pengaruh pembangunan jaringan irigasi tingkat …repository.utu.ac.id/119/1/i-v.pdf · kondusif...

45
PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT USAHA TANI (JITUT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN MEUREBO KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI SUWARNI 06C10404057 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2015

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT

USAHA TANI (JITUT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI

PADI DI KECAMATAN MEUREBO

KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

SUWARNI

06C10404057

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

2015

Page 2: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT

USAHA TANI (JITUT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI

PADI DI KECAMATAN MEUREBO

KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

SUWARNI

06C10404057

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

2015

Page 3: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

LEMBARAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pengaruh Pembangunan Jaringan Irigasi Tingkat Usaha

Tani (Jitut) Terhadap Pendapatan Petani Padi Di

Kecamatan Meureubo Kecamatan Aceh Barat.

Nama Mahasiswa : Suwarni

NIM : 06C10404057

Program Studi : Agribisnis

Menyetujui;

Komisi Pembimbing

Ketua

Ir. Said Mahjali,MM

NIDN.0110116582

Anggota

Yoga Nugroho,SP,.MM

NIDN.0106018801

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Ir. Rusdi Faizin,MSi

NIP.196308111992031001

Ketua Prodi Agribisnis

Yoga Nugroho,SP,.MM

NIDN.0106018801

Tanggal Kelulusan : 24 Agustus2015

Page 4: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi dengan judul :

PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT USAHATANI

(JITUT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN

MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT

Yang Disusun Oleh :

Nama Mahasiswa : Suwarni

NIM : 06C10404057

Fakultas : Pertanian

Program Studi : Agribisnis

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 24 Agustus 2015 dan dinyatakan

memenuhi syarat untuk diterima.

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

1. Ir.Said Mahjali, MM ………………………………..

(Dosen Pembimbing Ketua)

2. Yoga Nugroho,SP,.MM ………………………………..

(Dosen Pembimbing Anggota)

3. Khairu Nisa,SP,.MP ………………………………..

(Dosen Penguji I)

4. Meiza Aulia,SP ………………………………..

(Dosen Penguji II)

Alue Peunyareng, 24 Agustus 2015 Ketua Prodi Agribisnis

Yoga Nugroho,SP.,MM

NIDN. 0106018801

Page 5: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beberapa kajian empiris menunjukkan bahwa salah satu kendala

terpenting yang dihadapi untuk memacu pertumbuhan produksi pangan khususnya

padi adalah turunnya kapasitas lahan. Turunnya kapasitas lahan merupakan akibat

dari sindroma over intensifikasi pada lahan sawah dan penurunan kualitas irigasi

(Simatupang, 2000).

Lebih dari 80 persen produksi padi di Indonesia berasal dari lahan irigasi.

Oleh karena itu degradasi kinerja irigasi merupakan ancaman nyata terhadap masa

depan pasokan pangan nasional. Dampak kemunduran kinerja irigasi bersifat

langsung dan tidak langsung. Dampak langsung adalah turunnya produktivitas,

turunnya intensitas tanam, dan meningkatnya risiko usahatani. Dampak tidak

langsung adalah melemahnya komitmen petani untuk mempertahankan ekosistem

sawah karena buruknya kinerja irigasi mengakibatkan lahan tersebut kurang

kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003).

Infrastruktur dan sarana merupakan salah satu faktor penting dalam

proses usahatani, diantaranya infrastruktur irigasi. Infrastruktur irigasi sangat

menentukan ketersediaan air yang berdampak langsung terhadap kualitas dan

kuantitas tanaman khususnya tanaman padi yang diusahakan oleh sebahagian

besar masyarakat Aceh Barat terutama di Kecamatan Meurebo.

Pembangunan infra struktur dan sarana merupakan salah satu faktor

penting dalam proses usahatani, diantaranya infra struktur irigasi. Infrastruktur

Page 6: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

2

irigasi sangat menentukan ketersediaan air yang berdampak langsung terhadap

kualitas dan kuantitas tanaman khususnya padi. Namun demikian, infrastruktur

yang telah dibangun dengan biaya tidak murah tersebut sering kali tidak

dimanfaatkan secara optimal oleh para petani. Hai ini karena peran petani selama

ini dalam pembangunan infrastruktur tersebut relative fasif dan akan hanya

merupakan objek pembangunan.

Pemberian air irigasi dari hulu (upstream) sampai dengan hilir

(downstream) memerlukan sarana dan prasarana irigasi yang memadai.

Sarana dan prasarana tersebut dapat berupa: bendungan, bendung, saluran primer

dan sekunder, box bagi, bangunan-bangunan ukur, dan saluran tersier serta saluran

tingkat usaha tani (TUT). Rusaknya salah satu bangunan-bangunan irigasi akan

mempengaruhi kinerja sistem yang ada, sehingga mengakibatkan efisiensi dan

efektifitas irigasi menurun. Undang-undang No. 7 tahun 2004 tentang SDA dan

Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi mengamanatkan bahwa

tanggung jawab pengelolaan jaringan irigasi tersier sampai ke tingkat usahatani

dan jaringan irigasi desa menjadi hak dan tanggung jawab petani pemakai air

(P3A) sesuai dengan kemampuannya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38

tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah,

Pemerintah daerah Provinsi dan Pemerintah daerah Kabupaten/Kota disebutkan

bahwa kewenangan pengembangan dan rehabilitasi jaringan irigasi tingkat

usahatani dan jaringan irigasi desa menjadi kewenangan dan tanggung jawab

instansi tingkat kabupaten/kota yang menangani urusan pertanian. Mengingat

sebagian besar pemerintah kabupaten/kota dan perkumpulan petani pemakai air

sampai saat ini belum dapat menjalankan tanggung jawabnya, maka Pemerintah

Page 7: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

3

dalam hal ini Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP)

berusaha untuk membantu meningkatkan pemberdayaan petani pemakai air dalam

pengelolaan jaringan irigasi melalui kegiatan pengembangan jaringan.

Peningkatan produksi beras dilakukan melalui usaha diversifikasi,

intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi. Sesuai dengan tujuan pembangunan

pertanian dalam pembangunan nasional, usaha peningkatan produksi dilakukan

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, yaitu menjamin ketersediaan pangan

serta untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Perbaikan

pendapatan petani diharapkan dapat meningkatkan daya beli mereka dan

secara berkesinambungan akan menunjang sektor lainnya.

Kabupaten Aceh Barat merupakan daerah potensial untuk pengembangan

irigasi karena memiliki sumberdaya air yang berasal dari beberapa sungai

besar dan kecil serta sumber resapan seperti Krueng Meurebo. Namun hal ini

belum dimanfaatkan secara optimal, misalnya saja areal persawahan di daerah

Kecamatan Meurebo yang daerahnya dilewati oleh aliran sungai ini masih

didominasi oleh sawah tadah hujan. Tercatat luas sawah tadah hujan mencapai

597 hektar atau 38 persen dari total areal sawah yang ada. Salah satu upaya untuk

mengatasinya, tahun 2010 pemerintah membangun beberapa jaringan irigasi

tingkat usahatani. Jaringan irigasi jitut ini belum mencakup daerah yang luas,

hanya sekitar 55 hektar sawah saja. Penerapan irigasi ini telah menyebabkan

perubahan-perubahan pada usahatani padi sawah seperti pola tanam,

produktivitas, tingkat pendapatan, kesempatan kerja dan distribusi pendapatan

usahatani.

Page 8: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

4

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pembangunan

jaringan irigasi tingkat usahatani (Jitut) terhadap pendapatan petani padi di

Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

ketersedian jaringan irigasi tingkat usaha tani (jitut) terhadap pendapatan petani

padi di Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas maka kegunaan penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petani

setempat untuk menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan

pengelolaan dan perawatan jaringan jitut sehingga dengan tersedia dan

mudahnya ketersedian jaringan air dapat memudahkan masyarakat dalam

melakukan proses budidaya tanaman padi dengan intensitas minimal 2 kali

dalam setahun.

2. Penulisan ini juga diharapkan dapat menjadi sarana belajar dan berbagi

ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Page 9: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

5

1.4 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan tujuan di atas, maka dapat diambil

hipotesis diduga bahwa pembangunan jaringan irigasi tingkat petani (jitut)

berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani padi di Kecamatan Meurebo.

Page 10: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Pembangunan Jitut

Tahun anggaran 2013 diambil suatu kebijakan bahwa pelaksanaan

pembangunan infrastruktur sarana pertanian terutama jaringan irigasi tingkat

usahatani lingkup Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Aceh Barat yang

dibiayai dengan DPA-SKPD tahun 2013, sejauh tidak memerlukan teknologi

canggih dan alat-alat berat, dilakukan dengan pola padat karya misalnya

pembangunan jaringan irigasi tingkat usaha tani (jitut). Kebijakan pelaksanaan

pola padat karya ini disamping merupakan wujud kepedulian dan keberpihakan

sektor pertanian terhadap petani dan buruh juga merupakan upaya untuk

mereposisikan petani sebagai pelaku atau subjek pembangunan. Diharapkan

kebijakan ini akan menciptakan kebersamaan dan rasa tan ggung jawab secara

kolektif terhadap infrastruktur sarana pertanian yang telah mereka bangun.

Disamping itu, dengan pola padat karya akan membuka lapangan pekerjaan baru

saat tidak ada kegiatan atau pekerjaan yang berarti dalam di lahan usaha taninya

(Dinas Pertanian dan Peternakan Aceh Barat, 2013).

2.2 Irigasi

Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang

pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah,

irigasi pompa dan irigasi rawa. Semua proses kehidupan dan kejadian di dalam

tanah yang merupakan tempat media pertumbuhan tanaman hanya dapat terjadi

apabila ada air, baik bertindak sebagai pelaku (subjek) atau air sebagai media

(objek). Proses-proses utama yang menciptakan kesuburan tanah atau sebaliknya

Page 11: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

6

yang mendorong degradasi tanah hanya dapat berlangsung apabila terdapat

kehadiran air. Oleh karena itu, tepat kalau dikatakan air merupakan sumber

kehidupan (Fuad Bustomi, 2002).

Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari sumber air yang tersedia

kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Dengan demikian

tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur sesuai kebutuhan tanaman

pada saat persediaan lengas tanah tidak mencukupi untuk mendukung

pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara normal. Pemberian

air irigasi yang efisien selain dipengaruhi oleh tatacara aplikasi, juga ditentukan

oleh kebutuhan air guna mencapai kondisi air tersedia yang dibutuhkan tanaman

(Sudjarwadi, 2003).

2.2.1 Fungsi Irigasi

Fungsi umum irigasi secara garis besarnya dapat di bagi atas beberapa

macam :

1. Memasok kebutuhan air tanaman

2. Menjamin ketersediaan air apabila terjadi betatan

3. Menurunkan suhu tanah

4. Mengurangi kerusakan akibat frost

5. Melunakkan lapis keras pada saat pengolahan tanah (Sudjarwadi, 2007).

2.1.2 Tujuan Irigasi

Sesuai dengan definisi irigasinya, maka tujuan irigasi pada suatu daerah

adalah upaya rekayasa teknis untuk penyediaaan dan pengaturan air dalam

menunjang proses produksi pertanian, dari sumber air ke daerah yang memerlukan

serta mendistribusikan secara teknis dan sistematis (Fuad Bustomi, 2004).

Page 12: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

7

Menurut Sumaryanto 2003, Irigasi bertujuan untuk membantu para petani

dalam mengolah lahan pertaniannya, terutama bagi para petani di pedesaan yang

sering kekurangan air.

1. Meningkatkan Produksi Pangan terutama beras

2. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air irigasi

3. Meningkatkan intensitas tanam

4. Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat desa dalam pembangunan

jaringan irigasi perdesaan.

2.2.3 Manfaat Irigasi

Irigasi sangat bermanfaat bagi pertanian, terutama di pedesaan. Dengan

irigasi, sawah dapat digarap tiap tahunnya, dapat dipergunakan untuk peternakan,

dan keperluan lain yang bermanfaat.

Adapun manfaat dari suatu sistem irigasi, adalah :

1. Untuk membasahi tanah, yaitu pembasahan tanah pada daerah yang curah

hujannya kurang atau tidak menentu.

2. Untuk mengatur pembasahan tanah, agar daerah pertanian dapat diairi

sepanjang waktu pada saat dibutuhkan, baik pada musim kemarau maupun

musim penghujan.

3. Untuk menyuburkan tanah, dengan mengalirkan air yang mengandung

lumpur & zat – zat hara penyubur tanaman pada daerah pertanian tersebut,

sehingga tanah menjadi subur.

4. Untuk kolmatase, yaitu meninggikan tanah yang rendah / rawa dengan

pengendapan lumpur yang dikandung oleh air irigasi.

5. Untuk pengelontoran air , yaitu dengan mengunakan air irigasi, maka

kotoran / pencemaran / limbah / sampah yang terkandung di permukaan

Page 13: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

8

tanah dapat digelontor ketempat yang telah disediakan ( saluran drainase )

untuk diproses penjernihan secara teknis atau alamiah.

6. Pada daerah dingin, dengan mengalirkan air yang suhunya lebih tinggi dari

pada tanah, sehingga dimungkinkan untuk mengadakan proses pertanian

pada musim tersebut (Fuad Bustomi, 2004).

2.3 Usahatani

Menurut Adiwilaga (2002), ilmu usahatani adalah ilmu yang menyelidiki

segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan orang melakukan pertanian dan

permasalahan yang ditinjau secara khusus dari kedudukan pengusahanya sendiri

atau ilmu usahatani yaitu menyelidiki cara-cara seorang petani sebagai pengusaha

dalam menyusun, mengatur dan menjalankan perusahaan itu.

Menurut Mosher (2001) usahatani adalah suatu tempat atau sebagian dari

permukaan bumi dimana pertanian diselenggarakan seorang petani tertentu,

apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang digaji dari sumber-

sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang diperlukan untuk produksi

pertanian seperti tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang dilakukan atas tanah itu,

sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah itu dan

sebagainya.

Menurut Kadarsan (2003) dalam Kamaluddin, usahatani adalah suatu

tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur

produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan

berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian.

Menurut Soekartawi (2005) bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang

mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara

efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.

Page 14: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

9

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ilmu usahatani adalah ilmu terapan

yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara

efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal.

Sumberdaya itu adalah lahan, tenaga kerja dan modal.

2.3.1 Penerimaan

Penerimaan usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jumlah

tertentu yang dijual, diberikan kepada orang lain dan yang dikomsumsi yang

diperoleh dari jumlah produk secara keseluruhan dikalikan dengan harga yang

berlaku ditingkat petani. Soekartawi (1995) menyatakan bahwa penerimaan

usahatani adalah perkalian antar produk dengan harga jual. Secara matematis

dapat diformulasikan sebagai berikut :

TR = Py. Y

Dimana :

TR = Total penerimaan

Py = Harga

Y = Produksi

2.3.2 Biaya

Konsep biaya menurut Hernanto (1999) adalah korbanan yang dicurahkan

dalam proses produksi yang semula fisik kemudian diberikan nilai Rupiah

sehingga biaya-biaya tidak lain adalah korbanan Biaya dalam usahatani dapat

dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai

usahatani merupakan pengeluaran tunai yang dikeluarkan oleh petani. Sedangkan

biaya yang diperhitungkan merupakan pengeluaran yang secara tidak tunai

dikeluarkan petani, biaya ini dapat berupa faktor produksi yang digunakan

petani tanpa mengeluarkan uang tunai seperti sewa lahan yang diperhitungkan

Page 15: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

10

atas lahan milik sendiri, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, penggunaan

benih dari hasil produksi dan penyusutan dari sarana produksi. Pengeluaran

usahatani secara umum meliputi biaya tetap (fixed cost ) dan biaya variabel

(variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh

jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya tetap dapat berupa biaya sewa lahan,

pajak dan bunga pinjaman. Biaya variabel adalah biaya yang sifatnya dipengaruhi

jumlah produksi yag dihasilkan. Biaya variabel dapat berupa biaya yang

dikeluarkan unt uk benih, pupuk, pestisida dan upah tenaga kerja.

Lebih lanjut Soekartawi (1995) mengklasifikasikan biaya produksi usahatni

menjadi 2 yaitu :

1. Biaya tetap (fixed cost)adalah biaya yang dipergunakan tidak habis dalam

satu proses produksi dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang

diperoleh banyak atau sedikit, besar biaya tidak tergantung pada besar

kecilnya biaya produksi yang diperoleh. Biaya tetap meliputi sewa tanah,

pajak, biaya alat pertanian dan penyusutan alat pertanian.

2. Biaya Variabel (variable cost) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi

oleh hasil produksi. Biaya variabel ini meliputi: biaya bibit, biaya pupuk,

biaya pengolahan tanah dan biaya tenaga kerja. Biaya usahatani dibagi

menjadi tiga kategori, yaitu:

a. Biaya alat-alat luar yaitu semua pengorbanan yang diberikan dalam

usahatani untuk memperoleh pendapatan kotor, kecuali bunga

seluruh aktiva yang dipergunakan dan biaya untuk kegiatan

pengusaha (keuntungan pengusaha) dan upah tenaga keluarga

sendiri.

Page 16: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

11

b. Biaya mengusahakan yaitu biaya alat-alat luar ditambah dengan upah

tenaga keluarga sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan upah yang

dibayarkan kepada tenaga luar.

c. Biaya menghasilkan yaitu biaya mengusahakan ditambah dengan

bunga dari aktiva yang dipergunakan dalam usahatani.

Dalam ilmu ekonomi dikatakan bahwa petani membandingkan antara hasil

yang diharapkan akan diterima pada waktu panen (penerimaan, revenue) dengan

biaya (pengorbanan, cost) yang harus dikeluarkannya. Hasil yang diperoleh petani

pada saat panen disebut produksi dan biaya yang dikeluarkan disebut biaya

produksi, sedangkan total penerimaan diperoleh dari produksi fisik dikalikan

dengan harga produksi (Wijaya, 2002).

2.3.3 Pendapatan

Pemenuhan kebutuhan hidup rumah tangga usahatani dicukupi dari

pendapatan usahatani. Soeharjo dan Patong (2003) menyatakan bahwa

pendapatan adalah balas jasa dari kerjasama faktor- faktor produksi lahan, tenaga

kerja, modal dan jasa pengelolaan. Pendapatan usahatani tidak hanya berasal dari

kegiatan produksi saja tetapi dapat juga diperoleh dari hasil menyewakan atau

menjual unsur- unsur produksi, misalnya menjual kelebihan alat-alat produksi,

menyewakan lahan dan lain sebagainya. Berkaitan dengan ukuran pendapatan

dan keuntungan, Soekartawi (1986)mengemukakan beberapa definisi :

1. Penerimaan tunai usahatani merupakan nilai uang yang diterima dari

penjualan produk usahatani.

2. Pengeluaran tunai usahatani adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk

pembelian barang dan jasa bagi usahatani.

3. Pendapatan tunai usahatani adalah prod uk usahatani dalam jangka waktu

Page 17: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

12

tertentu, baik yang dijual maupun tidak dijual.

4. Penerimaan total usahatani merupakan nilai semua yang habis terpakai

atau dikeluarkan dalam produksi termasuk biaya yang diperhitungkan.

5. Pengeluaran total usahatani merupakan selisih antara penerimaan kotor

usahatani dan pengeluaran total usahatani.

Secara harfiah pendapatan dapat didefenisikan sebagai sisa dari

pengurangan nilai penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan.

Pendapatan yang diharapkan tentu saja memiliki nilai positif dan semakin besar

nilainya semakin baik, meskipun besar pendapatan tidak selalu mencerminkan

efisiensi yang tinggi karena pendapatan yang besar mungkin juga diperoleh dari

investasi yang jumlahnya besar pula.

Untuk mengukur keberhasilan usahatani biasanya dilakukan dengan

melakukan analisis pendapatan usahatani. Dengan melakukan analisis pendapatan

usahatani dapat diketahui gambaran keadaan aktual usahatani sehingga dapat

melakukan evaluasi dengan perencanaan kegiatan usahatani pada masa yang akan

datang Untuk menganalisis pendapatan usahatani diperlukan informasi mengenai

keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan.

Penerimaan usahatani adalah nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu

tertentu dan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi total dengan harga

satuan dari hasil produksi tersebut. Sedangkan biaya atau pengeluaran usahatani

adalah nilai penggunaan faktor- faktor produksi dalam melakukan proses produksi

usahatani. Pendapatan usahatani terbagi atas pendapatan kotor usahatani

dan pendapatan bersih usahatani. Pendapatan kotor usahatani mengukur

pendapatan kerja petani tanpa memasukkan biaya yang diperhitungk sebagai

komponen biaya. Pendapatan kotor usahatani merupakan selisih dari penerimaan

Page 18: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

13

usahatani dengan biaya tunai usahatani. Sedangkan pendapatan bersih usahatani

mengukur pendapatan kerja petani dari seluruh biaya usahatani yang

dikeluarkan. Pendapatan bersih usahatani diperoleh dari selisih penerimaan

usahatani dengan biaya total usahatani.

Dalam teori ekonomi pertanian tingkat pendapatan pertanian menjadi fokus

dari setiap tujuan aktivitas usahatani, tinggi rendahnya modal usaha akan

berpengaruh terhadap pruduksi yang akhirnya kembali berdampak pada

pandapatan petani. Menurut Tjakrawiralaksana (2003) Pendapatan usahatani

adalah sisa beda dari pada penggunaan nilai penerimaan usahatani dengan biaya-

biaya yang dikeluarkan. Ada beberapa ukuran untuk menghitung pendapatan

usahatani yaitu :

1. Pendapatan usahatani diperoleh dengan menghitung semua penerimaan

dikurangi dengan semua pengeluaran

2. Pendapatan keluarga tani diperoleh dari menambah pendapatan tenaga

kerja keluarga dengan bungan modal milik sendiri dan nilai sewa.

3. Pendapatan petani diperoleh dari menambah pendapatan tenaga kerja

biaya modal sendiri.

Soekarawi (1995) Pendapatan usahatani adalah selisih antara total

penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan.Selanjutnya dikatakan bahwa

pendapatan rumah tangga petani adalah keseluruhan pendapatan petani,tidak saja

dari usaha bidang pertanian dari usaha non pertanian juga.secara matematis

pendapatan usahatani diformulasikan sebagai berikut :

Pd = TR – TC

Dimana :

Pd = Pendapatan usahatani

TR = Total Penerimaan

Page 19: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

14

TC = Total biaya

Menurut Sukirno (2006), pendapatan adalah jumlah penghasilan yang

diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu baik

harian, mingguan, bulanan maupun tahunan.

Besar kecilnya pendapatan dipengaruhi oleh mata pencaharian/ pekerjaan

yang dilakukan. Pendapatan seorang individu dapat diartikan sebagai semua jenis

pendapatan termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu

kegiatan apapun yang diterima oleh penduduk suatu negara (Su’ud, 2007)

Pendapatan adalah perolehan aktiva/sumber ekonomi dari pihak lain sebagai

imbalan atas penyerahan barang dagangan, jasa/aktivitas-aktivitas usaha.

Pendapatan sebagai jumlah balas jasa berupa upah atau gaji keuntungan yang

diterima berbagai faktor produksi (BPS, 2005).

Pendapatan kotor adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari semua

cabang dan sumber di dalam usaha tani selama satu tahun, yang dapat

diperhitungkan dari hasil penjualan, pertukaran atau penaksiran kembali.

Sedangkan pendapatan bersih (net return) usaha tani dapat diperhitungkan dengan

mengurangi pendapatan kotor dengan biaya mengusahakan.

Page 20: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

15

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2015 di

Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat. Pemilihan lokasi dan pemilihan

waktu penelitian dilakukan dengan cara sengaja, dengan pertimbangan karena

pada saat tersebut petani mulai melakukan aktifitas panen pada tanaman padi.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan orang, kejadian, atau hal minat yang ingin

peneliti investigasi (Sekaran, 2006). Menurut Cooper (2009) populasi adalah

total kumpulan elemen atau unsur yang kita harapkan membuat kesimpulan.

Populasi dalam penelitian ini adalah petani padi di wilayah Kecamatan Meurebo

sejumlah petani.

Sampel adalah sebagian dari populasi atau sejumlah anggota yang dipilih

dari populasi (Sekaran, 2006). Penelitian ini mengambil sampel di 3 (tiga)

gampong yaitu gampong Ujung Tanoh Darat, Ujong Tanjong dan Rantau

Panjang Timur dengan jumlah sebanyak 15 orang petani pergampong, jadi total

keseluruhan 45 petani. Pemilihan ke tiga gampong tersebut berdasarkan

penjelasan dari Dinas Penyuluh Pertanian setempat bahwa sebahagian besar

masyarakat di ketiga lokasi tersebut berprofesi sebagai petani.

Jumlah sampel tersebut telah memenuhi aturan umum secara statistik

yaitu ≥ 45 orang karena sudah terdistribusi normal dan dapat digunakan untuk

memprediksi populasi yang diteliti.

Page 21: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

16

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden

yang dipandu dengan kuisioner. Wawancara dilakukan dengan petani, Sedangkan

data sekunder diperoleh melalui penelusuran karya-karya ilmiah dan data-data

yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga pemerintah yang memberikan informasi

dan data yang relevan dengan topik yang dikaji.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini penulis

menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Penelitian Lapangan ( Field Research )

Penelitian lapangan, yaitu metode penelitian lapangan untuk mendapatkan

data dan informasi yang dapat dipercaya .

2. Penelitian Perpustakaan ( Library Research )

Penelitian perpustakaan, yaitu mengumpulkan data dan keterangan yang

dapat mempertajam orientasi dan dasar teoritis tentang masalah penelitian

yang dikaji melalui buku-buku yang berhubungan dengan karya skripsi

dalam penelitian ini.

3.5 Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Data yang diperoleh, baik data primer maupun data sekunder diolah dan

dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif yang dianalisis yaitu

pendapatan petani padi.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.

Dengan pendekatan metode penelitian dari lapangan untuk mencari informasi

yang akurat dan dapat dipercaya kebenarannya. Teknik yang digunakan adalah

Page 22: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

17

dengan menggunakan quisioner atau daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan

terlebih dahulu.

Untuk mengetahui adanya pengaruh diolah dengan melihat adanya

perbedaan pendapatan petani Sebelum dan Sesudah Jitut digunakan uji t “sampel

tidak berhubungan” dengan formulanya (Sudjana,1992) sebagai berikut :

tcari =

Dimana :

X1 = Rata-rata pendapatan petani Sesudah jitut

X2 = Rata-rata pendapatan petani Sebelum jitut

S12

= Varians pendapatan petani Sesudah jitut

S22

= Varians pendapatan Petani Sebelum Jitut

n1 = Jumlah sampel petani Sesudah jitut

n2 = Jumlah Sampel petani Sebelum jitut

Sedangkan varians dihitung dengan mengunakan rumus :

S2 =

Dengan hipotesis yang diformulasi sebagai berikut :

Ha : X1 > X2 = Pendapatan usahatani padi sesudah jitut lebih besar

dibandingkan sebelum jitut

H0 : X1< X2 = Pendapatan usahatani padi sesudah jitut sama dengan atau

lebih kecil dibanding dari pendapatan petani sebelum jitut.

Dengan kaidah pengambilan keputusan melalui metode analisis sebagai berikut :

Bila tcari > ttabel maka terima Ha dan tolak H0

Bila tcari < ttabel maka terima H0 dan tolak Ha

Page 23: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

18

Page 24: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

18

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Petani Padi

Identifikasi karakteristik produksi dan pendapatan petani padi anggota jitut

di Gampong Ujong Tanoh Darat, Ujong Tanjong dan Gampong Ranto Panyang

Timur yang menjadi lokasi penelitian, dianalisis berdasarkan karakteristik sosial

ekonomi, karakteristik usahatani, produksi, pendapatan dan karakteristik tenaga

kerja lokal. Identifikasi ini dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai

tingkat pendapatan, budidaya usahatani, dan tenaga kerja yang digunakan oleh

petani anggota jitut di ketiga lokasi penelitian dilakukan.

Petani responden dalam penelitian ini yaitu petani padi yang tergabung

dalam Kelompok Tani Jitut di Gampong Ujong Tanoh Darat, Ujong Tanjong dan

Gampong Ranto Panyang Timur. Karakteristik sosial ekonomi petani padi jitut

dapat dianalisis dalam beberapa kriteria yaitu meliputi usia, tingkat pendidikan,

status pekerjaan petani padi dan pengalaman usahatani dari pelaku pertanian di

ketiga lokasi penelitian.

4.1.1 Umur

Aspek umur sangat mempengaruhi kegiatan petanian responden pada

kondisi fisik petani. Umur petani yang masih muda akan memiliki kondisi

fisik yang sangat baik untuk menjalankan setiap aktivitas usahatani, sedangkan

usia petani yang semakin tua akan mengakibatkan kondisi fisik yang kurang

prima dan cepat lelah, sehingga pada saat pengelolaan lahan pertanian akan

kurang maksimal. Sebaran jumlah petani padi jitut berdasarkan usia petani dapat

dilihat pada tabel 1.

Page 25: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

19

Tabel 1. Jumlah Petani Jitut Berdasarkan Sebaran Umur Petani Jitut Gampong

Ujong Tanoh Darat, Ujong Tanjong dan Gampong Ranto Panyang

Timur tahun 2015.

No

Gampong

Umur

Kelompok Tani 25-35 36-45 46-55 56-65 66-75 Jumlah

1 Ujong Tanoh Darat

Makmur

6

14

21

8

3

52

2 Ujong Tanjong

Udeep Beusare

3

11

16

19

13

62

3

Ranto Panyang Timur

Karya Bersama

Serikat Delapan

8

14

6

24

4

4

18

1

3

51

31

Jumlah 17 55 65 49 20 196 Sumber : Hasil Analisis Data (2015)

Berdasarkan Tabel 1, tingkatan umur petani padi jitut Gampong Ujong

Tanoh Darat, Ujong Tanjong dan Gampong Ranto Panyang Timur, tingkatan

umur responden cukup bervariasi dengan selang umur antara 25-75 tahun. Petani

yang memiliki umur paling muda adalah berumur 28 tahun dan umur paling tua

adalah berumur 73 tahun. Sebaran umur petani Jitut Gampong Ujong Tanoh

Darat dengan persentase terbesar berada pada range umur 46 - 55 tahun dan 36 -

45 tahun dengan nilai 10,7 % dan 7,14 %, sedangkan persentase terendah berada

pada range usia 66-75 tahun dengan nilai persentase 1, 5%. Hal ini dikarenakan

beberapa dari warga Gampong Ujong Tanoh Darat menjadikan sektor pertanian

sebagai mata pencaharian pokok yang mana kegiatan ini merupakan kegiatan

turun temurun dari orang tua responden, sehingga banyak masyarakat memilih

untuk tetap melakukan kegiatan ini pada usia produktif mereka. Gampong Ujong

Tanoh Darat, Ujong Tanjong dan Gampong Ranto Panyang Timur dalam

penelitian ini memiliki penyebaran umur petani padi tertinggi pada range umur

25-35 tahun dengan nilai persentase sebesar 8,67%. Sedangkan sebaran umur

terendah berada pada range umur 36-45 tahun dengan nilai sebesar 10%.

Page 26: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

20

Hal ini dikarenakan Gampong Ujong Tanoh Darat, Ujong Tanjong dan

Gampong Ranto Panyang Timur miliki lahan pertanian yang masih luas dan

beberapa masyarakat desa ini bermata pencaharian pokok sebagai petani,

sehingga ketika memasuki umur dewasa beberapa masyarakat desa lebih

memilih untuk menjadi seorang petani daripada harus bekerja yang lain yang

tidak menentu sifat kerjanya.

4.1.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden akan berpengaruh terhadap tingkat

penyerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan dalam pengelolaan

lahan pertanian. Responden pada lokasi-lokasi penelitian ini sebagian besar telah

mengenyam pendidikan formal, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah

menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), hingga tingkat

perguruan Tinggi (PT). Sebaran petani responden berdasarkan tingkat pendidikan

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Petani Jitut Berdasarkan Tingkat Pendidikan Gampong Ujong

Tanoh Darat dan Ranto Panyang Timur 2015.

No

Gampong

Pendidikan

Tidak

lulus SD

SD

SMP

SMA

D3

PT

1 Ujong Tanoh Darat 24 10 24 17 1

2 Ujong Tanjong 11 12 29 8 2

3 Ranto Panyang Timur 13 20 13 12 1

Jumlah 47 42 66 37 3 1

Sumber : Hasil olah Data (2015)

Tabel 2 menunjukkan sebaran tingkat pendidikan yang dilalui oleh

petani jitut. Persentase tertinggi sebanyak 14,79% dari total tani anggota jitut

Gampong Ujong Tanoh Darat merupakan petani dengan tingkat pendidikan akhir

tidak lulus Sekolah Dasar (SD).

Page 27: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

21

Sedangkan persentase terendah sebesar 4% dari total tani responden merupakan

petani dengan tingkat pendidikan terakhir Sekolah menengah Atas (SMA) dan

Perguruan Tinggi (PT). Hal yang sama terjadi pada petani jitut Gampong Ujong

Tanjong, petani dengan tingkat pendidikan terakhir SMP menjadi persentase

tertinggi sebesar 14,7%. Sedangkan persentase terendah yaitu petani dengan

tingkat pendidikan terakhir SMA dan D3 dengan jumlah masing-masing sebesar

2%. Pola pendidikan yang dijalani oleh petani jitut relatif rendah, sehingga

banyak dari masyarakat Gampong Ujong Tanoh Darat, Ranto Panyang Timur

serta Ujong Tanjong hanya mengenyam pendidikan hingga tingkat SD dan SMP

saja. Hal ini mengakibatkan tingkat penyerapan teknologi dalam mengembangkan

usahatani petani jitut sangat rendah.

4.1.3 Tanggungan Keluarga Petani Padi

Masyarakat Gampong Ujong Tanoh Darat, Ujong Tanjong dan Ranto

Panyang Timur pada umumnya menjadikan usahatani sebagai mata pencaharian

pokok atau utama untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga petani. Tabel 3

menyajikan sebaran petani responden berdasarkan Tanggungan keluarga Petani

padi jitut Gampong Ujong Tanoh Darat, Ujong Tanjong dan Ranto Panyang

Timur.

Tabel 3. Rata-rata Tanggungan Keluarga Petani Jitut .

No. Kelompok Tani Rata-rata

per/kk/Jiwa

1 Ujong Tanoh Darat

Makmur

6

2 Ujong Tanjong

Udeep Beusare

6

3

Ranto Panyang Timur

Serikat Delapan

6

Jumlah 18

Sumber : Hasil Data diolah (2015)

Page 28: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

22

Berdasarkan Tabel 3.Total rata-rata Tanggungan keluarga sebanyak 6

orang Per/KK Petani anggota jitut di Gampong Ujong Tanoh Darat, Ujong

Tanjong dan Ranto Panyang Timur bermata pencaharian pokok sebagai petani

dan sisanya sebesar 8,16 % memilih usahatani sebagai mata pencaharian

sampingan. Tanggungan petani jitut di Gampong Ujong Tanoh Darat sebanyak

23,97 % petani menjadikan usahatani sebagai mata pencaharian utama mereka

dan 2,5 % dari total petani responden memilih usahatani menjadi mata

pencaharian sampingan. Tanggungan Petani Padi memperlihatkan sejauh mana

waktu dan perhatian petani terhadap pekerjaannya. Jika petani menjadikan

usahatani sebagai mata pencaharian pokok, maka seluruh waktu dan perhatiannya

akan tertuju pada usahatani tersebut. Begitupun sebaliknya, jika petani

menjadikan usahatani sebagai mata pencaharian sampingan, waktu dan

perhatian petani tidak akan tercurah maksimal untuk kegiatan pertanian. Hal ini

berpengaruh terhadap fokus usaha tidaknya pengawasan petani terhadap segala

kegiatan pertanian, sehingga akan berimplikasi terhadap produksi padi dan

pendapatan yang akan diterima oleh usaha tani jitut.

4.1.4 Pengalaman Usahatani

Keberhasilan suatu usahatani petani responden tidak terlepas dari

pengalamannya dalam mengelola lahan pertaniannya. Semakin lama seorang

petani berusaha dalam bidang usahatani, maka semakin banyak pula pengalaman

usahatani yang dimiliki oleh petani dalam mengelola lahan pertaniannya agar

menjadi lebih baik.

Page 29: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

23

Tabel 4. Jumlah Petani Anggota Jitut Berdasarkan Pengalaman Usahatani

Padi di Kec.Meureubo Kab.Aceh Barat 2015.

No Gampong Pengalaman Usahatani (Tahun)

1-12 13-23 24-34 35-45 46-65

1 Ujong Tanoh Darat 24 10 24 17 1

2 Ujong Tanjong 11 12 29 8 2

3 Ranto Panyang Timur 13 20 13 12 1

Jumlah 47 42 66 37 4 Sumber : Hasil olah Data (2015)

Pengalaman usahatani petani jitut Gampong Ujong Tanoh Darat beragam,

dengan pengalaman paling rendah yaitu 2 tahun dan pengalaman paling lama

yaitu 65 tahun. Begitupun pengalaman usahatani petani Jitut Gampong Ujong

Tanjong dan Ranto Panyang Timur dengan rata-rata lamanya 23-34 tahun,

pengalaman usaha tani paling rendah yaitu 2 tahun dan pengalaman paling lama

itu 51 tahun. Tabel 4 menunjukkan bahwa pengalaman usahatani petani jitut

Gampong Ujong Tajong sebagian besar (28%) berkisar pada 2-12 tahun,

sedangkan petani dengan pengalaman usahatani 46-65 tahun merupakan

range pengalaman usahatani terendah (12%). Berbeda dengan Gampong Ujong

Tanoh Darat, sebahagian besar petaninya telah berpengalaman dalam

usahatani selama 32-41 tahun, sedangkan petani dengan pengalaman 42-51

tahun menjadi range pengalaman usahatani terendah begitu pula dengan

gampong Ranto Panyang Timur yang petaninya sudah sangat berpengalaman

dalam mengelola usaha tani. Pengalaman usahatani merupakan salah satu

indikator keberhasilah pengelolaan lahan pertanian, dimana dengan semakin lama

pengalaman seorang petani dalam mengelola lahan pertanian, maka diharapkan

prooduksi padi dari suatu lahan tersebut akan meningkat. Hal ini dikarenakan

petani sangat mengerti bagaimana lahannya harus dikelola agar menjadi lebih baik

dari pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Page 30: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

24

4.1.5 Teknik Budidaya Padi

Keberadaan sistem irigasi jitut memberikan dampak positif yang

secara langsung dapat dirasakan berupa perubahan masa tanam padi dalam satu

tahun dan hal lain yang sangat dirasakan adalah meningkatnya produksi dan

kualitas produk pertanian serta berpengaruh langsung terhadap tingkat

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat tani di daerah penelitian. Lokasi lahan

pertanian yang teraliri saluran jitut tidak pernah Mengalami kesulitan

dalam pemenuhan kebutuhan air, baik ketika musim hujan ataupun musim

kemarau, kebutuhan air untuk sarana pengairan lahan pertanian selalu terpenuhi.

Ketersediaan air yang melimpah dan keberadaan kelembagaan perkumpulan

petani jitut mengakibatkan pola tanam petani jitut miliki dua kali masa tanam

dalam satu tahun.

Sumber air yang digunakan untuk usahatani yaitu mulai dari pengolahan

tanah seperti membajak tanah dengan Mesin hand traktor hingga beberapa hari

menjelang panen cukup tersedia. Air yang digunakan pada setiap aktivitas

pertanian disesuaikan dengan kebutuhan. Satu kali musim tanam tanaman padi

memiliki waktu kurang lebih 100 hari mulai dari menanam benih (tandur) hingga

panen. Selama penanaman benih di hingga tumbuh dewasa, padi digenangi

dengan air setinggi 3-5 cm dari perrmukaan lahan. Sebelum pemupukan, lahan

dikeringkan hingga 7 hari dan kembali dialiri air untuk menggenangi padi

setelah dilakukan pemupukan hingga panen. Ketika panen telah dilakukan,

persiapan pengolahan lahan sebelum memasuki musim tanam kedua dilakukan

selama 20 hari. Persiapan pengolahan lahan ini tidak membutuhkan waktu yang

banyak jika ketersediaan air selalu tersedia setiap saat.

Page 31: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

25

Hal inilah yang menyebabkan masa tanam padi petani jitut Gampong

Ujong Tanoh darat, Ujong Tanjong dan Ranto Panyang Timur memiliki dua kali

masa tanam dalam satu tahun dibandingkan dengan petani-petani lain yang tidak

mendapatkan air jitut yang hanya memiliki masa tanam dua kali dalam satu

tahun.

Petani non jitut disekitar ketiga gampong tersebut juga memiliki masa

tanam dua kali dalam satu tahun. Sarana pengairan petani non jitut disekitar

gampong tersebut hanya mengandalkan ketersediaan air pada musim penghujan.

Perbedaan kebutuhan air yang digunakan untuk pengelolaan usahatani di petani

jitut dan non jitut yaitu ketika pengairan untuk menggenangi tanaman di mulai

dari mulai tandur hingga tanaman padi dewasa. Jika petani jitut

menggenangi padi dengan ketinggian 3-5 cm dari permukaan lahan maka petani

non jitut menggenangi lahan sesuai dengan ketersediaan air pada saat tersebut.

4.2 Biaya Usahatani

Biaya produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mencakup

keseluruhan modal yang dioperasikan sebagai biaya produksi selama proses

produksi berlangsung baik yang dibayar tunai maupun yang tidak dibayar tunai,

tetapi diperhitungkan. Biaya produksi yang digunakan dalam uasahatani petani

meliputi penggunaan biaya tetap dan biaya tidak tetap.

4.1.2 Biaya Tetap

Biaya tetap adalah yang dikeluarkan selama satu periode tertentu,

jumlahnya tetap dan tidak habis dipakai dalam satu kali proses produksi serta

besar kecilnya biaya yang dikeluarkan tidak berpengaruh terhadap hasil produksi.

Page 32: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

26

Adapun penggunaan biaya tetap yang meliputi pengadaan peralatan pada

proses kegiatan usahatani padi dikecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat

dapat dilihat pada Tabel 5. berikut :

Tabel 5.Perincian Penggunaan Peralatan pada Usahatani Sebelum Jitut dan

Sesudah Jitut di Kec.Meureubo Kab.Aceh Barat,Tahun 2015.

No. Uraian Jumlah

(Unit)

Harga satuan

(Rp/Unit)

Total Biaya

(Rp/Ha)

1 Cangkul 2 52.500 84.000

2 Sabit 2 52.500 84.000

3 Parang 2 52.500 84.000

4 Hand Spayer 1 285.000 285.000

5 Karung 20 2.750 54.389

Jumlah 591.389 Sumber : Data Diolah 2015

Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa Penggunaan Biaya tetap

sebelum Jitut dan sesudah Jitu adalah sama rata-rata sebesar Rp.591.389,- adapun

peralatan tersebut adalah cangkul,arit/sabit, parang,karung dan alat semprot hama.

Cangkul digunakan untuk untuk mengemburkan tanah,arit/sabit digunakan untuk

menyiangi ilalang yang ada disekitar lahan sawah,alat semprot hama digunakan

sebagai wadah penyemprotan pestisida untuk memberantas hama yang

menganggu tanaman. Sementara itu goni digunakan sebagai media untuk

mengumpulkan hasil panen. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani di lokasi

penelitian, diketahui bahwa peralatan yang digunakan oleh petani rata-rata

merupakan milik pribadi. Walaupun demikian, dalam hal penelitian usahatani ini,

biaya peralatan tersebut tetap dimasukkan dalam perhitungan.

Metode perhitungannya adalah dengan cara menjumlahkan harga masing-

masing peralatan di kalikan dengan jumlah yang dimiliki oleh masing-masing

petani lalu dikurangi dengan nilai penyusutan peralatan tersebut pengurangan nilai

penyusutan ini perlu dilakukan karena dengan bertambahnya umur peralatan,

Page 33: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

27

maka nilai peralatan tersebut semakin berkurang. Untuk lebih jelasnya mengenai

biaya penyusutan dapat dilihat pada Tabel 6. berikut ini :

Tabel 6. Perincian Biaya Penyusutan pada Usahatani Padi Sebelum Jitut dan

Sesudah Jitut Dikecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat, 2015.

No. Uraian Umur

Ekonomis

Total Biaya

(Rp)

Penyusutan

/Produksi

1 Cangkul 2 84.000 42.000

2 Sabit 4 84.000 21.000

3 Parang 4 84.000 21.000

4 Hand Spayer 2 285.000 128.250

5 Karung 1 54.389 48.950

Jumlah 259.889 Sumber : Hasil Data Diolah 2015

Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah biaya penyusutan

pada usahatani padi diperkirakan sebesar Rp. 259.889,- untuk setiap tahun.

4.1.3 Biaya Tidak Tetap

Biaya Tidak Tetap atau biaya variable adalah biaya yang habis dipakai

dalam satu kali proses produksi dan besar kecilnya biaya yang dikeluarkan sangat

mempergaruhi hasil produksi. Biaya tidak tetap yang digunakan dalam usaha tani

padi yaitu biaya yang dikeluarkan untuk input produksi berupa Benih, Pupuk dan

Pestisida dan lain-lain.

Untuk lebih jelah jelasnya mengenai pengunaan biaya tidak tetap langkah pertama

yang dilakukan dalam mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi

yaitu dengan menganalisis terlebih dahulu faktor- faktor produksi yang digunakan

dalam Produksi usahatani.

Page 34: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

28

4.1.4 Biaya Sebelum Jitut

Pada penelitian ini faktor produksi yang dianalisis yaitu penggunaan benih,

pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan air.

Benih merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam

usaha tani padi. Hasil produksi usahatani akan baik jika menggunakan benih

yang unggul disertai dengan pola tanam yang teratur. Benih padi yang

digunakan oleh usaha tani petani jitut umumnya menggunakan varietas Ciherang.

Benih sebagai faktor produksi usaha tani petani di Gampoeng Ujung Tanoh

Darat, Ujong Tanjong dan Ranto Panyang Timur.

Petani yang menjadi responden di Petani Gampong Ujong Tanoh Darat,

Ujong Tanjong dan Ranto Panyang Timur. Sebahagian besar petani merupakan

petani padi anorganik sehingga pupuk yang digunakan untuk pengolahan lahan

pertaniannya adalah pupuk kimia, pupuk kimia yang digunakan yaitu Urea, SP36,

dan pupuk NPK. Jika oleh petani dinilai tanaman padinya memerlukan pestisida,

penyemprotan bias dilakukan empat kali dalam satu masa tanam. Jumlah rata-rata

pestisida yang digunakan responden perhektar lahan adalah sebanyak 1 liter

pestisida cair dengan harga pestisida cair sebesar Rp.16.000 merek Porpetan dan

Decis. Rata-rata Penggunaan pestisida sebanyak Rp.3,6 Liter,- Rata-rata Biaya

tidak Tetap yang digunakan petani jitut dapat dilihat pada tabel 7.

Page 35: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

29

Tabel 7. Rata - rata Penggunaan Input Usahatani sebelum Jitut per Hektar

Musim Tanam Gadu April 2014 September 2014

No

Komponen Input

Penggunaan Input Sebelum Jitut/Ha

Jumlah (kg) Harga (Rp) Jumlah (Rp)

1. Bibit 16 12.500 233.933 2. Pupuk

Urea (kg) 58 1.800 198.000 SP 36 (kg) 15 2.000 73.333

NPK (kg) 73 2.300 168.667

Phonska 3 Pestisida 3,6 16.000 57.000

Cair (L)

Jumlah 699.517

Sumber : Hasil olah Data (2015)

Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan Penggunaan total rata-rata pupuk

urea untuk petani jitut di Gampong Ujong Tanoh Darat, Ujong Tanjong dan Ranto

Panyang Timur dengan rata-rata yaitu sebesar 699.517 kg/ha. Penggunaan total

rata-rata untuk pupuk SP36 98 kg dan NPK 168.667 kg.

Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan oleh petani jitut yaitu

dengan melakukan penyemprotan pestisida kimia. Pestisida yang digunakan

yaitu berupa pestisida cair tergantung aplikasi penggunaan dari pestisida tersebut.

Pestisida cair digunakan dengan cara melarutkan pestisida dengan air, kemudian

dilakukan penyemprotan terhadap tanaman padi. Penyemprotan pestisida

sebagai pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan

handsprayer.

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat

berpengaruh terhadap suatu kegiatan usahatani. Tenaga kerja yang digunakan

sebelum jitut dapat berupa tenaga mekanik (hand traktor) dan tenaga kerja

manusia.

Page 36: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

30

Tenaga kerja mekanik (hand traktor) digunakan untuk melakukan

pengolahan lahan karena dengan menggunakan tenaga hand traktor, mengolah

lahan pertanian menjadi lebih cepat dan lebih efektif, sedangkan tenaga kerja

manusia digunakan untuk melakukan pengelolaan lahan seperti mencangkul,

penyemaian, penanaman benih padi, penyiangan, penyemprotan pestisida,

pemupukan, dan panen. Kebutuhan tenaga kerja manusia yang digunakan

petani dalam pengelolaan lahannya tidak hanya menggunakan tenaga kerja luar

keluarga, namun juga menggunakan tenaga kerja dalam keluarga yang biasanya

sering terabaikan dalam perhitungan struktur biaya usahatani. Kebutuhan tenaga

kerja untuk setiap aktivitas usahatani berbeda antara satu petani dengan petani

lainnya disesuaikan dengan luas lahan yang mereka garap, namun secara kongrit

jumlah penggunaan tenaga kerja untuk petani Jitut setiap musim tanam tidak

terlalu jauh berbeda. Tenaga kerja yang digunakan dalam semua kegiatan

usahatani padi tersebut seluruhnya dikerjakan oleh tenaga kerja laki-laki. Cara

pengupahan yang dilakukan responen pada umumnya dengan borongan, yaitu

akan dibayar upah kepada tenaga kerja (TKLK) sesuai dengan luas lahan yang

akan dikerjakan. Pada umumnya responden mengupahkan hampir semua jenis

pekerjaan kepada orang lain berdasarkan jenis pekerjaannya yaitu mengolah tanah

rata-rata sebesar Rp.917.333,- Penyemaian sebesar Rp.111.667,- Penanaman

sebesar Rp.79.444,- Pemupukan sebesar Rp.75.000,- Penyiangan sebesar

Rp.70.000,- Penyemprotan sebesar Rp.70.000,- dan Panen sebesar Rp.121.889,-

Total rata-rata biaya yang dikeluarkan usahatani padi jitut adalah sebesar

Rp.1.444.889,-.

Page 37: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

31

4.2.2 Biaya Sesudah Jitut

Setelah berjalannya jitut, petani padi di ketiga daerah penelitian banyak

mendapatkan masukan dari Dinas Pertanian setempat melalui penyuluh pertanian.

Penerapan teknologi pertanian sudah mulai diterapkan sesuai dengan

anjuran dari penyuluh pertanian. Untuk meningkatkan hasil produksi secara

maximal penggunaan sarana produksi pertanian sudah disesuaikan dengan anjuran

yang diberikan oleh penyuluh, mulai dari pengolahan lahan sampai dengan

penggunaan pupuk. Beberapa petani dari ketiga gampong tersebut juga

menggunakan pupuk kandang sebagai faktor produksi usaha tani, namun

dalam jumlah yang tidak banyak. Keputusan petani untuk lebih memilih

menggunakan pupuk kimia dari pada pupuk kandang yaitu karena lahan yang

mereka garap lebih cocok menggunakan pupuk kimia sebagai salah satu faktor

produksi padinya. Selain itu ketersediaan pupuk kimia lebih mudah didapat dan

lebih memberikan hasil yang lebih cepat daripada penggunaan pupuk kandang.

Jumlah pupuk kimia yang digunakan petani sesudah jitut dapat dilihat pada

tabel 9.

Tabel 9. Rata - rata Penggunaan Input Usahatani Sesudah Jitut per Hektar

Musim Tanam Rendengan Bulan Oktober 2014 Maret 2015.

No

Komponen Input

Penggunaan Input Sesudah Jitut

Jumlah (kg) Harga (Rp) Jumlah (Rp)

1. Bibit 16 12.500 233.933 2. Pupuk

Urea (kg) 58 1.800 198.000

SP 36 (kg) 15 2.000 73.333 NPK (kg) 73 2.300 168.667

Phonska

3 Pestisida 3,6 16.000 57.000 Cair (L)

Jumlah 699.517

Jumlah

Sumber : Hasil olah Data (2015)

Page 38: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

32

Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa sesudah adanya Jitut petani

penggunaan input usaha tani sama dengan penggunaaan sebelum Jitut seperti

Pupuk urea yaitu kisaran sebesar 198.000 kg/ha.

Penggunaan total rata-rata pupuk SP36 sebesar 98.917 kg, dan NPK

168.667 kg dengan total pengeluaran input usahatani sebesar Rp.699.517,- tidak

terjadi peningkatan dari sebelum penggunaan jaringan jitut yang mana biaya yang

diluarkan sama dengan sebelum Jitut.

Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan oleh petani Jitut yaitu

dengan melakukan penyemprotan pestisida kimia. Pestisida yang digunakan

yaitu berupa pestisida cair, tergantung aplikasi penggunaan dari pestisida tersebut.

Pestisida cair digunakan dengan cara melarutkan pestisida dengan air, kemudian

dilakukan penyemprotan terhadap tanaman padi, sedangkan pestisida padat

digunakan dengan cara mencampurkan pestisida dengan pupuk urea, NPK yang

kemudian ditaburkan dilahan sawah. Penyemprotan pestisida sebagai

pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan handsprayer.

Pengunaan sarana pengolahan tanah sepenuhnya menggunakan sarana

mekanisasi pertanian yaitu dengan tenaga kerja mekanik (hand traktor).

Kebutuhan tenaga kerja manusia yang digunakan petani dalam pengelolaan

lahannya sudah banyak menggunakan tenaga kerja luar dengan system borongan.

Kebutuhan tenaga kerja untuk setiap aktivitas usahatani berbeda antara satu petani

dengan petani lainnya disesuaikan dengan luas lahan yang mereka garap, namun

secara kongrit jumlah penggunaan tenaga kerja untuk petani Jitut setiap musim

tanam tidak terlalu jauh berbeda.

Page 39: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

33

4.3 Produksi dan Nilai Produksi

Produksi merupakan aktivitas yang menghasilkan barang dan jasa atau

suatu proses menstransformasikan input-input menjadi output-output yang

bermanfaat dan dengan demikian menambah nilai pada usaha dalam

menghasilkan produksi yaitu besarnya hasil panen pada usahatani padi. Sedang

kan nilai produksi adalah penerimaan kotor yang diperoleh dari rata-rata hasil

produksi perhektar, yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

Besar kecilnya nilai produksi yang diperoleh perhektar dari usahataninya sangat

dipengaruhi oleh tinggi rendahnya produksi dan tingkat harga produksi yang akan

mencermikan besarnya pendapatan. Rata-rata produksi dan nilai produksi

perhektar perproduksi, pada Tabel 9. berikut :

Tabel 9. Rata-rata Jumlah Produksi, Harga dan Nilai Produksi pada Usahatani

Padi Sebelum Jitut dan sesudah Jitut,Tahun 2014 – 2015.

Uraian

Harga (Rp)

Jumlah

Produksi (Rp)

Nilai

Produksi (Rp)

Sebelum Jitut

Sesudah Jitut

4.300

4.300

4.038

5.596

17.364.356

21.763.363

Sumber : Hasil Olah Data (2015)

Tabel diatas 11 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah produksi usahatani

Sebelum jitut perhektar sebanyak Rp.4.038,- kg per musim tanam, dengan harga

4.300,- per kg. untuk maka penghasilan sebesar Rp. 17.364.356,-per produksi.

Sedangkan usahatani sesudah jitut produksi mencapai Rp.5.596,- per produksi

dengan harga 4.300,- per kg serta nilai produksi sebesar Rp.21.763.363,- per

proses produksi.

Page 40: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

34

4.4 Pendapatan Usaha tani

Tujuan utama suatu aktivitas ekonomi yaitu untuk memperoleh

keuntungan yang maksimum.

Suatu usahatani dikatakan menguntungkan jika selisih antara

penerimaan dengan pengeluaran bersifat positif.

Pendapatan usahatani dianalisis berdasarkan pendapatan atas biaya tunai

dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari

selisih antara penerimaan dengan biaya tunai, sedangkan pendapatan atas biaya

total diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya total. Pendapatan

atas biaya total akan lebih rendah dari pada pendapatan atas biaya tunai,

karena dalam analisis pendapatan biaya total memperhitungkan biaya tenaga

kerja dalam rumah tangga, sedangkan pada analisis pendapatan atas biaya tunai

tidak memperhitungkan hal sebut. Secara rinci pendapatan usahatani petani

anggota jitut dan dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10. Pendapatan Usaha tani Petani Gampong Ujong Tanoh Darat, Ujong

Tanjong dan Gampong Ranto Panyang Timur Tahun 2015.

No Uraian Rupiah/ha/tahun

Sebelum (Rp) Sesudah (Rp)

1 Nilai Produksi (Rp) 17.364.356 24.060.889

2 Biaya Produksi

a. Total Biaya Tetap 233.900 233.900

b. Total Biaya Tidak Tetap 594.081 594.081

c. Total Biaya (a+b) 827.981 827.981

3 Biaya Tenaga Kerja 1.441.889 1.441.889

4 Pendapatan Atas Biaya Total (1-2c) 15.066.830 21.763.363 Sumber: Hasil Analisis Data (2015)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Tabel 10, penerimaan total

usahatani sebelum jitut yaitu sebesar Rp 15.066.830,- per musim tanam dan

Biaya Total Sesudah sebesar Rp.21.763.363,- dalam satu musim tanam.

Biaya tersebut merupakan jumlah total dari rata-rata biaya tunai dan biaya non

Page 41: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

35

tunai. Biaya tunai terdiri atas pengeluaran biaya untuk pembelian input

produksi berupa benih, pupuk, pestisida, pemberian upah terhadap tenaga

kerja, yaitu pemenuhan air untuk irigasi, sewa lahan, dan penyusutan alat-alat

pertanian.

Biaya non tunai yang harus diperhitungkan dalam struktur biaya usahatani

yaitu berupa pemberian upah terhadap tenaga kerja dalam keluarga.

4.5 Pengaruh Pendapatan Usahatani Padi Sebelum Jitut dan sesudah Jitut

Pendapatan merupakan tujuan pokok dan motivasi petani dalam

melakukan kegiatan usahatani. Peningkatan pendapatan merupakan salah satu

usaha petani untuk menuju arah peningkatan kesejahteraan petani dan

keluarganya, sekaligus meningkatkan perkapita.

Petani sebelum Jitut adalah merupakan petani yang dulunya belum adanya

prasarana irigasi dalam proses Budidaya Padi mengalami kendala kekurangan air

pada proses budidaya padi. Sedangkan usahatani sesudah jitut dalam proses

budidaya padi tidak lagi mengalami kendala seperti kekurangan air.

Terjadi perbedaaan pendapatan antara petani sebelum jitut dengan petani

sesudah jitut banyak hal, diantaranya jumlah produksi, yang dihasilkan dari usaha

tani padi sesudah jitut lebih besar dibandingkan usahatani sebelum jitut.

Berdasarkan analisis komperatis uji t sampel tidak berhubungan dapat

dilihat pada tabel 11 berikut :

Page 42: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

36

Tabel 11. Rata-rata Perbandingan Antara Pendapatan Usatani Padi sebelum Jitut

dan Sesudah Jitut di kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat

Tahun 2015.

No Uraian Jumlah

Responden

Pendapatan

Bersih (Rp)

1 Pendapatan Petani Sebelum Jitut 45 15.066.852

2 Pendapatan Petani Sesudah Jitut 45 21.763.363

tcari = 4,72

t.tabel 0,05 = 1,81

Sumber : Data Primer diolah tahun 2015

Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat kondisi pendapatan rata-rata petani

sebelum Jitut baik sesudah jitut di Gampong Ujong Tanjong, Ujong Tanoh Darat

dan Rantau panyang Timur Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Adapun

besarnya pendapatan yang diterima oleh petani sebelum Rp. 15.066.852,- per

produksi, sedangkan untuk usahatani sesudah jitut sebesar Rp. 21.763.363,- per

produksi.

Terdapat perbedaan pendapatan antara petani sebelum jitut dan sesudah

jitut. Hal ini juga diperkuat oleh hasil analisis menggunakan analisis uji “t”

sampel tidak berhubungan. Berdasarkan hasil analisis diperoleh tcari = 4,72 > t tabel

= 1,81 maka hipotesis terima Ha tolak Ho. Hal ini disebabkan usahatani padi

sesudah jitut mempunyai jumlah pendapatan yang lebih besar.

Page 43: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

37

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dari penelitian yaitu melihat Pengaruh pendapatan

antara usahatani padi sebelum jitut dan sesudah jitut di Gampong Ujong

Tanjong, Ujong Tanoh Darat dan Rantau Panyang Timur Kecamatan

Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Hasil penelitian diperoleh kesimpulan yaitu

Jitut berpengaruh secara nyata dalam meningkatkan pendapatan Petani.

Adapun perbedaan rata-rata pendapatan per proses produksi usahatani

sebelum jitut sebesar Rp.15.066.830,- dan sesudah jitut mencapai sebesar

21.763.363,- per produksi.

2. Saran – saran

Adapun beberapa saran yang dapat penulis berikan terhadap kesimpulan

yang telah diperoleh diantaranya sebagai berikut :

1. Guna mencapai hasil produksi padi yang lebih baik, maka perlu

dikembangkan kelembagaan organisasi Perkumpulan Petani Pemakai air

(jitut) agar segala urusan keirigasikan dapat dioptimalkan.

2. Selain itu, perlu juga ditingkatkan peran penyuluhan di bidang pertanian

agar kualitas dan kualitas hasil produksi padi menjadi lebih baik. Guna

meningkatkan akses aliran irigasi kepada lahan-lahan sawah petani, maka

Pemerintah Daerah perlu melakukan perluasan aliran proyek irigasi ke

beberapa lokasi lahan pertanian yang belum teraliri air irigasi agar dapat

teraliri dengan baik.

Page 44: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

38

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, 2003. Seuntai Pengetahuan Usaha Tani Indonesia. Penerbit Renika

Cipta.

Cooper, 2009 Production Economics Theory With Applications. John Wiley &

Sons, Inc. United States of America.

Direktorat Jenderal Pengairan, 2006. Standar Perencanaan Irigasi (KP. 01.05).

Dinas Pertanian Aceh Barat, 2013

Fuad Bustomi, 2002. Sistem Irigasi : Suatu Pengantar Pemahaman, Tugas

Kuliah Sistem Irigasi. Program Pascasarjana Program Studi Teknik Sipil

UGM, Yogyakarta .

Fuad Bustomi, 2004. Simulasi Tujuh Teknik Pemberian Air Irigasi Untuk Padi di

Sawah dan Konsekuensi Kebutuhan Air Satu Masa Tanam. Tesis Program

Pascasarjana Program Studi Teknik Sipil UGM, Yogyakarta.

Kadarsan , 2003 Mengatasi Permasalahan Budidaya Padi. Jakarta. 13-22 hlm.

Mosher, A. T, 2001. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Yasaguna.

Jakarta.

Noor, Henry Fayzal. 2007. Ekononomi Manajerial. PT. Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Mubyarto, 2004 Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.

Soekartawi, 2005 Analisis Usahatani. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.

Sukirno, 2000. Analisis Perbandingan Usahatani Padi Oganik Metode System

of Rice Intensification (SRI) dengan Padi Konvensional. Program Sarjana

Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Su’ud, Hasan. 2007. Pengantar Ilmu Pertanian. Yayasan PENA. Banda Aceh

Sudjarwadi, 2007. Teknik Sumberdaya Air. Diktat kuliah Jurusan Teknik Sipil

UGM, Yogyakarta.

Sudarman, 2011 dalam Kurnia Sari Paradigma Baru Pembangunan Pertanian.

Yogyakarta:Kanisius.

Sudjarwadi 2005, Pengembangan Wilayah Sungai (Wawasan dan Konsep),

Teknik Sipil UGM, Yogyakarta.

Page 45: PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT …repository.utu.ac.id/119/1/I-V.pdf · kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003). Infrastruktur dan sarana merupakan salah

39

Suryananto, Galih. 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatn

Pedagang Konveksi. Skripsi Universitas Islam Indonesia. Di publikasikan.

Di download. 24 Agustus 2014.

Sumaryanto dkk 2003 Pembangunan Irigasi, Usahatani Berkelanjutan dan

Gerakan Hemat Air. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen

Pendidikan Nasional. Yogyakarta.

Simatupang, 2000 Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. PT

RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Wijaya A. 2002. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Produksi Usahatani Padi

Input Rendah di Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang, Propinsi

Jawa Barat. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.