pengaruh pendidikan formal, tingkat kualifikasi …repository.umrah.ac.id/1951/1/nosi amanda...
TRANSCRIPT
1
PENGARUH PENDIDIKAN FORMAL, TINGKAT KUALIFIKASI PROFESI,
BANYAKNYA TUGAS PEMERIKSAAN, LAMANYA PEKERJA DAN
PELATIHAN YANG DIIKUTI SEORANG PEMERIKSA TERHADAP
PENINGKATAN KEAHLIAN AUDITOR DI INSPEKTORAT PROVINSI
KEPULAUAN RIAU DAN KOTA TANJUNGPINANG
o i m nd mp l nik
in i
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH),
Tanjungpinang, Kepulauan Riau
Email : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengobservasi data
pengaruh pendidikan formal, tingkat kualifikasi profesi, banyaknya tugas
pemeriksaan, lamanya bekerja dan pelatihan yang diikuti seorang pemeriksa terhadap
peningkatan keahlian auditor. Dimana 32 responden dalam penelitian ini berasal dari
Auditor Inspektorat Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang. Metode yang
digunakan adalah sensus, dimana semua populasi diselidiki secara individual dalam
mengumpulakn data untuk mendapatkan data aktual. Pengujian hipotesis dengan
metode pengujian regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)
Variabel pendidikan, tingkat kualifikasi profesi, banyaknya tugas pemeriksaan,
Lamanya bekerja dan pelatihan yang diikuti oleh seorang auditor secara simultan
memiliki pengaruh terhadap peningkatan keahlian auditor (2) Variabel pendidikan
formal, tingkat kualifikasi profesi, banyaknya tugas pemeriksaan dan lamanya bekerja
tidak mempengaruhi peningkatan keahlian auditor (3) Variabel pelatihan yang diikuti
auditor memiliki pengaruh terhadap peningkatan keahlian auditor.
Keywords : Education, Professional Qualification Level, Many Assignments Auditor,
Working Length Auditor And Training Followed By Auditors And
Auditors Proficiency.
PENDAHULUAN
Tingginya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan yang
transparan dan akuntabel harus disikapi dengan serius oleh segenap jajaran
penyelenggaraan negara, baik dalam tataran eksekutif, legislatif maupun yudikatif.
Semua elemen penyelenggaran negara harus mempunyai komitmen bersama untuk
menyelenggarakan sistem pemerintahan yang bersih, adil atau yang disebut dengan
good governance dan clean government.
2
Adapun kebijakan yang terkait untuk mewujudkan good governance di sektor
publik meliputi penetapan standar etika dan prilaku aparatur negara, penetapan
struktur organisasi yang jelas dalam mengatur peran dan tanggungjawab termasuk
akuntabilitas organisasi kepada publik, pengaturan sistem pengendalian organisasi
yang memadai serta format pelaporan eksternal yang disusun berdasarkan standar
akuntansi pemerintahan.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
PER/05/M.PAN/03/2008 Tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah menyatakan bahwa standar audit aparat pengawasan intern pemerintah
wajib dipergunakan sebagai acuan bagi seluruh APIP dalam melaksanakan audit
sesuai dengan mandat audit masing-masing.
Saat ini, masih ada daerah dalam penyelenggaraan pemerintahannya belum
sesuai dengan tatakelola pemerintahan yang baik.Dalam beberapa tahun terakhir,
kasus korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) di negara ini menjadi kasus yang menjadi
perhatian oleh masyarakat.Adapun wujud dari tindakan KKN antara lain
penyelewengan wewenang dan jabatan, suap atau uang tutup mulut, pungutan liar
sampai menggunakan uang negera untuk kepentingan pribadi.Hal ini seharusnya
menjadi perhatian dan pertimbangan penting auditor dan pimpinan yang melakukan
fungsi pengawasan dilingkungan pemerintah daerah.
Dalam mencapai keinginan dan harapan tersebut setiap pekerjaan audit yang
dilaksanakan harus terkoordinasi dengan baik antara fungsi pengawasan dengan
berbagai fungsi aktivitas, kegiatan, ataupun program yang dijalankan pemerintah
daerah dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Untuk itu diperlukan auditor
yang kompeten didukung oleh pendidikan formal berkompetensi akuntansi serta masa
kerja auditor.
Dalam rangka pelaksanaan pengawasan, pemerintah menciptakan aparat
pengawasan dilingkungan pemerintahan, yaitu Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP). Salah satu unit yang melakukan pengawasan terhadap pemerintah daerah
adalah inspektorat daerah.Inspektorat wilayah provinsi mempunyai tugas membantu
gubernur dalam membina dan mengawasi pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan oleh perangkat daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang
sistem pengendalian intern pemerintah menyatakan pada pasal 11, yaitu perwujudan
peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 huruf g sekurang-kurangnya harus memberikan keyakinan yang
memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektifitas pencapaian tujuan
penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah; memberikan peringatan dini
dan meningkatkan efektifitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan
fungsi instansi pemerintah; dan memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola
penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah
3
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
Auditing
Secara umum auditing/pemeriksaan laporan keuangan adalah suatu proses
sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasil kepada pemakai yang
berkepentingan (Darise, 2008:267). Jika ditinjau dari sudut profesi akuntan publik,
auditing adalah pemeriksaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan
suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah
laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan, dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut. Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/05/M/PAN/03/2008 Tentang
Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah mendefinisikan Audit adalah
proses identifikasi masalah, analisis dan evaluasi bukti yang dilakukan secara
independen, obyektif dan profesional berdasarkan standar audit, untuk menilai
kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektif, efisien dan keandalan informasi
pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah
Keahlian Auditor
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.
PER/05/M.PAN/03/2008 menyatakan bahwa auditor harus mempunyai pengetahuan,
keterampilan, dan kompetensi lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung
jawabnya.Keahlian auditor akan berdampak terhadap hasil audit yang akan
dihasilkan. Auditor harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam tugasnya,
keahlian ini meliputi keahlian mengenai audit yang mencakup antara lain:
merencanakan program kerja pemeriksaan, menyusun program kerja pemeriksaan,
melaksanakan program kerja pemeriksaan, menyusun kertas kerja pemeriksaan,
menyusun berita pemeriksaan, dan laporan hasil pemeriksaan (Praptomo,2002).
Pendidikan Formal
Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah, sub bab prinsip-prinsip dasar No. 2210 terkait Latar Belakang
Pendidikan Auditor, seorang auditor APIP harus mempunyai pendididkan formal
minimal Strata satu (S-1) atau yang setara. Hal ini diberlakukan agar terciptanya
kinerja audit yang baik untuk merencanakan audit, mengidentifikasi kebutuhan
profesional auditor dan untuk mengembangkan teknik dan metodologi audit agar
sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh unit yang sedang dilayani oleh
APIP.
4
Tingkat Kualifikasi Profesi
Dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Negara Republik Indonesia
Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara mengenai
Pernyataan Standar Pemeriksaan nomor 09 dikatakan bahwa : Tenaga ahli intern dan
ekstern yang membantu pelaksanaan tugas pemeriksaan menurut Standar
Pemeriksaan harus memiliki kualifikasi atau sertifikasi yang diperlukan dan
berkewajiban untuk memelihara kompetensi profesional dalam bidang keahlian
mereka, tetapi tidak diharuskan untuk memenuhi persyaratan pendidikan
berkelanjutan di atas.
Banyaknya Tugas Pemeriksaan Kualitas audit yang dihasilkan tidak akan terlepas dari kualitas auditor itu
sendiri. Pengalaman mempunyai hubungan yang erat dengan keahlian auditor,
pencapaian keahlian seorang auditor selain berasal dari pendidikan formalnya juga
diperluas lagi dengan pengalaman-pengalaman dalam praktik audit. Pengalaman
mengaudit didapat dari banyaknya tugas pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor.
Lamanya Bekerja
Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik dari pada mereka yang tidak
mempunyai pengetahuan cukup dalam mejalankan tugasnya. Kenyataan
menunjukkan semakin lama seseorang bekerja maka, semakin banyak pengalaman
yang dimiliki oleh pekerja tersebut
Pelatihan Yang Diikuti Seorang Pemeriksa
Dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor
harus menjalani pelatihan yang cukup, yang berarti bahwa auditor harus mengikuti
perkembangan yang terjadi dalam dunia usaha dan profesinya. Dalam hal ini,
pengetahuan umum perlu diperbaharui untuk meningkatkan keahlian auditor baik
melalui pendidikan formal maupun pelatihan teknis. Dengan demikian, struktur
pengetahuan auditor yang berkenaan dengan kekeliruan ataupun keahlian auditor
mungkin akan berkembang dengan adanya programpelatihan auditor ataupun dengan
bertambahnya pengalaman auditor
5
Kerangka Pemikiran
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Pendidikan Formal Terhadap Peningkatan Keahlian
Auditor
Didalam suatu perusahaan maupun organisasi, tentunya memiliki karyawan
dengan jenjang pendidikan formal yang berbeda. Dengan memiliki pendidikan formal
yang baik dapat menunjukkan akan semakin baiknya kemampuan yang dimiliki oleh
auditor. Pendidikan merupakan modal dalam pencapaian kompetensi yang dimiliki
auditor. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut :
H1: Pendidikan formal berpengaruh terhadap Peningkatan Keahlian Auditor
Pengaruh Tingkat Kualifikasi Profesi Terhadap Peningkatan Keahlian
Auditor
Kualifikasi atau sertifikasi keahlian harus dimiliki oleh seorang auditor,
karena hal ini merupakan modal bagi auditor.Pendidikan Profesi Akuntansi (PPA)
merupakan pendidikan profesi yang ada di Indonesia, yang merupakan pendidikan
lanjutan bagi para lulusan program studi akuntansi. Berdasarkan penjelasan diatas
maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut :
H2
H3
H4
H5
H1 Pendidikan
Formal (X1)
Tingkat Kualifikasi
Profesi (X2)
Banyaknya Tugas
Pemeriksaan (X3)
Peningkatan
Keahlian Auditor
(Y)
Lamanya
Bekerja (X4)
H6
Pelatihan yang
Diikuti Seorang
Pemeriksa (X5)
6
H2: Tingkat kualifikasi profesi berpengaruh terhadap peningkatan keahlian auditor
Pengaruh Banyaknya Tugas Pemeriksaan Terhadap Peningkatan Keahlian
Auditor
Pengalaman akuntan 6tatis akan terus meningkat seiring dengan makin
banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan
yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang
akuntansi dan auditing (Christiawan, 2002). Dari hasil penelitian Sukriah, Akram dan
Inapty (2009) menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman kerja seorang
auditor maka semakin meningkat kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukan sehingga
mengindikasikan bahwa meningkatnya keahlian auditor dalam melaksanakan
tugasnya.Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut:
H3: Banyaknya Tugas Pemeriksaan berpengaruh terhadap Peningkatan Keahlian
Auditor.
Pengaruh Lamanya Bekerja terhadap Peningkatan Keahlian Auditor
Lamanya audit yang pernah dilakukan oleh seorang auditor serta
kompleksitas transaksi keuangan yang dihadapi akan menambah dan memperluas
pengetahuannyadi bidang akuntansi dan auditing yang pernah diterimanya saat
pendidikan formal dan pelatihan.Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diambil
hipotesis sebagai berikut :
H4: Lamanya Bekerjaberpengaruh terhadap Peningkatan Keahlian Auditor
Pengaruh Pelatihan Yang Di Ikuti Seorang Pemeriksa Terhadap Peningkatan
Keahlian Auditor
Pelatihan merupakan suatu proses pendidikan jangka pendek yang
memiliki tujuan meningkatkan kompetensi, pengetahuan dan keahlian untuk
melaksanakan suatu pekerjaan (Afifah, 2015). Pengetahuan yang diperoleh dari
pelatihan yang diikuti oleh seorang auditor adalah pengetahuan mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan tindakan kecurangan (fraud), sehingga apabila tindak
kecurangan (fraud) terjadi dalam suatu organisasi dapat dicegah dan dideteksi
keberadaannya. Pelatihan inilah yang merupakan salah satu kegiatan pengembangan
auditor untuk meningkatkan keahlian auditor. Berdasarkan penjelasan diatas maka
dapat diambil hipotesis sebagai berikut :
H5: Pelatihan yang di ikuti seorang pemeriksa berpengaruh Terhadap
peningkatan keahlian auditor
H6: pendidikan formal, tingkat kualifikasi profesi, banyaknya tugas pemeriksaan,
lamanya bekerja dan pelatihan yang diikuti seorang pemeriksa berpengaruh terhadap
peningkatan keahlian auditor
7
METODOLOGI PENELITIAN
Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survey. Survey ini dilakukan dengan
cara mengedarkan koesioner yang berisi beberapa pernyataan yang berkaitan dengan
objek peneltian yakni pendidikan formal, tingkat kualifikasi profesi, banyaknya
tugas pemeriksaan, lamanya bekerja dan pelatihan yang diikuti serta keahlian auditor
dalam bidang auditing. Kemudian setiap responden dipersilahkan untuk memberikan
penilaian atas pernyataan tersebut. Selanjutnya jawaban responden tersebut
dianalisis secara statistik dengan bantuan IBM SPSS Version 22. Penelitian ini
dilakukan dalam kurun waktu 4 (empat) bulan untuk masing-masing institusi. Hal ini
diperuntukan agar peneliti dapat lebih dalam menggali informasi dan data primer
untuk setiap instansi. Total waktu yang digunakan peneliti untuk melakukan
penelitian ini sekitar 8 (delapan) bulan dimana 6 (enam) bulan digunakan untuk
turun menggali informasi dan data di inspektorat provinsi Kepulauan Riau dan Kota
Tanjungpinang, sedangkan 2 (dua) bulan lainnya diperuntukan untuk menulis dan
menginterprestasi data kedalam bentuk narasi dimulai sejak bulan Desember 2016
hingga bulan Juli 2017.
Indikator Penelitian
VARIABEL PENGERTIAN INDIKATOR
PENELITIAN
Variabel Dependen
Peningkatan
Keahlian
Auditor
Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara No.
PER/05/M.PAN/03/2008
menyatakan bahwa auditor harus
mempunyai pengetahuan,
keterampilan, dan kompetensi
lainnya yang diperlukan untuk
melaksakan tanggung
jawabnya.Auditor harus memiliki
keahlian yang diperlukan dalam
tugasnya, keahlian ini meliputi
keahlian mengenai audit yang
mencakup antara lain:
merencanakan program kerja
pemeriksaan, menyusun program
kerja pemeriksaan, melaksanakan
program kerja pemeriksaan,
menyusun kertas kerja
pemeriksaan, menyusun berita
1. Merencanakan
Program Kerja Audit
2. Melaksanakan Program
Kerja Audit
3. Menyusun Laporan
Hasil Audit
8
pemeriksaan, dan laporan hasil
pemeriksaan (Praptomo,2002).
Variabel Independen
Pendidikan
Formal
Seorang auditor APIP harus
mempunyai pendididkan formal
minimal Strata satu (S-1) atau
yang setara. Dan kompetensi
teknis yang harus dimiliki oleh
auditor adalah auditing, akuntansi,
administrasi pemerintahan dan
komunikasi
1. Tingkat Pendidikan
Auditor
2. Kompetensi Auditor
Tingkat
Kualifikasi
Profesi
Tenaga ahli intern dan ekstern
yang membantu pelaksanaan
tugas pemeriksaan menurut
Standar Pemeriksaan harus
memiliki kualifikasi atau
sertifikasi yang diperlukan dan
berkewajiban untuk memelihara
kompetensi profesional dalam
bidang keahlian mereka
1. Mutu Personal
(Auditor)
2. Pengetahuan Terkait
Auditing
Banyaknya
Tugas
Pemeriksaan
Pengalaman mempunyai
hubungan yang erat dengan
keahlian auditor, pencapaian
keahlian seorang auditor selain
berasal dari pendidikan formalnya
juga diperluas lagi dengan
pengalaman-pengalaman dalam
praktik audit. Pengalaman
mengaudit didapat dari banyaknya
tugas pemeriksaan yang dilakukan
oleh auditor
1. Jumlah Pemeriksaan
2. Hasil Pemeriksaan
Lamanya
Bekerja
Cakupan waktu bekerja seorang
sebagai auditor dan juga lamanya
waktu yang digunakan oleh
auditor untuk menyelesaikan
tugas audit yang sedang
dikerjakan.
1. Lamanya sebagai
Auditor
2. Waktu yang di
Gunakan
Pelatihan Yang
Di Ikuti Seorang
Pemeriksa
Dalam rangka memenuhi
persyaratan sebagai seorang
profesional, auditor harus
menjalani pelatihan yang cukup,
yang berarti bahwa auditor harus
1. Frekuensi Auditor
dalam Mengikuti
Pelatihan
2. Hasil dari Pelatihan
9
mengikuti perkembangan yang
terjadi dalam dunia usaha dan
profesinya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Adapun tabel kelompok responden berdasarkan jenis kelamin adalah:
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-Laki 13 43%
Perempuan 17 57%
Total 30 100%
Sumber : Data Diolah Penulis (2018)
Berdasarkan tabel diatas maka responden pria sebanyak 13 orang lebih
sedikit dari pada reponden wanita sebanyak 17 orang.
Masa Kerja Frekuensi Persentase
< 3 Tahun 1 3,3%
3 – 5 Tahun 13 43,3%
6 – 10 Tahun 16 53,3%
11 – 15 Tahun 0 0%
> 15 Tahun 0 0%
Total 30 100%
Sumber : Data Diolah Penulis (2018)
Berdasarkan Tabel diatas maka auditor dengan pengalaman antara 6-10
tahun sebanyak 16 (enam belas) orang dan pengalaman paling sedikit dibawah 3
tahun sebanyak 1 (satu) orang.
Masa Kerja Frekuensi Persentase
20 – 30 Tahun 1 3,3%
31 – 40 Tahun 21 70%
41 – 50 Tahun 8 26,4%
51 – 60 Tahun 0 0%
Total 30 100%
Sumber : Data Diolah Penulis (2018)
Berdasarkan Tabel diatas maka auditor terbesar dengan umur antara 31-40
tahun sebanyak 21 (dua puluh satu) orang dan jumlah auditor paling kecil dengan
umur 20-30 tahun sebanyak 1 (satu) orang.
Pendidikan Frekuensi Persentase
S1 28 93%
S2 2 7%
S3 0 0%
Total 30 100%
10
Sumber : Data Diolah Penulis (2018)
Berdasarkan tabel tersebut auditor dengan tingkat pendidikan paling banyak adalah
auditor yang memeiliki ijazah sarjana (S1) yaitu sebanyak 28 (dua puluh delapan)
orang dan terdapat 10tatist dengan jenjang pendidikan S2sebanyak 2 (dua) orang
Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari
nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, (Ghozali,
2013:19).
Tabel 1 Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PENDIDIKAN FORMAL 30 28 40 35.10 3.252 TINGKAT KUALIFIKASI PROFESI
30 26 35 30.50 3.071
BANYAKNYA TUGAS PEMERIKSAAN
30 17 30 23.57 3.857
LAMANYA BEKERJA 30 22 40 30.93 4.660 PELATIHAN YANG DIIKUTI SEORANG PEMERIKSA
30 24 35 29.17 2.866
PENINGKATAN KEAHLIAN AUDITOR
30 47 70 56.90 5.647
Valid N (listwise) 30
Berdasarkan hasil uji validitas terhadap 30 responden atas 10tatistic10
pertanyaan yang digunakan terdapat 11 pertanyaan yang dinyatakan tidak valid
dikarenkan nilai dari r hitngnya lebih kecil dari nilai r tabel. Adapun 10tatistic10
pertanyaan yang dinyatakan tidak valid adalah:
Tabel 4.8. Hasil Rekap Data Tidak Valid
Pertanyaan r Hitung r Tabel Keterangan
QS 1 .131 0.3610 Tidak Valid
QS 2 .326 0.3610 Tidak Valid
QS 5 .354 0.3610 Tidak Valid
QS 9 .299 0.3610 Tidak Valid
QS 27 .323 0.3610 Tidak Valid
QS 30 .311 0.3610 Tidak Valid
QS 33 .328 0.3610 Tidak Valid
QS 36 .275 0.3610 Tidak Valid
QS 43 .301 0.3610 Tidak Valid
QS 44 .287 0.3610 Tidak Valid
QS 45 .259 0.3610 Tidak Valid
Sumber : Data Diolah Penulis (2018)
11
S kon k v i bel dik k n eli bel jik membe ik n nil i (α)
0,70 (Ghozali, 2011:47-48).
Tabel 4.9. Hasil Uji Realibilitas Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha N of Items
.945 50
Sumber : Data Diolah Penulis (2018)
Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada variabel penelitian terhadap 50 (lima puluh)
item pertanyaan diperoleh C onb ch’ lph ebe 0 945 atau 94,5% sehingga
seluruh pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian ini dinyatakan reliable.
Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.Menurut Ghozali (2013:164)
untuk menguji normalitas residual adalah dengan menggunakan uji non parametrik
kolmogorov-smirnov (K-S).Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) dibuat dengan melihat
signifikansi di atas 0,05 berarti data berdistribusi normal.
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 30 Normal Parameters
a,b ,0000000 .0000000
2,66715435 2.70826269 Most Extreme Differences ,091 .134
,063 .134 -,091 -.077
Test Statistic ,499 Asymp. Sig. (2-tailed) ,965
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction.
Adapun hasil pengujian normalitas data setelah dilakukan transformasi data dapat
dilihat pada tabel diatas yang nilai kolmogorov-smirnov adalah 0,499 dan signifikan
sebesar 0,965 karena p-value = 0,965> 0.05, maka Ho diterima yang berarti data
residual terdistribusi secara normal.
Hasil Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen).Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Multikolinearitas
dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF).
Jika nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali,
2013:105).
12
Tabel 4 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients
a
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant) PENDIDIKAN FORMAL ,840 1,191
TINGKAT KUALIFIKASI PROFESI
,352 2,837
BANYAKNYA TUGAS PEMERIKSAAN
,316 3,161
LAMANYA BEKERJA ,382 2,615
PELATIHAN YANG DIIKUTI SEORANG PEMERIKSA
,492 2,034
a. Dependent Variable: PENINGKATAN KEAHLIAN AUDITOR
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pada tabel 4.6 diatas dapat dilihat
bahwa dapat disimpulkan masing - masing variabel independen dalam penelitian ini
memiliki nilai tolerance di atas 0,10 dan nilai VIF (variance inflation factor) di
bawah 10 yang berarti model regresi tidak terjadi masalah multikolinearitas.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain jika sama disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik tidak mengandung heteroskedastisitas. Untuk melihat
heteroskedastisitas, maka dilakukan uji Rank Spearman dengan melihat nilai
signifikan jika > 0,05 maka model regresi tidak mengandung adanya
Heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139).
13
Correlations
Unstandardized
Residual
Spearman's rho
PENDIDIKAN FORMAL Correlation Coefficient ,047
Sig. (2-tailed) ,804
N 30
TINGKAT KUALIFIKASI PROFESI
Correlation Coefficient ,033
Sig. (2-tailed) ,862
N 30
BANYAKNYA TUGAS PEMERIKSAAN
Correlation Coefficient ,009
Sig. (2-tailed) ,962
N 30
LAMANYA BEKERJA Correlation Coefficient ,022
Sig. (2-tailed) ,909
N 30
PELATIHAN YANG DIIKUTI SEORANG PEMERIKSA
Correlation Coefficient ,005
Sig. (2-tailed) ,980
N 30
Unstandardized Residual Correlation Coefficient 1,000
Sig. (2-tailed) .
N 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas pada tabel diatas, bahwa data
penelitian terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Hal ini disebabkan karna nilai
signiufikan unstandarlized residual untuk maisng-masing variabel independen diatas
0,05.
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji-f)
Hasil statistik f pada penelitian ini pada Tabel 4.14 menyajikan bahwa nilai f
hitung sebesar 9,927 dengan probabilitas 0,000 pada tingkat signifikansi yang
digunakan peneliti 0,05 (5%). Karena nilai probabilitas lebih kecil daripada 0,05
mengindikasikan bahwa model penelitian ini dengan variabel independen yang terdiri
dari pendidikan formal, tingkat kualifikasi profesi, banyaknya tugas pemeriksaan,
lamanya bekerja dan pelatihan yang diikuti seorang pemeriksa secara bersama-sama
mempengaruhi pengingkatan keahlian auditor.
14
Tabel 4.14 Hasil Uji f (Simultan) ANOVA
a
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 426,669 5 85,334 9,927 ,000b
Residual 206,298 24 8,596 Total 632,967 29
a. Dependent Variable: PENINGKATAN KEAHLIAN AUDITOR b. Predictors: (Constant), PELATIHAN YANG DIIKUTI SEORANG PEMERIKSA, PENDIDIKAN FORMAL, LAMANYA BEKERJA, BANYAKNYA TUGAS PEMERIKSAAN, TINGKAT KUALIFIKASI PROFESI
.
Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t).
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen. Dengan menentukan taraf
signifikan adalah 0,05. Apabila Thitung > Ttabel atau - Thitung< - Ttabel dan nilai sig < 0,05
maka hipotesis akan diterima sedangkan jika Thitung < Ttabel atau - Thitung> - Ttabel dan
nilai sig > 0,05 maka hipotesis akan ditolak atau tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2013:99).
Tabel 8 Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t) Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 9,269 6,042 1,534 ,138
PENDIDIKAN FORMAL ,087 ,130 ,084 ,664 ,513
TINGKAT KUALIFIKASI PROFESI
,344 ,314 ,215 1,095 ,284
BANYAKNYA TUGAS PEMERIKSAAN
,353 ,251 ,292 1,407 ,172
LAMANYA BEKERJA ,029 ,210 ,026 ,137 ,892
PELATIHAN YANG DIIKUTI SEORANG PEMERIKSA
,918 ,400 ,382 2,298 ,031
a. Dependent Variable: PENINGKATAN KEAHLIAN AUDITOR
Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan, diperoleh ringkasan hasil uji hipotesis
pada Tabel diatas sebagai berikut:
HIPOTESIS PENJELASAN HASIL HASIL
H1 Pendidikan formal
berpengaruh terhadap
Peningkatan Keahlian
Auditor
Pendidikan formaltidak
berpengaruh terhadap
Peningkatan Keahlian
Auditor
T hitung < t table 0,664 < 2,05954
Sig > 0,05 0,513 > 0,05
15
H2 Tingkat kualifikasi
profesi berpengaruh
terhadap peningkatan
keahlian auditor
Tingkat kualifikasi
profesitidak
berpengaruhterhadap
peningkatan keahlian
auditor
T hitung < t table
1,095< 2,05954
Sig > 0,05
0,284> 0,05
H3 Banyaknya Tugas
Pemeriksaan
berpengaruh terhadap
Peningkatan Keahlian
Auditor
Banyaknya Tugas
Pemeriksaan tidak
berpengaruh terhadap
Peningkatan Keahlian
Auditor
T hitung < t table 1,407< 2,05954
Sig > 0,05 0,172 > 0,05
H4 Lamanya
Bekerjaberpengaruh
terhadap Peningkatan
Keahlian Auditor
Lamanya Bekerjatidak
berpengaruhterhadap
Peningkatan Keahlian
Auditor
T hitung < t table 0,137 < 2,05954
Sig > 0,05
0,892 > 0,05
H5 Pelatihan yang di ikuti
seorang pemeriksa
berpengaruh Terhadap
peningkatan keahlian
auditor
Pelatihan yang di ikuti
seorang pemeriksa
berpengaruh Terhadap
peningkatan keahlian
auditor
T hitung > t table 2,298 > 2,05954
Sig <0,05
0,031 < 0,05
H6 Pendidikan formal,
tingkat kualifikasi
profesi, banyaknya
tugas pemeriksaan,
lamanya bekerja dan
pelatihan yang diikuti
seorang pemeriksa
berpengaruh terhadap
peningkatan keahlian
auditor
Pendidikan formal, tingkat
kualifikasi profesi,
banyaknya tugas
pemeriksaan, lamanya
bekerja dan pelatihan yang
diikuti seorang pemeriksa
berpengaruhterhadap
peningkatan keahlian
auditor
Sig < 0,05 0,000< 0,05
16
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,821a ,674 ,606 2,932 2,192
a. Predictors: (Constant), PELATIHAN YANG DIIKUTI SEORANG PEMERIKSA, PENDIDIKAN FORMAL, LAMANYA BEKERJA, BANYAKNYA TUGAS PEMERIKSAAN, TINGKAT KUALIFIKASI PROFESI b. Dependent Variable: PENINGKATAN KEAHLIAN AUDITOR
Hasil nilai adjusted R2 dari variabel pendidikan formal, tingkat kualifikasi
profesi, banyaknya tugas pemeriksaan, lamanya bekerja dan pelatihan yang diikuti
seorang pemeriksa terhadap peningkatan keahlian auditor sebagai variabel dependen
pada Tabel 4.16. diperoleh sebesar 0,606. Hal ini bermakna hanya 60,6% variabel
independen mampu menjelaskan variabel dependennya yaitu peningkatan keahlian
auditor.Sedangkan selebihnya dapat dipengaruhi oleh variabel lainnya.
Pembahasan Hasil Penelitian
Pengaruh Pendidikan Formal Terhadap Peningkatan Keahlian Auditor
Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah, sub bab prinsip-prinsip dasar No. 2210 terkait Latar Belakang
Pendidikan Auditor, seorang auditor APIP harus mempunyai pendidikan formal
minimal Strata satu (S-1) atau yang setara. Dalam hal ini, memiliki jenjang
pendidikan minimal strata satu merupakan sebuah keharusan.Jika dilihat dari
frekuensi data penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang
merupakan auditor di Inspektorat berpendidikan strata 1 sebesar 93%.Ketidak
beragaman data yang diperoleh peneliti inilah yang membuat hasil penelitian tidak
mempengaruhi peningkatan keahlian auditor.Ditambah lagi pada praktiknya dalam
penugasan auditor tidak didominasi latar belakang pendidikan akuntansi dan
manajemen atauoun yang relevan dengan tugas seorang pemeriksa.Hasil dari
penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Gustriani (2013) yang
menyimpulkan bahwa pendidikan formal tidak berpengaruh terhadap peningkatan
keahlian
Pengaruh Tingkat Kualifikasi Profesi Terhadap Peningkatan Keahlian Auditor
Tingkat kualifikasi profesi seperti PPA dapat merepresentasikan
profesionalisme, keahlian dan kompetensi pada pelatihan. Hal ini dipertegas dalam
penelitian Jurnaedi, Musmini dan Armadja (2014) yang menyatakan bahwa seorang
auditor yang telah mengikuti PPA (pendidikan profesi akuntansi) dapat dikatakan
sebagai auditor yang profesional dengan standarisasi kualitas akuntan di Indonesia
dan telah mengikuti pelatihan-pelatihan khusus sebagai auditor.
17
Dalam penelitian ini, responden yang dijadikan objek penelitian adalah
seorang auditor yang sudah memiliki izin untuk menjadi pemeriksa baik dijenjang
pemula dan muda yang telah tersertifikasi. Sehingga nilai dari variabel tingkat
kualifikasi profesi memiliki rata-rata sebesar 30,19 dan standar deviasi sebesar 3,217
dari data tersebut responden menjawab pada kisaran 4 dan 5 dengan demikian untuk
variabel tingkat kualifikasi profesi kecenderungannya diatas rata-rata. Dengan kata
lain, pemeriksa di Inspektorat Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang
sudah memiliki tingkat kualifikasin profesi yang baik karena tinggi rendahnay tingkat
kualifikasi profesi tidak dapat mempengaruhi peningkatan keahlian auditor.
Pengaruh Banyaknya Tugas Pemeriksaan Terhadap Peningkatan Keahlian
Auditor
Pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin
banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan
yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang
akuntansi dan auditing (Christiawan, 2002). Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa
banyaknya tugas pemeriksaan tidak dapat mempengaruhi peningkatan keahlian
auditor, hal ini dapat disebabkan karena semakin banyaknya tugas pemeriksaan tidak
dapat membuat seorang auditor mampu bekerja secara lebih efektif dan terperinci
dikarenakan banyaknya tekanan dan deadline yang diberikan.Dalam penenlitian
Albar (2009) mengatakan bahwa sebanyak apapun pengalaman yang dimiliki oleh
auditor namun tidak dibarengi oleh tugas yang harus dilaksanakan memeriksa seluruh
SKPD yang ada di suatu daerah maka variabel pengelaman tidak berperan terhadap
kinerja auditor.Hal inilah yang mampu mempengaruhi auditor dalam merencanakan,
melaksanakan dan melaporkan hasil dari pemeriksaan.Hasil penelitian ini mendukung
penelitian Gustriani (2013) yang menyimpulkan bahwa pengalaman kerja yang
diukur oleh banyaknya tugas pemeriksaan dan lamanya bekerja tidak mampu
mempengaruhi keahlian auditor
Pengaruh Lamanya Bekerja Terhadap Peningkatan Keahlian Auditor
Lamanya audit yang pernah dilakukan oleh seorang auditor serta
kompleksitas transaksi keuangan yang dihadapi akan menambah dan memperluas
pengetahuannyadi bidang akuntansi dan auditing yang pernah diterimanya saat
pendidikan formal dan pelatihan. Namun dengan lamanya audit yang dilakukan tidak
dapat mempengaruhi peningkatan keahlian auditor secara signifikan. Hal ini dapat
dilihat dari nilai koefisien yang hanya berkisar 0,051 positif.Ketidak signifikannnya
pengaruh dari variabel lamanya bekerja ini dikarenakan keterbatasan dari responden
peneliti yang berakibat dari ketidak beragaman jawaban yang diperoleh.Badjuri
(2012) menyatakan bahwa dalam penugasan profesionalnya, auditor sektor publik
dituntut mampu menjaga kualitas hasil pemeriksaan dengan baik. Tuntutan ini
membuat mereka harus mengikuti prosedur audit secara profesional sehingga mereka
yang baru bekerja sebagai auditor sektor publik maupun yang sudah berpengalaman
18
wajib menjaga kualitas hasil pemeriksaan dan profesionalitas profesinya sebagai
pemeriksa. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Gustriani (2013) dan Amir
(2014) yang menyimpulkan bahwa pengalaman kerja yang diukur oleh banyaknya
tugas pemeriksaan dan lamanya bekerja tidak mampu mempengaruhi keahlian auditor
Pengaruh Pelatihan Yang Di Ikuti Seorang Pemeriksa Terhadap Peningkatan
Keahlian Auditor
Sesuai dengan standar audit yang ditetapkan IAI (SA-IAI) pada standar
m m y ng pe m menyeb k n b hw “ di h dil k n k n oleh eo ng
lebih y ng memiliki ke hli n d n pel ih n ekni c k p eb g i di o ” m k
dari itu, auditor harus menjalani pelatihan yang cukup, yang berarti bahwa auditor
harus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam dunia usaha dan profesinya..
Pengetahuan yang diperoleh dari pelatihan yang diikuti oleh seorang
auditor adalah pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan tindakan
kecurangan (fraud), sehingga apabila tindak kecurangan (fraud) terjadi dalam suatu
organisasi dapat dicegah dan dideteksi keberadaannya. Pelatihan inilah yang
merupakan salah satu kegiatan pengembangan auditor untuk meningkatkan keahlian
auditor
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Variabel pendidikan formal tidak berpengaruh terhadap peningkatan
keahlian auditor
2. Variabel tingkat kualifikasi profesi tidak berpengaruh terhadap peningkatan
keahlian auditor
3. Variabel banyaknya tugas pemeriksaan tidak berpengaruh terhadap
peningkatan keahlian auditor
4. Variabel lamanya bekerja tidak berpengaruh terhadap peningkatan keahlian
auditor
5. Variabel pelatihan yang diikuti seorang pemeriksa berpengaruh terhadpa
peningkatan keahlian auditor
6. Variabel pendidikan formal, tingkat kualifikasi profesi, banyaknya tugas
pemeriksaan, lamanya bekerja dan pelatihan yang diikuti seorang pemeriksa
berpengaruh secara simultan terhadap peningkatan keahlian auditor
Saran Adapun saran yang dapat direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya
berdasarkan keterbatasan yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah disimpulkan diatas, maka
penelitian selanjutnya diharapkan dapat mencari dan menguji fakor-faktor
lainnya yang mampu mempengaruhi peningkatan keahlian auditor.
19
2. Untuk penelitian selanjutnya agar dapat memperluas area penelitian agar
keberagaman responden lebih banyak lagi serta dapat memperpanjang
jangka waktu penelitian untuk memperdalam jawaban atas koesioner yang
diisi.
20
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Binti. 2015. Pengaruh Pengalaman, Pelatihan Profesional Dan Tindakan
Supervisi Terhadap Profesionalisme Auditor Pemula (Studi Empiris Pada
Kantor Akuntan Publik Di Yogyakarta). Skripsi: Universitas Negeri
Yogyakarta
Albar, Zulkifli. 2009. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pendidikan Berkelanjutan,
Komitmen Organisasi, Sistem Reward, Pengalaman Dan Motivasi Auditor
Terhadap Kinerja Auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Tesis:
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan
Amir, Yunita. 2014. Pengaruh Pengalaman Audit Terhadap Peningkatan Keahlian
Auditor. Skripsi: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Hasanuddin
Badjuri, Achmad. 2012. Analysis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil
Pemeriksaan Audit Sektor Publik (Studi Empiris Pada Bpkp Perwakilan
Jawa Tengah). Dinamika Akuntansi, Keuangan Dan Perbankan, Nopember
2012, Hal: 120 - 135 Vol. 1, No. 2. Issn: 1979-4878
Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor publik : Suatu pengantar, Jakarta : Erlangga
Christiawan, Yulius Jogi. 2002. Kompetensi Dan Independensi Akuntan Publik :
Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 4, No.
2, Nopember 2002: 79 - 92
Darise. Nurlan. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah (Akuntansi Sektor Publik). PT.
Indeks: Jakarta
Dianawati, Ni Made Diah & Ramantha, Wayan. 2013. Pengaruh Independensi,
Keahlian Profesional Dan Pengalaman Kerja Auditor Internal Terhadap
Efektivitas Struktur Pengendalian Internal Bank Perkreditan Rakyat Di
Kabupaten Gianyar. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.3 (2013):
439-450. Issn: 2302-8556
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Gustiriani. 2013. Pengaruh Pendidikan Formal, Pengalaman Kerja, Tingkat
Kualifikasi Profesi Dan Pengembangan Profesional Berkelanjutan
Terhadap Peningkatan Keahlian Auditor Pada Inspektorat Se-Provinsi
Kepulauan Riau. Naskah Publikasi Skripsi: Universitas Maritim Raja Ali
Haji Tanjungpinang
Jurnaedi, Putu Gede; Musmini, Lucy Sri; Atmadja, Anantawikrama
Tungga.2014.Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal, Pengalaman Kerja,
Tingkat Kualifikasi Profesi Dan Etika Profesi Terhadap Kualitas Audit
21
(Studi Kasus Pada Inspektorat Di Kabupaten Klungkung Dan Kabupaten
Gianyar). E-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi
Program S1 (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
Lubis, Haslinda. 2009. Pengaruh Keahlian, Independensi, Kecermatan Profesional
Dan Kepatuhan Pada Kode Etik Terhadap Kualitas Auditor Pada
Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Tesis: Sekolah Pascasajana
Universitas Sumatera Utara
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Andi Yogyakarta: Yogyakarta
Mulyadi, 2002. Auditing, Buku Dua, Edisi Ke Enam, Salemba Empat, Jakarta
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Negara Republik Indonesia Nomor 01 Tahun
2007 Tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: Per/05/M.Pan/03/2008
Tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah
Praptomo. 2002. Aturan Perilaku Auditor, Pusdiklat BPKP
Priyatno, D. 2010. Paham Analisis Statistik Data Dengan SPSS. Yogyakarta:
MediaKom
Ulum MD, Ihyaul. 2012. Audit Sektor Publik Suatu Pengantar. Bumi Aksara. Jakarta
Suharyadi dan Purwanto S.K. 2009.Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern.
Jakarta: Salemba Empat.
Sukriah, Ika. Akram dan Biana Adha Inapty. 2009. Pengaruh Pengalaman Kerja,
Independensi, Obyektivitas, Integritas dan Kompetensi terhadap Kualitas
Hasil Pemeriksaan. Simposium Nasional Akuntansi XII