pengaruh variasi waktu pemeraman terhadap nilai …digilib.unila.ac.id/25329/19/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH VARIASI WAKTU PEMERAMAN TERHADAP NILAI
UJI TEKAN BEBAS PADA TANAH LEMPUNG DAN LANAU
YANG DISTABILISASI MENGGUNAKAN KAPUR PADA
KONDISI TANPA RENDAMAN (UNSOAKED)
(Skripsi)
Oleh :
KARINA APRILIANI PUSPA ZULMI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRACT
INFLUENCE OF CURING TIME VARIATION AGAINST
UNCONFINED COMPRESSIVE STRENGTH TEST VALUE OF CLAY AND SILT
SOIL STABILIZED USING BY HYDRATED LIME
ON THE UNSOAKED CONDITIONS
By
KARINA APRILIANI PUSPA ZULMI
Clays and silts have the low strength compressive. Clay is a kind of fine grain soil that has a low
bearing capacity and very sensitive to changes in water content, which is easy to change the
volume and development of shrinkage. To improve soil conditions then soil reinforcement is done
by using lime substance.
The clay soil sample is a type of high plasticity clay that taken from Rawa Sragi- Jabung- East
Lampung district and then the silt soil sample is taken from Yosumulyo-East Metro- Metro City.
Based on previous experiments, that soil is included in soft clay and high plasticity category. Based
on Unified Soil Clasification (USCS), clay belong to CL category, While silts belong to Cl-ML
category.
In unconfined compressive strength test, clays and silts with variation of curing time and unsoaked
condition, soil with hydrated lime mixtured with modified proctor compacted, for clays, Qu value
increased with the addition of lime content. It get Qu optimum value increased when it has 12%
hydrated lime content, 28 days of curing time, it get 0,62 kg/cm². For silts Qu optimum value
inscreased when it has 12% hydrated lime content and 28 days of curing time, it get 0,73 kg/cm².
Hydrated lime adding could inscred unconfined compressive strength but with longer curing time
duration (28 days). Because the greater Qu soil value is the greater soil bearing capacity.
Keywords: Hydrated Lime, Clay, Silt, Unconfined Compressive Strength, Soil Bearing Capacity
ABSTRAK
PENGARUH VARIASI WAKTU PEMERAMAN TERHADAP
NILAI UJI KUAT TEKAN BEBAS PADA TANAH LEMPUNG DAN LANAU YANG
DISTABILISASI MENGGUNAKAN KAPUR
PADA KONDISI TANPA RENDAMAN
Oleh
KARINA APRILIANI PUSPA ZULMI
Tanah lempung dan lanau kebanyakan memiliki nilai kuat tekan tanah yang rendah. Tanah
lempung merupakan jenis tanah yang berbutir halus yang mempunyai nilai daya dukung yang
rendah dan sangat sensitif terhadap perubahan kadar air, yaitu mudah terjadi perubahan volume
dan kembang susut. Untuk memperbaiki sifat tanah yang kurang baik maka salah satu perkuatan
tanah yang dilakukan adalah dengan menggunakan kapur.
Sampel tanah yang diuji adalah jenis tanah lempung berplastisitas tinggi yang diambil dari Desa
Rawa Sragi, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur dan sampel tanah lanau yang
diambil dari daerah Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro. Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa tanah yang digunakan termasuk dalam
kategori tanah lempung lunak plastisitas tinggi. Berdasarkan klasifikasi tanah menurut Unified
(USCS), tanah lempung masuk dalam kelompok CL, sedangkan tanah lanau masuk dalam
kelompok CL-ML
Pada pengujian Kuat Tekan Bebas (UCS) tanah lempung dan lanau dengan variasi pemeraman
pada kondisi tanpa rendaman, tanah campuran kapur dilakukan pemadatan modified proctor,
pada tanah lempung didapatkan peningkatan nilai Qu seiring dengan penambahan kadar kapur.
Kadar campuran kapur yang menghasilkan nilai Qu optimum didapatkan pada kadar kapur 12%
pemeraman 28 hari yaitu sebesar 0,62 kg/cm2. Pada tanah lanau nilai Qu optimum pada kadar
kapur 12% pemeraman 28 hari yaitu sebesar 0,73 kg/cm2. Penambahan kapur mampu
meningkatkan nilai kuat tekan bebas tanah namun dengan durasi pemeraman yang cukup lama
(28 hari) karena semakin besar nilai Qu tanah, semakin besar pula nilai daya dukung tanah
tersebut.
Kata kunci : Kapur, Tanah Lempung, Tanah Lanau, UCS, Kuat Tekan Bebas
PENGARUH VARIASI WAKTU PEMERAMAN TERHADAP NILAI UJI
TEKAN BEBAS PADA TANAH LEMPUNG DAN LANAU YANG
DISTABILISASI MENGGUNAKAN KAPUR PADA KONDISI TANPA
RENDAMAN (UNSOAKED)
Oleh
KARINA APRILIANI PUSPA ZULMI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal
25
April 1992. Penulis merupakan putri dari pasangan Bapak
Zamzami Zaman, S. Sos., dan Ibu Zulia Marliani, anak
pertama dari tiga bersaudara.
Dengan rahmat Allah SWT penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar
Negeri 2 Perumnas Wayhalim pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama
Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun 2007 dan Sekolah Menegah Atas
Negeri 1 0 Bandar Lampung tahun 2010. Terakhir Penulis tercatat sebagai
mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan Sipil Universitas Lampung.
Pada tahun 2014, penulis melakukan Kerja Praktek pada Proyek Pelaksanaan
Preservasi Jalan Dan Jembatan Nasional Bandar Lampung Bypass dengan PT.
Conbloc Infratecno. Pada tahun 2015 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Tirta Kencana, Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten
Tulang Bawang Barat selama 40 hari, pada tahun yang sama penulis mengambil
skripsi dengan judul “Variasi Waktu Pemeraman Terhadap Nilai Uji Kuat Tekan
Bebas Pada Tanah Lempung Dan Lanau Yang Distabilisasi Menggunakan Kapur
Pada Kondisi Tanpa Rendaman (Unsoaked)”.
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan kerendahan hati dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT
kupersembahan skripsiku ini kepada:
Kedua orang tuaku Ibu Zulia Marlianti dan Ayah Zamzami Zaman yang selalu
mendoakan,mendidik dan mendukung serta memberi dorongan kepadaku
untuk mencapai keberhasilan sampai saat ini dan in shaa Allah seterusnya.
Adik-adikku Sonia Saraswati Meiliastri dan Naila Rika Amalia yang turut
memeberikan semangat dan motivasi
Sahabatku Mutia Andriani, yang telah menemaniku dan memberi kenangan
terindah selama masa perkuliahan
Febrina Kristina Sibuea, dan Dini Fatrisya yang selalu memberikan dukungan
dan setia mendengarkan keluh kesah.
Keluargaku yang turut mendoakan, memotivasi, serta memberikan dukungan
kepadaku untuk mencapai keberhasilan
Dan kepada dosen yang telah membimbingku selama menjalankan perkuliahan
MOTTO HIDUP
“Life is like 10% what happens to us and 90% how we face to it”
(Karina Apriliani Puspa Zulmi)
“ The Future belongs to those who believe in the beauty of their dreams”
(Anonim)
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(QS. Al-Insyirah : 5)
“I am thankful to all those who said NO to me, it’s because of them I did it
myself”
(Einstein)
SANWACANA
Assalamu’alaikumWr.Wb.
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul ”Pengaruh Variasi Waktu Pemeraman Terhadap Nilai Uji Tekan
Bebas Pada Tanah Lempung dan Lanau yang Distabilisasi Menggunakan
Kapur Pada Kondisi Tanpa Rendaman (Unsoaked)” adalah merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik
Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan sebesar-
besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas
Lampung.
2. Gatot Eko S, S.T., M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Lampung.
3. Ir. Setyanto, M.T., selaku Dosen Pembimbing I skripsi yang telah
memberikan kesediaan waktunya untuk sumbangan pemikiran, serta saran
dan kritiknya demi kesempurnaan Skripsi.
4. Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A.,selaku Dosen Pembimbing II yang telah
banyak meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, motifasi, nasihat
dan wejangan hidup.
5. Iswan, S.T., M.T., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan
saran pemikiran dalam penulisan skripsiserta pengarahan dalam penulisan
skripsi ini.
6. Ir. Hasti Riakara Husni, M.T., selaku Dosen Pembimbing Akademik.
7. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
8. Orang tua terkasih ibu Zulia Marlianti dan Ayah Zamzami Zaman yang
sangat sabar dan pengertian dalam memberikan dukungan, nasehat dan
motivasi dalam menyelesaikan perkuliahan di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Lampung.
9. Adikku Sonia Saraswati Meiliastri dan Naila Rika Amalia yang turut
memeberikan dorongan semangat dan motivasi..
10. Keluarga besar yang telah membantu dalam memberikan dukungan materi,
motivasi, serta nasehat hidup sampai saat ini.
11. Sahabat-sahabatku Febrina Kristina Sibuea, Dini Fatrisya, Andri Handayani,
Mutia Andriani, Alward Farabi, Abdil Hafizh Arrofiq, Alhadi Pratama
Bintang, M. Tahta Dinata, Galang Abdul Ghandi, Aria Febriantama, Hadyan
Arifin Bustam, Putra Andrean, Amoria Andayana, Feby Aristia Putri yang
telah menemaniku dan memberi kenangan terindah selama masa perkuliahan
12. Teman istimewa sebelas anggota angkatan 2014 yang telah banyak
membantu, mendukung serta memberikan dorongan motivasi.
13. Saudara – saudara Teknik Sipil Universitas Lampung angkatan 2010 yang
selama beberapa tahun ini bersama serta berbagi memori, pengalaman dan
membuat kesan yang tak terlupakan.
14. Semua pihak yang telah membantu tanpa pamrih yang tidak dapat disebutkan
secara keseluruhan satu per satu, serta seluruh pejuang Teknik Sipil, semoga
kita semua berhasil menggapai impian. Aamiin.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan
khususnya bagi penulis pribadi. Selain itu, penulis berharap dan berdoa semoga
semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis,
mendapatkan ridho dari Allah SWT. Aamiin.
Wassalaamu’alaikumWr.Wb.
Bandar Lampung, November 2016
Penulis
Karina Apriliani Puspa Zulmi
DDAAFFTTAARR IISSII
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
DAFTAR TABEL........................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv
DAFTAR NOTASI ....................................................................... v
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian .. ............................................................................... 2
C. Batasan Masalah.................................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah .................................................................................................... 5
1. Pengertian Tanah ............................................................................. 5
2. Klasifikasi Tanah ............................................................................. 6
B. Tanah Lempung ................................................................................... 10
1. Definisi Tanah Lempung ................................................................. 10
2. Mineral Lempung ............................................................................ 10
3. Sifat Tanah Lempung ...................................................................... 11
4. Jenis Tanah Lempung....................................................................... 11
C. Tanah Lanau ......................................................................................... 12
1. Definisi Tanah Lanau ....................................................................... 12
2. Sifat Tanah Lanau ............................................................................ 13
3. Jenis Tanah Lanau ............................................................................ 13
D. Kapur ........................................................................................................ 14
1. Definisi Kapur .................................................................................. 14
2. Jenis Kapur . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
3. Pemanfaatan Bahan Kapur . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
E. Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................................. 15
III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah ....................................................................................... 18
B. Peralatan ................................................................................................... 18
C. Benda Uji .................................................................................................. 19
D. Metode Pencampuran Sampel Tanah Dengan Kapur ............................
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengujian Sampel Tanah Asli ..................................................... 30
1. Hasil Pengujian Analisis Saringan dan Hidrometer ........................ 32
2. Hasil Pengujian Kadar Air ............................................................... 34
3. Hasil Pengujian Pemadatan Tanah .................................................. 35
4. Hasil Pengujian Kuat Tekan Bebas Pada Tanah Asli …………….. 36
B. Klasifikasi Tanah ................................................................................. 36
1. Klasifikasi Sistem USCS ................................................................. 36
a. Tanah Lempung ........................................................................... 36
b. Tanah Lanau ............................................................................... 37
C. Hasil Pengujian Tanah Dengan Campuran Kapur .............................. 38
1. Hasil Pengujian Pemadatan Pada Tanah Lempung Dan Lanau
Dengan Campuran Kapur 6%, 9%, dan 12% .................................. 38
2. Hasil Pengujian Kuat Tekan Bebas (UCS) ................................ 38
3. Hasil Pengujian Tekan Bebas Pada Variasi Pemeraman Tanah
Lanau yang Distabilisasi Kapur ...................................................... 41
4. Pengaruh Variasi Waktu Pemeraman Terhadap Nilai Tekan Bebas
Tanah Lempung dan Lanau yang Distabilisasi Kapur .................... 43
5. Perbandingan Hasil Pengujian Tekan Bebas pada Variasi
Pemeraman Tanah Lempung dan Lanau Distabilisi Kapur ............ 45
6. Perbandingan Hasil Penelitian dengan Penelitian Terdahulu ......... 48
V. PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................................ 56
B. Saran ...................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
19
E. Pelaksanaan Pengujian ......................................................................... 20
F. Urutan Prosedur Penelitian ................................................................... 27
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem Unified……………………. 9
Tabel 2. Kode Pada Mold Untuk Masing-Masing Kadar Kapur dan Waktu
Pemeraman………………………………………………………… 28
Tabel 3. Hasil Pengujian Sampel Tanah Lempung…….................................. 31
Tabel 4. Hasil Pengujian Sampel Tanah Lanau…………………………….. 31
Tabel 5. Hasil Pengujian Hidrometer Tanah Lempung …………………….. 32
Tabel 6. Hasil Pengujian Hidrometer Tanah Lanau …………..……………. 33
Tabel 7. Hasil Uji Tekan Bebas (UCS) Tanpa Campuran .............................. 36
Tabel 8. Hasil Uji Tekan Bebas (UCS) pemeraman 7 Hari tanah Lempung
Distabilisasi Kapur ............................................................................. 39
Tabel 9. Hasil Uji Tekan Bebas (UCS) pemeraman 14 Hari tanah Lempung
Distabilisasi Kapur ............................................................................. 39
Tabel 10. Hasil Uji Tekan Bebas (UCS) pemeraman 28 Hari tanah Lempung
Distabilisasi Kapur ............................................................................. 40
Tabel 11. Hasil Uji Tekan Bebas (UCS) pemeraman 7 Hari tanah Lanau
Distabilisasi Kapur ............................................................................. 41
Tabel 12. Hasil Uji Tekan Bebas (UCS) pemeraman 14 Hari tanah Lanau
Distabilisasi Kapur ............................................................................. 42
Tabel 13. Hasil Uji Tekan Bebas (UCS) pemeraman 28 Hari tanah Lanau
Distabilisasi Kapur ............................................................................. 42
Tabel 14. Hasil Nilai Uji Tekan Bebas (UCS) Tanah Lempung ....................... 43
Tabel 15. Hasil Nilai Uji Tekan Bebas (UCS) Tanah Lanau …......................... 44
Tabel 16. Perbandingan Hasil Nilai Qu Uji Tekan Bebas (UCS) Tanah
Lempung Dan Tanah Lanau waktu pemeraman 7 hari....................... 45
Tabel 17. Perbandingan Hasil Nilai Qu Uji Tekan Bebas (UCS) Tanah
Lempung Dan Tanah Lanau waktu pemeraman 14 hari .................... 46
Tabel 18. Perbandingan Hasil Nilai Qu Uji Tekan Bebas (UCS) Tanah
Lempung Dan Tanah Lanau waktu pemeraman 28 hari...................... 47
Tabel 19. Perbandingan Nilai UCS Tanah Lempung Campuran Semen dan
Campuran Kapur Dengan Waktu Pemeraman 7 hari ……………..… 49
Tabel 20. Perbandingan Nilai UCS Tanah Lempung Campuran Semen dan
Campuran Kapur Dengan Waktu Pemeraman 14 hari …………....… 50
Tabel 21. Perbandingan Nilai UCS Tanah Lempung Campuran Semen dan
Campuran Kapur Dengan Waktu Pemeraman 28 hari ………..…..… 51
Tabel 22. Perbandingan Nilai UCS Tanah Lanau Campuran Semen dan
Campuran Kapur Dengan Waktu Pemeraman 7 hari ……………..… 52
Tabel 23. Perbandingan Nilai UCS Tanah Lempung Campuran Semen dan
Campuran Kapur Dengan Waktu Pemeraman 14 hari ……..……..… 53
Tabel 24. Perbandingan Nilai UCS Tanah Lempung Campuran Semen dan
Campuran Kapur Dengan Waktu Pemeraman 28 hari ……..……..… 54
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Grafik Plastisitas USCS……......……………………………….… 8
Gambar 2. Grafik Hubungan Nilai Qu dan Waktu Pemeraman 7 hari Tanah
Lempung dan Lanau Distabilisasi Semen, M. Andriani (2016)..... 16
Gambar 3. Grafik Hubungan Nilai Qu dan Waktu Pemeraman 14 hari Tanah
Lempung dan Lanau Distabilisasi Semen, M. Andriani (2016)..... 16
Gambar 4. Grafik Hubungan Nilai Qu dan Waktu Pemeraman 28 hari Tanah
Lempung dan Lanau Distabilisasi Semen, M. Andriani (2016)..... 17
Gambar 5. Diagram Alir Penelitian ................................................................. 29
Gambar 6. Grafik Hasil Analisa Saringan dan Hidrometer Tanah Lempung... 33
Gambar 7. Grafik Hasil Analisa Saringan dan Hidrometer Tanah Lanau …... 34
Gambar 8. Grafik Modified Proctor Tanah Lempung….................................. 35
Gambar 9. Grafik Modified Proctor Tanah Lanau …...................................... 35
Gambar 10. Hubungan nilai Qu dan Waktu Pemeraman Tanah Lempung........ 43
Gambar 11. Hubungan nilai Qu dan Waktu Pemeraman Tanah Lanau ............. 44
Gambar 12. Hubungan nilai Qu dan Waktu Pemeraman 7 hari Tanah Lempung
dan Lanau Distabilisasi Kapur ...................................................... 46
Gambar 13. Hubungan nilai Qu dan Waktu Pemeraman 14 hari Tanah Lempung
dan Lanau Distabilisasi Kapur ...................................................... 47
Gambar 14. Hubungan nilai Qu dan Waktu Pemeraman 28 hari Tanah Lempung
dan Lanau Distabilisasi Kapur ...................................................... 48
Gambar 15. Grafik Perbandingan Nilai UCS Tanah Lempung Campuran Semen
dan Campuran Kapur dengan Waktu Pemeraman 7 hari……….... 49
Gambar 16. Grafik Perbandingan Nilai UCS Tanah Lempung Campuran Semen
dan Campuran Kapur dengan Waktu Pemeraman 14 hari………... 50
Gambar 17. Grafik Perbandingan Nilai UCS Tanah Lempung Campuran Semen
dan Campuran Kapur dengan Waktu Pemeraman 28 hari………... 51
Gambar 18. Grafik Perbandingan Nilai UCS Tanah Lanau Campuran Semen dan
Campuran Kapur dengan Waktu Pemeraman 7 hari……………... 52
Gambar 19. Grafik Perbandingan Nilai UCS Tanah Lanau Campuran Semen dan
Campuran Kapur dengan Waktu Pemeraman 14 hari……………. 53
Gambar 20. Grafik Perbandingan Nilai UCS Tanah Lanau Campuran Semen dan
Campuran Kapur dengan Waktu Pemeraman 28 hari…………..... 54
DAFTAR NOTASI
ω = Kadar Air
Gs = Berat Jenis
LL = Batas Cair
PI = Indeks Plastisitas
PL = Batas Plastis
q = Persentase Berat Tanah yang Lolos Saringan
Ww = Berat Air
Wc = Berat Container
Wcs = Berat Container + Sampel Tanah Sebelum dioven
Wds = Berat Container + Sampel Tanah Setelah dioven
Wn = Kadar Air Pada Ketukan ke-n
W1 = Berat Picnometer
W2 = Berat Picnometer + Tanah Kering
W3 = Berat Picnometer + Tanah Kering + Air
W4 = Berat Picnometer + Air
Wci = Berat Saringan
Wbi = Berat Saringan + Tanah Tertahan
Wai = Berat Tanah Tertahan
fc’ = Kuat Tekan yang Dipersyaratkan
SD = Standar Deviasi
Qu = Beban Ultimit
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah mempunyai peranan penting dalam ilmu Teknik Sipil, baik sebagai bahan
konstruksi ataupun sebagai pendukung beban. Tanah berfungsi sebagai penahan
beban akibat konstruksi di atas tanah yang harus bisa memikul seluruh beban baik
berupa beban hidup maupun beban mati bangunan dan beban lainnya yang turut
diperhitungkan, kemudian beban tersebut diteruskan ke dalam tanah sampai ke
lapisan tanah dasar atau kedalaman tertentu. Tetapi pada kenyataannya, tidak
semua tanah memiliki sifat-sifat dan mekanis yang baik dan diinginkan dalam
kondisi aslinya contohnya saja tanah lempung dan juga tanah lanau.
Tanah lempung dan lanau kebanyakan cenderung memiliki nilai kuat tekan tanah
yang rendah. Tanah lempung merupakan jenis tanah yang berbutir halus yang
mempunyai nilai daya dukung yang rendah dan sangat sensitif terhadap perubahan
kadar air, yaitu mudah terjadi perubahan volume dan kembang susut. Sedangkan
tanah lanau adalah peralihan antara tanah lempung dan pasir yang sifatnya kurang
plastis dibandingkan tanah lempung.
Stabilisasi daya dukung tanah dipilih sebagai salah satu alternatif dalam perbaikan
tanah. meningkatkan kekuatan dan daya dukung tanah. Salah satu cara yang
dilakukan dalam rangka stabilisasi tanah yaitu dengan menambahkan bahan
2
campuran dan melakukan pemadatan dengan cara mekanis. Dalam penelitian ini
metode stabilisasi tanah dilakukan dengan menggunakan bahan campuran kapur.
Bahan pencampur yang akan digunakan diharapkan dapat mengurangi atau
menghilangkan sifat-sifat tanah yang kurang baik dan kurang menguntungkan dari
tanah yang akan digunakan. Seperti yang kita tahu bahwa kapur merupakan
stabilizing agents yang baik, hal ini dikarenakan kemampuannya untuk
menggumpalkan dan mengikat butir-butir partikel tanah, hal ini sangat bermanfaat
sebagai usaha untuk mendapatkan massa tanah yang kokoh dan tahan terhadap
deformasi. Kapur banyak dipakai untuk bahan penstabilan jalan raya. Stabilisasi
kapur dapat mengubah tanah menjadi gumpalan-gumpalan partikel. (Ingles, 1972)
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui sifat-sifat fisis tanah lempung dan tanah lanau.
2. Mengetahui peningkatan nilai daya dukung tanah lempung berplastisitas tinggi
dan tanah lanau berplastisitas rendah yang telah dicampur kapur dengan
melakukan uji kuat tekan bebas.
3. Mengetahui pengaruh variasi kadar campuran kapur dan mencari kadar kapur
yang ideal dalam pencampuran kapur.
4. Mengetahui pengaruh variasi waktu pemeraman tanah yang telah distabilisasi
menggunakan kapur.
C. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada beberapa masalah, yaitu :
1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lanau yang diambil dari Desa
3
Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro, Lampung.
2. Tanah lempung yang digunakan berasal dari desa Belimbing Sari, Lampung
Timur, Lampung.
3. Kapur sebagai bahan pencampur.
4. Pengujian sifat fisik tanah asli yang dilakukan adalah :
a. Pengujian analisis saringan
b. Pengujian Hidrometer
c. Pengujian kadar air
d. Pengujian berat volume
e. Pengujian berat jenis
f. Pengujian batas cair dan plastis
g. Pengujian pemadatan tanah
5. Pengujian sifat fisik tanah campuran yang dilakukan adalah :
a. Pengujian kadar air
b. Pengujian berat volume
c. Pengujian berat jenis
d. Pengujian batas cair dan plastis
6. Pengujian sifat mekanik tanah yang dilakukan adalah pengujian kuat tekan
bebas pada tanah lempung dan lanau yang distabilisasi dengan kapur sebanyak
6%, 9%, dan 12% dengan waktu pemeraman selama 7 hari, 14 hari, dan 28 hari
dengan kondisi tanpa rendaman.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui sebaik mana manfaat penggunaan
4
kapur untuk meningkatkan daya dukung tanah, sehingga dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam pemecahan masalah stabilisasi tanah di lapangan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada ilmu
pengetahuan tentang sifat – sifat fisik dan mekanik tanah lempung dan tanah
lanau.
3. Sebagai bahan untuk penelitian lanjutan dalam bidang teknologi material.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanah
1. Pengertian Tanah
Tanah adalah material yang terdiri dari agregat atau butiran mineral-mineral
padat yang tidak terkapurtasi (terikat secara kimia) satu sama lain dari bahan
organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai zat cair juga gas
yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut.(Das
1995). Tanah juga merupakan kumpulan dari bagian-bagian yang padat dan
tidak terikat antara satu dengan yang lain (diantaranya mungkin material
organik) yang berongga-rongga. Tanah juga dapat didefinisikan sebagai
ikatan antara butiran yang relatif lemah dapat disebabkan oleh karbonat, zat
organik, atau oksida-oksida yang mengendap - ngendap diantara partikel-
partikel. Ruang diantara partikel-partikel dapat berisi air, udara, dll
(Hadiyatmo 1992). Sedangkan pengertian tanah menurut Bowles (1984), tanah
adalah campuran partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis
berikut:
a. Berangkal (boulders) adalah potongan batuan yang besar, biasanya lebih
besar dari 250 sampai dengan 300 mm, sedangkan untuk ukuran 150 mm
sampai 250 mm, disebut dengan kerakal (cobbles/pebbles).
6
b. Kerikil (gravel) adalah partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai
dengan 150 mm.
c. Pasir (sand) adalah partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai
dengan 5 mm.
d. Lanau (silt) adalah partikel batuan yang berukuran dari 0,002 mm sampai
dengan 0,0074 mm.
e. Lempung (clay) adalah partikel mineral yang berukuran < 0,002 mm
f. Koloid (colloids) adalah partikel mineral yang diam dan berukuran lebih
kecil dari 0,001 mm.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa tanah merupakan
material yang terdiri dari agregat atau butiran mineral-mineral padat yang tidak
terkapurtasi (terikat secara kimia), merupakan hasil dari pelapukan bebatuan
yang telah berlangsung sejak lama.
2. Klasifikasi Tanah
Klasifikasi tanah secara umum adalah pengelompokkan berbagai jenis tanah ke
dalam kelompok yang sesuai dengan sifat teknik dan karakteristiknya. Sistem
klasifikasi tanah adalah suatu sistem yang mengatur jenis-jenis tanah yang
berbeda-beda, tetapi mempunyai sifat-sifat yang serupa kedalam kelompok -
kelompok dan subkelompok berdasarkan pemakaiannya. Dengan adanya
sistem klasifikasi ini akan menjelaskan secara singkat sifat-sifat umum tanah
yang sangat bervariasi tanpa penjelasan yang rinci. Klasifikasi ini pada
umumnya di dasarkan sifat-sifat indeks tanah yang sederhana seperti distribusi
ukuran butiran dan plastisitas. Namun semuanya tidak memberikan penjelasan
yang tegas tentang kemungkinan pemakaiannya. Sistem klasifikasi tanah
7
dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang karakteristik dan sifat-sifat
fisik tanah serta mengelompokkannya sesuai dengan perilaku umum dari tanah
tersebut. Tanah-tanah yang dikelompokkan dalam urutan berdasarkan suatu
kondisi fisik tertentu. Tujuan klasifikasi tanah adalah untuk menentukan
kesesuaian terhadap pemakaian tertentu, serta untuk menginformasikan tentang
keadaan tanah dari suatu daerah kepada daerah lainnya dalam bentuk berupa
data dasar. seperti karakteristik pemadatan, kekuatan tanah, berat isi, dan
sebagainya (Bowles, 1989)Adapun sistem klasifikasi tanah yang akan
digunakan adalah :
a. Sistem Unified Soil Clasification System (USCS)
Sistem klasifikasi Unified ini memperhitungkan distribusi ukuran butiran
dan batas-batas Atterberg. Dalam sistem ini, Cassagrande membagi tanah
atas tiga kelompok (Sukirman, 1992) yaitu :
1). Tanah berbutir kasar, < 50% lolos saringan No. 200.
2). Tanah berbutir halus, > 50% lolos saringan No. 200.
3). Tanah organik yang dapat dikenal dari warna, bau dan sisa-sisa
tumbuh- tumbuhan yang terkandung di dalamnya.
Sistem klasifikasi tanah ini yang paling banyak dipakai untuk pekerjaan
teknik fondasi seperti bendungan, bangunan dan konstruksi yang sejenis.
Dengan menggunakan sistem klasifikasi ini tanah dikelompokkan menjadi 2
jenis yaitu :
1). Tanah berbutir kasar adalah tanah yang ≤ 50% bahanya tertahan pada
ayakan No. 200. Tanah butir kasar terbagi atas kerikil dengan simbol G
(gravel), dan pasir dengan simbol S (sand).
8
2). Tanah butir halus adalah tanah yang ≤ 50% bahannya lewat pada
saringan No. 200. Tanah butir halus terbagi atas lanau dengan simbol M
(silt), lempung dengan simbol C (clay), serta lanau dan lempung
organik dengan symbol O, bergantung pada tanah itu terletak pada
grafik plastisitas. Tanda L untuk plastisitas rendah dan tanda H untuk
plastisitas tinggi.
Adapun simbol simbol lain yang digunakan dalam klasifikasi tanah ini
adalah : W = well graded (tanah dengan gradasi baik) P = poorly graded
(tanah dengan gradasi buruk). L = low plasticity (plastisitas rendah) (LL
<50). H = high plasticity (plastisitas tinggi) (LL >50)
Grafik plastisitas USCS dapat dilihat didalam gambar 1.
Gambar 1. Grafik Plastisitas USCS
Lanau adalah tanah berbutir halus yang mempunyai batas cair dan indeks
plastisitas terletak dibawah garis A dan lempung merupakan tanah berbutir
halus yang mempunyai batas cair dan indeks plastisitas berada diatas garis
A. Lempung organis adalah pengecualian dari peraturan diatas karena batas
cair dan indeks plastisitasnnya berada dibawah garis A. Lanau, lempung dan
tanah organis dibagi lagi menjadi batas cair yang rendah (L) dan tinggi (H).
Sistem klasifikasi Unified Soil Clasification system ( USCS) dapat dilihat
dalam tabel 1.
9
Tabel 1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem Unified
Divisi Utama Simbol Nama Umum Kriteria Klasifikasi
Tan
ah b
erbu
t ir
kas
ar≥
50
% b
uti
ran
Ter
tah
an sa
ring
an N
o. 20
0
Ker
ikil
50
%≥
fra
ksi
kas
ar
tert
ahan
sar
ing
an N
o. 4
Ker
ikil
ber
sih
(han
ya
ker
ikil
)
GW
Kerikil bergradasi-baik dan
campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali tidak
mengandung butiran halus
Kla
sifi
kas
i b
erdas
ark
an p
rose
nta
se b
uti
ran h
alu
s ;K
ura
ng
dar
i 5%
lo
los
sari
ngan
No
.200
: G
M,
GP
, S
W,
SP
. L
ebih
dar
i 12
% l
olo
s sa
rin
gan
No
.20
0 :
GM
, G
C,
SM
, S
C.
5%
- 1
2%
lo
los
sari
ng
an N
o.2
00 :
Bat
asan
kla
sifi
kas
i y
ang m
empu
ny
ai s
imb
ol
dobel
Cu = D60> 4 D10
Cc = (D30)2 Antara 1 dan 3
D10 x D60
GP
Kerikil lbergradasi-buruk dan
campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama sekal itidak
mengandung butiran halus
Tidak memenuhi kedua kriteria untuk GW
Ker
ikil
den
gan
Buti
ran
hal
us
GM Kerikil berlanau, campuran
kerikil-pasir-lanau
Batas-batas Atterberg di
bawah garis A
atau PI < 4
Bila batas
Atterberg berada
didaerah arsir dari diagram
plastisitas, maka
dipakai dobel
simbol GC
Kerikil berlempung, campuran
kerikil-pasir-lempung
Batas-batas Atterberg di
bawah garis A
atau PI > 7
Pas
ir≥
50
% f
rak
si k
asar
lolo
s sa
ring
an N
o. 4
Pas
ir b
ersi
h
(h
any
a p
asir
)
SW
Pasir bergradasi-baik, pasir berkerikil, sediki tatau sama
sekali tidak mengandung butiran
halus
Cu = D60> 6
D10
Cc = (D30)
2 Antara 1 dan 3
D10 x D60
SP
Pasir bergradasi-buruk, pasir
berkerikil, sediki tatau sama sekali tidak mengandung butiran
halus
Tidak memenuhi kedua kriteria untuk SW
Pas
ir
Den
gan
bu
tira
n
hal
us
SM Pasir berlanau, campuran pasir-
lanau
Batas-batas Atterberg di
bawah garis A
atau PI < 4
Bila batas
Atterberg berada didaerah arsir
dari diagram
plastisitas, maka dipakai dobel
simbol SC
Pasir berlempung, campuran
pasir-lempung
Batas-batas Atterberg di
bawah garis A
atau PI > 7
Tan
ah b
erbu
tir
hal
us
50%
ata
u l
ebih
lo
los
ayak
an N
o. 200
Lan
au d
an l
emp
un
g b
atas
cai
r ≤
50
%
ML Lanau anorganik, pasir halus sekali, serbuk batuan, pasir halus
berlanau atau berlempung
Diagram Plastisitas:
Untuk mengklasifikasi kadar butiran halus yang
terkandung dalam tanah berbutir halus dan kasar. Batas Atterberg yang termasuk dalam daerah yang
di arsir berarti batasan klasifikasinya menggunakan
dua simbol. 60
50 CH
40 CL
30 Garis A
CL-ML
20
4 ML MLatau OH
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Batas Cair LL (%)
Garis A : PI = 0.73 (LL-20)
CL
Lempung anorganik dengan
plastisitas rendah sampai dengan sedang lempungberkerikil,
lempung berpasir, lempung
berlanau, lempung “kurus” (lean clays)
OL
Lanau-organik dan lempung
berlanau organik dengan plastisitas rendah
Lan
au d
an l
emp
un
g b
atas
cai
r ≥
50
%
MH Lanau anorganik atau pasir halus diatomae, atau lanau diatomae,
lanau yang elastis
CH
Lempung anorganik dengan
plastisitas tinggi, lempung
“gemuk” (fat clays)
OH Lempung organik dengan plastisitas sedang sampai dengan
tinggi
Tanah-tanah dengan kandungan organik sangat
tinggi
PT Peat (gambut), muck, dan tanah-tanah lain dengan kandungan
organik tinggi
Manual untuk identifikasi secara visual dapat
dilihat di ASTM Designation D-2488
Sumber :Hary Christady, 1992.
10
B. Tanah Lempung
1. Definisi Tanah Lempung
Menurut Terzaghi (1987) tanah lempung merupakan tanah dengan ukuran
mikrokonis sampai dengan sub mikrokonis yang berasal dari pelapukan unsur-
unsur kimiawi penyusun batuan. Sifat khas dari tanah lempung adalah sangat
keras dalam keadaan kering, bersifat plastis pada kadar air sedang, sedangkan
pada keadaan air yang lebih tinggi tanah lempung akan bersifat lebih lengket
dan sangat lunak. Hardiyatmo (1992) mengatakan bahwa Tanah lempung
adalah tanah yang memiliki sifat – sifat antara lain ukuran butiran halus lebih
kecil dari 0,002 mm, permeabilitas rendah, kenaikan air kapiler tinggi, bersifat
sangat kohesif, kadar kembang susut yang tinggi dan proses konsolidasi
lambat.
Dengan adanya pengetahuan mengenai mineral tanah tersebut, pemahaman
mengenai perilaku dan sifat tanah lempung dapat diamati.
2. Mineral Lempung
Mineral-mineral lempung merupakan produk pelapukan batuan yang terbentuk
dari penguraian kimiawi mineral-mineral silikat lainnya dan selanjutnya
terangkut ke lokasi pengendapan oleh berbagai kekuatan dan perlakuan.
Mineral-mineral lempung digolongkan ke dalam golongan besar yaitu :
a. Kaolinite
Kaolinite merupakan anggota kelompok kaolinite serpentin, yaitu hidrus
alumino silikat dengan rumus kimia Al2 Si2O5(OH)4. Sifat-sifat plastisitas
dan daya pengembangan atau menyusut kaolinite rendah.
11
b. Illite
Illite dengan rumus kimia KyAl2(Fe2Mg2Mg3) (Si4yAly)O10(OH)2 adalah
mineral bermika yang sering dikenal sebagai mika tanah dan merupakan
mika yang berukuran lempung. Istilah illite dipakai untuk tanah berbutir
halus, sedangkan tanah berbutir kasar disebut mika hidrus.
c. Montmorilonite
Mineral ini memiliki potensi plastisitas dan mengembang atau menyusut
yang tinggi sehingga bersifat plastis pada keadaan basah dan keras pada
keadaan kering. Montmorilonite mempunyai rumus kimia
Al2Mg(Si4O10)(OH)2 xH2O sebagai penyusunnya.
3. Sifat Tanah Lempung
Sifat-sifat yang dimiliki tanah lempung diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Ukuran butir halus, yaitu kurang dari 0,002 mm.
b. Permeabilitas rendah.
c. Kenaikan air kapiler tinggi.
d. Bersifat sangat kohesif.
e. Kadar kembang susut tinggi.
f. Proses konsolidasi lambat.
4. Jenis Tanah Lempung
Jenis-jenis tanah lempung dapat dibagi berdasarkan tempat pengendapan dan
asalnya yaitu :
a. Lempung Residual
Lempung residual adalah lempung yang tedapat pada tempat dimana
12
lempung itu terjadi dan belum berpindah tempat sejak terbentuknya. Sifat
lempung jenisini adalah berbutir kasar dan masih bercampur dengan batuan
asal yang belum mengalami pelapukan, tidak plastis. Semakin digali
semakin banyak terdapatbatuan asalnya yang masih kasar dan belum lapuk.
b. Lempung Illuvial
Lempung illuvial adalah lempung yang sudah terangkut dan mengendap
padasuatu tempat yang tidak jauh dari tempat asalnya seperti di kaki
bukit.Lempung ini memiliki sifat yang mirip dengan lempung residual,
hanya sajalempung illuvial tidak ditemukan lagi batuan dasarnya.
c. Lempung Alluvial
Lempung alluvial adalah lempung yang diendapkan oleh air sungai di
sekitaratau di sepanjang sungai. Pasir akan mengendap di dekat sungai,
sedangkan lempung akan mengendap jauh dari tempat asalnya.
d. Lempung Rawa
Lempung rawa adalah lempung yang diendapkan di rawa-rawa.Jenis
lempung ini dicirikan oleh warnanya yang hitam. Apabila terdapat di dekat
laut akan mengandung garam.
C. Tanah Lanau
1. Definisi Tanah Lanau
Tanah lanau biasanya terbentuk dari pecahnya kristal kuarsa berukuran
pasir. Beberapa pustaka berbahas indonesia menyebut objek ini sebagai debu.
Lanau dapat membentuk endapan yangg mengapung di permukaan air maupun
yang tenggelam. Pemecahan secara alami melibatkan pelapukan batuan dan
13
regolit secara kimiawi maupun pelapukan secara fisik melalui embun beku
(frost) haloclasty. Proses utama melibatkan abrasi, baik padat (oleh glester),
cair (pengendapan sungai), maupun oleh angin. Di wilayah wilayah setengah
kering produksi lanau biasanya cukup tinggi. Lanau yang terbentuk secara
glasial dalam bahas inggris terkadang disebut rock flour atau stone dust. Secara
komposisi mineral, lanau tersusun dari kuarsa felspar. Sifat fisika tanah lanau
umumnya terletak diantara sifat tanah lempung dan pasir.
Tanah lanau didefinisikan sebagai golongan partikel yang berukuran antara
0,002 mm sampai dengan 0,005 mm. Disini tanah diklasifikasikan sebagai
lanau hanya berdasarkan pada ukurannya saja. Belum tentu tanah dengan
ukuran partikel lanau tersebut juga mengandung mineral-mineral lanau (clay
mineral). Pada kenyataannya, ukuran lempung dan lanau sering kali tumpang
tindih, karena keduanya memiliki bangunan kimiawi yang berbeda. Lanau
tepung batu yang mempunyai karakteristik tidak berkohesi dan tidak plastis,
sifat teknis lanau lempung batu cendrung mempunyai sifat pasir halus.
2. Sifat Tanah Lanau
Secara umum tanah lanau mempunyai sifat yang kurang baik yaitu
mempunyai kuat geser rendah setelah dikenai beban, kapasitas tinggi,
permeabilitas rendah dan kerapatan relatif rendah dan sulit dipadatkan
(Terzaghi,1987).
3. Jenis Tanah Lanau
Adapun jenis-jenis tanah lanau, yaitu :
a. Lanau anorganik (inorganic slit) merupakan tanah berbutir halus dengan
14
plastisitas kecil atau sama sekali tidak ada. Jenis yang plastisitasnya
paling kecil biasanya mengandung butiran kuarsa sedimensi, yang
kadang-kadang disebut tepung batuan (rockflour), sedangkan yang sangat
plastis mengandung partikel berwujud serpihan dan dikenal sebagai lanau
plastis
b. Lanau organik merupakan tanah agak plastis, berbutir halus dengan
campuran partikel-partikel bahan organik terpisah secara halus. Warna
tanah bervariasi dari abu-abu terang ke abu-abu sangat gelap, disamping
itu mungkin mengandung H2S, CO2, serta berbagai gas lain hasil
peluruhan tumbuhan yang akan memberikan bau khas pada tanah.
Permeabilitas lanau organic sangat rendah sedangkan kompresibilitasnya
sangat tinggi.
D. Kapur
1. Definisi Kapur
Batu kapur (CaCO3) adalah sebuah batuan sedimen terdiri dari mineral calcite
(kalsium carbonate). Sumber utama dari calcite ini adalah organisme laut.
(Wikipedia, 2015). Bahan Kapur adalah sebuah benda putih dan halus terbuat
dari batu sedimen, membentuk bebatuan yang terdiri dari mineral kalsium.
Biasanya kapur relatif terbentuk di laut dalam dengan kondisi bebatuan yang
mengandung lempengan kalsium plates (coccoliths) yang dibentuk oleh
mikroorganisme coccolithophores. (Scribd, 2012).
2. Jenis-jenis kapur :
Jenis-jenis kapur terdiri dari :
15
a. Kapur tohor / quick lime : yaitu hasil langsung dari pembakaran batuan
kapur yang berbentuk oksida-oksida dari kalsium atau magnesium.
b. Kapur hydrated / hydrated lime : adalah bentuk hidroksida dari kalsium atau
magnesium yang dibuat dari kapur keras yang diberi air sehingga bereaksi
dan mengeluarkan panas. Digunakan terutama untuk bahan pengikat dalam
adukan bangunan.
c. Kapur hidraulik : CaO dan MgO tergabung secara kimia dengan pengotor-
pengotor. Oksida kapur ini terhidrasi secara mudah dengan menambahkan
air ataupun membiarkannya di udara terbuka, pada reaski ini timbul panas.
3. Pemanfaatan Bahan Kapur
Contoh pemanfaatan bahan kapur dalam bidang teknik sipil adalah seperti
dibawah ini :
a. Sebagai bahan bangunan
Sebagai bahan bangunan yang dimaksud adalah untuk plester, adukan
pasangan bata, pembuatan kapur tras ataupun kapur merah.
b. Bahan penstabilan jalan raya
Pemakaian kapur dalam bidang pemantapan fondasi jalan raya termasuk
rawa yang dilaluinya. Kapur ini berfungsi untuk mengurangi plastisitas,
mengurangi penyusutan dan pemuaian fondasi jalan raya
E. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian laboratorium yang menjadi bahan pertimbangan dalam penelitian ini
dikarenakan adanya kesamaan bahan dan sampel tanah yang digunakan.
Penelitian yang menjadi tinjauan penulis dalam penelitian ini antara lain
16
M.Andriani (2016) dengan judul “Pengaruh Variasi Waktu Pemeraman Terhadap
Nilai Uji Kuat Tekan Bebas Pada Tanah Lempung Dan Lanau Yang Distabilisasi
Menggunakan Semen Pada Kondisi Tanpa Rendaman (Unsoaked). Hasil
pengujian yang didapatkan dapat dilihat dari grafik hubungan nilai qu dan waktu
pemeraman dibawah ini.
Gambar 2. Grafik Hubungan Nilai qu dan Waktu Pemeraman 7 Hari Tanah Lempung dan
Tanah Lanau Distabilisasi Semen, M. Andriani (2016)
Gambar 3. Grafik Hubungan Nilai qu dan Waktu Pemeraman 14 Hari Tanah Lempung
dan Tanah Lanau Distabilisasi Semen, M. Andriani (2016)
0,42390,5041 0,55450,53520,6123
0,7483
00,10,20,30,40,50,60,70,80,9
11,11,2
6 9 12
Lempung
Lanau
Kadar Semen (%)
qu
(kg
/cm
2)
0,4720,589
0,6990,5714
0,703
0,9207
00,10,20,30,40,50,60,70,80,9
11,11,2
6 9 12
Lempung Lanau
Kadar Semen (%)
qu
(kg
/cm
2)
17
Gambar 4. Grafik Hubungan Nilai qu dan Waktu Pemeraman 28 Hari Tanah Lempung
dan Tanah Lanau Distabilisasi Semen, M. Andriani (2016)
0,5845
0,7580,841
0,6621
0,8345
1,1338
00,10,20,30,40,50,60,70,80,9
11,11,2
6 9 12
Lempung Lanau
Kadar Semen (%)
qu
(kg
/cm
2)
18
III. METODE PENELITIAN
A. Sampel Tanah
Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung berplastisitas tinggi
yang diambil dari Desa Belimbing Sari, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung
Timur dan tanah lanau dari Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota
Metro. Sampel tanah yang diambil adalah sampel tanah terganggu (disturbed
soil). Sampel tanah yang diambil merupakan sampel tanah yang mewakili tanah di
lokasi pengambilan sampel.
Sampel tanah tersebut kemudian digunakan untuk pengujian kadar air, analisis
saringan, batas-batas atterberg, berat jenis, uji pemadatan dan uji kuat tekan
bebas. Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan cara penggalian dan
kemudian dimasukan kedalam karung pembungkus lalu diangkut dengan
menggunakan pick up.
B. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat untuk uji analisis
saringan, uji berat jenis, uji kadar air, uji batas-batas atterberg, uji pemadatan, uji
kuat tekan bebas dan peralatan lainnya yang ada di Laboratorium Mekanika Tanah
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
19
C. Benda Uji
1. Sampel tanah yang di uji pada penelitian ini yaitu tanah lempung di daerah
Belimbing Sari, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur dan jenis
tanah lanau di daerah Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro.
2. Stabilizing agent yaitu kapur.
D. Metode Pencampuran Sampel Tanah dengan Kapur
1. Sampel tanah yang telah diambil dari lokasi dimasukkan ke dalam karung,
sebelum penelitian sampel tanah tersebut dihamparkan dan dijemur dibawah
matahari, kemudian setelah kering sampel tanah yang berupa bongkah-
bongkahan besar dihancurkan menjadi butiran-butiran yang lebih kecil.
2. Tanah yang telah dihancurkan (butir aslinya tidak pecah) kemudian disaring
dengan saringan no. 4 (4,75 mm).
3. Tanah yang lolos saringan no. 4 lalu dicampur kapur dengan kadar campuran
kapur yaitu 6%, 9%, dan 12% dari berat sampel 2,5 kg untuk masing-masing
campuran tanah dan kapur.
4. Tanah yang sudah dicampur dengan kapur didiamkan selama 24 jam untuk
mendapatkan campuran yang homogen.
5. Campuran kemudian dipadatkan hingga mencapai kepadatan optimum.
6. Setelah mencapai kepadatan optimum, tanah yang sudah dicampur dengan
kapur diperam dengan variasi waktu pemeraman selama 7 hari, 14 hari, dan 28
hari.
7. Setelah dilakukan pemeraman, tanah yang sudah dicampur dengan kapur
kemudian dilakukan pengujian UCS tanpa rendaman.
20
E. Pelaksanaan Pengujian
Pelaksanaan pengujian dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah, Jurusan
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung. Pengujian yang dilakukan
yaitu :
a. Pengujian Kadar Air
b. Pengujian Analisis Saringan dan Hidrometer
c. Pengujian Pemadatan Tanah
d. Pengujian Kuat Tekan Bebas
Pada pengujian tanah campuran, setiap sampel tanah dicampur dengan kapur yang
memiliki kadar sebesar 6 %, 9 % dan 12 % dari berat sampel dan juga dilakukan
pemeraman dengan variasi waktu selama 7 hari, 14 hari, dan 28 hari sebelum
kemudian dilakukan pengujian kuat tekan bebas (UCS). Berikut prosedur
pelaksanaan pengujian sampel tanah yang akan dilakukan.
1. Uji Kadar Air
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui kadar air suatu sampel tanah yaitu
perbandingan antara berat air dengan berat tanah kering. Pengujian ini
menggunakan standar ASTM D-2216.
Adapun cara kerja pengujian ini berdasarkan ASTM D- 2216, yaitu :
a. Menimbang cawan yang akan digunakan dan memasukkan benda uji
kedalam cawan dan menimbangnya.
b. Memasukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven dengan suhu 110oC
selama 24 jam.
21
c. Menimbang cawan berisi tanah yang sudah di oven dan menghitung
prosentase kadar air.
Perhitungan :
a. Berat air (Ww) = Wcs – Wds
b. Berat tanah kering (Ws) = Wds – Wc
c. Kadar air (ω) = 𝑊𝑤
𝑊𝑠 x 100%
Dimana :
Wc = Berat cawan yang akan digunakan
Wcs = Berat benda uji + cawan
Wds = Berat cawan yang berisi tanah yang sudah di oven
2. Uji Analisis Saringan
Analisis saringan adalah mengayak atau menggetarkan contoh tanah melalui
satu set ayakan di mana lubang-lubang ayakan tersebut makin kecil secara
berurutan. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui prosentase
ukuran butir sampel tanah yang dipakai. Pengujian ini menggunakan standar
ASTM D-422, AASHTO T88 (Bowles, 1991). Adapun langkah kerja uji
analisis saringan adalah sebagai berikut :
a. Mengambil sampel tanah sebanyak 500 gram, lalu memeriksa kadar airnya
dari sampel tersebut.
b. Meletakkan susunan saringan diatas mesin penggetar dan memasukkan
sampel tanah pada susunan yang paling atas kemudian menutup rapat.
c. Mengencangkan penjepit mesin dan menghidupkan mesin penggetar selama
kira-kira 15 menit.
22
d. Menimbang masing-masing saringan beserta sampel tanah yang tertahan di
atasnya.
Perhitungan :
a. Berat masing-masing saringan (Wci) beserta sampel tanah yang tertahan
di atas saringan (Wbi)
b. Berat tanah yang tertahan (Wai) = Wbi – Wci
c. Jumlah seluruh berat tanah yang tertahan di atas saringan (∑Wai ≈ Wtot)
d. Persentase berat tanah yang tertahan di atas masing-masing saringan (Pi)
Pi =[𝑊𝑏𝑖−𝑊𝑐𝑖
𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙] x 100%
e. Persentase berat tanah yang lolos masing-masing saringan (q) :
qi – 100% – pi%
q(1 + 1) = qi – p(I + 1)
Dimana : i = l (saringan yang dipakai dari saringan dengan diameter
maksimum sampai saringan No. 200).
3. Uji Hidrometer Pengujian Hidrometer
Pengujian hidrometer ini bertujuan untuk menentukan pembagian ukuran
butir yang lolos saringan No.200. Menentukan besaran butir tanah yang sangat
kecil dengan disaring menggunakan saringan yang lebih kecil dari No. 200
tidak lagi efektif.
4. Uji Pemadatan Tanah
Tujuannya adalah untuk menentukan kepadatan maksimum tanah dengan cara
tumbukan yaitu dengan mengetahui hubungan antara kadar air dengan
23
kepadatan tanah. Langkah kerja pengujian pemadatan tanah, antara lain :
a. Pencampuran
1). Mengambil tanah sebanyak 25kg dengan menggunakan karung goni lalu
dijemur.
2). Setelah kering tanah yang masih menggumpal dihancurkan dengan
tangan.
3). Butiran tanah yang telah terpisah diayak dengan saringan No. 4.
4). Butiran tanah yang lolos saringan No. 4 dipindahkan atas 10 bagian,
masing-masing 2,5 kg, masukkan masing-masing bagian kedalam kapur
dan ikat rapat-rapat.
5). Mengambil sebagian butiran tanah yang mewakili sampel tanah untuk
menentukan kadar air awal.
6). Mengambil tanah seberat 2,5 kg, menambahkan air sedikit demi sedikit
sambil diaduk dengan tanah sampai merata. Bila tanah yang diaduk telah
merata, dikepalkan dengan tangan. Bila tangan dibuka, tanah tidak
hancur dan tidak lengket ditangan.
7). Setelah dapat campuran tanah, mencatat berapa cc air yang ditambahkan
untuk setiap 2,5 kg tanah.
8). Penambahan air untuk setiap sampel tanah dalam kapur dapat dihitung
dengan rumus :
Wwb = 𝑤𝑏+𝑊
1+𝑤𝑏
W = Berat tanah
Wb = Kadar air yang dibutuhkan
Penambahan air : Ww = Wwb – Wwa
24
9). Sesuai perhitungan, lalu melakukan penambahan air setiap 2,5 kg sampel
diatas pan dan mengaduknya sampai rata dengan sendok pengaduk.
b. Pemadatan tanah
1). Menimbang mold standar beserta alas.
2). Memasang collar pada mold, lalu meletakkannya di atas papan.
3). Mengambil salah satu sampel yang telah ditambahkan air sesuai dengan
penambahannya.
4). Tanah dibagi kedalam 5 lapisan. Lapisan pertama dimasukkan kedalam
mold, ditumbuk 25 kali dengan alat pemadatan modifikasi. Dengan cara
yang sama dilakukan pula untuk 4 lapisan berikutnya, sehingga lapisan
kelima mengisi sebagian collar (berada sedikit diatas bagian mold).
5). Melepaskan collar dan meratakan permukaan tanah pada mold dengan
menggunakan pisau pemotong.
6). Menimbang mold berikut alas dan tanah didalamnya lalu mencatat
beratnya.
7). Mengeluarkan tanah dari mold dengan extruder, ambil bagian tanah (alas
dan bawah) dengan menggunakan 2 container untuk pemeriksaan kadar
air (w).
8). Mengulangi langkah kerja b.2 sampai b.9 untuk sampel tanah lainnya.
Perhitungan :
a. Kadar air :
1). Berat cawan + berat tanah basah = W1 (gr)
2). Berat cawan + berat tanah kering = W2 (gr)
3). Berat air = W1 – W2 (gr)
25
4). Berat cawan = Wc (gr)
5). Berat tanah kering = W2 – Wc (gr)
6). Kadar air (w) = 𝑤1−𝑤2
𝑤2−𝑤𝑐 (%)
b. Berat isi :
1). Berat mold = Wm (gr)
2). Berat mold + sampel = Wms (gr)
3). Berat tanah (W) = Wms – Wm (gr)
4). Volume mold = V (cm3)
5). Berat volume = W/V (gr/cm3)
6). Kadar air (w)
7). Berat volume kering (γd)
γd = 𝛾
1+𝑤 x 100% (gr/cm3)
8). Berat volume zero air void ( γz )
γz = 𝐺𝑠 𝑥 𝛾𝑤
1−𝐺𝑠 𝑥 𝑤 (gr/cm3)
6. Uji Kuat Tekan Bebas
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kekuatan tekan bebas (tanpa ada
tekanan horizontal atau tekanan samping), dalam keadaan asli maupun buatan,
dan juga untuk mengetahui derajat kepekaan tanah, sensitivity (ST). Dalam
pengujian ini akan dilakukan dua sampel tanah yaitu tanah lempung dan tanah
lanau yang akan dicampur dengan kapur, dengan presentase campuran pada
masing-masing tanah lempung dan lanau 3%, 6%, 9%, dan 12% dengan
variasi pemeraman 7 hari , 14 hari dan 28 hari.
26
a. Bahan-bahan
1) Sampel tanah asli
2) Kapur (untuk campuran)
b. Peralatan
1) Alat Unconfined Compression Test
2) Ring silinder untuk mengambil contoh tanah.
c. Prosedur Pekerjaan
1) Memasukkan sampel tanah kedalam cetakan dengan menekan pada
sampel tanah, sehingga cetakan terisi penuh.
2) Meratakan kedua permukaan tanah pada tabung dengan pisau
pemotong dan mengeluarkannya dengan extruder.
3) Menimbang sampel tanah yang akan digunakan untuk menentukan berat
volume.
4) Meletakkan sampel tanah diatas plat penekan bawah dengan posisi tepat
ditengah plat.
5) Mengatur ketinggian plat atas dengan tepat menyentuh permukaan
atas sampel tanah.
6) Mengatur dial beban dan dial deformasi pada posisi nol.
7) Menghidupkan mesin (cara electrical). Kecepatan regangan diambil ½
- 2% per menit dari tinggi sampel tanah.
8) Mencatat hasil pembacaan dial pada regangan 0,5%, 1%, 2% dan
seterusnya sampai tanah mengalami keruntuhan.
9) Mengulangi percobaan c1-c8 dengan menggunakan sampel tanah yang
telah dicampur kapur
27
F. Urutan Prosedur Penelitia
Adapun urutan prosedur pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dari hasil pengujian percobaan analisis saringan dan batas atterberg untuk
tanah asli digunakan untuk mengklasifikasikan tanah berdasarkan klasifikasi
tanah USCS
2. Dari data hasil pengujian pemadatan tanah untuk sampel tanah asli dan
tanah campuran, didapatkan grafik hubungan berat volume kering dan
kadar air untuk mendapatkan nilai kadar air kondisi optimum pada
pemadatan yang akan digunakan untuk membuat sampel pada uji kuat tekan
bebas.
3. Bawa sampel yang akan distabilisasi untuk OMC menggunakan air bersih
dan tercampur menyeluruh, lalu tempatkan material dalam kantong kapur
dan tutup selama 12-24 jam.
4. Melakukan pembuatan benda uji untuk pengujian kuat tekan bebas dengan
mencampur tanah yang telah lolos saringan no. 4 dengan kapur.
5. Variasi kadar kapur yang ditentukan yaitu 6 %, 9 % dan 12 %. Untuk
masing- masing campuran disiapkan sebanyak 3 sampel.
6. Tempatkan tanah yang dicampur dengan kapur dalam kantong kapur, serta
dalam kondisi lepas dan peram selama 24 jam.
7. Setelah didiamkan selama 24 jam, material yang telah dicampur dengan
kapur dipadatkan dengan modified proctor sebanyak 5 lapisan untuk
pengujian kuat tekan bebas.
8. Memberi kode/nama pada mold untuk masing-masing sampel yang telah
28
dipadatkan. Kode pada mold untuk masing-masing sampel dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 2 Kode pada mold untuk masing-masing kadar kapur dan waktu pemeraman
Kadar Kapur
Tanah Lempung Tanah Lanau
Waktu Pemeraman Waktu Pemeraman
7 hari 14 hari 28 hari 7 hari 14 hari 28 hari
6 % 1A 2A 3A 1D 2D 3D
9 % 1B 2B 3B 1E 2E 3E
12 % 1C 2C 3C 1F 2F 3F
Melakukan pemeraman selama 7 hari, 14 hari dan 28 hari untuk mengetahui
nilai pengembangan pada tanah campuran. Melakukan pengujian kuat tekan
bebas, batas atterberg dan berat jenis untuk tanah campuran dengan masing-
masing variasi kadar kapur dan variasi pemeraman.
29
Tidak
Gambar 5. Diagram Alir Penelitian
Mulai
Pengujian Sifat Fisik Tanah :
1. Berat Jenis
2. Batas Atterberg
3. Uji Pemadatan
4. Analisa Saringan
5. Uji Kadar Air
Pengujian Tanah Campuran
1. Analisis saringan
2. Kadar Air
3. Pemadatan tanah
4. Kuat Tekan Bebas
5.
6.
Selesai
Kesimpulan
Analisis Hasil
Sampel A
Kadar Kapur :
6 %
Sampel B
Kadar Kapur :
9 %
Sampel C
Kadar Kapur :
12 %
Pembuatan Benda Uji
(Tanah Asli + Kapur)
Variasi Waktu Pemeraman Benda Uji
7 Hari, 14 Hari dan 28 Hari
cek klasifikasi tanah
Pengambilan Sampel Tanah
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Jenis tanah yang digunakan sebagai sampel penelitian ini ada 2 jenis yaitu,
tanah tanah lempung lunak plastisitas tinggi. Tanah lanau yang digunakan
sebagai sampel penelitian ini termasuk dalam kategori tanah lunak
berplastisitas rendah berdasarkan klasifikasi tanah menurut USCS (Uniffied
Soil Clasification System)
2. Dari hasil pengujian kuat tekan bebas yang dilakukan di laboratorium dapat
dilihat kenaikan nilai kuat tekan bebas tanah pada masing-masing tanah setiap
dilakukan penambahan campuran kapur. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kapur efektif meningkatkan nilai kuat tekan bebas tanah.
3. Dari hasil pengujian kuat tekan bebas yang dilakukan di laboratorium dapat
dilihat kenaikan nilai kuat tekan bebas tanah pada setiap variasi waktu
pemeraman.
4. Dari hasil perbandingan dengan penelitian terdahulu diketahui bahwa
campuran semen lebih mengikat pori-pori tanah baik itu tanah lempung
maupun tanah lanau dibandingkan dengan kapur pada kadar 6%, 9%, dan 12%,
57
pada kondisi tanpa rendaman. Dengan waktu pemeraman yang sama yaitu
selama 7 hari, 14 hari, dan 28 hari.
B. Saran
Berdasarkan pengujian stabilisasi tanah lempung dan tanah lanau dengan kapur,
terdapat beberapa saran yaitu sebagai berikut:
1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variasi sampel
campuran antara kapur dengan jenis tanah yang lainnya agar mendapatkan
formula yang lebih lengkap untuk jenis tanah dengan sifat fisik dan mekanis
yang berbeda.
2. Menambah variasi waktu pemeraman antara campuran kapur dan tanah. Agar
dapat mengetahui berapa lama waktu yang efisien untuk pemeraman campuran
tanah.
3. Menambah variasi jenis campuran tanah untuk mengetahui jenis campuran apa
saja yang baik untuk dijadikan stabilisator tanah.
4. Pada penelitian berikutnya alangkah baiknya bila kondisi tanah yang dijadikan
sampel lebih bervariasi misalnya dengan sampel tanah yang terendam selama 4
hari untuk mewakili kondisi terburuk tanah.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_kapur
http://www.scribd.com/doc/76936801/Pengertian-Bahan-Kapur#scribd
Das, B. M. 1995. Mekanika Tanah. (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis). Jilid II.
Erlangga. Jakarta. 283 hal
Hardiyatmo, Hary Christady. 1992. Mekanika Tanah I. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta. 397 hal.
Sukirman, S. 1992. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Penerbit Nova. Bandung
Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas
Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 60 hal.
M. Andriani. 2016. Pengaruh Variasi Waktu Pemeraman Terhadap Nilai Uji
Kuat Tekan Bebas Pada Tanah Lempung Dan Lanau Yang Distabilisasi
Menggunakan Semen Pada Kondisi Tanpa Rendaman (Unsoaked).
Universitas Lampung. Bandar Lampung
Santosa, B., dkk. 1998. Seri Diktat Kuliah : Dasar Mekanika Tanah. Penerbit
Gunadarma. Depok. Jawa Barat. 80 hal.
Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil. 2014. Buku Penuntun
Praktikum Mekanika Tanah 1. Fakultas Teknik Universitas Lampung.
Bandar Lampung. 41 hal.
P. Andrean. 2016. Pengaruh Variasi Waktu Pemeraman Terhadap Nilai Uji Kuat
Tekan Bebas Pada Tanah Lempung Dan Lanau Yang Distabilisasi
Menggunakan Kapur Pada Kondisi Rendaman (Soaked). Universitas
Lampung. Bandar Lampung