pengaruh kualitas laba, eps, ukuran perusahaan, leverage terhadap...
TRANSCRIPT
1
PENGARUH KUALITAS LABA, EPS, UKURAN
PERUSAHAAN, LEVERAGE DAN BETA
TERHADAP EQUITY RISK PREMIUM
(Pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2011-2014)
ELNIA JULIYANTI SITUMORANG
NIM : 110462201173
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kualitas laba, EPS, ukuran
perusahaan, leverage dan beta terhadap equity risk premium pada Perusahaan
Properti dan Real Estate di BEI tahun 2011-2014. Penelitian yang dilakukan ini
menggunakan metode kuantitatif dengan jumlah sampel 33 perusahaan dan
jumlah data 132. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id,
www.yahoo.finance dan www.bi.go.id. Metode analisis data yang digunakan
adalah uji asumsi klasik. Setelah diuji asumsi klasik ternyata data tidak normal
oleh karena itu data dioutlier sehingga jumlah data menjadi 108. Pengujian
hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linear berganda. Hasil
penelitian menunjukkan secara parsial kualitas laba dan EPS berpengaruh
terhadap equity risk premium, sedangkan ukuran perusahaan, leverage dan beta
tidak berpengaruh terhadap equity risk premium. Secara simultan kualitas laba,
EPS, ukuran perusahaan, leverage dan beta berpengaruh terhadap equity risk
premium. Nilai Adjusted R-Square sebesar 0.101 menunjukkan bahwa variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini mempengaruhi variabel
dependen. Sedangkan sisanya sebesar 0.899 atau 89.9% dipengaruhi variabel lain
yang tidak dimasukkan kedalam penelitian ini.
Kata Kunci : Equity Risk Premium, Kualitas Laba, EPS, Ukuran Perusahaan,
Leverage, Beta.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Tujuan investor melakukan investasi adalah mengharapkan
keuntungan.Martin dan Lillo (dalam Kurniawan, 2013) menyatakan Equity Risk
Premium ( ERP ) adalah perbedaan antara return yang diharapkan pada saham
biasa dan return pada sekuritas pemerintah. ERP dapat diartikan juga dengan
kesediaan investor dalam menanggung risiko yang tinggi dalam berinvestasi
dengan harapan mendapatkan return yang tinggi pula diluar dari investasi bebas
risiko seperti obligasi pemerintah dan bunga bank.
2
Menurut Surifah (2010) kualitas laba merupakan suatu ukuran untuk
mencocokkan apakah sama laba yang dihasilkan dengan apa yang sudah
direncanakan sebelumnya dan kualitas laba semakin tinggi kalau mendekati
perencanaan awal atau melebihi target dari rencana awal. Francis, LaFond, dan
Olsson (2004) menemukan bahwa semakin tinggi kualitas laba, ERP akan
semakin rendah. Penelitian Kurniawan (2013) dengan menggunakan rasio
Earning per Share (EPS) berpengaruh terhadap Equity Risk Premium (ERP)
dimana EPS dapat menunjukkan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh
oleh investor.
Menurut Saiful dan Erliana (2010) dalam penelitiannya tentang Equity Risk
Premium perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya terdapat faktor ukuran perusahaan dan faktor lainnya adalah
leverage yang memiliki pengaruh terhadap Equity Risk Premium. Saiful dan
Erliana (2010) menyatakan bahwa penambahan utang hingga titik tertentu akan
meningkatkan nilai perusahaan, tapi ketika melewati titik optimal, penambahan
utang akan menimbulkan kepailitan sehingga menurunkan nilai perusahaan.
Selain itu terdapat juga faktor beta yang merupakan pengukur sistematis dari suatu
sekuritas terhadap risiko pasar dan beta saham digunakan untuk mengetahui
seberapa besar risiko yang ada dalam suatu saham.
Pertumbuhan yang terjadi pada Perusahaan Properti dan Real Estate dilihat
dari Pembangunan yang mengalami kemajuan di Indonesia dan disertai dengan
kenaikan harga tanah dan bangunan yang merupakan aset tetap. Berdasarkan
uraian tersebut maka penelitian ini diberi judul “PENGARUH KUALITAS
LABA, EPS, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE DAN BETA TERHADAP
EQUITY RISK PREMIUM Pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah kualitas laba mempunyai pengaruh terhadap equity risk premium tahun
2011-2014?
2. Apakah EPS mempunyai pengaruh terhadap equity risk premium tahun 2011-
2014?
3. Apakah ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap equity risk premium
tahun 2011-2014?
4. Apakah leverage mempunyai pengaruh terhadap equity risk premium tahun
2011-2014?
5. Apakah beta mempunyai pengaruh terhadap equity risk premium tahun 2011-
2014?
6. Apakah kualitas laba, EPS, ukuran perusahaan, leverage dan beta secara
simultan berpengaruh terhadap equity risk premium tahun 2011-2014?
3
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan yang masuk
pada kategori Perusahaan Properti dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan empat tahun yaitu dari tahun 2011-
2014. Variabel yang digunakan adalah Equity Risk Premium sebagai variabel
dependen dan Kualitas Laba, EPS, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Beta
sebagai variabel independen.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas laba terhadap equity risk premium tahun
2011-2014
2. Untuk mengetahui pengaruh EPS terhadap equity risk premium tahun 2011-
2014
3. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap equity risk premium
tahun 2011-2014
4. Untuk mengetahui pengaruh leverage terhadap equity risk premium tahun
2011-2014
5. Untuk mengetahui pengaruh beta terhadap equity risk premium tahun 2011-
2014
6. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan kualitas laba, EPS, ukuran
perusahaan, leverage dan beta terhadap equity risk premium Tahun 2011-2014
1.5 Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti sehubungan Equity Risk
Premium di Indonesia, khususnya untuk perusahaan Jasa.
2. Secara Aplikasi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau referensi bagi
pihak perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaannya dalam rangka untuk
meningkatkan return saham perusahaan dan bagi investor, hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam keputusan melakukan investasi.
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN, BAB II LANDASAN TEORI, BAB III
METODOLOGI PENELITIAN, BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN,
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
4
2. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Equity Risk Premium (ERP)
Equity risk Premium (ERP) didefinisikan sebagai perbedaan antara return
yang diharapkan pada saham biasa dan return pada sekuritas pemerintah ( Martin
& Lillo dalam Saiful & Erliana, 2010). Equity Risk Premium diukur sebagai return
yang diharapkan investor melebihi aset bebas risiko seperti obligasi pemerintah
(Anin & Falaschetti, 1998) . ERP mencerminkan harga dari risiko yang diambil
yang merupakan komponen utama atas return yang diharapkan yang dituntut
dengan investasi berisiko.
Contoh asset bebas risiko adalah obligasi yang diterbitkan Pemerintah
(ORI), atau Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia,
karena Pemerintah atau Bank Indonesia akan membayar Obligasi atau SBI yang
diterbitkan pada saat jatuh tempo (Hartono, 2009). Yesica Yohantin (2009)
menghitung return dari asset bebas risiko menggunakan tingkat suku bunga SBI
bulanan. Maka perhitungannya adalah :
Rf = Tingkat suku bunga SBI selama 12 bulan ( 1 tahun)
12
Capital Asset Pricing Model (CAPM) pertama kali dikenalkan oleh Sharpe,
Lintner dan Mossin pada pertengahan tahun 1960-an. CAPM adalah suatu model
keseimbangan yang dapat menentukan hubungan antara risiko dan return yang
akan diperoleh investor. CAPM menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang
disyaratkan pada suatu aktiva berisiko merupaka funsi dari tiga faktor ( Atmaja,
2008) :
1. Tingkat keuntungan bebas risiko,
2. Tingkat keuntungan yang disyaratkan pada portofolio dengan risiko rata-rata,
3. Tingkat keuntungan aktiva berisiko terhadap tingkat keuntungan market
portofolio.
2.1.2 Saham
Saham adalah keikutsertaan investor dalam perusahaan sebagai pemodal.
Saham memberikan pengembalian dalam bentuk deviden, yang biasanya
dibayarkan sekali setahun, dan capital gain (kenaikan harga saham di pasar).
Deviden adalah laba yang dibagikan. Saham merupakan tanda penyertaan atau
kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan.
2.1.3 Return Saham
Return adalah tingkat pengembalian atas investasi yang telah ditanamkan
oleh investor, dalam hal ini investor menunda konsumsi dengan melakukan
investasi untuk mendapatkan pengembalian. Dalam melakukan investasi, investor
akan diperhadapkan pada ketidakpastian antara return yang diperoleh dengan
5
risiko yang dihadapi. Semakin besar return yang diharapkan dalam investasi maka
semakin besar pula risiko yang akan dihadapi oleh investor.
Return saham dapat dihitung sebagai berikut :
Return Saham = Pt – P t-1
Pt-1
Keterangan:
Pt : Harga saham periode sekarang
Pt-1 : Harga saham periode sebelumnya
2.1.4 Kualitas Laba
Kualitas laba dapat diartikan sebagai kemampuan informasi laba yang dapat
memberikan respon kepada pasar, dan laba yang dilaporkan memiliki kekuatan
respon. Laba dikatakan berkualitas jika tidak terdapat penyimpangan dari fakta
sesungguhnya dalam proses memperolehnya. Kualitas laba diukur dari nilai
discretionary accrual (DACC). Dalam menghitung DACC, digunakan Jones
Model (1991) yang telah dimodifikasi dapat mendeteksi manajemen laba lebih
baik (Riahi, 2007).
2.1.5 Earning Per Share ( EPS )
Earning Per Share ( EPS ) atau laba per lembar saham adalah pemberian
keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham untuk setiap lembar
saham yang dimilikinya (Fahmi, 2012). Dengan EPS yang tinggi dapat menjadi
daya tarik bagi investor karena semakin tinggi EPS, maka kemampuan perusahaan
untuk memberikan pendapatan kepada pemegang saham semakin tinggi.
Besarnya Earning Per Share (EPS) suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi
laporan keuangan perusahaan langsung atau dapat dihitung berdasarkan laporan
neraca dan laporan rugi laba perusahaan.
2.1.6 Ukuran Perusahaan
Berdasarkan ukuran perusahaan dibedakan menjadi perusahaan ukuran
besar dan kecil. Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka
semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Besar ukuran perusahaan dapat
dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Dari ketiga
variabel ini, nilai aktiva relatif stabil dibandingkan dengan nilai kapitalisasi pasar
dan penjualan untuk mengukur ukuran perusahaan.
2.1.7 Leverage
Rasio leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh
utang ( Fahmi, 2012). Rasio leverage merupakan perbandingan antara total utang
terhadap total aset perusahaan. Debt to Total Asset menunjukkan berapa bagian
dari keseluruhan dana yang dibelanjai dengan hutang atau berapa bagian aktiva
yang digunakan untuk menjamin hutang. Rasio leverage yang tinggi merupakan
sinyal untuk membedakan perusahaan yang baik dan yang buruk, karena hanya
perusahaan yang sehat dan kuat yang berutang menanggung risiko. Tingginya
6
tingkat leverage akan meningkatkan kemungkinan kepailitan (kebangkrutan) dan
selanjutnya akan meningkatkan risiko perusahaan (Saiful & Erliana, 2010).
2.1.8 Beta
Beta merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu sekuritas atau return
portofolio terhadap return pasar (Jogiyanto, 2009). Berdasarkan Capital Asset
Pricing Model (CAPM), variasi tingkat return saham yang diharapkan akan terjadi
dapat dijelaskan oleh beta (Pasaribu, 2009). Beta saham digunakan untuk
mengetahui seberapa besar risiko yang ada dalam suatu saham. Beta suatu saham
cenderung mendekati satu (Saiful & Erliana, 2010). Saham dengan beta lebih
besar dari satu merupakan saham yang sangat peka terhadap perubahan pasar,
saham semacam ini disebut sebagai saham agresif. Sebaliknya jika beta lebih kecil
dari satu maka saham tidak peka terhadap perubahan pasar disebut dengan saham
defensif, fluktuasi return saham lebih kecil dari fluktuasi return pasar (Hanafi dan
Halim, 2000).
2.2 Kerangka Pemikiran
H 1
H 2
H 3
H 4
\ H 5
H 6
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Kualitas Laba
(X 1)
EPS
(X 2)
Leverage
(X 4)
Beta
(X 5)
Equity Risk Premium
(Y)
Ukuran Perusahaan
(X 3)
Kualitas Laba, EPS, Ukuran
Perusahaan, Leverage, Beta
( X 6)
7
2.3 Pengembangan Hipotesis
2.3.1 Pengaruh Kualitas Laba terhadap Equity Risk Premium ( ERP )
Kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba menunjukkan bahwa laba
berkualitas. Semakin tinggi kualitas laba, maka semakin cepat dan tepat laba yang
dilaporkan menyampaikan nilai sekarang dari dividen yang diharapkan (Yee,
2005). Kurniawan (2013) menguji pengaruh kualitas laba terhadap Equity Risk
Premium pada perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada
periode 2007 – 2011 yang menyimpulkan bahwa kualitas laba memiliki pengaruh
terhadap Equity Risk Premium.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis pertama yang diajukan adalah :
H1 : Kualitas laba berpengaruh terhadap Equity Risk Premium
2.3.2 Pengaruh Earning Per Share terhadap Equity Risk Premium
Earning Per Share (EPS) menunjukkan seberapa besar keuntungan yang
diberikan perusahaan kepada investor dari setiap lembar saham yang dimilikinya.
Investor akan mengharapkan manfaat dari investasinya dalam bentuk laba per
lembar saham, sebab Earning per Share (EPS) ini menggambarkan jumlah
keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Penelitian Boone, et
al (2008) menunjukkan bahwa Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap
Equity Risk Premium. Semakin tinggi EPS maka semakin tinggi Equity Risk
Permium.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis kedua yang diajukan adalah :
H2 : Earning Per Share berpengaruh terhadap Equity Risk Premium.
2.4.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Equity Risk Premium
Didasarkan pada pendapat Elton dan Gruber (dalam Jogiyanto, 2009)
perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil dibandingkan
dengan perusahaan yang lebih kecil, alasannya karena perusahaan yang besar
dianggap lebih mempunyai akses kepasar modal sehingga dianggap mempunyai
risiko yang lebih kecil. Besar ukuran perusahaan menunjukkan bahwa terdapat
banyak informasi publik tentang perusahaan yang lebih besar dan saham yang
lebih likuid. Semakin banyak informasi tersedia tentang perusahaan dan lebih
likuid saham, semakin rendah resiko yang dirasakan dalam perusahaan, maka
semakin rendah equity risk premium yang terealisasi (Gebhardt, et al, 2001).
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan adalah :
H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Equity Risk Premium
2.3.4 Pengaruh Leverage terhadap Equity Risk Premium
Rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan
(financial leverage) yang tinggi. Rasio leverage yang tinggi merupakan sinyal
untuk membedakan perusahaan yang baik dan yang buruk, karena hanya
8
perusahaan yang sehat dan kuat yang dapat berutang dengan menanggung risiko.
Tingginya tingkat leverage akan meningkatkan kemungkinan kepailitan
(kebangkrutan) dan selanjutnya akan meningkatkan risiko perusahaan (Saiful &
Erliana, 2010). Penelitian Saiful dan Erliana (2010) menemukan bahwa leverage
berpengaruh terhadap equity risk premium.
Maka hipotesis yang diajukan adalah:
H4 : Leverage berpengaruh terhadap Equity Risk Premium.
2.3.5 Pengaruh Beta terhadap Equity Risk Premium
Beta saham digunakan untuk mengetahui seberapa besar risiko yang ada
dalam suatu saham. Dalam model keseimbangan CAPM, nilai beta sangat
mempengaruhi tingkat return yang diharapkan, semakin tinggi nilai beta dan
return pasar maka akan semakin tinggi return yang disyaratkan oleh investor
Penelitian yang dilakukan Saiful dan Erliana (2010 ) menunjukkan bahwa beta
memiliki pengaruh terhadap equity risk premium.
Dari uraian diatas maka hipotesis yang diajukan adalah :
H5 : Beta berpengaruh terhadap Equity Risk Premium.
2.3.6 Pengaruh Kualitas Laba, EPS, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Beta
terhadap Equity Risk Premium
Saiful dan Erliana (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi akrual
menunjukkan laba perusahaan berkualitas rendah sehingga akan menurunkan
equity risk premium. Boone, et al (2008) menunjukkan bahwa Earning Per Share
(EPS) berpengaruh terhadap Equity Risk Premium (ERP). Semakin tinggi EPS
maka semakin tinggi Equity Risk Permium. Boone, et al (2008) yang menyatakan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Equity Risk Premium. Saiful dan
Erliana (2010) menyatakan rasio leverage yang semakin tinggi menunjukkan
bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan hal itu akan meningkatkan
risiko perusahaan. Beta memiliki pegaruh terhadap equity risk premium, semakin
tinggi beta maka risiko akan semakin tinggi pula dan meningkatkan equity risk
premium.
Dari uraian diatas maka hipotesis yang diajukan adalah:
H6 : Secara simultan kualitas laba, EPS, ukuran perusahaan, leverage dan beta
memiliki pengaruh terhadap Equity Risk Premium.
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Teknik penelitian sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan menggunakan kriteria
tertentu. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
9
a) Perusahaan Properti dan Real Estate dari tahun 2010 – 2014 yang terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia.
b) Perusahaan Properti dan Real Estate yang telah menerbitkan laporan
keuangan berturut-turut dari tahun 2010-2014 dan memiliki data yang
diperlukan.
c) Perusahaan Properti dan Real Estate yang mengalami laba dari tahun 2011-
2014.
Dari kriteria diatas maka terdapat 33 Perusahaan yang memenuhi kriteria
penelitian dan akan dijadikan sampel penelitian dengan periode penelitian 4 tahun
dari tahun 2011 – 2014.
3.2 Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Peneliti
menggunakan data Time Series. Sumber data penelitian ini adalah data yang
diperoleh dari Bursa Efek Indonesia melalui situs www.idx.co.id,
www.yahhofinance.com, dan www.bi.go.id dengan periode pengamatan dari tahun
2010-2014 dan tahun penelitian 2011-2014.
3.3 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
a. Penelitian Kepustakaan
b. Penelitian Lapangan
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.4.1 Variabel Independen (Bebas)
a) Kualitas Laba (EQ)
Model perhitungannya sebagai berikut (Saiful & Erliana, 2010) dan (Riahi,
2007) :
DACCit = TACCit - NDACCit
TAi, t-1
TACCit = NIit - OCFit
TACCit = α1 1 + α2 ∆REVit + α3 PPEit + e
TAi, t-1 TAi, t-1 TAi, t-1 TAi, t-1
NDACCit = α1 1 + α2 (∆REVit - ∆RECit) + α3 PPEit
TAi, t-1 TAi, t-1 Tai, t-1
Keterangan :
DACCit = Discretionary accruals perusahaan i periode t
TACCit = Total accruals perusahaan i periode t
NIit = Laba bersih perusahaan i periode t
OCFit = Arus kas operasi perusahaan i periode t
TAi t – 1 = Total aset perusahaan i periode t – 1
Δ REVit = Perubahan Pendapatan perusahaan i antara periode t dengan
10
periode t -1
ΔRECit = Perubahan Piutang perusahaan i antara periode t dengan periode
t - 1
PPEit = Nilai aktiva tetap perusahaan i periode t
NDACCit = Nondiscretionary accruals perusahaan i periode t
α1, α2, α3 = Koefisien regresi
b. Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share ( EPS ) atau laba per lembar saham adalah pemberian
keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham untuk setiap lembar
saham yang dimilikinya (Fahmi, 2012). Perhitungannya adalah :
EPS = Laba bersih
Jumlah lembar saham yang beredar
c. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaaan diproksikan dengan total aset yang dimiliki
perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini (Safarin, 2014) sebagai berikut:
d. Leverage
Rasio leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh
utang ( Fahmi, 2012). Untuk menghitung Leverage digunakan rumus berikut :
Leverage = Total Utang
Total Aset
e. Beta
Teknik regresi untuk mengestimasi Beta suatu sekuritas dapat dilakukan
dengan menggunakan return sekuritas sebagai variabel dependen dan return pasar
sebagai variabel independen. Jogiyanto (2009) dengan menggunakan model
indeks tunggal atau model pasar, Beta dapat dihitung berdasarkan persamaan
sebagai berikut :
Ri = αi + βi.Rm + ei
Keterangan :
Ri = return sekuritas ke-i
αi = Nilai ekspektasi dari return sekuritas yang independen terhadap return
pasar
βi = beta Saham
Rm = return pasar diperoleh dari IHSG pada saat t dikurangi IHSG saat t-1
(bulan sebelumnya), dibagi IHSG t-1
ei = kesalahan residu
Size = TA
11
3.4.2 Variabel Dependen (Terikat)
Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu equity risk premium (ERP),
merupakan komponen utama atas return yang diharapkan yang dituntut pada
investasi berisiko. Dihitung dengan menggunakan CAPM (Kurniawan, 2013)
yang diperkenalkan oleh ( Anin dan Falaschetti, 1998) dalam menghitung ERP
dapat dirumuskan sebagai berikut :
ERP = Ri – Rf
β
Keterangan :
Ri = return saham
Rf = return asset bebas risiko
β = beta
Ri = αi + βi.Rm + ei
Keterangan :
Ri = return sekuritas ke-i
αi = Nilai ekspektasi dari returnsekuritas yang independen terhadap retur
pasar
βi = beta Saham
Rm = return pasar diperoleh dari IHSG pada saat t dikurangi IHSG saat t-1
(bulan sebelumnya), dibagi IHSG t-1
ei = kesalahan residu
3.5 Alat Analisis
3.5.1 Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, minimum (Ghozali,
2013). Menu ini menampilkan besaran statistik yang akan dideskripsikan pada
sebuah variabel. Statistik deskriptif merupakan bidang ilmu statistik yang
mempelajari cara pengumpulan, penyajian ringkasan, penyusunan dan penelitian
sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
3.5.2 Pengujian Asumsi Klasik
3.5.2.1 Data Outlier
Ghozali (2013) menyatakan ada empat penyebab timbulnya data outlier,
yaitu kesalahan dalam memasukkan data, gagal menspesifikasi adanya missing
value dalam program komputer, outlier bukan merupakan anggota populasi yang
diambil sebagai sampel, outlier berasal dari populasi yang diambil sebagai
sampel, tetapi distribusi dari variabel dalam populasi tersebut memiliki nilai
ekstrim dan tidak terdistribusi secara normal. Untuk kasus sampel kecil (kurang
dari 80), maka standar skor dengan nilai ± 2.5 dinyatakan outlier. Untuk sampel
besar dari standar skor dinyatakan outlier jika nilainya pada kisaran 3 sampai 4.
12
3.5.2.2 Uji Normalitas
Uji ini dilakukan dengan cara melihat normal probability plot penyebaran
data (titik) pada sumbu diagonal atau grafik. Apabila data menyebar di sekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas. Apabila data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas (Ghozali, 2013). Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji
normalitas residual adalah uji statistic non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-
S). Apabila nilai Kolmogorov-Smirnov (K-S) dan p diatas 0.05 maka data
terdistribusi normal.
3.5.2.3 Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2013) uji ini bertujuan menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Pada model
regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi korelasi.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikoliniearitas didalam model ini adalah
melihat dari nilai VIF dan Tolerance. Nilai cut off Tolerance < 0.10 dan VIF>10
(berarti terdapat multikolinearitas).
3.5.2.4 Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2013), uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu periode saat ini dengan
periode sebelumnya. Asumsi ini diuji dengan menggunakan Uji Durbin Watson.
Nilai Durbin Watson dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai
signifikan 0.05. Syarat tidak terdapat autokorelasi : Du < d < 4 – du.
3.5.2.5 Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya ketidaksamaan
variance dari residual pada model regresi (Ghozali, 2013). Pada penelitian ini uji
heterokedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot, yaitu apabila terdapat pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk
suatu pola yang teratur (bergelombang, melebar, dan menyempit) maka terjadi
heterokedastisitas. Uji statistik yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada
tidaknya heteroskedastisitas. Uji statistik yang dapat digunakan adalah uji park.
LnU2i = α+βLnXi+vi
3.5.3 Analisis Regresi Berganda
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier
berganda untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh
antara variabel kualitas laba, EPS (Earning Per Share), ukuran perusahaan,
leverage, beta terhadap Equity Risk Premium (ERP) dengan menggunakan
program SPSS 19.0. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari
13
beberapa variabel independen terhadap variabel dependen maka digunakan model
regresi linier berganda yang dirumuskan sebagai berikut:
ERPt = α + β1 EQt +β2EPSt +β3Sizet + β4 LEVvt + β5BETAt + e
keterangan:
ERPt : Equity Risk Premiun perusahaan pada periode t
α : Koefisien konstanta
β1-5 : Koefisien regresi variabel independen
EQt : Kualitas laba (Earnings Quality) perusahaan pada periode t
EPSt : Earning Per share perusahaan pada periode t
SIZEt : Ukuran perusahaan pada periode t
LEVt : Rasio leverage perusahaan pada periode t
BETAt : Beta perusahaan pada periode t
e : error / pengganggu
3.5.4 Pengujian Hipotesis
3.5.4.1 Uji T
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen yaitu Kualitas laba, EPS, Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Beta
secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen
yaitu Equity Risk Premium (ERP). Tahap pengujiannya adalah merumuskan
hipotesis, menentukan tingkat signifikansi yaitu 0,05 atau 5 %, menentukan
keputusan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dengan kriteria sebagai
berikut:
a) Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak
b) Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima.
c) Jika – t hitung < - t tabel, maka H0 ditolak
3.5.4.2 Uji F
(Ghozali, 2013) pengujian menggunakan uji t dimaksudkan untuk melihat
seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variabel dependen. Yaitu Kualitas Laba, EPS, Ukuran Perusahaan
(Size), Leverage, dan Beta secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen yaitu Equity Risk Premium (ERP) pada Perusahaan Jasa Sektor
Properti dan Real Estate yang go public di BEI tahun 2011-2013. Tahap
pengujiannya adalah merumuskan hipotesis, menentukan tingkat signifikansi yaitu
0,05 atau 5 %, menentukan keputusan dengan membandingkan f hitung dengan f
tabel dengan kriteria sebagai berikut:
a) Jika f hitung > f tabel, maka Ho ditolak
b) Jika f hitung < f tabel, maka Ho diterima.
14
3.5.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Nilai R2
yang mendekati satu berarti variabel‐variabel independennya memberikan hampir
semua informasi nilai koefisien determinansi adalah antara 0 dan 1. Nilai yang
mendekati 1 (satu) berarti variabel–variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Metode Analisis Data
Dalam analisis data terdiri dari uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik (uji
normalitas, uji mulitikolinearitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas) dan
pengujian hipotesis ( uji R2, uji f, dan uji t). Terdapat 58 Perusahaan Jasa Sektor
Properti dan Real Estate tetapi yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel
penelitian ini adalah 33 Perusahaan Jasa Sektor Properti dan Real Estate selama 4
tahun dan jumlah data 132.
1.2 Statistik Deskriptif
Tabel 4.2.1
Hasil Uji Statistik Deskriptif Sebelum Outlier
N
Minimu
m
Maximu
m Mean
Std.
Deviation
ERP 132 -56.6893 33.9902 -.107685 5.9412477
KUALITAS LABA 132 -.4081 .6776 .047654 .1119372
EPS 132 .91 1212.82 121.4007 188.80204
UKURAN
PERUSAHAAN
132 237 37761 6606.77 6474.46
LEVERAGE 132 .0297 .85 .43692 .1663521
BETA 132 -2.6606 6.383 1.683211 1.5079701
Valid N (listwise) 132
Sumber : Output SPSS diolah penulis, 2015
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif sebelum dioutlier pada tabel 4.2.1
diketahui bahwa jumlah data dalam penelitian (N) adalah 132 data dan dapat
diketahui bahwa :
1. Variabel ERP memiliki nilai rata-rata sebesar -0.107685, hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai ERP
15
yang negatif, dengan standar deviasi 5.9412477 dari 132 sampel, variabel ERP
memiliki nilai minimum -56.6893 dan nilai maksimum 33.9902.
2. Variabel Kualitas Laba memiliki nilai rata-rata sebesar 0.047654, hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan yang menjadi sampel
mempunyai nilai Kualitas Laba yang positif, dengan standar deviasi
0.1119372 dari 132 sampel, variabel Kualitas Laba memiliki nilai minimum
-0.4081 dan nilai maksimum 0.6776.
3. Variabel EPS memiliki nilai rata-rata sebesar 121.4007, hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai ERP
yang positif, dengan standar deviasi 188.80204 dari 132 sampel, variabel EPS
memiliki nilai minimum 0.91 dan nilai maksimum 1212.82.
4. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai rata-rata sebesar 6606.77 hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan yang menjadi sampel
mempunyai ukuran perusahaan yang positif, dengan standar deviasi 6474.46
dari 132 sampel, variabel ukuran perusahaan memiliki nilai minimum 237 dan
nilai maksimum 3776133.
5. Variabel leverage memiliki nilai rata-rata sebesar 0.439453, hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan yang menjadi sampel
mempunyai nilai leverage yang positif, dengan standar deviasi 0.1663521 dari
132 sampel, variabel leverage memiliki nilai minimum 0.0297 dan nilai
maksimum 0.85.
6. Variabel beta memiliki nilai rata-rata sebesar 1.683211, hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai beta
yang positif, dengan standar deviasi 1.5079701 dari 132 sampel, variabel beta
memiliki nilai minimum -2.6606 dan nilai maksimum 6.383.
Tabel 4.2.2
Hasil Uji Statistik Deskriptif Setelah Outlier
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
ERP 108 -.7935 .7680 .060353 .2830071
KUALITAS LABA 108 -.4081 .6776 .050564 .1187308
EPS 108 1.4500 1212.8200 123.816574 199.4064859
UKURAN
PERUSAHAAN
108 340 37761 7185.89 6919.199
LEVERAGE 108 .0297 .8407 .439453 .1611976
BETA 108 -2.6606 6.3830 1.948962 1.5063074
Valid N (listwise) 108
Sumber : Output SPSS diolah penulis, 2015
16
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif setelah dioutlier pada tabel 4.2.2
diketahui bahwa jumlah data dalam penelitian (N) adalah 108 data dan dapat
diketahui bahwa :
1. Variabel ERP memiliki nilai rata-rata sebesar 0.060353, hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai ERP
yang positif, dengan standar deviasi 0.2830071 dari 108 sampel, variabel ERP
memiliki nilai minimum -0.7935 dan nilai maksimum 0.7680.
2. Variabel kualitas laba memiliki nilai rata-rata sebesar 0.050564, hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan yang menjadi sampel
mempunyai nilai kualitas laba yang positif, dengan standar deviasi 0.1187308
dari 108 sampel, variabel kualitas laba memiliki nilai minimum -0.4081 dan
nilai maksimum 0.6776.
3. Variabel EPS memiliki nilai rata-rata sebesar 93.258045977, hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan yang menjadi sampel
mempunyai nilai EPS yang positif, dengan standar deviasi 169.0734708663
dari 108 sampel, variabel EPS memiliki nilai minimum 1.45 dan nilai
maksimum 1212.82.
4. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai rata-rata sebesar 7185.89 hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan yang menjadi sampel
mempunyai nilai ukuran perusahaan yang positif, dengan standar deviasi
6919.199 dari 108 sampel, variabel ukuran perusahaan memiliki nilai
minimum 340 dan nilai maksimum 37,761.
5. Variabel leverage memiliki nilai rata-rata sebesar 0.473325854, hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan yang menjadi sampel
mempunyai nilai leverage yang positif, dengan standar deviasi 0.1479128674
dari 108 sampel, variabel leverage memiliki nilai minimum 0.117313 dan nilai
maksimum 0.8407089 .
6. Variabel Beta memiliki nilai rata-rata sebesar 2.309011494, hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan yang menjadi sampel
mempunyai nilai beta yang positif, dengan standar deviasi 1.2785958368 dari
108 sampel, variabel beta memiliki nilai minimum -0.328 dan nilai maksimum
6.383.
17
4.3 Hasil Pengujian Asumsi Klasik
4.3.1 Uji Normalitas
Gambar 4.3.1.1
P-P Plot Sebelum Outlier
Tabel 4.3.1.1
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Sebelum Outlier
Unstandardized
Residual
N 132
Normal
Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation 5.89609327
Most Extreme
Differences
Absolute .390
Positive .297
Negative -.390
Kolmogorov-Smirnov Z 4.479
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Sumber : Output SPSS diolah penulis, 2015
Dengan melihat P-P Plot yang menyebar jauh dari garis diagonal maka tidak
menunjukkan distribusi normal. Dengan melihat nilai Kolmogorov-Smirnov
adalah 4.479 dan signifikan pada 0.000 < 0.05 yang berarti data residu
terdistribusi tidak normal. Maka untuk uji normalitas tidak terpenuhi. Dalam
penelitian ini ternyata data tidak normal, sehingga tindakan yang dilakukan
mengoutlier data dari 33 Perusahaan dengan jumlah 132 data menjadi 108 data.
18
Gambar 4.3.1.2
P-P Plot Setelah Outlier
Tabel 4.3.1.2
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Setelah Outlier
Unstandardized
Residual
N 108
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation .26198662
Most Extreme
Differences
Absolute .047
Positive .047
Negative -.047
Kolmogorov-Smirnov Z .492
Asymp. Sig. (2-tailed) .969
Sumber : Output SPSS diolah penulis, 2015
Dari gambar normalitas pada grafik normal probility plots titik-titik
menyebar berhimpit disekitar diagonal dan hal ini menunjukkan bahwa residual
terdistribusi secara normal. Selain itu juga digunakan uji Kolmogorof – Smirnov
untuk menguji normalitas data. Berdasarkan tabel uji Kolmogorof – Smirnov Test
dengan nilai 0.492 dan tidak signifikan pada 0.05 (karena p=0.969 > dari 0.05),
maka dapat disimpulakan bahwa residual terdistribusi dengan normal.
19
4.3.2 Uji Multikolonieritas
Tabel 4.3.2
Uji Multikolonieritas
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta
Tolera
nce VIF
1 (Constant) -.003 .080 -.038 .969
KUALITAS
LABA
-.684 .225 -.287 -
3.045
.003 .947 1.056
EPS .00034 .00013 .235 2.524 .013 .966 1.035
UKURAN
PERUSAHAAN
.000003 .000004 .087 .885 .378 .865 1.156
LEVERAGE -.079 .185 -.045 -.428 .670 .757 1.321
BETA .034 .020 .180 1.733 .086 .775 1.291
Sumber : Output SPSS diolah penulis, 2015
Hasil pengujian multikolonieritas disajikan pada tabel 4.3.2 menunjukkan
bahwa tidak terjadi multikolonieritas pada model ini, hal ini dapat dilihat dari
Tolerance tidak ada yang lebih kecil dari 0.1 dan nilai VIF tidak ada yang lebih
besar dari 10.
4.3.3 Uji Autokorelasi
Tabel 4.3.3
Uji Autokorelasi
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .378a .143 .101 .2683310 1.971
Sumber : Output SPSS diolah penulis, 2015
Nilai DW sebesar 1.971, nilai ini akan kita bandingkan dengan
menggunakan nilai signifikansi 0.05, jumlah sampel 108 (n) dan jumlah variabel
independen 5 (k=5). Nilai du pada tabel Durbin Watson 1.780, oleh karena nilai
DW sebesar 1.973 lebih besar dari batas atas (du) dan kurang dari 4 -1.780, maka
disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.
20
4.3.4 Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4.3.4
Scatterplot
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Selanjutnya akan
dibuktikan dengan menggunakan uji park.
Tabel 4.3.4.1
Uji Park
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -3.383 .626 -5.407 .000
KUALITAS LABA -.059 1.759 -.003 -.034 .973
EPS .0001 .001 .018 .188 .851
UKURAN
PERUSAHAAN
-4.284E-5 .00003 -.120 -1.161 .249
LEVERAGE .380 1.449 .029 .262 .794
BETA -.280 .153 -.199 -1.825 .071
Sumber : Output SPSS diolah penulis, 2015
Hasil tampilan output SPPS memberikan koefisien parameter untuk
variabel independen tidak ada yang signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa
model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas. Hal ini konsisten dengan uji
Scatterplots.
21
1.3 Pengujian Hipotesis dengan Regresi Linear Berganda
Tabel 4.4
Uji Hipotesis dengan Regresi Linear Berganda
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.003 .080 -.038 .969
KUALITAS LABA -.684 .225 -.287 -3.045 .003
EPS .00034 .00013 .235 2.524 .013
UKURAN
PERUSAHAAN
.000003 .000004 .087 .885 .378
LEVERAGE -.079 .185 -.045 -.428 .670
BETA .034 .020 .180 1.733 .086
a. Dependent Variable: ERP
Berdasarkan tabel analisis diatas, persamaan model regresi linear adalah
sebagai berikut :
Y = - 0.003 – 0.684X1 + 0.00034X2 +0.000003X3 -0.079X4 + 0.034X5
1. Konstanta (α)
Nilai konstanta (α) sebesar -0.003 menunjukkan bahwa apabila variabel
Kualitas Laba, EPS, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Beta konstan, maka nilai
variabel Equity Risk Premium (ERP) -0.077.
2. Kofisien β1 untuk varibel kualitas laba
Besarnya nilai kofisien regresi (β1) sebesar -0.684 memiliki arti bahwa
setiap peningkatan kualitas laba sebesar 1 satuan, maka nilai ERP akan turun
sebesar 0.684 satuan. Dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.
3. Kofisien β2 untuk variabel EPS
Besarnya nilai kofisien regresi (β2) sebesar 0.00034 berarti bahwa setiap
peningkatan EPS 1 satuan, maka nilai ERP akan naik sebesar 0.00034 satuan.
Dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.
4. Kofisien β3 untuk variabel ukuran perusahaan
Besarnya nilai kofisien regresi (β3) sebesar 0.000003 memiliki arti bahwa
setiap peningkatan ukuran perusahaan 1 satuan, maka nilai ERP akan naik sebesar
0.000003 satuan. Dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.
22
5. Kofisien β4 untuk variabel Leverage
Besarnya nilai kofisien regresi (β4) sebesar -0.079 berarti bahwa setiap
peningkatan leverage 1 satuan, maka nilai ERP akan turun sebesar 0.079 satuan.
Dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.
6. Kofisien β5 untuk beta
Besarnya nilai kofisien regresi (β5) sebesar 0.034 memiliki arti bahwa setiap
peningkatan beta 1 satuan, maka nilai ERP akan naik sebesar 0.034 satuan.
Dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.
4.4.1 Pengujian Hipotesis Secara Parsial ( Uji T )
1. Untuk variabel kualitas laba menunjukkan nilai thitung sebesar -3.045 < -1.98350
(ttabel α= 5%, df = ( 108-5-1) = 102 ) dan signifikan 0.003 (0.003 < 0.05), maka
H1 diterima dan H0 ditolak berarti variabel kualitas laba berpengaruh negatif
signifikan terhadap Equity Risk Premium (ERP). Hasil penelitian ini konsisten
dengan Boone, et al. (2008) yang menyatakan bahwa semakin tinggi akrual
menunjukkan perusahaan berkualitas rendah sehingga menurunkan Equity Risk
Premium (ERP) perusahaan karena kualitas laba yang diukur dari discretionary
accrual merupakan komponen akrual yang memungkinkan manajer melakukan
intervensinya dalam memanipulasi laba perusahaan. Hal ini menyebabkan
perusahaan tidak menampilkan laba yang sebenarnya, sehingga investor yang
melihat informasi perusahaan melalui laporan keuangan tidak ingin melakukan
investasi pada perusahaan yang melakukan manipulasi laba.
2. Untuk variabel EPS menunjukkan nilai thitung sebesar 2.524 > 1.98350 (ttabel α=
5%, df = ( 108-5-1) = 102 ) dan signifikan 0.013 (0.013 < 0.05), maka H2
diterima dan H0 ditolak yang berarti variabel EPS berpengaruh positif
signifikan terhadap Equity Risk Premium (ERP). Hasil penelitian ini konsisten
dengan Boone, et al. (2008) yang menyatakan bahwa EPS berpengaruh positif
signifikan terhadap Equity Risk Premium (ERP).
3. Untuk variabel ukuran perusahaan menunjukkan nilai thitung sebesar 0.885 <
1.98350 (ttabel α= 5%, df = ( 108-5-1) = 102 ) dan signifikan 0.378 (0.378 >
0.05), maka H3 ditolak dan H0 diterima yang berarti variabel ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap Equity Risk Premium (ERP). Hasil
penelitian ini konsiten dengan Saiful dan Erliana (2010) yang menemukan
tidak memiliki pengaruh bagi investor dimana investor belum menggunakan
ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset sebagai dasar pengambilan
keputusan dalam berinvestasi pada saham.
4. Untuk variabel Leverage -0.428 menunjukkan nilai thitung sebesar -0.428 > -
1.98350 (ttabel α= 5%, df = ( 108-5-1) = 102 ) dan signifikan 0.670 (0.670 >
0.05), maka H4 ditolak dan H0 diterima yang berarti variabel Leverage tidak
berpengaruh terhadap Equity Risk Premium (ERP). Hasil penelitian ini
23
konsisten dengan penelitian Kurniawan (2013) yang menyatakan leverage
tidak berpengaruh terhadap ERP. Leverage yang diproksikan dengan Debt to
Total Aset, dimana aset dibiayai oleh utang tidak memberikan pengaruh
terhadap risiko dalam melakukan investasi pada saham.
5. Untuk variabel Beta menunjukkan nilai thitung sebesar 1.733 < 1.98350 (ttabel α=
5%, df = ( 108-5-1) = 102 ) dan signifikan 0.086 (0.086 > 0.05), maka H5
ditolak dan H0 diterima yang berarti variabel Beta tidak berpengaruh terhadap
Equity Risk Premium (ERP). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
Erb, Harvey dan Viskanta (1995) yang menyatakan bahwa tidak terdapat
pengaruh antara return dan beta pada pasar yang sedang berkembang.
4.4.2 Pengujian Hipotesis Secara Simultan ( Uji F )
Tabel 4.4.2
Uji F
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 1.226 5 .245 3.405 .007a
Residual 7.344 102 .072
Total 8.570 107
Dari uji ANOVA atau F test menghasilkan nilai Fhitung sebesar 3.405 dengan
probabilitas signifikansi 0.005. Nilai Fhitung akan dibandingkan dengan nilai Ftabel.
Nilai Ftabel pada tingkat kesalahan α = 5% dengan derajat kebebasan= 95% (df) =
(n-k) ; (k-1). Jumlah sampel (n) sebanyak 108 dan jumlah variabel penelitian (k)
berjumlah 6. Jadi, df = (108-6=102) ; (6-1=5), sehingga Ftabel pada tingkat
kepercayaan 95% adalah 2.30. Jadi Fhitung > Ftabel , dimana 3.405 > 2.30 dan
tingkat signifikansi 0.007 maka keputusan Ha diterima yang artinya kualitas laba,
EPS, ukuran perusahaan, leverage, dan beta berpengaruh signifikan terhadap
Equity Risk Premium (ERP) pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014.
4.4.3 Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 4.4.3
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .378a .143 .101 .2683310
Berdasarkan nilai kofisien ( adjusted R Square) sebesar 0.101 atau 10.1%
yang berarti dari variabel Equity Risk Premium (ERP) dapat dijelaskan oleh
24
variabel kualitas laba, EPS, ukuran perusahaan, leverage, dan beta . Sedangkan
sisanya 0.899 atau 89.9% dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel-variabel lain
yang tidak termasuk dalam model ini.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Besarnya pengaruh yang diberikan kualitas laba, EPS, ukuran perusahaan,
leverage, dan beta terhadap Equity Risk Premium (ERP) adalah 10.1% variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini mempengaruhi variabel
dependen dan 89.9% dipengaruhi variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam
penelitian ini.
2. Secara parsial kualitas laba berpengaruh terhadap Equity Risk Premium (ERP)
pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2011-2014.
3. Secara parsial Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap Equity Risk
Premium (ERP) pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014.
4. Secara parsial ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap Equity Risk
Premium (ERP) pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014.
5. Secara parsial leverage tidak berpengaruh terhadap Equity Risk Premium
(ERP) pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2011-2014.
6. Secara parsial beta tidak berpengaruh terhadap Equity Risk Premium (ERP)
pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2011-2014.
7. Secara simultan (bersama-sama) kualitas laba, EPS, ukuran perusahaan,
leverage, dan beta berpengaruh terhadap Equity Risk Premium (ERP) pada
Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2011-2014.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disampaikan beberapa saran
yaitu sebagai berikut:
1. Bagi pihak investor memperhatikan kualitas laba dan EPS untuk pengambilan
keputusan dalam melakukan investasi pada saham, sehingga risiko yang sudah
diambil sesuai dengan return yang akan didapatkan.
2. Bagi pihak perusahaan untuk meningkatkan kualitas laba supaya investor
melakukan investasi pada perusahaan.
25
3. Bagi Peneliti selanjutnya disarankan untuk mengambil sampel yang lebih besar
dengan periode penelitan yang lebih panjang serta menambah variabel dalam
penelitian sehingga dapat dilihat variabel independen mempengaruhi variabel
dependen dalam penelitian dengan jumlah sampel yang besar dan periode yang
panjang sehingga lebih mampu mewakili kondisi Bursa Efek Indonesia secara
umum.
4. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah atau mencari variabel
dalam melakukan penelitian selanjutnya dikarenakan penelitian ini pengaruh
keseluruhan variabel independen terhadap variabel dependen sangat kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Annin, Michael and Dominic Falaschetti. (1998). Equity Risk Premium Article.
IL: Ibbotson Associates
Atmaja, Lukas Setia. (2008) Manajemen Keuangan. Yogyakarta
Boone, Jeff P., Inder K Khurana, and K. K. Raman. (2008). Audit Firm Tenure
and the Equity Risk Premium, Journal of Accounting Auditing and
Finance, Forthcoming. (Online) (Diakses 18 Maret 2015) Tersedia di:
http://ssrn. com/abstract=940401
Erb, cloude B., Harvey, Campbell R., dan Viskanta, Tadas E. (1995). Country
credit risk and global portfolio selection. Journal of Portfolio
Management, Winter
Fahmi, Irham. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Alfabeta. Bandung
Francis, Jennifer., LaFond Ryan., Olsson P., and Schipper K. (2004). Cost of
Capital and Earnings Attributes. The Accounting Review 74 (4): 967
Gebhardt, W., Lee, C., dan Swaminathan B. (2000). Toward and Implied Cost of
Capital. Journal of Accounting Research 39 (1): 135-176
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM
SPSS 21. Edisi Ketujuh. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
Hammond, P., Brett and Leibowitz, Martin. (2011). Rethinking the Equity Risk
Premium. The Research Foundation Of CFA Institute
Hartono. (2009). Pertimbangan Return dan Risiko dalam Keputusan Investasi.
Makalah disajikan pada UPT Perpustakaan UNS. (Online) (Diakses 2 Juli
2015) Tersedia di: www.google.co.id di Return dan Risiko Investasi
Ibad, Muhammad Irsyadul. 2012. Analisis Pengaruh Rasio-rasio profitabilitas
terhadap harga saham, Skripsi. Jawa Timur
Jogiyanto. (2009) Teori Portofolio. Yogyakarta. BPFE Yogyakarta
26
Kurniawan, Umarudin. (2013). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Equity
Risk Premium Perusahaan di Indonesia. Skripsi, Lampung
Pasaribu, Rowland, Bismark, Fernando. (2009). Model Fama dan French sebagai
Pembentukan Portofolio Saham Di Indonesia, Journal Akuntansi dan
Bisnis 9 (1): 1–12
Riahi, Ahmed - Belkaoui. 2007. Accounting Theory. Edisi Kelima Buku Dua.
Jakarta : Salemba Empat
Safarin, Sonya. (2013). Pengaruh Leverage, Likuiditas, Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas dan Porsi Saham Publik Terhadap Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Pertambangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Fak. Ekonomi – UMRAH
Tanjungpinang
Saiful dan Uvi Elin Erliana. (2010). Equity Risk Premium Perusahaan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya. Jurnal disajikan pada Simposium Nasional Akuntansi
13, Purwokerto
Surifah. (2010). Kualitas laba dan pengukurannya. Jurnal Ekonomi, Manajemen
& Akuntansi Vol. 8 No. 2 Mei - Agustus 2010. Fak. Ekonomi –
Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
Weston, J. Fred and Thomas E. Copeland. (2010). Manajemen Keuangan.
Tangerang
Yee, Kenton K. (2006). Earnings Quality and the Equity Risk Premium:
Benchmark Model. http://papers.ssrn.com
Yocelyn, Azilia dan Yulius Jogi Christiawan. (2012). Analisis Pengaruh
Perubahan Arus Kas dan Laba AkuntansiTerhadap Return Saham pada
Perusahaan Berkapitalisasi Besar. JURNAL AKUNTANSI DAN
KEUANGAN, VOL. 14, NO. 2, NOVEMBER 2012: 81-90. Surabaya
Yohantin, Yesica. (2013). Penggunaa Metode CAPM Dalam Menilai Risiko dan
Return Saham Untuk Menentukan Pilihan Berinvestasi pada Saham. Fak.
Ekonomi – Universitas Gunadarma Jakarta
www.idx.co.id
www.yahoofinance.com
www.bi.go.id