelas X MIA 7 SMA
Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2014/2015 sebanyak 32 siswa Hasil dari
penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
TAI dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa kelas X MIA 7 dengan
ketuntasan belajar siswa mencapai 81,25% dari KKM sebesar 75; (2) penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa kelas X MIA 7. Lima indikator aktivitas belajar siswa yang menjadi fokus
penelitian diperoleh hasil sebagai berikut: (1) antusiasme siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar mencapai 90,2%, (2) interaksi siswa dengan guru mencapai
64,775%, (3) interaksi siswa dengan siswa mencapai 80%, (4) kerjasama
kelompok mencapai 78.485%, (5) partisipasi dalam menyimpulkan hasil
pembahasan mencapai 57,41%.
Vitria, Utami, dan Mulyani (2014) bertujuan untuk meningkatkan kualitas
proses dan prestasi belajar siswa pada materi larutan penyangga melalui
penerapan metode pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI)
dilengkapi handout. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang dilaksanakan dalam dua siklus. Pelaksaan penelitian ini menggunakan sistem
refleksi diri yamg dimulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi, dan
perencanaan kembali sebagai dasar untuk pelaksanaan tindakan hasil dari adanya
permasalahan pada siklus I. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA
4 SMA Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2013/2014. Sumber data berasal
dari guru, siswa, dan observer. Teknik Pengumpulan data adalah dengan
wawancara, observasi, dokumentasi, angket, dan tes. Selanjutnya data dianalisis
secara deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian tersebut memperlihatkan bahwa
penerapan metode pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI)
dilengkapi Handout dapat meningkatkan kualitas proses siswa pada materi larutan
penyangga.
Wulandari, Sujana, dan Ganing (2014) bertujuan untuk mengetahui
perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang di belajarkan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI siswa yang di belajarkan melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus VIII Kedewatan Kecamatan
Ubud Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah eksperimen
semu. Desain penelitian ini menggunakan “Posstest-Only Control Design”.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus VIII
Kedewatan Kecamatan Ubud Gianyar dengan jumlah populsi 179 siswa. Sampel
diambil dengan teknik randomsampling dengan jumlah 60 siswa yang terdiri dari
dua sekolah yaitu siswa Kelas V SD Negeri 2 Kedewatan sebagai kelas
eksperimen dan siswa Kelas V SD Negeri 1 Kedewatan sebagai kelas kontrol.
Data hasil belajar IPS menggunakan tes pilihan ganda yang dianalisis dengan
teknik t-test. Hasil dari penelitian tersebut memperlihatkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus VIII
Kedewatan Kecamatan Ubud Gianyar Tahun pelajaran 2013/2014 antara siswa
yang melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan siswa yang
melaksanakan pembelajaran konvensional (t hitung = 3,69 > t tabel = 2,00 ; p >
0,05). Rata-rata nilai pada kedua kelompok, diketahui rata-rata nilai kelompok
eksperimen lebih dari kelompok kontrol ( X 174,66 > X 2 67).
2.2.2 Penelitian tentang kemampuan Mengaplikasi dan Menganalisis
Sartika dan Nuroh (2016) bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi
pembelajaran IPA berbasis pendekatan Keterampilan Proses Sains untuk melatih
keterampilan berpikir analisis siswa SMP. Metode penelitian menggunakan
deskriptif kuantitatif melalui pendekatan eksperimen one group pretest and
posttest design dengan 1 kelas eksperimen yaitu kelas VII E di SMPN ZZ
Sidoarjo. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi. Instrumen
penelitian menggunakan lembar pengamatan keterampilan RPP. Hasil dari
penelitian tersebut memperlihatkan bahwa implemntasi pembelajaran IPA
berbasis pendekatan keterampilan proses sains terlaksana baik dengan skor aspek
pendahuluan 3,5; skor aspek kegiatan inti 3,7; dan skor aspek penutup 3,6 di mana
tiap langkah-langkah pembelajaran melatih keterampilan berpikir kritis.
Purba dan Barus (2015) bertujuan untuk mengetahui efektivitas model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap kemampuan menganalisis unsur
intrinsik cerpen Peradilan Rakyat karya Putu Wijaya oleh siswa kelas X SMA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Swasta Marisi Medan Tahun Pembelajaran 2015/2016. Populasi penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas X SMA Swasta Marisi Medan yang berjumlah 109
orang. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X-1 yang berjumlah 36 orang.
Dalam menentukan jumlah sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.
Metode penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain two group post-
test design. Instrumen yang digunakan adalah tes objektif pilihan berganda. Nilai
rata-rata kelas kontrol adalah 64,8, sedangkan nilai rata-rata kelas eksperimen
adalah 77,7. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kelas
eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata kelas kontrol. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan menggunakan uji “t”. Dari perhitungan uji hipotesis diperoleh
thitung = 7,96 selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel pada taraf signifikansi 5%
dengan df = n-1 = 36-1 = 36. Dari df = 35 diperoleh taraf signifikansi sebesar
2,03. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa
th > ttabel , yakni 7,96 > 2,03. Dengan demikian, hipotesis alternatif (Ha)
diterima. Hasil dari penelitian tersebut memperlihatkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih efektif dibandingkan model
pembelajaran ekspositori terhadap kemampuan menganalisis unsur intrinsik
cerpen Peradilan Rakyat karya Putu Wijaya oleh siswa kelas X SMA Swasta
Marisi Medan Tahun Pembelajaran 2015/2016.
Basyiruddin, Rintayati & Sukarno (2014) bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan menganalisis tentang konsep gaya melalui pembelajaran reciprocal
teaching. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri
dari dua siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
wawancara, dokumentasi, dan tes. Validitas data penelitian ini menggunakan
triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Teknik analisis data yang digunakan
adalah model analisis interaktif. Hasil dari penelitian tersebut memperlihatkan
bahwa melalui pembelajaran reciprocal teaching dapat meningkatkan kemampuan
menganalisis tentang konsep gaya pada siswa kelas V SD Negeri 01 Bukuran.
Penelitian-penelitian yang relevan tersebut menggunkan populasi siswa
SD dan SMA dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) sebagai variabel independen penelitian. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Team
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Assisted Individualization (TAI) berpengaruh terhadap variabel dependen.
Meskipun demikian, belum banyak penelitian yang menggunakan variabel
dependen berupa kemampuan mengaplikasi dan menganalisis. Hal ini dibuktikan
melalui beberapa hasil penelitian yang relevan tentang kemampuan mengaplikasi
dan menganalisis Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) terhadap kemampuan mengaplikasi dan
menganalisis siswa kelas V di SD Kanisisus Wirobrajan 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
2.2.3 Literature Map
Literature Map berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya dapat digambarkan
sebagai berikut :
--------------------------
Gambar 2.4 Literature Map
2.3 Kerangka Berpikir
Siswa kelas V SD berada dalam tahapan operasional konkret yaitu pada
usia 7-11 tahun. Tahap operasional konkret ini ditandai dengan perkembangan
kognitif dari sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang
logis. Anak sudah dapat memperkembangkan operasi-operasi logis. Ciri tersebut
Tipe TAI
Murti, Wiyono, & Jamaluddin
(2015)
Team Assisted Individualization
(TAI) – aktifitas belajar
Proses Kognitif
Vitria, Utami & Mulyani (2014)
Team Assisted Individualization
(TAI) - kualitas proses dan
prestasi belajar
Purba & Barus (2015)
Jigsaw - kemampuan
menganalisis
Sartika & Nuroh (2016)
proses keterampilan Sains
– keterampilan berpikir
analisis
Basyiruddin, Rintayati &
Sukarno (2014)
reciprocal teaching –
kemampuan menganalisis
Wulandari, Sujana & Ganing
(2014)
Team Assisted Individualization
(TAI) – hasil belajar IPS
Yang perlu diteliti :
Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) – kemampuan mengaplikasi dan
menganalisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
sesuai dengan karakteristik pada pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran
kooperatif adalah sebuah model pembelajaran yang memadukan antara
kemampuan individu yang heterogen dengan kemampuan siswa secara
berkelompok. Model pembelajaran kooperatif tepat digunakan untuk siswa kelas
atas karena siswa kelas atas dianggap lebih mampu melakukan pembelajaran
kooperatif atau berkelompok . Namun, siswa kelas V masih memerlukan bantuan
(scaffolding) dalam belajar, sehingga tipe yang cocok digunakan adalah tipe Team
Assisted Individualization (TAI). Tipe Team Assisted Individualization (TAI)
adalah salah satu tipe yang dimiliki oleh model pembelajaran kooperatif. Dalam
tipe ini, guru membimbing siswa untuk berkelompok, setiap anggota kelompok
mempunyai tugas yang setara. siswa mempunyai tagung jawab belajar individu,
hasil belajar individu akan dibawa dalam kelompok untuk didiskusikan dengan
anggota kelompoknya. Guru akan memberikan bantuan secara individu bagi siswa
yang memerlukan. Siswa yang pandai ikut membantu temannya yang lemah
dalam kelompoknya. Perkembangan kognitif siswa dapat ditentukan dari proses
kognitifnya, yaitu mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta.
Kemampuan mengaplikasi dan menganalisis merupakan proses kognitif
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan mengingat dan memahami. Kedua
proses kognitif tersebut sangat penting dimiliki oleh seorang siswa agar dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Mengaplikasi adalah menerapkan
atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu. Sedangkan
menganalisis memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan
menentukan hubungan-hubungan antara bagian itu dan hubungan antara bagian-
bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan.
Beberapa sekolah yang ada di Yogyakarta pada umumnya masih memakai
KTSP. Dalam penerapannya, KTSP perlu didukung dengan suatu model
pembelajaran yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor, agar
dapat menunjang siswa dalam mengembangkan kemampuannya secara maksimal.
Selain itu, model pembelajaran yang diterapkan setidaknya dapat memfasilitasi
untuk belajar pada tahap mengaplikasi dan menganalisis. Model pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) menjadi solusi yang tepat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
untuk memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemampuan mengaplikasi dan
menganalisis. Model pembelajaran ini juga tepat diterapkan pada pelajaran IPA
yang dalam pembelajarannya banyak melakukan percobaan-percobaan. Salah satu
materi yang akan dipelajari dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualization (TAI) iyalah “Siklus Air”. Jika model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) diterapkan
pada materi siklus air untuk siswa kelas V SD, penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) akan berpengaruh terhadap
kemampuan mengaplikasi dan menganalisis siswa.
2.4 Hipotesis Penelitian
2.4.1 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) berpengaruh terhadap kemampuan mengaplikasi
pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta
semester gasal tahun ajaran 2017/2018.
2.4.2 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) berpengaruh terhadap kemampuan menganalisis
pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta
semester gasal tahun ajaran 2017/2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III berisi komponen-komponen yang digunakan dalam penelitian.
Komponen tersebut meliputi jenis penelitian, setting penelitian, populasi dan
sampel penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian, teknik pengujian instrumen, dan teknik analisis data. Komponen-
komponen tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi-
experimental design tipe pretest-posttest non equivalent group design (Cohen,
Manion, & Morrison, 2007: 283). Dalam penelitian eksperimental, peneliti
melihat pengaruh-pengaruh dari setidaknya satu variabel independen pada satu
atau lebih variabel dependen (Fraenkel dkk, 2012: 265). Penelitian eksperimen ini
berusaha menentukan suatu treatment mempengaruhi hasil sebuah penelitian.
Pengaruh ini dinilai dengan memberikan treatment tertentu di salah satu
kelompok, dan tidak menerapkannya di kelompok lain. Kelompok yang diberikan
treatment sering disebut sebagai kelompok treatment atau kelompok eksperimen,
sedangkan kelompok yang tidak diterapkan treatment disebut dengan kelompok
kontrol (Keepler dalam Creswell, 2009: 19).
Rancangan penelitian ini menggunakan Quasi-experimental design tipe
pretest-posttest non equivalent group design dengan kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen yang dipilih tanpa rendem (Cohen, Manion, & Morrison,
2007: 283). Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara
rendem karena peneliti tidak memiliki wewenang dalam merubah kelas, sehingga
penelitian menggunakan kelas yang sudah ada. Kelompok kontrol adalah
kelompok yang tidak diberikan perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualalization (TAI) melainkan menggunakan model
pembelajaran konvensional, sedangkan kelompok eksperimen adalah kelompok
yang diberikan perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualalization (TAI). Kedua kelompok tersebut akan diberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
pretest dan posttest. Pretest ini diberikan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
awal kedua kelompok, sedangkan posttest diberikan dengan tujuan untuk
mengetahui pengaruh perlakuan yang sudah dilakukan pada kelompok
eksperimen.
Hasil penelitian menggunakan pretest dan posttest atau pengaruh kausal
dari intervensi dapat dihitung dengan tiga langkah yaitu sebagai berikut: (1) skor
posttest dikurangi skor pretest pada kelompok eksperimen menghasilkan skor 1,
(2) skor posttest dikurangi skor pretest pada kelompok kontrol menghasilkan skor
2, dan (3) skor 1 dikurangi skor 2 (Campbell & Stanley, 2007: 276). Berdasarkan
Campbell dan Stanley, efek dari intervensi eksperimental dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut.
Gambar 3.1 Rumus Pengaruh Perlakuan
Jika hasil perhitungannya lebih besar dari nol, maka ada pengaruh perlakuan
(Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 276-277). Gambar desain dari penelitian ini
sebagai berikut.
Gambar 3.2 Desain Penelitian
Keterangan :
O1 = Rerata skor pretest kelompok eksperimen
O2 = Rerata skor posttest kelompok eksperimen
O3 = Rerata skor pretest kelompok kontrol
O4 = Rerata skor posttest kelompok kontrol
X = Perlakuan (treatment) dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Team Assisted Individualalization (TAI)
Garis putus-putus pada gambar desain penelitian menunjukkan bahwa cara
penentuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak secara random,
tetapi dengan mengambil kelas klasikal yang sudah ada (Cohen, Manion, &
Eksperimen O1 X O2
-------------------------
Kontrol O3 O4
(O2 – O1) – (O4 – O3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Morrison, 2007: 283). Selain itu garis putus-putus juga berfungsi sebagai pemisah
antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen yang disebut dengan non
equivalent group design (Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 283).
3.2 Setting Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Wirobrajan 1 yang beralamat di
Jalan HOS Cokroaminoto 8, Keluarahan Pakuncen, Kecamatan Wirobajan, Kota
Yogyakarta. SD Kanisius Wirobrajan 1 sudah terakreditasi A. Jumlah guru di SD
Kanisius Wirobrajan 1 adalah sejumlah 19 guru, dan jumlah siswa dari kelas I-IV
berjumah 323 siswa. Memiliki kelas paralel sebanyak 12 kelas. Kelas yang paralel
dari kelas I-VI. Masing-masing kelas kurang lebih terdiri dari 35 siswa.
Kurikulum yang digunakan di SD Kanisius Wirobrajan 1 kelas I dan IV
menggunakan kurikulum 2013, kelas II dan III menggunakan kurikulum tematik
KTSP, kelas V dan VI menggunakan KTSP. Fasilitas yang dimiliki SD Kanisius
Wirobrajan 1 yaitu memiliki lap komputer, ruang doa, lap IPA, ruang olahraga,
dan dari kelas IV-VI sudah terdapat LCD proyektor.
Peneliti memilih SD Kanisius Wirobrajan 1 sebagai tempat penelitian
karena SD ini memiliki siswa yang berasal dari berbagai kalangan. SD Kanisius
Wirobrajan 1 belum pernah mengimplementasikan model pembelajaran Team
Assisted-Individualization (TAI). Sekolah ini juga memiliki kelas paralel sehingga
tepat jika digunakan untuk penelitian eksperimental. Selama pembelajaran, guru
menyampaikan materi dengan cara memberi penjelasan, sedangkan siswa tidak
terlalu dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini tempat
yang digunakan untuk pretest, posttest I, dan implementasi menggunakan tempat
yang tetap. Hal ini, dilakukan untuk mengendalikan validitas internal penelitian
berupa lokasi dapat dikendalikan dengan baik.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester gasal tahun ajaran 2017/2018.
Pengambilan data penelitian disesuaikan dengan jadwal kalender pendidikan dari
SD Kanisius Wirobrajan 1, dimulai pada tanggal 30 September 2017 sampai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dengan 18 Oktober 2017. Pengambilan data eksperimental dilakukan dalam waktu
yang relatif singkat. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya bias
dalam penelitian yang dilakukan. Tujuan melakukan penelitian hanya dalam
waktu dua minggu untuk mengendalikan tingkat ancaman terhadap validitas
internal penelitian berupa sejarah (history), difusi treatment, maturasi, dan
mortalitas agar bisa dikendalikan dengan baik (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012:
283). Jadwal pengambilan data penelitian di kelompok kontrol maupun
eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut ini. Berikut ini adalah tabel jadwal
pengambilan data yang dilakukan peneliti di SD Kanisius Wirobrajan 1.
Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data
Kelompok
Eksperimen
Hari/Tanggal Materi Alokasi Waktu
Sabtu/30 September
2017
Pretest 2 x 35 menit
Senin/02 Oktober
2017
Penelitian 1 (Pengertian siklus air dan
proses siklus air)
2 x 35 menit
Rabu/04 Oktober 2017 Penelitian 2 (Manfaat air dalam
kehidupan sehari-hari)
2 x 35 menit
Senin/09 Oktober
2017
Penelitian 3 (Kegiatan manusia yang
mempengaruhi siklus air)
2 x 35 menit
Rabu/11 Oktober 2017 Penelitian 4 (Percobaan terjadinya
banjir)
2 x 35 menit
Sabtu/14 Oktober
2017
Posttest I 2 x 35 menit
Rabu/18 Oktober 2017 Posttest II 2 x 35 menit
Kelompok
Kontrol
Sabtu/30 September
2017
Pretest
Selasa/03 Oktober
2017
Penelitian 1 (Pengertian siklus air dan
proses siklus air)
2 x 35 menit
Jumat/06 Oktober
2017
Penelitian 2 (Manfaat air dalam
kehidupan sehari-hari)
2 x 35 menit
Selasa/10 Oktober
2017
Penelitian 3 (Kegiatan manusia yang
mempengaruhi siklus air)
2 x 35 menit
Jumat/13 Oktober
2017
Penelitian 4 (Percobaan terjadinya
banjir)
2 x 35 menit
Sabtu/14 Oktober
2017
Posttest I 2 x 35 menit
Rabu/18 Oktober 2017 Posttest II 2 x 35 menit
3.3 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu objek yang
merupakan perhatian peneliti. Objek penelitian dapat berupa mahluk hidup,
benda-benda, sistem dan prosedur, fenomena, dan lain-lain (Kountour, 2003:
137). Populasi adalah kelompok individu dengan setidaknya memiliki satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
karakteristik umum yang membedakan kelompok tersebut dengan kelompok lain
(Best and Kahn, 2006: 13). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas V di SD Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta yang terdiri dari
34 laki-laki dan 24 perempuan dengan jumlah keseluruhan ada 58 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika
tidak ada populasi (Darmawan, 2013: 138). Pada umumnya kita tidak bisa
mengadakan penelitian kepada seluruh anggota dari suatu populasi karena terlalu
banyak, yang bisa kita lakukan adalah mengambil beberapa representatif dari
suatu populasi kemudian diteliti. Representatif dari populasi ini yang dimaksud
dengan sampel (Kountour, 2003: 138).
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan desain non
probability sampling tipe convenience sampling. Teknik convenience sampling
merupakan pemilihan sampel yang digunakan untuk penelitian pendidikan dengan
menggunakan kelas yang tersedia karena keterbatasan administrasi untuk memilih
secara acak (Best & Kahn, 2006: 18). Sampel penelitian diperoleh dengan cara
pengundian yang disaksikan oleh guru mata pelajaran IPA kelas V yang menjadi
guru mitra dalam penelitian ini. Guru mitra inilah yang memberikan pembelajaran
bagi kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Hal tersebut bertujuan
untuk mengurangi faktor bias dalam penelitian ini. Hasil pengundian
menunjukkan bahwa kelas VA sebagai kelompok kontrol dan kelas VB sebagai
kelompok eksperimen.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah kelas VA sebagai
kelompok kontrol sebanyak 29 siswa dan kelas VB sebagai kelompok eksperimen
sebanyak 29 siswa. Kelompok kontrol merupakan kelompok yang tidak
mendapatkan perlakuan (treatment), sedangkan kelompok eksperimen adalah
kelompok yang mendapatkan perlakuan (treatment) dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualalization (TAI). Pembelajaran pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilaksanakan oleh guru yang sama,
hal ini dimaksudkan untuk mengendalikan ancaman terhadap validitas internal
penelitian berupa implementasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
3.4 Variabel Penelitian
Variabel adalah kondisi atau karakteristik yang dimanipulasi oleh
eksperimen, kontrol, atau pengamatan (Best & Khas, 2006: 167). Variabel
biasanya dibedakan berdasarkan dua karakteristik yaitu susunan temporal dan
pengukurannya (atau observasi) (Creswell, 2012: 76). Jenis variabel yang
digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu variabel bebas
(independent variable) dan variabel terikat (dependenent variable). Jenis variabel
tersebut digunakan dalam penelitian ini karena sesuai dengan tujuan penelitian
eksperimen yaitu melihat pengaruh.
3.4.1 Variabel Independen
Variabel independen adalah kondisi atau karakteristik yang dimanipulasi
atau dikendalikan oleh eksperimen dalam usahanya untuk memastikan hubungan
mereka dengan fenomena yang diamati. Variabel independen dapat berupa
metode pengajaran, jenis bahan ajar, periode paparan kondisi tertentu, atau atribut
seperti jenis kelamin atau tingkat kecerdasan (Best & Kahn, 2006: 168). Variabel
independen dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualalization (TAI). Tipe Team Assisted Individualalization (TAI)
yang digunakan terdiri dari delapan langkah yaitu (1) placement test, (2) teams,
(3) teaching group, (4) student creative, (5) team study, (6) test, (7) team scores
and team recognition, (8) whole-class unit.
3.4.2 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah kondisi atau karakteristik yang muncul, hilang,
atau berubah saat eksperimen mengenalkan, menghilangkan, atau mengubah
variabel independen dalam penelitian, variabel dependen bisa berupa skor tes,
jumlah kesalahan, atau kecepatan terukur dalam melakukan suatu tugas. Dengan
demikian, variabel dependen adalah perubahan terukur pada kinerja murid yang
disebabkan oleh pengaruh variabel independen (Best & Khan, 2006: 168).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan mengaplikasi dan
menganalisis. Kemampuan Mengaplikasi mencakup dua proses kognitif yaitu
mengeksekusi dan mengimplementasikan. Sedangkan untuk kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Menganalisis berisikan tiga proses kognitif yaitu membedakan, mengorganisasi,
dan mengatribusikan.
Variabel Independen Variabel dependen
Gambar 3.3 Pemetaan Variabel Penelitian
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes. Tes
adalah suatu alat pengukur yang berupa serangkaian pertanyaan yang harus
dijawab secara sengaja dalam situasi yang distandardisasikan, bertujuan untuk
mengukur kemampuan dan hasil belajar individu atau kelompok (Masidjo, 2010:
38).
Peneliti menggunakan tes berbentuk essai untuk mengumpulkan data. Tes
uraian atau tes essai adalah tes yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengorganisasikan jawabannya secara bebas sesuai dengan kemampuannya
dengan bahasannya sendiri atau sejumlah item yang relatif kecil dan tuntutan
jawaban yang benar, relevan, lengkap, berstruktur, jelas (Masidjo, 2010: 46). Tes
essai menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan
terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi (Arikunto, 2012: 177).
Kelebihan tes essai adalah pertama tes essai tepat untuk menilai proses berpikir
yang melibatkan aktivitas kognitif tingkat tinggi dan tidak semata-mata hanya
mengingat dan memahami fakta atau konsep saja. Kedua tes essai memaksa
peserta didik untuk mengemukakan jawabannya ke dalam bahasa yang runtut
sesuai dengan gayanya sendiri. Ketiga tes essai memaksa peseta didik untuk
mempergunakan pikirannya sendiri dan kurang memberikan kesempatan untuk
sikap untung-untungan. Keempat bentuk tes essai mudah untuk disusun, maka
tidak banyak menghabis-habiskan waktu (Nurgiantoro, 2011: 118).
Tipe Team Assisted Individualalization (TAI)
Kemampuan Mengaplikasi
Kemampuan Menganalisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Ciri-ciri pertanyaan tes essai didahului dengan kata-kata seperti uraikan,
jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya. Soal
bentuk essai biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah soal
dalam waktu kira-kira 90-120 menit. Soal bentuk essai ini menuntut kemampuan
siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian-
pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes essai
menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama
harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi (Arikunto, 2012: 177).
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan memberikan
soal essai yang sama kepada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen melalui
pretest dan posttest. Pretest dilakukan untuk mengukur kemampuan awal siswa
pada kedua kelompok. Setelah dilakukan pretest, dan diperoleh data pretest,
kelompok eksperimen akan diberikan perlakuan (treatment) dengan menggunakan
model pembelajaaran kooperatif tipe Team Assisted Individualalization (TAI),
sedangkan untuk kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan khusus.
Selanjutnya, kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diberikan posttest I.
Posttest I diberikan dengan tujuan untuk mengukur ada tidaknya pengaruh dari
pemberian perlakuan (treatment) pada kelompok eksperimen dan yang tidak
diberikan perlakuan (treatment) yaitu pada kelompok kontrol. Proses
pengumpulan data penelitian dilakukan dalam waktu dua minggu untuk
menghindari bias (Krathwohl, 2004: 547). Instrumen yang digunakan untuk
pretest dan posttest baik untuk kelompok ekperimen maupun kelompok kontrol.
Hal ini dimaksudkan untuk mengendalikan ancaman terhadap validitas internal
penelitian berupa intrumentasi. Berikut ini adalah instrumen pengumpulan data
yang akan digunakan.
Tabel 3.2 Pemetaan Instrumen Penelitian
No. Kelompok Variabel Data Instrumen
1. Kontrol Mengaplikasi Skor pretest Soal essai nomor 3
Skor posttest I
Skor posttest II
Menganalisis Skor pretest Soal essai nomor 4
Skor posttest I
Skor posttest II
2. Eksperimen Mengaplikasi Skor pretest Soal essai nomor 3
Skor posttest I
Skor posttest II
Menganalisis Skor pretest Soal essai nomor 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Skor posttest I
Skor posttest II
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik
(Widoyoko, 2012: 53). Selama penelitian diperlukan instrument yang tepat untuk
mengukur variabel penelitian yang akan diukur. Penelitian ini menggunakan jenis
instrumen tes. Instrumen penelitian dalam bentuk tes uraian atau essai. Instrumen
penelitian ini terdiri dari 18 soal essai yang masing-masing nomor mewakili
tingkat kemampuan kognitif Bloom yaitu kemampuan menginat, memahami,
mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta dalam penelitian
payung. Instrumen ini digunakan oleh tiga peneliti yang masing-masing meneliti
dua kemampuan. Pembagian instrumen soal diantaranya pada instrumen soal
nomor 1a, 1b, 1c, 2a, 2b, dan 2c merupakan instrumen soal kemampuan
mengingat dan memahami. Pada instrumen soal nomor 3a, 3b, 3c, 4a, 4b, dan 4c
merupakan instrumen soal kemampuan mengaplikasi dan menganalisis. Pada
instrumen soal nomor 5a, 5b, 5c, 6a, 6b, dan 6c merupakan instrumen soal
kemampuan mengevaluasi dan mencipta. Soal berisi materi IPA kelas V dengan
Kompetensi Dasar 3.5 Mendeskripsikan siklus air dan dampaknya pada peristiwa
di bumi serta kelangsungan makhluk hidup. Instrumen yang digunakan oleh
peneliti memuat dua kemampuan yaitu kemampuan mengaplikasi dan
menganalisis. Indikator kemampuan mengaplikasi dan menganalisis dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.3 Matriks Pengembangan Instrumen
No Variabel Elemen Indikator No Soal
3 Mengaplikasi Melaksanakan Melaksanakan kegiatan pelestarian air. 3a
Menggunakan Menggunakan permasalahan sehari-hari
yang mempengaruhi terganggunya siklus
air
3b
Melaksanakan Melaksanakan usaha-usaha yang sesuai
untuk mengurangi kekeringan di suatu
daerah
3c
4 Menganalisis Membedakan
informasi
Membedakan dampak peristiwa alam
bagi kelangsungan mahkluk hidup
melalui dua gambar hutan gundul dan
hutan hijau.
4a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Membuat garis
besar
Membuat garis besar tentang langkah-
langkah penyelamatan hutan.
4b
Mendeskripsik
an peran
Mmenentukan sudut pandang dari suatu
permasalahan pencemaran air.
4c
Instrumen yang sama dipakai untuk menguji pretest dan posttest. Hal ini
dimaksudkan untuk mengendalikan ancaman terhadap validitas internal penelitian
berupa instrumentasi.
3.7 Teknik Pengujian Instrumen
Instrumen ini diujicobakan sebelum diberikan kepada responden yang
akan digunakan dalam penelitian. Pengujian instrument ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat tinggi atau rendahnya kevalidan suatu instrumen. Teknik
pengujian instrumen dalam penelitian ini berupa uji validitas dan reliabilitas.
Berikut penjabaran uji validitas dan uji reliabilitas instrumen.
3.7.1 Uji Validitas
Validitas adalah kunci terpenting dalam keberhasilan penelitian. Jika
dalam penelitian tidak valid, maka itu tidak ternilai. (Cohen, Manion, & Morrison,
2007: 133). Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dengan tepat
mengukur apa yang hendak diukur. Dengan instrumen yang valid, maka akan
menghasilkan data yang valid pula (Widoyoko, 2012: 141). Dengan kata lain,
instrumen evaluasi dipersyaratkan valid agar hasil yang diperoleh dari kegiatan
evaluasi valid (Arikunto, 2012: 79). Dalam penelitian ini validitas yang digunakan
yaitu validitas isi (content validity), validitas muka (face validity), dan validitas
konstruk (construct validity).
3.7.1.1 Validitas Permukaan
Validitas permukaan adalah kejelasan tampilan soal. Validitas muka
merupakan validitas yang menunjukkan apakah alat pengukuran atau instrumen
penelitian dari segi rupanya tampak mengukur yang ingin ukur atau tidak (Cohen,
Manion, & Morison, 2007: 163). Validator memberikan komentar terhadap
instrumen yang digunakan untuk penelitian tersebut pada soal nomor 3a, validator
memberikan komentar bahwa kata “jelaskan” bisa diganti dengan kata “tuliskan”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Pada soal nomor 3b, validator memberikan komentar bahwa kata “sebutkan” bisa
diganti dengan kata “tuliskan”. Pada soal nomor 3c, validator memberikan
komentar bahwa gambar kurang jelas, kata “di bawah” bisa diganti dengan kata
“berikut ini”, kata “sebutkan” bisa diganti dengan kata “tuliskan”, kata “ide-ide”
sebaiknya diganti “minimal 3 ide”. Selanjutnya pada soal nomor 4a, validator
memberikan komentar bahwa kata “sebutkan” bisa diganti dengan kata “tuliskan”.
Pada soal nomor 4b, validator memberikan komentar bahwa kata “garis besar”
bisa lebih dioperasionalkan lagi. Pada soal nomor 4c, validator memberikan
komentar bahwa kata “di atas” bisa diganti dengan kata “tersebut” (lihat Lampiran
3.4).
3.7.1.2 Validitas Isi
Sebuah tes dapat dikatakan memiliki validitas isi apabila mampu
merepresentasikan cakupan dan tujuan pembelajaran dengan menggunakan materi
sesuai dengan bidang yang bersangkutan (Cohen, Manion, & Marrison, 2007:
162). Validitas ini dicapai dengan meminta para ahli atau expert judgement untuk
melakukan penilaian (Creswell, 2015: 327). Validitas dalam penelitian ini
diperoleh dari pendapat dua ahli materi yaitu dosen mata kuliah IPA Biologi, dan
dua guru kelas V SD Kanisius Kalasan Yogyakarta. Validator 1 memberikan
penilaian baik dan tidak memberikan saran pada soal nomer 3 dan 4. Validator 2
memberikan saran secara lisan untuk lebih memperinci dalam rubrik penilaian
pada soal nomer 3 dan 4. validator 3 memberikan masukan pada soal nomer 3 dan
4 untuk melengkapi soal, sehingga dapat dibedakan perbedaan antara jawaban
yang mendapatkan skor dua dengan jawaban yang mendapatkan skor 4. Total skor
penilaian dari ketiga validator yaitu 3,88, 3,94, dan 3,88. Berdasarkan penilaian
tersebur diperoleh rerata skor 3,86, yang menunjukkan bahwa instrumen layak
dengan perbaikan. Sebelum digunakan sebagai instrumen penilaian di SD, peneliti
telah memperbaiki instrumen sesuai dengan masukan dari ketiga validator (lihat
Lampiran 3.4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
3.7.1.3 Validitas Konstruk
Validitas konstrak yaitu tingkat validitas ketika terdapat konsistensi antar
komponen konstruk yang satu dengan yang lain. Validitas konstruk dicapai
dengan uji empiris untuk memastikan adanya keterkaitan yang jelas dari item tes
(Cohen, Manion & Marrison, 2007: 163). Uji empiris dilakukan pada minimal 30
responden agar mendapatkan distribusi data normal (Field, 2009: 42). Peneliti
mengujikan instrumen soal tes kepada siswa kelas V SD Kanisisus Kalasan
Yogyakarta untuk memeperoleh validitas konstruk. Sekolah ini beralamatkan di
Jalan Solo, Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta 55571.
Peneliti memilih SD Kanisus Kalasan karena memiliki dua kelas paralel
dan prestasi yang kurang lebih sama dengan SD Kanisius Wirobrajan 1
Yogyakarta. SD Kanisius Kalasan juga memiliki akreditasi yang sama dengan SD
Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta yaitu terakreditasi A. Latar belakang siswa
dari kedua sekolah ini juga kurang lebih sama. Pengujian empiris ini dilakukan
pada tanggal 24 Mei 2017 dengan waktu 2 x 35 menit. Jumlah responden adalah
53 siswa. Setelah soal diujikan, soal dihitung validitasnya dengan menggunakan
rumus korelasi Pearson karena data berupa data interval yang berupa skor 1
sampai 4 (Field, 2009: 177). Uji validitas konstruk dilakukan menggunakan
program komputer IBM SPSS Statistics 20 for Windows untuk mempermudah
perhitungan. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Kriteria yang
digunakan adalah jika harga p < 0,05, maka suatu item dikatakan valid, sedangkan
jika harga p > 0,05 maka item tersebut dikatakan tidak valid (Field, 2009: 177-
178). Berikut ini adalah hasil uji validitas dari variabel mengaplikasi dan
menganalisis instrumen penelitian (lihat Lampiran 3.5).
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Aspek Mengaplikasi dan Menganalisis Instrumen
Variabel Indikator r tabel r hitung p Keputusa
n
Mengaplikasika
n
Melaksanakan 4 kegiatan
pelestarian air.
0,2706 0,553** 0,000 valid
Menggunkan permasalahan sehari-
hari yang mempengaruhi
terganggunya siklus air
0,2706 0,571** 0,000 valid
Melaksanakan usaha-usaha yang
sesuai untuk mengurangi
kekeringan di suatu daerah.
0,2706 0,658** 0,000 valid
Menganalisis Membedakan dampak peristiwa
alam bagi kelangsungan makhluk
hidup melalui dua gambar hutan
0,2706 0,615** 0,000 valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
gundul dan gambar hutan hijau.
Membuat garis besar tentang
langkah-langkah penyelamatan
hutan
0,2706 0,627** 0,000 valid
Menentukan sudut pandang dari
suatu permasalahan pencemaran air.
0,2706 0,762** 0,000 valid
** Signifikansi pada level 0,01 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil uji validitas di atas, peneliti menggunakan dua variabel
yaitu variabel mengaplikasi dan menganalisis dengan harga p < 0,05, maka semua
soal dari variabel mengaplikasi dan menganalisis dinyatakan valid dengan taraf
signifikansi 0,05 (Field, 2009: 177-178). Hasil uji validitas tersebut menunjukkan
bahwa semua item soal dapat digunakan untuk mengukur kemampuan
mengaplikasi dan menganalisis.
3.7.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan konsistensi atau kestabilan skor suatu instrumen
penelitian terhadap individu yang sama, dan diberikan pada waktu yang berbeda
(Taniredja & Mustafidah, 2011: 242). Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf
kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tepat.
Maka, pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketepatan hasil tes.
Instrumen tes yang baik adalah instumen yang dapat dengan ajeg memberikan
data yang sesuai dengan kenyataan (Arikunto, 2005: 86).
Perhitungan uji reliabilitas dilakukan dengan program komputer IBM SPSS
Statistic 20 for Windows teknik analisis Alpha Cronbach. Suatu konstruk atau
variabel dikatakan reliabel jika harga Alpha Cronbach lebih besar dari 0,60
(Nunnally, dalam Ghozali, 2009: 46). Berikut ini adalah hasil uji reliabilitas
instrumen (lihat Lampiran 3.6).
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kemapuan Mengaplikasi dan Menganalisis
Cronbahc Alpha N Keterangan
Uji Reliabilitas Instrumen 0,697 6 Reliabel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh reliabilitas dari keenam
variabel yang valid memiliki nilai Alpha Cronbach > 0,60 yaitu sebesar 0,697
sehingga semua instrumen dapat dikatan reliabel.
3.8 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah kegiatan menghitung data agar dapat disajikan secara
sistematis dan dapat dilakukan interpretasi (Priyatno, 2012:1). Analisis data yang
dilakukan oleh peneliti menggunakan program computer IBM SPSS Statistics 20
for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Dalam teknik analisis data ini ada
langkah analisis data yang akan dilakukan sebagai berikut.
3.8.1 Uji Pengaruh Perlakuan
Sebelum melakukan langkah-langkah analisis statistik untuk menguji
hipotesis penelitian, diperlukan langkah-langkah pengujian awal untuk
memastikan syarat-syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu guna menentukan
jenis-jenis uji statistik yang sesuai untuk pengujian selanjutnya. Untuk itu
dilakukan uji asumsi berupa uji normalitas distribusi data, uji homogenitas varian,
dan uji perbedaan kemampuan awal.
3.8.1.1 Uji Asumsi
1. Uji Normalitas Distribusi Data
Uji normalitas distribusi data dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
apakah distribusi data normal atau tidak dan untuk menentukan jenis statistik yang
digunakan dalam menganalisis data selanjutnya (Field, 2009: 144). Kondisi yang
ideal adalah jika data terdistribusi secara normal. Jika data terdistribusi secara
normal, analisis statistik selanjutnya menggunakan statistik parametrik, dalam
penelitian ini digunakan Independent samples t-test untuk data tidak berpasangan
atau Paired samples t-test untuk data berpasangan. Jika data terdistribusi secara
tidak normal, analisis statistik selanjutnya menggunakan statistik non parametrik,
dalam penelitian ini digunakan Mann-Whitney U test untuk data tidak
berpasangan atau Wilcoxon signed rank test untuk data berpasangan. Untuk uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
normalitas distribusi data digunakan Kolmogorov-Smirnov test dengan hipotesis
statistik sebagai berikut.
Hnull : tidak ada deviasi (penyimpangan) dari normalitas data.
Hi : ada deviasi (penyimpangan) dari normalitas data.
Kriteria yang digunakan untuk menyimpulkan uji normalitas data adalah jika
harga p > 0,05, maka Hnull diterima dan Hi ditolak artinya tidak ada deviasi
(penyimpangan) dari normalitas data. Dengan kata lain, data terdistribusi normal.
Jika harga p < 0,05, maka Hnull ditolak dan Hi diterima artinya ada deviasi
(penyimpangan) dari normalitas data. Dengan kata lain, data terdistribusi tidak
normal (Field, 2009: 144). Jika data terdistribusi normal maka untuk analisis data
selanjutnya menggunakan statistik parametrik, namun jika data tidak terdistribusi
normal maka analisis data selanjutnya menggunakan statistik nonparametrik
(Priyatno, 2012: 11).
Untuk uji normalitas data, data diambil dari seluruh skor pretest, posttest I,
posttest II, dan selisih pretest-posttest I dari kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen.
2. Uji Homogenitas Varian
Uji homogenitas varian dilakukan untuk memastikan apakah varian dari
rerata dua kelompok yang dibandingkan memiliki varian yang homogen. Kondisi
yang ideal adalah jika variannya homogen. Pengujian ini diperlukan terutama
statistik parametrik untuk data yang tidak berpasangan yaitu independent samples
t-test. Teknik pengujian homogenitas varian menggunakan Levene’s test (Field,
2009: 340). Jika varian homogen, data yang digunakan adalah data pada baris
pertama dalam analisis output SPSS pada independent samples t-test yang sebaris
dengan keterangan equal variances assumed. Jika varian tidak homogen, data
yang digunakan adalah data pada baris kedua dengan keterangan equal variences
non-assumed. Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut.
: Tidak ada perbedaan varian yang signifikan antara rerata pretest-posttest
kelompok kontrol dan kelompok esperimen.
: Ada perbedaan varian yang signifikan antara rerata pretest-posttest
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui homogenitas varian sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
a. Jika harga p < 0,05 ditolak dan diterima. Artinya, ada perbedaan
varian yang signifikan. Dengan kata lain, varian kedua kelompok tersebut
tidak homogen.
b. Jika harga p > 0,05 diterima dan ditolak. Artinya, tidak ada
perbedaan varian yang signifikan. Dengan kata lain, varian kedua kelompok
tersebut homogen.
Untuk uji homogenitas varian, data yang diambil dari skor pretest dan selisih
pretest-posttest I dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
3.8.1.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal
Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui apakah kedua kelompok yaitu eksperimen dan kontrol memiliki
kemampuan yang sama atau berbeda terhadap kemampuan mengaplikasi dan
menganalisis, sehingga kedua kelompok dapat dibandingkam. Selain itu, uji ini
juga digunakan untuk mengontrol ancaman validitas internal penelitian yaitu
karakteristik subjek (subject characteristic). Kemampuan awal yang berbeda pada
kelompok kontrol dan eksperimen menjadi ancaman besar bagi validitas internal
penelitian. Oleh karena itu, salah satu solusinya yaitu dengan menguji hasil
pretest kedua kelompok. Jika data pretest kedua kelompok memiliki kemampuan
awal yang tidak berbeda, maka bias yang mungkin terjadi dianggap tidak ada
(Neuman, 2013: 238). Uji ini dilakukan dengan menguji rerata skor pretest
kelompok kontrol dan eksperimen. Jika skor pretest diuji dari dua kelompok yang
berbeda, maka menggunakan uji statistik berikut. 1) Jika data terdistribusi normal,
maka menggunakan statistik parametrik Independent samples t-test (Field, 2009:
326), 2) Jika data terdistribusi tidak normal, maka menggunakan statistik non
parametrik Mann-Whitney U-test (Field, 2009: 345). Sebelum dilakukan analisis
uji perbedaan kemampuan awal perlu dilakukan uji asumsi untuk memeriksa
homogenitas variansi dengan Levene’s test dengan kriteria yang digunakan untuk
menarik kesimpulan adalah sebagai berikut. 1) Jika harga p > 0,05 ada
homogenitas variansi dari kedua data yang dibandingkan, 2) Jika harga p < 0,05,
tidak ada homogenitas variansi dari kedua data yang dibandingkan (Field, 2009:
150).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan dengan program komputer
IBM SPSS Statistics 20 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Hipotesis
statistik untuk uji perbedaan kemampuan awal adalah sebagai berikut.
Hnull : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest kelompok
kontrol dan skor pretest kelompok eksperimen.
Hi : Ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest kelompok kontrol dan
skor pretest kelompok eksperimen.
Pengambilan keputusan untuk menyimpulkan uji perbandingan (Santoso, 2012:
100) adalah :
a. Jika p > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan
yang signifikan antara skor pretest kelompok kontrol dan skor pretest
kelompok eksperimen. Dengan kata lain kedua kelompok memiliki
kemampuan awal yang sama.
b. Jika p < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada perbedaan yang
signifikan antara skor pretest kelompok kontrol dan skor pretest kelompok
eksperimen. Dengan kata lain kedua kelompok memiliki kemampuan awal
yang tidak sama.
Kondisi yang ideal bagi kedua kelompok adalah kedua kelompok tidak
memiliki perbedaan yang signifikan atau memiliki kemampuan awal yang sama.
Artinya kedua kelompok memiliki titik pijak yang sama untuk dilakukan
perbandingan.
3.8.1.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Uji signifikansi pengaruh perlakukan dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui pengaruh perlakuan atau penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualalization (TAI) terhadap kemampuan mengaplikasi
dan menganalisis, dengan melihat perbedaan selisih skor posttest I dan pretest
dari kedua kelompok. Uji ini diperoleh dengan cara berikut. 1) mengurangkan
skor posttest I dengan skor pretest pada kelompok eksperimen (O2 – O1), 2)
mengurangkan skor posttest I dengan skor pretest pada kelompok kontrol (O4 –
O3), 3) mengurangkan selisih skor posttest I dengan skor pretest pada kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
eksperimen dengan selisih skor posttest I dengan skor pretest pada kelompok
kontrol (O2 – O1) – (O4 – O3).
Data yang akan dianalisis menggunakan skor selisih dari dua kelompok
yang berbeda maka menggunakan uji statistik berikut. 1) jika data terdistribusi
dengan normal digunakan Independent samples t-test (Field, 2009: 326), 2) jika
data terdistribusi tidak normal digunakan Mann-Whitney U test (Field, 2009: 345).
Sebelum dilakukan analisis uji perbedaan kemampuan awal perlu dilakukan uji
asumsi untuk memeriksa homogenitas variansi dengan Levene’s test dengan
kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut. 1) Jika
harga p > 0,05 ada homogenitas variansi dari kedua data yang dibandingkan, 2)
jika harga p < 0,05 tidak ada homogenitas variansi dari kedua data yang
dibandingkan (Field, 2009: 150).
Analisis data menggunakan hipotesis statistik sebagai berikut.
Hi : Ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor posttest I-postest
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Hnull : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor posttest I-postest
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan (Priyatno, 2012: 24) adalah
sebagai berikut.
a. Jika harga p > 0,05. Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan
yang signifikan antara selisih skor posttest I-pretest pada kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen. Dengan kata penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization tidak berpengaruh terhadap
kemampuan mengaplikasi dan menganalisis.
b. Jika harga p < 0,05. Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada perbedaan
yang signifikan antara selisih skor posttestt I-pretest pada kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization berpengaruh terhadap
kemampuan mengaplikasi dan menganalisis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
3.8.1.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Uji besar pengaruh pelakukan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh penerapaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualalization (TAI) terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis.
Uji besar pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualalization (TAI) dapat dilihat dengan mencari effect size. Effect size
adalah suatu ukuran objektif yang terstandarisasi untuk mengetahui besarnya efek
yang dihasilkan. Kriteria dalam menentukan besar pengaruh sebagai berikut
(Field, 2009: 57).
Tabel 3.6 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan
r (effect size) Kategori Persentase
0,10 Efek kecil Setara dengan 1% pengaruh perlakuan
0,30 Efek menengah Setara dengan 9% pengaruh perlakuan
0,50 Efek besar Setara dengan 25% pengaruh perlakuan
Fraenkel, Wallen, dan Hyun (2012: 253) memberikan penjelasan lebih lanjut
sebagai berikut.
No Harga r Interpretasi
1 0.00-0.40 Efek tidak pentinng secara praktik, bisa jadi masih penting secara
teotitis untuk membuat prediksi.
2 0,41-0,60 Efek cukup besar secara praktis teoritis
3 0,61-0,80 Efek sangat penting, tetapi jarang di capai dalam penelitian
pendidikan
4 0,81-1,00 Mungkin terjadi kesalahan dalam perhitungan; jika tidak, efeknya
memang sangat besar
Jika data distribusi normal maka menggunakan rumus korelasi Pearson sebagai
berikut (Field, 2009: 332)
Gambar 3.4 Rumus Effect Size untuk Distribusi Data Normal
Keterangan :
r = korelasi Pearson yang digunakan untuk mengukur besar pengaruh (effect
size)
t = Harga uji t
df = Derajat kebebasan (degree of freedom)
𝑟 = 𝑡2
𝑡2 + 𝑑𝑓
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Sedangkan jika data distribusi tidak normal, maka menggunakan rumus
korelasi Pearson sebagai berikut (Field, 2009: 550).
Gambar 3.5 Rumus Effect Size untuk Distribusi Data Tidak Normal
Keterangan :
r = Korelasi Pearson yang digunakan untuk mengukur bessar pengaruh (effect
size)
Z = skor Z (dari output SPSS dengan Mann-Whitney U test)
N = Jumlah seluruh responden dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
Untuk mengubah harga R menjadi persen, digunakan koefisien determinasi (R2)
dikalikan 100% (Field, 2009: 179).
Persentase pengaruh = R2 x 100%
Gambar 3.6 Rumus Persentase pengaruh
3.8.2 Analisis Lebih Lanjut
3.8.2.1 Uji Persentase Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I
Perhitungan persentase peningkatan skor pretest ke posttest I dilakukan
untuk mengetahui besarnya persentase peningkatan kemampuan mengaplikasi dan
menganalisis pada kelompok kontrol dan eksperimen. Cara menghitung
persentase ini dengan mengurangkan skor posttest I dengan skor pretest,
kemudian hasilnya dibagi dengan skor pretest dan dikalikan dengan 100%.
Berikut rumus perhitungan persentase peningkatan pretest ke posttest I.
Gambar 3.7 Rumus Perhitungan Persentase Peningkatan Pretest ke Posttest I
Selanjutnya dilakukan uji signifikansi peningkatan skor pretest ke posttest
I untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan skor yang signifikan dari pretest
𝑟 =𝑍
𝑁
Peningkatan = (𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 𝐼−𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡)
𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑋 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
ke posttest I baik pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Data
yang akan dianalisis menggunakan skor pretest dan posttest I dari kelompok yang
sama, maka menggunakan uji statistik berikut. 1) jika data terdistribusi dengan
normal digunakan Paired samples t-tes (Field, 2009: 326), 2) jika data
terdistribusi tidak normal digunakan Wilcoxon (Field, 2009: 345).
Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95% dengan hipotesis
statistik sebagai berikut.
Hnull : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Hi : Ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut
(Priyatno, 2012: 31).
a. Jika harga p > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada
perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok
kontrol dan eksperimen. Dengan kata lain tidak ada peningkatan skor yang
signifikan dari skor pretest ke posttest I.
b. Jika harga p < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada perbedaan
yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan
eksperimen. Dengan kata lain ada peningkatan yang signifikan dari skor
pretest ke posttest I.
Untuk mengetahui besar persentase dari selisih skor pretest-posttest I (gain score)
dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut.
Gambar 3.8 Rumus Gain Score
Frekuensi gain score yang diambil kurang lebih 50% dari skor tertinggi
dari selisih pretest-posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Grafik polygon pada gain score menunjukkan perbandingan pada rerata antara
kedua kelompok (Fraenkel, 2012: 250-251).
𝐺𝑎𝑖𝑛 𝑆𝑐𝑜𝑟𝑒 =𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 X 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
3.8.2.2 Uji Besar Efek Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I
Uji besar efek peningkatan dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
peningkatan skor dari pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Jika distribusi data normal, maka uji statistik menggunakan Paired
samples t-test (Field, 2009: 325). Jika distribusi data normal, digunakan rumus
korelasi Pearson berikut (Field, 2009: 332).
= 2
2 +
Keterangan :
r = korelasi Pearson yang digunakan untuk mengukur besar pengaruh (effect
size)
t = harga uji t
df = derajat kebebasan (degree of freedom) yaitu (n-1)
Jika data distribusi tidak normal, maka menggunakan rumus korelasi Pearson
sebagai berikut (Field, 2009: 550).
=
Keterangan :
r = korelasi Pearson yang digunakan untuk mengukur bessar pengaruh (effect
size)
Z = skor Z (dari output SPSS dengan Mann-Whitney U test)
df = 2 x jumlah responden dalam satu kelompok yang sama
Untuk mengubah harga r menjadi persen, digunakan koefisien determinasi (R2)
dikalikan 100% (Field, 2009: 179).
Persentase pengaruh = R2 x 100%
3.8.2.3 Uji Korelasi Rerata Pretest dan Posttest I
Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui apakah korelasi antara rerata
pretest dan posttest I positif dan signifikan. Jika hasil bernilai positif memiliki arti
bahwa semakin tinggi skor pretest, maka semakin tinggi pula skor posttest I dan
jika hasil signifikan berarti skor hasil korelasi dapat digeneralisasikan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
populasi. Sebaliknya, jika hasil negatif berarti semakin tinggi skor pretest, maka
semakin rendah skor posttest I. Uji korelasi antara pretest dan posttest I
menggunakan rumus bivariate correlations. Data yang akan dianalisis
menggunakan skor pretest dan posttest I dari kelompok yang sama, maka
menggunakan uji statistik berikut. 1) jika data terdistribusi dengan normal
digunakan rumus bivariate correlation coefficients yaitu Pearson’s correlation
coefficient (Field, 2009: 177), 2) Jika data distribusi tidak normal digunakan
rumus, maka uji korelasi menggunakan analisis statistik non-parametrik yaitu
Spearman’s correlation coefficient (Field, 2009, 179).
Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95% dengan hipotesis
statistik sebagai berikut.
Hnull : Tidak ada perbedaan hasil korelasi pretest - posttest I dengan P dan Q.
Hi : Ada perbedaan hasil korelasi pretest - posttest I dengan P dan Q.
Keterangan :
P : jika harga p < 0,05
Q : jika r negatif
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan dari Priyanto (2012: 45)
adalah sebagai berikut.
a. Jika hasilnya P dan Q, Hnull diterima. Berarti ancaman terhadap validitas
internal penelitian berupa regresi statistik tidak bisa dikendalikan dengan
baik.
b. Jika hasilnya bukan P dan Q, Hnull ditolak. Berarti ancaman terhadap validitas
internal penelitian berupa regresi statistik bisa dikendalikan dengan baik.
Uji korelasi ini dilakukan untuk memeriksa apakah ada ancaman terhadap
validitas internal penelitian berupa regresi statistik. Ada ancaman jika hasilnya
negatif dan signifikan.
3.8.2.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah
perlakuan yang diberikan masih kuat atau memiliki efek yang sama setelah
beberapa waktu. Analisis dilakukan dengan membandingkan data skor posttest I
dan posttest II. Uji retensi pengaruh dianjurkan dilakukan setelah sekian waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
dari posttest I untuk lebih mengetahui sensitivitas perbedaan perlakuan
(Krathwohl, 2004: 546). Posttes II dapat dilakukan 2 minggu setelah posttest I.
Sebelum dilakukan analisis data, skor posttest II harus dihitung normalitasnya
menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Data yang akan dianalisis menggunakan
skor pretest dan posttest dari kelompok yang sama, maka menggunakan uji
statistik sebagai berikut. 1) Jika distribusi data normal, maka dilakukan uji
statistik dengan menggunakan Paired samples t-test (Field, 2009: 345). 2) jika
distribusi data tidak normal, maka dilakukan uji dengan menggunakan Wilcoxon
(Field, 2009: 345).
Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95% dengan hipotesis
statistik sebagai berikut.
Hnull : Tidak ada penurunan skor yang signifikan dari posttest I dan posttest II
pada kelompok kontrol dan kelompok sekperimen.
Hi : Ada penurunan skor yang signifikan dari postset I dan posttest II pada
kelompok kontrol dan kelompok sekperimen.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan dari Priyanto (2012: 45)
adalah sebagai berikut.
a. Jika harga p > 0,05 dan rerata posttest I > rerata posttest II, maka Hnull
diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara
skor posstest I ke posttest II pada kelompok kontrol dan kelompok
sekperimen.
b. Jika harga p < 0,05 dan rerata posttest I > rerata posttest II, maka Hnull ditolak
dan Hi diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I
ke posttest II pada kelompok kontrol dan kelompok ekperimen.
Untuk mengetahui persentase peningkatan skor posttest I ke posttest II digunakan
rumus sebagai berikut.
Gambar 3.9 Rumus Persentase Peningkatan Skor Posttest I ke Posttest II
𝑃𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 =(𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 𝐼𝐼 − 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 𝐼)
𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 𝐼 𝑋 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV memaparkan hasil penelitian dan hasil analisis data. Hasil analisis
berisikan implementasi penelitian yang meliputi deskripsi populasi dan deskripsi
implementasi pembelajaran. Hasil analisis data berisikan uji hipotesis penelitian I
dan II yang meliputi analisis pengaruh perlakuan dan analisis lebih lanjut. Pada
pembahasan diuraikan mengenai pengaruh perlakuan beserta dampaknya.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Implementasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua kelas sebagai kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Kelompok kontrol merupakan kelompok yang tidak
mendapatkan perlakuan (treatment) menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualization (TAI), sedangkan kelompok eksperimen
merupakan kelompok yang mendapatkan perlakuan (treatment) menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).
Penentuan kedua kelompok tersebut dilakukan dengan cara undian yang
disaksikan oleh guru mitra serta kepala sekolah. Pengundian yang dilakukan
menunjukkan bahwa kelas V B sebagai kelompok eksperimen dan kelas V A
sebagai kelompok kontrol. Berikut ini akan dideskripsikan populasi penelitian dan
pembelajaran pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
4.1.1.1 Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini iyalah siswa kelas V SD Kanisius
Wirobrajan 1 Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas
yaitu kelas V A dan V B. Sampel penelitian dalam penelitian ini adalah kelas V A
dan kelas V B. Hasil tersebut didapat dari undian yang disaksikan oleh guru dan
kepala sekolah. Sampel penelitian yang pertama yaitu kelas V B sebagai
kelompok eksperimen. Jumlah siswa di kelas V B yaitu 29 anak yang terdiri dari
17 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Siswa pada kelompok eksperimen ini
rerata berasal dari latar belakang ekonomi menengah ke atas. Data siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
menunjukkan bahwa pekerjaan orang tua siswa antara lain wiraswasta, PNS,
karyawan swasta dan buruh. Latar belakang pendidikan orang tua antara lain SD,
SMP, SMA, D3, dan S1. Ketika dilakukan treatment, semua siswa hadir di kelas,
ketika posttest I semua siswa hadir di dalam kelas dan pada posttest 2 semua
siswa hadir di dalam kelas.
Sampel penelitian yang kedua yaitu kelas V A sebagai kelompok kontrol.
Jumlah siswa kelas V A yaitu 29 siswa, yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 13
siswa perempuan. Data siswa menunjukkan bahwa pekerjaan orangtua siswa
antara lain wiraswasta, PNS, karyawan swasta, guru, dan pedagang kecil. Latar
belakang pendidikan orang tua antara lain SMP, SMA, D3, dan S1, dan S2. Ketika
dilakukan treatment, semua siswa hadir di dalam kelas, namun ada beberapa siswa
yang tidak hadir ketika posttest I sebanyak dua anak ketika posttest II sebanyak
dua anak. Peristiwa tersebut dapat menjadi ancaman terhadap validitas internal
jenis mortalitas. Fraenkel, Wallen, & Hyun (2012: 282) menjelaskan bahwa
mortalitas yaitu adanya perbedaan jumlah partisipan pada waktu pretest dan
posttest akibat partisipan mengundurkan diri dalam penelitian. Untuk mengatasi
hal tersebut solusi yang digunakan adalah data siswa yang tidak hadir tersebut
tetap dimasukkan dengan menggunakan rerata skor sebagai data karena siswa-
siswa tersebut sudah mendapat treatment.
4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran
Penelitian dimulai dengan pretest pada kedua kelompok yang
dilaksanakan pada hari Sabtu, 30 September 2017. Siswa kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol mengerjakan soal pretest yang berjumlah 6 butir soal uraian
dalam waktu 2 x 35 menit atau 2 jam pelajaran. Guru memberikan pengarahan
kepada siswa tentang langkah-langkah cara pengerjaan soal. Siswa juga
diperbolehkan bertanya kepada guru jika ada soal yang kurang dipahami. Guru
yang mendampingi siswa selama mengerjakan soal pretest, treatment,
mengerjakan soal posttest I dan posttest II adalah guru yang sama. Peneliti
berperan sebagai pengamat, sehingga peneliti tidak mengambil peran dalam
kegiatan pembelajaran. Peneliti bertugas dalam menyiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan sebelum pelaksanaan treatment dan mendokumentasikan kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
treatment. Berikut deskripsi dari implementasi kegiatan pembelajaran pada
kelompok kontrol dan eksperimen.
1. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Kontrol
Pembelajaran pada kelompok kontrol menggunakan metode ceramah.
Pembelajaran ini membutuhkan waktu dua jam pelajaran (2 x 35 menit) untuk
setiap pertemuan. Pembelajaran dilakukan sebanyak empat kali pertemuan dengan
materi siklus air dengan sub materi yang berbeda-beda.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 3 Oktober 2017 pada
pukul 09.30-10.30 WIB. Sub materi yang dipelajari yaitu pengertian siklus air dan
proses siklus air. Kegiatan awal yaitu apersepsi oleh guru. Guru melakukan tanya
jawab mengenai pengertian siklus air dan proses siklus air. Kegiatan ini
dilaksanakan dengan memberikan penjelasan kepada siswa mengenai pengertian
siklus air, dan proses siklus air. Siswa menerima materi yang diajarkan oleh guru
dan mencatat hal-hal yang penting di buku masing-masing. Kegiatan
pembelajaran diakhiri dengan menyimpulkan dan memberikan umpan balik
kepada siswa mengenai pengertian siklus air dan proses siklus air.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat, 6 Oktober 2017 pada 07.35-
09.00 WIB. Sub materi yang dipelajari yaitu manfaat air dalam kehidupan sehari-
hari. Kegiatan pembelajaran diawali dengan doa dan absensi. Kemudian guru
melakukan tanya jawab mengenai penggunaan air dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian guru menjelaskan tentang manfaat air dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah memberi penjelasan siswa mencatat di buku tulis masing-masing.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan menyimpulkan materi yang telah
dipelajarai bersama-sama.
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Selasa, 10 Oktober 2017 pada pukul
09.55-11.00 WIB. Sub materi yang dipelajari yaitu kegiatan manusia yang
mempengaruhi proses siklus air. Kegiatan pembelajaran diawali dengan doa dan
absensi. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa. Pada
kegiatan inti, siswa mendengarkan ceramah dari guru. Guru menuliskan materi
yang disampaikan di depan kelas kemudian siswa mencatat di buku masing-
masing. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan menyimpulkan materi tentang
kegiatan manusia yang mempengaruhi proses siklus air.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Jumat, 13 Oktober 2017 pada
pukul 07.00-08.30 WIB. Sub materi yang dipelajari yaitu percobaan terjadinya
banjir. Kegiatan pembelajaran diawali dengan doa dan absensi. Guru melakukan
apersepsi dengan bertanya jawab dengan siswa. Pada kegiatan inti siswa
mendengarkan ceramah mengenai percobaan terjadinya banjir. Kemudian siswa
mencatat di buku masing-masing. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan
menyimpulkan materi tentang percobaan terjadinya banjir.
Pada hari Sabtu, 14 Oktober 2017 pada pukul 07.00-08.10 WIB siswa pada
kelompok kontrol mengerjakan soal posttest I untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa setelah menerima pembelajaran dengan metode ceramah. Pada
hari Rabu, 18 Oktober 2017 pukul 07.00-08.10 WIB siswa pada kelompok kontrol
mengerjakan soal posttest II untuk mengetahui kembali pemahaman siswa dalam
beberapa waktu setelah mendapatkan pembelajaran dengan metode ceramah. Soal
yang dikerjakan siswa pada pretest, posttest I dan posttest II merupakan soal yang
sama berjumlah 6 butir soal uraian. Soal nomor 3 digunakan untuk meneliti
variabel mengaplikasi yang terdiri dari tiga sub soal yaitu 3a, 3b, dan 3c. Soal
nomor 4 digunakan untuk meneliti variabel menganalisis diri yang terdiri dari tiga
sub soal yaitu 4a, 4b, dan 4c.
2. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen
Pembelajaran pada kelompok eksperimen menggunakan model Team
Assisted Individualization (TAI). Waktu pelaksanaan pada setiap pembelajaran
adalah dua jam pelajaran (2 x 35 menit). Pembelajaran dilaksanakan selama empat
kali pertemuan dengan sub tema yang berbeda-beda. Pembelajaran dilakukan oleh
guru mitra di dalam kelas.
Pembelajaran di kelas menggunakan model Team Assisted
Individualization (TAI) dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu pendahuluan, inti,
penutup. Pendahuluan berisi salam, apersepsi, motivasi, dan penyampaian tujuan
pembelajaran. Kegiatan inti berisi delapan langkah yaitu Placement Test, Teams,
Teaching Group, Student Creative, Team Study, Test, Team Scores and Team
Recognition,Whole-Class Units. Kegiatan penutup berisi penegasan, refleksi, dan
tindak lanjut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 2 Oktober 2017 dari
pukul 07.35-09.00 WIB. Sub materi yang dipelajari yaitu pengertian siklus air dan
proses siklus air. Di kegiatan awal guru melakukan tanya jawab mengenai
kegiatan siswa yang berhubungan dengan penggunaan air (apersepsi),
penyampaian tujuan pembelajaran (orientasi), dan memotivasi siswa untuk
semangat dalam mengikuti pembelajaran (motivasi). Selanjutnya, kegiatan inti
terdiri dari delapan langkah yaitu langkah pertama Placement Test yaitu guru
memberikan soal pretest dan dikerjakan secara individu. Langkah kedua Teams
yaitu siswa dibagi ke dalam kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 4-5
siswa. Langkah ketiga Teaching Group yaitu siswa melihat video tentang
pengertian siklus air dan proses siklus air dan guru memberikan penegasan
kembali terkait dengan video tersebut. Langkah keempat Student creative siswa
mengerjakan LKS secara individu. Langkah kelima Teams Study siswa berdikusi
dengan teman satu kelompok terkait dengan kesulitan yang dihadapi selama
mengerjakan LKS. Langkah keenam Test siswa mengerjakan soal posttest secara
individu terkait dengan materi yang telah dipelajari. Langkah ketujuh Teams
Score and Teams Recognition guru memberikan skor kepada siswa terkait dengan
hasil kerja kelompok. Langkah kedelapan Whole Class Units guru memberikan
penguatan terkait dengan materi yang telah dipelajari.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 4 Oktober 2017 pada
pukul 07.00-08.35 WIB. Sub materi yang dipelajari adalah manfaat air dalam
kehidupan sehari-hari. Di kegiatan awal guru melakukan tanya jawab dengan
siswa terkait kegunaan air dalam kehidupan sehari-hari (apersepsi), penyampaian
tujuan pembelajaran (orientasi), dan memotivasi siswa dengan mengajak
bernyanyi lagu “diobok-obok” (motivasi). Selanjutnya, kegiatan inti terdiri dari
delapan langkah yaitu langkah pertama Placement Test yaitu guru memberikan
soal pretest dan dikerjakan secara individu. Langkah kedua Teams yaitu siswa
dibagi ke dalam kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa.
Langkah ketiga Teaching Group yaitu siswa melihat video tentang pemanfaatan
air dalam kehidupan sehari-hari dan guru memberikan penegasan kembali terkait
dengan video tersebut. Langkah keempat Student creative siswa mengerjakan
LKS secara individu. Langkah kelima Teams Study siswa berdikusi dengan teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
satu kelompok terkait dengan kesulitan yang dihadapi selama mengerjakan LKS.
Langkah keenam Test siswa mengerjakan soal posttest secara individu terkait
dengan materi yang telah dipelajari. Langkah ketujuh Teams Score and Teams
Recognition guru memberikan skor kepada siswa terkait dengan hasil kerja
kelompok. Langkah kedelapan Whole Class Units guru memberikan penguatan
terkait dengan materi yang telah dipelajari.
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Senin, 9 Oktober 2017 pada
pukul 09.30-10.30 WIB. Sub materi yang dipelajari adalah kegiatan manusia yang
mempengaruhi siklus air. Di kegiatan awal guru melakukan tanya jawab dengan
siswa terkait dengan kegiatan menanam pohon yang pernah dilakukan siswa
(apersepsi), penyampaian tujuan pembelajaran (orientasi), dan memotivasi siswa
dengan mengajakn siswa melakukan permainan konsentrasi (motivasi).
Selanjutnya, kegiatan inti terdiri dari delapan langkah yaitu langkah pertama
Placement Test yaitu guru memberikan soal pretest dan dikerjakan secara
individu. Langkah kedua Teams yaitu siswa dibagi ke dalam kelompok masing-
masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Langkah ketiga Teaching Group yaitu
siswa melihat video tentang kegiatan manusia yang mempengaruhi proses siklus
air dan guru memberikan penegasan kembali terkait dengan video tersebut.
Langkah keempat Student creative siswa mengerjakan LKS secara individu.
Langkah kelima Teams Study siswa berdikusi dengan teman satu kelompok terkait
dengan kesulitan yang dihadapi selama mengerjakan LKS. Langkah keenam Test
siswa mengerjakan soal posttest secara individu terkait dengan materi yang telah
dipelajari. Langkah ketujuh Teams Score and Teams Recognition guru
memberikan skor kepada siswa terkait dengan hasil kerja kelompok. Langkah
kedelapan Whole Class Units guru memberikan penguatan terkait dengan materi
yang telah dipelajari.
Pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Rabu, 11 Oktober 2017 pukul
07.35-09.00 WIB. Sub materi yang dipelajari adalah kegiatan manusia yang
mempengaruhi siklus air. Di kegiatan awal guru melakukan tanya jawab dengan
siswa terkait peristiwa banjir yang pernah dilihat oleh siswa (apersepsi),
penyampaian tujuan pembelajaran (orientasi) dan memotivasi siswa dengan
mengajak siswa bermain konsentrasi (motivasi). Selanjutnya, kegiatan inti terdiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
dari delapan langkah yaitu langkah pertama Placement Test yaitu guru
memberikan soal pretest dan dikerjakan secara individu. Langkah kedua Teams
yaitu siswa dibagi ke dalam kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 4-5
siswa. Langkah ketiga Teaching Group yaitu siswa melihat video tentang proses
terjadinya banjir, guru memberikan penegasan kembali terkait dengan video
tersebut, dan guru memberikan penjelasan tentang percobaan yang akan
dilakukan. Langkah keempat Student creative siswa melakukan percobaan
terjadinya banjir. Pada langkah yang keempat ini siswa bersama dengan teman
satu kelompok mencoba menerapkan atau mengaplikasikan suatu prosedur yang
telah didapat dari penjelasan guru. Langkah kelima Teams Study siswa berdikusi
dengan teman satu kelompok terkait dengan percobaan yang telah dilakukan dan
menuliskan langkah-langkah percobaan terjadinya banjir. Pada langkah yang
kelima ini siswa bersama teman satu kelompok mulai menganalisis penyebab dan
akibat yang bisa ditimbulkan dari bahaya banjir. Langkah keenam Test siswa
mengerjakan soal posttest secara individu terkait dengan materi yang telah
dipelajari. Langkah ketujuh Teams Score and Teams Recognition guru
memberikan skor kepada siswa terkait dengan hasil kerja kelompok. Langkah
kedelapan Whole Class Units guru memberikan penguatan terkait dengan materi
yang telah dipelajari.
Pada hari Sabtu, 14 Oktober 2017 pukul 07.00-08.10 WIB kelompok
eksperimen mengerjakan soal posttest I dengan tujuan untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap materi setelah mendapatkan pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Pada
hari Rabu, 18 Oktober 2017 pukul 07.00-08.10 WIB kelompok eksperimen
mengerjakan posttest II dengan tujuan untuk mengetahui kembali pemahaman
siswa terhadap materi dalam selang waktu beberapa hari setelah mendapat
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI). Soal yang dikerjakan siswa pada pretest, posttest I dan
posttest II merupakan soal yang sama berjumlah 6 butir soal uraian. Soal nomor 3
digunakan untuk meneliti variabel mengaplikasi yang terdiri dari 3 sub soal yaitu
3a, 3b, dan 3c. Soal nomor 6 digunakan untuk meneliti variabel menganalisis diri
yang terdiri dari 3 sub soal yaitu 4a, 4b, dan 4c.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
4.1.2 Deskripsi Sebaran Data
Pada deskripsi sebaran data, peneliti memperlihatkan perbedaan data yang
diperoleh pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen untuk setiap
indikator. Hasil dari sebaran data dapat dilihat pada tabel berikut.
4.1.2.1 Kemampuan Mengaplikasi
1. Kelompok Kontrol
Tabel 4.1 Sebaran Data Kelompok Kontrol
N
o Indikator
Pretest Total Posttest 1 Total
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Melaksanakan kegiatan
pelestarian hutan 7 14 8 0 29 1 10 17 1 29
2. Menggunakan
permasalahan sehari-hari
yang mempengaruhi
terganggunya siklus air.
2 18 9 0 19 2 6 18 3 29
3. Melaksanakan usaha-
usaha yang sesuai untuk
mengurangi kekeringan
di suatu daerah.
2 22 24 0 29 1 8 15 5 29
Jumlah 12 54 21 0 87 4 24 50 8 87
Pada tabel di atas terlihat bahwa hasil pengerjaan pretest pada kelompok
kontrol untuk ketiga indikator, siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 12 anak,
yang mendapat nilai 2 sebanyak 54 anak, yang mendapat nilai 3 sebanyak 21
anak, dan tidak ada anak yang mendapatkan nilai 4. Nilai yang sering muncul dari
29 siswa yang mengerjakan soal pretest yaitu nilai 2 sebanyak 54 anak. Siswa
yang mendapat nilai 1 paling banyak terdapat pada indikator pertama yaitu
sebanyak 7 anak, yang mendapat nilai 2 paling banyak terdapat pada indikator
ketiga yaitu sebanyak 22 anak, yang mendapat nilai 3 paling banyak terdapat pada
indikator kedua yaitu sebanyak 9 anak.
Hasil pengerjaan posttest I pada kelompok kontrol untuk ketiga indikator,
siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 4 anak, yang mendapat nilai 2 sebanyak 24
anak, yang mendapat nilai 3 sebanyak 50 anak, dan yang mendapatkan nilai 4
sebanyak 8 anak. Nilai yang sering muncul dari 29 siswa yang mengerjakan soal
posttest I yaitu nilai 3 sebanyak 50 anak. Siswa yang mendapat nilai 1 paling
banyak terdapat pada indikator kedua yaitu sebanyak 2 anak, yang mendapat nilai
2 paling banyak terdapat pada indikator pertama yaitu sebanyak 10 anak, yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
mendapat nilai 3 paling banyak terdapat pada indikator kedua yaitu sebanyak 18
anak, dan yang mendapat nilai 4 paling banyak terdapat pada indikator ketiga
yaitu sebanyak 5 anak. Terjadi peningkatan skor dari pretest ke posttest. Hal
tersebut terlihat dari perbedaan modus yang terjadi, yaitu pada pretest modusnya
pada anak yang mendapatkan nilai 2 sedangkan pada posttest I modusnya pada
anak yang mendapatkan nilai 3. Selain itu, siswa yang mendapat nilai 1 dan 2
berkurang, serta siswa yang mendapat skor 3 dan 4 bertambah pada posttest I.
2. Kelompok Eksperimen
Tabel 4.2 Sebaran Data Kelompok Eksperimen
No Indikator Pretest
Total Posttest 1
Total 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Melaksanakan kegiatan pelestarian
hutan. 7 18 4 0 29 0 2 17 11 29
2. Menggunakan permasalahan
sehari-hari yang mempengaruhi
terganggunya siklus air.
2 14 13 0 29 0 1 18 10 29
3. Melaksanakan usaha-usaha yang
sesuai untuk mengurangi
kekeringan di suatu daerah.
0 24 5 0 29 0 1 15 13 29
Jumlah 9 49 19 - 87 - 3 50 34 87
Pada tabel di atas terlihat bahwa hasil pengerjaan pretest pada kelompok
eksperimen untuk ketiga indikator, siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 9 anak,
yang mendapat nilai 2 sebanyak 49 anak, yang mendapat nilai 3 sebanyak 19
anak, dan tidak ada anak yang mendapatkan nilai 4. Nilai yang sering muncul dari
29 siswa yang mengerjakan soal pretest yaitu nilai 2 sebanyak 49 anak. Siswa
yang mendapat nilai 1 paling banyak terdapat pada indikator pertama dan kedua
yaitu sebanyak 7 anak untuk masing-masing indikator, yang mendapat nilai 2
paling banyak terdapat pada indikator ketiga yaitu sebanyak 24 anak, yang
mendapat nilai 3 paling banyak terdapat pada indikator kedua yaitu sebanyak 13
anak
Hasil pengerjaan posttest I pada kelompok eksperimen untuk ketiga
indikator, tidak ada siswa yang mendapatkan nilai 1, siswa yang mendapat nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
2 sebanyak 3 anak, yang mendapat nilai 3 sebanyak 50 anak, dan siswa yang
mendapatkan nilai 4 sebanyak 34 anak. Nilai yang sering muncul dari 29 siswa
yang mengerjakan soal posttest I yaitu nilai 3 sebanyak 50 anak. Siswa yang
mendapat nilai 2 paling banyak terdapat pada indikator pertama yaitu sebanyak 2
anak, yang mendapat nilai 3 paling banyak terdapat pada indikator kedua yaitu
sebanyak 18 anak, dan yang mendapat nilai 4 paling banyak terdapat pada
indikator ketiga yaitu sebanyak 13 anak. Terjadi peningkatan skor dari pretest ke
posttest I. Hal tersebut terlihat dari perbedaan modus yang terjadi, yaitu pada
pretest modusnya pada anak yang mendapatkan nilai 2, sedangkan pada posttest I
modusnya pada anak yang mendapatkan nilai 3. Selain itu, siswa yang mendapat
nilai 1 dan 2 berkurang, serta siswa yang mendapat skor 3 dan 4 bertambah pada
posttest I.
4.1.2.2 Kemampuan Menganalisis
1. Kelompok Kontrol
Tabel 4.3 Sebaran Data Kelompok Kontrol
N
o Indikator
Pretest Total
Posttest 1 Total
1 2 3 4 1 2 3 4
1.
Membedakan dampak
peristiwa alam bagi
kelangsungan mahkluk
hidup melalui dua gambar
hutan gundul dan hutan
hijau.
7 19 3 0 29 1 13 13 2 29
2. Membuat garis besar
tentang langkah-langkah
penyelamatan hutan.
3 21 5 0 29 2 8 14 5 29
3. Menentukan sudut
pandang dari suatu
permasalahan pencemaran
air.
4 20 5 0 29 0 11 13 5 29
Jumlah 14 60 13 0 3 32 30 12
Pada tabel di atas terlihat hasil penerjaan pretest pada kelompok kontrol
untuk ketiga indikator, siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 14 anak, siswa yang
mendapat nilai 2 sebanyak 60 anak, siswa yang mendapat nilai 3 sebanyak 13
anak, dan tidak ada siswa yang mendapat nilai 4. Nilai yang sering muncul dari 29
siswa yang mengerjakan soal pretest yaitu nilai 2 sebanyak 60 anak. Siswa yang
mendapat nilai 1 paling banyak terdapat pada indikator pertama yaitu sebanyak 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
anak, yang mendapat nilai 2 paling banyak terdapat pada indikator kedua yaitu
sebanyak 21 anak, yang mendapat nilai 3 paling banyak terdapat pada indikator
kedua dan ketiga yaitu masing-masing sebanyak 5 anak.
Hasil pengerjaan posttest I pada kelompok kontrol untuk ketiga indikator,
siswa yang mendapatkan nilai 1 sebanyak 3 anak, siswa yang mendapat nilai 2
sebanyak 32 anak, siswa yang mendapat nilai 3 sebanyak 30 anak, dan siswa yang
mendapat nilai 4 sebanyak 12 anak. Nilai yang sering muncul dari 29 siswa yang
mengerjakan sola posttest I yaitu nilai 2 sebanyak 32 anak. Siswa yang mendapat
nilai 1 paling banyak terdapat pada indikator kedua yaitu sebanyak 2 anak, yang
mendapat nilai 2 paling banyak terdapat pada indikator pertama yaitu sebanyak 13
anak, yang mendapat nilai 3 paling banyak terdapat pada indikator kedua yaitu 14
anak, dan yang mendapat nilai 4 paling banyak terdapat pada indikator ke dua dan
ke tiga yaitu 5 anak untuk tiap indikator. Terjadi peningkatan skor dari pretest ke
posttest I. Hal tersebut terlihat dari perbedaan modus yang terjadi, yaitu pada
pretest modusnya pada anak yang mendapatkan nilai 2, sedangkan pada posttest I
modusnya pada anak yang mendapatkan nilai 2. Tetapi, siswa yang mendapat nilai
1 dan 2 berkurang, serta siswa yang mendapat skor 3 dan 4 bertambah pada
posttest I.
2. Kelompok Eksperimen
Tabel 4.4 Sebaran Data Kelompok Eksperimen
No Indikator Pretest
Total Posttest 1
Total 1 2 3 4 1 2 3 4
1.
Membedakan dampak
peristiwa alam bagi
kelangsungan mahkluk
hidup melalui dua gambar
hutan gundul dan hutan
hijau.
5 20 4 0 29 0 4 20 5 29
2. Membuat garis besar
tentang langkah-langkah
penyelamatan hutan.
4 20 5 0 29 0 4 18 7 29
3. Menentukan sudut pandang
dari suatu permasalahan
pencemaran air.
0 21 8 0 29 0 1 17 11 29
Jumlah 11 61 32 5 0 9 55 23
Pada tabel di atas terlihat hasil pengerjaan pretest pada kelompok
eksperimen untuk ketiga indikator, siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 9 anak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 61 anak, siswa yang mendapat nilai 3
sebanyak 18 anak, dan tidak ada siswa yang mendapat nilai 4. Nilai yang sering
muncul dari 29 siswa yang mengerjakan soal pretest yaitu nilai 2 sebanyak 61
anak. Siswa yang mendapatkan nilai 1 paling banyak terdapat pada indikator
pertama yaitu sebanyak 5 anak, siswa yang mendapatkan nilai 2 paling banyak
terdapat pada indikator ketiga yaitu sebanyak 21 anak, siswa yang mendapatkan
nilai 3 paling banyak terdapat pada indikator ketiga yaitu sebanyak 8 anak.
Dari hasil pengerjaan posttest I pada kelompok eksperimen untuk ketiga
indikator, tidak ada siswa yang mendapatkan nilai 1, siswa yang mendapat nilai 2
sebanyak 9 anak, siswa yang mendapat nilai 3 sebanyak 55 anak, dan siswa yang
mendapat nilai 4 sebanyak 23 anak. Nilai yang sering muncul dari 29 siswa yang
mengerjakan soal posttest I yaitu nilai 3 sebanyak 55 anak. Siswa yang mendapat
nilai 2 paling banyak terdapat pada indikator pertama dan kedua yaitu sebanyak 4
anak, siswa yang mendapatkan nilai 3 paling banyak terdapat pada indikator
pertama yaitu sebanyak 20 anak, dan siswa yang mendapatkan nilai 4 paling
banyak terdapat pada indikator ketiga yaitu sebanyak 11 anak. Terjadi
peningkatan skor dari pretest ke posttest I. Hal tersebut terlihat dari perbedaan
modus yang terjadi, yaitu pada pretest modusnya pada anak yang mendapatkan
nilai 2, sedangkan pada posttest I modusnya pada anak yang mendapatkan nilai 3.
Selain itu, siswa yang mendapat nilai 1 dan 2 berkurang, serta siswa yang
mendapat skor 3 dan 4 bertambah pada posttest I.
4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I
Hipotesis penelitian I adalah penerapan model Team Assisted-
Individualization (TAI) berpengaruh terhadap kemampuan mengaplikasi pada
mata pelajaran IPA materi siklus air siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan 1
semester gasal tahun ajaran 2017/2018. Variabel dependen pada hipotesis di atas
yaitu kemampuan mengaplikasi, sedangkan variabel independen yaitu penerapan
model Team Assisted-Individualization (TAI). Instrumen yang digunakan untuk
mengukur variabel dependen terdiri dari 1 soal uraian yaitu item 3 yang
mengandung indikator melaksanakan kegiatan pelestarian hutan, menggunakan
permasalahan sehari-hari yang mempengaruhi terganggunya siklus air, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
melaksanakan usaha-usaha yang sesuai untuk mengurangi kekeringan di suatu
daerah.
Hasil analisis statistik secara keseluruhan dihitung dengan menggunakan
program statistik yaitu IBM SPSS Statictics 20 for Windows dengan tingkat
kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Tahapan analisis data yang dilakukan
adalah sebagai berikut. 1) Uji normalitas data dengan tujuan untuk mengetahui
data terdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat digunakan untuk menentukan
analisis selanjutnya menggunakan statistik parametrik atau nonparametrik, 2) Uji
perbedaan kemampuan awal dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal
pada kelompok kontrol dan eksperimen, 3) Uji signifikansi pengaruh perlakuan,
dan 4) Uji besar pengaruh perlakuan. Selanjutnya dilakukan analisis lebih lanjut
yang terdiri dari 1) Perhitungan persentasi peningkatan skor pretest ke posttest I,
2) Uji besar efek peningkatkan skor pretest ke posttest I, 3) Uji korelasi antara
skor pretest ke posttest I, dan 4) Uji retensi pengaruh perlakuan.
4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data
Data Uji normalitas distribusi data digunakan untuk mengetahui apakah
distribusi data normal atau tidak dan untuk menentukan jenis statistik yang
digunakan dalam menganalisis data selanjutnya (Field, 2009: 144). Data skor
pretest, posttest 1, posttest II, dan selisih pretest ke posstest I dari kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen diuji normalitasnya menggunakan One-Sample
Kolmogorov-Smirnov test. Kriteria untuk menerima Hnull jika harga p > 0,05 maka
tidak ada deviasi (penyimpangan) dari normalitas distribusi data, artinya data
terdistribusi normal. Jika data terdistribusi normal maka untuk analisis data
selanjutnya menggunakan statistik parametrik, namun jika data tidak terdistribusi
normal maka analisis data selanjutnya menggunakan statistik nonparametrik
(Priyatno, 2012: 11). Hasil uji normalitas kemampuan mengaplikasi kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut. (lihat Lampiran
4.3.1)
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data
Kelompok Aspek p Keputusan
Kontrol
Pretest 0,31 Normal
Posttest I 0,15 Normal
Posttest II 0,82 Normal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Selisih Pretest-posttest I 0,13 Normal
Eksperimen
Pretest 0,32 Normal
Posttest I 0,35 Normal
Posttest II 0,11 Normal
Selisih Pretest-posttest I 0,17 Normal
Tabel 4.5 menunjukkan harga p > 0,05 untuk semua aspek yaitu pretest,
posttest I, posttest II, dan selisih rerata skor pretest-posttest I untuk kemampuan
mengaplikasi kelompok kontrol dan eksperimen. Hal tersebut berarti Hnull
diterima dan Hi ditolak sehingga tidak ada deviasi (penyimpangan) dari normalitas
data atau data terdistribusi normal. Analisis statistik yang digunakan selanjutnya
yaitu statistik parametrik. Statistik parametrik dengan Independent samples t-test
digunakan untuk menganalisis data dari dua kelompok sampel yang independen,
misalnya kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (Priyatno, 2012: 17).
Sedangkan Paired samples t-test digunakan untuk menganalisis data dari dua
kelompok sampel yang berpasangan atau berhubungan. Sampel yang berhubungan
merupakan sampel yang sama namun mendapat perlakuan yang berbeda seperti
perlakuan sebelum dan sesudah (Priyatno, 2012: 25).
4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal
Uji perbedaan kemampuan awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan
awal kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Uji ini dilakukan untuk
memastikan bahwa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki
kemampuan awal yang sama, meskipun pengambilan sampel penelitian tidak
dilakukan secara random, sehingga kedua kelompok dapat dibandingkan. Uji ini
juga dilakukan untuk mengontrol ancaman terhadap validitas internal yaitu
karakteristik subjek. Kemampuan awal yang berbeda pada kelompok kontrol dan
eksperimen dapat mempengaruhi hasil posttest. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengecekan kemampuan awal kedua kelompok dengan pretest (Neuman, 2013:
238). Uji ini menggunakan statistik parametrik Indemendent samples t-test karena
data terdistribusi normal dan diambil dari kelompok yang berbeda yaitu rerata
skor pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Sebelum melakukan uji perbedaan kemampuan awal dengan menggunakan
Independent samples t-test, dilakukan uji asumsi untuk memeriksan homogenitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
varians dengan melihat harga p. Jika harga p < 0,05 maka tidak terdapat
homogenitas varians dari kedua data yang dibandingkan. Jika harga p > 0,05 maka
terdapat homogenitas varians dari kedua data yang dibandingkan (Field, 2009:
150). Hasil uji asumsi homogenitas varians dapat dilihat pada tabel berikut (lihat
Lampiran 4.4.1)
Tabel 4.6 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians
Uji Statistik F p Keputusan
Levene's Test for Equality of
Variances
0,01 0,89 Tidak Homogen
Levene’s test dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan harga F =
0,01 dan harga p = 0,89, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
homogenitas varians data. Apabila variansnya tidak homogen, maka data uji
statistik Independent sample t-test yang diambil adalah data pada baris kedua
output SPSS (Field, 2009: 340).
Uji perbedaan kemampuan awal menggunakan tingkat kepercayaan
sebesar 95% dengan kriteria untuk menolak Hnull adalah jika p < 0,05 (Priyatno,
2012: 24). Berikut hasil uji perbedaan kemampuan awal dari kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen (lihat Lampiran 4.4.1)
Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest
Uji Statistik p Keputusan
Independent samples t-test 0,692
Tidak ada perbedaan
Rerata skor yang dicapai oleh kelompok eksperimen (M = 2,15, SE =
0,08) lebih tinggi dari pada rerata skor yang dicapai oleh kelompok kontrol (M =
2,10, SE = 0,82). Perbedaan skor tersebut tidak signifikan dengan t(55,9) = -0,398
dan p = 0,692 (p > 0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada
perbedaan yang signifikan antara skor pretest kemampuan mengaplikasi pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kesimpulan dari hasil uji perbedaan
rerata pretest yaitu kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama.
Dengan demikian ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa
kakteristik subjek bisa dikendalikan dengan baik, karena mempunyai kemampuan
awal yang sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
4.1.3.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Uji signifikansi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui pengaruh
perlakuan atau penerapan Team Assisted-Individualization (TAI) terhadap
kemampuan mengaplikasi, dengan melihat perbedaan rerata selisih skor pretest
dan posttest I kedua kelompok. Secara prinsip, untuk mengetahui pengaruh
perlakuan digunakan rumus: (O2 – O1) – (O4 – O3) yaitu dengan mengurangkan
selisih skor posttest I – pretest pada kelompok kontrol dengan selisih skor posttest
I – pretest pada kelompok eksperimen (Cohen, Manion, & Marrison, 2007: 277).
Jika hasil perhitungan lebih besar dari 0, maka ada pengaruh. Hasil perhitungan
menunjukkan selisih skor posttest I – pretest pada kelompok eksperimen sebesar
0,17 dan selisih skor posttest I – pretest pada kelompok kontrol sebesar 0,13.
Besar pengaruh perlakuan yang diperoleh adalah 0,04 (didapat dari selisih 0,17
dan 0,13), maka ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Team Assisted Individualization (TAI) berpengaruh pada kemampuan
mengaplikasi. Untuk mengetahui apakah pengaruhnya signifikan atau tidak, akan
dianalisis dengan statistik selanjutnya.
Uji normalitas distribusi data menunjukkan bahwa rerata selisih skor
pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
terdistribusi normal. Analisis Statistik selanjutnya adalah statistik parametrik
dengan Independent samples t-test karena data berasal dari kelompok yang
berbeda (Field, 2009: 326). Sebelum dilakukan uji statistik untuk mengetahui
signifikansi pengaruh perlakuan, perlu dilakukan uji asumsi terhadap homogenitas
varians dengan melihat harga p. Jika harga p < 0,05 maka tidak terdapat
homogenitas varians pada dua data yang dibandingkan (Field, 2009: 340). Jika
harga p > 0,05 maka terdapat homogenitas varians pada dua data yang
dibandingkan. Hasil Uji asumsi homogenitas varians dapat dilihat pada tabel 4.8
berikut (lihat Lampiran 4.5.1).
Tabel 4.8 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians
Uji Statistik F p Keputusan
Levene’s Test for Equality Variances 2,594 0,113 Homogen
Hasil Levene’s test dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa
harga F = 2,594 dan harga p = 0,113 (p > 0,05) sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat homogenitas varians data. Jika terdapat homogenitas varians, data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
uji statistik Independent samples t-test yang diambil adalah data pada baris
pertama output SPSS (Field, 2009: 53). Tabel 4.9 menunjukkan hasil uji
signifikansi pengaruh perlakuan pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen terhadap kemampuan mengaplikasi (lihat Lampiran 4.5.1).
Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Selisih Skor Pretest-postest I p Keputusan
Kelompok kontrol dan eksperimen 0,000 Ada perbedaan
Rerata selisih skor pada kelompok eksperimen (M = 1,18; SE = 0,06)
lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (M = 0,63; SE = 0,11). Perbedaan
tersebut signifikan dengan t(56) = - 4,17. Harga p < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi
diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor preteset ke
posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain,
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI) berpengaruh terhadap kemampuan mengaplikasi. Untuk lebih memperjelas
perbedaan selisih antara kedua kelompok dapat dilihat gambar 4.2 dan 4.3 sebagai
berikut.
Gambar 4.1 Grafik Rerata Selisih Skor Pretest-posttest I
2.103
2.73
2.149
3.35
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
Pretest Posttest I
Kel Kontrol
Kel Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Gambar 4.2 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I
Dari diagram di atas menunjukkan perbedaan selisih antara kelompok
kontrol dengan mean = 0,63 dengan kelompok eksperimen dengan mean = 1,18.
Kelompok kontrol memiliki selisih skor pretest ke posttest I yang lebih rendah
daripada kelompok eksperimen.
4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Uji besar pengaruh perlakuan atau effect size bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) terhadap kemampuan mengaplikasi. Data yang
diperoleh tersebar dengan normal, sehingga digunakan rumus koefisien korelasi
Pearson untuk data normal (Field, 2009: 57). Independent samples t-test
digunakan untuk mengambil t dalam melakukan uji besar pengaruh perlakuan.
Persentase pengaruh perlakuan didapat dengan menghitung koefisien determinasi
(R2) dengan cara mengkuadratkan harga r (harga koefisien korelasi Pearson yang
didapat) kemudian dikalikan 100% (Field, 2009: 179). Besar pengaruh penerapan
model pembelajaran koopratif tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada
kelompok eksperimen terhadap kemampuan mengaplikasi adalah r = 0,49 atau
24%. Berdasarkan kriteria yang digunakan untuk menentukan besarnya efek,
maka hasil perhitungan r setara dengan efek menengah. Berikut ini hasil
perhitungan effect size terhadap kemampuan mengaplikasi (lihat Lampiran 4.6).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Tabel 4.10 Hasil Uji Effect Size
Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Variabel t t2 df r (effect size) R
2 % Efek
Mengaplikasi -4,17 17,39 56 0,49 0,24 24 Menengah
4.1.3.5 Analisis Lebih Lanjut
1. Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I
Perhitungan persentase ini dilakukan untuk mengetahui besarnya
persentase peningkatan kemampuan mengaplikasi yang dilihat dari skor pretest ke
posttest I pada kedua kelompok. Selanjutnya dilakukan uji signifikansi
peningkatan skor pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttset I pada kelompk
kontrol maupun kelompok eksperimen. Uji ini dilakukan dengan menggunakan
paired samples t-test karena data diambil dari kelompok yang sama namun
perlakuan yang berbeda dengan tingkat kepercayaan 95%. Kriteria untuk menolak
Hnull adalah jika harga p < 0,05 (Priyatno, 2012: 31). Berikut ini merupakan tabel
hasil perhitungan persentase peningkatan kemampuan mengaplikasi yang dilihat
dari skor pretest ke posttest I menggunakan rumus yang dijelaskan pada bab III
halaman 55 dan hasil uji signifikansi peningkatan skor pretest ke posttset I. (lihat
Lampiran 4.7.1)
Tabel 4.11 Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I
Kemampuan Mengaplikasi
No Kelompok Rerata Peningkatan
(%)
p Keputusan
Pretest Posttest I
1 Kontrol 2,10 2,73 30 0,000 Signifikan
2 Eksperimen 2,14 3,35 56 0,000 Signifikan
Data pada tabel 4.11 terlihat ada peningkatan skor antara pretest ke
posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Nilai mean pretest
pada kelompok kontrol sebesar 2,10 dan nilai mean posttest I sebesar 2,73.
Persentase peningkatan pretest ke posttest I kelompok kontrol yaitu 30%. Nilai
mean pretest pada kelompok eksperimen sebesar 2,14 dan nilai mean posttest I
sebesar 3,35. Persentase peningkatan pretest ke posttest I kelompok eksperimen
yaitu 56%. Persentase peningkatan pada kelompok eksperimen lebih tinggi
daripada kelompok kontrol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Uji signifikansi menunjukkan bahwa rerata skor yang dicapai oleh
kelompok eksperimen (M = 1,20, SE = 0,07) lebih tinggi daripada rerata skor yang
dicapai oleh kelompok kontrol (M = 0,63, SE = 0,11). Hasil uji signifikansi
peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol menunjukkan harga
p sebesar 0,000 dan pada kelompok eksperimen menunjukkan harga p sebesar
0,000. Kedua kelompok sama-sama memiliki p < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi
diterima sehingga ada perbedaan yang signifikan antara rerata selisih skor pretest
dan posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen. Dengan kata lain, kedua
kelompok mengalami peningkatan skor yang signifikan pada kemampuan
mengaplikasi. Untuk memperjelas perbandingan rerata pretest ke posttest I dapat
dilhat pada gambar 4.3 di bawah ini.
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Rerata Pretest ke Posttest I
Persentase peningkatan skor pretest ke posttest I dapat dilihat dengan jelas melalui
gambar 4.4 menggunakan grafik poligon untuk melihat perbedaan selisih skor
pretest-posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen. Berikut grafik yang
menunjukkan frekuensi selisih skor pretest-posttest I (gain score) pada kedua
kelompok.
Gambar 4.4 Grafik Gain Score
2.1 2.14 2.73 3.35
0
1
2
3
4
Kontrol Eksperimen
Re
rata
Grafik Perbandingan Rerata Skor
Pretest ke Posttest I
Pretest
Posttest
1
2 1
5
8 7
5
1 4
7
11
5
11
0
5
10
15
-1.01 -0.51 -0.01 0.49 0.99
Fre
kue
nsi
Gain Score
Kel. Kontrol
kel. Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Grafik di atas menunjukkan bahwa gain score terendah pada kelompok
kontrol adalah -1,00. Sedangkan gain score terendah pada kelompok eksperimen
0,33. Gain score tertinggi kelompok kontrol sebesar 1,33, sedangkan gain score
tertinggi kelompok eksperimen adalah 2,00. Hal ini menunjukkan bahwa selisih
pretest – posttest I pada kelompok eksperimen lebih besar daripada selisih pretest
– posttest I pada kelompok kontrol.
Frekuensi siswa yang mendapatkan nilai ≥ 0,67 pada kelompok kontrol
adalah 20 anak, sedangkan pada kelompok eksperimen adalah 28 anak. Nilai 0,67
merupakan nilai tengah dari gain score yang didapat dari 50% dari nilai tertinggi.
Besar persentase gain score ≥ 0,67 pada kelompok kontrol sebesar 69%,
sedangkan gain score ≥ 0,67 pada kelompok eksperimen sebesar 96%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa 69% siswa pada kelompok kontrol diuntungkan
dengan penerapan model ceramah, 96% siswa pada kelompok eksperimen
diuntungkan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI). Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe
Team Assisted Individualization (TAI) memiliki persentase peningkatan lebih
besar dibandingkan dengan penerapan metode ceramah.
2. Uji Besar Efek Peningkatan Skor dari Pretest ke Posttest I
Uji besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I. Uji ini
dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik Pired samples t-test karena
data yang diuji adalah data normal dan berasal dari kelompok yang sama (Field,
2009: 53). Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Kriteria yang
digunakan untuk menolak Hnull adalah jika harga p < 0,05 (Field, 2009: 53). Hasil
uji besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I dapat dilihat pada tabel 4.12
berikut (lihat Lampiran 4.8.1).
Tabel 4.12 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Rerata dari Pretest ke Posttest I
No Kelompok t t2 df r R
2 % Efek
1 Kontrol 5,610 31,47 28 0,72 0,52 52 Besar
2 Eksperimen 17,028 289,95 28 0,95 0,90 90 Besar
Rerata Kelompok eksperimen (M = 1,20; SE = 0,07) lebih tinggi
dibandingkan kelompok kontrol (M = 0,63; SE = 0,11). Besar efek peningkatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen yang menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) lebih besar
daripada kelompok montrol yang menerapkan model ceramah. Besar efek
peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen adalah 0,90 atau
setara dengan 90%, sedangkan besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I
pada kelompok kontrol adalah 0,72 atau setara dengan 52%.
3. Uji Korelasi antara Rerata Skor Pretest dan Posttest I
Uji korelasi ini dilakukan untuk mengetahui korelasi yang terjadi antara skor
pretest dan posttest I. Uji ini juga dilakukan untuk mengontrol ancaman terhadap
validitas internal penelitian berupa regresi statistik. Regresi statistik yaitu
kecenderungan umum bahwa siswa yang mendapat skor pretest tinggi biasanya
memeproleh skor posttest yang lebih rendah dan sebaliknya siswa yang medapat
skor pretest rendah biasanya memperoleh skor posttest lebih tinggi. Data yang
akan dianalisis menggunakan skor pretest dan posttest I dari kelompok yang sama
yang sudah diuji normalitasnya. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data
skor pretest dan posttest I pada kedua kelompok terdistribusi normal sehingga
analisis selanjutnya menggunakan rumus bivariate correlation coefficients yaitu
Pearson’s correlation coefficients (Field, 2009: 177). Kriteria yang digunakan
untuk menolak Hnull adalah jika harga p < 0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji korelasi
antaa rerata pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut (lihat Lampiran 4.9.1).
Tabel 4.13 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I
No. Kelompok Pearson Correlation p Kesimpulan
1 Kontrol 0,275 0,149 Positif dan tidak signifikan
2 Eksperimen -0,132 0,494 Negatif dan tidak signifikan
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa harga p pada kedua kelompok
Hnull diterima dan Hi ditolak. Oleh karena itu tidak ada korelasi yang signifikan
antara rerata skor pretest ke posttest I pada kedua kelompok terhadap kemampuan
mengaplikasi. Hasil correlation coefficient pada kelompok kontrol menunjukkan
nilai positif, maka para siswa yang medapat skor tinggi pada pretest akan
mendapat skor tinggi pula pada posttest I terhadap kemampuan mengaplikasi.
Begitu pula sebaliknya para siswa yang mendapat skor rendah pada pretest akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
mendapat skor rendah pula pada posttest I terhadap kemampuan mengaplikasi.
Sedangkan hasil correlation coefficient pada kelompok eksperimen menunjukkan
nilai negatif, maka para siswa yang mendapatkan skor rendah pada pretest akan
mendapat skor tinggi pada posttest I terhadap kemampuan mengaplikasi. Kondisi
ini ideal sehingga ancaman validitas internal terhadap regresi statistik tidak terjadi
atau dapat dikendalikan dengan baik.
4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah perlakuan
yang diberikan masih kuat atau memiliki efek yang sama setelah beberapa waktu.
Uji ini dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik yaitu paired samples
t-test karena data terdistribusi normal dan data terasal dari kelompok yang sama.
Data yang digunakan yaitu skor posttest II yang dilakukan kurang lebih 2 minggu
setelah dilakukan posttest I. Hasil posttest II dibandingkan dengan posttest I untuk
melihat apakah ada peningkatan skor. Kriteria untuk menolak Hnull adalah jika
harga p < maka ada perbedaan yang signifikan antara rerata posttest I dan posttest
II. Berikut hasil uji paired samples t-test pada tabel 4.14 (lihat Lampiran 4.10.12).
Tabel 4.14 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
No. Kelompok Rerata Peningkatan
(%)
p Keputusan
Posttest
I
Posttest
II
1 Kontrol 2,73 2,17 -20,5 0,001 Ada perbedaan
2 Eksperimen 3,35 2,87 -14,32 0,000 Ada perbedaan
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa harga p pada kedua kelompok
kurang dari 0,05, maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada perbedaan yang
signifikan antara skor pretest I ke pretest II. Dengan kata lain, pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen ada peningkatan skor yang signifikan dari skor
posttest I ke posttest II terhadap kemampuan mengaplikasi. Persentase
peningkatan rerata skor posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol sebesar -
20,5%. Sedangkan persentase peningkatan rerata skor posttest I ke posttest II pada
kelompok eksperimen sebesar -14,32%. Untuk memperjelas besar peningkatan
dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Gambar 4.5 Grafik Pretest, Posttest I, dan Posttest II
Selanjunya, untuk mengetahui apakah capaian skor pada posttest II
berbeda atau tidak dengan kondisi awal atau pretest, maka dilakukan analisis
terhadap perbedaan skor pretest dan posttest II menggunakan Paired Samples t-
test karena data yang diuji adalah data yang terditribusi normal dan dari kelompok
yang sama (Field, 2009: 53). Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah
p < 0,05 (Field, 2009: 53). Berikut adalah hasil uji signifikansi skor pretest ke
posttest II yang dapat dilihat pada tabel 4.15 (lihat lampiran 4.1.1.1).
Tabel 4.15 Hasil Uji Signifikansi Skor Pretest dan Posttest II
No Kelompok p Keputusan
1 Kontrol 0,637 Tidak ada perbedaan
2 Eksperimen 0,000 Ada perbedaan
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa harga p pada kelompok kontrol
lebih dari 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak sehingga tidak ada perbedaan
yang signifikan antara skor pretest ke posttest II. Pada kelompok eksperimen
harga p < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima sehingga ada perbedaan yang
signifikan antara skor pretest dan posttest II. Dengan kata lain, dengan
menggunakan metode ceramah pada kelompok kontrol, materi yang diberikan
tidak bertahan lama dalam ingatan siswa, sedangkan pengunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted-Individualization (TAI) pada
kelompok eksperimen dapat membuat materi bertahan lebih lama dalam ingatan
siswa.
2.103 2.73
2.17 2.14
3.35
2.87
0
1
2
3
4
Pretest Posttest 1 Posttest 2
Kel Kontrol
Kel Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
4.1.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II
Hipotesis penelitian II adalah penerapan model Team Assisted-
Individualization (TAI) berpengaruh terhadap kemampuan menganalisis pada
mata pelajaran IPA materi siklus air siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan 1
semester gasal tahun ajaran 2017/2018. Variabel dependen pada hipotesis di atas
yaitu kemampuan menganalisis, sedangkan variabel independen yaitu penerapan
model Team Assisted-Individualization (TAI). Instrumen yang digunakan untuk
mengukur variabel dependen terdiri dari 1 soal uraian yaitu item 4 yang
mengandung indikator membedakan dampak peristiwa alam bagi kelangsungan
mahkluk hidup melalui dua gambar hutan gundul dan hutan hijau, membuat garis
besar tentang langkah-langkah penyelamatan hutan, dan menentukan sudut
pandang dari suatu permasalahan pencemaran air.
Hasil analisis statistik secara keseluruhan dihitung dengan menggunakan
program statistik yaitu IBM SPSS Statictics 20 for Windows dengan tingkat
kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Tahapan analisis data yang dilakukan
adalah sebagai berikut. 1) Uji normalitas data dengan tujuan untuk mengetahui
data terdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat digunakan untuk menentukan
analisis selanjutnya menggunakan statistik parametrik atau nonparametrik, 2) Uji
perbedaan kemampuan awal dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal
pada kelompok kontrol dan eksperimen, 3) Uji signifikansi pengaruh perlakuan,
dan 4) Uji besar pengaruh perlakuan. Selanjutnya dilakukan analisis lebih lanjut
yang terdiri dari 1) Perhitungan persentasi peningkatan skor pretest ke posttest I,
2) Uji besar efek peningkatkan skor pretest ke posttest I, 3) Uji korelasi antara
skor pretest ke posttest I, dan 4) Uji retensi pengaruh perlakuan.
4.1.4.1 Uji Normalitas Distribusi Data
Data Uji normalitas distribusi data digunakan untuk mengetahui apakah
distribusi data normal atau tidak dan untuk menentukan jenis statistik yang
digunakan dalam menganalisis data selanjutnya (Field, 2009: 144). Data skor
pretest, posttest 1, posttest II, dan selisih pretest ke posstest I dari kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen diuji normalitasnya menggunakan One-Sample
Kolmogorov-Smirnov test. Kriteria untuk menerima Hnull jika harga p > 0,05
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
maka tidak ada deviasi (penyimpangan) dari normalitas distribusi data, artinya
data terdistribusi normal. Jika data terdistribusi normal maka untuk analisis data
selanjutnya menggunakan statistik parametrik, namun jika data tidak terdistribusi
normal maka analisis data selanjutnya menggunakan statistik nonparametrik
(Priyatno, 2012: 11). Hasil uji normalitas kemampuan mengaplikasi kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut. (lihat Lampiran
4.3.2)
Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data
Kelompok Aspek p Keputusan
Kontrol
Pretest 0,39 Normal
Posttest I 0,84 Normal
Posttest II 0,18 Normal
Selisih Pretest-posttest I 0,47 Normal
Eksperimen
Pretest 0,21 Normal
Posttest I 0,21 Normal
Posttest II 0,16 Normal
Selisih Pretest-posttest I 0,37 Normal
Tabel 4.16 menunjukkan harga p > 0,05 untuk semua aspek yaitu pretest,
posttest I, posttest II, dan selisih rerata skor pretest-posttest I untuk kemampuan
menganalisis kelompok kontrol dan eksperimen. Semua aspek memiliki distribusi
data normal, sehingga analisis selanjutnya menggunakan statistik parametrik.
Statistik parametrik dengan Independent samples t-test digunakan untuk
menganalisis data dari kelompok yang berbeda, misalnya kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen (Field, 2009: 326). Sedangkan Paired samples t-test
digunakan untuk menganilis data dari kelompok yang sama, misalnya kelompok
kontrol dengan kelompok dengan kelompok kontrol atau kelompok eksperimen
dengan kelompok eksperimen.
4.1.4.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal
Uji perbedaan kemampuan awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan
awal kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Uji ini dilakukan untuk
memastikan bahwa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki
kemampuan awal yang sama atau berbeda terhadap kemampuan mengaplikasi,
sehingga dua kelompok dapat dibandingakan. Uji ini dilakukan untuk memastikan
bahwa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen mempunyai kemampuan awal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
yang sama, meskipun pengambilan sampel penelitian tidak dilakukan dengan cara
rendem. Uji ini menggunakan statistik parametrik Indemendent samples t-test
karena data terdistribusi normal dan diambil dari kelompok yang berbeda (Field,
2009: 326).
Sebelum melakukan uji perbedaan rerata skor pretest menggunakan Independent
samples t-test, dilakukan uji asumsi untuk memeriksan homogenitas varians
dengan melihat harga p. Jika harga p < 0,05 maka tidak terdapat homogenitas
varians dari kedua data yang dibandingkan. Jika harga p > 0,05 maka terdaapat
homogenitas varians dari kedua data yang dibandingkan (Field, 2009: 150). Hasil
uji asumsi homogenitas varians dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut. (lihat
Lampiran 4.4.2)
Tabel 4.17 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians
Uji Statistik F p Keputusan
Levene's Test for Equality of
Variances
0.525 0,472 Homogen
Levene’s test dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan harga F =
0.525 dan harga p = 0,472 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
homogenitas varians data. Apabila variansnya homogen, maka data uji statistik
Independent sample t-test yang diambil adalah data pada baris pertama output
SPSS (Field, 2009: 340).
Tingkat Kepercayaan untuk melakukan uji perbedaan kemampuan awal
adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika p < 0,05
(Field, 2009: 53). Tabel 4.18 menunjukkan hasil uji perbedaan kemampuan awal
dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. (lihat Lampiran 4.4.2)
Tabel 4.18 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest
Uji Statistik p Keputusan
Independent samples t-test 0,303
Tidak ada perbedaan
Rerata skor yang dicapai oleh kelompok eksperimen (M = 2,09, SE =
0,06) lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (M = 1,98, SE = 0,07).
Perbedaan skor tersebut tidak signifikan dengan t(56) = -1,039 dan p = 0,3030 (p
> 0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada perbedaan yang
signifikan antara skor pretest kemampuan menganalisis pada kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen. Kesimpulan dari hasil uji perbedaan rerata pretest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
yaitu kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama untuk kemampuan
menganalisis. Dengan demikian ancaman terhadap validitas internal penelitian
berupa karakteristik subjek bisa dikendalikan dengan baik.
4.1.4.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Uji signifikansi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui pengaruh
perlakuan atau penerapan Team Assisted-Individualization (TAI) terhadap
kemampuan menganalisis, dengan melihat perbedaan rerata selisih skor pretest
dan posttest I kedua kelompok. Secara prinsip, untuk mengetahui pengaruh
perlakuan digunakan rumus: (O2 – O1) – (O4 – O3) yaitu dengan mengurangkan
selisih skor posttest I – pretest pada kelompok kontrol dengan selisih skor posttest
I – pretest pada kelompok eksperimen (Cohen, Manion, & Marrison, 2007: 277).
Jika hasil perhitungan lebih besar dari 0, maka ada pengaruh. Hasil perhitungan
menunjukkan selisih skor posttest I – pretest pada kelompok eksperimen sebesar
1,07 dan selisih skor posttest I – pretest pada kelompok kontrol sebesar 0,72.
Besar pengaruh perlakuan yang diperoleh adalah 0,35 (didapat dari selisih 1,07
dan 0,72), maka ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Team Assisted Individualization (TAI) berpengaruh pada kemampuan
menganalisis. Untuk mengetahui apakah pengaruhnya signifikan atau tidak, akan
dianalisis dengan statistik selanjutnya.
Uji normalitas distribusi data menunjukkan bahwa rerata selisih skor
pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
terdistribusi normal. Analisis Statistik selanjutnya adalah statistik parametrik
dengan Independent samples t-test karena data berasal dari kelompok yang
berbeda (Field, 2009: 326). Sebelum dilakukan uji statistik untuk mengetahui
signifikansi pengaruh perlakuan, perlu dilakukan uji asumsi terhadap homogenitas
varians dengan melihat harga Sig.Levene’s test. Jika harga p < 0,05 maka tidak
terdapat homogenitas varians pada dua data yang dibandingkan (Field, 2009:
340). Jika harga p > 0,05 maka terdapat homogenitas varians pada dua data yang
dibandingkan. Hasil Uji asumsi homogenitas varians dapat dilihat pada tabel 4.19
berikut (lihat Lampiran 4.5.2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Tabel 4.19 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians
Uji Statistik F p Keputusan
Levene’s Test for Equality Variances 1,675 0,201 Homogen
Hasil Levene’s test dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa
harga F = 1,675 dan harga p = 0,201 (p > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat homogenitas varians data. Jika terdapat homogenitas varians, data uji
statistik Independent samples t-test yang diambil adalah data pada baris pertama
output SPSS (Field, 2009: 53). Tabel 4.20 menunjukkan hasil uji signifikansi
pengaruh perlakuan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terhadap
kemampuan menganalisis (lihat Lampiran 4.5.2).
Tabel 4.20 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Uji Statistik p Keputusan
Independent Samples t-test 0,012 Ada perbedaan
Skor rerata kelompok eksperimen (M = 1,05; SE = 0,08) lebih tinggi
dibandingkan kelompok kontrol (M = 0,71; SE = 0,10). Berdasarkan analisis yang
menggunakan Independent Samples t-test dengan tingkat kepercayaan 95%
diperoleh keputusan bahwa perbedaan skor tersebut signifikan dengan harga t(56)
= -2,608 dan p = 0,012 (p < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima, dengan
demikian ada perbedaan yang signifikan antara rerata selisih skor preteset ke
posttest I kemampuan menganalisis pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Kesimpulan dari hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan adalah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI) berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan menganalisis. Hasil
perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I kemampuan menganalisis
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat dalam diagram
berikut.
Gambar 4.6 Grafik Rerata Selisih Pretest-Posttest I
1.98
2.7 2.09
3.16
0
1
2
3
4
Pretest Posttest I
Kel Kontrol
KelEksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Gambar 4.7 Grafik Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I
Grafik diatas menunjukkan perbedaan selisih antara kelompok kontrol
dengan mean = 0,71 dan kelompok eksperimen dengan mean = 1,05. Kelompok
kontrol memiliki selisih skor pretest dan posttest I yang lebih rendah dari pada
kelompok eksperimen.
4.1.4.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Uji besar pengaruh perlakuan atau effect size bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) terhadap kemampuan menganalisis. Data yang
diperoleh tersebar dengan normal, sehingga digunakan rumus koefisien korelasi
Pearson untuk data normal (Field, 2009: 57). Independent samples t-test
digunakan untuk mengambil t dalam melakukan uji besar pengaruh perlakuan.
Persentase pengaruh perlakuan didapat dengan menghitung koefisien determinasi
(R2) dengan cara mengkuadratkan harga r (harga koefisien korelasi Pearson yang
didapat) kemudian dikalikan 100% (Field, 2009: 179). Besar pengaruh penerapan
model pembelajaran koopratif tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada
kelompok eksperimen terhadap kemampuan menganalisis adalah r = 0,33 atau
11%. Berdasarkan kriteria yang digunakan untuk menentukan besarnya efek,
maka hasil perhitungan r setara dengan efek menengah. Berikut ini hasil
perhitungan effect size terhadap kemampuan menganalisis (lihat Lampiran 4.6).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Tabel 4.21 Hasil Uji effect size
Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Variabel t t2 df r (effect size) R
2 % Efek
Mengaplikasi -2,60 6,76 56 0,33 0,11 11 Menengah
4.1.4.5 Analisis Lebih Lanjut
1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan
untuk mengetahui persentase peningkatan skor rerata dari pretest ke posttest I
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Analisis perhitungan
persentase peningkatan rerata pretest ke posttset I pada uji normalitas distribusi
data menggunakan One Samples Kolmogorov-Smirnov t-test. Persentase
peningkatan rerata pretest ke posttest I dihitung dengan cara membagi selisih
rerata pretest - posttest I dengan rerata pretest, kemudian dikali 100%. Hasil
perhitungan persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dapat dilihat
pada tabel 4.22 berikut ini (lengkapnya lihat Lampiran 4.7.1)
Tabel 4.22 Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I
Kemampuan Menganalisis
No Kelompok Rerata Peningkatan p Keputusan
Pretest Posttest I (%)
1 Kontrol 1,98 2,70 36 0,000 Signifikan
2 Eksperimen 2,09 3,16 51 0,000 Signifikan
Berdasarkan tabel 4.22 terlihat ada peningkatan skor antara pretest ke
posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Nilai mean pretest
pada kelompok kontrol sebesar 1,98 dan nilai mean posttest I sebesar 2,70.
Persentase peningkatan pretest ke posttest I kelompok kontrol yaitu 36%. Nilai
mean pretest pada kelompok eksperimen sebesar 2,09 dan nilai mean posttest I
sebesar 3,16. Persentase peningkatan pretest ke posttest I kelompok eksperimen
yaitu 51%. Persentase peningkatan pada kelompok eksperimen lebih tinggi
daripada kelompok kontrol.
Uji signifikansi menunjukkan bahwa rerata skor yang dicapai oleh
kelompok eksperimen (M = 1,06, SE = 0,08) lebih tinggi daripada rerata skor yang
dicapai oleh kelompok kontrol (M = 0,71, SE = 0,10). Hasil uji signifikansi
peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol menunjukkan harga
p 0,00 dan pada kelompok eksperimen menunjukkan harga p sebesar 0,00. Kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
kelompok sama-sama memiliki p < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima
sehingga ada perbedaan yang signifikan antara rerata selisih skor pretest ke
posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen. Dengan kata lain, kedua
kelompok mengalami peningkatan skor yang signifikan pada kemampuan
menganalisis. Untuk memperjelas Perbandingan rerata skor Pretest ke Posttest I
dapat di lihat pada gambar 4.8 di bawah ini.
Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Rerata Skor Pretest ke Posttest I
Persentase peningkatan skor pretest ke posttest I dapat dilihat lebih jelas
melalui gambar 4.9 menggunakan grafik poligon untuk melihat perbedaan selisih
skor pretest-posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen. Berikut grafik
yang menunjukkan frekuensi selisih skor pretest-posttest I (gain skor) pada kedua
kelompok.
Gambar 4.9 Grafik Gain Score
Grafik di atas menujukkan bahwa gain score terendah pada kelompok
kontrol adalah -0,67, sedangkan gain score terendah pada kelompok eksperimen
1.98 2.09
2.7 3.16
0
1
2
3
4
Kontrol Eksperimen
Re
rata
Grafik Perbandingan Rerata Skor Pretest ke
Posttest I
Pretest
Posttest
1 1
11
4
6
4
1 1
5
2
10 8
3
1 0
2
4
6
8
10
12
-0.67 -0.17 0.33 0.83 1.33 1.83
Fre
kue
nsi
Gain Score
Kontrol
eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
adalah 0,33. Gain score tertinggi kelompok kontrol dan eksperimen adalah 2. Hal
ini menunjukkan bahwa selisih pretest – posttest I pada kelompok eksperimen
lebih besar daripada selisih pretest – posttest I pada kelompok kontrol.
Frekuensi siswa yang mendapatkan nilai ≥ 0,83 pada kelompok kontrol
adalah 12 anak, sedangkan pada kelompok eksperimen adalah 22 anak. Nilai 0,83
merupakan nilai tengah dari gain score yang didapat dari 50% dari nilai tertinggi.
Besar persentase gain score ≥ 0,83pada kelompok kontrol sebesar 41,37%,
sedangkan gain score ≥ 0,83 pada kelompok eksperimen sebesar 75,86%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa 41,37% siswa pada kelompok kontrol diuntungkan
dengan penerapan model ceramah, 75,86% siswa pada kelompok eksperimen
diuntungkan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI). Dengan demikian, penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) memiliki persentase
peningkatan lebih besar dibandingkan dengan penerapan model ceramah.
2. Uji Besar Efek Peningkatan Pretest ke Posttest I
Uji besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I. Uji ini
dilakukan dengan menggunkan pired samples t-test karena data yang diuji adalah
data normal dan berasal dari kelompok yang sama (Field, 2009: 53). Berikut hasil
uji besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I. (lihat Lampiran 4.8.2).
Tabel 4.23 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest ke posttest I
No Kelompok t t2 df r R
2 % Efek
1 Kontrol 6,920 47,88 28 0,79 0,62 62 Besar
Eksperimen 13,34 177,95 28 0,92 0,82 85 Besar
Rerata skor yang dicapai oleh kelompok eksperimen (M = 1,06; SE =
0,08) lebih tinggi daripada rerata skor yang dicapai oleh kelompok kontrol (M =
0,71; SE = 0,55). Data diatas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada
kemampuan menganalisis pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Peningkatan pada kemampuan menganalisis pada kelompok kontrol sebesar 0,79
atau 62% yang setara dengan efek besar, sedangkan peningkatan kemampuan
menganalisis pada kelompok eksperimen sebesar 0,92 atau 85% yang setara
dengan efek besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I
Uji korelasi ini dilakukan untuk mengetahui korelasi yang terjadi antara rerata
pretest dan posttest I. Uji ini juga dilakukan untuk mengontrol ancaman terhadap
validitas internal penelitian berupa regresi statistik. Regresi Statistik yaitu
kecenderungan umum bahwa siswa yang mendapat skor pretest tinggi biasanya
memperoleh skor posttest yang lebih rendah dan sebaliknya siswa yang medapat
skor pretest rendah biasanya memperoleh skor posttest yang lebih tinggi. Data
yang akan dianalisis menggunkan data skor pretest dan posttest I dari kelompok
yang sama yang sudah diuji normalitasnya. Hasil uji normalitas menunjukkan
bahwa data skor pretest dan posttest I pada kedua kelompok terdistribusi normal
sehingga analisis selanjutnya menggunakan rumus bivariate correlation
coefficients yaitu Pearson’s correlation coefficient (Field, 2009: 177). Kriteria
yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika harga p < 0,05 (Field, 2009: 53).
Berikut merupakan tabel hasil uji korelasi antara rerata skor pretest dan posttest I
kemampuan menganalisis (lihat Lampiran 4.9.2).
Tabel 4.24 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I
No. Kelompok Pearson Correlation p Kesimpulan
1 Kontrol 0,526 0,000 Positif dan signifikan
2 Eksperimen 0,388 0,038 Positif dan signifikan
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa harga p pada kedua kelompok
kurang dari 0,05 yang berarti bahwa Hnull ditolak dan Hi diterima. Oleh karena itu
ada korelasi yang signifikan antara rerata skor pretest ke posttest I pada kedua
kelompok terhadap kemampuan menganalisis. Hasil correlation coefficient pada
kedua kelompok menunjukkan nilai positif, maka siswa yang mendapatkan skor
tinggi pada pretest akan mendapat skor tinggi pula pada posttset I terhadap
kemampuan menganalisis. Sebaliknya para siswa yang mendapat skor rendah
pada pretest akan mendapat skor rendah pula pada posttest I terhadap kemampuan
menganalisis. Skor korelasi yang diperoleh pada kedua kelompok dapat
digeneralisasikan ke populasi karena data tersebut signifikan. Kondisi ini ideal
sehingga ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa regresi statistik
bisa dikendalikan dengan baik.
4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah perlakuan
yang diberikan masih kuat atau memiliki efek yang sama setelah beberapa waktu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Uji retensi dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik yaitu paired
samples t-test karena data terdistribusi normal dan data berasal dari kelompok
yang sama. Data yang digunakan yaitu skor posttest II yang dilakukan kurang
lebih 2 minggu setelah dilakukan posttest I. Hasil posttest II dibandingkan dengan
posttest I untuk melihat apakah ada peningkatan skor. Kriteria untuk menolak
Hnull adalah jika p < 0,05 maka ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest
I dan posttest II. Berikut hasil uji paired samples t-test pada tabel 44.25 (lihat
Lampiran 4.10.2.2).
Tabel 4.25 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
No. Kelompok Rerata Peningkatan
(%)
p Keputusan
Posttest
I
Posttest
II
1 Kontrol 2,70 2,19 -18,88 0,004 Ada perbedaan
2 Eksperimen 3,16 3,11 -1,58 0,744 Tidak ada perbedaan
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa harga p pada kelompok kontrol
kurang dari 0,05, maka Hnull ditolak dan Hi diterima sehingga ada perbedaan yang
signifikan antara skor posttest I dan posttest II. Dengan kata lain, pada kelompok
kontrol ada peningkatan skor yang signifikan dari skor posttest I ke posttest II
terhadap kemampuan menganalisis. Persentase peningkatan rerata skor posttest I
ke posttest II pada kelompok kontrol sebesar -18,88%. Pada kelompok
eksperimen harga p > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak sehingga tidak ada
perbedaan yang signifikan antara skor posttest I ke posttest II. Dengan kata lain,
pada kelompok eksperimen tidak ada peningkatan yang signifikan dari skor
posttest I ke posttest II terhadap kemampuan menganalisis. Persentase
peningkatan rerata skor posttest I ke posttest II pada kelompok eksperimen
sebesar -1,58%. Untuk memperjelas besar peningkatan dapat dilihat pada gambar
4.10 berikut.
Gambar 4.10 Grafik Pretest, Posttest I, dan Posttest II
1.98 2.7
2.19 2.09
3.16 3.11
0
1
2
3
4
Pretest Posttest 1 Posttets 2
Kel Kontrol
Kel Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Selanjunya, untuk mengetahui apakah capaian skor rerata posttest II
berbeda atau tidak dengan kondisi awal atau pretest, maka dilakukan analisis
terhadap perbedaan skor pretest dan posttest II dengan menggunakan Paired
Samples t-test karena data yang diuji adalah data yang terditribusi normal dan dari
kelompok yang sama (Field, 2009: 53). Tingkat kepercayaan yang digunakan
adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah p < 0,05 (Field,
2009: 53). Berikut adalah hasil uji signifikansi skor pretest ke posttest II yang
dapat dilihat pada tabel 4.26 (lihat lampiran 4.11.2).
Tabel 4.26 Hasil Uji Signifikansi Skor Pretest ke Posttest II
No Kelompok p Keputusan
1 Kontrol 0,132 Tidak ada perbedaan
2 Eksperimen 0,000 Ada perbedaan
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa harga p pada kelompok kontrol
lebih dari 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak sehingga tidak ada perbedaan
yang signifikan antara skor pretest dan posttest II. Pada kelompok eksperimen
harga p < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima sehingga ada perbedaan yang
signifikan antara skor pretest dan posttest II. Dengan kata lain, dengan
menggunakan model pembelajaran ceramah pada kelompok kontrol, materi yang
diberikan tidak bertahan lama dalam ingatan siswa, sedangkan penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada
kelompok eksperimen dapat membuat materi bertahan lama dalam ingatan siswa.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengendalian Ancaman terhadap Validitas Internal Penelitian
Penelitian eksperimen dalam menarik sebuah kesimpulan perlu
diperhatikan bahwa perubahan yang terjadi pada variabel bebas disebabkan karena
variabel terikat yang digunakan sebagai treatment penelitian. Hal ini dapat terjadi
karena ada variabel-variabel lain di luar treatment yang ikut berpengaruh terhadap
hasil penelitian sehingga memunculkan keraguan terhadap hubungan sebab akibat
yang ditarik dalam kesimpulan penelitian yang bisa menjadi ancaman terhadap
validitas penelitian (Johnson & Christensen, 2008: 258). Oleh karena itu, dalam
penelitian ini dipaparkan cara untuk mengontrol ancaman validitas internal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
penelitian. Ancaman-ancaman terhadap validitas penelitian sudah diidentifikasi
oleh Chambell dan Stanley (1963), Bracht dan Glass (1968), dan Lewis-Beck
(1993). Berikut jenis-jenis ancaman terhadap validitas internal penelitian dan cara
pengendaliannya.
Ancaman-ancaman terhadap validitas internal penelitian sudah
diidentifikasi oleh Campbell dan Stanley (1963), Bracht dan Glass (1968), dan
Lewis-Beck (1993), Ancaman terjadi lebih besar pada penelitian kuasi
ekperimental dibandingkan eksperimental murni karena dalam eksperimental
murni seleksi sampel dilakukan secara random dan lebih terkontrol. Berikut ini
jenis-jenis ancaman terhadap validitas penelitian.
1. Sejarah (history)
Setiap kejadian/perlakuan terhadap kelompok yang sedang diteliti yang
terjadi di antara pretest dan posttest di luar treatment yang bisa mempengaruhi
hasil pretest variabel dependen (Johnson & Christensen, 2008: 260, Cohen,
Manion, & Morrison, 2007: 155). Pengaruh sejarah (history) bisa terjadi terhadap
salah satu kelompok yang diteliti terutama jika penelitian dilakukan dalam jangka
waktu yang lama (beberapa bulan/tahun). Perubahan atau hasil peningkatan yang
terjadi pada salah satu kelompok tersebut disebabkan bukan melulu karena
treatment penelitian, tetapi oleh faktor lain diluar treatment sehingga tidak bisa
diklim murni sebagai pengaruh teratment penelitian. Kejadian tersebut misalnya
workshop, ekstrakurikuler, kursus, acara TV, dsb dengan pelaku atau materi yang
sama dengan yang digunakan sebagai treatment penelitian. Jika kelompok kontrol
dan kelompok ekperimen juga sama-sama mengikuti acara tersebut, pengaruhnya
terhadap hasil pretest akan seimbang sehingga tingkat ancaman terhadap validitas
internal penelitiannya rendah (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283).
2. Difusi treatment atau kontaminasi (diffusion of treatment or contamination)
Ancaman ini terjadi ketika kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
diam-diam saling berkomunikasi dan sama-sama mempelajari treatment yang
diberikan pada kelompok eksperimen. Solusi: kedua kelompok betul-betul
dipisahkan dan berjanji untuk tidak saling mempelajari treatment yang diberikan
pada kelompok eksperimen (Neuman, 2013: 130). Jika diabaikan, ancaman
terhadap validitas internal penelitian: rendah sampai menengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
3. Perilaku Kompensatioris
Ancaman ini terjadi jika treatment yang diberikan di kelompok eksperimen
dirasa sangat berharga dan diketahui juga oleh kelompok kontrol yang tidak
mendapatkan treatment tersebut. Keuntungan yang diperoleh oleh kelompok
eksperimen dirasa jauh lebih banyak dibanding kelompok kontrol. Karena merasa
di devaluasi, kelompok kontrol bisa jadi 1) berusaha menandingi kelompok
eksperimen dengan belajar ekstra keras atau 2) mengalami demoralisasi sehingga
marah dan tidak kooperatif (Neuman, 2013: 330). Solusi: kelompok kontrol diberi
pengertian bahwa sesudah penelitian mereka juga akan mendapatkan treatment
yang sama. Jika diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian:
rendah sampai menengah (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283).
4. Maturasi (maturation)
Setiap perubahan biologis atau psikologis yang terjadi sepanjang waktu
penelitian bisa mempengaruhi terhadap posttest pada variabel dependen (Johnson
& Christensen, 2008: 261). Misalnya perubahan yang terjadi karena penuaan,
kebosanan, rasa lapar, rasa haus, kelelahan, atau tambahan pengalaman belajar di
luar penelitian. Ancaman terhadap validitas internal penelitian ini menjadi
semakin serius jika penelitian dilakukan dalam jangka waktu lama atau dalam
waktu beberapa tahun. Solusi dari permasalahan ini yaitu dengan menyamakan
waktu pretest dan posttest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Jika
memungkinkan, rentang waktu penelitian dirancang lebih pendek. Krathwohl
(2004: 547) menganjurkan untuk melakukan penelitian eksperimental dalam
waktu yang relatif singkat untuk menghindari ancaman terhadap validitas internal
penelitian akibat history, mortality, selection, and maturation. Jika diabaikan
tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian: rendah (Fraenkel, Wallen,
& Hyun, 2012: 283).
5. Regresi statistik (statistical regression)
Kecenderungan umum bahwa partisipan dengan hasil skor pretest yang
sangat tinggi (mencapai skor tertinggi dalam skala pengukuran) biasanya
memperoleh skor posttest yang lebih rendah dan sebaliknya hasil pretest yang
sangat rendah (mencapai skor terendah dalam skala pengukuran) biasanya
memperoleh skor posttest yang lebih tinggi merupakan ancaman regresi statistik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Skor yang rendah pada pretest akan cenderung naik mendekati mean pada posttest
dan skor yang tinggi pada pretest akan cenderung turun mendekati mean.
Ancaman ini akan lebih besar terjadi pada penelitian terhadap kelompok yang di
dalamnya ada yang berkebutuhan khusus slow learner dan talented. Pada pretest,
kelompok slow learner akan mendapat skor yang sangat rendah. Sesudah
treatment, mereka akan mendapatkan skor yang lebih tinggi. Sementara yang
talented biasanya akan langsung mendapatkan skor yang sangat tinggi pada waktu
pretest, tetapi akan mengalami penurunan pada posttest. Jika perubahan yang
terjadi pada posttest diklaim melulu sebagai hasil treatment penelitian,
kesimpulan tersebut bisa diragukan persis karena efek regresi statistik ini.
Hasilnya bisa diragukan karena hasil pretest dan posttest belum tentu memiliki
korelasi yang sempurna (Johnson & Christensen, 2008: 263). Hasil pretest atau
posttest belum tentu 100% mencerminkan kemampuan objektif. Bisa jadi faktor-
faktor lain ikut berpengaruh saat menjalani pretest atau posttest, misalnya stress
saat mengerjakan tes, kurang konsentrasi, kurang istirahat, salah
menginterpretasikan pertanyaan, dsb. Solusi: kecermatan dalam melihat partisipan
dengan skor pretest yang sangat tinggi atau sangat rendah dan
membandingkannya dengan hasil posttest mereka. Penggunaan kelompok kontrol
akan mengurangi ancaman ini karena keduanya kurang lebih memiliki partisipan
khusus yang kurang lebih sama. Jika diabaikan, ancaman terhadap validitas
internal penelitian: rendah (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283).
6. Mortalitas (mortality)
Perbedaan jumlah partisipan pada waktu pretest dan posttest akibat
mengundurkan diri dalam penelitian sehingga tidak ikut posttest dapat
berpengaruh terhadap validitas penelitian. Ancaman ini akan lebih besar untuk
penelitian yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Hasil posttest dari
partisipan yang tersisa bisa jadi berbeda dengan jika dikerjakan oleh seluruh
partisipan yang sama pada saat pretest. Solusi: digunakan kelompok kontrol
sehingga kurang lebih jumlah partisipan yang mengundurkan diri sama. Jika
diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian: menengah
(Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 282).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
7. Pengujian (testing)
Pretest pada awal penelitian bisa mempengaruhi hasil posttest sehingga
hasil posttest menjadi lebih tinggi dari jika tanpa ada pretest (Cohen, Manion, &
Morrison, 2007: 156). Dengan mengerjakan pretest kelompok yang diteliti sudah
tahu tentang apa yang ditargetkan, sudah memiliki pengalaman awal, dan menjadi
familiar dengan materi test sehingga lebih terfokus terhadap apa yang nantinya
dikerjakan pada saat posttest. Sesudah mengerjakan pretest, orang bisa saja
menyadari kesalahan-kesalahan yang telah dikerjakan dan mengantisipasi untuk
mengerjakan posttest lebih baik lagi. Jika demikian, skor posttest yang lebih
tinggi belum tentu sepenuhnya disebabkan oleh treatment penelitian. Jika
penelitian hanya dilakukan terhadap satu kelompok eksperimen saja, ancaman
terhadap validitas internal akan lebih tinggi (Johnson & Christensen, 2008: 262).
Solusi: penggunaan kelompok kontrol yang sama-sama mengerjakan pretest akan
mengurangi ancaman terhadap validitas internal ini karena kedua kelompok sama-
sama mendapatkan pretest. Rancangan penelitian eksperimental 4 kelompok tipe
Solomon sangat membantu meminimalisir ancaman ini (Neuman, 2013: 328). Jika
diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian: rendah
(Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283).
8. Instrumentasi (instrumentation).
Setiap perubahan atau perbedaan instrumen pretest dan posttest yang
digunakan untuk mengukur variabel dependen akan meningkatkan ancaman
terhadap validitas internal penelitian (Johnson & Christensen, 2008: 262).
Instrumen yang tidak valid dan tidak reliabel menjadi ancaman serius terhadap
hasil penelitian. Ancaman instrumentasi ini bisa terjadi dalam 3 kategori
(Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283).
a. Instrumen yang digunakan untuk mengukur mengalami kerusakan. Kondisi
instrumen pada saat pretest ternyata sudah berbeda dari kondis Pada saat
posttest. Solusi: instrumen diperiksa dengan seksama dan setiap perubahan
diperbaiki sehingga kondisi instrumen pada saat posttest sama dengan saat
pretest. Jika diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal
penelitian: rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
b. Karakteristik alat pengumpul data yang digunakan berbeda antara
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen atau untuk pretest dan
posttest. Solusi: karakteristik alat pengumpul data yang digunakan harus
sama untuk kedua kelompok dan sama untuk pretest dan posttest. Jika
diabaikan, ancaman terhadap validitas internal penelitian: menengah.
c. Bias alat pengumpul data bisa terjadi terutama jika digunakan teknik
observasi. Observer bisa saja memiliki perspektif yang berbeda (bias)
ketika mengamati kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Tingkat
kelelahan dalam menjalani observasi juga bisa berpengaruh. Solusi:
sungguh-sungguh melakukan training terhadap observer atau observer
samasekali tidak diberi tahu mana kelompok kontrol dan mana kelompok
eksperimen sehingga observer lebih objektif. Jika diabaikan, tingkat
ancaman terhadap validitas internal penelitian: tinggi.
9. Lokasi (location)
Jika lokasi yang digunakan baik untuk pretest maupun posttest maupun
untuk implementasi treatment pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
terlalu berbeda (misalnya ukuran ruang, kenyamanan ruang, kebisingan ruang,
dsb), lokasi yang berbeda bisa menghasilkan skor posttest yang berbeda. Solusi:
ruang yang digunakan harus kurang lebih sama. Jika diabaikan, tingkat ancaman
terhadap validitas internal penelitian: menengah sampai tinggi (Fraenkel, Wallen,
& Hyun, 2012: 282).
10. Karakteristik subjek (subject characteristics)
Karakteristik subjek yang berbeda antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen menjadi ancaman besar bagi validitas internal penelitian. Ancaman ini
bisa dikelompokkan dalam dua bagian (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 282).
a. Kemampuan awal yang berbeda pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen akan mempengaruhi hasil posttest. Solusi: pemilihan sampel
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan secara random. Perlu
dicek dengan pretest apakah kedua kelompok tersebut memiliki kemampuan
awal yang setara. Jika dalam pretest kedua kelompok tersebut memiliki
kemampuan awal yang tidak berbeda, bias yang mungkin terjadi dianggap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
tidak ada (Neuman, 2013: 238). Jika diabaikan, ancaman terhadap validitas
internal penelitian: tinggi.
b. Jumlah kelompok gender yang berbeda pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen bisa berpengaruh terhadap posttest. Solusi: pemilihan
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan dengan penyetaraan
jumlah laki-laki dan perempuan pada kedua kelompok tersebut (matching).
Perlu pretest untuk memastikan kemampuan awal yang setara. Jika diabaikan,
tingkat ancaman terhadap validitas internal
penelitian: menengah.
11. Implementasi (implementation)
Perbedaan guru yang mengajar pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen bisa berpengaruh pada skor posttest. Guru yang berbeda juga akan
memiliki style mengajar yang berbeda. Solusi: guru yang mengimplementasikan
pembelajaran di kedua kelompok tersebut sama atau sama-sama dilaksanakan oleh
guru yang berbeda-beda (banyak guru). Perlu kontrol implementasi pembelajaran
yang lebih cermat. Jika diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal
penelitian: tinggi (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 284).
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti akan menunjukkan tabel jenis-
jenis ancaman terhadap validitas internal penelitian, yang dapat dikendalikan dan
validitas internal yang tidak dapat dikendalikan, dapat dilihat pada tabel 4.27
berikut ini.
Tabel 4.27 Ancaman dalam Penelitian
N0 Ancaman
Validitas
Tingkat
Ancaman Terkendali
Tidak Keterangan
1 Sejarah Rendah √
Penelitian dilakukan dalam waktu
yang singkat (2 minggu).
2 Difusi
treatment
Rendah-
menengah
√ Tidak ada komunikasi tentang
pembelajaran kooperatif tipe TAI
ke kelompok kontrol secara
sistematis.
3 Perilaku
kompensatoris
Rendah-
menengah
√ Kelompok kontrol tidak diberi
pembelajaran kooperatif tipe TAI
sesudah penelitian selesai.
4 Maturasi Rendah √ Penelitian dilakukan dalam waktu
2 minggu dan menggunakan
pretest dan posttset yang sama
untuk kelompok kontrol dan
eksperimen.
5 Regresi Rendah √ Hasil uji korelasi pretest-posttest I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Statistik tidak negatif dan signifikan.
6 Mortalitas Menengah √ Penelitian dilakukan dalam waktu
yang singkat (2 minggu) skor dari
1 atau 2 siswa yang tidak hadir
saat pretest diisi dengan skor
rerata keseluruhan sehingga
nilainya netral.
7 Pengujian atau
testing
Rendah √ Kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen sama-sama diberi
pretest.
8 Instrumentasi Rendah-
menengah-
tinggi
√ Digunakan instrumen yang sama
untuk pretest dan posttest.
9 Lokasi Menengah-
tinggi
√ Lingkungan dan kondisi ruang
kelas kelompk kontrol dan
eksperimen kurang lebih sama.
10 Karakteristik
subjek
Menengah-
tinggi
√ Hasil pretest kelompok kontrol
dan eksperimen sama.
11 implementasi Tinggi √ Guru mitra yang digunakan pada
kelompok kontrol dan eksperimen
sama.
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa ancaman-ancaman yang dapat
dikendalikan yaitu sejarah, difusi treatment, maturasi, regresi statistik, mortalitas,
pengujian (testing), instrumentasi, lokasi, karakteristik subjek. Sedangkan
ancaman validitas internal penelitian berupa pelaku konpensantoris tidak dapat
dikendalikan oleh peneliti. Hal ini dikarenakan peneliti tidak memberikan
treatment pada kelompok kontrol setelah penelitian selesai dilaksanakan. Namun
hampir semua ancaman validitas internal penelitian dapat dikendalikan dengan
baik dan tidak ada temuan data yang menunjukkan ancaman yang berdampak
sistematik. Dengan ini kredibilitas kesimpulan penelitian bisa dijamin.
4.2.2 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) terhadap Kemampuan Mengaplikasi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualization (TAI) berpengaruh terhadap kemampuan
mengaplikasi mata pelajaran IPA materi siklus air pada siswa kelas V SD
Kanisius Wirobrajan I Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018.
Analisis terhadap data penelitian bertujuan untuk menjawab hipotesis penelitian
yang pertama. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Individualization (TAI) berpengaruh terhadap kemampuan mengaplikasi. Hal
tersebut dibuktikan dengan harga p sebesar 0,000 (p < 0,05) artinya Hnull ditolak
Hi diterima. Dengan kata lain, ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor
pretest dan posttest I pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol
artinya adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) berpengaruh terhadap kemampuan mengaplikasi.
Pada uji perbedaan kemampuan awal, siswa pada kelompok kontrol
memiliki kemampuan awal yang dengan siswa dengan siswa pada kelompok
eksperimen. Hal tersebut ditunjukkan dengan p = 0,692 (p > 0,05) yang artinya
Hnull diterima dan Hi ditolak. Dengan kata lain tidak ada perbedaan yang
signifikan antara skor pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
sehingga kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama.
Setelah dilakukan treatment, model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) memberikan pengaruh dengan efek menengah
terhadap kemampuan mengaplikasi, yaitu dengan harga r = 0,49 atau sama
dengan 24%. Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI) memberikan pengaruh sebesar 24% terhadap kemampuan mengaplikasi,
sedangkan 76% sisanya merupakan pengaruh dari variabel lain di luar variabel
yang diteliti. Variabel tersebut misalnya intelegansi, motivasi, kesehatan tubuh,
lingkungan kelas, atau latar belakang siswa (Kasmadi & Sunariah, 2013: 151).
Kedua kelompok mengalami peningkatan skor yang signifikan pada kemampuan
mengaplikasi, namun persentase peningkatan skor pada kelompok eksperimen
yang menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI) lebih besar yaitu 56% dibanding dengan persentase peningkatan skor pada
kelompok kontrol yang menerapkan model ceramah 30%.
Perbandingan rerata selisih skor pretest-posttest I terhadap kemampuan
mengaplikasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada
gambar 4.2 pada gambar tersebut terlihat bahwa selisih skor pretest-posttest I
pada kelompok eksperimen lebih besar dari pada selisih pretes-posttest I pada
kelompok kontrol. Pada uji besar efek peningkatan skor pretest-posttest I
menunjukkan bahwa kedua kelompok sama-sama memiliki efek besar yaitu 52%
pada kelompok kontrol dan 90% pada kelompok eksperimen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Pada uji korelasi skor, kelompok kontrol memiliki korelasi positif dan
tidak signifikan terhadap kemampuan mengaplikasi. Sedangkan kelompok
eksperimen memiliki korelasi negatif dan tidak signifikan terhadap kemampuan
mengaplikasi. Hal tersebut ditunjukkan dengan harga p = 0,149 (p > 0,05) pada
kelompok kontrol dan p = 0,494 (p > 0,05) pada kelompok eksperimen yang
artinya Hi ditolak dan Hnull diterima, dengan kata lain, tidak ada korelasi yang
signifikan antara pretest ke posttest I pada kedua kelompok. Positif memiliki arti
bahwa siswa yang mendapat skor tinggi pada pretest akan mendapat skor tinggi
pula pada posttest I terhadap kemampuan mengaplikasi dan sebaliknya. Negatif
memiliki arti bahwa siswa yang mendapat skor rendah pada pretest akan
mendapat skor tinggi pada posttest I terhadap kemampuan mengaplikasi.
Setelah kurang lebih empat hari dari posttest I, kedua kelompok kembali
mengerjakan postest II dengan tujuan untuk mengetahui apakah perlakuan yang
diberikan memiliki efek yang sama setelah beberapa waktu. Hasil uji retensi
perlakuan menunjukkan bahwa pada kedua kelompok terdapat penurunan skor
yang signifikan dari posttest I ke posttest II. Hal tersebut terlihat dari harga p pada
kelompok kontrol p=0,001 (p < 0,05) dan harga p pada kelompok eksperimen p =
0,000 (p < 0,05). Artinya, Hnull ditolak dan Hi diterima. Selanjutnya, dilakukan
analisis skor pretest dan posttest II untuk mengetahui apakah capaian skor pada
posttest II berbeda atau tidak dengan kondisi awal pada pretest. Hasil dari uji
tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol p = 0,637 (p < 0,05) yang
berarti tidak terdapat perbedaan antara skor pretest dengan skor posttest II. Pada
kelompok eksperimen besar p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti terdapat perbedaan
antara skor pretest dengan skor posttest II. Dengan kata lain, penggunaan model
ceramah pada kelompok kontrol, materi yang diberikan tidak bertahan lama dalam
ingatan siswa, sedangkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) pada kelompok eksperimen dapat membuat
materi bertahan lama dalam ingatan siswa.
4.2.3 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) terhadap Kemampuan Menganalisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualization (TAI) berpengaruh terhadap kemampuan
menganalisis mata pelajaran IPA materi siklus air pada siswa kelas V SD
Kanisius Wirobrajan I Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018.
Analisis terhadap data penelitian bertujuan untuk menjawab hipotesis penelitian
yang kedua. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) berpengaruh terhadap kemampuan menganalisis. Hal
tersebut dibuktikan dengan harga p sebesar 0,012 (p < 0,05) artinya Hnull ditolak
Hi diterima. Dengan kata lain, ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor
pretest dan posttest I pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol
artinya adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) berpengaruh terhadap kemampuan menganalisis.
Pada uji perbedaan kemampuan awal, siswa pada kelompok kontrol
memiliki kemampuan awal yang dengan siswa dengan siswa pada kelompok
eksperimen. Hal tersebut ditunjukkan dengan p = 0,303 (p > 0,05) yang artinya
Hnull diterima dan Hi ditolak. Dengan kata lain tidak ada perbedaan yang
signifikan antara skor pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
sehingga kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama.
Setelah dilakukan treatment, model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) memberikan pengaruh dengan efek menengah
terhadap kemampuan menganalisis, yaitu dengan harga r = 0,33 atau sama dengan
11%. Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)
memberikan pengaruh sebesar 11% terhadap kemampuan menganalisis,
sedangkan 89% sisanya merupakan pengaruh dari variabel lain di luar variabel
yang diteliti. Variabel tersebut misalnya intelegansi, motivasi, kesehatan tubuh,
lingkungan kelas, atau latar belakang siswa (Kasmadi & Sunariah, 2013: 151).
Kedua kelompok mengalami peningkatan skor yang signifikan pada kemampuan
menganalisis, namun persentase peningkatan skor pada kelompok eksperimen
yang menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI) lebih besar yaitu 51% dibanding dengan persentase peningkatan skor pada
kelompok kontrol yang menerapkan model ceramah 36%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Perbandingan rerata selisih skor pretest-posttest I terhadap kemampuan
mengaplikasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada
gambar 4.2 pada gambar tersebut terlihat bahwa selisih skor pretest-posttest I
pada kelompok eksperimen lebih besar dari pada selisih pretes-posttest I pada
kelompok kontrol. Pada uji besar efek peningkatan skor pretest-posttest I
menunjukkan bahwa kedua kelompok sama-sama memiliki efek besar yaitu 62%
pada kelompok kontrol dan 85% pada kelompok eksperimen.
Pada uji korelasi skor, kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
memiliki korelasi positif dan signifikan terhadap kemampuan menganalisis. Hal
tersebut ditunjukkan dengan harga p = 0,000 (p < 0,05) pada kelompok kontrol
dan p = 0,038 (p < 0,05) pada kelompok eksperimen yang artinya Hi diterima dan
Hnull ditolak, dengan kata lain, ada korelasi yang signifikan antara pretest ke
posttest I pada kedua kelompok. Positif memiliki arti bahwa siswa yang mendapat
skor tinggi pada pretest akan mendapat skor tinggi pula pada posttest I terhadap
kemampuan menganalisis dan sebaliknya.
Setelah kurang lebih empat hari dari posttest I, kedua kelompok kembali
mengerjakan postest II dengan tujuan untuk mengetahui apakah perlakuan yang
diberikan memiliki efek yang sama setelah beberapa waktu. Hasil uji retensi
perlakuan menunjukkan bahwa pada kedua kelompok terdapat penurunan skor
yang signifikan dari posttest I ke posttest II. Hal tersebut terlihat dari harga p pada
kelompok kontrol p = 0,004 (p < 0,05), artinya Hnull ditolak dan Hi diterima.
Harga p pada kelompok eksperimen p = 0,744 (p > 0,05). Artinya, Hnull diterima
dan Hi ditolak. Selanjutnya, dilakukan analisis skor pretest dan posttest II untuk
mengetahui apakah capaian skor pada posttest II berbeda atau tidak dengan
kondisi awal pada pretest. Hasil dari uji tersebut menunjukkan bahwa pada
kelompok kontrol p = 0,132 (p < 0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan
antara skor pretest dengan skor posttest II. Pada kelompok eksperimen besar p =
0,000 (p < 0,05) yang berarti terdapat perbedaan antara skor pretest dengan skor
posttest II. Dengan kata lain, penggunaan model ceramah pada kelompok kontrol,
materi yang diberikan tidak bertahan lama dalam ingatan siswa, sedangkan
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
(TAI) pada kelompok eksperimen dapat membuat materi bertahan lama dalam
ingatan siswa.
4.2.4 Pembahasan Lebih Lanjut
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) terhadap kemampuan
mengaplikasi dan menganalisis siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan 1
Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018 pada mata pelajaran IPA
materi siklus air. Peneliti menggunakan desain penelitian quasi experimental
design tipe pretest-posttest non equivalent group design. Model pembelajaran
yang diberikan kepada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berbeda.
Pada kelompok kontrol menggunakan model ceramah sedangkan pada kelompok
eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI). Kegiatan yang berlangsung pada kedua kelompok sangat
berbeda. Kelompok kontrol mengikuti pembelajaran dengan mendengarkan
penjelasan yang diberikan oleh guru dan mencatat materi yang sudah diberikan.
Pada kelompok eksperimen mengikuti pembelajaran dengan aktif dan antusias.
Pemberian pembelajaran pada kelompok eksperimen sangat beragam di mana
terdapat berbagai video yang menjelaskan materi pemelajaran sehingga siswa
lebih mudah memahami pembelajaran yang akan dipelajari bersama. Berbagai
kegiatan pembelajaran yang beragam membentuk siasana pembelajaran yang
terjadi dikelompok eksperimen sangat aktif di mana semua siswa dapat terlibat
dan antusias dalam mengikuti berbagai langkah pembelajaran yang ada dalam
pembelajaran kooperatit tipe Team Assisted Individualization (TAI).
Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) berpengaruh dengan efek
menengah terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis. Peneliti
melakukan penelitian di kelas V, dalam implementasinya pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualization (TAI) memberikan pembelajaran secara
konkret pada siswa. Kegiatan tersebut bertujuan agar siswa lebih mendalami
semua materi yang telah diberikan. Saat proses pembelajaran, siswa dapat melihat
video proses siklus air dan bencana alam yang akan terjadi jika menebang pohon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
sembarangan. Penelitian ini sejalan dengan teori Jean Piaget dan Vygotsky.
Dalam teorinya, Piaget mengelompokkan siswa kelas V Sekolah Dasar masuk
dalam tahap operasional konkret di mana anak-anak mengembangkan kemampuan
berpikir sistematis, namun hanya pada objek-objek dan aktivitas-aktivitas konkret
(Crain, 2014: 186). Dalam implementasinya, pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) telah dilaksanakan dengan membrikan
pembelajaran yang konkret kepada siswa sejalan dengan teori dari Jean Piaget.
Penelitian yang telah dilakukan dengan menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) sejalan dengan teori
Vygotsky di mana pendekatan Vygotsky memberikan kesempatan anak akan
belajar melalui interaksi dari faktor-faktor Interpersonal (sosial), kultural-historis,
dan individual sebagai kunci dari perkembangan manusia (Tudge, dalam Schunk,
2012: 339). Interaksi dari faktor-faktor interpersonal merupakan bagaimana anak
berhubungan dengan lingkungan disekitarnya, sebagai contoh di lingkungan
sekolah maupun di sekitar rumah. Melalui interaksi sosial ini, maka akan
mendorong proses-proses perkembangan anak sehingga kemampuan berpikir
mereka juga akan bertambah seiring dengan berjalannya waktu(Salkind, 2009:
374). Sedangkan pada pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) merupakan pembelajaran yang menempatkan kelompok
kecil yang terdiri dari 4-6 orang, memberikan kesempatan kepada setiap anggota
untuk saling berinteraksi, memahami, bekerja sama, dan mengevaluasi suatu
materi atau permasalahan (Slavin dalam Isjoni, 2013: 15). Hal ini sejalan dengan
teori Vygotsky di mana siswa dibagi dalam kelompok besar, di dalam kelompok
siswa berinteraksi dengan lingkungan termasuk guru maupun teman sebaya.
Pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) memberikan
kesempatan pada anak untuk berinteraksi, bertukar pendapat, dan berdiskusi
bersama teman satu kelompok sehingga secara tidak langsung anak akan
memperoleh pengetahuan yang banyak dari kegaitan berdiskusi.
Pada penelitian-penelitian sebelumnya juga menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) meningkatkan
kemampuan kognitif Fisika siswa kelas X MIA 7 SMA Negeri 1 Karanganyar
tahun pelajaran 2014/2015 pada materi pokok Fluida Statis dengan penerapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) dan
meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas X MIA 7 SMA Negeri 1 Karanganyar
tahun pelajaran 2014/2015 pada materi pokok Fluida Statis dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI).
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
menggunakan model Kolaboratif berdasarkan Kurt Lewin, yang dilaksanakan
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dalam dua siklus.
Data diperoleh melalui pengamatan, wawancara dengan guru, ulangan harian,
angket dan kajian dokumen. Subjek penelitian adalah siswa kelas X MIA 7 SMA
Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2014/2015 sebanyak 32 siswa Hasil dari
penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
TAI dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa kelas X MIA 7 dengan
ketuntasan belajar siswa mencapai 81,25% dari KKM sebesar 75; (2) penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa kelas X MIA 7. Lima indikator aktivitas belajar siswa yang menjadi fokus
penelitian diperoleh hasil sebagai berikut: (1) antusiasme siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar mencapai 90,2%, (2) interaksi siswa dengan guru mencapai
64,775%, (3) interaksi siswa dengan siswa mencapai 80%, (4) kerjasama
kelompok mencapai 78.485%, (5) partisipasi dalam menyimpulkan hasil
pembahasan mencapai 57,41%. Penelitian ke II menyatakan bahwa untuk
meningkatkan kualitas proses dan prestasi belajar siswa pada materi larutan
penyangga melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif Team Assisted
Individualization (TAI) dilengkapi handout. Penelitian ini merupakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Pelaksaan penelitian
ini menggunakan sistem refleksi diri yamg dimulai dari perencanaan, tindakan,
pengamatan, refleksi, dan perencanaan kembali sebagai dasar untuk pelaksanaan
tindakan hasil dari adanya permasalahan pada siklus I. Subjek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran
2013/2014. Sumber data berasal dari guru, siswa, dan observer. Teknik
Pengumpulan data adalah dengan wawancara, observasi, dokumentasi, angket,
dan tes. Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil dari
penelitian tersebut memperlihatkan bahwa penerapan metode pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) dilengkapi Handout dapat
meningkatkan kualitas proses siswa pada materi larutan penyangga. Hasil dari
kedua penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) meningkatkan kualitas proses dan meningkatkan
kemampuan kognitif. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa hasil dari
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI) sangat efektif dalam pembelajaran di dalam kelas. Hasil dari penelitian dan
penelitian sebelumnya sama yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif.
Namun penelitian ini lebih difokuskan pada penerapan pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualization (TAI) terhadap kemampuan mengaplikasi
dan menganalisis siswa kelas V Sekolah Dasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab V membahas kesimpulan, Keterbatasan penelitian, dan saran.
Kesimpulan berisi hasil penelitian dan jawaban hipotesis penelitian. Keterbatasan
penelitian berisi kekurangan yang ada selama penelitian dilaksanakan. Saran yang
berisi masukkan dari peneliti untuk peneliti selanjutnya.
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) berpengaruh terhadap kemampuan mengaplikasi
pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan 1
Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018. Hasil analisis terhadap
data penelitian mengafirmasi hipotesis penelitian. Hasil uji signifikan
pengaruh perlakuan menggunakan statistik parametrik dengan Idependent
samples t-test menunjukkan bahwa rerata selisih skor pada kelompok
eksperimen (M = 1,18; SE = 0,06) lebih tinggi dibandingkan kelompok
kontrol (M = 0,63; SE = 0,11). Perbedaan tersebut signifikan dengan harga
t(56) = -4,171 dan p = 0,000 (p < 0,05). Besar pengaruh sebesar r = 0,49
atau setara dengan 24% termasuk dalam kategori menengah.
5.1.2 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) berpengaruh terhadap kemampuan menganalisis
pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan 1
Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018. Hasil analisis terhadap
data penelitian mengafirmasi hipotesis penelitian. Hasil uji signifikan
pengaruh perlakuan menggunakan statistik parametrik dengan Idependent
samples t-test menunjukkan bahwa rerata selisih skor pada kelompok
eksperimen (M = 1,05; SE = 0,08) lebih tinggi dibandingkan kelompok
kontrol (M = 0,71; SE = 0,10). Perbedaan tersebut signifikan dengan harga
t(56) = -2,608 dan p = 0,012 (p < 0,05). Besar pengaruh sebesar r = 0,33
atau setara dengan 11% termasuk dalam kategori menengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
5.2 Keterbatasan Penelitian
5.2.1 Kurangnya koordinasi dengan guru mitra mengenai materi siklus air serta
langkah-langkah pembelajaran secara detail sesuai dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).
5.2.2 Hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan ke semua sekolah, karena
penelitian hanya sebatas pada siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan 1
Yogyakarta tahun ajaran 2017/2018.
5.2.3 Ancaman validitas internal penelitian berupa perlakuan kompensatoris tidak
dapat dikendalikan dengan baik.
5.3 Saran
5.3.1 Perlu dilakukan koordinasi rutin dengan guru mitra untuk pelaksanaan
langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) dan pemberian materi mengenai siklus air.
5.3.2 Hasil penelitian ini perlu di ujicobakan ke SD lain dengan penelitian yang
serupa.
5.3.3 Peneliti dapat lebih memperhatikan ancaman terhadap validitas internal
penelitian berupa perilaku kompensatoris supaya dapat dikendalikan dengan
baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi & Sholeh. (2005). Psikologi perkembangan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Al-Tabany, T.I.B. (2014). Mendesain model pembelajaran inovatif, progresif, dan kontekstual: Konsep, landasan, dan implementasinya pada kurikulum 2013 (Kurikulum tematik integrative/TKI). Jakarta: Bumi Aksara.
Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. (2010). Kerangka landasan untuk
pembelajaran, pengajaran, dan asesmen: revisi taksonomi pendidikan Bloom. Diterjemahkan oleh Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. (2015). Kerangka landasan untuk pembelajaran, pengajaran, dan asesmen: revisi taksonomi pendidikan Bloom,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, S. (2005). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Basyiruddin, M., Rintayati, P., & Sukarn. (2014). Peningkatan kemampuan
menganalisis tentang gaya melalui pembelajaran Reciprocal Teaching. Jurnal
Didaktika Dwija Indra (SOLO). Vol 2, No 8. Diakses pada tanggal 23 Mei 2017, dari
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdsolo/article/view/3615/2538 Best, J. W., & Kahn, J. V. (2006). Research in education (tenth edition). Boston:
Pearson Education Inc.
BSNP. (2006). Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Jakarta: BSNP
Budiningsih, A. (2012). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Cohen, L., Manion., & Morrison, K. (2007). Research methods in education. New York: Routledge.
Crain, W. (2014). Teori perkembangan konsep dan aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Creswell, J. (2009). Riset pendidikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
riset kualitatif & kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Creswell, J. (2015). Riset pendidikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
riset kualitatif & kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Creswell. (2012). Research methods in education, six edition. London:
Routleddge.
Darmawan. (2013). Metode penelitian kuantitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Daryanto. (2012). Model pembelajaran inovatif. Yogyakarta: Gava Media.
Field, A. (2009). Discovering statistics using SPSS, third edition. London: Sage.
Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., & Hyun, H. H. (2012). How to design and evaluate
research in education (8th ed.). New York: McGraw Hill.
Ghozali, I. (2009). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS.
Semarang: Universitas Diponegoro. Hermana, D. (2009). Ayo belajar ilmu pengetahuan alam IPA. Yogyakarta:
Kanisius.
Huda, M. (2011). Cooperative learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Isjoni. (2013). Pembelajaran kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Johnson, B. & Christensen, L. (2008). Educational research: Quantitative,
qualitative, and mixed approaches (3rd. Ed). California: Sage Publications. Kountour, Ronny. (2003). Metode penelitian untuk penulisan skripsi dan tesis.
Jakarta: CV Taruna Grafica.
Krathwohl, D. R. (2004). Methods of educational and social science research, an instated approach, second edition. Illinois: Waveland Press.
Kuswana, W. (2012). Taksonomi kognitif : Perkembangan ragam berpikir. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Lie, A. (2002). Cooperative learning. Jakarta: Grasindo.
Masidjo. (2010). Penilaian pencapaian hasil belajar siswa di sekolah. Yogyakarta: Kanisius.
Murti, P., R., Wiyono, E., & Jamaluddin, A., (2015). Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TAI untuk meningkatkan aktivitas belajar dan
kemampuan kognitif siswa kelas X MIA 7 di SMA NEGERI 1 Karanganyar pada materi pokok fluida statis. Prosiding Seminar Nasional Fisika dan
Pendidikan Fisika (SNFPF ), Vol. 6 No. 1. Diakses pada tanggal 23 Maret 2017, dari http//www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/prosfis1/article/view/7710/5686
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Neuman. W. L. (2013). Metodologi penelitian sosial: Pendekatan kualitatif dan
kuantitatif (Ed. 7). Jakarta: PT Indeks.
Nurgiyantoro, B. (2011). Penilaian pembelajaran bahasa (berbasis kompetensi). Yogyakarta: BPFE.
O’Malley, J. M., & Pierce, L. V. (1996). Authentic assessment for English language learners: Practical approaches for teachers. New York: Addison-
Wesley Publishing Company. OECD. (2013). PISA 2012 result: What students know and can do: Students
performance in reading, mathematics, and science. Diakses pada tanggal 30 Mei 2017, dari www.oecd.ord/pisa/keyfindings/PISA-2012-results-
overview.pdf OECD. (2016). PISA 2015 Result in focus. Diakses pada tanggal 30 Mei 2017,
dari www.oecd.ord/pisa/pisa-2015-results- in- focus.pdf
Priyatno, D. (2012). Belajar praktis analisis parametrik dan non parametrik dengan SPSS dan prediksi pertanyaan pendadaran skripsi dan tesis: Simple, praktis, dan mudah dipahami untuk tingkat pemula dan menengah.
Yogyakarta: Gava Media.
Purba, D., M., J. & Barus, S. (2015). Efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen peradilan rakyat karya Putu Wijaya oleh siswa kelas X SMA Swasta Marisi
Medan Tahun Pembelajaran 2015/2016. V 4, No 1. Diakses pada tanggal 23 Mei 2017, dari
http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/kjb/article/view/3777 Rahyubi. (2014). Teori-teori belajar dan aplikasi pembelajaran motorik:
Deskripsi dan tinjauan Kritis. Majalengka: Referens.
Rusman, (2017). Belajar dan pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana.
Rusman. (2011). Model-model pembelajaran: Mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Salkind, N. J. (2009). Teori-teori perkembangan manusia: Sejarah kemunculan,
konsepsi datar, analisis komparatif, dan aplikasi. Yogyakarta: Nusa Media.
Samatowa, U. (2011). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks.
Samatowa, U. (2011). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks.
Sanjaya, W. (2006). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Santosa, S. (2012). Aplikasi SPSS pada statistik non parametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Santrock, J. W. (2009). Psikologi pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika.
Sartika, B., S. & Nuroh, E., Z. (2016). Implementasi pembelajaran IPA berbasis pendekatan keterampilan proses sains untuk melatih keterampilan berpikir
analisis siswa SMP. Jurnal Pros. Semnas Pend. IPA Pascasarjana UM. Vol. 1, 2016, ISBN: 978-602-9286-21-2. Diakses pada tanggal 23 Mei 2017, dari http://pasca.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/Septi-Budi-1071-1080.pdf
Schunk, D. (2012). Learning theories an educational perspective. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Shoimin. (2014). 68 Model pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, R. E. (2008). Cooperative learning. Teori, riset, praktik. Bandung: Nusa Media.
Slavin, R. E. (2009). Cooperative learning (teori, riset, praktik). Bandung: Nusa
Media.
Sugiyanto. (2010). Model-model pembelajaran inovatif. Surakarta: Yuma
Pustaka. Sujoko, E. & Darmawan, P. A. (2016). Revisi Taksonomi Pembelajaran
Benyamin S. Bloom. Satya Widya, Vol. 29, No. 1. Diunduh pada tanggal 2 Januari 2018, dari
http://ejournal.uksw.edu/satyawidya/article/viewFile/123/111 Suparno, P. (2001). Teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:
Kanisius.
Suparno. (2001). Teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius.
Suprijono. (2009). Cooperative learning: teori dan aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susanto, A. (2013). Teori belajar dan pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup.
Taniredja, T & Mustafidah, H. (2011). Penelitian kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Vitria, L., Utami, B., & Mulyani. (2014). Penerapan metode pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) dilengkapi hand out untuk
meningkatkan kualitas proses dan prestasi belajar siswa pada materi larutan penyangga kelas XI IPA 4 SMAN 2 KARANGANYAR Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK). Vol. 3 No. 4 Tahun 2014.
Diakses pada tanggal 23 Mei 2017, dari http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia/article/view/4479/3106
Widoyoko, P. E. (2012). Teknik penyusunan instrumen penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Wisudawati, A. W., & Sulistyowati, E. (2014). Metodologi pembelajaran IPA.
Jakarta: Bumi. Wulandari, P. Y., Sujana, I. W., & Ganing, N. N. (2014). Pengaruh penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) terdapat hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus VIII Kedewataan
Kecamatan Ubud Gianyer. E-jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Vol: 2 No:1 2014. Diakses pada tanggal 23 Mei 2017, dari http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/download/4386/3388
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Lampiran 1.2 Surat Ijin Validitas Soal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Lembar Kerja Siswa
Lembar Kerja Siswa (Pembelajaran 1)
1. Apa itu siklus air?
Jawab:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
2. Lengkapi gambar berikut ini!
3. Uraikan proses siklus air sesuai dengan gambar di atas!
Jawab:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Lembar Kerja Siswa (Pembelajaran 2)
1. Perhatikanlah dua gambar dibawah ini!
Gambar 1 Gambar 2
Sebutkan 3 perbedaan dari gambar yang ada di atas berdasarkan dampak
yang diakibatkan!
Gambar 1 Gambar 2
2. Tuliskan 3 hal menjaga air, supaya air tetap bisa dikonsumsi oleh manusia!
Jawab:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
3. Tuliskan 3 hal yang akan ditimbulkan jika di dunia ini tidak ada air!
Jawab:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Lembar Kerja Siswa (pembelajaran 3)
Nama:
1. Dito sering melihat tetangganya menebang pohon besar di hutan. Semakin
lama semakin banyak pohon yang ditebangi dan pohon yang ada di hutan
semakin sedikit. Penebangan pohon akan menyebkan semakin banyak
spesis yang hidup di dalamnya, dan tidak akan terjadi banjir. Apakah
pernyataan tersebut benar? jika salah, jelaskan alasanmu!
Jawab:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
2. Gambar di bawah ini apakah benar untuk dilakukan? tuliskan 2 akibat
yang akan ditimbulkan dari kegiatan di bawah ini!
Jawab:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
3. Mengapa manusia menebang pohon secara berlebihan dapat menyebabkan
banjir dan tanah longsor?
Jawab:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Lembar Kerja Siswa (Pembelajaran 4)
Nama:
1. Tuliskan 2 rumusan masalah sesuai dengan percobaan yang akan kamu
lakukan, menggunakan kata tanya “apakah”!
Jawab:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
2. Tuliskan hipotesis (jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang
telah kamu buat)!
Jawab:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
3. Ayo melakukan percobaan!
Alat dan bahan:
2 buah nampan
sendok
tanah
rumput
air
Langkah-langkah:
1) Siapkan alat dan bahan, yaitu 2 buah nampan, 1 buah sendok, tanah, air,
dan beberapa rumput .
2) Isi separuh bagian pada setiap nampan dengan tanah
3) Pada nampan pertama tanamlah 1 rumput, kemudian padatkan tanah.
4) Pada nampan kedua tanamlah rumput hingga penuh, kemudian padatkan
tanah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
5) Letakkan kedua nampan dengan posisi miring, kemudian siram bagian
tanahnya dengan menggunakan air.
6) Amati perbedaannya
Ayo tulis hasil percobaanmu!
1. Apa yang terjadi pada tanah yang tidak diberi rumput?
Jawab:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
Apa yang terjadi pada tanah yang diberi rumput?
Jawab:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
2. Apa pengaruh rumput pada aliran air?
Jawab:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
Apa yang terjadi pada tanah di Indonesia jika tidak ada pohon?
Jawab:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
3. Tuliskan kesimpulan dari pengamatan yang telah kamu lakukan!
Jawab:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Lampiran 3.1 Soal Uraian
1. a) Apa pengertian dari siklus air?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
b) Berikan 4 contoh penggunaan air dalam kehidupan!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
c) Perhatikan gambar di bawah ini!
Gbr 1. Air kran mengalir Gbr 2. Seseorang mematikan kran air
Dari kedua gambar di atas, manakah yang termasuk dalam menghemat air?
Jelaskan alasanmu!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………a
) Tuliskan 4 faktor yang mempengaruhi kelangsungan proses siklus air!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
b) Apa akibatnya jika manusia membuang sampah sembarangan bagi proses
siklus air?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
1 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
c) Pada proses siklus air melalui beberapa urutan. Jelaskan dengan urut
proses siklus air!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
2. a) Jelaskan 4 kegiatan yang dapat kamu lakukan untuk menjaga
kelestarian air!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
b) Sebutkan minimal 4 peristiwa yang akan terjadi akibat banyaknya
penebangan pohon?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
c) Lihatlah gambar dibawah ini dengan baik!
Gbr. Tanah kering
Air memberi kehidupan pada semua makhluk hidup. Dengan demikian,
air digunakan secara terus-menerus oleh semua makhluk hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Sebenarnya air yang ada di bumi ini tidak akan pernah habis. Akan
tetapi, akhir-akhir ini banyak daerah mengalami kekeringan. Coba
sebutkan ide-ide yang dapat dilaksanakan untuk mengurangi kekeringan
seperti gambar diatas!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
3. a) Perhatikanlah dua gambar dibawah ini!
Gambar hutan tandus Gambar hutan lebat
Sebutkan 4 perbedaan dari kedua gambar diatas dalam hungannya
dengan dampak pada peristiwa alam di bumi serta untuk kelangsungan
makhluk hidup.
Hutan tandus Hutan lebat
b) Buatlah 4 langkah penyelamatan hutan!
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
c. Sebuah pabrik tempe memiliki limbah yang sangat berbau dan memiliki
warna yang sangat keruh dibuang di sungai. Air sungai itu mengaliri
sawah-sawah di sebagian desa. Pemilik pabrik mengatakan “limbahnya
akan menambah kesuburan tanah”.
Pernyataan diatas benar/salah? Berikan 4 alasan!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
4. a. Manakah urutan siklus air di bawah ini yang lebih tepat? Berikan
alasanmu!
Urutan I
1) air di sungai, danau, dan laut menguap karena adanya sinar
matahari
2) uap air membentuk awan
3) uap air pada awan turun ke tanah sebagai hujan,
4) air mengalir kembali ke sungai, danau, dan laut.
Urutan II
1) hujan turun ke tanah,
2) air hujan mengalir ke sungai, danau dan laut,
3) air di sungai, danau, dan laut menguap karena adanya sinar
matahari,
4) uap air membentuk awan, uap air pada awan turun ke tanah
sebagai hujan.
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
b. Penduduk di desa Suka Makmur sering membuang sampah ke sungai,
anak-anak sering mandi di sungai tersebut sehingga badan mereka
menjadi sehat dan kuat.
Menurutmu pernyataan di atas benar atau salah? Berikan minimal 3
alasan!
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
c. Perhatikan gambar di bawah ini!
Penebangan pohon seperti gambar di atas, mengakibatkan tanah
menjadi semakin subur dan cadangan oksigen pun semakin bertambah.
Menurutmu pernyataan di atas benar atau salah? Tuliskan minimal 4
alasan!
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
5. a. Penebangan pohon secara masal, membuang sampah ke sungai,
pembangunan rumah di tepi sungai, dan menutup pekarangan rumah
dengan semen menyebabkan banjir.
Berdasarkan pernyataan di atas, buatlah 3 pertanyaan dengan
menggunakan kata “apakah” beserta jawabannya?
Contoh:
Pertanyaan : Apakah penebangan pohon dapat menyebabkan banjir?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Jawaban : Penebangan pohon dapat menyebabkan banjir.
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
b. Uraikan 4 langkah percobaan terjadinya banjir dengan menggunakan
alat dan bahan berupa 2 buah nampan, tanah, rumput, dan air!
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
c. Buatlah skema yang melukiskan percobaan pada soal nomor 6b!
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Lampiran 3.2 Kunci Jawaban
1. a. Apa yang dimaksud dengan siklus air?
Jawab:
Perubahan air dari bumi ke atmosfer dengan bantuan panas matahari
yang terjadi secara berulang.
b. Berikan minimal 4 contoh penggunaan air dalam kehidupan!
Jawab:
1) Untuk makan
2) Untuk minum.
3) Untuk mandi
4) Untuk mencuci
5) Untuk pengairan pada pertanian dan perkebunan.
6) Untuk perikanan dan pariwisata.
c. Dari kedua gambar di atas, manakah yang termasuk dalam menghemat
air? Jelaskan alasanmu!
Jawab:
Gambar nomor 2 karena pada gambar nomor 2 termasuk dalam cara
penghematan air. Setelah menggunakan air maka kita harus mematikan
krannya agar air tidak terus menerus mengalir dan terbuang.
2. a. Ada berbagai faktor yang dapat menghambat kelangsungan proses siklus
air. Tuliskan minimal 4 faktor penghambat tersebut!
Jawab:
- Pengurangan air tanah karena tidak ada keseimbangan lingkungan.
- Terhalangnya proses penguapan air karena ulah manusia (adanya
pemukiman atau pabrik-pabrik).
- Iklm dan cuaca yang memungkinkan tidak terjadi proses
pemanasan air.
- Pembangunan jalan yang dibeton atau diaspal mengakibatkan
permukaan tanah tertutup.
b. Apa akibatnya jika manusia membuang sampah sembarangan?
Jawab:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Dapat mempengaruhi proses siklus air karena membuang sampah dapat
mengakibatkan air menjadi tercemar adalah salah satu kegiatan manusia
yang dapat mempengaruhi siklus air. Dengan membuang sampah
sembarangan itu berarti mencemari lingkungan disekitar kita, baik
pencemaran udara, air, dan tanah. Titisan air hujan melalui sampah di
tempat pembungan dan lubang-lubang tanah dapat menyebabkan
pencemaran pada air tanah. Pembakaran akan mencemarkan udara.
Pembuangan sampah ke laut merusak ekosistem dasar laut.
c. Siklus air terjadi melalui beberapa tahapan. Jelaskan dengan urut tahapan
tersebut!
Jawab:
1) Air menguap karena pengaruh panas dari sinar matahari. Proses
penguapan ini disebut evaporasi.
2) Uap air naik dan berkumpul di udara.
3) Lama kelamaan, udara tidak dapat lagi menampung uap air jenuh.
Proses ini disebut presipitasi (pengendapan).
4) Jika suhunya turun, uap air akan berubah menjadi titik-titik air. Proses
ini disebut kondensasi (pengembunan).
5) Titik-titik air di awan kemudian akan turun menjadi hujan. Air hujan
yang jatuh di tanah akan meresap menjadi air tanah.
6) Kemudian, air tanah akan keluar melalui sumur. Air tanah juga akan
merembes ke danau atau sungai.
3. a. Kegiatan untuk menjaga kelestarian air:
1. membuang sampah pada tempatnya.
2. Tidak membuang bahan kiamia di sungai.
3. Mendaur ulang bahan bekas.
4. Mencegah adanya penebangan pohon secara liar.
5. Mengadakan reboisasi hutan.
b. 4 peristiwa yang akan terjadi akibat banyaknya penebangan pohon?
1) Hutan menjadi gersang dan tandus sehingga akan menyebabkan
tanah longsor dan banjir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Alasan : Karena pada lahan yang tidak di tumbuhi pohon saat air
hujan turun maka air akan langsung jatuh ketanah. Air hujan yang
deras akan mengikis tanah. Tidak adanya pepohonan menyebabkan
air hujan tidak terserap oleh tanah dengan baik sehingga air
menggenang di tanah dan dapat menyebabkan banjir. Tanah yang
tandus tidak dapat menopang tanah karena tidak ada akar dan pohon
sehingga akan menyebabkan tanah longsor.
2) Hilangnya kesuburan tanah.
Alasannya : ketika hutan dibabat, mengakibatkan tanah menyerap
sinar matahari terlalu banyak sehingga menjadi sangat kering dan
gersang. Hingga nutrisi dalam tanah mudah menguap. Hujan juga
menyapu sisa-sisa nutrisi dari tanah.
3) Turunnya sumber daya air.
Alasannya : Melalui akar pohon menyerap air yang kemudian
menguap dan dilepaskan ke atmosfer. Ketika pohon-pohon ditebang
dan daerah tersebut gersang maka tidak ada lagi yang membantu
tanah menyerap lebih banyak air, dengan demikian , akhirnya
menyebabkan terjadinya penurunan sumber daya air.
4) Punahnya keanekaragaman hayati
Alasannya : keanekaragaman hayati dari berbagai daerah hilang
dalam skala besar, banyak mahluk hidup baik hewan maupun
tumbuhan lenyap.
c. 4 usaha yang dapat dilaksanakan untuk mengurangi kekeringan seperti
gambar diatas!
1. Membuat penampungan air (embung) yang berfungsi sebagai
penampung air saat hujan.
2. Melakukan perbaikan saluran dan sarana irigasi.
3. Mengatasi pendangkalan waduk.
4. Proses penghijauan
4. a. Perbedaan gambar hutan gundul dan hutan hijau
No. Hutan Gundul Hutan Hijau
1. Menyebabkan banjir. Membantu penyerapan air.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
2. Udara menjadi terkena
polusi.
Menambah cadangan oksigen.
3. Banyak hewan kehilangan
tempat tinggal.
Sebagai tempat makhluk hidup.
4. Menyebabkan tanah longsor. Mencegah tanah longsor.
b. Buatlah minimal 4 garis besar langkah penyelamatan hutan!
Jawab :
1. Penanaman hutan kembali
2. Sistem tebang pilih
3. Undang-undang untuk perlindungan hutan
4. Penggadaan hutan lindung
c. Pernyataan salah, karena air limbah dari pabrik tempe dapat mencemari
air sungai, mematikan ikan-ikan di sungai ataupun di sawah, tanaman
disawah menjadi mati, membuat gatal-gatal di kulit.
5. a. Manakah urutan siklus air di bawah ini yang lebih tepat? Berikan
alasanmu!
Jawaban:
Pernyataan I lebih tepat. Karena siklus air dimulai dari proses
penguapan air di sungai, danau dan laut, pembentukan awan oleh uap
air, turunnya hujan, dan air mengalir kembali ke dungai, danau dan laut.
b. Penduduk di desa Suka Makmur sering membuang sampah ke sungai,
anak-anak sering mandi di sungai tersebut sehingga badan mereka
menjadi sehat dan kuat.
Menurutmu pernyataan di atas benar atau salah? Berikan minimal 3
alasan!
Jawaban:
Pernyataan di atas salah. Membuang sampah ke sungai akan
memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan. Tubuh menjadi lemah
dan mudah terserang penyakit. Air sungai yang kotor dapat
menyebabkan kulit menjadi gatal-gatal.
c. Perhatikan gambar di bawah ini!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Penebangan pohon seperti gambar di atas, mengakibatkan tanah
menjadi semakin subur dan cadangan oksigen pun semakin bertambah.
Menurutmu pernyataan di atas benar atau salah? Tuliskan minimal 3
alasan!
Jawaban:
Pernyataan tersebut salah. Kegiatan penebangan pohon memberikan
dampak yang buruk di lingkungan. Jika pohon banyak ditebangi tanah
akan menjadi semakin gersang. Cadangan oksigen di daerah yang
gundul semakin berkurang dan udara pun menjadi panas.
6. a. Penebangan pohon secara masal, membuang sampah ke sungai,
pembangunan rumah di tepi sungai, dan menutup pekarangan rumah
dengan semen menyebabkan banjir.
Berdasarkan pernyataan di atas, buatlah minimal 3 pertanyaan dengan
menggunakan kata “apakah” beserta jawabannya?
Jawaban:
Pertanyaan: apakah membuang sampah ke sungai dapat
menyebabkan banjir?
Jawaban: membuang sampah ke sungai dapat menyebabkan banjir
Pertanyaan: apakah pembangunan rumah di tepi sungai dapat
menyebabkan banjir?
Jawaban: pembangunan rumah di tepi sungai dapat menyebabkan
banjir
Pertanyaan: apakah menutup pekarangan rumah dengan semen
dapat menyebabkan banjir?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Jawaban: menutup pekarangan rumah dengan semen dapat
menyebabkan banjir
b. Uraikan minimal 4 langkah percobaan terjadinya banjir dengan
menggunakan alat dan bahan berupa 2 buah nampan, sendok, tanah,
rumput, dan air!
Jawaban:
1) Siapkan alat dan bahan, yaitu 2 buah nampan, 1 buah sendok,
tanah, air, dan beberapa rumput .
2) Isi separuh bagian pada setiap nampan dengan tanah
3) Pada nampan pertama tanamlah 1 rumput, kemudian padatkan
tanah.
4) Pada nampan kedua tanamlah rumput hingga penuh, kemudian
padatkan tanah
5) Letakkan kedua nampan dengan posisi miring, kemudian siram
bagian tanahnya dengan menggunakan air.
6) Amati perbedaannya!
c. Buatlah gambar yang melukiskan minimal 4 percobaan pada soal
nomor 6b!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian
a) Elemen Mengingat Kembali
No
Nama
Siswa
Skor
4 3 2 1
Jika mampu
menjawab 4
konsep utama
pengertian
proses siklus
air dengan
tepat.
Jika mampu
menjawab 3
konsep utama
pengertian
proses siklus air
dengan tepat.
Jika mampu
menjawab 2
konsep utama
pengertian
proses siklus
air dengan
tepat.
Jika mampu
menjawab 2
konsep utama
pengertian
proses siklus
air dengan
tepat.
Jika tidak
mampu
menjawab
satupun
konsep utama
pengertian
proses siklus
air.
1
2
3 dan
seterusnya
Elemen Mengenali
No
Nama
Siswa
Skor
4 3 2 1
Jika mampu
memberikan
contoh 4
kegunaan air
Jika mampu
memberikan
contoh 3
kegunaan air
Jika mampu
memberikan
contoh 2
kegunaan air
Jika mampu
memberikan
contoh 1
kegunaan air
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
bagi makhluk
hidup dengan
tepat.
bagi makhluk
hidup dengan
tepat.
bagi makhluk
hidup dengan
tepat.
bagi makhluk
hidup dengan
tepat.
Jika tidak
mampu
memberikan
contoh
kegunaan air
bagi makhluk
hidup dengan
tepat.
1
2
3 dan
seterusnya
Elemen Mengidentifikasi
No
Nama
Siswa
Skor
4 3 2 1
Jika mampu
mengidentifikasi
gambar dengan
alasan sangat
tepat.
Jika mampu
mengidentifikasi
gambar dengan
alasan tepat.
Jika mampu
mengidentifikasi
gambar dengan
alasan kurang
tepat.
Jika mampu
mengidentifikasi
gambar dengan
alasan tidak
tepat.
1
2
3 dan
seterusnya
a) Elemen Mencontohkan
No Nama Skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Siswa 4 3 2 1
Jika mampu
menyebutkan 4
contoh faktor
yang
mempengaruhi
proses siklus
air dengan
tepat.
Jika mampu
menyebutkan 3
contoh faktor
yang
mempengaruhi
proses siklus air
dengan tepat.
Jika mampu
menyebutkan 2
contoh faktor
yang
mempengaruhi
proses siklus
air dengan
tepat.
Jika mampu
menyebutkan
1 contoh
faktor yang
mempengaruhi
proses siklus
air dengan
tepat.
Jika tidak
mampu
menyebutkan
contoh faktor
yang
mempengaruhi
proses siklus
air dengan
tepat.
1
2
3 dan
seterusnya
Elemen Memprediksi
No
Nama
Siswa
Skor
4 3 2 1
Jika
memberikan
prediksi
dengan alasan
sangat tepat.
Jika
memberikan
prediksi dengan
alasan tepat.
Jika
memberikan
prediksi
dengan alasan
kurang tepat.
Jika
memberikan
prediksi
dengan alasan
tidak tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
1
2
3 dan
seterusnya
Elemen Menjelaskan
No
Nama
Siswa
Skor
4 3 2 1
Jika
menjelaskan
proses siklus
air dengan urut
dan tepat.
Jika
menjelaskan
proses siklus air
dengan urut
tetapi kurang
tepat.
Jika
menjelaskan
proses siklus
air dengan
tidak urut
tetapi tepat.
Jika
menjelaskan
proses siklus
air tidak urut
dan tidak
tepat.
1
2
3 dan
seterusnya
3.a) Elemen Menggaplikasikan
N
o
Nama
pesert
a
didik
Melaksanakan 4 kegiatan pelestarian air Tota
l
skor
4
Jika
menyebutka
n 4 usaha
penyelamata
n kegiatan
dengan
tepat.
3
Jika
menyebutka
n 3 usaha
penyelamata
n kegiatan
dengan
tepat.
2
Jika
menyebutka
n 42usaha
penyelamata
n kegiatan
dengan
tepat.
1
Jika
menyebutka
n 1 usaha
penyelamata
n kegiatan
dengan tepat
atau jawaban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
salah.
1
2
3
b) Elemen Menggunakan
No Nama
peserta
didik
Menggunakan permasalahan sehari-hari yang
mempengaruhi terganggunya siklus air
Total
skor
4
Jika
menguraikan
penggunaan
dengan
benar dan
alasan yang
tepat
3
Jika
menguraikan
dengan
benar tetapi
memberikan
alasan
kurang tepat
2
Jika
menguraikan
dengan
benar tetapi
tanpa alasan.
1
Jika
menguraikan
tidak tepat
dan tanpa
alasan.
1
2
3
c) Elemen Melaksanakan
No Nama
peserta
didik
Melaksanakan usaha-usaha yang sesuai untuk mengurangi
kekeringan di suatu daerah.
Total
skor
4
Jika
menguraikan
3
Jika
menguraikan
2
Jika
menguraikan
1
Jika
menguraikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
4 usaha
pelaksanaan
kegiatan
untuk
mengurangi
kekeringan
dengan
tepat.
3 usaha
pelaksanaan
kegiatan
untuk
mengurangi
kekeringan
dengan
tepat.
2 usaha
pelaksanaan
kegiatan
untuk
mengurangi
kekeringan
dengan
tepat.
1 usaha
pelaksanaan
kegiatan
untuk
mengurangi
kekeringan
dengan
tepat atau
jawaban
salah.
1
2
3
4.a) Elemen Membedakan
No Nama
peserta
didik
Membedakan dampak peristiwa alam bagi
kelangsungan mahkluk hidup melalui dua gambar
hutan gundul dan hutan hijau.
Tota
l
skor
4
Jika dapat
membedaka
n 4 hal dari
kedua
gambar
dengan l
tepat.
3
Jika dapat
membedak
an 3 hal
dari kedua
gambar
dengan
tepat .
2
Jika dapat
membedaka
n 2 hal dari
kedua
gambar
dengan
tetapi tidak
tepat.
1
. Jika dapat
membedaka
n 1 hal atau
semua
jawaban
salah dan
tidak tepat.
1
2
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
4. b) Membuat garis besar
No Nama
peserta
didik
Membuat garis besar tentang langkah-langkah
penyelamatan hutan..
Tota
l
skor
4
Jika dapat
membuat 4
garis besar
dengan
tepat.
3
Jika dapat
membuat
3 garis
besar
dengan
tepat.
2
Jika dapat
membuat 2
garis besar
dengan
tepat.
1
Jika dapat
membuat 4
garis besar
dengan
tepat.
1
2
3
4. c)Elemen Mendekonstruksi
No Nama
peserta
didik
Menentukan sudut pandang dari suatu permasalahan
pencemaran air.
Tota
l
skor
4
Jika dapat
menentukan
sudut
pandang
dengan 4
alasan
dengan
tepat.
3
Jika dapat
menentuka
n sudut
pandang
dengan 3
alasan
dengan
tepat.
2
Jika dapat
menentukan
sudut
pandang
dengan 2
alasan
dengan
tepat.
1
Jika dapat
menentukan
sudut
pandang
dengan 1
alasan
dengan
tepat atau
jawaban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
salah.
1
2
3
5. a) Elemen Memeriksa
No
Nama
Peserta
didik
Skor Total
skor 4 3 2 1
Jika
menentukan
pilihan dan
alasan
mengandung
4 konsep
dengan tepat
Jika
menentukan
pilihan dan
alasan
mengandung
3 konsep
dengan tepat
Jika
menentukan
pilihan dan
alasan
mengandung
2 konsep
dengan tepat
Jika
menentukan
pilihan dan
alasan
mengandung
1 konsep
atau semua
jawaban
salah atau
tidak
menjawab
sama sekali
1
2
3
5. b) Elemen Mengkritik
No
Nama
Peserta
didik
Skor Total
skor 4 3 2 1
Jika Jika Jika Jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
menyebut 4
pendapat
kritis
dengan
tepat
menyebut 3
pendapat
kritis
dengan
tepat
menyebut 2
pendapat
kritis
dengan
tepat
menyebutkan
1 pendapat
kritis dengan
tepat atau
semua
jawaban
salah atau
tidak
menjawab
sama sekali.
1
2
3
5. c) Elemen Mengkritik
No
Nama
Peserta
didik
Skor
Total
skor
4 3 2 1
Jika
menyebut 4
pendapat
kritis
dengan
tepat
Jika
menyebut 3
pendapat
kritis
dengan
tepat
Jika
menyebut 2
pendapat
kritis
dengan
tepat
Jika
menyebutkan
1 pendapat
kritis dengan
tepat atau
semua
jawaban
salah atau
tidak
menjawab
sama sekali.
1
2
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
6. a) Elemen Merumuskan
No
Nama
Peserta
didik
Skor
Tota
l
skor
4 3 2 1
Jika
merumuska
n 4
pertanyaan
dan
jawaban
dengan
tepat.
Jika
merumuska
n 3
pertanyaan
dan
jawaban
dengan
tepat.
Jika
merumusk
an 2
pertanyaan
dan
jawaban
dengan
tepat.
Jika
merumuska
n 1
pertanyaan
dan
jawaban
dengan
tepat atau
semua
jawaban
salah atau
tidak
menjawab
sama sekali.
1
2
3
6. b) Elemen Merencanakan
N
o
Nama
Pesert
a didik
Skor
Tota
l
skor
4 3 2 1
Jika
menyebutka
n 4 langkah
dengan
tepat.
Jika
menyebutka
n 3 langkah
dengan
tepat.
Jika
menyebutka
n 2 langkah
dengan
tepat.
Jika
menyebutka
n 1 langkah
dengan tepat
semua
jawaban
salah atau
tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
menjawab
sama sekali.
1
2
3
6. C) Elemen Memproduksi
No
Nama
Peserta
didik
Skor
Total
skor
4 3 2 1
Jika
membuat
gambar dan
mencakup 4
langkah
percobaan
dengan
tepat
Jika
membuat
gambar dan
mencakup 3
langkah
percobaan
dengan
tepat
Jika
membuat
gambar
dan
mencakup
2 langkah
percobaan
dengan
tepat
Jika
membuat
gambar dan
mencakup 1
langkah
percobaan
dengan
tepat atau
tidak
membuat
gambar
1
2
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
Lampiran 3.4 Hasil Expert Judgement
Indikator Validator Komentar (Saran
Perbaikan) 1 2 3 Rerata
Mengingat kembali
pengertian proses siklus
air
3 4 3 3,33 Untuk menyebutkan 4
konsep sudah ok, tapi
untuk memberikan definisi
dalam 1 kalimat itu agak
sulit untuk anak.
Kata “sebutkan” bisa
diganti dengan kata
“tuliskan”
Mengenali kegunaan air
dalam kehidupan
3 4 3 3,33 Kata “berikan” bisa
diganti dengan kata
“tuliskan”
Mengidentifikasi cara
menghemat penggunaan
air
4 4 4 4
Memberikan contoh faktor
yang mempengaruhi
proses siklus air
3 2 4 3 Belum terlalu jelas dengan
proses air, maksudnya apa
dari air, kecukupannya
atau apanya.
Terlalu banyak
Memprediksi kegiatan
manusia yang
mempengaruhi siklus air
3 4 4 3,67 Harus lebih difokuskan
lagi.
Menjelaskan proses siklus
air
4 4 4 4
Melaksanakan 4 kegiatan
pelestarian air
4 4 3 3,67 Kata “jelaskan” bisa
diganti dengan kata
“tuliskan”
Menggunakan
permasalahan sehari-hari
yang mempengaruhi
terganggunya siklus air
3 4 3 3,33 Kata “sebutkan” bisa
diganti dengan kata
“tuliskan”
Melaksanakan usaha-
usaha yang sesuai untuk
mengurangi kekeringan di
suatu daerah
3 3 3 3 Gambar kurang jelas
Kata “di bawah” bisa
diganti dengan kata
“berikut ini”
Kata “sebutkan” bisa
diganti dengan kata
“tuliskan”. Kata “ide-ide”
sebaiknya diganti
“minimal 3 ide”
Membedakan dampak
peristiwa alam bagi
kelangsungan mahkluk
hidup melalui dua gambar
hutan gundul dan hutan
hijau
3 4 3 3,33 Kata “sebutkan” bisa
diganti dengan kata
“tuliskan”
Membuat garis besar
tentang langkah-langkah
penyelamatan hutan
3 3 4 3,33 Kata garis besar bisa lebih
dioperasionalkan lagi.
Menentukan sudut
pandang permasalahan
pencemaran air
3 4 3 3,33 Kata “di atas” bisa diganti
dengan kata “tersebut”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
Menentukan kesimpulan
berdasarkan pernyataan
tentang urutan siklus air
4 4 3 3,67 Kata “di bawah” bisa
diganti dengan kata
“berikut ini”
Mengkritik pernyataan
mengenai kegiatan
membuang sampah ke
sungai
4 3 3 3,33 Kata “di atas” bisa diganti
dengan kata “tersebut”
Mengkritik gambar dan
pernyataan mengenai
dampak penebangan hutan
4 4 3 3,67 Kata “di bawah” bisa
diganti dengan kata
“berikut ini”
Kata “di atas” bisa diganti
dengan kata “tersebut”
Merumuskan pertanyaan
dan jawaban mengenai
penyebab banjir
3 4 3 3,33 Kata “di atas” bisa diganti
dengan kata “tersebut”
Merencanakan langkah
percobaan terjadinya
banjir
3 3 4 3,33
Membuat gambar tentang
percobaan terjadinya
banjir
2 4 4 3,33 Mungkin tidak gambar,
tapi skematis saja.
Total Skor 59 66 61 Validator 1
Instrumen penelitian layak dengan
revisi kecil
Validator 2
Instrumen penelitian sangat layak
Validator 3
Instrumen penelitian sangat layak
Rata-rata 3,28 3,67 3,39
Keterangan: 4 : sangat sesuai
3 : sesuai 2 : tidak sesuai
1 : sangat tidak sesuai Kategori Kelayakan: No Skor Kelayakan
1 58.50 – 72.00 Sangat layak
2 45.00 – 58.49 Layak dengan revisi kecil
3 31.50 – 44.99 Layak dengan revisi besar
4 18.00 – 31.49 Tidak layak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas
Correlations
total soal3a soal3b soal3c soal4a soal4b soal4c
total Pearson Correlation
1 ,553**
,571**
,658**
,615**
,627**
,762**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 53 53 53 53 53 53 53
soal3a Pearson Correlation
,553**
1 ,412**
,374**
.062 .100 ,293*
Sig. (2-tailed) .000 .002 .006 .658 .478 .033
N 53 53 53 53 53 53 53
soal3b Pearson Correlation
,571**
,412**
1 ,290* ,336
* .096 .234
Sig. (2-tailed) .000 .002 .035 .014 .492 .092
N 53 53 53 53 53 53 53
soal3c Pearson Correlation
,658**
,374**
,290* 1 .155 ,397
** ,379
**
Sig. (2-tailed) .000 .006 .035 .268 .003 .005
N 53 53 53 53 53 53 53
soal4a Pearson Correlation
,615**
.062 ,336* .155 1 ,284
* ,450
**
Sig. (2-tailed) .000 .658 .014 .268 .039 .001
N 53 53 53 53 53 53 53
soal4b Pearson Correlation
,627**
.100 .096 ,397**
,284* 1 ,366
**
Sig. (2-tailed) .000 .478 .492 .003 .039 .007
N 53 53 53 53 53 53 53
soal4c Pearson Correlation
,762**
,293* .234 ,379
** ,450
** ,366
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .033 .092 .005 .001 .007
N 53 53 53 53 53 53 53
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
Lampiran 3.6 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 53 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 53 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,697 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Kemampuan Mengaplikasi Kelompok Kontrol dan
Eksperimen
No.
Res
p
ApliKon
Pre
ApliKonP
ost1
ApliKon
Sel
ApliKonP
sst2
ApliEks
Pre
ApliEksP
ost1
ApliEks
Sel
ApliEksP
ost2
1 2,67 2,00 -0,67 1,67 2,33 3,67 1,33 2,33
2 2,33 2,67 0,33 2,33 1,67 3,00 1,33 2,67
3 2,00 2,00 0,00 2,33 2,00 3,00 1,00 2,33
4 1,00 2,00 1,00 1,33 1,67 3,33 1,67 2,33
5 2,00 2,67 0,67 3,00 2,33 3,67 1,33 2,67
6 2,00 1,33 -0,67 1,67 3,00 4,00 1,00 4,00
7 1,67 2,33 0,67 1,67 1,67 3,33 1,67 3,67
8 2,67 1,67 -1,00 2,67 2,00 3,67 1,67 3,00
9 2,33 3,00 0,67 2,00 2,33 3,33 1,00 2,33
10 1,67 3,00 1,33 1,00 2,00 4,00 2,00 3,33
11 2,33 3,00 0,67 1,33 2,33 3,67 1,33 3,00
12 2,67 3,67 1,00 2,33 2,33 3,00 0,67 2,67
13 2,33 3,00 0,67 1,67 1,67 3,33 1,67 2,67
14 2,00 2,67 0,67 2,67 3,00 4,00 1,00 3,00
15 1,67 3,00 1,33 4,00 2,00 3,67 1,00 2,67
16 1,67 2,67 1,00 1,00 2,67 3,33 0,67 4,00
17 2,67 3,33 0,67 3,00 1,67 3,00 1,33 2,67
18 2,00 2,33 0,33 1,00 2,00 3,33 1,33 3,67
19 2,00 2,67 0,67 3,00 3,00 4,00 1,00 3,00
20 2,33 2,67 0,33 1,67 1,67 3,00 1,33 3,00
21 2,00 3,00 1,00 2,67 1,67 3,00 1,33 2,33
22 2,67 3,00 ,33 2,00 2,33 3,33 1,00 4,00
23 1,33 2,67 1,33 1,00 2,33 3,00 0,67 3,67
24 2,00 3,33 1,33 2,67 2,00 3,00 1,00 2,67
25 2,33 3,67 1,33 3,00 2,33 3,67 1,33 2,00
26 3,00 3,33 0,33 3,33 1,67 3,00 1,33 2,67
27 2,00 3,00 1,00 2,00 1,67 2,33 ,67 2,33
28 1,67 2,67 1,00 3,00 2,67 4,00 1,33 2,33
29 2,00 3,00 1,00 2,00 2,33 2,67 0,33 2,33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Kemampuan Menganalisis Kelompok Kontrol dan
Eksperimen
No.
Res
p
ApliKon
Pre
ApliKonP
ost1
ApliKon
Sel
ApliKonP
sst2
ApliEks
Pre
ApliEksP
ost1
ApliEks
Sel
ApliEksP
ost2
1 2,00 3,33 1,33 3,00 2,00 3,67 1,67 3,67
2 1,67 2,67 1,00 3,00 2,00 3,00 1,00 2,67
3 2,33 2,67 ,33 2,67 2,33 3,00 ,33 3,67
4 1,67 2,33 ,67 1,67 2,67 3,00 ,33 3,00
5 1,33 1,67 ,33 2,00 2,00 3,67 1,67 3,00
6 1,33 2,33 1,00 2,67 2,33 3,67 1,33 4,00
7 2,33 4,00 1,67 2,00 2,00 3,00 1,00 2,33
8 3,00 3,33 ,33 1,67 2,00 3,33 1,33 3,00
9 1,67 2,00 ,33 1,67 2,33 3,33 1,00 3,33
10 2,67 3,00 ,33 2,00 2,33 3,67 1,33 3,00
11 2,00 4,00 2,00 1,33 2,33 2,67 ,33 3,33
12 1,67 2,67 1,00 3,00 2,00 3,00 1,00 2,67
13 2,00 2,00 ,00 2,33 2,67 3,00 ,33 2,67
14 2,33 3,00 ,67 2,00 2,33 3,33 1,00 2,67
15 2,00 2,33 ,33 1,67 1,33 2,67 1,33 3,00
16 2,00 1,33 -,67 2,67 2,67 3,67 1,00 2,00
17 1,00 2,00 1,00 1,33 1,67 3,00 1,33 4,00
18 2,00 3,00 1,00 2,00 2,00 4,00 2,00 2,00
19 2,33 2,67 ,33 2,00 2,33 3,67 1,33 3,67
20 1,67 2,00 ,33 2,67 2,00 3,00 1,00 2,67
21 2,00 2,33 ,33 2,33 1,67 2,33 ,67 3,33
22 2,33 3,33 1,00 2,00 1,67 2,67 1,00 3,00
23 2,33 3,67 1,33 2,67 1,67 3,00 1,33 3,00
24 1,67 3,00 1,33 2,67 1,67 2,67 1,00 3,00
25 2,00 2,67 ,67 2,33 2,33 3,33 1,00 3,67
26 2,33 2,67 ,33 1,00 2,00 3,67 1,67 3,00
27 1,67 3,00 1,33 2,33 2,00 3,33 1,33 3,33
28 2,00 2,33 ,33 2,00 2,00 2,33 ,33 3,67
29 2,33 3,00 ,67 3,00 2,33 3,00 ,67 4,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Data
4.3.1 Kemampuan Mengaplikasi
One-Sample Kolmogorov-S mirnov Test
ApliKonP
re
ApliKonP
ost1
ApliKonS
el
ApliKonP
ost2
ApliEksPr
e
ApliEksPo
st1
ApliEksSe
l
ApliEksPo
st2
N 29 29 29 29 29 29 29 29
Normal
Parameter
sa,b
Mean 2,1038 2,7362 ,6317 2,1728 2,1497 3,3562 1,1834 2,8738
Std.
Deviatio
n
,44637 ,55205 ,60665 ,78985 ,43130 ,43646 ,37331 ,58113
Most
Extreme
Difference
s
Absolute ,178 ,211 ,215 ,117 ,177 ,172 ,204 ,223
Positive ,178 ,144 ,125 ,117 ,177 ,172 ,175 ,223
Negative -,167 -,211 -,215 -,115 -,145 -,143 -,204 -,140
Kolmogorov-
Smirnov Z ,959 1,136 1,157 ,631 ,955 ,927 1,101 1,202
Asymp. Sig. (2-
tailed) ,316 ,152 ,138 ,821 ,322 ,357 ,177 ,111
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
4.3.1 Kemampuan Menganalisis
One-Sample Kolmogorov-S mirnov Test
AnaKo
nPre
AnaKon
Post1
AnaKo
nSel
AnaKon
Post2
AnaEk
sPre
AnaEksP
ost1
AnaEk
sSel
AnaEksP
ost2
N 29 29 29 29 29 29 29 29
Normal
Parametersa,b
Mean 1.9883 2.7010 .7114 2.1959 2.0917 3.1614 1.0566 3.1155
Std.
Deviatio
n
.42157 .64474 .55521 .54609 .33146 .43363 .44671 .54401
Most Extreme
Differences
Absolute .166 .115 .202 .157 .195 .197 .208 .170
Positive .144 .115 .202 .157 .195 .197 .137 .170
Negative -.166 -.101 -.177 -.152 -.184 -.155 -.208 -.140
Kolmogorov-Smirnov Z .895 .617 1.089 .847 1.051 1.060 1.121 .917
Asymp. Sig. (2-tailed) .399 .841 .187 .470 .219 .211 .162 .370
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal
4.4.1 Kemampuan Mengaplikasi
Group Statistics
Kelompok N Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
ApliKonEksP
re
Mengaplikasi Kontrol
Pretest 29 2,1038 ,44637 ,08289
Mengaplikasi
Eksperimen Pretest 29 2,1497 ,43130 ,08009
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig.
(2-
tailed)
Mean
Differenc
e
Std. Error
Differenc
e
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
ApliKonE
ksPre
Equal variances
assumed ,019 ,891 -,398 56 ,692 -,04586 ,11526 -,27676 ,18503
Equal variances
not assumed
-,398 55,934 ,692 -,04586 ,11526 -,27676 ,18504
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
4.4.2 Kemampuan Menganalisis
Group Statistics
Kelompok N Mean Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
AnaKon
EksPre
Menganalisis
Kontrol Pretest 29
1.988
3 .42157 .07828
Menganalisis
Eksperimen
Pretest
29 2.091
7 .33146 .06155
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Differen
ce
Std.
Error
Differe
nce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
AnaKonE
ksPre
Equal
variances
assumed
.525 .472 -1.039 56 .303 -.10345 .09958 -.30294 .09604
Equal
variances not
assumed
-1.039 53.047 .304 -.10345 .09958 -.30318 .09629
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
4.5.1 Kemampuan Mengaplikasi
Group Statistics
Kelompok N Mea
n
Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
ApliKon
EksSel
Mengaplikasi
Kontrol Selisih 29 ,6317 ,60665 ,11265
Mengaplikasi
Eksperimen
Selisih
29 1,183
4 ,37331 ,06932
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Differen
ce
Std.
Error
Differe
nce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
ApliK
onEks
Sel
Equa
l
varia
nces
assu
med
2,594 ,113 -4,171 56 ,000 -,55172 ,13227 -,81670 -,28675
Equa
l
varia
nces
not
assu
med
-4,171 46,546 ,000 -,55172 ,13227 -,81789 -,28556
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
4.5.2 Kemampuan Menganalisis
Group Statistics
Kelompok N Mean Std.
Deviat
ion
Std.
Error
Mean
AnaKon
EksSel
Menganalis
is Kontrol
Selisih
29 .7114 .55521 .10310
Menganalis
is
Eksperime
n Selisih
29 1.0566 .44671 .08295
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig.
(2-
tailed)
Mean
Differen
ce
Std.
Error
Differen
ce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Ana
Kon
EksS
el
Equal
variances
assumed
1.675 .201 -2.608 56 .012 -.34517 .13233 -.61026 -.08009
Equal
variances
not
assumed
-2.608 53.546 .012 -.34517 .13233 -.61052 -.07982
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
Lampiran 4.6 Perhitungan Manual Besar Pengaruh Perlakuan
Effect size kemampuan mengaplikasi adalah
sebagai berikut :
t2
r =
t2
+ df
(-4,17) 2
r =
(-4,17) 2
+ 56
17,39
r =
17,39+ 56
17,39
r =
73,39
r = 0,2369
r = 0,49
Persentase pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) untuk kemampuan
mengapikasi :
R2
= r2
= (0,49)2
= 0,24
Persentase = R2
x 100%
= 0,24 x 100%
= 24%
Effect size kemampuan menganalisis adalah
sebagai berikut :
t2
r =
t2
+ df
(-2,60) 2
r =
(-2,60)2
+ 56
6,76
r =
6,76
+ 56
6,76
r =
62,76
r = 0,1077
r = 0,333
Persentase pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) untuk kemampuan
menganalisis :
R2
= r2
= (0,33)2
= 0,11
Persentase = R2
x 100%
= 0,11 x 100%
= 11%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
Lampiran 4.7 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
4.7.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengaplikasi
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Persentase
= −
x 100%
= 2 −2
2 x 100%
=
2 x 100%
= 0 3 x 100%
= 30 %
Persentase
= −
x 100%
= −2
2 x 100%
= 2
2 x 100%
= 0 56 x 100%
= 56 %
Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Menganalisis
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Persentase
= −
x 100%
= 2 −
x 100%
= 2
x 100%
= 0 36 x 100%
= 36%
Persentase
= −
x 100%
= −2
2 x 100%
=
2 x 100%
= 0 51 x 100%
= 51 %
4.7.2 Hasil SPSS Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttset I
4.7.2.1 Kemampuan Mengaplikasi
Paired Samples Statistics
Mean N Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Pair
1
ApliKonP
ost1 2,7362 29 ,55205 ,10251
ApliKonP
re 2,1038 29 ,44637 ,08289
Pair
2
ApliEksP
ost1 3,3562 29 ,43646 ,08105
ApliEksPr
e 2,1497 29 ,43130 ,08009
Paired Samples Correlations
N Correlati
on
Sig.
Pair 1 ApliKonPost1 &
ApliKonPre 29 ,275 ,149
Pair 2 ApliEksPost1 &
ApliEksPre 29 ,613 ,000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-
tailed) Mean Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pai
r 1
ApliKonP
ost1 -
ApliKonPr
e
,63241 ,60709 ,11273 ,40149 ,86334 5,610 28 ,000
Pai
r 2
ApliEksPo
st1 -
ApliEksPr
e
1,20655 ,38157 ,07086 1,06141 1,35169 17,02
8 28 ,000
4.7.2.2 Kemampuan Menganalisis
Hasil SPSS Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttset I
Paired Samples Statistics
Mean N Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Pair 1 AnaKonPost1 2.7010 29 .64474 .11972
AnaKonPre 1.9883 29 .42157 .07828
Pair 2 AnaEksPost1 3.1614 29 .43363 .08052
AnaEksPre 2.0917 29 .33146 .06155
Paired Samples Correlations
N Correla
tion
Sig.
Pair 1 AnaKonPost1 & AnaKonPre 29 .526 .003
Pair 2 AnaEksPost1 & AnaEksPre 29 .388 .038
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-
tailed) Mean Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
Pair
1
AnaKonP
ost1 -
AnaKonPr
e
.71276 .55467 .10300 .50177 .92374 6.920 28 .000
Pair
2
AnaEksPo
st1 -
AnaEksPr
e
1.06966 .43176 .08018 .90542 1.23389 13.34
1 28 .000
4.7.3 Perhitungan Persentase Gain Score
4.7.3.1 Tabulasi Gain Score Kemampuan Mengaplikasi
Kelompok Kontrol
Gain Score f
-1 1
-0,67 2
0 1
0,33 5
0,67 8
1 7
1,33 5
4.7.3.2 Perhitungan Persentase Gain Score ≥ 0,67 Kemampuan Mengaplikasi
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Frekuensi gain score ≥ 0,67 adalah 20 siswa.
=
ℎ 100%
= 2
2 100%
= 0 69 100%
= 69%
Frekuensi gain score ≥ 0,67 adalah 28 siswa.
=
ℎ 100%
= 2
2 100%
= 0 96 100%
= 96%
Kelompok
Eksperimen
Gain Score f
0,33 1
0,67 4
1 8
1,33 11
1,67 4
2 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
4.7.3.3 Tabulasi Gain Score Kemampuan Menganalisis
Kelompok Kontrol
Gain Score f
-0,67 1
0 1
0,33 11
0,67 4
1 6
1,33 4
1,67 1
2 1
4.7.3.4 Perhitungan Persentase Gain Score ≥ 0,83 Kemampuan Menganalisis
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Frekuensi gain score ≥ 0,83 adalah 20 siswa.
=
ℎ 100%
= 2
2 100%
= 0 41 100%
= 41%
Frekuensi gain score ≥ 0,83 adalah 28 siswa.
=
ℎ 100%
= 22
2 100%
= 0 75 100%
= 75%
Kelompok
Eksperimen
Gain Score f
0,33 5
0,67 2
1 10
1,33 8
1,67 3
2 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
Lampiran 4.8 Perhitungan Manual Besar Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Kelompok Kontrol dan Eksperimen
4.8.1 Kemampuan Mengaplikasi
Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen
t2
r =
t2
+ df
(5,610) 2
r =
(5,610) 2
+ 28
31,47
r =
31,47+ 28
31,47
r =
59,47
r = 0,52
r = 0,72
t2
r =
t2
+ df
(17,028) 2
r =
(17,028) 2
+ 28
289,95
r =
289,95 + 28
289,95
r =
317,95
r = 0,91
r = 0,95
4.8.2 Kemampuan Menganalisis
Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen
t2
r =
t2
+ df
(6,920) 2
r =
(6,920) 2
+ 28
47,88
r =
47,88+ 28
47,88
r =
75,88
r = 0,63
r = 0,79
t2
r =
t2
+ df
(13,34) 2
r =
(13,34) 2
+ 28
177,95
r =
177,95 + 28
177,95
r =
205,95
r = 0,86
r = 0,92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
Lampiran 4.9 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest ke Posttest I
4.9.1 Kemampuan Mengaplikasi
4.9.1.1 Uji Korelasi Kelompok Kontrol
Correlations
ApliKonPost1 ApliKonPre
ApliKonPost1
Pearson Correlation 1 ,275
Sig. (2-tailed) ,149
N 29 29
ApliKonPre
Pearson Correlation ,275 1
Sig. (2-tailed) ,149
N 29 29
4.9.1.1 Uji Korelasi Kelompok Eksperimen
Correlations
ApliEksPost1 ApliEksPre
ApliEksPost1
Pearson Correlation 1 ,613**
Sig. (2-tailed) ,000
N 29 29
ApliEksPre
Pearson Correlation ,613**
1
Sig. (2-tailed) ,000
N 29 29
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
4.9.2 Kemampuan Menganalisis
4.9.2.1 Uji Korelasi Kelompok Kontrol
Correlations
AnaKonPost1 AnaKonPre
AnaKonPost1
Pearson Correlation 1 .526**
Sig. (2-tailed) .003
N 29 29
AnaKonPre
Pearson Correlation .526**
1
Sig. (2-tailed) .003
N 29 29
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
4.9.2.2 Uji Korelasi Kelompok Eksperimen
Correlations
AnaEksPost1 AnaEksPre
AnaEksPost1
Pearson Correlation 1 .388*
Sig. (2-tailed) .038
N 29 29
AnaEksPre
Pearson Correlation .388* 1
Sig. (2-tailed) .038
N 29 29
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
Lampiran 4.10 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
4.10.1 Kemampuan Mengaplikasi
4.10.1.1 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 ApliKonPost2 2,1728 29 ,78985 ,14667
ApliKonPost1 2,7362 29 ,55205 ,10251
Pair 2 ApliEksPost2 2,8738 29 ,58113 ,10791
ApliEksPost1 3,3562 29 ,43646 ,08105
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 ApliKonPost2 &
ApliKonPost1 29 ,317 ,094
Pair 2 ApliEksPost2 &
ApliEksPost1 29 ,229 ,233
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-
tailed)
Mean Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
ApliKon
Post2 -
ApliKon
Post1
-,56345 ,80746 ,14994 -,87059 -,25631 -3,758 28 ,001
Pair
2
ApliEksP
ost2 -
ApliEksP
ost1
-,48241 ,64205 ,11923 -,72664 -,23819 -4,046 28 ,000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
Lampiran 4.10.1.2 Perhitungan Persentase Penurunan Skor Posttest I ke Posttest
II Persentase Penurunan Skor Posttest I ke Posttest II
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Persentase
= −
x 100%
= 2 −2
2 x 100%
= −
2 x 100%
= −0 205 x 100%
=−20 5 %
Persentase
= −
x 100%
= 2 −
x 100%
= −
x 100%
= −0 1432 x 100%
=−14 32 %
4.10.1.3 Perbedaan Skor Pretest dan posttest II
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 ApliKonPost2 2,1728 29 ,78985 ,14667
ApliKonPre 2,1038 29 ,44637 ,08289
Pair 2 ApliEksPost2 2,8738 29 ,58113 ,10791
ApliEksPre 2,1497 29 ,43130 ,08009
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 ApliKonPost2 &
ApliKonPre 29 ,309 ,103
Pair 2 ApliEksPost2 & ApliEksPre 29 ,283 ,137
Paired Samples Test
Paired Differences
T
df
Sig. (2-
tailed) Mean Std.
Deviat
ion
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pai
r 1
ApliKon
Post2 -
ApliKon
Pre
,06897 ,77808 ,14449 -,22700 ,36493 ,477 28 ,637
Pai
r 2
ApliEks
Post2 -
ApliEks
Pre
,72414 ,61793 ,11475 ,48909 ,95918 6,311 28 ,000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
4.10.2 Kemampuan Menganalisis
4.10.2.1 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 AnaKonPost2 2.1959 29 .54609 .10141
AnaKonPost1 2.7010 29 .64474 .11972
Pair 2 AnaEksPost2 3.1155 29 .54401 .10102
AnaEksPost1 3.1614 29 .43363 .08052
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 AnaKonPost2 &
AnaKonPost1 29 -.031 .872
Pair 2 AnaEksPost2 &
AnaEksPost1 29 -.165 .392
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-
tailed)
Mean Std.
Deviatio
n
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
AnaKonP
ost2 -
AnaKonP
ost1
-.50517 .85787 .15930 -.83149 -.17886 -3.171 28 .004
Pair
2
AnaEksP
ost2 -
AnaEksP
ost1
-.04586 .74964 .13920 -.33101 .23929 -.329 28 .744
4.10.2.2 Perhitungan Persentase Skor Posttest I ke Posttest II
Persentase Penurunan Skor Posttest I ke Posttest II
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Persentase
= −
x 100%
= 2 −2
2 x 100%
= −
2 x 100%
= −0 1888 x 100%
=−18 88 %
Persentase
= −
x 100%
= −
x 100%
= −
x 100%
= −0 015 x 100%
=−1 58 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
4.10.2.3 Perbedaan Skor Pretest dan Posttest II
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 AnaKonPost2 2.1959 29 .54609 .10141
AnaKonPre 1.9883 29 .42157 .07828
Pair 2 AnaEksPost2 3.1155 29 .54401 .10102
AnaEksPre 2.0917 29 .33146 .06155
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 AnaKonPost2 &
AnaKonPre 29 -.092 .635
Pair 2 AnaEksPost2 & AnaEksPre 29 -.041 .834
Paired Samples Test
Paired Differences T df Sig.
(2-
tailed
) Mean Std.
Deviati
on
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pai
r 1
AnaKon
Post2 -
AnaKon
Pre
.20759 .71994 .13369 -.06627 .48144 1.553 28 .132
Pai
r 2
AnaEksP
ost2 -
AnaEksP
re
1.02379 .64843 .12041 .77714 1.2704
4 8.503 28 .000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
Lampiran 5.1 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran Kelompok Kontrol
Pembelajaran Kelompok Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
Lampiran 5.2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
CURRICULUM VITAE
Falentina Ruri Prasetyo merupakan anak kedua dari pasangan
Marcelinus Petrus Sugiyono dan Chatarina Martinah. Lahir di
Sidoarjo pada tanggal 02 November 1995. Pendidikan awal
dimulai dari TK Kanisius Klepu Sendangmulyo Minggir
Sleman pada tahun 2000-2001. Dilanjutkan ke jenjang
pendidikan sekolah dasar di SD Kanisius Klepu
Sendangmulyo Minggir Sleman pada tahun 2001-2008.
Pendidikan dilanjutkan ke jenjang pendidikan sekolah menengah pertama di SMP
Pangudi Luhur Moyudan Sleman dan lulus pada tahun 2010. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikan di sekolah menengah atas di SMA Pangudi Luhur Saint
Louis IX Sedayu Bantul dan lulus pada tahun 2014. Penulis melanjutkan
pendidikan di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata
Dharma. Ketika menjadi mahasiswa peneliti mengikuti beberapa kegiatan yang
diikuti oleh peneliti yaitu di antaranya:
No Nama Kegiatan Tahun Peran
1 Inisiasi Universitas Sanata
Dharma
2014 Peserta
2 Inisiasi Fakultas (INFIS) 2014 Peserta
3 Inisiasi Prodi (Insipro PGSD) 2014 Peserta
4 PPKM 1 2015 Peserta
5 PPKM II 2015 Peserta
6 English Club for 4 semester 2014-2016 Peserta
7 Week-End Moral 2015 Peserta
8 Kursus Pembinaan Pramuka
Dasar (KMD)
2015 Peserta
9 Parade Gamelan Anak 2015 Anggota Sie Konsumsi
10 Parade Gamelan Anak 2016 Koordinator Sie
Konsumsi
11 Inisiasi Fakultas (INFISA) 2016 Anggota Sie Humas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI