pengaruh metode aerasi terhadap volume flok …digilib.unila.ac.id/55099/3/skripsi tanpa bab...

41
PENGARUH METODE AERASI TERHADAP VOLUME FLOK DAN PERTUMBUHAN UDANG VANAMEI Litopenaeus vannamei (Boone 1931) YANG DIBUDIDAYAKAN DENGAN SISTEM BIOFLOK SKRIPSI Oleh Saidatul Hasanah 1314111049 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: vanhanh

Post on 08-Jul-2019

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PENGARUH METODE AERASI TERHADAP VOLUME FLOK DAN

PERTUMBUHAN UDANG VANAMEI Litopenaeus vannamei (Boone 1931)

YANG DIBUDIDAYAKAN DENGAN SISTEM BIOFLOK

SKRIPSI

Oleh

Saidatul Hasanah

1314111049

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

ABSTRAK

PENGARUH METODE AERASI TERHADAP VOLUME FLOK DAN

PERTUMBUHAN UDANG VANAMEI Litopenaeus vannamei (Boone 1931)

YANG DIBUDIDAYAKAN DENGAN SISTEM BIOFLOK

Oleh

Saidatul Hasanah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode aerasi airlift

dan metode aerasi bubble stone terhadap volume flok dan pertumbuhan udang.

Penelitin ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua perlakuan

dan lima kali pengulangan. Rasio carbon molase dan nitrogen dari hasil ekskresi

dan sisa pakan yang digunakan yaitu 1:15. Bakteri Bacillus sp digunakan untuk

membentuk flok. Kepadatan yang digunakan 1×109 CFU/ ml. Hasil penelitian

menunjukan bahwa penggunaan metode aerasi airlift dan metode aerasi bubble

stone tidak signifikan terhadap volume flok dan pertumbuhan udang vaname.

Kata kunci : bioflok, aerasi, udang vaname, rasio C/N, volume flok

ABSTRACT

THE EFFECT OF AERATION METHODS ON FLOCK VOLUME AND

VANAMEI GROWTH OF Litopenaeus vannamei (Boone 1931) WHICH

USED WITH BIOFLOK SYSTEM

By

Saidatul Hasanah

The purpose of this study was to determine the effect of airlift aeration and bubble

stone aeration methods the forming of floc volume and shrimp growths. This

study used a completely randomized design with two treatments and five

replications. The carbon and nitrogen ratio was 1:15. The source of carbon was

molases, meanwhile nitrogen’s source was shrimp food which counsained 40% of

protein. The density Bacillus sp to bioflocs was 1×109 CFU/ ml. Th result showed

that it was not significatly between the airlift and bubble stone methods on the

flock volume perfoming and the growth shrimp.

KEYWORDS: Biofloc; aeration; vaname shrimp; C/N ratio; biofloc volume

PENGARUH METODE AERASI TERHADAP VOLUME FLOK DAN

PERTUMBUHAN UDANG VANAMEI Litopenaeus vannamei (Boone

1931) YANG DIBUDIDAYAKAN DENGAN SISTEM BIOFLOK

Oleh

Saidatul Hasanah

1314111049

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERIKANAN

Pada

Jurusan Perikanan dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Seputih Banyak Kabupaten Lam-

Tengah, pada tanggal 12 Juni 1995 sebagai anak per-

tama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Hasan

Junaedin dan Ibu Rostini.

Penulis memulai pendidikan formal di Sekolah Dasar (SDN) 1 Bratasena

Adiwarna diselesaikan pada tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama Negeri

(SMPN) 1 Dente Teladas diselesaikan pada tahun 2010, Sekolah Menengah Atas

(SMAN) 1 Seputih Banyak diselesaikan pada tahun 2013. Penulis melanjutkan

pendidikan ke jenjang S1 di Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan

dan Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Selek-

si Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2013.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasis-wa

Budidaya Perairan (Hidrila) sebagai anggota Bidang Penelitian dan Pengem-

bangan periode 2014-2015 dan sebagai Sekretaris Bidang Penelitian dan Pengem-

bangan periode 2015-2016. Penulis pernah melakukan magang di Laboratorium

Quality Control PT. Central Pertiwi Bahari Tulang Bawang Lampung pada bulan

Februari 2015. Penulis pernah melaksanakan kegiata Kuliah Kerja Nyata (KKN)

di Desa Mataram Ilir, Kecamatan Seputih Surabaya, Kabupaten Lampung Tengah

pada bulan Januari-Februari 2017.

Penulis mengikuti Praktik Umum di PT. Central Pertiwi Bahari (CPB) Suak,

Lampung Selatan dengan judul “Quality Control Benur Udang Vaname

(Litopenaeus vannamei) di Central Pertiwi Bahari ( CPB) Desa Suak, Kecamatan

Sidomulyo, Lampung Selatan” pada bulan Juli-Agustus 2016. Penulis pernah

menjadi Asisten Mata Kuliah Oceanografi tahun ajaran 2015/ 2016, serta Mene-

jemen Kesehana Ikan dan Evaluasi Kesesuaian Lahan Perairan pada tahun ajar

2016/2017. Penulis melakukan penelitian pada bulan September - Oktober 2017

di Laboratorium Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung de-

ngan judul “Pengaruh Metode Aerasi Terhadap Volume Flok dan Pertumbuhan

Udang Vanamei Litopenaeus vannamei (Boone 1931) yang Dibudidayakan de-

ngan Sistem Bioflok”.

Jangan katakan pada Allah “aku punya masalah besar”, tapi katakan

pada masalah bahwa “aku punya Allah yang Maha besar”

(Ali bin Abi Thalib)

“Sesungguhnya setelah kesulitan akan datang kemudahan”

(QS. Al Insyiroh:6)

“Yakinlah, ada sesuatu yang menantimu setelah sekian banyak

kesabaran (yang kau jalani), yang akan membuatmu terpana hingga

kau lupa betapa pedihnya rasa sakit

(Ali bin Abi Thalib)

”Selesaikkan apa yang telah kaumulai, pertanggungjawabkan apa

yang telah kauperbuat, nikmati apa yang telah kauperoleh, dan

berbagi dengan apa yang kaumiliki”

(Bapakku)

Bismillahirohmanirrohim

Dengan rasa syukur kepada ALLAH SWT,

kupersembahkan karya ini kepada :

“Ayah dan Ibu” Terimakasih telah menjadi sepasang orang tua yang tidak pernah menyesal

dengan segala kegagalan ku, yang selalu menjadi kekuatan dalam keputuaasaan

ku, yang amarahnya sesalu kutakuti dan doanya selalu kunanti,

yang penuh kesabaran dalam membimbing, mendidik, menemani, dan

menyemangati dengan kelembutan do’a dan kasih sayang.

Terima kasih atas restu yang tiada hentinya hingga sekarang dan sampai nanti.

semoga Allah membalas surga untukmu

”Adik-adikku” Terimakasih atas segala semangat, perhatian, dan dukungannya.

”Bapak Ibu Dosen” Terima kasih telah menjadi pahlawan tanpa tanda jasa untukku, yang telah

memberi saat aku butuh ilmu, yang sudah meluangkan waktu saat sibuknya, yang

selalu sabar saat marahnya, dan yang telaha banyak memberikan ilmu

pengetahuan serta motivasi. Semoga ini semua menjadi bekal untuk

keberhasilanku.

“Sahabat-sahabatku” Terimakasih telah menjadi teman dalam suka dukaku, yang selalu memotivasi

untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini, yang mengajarkan arti hidup sampai

membantu dalam proses penyusunan karya sederhana ini. Semoga persahabatan

ini terus terjalin sampai kapanpun.

“Universitas Lampung” Alamamater Tercinta

SANWACANA

Puji syukur penulis hanturkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan

karunia-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi dengan judul “Pengaruh

Metode Aerasi Terhadap Volume Flok Dan Pertumbuhan Udang Vanamei

Litopenaeus vannamei (Boone 1931) Yang Dibudidayakan Dengan Sistem

Bioflok” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

2. Ayahanda dan ibunda tercinta sebagai sponsor dan motivator terbesar

dalam hidup saya yang selalu dan tak pernah lelah mendukung,

mengingatkan, memotivasi, menasehati, dan mendoakan tiada henti.

3. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan

4. Eko Efendi S.T., M.Si. selaku pembimbing utama atas bimbingan,

nasehat, motivasi, kritik dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Dr. Indra Gumay Yudha S.Pi., M,Si. selaku pembimbing anggota atas

bimbingan, nasehat, motivasi, kritik dan saran dalam proses penyelesaian

skripsi ini.

6. Dr. Ir. Abdullah Aman Damai, M.Si selaku pembahas atas nasehat,

motivasi, kritik dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

7. Qadar Hasani S.Pi., M,Si. selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan

dan motivasi yang diberikan.

8. Seluruh dosen Jurusan Perikanan dan Kelautan yang senantiasa

memberikan ilmu dengan ikhlas tanpa menuntut balas, serta seluruh staf

jurusan atas bimbingan dan bantuan yang diberikan.

9. Teman teman yang banyak membantu selama penelitian (Rufaida NS, Nia,

Ika, Binti, Ema, Laksmita, Diah, Indri, Ayu WD, Ratna, Rara, Yeni,

Kurno, Anrifal, Wahyu, dan Rio) atas kebersamaannya, semangat,

dukungan, motivasi, doa, canda tawa, serta bantuan yang luar biasa.

10. Kelurga besar Budidaya Perairan angkatan 2013 yang sangat menantikan

kelulusan penulis.

11. Adik-adik angkatan 2014 dan 2015 ( Bagus, Toto, Romi, Agung H, Arico,

dan Falqi) atas bantuan selama penelitian.

12. Keluarga kosan Griya Asri Permai ( Teh May, Kang Toib, Mba Pipit, Mba

Heni, Indah, Desi, Ismi, Titin, Kak Shierly, Kak Wita, dan Nova ) yang

menjadi tempat berbagi cerita.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam

pembuatan dan penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat dimanfaatkan

sebagaimana mestinya.

Bandar Lampung, Desember 2018

Penyusun

Saidatul Hasanah

i

DAFTAR ISI

Hal

COVER

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3

C. Manfaat Penelitian ................................................................................... 3

D. Kerangka Pikir ......................................................................................... 3

E. Hipotesis .................................................................................................. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) ................................... 6

B. Bioflok ..................................................................................................... 7

1. Konsep Bioflok ................................................................................. 7

2. C/N Rasio ........................................................................................ 8

C. Sistem Aerasi ........................................................................................... 9

D. Bioflok Untuk Pertumbuhan Udang ...................................................... 10

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat................................................................................. 12

B. Alat dan Bahan ...................................................................................... 12

C. Rancangan Penelitian ............................................................................ 13

ii

1. Rancangan Lingkungan .................................................................. 13

2. Rancangan Perlakuan ..................................................................... 13

a. Parameter Uji ........................................................................ 14

b. Pengukuran Volume Bioflok ................................................ 14

c. Pertumbuhan Mutlak Rata-rata ............................................. 15

d. Rasio Konversi Pakan ........................................................... 15

e. Kelangsungan Hidup (KH) .................................................. 16

D. Prosedur Penelitian ................................................................................ 16

1. Persiapan Wadah Pemeliharaan ..................................................... 17

2. Pembuatan Bioflok ......................................................................... 17

3. Pemeliharaan Hewan Uji ................................................................ 18

4. Sampling Pertumbuhan .................................................................. 18

5. Pengukuran Kualitas Air ................................................................ 18

E. Analisis Data ......................................................................................... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengukuran Volume Bioflok ................................................................ 20

B. Laju Pertumbuhan Mutlak .................................................................... 22

C. Rasio Konversi Pakan ........................................................................... 26

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................................... 28

B. Saran ..................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 29

LAMPIRAN ......................................................................................................... 33

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan kerangka pemikiran ............................................................................ 4

2. Morfologi udang vaname ............................................................................... 7

3. Pengacakan tata letak wadah penelitian ....................................................... 14

4. Rasio konversi pakan pada budidaya udang vaname dengan

sistem bioflok ............................................................................................... 26

5. Kelangsungan hidup udang vaname yang dipelihara dengan

sistem bioflok ............................................................................................... 27

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Alat yang digunakan selama penelitian ........................................................ 12

2. Bahan yang digunakan selama penelitian ..................................................... 13

3. Rancangan Penelitian.................................................................................... 14

4. Peningkatan volume flok selama penelitian ................................................. 20

5. Pertumbuhan mutlak udang vaname yang dipelihara

selama 25 hari ............................................................................................... 24

6. Kualitas air selama penelitian ....................................................................... 25

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya kegiatan budidaya secara intensif, berbagai

teknik pengolahan air untuk mengurangi konsentrasi amonia mulai dikembang-

kan, salah satunya adalah bioflok. Bioflok merupakan teknologi yang meman-

faatkan bakteri heterotrof sebagai pengurai nitrogen anorganik (amonia, nitrit,

dan nitrat) yang berasal dari feses maupun sisa pakan menjadi protein sel tunggal

yang dapat dimanfaatkan oleh organisme (Muqaramah, 2016). Bioflok meman-

faatkan peran probiotik untuk meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dalam

tubuh udang (Wang, 2008).

Sistem bioflok menggunakan aerasi konstan sebagai pengaduk dan sumber

oksigen yang dapat menghasilkan udara dan pengadukan masa air untuk mem-

bantu proses dekomposisi dan menjaga flok bakteri berada dalam kondisi tersus-

pensi (Azim et al. 2007). Selain itu mencegah terjadinya stratifikasi suhu dan

menjaga sel biomassa selalu dalam keadaan tersuspensi. Dalam kegiatan budi-

daya banyak sekali tipe aerasi yang dapat diaplikasikan, salah satunya adalah me-

tode aerasi dengan airlift dan bubble stone. Airlift merupakan sistem aerasi deng-

an desain reaktor yang memiliki saluran pencampuran dari atas permukaan air me-

uju kolom air dan saluran ini menentukan kecepatan dan tercampurnya antara me-

dia dan gas Santoso et al. (2010). Sedangan, bubble stone merupakan aerasi yang

2

menginjeksi gas dari dasar reaktor dan menghasilkan pergerakan dari percampur-

an gas dan media secara tak beraturan dari dasar ke atas permukaan air, sehingga

udara akan kontak dengan air atau mencampur air dengan gelembung udara (Aba

et al. 2017). Menurut Santoso et al. (2010) yang membedakan antara airlift dan

bubble stone adalah adalah kemampuan mendifusi gas dalam media budidaya se-

hingga distribusi, nutrien, biomasa, dan gas-gas lain lebih merata. Model aerasi

yang berbeda dapat mempengaruhi ruang penempatan aerasi, arus yang ditimbul-

kan, kemampuan untuk mendifusi oksigen, dan kemampuan untuk menghomo-

genkan media budidaya ( Makmur et al. 2016).

Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya penumpu-

kan flok dan kegagalan pada sistem bioflok adalah menggunakan sistem aerasi

yang baik. Sistem aerasi yang baik menghasilkan intensitas pengadukan dan kan-

dungan oksigen yang dapat mempengaruhi struktur dan komposisi bioflok. Apa-

bila kandungan oksigen yang dihasilkan rendah maka dapat menyebabkan domi-

nasi bakteri filamen yang menyebabkan bioflok terapung, sedangkan intensitas

pengadukan yang cukup tinggi juga dapat mempengaruhi ukuran bioflok.

Volume flok yang terbentuk menunjukan bahwa bakteri mampu memanfaat-

kan molase sebagai sumber karbon (C) untuk pertumbuhan. Semakin tinggi nilai

volume flok menunjukkan semakin banyak flok yang terbentuk. Flok yang terben-

tuk dalam kolam budidaya mengandung nutrisi tambahan berupa protein yang

mampu meningkatkan pertumbuhan udang (Dahlan et al. 2017). Oleh karena itu,

perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh metode aerasi yang berbeda pada

budidaya udang dengan sistem bioflok. Adapun sistem aerasi yang digunakan

pada penelitian ini yaitu, airlift dan bubble stone.

3

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perbedaan antara me-

tode aerasi airlift dengan metode bubble stone terhadap pembentukan volume bio-

flok dan pertumbuhan udang udang vannamei yang dibudidayakan dengan metode

aerasi yang berbeda.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi ilmiah tentang peng-

gunaan metode aerasi yang efektif pada budidaya udang vaname dengan sistem

bioflok.

D. Kerangka Pikir

Kegiatan budidaya udang secara intensif membutuhkan asupan pakan yang

tinggi, namun tidak semua pakan dimanfaatkan untuk pertumbuhan udang. Pro-

tein pakan yang dimanfaatkan oleh udang hanya 20-25% dan selebihnya akan ter-

akumulasi dalam air (Stickney, 2005). Selain sisa pakan, udang yang dipelihara

menghasilkan fases yang merupakan hasil dari proses ekskresi. Sisa pakan dan

feses yang mengendap dan terakumulasi di dasar perairan akan diubah menjadi

amonia (NH3) yang sifatnya toksik. Salah satu cara untuk mengatasi peningkatan

amonia adalah melalui budidaya udang dengan sistem bioflok.

Kegiatan budidaya dengan sistem bioflok membutuhkan bakteri heterotrof

untuk memanfaatkan N organik dan anorganik yang dapat mengurai amonia di

dalam air. Hal ini membutuhkan aerasi dan pengadukan yang konstan untuk pro-

ses dekomposisi dan mempertahankan flok agar berada dalam kondisi tersuspensi

4

(Azim et al. 2007). Intensitas pengadukan yang terlalu tinggi akan mempengaruhi

ukuran bioflok, sedangkan intensitas pengadukan yang terlalu rendah dan tidak

homogen dapat menyebabkan bioflok mengendap dan menyebabkan kondisi an-

aerobik. Belum diketahuinya intensitas pengadukan aerasi yang optimal dalam

pertumbuhan bioflok merupakan hal yang melandasi penelitian ini. Penelitian ini

menggunakan meode aerasi airlift dan bubble stone sebagai model aerasi pada

budidaya udang dengan sistem bioflok dengan harapan metode aerasi tersebut

dapat menjadi alternatif untuk mengetahui jenis metode aerasi yang dapat meng-

hasilkan intensitas pengadukan yang sesuai untuk pertumbuhan bioflok serta

dapat menghomogenkan lingkungan budidaya.

Gambar 1. Bagan kerangka pemikiran

E. Hipotesis

Hipotesisi untuk pembentukan dan kandungan bioflok

H0 : µ0 = 0 Pengaruh penggunaan metode aerasi bubble stone dan metode ae-

rasi airlift tidak berbeda nyata terhadap pembentukan volume

Airlift Buble stone

Kandungan oksigen

Flok yang terbentuk

Pakan alami dan pakan buatan

Tipe aerasi

Pertumbuhan udang

Sumber C

dan N

5

bioflok.

H1 : µ0 ≠ 0 Pengaruh penggunaan metode aerasi bubble stone dan metode ae-

rasi airlift berbeda nyata terhadap pembentukan volume bioflok.

H0 : µ0 = 0 Penggunaan metode aerasi bubble stone dan metode aerasi airlift

tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan udang vaname

H1 : µ0 ≠ 0 Penggunaan metode aerasi bubble stone dan metode aerasi airlift

berbeda nyata terhadap pertumbuhan udang vaname

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)

Klasifikasi udang putih atau udang vaname menurut Wyban dan Sweeney

(1991) dalam Manoppo (2011) adalah sebagai berikut :

Filum :Anthropoda

Subfilum : Krustase

Kelas : Malacostraca

Subkelas : Eumalacostraca

Superordo : Eucarida

Ordo : Decapoda

Subordo : Dendrobranchiata

Superfamili : Penaeidea

Famili : Penaeidae

Genus : Penaeus

Subgenus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei

7

Gambar Morfologi Litopenaeus vannamei

(Sumber: Ramxel, 2010)

Udang vanamei memiliki beberapa tahap stadia dalam siklus hidupnya, yai-

tu : 5 stadia naupli, 3 stadia zoea, dan 3 stadia mysis sebelum menjadi postlarva.

Stadia postlarva berkembang menjadi jouvenil dan kemudian menjadi udang de-

wasa. Di perairan bebas, postlarva melakukan migrasi memasuki perairan estuaria

untuk tumbuh dan selanjutnya akan bermigrasi ke perairan asalnya saat udang

mengalami matang gonad (Avault, 1996).

B. Bioflok

1. Konsep Bioflok

Bioflok merupakan suatu teknologi yang mampu mengubah nitrogen anor-

ganik yang berasal dari feses maupun sisa pakan. Dengan perlakuan penambahan

materi kabon dan bakteri heterotrof maka feses dan sisa pakan dapat dikonversi

menjadi protein sel tunggal yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan udang

(Avnimelech, 1999). Bioflok dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami untuk

udang karena bakteri flok tersusun dari campuran mikroorganisme, partikel-

pertikel tersuspensi, koloid, dan polimer organik, dan sel-sel mati yang memiliki

ukuran 100-1.000 μm (Verstraete et al. 2007 dan de Schryver et al. 2008). Sistem

8

bioflok pada kegiatan budidaya dimanfaatkan untuk menggantikan fitoplankton

dengan cara meningkatkan pertumbuhan bakteri (Mc Intosh, 2000).

Konsep dasar mengenai bioflok adalah terjadinya perubahan senyawa orga-

nik dan anorganik yang mengandung senyawa karbon (C), hidrogen (H), oksigen

(O), nitrogen (N), dan sedikit fosfor (F) akan membentuk flok dengan menggu-

nakan bakteri yang mampu mensitesis biopolimer sebagai ikatan bioflok

(Supono,2015). Pertumbuhan bakteri pada sistem bioflok dipengaruhi oleh rasio

C/N. Rasio C/N dalam kolam dapat mencapai lebih dari 15 (Avnimelech, 2009).

Apabila kondisi C dan N dalam kolam seimbang maka N akan dimanfaatkan oleh

bakteri heterotrof baik dalam kondisi organik ataupun anorganik, untuk proses

pembentukan biomasa (de Schryver et al. 2008), sehingga pembentukan bioflok

oleh bakteri heterotrof bertujuan untuk memanfaatkan nutrien, mengurangi ter-

jadinya stres lingkungan ( Bossier dan Verstraete, 1996; de Schryver et al. 2008).

2. C/N Rasio

Rasio C/N sangat mempengaruhi perkembangan bakteri heterotrof dalam

pembentukan flok. Kandungan rasio C/N yang optimum adalah 15-20 ( Suprapto,

2013). Apabila lingkungan budidaya dengan kondisi rasio C/N meningkat, bakteri

heterotrof akan berkembang dengan pesat sehingga mampu mengasimilasi amonia

nitrogen anorganik menjadi nitrogen organik yang tidak bersifat toksik dan men-

jadi bioflok (Supono, 2015). Bioflok tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pakan

udang yang memiliki kandungan protein yang tinggi. Menurut Vanwyk dan

Avnimelech (2007), apabila kondisi rasio C/N dalam kolam budidaya rendah

(<10) maka amonia akan dimanfaatkan oleh organisme autotrof. Ketika rasio C/N

9

dalam kolam pemeliharaan kecil maka bakteri akan memanfaatkan N pada kon-

disi organik. Rasio C/N 8-10, amonia akan dimanfaatkan oleh organisme autotrof

dan heterotrof, dan amonia. Rasio C/N 12-16 akan amonia akan dimanfaatkan

oleh organime heterotrof (Ebeling et al. 2006). Rasio C/N mampu meningkatkan

pertumbuhan bakteri heterotrof melalui penam-bahan karbohidrat dan menurun-

kan kandungan protein pakan.

C. Sistem Aerasi

Salah satu sarana yang berperan penting dalam kegiatan budaya secara in-

tensif adalah sistem aerasi. Menurut Meade (1989) peningkatan oksigen terlarut

akan mempengaruhi peningkatan nafsu makan udang, sebaliknya Mallya (2007)

menyatakan bahwa penurunan oksigen terlarut dapat menurunkan respon terhadap

makanan. Hal tersebut dapat berdampak pada penurunan terhadap pertumbuhan

dan begitu juga sebaliknya. Menurut Wigyanto et al. (2009) semakin besar kece-

patan aerasi yang diberikan sampai batas tertentu maka semakin efektif untuk me-

nurunkan nilai polutan di dalam limbah.

Sistem aerasi pada budidaya udang dengan sistem bioflok dapat menghasil-

kan okesigen terlarut. Oksigen tersebut akan dimanfaatkan untuk mengurai orga-

nik, mengoksidasi amonia menjadi nitrit dan selanjutnya menjadi nitrat dengan

bantuan batekri pengurai. Aerasi berfungsi untuk mencegah bahan organik dan

flok mengendap, sehingga bahan organik dalam kondisi yang aerobik

(Suprapto,2013). Menurut Schryver (2008), kandungan oksigen yang dianjurkan

adalah minimal 4 mg/l.

10

Menurut Schryver (2008), pengadukan untuk kolam bioflok memerlukan

energi 0,5-10 W/m3. Intensitas pengadukan yang terlalu tinggi ( memerlukan ener-

gi lebih dari 10 W/m3

) akan mempengaruhi struktur bioflok, sedangkan intensitas

pengadukan yang terlalu rendah dan tidak homogen akan menyebabkan bioflok

mengendap dan bersifat anaerobik.

D. Bioflok Untuk Pertumbuhan Udang

Flok yang terbentuk dalam kolam pemeliharaan dimanfaatkan oleh udang

untuk pertumbuhan karena flok yang terbentuk mengandung nutrien yang berasal

dari komposisi beberapa organisme. Organisme yang menyusun pembentukan

flok bukan hanya bakteri, fungi, dan alga saja, namun terdapat organisme penyu-

sun lainnya seperti rotifer, protozoa, dan cacing yang dapat dimanfaatkan sebagai

pakan alami oleh udang (Muqaramah, 2016). Menurut Pantjara dan Rachmansyah

(2010), bakteri pembentuk flok dapat dimanfaatkan oleh udang sebagai salah satu

sumber protein, sehingga bioflok dapat menggantikan kekurangan protein pada

pakan yang memiliki protein rendah.

Berdasarkan hasil penelitian Muqaramah (2016), kandungan nutrisi bioflok

yang tumbuh pada media pemeliharaan udang vannamei dengan kadar protein

pakan berbeda menunjukan bahwa bioflok mengandung protein 12-19 %, lemak

2,56-3,02 %, dan abu 33,42-40,77%. Kandungan protein yang tinggi pada bioflok

disebabkan teknologi bioflok mampu menghasilkan protein flok secara in situ.

Adanya peran bakteri Bacillus sp dalam bioflok dapat membantu menghasilkan

enzim ekstraselular yang mampu meningkatkan kecernaan makanan dalam usus

udang sehingga mudah diserap oleh tubuh udang. Peningkatan daya cerna dapat

11

diartikan bahwa nutrien yang diserap tubuh juga semakin meningkat, sehingga

pertumbuhan udang meningkat (Dahlan et al, 2017).

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2017

selama 40 hari, dengan pembentukan bioflok selama 15 hari dan pemeliharaan

hewan uji selama 25 hari. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Budidaya

Perikanan, Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan dan Kelautan,

Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Tabel 1

dan 2.

Tabel 1. Alat yang digunakan selama penelitian No Alat Unit Kegunaan

1.

Kolam beton

bervolume (120 x

900 x 70 cm3)

10 Wadah pemeliharaan dan wadah perlakuan

2. Pipa paralon 10 Alat untuk mensuplai oksigen

3 Selang aerasi 50 Alat untuk mensuplai oksigen

4 Imhof cone 1 Pengukur volume bioflok

5 Refraktometer 1 Pengukur salinitas media perlakuan

6 Timbangan 1 Pengukur bobot hewan uji

7 Scope net 1 Mengambil hewan uji dimedia pemeliharaan

8 Sprektofotometer 1 Mengukur kepadatan bakteri

9 Galon 5 Kultur probiotik secara massal

10 Blower 1 Suplai oksigen ke media perlakuan

11 Thermometer 1 Pengukur suhu

12 DO meter 1 Pengukur oksigen terlarut didalam media

13 Batu aerasi 50 Alat untuk mensuplai oksigen

14 pH meter 1 Pengukur pH media perlakuan

13

Tabel 2. Bahan yang digunakan selama penelitian No. Bahan Jumlah Kegunaan

1. Benur udang PL 09 1.200 ekor Hewan uji dalam penelitian

2. Probiotik 4,7 liter Pakan alami dalam penelitian

3 Pakan komersil 6 kg Pakan untuk hewan uji dalam

penelitian

4. Air laut 1.500 liter Media pemeliharaan udang vanamei

5. Air tawar 300 liter Pengenceran salinitas

6. Akuades 2 liter Bahan untuk membilas refraktometer

dan DO meter

7 Molase 10 liter Sumber C organik

8 Klorine 100 gr Sterilisasi air

9 TSA 0,25 gr Media agar Bacillus sp

10 TSB 0,25 gr Media cair Bacillus sp

C. Rancangan Penelitian

1. Rancangan Lingkungan

Rancangan lingkungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimental di laboratorium. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari dua perlakuan dan lima

ulangan.

2. Rancangan Perlakuan

Perlakukan yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode aerasi

buble stone dan airlift dan masing-masing ulangan diulang sebanyak lima kali.

Kepadatan bateri Bacillus sp yang akan digunakan mengacu pada penelitian

Dahlan et al. (2017), yaitu 1x109 CFU/ ml, serta menggunakan molase sebagai

sumber karbon. Rancangan penelitian diulang sebanyak lima kali (Tabel 3)

dengan pengacakan tata letak wadah untuk penelitian seperti pada (Gambar 3).

14

Tabel 3. Rancangan penelitian

Kode

perlakuan

Perlakuan Kepadatan

bakteri

Salinitas Padat tebar

A Airlift 1x109 CFU/ mL 20 ppt 100 ekor/m

B Bubble stone 1x109 CFU/ mL 20 ppt 100 ekor/m

*semua perlakuan diulang sebanyak lima kali

Gambar 3. Pengacakan tata letak wadah penelitian

a. Parameter Uji

Parameter uji yang dilakukan terdiri dari volume flok, uji proksimat bioflok,

pertumbuhan mutlak rata-rata, rasio konversi pakan dan parameter kualitas air

(salinitas, suhu, DO, dan pH).

b. Pengukuran Volume Bioflok

Metode pengukuran volume flok dilakukan setiap tujuh hari sekali selama

penelitian. Bedasarkan penelitian yang dilakukan Dahlan et al. (2016), pengukur-

an volume flok dilakukan dengan cara pengambilan sampel air dari bak pemeli-

haraan sebanyak 1 liter kemudian dituangkan dan diendapkan pada imhof cone

selama 30 menit. Pengukuran volume flok dilakukan sebanyak 4 kali, yaitu pada

hari ke- 15, 23, 32, dan 40. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dahlan et

al. (2017) volume flok yang mengendap diukur dan dihitung dengan mengguna-

kan persamaan :

A2

A1

B1

A5

A3

B2

A4

B4

B5

B3

15

c. Pertumbuhan Mutlak Rata-rata

Pengukuran pertumbuhan mutlak rata- rata, dilakukan dengan menimbang

bobot udang dengan menggunakan timbangan digital di awal pemeliharaan dan di

akhir pemeliharaan dan selanjutnya dirata-ratakan. Jumlah sampel yang ditimbang

adalah 30 ekor per bak. Penimbangan sampel dilakukan sebanyak 4 kali selama

penelitian, yaitu pada hari ke-0, 6, 16, dan 25. Pertumbuhan mutlak rata-rata

dihitung dengan menggunakan persamaan:

W

Keterangan :

W : Pertumbuhan mutlak rata-rata (g)

Wt : Bobot rata-rata individu pada waktu akhir percobaan (g)

Wo : Bobot rata-rata individu pada awal percobaan (g)

d. Rasio Konversi Pakan

Perhitungan rasio konversi pakan dilakukan satu kali selama penelitian dan

dilakukan di akhir penelitian. Cara menghitung rasio konversi pakan dengan cara

menimbang bobot udang sebanyak 30 ekor di awal dan di akhir penelitian dengan

menggunakan timbangan digital, serta menjumlahkan pakan yang digunakan dari

awal hingga akhir penelitian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dahlan

et al. (2017) rasio konversi pakan selama pemeliharaan dihitung dengan menggu-

nakan persamaan :

16

Keterangan :

RKP : Rasio konversi pakan

F : Jumlah pakan yang diberikan (g)

Wt : Bobot biomasa udang pada akhir pemeliharaan (g)

Wo : Bobot biomasa udang pada awal pemeliharaan (g)

d. Kelangsungan Hidup (KH)

Metode perhitungan kelangsungan hidup dilakukan dengan menghitung

jumlah benur yang ditebar dan jumlah udang yang tersisa di akhir penelitian. Ber-

dasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dahlan et al. (2017) kelangsungan hidup

dihitung pada akhir pemeliharaan dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut :

Keterangan :

KH : Kelangsungan hidup (%)

Nt : Jumlah udang pada waktu t (ekor)

No : Jumlah udang pada awal percobaan (ekor)

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri atas persiapan wadah pemeliharaan udang, pem-

buatan bioflok, pemeliharaan hewan uji, sampling pertumbuhan, pengukuran vo-

lume flok, dan pengukuran kualitas air. Adapun proses tahapan adalah sebagai

berikut :

17

1. Persiapan Wadah Pemeliharaan

Kolam yang digunakan berukuran 1x1 m2 dengan volume air 300 l. Sebe-

lum dilakukan penelitian, kolam yang digunakan dibersihkan terlebih dahulu dan

dilakukan pemasangan perangkat aerasi. Kolam diisi air laut bersalinitas 20 ppt

dengan ketinggian 30 cm dan disterilkan dengan menambahkan kaporit 100 ppm

yang dimasukan ke dalam bak yang telah berisi air laut dan diberi aerasi selama

24 jam tanpa dibilas.

2. Pembuatan Bioflok

Pada proses pembuatan bioflok inokulan bakteri Bacillus sp diberikan tiga

kali, yaitu pada saat hari pertama penelitian dengan dosis 20 ml/m3

dengan kepa-

datan 1x109 CFU/ ml. Pemberian sumber karbon berupa molase sebanyak 30 ml

dilakukan setiap hari dengan waktu 2 jam setelah pemberian pakan pada pagi hari,

yaitu pukul 09.00 WIB, dengan estimasi rasio C molase dan N dari sisa pakan,

fases dam hasil ekskresi sebesar 15. Bila rasio C/N kurang dari 10 bakteri autotrof

akan memanfaatkan N organik, bila rasio C/N lebih dari 20 bakteri heterotrof

akan memanfaatkan N-anorganik sebagai sumber N, sedangkan jika nilai antara

10-20 maka bakteri akan memanfaatkan kedua-duanya. Selanjutnya diberi aerasi

sebagai sumber oksigen terlarut dan sebagai pengaduk untuk mencegah terjadinya

pengendapan. Menurut Supono (2015) persamaan yang digunakan untuk

menghitung rasio C/N sebagai berikut :

( ) ( )

( )

18

3. Pemeliharaan Hewan Uji

Pada proses pemeliharaan hewan uji, setiap kolam pemeliharaan berisi 120

ekor benur. Hewan uji dipelihara selama 25 hari. Selama pemeliharaan, benur di-

beri pakan komersil sebanyak 2 kali, yaitu pada pukul 08.00 dan 16.00 WIB de-

ngan feeding rate sebesar 5% dari biomasa udang. Pakan uji yang digunakan da-

lam penelitian ini adalah pakan komersil berbentuk crumble dengan kadar protein

40%.

4. Sampling Pertumbuhan

Sampling pertumbuhan dilakukan sebanyak 4 kali selama penelitian dilaku-

kan dengan cara menimbang bobot (MBW) dan SR udang dilakukan dengan tim-

bangan digital berketelitian 0,01 gram. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30

ekor per bak yang diambil dengan menggunakan scope net. Adapun perhitungan

jumlah udang yang hidup (survival rate) dilakukan sebanyak 1 kali pada saat

sampling terakhir.

5. Pengukuran Kualitas Air

Variabel kualitas air yang diukur pada proses penelitian meliputi pH, suhu,

dan salinitas yang dilakukan setiap 1 minggu sekali. Pengukuran DO dilakukan

setiap hari, karena DO merupakan parameter kunci dalam bioflok. Dalam peng-

ukuran parameter kualitas air (DO, pH, suhu, dan salinitas) alat yang digunakan

antara lain pH meter, DO meter, termometer, dan refraktometer.

19

E. Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian mengenai pengaruh metode aerasi yang

berbeda diolah dengan Microsoft Excel, kemudian dilakukan analisis uji beda nilai

tengah (uji t) dengan tingkat kepercayaan 95 % untuk membandingkan antar per-

lakuan yang digunakan. Menurut Raditya et al. (2013), persamaan yang diguna-

kan adalah sebagai berikut :

21 xx

( ) √

( ) ( )

Keterangan:

t Distribusi t

1x Rata-rata pada distribusi sampel 1

2x Rata-rata pada distribusi sampel 2

S1 Nilai varian pada distribusi sampel 1

S2 Nilai varian pada distribusi sampel 2

n Jumlah idividu sampel

Hasil analisis uji t selanjutnya dibandingkan dengan t tabel yang

menggunakan tingkat kesalahan 0,05. Kriteria yang digunakan adalah sebagai

berikut:

1. H0 ditolak dan Ha diterima, jika t hitung ≥ t tabel

2. H0 diterima dan Ha ditolak, jika t hitung ≤ t table

Apabila terjadi penerimaan Ho maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

pengaruh signifikan, sedangkan bila Ho ditolak artinya terdapat pengaruh yang

signifikan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengaruh pengguna-

an metode aerasi airlift dan bubble stone tidak berbeda nyata terhadap pemben-

tukan volume flok dan pertumbuhan udang vaname

B. Saran

Pemanfaatan metode aerasi airlift dan metode aerasi bubbe stone dapat di-

gunakan oleh pembudidaya udang vaname yang menggunakan kolam beton de-

ngan ukuran kolam maksimal 150 m2.

DAFTAR PUSTAKA

Aba, L., Bahrin, dan Armid. 2017. Pengolahan air sumur gali dengan metode

aerasi-filtrasi menggunakan aerator gelembung dan saringan pasir cepat

untuk menurunkan kadar besi (Fe) dan mangan (Mn). Jurnal Aplikasi

Fisika. 13(2):38-47.

Allan, G.L., G.B Maguire dan S.J Hopkins. 1990. Acute and chronis toxicity of

ammonia to juvenile Metapenaeus macleayi and Panaeus monodon and the

influence of low dissolved oxygen (DO) levels. Aquaculture. 91:265-280.

Avault, J. W., 1996. Funamental of aquaculture a step by step guide to comersial

aquaculture. AVA Publishing. Baton Rounge. USA.

Avnimelech, Y., 1999. Carbon/nitrogen ratio as a kontrol element in aquaculture

sistem. Aquaculture. 176: 227-235.

Azim, M.E., Little, D.C., dan Bron, I.E. 2007. Microbial protein production in

activated suspension tanks manipulating C/N ratio in feed and implications

for fish culture. Bioresource Technology. 99 : 3590-3599.

Boyd, C. E. 1982. Water quality management for pond fish culture. Elsevier

Scientific Publishing. Amsterdam. 319 hal.

Crab, R., Avnimelech, Y., Defoirdt, T., Bossier, P., dan Verstraete, W. 2007.

Nitrogen removal techniques in aquaculture for a sustainable production.

Aquaculture. 270: 1-14.

Dahlan, J., Muhaimin H., dan Agus K. (2017). Pertumbuhan udang vaname

(Litopenaeus vannamei) yang dikultur pada sistem bioflok dengan

penambahan probiotik. Journal of Fishery Science and Innovation. 1(1):19-

27.

Ebeling, J.M., Timmons, M.B., dan Bisogni, J. 2006. Engineering analysis of the

stoichiometry of photoautotrophic, autotrophic, and heterotrophic removal

of ammonia-nitrogen in aquaculture systems. Aquaculture. 257: 346-358.

Hurtado, M.A., Racotta, IS., Arjona, O., Rodrigues, MH., Goytortua, E., Civera

dan Palaclos, E. 2006. Effect of hypo-and hyper-saline conditions on

30

osmorolarity and Fatty acid composition of yuwane shrimp (Litopenaeus

vannamei, Boone 1993) fed low-and high-HUFA diets. Aquaculture

research. 37:1316-1326.

Lutfihani, A. dan Alfan, P. 2015. Analisis Penurunan Kadar Besi (Fe) dengan

menggunakan Tray Aerator dan Diffuser Aerator. Jurnal Teknik. 4 (1) : 125-

127.

Makmur, Mat Fahrur, dan Chaidir Undu. 2015. Pengaruh tipe kincir terhadap

produksi tambak udang vaname (Litopenaeus vannamei) superintensif.

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 277-284.

Mallya, Y.J. 2007. The Effect of Dissolved Oxygen on Fish Growth in

Aquaculture. United Nation University. Reykjavik. Iceland. 210 Hal.

Manoppo, H. 2011. Peran nukleotida sebagai imunostimulan terhadap respon

imun nonspesifik dan resistensi udang vaname (Litopenaeus vannamei).

Thesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 137 hal.

McIntosh, R.P. 2000. Changing paradigms in shrimp farming : establishment of

heterotrophic bacterial communities. Global Aquaculture Advocate. 3(2):

44-50..

Meade, J.W. 1989. Aquaculture Management. An Avi Book Pub. By Van

Nostrand Reinhold. New York. 197 hal.

Muqaramah, T. M. H. A. 2016. Pemberian kadar protein pakan terhadap

pertumbuhan udang vaname (Litopenaeus vannamei) dengan teknologi

bioflok pada kegiatan pendederan. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut

Pertanian Bogor. 43 Hal.

Pantjara, B., Agus Nawang, Usman dan Rachmansyah. 2012. Pemanfaatan

bioflok pada budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) intensif.

Jurnal Ris. Akuakultur. 7(1) : 61-72.

Praditia F.P. 2009. Pengaruh pemberian bakteri probiotik melalui pakan terhadap

pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang windu (Penaeus monodon).

Skripsi. Institut Pertanian Bogor. 52 Hal.

Poernomo, A. 1989. Pembuatan tambak udang di indonesia. Departemen

Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Maros. 35hlm.

Rachmansyah, Usman, dan Pongsapan, D.S. (2003). Pendugaan beban limbah dari

budidaya bandeng dalam keramba jaring apung di laut. Jurnal Penelitian

Perikanan Indonesia. 9(2): 65-76.

Raditya, M. A. R., Tarno, dan Triastuti, W. 2013. Penentuan tren arah pergerakan

harga saham dengan menggunakan moving average convergence divergence

31

(studi kasus harga saham pada 6 anggota LQ 45). Jurnal Gaussian. 2(3) :

249-258.

Riani, H., Rostika, R., dan Lili, W. (2012). Efek pengurangan pakan terhadap

pertumbuhan udang vaname (Litopenaeus vanamme) PL-21 yang diberi

biolfok. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(3) : 207-211.

Santoso, A. D., Abdil, H., dan Diyono. (2010). Kroterian disain biofotoreactor

sistem airlift reactor. Jurnal Teknologi Lingkungan. Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi. 11(1): 27-32.

Schryver, P., Crab, R., Detroit, T., Boon, N., dan Verstrate, W. 2008. The Basic of

Biofloc Technology: The Added Value For Aquaculture. 227: 125- 137.

Stickney, R.R. 2005. Aquaculture An introductory text. CABI Publishing. USA.

256 hal.

Sukmawati. 2017. Indentify floc-formning bacteria in shrimp pond in pangkep

district. BioScience. 1(2): 13-20

Supono dan Hudaidah, S. 2015. Keragaan Udang Putih (Litopenaeus vannamei)

pada Densitas yang Berbeda dengan Sistem Bioflok pada Fase Pendederan.

e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. 3(2) : 397-402.

Supono. 2015. Manajemen Lingkungan Untuk Akuakultur. Universitas Lampung.

Plantaxia. 122 Hal

Suprapto dan Legisan, S. 2013. Bioflok- 165 Rahasia Sukses Beknologi budidaya

Lele Hemat Lahan, hemat Air, Hemat Pakan, Lebih Bersih dan Non Residu,

serta Kualitas Daging Lebih Baik. Agro 165. Depok. 223 hal.

Suryaningrum, F.M. 2012. Aplikasi teknologi bioflok pada pemeliharaan benih

ikan nila (Orechromis niloticus). Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas

Terbuka Jakarta. Jakarta. 110 hal.

Suwoyo Hidayat, Mansyur Abdul, dan Gunarto. 2012. Penggunaan Sumber

Karbon Organik Pada Budidaya Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei)

Dengan Teknologi Bioflok. Prosiding Indoaqua -Forum Inovasi Teknologi

Akuakultur. 91-103. .

Van Wyk, P., dan Scarpa, J. 1999. Water Quality Reguirements and Management.

Di dalam : Farming marine shrimp in recirculating freshwater system. Davis

Hodgkins R, Laramore KL, Main J, Mountain, Scarpa J. Aquaculture

Engineering. (28) : 65-86.

Van Wyk, P., Avnimelech, Y. 2007. Management of nitrogen cycling and

microbial populations in biofloc-based aquaculture system. Aquaculture.

264: 140-147.

32

Wang, J.C., Chang, P.-S., Chen, H.-Y., 2008. Differential time-series expression

of immune-related genes of Pacific white shrimp Litopenaeus vannamei in

responsem to dietary inclusion of β-1,3-glucan. Fish & Shellfish

Immunology. 24 : 113–121.

Wigyanto, Hidayat, N. Alfia, A. 2009. Bioremediasi limbah cair sentra industri

tempe sanam serta perencanaan pengolahannya (Kajian pengaturan

kecepatan aerasi dan aktu inkubasi). Jurnal Teknologi Industri Pertanian.

10(2) : 123-135.

Wyban, J. A., & Sweeny, J. N. 1991. Intensive Shrimp Production Technology.

Hawaii USA.The Oceanic Institute. Honolulu, Hawai, USA. 13-14 hal.