pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri … · 2020. 1. 31. · ii skripsi pengaruh penerapan...
TRANSCRIPT
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
TERHADAP KEMAMPUAN EKSPLANASI DAN REGULASI DIRI
SISWA KELAS IV SD JOANNES BOSCO YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Dwi Agustina
NIM: 161134047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
SKRIPSI
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
TERHADAP KEMAMPUAN EKSPLANASI DAN REGULASI DIRI
SISWA KELAS IV SD JOANNES BOSCO YOGYAKARTA
Oleh:
Dwi Agustina
NIM: 161134047
Telah disetujui oleh:
Pembimbing I
G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. Tanggal 16 Desember 2019
Pembimbing II
Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. Tanggal 16 Desember 2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini peneliti persembahkan kepada:
1. Seluruh guru di Indonesia yang berperan dalam mencerdaskan bangsa.
2. Para peneliti dalam bidang pendidikan yang berusaha menemukan kebaruan
dalam pembelajaran.
3. Yayasan Santa Louisa yang memberikan dukungan dalam pendidikan.
4. Almamater yang saya banggakan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Jangan mau menjadi sama, jadilah berbeda dan mengubah”
“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini
Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan
memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”
(Yesaya 41: 10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 16 Januari 2020
Peneliti
Dwi Agustina
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Dwi Agustina
Nomor Mahasiswa : 161134047
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yangberjudul:
“PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
TERHADAP KEMAMPUAN EKSPLANASI DAN REGULASI DIRI SISWA
KELAS IV SD JOANNES BOSCO YOGYAKARTA”, beserta perangkat yang
diperlukan (bila ada).
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 16 Januari 2020
Yang menyatakan
Dwi Agustina
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
TERHADAP KEMAMPUAN EKSPLANASI DAN REGULASI DIRI
SISWA KELAS IV SD JOANNES BOSCO YOGYAKARTA
Dwi Agustina
Universitas Sanata Dharma
2019
Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya keprihatinan terhadap
rendahnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa Indonesia pada mata pelajaran
IPA berdasarkan pada survei yang dilakukan oleh PISA tahun 2009, 2012, 2015,
dan 2018. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan model
pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan eksplanasi dan regulasi diri siswa kelas
IV SD Joannes Bosco.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif eksperimen dengan quasi
experimental tipe pretest-posttest non-equivalent group design. Penelitian ini
dilakukan di SD Joannes Bosco dengan populasi yaitu seluruh siswa kelas empat
yang berjumlah 63 siswa. Sampel untuk kelompok eksperimen berjumlah 22 siswa
yang menggunakan model pembelajaran inkuiri. Sampel untuk kelompok kontrol
berjumlah 21 siswa yang menggunakan metode ceramah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Model pembelajaran inkuiri
berpengaruh terhadap kemampuan eksplanasi. Rerata selisih skor yang didapatkan
oleh kelompok eksperimen (M = 1,3191, SE = 0,12296) lebih tinggi daripada rerata
skor yang diperoleh kelompok kontrol (M = 0,4762, SE = 0,12502). Perbedaan skor
tersebut signifikan dengan t (41) = -4,806 p = 0,00 (p < 0,05). Besar pengaruh
sebesar r = 0,60 atau setara dengan 36,03% yang masuk dalam kategori efek besar
atau memiliki efek yang cukup besar secara praktis dan teoritis. 2) Model
pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan regulasi diri. Rerata selisih
skor yang dicapai pada kelompok eksperimen (M = 0,8941, SE = 0,14103) lebih
tinggi daripada rerata skor yang diperoleh kelompok kontrol (M= 0,2857, SE=
0,09274). Perbedaan skor tersebut signifikan dengan t (41) = -3,569, p = 0,01 (p <
0,05). Besar pengaruh sebesar r = 0,48 atau setara dengan 23,04% yang masuk
dalam kategori efek menengah. Hal tersebut terjadi karena siswa kelas empat masih
berada pada tahap operasional konkret yang belum mahir dalam berpikir abstrak
untuk menghasilkan pemikiran reflektif dalam kemampuan regulasi diri.
Kata kunci: model pembelajaran inkuiri, kemampuan berpikir kritis, kemampuan
eksplanasi, kemampuan regulasi diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE EFFECT OF THE IMPLEMENTATION OF INQUIRY LEARNING
MODEL
ON THE ABILITY TO EXPLAIN AND SELF-REGULATE OF
FOURTH GRADE STUDENTS AT JOANNES BOSCO YOGYAKARTA
ELEMENTARY SCHOOL
Dwi Agustina
Sanata Dharma University
2019
The background of this study is about the concern towards the low level of
thinking ability of Indonesian students in natural science subjects based on surveys
conducted by PISA on 2009, 2012, 2015, and 2018. This study was conducted to
determine the effect of the application of inquiry learning models on the ability to
explain and self regulated fourth grade students Joannes Bosco.
This study used a quantitative experimental method with a quasi-
experimental type pretest-posttest non-equivalent group design. This research was
conducted at Joannes Bosco Elementary School with population in this study were
all fourth grade students, amounted 63 students. The sample for the experimental
group amounted to 22 students using inquiry learning models. The sample for the
control group consisted of 21 students using the lecture method.
The results showed that 1) Inquiry learning model affected the ability to
explain. The mean score difference obtained by the experimental group (M =
1.3191, SE = 0.12296) is higher than the average of score control group score (M
= 0.4762, SE = 0.12502). The difference of score was significant with t (41) = -4,
806 p = 0.00 (p <0.05). The amount of the influence is r = 0.60 or equal to 36.03%
which is included in the large effect category or has considerable practical and
theoretical effects. 2) Inquiry learning model influences the ability to self-regulated.
The mean difference in score achieved in the experimental group (M = 0.8941, SE
= 0.14103) is higher than the average score obtained by the control group (M =
0.2857, SE = 0.09274). The difference in scores was significant with t (41) = -3.569,
p = 0.01 (p <0.05). The amount of influence is r = 0.48 or equal to 23.04% which
is included in the medium effect category. This happened because fourth grade
students are on concrete operational development that not proficient in abstract
thinking to produce reflective thinking in the ability of self-regulation.
Keywords: inquiry learning model, critical thinking ability, ability to explore,
ability to self-regulate.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan kasih-Nya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP
KEMAMPUAN EKSPLANASI DAN REGULASI DIRI SISWA KELAS IV
SD JOANNES BOSCO YOGYAKARTA” dengan lancar dan tepat waktu.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini, banyak pihak
yang telah memberikan bantuan dan dukungan. Oleh karena itu, peneliti
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan Dosen
Pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan banyak masukan
selama proses penelitian.
4. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. selaku Dosen Pembimbing I
yang telah membimbing, memberikan perhatian dengan bijaksana.
5. Wahyu Wido Sari, S.Si., M.Biotech. selaku Dosen Penguji III yang telah
memberikan masukan pada penelitian ini.
6. Tarcicius Tri Indartanta, S.Sos. selaku Kepala Sekolah Dasar yang telah
memberikan ijin melakukan penelitian.
7. Yovita Dian Putranti, S.Pd. selaku guru mitra yang telah membantu
pelaksanaan penelitian.
8. Petrus Fajar Yuniantoro W., S.Pd. selaku wali kelas IV musikal 1 yang telah
memberikan ijin melakukan penelitian di kelas tersebut.
9. Siswa kelas IV musikal 1 dan IV musikal 3 SD Joannes Bosco Yogyakarta
tahun ajaran 2019/2020 yang bersedia terlibat dalam penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
10. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah
membantu proses perijinan penelitian skripsi.
11. Kedua orang tua saya, Sutadji dan Endang Sutrisnowati yang selalu
mendukung, memberikan doa serta semangat.
12. Yayasan Santa Louisa yang telah memberikan bantuan pendidikan dalam
bentuk ikatan dinas.
13. Sr. Rosalie, PK. yang selalu mendoakan, memberi semangat dan saran yang
bijaksana.
14. Kakak saya Agus Pratama dan Anggraeni yang memberi dukungan.
15. Sahabat saya, Kristiani Olivia Rasi, Hero Violet, Anna Luyan R. Gunandau,
Yosia Pamardi, Edo Agung W. yang selalu menjadi penghibur dan
memberikan semangat.
16. Sahabat saya, Priska Claudia dan Elisabeth Nur Lindasari yang sudah melewati
banyak proses dalam berjuang menyelesaikan skripsi.
17. Teman-teman PPL, Dionisius Anggara O, T.L. Wiendsy Jentera, Anselma
Triska, Dean Subekti, dan Priska Claudia yang memberikan dukungan serta
toleransi.
18. Teman-teman PGSD angkatan 2016 kelas B yang sudah berproses selama
perkuliahan ini.
19. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, karena keterbatasan
kemampuan peneliti. Maka peneliti terbuka akan segala kritik dan saran yang
membangun untuk skripsi ini. Peneliti berharap skripsi ini dapat memberikan
banyak manfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan.
Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................. Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 8
1.5 Definisi Operasional .................................................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 10
2.1 Kajian Pustaka ......................................................................................... 10
2.1.1 Teori Belajar ............................................................................................ 10
2.1.1.1 Teori Perkembangan Kognitif.................................................................. 10
2.1.1.2 Teori Pembelajaran Sosial ....................................................................... 13
2.1.2 Model Pembelajaran Inkuiri .................................................................... 15
2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri .................................................. 15
2.1.2.2 Macam-macam Model Pembelajaran Inkuiri........................................... 16
2.1.2.3 Manfaat Model Pembelajaran Inkuiri ...................................................... 17
2.1.2.4 Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing................................................. 17
2.1.2.5 Langkah-langkah Model Pembelajaran Inkuiri ....................................... 18
2.1.3 Kemampuan Berpikir Kritis ..................................................................... 20
2.1.3.1 Eksplanasi ................................................................................................ 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.1.3.2 Regulasi Diri ............................................................................................ 23
2.1.4 IPA………………………………………………………………...……25
2.1.5 Materi Pembelajaran ................................................................................ 25
2.1.5.1 Bentuk-bentuk Energi .............................................................................. 26
2.1.5.3 Perubahan Bentuk Energi ........................................................................ 26
2.1.5.4 Energi Alternatif ...................................................................................... 26
2.1.6 Penelitian-Penelitian Terdahulu yang Relevan ........................................ 27
2.1.6.1 Penelitian tentang Model Pembelajaran Inkuiri ....................................... 27
2.1.6.2 Penelitian tentang Berpikir Kritis ............................................................ 28
2.1.6.3 Literature Map ......................................................................................... 30
2.2 Kerangka Berpikir .................................................................................... 30
2.3 Hipotesis Penelitian ................................................................................. 32
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 33
3.1 Jenis Penelitian......................................................................................... 33
3.1.1 Penelitian Kuantitatif Eksperimental ....................................................... 33
3.1.2 Desain Penelitian ..................................................................................... 33
3.2 Setting Penelitian ..................................................................................... 35
3.2.1 Lokasi Penelitian ...................................................................................... 35
3.2.2 Waktu Penelitian ...................................................................................... 36
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................ 36
3.3.1 Populasi .................................................................................................... 36
3.3.2 Sampel...................................................................................................... 37
3.4 Variabel Penelitian ................................................................................... 37
3.4.1 Variabel Independen ................................................................................ 38
3.4.2 Variabel Dependen................................................................................... 38
3.1 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 38
3.6 Instrumen Penelitian ................................................................................ 39
3.7 Teknik Pengujian Instrumen .................................................................... 40
3.7.1 Uji Validitas ............................................................................................. 41
3.7.1.1 Validitas Permukaan ................................................................................ 41
3.7.1.2 Validitas Isi .............................................................................................. 41
3.7.1.3 Validitas Konstruk ................................................................................... 42
3.7.2 Uji Reliabilitas ......................................................................................... 43
3.8 Teknik Analisis Data................................................................................ 44
3.8.1 Uji Pengaruh Perlakuan ........................................................................... 44
3.8.1.1 Uji Asumsi ............................................................................................... 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
3.8.1.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ............................................................ 46
3.8.1.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ....................................................... 47
3.8.1.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ................................................................. 48
3.8.2 Analisis Lebih Lanjut ............................................................................... 50
3.8.2.1 Uji Persentase Peningkatan Rerata pretest ke Posttest ............................ 50
3.8.2.2 Besar Efek Peningkatan Rerata pretest ke Posttest ................................. 52
3.8.2.3 Uji Korelasi Rerata pretest dan Posttest .................................................. 53
3.9 Ancaman terhadap Validitas Internal....................................................... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 60
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................ 60
4.1.1 Hasil Implementasi .................................................................................. 60
4.1.1.1 Deskripsi Sampel Penelitian .................................................................... 60
4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran ..................................................... 61
4.1.2 Deskripsi Sebaran Data ............................................................................ 69
4.1.2.1 Kemampuan eksplanasi ........................................................................... 70
4.1.2.2 Kemampuan Regulasi diri........................................................................ 72
4.1.3 Uji Hipotesis Penelitian I ......................................................................... 73
4.1.3.1 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ............................................................ 74
4.1.3.2 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ....................................................... 76
4.1.3.3 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ................................................................. 80
4.1.3.4 Analisis Lebih Lanjut ............................................................................... 81
4.1.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II .............................................................. 88
4.1.4.1 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ............................................................ 89
4.1.4.2 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ....................................................... 91
4.1.4.3 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ................................................................. 95
4.1.4.4 Analisis Lebih Lanjut ............................................................................... 96
4.2 Pembahasan............................................................................................ 103
4.2.1 Analisis Pengaruh Kemampuan Eksplanasi ........................................... 108
4.2.2 Analisis Pengaruh Kemampuan Regulasi diri ....................................... 114
4.2.3 Analisis terhadap Ancaman Validitas Internal ...................................... 120
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 125
5.2 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 126
5.3 Saran…………………………………………………………………...126
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 127
LAMPIRAN ........................................................................................................ 133
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... 157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kemamapuan Berpikir Kritis menurut Facione……………...………... 22
Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data ……………………......……………………36
Tabel 3.2 Pemetaan Instrumen Penelitian …………..…………..………………..39
Tabel 3.3 Matrik Pengembangan Instrumen ……………………..……………....40
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Kemampuan Eksplanasi dan Regulasi
diri………………………………………………………………………………..43
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas ……..........……………………………………....44
Tabel 3.6 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan …………..………………………...50
Tabel 3.7 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan ……………..…………………...…50
Tabel 4.1 Frekuensi Sebaran Data Kelompok Kontrol Kemampuan eksplanasi.…70
Tabel 4.2 Frekuensi Sebaran Data Kelompok Eksperimen Kemampuan
eksplanasi……………………………………………………………………..….71
Tabel 4.3 Frekuensi Sebaran Data Kelompok Kontrol Kemampuan Regulasi
diri………………………………………………………………………..………72
Tabel 4.4 Frekuensi Sebaran Data Kelompok Eksperimen Kemampuan Regulasi
diri……………………………………………………………………..……...….73
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data ………………......……………....75
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Varian ……………..………………………….75
Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal ……......……………………...76
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Selisih Skor pretest – posttest….77
Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Varian Selisih Skor pretest-posttest ………..…78
Tabel 4.10 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ……………………..……79
Tabel 4.11 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan ……………………………….…80
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Skor pretest dan posttest ……....81
Tabel 4.13 Peningkatan Rerata pretest ke posttest ……………………………….82
Tabel 4.14 Uji Normalitas Data Skor setiap Item Soal ………………………..….85
Tabel 4.15 Peningkatan Skor setiap Item Soal pada pretest ke posttest …………..85
Tabel 4.16 Hasil Uji Besar Pengaruh Peningkatan pretest ke posttest …………....86
Tabel 4.17 Hasil Uji Korelasi Rerata Skor pretest ke posttest ……………………88
Tabel 4.18 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data …………………………………90
Tabel 4.19 Hasil Uji Homogenitas Varian ……………………………………….90
Tabel 4.20 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal ……………………………...91
Tabel 4.21 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Selisih Skor pretest – posttest …92
Tabel 4.22 Hasil Uji Homogenitas Varian Selisih Skor pretest-posttest …………93
Tabel 4.23 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ……………………….…93
Tabel 4.24 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan …………………………………95
Tabel 4.25 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Skor pretest dan posttest ………96
Tabel 4.26 Peningkatan Rerata pretest ke posttest …………………………….....97
Tabel 4.27 Uji Normalitas Data Skor setiap Item Soal …………………………..99
Tabel 4.28 Peningkatan Skor setiap Item Soal pada pretest ke posttest …………100
Tabel 4.29 Hasil Uji Besar Pengaruh Peningkatan pretest ke posttest …………101
Tabel 4.30 Hasil Uji Korelasi Rerata Skor pretest ke posttest …………………..102
Tabel 4.31 Ancaman dalam Penelitian ………………………………………….121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Proses Perkembangan Kognitif …………...…………………12
Gambar 2.2 Desain Zona Perkembangan Proksimal …………………………..…14
Gambar 2.3 Bagan Penelitian yang Relevan ……………………………………..30
Gambar 3.1 Desain Penelitian ……………………………………………………34
Gambar 3.2 Perhitungan Pengaruh Perlakuan ……………………………………35
Gambar 3.3 Desain Variabel Penelitian ………………………………………….38
Gambar 3.4 Rumus Besar Pengaruh Perlakuan Distribusi Data Normal …………49
Gambar 3.5 Rumus Besar Pengaruh Perlakuan Distribusi Data Tidak Normal …..49
Gambar 3.6 Rumus Persentase Pengaruh ………………………………………...49
Gambar 3.7 Rumus Persentase Peningkatan pretest ke posttest ……………….....50
Gambar 3.8 Rumus Gain Score …………………………………………………..51
Gambar 3.9 Rumus Besar Efek Peningkatan untuk Data Normal ………………...52
Gambar 3.10 Rumus Besar Efek Peningkatan untuk Data Tidak Normal ………..52
Gambar 3.11 Rumus Persentase Besar Efek Peningkatan ………………………..52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Signifikansi Pengaruh Perlakuan ……………………..………..……..79
Grafik 4.2 Perbandingan Rerata Selisih Skor pretest – posttest ………………..…80
Grafik 4.3 Peningkatan Rerata pretest ke posttest ……………………………..…82
Grafik 4.4 Gain Score Kemampuan EKsplanasi…………………………………83
Grafik 4.5 Peningkatan Rerata Skor setiap item pretest ke posttest ………………86
Grafik 4.6 Signifikansi Pengaruh Perlakuan ………………………………..……94
Grafik 4.7 Perbandingan Rerata Selisih Skor pretest – posttest …………………..95
Grafik 4.8 Peningkatan Rerata pretest ke posttest ………………………………..97
Grafik 4.9 Gain Score Kemampuan Regulasi Diri……………..…………………98
Grafik 4.10 Peningkatan Rerata Skor setiap item pretest ke posttest ……………101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian ……………………………………………....134
Lampiran 1.2 Surat Ijin Validitas Soal …………………………………………135
Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Eksperimen …………………………………..136
Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Kontrol ………………………………………141
Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ……144
Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol ………...154
Lampiran 2.5 Lembar Kerja Siswa ……………………………………………...162
Lampiran 3.1 Soal Uraian ………………………………………………………179
Lampiran 3.2 Kunci Jawaban …………………………………………………...187
Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian …………………………………………………190
Lampiran 3.4 Hasil Pekerjaan Siswa ……………………………………………195
Lampiran 3.5 Hasil Rekap Expert Judgement …………………………………..205
Lampiran 3.6 Hasil Uji Validitas oleh Expert Judgement ………………………207
3.6.1 Hasil Uji Validitas Permukaan oleh Expert Judgement …………………...207
3.6.2 Hasil Uji Validitas Isi oleh Expert Judgement …………………………….214
Lampiran 3.7 Tabulasi Data Uji Validitas dan Reliabilitas ……………………..226
Lampiran 3.8 Hasil SPSS Uji Validitas …………………………………………227
3.8.1 Hasil Uji Validitas Setiap Item Soal ………………………………………227
Lampiran 3.9 Hasil SPSS Uji Reliabilitas ………………………………………228
Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Kemampuan Eksplanasi Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen …………………………………………………………229
Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Kemampuan Regulasi diri Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen …………………………………………………………230
Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Distribusi Data ………………………231
4.3.1 Kemampuan Eksplanasi ………………………………………………...231
4.3.2 Kemampuan Regulasi diri ………………………………………………232
Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Homogenitas Varian Kemampuan Awal ………...234
4.4.1 Kemampuan Eksplanasi …………………………………………………..234
4.4.2 Kemampuan Regulasi diri ………………………………………………...234
Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal …………………...235
4.5.1 Kemampuan Eksplanasi …………………………………………………..235
4.5.2 Kemampuan Regulasi diri ………………………………………………...235
Lampiran 4.6 Hasil SPSS Uji Homogenitas Varian Selisih pretest ke posttest ….237
4.6.1 Kemampuan Eksplanasi …………………………………………………..237
4.6.2 Kemampuan Regulasi diri ………………………………………………...237
Lampiran 4.7 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ………………………238
4.7.1 Kemampuan Eksplanasi …………………………………………………..238
4.7.2 Kemampuan Regulasi diri ………………………………………………...239
Lampiran 4.8 Perhitungan Manual Besar Pengaruh Perlakuan …………………240
Lampiran 4.9 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata pretest ke posttest …241
4.9.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata pretest ke posttest …………..241
4.9.2 Hasil SPSS Peningkatan Rerata pretest ke Posttest ………………………242
4.9.2.1 Kemampuan Eksplanasi ………………………………………………...242
4.9.2.2 Kemampuan Regulasi diri ………………………………………………243
4.9.3 Perhitungan Persentase Gain Score ……………………………………….244
4.9.3.1 Tabulasi Gain Score Kemampuan Eksplanasi …………………………244
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
4.9.3.2 Perhitungan Persentase Gain Score ≥ 1,00 Kemampuan Eksplanasi ……244
4.9.3.3 Tabulasi Gain Score Kemampuan Regulasi diri ………………………...245
4.9.3.4 Perhitungan Persentase Gain Score ≥ Kemampuan Regulasi diri ………245
Lampiran 4.10 Hasil Perhitungan Manual Peningkatan Rerata pretest ke
posttest…………………………………………………………………………..246
4.10.1 Kemampuan Eksplanasi …………………………………………………246
4.10.1.1 Perhitungan Manual Peningkatan Rerata pretest ke Posttest …………246
4.10.2 Kemampuan Regulasi diri ………………………………………………247
4.10.2.1 Perhitungan Manual Peningkatan Rerata pretest ke Posttest …………..247
Lampiran 4.11 Hasil SPSS Uji Korelasi antara Rerata pretest ke Posttest ……...247
4.11.1 Kemampuan Eksplanasi …………………………………………………247
4.11.1.1 Uji Korelasi Kelompok Kontrol ……………………………………….247
4.11.1.2 Uji Korelasi Kelompok Eksperimen …………………………………..248
4.11.2 Kemampuan Regulasi diri ……………………………………………….248
4.11.2.1 Uji Korelasi Kelompok Kontrol ……………………………………….248
4.11.2.2 Uji Korelasi Kelompok Eksperimen …………………………………..248
Lampiran 4.12 Hasil SPSS Uji Peningkatan setiap Item Soal pretest ke Posttest .249
4.12.1 Kemampuan Eksplanasi …………………………………………………249
4.12.1.1 Kelompok Kontrol …………………………………………………….249
4.12.1.2 Kelompok Eksperimen ………………………………………………...250
4.12.2 Kemampuan Regulasi diri ……………………………………………….251
4.12.2.1 Kelompok Kontrol …………………………………………………….251
4.12.2.2 Kelompok Eksperimen ………………………………………………...252
Lampiran 4.13 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata pretest ke Posttest pada
setiap Item Soal …………………………………………………………………253
4.13.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata pretest ke Posttest pada setiap
Item Soal ………………………………………………………………………..253
Lampiran 4.14 Perhitungan Selisih Rerata Pretest ke Posttest pada Setiap Item
Soal.......................................................................................................................255
Lampiran 4.14.1 Kemampuan Eksplanasi………………………………………255
Lampiran 4.14.2 Kemampuan Regulasi Diri……………………………………255
Lampiran 5.1 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran ………………………..………256
Lampiran 5.2 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian …………….………..252
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Model pembelajaran merupakan salah satu hal yang penting dalam
menentukan pemahaman siswa terhadap sebuah materi pembelajaran. Salah satu
model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
adalah model pembelajaran inkuiri (Haryanti, 2016: 176). Berbagai penelitian
tentang penerapan model pembelajaran inkuiri yang berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir tingkat tinggi (Ramli, 2015: 14). Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan
berpikir kritis berbeda di setiap usia atau jenjang pendidikan. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap
kemampuan berpikir kritis khususnya aspek eksplanasi dan regulasi diri pada siswa
kelas IV SD.
Keterampilan berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir pada level
yang kompleks yang menggunakan proses analisis dan evaluasi (Gunawan,
2003: 177-178). Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan membuat
penilaian untuk tujuan tertentu yang menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi,
dan kesimpulan atas dasar bukti, konsep, model, kriteria, atau konteks tertentu yang
digunakan untuk menilai (Facione, 2010: 4). Salah satu contoh tindakan yang
menunjukkan keterampilan berpikir kritis adalah ketika seseorang melihat fakta,
mencari tahu informasi lebih lanjut, dan mencari kebenarannya saat menghadapi
sebuah permasalahan. Dalam kehidupan sehari-hari, hal tersebut bisa saja muncul
ketika seorang anak bertanya tentang apa saja yang mereka anggap kurang sesuai
dengan konsep yang sudah ia dapatkan dan terus berusaha mencari alasannya.
Berpikir kritis dibagi menjadi dua dimensi, yaitu dimensi kognitif dan dimensi
afektif. Contoh dari dimensi kognitif yaitu seseorang mampu menarik kesimpulan
yang tepat berdasarkan analisis dan bukti serta memberikan alasan-alasan atas
pengambilan keputusan tersebut. Sedangkan contoh dari dimensi afektif dalam
berpikir kritis adalah rasa ingin tahu terhadap berbagai permasalahan dan berusaha
untuk selalu mendapatkan informasi yang baik. Dimensi afektif menjadi sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
ciri-ciri dari seseorang yang sudah memiliki keterampilan berpikir kritis.
Sedangkan dimensi kognitif pada keterampilan berpikir kritis memiliki 6 aspek
yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri
(Facione 2010: 5).
Organization Economic Cooperation and Development (OECD) melalui
Program for International Student Assessment (PISA) yang dilakukan setiap tiga
tahun sekali, menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis pada siswa Indonesia
masih rendah. Tes PISA 2009 menunjukkan bahwa Indonesia berada pada
peringkat 57 dari 65 negara di dunia dengan nilai rata-rata sains 383 (OECD, 2010:
8). Pada tahun 2012, Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara dengan
nilai rata-rata sains 384 (OECD, 2013: 5). Pada hasil PISA tahun 2015 Indonesia
mengalami peningkatan yaitu berada pada peringkat 62 dari 70 negara dengan nilai
rata-rata sains 403 (OECD, 2016: 5). Sedangkan pada hasil PISA 2018 Indonesia
turun pada peringkat 73 dari 78 negara dengan nilai rata-rata sains 396 (OECD,
2019: 18). PISA menekankan terhadap kompetensi dan keterampilan siswa yang
diperoleh dari sekolah dan dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari (OECD, 2010). Soal-soal PISA menuntut
kemampuan pemecahan masalah dan penalaran, termasuk keterampilan berpikir
kritis (Fauzi & Abidin, 2019: 3). Dari data PISA, Indonesia masih mengalami
permasalahan yaitu rendahnya kemampuan berpikir kritis dan sains. Oleh sebab
itu, pembelajaran IPA dan kemampuan berpikir kritis perlu untuk diperhatikan lebih
mendalam.
Data dari World Economic Forum juga menyatakan bahwa rutinitas manual
dan keterampilan kognitif yang dibutuhkan oleh global semakin lama semakin
menurun. Hal tersebut berbanding terbalik dengan kemampuan interpersonal dan
analisis yang semakin dibutuhkan seiring berkembangkan teknologi otomatisasi
dan digitalisasi. Namun, hal ini tidak ikuti dengan sumber daya manusia yang
tersedia. Programme for the International Assessment of Adult Competencies
(PIAAC) menunjukkan bahwa 24 negara yang tergabung di dalamnya hanya
memiliki rata-rata 6% orang dewasa yang menunjukkan kemampuan tingkat tinggi
di lingkungan yang kaya teknologi (World Economic Forum, 2015: 1-2). Dari data
tersebut menandakan bahwa masyarakat dunia termasuk siswa Indonesia masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
belum menggunakan pemikiran kritis tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk
menjelaskan dan kemampuan untuk merefleksi tindakan.
Kemampuan menjelaskan suatu topik, memberikan alasan, dan
merefleksikan cara berpikir penting dimiliki oleh siswa. Kemampuan tersebut
terdapat dalam dua aspek berpikir kritis yaitu eksplanasi dan regulasi diri.
Eksplanasi merupakan kemampuan memberikan sebuah keyakinan dan hasil yang
koheren dari sebuah alasan serta memampukan seseorang untuk melihat gambaran
besar (Facione, 2010: 7). Kemampuan eksplanasi memiliki tiga indikator yaitu
menjelaskan hasil penalaran, membenarkan prosedur, dan memaparkan argumen-
argumen yang digunakan (Facione, 2010: 7). Manfaat dari kemampuan eksplanasi
adalah memampukan siswa untuk menjelaskan atau menguraikan sebuah konsep
menggunakan berbagai cara yang siswa miliki. Seseorang yang memiliki
kemampuan eksplanasi juga unggul dalam berargumen, meyakinkan orang lain, dan
menerjemahkan sebuah konsep dengan tepat.
Kemampuan regulasi diri adalah kemampuan yang secara sadar memonitor
aktivitas kognitifnya sendiri, unsur-unsur yang digunakan dalam aktivitas tersebut,
dan hasil-hasilnya dengan menganalisis dan mengevaluasi proses kognitif yang
terjadi sehingga dapat mempertanyakan, menegaskan, atau mengoreksi cara
berpikirnya sendiri (Facione, 2010: 7). Indikator dari regulasi diri adalah refleksi
diri dan koreksi diri (Facione, 2010: 7). Refleksi diri adalah kemampuan menilai
tindakan dan pemikiran sendiri ataupun pemikiran orang lain secara objektif.
Koreksi diri yaitu seseorang dapat menemukan kesalahan atau kekurangan dari
suatu pendapat, konsep, atau pemikiran sendiri kemudian dapat mengatasi
kesalahan atau kekurangan tersebut dengan mencari penyebabnya terlebih dahulu.
Manfaat dari kemampuan meregulasi diri adalah mampu melihat kesalahan-
kesalahan pada diri sendiri terkait suatu tindakan, unggul dalam menyusul langkah-
langkah yang tepat dalam bekerja, dan cepat dalam mencari penyebab dari suatu
hal. Kemampuan eksplanasi dan regulasi diri yang merupakan bagian dari
keterampilan berpikir kritis yang penting untuk dimiliki anak agar siap menghadapi
tantangan abad 21.
World economic forum menjabarkan keterampilan abad 21 menjadi tiga
aspek yaitu literasi dasar, kompetensi, dan kualitas karakter. Kompetensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
menggambarkan bagaimana siswa menghadapi tantangan yang kompleks.
Kemampuan berpikir kritis merupakan satu dari empat kemampuan yang
mendorong seseorang memiliki kompetensi yang sesuai dengan tuntutan abad 21.
Kompetensi dalam bentuk kemampuan berpikir kritis sangat penting bagi tenaga
kerja abad ke-21 (World Economic Forum, 2015: 1-2). Oleh sebab itu, kemampuan
eksplanasi dan regulasi diri yang merupakan aspek dari kemampuan berpikir kritis
perlu diterapkan lebih awal yaitu pada jenjang sekolah dasar (SD) yang memiliki
rentang usia 7-12 tahun. Menurut Jean Piaget, rentang usia 7-12 tahun masuk dalam
tahap perkembangan kognitif operasional konkret. Anak-anak pada tahap
perkembangan operasional konkret dapat membentuk konsep, melihat hubungan,
dan memecahkan masalah, tetapi hanya sejauh mereka melibatkan objek dan situasi
yang sudah dikenal (Slavin, 2008: 51).
Pembelajaran yang dialami oleh anak juga tidak terlepas dari peran sosial di
sekitarnya. Hal tersebut selaras dengan teori Vygotsky yang menyatakan bahwa
banyak proses berpikir yang kompleks berakar pada interaksi sosial. Vygotsky
percaya bahwa pengaruh sosial penting bagi perkembangan proses berpikir anak.
Anak dapat mengerjakan tugas yang menantang bila dibimbing oleh seseorang yang
lebih kompeten dan lebih maju daripada mereka (Ormrod, 2008: 57-58). Keyakinan
tersebut mendorong munculnya istilah ZPD dalam teori Vygotsky. ZPD adalah
rentang tugas yang tidak dapat diselesaikan anak secara mandiri namun dapat
diselesaikan dengan bantuan dan bimbingan orang lain (Ormrod, 2008: 58).
Pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan teori-teori perkembangan ini
terutama pada mata pelajaran IPA yang berkaitan dengan pengalaman nyata dalam
belajar dan membutuhkan kemampuan berpikir kritis.
Pada jenjang Sekolah Dasar (SD), keterampilan berpikir kritis dibutuhkan
untuk pemecahan masalah dalam berbagai mata pelajaran khususnya Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA). IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif
tentang alam semesta dengan segala isinya (Samatowa, 2011: 2). IPA sangat
diperlukan untuk dipelajari sejak jenjang SD. Empat alasan perlunya IPA diajarkan
di SD yaitu, 1) Kesejahteraan materiil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada
kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA karena IPA merupakan dasar dari
teknologi, 2) IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberi kesempatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
berpikir kritis, 3) IPA bukan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka karena
dapat dipelajari melalui percobaan, dan 4) Mempunyai potensi yang dapat
membentuk kepribadian anak secara keseluruhan (Samatowa, 2011: 3). Alasan-
alasan tersebut membuat IPA menjadi salah satu mata pelajaran yang memberikan
banyak ruang kepada anak untuk mampu berpikir kritis melalui kegiatan nyata
dalam eksperimen.
Pemasalahan mengenai rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa bisa
dipengaruhi oleh pola pendidikan yang tidak memberikan kesempatan siswa untuk
berkembang seperti pola pendidikan gaya bank. Pola pendidikan gaya bank
(Banking System Education) membuat pembelajaran didominasi oleh guru. Pola
pendidikan ini tidak membentuk kesadaran kritis siswa (Suprijono, 2016: 25). Oleh
sebab itu, perlu adanya perubahan pola pendidikan yang mengubah pembelajaran
menjadi lebih bermakna bagi siswa dan memberikan ruang kepada siswa untuk
mengembangkan pemikiran kritisnya. Perubahan pola pendidikan bisa melalui
penggunaan model pembelajaran yang tepat sehingga meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar
merencanakan aktivitas belajar mengajar (Soekanto dalam Suprijono, 2016: 53).
Model pembelajaran inkuiri diyakini mampu mendorong siswa untuk
terlibat aktif dalam proses belajar mengajar, serta menempatkan siswa sebagai
subjek pembelajaran, yang berarti bahwa siswa memiliki andil besar dalam
pembelajaran. Penekanan utama dalam proses belajar berbasis inkuiri terletak pada
kemampuan siswa untuk memahami, kemudian mengidentifikasi dengan cermat
dan teliti, lalu diakhiri dengan memberikan jawaban atau solusi atas permasalahan
yang tersaji (Anam, 2015: 7-8). Model pembelajaran ini cocok digunakan dalam
mengajarkan mata pelajaran IPA. Ada empat tingkatan dalam inkuiri, yaitu inkuiri
terkontrol, inkuiri terbimbing, inkuiri terencana, dan inkuiri bebas (Anam, 2015:
16). Tingkatan inkuiri yang cocok digunakan di jenjang Sekolah Dasar adalah
inkuiri terbimbing. Pada inkuiri terbimbing siswa bekerja untuk menemukan
jawaban terhadap masalah yang dikemukakan oleh guru di bawah bimbingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
intensif dari guru (Anam, 2015: 17). Peneliti memilih model pembelajaran inkuiri
terbimbing yang sesuai dengan subjek penelitian.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing menempatkan guru sebagai
pemancing siswa untuk melakukan sesuatu. Beberapa karakteristik dari inkuiri
terbimbing yaitu (1) siswa mengembangkan kemampuan berpikir, (2) sasarannya
adalah mempelajari proses mengamati dan generalisasi, (3) guru mengontrol bagian
tertentu dari pembelajaran, (4) tiap siswa membangun pola yang bermakna
berdasarkan hasil observasi, (5) kelas sebagai laboratorium pembelajaran, (6)
generalisasi tertentu akan diperoleh dari siswa, dan (7) Guru memotivasi siswa
untuk mengomunikasikan hasil generalisasinya (Orlich dalam Anam, 2015: 18).
Pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan tujuh langkah, yaitu orientasi,
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik
kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan melakukan evaluasi. Melalui model
pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan siswa bisa mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis, atau mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental (Anam, 2015: 14).
Model pembelajaran inkuiri ini telah diteliti oleh beberapa peneliti
sebelumnya. Penelitian terdahulu yang relevan telah dilakukan oleh Meidawati
(2014). Hasil dari penelitian ini menunjukkan pendekatan pembelajaran inkuiri
terbimbing berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa. Penelitian lain dilakukan oleh Nurhidayati, Zubaidah, dan Indriwati (2015).
Hasil dari penelitiannya menunjukkan adanya pengaruh metode inkuiri terbimbing
terhadap aktivitas dan hasil belajar biologi. Rismawati, Sinon, Yusuf, dan
Widyaningsih (2017) meneliti penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap
keterampilan proses sains. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan pada siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran
inkuiri terbimbing.
Penelitian terhadap keterampilan berpikir kritis juga sudah dilakukan
sebelumnya. Ardiyanti dan Winarti (2013) meneliti pengaruh model pembelajaran
berbasis fenomena untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa sekolah
dasar. Hasil dari penelitian menunjukkan model pembelajaran berbasis fenomena
melalui metode demonstrasi-eksperimen berpengaruh terhadap keterampilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
berpikir kritis. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Sakti, Hartanto, dan
Dharmayana (2017) yang meneliti tentang pengaruh pendekatan open-ended
terhadap kemampuan berpikir kritis matematis di sekolah menengah kejuruan.
Hasil dari penelitian menunjukkan adanya pengaruh pendekatan open ended yang
signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Laili dan Azizah
(2015) meneliti mengimplementasikan model pembelajaran berbasis masalah
(PBM) untuk melatih keterampilan berpikir kritis dan self efficacy pada materi
pokok faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi kelas XI SMA Negeri 4
Sidoarjo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis
masalah berpengaruh pada kemampuan berpikir kritis dan self efficacy.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, subjek penelitian yang
digunakan lebih banyak berasal dari jenjang SMP dan SMA. Selain itu, pada
penelitian tentang kemampuan berpikir kritis belum ada yang menggunakan
indikator kemampuan berpikir kritis dari Facione. Maka dari itu penelitian ini lebih
difokuskan pada pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap dua aspek berpikir
kritis menurut kerangka teoritis dari Facione (2010) yaitu eksplanasi dan regulasi
diri dengan subjek penelitian siswa SD.
Penelitian ini dibatasi hanya pada pengaruh penerapan model pembelajaran
inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir kritis menurut Facione yaitu pada
aspek eksplanasi dan regulasi diri siswa kelas IV SD Joannes Bosco Yogyakarta.
Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif eksperimen dengan jenis quasi
eksperimen tipe non-equivalent pretest-posttest group design. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di SD tersebut dengan
22 siswa sebagai sampel kelompok eksperimen yaitu kelas IV musikal 3 dan kelas
IV musikal 1 sebanyak 21 siswa sebagai sampel kelompok kontrol. Implementasi
pembelajaran dilakukan dalam rentang waktu dua minggu. Materi yang digunakan
adalah materi energi dengan kompetensi dasar 3.5 mengidentifikasi berbagai
sumber energi, perubahan bentuk energi, dan sumber energi alternatif (angin, air,
matahari, panas bumi, bahan bakar organik, dan nuklir) dalam kehidupan sehari-
hari semester ganjil tahun ajaran 2019/2020.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah penerapan model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap
kemampuan eksplanasi siswa kelas IV SD Joannes Bosco Yogyakarta?
1.2.2 Apakah penerapan model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap
kemampuan regulasi diri siswa kelas IV SD Joannes Bosco Yogyakarta?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap
kemampuan eksplanasi siswa kelas IV SD Joannes Bosco Yogyakarta.
1.3.2 Mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap
kemampuan regulasi diri siswa kelas IV SD Joannes Bosco Yogyakarta.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Memberikan pengetahuan dan pengalaman langsung dalam penerapan
model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan eksplanasi dan regulasi
diri sehingga dapat menjadi bekal untuk masa depan.
1.4.2 Bagi Siswa
Memperoleh pengalaman belajar menggunakan model pembelajaran inkuiri
yang mempengaruhi kemampuan eksplanasi dan regulasi diri mereka.
1.4.3 Bagi Guru
Menambah pengetahuan dalam mengimplementasikan model pembelajaran
inkuiri yang mempengaruhi kemampuan eksplanasi dan regulasi diri
sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran di sekolah.
1.4.4 Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat menjadi referensi dan pengetahuan baru mengenai
model pembelajaran inkuiri yang berpengaruh terhadap kemampuan
eksplanasi dan regulasi diri siswa sehingga dapat di terapkan di sekolah.
1.5 Definisi Operasional
1.5.1 Model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang mendorong
siswa untuk aktif menemukan sendiri jawaban dari pertanyaan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
diajukan secara terbimbing dengan menggunakan tujuh langkah, yaitu
orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan
eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan melakukan
evaluasi.
1.5.2 Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi yang
ditandai dengan meninjau kembali isu-isu yang ada, lalu mengambil
kesimpulan yang tepat dengan 6 indikator, yaitu interpretasi, analisis,
evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri.
1.5.3 Kemampuan eksplanasi adalah kemampuan untuk menjelaskan sebuah
penalaran, menguraikan langkah-langkah, dan memperbaiki prosedur yang
ada.
1.5.4 Kemampuan regulasi diri adalah kemampuan untuk melihat kembali diri
sendiri tentang apa yang sudah dilakukan, mengambil nilai-nilai dari
tindakan yang sudah dilakukan dan mengoreksi diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II ini berisi kajian pustaka, penelitian terdahulu yang relevan, kerangka
berpikir, dan hipotesis penelitian. Dalam kajian pustaka akan dibahas teori-teori
yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian. Penelitian terdahulu yang relevan
berisi penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
Selanjutnya dirumuskan kerangka berpikir dan hipotesis penelitian yang berisi
dugaan sementara atau jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Teori Belajar
Teori belajar merupakan prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling
berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta atau penemuan yang
berkaitan dengan peristiwa belajar (Wheeler dkk dalam Khodijah, 2014: 63). Teori
belajar yang mendukung untuk penelitian ini adalah teori belajar konstruktivisme.
Teori belajar konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan selalu mengalami
perubahan sejalan dengan proses asimilasi dan akomodasi, karena itu guru harus
memberikan kesempatan pada pembelajar untuk membangun konsep yang akurat
tentang pengetahuan tersebut (Khodijah, 2014: 80-81). Dalam teori belajar
konstruktivisme, terdapat teori perkembangan kognitif oleh Jean Piaget dan teori
pembelajaran sosial oleh Lev Semyonovich Vygotsky. Dua teori tersebut
merupakan bagian dari teori belajar konstruktivisme yang mendukung dalam
penelitian ini.
2.1.1.1 Teori Perkembangan Kognitif
Perkembangan merujuk pada bagaimana orang tumbuh, menyesuaikan diri,
dan berubah sepanjang perjalanan hidup mereka, melalui perkembangan fisik,
perkembangan kepribadian, perkembangan sosioemosional, perkembangan
kognitif (pemikiran), dan perkembangan bahasa (Slavin, 2008: 40). Perkembangan
kognitif berfokus pada terbentuknya pemikiran manusia pada peringkat yang
tertinggi, serta mendeskripsikan peristiwa dan kondisi yang dibutuhkan untuk
mencapai peringkat tersebut (Gredler, 2011: 321). Salah satu pencetus teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
perkembangan kognitif adalah Jean Piaget (1896-1980). Jean Piaget adalah seorang
filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan dari Swiss (Ibda, 2015: 27). Menurut
Piaget perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan
interaksi aktif anak dengan lingkungan.
Piaget menekankan bahwa adanya proses yang sangat penting dalam
perkembangan anak yaitu skema, asimilasi dan akomodasi, organisasi, dan
keseimbangan. Skema yang dimaksud oleh Piaget adalah kelompok tindakan atau
pikiran yang serupa dan terorganisasi, yang digunakan secara berulang dalam
rangka merespon lingkungan. Seiring berjalannya waktu, skema-skema yang
dimiliki anak akan dimodifikasi melalui pengalaman, dan menjadi terintegrasi satu
sama lain (Ormrod, 2009: 41). Dalam proses pembentukan skema yang lebih baik,
anak mengalami asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika anak
menyesuaikan perilakunya ke dalam skema yang sudah ia miliki (Santrock, 2014:
44). Contohnya ketika pertama kali anak dapat menjemur baju berdasarkan skema
awalnya yaitu kegiatan menjemur baju yang pernah mereka lihat. Ketika menjemur
baju, baju tersebut jatuh karena angin kencang. Ia mencari cara yaitu menggunakan
penjepit baju. Penyesuaian tersebut menandakan adanya sedikit kemampuan
mengubah konsepsi. Penyesuaian ini disebut akomodasi. Pengalaman-pengalaman
tersebut diatur dalam otak anak sehingga terjadi proses organisasi.
Organisasi merupakan pengelompokan perilaku dan pikiran yang terisolasi ke
dalam sistem yang lebih tinggi. Perkembangan organisasi ini secara terus-menerus
merupakan bagian inheren dari perkembangan. Seiring berjalannya waktu, anak
akan berpindah dari satu tahap pemikiran ke tahap pemikiran berikutnya.
Mekanisme perpindahan tersebut dinamakan sebagai ekuilibrium. Ekuilibrium
merupakan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Ketika anak
menghadapi situasi baru yang tidak bisa dijelaskan dengan pengaturan diri yang
sudah ada, anak mengalami sensasi disekuilibrium yang tidak menyenangkan.
Disekuilibrium merupakan keadaan tidak seimbang antara asimilasi dan
akomodasi. Ketika anak merasa tidak seimbang dan tidak nyaman maka anak akan
berusaha menuju kondisi yang seimbang (ekuilibrium). Perpindahan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
disekuilibrium menuju ekuilibrium disebut ekuilibrasi (Suparno, 2012: 32). Berikut
merupakan bagan tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget:
(Sumber: https://www.slideshare.net/satyayoga96/belajar-dan-pembelajaran-kognitif-dan-
konstruktivisme-59658784)
Gambar 2.1 Bagan Proses Perkembangan Kognitif
Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang
baru dilahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat
perkembangan kognitif (Al-Tabany, 2014: 30). Masing-masing tahap dicirikan oleh
kemunculan kemampuan dan cara mengolah informasi yang baru (Slavin, 2011:
42). Empat tingkat perkembangan kognitif tersebut, yaitu :
a. Tahap Sensorimotor (0 – 2 tahun)
Tahap sensorimotor adalah tahap ketika bayi belajar tentang sekelilingnya
dengan menggunakan indera dan kemampuan motoriknya (Slavin, 2011: 46).
Tahap ini dicirikan oleh tidak adanya bahasa. Anak pada tahap ini bersikap
egosentris. Segala sesuatu dilihat berdasarkan kerangka referensi dirinya sendiri,
dan dunia psikologis mereka adalah satu-satunya dunia yang ada.
b. Tahap Pra-operasional (2 – 7 tahun)
Selama tahap pra-operasional, bahasa dan konsep anak berkembang dengan
kecepatan yang luar biasa. Karakteristik dalam tahap perkembangan ini adalah 1)
keterpusatan (centration) yaitu anak memberikan perhatian pada satu aspek. 2)
Reversibilitas yaitu kemampuan merubah arah pemikiran seseorang sehingga
orang dapat kembali ke titik semula. 3) egosentris yaitu anak memandang bahwa
setiap orang melihat dunia ini tepat seperti yang mereka lihat (Slavin, 2011: 48-
49).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
c. Tahap Operasional Konkret (7 – 12 tahun)
Anak mengembangkan kemampuan untuk mempertahankan (koservasi),
kemampuan mengelompokkan secara memadai, melakukan pengurutan, dan
menangani konsep angka, namun harus tetap diarahkan pada kejadian real yang
diamati anak. Anak pada tahap ini dapat membentuk konsep sejauh jika mereka
melibatkan objek dan situasi yang sudah tidak asing lagi (Slavin, 2011: 50).
d. Tahap Operasional Formal (13 – 15 tahun)
Anak-anak bisa menangani situasi hipotesis, dan proses berpikir mereka tak
lagi tergantung hanya pada hal-hal yang langsung dan riil. Pemikiran pada tahap ini
semakin logis (Hergenhahn & Olson, 2008: 318).
Teori Piaget membantu manusia mengetahui tahap perkembangan kognitifnya
berdasarkan level yang ada. Dengan demikian, guru juga dapat mengetahui tahap
perkembangan kognitif anak serta mampu menentukan pembelajaran dan perlakuan
yang sesuai perkembangan kognitifnya. Siswa kelas empat Sekolah Dasar (SD)
memiliki rentang usia 10-12 tahun yang berada dalam tahap operasional konkret.
Oleh sebab itu, pengajaran untuk siswa kelas empat SD tidak bisa terlepas dari
lingkungan real serta pengalaman belajar yang konkret.
2.1.1.2 Teori Pembelajaran Sosial
Faktor sosial seperti lingkungan sekolah, rumah, guru, orang tua dan teman
sebaya akan memberikan pengaruh pada proses belajar anak. Saat ini pembelajaran
tidak dapat lepas dengan lingkungan sosial yang ada. Maka faktor sosial merupakan
penentu yang penting bagi terlaksananya pembelajaran yang bermakna. Hal ini
selaras dengan teori pembelajaran sosial yang dikemukakan oleh Lev Semyonovich
Vygotsky (1895-1934). Vygotsky adalah seorang psikolog berkebangsaan Rusia
yang meyakini bahwa orang-orang dewasa di masyarakat mendorong
perkembangan kognitif anak secara sengaja dan sistematis. Vygotsky menekankan
pentingnya masyarakat dan budaya dalam mendorong pertumbuhan kognitif
sehingga teorinya disebut sebagai perspektif sosiokultural (Ormrod, 2008: 55).
Teori perkembangan kognitif Vygotsky berkaitan dengan kemampuan dalam
mengkonstruksi berbagai pengalaman aktual hasil interaksi individu dengan
lingkungan di sekitarnya (Jamaris, 2013: 141). Banyak proses berpikir yang
kompleks berakar pada interaksi sosial ini. Saat anak memperbincangkan berbagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
objek, peristiwa, tugas, dan masalah dengan orang-orang dewasa atau individu
berpengetahuan, anak secara berangsur-angsur menggabungkan ke dalam pikiran
mereka. Seiring waktu, anak perlahan-lahan menginternalisasikan arahan orang
dewasa sehingga pada akhirnya mereka memberikan arahan kepada diri mereka
sendiri (Ormrod, 2008: 57).
Menurut Vygotsky, anak dapat mengerjakan tugas yang menantang bila
dibimbing oleh seseorang yang lebih kompeten dan lebih maju daripada mereka.
Tugas yang menantang akan mendorong pertumbuhan kognitif yang maksimum
(Ormrod, 2008: 58). Vygotsky percaya bahwa pembelajaran terjadi ketika anak-
anak bekerja dalam Zona Perkembangan Proksimal mereka Zzone of Proximal
Development/ ZPD)(Slavin, 2008: 60). ZPD digambarkan dalam desain sebagai
berikut.
Gambar 2.2 Desain Zona Perkembangan Proksimal
Zona Perkembangan Proksimal (ZPD) adalah zona yang berada di antara
tingkat perkembangan aktual yaitu batas atas tugas yang dapat dikerjakan anak
secara independen, tanpa bantuan orang lain dan tingkat perkembangan potensial
yaitu batas atas tugas yang dapat dikerjakan anak dengan bimbingan seorang
individu yang lebih kompeten (Ormrod, 2008: 58). ZPD setiap anak secara alamiah
berkembang seiring waktu; saat sejumlah tugas telah dikuasai anak, tugas-tugas
yang lebih rumit akan menggantikan tugas-tugas yang telah dikuasai tersebut.
Dukungan bisa berasal dari individu-individu yang lebih terampil (Ormrod, 2008:
59). Gagasan kunci dalam ZPD yaitu scaffolding yang merupakan bantuan
sementara yang diberikan oleh teman atau orang dewasa yang lebih kompeten
(Slavin, 2008: 60-61). Scaffolding sering digunakan orang dewasa atau individu
Dapat dilakukan anak tanpa bantuan
(zona perkembangan aktual)
Dapat dilakukan anak dengan bimbingan
(zona perkembangan proksimal)
Tidak dapat dilakukan anak
(zona perkembangan potensial)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
yang lebih kompeten untuk memberikan sejumlah bimbingan atau arahan yang
membantu anak melakukan tugas-tugas dalam ZPD mereka. Saat siswa menjadi
semakin cakap dalam mengerjakan suatu tugas, scaffolding dimodifikasi untuk
memelihara kemampuan yang baru saja muncul. Seiring berjalannya waktu,
scaffolding secara berangsur-angsur dihentikan hingga siswa dapat sepenuhnya
menyelesaikan tugas secara mandiri (Ormrod, 2008: 63).
Scaffolding sebagai pendukung dalam zona perkembangan proksimal ini
sangat penting bagi siswa kelas IV SD agar mereka mengalami pembelajaran yang
bermakna. Langkah untuk menggiring siswa menuju zona perkembangan proksimal
adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar mendorong
pertumbuhan kognitif yang maksimal. Model pembelajaran inkuiri merupakan
salah satu solusi untuk memberikan scaffolding kepada siswa. Interaksi sosial
terjadi dalam model pembelajaran inkuiri yaitu interaksi antara siswa dengan siswa
maupun siswa dengan guru, dalam upaya menemukan pemecahan masalah ataupun
konsep. Proses scaffolding juga terjadi dalam pembelajaran inkuiri saat guru
memberi bantuan sementara, seperti memberikan permasalahan yang harus
dipecahkan atau pertanyaan pendukung yang membimbing siswa untuk melakukan
sebuah percobaan.
2.1.2 Model Pembelajaran Inkuiri
2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri berasal dari kata to inquire (inquiry) yang berarti ikut serta atau
terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan
melakukan penyelidikan. Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada
pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis (Hamdayama,
2014: 31). Definisi lain dari model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran
yang mendorong siswa untuk mencari dan menemukan sendiri (Anam, 2015: 7).
Dalam model pembelajaran inkuiri, siswa ditempatkan sebagai subjek
pembelajaran, yang berarti bahwa siswa memiliki andil besar dalam menentukan
suasana dan model pembelajaran. Peranan guru dalam pembelajaran dengan model
pembelajaran inkuiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah
memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan.
Meskipun demikian, dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi
siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih
diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah
harus dikurangi (Nugroho, Suparmi, & Sarwanto, 2012: 237).
Model pembelajaran inkuiri membuat siswa tidak lagi berada dalam lingkup
pembelajaran telling science akan tetapi didorong hingga bisa doing science (Anam,
2015: 8-9). Tiga ciri pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri yaitu
1) menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, 2) seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari
dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief), 3) mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental (Hosnan, 2014: 341).
2.1.2.2 Macam-macam Model Pembelajaran Inkuiri
Model pembelajaran inkuiri dibagi dalam 3 macam yaitu: 1) guided inquiry
(inkuiri terbimbing) merupakan pelaksanaan discovery dan inkuiri yang dilakukan
atas petunjuk atau bimbingan dari guru. Keduanya, dimulai dari pertanyaan inti,
guru mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak, dengan tujuan untuk
mengarahkan siswa ke titik kesimpulan yang diharapkan. Kemudian siswa
melakukan percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakannya. (2)
Free inquiry (inkuiri bebas) yaitu siswa melakukan penyelidikan bebas
sebagaimana seorang ilmuan, antara lain merumuskan masalah sendiri,
melakukan penyelidikan sendiri dan menarik kesimpulan yang diperoleh dengan
mandiri. (3) Modified free inquiry (inkuiri bebas yang dimodifikasi) yaitu
permasalahan yang diajukan guru didasarkan pada teori yang sudah dipahami
siswa. Siswa melakukan peyelidikan dalam rangka membuktikan kebenaran atas
teori atau permasalahan tersebut (Stund & Trowbridge dalam Mulyasa, 2006: 109).
Salah satu faktor yang menentukan penggunaan model pembelajaran inkuiri
agar berjalan dengan baik dan tepat sasaran adalah tingkat usia dan kemampuan
kognitif siswa. Pembelajaran kelas IV SD lebih tepat menggunakan guided inquiry
karena siswa masih membutuhkan bimbingan dan pengarahan dari guru. Guru
dalam guided inquiry memiliki peran sebagai scaffolding yang membantu siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
dalam melewati langkah-langkah eksperimen sehingga nantinya siswa mampu
melangkah dari zone of actual development menuju zone of potential development.
2.1.2.3 Manfaat Model Pembelajaran Inkuiri
Model pembelajaran inkuiri dianggap sebagai model pembelajaran yang
unggul dalam mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Hal tersebut dapat
dilihat dari kebermanfaatan model pembelajaran inkuiri. Berikut adalah manfaat
dari model pembelajaran inkuiri (Anam, 2015: 15-16).
a. Real life skills: siswa dapat belajar tentang hal-hal penting namun mudah
dilakukan, siswa didorong untuk ‘melakukan’.
b. Open-ended topic: siswa dapat menpelajari tema yang tidak terbatas dan dapat
bersumber dari mana saja.
c. Melatih intuitif, imajinatif, dan inovatif: siswa mampu belajar dengan
mengerahkan seluruh potensi yang mereka miliki, mulai dari kreativitas hingga
imajinasi. Siswa akan belajar karena mereka membutuhkan, bukan sekadar
kewajiban.
d. Memiliki peluang melakukan penemuan: dengan berbagai observasi dan
eksperimen, siswa memiliki peluang besar untuk melakukan penemuan. Siswa
akan segera mendapat hasil dari materi atau topik yang mereka pelajari.
2.1.2.4 Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Guided inquiry (inkuiri terbimbing) merupakan kegiatan inkuiri yang
mendorong siswa bekerja (bukan hanya duduk, mendengar, lalu menulis) untuk
menemukan jawaban terhadap masalah yang dikemukakan oleh guru di bawah
bimbingan yang intensif dari guru (Anam, 2015: 17). Dalam guided inquiry,
masalah yang harus dipecahkan oleh siswa berasal dari guru. Pemecahan masalah
dilakukan dengan membimbing siswa untuk menemukan cara terbaik dan secara
hati-hati untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang mereka hadapi.
Berdasarkan pendapat ahli yang telah disampaikan sebelumnya, peneliti
mengartikan bahwa inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran yang
kegiatannya melibatkan guru dan siswa, guru berperan sebagai fasilitator dan
membimbing siswa dalam menyajikan permasalahan yang akan dipecahkan oleh
siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Karakteristik dari inkuiri terbimbing yang perlu diperhatikan yaitu, 1) Siswa
mengembangkan kemampuan berpikir kritis melalui observasi spesifik hingga
membuat inferensi atau generalisasi. 2) Sasarannya adalah mempelajari proses
mengamati kejadian atau objek kemudian menyusun generalisasi yang sesuai. 3)
Guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran misalnya kejadian, data, materi
dan berperan sebagai pemimpin kelas. 4) Tiap-tiap siswa berusaha untuk
membangun pola yang bermakna berdasarkan hasil observasi di dalam kelas. 5)
Kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran. 6) Biasanya
sejumlah generalisasi tertentu akan diperoleh dari siswa. 7) Guru memotivasi semua
siswa untuk mengomunikasikan hasil generalisasinya sehingga dapat dimanfaatkan
oleh seluruh siswa dalam kelas (Orlich dalam Anam, 2015: 18).
2.1.2.5 Langkah-langkah Model Pembelajaran Inkuiri
Terdapat langkah-langkah pembelajaran inkuiri menurut beberapa ahli. Berikut
langkah-langkah pembelajaran inkuiri (Alberta Learning dalam Sani, 2014: 93).
a. Perencanaan (planning), yang mencakup pembuatan rencana untuk melakukan
inkuiri. Guru dan siswa perlu menentukan topik inkuiri dan memilih sumber
belajar atau sumber informasi yang diperlukan.
b. Mencari informasi (retrieving), yang mencakup pengumpulan dan pemilihan
informasi serta mengevaluasi informasi.
c. Mengolah (processing), yang mencakup analisis informasi dengan mencari
hubungan dan melakukan inferensi.
d. Mengkreasi (creating), yang mencakup kegiatan mengelola informasi,
mengkreasikan produk, dan memperbaiki produk.
e. Berbagi (sharing), mencakup komunikasi atau paparan hasil kepada audien.
f. Mengevaluasi (evaluating), mencakup aktivitas evaluasi produk dan proses
inkuiri yang telah dilakukan.
Langkah-langkah model pembelajaran inkuiri juga dikemukakan oleh Hosnan.
Langkah-langkah tersebut meliputi a) orientasi, b) merumuskan masalah, c)
merumuskan hipotesis, d) mengumpulkan data, e) menguji hipotesis, f)
merumuskan kesimpulan (Hosnan, 2014: 342-344).
Mulyasa juga mengemukakan bahwa model pembelajaran inkuiri
merupakan metode penyelidikan yang melibatkan proses mental dengan kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam, merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, merancang dan melakukan eksperimen, mengumpulkan dan
menganalisis data, menarik kesimpulan dengan mengembangkan sikap ilmiah,
yaitu objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan dan bertanggung jawab
(Mulyasa, 2007: 109).
Berdasarkan penjelasan di atas, langkah-langkah pembelajaran inkuiri yang
digunakan dalam penelitian ini adalah orientasi, merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, merancang dan melakukan eksperimen, menarik
kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan evaluasi.
a. Orientasi
Orientasi merupakan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran
yang responsif. Pada langkah ini, pendidik mengkondisikan agar siswa siap
melaksanakan proses belajar (Hosnan, 2014: 342).
b. Merumuskan Masalah
Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk
berpikir memecahkan teka-teki itu. Proses mencari jawaban itulah yang sangat
penting dalam pembelajaran inkuiri. Oleh sebab itu, melalui proses ini siswa akan
memperoleh pengalaman yang sangat berharga untuk mengembangkan mental
(Hosnan, 2014: 342).
c. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji. Hipotesis perlu diuji kebenarannya. Perumusan hipotesis harus memiliki
landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat
rasional dan logis (Hosnan, 2014: 343).
d. Melakukan Eksperimen
Eksperimen bisa dilakukan dengan mengumpulkan data-data atau informasi
yang dibutuhkan dengan melakukan percobaan, observasi, menganalisis data,
ataupun melakukan wawancara kepada ahli (Mulyasa, 2007: 109).
e. Menarik Kesimpulan
Menarik kesimpulan adalah suatu proses mendiskripsikan temuan yang
diperoleh dari hasil percobaan yang telah dilakukan. Kegiatan menarik kesimpulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
juga membutuhkan peran guru untuk membimbing agar data dari kesimpulan yang
dibuat siswa benar dan sesuai (Mulyasa, 2007: 109).
f. Mempresentasikan Hasil
Kegiatan mempresentasikan hasil merupakan kegiatan memaparkan atau
mengkomunikasikan hasil temuan serta kesimpulan kepada teman sebaya dan juga
guru (audients). Pada proses ini, siswa mempresentasikan dalam bentuk penjelasan
dan pelaporan hasil percobaan atau eksperimen di depan kelas (Sani, 2014: 93).
g. Evaluasi
Mengevaluasi produk yang dipresentasikan oleh siswa berupa sebuah benda,
temuan, atau paparan tulisan. Proses inkuiri yang dilakukan oleh siswa juga di
evaluasi di tahap ini. Kemampuan yang diharapkan dalam tahap evaluasi adalah
transfer kemampuan dalam menangani masalah lain (Sani, 2014: 93).
2.1.3 Kemampuan Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah sebuah proses intelektual dengan melakukan
pembuatan konsep, penerapan, melakukan sintesis dan atau mengevaluasi
informasi yang diperoleh dari observasi, pengalaman, refleksi, pemikiran, atau
komunikasi sebagai dasar untuk meyakini dan melakukan suatu tindakan (Michael
Seriven dan Richard Paul dalam Prihanti, 2015: 127). Pendapat lain menjelaskan
bahwa kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan membuat penilaian untuk
tujuan tertentu yang menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan kesimpulan
atas dasar bukti, konsep, metode, kriteria, atau konteks tertentu yang digunakan
untuk menilai (Facione, 1990: 6). Dari pendapat beberapa ahli, peneliti mengartikan
bahwa kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan dalam membuat konsep,
sintesis, penilaian, dan atau kesimpulan yang melibatkan proses interpretasi,
analisis, evaluasi, dan kesimpulan atas dasar bukti atau konteks tertentu yang
digunakan untuk menilai. Facione juga menjelaskan bahwa berpikir kritis sebagai
cognitive skill, di dalamnya terdapat kegiatan interpretasi, analisis, evaluasi,
kesimpulan, eksplanasi, serta regulasi diri (Prihanti, 2015: 128).
Pada konteks pendidikan, kemampuan berpikir kritis akan sulit
dimunculkan apabila tidak adanya peran orang dewasa dalam mengasah dan
menerapkan pembelajaran yang mendorong anak untuk mencoba berpikir dengan
kritis dan mengemukakan penjelasan yang bersifat kritis dalam kelompok maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
individu. Maka, perlu diketahui aspek-aspek yang ada dalam kemampuan berpikir
kritis. Kemampuan berpikir kritis dibagi dalam dua ranah yaitu disposisi afektif dan
dimensi kognitif (Facione, 2010: 5). Disposisi afektif menurut Facione memiliki 2
aspek besar yaitu 1) pendekatan kehidupan dan hidup dalam umum, 2) pendekatan
masalah khusus, pertanyaan atau masalah (Facione, 1990: 14). Menurut Facione,
keterampilan kognitif dalam berpikir kritis memiliki 6 indikator, yaitu
1)interpretasi, 2) analisis, 3)evaluasi, 4) penyimpulan, 5) eksplanasi 6) regulasi diri
(Facione, 2010: 5-7).
Kemampuan menginterpretasi adalah kemampuan mencoba mengerti dan
mengungkapkan arti dari pengalaman, situasi, data kejadian, penilaian,
kesepakatan, kepercayaan, aturan, prosedur, atau kriteria. Contohnya yaitu
mengidentifikasi suatu permasalahan dan mendefinisikan ciri-cirinya. Kemampuan
menganalisis diartikan sebagai kemampuan mengidentifikasi hubungan logis dari
berbagai pernyataan, pertanyaan, atau konsep yang menyatakan keyakinan,
penilaian, pengalaman, alasan, informasi, atau opini. Contohnya yaitu
membandingkan gagasan, konsep, atau pernyataan yang berbeda-beda.
Kemampuan mengevaluasi adalah kemampuan menilai kebenaran suatu pernyataan
atau argumen dan menilai bobot logika suatu kesimpulan, seperti menilai relevansi
pertanyaan, prinsip, aturan, arah. Kemampuan menarik kesimpulan adalah
kemampuan mengidentifikasi dan memastikan elemen-elemen yang dibutuhkan
untuk menarik kesimpulan yang masuk akal, merumuskan dugaan dan hipotesis,
mempertimbangkan informasi yang relevan dan memperkirakan konsekuensi-
konsekuensi yang timbul dari data, pernyataan, bukti, prinsip, penilaian,
kepercayaan, pertanyaan, serta konsep. Contoh dari kemampuan menarik
kesimpulan adalah menguji pandangan-pandangan yang berbeda dan bertentangan,
mengumpulkan data-data yang relevan, dan merumuskan kesimpulan kita sendiri
mengenai suatu permasalahan Kemampuan eksplanasi diartikan sebagai
kemampuan menjelaskan dasar-dasar suatu penalaran dengan pertimbangan
konseptual, metodologis, dan kontekstual. Contoh dari kemampuan eksplanasi
adalah menjelaskan temuan-temuan dari hasil penelitian. Kemampuan regulasi diri
adalah kesadaran melihat dan menilai aktivitas kognitifnya sendiri, unsur-unsur
yang digunakan di dalamnya, dan hasil dari aktivitas kognitif tersebut dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
menganalisis dan mengevaluasi proses kognitif yang terjadi sehingga dapat
mempertanyakan, menegaskan, atau mengoreksi cara berpikirnya sendiri.contoh
dari kemampuan regulasi diri adalah menilai apakah ada kekeliruan dalam cara
berpikir sendiri (Facinone, 2010: 5-8). Berdasarkan pengertian tersebut, indikator
pada setiap kemampuan dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Kemamapuan Berpikir Kritis menurut Facione
No. Aspek Indikator
1 Menginterpretasi Membuat kategori
Memahami arti
Menjelaskan makna
2 Menganalisis Menguji gagasan-gagasan
Mengidentifikasi argument-argumen
Menganalisis Argumen-argumen
3 Mengevaluasi Menilai sah tidaknya klaim-klaim
menilai sah tidaknya argument-argumen
4 Menarik kesimpulan Menguji bukti-bukti
Menerka alternative-alternatif
Menarik kesimpulan
5 Eksplanasi Menjelaskan hasil penalaran
Memaparkan argument-argumen yang digunakan
Membenarkan prosedur yang digunakan
6 Regulasi diri Refleksi diri
Koreksi diri
Dimensi disposisi afektif dari kemampuan berpikir kritis yaitu rasa ingin tahu
yang tinggi terhadap berbagai masalah, selalu berusaha mendapatkan informasi
yang baik, sadar untuk menggunakan daya pikir kritis, mengedepankan proses
penelitian yang masuk akal, percaya akan kemampuan diri sendiri untuk menalar,
dan berpikir terbuka terhadap pandangan yang berbeda-beda. Selain itu disposisi
afektif juga dapat dilihat dalam fleksibilitas untuk mempertimbangkan alternatif,
memahami opini orang lain, menghargai penalaran, jujur dalam menghadapi
prasangka, hati-hati dalam mengubah penilaian, kesediaan untuk meninjau ulang
pandangan sendiri jika refleksi yang jujur menyarankan demikian. Penelitian ini
berfokus pada dua aspek dimensi kognitif terakhir dari Facione yaitu eksplanasi dan
regulasi diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2.1.3.1 Eksplanasi
Eksplanasi adalah kemampuan menjelaskan dan menyajikan dengan cara yang
meyakinkan dan koheren sebagai hasil dari penalaran seseorang (Facione, 2010: 7).
Eksplanasi juga disebut sebagai kemampuan menjelaskan yang berarti kemampuan
menyatakan hasil pemikiran, penjelasan alasan berdasarkan pertimbangan bukti,
konsep metodologi, kriteriologi, dan konteks serta menyusun alasan secara eksplisit
(Prihanti, 2015: 132-133). Indikator dalam eksplanasi adalah menggambarkan
metode dan hasil, membenarkan prosedur, mengusulkan dan membela dengan
alasan yang baik, penjelasan kausal dan konseptual seseorang tentang peristiwa atau
sudut pandang, menyajikan secara penuh alasan yang masuk akal, dan mengajukan
argumen dalam konteks mencari kemungkinan terbaik (Facione, 2010: 7).
Berdasarkan indikator tersebut, ditarik tiga indikator dalam kemampuan eksplanasi.
Tiga indikator itu adalah menjelaskan hasil penalaran, membenarkan prosedur yang
sudah digunakan, dan memaparkan argumen-argumen yang digunakan.
Indikator pertama yaitu menjelaskan hasil penalaran, seperti menjelaskan alasan
mengapa meyakini hal tertentu, menjelaskan temuan-temuan dari hasil penelitian,
menjelaskan analisis dan penilaian terhadap suatu permasalahan, merumuskan
pernyataan atau deskripsi yang tepat dari hasil analisis, evaluasi, dan kesimpulan.
Indikator kedua adalah membenarkan prosedur yang sudah digunakan. Hal ini dapat
dilihat melalui aktivitas seperti menuliskan alasan-alasan mengapa mengambil
posisi atau kebijakan tertentu, memaparkan argumen-argumen yang pro maupun
kontra terhadap pemikiran sendiri sebagai cara berpikir dialektis, memberikan
alasan-alasan mengapa menerima klaim tertentu, menjawab keberatan-keberatan
terhadap model, konsep, kriteria atau bukti yang digunakan dalam menganalisis,
serta menyimpulkan dan mengevaluasi suatu argumen. Indikator yang ketiga yaitu
membenarkan prosedur yang digunakan. Seperti menguraikan langkah-langkah
yang diteliti dalam menyelesaikan suatu permasalahan, menjelaskan standar yang
digunakan untuk menilai sumber informasi, menunjukkan bahwa syarat-syarat
metodologis tertentu sudah terpenuhi, memaparkan strategi yang digunakan untuk
mengambil keputusan secara rasional, emamparkan grafik yang menunjukkan
penggunaan bukti kuantitatif (Facione, 1990: 10).
2.1.3.2 Regulasi Diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Regulasi diri adalah kesadaran diri untuk memantau aktivitas kognitif
seseorang, unsur-unsur yang digunakan dalam kegiatan tersebut, dan hasilnya
disempurnakan (Facione, 2010: 7). Definisi lain dari regulasi diri adalah
kemampuan seseorang untuk mengatur sendiri dalam berpikir, termasuk
mengevaluasi langkah yang telah diambil dan proses berpikir yang dilakukan
(Prihanti, 2015: 134). Melalui regulasi diri, seseorang dapat merefleksikan
penalarannya dalam menarik kesimpulan dengan menganalisis dan
mengevaluasi dirinya. Kemampuan regulasi diri memiliki unsur-unsur antara
lain menghargai pendapat orang lain, melakukan penilaian terhadap penelitian,
menguji pendapat, dan mengungkapkan kesalahan dari penelitian yang dibuat.
Indikator dari regulasi diri adalah refleksi diri dan koreksi diri (Facione, 2010:
7). Refleksi diri adalah seseorang mampu mengoreksi pemikiran sendiri ataupun
pemikiran orang lain secara objektif. Refleksi diri dapat dilihat dalam kegiatan
seperti menguji pandangan sendiri terhadap masalah-masalah untuk mengetahui
apakah posisi yang dipegangnya mengandung bias pribadi. Selanjutnya, menilai
apakah ada kekeliruan dalam cara berpikir diri sendiri, menilai kembali data yang
digunakan, menguji kembali apakah fakta, opini atau asumsi yang digunakan untuk
mendukung sudut pandang tertentu benar-benar dapat diterima, menilai kembali
proses penalaran, merefleksikan cara berpikirnya sendiri, serta menilai apakah
sikap, motivasi, dan minat sudah objektif dan rasional.
Indikator kedua, koreksi diri yaitu seseorang dapat menemukan kesalahan
atau kekurangan dari suatu pendapat, konsep, atau pemikiran sendiri kemudian
dapat mengatasi kesalahan atau kekurangan tersebut dengan mencari
penyebabnya terlebih dahulu. Seperti, berani mengoreksi kelemahan-kelemahan
metode atau data yang digunakan, merencanakan prosedur yang masuk akal untuk
mengoreksi kesalahan, memastikan apakah koreksi tersebut dapat mengubah posisi
yang dipegang sebelumnya (Facione, 1990: 10-11)
Berpikir kritis merupakan keterampilan universal yang penting untuk
mempelajari bidang ilmu dan memecahkan masalah apa pun. Pada abad ke 21,
seseorang harus merespon perubahan dengan cepat dan efektif, sehingga
memerlukan keterampilan intelektual yang fleksibel, kemampuan menganalisis
informasi, dan mengintegrasikan berbagai sumber pengetahuan untuk memecahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
masalah. Berpikir kritis penting untuk refleksi diri untuk memberi struktur
kehidupan sehingga hidup menjadi lebih berarti (meaningful life), maka diperlukan
kemampuan untuk mencari kebenaran dan merefleksikan nilai dan keputusan diri
sendiri (Mudzakkir, 2016: 13-16).
2.1.4 IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang rasional dan objektif
tentang alam semesta dengan segala isinya (Darmodjo, dkk. 1992: 3). IPA dapat
dipandang sebagai proses, produk, dan sikap. IPA sebagai proses adalah adanya
suatu proses upaya manusia untuk memahami berbagai gejala alam. Untuk itu
diperlukan suatu tata cara tertentu yang sifatnya analitis, cermat, lengkap serta
menghubungkan gejala alam yang satu dengan gejala alam yang lain sehingga
keseluruhannya membentuk suatu sudut pandang yang baru tentang objek yang
diamatinya. IPA sebagai produk yaitu terciptanya produk berupa prinsip-prinsip
teori, hukum-hukum, konsep-konsep maupun fakta-fakta yang kesemuanya itu
ditujukan untuk menjelaskan tentang berbagai gejala alam. IPA dapat pula
dipandang sebagai sikap dan pandangan manusia terhadap alam semesta, dari
sudut pandang mitologis menjadi pandang ilmiah. IPA untuk SD harus dimodifikasi
agar anak-anak dapat mempelajarinya. Ide-ide dan konsep-konsep harus
disederhanakan agar sesuai dengan kemampuan anak untuk memahaminya
(Iskandar, 2001: 1-2).
Pembelajaran IPA di sekolah dasar perlu didasarkan pada pengalaman
untuk membantu siswa belajar IPA, mendeskripsikan dan menjelaskan hasil
kerja dan prosedurnya (Blough, dkk dalam Samatowa, 2011: 104). Tujuan utama
pembelajaran IPA SD membantu siswa memperoleh ide, pemahaman, dan
keterampilan (life skills) esensial sebagai warga negara. Life skills esensial yang
perlu dimiliki siswa adalah kemampuan menggunakan alat tertentu, kemampuan
mengamati benda dan lingkungan sekitarnya, kemampuan mendengarkan,
kemampuan berkomunikasi secara efektif, menanggapi dan memecahkan
masalah secara efektif.
2.1.5 Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran pada pada sub bab ini akan dibahas mengenai materi
energi. dengan KD. mengidentifikasi berbagai bentuk sumber energi, perubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
energi dan sumber energi alternatif (angin, air, matahari, panas bumi, bahan bakar
organik, dan nuklir) dalam kehidupan sehari-hari. Energi merupakan kemampuan
untuk melakukan suatu usaha atau kerja. Energi disebut juga tenaga. Jadi, makin
banyak kerja yang kita lakukan, makin banyak tenaga yang kita keluarkan
(Wahyono & Nurachmandani, 2008: 97). Energi berasal dari berbagai sumber.
Berdasarkan sumbernya, energi dibedakan menjadi dua yaitu sumber energi tak
terbarukan (non-renewable) dan sumber energi terbarukan (renewable). Sumber
energi tak terbarukan (non-renewable) didefinisikan sebagai sumber energi yang
tidak dapat diisi atau dibuat kembali oleh alam dalam waktu yang singkat. Sumber
energi yang tak dapat diperbarui diantaranya adalah minyak bumi, batubara, nuklir
(Ibid, 2013: 6). Sumber energi terbarukan (renewable) adalah sumber energi yang
dapat dengan cepat diisi kembali oleh alam yaitu, matahari, angin, panas bumi, dan
biomassa (Ibid, 2013: 6).
2.1.5.1 Bentuk-bentuk Energi
Bentuk-bentuk energi antara lain energi gerak, panas, bunyi, listrik dan energi
alternatif. Energi gerak adalah energi yang dimiliki oleh benda yang bergerak
(Kandi & Winduono, 2009: 12). Energi panas yaitu energi yang berasal dari benda
yang dapat menimbulkan panas (Wahyono & Nurachmandani, 2008: 98). Energi
bunyi adalah energi yang berasal dari benda yang dapat menghasilkan bunyi
(Wahyono & Nurachmandani, 2008: 99). Energi listrik adalah energi yang
dihasilkan dari benda yang menghasilkan arus listrik (Rositawaty & Muharam,
2008: 113).
2.1.5.3 Perubahan Bentuk Energi
Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Di alam ini yang
dapat terjadi adalah perubahan energi dari suatu bentuk ke bentuk lainnya. Energi
tidak pernah habis, tetapi hanya berubah bentuk. Contoh perubahan energi adalah
perubahan energi listrik menjadi energi panas yaitu bola lampu. Perubahan energi
listrik menjadi energi gerak yaitu kipas angin. Perubahan energi listrik menjadi
energi suara yaitu radio (Wijaya, 2009: 5).
2.1.5.4 Energi Alternatif
Energi alternatif adalah energi yang berasal dari sumber energi yang bersifat
pengganti sumber energi tak terbaharui (Kandi & Winduono, 2009: 43-44). Contoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
sumber energi alternatif antara lain matahari, panas bumi, air, biomassa, dan angin.
Energi radiasi dari sinar matahari dapat diubah menjadi energi listrik dan energi
kalor. Angin banyak dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit energi listrik.
Panas bumi dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik (Wahyono &
Murachmandani, 2008: 101). Nuklir dapat menghasilkan tenaga listrik yang sangat
besar melalui Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) (Aprilia & Achyar, 2009:
144).
2.1.6 Penelitian-Penelitian Terdahulu yang Relevan
2.1.6.1 Penelitian tentang Model Pembelajaran Inkuiri
Meidawati (2014) meneliti pengaruh pendekatan pembelajaran inkuiri
terbimbing terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
SMP dengan metode kuasi eksperimental. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri
1 Bulok Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas VIII-C sebagai kelas ekperimen dan siswa kelas VIII-B. Hasil analisis
data diperoleh: (1) Rata-rata peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada
kelas ekperimen sudah mencapai katagori tinggi yaitu sebesar 0,70 sedangkan pada
kelas kontrol rata-rata peningkatan belajar hanya 0, 56 pada katagori sedang. (2)
Rata-rata peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
dibelajarkan dengan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi dari
siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan pembelajaran konvensional.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing
berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Rismawati, Sinon, Yusuf, & Widyaningtyas (2017) meneliti penerapan model
pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains siswa di SMK
Negeri 02 Manokwari. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X Otomotif A
sebagai kelas eksperimen dan Otomotif B sebagai kelas kontrol. Tempat penelitian
di SMK Negeri 02 Manokwari. Dari hasil analisis data diperoleh rata-rata
persentase keterampilan proses sains kelas eksperimen sebesar 69,34% sedangkan
kelas kontrol 43,83%. Hasil pengujianmenggunakan uji t diperoleh nilai
signifikansi 0,236. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang
signifikan antara siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri
terbimbing dibandingkan siswa yang diajar menggunakan model konvensional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Nurhidayati, Zubaidah, dan Indriwati (2015) meneliti pengaruh model
pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap aktivitas dan hasil belajar biologi siswa
dengan metode penelitian kuasi eksperimental. Subjek penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang
berjumlah 245 siswa yang tersebar dalam enam kelas. Aktivitas belajar siswa
yang dibelajarkan dengan metode inkuiri terbimbing lebih tinggi (73%)
daripada metode konvensional (60,19%). Pada posttest hasil belajar kognitif
siswa yang diajarkan dengan metode inkuiri terbimbing sebesar 79,00
sedangkan hasil belajar kognitif pada pembelajaran dengan metode
konvensional sebesar 73,80. Dari data di atas dapat dikatakan bahwa model
pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar
biologi siswa.
2.1.6.2 Penelitian tentang Berpikir Kritis
Ardiyanti & Winarti (2013) meneliti pengaruh model pembelajaran berbasis
fenomena untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa sekolah dasar.
Subjek penelitian ini adalah kelas IV A dan IV B. Penelitian dilakukan di Sekolah
Dasar Negeri Jatigunung I. Dari hasil perhitungan dengan rumus uji-t menunjukkan
bahwa nilai t hitung > t tabel yaitu 2,43 > 2,036, sehingga model pembelajaran
berbasis fenomena melalui metode demonstrasi-eksperimen berpengaruh terhadap
keterampilan berpikir kritis. Hasil uji lanjut Tukey didapatkan nilai q hitung = 3,43
sedangkan qtabel 2,87, sehingga model pembelajaran berbasis fenomena melalui
metode demonstrasi-eksperimen lebih baik dibanding model pembelajaran berbasis
fenomena melalui metode eksperimen terhadap keterampilan berpikir kritis.
Sakti, Hartanto, dan Dharmayana (2017) meneliti tentang pengaruh pendekatan
open-ended terhadap kemampuan berpikir kritis matematis di sekolah menengah
kejuruan. Sampel penelitian adalah kelas X ATP 2 sebagai kelas eksperimen dan
kelas X ATP 1 sebagai kelas kontrol. Penelitian dilakukan di SMK N 1 Bengkulu
Tengah. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan desain quasi
eksperimental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pendekatan
open-ended yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis matematis dengan
nilai probabilitas (p) kemampuan berpikir kritis matematis siswa p < 0,05 dan
pengaruh sebesar 30,8% terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Rata-rata skor hasil posttest kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, yaitu rata-rata skor posttest
kelas eksperimen 11,06 dengan varian 5,929 dan simpangan baku 2,435, sedangkan
rata-rata skor posttest kelas kontrol 8,44 dengan varian 3,320 dan simpangan baku
1,822. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh pendekatan open ended
yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
Laili dan Azizah (2015) mengimplementasikan model pembelajaran berbasis
masalah (PBM) untuk melatih keterampilan berpikir kritis dan self efficacy pada
materi pokok faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi kelas XI SMA Negeri 4
Sidoarjo dengan metode penelitian kuantitaif eksperimen. Subjek penelitian ini
adalah kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 4 Sidoarjo dengan jumlah sebanyak 37 siswa.
Keterampilan berpikir kritis pada penelitian ini melibatkan kemampuan
interpretasi, analisis, evaluasi, inference, eksplanasi, dan regulasi diri. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) Keterampilan berpikir kritis siswa berhasil
dilatihkan dengan adanya peningkatan nilai tes yang dilihat melalui nilai n-gain
yang diperoleh setiap siswa bernilai positif dan mempunyai rata-rata peningkatan
0,7 dengan kriteria tinggi; (2) Self efficacy siswa berhasil dilatihkan dengan adanya
peningkatan perilaku self efficacy pada setiap pertemuan dan terjadi peningkatan
nilai angket self efficacy yang dilihat melalui nilai n-gain yang diperoleh bernilai
positif dan mempunyai rata-rata peningkatan 0,4 dengan kriteria cukup;(3) Hasil
belajar siswa meningkat dengan ketuntasan klasikal sebesar 100%. Dari penelitian
ini menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh pada
kemampuan berpikir kritis dan self afficacy.
Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, model pembelajaran inkuiri dapat
mempengaruhi atau meningkatkan aktivitas dan hasil belajar serta kemampuan
pemecahan masalah. Pada penelitian kemampuan berpikir kritis belum banyak yang
meneliti secara spesifik aspek eksplanasi dan regulasi diri dalam kemampuan
berpikir kritis yang dikemukakan oleh Facione. Tiga penelitian kemampuan
berpikir kritis di atas meneliti semua aspek kemampuan berpikir kritis yang
dikemukakan Facione. Selain itu, subjek penelitian kemampuan berpikir kritis
adalah siswa menengah atas (SMA,MA, dan SMK). Oleh karena itu, kebaruan dari
penelitian ini adalah peneliti fokus pada pengaruh model pembelajaran inkuiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
terhadap dua aspek berpikir kritis yaitu eksplanasi dan regulasi diri dengan subjek
penelitian siswa SD.
2.1.6.3 Literature Map
Gambar 2.3 Bagan Penelitian yang Relevan
2.2 Kerangka Berpikir
Siswa SD masih bergantung pada pengalaman belajar yang nyata dalam proses
belajarnya. Menurut Piaget, siswa SD berada pada tahap operasional konkret yang
sedang mengembangkan kemampuan untuk mempertahankan (koservasi),
kemampuan mengelompokkan secara memadai, melakukan pengurutan, dan
menangani konsep angka. Meskipun demikan harus tetap diarahkan pada kejadian
real yang diamati anak (Slavin, 2011: 50).
Siswa SD juga membutuhkan lingkungan sosial sebagai sarana mereka untuk
mengembangkan pengetahuannya. Vygotsky meyakini bahwa orang-orang dewasa
di masyarakat dan budaya mendorong perkembangan kognitif anak secara sengaja
dan sistematis. ZPD merupakan zona penting dalam teori perkembangan sosial,
Meidawati (2014)
Model pembelajaran inkuiri –
kemampuan pemecahan masalah
matematis
Rismawati, Sinon, Yusuf, &
Widyaningtyas (2017) Model pembelajaran inkuiri
terbimbing - keterampilan proses
sains
Model Pembelajaran Inkuiri
Nurhidayati, Zubaidah, &
Indriwati (2015)
Model pembelajaran inkuiri
terbimbing – aktivitas & hasil
belajar
Ardiyanti & Winarti (2013)
model pembelajaran berbasis fenomena –
keterampilan berpikir kritis
Keterampilan Berpikir Kritis
Sakti, Hartanto, & Dharmayana (2017)
Pendekatan open ended – kemampuan
berpikir kritis
Laili & Azizah (2015)
Model pembelajaran berbasis masalah
(PBM) - keterampilan berpikir kritis dan
self efficacy
Yang diteliti :
Model pembelajaran inkuiri – kemampuan
berpikir kritis (eksplanasi dan regulasi diri)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
yaitu ketika anak membutuhkan bantuan orang lain (orang tua, guru, teman maupun
yang lebih ahli) dalam menyelesaikan pekerjaan yang dirasa sulit (Ormrod, 2008:
58). Dalam ZPD terdapat scaffolding atau bantuan sementara untuk anak agar dia
mampu mencapai tingkatan pemahaman atau kognitif yang lebih tinggi. Jika anak
sudah mampu melakukannya sendiri maka scaffolding tidak perlu dilakukan
(Slavin, 2008 : 60 -61).
Pemilihan model pembelajaran perlu mempertimbangkan teori-teori tersebut
agar kegiatan pembelajaran sesuai dengan tahap perkembangan anak serta
mendorong anak untuk masuk dalam ZPD. Model pembelajaran inkuiri merupakan
model yang dirasa sesuai dengan teori perkembangan anak Piaget dan teori belajar
sosial Vygotsky. Model pembelajaran inkuiri memberi kesempatan pada siswa
untuk mengkonstruksi pengalaman belajarnya. Model pembelajaran ini berfokus
pada kemandirian siswa dalam mencari dan menemukan sendiri (Anam, 2015: 7).
Model pembelajaran inkuiri dengan langkah-langkah orientasi, merumuskan
hipotesis, merumuskan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil,
dan evaluasi meletakkan siswa sebagai subjek pembelajaran. Guru berperan sebagai
fasilitator yang bertugas untuk memfasilitasi siswa agar kegiatan mencari dan
menemukan dapat dilakukan oleh siswa. Tujuan dari pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran inkuiri adalah proses belajar yang terfokus pada
kemampuan siswa untuk memahami, kemudian mengidentifikasi dengan cermat
dan teliti, lalu diakhiri dengan memberikan jawaban atau solusi atas permasalahan
yang tersaji.
Di tengah abad 21, siswa SD dituntut untuk berpikir kritis. Berpikir kritis
merupakan proses berpikir logis dan rasional dalam menilai suatu hal dengan
menganalisis, membuktikan, dan mengevaluasi. Menurut Facione kemampuan
berpikir kritis memiliki enam indikator, yaitu interpretasi, analisis, evaluasi,
inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri (Prihanti, 2015: 128). Pada penelitian ini,
peneliti fokus pada pokok bahasan eksplanasi dan regulasi diri. Eksplanasi adalah
kemampuan dalam menjelaskan yang memiliki tiga indikator yaitu kemapuan
menyampaikan hasil, menjelaskan prosedur, dan mempresentasikan argumen
(Facione, 2010: 7). Regulasi diri adalah kemampuan mengatur diri sendiri dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
berpikir yang memiliki dua indikator yaitu pemeriksaan diri dan koreksi diri
(Facione, 2010: 7).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah mata pelajaran yang mempelajari tentang
alam dan gejala-gejalanya (Darmodjo, dkk. 1992: 3). IPA dipandang sebagai
proses, produk, dan sikap. IPA sebagai proses merupakan proses manusia dalam
mengenali alam dan gejalanya. IPA sebagai produk adalah produk yang diciptakan
manusia sebagai hasil dari memahami alam dan gejalanya. IPA sebagai sikap
adalah sikap manusia dalam merawat alam setelah memahaminya sehingga
menjadikan itu sebagai gaya hidup. IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang
cocok menggunakan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajarannya.
Penelitian ini menggunakan mata pelajaran IPA sebagai pokok bahasan.
Penerapan berbagai model pembelajaran akan meningkatkan kognitif, afektif,
maupun psikomotor anak. Model pembelajaran inkuiri perlu digunakan pada
pembelajaran khususnya di SD karena mendorong siswa untuk mengembangkan
rasa ingin tahu dengan mencari dan menemukan sendiri. Selain itu, di abad 21 siswa
juga perlu mengembangkan kemampuan berpikir kritis seperti eksplanasi dan
regulasi diri untuk dasar menuju jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan dijadikan
sebagai kebiasaan dalam berpikir. Melalui model pembelajaran inkuiri siswa dapat
meningkatkan kemampuan eksplanasi dan regulasi diri. Dalam model pembelajaran
inkuiri terdapat langkah presentasi hasil dan evaluasi yang selaras dengan
pengembangan kemampuan eksplanasi dan regulasi diri. Peningkatan eksplanasi
dan regulasi diri melalui model pembelajaran inkuiri tepat diterapkan dalam
pembelajaran IPA. Materi IPA yang cocok dengan model pembelajaran inkuiri
salah satunya adalah energi. Jika model pembelajaran inkuiri diterapkan pada
pembelajaran IPA, penerapan model pembelajaran inkuiri akan berpengaruh pada
kemampuan berpikir kritis siswa kategori eksplanasi dan regulasi diri.
2.3 Hipotesis Penelitian
2.3.1 Penerapan model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan
eksplanasi siswa kelas IV SD Joannes Bosco Yogyakarta.
2.3.2 Penerapan model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan
regulasi diri siswa kelas IV SD Joannes Bosco Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III ini peneliti membahas tentang jenis penelitian, setting penelitian,
populasi dan sampel, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian, teknik pengujian instrumen, dan teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
3.1.1 Penelitian Kuantitatif Eksperimental
Penelitian kuantitatif eksperimental adalah metode penelitian yang
digunakan untuk mengetahui pengaruh dari suatu tindakan atau perlakuan tertentu
yang sengaja dilakukan terhadap suatu kondisi tertentu (Sanjaya, 2013: 87). Dalam
studi eksperimental, peneliti menerapkan perlakuan tertentu pada paling sedikit satu
variabel, mengontrol variabel lain yang relevan, dan mengobservasi
efek/pengaruhnya terhadap satu atau lebih variabel terikat. Studi eksperimental
akan menghasilkan bukti yang paling kuat berkaitan dengan hubungan sebab-akibat
(Emzir, 2009: 64). Pada penelitian eksperimental terdapat tiga karakteristik penting
yaitu menerapkan perlakuan tertentu, mengontrol variabel, dan melakukan
observasi (Sukardi, 2003: 180-182). Berdasarkan pengertian di atas, peneliti
mengartikan bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian untuk mengetahui
sebab-akibat atau pengaruh suatu tindakan (variabel bebas) terhadap kondisi
tertentu (variabel terikat) yang secara sengaja dikontrol, diberi perlakuan tertentu,
dan diobservasi.
3.1.2 Desain Penelitian
Desain penelitian quasi experimental merupakan metode penelitian yang
bertujuan untuk memprediksi keadaan yang dapat dicapai melalui eksperimen yang
sebenarnya, tetapi tidak ada pengontrolan dan/atau manipulasi terhadap seluruh
variabel yang relevan (Arifin, 2011: 74). Hal itu disebabkan karena pemilihan
subjek penelitian pada metode penelitian quasi experimental dilakukan tidak
secara random (Jakni, 2016: 73). Peneliti memilih desain penelitian quasi
experimental karena penelitian ini merupakan penelitian pendidikan sehingga tidak
memungkinkan untuk mengambil subjek secara random di sekolah. Metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
penelitian quasi experimental tipe pretest posttest nonequivalent group design
terdiri dari dua kelompok yaitu, kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang
tidak dipilih secara random (Jakni, 2016: 73-74). Kelompok kontrol adalah
kelompok yang tidak menerima treatment sehingga hanya sebagai kelompok
pembanding dari kelompok yang menerima treatment. Sedangkan kelompok
eksperimen merupakan kelompok yang menerima perlakuan atau treatment
(Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 266). Kedua kelompok tersebut diberi pretest
dan posttest. Pretest diberikan untuk mengetahui keadaan awal dari setiap
kelompok atau untuk memeriksa apakah ada perbedaan kemampuan pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Posttest diberikan untuk mengetahui
pengaruh perlakuan yang sudah dilakukan pada kelompok eksperimen (Lodico,
Spaulding, & Voegtle, 2006: 185-186).
Berdasarkan penjelasan di atas maka jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah quasi-experimental tipe pretest-posttest non equivalent group
design. Adapun desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut (Cohen,
Manion, & Morrison, 2007: 329).
Gambar 3.2 Desain Penelitian
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Garis putus-putus pada gambar di atas merupakan pemisah antara kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol yang disebut dengan non-equivalent control
group design. Garis tersebut juga menunjukkan bahwa kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol ditentukan tidak secara random dan disebut juga sebagai bebas-
setara (Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 283).
Pengaruh kausal dari intervensi penelitian eksperimental yang
menggunakan pretest dan posttest dapat dihitung dengan tiga langkah, yaitu: (1)
mengurangi nilai pretest dari skor posttest pada kelompok eksperimen untuk
menghasilkan skor 1. (2) mengurangi nilai pretest dari skor posttest pada kelompok
kontrol untuk menghasilkan skor 2. (3) mengurangi skor 2 dari 1. Dengan
Experimental O₁ X O₂
Control O₃ O₄
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
mengadaptasi rumus tersebut, pengaruh perlakuan diperlihatkan sebagai berikut
(Campbell dan Stanley dalam Cohen, Manion, & Morrison, 2011: 317).
Gambar 3.2 Perhitungan Pengaruh Perlakuan
Keterangan:
O1 = hasil observasi pretest kelompok eksperimen
O2 = hasil observasi posttest kelompok eksperimen
O3 = hasil observasi pretest kelompok kontrol
O4 = hasil observasi posttest kelompok kontrol
X = treatment berupa penerapan model pembelajaran inkuiri
Jika hasilnya lebih besar dari nol atau positif, berarti ada perbedaan. Jika
perbedaannya signifikan, berarti ada pengaruh perlakuan. Perbedaan yang
signifikan dapat diketahui melalui uji statistik yaitu uji signifikansi pengaruh
perlakuan.
3.2 Setting Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Joannes Bosco Yogyakarta yang
beralamat di Jl. Melati Wetan No. 53, Baciro, Kec. Gondokusuman, Yogyakarta.
Sekolah ini berada di kawasan perkotaan dan berada tepat di samping jalan raya.
Sekolah ini juga ini memiliki sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan
belajar mengajar. Guru yang mengajar di sekolah ini sebanyak 24 orang dan
memiliki kompetensi yang unggul. Jumlah siswa di SD ini pada tahun ajaran
2019/2020 adalah 440 siswa yang terdiri dari 210 siswa laki-laki dan 228 siswa
perempuan. Sekolah ini memiliki 18 rombongan belajar atau kelas dari kelas I
sampai kelas VI sehingga terdapat 3 kelas paralel. SD ini sudah menggunakan
kurikulum 2013 untuk semua kelas.
Penelitian ini dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan PPL. Selain itu,
terdapat kelas paralel pada kelas 4, sehingga sesuai untuk melaksanakan penelitian
eksperimen yang membutuhkan kelas kontrol dan kelas eksperimen. SD ini
merupakan salah satu SD Swasta favorit di Kota Yogyakarta dan menjadi contoh
(O2 – O1) – (O4 – O3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
untuk sekolah lain. Selain itu, guru juga belum pernah menerapkan model
pembelajaran inkuiri.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2019/2020,
bersamaan dengan kegiatan PPL. Data diambil sesuai dengan kalender pendidikan
SD. Pengambilan data pretest ke posttest dilaksanakan dalam kurun waktu kurang
lebih dua minggu. Penentuan jadwal penelitian tersebut juga dikonsultasikan
dengan guru mitra. Tujuan Penelitian yang dilakukan dalam waktu singkat
bertujuan untuk mengendalikan ancaman terhadap validitas internal penelitian
berupa sejarah, maturasi, dan mortalitas. Penelitian dilaksanakan pada 02 Agustus
– 27 Agustus 2019. Berikut jadwal kegiatan pengambilan data.
Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data
Kelompok Alokasi Waktu Hari, tanggal Kegiatan
Kontrol 2 x 35 menit Jumat, 02 Agustus 2019 Mengerjakan pretest
2 x 35 menit Senin, 05 Agustus 2019 Pertemuan I
2 x 35 menit Selasa, 06 Agustus 2019 Pertemuan II
2 x 35 menit Rabu, 07 Agustus 2019 Pertemuan III
2 x 35 menit Jumat, 09 Agustus 2019 Pertemuan IV
2 x 35 menit Selasa, 27 Agustus 2019 Mengerjakan Posttest
Eksperimen 2 x 35 menit Jumat, 02 Agustus 2019 Mengerjakan pretest
2 x 35 menit Senin, 19 Agustus 2019 Pertemuan I
2 x 35 menit Rabu, 21 Agustus 2019 Pertemuan II
2 x 35 menit Jumat, 23 Agustus 2019 Pertemuan III
2 x 35 menit Senin, 26 Agustus 2019 Pertemuan IV
2 x 35 menit Selasa, 27 Agustus 2019 Mengerjakan Posttest
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah kelompok tertentu dari sesuatu (orang, benda, peristiwa,
dan sebagainya) yang dipilih oleh peneliti yang hasil studinya atau penelitiannya
dapat digeneralisasikan terhadap kelompok tersebut. Suatu populasi sedikitnya
mempunyai satu karakteristik yang membedakannya dengan kelompok lain (Gay
dalam Jakni, 2016: 75). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
seluruh siswa kelas empat di SD Joannes Bosco dengan jumlah siswa sebanyak 63
siswa.
3.3.2 Sampel
Sampel dapat didefinisikan sebagai anggota populasi yang dipilih dengan
menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasi
(Martono, 2014: 77). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan desain non probability sampling dengan tipe convenience sampling.
Teknik convenience sampling berasal dari kata convenient yang berarti nyaman.
Sesuai dengan namanya teknik convenience sampling ini mudah atau nyaman
dilakukan. Teknik convenience sampling muncul karena adanya keterbatasan
waktu, sumber, daya, atau tujuan sehingga seorang peneliti dapat melakukan kajian
ketika guru atau siswa berada dalam satu gedung sekolah atau kelas (Lodico,
Spaulding, & Voegtle, 2006: 145).
Hal tersebut sesuai dengan kondisi nyata subjek penelitian sehingga teknik
convenience sampling tepat digunakan untuk penelitian ini. Sampel dipilih
berdasarkan kelas yang ada. Pemilihan kelompok sampel dilakukan dengan cara
undian. Terdapat gulungan kertas pertama sebagai kelompok eksperimen dan
gulungan kertas kedua sebagai kelompok kontrol. Pengundian disaksikan oleh
guru mitra. Guru mitra dalam penelitian ini adalah guru kelas empat. Berdasarkan
pengundian yang telah dilakukan, didapatkan hasil yaitu kelas 4 musikal 1 sebagai
kelompok kontrol dengan jumlah 21 siswa, sedangkan kelas 4 musikal 3 sebagai
kelompok eksperimen dengan jumlah 22 siswa. Pembelajaran pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan oleh guru yang sama. Penggunaan
guru yang sama ini bertujuan untuk mengendalikan ancaman terhadap validitas
internal penelitian berupa implementasi.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala gejala, sifat atau nilai dari orang, objek,
atau kegiatan yang timbul dan menjadi fokus pengamatan peneliti serta
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari serta
akhirnya dapat ditarik kesimpulan (Jakni, 2016: 48). Pendapat lain mengatakan
variabel adalah konsep tingkat rendah, yang acuan-acuannya secara relatif mudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
diidentifikasikan dan diobservasi serta dengan mudah diklasifikasi, diurut atau
diukur (Robert R. Mayer, dalam Bungin, 2011: 70). Dalam penelitian
eksperimental, variabel yang sering digunakan adalah variabel independent
(variabel bebas) dan variabel dependent (variabel terikat).
3.4.1 Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah sebab yang diperkirakan
dari beberapa perubahan dalam variabel terikat. Dengan kata lain, variabel
independen merupakan variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependen (Robins dalam Noor, 2011: 48-49).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri.
Model pembelajaran inkuiri ini terdiri dari orientasi, merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, merancang dan melakukan eksperimen, menarik
kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan evaluasi.
3.4.2 Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat adalah faktor utama yang ingin
dijelaskan atau diprediksi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor lain (Robins dalam
Noor, 2011: 49). Variabel dependen tidak dapat memengaruhi variabel yang lain.
Variabel dependen juga disebut variabel terikat karena variabel ini merupakan
permasalahan yang akan dipengaruhi oleh variabel bebas atau variabel independen
yang dapat diukur atau diamati sehingga dapat diketahui perubahan yang terjadi
pada variabel terikat akibat dari variabel bebas tersebut. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah kemampuan eksplanasi dan regulasi diri. Berikut bagan
variabel dalam penelitian ini.
Variabel independen Variabel dependen
Gambar 3.3 Desain Variabel Penelitian
3.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes.
Secara umum tes diartikan sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur
Inkuiri
Kemampuan eksplanasi
Kemampuan meregulasi diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
pengetahuan atau penguasaan objek ukur terhadap seperangkat konten atau materi
tertentu (Sudaryono dkk, 2013: 40). Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian
ini adalah tes uraian. Tes uraian adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang
susunannya terdiri dari item-item pertanyaan yang mengandung permasalahan dan
menuntut jawaban siswa melalui uraian-uraian kata yang merefleksikan
kemampuan berpikir siswa (Sukardi, 2009: 94).
Tes diberikan kepada subjek penelitian dalam bentuk pretest dan posttest.
Pretest diberikan pada awal penelitian untuk mengetahui kemampuan dasar atau
awal pada kelompok kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Sedangkan
posttest diberikan di akhir penelitian yaitu setelah pemberian tindakan dalam
bentuk pembelajaran menggunakan model inkuiri kepada kelompok eksperimen.
Posttest juga diberikan kepada kelompok kontrol setelah pembelajaran tanpa
perlakuan atau pembelajaran konvensional. Tujuan dari pemberian posttest yaitu
untuk mengetahui apakah ada perbedaan dan perubahan pada kelompok kontrol
dan eksperimen setelah melaksanakan pembelajaran.
Tabel 3.2 Pemetaan Instrumen Penelitian
No. Kelompok Variabel Data Instrumen
1 Eksperimen Eksplanasi Skor pretest Soal uraian untuk nomor 5a, 5b, dan
5c. Skor posttest
Regulasi diri Skor pretest Soal uraian untuk nomor 6b, 6c, dan
6d. Skor posttest
2 Kontrol Eksplanasi Skor pretest Soal uraian untuk nomor 5a, 5b, dan
5c. Skor posttest
Regulasi diri Skor pretest Soal uraian untuk nomor 6b, 6c, dan
6d. Skor posttest
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati atau bisa diartikan sebagai alat ukur
dalam penelitian (Sugiyono, 2017: 102). Penelitian ini menggunakan instrumen
penelitian tes dalam bentuk uraian. Daftar pertanyaan dalam soal uraian memuat
materi IPA kelas empat tema dua yaitu sumber energi, perubahan energi, dan
energi alternatif dibatasi pada kompetensi dasar 3.5 Mengidentifikasi berbagai
sumber energi, dan sumber energi alternatif (angin, air, matahari, panas bumi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
bahan bakar organik, dan nuklir) dalam kehidupan sehari-hari. Instrumen
penelitian ini menggunakan enam soal uraian untuk mengukur kemampuan
mengintepretasi, menganalisis, mengevaluasi, membuat kesimpulan, eksplanasi,
dan regulasi diri. Setiap nomor soal mewakili kemampuan menginterpretasi,
menganalisis, mengevaluasi, membuat kesimpulan, eksplanasi, dan regulasi diri
yang akan diukur.
Instrumen ini digunakan oleh tiga peneliti yang masing-masing meneliti dua
kemampuan. Nomor soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan eksplanasi
dan regulasi diri pada penelitian ini adalah 5a,5b, 5c, 6b, 6c, dan 6d. Untuk
memudahkan penyusunan instrumen, maka perlu digunakan matriks
pengembangan instrumen atau kisi-kisi instrumen (Sugiyiono, 2017: 104). Berikut
matriks pengembangan instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan
eksplanasi dan regulasi diri.
Tabel 3.3 Matriks Pengembangan Instrumen
No. Variabel Elemen Indikator soal Nomor
Item Soal
1 Eksplanasi Hasil
penalaran
Menjelaskan hasil penalaran dari
gambar yang berkaitan dengan prinsip
kerja PLTA
5a
Membenarkan
prosedur
Membenarkan langkah-langkah
perubahan sumber energi air menjadi
energi listrik.
5b
Memaparkan
argumen
Menyatakan argumen dan alasan
berkaitan dengan hal yang
berpengaruh pada energi potensial air.
5c
2 Regulasi diri Refleksi diri Menilai tindakan dan memberikan
penjelasan yang berhubungan dengan
penggunaan energi listrik dan sumber
energi berupa air.
6b
Koreksi diri Merencanakan cara atau langkah yang
tepat untuk berhemat energi.
6c
Memastikan apakah langkah yang
diambil benar-benar dapat
menghemat energi.
6d
3.7 Teknik Pengujian Instrumen
Uji coba dilakukan untuk mendapatkan instrumen yang valid dan reliabel
untuk menghindari soal yang bermakna ganda, kurang jelas, dan kurang dimengerti
oleh responden. Teknik pengujian instrumen dalam penelitian ini adalah uji
validitas dan uji reliabilitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
3.7.1 Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui valid tidaknya instrumen
penelitian yang digunakan baik pertanyaan maupun kuesioner. Suatu instrumen
dikatakan valid atau memiliki validitas bila instrumen tersebut benar-benar
mengukur aspek atau segi yang akan diukur (Sukmadinata, 2008: 228). Suatu
instrumen dikatakan telah memiliki validitas (kesahihan/ketepatan) yang baik jika
instrumen tersebut benar-benar mengukur apa yang seharusnya hendak diukur
(Nunnally dalam Jakni, 2016: 152). Uji validitas instrumen yang dilakukan dalam
penelitian ini meliputi uji validitas permukaan, validitas isi, dan validitas konstrak.
3.7.1.1 Validitas Permukaan
Validitas muka adalah validitas yang dilakukan dengan melihat
penampakan luarnya serta dilakukan oleh orang yang lebih ahli (Subali, 2012: 111).
Uji validitas muka dilakukan oleh expert judgement dibidangnya, yaitu dua guru
kelas empat SD swasta di Yogyakarta, dua guru kelas empat SD swasta di Kediri
yang sudah bersertifikasi. Validitas muka oleh empat ahli dilakukan dengan
memberi skor melalui tanda centang serta saran pada setiap aspek validitas. Uji
validitas ini dilakukan pada 27 April 2019 - 02 Mei 2019. Berdasarkan hasil
validitas permukaan, terdapat beberapa aspek yang kurang sesuai yaitu pilihan kata,
struktur kalimat, kesesuaian kalimat, dan kalimat sederhana, maka dilakukan
perbaikan terhadap instrumen sesuai dengan masukan dari validator (lihat
Lampiran 3.5).
3.7.1.2 Validitas Isi
Validitas isi adalah jenis validitas nonstatistik yang melibatkan pemeriksaan
sistematis terhadap alat ukur tersebut dapat mengungkap isi suatu konsep atau
variabel yang akan diukur (Anastasi & Urbina dalam Kurniawan, 2018: 132).
Kaitannya dengan instrumen tes, validitas isi adalah ketepatan suatu tes dilihat dari
isi tes atau materi tersebut. Suatu tes hasil belajar bisa dinamakan valid jika materi
tes ini sebenarnya mewakili bahan-bahan pelajaran yang disampaikan (Kurniawan,
2018: 132). Maka validitas isi juga disebut sebagai validitas material. Validitas isi
dilakukan oleh expert judgement. Validitas isi dalam penelitian ini diperoleh dari
pendapat empat ahli materi yaitu dua guru kelas empat SD swasta di Yogyakarta,
dua guru kelas empat SD swasta di Kediri yang sudah bersetifikasi. Empat ahli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
tersebut menilai kesesuian antara isi instrumen dengan materi dan memberikan
tanda centang di setiap soal pada tabel rubrik penilaian. Perolehan skor penilaian
instrumen dari empat validator yaitu 58, 54, 67, dan 67 untuk semua soal yang
digunakan dalam penelitian payung. Rerata skor adalah 61,5 dengan skala 18 – 72
masuk kategori instrumen sangat layak diujicoba tanpa revisi. Meski demikian,
peneliti telah memperbaiki instrumen sesuai dengan masukkan validator sebelum
diimplementasikan (lihat Lampiran 3.4).
3.7.1.3 Validitas Konstruk
Validitas konstruk berkaitan dengan kesanggupan alat ukur untuk mengukur
pengertian-pengertian yang termuat di dalam materi yang diukurnya (Cronbath
dalam Kurniawan, 2018: 133). Semua konsep perlu dikembangkan dalam
indikator-indikator agar kostruksi pengertian akan terlihat dan memudahkan dalam
penetapan cara pengukuran (Kurniawan, 2018: 133). Cara pengukurannya yaitu
dengan mengkorelasikan tiap item dengan total sebagai kriteria. Uji empiris
dilakukan pada minimal 30 responden agar mendapatkan distribusi data normal
(Field, 2009: 42). Validitas konstrak pada penelitian ini dilakukan dengan uji
empiris instrumen tes pada 45 siswa kelas IV di SD yang berbeda dengan tempat
penelitian. SD yang akan digunakan adalah salah satu SD swasta di Yogyakarta
yang karakteristiknya kurang lebih sama dengan SD tempat penelitian yaitu
memiliki kelas paralel dan status terakreditasi A. Uji instrumen ini dilakukan pada
Sabtu, 4 Mei 2019 selama 2x35 menit. Hasil dari validitas konstruk dianalisis
dengan rumus uji korelasi Pearson. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah
95% dengan uji dua ekor atau Signifikansi (2 – tailed). Rumus tersebut digunakan,
karena data berupa interval yang diberi skor 1 sampai 4 (Field, 2009: 177). Uji
validitas konstrak pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan program
komputer IBM SPSS Statistics 22 for Windows.
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut (Field, 2009: 177-178).
1. Jika rhitung > rtabel item tersebut dikatakan valid, sedangkan jika rhitung < rtabel item
tersebut dikatakan tidak valid.
2. Jika harga p < 0,05 maka item tersebut dikatakan valid, sedangkan jika harga p
> 0,05 item tersebut dikatakan tidak valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Penentuan besar r tabel dilihat berdasarkan jumlah responden, sedangkan r hitung
diketahui dari Pearson correlation. Berikut hasil uji validitas instrumen dari
variabel eksplanasi dan regulasi diri (lihat Lampiran 3.7).
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Kemampuan Eksplanasi dan Regulasi diri
Item Soal Variabel Indikator r tabel r hitung p Ket.
5a Eksplanasi Menjelaskan hasil
penalaran
0,294 0,380* 0,010 Valid
5b Membenarkan prosedur 0,294 0,411** 0,005 Valid
5c Memaparkan argumen 0,294 0,454** 0,002 Valid
6b Regulasi diri Refleksi diri 0,294 0,605** 0,000 Valid
6c Koreksi diri 0,294 0,454** 0,002 Valid
6d Koreksi diri 0,294 0,492** 0,001 Valid
Keterangan:
* artinya tingkat signifikansi 0,05
** artinya tingkat signifikansi 0,01
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel eksplanasi dan
regulasi diri dengan p < 0,005. Berdasarkan tabel hasil uji validitas instrumen, dapat
dilihat bahwa semua item dari kedua variabel dinyatakan valid dengan tingkat
kepercayaan 95% sehingga semua item dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan eksplanasi dan regulasi diri.
3.7.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliability, berasal dari kata rely yang berarti
percaya dan reliabel yang berarti bisa dipercaya (Kurniawan, 2018: 137).
Reliabilitas berkaitan dengan ketepatan atau keajekan alat pengumpulan data
dengan data yang dikumpulkan atau dinilai (Sudjana dalam Kurniawan, 2018: 137).
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bisa digunakan beberapa kali untuk
mengukur objek yang sama, dan akan menghasilkan data yang sama. Reliabilitas
instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen (Sugiyono, 2017:
121-122). Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen soal tes
berbentuk uraian. Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan
program komputer IBM SPSS Statistics 22 for Windows. Suatu konstruk termasuk
reliabel jika harga Alpha Cronbach > 0,60 (Nunnally dalam Ghozali, 2009: 46).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Suatu isntrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang
tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur
sesuatu yang hendak diukur. Hal tersebut berarti semakin reliabel suatu tes maka
semakin dapat meyakinkan bahwa dalam hasil suatu tes mempunyai hasil yang
sama ketika dilakukan tes kembali. Reliabilitas suatu tes pada umumnya
diekspresikan secara numerik dalam bentuk koefisien antara -1,00 sampai dengan
1,00. Koefisien yang tinggi menunjukkan reliabilitas tinggi. Sebaliknya jika
koefisien suatu tes rendah maka reliabilitas tes rendah (Sukardi, 2007: 127-128).
Berikut ini merupakan hasil dari uji reliabilitas instrumen penelitian
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas
n siswa n of items Alpha Cronbach Keterangan
45 18 0,698 Reliabel
Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Alpha Cronbach, enam butir
soal memiliki nilai Alpha Cronbach sebesar 0,698. Nilai 0,698 > 0,60 sehingga
instrumen tersebut dapat dikatakan reliabel atau ajeg dan layak digunakan dalam
penelitian ini.
3.8 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data dan penyajian data dengan
mengelompokkannya dalam suatu bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasi
(Miles dan Huberman dalam Silalahi, 2018: 34). Analisis data ini bermanfaat untuk
menguji hipotesis penelitian yang sudah dirumuskan. Pada penelitian ini, teknik
analisis data menggunakan program komputer IBM S PSS Statistics 22 for Windows
dengan tingkat kepercayaan yang digunakan yaitu 95%.
3.8.1 Uji Pengaruh Perlakuan
Sebelum melakukan langkah-langkah analisis statistik untuk menguji
hipotesis penelitian, diperlukan langkah-langkah pengujian awal untuk memastikan
syarat-syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu guna menentukan jenis-jenis uji
statistik yang sesuai untuk pengujian selanjutnya. Untuk itu dilakukan uji asumsi
berupa uji normalitas distribusi data, uji homogenitas varian, dan uji perbedaan
kemampuan awal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
3.8.1.1 Uji Asumsi
1. Uji Normalitas Distribusi Data
Data yang baik adalah data yang berdistribusi normal. Distribusi normal
adalah bentuk distribusi data yang memusat di tengah. Tujuan dari uji normalitas
adalah untuk mengetahui bahwa data penelitian yang akan dianalisis berdistribusi
normal atau tidak (Silalahi, 2018: 54). Uji normalitas dilakukan dengan
menggunakan IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan
95%. Pengujian dilakukan dengan One Sample Kolmogorov Smirnov test. Analisis
data uji normalitas distribusi data menggunakan hipotesis sebagai berikut.
Hnull : Tidak ada deviasi (penyimpangan) dari normalitas
Hi : Ada deviasi (penyimpangan) dari normalitas
Kriteria untuk mengambil keputusan (Field, 2009: 144) sebagai berikut:
a. Jika hasil uji One Sample Kolmogorov Smirnov tidak signifikan atau harga
p > 0,05 menunjukkan bahwa distribusi sampel tidak berbeda secara
signifikan dari distribusi normal. Maka Hnull diterima dan Hi ditolak, artinya
distribusi data normal. Teknik analisis selanjutnya menggunakan statistik
parametrik Independent Samples t-test atau Paired Samples t-test (Field,
2009: 362).
b. Jika hasil uji One Sample Kolmogorov Smirnov signifikan atau harga p <
0,05 menunjukkan bahwa distribusi sampel berbeda secara signifikan dari
distribusi normal. Maka Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya distribusi data
tidak normal. Teknik analisis selanjutnya menggunakan statistik non-
parametrik Mann-Whitney U test atau Wilcoxon signed rank test (Field,
2009: 345).
Data yang digunakan untuk uji normalitas distribusi data diambil dari seluruh skor
pretest, posttest, dan selisih pretest-posttest dari kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen.
2. Uji Homogenitas Varian
Uji homogenitas dilakukan untuk memastikan bahwa data yang akan
dianalisis memiliki varian yang setara atau tidak. Jika setara berarti homogen, jika
tidak setara berarti heterogen (Silalahi, 2018: 56). Kondisi yang ideal untuk
penelitian adalah jika varian homogen. Teknik pengujian homogenitas varian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
menggunakan Levene’s test pada program komputer IBM SPSS Statistics 22 for
Windows. Jika varian homogen, data yang digunakan adalah data pada baris
pertama dalam analisis output SPSS pada independent samples t test dengan
keterangan equal variances assumed. Jika varian tidak homogen, data yang
digunakan adalah data pada baris kedua dengan keterangan equal variances non
assumed (Field, 2009:340). Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut (Priyatno,
2012: 23).
Hnull Tidak ada perbedaan varian yang signifikan antara rerata skor pretest dan
selisih skor pretest-posttest dari kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen.
Hi Ada perbedaan varian yang signifikan antara rerata skor pretest dan selisih
skor pretest-posttest dari rerata kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen.
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui homogenitas varian (Field, 2009: 150)
adalah sebagai berikut.
a. Jika harga p < 0,05, maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, asumsi
homogenitas varian telah dilanggar atau varian tidak homogen.
b. Jika harga p > 0,05, Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya, asumsi
homogenitas varian dapat dipertahankan atau varian homogen.
Untuk uji homogenitas varian, data diambil dari skor pretest dan selisih pretest-
posttest dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
3.8.1.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal
Uji perbedaan kemampuan awal digunakan untuk meyakinkan bahwa
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang
sama. Uji perbedaan kemampuan awal perlu dilakukan untuk mengontrol ancaman
terhadap validitas internal penelitian berupa ancaman karakteristik subjek (subject
characteristics) yang mungkin berbeda karena teknik pengambilan sampel tidak
dilakukan dengan teknik random sampling. Teknik random sampling dilakukan
untuk memastikan bahwa kedua kelompok yang diambil sebagai kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen betul-betul merupakan kelompok yang setara dan
mewakili populasi (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 282). Uji ini dilakukan
dengan menguji rerata skor pretest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Uji statistik yang digunakan dalam pengujian ini adalah statistik parametrik
Independent samples t-test, jika distribusi data normal (Priyatno, 2012: 17) dan
statistik non parametrik Mann Whitney U-test, jika distribusi data tidak normal
(Priyatno, 2012: 137). Uji statistik dilakukan dengan program SPSS 22 for Windows
dengan tingkat kepercayaan 95% untuk uji dua ekor atau Sig. (2-tailed). Hipotesis
statistiknya adalah sebagai berikut (Priyatno, 2012: 141).
Hnull Tidak ada perbedaan rerata pretest yang signifikan antara kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen.
Hi Ada perbedaan rerata pretest yang signifikan antara kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen.
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui kesamaan kemampuan awal (Priyatno,
2012: 24) adalah sebagai berikut.
a. Jika harga p < 0,05, Hnull ditolak dan Hi diterima. Hal tersebut menunjukkan
ada perbedaan yang signifikan pada hasil pretest antara kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen, sehingga kedua kelompok tersebut memiliki
kemampuan awal yang berbeda.
b. Jika harga p > 0,05, Hnull diterima dan Hi ditolak. Hal tersebut menunjukkan
tidak adanya perbedaan yang signifikan pada hasil pretest antara kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen, sehingga kedua kelompok tersebut
memiliki kemampuan awal yang sama.
Kondisi yang ideal adalah jika kedua kelompok tersebut memiliki kemampuan
awal yang sama. Untuk uji perbedaan kemampuan awal, data diambil dari skor
pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
3.8.1.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Uji signifikansi pengaruh perlakuan merupakan inti dari penelitian ini. Uji
signifikansi pengaruh perlakuan bertujuan untuk mengetahui apakah model
pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan eksplanasi dan regulasi diri
siswa. Uji ini dapat diketahui dengan cara membandingkan selisih rerata posttest -
pretest kelompok kontrol dengan selisih rerata posttest - pretest kelompok
eksperimen sehingga dapat dihitung dengan rumus (O2 – O1) – (O4 – O3) (Cohen,
Manion, & Morrison, 2007: 276-277). Jika hasil lebih dari nol, artinya ada
perbedaan. Perbedaan yang signifikan menunjukkan adanya pengaruh perlakuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Uji signifikansi pengaruh perlakuan menggunakan statistik parametrik independent
samples t-test untuk data distribusi normal, sedangkan statistik non-parametrik
Mann-Whitney U-test untuk data distribusi tidak normal (Field, 2009: 345). Uji
signifikansi pengaruh perlakuan menggunakan program SPSS 22 for Windows
dengan tingkat kepercayaan 95% untuk uji dua ekor atau Sig. (2-tailed). Berikut
hipotesis statistik uji signifikansi pengaruh perlakuan.
Hnull Tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih rerata pretest – posttest
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Hi Ada perbedaan yang signifikan antara antara selisih rerata pretest – posttest
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan adalah sebagai
berikut.
a. Jika harga p < 0,05, Hnull ditolak dan Hi diterima. Hal ini menandakan
adanya perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest – posttest
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain, penerapan
model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan eksplanasi
dan regulasi diri pada siswa.
b. Jika harga p > 0,05, Hnull diterima dan Hi ditolak. Hal ini menandakan tidak
adanya perbedaan yang signifikan. Dengan kata lain, penerapan model
pembelajaran inkuiri tidak berpengaruh terhadap kemampuan eksplanasi
dan regulasi diri pada siswa.
3.8.1.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Uji besar pengaruh perlakuan (effect size) adalah pengukuran yang objektif
dan terstandarisasi untuk mengukur suatu pengaruh atau kekuatan hubungan antar
variabel. Uji besar pengaruh perlakuan (effect size) digunakan untuk menguji
signifikansi pengaruh suatu perlakuan secara statistik dan seberapa penting
pengaruh tersebut (Field, 2009: 56). Dengan kata lain, uji besar pengaruh perlakuan
ini digunakan untuk mengetahui besar pengaruh penerapan model pembelajaran
inkuiri terhadap kemampuan eksplanasi dan regulasi diri. Untuk itu diperlukan
teknik pengujian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suatu perlakuan (effect
size). Teknik yang banyak digunakan adalah teknik koefisien korelasi Pearson (r)
yang menggunakan skala 0 (tidak ada efek) dan 1 (efek sempurna). Teknik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
pengukuran efek ini merupakan teknik yang berguna karena memberikan ukuran
yang objektif untuk memastikan besarnya efek dari suatu perlakuan.
Terdapat dua teknik pengujian besar pengaruh yang dipengaruhi oleh
distribusi data. Jika distribusi data normal, maka rumus korelasi Pearson yang
digunakan adalah sebagai berikut (Field, 2009: 332).
Gambar 3.4 Rumus Besar Pengaruh Perlakuan Distribusi Data Normal
Keterangan:
r : korelasi Pearson yang digunakan untuk mengukur besar pengaruh (effect
size)
t : harga uji t (dari output SPSS dengan independent samples t test)
df : derajad kebebasan (degree of freedom) yaitu (N-2 atau jumlah total
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dikurangi 2).
Jika distribusi data tidak normal, maka rumus korelasi Pearson yang digunakan
adalah sebagai berikut (Field, 2009: 550).
Gambar 3.5 Rumus Besar Pengaruh Perlakuan Distribusi Data Tidak Normal
Keterangan:
r : korelasi Pearson yang digunakan untuk mengukur besar pengaruh (effect
size)
Z : skor Z (dari output SPSS dengan Mann-Whitney U test)
N : jumlah seluruh responden dari kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen
Untuk mengubah harga r menjadi persen, digunakan koefisien determinasi (R2)
dikalikan 100% (Field, 2009: 179).
Gambar 3.6 Rumus Persentase Pengaruh
𝑟 = √𝑡2
𝑡2 + 𝑑𝑓
𝑟 =𝑍
√𝑁
Persentase pengaruh = R2 x 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Penghitungan menggunakan rumus korelasi Pearson dan persentase
pengaruh akan menghasilkan nilai yang menunjukkan seberapa besar pengaruh
penerapan model pembelajaran inkuiri. Kriteria besar pengaruh perlakuan (Cohen
dalam Field, 2009: 57) adalah sebagai berikut.
Tabel 3.6 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan
r (effect size) Kategori Persentase
r = 0,10 efek kecil 1%
r = 0,30 efek menengah 9%
r = 0,50 efek besar 25%
Kriteria besar pengaruh (Fraenkel, Wallen, dan Hyun,2012: 253) akan dijelaskan
lebih lanjut pada tabel berikut.
Tabel 3.7 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan
No Harga r Interpretasi
1 0,00-0,40 Efek tidak penting secara praktis, bisa jadi masih penting secara teoretis untuk
membuat prediksi.
2 0,41-0,60 Efek cukup besar secara praktis dan teoretis.
3 0,61-0,80 Efek sangat penting, tetapi jarang dicapai dalam penelitian pendidikan.
4 0,81-1,00 Mungkin terjadi kesalahan dalam penghitungan; jika tidak, efeknya memang
sangat besar.
3.8.2 Analisis Lebih Lanjut
3.8.2.1 Uji Persentase Peningkatan Rerata pretest ke Posttest
1. Persentase Peningkatan
Uji persentase peningkatan rerata pretest ke posttest dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest
dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Analisis perhitungan dilakukan
dengan mengambil data rerata skor pretest dan posttest pada uji normalitas
distribusi data menggunakan Kolmogorov-Smirnov test. Besar persentase
peningkatan rerata pretest ke posttest dapat dihitung dengan rumus berikut.
Gambar 3.7 Rumus Persentase Peningkatan pretest ke posttest
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 =(𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡)
𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑥 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Peningkatan yang signifikan dapat diketahui menggunakan statistik
parametrik paired samples t test jika data terdistribusi dengan normal (Priyatno,
2012: 25). Sebaliknya, jika data tidak terdistribusi dengan normal maka
menggunakan statistik non-parametrik Wilcoxon signed rank test (Priyatno, 2012:
141). Uji statistik menggunakan SPSS 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan
95% untuk uji dua ekor atau Sig. (2-tailed). Hipotesis statistiknya adalah sebagai
berikut (Priyatno, 2012: 30).
Hnull : tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest – posttest pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Hi : ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest – posttest pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui peningkatan (Priyatno, 2012: 145)
adalah sebagai berikut.
a. Jika harga p < 0,05, maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, jika rerata
posttest > pretest, terdapat peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke
posttest.
b. Jika harga p > 0,05, maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya, Jika rerata
posttest > pretest, terdapat peningkatan skor yang tidak signifikan dari pretest
ke posttest.
Data diambil dari skor pretest dan posttest pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen untuk uji persentase peningkatan rerata skor pretest ke
posttest. Persentase selisih rerata skor skor pretest ke posttest (gain score) dihitung
dengan rumus sebagai berikut.
Gambar 3.8 Rumus Gain Score
Frekuensi gain score yang diambil kurang dari 50% dari skor tertinggi
selisih pretest - posttest kedua kelompok. Grafik poligon pada gain score
menunjukkan perbandingan yang tepat pada rerata antara kelompok kontrol dan
kelompok ekperimen (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 250-251).
𝐺𝑎𝑖𝑛 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒 =𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
3.8.2.2 Besar Efek Peningkatan Rerata pretest ke Posttest
Uji besar efek peningkatan dilakukan untuk mengetahui berapa besar efek
peningkatan dari pretest ke posttest pada kelompok kontrok dan kelompok
eksperimen. Rumus yang digunakan hampir sama dengan rumus korelasi Pearson
pada uji persentase peningkatan namun ada sedikit modifikasi. Rumus korelasi
Pearson dibedakan menjadi dua berdasarkan distribusi datanya. Jika distribusi data
normal, digunakan rumus korelasi Pearson berikut (Field, 2009: 332).
Gambar 3.9 Rumus Besar Efek Peningkatan untuk Data Normal
Keterangan:
r : korelasi Pearson yang digunakan untuk mengukur besar pengaruh (effect
size)
t : harga uji t (dari output SPSS dengan paired samples t test)
df : derajat kebebasan (degree of freedom) yaitu (n-1).
Jika distribusi data tidak normal, digunakan rumus korelasi Pearson berikut (Field,
2009: 550).
Gambar 3.10 Rumus Besar Efek Peningkatan untuk Data Tidak Normal
Keterangan:
r : korelasi Pearson yang digunakan untuk mengukur besar pengaruh (effect
size)
Z : skor Z (dari output SPSS dengan Wilcoxon signed rank test)
N : 2 x jumlah responden dalam 1 kelompok yang sama
Untuk mengubah harga r menjadi persen, digunakan koefisien determinasi (R2)
dikalikan 100% (Field, 2009: 179).
Gambar 3.11 Rumus Persentase Besar Efek Peningkatan
𝑟 = √𝑡2
𝑡2 + 𝑑𝑓
𝑟 =𝑍
√𝑁
Persentase pengaruh = R2 x 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
3.8.2.3 Uji Korelasi Rerata pretest dan Posttest
Uji Korelasi rerata pretest dan posttest adalah uji statistik yang dilakukan
untuk mengetahui apakah ada bias regresi statistik yang bisa mengancam validitas
internal penelitian (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283). Ancaman terhadap
validitas internal penelitian berupa bias regresi statistik adalah kecenderungan
umum bahwa partisipan dengan hasil skor pretest yang sangat tinggi (mencapai
skor tertinggi dalam skala pengukuran) biasanya memperoleh skor posttest yang
lebih rendah. Sebaliknya, partisipan dengan hasil skor pretest yang sangat rendah
(mencapai skor terendah dalam skala pengukuran) biasanya memperoleh skor
posttest yang lebih tinggi. Skor yang rendah pada pretest akan cenderung naik
mendekati mean pada posttest dan skor yang tinggi pada pretest akan cenderung
turun mendekati mean. Jika perubahan yang terjadi pada posttest selalu disebut
sebagai hasil treatment penelitian, kesimpulan tersebut bisa diragukan karena efek
regresi statistik ini. Hasilnya bisa diragukan karena hasil pretest dan posttest belum
tentu memiliki korelasi yang sempurna (Johnson & Christensen, 2008: 263).
Uji korelasi ini menggunakan program SPSS 22 for Windows dengan tingkat
kepercayaan 95% untuk uji dua ekor atau Sig. (2-tailed) dengan menggunakan uji
korelasi Pearson. Uji korelasi antara rerata pretest dan posttest menggunakan
rumus bivariate correlation coefficients yaitu Pearson’s correlation coefficients,
apabila data terdistribusi dengan normal. Sedangkan jika data berdistribusi tidak
normal, maka digunakan rumus bivariate correlations yaitu Spearman’s
correlation coefficients (Field, 2009: 177-179). Pada kelompok kontrol, skor
pretest dikorelasikan dengan skor posttest I dan pada kelompok eksperimen
dilakukan langkah yang sama. Korelasi positif apabila skor pretest tinggi dan skor
posttest juga tinggi; atau jika skor pretest rendah, skor posttest juga rendah.
Korelasi negatif berarti: jika skor pretest tinggi, skor posttestnya rendah; dan jika
skor pretest rendah, skor posttestnya tinggi. Korelasi negatif merupakan ancaman
terhadap validitas internal penelitian berupa regresi statistik. Kondisi dikatakan
ideal jika korelasinya positif. Signifikan berarti hasil korelasi tersebut bisa
digeneralisasi pada populasi. Berikut hipotesis statistik uji korelasi rerata pretest
dan posttest adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Hnull : tidak ada perbedaan hasil korelasi pretest – posttest dengan harga p < 0,05
dan r bernilai negatif.
Hi : ada perbedaan hasil korelasi pretest – posttest dengan harga p < 0,05 dan
r bernilai negatif.
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui bentuk korelasinya adalah sebagai
berikut.
a. Jika harga p < 0,05 dan harga r positif maka Hnull ditolak dan Hi diterima.
Artinya ada korelasi yang positif dan signifikan antara pretest dan posttest.
Dengan kata lain ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa
regresi statistik bisa dikendalikan dengan baik dalam penelitian ini. Maka
pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan
eksplanasi dan regulasi diri bisa dipercayai sepenuhnya.
b. Jika harga p < 0,05 dan harga r negatif, Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya
ada korelasi yang negatif dan signifikan antara pretest dan posttest. Dengan
kata lain ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa regresi
statistik tidak bisa dikendalikan dengan baik dalam penelitian ini. Maka
pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan
eksplanasi dan regulasi diri sulit untuk dipercayai sepenuhnya.
Untuk uji korelasi ini, data diambil dari skor pretest dan posttest pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen.
3.9 Ancaman terhadap Validitas Internal
Penarikan kesimpulan dalam penelitian eksperimental harus selalu tepat
sesuai dengan hasil dari penelitian. Maka diperlukan kehati-hatian dengan cara
memastikan perubahan pada variabel dependen hanya disebabkan oleh variabel
independen penelitian. Faktor-faktor di luar variabel independen yang turut
mempengaruhi variabel dependen merupakan ancaman terhadap validitas internal
penelitian.
Validitas internal penelitian dapat ditingkatkan dengan mengontrol faktor-
faktor di luar variabel independen yang potensial ikut mempengaruhi variabel
dependen. Ancaman lebih besar terjadi pada penelitian quasi experimental
dibandingkan dengan eksperimental murni. Hal ini dikarenakan, penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
eksperimental murni mengambil sampel dengan cara random dan lebih terkontrol.
Berikut 11 ancaman validitas internal penelitian dan cara pengendaliannya.
1. Sejarah (history)
Ancaman validitas internal berupa sejarah adalah setiap kejadian atau
perlakuan terhadap kelompok yang sedang diteliti yang terjadi di antara pretest dan
posttest di luar treatment penelitian yang bisa mempengaruhi hasil posttest pada
variabel dependen (Johnson & Christensen, 2008: 260, Cohen, Manion, &
Morrison, 2007: 155). Sejarah bisa berpengaruh terhadap salah satu kelompok yang
sedang diteliti terutama jika penelitian dilakukan dalam waktu lama yaitu beberapa
bulan atau tahun. Kejadian tersebut misalnya ekstrakurikuler, kursus, acara TV
dengan perlakuan atau materi yang sama dengan yang digunakan sebagai treatment
penelitian. Jika kelompok kontrol dan kelompok eksperimen juga sama-sama
mengikuti acara tersebut, pengaruhnya terhadap hasil posttest akan seimbang
sehingga tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitiannya rendah
(Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283).
2. Difusi treatment atau kontaminasi (diffusion of treatment or contamination)
Ancaman difusi treatment terjadi ketika kedua kelompok saling
berkomunikasi dan mempelajari perlakuan yang diberikan pada kelompok
eksperimen tanpa sepengetahuan peneliti. Solusi terhadap penelitian ini adalah
kedua kelompok betul-betul dipisahkan dan berjanji untuk tidak saling mempelajari
treatment yang diberikan pada kelompok eksperimen (Neuman, 2013: 130). Jika
diabaikan, ancaman terhadap validitas internal penelitian rendah sampai menengah.
3. Maturasi (maturation)
Ancaman validitas berupa maturasi adalah setiap perubahan biologis atau
psikologis yang terjadi sepanjang waktu penelitian yang dapat berpengaruh
terhadap posttest pada variabel dependen (Johnson & Christensen, 2008: 261).
Contohnya perubahan yang terjadi karena kebosanan, rasa lapar, rasa haus,
kelelahan, atau tambahan pengalaman belajar di luar penelitian. Jika diabaikan,
tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian rendah (Fraenkel, Wallen, &
Hyun, 2012: 283). Cara untuk mengatasi ancaman berupa maturasi adalah
menggunakan kelompok kontrol dengan waktu pretest dan posttest yang sama
dengan kelompok eksperimen. Melakukan penelitian eksperimental dalam waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
yang singkat untuk menghindari ancaman terhadap validitas internal penelitian
akibat history, mortality, selection, dan maturation (Krathwohl, 2004: 547).
4. Perilaku Kompensatoris
Ancaman ini terjadi ketika treatment penting yang diberikan di kelompok
eksperimen diketahui oleh kelompok kontrol. Kelompok kontrol mungkin berpikir
bahwa keuntungan yang didapatkan oleh kelompok eksperimen lebih banyak.
Akibatnya, kelompok kontrol bisa saja berusaha menandingi kelompok eksperimen
dengan belajar ekstra keras atau mengalami demoralisasi sehingga marah dan tidak
kooperatif (Neuman, 2013: 330). Oleh sebab itu kelompok kontrol perlu diberi
pengertian bahwa sesudah penelitian mereka juga akan mendapatkan treatment
yang sama. Jika diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian
rendah sampai menengah (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283).
5. Regresi Statistik (statistical regression)
Regresi statistik merupakan kebiasaan yang umum terjadi pada partisipan
dengan hasil skor pretest yang sangat tinggi (mencapai skor tertinggi dalam skala
pengukuran) kemudian memperoleh skor posttest yang lebih rendah dan
sebaliknya. Skor yang rendah pada pretest akan cenderung naik mendekati mean
pada posttest dan skor yang tinggi pada pretest akan cenderung turun mendekati
mean. Ancaman ini akan lebih besar terjadi pada penelitian terhadap kelompok
yang di dalamnya ada anak berkebutuhan khusus seperti slow learner dan gifted.
Pada pretest, kelompok slow learner akan mendapat skor yang sangat rendah.
Sesudah treatment, mereka akan mendapatkan skor yang lebih tinggi. Sedangkan
anak gifted biasanya akan mendapatkan skor yang sangat tinggi pada pretest, tetapi
akan mengalami penurunan pada posttest. Jika perubahan yang terjadi pada posttest
diklaim melulu sebagai hasil treatment penelitian, kesimpulan tersebut bisa
diragukan karena efek regresi statistik ini.
Hasil pretest atau posttest belum tentu seluruhnya mencerminkan
kemampuan objektif. Faktor-faktor lain mungkin ikut berpengaruh ketika menjalani
pretest atau posttest, misalnya stress saat mengerjakan test, kurang konsentrasi,
kurang istirahat, salah menginterpretasikan pertanyaan, dan sebagainya. Maka
untuk mengendalikan ancaman tersebut, peneliti harus cermat dalam melihat
partisipan dengan skor pretest yang sangat tinggi atau sangat rendah dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
membandingkannya dengan hasil posttest mereka. Penggunaan kelompok kontrol
akan mengurangi ancaman ini karena keduanya kurang lebih memiliki partisipan
khusus yang kurang lebih sama. Jika diabaikan, ancaman terhadap validitas internal
penelitian rendah (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283).
6. Mortalitas (mortality)
Mortalitas merupakan peristiwa yang terjadi ketika jumlah partisipan pada
saat pretest berbeda dengan jumlah partisipan pada saat posttest. Hal tersebut bisa
saja terjadi karena partisipan mengundurkan diri dalam penelitian sehingga tidak
mengikut posttest dan dapat berpengaruh terhadap validitas penelitian. Ancaman
ini akan lebih besar untuk penelitian yang dilakukan dalam jangka waktu yang
lama. Hasil posttest dari partisipan yang tersisa bisa saja berbeda dibanding
dikerjakan oleh seluruh partisipan yang sama pada saat pretest. Maka solusi untuk
mengendalikannya yaitu mengisi skor siswa yang tidak hadir dengan rerata skor
kelompok. Jika diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian
menengah (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 282).
7. Pengujian (testing)
pretest pada awal penelitian bisa mempengaruhi hasil posttest sehingga
hasil posttest menjadi lebih tinggi jika tanpa ada pretest (Cohen, Manion, &
Morrison, 2007: 156). pretest yang dilakukan pada kelompok akan membuat
mereka memiliki pengetahuan awal dan menjadi familiar dengan materi tes
sehingga dapat fokus terhadap posttest yang akan mereka kerjakan. Kelompok
mungkin akan menyadari kesalahan-kesalahan pengerjaan pretest saat mereka
sudah mendapatkan treatment sehingga mereka dapat lebih tepat dalam
mengerjakan posttest.
Jika penelitian hanya dilakukan terhadap satu kelompok eksperimen saja,
ancaman terhadap validitas internal akan lebih tinggi (Johnson & Christensen,
2008: 262). Maka solusi untuk mengurangi ancaman validitas internal tersebut
adalah menggunakan kelompok kontrol yang sama-sama mengerjakan pretest. Jika
diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian rendah (Fraenkel,
Wallen, & Hyun, 2012: 283).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
8. Instrumentasi (instrumentation)
Setiap perubahan atau perbedaan instrumen pretest dan posttest yang
digunakan untuk mengukur variabel dependen akan meningkatkan ancaman
terhadap validitas internal penelitian (Johnson & Christensen, 2008: 262).
Instrumen yang tidak valid dan tidak reliabel menjadi ancaman serius terhadap hasil
penelitian. Berikut kategori ancaman validitas internal berupa instrumentasi
(Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283).
a. Instrumen yang digunakan mengalami kerusakan. Solusinya yaitu dilakukan
pemeriksaan, sehingga kondisi instrumen saat posttest sama dengan saat pretest.
Jika diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian tergolong
rendah.
b. Karakteristik alat pengumpul data yang digunakan berbeda antar kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen atau untuk pretest dan posttest. Solusinya
karakteristik alat pengumpul data yang digunakan harus sama untuk kedua
kelompok dan untuk pretest dan posttest. Jika diabaikan, tingkat ancaman terhadap
validitas internal penelitian menengah.
c. Bias alat pengumpul data dapat terjadi, terutama jika menggunakan teknik
observasi. Observer dapat memiliki pandangan yang berbeda atau bias ketika
mengamati kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Solusinya yaitu
melakukan pelatihan terhadap observer atau observer sama sekali tidak diberi tahu
mana kelompok kontrol dan mana kelompok eksperimen sehingga lebih objektif.
Jika diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian tinggi.
9. Lokasi (location)
Jika lokasi yang digunakan untuk pretest, posttest, maupun untuk perlakuan
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terlalu berbeda, maka ancaman
validasi internal berupa lokasi tidak dapat terkendali. Misalnya ukuran ruang,
kenyamanan ruang, kebisingan ruang, dan sebagainya. Solusinya menggunakan
lokasi yang sama, hanya saja kelas yang digunakan antara kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen berbeda ruangan. Jika diabaikan, tingkat ancaman terhadap
validitas internal penelitian menengah sampai tinggi (Fraenkel, Wallen, & Hyun,
2012: 282).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
10. Karakteristik Subjek (subject characteristics)
Karakteristik subjek yang berbeda antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen menjadi ancaman besar bagi validitas internal penelitian (Frankel,
Wallen, & Hyun, 2012: 282). Ancaman ini dapat digolongkan menjadi dua bagian
(Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 282).
a. Kemampuan awal yang berbeda pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen akan mempengaruhi hasil posttest. Maka untuk mengatasi
ancaman tersebut, sampel kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dipilih
secara random. Kemudian dilakukan pengecekan terhadap pretest untuk
memastikan bahwa kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama.
Jika kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang setara maka bias yang
mungkin terjadi dianggap tidak ada (Neuman, 2013: 238). Jika diabaikan,
ancaman terhadap validitas internal penelitian tinggi.
b. Jumlah perempuan dan laki-laki yang berbeda pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen bisa berpengaruh terhadap posttest. Maka solusi untuk
ancaman ini adalah melakukan penyetaraan jumlah laki-laki dan perempuan
pada kedua kelompok (matching). Jika diabaikan, tingkat ancaman terhadap
validitas internal penelitian menengah.
11. Implementasi (implementation)
Perbedaan guru yang mengajar pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen bisa berpengaruh pada skor posttest. Setiap guru memiliki gaya
mengajar yang berbeda sehingga perbedaan guru yang mengajar di kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen bisa saja mempengaruhi hasil posttest. Maka
untuk mengendalikan ancaman validitas internal tersebut yaitu dengan memilih satu
guru untuk mengimplementasikan pembelajaran di kedua kelompok dan perlu
mengontrol implementasi pembelajaran yang lebih cermat. Jika diabaikan, tingkat
ancaman terhadap validitas internal penelitian tinggi (Fraenkel, Wallen, & Hyun,
2012: 284).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian merupakan hasil implementasi penelitian berupa deskripsi
sampel penelitian dan deskripsi dari implementasi pembelajaran. Pembahasan
berisi tentang pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap
kemampuan eksplanasi dan regulasi diri pada materi energi.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Hasil Implementasi
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan dua kelas yaitu kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan desain non probability sampling dengan tipe convenience
sampling. Teknik convenience sampling muncul karena adanya keterbatasan waktu,
sumber, daya, atau tujuan sehingga seorang peneliti dapat melakukan kajian di
mana guru atau siswa berada dalam satu gedung sekolah atau kelas (Lodico,
Spaulding, & Voegtle, 2006: 145). Penentuan kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen dilakukan dengan cara pengundian bersama dengan guru mitra. Hasil
pengundian menunjukkan bahwa kelas IV musikal 3 menjadi kelompok eksperimen
dan kelas IV musikal 1 menjadi kelompok kontrol. Berikut deskripsi sampel
penelitian dan implementasi pembelajaran yang dilaksanakan pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen.
4.1.1.1 Deskripsi Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV salah satu SD swasta
di Yogyakarta tahun pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 65 siswa. Sampel
penelitian ini adalah kelas IV musikal 1 dan IV musikal 3. Kelas IV musikal 3
sebagai kelompok eksperimen memiliki jumlah siswa sebanyak 22 siswa yang
terdiri dari 10 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki. Selanjutnya kelas IV
musikal 1 sebagai kelompok kontrol memiliki jumlah siswa sebanyak 21 siswa
yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki.
Sampel pertama yaitu kelas IV musikal 1 sebagai kelompok kontrol. Siswa
kelompok kontrol memiliki latar belakang yang beragam dengan tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
perekonomian mayoritas menengah atas. Data menunjukkan bahwa pekerjaan
orang tua siswa antara lain PNS, wiraswasta, dokter, TNI dan karyawan swasta.
Latar belakang pendidikan orang tua siswa antara lain SMA, D3, S1, dan S2. Semua
siswa kelas IV musikal 1 hadir di dalam kelas ketika dilaksanakannya pretest,
treatment, dan posttest.
Sampel kedua adalah kelas IV musikal 3 sebagai kelompok eksperimen.
Sama seperti kelompok kontrol, kelompok eksperimen juga berasal dari berbagai
latar belakang dengan tingkat perekonomian mayoritas menengah atas. Data
menunjukkan bahwa pekerjaan orang tua siswa antara lain PNS, wiraswasta, dosen,
TNI dan karyawan swasta. Latar belakang pendidikan orang tua siswa antara lain
SMA, D3, S1, dan S2. Semua siswa kelas IV musikal 3 hadir di dalam kelas ketika
dilaksanakannya pretest, treatment, dan posttest.
4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran
Penelitian diawali dengan pretest pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Tujuan diadakannya pretest yaitu untuk mengendalikan ancaman
validitas internal berupa testing atau pengujian. Pretest pada awal penelitian bisa
mempengaruhi hasil posttest sehingga hasil posttest menjadi lebih tinggi jika tanpa
ada pretest (Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 156), sehingga pretest diadakan
untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada dua kelompok tersebut. Pretest
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilaksanakan pada hari dan waktu
yang sama dengan tujuan untuk mengendalikan ancaman validitas internal berupa
difusi treatment atau kontaminasi. Pretest dilaksanakan bersamaan pada hari Jumat,
2 Agustus 2019 selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) di jam pertama pelajaran.
Siswa mengerjakan soal pretest berupa soal uraian sebanyak 18 item soal dari 6
nomor soal. Sebelum mengerjakan soal, siswa mendapatkan pengarahan dari guru
mengenai cara mengerjakan soal. Guru juga memberikan waktu kepada siswa untuk
membaca secara singkat setiap item soal dan diberi kesempatan untuk menanyakan
maksud dari item soal yang belum siswa pahami. Peran peneliti dalam
pelaksanakan pretest yaitu mempersiapkan terlaksananya pretest di kelompok
kontrol amupun di kelompok eksperimen serta mendokumentasikan pretest yang
sedang berlangsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Pembelajaran pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
dilaksanakan selama 4 kali pertemuan. Setiap pertemuan berlangsung selama 2 x
35 menit (2 jam pelajaran). Guru yang mengajar di kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen merupakan guru yang sama. Hal ini dilakukan untuk mengendalikan
ancaman validitas internal berupa implementasi. Perbedaan guru yang mengajar
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen bisa berpengaruh pada skor
posttest (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283). Selama penelitian ini berlangsung,
peneliti tidak ambil bagian dalam proses pembelajaran. Peneliti berada di tempat
penelitian sebagai pengamat selama berlangsungnya pembelajaran, menyiapkan
alat dan bahan sebelum treatment, dan mendokumentasikan kegiatan pembelajaran.
Berikut deskripsi implementasi pembelajaran kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen.
1. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Kontrol
Pembelajaran di kelompok kontrol menggunakan metode ceramah.
Pembelajaran dilaksanakan selama 4 kali pertemuan bersama dengan guru mitra.
Setiap pertemuan dilaksanakan dalam waktu 2 x 35 menit (2 jam pelajaran). Setiap
pertemuan memiliki sub materi yang berbeda-beda. Materi pokok yang dipelajari
oleh siswa yaitu energi. Sedangkan sub materi yang disampaikan pada empat
pertemuan tersebut adalah macam-macam sumber energi, jenis-jenis energi,
perubahan energi, dan energi alternatif. Kegiatan dalam pembelajaran di kelompok
kontrol terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada
kegiatan pendahuluan, guru mengawali dengan salam, doa, absensi, apersepsi,
motivasi, dan orientasi. Pada kegiatan inti, guru menjelaskan materi energi secara
lisan kepada siswa. Selanjutnya pada kegiatan penutup, guru bersama dengan
siswa menyimpulkan pembelajaran, melakukan evaluasi, dan refleksi.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada Senin, 05 Agustus 2019 jam pelajaran
pertama dan kedua yaitu pada pukul 07.20 – 08.30 WIB. Materi yang diajarkan
pada pertemuan pertama adalah macam-macam sumber energi. kegiatan diawali
dengan ucapan salam kepada siswa dan dilanjutkan dengan doa bersama. Guru
melakukan presensi dengan singkat lalu siswa diberi motivasi dengan melakukan
tepuk semangat. Kegiatan apersepsi dilakukan melalui tanya jawab mengenai
macam-macam sumber energi yang sudah mereka ketahui atau sering dijumpai di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
sekitar. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan dan kegiatan yang akan dilakukan
(orientasi). Pada kegiatan inti, guru mengajarkan materi tentang macam-macam
sumber energi dengan cara lisan dan siswa memperhatikan penjelasan dari guru.
Di kegiatan penutup, guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran,
mengerjakan soal evaluasi, dan melakukan kegiatan refleksi terkait pembelajaran
di pertemuan pertama.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada Selasa, 06 Agustus 2019 jam pelajaran
pertama dan kedua pada pukul 07.20 – 08.30 WIB. Materi yang diajarkan pada
pertemuan kedua adalah jenis-jenis energi. Kegiatan diawali dengan ucapan salam
kepada siswa dan dilanjutkan dengan doa bersama. Selanjutnya guru melakukan
presensi kehadiran siswa. Guru memberikan motivasi dengan mengajak siswa
menyanyikan lagu berjudul menghemat energi dan mengikuti gerakan dari guru.
Guru dan siswa juga melakukan tanya jawab mengenai jenis-jenis energi yang
sudah pernah mereka temui atau yang sudah mereka ketahui sebelumnya
(apersepsi). Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan
pembelajaran (orientasi). Pada kegiatan inti, siswa mendengarkan penjelasan dari
guru tentang jenis-jenis energi secara lisan. Lalu kegiatan pembelajaran diakhiri
dengan kegiatan menyimpulkan pembelajaran oleh guru dan siswa, mengerjakan
soal evaluasi, dan merefleksikan pembelajaran menggunakan bantuan pertanyaan
dari guru.
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada Rabu, 07 Agustus 2019 jam pelajaran
pertama dan kedua pada pukul 07.20 – 08.30 WIB. Materi yang diajarkan pada
pertemuan ketiga adalah perubahan energi. Kegiatan pembelajaran diawali dengan
salam, doa pembuka, dan presensi kehadiran siswa. Kemudian guru memotivasi
siswa dengan menyanyikan lagu pelangi-pelangi bersama-sama. Kegiatan
apersepsi dilaksanakan melalui tanya jawab tentang perubahan energi. Selanjutnya
guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. Pada
kegiatan inti, siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi perubahan
energi. Kegiatan akhir dilakukan dengan menyimpulkan materi yang telah
dipelajari, siswa mengerjakan soal evaluasi, dan melakukan refleksi dengan
pertanyaan panduan dari guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Pertemuan keempat dilaksanakan pada Jumat, 09 Agustus 2019 jam pelajaran
pertama dan kedua pada pukul 07.20 – 08.30 WIB. Materi yang dipelajari siswa
pada pertemuan keempat adalah energi alternatif. Kegiatan pembelajaran diawali
dengan salam, doa pembuka, dan presensi kehadiran. Kemudian guru memotivasi
siswa melalui goyang poki-poki yang dicontohkan oleh guru dan diikuti oleh
siswa. Selanjutnya guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab tentang energi
alternatif. Guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan
pembelajaran pada pertemuan keempat. Pada kegiatan inti, siswa mendengarkan
penjelasan dari guru tentang energi alternatif. Kegiatan pembelajaran diakhiri
dengan menyimpulkan materi pembelajaran bersama-sama, siswa mengerjakan
soal evaluasi, dan melakukan refleksi dengan pertanyaan panduan dari guru.
Setelah melaksanakan pembelajaran selama 4 kali pertemuan, kelompok
kontrol melaksanakan posttest pada Selasa, 27 Agustus 2019 pukul 07.20 – 08.30
WIB. Posttest dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman siswa
tentang materi energi setelah menerima pembelajaran menggunakan metode
ceramah. Soal yang digunakan saat posttest sama dengan soal yang digunakan saat
pretest. Penggunaan soal yang sama pada saat pretest dan posttest bertujuan untuk
mengendalikan ancaman validitas intermal yaitu instrumen. Nomor soal yang
peneliti gunakan untuk meneliti variabel eksplanasi adalah 5a, 5b, 5c, sedangkan
nomor soal untuk meneliti variabel regulasi diri adalah 6b, 6c, dan 6d.
2. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen
Pembelajaran pada kelompok eksperimen menggunakan treatment atau
perlakuan yang sudah disiapkan oleh peneliti. Treatment tersebut adalah model
pembelajaran inkuiri. Pembelajaran kelompok eksperimen dilaksanakan sebanyak
empat pertemuan. Setiap pertemuan berdurasi 2 x 35 menit (dua jam pelajaran).
Kemampuan yang dikembangkan dalam setiap pertemuan adalah kemampuan
menginterpretasi, kemampuan menganalisis, kemampuan mengevaluasi,
kemamapuan menarik kesimpulan, kemampuan eksplanasi, dan kemampuan
regulasi diri. Kegiatan dalam pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti,
dan kegiatan penutup. Kegiatan diawali dengan motivasi dan apersepsi.
Selanjutnya pada kegiatan inti, pembelajaran disampaikan menggunakan model
pembelajaran inkuiri yang terdiri dari tujuh langkah yaitu orientasi, merumuskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan,
mempresentasikan hasil, dan melakukan evaluasi. Pada langkah orientasi, guru
membagi kelas menjadi 6 kelompok dengan anggota yang berisi 4-5 siswa. Pada
kegiatan penutup guru menegaskan kembali hasil dari pembelajaran dan
menyampaikan bahan-bahan yang harus dibawa untuk eksperimen selanjutnya.
Materi pokok yang dipelajari oleh siswa yaitu energi. Sedangkan sub materi yang
disampaikan pada empat pertemuan tersebut adalah sumber energi, jenis-jenis
energi, perubahan energi, dan energi alternatif.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada Senin, 19 Agustus 2019 pukul 09.25 –
10.35 WIB. Materi yang dipelajari oleh siswa adalah sumber energi khususnya
sumber energi panas. Kegiatan diawali dengan mengajak siswa melakukan
permainan “panas dingin” sebagai motivasi. Selanjutnya siswa bersama guru
melakukan tanya jawab tentang energi dan sumber energi untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa mengenai energi (apersepsi). Terdapat satu langkah model
pembelajaran inkuiri yang diterapkan pada kegiatan awal yaitu orientasi. Guru
melakukan orientasi dengan menjelaskan tujuan dan kegiatan pembelajaran,
membagi kelas menjadi enam kelompok, dan membagikan LKS kepada setiap
kelompok.
Pada kegiatan inti, siswa diberi sebuah stimulus yang kemudian dijadikan
sebagai acuan dalam membuat rumusan masalah (langkah kedua). Stimulus berupa
gambar menjemur baju, video cara kerja PLTA, video merebus air, dan video panel
surya. Guru menampilkan stimulus satu per satu menggunakan power point. Setiap
penayangan satu stimulus, siswa diminta untuk membuat tiga rumusan masalah
secara bebas. Setelah melihat stimulus berupa gambar menjemur baju, siswa
diminta untuk membuat tiga rumusan masalah yang berkaitan dengan sumber
energi panas. Setelah melihat stimulus berupa video cara kerja PLTA, siswa
diminta untuk membuat tiga rumusan masalah yang berkaitan dengan sumber
energi listrik. Setelah melihat video merebus air, siswa diminta untuk membuat
tiga rumusan masalah yang berkaitan dengan perubahan energi. Setelah melihat
video panel surya, siswa diminta untuk membuat tiga rumusan masalah yang
berkaitan dengan energi alternatif. Rumusan masalah dibuat dengan menggunakan
kata tanya “apakah” dan dibimbing oleh guru mitra. Kemudian siswa bersama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
dengan guru menentukan masing-masing satu rumusan masalah yang paling tepat
untuk materi sumber energi panas, sumber energi listrik, perubahan energi, dan
energi alternatif. Setelah memutuskan empat merumuskan masalah untuk empat
materi, siswa membuat rumusan hipotesis (langkah ketiga) dengan cara
menghilangkan kata tanya “apakah” pada rumusan masalah yang sudah dibuat
sehingga terdapat empat hipotesis yang dirumuskan oleh siswa. Selanjutnya, siswa
diminta untuk menuliskan rumusan masalah dan hipotesis pada empat LKS yang
digunakan selama empat kali pertemuan.
Pada langkah melakukan eksperimen (langkah keempat), siswa dalam
kelompok melakukan percobaan untuk membuktikan hipotesis tentang sumber
energi panas. Percobaan yang dilakukan pada pertemuan pertama yaitu
mengeringkan tisu yang sudah dibasahi pada tiga tempat yang berbeda (dalam
ruangan, di bawah sinar matahari, dan teras). Kemudian siswa mengamati apa yang
terjadi pada tisu tersebut berdasarkan waktu yang sudah ditentukan dalam LKS.
Selama melakukan eksperimen, siswa mengumpulkan data melalui pengamatan
dan menuliskan pada LKS. Langkah selanjutnya siswa menarik kesimpulan dari
percobaan untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis yang mereka buat.
Kegiatan dilanjutkan dengan mempresentasikan hasil percobaan, dan melakukan
evaluasi. Pada kegiatan penutup, guru menegaskan kembali tentang materi sumber
energi, menyimpulkan pembelajaran, refleksi, dan mengumumkan bahan-bahan
yang harus di bawa untuk percobaan selanjutnya.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada Rabu, 21 Agustus 2019 pukul 07.20 –
08.30 WIB. Materi yang akan dibahas pada pertemuan ini adalah perubahan energi.
Kegiatan diawali dengan mengajak siswa melakukan permainan pil-pil banana
sebagai motivasi. Selanjutnya guru dan siswa bertanya jawab tentang materi
perubahan energi (apersepsi). Guru juga menjelaskan garis besar materi, tujuan
pembelajaran, dan membagikan LKS sesuai nama kelompok dan sudah berisi
rumusan masalah dan hipotesis (orientasi).
Kegiatan inti pada pertemuan kedua langsung pada langkah keempat yaitu
melakukan eksperimen karena rumusan masalah dan rumusan hipotesis untuk
empat pembelajaran sudah dilaksanakan pada pertemuan pertama. Pada langkah
keempat, siswa mengamati LKS yang sudah dibagikan, mempersiapkan bahan, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
melakukan percobaan “kertas goyang” secara berkelompok untuk membuktikan
hipotesis tentang perubahan energi. Siswa menyalakan lilin dan menggunting
kertas yang sudah diberi pola spiral. Kertas spiral dikaitkan dengan tangkai kayu
menggunakan benang. Siswa secara bergantian mencoba menggantungkan kertas
di atas api lilin dengan jarak yang berbeda-beda sesuai dengan ketentuan pada
LKS. Kemudian siswa mengamati perbedaan yang terjadi pada perputaran kertas
spiral. Selama proses percobaan berlangsung, siswa melakukan pengamatan dan
menuliskannya pada LKS. Diakhir percobaan siswa berdiskusi untuk menjawab
beberapa pertanyaan pada LKS.
Pada langkah kelima yaitu menarik kesimpulan, siswa dengan bantuan guru
menarik kesimpulan dari percobaan untuk menjawab rumusan masalah dan
hipotesis yang mereka buat. Kegiatan dilanjutkan dengan mempresentasikan hasil
(langkah keenam) percobaan di depan kelas dan melakukan evaluasi (langkah
ketujuh) atas percobaan yang sudah dilakukan. Pada kegiatan penutup, guru
menegaskan kembali tentang materi sumber energi, menyimpulkan pembelajaran,
refleksi, dan mengumumkan bahan-bahan yang harus di bawa untuk percobaan
selanjutnya.
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada Jumat, 23 Agustus 2019 pukul 07.20 –
08.30 WIB. Materi yang dibahas pada pertemuan ini adalah sumber energi listrik.
Kegiatan diawali dengan mengajak siswa bermain “cabuca caca” dan bertanya
jawab dengan siswa tentang sumber energi listrik (apersepsi). Langkah
selanjutnya, guru menyampaikan tujuan dan garis besar pembelajaran serta
membagikan LKS sesuai nama kelompok yang sudah berisi rumusan masalah dan
hipotesis.
Pada kegiatan inti, guru meminta siswa untuk membaca kembali rumusan
masalah dan hipotesis pada LKS. Guru mengajak siswa untuk memecahkan
rumusan masalah dan membuktikan hipotesis. Langkah selanjutnya, siswa
diarahkan untuk melakukan langkah keempat yaitu melakukan eksperimen. Siswa
dalam kelompok mempersiapkan bahan-bahan yang sudah ditentukan oleh guru
dan melakukan percobaan “kentang bersinar” sesuai petunjuk percobaan yang ada
di LKS. Siswa merangkaikan bahan-bahan seperti kentang, paku, uang koin emas,
kabel penjepit buaya, dan lampu LED sesuai dengan petunjuk pada LKS. Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
menancapkan paku dan koin pada potongan kentang. Lalu mengaitkan koin pada
kentang dengan paku pada kentang lain menggunakan kabel penjepit buaya. Dua
kabel penjepit buaya yang tersisa dikaitkan dengan lampu LED. Percobaan
dilakukan beberapa kali dengan jumlah kentang yang berbeda-beda dan warna
lampu LED yang berbeda-beda pula. Lalu siswa mengamati perbedaan yang terjadi
pada nyala lampu dan menuliskannya pada LKS. Di akhir percobaan siswa
berdiskusi untuk menjawab pertanyaan pada LKS. Pada langkah kelima, siswa
dalam kelompok berdiskusi untuk menyimpulkan apakah percobaan yang mereka
lakukan sudah menjawab rumusan masalah dan sesuai dengan hipotesis.
Pada langkah keenam, siswa mempresentasikan hasil percobaan dan diskusi
mereka di depan kelas. Pada langkah ketujuh, siswa dengan bantun guru
melakukan evaluasi terhadap percobaan mereka untuk mengetahui apakah
rumusan masalah sudah terjawab. Pada kegiatan penutup, siswa bersama guru
menyimpulkan dan menegaskan kembali pembelajaran yang sudah dilakukan.
Selanjutnya guru serta siswa melakukan refleksi dan menyampaikan apa saja yang
perlu dibawa untuk pertemuan selanjutnya.
Pertemuan keempat dilaksanakan pada Senin, 26 Agustus 2019 pukul 12.05 –
13.15 WIB. Materi yang dibahas pada pertemuan ini adalah energi alternatif.
Kegiatan diawali dengan motivasi. Guru mengajak siswa bermain tepuk bit one
untuk mengasah konsentrasi dan melakukan tanya ajwab tentang sumber energi
alternatif (apersepsi). Langkah selanjutnya guru menjelaskan gambaran umum,
tujuan pembelajaran, dan membagikan LKS yang sudah berisi rumusan masalah
dan hipotesis.
Siswa melakukan langkah keempat yaitu melakukan eksperimen pada
kegiatan inti. Siswa melakukan percobaan tentang energi alternatif yaitu “oven
matahari”. Sebelum melakukan percobaan, siswa mengamati LKS dan
mempersiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan yaitu alumunium foil, kardus bekas,
mika bening, kertas hitam, lem, dan mentega. Kemudian siswa merangkai oven
matahari sesuai petunjuk yang ada pada LKS. Setelah oven matahari selesai dibuat,
siswa keluar kelas untuk mencoba memasak margarin di bawah sinar matahari.
Siswa mengamati berdasarkan waktu yang sudah ditentukan pada LKS dan
menuliskan hasilnya. Selanjutnya siswa berdiskusi untuk menjawab pertanyaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
pada LKS. Pada langkah kelima, siswa menarik kesimpulan dari percobaan tersebut
untuk menjawab rumusan masalah dan membuktikan hipotesis. Pada langkah
keenam, siswa mempresentasikan hasil percobaannya di depan kelas secara
bergantian. Langkah selanjutnya, siswa bersama guru melakukan evaluasi terhadap
percobaan untuk mengetahui apakah rumusan masalah dan hipotesis sudah
terjawab. Pada kegiatan penutup, siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan
dan menegaskan kembali materi pembelajaran yang telah dilakukan. Selanjutnya,
siswa melakukan refleksi pembelajaran.
Kelompok eksperimen melaksanakan posttest pada Selasa, 27 Agustus 2019
pukul 07.20 – 08.30 WIB. Waktu untuk mengerjakan posttest adalah 2 x 35 menit
(2 jam pelajaran) Posttest dilaksanakan untuk mengetahui pemahaman siswa
tentang materi energi setelah menerima pembelajaran menggunakan model
pembelajaran inkuiri. Soal yang digunakan saat posttest sama dengan soal yang
digunakan saat pretest guna mengendalikan ancaman validitas intermal yaitu
instrumen. Nomor soal yang peneliti gunakan untuk meneliti variabel eksplanasi
adalah 5a, 5b, 5c, sedangkan nomor soal untuk meneliti variabel regulasi diri
adalah 6b, 6c, dan 6d.
4.1.2 Deskripsi Sebaran Data
Berdasarkan pretest dan posttest yang sudah dilakukan, peneliti akan
memperlihatkan perbedaan data yang diperoleh kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol pada setiap indikator.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
4.1.2.1 Kemampuan eksplanasi
Hasil dari sebaran data pada kemampuan eksplanasi dapat dilihat pada tabel
berikut.
1. Kelompok Kontrol
Tabel 4.1 Frekuensi Sebaran Data Kelompok Kontrol Kemampuan eksplanasi
No. Indikator Soal Skor pretest Skor Posttest
1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total
1
Menjelaskan hasil
penalaran dari gambar
yang berkaitan dengan
prinsip kerja PLTA
2 13 6 0 21 1 7 8 5 21
2
Membenarkan
langkah-langkah
perubahan sumber
energi air menjadi
energi listrik.
19 1 1 0 21 16 1 1 3 21
3
Menyatakan argumen
dan alasan berkaitan
dengan hal yang
berpengaruh pada
energi potensial air.
12 7 2 0 21 11 3 5 2 21
Total Frekuensi 33 21 7 0 63 28 11 14 10 63
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa skor pretest kelompok kontrol yang banyak
diperoleh pada ketiga indikator adalah skor 1 yaitu sebanyak 33 siswa. Sedangkan
skor pretest kelompok kontrol yang paling sedikit jumlahnya pada ketiga indikator
adalah skor 4 yaitu sebanyak 0 siswa. Hasil posttest menunjukkan bahwa skor 1
adalah skor yang paling banyak diperoleh yaitu sebanyak 28 siswa. Skor yang
paling sedikit jumlahnya pada posttest kelompok kontrol adalah skor 4 yaitu
sebanyak 10 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada skor 4
yaitu dari 0 siswa menjadi 10 siswa. Skor yang paling banyak muncul pada pretest
dan posttest adalah skor 1. Pada pretest, skor 1 muncul sebanyak 33 siswa
sedangkan pada posttest mengalami penurunan yaitu sebanyak 28 siswa. Terjadi
peningkatan jumlah siswa pada skor 3 dan 4, sedangkan skor 1 dan 2 mengalami
penurunan jumlah siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
2. Kelompok Eksperimen
Tabel 4.2 Frekuensi Sebaran Data Kelompok Eksperimen Kemampuan
eksplanasi
No. Indikator Soal Skor pretest Skor Posttest
1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total
1
Menjelaskan hasil
penalaran dari gambar
yang berkaitan dengan
prinsip kerja PLTA
3 15 4 0 22 0 3 11 8 22
2
Membenarkan
langkah-langkah
perubahan sumber
energi air menjadi
energi listrik.
21 1 0 0 22 0 2 8 12 22
3
Menyatakan argumen
dan alasan berkaitan
dengan hal yang
berpengaruh pada
energi potensial air.
6 7 5 4 22 1 7 12 2 22
Jumlah Frekuensi 30 23 9 4 66 1 12 31 22 66
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa skor yang paling banyak diperoleh pada 3
indikator dalam pretest kelompok eksperimen adalah skor 1 dengan jumlah 30
siswa. Skor 4 pada pretest kelompok eksperimen merupakan skor dengan jumlah
paling sedikit diperoleh yaitu 4 siswa. Hasil posttest diketahui skor 3 merupakan
skor yang paling banyak diperoleh pada 3 indikator yaitu sebanyak 31 siswa dan
skor yang paling sedikit diperoleh pada posttest adalah skor 1 sebanyak 1 siswa.
Skor yang paling banyak muncul pada pretest adalah skor 1 dengan jumlah 30
siswa, sedangkan skor yang paling banyak muncul pada posttest adalah skor 3
dengan jumlah 31 siswa. Berdasarkan data pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa
terjadi peningkatan perolehan skor pada skor 3 dan 4, serta terjadi penurunan
perolehan skor pada skor 1 dan 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
4.1.2.2 Kemampuan Regulasi diri
Hasil dari sebaran data pada kemampuan regulasi diri dapat dilihat pada tabel
berikut.
1. Kelompok Kontrol
Tabel 4.3 Frekuensi Sebaran Data Kelompok Kontrol Kemampuan Regulasi diri
No. Indikator Soal Skor pretest Skor Posttest
1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total
1
Menilai tindakan dan
memberikan
penjelasan yang
berhubungan dengan
penggunaan energi
listrik dan sumber
energi berupa air.
5 12 3 1 21 0 14 6 1 21
2
Merencanakan cara
atau langkah yang
tepat untuk berhemat
energi.
5 8 7 1 21 3 4 13 1 21
3
Memastikan apakah
langkah yang diambil
benar-benar dapat
menghemat energi.
12 9 0 0 21 11 9 1 0 21
Jumlah Frekuensi 22 29 10 2 63 14 27 20 2 63
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa skor pretest kelompok kontrol yang banyak
diperoleh pada ketiga indikator adalah skor 2 yaitu sebanyak 29 siswa. Sedangkan
skor pretest kelompok kontrol yang paling sedikit jumlahnya pada ketiga indikator
adalah skor 4 yaitu sebanyak 2 siswa. Hasil posttest menunjukkan bahwa skor 2
adalah skor yang paling banyak diperoleh yaitu sebanyak 27 siswa. Skor yang
paling sedikit jumlahnya pada posttest kelompok kontrol adalah skor 4 yaitu
sebanyak 2 siswa. Skor yang paling banyak muncul pada pretest dan posttest adalah
skor 2. Pada pretest, skor 2 muncul sebanyak 29 siswa sedangkan pada posttest
mengalami penurunan yaitu sebanyak 27 siswa. Terjadi peningkatan jumlah siswa
pada skor 3, sedangkan skor 1 dan 2 mengalami penurunan jumlah siswa. Skor 4
tidak mengalami peningkatan maupun penurunan dari pretest ke posttest.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
2. Kelompok Eksperimen
Tabel 4.4 Frekuensi Sebaran Data Kelompok Eksperimen Kemampuan Regulasi
diri
No. Indikator Soal Skor pretest Skor Posttest
1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total
1
Menilai tindakan dan
memberikan
penjelasan yang
berhubungan dengan
penggunaan energi
listrik dan sumber
energi berupa air.
6 11 4 1 22 0 9 6 7 22
2
Merencanakan cara
atau langkah yang
tepat untuk berhemat
energi.
3 6 8 5 22 1 2 2 17 22
3
Memastikan apakah
langkah yang diambil
benar-benar dapat
menghemat energi.
6 14 2 0 22 3 7 6 6 22
Jumlah Frekuensi 15 31 14 5 66 4 18 14 30 66
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa skor yang paling banyak diperoleh pada 3
indikator dalam pretest kelompok eksperimen adalah skor 2 dengan jumlah 31
siswa. Skor 4 pada pretest kelompok eksperimen merupakan skor dengan jumlah
paling sedikit diperoleh yaitu 5 siswa. Hasil posttest diketahui skor 4 merupakan
skor yang paling banyak diperoleh pada 3 indikator yaitu sebanyak 30 siswa dan
skor yang paling sedikit diperoleh pada posttest adalah skor 1 sebanyak 4 siswa.
Skor yang paling banyak muncul pada pretest adalah skor 2 dengan jumlah 31
siswa, sedangkan skor yang paling banyak muncul pada posttest adalah skor 4
dengan jumlah 30 siswa. Berdasarkan data pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa
terjadi peningkatan perolehan skor pada skor 3 dan 4, serta terjadi penurunan
perolehan skor pada skor 1 dan 2.
4.1.3 Uji Hipotesis Penelitian I
Hipotesis penelitian I adalah penerapan model pembelajaran inkuiri
berpengaruh terhadap kemampuan eksplanasi siswa kelas IV SD Joannes Bosco
Yogyakarta. Variabel dependen pada hipotesis penelitian I adalah kemampuan
eksplanasi, sedangkan variabel independen pada hipotesis penelitian I adalah
penerapan model pembelajaran inkuiri. instrumen yang digunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
mengukur variabel dependen terdiri dari 1 soal uraian nomor soal 5. Satu nomor
soal mengandung tiga indikator yaitu menjelaskan hasil penalaran dari gambar
yang berkaitan dengan prinsip kerja PLTA, membenarkan langkah-langkah
perubahan sumber energi air menjadi energi listrik, dan menyatakan argumen dan
alasan berkaitan dengan hal yang berpengaruh pada energi potensial air.
Program yang digunakan untuk menghitung analisis statistik secara
keseluruhan adalah program komputer IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan
tingkat kepercayaan 95%. Tahap yang dilakukan dalam menganalisis data adalah
1) Uji normalitas data untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data. Hasil
uji normalitas data menentukan penggunaan analisis statistik parametrik atau non-
paramterik pada tahap selanjutnya, 2) Uji perbedaan kemampuan awal untuk
mengetahui kemampuan awal kedua kelompok pada kemampuan eksplanasi, 3) Uji
signifikansi pengaruh perlakukan dan, 4) Uji besar pengaruh perlakuan. Selanjutnya
dilakukan analisis lebih lanjut yang terdiri dari a) Uji persentase penignkatan rerata
pretest ke posttest, b) Uji besar efek peningkatan rerata pretest ke posttest, dan c)
Uji korelasi antara rerata pretest dan posttest.
4.1.3.1 Uji Perbedaan Kemampuan Awal
Uji perbedaan kemampuan awal bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama terhadap
kemampuan eksplanasi. Data yang digunakan adalah rerata skor pretest pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Sebelum uji perbedaan kemampuan
awal, dilakukan uji normalitas data dan uji homogenitas varian menggunakan
Levene’s test.
1. Uji Asumsi
a. Uji normalitas Distribusi Data
Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui bahwa data penelitian yang
akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak (Silalahi, 2018: 54). Uji normalitas
dilakukan dengan menggunakan IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan
tingkat kepercayaan 95%. Pengujian dilakukan dengan One Sample Kolmogorov
Smirnov test. Data yang digunakan adalah rerata skor pretest pada kedua kelompok.
Kriteria untuk mengambil kesimpulan dari uji normalitas data terletak pada hasil
uji One Sample Kolmogorov Smirnov. Jika hasil uji tidak signifikan atau harga p >
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
0,05 maka distribusi data normal sehingga teknik analisis selanjutnya menggunakan
statistik parametrik independent samples t-test (Field, 2009: 326). Jika harga p <
0,05 maka distribusi data tidak normal, sehingga teknik analisis selanjutnya
menggunakan statistik non-parametrik Mann-Whitney U-test (Field, 2009: 345).
Berdasarkan kriteria tersebut, berikut hasil uji normalitas distribusi data
kemampuan eksplanasi (lihat Lampiran 4.3.1).
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data
Kelompok p Keputusan
Kontrol 0,088 Normal
Eksperimen 0,200 Normal
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pretest untuk kelompok kontrol dan eksperimen
memiliki harga p > 0,05. Kelompok kontrol memiliki harga p = 0,088, sednagkan
kelompok eksperimen memiliki harga p = 0,200. Harga p > 0,05 menunjukkan
bahwa distribusi data normal, sehingga teknik analisis selanjutnya menggunakan
statistik parametrik. Statistik parametrik yang digunakan adalah Independent
samples t-test yang berfungsi untuk menganalisis data dua kelompok yang berbeda,
seperti kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (Field, 2009: 326).
b. Uji Homogenitas Varian
Uji homogenitas dilakukan untuk memastikan bahwa data yang akan
dianalisis memiliki varian yang setara atau tidak, dalam hal ini data yang dimaksud
adalah skor rerata dua kelompok. Jika setara berarti homogen, jika tidak setara
berarti heterogen (Silalahi, 2018: 56). Teknik pengujian menggunakan Levene’s test
dengan tingkat kepercayaan 95% pada program komputer IBM SPSS Statistics 22
for Windows. Kriteria yang digunakan untuk mengetahui adanya homogenitas
varian adalah harga p > 0,05 yang artinya asumsi homogenitas varian dapat
dipertahankan atau varian homogen. Jika p < 0,05 maka asumsi homogenitas varian
telah dilanggar atau varian tidak homogen (Field, 2009: 150). Berikut adalah hasil
uji homogenitas varian (lihat Lampiran 4.4.1)
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Varian
Uji Statistik F df1 df2 p Keputusan
Levene’s Test for Equality of Variances 3.821 1 41 0,057 Homogen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa harga F= 3,821 dan harga p = 0,057. Maka
asumsi homogenitas varian dapat dipertahankan atau varian homogen pada kedua
data yang dibandingkan. Jika terdapat homogenitas varian, data uji statistik yang
digunakan adalah Independent samples t-test, data yang diambil adalah data pada
baris pertama (Field, 2009: 340)
2. Uji Statistik
Setelah dilakukan uji asumsi berupa uji normalitas data dan uji homogenitas
varian, selanjutnya dilakukan uji statistik untuk mengetahui ada tidaknya
kemampuan awal pada kedua kelompok. Hasil uji asumsi menunjukkan bahwa
terdapat homogenitas varian pada kedua data, maka pengambilan data dilakukan
pada baris pertama yaitu Equal Variences Assumed. Kriteria yang digunakan
adalah jika p < 0,05 maka ada perbedaan pada hasil pretest antara kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen, sehingga kedua kelompok memiliki
kemampuan awal yang berbeda. Jika p > 0,05 maka kedua kelompok memiliki
kemampuan awal yang sama (Priyatno, 2012: 24). Berikut adalah hasil uji
perbedaan kemampuan awal pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
(lihat Lampiran 4.5.1)
Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal
Uji Statistik p Keterangan
Independent samples t-test 0,175 Tidak ada perbedaan
Rerata skor yang dicapai pada kelompok eksperimen (M = 1,80 , SE = 0,10)
lebih tinggi daripada rerata skor yang dicapai pada kelompok kontrol (M = 1,61 ,
SE = 0,07). Perbedaan skor tersebut signifikan dengan t (41) = -1,382, p = 0,175 (p
> 0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan kemampuan awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
ancaman terhadap validitas internal berupa karakteristik subjek dapat dikendalikan
dengan baik.
4.1.3.2 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Uji signifikansi pengaruh perlakuan digunakan untuk mengetahui pengaruh
penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan eksplanasi. Uji ini
dilakukan dengan cara membandingkan selisih rerata posttest - pretest kelompok
kontrol dengan selisih rerata posttest - pretest kelompok eksperimen sehingga dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
dihitung dengan rumus (O2 – O1) – (O4 – O3) (Cohen, Manion, & Morrison, 2007:
276-277). Jika hasil lebih dari nol, artinya ada perbedaan. Perbedaan yang
signifikan menunjukkan adanya pengaruh perlakuan. Perhitungan uji signifikansi
adalah sebagai berikut (3,12 - 1,80) - (2,13 – 1,62) = 1,32 - 0,51 = 0,81.
Berdasarkan perhitungan rumus tersebut didapatkan hasil yaitu 0,81. Hasil
menunjukkan bahwa nilai lebih dari 0, artinya terdapat perbedaan, namun untuk
mengetahui apakah perbedaan ini signifikan perlu periksa dengan analisis statistik
selanjutnya. Uji statistik dilakukan dengan cara menghitung selisih antara skor
posttest dan pretest kemampuan eksplanasi dari kedua kelompok dan dilakukan uji
normalitas menggunakan One Sample Kolmogorov- Smirnov test.
1. Uji Asumsi
a. Uji Asumsi Normalitas Distribusi Data
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui bahwa data penelitian yang akan
dianalisis berdistribusi normal atau tidak (Silalahi, 2018: 54). Uji normalitas
dilakukan dengan menggunakan IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan
tingkat kepercayaan 95%. Pengujian dilakukan dengan One Sample Kolmogorov
Smirnov test. Data yang digunakan adalah skor posttest dan selisih pretest –
posttest. Kriteria untuk mengambil kesimpulan dari uji normalitas data terletak
pada harga p. Jika hasil uji tidak signifikan atau harga p > 0,05 maka distribusi
data normal sehingga teknik analisis selanjutnya menggunakan statistik parametrik
independent samples t-test (Field, 2009: 326). Jika harga p < 0,05 maka distribusi
data tidak normal, sehingga teknik analisis selanjutnya menggunakan statistik non-
parametrik Mann-Whitney U-test (Field, 2009: 345). Berdasarkan kriteria tersebut,
berikut hasil uji normalitas distribusi data selisih skor pretest – posttest
kemampuan eksplanasi (lihat Lampiran 4.3.1).
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Selisih Skor pretest – posttest
Kelompok p Keputusan
Kontrol 0,081 Normal
Eksperimen 0,053 Normal
Tabel 4.8 menunjukkan kelompok kontrol memiliki harga p = 0,081 dan
kelompok eksperimen memiliki harga p = 0,053. Kedua kelompok memiliki harga
p > 0,05 pada aspek selisih skor pretest – posttest. Hal itu menunjukkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
distribusi data normal, sehingga uji asumsi selanjutnya menggunakan Levene’s test
untuk mengetahui homogenitas varian.
b. Uji Homogenitas Varian
Uji asumsi normalitas distribusi data pada selisih skor pretest – posttest
menunjukkan distribusi data normal. Selanjutnya dilakukan uji asumsi
homogenitas varian untuk mengetahui apakah data yang digunakan memiliki
homogenitas varian. Teknik pengujian menggunakan Levene’s test dengan tingkat
kepercayaan 95%. Kriteria yang digunakan adalah jika harga p > 0,05 maka asumsi
homogenitas varian dapat dipertahankan atau varian homogen. Jika p < 0,05 maka
asumsi homogenitas varian telah dilanggar atau varian tidak homogen (Field,
2009: 150). Berikut ini adalah hasil uji asumsi homogenitas varian selisih pretest
– posttest (lihat Lampiran 4.6.1)
Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Varian Selisih Skor pretest-posttest
Uji Statistik F df1 df2 p Keputusan
Levene’s Test for Equaliry of Variances 0,054 1 41 0,818 Homogen
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa harga F = 0,054 dan harga p = 0,818. Maka
asumsi homogenitas varian dapat dipertahankan atau varian homogen pada kedua
data yang dibandingkan. Jika terdapat homogenitas varian, data uji statistik yang
digunakan adalah Independent samples t-test, data yang diambil adalah data pada
baris pertama (Field, 2009: 340).
c. Uji Statistik
Berdasarkan kedua uji asumsi, terdapat normalitas distribusi data dan
homogenitas varian pada kedua data, sehingga uji signifikansi pengaruh perlakuan
menggunakan uji statistik Independent samples t-test dengan tingkat kepercayaan
95% untuk uji dua ekor atau Sig. (2-tailed). Kriteria yang digunakan adalah jika
harga p < 0,05 Hnull ditolak sehingga menandakan adanya perbedaan yang
signifikan antara selisih skor pretest – posttest kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Jika harga p > 0,05 Hnull diterima sehingga menandakan tidak adanya
perbedaan yang signifikan (Priyatno, 2012: 24). Berikut adalah hasil uji
signifikansi pengaruh perlakuan (lihat Lampiran 4.7.1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Tabel 4.10 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Uji Statistik p Keputusan
Independent samples t-test 0,00 Signifikan
Rerata skor yang diperoleh kelompok eksperimen (M = 1,3191 , SE =
0,12296) lebih tinggi daripada rerata skor yang diperoleh kelompok kontrol (M =
0,4762, SE = 0,12502). Perbedaan skor tersebut signifikan dengan t(41) = -4,806,
p = 0,00 (p < 0,05), sehingga Hnull ditolak dan Hi diterima. Data tersebut
memperlihatkan adanya perbedaan signifikan antara rerata selisih skor pretest-
posttest pada kedua kelompok. Maka, penerapan model pembelajaran inkuiri
berpengaruh terhadap kemampuan eksplanasi. Berikut adalah grafik hasil
perbandingan rerata selisih skor pretest - posttest kemampuan eksplanasi pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Grafik 4.1 Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Grafik 4.1 memperlihatkan adanya perbedaan peningkatan skor pada kedua
kelompok. Skor pretest kelompok eksperimen mencapai angka 1,8027, sedangkan
skor pretest pada kelompok kontrol mencapai angka 1,619. Hal ini menunjukkan
bahwa skor pretest kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding kelompok kontrol.
Setelah kedua kelompok menerima pembelajaran, diketahui kelompok eksperimen
memperoleh skor posttest sebesar 3,1218, sedangkan kelompok kontrol sebesar
2,0957. Mean pada kelompok eksperimen sebesar 1,319 lebih tinggi dibanding
1.619
2.09571.8027
3.1218
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Pretest Posttest
Mea
n
Kontrol Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
kelompok kontrol sebesar 0,476. Berikut grafik hasil perbandingan rerata selisih
skor pretest – posttest antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Grafik 4.2 Perbandingan Rerata Selisih Skor pretest - posttest
4.1.3.3 Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Uji besar pengaruh perlakuan (effect size) dilakukan untuk mengukur
kekuatan pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan
eksplanasi. Data memiliki distribusi normal sehingga teknik pengujian yang
digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suatu perlakuan (effect size)
adalah rumus koefisien korelasi Pearson (r) yang menggunakan skala 0 (tidak ada
efek) dan 1 (efek sempurna). Uji besar pengaruh perlakuan menggunakan
Independent samples t-test untuk mengambil r. Persentase pengaruh perlakuan
didapatkan dengan menghitung koefisien determinasi (R2). Cara untuk menghitung
persentase adalah mengkuadratkan harga r (harga koefisien korelasi Pearson yang
didapatkan) lalu dikalikan 100% (Filed, 2009: 179). Berikut hasil perhitungan besar
pengaruh perlakuan pada kemampuan eksplanasi (lihat Lampiran 4.8).
Tabel 4.11 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Variabel t t2 df r (effect size) R2 % Kategori Efek
Eksplanasi -4,806 23,097636 41 0,60 0,3603 36,03 Besar
Tabel hasil uji besar pengaruh perlakuan menunjukkan persentase besar
pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan eksplanasi.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui r = 0,60 atau 36,03% yang masuk dalam
kategori efek besar. Uji signifikansi pengaruh perlakuan tidak cukup untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
memperlihatkan seberapa kuat pengaruh tersebut. Oleh sebab itu, dilakukan analisis
lebih lanjut.
4.1.3.4 Analisis Lebih Lanjut
1. Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest
a. Persentase Peningkatan
Uji persentase peningkatan rerata pretest ke posttest dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest
dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terhadap kemampuan eksplanasi.
Sebelum dilakukan uji signifikansi peningkatan rerata pretest-posttest, uji
normalitas distribusi data harus dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui apakah
data terdistribusi dengan normal. Uji normalitas distribusi data menggunakan One
Sample Kolmogorov-Smirnov test dengan data skor pretest dan posttest. Kriteria
yang digunakan pada uji normalitas data adalah jika harga p > 0,05 maka distribusi
data normal, jika harga p < 0,05 maka distribusi data tidak normal. Berikut hasil uji
normalitas data skor pretest dan posttest pada kemampuan eksplanasi kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen (lihat Lampiran 4.3.1)
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Skor pretest dan posttest
Kelompok Aspek p Keputusan
Kontrol pretest 0,088 Normal
Posttest 0,084 Normal
Eksperimen pretest 0,200 Normal
Posttest 0,126 Normal
Tabel hasil uji normalitas distribusi data skor pretest dan posttest
menunjukkan harga p > 0,05 pada semua aspek, baik kelompok kontrol maupun
kelompok eksperimen. Dengan kata lain, distribusi data normal untuk pretest dan
posttest pada kedua kelompok sehingga analisis statistik menggunakan statistik
parametrik paired samples t test untuk uji peningkatan skor pretest – posttest
(Priyatno, 2012: 25). Uji statistik menggunakan SPSS 22 for Windows dengan
tingkat kepercayaan 95% untuk uji dua ekor atau Sig. (2-tailed). Kriteria untk
menolak Hnull adalah adalah harga p < 0,05, artinya ada perbedaan yang signifikan
antara rerata skor pretest – posttest pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen (Priyatno, 2012: 30). Persentase peningkatan rerata pretest ke posttest
dihitung dengan cara membagi selisih pretest – posttest dengan pretest, lalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
dikalikan 100%. Berikut hasil perhitungan persentase peningkatan retata pretest ke
posttest (lihat Lampiran 4.9.1)
Tabel 4.13 Peningkatan Rerata pretest ke posttest
Tabel 4.13 menunjukkan rerata pretest dan posttest pada kelompok kontrol
sebesar 1,61 dan 2,09. Persentase peningkatannya sebesar 29,81%. Rerata pretest
dan posttest pada kelompok eksperimen sebesar 1,80 dan 3,12. Persentase
peningkatan rerata sebesar 73,33%. Persentase peningkatan rerata pada kelompok
eksperimen lebih tinggi dibanding kelompok kontrol, sehingga penerapan model
pembelajaran inkuiri meningkatkan kemampuan eksplanasi lebih besar daripada
metode ceramah. Berikut diagram peningkatan pretest ke posttest pada kedua
kelompok terhadap kemampuan eksplanasi.
Grafik 4.3 Peningkatan Rerata pretest ke posttest
Berdasarkan tabel 4.13 dan grafik 4.3 dapat diketahui bahwa terjadi
peningkatan rerata pretest ke posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen,
namun peningkatan pretest ke posttest pada kelompok eksperimen lebih tinggi
dibanding kelompok kontrol. kelompok kontrol mengalami peningkatan
mengalami pemingkatan rerata skor antara pretest ke posttest dengan M = 0,47667;
SD = 0,57484; SE = 0,12544; df = 20 dan harga p = 0,001 (p < 0,05), maka Hnull
No. Kelompok Rerata Peningkatan
%
Uji
Statistik
p Keputusan
pretest Posttest
1 Kontrol 1,61 2,09 29,81 Paired
Samples t-
test
0,001 Signifikan
2 Eksperimen 1,80 3,12 73,33 Paired
Samples t-
test
0,000 Signifikan
1.611.8
2.09
3.12
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Kontrol Eksperimen
Mea
n
Pretest Posttest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
ditolak dan Hi diterima. Dengan demikian, ada perbedaan yang signifikan dari
pretest ke posttest pada kelompok kontrol. Nilai rerata pretest pada kelompok
kontrol sebesar 1,61 dan nilai rerata posttest sebesar 2,09. Persentase peningkatan
pretest ke posttest kelompok kontrol yaitu 29,81%.
Kelompok eksperimen mengalami peningkatan skor rerata pretest ke
posttest dengan M = 1,31909 ; SD = 0,57699; SE = 0,12302; df = 21 dan harga p
= 0,000 (p < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Dengan demikian, ada
perbedaan yang signifikan dari pretest ke posttest pada kelompok eksperimen. Nilai
rerata pretest pada kelompok eksperimen sebesar 1,80 dan nilai rerata posttest
sebesar 3,12. Persentase peningkatan pretest ke posttest kelompok eksperimen yaitu
73,33%.
Perhitungan selanjutnya yaitu persentase selisih rerata skor pretest ke
posttest (gain score) untuk melihat lebih jelas persentase peningkatan skor pretest
ke posttest di atas. Gain score dihitung dengan cara membagi frekuensi dengan
jumlah siswa dan dikalikan 100%. Frekuensi gain score diambil kurang dari 50%
dari skor tertinggi selisih pretest - posttest kedua kelompok. Berikut grafik yang
menunjukkan frekuensi selisih skor pretest – posttest (gain score) pada kedua
kelompok (lihat Lampiran 4.9.3.1)
Grafik 4.4 Gain Score Kemampuan Eksplanasi
Berdasarkan grafik gain score diketahui bahwa gain terendah pada kelompok
kontrol adalah -0,33, sedangkan pada kelompok eksperimen adalah 0,33. Gain
2
6
4
3 3
2
1
0 00 0
1
5
4
2
5
4
1
0
1
2
3
4
5
6
7
-0.33 0.00 0.33 0.67 1.00 1.33 1.67 2.00 2.33
Fre
kuen
si
Gain Score
Kontrol Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
tertinggi pada kelompok kontrol adalah 1,67, sedangkan gain tertinggi pada
kelompok eksperimen adalah 2,33. Nilai rengah dari gain score diproleh dari 50%
skor selisih tertinggi dikurangkan skor selisih terendah. Gain score diperoleh 1,00.
Frekuensi siswa yang memperoleh nilai ≥ 1,00 pada kelompok kontrol sebanyak 6
siswa, sedangkan pada kelompok eksperimen sebanyak 16 siswa. Persentase gain
score ≥ 1,00 pada kelompok kontrol sebesar 29%, sedangkan pada kelompok
eksperimen sebesar 73%. Data tersebut menunjukkan bahwa 73% atau sebanyak 16
siswa pada kelompok eksperimen yang memiliki kemampuan awal rendah
diuntungkan dengan penerapan model pembelajaran inkuiri, sedangkan pada
kelompok kontrol terdapat 29% atau sebanyak 6 siswa yang memiliki kemampuan
awal rendah diuntungkan dengan penerapan model ceramah. Maka penerapan
model pembelajaran inkuiri memiliki persentase lebih besar daripada penerapan
metode ceramah.
b. Persentase Peningkatan Skor setiap Item Soal
Uji persentase peningkatan skor setiap item soal dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar persentase peningkatan item soal dari kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen terhadap kemampuan eksplanasi. Sebelum dilakukan uji
signifikansi peningkatan setiap item soal, uji normalitas distribusi data harus
dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui apakah data terdistribusi dengan
normal. Uji normalitas distribusi data menggunakan One Sample Kolmogorov-
Smirnov test dengan data skor pretest dan posttest. Kriteria yang digunakan pada
uji normalitas data adalah jika harga p > 0,05 maka distribusi data normal, jika
harga p < 0,05 maka distribusi data tidak normal. Berikut hasil uji normalitas data
skor setiap item soal pada kemampuan eksplanasi kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen (lihat Lampiran 4.3.1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Tabel 4.14 Uji Normalitas Data Skor setiap Item Soal
Kelompok Aspek p Keputusan
Kontrol pretest 5a 0,000 Tidak normal
Posttest 5a 0,021 Tidak normal
pretest 5b 0,000 Tidak normal
Posttest 5b 0,000 Tidak normal
pretest 5c 0,000 Tidak normal
Posttest 5c 0,000 Tidak normal
Rerata pretest 0,088 Normal
Rerata Posttest 0,084 Normal
Eksperimen pretest 5a 0,000 Tidak normal
Posttest 5a 0,000 Tidak normal
pretest 5b 0,000 Tidak normal
Posttest 5b 0,000 Tidak normal
pretest 5c 0,016 Tidak normal
Posttest 5c 0,000 Tidak normal
Rerata pretest 0,200 Normal
Rerata Posttest 0,126 Normal
Tabel hasil uji normalitas distribusi data skor setiap item soal menunjukkan
harga p < 0,05 pada semua aspek, baik kelompok kontrol maupun kelompok
eksperimen. Dengan kata lain, distribusi data tidak normal untuk setiap item soal
pada kedua kelompok sehingga analisis statistik menggunakan statistik non
parametrik Wilcoxon signed rank test untuk uji peningkatan skor (Priyatno, 2012:
25). Kriteria untk menolak Hnull adalah adalah harga p < 0,05, artinya ada
perbedaan yang signifikan antara skor pretest – posttest pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen (Priyatno, 2012: 30). Persentase peningkatan skor setiap item
soal pada pretest ke posttest dihitung dengan cara membagi rerata skor pretest –
posttest dengan pretest, lalu dikalikan 100%. Berikut hasil perhitungan persentase
peningkatan skor setiap item soal (lihat Lampiran 4.12.1 dan 4.13.1).
Tabel 4.15 Peningkatan Skor setiap Item Soal pada pretest ke posttest
No. Kelompok Urutan Mean Peningkatan
(%)
p Keterangan
1 Kontrol pretest 5a 2,1905 28,25 0,011 Signifikan
Posttest 5a 2,8095
pretest 5b 1,1429 37,49 0,038 Signifikan
Posttest 5b 1,5714
pretest 5c 1,5 238 21,87 0,054 Tidak signifikan
Posttest 5c 1,9048
2 Eksperimen pretest 5a 2,0455 57,77 0,000 Signifikan
Posttest 5a 3,2273
pretest 5b 1,0455 230, 41 0,000 Signifikan
Posttest 5b 3,4545
pretest 5c 2,3182 15,68 0,242 Tidak signifikan
Posttest 5c 2,6818
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol item soal yang
mengalami peningkatan signifikan adalah item nomor 5a dan 5b dengan harga p =
0,011 atau setara dengan 28,25% pada item nomor 5a dan pada item nomor 5b
memiliki harga p = 0,038 atau setara dengan 37,49%. Pada kelompok eksperimen
item soal yang mengalami peningkatan signifikan adalah item nomor 5a dan 5b
dengan harga p = 0,000 atau setara dengan 57,77% pada item nomor 5a dan pada
item nomor 5b memiliki harga p = 0,000 atau setara dengan 230,41%. Peningkatan
pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Hal tersebut
juga dapat dilihat pada grafik di bawah ini (lihat Lampiran 4.14.1).
Grafik 4.5 Peningkatan Rerata Skor setiap item pretest ke posttest
c. Uji Besar Efek Peningkatan Rerata pretest ke Posttest
Uji besar efek peningkatan rerata pretest ke posttest dilakukan untuk
mengetahui berapa besar efek peningkatan dari pretest ke posttest pada kelompok
kontrok dan kelompok eksperimen. Uji statistik menggunakan rumus korelasi
Pearson karena distribusi data normal (Field, 2009: 332). Kriteria yang digunakan
untuk menolak Hnull adalah harga p < 0,05, artinya ada perbedaan skor yang
signifikan dari pretest ke posttest (Filed, 2009: 53). Berikut hasil perhitungan
persentase peningkatan rerata pretest ke posttest terhadap kemampuan eksplanasi
(lihat Lampiran 4.10.1.1)
Tabel 4.16 Hasil Uji Besar Pengaruh Peningkatan pretest ke posttest
Kelompok t t2 df r (effect
size)
R2 % Kategori
Efek
Kontrol 3,800 14,44 20 0,64 0,4096 40,96 Besar
Eksperimen 10,723 114,98 21 0,91 0,8281 82,81 Sangat besar
0.6190.4285 0.381
1.1818
2.409
0.3636
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
5a 5b 5c
Mea
n
Item Soal
Kontrol Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Hasil analisis menunjukkan bahwa setelah posttest, kemampuan kelompok
kontol berbeda secara signifikan dengan kemampuan pada kelompok eksperimen.
Hasil uji statistik pada kelompok kontrol menunjukkan M = 0,47667; SD =
0,57484; SE = 0,12544; df = 20 dan p = 0,001 (p < 0,05) maka Hnull ditolak, artinya
ada perbedaan skor yang signifikan dari pretest ke posttest pada kelompok kontrol.
Hasil uji statistik pada kelompok eksperimen menunjukkan M = 1,31909; SD =
0,57699; SE = 0,12302; df = 21 dan p = 0,000 (p < 0,05) maka Hnull ditolak, artinya
ada perbedaan skor yang signifikan dari pretest ke posttest pada kelompok
eksperimen.
Persentase besar pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri pada
kelompok eksperimen lebih besar daripada persentase besar pengaruh metode
ceramah pada kelompok kontrol. Besar pengaruh model pembelajaran inkuiri pada
kelompok eksperimen r = 0,91 setara dengan 82,81% yang masuk dalam kategori
efek sangat besar dan pada kelompok kontrol r = 0,91 setara dengan 21% yang
masuk dalam kategori efek besar.
d. Uji Korelasi Rerata Pretest dan Posttest
Uji Korelasi Rerata pretest dan posttest dilakukan untuk mengetahui apakah
ada bias regresi statistik yang bisa mengancam validitas internal penelitian
(Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283). Ancaman terhadap validitas internal
penelitian berupa bias regresi statistik adalah kecenderungan umum bahwa
partisipan dengan hasil skor pretest yang sangat tinggi (mencapai skor tertinggi
dalam skala pengukuran) biasanya memperoleh skor posttest yang lebih rendah.
Sebaliknya, partisipan dengan hasil skor pretest yang sangat rendah (mencapai
skor terendah dalam skala pengukuran) biasanya memperoleh skor posttest yang
lebih tinggi (Johnson & Christensen, 2008: 263). Regresi statistik terjadi jika
korelasinya negatif dan signifikan. Data diambil dari skor pretest dan posttest pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Uji korelasi menggunakan uji
korelasi Pearson dengan tingkat kepercayaan 95%. Uji korelasi antara rerata
pretest dan posttest menggunakan rumus bivariate correlation coefficients yaitu
Pearson’s correlation coefficients karena distribusi data normal pada kedua
kelompok (Field, 2009: 177-179). Kriteria untuk menolak Hnull adalah harga p <
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
0,05 dan atau harga r positif, artinya ada korelasi yang positif dan signifikan antara
pretest dan posttest. Dengan kata lain ancaman terhadap validitas internal
penelitian berupa regresi statistik bisa dikendalikan dengan baik dalam penelitian
ini (Priyatno, 2012: 45). Berikut hasil uji korelasi rerata pretest dan posttest
terhadap kemampuan eksplanasi (lihat Lampiran 4.11.1.1 dan 4.11.1.2)
Tabel 4.17 Hasil Uji Korelasi Rerata Skor pretest ke posttest
Kelompok Pearson Correlation p Keterangan
Kontrol 0,561 0,008 Positif dan signifikan
Eksperimen 0,258 0,246 Positif dan tidak
signifikan
Tabel 4.17 menunjukkan hasil uji korelasi antara pretest dan posttest pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil uji korelasi pada kelompok
kontrol adalah r = 0,561 (bernilai positif) dan harga p = 0,008 (p < 0,05) maka Hnull
ditolak. Maka ada korelasi korelasi positif dan signifikan antara hasil pretest dan
posttest kelompok kontrol pada kemampuan eksplanasi. Nilai positif pada Pearson
Correlation kelompok kontrol menunjukkan bahwa semakin tinggi skor pretest
maka semakin tinggi pula skor posttest. Harga p < 0,05 pada kelompok kontrol
menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara hasil pretest dan posttest. JIka
hasil p < 0,05 dan r positif maka ancaman terhadap validitas internal penelitian
berupa regresi statistik dapat dikendalikan dengan baik.
Hasil uji korelasi pada kelompok eksperimen r = 0,258 (bernilai positif) dan
harga p = 0,246 (p > 0,05) maka Hnull ditolak, sehingga ada korelasi positif dan
tidak signifikan antara hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen. Korelasi
positif berarti semakin tinggi skor pretest maka semakin tinggi pula skor posttest.
Hasil uji korelasi menunjukkan harga p > 0,05 dan r positif, sehinga ancaman
terhadap validitas internal berupa regresi statistik dapat dikendalikan dengan baik.
4.1.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II
Hipotesis penelitian II adalah penerapan model pembelajaran inkuiri
berpengaruh terhadap kemampuan regulasi diri siswa kelas IV SD Joannes Bosco
Yogyakarta. Variabel dependen pada hipotesis penelitian II adalah kemampuan
regulasi diri, sedangkan variabel independennya adalah penerapan model
pembelajaran inkuiri. instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
dependen yaitu 1 soal uraian nomor soal 6 poin b,c, dan d. Satu nomor soal
mengandung 3 indikator yaitu menilai tindakan dan memberikan penjelasan yang
berhubungan dengan penggunaan energi listrik dan sumber energi berupa air,
merencanakan cara atau langkah yang tepat untuk berhemat energi, dan memastikan
apakah langkah yang diambil benar-benar dapat menghemat energi.
Keseluruhan analisis statistik dihitung menggunakan program komputer
IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Tahap yang
dilakukan dalam menganalisis data adalah 1) Uji normalitas data untuk mengetahui
normal atau tidaknya distribusi data. Hasil uji normalitas data menentukan
penggunaan analisis statistik parametrik atau non-paramterik pada tahap
selanjutnya, 2) Uji perbedaan kemampuan awal untuk mengetahui kemampuan
awal kedua kelompok pada kemampuan eksplanasi, 3) Uji signifikansi pengaruh
perlakukan dan, 4) Uji besar pengaruh perlakuan. Selanjutnya dilakukan analisis
lebih lanjut yang terdiri dari a) Uji persentase peningkatan rerata pretest ke posttest,
b) Uji besar efek peningkatan rerata pretest ke posttest, dan c) Uji korelasi antara
rerata pretest dan posttest.
4.1.4.1 Uji Perbedaan Kemampuan Awal
Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan untuk mengetahui apakah
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama
terhadap kemampuan regulasi diri. Data yang digunakan adalah rerata skor pretest
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Sebelum uji perbedaan
kemampuan awal, dilakukan uji normalitas data dan uji homogenitas varian
menggunakan Levene’s test.
1. Uji Asumsi
a. Uj Asumsi Normalitas Distribusi Data
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui bahwa data penelitian yang akan
dianalisis berdistribusi normal atau tidak (Silalahi, 2018: 54). Uji normalitas
dilakukan dengan menggunakan IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan
tingkat kepercayaan 95%. Pengujian dilakukan dengan One Sample Kolmogorov
Smirnov test. Data yang digunakan adalah rerata skor pretest pada kedua
kelompok. Kriteria untuk mengambil kesimpulan dari uji normalitas data terletak
pada harga p. Jika hasil uji tidak signifikan atau harga p > 0,05 maka distribusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
data normal sehingga teknik analisis selanjutnya menggunakan statistik parametrik
independent samples t-test (Field, 2009: 326). Jika harga p < 0,05 maka distribusi
data tidak normal, sehingga teknik analisis selanjutnya menggunakan statistik non-
parametrik Mann-Whitney U-test (Field, 2009: 345). Berdasarkan kriteria tersebut,
berikut hasil uji normalitas distribusi data kemampuan regulasi diri (lihat
Lampiran 4.3.2).
Tabel 4.18 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data
Kelompok p Keputusan
Kontrol 0,122 Normal
Eksperimen 0,130 Normal
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa pretest untuk kelompok kontrol dan
eksperimen memiliki harga p > 0,05. Kelompok kontrol memiliki harga p = 0,122,
sedangkan kelompok eksperimen memiliki harga p = 0,130. Harga p > 0,05
menunjukkan bahwa distribusi data normal, sehingga teknik analisis selanjutnya
menggunakan statistik parametrik. Statistik parametrik yang digunakan adalah
Independent samples t-test yang berfungsi untuk menganalisis data dua kelompok
yang berbeda, seperti kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (Field, 2009:
326).
b. Uji Homogenitas Varian
Sebelum uji perbedaan kemampuan awal, uji homogenitas dilakukan untuk
memastikan bahwa data yang akan dianalisis memiliki varian yang setara atau
tidak, dalam hal ini data yang dimaksud adalah skor rerata dua kelompok. Jika
setara berarti homogen, jika tidak setara berarti heterogen (Silalahi, 2018: 56).
Teknik pengujian menggunakan Levene’s test dengan tingkat kepercayaan 95%.
Jika harga p > 0,05 maka ada homogenitas varian yang artinya asumsi
homogenitas varian dapat dipertahankan atau varian homogen pada kedua data
yang dibandingkan. Jika p < 0,05 maka asumsi homogenitas varian telah dilanggar
atau varian tidak homogen (Field, 2009: 150). Berikut adalah hasil uji homogenitas
varian (lihat Lampiran 4.4.2)
Tabel 4.19 Hasil Uji Homogenitas Varian
Uji Statistik F df1 df2 p Keputusan
Levene’s Test for Equality of Variances 0,153 1 41 0,698 Homogen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Levene’s test menunjukkan bahwa harga F = 0,153 dan harga p = 0,698.
Maka homogenitas varian dapat dipertahankan atau varian homogen pada kedua
data yang dibandingkan. Jika terdapat homogenitas varian, data uji statistik yang
digunakan adalah Independent samples t-test, data yang diambil adalah data pada
baris pertama (Field, 2009: 340).
c. Uji Statistik
Setelah dilakukan uji asumsi, selanjutnya dilakukan uji statistik untuk
mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan awal pada kedua kelompok. Hasil
uji asumsi menunjukkan bahwa terdapat homogenitas varian pada kedua data,
sehingga data uji statistik yang digunakan adalah Independent samples t-test, data
yang diambil adalah data pada baris pertama pada output SPSS (Field, 2009: 340).
Kriteria yang digunakan adalah jika p < 0,05 maka ada perbedaan pada hasil pretest
antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, sehingga kedua kelompok
memiliki kemampuan awal yang berbeda. Jika p > 0,05 maka kedua kelompok
memiliki kemampuan awal yang sama (Priyatno, 2012: 24). Berikut adalah hasil uji
perbedaan kemampuan awal pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
(lihat Lampiran 4.5.2)
Tabel 4.20 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal
Uji Statistik p Keterangan
Independent samples t-test 0,081 Tidak ada perbedaan
Rerata skor yang dicapai pada kelompok eksperimen (M = 2,1673, SE =
0,11553) lebih tinggi daripada rerata skor yang dicapai pada kelompok kontrol (M
= 1,8743, SE = 0,11624). Perbedaan skor tersebut signifikan dengan t (41) = -1.787,
p = 0,081 (p > 0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Dengan demikian, tidak
ada perbedaan kemampuan awal antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Ancaman terhadap validitas internal berupa karakteristik subjek dapat
dikendalikan dengan baik.
4.1.4.2 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Uji signifikansi pengaruh perlakuan digunakan untuk mengetahui pengaruh
penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan regulasi diri. Uji ini
dilakukan dengan cara membandingkan selisih rerata posttest - pretest kelompok
kontrol dengan selisih rerata posttest - pretest kelompok eksperimen sehingga dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
dihitung dengan rumus (O2 – O1) – (O4 – O3) (Cohen, Manion, & Morrison, 2007:
276-277). Jika hasil lebih dari nol, artinya ada perbedaan. Perbedaan yang
signifikan menunjukkan adanya pengaruh perlakuan. Perhitungan uji signifikansi
adalah sebagai berikut (3,07 – 2,17) - (2,17 – 1,87) = 0,9 - 0,3 = 0,7. Hasil 0,7
menunjukkan bahwa nilai lebih dari 0, artinya terdapat perbedaan namun untuk
mengetahui apakah perbedaan ini signifikan perlu periksa dengan analisis statistik
selanjutnya. Langkah selanjutnya dilakukan uji statistik dengan cara menghitung
selisih antara skor posttest dan pretest kemampuan regulasi diri dari kedua
kelompok, namun sebelumnya dilakukan uji normalitas menggunakan One Sample
Kolmogorov- Smirnov test.
1. Uji Asumsi
a. Uji Asumsi Normalitas Distribusi Data
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui bahwa data penelitian yang akan
dianalisis berdistribusi normal atau tidak (Silalahi, 2018: 54). Uji normalitas
dilakukan dengan menggunakan IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan
tingkat kepercayaan 95%. Pengujian dilakukan dengan One Sample Kolmogorov
Smirnov test. Data yang digunakan adalah skor posttest dan selisih pretest –
posttest. Kriteria untuk mengambil kesimpulan dari uji normalitas adalah jika hasil
uji tidak signifikan atau harga p > 0,05 maka distribusi data normal sehingga teknik
analisis selanjutnya menggunakan statistik parametrik independent samples t-test
(Field, 2009: 326). Jika harga p < 0,05 maka distribusi data tidak normal, sehingga
teknik analisis selanjutnya menggunakan statistik non-parametrik Mann-Whitney
U-test (Field, 2009: 345). Berdasarkan kriteria tersebut, berikut hasil uji normalitas
distribusi data selisih skor pretest – posttest kemampuan regulasi diri (lihat
Lampiran 4.3.2).
Tabel 4.21 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Selisih Skor pretest – posttest
Kelompok p Keputusan
Kontrol 0,082 Normal
Eksperimen 0,129 Normal
Tabel 4.21 menunjukkan kelompok kontrol memiliki harga p = 0,081 dan
kelompok eksperimen memiliki harga p = 0,129. Kedua kelompok memiliki harga
p > 0,05 pada aspek selisih skor pretest – posttest. Hal itu menunjukkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
distribusi data normal, sehingga uji asumsi selanjutnya menggunakan Levene’s test
untuk mengetahui homogenitas varian.
b. Uji Homogenitas Varian
Uji asumsi normalitas distribusi data pada selisih skor pretest – posttest
menunjukkan distribusi data normal. Selanjutnya dilakukan uji asumsi homogenitas
varian untuk mengetahui apakah data yang digunakan memiliki homogenitas
varian. Teknik pengujian menggunakan Levene’s test dengan tingkat kepercayaan
95%. Jika harga p > 0,05 maka asumsi homogenitas varian dapat dipertahankan
atau varian homogen. Jika p < 0,05 maka asumsi homogenitas varian telah
dilanggar atau varian tidak homogen (Field, 2009: 150). Berikut ini adalah hasil uji
asumsi homogenitas varian selisih pretest – posttest (lihat Lampiran 4.6.2)
Tabel 4.22 Hasil Uji Homogenitas Varian Selisih Skor pretest-posttest
Uji Statistik F df1 df2 p Keputusan
Levene’s Test for Equaliry of Variances 2,719 1 41 0,107 Homogen
Levene’s test menunjukkan bahwa harga F = 2,719 dan harga p = 0,107.
Maka asumsi homogenitas varian dapat dipertahankan atau varian homogen pada
kedua data yang dibandingkan. Jika terdapat homogenitas varian, data uji statistik
yang digunakan adalah Independent samples t-test.
c. Uji Statistik
Berdasarkan kedua uji asumsi, terdapat normalitas distribusi data dan
homogenitas varian pada kedua data sehingga uji signifikansi pengaruh perlakuan
menggunakan uji statistik Independent samples t-test, data yang diambil adalah
data baris pertama pada output SPSS (Field, 2009: 340). Tingkat kepercayaan yang
digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika
harga p < 0,05 . Hal ini menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara
selisih skor pretest – posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
(Priyatno, 2012: 24). Berikut adalah hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan (lihat
Lampiran 4.7.2)
Tabel 4.23 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Uji Statistik p Keputusan
Independent samples t-test 0,001 Signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Rerata skor yang diperoleh kelompok eksperimen (M = 0,8941 , SE =
0,14103) lebih tinggi daripada rerata skor yang diperoleh kelompok kontrol (M
=0,2857 , SE = 0,09274). Perbedaan skor tersebut signifikan dengan t (41) = -3,569,
p = 0,01 (p < 0,05), sehingga Hnull ditolak dan Hi diterima. Data tersebut
memperlihatkan adanya perbedaan signifikan antara rerata selisih skor pretest-
posttest pada kedua kelompok. Maka, penerapan model pembelajaran inkuiri
berpengaruh terhadap kemampuan regulasi diri. Berikut adalah grafik hasil
perbandingan rerata selisih skor pretest - posttest kemampuan regulasi diri pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Grafik 4.6 Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Grafik signifikansi pengaruh perlakuan memperlihatkan adanya perbedaan
peningkatan skor pada kedua kelompok. Skor pretest kelompok eksperimen adalah
2,1673, sedangkan skor pretest pada kelompok kontrol adalah 1,8743. Hal ini
menunjukkan bahwa skor pretest kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding
kelompok kontrol. Setelah kedua kelompok menerima pembelajaran, diketahui
kelompok eksperimen memperoleh skor posttest sebesar 3,0614, sedangkan
kelompok kontrol sebesar 2,1586. Mean pada kelompok eksperimen sebesar 0,894
lebih tinggi dibanding kelompok kontrol sebesar 0,286. Berikut grafik hasil
perbandingan rerata selisih skor pretest – posttest antara kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen.
1.8743
2.1586
2.16733.0614
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Pretest Posttest
Mea
n
Kontrol Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Grafik 4.7 Perbandingan Rerata Selisih Skor pretest – posttest
4.1.4.3 Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Uji besar pengaruh perlakuan (effect size) dilakukan untuk mengukur
kekuatan pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan
regulasi diri. Data memiliki distribusi normal sehingga teknik pengujian yang
digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suatu perlakuan (effect size)
adalah rumus koefisien korelasi Pearson (r) yang menggunakan skala 0 (tidak ada
efek) dan 1 (efek sempurna). Uji besar pengaruh perlakuan menggunakan
Independent samples t-test untuk mengambil r. Persentase pengaruh perlakuan
didapatkan dengan menghitung koefisien determinasi (R2). Cara untuk menghitung
persentase adalah mengkuadratkan harga r (harga koefisien korelasi Pearson yang
didapatkan) lalu dikalikan 100% (Filed, 2009: 179). Berikut hasil perhitungan besar
pengaruh perlakuan pada kemampuan regulasi diri (lihat Lampiran 4.8).
Tabel 4.24 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Variabel t t2 df r (effect size) R2 % Kategori Efek
Regulasi diri -3,569 12,737761 41 0.48 0.2304 23,04 Menengah
Tabel hasil uji besar pengaruh perlakuan menunjukkan persentase besar
pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan regulasi diri. Besar
pengaruhnya adalah r = 0,48 atau 23,04% yang masuk dalam kategori efek
menengah. Uji signifikansi pengaruh perlakuan tidak cukup untuk memperlihatkan
seberapa kuat pengaruh tersebut. Oleh sebab itu, dilakukan analisis lebih lanjut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
4.1.4.4 Analisis Lebih Lanjut
1. Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest
a. Persentase Peningkatan
Uji persentase peningkatan rerata pretest ke posttest dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest
dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terhadap kemampuan regulasi
diri. Sebelum dilakukan uji signifikansi peningkatan rerata pretest-posttest, uji
normalitas distribusi data harus dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui apakah
data terdistribusi dengan normal. Uji normalitas distribusi data menggunakan One
Sample Kolmogorov-Smirnov test dengan data skor pretest dan posttest. Kriteria
yang digunakan pada uji normalitas data adalah jika harga p > 0,05 maka distribusi
data normal, jika harga p < 0,05 maka distribusi data tidak normal. Berikut hasil uji
normalitas data skor pretest dan posttest pada kemampuan regulasi diri kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen (lihat Lampiran 4.3.2)
Tabel 4.25 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Skor pretest dan posttest
Kelompok Aspek p Keputusan
Kontrol pretest 0,122 Normal
Posttest 0,085 Normal
Eksperimen pretest 0,130 Normal
Posttest 0,145 Normal
Tabel 4.25 menunjukkan harga p > 0,05 pada aspek pretest dan posttest kedua
kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi data normal untuk pretest dan
posttest pada kedua kelompok sehingga analisis statistik menggunakan statistik
parametrik paired samples t test untuk uji peningkatan skor pretest – posttest
(Priyatno, 2012: 25). Kriteria untk menolak Hnull adalah harga p < 0,05, artinya ada
perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest – posttest pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen (Priyatno, 2012: 30). Persentase peningkatan
rerata pretest ke posttest dihitung dengan cara membagi selisih posttest - pretest
dengan pretest, lalu dikalikan 100%. Berikut hasil perhitungan persentase
peningkatan retata pretest ke posttest (lihat Lampiran 4.9.1 dan 4.9.2.2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Tabel 4.26 Peningkatan Rerata pretest ke posttest
No. Kelompok Rerata Peningkatan
%
Uji
Statistik
p Keputusan
pretest Posttest
1 Kontrol 1,8743 2,1586 15,16 Paired
Samples t-
test
0,006 Signifikan
2 Eksperimen 2,1673 3,0614 41,25 Paired
Samples t-
test
0,000 Signifikan
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh rerata pretest dan posttest pada
kelompok kontrol sebesar 1,8743 dan 2,1586 dengan persentase peningkatan
sebesar 15,16%. Rerata pretest dan posttest pada kelompok eksperimen
sebesa2,1673 dan 3,0614 dengan persentase peningkatan rerata sebesar 41,25%.
Persentase peningk atan rerata pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding
kelompok kontrol, sehingga penerapan model pembelajaran inkuiri meningkatkan
kemampuan regulasi diri lebih besar daripada metode ceramah. Berikut diagram
peningkatan pretest ke posttest pada kedua kelompok terhadap kemampuan regulasi
diri.
Grafik 4.8 Peningkatan Rerata pretest ke posttest
Tabel 4.26 dan grafik 4.8 memperlihatkan adanya peningkatan rerata skor
antara pretest ke posttest pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen.
Peningkatan yang terjadi pada kelompok eksperimen lebih besar dibanding
peningkatan pada kelompok kontrol. kelompok kontrol mengalami peningkatan
dengan M= 0,28429; SD =0,42601 ; SE = 0,9296; df = 20 dan harga p = 0,006 (p
< 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Dengan demikian, ada perbedaan yang
1.87432.16732.1586
3.0614
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Kontrol Eksperimen
Mea
n
Pretest Posttest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
signifikan dari pretest ke posttest pada kelompok kontrol. Persentase peningkatan
pretest ke posttest kelompok kontrol adalah 15,16% dengan nilai rerata pretest
sebesar 1,8743 dan posttest sebesar 2,1586.
Kelompok eksperimen mengalami peningkatan skor pretest ke posttest
lebih besar dengan M = 0,89409; SD = 0,66245; SE = 0,14124; df = 21 dan harga
p = 0,000 (p < 0,05),maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Dengan demikian, ada
perbedaan yang signifikan dari pretest ke posttest pada kelompok eksperimen.
Persentase peningkatan pretest ke posttest kelompok eksperimen adalah 41,25%
dengan nilai rerata pretest sebesar 2,1673 dan posttest sebesar 3,0614.
Perhitungan selanjutnya yaitu persentase selisih rerata skor pretest ke
posttest (gain score) untuk melihat lebih jelas persentase peningkatan skor pretest
ke posttest. Gain score dihitung dengan cara membagi frekuensi dengan jumlah
siswa dan dikalikan 100%. Frekuensi gain score diambil kurang dari 50% dari skor
tertinggi selisih pretest - posttest kedua kelompok. Berikut grafik yang
menunjukkan frekuensi selisih skor pretest – posttest (gain score) pada kedua
kelompok (lihat Lampiran 4.9.3.3)
Grafik 4.9 Gain Score Kemampuan Regulasi Diri
Berdasarkan grafik gain score diketahui bahwa gain terendah pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah -0,33. Gain tertinggi pada
kelompok kontrol adalah 1,00, sedangkan gain tertinggi pada kelompok eksperimen
adalah 2,33. Nilai tengah dari gain score diperoleh dari 50% skor selisih tertinggi
dikurangkan skor selisih terendah. Gain score diperoleh 1,00. Frekuensi siswa yang
memperoleh nilai ≥ 1,00 pada kelompok kontrol sebanyak 3 siswa, sedangkan pada
kelompok eksperimen sebanyak 12 siswa. Persentase gain score ≥ 1,00 pada
3
6 6
3 3
0 0 0 0
1
2
3
4
6
2 2
1 1
0
1
2
3
4
5
6
7
-0.33 0 0.33 0.67 1 1.33 1.67 2 2.33
Fre
kuen
si
Gain Score
Kontrol Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
kelompok kontrol sebesar 14%, sedangkan pada kelompok eksperimen sebesar
54%. Data tersebut menunjukkan bahwa 54% atau sebanyak 12 siswa pada
kelompok eksperimen yang memiliki kemampuan awal rendah diuntungkan dengan
penerapan model pembelajaran inkuiri, sedangkan pada kelompok kontrol terdapat
14% atau sebanyak 3 siswa yang memiliki kemampuan awal rendah diuntungkan
dengan penerapan metode ceramah. Maka penerapan model pembelajaran inkuiri
memiliki persentase lebih daripada penerapan metode ceramah.
b. Persentase Peningkatan Skor setiap Item Soal
Uji persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest pada setiap item soal
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar persentase peningkatan rerata skor
pretest ke posttest pada setiap item soal dari kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen terhadap kemampuan regulasi diri. Sebelum dilakukan uji signifikansi
peningkatan setiap item soal, uji normalitas distribusi data harus dilakukan terlebih
dahulu untuk mengetahui apakah data terdistribusi dengan normal. Uji normalitas
distribusi data menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov test dengan data
skor pretest dan posttest. Kriteria yang digunakan pada uji normalitas data adalah
jika harga p > 0,05 maka distribusi data normal, jika harga p < 0,05 maka distribusi
data tidak normal. Berikut hasil uji normalitas data skor setiap item soal pada
kemampuan regulasi diri kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (lihat
Lampiran 4.3.1).
Tabel 4.27 Uji Normalitas Data Skor setiap Item Soal
Kelompok Aspek p Keputusan
Kontrol pretest 6b 0,000 Tidak normal
Posttest 6b 0,000 Tidak normal
pretest 6c 0,021 Tidak normal
Posttest 6c 0,000 Tidak normal
pretest 6d 0,000 Tidak normal
Posttest 6d 0,000 Tidak normal
Rerata pretest 0,122 Normal
Rerata Posttest 0,085 Normal
Eksperimen pretest 6b 0,000 Tidak normal
Posttest 6b 0,000 Tidak normal
pretest 6c 0,009 Tidak normal
Posttest 6c 0,000 Tidak normal
pretest 6d 0,000 Tidak normal
Posttest 6d 0,024 Tidak normal
Rerata pretest 0,130 Normal
Rerata Posttest 0,145 Normal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Tabel hasil uji normalitas distribusi data skor setiap item soal menunjukkan
harga p < 0,05 pada semua aspek, baik kelompok kontrol maupun kelompok
eksperimen. Dengan kata lain, distribusi data tidak normal untuk setiap item soal
pada kedua kelompok sehingga analisis statistik menggunakan statistik non
parametrik Wilcoxon signed rank test untuk uji peningkatan skor (Priyatno, 2012:
25). Kriteria untk menolak Hnull adalah adalah harga p < 0,05, artinya ada
perbedaan yang signifikan antara skor pretest – posttest pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen (Priyatno, 2012: 30). Persentase peningkatan skor setiap item
soal pada pretest ke posttest dihitung dengan cara membagi rerata skor pretest –
posttest dengan pretest, lalu dikalikan 100%. Berikut hasil perhitungan persentase
peningkatan skor setiap item soal (lihat Lampiran 4.12.1 dan 4.13.1).
Tabel 4.28 Peningkatan Skor setiap Item Soal pada pretest ke posttest
No. Kelompok Urutan Mean Peningkatan p Keterangan
1 Kontrol pretest 6b 2,0000 19,05 0,046 Signifikan
Posttest 6b 2,3810
pretest 6c 2,1905 17,38 0,011 Signifikan
Posttest 6c 2,5714
pretest 6d 1,4286 6,66 0,527 Tidak signifikan
Posttest 6d 1,5238
2 Eksperimen pretest 6b 2,0000 45,45 0,001 Signifikan
Posttest 6b 2,9091
pretest 6c 2,6818 33,89 0,002 Signifikan
Posttest 6c 3,5909
pretest 6d 1,8182 47,49 0,003 Signifikan
Posttest 6d 2,6818
Tabel 4.28 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol item soal yang
mengalami peningkatan signifikan adalah item nomor 6b dan 6c dengan harga p =
0,046 atau setara dengan 19,05% pada item nomor 6b dan pada item nomor 6c
memiliki harga p = 0,011 atau setara dengan 17,33%. Pada kelompok eksperimen
semua item soal mengalami peningkatan signifikan. Item soal 6b memiliki harga p
= 0,001 atau setara dengan 45,45%. Pada item nomor 6c memiliki harga p = 0,002
atau setara dengan 33,89%. Pada item nomor 6d memiliki harga p = 0,003 atau
setara dengan 47,49%. Peningkatan pada kelompok eksperimen lebih tinggi
daripada kelompok kontrol. Hal tersebut juga dapat dilihat pada grafik di bawah ini
(lihat Lampiran 4.14.2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Grafik 4.10 Peningkatan Rerata Skor setiap item pretest ke posttest
c. Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest
Uji besar efek peningkatan rerata pretest ke posttest dilaksanakan untuk
mengetahui berapa besar efek peningkatan dari pretest ke posttest pada kelompok
kontrok dan kelompok eksperimen. Uji statistik menggunakan rumus korelasi
Pearson karena distribusi data normal (Field, 2009: 332). Kriteria yang digunakan
untuk menolak Hnull adalah harga p < 0,05, artinya ada perbedaan skor yang
signifikan dari pretest ke posttest (Filed, 2009: 53). Berikut hasil perhitungan
persentase peningkatan rerata pretest ke posttest terhadap kemampuan regulasi diri
(lihat Lampiran 4.10.2.1)
Tabel 4.29 Hasil Uji Besar Pengaruh Peningkatan pretest ke posttest
Kelompok t t2 df r (effect
size)
R2 % Kategori
Efek
Kontrol 3,058 9,351364 20 0,56 0,3136 31,36 Besar
Eksperimen 6,330 40,0689 21 0,81 0,6561 65,61 Besar
Hasil analisis menunjukkan bahwa setelah posttest kemampuan kelompok
kontrol berbeda secara signifikan dengan kemampuan pada kelompok eksperimen.
Hasil uji statistik pada kelompok kontrol menunjukkan M = 0,28429; SD =
0,42601; SE = 0,09296; df = 20 dan p = 0,006 (p < 0,05) maka Hnull ditolak,
artinya ada perbedaan skor yang signifikan dari pretest ke posttest pada kelompok
kontrol. Hasil uji statistik pada kelompok eksperimen menunjukkan M = 0,89409;
SD = 0,66245; SE = 0,14124; df = 21 dan p = 0,000 (p < 0,05) maka Hnull ditolak,
0.381 0.3809
0.0952
0.9091 0.90910.8636
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
6b 6c 6d
selis
ih M
ean
Item Soal
Kontrol Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
artinya ada perbedaan skor yang signifikan dari pretest ke posttest pada kelompok
eksperimen.
Persentase besar pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri pada
kelompok eksperimen lebih besar daripada persentase besar pengaruh metode
ceramah pada kelompok kontrol. Besar pengaruh model pembelajaran inkuiri pada
kelompok eksperimen r = 0,81 setara dengan 65,61% yang masuk dalam kategori
efek besar. Sedangkan besar pengaruh moetode ceramah pada kelompok kontrol r
= 0,56 setara dengan 31,36% yang masuk dalam kategori efek besar.
d. Uji Korelasi Rerata pretest dan Posttest
Uji Korelasi Rerata pretest dan Posttest dilakukan untuk mengetahui apakah
ada bias regresi statistik yang bisa mengancam validitas internal penelitian
(Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283). Ancaman terhadap validitas internal
penelitian berupa bias regresi statistik adalah kecenderungan umum bahwa
partisipan dengan hasil skor pretest yang sangat tinggi (mencapai skor tertinggi
dalam skala pengukuran) biasanya memperoleh skor posttest yang lebih rendah.
Sebaliknya, partisipan dengan hasil skor pretest yang sangat rendah (mencapai
skor terendah dalam skala pengukuran) biasanya memperoleh skor posttest yang
lebih tinggi (Johnson & Christensen, 2008: 263). Regresi statistik terjadi jika
korelasi negatif dan signifikan. Data diambil dari skor pretest dan posttest pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Uji korelasi menggunakan uji
korelasi Pearson dengan tingkat kepercayaan 95%. Uji korelasi antara rerata
pretest dan posttest menggunakan rumus Pearson’s correlation coefficients karena
distribusi data normal pada kedua kelompok (Field, 2009: 177-179). Kriteria untuk
menolak Hnull adalah harga p < 0,05 dan atau nilai Pearson Correlation positif,
artinya ada korelasi yang positif dan signifikan antara pretest dan posttest. Dengan
kata lain ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa regresi statistik bisa
dikendalikan dengan baik dalam penelitian (Priyatno, 2012: 45). Berikut hasil uji
korelasi rerata pretest dan posttest terhadap kemampuan regulasi diri (lihat
Lampiran 4.11.2.1)
Tabel 4.30 Hasil Uji Korelasi Rerata Skor pretest ke posttest
Kelompok Pearson Correlation p Keterangan
Kontrol 0,616 0,003 Positif dan signifikan
Eksperimen 0,493 0,020 Positif dan signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Tabel 4.31 menunjukkan hasil uji korelasi antara pretest dan posttest pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil uji korelasi pada kelompok
kontrol adalah r = 0,616 (bernilai positif) dan harga p = 0,003 (p < 0,05) maka Hnull
ditolak. Dengan demikian ada korelasi positif dan signifikan antara hasil pretest dan
posttest kelompok kontrol pada kemampuan regulasi diri. Nilai positif pada
Pearson Correlation kelompok kontrol menunjukkan bahwa semakin tinggi skor
pretest maka semakin tinggi pula skor posttest. Harga p < 0,05 pada kelompok
kontrol menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara hasil pretest dan
posttest. Jika hasil p < 0,05 dan r positif maka ancaman terhadap validitas internal
penelitian berupa regresi statistik dapat dikendalikan dengan baik.
Hasil uji korelasi pada kelompok eksperimen r = 0,493 (bernilai positif) dan
harga p = 0,020 (p > 0,05) maka Hnull ditolak, sehingga ada korelasi positif dan
signifikan antara hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen. Korelasi positif
berarti semakin tinggi skor pretest maka semakin tinggi pula skor posttest. Hasil uji
korelasi menunjukkan harga p>0,05 dan r positif, sehingga ancaman terhadap
validitas internal berupa regresi statistik dapat dikendalikan dengan baik.
4.2 Pembahasan
Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri
berpengaruh terhadap kemampuan eksplanasi dan kemampuan regulasi diri. Hal
tersebut terlihat dari hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan dengan harga p
sebesar 0,000 (p < 0,05) untuk kemampuan eksplanasi dan harga p sebesar 0,001
(p < 0,05) pada kemampuan regulasi diri. Berdasarkan hasil penelitian,
memperlihatkan bahwa selisih skor kelompok eksperimen yang menggunakan
model pembelajaran inkuiri lebih besar daripada selisih skor pada kelompok kontrol
yang menggunakan metode ceramah. Hal ini sesuai dengan manfaat model
pembelajaran inkuiri yang unggul dalam mengembangkan kemampuan berpikir
siswa (Anam, 2015: 15-16). Kemampuan berpikir yang dikembangkan oleh model
pembelajaran inkuiri dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis.
Berpikir kritis adalah sebuah proses intelektual dengan melakukan pembuatan
konsep, penerapan, melakukan sintesis dan atau mengevaluasi informasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
diperoleh dari observasi, pengalaman, refleksi, pemikiran, atau komunikasi sebagai
dasar untuk meyakini dan melakukan suatu tindakan (Michael Seriven & Richard
Paul dalam Prihanti, 2015: 127). Kemampuan berpikir kritis mencakup dua dimensi
yaitu dimensi kognitif dan disposisi afektif. Kemampuan mengeskplanasi dan
regulasi diri yang diteliti dalam penelitian ini merupakan dua dari enam
kemampuan yang ada dalam dimensi kognitif tersebut.
Model pembelajaran inkuiri yang diterapkan pada kelompok eksperimen juga
sesuai dengan pendapat ahli yang mengemukakan bahwa perkembangan kognitif
sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan
lingkungan (Ormrod, 2009: 41). Melalui aktivitas merumusan masalah,
merumuskan hipotesis, melakukan percobaan, dan menyimpulkan dalam model
pembelajaran inkuiri, siswa dapat mengambil kesimpulan dari apa yang dilakukan
serta mengaitkan dengan materi energi sehingga dapat menjelaskannya kembali.
Hal ini menandakan bahwa dengan pengalaman belajar yang dibangun melalui
interaksi dengan lingkungan seperti model pembelajaran inkuiri, dapat
mengembangkan kognitif anak.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang relevan dengan penelitian ini yang
menunjukkan bahwa 1) pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan
pengaruh lebih besar terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
SMP dibandingkan denganpendekatan pembelajaran konvensional (Meidawati,
2014). 2) Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap
keterampilan proses sains siswa di SMK Negeri 02 Manokwari. Dari hasil analisis
data diperoleh rata-rata persentase keterampilan proses sains kelas eksperimen
sebesar 69,34% sedangkan kelas kontrol 43,83% (Rismawati, Sinon, Yusuf, &
Widyaningtyas, 2017). 3) Penelitian lain juga membuktikan bahwa model
pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar
biologi siswa. Kelompok eksperimen memiliki nilai posttest lebih tinggi karena
penggunaan model pembelajaran inkuiri, sedangkan kelompok eksperimen
memiliki nilai posttest lebih rendah dengan penggunaan metode konvensional
(Nurhidayati, Zubaidah, dan Indriwati, 2015). Dari penelitian-penelitian
sebelumnya, variabel independen yang digunakan sama, yaitu model pembelajaran
inkuiri yang mempengaruhi variabel dependen. Perbedaan penelitian ini dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
penelitian sebelumnya terletak pada variabel dependennya yaitu kemampuan
eksplanasi dan regulasi diri.
Menurut hasil survei PISA 2009, Indonesia berada pada peringkat 57 dari 65
negara di dunia dengan nilai rata-rata sains 383 (OECD, 2010: 8). Pada hasil PISA
tahun 2012, Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara dengan nilai rata-
rata sains 384 (OECD, 2013: 5). Pada hasil PISA tahun 2015 Indonesia mengalami
peningkatan yaitu berada pada peringkat 62 dari 70 negara dengan nilai rata-rata
sains 403 (OECD, 2018: 5). Sedangkan pada hasil PISA 2018 Indonesia turun pada
peringkat 73 dari 78 negara dengan nilai rata-rata sains 396 (OECD, 2019: 18).
Hasil tes yang dilakukan oleh PISA menunjukkan bahwa siswa di Indonesia
mengalami permasalahan dalam bidang sains dan juga permasalahan dalam
penggunaaan pemikiran kritis tingkat tinggi. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah penerapan metode ceramah khususnya di SD yang
menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber informasi dan pusat dalam
pembelajaran dan pembelajaran yang kurang meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa.
Piaget menekankan bahwa adanya proses yang sangat penting dalam
perkembangan anak yaitu skema, asimilasi dan akomodasi, organisasi, dan
keseimbangan. Skema yang dimaksud oleh Piaget adalah kelompok tindakan atau
pikiran yang serupa dan terorganisasi, yang digunakan secara berulang dalam
rangka merespon lingkungan. Seiring berjalannya waktu, skema-skema yang
dimiliki anak akan dimodifikasi melalui pengalaman, dan menjadi terintegrasi satu
sama lain (Ormrod, 2009: 41). Dengan kata lain, sebuah peristiwa atau pengalaman
yang didapatkan anak penting untuk mereka karena mampu mempengaruhi anak
dalam memahami suatu hal. Dalam mengimplementasikan model pembelajaran
inkuiri, siswa berusaha memahami pelajaran melalui langkah merumuskan rumusan
masalah hingga mereka dapat memecahkan masalah melalui percobaan, sampai
pada akhirnya mereka memperoleh keseimbangan dalam bentuk kesimpulan.
Model pembelajaran inkuiri membantu siswa dalam memperoleh skema dan
pengalaman belajar yang bermakna melalui sebuah percobaan yang kemudian
digeneralisasikan menjadi sebuah pemahaman akan sebuah materi dan konsep. Hal
ini sesuai dengan teori Piaget di atas, bahwa setiap skema-skema yang mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
dapatkan melalui model pembelajaran inkuiri akan siswa bawa kepada
keseimbangan atau sebuah pemahaman. Maka memunculkan sebuah pengalaman
belajar yang menarik bagi anak merupakan hal yang penting untuk membangun
tahap pemikiran selanjutnya.
Menurut tahapan perkembangan kognitif anak oleh Piaget, anak usia Sekolah
Dasar (7-12 tahun) masuk dalam tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak
mengembangkan kemampuan untuk mempertahankan (koservasi), kemampuan
mengelompokkan secara memadai, melakukan pengurutan, dan menangani konsep
angka. Meskipun demikian, harus tetap diarahkan pada kejadian riil yang diamati
anak (Slavin, 2011: 50). Oleh sebab itu, diperlukan model pembelajaran yang sesuai
dengan tahap perkembangannya. Model pembelajaran inkuiri yang diterapkan
dalam penelitian ini membantu anak pada tahap ini untuk membangun konsep
dengan melibatkan objek yang sudah ada yaitu dengan melakukan percobaan.
Dengan adanya benda konkret dalam kegiatan pembelajaran, siswa terbantu dalam
membuat sebuah konsep dan dapat masuk dalam ingatan jangka panjang. Hal inilah
yang disebut dengan pembelajaran bermakna. Melakukan percobaan atau
eksperimen merupakan salah satu langkah dalam model pembelajaran inkuiri yang
membantu anak dalam membangun konsep, sehingga model pembelajaran inkuiri
merupakan model yang sangat tepat untuk mengembangkan kemampuan eksplanasi
dan regulasi diri pada tahap perkembangan operasional konkret.
Dukungan teori perkembangan kognitif Piaget pada model pembelajaran
inkuiri terletak pada pernyataan bahwa anak pada tahap operasional konkret dapat
membentuk konsep sejauh jika mereka melibatkan objek dan situasi yang sudah
tidak asing lagi (Slavin, 2011: 50). Model pembelajaran inkuiri adalah model
pembelajaran yang mendorong siswa untuk mencari dan menemukan sendiri
(Anam, 2015: 7). Dengan kata lain, siswa tidak lagi berada dalam lingkup
pembelajaran telling science akan tetapi didorong hingga bisa doing science (Anam,
2015 : 8-9). Dalam penerapan model pembelajaran inkuiri, siswa dihadapkan pada
benda-benda konkret dan aktivitas menarik. Hal ini dapat dilihat dalam ciri-ciri
model pembelajaran inkuiri, yaitu 1) menekankan kepada aktivitas siswa secara
maksimal untuk mencari dan menemukan, 2) seluruh aktivitas yang dilakukan
siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self
belief), 3) mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis,
atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental
(Hosnan, 2014: 341).
Vygotsky menekankan pentingnya mesyarakat dan budaya dalam mendorong
pertumbuhan kognitif (Ormrod, 2008: 55). Teori perkembangan kognitif Vygotsky
berkaitan dengan kemampuan dalam merekontruksi berbagai pengalaman aktual
hasil interaksi individu dengan lingkungan di sekitarnya (Jamaris, 2013: 141).
Banyak proses berpikir yang kompleks berakar pada interaksi sosial. Seiring waktu,
anak perlahan-lahan menginternalisasikan arahan orang dewasa sehingga pada
akhirnya mereka memberikan arahan kepada diri mereka sendiri (Ormrod, 2008:
57).
Vygotsky percaya bahwa pembelajaran terjadi ketika anak-anak bekerja dalam
Zona Perkembangan Proksimal mereka (zone of proximal development/
ZPD)(Slavin, 2008: 60). Zona Perkembangan Proksimal (ZPD) adalah zona yang
berada diantara tingkat perkembangan aktual yaitu batas atas tugas yang dapat
dikerjakan anak secara independen, tanpa bantuan orang lain dan tingkat
perkembangan potensial yaitu batas atas tugas yang dapat dikerjakan anak dengan
bimbingan seorang individu yang lebih kompeten (Ormrod, 2008: 58). Gagasan
kunci dalam ZPD yaitu scaffolding. Scaffolding atau perancahan merupakan
bantuan yang diberikan oleh teman atau orang dewasa yang lebih kompeten (Slavin,
2008 : 60 -61). Scaffolding sering digunakan orang dewasa atau individu yang lebih
kompeten untuk memberikan sejumlah bimbingan atau arahan yang membantu
anak melakukan tugas-tugas dalam ZPD mereka.
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di bab sebelumnya, siswa
khususnya kelas IV masih membutuhkan perancah (scaffolding) untuk mendukung
mereka dalam pembelajaran yang bermakna. Salah satu perancah yang dapat
diberikan kepada siswa adalah penggunaan model pembelajaran di kelas. Oleh
sebab itu, pemilihan model pembelajaran perlu dpertimbangkan dengan matang
untuk memberikan dorongan belajar pada siswa. Model pembelajaran inkuiri
merupakan salah satu model pembelajaran yang tepat untuk memberikan
scaffolding terbaik pada siswa. Scaffolding yang diberikan dalam model
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
pembelajaran inkuiri adalah bantuan dari guru untuk menentukan rumusan masalah
dalam pembelajaran, selanjutnya siswa berusaha sendiri untuk memecahkannya
dalam percobaan dan pada akhirnya siswa dapat menarik kesimpulan. Porsi guru
sebagai scaffolding dalam pembelajaran inkuiri tidak untuk ikut serta dalam
menjawab rumusan masalah sehingga siswa memiliki porsi lebih banyak dalam
menemukan pemahaman. Selain guru, peran teman sebaya dalam kelompok
merupakan scaffolding karena siswa dapat saling membantu dan belajar.
4.2.1 Analisis Pengaruh Kemampuan Eksplanasi
Hipotesis I pada penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran
inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan eksplanasi siswa kelas IV SD Joannes
Bosco Yogyakarta. Kemampuan eksplanasi adalah kemampuan menjelaskan dan
menyajikan dengan cara yang meyakinkan dan koheren sebagai hasil dari penalaran
seseorang (Facione, 2010: 7). Indikator dari kemampuan eksplanasi adalah
menjelaskan hasil penalaran, membenarkan prosedur yang sudah digunakan, dan
memaparkan argumen-argumen yang digunakan. Tujuan yang berkaitan dengan
proses eksplanasi adalah siswa mampu menjelaskan hasil penalaran dan alasan dari
pengetahuan yang sudah dipelajari ataupun suatu pernyataan. Hal ini dapat dilihat
pada saat siswa menjelaskan hasil percobaan beserta alasannya dalam LKS. Selain
itu, kemampuan eksplanasi juga dapat dilihat saat siswa mempresentasikan hasil
percobaan mereka di depan kelas, dalam hal ini siswa dituntut untuk menjelaskan
kembali proses hingga kesimpulan dari percobaan mereka menggunakan bahasanya
sendiri. Sebaran data posttest menunjukkan bahwa hasil posttest kelompok
eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Hal tersebut diperkuat dengan
hasil analisis statistik yang memperlihatkan bahwa model pembelajaran inkuiri
berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan eksplanasi.
Hasil analisis data pada uji kemampuan perbedaan awal, menunjukkan
bahwa kelompok kontol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal
yang sama. Hal itu dapat dilihat dari harga p = 0,175. Harga p menunjukkan (p >
0,05) artinya tidak ada perbedaan yang signifikan pada hasil pretest antara
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sehingga keduanya memiliki
kemampuan awal yang sama dan dapat dibandingkan (Priyatno, 2012: 24). Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
menunjukkan bahwa ancaman validitas internal berupa karakteristik subjek dapat
dikendalikan dalam penelitian ini.
Penerapan model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan
eksplanasi. Hal tersebut ditunjukkan melalui hasil analisis data pada uji signifikansi
pengaruh perlakuan. Harga p pada uji statistik yaitu 0,00 (p < 0,05), maka Hnull
ditolak sehingga menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara selisih skor
pretest – posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (Priyatno, 2012: 24).
Rerata skor posttest pada kelompok eksperimen juga lebih tinggi yaitu 3,1218,
sedangkan skor posttest pada kelompok kontrol adalah 2,0957. Selisih rerata skor
pretest – posttest pada kelompok eksperimen juga lebih tinggi yaitu 1,319,
sedangkan pada kelompok kontrol hanya 0,476. Dengan demikian, perlakuan dalam
bentuk penerapan model pembelajaran inkuiri memberikan perbedaan yang
signifikan (berpengaruh) terhadap kemampuan eksplanasi. Hasil ini sesuai dengan
salah satu ciri pembelajaran pembelajaran model pembelajaran inkuiri bahwa
model pembelajaran inkuiri mampu mengembangkan kemampuan berpikir secara
sistematis, logis, dan kritis atau mampu mengembangkan kemampuan intelektual
sebagai bagian dari proses mental (Hosnan, 2014: 341). Hal ini juga sesuai dengan
teori yang menjelaskan bahwa perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan
oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan (Ormrod, 2009: 41).
Model pembelajaran inkuiri yang diterapkan pada kelompok eksperimen,
membawa siswa untuk aktif dengan memanfaatkan lingkungan yaitu benda-benda
konkret di sekitar mereka. Pemanfaatan benda-benda konkret dalam model
pembelajaran inkuiri sesuai dengan tahap perkembangan operasional konkret yang
dikemukakan oleh Piaget. Anak pada tahap ini dapat membentuk konsep sejauh jika
mereka melibatkan objek dan situasi yang sudah tidak asing lagi (Slavin, 2011: 50).
Besar pengaruh perlakuan (effect size) yang ditimbulkan oleh model
pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan eksplanasi sebesar 36,03% atau
termasuk dalam kategori efek besar (Cohen dalam Field, 2009: 57). Hasil uji besar
pengaruh perlakuan membuktikan bahwa nilai r = 0,60 atau setara dengan 36,03%.
Hal ini mengartikan bahwa model pembelajaran inkuiri memberikan pengaruh
terhadap kemampuan eksplanasi sebesar 36,03%. Sisanya yaitu 63,97% merupakan
pengaruh dari variabel luar (epsilon) yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Variabel luar (epsilon) adalah variabel yang secara teoretis mempengaruhi variabel
dependen akan tetapi tidak diteliti (Darmadi, 2014: 16). Faktor lain di luar variabel
penelitian yang dapat mempengaruhi individu bisa berasal dari keluarga,
lingkungan, sosial ekonomi, asupan kecukupan gizi, dan lainnya (Kasmadi &
Sunariah, 2013: 151).
Peningkatan rerata pretest ke posttest pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.13 atau grafik 4.3. Peningkatan rerata skor
pretest ke posttest pada kelompok kontrol sebesar 0,47667, sedangkan pada
kelompok eksperimen 1,31909. Persentase peningkatan rerata pretest ke posttest
kelompok kontrol sebesar 29,81%, sedangkan pada kelompok eksperimen sebesar
73,33%. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa kedua kelompok mengalami
peningkatan skor pretest ke posttest. Peningkatan skor pada kelompok eksperimen
lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Dengan demikian, model pembelajaran
inkuiri yang digunakan pada kelompok eksperimen memberikan peningkatan lebih
besar terhadap kemampuan eksplanasi dibandingkan metode ceramah yang
digunakan pada kelompok kontrol.
Peningkatan yang terjadi pada kemampuan eksplanasi melalui model
pembelajaran inkuiri ini didukung oleh teori perkembangan Piaget dan teori
pembelajaran sosial oleh Vygotsky. Dalam praktiknya, model pembelajaran inkuiri
yang diterapkan dalam penelitian ini menggunakan benda-benda konkret sebagai
bahan percobaan seperti lilin, kertas, kardus, margarin, kentang, lampu LED, air,
tisu, dan kabel. Menurut Piaget, benda-benda konkret yang sudah tidak asing bagi
anak akan mendukung siswa pada tahap operasional konkret untuk membentuk
sebuah konsep (Slavin, 2011: 50). Selain itu, dalam model pembelajaran inkuiri,
guru memberikan bantuan sementara dalam langkah merumuskan masalah dan
hipotesis, serta saat percobaan berlangsung.
Ketika merumuskan masalah, guru menayangkan bantuan berupa video agar
siswa terbantu untuk menentukan rumusan masalah yang tepat berkaitan dengan
pokok bahasan. Selain itu, guru juga masih memberikan bantuan berupa
penyusunan rumusan masalah secara bertahap. Tahap pertama, siswa diberi
kesempatan untuk membuat tiga rumusan masalah. Tahap kedua, siswa
menentukan satu rumusan masalah dengan bimbingan guru. Peran guru dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
menentukan satu rumusan masalah ini adalah menggiring siswa menuju satu
pemikiran terhadap rumusan masalah yang paling sesuai, guru terus memberikan
kata kunci untuk memancing mereka agar mampu menentukan rumusan masalah
yang paling tepat. Selama percobaan berlangsung, guru memberikan bantuan
sementara berupa arahan agar siswa melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk.
Bantuan sementara dalam model pembelajaran inkuiri ini, selaras dengan teori
pembelajaran sosial menurut Vygotsky. Teori Vygotsky mengemukakan bahwa
siswa harus berada pada ZPD (Zona of Proximal Development) yaitu kondisi
dimana siswa membutuhkan bantuan sementara (scaffolding) dari orang lain dalam
memecahkan masalah. Maka, model pembelajaran inkuiri ini sudah meletakkan
anak pada ZPD dan menjadikan guru serta teman dalam kelompok sebagai
scaffolding.
Instrumen untuk mengukur kemampuan eksplanasi pada penelitian ini
memiliki tiga indikator yang merupakan turunan dari indikator kemampuan
eksplanasi. Indikator yang pertama yaitu menjelaskan hasil penalaran dari gambar
yang berkaitan dengan prinsip kerja PLTA. Indikator kedua adalah membenarkan
langkah-langkah perubahan sumber energi air menjadi energi listrik. Indikator
terakhir adalah menyatakan argumen dan alasan berkaitan dengan hal yang
berpengaruh pada energi potensial air. Berikut penjelasan perolehan skor pada
setiap indikator.
Pada indikator menjelaskan hasil penalaran, kelompok eksperimen
mengalami peningkatan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Skor
indikator pertama pada kelompok kontrol mengalami peningkatan pada skor 3 dan
4. Perolehan skor 3 sebanyak 8 siswa dan skor 4 sebanyak 5 siswa. Pada kelompok
eksperimen peningkatan juga terjadi pada skor 3 dan 4 dengan jumlah siswa lebih
banyak. Perolehan skor 3 sebanyak 11 siswa dan skor 4 sebanyak 8 siswa. Analisis
persentase setiap item soal juga menunjukkan bahwa persentase kelompok
eksperimen pada indikator pertama lebih tinggi dari kelompok kontrol. Persentase
kelompok kontrol sebesar 28,25%, sedangkan kelompok eksperimen memperoleh
persentase lebih tinggi yaitu sebesar 57,77%. Dengan demikian, indikator pertama
dari kemampuan eksplanasi yaitu menjelaskan hasil penalaran mampu ditingkatkan
melalui model pembelajaran inkuiri. Selama penelitian berlangsung, langkah model
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
pembelajaran inkuiri yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk menjelaskan
hasil penalaran yaitu merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis. Setelah
melihat video stimulus dari guru, siswa menalar video tersebut lalu menjelaskannya
melalui tiga rumusan masalah yang dibuat dalam kelompok.
Pada indikator kedua yaitu membenarkan prosedur yang sudah digunakan,
kelompok eksperimen mengalami peningkatan lebih tinggi dibandingkan kelompok
kontrol. Skor indikator kedua pada kelompok kontrol mengalami peningkatan pada
skor 3 yaitu sebanyak 3 siswa. Pada kelompok eksperimen peningkatan terjadi pada
skor 2 sebanyak 2 siswa, skor 3 sebanyak 8 siswa, dan skor 4 sebanyak 12 siswa.
Analisis persentase setiap item soal juga menunjukkan bahwa persentase kelompok
eksperimen pada indikator kedua lebih tinggi dari kelompok kontrol. Persentase
kelompok kontrol sebesar 37,49%, sedangkan kelompok eksperimen memperoleh
persentase lebih tinggi yaitu sebesar 230,41%. Selama penelitian berlangsung,
langkah model pembelajaran inkuiri yang memberikan kesempatan bagi siswa
untuk membenarkan prosedur adalah langkah melakukan eksperimen dan evaluasi.
Saat melakukan eksperimen, siswa dalam kelompok saling membenarkan prosedur
yang mereka terapkan hingga percobaan mereka berhasil. Pada langkah evaluasi,
siswa juga mengevaluasi langkah-langkah eksperimen mereka yang belum sesuai.
Pada indikator ketiga yaitu memaparkan argumen-argumen yang
digunakan, kelompok eksperimen mengalami peningkatan yang kurang optimal.
Kelompok kontrol mengalami peningkatan pada skor 3 yaitu sebanyak 5 siswa dan
skor 4 sebanyak 2 siswa. Pada kelompok eksperimen peningkatan pada skor 3 lebih
banyak dibanding kelompok kontrol yaitu sebanyak 12 siswa. Analisis persentase
setiap item soal juga menunjukkan bahwa persentase kelompok kontrol sebesar
21,87% dengan mean posttest 1,9048, sedangkan kelompok eksperimen
memperoleh persentase sebesar 15,68% dengan mean posttest 2,6818. Berdasarkan
data tersebut, mean posttest kelompok eksperimen masih lebih tinggi dibanding
kelompok kontrol, namun peningkatan pada kelompok eksperimen kurang optimal.
Berdasarkan teori perkembangan Piaget, siswa kelas 4 masih berada pada tahap
operasional konkret yang masih sangat tergantung pada benda-benda real. Saat
mereka terlepas dari benda real dan diminta untuk memaparkan hasil yang abstrak,
mereka masih mengalami kesulitan karena memahami konsep abstrak bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
dilakukan setelah siswa berada pada tahap operasional formal yaitu pada usia 13 –
15 tahun). Oleh sebab itu, siswa masih kurang optimal pada indikator memaparkan
argumen-argumen.
Berdasarkan analisis setiap item soal, semua indikator dalam kemampuan
eksplanasi pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan. Terdapat dua
indikator yang ditingkatkan secara optimal yaitu menjelaskan hasil penalaran dan
membenarkan prosedur yang sudah digunakan. Peningkatan yang optimal terhadap
dua indikator tersebut terjadi karena pengaruh tahap perkembangan siswa kelas
empat yang berada pada tahap operasional konkret. Indikator menjelaskan hasil
penalaran dapat meningkat secara optimal karena bantuan benda-benda konkret
selama penerapan model pembelajaran inkuiri. Siswa dengan mudah membangun
penalaran mereka karena adanya benda yang sudah tidak asing. Indikator kedua
yaitu membenarkan prosedur yang sudah digunakan juga meningkat secara optimal
karena peran lingkungan dalam tahap operasional konkret terpenuhi dengan baik.
Pembelajaran di luar kelas disertai dengan percobaan menggunakan benda konkret
membuat siswa mampu menerapkan prosedur percobaan secara langsung sekaligus
membenarkannya jika terjadi kesalahan.
Penerapan model pembelajaran inkuiri memberikan efek peningkatan lebih
besar dari pada metode ceramah. Hal ini dibuktikan melalui uji besar efek
peningkatan rerata pretest ke posttest. Hasil uji besar efek peningkatan rerata
pretest ke posttest menunjukkan bahwa kelompok eksperimen memiliki harga r =
0,91 atau setara dengan 82,81% yang masuk pada kategori efek sangat besar. Pada
kelompok kontrol menunjukkan harga r = 0,64 atau setara dengan 40,96% yang
masuk dalam kategori efek besar (Field, 2009: 57 & Fraenkel, Wallen, & Hyun,
2012: 14). Berdasarkan data tersebut, maka persentase besar pengaruh penerapan
model pembelajaran inkuiri lebih besar dibandingkan dengan metode ceramah. Hal
ini diperkuat dengan hasil signifikansi peningkatan rerata pretest ke posttest pada
kelompok eksperimen yaitu p = 0,000 (p < 0,05) yang mengartikan bahwa ada
perbedaan skor yang sangat signifikan dari pretest ke posttest pada kelompok
eksperimen.
Hasil uji korelasi rerata pretest ke posttest pada kelompok kontrol adalah
positif dan signifikan, sedangkan pada kelompok eksperimen adalah positif dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
tidak signifikan. Pada kelompok kontrol harga p = 0,008 (p < 0,05) yang berarti
mengalami peningkatan yang signifikan. Pada kelompok eksperimen harga p =
0,246 (p > 0,05) yang berarti tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Hasil
Pearson Correlation pada kedua kelompok menunjukkan nilai yang positif.
Pearson Correlation pada kelompok kontrol sebesar 0,561 dan kelompok
eksperimen sebesar 0,258. Berkorelasi positif dapat diartikan bahwa siswa yang
memiliki skor pretest tinggi, juga semakin tinggi pada skor posttestnya dan begitu
sebaliknya. Dengan demikian, ancaman validitas internal berupa regresi statistik
dapat dikendalikan dalam penelitian ini.
Perhitungan gain score pada kemampuan eksplanasi menghasilkan skor ≥
1,00. Frekuensi siswa yang memperoleh skor ≥ 1,00 pada kelompok kontrol
sebanyak 6 siswa, sedangkan pada kelompok eksperimen sebanyak 16 siswa.
Persentase gain score ≥ 1,00 pada kelompok kontrol sebesar 29%, sedangkan pada
kelompok eksperimen sebesar 73%. Data tersebut menunjukkan bahwa 73% siswa
pada kelompok eksperimen diuntungkan dengan penerapan model pembelajaran
inkuiri, sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 29% anak diuntungkan dengan
penerapan model ceramah. Keuntungan yang diperoleh kelompok eksperimen lebih
besar daripada kelompok kontrol. Maka penerapan model pembelajaran inkuiri
memiliki persentase lebih besar daripada penerapan metode ceramah. Dengan kata
lain, model pembelajaran inkuiri lebih mampu mengembangkan kemampuan
eksplanasi.
Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri dapat menjadi salah satu solusi
untuk membantu mengatasi permasalahan pendidikan di Indonesia khususnya
dalam hal pengembangkan kemampuan berpikir kritis. Hal ini ditunjukkan dengan
hasil penelitian bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri memberikan
pengaruh dalam kategori efek besar terhadap kemampuan eksplanasi dengan r =
0,60 atau setara dengan 36,03%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, model
pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan eksplanasi
4.2.2 Analisis Pengaruh Kemampuan Regulasi diri
Hipotesis I pada penelitian ini adalah Penerapan model pembelajaran inkuiri
berpengaruh terhadap kemampuan regulasi diri siswa kelas IV SD Joannes Bosco
Yogyakarta. Kemampuan regulasi diri adalah kesadaran diri untuk memantau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
aktivitas kognitif seseorang, unsur-unsur yang digunakan dalam kegiatan tersebut,
dan hasilnya (Facione, 2010: 7). Indikator kemampuan regulasi diri terdiri dari dua
yaitu refleksi diri dan koreksi diri. Indikator tersebut terlihat dalam penerapan
model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran inkuiri bertujuan untuk
memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual
terkait dengan proses-proses reflektif. Ketika siswa menyadari kesalahan langkah
dalam proses percobaan, siswa kemudian membenarkannya sehingga proses
percobaan kembali berjalan sesuai dengan arahan guru. Selain itu, siswa juga
merefleksikan langkah-langkah percobaan dan keberhasilan percobaan yang
mereka lakukan melalui LKS. Saat proses mengambil kesimpulan, siswa
mencocokkan kembali apakah kesimpulan sudah menjawab rumusan masalah, hal
ini juga sebuah pemikiran reflektif karena melihat kembali apa yang menjadi
rumusan masalah mereka sehingga dapat membuat kesimpulan dengan tepat.
Berdasarkan sebaran data posttest, diketahui bahwa hasil posttest kelompok
eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Hal tersebut diperkuat dengan
hasil analisis statistik yang memperlihatkan bahwa model pembelajaran inkuiri
berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan regulasi diri. Hasil analisis
data pada uji kemampuan perbedaan awal, menunjukkan bahwa kelompok kontol
dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama. Hal itu dapat
dilihat dari harga p = 0,081. Harga p menunjukkan (p > 0,05) artinya tidak ada
perbedaan yang signifikan pada hasil pretest antara kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen sehingga keduanya memiliki kemampuan awal yang sama
dan dapat dibandingkan (Priyatno, 2012: 24). Hal ini menunjukkan bahwa ancaman
validitas internal berupa karakteristik subjek dapat dikendalikan dalam penelitian
ini.
Penerapan model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan
regulasi diri. Hal ini dapat dilihat melalui hasil analisis data pada uji signifikansi
pengaruh perlakuan. Harga p pada uji statistik yaitu 0,001 (p < 0,05), maka Hnull
ditolak sehingga menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara selisih skor
pretest – posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (Priyatno, 2012: 24).
Rerata skor posttest pada kelompok eksperimen juga lebih tinggi yaitu 3,0614,
sedangkan rerata skor posttest pada kelompok kontrol adalah 2,1586. Selisih rerata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
skor pretest – posttest pada kelompok eksperimen juga lebih tinggi yaitu 0,894,
sedangkan pada kelompok kontrol hanya 0,286. Dengan demikian, perlakuan dalam
bentuk penerapan model pembelajaran inkuiri memberikan perbedaan yang
signifikan (berpengaruh) terhadap kemampuan regulasi diri. Peningkatan
kemampuan regulasi diri oleh model pembelajaran inkuiri ini, menunjukkan bahwa
tujuan model pembelajaran inkuiri yaitu mengembangkan kemampuan intelektual
melalui proses reflektif berhasil diwujudkan. Pada model pembelajaran inkuiri
terdapat kegiatan menarik kesimpulan dan evaluasi yang mengasah kemampuan
siswa dalam merefleksikan diri dan mengkoreksi diri. Pada langkah menarik
kesimpulan, pertama-tama siswa harus merefleksikan kembali aktivitas apa saja
yang sudah siswa kerjakan (proses) beserta hasilnya, kemudian siswa baru bisa
menentukan kesimpulannya. Pada langkah evaluasi, siswa harus melihat kembali
kesalahan-kesalahan langkah dalam percobaan yang mempengaruhi hasil
percobaan dan diminta untuk membenarkan langkah-langkah tersebut (koreksi
diri).
Besar pengaruh perlakuan (effect size) yang ditimbulkan oleh model
pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan regulasi diri sebesar 23,04% atau
termasuk dalam kategori efek menengah (Cohen dalam Field, 2009: 57). Hal
tersebut terbukti melalui hasil uji besar pengaruh perlakuan yang memiliki nilai r =
0,48 atau setara dengan 23,04%. Hal ini mengartikan bahwa model pembelajaran
inkuiri memberikan pengaruh sebesar 23,04%. Sisanya yaitu 76,96% merupakan
pengaruh dari variabel luar (epsilon) yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Variabel luar (epsilon) adalah variabel yang secara teoretis mempengaruhi variabel
dependen akan tetapi tidak diteliti (Darmadi, 2014: 16). Faktor lain di luar variabel
penelitian yang dapat mempengaruhi individu bisa berasal dari keluarga,
lingkungan, sosial ekonomi, asupan kecukupan gizi, dan lainnya (Kasmadi &
Sunariah, 2013: 151).
Peningkatan rerata pretest ke posttest pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.24 atau grafik 4.7. Peningkatan rerata skor
pretest ke posttest pada kelompok kontrol sebesar 0,28429, sedangkan pada
kelompok eksperimen 0,89409. Persentase peningkatan rerata pretest ke posttest
kelompok kontrol sebesar 15,16%, sedangkan pada kelompok eksperimen sebesar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
41,25%. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa kedua kelompok mengalami
peningkatan skor pretest ke posttest. Peningkatan skor pada kelompok eksperimen
lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Dengan demikian, model pembelajaran
inkuiri yang digunakan pada kelas eksperimen memberikan peningkatan lebih besar
dibandingkan metode ceramah yang digunakan pada kelompok kontrol.
Peningkatan yang besar pada kemampuan regulasi diri oleh model
pembelajaran inkuiri didukung oleh teori perkembangan Piaget. Piaget menekankan
bahwa adanya proses yang penting dalam perkembangan anak yaitu skema,
asimilasi, akomodasi, organisasi, dan keseimbangan. Pada proses tersebut, siswa
menyesuaikan skema yang mereka miliki dengan pengetahuan baru (Ormrod, 2009:
41). Kemudian secara terus menerus siswa akan berpindah dari satu tahap
pemikiran ke tahap pemikiran yang lain. Selama proses perpindahan tersebut, siswa
mengalami disekuilibrium yaitu keadaan tidak menyenangkan karena tahap
pemikiran yang tidak sesuai (Suparno, 2012: 32). Maka siswa harus kembali
mengkoreksi dan merefleksikan pemikirannya sehingga mencapai keseimbangan
atau tahap pemikiran yang benar. Selama proses tersebut berlangsung, tentu siswa
membutuhkan benda-benda konkret untuk membangun pemikiran baru. Oleh sebab
itu, penerapan model pembelajaran inkuiri yang melibatkan benda-benda konkret,
mendukung terjadinya proses perkembangan yang dijelaskan oleh Piaget dan secara
bersamaan juga mengembangkan kemampuan meregulasi diri.
Peningkatan kemampuan regulasi diri juga didasari oleh teori pembelajaran
sosial oleh Vygotsky. Scaffolding atau bantuan sementara yang dijelaskan oleh
Vygotsky bisa berasal dari orang yang lebih kompeten atau teman sebaya (Slavin,
2008: 60-61). Koreksi diri dan refleksi diri selama proses pembelajaran
menggunakan model pembelajaran inkuiri, didorong oleh bantuan guru dan juga
teman dalam kelompok. Guru membantu mengawasi dalam proses percobaan dan
mengingatkan siswa jika langkah-langkahnya kurang sesuai dengan percobaan.
Siswa dalam kelompok juga saling mengingatkan selama proses percobaan.
Dengan demikian, siswa lebih mudah dalam melakukan refleksi dan koreksi diri.
Instrumen untuk mengukur kemampuan regulasi diri pada penelitian ini
memiliki tiga indikator yang diturunkan berdasarkan indikator kemampuan regulasi
diri. Indikator yang pertama yaitu menilai tindakan dan memberikan penjelasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
yang berhubungan dengan penggunaan energi listrik dan sumber energi berupa air.
Indikator kedua adalah merencanakan cara atau langkah yang tepat untuk berhemat
energi. Indikator ketiga adalah memastikan apakah langkah yang diambil benar-
benar dapat menghemat energi. Berikut penjelasan perolehan skor pada setiap
indikator.
Pada indikator pertama, kelompok eksperimen mengalami peningkatan
lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Perolehan skor indikator pertama pada
kelompok kontrol yaitu skor 2 sebanyak 14 siswa dan skor 3 sebanyak 6 siswa.
Pada kelompok eksperimen, perolehan skor 3 sebanyak 6 siswa dan skor 4 sebanyak
7 siswa. Analisis persentase setiap item soal juga menunjukkan bahwa persentase
kelompok eksperimen pada indikator pertama lebih tinggi dari kelompok kontrol.
persentase kelompok kontrol sebesar 19,05%, sedangkan kelompok eksperimen
memperoleh persentase lebih tinggi yaitu sebesar 45,45%. Dengan demikian,
indikator pertama dari kemampuan regulasi diri yaitu refleksi diri mampu
ditingkatkan melalui model pembelajaran inkuiri. Selama penelitian berlangsung,
langkah model pembelajaran inkuiri yang memberikan kesempatan bagi siswa
untuk merefleksikan diri yaitu menarik kesimpulan. Pada kegiatan menarik
kesimpulan, siswa melihat kembali kegiatan pembelajaran mulai dari merumuskan
masalah hingga melakukan eksperimen dan membandingkan dengan hasil
eksperimen mereka. Refleksi diri yang dilakukan siswa, membantu mereka untuk
mengetahui penyebab dari hasil percobaan mereka untuk menjawab hipotesis yang
sudah dibuat. Setelah merefleksikan kegiatan tersebut, siswa baru bisa menarik
kesimpulan.
Pada indikator kedua, kelompok eksperimen mengalami peningkatan lebih
tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Skor indikator kedua pada kelompok
kontrol mengalami peningkatan pada skor 3 yaitu sebanyak 13 siswa. Kelompok
eksperimen mengalami peningkatan pada skor 4 sebanyak 17 siswa. Analisis setiap
item soal menunjukkan bahwa persentase kelompok eksperimen pada indikator
kedua lebih tinggi dari kelompok kontrol. Persentase kelompok kontrol sebesar
17,38%, sedangkan kelompok eksperimen sebesar 33,89%. Selama penelitian
berlangsung, langkah model pembelajaran inkuiri yang memberikan kesempatan
bagi siswa untuk mengkoreksi diri adalah langkah evaluasi. Langkah evaluasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
diterapkan melalui pengerjaan LKS dan secara lisan oleh guru. Pada langkah ini,
siswa mengkoreksi kesalahan-kesalahan langkah dalam melakukan eksperimen dan
menuliskannya pada LKS. Setelah itu, siswa membenarkan langkah tersebut
dengan bantuan guru.
Pada indikator ketiga, kelompok eksperimen mengalami peningkatan lebih
tinggi dibanding kelompok kontrol. Kelompok kontrol mengalami peningkatan
pada skor 3 yaitu sebanyak 1 siswa. Kelompok eksperimen mengalami peningkatan
pada skor 3 sebanyak 6 siswa dan pada skor 4 sebanyak 6 siswa. analisis persentase
setiap item soal menunjukkan bahwa persentase kelompok kontrol sebesar 6,66%,
sedangkan kelompok eksperimen sebesar 47,49%. Langkah-langkah model
pembelajaran inkuiri yang memberi dukungan dalam peningkatan indikator koreksi
diri adalah langkah evaluasi. Langkah evaluasi diterapkan melalui pengerjaan LKS
dan secara lisan oleh guru. Pada langkah ini, siswa mengkoreksi kesalahan-
kesalahan langkah dalam melakukan eksperimen dan menuliskannya pada LKS.
Setelah itu, siswa membenarkan langkah tersebut dengan bantuan guru.
Berdasarkan uji besar efek peningkatan rerata pretest ke posttest, penerapan
model pembelajaran inkuiri memberikan efek peningkatan lebih besar dari pada
metode ceramah. Hal ini dibuktikan melalui hasil uji besar efek peningkatan rerata
pretest ke posttest yang menunjukkan bahwa kelompok eksperimen memiliki harga
r = 0,81 atau setara dengan 65,61% yang masuk pada kategori efek sangat besar.
Pada kelompok kontrol menunjukkan harga r = 0,56 atau setara dengan 31,36%
yang masuk dalam kategori efek besar (Field, 2009: 57 & Fraenkel, Wallen, &
Hyun, 2012: 14). Berdasarkan data tersebut, maka persentase besar pengaruh
penerapan model pembelajaran inkuiri lebih besar dibandingkan dengan metode
ceramah. Hal ini diperkuat dengan hasil signifikansi peningkatan rerata pretest ke
posttest pada kelompok eksperimen yaitu p = 0,001 (p < 0,05) yang mengartikan
bahwa ada perbedaan skor yang sangat signifikan dari pretest ke posttest pada
kelompok eksperimen.
Hasil uji korelasi rerata pretest ke posttest pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen adalah positif dan signifikan. Pada kelompok kontrol harga
p = 0,003 (p < 0,05) yang berarti mengalami peningkatan yang signifikan. Pada
kelompok eksperimen harga p = 0,020 (p < 0,05) yang juga mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
peningkatan yang signifikan. Hasil Pearson Correlation pada kedua kelompok
menunjukkan nilai yang positif. Pearson Correlation pada kelompok kontrol
sebesar 0,616 dan kelompok eksperimen sebesar 0,493. Berkorelasi positif dapat
diartikan bahwa siswa yang memiliki skor pretest tinggi, juga semakin tinggi pada
skor posttestnya dan begitu sebaliknya. Dengan demikian, ancaman validitas
internal berupa regresi statistik dapat dikendalikan dalam penelitian ini.
Perhitungan gain score pada kemampuan regulasi diri menghasilkan skor ≥
1,00. Frekuensi siswa yang memperoleh skor ≥ 1,00 pada kelompok kontrol
sebanyak 3 siswa, sedangkan pada kelompok eksperimen sebanyak 12 siswa.
Persentase gain score ≥ 1,00 pada kelompok kontrol sebesar 14%, sedangkan pada
kelompok eksperimen sebesar 54%. Data tersebut menunjukkan bahwa 54% siswa
pada kelompok eksperimen diuntungkan dengan penerapan model pembelajaran
inkuiri, sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 14% anak diuntungkan dengan
penerapan model ceramah. Keuntungan yang diperoleh kelompok eksperimen lebih
besar daripada kelompok kontrol. Maka penerapan model pembelajaran inkuiri
memiliki persentase lebih besar daripada penerapan metode ceramah. Dengan kata
lain, model pembelajaran inkuiri lebih mampu mengembangkan kemampuan
regulasi diri.
Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri dapat menjadi salah satu solusi
untuk membantu mengatasi permasalahan pendidikan di Indonesia khususnya
dalam hal pengembangkan kemampuan berpikir kritis. Hal ini ditunjukkan dengan
hasil penelitian bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri memberikan
pengaruh dalam kategori efek menengah terhadap kemampuan regulasi diri dengan
r = 0,48 atau setara dengan 23,04%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, model
pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan regulasi diri.
4.2.3 Analisis terhadap Ancaman Validitas Internal
Validitas internal diartikan sebagai tingkat kebenaran dari hasil penelitian
karena keakuratan alat ukur. Penelitian kuantitatif eksperimental dapat dikatakan
akurat apabila efek yang merubah variabel dependen hanya disebabkan oleh
variabel independen, bukan karena faktor-faktor di luar variabel independen.
Faktor-faktor di luar variabel independen yang turut mempengaruhi variabel
dependen merupakan ancaman terhadap validitas internal penelitian. Oleh sebab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
itu, faktor-faktor di luar variabel independen yang mempengaruhi variabel
dependen harus dikontrol untuk meningkatkan validitas internal.
Pengontrolan faktor-faktor di luar variabel independen dilakukan untuk
menghilangkan bias yang mungkin muncul. Kemungkinan terjadinya ancaman
validitas internal pada penelitian quasi esperimental lebih besar dibandingkan
dengan eksperimen murni, karena eksperimental murni melakukan pengambilan
sampel secara random dan lebih terkontrol. Berikut 11 ancaman validitas internal
pada penelitian ini.
Tabel 4.31 Ancaman dalam Penelitian
No. Ancaman
Validitas
Tingkat
Ancaman
Terkendali
Ya / Tidak
Cara Pengendalian
1 Sejarah Rendah Ya Penelitian dilakukan dalam
waktu singkat (dua minggu).
2 Difusi treatment Rendah –
menengah
Ya Tidak ada komunikasi pada kedua
kelompok terkait model pembelajaran
inkuiri secara sistematis.
3 Maturasi Rendah Ya Penelitian dilaksanakan selama ± 2
minggu.
pretest dan posttest dilaksanakan pada
hari dan jam yang sama.
4 Perilaku
Kompensatoris
Rendah –
menengah
Tidak Kelompok kontrol tidak mendapatkan
treatment yang sama dengan
kelompok eksperimen setelah
penelitian selesai.
5 Regresi statistik Rendah Ya Hasil uji korelasi pada pretest –
posttest tidaklah negatif dan
signifikan.
6 Mortalitas
(mortality)
Menengah Ya Semua siswa hadir pada saat pretest,
posttest, dan semua pertemuan.
7 Pengujian (testing) Rendah Ya Kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen sama-sama mendapatkan
pretest.
8 Instrumentasi
(instrumentation)
Rendah –
menengah
– tinggi
Ya pretest dan posttest menggunakan
instrumen yang sama.
Sudah dilakukan uji validitas dan
reliabilitas pada instrument dengan
hasil yang valid dan reliabel.
Memeriksa kelayakan instrumen.
9 Lokasi (location) Menengah
– tinggi
Ya Kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen berada pada sekolah yang
sama.
Menggunakan ruang kelas yang
memiliki karakteristik sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
10 Karakteristik subjek
(subject
characteristics)
Menengah
– tinggi
Ya Kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen memiliki kemampuan
awal yang sama.
11 Implementasi
(implementation)
Tinggi Ya Implementasi pembelajaran
dilakukan oleh guru yang sama baik
di kelompok eksperimen maupun di
kelompok kontrol.
Berdasarkan tabel 4.32, ancaman yang dapat dikendalikan pada penelitian
ini adalah sejarah, difusi treatment, maturasi, regresi statistik, mortalitas, pengujian,
instrumentasi, lokasi, karakteristik subjek, dan implementasi. Satu ancaman
validitas internal yang tidak dapat dikendalikan yaitu perilaku kompensatoris
dengan tingkat ancaman rendah – menengah. Perilaku kompensatoris tidak dapat
dikendalikan karena pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri tidak
diberikan kepada kelompok kontrol setelah penelitian selesai, tetapi tidak
berdampak secara praktis terhadap kredibilitas pengambilan kesimpulan. 10 dari 11
ancaman validitas internal dapat dikendalikan dengan baik dan tidak ada data yang
menunjukkan adanya ancaman yang berdampak sistemik. Dengan demikian,
kredibilitas kesimpulan penelitian ini dapat dipercaya.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai ancaman validitas internal
penelitian dan cara pengendaliannya. Penelitian dilakukan di salah satu SD swasta
di Yogyakarta yaitu SD Joannes Bosco. Kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen tetap menempati kelas masing-masing yaitu diruang kelas IV musikal
1 dan IV musikal III. Ukuran ruang kelas, fasilitas, dan kondisi ruang kelas sama.
Kelompok eksperimen melakukan dua percobaan di luar kelas namun setelah
percobaan selesai, kelompok kembali ke dalam kelas. Dari penjelasan tersebut,
menunjukkan bahwa validitas internal berupa lokasi dapat dikendalikan dalam
penelitian ini.
Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dipilih dengan cara random
yaitu menggunakan undian dalam bentuk kertas undian yang di saksikan oleh guru
mitra. Guru mitra dalam penelitian ini adalah guru kelas IV musikal 3. Hasil dari
undian yaitu kelas IV musikal 3 dengan jumlah 22 siswa menjadi kelas eksperimen,
sedangkan kelas IV misukal 1 dengan jumlah 21 siswa menjadi kelas kontrol.
Pembelajaran pada kedua kelompok dilakukan oleh guru yang sama yaitu guru
mitra agar tidak terjadi bias. Perbedaan pembelajaran pada kedua kelompok terletak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
pada model pembelajaran yang digunakan. Kelompok eksperimen menggunakan
model pembelajaran inkuiri, sedangkan kelompok kontrol menggunakan metode
ceramah. Penggunaan guru yang sama pada kedua kelompok bertujuan untuk
mengendalikan ancaman validitas internal berupa implementasi. Penggunaan guru
yang berbeda dapat mempengaruhi hasil posttest karena setiap guru memiliki cara
mengajar yang berbeda.
Instrumen yang digunakan dalam pretest dan posttest untuk kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol adalah instrumen yang sama. Sebelum instrumen
digunakan, instrumen sudah melalui validitas, dan reliabilitas. Hal ini bertujuan
untuk menghindari ancaman validitas berupa instrumentasi. Penggunaan instrumen
yang sama pada pretest dan posttest menimbulkan dampak kebosanan pada siswa,
namun ancaman validitas internal berupa instrumentasi dapat dikendalikan dengan
baik dalam penelitian ini. pretest dan posttest dilakukan pada hari dan jam yang
sama. Semua siswa pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen hadir dan
mengerjakan soal pretest maupun posttest. Oleh sebab itu, ancaman validitas
internal berupa mortalitas dapat dikendalikan dalam penelitian ini.
Pemberian pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen juga
bertujuan untuk mengendalikan ancaman validitas berupa pengujian, sehingga
ancaman tersebut dapat dikendalikan pada penelitian ini. Selain itu, pretest
dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Berdasarkan hasil uji statistik perbedaan kemampuan awal,
diketahui bahwa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki
kemampuan awal yang sama. Dengan demikian, ancaman validitas internal berupa
karakterisik subjek dapat dikendalikan dalam penelitian ini.
Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam waktu yang singkat yaitu kurang
lebih selama dua minggu. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya siswa yang
mengalami kebosanan, kemungkinan pindah sekolah, ataupun kegiatan yang
menggunakan materi yang sama dengan treatment. Hal ini bertujuan untuk
mengendalikan validitas internal berupa sejarah, maturasi, dan mortalitas. Validitas
internal berupa regresi statistik juga dapat dikendalikan dalam penelitian ini. Hal
ini dikarenakan, hasil uji korelasi pretest dan posttest pada penelitian ini adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
positif dan signifikan. Ancaman ini tidak terkendali jika hasil uji korelasi negatif
dan signifikan.
Selama penelitian berlangsung, tidak ada komunikasi terkait treatment
penelitian yang terjadi antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, baik di
sekolah maupun di luar sekolah. Komunikasi yang dimaksud seperti saling
mempelajari model pembelajaran inkuiri. Sebelum treatment diberikan, peneliti
juga memberikan pengertian kepada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
agar tidak saling mempelajari treatment setiap kelompok. Dengan demikian,
ancaman validitas internal berupa difusi treatment dapat dikendalikan dalam
penelitian ini.
Ancaman validitas internal yang tidak dapat dikendalikan dalam penelitian
ini adalah perilaku kompensatoris. Ancaman ini tidak dapat dikendalikan karena
peneliti tidak memberikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri
kepada kelompok kontrol setelah penelitian selesai. Pemberian pembelajaran
dengan model pembelajaran inkuiri kepada kelompok kontrol sebenarnya
dilakukan untuk menghindari adanya demoralisasi seperti rasa iri yang
mempengaruhi jalannya penelitian. Meskipun demikian, hal tersebut tidak
dilakukan karena keterbatasan waktu, sehingga tidak memungkinkan bagi peneliti
untuk melakukan pembelajaran tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini adalah bab penutup yang akan membahas mengenai kesimpulan,
keterbatasan, dan saran. Pada bagian kesimpulan akan dijelaskan hasil penelitian
dan menjawab hipotesis penelitian. Keterbatasan penelitian berisi kekurangan yang
ada selama pelaksanaan penelitian. Saran berisi masukkan dari peneliti untuk
penelitian selanjutnya.
5.1 Kesimpulan
4.1.1 Penerapan model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan
eksplanasi siswa kelas IV SD Joannes Bosco Yogyakarta. Hasil analisis
terhadap data penelitian mengafirmasi hipotesis penelitian. Hasil uji
signifikansi pengaruh perlakuan menggunakan statistik parametrik dengan
Independent Samples t-test menunjukkan rerata selisih skor pretest –
posttest kelompok eksperimen (M = 1,3191, SE = 0,12296) lebih tinggi
daripada rerata skor yang dicapai oleh kelompok kontrol (M = 0,4762, SE
= 0,12502). Perbedaan skor tersebut signifikan dengan t (41) = -4, 806 dan
p = 0,00 (p < 0,05), sehingga Hnull ditolak dan Hi diterima. Besar pengaruh
r = 0,60 atau setara dengan 36,03% yang masuk dalam kategori efek besar.
5.1.2 Penerapan model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan
regulasi diri siswa kelas IV SD Joannes Bosco Yogyakarta. Hasil analisis
terhadap data penelitian mengafirmasi hipotesis penelitian. Hasil uji
signifikansi pengaruh perlakuan menggunakan statistik parametrik dengan
Independent Samples t-test menunjukkan rerata selisih skor pretest –
posttest kelompok (M = 0,8941, SE = 0,14103) lebih tinggi daripada rerata
skor yang dicapai oleh kelompok kontrol (M =0,2857, SE = 0,09274).
Perbedaan skor tersebut signifikan t (41) = -3,569 dan p = 0,01 (p < 0,05),
sehingga Hnull ditolak dan Hi diterima. Besar pengaruh r = 0,48 atau setara
dengan 23,04% yang masuk dalam kategori efek menengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
5.2 Keterbatasan Penelitian
5.2.1 Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan ke semua sekolah, karena
penelitian ini hanya terbatas pada siswa kelas IV Salah satu SD swasta di
Yogyakarta yaitu SD Joannes Bosco.
5.2.2 Pengerjaan soal posttest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
dilakukan setelah tes dream team (tim cerdas cermat matematika dan IPA),
sehingga kondisi siswa kurang baik dan kelelahan karena terlalu banyak
mengerjakan soal.
5.2.3 Ancaman validitas internal penelitian pada perilaku pompensatoris tidak
dapat dikendalikan dengan baik.
5.3 Saran
5.3.1 Penelitian di SD Joannes Bosco Yogyakarta ini, dapat diujicobakan di
sekolah-sekolah yang lain.
5.3.2 Peneliti berkoordinasi dengan guru mitra dan guru lain untuk memastikan
jadwal penelitian agar tidak mengganggu jadwal pelajaran yang lain dan
penelitian juga tidak terganggu dengan aktivitas lain yang dapat membuat
proses penelitian berjalan tidak optimal.
5.3.3 Kelompok kontrol perlu diberikan treatment yang sama setelah penelitian
selesai agar tidak timbul kecemburuan atau merasa tidak diberi perlakuan
yang adil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
DAFTAR PUSTAKA
Al-Tabany, T. I. B. (2014). Mendesain model pembelajaran inovatif , progresif,
dan kontekstual: konsep, landasan, dan implementasinya pada kurikulum
2013 (Kurikulum Tematik Integratif/KTI). Jakarta: Kencana.
Anam, K. (2015). Pembelajaran berbasis inkuiri metode dan aplikasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Aprilia & Achyar, A. (2009). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI kelas 4.
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Ardiyanti, F. & Winarti. (2013). Pengaruh model pembelaajran berbasis fenomena
untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa sekolah dasar.
Kaunia, 9(2), 27-33. Diakses tanggal 19 November 2019 dari
http://ejournal.uin-suka.ac.id/saintek/kaunia/article/view/1053
Arifin, Z. (2011). Penelitian pendidikan metode dan paradigma baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Bungin, B. (2011). Metodologi penelitian kuantitatif: Komunikasi, ekonomi, dan
kebijakan publik, serta ilmu-ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana.
Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. (2007). Research methods in education (6th
ed.). London: Routledge.
Darmadi, H. (2014). Metode penelitian pendidikan dan sosial konsep dasar dan
implementasi. Bandung: Alfabeta.
Darmodjo, H. & Kaligis, J. R. E. (1992). Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud.
Emzir. (2009). Metodologi penelitian pendidikan kuantitatif dan kualitatif. Jakarta:
PT Raja Gravindo.
Facione, P. A. (1990). Critical thinking: A statement of expert consens for
purposes of educational assesment and instruction. Millbrae: California
Academic Press.
Facione, P. (2010). Critical thinking: What it is and why it counts. Insight
assessment California: California Academic Press accessed on-line @
www.insightassessment.com/t.html
Fauzi, A.M. & Abidin Z. (2019). Analisis keterampilan berpikir kritis tipe
kepribadian thinking-feeling dalam menyelesaikan soal PISA. Suska Journal
of Mathematics Education, Vol. 5 No. 1, 1-8. Diakses tanggal 10 Desember
2019, dari ejournal.uin-suska.ac.id
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Field, A. (2009). Discovering statistiks using SPSS (3rd ed.). Los Angeles: Sage.
Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., & Hyun, H. H. (2012). How to design and evaluate
research in education (8th ed.). New York: McGraw Hill.
Ghozali, I. (2009). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Semarang:
UNDIP.
Gredler, M. E. (2011). Learning and instruction: Teori dan aplikasi (edisi keenam).
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Gunawan. A. W. (2003). Genius learning strategy petunjuk praktis untuk
menerapkan accelerated learning. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hamdayama, J. & Sikumbang, R. (2014). Model dan metode: Pembelajaran kreatif
dan berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.
Haryanti, S. & Nuswowati, M. (2016). Penerapan model pembelajaran inkuiri
materi kelarutan dan hasil kali kelarutan untuk meningkatkan kemampuan
bepikir kritis. Journal of Innovative Science Education, 5(2), 170-177.
Diakses tanggal 20 November 2019 dari
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise
Hergenhahn, B. R. & Olson, M. H. (2008). Theories of learning, teori belajar (edisi
7). Jakarta: Prenada Media Group.
Hosnan, M. (2014). Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran
abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Ibda, F. (2015). Perkembangan kognitif: Teori Jean Piaget. Diakses tanggal 28
Oktober 2018 dari http://jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/intel/article/download/197/178
Ibid. (2010). Mesin konversi energi. Yogaykarta: Andi OFFSET.
Iskandar, S. M. (2001). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta.
Jakni. (2016). Metodologi penelitian eksperimen bidang pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Jamaris, M. & Sikumbang, R. (2012). Orientasi baru dalam psikologi pendidikan.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Jarvis, M. (2011). Teori-teori psikologi. Bandung: Nusa Media.
Johnson, B. & Christensen, L. (2008). Educational research: Quantitative,
qualitative, and mixed approaches (3rd. ed.). California: Sage Publications.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Kasmadi & Sunariah, N. S. (2013). Panduan modern penelitian kuantitatif.
Bandung: Alfabeta.
Kandi & Winduono, Y. (2009). Energi dan perubahannya. Bandung: Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA).
Khodijah, N. (2014). Psikologi pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Krathwohl, D. R. (2004). Methods of educational and social science research, an
integrated approach (2nd ed.). Illinois: Waveland.
Kurniawan, A. (2018). Metodologi penelitian pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Laili, Nurika I. & Azizah, U. (2015). Implementasi model pembelajaran berbasis
masalah (pmb) untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis dan self efficacy
pada materi pokok faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Kelas XI
SMA Negeri 4 Sidoarjo. UNESA Journal of Chemical Education, 4 (1), 62-
68. Diakses pada 8 April 2019, dari
http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/journal-of-chemical-
education/article/download/10781/10374
Lodico, M. G., Spaulding, D. T., & Voegtle, K. H. (2006). Methods in educational
research from theory to practice. United States of America: Jossey-Bass.
Martono, N. (2014). Metode penelitian kuantitatif: Analisis isi dan analisis data
sekunder. Jakarta: Rajawali Pers.
Meidawati, Y. (2014). Pengaruh pendekatan pembelajaran inkuiri tebimbing
terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
SMP. Jurnal Pendidikan dan Keguruan, 1(2). Di akses tanggal 27 Oktober
2018, dari https://media.neliti.com/media/publications/209686-pengaruh-
pendekatan-pembelajaran-inkuiri.pdf
Mudzakkir, M. (2016). Berpikir Kritis (Critical Thinking). Diakses melalui
http://fish.unesa.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/BERFIKIR-KRITIS-
Moh.-Mudzakkir-S.Sos_.-M.A..pdf tanggal 28 Oktober 2018
Mulyasa. (2006). Menjadi guru profesional menciptakan pembelajaran kreatif dan
menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. (2007). Menjadi guru profesional menciptakan pembelajaran kreatif dan
menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Neuman, W. L. (2013). Metodologi penelitian social: Pendekatan kualitatif dan
kuantitatif. Eds. 7. Penerjemah: Edina T. Sofia. Jakarta: PT Indeks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Noor, J. (2011). Metodologi penelitian: Skripsi, tesis, disertasi, dan karya ilmiah.
Jakarta: Kencana.
Nugroho, S., Suparmi, & Sarwanto. (2012). Pembelajaran IPA dengan metode
inkuiri terbimbing menggunakan laboratorium riil dan virtuil ditinjau dari
kemampuan memori dan gaya belajar siswa. Jurnal Inkuiri, 1(3), 235-244.
Diakses tanggal 10 Agustus 2019, dari
https://core.ac.uk/download/pdf/12346604.pdf
Nurhidayati, S., Zubaidah, S., Indriwati, S.E. (2015). Pengaruh metode inkuiri
terbimbing terhadap aktivitas dan hasil belajar biologi siswa. Jurnal
Kependidikan, 14(3), 285-294. Diakses tanggal 28 Oktober 2018, dari
https://www.researchgate.net/publication/322286901_Pengaruh_Metode_In
kuiri_Terbimbing_Terhadap_Aktivitas_dan_Hasil_Belajar_Biologi_Siswa
OECD. (2010). PISA 2009 result: Executive summary. Diakses tanggal 04 Maret
2019, dari https://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/46619703.pdf
OECD. (2013). PISA 2012 result in focus: What 15-year-olds know and what they
can do with what they know. Diakses pada tanggal 09 Maret 2019, dari
https://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2012-results-overview.pdf
OECD. (2016). PISA 2015 result in focus. Diakses tanggal 11 Maret 2019, dari
https://www.oecd.org/pisa/pisa-2015-results-in-focus.pdf
OECD. (2019). PISA 2018 results (volume 1): What students know and can do.
Diakses tanggal 10 Desember 2019, dari
www.oecd.org/pisa/publications/pisa-2018-results.htm
Ormrod, J. E. (2008). Psikologi pendidikan membantu siswa tumbuh dan
berkembang. Jakarta: Erlangga.
Ormrod, J. E. (2009). Psikologi pendidikan membantu siswa tumbuh dan
berkembang. Jakarta: Erlangga.
Prihanti, G. S. (2015). Strategi belajar. Malang: UMM Press.
Priyatno, D. (2012). Belajar praktis analisis parametrik dan non parametrik
dengan spss dan prediksi pertanyaan pendadaran skripsi dan tesis: Simple,
praktis, dan mudah dipahami untuk tingkat pemula dan menengah.
Yogyakarta: Gava Media.
Ramli, M. (2015). Implementasi reseach dalam pengembangan higher order
thinking skills pada pendidikan sains. Seminar Nasional Pendidikan Sains V
Magister Pendidikan Sains dan Doktor Pendidikan IPA FKIP UNS. ISSN:
2407-4659. Diakses pada tanggal 03 Maret 2019, dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
https://media.neliti.com/media/publications/172168-ID-implementasi-riset-
dalam-pengembangan-hi.pdf
Rismawati, Sinon, I. L.S., Yusuf, I., & Widyaningsih, S. W. (2017). Penerapan
model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) terhadap
keterampilan proses sains siswa di SMK Negeri 02 Manokwari. Jurnal
Pendidikan, 8(1), 12-25. Diakses tanggal 10 Agustus 2019, dari
https://www.researchgate.net/publication/318721831
Rositawaty, S. & Muharam, A. (2008). Senang belajar Ilmu Pengetahuan Alam 6
untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah kelas VI. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Sakti, D.P., Hartanto & Dharmayana, I. W. (2017). Pengaruh pendekatan open
ended terhadap kemampuan berpikir kritis matematis di Sekolah Menengah
Kejuruan. Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, 2(2), 174-182. Diakses
tanggal 19 November 2019, dari
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jpmr/article/view/4430/2444
Samatowa, U. (2011). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indek.
Sani, R. A. (2014). Pembelajaran saintifik untuk implementasi kurikulum 2013.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, W. (2013). Penelitian pendidikan jenis metode dan prosedur. Jakarta:
Kencana.
Santrock, J. W. (2014). Psikologi pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika.
Silalahi, U. (2018). Metodologi analisis data dan interpretasi hasil. Bandung:
Refika Aditama.
Slavin, R. E. (2008). Psikologi pendidikan teori dan praktik edisi kedelapan.
Jakarta: PT Indeks.
Slavin, R. E. (2011). Psikologi pendidikan teori dan praktik. Jakarta: Indeks.
Subali, B. (2012). Prinsip asesmen & evaluasi pembelajaran. Yogyakarta: UNY
Press.
Sudaryono, dkk. (2013). Pengembangan instrumen penelitian pendidikan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. (2017). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sukardi. (2003). Metodologi penelitian pendidikan komptensi dan praktiknya.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Sukardi. (2007). Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukardi. (2009). Metodologi penelitian pendidikan: Kompetensi dan praktiknya.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sukmadinata, N. S. (2008). Metode penelitian pendidikan. Jakarta: Remaja
Rosdakarya.
Suparno, P. (2012). Teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:
Kanisius.
Suprijono, A. (2016). Model-model pembelajaran emansipatoris. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Susilowati, S., & Ramli, M. (2017). Analisis keterampilan berpikir kritis siswa
Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Magetan. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Sains, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 26 Oktober 2017
(pp.223-231). Surakarta: SNPS. Diambil dari
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/snps/article/download/11417/8102
pada 08/04/2019
Wahyono, B. & Nurachmandani, S. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam 4. Jakarta:
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Wijaya, A. F. C. (2009). Gerak, gaya, dan energi. Jayapura: Digital Learning
Lesson Study Jayapura.
Wijaya, S. & Nyoto. (2016). Transformasi pendidikan abad 21 sebagai tuntutan
pengembangan sumbed daya manusia di era digital. Volume 1 Tahun 2016
ISSN 2528-259X. Diakses tanggal 03 Maret 2019 dari
http://repository.unikama.ac.id/840/32/263278%20TRANSFORMASI%20P
ENDIDIKAN%20ABAD%2021%20SEBAGAI%20TUNTUTAN%20PEN
GEMBANGAN%20SUMBER%20DAYA%20MANUSIA%20DI%20ERA
%20GLOBAL.pdf
World Economic Forum. (2015). New vision for education unlocking the potential
of technology. Geneva: World Economic Forum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Lampiran 1.2 Surat Ijin Validitas Soal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
Lampiran 2.2 SilabusKelompok Kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
Lampiran 2.5 Lembar Kerja Siswa
LEMBAR KERJA SISWA I
Nama Kelompok :
1.
2.
3.
4.
A. Tuliskan rumusan masalah pada kolom di bawah ini!
Contoh Rumusan Masalah:
Apakah Benda yang basah dapat kering dengan bantuan energi panas?
Rumusan Masalah Sementara
1.
2.
3.
Rumusan Masalah Penelitian
B. Tuliskan hipotesis pada kolom di bawah ini!
Contoh Hipotesis:
Benda yang basah dapat kering dengan bantuan energi panas.
Hipotesis Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Petunjuk Eksperimen “Tisu Basah”
Bahan dan alat
Tisu toilet ( 12 cm x 20
cm)
Botol spray berisi air
Stopwatch
Langkah-langkah
1. Ambil 3 helai tisu yang masih kering.
2. Basahi ketiga tisu tersebut dengan air secara bergantian.
3. Kemudian letakkan tisu di bawah paparan sinar matahari langsung, di
luar ruangan yang tidak langsung terkena sinar matahari, dan di dalam
ruangan.
4. Gunakan stopwatch untuk mengitung setiap waktunya, dari 5 menit, 10
menit, 15 menit, dan 20 menit.
5. Lalu amati perubahan yang terjadi pada tisu disetiap waktu yang telah
ditentukan.
A. Tentukan variabel bebas, terikat dan kontrol!
Variabel/faktor Keterangan
Bebas/sebab
Terikat/akibat
Kontrol
B. Isilah tabel pengamatan di bawah ini!
No. Waktu Tempat peletakan tisu Kondisi Tisu
1 5 menit Di bawah paparan sinar
matahari langsung
Di luar ruangan yang
tidak terkena paparan
matahari langsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Di dalam ruangan
2 10 menit Di bawah paparan sinar
matahari langsung
Di luar ruangan yang
tidak terkena paparan
matahari langsung
Di dalam ruangan
3 15 menit Di bawah paparan sinar
matahari langsung
Di luar ruangan yang
tidak terkena paparan
matahari langsung
Di dalam ruangan
4 20 menit Di bawah paparan sinar
matahari langsung
Di luar ruangan yang
tidak terkena paparan
matahari langsung
Di dalam ruangan
C. Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Apakah eksperimen yang kamu lakukan berhasil?
.............................................................................................................
.............................................................................................................
2. Jika berhasil berikan alasanmu!
.............................................................................................................
.............................................................................................................
Jika belum berhasil, langkah mana yang menurutmu belum tepat?
.............................................................................................................
.............................................................................................................
Coba perbaiki langkah-langkah yang belum tepat!
.............................................................................................................
.............................................................................................................
3. Apa yang membuat tisu kering?
.............................................................................................................
.............................................................................................................
4. Apa yang membuat tisu tidak kering?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
.............................................................................................................
.............................................................................................................
5. Di tempat mana tisu cepat kering?
.............................................................................................................
.............................................................................................................
..
D. Apakah eksperimenmu sudah sesuai dengan hipotesis? Jelaskan
alasanmu!
E. Tuliskan hasil eksperimen ini secara lengkap dan presentasikan bersama
teman kelompokmu!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
LEMBAR KERJA SISWA II
A. Tuliskan rumusan masalah pada kolom di bawah ini.
Rumusan masalah sementara
Rumusan masalah penelitian
B. Tulislah hipotesis pada kolom di bawah ini.
Hipotesis penelitian
Nama Kelompok :
1.
2.
3.
4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
Petunjuk Eksperimen “Kentang Bersinar”
Bahan dan alat:
2 buah lampu LED
kecil warna biru,
hijau, dan kuning.
2 buah kentang
Pisau
9 pasang kabel penjepit
buaya sepanjang 20cm
8 buah paku berukuran
sedang
8 buah uang koin
lima ratus rupiah
warna kuning
Cara membuat
1. potong kentang menjadi 4 bagian sehingga menghasilkan 8 bagian.
2. Tusukkan uang koin dan paku pada setiap kentang.
3. Jepitlah koin (kutub positif) dengan kabel yang ujungnya merah dan ujung
hitam jepitlah paku (kutub negatif) dengan kabel yang berujung hitam. Lalu
hubungkan kabel pada paku dan uang koin dengan lampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
4. Pertama, lakukan percobaan pada dua buah kentang menggunakan 3 lampu
tang berbeda (biru, hijau, kuning).
5. Amati apa yang terjadi pada 3 lampu tersebut dan catat dalam tabel
“keadaan lampu”.
6. Kedua, lakukan percobaan pada empat buah kentang menggunakan 3 lampu
tang berbeda (biru, hijau, kuning)dengan cara yang sama.
7. Amati apa yang terjadi pada dan catat hasilnya.
8. Ketiga, lakukan percobaan pada delapan buah kentang menggunakan 3
lampu tang berbeda (biru, hijau, kuning) dengan cara yang sama.
9. Amati apa yang terjadi dan catat hasilnya.
A. Tentukan variabel bebas, terikat dan kontrol
Variabel/faktor Keterangan
Bebas/sebab
Terikat/akibat
Kontrol
B. Isilah tabel pengamatan di bawah ini!
No Banyak kentang Kondisi lampu (m : mati, h: hidup.
Coret yang tidak sesuai)
kuning hijau biru
1 1 buah kentang m / h m / h m / h
2 4 buah kentang m / h m / h m / h
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
3 8 buah kentang m / h m / h m / h
2 Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Apakah eksperimen yang kamu lakukan berhasil?
………………………………………………………………
2. Jika berhasil berikan alasanmu!
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
Jika belum berhasil, langkah mana yang menurutmu belum tepat?
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
Coba perbaiki langkah-langkah yang belum tepat!
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
3. Berapa banyak kentang yang digunakan agar lampu dapat menyala ?
……………………………………………………………….
4. Apa yang membuat lampu tersebut menyala ? Berikan alasanmu!
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
3 Apakah eksperimenmu sudah sesuai dengan hipotesis ? Jelaskan alasanmu!
4 Tuliskan hasil dari eksperimen ini secara lengkap dan presentasikan bersama
teman kelompokmu!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
LEMBAR KERJA SISWA III
Nama Kelompok :
1.
2.
3.
4.
A. Tulislah rumusan masalah pada kolom di bawah ini.
Rumusan Masalah sementara
Rumusan Masalah penelitian
B. Tulislah hipotesis pada kolom di bawah ini.
Hipotesis penelitian
Petunjuk Eksperimen “Kertas Goyang”
Bahan dan alat
Kertas HVS berpola
Lilin
Benang jahit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
Alat
Gunting
Korek api kayu
Tangkai balon/pensil
Stopwatch
Penggaris berukuran
30 cm
Cara Membuat
1. Ambil selembar kertas yang sudah berpola
2. Guntinglah mengikuti garis sehingga menyerupai spiral.
3. Lubangi salah satu ujung kertas.
4. Ikat dengan benang, panjang benang sekitar 50 cm.
5. Ikatkan ujung yang lain pada pensil.
6. Nyalakan lilin, letakkan kertas spiral di atas api.
7. Jaga jarak supaya tidak terbakar.
8. Tuliskan hasil pengamatan pada kolom yang telah tersedia
A. Tentukan variabel bebas, terikat dan kontrol
Variabel/faktor Keterangan
Bebas/sebab
Terikat/akibat
Kontrol
B. Isilah tabel pengamatan di bawah ini!
No Jarak kertas
dengan api
Waktu awal kertas
bergerak
jumlah putaran kertas per
menit sejak kertas bergerak
1 5 cm ……..detik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
2 10 cm ……..detik
C. Jawablah pertanyaan dibawah ini!
1. Apakah eksperimen yang kamu lakukan berhasil?
……………………………………………………………….
2. Jika berhasil berikan alasanmu!
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
Jika belum berhasil, langkah mana yang menurutmu belum tepat?
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
Coba perbaiki langkah-langkah yang belum tepat!
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
3. Apa yang membuat kertas tersebut bergerak?
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
4. Berapa jarak yang tepat agar kertas cepat bergerak?
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
5. Perubahan energi apa yang terjadi pada eksperimen ini?
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
D. Apakah eksperimenmu sudah sesuai dengan hipotesis ? Jelaskan alasanmu!
E. Tuliskan hasil dari eksperimen ini secara lengkap dan presentasikan bersama
teman kelompokmu!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
LEMBAR KERJA SISWA IV
Nama Kelompok :
1.
2.
3.
4.
A. Tulislah rumusan masalah pada kolom di bawah ini.
Rumusan Masalah sementara
Rumusan Masalah penelitian
B. Tulislah hipotesis pada kolom di bawah ini.
Hipotesis penelitian
Petunjuk Eksperimen “Oven Matahari”
Bahan dan alat
Bahan
1 kardus snack kecil
alumunium foil
kertas BC warna hitam
lem fox mika transparan cup kue alumunium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
Alat:
cutter
gunting
penggaris
Cara membuat
1. Gunting bagian atap kardus seperti gambar di bawah ini.
2. Olesi bagian dalam kardus menggunakan lem fox.
3. Tempelkan alumunium foil yang sudah dipotong sesuai dengan ukuran sisi-
sisi kardus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
4. Potong kertas sesuai lebar alas kotak lalu letakkan dibagian alas kardus.
5. Potong mika sesuai lebar kotak agar bisa menutupi bagian atas kardus.
6. Letakkan mika di bagian atas kardus.
7. Letakkan margarin pada cup kue
8. Masukkan cup kue di dalam kardus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
9. Tutup kardus seperti gambar di bawah.
10. Jemur oven matahari di bawah paparan sinar matahari.
11. Pastikan oven matahari menerima cahaya matahari secara maksimal.
12. Amati perubahan yang terjadi dan tulis pada tabel hasil percobaan.
C. Tentukan variabel bebas, terikat dan kontrol
Variabel/faktor Keterangan
Bebas/sebab
Terikat/akibat
Kontrol
Hasil percobaan
No. Waktu Kondisi Makanan
1 5.menit
2 10 menit
3 15 menit
4 20 menit
D. Jawablah pertanyaan dibawah ini!
1. Apakah eksperimen yang kamu lakukan berhasil?
……………………………………………………………….
2. Jika berhasil berikan alasanmu!
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
Jika belum berhasil, langkah mana yang menurutmu belum tepat?
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
Coba perbaiki langkah-langkah yang belum tepat!
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
……………………………………………………………….
3. Berapa waktu yang tepat agar margarin dapat leleh ?
……………………………………………………………….
4. Apa yang membuat margarin tersebut leleh ? Berikan alasanmu!
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
5. Energi alternatif apa yang digunakan dalam percobaan ini?
……………………………………………………………….
E. Apakah eksperimenmu sudah sesuai dengan hipotesis ? Jelaskan alasanmu!
F. Tuliskan hasil dari eksperimen ini secara lengkap dan presentasikan bersama
teman kelompokmu!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
Lampiran 3.1 Soal Uraian
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan benar dan teliti!
1.a
.
Perhatikan Bacaan di bawah ini !
Alfons sedang membaca sebuah buku tentang sumber-sumber energi.
Sumber energi tersebut diantaranya minyak bumi, matahari, udara, batu bara,
gas bumi, nuklir, air, dan biomassa.
Dari sumber energi yang telah dibaca Alfons, tuliskan 3 sumber daya alam
yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui!
Dapat diperbaharui Tidak dapat diperbaharui
1.b
.
Perhatikan grafik di bawah ini !
Dari gambar grafik penggunaan listrik di desa Timi per tahun, jelaskan
tentang peningkatan dan penurunan listrik yang telah digunakan!
Jawab :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
2015 2016 2017 2018 2019
Grafik penggunaan listrik di desa Timi per tahun
Nama :
Kelas :
Absen :
Tanggal:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
1.c. Perhatikan bacaan di bawah ini !
Matahari merupakan suatu bola gas yang pijar. Matahari memiliki fungsi dan
manfaat yang penting bagi bumi. Energi pancaran matahari telah membuat
bumi tetap hangat bagi kehidupan. Energi juga sebagai sumber energi
terbesar di bumi. Panas Matahari biasa digunakan untuk mengeringkan
cucian, mengeringkan hasil bumi, pertanian dan masih banyak lagi.
Tuliskan apa yang kamu ketahui mengenai sumber energi matahari yang
terdapat dalam bacaan tersebut menggunakan kalimatmu sendiri!
Jawab :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
2.a
.
Perhatikan cerita di bawah ini !
Energi alternatif sebagai energi yang digunakan untuk menggantikan energi
dari minyak bumi. Terdapat beberapa macam contoh energi alternatif yang
tersedia di alam, seperti energi matahari, angin, air, dan panas bumi. Sumber-
sumber tersebut banyak tersedia di alam dan dapat dimanfaatkan dan
digunakan kapan saja.
Berdasarkan cerita tersebut, tuliskan apa yang dimaksud dengan sumber
energi alternatif !
Jawab :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
2.b
.
Agnes menjemur baju di dalam garasi dengan keadaan lampu menyala.
Agnes memiliki anggapan bahwa baju yang dijemur di dalam garasi akan
kering karena ada panas dari lampu yang menyala. Sedangkan Rini
menjemur baju di luar ruangan dengan paparan panas matahari. Rini
beranggapan bahwa baju yang dijemur di bawah paparan panas matahari
akan cepat kering dengan sempurna.
Jelaskan 1 pendapatmu mengenai tindakan yang dilakukan oleh Agnes dan
Rini dalam kegiatan menjemur baju!
Jawab :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
3.a
.
Gambar 1.
Menjemur baju di bawah panas matahari
Gambar 2.
Menjemur baju di dalam
rumah
Baju yang dijemur pada gambar 1 dan 2 di atas akan sama-sama kering dan
dapat digunakan. Apakah faktor yang mempengaruhi keringnya baju pada
kedua gambar di atas? Sebutkan 2 faktor!
Jawab :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
3.b
.
Keluarga Rani merayakan hari Waisak di Candi Borobudur untuk
menerbangkan lampion. Rani dan Lintang masing-masing mendapatkan satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
lampion. Saat akan menerbangkan lampion, Rani menyalakan api di dalam
lampion tersebut, sedangkan Lintang tidak mau menyalakannya karena takut
dengan api. Lalu mereka melepaskan lampion tersebut bersama-sama.
Gambar 4 Lampion
Perhatikan teks cerita di atas! Menurutmu benar atau salah yang dilakukan
lintang tidak menyalakan api pada lampion mengakibatkan lapionnya
terbang? Berikan 1 prinsip yang dilakukan lintang agar lampionya terbang!
Jawab :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
3.c.
Gambar 5. Memanaskan air dengan perbedaan besar api
Perhatikan pada gambar di atas! Api merupakan sumber panas. Gambar
mana yang yang paling tepat agar air yang dipanaskan dapat mendidih
dengan cepat? Jelaskan mengapa memilih gambar tersebut?
Jawab :
………………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
4.a
.
Gambar 3 Andi menghidupkan semua lampu, kipas, radio, TV, HP dan air
Perhatikan percakapan berikut!
Mama : “Andi kenapa kamu menyalakan semua alat elektronik ini?”
Andi : “Aku tidak suka kesepian Ma! Sumber energi listrik tidak
akan habis kan Ma?”
Mama : “Ini sama saja dengan pomborosan listrik Andi.”
Keesokan harinya Andi melakukan hal yang sama dan Kwh meter rumah
andi tiba-tiba berbunyi sangat keras menandakan pulsa listrik di rumah
andi habis kemudian beberapa jam kemudian listrik padam.
Andi : “Mama, kenapa lampunya padam?”
Benar atau salah ketika Andi mengucapkan bahwa energi litrik tidak akan
habis? Jelaskan 3 alasanmu!
Jawab :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
4.b
.
Perhatikan gambar 3.
Berdasarkan percakapan tersebut, tuliskan 2 cara apa yang dilakukan Mama
Andi agar Andi tidak melakukan pemborosan energi!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
Jawab :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
4.c. Perhatikan pada gambar 3.
Tindakan dan rencana apa yang seharusnya dilakukan Andi agar listriknya
tidak mati sebelum jatuh tempo? Berikan 2 alasanmu!
Jawab :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
5.a
.
Prinsip kerja Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
Berdasarkan gambar di atas, jelaskan prinsip kerja PLTA minimal 3 kalimat!
Jawab :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
5.b
.
Langkah-langkah dalam prinsip kerja PLTA sesuai gambar di atas:
1) Waduk dibendung.
Listrik untuk kehidupan sehari-hari
1
2
3
4
5
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
2) Pintu air tetap di tutup agar air masuk ke dalam jalur air.
3) Air mengalir ke turbin dan menghentikan gerak turbin.
4) Generator bergerak dan menghasilkan energi listrik.
5) Energi listrik dialirkan melalui kabel daya jarak jauh.
Apakah langkah-langkah di atas sudah benar? Jika sudah benar berikan
alasanmu! Jika belum benar perbaikilah langkah-langkah tersebut sehingga
menjadi benar!
Jawab :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
5.c. Setujukah kamu jika semakin tinggi air dibendung maka tekanan air semakin
rendah dan menghasilkan energi potensial air yang rendah juga? Berikan
alasanmu!
Jawab :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
Perhatikan bacaan di bawah ini untuk nomor soal 6a, 6b, 6c, dan 6d !
Waktu sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB. Budi menyadari bahwa ia
akan terlambat sekolah. Ia bergegas menuju kamar mandi dan membiarkan
lampu kamar tetap menyala agar kamar selalu terang. Lalu ia segera mandi
dan lupa untuk mematikan kran air. Akibatnya air di dalam bak mandi
meluap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
6.a
.
Apakah kegiatan yang dilakukan oleh Budi bertentangan dengan sumber
energi? Berikan 2 alasanmu!
Jawab :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
6.b
.
Menurutmu, apakah tindakan Budi sudah memanfaatkan sumber energi
dengan baik? Berikan 2 penjelasan!
Jawab :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
6.c. Jika kamu berada di posisi Budi, apa yang akan kamu lakukan agar dapat
menghemat energi? jelaskan 2 cara yang akan kamu lakukan!
Jawab :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
6.d
.
Apakah kamu yakin bahwa 2 cara yang kamu buat tersebut dapat menghemat
energi? berikan 2 alasanmu!
Jawab :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
Lampiran 3.2 Kunci Jawaban
1.a. Menggolongkan sumber energi
Dapat diperbaharui Tidak dapat diperbaharui
Matahari Minyak bumi
Udara Nuklir
air Batu bara
Biomassa Gas bumi
1.b. Grafik tersebut merupakan grafik penggunaan listrik di desa Tami per
tahun. Peningkatan terjadi pada tahun 2019 yaitu sebanyak 1800 hal ini
terjadi karena semakin banyak yang menggunakan listrik di desa tersebut,.
Penurunan terjadi pada tahun 2016 yaitu sebanyak 600 hal ini terjadi karena
penggunaan listrik di desa Tami sedikit.
1.c. Matahari adalah sumber energi panas terbesar di bumi. Matahari memilik
manfaat yang sangat penting bagi manusia. Manfaat tersebut diantaranya
adalah mengeringkan baju yang dijemur, mengeringkan hasil pertanian
seperti padi dan jagung. Pancaran energi matahari membuat bumi tetap
hangat bagi kehidupan.
2.a. Energi alternatif adalah sumber energi yang dapat diperbaharui sebagai
energi yang menggantikan minyak bumi.
2.b. Hal yang dilakukan Agnes tidak tepat karena baju yang dijemur di garasi
dan hanya terkena sinar lampu tidak akan kering dengan sempurna
sedangkan hal yang dilakukan sudah tepat karena baju di jemur di bawah
paparan sinar matahari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
3.a. Baju yang di jemur pada gambar di atas yang akan cepat kering adalah baju
pada gambar 1 karena ada 2 faktor yang menyebabkan baju itu kering yaitu
panas yang dihasilkan oleh sumber energi matahari dan sumber energi
angin yang akan menghasilkan energi gerak atau kinetik.
3.b. Salah, lampion yang tidak dihidupkan apinya mengakibatkan lapion itu
tidak dapat terbang. Sebaiknya jika Lintang mengidupkan api pada lampion
tersebut dengan bantuan orang lain atau pun Rani supaya lampion tersebut
bisa terbang. Prinsip yang seharusnya dilakukan agar lampion itu terbang
adalah menghidupkan api pada lampion, api yang menghasilkan panas dan
uap panas akan membuat lampion itu terbang.
3.c. Gambar 1 adalah gambar yang paling tepat untuk memanaskan air dengan
cepat dan menggunakan bahan bakar yang tepat pula, dengan
menggunakan api yang kecil akan membutuhkan waktu yang terlalu lama
juga untuk air dapat mendidih sehingga bahan bakar yang dikeluarkan juga
akan boros.
4.a. Benar energi listrik tidak akan habis yang pertama karena energi listrik
adalah salah satu energi yang dapat diperbaharui, energi listrik dapat
berasal dari sumber energi matahari yang di tangkap oleh panel surya
sehingga akan mengubah energi panas menjadi energi listrik, energi listrik
dapat berasal dari sumber energi yang berasal dari angin yang di tangkap
oleh kincir angin sehingga akan mengubah energi gerak menjadi energi
listrik.
4.b. Cara yang di lakukan Mama Andi adalah mengingatkan andi untuk
menghidupkan salah satu alat elektronik saja agar tidak boros dan
mematikan langsung alat elektronik yang tidak digunakan oleh Andi.
4.c. Seharunya andi tidak menghidupkan semua alat elektronik tersebut agar
pulsa listrik andi tidak habis sebelum jatuh tempo sehingga lebih baik andi
hanya memilih untuk memainkan HPnya agar bisa bermain dengan asik.
5.a. Air dibendung dan mengalir ke turbin sehingga turbin bergerak. Lalu turbin
yang bergerak dikonversi menjadi listrik dengan bantuan generator. Lalu
energi listrik di alirkan melalui kabel daya jarak jauh.
5.b. Belum tepat, seharusnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
Langkah 2 : Pintu air dibuka agar air dalam masuk ke jalur air.
Langkah 3 : air dari jalur air mengalir ke turbin dan menggerakkan turbin.
5.c. tidak setuju, karena semakin tinggi air di bendung maka energi potensial
semakin tinggi pula dan tekanan air dalam jumlah besar akan menghasilkan
energi potensial yang tinggi.
6.a. Ya.
Kegiatan yang dilakukan oleh Budi bertentang dengan pengehamatan
energi karena Budi tidak mematikan lampu sehingga menjadi boros listrik
dan Budi tidak mematikan kran air sehingga berakibat air meluber.
6.b. Tidak
Karena Budi tidak mematikan lampu saat meninggalkan kamar.
Karena Budi tidak mematikan kran air saat meninggalkan kamar mandi.
6.c. Yang akan aku lakukan untuk berhemat energi adalah
- mematikan lampu kamar setelah bangun tidur.
- mematikan kran air setelah selesai mandi.
- tidak menyalakan kran air jika air dalam bak mandi masih cukup untuk
mandi.
6.d. Yakin, karena
- mematikan lampu kamar dapat mengurangi penggunaan energi listrik.
- Mematikan kran air dapat menghemat sumber energi alternatif yaitu air.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian
No Variabel Aspek Kriteria Penilaian Skor Nomor
Soal
1.
Interpretasi Membuat kategori Jika siswa dapat
menggolongkan 3 sumber
energi yang dapat
diperbaharui dan tidak dapat
diperbaharui.
4 1a
Jika siswa dapat
menggolongkan 2 sumber
energi yang dapat
diperbaharui dan tidak dapat
diperbaharui.
3
Jika siswa dapat
menggolongkan 1 sumber
energi yang dapat
diperbaharui dan tidak dapat
diperbaharui.
2
Jika siswa menjawab dengan
salah dan tidak menjawab
sama sekali
1
Memahami arti Jika siswa dapat
menginterpretasi grafik
dengan sangat tepat
4 1b
Jika siswa menginterpretasi
grafik dengan cukup tepat
3
Jika siswa menginterpretasi
grafik dengan kurang tepat
2
Jika siswa menjawab dengan
salah dan sama sekali tidak
menjawab
1
Menjelaskan makna Jika siswa dapat menjelaskan
pengertian matahari dengan 3
konsep
4 1c
Jika siswa dapat menjelaskan
pengertian matahari dengan 2
konsep
3
Jika siswa dapat menjelaskan
pengertian matahari dengan 1
konsep
2
Jika siswa menjawab dengan
salah dan sama sekali tidak
menjawab
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
2. Analisis Menguji gagasan Jika siswa dapat menuliskan
makna dari energi alternatif
dengan sangat tepat
4 2a
Jika siswa dapat menuliskan
makna dari energi alternatif
dengan cukup tepat
3
Jika siswa dapat menuliskan
makna dari energi alternatif
dengan kurang tepat
2
Jika siswa menjawab salah
dan sama sekali tidak
menjawab
1
Mengidentifikasi
argumen-argumen
Jika siswa memberikan 2
alasan dengan sangat tepat
4 6a
Jika siswa memberikan 2
alasan cukup tepat
3
Jika siswa memberikan 1
alasan tepat
2
Jiak siswa menjawab salah
dan tidak menjawab
1
Menganalisis
argumen-argumen
Jika siswa memberikan 1
pendapat dengan sangat tepat
4 2b
Jika siswa memberikan 1
pendapat cukup tepat
3
Jika siswa memberikan 1
pendapat dengan kurang
tepat
2
Jiak siswa menjawab salah
dan tidak menjawab
1
No. Variabel Indikator Kriteria Penilaian Skor Nomor
Soal
3 Evaluasi Menilai sah
tidaknya klaim-
klaim
Jika menjawab pertanyaan
dengan benar dan menuliskan 2
alasan dengan tepat berkaitan
dengan gambar menjemur baju
4 3a
Jika menjawab pertanyaan
dengan salah dan menuliskan 1
alasan dengan tepat berkaitan
dengan gamabr menjemur baju
3
Jika jawaban pertanyaan benar
namun alasan salah
2
Jika tidak menjawab sama sekali
atau jawaban salah
1
Menilai sah
tidaknya kalim-
klaim
Menjawab pertanyaan dengan
benar dan menuliskan 1 prinsip
dengan tepat terkait lamion dapat
terbang
4 3b
Menjawab pertanyaan dengan
benar dan menuliskan 1 prinsip
dengan tidak tepat terkait lamion
dapat terbang
3
Jika jawaban pertanyaan benar
namun alasan salah
2
Jika tidak menjawab sama sekali
atau jawaban salah
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
Kesimpulan Menarik
Kesimpulan
Menjawab pernyataan dengan
tepat sesuai dengan keefektifan
pada kasus dan menuliskan
alasan dengan tepat tekait
gambar memanaskan air mana
yang lebih tepat
4 3c
Menjawab pernyataan dengan
tepat sesuai dengan keefektifan
pada kasus dan menuliskan
alasan dengan kurang tepat tekait
gambar memanaskan air mana
yang lebih tepat
3
Menjawab pernyataan dengan
tidak tepat sesuai dengan
keefektifan pada kasus dan
menuliskan alasan dengan tepat
tekait gambar memanaskan air
mana yang lebih tepat
2
Jika tidak menjawab sama sekali
atau jawaban salah
1
4 Evaluasi Menilai sah
tidaknya
argumen-
argumen
Menjawab pertanyaan dengan
benar dan menuliskan 3 alasan
dengan tepat terkait argumen
yang dipaparkan pada teks dialog
4 4a
Menjawab pertanyaan dengan
benar dan menuliskan 2 alasan
dengan tepat terkait argumen
yang dipaparkan pada teks dialog
3
Menjawab pertanyaan dengan
benar dan menuliskan alasan
dengan tidak tepat terkait
argumen yang dipaparkan pada
teks dialog
2
Jika tidak menjawab sama sekali
atau jawaban salah
1
Kesimpulam Menguji bukti-
bukti
Jika menjawab pertanyaan
dengan tepat dan memberikan 2
alasan dengan tepat terkait
dengan cara yang harus
dilakukan
4 4b
Jika menjawab pertanyaan
dengan tepat dan memberikan 1
alasan dengan tepat terkait
dengan cara yang harus
dilakukan
3
Jika menjawab pertanyaan
dengan tepat namun alasan salah
2
Jika tidak menjawab sama sekali
atau jawaban salah
1
Menerka
alternatif-
alternatif
Jika menjawab 1 tindakan dan 1
rencana yang seharusnya
dilakukan
4 4c
Jika menjawab 1 tindakan yang
seharusnya dilakukan dan
menuliskan 1 rencana namun
cukup tepat
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
Jika menjawab 1 tindakan dan 1
rencana tidak tepat
2
Jika tidak menjawab sama sekali
atau jawaban salah
1
No. Variabel Indikator Kriteria Penilaian Skor Nomor
Soal
5 Eksplanasi Menjelaskan
hasil penalaran
Jika menuliskan 3 kalimat alasan
dari pertanyaan yang
berhubungan dengan gambar
dengan tepat.
4 5a
Jika menuliskan 2 kalimat alasan
dari pertanyaan yang
berhubungan dengan gambar
dengan tepat.
3
Jika menuliskan 1 kalimat alasan
dari pertanyaan yang
berhubungan dengan gambar
dengan tepat.
2
Jika semua kalimat tidak tepat. 1
Membenarkan
prosedur yang
digunakan
Jika memberikan penilaian
terhadap langkah dan
membenarkan 2 langkah dengan
tepat.
4 5b
Jika memberikan penilaian
terhadap langkah dan
membenarkan 1 langkah dengan
tepat.
3
jika memberikan penilaian
terhadap langkah dengan tepat
dan tidak membenarkan langkah.
2
Jika jawaban salah atau tidak
dijawab sama sekali
1
Memaparkan
argument yang
digunakan
Jika menyatakan argumen dan
menjelaskan 2 alasan dengan
tepat
4 5c
Jika menyatakan argumen dan
menjelaskan 1 alasan dengan
tepat
3
Jika menyatakan argumen dan
menjelaskan 1 alasan dengan
cukup tepat
2
Jika menyatakan argumen dan
tidak menjelaskan alasan atau
tidak menjawab sama sekali
1
6 Regulasi
diri
Refleksi diri Menilai tindakan diri sendiri dan
memberikan 2 penjelasan yang
tepat.
4 6b
Menilai tindakan diri sendiri dan
memberikan 1 penjelasan yang
tepat.
3
Menilai tindakan diri sendiri dan
memberikan 1 penjelasan yang
cukup tepat.
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
Menilai tindakan diri sendiri dan
tidak memberikan penjelasan atau
tidak menjawab sama sekali.
1
Koreksi diri Merencanakan 2 langkah
berhemat energi untuk
mengkoreksi tindakan Budi
dengan tepat.
4 6c
Merencanakan 1 langkah
berhemat energi untuk
mengkoreksi tindakan Budi
dengan tepat.
3
Merencanakan 1 langkah
berhemat energi untuk
mengkoreksi tindakan Budi
dengan cukup tepat.
2
Jawaban tidak tepat atau tidak
menjawab sama sekali.
1
Koreksi diri Memastikan ketepatan langkah
yang diambil untuk berhemat
energi dan memberikan 2 alasan
dengan tepat.
4 6d
Memastikan ketepatan langkah
yang diambil untuk berhemat
energi dan memberikan 1 alasan
dengan tepat.
3
Memastikan ketepatan langkah
yang diambil untuk berhemat
energi dan memberikan 1 alasan
dengan cukup tepat.
2
Memastikan ketepatan langkah
yang diambil untuk berhemat
energi dan tidak memberikan
alasan atau tidak menjawab sama
sekali.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
Lampiran 3.4 Hasil Pekerjaan Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
Lampiran 3.5 Hasil Rekap Expert Judgement
Variabel No.
Soal
Validator Komentar (Saran Perbaikan)
1 2 3 4 Rerata
Interpretasi 1a 3 3 4 4 3,50
1b 3 3 3 4 3,25
1c 4 2 4 2 3,00 Validator 2: kalimatnya perlu
dibuat yang mudah dipahami
anak.
Validator 4: lebih bai
menggunakan pilihan kata yang
sederhana.
Analisis 2a 4 3 4 4 3,75
6a 4 3 4 4 3,75
2b 1 3 4 4 3,00 Validator 1: sis
penjelasan/argumen belum
tampak.
Evaluasi 3a 1 3 3 4 2,75 Validator 1: dalam soal lebih
pada menentukan pilihan bukan
menilai faktor.
3b 2 2 3 4 2,75 Validator 1: dalam soal lebih
menjelaskan bukan menilai.
Validator 2: yang dinilai dari
soal justru dilakukan Lintang,
pertanyaan bisa dibuat lebih
sederhana.
3c 4 3 3 4 3,50 Validator 2: untuk menanyakan
dua hal sebaiknya pertanyaan
dipisahkan.
Menarik
Kesimpulan
4a 4 3 3 4 3,50
4b 3 3 4 4 3,50
4c 4 3 4 4 3,75
Eksplanasi 5a 4 3 4 4 3,75
5b 1 3 4 4 3,00 Validator 4: pilihan kata
membenarkan diganti
memperbaiki.
5c 4 4 4 4 4,00
Regulasi
Diri
6b 4 3 4 4 3,75
6c 4 3 4 4 3,75
6d 4 4 4 1 3,25 Validator 4: sudah dijawab pada
soal 6c
Total Skor 58 54 67 67
Rerata 3,22 3,00 3,72 3,72 Validator 1: instrumen sangat
layak diimplematasikan.
Validator 2: instrumen sangat
layak diimplemetasikan.
Validator 3: instrumen sangat
layak diimplementasikan.
Validator 4: instrumen sangat
layak diimplementasikan.
Keterangan:
3 : sangat sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
1 : sesuai
2 : tidak sesuai
1 : sangat tidak sesuai
Kategori Kelayakan: No Skor Kelayakan
1 58,5 – 72 Instrumen sangat layak diujicobakan, tanpa revisi
2 44 – 58,4 Instrumen layak diujicobakan dengan revisi kecil
3 29,5 – 43 Instrumen kurang layak diujicobakan dengan revisi besar
4 18 – 28,5 Instrumen tidak layak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
Lampiran 3.6 Hasil Uji Validitas oleh Expert Judgement
3.6.1 Hasil Uji Validitas Permukaan oleh Expert Judgement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
212
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
214
3.6.2 Hasil Uji Validitas Isi oleh Expert Judgement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
215
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
216
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
217
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
218
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
219
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
220
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
221
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
222
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
223
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
224
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
225
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
226
Lampiran 3.7 Tabulasi Data Uji Validitas dan Reliabilitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
227
Lampiran 3.8 Hasil SPSS Uji Validitas
3.8.1 Hasil Uji Validitas Setiap Item Soal
jumlah
jumlah Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 45
soal1a Pearson Correlation .325*
Sig. (2-tailed) .029
N 45
soal1b Pearson Correlation .335*
Sig. (2-tailed) .024
N 45
soal1c Pearson Correlation .557**
Sig. (2-tailed) .000
N 45
soal2a Pearson Correlation .390**
Sig. (2-tailed) .008
N 45
soal2b Pearson Correlation .380**
Sig. (2-tailed) .010
N 45
soal3a Pearson Correlation .317*
Sig. (2-tailed) .034
N 45
soal3b Pearson Correlation .366*
Sig. (2-tailed) .013
N 45
soal3c Pearson Correlation .335*
Sig. (2-tailed) .024
N 45
soal4a Pearson Correlation .314*
Sig. (2-tailed) .036
N 45
soal4b Pearson Correlation .443**
Sig. (2-tailed) .002
N 45
soal4c Pearson Correlation .301*
Sig. (2-tailed) .044
N 45
soal5a Pearson Correlation .380*
Sig. (2-tailed) .010
N 45
soal5b Pearson Correlation .411**
Sig. (2-tailed) .005
N 45
soal5c Pearson Correlation .454**
Sig. (2-tailed) .002
N 45
soal6a Pearson Correlation .420**
Sig. (2-tailed) .004
N 45
soal6b Pearson Correlation .605**
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
228
Sig. (2-tailed) .000
N 45
soal6c Pearson Correlation .454**
Sig. (2-tailed) .002
N 45
soal6d Pearson Correlation .492**
Sig. (2-tailed) .001
N 45
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 3.9 Hasil SPSS Uji Reliabilitas
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 45 100.0
Excludeda 0 .0
Total 45 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.698 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
229
Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Kemampuan Eksplanasi Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
230
Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Kemampuan Regulasi diri Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
231
Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Distribusi Data
4.3.1 Kemampuan Eksplanasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PreKon
Ekspl
PostKon
Ekspl
SelKon
Ekspl
PreEx
Ekspl
PostEx
Ekspl
SelEx
Ekspl
N 21 21 21 22 22 22
Normal
Parametersa,b
Mean 1.6190 2.0957 .4762 1.8027 3.1218 1.3191
Std.
Deviation .35475 .69294 .57293 .50077 .44379 .57671
Most
Extreme
Differences
Absolute .176 .177 .178 .150 .164 .183
Positive .173 .174 .178 .150 .154 .165
Negative -.176 -.177 -.108 -.127 -.164 -.183
Test Statistic .176 .177 .178 .150 .164 .183
Asymp. Sig. (2-tailed) .088c .084c .081c .200c,d .126c .053c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PreKon5
aEkspl
PostKo
n5aEks
pl
PreKon
5bEksp
l
PostKon
5bEkspl
PreKon
5cEksp
l
PostKon
5cEkspl
PreKon
Ekspl
PostKo
nEkspl
N 21 21 21 21 21 21 21 21
Normal
Parame
tersa,b
Mean 2.1905 2.8095 1.1429 1.5714 1.5238 1.9048 1.6190 2.0957
Std.
Deviation .60159 .87287 .47809 1.12122 .67964 1.09109 .35475 .69294
Most
Extrem
e
Differe
nces
Absolute .339 .205 .522 .457 .351 .320 .176 .177
Positive .339 .204 .522 .457 .351 .320 .173 .174
Negative -.281 -.205 -.383 -.305 -.220 -.203 -.176 -.177
Test Statistic .339 .205 .522 .457 .351 .320 .176 .177
Asymp. Sig. (2-
tailed) .000c .021c .000c .000c .000c .000c .088c .084c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
232
4.3.2 Kemampuan Regulasi diri
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PreKon
Reg
PostKon
Reg
SelKon
Reg
PreEx
Reg
PostEx
Reg
SelEx
Reg
N 21 21 21 22 22 22
Normal
Parametersa,b
Mean 1.8743 2.1586 .2857 2.1673 3.0614 .8941
Std.
Deviation .53268 .40297 .42500 .54190 .73260 .66149
Most
Extreme
Differences
Absolute .169 .177 .178 .163 .161 .164
Positive .169 .177 .178 .139 .112 .164
Negative -.160 -.156 -.113 -.163 -.161 -.109
Test Statistic .169 .177 .178 .163 .161 .164
Asymp. Sig. (2-tailed) .122c .085c .082c .130c .145c .129c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
PreEx5aEk
spl
PostEx5aE
kspl
PreEx5bEk
spl
PostEx5bE
kspl
PreEx5cEk
spl
PostEx5cE
kspl PreExEkspl
PostExEks
pl
22 22 22 22 22 22 22 22
Mean 2.0455 3.2273 1.0455 3.4545 2.3182 2.6818 1.8027 3.1218
Std.
Deviation.57547 .68534 .21320 .67098 1.08612 .71623 .50077 .44379
Absolute .350 .266 .539 .337 .206 .308 .150 .164
Positive .350 .266 .539 .208 .206 .238 .150 .154
Negative -.332 -.234 -.416 -.337 -.144 -.308 -.127 -.164
.350 .266 .539 .337 .206 .308 .150 .164
.000c
.000c
.000c
.000c
.016c
.000c
.200c,d
.126c
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
N
Normal
Parameters
a,b
Most
Extreme
Difference
sTest Statistic
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
233
PreKon6b
Reg
PostKon6
bReg
PreKon6c
Reg
PostKon6c
Reg
PreKon6d
Reg
PostKon6
dReg
PreKonRe
g
PostKonR
eg
21 21 21 21 21 21 21 21
Mean 2.0000 2.3810 2.1905 2.5714 1.4286 1.5238 1.8743 2.1586
Std.
Deviation.77460 .58959 .87287 .81064 .50709 .60159 .53268 .40297
Absolute .310 .408 .205 .368 .372 .332 .169 .177
Positive .310 .408 .205 .251 .372 .332 .169 .177
Negative -.262 -.259 -.204 -.368 -.299 -.262 -.160 -.156
.310 .408 .205 .368 .372 .332 .169 .177
.000c
.000c
.021c
.000c
.000c
.000c
.122c
.085c
Test Statistic
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal
Parameters
a,b
Most
Extreme
Difference
s
PreEx6bRe
g
PostEx6bR
eg
PreEx6cRe
g
PostEx6cR
eg
PreEx6dRe
g
PostEx6dR
eg PreExReg PostExReg
22 22 22 22 22 22 22 22
Mean 2.0000 2.9091 2.6818 3.5909 1.8182 2.6818 2.1673 3.0614
Std.
Deviation.81650 .86790 .99457 .85407 .58849 1.04135 .54190 .73260
Absolute .273 .262 .216 .457 .349 .198 .163 .161
Positive .273 .262 .163 .316 .288 .198 .139 .112
Negative -.227 -.214 -.216 -.457 -.349 -.170 -.163 -.161
.273 .262 .216 .457 .349 .198 .163 .161
.000c
.000c
.009c
.000c
.000c
.024c
.130c
.145c
Test Statistic
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal
Parameters
a,b
Most
Extreme
Difference
s
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
234
Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Homogenitas Varian Kemampuan Awal
4.4.1 Kemampuan Eksplanasi
Test of Homogeneity of Variances
PreKonExEkspl
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.821 1 41 .057
4.4.2 Kemampuan Regulasi diri
Test of Homogeneity of Variances
PreKonExReg
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.153 1 41 .698
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
235
Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal
4.5.1 Kemampuan Eksplanasi
Group Statistics
Kelompok N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
PreKonExEkspl pretest
Kontrol
Eksplanasi 21 1.6190 .35475 .07741
pretest
Eksperimen
Eksplanasi 22 1.8027 .50077 .10677
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
taile
d)
Mean
Differe
nce
Std.
Error
Differe
nce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pre
Kon
ExE
kspl
Equal
variances
assumed 3.821 .057 -1.382 41 .175 -.18368 .13292 -.45212 .08476
Equal
variances
not
assumed
-1.393 37.889 .172 -.18368 .13188 -.45068 .08332
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
236
4.5.2 Kemampuan Regulasi diri
Group Statistics
kelompok N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
PreKonExReg pretest
Kontrol
Regulasi
Diri
21 1.8743 .53268 .11624
pretest
Eksperimen
Regulasi
diri
22 2.1673 .54190 .11553
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
taile
d)
Mean
Differe
nce
Std.
Error
Differe
nce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pre
Kon
Ex
Reg
Equal
variances
assumed .153 .698 -1.787 41 .081 -.29299 .16396 -.62410 .03813
Equal
variances
not
assumed
-1.788 40.962 .081 -.29299 .16389 -.62398 .03800
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
237
Lampiran 4.6 Hasil SPSS Uji Homogenitas Varian Selisih pretest ke posttest
4.6.1 Kemampuan Eksplanasi
Test of Homogeneity of Variances
SelKonExEkspl
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.054 1 41 .818
4.6.2 Kemampuan Regulasi diri
Test of Homogeneity of Variances
SelKonExReg
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.719 1 41 .107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
238
Lampiran 4.7 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
4.7.1 Kemampuan Eksplanasi
Group Statistics
Kelompok N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
SelKonExEkspl Selisih
Kontrol
Eksplanasi 21 .4762 .57293 .12502
Selisih
Eksperimen
Eksplanasi 22 1.3191 .57671 .12296
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
taile
d)
Mean
Differe
nce
Std.
Error
Differe
nce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
SelKon
ExEksp
l
Equal
varianc
es
assume
d
.054 .818 -4.806 41 .000 -.84290 .17538 -1.19709 -.48871
Equal
varianc
es not
assume
d
-4.807 40.931 .000 -.84290 .17535 -1.19705 -.48875
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
239
4.7.2 Kemampuan Regulasi diri
Group Statistics
kelompok N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
SelKonExReg Selisih
Kontrol
Regulasi
Diri
21 .2857 .42500 .09274
Selisih
Eksperimen
Regulasi
Diri
22 .8941 .66149 .14103
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
taile
d)
Mean
Differen
ce
Std.
Error
Differe
nce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
SelKo
nExR
eg
Equal
variances
assumed 2.719 .107 -3.569 41 .001 -.60838 .17047 -.95265 -.26410
Equal
variances
not
assumed
-3.604 36.018 .001 -.60838 .16879 -.95070 -.26606
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
240
Lampiran 4.8 Perhitungan Manual Besar Pengaruh Perlakuan
Effect size kemampuan eksplanasi
r = √𝑡2
𝑡2+𝑑𝑓
r = √23,097636
23,097636+41
r = √23,097636
64,097636
r = √23,097636
64,097636
r = √0,360350825
r = 0,600292283
r = 0,60
Persentase pengaruh penerapan model
pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan
eksplanasi:
𝑅2 = 𝑟2
= (0,60)2
= 0,36
Persentase Pengaruh = 𝑅2 x 100%
= 0,36 x 100%
= 36%
Effect size kemampuan regulasi diri
r = √𝑡2
𝑡2+𝑑𝑓
r = √12.737761
12.737761+41
r = √12.737761
53.737761
r = √12.737761
53.737761
r = √0.237035574
r = 0.486862993
r = 0.48
Persentase pengaruh penerapan model
pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan
regulasi diri:
𝑅2 = 𝑟2
= (0,48)2
= 0,2304
Persentase Pengaruh = 𝑅2 x 100%
= 0,2304 x 100%
= 23,04%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
241
Lampiran 4.9 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata pretest ke posttest
4.9.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata pretest ke posttest
Persentase Peningkatan Rerata pretest ke Posttest Kemampuan Eksplanasi
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Peningkatan
= mean posttest kon – mean pretest kon x
100
Mean pretest kon
= 2,09−1,61
1,61 x 100%
= 0,48
1,61 x 100%
= 0,298136646 x 100%
= 29,81%
Peningkatan
= mean posttest kon – mean pretest kon x
100
Mean pretest kon
= 3,12−1,80
1,80 x 100%
= 1,32
1,80 x 100%
= 0,733333333 x 100%
= 73,33%
Persentase Peningkatan Rerata pretest ke Posttest Kemampuan Regulasi diri
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Peningkatan
= mean posttest kon – mean pretest kon x
100
Mean pretest kon
= 2,1586−1,8743
1,8743 x 100%
= 0,2843
1,8743 x 100%
= 0,151683295 x 100%
= 15,16%
Peningkatan
= mean posttest kon – mean pretest kon x
100
Mean pretest kon
= 3,0614−2,1673
2,1673 x 100%
= 0,8941
2,1673 x 100%
= 0,41254095 x 100%
= 41,25%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
242
4.9.2 Hasil SPSS Peningkatan Rerata pretest ke Posttest
4.9.2.1 Kemampuan Eksplanasi
Paired Samples Statistics
Mean N
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Pair 1 PostKonEkspl 2.0957 21 .69294 .15121
PreKonEkspl 1.6190 21 .35475 .07741
Pair 2 PostExEkspl 3.1218 22 .44379 .09462
PreExEkspl 1.8027 22 .50077 .10677
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 PostKonEkspl
& PreKonEkspl 21 .561 .008
Pair 2 PostExEkspl &
PreExEkspl 22 .258 .246
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
PostKonEkspl
-
PreKonEkspl .47667 .57484 .12544 .21500 .73833 3.800 20 .001
Pair
2
PostExEkspl -
PreExEkspl 1.31909 .57699 .12302 1.06327 1.57492 10.723 21 .000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
243
4.9.2.2 Kemampuan Regulasi diri
Paired Samples Statistics
Mean N
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
Pair
1
PostKonReg 2.1586 21 .40297 .08793
PreKonReg 1.8743 21 .53268 .11624
Pair
2
PostExReg 3.0614 22 .73260 .15619
PreExReg 2.1673 22 .54190 .11553
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair
1
PostKonReg
&
PreKonReg
21 .616 .003
Pair
2
PostExReg
& PreExReg 22 .493 .020
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
PostKonReg
-
PreKonReg
.28429 .42601 .09296 .09037 .47820 3.058 20 .006
Pair
2
PostExReg -
PreExReg .89409 .66245 .14124 .60038 1.18781 6.330 21 .000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
244
4.9.3 Perhitungan Persentase Gain Score
4.9.3.1 Tabulasi Gain Score Kemampuan Eksplanasi
Gain Score
Kelompok
Kontrol
Kelompok
Eksperimen
F F
-0.33 2 0
0.00 6 0
0.33 4 1
0.67 3 5
1.00 3 4
1.33 2 2
1.67 1 5
2.00 0 4
2.33 0 1
4.9.3.2 Perhitungan Persentase Gain Score ≥ 1,00 Kemampuan Eksplanasi
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Frekuensi gain score ≥ 1,00 adalah 6
anak
Persentase
= Frekuensi 𝑔𝑎𝑖𝑛 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒
Jumlah siswa x 100%
= 6
21 x 100%
= 0,29 x 100%
= 29%
Frekuensi gain score ≥ 1,00 adalah 16
anak
Persentase
= Frekuensi 𝑔𝑎𝑖𝑛 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒
Jumlah siswa x 100%
= 16
22 x 100%
= 0,73
= 73%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
245
4.9.3.3 Tabulasi Gain Score Kemampuan Regulasi diri
Gain Score
Kelompok
Kontrol
Kelompok
Eksperimen
F F
-0,33 3 1
0,00 6 2
0,33 6 3
0,67 3 4
1,00 3 6
1,33 0 2
1,67 0 2
2,00 0 1
2,33 0 1
4.9.3.4 Perhitungan Persentase Gain Score ≥ Kemampuan Regulasi diri
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Frekuensi gain score ≥ 1,00 adalah 3
anak
Persentase
= Frekuensi 𝑔𝑎𝑖𝑛 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒
Jumlah siswa x 100%
= 3
21 x 100%
= 0,14 x 100%
= 14%
Frekuensi gain score ≥ 1,00 adalah 12
anak
Persentase
= Frekuensi 𝑔𝑎𝑖𝑛 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒
Jumlah siswa x 100%
= 12
22 x 100%
= 0,54
= 54%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
246
Lampiran 4.10 Hasil Perhitungan Manual Peningkatan Rerata pretest ke Posttest
4.10.1 Kemampuan Eksplanasi
4.10.1.1 Perhitungan Manual Peningkatan Rerata pretest ke Posttest
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
r = √𝑡2
𝑡2+𝑑𝑓
r = √3,8002
3,8002 +20
r = √14,44
14,44+20
r = √14,44
34,44
r = √0,419279907
r = 0,647518268
r = 0,64
R2 = 𝑟2
= (0,64)2
= 0,4096
Persentase Pengaruh = R2 x 100%
= 0,4096 x
100%
= 40,96%
r = √𝑡2
𝑡2+𝑑𝑓
r = √10,7232
10,7232 +21
r = √114.982729
114.982729+21
r = √114,982729
135,982729
r = √0.845568624
r = 0.919548054
r = 0.91
R2 = 𝑟2
= (0,91)2
= 0,8281
Persentase Pengaruh = R2 x 100%
= 0,8281x 100%
= 82,81%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
247
4.10.2 Kemampuan Regulasi diri
4.10.2.1 Perhitungan Manual Peningkatan Rerata pretest ke Posttest
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
r = √𝑡2
𝑡2+𝑑𝑓
r = √3.0582
3.0582+20
r = √9.351364
9.351364+20
r = √9.351364
29.351364
r = √0.318600662
r = 0.564447218
r = 0.56
R2 = 𝑟2
= (0,56)2
= 0,3136
Persentase Pengaruh = R2 x 100%
= 0,3136 x
100%
= 31,36%
r = √𝑡2
𝑡2+𝑑𝑓
r = √6.3302
6.3302+21
r = √40.0689
40.0689+21
r = √40.0689
61.0689
r = √0.656126113
r = 0.810016119
r = 0.81
R2 = 𝑟2
= (0,81)2
= 0,6561
Persentase Pengaruh = R2 x 100%
= 0,6561 x
100%
= 65,61%
Lampiran 4.11 Hasil SPSS Uji Korelasi antara Rerata pretest ke Posttest
4.11.1 Kemampuan Eksplanasi
4.11.1.1 Uji Korelasi Kelompok Kontrol
Correlations
PreKonEkspl PostKonEkpl
PreKonEkspl Pearson Correlation 1 .561**
Sig. (2-tailed) .008
N 21 21
PostKonEkpl Pearson Correlation .561** 1
Sig. (2-tailed) .008
N 21 21
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
248
4.11.1.2 Uji Korelasi Kelompok Eksperimen
4.11.2 Kemampuan Regulasi diri
4.11.2.1 Uji Korelasi Kelompok Kontrol
Correlations
PreKonReg PostKonReg
PreKonReg Pearson Correlation 1 .616**
Sig. (2-tailed) .003
N 21 21
PostKonReg Pearson Correlation .616** 1
Sig. (2-tailed) .003
N 21 21
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
4.11.2.2 Uji Korelasi Kelompok Eksperimen
Correlations
PreExReg PostExReg
PreExReg Pearson Correlation 1 .493*
Sig. (2-tailed) .020
N 22 22
PostExReg Pearson Correlation .493* 1
Sig. (2-tailed) .020
N 22 22
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
PreExEkspl PostExEkspl
PreExEkspl Pearson Correlation 1 .258
Sig. (2-tailed) .246
N 22 22
PostExEkspl Pearson Correlation .258 1
Sig. (2-tailed) .246
N 22 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
249
Lampiran 4.12 Hasil SPSS Uji Peningkatan setiap Item Soal pretest ke Posttest
4.12.1 Kemampuan Eksplanasi
4.12.1.1 Kelompok Kontrol
Ranks
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
PreKon5aEkspl
-
PostKon5aEkspl
Negative
Ranks 11a 7.27 80.00
Positive
Ranks 2b 5.50 11.00
Ties 8c
Total 21
PreKon5bEkspl
-
PostKon5bEkspl
Negative
Ranks 5d 3.00 15.00
Positive
Ranks 0e 0.00 0.00
Ties 16f
Total 21
PreKon5cEkspl
-
PostKon5cEkspl
Negative
Ranks 6g 4.17 25.00
Positive
Ranks 1h 3.00 3.00
Ties 14i
Total 21
a. PreKon5aEkspl < PostKon5aEkspl
b. PreKon5aEkspl > PostKon5aEkspl
c. PreKon5aEkspl = PostKon5aEkspl
d. PreKon5bEkspl < PostKon5bEkspl
e. PreKon5bEkspl > PostKon5bEkspl
f. PreKon5bEkspl = PostKon5bEkspl
g. PreKon5cEkspl < PostKon5cEkspl
h. PreKon5cEkspl > PostKon5cEkspl
i. PreKon5cEkspl = PostKon5cEkspl
Test Statisticsa
PreKon5aEkspl -
PostKon5aEkspl
PreKon5bEkspl -
PostKon5bEkspl
PreKon5cEkspl -
PostKon5cEkspl
Z -2.543b -2.070b -1.930b
Asymp. Sig. (2-
tailed) .011 .038 .054
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
250
4.12.1.2 Kelompok Eksperimen
Ranks
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
PreEx5aEkspl
-
PostEx5aEkspl
Negative
Ranks 19a 10.00 190.00
Positive
Ranks 0b 0.00 0.00
Ties 3c
Total 22
PreEx5bEkspl
-
PostEx5bEkspl
Negative
Ranks 22d 11.50 253.00
Positive
Ranks 0e 0.00 0.00
Ties 0f
Total 22
PreEx5cEkspl
-
PostEx5cEkspl
Negative
Ranks 11g 8.14 89.50
Positive
Ranks 5h 9.30 46.50
Ties 6i
Total 22
a. PreEx5aEkspl < PostEx5aEkspl
b. PreEx5aEkspl > PostEx5aEkspl
c. PreEx5aEkspl = PostEx5aEkspl
d. PreEx5bEkspl < PostEx5bEkspl
e. PreEx5bEkspl > PostEx5bEkspl
f. PreEx5bEkspl = PostEx5bEkspl
g. PreEx5cEkspl < PostEx5cEkspl
h. PreEx5cEkspl > PostEx5cEkspl
i. PreEx5cEkspl = PostEx5cEkspl
Test Statisticsa
PreEx5aEkspl -
PostEx5aEkspl
PreEx5bEkspl -
PostEx5bEkspl
PreEx5cEkspl -
PostEx5cEkspl
Z -3.963b -4.202b -1.169b
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000 .000 .242
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
251
4.12.2 Kemampuan Regulasi diri
4.12.2.1 Kelompok Kontrol
Test Statisticsa
PreKon6bReg -
PostKon6bReg
PreKon6cReg -
PostKon6cReg
PreKon6dReg -
PostKon6dReg
Z -1.999b -2.530b -.632b
Asymp. Sig. (2-
tailed) .046 .011 .527
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
Negative
Ranks8
a 5.75 46.00
Positive
Ranks2
b 4.50 9.00
Ties 11c
Total 21
Negative
Ranks9
d 5.50 49.50
Positive
Ranks1
e 5.50 5.50
Ties 11f
Total 21
Negative
Ranks6
g 5.50 33.00
Positive
Ranks4
h 5.50 22.00
Ties 11i
Total 21
i. PreKon6dReg = PostKon6dReg
d. PreKon6cReg < PostKon6cReg
e. PreKon6cReg > PostKon6cReg
f. PreKon6cReg = PostKon6cReg
g. PreKon6dReg < PostKon6dReg
h. PreKon6dReg > PostKon6dReg
PreKon6c
Reg -
PostKon6c
Reg
PreKon6d
Reg -
PostKon6
dReg
a. PreKon6bReg < PostKon6bReg
b. PreKon6bReg > PostKon6bReg
c. PreKon6bReg = PostKon6bReg
Ranks
PreKon6b
Reg -
PostKon6
bReg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
252
4.12.2.2 Kelompok Eksperimen
Ranks
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
PreEx6bReg
-
PostEx6bReg
Negative
Ranks 14a 8.21 115.00
Positive
Ranks 1b 5.00 5.00
Ties 7c
Total 22
PreEx6cReg
-
PostEx6cReg
Negative
Ranks 15d 9.40 141.00
Positive
Ranks 2e 6.00 12.00
Ties 5f
Total 22
PreEx6dReg
-
PostEx6dReg
Negative
Ranks 14g 8.86 124.00
Positive
Ranks 2h 6.00 12.00
Ties 6i
Total 22
a. PreEx6bReg < PostEx6bReg
b. PreEx6bReg > PostEx6bReg
c. PreEx6bReg = PostEx6bReg
d. PreEx6cReg < PostEx6cReg
e. PreEx6cReg > PostEx6cReg
f. PreEx6cReg = PostEx6cReg
g. PreEx6dReg < PostEx6dReg
h. PreEx6dReg > PostEx6dReg
i. PreEx6dReg = PostEx6dReg
Test Statisticsa
PreEx6bReg -
PostEx6bReg
PreEx6cReg -
PostEx6cReg
PreEx6dReg -
PostEx6dReg
Z -3.216b -3.161b -3.011b
Asymp. Sig. (2-
tailed) .001 .002 .003
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
253
Lampiran 4.13 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata pretest ke Posttest pada
setiap Item Soal
4.13.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata pretest ke Posttest pada setiap
Item Soal
No.
Soal
Persentase Peningkatan Rerata pretest ke Posttest Kemampuan Eksplanasi
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
5a Peningkatan
= mean posttest kon – mean pretest kon x
100
Mean pretest kon
= 2,8095−2,1905
2,1905 x 100%
= 0,619
2,1905 x 100%
= 0,282583885 x 100%
= 28,25%
Peningkatan
= mean posttest kon – mean pretest kon x
100
Mean pretest kon
= 3,2273−2,0455
2,0455 x 100%
= 1,1818
2,0455 x 100%
= 0,57775605 x 100%
= 57,77%
5b Peningkatan
= mean posttest kon – mean pretest kon x
100
Mean pretest kon
= 1,5714−1,1429
1,1429 x 100%
= 0,4285
1,1429 x 100%
= 0,37492344 x 100%
= 37,49%
Peningkatan
= mean posttest kon – mean pretest kon x
100
Mean pretest kon
= 3,4545−1,0455
1,0455 x 100%
= 2,409
1,0455 x 100%
= 2,30416069 x 100%
= 230,41%
5c Peningkatan
= mean posttest kon – mean pretest kon x
100
Mean pretest kon
= 1,9048−1,5238
1,5238 x 100%
= 0,381
1,5238 x 100%
= 0,250032813 x 100%
= 25,00%
Peningkatan
= mean posttest kon – mean pretest kon x
100
Mean pretest kon
= 2,6818−2,3182
2,3182 x 100%
= 0,3636
2,3182 x 100%
= 0,156845829 x 100%
= 15,68%
Persentase Peningkatan Rerata pretest ke Posttest Kemampuan Regulasi diri
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
6b Peningkatan
= mean posttest kon – mean pretest kon x
100
Mean pretest kon
= 2,3810−2,0000
2,0000 x 100%
= 0,3810
2,0000 x 100%
= 0,1905 x 100%
= 19,05%
Peningkatan
= mean posttest kon – mean pretest kon x
100
Mean pretest kon
= 2,9091−2,0000
2,0000 x 100%
= 0,9091
2,0000 x 100%
= 0,45455 x 100%
= 45,45 %
6c Peningkatan Peningkatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
254
= mean posttest kon – mean pretest kon x
100
Mean pretest kon
= 2,5714−2,1905
2,1905 x 100%
= 0,3809
2,1905 x 100%
= 0,17388724 x 100%
= 17,38%
= mean posttest kon – mean pretest kon x
100
Mean pretest kon
= 3,5909−2,6818
2,6818 x 100%
= 0,9091
2,6818 x 100%
= 0,338988739 x 100%
= 33,89%
6d Peningkatan
= mean posttest kon – mean pretest kon x
100
Mean pretest kon
= 1,5238−1,4286
1,4286 x 100%
= 0,0952
1,4286 x 100%
= 0,0666386672 x 100%
= 6,66%
Peningkatan
= mean posttest kon – mean pretest kon x
100
Mean pretest kon
= 2,6818−1,8182
1,8182 x 100%
= 0,8636
1,8182 x 100%
= 0,47497525 x 100%
= 47,49%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
255
Lampiran 4.14 Perhitungan Selisih Rerata Pretest ke Posttest pada Setiap Item Soal
Lampiran 4.14.1 Kemampuan Eksplanasi
Kelompok Kontrol
No.
Soal
Mean pretest Mean posttest Selisih Mean Pretest ke
Posttest
5a 2,1905 2,8095 2,8095 - 2,1905 = 0,619
5b 1,1429 1,5714 1,5714 - 1,1429 = 0,4285
5c 1,5238 1,9048 1,9048 - 1,5238 = 0,381
Kelompok Eksperimen
No.
Soal
Mean pretest Mean posttest Selisih Mean Pretest ke
Posttest
5a 2,0455 3,2273 3,2273 - 2,0455 = 1,1818
5b 1,0455 3,4545 3,4545 - 1,0455 = 2,409
5c 2,3182 2,6818 2,6818 - 2,3182 = 0,3636
Lampiran 4.14.2 Kemampuan Regulasi Diri
Kelompok Kontrol
No.
Soal
Mean pretest Mean posttest Selisih Mean Pretest ke
Posttest
6b 2 2,381 2,381 – 2 = 0,381
6c 2,1905 2,5714 2,5714 - 2,1905 = 0,3809
6d 1,4286 1,5238 1,5238 - 1,4286 = 0,0952
Kelompok Eksperimen
No.
Soal
Mean pretest Mean posttest Selisih Mean Pretest ke
Posttest
6b 2 2,9091 2,9091 – 2 = 0,9091
6c 2,6818 3,5909 3,5909 - 2,6818 = 0,9091
6d 1,8182 2,6818 2,6818 - 1,8182 = 0,8636
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
256
Lampiran 5.1 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
257
Lampiran 5.2 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
258
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Dwi Agustina merupakan anak kedua dari pasangan
Bonifasius Sutadji dan Theresia Endang Sutrisnowati.
Lahir di Kediri pada tanggal 20 Agustus 1995. Pendidikan
dimulai dari Sekolah Dasar Negeri Tawang II pada tahun
2001-2007. Pada tahun 2007, peneliti melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Wates
dan lulus pada tahun 2010. Peneliti kemudian melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri II
Kediri pada tahun 2010 dan lulus pada tahun 2013. Peneliti melanjutkan pendidikan
di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma pada
tahun 2016. Berikut ini daftar kegiatan yang pernah diikuti peneliti selama menjadi
mahasiswa Universitas Sanata Dharma.
No. Kegiatan Tahun Peran
1 Inisiasi Universitas Sanata Dharma (Insadha) 2016 Peserta
2 Inisiasi Fakultas (Infisa) 2016 Peserta
3 Inisiasi Program Studi (Insipro) 2016 Peserta
4 Pendampingan Pengembangan Kepribadian
dan Metode Belajar I (PPKMB I)
2016 Peserta
5 Kursus Mahir Dasar (KMD) 2017 Peserta
6 Pendampingan Pengembangan Kepribadian
dan Metode Belajar II (PPKMB II)
2017 Peserta
7 Inisiasi Program Studi (Insipro) 2017 Sekretaris II
8 Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS)
31
2018 Peserta
9 Pekan Seni Mahasiswa Daerah XIV 2018 Penari
10 Seminar Nasional FKIP “Dunia Pendidikan
dalam Perubahan Revolusi 4.0”
2018 Pemakalah
11 St. Paul University Academic and Cultural
Exchange Program
2017 Traditional
Dance Trainer
12 Sport League 2018 Devisi Acara
13 Workshop PKM Fakultas Ekonomi Universitas
Sanata Dharma
2019 Pemateri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI