pengaruh pendidikan agama islam yang diberikan orang tua

135
PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM YANG DIBERIKAN ORANG TUA DALAM KELUARGA TERHADAP KUALITAS KEAGAMAAN SISWA (Studi Kasus terhadap Siswa Kelas VIII MTs Al-Muawanah Cianjur Tahun Pelajaran 2010-2011) SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Menyelesaikan Program Strata 1 Program Studi Pendidikan Agama Islam oleh YANTI EPRIYANTI NIMKO : 2777.2007 NO POKOK : 0708150 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH ”ASH-SHIDDIQIN” CIANJUR 2011 M – 1432 H

Upload: harry-d-fauzi

Post on 27-Dec-2015

34 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Skripsi Ilmu Pendidikan tentang pengaruh pendidikan agama Islam yang diberikan orang tua siswa terhadap perilaku siswa di sekolah

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM YANG DIBERIKAN ORANG TUA DALAM KELUARGA TERHADAP KUALITAS KEAGAMAAN SISWA

(Studi Kasus terhadap Siswa Kelas VIII MTs Al-Muawanah Cianjur

Tahun Pelajaran 2010-2011)

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Menyelesaikan Program Strata 1 Program Studi Pendidikan Agama Islam

oleh YANTI EPRIYANTI NIMKO : 2777.2007

NO POKOK : 0708150

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH ”ASH-SHIDDIQIN” CIANJUR

2011 M – 1432 H

Page 2: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

31

MOTTO

Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman tentang Al-Quraan dan As-Sunnah) kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi al-hikmah itu, dia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran. (QS Al-Baqarah : 269)

Persembahan sederhana untuk Ayahanda dan Ibunda

yang tanpa lelah mendorong, mencintai, dan memberikan dukungan bagi kehidupanku menuju Ridla Allah

Page 3: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

32

ABSTRAK YANTI EPRIYANTI: ”Pengaruh Pendidikan Agama Islam yang Diberikan Orang Tua dalam Keluarga Terhadap Kualitas Keagamaan Siswa (Studi Kasus terhadap Siswa Kelas VIII MTs Al-Muawanah Cianjur Tahun Pelajaran 2010-2011)”

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang membentuk kepribadian snak. Pendidikan melalui lingkungan keluarga akan menentukan perkembangan sikap dan perilaku anak di kemudian hari dalam kehidupannya. Melalui lingkungan eluarga pula kualitas keagamaan anak akan terbentuk.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) cara orang tua menerapkan pendidikan keagamaan putra-putrinya yang duduk di MTs Swasta Al-Muawanah Cianjur melalui pendidikan dalam lingkungan keluarga, (2) aktivitas keagamaan para siswa MTs Swasta Al-Muawanah Cianjur sehari-hari, dan (3) pengaruh pendidikan keagamaan yang dibentuk orang tua di lingkungan keluarga terhadap kualitas keagamaan siswa kelas VIII MTs Swasta Al-Muawanah Cianjur. Populasi yang dipilih adalah siswa kelas VIII MTs Al-Muawanah Cianjur pada tahun pelajaran 2010 – 2011 dengan sampel siswa kelas VIII yang berjumlah 48 orang

Berdasarkan hasil analisis dari penilaian yang dilakukan atas angket yang masuk dari responden, dapat disusun kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut.

Cara orang tua dalam menanamkan akidah ke dalam diri putra-putrinya yang bersekolah di kelas VIII MTs Al-Muawanah Cianjur melalui pendidikan di lingkungan keluarga ternyata berada pada tingkat yang sangat baik. Data penelitian sebanyak 93,712 % orang tua siswa ternyata memiliki motivasi yang sangat tinggi dalam hal mendidik dan menanamkan masalah akidah ini kepada anak-anaknya.

Berdasarkan pengamatan guru atas aktivitas keagamaan siswa di lingkungan sekolah dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa pada umumnya memiliki aktivitas keagamaan yang relatif cukup baik. Para siswa berusaha tidak meninggalkan shalat wajib serta melaksanakan shalat-shalat sunat secara teratur. Siswa juga secara teratur membaca Al-Quran melalui berbagai cara, seperti mengikuti kegiatan pengajian, belajar mengaji di luar rumah, atau membaca Al-Quran sendiri di rumah.

Kualitas dan aktivitas keagamaan siswa kelas VIII MTs Al-Muawanah Cianjur sebagai wujud konkret pembinaan keagamaan orang ta siswa melalui lingkungan keluarga ternyata dalam tingkat yang sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan angka persentase kumulatif kualitas dan aktivitas keagamaan siswa yang berada pada angka 91,49 %. Angka ini sangat signifikan mengingat proses pembinaan keagamaan di lingkung-an keluarga (dan mungkin juga di sekolah) berada pada taraf yang rata-rata sebagaimana lazimnya keluarga muslim di kabupaten Cianjur. Aspek lain yang perlu memperoleh perhatian adalah faktor lingkungan yang kondusif sangat berpengaruh terhadap pembentukan kebiasaan beribadah siswa secara keseluruhan.

Page 4: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan

utama diterima anak. Orang tua berkewajiban umtuk memberikan perhatian serta

memelihara, mendidik, dan memberikan pandangan kepada anak-anaknya berupa

kasih sayang, kewajiban, dan tanggung jawab. Pada diri orang tua, mendidik anak

merupakan aspek naluriah yang timbul dengan sendirinya secara alami, tidak

karena dipaksa atau disuruh oleh orang lain. Demikian pula perasaan kasih sayang

orang tua terhadap anak-anaknya adalah kasih sayang yang timbul secara spontan

dan alamiah.

Seorang anak menerima kasih sayang dari orang tuanya, tempat ia

mencurahkan isi hatinya. Di rumah, anak merasa satu dengan keluarganya, tidak

merasa asing seperti ketika ia berada di luar lingkungan rumah. Kondisi alamiah

seperti inilah yang dapat dijadikan landasan bagi proses pembinaan dan

pendidikan anak di dalam lingkungan keluarga.

Konsep dasar pertama yang harus ditanamkan kepada anak adalah masalah

agidah dalam membentuk keimanan yang teguh kepada Allah. Konsep aqidah ini

merupakan landasan utama dalam membentuk karakter anak di masa mendatang.

Hanya dengan keyakinan dan keimanan yang teguh kepada Allah yang tertanam

dalam diri anak, orang tua akan mampu membimbing dan membentuk kepribadian

anak ke arah yang diinginkannya.

1

Page 5: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

34

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, Surat Adz-Dzariyat, ayat 56

berikut.

”Dan (tidak semata-mata) Aku ciptakan jin dan manusia melainkan

supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (Bachtiar Surin,1986:2261).

Firman Allah SWT dalam surat di atas memberikan pedoman kepada

seluruh manusia bahwa pada intinya manusia hidup untuk mengabdi kepada-Nya

sesuai dengan yang disyariatkan. Tujuan pendidikan agama Islam yang

dikembangkan di lingkungan sekolah dan rumah pada dasarnya adalah

membimbing anak agar menjadi muslim sejati yang memiliki keimanan tegug,

berakhlak mulia, beramal shaleh, serta berguna bagi agama, masyarakat, dan

bangsanya.

Pendidikan pada masa sekarang ini terlalu dipersempit pada

pengembangan kecerdasan pikir yang diukur dengan IQ saja. Pengertian ini harus

digeser pada pemahaman bahwa sebenarnya setiap orang memiliki kecerdasan

jamak/majemuk. Pendidikan dan pembelajaran seharusnya memobilisasi

kecerdasan jamak/majemuk. Artinya, sekolah dalam menyusun kurikulum, atau

pendidik dalam menyusun proses pembelajaran, atau orang tua dalam mendidik

dan melatih putra-putrinya, bertanya bagai-mana dapat membantu sebaik mungkin

anak-anak yang memiliki kecerdas-an emosional, kecerdasan spiritual, kecerdasan

logika-bahasa (bercerita), musik, berelasi dan berkomunikasi, kecerdasan logika-

Page 6: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

35

matematika, kecerdasan gerakan badan, kecerdasan ruang, dan kecerdasan intra

pribadi.

Pendidikan Islam pada dasarnya menekankan kepada keseimbangan

kecerdasan rohani, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, serta kecerdasan

adversarial yang merupakan dasar pengembangan kecakapan hidup manusia yang

sesungguhnya. Kecerdasan rohani atau kecerdasan spiritual sesungguhnya harus

sudah mulai dibina sejak anak-anak berada di dalam lingkungan keluarganya.

Peran orangtua siswa sangatlah menentu-kan dalam menumbuhkan dan

mengembangkan kecerdasan spiritual ini.

Kecerdasan spiritual ini tidak mungkin tumbuh pada diri seseorang apabila

ia tidak meyakini suatu agama. Pendidikan dalam Islam harus dimulai dari

penanaman aqidah yang kokoh pada diri siswa, yang kemudian dilanjutkan

dengan penanaman kesadaran nilai-nilai ibadah dan akhlaq. Masalah-masalah

pendalaman dan pengembangan pengetahuan dalam masalah-masalah keagamaan

akan berkembang dengan sendirinya ketika anak telah berada pada jalur atau

jenjang pendidikan formal atau informal.

Hal ini ditegaskan oleh firman Allah SWT dalam QS Luqman:13 sebagai

berikut.

Artinya: ”Dan ingatlah ketika Luqman mengajari anaknya, “Hai anakku!

Janganlah engkau mempersekutukan Allah! Sebab musyrik itu adalah

dosa yang amat besar.” (Bachtiar Surin,1986:1735)

Page 7: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

36

Secara esensial firman Allah tersebut menekankan bahwa pendidikan yang

pertama kali harus ditekankan kepada anak adalah masalah aqidah, yakni tidak

mempersekutukan Allah. Inilah landasan pendidikan yang akan menopang segala

jenis ilmu pengetahuan yang akan diterima oleh anak. Dengan demikian, orang

tua merupakan pembina dan pendidik pertama bagi pribadi anak. Orang tua adalah

tokoh yang kemudian akan selalu ditiru oleh anak dalam perilaku sehari-harinya.

Bahkan, sikap perilaku orang tua akan turut pula membentuk kepribadian anak di

kemudian hari.

Pendidikan dengan menampilkan perilaku nyata keseharian yang sesuai

dengan tuntutan agama adalah contoh yang mudah ditiru oleh anak. Membiasakan

diri melantunkan Al-Quran, shalat tepat pada waktunya, kebiasaan berdzikir,

memberi shadaqah, dan sebagainya adalah tindakan-tindakan yang akan dengan

mudah ditiru oleh anak. Pada konteks inilah pendidikan dasar keagamaan

diterapkan dalam keluarga, khususnya pada diri anak oleh orang tua.

Atas dasar uraian tersebut di atas, penelitian tentang ”Pengaruh Pendidikan

Agama Islam yang Diberikan Orang Tua dalam Keluarga terhadap Kualitas

Keagamaan Siswa” ini perlu dilakukan. Penelitian ini merupakan studi deskriptif

pada siswa Madrasah Tsanawiyah Swasta Al-Muawanah, di kecamatan Cianjur,

Kabupaten Cianjur.

Page 8: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

37

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini tidak meluas, maka

masalah dalam penelitian ini perlu dibatasi. Permasalahan tersebut meliputi aspek-

aspek berikut ini.

a. Pendidikan keagamaan yang diterapkan dalam lingkungan keluarga

atau orang tua terhadap siswa meliputi penanaman akidah, pelaksanaan

shalat lima waktu, membaca dan mempelajari Al-Qur’an, serta

pendidikan akhlak.

b. Aktivitas keagamaan yang diamati dalam penelitian ini meliputi

aktivitas siswa dalam melaksanakan shalat wajib dan bersikap santun

terhadap orang lain.

2. Rumusan Masalah

Semua jenis penelitian apa pun akan dimulai dengan cara merumuskan

masalahnya. Suyatna (2000:7) mengemukakan bahwa mengidenti-fikasikan

masalah itu merupakan bagian yang paling sulit dalam proses penelitian. Yang

harus dirumuskan bukan sekedar ruang lingkupnya saja, melainkan juga

penjabaran masalahnya itu ke dalam bentuk khusus yang spesifik.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini disusun dalam bentuk

pertanyaan di bawah ini.

Page 9: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

38

a. Bagaimanakah cara orang tua menerapkan pendidikan keagamaan

terhadap putra-putrinya yang duduk di kelas VIII MTs Swasta Al-

Muawanah Cianjur dalam lingkungan keluarga?

b. Bagaimanakah aktivitas keagamaan para siswa kelas VIII MTs Swasta Al-

Muawanah Cianjur dalam kehidupan sehari-hari?

c. Bagaimanakah pengaruh pendidikan keagamaan yang dibentuk orang tua

di lingkungan keluarga terhadap kualitas keagamaan siswa kelas VIII MTs

Swasta Al-Muawanah Cianjur?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Mendeskripsikan cara orang tua menerapkan pendidikan keagamaan putra-

putrinya yang duduk di MTs Swasta Al-Muawanah Cianjur melalui

pendidikan dalam lingkungan keluarga.

2. Mendeskripsikan aktivitas keagamaan para siswa MTs Swasta Al-

Muawanah Cianjur sehari-hari.

3. Mendeskripsikan pengaruh pendidikan keagamaan yang dibentuk orang

tua di lingkungan keluarga terhadap kualitas keagamaan siswa kelas VIII

MTs Swasta Al-Muawanah Cianjur.

Page 10: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

39

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan

sumbangan pemikiran dalam pengembangan pembinaan dan penanaman

pendidikan agama Islam pada siswa melalui lingkungan keluarga, khususnya

orang tua siswa.

2. Manfaat Praktis

Sekecil apapun makna penelitian ini, penulis berharap memiliki makna

yang bermanfaat bagi guru, orang tua siswa, maupun lembaga pendidikan yang

terkait, terutama bagi penulis sendiri. Proses dan hasil penelitian ini diharapkan

dapat menggugah kesadaran orang tua siswa akan pentingnya pembinaan

pendidikan agama Islam, khususnya penanaman nilai-nilai akidah serta

pelaksanaan kewajiban-kewajiban pokok selaku Muslim sebagai bekal hidup

mereka kelak di kemudian hari. Lebih sederhana lagi, diharapkan siswa

termotivasi untuk lebih mengembangkan pemahaman nilai-nilai keagamaan

sebagai pokok kewajiban yang penting.

Bagi guru, penelitian ini diharapkan akan menjadi salah satu alternatif

dalam pengembangan model dan metode pembinaan nilai-nilai pendidikan agama

Islam. Guru yang bijaksana adalah guru yang mampu menerapkan metode teknik

yang tepat dalam situasi pembelajaran yang tepat. Sesederhana apapun model

pembinaan siswa yang dipaparkan dalam penelitian ini akan menjadi pilihan yang

tepat jika diterapkan dalam situasi yang tepat pula.

Page 11: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

40

Selanjutnya, bagi lembaga pendidikan terkait, diharapkan keber-hasilan

penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu

pengetahuan, khususnya perkembangan dunia pen-didikan dan pengajaran. Lebih

jauh lagi, penulis berharap pula jika hasil penelitian ini dapat menjadi sumber

inspirasi bagi siapa pun yang ber-minat melakukan penelitian serupa di masa

mendatang.

E. Kerangka Pemikiran

Permasalahan pendidikan agama Islam bukanlah permasalahan adminis-

tratif kurikulum pendidikan di sekolah, melainkan permasalahan pembentukan

sikap dasar dan nilai-nilai keimanan individu. Oleh karena itu, pelaksanaan

pendidikan agama Islam bukan semata-mata menjadi tanggung jawab sekolah,

melainkan juga (dan terutama) tanggung jawab orang tua dan keluarga.

Kurikulum Standar Isi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (BSNP,

2005:3) mengemukakan bahwa ”Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan

terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam meng-

amalkan ajaran agama Islam dari sumber kita suci Al-Quran dan Hadits, melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalam-an.

Dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya

dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat sehingga terwujud

kesatuan dan persatuan bangsa.”

Page 12: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

41

Pendidikan dasar-dasar keislaman ini dalam Al-Quran telah dikisahkan

melalui pendidikan yang diterapkan Luqman kepada anak-anaknya, sebagaimana

dikutip dari QS Luqman: 16-19 berikut ini.

Artinya:

(Luqman berkata): ”Hai anakku, sesungguhnya jika ada sesuatu perbuatan baik maupun buruk sekalipun seberat biji sawi yang tersembunyi dalam batu karang, atau di mana pun juga baik di langit maupun di bumi ini, kelak akan diperhitungkan juga oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Halus dan Maha Mengetahui.

”Anakku! Kerjakanlah shalat, anjurkanlah perbuatan yang baik, cegahlah perbuatan keji dan bersabarlah terhadap kemalangan yang menimpamu. Sesungguhnya semua itu termasuk hal-hal yang menjadi inisari hidup, mengandung manfaat adiguna di dunia dan di akhirat.”

”Dan janganlah kamu membuang muka dengan sombong terhadap orang yang sedang berbicara denganmu, dan janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh. Allah sungguh-sungguh tidak senang terhadap semua orang sombong lagi angkuh.”

”Selanjutnya, sederhana sajalah dalam berjalan, dan lemah lembutlah dalam ucapan! Sesungguhnya suara yang paling buruk ialah suara keledai.” (Bachtiar Surin, 1986:1736-1738).

Page 13: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

42

Keempat ayat tersebut merupakan pendidikan bagi seluruh manusia untuk

berpegang teguh kepada akidah Islam, mengerjakan kewajiban-kewajiban yang

disyariatkan, serta memiliki akhlak yang mulia.

Berkaitan dengan pendidikan tersebut, Rasulullah SAW memberikan

penegasan sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud

sebagai berikut.

”Amer ibnu Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya berkata: Rasulullah bersabda: ”Perintahkan anak-anakmu mengerjakan shalat di kala mereka berumur tujuh tahun, dan bertindak keraslah/pukullah mereka karena tidak mengerjakannya di kala mereka berusia sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidurnya.” (Ash-Shidiqqy, 1970:35).

Hadits di atas memberikan peringatan kepada ummat Islam agar melak-

sanakan pendidikan anak sejak dini yang dimulai dari penanaman akidah dan

ibadah penting, yakni shalat. Rasulullah SAW sangat menekankan pentingnya

shalat ini dalam pendidikan anak.

Sejalan dengan sabda Rasulullah SAW tersebut, Dr. Zakiyah Daradjat,

dalam Priyatno (1978:30), berpesan kepada para orang tua bahwa setiap orang tua

hendaknya dapat menggerakkan hati anak-anaknya, hati para remajanya, untuk

selalu terbuka dalam menerima dan menimba ilmu pengetahuan. Dan satu hal

yang juga penting, pembinaan jiwa agama supaya dapat dihidupkan dalam

Page 14: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

43

kepribadian anak-anaknya serta tumbuhkan jiwa optimis bahwa Allah itu Maha

Pengasih dan Maha Penyayang dan selalu melimpahkan ilmunya kepada setiap

manusia yang berusaha meraihnya.

Page 15: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

44

BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Belajar Menurut Pandangan Islam

Islam memberikan motivasi kepada masyarakat bahwa belajar itu

merupakan kewajiban yang penting. Kewajiban ini berdampak pada kegiatan

belajar yang harus dilakukan baik dalam dan terhadap lingkungan kehidupannya.

Sebagai ilustrasi, agama Islam memberikan dorongan kuat kepada pemeluknya

agar senantiasa belajar. Syarat utama yang perlu dimiliki oleh setoap individu

untuk melakukan kegiatan belajar adalah membaca. Oleh sebab itu, wahyu

pertama yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, untuk disampaikan kepada

seluruh manusia, adalah perintah untuk membaca dalam Al-Quran, Surah AL-

‘Alaq, ayat 1.

”Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menjadikan”

(Bachtiar Surin,1986:2693)

Kewajiban ummat untuk belajar ini dipertegas oleh Rasulullah SAW

dalam sabdanya ”Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi umat Islam, baik

laki-laki maupun perempuan” (Tholabul ‘ilmi faridlatun ‘ala kulli muslimin

wal-muslimat), serta ”Tuntutlah ilmu sejak dalam buaian hingga ke liang

lahat” (Uthlubul ‘ilma minal mahdi ilal ahdi). Kedua sabda Rasulullah SAW

12

Page 16: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

45

tersebut sangatlah tegas dipahami bahwa kewajiban yang harus dilakukan oleh

setiap muslim selama hidupnya adalah belajar. Dengan demikian, kegiatan belajar

memiliki motivasi ibadah yaitu untuk melakukan kewajiban yang telah ditteapkan

Allah SWT dan Rasul-Nya.

Menurut Islam, belajar adalah kunci utama untuk mencapai kemajuan dan

kebahagiaan. Belajar dalam pengertian ini adalah proses pencarian dan

penguasaan ilmu untuk diterapkan dalam kehidupan. Sabda Rasulullah SAW yang

menjelaskan ”Barangsiapa ingin memperoleh kebahagiaan di dunia, maka ia harus

menguasai ilmu. Barang siapa yang ingin meraih kebahaigiaan di akhirat, maka ia

harus menguasai ilmu, dan barang siapa yang ingin mendapatkan kebahagiaan

keduanya, maka ia harus menguasai ilmu.”

Keutamaan ilmu ini memegang peranan penting dalam ajaran Islam

sehingga Allah berkali-kali menegaskan kedudukannya dalam Al-Quran, Surah

Al-Mujadalah:11 berikut.

”Allah meninggikan derajat orang yang berilmu di antara kamu

dan orang-orang yang berilmu pengetahuan.” (Bachtiar Surin,

1986:2375).

Hal yang sama juga dapat dilihat pada Surah Al-Fathiir:28 berikut ini.

Page 17: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

46

”Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata, dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warna dan jenisnya. Sesungguhnya orang yang bertakwa kepada Allah dari hamba-hambanya itu adalah orang-orang yang berilmu pengetahuan. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (Bachtiar Surin,19861849)

Orang yang berpengatahuan yang tidak mau mengajarkan ilmu yang

dikuasainya itu mendapatkan ancaman yang berat dari Allah SWT. sebagaimana

yang disampaikan oleh Rasulullah SAW:

”Barang siapa yang ditanya tentang ilmu kemudian menyimpan

ilmunya (tidak mau mengajarkannya), maka Allah akan mengekang dia (orang

yang berilmu itu) dengan api neraka pada hari kiamat.”

Bagi semua muslim ada kewajiban untuk mencari ilmu kepada siapa saja

yang dianggap lebih tinggi ilmunya atau lebih menguasai sesuatu dari pada

dirinya. Hal ini ditegaskan beberapa kali dalam Al-Quran, dan di antaranya dalam

surah An-Nahl ayat 43 berikut.

”Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang-orang yang berilmupengetahuan jika kamu tidak mengetahuinya” (Bachtiar Surin,1986:1099).

Page 18: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

47

Dalam surah Al-Ankabuut ayat 43, Allah bahkan mensyaratkan ilmu

pengetahuan sebagai dasar untuk memahami segala sesuatu fenomena yang terjadi

di muka bumi ini.

”Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia,

dan tiada yang dapat memahaminya kecuali orang yang berilmu”

(Bachtiar Surin, 1986:1688).

Berdasarkan ayat-ayat Al-Quran serta sabda Rasulullah di atas dapat

disimpulkan bahwa memang sejak semula Islam meletakkan dasar-dasar adanya

kewajiban belajar dan mengajar. Tinggallah kita sebagai ummat Islam dapat

memikirkan bagaimana masyarakat dapat menerima pendidikan secara layak serta

memudahkan mereka dalam memperoleh ilmu pengetahuan sebagai bekal bagi

kelangsungan hidupnya di muka bumi ini. Pada firman-firman Allah SWT dan

sabda Rasulullah SAW selalu ditekankan bahwa keimanan dan ketakwaan

merupakan landasan utama bagi manusia dalam mencari dan menyampaikan ilmu

pengetahuannya. Mencari dan menyampaikan ilmu pengetahuan yang didasari

keimanan dan ketakwaan akan membawa manusia ke arah kesejukan, kedamaian,

dan kerendahan hati. Orang yang melandasi dirinya dengan keimanan dan

ketakwaan dalam mencari ilmu dan menyebarkan ilmu, tidak akan didapati

kesombongan dan sifat riya dalam dirinya.

Page 19: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

48

Dalam hubungan ini, Imam Ghazali berpendapat bahwa ”spesifikasi ilmu

pengetahuan seseorang tidaklah mengotori ilmu yang dimiliki oleh orang lain

dalam diri atau jiwa murid-muridnya. Para pendidik harus memiliki adab yang

baik karena murid akan selalu melihat gurunya sebagai contoh yang harus

diteladani. Perilaku guru akan selalu diikuti oleh muridnya, begitu pula

sebaliknya.”

B. Peran Orang Tua dalam Pembinaan Anak

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, khususnya pada pasal 7 ayat (2), mengemukakan bahwa ”Orang tua dari

anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada

anaknya.” Ayat tersebut mengungkapkan bahwa orang tua berkewajiban

memberikan pendidikan dasar kepada anaknya yang masih berada dalam usia

wajib belajar. Usia wajib belajar yang dimaksud tersebut adalah anak yang berusia

mulai tujuh tahun sampai dengan lima belas tahun.

Harapan terbesar orang tua adalah ingin memiliki anak yang soleh, sopan,

pandai bergaul, pintar dan sukses, tetapi harapan besar ini jangan sampai menjadi

tinggal harapan saja. Bagaimana orang tua untuk mewujudkan harapan tersebut,

itulah yang paling penting.

Kedudukan dan fungsi suatu keluarga dalam kehidupan manusia

sangatlah penting dan fundamental, keluarga pada hakekatnya

merupakan wadah pembentukan masing-masing anggotanya, terutama

anak-anak yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orang

Page 20: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

49

tuanya. Perkembangan anak pada umumnya meliputi keadaan fisik,

emosional sosial dan intelektual. Bila kesemuanya berjalan secara

baik maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut dalam keadaan sehat

jiwanya. Dalam perkembangan jiwa terdapat periode-periode kritis

yang berarti bahwa bila periode-periode ini tidak dapat dilalui

dengan baik, maka akan timbul gejala-gejala yang menunjukan

misalnya keterlambatan, ketegangan, kesulitan penyesuaian diri dan kepribadian

yang terganggu. Lebih jauh lagi bahkan tugas sebagai makhluk sosial untuk

mengadakan hubungan antar manusia yang memuaskan baik untuk diri sendiri

maupun untuk orang di lingkungannya akan gagal sama sekali.

Peran orang tua dalam hal pendidikan anak sudah seharusnya

berada pada urutan pertama, para orang tualah yang paling mengerti

benar akan sifat-sifat baik dan buruk anak-anaknya, apa saja yang

mereka sukai dan apa saja yang mereka tidak sukai. Para orang tua

adalah yang pertama kali tahu bagaimana perubahan dan perkembangan

karakter dan kepribadian anak-anaknya, hal-hal apa saja yang

membuat anaknya malu dan hal-hal apa saja yang membuat anaknya

takut. Para orang tualah yang nantinya akan menjadikan anak-anak

mereka seorang yang memiliki kepribadian baik ataukah buruk.

Peran orang tua dalam pendidikan adalah membangun fondasi

akidah dan akhlak pada diri anak sehingga anak memiliki dasar yang

Page 21: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

50

kuat dalam mengikuti pembelajaran lainnya di sekolah maupun di

lingkungannya. Hal-hal yang disampaikan oleh Lukman Al-Hakim dalam

surah Luqman diawali dengan penanaman akidah pada diri anak.

Artinya: ”Dan ingatlah ketika Luqman mengajari anaknya, “Hai anakku!

Janganlah engkau mempersekutukan Allah! Sebab musyrik itu

adalah dosa yang amat besar.” (Bachtiar Surin,1986:1735)

Konsep akidah yang ditanamkan Lukman kepada anaknya ini

diperkokoh oleh sebuah hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh

Sumawaih, Ibunu ‘Adi, ‘Uqaili, Kharaithi, Khatib, Ibnu ‘Asakir

dan Rafi’i dari Anas r.a berikut ini.

Artinya: ”Ini adalah agama yang telah Kuridlai untuk diri-Ku sendiri, dan tidak dapat dimanfaatkan kecuali dalam perbuatan murah hati dan akhlak yang baik. Karena itu, jadikanlah mulia dengan kedua sifat itu selama kalian menganutnya.” (Al-Fasyani, 1999:157)

Allah SWT telah memilih agama Islam untuk dirinya sebagai

agama yang diridlai-Nya. Oleh karena itu, Allah tidak akan

Page 22: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

51

menerima hamba-Nya selain dalam agama Islam. Hal ini ditegaskan

pula dalam Al-Quran surah Ali Imran ayat 85 berikut ini.

”Maka, barangsiapa yang berusaha memeluk agama selain agama

Islam, tidaklah akan diterima agamanya, dan kelak di akhirat dia

termasuk orang-orang yang merugi” (Bachtiar Surin,1986:241)

Setelah akidah kokoh pada diri anak, maka dimulailah

penanaman nilai-nilai akhlak dan ibadah berikutnya. Hal ini

difirmankan Allah dalam surah Lukman ayat 16-19 sebagai berikut.

Artinya:

(Luqman berkata): ”Hai anakku, sesungguhnya jika ada sesuatu perbuatan baik maupun buruk sekalipun seberat biji sawi yang

Page 23: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

52

tersembunyi dalam batu karang, atau di mana pun juga baik di langit maupun di bumi ini, kelak akan diperhitungkan juga oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Halus dan Maha Mengetahui.

”Anakku! Kerjakanlah shalat, anjurkanlah perbuatan yang baik, cegahlah perbuatan keji dan bersabarlah terhadap kemalangan yang menimpamu. Sesungguhnya semua itu termasuk hal-hal yang menjadi inisari hidup, mengandung manfaat adiguna di dunia dan di akhirat.”

”Dan janganlah kamu membuang muka dengan sombong terhadap orang yang sedang berbicara denganmu, dan janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh. Allah sungguh-sungguh tidak senang terhadap semua orang sombong lagi angkuh.”

”Selanjutnya, sederhana sajalah dalam berjalan, dan lemah lembutlah dalam ucapan! Sesungguhnya suara yang paling buruk ialah suara keledai.” (Bachtiar Surin, 1986:1736-1738).

Permasalahan akhlak ini sangat digarisbawahi dan ditekankan

oleh Rasulullah SAW. Dalam beberapa sabdanya, Rasulullah

mengemukakan sebagai berikut.

”Aku diutus terutama untuk menyempurnakan akhlak.” (Al-

Hasyimi, 2007:178)

”Yang paling banyak dimasukkan ke dalam surga adalah orang-

orang yang takwa dan berakhlak baik.” (Al-Hasyimi, 2007:181)

Page 24: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

53

”Yang paling sempurna kemimanan seorang mu’min adalah yang

paling baik akhlaknya.” (Al-Hasyimi, 2007:181)

”Dengan akhlak yang baik, seorang hamba Allah pasti akan mencapai

derajat orang yang shaum diikuti shalat malam.” (Al-Hasyimi,

2007:182)

Akhlak yang baik (husnul khuluq) sebagaimana dikemukakan

pada keempat sabda Rasulullah SAW di atas seluruhnya mengacu

kepada sikap dan sifat baik, ramah, bermuka manis, selalu

menanggapi, mendengarkan ucapan orang lain dengan baik, dan selalu

menjadi teladan bagi lingkungannya.

Sebagian ahlul-'Ilmi menyatakan bahwa husnul khuluq berarti: (1)

menahan marah karena Allah, (2) menampakkan muka manis dan ramah tamah

kecuali kepada orang yang mungkar dan jahat, (3) memaafkan orang yang

sesat tanpa sengaja kecuali apabila mau mendidiknya, (4) menegakkan Batas-

Batas ketentuan Allah, (5) menghindarkan gangguan terhadap kaum

Muslimin dan kaum kafir yang ada dalam perlindungan pemerintah Islam,

kecuali usaha untuk merubah kemungkaran dan menyelamatkan orang yang

Page 25: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

54

teraniaya tanpa melebihi batas (Ali Usman, H.A.A Dahlan, H.M.D Dahlan,

1988:358).

Selanjutnya, pembinaan yang lebih sungguh-sungguh selayaknya

diberikan kepada anak-anak yang sedang mengalami masa peralihan

atau masa transisi dari dunia anak-anak ke masa remaja. Anak-anak

pada masa peralihan ini lebih banyak membutuhkan perhatian dan

kasih sayang, maka para orang tua tidak dapat menyerahkan

kepercayaan seluruhnya kepada guru di sekolah, artinya orang tua

harus banyak berkomunikasi dengan gurunya di sekolah begitu juga

sebaliknya. Hal penting dalam pendidikan adalah mendidik jiwa

anak. Jiwa anak pada masa remaja transisi yang masih rapuh dan

labil, kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua dapat

mengakibatkan pengaruh lebih buruk lagi bagi jiwa anak. Banyaknya

tindakan kriminal yang dilakukan generasi muda saat ini tidak

terlepas dari kelengahan bahkan ketidakpedulian para orang tua

dalam mendidik anak-anaknya.

Orang tua dan sekolah merupakan dua unsur yang saling

berkaitan dan memiliki keterkaitan yang kuat satu sama lain.

Terlepas dari beragamnya asumsi masyarakat, ungkapan “buah tak akan

pernah jatuh jauh dari pohonnya” adalah sebuah gambaran bahwa betapa

kuatnya pengaruh orang tua terhadap perkembangan anaknya. Supaya

Page 26: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

55

orang tua dan sekolah tidak salah dalam mendidik anak, oleh karena

itu harus terjalin kerjasama yang baik di antara kedua belah

pihak.

Orang tua mendidik anaknya di rumah, dan di sekolah untuk

mendidik anak diserahkan kepada pihak sekolah atau guru, agar

berjalan dengan baik kerja sama diantara orang tua dan sekolah

maka harus ada dalam suatu rel yang sama supaya bisa seiring

seirama dalam memperlakukan anak, baik di rumah ataupun di

sekolah, sesuai dengan kesepahaman yang telah disepakati oleh

kedua belah pihak dalam memperlakukan anak. Kalau saja dalam

mendidik anak berdasarkan kemauan salah satu pihak saja misalnya

pihak keluarga saja taupun pihak sekolah saja yang mendidik anak,

hal ini berdasarkan beberapa pengalaman tidak akan berjalan dengan

baik atau dengan kata lain usaha yang dilakukan oleh orang tua

atau sekolah akan mentah lagi karena ada dua rel yang harus

dilalui oleh anak dan akibatnya si anak menjadi pusing mana yang

harus diturut, bahkan lebih jauhnya lagi dikhawatirkan akan

membentuk anak berkarakter ganda.

Memang pada kenyataannya tidak mudah untuk melaksanakan

kesepahaman tersebut, tetapi kalau kita berlandaskan karena rasa

Page 27: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

56

cinta kita kepada anak tentunya apapun akan kita lakukan, karena

rasa cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas,

keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi

telaga, derita menjadi nikmat dan kemarahan menjadi rahmat. Kalau

hal ini sudah dimiliki oleh kedua belah pihak, hal ini merupakan

modal besar dalam mendidik anak.

Setiap kejadian yang terjadi, baik di rumah ataupun di

sekolah hendaklah dicatat dengan baik oleh kedua belah pihak

sehingga ketika ada hal yang janggal pada anak, hal ini bisa

dijadikan bahan untuk mengevaluasi sejauhmana perubahan-perubahan

yang dialami oleh anak, baik sifat yang jeleknya ataupun sifat

yang bagusnya, sehingga didalam penentuan langkah berikutnya bisa

berkaca dari catatn-catatan yang telah dibuat oleh kedua belah

pihak.

Setiap ada sesuatu hal yang dirasakan janggal pada diri anak

baik di rumah ataupun di sekolah, baik orang tua ataupun guru,

harus sesegera mungkin ditangani dengan cara saling

menginformasikan di antara orang tua dan guru, mungkin lebih

lanjut mendiskusikannya supaya bisa lebih cepat tertangani masalah

yang dihadapai oleh anak dan tidak berlarut-larut. Oleh karena

Page 28: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

57

itu, sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahwa orang tua

dan sekolah merupakan satu kesatuan yang utuh di dalam mendidik

anak, agar apa yang dicita-citakan oleh orang tua atau sekolah

dapat tercapai, maka harus ada konsistensi dari kedua belah pihak

dalam melaksanakan program-program yang telah disepakati oleh

kedua belah pihak.

C. Beberapa Cara Mendidik Anak dalam Islam

Menjadi orangtua pada zaman globalisasi saat ini tidak mudah. Apalagi

jika orangtua mengharapkan anaknya tidak sekadar menjadi anak yang pintar,

tetapi juga taat dan salih. Menyerahkan pendidikan sepenuhnya kepada sekolah

tidaklah cukup. Mendidik sendiri dan membatasi pergaulan di rumah juga tidak

mungkin. Membiarkan mereka lepas bergaul di lingkungannya cukup berisiko.

Pada konteks ini orang tua selayaknya bertindak bijaksana dalam menerapkan

pola pendidikan di lingkungan rumah tangga terhadap anak.

Anak merupakan amanah yang harus kita jaga sebaik mungkin.

Pendidikan yang baik sejak dini akan membentuk karakter anak. Peran orang tua

pada konteks ini sangatlah vital karena setiap perbuatan anak akan selalu

bercermin kepada perilaku kedua orang tuanya. Untuk mengatasi hal-hal negatif

yang muncul sebagai pengaruh lingkungan sekitar, ada tiga aspek yang perlu

diperhatikan orang tua dalam mendidik anak.

Page 29: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

58

1. Tanamkan Akidah dan Syariah Sejak Dini

Menanamkan akidah yang kokoh adalah tugas utama orangtua. Orang-tualah

yang akan sangat mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya sendi-sendi agama

dalam diri anak. Rasulullah saw. bersabda:

”Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu dan bapaknyalah

yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR al-Bukhari).

Tujuan penanaman akidah pada anak adalah agar si anak mengenal betul

siapa Allah. Sejak si bayi dalam kandungan, seorang ibu bisa memulainya dengan

sering bersenandung mengagungkan asma Allah. Begitu sudah lahir, orangtua

mempunyai kesempatan untuk membiasakan si bayi mendengarkan ayat-ayat al-

Quran. Pada usia dini anak harus diajak untuk belajar menalar bahwa dirinya,

orangtuanya, seluruh keluarganya, manusia, dunia, dan seluruh isinya diciptakan

oleh Allah. Itu sebabnya mengapa manusia harus beribadah dan taat kepada Allah.

Lebih jauh, anak dikenalkan dengan asma dan sifat-sifat Allah. Dengan

begitu, anak mengetahui betapa Allah Mahabesar, Mahaperkasa, Mahakaya,

Mahakasih, Maha Melihat, Maha Mendengar, dan seterusnya. Jika anak bisa

memahaminya dengan baik, insya Allah, akan tumbuh sebuah kesadaran pada

anak untuk senantiasa mengagungkan Allah dan bergantung hanya kepada Allah.

Lebih dari itu, kita berharap, dengan itu akan tumbuh benih kecintaan anak

kepada Allah; cinta yang akan mendorongnya gemar melakukan amal yang

dicintai Allah.

Penanaman akidah pada anak harus disertai dengan pengenalan hukum-

hukum syariah secara bertahap. Proses pembelajarannya bisa dimulai dengan

Page 30: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

59

memotivasi anak untuk senang melakukan hal-hal yang dicintai oleh Allah,

misalnya, dengan mengajak shalat, berdoa, atau membaca al-Quran bersama.

Yang tidak kalah penting adalah menanamkan akhlâq al-karîmah seperti

berbakti kepada orangtua, santun dan sayang kepada sesama, bersikap jujur,

berani karena benar, tidak berbohong, bersabar, tekun bekerja, bersahaja,

sederhana, dan sifat-sifat baik lainnya. Jangan sampai luput untuk meng-ajarkan

itu semua semata-mata untuk meraih ridha Allah, bukan untuk mendapatkan

pujian atau pamrih duniawi.

2. Asah Akal Anak untuk Berpikir yang Benar

Hampir setiap orangtua mengeluhkan betapa saat ini sangat sulit men-

didik anak. Bukan saja sikap anak-anak zaman sekarang yang lebih berani dan

agak ’sulit diatur’, tetapi juga tantangan arus globalisasi budaya, informasi, dan

teknologi yang turut memiliki andil besar dalam mewarnai sikap dan perilaku

anak.

Tidak sedikit orang tua yang memiliki komentar bahwa anak-anak

sekarang jauh lebih sulit diatur, tidak memiliki rasa takut dan segan terhadap

orang tua, serta berani membantah perkataan orang tua. Anak-anak selalu

memiliki alasan untuk menolak perintah orang tua untuk mengerjakan sesuatu.

Contoh yang paling sederhana, misalnya, menyuruh anak shalat. Bukan hal yang

baru jika sering terdengar ibu-ibu mengomel, bahkan sambil membentak, atau

mengancam sang anak agar mematikan TV dan segera shalat. Di satu sisi banyak

Page 31: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

60

juga ibu-ibu yang enggan mematikan telenovela/sinetron kesayangan-nya dan

menunda shalat. Fenomena ini jelas membingungkan anak.

Pandai dan beraninya anak-anak sekarang dalam berargumen untuk

menolak perintah atau nasihat, oleh sebagian orangtua atau guru, mungkin

dianggap sebagai sikap bandel atau susah diatur. Padahal bisa jadi hal itu karena

kecerdasan atau keingintahuannya yang besar membuat dia menjawab atau

bertanya; tidak melulu mereka menurut dan diam (karena takut) seperti anak-anak

zaman dulu.

Dalam persoalan ini, orangtua haruslah memperhatikan dua hal yaitu:

Pertama, memberikan informasi yang benar, yaitu yang bersumber dari ajaran

Islam. Informasi yang diberikan meliputi semua hal yang menyangkut rukun

iman, rukun Islam dan hukum-hukum syariah. Tentu cara memberikannya

bertahap dan sesuai dengan kemampuan nalar anak. Yang penting adalah

merangsang anak untuk mempergunakan akalnya untuk berpikir dengan benar.

Pada tahap ini orangtua dituntut untuk sabar dan penuh kasih sayang. Sebab, tidak

sekali diajarkan, anak langsung mengerti dan menurut seperti keinginan kita.

Anak tidak boleh didoktrin dengan ancaman. Ajaklah dulu anak mengetahui

informasi yang bisa merangsang mereka untuk menalar mengapa dia harus shalat.

Lalu, terus-menerus anak diajak shalat berjamaah di rumah, juga di masjid, agar

anak mengetahui bahwa banyak orang Muslim yang lainnya juga melakukan

shalat.

Kedua, orang tua harus menjadi teladan pertama bagi anak. Ini untuk

menjaga kepercayaan anak agar tidak ganti mengomeli orang tua karena hanya

Page 32: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

61

pintar mengomel tetapi tidak pintar memberikan contoh. Terbiasa memahami

persoalan dengan berpatokan pada informasi yang benar adalah cara untuk

mengasah ketajaman mereka menggunakan akalnya. Kelak, ketika anak sudah

sempurna akalnya, mereka mempunyai prinsip yang tegas dan benar; bukan

menjadi anak yang gampang terpengaruh oleh trend pergaulan atau takut

dikatakan menjadi anak yang tidak ‘gaul’.

3. Kerja Sama Ayah dan Ibu

Anak akan lebih mudah memahami dan mengamalkan hukum jika dia

melihat contoh real pada orangtuanya. Orangtua adalah guru dan orang terdekat

bagi si anak yang harus menjadi panutan. Karenanya, orangtua dituntut untuk

bekerja keras untuk memberikan contoh dalam memelihara ketaatan serta

ketekunan dalam beribadah dan beramal salih. Insya Allah, dengan begitu, anak

akan mudah diingatkan secara sukarela.

Keberhasilan mengajari anak dalam sebuah keluarga memerlukan

kerjasama yang kompak antara ayah dan ibu. Jika ayah dan ibu masing-masing

mempunyai target dan cara yang berbeda dalam mendidik anak, tentu anak akan

bingung, bahkan mungkin akan memanfaatkan orangtua menjadi kambing hitam

dalam kesalahan yang dilakukannya. Ambil contoh, anak yang mencari-cari

alasan agar tidak shalat. Ayahnya memaksanya agar shalat, sementara ibunya

malah membelanya. Dalam kondisi demikian, jangan salahkan anak jika dia

Page 33: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

62

mengatakan, “Kata ibu boleh nggak shalat kalau lagi sakit. Sekarang aku kan lagi

batuk, nih…”

4. Peran Lingkungan, Keluarga, dan Masyarakat

Pendidikan yang diberikan oleh orangtua kepada anak belumlah cukup

untuk mengantarkan anak menjadi manusia yang berkepribadian Islam. Anak

juga membutuhkan sosialisasi dengan lingkungan tempat dia beraktivitas, baik di

sekolah, sekitar rumah, maupun masyarakat secara luas.

Di sisi inilah, lingkungan dan masyarakat memiliki peran penting dalam

pendidikan anak. Masyarakat yang menganut nilai-nilai, aturan, dan pemikiran

Islam, seperti yang dianut juga oleh sebuah keluarga Muslim, akan mampu

mengantarkan si anak menjadi seorang Muslim sejati.

Potret masyarakat sekarang yang sangat dipengaruhi oleh nilai dan

pemikiran materialisme, sekularisme, permisivisme, hedonisme, dan liberalis-me

merupakan tantangan besar bagi keluarga Muslim. Hal ini yang menjadi-kan si

anak hidup dalam sebuah lingkungan yang membuatnya berada dalam posisi

dilematis. Di satu sisi dia mendapatkan pengajaran Islam dari keluarga, namun di

sisi lain anak bergaul dalam lingkungan yang sarat dengan nilai yang bertentangan

dengan Islam.

Tarik-menarik pengaruh lingkungan dan keluarga akan mempengaruhi

sosok pribadi anak. Untuk mengatasi persoalan ini, maka dakwah untuk

mengubah sistem masyarakat yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam mutlak

harus di lakukan.

Page 34: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

63

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah, serta tujuan penelitian yang

dirumuskan dalam penelitian ini, maka metode yang akan digunakan adalah

metode deskritif. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Surakhmad

(1982:131), yakni suatu cara untuk menyimpulkan masalah aktual dengan jalan

menyimpulkan, menyusun, dan mengklasifikasi data.

Secara praktis, penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan

untuk memperoleh akumulasi data dasar secara deskriptif, tidak saling

berhubungan, tidak menguji hipotesis, tidak membuat ramalan, atau tidak

mendapatkan makna implikasi (Suyatna, 2000:14). Selain dari itu, penelitian ini

bertujuan untuk memberikan pemerian (mendeskripsikan) berupa gambaran

sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi atau hal

yang diteliti (Suyatna, 2000:14).

Sugiyono (2003:11) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif adalah

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri (independen),

baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan

antara variabel satu dengan variabel lainnya. Dengan demikian, variabel Pengaruh

Pendidikan Pendidikan Agama Islam yang Diberikan Orang Tua dalam Keluarga

Terhadap Kualitas Keagamaan Siswa pada Siswa MTs Swasta Al-Muawanah

30

Page 35: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

64

Cianjur adalah variabel mandiri sehingga penelitian ini dinamakan sebagai

penelitian deskriptif.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi menurut Subana (2000:11) adalah semua nilai baik melalui

perhitungan kuantitatif maupun kualitatif, dari karakteristik tertentu mengenai

objek yang lengkap dan jelas. Ditinjau dari banyaknya anggota populasi, maka

populasi terdiri dari populasi terbatas (terhingga) dan populasi tak terbatas (tak

terhingga), dan dilihat dari sifatnya populasi dapat bersifat homogen dan

heterogen. Menurut Sugiyono (2003:11) populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Secara sederhana, Subana (2000:12) memberikan batasan tentang populasi

sebagai berikut.

a. ”Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 1988).”

b. ”Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri

yang ditetapkan (Nazir, 1983).”

c. ”Populasi adalah sekumpulan objek yang lengkap dan jelas (Vincent,

1989).”

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi adalah

keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan,

Page 36: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

65

tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa sebagai sumber data yang mewakili

karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.

Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah orang tua siswa

Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTsS) Al-Muawanah Cianjur yang seluruhnya

berjumlah 146 orang dengan perincian sebagai berikut.

Tabel 3.1

Data Populasi Penelitian

Jumlah Siswa Kelas

Laki-laki Perempuan Jumlah

VII 22 26 49

VIII 20 24 48

IX 22 24 49

JUMLAH 64 74 146

2. Sampel Penelitian

Sampel yang diambil pada penelitian ini didasarkan kepada pendapat

Arikunto (1988:94) yang menyatakan: ”Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila

subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya. Selanjutnya jika jumlah

subjeknya lebih besar, dapat diambil antara 10 % - 15 % atau 20 % - 25 %.”

Sesuai dengan judul penelitian yang diajukan bahwa subjek penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Swasta Al-

Muawanah Cianjur. Dengan mempertimbangkan pendapat Arikunto di atas, maka

sampel penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

Page 37: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

66

VIII yang berjumlah 48 orang. Dengan demikian, sampel yang digunakan pada

penelitian ini adalah sampel populasi atau sensus karena jumlahnya berada di

bawah 100 orang.

Penentuan kelas ini sebagai sampel dilakukan karena diasumsikan seluruh

populasi homogen serta siswa-siswa pada tingkat tersebut telah dapat

mengimplementasikan hasil pembinaan orang tua mereka di rumah.

C. Instrumen Penelitian

Agar penelitian ini dapat dilakukan dengan efektif dan efisien, digunakan

sejumlah teknik penelitian. Dalam upaya memperoleh data yang diperlukan dalam

penelitian ini, digunakan beberapa teknik seperti berikut.

1. Angket yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara menyediakan

sejumlah pertanyaan dengan opsi pilihan jawaban yang telah disediakan.

Pemilihan teknik angket tertutup ini untuk menghindari pembiasan

informasi sehingga pembahasan hasil penelitian tidak meluas.

2. Studi Literatur yang dilakukan untuk menggali pemahaman teoretis

tentang pembinaan nilai-nilai pendidikan agama Islam serta aspek-aspek

yang relevan dengan rumusan masalah serta esensi penelitian ini secara

keseluruhan.

Page 38: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

67

D. Langkah Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1. Menyusun Kisi-kisi Penelitian

Sebagaimana dijelaskan pada teknik penelitian, bahwa proses

pengumpulan data dari populasi dilakukan dengan menggunakan teknik angket.

Teknik angket yang dimaksud adalah teknik angket tertutup dengan opsi jawaban

yang telah ditentukan berupa skala sikap atau pernyataan sikap. Untuk

mempermudah proses pengolahan data, maka opsi jawaban yang digunakan pada

angket menerapkan skala Likert dengan menyajikan jawaban Selalu (SL), Sering

(S), Kadang-kadang (K), Jarang (J), dan Tidak Pernah (TP).

Bentuk angket yang digunakan terdiri atas dua macam, yakni angket untuk

orang tua siswa dan angket untuk siswa. Angket untuk orang tua siswa

dimaksudkan untuk menggali informasi tentang pembinaan dan pendidikan

keagamaan di rumah yang diberikan oleh orang tua siswa kepada anak-anaknya.

Sedangkan angket untuk siswa dimaksudkan untuk memperoleh informasi

mengenai perilaku keagamaan siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Variabel penelitian yang dirumuskan dalam pertanyaan penelitian

dikembangkan dalam subvariabel dan indikator sebagai berikut.

Page 39: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

68

Tabel 3.2

Variabel dan Indikator Penelitian

No Variabel Masalah Subvariabel Indikator Sumber Data

Akidah Memberikan pendidikan tauhid

Orang tua Siswa

Tidak menyekutukan Allah Makna Keesaan Allah Menjauhi perbuatan-

perbuatan syirik

Orang tua Siswa

Memiliki kebiasaan berdoa kepada Allah pada setiap saat

Orang tua Siswa

Ketergantung-an kepada Allah

Memiliki ketergantung-an hanya kepada Allah tempat meminta pertolongan dalam berbagai masalah

Orang tua Siswa

Selalu berpegang kepada prinsip-prinsip Al-Quran

1 Upaya orang tua dalam menanamkan akidah ke dalam diri putra-putrinya yang duduk di MTs Swasta Al-Muawanah Cianjur melalui pendidikan di lingkungan keluarga.

Mencintai Allah dan Rasul-Nya

Selalu berpegang kepada Al-Hadits secara ketat.

Orang tua Siswa

Mengajari shalat Mengajari tata cara Ibadah Mengajari membaca Al-

Quran

Orang tua Siswa

Memberi contoh beribadah

2 Upaya orang tua siswa dalam menanamkan kebiasaan beribadah kepada putra-putrinya duduk di MTs Swasta Al-Muawanah Cianjur melalui pendidikan di lingkungan keluarga

Keteladanan

Memberi contoh membaca Al-Quran

Orang tua Siswa

Mengajari sopan santun kepada keluarga

Akhlak

Mengajari sopan santun kepada sesama manusia

Orang tua Siswa

Berbicara dengan lemah lembut

Komunikatif

Memberi pengertian, bukan perintah

Orang tua Siswa

Mendorong anak untuk selalu belajar secara teratur

3. Upaya orang tua siswa dalam menanamkan akhlaq kepada putra-putrinya duduk di MTs Swasta Al-Muawanah Cianjur melalui pendidikan di lingkungan keluarga.

Menjadi motivator

Mendorong anak untuk

Orang tua Siswa

Page 40: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

69

No Variabel Masalah Subvariabel Indikator Sumber Data

belajar dengan pemberian penghargaan tertentu

Menjadi konsultan

Memberi saran untuk mengatasi kesulitan anak dan tidak bergantung kepada orang lain

Orang tua Siswa

Tidak menyekutukan Allah

Menjauhi perbuatan-perbuatan syirik

Memiliki kebiasaan berdoa kepada Allah pada setiap saat

Memiliki ketergantungan hanya kepada Allah tempat meminta pertolongan dalam berbagai masalah

Pendidikan akidah

Melaksanakan perintah Allah dan menjauhi hal yang dilarang-Nya

Siswa

Shalat tepat waktu

Membaca Al-Quran

Pendidikan ibadah

Melaksanakan ibadah sunnah

Siswa

Berlaku santun terhadap orang tua

4 Kualitas dan aktivitas keagamaan siswa MTs Swasta Al-Muawanah Cianjur sehari-hari

Pendidikan Akhlaq

Berbicara lemah lembut dan santun

Siswa

Kisi-kisi pengembangan instrumen penelitian selengkapnya dapat dilihat pada

tabel berikut.

Page 41: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

70

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM YANG DIBERIKAN ORANG TUA DALAM KELUARGA TERHADAP KUALITAS KEAGAMAAN SISWA MTs AL-MUAWANAH CIANJUR

No Rumusan Masalah Subvariabel Indikator Item Angket Parameter

Akidah Memberikan pendidikan tauhid

1. Mengajari anaknya untuk meyakini tiada Tuhan selain Allah.

2. Mengajarkan bahwa perbuatan syirik merupakan dosa yang sangat besar

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah

Tidak menyekutukan Allah 3. Menanamkan keyakinan dan sikap bahwa hanya Allah-lah Tuhan bagi semesta alam dan tidak patut kita menyembah selain Dia.

Makna Keesaan Allah

Menjauhi perbuatan-perbuatan syirik

4. Menanamkan pengertian dan keyakinan bahwa perbuatan meminta pertolongan kepada selain Allah adalah perbuatan syirik dan harus dijauhi.

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah

Memiliki kebiasaan berdoa kepada Allah pada setiap saat

5. Mendorong anak untuk selalu berdoa kepada Allah dalam segala kepentingan.

6. Mengajari anak dalan tata cara berdoa yang baik sesuai tuntunan Islam.

1 Cara orang tua dalam menanamkan akidah ke dalam diri putra-putrinya yang duduk di MTs Swasta Al-Muawanah Cianjur melalui pendidikan di lingkungan keluarga.

Ketergantung-an kepada Allah

Memiliki ketergantungan hanya kepada Allah tempat meminta pertolongan dalam berbagai masalah

7. Mendorong dan memberikan contoh untuk selalu mengingat Allah dalam berbagai kesempatan.

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah

Page 42: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

71

No Rumusan Masalah Subvariabel Indikator Item Angket Parameter

Selalu berpegang kepada prinsip-prinsip Al-Quran dan Al-Hadits

8. Memberikan keyakinan bahwa Al-Quran bukan sekedar harus dibaca, tetapi juga dimengerti dan dipegang teguh sebagai pedoman hidup.

Mencintai Allah dan Rasul-Nya

Melaksanakan perintah Allah dan menjauhi hal yang dilarang-Nya

9. Memberikan pembelajaran tentang mana yang diperintah Allah dan mana yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah

Mengajari shalat 10. Mengajarkan tata cara berwudlu yang benar dan baik

11. Mengajarkan tata cara shalat yang benar dan baik

12. Mengajarkan bacaan-bacaan shalat yang benar dan baik

Mengajari tata cara Ibadah

Mengajari membaca Al-Quran

13. Mengajari anak membaca Al-Quran 14. Mengajari anak makna ayat-ayat Al-

Quran

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah

Memberi contoh beribadah

15. Memberi contoh berwudlu dengan benar 16. Mengajak anak untuk shalat berjamaah 17. Memberi contoh shalat tepat waktu 18. Memberi contoh membacakan bacaan

shalat dengan benar.

2 Cara orang tua siswa dalam menanamkan kebiasaan beribadah kepada putra-putrinya yang duduk di MTs Swasta Al-Muawanah Cianjur melalui pendidikan di lingkungan keluarga

Mendidik dengan cara memberikan keteladanan Memberi contoh membaca

Al-Quran

19. Membaca Al-Quran setiap hari pada waktu tertentu.

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah

Page 43: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

72

No Rumusan Masalah Subvariabel Indikator Item Angket Parameter

Mengajari sopan santun kepada keluarga

20. Mengajarkan untuk bersikap baik kepada ayah dan ibu

21. Mengajarkan untuk berlaku baik terhadap saudara-saudara

22. Mengajari berbicara dengan bahasa yang baik

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah

Mendidik akhlak anak

Mengajari sopan santun kepada sesama manusia

23. Mengajarkan untuk bersikap baik kepada sesama teman dan orang lain

24. Mengajarkan untuk menjamu sesama teman dan orang lain jika berkunjung ke rumah

25. Mengajari berbicara dengan bahasa yang baik kepada semua orang

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah

Berbicara dengan lemah lembut

26. Berbicara kepada anak dengan cara yang lemah lembut baik dalam pergaulan sehari-hari maupun pada saat membimbing belajar

Mendidik secara komunikatif

Memberi pengertian, bukan perintah

27. Menjelaskan tentang sesuatu agar anak mengerti dan bukan memberi perintah untuk patuh.

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah

Mendorong anak untuk selalu belajar secara teratur

28. Mengatur jadwal belajar bagi anak secara bersama-sama

3. Cara orang tua siswa dalam menanamkan pendidikan akhlaq kepada putra-putrinya yang duduk di MTs Swasta Al-Muawanah Cianjur melalui pendidikan di lingkungan keluarga.

Menjadi motivator

Mendorong anak untuk belajar dengan pemberian penghargaan tertentu

29. Memberikan penghargaan tertentu jika anak berhasil dalam belajar

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah

Page 44: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

73

No Rumusan Masalah Subvariabel Indikator Item Angket Parameter

Menjadi konsultan

Memberi saran untuk mengatasi kesulitan anak dan tidak bergantung kepada orang lain

30. Memberikan alternatif pemecahan masalah kepada anak jika anak sedang mengalami kesulitan.

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah

Kisi-kisi Angket Siswa

No Rumusan Masalah Subvariabel Indikator Item Angket Parameter

Tidak menyekutukan Allah 1. Mempercayai adanya Allah dan tidak ada tuhan lain selain Allah

Menjauhi perbuatan-perbuatan syirik

2. Tidak pernah mempercayai hal-hal lain selain Allah

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah

Memiliki kebiasaan berdoa kepada Allah pada setiap saat

3. Selalu membaca basmallah dalam setiap melakukan kegiatan

Memiliki ketergantungan hanya kepada Allah tempat meminta pertolongan dalam berbagai masalah

4. Selalu berdoa kepada Allah

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah

Pendidikan akidah

Melaksanakan perintah Allah dan menjauhi hal yang dilarang-Nya

5. Melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya dan menjauhi yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya

Shalat tepat waktu 6. Melaksanakan shalat tepat waktu di masjid

4 Kualitas dan aktivitas keagamaan siswa MTs Swasta Al-Muawanah Cianjur sehari-hari

Pendidikan ibadah Membaca Al-Quran 7. Belajar Al-Quran secara teratur setiap hari

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah

Page 45: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

74

No Rumusan Masalah Subvariabel Indikator Item Angket Parameter

Melaksanakan ibadah sunnah 8. Melaksanakan shalat sunnah 9. Melaksanakan puasa sunnah 10. Mengeluarkan infaq dan shadaqah

Berlaku santun terhadap orang tua

11. Berbicara sopan dan santun kepada orang tua

Pendidikan Akhlaq

Berbicara lemah lembut dan santun

12. Berbicara lemah lembut dan santun kepada setiap orang

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah

Page 46: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

2. Menyusun Instrumen Penelitian

Kisi-kisi intrumen penelitian yang telah disusun di atas kemudian

dikembangkan menjadi instrumen penelitian. Sesuai dengan metode serta tujuan

penelitian yang telah ditetapkan, teknik penelitian ini mengembang-kan bentuk

angket sebagai alat atau instrumen utama penelitian. Langkah-langkah

penyusunan instrumen penelitian adalah sebagai berikut.

a. Mengembangkan pertanyaan penelitian menjadi subvariabel penelitian.

b. Mengembangkan setiap subvariabel penelitian menjadi indikator-indikator

penelitian.

c. Mengembangkan indikator-indikator penelitian menjadi item pertanyaan

angket yang diikuti oleh parameter tertentu sebagai alat ukur jawaban

responden.

E. Pelaksanaan Penelitian

d. Prosedur Pegumpulan Data

Langkah-langkah yang ditempuh dalam mengumpulkan data pada penelitian

ini adalah sebagai berikut.

a. Merancang program penelitian sesuai dengan judul penelitian yang telah

disetujui.

b. Melaksanakan penelitian sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.

c. Menghimpun data hasil penelitian untuk diklasifikasikan serta dianalisis

sesuai dengan kepentingannya.

Page 47: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

2

e. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan metode penelitian serta teknik yang ditetapkan, maka

pengumpulan data dilakukan melalui teknik sebagai berikut.

a. Menyampaikan angket kepada orang tua siswa kelas VIII yang dijadikan

sensus penelitian.

b. Melakukan kajian kepustakaan yang berhubungan dengan variabel

penelitian serta mengkaji kemungkinan pengembangannya secara

proporsional.

F. Analisis Data

1. Prosedur Pengolahan Data

Langkah-langkah pengolahan data hasil penelitian dibagi dalam dua

kelompok sebagai berikut.

Data hasil angket yang diperoleh dari orang tua siswa berupa data

parametrik dianalisis dengan menggunakan penafsiran kriteria frekuensi dan

persentase. Penafsiran frekuensi dan persentase tersebut dirumuskan sesuai

dengan opsi dalam angket yang terdiri atas pilihan jawaban Selalu (SL), Sering

(S), Kadang-kadang (K), Jarang (J), dan Tidak Pernah (TP).

Rumus yang digunakan untuk menentukan penafsiran frekuensi dan

persentase tersebut adalah sebagai berikut.

P = 100% x NF

Page 48: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

3

Keterangan:

P : Persentase jawaban setiap item

F : Frekuensi jawaban responden

N : Jumlah responden

2. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan meliputi pengolahan data hasil angket

yang diolah dengan menggunakan teknik persentase jawaban.

Data hasil tes angket tersebut diolah dengan langkah sebagai berikut.

a. Menghitung jawaban tiap item angket dalam bentuk tabulasi.

b. Menentukan persentase jawaban setiap item angket.

c. Menghitung akumulasi persentase jawaban dengan menggunakan

rumus Pk = IP∑

Pk = persentase kumulatif

∑P = Jumlah persentase jawaban seluruh item

I = Jumlah item dalam angket

d. Menafsirkan persentase pengaruh orang tua siswa dalam melakukan

pembinaan pendidikan agama Islam siswa berdasarkan persentase yang

telah ditetapkan, yakni

- 0 % - 33 % > pengaruh pembinaan pendidikan agama Islam yang

dilakukan oleh orang tua siswa terhadap anaknya kurang baik.

Page 49: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

4

- 34 % - 67 % > pengaruh pembinaan pendidikan agama Islam yang

dilakukan oleh orang tua siswa terhadap anaknya cukup baik

- 68 % - 100 % > pengaruh pembinaan pendidikan agama Islam yang

dilakukan oleh orang tua siswa terhadap anaknya baik.

(Subana, 2000:127-128)

Page 50: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

5

BAB IV

DESKRIPSI, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN HASIL

PENELITIAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Penelitian tentang dampak pendidikan orang tua dalam keluarga terhadap

kualitas keagamaan siswa ini telah menghasilkan data sebagaimana diuraikan

di bawah ini. Data yang dimaksud sepenuhnya dihasilkan dari hasil pengisian

angket terhadap 48 responden yang seluruhnya adalah orang tua siswa kelas

VIII MTs Al-Muawanah Cianjur.

Data selengkapnya mengenai data hasil penelitian dapat disajikan pada

uraian berikut ini.

1. Cara orang tua menerapkan pendidikan keagamaan terhadap putra-putrinya yang duduk di kelas VIII MTs Al-Muawanah Cianjur melalui pendidikan di lingkungan keluarga

Pada variabel ini terdapat empat subvariabel yang dikembangkan dalam

sembilan item pertanyaan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian adalah

sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini.

52

Page 51: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

6

Tabel 4.1

Data Hasil Angket Orang Tua Siswa pada Variabel Penanaman Akidah

Jumlah Responden yang memberikan jawaban: Pertanyaan

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak

Pernah

Variabel Rumusan Masalah: Cara orang tua menerapkan pendidikan keagamaan terhadap putra-putrinya yang duduk di kelas VIII MTs Al-Muawanah Cianjur melalui pendidikan di lingkungan keluarga..

Subvariabel: Penanaman akidah Islam

31. Apakah Bapak/Ibu mengajari anaknya untuk meyakini tiada Tuhan selain Allah?

48 0 0 0 0

32. Apakah Bapak/Ibu mengajarkan bahwa perbuatan syirik merupakan dosa yang sangat besar?

48 0 0 0 0

Subjumlah 96 0 0 0 0

Subvariabel : Mengajarkan dan memberikan keyakinan tentang makna Keesaan Allah

33. Apakah Bapak/Ibu menanamkan keyakinan dan sikap bahwa hanya Allah-lah Tuhan bagi semesta alam dan tidak patut kita menyembah selain Dia?

48 0 0 0 0

34. Apakah Bapak/Ibu menanamkan pengertian dan keyakinan bahwa perbuatan meminta pertolongan kepada selain Allah adalah perbuatan syirik dan harus dijauhi?

42 6 0 0 0

Subjumlah 90 6 0 0 0

Subvariabel : Mengajarkan anak untuk memiliki ketergantungan kepada Allah dalam segala aspek kehidupan.

35. Apakah Bapak/Ibu mendorong anak untuk selalu berdoa kepada Allah dalam segala kepentingan?

48 0 0 0 0

Page 52: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

7

Jumlah Responden yang memberikan jawaban: Pertanyaan

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak

Pernah

36. Apakah Bapak/Ibu mengajari anak dalan tata cara berdoa yang baik sesuai tuntunan Islam?

22 10 12 2 2

37. Apakah Bapak/Ibu mendorong dan memberikan contoh untuk selalu mengingat Allah dalam berbagai kesempatan?

26 12 10 0 0

Subjumlah 96 22 22 2 2

Subvariabel : Mengajarkan anak untuk mencintai Allah dan Rasul-Nya

38. Apakah Bapak/Ibu memberikan keyakinan bahwa Al-Quran bukan sekedar harus dibaca, tetapi juga dimengerti dan dipegang teguh sebagai pedoman hidup?

46 2 0 0 0

39. Apakah Bapak/Ibu memberikan pembelajaran tentang mana yang diperintah Allah dan mana yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya?

45 3 0 0 0

Subjumlah 91 5 0 0 0

Variabel Rumusan Masalah: Cara orang tua siswa dalam menanamkan kebiasaan beribadah kepada putra-putrinya yang duduk di kelas VIII MTs Al-Muawanah Cianjur melalui pendidikan di lingkungan keluarga

Subvariabel: Mengajari tata cara ibadah dengan benar dan baik

40. Apakah Bapak/Ibu mengajarkan tata cara berwudlu yang benar dan baik kepada putra-putri Bapak/Ibu?

3 19 20 6 0

41. Apakah Bapak/Ibu mengajarkan tata cara shalat yang benar dan baik kepada putra-putri Bapak/Ibu?

2 9 15 12 10

42. Apakah Bapak/Ibu mengajarkan bacaan-bacaan shalat yang

2 2 18 14 12

Page 53: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

8

Jumlah Responden yang memberikan jawaban: Pertanyaan

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak

Pernah benar dan baik sesuai dalil-dalil yang ada?

43. Apakah Bapak/Ibu mengajarkan anak membaca Al-Quran? 37 8 3 0 0

44. Apakah Bapak/Ibu mengajari anak untuk memahami makna ayat-ayat Al-Quran yang dibacanya?

2 4 3 39 0

Subjumlah 46 42 59 71 22

Subvariabel: Mendidik dengan memberikan keteladanan

45. Apakah Bapak/Ibu memberikan contoh bagaimana tata cara berwudlu dengan benar kepada anak Bapak/Ibu?

8 10 21 5 4

46. Apakah Bapak/Ibu mengajak anak untuk shalat berjamaah, baik di masjid (bagi anak laki-laki) atau di rumah (bagi anak perempuan?

30 16 2 0 0

47. Apakah Bapak/Ibu memberikan contoh shalat tepat waktu kepada anak-anak?

3 9 31 5 0

48. Apakah Bapak/Ibu memberikan contoh melafalkan bacaan shalat yang benar dan baik kepada anak? (misalnya ketika Bapak/Ibu bertindak sebagai imam dan anak bertindak sebagai ma’mum)

7 9 22 8 2

49. Apakah Bapak/Ibu memberikan contoh membaca Al-Quran setiap hari pada waktu tertentu?

15 20 10 3 0

Subjumlah 63 64 86 21 6

Variabel rumusan masalah: Cara orang tua siswa dalam menanamkan pendidikan akhlaq kepada putra-putrinya yang duduk di kelas VIII MTs Al-Muawanah Cianjur melalui pendidikan di lingkungan keluarga.

Subvariabel: Mendidik akhlak anak

Page 54: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

9

Jumlah Responden yang memberikan jawaban: Pertanyaan

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak

Pernah

50. Apakah Bapak/Ibu mengajari putra/ putri Bapak/Ibu untuk bersikap baik kepada ayah dan ibu?

40 6 2 0 0

51. Apakah Bapak/Ibu mengajari putra/ putri Bapak/Ibu untuk berlaku baik terhadap saudara-saudaranya?

34 11 3 0 0

52. Apakah Bapak/Ibu mengajari putra/ putri Bapak/Ibu untuk berbicara dengan bahasa yang baik?

32 10 6 0 0

53. Apakah Bapak/Ibu mengajari putra/ putri Bapak/Ibu untuk bersikap baik kepada sesama teman dan orang lain?

28 12 4 4 0

54. Apakah Bapak/Ibu mengajari putra/putri Bapak/Ibu untuk menjamu teman dan atau orang lain jika mereka berkunjung ke rumah?

21 14 8 5 0

55. Apakah Bapak/Ibu mengajari putra/ putri Bapak/Ibu untuk berbicara dengan bahasa yang baik kepada semua orang?

20 15 7 6 0

Subjumlah 175 68 30 15 0

Subvariabel: Mendidik anak secara komunikatif

56. Apakah Bapak/Ibu berbicara kepada anak dengan cara yang lemah lembut, baik dalam pergaulan sehari-hari maupun pada saat membimbing belajar?

14 14 16 4 0

57. Apakah Bapak/Ibu menjelaskan tentang sesuatu kepada putra/putri Bapak/Ibu agar ia mengerti dan bukan memberi perintah untuk patuh?

7 12 23 4 2

Page 55: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

10

Jumlah Responden yang memberikan jawaban: Pertanyaan

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak

Pernah

Subjumlah 21 26 39 8 2

Subvariabel: Menjadi motivator dalam belajar anak

58. Apakah Bapak/Ibu mengatur jadwal belajar bagi anak secara bersama-sama?

0 0 12 10 26

59. Apakah Bapak/Ibu memberikan penghargaan tertentu jika putra/putri Bapak/Ibu berhasil dalam belajar? (misalnya memberikan sebuah buku ketika anak khatam Al-Quran, tamat shaum dalam bulan Ramadhan, memperoleh peringkat pertama di kelas, dsb.)

6 11 16 8 7

Subjumlah 6 11 28 18 33

Subvariabel : Menjadi konsultan dalam belajar anak

60. Apakah Bapak/Ibu memberikan alternatif pemecahan masalah kepada putra/putri Bapak/Ibu jika ia sedang mengalami kesulitan?

2 8 19 11 8

Subjumlah 2 8 19 11 8

JUMLAH PEMILIH 697 263 272 141 67

2. Aktivitas keagamaan para siswa kelas VIII MTs Al-Muawanah

Cianjur dalam kehidupan sehari-hari

Pada konteks ini terdapat tiga subvariabel yang dikembangkan ke

dalam dua belas pertanyaan sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini.

Page 56: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

11

Tabel 4.2

Data Hasil Angket Guru pada Variabel Aktivitas Keagamaan Siswa Kelas VIII

MTs Al-Muawanah Cianjur dalam Kehidupan Sehari-hari

Jumlah Responden yang memberikan jawaban:

Pertanyaan Selalu Sering Kadang-

kadang Jarang Tidak Pernah

Variabel rumusan masalah: Aktivitas keagamaan para siswa kelas VIII MTs Swasta Al-Muawanah Cianjur dalam kehidupan sehari-hari.

Subvariabel: Aktivitas ibadah

1. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa melaksanakan shalat lima waktu.

5 2 0 0 0

2. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa melaksanakan shalat tepat waktu

1 4 2 0 0

3. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa melaksanakan shalat sunat rawatib

0 2 4 1 0

4. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa melaksanakan shalat sunat lainnya.

0 0 4 3 0

5. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa membaca Al-Quran secara teratur.

5 2 0 0 0

6. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa membaca Al-Quran dengan benar

2 4 1 0 0

7. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa memahami isi Al-Quran. 1 2 4 0 0

Subjumlah 14 16 15 4 0

Subvariabel: Aktivitas bergaul

8. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa berbicara santun terhadap orang tua

1 3 3 0 0

Page 57: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

12

Jumlah Responden yang memberikan jawaban:

Pertanyaan Selalu Sering Kadang-

kadang Jarang Tidak Pernah

9. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa berbicara santun dengan sesama

0 0 4 3 0

10. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa berbicara santun dengan orang yang lebih muda.

0 0 4 3 0

Subjumlah 1 3 11 6 0

Subvariabel:

11. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa melaksanakan belajar secara teratur di sekolah maupun di rumah.

0 2 3 2 0

12. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa memiliki kebiasaan berdiskusi dengan teman tentang pelajaran dan atau keilmuan lainnya.

0 0 2 3 2

Subjumlah 0 2 5 5 2

TOTAL PEMILIH 15 21 31 15 2

3. Pengaruh Pendidikan Keagamaan yang Dibentuk Orangtua di

Lingkungan Keluarga terhadap Kualitas Keagamaan Siswa Kelas

VIII MTs Al-Muawanah Cianjur

Variabel ketiga tentang kualitas dan aktivitas keagamaan para siswa

diberikan dalam bentuk angket dengan siswa sebagai responden. Adapun

siswa yang digunakan sebagai responden adalah para siswa yang orang

tuanya menjadi responden. Hasil yang diperoleh dari hasil penelitian ini

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Page 58: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

13

Tabel 4.3

Data Hasil Angket Siswa pada variabel Kualitas dan Aktivitas Keagamaan Siswa

Jumlah Responden yang memberikan jawaban Pertanyaan

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak

Pernah

Variabel rumusan masalah: Kualitas dan Aktivitas Keagamaan para siswa MTs Al-Muawanah Cianjur sehari-hari

Subvariabel: Kualitas penanaman pendidikan akidah pada diri siswa

13. Apakah kamu hanya mempercayai adanya Allah dan tidak ada tuhan lain selain Allah?

48 0 0 0 0

14. Apakah kamu tidak pernah mempercayai hal-hal lain selain Allah?

48 0 0 0 0

15. Apakah kamu membaca basmallah dalam setiap melakukan kegiatan 48 0 0 0 0

16. Apakah kamu berdoa kepada Allah pada setiap kesempatan, terutama setelah melaksanakan shalat?

46 2 0 0 0

17. Apakah kamu melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya dan menjauhi yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya

48 0 0 0 0

Subjumlah 238 2 0 0 0

Subvariabel: Kualitas dan aktivitas pelaksanaan ibadah siswa sehari-hari

18. Apakah kamu melaksanakan shalat tepat waktu di masjid atau di tempat lain?

39 4 5 0 0

19. Apakah kamu belajar Al-Quran secara teratur setiap hari? 45 3 0 0 0

20. Apakah kamu melaksanakan shalat sunnah (seperti shalat sunnah rawatib, shalat tarawih pada bulan Ramadhan, dan sejenisnya)?

44 3 1 0 0

21. Apakah kamu melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan dan

48 0 0 0 0

Page 59: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

14

Jumlah Responden yang memberikan jawaban Pertanyaan

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak

Pernah puasa-puasa sunnah lainnya?

22. Apakah kamu mengeluarkan shadaqah? 35 5 5 3 0

Subjumlah 211 15 11 3 0

Subvariabel: Kualitas akhlak siswa dalam perilaku sehari-hari

23. Apakah kamu berbicara sopan dan santun kepada orang tuamu sendiri dan orang yang lebih tua darimu?

40 8 0 0 0

24. Apakah kamu berbicara lemah lembut dan santun kepada setiap orang?

38 2 3 5 0

Subjumlah 78 10 3 5 0

B. Analisis Data Hasil Penelitian

Penelitian tentang pengaruh pendidikan orang tua dalam keluarga terhadap

kualitas keagamaan siswa pada dasarnya ingin mengungkapkan gambaran tentang

cara orang tua dalam menanamkan akidah kealam diri putra-putrinya yang duduk

di MTs Al-Muawanah Cianjur melalui pendidikan di lingkungan keluarga., cara

orang tua siswa dalam menanamkan kebiasaan beribadah kepada putra-putrinya

yang duduk di MTs Al-Muawanah Cianjur melalui pendidikan di lingkungan

keluarga, cara orang tua siswa dalam menanamkan pendidikan akhlaq kepada

putra-putrinya yang duduk di MTs Al-Muawanah Cianjur melalui pendidikan di

lingkungan keluarga, dan kualitas keagamaan siswa yang duduk di MTs Al-

Muawanah Cianjur dalam kegiatan sehari-hari. Keempat tujuan ini merupakan

variabel rumusan masalah yang menjadi landasan pijakan dalam melaksanakan

Page 60: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

15

penelitian. Oleh karena itu, analisis atas hasil penelitian pun akan dilakukan

berdasarkan tujuan penelitian tersebut.

1. Cara orang tua menerapkan pendidikan keagamaan terhadap putra-putrinya yang duduk di kelas VIII MTs Al-Muawanah Cianjur melalui pendidikan di lingkungan keluarga

Variabel rumusan masalah ini terdiri atas 4 (empat) subvariabel

yang terdiri atas penanaman akidah Islam, mengajarkan dan memberikan

keyakinan tentang makna Keesaan Allah, mengajarkan anak untuk me-

miliki ketergantungan kepada Allah dalam segala aspek kehidupan, dan

mengajarkan anak untuk mencintai Allah dan Rasul-Nya. Keempat sub-

variabel ini dikembangkan menjadi 7 (tujuh) indikator dan 9 (sembilan)

item pertanyaan. Ketujuh indikator itu adalah sebagai berikut.

a. Memberikan pendidikan tauhid

b. Tidak menyekutukan Allah

c. Menjauhi perbuatan-perbuatan syirik

d. Memiliki kebiasaan berdoa kepada Allah pada setiap saat

e. Memiliki ketergantungan hanya kepada Allah tempat meminta

pertolongan dalam berbagai masalah

f. Selalu berpegang kepada prinsip-prinsip Al-Quran dan Al-Hadits

g. Melaksanakan perintah Allah dan menjauhi hal yang dilarang-Nya.

Analisis yang dilakukan tidak didasarkan kepada indikator-indika-

tor yang dirumuskan, tetapi berdasarkan item pertanyaan yang kemudian

diakumulasikan berdasarkan subvariabel masing-masing. Analisis data

Page 61: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

16

dilakukan didasarkan kepada opsi yang dipilih oleh responden sesuai

dengan pertanyaan yang diajukan.

a. Analisis atas subvariabel penanaman akidah Islam

Subvariabel ini terdiri atas 2 (dua) item pertanyaan sebagai berikut.

(1) Apakah Bapak/Ibu mengajari anak untuk meyakini tiada Tuhan selain Allah?

Akidah adalah hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Ia bersifat

mutlak dan kokoh. Pada item pertanyaan ini, seluruh responden (100 %)

memilih selalu mengajari anak untuk meyakini tiada tuhan selain Allah.

(2) Apakah Bapak/Ibu mengajarkan bahwa perbuatan syirik merupakan dosa yang sangat besar?

Seluruh responden yang berjumlah 48 orang (100 %) menyatakan

bahwa mereka mengajarkan kepada anak-anaknya mengenai perbuatan

syirik sebagai dosa yang sangat besar dan tidak terampunkan sehingga

dilarang oleh Allah.

Berdasarkan kedua pertanyaan yang diajukan, dapat disimpulkan

bahwa 100 % responden ternyata sangat menekankan penanaman akidah

Islam yang kokoh dalam diri anak-anak mereka.

b. Analisis atas subvariabel mengajarkan dan memberikan

keyakinan tentang makna Keesaan Allah

Subvariabel ini terdiri atas dua item pertanyaan sebagai berikut.

Page 62: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

17

(3) Apakah Bapak/Ibu menanamkan keyakinan dan sikap bahwa hanya Allah-lah Tuhan bagi semesta alam dan tidak patut kita menyembah selain Dia?

Allah SWT adalah Dzat yang wajib disembah karena Dia-lah

Pencipta semesta alam beserta segala isinya. Tidak patut manusia me-

nyembah yang lain selain Allah. Pada konteks ini 100 % orang tua siswa

menyatakan bahwa mereka selalu menanamkan kepada anak-anak mereka

tentang keyakinan dan sikap bahwa hanya Allah-lah Tuhan bagi semesta

alam dan tidak patut kita menyembah selain Dia.

(4) Apakah Bapak/Ibu menanamkan pengertian dan keyakinan bahwa perbuatan meminta pertolongan kepada selain Allah adalah perbuatan syirik dan harus dijauhi?

Dari 48 responden, terdapat 42 orang tua siswa (87,50 %)

menyatakan bahwa mereka selalu menanamkan pengertian dan keyakinan

kepada anak-anak mereka yang bersekolah di MTs Al-Muawanah Cianjur

bahwa perbuatan meminta pertolongan kepada selain Allah adalah

perbuatan syirik dan harus dijauhi. Sedangkan 6 orang tua siswa (12,50 %)

menyata-kan sering mengemukakan hal tersebut kepada anaknya.

Berdasarkan kedua item pertanyaan yang diajukan, sebanyak

2%50,87%100 + = 93,75 % menyatakan bahwa mereka selalu menanam-

kan, mengajarkan, dan memberikan keyakinan tentang Keesaan Allah

sebagai hal yang mutlak.

Page 63: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

18

c. Analisis atas subvariabel mengajarkan anak untuk memiliki

ketergantungan kepada Allah dalam segala aspek kehidupan

Pada subvariabel ini terdapat 3 (tiga) item pertanyaan yang

dianalisis sebagai berikut ini.

(5) Apakah Bapak/Ibu mendorong anak untuk selalu berdoa kepada Allah dalam segala kepentingan?

Berdoa adalah salah satu bentuk ibadah. Berdoa hanya kepada

Allah berarti hanya mengakui keberadaan Allah semata sebagai Dzat yang

Maha Mengabulkan segala permohonan dan permintaan manusia. Pada

konteks ini, seluruh responden sebanyak 48 orang tua siswa (100 %)

menyatakan bahwa mereka selalu mendorong anak untuk selalu berdoa

kepada Allah dalam segala kepentingan.

(6) Apakah Bapak/Ibu mengajari anak dalan tata cara berdoa yang baik sesuai tuntunan Islam?

Berdoa kepada Allah berarti memohon persetujuan Allah dalam

sesuatu perkara yang dihadapi manusia. Memohon persetujuan Allah tentu

memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi manusia. Di antaranya

adalah tata cara atau adab berdoa. Tata cara berdoa ini selayaknya

diajarkan oleh orang tua kepada anaknya agar menjadi kebiasaan yang

melekat dalam diri anak.

Dari 48 responden, 22 orang tua siswa (45,83 %) menyatakan

bahwa mereka selalu mengajari anak dalan tata cara berdoa yang baik

sesuai tuntunan Islam, kemudian 10 orang tua siswa (20,83 %) menyata-

Page 64: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

19

kan sering mengajari hal tersebut kepada anaknya. Sementara itu, 12 orang

tua siswa lainnya (25,00 %) menyatakan kadang-kadang saja mengajari

anak tata cara berdoa yang baik.

(7) Apakah Bapak/Ibu mendorong dan memberikan contoh untuk selalu mengingat Allah dalam berbagai kesempatan?

Selaku orang tua, mengingatkan dan mendorong anak untuk selalu

mengingat Allah dalam berbagai keadaan dan kesempatan adalah kewajib-

an yang utama. Dari 48 responden yang memberikan jawaban, ternyata 26

orang tua siswa (54,17 %) menyatakan selalu mendorong dan memberikan

contoh untuk selalu mengingat Allah dalam berbagai kesempatan dan

keadaan, 12 orang tua siswa (25,00 %) menyatakan sering, dan 10 (20,83

%) orang tua siswa menyatakan kadang-kadang saja mendorong dan

memberikan contoh untuk selalu mengingat Allah dalam berbagai keadaan

dan kesempatan.

Kesimpulan sementara atas subvariabel mengajarkan anak untuk memiliki ketergantungan kepada Allah dalam segala aspek kehidupan

Secara keseluruhan pada subvariabel ini diperoleh data sebagai

berikut.

Tabel 4.4

Rekapitulasi data subvariabel mengajarkan anak untuk memiliki ketergantungan kepada Allah dalam segala aspek kehidupan

Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak

Pernah

Subjumlah 96 22 22 2 2

Persentase (%) 66,67 15,28 15,28 1,39 1,39

Page 65: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

20

Berdasarkan tabel 1.37 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar

orang tua siswa (66,67 %) ternyata mereka memberikan pendidikan dan

keteladanan untuk selalu memiliki ketergantungan kepada Allah SWT

dalam segala urusan. Bahkan jika data di atas ditambah lagi dengan orang

tua siswa yang menyatakan sering, maka jumlah tersebut akan menjadi

81,95 %.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orang tua siswa telah

melakukan tugasnya dengan baik dalam hal mengajarkan anak untuk

memiliki ketergantungan hanya kepada Allah SWT semata dalam berbagai

urusan.

d. Analisis atas subvariabel mengajarkan anak untuk mencintai

Allah dan Rasul-Nya

Pada subvariabel ini terdapat 2 (dua) buah item pertanyaan yang

dapat dianalisis sebagai berikut ini.

(8) Apakah Bapak/Ibu memberikan keyakinan bahwa Al-Quran bukan sekedar harus dibaca, tetapi juga dimengerti dan dipegang teguh sebagai pedoman hidup?

Al-Quran merupakan kitab yang harus menjadi pedoman hidup

bagi setiap Muslim dalam menjalankan kehidupannya di muka bumi agar

selamat di dunia maupun di akhirat. Keberadaan seperti ini harus selalu

diyakinkan kepada anak sehingga anak mengerti dan memahami dengan

baik.

Dari 48 responden yang memberikan jawaban, ternyata 46 orang

tua siswa (95,83 %) menyatakan bahwa mereka selalu memberikan

Page 66: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

21

keyakinan kepada anak-anaknya bahwa Al-Quran bukan sekedar harus

dibaca, tetapi juga dimengerti dan dipegang teguh sebagai pedoman hidup,

sedangkan 2 orang lainnya menyatakan sering memberikan keyakinan ter-

sebut kepada anak-anaknya.

(9) Apakah Bapak/Ibu memberikan pembelajaran tentang mana yang diperintah Allah dan mana yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya?

Menaati perintah dan larangan Allah dan rasul-Nya adalah kunci

kesuk-sesan di dunia dan di akhirat. Pengertian ini harus selalu ditanam-

kan dalam diri anak sehingga menjadi bagian dari kehidupannya. Dari 48

responden yang memberikan jawaban, ternyata 45 orang tua siswa (93,75

%) menyatakan bahwa mereka selalu memberikan pembelajaran tentang

mana yang diperintah Allah dan mana yang dilarang oleh Allah dan Rasul-

Nya, sedangkan 3 orang tua lainnya (6,25 %) menyatakan sering

melakukan hal tersebut.

Kesimpulan sementara variabel cara orang tua dalam menanamkan akidah ke dalam diri putra-putrinya yang duduk di MTs Al-Muawanah Cianjur melalui pendidikan di lingkungan keluarga

Dari 9 item pertanyaan yang dijawab oleh seluruh responden, diperoleh

data kumulatif sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini.

Page 67: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

22

Tabel 4.5

Rekapitulasi data variabel cara orang tua dalam menanamkan akidah ke dalam diri putra-putrinya yang duduk di MTs Al-Muawanah Cianjur melalui

pendidikan di lingkungan keluarga

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak

Pernah

Subvariabel 1 96 0 0 0 0

Subvariabel 2 90 6 0 0 0

Subvariabel 3 96 22 22 2 2

Subvariabel 4 91 5 0 0 0

JUMLAH 373 33 22 2 2

Persentase 86,343 7,369 5,093 0,463 0,463

Dari data di atas dapat diperoleh informasi bahwa sebanyak 86,343 %

orang tua siswa selalu memiliki motivasi yang tinggi dalam hal menanamkan

akidah ke dalam diri anak-anaknya yang bersekolah di MTs Al-Muawanah

Cianjur, sedangkan sisanya berada jauh di bawah.

Dari setiap subvariabel yang diajukan, dapat dilihat bahwa hampir

seluruh orang tua siswa menyatakan bahwa pembinaan dan penanaman akidah

Islam dalam diri anak merupakan tugas utama yang dapat mengalahkan

segala-galanya.

Sevara visual, data hasil penelitian pada variabel ini dapat dilihat

melalui grafik berikut.

Page 68: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

23

Cara orang tua menanamkan akidah

Gambar 4.1

Cara Orang Tua Siswa Menanamkan Kebiasaan Beribadah kepada Putra-putrinya Melalui Pendidikan di Lingkungan Keluarga.

Pada variabel rumusan masalah ini terdapat 2 subvariabel relevan,

yakni mengajari anak tata cara beribadah yang benar dan baik, serta men-

didik dengan cara memberikan keteladanan. Pada kedua subvariabel ini

dirumuskan 5 indikator yang terdiri atas mengajari shalat, mengajari mem-

baca Al-Quran, memberi contoh beribadah, memberi contoh sopan santun,

dan memberi contoh membaca Al-Quran.

Kedua subvariabel dengan lima indikator di atas diuraikan dalam

10 (sepuluh) item pertanyaan sebagaimana terurai di bawah ini.

a. Analisis atas subvariabel mengajari tata cara beribadah yang

benar dan baik

Pada subvariabel ini terdapat 5 (lima) item pertanyaan sebagaimana

terurai dalam analisis di bawah ini.

SL

SR KJ

TP

Keterangan: SL = Selalu : 86,343 SR = Sering : 7,369 K = Kadang-kadang : 5,093 J = Jarang : 0,463 TP = Tidak Pernah : 0,463

Page 69: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

24

(10) Apakah Bapak/Ibu mengajarkan tata cara berwudlu yang benar dan baik kepada putra-putri Bapak/Ibu?

Sebagian besar orang tua beranggapan bahwa mengajari tata cara

berwudlu dan shalat adalah tugas guru mengaji di mesjid atau guru pen-

didikan agama Islam di sekolah, sehingga banyak orang tua tidak memper-

hatikan tata cara berwudlu anaknya apakah sudah benar dan baik ataukah

belum. Sementara itu, tata cara berwudlu yang benar tentulah mengacu

kepada dalil-dalil yang ada, yakni hadits yang shahih.

Dari 48 responden yang memberikan pernyataan, ternyata masing-

masing 3 orang tua siswa (6,25 %) dan 19 orang tua siswa (39,58 %) me-

nyatakan selalu dan sering mengajari anak-anak mereka untuk berwudlu

dengan benar dan baik. Akan tetapi, sebagian lainnya, yakni 20 orang tua

siswa (41,67 %) dan 6 orang tua siswa (12,50 %) menyatakan kadang-

kadang dan jarang mengajari anaknya tata cara berwudlu dengan benar

dan baik. Kelompok inilah yang menganggap bahwa tata cara tersebut

merupakan tanggung jawab guru mengaji atau guru PAI di sekolah.

(11) Apakah Bapak/Ibu mengajarkan tata cara shalat yang benar dan baik kepada putra-putri Bapak/Ibu berdasarkan dalil-dalil yang ada?

Sebagaimana cara mengajarkan tata cara berwudlu, kebanyakan

orang tua selalu memiliki anggapan bahwa tata cara shalat yang benar dan

baik adalah tugas dan tanggung jawab guru mengaji di mesjid dan atau

guru mata pelajaran PAI (khususnya guru Fiqh) di sekolah. Akibatnya,

jarang sekali orang tua yang mengontrol apakah anaknya telah melakukan

shalat dengan benar dan baik ataukah belum.

Page 70: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

25

Asumsi di atas ternyata dapat dibuktikan berdasarkan data hasil

penelitian. Dari 48 responden yang memberikan jawaban, ternyata hanya 2

orang tua siswa (4,17 %) dan 9 orang tua siswa (18,75 %) yang

memberikan pernyataan selalu dan sering mengajarkan anak-anak mereka

tata cara shalat yang benar dan baik berdasarkan dalil-dalil yang ada.

Sementara itu, 15 orang tua siswa (31,25 %) menyatakan kadang-kadang,

12 orang tua siswa (25,00 %) menyatakan jarang, dan 10 orang tua siswa

(20,83 %) menyatakan tidak pernah mengajarkan tata cara shalat dengan

benar dan baik berdasarkan dalil-dalil yang ada. Pada umumnya, para

orang tua siswa mengajari anak-anaknya melakukan shalat sebagaimana

yang ia lakukan sendiri seperti yang diterimanya dahulu.

(12) Apakah Bapak/Ibu mengajarkan bacaan-bacaan shalat yang benar dan baik sesuai dalil-dalil yang ada?

Shalat adalah media komunikasi manusia dengan Allah Al-Khaliq.

Oleh karena itu, baik tata cara maupun bacaannya harus benar dan baik

sebagaimana yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Untuk

mengetahui bahwa sesuatu itu dicontohkan oleh Rasulullah SAW, orang

perlu mengetahui dan memahami hadits-hadits yang relevan dengan sanad

shahih. Tugas mengajari anak untuk melafalkan bacaan shalat yang benar

dan baik tersebut bukan hanya terletak pada guru mengaji atau guru PAI di

sekolah, melainkan juga merupakan tugas dan tanggung jawab orang tua

siswa di rumah.

Dari 48 responden yang memberikan jawaban, masing-masing 2

orang tua siswa (4,17 %) menyatakan selalu dan sering mengajarkan baca-

Page 71: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

26

an-bacaan shalat yang benar dan baik sesuai dalil-dalil yang ada. Akan

tetapi, sebagian besar orang tua siswa menyatakan kadang-kadang (dipilih

oleh 18 orang tua siswa atau sebanyak 37,50 %), jarang (dipilih oleh 14

orang tua siswa atau sebanyak 29,17 %), dan tidak pernah (dipilih oleh 12

orang tua siswa atau sebanyak 25,00 %) mengajarkan bacaan-bacaan

shalat yang benar dan baik sesuai dalil-dalil yang ada.

(13) Apakah Bapak/Ibu mengajarkan anak membaca Al-Quran?

Setiap Muslim yang baik seharusnya dapat membaca Al-Quran

sebagai kitab suci dan pedoman hidup. Pendidikan membaca Al-Quran

pertama kali seharusnya dilakukan oleh orang tua.

Dari 48 responden orang tua siswa, ternyata 37 orang (77,08 %)

menyatakan bahwa mereka mengajarkan anak membaca Al-Quran,

sedangkan 8 orang tua siswa (16,67 %) menyatakan sering mengajari

anaknya membaca Al-Quran, dan 3 orang tua siswa (6,25 %) menyatakan

kadang-kadang saja mengajarkan membaca Al-Quran kepada anaknya.

(14) Apakah Bapak/Ibu mengajari anak untuk memahami makna ayat-ayat Al-Quran yang dibacanya?

Selain dibaca, Al-Quran harus pula dipahami. Sebagai pedoman

hidup bagi seluruh Muslim, isi kandungan Al-Quran seharusnya dipahami

dan dapat dijalankan. Oleh karena itu, selain mengajarkan membaca, orang

tua juga selayaknya mengajari anaknya pula untuk memahami isi

kandungan Al-Quran.

Page 72: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

27

Dari 48 responden, ternyata masing-masing sebanyak 2 orang tua

siswa (4,17 %) dan 4 orang tua siswa (8,33 %) menyatakan selalu dan

sering mengajarkan kepada anaknya untuk memahami isi kandungan Al-

Quran melalui ayat-ayat yang dibacanya. Sementara itu, 3 orang tua siswa

(6,25 %) menyatakan kadang-kadang saja mengajari anaknya untuk

memahami isi kandungan Al-Quran. Akan tetapi, sebagian besar orang tua

siswa, yakni 39 orang atau sebesar 81,25 %, menyatakan bahwa mereka

jarang mengajari anaknya untuk memahami makna ayat-ayat Al-Quran

yang dibacanya, sehinga kegiatan membaca Al-Quran baru terbatas pada

mengajari tata cara membaca belaka dan belum memahami maknanya.

Kesimpulan sementara subvariabel mengajari tata cara ibadah

Secara akumulatif, data yang diperoleh pada subvariabel ini adalah

sebagai berikut.

Tabel 4.6

Rekapitulasi data subvariabel mengajari tata cara ibadah

Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak

Pernah

Subjumlah 46 42 59 71 22

Persentase 19,17 17,5 24,58 29,58 9,17

Tata cara ibadah yang diajarkan orang tua siswa kepada anak-

anaknya yang duduk di MTs Al-Muawanah Cianjur ternyata tidak

didasarkan atas pemahaman mendalam tentang syariah Islam yang benar.

Hal ini terlihat dari pernyataan orang tua siswa sebanyak 19,17 % yang

Page 73: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

28

menyatakan selalu mengajarkan tata cara ibadah (shalat dan mem-baca Al-

Quran) sesuai dengan dalil yang ada, dan 17,5 % sering melaku-kannya

sehingga jumlah pernyataan pada konteks ini menjadi 32,67 %. Sementara

itu, orang tua yang menyatakan kadang-kadang sebesar 24,58 %, jarang

sebesar 29,58, dan tidak pernah sebesar 9,17 %.

Dari data tersebut dapat terlihat bahwa para orang tua siswa meng-

ajari anak-anaknya tata cara shalat tanpa didasari dalil-dalil shahih yang

mendukungnya. Demikian pula dengan membaca Al-Quran, para orang

tua tidak mengajari anaknya untuk memahami ayat-ayat Al-Quran yang

dibacanya.

b. Analisis atas subvariabel mendidik dengan memberikan

keteladanan

Pada subvariabel ini terdapat 5 (lima) item pertanyaan yang dijawab

oleh para responden dengan rincian sebagai berikut.

(15) Apakah Bapak/Ibu memberikan contoh bagaimana tata cara berwudlu dengan benar kepada anak Bapak/Ibu?

Dari 48 rang tua siswa sebagai responden, masing-masing 8 orang

tua siswa (16,67 %) dan 10 orang tua siswa (20,83 %) menyatakan selalu

dan sering memberikan contoh tentang tata cara berwudlu dengan benar.

Sementara itu, 21 orang tua siswa (43,75 %) menyatakan kadang-kadang

saja memberikan contoh tata cara berwudlu kepada anak-anaknya.

Sedangkan masing-masing 5 dan 4 orang tua siswa menyatakan jarang dan

tidak pernah memberikan contoh tata cara berwudlu kepada anaknya.

Page 74: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

29

(16) Apakah Bapak/Ibu mengajak anak untuk shalat berjamaah, baik di masjid atau di rumah?

Shalat berjamaah memiliki dua tujuan bagi anak. Pertama,

melaksanakan anjuran Rasulullah SAW dan kedua sebagai media

pendidikan bagi anak untuk melihat dan mengalami sendiri bagaimana

suasana dan tata cara shalat yang baik dan benar.

Dari 48 responden yang memberikan jawaban, ternyata 30 orang

tua siswa (62,50 %) memberikan pernyataan selalu mengakak anaknya

untuk shalat berjamaah, baik di masjid (bagi anak laki-laki) ataupun di

rumah (bagi anak perempuan), sedangkan 16 orang tua siswa (33,33 %)

menyatakan sering mengajak anaknya untuk shalat berjamaah. Hanya 2

orang tua siswa (4,17 %) yang menyatakan kadang-kadang mengajak

anaknya untuk shalat berjamaah. Pada konteks ini ternyata hampir seluruh

orang tua menjalankan fungsinya sebagai pemberi teladan kepada anaknya

untuk mengajak shalat berjamaah.

(17) Apakah Bapak/Ibu memberikan contoh shalat tepat waktu kepada anak-anak?

Rasulullah SAW selalu menganjurkan ummatnya untuk shalat

tepat pada waktunya. Mengajari anak untuk shalat tepat waktu belumlah

lengkap jika tanpa disertai keteladanan orang tua siswa, yakni dengan

memberikan contoh yang nyata.

Page 75: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

30

Dari 48 responden, ternyata hanya 12 orang tua siswa yang terdiri

atas 3 orang tua siswa (6,25 %) yang menyatakan selalu dan 9 orang tua

(18,75 %) yang menyatakan sering memberikan contoh kepada anak-

anaknya untuk shalat tepat waktu. Sedangkan sebagian besar orang tua

siswa, yakni 31 orang (64,58 %) yang menyatakan kadang-kadang saja

memberikan contoh shalat tepat pada waktunya, dan 5 orang tua siswa

(10,42 %) menyatakan jarang memberikan contoh seperti itu.

(18) Apakah Bapak/Ibu memberikan contoh melafalkan bacaan shalat yang benar dan baik kepada anak? (misalnya ketika Bapak/Ibu bertindak sebagai imam dan anak bertindak sebagai ma’mum)

Masing-masing 7 orang tua siswa (14,58 %) dan 9 orang tua siswa

(18,75 %) menyatakan bahwa mereka selalu dan sering memberikan

contoh melafalkan bacaan shalat yang benar dan baik kepada anak ketika

orang tua bertindak sebagai imam dan anak bertindak sebagai ma’mum.

Sementara itu, 22 orang tua siswa (45,83 %) menyatakan kadang-kadang,

8 orang tua siswa (16,67 %) menyatakan jarang, dan 2 orang tua siswa

(4,17 %) menyatakan tidak pernah memberikan contoh melafalkan bacaan

shalat ketika mereka bertindak sebagai imam pada shalat berjamaah.

Data analisis ini menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua

siswa tidak melakukan upaya agar lafal bacaan mereka ketika shalat

terdengar oleh anak-anak mereka pada saat menjadi imam shalat

berjamaah. Bahkan, ada di antaranya yang sama sekali tidak memberikan

contoh melafalkan bacaan shalat.

Page 76: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

31

(19) Apakah Bapak/Ibu memberikan contoh membaca Al-Quran setiap hari pada waktu tertentu?

Al-Quran adalah kitab suci dan pedoman hidup yang selayaknya

dibaca secara tetap pada waktu-waktu tertentu secara berkala. Misalnya

sekali dalam sehari sehabis shalat Maghrib, atau waktu lainnya. Kebiasaan

orang tua dalam membaca Al-Quran secara tetap ini akan diserap oleh

anak dan dijadikan contoh bagi mereka sehingga mereka mengikuti

kebiasaan baik ini.

Dari 48 responden orang tua siswa, sebanyak 15 orang tua siswa

(31,25 %) dan 20 orang tua siswa (41,67 %) menyatakan selalu dan sering

memberikan contoh membaca Al-Quran setiap hari pada waktu tertentu.

10 reponden (20,83 %) penyatakan kadang-kadang membaca Al-Quran,

dan 3 responden (6,25 %) menyatakan jarang membaca Al-Quran.

Kesimpulan sementara subvariabel mendidik dengan memberikan keteladanan

Dari 5 item pertanyaan yang dijawab oleh orang tua siswa sebagai

responden, secara akumulatif diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 4.7

Rekapitulasi data subvariabel mendidik dengan memberikan keteladanan

Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak

Pernah

Subjumlah 63 64 86 21 6

Persentase 26,25 26,67 35,83 8,75 2,50

Page 77: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

32

Berdasarkan tabel di atas dapat disusun kesimpulan sementara

bahwa pada umumnya orang tua siswa memberikan keteladanan kepada

anaknya dalam melaksanakan pendidikan ibadah. Hal ini dibuktikan

dengan jumlah pernyataan selalu dan sering yang diberikan orang tua

siswa yang mencapai jumlah 127 jawaban atau 52,82 %. Sedangkan

siswnya tersebar pada jawaban kadang-kadang (353,83 %), serta jarang

(8,75 %) dan tidak pernah (2,50 %).

Dengan keadaan data seperti ini, jelaslah bahwa kebiasaan

keteladanan telah dilakukan oleh orang tua siswa dalam keluarga mereka

masing-masing. Diduga hal seperti ini telah dilakukan secara turun-

temurun dalam keluarga Muslim di Cianjur sejak dahulu kala. Adapun

munculnya sikap orang tua yang tidak memberikan keteladanan (mem-

berikan contoh), diduga hal tersebut sebagai akibat dari meningkatnya

kesulitan hidup yang dialami oleh sebagian besar masyarakat dari strata

sosial menengah ke bawah dewasa ini.

Kesimpulan variabel rumusan masalah: cara orang tua siswa dalam menanamkan kebiasaan beribadah kepada putra-putrinya yang duduk di MTs Al-Muawanah Cianjur melalui pendidikan di lingkungan keluarga

Berdasarkan jawaban-jawaban yang diberikan oleh 48 responden

terhadap 10 item pertanyaan yang diberikan pada variabel ini, diperoleh

data akumulatif sebagai berikut.

Page 78: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

33

Tabel 4.8

Rekapitulasi data variabel cara orang tua siswa dalam menanamkan kebiasaan beribadah kepada putra-putrinya yang duduk di MTs Al-

Muawanah Cianjur melalui pendidikan di lingkungan keluarga

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak

Pernah

Subvariabel 1 46 42 59 71 22

Subvariabel 2 63 64 86 21 6

JUMLAH 109 106 145 92 28

Persentase (%) 22,708 22,083 30,208 19,167 5,833

Dari 10 item pertanyaan yang dijawab oleh 48 responden, 22,708

% orang tua siswa selalu memberikan motivasi dalam menanam-kan

kebiasaan beribadah kepada anak-anaknya melalui lingkungan keluarga.

Kemudian 22,083 % orang tua siswa sering memberikan motivasi dalam

menanamkan kebiasaan beribadah kepada anak-anaknya melalui

lingkungan keluarga. Jika dijumlahkan, orang tua siswa yang memiliki

motivasi besar dalam menanamkan kebiasaan beribadah kepada anaknya

ini masih berada dalam tahap cukup, yakni 44,791 %. Sementara itu,

jumlah orang tua siswa yang berada pada tingkat kadang-kadang

memotivasi anak berada pada tahap 30,208 %. Sedangkan sisanya yang

berjumlah 19,167 % dan 5,833 % berada pada tingkat jarang dan tidak

pernah memberikan motivasi dalam menanamkan kebiasaan beribadah

kepada anak-anaknya.

Penanaman kebiasaan beribadah oleh orang tua siswa kepada anak-

anaknya yang bersekolah di MTs Al-Muawanah Cianjur ini dilakukan

Page 79: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

34

secara komunikatif dan persuasif, yakni dengan cara mengajak dan

memberikan contoh keteladanan. Mengajari dan memberi-kan keteladanan

dalam beribadah pada dasarnya sudah merupakan kebiasaan dalam

masyarakat Muslim di Cianjur sejak zaman dahulu. Akan tetapi, sedikit

demi sedikit terjadi perubahan kultur masyarakat dengan mulai

meninggalkan kebiasaan yang baik ini.

Secara visual, data di atas dapat digambarkan dalam grafik di

bawah ini.

Cara orang tua menanamkan kebiasaan beribadah

22,083

22,708 5,833

19,167

30,208

Gambar 4.2

Cara Orang Tua Siswa Menanamkan Pendidikan Akhlaq kepada Putra-putrinya Melalui Pendidikan di Lingkungan Keluarga.

Pada variabel rumusan masalah ini terdapat empat subvariabel

yang terdiri atas mendidik akhlak anak, menyampaikan pendidikan secara

SL

K

SR

J

TP

Keterangan: SL = Selalu : 22,708 SR = Sering : 22,083 K = Kadang-kadang : 30,208 J = Jarang : 19,167 TP = Tidak Pernah : 5,833

Page 80: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

35

komunikatif, menjadi motivator bagi anak, dan menjadi konsultan bagi

anak. Pada variabel ini terdapat 11 (sebelas item) yang setelah disebarkan

kepada orang tua siswa sebagai responden diperoleh data yang dianalisis

sebagaimana terurai di bawah ini.

a. Analisis subvariabel mendidik akhlaq anak

Pada subvariabel mendidik akhlaq anak ini terdapat 6 item per-

tanyaan yang diajukan berdasarkan indikator-indikator mengajari sopan

santun kepada orang tua dan mengajari sopan santun kepada sesama

manusia. Analisis yang dilakukan menghasilkan penjelasan sebagai

berikut.

(20) Apakah Bapak/Ibu mengajari putra/putri Bapak/Ibu untuk bersikap baik kepada ayah dan ibu?

Dari 48 responden yang mengisi angket, sebanyak 40 orang tua

siswa (83,33%) menyatakan bahwa mereka selalu mengajarkan kepada

anak-anaknya untuk bersikap baik kepada kedua orang tuanya, sedangkan

6 orang tua siswa (12,50%) menyatakan sering mengajarkan hal itu. Ada 2

orang tua siswa (4,17%) yang kadang-kadang saja mengajarkan anaknya

untuk bersikap baik kepada kedua orang tuanya.

Pada konteks ini, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar orang

tua siswa mengajari anak-anak mereka untuk selalu berikap baik kepada

kedua orang tua. Hal ini didasarkan kepada ajaran agama yang meng-

haruskan setiap anak untuk berlaku dan bersikap baik kepada orang

tuanya, khususnya kepada ibunya.

Page 81: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

36

(21) Apakah Bapak/Ibu mengajari putra/putri Bapak/Ibu untuk berlaku baik terhadap saudara-saudaranya?

Dari 48 responden, terdapat 34 orang tua siswa (70,83%) yang

menyatakan bahwa mereka selalu mengajari anak-anaknya untuk berlaku

baik dan santun kepada saudara-saudaranya. 11 orang tua siswa (22,92%)

menyatakan bahwa mereka sering mengajari anaknya untuk bersikap

santun kepada saudara-saudaranya. Sedangkan 3 orang tua siswa (6,25%)

menyatakan kadang-kadang saja mengajari anak untuk bersikap baik

kepada saudara-saudaranya.

Pada konteks ini sebagian besar orang tua siswa (34 orang yang

menyatakan selalu dan 11 orang yang menyatakan sering, sehingga

seluruhnya berjumlah 45 orang atau 93,75%) menyatakan bahwa mereka

mengajari anak-anak mereka untuk berlaku dan bersikap baik dan santun

kepada saudara-saudaranya.

(22) Apakah Bapak/Ibu mengajari putra/putri Bapak/Ibu untuk berbicara dengan bahasa yang baik?

Dari 48 responden yang mengisi angket, 32 orang tua siswa

(66,67%) menyatakan bahwa mereka selalu mengajari anaknya untuk

berbicara dengan bahasa yang baik, sedangkan 10 orang tua siswa

(20,83%) menyatakan sering mengajari anaknya untuk bericara dengan

bahasa yang baik, dan 6 orang tua siswa (12,50%) menyatakan kadang-

kadang saja mengajarinya.

Page 82: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

37

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar orang

tua siswa memberikan pernyataan bahwa mereka mengajari anak-anak

mereka untuk bericara dengan menggunakan bahasa yang baik. Hal ini

dapat terlihat dari jumlah orang tua yang menyatakan selalu (32 orang) dan

sering (10 orang), sehingga seluruhnya mencapai 42 orang tua siswa atau

sebesar 87,50%.

(23) Apakah Bapak/Ibu mengajari putra/putri Bapak/Ibu untuk bersikap baik kepada sesama teman dan orang lain?

28 responden (58,33%) dari 48 orang tua siswa menyatakan bahwa

mereka selalu mengajari anak-anaknya untuk bersikap baik kepada sesama

temannya serta orang lain. Sementara itu, 12 orang tua siswa (25,00%)

menyatakan sering, 4 orang tua siswa (8,33%) menyatakan kadang-

kadang, dan 4 responden lainnya (8,33%) menyatakan jarang mengajari

anaknya untuk bersikap baik kepada sesama temannya serta orang lain.

Sebagian besar orang tua siswa ternyata mengajari anak-anaknya

untuk bersikap baik kepada teman-teman sesamanya. Hal ini dapat dilihat

dari jumlah orang tua yang memberikan pernyataan selalu (28 orang) serta

yang menyatakan sering (12 orang) sehingga seluruhnya berjumlah 40

orang atau 83,33 %.

(24) Apakah Bapak/Ibu mengajari putra/putri Bapak/Ibu untuk membiasakan diri menjamu teman-temannya dan atau orang lain jika mereka berkunjung ke rumah?

Dari 48 responden yang menyampaikan angket yang telah diisinya,

21 orang tua siswa (43,75%) orang tua siswa menyatakan bahwa mereka

Page 83: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

38

selalu mengajari anak-anak untuk membiasakan diri menjamu teman atau

orang lain jika mereka berkunjung ke rumah. 14 orang tua siswa (29,17%)

menyatakan diri sering, 8 orang tua siswa (16,67%) menyatakan kadang-

kadang, dan 5 orang tua siswa (10,42%) menyatakan jarang mengajari

anak mereka untuk membiasakan menjamu teman-temannya atau orang

lain jika mereka berkunjung ke rumah.

Meskipun orang tua yang menyatakan selalu mengajari anak-anak

untuk membiasakan diri menjamu teman atau orang lain jika mereka ber-

kunjung ke rumah hanya mencapai 43,74 % (21 orang), apabila

diakumulasikan dengan orang tua yang menyatakan sering sebanyak 29,17

% (14 orang), maka sebagian besar orang tua siswa (35 orang atau 72,95

%) pada dasarnya mengajari anak-anak mereka untuk membiasakan diri

menjamu teman-temannya apabila mereka berkunjung ke rumahnya.

(25) Apakah Bapak/Ibu mengajari putra/putri Bapak/Ibu untuk berbicara dengan bahasa yang baik kepada semua orang?

Dari 48 responden yang mengisi angket, 20 orang tua siswa

(41,67%) menyatakan bahwa mereka selalu mengajari anak-anaknya untuk

berbicara dengan menggunakan bahasa yang baik kepada semua orang,

dan 15 orang tua siswa (31,25%) menyatakan sering mengajari hal itu

kepada anak-anaknya. Sementara itu, masing-masing 7 orang tua siswa

(14,58%) dan 6 orang tua siswa (12,50%) menyatakan kadang-kadang dan

jarang mengajari anak-anak mereka untuk berbicara dengan bahasa yang

baik kepada semua orang.

Page 84: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

39

Dari data ini diketahui bahwa sebagian besar orang tua siswa,

yakni 35 orang (72,92%) mengajari anak-anaknya untuk berbicara dengan

menggunakan bahasa yang baik kepada semua orang.

Kesimpulan sementara atas subvariabel mendidik akhlaq anak

Secara akumulatif, data yang diperoleh pada subvariabel ini adalah

sebagai berikut.

Tabel 4.9

Rekapitulasi data subvariabel mendidik akhlaq anak

Pernyataan Selalu Sering Kadnag-kadang Jarang Tidak

Pernah

Subjumlah 175 68 30 15 0

Persentase 60,76 23,61 10,42 5,21 0

Dari 6 item yang diajukan kepada responden, ternyata terdapat 175

jawaban yang menyatakan selalu dan 68 jawaban menyatakan sering.

Dengan kedua jawaban ini (175 + 68 = 243) atau sebesar 486

243x

x 100 % =

84,375 % orang tua siswa mendidik anak-anaknya membangun akhlaq

yang baik. Secara visual, data ini dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Page 85: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

40

Mendidik akhlak yang baik

Gambar 4.3

b. Analisis subvariabel mendidik secara komunikatif

Pada subvariabel ini terdapat 2 item pertanyaan yang diajukan

sehingga jumlah jawaban ideal adalah 96 jawaban. Kedua item ini

mengacu kepada indikator berbicara dengan lemah lembut kepada anak

dan dalam berbagai konteks orang tua memberi pengertian, bukan perintah

kepada anaknya.

(26) Apakah Bapak/Ibu berbicara kepada anak dengan cara yang lemah lembut, baik dalam pergaulan sehari-hari maupun pada saat mendidik anak?

Dari 48 responden orang tua siswa yang mengisi angket, ternyata

masing-masing 14 orang tua siswa (29,17 %) menyatakan selalu dan

sering bericara dengan cara yang lemah lembut kepada anaknya, baik

dalam pergaulan sehari-hari maupun pada saat membimbing belajar.

Keterangan: SL = Selalu : 60,76 SR = Sering : 23,61 K = Kadang-kadang : 10,42 J = Jarang : 5,21 TP = Tidak Pernah : 0,463

SL SR

K J

Page 86: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

41

Selanjutnya, masing-masing 16 orang tua siswa (33,33 %) dan 4 orang tua

siswa (8,33 %) menyatakan kadang-kadang dan jarang bericara kepada

anak dengan cara yang lemah lembut, baik dalam pergaulan sehari-hari

maupun pada saat mendidik anak.

(27) Apakah Bapak/Ibu menjelaskan tentang sesuatu kepada putra/putri Bapak/Ibu agar ia mengerti dan bukan memberi perintah untuk patuh?

Sebagian orang tua merasa bahwa mendidik adalah agar anak

mematuhi segala peraturan dan perintah orang tuanya. Sering terjadi

penerapan pendidikan ini dilakukan dengan cara memberikan perintah-

perintah untuk dipatuhi anak sehingga anak menjadi takut. Kondisi seperti

ini tidai seharusnya terjadi karena pendidikan yang benar adalah memberi-

kan pengertian kepada anak sehingga tumbuh kesadaran dalam diri anak

untuk melakukan sesuatu kebaikan tanpa harus disuruh atau diperintah.

Dari 48 responden yang mengisi angket, ternyata hanya ada 7

orang tua siswa (14,58 %) yang menyatakan selalu memberikan penjelasan

dan pengertian kepada anak tentang sesuatu dan bukan memberikan

perintah untuk dipatuhi, kemudian 12 orang tua siswa (25,00 %) menyata-

kan sering melakukannya. Sementara itu, masing-masing 23 orang tua

siswa (47,92 %), 4 orang tua siswa (8,33 %), dan 2 orang tua siswa (4,17

%) menyatakan kadang-kadang, jarang, dan sama sekali tidak pernah

memberikan penjelasan dan pengertian tentang sesuatu kepada anak agar

anak menyadari dan bukan memberikan perintah-perintah yang harus

dipatuhi.

Page 87: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

42

Kesimpulan sementara hasil analisis subvariabel mendidik anak secara komunikatif

Secara akumulatif, data yang diperoleh pada subvariabel ini adalah

sebagai berikut.

Tabel 4.10

Rekapitulasi data subvariabel mendidik anak secara komunikatif

Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak

Pernah

Subjumlah 21 26 39 8 2

Persentase 21,88 27,08 40,63 8,33 2,08

Mendidik dengan cara komunikatif ternyata tidak sepenuhnya

diterapkan oleh orang tua siswa. Sebagian orang tua masih beranggapan

bahwa mendidik secara tegas dengan memberikan perintah-perintah untuk

dipatuhi merupakanm cara yang efektif dalam mendidik anak. Data hasil

penelitian menunjukkan bahwa hampir sebagian orang tua siswa (21,88 %

+ 27,08 % = 48,96 %) menyatakan bahwa pendidikan secara komunikatif

akan berhasil dilaksanakan dalam membentuk pribadi anak, sedangkan

sebagian orang tua lainnya (51,04 %) secara tersirat memberikan

pernyataan bahwa pendidikan yang diberikan kepada anak-anak tidak

dilakukan secara komunikatif.

Secara visual, gambaran kondisi ini dapat dilihat pada grafik

berikut ini.

Page 88: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

43

Mendidik secara komunikatif

Gambar 4.4

c. Analisis atas subvariabel menjadi motivator dalam belajar anak

Pada subvariabel ini terdapat 2 item pertanyaan yang dianggap

memiliki relevansi dengan subvariabel dan variabel rumusan masalah.

Karena jumlah responden adalah 48, maka jumlah jawaban ideal yang

akan diberikan oleh orang tua siswa adalah 2 x 48 = 96 jawaban yang

terdistribusi pada masing-masing item sebagai berikut.

(28) Apakah Bapak/Ibu mengatur jadwal belajar bagi anak secara bersama-sama?

Mengatur jadwal belajar bersama-sama anak di rumah merupakan

salah satu cara untuk mendekati anak agar anak mau belajar dengan

sukarela. Pengaturan ini tentu saja harus dilakukan secara komunikatif.

Dari 48 responden, tidak ada seorang pun orang tua siswa yang selalu dan

sering melakukan pengaturan jadwal belajar bersama anaknya di rumah.

Keterangan: SL = Selalu : 21,88 SR = Sering : 27,08 K = Kadang-kadang : 40,63 J = Jarang : 8,33 TP = Tidak Pernah : 2,08

SL

SR K

J

TP

Page 89: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

44

Kemudian, masing-masing 12 orang tua siswa (25,00 %) dan 10 orang tua

siswa (20,83 %) menyatakan kadang-kadang dan jarang saja melakukan

penyusunan jadwak belajar anak bersama-sama. Bahkan, 26 orang tua

siswa (54,17 %) menyatakan bahwa mereka sama sekali tidak pernah

melakukan penyusunan jadwal belajar bersama anak-anaknya di rumah.

(29) Apakah Bapak/Ibu memberikan penghargaan tertentu jika putra/putri Bapak/Ibu berhasil dalam belajar? (misalnya memberikan buku kepada anak ketika anak khatam Al-Quran, tamat shaum dalam bulan Ramadhan, memperoleh peringkat pertama di kelas, dsb.)

Penghargaan (reward) merupakan salah satu cara yang dapat

dilakukan orang tua dalam menumbuhkan dan mengembangkan motivasi

belajar anak. Pemberian penghargaan ini tidak selalu harus merupakan

barang-barang mahal, sebuah ucapan selamat yang tulus diberikan kepada

anak akan dapat merangsang motivasi mereka untuk belajar dengan baik.

Dari 48 responden yang memberikan jawaban, masing-masing 6

orang tua siswa (12,50 %) dan 11 orang tua siswa (22,92 %) menyatakan

selalu dan sering memberikan penghargaan kepada anaknya ketika anak-

anak mereka berprestasi dalam belajar. Akan tetapi, sebagian besar orang

tua siswa, yakni 16 orang (33,33 %), 8 orang (16,67 %), dan 7 orang tua

siswa (14,58 %) masing-masing menyatakan kadang-kadang, jarang, dan

sama sekali tidak pernah memberikan penghargaan kepada anaknya

apabila mereka mencapai prestasi tertentu dalam belajar.

Page 90: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

45

Kesimpulan sementara atas subvariabel menjadi motivator belajar

Secara akumulatif, data yang diperoleh pada subvariabel ini adalah

sebagai berikut.

Tabel 4.12

Rekapitulasi data subvariabel menjadi motivator belajar

Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak

Pernah

Subjumlah 6 11 28 18 33

Persentase 6,25 11,46 29,17 18,75 34,38

Orang tua adalah motivator utama bagi anaknya dalam mencapai

tujuan tertentu, termasuk keberhasilan belajar. Fungsi ini sangat dominan,

karena orang tua akan mendorong anaknya dengan penuh ketulusan dan

kasih sayang. Akan tetapi, banyak di antara orang tua tidak memahami

dengan benar bagaimana seharusnya memberikan dorongan yang efektif

kepada anaknya agar berprestasi. Bahkan, ada sebagian orang tua

beranggapan bahwa memberikan motivasi sama dengan memberikan

perintah-perintah serta membuat peraturan-peraturan yang harus dipatuhi

anak agar berhasil.

Pada subvariabel ini, ternyata hanya 17 orang tua siswa (6 dan 11

orang tua yang menyatakan selalu dan sering) atau 17,71 % yang mampu

menjadi motivator yang baik dalam pendidikan anak-anaknya. Sementara

Page 91: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

46

itu, 82,29 % orang tua siswa belum mampu menjadi motivator yang baik

dalam belajar anaknya.

Secara visual, kesimpulan di atas dapat dilihat pada grafik di

bawah ini.

Menjadi motivator belajar anak

Gambar 5

d. Analisis atas subvariabel menjadi konsultan dalam belajar anak

Pada subvariabel ini hanya terdapat satu pertanyaan yang dianggap

relevan dengan rumusan masalah yang diajukan. Data hasil penelitian

menunjukkan perolehan sebagai berikut.

Keterangan: SL = Selalu : 6,25 SR = Sering : 11,46 K = Kadang-kadang : 29,17 J = Jarang : 18,75 TP = Tidak Pernah : 34,38

SL SR

K J

TP

Page 92: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

47

(30) Apakah Bapak/Ibu memberikan alternatif pemecahan masalah kepada putra/putri Bapak/Ibu jika ia sedang mengalami kesulitan?

Orang tua akan selalu menjadi tumpuan dan tempat bertanya

seorang anak ketika ia sedang menghadapi masalah atau kesulitan. Pada

posisi ini selayaknya orang tua mampu menjadi konsultan yang dapat

memberikan alternatif pemecahan masalah bagi kesulitan anaknya. Bukan

mengerjakan pekerjaan anak, melainkan memberikan bantuan saran dan

penjelasan agar anak dapat menyelesaikan sendiri persoalan dan kesulitan

yang dihadapinya.

Dari 48 responden yang memberikan jawaban, ternyata masing-

masing hanya 2 orang tua siswa (4,17 %) dan 8 orang tua siswa (16,67 %)

yang memberikan pernyataan selalu dan sering membantu anaknya dengan

memberikan alternatif pemecahan masalah ketika anak sedang meng-

hadapi kesulitan. Sebagian besar orang tua siswa, yakni 19 orang tua siswa

(39,58 %) menyatakan kadang-kadang, 11 orang tua siswa (22,92 %)

menyatakan jarang, dan 8 orang tua siswa (16,67 %) menyatakan tidak

pernah memberikan alternatif pemecahan masalah ketika anak sedang

menghadapi kesulitan. Kondisi ini menunjukkan bahwa para orang tua

siswa di MTs Al-Muawanah Cianjur belum memahami dengan benar

fungsinya sebagai konsultan bagi anaknya.

Page 93: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

48

Kesimpulan sementara variabel rumusan masalah cara orang tua siswa dalam menanamkan pendidikan akhlaq kepada putra-putrinya yang duduk di MTs Al-Muawanah Cianjur melalui pendidikan di lingkungan keluarga

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada masing-masing sub-

variabel di atas, dapat disusun sebuah kesimpulan berdasarkan kumulasi

perolehan jawaban setiap item pada rumusan masalah ini.

Tabel 4.13

Rekapitulasi data variabel rumusan masalah cara orang tua siswa dalam menanamkan pendidikan akhlaq kepada putra-putrinya yang duduk di

MTs Al-Muawanah Cianjur melalui pendidikan di lingkungan keluarga

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak

Pernah

Subvariabel 1 175 68 30 15 0

Subvariabel 2 21 26 39 8 2

Subvariabel 3 6 11 28 18 33

Subvariabel 4 2 8 19 11 8

JUMLAH 204 113 116 52 43

Persentase (%) 38,64 21,40 21,97 9,85 8,14

Berdasarkan tabel akumulasi perolehan jawaban yang diberikan

oleh para responden di atas, dapat disusun kesimpulan bahwa cara orang

tua dalam menanamkan pendidikan akhlak kepada anak-anaknya yang

duduk di MTs Al-Muawanah Cianjur melalui pendidikan di lingkungan

keluarga relatif cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan jumlah persentase

pernyataan orang tua yang menyatakan selalu dan sering mencapai 60,04

%. Kelemahan rata-rata yang dimiliki oleh orang tua siswa adalah

menerapkan pendidikan dengan pendekatan komunikatif. Orang tua pada

Page 94: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

49

umumnya tidak menguasai bagaimana strategi pendidikan yang baik pada

lingkungan keluarga sehingga penanaman akhlaq dilakukan secara

konvensional sebagaimana mereka menerima dari para orang tua mereka

dahulu.

Secara visual, motivasi orang tua dalam menanamkan pendidikan

akhlaq bagi anak-anaknya dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Cara Orang Tua dalam Mendidik Akhlak Anak

Gambar 6

2. Aktivitas Keagamaan Para Siswa Kelas VIII MTs Al-Muawanah Cianjur dalam Kehidupan Sehari-hari

Variabel masalah aktivitas keagamaan siswa dalam kehidupan sehari-hari

diberikan kepada guru mata pelajaran PAI, pembina siswa, serta guru

bimbingan dan konseling yang seluruhnya berjumlah 7 orang. Pada

variabel rumusan masalah ini terdapat tiba subvariabel yang dijabarkan ke

dalam 12 pernyataan sebagai berikut.

Keterangan: SL = Selalu : 36,64 SR = Sering : 21,40 K = Kadang-kadang : 31,97 J = Jarang : 9,85 TP = Tidak Pernah : 8,14

SL

SR K

J TP

Page 95: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

50

(1) Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa melaksanakan shalat lima waktu.

Pada konteks ini 5 guru menyatakan bahwa siswa SELALU

melaksanakan shalat 5 waktu, dan 2 guru lainnya menyatakan

SERING melihat siswa melaksanakan shalat 5 waktu. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa memang menjalankan

kewajibannya dalam melaksanakan shalat 5 waktu.

(2) Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa melaksanakan shalat tepat waktu.

Pada konteks ini 1orang guru menyatakan bahwa siswa SELALU

melaksanakan shalat dengan tepat waktu, 4 guru menyatakan bahwa

siswa SERING melaksanakan shalat tepat waktu, dan 2 guru lainnya

menyatakan KADANG-KADANG saja siswa melaksanakan shalata 5

waktu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya

siswa melaksanakan shalat lima waktu berusaha untuk tepat waktu

dan tidak teringgal.

(3) Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa melaksanakan shalat sunat rawatib.

Dalam pelaksanaan shalat sunnah rawatib, 2 orang guru menyatakan

bahwa siswa SERING melaksanakannya, 4 orang guru menyatakan

KADANG-KADANG saja siswa melaksanakannya, dan 1 orang guru

menyatakan JARANG siswa melaksanakannya. Dari data ini dapat

disimpulkan bahwa sebagian siswa memang melaksanakan shalat

sunnat rawatib meskipun dalam frekuensi yang kadang-kadang saja.

Page 96: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

51

(4) Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa melaksanakan shalat sunat lainnya

Pada pelaksanaan shalat-shalat sunat lainnya, seperti shalat Dhuha,

qiyamul-lail, istikharah, dan shalat sunat lainnya, 4 orang guru

menyatakan bahwa siswa hanya KADANG-KADANG saja melak-

sanakannya, seddangkan 3 orang guru menyatakan JARANG melihat

siswa melaksanakannya. Berdasarkan data ini dapat disimpulkan

bahwa siswa jarang melaksanakan shalat sunnat lainnya dalam aktivi-

tas sehari-harinya. Pelaksanaan shalat malam yang dilakukan siswa

secara konsisten hanya terjadi pada bulan Ramadhan saja.

(5) Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa membaca Al-Quran secara teratur

Sebagian besar guru (5 orang) menyatakan bahwa siswa SELALU

membaca Al-Quran secara teratur setiap hari melalui kegiatan mengaji

di rumah atau sekitar rumahnya, sedangkan 2 guru lainnya menyata-

kan SERING menyaksikan siswa mengaji Al-Quran secara teratur.

Data ini menunjukkan bahwa siswa pada umumnya membaca Al-

Quran secara teratur.

(6) Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa membaca Al-Quran dengan benar.

2 orang guru menyatakan bahwa siswa SELALU membaca Al-Quran

dengan benar, 4 guru menyatakan SERING siswa membaca Al-Quran

dengan benar, dan 1 orang guru menyatakan KADANG-KADANG

saja siswa membaca Al-Quran dengan benar. Berdasarkan data ini

Page 97: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

52

dapat disimpulkan bahwa pada umumnya siswa dapat membaca AL-

Quran dengan benar.

(7) Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa memahami isi Al-Quran.

1 orang guru menyatakan bahwa siswa SELALU memahami isi Al-

Quran yang sedang dibacanya, 2 orang guru menyatakan SERING

siswa memahami isi Al-Quran yang dibacanya, dan 4 guru

menyatakan KADANG-KADANG saja siswa memahami isi Al-

Quran yang dibacanya. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa

siswa memang berusaha untuk memahami isi Al-Quran yang

dibacanya sesuai dengan kemampuannya.

(8) Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa berbicara santun terhadap orang tua.

Menurut pengamatan 1 irang guru, siswa SELALU berbicara santun

terhadap orang tua, 3 orang guru menyatakan bahwa siswa SERING

berbicara santun terhadap orang yang lebih tua, dan 3 guru lainnya

menyatakan bahwa siswa KADANG-KADANG saja berbicara santun

terhadap orang tua. Data ini menunjukkan bahwa siswa tidak

selamanya dapat bericara santun terhadap orang yang lebih tua.

(9) Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa berbicara santun dengan sesama.

Berdasarkan hasil pengamatan 4 orang guru, ternyata siswa

KADANG-KADANG saja berbicara santun dengan sesama temannya,

dan 3 orang guru menyatakan JARANG sekali siswa berbicara santun

Page 98: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

53

dengan sesama temannya. Data ini menunjukkan bahwa siswa belum

terbiasa berbicara santun dengan sesamanya.

(10) Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa berbicara santun dengan orang yang lebih muda.

4 orang guru mengamati bahwa siswa hanya KADANG-KADANG

saja memperhatian siswa berbicara santun ke[ada orang yang lebih

muda, dan 3 guru lainnya menyatakan bahwa siswa JARANG

berbicara santun terhadap orang yang lebih muda darinya. Data ini

menunjukkan bahwa sikap berbicara siswa belum menunjukkan

kualitas berkomunikasi yang santun dan baik.

(11) Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa melaksanakan kegiatan belajar secara teratur di sekolah maupun di rumah.

Berdasarkan pengamatan 2 orang guru, siswa ternyata SERING

melaksanakan kegiatan belajar secara teratur baik di sekolah maupun

di rumah. Sementara itu, 3 orang guru menyatakan bahwa siswa

KADANG-KADANG saja melaksanakan kegiatan berlajar secara

teratur, dan 2 guru lainnya menyatakan bahwa siswa JARANG

melaksanakan kegiatan belajar secara teratur. Data di atas

menunjukkan bahwa pada umumnya aktivitas belajar siswa belum

mencapai tahap yang diharapkan oleh sekolah, guru-guru, maupun

orangtuanya sendiri.

Page 99: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

54

(12) Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa memiliki kebiasaan berdiskusi dengan teman tentang pelajaran dan atau keilmuan lainnya.

Berdasarkan pengamatan 2 guru, siswa kelas VIII MTs Al-Muawanah

Cianjur KADANG-KADANG saja melakukan kegiatan diskusi

tentang pelajaran atau masalah keilmuan lainnya. Sementara itu, 3

guru lainnya menyatakan bahwa siswa JARANG melakukan kegiatan

diskusi tentang pelajaran atau masalah keilmuan lainnya, dan 2 orang

guru justru TIDAK PERNAH melihat siswa melaksanakan kegiatan

diskusi tentang pelajaran atau masalah keilmuan lainnya. Berdasarkan

data di atas dapat disimpulkan bahwa siswa pada umumnya belum

memiliki kebiasaan dalam kegiatan diskusi tentang pelajaran atau

masalah keilmuan lainnya secara mandiri.

Kesimpulan sementara tentang Aktivitas Keagamaan Para Siswa Kelas VIII MTs Al-Muawanah Cianjur dalam Kehidupan Sehari-hari

Berdasarkan pengamatan guru atas aktivitas keagamaan siswa di

lingkungan sekolah dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa pada umumnya

memiliki aktivitas keagamaan yang relatif cukup baik. Para siswa berusaha

tidak meninggalkan shalat wajib serta melaksanakan shalat-shalat sunat

secara teratur. Siswa juga secara teratur membaca Al-Quran melalui

berbagai cara, seperti mengikuti kegiatan pengajian, belajar mengaji di

luar rumah, atau membaca Al-Quran sendiri di rumah.

Akan tetapi, dalam konteks pergaulan, siswa belum menunjukkan sikap

bergaul yang baik. Hal ini dibuktikan dengan sikap siswa dalam

Page 100: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

55

berkomunikasi yang belum menunjukkan sikap santun dan sopan. Di sisi

lain, siswa juga belum memiliki kebiasaan mengisi waktu dengan

berdiskusi tentang masalah keilmuan.

3. Pengaruh Pendidikan Keagamaan yang Dibentuk Orangtua di Lingkungan Keluarga terhadap Kualitas dan Aktivitas Keagamaan para siswa MTs Al-Muawanah Cianjur sehari-hari.

Pada variabel ini terdapat tiga subvariabel yang terdiri atas kualitas

pendidikan akidah pada diri siswa, kualitas dan aktivitas pendidikan

ibadah pada diri siswa, serta kualitas pendidikan akhlak pada diri siswa.

Ketiga subvariabel di atas terbagi dalam 12 item pertanyaan sebagaimana

terurai di bawah ini.

a. Kualitas Hasil Pendidikan Akidah pada Diri Siswa

Pada variabel ini terdapat 5 (lima) item pertanyaan yang diajukan

kepada siswa dengan hasil rincian sebagai berikut.

(1) Apakah kamu hanya mempercayai adanya Allah dan tidak ada tuhan lain selain Allah?

Pada item ini seluruh siswa (sebanyak 48 orang siswa atau 100 %)

menjawab SELALU. Artinya, penanaman pendidikan akidah telah

berakar kuat dalam diri siswa sebagai bentuk keyakinan yang tidak

dapat ditawar-tawar lagi.

Page 101: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

56

(2) Apakah kamu tidak pernah mempercayai hal-hal lain selain

Allah?

Item pertanyaan ini dijawab SELALU oleh seluruh siswa sebagai

reponden (sebanyak 48 orang siswa atau 100 %) sebagai bentuk

pernyataan aplikatif dari keyakinan akidah yang dipegangnya.

(3) Apakah kamu membaca basmallah dalam setiap melakukan kegiatan

Sebagai muslim yang baik, seluruh siswa (sebanyak 48 orang siswa

atau 100 %) menyatakan bahwa mereka SELALU memulai kegiatan

dengan membaca basmallah. Keyakinan yang tertanam dalam diri

mereka bahwa tidak ada perbuatan baik yang sia-sia jika selalu diawali

dengan basmallah telah berakar dalam perilaku keseharian para siswa.

(4) Apakah kamu berdoa kepada Allah pada setiap kesempatan, terutama setelah melaksanakan shalat?

Dari 48 siswa sebagai responden, dengan jujur 46 siswa (95,83 %)

menyatakan SELALU dan 2 siswa lainnya menyatakan SERING

melakukan berdoa kepada Allah setiap kesempatan, terutama setelah

melaksanakan shalat wajib.

(5) Apakah kamu melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya dan menjauhi yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya (seperti mengerjakan shalat lima waktu, membaca Al-Quran, menjauhi perbuatan maksiyat, selalu berbuat baik kepada kedua orang tua, dan sebagainya)?

Aplikasi dari melaksanakan perintah Allah dan Rasulnya serta

menjauhi larangan Allah dan Rasul-Nya sangatlah luas. Pada konteks

ini, siswa diarahkan kepada hal-hal praktis yang terjadi di sekitar

Page 102: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

57

lingkungannya dan hal-hal yang dialaminya, seperti mengerjakan

shalat lima waktu, membaca Al-Quran, menjauhi perbuatan maksiyat,

selalu berbuat baik kepada kedua orang tua, dan sebagainya.

Dari 48 siswa sebagai responden, seluruhnya (100 %) siswa

menyatakan SELALU melakukan hal-hal tersebut. Artinya, seluruh

siswa responden selalu melaksanakan perintah-perintah Allah dan

Rasul-Nya serta menjauhi larangan Allah dan Rasul-Nya.

b. Kualitas dan Aktivitas Ibadah Siswa sehari-hari

Pada subvariabel kualitas dan aktivitas ibadah siswa sehari-hari

terdapat 5 (lima) item pertanyaan sebagaimana diuraikan berikut ini.

(6) Apakah kamu melaksanakan shalat tepat waktu di masjid atau di tempat lain?

Shalat adalah kewajiban utama yang harus dijalankan oleh setiap

muslim yang baik. Bahkan, kewajiban menjalankan shalat harus sudah

dirintis jauh sebelum anak akil baligh sehingga menjadi suatu

kebiasaan dan kebutuhan.

Selanjutnya, shalat tepat waktu merupakan hal yang utama,

apalagi jika dilaksanakan secara berjamaah di masjid. Oleh karena itu,

konteks ini menjadi landasan utama aktivitas ibadah yang harus

dijalankan siswa.

Dari 48 siswa sebagai responden, ternyata 39 orang siswa (81,25

%) menyatakan SELALU melaksanakan shalat tepat waktu di masjid

atau di tempat lain; 4 siswa (8,33 %) menyatakan SERING

Page 103: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

58

melaksanakan shalat tepat waktu, dan 5 siswa (10,42 %) siswa

menyatakan kadang-kadang saja shalat tepat waktu.

(7) Apakah kamu belajar Al-Quran secara teratur setiap hari?

Membaca Al-Quran adalah kegiatan yang harus dilakukan oleh

muslim sejak masih kanak-kanak. Kebiasaan membaca AL-Quran

selayaknya merupakan aktivitas yang selalu dilaksanakan setiap hari

oleh muslim. Pada konteks ini, 45 siswa dari 48 responden (93,75 %)

menyatakan bahwa mereka SELALU belajar membaca Al-Quran

secara teratur setiap hari, dan 3 siswa lainnya (6,25 %) menyatakan

SERING belajar membaca Al-Quran secara teratur setiap hari.

(8) Apakah kamu melaksanakan shalat sunnah (seperti shalat sunnah rawatib, shalat tarawih pada bulan Ramadhan, dan sejenisnya)?

Selain ibadah wajib, membiasakan diri dengan bentuk-bentuk

ibadah lain yang dicontohkan Rasulullah adalah hal yang harus pula

dibiasakan pada diri anak. Melaksanakan shalat sunnah rawatib, shalat

tarawih pada bulan Ramadhan, dan sebagainya adalah bentuk-bentuk

kegiatan ibadah sunnah yang sangat dianjurkan.

Dari 48 siswa sebagai responden, sebanyak 44 siswa (91,67 %)

menyatakan bahwa mereka SELALU melaksanakan ibadah-ibadah

tambahan lain yang dicontohkan Rasulullah sesuai dengan kemampuan

mereka. Sedangkan 3 orang siswa (6,25 %) menyatakan SERING

Page 104: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

59

melaksanakan, dan 1 orang siswa (2,08 %) menyatakan kadang-kadang

melaksanakan.

(9) Apakah kamu melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan dan puasa-puasa sunnah lainnya?

Puasa di bulan Ramadhan merupakan kegiatan ibadah wajib yang

dilaksanakan secara bersama-sama dan selalu mengundang rasa

kebersamaan dan kesatuan. Pada konteks ini, seluruh siswa, yakni

sebanyak 48 orang siswa sebagai responden atau 100 %, menyatakan

bahwa mereka SELALU melaksanakan ibadah puasa di bulan

Ramadhan serta puasa sunnah lainnya.

(10) Apakah kamu mengeluarkan shadaqah?

Infaq dan shadaqah adalah bentuk ibadah yang menekankan

kepada aspek sosial di antara ummat. Ibadah ini sangat dianjurkan oleh

Allah dan Rasul-Nya.

Dari 48 siswa sebagai responden, terdapat 35 orang siswa (72,92

%) menyatakan bahwa mereka SELALU melakukan shadaqah

meskipun nilainya kecil, 5 siswa lainnya (10,42 %) menyatakan

SERING, 5 siswa berikutnya (10,42 %) menyatakan KADANG-

KADANG, dan 3 siswa (6,25 %) menyatakan JARANG mengeluarkan

infaq dan shadaqah.

c. Kualitas Akhlak Siswa dalam kehidupan sehari-hari

Pada subvariabel ini dibatasi hanya pada dua aspek yang terukur

dalam kehidupan anak, yakni bersikap sopan dan santun.

Page 105: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

60

(11) Apakah kamu berbicara sopan dan santun kepada orang tuamu sendiri dan orang yang lebih tua darimu?

Adab atau sopan santun merupakan cerminan akhlak seseorang.

Adab tersebut sering tercermin dalam tutur kata dan sopan santun yang

ditampilkan anak. Berdasarkan hal tersebut, dari 48 siswa sebagai

responden, 40 siswa (83,33 %) menyatakan bahwa mereka SELALU

berusaha berbicara sopan dan santun kepada orang tua serta orang-

orang yang lebih tua dari mereka.

(12) Apakah kamu berbicara lemah lembut dan santun kepada setiap orang?

Salah satu indikator akhlak adalah berbicara lemah lembut kepada

sesama serta siapa saja. Hal tersebut selalu dicontohkan oleh

Rasulullah SAW selama hidupnya. Pada konteks ini, dari 48 siswa

sebagai responden, 38 siswa (79,18 %) siswa menyatakan bahwa

mereka SELALU berusaha berbicara lemah lembut kepada semua

orang, 2 orang siswa (4,17 %) mentakan SERING berusaha berbicara

lemah lembut kepada semua orang, 3 siswa (6,25 %) menyatakan

KADANG-KADANG berbicara lemah lembut kepada sesama,

sedangkan 5 orang siswa (10,42 %) menyatakan JARANG berbicara

lemah lembut kepada sesamanya.

Kesimpulan sementara atas variabel kualitas dan aktivitas keagamaan para siswa MTs Al-Muawanah Cianjur sehari-hari

Dari 12 item pertanyaan yang disampaikan kepada siswa, ternyata

seluruh pertanyaan dijawab oleh siswa sehingga secara total diperoleh 576

Page 106: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

61

jawaban yang dapat diolah sebagai data dan tersebar pada masing-masing

jawaban Selalu, Sering, Kadang-kadang, Jarang, dan Tidak Pernah.

Berdasarkan analisis yang dilakukan atas data hasil angket siswa diperoleh

akumulasi data sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.14

Rekapitulasi data variabel kualitas dan aktivitas keagamaan para siswa MTs Al-Muawanah Cianjur sehari-hari

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak

Pernah

Subvariabel 1 238 2 0 0 0

Subvariabel 2 211 15 11 3 0

Subvariabel 3 78 10 3 5 0

JUMLAH 527 27 14 8 0

Persentase (%) 91,49 4,69 2,43 1,39 0

Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat dilihat bahwa kualitas dan

aktivitas keagamaan siswa MTs Al-Muawanah Cianjur berada pada taraf

sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan persentase akumulatif pernyataan

SELALU yang terdapat pada tabel di atas berada pada angka 91,49 %.

Meskipun pola penerapan pendidikan keagamaan yang diterapkan orang

tua siswa di lingkungan keluarga berada pada taraf rata-rata, ternyata

kualitas dan aktivitas keagamaan yang ditunjukkan oleh para siswa berada

pada taraf yang sangat baik.

Secara visual, akumulasi data hasil angket siswa pada aspek

kualitas dan aktivitas keagamaan yang ditunjukkan oleh siswa dalam

kehidupan sehari-hari dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut.

Page 107: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

62

Kualitas dan Aktivitas Keagamaan Siswa

Gambar 7

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian dilakukan sebagai pendalaman atas

temuan-temuan empiris dari sisi keilmuan sehingga fenomena yang diungkap

dalam penelitian ini memperoleh kejelasan konseptual.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menggunakan angket yang

harus diisi oleh para responden yang terdiri atas para orang tua siswa kelas

VIII dengan jumlah sampel sebanyak 48 orang. Pembahasan yang dilakukan

meliputi cara orang tua dalam menanamkan akidah ke dalam diri putra-

putrinya yang duduk di MTs Al-Muawanah Cianjur melalui pendidikan di

lingkungan keluarga., cara orang tua siswa dalam menanamkan kebiasaan

beribadah kepada putra-putrinya yang duduk di MTs Al-Muawanah Cianjur

melalui pendidikan di lingkungan keluarga, cara orang tua siswa dalam

menanamkan pendidikan akhlaq kepada putra-putrinya yang duduk di MTs

Keterangan: SL = Selalu : 91,49 % SR = Sering : 4,69 % K = Kadang-kadang : 2,43 % J = Jarang : 1,39 % TP = Tidak Pernah : 0 %

SL

SR K J

Page 108: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

63

Al-Muawanah Cianjur melalui pendidikan di lingkungan keluarga, dan

kualitas keagamaan siswa yang duduk di MTs Al-Muawanah Cianjur dalam

kegiatan sehari-hari..

1. Cara Orang Tua Menanamkan Akidah ke Dalam Diri Putra-putrinya yang Duduk di MTs Al-Muawanah Cianjur melalui Pendidikan di Lingkungan Keluarga

Pendidikan akidah adalah pendidikan yang paling elementer dalam

mendidik anak. Pada taraf awal, anak diperkenalkan kepada eksistensi Allah

sebagai Dzat Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Allah-lah yang memberi-

kan kehidupan kepada manusia secara keseluruhan dalam berbagai aspek.

Pada konteks ini, peran orang tua sangatlah dominan karena orang tualah yang

selalu menjadi bahan acuan bagi setiap anak dalam melakukan berbagai hal

dalam kehidupannya. Hal-hal yang disampaikan oleh Lukman Al-Hakim

dalam surah Luqman, ayat 13, diawali dengan penanaman akidah

pada diri anak.

Artinya: ”Dan ingatlah ketika Luqman mengajari anaknya, “Hai anakku!

Janganlah engkau mempersekutukan Allah! Sebab musyrik itu

adalah dosa yang amat besar.” (Bachtiar Surin, 1986:1735)

Konsep akidah yang diajarkan oleh Luqman Al-Hakim ini menjadi

dasar dalam mengembangkan pendidikan berikutnya, yakni pendidikan

akhlak dan tata cara beribadah serta hubungan dengan lingkungannya.

Apabila aspek akidah telah melekat dalam diri seseorang, maka segala

Page 109: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

64

tindakannya akan selalu bersumber dan kembali kepada Allah SWT

semata.

Pada penelitian ini, sebanyak 93,712 % orang tua siswa ternyata

memiliki motivasi yang sangat tinggi dalam hal mendidik dan menanam-

kan masalah akidah ini kepada anak-anaknya. Hampir semua orang tua

siswa menyatakan bahwa mereka telah menanamkan pemahaman,

keyakinan, dan kebiasaan selalu bergantung kepada Allah dalam segala

hal, tidak menyekutukan Allah, selalu mengingat Allah, serta mencintai

Allah dan Rasul-Nya dengan cara berupaya melaksanakan segala perintah-

Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Cara Orang Tua Siswa Menanamkan Kebiasaan Beribadah kepada Putra-putrinya yang Duduk di MTs Al-Muawanah Cianjur melalui Pendidikan di Lingkungan Keluarga.

Bersamaan dengan penanaman akidah dalam diri anak, ditanamkan

pula kebiasaan beribadah kepada anak secara komunikatif persuasif

melalui ajakan dan keteladanan. Pendidikan kebiasaan beribadah yang

harus ditanamkan kepada anak dalam lingkungan keluarga pada dasarnya

adalah pendidikan formal melaksanakan tata cara dan adab beribadah.

Pendidikan beribadah ini dimulai dari pendidikan tata cara

berwudlu dan tata cara shalat yang baik dan benar. Ukuran baik berkaitan

dengan adab berwudlu dan shalat yang tumaninah dan tidak tergesa-gesa,

sedangkan ukuran benar didasarkan kepada dalil-dalil yang shahih

sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Demikian pula dengan

Page 110: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

65

bacaan berwudlu dan bacaan shalat yang harus benar dan baik sesuai dalil-

dalil yang diriwayatkan dengan sanad shahih.

Pendidikan beribadah selanjutnya yang harus ditanamkan kepada

anak adlaah cara membaca Al-Quran yang baik dan benar. Kegiatan

membaca Al-Quran ini tidak merupakan formalitas yang dipersyaratkan

bagi Muslim, tetapi harus menjadi kebiasaan yang mengakar dalam peri

kehidupan manusia sehari-hari. Oleh karena itu, kebiasaan membaca Al-

Quran ini selayaknya dilakukan dengan ajakan dan keteladanan yang

dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya.

Di samping tata cara serta adab beribadah, setiap Muslim harus

memahami apa yang diucapkannya agar kualitas beribadah yang dilaku-

kannya dapat meningkat. Bacaan-bacaan shalat yang dilafalkan ketika

melaksanakan shalat (baik shalat wajib maupun shalat sunat) harus benar-

benar dimengerti dan dipahami makna dan tujuannya. Dengan cara ini,

kualitas shalat yang dilakukan akan kian meningkat karena memahami apa

makna shalat bagi dirinya.

Demikian pula halnya dengan membaca Al-Quran. Sebagai

pedoman hidup bagi manusia, Al-Quran bukan hanya sekedar dibaca

setiap hari pada waktu-waktu tertentu, melainkan juga harus dipahami dan

dimengerti makna setiap ayat yang dibacanya. Kebiasaan membaca

(sekurang-kurangnya) terjemahan setelah membaca ayat dalam bahasa

aslinya, selayaknya ditanamkan sejak dini kepada anak. Dengan cara

seperti inilah akan tumbuh keinginan dalam diri anak untuk lebih

Page 111: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

66

memahami dan menggali kandungan Al-Quran sesuai dengan bidang-

bidang yang diminatinya.

Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun pendidikan me-

nanamkan kebiasaan beribadah dan membaca Al-Quran telah ada dalam

masyarakat Muslim Cianjur, tetapi kualitas kebiasaan tersebut ternyata

tidak berkembang sebagai bentuk pengkajian dan pendalaman makna

kehidupan. Persentase kebiasaan menanamkan tata cara beribadah dengan

benar dan baik yang bersumber pada dalil-dalil yang shahih tidak di-

kembangkan dengan baik, bacaan-bacaan shalat hanya sekedar dilantun-

kan dan tidak dipahami maknanya, serta kebiasaan membaca Al-Quran

menjadi semacam bentuk ritual yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu

(misalnya membaca Surah Yaasiin pada setiap malam Jumat) serta tidak

berusaha untuk memahami makna dan kandungan yang ada di dalamnya.

Jumlah persentase yang hanya mencapai 44,791 % menunjukkan bahwa

motivasi orang tua dalam menanamkan kebiasaan beribadah kepada anak-

anaknya yang bersekolah di MTs Al-Muawanah Cianjur melalui

lingkungan keluarga berada pada taraf yang relatif cukup dan cenderung

kurang. Kekurangan ini terletak pada kebiasaan-kebiasaan yang mengakar

pada budaya masyarakat, sikap keteladanan orang tua yang mulai luntur,

serta tiadanya upaya untuk memahami makna ibadah secara tekstual

maupun secara kontekstual.

Page 112: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

67

2. Aktivitas keagamaan para siswa kelas VIII MTs Swasta Al-Muawanah Cianjur dalam kehidupan sehari-hari.

Secara harfiah, kata akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu jamak

dari kata “Khulk” yang berarti budi pekerti, tabiat, perangai, tingkah laku.

Sedangkan menurut istilah, akhlak didefinisikan oleh A Toto Suryana

(1997:188) sebagai ”pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan

buruk, mengatur pergaulan manusia dan menentukan tujuan akhir dari

usaha dan pekerjaannya”.

Jadi menurut pendapat ini akhlak memiliki batasan pengertian yang

luas mencakup tingkah laku dan pengetahuan yang menjadi tolok ukur

baik dan buruk, pengetahuan mana yang mengatur pergaulan manusia dan

pengetahuan yang menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaan

manusia, baikkah atau burukah.

Menurut Imam Ghazali (1983:150), akhlak adalah ”Sifat yang

tertanam dalam jiwa seseorang, yang menumbuhkan aneka macam

perbuatan dengan gampang atau mudah tanpa memerlukan pemikiran atau

pertimbangan”.

Berdasarkan pendapat tersebut, akhlak adalah suatu sifat yang

tertanam dalam jiwa seseorang sehingga menjadi karakter atau watak dan

karena telah begitu menyatu dengan jiwa, maka ia akan berwujud suatu

perbuatan yang tidak memerlukan pemikiran atau pertimbangan lagi

karena sudah menjadi kebiasaan

Page 113: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

68

Pendidikan akhlaq adalah dasar dari pendidikan pembentukan dan

pengembangan pribadi Muslim yang baik. Departemen Pendidikan

Nasional (2002:3) mengemukakan bahwa ”budi pekerti merupakan salah

satu dimensi substansi pendidikan penting, belum sepenuhnya memberi-

kan dampak pembelajaran dan pengiring yang menggembirakan. Hal ini

tercermin antara lain dalam fenomena perilaku yang tidak santun, peleceh-

an. Hak Asasi Manusia, perilaku kekerasan, penyalahgunaan kekuasaan,

menurunnya penghormatan kepada pemerintah.”

Bahkan lewat kritiknya yang tajam, Arief Rachman (2002:1),

mengatakan bahwa “Pendidikan di Indonesia telah gagal membangun

ahlak dan moral bangsanya. Masyarakat dan pemerintah telah kehilangan

pakem atau pegangan untuk dijadikan teladan dalam kehidupan bermasya-

rakat dan berbangsa”. Selanjutnya beliau mengatakan: “Gagalnya pen-

didikan membangun akhlak bangsa tak terlepas dari sikap pemalas, mau

enak, dan gampangan saja, tidak jujur dan tidak punya tanggung jawab.

Munculnya sikap-sikap itu terkait dengan kurangnya keteladanan si

pendidik di hadapan muridnya untuk menyampaikan sebuah pengajaran

yang dapat membangun karakter dan wataknya secara utuh”.

Penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan penanaman akhlaq

pada siswa MTs Al-Muawanah Cianjur yang dilakukan oleh orang tua

siswa melalui lingkungan keluarga telah dilakukan secara konsisten dan

mengakar dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dibuktikan dengan jumlah

persentase orang tua yang memberikan penekanan pendidikan akhlak

Page 114: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

69

kepada anak-anaknya melalui lingkungan keluarga yang mencapai 60,04

% secara akumulatif. Kelemahan utama yang terdapat pada sistem

pendidikan akhlak melalui lingkungan keluarga ini terletak pada

pengembangan strategi pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan

pendekatan dan metode pendidikan. Para orang tua siswa pada umumnya

melaksanakan pendidikan akhlaq dalam lingkungan keluarga secara

konvensional, secara turun-temurun sejak zaman para orang tua mereka

dahulu. Kebiasaan ini mengakar dalam budaya masyarakat Muslim di

Cianjur sejak zaman dahulu.

Menurut Abubakar Muhammad (1987:216): “Akhlak yang

dibutuhkan oleh manusia itu dan yang dituntut dari manusia untuk

memeliharanya ialah akhlak yang merupakan sendi agama di sisi Allah.

Bukan sekedar ajaran moral yang tertulis dalam kertas, bukan sekedar

ajaran yang mengetahui bahwa kebanaran itu mulia dan kebohongan itu

hina dan lain-lain. Tetapi yang dituntut ialah reaksi jiwa dan pengaruhnya

dalam segala sikap dan tindakan yang patut dikerjakan, maka dilaksanakan

atau diamalkan dan apa yang tidak patut dikerjakan maka ditinggalkannya.

Akhlak yang demikian itu hanya bias terwujud bila berdasarkan keimanan

kepada Allah (ajaran Agama Islam). Akhlak atau moral yang tidak

berlandaskan agama, bersifat semu dan tidak tetap”.

Pendapat Abubakar Muhammad di atas menitikberatkan akhlak

sebagai bentuk perbuatan yang berlandaskan kepada keimanan. Senada

dengan pendapat tersebut, Toto Suryana (1997:189) menyatakan

Page 115: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

70

“Keimanan merupakan fondamen dari seluruh bangunan akhlak Islam.

Jika iman telah tertanam di dalam dada, maka ia akan memancar kepada

seluruh perilaku sehingga membentuk kepribadian yang menggambarkan

Akhlak Islam”.

Dalam konsep Islam, akhlak tidak terlepas dari aqidah dan syariah.

Oleh karena itu, akhlak merupakan pola tingkah laku yang

mengakumulasikan aspek keyakinan dan ketaatan. Sehingga tergambarkan

dalam prilaku yang baik. Perilaku yang baik ini tampak terlihat dengan

jelas dalam kata-kata maupun dalam perbuatan yang termotivasi oleh

dorongan karena Allah SWT.

Dalam banyak hal akhlak selalu menjadi tolok ukur yang bisa

mengukur keberagaman atau keimanan seseorang. Nabi Muhammad SAW

bersabda “Mukmin yang paling baik adalah yang paling baik akhlaknya,

dan orang paling baik ke-Islamannya adalah orang yang paling baik

akhlaknya”.

3. Pengaruh Pendidikan Keagamaan yang Dibentuk Orangtua di Lingkungan Keluarga terhadap Kualitas dan Aktivitas Keagamaan para Siswa MTs Al-Muawanah Cianjur Sehari-Hari

Kualitas keagamaan seorang anak sangat ditentukan oleh tindakan

pendidikan dan pembinaan agama yang diterima oleh anak tersebut dari

lingkungan sekitarnya, yakni lingkungan rumah atau keluarga, lingkungan

sekolah, serta lingkungan masyarakat di sekitarnya. Pengaruh tindakan

pendidikan dan pembinaan tersebut kemudian berkembang dan menjadi

bagian kebutuhan dalam diri anak sehingga tumbuh secara sadar menjadi

Page 116: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

71

bagian dari kehidupannya sehari-hari. Selanjutnya, kualitas keagamaan

anak juga tercermin dari aktivitas kehidupan anak tersebut sehari-hari

secara nyata baik di lingkungan sekolah dan rumah maupun di luar sekolah

dan rumah.

Aktivitas keagamaan pada diri seorang anak akan tercermin

melalui tiga indikator penting, yakni seberapa taat anak menjalankan

ibadah-ibadah penting (seperti shalat wajib dan berpuasa pada bulan

Ramadhan), seberapa besar perhatiannya terhadap lingkungan sekitarnya

yang diwujudkan dengan perilaku sopan dan santun terhadap sesama

manusia maupun lingkungannya, serta bagaimana anak tersebut berpikir

dan bertindak sesuai dengan ajaran agama yang diterimanya. Ketiga

indikator ini dapat menjadi pedoman dalam menentukan kualitas keagama-

an seseorang, termasuk anak-anak.

Pada penelitian ini, pelaksanaan ibadah-ibadah penting menjadi

bagian dari sejumlah indikator yang diteliti karena alasan-alasan sebagai-

mana dikemukakan di atas. Melaksanakan shalat tepat waktu dan

dilaksanakan di masjid merupakan salah satu indikator penting yang dapat

menjadi ukuran kualitas beragama seseorang. Apabila seorang anak telah

mengabaikan atau menunda shalat wajib padahal anak tersebut tidak

sedang melakukan suatu pekerjaan yang menghalangi kegiatan ibadah,

maka nilai kualitas keagamaannya perlu dipertanyakan.

Indikator penting berikutnya yang menjadi tolok ukur kualitas

keagamaan anak adalah kualitas akhlak yang tercermin dari perilaku

Page 117: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

72

sehari-hari dalam pergaulan. Sikap santun, berbicara sopan kepada orang

tua maupun sesamanya, berlaku penyabar, memberikan perhatian kepada

orang lain yang memerlukan bantuan, dan sebagainya adalah ukuran-

ukuran penting yang dapat menentukan kualitas keagamaan seorang anak.

Sikap sopan santun dan rasa sosial yang tinggi secara proporsional adalah

bagian dari pemeliharaan hubungan antarmanusia yang harus dijalankan

oleh setiap muslim.

Konteks ketiga dari pengukuran kualitas keagamaan seseorang

dapat pula diukur melalui cara berpikir dan bertindak dalam kehidupan

sehari-hari. Berpikir secara Islami akan melahirkan tindakan secara Islami

pula. Berpikir secara Islami akan melahirkan tindak tutur secara Islami

pula. Demikian seterusnya. Sebaliknya, apabila orang sudah tidak lagi

berpikir secara Islami, maka tindakan dan pembicaraan yang dilakukannya

pun tidak akan Islami pula.

Page 118: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

73

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengambarkan pengaruh

pendidikan orang tua dalam keluarga terhadap kualitas keagamaan siswa yang

bersekolah di MTs Al-Muawanah Cianjur melalui lingkungan keluarga. Oleh

karena itu, responden yang seluruhnya berjumlah 48 orang terdiri atas orang

tua siswa kelas VIII MTs Al-Muawanah Cianjur, tahun pelajaran 2010 – 2011.

Berdasarkan data temuan yang diperoleh serta analisis yang dilakukan,

diperoleh kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut.

1. Cara orang tua dalam menanamkan akidah ke dalam diri putra-putrinya

yang bersekolah di kelas VIII MTs Al-Muawanah Cianjur melalui

pendidikan di lingkungan keluarga ternyata berada pada tingkat yang

sangat baik. Data penelitian sebanyak 93,712 % orang tua siswa ternyata

memiliki motivasi yang sangat tinggi dalam hal mendidik dan

menanamkan masalah akidah ini kepada anak-anaknya. Hampir semua

orang tua siswa menyatakan bahwa mereka telah menanamkan pemaham-

an, keyakinan, dan kebiasaan selalu bergantung kepada Allah dalam segala

hal, tidak menyekutukan Allah, selalu mengingat Allah, serta mencintai

Allah dan Rasul-Nya dengan cara berupaya melaksanakan segala perintah-

Nya dan menjauhi larangan-Nya. Satu-satunya kelemahan orang tua siswa

pada variabel ini adalah adanya sebagian orang tua siswa yang jarang dan

120

Page 119: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

74

tidak pernah mengajari anaknya bagaimana tata cara berdoa dengan baik

dan benar.

Cara orang tua siswa dalam menanamkan kebiasaan beribadah kepada

putra-putrinya yang bersekolah di kelas VIII MTs Al-Muawanah Cianjur

melalui pendidikan di lingkungan keluarga ternyata berada pada tingkat

yang cukup. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan pernyataan jawaban

yang diberikan oleh para responden yang berjumlah 44,791 %. Jumlah ini

diperoleh sebagai rata-rata dari perolehan jawaban pada dua subvariabel

yang diajukan, yakni mengajari anak dalam tata cara beribadah dan

mendidik melalui keteladanan orang tua. Penanaman kebiasaan beribadah

oleh orang tua siswa kepada anak-anaknya yang bersekolah di kelas VIII

MTs Al-Muawanah Cianjur ini dilakukan secara komunikatif dan

persuasif, yakni dengan cara meng-ajak dan memberikan contoh

keteladanan. Mengajari dan memberikan keteladanan dalam beribadah

pada dasarnya sudah merupakan kebiasaan dalam masyarakat Muslim di

Cianjur sejak zaman dahulu. Akan tetapi, sedikit demi sedikit terjadi

perubahan kultur masyarakat dengan mulai meninggalkan kebiasaan yang

baik ini. Akibatnya, pada penelitian ini terungkap bahwa sebagian orang

tua siswa sudah tidak dapat lagi memberikan keteladanan dalam

melakukan ibadah dalam kehidupan sehari-hari. Di sisi lain, sangat sedikit

orang tua yang mampu mengajari anaknya tata cara ibadah yang benar dan

baik berdasarkan dalil-dalil yang shahih.

Page 120: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

75

Cara orang tua siswa dalam menanamkan akhlaq pada anaknya yang

bersekolah di kelas VIII MTs Al-Muawanah Cianjur melalui pendidikan di

lingkungan keluarga berada pada tingkat cukup baik. Hal ini dinyatakan

dengan jumlah persentase orang tua siswa secara kumulatif dalam

memberikan pendidikan akhlak yang mencapai 60,04 %. Jumlah

persentase ini merupakan akumulasi perolehan jawaban pada subvariabel

mendidik akhlaq anak dengan metode tertentu secara komunikatif,

keteladanan orang tua dalam berkomunikasi, serta peran orang tua dalam

menjadi konsultan bagi anaknya. Pada penelitian ini ditemukan sejumlah

kelemahan orang tua siswa yang berpusat pada pengembang-an strategi

pendidikan anak di lingkungan keluarga. Kelemahan rata-rata yang

dimiliki oleh orang tua siswa adalah menerapkan pendidikan dengan pen-

dekatan komunikatif. Orang tua pada umumnya tidak menguasai bagai-

mana strategi pendidikan yang baik pada lingkungan keluarga sehingga

penanaman akhlaq dilakukan secara konvensional sebagaimana mereka

menerima dari para orang tua mereka dahulu.

2. Berdasarkan pengamatan guru atas aktivitas keagamaan siswa di

lingkungan sekolah dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa pada umumnya

memiliki aktivitas keagamaan yang relatif cukup baik. Para siswa berusaha

tidak meninggalkan shalat wajib serta melaksanakan shalat-shalat sunat

secara teratur. Siswa juga secara teratur membaca Al-Quran melalui

berbagai cara, seperti mengikuti kegiatan pengajian, belajar mengaji di

luar rumah, atau membaca Al-Quran sendiri di rumah.

Page 121: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

76

3. Kualitas dan aktivitas keagamaan siswa kelas VIII MTs Al-Muawanah

Cianjur sebagai wujud konkret pembinaan keagamaan orang ta siswa

melalui lingkungan keluarga ternyata dalam tingkat yang sangat baik. Hal

ini dibuktikan dengan angka persentase kumulatif kualitas dan aktivitas

keagamaan siswa yang berada pada angka 91,49 %. Angka ini sangat

signifikan mengingat proses pembinaan keagamaan di lingkung-an

keluarga (dan mungkin juga di sekolah) berada pada taraf yang rata-rata

sebagaimana lazimnya keluarga muslim di kabupaten Cianjur. Aspek lain

yang perlu memperoleh perhatian adalah faktor lingkungan yang kondusif

sangat berpengaruh terhadap pembentukan kebiasaan beribadah siswa

secara keseluruhan.

Secara visual, kesimpulan di atas disajikan dalam tabel di bawah ini untuk

menyatakan bahwa dampak pendidikan yang diberikan orang tua dalam

keluarga terhadap kualitas keagamaan siswa relatif beragam atau bervariasi.

Persentase (%) No. Variabel

SL SR K J TP

1 Cara orang tua dalam menanam-kan aqidah ke dalam diri putra-putrinya yang duduk di kelas VIII MTs Swasta Al-Muawanah Cianjur melalui pendidikan di lingkungan keluarga.

86,3 7,37 5,09 0,46 0,46

2 Aktivitas keagamaan para siswa kelas VIII MTs Swasta Al-Muawanah Cianjur dalam kehidupan sehari-hari.

22,71 22,08 30,21 19,17 5,83

4 Pengaruh pendidikan keagamaan yang dibentuk orang tua di lingkungan

91,49 4,69 2,43 1,39 0

Page 122: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

77

Persentase (%) No. Variabel

SL SR K J TP keluarga terhadap kualitas keagamaan siswa kelas VIII MTs Swasta Al-Muawanah Cianjur

B. Rekomendasi

Pendidikan, sebagaimana tersurat pada Undang-undang Nomor 20

Tahun 2003, merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan

masyarakat. Konteks masyarakat di sini salah satu di antaranya adalah

lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga merupakan tempat pertama bagi

anak untuk melakukan orientasi dalam kehidupannya. Kepribadian anak

sangat banyak dipengaruhi oleh kondisi dan kebiasaan yang berkembang

dalam lingkungan keluarga. Oleh karena itu, orang tua (ayah dan ibu),

saudara-saudara dari siswa, serta anggota keluarga lainnya, harus dikondisikan

dalam situasi yang kondusif bagi berlangsungnya pendidikan yang baik dan

benar menurut konsep Islam. Tugas ini tidak hanya terletak pada diri kepala

keluarga, tetapi juga pada seluruh anggota keluarga pada umumnya.

Tiga pilar Pendidikan Agama Islam yang harus diperhatikan oleh

keluarga (orang tua siswa dan anggota keluarga lainnya) serta sekolah sebagai

lembaga formal adalah pendidikan akidah, pendidikan akhlaq, dan pendidikan

ibadah yang benar berdasarkan dalil-dalil yang shahih. Hal ini akan dirasakan

sangat diperlukan apabila dikaitkan dengan kondisi zaman sekarang ini yang

banyak menampilkan berbagai perilaku yang menyimpang. Pendidikan

Agama Islam yang baik, benar, serta kokoh akan menjadi benteng bagi

Page 123: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

78

menjalarnya arus budaya global yang saat ini melanda Indonesia. Peran ini

berada pada pundak orang tua di rumah, para pendidik di sekolah, serta tokoh-

tokoh masyarakat dan ulama di lingkungan yang lebih luas.

Permasalahan pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di dalam

lingkungan keluarga di Indonesia pada umumnya mengacu kepada cara pem-

binaan konvensional dan tradisional. Artinya, tata cara pembinaan dan pen-

didikan agama di lingkungan keluarga dilakukan secara turun-temurun dengan

menggunakan metode dan teknik yang diajarkan oleh orang tua. Cara seperti

ini, meskipun sudah tidak lagi sesuai dengan situasi dan kondisi perkembang-

an zaman, terbukti masih cukup efektif dalam membina akidah dan kebiasaan

ibadah anak secara aktif.

Berdasarkan hasil temuan penelitian serta kaitannya dengan tujuan

pendidikan dalam lingkungan keluarga, khususnya dalam Pendidikan Agama

Islam, disampaikan rekomendasi bagi pihak-pihak orang tua siswa, madrasah,

guru-guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, dan yayasan

penyelenggara pendidikan sebagai berikut.

1. Bagi Orang Tua dan Lingkungan Keluarga

Secara konstruktif, pemahaman dan penanaman akidah akan lebih

meresap ke dalam kalbu anak jika anak dihadapkan dengan permasalahan-

permasalahan penciptaan yang dapat menunjukkan keberadaan Allah

sebagai Maha Pencipta. Anak diajak untuk merenungkan berbagai

fenomena yang ada di sekitarnya sebagai media pemahaman eksistensi

Page 124: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

79

Allah sehingga lambat-laun dalam diri anak terpatri dengan kuat akidah

yang tidak dapat luntur oleh apa pun.

Sikap keteladanan yang dilakukan oleh orang tua dalam beribadah

merupakan cara efektif yang telah dikembangkan sejak lama oleh para

orang tua. Pada dewasa ini, kebiasaan-kebiasaan shalat berjamaah di

masjid mulai luntur dan banyak ditinggalkan oleh masyarakat muslim

Indonesia akibat pergulatan mereka dengan kehidupan. Penumbuhan

kembali keteladanan shalat tepat waktu dengan berjamaah di masjid

merupakan hal yang paling utama harus dilaksanakan oleh para orang tua,

sehingga orang tua tidak akan merasa ragu jika suatu ketika harus

menggiring anak-anaknya memasuki masjid untuk shalat berjamaah.

Sikap keteladanan ini pun dapat pula diterapkan pada konteks

ibadah lain secara komprehensif aktif sehingga menjadi cerminan bagi

anak untuk mengikuti jejak orang tuanya.

Kebiasaan mengaji pada masyarakat tradisional adalah membaca

Al-Quran dengan benar sampai berkali-kali menamatkannya. Kebiasaan

seperti ini akan lebih baik jika disisipkan ke dalamnya materi pemahaman

konteks ayat-ayat Al-Quran, sehingga kitab suci ini tidak hanya dibaca

berulang-ulang tetapi juga dipahami isinya dan kandungannya.

2. Bagi Sekolah

Sekolah, sebagai lembaga pendidikan formal yang dititipi anak

oleh orang tua, dapat memainkan perannya secara aktif untuk mengontrol

Page 125: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

80

kebiasaan beribadah siswa secara konstruktif serta mengembangkan

pemahaman atas isi dan kandungan Al-Quran sebagai pedoman hidup

manusia. Kualitas keagamaan siswa akan lebih terasa dan menonjol

apabila disertai dengan pemahaman-pemahaman yang konstruktif atas

setiap hal yang seharusnya dikerjakan pada saat beribadah, termasuk

dalam memahami Al-Quran.

Sebagai lembaga pendidikan formal, selayaknya sekolah (dalam

hal ini Madrasah Ibtidaiyah Swasta) melakukan konsultasi, koordinasi,

atau sekedar temu wicara dengan orang tua siswa untuk membahas

perkembangan pendidikan anak-anaknya. Pada konteks tersebut hendak-

nya masalah pendidikan akidah, akhlaq, dan ibadah menjadi titik

penekanan yang paling dominan agar hal tersebut selalu menjadi perhatian

semua pihak setiap saat.

3. Bagi Guru Mata Pelajaran PAI

Secara periodik, pihak sekolah yang diwakili oleh guru mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam sebaiknya mengadakan kunjungan

kepada keluarga-keluarga siswa untuk mengembangkan silaturahim dan

mengamati perilaku kehidupan keluarga tersebut sebagai bahan

pengembangan pendidikan di sekolah. Kunjungan kepada keluarga siswa

ini akan lebih baik dijadwalkan oleh pihak sekolah tanpa sepengetahuan

pihak orang tua siswa maupun siswa sehingga proses pengamatan akan

berlangsung secara wajar.

Page 126: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

81

4. Bagi Yayasan Penyelenggara Pendidikan

Sebagai penyelenggara pendidikan, yayasan pengelola pendidikan

selayaknya mampu memberikan fasilitas pendidikan agama Islam yang

dapat digunakan aktif oleh seluruh warga madrasah. Sarana dan prasarana

ibadah seperti pengadaan mushala yang memadai dengan jumlah warga

sekolah serta ketersediaan alat-alat shalat, jumlah Al-Quran yang relatif

cukup untuk kegiatan mengaji siswa, serta prasarana jamban untuk wudlu

dan bersuci.

Di samping itu, yayasan pun dapat aktif turut membina warga sekolah

secara periodik (misalnya sekali dalam waktu tiga bulan) melalui kegiatan

ceramah umum yang mengupas aspek-aspek ibadah dan muamalah secara

kontekstual dan implementatif sehingga mudah dipahami siswa. Untuk

penyelenggaraan kegiatan seperti ini, yayasan dapat melakukan kerja sama

internal (dengan pihak sekolah) dan eksternal (dengan pihak luar jika

diperlukan untuk mendatangkan dai dari luar).

5. Bagi Pihak Lain yang Berkepentingan

Bagi peneliti yang merasa tertarik pada konteks pengembangan motivasi

orang tua siswa dalam melaksanakan Pendidikan Agama Islam di

lingkungan keluarga, diharapkan akan dapat melakukan pengembangan

dan perbaikan melalui pencarian variabel-variabel yang lebih determinan

dan strategis.

Page 127: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

82

DAFTAR PUSTAKA

Adlani, Nazry dkk. Al-Qur’an Terjemah Indonesia. Jakarta: Sari Agung. 1988.

Al-Fasyani, Syekh Ahmad Hijazi. Al-Majalisus Saniyyah Syarah Hadists Arbain Imam Nawawi alih bahasa oleh Sofyan Suparman. Bandung: Trigenda Karya. 1999.

Al-Hasyimi, Sayyid Ahmad. Syarah Mukhtaarul Ahaadits. Bandung: Sinar Baru Algesindo. 2007.

Ash-Shidiqqy, T. M. Hasby. Al Ahkamun Nabawiyah No. 2. Bandung: PT Al-Maarif. 1970.

Badan Nasional Standar Pendidikan. Standar Isi. Jakarta: BNSP. 2005.

Dahar, Ratna Wilis. Teori-teori Belajar, Jakarta: Erlangga. 1989.

Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi, Ketentuan Umum. 2003.

Imam Ghazali. Ihya ‘Ulumuddin alih bahasa Nurhichmah dan R.H.A. Suminto. Jakarta: Tintamas. 1983.

Imam Nawawi. Riadush Shalihin alih bahasa oleh Salim Bahreisi. Bandung: Al-Ma’arif. 1964.

LPPI-Kabupaten Cianjur. Gerbang Marhamah. Rencana Strategis Mewujudkan Masyarakat Cianjur Sugih Mukti Tur Islami. Cianjur: BP-LPPI. 2002.

M. A. Prayitno. Syariah Islam dalam Menghadapi Kenakalan Remaja. Bandung: PT Al-Maarif. 1978.

Makmun, Abin Syamsuddin. Psikologi Kependidikan: Belajar dan Pembelajaran, Bandung: CV Remaja Rosda Karya. 1996

Sayuti, Hamid. Teori-teori Pembelajaran. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. 2000.

Sedyawati, Edi. Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur. Jakarta: Balai Pustaka. 1999.

Seno, Winarno Hami. Profesionalisme Guru dan Upaya Peningkatan Martabatnya. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Depdiknas. 1984.

129

Page 128: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

83

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosda Karya. 1995.

Suyatna, Amir. Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan dan Pengajaran, Bandung: FBPS UPI. 2000.

Surin, Bachtiar. Adz-Dzikra: Terjemah dan Tafsir Al-Quran, Bandung: Angkasa. 1986.

Suparno, Paul dkk. Pedoman Budi Pekerti di Sekolah Suatu Tinjauan Umum. Yogyakarta: Kanisus. 2002.

Slameto. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga. 1995.

Subana, M. dkk. Statistik Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia. 2000.

Sudjana. Teknik Analisis Data Kualitatif, Bandung: Tarsito. 1996.

Sugiono. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. 2004.

Sukamto, Tuti. Perancangan dan Pengembangan Sistem Instruksional. Jakarta: Penerbit Intermedia. 1993

Surakhmad,Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito. 1982.

Page 129: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

84

ANGKET

Pengaruh Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga Terhadap Kualitas Keagamaan Siswa

1. PETUNJUK PENGISIAN

a. Sangat diharapkan Bapak/Ibu/Saudara untuk menjawab seluruh

pertanyaan pada kuesioner ini dengan jujur dan sesuai dengan keadaan

yang sebenarnya.

b. Bapak/Ibu/Saudara dapat memberikan tanda silang (X) pada kolom

pilihan jawaban sesuai dengan pertanyaan/pernyataan yang

dikemukakan.

c. Jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara berikan tidak berpengaruh apa pun

terhadap Bapak/Ibu/Saudara maupun terhadap putra-putri

Bapak/Ibu/Saudara.

d. Bapak/Ibu/Saudara dapat memilih salah satu alternatif jawaban sebagai

berikut.

SL jika jawaban atas pertanyaan adalah SELALU

S jika jawaban atas pertanyaan adalah SERING

K jika jawaban atas pertanyaan adalah KADANG-KADANG

J jika jawaban atas pertanyaan adalah JARANG

TP jika jawaban atas pertanyaan adalah TIDAK PERNAH

2. KARAKTERISTIK RESPONDEN

a. Umur : ...................... tahun

b. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan *)

Page 130: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

85

Bapak/Ibu dapat memberikan silang (X) pada kolom alternatif jawaban dengan ketentuan pilihlah:

SL jika jawaban atas pertanyaan adalah SELALU

S jika jawaban atas pertanyaan adalah SERING

K jika jawaban atas pertanyaan adalah KADANG-KADANG

J jika jawaban atas pertanyaan adalah JARANG

TP jika jawaban atas pertanyaan adalah TIDAK PERNAH

Alternatif Jawaban Pertanyaan

SL S K J TP

61. Apakah Bapak/Ibu mengajari anaknya untuk meyakini tiada Tuhan selain Allah?

62. Apakah Bapak/Ibu mengajarkan bahwa perbuatan syirik merupakan dosa yang sangat besar?

63. Apakah Bapak/Ibu menanamkan keyakinan dan sikap bahwa hanya Allah-lah Tuhan bagi semesta alam dan tidak patut kita menyembah selain Dia?

64. Apakah Bapak/Ibu menanamkan pengertian dan keyakinan bahwa perbuatan meminta pertolongan kepada selain Allah adalah perbuatan syirik dan harus dijauhi?

65. Apakah Bapak/Ibu mendorong anak untuk selalu berdoa kepada Allah dalam segala kepentingan?

66. Apakah Bapak/Ibu mengajari anak dalan tata cara berdoa yang baik sesuai tuntunan Islam?

67. Apakah Bapak/Ibu mendorong dan memberikan contoh untuk selalu mengingat Allah dalam berbagai kesempatan?

68. Apakah Bapak/Ibu memberikan keyakinan bahwa Al-Quran bukan sekedar harus dibaca, tetapi juga dimengerti dan dipegang teguh sebagai pedoman hidup?

69. Apakah Bapak/Ibu memberikan pembelajaran tentang mana yang diperintah Allah dan mana yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya?

70. Apakah Bapak/Ibu mengajarkan tata cara berwudlu yang benar dan baik kepada putra-putri Bapak/Ibu?

71. Apakah Bapak/Ibu mengajarkan tata cara shalat yang benar dan baik kepada putra-putri Bapak/Ibu?

72. Apakah Bapak/Ibu mengajarkan bacaan-bacaan shalat yang benar dan baik sesuai dalil-dalil yang

Page 131: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

86

Alternatif Jawaban Pertanyaan

SL S K J TP ada?

73. Apakah Bapak/Ibu mengajarkan anak membaca Al-Quran?

74. Apakah Bapak/Ibu mengajari anak untuk memahami makna ayat-ayat Al-Quran yang dibacanya?

75. Apakah Bapak/Ibu memberikan contoh bagaimana tata cara berwudlu dengan benar kepada anak Bapak/Ibu?

76. Apakah Bapak/Ibu mengajak anak untuk shalat berjamaah, baik di masjid atau di rumah?

77. Apakah Bapak/Ibu memberikan contoh shalat tepat waktu kepada anak-anak?

78. Apakah Bapak/Ibu memberikan contoh melafalkan bacaan shalat yang benar dan baik kepada anak? (misalnya ketika Bapak/Ibu bertindak sebagai imam dan anak bertindak sebagai ma’mum)

79. Apakah Bapak/Ibu memberikan contoh membaca Al-Quran setiap hari pada waktu tertentu?

80. Apakah Bapak/Ibu mengajari putra/putri Bapak/Ibu untuk bersikap baik kepada ayah dan ibu?

81. Apakah Bapak/Ibu mengajari putra/putri Bapak/Ibu untuk berlaku baik terhadap saudara-saudaranya?

82. Apakah Bapak/Ibu mengajari putra/putri Bapak/Ibu untuk berbicara dengan bahasa yang baik?

83. Apakah Bapak/Ibu mengajari putra/putri Bapak/Ibu untuk bersikap baik kepada sesama teman dan orang lain?

84. Apakah Bapak/Ibu mengajari putra/putri Bapak/Ibu untuk menjamu teman dan atau orang lain jika mereka berkunjung ke rumah?

85. Apakah Bapak/Ibu mengajari putra/putri Bapak/Ibu untuk berbicara dengan bahasa yang baik kepada semua orang?

86. Apakah Bapak/Ibu berbicara kepada anak dengan cara yang lemah lembut?

87. Apakah Bapak/Ibu menjelaskan tentang sesuatu kepada putra/putri Bapak/Ibu agar ia mengerti dan bukan memberi perintah untuk patuh?

88. Apakah Bapak/Ibu mengatur jadwal belajar bagi anak secara bersama-sama?

Page 132: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

87

Alternatif Jawaban Pertanyaan

SL S K J TP

89. Apakah Bapak/Ibu memberikan penghargaan tertentu jika putra/putri Bapak/Ibu berhasil dalam belajar? (misalnya khatam Al-Quran, tamat shaum dalam bulan Ramadhan, memperoleh peringkat pertama di kelas, dsb.)

90. Apakah Bapak/Ibu memberikan alternatif pemecahan masalah kepada putra/putri Bapak/Ibu jika ia sedang mengalami kesulitan?

Angket untuk Guru

Bapak/Ibu dapat memberikan silang (X) pada kolom alternatif jawaban dengan ketentuan pilihlah:

SL jika jawaban atas pertanyaan adalah SELALU

S jika jawaban atas pertanyaan adalah SERING

K jika jawaban atas pertanyaan adalah KADANG-KADANG

J jika jawaban atas pertanyaan adalah JARANG

Page 133: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

88

TP jika jawaban atas pertanyaan adalah TIDAK PERNAH

Alternatif Jawaban Pertanyaan

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak

Pernah

25. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa melaksanakan shalat lima waktu.

26. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa melaksanakan shalat tepat waktu

27. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa melaksanakan shalat sunat rawatib

28. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa melaksanakan shalat sunat lainnya.

29. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa membaca Al-Quran secara teratur.

30. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa membaca Al-Quran dengan benar

31. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa memahami isi Al-Quran.

32. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa berbicara santun terhadap orang tua

33. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa berbicara santun dengan sesama

34. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa berbicara santun dengan orang yang lebih muda.

35. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa melaksanakan belajar secara teratur di sekolah maupun diu rumah.

36. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, siswa memiliki kebiasaan berdiskusi dengan teman tentang pelajaran dan atau keilmuan lainnya.

Page 134: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

89

Angket Untuk Siswa PETUNJUK PENGISIAN

1. Jawablah angket ini dengan jujur sesuai dengan keadaanmu sendiri.

2. Berilah tanda silang (X) pada salah satu kolom sesuai dengan jawaban pernyataan yang kamu pilih.

3. Kamu dapat memilih salah satu jawaban dari Selalu, Sering, Kadang-kadang, Jarang, atau Tidak Pernah

4. Pilihan jawabanmu tidak mempengaruhi penilaian pembelajaran di sekolah

Alternatif Jawaban

Pertanyaan Selalu Sering Kadang-

kadang Jarang Tidak Pernah

37. Apakah kamu hanya mempercayai adanya Allah tidak kepada yang lain?

Page 135: Pengaruh Pendidikan Agama Islam Yang Diberikan Orang Tua

90

Alternatif Jawaban Pertanyaan

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak

Pernah38. Apakah kamu tidak pernah

mempercayai hal-hal lain selain Allah?

39. Apakah kamu membaca basmallah dalam setiap melakukan kegiatan

40. Apakah kamu berdoa kepada Allah pada setiap kesempatan, terutama setelah melaksanakan shalat?

41. Apakah kamu melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya dan menjauhi yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya (seperti mengerjakan shalat lima waktu, membaca Al-Quran, menjauhi perbuatan maksiyat, selalu berbuat baik kepada kedua orang tua, dan sebagainya)?

42. Apakah kamu melaksanakan shalat tepat waktu di masjid atau di tempat lain?

43. Apakah kamu belajar Al-Quran secara teratur setiap hari?

44. Apakah kamu melaksanakan shalat sunnah (seperti shalat sunnah rawatib, shalat tarawih pada bulan Ramadhan, dan sejenisnya)?

45. Apakah kamu melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan dan puasa-puasa sunnah lainnya?

46. Apakah kamu mengeluarkan shadaqah?

47. Apakah kamu berbicara sopan dan santun kepada orang tuamu sendiri dan orang yang lebih tua darimu?

48. Apakah kamu berbicara lemah lembut dan santun kepada setiap orang?