peranan majelis ulama indonesia mui bambu apus...
TRANSCRIPT
PERANAN MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) BAMBU APUS
DALAM PENANGGULANGAN PERJUDIAN DI DUSUN EMPAT
DESA BAMBU APUS PAMULANG
Oleh :
NAHYADI
NIM : 209805100075
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2005 M/1426 H
ii
PERANAN MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) BAMBU APUS
DALAM PENANGGULANGAN PERJUDIAN DI DUSUN EMPAT
DESA BAMBU APUS PAMULANG
Oleh :
NAHYADI
NIM : 209805100075
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2005 M/1426 H
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
PERANAN MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) BAMBU APUS
DALAM PENANGGULANGAN PERJUDIAN
DI DUSUN EMPAT DESA BAMBU APUS PAMULANG
Skripsi ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Perkuliahan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi dan Penyiaran Islam Pada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
Oleh:
NAHYADI
NIM : 209805100075
Dibawah bimbingan
Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum
NIP. 150 244 766
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2005 M/1426 H
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif (UIN)
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif (UIN) Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia manerima sanksi
yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif (UIN) Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 13 Agustus 2005
Nahyadi
v
KATA PENGANTAR
������������������������ �������� �������� ����������������������������
��������������������������������
Alhamdulillah Rabbil ‘Alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
swt yang Maha Rahman dan Rahim, yang telah mencurahkan rahmat, hidayah serta taufiq-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Penyiaran Islam pada Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, sahabat dan tabi’it tabi’in.
Penulisan skripsi ini bukanlah hal yang mudah, sebab memerluksan persiapan yang
matang, baik fisik maupun mental spiritual serta materi, namun niat dengan iringan doa
serta semangat yang tinggi, dan juga dengan bantuan dari berbagai pihak, penulisan skripsi
ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Murodi, MA, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,.
vi
2. Bapak Dr. Arif Subhan, M.Ag. selaku pembantu Dekan I, Drs. H. Mahmud Djalal,
MA. Selaku pembantu Dekan II, serta bapak Drs. Study Rizal LK, M.Ag. selaku
pembantu Dekan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
3. Ibu Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum dan Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA., selaku
Koordinator Teknis dan Sekretaris Program Non Reguler Fakultas Dakwah dan
Komunikasi jurusan komunikasi penyiaran Islam(KPI).
4. Ibu Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum, selaku pembimbing yang telah tulus ikhlas dalam
mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran serta petunjuk dan pengarahannya untuk
membimbing penulis.
5. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen dengan penuh kesabaran dan keikhlasan dalam
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis dari awal masuk hingga selesainya
penulisan skripsi ini..
6. Bapak Drs. H. Rohmani Rasyid selaku Ketua majelis Ulama Indonesia desa Bambu
Apus Pamulang yang telah mendukung penyelesaian skripsi ini.
7. Ayahanda H. Rohmat dan Ibunda Hj. Ropinah yang telah memberikan bantuan baik
moril maupun materiil serta doanya.
8. Istri tercinta Lenih, dan ananda tersayang Nadhira Khalifatun nisa dan Raudhatun
Na’im Az-Zahra, Kakak-kakak dan adik-adik tersayang yang telah memberikan
dorongan dan nasehat kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan.
9. Staf perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang
telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan
vii
10. Seluruh teman-teman tercinta, terutama Nurochman, Zuhri, Entom Rustam, Suharjo,
Fathoni, Ibu Rahawati Wahab, Ibu Mardiati, dan adik-adik terutama Fahrul Roji, Lisna
dan lain-lain yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya kepada Allah SWT. Jugalah semua ini penulis serahkan, semoga Allah
SWT memberikan balasan dengan rahman dan rahim-Nya. Amin.
Pamulang, 13 Agutus 2005
Penulis
Nahyadi
viii
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 4
D. Metodologi Penelitian 4
E. Sistematika Penulisan 6
BAB II. LANDASAN TEORITIS
A. Pandangan masyarakat terhadap perjudian 8
B. Peranan MUI dalam penanggulangan perjudian 10
C. Penanggulangan Perjudian 14
D. Pengertian Perjudian dan bentuk-bentuknya 15
BAB III. GAMBARAN UMUM MUI DAN MASYARAKAT BAMBU APUS
PAMULANG
A. Latar Belakang Berdirinya Majelis Ulama Indonesia
dan Struktur Organisasi 22
B. Program, Visi dan Misi MUI Bambu Apus Pamulang 25
ix
C. Gambaran Umum Masyarakat Bambu Apus Pamulang 26
BAB IV. PERANAN MUI DALAM PENANGGULANGAN PERJUDIAN
A. Dakwah MUI Terhadap Perjudian 29
B. Efektivitas Dakwah Dalam Menanggulangi Perjudian 47
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan 66
B. Saran-saran 67
DAFTAR PUSTAKA 73
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan dalam bidang IPTEK dan tuntutan pembangunan yang telah
menyentuh seluruh aspek kehidupan, disamping membawa berbagai kemudahan dan
kebahagiaan namun juga menimbulkan sejumlah perilaku dan persoalan-persoalan
baru. Cukup banyak persoalan yang beberapa waktu lalu tidak pernah dikenal, bahkan
tidak pernah terbayangkan, kini hal itu menjadi kenyataaan. Salah satunya adalah
masalah perjudian yang kian merajalela sampai kepedesaan.
Di sisi lain, kesadaran beragama umat islam di bumi nusantara ini semakin
tumbuh subur. Oleh karena itu, sudah merupakan kewajaran dan keniscayaan jika
setiap timbul permasalahan baru, umat mendapatkan jawaban yang tepat dari ajaran
islam.
Telah terjadi kesadaran bersama bahwa membiarkan persoalan tanpa ada
jawaban dan membiarkan umat dalam kebingungan yang tidak dapat dibenarkan, baik
secara I’tiqodi maupun secara Syar’i. Oleh karena itu, para alim ulama dituntut untuk
segera mampu memberikan jawaban dan berupaya menghilangkan kehausan umat akan
kepastian ajaran islam berkenaan dengan persoalan yang mereka hadapi.
Demikian juga segala hal yang dapat menghambat proses pemberian jawaban
(Fatwa) sudah seharusnya segera dapat diatasi. Hal ini sejalan dengan firman Allah
SWT:
1
xi
���� ������� ��� ☺"#$%�& ��'
�()��*+,- .��' �/ �(�01�2)�
%*34"567�, 8��' �4�9�: �'
"� �;�1�: ��(=�� >�� �= �?@%)� A 32CD E�F,G- HIJK L396=�& M�
HIJK L396=�&�, NO�H(�9 D=� �P�QR
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang Telah kami
turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah
kami menerangkannya kepada manusia dalam Al kitab, mereka itu dila'nati
Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati (QS Al-
Baqarah: 159)
Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang merupakan wadah musyawarah para
ulama, Zu’ama, dan Cendikiawan muslim serta menjadi pengayom bagi seluruh
muslim Indonesia adalah lembaga paling kompeten bagi pemecahan dan menjawab
setiap masalah sosial keagamaan yang senantiasa timbul dan dihadapi masyarakat serta
telah mendapat kepercayaan penuh, baik dari masyarakat maupun dari pemerintah.1
Dalam menghadapi problematika masyarakat, MUI dapat dituntut ketegasan
dan kejelasannya supaya, khususnya penanggulangan perjudian yang telah merajalela
kepedesaan. Oleh karena itu penulis tertarik dan ingin menuangkannya dalam bentuk
karya ilmiah dengan judul “PERANAN MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI)
BAMBU APUS DALAM PENANGGULANGAN PERJUDIAN DI DUSUN
EMPAT DESA BAMBU APUS PAMULANG”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1 Din Syamsudin, et.al, Pedoman Penyelenggaraan Organisasi Majlis Ulama Indonesia, (Jakarta:
Majelis Ulama Indonesia, 2001) No. Keputusan-085/MUI/III h. 177-178
xii
1. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahannya pada:
a. Peranan Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Desa Bambu Apus Pamulang
terhadap masyarakat dalam menanggulangi perjudian
b. Pengaruh perjudian terhadap masyarakat Bambu Apus Pamulang dalam segi
ekonomi, perilaku sosial, dan peningkatan sikap keagamaan.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan masalah diatas, karena keterbatasan waktu dan pengetahuan serta
luasnya cakupan penelitian ini. Maka permasalahan pokok dapat dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana peranan MUI dalam penanggulangan perjudian di desa Bambu
Apus Pamulang?
2. Bagaimanakah metode dakwah MUI dalam penanggulangan perjudian di
desa Bambu Apus Pamulang?
3. Materi apa yang diberikan oleh MUI dalam penanggulangan perjudian di
desa Bambu Apus Pamulang?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini dikemukakan beberapa tujuan yang hendak dicapai,
antara lain:
1. Untuk mendapatkan gambaran tentang kegiatan Majelis Ulama Indonesia dalam
menanggulangi perjudian di desa Bambu Apus Pamulang.
xiii
2. Untuk memperoleh informasi dan data yang lengkap tentang dakwah Majelis
Ulama Indonesia dalam masalah perjudian
3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan MUI, pihak kelurahan atau
lembaga masyarakat dalam menanggulangi perjudian
Manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini antara lain:
1. Sebagai perbandingan atau pedoman dalam melaksanakan dakwah Islam
ditempat lain;
2. Sebagai Bahan Acuan MUI, pihak kelurahan dan lembaga masyarakat untuk
membuat rancangan materi dakwah yang cocok terhadap objek yang lain.
D. Metodologi Penelitian
Penelitian skripsi ini menggunakan pendekatan Deskripsi analisis. Dalam penelitian
ini penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan, maka penulis menggunakan
beberapa teknik antara lain:
a. Wawancara
Penulis melakukan wawancara dengan ketua MUI Desa Bambu Apus
Pamulang
b. Observasi
xiv
Penulis terjun langsung kelapangan guna mendapatkan data yang lebih
akurat sebagai bahan penelitian
c. Angket
Penulis menyebarkan angket kepada para responden tentang masalah yang
diteliti.
2. Populasi dan Sampel
Sampel merupakan perwakilan dari populasi. Populasi adalah jumlah
keseluruhan unit sampel yang akan diteliti. Dari jumlah lima kepala dusun (Kadus)
yang ada di Desa Bambu Apus Pamulang, namun tidak semua kadus yang diteliti,
penulis hanya memfokuskan pada kadus empat yang terdiri dari delapan RT.
Penulis memperoleh data mengenai jumlah keseluruhan masyarakat yang
ada di Desa Bambu Apus Pamulang adalah 11.972 jiwa terbagi dalam 5 (lima)
kadus atau kepala dusun, sedangkan yang penulis teliti adalah kadus 4 (empat)
yang terdiri dari 8 (delapan) RT yang jumlahnya 5.013 jiwa, sedangkan yang
bermain judi adalah 100 orang. Sampel akan diberikan sebanyak 60 orang dari dari
8 (delapan) RT.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Desa Bambu Apus Pamulang, Kecamatan Pamulang, Kab. Tangerang
b. Waktu Penelitian
xv
Penelitian ini dilaksanakan sejak sabtu, 15 Mei 2004 – Minggu, 15 Agustus
2004
4. Teknik Analisa Data
Analisis data merupakan proses penjelasan data untuk mempermudah dianalisa
dan di interpretasikannya data. Dalam pengolahan dan menganalisa data tersebut
dilakukan dua cara, yaitu:
a. Tabulasi data (data disusun secara rinci kedalam tabel frekuensi)
b. Rumus
E. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-masing bab mencakup isi sebagai
berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Yaitu meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II. LANDASAN TEORITIS
Meliputi: Pandangan masyarakat terhadap perjudian, Peranan MUI dalam
penanggulangan perjudian, Penanggulangan Perjudian, Pengertian
Perjudian dan bentuk-bentuknya.
BAB III. GAMBARAN UMUM MUI DAN MASYARAKAT BAMBU APUS
PAMULANG, meliputi: Latar Belakang Berdirinya Majelis Ulama
xvi
Indonesia dan Struktur Organisasi, Program, Visi dan Misi MUI Bambu
Apus Pamulang, Gambaran Umum Masyarakat Bambu Apus Pamulang.
BAB IV. PERANAN MUI DALAM PENANGGULANGAN PERJUDIAN,
meliputi: Dakwah MUI Terhadap Perjudian, Efektivitas Dakwah Dalam
Menanggulangi Perjudian
BAB V. PENUTUP, meliputi: kesimpulan dan saran.
xvii
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pandangan Masyarakat Terhadap Perjudian
Pengertian pandangan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah hasil
perbuatan memandang (memperhatikan, melihat dsb)2. Jadi pandangan masyarakat
adalah pengetahuan yang didapat oleh masyarakat setelah memperhatikan sesuatu baik
dengan melihat, mendengar maupun dengan merasakannya.
Tanggapan masyarakat berbeda-beda terhadap praktek perjudian itu. Ada yang
menolak sama sekali: yaitu menganggap perjudian ini sebagai perbuatan seram dan
dosa serta haram sifatnya. Namun ada pula yang menerimanya, bahkan
menganjurkannya sebagai sumber penghasilan inkonvensional. Sedangkan orang lain
bersikap netral saja. Bagi para penganut agama Kristen, khususnya bagi kaum puritan,
perjudian adalah barang larangan. Sebab penghasilan yang halal itu bukanlah hasil dari
pertaruhan, akan tetapi harus merupakan jerih payah dalam usaha kita membesarkan
keagungan Tuhan. Agama Islam juga melarang perjudian, perbuatan judi dan
pertaruhan dianggap sebagai dosa atau perbuatan haram. Judi merupakan bujukan
syaitan untuk tidak mentaati perintah Allah SWT karena itu sifatnya jahat dan merusak.
Pekerjaan judi atau bermain judi menurut norma jawa digolongkan dalam aktifitas
5-M diantaranya: minum-minuman keras dan mabuk-mabukan, madon, bermain
dengan wanita pelacur, maling, mencuri, madat, minumcandu, bahan narkotik, ganja
2 Departeman Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, Jakarta: 2001),
ed.3, cet.1, h.821
xviii
dan lain-lain. Serta judi berbotohan, berjudi dan bertaruh sebab, berjudi itu membuat
orang menjadi malas, tidak mengenal rasa malu, berkulit dan bermuka tebal. Jika
modalnya habis, ia menjadi kalap, lalu sampai hati merampas hak milik orang lain,
merampok atau mencuri, harta kekayaan warisan, bahkan juga anak dan istrinya habis
dipertaruhkan di meja judi. Sebaliknya apabila ia menang berjudi, hatinya merasa
senang. Sifatnya sangat royal, boros, tanpa pikir, suka akan wanita pelacur, dan lupa
daratan. Pola berjudi itu mendorong orang untuk selalu menyebut kemenangan, dan
menjadikan dirinya serakah serta gila kemenangan. Namun akibatnya, ia justru
menderita banyak kekalahan. Berjudi itu bisa merangsang orang untuk berbuat
kriminal diantaranya mencuri, merampok, merampas, korupsi menggelapkan kas
negaradan lain-lain.
Sebagian masyarakat berpendapat bahwa perjudian akan dapat menghasilkan
keuntungan besar dalam waktu pendek dengan cara yang mudah dan perjudian itu
dianggap sebagai peristiwa biasa sehingga orang bersikap acuh-tak acuh terhadapnya.
Banyak orang modern menganggap perjudian sebagai satu rekreasi yang netral, dan
tidak mengandung unsur dosa. Lagipula perjudian bisa menumbuhkan kegairahan dan
harapan-harapan. Disamping itu perjudian dan usaha-usaha kasino bisa dijadikan
sumber keuangan bagi oknum, organisasi atau partai politik dan pemerintah daerah.
Tanggapan masyarakat pejudi di desa Bambu Apus pamulang terhadap praktek
perjudian itu adalah sebagian ada yang mengatakan bahwa perjudian itu haram, dan
sebagian lagi tidak tahu hukumnya perjudian tersebut karena mereka jauh dari
agamanya. Perjudian akan dapat menghasilkan keuntungan yang besar dalam waktu
xix
yang pendek dengan cara yang mudah dan ia beranggapan bahwa perjudian merupakan
suatu hal-hal yang biasa-biasa saja. Padahal agama islam melarangnya, dan mereka
juga beranggapan bahwa perjudian itu dapat menunjang mata pencahariannya atau
usahanya. Padahal kalau kita mengerti bahwa usah diiringi dengan perjudian maka
tidak akan berkah dan maju usaha kita malah bisa habis.
B. Peranan MUI Dalam Penanggulangan Perjudian
Peranan dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya adalah tindakan yang
dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa3. Jadi peranan MUI adalah tindakan
yang dilakukan oleh MUI.
Islam adalah sebuah agama yang diturunkan oleh Allah sekitar 14 abad yang lalu
sebagai “Rahmatan Lil’alamin” yang mempunyai misi khusus yaitu menyelamatkan
manusia dari zaman kegelapan (jahiliyah) menuju zaman pencerahan (Islamiyah).
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Anbiya ayat 107:
��'�, NS T;6=3UVW,- XY�� (Z��[�3W
N\]�☺^= 396=�_� �P�`R
Artinya: Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta Alam. (QS Al-Anbiya: 107)
Mengajak kejalan Allah adalah wajib hukumnya. Keberhasilan ajakannya
mencerminkan prospek kelestarian dan pengembangan Islam di masa mendatang.
3 Ibid. h.854
xx
Sebab maju mundurnya suatu agam terletak ditangan penganut-penganutnya.
Sebagamana Firman Allah dalam surat Al-Imran ayat 104:
�a%�#)��, VIa%;�0' bZ�'G- ���HH[4�&
>^c�� �dV�E&)e ��,H�H'6F�&�,
@,H��9Z+6f�: ��V�3g�(�&�, ���H
h�E%; ☺)� i 32CD E�F,G-�, HI9j
NO� E�=)k ☺)� �P�R
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar
merekalah orang-orang yang beruntung.
(QS Al-Imron: 104).
� و ���� ا� ��� ا� ر�ل �� :ل �� ��� ا� ر�� ا� �ري �� ا�� ��� :ی��ل
ذ�- و %,��,� ی*()�' �� %�ن ,%,�*�ن� ی*()�' �� %�ن ,���# %��$�"# م�!"ا م�!� راى م�
(م*�� روا#) ا0ی��ن ا�/Artinya: Dari Abu Said Alkhudry ra. Berkata: Saya telah mendengar Rasullah Saw.
Bersabda: siapa diantara kamu melihat mungkar, harus merubah dengan
tangannya, bila tidak dapat maka dengan mulut (lisannya), apabila tidak dapat
maka dengan hatinya, dan ini selemah-lemahnya iman (HR. Muslim) 4
:��ل ����2 ا� ر�1 ��" ا�� �� و�� � و ���� ا� ��� ا� ر�ل � آ�!� :ی��ل (م*�� و � �رى روا#)ر��(� �� م*�5ل وآ�!� راعArtinya: Ibnu umar ra. Berkata: Saya telah mendengar Rasullah Saw. Bersabda: kamu
kalian adalah pemimpin, dan kamu akan ditanya tentang kepemimpinanmu (HR
Bukhari dan Muslim)5
Menurut Din Syamsuddin dalam bukunya “Pedoman Penyelenggaraan
Organisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI)” harus mempunyai peran utama
diantaranya:
1. Sebagai Pewaris Tugas Para Nabi (Warasatul Anbiya)
4 Salim Bahreisy, Terjemah Riyadhus Shalihin, Bandung: PT Al-Ma’arif, 1997), Cet.ke-12, jilid 1,
h.190
5 Ibid, h. 271-272
xxi
Majelis Ulama Indonesia (MUI) berperan sebagai pewaris tugas-tugas para
Nabi, yaitu menyebarkan agama Islam serta memperjuangkan terwujudnya
suatu kehidupan sehari-hari dengan arif dan bijaksana yang berdasarkan
Islam serta memperjuangkan perubahan kehidupan agar berjalan sesuai
dengan ajaran Islam walau menerima kritikan, tekanan dan ancaman.
2. Sebagai Pemberi Fatwa.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) berperan sebagai pemberi fatwa bagi umat
Islam baik diminta maupun tidak diminta. Contohnya memberi fatwa
seperti aliran paham, pemikiran serta organisasi keagamaannya.
3. Sebagai Pembimbing dan Pelayanan Umat (Ri’ayat Wa Khadim al-Ummah)
Majelis Ulama Indonesia (MUI) berperan sebagai pelayanan umat (Khadim
al-Ummah), yaitu melayani umat Islam dan masyarakat luas dalam
memenuhi harapan, aspirasi, dan tuntutan, Majelis Ulama Indonesia harus
senantiasa berikhtiar memenuhi permintaan umat Islam baik secara
langsung maupun tidak langsung. Serta MUI harus selalu berusaha tampil
dalam membela dan memperjuangkan aspirasi umat Islam dan masyarakat
luas.
4. Sebagai Gerakan Islam Wal-Tajdid
Majelis Ulama Indonesia (MUI) berperan sebagai pelopor Islam yaitu
gerakan pembaharuan pemikiran Islam, maka MUI harus menempuh
xxii
dengan jalan tajdid yaitu gerakan pembaharuan Islam, jalan taufiq
(kompromi) dan tarjih (mencari hukum yang lebih kuat)
5. Sebagai Penegak Amar Ma’ruf dan Nahyi Munkar
Majelis Ulama Indonesia (MUI) berperan sebagai wahana penegakan amar
ma’ruf nahyi munkar, yaitu dengan menegaskan kebenaran. Sebagai
kebenaran dan kebaikan kebenaran dan kebatilan. Sebagai kebatilan dengan
penuh hikmah dan istiqomah. Oleh sebab itu MUI dalam menjalankan
fungsinya harus tampil dibarisan terdepan sebagai kekuatan moral (Moral
force).
C. Penanggulangan Perjudian
Menurut Kartini Kartono dalam bukunya “Patologi Sosial dalam menanggulangi
masalah perjudian” yaitu:
1. Mengadakan perbaikan ekonomi nasional secara menyeluruh
2. Menyediakan tempat-tempat hiburan dan rekreasi yang sehat
3. Larangan Praktek judi, disertai tindakan-tindakan preventif dan
Funitif (hukuman dan sanksi)
4. Adanya keseimbangan antara budget dipusat dan didaerah-daerah
propinsi.
5. mengurangi jumlah judi buntut, dengan jalan menurunkan nilai hadiah
tertinggi dari macam-macam lotre yang resmi
xxiii
6. menambah jumlah hadiah-hadiah hiburan dan lainnya yang lebih
banyak.6
D. Pengertian Perjudian dan Bentuk-bentuknya
1. Pengertian Perjudian
Masyarakat modern yang serba kompleks sebagai produksi dari kemajuan
teknologi, mekanisasi memunculkan banyak masalah sosial. Dengan demikian,
adaptasi / penyesuaian diri terhadap masyarakat modern yang hiper kompleks itu
menjadi tidak mudah. Kesulitan mengatakan adaptasi menyebabkan
kebingungan, kecemasan dan konflik-konflik, baik yang terbuka yang eksternal
sifatnya, maupun yang tersembunyi dan internal dalam batin tersendiri sehingga
banyak orang yang mengembangkan pola tingkah laku menyimpang dari norma-
norma umur dengan jalan berbuat semau sendiri demi keuntungan dan
kepentingan pribadi. Kemudian mengganggu dan merugikan pihak lain.
Menurut bahasa patologi berasal dari kata phatos dan logos. Phatos ialah
penderitaaan / penyakit, sedangkan logos adalah ilmu. Jadi patologi adalah ilmu
tentang penyakit, dan patologi sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang
gejala-gejala sosial yang dianggap “sakit” disebabkan oleh faktor-faktor sosial.7
Jadi patologi sasial adalah ilmu tentang “penyakit masyarakat”. Maka,
penyakit masyarakat atau sosial itu adalah segenap tingkah laku manusia yang
6 Kartini kartono, Potologi Sosial, (Jakarta: CV. Rajawali, 1988), h. 84-85 7 Kartini Kartono, potologi sosial, (Jakarta: CV. Rajawali, 1992), jilid.1 h. 1
xxiv
dianggap tidak sesuai, melanggar norma-norma umum dan adat istiadat atau tidak
terintegrasi dengan tingkah laku umum.8
Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, para sosiolog mendefinisikan
patologi sosial sebagai: semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma
kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas
kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan dan hukum formal.
Sedangkan menurut Dr. Saparinah Sadli, pelaku penyimpangan yaitu
tingkah laku yang dinilai sebagai menyimpang dari aturan-aturan normatif9.
Perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja yaitu mempertaruhkan nilai
atau sesuatu yang dianggap bernilai, dengan menyadari adanya resiko dan
harapan-harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan,
perlombaan, dan kejadian-kejadian yang tidak / belum tentu pasti hasilnya.
Menurut Undang-undang Hukum Pidana Pasal 303 ayat 3, perjudian adalah
main judi berarti tiap-tiap permainan yang kemungkinannya akan menang pada
umumnya, tergantung pada untung-untungan saja, juga kalau kemungkinan
bertambah besar karena pemain lebih pandai atau lebih cakap. Main judi juga
mengandung segala pertaruhan tentang suatu perlombaan atau permainan lain
8 Ibid, h. 5
9 Saparinah Sadli, Persepsi social mengenai Perilaku Menyimpang, ( Jakarta: Bulan bintang, 1976),
h. 16
xxv
yang tidak diadakan oleh mereka yang turut berlomba atau main itu, demikian
juga segala peraturan lainnya.10
Doli mutiara dalam tafsir KUHP perjudian Adalah permainan judi ini harus
diartikan dengan arti yang luas juga termasuk segala pertaruhan tentang kalah
menangnya suatu pacuan kuda atau lain-lain pertandingan, antara segala
pertaruhan dalam perlombaan-perlombaan ajang diadakan antara 2 orang yang
tidak ikut sendiri dalam perlombaan-perlombaan itu, misalnya totalisator dan
lain-lain.11
Dalam Al-Qur’an, selain Al-Maisir (judi yang mencakup makna umum),
Allah juga menyebutkan al-Ahzam. Ibnu Katsir menyebutkan dalam kitab tafsir
al-Qur’an dan al-Ahzam adalah anak panah yang tidak mempunyai bulu.
Biasanya orang arab jahiliyah menggunakannya untuk menetukan apakah mereka
mau melakukan sesuatu atau tidak. Dengan cara mengambil tiga anak panah
yang masing-masing ditulis “lakukanlah”, “jangan melakukan”, dan dan anak
panah ketiga tidak ditulis apa-apa. Ketiga aanak panah itu diletakkan dalam
sebuah tempat dan disimpan dalam ka’bah. Jika hendak melakukan sesuatu,
mereka meminta kepada penjaga ka’bah untuk mengambilnya salah satu anak
panah tersebut. Selanjutnya tindakan mereka sesuai dengan apa yang tertulis di
10 Buku Kitab Undang-undang Pidana Untuk Indonesia, h. 1433
11 Doli Mutiara, TafsirKUHP, (Jakarta: Bingtang Indonesia, 1962), h.203
xxvi
anak panah, “melakukan atau tidak”, jika yang diambilnya ternyata yang tidak
bertuliskan apa-apa, maka mereka mengulanginya sekali lagi.12
Menurut Bahrun Abu Bakar dalam bukunya yang berjudul “Khutbah Jum’at
Masjidil Haram”. Permainan meisir atau judi adalah semua jenis permainan yang
melibatkan dua orang atau lebih, hingga pada akhirnya salah seorang diantara
mereka mengalami kerugian harta, karena menderita kekalahan dari partner
bisnisnya, baik permainan dadu, catur, kartu, adu jago, dan lain sebagainya yang
memakai taruhan.13
Menurut Prof. H. Bustami A. Gani, dalam bukunya “al-Qur’an dan Tafsir
dan judi” adalah semua permainan yang mengadakan pertaruhan, yang kalah
harus membayar kepada yang menang baik berupa uang, barang-barang dan lain-
lainnya.14
Dari berbagai defenisi yang telah dikemukakan, akhirnya penulis
berkesimpulan bahwa pengertian perjudian adalah segala dan semua bentuk
permainan yang dilakukan dua orang atau lebih yang mengandung unsur taruhan
bersifat spekulatif atau untung-untungan serta salah satu dari mereka dirugikan
baik harta, uang, barang-barang, maupun yang lainnya.
2. Bentuk-Bentuk Perjudian
12 Hepi Andi, “Majalah Sabili”, No 26. th VIII 20 Juni 2001 / 28 Rabiul Awal 1422, h 21- 22
13 Syaikh Abdullah Ibnu Muhammad al-Khulaify, Khutbah Jum’at Majelis Haram, (Jeddah:
Penerbit Darul Ishfahan, 1991), h. 147-148
14 Bustanmi A Gani, et.al., Aalq dan Tafsirnya Depag RI, (Jakarta: CV. Darma Pala, 1997/1998),
Jilid I, Juz: 1-2-3, h. 389
xxvii
Permainan judi (maisir) adalah jenis permainan yang sangat terkenal di
zaman jahiliyah sebelum Islam datang memberantasnya dan beribu-ribu tahun
yang lalu. Sejak dikenalnya sejarah manusia. Pertama-tama seperti permainan
lama-lama mengandung unsur perjudian secara kecil-kecilan. Misalnya
permainan kelereng barang siapa yang menang mendapatkan hadiah segempal
gundu. Dan permainan lainnya akan mendapat hadiah berupa digendong oleh
temannya melintasi halaman. Orang bertaruh uang pada permainan kartu.
Bermacam-macam bentuk permainan anak-anak yang mengandung unsur
perjudian secara kecil-kecilan. Karena di dalamnya ada unsur pertaruhan. Orang
dewasa pun memiliki bermacam-macam permainan dari mulai permainan dadu,
kartu, sampai sport, game dan lain sebagainya.
Dalam bentuk yang paling sederhana, spekulasi ini berupa perbuatan
membeli atau menjual barang dagangan, benda-benda jaminan, dan hak-hak
tertentu, dengan pengharapan mendapatkan laba sebesar-besarnya atas dasar
untung-untungan yang membuta, disertai pengharapan bursa pasaran bisa
berubah menguntungkan dirinya.
Macam-macam lotre (nalo, lotto, lotre, buntut dan lain-lain). Casino-casino,
petak sembilan di Jakarta, sariempat di Bandung, Toto(totalisator) greyhound di
Jakarta, undian harapan yang sudah berubah menjadi undian social berhadiah di
Solo, sampul danau toba di Medan, sampul sumber harapan di Jakarta.
Tekpo ialah permainan dengan kartu domino, barang siapa mendapatkan
angka terbesar, dialah pemenangnya. Obei biasanya dilakukan di pasar, atau
xxviii
tempat ramai, permainan nger dilakukan dengan kartu domino, yaitu diambil
nomor-nomor kembar saja, yaitu 0-0, 1-1, 3-3, 6-6 dan lain-lain. Obat adalah
permainan dengan kartu dengan kartu domino pula. Pengikutnya ada banyak,
setiap orang manya mendapat dua helai kartu. Yang mendapat jumlah angka
terbesar, dialah yang menang.
Dadu-gledug biasanya dimainkan ditepi pasar dimainkan, atau dekat dengan
tempat suatu perayaan, gledug = jatuh terlentang sebabnya ialah bila permainan
kalah, mungkin dia bisa ngglebag jatuh pingsan/klenger, terlentang tidak ingat
diri. Dokding adalah permainan dengan dadu yang mukanya diberi gambar-
gambar binatang. Misalnya gambar kucing, babi, ular, katak, kera, dan lain-lain.
Dadu tersebut bermuka 6 atau 8. rang memasang pada kolom gambar binatang
dari kertas atau karton, yang digelar diatas tanah. Dadunya kemudian dikopyok,
atau dilempar ke udara, permainan kletekan dan silitan dan atau pantatan.
Perjudian juga digolongkan dalam aktifitas 5-M yaitu:
1. Minum-minuman keras dan mabuk-mabukan
2. Madon, bermain dengan wanita pelacur
3. Maling, mencuri
4. Madat, minum candu, bahan narkotika, ganja, dan lain-lain
5. main judi berbotohan berjudi dan bertaruh.
Sedang kentuk perjudian yang ada di desa Bambu Apus pamulang adalah
domino atau gaple, remi, togel, naga emas, cekih. Didalam permainan domino
atau gaple ada yang namanya murni, empat dobel dan lain sebagainya. Di
xxix
dalam remi ada namanya sanggong, capsah dan lain-lain. Di dalam rolet ada
nomor-nomor lalu diputar siapa yang memasang pada nomor yang di tuju maka
ia menang, contohnya ia memasang 5 dan rolet tersebut berhenti pada nomor 5
maka ia menang, cekih bentuk permainannya kalong, bebek, burung dan lain-
lain. Di dalam togel dan naga emas untuk memecahkan perjudian tersebut maka
ia berpedoman pada tafsir 1001 mimpi yang gunanya untuk memecahkan
mimpi kita. Kalau kita memasang togel 4 angka 1000.00 maka kalau kena akan
mendapat 2.000.000.00 sedangkan kalau naga emas 2 angka 1000.00 maka
kalau kena akan menjadi 25.000.00.
xxx
BAB III
GAMBARAN UMUM MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI)
BAMBU APUS PAMULANG
A. Latar Belakang Majelis Ulama Indonesia dan Struktur Oragnisasi MUI Desa
Bambu Apus Pamulang.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) desa Bambu Apus Pamulang Tangerang
berdiri pada tanggal 27 Agustus 2003, yang dirintis oleh MUI, Kecamatan
Pamulang yang terdiri dari Bapak KH. Saidih, S.Ag, Drs. HM. Idris Elby, MH dan
H. Dadang Syarif.
Latar belakang didirikannya Majelis Ulama Indonesia (MUI) baik
kecamatan ataupun di desa pada hakikatnya melaksanakan Amar Ma’ruf Nahyi
Munkar. Majelis Ulama Indonesia (MUI) baik yang ada didesa, kecamatan maupun
pusat harus menyadari dirinya sebagai pewaris tugas-tugas para nabi (warasatul
Anbiya) hubungan timbal balik yang saling memerlukan antara Islam dan Negara
Indonesia, umat Islam harus mempunyai peran dan tanggung jawab terhadap
kemajuan dan kejayaan Indonesia dan mewujudkan masyarakat Indonesia baru,
yang tidak lain adalah masyarakat madani (khair al-ummah), sebagai penasehat
tertinggi di bidang keagamaan, sebagai sarana komunikasi antara umat Islam,
sebagai wadah silaturrahmi dan pertemuan antara para ulama, zuama dan
cendikiawan muslim dalam membicarakan permasalahan umat.
xxxi
Menurut Din Syamsuddin dalam bukunya “Pedoman Penyelenggaraan
Organisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI)” harus mempunyai peran utama
diantaranya:
6. Sebagai Pewaris Tugas Para Nabi (Warasatul Anbiya)
Majelis Ulama Indonesia (MUI) berperan sebagai pewaris tugas-tugas para
Nabi, yaitu menyebarkan agama Islam serta memperjuangkan terwujudnya
suatu kehidupan sehari-hari dengan arif dan bijaksana yang berdasarkan Islam
serta memperjuangkan perubahan kehidupan agar berjalan sesuai dengan ajaran
Islam walau menerima kritikan, tekanan dan ancaman.
7. Sebagai Pemberi Fatwa.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) berperan sebagai pemberi fatwa bagi umat
Islam baik diminta maupun tidak diminta. Contohnya memberi fatwa
seperti aliran paham, pemikiran serta organisasi keagamaannya.
8. Sebagai Pembimbing dan Pelayanan Umat (Ri’ayat Wa Khadim al-Ummah)
Majelis Ulama Indonesia (MUI) berperan sebagai pelayanan umat (Khadim
al-Ummah), yaitu melayani umat Islam dan masyarakat luas dalam
memenuhi harapan, aspirasi, dan tuntutan, Majelis Ulama Indonesia harus
senantiasa berikhtiar memenuhi permintaan umat Islam baik secara
langsung maupun tidak langsung. Serta MUI harus selalu berusaha tampil
dalam membela dan memperjuangkan aspirasi umat Islam dan masyarakat
luas.
xxxii
9. Sebagai Gerakan Islam Wal-Tajdid
Majelis Ulama Indonesia (MUI) berperan sebagai pelopor Islam yaitu
gerakan pembaharuan pemikiran Islam, maka MUI harus menempuh
dangan jalan tajdid yaitu gerakan pembaharuan Islam, jalan taufiq
(kompromi) dan tarjih (mencari hukum yang lebih kuat)
10. Sebagai Penegak Amar Ma’ruf dan Nahyi Munkar
Majelis Ulama Indonesia (MUI) berperan sebagai wahana penegakan amar
ma’ruf nahyi munkar, yaitu dengan menegaskan kebenaran. Sebagai
kebenaran dan kebaikan kebenaran dan kebatilan. Sebagai kebatilan
denganpenuh hikmah dan istiqomah. Oleh sebab itu MUI dalam
menjalankan fungsinya harus tampil dibarisan terdepan sebagai kekuatan
moral (Moral force)
Struktur organisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) bambu Apus Pamulang
Tangerang terdiri dari penasehat yaitu bapak Syamsuddin Noor S.Pd.I, Drs. Ahmad
Ikhsan, Pimpinan Ketua Bapak Drs. Rohmani Rasyid, Sekretaris Ridwan,
Bendahara Drs. Abdul Jabbar, dan anggota-anggotanya terdiri dari bapak, H. Abdul
karim Sobari, Ir. H. Siswayudo, Drs. Abdul Malik, H. Na’ali Ilyas, H. Djundi Kaif
dan H.M. Tarwa.15
B. Program, Visi dan Misi MUI desa Bambu Apus Pamulang
15 Dokumentais Majelis Ulama Indonesia (MUI) desa Bambu apus Pamulang
xxxiii
Program Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bambu Apus Pamulang meliputi:
1. Mengadakan Tarling ke masjid-masjid yang ada di desa Bambu Apus
2. Halal-bihalal Idul Fitri
3. Menjalin kerjasama dengan ta’mir masjid menghadapi hari-hari besar Islam
4. Mengadakan kunjungan silaturahmi bulanan ke masjid-masjid
5. Pelatihan Khotib sedesa Bambu Apus
6. Menghimbau Agar tidak Bertakbir keliling
7. Kunjungan silaturahmi ke moshola-mushola yang ada di tingkat RW Bambu
Apus Pamulang
Visi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bambu Apus Pamulang Meliputi:
a. Terciptanya kondisi kehidupan Masyarakat, kebangsaan dan kenegaraaan
yang baik.
b. Terciptanya kejayaan Islam dan Umat Islam
c. Mewujudkan Islam yang penuh Rahmat (Rahmatan Lil ‘alamin)
Misi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bambu Apus Pamulang Meliputi:
1. Menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan Islam secara Efektif
2. Membina umat Islam dalam menanamkan dan memupuk aqidah Islamiyah
3. Menjalankan Syariah Islamiyah
xxxiv
4. Menjadikan ulama sebagai panutan dalam mengembangkan akhlak karimah agar
terwujud masyarakat yang khair al-ummah.16
C. Gambaran Umum Masyarakat Bambu Apus Pamulang
Masyarakat adalah satu kesatuan yang utuh, terdiri dari beberapa individu
yang hidup disuatu wilayah atau daerah tertentu. Masyarakat dikelola dan
diperintah oleh pemerintahan suatu Negara, sehingga dapat dikatakan bahwa
masyarakat tersebut merupakan bagian dari pada suatu Negara. Sebab sesuatu dapat
disebut Negara apabila didalamnya memiliki suatu wilayah. Pemerintah dari
masyarakat (rakyat). Dengan kata lain masyarakat merupakan sub sistem Negara,
dimana antara system yang satu dengan yang lain selalu berhubungan,
mempengaruhi dan selalu melengkapi dalam usaha mencapai tujuannya.
Batas wilayah desa Bambu Apus Pamulang terdiri dari sebelah utara Sarua
Indah, sebelah selatan pamulang Barat, sebelah barat benda baru dan sebelah timur
Kedaung.
Jumlah keseluruhan penduduk desa Bambu Apus Pamulang adalah 11.972
jiwa, yang terdiri dari laki-laki 6.254 jiwa, dan perempuannya 5.718 jiwa.
Masyarakat desa masih sangat patuh terhadap agama dan kepercayaan yang
dianutnya, masih adanya animisme dan dinamisme, diantaranya masih ada ancak
dan sesajen ketika mengadakan resepsi seperti perkawinan, sunatan dan lain-lain.
16 Ridwan, Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pamulang, Wawancara Pribadi, Jakarta: 5
Juni 2004
xxxv
Ada pula yang masih percaya dengan benda-benda ghaib seperti pohon-pohon yang
mengandung keramat contohnya yang terjadi di desa Bambu Apus.Pamulang. ada
pohon asem berbentuk babi. Melihat hal tersebut lalu pengurus majelis Ulama
Indonesia, aparat pemerintahan dan tokoh masyarakat mengantisipasi dan
menghimbau kepada masyarakat agar tidak meminta-minta kepada pohon tersebut,
karena perbuatan itu mengakibatkan kita musyrik kepada Allah SWT. Kalau hanya
dijadikan tontonan tidak jadi masalah tetapi kalau hal tersebut dijadikan sebagai
tuntunan mereka maka sangat berbahaya bagi umat Islam khususnya.
Masyarakat desa sebagian besar hidup dengan mata pencaharian bakulan
(dagang kecil-kecilan), industri kecil, bekerja di pabrik-pabrik, ada yang merantau
keluar kota untuk mengubah nasib dan meningkatkan ststus social dan status
ekonomi, wiraswasta, swasta, petani.
Masyarakat pedesaan sangat cepat laju perkembangan di bidang pendidikan.
Hal ini ditandai banyaknya warga masyarakat membanjiri dilembaga-lembaga
pendidikan, terutama disekolah-sekolah dasar atau SD, SMP, SM dan perguruan
tinggi bahkan ada yang sarjana.
Dibidang kesehatan masyarakat bukan hanya tergantung pada perdukunan
saja (Magic) saja akan tetapi pemanfaatan rumah sakit, puskesmas dan sebagainya.
Kesenian dipedesaan nampaknya ada perkembangan. Artinya masyarakat
sudah memiliki niat dan kebutuhan akan seni seperti halnya masyarakat kota,
xxxvi
seperti televise, video tape recorder, film, taman bunga dangdut, wayang golek,
wayang kulit, dan sebagainya.
Masalah kebudayaannya tidak lagi menggantungkan dengan hsil ciptaannya
saja, melainkan memanfaatkan hasil ciptaan bangsa lain misalnya diesel air, diesel
listrik masuk desa kehidupan seni dan budaya makin bertambah maju.
Adat istiadat yang masih ada didesa Bambu Apus Pamulang yaitu masih
adanya pendupaan dan kemenyan, adanya pengajian kubur atau makam, adanya 7
hari, 40 hari dan 100 hari yang dikhususkan kepada orang yang meninggal dunia.17
17 Sumber Informasi, Kelurahan Desa Bambu Apus Pamulang
xxxvii
BAB IV
PERANAN MAJELIS ULAMA INDONESI (MUI) DALAM PENANGGULANGAN
PERJUDIAN
C. Dakwah MUI terhadap Perjudian
1. Sejarah berdirinya Majelis Ulama Indonesia di desa Bambu Apus Pamulang
Majelis Ulama Indonesia adalah suatu organisasi keagamaan dari segi ilmu
dan amal yang disampaikan oleh orang yang dijadikan contoh dan panutan dalam
bidang agama.
Majelis Ulama Indonesia desa Bambu Apus pamulang berdiri pada hari
Rabu, tanggal 27 Agustus 2003. Majelis Ulama Indonesia desa Bambu Apus ini
merupakan rintisan dari Majelis Ulama Indonesia kecamatan Pamulang yang di
motori oleh K.H. Saidih S.Ag, Drs. H.M Idris Elby, MH, dan H. Dadang Syarif.
Adapun latar belakang didirikannya Majelis Ulama desa Bambu Apus ini
Adalah:
a. Wadah penasehat tertinggi di bidang keagamaan yang memiliki peran
strategis
b. Lembaga yang mewakili umat Islam Indonesia di desa Bambu Apus
c. Membantu pemerintah dalam memberikan pertimbangan-pertimbangan
keagamaan dalam pelaksanaan pembangunan, sekaligus sebagai sarana
komunikasi antara pemimpin dan umat Islam.
xxxviii
d. Wadah pertemuan dan silaturrahim para ulama dalam mewujudkan
ukhuwah Islamiyah.
e. Wadah musyawarah bagi para ulama, pemimpin (zu’ama) dan cendikiawan
muslim dalam membicarakan permasalahan umat.
Majelis Ulama Indonesia desa Bambu Apus Pamulang mempunyai visi sebagai
berikut:
a. Terciptanya kondisi kehidupan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara
yang baik
b. Terciptanya kejayaan Islam dan umatnya
c. Mewujudkan Islam yang penuh rahmat bagi seluruh alam.
Sedangkan yang menjadi misi Majelis Ulama Indonesia desa Bambu Apus
Pamulang adalah:
a. Menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan Islam secara efiktif
b. Membina umat Islam dalam Menanamkan dan memupuk aqidah
Islamiyah
c. Menjadikan ulama sebagai panutan dalam mengembangkan akhlakul
karimah agar terwujud masyarakat yang terbaik.
Dalam menjalankan visi dan misinya Majelis Ulama Indonesia
mencanangkan beberapa program yang harus dijalankan, sebagai berikut:
a. Mengadakan tabliq kemasjid-masjid yang terletak di desa Bambu Apus
Pamulang
b. Halal bihalal idul fitri
xxxix
c. Menjamin kerjasama dengan pengurus (ta’mir) masjid dalam merayakan
hari-hari besar Islam.
d. Mengadakan kunjungan silaturahmi bulanan kemasjid-masjid yang
terletak di desa Bambu Apus Pamulang
e. Mengadakan pelantikan khotib sedesa Bambu Apus Pamulang
f. Memberikan himbauan agar tidak bertakbir keliling pada 1 Syawal
g. Mengadakan kunjungan silaturahmi ke mushola-mushola yang ada di
tingkat RW / RT yang ada di desa Bambu Apus Pamulang
h. Mengadakan majelis ta’lim bagi kaum bapak dan para remaja untuk
menanggulangi perjudian dan minum-minuman keras
i. Mendirikan sarana olahraga, seperti bulu tangkis, sepakbola, volly dan
lainnya.
Dalam keorganisasian Majelis Ulama Indonesia desa Bambu Apus memiliki
struktur sebagai berikut:
a. Penasehat : Syamsuddin Noor, S.PdI dan Drs. Ahmad Ikhsan
b. Ketua : Drs. H. Rohmani Rasyid
c. Sekretaris : Ridwan
d. Bendahara : Drs. Abdul Jabbar
e. Anggota : H. Abdul Karim Sabari, Ir. Siswayudo, Drs. Abdul Malik,
H. Naaly Ilyas, H. Djundi Khaif dan H. M. Tarwa
xl
Khusus mengenai program penanggulangan perjudian dan minuman keras,
Majelis ulama Indonesia desa Bambu Apus memiliki langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Mengadakan komunikasi, pendekatan dan bimbingan kepada pihak RT,
RW dan tokoh masyarakat
b. Memberikan seruan untuk meninggalkan perjudian.
Adapun metode yang digunakan dengan bil lisan (ucapan) dan bil hal
(perbuatan), sedangkan meteri-materi yang diberikan antara lain al-Qur’an, al-
hadist, dan fiqh sunnah.
Agar lebih efektifnya dakwah majelis Ulama Indonesia desa bambu Apus
Pamulang bekerja sama dengan masyarakat, aparat pemerintah, para remaja dan
pihak pemerintahan.18
2. Pengertian dakwah
Dakwah merupakan konsekuensi dari pernyataan Allah Swt, bahwa Islam
adalah agama rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam), kedudukan dan
fungsi agama Islam sebagai rahmatan lil alamin hanya dapat diwujudkan jika
ajaran dan nilai-nilai Islam dapat disebarluaskan kepada seluruh umat manusia
diseluruh penjuru dunia.19
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Islam adalah
agama dakwah dan tanpa dakwah Islam tidak akan tersebar keseluruh dunia.
18 Drs H. Rahmani Rasyid, Ketua Majelis Ulama Indonesia desa Bambu Apus Pamulang,
Wawancara Pribadi, Pamulang 5 Juni 2004 19 Irfan Hielmy, Dakwah Bil Hikmah, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002), cet I, h.1
xli
Untuk memahami dakwah, secara lughat dan bahasa dakwah berasal dari
bahasa Arab, yaitu fi’il madhi, da’a, yad’u, da’watan yang artinya menyeru,
memanggil, mengajak menjamu.20
Sedangkan pengertian dakwah secara
terminologi atau istilah, para ulama mempunyai beberapa definisi, sebagaimana
yang dikutip oleh Amrullah Ahmad, yaitu antara lain:
Menurut Syed Quth, pengertian dakwah adalah ”mengajak atau menyeru
olang lain, masuk kedalam sabilillah (jalan Allah) bukan untuk mengikuti da’i atau
bukan pula untuk mengikuti sekelompok orang”. Ghulusy menjelaskan bahwa
dakwah ialah ”pekerjaan atau ucapan untuk mempengaruhi manusia supaya
mengikuti Islam”, sedangkan shaqar membagi dakwah menjadi dua tataran,
pertama dakwah fardiyah yaitu dakwah yang disampaikan kepada seseorang atau
sekelompok kecil orang yang berjalan tanpa perencanaan yang sistematis, dan
kedua dakwah ’Ammah, yaitu dakwah yang diarahkan kepada massa dengan tujuan
mempengaruhi mereka. Pandangan yang terakhir ini dipertegas oleh Abu Zahrah
yakni, bahwa dakwah dibedakan menjadi dua hal, pertama pelaksanaan dakwah
perorangan, kedua adanya organisasi (sistem) dakwah untuk menunaikan fardhu
kifayah.21
Dalam buku yang berjudul “komunikasi dakwah” karangan Toto Tasmara,
pengertian dakwah secara terminologis atau istilah adalah:
20 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Yayasan Penyelenggaraan Penterjemah Penafsiran Al-
Qur’an, (Jakarta: 1973, h. 127 21 Amrullah Ahmad, Dakwah Islam Sebagai Ilmu, Jurnal Dakwah Fakultas Dakwah IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Vol 1, No.2, (1999), h.1-2
xlii
Menurut H. Endang S. Ashari, “dakwah dalam arti terbatas ialah
menyampaikan Islam kepada manusia secara Lisan maupun tulisan atau secara
lukisan”. Dakwah dalam arti luas adalah: “penjabaran, penterjemahan dan
pelaksanaan Islam dalam perikehidupan dan penghidupan manusia (termasuk
didalamnya politik, ekonomi, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesenian,
kekeluargaaan dan sebagainya).22
Menurut Thaha Yahya Omar, MA, definisi dakwah secara umum ialah:
“Suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara dan tuntunan dan bagaimana
seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan
suatu idiologi, pendapat pekerjaan tertentu”.23
Sedangkan definisi dakwah Islam, menurut Thoha Yahya, “mengajak
manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar, sesuai dengan perintah
Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.24
Adapun yang tertuang didalam buku yang ditulis oleh Irfan Hielmy, dengan
judul: “Dakwah Bil Hikmah”, ada beberapa definisi yang telah ditulis mengenai
dakwah, antara lain:
Syekh Ali Mahfudz, dalam kitabnya “Hidayatul Murstidin” mengartikan
dakwah sebagai, “mendorong manusia agar berbuat kebajikan dan melarang
mereka dari perbuatan munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan di
22 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Media Grafindo, 2000), Cet.2 h.31
23 Ibid. h. 32
24 Ibid. h. 32
xliii
akhirat. Adam Abdulah al-Alusy dalam kitabnya“Tarikh al-Dakwah al-Islamiyah”
mengartikan dakwah sebagai, mengarahkan pikiran dan akal manusia kepada suatu
pemikiran atau akidah dan mendorong mereka untuk menganutnya. Muhammad
Natsir dalam bukunya ’fungsi dakwah Islam dalam rangka perjuangan’,
menyatakan bahwa dakwah adalah: “usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan
kepada konsepsi Islam, tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini
meliputi amar ma’ruf nahi munkar, dengan akhlak dan membimbing
pengamalannyadalam perikehidupan perseorangan, perikehidupan bernegara”.
Salahudin Sanusi, mantan rektor IAIN Sunan Gunung Jati Bandung dan pendidikan
Tinggi Dakwah Islam (PTDI), bersama para perwira tinggi ketiga angkatan dan
polri. Pada tahun 60-an akhir sampai tahun 70-an, menyatakan bahwa definisi
dakwah ialah: “mengajak suatu situasi kepada situasi yang lebih baik”.25
Dengan demikian, jelaslah bahwa dakwah pada hakekatnya tidak hanya
menyeru atau mengajak manusia, tetapi lebih dari itu adalah mengubah mengubah
manusia baik sebagai individu maupun kelompok menuju ajaran dan nilai-nilai
Islam. Dengan demikian maka konsep dakwah Islam memuat juga konsep
perubahan individu dan tranformasi sosial.
Perubahan individu dan tranformasi sosial yang dimaksud adalah perubahan
dan tranformasi dari kondisi yang kurang/tidak baik menuju kepada kondisi yang
lebih baik dan tranformasi harus dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan.
25 Irfan Hielmy, Dakwah Bil Hikmah Op Cit. h.31-32
xliv
Metode dakwah artinya cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da’i
untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan untuk
mencapai tujuan tertentu.
Sumber metode dakwah yang terdapat di dalam al-Qur’an menunjukkan
ragam yang banyak, seperti “hikmah, nasihat yang benar dan mujadalah atau
diskusi atau berbantah dengan cara yang paling baik”. (QS. Al-Nahl:125), dengan
kekuatan anggota tubuh (tangan), dengan mulut (lidah) dan bila tidak mampu,
maka dengan hati (hadis riwayat Muslim). Dari sumber metode itu tumbuh metode-
metode yang merupakan operasionalnya yaitu ceramah, seminar, simposiom,
diskusi, khutbah, saresehan, brain storming dan lain-lain. Dakwah dengan tulisan
berupa buku, majalah, surat kabar, spanduk, pamflet, lukisan-lukisan dan lain-lain.
Dakwah bil-hal berupa perilaku yang sopan sesuai dengan ajaran al-Islam,
memelihara lingkungan, mencari nafkah dengan tekun, ulet, sabar, semangat, kerja
keras, menolong sesama manusia, misalnya mendirikan lembaga pendidikan dan
memelihara anak yatim piatu, mendirikan lembaga pendidikan, mendirikan pusat-
pusat pencaharian nafkah seperti pabrik, pusat pembelajaran dan lain-lain meliputi
berbagai sektor kehidupan. Seni meliputi seni lukis, seni tari, atau musik dan lain-
lain.26
1. Metode Hikmah
26 Wardi Bactiar, Metodologi Penelitian Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), h. 34-35
xlv
Kata hikmah dalam pengertian yang sederhana, berarti adil dan bijaksana.
Menurut Irfan Hielmy dalam buku yang berjudul “Dakwah Bil Hikmah ” hikmah
bisa berarti sabar, cermat dan teliti. Itulah sebabnya orang berbuat sesuatu dengan
penuh keadilan, kebijaksanaan, cermat teliti, mencegah kerusakan, sedangkan kata
muhkamat, jika ditunjukkan kepada ayat-ayat al-Qur’an, berarti ayat-ayat yang
mencegah dari kerusakan dan pergantian.27
Selain terminologis, kata hikmah diartikan secara berbeda tergantung dari
perspektif tujuannya. Para ulama fiqh mengartikan hikmah sebagai Qur’an dan
pemahaman terhadapnya, nasikh-mansukh, muhkam mutasybih, muqaddam
muakhar, haram-halal, dan sebagainya. Sebagian mereka juga mengartikan hikmah
dengan sikap wara’ dalam arti menjauhkan diri dari perbuatan maksiat, atau
meletakkan sesuatu pada tempatnya. Sedangkan menurut para filosof, kata hikmah
memiliki makna yang beragam. Quth al-Din al-Syirazi dalam kitabnya “Durar al-
Taj” menggunakan kata hikmah sebagai konsep kunci dalam mengklasifikasikan
ilmu. Menurutnya hikmah adalah bentuk pengetahuan yang tertinggi dan termulia
yang dianut oleh segenap kaum muslim.28
Dalam klasifikasi ilmu menurut Quth al-Din al-Sirazi, hikmah
diidentifikasikan dengan filosofi praktis yang terdiri dari etika, ekonomi, dan
27 Irfan Hielmy, Hikmah Bil Hikmah, (Yogyakarta: Mutiara Pustaka, 2002), Cet 1, h. 10
28 Ibid., h. 280
xlvi
politik.29
Dalam pandangannya “Hikmah memiliki dua karakteristik yang berbeda
dari yang bukan hikmah, pertama berkenaan dengan sifat universal hikmah dan
ketidak-terikatan tetap dan sama untuk setiap masa dan budaya. Kedua,
berkenaaan dengan esensialis hikmah. Karakteristik hikmah yang kedua ini, sesuai
dengan pengetahuaan hikmah yang ia berikan, yaitu mengetahui hal-hal
sebgaimana keadaan sebelumnya. Dan juga berarti bertindak secara benar dan lurus
sesuai dengan kemampuan terbaik seseorang sedemikian rupa sehingga dalam
merealisasikan pengetahuan dan tindakan tertentu ini jiwa manusia mencapai
kesempurnaan.30
Menurut Imam Syaukani, yang ditulis oleh Amrullah Ahmad pada jurnal
kajian dakwah dan kemasyarakatan “menyatakan hikmah adalah ucapan-ucapan
yang tepat dan benar, atau argumen-argumen yang kuat.31
Dalam hal ini penulis menitik beratkan pada pengertian hikmah menurut Quth
al-Din al-Syirazi dan Imam Syaukani yaitu hikmah yang berarti mengetahui hal-hal
sebagaimana keadaan sebenarnya dan juga berarti bertindak secara benar dan lurus
dengan kemampuan terbaik seseorang sedemikian rupa. Dan mengajak dengan
ucapan-ucapan yang tepat dan benar atau membuktikan dengan argumen-argumen
yang kuat dan meyakinkan.
2. Metode maw’izhah Hasanah
29 Ibid., h. 281
30 Ibid., h. 281
31 Amrullah Ahmad, Op.Cit., h.7
xlvii
Cara dakwah dengan ma’izhah hasanah telah diteladani oleh Muhammad
SAW, sebagai nabi dan rasul. Keteladanannya adalah sebagai satu-satunya contoh
yang paling pas agar mad’u (audien) dapat mengimitasi nasihat, perilaku dan lain
sebagainya dari keteladanan Muhammad SAW, yang mana beliau dapat pengakuan
yang telah terkenal yaitu dengan gelar al-Amin (yang terpercaya) dan Allah
menerangkan dalam al-Qur’an bahwa di dalam diri Rasul terdapat teladan yang
baik QS. Al-Ahzab: 21 yang berbunyi:
4E��� ���⌧8 VIa%E� >�� �m� U�W ��
nT���UG- bZ�(o�3� �3☺�_� ���⌧8
p�HqV��& �� �rV��s)��,
��@.#3 ��⌧8Et�, ��
(d��u⌧8 �vPR
Artinya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-
Ahzab: 21).
Apabila kita lihat dari pengertian Maw’izhah hasanah menurut yang ditulis
oleh studi Rizal Elka, dalam tulisan “dakwah bil qolamdan dasar-dasar
penyajiannya”, yaitu bahwa maw’izah hasanah adalah ucapan yang berisi nasehat-
nasehat yang baik, yang dapat bermanfaat bagi orang-orang yang mendengar atau
argumen-argumen yang memuaskan sehingga pihak yang mendengarkan
(membaca) dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh pembawa argumen
tersebut,32
maka para da’i (narasumber) akan lebih mudah dalam penyampaian
32 Studi Rizal Elka, Dakwah Bil Qolam berdasarkan penyajian-panyajiannya, Jurnal Dakwah dan
Kemasyarakatan Dakwah, Vl 11. No 1 (Juli, 2000), h. 6
xlviii
pesan sebagai misi dari apa yang disampaikan oleh para narasumber (da’i) kepada
Mad’u (audiens)
3. Mujadalah bi-al-lati hiya ahsan
Kata wajadilhum bi-al-lati hiya ahsan adalah bagian kalimat dari ayat al-
Qur’an surat an-Nahl: 125 yang artinya “Bertukar pikirannya dengan cara yang
lebih baik”, melalui ayat tersebut al-Qur’an juga menaruh perhatian besar pada
gaya percakapan dan diskusi.33
Dari fenomena ini tidaklah menjadi mengherankan,
karena diskusi merupakan cara terbaik untuk meyakinkan dan memberikan
kepuasan hati objek dakwah. Rasa puas itulah yang menjadi fondasi iman
seseorang, karena iman tidak dapat dipaksakan,34
ia timbul dari lubuk hati manusia
itu sendiri.
Diskusi merupakan upaya tukar pendapat yang di lakukan oleh dua pihak
secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan
diantara keduanya.35
Menururt Imam Syaukani, sebagaimana yang ditulis oleh
Studi Rizal Elka dalam, “jurnal kajian dakwah dan kemasyarakatan” fakultas
dakwah, mujadalah bi al-ati hiya ahsan adalah “berdiskusi (berpolemik) dengan
33 AQl-Qur’an menyuguhkan percakapan dan diskusi, yaitu ada percakapan antara Allah SWT
dengan para malaikat tentang penciptaan Adam as (al Baqarah: 30-32) antara Allah dengan Musa as, tatkala
Musa as, memohon kepada-Nya agar di izinkan untuk memandang wajah Allah SWT (al-A’raf: 143), Kisah
Isa as, Tatkala di Tanya Allah SWT. Apakah ia menyuruh kaumnya untuk menjadikan diri dan ibunya sebgai
Tuhan selain Alllah SWT (al-Maidah: 116), diskusi dalam kisah pemilik dua kebun (al-Kahdi: 18), diskusi
dalam kisah pemilik dua kebun (al-Kahfi: 18) diskusi as tatkala hendak menyembelih anaknya (al-Shafat: 102)
34 Wamy, Etika Diskusi, (Kair:Word Assembly of Moeslem: Youth, 2001), Cet.2, h.25
35 Ibid, h. 21
xlix
yang paling baik dari berbagai cara berdiskusi.36
Dalam konteks ini, Sayyid Quth
menjelaskan tiga faktor yang perlu diperhatikan untuk dakwah dengan cara
mujadalah bi al-lati hiya ahsan: pertama tidak merendahkan pihak lawan, apalagi
menjelek-jelekkan dan lain sebagainya, sehingga ia merasa yakin bahwa tujuan
diskusi (polemik) ini bukanlah mencari kemenangan melainkan menundukkan agar
ia sampai kepada kebenaran sesuai dengan ajaran Allah SWT, bukan yang lain.
Ketiga, tetap menghormati pihak lawan. Sebab jiwa manusia tetap memiliki harga
diri dan merasa ingin dihargai dan dihormati.37
Melihat hal tersebut diatas maka mujadalah bi al-lati hiya ahsan adalah
upaya diskusi untuk menyampaikan kebenaran sesuai dengan sinergis dan tukar
pendapat dua pihak yang dilakukan secara sinergis dengan tetap menghormati
lawan agar timbul kesadaran melalui lubuk hati manusia itu sendiri.
Materi dakwah yang persuasif menurut al-Qur’an38
No Mad’u Materi Ciri-ciri Catat
1
Orang munafik
dan kafir
Perkatann yang
membekas
dihati
Tajam dan pedas
benar dari segi
bahasa
Kesalahan akan kata
dilecehkan.Kesalahan
paradigma diplesetkan
36 Lihat studi elka, Op.Cit., h.7
37 Ibid., h.7
38 Ahcmad mubarok, Psikologi Dajwah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), Cet.1, h.145-147
l
2
3
Penguasa tiran
Kelompok
tertindas atau
rakyat. Orang
yang dituakan
tetapi sudah
ketinggalan
zaman. Orang
yang teraniaya.
اغيلب الوق
Perkataan yang
sejuk dan
lembut
انيل الوق
Perkataan yang
ringan
الوق
اروسيم
paradigmanya
sama mad’u benar
substansial
Sentuhan halus
tidak mengusik
perasaan
Ringan, mudah
diterima, pas, tidak
berliku-liku, tidak
bersayap,
sederhana, mudah,
contoh
pemahaman
sederhana. Lebih
kesalahan substansi
diolok-olok lemah
lembut dipandang
sebagai kelemahan .
Kehalusan kata
membuat tidak bisa
menolak dakwah.
Kekasaran kata-kata
akan menghilangkan
peluang dakwah,
karena penguasa tiran
itu langsung menolak
berkomunikasi. Da’i
yang lantang kepada
penguasa-penguasa
tiran biasanya dianggap
musuh politik sehingga
mudah dijebloskan
kepanjara
Kelompok ini peka
terhadap nasehat
panjang, penjelasan
tentang peraturan-
peraturan, dan juga
peka terhadap rencana
pembangunan.
li
4
5
Masyarakat
kumuh di
tengah
kemakmuran
kota.
Manusia lanjut
ujian atau
purnawirawan
Mad'u secara
umum
Perkataan yang
mulia
اميرك الوق
Perkataan yang
benar
اديدس الوق
pemahaman
sederhana. Lebih
merupakan fakta
daripada kata-kata.
Sedikit bicara
banyak bekerja.
Tanpa dalil efek
terasa. Dakwah
bil-hal.
Mudah, lembut,
tidak menggurui,
tidak perlu retorika
yang meledak-
ledak
Mengenai sasaran.
Benar secara
logika berpijak
pada taqwa
Manusia lanjut usia
sudah tidak tertarik
oleh retorika.
Pensiunan sudah
merasa banyak
pengalamannya.
Dakwah yang tidak
berpijak pada moral
da'i tidak mempunyai
daya panggil
lii
4. Dakwah bil lisan. Dakwah ini dilakukan dengan menggunakan lisan antara lain:
1. Qaulan ma'rufu, yaitu dengan berbicara dalam pergaulannya sehari-hari yang
disertai dengan misi agama yaitu agama Allah, agama islam seperti
penyebarluasan salam, mengawali pekerjaan dengan basmalah, mengakhiri
pekerjaan dengan membaca hamdalah, dan sebagainya.
2. Mudzakarah, yaitu mengingatkan orang lain jika berbuat salah, baik dalam
ibadah maupun dalam perbuatan.
3. Nashihatuddin, yaitu memberi nasihat kepada orang yang tengah dilanda
problem kehidupan agar mampu melaksanakan agamanya dengan baik seperti
bimbingan serta penyuluhan agama dan sebagainya.
4. Majelis ta'lim, seperti pembahasan terhadap bab-bab dengan menggunakan
buku atau kitab dan berakhir dengan dialog.
5. Pengajian umum, yaitu menyajikan materi dakwah di depan umum. Isi dari
materi dakwah tidak terlalu banyak, tetapi dapat menarik perhatian pengunjung.
6. Mujadalah, yaitu berdebat dengan menggunakan argumentasi serta alasan dan
diakhiri dengan kesepakatan bersama dengan menarik suatu kesimpulan
5. Dakwah bil-hal, yaitu dakwah yang dilakukan melalui berbagai kegiatan yang
langsung menyentuh kepada masyarakat sebagai objek dakwah dengan karya
subjek dakwah serta ekonomi sebagai materi dakwah. Adapun cara melaksanakan
dakwah bil-hal adalah sebagai berikut:
a. Pemberian bantuan berupa dana untuk usaha yang produktif
b. Pemberian bantuan yang bersifat konsumtif
liii
c. Bersilaturrahmi ke tempat-tempat:
a) Yayasan yatim piatu
b) Yayasan anak cacat
c) Yayasan tuna wisma
d) Yayasan panti jompo
e) Yayasan tuna karya
f) Tempat lokalisasi
g) Lembaga pemasyarakatan dan lain-lain
7. Pengabdian kepada masyarakat, seperti:
a) Pembuatan jalan dan jembatan
b) Perbuatan sumur umum dan WC umum
c) Praktek home industry
d) kebersihan lingkungan rumah dan tempat ibadah dan lain-lain.39
Bentuk dakwah MUI desa Bambu Apus Pamulang yaitu dengan dakwah bil-lisan
dan bil-hal.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) desa Bambu Apus Pamulang dalam melaksanakan
dakwahnya dengan bil-lisan yaitu menyampaikan ceramah agama yang intinya
mengingatkan kepada kaum muslimin bahwa perjudian itu hukumnya haram sesuai
dengan firman Allah surat Al-Maidah ayat 90-91.
39 Rai’udin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2001), Cet ke-2, h. 48-50
liv
Sedangkan dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan bil-hal yaitu, untuk
menanggulangi perjudian maka diadakan pelatihan khotib baik para remaja maupun
bapak-bapaknya, mengajak para remaja dan bapak-bapaknya aktif ke majlis ta’lim,
menghimbau kepada para penjudinya agar melakukan tindakan-tindakan yang kreatif,
ulet, tekun dan sabar terutama dalam mencari nafkah bukannya bermain judi kita
jadikan mata pencaharian. Judi tidak akan membuat orang kaya miskin bisa, serta
memperingatkan kepada umat Islam agar tidak terpengaruh kepada pohon asem yang
berbentuk babi dengan kata lain menyalah gunakan pohon tersebut yang dapat
mengakibatkan perbuatan musyrik.
D. Efektifitas dakwah dalam menanggulangi perjudian
Sebagai agen pembentuk dan perubah masyarakat, agar lebih baik, maka dakwah
jelas mempunyai peranan dan pengaruh yang sangat luas dalam kehidupan masyarakat.
Antara masyarakat dan dakwah akan selalu terlibat dalam hubungan yang pengaruh
mempengaruhi seperti halnya dengan pendidikan, maka dakwah akan membentuk
masyarakat yang bertanggung jawab, bahkan lebih dari itu dakwah akan membentuk
masyarakat yang baik, yang berakhlak mulia, yang bertaqwa kapada Allah SWT,
berbakti kepada-Nya dan mengetahui fungsinya sebagai manusia. Dakwah tidak hanya
sebagai sarana komunikasi massa, yang hanya akan memberikan apa adanya saja,
buruk maupun baik, akan tetapi dakwah akan berkomunikasi dengan masyarakat
dengan ketegasan pandangan, bahwa yang baik harus dimenangkan dan yang tidak
baik akan dikalahkan. Dakwah tentu tidak akan melarang ”hiburan” asal hiburan itu
lv
sehat untuk masyarakat, tidak merugikan orang lain atau kemanusiaan dan tertib alam
semesta, sebab fitrah Allah harus terus dijaga oleh ajaran dakwah.
Demi untuk kemajuan missi dakwah dalam masyarakat, agar lebih berkembang
dan memasyarakat, maka dakwah sebagai pembentuk manusia, perlu selalu mawas diri
melalui penelitian terus-menerus akan kekurangan-kekurangan dirinya, mencari jalan
yang lebih efektifuntuk masa depan, pengalaman yang lalu untuk perbaikan masa yang
akan datang, kemudian mengembangkan cara-cara baru, dan secara berkala dan tetap
mengadakan kaderisasi, penataran, latihan dan sebagainya, agar pendukung dakwah
yakni para da’i lebih terampil dalam menunaikan tugasnya.
Karena seorang dai perlu terus-menerus bekerja kearah pemecahan yang praktis
terhadap setiap masalah kemasyarakatan, maka pengembangan pengetahuan untuk itu
perlu dari masa kemasa terus diperhatikan. Penguasaan ilmu pengetahuan pokok
“keIslaman” dan pengetahuan penunjang “pengetahuan umum, pengetahuan
kemasyarakatan dan teknologi”, selalu mengadakan konsultasi dengan para da’i yang
lebih ahli dan yang lebih berpengalaman, makin memperdalam kecakapan dalam
bidangnya, penguasaan literatur yang lebih banyak, selalu mengadakan pengecekan
pekerjaannya dengan pekerjaan yang sejenis.
Pada kelompok kegiatan kemasyarakatan lain, dalam menggunakan fasilitas-
fasilitas yang tersedia, selalu cermat dan tepat guna, perlu selalu menambah informasi
yang bisa mendukung usaha dakwah, tidak perlu mengadakan tindakan operasional
yang terlalu tergesa-gesa, pengembangan sifat-sifat objektif dalam penyampaian missi
lvi
kepada orang lain sesuai dengan pedoman agama, selalu mengembangkan pola
pemikiran terutama yang bisa menunjang cara-cara “strategis dan taktik” baru dalam
dakwah, senantiasa mengadakan mawas diri, mengadakan review dan perbaikan idea-
idea dalam penyebaran dakwah baik dalam perbaikan metoda dan semua faktor yang
menunjang dakwah, mengembangkan cara-cara baru yang dipandang lebih efektif dan
yang lebih efisien dengan barometer masyarakat sendiri, menghindarkan diri dari
berkembangnya cara pemberian informasi yang keliru, sebab hal ini akan berakibat
fatal bagi keberhasilan dakwah sendiri, dan selalu mengembangkan sifat percaya
kepada diri sendiri yang diperkembangkan oleh kebenaran dakwah Islamiyah.langkah-
langkah pengembangan da’i itu pada hakekatnya berkisar intern pendukung dakwah
sendiri, yakni para pelaksananya, dalam langkahnya memproses masyarakat luas.
Apabila dengan dakwah mereka berkemauan keras untuk mengadakan perubahan dan
pembentukan masyarakat yang sesuai dengan nafas dakwah Islamiyah, maka dengan
sendirinya para da’i sendiri harus mau dan mampu selalu memperbaiki dirinya, baik
dalam mutu maupun dalam keluasan kemampuan pribadinya.40
Hasil wawancara dengan Bapak Drs. H. Rohmani Rasyid pada tanggal 5 Juni
2004 adalah sebagai berikut:
Tentang latar belakang beliau menyatakan “ Latar belakang didirikannya Majelis
Ulama Indonesia yang pertama yaitu sebagai penasehat tertinggi di bidang keagamaan
yang memiliki peran setrategis, yang kedua sebagai lembaga atau alamat yang
mewakili umat Islam Indonesia, yang ketiga untuk membantu pemerintah dalam
40 M.Syafa’at Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: PT.Bumi Restu, 1982), Cet ke-1, h.2006
lvii
memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam pelaksanaan, pembangunan serta
sebagai sarana komunikasi antara umara dan umat Islam, yang ke empat, sebagai
wadah pertemuan dan silaturahim para ulama dalam mewujudkan ukhuwah islamiyah,
yang kelima sebagai wadah musyawarah bagi para ulama, zu’ama dan cendikiawan
muslim dalam membicarakan permasalahan umat.”
Adapun tentang Visi dan misinya adalah sebagai berikut:
Visi:
1. Terciptanya kondisi kehidupan masyarakat, kebangsaan dan kenegaraan
yang baik.
2. Terciptanya kejayaan Islam dan umat Islam
3. Mewujudkan Islam yang penuh rahmat (Rahma lil ’alamin)
Misi:
1. Menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan Islam secara efektif
2. Membina umat Islam dalam menanamkan dan memupuk akidah islamiyah
3. Menjalankan syariah Islamiyah
4. Menjadikan ulama sebagai panutan dalam mengembangkan akhlak
karimahagar terwujud masyarakat yang khair al-ummah
Adapun program yang dijalankan oleh MUI adalah sebagai berikut:
mengadakan tarling kemasjid-masjid yang ada di bambu apus, halal bihalal idhul
fitri, menjalin kerjasama dengan ta’mir masjid dalam merayakan hari-hari besar
Islam, mengadakan kunjungan silaturahmi bulanan kemasjid-masjid. Latihan
khatib sedesa bambu apus, menghimbau agar tidak bertakbir keliling, kunjungan
lviii
silaturahmi mushola-mushola yang ada di tingkat-tingkat RW bambu Apus
Pamulang, menanggulangi perjudian dan minuman keras dengan cara mengajak
bapak dan para remajanya ke majelis ta’lim serta mendirikan sarana olah raga
seperti bulutangkis, sepakbola dan bola voli.
Langkah-langkah MUI dalam penanggulangan perjudian antara lain:
mengadakan komunikasi, pendekatan dan bimbingan kepada pihak RT dan RW
serta tokoh masyarakat, seruan untuk meninggalkan perjudian tersebut.
Metode yang disampaikan MUI dalam penanggulangan perjudian antara lain
adalah dengan dakwah bil-lisan dan bil-hal. Dan materi yang disampaikan dalam
hal ini adalah al-Qur’an, al-Hadist, dan fiqih sunnah.
Dan untuk melengkapi penelitian ini maka penulis menyebarkan kuesioner
sebagai berikut:
lix
ANGKET PENELITIAN
JUDUL
“Peranan MUI Bambu Apus Dalam Penanggulangan Perjudian di Dusun Empat Desa
Bambu Apus Pamulang”
PETUNJUK : Beri tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap sesuai dengan
keadaan dan pendapat atas pertanyaan di bawah ini.
Identitas :
Jenis Kelamin :
Usia :
Pendidikan :
Tempat tinggal :
Pekerjaan :
PERTANYAAN-PERTANYAAN
1. Apakah anda mengetahui hukuman perjudian?
a, Mengetahui b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui
2. Apakah anda mengetahui bentuk-bentuk perjudian yang ada di Bambu Apus
Pamulang?
a, Mengetahui b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui
3. Menurut anda, apakah togel dan pakong termasuk perjudian?
a, Termasuk b. Tidak termasuk c. Tidak tahu
4. Apakah anda pernah bermain remi, kartu domino, lotre dan koprok?
a, Pernah b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
5. Apa alasan anda bermain judi?
a. Hobi b. Hiburan c. Ikut-ikutan
6. Apakah anda tahu menanggulangi perjudian?
lx
a, Mengetahui b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui
7. Apakah anda pernah membaca buku tentang larangan perjudian?
a, Pernah b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
8. Apakah anda mengetahui di desa Bambu Apus Pamulang ada Majelis Ulama
Indonesia?
a, Mengetahui b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui
9. Apakah dengan adanya Majelis Ulama di desa bambuapus pamulang dapat
menambah pengetahuan agama anda?
a, sangat menambah b. kurang menambah c. Tidak menambah
10. Apakah dengan adanya Majelis Ulama Indonesia berpengaruh pada peningkatan
ibadah, aqidah dan dakwah anda?
a, berpengaruh b. Kurang berpengaruh c. Tidak berpengaruh
11. Pedulikah anda pada majelis ulama Indonesia dalam menanggulangi perjudian di
desa Bambu Apus?
a, Peduli b. Kurang peduli c. Tidak peduli
12. Apakah anda berminat untuk meninggalkan perjudian?
a, berminat b. Kurang berminat c. Tidak berminat
13. apakah anda mengetahui tindakan yang dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia
dalam menanggulangi perjudian?
a, Mengetahui b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui
14. apakah anda mengetahui metode-metode yang digunakan oleh Majelis Ulama
Indonesia dalam menanggulangi perjudian?
a, Mengetahui b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui
15. menurut anda, metode apa yang paling cocok untuk menanggulangi perjudian?
a, ceranah agama b. pendirian karang taruna
c. pembangunan sarana olah raga
16. Pernahkah anda mengikuti pengajian yang dilaksanakan oleh Majelis Ulama
Indonesia?
lxi
a, sering b. kadang-kadang c. Tidak pernah
17. Menurut anda , apakah dengan adanya pengajian Majelis ulama Indonesia dapat
menghapus perjudian?
A, sangat menghapus b. menghapus c. Tidak menghapus
18. Saat ini apakah anda menyadari bahwa perjudian mempunyai dampak negatif bagi
masyarakat?
a, sangat menyadari b. menyadari c. Tidak menyadari
19. Dengan adanya Majelis Ulama Indonesia apakah ada pengaruhnya pada perilaku
social warga masyarakat?
a, sangat berpengaruh b. berpengaruh c. Tidak berpengaruh
20. Apakah dengan adanya Majelis Ulama Indonesia perjudian dapat tertanggulangi?
a, Ya b. kadang-kadang c. Tidak
Sebagai croos check dari efektifitas dakwah dalam penanggulangan perjudian,
bersama ini penulis paparkan hasil angket yang penulis berikan kepada sejumlah
responden. Hasil angket ini dapat dilihat dari tabel 1 sampai tabel 23.
Berikut ini adalah tabel-tabel tentang latar belakang pendidikan, pekerjaan dan
jenjang usia responden.
No Pendidikan Jumlah Prosentase (%)
1 SD 17 28.33
2 SLTP 16 26.67
3 SMU 20 33.33
4 S1 7 11.67
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel diatas mengenai pendidikan responden terdiri dari 33.33%
berpendidikan SMU, 28.33% berpendidikan SD, 26.67% berpendidikan SLTP, dan
11.67% berpendidikan S1.
lxii
No Pekerjaan Jumlah Prosentase (%)
1 Wiraswasta 23 28.33
2 Pedagang 4 26.67
3 PLN 1 33.33
4 Buruh 21 35.00
5 Guru 1 1.67
6 Karyawan 4 6.66
7 Pegawai pembantu pencatat nikah 1 1.67
8 PNS 1 1.67
9 PN 1 1.67
10 Pensiun 2 3.33
11 Satpam 1 1.67
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel diatas latar belakang pekerjaan responden 38.33% adalah
wiraswasta, 35.00% adalah buruh dan sisanya terdiri dari; pedagang, PNS, karyawan,
pensiunan dan lain-lain.
No Usia (tahun) Jumlah Prosentase (%)
1 19 2 3.33
2 20 2 3.33 3 22 1 1.67
4 23 2 3.33
5 24 3 5.00 6 25 2 3.33
7 26 3 5.00
8 27 3 5.00 9 28 2 3.33
10 29 4 6.66
11 30 3 5.00
12 31 2 3.33 13 34 3 5.00
14 35 3 5.00
15 38 4 6.66 16 40 1 1.67
17 41 1 1.67
18 42 1 1.67
19 43 1 1.67 20 44 1 1.67
21 45 1 1.67
22 46 2 3.33 23 48 1 1.67
lxiii
24 49 1 1.67 25 52 1 1.67
26 54 2 3.33
27 57 1 1.67
28 59 1 1.67 29 61 1 1.67
30 63 3 5.00
31 64 1 1.67 32 70 1 1.67
Jumlah 60 100%
Tabel 4
Hukum Perjudian
No Item F (%)
1 Mengetahui 8 13.34
2 Kurang mengetahui 50 83.33
3 Tidak mengetahui 2 3.33
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan 83.33% kurang mengetahui adanya
hukum perjudian, 13.34% responden menunjukkan mengetahui dan sisanya 3.33%
tidak mengetahui sama sekali.
Berdasarkan keterangan diatas mayoritas responden kurang mengetahui yaitu
83.33% hukum perjudian.
Tabel 5
Bentuk Perjudian di Desa Bambu Apus Pamulang
No Item F (%)
1 Mengetahui 55 91.67
2 Kurang mengetahui 1 1.67
3 Tidak mengetahui 4 6.66
Jumlah 60 100%
lxiv
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan 91.67% responden menjawab mengetahui
bentuk perjudian, 6.66% responden tidak mengetahui, dan 1.67% responden kurang
mengetahui.
Berdasarkan keterangan diatas bentuk perjudian di desa Bambu Apus Pamulang
91.67% responden mengetahui adanya bentuk perjudian.
Tabel 6
Togel dan Pakong Termasuk Perjudian
No Item F (%)
1 Termasuk 59 98.33
2 Tidak termasuk 1 1.67
3 Tidak tahu - -
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan 98.33% responden menyatakan togel dan
dan pakong termasuk dalam bentuk perjudian dan sisanya 1.67% tidak menyatakan
tidak termasuk.
Tabel 7
Perjudian Bermain remi, kartu domino, lotre dan koprok
No Item F (%)
1 Pernah 46 76.67
2 Kadang-kadang 12 20.00
3 Tidak pernah 2 3.33
Jumlah 60 100%
lxv
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan 76.67% responden pernah melakukan
salah satu diantara remi, domino, lotre dan koprok, 20.00% responden menyatakan
kadang-kadang melakukannya, sedangkan 3.33% responden tidak pernah
melakukannya
Berdasarkan keterangan diatas 76.67% responden pernah melakukan salah satu
permainan remi, domino, lotre dan koprok.
Tabel 8
Alasan berjudi
No Item F (%)
1 Hobi 10 16.67
2 Hiburan 21 35.00
3 Ikut-ikutan teman 29 48.33
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan 48.33% responden hanya ikut-ikutan
bermain judi, 35.00% responden menyatakan sebagai hiburan, dan 16.67% responden
menyatakan sebagai hobi.
Berdasarkan keterangan diatas mayoritas responden hanya ikut-ikutan bermain
judi yaitu 48.33% dan yang lainnya hanya sebagai hobi dan hiburan.
Tabel 9
Cara menanggulangi Perjudian
lxvi
No Item F (%)
1 Mengetahui 25 41.67
2 Kurang Mengetahui 11 18.33
3 Tidak mengetahui 24 40.60
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan 41.67% responden menyatakan
mengetahui cara penanggulangan, 40.60% responden tidak mengetahui dan 18.33%
kurang mengetahui cara penanggulangan perjudian.
Berdasarkan tabel 9, responden yang mengetahui tentang cara penanggulangan
perjudian sebanyak 41.67%, yang tidak mengetahui sebanyak 40.60% dan selebihnya
adalah 18.33% tidak mengetahui.
Tabel 10
Pernah membaca buku / referensi tentang larangan perjudian
No Item F (%)
1 Pernah 37 61.66
2 Kadang-kadang 22 36.67
3 Tidak pernah 1 1.67
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan responden yang pernah membaca
buku/referensi tentang larangan perjudian ada 61.66% kadang-kadang membaca
buku/referensi sebanyak 36.67% dan 1.67% tidak mengetahui.
lxvii
Dari keterangan di atas bahwa responden yang pernah membaca buku/referensi
tentang larangan perjudian sebanyak 61.66% dan yang menunjukkan kadang-kadang
sebanyak 36.67% dan sisanya tidak mengetahui.
Tabel 11
Pengetahuan Keberadaan majelis Ulama di desa Bambu Apus
No Item F (%)
1 Mengetahui 40 66.67
2 Kurang Mengetahui 2 3.33
3 Tidak mengetahui 18 30.00
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan 66.67% responden menunjukkan
mengetahui keberadaan Majelis Ulama Indonesia di desa Bambu Apus Pamulang,
30.00% tidak mengetahui, dan 3.33% kurang mengetahuinya,
Tabel 12
Eksistensi Majelis Ulama di desa Bambu Apus Pamulang Menambah
Pengetahuan Agama
No Item F (%)
1 Sangat Menambah 50 83.33
2 Kurang menambah 5 8.33
3 Tidak menambah 5 8.33
Jumlah 60 100%
lxviii
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan 83.33% responden menunjukkan bahwa
Majelis Ulama di desa Bambu Apus Pamulang menambah pengetahuan agama 8.33%
responden tidak dan kurang menambah pengetahuan responden.
Berdasarkan tabel 12, Majelis Ulama Indonesia telah berupaya menambah
pengetahuan agama kepada masyarakat di desa Bambu Apus pamulang dengan potensi
83.33%.
Tabel 13
Pengaruh Majelis Ulama Indonesia pada peningkatan Ibadah, Aqidah dan Dakwah
No Item F (%)
1 Berpengaruh 40 66.67
2 Kurang Berpengaruh 6 10.00
3 Tidak Berpengaruh 14 23.33
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa 66.67% responden terpengaruh
adanya Majelis Ulama Indonesia di bidang peningkatan ibadah, aqidah dan dakwah
33.33% responden menyatakan tidak terpengaruh dan sisanya 10.00% menyatakan
kurang berpengaruh.
Tabel 14
Kepedulian Responden pada Majelis Ulama Indonesia dalam menanggulangi Perjudian di
Bambu Apus
No Item F (%)
1 Peduli 55 91.67
2 Kurang 2 3.33
lxix
3 Tidak tidak Peduli 3 5.00
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan 91.67% responden menyatakan peduli,
dan yang lainnya menyatakan tidak peduli.
Tabel 15
Minat responden untuk meninggalkan Perjudian
No Item F (%)
1 Berminat 45 75.00
2 Kurang Berminat 1 1.67
3 Tidak Berminat 14 23.33
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan 75.00% responden menyatakan berminat
meninggalkan perjudian, dan 23.33% menyatakan tidak berminat meninggalkan
perjudian.
Tabel 16
Pengetahuan responden tentang tindakan yang dilakukan Majelis Ulama
Indonesia dalam menanggulangi Perjudian
No Item F (%)
1 Mengetahui 15 25.00
2 Kurang Mengetahui 27 45.00
3 Tidak Mengetahui 18 30.00
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan 45.00% responden menyatakan kurang
mengetahui tentang peran Majelis Ulama Indonesia dalam menanggulangi perjudian,
lxx
30.00% responden menyatakan tidak mengetahui, dan 25.00% responden menyatakan
mengetahui.
Tabel 17
Metode Yang Paling Cocok Untuk Menanggulangi Perjudian
No Item F (%)
1 Ceramah agama 50 83.34
2 Pendirian karang
taruna
5 8.33
3 Pembangunan sarana
oleh raga
5 8.33
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan 83.33% responden menyatakan metode
ceramah adalah cocok untuk menanggulangi perjudian, 8.33% pendirian karang taruna
sebagai hal yang cocok untuk menanggulangi perjudian dan 8.33% lagi menunjukkan
pembangunan sarana olahraga cocok untuk menanggulangi perjudian.
Tabel 18
Keikutsertaan Responden Pada Pengajian Yang Dilaksanakan Oleh Majelis Ulama
Indonesia
No Item F (%)
1 Sering 50 83.34
2 Kadang 5 8.33
3 Tidak pernah 5 8.33
Jumlah 60 100%
lxxi
Berdasarkan tabel diatas mengenai keikut sertaan responden dalam pengajian
yang dilaksanakan oleh Majelis Ulama Indonesia menyatakan 45.00% menyatakan
kadang-kadang, 43.33% menyatakan sering, dan 11.67% menyatakan tidak pernah
Tabel 19
Eksistensi Penyajian Oleh Majelis Ulama Indonesia Dapat Menghapus perjudian
No Item F (%)
1 Sangat menghapus 35 58.34
2 Menghapus 20 33.33
3 Tidak menghapus 5 8.33
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel diatas ketika ditanya tentang eksistensi penyajian oleh Majelis
Ulama Indonesia dapat menghapus perjudian, responden menyatakan sangat
berpengaruh perjudian sebanyak 58.34% yang menyatakan hanya menghapus sebanyak
33.33% dan yang menyatakan tidak menghapus sebanyak 8.33%.
Tabel 20
Kesadaran Responden Tentang Dampak Negatif Dari Perjudian
No Item F (%)
1 Sangat menyadari 40 66.66
2 Menyadari 10 16.67
3 Tidak menyadari 10 16.67
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel diatas tentang Kesadaran Responden Tentang Dampak Negatif
Dari Perjudian, responden menjawab sangat menyadari sebanyak 66.66% dan masing-
masing 16.67% menyadari dan tidak menyadari.
lxxii
Tabel 21
Pengaruh Majelis Ulama Indonesia Pada Perilaku Sosial Warga Masyrakat
No Item F (%)
1 Sangat berpengaruh 40 58.33
2 Berpengaruh 6 16.67
3 Tidak Berpengaruh 14 25.00
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel diatas pengaruh majelis ulama indonesia pada perilaku sosial
warga masyarakat, responden menyatakan sangat berpengaruh sebanyak 58.33%,
responden yang menyatakan berpengaruh sebanyak16,67%, dan yang menyatakan
tidak berpengaruh sebanyak 25%.
Tabel 22
Peranan majelis Ulama Indonesia Dalam Menanggulangi Perjudian
No Item F (%)
1 Ya 19 48.33
2 Kadang-kadang 10 16.67
3 Tidak 21 35.00
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel di atas mengenai peranan Majelis Ulama Indonesia dalam
menanggulangi perjudian, responden menyatakan Ya sebanyak 48.33%, yang
menjawab tidak sebanyak 35% dan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 16.67%.
lxxiii
E. Harapan dan Saran Masyarakat terhadap MUI Bambu Apus
Harapan masyarakat terhadap MUI adalah agar MUI tidak bosan berdakwah
mengenai larangan berjudi, berikanlah ceramah dan dialog yang menyegarkan
keberagamaan umat. MUI juga perlu kompak dalam menyukseskan program
pemberantasan perjudian, tidak perlu ekslusif sehingga menutup kemungkinan
masyarakat untuk terlibat dan peduli dengan program MUI. Keberadaan majelis taklim
yang cukup banyak tersebar yang menjadi wadah berkumpul masyarakat untuk
mendapatkan siraman rohani dan kesadaran mental dan emosional perlu dibina dan
dikunjungi oleh MUI.
Prinsip utama yang dititipkan ummat Islam terhadap MUI adalah bertindaklah
tegas terhadap perjudian yang merebak dimasyarakat. Berbagai kelonggaran instrumen
hukum dan norma sosial yang berlaku menjadikan “surga” bagi para penyelenggara
praktik perjudian. Ketegasan MUI dapat dikerjasamakan dengan aparat setempat, atau
dengan masyarakat sendiri. Kecenderungan yang sekaligus menjadi kritik buat MUI
yang dirasakan oleh ummat Islam di Bambu Apus adalah tidak bermasyarakatnya para
pengurus dalam menjelaskan masalah-masalah perjudian.
Mendukung upaya pemberantasan tersebut, masyarakat mengharapkan agar MUI
menyeimbangkan antara dakwah bil hal dan dakwah bil lisan. Artinya MUI mampu
mengarahkan masyarakat, membimbingnya dan menuntunnya dengan tindak tanduk
yang mulia. Perkataan, ceramah dan fatwa yang telah disampaikan kepada masyarakat
ditopang oleh aksi sosial keagamaan yang mulia, dan bernilai maksimal. MUI perlu
lxxiv
melakukan silaturrahmi secara intensif sehingga tercipta dialog pelbagai persoalan
ummat secara objektif.
Terkait dengan program pemberantasan perjudian, masyarakat mengharapkan
agar MUI berusaha dengan tekun, sabar dan memberikan bimbingan, sekaligus
mencarikan kegiatan lain agar tidak terjebak lagi dalam praktik perjudian. MUI juga
perlu memberikan pengertian kepada para orang tua untuk tetap menjaga putra-
putrinya agar tidak terjerumus pada praktik judi, dan perbuatan maksiat lainnya.
lxxv
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat penulis berikan sebagai berikut:
1. Majelis Ulama Indonesia des Bambu Apus Pamulang dalam menanggulangi
masalah perjudian menggunakan metode bil-lisan dan bil hal dengan materi al-
Qur’an, al-Hadist, dan fiqh sunnah. Agar efektifnya dakwah Majelis Ulama
Indonesia desa Bambu Apus Pamulang bekerja sama dengan masyarakat, aparat
pemerintah, para remaja dan pihak pemerintah. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan dalam menanggulangi perjudian didesa Bambu Apus Pamulang yaitu
mengadakan komunikasi, pendekatan dan bimbingan kepada pihak RT, RW dan
masyarakat dan memberikan seruan untuk meninggalkan perjudian.
2. Dengan adanya Majelis Ulama Indonesia Pamulang masyarakat Bambu Apus telah
tersadarkan dari berbagai bentuk perjudian seperti togel, pakong, koprok, domino,
remi dan lotre, sehingga kegiatan tersebut mulai berkurang.
3. Dari dampak negatif pengaruh perjudian serta kaitannya dalam segi ekonomi,
perilaku sosial dan peningkatan sikap keagamaan, rata-rata melakukan perjudian
menyatakan adanya pengaruh terhadap ekonomi, perilaku sosial dan peningkatan
sikap keagamaan perjudian rara-rata telah terlihat adanya perkembangan positif
terhadap bidang atau segi tersebut diatas.
B. SARAN - SARAN
lxxvi
1. Kepada Pengurus MUI Bmbu Apus Pamulang
Agar lebih berperan aktif, tetap semangat dan mencari metode yang lebih
tepat lagi untuk menanggulangi perjudian, misalnya memberikan
penyuluhan rutin pada setiap bulannya.
2. kepada aparat pemerintah
agar bertindak tegas lagi terhadap warga yang terlibat perjudian dan
bekerjasama dengan aparat kepolisian untuk menindak oknum-oknum yang
berjudi agar diberi hukuman. Peranan tokoh masyarakat sangatlah
mendukung untuk memberikan pendekatan pada masyarakat secara
persuasif.
3. kepada masyarakat desa Bambu Apus Pamulang.
Ingatlah bahwa perjudian sangat berakibat buruk bagi masyarakat dan tidak
ada orang kaya karena judi.
lxxvii
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Amrullah, Dakwah Islam sebagai Ilmu, Jurnal Dakwah Fakultas Dakwah IAIN
Syariaf Hidayatullah Jakarta, Vol. No. 2 1999
Andi, Hepi, “Majalah Sabili”, No. 26 th VIII 20 Juni 2001 / 28 Rabiul awal 1422
Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Dakwah, Jakarta: Logos, 1997
Bahreisy, Salim, Terjemah Riyadhs Shalihin, Bandung: PT Al-Ma’arif, 1997, Cet ke-2,
Jilid I
Depag RI, Al-Qur’an dan tarjamahnya, Jakarta: CV Samara Mandiri,1999
Elka, Studi Rizal, Dakwah Bil Qolam Berdasarkan Penyajian-penyajiannyam Jurnal
Dakwah dan kemasyarakatan Dakwah, Vol 1.No 1 Juli 2000
Gani,Bustami A, et.al, Al-Qur’an Dan Tafsirnya Depag RI, Jakarta: CV. Darma Pala,
1997/1998, Jilid I, Juz: 1-2-3
Habib, M. Syafaat, Buku Pedoman Dakwah, Jakarta: PT. Bumi Restu, 1982, Cet ke-1
Hielmy, Irfan, Hikmah Bil al-Hikmah, Yogyakarta: Mutiara Pusaka, 2002, cet.1
Kartono, kartini, Potologi Sosial, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999, Cet 1
Al-Khulaifi, Syaikh Abdullah Ibnu Muhammad, Khutbah Jum’at Masjidil Haram, Jedah:
Penerbit Daul Ishfahan, 1991
Mubarok, achmad, Psikologi Dakwah, Jakarata: Bintang Indonesia, 1962
Rafiudin dan Maman abdul Djaliel, Prinsip dan StrategiDakwah, Bandung: CV. Pustaka
Stia,2001, cet ke-2
68
lxxviii
Sadli, Saparinah, Persepsi Sosial Mengenai Perilaku Menyimpang, Jakarta: Bulan Bintang,
1976
Syamsudin, Din, et.al, Pedoman Penyelenggaraan Organisasi Majelis Ulama Indonesia,
Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, 2001 No. Keputusan-085/MUI/III Muhammad,
Zainudin, DakwahMenjelang Tahun 2001, KODI DKI Jakarta, 1992, Cet. Ke-2
Tamara, Toto, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Media Grafindo, 2000, Cet. 2
Wamy, Etika Diskusi, Kair: Word Assembly of Moeslim Youth, 2001, Cet 2
Yunus, Mahmud, Kamus Arab–Indoneisa, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran
Al-Qur’an, Jakarta, 1973
lxxix