pengaruh latihan aerobik terhadap kadar vo2 maks...

58
PENGARUH LATIHAN AEROBIK TERHADAP KADAR VO2 MAKS PADA MAHASISWA KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA ANGKATAN 2017 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH: MUHAMMAD ILMUL YAQIN AMHA NIM: 11151030000107 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2018 M

Upload: others

Post on 18-Oct-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH LATIHAN AEROBIK TERHADAP KADAR VO2 MAKS

PADA MAHASISWA KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA ANGKATAN 2017

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

MUHAMMAD ILMUL YAQIN AMHA

NIM: 11151030000107

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2018 M

LEMBAR PER}I-YATAAN I(EASLIAN KARYA

Dengan inipenyusun menyatakan bahwa :

L Penelitian ini merupakan hasil karya asli peryusun yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di Fakultas

Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hiday'atullah Jakarta.

2. Semua sumber yang penyusun gunakan dalam penulisan ini telah

dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di LJniversitas Islam

Negeri Syarif Hidayatul lah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli

penyusun atau merupakan jiplakan dari karya orang lain. peny'usun

bersedia menerima sanksi yang berlakr.r di Llniversitas lslam Negeri S1,'arif

Hidayatullah Jakarta.

Ciputat. 25 Oktober 201 8

Yaqin Amha

LEMBAR PERSETU J UAN PEMB I MBIbJG

PENGARTIH LATIHAN AEROBTK TERIIADAP KADAR VO2 MAKSPADA MAHASISWA KEDOKTERAN UTN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA ANGKATAN 2017

Laporatr Penelltian

Diajukan kepada Program StudiKedokteran, Fakultas Kedokteran untuk

Mernenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S"Ked)

OIeh

Muhammad Ilmul Yaqin AmhaNIM: 11151030000107

Pembimbing 2

PROGRAM STUDI I(EDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 tr / 2018 M

Pembimbing I

WDr. dr. Syarief Hasan Lutlhe, Sp. KFR dr. Mustika Anggiane hrtri. M. Biomecl

NIP. 19620720 199003 1 002

lll

LEMBAR PEI\GESAHAN

Laporan Penelitian ber judul PENCARUH LATIHAN AERoBIKTERIIADAP KADAR VO2 N,IAKS PADA NIAHASISWA KEDOKTER{NUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAI(ARTA ANGKA'IAN 2017 yan_qdiajukan oleh Muhamuad Ihnul Yaqin Amha (NIM: 11151030000107). telahcliujikan dalam sidaug di FakLrltas l(edokteran pada 25 Oktober'2018. LaporanPenelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat mernperoleh gelar SarjanaKedokteran (S.Ked) pacla Prograrn Stucli Kedokteran.

Ciputat, 25 oktober 201 8

DEWAN PENCUJI

Ketua Siclang

Dr. dr. Syarief Hasan Lr-rtfie. Sp. KFRNIP. 19620720 199003 I ()02

Pernbirnbing 2

dr. Syarief Ifasan Lutfie. Sp. KFRNIP. 19620',t20199003 i 002

dr. Mustika Anggiane?utri, M. Biomed

Penguji 1 Penguji 2

\gdr. Dede Moeswir, Sp.PD; KKV, FINASIM. Fi\pSC, FSCAI dr. Nurmila Sari, M. Kes

NIP. 19850315 20ti01 2 010

PIN4PN{AN FAKULTAS

Dekan FKUIN Kaprodi PSKed FK UIN

Dr.

Pernbirnbing

v

Sp.PD-KEMD

qdr. Achmad Zak|M. Epid, Sp.OT

NIP. 19780501 200s01 1 00s5tt23 200312 I 003

v

ABSTRAK

M. Ilmul Yaqin Amha. Pengaruh Latihan Aerobik Terhadap Kadar VO2

Maks pada Mahasiswa Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Angkatan 2017, 2018

Latar Belakang: Kebugaran Fisik didefinisikan sebagai suatu keadaan

yang ditandai dengan kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari hari dengan

kuat. Kebugaran ditandai dengan kemampuan melakukan aktifitas tanpa kelelahan

yang berarti. Kebugaran ini bisa dipengaruhi oleh Latihan Aerobik. Tujuan

penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh latihan aerobik terhadap

VO2 Maks yang merupakan salah satu indikator kebugaran fisik. Penelitian ini

dilakukan pada mahasiswa Kedokteran UIN Syarif HIdayatullah Jakarta angkatan

2017. Metode: Penelitian ini adalah analitik eksperimental dengan One Group

Pre test and Post Test. Sampel didapatkan dengan simple random sampling

dengan 25 orang subyek penelitian. Data diperoleh dari pengukuran VO2 Maks

dengan uji latih 6 minute walking test sebelum dan setelah perlakuan. Perlakuan

yang diberikan adalah latihan aerobik berupa jalan selama 30 menit yang

dilakukan 3 sampai 5 kali seminggu hingga 16 kali latihan. Analisis data

menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji T-berpasangan.

Hasil: Kadar VO2 Maks subyek penelitian rata-rata sebelum perlakuan ialah 18,8

ml/kgbb/menit dan setelah perlakuan ialah 20,1 ml/kgbb/menit. Analisis bivariat

pengaruh latihan aerobik terhadap kadar VO2 Maks pada Mahasisawa kedokteran

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menunjukkan Pvalue 0,005. Kesimpulan:

Latihan aerobik mempengaruhi kadar VO2 Maks subyek penelitian secara

signifikan. Tingkat kebugaran subyek penelitian masih tergolong rendah namun

ada peningkatan setelah melakukan latihan aerobik.

Kata Kunci: VO2 Maks, Latihan Aerobik, 6 minute walking test.

vi

ABSTRACT

M. Ilmul Yaqin Amha. The Effect Of Aerobic Exercise to VO2 Max Levels

on Medical Students UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Class 2017, 2018

Background: Physical fitness is defined characterized by the ability to perform

daily activities with strong. Fitness is characterized by the ability of conducting

activities without fatigue. This fitness can be influenced by aerobic exercise. The

purpose of this research was to find out how the effect of aerobic exercise on the

VO2 Max which is one of the indicators of physical fitness. This research is

conducted at the medical students UIN Syarif Hidayatullah Jakarta class 2017.

Methods: The study use analytic experimental with One Group Pre test and Post

Test, Sample obtained by simple random sampling with 25 people sample

research. Data obtained from the measurement of VO2 Max with 6 minute

walking test before and after treatment. The treatment is aerobic exercise in the

form of walking for 30 minutes, the frequency is 3 to 5 times a week up to 16

times. The analysis of the data using analysis of univariate analysis and bivariate

analysis with Paired t-test. Result: Mean levels of VO2 Max subjects before

treatment is 18.8 ml.kg-1

.min-1

and after treatment is 20.1 ml.kg-1

.min-1

. Analysis

bivariate of the effect of arobik exercise to levels of VO2 Max on Medical

Students UIN Syarif Hidayatullah Jakarta shows Pvalue 0.005. Conclusion:

aerobic exercise affect levels of VO2 Max was significantly on subjects, their

fitness level is still classified as low but there is an increasment after doing

aerobic exercise.

Keywords: VO2 Max, aerobic exercise, 6 minute walking test.

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam

yang atas ridho, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan penelitian yang berjudul “PENGARUH LATIHAN AEROBIK

TERHADAP KADAR VO2 MAKS PADA MAHASISWA KEDOKTERAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA ANGKATAN 2017” sebagai

salah satu syarat dalam menyelesaikan jenjang program sarjana kedokteran di

Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam tak

lupa pula kita haturkan keharibaan Nabi besar Muhammad SAW, suri tauladan

dan rahmat bagi seluruh alam.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini dapat terwujud karena adanya

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin

menyampaikan penghargaan, rasa hormat, dan terima kasih kepada:

1. dr. Hari Hendarto, Ph.D, Sp.PD-KEMD, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT, selaku Ketua Program Studi

Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR, selaku dosen pembimbing 1 dan dr.

Mustika Anggiane Putri, M.Biomed, selaku dosen pembimbing 2 yang

telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan

dan membimbing peneliti kami dari awal hingga akhir terselesaikannya

penelitian ini.

4. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab riset

program studi kedokteran angkatan 2015.

5. Kedua orang tua saya, Drs. Amirullah Amri, MA dan Hj. Halima

Amirullah Amri, yang senantiasa mendoakan, memberi semangat dan

motivasi, serta memberikan dukungan baik moral maupun material.

seluruh keluarga Saya yang telah menjadi motivasi Saya selama ini.

viii

6. Para dosen dan staf Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

7. Mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Angkatan 2017

khususnya yang telah berpartisipasi dan meluangkan waktu dan tenaganya

dalam penelitian ini.

8. Teman-teman seperjuangan riset, Viska Yuzella, Safira Fatimah Anjani,

dan Shafira Putri Widjaja yang sejak awal hingga selesai selalu membantu

dalam melewati berbagai hal dalam penelitian ini. Rekan kesmas Saya

Thoriq yang bersedia diajak berdiskusi mengenai SPSS dan metodologi

penelitian saya.

9. Teman-teman sejawat Program Studi Kedokteran Amigdala 2015,

keluarga Costavera (CSSMORa 2015), rekan BPH USMR yang ikut

memberi dukungan dalam penelitian ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat ketidaksempurnaan dalam laporan

penelitian ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun bagi penelitian ini. Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga

penelitian ini dapat memberi banyak manfaat bagi kita semua.

Ciputat, Oktober 2018

M. Ilmul Yaqin Amha

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iv

ABSTRAK ....................................................................................................... v

ABSTRACT ...................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2

1.3 Hipotesis ............................................................................................ 2

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................... 2

1.4.1 Tujuan Umum .............................................................................. 2

1.4.2 Tujuan Khusus .............................................................................. 2

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................. 3

1.5.1 Manfaat Penelitian bagi Peneliti ................................................... 3

1.5.2 Manfaat Penelitian bagi Perguruan Tinggi ................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4

2.1 Latihan fisik ....................................................................................... 4

2.2 Jenis latihan fisik ............................................................................... 4

2.2.1 Aerobik .......................................................................................... 4

2.2.2 Latihan anaerobik .......................................................................... 5

2.3 Fisiologi olahraga .............................................................................. 6

2.3.1 Struktur otot rangka....................................................................... 6

2.3.2 Tipe serat otot rangka .................................................................... 6

2.4 Kinesiologi dan Biomekanika berjalan .............................................. 9

2.5 Kebugaran fisik ................................................................................ 12

2.6 Konsumsi O2 Maksimal (VO2 Maks) ............................................. 14

2.6.1 Pengukuran VO2 Maks ............................................................... 15

2.6.2 Metabolic equivalent of task (METs) .......................................... 16

x

2.7 Kerangka Teori ................................................................................ 18

2.8 Kerangka Konsep ............................................................................. 18

2.9 Definisi operasional ......................................................................... 19

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN............................................................... 21

3.1 Desain Penelitian ............................................................................. 21

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 21

3.3 Populasi dan Subyek penelitian ....................................................... 21

3.3.1 Populasi Target............................................................................ 21

3.3.2 Populasi Terjangkau .................................................................... 21

3.3.3 Sampel ......................................................................................... 21

3.3.4 Besar Sampel ............................................................................... 21

3.3.5 Cara Pengambilan Sampel .......................................................... 23

3.3.6 Kriteria Sampel ........................................................................... 23

3.4 Cara Kerja Penelitian ....................................................................... 23

3.5 Prosedur intervensi .......................................................................... 23

3.6 Alur Penelitian ................................................................................. 25

3.7 Menegemen Data ............................................................................. 26

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 27

4.1 Deskripsi hasil penelitian ................................................................. 27

4.1.1 Karakteristik sampel.................................................................... 27

4.1.2 Sajian Data Penelitian ................................................................. 28

4.2 Pembahasan ..................................................................................... 31

4.2.1 Karakteristik subyek penelitian penelitian .................................. 31

4.2.2 Gambaran rata-rata kadar VO2 Maks subyek penelitian sebelum

dan setelah melakukan latihan aerobik ............................................ 32

4.2.3 Perbedaan rata-rata kadar VO2 Maks subyek penelitian sebelum

dan seteah melakukan latihan aerobik ............................................. 33

4.3 Keterbatasan penelitian .................................................................... 34

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 35

5.1 Simpulan ........................................................................................... 35

5.2 Saran ................................................................................................ 35

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 36

LAMPIRAN ..................................................................................................... 38

xi

DAFTAR TABEL

Tabel ‎2.1 Karatkteristik Serat Otot Rangka ............................................................ 9

Tabel ‎2.2 Fungsi Otot selama berjalan .................................................................. 10

Tabel ‎2.3 Kategori VO2 Maks .............................................................................. 15

Tabel ‎2.4 Klasifikasi Intensitas Latihan Fisik Berdasarkan Mets dan Tingkat

Kebugaran ............................................................................................................. 17

Tabel ‎2.5 Nilai MET Pada Aktifitas Fisik dan Olahraga ...................................... 17

Tabel ‎4.1 Distribusi Subyek penelitian Berdasarkan Usia .................................... 27

Tabel ‎4.2 Distribusi Subyek penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin .................... 27

Tabel ‎4.3 Distribusi Subyek penelitian Berdasarkan IMT .................................... 28

Tabel ‎4.4 Gambaran Hasil Uji 6MWT .................................................................. 29

Tabel ‎4.5 Gambaran Kadar VO2 Maks Subyek penelitian ................................... 29

Tabel ‎4.6 Gambaran METs Subyek Penelitian ..................................................... 29

Tabel ‎4.7 Uji Normalitas ....................................................................................... 30

Tabel ‎4.8 Distribusi Perbedaan Rata-Rata kadar VO2 Maks Subyek penelitian

sebelum dan setelah dilakukan intervensi latihan aerobik .................................... 31

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar ‎2.2.1. Adaptasi sistem kardiovaskular dengan latihan aerobik terhadap

peningkatan suplai oksigen ke otot ............................................... 5

Gambar ‎2.3.1. Struktur otot rangka ......................................................................... 7

Gambar ‎2.3.2. Eksitasi-kontraksi dan relaksasi otot ............................................... 8

Gambar ‎2.4.1. Siklus berjalan ............................................................................... 10

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan .......................................................................... 38

Lampiran 2 Rekapitulasi statistik penelitian ........................................................ 40

Lampiran 3 Dokumentasi penelitian .................................................................... 44

Lampiran 4 Daftar riwayat Hidup ........................................................................ 45

1

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebugaran fisik adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan organ-

organ tubuh dalam batas fisiologis terhadap keadaan lingkungan. Seseorang

dengan jasmani yang bugar dapat melakukan kerja fisik dengan cara yang cukup

efisien tanpa lelah secara berlebihan. Orang yang bugar dapat melakukan

kegiatan-kegiatan lain yang bersifat rekreatif dan telah mengalami pemulihan

yang sempurna sebelum datangnya tugas yang sama esok harinya.1

Kebugaran fisik dapat diukur dari berbagai aspek, salah satunya ialah

ketahanan atau endurance. Untuk menilai ketahanan seseorang, indikator yang

baik digunakan ialah konsumsi oksigen maksimal (VO2 Maks). VO2 Maks

menandakan seberapa mampu orang tersebut menggunakan oksigen untuk

menghasilkan energi dalam proses aerob sehingga tidak menimbulkan kelelahan.2

Kebugaran fisik dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu faktor penting

yang mempengaruhi adalah latihan fisik atau olahraga. Pola hidup termasuk pola

makan dan istirahat juga merupakan faktor yang berperan.3 Seorang mahasiswa

kedokteran hendaknya memiliki fisik yang bugar agar dapat melakukan segala

aktifitasnya dengan baik.

Untuk meningkatkan kebugaran fisik maka diperlukan latihan fisik yang

baik. Latihan fisik ditinjau dari penggunaan oksigen terbagi dua, latihan fisik

aerobik dan bukan aerobik (anaerob). Latihan aerobik merupakan aktifitas

olahraga dengan intensitas rendah hingga sedang yang dilakukan secara terus

menerus, seperti : Jalan kaki, Lari, Bersepeda, dan Jogging. Sedangkan latihan

bukan aerobik merupakan latihan dengan intensitas tinggi dalam waktu singkat,

seperti lari sprint dan angkat beban.4

Latihan fisik aerobik menggunakan oksigen untuk membantu proses

pembakaran sumber energi, sehingga menghasilkan jumlah energi yang lebih

banyak serta tidak menghasilkan asam laktat sebagai hasil sampingan yang dapat

menimbulkan kelelahan.4

Dalam penelitian Purwanto (2011) didapatkan bahwa untuk mencapai

peningkatan kebugaran fisik maka dibutuhkan latihan aerobik 3 sampai 5 kali

2

perminggu dengan durasi 25-30 menit setiap latihannya. untuk memberikan hasil,

latihan fisik dilakukan minimal selama 6-8 minggu dan pengaruhnya akan hilang

setelah 4-6 minggu setelah latihan dihentikan.5

Sophie Yolanda (2010) pada penelitiannya yang dilakukan pada mahasiswa

kedokteran menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kadar VO2 Maks rata-rata

dari 31,63 ml/kgbb/menit menjadi 35,27 ml/kgbb/menit atau sebanyak 3,64 poin

setelah melakukan latihan aerobik rutin 1 jam sehari dengan frekuensi 2 kali

seminggu selama 8 minggu.6

Oleh karena itu, peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh latihan aerobik

tehadap peningkatan VO2 Maks jika dilakukan pada mahasiswa kedokteran UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah latihan Aerobik dapat meningkatkan kadar VO2 Maks mahasiswa

Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2017 ?

1.3 Hipotesis

Terdapat peningkatan VO2 Maks pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

(FK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2017 setelah melakukan latihan

aerobik.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana Pengaruh latihan Aerobik terhadap VO2

Maks mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

angkatan 2017.

1.4.2 Tujuan Khusus

- Mengetahui tingkat kebugaran mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2017 yang diukur dengan penilaian

VO2 Maks.

- Mengetahui gambaran VO2 Maks mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2017 baik sebelum maupun

setelah melakukan latihan aerobik.

3

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Penelitian bagi Peneliti

1. Menerapkan ilmu dan mengasah kemampuan analisis diri dalam bidang

penelitian.

2. Menjadi salah satu bentuk perwujudan penelitian dalam melaksanakan

kewajiban mahasiswa Tri Dharma Perguruan Tinggi.

3. Menambah khazanah ilmu pengetahuan.

1.5.2 Manfaat Penelitian bagi Perguruan Tinggi

1. Menambah referensi penelitian di FK UIN syarif Hidayatullah Jakarta di

bidang Kedokteran.

2. Memberikan gambaran terhadap tingkat kebugaran mahasiswa Fakultas

Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2017.

3. Dapat dijadikan landasan menganai pentingnya latihan fisik terhadap

kebugaran mahasiswa UIN syarif Hidayatullah Jakarta.

4

2 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Latihan fisik

Latihan fisik adalah proses mengembangkan kemampuan aktifitas gerak

jasmani yang dilakukan secara sistematis dan ditingkatkan secara progresif untuk

mempertahankan atau meningkatkan derajat kebugaran fisik agar tercapai

kemampuan kerja fisik yang optimal.7

2.2 Jenis latihan fisik

2.2.1 Aerobik

Latihan aerobik merupakan suatu sistem latihan fisik yang bertujuan untuk

meningkatkan pemasukan dan efisiensi pemasukan oksigen kedalam jaringan

tubuh. Latihan aerobik bergantung pada ketersediaan oksigen untuk melakukan

metabolisme pembentukan energi.4

Manfaat dan kegunaan

Latihan aerobik menjadi salah satu aktifitas fisik yang lumayan mudah

dilakukan dan memiliki pengaruh dalam menjaga kebugaran fisik. Latihan aerobik

menggunakan oksigen sebagai sumber utama energinya sehingga latihan aerobik

termasuk dalam latihan yang memiliki intensitas rendah namun berlangsung

secara kontinu. Yang termasuk latihan aerobik adalah senam aerobik, bersepeda,

jalan cepat, lari maraton.

Latihan aerobik berpengaruh dalam meningkatkan kinerja dari sistem kardio

vaskuler, respirasi, dan muskuloskeletal. Ketiga sistem tersebut sangat menunjang

kebuguran fisik seseorang.

Sebagai gambaran bagaimana pengaruh latihan aerobik terhadap adaptasi

sistem kardiovaskular dalam meningkatkan suplai oksigen ke otot rangka lihat

padaGambar 2.2.1.8

Metabolisme aerob

Sistem metabolisme energi pada latihan aerobik menggunakan oksigen

sebagai bahan untuk menguraikan glikogen/glukosa menjadi CO2 dan H2O

melalui siklus kreb dan sistem transport elektron. Glikogen ataupun glukosa

diuraikan menjadi asam piruvat dan dengan adanya O2 maka asam laktat tidak

menumpuk sehingga tidak menyebabkan kelelahan seperti metabolisme anaerob.4

5

Reaksi aerobik terjadi dalam sel otot tepatnya pada organel mitokondria.

ATP yang dihasilkan dari metabolisme aerob lebih lambat dari sistem anaerob,

tapi produksi ATP jauh lebih besar. Pemecahan 1 molekul glukosa pada keadaan

oksigen cukup dapat menghasilkan 32 ATP, sedangkan pada metabolisme anaerob

hanya menghasilkan 2 ATP.

Gambar 2.2.1. Adaptasi sistem kardiovaskular dengan latihan aerobik

terhadap peningkatan suplai oksigen ke otot

2.2.2 Latihan anaerobik

Latihan anaerobik adalah serangkaian aktivitas fisik yang tidak

membutuhkan oksigen dalam melakukan kerjanya. Latihan anaerobik biasanya

digunakan dalam meningkatkan ketahanan utamanya dalam peningkatan kekuatan

dan massa otot.9

Metabolisme anaerob

Aktivitas latihan anaerob menghasilkan adenosin trifosfat (ATP)

dari dua sistem, yaitu sistem ATP kreatinin fosfat (ATP CP) dan sistem

asam laktat. Sistem ATP-CP digunakan dalam menggerakkan otot selama

6-8 detik, seperti pada sprint 100 meter, angkat besi dan tolak peluru.

Energi yang dihasilkan bersumber dari pemecahan ATP dan kreatinnin

fosfat yang terdapat pada otot rangka.

6

Sistem asam laktat biasa juga dikenal dengan glikolisis anaerob

dimana terjadi pemecahan glikogen menjadi asam piruvat dan asam laktat

serta energi. Energi yang dihasilkan hanya dapat bertahan selama 2-3

menit saja, hal ini disebabkan karena asam laktat yang tertimbun akan

menyebabkan kelelahan dan juga cadangan glikogen akan cepat

berkurang. Glikolisis anaerob digunakan dalam olahraga intensitas tinggi

seperti lari sprint 200-800 meter dan renang gaya bebas 100 meter.10

2.3 Fisiologi olahraga

2.3.1 Struktur otot rangka

Otot rangka terdiri dari sejumlah serat otot yang disatukan oleh jaringan

ikat. Sel otot rangka memiliki banyak nukleus dan organel mitokondria,

mitokondria pada otot rangka sangat berfungsi dalam pembentukan energi dimana

otot rangka membutuhkan energi yang banyak dalam bekerja.

Pada Gambar 2.3.1 dijelaskan mengenai serat otot rangka yang terdiri dari

miofibril yang merupakan elemen kontraktil pada otot, myofibril tersusun atas

Sitoskeleton-filamen tipis tebal yang tertata rapi. Struktur ini terbentuk dari

protein aktin dan miosin.11

ketika otot berkontraksi maka filamen tipis di kedua sisi sarkomer bergeser

ke arah dalam terhadap filamen tebal menuju ke pusat pita A. Hal ini disebabkan

oleh mengikatnya protein aktin terhadap kepala myosin yang menghasilkan

gerakan kayuhan bertenaga.

Untuk melakukan kontraksi otot membutuhkan kalsium agar protein aktin-

miosin dapat bertemu dan membentuk jembatan silang, sedangkan untuk

melakukan kayuhan bertenaga maka dibutuhkan adenosin trifosfat (ATP) yang

kemudian diubah menjadi adenosin difosfat (ADP) dan fosfat inorganik (Pi).

Secara rinci dapat dilihat pada Gambar 2.3.2.4

2.3.2 Tipe serat otot rangka

Tipe serat otot dapat diklasifikasikan berdasarkan kapasitas biokimia yang

dimilikinya. Terdapat 3 jenis serat otot :

Serat slow-oxidative (tipe I)

Serat fast-oxydatif (tipe IIa)

Serat fast-glycolytic (tipe IIx)

7

Gambar 2.3.1. Struktur otot rangka

8

Gambar 2.3.2. Eksitasi-kontraksi dan relaksasi otot

Dari pembagian ini ada 2 perbedaan besar, yaitu mengenai kecepatan

kontraksinya (cepat atau lambat) dan proses enzimatik yang dominan pada serat

tersebut dalam menghasilkan energi (oksidatif atau glikolitik). Untuk perbedaanya

secara rinci dapat dilihat pada Tabel ‎2.1.4

9

Tabel 2.1 Karatkteristik Serat Otot Rangka

Karakteristik Lambat-oksidatif

(Tipe I)

Cepat-oksidatif

(tipe IIa)

Cepat-glikolitik

(tipe IIx)

Aktivitas Myosin-

ATPase

Rendah Tinggi Tinggi

Kecepatan kontraksi Lambat Cepat Cepat

Ketahanan terhadap

kelelahan

Tinggi Sedang Rendah

Kapasitas posfolirasi

oksidatif

Tinggi Tinggi Rendah

Enzim glikolisis

anaerob

Rendah Sedang Tinggi

Mitokondria Banyak Banyak Sedikit

Kapiler Banyak Banyak Sedikit

Kandungan

myoglobin

Tinggi Tinggi Rendah

Warna serat Merah Merah Putih

Kandungan glikogen Rendah Sedang Tinggi

2.4 Kinesiologi dan Biomekanika berjalan

Berjalan merupakan suatu fungsi yang dilakukan oleh ekstremitas bawah.

Pada saat berjalan, ekstremitas bawah melakukan gerakan-gerakan yang

kompleks, terdiri dari sikap berdiri (stance) dan fase mengayun (swing). Siklus

berjalan terdiri dari satu siklus mengayun dan berdiri dengan satu ekstremitas.

Fase berdiri dimulai dengan tumit menyentuh lantai (heel strike), ketika tumit

membentur lantai dan mulai menanggung berat penuh tubuh (respon beban), dan

berakhir dengan dorongan dari kaki depan (plantarfleksi). Fase mengayun dimulai

setelah dorongan ketika jari kaki meninggalkan lantai dan berakhir ketika tumit

menyentuh lantai. Saat berjalan, fase berdiri mencakup 60% dan fase mengayun

40%, hal ini disebabkan oleh adanya periode topang ganda (double support). Pada

saat berlari tidak ada periode topang ganda sehingga persentasi dari fase berdiri

10

lebih singkat daripada ketika berjalan. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada

Gambar 2.4.1.12,13

Gambar 2.4.1. Siklus berjalan

berjalan merupakan aktivitas yang sangat efisien yang mengambil manfaat

dari gravitasi dan momentum sehingga meminimalisir gerak fisik yang

diperlukan. Secara garis besar keadaan yang terjadi saat berjalan ialah rotasi

pelvis, pemiringan pelvis, fleksi dari lutut, pergerakan pada ankle dan knee, serta

pergerakan pelvis ke lateral. Untuk penjelasan mengenai mekanisme dari setiap

fase dan periode pada siklus berjalan beserta kelompok atot yang berperan dapat

dilihat pada tabel 2.2 berikut.12,13

11

Tabel 2.2 Fungsi Otot selama berjalan

FA

SE

BE

RD

IRI

Fase

Berjalan

Tujuan Mekanis Kelompok Otot Aktiv Contoh

Benturan

tumit

(kontak

awal)

Kaki depan bawah

kelantai

Dorsofleksor(kontraksi

eksentrik)

M. Tibialis

anterior

Terus deselerasi Ekstensor panggul M. Gluteus

Maksimus

Mempertahankan

arcus

longitudinalis

pedis

Otot instrinsik kaki M. Flexor

digitorum brevis

Tendon panjang kaki M. Tibialis

anterior

Respon

loading

(menapak)

Menerima berat Ekstensor lutut M. Quadriceps

Deselerasi massa

(dorsofleksi

lambat)

Plantarfleksor

pergelangan kaki

M. Triceps surae

Menstabilkan

pelvis

Abduktor panggul M. Gluteus

medius dan

minimus, tensor

fascia lata

Mempertahankan

arcus

longitudinalis

pedis

Otot instrinsik kaki M. Flexor

digitorum brevis

Tendon panjang kaki M. Tibialis

posterior; fleksor

panjang kaki

Pertengahan

siklus

berjalan

Menstabilkan lutut Ekstensor lutut M. Quadriceps

Mengontrol

dorsifleksi

(mempertahankan

momentum)

Plantarfleksor

pergelangan kaki

Kontraksi soleus

Menstabilkan

pelvis

Abduktor panggul M. Gluteus

medius dan

minimus, tensor

fascia lata

Mempertahankan

arcus

longitudinalis

pedis

Otot instrinsik kaki M. Flexor

digitorum brevis

Tendon panjang kaki M. Tibialis

posterior; fleksor

digitorum longus

Akhir sikap

berjalan

(tumit lepas

landas)

Mempercepat

massa

Plantarfleksor

pergelangan kaki

M. Triceps surae

Menstabilkan

pelvis

Abduktor panggul M. Gluteus

medius dan

minimus, tensor

fascia lata

Mempertahankan

arcus pedis; fiksasi

kaki depan

Otot instrinsik kaki M. Adductor

hallucis

Tendon panjang kaki M. Tibialis

12

posterior; m.

Flexor digitorum

longus

FA

SE

ME

NG

AY

UN

Jari diangkat Mempercepat

massa;

mempertahankan

arcus pedis;

memfiksasi kaki

depan

Fleksor panjang jari;

otot 12ontrol12c kaki

M. Flexor

hallucis longus;

m. Flexor

digitorum

longus; m.

Adductor

hallucis

Tendon panjang kaki M. Tibialis

posterior; m.

Flexor digitorum

longus

Mendeselerasi

paha; bersiap

untuk mengayun

Flexor panggul

(kontraksi eksentrik)

M. Illiopsoas; m.

Rectus femuris

Ayunan awal Mempercepat

paha; irama

bervariasi

Flexor panggul

(kontraksi eksentrik)

M. Illiopsoas; m.

Rectus femuris

Kaki bebas Dorsofleksi

pergelangan kaki

M. Tibialis

anterior

Pertengahan

ayunan

Kaki bebas Dorsofleksi

pergelangan kaki

M. Tibialis

anterior

Akhir

ayunan

Deselerasi paha Ekstensor panggul

(kontraksi eksentrik)

M. Gluteus

Maksimus;

hamstring

Deselerai tungkai Flexor lutut (kontraksi

eksentrik)

Hamstring

Posisi kaki Dorsofleksi

pergelangan kaki

M. Tibialis

posterior

Ekstensikan lutut

untuk

menempatkan kaki

(12ontrol

langkah);

persiapan untuk

kontak

Ekstensor lutut M. Quadriceps

2.5 Kebugaran fisik

Kebugaran fisik adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan alat-alat

tubuh dalam batas-batas fisiologis terhadap keadaan lingkungan serta kerja fisik

dengan cara yang cukup efisien tanpa lelah secara berlebihan. Kebugaran fisik

yang berhubungan dengan kesehatan secara khas didefinisikan mencakup

ketahanan kardiorespiratorik, komposisi tubuh, ketahanan dan kekuatan otot, serta

13

kelenturan. Meskipun demikian, seseorang belum tentu memiliki semua elemen

kebugaran yang baik, misalnya seseorang memiliki kekuatan dan ketahan otot

namun kurang dalam kelenturan.

Kondisi kebugaran fisik seseorang dipengaruhi juga oleh berbagai faktor,

yaitu umur, jenis kelamin, kegiatan fisik, genetik, serta faktor lainnya (kebiasaan

merokok, nutrisi, istirahat, lingkungan dan latihan/olahraga). Untuk mendapatkan

kondisi kebugaran fisik yang baik maka semua komponen kebugaran harus

ditingkatkan ataupun dipertahankan. Adapun komponen tersebut. 2

Strenght (kekuatan otot)

Komponen kompetensi fisik tentang kemampuan menggunakan otot-otot

dalam menerima beban saat melakukan kerja. Latihan yang sesuai untuk

meningkatkan komponen ini adalah latihan tahanan (resistance exercise).

Terdapat 3 jenis latihan tahanan: 7

- Kontraksi isometrik atau kontraksi statik, dimana terdapat kontraksi

sekelompok otot dalam mengangkat atau mendorong beban yang tidak

bergerak dengan tanpa menggerakkan tubuh dan panjang otot tidak berubah.

- Kontraksi isotonik atau kontraksi dinamik, yaitu kontraksi sekelompok otot

dengan cara memanjang atau memendek saat tensi diberikan. Contohnya

ialah latihan angkat barbel, yang paling populer ialah dengan program

weight training.

- Kontraksi isokinetik, yaitu otot mendapat tahanan yang sama melalui

seluruh ruang geraknya sehingga otot bekerja secara maksimal pada setiap

sudut ruang gerak sendinya.

Daya tahan (endurance)

Daya tahan merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan ototnya

secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu. Daya

tahan terbagi atas : 2

7

- Daya tahan otot (muscle endurance), sangat ditentukan dan berhubungan

dengan kekuatan otot. Dalam melatihnya, teknik isotonik dan isometrik

harus dilatih dengan beban yang lebih rendah dan pengulangan lebih sering

dari pada latihan penguatan otot.

14

- Daya tahan jantung-pernapasan-pembuluh darah (respiratory-

cardiovascular endurance), daya tahan ini didapatkan dengan peningkatan

VO2 Maks dan ambang anaerob. Bentuk latihannya dapat berupa latihan

aerobik ataupun latihan anaerob dengan interval istirahat.

Kelenturan (flexibility).

Kelenturan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerak dengan

ruang gerak seluas-luasnya dalam persendiannya. Dipengaruhi oleh elastisitas

tendon, otot dan ligamen. Kelenturan dapat dikembangkan melalui latihan

peregangan (streaching) baik yang dinamik maupun peregangan statik.

Massa tubuh

Massa tubuh yang sehat mengarah kepada kadar lemak dan massa bebas

lainnya (otot, tulang, cairan) yang proporsional. Orang yang sehat memiliki

proporsi lemak dan massa lain dalam tubuhnya yang baik dan cenderung massa

lemak lebih sedikit, sesuai dengan jenis kelamin dan usianya. Orang yang

memiliki berat badan berlebih rentan mengalami gangguan kesehatan, diantaranya

ialah penyakit jantung, diabetes, hiperlipidemi, hiperkolesterolemia, gangguan

muskuloskeletal dan lainnya.14

2.6 Konsumsi O2 Maksimal (VO2 Maks)

Konsumsi O2 Maksimal (VO2 Maks) yaitu volume maksimal O2 yang

dapat digunakan seseorang per menit untuk mengoksidasi molekul nutrien untuk

menghasilkan energi. VO2 Maks merupakan prediktor terbaik dalam menentukan

kapasitas kerja seseorang.2

Pada saat melakukan kerja ataupun latihan maka tubuh membutuhkan

oksigen dan kebutuhan ini meningkat seiring dengan peningkatan intensitas

latihan, semakin tinggi intensitas latihan yang dilakukan maka semakin besar pula

jumlah oksigen yang dibutuhkan. Kemampuan memenuhi suplai oksigen ke

jaringan berbeda tiap individu sesuai dengan usia, jenis kelamin, kebiasaan

aktivitas, dan genetik seseorang. VO2 Maks merupakan salah satu pengukuran

untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas, seberapa

intens dan seberapa lama ia dapat melakukan kerja.14

Latihan Aerobik yang rutin dapat meningkatkan VO2 Maks seseorang yang

menggambarkan adanya peningkatan ketahanan respiratori setelah latihan.

15

Seseorang dengan VO2 Maks yang tinggi akan memiliki kemampuan melakukan

aktifitas fisik yang lebih tahan lama hingga mencapai kelelahan.

VO2 Maks diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan, mulai dari Sangat

Kurang (SK), Kurang (K), Sedang (S), Baik (B), dan Sangat Baik (SB). Untuk

penilaiannya dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut :

Tabel 2.3 Kategori VO2 Maks

No Kategori Tingkat Konsumsi

1 Kategori I Sangat kurang

(SK)

Konsumsi Oksigen

Kurang dari 28

ml/kgBB/menit

2 Kategori II Kurang (K) Konsumsi Oksigen antara

28,1 s/d 34

ml/kgBB/menit

3 Kategori III Sedang (S) Konsumsi Oksigen antara

34,1 s/d 42

ml/kgBB/menit

4 Kategori IV Baik (B) Konsumsi Oksigen antara

42,1 s/d 52

ml/kgBB/menit

5 Kategori V Sangat Baik (SB) Konsumsi Oksigen lebih

dari 52 ml/kgBB/menit

2.6.1 Pengukuran VO2 Maks

Uji latih six minute walking test (6MWT)

Perhitungan VO2 Maks dapat dilakukan dengan Uji latih 6MWT. Cara

pengukurannya cukup sederhana hanya dengan berjalan kaki selama 6 menit dan

mengukur jarak yang dapat ditempuh dalam waktu tersebut. Untuk mengukur

jarak tempuh dapat menggunakan treadmill ataupun lintasan yang sudah diukur

jaraknya dan diberi tanda. Setelah mendapatkan jarak tempuh maka dapat diukur

nilai taksiran VO2 Maks dengan persamaan: 0,053 (jarak) + 0,022 (usia) + 0,032

(tinggi badan) – 0,164 (berat badan) – 2,287 – 2,228 (jika perempuan), setelah itu

16

hasilnya dimasukkan dalam tabel klasifikasi kategori tingkat kebugaran (VO2

Maks). 15,16

Uji latih 6MWT dapat dilakukan di dalam gedung, seperti pada koridor

yang sepi orang berlalu lalang, jika cuaca baik dapat pula dilakukan di luar

ruangan. Lintasan yang digunakan sepanjang 20-50 meter (biasanya 30 meter),

pada kedua ujung lintasan diberi tanda (bisa dengan traffic cone) dan pada

sepanjang lintasan diberi tanda setiap 3 meter. Saat uji latih dimulai maka subyek

latih akan mulai berjalan hingga akhir lintasan dan berputar melewati tanda yang

telah diberikan tanpa berhenti berjalan dan melanjutkan ke putaran selanjutnya

hingga waktu habis (6 menit). Setelah waktu habis maka subyek latih akan

berhenti ditempat dan penguji menghitung jumlah putaran yang dijalani serta

jarak yang ditempuh pada putaran terakhir. Sebagai contoh : pada lintasan 30

meter seseorang subyek latih dapat menempuh 9 putaran lengkap dan pada

putaran ke-10 hanya sampai 15 meter maka akan ditulis 9 lap + 15 meter (555

m).17,18

Sebelum melakukan uji latih, subyek latih telah diberi pengarahan

bagaimana cara berjalan pada lintasan dan cara yang benar untuk berputar diujung

lintasan, subyek latih juga diberitahu untuk jalan sejauh mungkin yang dia mampu

selama 6 menit dan dapat beristirahat ditengah uji latih jika memang dibutuhkan.

2.6.2 Metabolic equivalent of task (METs)

Metabolik ekuivalen merupakan suatu bentuk pengukuran intensitas suatu

latihan. MET menggambarkan jumlah kalori ataupun penggunaan oksigen saat

istirahat. Nilai MET pada orang dewasa ialah 3,5 ml/O2/kgbb/menit atau 1

kkal/kgbb/jam. Suatu intensitas latihan yang diukur menggunakan MET

menggambarkan kelipatan pengeluaran energi pada latihan tersebut jika

dibandingkan dengan keadaan istirahat (1 MET). Sebagai gambaran, latihan

dengan 5 MET berarti membutuhkan 5 x 3.5 ml/kgbb/menit. 8,19

Untuk perhitungan intensitas latihan yang diukur dari konsumsi oksigen

(ml/kgbb/menit) dapat dibuah dalam satuan MET dengan membaginya dengan 3.5

ml/kgbb/menit. Sebagai contoh : seseorang yang melakukan aktifitas/latihan

dengan konsumsi oksigen 29 ml/kgbb/menit maka nilai MET pada latihan tersebut

ialah 29 ml/kgbb/menit : 3.5 ml/kgBB/menit = 8,3 METs.

17

Dalam menentukan penggolongan intensitas latihan dengan MET nilainya

dapat berbeda sesuai dengan VO2 Maks yang dimiliki oleh seseorang. Nilai

rujukannya dapat dilihat pada Tabel 2.4.19

Tabel 2.4 Klasifikasi Intensitas Latihan Fisik Berdasarkan Mets dan

Tingkat Kebugaran

Intensitas 12 MET VO2

Maks

10 MET VO2

Maks

8 MET VO2

Maks

6 MET VO2

Maks

Sangat ringan <3,2 < 2,8 < 2,4 < 2.0

Ringan 3,2 – 5,3 2,8 – 4,5 2,4 – 3,7 2,0 – 3,0

Sedang 5,4-7,5 4,6 – 6,3 3,8 – 5,1 3,1 – 4,0

Berat 7,6-10,2 6,4 – 8,6 5,2-6,9 4,1-5,2

Sangat berat >10,2 >8,7 >7,0 >5.3

Maksimal 12 10 8 6

Dari tabel diatas kita dapat mengetahui bagaimana intensitas latihan yang

butuhkan seseorang sesuai dengan tingkat VO2 Maks yang dimilikinya. Misalnya

seseorang dengan VO2 Maks 28 ml/kgbb/menit (8 MET) maka untuk latihan

dengan intensitas sedang maka ia latihan dengan nilai 3,8-5,1 MET. Untuk

rujukan nilai MET berjalan dan berlari dapat dilihat pada Tabel 2.5.19

Tabel 2.5 Nilai MET Pada Aktifitas Fisik dan Olahraga

Aktivitas Nilai MET

Berjalan (3,2 km/jam) 2,5

Berjalan (4,0 km/jam) 3,0

Berjalan (4,8 km/jam) 3,3

Berjalan (5,6 km/jam) 3,8

Berjalan (6,4 km/jam) 5,0

Berlari (8,1 km/jam) 8,0

Berlari (9,7 km/jam) 10,0

Berlari (10,8 km/jam) 11,0

Berlari (12,1 km/jam) 12,0

Berlari (13,8 km/jam) 14,0

Berlari (16,1 km/jam) 16,0

18

2.7 Kerangka Teori

Latihan Fisik

Aerobik Non - Aerobik

Intensitas tinggi

Dalam waktu singkat Intensitas cukup rendah

Waktu cukup lama

Bergantung pada

glikolisis anerob

& energi

cadangan otot

Glikosa

Asam piruvat

Asam laktat

Tanpa O2

Kelelahan otot

Adaptasi fisiologi tubuh

respirasi kardiovaskular

↑ volume

Diastolik

akhir

↑ isi

sekuncup

↑ kardiak output

maksimal

Aliran darah perifer

Lebih optimal

↑ ventilasi

alveolar

↑ ambilan

oksigen

↑ suplai oksigen

Pada otot

otot ↑ jumlah dan ukuran

mitokondria

Serat otot

Slow twitch > fast twitch

↑ ketahanan

melakukan

Kerja (endurance)

Pembentukan

energi

Secara aerobik ↑

↑ kapasitas aerobik

↑ VO2 maks

↑ eliminasi

karbondioksi

da

19

2.8 Kerangka Konsep

Mahasiswa Fakultas Kedokteran

UIN angkatan 2017

Latihan aerobik berupa jalan

selama 30 menit, 3 sampai 5 kali

seminggu sebanyak 16 kali latihan

Adaptasi fisiologis tubuh

Peningkatan kebugaran fisik

Konsumsi O2 Maksimal

(VO2 Maks) ↑

↑ Daya Tahan (endurance)

20

2.9 Definisi operasional

No Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Cara Pengukuran

Skala

pengukuran

1 Konsumsi O2

Maksimal

(VO2 Maks)

Jumlah maksimal

oksigen yang

dapat dikonsumsi

saat melakukan

kegiatan/latihan

fisik Yang dinilai

dengan uji latih

6MWT (nilai

prediksi).

Jarak

(meter),

waktu

(Stopwatch)

Subyek penelitian

penelitian berjalan

kaki dan diukur jarak

yang dapat tempuh

dalam waktu 6 menit

(Uji Latih 6MWT).

Lalu di masukkan

dalam persamaan

0,053 (jarak) + 0,022

(usia) + 0,032 (tinggi

badan) – 0,164 (berat

badan) – 2,287 –

2,228 (jika

perempuan).

Interval

2 Latihan Fisik

Aerobik

Latihan fisik

dengan intensitas

rendah hingga

sedang dengan

menggunakan

oksigen dalam

proses

pembentukan

energi.

Visual Subyek penelitian

melakukan jalan kaki

selama 30 menit, 3

sampai 5 kali

seminggu sebanyak

16 kali latihan

Nominal

3. Six minute

walking test

Uji latih berjalan

pada lintasan

yang terukur

selama 6 menit.

Jarak (meter)

Waktu (

menit)

Subjek uji berjalan

pada lintasan yang

dapat diukur jaraknya

selama 6 menit.

Rasio

4. Berjalan kaki Melangkahkan

kaki bergerak

maju pada

lintasan datar

sedikit menuruni

tangga dengan

kecepatan ± 4,2

km/jam.

Visual Subyek penelitian

berjalan mengelilingi

lintasan yang telah

ditentukan peneliti

Nominal

21

3 BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik experimental dengan

menggunakan model one group pretest posttest design. Peneliti memberikan

intervensi berupa latihan aerobik kepada satu kelompok dengan mengukur kadar

VO2 Maks subyek penelitian sebelum dan setelah perlakuan.

Penelitian dalam bentuk gambar adalah sebagai berikut:

Keterangan:

T1 : Tes awal

T2 : Tes akhir

L : Latihan/Perlakuan

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kampus FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

pada bulan Maret hingga Mei 2018.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Target

Mahasiswa Fakultas Kedokteran seluruh Indonesia.

3.3.2 Populasi Terjangkau

Mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan

2017.

3.3.3 Sampel

Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi lalu dipilih secara acak menggunakan aplikasi Microsof Excel sesuai

jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian.

3.3.4 Besar Sampel

Perhitungan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus besar

sampel untuk diagnostik (komparatif numerik berpasangan pengukuran dua kali

pengukuran). Rumusnya sebagai berikut :

([ ]

)

T1 L T2

22

([ ]

)

n = 16,10

keterangan:

n = jumlah sampel

Alpha (α) = kesalahan tipe I

= Nilai standar dari α

(β) = kesalahan tipe II

= Nilai standar dari β

= Simpang selisih

X1-X2 = selisih rata-rata minimal

Nilai S (simpang selisih) diambil berdasarkan kepustakaan dari penelitian

sebelumnya, yaitu penelitian Sophie Yolanda:2010 nilai S adalah 4,81. Untuk

nilai X1-X2, Alpha, dan Beta ditentukan oleh peneliti. Nilai X1-X2 yang

digunakan peneliti adalah 3,5, untuk nilai Alpha 5% dan Beta 10%. Nilai Zα dan

Zβ diambil dari nilai Z kurva normal. Untuk α = 5% maka nilai Zα adalah 1,64

dan untuk β = 10% maka nilai Zβ = 1,28. Setelah dimasukkan pada rumus diatas

didapatkan jumlah sampel minimal yang harus didapatkan pada penelitian ini

adalah sebanyak 16 orang. 6,20

Untuk mengatasi adanya sampel yang drop out selama penelitian maka

diadakan penambahan jumlah sampel dengan rumus :

Keterangan:

n: besar sampel yang dihitung

f: perkiraan proporsi drop out

Dengan mempertimbangkan perkiraan subjek yang drop out sebesar 20%

maka nilai f=0,2 dan didapatkan jumlah sampel sebagai berikut:

Berdasarkan hasil tersebut maka jumlah sampel minimal yang mengikuti

penelitian ini sebanyak 20 orang mahasiswa.

23

3.3.5 Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel pada peneilitian ini dilakukan dengan cara

simple random sampling dengan menggunakan Microsoft Excel.

3.3.6 Kriteria Sampel

A. Kriteria inklusi

1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta angkatan 2017.

B. Kriteria eksklusi

1. Tidak dapat mengikuti perlakuan ditandai dengan kelelahan yang

berat.

2. mahasiswa dengan aktifitas fisik/olahraga rutin.

3. mahasiswa yang memiliki penyakit Asma

4. mahasiswa dengan riwayat Vertigo

5. mahasiswa dengan riwayat kelainan/penyakit jantung

6. responden yang tidak mengikuti prosedur latihan sebanyak 3 kali

berturut turut.

3.4 Cara Kerja Penelitian

1. Peneliti menggunakan kuesioner untuk skrining menentukan populasi

yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

2. Melakukan random sampling pada populasi yang memenuhi kriteria

eksklusi dan inklusi sesuai jumlah sample yang dibutuhkan

3. Memberikan lembar formulir persetujuan terhadap subyek penelitian.

4. Melakukan penilaian awal sebelum perlakuan dengan penilaian VO2

Maks subyek penelitian menggunakan uji latih 6MWT.

5. Subyek penelitian menjalani perlakuan berupa latihan aerobik berjalan

kaki dengan durasi 30 menit perhari, frekuensi 3 sampai 5 kali seminggu

sebanyak 16 kali latihan

6. Melakukan penilaian VO2 Maks subyek penelitian dengan uji latih

6MWT setelah seluruh latihan telah selesai.

7. Peneliti melakukan olah data dan analisis data.

3.5 Prosedur intervensi

Menentukan sampel penelitian

24

Peneliti melakukan screening pada mahasiswa FK UIN Syarif

Hidayatullah angkatan 2017.

Setelah mendapatkan hasil yang memenuhi kriteria inklusi dan

ekslusi dilakukan random sampling dengan aplikasi Ms. Excel

untuk mengambil sampel sesuai kebutuhan.

Calon sampel diberikan informasi mengenai prosedur

penelitian dan intervensi lalu diminta mengisi formulir

informconsent.

Melakukan pretest

Peneliti melakukan uji latih 6MWT pada semua sampel.

Pretest dilakukan di gedung FK UIN Syarif Hidayatullah lantai

3. Sebelumnya peneliti telah mengukur lintasan dan

memberikan tanda pada kedua ujung lintasan dan tanda jarak

setiap 3 meter pada lintasan.

Subyek penelitian diberikan pengarahan mengenai prosedur uji

latih.

Peneliti mengawasi dan mencatat hasil jarak yang dapat

ditempuh oleh subyek penelitian.

Melakukan intervensi

Intervensi pada penelitian ini berupa latihan arobik berjalan

kaki selama 30 menit.

Intervensi dilakukan pada pelataran gedung FK UIN Syarif

Hidayatullah.

Latihan aerobik ini dilakukan pada sore hari, 3 sampai 5 kali

dalam seminggu sebanyak 16 kali latihan.

Melakukan posttest

Postest dilakukan setelah subyek penelitian telah menjalani

latihan arobik sebanyak 16 kali.

Postest dilakukan dengan uji latih 6MWT pada lintasan yang

sama saat dilakukan pretest.

Peneliti mengawasi dan mencatat hasil jarak yang dapat

ditempuh oleh subyek penelitian.

25

3.6 Alur Penelitian

Analisis dan pengolahan data

Posttest : pengukuran VO2

Maks dengan uji latih

6WMT

Subjek diberi

perlakuan berupa jalan 30

menit perhari, 3 sampai 5

kali seminggu sebanyak 16

kali latihan

Menentukan sampel

penelitian yang sesuai

kriteria inklusi dan ekslusi

Membagikan informed

consent pada subjek

penelitian

Pretest : pengukuran

VO2 Maks dengan uji latih

6MWT

Membuat proposal

penelitian

26

3.7 Manajemen Data

Input dan editing

melakukan penyusunan data pada Ms Excel dan SPSS 22 serta melengkapi

data pribadi dari subyek penelitian penelitian.

Analisis data :

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan analisis univariat dan

analisis bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi,

frekuensi, mean, standar deviasi, nilai terendah dan tertinggi dari

karakteristik subyek penelitian dan masing-masing variabel. Analisis

bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antar variabel atau menguji

hipotesis. Analisis bivariat dilakukan dengan uji-t berpasangan

menggunakan aplikasi SPSS 22 untuk menilai adanya hubungan latihan

fisik aerobik terhadap tingkat VO2 Maks subyek penelitian.

27

4 BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi hasil penelitian

4.1.1 Karakteristik subyek penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dengan subjek penelitian adalah mahasiswa strata satu. Populasi subyek

penelitian pada penelitian ini merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran

angkatan 2017 dan setelah melakukan pendataan dengan menyebarkan kuesioner

maka didapatkan bahwa mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 81

orang dan yang mengikuti penelitian ini sebanyak 25 orang (jumlah subyek

penelitian minimal 20 orang). Karakteristik subyek penelitian dapat dilihat pada

tabel dan diagram berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Subyek penelitian Berdasarkan Usia

Usia

(Tahun)

Jumlah

(Orang) Persentase

17 1 4%

18 12 48%

19 10 40%

20 1 4%

21 1 4%

Total 25 100%

Tabel 4.2 Distribusi Subyek penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Jumlah

(Orang) Perentase

Laki – laki 2 8%

Perempuan 23 92%

Total 25 100%

Dari data distribusi subyek penelitian diatas, berdasarkan usia subyek

penelitian penelitian ditemukan bahwa usia sampel berada pada rentang 17-21

tahun, dengan frekuensi terbanyak 18 tahun (48%) dan 19 tahun (40%) sedangkan

28

untuk usia 17,20, dan 21 tahun berjumlah masing-masing 1 orang (4%). Untuk

jenis kelamin terbanyak ialah perempuan (92%) dan sangat sedikit laki-laki (8%).

Tabel 4.3 Distribusi Subyek penelitian Berdasarkan IMT

IMT Jumlah

(Orang) persentase

>18,5 (BB

Kurang) 4 16%

18,5-22,9 (BB

Normal) 13 52%

23-24,9 (BB

berlebih) 5 20%

25-29,9 (Obesitas

1) 3 12%

>30 (Obesitas 2) 0 0%

Total 25 100%

Dari data distribusi subyek penelitian diatas, berdasarkan IMT subyek

penelitian penelitian ditemukan bahwa populasi terbanyak ialah yang memiliki

IMT normal (52%), selanjutnya yang berat badan berlebih (20%), berat badan

kurang (16%), obesitas 1 (12%),dan2 tidak ada subyek penelitian yang Obesitas 2.

Proporsi tubuh berpengaruh dalam kemampuan latihan seseorang.

4.1.2 Sajian Data Penelitian

4.1.2.1 Hasil Uji Latih 6MWT dan Nilai VO2 Maks

Data nilai VO2 Maks pada penelitian ini didapatkan dengan Uji Latih six

minute walking test (6MWT). Setelah mengetahui jarak yang dapat ditempuh oleh

subyek penelitian penelitian kemudian jarak tersebut dimasukkan dalam

persamaan : 0,053 (jarak) + 0,022 (usia) + 0,032 (tinggi badan) – 0,164 (berat

badan) – 2,287 – 2,228 (jika perempuan), sehingga didapatkan nilai perkiraan

VO2 Maks dari subyek penelitian. Data berikut disajikan dengan menampilkan

hasil jarak tempuh dari Uji latih 6MWT dan nilai VO2 Maks sebelum dan setelah

menjalani latihan aerobik.

29

Tabel 4.4 Gambaran Hasil Uji 6MWT

Jarak 6MWT

(Meter) Mean

Standar deviasi

(SD) Min Maks N

Sebelum intervensi 497.8 42.449 442,6 651,0 25

Setelah intervensi 520,9 34.542 479,9 608,0

Dari data diatas manunjukkan jarak tempuh pada uji latih 6MWT sebelum

intervensi rata-rata ialah 497,8 meter (SD : 42,449) dengan nilai minimal 442,6

meter dan maksimal 651 meter sedangkan setelah intervensi terdapat peningkatan

jarak tempuh rata-rata dari subyek penelitian menjadi rata-rata 520,9 meter (SD :

34,542) dengan nilai minimal 479,9 meter dan maksimal 608 meter.

Tabel 4.5 Gambaran Kadar VO2 Maks Subyek penelitian

kadar VO2

Maks

(ml/kgbb/menit)

Mean

Standar

deviasi

(SD)

95%

Confidance

Interval Min Maks N

Lower Upper

Sebelum

intervensi 18.91 2,449 17,90 19,92 14,30 26,70

25 Setelah

intervensi 20,12 2,407 19,13 21,12 15,30 24,50

Peningkatan jarak pada uji latih 6MWT menggambarkan peningkatan pada

VO2 Maks yang sebelumnya rata-rata 18,9 ml/kgbb/menit menjadi 20,1

ml/kgbb/menit. Pada data diatas nilai minimum menunjukkan paningkatan baik

pada jarak maupun pada VO2 Maks namun data nilai maksimal menunjukkan

penurunan setelah latihan dari jarak 651 meter menjadi 608 meter.

Nilai VO2 Maks pada tabel di atas dapat juga ditampilkan dalam nilai MET

yang terdapat pada tabel berikut :

Tabel 4.6 Gambaran METs Subyek Penelitian

Nilai MET Mean Standar deviasi (SD) Min Max N

Sebelum intervensi 5.400 .6886 4.1 7.6 25

Setelah intervensi 5.760 .6886 4.4 7.0

30

Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai METs subyek penelitian sebelum

intervensi rata-rata 5,4 (sd : 0,6886) dengan nilai minimal 4,1 dan maksimal 7,6

sedangkan setelah intervensi rata-rata 5,8 (sd : 0,6886) dengan nilai minimal 4,4

dan maksimal 7,0.

4.1.2.2 Analisis Bivariat

Analisi bivariat digunakan untuk menguji hipotesis dan melihat hubungan

antara latihan aerobik dan kadar VO2 Maks pada mahasiswa FK UIN Syarif

Hidayatullah. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menguji kadar VO2 Maks

subyek penelitian sebelum dan setelah latihan aerobik. Untuk perhitungan statistik

digunakan uji t berpasangan dengan tingkat kemaknaan 95% (alpha 5%).

Uji Normalitas

Untuk mengetahui gambaran distribusi dari data seluruh sempel perlu

dilakukan uji Normalitas. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan

Saphiro-wilk pada aplikasi SPSS 22, hasilnya sebagai berikut :

Tabel 4.7 Uji Normalitas

Variabel N Saphiro-Wilk

df. Sig.

VO2 Maks sebelum 25 25 0.056

VO2 Maks setelah 25 25 0.590

Dari hasil uji normalitas Saphiro-wilk didapatkan nilai signifikansi VO2

Maks sebelum latihan 0,056 dan VO2 Maks setelah latihan 0,590 sehingga dapat

disimpulkan bahwa data VO2 Maks sebelum dan setelah latihan terdistribusi

dengan normal (p>0,05) sehingga penggunaan uji hipotesis dapat menggunakan

uji t dependen.

Uji hipotesis T dependen

Uji hipotesis t dependen dilakukan dengan memasangkan data kadar VO2

Maks subyek penelitian sebelum dan setelah latihan, perhitingan statistik

dilakukan dengan aplikasi SPSS 22. Hasilnya sebagai berikut :

31

Tabel 4.8 Distribusi Perbedaan Rata-Rata kadar VO2 Maks Subyek

penelitian sebelum dan setelah dilakukan intervensi latihan aerobik

Kadar

VO2

Maks

N Mean

Standar

deviasi

(SD)

95%

Convidence

interval

Paired

Diffrence Sig.(2

Tailed)

Lower Upper Mean Sd.

Sebelum

Latihan 25

18.9 2,24

-2,025 -0,400 -1,21 1,97 0.005 Setelah

Latihan 20,1 2,41

Dari tabel diatas diketahui bahwa rata-rata kadar VO2 Maks subyek

penelitian sebelum latihan ialah 18,9 ml/kgbb/menit dengan standar deviasi (SD)

2,24 sedangkan setelah melakukan latihan aerobik rata-rata kadar VO2 Maks

subyek penelitian ialah 20,1 ml/kgbb/menit dengan standar deviasi 2,41. Rata-rata

perbedaan kadar VO2 Maks subyek penelitian sebelum dan setelah latihan aerobik

ialah -1,21. Hasil uji statistik didapatkan sig.(2-tailed) Pvalue = 0,005, artinya

pada nilai alpha 5% Pvalue lebih kecil dari 0,05, ada perbedaan yang signifikan

antara kadar VO2 Maks subyek penelitian sebelum dan setelah menjalani latihan

aerobik.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Karakteristik subyek penelitian penelitian

Pada penelitian ini jumlah subyek penelitian ada 25 orang dan semuanya

merupakan Mahasiswa kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti

mengambil subyek penelitian mahasiswa kedokteran yang tidak melakukan

latihan fisik rutin dalam kesehariannya karena dapat menjadi bias dengan

intervensi yang diberikan.

Subyek penelitian dalam penelitian ini memiliki rentan usia 17-21 tahun

dengan jenis kelamin perempuan 23 orang (92%) dan laki-laki 2 orang (8%),

proporsi ini didapatkan dari hasil random sampling dari populasi yang memenuhi

kriteria inklusi dan esklusi. Peneliti juga melakukan penilaian terhadap Indeks

Massa Tubuh (IMT) dari subyek penelitian, pada Tabel 2.4 menunjukkan subyek

32

penelitian yang memiliki IMT normal (52%), selanjutnya yang berat badan

berlebih (20%), berat badan kurang (16%), obesitas 1 (12%),dan tidak ada subyek

penelitian yang Obesitas 2. Menurut Watulingas (2013) komposisi tubuh

seseorang berpengaruh terhadap kadar VO2 Maks yang dimilikinya, orang dengan

kadar lemak tubuh yang banyak relatif memiliki kadar VO2 Maks yang rendah.21

4.2.2 Gambaran rata-rata kadar VO2 Maks subyek penelitian sebelum dan

setelah melakukan latihan aerobik

Pengukuran kadar VO2 Maks pada penelitian ini menggunakan 6 minute

walking test (6MWT). 6MWT dilakukan dengan mengukur jarak yang dapat

ditempuh oleh subyek penelitian saat berjalan selama 6 menit. Uji ini (6MWT)

dipilih oleh peneliti karena dapat digunakan dan diaplikasikan oleh semua orang,

hanya membutuhkan lintasan yang terukur serta stopwatch.

Gambaran kadar VO2 Maks subyek penelitian sebelum dilakukan intervensi

rata-rata 18,9 ml/kgbb/menit dengan standar deviasi (SD) 2,45, nilai minimal 14,3

ml/kgbb/menit dan nilai maksimal 26,7 ml/kgbb/menit. Menurut kategori

penggolongan VO2 Maks Syarief HL (2011) kadar VO2 Maks subyek penelitian

ini berada dalam kategori sangat kurang, hal ini menggambarkan bahwa tingkat

kebugaran subyek penelitian dari kondisi ketahanan fisik tergolong rendah.

Rendahnya kadar VO2 Maks pada subyek penelitian dapat disebabkan oleh gaya

hidup subyek penelitian yang tidak melakukan latihan fisik rutin dalam

kesehariannya sebagaimana yang dijelaskan pada karakteristik subyek penelitian.

Hal ini selaras dengan yang dipaparkan oleh Yudiana (2007) bahwa, Kurangnya

latihan fisik akan berdampak pada kebugaran seseorang sehingga mempengaruhi

kemampuannya dalam melakukan aktivitas harian.7

Penelitian Vike Poraddwita (2014) yang berjudul hubungan kapasitas vital

paru terhadap VO2 maksimal dengan uji latih 6MWT juga mendukung penelitian

ini. Penelitian tersebut dilakukan pada mahasiswa 19-21 tahun FK Unisula

Semarang. Hasilnya menunjukkan bahwa kadar VO2 Maks rata-rata dari subyek

penelitiannya ialah 24,5 ml/kgbb/menit. Rendahnya kadar VO2 Maks yang diukur

dengan uji latih 6MWT dapat dipengaruhi oleh kecepatan berjalan seseorang,

kecepatan berjalan tersebut juga dipengaruhi oleh panjang tungkai yang

dimilikinya (Nury 2011). pada penelitian ini kebanyakan subyek penelitian adalah

33

perempuan dan peneliti tidak melakukan pengukuran terhadap panjang tungkai

subyek penelitian.16,22

Intervensi yang dilakukan ialah latihan aerobik berupa jalan kaki. Menurut

Chrisly(2015) latihan aerobik rutin dapat memperlancar aliran darah, dan

mempercepat pembuangan zat sisa metabolisme sehingga pemulihan berlangsung

cepat dan seseorang tidak mengalami kelelahan setalah melakukan aktivitas.23

Latihan aerobik ada berbagai jenis, seperti berjalan, berenang, bersepeda, jogging,

dan lainnya, pada penelitian ini latihan aerobik yang digunakan ialah jalan kaki

selama 30 menit dengan frekuensi 3 sampai 5 kali dalam seminggu. Menurut

American Collage of Sports Medicine (ACSM) dan Centre for Disease Control

(CDC), untuk meningkatkan kebugaran kardio-respirasi maka diperlukan latihan

aerobik minimal 20 menit 3 kali dalam seminggu dengan latihan intensitas sedang

termasuk berjalan kaki dan menaiki tangga.24

Setelah dilakukan intervensi / latihan pada subyek penelitian, Gambaran

kadar VO2 Maks rata-rata ialah 20,12 ml/kgbb/menit dengan standar deviasi (SD)

2,40, nilai minimum 15,3 ml/kgbb/menit dan maksimum 24,50 ml/kgbb/menit.

Kadar ini masih tergolong dalam kategori sangat rendah sekalipun sudah ada

peningkatan dari sebelum melakukan latihan.

4.2.3 Perbedaan rata-rata kadar VO2 Maks subyek penelitian sebelum dan

seteah melakukan latihan aerobik

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh latihan aerobik terhadap

kadar VO2 Maks pada mahasiswa kedokteran UIN Jakarta. hasil penelitian

menunjukkan bahwa kadar VO2 Maks subyek penelitian rata-rata sebelum

dilakukan intervensi ialah 18,9 dengan nilai minimum 14,3 dan nilai maksimum

26,7, sedangkan setelah melakukan latihan aerobik, kadar VO2 Maks subyek

penelitian rata-rata naik menjadi 20,1 dengan nilai minimum 15,3 dan nilai

maksimum 24,5. Artinya setelah melakukan latihan aerobik sebanyak 16 kali

latihan, kadar VO2 Maks mahasiswa kedokteran UIN Jakarta mengalami

peningkatan dari sebelumnya.

Pada penelitian Sophie Yolanda (2010) yang meneliti tentang kebugaran

fisik pada mahasiswa kedokteran menunjukkan adanya peningkatan kadar VO2

Maks dari 31,63 ml/kgbb/menit menjadi 35,27 ml/kgbb/menit atau sebanyak 3,64

34

poin setelah melakukan latihan aerobik rutin 1 jam sehari dengan frekuensi 2 kali

seminggu selama 8 minggu (Pvalue : 0,000).6 Pada penelitian ini latihan aerobik

dilakukan dengan durasi waktu lebih singkat yaitu 30 menit setiap latihan dangan

frekuensi 3 sampai 5 kali seminggu sebanyak 16 kali latihan, latihan aerobik

selesai dalam waktu kurang dari 1 bulan, hasil menunujukkan adanya peningkatan

kadar VO2 Maks subyek penelitian sebanyak 1,21 poin dari sebelum latihan

dengan Pvalue : 0,005.

4.3 Keterbatasan penelitian

Pada penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan penelitian sebagai

berikut :

a. Pada penelitian Nury (2011) diketahui bahwa denyut nadi maksimal

saat uji, Forced vital capacity (FVC) dan Forced Expired Volume in

one second (FEV1) juga berpengaruh dalam penentuan kadar VO2

Maks dengan Uji latih 6MWT namun pada penelitian ini tidak

dilakukan pengukuran.

b. Peneliti tidak memisahkan kelompok jenis kelamin serta proporsi

tubuh dalam melakukan penelitian ini.

35

5 BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya

maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut :

a. Latihan aerobik berpengaruh dalam meningkatkan kadar VO2 Maks

mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Angkatan 2017 dengan nilai pvalue 0,005.

b. Tingkat kebugaran mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Angkatan 2017 yang diukur dengan penelaian VO2

Maks masih tergolong rendah.

c. Terjadi peningkatan kadar VO2 Maks pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2017 setelah

dilakukan latihan aerobik dengan nilai rata-rata sebelum latihan ialah 18,9

ml/kgbb/menit menjadi 20,1 ml/kgbb/menit setelah latihan.

5.2 Saran

a. Untuk mahasiswa kedokteran agar melakukan latihan aerobik rutin untuk

meningkatkan kebugaran fisik.

b. Untuk peneliti selanjutnya

memperhatikan aspek yang berpengaruh dan dapat

mengelompokkan karakteristik subyek penelitian penelitian laki-

laki dan perempuan untuk melihat perbedaan dan pengaruh dari

jenis kelamin.

Membuat regimen latihan aerobik yang lain untuk melihat dan

membandingkan efektivitas regimen latihan aerobik terhadap kadar

VO2 Maks.

36

DAFTAR PUSTAKA

1. Thibri M, Restuastuti T, Azrin M. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan

Kebugaran Jasmani pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau.

2014;1(2):1–13.

2. Febrianti R. Buku Ajar Tes dan Pengukuran. Surakarta: Pendidikan Jasmani

Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Tunas Pembangunan; 2016.

3. Suharjana F, Purwanto H. Kebugaran jasmani mahasiswa dii pgsd penjas fik

uny. 2008;5(November).

4. Lauralee Sherwood. human physiology from cells to systems. 9th ed. Boston

USA: Cengage Learning; 2016.

5. Purwanto. Dampak Senam Aerobik terhadap Daya Tahan Tubuh dan Penyakit.

J Media Ilmu Keolahragaan Indones. 2011;1(7):1–9.

6. Yolanda, Sophie, trinovita Andraini, Imelda Rosalyn Sianipar, Minarma siagian

EI. The Benefit of Sports for Health Module for First year Medical Students

Faculty of Medicine Universitas Indonesia. Dep Physiol. 2010;

7. Yudiana Y, Subardjah H, Juliantine T. Latihan Fisik. Fpok-Upi. 2007;(1):2.

8. Katch, Victor L, William D. McArdle FIK. Essentials of Exercise Physiology.

Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer business; 2011.

9. Tanudjaja LM, Polii H, Wungouw HIS. Gambaran Menstruasi Atlit Basket di

SMAN 9 Manado. e-Biomedik (eBM). 2016;4(1):2–5.

10. Wahyu A. Pengaruh Intervensi Olahraga di Sekolah Terhadap Indeks Masa

Tubuh dan Tingkat Kesegaran Kardiorespirasi pada Remaja Obesitas. Progr

Pascasarj Magister Ilmu Biomedik dan Progr Pendidik Dr Spes Ilmu Kesehat

Anak Fak Kedokt Univ Diponegoro. 2008;2(1):1–108.

11. Silverthorn Dee U. Human Physiology an integrated approach. Vol. 53,

Journal of Chemical Information and Modeling. 2013. 1689–1699 p.

12. Moore, Keith L AFD. Anatomi Berorientasi Klinis. edisi lima. Jakarta:

Penerbit Erlangga; 2013.

13. Naumann D. Kinesiology of the Musculoskeletal System Foundation for

Rehabilitation. dua. London: Elsevier; 2010.

37

14. Fahey, thomas D, paul M. insel walton T roth. fit & well core concepts and

labs in physical ditness and wellnell. 8th ed. new york: The McGraw-Hill

Companies; 2009.

15. Lutfie, Syarief. Rahasia Bugar Sehat saat berHaji. Solo: Tinta Medina; 2011.

16. Nusdwinuringtyas N, Widjajalaksmi W, Bachtiar A. Healthy adults maximum

oxygen uptake prediction from a six minute walking test. Med J Indones

[Internet]. 2011;20(3):195. Available from:

http://mji.ui.ac.id/journal/index.php/mji/article/view/452

17. Crapo RO, Casaburi R, Coates AL, Enright PL, MacIntyre NR, McKay RT, et

al. ATS statement: Guidelines for the six-minute walk test. Am J Respir Crit

Care Med. 2002;166(1):111–7.

18. Enright PL. The Six-Minute Walk Test. Respi Care. 2003;48(8):783–5.

19. PLowman, Sharon A DLS. Exercise Physiology for Health, fitness and

performance. ed 3. Lippincott Williams & Wilkins; 2011.

20. Dahlan S. Besar Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 4.

Epidemiologi Indonesia; 2017.

21. Watulingas I, Rampengan JJ V., Polii H. Pengaruh Latihan Fisik Aerobic

terhadap VO2 Max pada Mahasiswa Pria dengan Berat Badan Lebih

(Overweight). e-Biomedik (eBM). 2013;1(2):1064–8.

22. Poraddwita V. Hubungan Kapasitas Paru Terhadap Volume Oksigen

Maksimal dengan Uji Jalan 6 Menit. 2014;(November 2013).

23. Palar Djon; Ticoalu, Shane H. R. CM. W. Manfaat Latihan Olahraga Aerobik

Terhadap Kebugaran Fisik Manusia. J e-Biomedik [Internet]. 2015;3(Vol 3,

No 1 (2015): Jurnal e-Biomedik (eBM)). Available from:

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/7127

24. MacAuley D. Oxford Handbook of Sport and Exercise Medicine. Oxford

University Press; 2013.

38

LAMPIRAN

Lampiran 1

Formulir persetujuan

Halaman 1

39

Halaman 2

40

Lampiran 2

Rekapitulasi Statistik Penelitian

1. Analisis Univariat

Deskripsi karakteristik subyek penelitian

Descriptive Statistics

N Minimum Maksimum Mean Std. Deviation

usia 25 17 21 18.56 .821

BB 25 38.20 70.70 52.2220 9.01172

TB 25 146.30 179.00 156.8000 6.61243

Valid N

(listwise) 25

Deskripsi hasil uji latih 6MWT

Descriptive Statistics

N Minimum Maksimum Mean Std. Deviation

jarak_awal 25 442.60 651.00 497.8360 42.44913

jarak_akhir 25 479.90 608.00 520.9200 34.54174

Deskripsi kadar VO2 Maks subyek penelitian

Descriptive Statistics

N Minimum Maksimum Mean Std. Deviation

VO2Maks1seb 25 14.30 26.70 18.9120 2.44869

VO2Maks1sud 25 15.30 24.50 20.1240 2.40716

Valid N

(listwise) 25

41

Descriptives

Statistic Std. Error

VO2Maks1

Sebelum

intervensi

Mean 18.9120 .48974

95% Confidence Interval

for Mean

Lower Bound 17.9012

Upper Bound 19.9228

5% Trimmed Mean 18.7722

Median 18.6000

Variance 5.996

Std. Deviation 2.44869

Minimum 14.30

Maksimum 26.70

Range 12.40

Interquartile Range 2.85

Skewness 1.182 .464

Kurtosis 3.316 .902

VO2Maks1

Setelah

intervensi

Mean 20.1240 .48143

95% Confidence Interval

for Mean

Lower Bound 19.1304

Upper Bound 21.1176

5% Trimmed Mean 20.1322

Median 20.3000

Variance 5.794

Std. Deviation 2.40716

Minimum 15.30

Maksimum 24.50

Range 9.20

Interquartile Range 3.15

Skewness .166 .464

Kurtosis -.313 .902

42

Deskripsi nilai METs Subyek Penelitian

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

METs_before 25 4.1 7.6 5.400 .6886

METs_after 25 4.4 7.0 5.760 .6886

Valid N

(listwise) 25

2. Analisis Bivariat

Uji normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov

a Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

VO2Maks1seb .133 25 .200* .922 25 .056

VO2Maks1sud .108 25 .200* .968 25 .590

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Uji T berpasangan

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error

Mean

Pair 1 VO2Maks1seb 18.9120 25 2.44869 .48974

VO2Maks1sud 20.1240 25 2.40716 .48143

43

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig.

(2-

tailed) Mean

Std.

Deviation

Std.

Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

VO2Maks1seb

-

VO2Maks1sud

-1.212 1.967 .393 -2.024 -.399 -3.080 24 .005

44

Lampiran 3

Dokumentasi Penelitian

1. Pengukuran 6 Minute walking teest

2. Latihan Aerobik

45

Lampiran 4

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Muhammmad Ilmul Yaqin Amha

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat Tanggal Lahir : Makassar, 16 Mei 1996

Status : Belum menikah

Agama : Islam

Alamat : Jalan Teuku Umar 10 no. 46, Kecamatan Ujung

Tanah, Makassar, Sulawesi Selatan

Nomor Telepon/HP : 089663996377

Email : [email protected],

[email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1) Tahun 2001 – 2002 : TK Aisyiah Bustanul Athfal, Tabaringan

2) Tahun 2002 – 2008 : MI Attanmiyatul Ilmiah Makassar

3) Tahun 2008 – 2011 : MTs PA DDI AD Mangkoso Sulawesi

Selatan

4) Tahun 2012 – 2015 : MA Pon.pes An-Nahdlah Makassar

5) Tahun 2015 – sekarang : Program Studi Kedokteran, Fakultas

Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.