pengaruh lama pemeraman terhadap kandungan …eprints.unram.ac.id/8161/1/jurnal abdul halim.pdf ·...

16
1 PENGARUH LAMA PEMERAMAN TERHADAP KANDUNGAN NUTRISI SILASE JERAMI JAGUNG YANG DITAMBAH DAUN LAMTORO (Leucena Leocephala), Tetes (MOLASES) dan Lactobacillus PUBLIKASI ILMIAH Diserahkan Guna Memenuhi Sebagian Syarat yang Diperlukan Untuk Mendapatkan Derajat Sarjana Peternakan Pada Program Studi Peternakan Oleh ABDUL HALIM B1D 211 002 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2018

Upload: others

Post on 25-Sep-2019

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH LAMA PEMERAMAN TERHADAP KANDUNGAN …eprints.unram.ac.id/8161/1/JURNAL ABDUL HALIM.pdf · Zat ini dapat menaikan energi makanan tanpa menambah volume terlalu banyak. Ini

1

PENGARUH LAMA PEMERAMAN TERHADAP

KANDUNGAN NUTRISI SILASE JERAMI JAGUNG YANG

DITAMBAH DAUN LAMTORO (Leucena Leocephala), Tetes

(MOLASES) dan Lactobacillus

PUBLIKASI ILMIAH

Diserahkan Guna Memenuhi Sebagian Syarat yang Diperlukan

Untuk Mendapatkan Derajat Sarjana Peternakan

Pada Program Studi Peternakan

Oleh

ABDUL HALIM

B1D 211 002

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2018

Page 2: PENGARUH LAMA PEMERAMAN TERHADAP KANDUNGAN …eprints.unram.ac.id/8161/1/JURNAL ABDUL HALIM.pdf · Zat ini dapat menaikan energi makanan tanpa menambah volume terlalu banyak. Ini

2

PENGARUH LAMA PEMERAMAN TERHADAP

KANDUNGAN NUTRISI SILASE JERAMI JAGUNG YANG

DITAMBAH DAUN LAMTORO (Leucena Leocephala), Tetes

(MOLASES) dan Lactobacillus

Oleh

ABDUL HALIM

B1D 211 002

PUBLIKASI ILMIAH

Diserahkan Guna Memenuhi Sebagian Syarat Yang Diperlukan

Untuk Mendapatkan Derajat Sarjana Peternakan

Pada Program Studi Peternakan

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

MENGESAHKAN

Pada Tanggal : September 2018

Pembimbing Utama

Ir. Oscar Yunarianto, MP

Nip. 19690117 199303 1002

Page 3: PENGARUH LAMA PEMERAMAN TERHADAP KANDUNGAN …eprints.unram.ac.id/8161/1/JURNAL ABDUL HALIM.pdf · Zat ini dapat menaikan energi makanan tanpa menambah volume terlalu banyak. Ini

3

PENGARUH LAMA PEMERAMAN TERHADAP KANDUNGAN NUTRISI SILASE

JERAMI JAGUNG YANG DITAMBAH DAUN LAMTORO (Leucena Leocephala),

Tetes (MOLASES) dan Lactobacillus

( EFFECT OF LONG TERRORS ON NUTRITIONAL CONTAINS OF CERAMIC

SILASE ADDED OF LAMTORO LEAF (Leucena Leocephala), Drops (MOLASES) and

Lactobacillus)

OLEH

ABDUL HALIM

B1D 211 002

Fakultas Peternkan Universitas Mataram

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Lama Pemeraman Terhadap

Kandungan bahan kering, bahan organik, protein kasar dan lemak (ether extract) Silase

Jerami Jagung yang Ditambah Daun Lamtoro (Leucaena Leucocephala), Tetes (Molases) dan

Lactobacillus. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dengan perlakuan dan variabel yang diamati adalah kandungan Bahan Kering, Bahan

Organik, Protein Kasar dan Lemak Kasar.

Adapun perlakuan tersebut adalah 1: Jerami jagung + Lamtoro + Molasses +

lactobacillus diperam selama 7 hari, Perlakuan 2: Jerami jagung + Lamtoro + Molasses +

lactobacillus diperam selama 14 hari, Perlakuan 3: Jerami jagung + Lamtoro + Molasses +

lactobacillus diperam selama 21 hari dan Perlakuan 4: Jerami jagung + Lamtoro + Molasses

+ lactobacillus diperam selama 28 hari. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan

analisis variansi dan di uji dengan jarak berganda Duncan’s.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan daun lamtoro dan molases dengan

lama pemeraman yang berbeda-beda. Perlakuan terbaik pada Bahan Kering yaitu T4, Bahan

Organik T4, Protein Kasar T1 dan Lemak Kasar T1.

Kata Kunci : Bahan Kering, Bahan Organik, Protein Kasar, Lemak Kasar, Lamtoro,

Molases dan Lactobacillus

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of the length of ripening on the content of dry matter,

organic matter, crude protein and fat (ether extract). Silage Straw Corn Plus Lamtoro Leaves

(Leucaena Leucocephala), Drops (Molasses) and Lactobacillus. This research was carried out

using a completely randomized design (CRD) with treatment and the variables observed were

the content of dry matter, organic matter, coarse protein and coarse fat.

The treatments are 1: Corn straw + Lamtoro + Molasses + lactobacillus brooded for

7 days, Treatment 2: Corn straw + Lamtoro + Molasses + lactobacillus brooded for 14 days,

Treatment 3: Corn straw + Lamtoro + Molasses + lactobacillus for 21 days and Treatment 4:

Corn straw + Lamtoro + Molasses + lactobacillus were broiled for 28 days. The data obtained

were analyzed using analysis of variance and tested with multiple distances Duncan's.

The results showed that the addition of lamtoro leaves and molasses with different

ripening times. The best treatment for dry ingredients is T4, T4 Organic Material, T1 Rough

Protein and T1 Rough Fat.

Keywords: Dry Ingredients, Organic Ingredients, Coarse Protein, Coarse Fat, Lamtoro,

Molasses and Lactobacillus

Page 4: PENGARUH LAMA PEMERAMAN TERHADAP KANDUNGAN …eprints.unram.ac.id/8161/1/JURNAL ABDUL HALIM.pdf · Zat ini dapat menaikan energi makanan tanpa menambah volume terlalu banyak. Ini

4

PENDAHULUAN

Bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan dan tidak meracuni ternak,

mengandung unsur-unsur nutrisi yang konsentrasinya bervariasi tergantung pada jenis,

macam dan keadaan bahan pakan tersebut yang secara bersamaan akan mempengaruhi

tekstur dan strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di dalam bahan pakan secara umum

terdiri atas air,mineral, protein, lemak, karbohidrat dan vitamin.

Ketersediaan pakan di Indonesia belum tersedia sepanjang tahun, pada saat musim

penghujan produksi hijauan berlimpah tetapi pada musim kemarau mengalami kekurangan.

Untuk mengatasi kekurangan pakan pada saat musim kemarau, peternak bisa memanfaatkan

pakan disekitarnya seperti jerami jagung dan daun lamtoro, untuk itu perlu penerapan

teknologi, salah satunya adalah pembuatan awetan hijauan pakan seperti silase yang dapat

dimanfaatkan pada saat kekurangan pakan. Pembuatan silase ini tidak lepas dari penambahan

aditif terutama sumber nitrogen, molasses dan lactobacillus. Lamtoro adalah legume kaya

protein dan mudah diperoleh. Tetes tebu (molases) merupakan produk atau hasil sampingan

pembuatan gula pasir dari tebu yang mempunyai sifat menyedapkan bahan makanan ternak

yang kurang enak dimakan (biasanya bahan makanan yang rendah kualitas). Tetes tebu

rendah protein, sedangkan dalam proses silase protein sangat diperlukan untuk dirombak

menjadi amonia, asam amonia, asam amino, asam asetat dan lainnya.

Penggunaan additive dapat membuat kualitas silase menjadi lebih baik. Tujuan

pemberian additive dalam pembuatan silase antara lain, mempercepat pembentukan asam

laktat dan asetat guna mencegah terbentuknya bakteri pembusuk serta merupakan suplemen

untuk zat gizi dalam pakan yang digunakan.Molases merupakan hasil samping pabrik gula

tebu yang berbentuk cairan hitamkental dan berenergi tinggi (Susanto dan Andjanidani,

1985). Molases sering digunakan sebagai additive dalam pembuatan silase. Molases juga

sebagai unsurpengkaya karena dapat menurunkan kerusakan komponen bahan kering (BK)

terutama karbohidrat terlarut dan dapat meningkatkan kualitas silase (Mc.Donaldet al., 1991).

Menurut Munier (2011) silase kulit jagung dan daun lamtoro denganpenambahan molases

pada taraf 4% dapat menurunkan kandungan pH dan dapatmeningkatkan kandungan protein

kasar (PK).

Berdasarkan pemikiran di atas,maka perlu dilakukan suatu penelitian mengenai

“Pengaruh Lama Pemeraman Terhadap Kandungan bahan kering (BK), bahan

organik(BO), protein kasar (PK) dan lemak (ethe extract) Silase Jerami Jagung yang

Ditambah Daun Lamtoro (Leucena Leocephala), Tetes (Molases) dan Lactobacillus”

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh lama pemeraman terhadap kandungan BK, BO,

PK, dan LK silase jerami jagung yang ditambahkan daun Lamtoro (Leucaena

leocephala), tetes (molasses) dan Lactobacillus Sp.

2. Kegunaan Penelitian

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi peternak dan praktisi

peternakan

b. Untuk memenuhi syarat menjadi sarjana peternakan di Fakultas Peternakan

Universitas Mataram.

c. Sebagai media latihan untuk menyelesaikan suatu permasalahan dan sebagai data

pembanding bagi peneliti selanjutnya.

Page 5: PENGARUH LAMA PEMERAMAN TERHADAP KANDUNGAN …eprints.unram.ac.id/8161/1/JURNAL ABDUL HALIM.pdf · Zat ini dapat menaikan energi makanan tanpa menambah volume terlalu banyak. Ini

5

TINJAUAN PUSTAKA

1. Jerami Jagung

Pemanfaatan hasil ikutan tanaman jagung berupa batang dan daun yang masih muda,

dikenal sebagai jerami jagung dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak sudah banyak

dilakukan petani, namun belum seluruhnya optimal pemanfaatannya. Selain diberikan

pada ternak sebagai hijauan segar, jerami jagung juga dapat diberikan sebagai hijauan

pakan ternak yang mengalami proses pengolahan teknologi pakan dalam bentuk hay dan

silase.

2. Teknologi Pengolahan Jerama Jagung

Pada saat musim panen jagung tersedia jerami jagung yang melimpah, begitu selesai

masa panen jagung tidak jarang jerami jagung menjadi langka. karena itu teknologi

pengolahan pengawetan jerami jagung perlu dibudayakan oleh petani ternak guna

tersedianya hijauan pakan ternak sepanjang tahun dan sekaligus akan meningkatkan

kualitas pakan.

3. Silase

Silase adalah hijauan segar yang disimpan dalam kondisi kedap udara (anaerob)

dalam tempat yang disebut silo (Church dan Pond, 1988). Crowder dan Chheda (1982)

mendefenisikan silase sebagai bahan pakan hasil fermentasi yang terkontrol dari hijauan

yang berkadar air tinggi.

4. Lamtoro

Lamtoro dapat digunakan sebagai sumber nitrogen fermentable di dalam rumen dan untuk

mensuplai protein by-pass pada usus halus. Penggunaan lamtoro dalam bentuk segar

sebagai suplemen pada hijauan yang berkualitas rendah pada kambing menunjukkan

bahwa kira – kira 65% dari protein lamtoro didegradasi dalam rumen, sementara diduga

bahwa hanya 40% protein lamtoro yang didegradasi dalam rumen jika lamtoro kering

digunakan sebagai suplemen pada makanan domba sama dengan ransum basal

(Bamualim, 1985).

5. Molasses Mosafie dkk., (1989) dan Amrullah(2003) mengatakan bahwa molases adalah limbah

industri gulatetes dapat digunakan sebagi pakan secara langsung dan dapat dijadikan

sebagi protein tunggal dalam asam amino. Tetes mengandung 48 – 60% karbohidrat.

Molases digunakan karena banyak mengandung karbohidrat sehingga menjadi sumber

energy dan mineral. Bahan ini memiliki rasa yang disukai ternak. Molases ini tergolong

bahan yang cukup potensial untuk dijadikan pakan mengatakan molases ada dua jenis,

jenis yang lain adalah yang lebih sedikit mengandung gula.

6. Bahan Kering

Bahan Kering merupakan bahan yang bebas air. Kadar bahan kering suatu bahan pakan

dapat ditentukan dengan jalan menguapkan bahan pakan dalam oven dengan suhu 105˚C

selama 5 – 12 jam sampai beratnya konstan dan sisa bahan makanan yang telah diuapkan

airnya dinamakan bahan kering (Sutardi, 1981).Bahan kering terdiri atas dua komponen

utama yaitu bahan organik dan bahan anorganik. Bahan organik terdiri dari karbohidrat,

protein, lemak dan vitamin ( Tillman dkk., 1986 ).

7. Bahan Organik

Bahan Organik merupakan suatu bahan yang dapat menghasilkan energi panas bila

dicerna. Bahan tersebut meliputi protein, karbohidrat, dan lemak. Bila suatu bahan

tersebut dibakar, maka sisa pembakaran itu dinamakan bahan organik yang terkandung

didalam bahan pakan tersebut (Tilman et al., 1986).

8. Protein Kasar

Page 6: PENGARUH LAMA PEMERAMAN TERHADAP KANDUNGAN …eprints.unram.ac.id/8161/1/JURNAL ABDUL HALIM.pdf · Zat ini dapat menaikan energi makanan tanpa menambah volume terlalu banyak. Ini

6

Protein merupakan suatu zat yang sangat penting bagi tubuh, karena disamping zat ini

berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan

pengatur. Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur – unsur carbon (C),

hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N) yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat

(Winarno dan Fardias, 1981).

9. Lemak Kasar

Lemak sangat penting adanya dalam makanan, sehingga beberapa sarjana banyak

menyimpulkan bahwa kelompok lemak mempunyai nilai makanan khusus. Yang

diketahui sekarang, lemak dibutuhkan sebagai sumber (1) asam lemak esensial, (2)

koline, (3) sumber prostaglandin (asam lemak esensial adalah bahannya, (4) sebagai

karier vitamin yang larut dalam lemak, (5) sebagai sumber energi, karena kadar lemak

yang tinggi. Zat ini dapat menaikan energi makanan tanpa menambah volume terlalu

banyak. Ini penting bagi penyusun makanan pada ternak berproduksi tinggi yang

menerima ransum yang voluminous (bulki), dan (6) terdapat kenyataan penambahan

lemak pada makanan, mengurai, “heat increment,” sehingga menaikkan “feed efficiency.”

(Tillman dkk., 1998)

METODELOGI PENELITIAN

Penelitian dan analisis komposisi nutrisi silase jerami jagung dilaksanakandi

Laboraturium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Mataram.

Prosedur penelitian

Penelitian ini didesain berdasar Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan dianalisa

menggunakan analysis of varians (ANOVA). Penelitian ini terbagi dalam

empatperlakuan, masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ulangan. Adapun perlakuan

yang digunakan sebagai berikut:

Perlakuan 1: Jerami jagung + Lamtoro+ Molasses+lactobacillus diperam selama

7 hari.

Perlakuan 2: Jerami jagung + Lamtoro +Molasses + lactobacillus diperam selama

14 hari.

Perlakuan 3: Jerami jagung + Lamtoro+ Molasses + lactobacillus diperam selama

21 hari.

Perlakuan 4: Jerami jagung + Lamtoro +Molasses + lactobacillus diperam selama

28 hari.

Pelaksanaan penelitian terdiri atas beberapa tahap, yaitu (1). Pengukuran daya ikat air

oleh jerami jagung yang diperam, (2). Pemeraman atau fermentasi jerami jagung, (3).

Analisa kecernaan, dan (4). Analisisi data.

1. Pengukuran Daya Ikat Air

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah larutan yang ditambahkan

pada pembuatan silase. 1 kg jerami jagung dalam kantong berlubang 1 mm,

dicelupkan ke dalam airyang telah diketahui volumenya, kemudian sampel jagung

dibasahi secara merata, kemudian ditiriskan sampai airnya habis menetes

2. Pemeraman atau fermentasi jerami jagung

Kesemua bahan di atas dicampur secara merata, setelah itu dimasukkan ke

dalam topless sebanyak 1 kg. Selanjutnya masing-masing topless diberi label sesuai

dengan lama waktu pemeraman. Pada akhir masa pemeraman dilakukan pengukuran

Page 7: PENGARUH LAMA PEMERAMAN TERHADAP KANDUNGAN …eprints.unram.ac.id/8161/1/JURNAL ABDUL HALIM.pdf · Zat ini dapat menaikan energi makanan tanpa menambah volume terlalu banyak. Ini

7

terhadap pH, warna, tekstur dan aroma silase, setelah itu dikeluarkan dari masing-

masing stoples untuk dikeringkan pada suhu 60oC selama 8 – 12 jam. Selanjutnya

jerami digiling dan disaring dengan diameter saringan 1 mm. Sampel yang telah

disaring

siap untuk dianalisis di laboratorium.

3. Analisa kecernaan

Penentuan kecernaan in-vitro silase jerami jagung yang telah di peram

dianalisis menggunakan metode Tilley dan Terry (1963).

Varibael yang diamati

Adapun variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi :

Peubah – peubah yang diukur adalah :

Pengamatan Umum

Jerami jagung yang telah diperlakukan dan dikeringkan, dilihat perbedaan tekstur,

aroma dan warnanya dengan jerami padi yang tidak mendapat perlakuan (control)

Variabel utama: kandungan BK, BO, PK, dan LK

Variabel penunjang:pH, warna, aroma dan tekstur

Kriteria penilaian kualitas silase :

Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan

analisis variansi dengan Rancangan Acak Lengkap dan bila terdapat perbedaan yang

nyata dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan dengan paket program statistik

SAS (2011).

Pengamatan Laboratoruim

Analisis Kandungan Bahan Kering

1. Cawan porselin yang sudah bersih dikeringkan dalam oven pengering pada suhu 105 0C

selama 1 jam.

2. Cawan porselin didinginkan dalam desikator selama 1 jam (setara dengan suhu kamar),

kemudian ditimbang dalam keadaan tertutup (A gram).

3. Sempel sebanyak 1.5–2.0 gram dimasukkan kedalam cawan porselin (B gram).

4. Kemudian dikeringkn dalam oven 105 0C selama 8–12 jam.

5. Setelah itu cawan yang berisi sampel didinginkan di dalam desikator selama 1 jam,

kemudian ditimbang (C gram).

Perhitungan :

Kadar Air =

Kadar Bahan Kering = 100 % - % Kadar Air

Analisis kandungan bahan organik

1. Cawan porselin yang sudah bersih dikeringkan dalam oven pngering pada suhu 105 0C

selama 1 jam.

2. Cawan porselin didinginkan dalam desikator selama 1 jam (setara dengan suhu kamar),

kemudian ditimbang dalam keadaan tertutup (A gram)

3. Sampel sebanyak 1.5–2.0 gram dimasukkan kedalam cawan porselin (B gram)

4. Sampel dalam cawan porselin yang telah dikeringkan dalam oven 105 0C ditimbang (C

gram) di masukkan kedalam tanur pada suhu 600 0C selama 2–4 jam (sampai menjadi

putih).

5. Cawan porselin didinginkan didalam desikator selama

15 – 30 menit, kemudian ditimbang (D gram).

Page 8: PENGARUH LAMA PEMERAMAN TERHADAP KANDUNGAN …eprints.unram.ac.id/8161/1/JURNAL ABDUL HALIM.pdf · Zat ini dapat menaikan energi makanan tanpa menambah volume terlalu banyak. Ini

8

Perhitungan :

Kadar abu = X 100 %

Bahan Organik= 100% – Kadar abu (%)

Analisis kandungan protein kasar (PK)

1. Sampel bahan ditimbang kurang lebih seberat 0.25

2. Sampel dimasukkan ke labu kjeldahl ditambahkan 1.5 gram campuran CuS04 dan

K2SO4, (1 : 7) serta 2 butir batu didih

3. H2SO4 pekat dimasukkan dengan hati–hati sebanyak 7.5 ml

4. Labu kjeldahl beserta isi didestruksi dalam lemari asam hingga bening tak berasap selama

kurang lebih 45 menit

5. Hasil destruksi diencerkan dengan aquades dingin 100 ml, selanjutnya ditambahkan

NaOH 40% dingin sebanyak 50 ml dengan hati–hati dan 2 butiran batu didih.

6. Labu kjeldahl dipasang pada perangkat destilator yang sebelumnya telah dipasang

Erlenmeyer penampung 250 ml yang berisi H3BO3 3% sebanyak 25 ml.

7. Proses destilasi berlangsung dan akan diberhentikan bila Erlenmeyer penampung telah

mencapai 100 ml.

8. Hasil destilator segera dititrasi dengan larutan H2SO4 0.1 N, dan titrasi dihentikan bila

warna larutan berubah menjadi warna merah jambu/ warna asal.

Perhitungan :

Protein Kasar = X 100%

Bahan Organik Tanpa N = 100% - % Protein Kasar

Analisis kandungan lemak kasar (LK)

1. Kertas saring yang bebas lemak dimasukkan dalam oven pengering pada suhu 105 C

selama 1 jam kemudian didinginkan dalam desikator 1 jam dan ditimbang ( A g ).

2. Sample sebanyak 1,5-2 g yang dibungkus kertas saring ( B g) dimasukan kedalam oven

pengering selama 8 jam pada suhu 105 C, kemudian didinginkan dalam desikator selama

30-60 menit dan ditimbang. (C g).

3. Sample dan kertas yang sudah dioven dimasukan dalam alat ekstraksi soxlet.

4. Labu penampung, pendingin tegak dan alat ekstraksi soxlet dirangkai sedemikian rupa

dan diletakkan diatas penangas air.

5. Pada rangkaian tersebut diisi petroleum benzene (pelarut lemak lain) sampai seluruhnya

turun dan masuk pada labu penampung. Hal ini diulangi lagi sampai alat ekstraksi terisih

penuh.

6. Proses ekstraksi dihentikan apabila pada labu soxlet bahan pelarutnya sudah bening.

7. Sample dikeluarkan dari alat ekstraksi dan petroleum benzena yang tersisa kemudian

dimasukkan dalam oven pengering 105 C selama jam dan didinginkan dalam

desikator selam 1 jam, kemudian sample ditimbang. (D g).

Perhitungan : Kadar lemak = X 100 %

Page 9: PENGARUH LAMA PEMERAMAN TERHADAP KANDUNGAN …eprints.unram.ac.id/8161/1/JURNAL ABDUL HALIM.pdf · Zat ini dapat menaikan energi makanan tanpa menambah volume terlalu banyak. Ini

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan umum terhadap komponen organoleptik

Hasil pengamatan fisik yang dilakukan terhadap silase jerami jagung yang

ditambahkan daun lamtoro, molasses dan Lactobacillus sp setelah proses pemeraman

selama 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari terhadap sifat organoleptik memiliki tekstur

yang baik yaitu terasa lebih halus. Hasil pengamatan terhadap tekstur relatif hampir sama

pada perlakuan T1 dan T2 yaitu terasa lebih halus jika dibandingkan dengan T3 dan T4

yang terasa basah dan sedikit kasar. Tekstur nilai tertinggi diperoleh pada T3

menghasilkan silase dengan tekstur agak basah dan sedikit kasar. Hasil analisis terhadap

komponen organoleptik disajikan pada Tabel2.

T1 Tekstur Warna Bau/Aroma pH Suhu

1 Terasa halus (8)

Warna

kuning

kecoklatan

(5)

Berbau khas silase (10) 5.31 27.3

2 Terasa halus (7) Warna kuning kecoklatan

(8) Berbau khas silase (10) 5.31 29.3

3 Terasa halus (8) Warna kuning kecoklatan

(5) Berbau khas silase (10) 5.30 27.9

T2 Tekstur Warna Bau/Aroma pH Suhu

1 Terasa halus (8) Sedikit berwarna gelap (7) Berbau khas silase (10) 5.15 28.1

2 Terasa halus (6) Sedikit berwarna gelap (6) Berbau khas silase (10) 5.61 28.1

3 Terasa halus (5) Sedikit berwarna gelap (5) Berbau

khas silase (6) 5.95 27.7

T3 Tekstur Warna Bau/Aroma pH Suhu

1 Terasa basah dan

sedikit kasar (10) Hijau Kecoklatan (8) Berbau khas silase (10) 5.48 29

2 Terasa basah dan

sedikit kasar (8) Hijau Kecoklatan (10) Berbau menyengat (5) 5.75 29.6

3 Terasa basah dan

sedikit kasar (8) Hijau Kecoklatan (8) Berbau khas silase (7) 5.95 29.3

T4 Tekstur Warna Bau/Aroma pH Suhu

1 Terasa basah dan

sedikit kasar (7) Hijau Kecoklatan (8) Berbau asam manis (8) 4.82 29.5

2 Terasa basah dan

sedikit kasar (8) Hijau Kecoklatan (7) Berbau khas silase (7) 5.96 30.5

3 Terasa basah dan

sedikit kasar (10) Hijau Kecoklatan (8) Berbau asam manis (5) 5.81 29.7

Kandungan zat makanan

Hasil analisaterhadap kandungan bahan kering (BK), bahan organik(BO), protein

kasar (PK) dan lemak (ether extract) silase jerami jagung yang ditambah daun Lamtoro

(Leucena leucocephala),tetes molasesdan Lactobacillus, memperlihatkan bahwa semakin

lama waktu fermentasi semakin menurun kandungan nutrisi silase jerami jagung.

Tabel 3 menunjukkan bahwa rata – rata kandungan bahan kering (BK) tertinggi

diproleh pada perlakuan T1 (30,11%)dan terendah perlakuan T4 (23,34%), Rata – rata

kandungan Bahan Organik (BO) tertinggi diproleh pada perlakuan T1 (91,42%)dan

terendah perlakuan T4 (90,88%) , sedangkan rata–rata kandungan Protein Kasar (PK)

tertinggi pada perlakuan T1 (10,56%) dan terendah perlakuan T4 (7,51%)sedangkan rata–

rata kandungan Lemak Kasar (LK) tertinggi pada perlakuan T1 (3,29%) dan terendah

pada perlakuan T4 (2,63%).

Page 10: PENGARUH LAMA PEMERAMAN TERHADAP KANDUNGAN …eprints.unram.ac.id/8161/1/JURNAL ABDUL HALIM.pdf · Zat ini dapat menaikan energi makanan tanpa menambah volume terlalu banyak. Ini

10

Tabel 3. Rataan Kandungan BK, BO,PK dan LK silase jerami jagung yang

ditambahkan daun lamtoro dan molases.

Variabel Perlakuan

T1 T2 T3 T4

BK (%) 30.11a

28.58

a

27.98

a 23.34

b

BO (%) 91.42a

91.00

a

90.95

a

90.88

a

PK (%) 10.56a

9.97

ab

9.26

b

7.51

c

LK (%) 3.29a 3.19

ab 3.08

ab 2.63

b

abc superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat

nyata (P<0,01).

Keterangan:

T1 : lama waktu fermentasi 7 hari

T2 : lama waktu fermentasi 14 hari

T3 : lama waktu fermentasi 21 hari

T4 : lama waktu fermentasi 28 hari

Kandungan Bahan Kering

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan bahan kering silase jerami jagung

yang ditambah daun lamtoro (leucena leocephala), tetes (molases) dan lactobacillus

tertinggi diperoleh pada T1 (91,42%) dan terendah pada T4 (90,88%), tetapi T1 secara

statistic tidak berbeda nyata (P > 0,05) dengan T2 dan T3. Hasil penelitian ini

membuktikan bahwa semakin lama waktu pemeraman cenderung semakin banyak terjadi

kehilangan bahan kering. Menurunnya kandungan BK disebabkan komponen

karbohidrat banyak mengalami fermentasi atau teroksidasi menjadi senyawa-senyawa

sederhana seperti asam laktat dan karbon dioksida. Seperti diketahui bahwa komponen

tertinggi penyusun bahan organik pakan adalah karbohidrat, sehingga semakin banyak

karbohidrat yang terfermentasi akan semakin banyak komponen bahan kering yang

hilang,yang pada akhirnya berpengaruh juga terhadap penurunan kadar BK terutama

pada T4.

Penyebab lain penurunan kandungan bahan kering silase adalah adanya penambahan

lamtoro, hal ini berkaitan dengan kandungan serat kasar dan juga kandungan air pada

lamtoro yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan jerami jagung (Woolford,

1984).Hall (1970) menjelaskan bahwa perkembangan mikroorganisme dipengaruhi oleh

suhu dan air. Kandungan air yang tinggi pada bahan merupakan media yang baik untuk

pertumbuhan berbagai mikroba, dengan banyaknya populasi mikroba maka akan lebih

banyak memecah bagian makanan sebagai sumber energi seperti karbohidrat, protein,

dan lemak. Suhardjo et al. (1986) menyatakan bahwa selama proses penyimpanan,

penurunan bahan kering dapat terjadi akibat aktifitas enzim mikroorganisme, proses

oksidasi dengan membentuk uap air sehingga kandungan air meningkat. Keadaan ini

akan mengurai kandungan bahan kering dari makanan menjadi asam laktat dan CO2.

Bahan Organik

Bahan organik adalah suatu bahan yang menghasilkan energi dan panas bila dicerna.

Bahan tersebut meliputi karbohidrat, protein dan lemak (Rismunandar, 1986). Bahan organik dapat ditentukan melalui proses pengabuan, kadar abu dari suatu bahan dapat

ditentukan dengan membakar suatu bahan pada 600OC selama beberapa jam sampai

sampel tersebut berwarna putih, karena pada suhu tersebut unsur-unsur organik akan

mengalami penguapan sehingga yang tertinggal hanya bahan organik (Harris, 1970).

Page 11: PENGARUH LAMA PEMERAMAN TERHADAP KANDUNGAN …eprints.unram.ac.id/8161/1/JURNAL ABDUL HALIM.pdf · Zat ini dapat menaikan energi makanan tanpa menambah volume terlalu banyak. Ini

11

Hasilpenelitian menunujukkan nilai rata-rata kandungan bahan organik jerami jagung

tertinggi pada T1 (91.42), T2 (91.00),T3 ( 90.95), dan terendah T4 (90.88).

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa lama fermentasi dalam pembuatan siase

tidak berpengaruh nyata (P > 0,05), terhadap penurunan kandungan bahan organik jerami

jagung. Lama fermentasi jerami jagung pada setiap perlakuan, tidak mempengaruhi

kandungan bahan organik silase jerami jagung yang dihasilkan. Hasil yang diperoleh

sejalan dengan penelitian Hidayati (2010) pada kandungan bahan organik yaitu tidak

memberikan respon yang nyata dari jerami jagung. Perbedaan yang tidak nyata ini

berkaitan dengan kandungan bahan kering yaitu apabila perlakuan tidak mempengaruhi

kandungan bahan kering maka perlakuan tersebut tidak mempengaruhi kandungan bahan

organiknya. Aryo (2010) menjelaskan bahwa apabila perlakuan tidak mempengaruhi

bahan kering maka perlakuan tersebut tidak mempengaruhi bahan organik.

Protein Kasar

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian daun lamtoro memberikan

pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan protein kasar pada silase jerami

jagung. Uji jarak berganda Duncan’s menunjukkan bahwa T1 nyata lebih tinggi jika

dibandingkan dengan T2, T3, demikian juga dengan perlakuan T4, akan tetapi tidak

terdapat perbedaan nyata (P<0,5) kandungan protein kasar pada perlakuan T1 serta tidak

terjadi perbedaan yang nyata pada perlakuan T2, T3 jika dibandingkan dengan T4.

Semakin tinggi pemberian daun lamtoro maka semakin tinggi pula rata–rata persentase

protein kasar pada silase jerami jagung. Peningkatan kandungan protein kasar silase

sejalan dengan penambahan daun lamtoro. Menurut Jaelani dkk (2014) kandungan

protein dalam silase tidak hanya dipengaruhi oleh lama penyimpanan silase tetapi juga

dipengaruhi oleh kadar air, kualitas bahan baku, kandungan protein pada bahan baku serta

tingkat keberhasilan pembuatan silase.

Sumber energi bagi bakteri asam laktat sehingga mampu bekerja secara optimal

dalam fermentasi dimana bakteri asam laktat adalah mikroba yang berperan dalam

meningkatnya kandungan protein kasar silase hal ini sesuai dengan pendapat Heller

(2009) dalam Nurul, (2012) yang menyatakan bahwa yang penting dari bakteri asam

laktat adalah kemampuannya untuk memfermentasi gula menjadi asam laktat dimana

bakteri tersebut merupakan penyumbang protein asal mikrobia. Lebih lanjut Santoso dkk.,

(2008) menyatakan bahwa bakteri asam laktat mempunyai peranan yang penting pada

fermentasi hijauan dan mempengaruhi kualitas silase yang dihasilkan.

Lemak Kasar

Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata kandungan lemak kasar dari setiap perlakuan,

kadar lemak kasar tertinggi yaitu T1 (3.29%), diikuti T2 (3.19%), T3 (3.08%) dan

terendah pada T4 (2.63%). Hasil analisis variansi menunujukkan bahwa penambahan silase limbah jagung yang ditambahkan dengan daun lamtoro dan molases berpengaruh nyata

P<0,05 terhadap kandungan Lemak Kasar. Uji lanjut jarak berganda Duncan’s menunjukkan

bahwa kandungan lemak kasar T4 nyata lebih rendah jika dibandingkan dengan T1, T2 dan T3.

Rendahnya kandungan lemak kasar T4 jika dibandingkan dengan dengan perlakuan yang lainnya. Hal itu disebabkan oleh kandungan karbohidrat terlarut dalam bahan yang

dapat memacu pertumbuhan Bakteri Asam Laktat sehingga dapat menururunkan pH

menjadi lebih rendah, terjadi penurun lemak yang cendrung lebih tinggi dibandingkan

dengan perlakuan lainnya,

kecendrungan penurunan lemak kasar pada perlakuan T4 kemungkinan disebabkan

oleh terpecahnya ikatan komplek trigliserida menjadi ikatan-ikatan sederhana antara lain

dalam bentuk asam lemak dan alkohol.Sebagian dari asam lemak yang terbentuk akan

Page 12: PENGARUH LAMA PEMERAMAN TERHADAP KANDUNGAN …eprints.unram.ac.id/8161/1/JURNAL ABDUL HALIM.pdf · Zat ini dapat menaikan energi makanan tanpa menambah volume terlalu banyak. Ini

12

menguap sehingga kadar lemak kasar menjadi turun. Hal ini sesuai dengan pendapat

Amrullah dan Makmur (2006), menyatakan bahwa kandungan lemak kasar dari bahan

pakan terdiri dari ester, gliserol, asam-asam lemak dan vitamin yang larut dalam lemak

mudah menguap.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan uraian dalam pembahasan diatas, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

a. Pembuatan silase jerami jagung dengan penambahan 10% daun lamtoro sebagai

sumber nitrogen, dan penambahan molases sebagai sumber energi memberikan

pengaruh terhadap kondisi organoleptik (warna, bau, dan tekstur) yang baik.

b. Lama pemeraman 28 hari cenderung menurunkan kandungan zat-zat makanan,

terutama bahan kering, protein kasar, dan lemak.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang palatabilitas jerami jagung yang

difermentasi dengan menggunakan lamtoro sebagai sumber protein

Page 13: PENGARUH LAMA PEMERAMAN TERHADAP KANDUNGAN …eprints.unram.ac.id/8161/1/JURNAL ABDUL HALIM.pdf · Zat ini dapat menaikan energi makanan tanpa menambah volume terlalu banyak. Ini

13

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah Ibnu Katsir, 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi Kompleks

IPB, Bogor.

Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir Dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. UI-Press.

Jakarta.

Anonim. 2003. Gula Merah. http://gulamerahyogya.blogspot.com. Diakses pada tanggal 03

maret 2014.

AOAC. 1995. Official Methods Of Analysis Of The Association Of Analytical Chemist.

Washington D. C.

---------2012. Mengenal Nutrisi Gula Lebih Dekat.http://budiboga.blogspot.com /2012/07/

megenal-nutrisi-gula-lebih-dekat.html. Diakses pada tanggal 03 maret 2014.

Barber, S. and C. B. de Barber. 1980. Rice Brand Chemistry and Technology In:

RiceProduction and Untilization, Luh. B.S., ed. A VI Publishing Comp., Westport.

Bamualim, A. 1985. Effect af Leucaena Fed as a suplement to ruminants an a low quality

rouhage. Proc. Of the fifth Annual Workshop of Australia-Asia. Canberra

Church, D.C. and W.G. Pond. 1988. Basic Animal Nutrition and Feeding. 3rd

Ed. Jhon Wiley

& Sons, New York.

Close, W. and K.H. Menke. 1986. Selected Topics in Animal Nutrition. A Manual Prepared

for The Third Hohenheim Course on Animal Nutrition in The Tropics and Semi-

Tropics. 2nd

Ed. The Institute of Aniamal Nutrition, Hohenheim University, Stuttgart.

Crowder, L.V. and H.R. Chheda. 1982. Tropical Grassland Husbandry. Longman Inc., New

York.

Cullison, A.E. and R.S lowrey. 1987. Feeds and Feeding. 2nd

Ed. Prentice-hall of India Pvt.

Ltd., New Delhi.

Dahlanuddin. 2001. Forages commonly available to goats under farm conditions on Lombok

Island, Indonesia Livestock Research for Rural Development. (13) 1:

www.cipav.org.co/lrrd/lrrd13/1/dahll31.htm. diakses 2 Januari 2012 pukul 09.00

WIB.

Dahlanuddin, Denipopy, Simon Queigley, Oscar. Y 21014 liveweight gain and feed in take of

weaned bali calttle fed grass and tree legumes in wist nusa tenggara Indonesia.

Journal animal production scienex vol: 54 issue 7*2014*831 – 890.

Doyle, P.T. Dafrendra and G.R. Pearce, 1986. Rice Straw As a Feed For Ruminant.

International Development Program of Australia Univercity Collages Limited,

Canbera.

Page 14: PENGARUH LAMA PEMERAMAN TERHADAP KANDUNGAN …eprints.unram.ac.id/8161/1/JURNAL ABDUL HALIM.pdf · Zat ini dapat menaikan energi makanan tanpa menambah volume terlalu banyak. Ini

14

Gunawan, B. Tangendaja, D. Zainuddin, J. Darma dan A. Thalib. 1988. Silase. Laporan

Penelitian. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.

Hall, DW., 1970. Handling And Strorage Of Food In Tropical And Subtropical Areas, FAO,

Rome.

Hartadi, H., S. Reksodiprodjo dan A.D. Tillman. 1991. Tabel Komposisi Bahan Makanan

Ternak Untuk Indonesia.Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Intan Nursiam (2010), Bahan Makanan Ternak : Limbah Pertanian,

https://intannursiam.wordpress.com/2010/08/26/bahan-makanan-ternak-limbah-

pertanian.

Kamal, M. 1998. Nutrisi Ternak I. Rangkuman Lab. Makanan Ternak, Jurusan Nutrisi Dan

Makanan Ternak. Fakultas Peternakan , UGM. Yogyakarta.

Kavana, V.P.Y., J.B Kizima, Y.N Msanga, N B Kilongozi, B S J Msangi, L A Kadeng’uk, S.

Mngulu and P K Simba. 2005. Potential of pasture and forage for ruminant production

in Eastern zone of Tanzania. Livestock Research fpr Rural Development 17(12).

Komar, A.1984. Teknologi Pengolahan Jerami Jagung Sebagai Makanan Ternak. Yayasan

Dian Grhita. Indonesia

Lascano L, P. Avila 1 and J. Stewart. 2003. Intake, digestibility and nitrogen utilization by

sheep feed with provenances of Caliandra calothyrsus; Meissner with different tannin

structure Arch. Latinoam. Prod. Anim. 2003. 11(1): 21-28 J Anim. Sci. Vol 81, Suppl.

1/J. Dairy Sci. Vol 86, Suppl.1.

Lopez G, G. Ros, F. Rincon, M.J. Periago, M.C. Martinez, & J. Ortuno. 1996.

Relationshipbetween physical and hydration properties ofsoluble and insoluble fiber

of artichoke. J.Agric. Food Chem. 44:2773-2778.

Mathius, I. W. 1984. Hijauan gliricidia sebagai pakan ternak ruminansia. Wartazoa. Pusat

penelitian dan pengembangan Peternakan Vol 1 No.4 pp. 19 – 23.

Miron, J., R. Solomon, G. Adin, U. Nir, M. Nikbachat, E. Yosef, A. Carmi, Z.G.

Weinberg, T. Kipnis, E. Zuckerman and D.B. Ghedalia. 2006. Effect of harvest stage

and regrowth on yield, composition, ensilage and in vitro digestibility of new forage

sorghum varieties. J. Sc. Food Agric. 86: 140 –147.

Murni, R., Akmal, dan Y. Okrisandi. 2008. Pemanfaatan Kulit Buah Kakao yang

Difermentasi dengan Kapang Phanerochaete Chrysosporium sebagai Pengganti

Hijauan dalam ransum Ternak Kambing.Agrinak. Vol. 02 No. 1 Maret 2012:6-10.

Mosafie dkk, A Achmanto, Y. P. Tedjowahyanu, N. K. S. Wardani. K. Ma’sum, 1989.

UreaMolases Blok Pakan Suplemen Untuk Ternak Ruminansia. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian Sub Balai Penelitian Ternak Grati.

National Academy of Science. 1984. Leucaena : Promising Forage and Tree for the Tropics.

National Academy of Science, Washington, D.C.

Page 15: PENGARUH LAMA PEMERAMAN TERHADAP KANDUNGAN …eprints.unram.ac.id/8161/1/JURNAL ABDUL HALIM.pdf · Zat ini dapat menaikan energi makanan tanpa menambah volume terlalu banyak. Ini

15

Nurul Hidayati,2006. Pengolahan Tongkol Jagung Sebagai Bahan Pembuatan Furural ( The

Treatmen Of the Corn-Kkuob as Arow Material For Marking Furtural). Jurnal Ilmu

Dasar, Vol.8 No.1 2006. Haql : 45-53.

Oscar.Y. Dahlanudin, Iqbal. M Amin . M 2014 Pengaruh Beberapa Jeni Additive Terhadap

Komposisi Nutrisi, KCBK, Dan KCBO Silase Jerami Jagung (Zea Mays ). Laporan

Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Mataram.

Poespoegoro, M. 1997. Fermentasi Subtrat Padat. Lembaga Kimia Nasional LIPI. Bandung.

Preston, T.r. and R.A.Leng. 1987. Matching Ruminant Production Sistems with Available

Resources in the Tropic and Sub-Tropic. International Colour Production. Stanthorpe,

Queensland, Australia.

Reaves. P. J.M., 1963. Dairy Cattle Feeding and Management, John wiley and sons, inc, New

York.

Reksohadiprodjo, S. 1984. Bahan Makanan Ternak Limbah Pertanian dan Industri. BPFE.

Yogyakarta.

Rukmanto.s., Dkk.2002. Produksi dan pemanfaatan hijauan. Direktorat Jendral Bina

Produksi Peternakan Departemen Pertanian. Dairy Thecnology Improvment Project in

Indonesia 2002.

Saun R. J. V. & A. J. Heinrichs. 2008. Troubleshooting silage problems. How to

identify potential problem. In: Proceedings of the Mid-Atlantic Conference,

Pensylvania, 26 May 2008. Penn State Collage. 210.

Surrakhmad, 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah. Tarsito Bandung

Sagar, B.F.,1985. Mechanism Of Cellulose Action. InJ. F. Keneddy, G.O. Philips, D.J.

Wedlock, and P.A Williems (eds) Cellulose and ats Derivates Chamstry,

Biochemistry and Aplications. Ellis Harwood Limited, Jhon Wiley and Sons, New

York.

Siregar, S. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soetardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Intitut

Pertanian Bogor.

Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging cetakan ke tiga. Gajah Mada University Press,

Yogyakarta.

Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie, 1989. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan

Biometrik. Terjemahan : Bambang Sumantri, Penerbit, Jakarta.

Stefani, J. W. H., F. Driehuis, J. C. Gottschal, and S. F. Spoelstra. 2010.Silage fermentation

processes and their manipulation: 6-33. Electronicconference on tropical silage. Food

Agriculture Organization.

Page 16: PENGARUH LAMA PEMERAMAN TERHADAP KANDUNGAN …eprints.unram.ac.id/8161/1/JURNAL ABDUL HALIM.pdf · Zat ini dapat menaikan energi makanan tanpa menambah volume terlalu banyak. Ini

16

Sutardi. T. 1997. Peluang dan Tantangan Pengembangan Ilmu – Ilmu Nutrisi Ternak. Orasi

Ilmiah Guru Besar Ilmu Nutrisi Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor,

Bogor.

Susetyo, S. 1980. Padang Penggembalaan. Fakutas Peternaka Institut Pertanian Bogor,

Bogor.

Surono. Hadiyanto. A.Y dan M. Christiyanti. 2006. penambahan bioaktivator pada complete feed

dengan pakan basal rumput gajah terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik

secara in vitro. Fakultas Peternakan Dan Pertanian. Universitas Diponegoro. Semarang.

Suhardjo, Halper, L. J., Brady, L. D. and Judya, D., 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. UI-

Press, Jakarta.

Tampoebolon, B. I. M. 1997. Seleksi dan Karakterisasi Enzim Selulase Isolat Mikrobia

Selulotik Rumen Kerbau. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta (Tesis Magister Ilmu Ternak).

Tangendjaja, B dan E. Wina. 2006. Limbah Tanaman Dan Produk Sampingan Industry

Jagung Untuk Pakan. Balai Penelitian Ternak, Bogor.

Tilman, A. D. dkk., 1986. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press.

Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Tillman, A.D., H. Hartadi., S. Reksohadiprodjo., S. Prawirokusumo., dan S. Lebdosoekodjo.

1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Utomo, R. 2012. Bahan Pakan Berserat untuk Sapi Potong. PT. Citra Aji Pratama.

Yogyakarta.

Van Soest, P.J., 1982. Nutritional Ecologi Of The Ruminant. O dan B Books Inc Convallis.

Ovegon United State Of Amerika.

Winarno, F. G. S. dan Fardias. 1981. Bio Fermentasi dan Bio Protein. Penerbit Angkasa,

Bandung.

Yudi, 2009.Kesmafet Susu. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Gajah

Mada.Yogyakarta.