pengaruh pemodelan terhadap motivasi berpresta si …eprints.ums.ac.id/57321/15/naspub-4.pdf ·...

19
PENGA PADA PRO ARUH PEM SISWA SE Disusun S OGRAM P UNIVER MODELAN EKOLAH M Sebagai Sal Pada Jurusa F D PENDIDIK FAK RSITAS M i N TERHAD MENENGA ah Satu Sya an Magister Fakultas psi Oleh Dewi Nurh T 100090 KAN MAGI ULTAS PS MUHAMMA 2017 DAP MOT AH TINGK arat Menyel r Psikologi P ikologi : idayati 0095 ISTER PSI SIKOLOGI ADIYAH S 7 TIVASI BE KAT PERT lesaikan Str Profesi KOLOGI P I SURAKAR RPRESTA TAMA (SM rata 2 PROFESI RTA ASI MP)

Upload: others

Post on 04-Feb-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PEMODELAN TERHADAP MOTIVASI BERPRESTA SI …eprints.ums.ac.id/57321/15/NASPUB-4.pdf · siswa yang memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap tugas menunjukkan ... oleh guru

 

 

PENGAPADA

PRO

ARUH PEMSISWA SE

Disusun S

OGRAM P

UNIVER

MODELANEKOLAH M

Sebagai Sal

Pada Jurusa

F

D

PENDIDIK

FAK

RSITAS M

N TERHADMENENGA

ah Satu Sya

an Magister

Fakultas psi

Oleh

Dewi Nurh

T 100090

KAN MAGI

ULTAS PS

MUHAMMA

2017

DAP MOTAH TINGK

arat Menyel

r Psikologi P

ikologi

:

idayati

0095

ISTER PSI

SIKOLOGI

ADIYAH S

7

TIVASI BEKAT PERT

lesaikan Str

Profesi

KOLOGI P

I

SURAKAR

RPRESTATAMA (SM

rata 2

PROFESI

RTA

 

ASI MP)

Page 2: PENGARUH PEMODELAN TERHADAP MOTIVASI BERPRESTA SI …eprints.ums.ac.id/57321/15/NASPUB-4.pdf · siswa yang memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap tugas menunjukkan ... oleh guru

  

i  

Page 3: PENGARUH PEMODELAN TERHADAP MOTIVASI BERPRESTA SI …eprints.ums.ac.id/57321/15/NASPUB-4.pdf · siswa yang memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap tugas menunjukkan ... oleh guru

 

 

ii 

 

Page 4: PENGARUH PEMODELAN TERHADAP MOTIVASI BERPRESTA SI …eprints.ums.ac.id/57321/15/NASPUB-4.pdf · siswa yang memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap tugas menunjukkan ... oleh guru
Page 5: PENGARUH PEMODELAN TERHADAP MOTIVASI BERPRESTA SI …eprints.ums.ac.id/57321/15/NASPUB-4.pdf · siswa yang memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap tugas menunjukkan ... oleh guru

  

1  

PENGARUH PEMODELAN TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SEKOLAH MENENGAH TINGKAT PERTAMA

Abstrak

Motivasi berprestasi memiliki peran penting dari dalam diri siswa untuk menunjang keberhasilan pendidikan Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektifitas pemodelan dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP). Populasi penelitian ini siswa kelas VII dan VIII SMP Muhammadiyah 5 Surakarta, dengan jumlah sampel 42 orang. Teknik yang digunakan adalah purposive random sampling, dimana peneliti membatasi subjek berdasarkan karakteristik yang telah ditentukan, dan membaginya secara acak ke dalam 3 kelompok, yaitu kelompok eksperimen 1 dengan metode model simbolik, kelompok eksperimen 2 dengan metode live model (model nyata), serta kelompok kontrol. Alat pengumpul data menggunakan skala motivasi berprestasi, observasi, dan wawancara. Hasil uji hipotesis mayor berdasarkan one way anava (anova) menghasilkan nilai F sebesar 0,444 dan nilai Sig. sebesar 0,645 (p>0,05) dengan membandingkan ketiga kelompok. Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pemodelan dan motivasi berprestasi siswa SMP. Sedangkan uji hipotesis minor menggunakan Friedman Test yang menghasilkan chi square sebesar 7,673 dengan asymp.sig sebesar 0,022 (p<0,05) pada kelompok eksperimen 1, yang berarti terdapat pengaruh antara model simbolik terhadap motivasi berprestasi pada siwa SMP, serta uji Friedman Test yang menunjukkan nilai chie square sebesar 1,762 dengan asymp.Sig sebesar 0,414 (p>0,05) pada kelompok eksperimen 2, yang berarti bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara metode model nyata dengan motivasi berprestasi pada siswa SMP. Berdasarkan hasil analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa: 1) tidak terdapat pengaruh pemodelan terhadap motivasi berprestasi pada siswa sekolah menengah tingkat pertama, 2) pemodelan dengan metode simbolik model terlihat lebih baik dibandingkan dengan metode model nyata Kata kunci : Motivasi berprestasi, pemodelan, model nyata, model simbolik.

Abstract

Achievement motivation has an important role from within students to suport the success of education. The purpose of this research was to examine the effectiveness of modeling in improving achievement motivation in the junior high school students. The research populations are the 7th grade and 8th grade students of Muhammadiyah 5 junior high school of Surakarta, with the number of samples was 42 people. The technique was used is purposive random sampling, that the researcher restrict the subjects by the determined characteristics and randomly divided into 3 groups, they are: the experimental group 1 (through the method of symbolic model), the experimental group 2 (through the method of live model) and the control group. Data collection tools used achievement motivation scale,

Page 6: PENGARUH PEMODELAN TERHADAP MOTIVASI BERPRESTA SI …eprints.ums.ac.id/57321/15/NASPUB-4.pdf · siswa yang memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap tugas menunjukkan ... oleh guru

  

2  

observation and interview. Hypothesis test results based on one way anava (anova) yielded a value of F of 0.444 with a sig. value of 0.645 (p> 0.05). It means that there was no significant influence between modeling on achievementmotivation of junior high school students. While the minor hypothesis test used friedman test, shows a chie square value of 7,673 with asymp sig. 0,022 (p<0,05) in the esperimental group 1, which means that there was influence between symbolic model on achievement motivation of junior high school students and freidman test shown a chie square value of 1,762 with asymp sig. 0,414 (p>0,05) in the experimental group 2, which means that there was no significant influence between live model on achievement motivation of junior high school students. Based on the results of data analysis, it can be concluded that: 1) there is no significant influence between modeling on achievement motivation in the junior high school students; 2) the method of symbolic model was more effective compared to the live model. Key words : achievement motivation, modeling, symbolic model, live model 1. PENDAHULUAN

Salah satu bagian penting dari dalam diri siswa untuk menunjang keberhasilan

pendidikan adalah motivasi berprestasi (Christiana, 2009). Beberapa komponen

motivasi yang mempengaruhi prestasi akademik siswa antara lain adalah efikasi

diri, dan ketertarikan siswa terhadap tugas. Soheyla (2012) menyimpulkan bahwa

efikasi diri sebagai salah satu komponen kepercayaan dalam motivasi

mempengaruhi prestasi akademik siswa. Hasil penelitian ini kemudian bisa

digunakan untuk memprediksi bahwa siswa yang mempunyai efikasi diri yang

tinggi akan menunjukkan performa akademik yang lebih baik dari siswa yang

tidak memiliki efikasi diri. Selain itu penelitian ini juga menyimpulkan bahwa

siswa yang memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap tugas menunjukkan

prestasi akademik yang lebih baik juga. Berdasarkan dua hal tersebut, bisa

disimpulkan bahwa siswa yang memiliki motivasi akan memperlihatkan prestasi

akademik yang lebih baik dibandingkan siswa yang tidak memiliki motivasi

berprestasi dan mempunyai tingkat dropout yang rendah (Xin Wu; 2013, Singh;

2011).

Pernyataan-pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang

disampaikan oleh Amrai, Motlagh, Zalani & Parhon (2011) dan Awan, Ghazala &

Anjum (2011) yang menyimpulkan bahwa ada korelasi yang positif dan signifikan

Page 7: PENGARUH PEMODELAN TERHADAP MOTIVASI BERPRESTA SI …eprints.ums.ac.id/57321/15/NASPUB-4.pdf · siswa yang memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap tugas menunjukkan ... oleh guru

  

3  

antara motivasi dengan prestasi akademik. Berdasarkan hal tersebut, Awan, dkk

(2011) menyarankan bahwa guru harus menggunakan strategi yang memotivasi

(motivational strategies) siswa dalam aktivitas akademik untuk meningkatkan

prestasi siswa.

Motivasi berprestasi itu sendiri menurut Mc. Clelland (1987) merupakan

suatu keinginan yang ada dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut

untuk berusaha mencapai suatu standar atau ukuran keunggulan. Ukuran

keunggulan didapat dengan acuan prestasi orang lain, akan tetapi juga dapat

dengan membandingkan prestasi yang dibuat sebelumnya. Beberapa aspek dari

motivasi berprestasi yang diuraikan Mc.Clelland antara lain tanggung jawab,

memperhitungkan resiko pemilihan tugas, kreatif dan inovatif, memperhatikan

waktu penyelesaian tugas, umpan balik, serta keinginan menjadi yang terbaik.

Sedangkan faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi diantaranya

pengalaman pada tahun-tahun pertama kehidupan, latar belakang budaya tempat

seseorang dibesarkan, peniruan tingkah laku (pemodelan), lingkungan tempat

proses pembelajaran berlangsung, serta harapan orangtua terhadap anaknya

(Mc.Clelland dalam Sukadji, 2001).

Namun pada kenyataannya, motivasi berprestasi yang dimiliki seseorang

cenderung mengalami pasang surut, kadang-kadang mengalami peningkatan,

tetapi dilain waktu mengalami penurunan (Nugraha, 2011). Perlu adanya upaya

yang konsisten untuk senantiasa mendorong motivasi berprestasi agar tidak

mengalami penurunan, karena idealnya motivasi berprestasi yang dimiliki

seseorang selalu mengalami kemajuan sehingga akan mempercepat apa yang

diidamkan.

Krisis motivasi ini cenderung mulai terlihat ketika seorang anak mulai

memasuki masa remaja atau setingkat sekolah menengah pertama. Hal ini sesuai

dengan apa yang disampaikan oleh Kumara (dalam detiknews.com, 2011)

berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Center for Public Mental Health

(CPMH) Fakultas Psikologi, Universitas Gajah Mada (UGM) yang

menyimpulkan bahwa permasalahan siswa SMP dan SMA lebih menonjol pada

permasalahan motivasi dan permasalahan yang berkaitan dengan konsep diri dan

Page 8: PENGARUH PEMODELAN TERHADAP MOTIVASI BERPRESTA SI …eprints.ums.ac.id/57321/15/NASPUB-4.pdf · siswa yang memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap tugas menunjukkan ... oleh guru

  

4  

hubungan sosial. Berdasarkan hasil laporan praktik kerja profesi mahasiswa

psikologi UGM, kasus pendidikan yang ditemukan di tingkat SMP dan SMA

sepanjang tahun 2008-2011 banyak ditemukan permasalahan motivasi sebanyak

32,8 persen dan permasalahan sosial sebanyak 26,1 persen. Survei tersebut

dilakukan terhadap siswa SMU dan SMK di empat kota besar di Jawa Tengah dan

Jawa Timur.

Kurangnya motivasi berprestasi ini, salah satunya juga terlihat di SMP

Muhammadiyah 5 Surakarta, studi di lapangan menunjukkan bahwa motivasi

berprestasi merupakan permasalahan yang sebagian besar menjadi masalah

sekolah, hal ini didukung oleh status sosial ekonomi peserta didik yang lebih

banyak berada pada kategori ekonomi menengah ke bawah. Beberapa indikator

yang dapat dijadikan acuan, antara lain kurang memperhatikan ketika pelajaran

berlangsung, bercanda dengan teman-temannya, jalan-jalan keluar kelas, tugas

tidak dikerjakan ketika jam pelajaran kosong, hanya akan dikerjakan jika diawasi

oleh guru piket, daya juang dan kompetensi kurang, dalam keseharian seolah tidak

peduli dengan prestasi dan masa depan, mengatakan bahwa 48,96 % teman

berpengaruh besar terhadap semangat mereka mengikuti pelajaran, selain faktor

lain seperti guru (35,17%), metode belajar (37,93%), lingkungan sekolah (7,58),

dan lainnya (2,06%). Indikator-indikator tersebut diperoleh pada saat penggalian

data awal menggunakan angket dan wawancara.

Melihat fenomena tersebut, maka perlu dilakukan upaya-upaya yang

sekiranya mampu dan berhasil dalam usaha meningkatkan motivasi berprestasi

siswa, diantara nya melalui pemodelan. Berdasarkan teori kognitif sosial, orang

dapat belajar melalui pengamatan lingkungan atau dengan mengamati orang lain.

Melalui pengamatan tersebut, pada akhirnya seseorang akan termotivasi untuk

melakukan sesuatu (Ormrod, 2008), hal inilah yang kemudian disebut dengan

pemodelan. Pada dasarnya, manusia memiliki kemampuan untuk meniru orang

lain hampir sejak kita lahir (Meltzoff, 2005). Melalui pemodelan ini pengamat

dapat dengan mudah meniru perilaku yang dilakukan oleh model. Pemodelan ini

bisa kita dapatkan melalui model hidup (live model), yaitu manusia nyata yang

kita amati melakukan sesuatu dan model simbolik (symbolic models), yaitu

Page 9: PENGARUH PEMODELAN TERHADAP MOTIVASI BERPRESTA SI …eprints.ums.ac.id/57321/15/NASPUB-4.pdf · siswa yang memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap tugas menunjukkan ... oleh guru

  

5  

karakter nyata atau fiksi yang digambarkan dalam buku, film, TV, dan berbagai

media lain. (Bandura, 2001; Ormrod, 2008; Malouff, Schutte, and Rooke, 2008;

Bailenson, dkk, 2009).

Dalam proses pemodelan, pembelajar tidak hanya dipengaruhi oleh apa

yang dilakukan oleh model, namun juga oleh konsekuensi atau non-konsekuensi

yang dialami oleh model, sehingga kemudian juga berhubungan dengan

penguatan dan hukuman, yang dikenal dengan istilah penguatan yang seolah-olah

dialami sendiri (vicarious reinforcement) ataupun hukuman yang seolah-olah

dialami sendiri atau vicarious punishment (Ormrod, 2008; Panggabean, 2010).

Menurut Bandura (1977) penguatan yang berasal dari luar inilah yang nantinya

akan mendorong motivasi untuk melakukan sesuatu.

Ketika seorang siswa mengamati konsekuensi-konsekuensi yang dialami

teman-temannya, siswa tersebut bisa belajar bahwa belajar keras menghasilkan

nilai yang bagus, bahwa kerapian sangat dihargai, atau bahwa terpilih sebagai

ketua kelas meningkatkan status dan popularitas, dan hal tersebut mempengaruhi

sikap belajar dan sosialnya selanjutnya, maka siswa tersebut mengalami apa yang

disebut dengan penguatan yang seolah-olah dialami sendiri (vicarious

reinforcement) (Ormrod, 2008).

Bandura (dalam Friedman, 2009) juga mengemukakan bahwa mengamati

model dan mengulangi perilaku yang dilakukan oleh model bukanlah sekedar

imitasi sederhana; pembelajaran observasi juga melibatkan proses kognitif aktif

yang terdiri atas empat komponen yaitu atensi, retensi, reproduksi motorik, dan

motivasi, artinya walaupun seseorang sudah mengobservasi dan mampu

melakukan suatu perilaku tertentu, orang tersebut baru akan menampilkan suatu

perilaku apabila perilaku itu akan memberikan hasil akhir yang bernilai dan tidak

akan menampilkannya apabila hanya akan memberikan hasil akhir yang negatif.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah ada pengaruh

pemodelan terhadap motivasi berprestasi pada siswa sekolah menengah tingkat

pertama (SMP).

Page 10: PENGARUH PEMODELAN TERHADAP MOTIVASI BERPRESTA SI …eprints.ums.ac.id/57321/15/NASPUB-4.pdf · siswa yang memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap tugas menunjukkan ... oleh guru

  

6  

2. METODE

Pengukuran motivasi berprestasi menggunakan skala motivasi berprestasi, skala

ini mewakili keenam aspek, yaitu tanggungjawab, mempertimbangkan resiko

terhadap tugas, memperhatikan waktu penyelesaian tugas, memperhatikan umpan

balik, kreatif dan inovatif, serta keinginan menjadi yang terbaik, berdasarkan teori

dari Mc.Clelland (1987). Skala ini terdiri dari 29 item. Semakin tinggi nilai total

yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat motivasi berprestasi, begitupun

sebaliknya. Adapun pemodelan yang dilakukan menggunakan dua metode, yaitu

1) model simbolik, yang dapat diartikan sebagai karakter nyata atau fiksi yang

digambarkan dalam buku, film, TV, dan melalui media lain. Model simbolik yang

digunakan adalah melalui video, serta 2) model nyata (live model) yang dilakukan

dengan menghadirkan secara langsung model yang ingin ditiru. Model nyata yang

dihadirkan adalah kakak kelas subjek yang telah dipilih sebelumnya melalui uji

coba modul.

Pengambilan subjek penelitian menggunakan jenis purposive sampling,

menggunakan skala motivasi berprestasi sebagai screening. Screening dilakukan

kepada 327 siswa kelas VII dan kelas VIII, dan didapatkan 42 subjek dengan

kategori rendah dan sedang sebagai subjek penelitian. Ke 42 subjek tersebut

kemudian dikelompokkan secara acak ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok

eksperimen 1, kelompok eksperimen 2, serta kelompok kontrol. Hasil screening

ini juga kemudian dijadikan sebagai nilai pretest dari subjek yang digunakan.

Rancangan eskperimen menggunakan control group pretest-posttest design.

Sebelum intervensi dilakukan, peneliti melakukan expert judgement

terhadap skala dan modul yang telah disiapkan. Setelah expert judgement selesai,

peneliti kemudian melakukan try out atau uji coba terhadap keduanya, baik skala

maupun modul intervensi. Berdasarkan try out modul didapatkan video yang akan

diberikan pada saat intervensi dan model nyata yang akan dihadirkan, kedua hal

tersebut diperoleh melalui penilaian dari para peserta try out.

Intervensi kemudian dilakukan dalam dua hari untuk kelompok

eksperimen 1 dan eksperimen 2. Perbedaan intervensi pada kedua kelompok

eksperimen adalah terletak pada metode pemodelan yang diberikan, untuk

Page 11: PENGARUH PEMODELAN TERHADAP MOTIVASI BERPRESTA SI …eprints.ums.ac.id/57321/15/NASPUB-4.pdf · siswa yang memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap tugas menunjukkan ... oleh guru

  

7  

kelompok eksperimen 1 (KE1) diberikan pemodelan dengan metode model

simbolik, sedangkan kelompok eksperimen 2 (KE2) diberikan pemodelan dengan

menghadirkan model nyata sehingga bisa berbagi pengalaman secara langsung

dengan partisipan.

Peneliti menitikberatkan dua tema yang diberikan pada partisipan, yaitu

hari pertama lebih berfokus pada pengenalan cita-cita, dan perencanaan jangka

panjang, sedangkan pada hari kedua lebih berfokus pada tema perencanaan jangka

pendek dan pemantapan komitment. Materi yang diberikan antara analisis diri,

pemodelan (model simbolik ataupun model nyata sesuai pembagian kelompok),

penugasan, pemantapan komitmen, serta evaluasi. Setelah pemberian intervensi

selesai subjek penelitian diberikan postest serta follow up untuk melihat perbedaan

antara nilai pretest dan postest maupun follow up di antara kelompok eksperimen.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan one way anava (anova) dan

uji Friedman Test. Anova digunakan untuk mengetahui pengaruh pemodelan

terhadap motivasi berprestasi secara umum, sedangkan uji friedman tes digunakan

untuk melihat pengaruh dari masing-masing metode yang digunakan, selain itu

dilihat juga gain score di antara kedua kelompok. Data pendukung secara

kualitatif diambil dari hasil wawancara setelah follow up dalam bentuk FGI

(Focus Group Interview) dan data observasi yang didapatkan pada saat

pelaksanaan intervensi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis data dilakukan dengan menggunakan one way anava (anova) dan uji

Friedman Test. Anova digunakan untuk mengetahui pengaruh pemodelan

terhadap motivasi berprestasi secara umum, sedangkan uji friedman tes digunakan

untuk melihat pengaruh dari masing-masing metode yang digunakan, selain itu

dilihat juga gain score di antara kedua kelompok. Data pendukung secara

kualitatif diambil dari hasil wawancara setelah follow up dalam bentuk FGI

(Focus Group Interview) dan data observasi yang didapatkan pada saat

pelaksanaan intervensi.

Page 12: PENGARUH PEMODELAN TERHADAP MOTIVASI BERPRESTA SI …eprints.ums.ac.id/57321/15/NASPUB-4.pdf · siswa yang memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap tugas menunjukkan ... oleh guru

  

8  

Berdasarkan hasil analisis diperoleh data sebagai berikut : dengan

menggunakan one way anava (Anova) untuk membedakan hasil antara KE1, KE2,

dan KK didapatkan nilai F sebesar 0,444 dengan nilai sig, sebesar 0,645 (p> 0,05).

Ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara KE 1, KE 2, dan KK

pada saat posttest. Begitu juga uji beda ketiga kelompok (KE1, KE2, dan KK)

pada saat follow up dengan menggunakan One way Anava (Anova), yang

mendapatkan nilai F sebesar 2,318 dengan nilai Sig. sebesar 0,113 (p> 0,05). Ini

berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara KE1, KE2, dan KK pada

saat Follow Up.

Selanjutnya untuk menguji apakah model simbolik (KE1) efektif

meningkatkan motivasi berprestasi siswa maka digunakan uji perbedaan pretest,

posttest, dan follow up dengan menggunakan K – Related Sample Test.

Berdasarkan hasil Friedman Test untuk KE1 diperoleh hasil chi square sebesar

7,673 dengan asymp.sig sebesar 0,022 (p<0,05). Berdasarkan data tersebut dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada KE1 sebelum

maupun setelah perlakuan.

Sedangkan hasil Friedman Test untuk KE2 diperoleh hasil Chi Square

sebesar 1,762 dengan Asymp.Sig sebesar 0,414 (p>0,05). Berdasar data tersebut

dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada KE2

sebelum maupun setelah perlakuan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam

tabel berikut ini :

Tabel 1. Hasil Analisis Data Kuantitatif Keterangan Uji beda Gain

Score Asymp sig. Arti

Uji beda posttest KE1, KE2, KK

F= 0,444

- 0,645 (p>0,05)

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

KE1, KE2, dan KK pada saat posttest

Uji beda follow up KE1, KE2,

KK

F= 2,318

- 0,113 (p>0,05)

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

KE1, KE2, dan KK pada saat follow up

Uji beda pretest, posttest, dan

follow up pada

chi square =

7,673

Pre-post = 5,07,

dan pre-

0,022 (p<0,05)

Terdapat perbedaan yang signifikan antara pretest,

postest, dan follow up

Page 13: PENGARUH PEMODELAN TERHADAP MOTIVASI BERPRESTA SI …eprints.ums.ac.id/57321/15/NASPUB-4.pdf · siswa yang memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap tugas menunjukkan ... oleh guru

  

9  

KE1 follow = 10,64

pada KE1

Uji beda pretest, posttest, dan

follow up pada KE2

Chi square = 1,762

Pre-post =6, dan

pre-follow =3,36

0,414 (p>0,05)

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pretest, posttest, dan follow up pada KE2

Jika ditinjau dari nilai gain score pada masing-masing kelompok terlihat

bahwa gain score pada kelompok eskperimen 1 memiliki gain score yang lebih

tinggi dibandingkan dengan gain score pada kelompok eskperimen 2, hal ini bisa

dijelaskan dengan menggunakan teori belajar sosial dari Albert Bandura, dimana

Bandura menekankan pada atensi atau perhatian sebagai proses pertama yang

dapat mempengaruhi peniruan atau pemodelan. Video dan audio dalam penelitian

ini membuat pengamat lebih fokus memberikan perhatiannya pada video yang

ditonton dibandingkan dengan hanya mendengarkan, dan melakukan tanya jawab

dengan model.

Ketika seorang siswa mengamati konsekuensi-konsekuensi yang dialami

teman-temannya, siswa tersebut bisa belajar bahwa belajar keras menghasilkan

nilai yang bagus, bahwa kerapian sangat dihargai, atau bahwa terpilih sebagai

ketua kelas meningkatkan status dan popularitas, dan hal tersebut mempengaruhi

sikap belajar dan sosialnya selanjutnya, maka siswa tersebut mengalami apa yang

disebut dengan penguatan yang seolah-olah dialami sendiri (vicarious

reinforcement) (Ormrod, 2008).

Dalam penelitian ini, konsekuensi-konsekuensi yang diperlihatkan oleh

model adalah hasil akhir yang mereka dapatkan, para partisipan bisa melihat dan

merasakan secara emosional bagaimana proses dan hasil akhir yang didapatkan

oleh model baik melalui video maupun dengan bertemu model yang diakui

memiliki prestasi baik secara akademik di sekolahnya. Dengan melihat

konsekuensi-konsekuensi tersebut diharapkan partisipan dapat mengambil nilai-

nilai pengalaman positif dari model.

Bandura (Alwisol, 2012) dalam proses kognitif tahap pertama adalah

atensi, artinya adalah bahwa partisipan memberikan perhatian secara penuh pada

Page 14: PENGARUH PEMODELAN TERHADAP MOTIVASI BERPRESTA SI …eprints.ums.ac.id/57321/15/NASPUB-4.pdf · siswa yang memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap tugas menunjukkan ... oleh guru

  

10  

fasilitator dan proses pelatihan yang dilakukan. Selanjutnya masuk pada tahap

retensi (pengolahan informasi), pada tahap ini terdapat pengulangan informasi

yang dilakukan oleh fasilitator baik setelah mendapatkan model simbolik maupun

sharing dengan model. Pengulangan informasi ini dilakukan dengan mengadakan

diskusi antara fasilitator dan partisipan, dengan mengambil learning point dari

kedua metode tersebut, ataupun pengulangan informasi setelah metode SMART

yang diberikan, dengan tujuan peserta semakin paham pada materi yang

disampaikan dan dapat tersimpan dalam memori jangka panjang (long term

memori) dan dapat dikeluarkan sewaktu-waktu dibutuhkan. Tahap yang ketiga

adalah reproduksi motorik dimana informasi yang tersimpan dapat dikeluarkan ke

dalam tingkah laku. Dalam hal ini peserta diminta untuk mengeluarkannya dalam

bentuk lembar tugas yang disiapkan, termasuk di dalamnya peserta diminta untuk

menuliskan cita-cita yang realistik, bagaimana cara mendapatkannya, hambatan

apa yang perlu diperbaiki, serta nilai-nilai apa saja yang seharusnya dimiliki untuk

menggapai cita-cita tersebut. Dari proses ini dapat diketahui bagaimana informasi

tersebut terserap oleh para peserta. Dan terakhir adalah motivasi atau penguatan,

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh para peserta, secara umum

didapatkan hasil bahwa mereka pada dasarnya dapat mengambil nilai-nilai yang

didapatkan dari proses pemodelan yang diterima baik melalui model simbolik

maupun melalui model nyata. Nilai-nilai tersebut antara lain ; tidak mudah putus

asa, terus berusaha, optimis, bekerja keras, harus tekun belajar, menjadi lebih

percaya diri, untuk mencapai sesuatu harus tekun dan sungguh-sungguh, serta

mempunyai jadwal belajar yang tetap. Para partisipan juga memberikan penilaian

yang positif terhadap proses pelatihan baik dari segi materi, metode penyampaian,

durasi waktu, dan tempat pelatihan.

Sebagian besar peserta juga menunjukkan adanya peningkatan motivasi

berprestasi pada saat postest, dan follow up walaupun masih berada dalam

kategori yang sama terutama pada kelompok simbolik model. Untuk beberapa

peserta yang mengalami penurunan lebih karena disebabkan pada perhatian

peserta yang kurang fokus pada saat pelatihan, sesekali terlihat tertidur, dan

memerlukan bimbingan yang lebih individual dibandingkan dengan teman-

Page 15: PENGARUH PEMODELAN TERHADAP MOTIVASI BERPRESTA SI …eprints.ums.ac.id/57321/15/NASPUB-4.pdf · siswa yang memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap tugas menunjukkan ... oleh guru

  

11  

temannya yang lain. Sedangkan untuk para peserta yang berada dalam kelompok

model nyata secara garis besar mengalami peningkatan yang lebih kecil

dibandingkan dengan peningkatan pada kelompok model simbolik, beberapa

peserta yang berada pada kelompok ini kurang memiliki perhatian pada model

yang dihadirkan, ini terlihat dari sikap pasif/diam ataupun sikap mengganggu

peserta terhadap temannya yang lain.

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa enam dari 14 peserta atau

hampir setengah dari total peserta pada kelompok simbolik model diketahui

kurang antusias selama mengikuti pelatihan. Bahkan dalam pengisian lembar

kerja masih membutuhkan bantuan fasilitator. Hal ini menjadi salah satu

penyebab mengapa peningkatan motivasi berprestasi pada kelompok ini tidak

signifikan. Demikian pula pada kelompok kedua, bahwa dari 11 peserta hanya 2

orang yang menyampaikan memperoleh nilai-nilai positif yang memotivasi dari

model sebesar 80 % sedangkan lainnya hanya memperoleh nilai-nilai positif yang

memotivasi tidak lebih besar dari 16 %. Peserta pun terlihat pasif selama

pelaksanaan pelatihan, kesulitan menetapkan tujuan dan membuat mind map

secara rinci.

Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek pada kelompok model nyata

(live model) terdapat satu orang peserta (DY) yang mengatakan secara lugas

bahwa dirinya merasa malu mendengarkan uraian dari model yang menceritakan

mengenai kondisi dirinya dan keluarga, subjek DY mengatakan bahwa menurut

dia hal tersebut merupakan aib yang seharusnya tidak diceritakan pada orang lain.

Padahal menurut model, kondisi tersebutlah yang membuat dia termotivasi untuk

terus berprestasi. Dalam hal ini terlihat bahwa nilai-nilai yang dianut oleh model

berbeda dengan nilai-nilai yang dianut oleh partisipan. Sebagaimana dijelaskan

oleh Margolis & Mc. Cabe (2006) bahwa salah satu hal yang membuat pengaruh

model menjadi lebih efektif adalah jika terdapat kesamaan nilai-nilai yang dianut

antara model dan partisipan, juga Komalasari, Wahyuni, & Karsih (2011) yang

menjelaskan bahwa keberhasilan teknik modeling sangat tergantung pada persepsi

pengamat terhadap model. Jika pengamat tidak menaruh kepercayaan pada model,

Page 16: PENGARUH PEMODELAN TERHADAP MOTIVASI BERPRESTA SI …eprints.ums.ac.id/57321/15/NASPUB-4.pdf · siswa yang memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap tugas menunjukkan ... oleh guru

  

12  

maka pengamat akan kurang mencontoh tingkah laku yang diperlihatkan oleh

model.

Selain itu, harapan pengamat terhadap model juga mempengaruhi

keberhasilan pemodelan. Ekpektasi yang tinggi dari pengamat terhadap model

membuat efikasi diri pengamat meningkat sehingga keinginan untuk meniru

tingkah laku model menjadi semakin baik, namun jika terdapat ketidaksesuaian

antara harapan pengamat dan tingkah laku model, maka tujuan tingkah laku yang

didapat model menjadi kurang tepat. Atau bisa jadi pengamat menggangap

pemodelan ini sebagai keputusan tingkah laku yang harus ia lakukan, sehingga

pengamat akhirnya kurang bisa mengadaptasi model sesuai dengan gayanya

sendiri (Komalasari, dkk, 2011).

Terlepas dari uraian di atas, berdasarkan masukan dari observer diketahui

bahwa model lebih baik performancenya, lebih ekspresif, serta lebih

bersemangat pada saat try out modul dibandingkan pada saat penelitian

berlangsung. Hal ini bisa dimungkinkan karena beberapa alasan, antara lain : a)

terdapat batasan yang diberikan oleh peneliti kepada model dikarenakan model

harus menjelaskan dua tema pada dua hari, sehingga model diberikan batasan

pembahasan berdasarkan tema perhari, sedangkan pada saat try out modul model

diberikan kebebasan bercerita, b) terdapat kebosanan pada model, dikarenakan

model harus menceritakan pengalamannya tersebut selama 3x pertemuan (1x try

out, 2x penelitian), c) model merasa menjadi pusat perhatian, hal ini berbeda pada

saat try out, dimana terdapat dua model yang secara bergantian menceritakan

pengalamannya, sehingga merasa saling mendukung.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan juga bahwa video yang diberikan

sebaiknya video yang dapat menggugah emosi peserta dan memperlihatkan

semangat juang dalam menggapai sesuatu, hal ini sesuai dengan hasil wawancara

tidak terstruktur yang dilakukan peneliti setelah intervensi diberikan, para peserta

pada umumnya mengatakan bahwa video tersebut mengendap lebih lama dalam

ingatan mereka dibandingkan dengan video yang lebih berfokus pada bagaimana

pembelajaran yang dilakukan selama ini.

Page 17: PENGARUH PEMODELAN TERHADAP MOTIVASI BERPRESTA SI …eprints.ums.ac.id/57321/15/NASPUB-4.pdf · siswa yang memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap tugas menunjukkan ... oleh guru

  

13  

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa

tidak terdapat pengaruh pemodelan terhadap motivasi berprestasi siswa sekolah

menengah tingkat pertama (SMP), ini artinya kedua metode baik model simbolik

dan model nyata tidak dapat meningkatkan motivasi berprestasi secara signifikan.

Namun demikian pemodelan dengan metode model simbolik lebih efektif

mempengaruhi motivasi berprestasi dibandingkan dengan model nyata (live

model). Diharapkan dengan adanya penelitian ini, pihak sekolah terutama guru

Bimbingan dan Konseling dapat menjadikan intervensi ini sebagai alternatif

pengajaran terutama dengan menggunakan metode model simbolik. Sedangkan

saran untuk peneliti selanjutnya adalah dapat memilih tema yang berbeda serta

lebih menarik namun tidak menghilangkan esensi model yang ada, sebaiknya jika

ingin menggunakan metode ini pilihlah model nyata (live model) yang memiliki

persamaan persepsi terhadap nilai-nilai yang dianut antara model dan partisipan,

semakin banyak kesamaan antara model dan partisipan diharapkan hasilnya akan

semakin baik, selain itu juga perlu melakukan pendampingan intensif selama

proses berlangsung, faktor eksternal juga diharapkan dapat menjadi perhatian

sehingga tidak menghambat dalam peningkatan motivasi berprestasi.

DAFTAR PUSTAKA

Amrai, Motlagh, Zalani, & Parhon. (2011). The Relationship between Academic Motivation and Academic Achievement Students. Procedia - Journal Social and Behavioral Sciences, Vol. 15; 399-402.

Bailenson, J, N, & Fox, J. (2009). Virtual Self Modeling : The Effects of Vicarious Reinforcement and Identification on Exercise Behaviors. California. Media Psychology, 12:1-25.

Bandura, A. (1977). Social Learning Theory. Prentice Hall, Inc : Englewood

Cliffs.New Jersey Bandura, A. (2001). Social Kognitif Theory Of Mass Comunication. Media

Psychology, 3, 265-299

Christiana, O. (2009). Influence of Motivation on Students Academic Performance. The Sosial Sciences, Vol. 4, Issue 1; 30-36. ISSN : 1818-5800

Page 18: PENGARUH PEMODELAN TERHADAP MOTIVASI BERPRESTA SI …eprints.ums.ac.id/57321/15/NASPUB-4.pdf · siswa yang memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap tugas menunjukkan ... oleh guru

  

14  

Friedman, S. H. (2009). Kepribadian. Teori Klasik dan Riset Modern. Edisi

Ketiga, Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Gunarsa, D. (2003). Psikologi Untuk Keluarga, cetakan ke 15. Jakarta: Gunung Mulia.

Hamalik, O. ( 2000). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo

Kumara, A. (2011). Kasus Kekerasan Di Sekolah Kian Meningkat. Dipetik Desember 2014 dari m.detik.com.

Komalasari, G., Wahyuni, A., & Karsih. (2011). Teori dan Teknik Konseling.. Jakarta : PT.Indeks.

Malouff, J.M, Schutte, N.S, & Rooke, S.E. (2008). Using Vicarious Reinforcement to Increase Client Completion of between - session Assignment. Australia. University of New England. The behavior Analist Today. Vol. 9. No. 2. 150-152.

Meltzoff, AN. (2005). Imitation and Other Mind : The "Like Me" Hypothesis. Cambridge, MA : MIT Press.

Margolis, H & Mc Cabe, P. (2006). Improving Self Efikasi and Motivation : What to do, What to say. Intervention in School and Clinic, Vol 41, No.4, 218-227.

Mc. Clelland, DC, terjemahan. (1987). Memacu Masyarakat Berprestasi. Jakarta,: Intermedia.

Nugraha, R.A. (2011). Pengaruh Pelatihan Kecerdasan Adversitas terhadap Motivasi Berprestasi pada Siswa Kelas X d SMA N 8 Surakarta. Skripsi. Tidak Diterbitkan. UNS.

Ormrod, J.E. (2008). Psikologi Pendidikan. Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Jilid 2. Edisi Keenam. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Panggabean, H. (2010, Maret 19). Behaviorisme. Dipetik Januari 2015 dari http://rumahbelajar psikologi.com.

Parsons, Hinson, & Brown. (2001). Educational Psychology, A Practitioner-

Researcher Model Of Teaching. USA : Wadsworth Thomson Learning Santrock, J. W. (2005). Adolescence, Perkembangan Remaja. Jakarta : PT.

Erlangga Schunk, D.H., Pintrick, P.R., & Meece, J.L. (2012). Motivasi dalam Pendidikan,

Teori, Penelitian, dan Aplikasi. Jakarta : PT. Indeks.

Page 19: PENGARUH PEMODELAN TERHADAP MOTIVASI BERPRESTA SI …eprints.ums.ac.id/57321/15/NASPUB-4.pdf · siswa yang memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap tugas menunjukkan ... oleh guru

  

15  

Singh, K. (2011). Study of Achievement Motivation in Relation to Academic

Achievement of Students. India : International Journal of Education Planning & Administration. ISSN. 2249-3093, Vol.1. Number 2, pp.161-171.

Soheyla, J. (2012). A Study of Relationship between Motivational Beliefs and

Self Regulated Strategies and Academis of School Student. Thesis. India : University of Pune. Departement of Education.

Sukadji (2001). Motivasi dalam Masyarakat . Jakarta : Gramedia. Xin Wu.(2013). The Power of Affective Factors ( Self-Efficacy, Motivation and

Gender) to Predict Chemistry Achievement with The Benefit of Knowledge Surveys on Metacognition Level. Thesis. Lousiana State University and Agricultural and Mechanical College.