pengaruh konsep diri dan dukungan sosial terhadap motivasi

131
Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi Belajar Remaja Panti Sosial SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS PSIKOLOGI UNTUK MEMENUHI SYARAT-SYARAT MENCAPAI GELAR SARJANA PSIKOLOGI Oleh : Luqman Syah 106070002256 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H / 2011 SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Universitas Islam Negeri

Upload: others

Post on 26-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi Belajar Remaja Panti Sosial

SKRIPSI

DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS PSIKOLOGI UNTUK MEMENUHI

SYARAT-SYARAT MENCAPAI GELAR SARJANA PSIKOLOGI

Oleh :

Luqman Syah

106070002256

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1433 H / 2011

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTAUniversitas Islam Negeri

Page 2: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

PENGARUH KONSEP DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP

MOTIVASI BELAJAR REMAJA PANTI SOSIAL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

LUQMAN SYAH

NIM: 106070002256

Di bawah bimbingan:

Pembimbing I

Dra. Netty Hartati, M.Si NIP : 19531002 198303 2 001

Pembimbing II

Solicha, M.Si NIP: 19720415 199903 2 001

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1433 H / 2011 M

Page 3: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “PENGARUH KONSEP DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL

TERHADAP MOTIVASI BELAJAR REMAJA PANTI SOSIAL” telah diujikan

dalam sidang munaqosyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 8 Desember 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas

Psikologi.

Jakarta, 12 Desember 2011

Sidang Munaqosyah

Dekan/Ketua PembantuDekan/Sekretaris

Merangkap Anggota

Jahja Umar, Ph.D Dra.FadhilahSuralaga,M.Si

NIP: 130 885 522 NIP: 19561223 198303 2 001

Dra. Netty Hartati, M.Si . Solicha. M.Si

NIP : 19720415 199903 2 001 NIP: 19531002 198303 2 001

Page 4: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Luqman Syah

NIM : 106070002256

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ PENGARUH KONSEP

DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR

REMAJA PANTI SOSIAL ” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan

tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun

kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan

sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan

undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau

jiplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 21 November 2011

Luqman Syah . NIM: 106070002256

Page 5: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

MOTTO

Hujan tak selalu dikawal mendungHujan tak selalu dikawal mendungHujan tak selalu dikawal mendungHujan tak selalu dikawal mendung

Keajaiban bukan karena beruntungKeajaiban bukan karena beruntungKeajaiban bukan karena beruntungKeajaiban bukan karena beruntung

Tapi datang bagi mereka yang mau bertarungTapi datang bagi mereka yang mau bertarungTapi datang bagi mereka yang mau bertarungTapi datang bagi mereka yang mau bertarung

@syairkecil@syairkecil@syairkecil@syairkecil

Page 6: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

PERSEMBAHAN “

PERSEMBAHAN:

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua

tercinta. Kepada Baba, yang menjadi panutan, semoga tercinta. Kepada Baba, yang menjadi panutan, semoga tercinta. Kepada Baba, yang menjadi panutan, semoga tercinta. Kepada Baba, yang menjadi panutan, semoga

semakin tenang di sisisemakin tenang di sisisemakin tenang di sisisemakin tenang di sisi----Nya. Dan kepada Emak, terima kasih Nya. Dan kepada Emak, terima kasih Nya. Dan kepada Emak, terima kasih Nya. Dan kepada Emak, terima kasih

telah sabar dan mendukung saya dan menjadi ibu terhebat.telah sabar dan mendukung saya dan menjadi ibu terhebat.telah sabar dan mendukung saya dan menjadi ibu terhebat.telah sabar dan mendukung saya dan menjadi ibu terhebat.

Page 7: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

ABSTRAK

(A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (B) Desember 2011 (C) Luqman Syah (D) xv + 92 halaman + lampiran (E) Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial Terhadap Motivasi Belajar

Remaja Panti Sosial (F) Kemiskinan yang melatar belakangi sebagian anak yang ada di panti sosial,

menjadikan si anak ingin mendapatkan perbaikan dalam hidup, keinginan untuk mendapatkan hidup yang layak nantinya dengan memperoleh ilmu dan pendidikan formal yang menjadikan mereka mempunyai kemampuan akademis yang tinggi guna menjadi modal untuk memperoleh pekerjaan dan kehidupan yang layak. Cita-cita dan keinginan untuk menjadi orang yang berhasil dan sukses, memotivasi anak untuk memperbaiki kehidupannya yang sekarang dengan mengikuti program pendidikan dan pelatihan yang diadakan di panti agar dapat memperoleh apa yang mereka cita-citakan.

Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, salah satunya yaitu konsep diri dan dukungan sosial yang berasal dari orang tua, teman sebaya dan orang-orang sekitar. Konsep diri berkaitan dengan evaluasi dan penilaian terhadap diri. Sedangkan dukungan sosial adalah dukungan dari orang lain yang dicintai dan perduli, dihargai dan bernilai dan bagian dari jaringan komunikasi yang saling mengisi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh konsep diri dan dukungan sosial terhadap motivasi belajar.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan analisis regresi berganda dimana peneliti ingin melihat sumbangsih dari tiap-tiap independent variable dengan jumlah sampel 90 remaja. Instrumen penelitian berupa skala dari konsep diri yang dibagi menjadi empat berdasarkan dimensi yaitu subjective self, body image, ideal self dan social self kemudian skala dari dukungan sosial yang dibagi menjadi lima berdasarkan jenis dukungan yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informatif dan dukungan jaringan.

Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan analisis regresi, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah: Untuk uji hipotesis nihil mayor (H0) ditolak, karena “Ada Pengaruh yang Signifikan Antara Konsep Diri dan Dukungan Sosial Terhadap Motivasi Belajar Remaja Panti Sosial”. Selanjutnya untuk proporsi varians yang dapat dijelaskan oleh Independent Variable (IV) dari konsep diri (subjective self, body image, ideal

Page 8: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

self, social self) dan dukungan sosial (dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informatif, dukungan jaringan) sejumlah 46,4 % sedangkan sisanya sejumlah 53,6 % dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.

Berdasarkan proporsi varians independent variable (IV) terhadap dependent variable (DV) yang dihasilkan melalui analisis statistik maka variabel subjective self dari konsep diri dan variabel dukungan penghargaan dan dukungan informatif dari dukungan sosial yang berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar. Maka untuk uji hipotesis minor ada 3 hipotesis minor yang ditolak, yaitu, H01 (Tidak Ada Pengaruh yang Signifikan antara Subjective Self Terhadap Motivasi Belajar Remaja Panti Sosial) dengan nilai signifikansi (0.000) dan memberikan sumbangan sebesar 34,7 % terhadap motivasi belajar, H06 (Tidak Ada Pengaruh yang Signifikan Antara Dukungan Penghargaan Terhadap Motivasi Belajar Remaja Panti Sosial) dengan nilai signifikansi (0.016) dan memberikan sumbangsih terhadap motivasi belajar sebesar 4,3 % dan H08 (Tidak Ada Pengaruh yang Signifikan Antara Dukungan Informatif Terhadap Motivasi Belajar Remaja Panti Sosial) dengan nilai signifikansi (0.016) dan sumbangannya terhadap motivasi belajar sejumlah 4 %. Karena ketiga variabel tersebut, terbukti signifikan berdasarkan hasil analisis statistik.

Berdasarkan penelitian di atas, maka disarankan untuk penelitian selanjutnya untuk menggunakan variabel lain seperti konsep diri akademik, self efficacy,dan self confidence. Serta menggunakan skala baku yang memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi dan menggunakan sampel pada panti sosial lain selain panti sosial Marsudi Putra Handayani, misalnya panti sosial di daerah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat yang memiliki kriteria yang sama.

(G) Daftar Bacaan: 36, 13 buku; 1 Ebook; 22 Jurnal.

Page 9: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillahirabbil’alamiin puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat

kekuasaan-Nya, rahmat, karunia, anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat serta salam terlimpah kepada Nabi besar Muhammad SAW

beserta sahabat dan keluarga, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Allahumma

shalli ‘ala saiyidinaa Muhammad wa’ala alisaiyidina Muhammad.

Skripsi ini, bukanlah hasil karya penulis seorang diri, karena banyak pihak

yang berpartisipasi dalam penyelesaiannya. Oleh karena itu, izinkan penulis untuk

mengucapkan sekedar rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah menjadi dekan inspiratif. Beribu

pengalaman Bapak membuat kami menjadi lebih termotivasi lagi.

2. Jajaran Dekanat, Pudek I Ibu Fadhilah Suralaga, M.Si., Pudek II Bapak

Bambang Suryadi, Ph.D., Pudek III Ibu Nihayah, M.Si., yang telah

memberikan banyak ilmu serta pengalaman, baik sebagai pembimbing

maupun dosen.

3. Ibu Netty Hartati, M.Si. dan Ibu Solicha, M.Si. yang telah membimbing,

mengarahkan, dan memberi saran serta dukungan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Penulis mendapat banyak masukan dan

wawasan yang berharga.

4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan kesabaran dan

keikhlasan. Semoga ilmu yang telah diberikan berkah dan menjadi amal

jariyah, amin.

5. Kedua orang tua penulis, H. Emus Alamsyach (alm) dan Hj. Djani Amdja,

terima kasih telah merawat dan mendidik penulis. Ini adalah sebagian kecil

kebanggaan yang dapat penulis berikan. Serta kepada semua saudara, Po’

Page 10: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Suroh, Bang Zen Hae, Po’ Iyam, Bang Jirin, Bang Oten, Opik, Memi dan

Kacong.

6. Keluarga kecil dan sahabat penulis, Iswahyudi “Cat” dan Nabilah Yasmin,

Dwi Atmoko (bibiw), Mr. Adiyo. R (Jambrong), Fajar “Gendut”, Supadi,

Samsul, Fahmi “Sky” Cebsa, Rajib dan Acut, Eda “Edot” dan Pupis, Ucup

dan Lili, Denil dan Afada, Tokecang yang selalu sabar, Ibnul, Nobel,

Surya dan Bang Dodo, Khafidoh dan Indra “Abeng”, adik Vidya dan

Aini, Eneng, Tika “Tucha” dan ibu, Fahmi Yazid, Andrew, dan Nelan

yang rela jadi gitaris. Terima kasih atas segala pengalaman hidup yang

sangat bernilai.

7. Seluruh pemain tim basket fakultas Psikologi UIN, Niken yang bersedia

membantu penulis, Keke, Mamet, Hendra, Gori, Azis, Kholid, Sukma,

Haikel, Leo, Fadel, Lingga, Rido, dan Bang Jul. Terima kasih atas

perjuangan dan kemenangan yang kita raih.

8. Sahabat kecil penulis, Dian “Ciput” Safitri, Si kembar Anggra dan Citra,

Kiwil, Nabila, Dwi “Pelo”, Tamil, Aji Pitoyo, yang telah membagi waktu

dan pengalaman, serta Siti “Aci” Sulastri yang telah mengajarkan

mendewasakan diri dari konflik yang ada.

9. Seluruh teman-teman angkatan 2006 khususnya kelas C, 2007, 2008,

2009, 2010, dan 2011 yang telah berinteraksi dengan penulis dan

memberikan inspirasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Kepada Ibu Sri Musfiah dari pihak Panti Sosial Marsudi Putra Handayani,

terima kasih atas segala bantuan dan bimbingan selama KKL dan

penelitian skripsi penulis dan adik-adik di panti yang tetap semangat

meskipun dalam keterbatasan, semoga dapat meraih kesuksesan kelak,

amin.

11. Keluarga besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat

Fakultas Psikologi atas segala pengalaman organisasi yang telah diberikan.

12. Semua pihak yang telah berinteraksi kepada penulis dan memberikan

semangat serta inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 11: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Akhir kata, semoga skripsi ini memberikan manfaat khususnya bagi

penulis dan pembaca serta para pencari pengetahuan yang tidak pernah lelah

belajar.

Jakarta, Desember 2011

Penulis

Page 12: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN OLEH PANITIA UJIAN ................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................... iii

MOTTO .............................................................................................................. iv

ABSTRAK .......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii

LEMBAR PERNYATAAN BUKAN PLAGIAT .......................................... ix

DAFTAR ISI .......................................................................................................xii

DAFTAR TABEL ..............................................................................................xv

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................1

1.1. Latar Belakang .......................................................................1 1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah .....................................8 1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................10 1.4. Manfaat Penelitian .................................................................10 1.5. Sistematika Penulisan ............................................................11

BAB II KAJIAN TEORI ...........................................................................14

2.1. Motivasi belajar.........................................................................14 2.1.1. Definisi motivasi belajar ...............................................14 2.1.2. Komponen pembentuk motivasi belajar .......................16 2.1.3. Faktor-fakor yang mempengaruhi motivasi belajar ......21 2.1.4. Fungsi motivasi…………………………………..........26 2.1.5. Jenis-jenis motivasi……………………………………27 2.1.6. Pengukuran motivasi belajar…………………………..37 2.2. Konsep diri ................................................................................38 2.2.1. Definisi konsep diri .......................................................38 2.2.2. Jenis-jenis konsep diri ...................................................40 2.2.3. Dimensi konsep diri ......................................................41 2.2.4. Faktor-faktor pembentuk konsep diri…………………46 2.2.5. Fungsi konsep diri…………………………………….47 2.2.6. Pengukuran konsep diri……………………………….48 2.3. Dukungan sosial .......................................................................49

Page 13: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

2.3.1. Definisi dukungan sosial ...............................................49 2.3.2. Jenis-jenis dukungan sosial ..........................................50 2.3.3. Komponen dukungan sosial .........................................51 2.3.4. Sumber-sumber dukungan sosial……………………...53 2.3.5. Faktor yang mempengaruhi dukungan sosial……….....55 2.3.6. Pengukuran dukungan sosial………………………….56 2.4. Kerangka Berpikir.....................................................................56 2.5. Hipotesis Penelitian ..................................................................59

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................61

3.1. Pendekatan dan Jenis Peneitian ................................................61 3.1.1. Pendekatan Penelitian .................................................61 3.1.2. Jenis Penelitian ...........................................................61

3.2. Populasi dan Sampel ................................................................61 3.2.1. Populasi ......................................................................61 3.2.2. Sampel .......................................................................61 3.2.3. Teknik pengambilan sampel ......................................63 3.3. Variabel Penelitian ...................................................................63 3.3.1. Definisi konseptual .....................................................64 3.3.2. Definisi operasional ....................................................65 3.4. Pengumpulan Data ...................................................................65 3.4.1. Metode Pengumpulan Data………………………….65 3.4.2. Instrumen Penelitian…………………………………66 3.5. Teknik Uji Instrumen................................................................70 3.5.1. Uji validitas ................................................................70 3.5.2. Uji reliabilitas .............................................................70 3.6. Prosedur Penelitian ...................................................................70 3.7. Teknik Analisis Data………………………………………….72

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ..............................................73

4.1. Analisis Deskriptif .................................................................73 4.1.1 Deskriptif Subjek Penelitian…………………………...73 4.1.2 Deskriptif Variabel Penelitian…………………………73 4.2. Kategorisasi Variabel Penelitian ............................................74 4.3 Hasil Uji Hipoteisis Penelitian ................................................77 4.3.1 Analisis Koefisien Regresi .............................................77 4.3.2 Hasil Uji Hipotesis Minor ..............................................80

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ...................................84

5.1. Kesimpulan ............................................................................84 5.2. Diskusi ...................................................................................85 5.3. Saran ..................................................................................... . 89

5.3.1. Saran teoritis ............................................................. .89 5.3.2. Saran praktis ............................................................. . 89

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... . 90

LAMPIRAN ........................................................................................................

Page 14: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Skoring Skala .......................................................................66

Tabel 3.2 Hasil Try Out Skala Konsep Diri ........................................................67

Tabel 3.3 Hasil Try Out Skala Dukungan Sosial .................................................68

Tabel 3.4 Hasil Try Out Skala Motivasi Belajar ..................................................69

Tabel 4.1 Deskriptif Statistik Variabel Penelitian ...............................................74

Tabel 4.2 Kategorisasi Motivasi Belajar ..............................................................75

Tabel 4.3 Kategorisasi Dukungan Sosial ............................................................76

Tabel 4.4 R Square Change ..................................................................................77

Tabel 4.5 Tabel ANOVA Motivasi Belajar .........................................................78

Tabel 4.6 Koefisien Regresi ................................................................................79

Tabel 4.7 Proporsi Varians ...................................................................................80

Page 15: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Keterangan Penelitian .................................................................................

Hasil uji validitas dan reliabilitas alat ukur ..........................................................

Hasil uji hipotesis mayor ......................................................................................

Hasil koefisien regresi ..........................................................................................

Hasil uji proporsi varians .....................................................................................

Page 16: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

BAB I

PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini membahas mengenai latar belakang penelitian, perumusan

dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika

penulisan.

1.1 Latar Belakang Masalah

Panti sosial sebagai pusat pelayanan dan rehabilitasi anak nakal dan

berhadapan dengan hukum keberadaannya diharapkan dapat menjadi sarana

tempat tinggal remaja dalam proses perkembangannya dan dapat memberikan

ilmu serta pembentukan perubahan tingkah laku dan sikap pada remaja ke arah

yang lebih baik. Karena banyak remaja yang berada di pinggir jalan, bahkan

sampai melakukan tindak kriminal yang dapat membahayakan diri mereka. Masa

muda mereka harusnya digunakan sebagai waktu untuk belajar dan memperoleh

pendidikan yang layak dan dilindungi oleh suatu wadah yang menjamin

pendidikan dan kehidupan keseharian mereka.

Seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 pasal 28 B ayat 2 yaitu setiap anak berhak atas

kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari

kekerasan dan diskriminasi. Begitu juga dengan pasal 34 ayat 1 yaitu fakir miskin

Page 17: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Di sinilah pentingnya keberadaan

panti sosial yang menangani keberadaan anak-anak tersebut.

Kemiskinan yang melatar belakangi sebagian anak yang ada di panti

sosial, menjadikan si anak ingin mendapatkan perbaikan dalam hidup, keinginan

untuk mendapatkan hidup yang layak nantinya dengan memperoleh ilmu dan

pendidikan formal yang menjadikan mereka mempunyai kemampuan akademis

yang tinggi guna menjadi modal untuk memperoleh pekerjaan dan kehidupan

yang layak. Cita-cita dan keinginan untuk menjadi orang yang berhasil dan

sukses, memotivasi anak untuk memperbaiki kehidupannya yang sekarang dengan

mengikuti program pendidikan dan pelatihan yang diadakan di panti agar dapat

memperoleh apa yang mereka cita-citakan.

Kemudian, dalam hal ini peneliti beranggapan lingkungan pembentuk

motivasi yang bertindak sebagai pendorong dalam kegiatan belajar untuk meraih

prestasi di bidang akademik berbeda dengan remaja-remaja pada umumnya yang

berada pada lingkungaan rumah dengan keluarga yang masih mampu secara

ekonomi dalam membiayai sekolah. Dalam hal ini juga sumber dukungan yang

didapatkan si anak berbeda karena keberadaan keluarga mereka di panti sosial

telah digantikan oleh orangtua asuh yang bertindak sebagai orang yang mengasuh

mereka di panti sosial. Serta lingkungan yang berbeda dari remaja pada umumnya

yang menjadi perbedaan dalam pembentukan sikap dan perilaku tentang

pandangan si anak terhadap dirinya tersebut. Sehingga inilah yang membuat

peniliti tertarik untuk meneliti tentang motivasi remaja yang berada dalam

lingkungan panti sosial.

Page 18: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi

keberhasilan dalam belajar. Lingkungan sekitar juga menjadi pengaruh dalam

terbentuk nya motivasi belajar. Mulai dari keluarga terdekat, teman sebaya (peer

group), hingga lingkungan tempat remaja tersebut tinggal. Penguatan

(reinforcement) perilaku yang termotivasi akan menjaga dan mempertahankan

perilaku tersebut. Keterbatasan akan adanya dukungan dari orang-orang sekitar

juga menjadi kekurangan yang dimiliki oleh remaja di panti sosial. Ryan dan

Deci (2000) menjelaskan ruangan kelas dan lingkungan tempat tinggal dapat

menumbuhkan motivasi yang ada dalam diri pelajar dengan dukungan untuk

kemandirian dan kompetensi.

Selain itu motivasi belajar menjadi suatu bagian penting dalam diri remaja.

Karena motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan

perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi,

terarah dan bertahan lama. Mc. Donald (dalam Djamarah, 2002) mengatakan

motivaiton is energy change within the person charachterized by affective arousal

and anticipatory goal reaction. Motivasi dapat didefinisikan dengan segala

sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong

seseorang memenuhi kebutuhan. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam

diri pribadi seseorang yang di tandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan

reaksi untuk mencapai tujuan dan keinginan untuk sukses dalam akademis.

Reynolds dan Miller (tanpa tahun) menjelaskan kebanyakan teori motivasi

mencoba untuk memprediksi empat hasil penelitian yang umum. Pertama, teori

motivasi tertuju pada mengapa individu memilih satu kegiatan dari sekian banyak

Page 19: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

kegiatan yang ada, apakah itu keputusan dari hari ke hari mengenai pilihan

kegiatan dalam tugas atau relaksasi atau yang lebih penting dan pilihan yang lebih

serius mengenai karir, menikah, dan memiliki keluarga. Di bidang akademik, isu

utama mengenai pilihan kegiatan memberikan perhatian tentang kenapa beberapa

anak memilih untuk melakukan tugas sekolah mereka dan lainnya memilih untuk

menonton televisi, berbicara di telepon, memainkan komputer, bermain dengan

teman-temannya, atau banyak kegiatan lainnya yang bisa pelajar pilih untuk

dilakukan dari pada mengerjakan tugas sekolah mereka.

Hasil penelitian kedua dari tingkah laku yang termotivasi adalah bahwa

penelitian tentang motivasi telah menguji tingkatan kegiatan pelajar atau

keterlibatan pelajar dalam mengerjakan tugas. Telah diasumsikan bahwa pelajar

termotivasi ketika mereka mengerahkan segala daya dan upaya dalam

mengerjakan tugas mereka, dari waktu tidur sampai keadaan dimana anak lebih

aktif terlibat dalam pelajaran. Indikator tingkah laku dalam keterlibatan ini juga

meliputi pencatatan hasil belajar yang di anggap penting, menanyakan pertanyaan

yang baik di kelas, merasa mampu dan berani untuk mengambil resiko di kelas

dengan mengerluarkan ide dan pendapat mereka, berkumpul setelah kelas selesai

untuk diskusi menjelaskan lebih rinci tentang ide yang telah diberikan di kelas,

mendiskusikan ide dari pelajaran dengan teman-teman kelas di luar jam pelajaran,

menghabiskan waktu untuk belajar dan menyiapkan bahan untuk belajar atau

ujian, menghabiskan waktu lebih banyak dalam pelajaran dari pada kegiatan

lainnnya, dan mencari kegiatan belajar tambahan atau informasi baru dari

perpustakaan atau sumber pelajaran lainnya yang akan dijelaskan di kelas.

Page 20: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Hasil yang ketiga dari tingkah laku yang termotivasi telah diuji dalam teori

motivasi adalah keketekunan atau kegigihan. Jika individu menekuni tugas yang

diberikan meskipun tugas yang dihadapi sulit, membosankan, atau melelahkan,

dapat disimpulkan bahwa mereka termotivasi untuk mengerjakan tugas tersebut.

Ketekunan sangat mudah diamati pada umumnya karena guru mempunyai

kesempatan atau peluang untuk mengamati pelajar yang sedang mengerjakan

tugas selama jam pelajaran. Guru dapat memberikan komentar pada pelajar yang

tekun dan bekerja keras dalam mengerjakan tugas.

Hasil ke-empat dari teori motivasi telah menguji mengenai prestasi atau

kinerja dalam ruang kelas, keterlibatan dalam hal ini memprediksi tingkat

pemahaman pembelajaran, nilai dalam ujian kelas, atau kinerja mereka pada tes

prestasi yang terstandarisasi. Ini adalah merupakan hasil yang penting dalam

kegiatan belajar di sekolah.

Ryan dan Deci (2000) mencoba menjelaskan pembagian jenis motivasi

menjadi tiga bagian, yaitu; Amotivation, keadaan dimana seorang anak sama

sekali tidak memiliki motivasi untuk melakukan kegiatan yang sedang dilakukan

oleh teman-temannya. Intrinsic motivation, adalah which refers to doing

something because it inherently interesting or enjoyable, yaitu melakukan sesuatu

karena ketertarikan dan menyenangkan. Kemudian yang terakhir, extrinsic

motivation yaitu sebagai kebalikan dari motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang

timbul karena adanya rangsangan dari luar. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik

bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya di luar dari faktor-faktor situasi

belajar.

Page 21: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Manning (2007) menjelaskan konsep diri (self-concept) sebagai persepsi

pelajar terhadap evaluasi kompetensi atau kemampuan yang terwujud dalam

persepsi diri (self-perception) yang ada pada dirinya. Manning (2007) juga

menjelaskan bahwa transisi pelajar dari sekolah menengah ke sekolah tingkat atas,

konsep diri (self-concept) mereka secara bertahap tumbuh. Sanchez dan Roda

(tanpa tahun) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

konsep diri dalam pencapaian akademik dengan pengukuran yang dilakukan

terhadap kinerja akademik anak.

Bong dan Clark (1999) menjelaskan bahwa ada hubungan antara konsep

diri dan motivasi akademik yang ada pada anak. Ketika si anak memiliki

pandangan yang positif terhadap kemampuan yang ada pada dirinya akan

memperoleh kesuksesan dan dapat melewati rintangan-rintangan yang mereka

hadapi. Pada lain hal jika si anak dengan konsep diri yang negatif maka si anak

akan merasa gagal untuk memperoleh atau memenuhi potensi yang ada dalam

dirinya.

Secara umum dukungan sosial menurut Sarafino (2002) didefinisikan

sebagai bermacam-macam bantuan material dan emosional yang diterima individu

dari orang lain dan perhatian, perasaan nyaman dan bantuan yang di dapat dari

orang lain atau kelompok sehingga menimbulkan perasaan bahwa kita memiliki

arti bagi orang lain atau menjadi bagian dari jaringan sosialnya. Kemudian jenis

dukungan sosial menurut Sarafino (2002) yaitu, dukungan emosional, dukungan

penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informatif, dukungan jaringan.

Page 22: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Dalam hal ini layaknya seperti eksternal motivator atau orang sekitar remaja yang

membangkitkan motivasinya.

Wentzel (1998) dalam penelitiannya tentang hubungan sosial melalui

sumber-sumber dukungan sosial terhadap motivasi anak menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan dari penerimaan siswa terhadap dukungan

sosial dan kepedulian yang diberikan dari orang tua, guru-guru, dan teman sebaya

terhadap aspek-aspek positif pada motivasi. Kerekatan keluarga sangat

berhubungan positif pada siswa terhadap penerimaan kompetensi, rasa saling

berhubungan antar teman sebaya, dan usaha akademis serta ketertarikan dalam

sekolah.

Wentzel (1998) juga mengatakan bahwa, ada hubungan yang saling

mendukung dari orangtua, guru, dan teman sebaya yang sangat berhubungan

dengan beberapa aspek motivasi di sekolah. Diantaranya, penerimaan dukungan

dari orangtua adalah salah satu bentuk dukungan yang berhubungan dengan tujuan

orientasi akademik. Hubungan yang signifikan juga terlihat pada penerimaan

dukungan dari teman sebaya dalam menampilkan bentuk prososial dalam

bertingkah laku yang mengingatkan kita pada peran positif dari remaja dalam

berperan ketika bermain dengan teman sekelas dan penyesuaian sosial di sekolah.

Meece (dalam Pintrich & Schunk, 2002) menjelaskan orang tua yang

mengembangkan suasana hangat, responsif dan mendukung lingkungan tempat

tinggal, mendorong daya jelajah, merangsang rasa ingin tahu, dan

mengembangkan materi belajar dan bermain mempercepat perkembangan

intelektual anak tersebut.

Page 23: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Berdasarkan fenomena serta beberapa penelitian yang telah dilakukan,

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan tentang konsep diri

(self-concept) dan dukungan sosial yang berkaitan dengan motivasi belajar. Oleh

karena itu peneliti mengajukan penelitian dengan judul “Pengaruh Konsep Diri

dan Dukungan Sosial Terhadap Motivasi Belajar Remaja Panti Sosial”

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

Suatu penulisan ilmiah sangat diperlukan adanya pembatasan dan

perumusan masalah. Hal ini dimaksudkan agar penulisan ini tidak menyimpang

dari sasarannya.

1. Pembatasan Masalah

a. Peneliti membatasi konsep diri dengan membagi berdasarkan dimensi

konsep diri yang dijelaskan oleh Atwater (1983) yaitu, subjective self, body

image, ideal self, dan social self.

b. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep dukungan sosial dengan

membagi dukungan so sial menjadi lima bagian berdasarkan jenis-jenis

dukungan sosial yang dijelaskan Sarafino (2002), yaitu; dukungan emosional,

dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informatif, dan

dukungan jaringan.

Page 24: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

c. Dalam penelitian ini peneliti membagi motivasi belajar dalam dua bagian

yang di jelaskan oleh Ryan dan Deci (2000) yaitu; intrinsic motivation dan

extrinsic motivation.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal di atas, maka perumusan masalah mayor dalam penelitian ini

adalah;

- Apakah ada pengaruh yang signifikan konsep diri dan dukungan sosial

terhadap motivasi belajar remaja panti sosial?

Berdasarkan hal-hal di atas, maka perumusan masalah minor dalam penelitian ini

adalah;

- Apakah ada pengaruh yang signifikan subejctive self terhadap motivasi

belajar remaja panti sosial?

- Apakah ada pengaruh yang signifikan body image terhadap motivasi

belajar remaja panti sosial?

- Apakah ada pengaruh yang signifikan ideal self terhadap motivasi belajar

remaja panti sosial?

- Apakah ada pengaruh yang signifikan social self terhadap motivasi belajar

remaja panti sosial?

- Apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan emosional terhadap

motivasi belajar remaja panti sosial?

Page 25: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

- Apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan penghargaan terhadap

motivasi belajar remaja panti sosial?

- Apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan instrumental terhadap

motivasi belajar remaja panti sosial?

- Apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan informatif terhadap

motivasi belajar remaja panti sosial?

- Apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan jaringan terhadap

motivasi belajar remaja panti sosial?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh konsep diri dan

dukungan sosial terhadap motivasi belajar.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis

maupun praktis yaitu sebagai berikut:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan

teori-teori psikologi, khususnya yang berhubungan dengan psikologi

pendidikan.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

yaitu:

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan dalam

mengembangkan motivasi belajar.

Page 26: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur atau bacaan yang bisa

membantu guru untuk menambah pengetahuan tentang konsep diri dan

dukungan sosial.

c. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan acuan guru untuk

menciptakan strategi dan pengembangan dalam mendidik anak serta

meningkatkan motivasi belajar anak.

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan hasil penelitian ini mengacu pada pedoman penulisan skripsi

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan

sistematika sebagai berikut:

BAB 1 Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang dilakukannya penelitian

mengenai pengaruh konsep diri (self-concept) dan dukungan sosial terhadap

motivasi belajar pada remaja panti sosial, identifikasi masalah, pembatasan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistemetika penulisan

BAB 2 Kajian Teori, menguraikan sejumlah teori yang digunakan dalam

penelitian diantaranya penjabaran dan definisi tentang motivasi belajar, komponen

pembentuk, faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuk nya motivasi belajar,

jenis-jenis motivasi belajar, dan tentang konsep diri, definisi konsep-diri, jenis-

jenis konsep-diri, komponen pembentuk konsep diri, serta dukungan sosial,

Page 27: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

definisi dukungan sosial, jenis-jenis dukungan sosial, komponen dukungan sosial,

dan fungsi-fungsi dukungan sosial, kerangka berfikir dan hipotesis.

BAB 3 Metode Penelitian, bab ini berisi penguraian mengenai variabel penelitian,

populasi dan sampel penelitian, teknik pengambilan sampel, desain penelitian,

instrumen penelitian, teknik pengambilan data dan metode analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini.

BAB 4 Presentasi dan Analisa Data, menguraikan mengenai pengolahan semua

data yang terkumpul dari penelitian ini. Data yang terkumpul meliputi gambaran

umum subjek penelitian, hubungan konsep diri dan dukungan sosial analisis

multipel regresi tiap aspek konsep diri dan dukungan sosial terhadap motivasi

belajar remaja pada panti sosial.

BAB 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran, pada bagian kesimpulan berisi jawaban

terhadap permasalahan penelitian. Kesimpulan dibuat berdasarkan analisis dan

interpretasi data yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya. Pada bagian diskusi,

akan dibahas hasil penelitian. Selain itu, juga akan diberikan pembahasan

mengapa suatu hipotesis penelitian ditolak atau diterima, serta keterbatasan-

keterbatasan penelitian. Bagian saran berisi saran-saran teoritis untuk keperluan

Page 28: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

penelitian selanjutnya serta saran-saran praktis sesuai dengan permasalahan dan

hasil penelitian.

Page 29: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

BAB II

KAJIAN TEORI

Pada bab dua ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan

penelitian. Teori motivasi belajar, teori konsep diri, dan teori dukungan sosial,

serta kerangka berfikir dan hipotesis penelitian.

2.1 Motivasi Belajar

2.1.1 Definisi motivasi belajar

Uno (2008) menjelaskan motivasi belajar sebagai dorongan internal dan

eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan

tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang

mendukung. Hal ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang

dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1.

adanya hasrat dan keinginan berhasil; 2. adanya kebutuhan dan dorongan dalam

belajar; 3. adanya harapan dan cita-cita masa depan; 4. adanya penghargaan dalam

belajar; 5. adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; 6. adanya lingkungan

belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar

dengan baik.

Page 30: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Menurut Lumsden (1994) motivasi pada diri pelajar yang secara alami

aktif dengan hasrat pada diri pelajar untuk berpartisipasi dalam proses belajar.

Tetapi juga mencakup alasan-alasan dan tujuan-tujuan yang menggaris bawahi

keterlibatan mereka dalam aktifitas akademik.

Uno (2008) menjelaskan motivasi sebagai dorongan dasar yang

menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri

seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan

dorongan dalam dirinya. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari

luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah

ditetapkan sebelumnya. Atau dengan kata lain, motivasi dapat diartikan sebagai

dorongan mental terhadap perorangan atau orang-orang sebagai anggota

masyarakat.

Uno (2008) menjelaskan motivasi dan belajar merupakan dua hal yang

saling mempengaruhi. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang relatif

permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan

(reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan

berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor

ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan

kegiatan belajar yang menarik.

Pintrich dan Schunk (2002) mendefinisikan motivasi sebagai kekuatan

yang mendorong, menopang, dan mengarahkan perilaku ke arah tujuan akhir

Page 31: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

(goal). Motivation can be defined as the intensity and direction of effort,

McCullagh (2005). Intensity refers to the quantity of effort, while direction refers

to what you are drawn too. Eveidence suggests that enhances motivation

promotes learning, performance, enjoyment, and persistence in sport, among

other benefits, McCullagh & Wilson (2005).

Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa motivasi belajar adalah

motivasi pada diri pelajar yang secara alami aktif dengan hasrat pada diri pelajar

untuk berpartisipasi dalam proses belajar dan kekuatan yang mendorong,

menopang, dan mengarahkan perilaku ke arah tujuan akhir (goal).

2.1.2 Komponen pembentuk motivasi belajar

Frith (2004) menjabarkan beberapa aspek dari komponen pembentuk

motivasi belajar sebagai berikut :

a. Rasa ingin tahu (Curiosity)

Manusia secara alami memiliki rasa ingin tahu. Mereka mencari pengalaman

baru, mereka menikmati pembelaran pada hal-hal baru, penyempurnaan

keahlian dan mengembangkan kompetensi. Rasa ingin tahu adalah motif yang

ada secara intrinsik untuk belajar, dan demikian pembelajaran secara berlanjut

tidak bergantung kepada imbalan (reward) pembelajaran dari guru. Rasa ingin

tahu juga mendorong anak untuk mengeksplorasi terhadap ilmu pengetahuan

Page 32: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

yang menarik, sehingga anak lebih terstimulasi dan termotivasi untuk

memperoleh hal-hal baru dalam belajar.

b. Self-Efficacy

Bandura (dalam Pintrich dan Schunk, 2002) mendefinisikan self-efficacy

sebagai “people’s judgments of their capabilities to organize and excecute

courses of action required to attain designed types of performance”, penilaian

seseorang terhadap kemampuan dirinya dalam mengatur dan menjalankan

bagian dari tindakan yang diperlukan untuk mencapai bentuk dari tipe-tipe

kinerja. Driscoll (dalam Frith, 2004) menggambarkan self-efficacy sebagai

pencapaian prestasi, satu dari empat sumber yang memungkinkan dari self-

efficacy. Yang lainnya digambarkan meliputi pengalaman pribadi, persuasi

verbal, dan bentuk psikologis. Zimmerman (2000) menjelaskan bahwa efek

langsung yang menunjukkan bahwa persepsi terhadap self-efficacy

mempengaruhi metode belajar pada anak didik juga pada proses motivasional

mereka. Hasil tersebut membenarkan bahwa peran self-efficacy pada

kegigihan motivasi dan pencapaian akademik. Pernyataan dari Bandura

(dalam Zimmerman, 2000) bahwa self-efficacy para pelajar berperan pada

kesiapan, pekerja keras, ketekunan, dan mempunyai lebih sedikit reaksi

emosional yang kurang baik ketika mereka menghadapi kesulitan lebih baik

ketimbang orang-orang yang meragukan kemampuan mereka.

Page 33: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

c. Sikap (Attitude)

Para peneliti menyarankan jika seseorang diperintahkan untuk menampilkan

tingkah laku yang berlawanan dari sikap orang tersebut, perubahan sikap akan

terjadi. Sikap merupakan hasil dari perubahan dalam proses belajar yang

terjadi dalam diri si anak, sehingga setelah melalui proses belajar si anak

diharapkan dapat memiliki perubahan sikap ke arah yang lebih baik.

Flemming dan Levie (dalam Frith, 2004) menjelaskan ada tiga pendekatan

pada perubahan sikap, yaitu: “mengembangkan pesan-pesan yang bersifat

meyakinkan, memberikan contoh dan penguatan yang selaras pada tingkah

laku dan antara kognitif, afektif dan komponen tingkah laku pada perubahan

sikap.” Flemming dan Levie juga menyarankan bahwa jika seseorang dibujuk

untuk menampilkan tingkah laku yang berlawanan dengan sikap yang

diinginkan orang itu sendiri, maka perubahan sikap akan muncul.

d. Kebutuhan (Need)

Kebutuhan individu dari pelajar bisa sangat beragam. Yang paling banyak di

ketahui mengenai klasifikasi dari kebutuhan manusia yang paling di percaya

adalah hirarki kebutuhan Maslow, ada lima tingkat kebutuhan pada hirarki

tersebut: (1) Kebutuhan Psikologis (level terendah) (2) Kebutuhan akan

keamanan (level terendah) (3) Cinta kasih dan saling memiliki (kebutuhan

tertinggi) (4) Kebutuhan penghargaan atau self-esteem (kebutuhan tertinggi)

Page 34: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

(5) Aktualisasi diri (kebutuhan tertinggi). Pentingnya aspek ini dalam motivasi

adalah kebutuhan tingkat terendah harus terpenuhi sebelum tingkat kebutuhan

tertinggi menjadi yang paling dominan dalam mempengaruhi tingkah laku.

Pelajar tidak akan siap untuk belajar jika kebutuhan mendasar mereka tidak

terpenuhi. Anak yang pergi ke sekolah dalam keadaan lapar tidak mampu

bergerak untuk belajar. Kebutuhan terendah ini harus terlebih dahulu di

penuhi.

e. Kompetensi (Competence)

Kompetensi adalah motif intrinsik untuk belajar yang sangat berhubungan

dengan self-efficacy. Manusia pada umumnya menerima kepuasan ketika

melakukan selalu dengan baik. Pada siswa yang memiliki rasa self-efficacy

rendah, guru tidak hanya mengembangkan situasi dimana kesuksesan terjadi

tetapi juga memberikan pelajar kesempatan untuk mengerjakan tugas yang

menantang melalui pembuktian pada dirinya bahwa mereka mampu untuk

mencapai nya. Pintrich dan Schunk (2002) juga menjelaskan bahwa dalam diri

seseorang haruslah memiliki need of competence untuk membangkitkan

motivasinya dalam kinerja akademik. Sehingga individu lebih termotivasi

untuk merasa kompeten pada salah satu bidang akademik yang diminatinya.

Page 35: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

f. External Motivator

External motivator berupa dukungan informasi, material, emosional, dan

harus dapat diterima, bernilai dan mendukung bagi pelajar. Mereka harus

merasa bahwa pandangan mereka itu bernilai, dan mereka mempunyai

kesempatan untuk berbagi tentang pemikiran dan perasaan mereka. McCombs

(1996) “Kondisi eksternal yang mendukung kondisi internal tersebut meliputi;

ketentuan pada perhubungan, pilihan, kontrol, tantangan, tanggung jawab,

kompetensi, hubungan personal, kesenangan, dan dukungan dari lainnya

sebagai bentuk dari kepedulian, rasa hormat dan bimbingan dalam

pengembangan kemampuan”.

Model ARCS dari Keller (dalam Frith, 2004) menjelaskan ada empat komponen

yang membentuk motivasi dalam belajar, yaitu;

a. Attention

Perhatian siswa harus ditumbuhkan dan dipertahankan. Kategori tersebut meliputi

hal-hal yang berhubungan dengan rasa ingin tahu dan pencarian sensasi, walaupun

selalu mudah dalam menumbuhkan perhatian pada permulaan pelajaran.

Mempertahankan perhatian tersebut menjadi tantangan. Mengembangkan

beragam bentuk presentasi melalui media, demonstrasi, grup diskusi kecil, debat

yang melibatkan seluruh siswa. Demikian juga, buku cetak dapat menjadi variasi

Page 36: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

dengan merubah tipe dan ukuran huruf atau kesimpulan melalui diagram dan

gambar yang menarik.

b. Relevance

Setelah perhatian pelajar ditumbuhkan, para pelajar mungkin membayangkan

bagaimana materi yang telah diberikan kepada mereka dihubungakn dengan

ketertarikan mereka (interest) dan tujuan (goal) mereka. Jika isi materi dirasakan

membantu dalam menyelesaikan tugas dan memenuhi target atau tujuan yang di

capai, lalu mereka akan terasa lebih termotivasi. Membantu pelajar dalam mencari

hubungan ketika belajar dapat tugas yang mnakutkan bagi beberapa subjek.

Menghubungkan apa yang sedang di pelajari ke sesuatu yang familiar dan relevan

bagi pelajar dapat membantu memotivasi pelajar.

c. Self-Confidence

kepercayaan diri terhadap apa yang mereka miliki dan evaluasi diri tentang

kemampuan pelajar sejauh mana dia mampu dalam menyelesaikan sesuatu.

Pelajar harus mengetahui bahwa mereka akan kemungkinan besar sukses sebelum

menyelesaikan tugas yang diberikan. Mereka harus merasa agak percaya diri.

Kesuksesan tidak menjamin orang tersebut menikmati tantangan tersebut.

Walaupun tantangan tersebut tidak begitu sulit.

Page 37: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

d. Satisfaction.

Jika tingkah laku yang dihasilkan dari pelajar konsisten dengan harapan dan

mereka merasa relatif baik terhadap tingkah laku tersebut, mereka akan tetap

termotivasi. Kepuasan yang didapatkan anak dari proses belajar yang dilakukan,

akan menjaga motivasi yang ada dalam diri si anak tersebut.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

Berikut ini fakor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya motivasi belajar

menurut Spitzer’s (dalam Frith, 2004);

a. Action : Keterlibatan pelajar secara aktif dalam proses pembelajaran baik

secara fisik dan mental.

b. Fun : Kesenangan, membantu untuk memperkuat pelajar dan

mengembangkan kesempatan dalam format yang berbeda dan keterlibatan

pelajar. Permainan komputer adalah sebuah contoh yang baik bagaimana

menyatukan aktifitas belajar yang menyenangkan.

c. Choice : Pilihan, mengembangkan variasi dan kontrol pembelajaran.

Pilihan mungkin dapat dikembangkan melalui pemilihan metode

pembelajaran, isi atau materi intruksi.

d. Social Interaction : Interaksi sosial, adalah kebutuhan tertinggi

berdasarkan hirarki kebutuhan Maslow. Kesempatan atau peluang untuk

berinteraksi sosial dapat dicontohkan melalui diskusi grup kecil, panduan

Page 38: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

teman sebaya, kolaborasi antara pemecahan masalah dan pembuat

keputusan.

e. Error Tolerance : Toleransi kesalahan, biasanya jarang terjadi di latar

pendidikan. Pelajar harus merasa nyaman ketika berbuat kesalahan dan

mempunyai kesempatan belajar dari kesalahan tersebut.

f. Measurement : Penilaian, seperti nilai pada pelajaran olahraga bisa

menjadi faktor yang memotivasi. Dalam penilaian lingkungan

pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam daya yang dapat

meningkatkan meliputi pemusatan pada evaluasi formatif, mengumpulkan

masukan dari pelajar pada apa yang seharusnya di nilai, dan mendorong

penilaian diri.

g. Feedback : Dalam pelajaran, umpan balik ini selalu menjadikan anak

kurang berani. Umpan balik yang membangun harus diterapkan secara

berlanjut, mengarahkan dan memusatkan hal positif kepada bagaimana

kinerja si anak dapat dikembangkan di masa depan.

h. Challenge : Tantangan, dapat memotivasi terutama sekali jika respon

pelajar pada tantangan tersebut melalui setting tujuan (goal setting).

Secara mengejutkan setting tujuan yang dilakukan secara pribadi

cenderung lebih ambisius dari pada yang dilakukan oleh orang lain, dalam

artian, tujuan yang di inginkan berdasarkan keinginan sendiri dari pada

tujuan yang di arahkan oleh orang lain.

Page 39: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

i. Recognition : Pengakuan, harus tampak pada saat pencapaian yang rendah

begitu juga yang tinggi. Ini begitu penting untuk mengarahkan hal-hal

yang positif kepada pelajar.

Sementara itu menurut Lumsden (1994) faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan motivasi belajar pada anak, yaitu:

a. Kompetensi : kompetensi di peroleh melalui pengalaman pada umumnya

tetapi dirangsang lebih banyak secara langsung melalui contoh,

komunikasi terhadap harapan yang di inginkan, dan instruksi langsung

atau sosialisasi dari orang-orang terdekat (terutama orangtua dan guru).

b. Lingkungan : lingkungan tempat tinggal anak adalah titik awal dari sikap-

sikap yang mereka kembangkan yang mengarah ke belajar. Ketika

orangtua mendidik rasa ingin tahu yang terdapat pada diri si anak tentang

dunia melalui penerimaan terhadap pertanyaan-pertanyaan si anak,

memberanikan diri untuk bereksplorasi, dan membiasakan diri mereka

dengan sumber-sumber yang dapat memperluas pengetahuan mereka,

orangtua memberikan anak mereka pesan bahwa belajar itu bermanfaat

dan menyenangkan.

c. Konsep-diri : ketika anak dibesarkan di lingkungan rumah mereka

menumbuhkan rasa terhadap harga-diri, kompetensi, dan kemandirian,

dan self-efficacy, mereka akan merasa lebih mampu untuk menerima

resiko yang sering terjadi ketika belajar. Sebaliknya, ketika anak tidak

memandang dirinya sebagai seorang yang mampu dan kompeten, maka

Page 40: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

kebebasan mereka untuk terlibat di dalam kegiatan akademik dalam

mencari tantangan dan kemampuan untuk mentoleransi dan berhadapan

dengan kegagalan akan sangat berkurang.

d. Relevansi : keterkaitan, ketika anak memulai sekolah, mereka mulai

membentuk kepercayaan tentang sekolah dan hubungan nya dengan

kesuksesan dan kegagalan. Sumber-sumber yang menjadi atribut dalam

kesuksesan mereka seperti (usaha yang dilakukan, kemampuan,

keberentungan, atau tingkatan kesulitan dari tugas-tugas) dan kegagalan

(seringkali kurangnya kemampuan dan kurangnya usaha yang dilakukan)

memiliki dampak yang penting pada bagaimana pendekatan mereka dan

kemampuan mereka menghadapi situasi belajar.

e. Kepercayaan guru : kepercayaan guru terhadap dirinya tentang

kemampuan mengajar dan belajar dan tentang pengaharapan yang mereka

berikan pada pelajar juga akan sangat mempengaruhi. Seperti yang

diungkapkan oleh Deborah (dalam Lumsden, 1994), “untuk tingkatan

yang lebih luas, pelajar berharap ingin belajar jika guru mereka

mengharapkan mereka ingin belajar”

Kemudian, konsep diri yang dapat mempengaruhi motivasi belajar di

simpulkan berdasarkan dari faktor-faktor yang dijabarkan oleh Lumsden. Sanchez

dan Roda (tanpa tahun) juga menjelaskan bahwa pengalaman anak dalam bidang

akademik terhadap kesuksesan dan kegagalan mempengaruhi konsep diri anak,

kita dapat menyimpulkan bahwa konsep diri dapat meningkatkan kinerja anak

Page 41: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

dalam pencapaian akademik dengan mengoptimalkan konsep diri terutama pada

tingkatan persepsi anak terhadap kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan

dukungan sosial yang dimaksud adalah dukungan berdasarkan komponen dari

motivasi belajar tersebut yaitu dari external motivator, dukungan dari eksternal

atau dari luar adalah dukungan yang bersumber dari orang tua, guru-guru, dan

teman sebaya. Wentzel (1998) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa hubungan

yang saling mendukung antara orangtua, guru-guru, dan teman sebaya sangat

berhubungan erat dengan aspek-aspek motivasi. Wentzel (1998) menjelaskan

dalam penelitiannya terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan

dukungan sosial dari orang tua dengan orientasi akademik anak. Berikutnya

Wentzel (1998) menjelaskan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

dukungan yang diberikan dari guru dan teman-teman sebaya terhadap pencapaian

akademik anak.

2.1.4 Fungsi motivasi dalam belajar

Sardiman (2008) menjelaskan beberapa fungsi motivasi dalam belajar, ada

tiga menurut Sardiman, yaitu;

1. Sebagai pendorong, mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai

penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini

merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

Page 42: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang

harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus,

tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan

waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak sesuai

dengan tujuan.

Di samping itu, ada juga fungsi-fungsi lain menurut Sardiman (2008).

Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.

Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang

baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan

adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang

yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi

seseorang akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang

siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

Page 43: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

2.1.5 Jenis-jenis motivasi

Ryan dan Deci (2000) dalam teori self-determination membagi tipe motivasi

berdasarkan orientasi tujuan nya (goal oerientation) yaitu, amotivation, intrinsic

motivation, dan extrinsic motivation, berikut penjelasannya;

1. Amotivation : Ryan dan Deci (2000) menjelaskan bahwa amotivation

yaitu sebagai bentuk kurangnya niat dalam melakukan sesuatu. Ketika tidak

termotivasi, tingkah laku seseorang terlihat kurangnya niat atau hasrat dan

kurangnya rasa alasan personal dalam bertindak. Amotivasi adalah hasil dari tidak

adanya perhatian terhadap aktifitas, tidak merasa kompeten untuk melakukan

sesuatu, atau tidak percaya bahwa sesuatu yang diinginkan akan ada hasilnya.

Barkoukis, et al (2008) menjelaskan bahwa amotivation adalah tidak adanya

kemungkinan dari sesuatu yang akan terjadi antara suatu tindakan yang dilakukan

dan hasil akhirnya. Individu yang amotivated tidak terlihat seperti memiliki

maksud dan tujuan dan mereka tidak terlihat seperti memiliki pendekatan pada

hasil akhirnya secara sistematis. Keterlibatan mereka dalam suatu aktifitas adalah

bukan sebuah hasil yang mereka in0ginkan. Barkoukis, et al (2008) menjelaskan

bahwa amotivation disebabkan oleh empat, yaitu: (a) keyakinan mereka tentang

kurangnya kemampuan untuk melakukan aktifitas, (b) keyakinan mereka bahwa

strategi yang diadopsi tidak akan menghasilkan hasil yang diinginkan, (c)

keyakinan mereka terhadap aktifitas tersebut terlalu membebani individu tersebut,

Page 44: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

dan (d) keyakinan bahwa meskipun usaha yang dilakukan sangat tinggi itu tidak

sebanding dengan kesuksesan yang diraih pada kinerja dalam penyelesaian tugas.

2. Intrinsic motivation : Ryan dan Deci (2000), which refers to doing

something because it inherently interesting or enjoyable, yaitu melakukan sesuatu

karena ketertarikan dan menyenangkan. McCullagh (dalam Wilson, 2005) dapat

didefinisikan sebagai kebutuhan individu untuk merasa kompeten dan bangga

dalam melakukan sesuatu

Ryan dan Stiller (dalam Ryan & Deci, 2000) Motivasi intrinsik muncul

sebagai fenomena penting pada pendidik, sumber alami dari belajar dan

berprestasi yang dapat secara sistematis sebagai penggerak atau dapat berkurang

melalui orang tua dan latihan dari guru. Motivasi intrinsik dihasilkan melalui

pembelajaran yang berkualitas dan kreatif.

Vansteenkiste, et al (2006) menjelaskan bahwa tingkah laku yang

termotivasi secara intrinsik didefinisikan sebagai tingkah laku yang tidak

diaktifkan melalui dorongan-dorongan psikologis mereka atau dari bentuk

dorongan lainnya dan hadiah (reward) adalah sebuah kepuasan yang tergabung

dalam aktifitas atau kegiatan itu sendiri. Motivasi intrinsik inilah yang mewakili

keterlibatan dalam aktifitas yang dilakukan untuk kesenangan semata.

Page 45: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Pintrich dan Schunk (2002), refers to motivation to engage in an activity

for its own sake. People who are instrinsically motivated work on tasks because

they find them enjoyable. Task participation is its own reward and does not

depend on explicit rewards or other external constraint. Merujuk kepada motivasi

untuk mendorong melakukan sebuah aktifitas untuk kesenangan sendiri. Orang

yang secara instrinsik termotivasi mengerjakan tugas karena mereka mendapatkan

kesenangan atau menikmatinya. Pembagian tugas adalah sebagai imbalan

(reward) tersendiri dan tidak bergantung kepada imbalan (reward) yang khusus

atau batasan lainnya. Lumsden (1994) mengatakan bahwa pelajar yang

termotivasi secara intrinsik melakukan aktifitas “untuk kepuasaan semata, untuk

kesenangan yang tersedia, pelajaran yang diberikan, atau memunculkan perasaan

untuk berprestasi”.

Djamarah (2002) menjabarkan bahwa yang dimaksud dengan motivasi

intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu

dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk

melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik juga diartikan sebagai motivasi yang

pendorongnya ada kaitannya langsung dengan nilai-nilai yang terkandung di

dalam tujuan pekerjaan itu sendiri. Bila seseorang telah memiliki motivasi

intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang

tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktifitas belajar, motivasi

instrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang tidak

memiliki motivasi instrinsik sulit melakukan aktifitas belajar terus-menerus.

Seseorang yang memiliki minat yang memiliki minat yang tinggi untuk

Page 46: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

mempelajari suatu mata pelajaran, maka ia akan mempelajarinya dalam jangka

waktu tertentu. Seseorang itu dikatakan memiliki motivasi belajar.

Ryan dan Deci (2000) mendefinisikan motivasi instrinsik sebagai

melakukan suatu aktifitas untuk memenuhi kepuasan dasar ketimbang untuk

memisahkan akibat yang akan terjadi dari aktifitas tersebut. Ketika secara

instrinsik termotivasi seseorang bergerak untuk melakukan sesuatu untuk

kesenangan atau melibatkan tantangan melainkan karena dorongan dari luar,

tekanan, hadiah atau penghargaan. Meskipun begitu, dengan kata lain, motivasi

instrinsik timbul bersamaan dengan diri individu, motivasi instrinsik juga timbul

dari hubungan antara individu dan aktifitas yang di lakukannya.

Sedangkan Sardiman (2008) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan

motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak

perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan

untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh, seseorang yang senang membaca, tidak

usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku

untuk dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang

dilakukannysa (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi

intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan

belajar itu sendiri. Intrinsic motivations are inherent in the learning situations and

meet pupil-needs and purposes. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga

dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai

dengan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak

berkait dengan aktivitas belajarnya. Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki

Page 47: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang

berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu.

Condry dan Chambers (dalam Lumsden, 1994) menemukan bahwa ketika

pelajar dihadapi pada tugas yang kompleks dan rumit, mereka dengan orientasi

intrinsik lebih menggunakan informasi yang logis (mengumpulkan informasi dan

strategi untuk membuat keputusan daripada yang dilakukan oleh pelajar yang

terorientasi secara ekstrinsik).

Lepper (dalam Lumsden, 1994) menyatakan bahwa pelajar yang

mempunyai orientasi intrinsik selalu mempunyai kecenderungan untuk memilih

tugas yang agak sedikit menantang, sedangkan pelajar yang terorientasi secara

ekstrinsik bergerak ke arah tugas-tugas yang tingkat kesulitannya rendah. Pelajar

yang terorientasi secara ekstrinsik cenderung untuk melakukan usaha yang sedikit

untuk mendapatkan hadiah (reward) yang tinggi.

Lepper dan Hodell (dalam Pintrich dan Schunk, 2002) mengidentifikasi

empat sumber-sumber utama dari motivasi intrinsik, yaitu ; tantangan, rasa ingin

tahu, kontrol, dan fantasi. Motivasi intrinsik mungkin tergantung pada pelajar

yang menemukan aktitifitas yang menantang, ketika tujuan (goal) yang akan di

capai cukup sulit dan tidak yakin akan kesuksesan yang di raih.

1. Tantangan (challenge) : Aktivitas yang menantang keahlian pelajar

mungkin termotivasi secara intrinsik. Aktivitas yang menantang harusnya

memiliki tingkatan yang cukup culit, dan sebagai pelajar mengembangkan

Page 48: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

kemampuan yang dimiliki, tingkat kesulitan harusnya disesuaikan keatas

untuk mempertahankan tingkatan tersebut. Pencapaian tujuan yang

menantang membawa pelajar bahwa mereka menjadi lebih kompeten,

yang mana di dapatkan dari meningkatkan self-efficacy dan kontrol

persepsi terhadap apa yang telah dihasilkan. Sebaliknya, pelajar telah

terampil untuk menata tujuan-tujuan baru yang menantang, yang mana

untuk mempertahankan motivasi intrinsik.

2. Rasa ingin tahu (curiousity) : Rasa ingin tahu disebabkan oleh aktifitas

yang diberikan pada pelajar dengan informasi atau ide-ide yang tidak

sesuai dengan ilmu pengetahuan saat ini atau kepercayaan yang timbul

begitu mengejutkan atau tidak seimbang. Seperti ketidakseimbangan

memotivasi pelajar untuk mencari informasi dan mencari solusi dari

ketidaksesuaian tersebut. Lowenstein (dalam Pintrich dan Schunk, 2002)

menganjurkan bahwa rasa ingin tahu adalah perasaan dari penghilangan

proses kognitif yang terjadi ketika seseorang menjadi sadar akan adanya

kesenjangan pada informasi yang didapat. Pelajar yang mempunyai rasa

ingin tahu percaya bahwa kesenjangan pada informasi yang didapat akan

menstimulasi rasa ingin tahu dan secara efektif memotivasi.

3. Kontrol : Aktifitas yang mengembangkan pelajar dengan kemampuan

kontrol terhadap hasil akademik mereka mungkin dapat meningkatkan

motivasinya. Boggiano (dalam Pintrich dan Schunk, 2002) menemukan

anak yang merasa kompeten dan memiliki kontrol diri berhubungan positif

pada motivasi intrinsik akademik mereka dan kecenderungan untuk

Page 49: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

memilih sesuatu yang menantang. Memperbolehkan pelajar memilih

dalam beraktifitas dan berperan dalam menentukan peraturan dan proses

menumbuhkan persepsi terhadap kontrol. Dan sebaliknya, pelajar tidak

termotivasi untuk terlibat dalam aktifitas ketika mereka percaya bahwa

tindakan mereka sedikit berpengaruh pada apa yang akan dihasilkan.

4. Fantasi : Motivasi intrinsik dapat ditingkatkan melalui aktifitas yang

melibatkan pelajar dalam fantasi dan menumbuhkan rasa percaya melalui

simulasi dan permainan yang disajikan kemudian dengan situasi yang

tidak sesungguhnya terjadi. Dengan mengidentifikasi karakter fiksi, pelajar

dapat memperoleh kesenangan untuk orang lain yang pada umumnya

tersedia untuk mereka.

3. Extrinsic motivation : Djamarah (2002) menjelaskan motivasi ekstrinsik

sebagai kebalikan dari motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang timbul karena

adanya rangsangan dari luar. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik

menempatkan tujuan belajarnya di luar dari faktor-faktor situasi belajar. Anak

didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang

dipelajarinya. Misalnya, untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar,

kehormatan, dan sebagainya.

Ryan dan Deci (2000) menjabarkan motivasi ekstrinsik sebagai konstruk

yang berhubungan apabila sebuah aktifitas selesai dilakukan dengan perintah

untuk mencapai beberapa hasil yang terpisah. Motivasi ekstrinsik demikian

berbeda dengan motivasi intrinsik, yang mana melakukan aktifitas semata-mata

Page 50: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

hanya untuk kesenangan dari melakukan aktfitas tersebut, dari pada nilai yang

yang ada pada aktifitas tersebut. Sebagai contoh, pelajar yang mengerjakan tugas

nya hanya karena dia takut terkena sangsi dari orang tuanya jika tidak

mengerjakan tugas tersebut juga termasuk tingkah laku yang termotivasi secara

ekstrinsik karena dia mengerjakan tugas tersebut untuk mencapai hasil yaitu

menghindari sangsi yang akan diberikan. Begitu juga, seorang pelajar yang

merngerjakan tugas karena dia secara pribadi percaya apa yang dia kerjakan itu

bernilai atau berarti untuk dirinya dalam memilih karir di masa depan juga

termasuk termotivasi secara ekstrinsik karena dia juga bernanggapan dia

melakukan sesuatu untuk nilai-nilai yang ada melainkan karena dia menemukan

ketertarikan dalam melakukan hal tersebut.

Pintrich dan Schunk (2002) menjelaskan definisi motivasi ekstrinsik

adalah motivasi untuk melibatkan diri dalam beraktifitas yang berarti pada

akhirnya. Individu yang termotivasi secara ekstrinsik mengerjakan tugas karena

mereka percaya keterlibatan akan menghasilkan sesuatu yang menarik pada apa

yang telah dikerjakan seperti hadiah, pujian dari guru, atau terhindar dari

hukuman.

Vansteenkiste, et al (2006) menjelaskan tingkah laku yang termotivasi

secara ekstrinsik didefinisikan sebagai keterlibatan dalam aktifitas untuk

memperoleh hasil yang terpisah dari aktifitas yang dilakukan, dengan kata lain

kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan sesuatu yang tidak

terkandung didalam aktifitas yang dilakukan.

Page 51: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Sardiman (2008) motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan

berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seseorang itu

belajar, karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai

baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya, atau temannya. Jadi yang penting bukan

karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang

baik, atau agar mendapatkan hadiah. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat

juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktifitas belajar dimulai

dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan

dengan aktifitas belajar. Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik

ini tidak baik atau tidak penting. Dalam kegiatan belajar-mengajar tetap penting.

Sebab kemungkinan komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada

yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.

Tipe-tipe extrinsic motivation

Ryan dan Deci (2000) dalam teori self-determination nya menjelaskan ada

beberapa tipe dari motivasi ekstrinsik, yairu :

External regulation

Begitu tingkah laku ditampilkan untuk memperoleh kepuasan permintaan

dari luar atau memperoleh imbalan dari luar yang dibebani. Individu itu biasanya

Page 52: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

memiliki pengalaman eksternal dalam meregulasi tingkah laku sebagai kontrol.

Pintrich dan Schunk (2002) memberikan contoh dari external regulation sebagai

berikut; pelajar yang pada awalnya mungkin tidak ingin mengerjakan tugas tetapi

tetap dilakukan karena ingin memperoleh imbalan dari guru dan ingin

menghindari hukuman. Pelajar ini merespon baik terhadap ancaman dan hukuman

atau tawaran imbalan ekstrinsik dan kecenderungan untuk menjadi penurut.

Mereka tidak termotivasi secara intrinsik dan tidak memperlihatkan ketertarikan

yang tinggi, tetapi mereka cenderung untuk berperilaku baik dan mencoba untuk

mengerjakan tugas mereka untuk memperoleh imbalan dan menghindari

hukuman.

Introjected regulation

Introjected Regulation dijelaskan sebagai tipe dari regulasi internal yang

sedikit mengontrol karena seseorang menampilkan tindakan-tindakan dengan

perasaan tertekan untuk menghindari rasa bersalah atau kecemasan atau untuk

mencapai peningkatan-ego atau kebanggaan. Pintrich dan Schunk (2002)

memberikan contoh bahwa pelajar mungkin terlibat dalam pengerjaan tugas

karena mereka berfikir mereka harus melakukannya da mungkin akan merasa

bersalah jika mereka tidak melakukannya (misal, belajar untuk ujian). Pelajar

tersebut tidak melakukannya semata-mata untuk memperoleh imbalan atau untuk

menghindari hukuman; perasaan terhadap rasa bersalah atau “harus” sebenarnya

bentuk internal pada orang tersebut, tetapi sumbernya tetap berada dari luar

Page 53: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

karena mereka mungkin melakukan hal tersebut untuk menyenangkan orang lain

(guru, orang tua).

Idenfication

Ryan dan Deci (2000) menjelaskan nya sebagai seseorang diidentifikasi

melalui kepentingan personal dari tingkah laku mereka dan demikian dapat

diterima oleh regulasi sebagai keinginan mereka. Pintrich dan Schunk (2002)

menjelaskannya sebagai keterlibatan individu dalam aktifitas karena secara

personal penting bagi mereka. Sebagai contoh, seorang pelajar mungkin belajar

berjam-jam untuk ujian sebagai syarat untuk memperoleh nilai yang baik agar

dapat diterima di universitas. Pelajar yang ingin mengerjakan tugasnya karena

mereka pikir itu penting bagi mereka, meskipun karena alasan kegunaan atau

manfaat lebih banyak keluar ketimbang ketertarikan secara intrinsik pada tugas

tersebut.

Integrated regulation

Dimana individu menggabungkan bermacam sumber internal dan eksternal

dari informasi kedalam skema-diri mereka dan keterlibatan dalam tingkah laku

karena sebuah kepentingan untuk perasaan terhadap diri mereka. Penggabungan

terjadi ketika regulasi mengidentifikasi secara penuh dan menyatu pada diri kita.

Page 54: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Ini terjadi melalui pengujian diri dan membawa regulasi baru kepada penyesuaian

dengan nilai dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.

2.1.6 Pengukuran motivasi belajar

Telah banyak pengukuran yang dilakukan terhadap motivasi belajar,

diantaranya berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan oleh Vallerand, et al

(1992) yang disebut dengan Academic Motivation Scale. Pengukuran yang

dilakukan berdasarkan dari teori yang dikemukakan oleh Ryan dan Deci (2000)

tentang motivasi, dan membagi jenis dari motivasi menjadi tiga, yaitu;

Amotivation, Intrinsic Motivation, dan Extrinsic Motivation. Tetapi dalam

penelitian ini, peneliti tidak menggunakan aspek Amotivation dari skala baku yang

ada dan hanya menggunakan tiga sub skala di bagi dari extrinsic motivation

(external, introjected, dan identified regulation), dan tiga lagi di bagi dari intrinsic

motivation (motivasi intrinsik untuk tahu, untuk menyelesaikan tugas, dan

memahami rangsangan) sehingga jumlah item dari skala baku yang digunakan

dalam penelitian ini adalah 24 item pernyataan berdasarkan skala baku yang

digunakan. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menggunakan alat ukur yang

sama, yaitu Academic Motivation Scale. Karena sesuai dengan konstruk teori yang

peneliti jelaskan di atas tetapi dengan melakukan modifikasi pada item-item skala

tersebut.

Page 55: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

2.2 Konsep Diri

2.2.1 Definisi konsep diri

Manning (2007) menjelaskan konsep diri (self-concept) sebagai persepsi

pelajar terhadap evaluasi kompetensi atau kemampuan yang terwujud dalam

persepsi diri (self-perception) yang ada pada dirinya. Pada perkembangan pelajar,

mereka lebih baik memahami bagaimana orang lain memandang kemampuan

mereka dan lebih baik mereka membedakan antara usaha-usaha yang mereka

lakukan dan kemampuan-kemampuan yang mereka miliki. Sebagai hasilnya,

persepsi-diri mereka menjadi lebih tinggi dan akurat.

Wigfield, et al (2005) menjelaskan konsep diri sebagai kepercayaan diri

dan evaluasi individu tentang karakteristik yang ada pada diri mereka, peran-peran

mereka, kemampuan mereka, dan hubungan sosial mereka.

Sedangkan Atwater (1983) menjelaskan definisi konsep diri sebagai

keseluruhan bagaimana individu memandang dirinya. Konsep diri disusun dari

semua persepsi terhadap “aku” dan “saya” bersama dengan semua perasaan, nilai-

nilai, dan kepercayaan menyatu dengan semua bagian tersebut. Sebenarnya, apa

yang disebut konsep diri itu lebih sebagai sebuah kumpulan dari diri kita

ketimbang sebuah hal yang statis. Ini meliputi ratusan dari persepi-diri dalam

pengalaman individu dengan orang lain.

Cooley (dalam Burns, 1993) mendefinisikan self “sebagai sesuatu yang

dirancang melalui percakapan yang umum melalui kata ganti orang pertama yaitu,

‘saya’, ‘aku’ ”. Dia mengenalkan sebuah konsep “looking-glass self”, dengan

Page 56: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

pemikiran bahwa konsep diri seseorang dipengaruhi oleh apa yang diyakini

individu-individu bagaimana orang lain berpendapat mengenai dirinya. Cooley

menunjukkan betapa pentingnya umpan balik yang di interpretasikan secara

subyektif dari orang-orang lain sebagai sumber data utama mengenai diri.

G. H Mead (dalam Burns, 1993) mengembangkan dari konsep looking-

glass self dari Cooley. Dia mencatatkan bahwa konsep-diri muncul dalam

interaksi sosial sebagai sebuah hasil dari kepedulian individu tentang bagaimana

orang lain bereaksi terhadap orang lain. Sebagai sebuah antisipasi terhadap reaksi

dari orang lain sehingga mereka dapat berperilaku sesuai dengan situasi nya,

individu belajar mempersepsikan dunianya melalui sesuatu yang dia lakukan.

Rogers (dalam Burns, 1993) menjelaskan bahwa diri itu merupakan

sebuah faktor dasar di dalam pembentukan kepribadian dalam bertingkah laku.

Konsep diri merupakan organisasi diri yang menjadi penentu (determinant) yang

paling penting dari respon individu terhadap lingkungannya.

Calhoun dan Acocella (1990) mendefinisikan konsep diri sebagai

gambaran mental diri seseorang. Burns (1993) mendefinisikan konsep diri sebagai

kesan terhadap diri sendiri secara keseluruhan yang mencakup pendapatnya

terhadap diri sendiri, pendapat tentang gambaran diri di mata orang lain, dan

pendapatnya tentang hal-hal yang dicapai.

Jadi definisi konsep diri dalam penelitian ini adalah kepercayaan diri dan

evaluasi individu tentang karakteristik yang ada pada diri mereka, peran-peran

mereka, kemampuan mereka, dan hubungan sosial mereka.

Page 57: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

2.2.2 Jenis-jenis konsep diri

Calhoun dan Acocella (1990) membagi konsep diri menjadi dua jenis,

yaitu;

• Konsep diri positif; ciri konsep diri yang positif adalah yakin

terhadap kemampuan dirinya sendiri dalam mengatasi masalah, merasa sejajar

dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, sadar bahwa tiap orang

mempunyai keragaman perasaan, hasrat, dan perilaku yang tidak disetujui oleh

masyarakat serta mampu mengembangkan diri karena sanggup mengungkapkan

aspek-aspek kepribadian yang buruk dan berupaya untuk mengubahnya. Konsep

diri yang positif adalah penerimaan yang mengarahkan individu ke arah sifat yang

rendah hati, dermawan, dan tidak egois

• Konsep-diri negatif, ciri konsep diri negatif adalah peka terhadap

kritik, responsif terhadap pujian, punya sikap hiperkritis, cenderung merasa tidak

disukai orang lain, dan pesimistis terhadap kompetisi. Lebih jauh lagi, Calhoun

dan Acocella membagi konsep diri negatif menjadi dua, yaitu:

1. Pertama, yaitu pandangan seseorang terhadap dirinya tidak teratur,

tidak memiliki kestabilan dan keutuhan diri. Kondisi seperti ini

acapkali terjadi pada remaja. Namun, tidak menutupi kemungkinan

terjadi pada orang dewasa. Pada orang dewasa hal ini dapat terjadi

karena ketidakmampuan menyesuaikan diri.

Page 58: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

2. Kedua, kebalikan dari yang pertama, yaitu konsep diri yang terlalu

stabil dan terlalu alias kaku. Hal ini karena pola asuh dan didikan yang

sangat keras.

2.2.3 Dimensi konsep diri

Dari Atwater (1983) membagi konsep diri menjadi beberapa dimensi

yaitu:

The subjective self

Subjektifitas diri kita, adalah bagaimana cara kita memandang diri kita,

terbentuk dari begitu banyaknya persepsi diri yang kita peroleh semasa

perkembangan hidup kita. Perkembangan self kita kebanyakan dipengaruhi oleh

bagaimana kita dipandang dan diperlakukan oleh orang-orang terdekat kita,

khususnya oleh orang tua kita. Ketika kita muda dan mudah terpengaruh, kita

cenderung untuk memahami apa yang mereka pikir tentang kita, penilaian dan

pengharapan mereka, bersamaan dengan penerimaan diri kita. Burns (1993)

menjelaskan pembentukan konsep diri dan evaluasi-evaluasi mereka yang

berhubungan dengannya berasal dari penyusunan nilai-nilai subyektif orang

tersebut yang berarti dan berkenaan dengan perbuatan-perbuatan dan sifat-

sifatnya.

Page 59: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Body image

Salah satu sumber yang utama dan yang terpenting dari persepsi diri kita

adalah gambaran diri (body image) kita. Ini adalah bagaimana bagaimana caranya

kita melihat diri kita. Gambaran diri meliputi tidak hanya apa yang kita lihat pada

diri kita yang terlihat di kaca, tetapi juga cara kita memahami tubuh kita. Seymour

Fisher (dalam Atwater, 1983) menekankan tidak ada pandangan yang lebih

menarik melainkan gambaran diri kita yang terpancar melalui kaca. Makna dari

body image itu sendiri berbeda pada tiap jenis kelamin. Wanita pada umumnya

lebih terfokus pada ketertarikan atau daya tarik sosial yang ditujukan pada

penampilan mereka. Sedangkan pria, bagaimanapun, menekankan pada

kemampuan fisik atau apa yang dapat mereka lakukan oleh tubuhnya sebagai

bentuk pengaruh dari lingkungan. Meskipun kedua jenis kelamin tersebut setuju

terhadap pandangan pada pentingnya keberagaman karakteristik pada tubuh,

terutama pada penampilan yang umum dan bentuk wajah, selalu saja terdapat

perbedaan.

Burns (1993) menjelaskan bahwa body image atau citra tubuh adalah

merupakan gambaran yang dievaluasikan mengenai diri fisik seseorang. Sosok

tubuh, penampilan dan ukurannya merupakan hal yang penting dalam

mengembangkan pemahaman tentang evolusi konsep diri seseorang. Tinggi

tubuh, berat, warna kulit, proporsi tubuhnya menjadi sedemikian berkaitan dengan

sikapnya terhadap dirinya sendiri dan perasaan tentang kemampuan pribadi dan

kemampuan menerima keadaan orang lain. Grogan (dalam Liechty dan Yarnal,

2010) menjelaskan bahwa body image mengarah pada sikap seseorang, evaluasi,

Page 60: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

perasaan dan persepsi mereka tentang bentuk tubuhnya. Berikutnya Cash, dkk

(dalam Liechty dan Yarnal, 2010) menjelaskan bahwa body image adalah

konstruk multi-dimensional yang melingkupi persepsi individu dari beberapa dan

keseluruhan aspek dari tubuh, meliputi berat badan dan bentuknya, bentuk wajah,

kemampuan tubuh, dan kesehatan fisik. Bernadetta (2010) menjelaskan bahwa

pada pengamatan terakhir pada perilaku remaja, terungkap perubahan besar pada

sikap mereka terhadap perubahan bentuk tubuh, ketika dibandingkan dengan

tahun-tahun sebelumnya. Sebuah peningkatan pada ketertarikan terhadap

penampilan bentuk tubuh, masih diperkuat oleh keinginan yang dinilai

berdasarkan ketertarikan pada masyarakat, telah diamati pada remaja muda.

“seperti apa saya?” tergantung kepada “seperti apa saya terlihat” bagi orang lain.

Body image adalah penentu yang paling signifikan terhadap daya tarik kita serta

daya tarik kita terhadap orang lain. Persepsi body image dan penampilan tubuh

kita juga dapat dipengaruhi oleh sikap orangtua kita terhadap komponen-

komponen pembentuk yang signifikan pada tubuh kita.

The ideal self

Cara seseorang memandang dirinya sebagai sosok yang ideal, seseorang

dipandang oleh orang lain sebagai diri pribadi yang didambakan. Biasanya, kita

berfikir untuk merubah gambaran-diri kita dan tingkah laku kita untuk beradaptasi

ke diri ideal kita. Sesungguhnya, ada beberapa petunjuk bahwa diri ideal kita tidak

berubah atau tetap dan lebih konsisten sepanjang waktu ketimbang diri-subjektif

Page 61: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

kita. Tetapi ketika harapan-harapan membutktikan untuk menjadi sesuatu yang

berlebihan atau tidak realistis, ini akan mejadi lebih pantas untuk kita untuk

merubah diri-ideal kita menjadi sebuah cara untuk melanjutkan perkembangan

kita dan self-esteem kita. Menurut Strang (dalam Burns, 1993) diri ideal adalah

macam pribadi yang di harapkan individu tersebut menjadi pribadi yang sesuai

atau didambakan. Lalu menurut Burns (1993) saat pandangan seorang anak

tentang bagaimana keadaan dia saat ini hampir sama dengan yang dia yakini dan

dia cita-citakan, dia mengekspresikan apa yang tampaknya sebagai suatu

pandangan mengenai dirinya yang menyenangkan. Sedangkan menurut Rogers

(dalam Burns, 1993) menjelaskan bahwa diri ideal yang diperkenalkan ke dalam

teori itu sebagai “konsep diri yang paling disukai untuk dimiliki oleh individu,

kepadanya dia menempatkan nilai tertinggi mengenai dirinya sendiri”. Berikutnya

Burns (1993) menjelaskan bahwa citra fisik yang ideal ini didasarkan pada norma-

norma budaya dan stereotip-stereotip yang dipelajari. Semakin mendekati

kecocokan di antara citra tubuh yang telah ada dan yang ideal yang dipegang oleh

seorang individu maka semakin besar kemungkinannya orang tersebut akan

menunjukkan secara umum perasaan harga diri yang tinggi begitu pula akan

merasa positif tentang penampilannya.

Our social selves

Tiap kali kita bertemu dengan orang lain, kita terpengaruh oleh sikap-sikap

orang tersebut dan tingkah lakunya pada kita. Sebagai hasilnya, kita cenderung

Page 62: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

untuk merubah tingkah laku kita agar dapat diterima oleh mereka, dan dalam

prosesnya kita merubah persepsi diri kita menjadi lebih baik. Dari apa yang telah

kita bicarakan tentang kecenderungan self-perpetuating pada self-concept kita, ini

akan terlihat jelas ketika kita tidak merubah apapun pada diri kita. Apa yang kita

rubah adalah persepsi terhadap diri kita yang lebih yang mudah dicapai terhadap

pengaruh sosial, atau diri-sosial kita. Ini meliputi semua persepsi diri kita yang

disusun melalui peran sosial kita (atau apa yang orang lain harapkan pada diri

kita), sebagaimana orang lain memperlakukan kita dengan baik. Pada sisi yang

positif, kemampuan kita untuk memiliki banyak diri-sosial kita memberanikan

kita untuk mengembangkan aspek-aspek pada potensi diri kita. Setiap waktu kita

mencoba untuk melakukan aktifitas baru di waktu senggang atau pekerjaan kita

atau memperoleh teman baru, anda memuaskan kebutuhan yang lain dan

ketertarikan kita pada aktifitas baru tersebut.

Pada sisi yang negatif, keberagaman pada diri kita dan apa yang tampak

sebagai sebuah ancaman terhadap identitas personal kita. Ini akan menjadi

masalah bagi tiap orang yang hidup dalam masyarakat yang memiliki

keberagaman. Orang tua dari remaja mengharapkan satu hal, sedangakan teman-

temannya mengharapkan yang lain, dan sang guru dan pegawainya lainnya juga

memiliki harapan yang lain. Mencoba untuk membahagiakan mereka semua

mungkin akan membawa kita kepada kebingungan identitas. Meskipun ada

keberagaman yang luas antara diri individu, kecenderungan ini mengarahkan

kebingungan identitas cenderung untuk menjadi puncak dalam perkembangan

Page 63: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

remaja. G. H. Mead (dalam Burns, 1993) menjelaskan bahwa diri dari setiap

individu berkembang sebagai hasil dari aktifitas sosial dan pengalaman dan

hubungan dengan individu lainnya di dalam proses tersebut. Konsep diri sebagai

suatu obyek timbul di dalam interaksi sosial sebagai suatu hasil perkembangan

dari perhatian individu tersebut mengenai bagaimana orang lain bereaksi

kepadanya.

2.2.4 Faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri

Calhoun dan Acocella (1990) mengemukakan tentang sumber informasi

yang penting dalam pembentukan konsep diri antara lain:

• Orangtua, dikarenakan orangtua adalah kontak sosial yang paling

awal dan yang paling kuat dialami oleh individu

• Teman sebaya (peer group), teman sebaya menempati peringkat

kedua karena selain individu membutuhkan cinta dari orangtua

juga membutuhkan penerimaan dari teman sebaya dan apa yang

diungkapkan pada dirinya akan menjadi penilaian terhadap diri

individu

• Masyarakat, dalam masyarakat terdapat norma-norma yang akan

membentuk konsep diri pada individu, misalnya pemberian

Page 64: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

perlakuan yang berbeda pada laki-laki dan perempuan akan

membuat laki-laki dan perempuan berbeda dalam berperilaku.

2.2.5 Fungsi konsep diri

Pujijogjanti (dalam Ghufron dan Risnawita, 2010) ada tiga peranan

penting dari konsep diri sebagai penentu perilaku, yaitu:

• Konsep diri berperan dalam mempertahankan keselarasan batin.

Pada dasarnya individu selalu mempertahankan keseimbangan

dalam kehidupan batinnya. Bila timbul perasaan, pikiran dan

persepsi yang tidak seimbang atau bahkan saling berlawanan, maka

akan terjadi iklim psikologi yang tidak menyenangkan sehingga

akan merubah perilaku.

• Keseluruhan sikap dan pandangan individu terhadap diri

berpengaruh besar terhadap pengalamannya. Setiap individu akan

memberikan penafsiran yang berbeda terhadap sesuatu yang

dihadapi.

• Konsep diri adalah penentu pengharapan individu. Jadi

pengharapan adalah inti dari konsep diri. Konsep diri merupakan

seperangkat harapan dan penilaian perilaku yang menunjuk pada

harapan tersebut. Sikap dan pandangan negatif terhadap

kemampuan diri menyebabkan individu menetapkan titik harapan

Page 65: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

yang rendah. titik tolak yang rendah menyebabkan individu tidak

mempunyai motivasi yang tinggi.

Berdasarkan ketiga peranan konsep diri tersebut dapat disimpulkan bahwa

konsep diri selain berperan sebagai pengharapan juga berperan sebagai sikap diri

sendiri dan penyeimbang batin bagi individu.

2.2.6 Pengukuran konsep diri

Pengukuran konsep diri telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya,

dalam penjelasan berikut ini peneliti mencoba menjabarkan salah satu pengukuran

konsep diri. Stake (1994) melalui penelitian nya mencoba mengukur konsep diri

yang diberi nama Sic-Factors Self-Concept Scale (SFSCS) dari enam aspek, yaitu;

power, task accomplishment, giftedness, vulnerability, likeability, dan morality.

Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti mencoba menggunakan skala konsep diri

dengan memodifikasi berdasarkan dari dimensi-dimensi yang dijelaskan oleh

Atwater (1983) yaitu; subjective self, ideal self, body image, dan social self.

Page 66: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

2.3 Dukungan Sosial

2.3.1 Pengertian dukungan sosial

Sarafino (2002) mendefinisikan dukungan sosial sebagai pandangan

terhadap kenyamanan, perhatian, penghargaan ataupun bantuan yang diterima

individu dari orang lain.

Sarason, et al (1983) menekankan pada tersedianya orang lain yang dapat

kita percaya, yang kemudian menimbulkan perasaan bahwa kita memiliki arti bagi

orang lain, orang yang membiarkan kita mengetahui bahwa mereka perduli

kepada kita, menghargai, dan mencintai kita. Teori Bolwby tentang kelekatan

(dalam Sarason, et al, 1983) menekankan pada interpretasinya dalam dukungan

sosial. Ketika dukungan sosial, dalam bentuk sosok kelekatan, yang ada dalam

kehidupan kita, Bolwby percaya anak akan menjadi ketergantungan-diri,

bersandar pada fungsi sebagai dukungan untuk orang lain, dan dapat mengurangi

kecenderungan pada psikopatologi dalam hidup.

Cohen (2004) menjelaskan dukungan sosial mengarah kepada ketersediaan

jaringan sosial dari sumber-sumber psikologikal dan material yang ditujukan

untuk memberikan keuntungan pada kemampuan individu dalam mengatasi stress.

Kim, et al (2008) mendefinisikan dukungan sosial sebagai informasi dari

orang lain yang dicintai dan perduli, dihargai dan bernilai, dan bagian dari

jaringan komunikasi dan saling mengisi. Ini dapat bersumber dari pasangan atau

sahabat, keluarga, teman-teman, rekan sekerja, dan komunitas yang memiliki

kesamaan. Dukungan sosial sangat efektif dalam mengurangi tekanan psikologis,

Page 67: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

seperti depresi atau kecemasan, jangka waktu ketika stress, dan berkaitan dengan

berbagai bentuk kesehatan fisik yang menguntungkan.

Bernal, et al, (2003) menjelaskan bahwa dukungan sosial adalah interaksi

manusia dalam hal sosial, emosional, instrumental, dan sesuatu yang menghibur

saling bertukar. Fenomena sosial ini saling berkaitan dengan stress, depresi, dan

masalah kesehatan mental.

Jadi definisi dukungan sosial dalam penelitian ini adalah sebagai informasi

dari orang lain yang dicintai dan perduli, dihargai dan bernilai, dan bagian dari

jaringan komunikasi dan saling mengisi. Ini dapat bersumber dari pasangan atau

sahabat, keluarga, teman-teman, rekan sekerja, dan komunitas yang memiliki

kesamaan.

2.3.2 Jenis dukungan sosial

Sarafino (2002) menjelaskan beberapa jenis dari dukungan sosial sebagai

berikut;

1. Dukungan emosional, yaitu suatu bentuk dukungan yang diekspresikan

melalui perasaan positif yang berwujud empati, perhatian dan kepedulian

terhadap individu lain.

2. Dukungan penghargaan, adalah suatu bentuk dukungan yang

diekspresikan melalui penghargaan dan tanpa syarat atau apa adanya.

Bentuk dukungan sosial seperti ini dapat menimbulkan perasaan berharga

Page 68: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

dan kompeten. Kemudian, House (dalam dalam Glanz, et al, 2008)

menjelaskan bahwa dukungan ini menyediakan informasi yang berguna

sebagai evaluasi diri, dengan kata lain, umpan balik yang konstruktif dan

penegasan.

3. Dukungan instrumental, merupakan dukungan sosial yang diwujudkan

dalam bentuk langsung. Misalnya seperti memberi uang.

4. Dukungan informatif , adalah suatu dukungan yang diungkapkan dalam

bentuk pemberian nasehat atau saran.

5. Dukungan jaringan, yaitu bentuk dukungan yang diperoleh melalui

keterlibatan dalam suatu aktivitas kelompok yang diminati oleh individu

yang bersangkutan.

2.3.3 Komponen dukungan sosial

Para ahli berpendapat bahwa dukungan sosial dapat dibagi ke dalam

berbagai komponen yang berbeda-beda. Misalnya Russell dan Cutrona, (1987)

mengemukakan adanya 6 (enam) komponen dukungan sosial yang disebut sebagai

“The Social Provision Scale”, dimana masing-masing komponen dapat berdiri

sendiri-sendiri, namun satu sama lain saling berhubungan dan digunakan sebagai

pengukuran pada dukungan sosial. Adapun komponen-komponen tersebut adalah:

1. Kerekatan emosional (emotional attachment). Jenis dukungan sosial

semacam ini memungkinkan seseorang untuk memperoleh kerekatan

(kedekatan) emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang

Page 69: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

menerima. Orang yang menerima dukungan sosial semacam ini merasa

tenteram, aman dan damai yang ditunjukkan dengan sikap tenang dan

bahagia. Sumber dukungan sosial semacam ini yang paling sering dan

umum adalah diperoleh dari pasangan hidup, namun bisa juga diperoleh

melalui hubungan yang akrab dengan kerabat.

2. Integrasi sosial (social integration). Jenis dukungan sosial semacam ini

memungkinkan seorang untuk memperoleh perasaan memiliki di dalam

kelompoknya yang memungkinkan untuk membagi minat, perhatian serta

melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama. Sumber

dukungan semacam ini memungkinkan seseorang mendapatkan rasa aman,

nyaman serta merasa memiliki dan dimiliki dalam kelompok.

3. Adanya pengakuan (reanssurance of worth). Pada dukungan sosial jenis

ini seseorang akan mendapatkan pengakuan atas kemampuan dan

keahliannya serta mendapat penghargaan dari orang lain atau lembaga.

Sumber dukungan sosial semacam ini dapat berasal dari perusahaan atau

organisasi dimana sang pegawai tersebut bekerja. Karena jasa,

kemampuan dan keahliannya maka ia tetap mendapat perhatian dan

santunan dalam berbagai bentuk penghargaan. Uang pensiun mungkin

dapat dianggap sebagai salah satu bentuk dukungan sosial juga, bila

seseorang menerimanya dengan rasa syukur. Bentuk lain dukungan sosial

berupa pengakuan adalah mengundang para pegawai pada setiap event

atau hari besar untuk berpartisipasi dalam perayaan tersebut bersama-sama

dengan para pegawai lain.

Page 70: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

4. Ketergantungan yang dapat diandalkan (reliable reliance). Dalam

dukungan sosial jenis ini, seseorang mendapat dukungan sosial berupa

jaminan bahwa ada orang yang dapat diandalkan untuk membantunya

ketika ia membutuhkan bantuan tersebut.

5. Bimbingan (guidance). Dukungan sosial jenis ini adalah berupa adanya

hubungan sosial yang memungkinkan seseorang untuk mendapatkan

informasi, saran, atau nasehat yang diperlukan dalam memenuhi

kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi.

6. Kesempatan untuk mengasuh (opportunity for nurturance). Suatu

aspek penting dalam hubungan interpersonal akan perasaan dibutuhkan

oleh orang lain. Jenis dukungan sosial ini memungkinkan seseorang untuk

memperoleh perasaan bahwa orang lain tergantung padanya untuk

memperoleh kesejahteraan.

2.3.4 Sumber Dukungan Sosial

Sumber-sumber dukungan sosial banyak diperoleh individu dari

lingkungan sekitarnya. Namun perlu diketahui seberapa banyak sumber dukungan

dukungan sosial ini efektif bagi individu yang memerlukan. Sumber dukungan

sosial merupakan aspek paling penting untuk di ketahui dan di pahami. Dengan

pengetahuan dan pemahaman tersebut, seorang akan tahu pada siapa ia akan

mendapatkan dukungan sosial yang sesuai dengan situasi dan keinginannya yang

spesifik, sehingga dukungan sosial memiliki makna yang berarti bagi kedua belah

Page 71: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

pihak. Wentzel (1998) dalam penelitiannya menjelaskan hubungan sosial manusia

berdasarkan sumber-sumber dukungan sosial ada tiga, yaitu: keluarga, guru-guru

atau orang lain sekitar dan teman sebaya (peer group) mereka.

Murphy dan Moriarty (dalam Sarason, et al, 1983) menemukan bahwa

ketersediaan dukungan dari keluarga meningkatkan ketahanan pada diri anak

dalam menghadapi stress. Di dalam panti sosial atau panti asuhan, keberadaan

orang tua mereka di gantikan dengan orang tua asuh mereka.

Menurut Sidney Cobb (dalam Sarafino, 2002) orang dengan dukungan

dukungan sosial percaya bahwa mereka itu dicintai, diperdulikan, dihargai dan

bernilai, dan merupakan bagian dari jaringan social, seperti di dalam keluar atau

komunitas dari sebuah organisasi, yang dapat mengembangkan kebaikan,

pelayanan, dan saling membantu ketika dalam kesusahan.

Arslan (2009) menjelaskan bahwa penting bagi remaja dalam

mengumpulkan informasi tentang bagaimana cara remaja memandang lingkungan

dan penilaiannya terhadap dukungan sosial. Sistem dukungan sosial individu

meliputi teman sebaya, teman-teman, dan anggota keluarga, tetapi yang lebih

penting lagi dari sumber dukungan sosial adalah keluarga, teman sebaya, dan

guru-guru.

Berdasarkan uraian di atas, maka dukungan sosial yang diterima individu

dapat diperoleh dari anggota keluarga, teman sebaya, dan organisasi

kemasyarakatan yang diikuti. Dalam penelitian ini, sumber dukungan sosial bagi

Page 72: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

remaja di panti sosial dapat diperoleh dari pengasuh dan teman-teman di panti

asuhan.

Bagi remaja panti sosial, lingkungan panti sosial merupakan lingkungan

utama yang dikenalnya, sehingga merupakan sumber dukungan sosial yang utama

bagi remaja. Dukungan sosial tersebut remaja dapatkan dari pengasuh dan teman-

teman sesama penghuni panti sosial. Remaja yang tinggal di panti sosial

berkembang dengan bimbingan dan perhatian pengasuh yang berfungsi sebagai

pengganti orang tua.

2.3.5 Faktor yang mempengaruhi dukungan sosial

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial, menurut Hupcey

(dalam Rash, 2007) adalah sebagai berikut;

• Tindakan-tindakan seseorang dalam menyediakan sumber-sumber

dukungan sosial.

• Penerima dukungan sosial memiliki rasa bahwa dirinya telah

diperdulikan atau perasaan terhadap kelangsungan hidup

• Tindakan tersebut memiliki dampak yang positif terhadap hasil

yang terjadi.

• Adanya hubungan antara penyedia sumber dukungan sosial dengan

penerima.

Page 73: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

• Dukungan tidak diberikan dari dan atau untuk sebuah organisasi,

komunitas, atau dari seorang profesional.

• Dukungan tidak memiliki tujuan negatif atau diberikan secara

enggan.

2.3.6 Pengukuran

Pengukuran dukungan sosial telah banyak dilakukan oleh beberapa

peneliti terdahulu. Diantaranya Sarason, et al (1983) meneliti tentang pengukuran

dukungan sosial melalui kuesioner yang diberi nama Assessing Social Support:

The Social Support Questioner. Berikutnya yaitu Russell dan Cutrona (1987),

yang mengukur dukungan sosial melalui komponen-komponen dari dukungan

sosial yang mereka sebut dengan The Social Provisions Scale, terdiri dari enam

komponen yang membentuk dukungan sosial dan keberadaannya saling memiliki

keterkaitan yaitu, kerekatan emosional (emotional attachment), integrasi sosial

(social integration), adanya pengakuan (reanssurance of worth), ketergantungan

yang dapat diandalkan (reliable reliance), bimbingan (guidance), kesempatan

untuk mengasuh (opportunity for nurturance).

Page 74: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

2.5 Kerangka Berfikir

Motivasi belajar adalah motivasi pada diri pelajar yang secara alami aktif

dengan hasrat pada diri pelajar untuk berpartisipasi dalam proses belajar dan

kekuatan yang mendorong, menopang, dan mengarahkan perilaku ke arah tujuan

akhir (goal).

Sedangkan konsep-diri adalah kepercayaan diri dan evaluasi individu

tentang karakteristik yang ada pada diri mereka, peran-peran mereka, kemampuan

mereka, dan hubungan sosial mereka. Berdasarkan dimensi konsep diri yang

dijelaskan oleh Atwater (1983) ada empat mensi yaitu: subejctive self, body

image, ideal self dan social self, peneliti mencoba mencari dari ke-empat dimensi

tersebut, dimensi mana yang akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

motivasi belajar. Subjective self berkaitan dengan pandangan individu terhadap

dirinya sendiri, evaluasi dan harapan-harapan yang ada pada dirinya, body image

berkaitan dengan pandangan individu terhadap bentuk fisik yang dimilikinya,

kemudian ideal self adalah pandangan individu terhadap dirinya yang ideal dan

social self yaitu kemampuan invidu dalam berinteraksi di lingkungan sosialnya.

Kemudian, dukungan sosial adalah sebagai informasi dari orang lain yang

dicintai dan perduli, dihargai dan bernilai, dan bagian dari jaringan komunikasi

dan saling mengisi. Ini dapat bersumber dari pasangan atau sahabat, keluarga,

teman-teman, rekan sekerja, dan komunitas yang memiliki kesamaan. Begitu juga

dengan tiap aspek dari dukungan sosial, jika si anak semakin tinggi mendapatkan

Page 75: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

dukungan sosial baik itu dari orang tua, guru-guru, dan teman sebaya, maka

motivasi nya akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya.

Berdasarkan teori dari Sarafino (2002) mengenai dukungan sosial, ada

lima jenis dukungan sosial yaitu, dukungan emosional, dukungan penghargaan,

dukungan instrumental, dukungan informatif dan dukungan jaringan, diharapkan

dari tiap jenis dukungan tersebut yang dapat diterima anak menjadikan si anak

merasa lebih termotivasi, sehingga mencari dari jenis-jenis dukungan tersebut,

dukungan mana yang berpengaruh secara signifikan.

Page 76: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Bagan kerangka berfikir

Konsep-Diri

Subejctive Self

Body Image

Dukungan

Sosial

Dukungan

Emosional

Dukungan

Penghargaan

Dukungan

Instrumental

Dukungan

Informatif

Dukungan

Jaringan

Motivasi

Belajar

Remaja

Panti Sosial

Ideal Self

Social Self

Page 77: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

2.6 Hipotesis penelitian

2.6.1 Hipotesis mayor

Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan konsep diri dan dukungan sosial

terhadap motivasi belajar remaja panti sosial.

2.6.2 Hipotesis minor

Ho1 : Tidak ada pengaruh yang signifikan subjective self terhadap motivasi

belajar remaja panti sosial.

Ho2 : Tidak ada pengaruh yang signifikan body image terhadap motivasi

belajar remaja panti sosial.

Ho3 : Tidak ada pengaruh yang signifikan ideal self terhadap motivasi belajar

remaja panti sosial.

Ho4 : Tidak ada pengaruh yang signifikan social self terhadap motivasi belajar

remaja panti sosial.

Ho5 : Tidak ada pengaruh yang signifikan dukungan emosional terhadap

motivasi belajar remaja panti sosial.

Ho6 : Tidak ada pengaruh yang signifikan dukungan penghargaan terhadap

motivasi belajar remaja panti sosial.

Ho7 : Tidak ada pengaruh yang signifikan dukungan instrumental terhadap

motivasi belajar remaja panti sosial.

Page 78: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Ho8 : Tidak ada pengaruh yang signifikan dukungan informatif terhadap

motivasi belajar remaja panti sosial.

Ho9 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara dukungan jaringan terhadap

motivasi belajar remaja panti sosial.

Page 79: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang terdiri dari pendekatan dan

jenis penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, pengumpulan data, uji

alat ukur, prosedur penelitian, analisis data.

3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini

digunakan karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan

statistik. Menurut Sugiyono (2010) penelitian kuantitatif sesuai dengan

namanya,data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.

Jenis penelitian ini adalah non-experimental regresi dikarenakan peneliti ingin

melihat dari pengaruh IV terhadap DV.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi menurut Sugiyono (2010) adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

Page 80: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

kesimpulannya. Populasi berjumlah 100 remaja. Adapun karakteristik dari

populasi ini adalah:

1. Remaja yang tinggal di panti Marsudi Putra Handayani binaan Dinas

Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Timur.

2. Berumur 12-17 tahun.

3. Bisa membaca dan menulis.

4. Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

3.2.2 Sampel

Sampel menurut Sugiyono (2010) adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi tersebut besar,

dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi. Dalam

penelitian ini, peneliti mencoba mengambil sampel dari remaja-remaja yang

tinggal di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani di daerah Bambu Apus Jakarta

Timur.

Dengan mempertimbangkan pada kenyataan akan besarnya jumlah

populasi yang akan diteliti dan adanya berbagai keterbatasan dalam pelaksaan

penelitian, maka peneliti menentukan jumlah responden pada penelitian ini terdiri

dari:

1. Jumlah sampel untuk try out sebanyak 50 remaja.

2. Jumlah sampel untuk penelitian sebanyak 90 remaja.

Page 81: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Try out dilaksanakan di panti Yayasan Darma Indonesia dengan jumlah

sampel 50 remaja, sedangkan penelitian dilaksanakan di Panti Marsudi Putra

Handayani.

3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

probability sampling. Menurut Sugiyono (2010) probability sampling adalah

teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap

unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel, dan

menggunakan teknik cluster sampling yaitu teknik pengambilan sampling pada

remaja yang berada dalam satu area yaitu di Panti Sosial Marsudi Putra

Handayani.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel menurut Sugiyono (2010) adalah suatu atribut atau sifat atau nilai

dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel pada

penelitian ini terdiri dari variabel bebas (Independent Variabel) dan variabel

terikat (Dependent Variabel). Adapun Independent Variabel dalam penelitian ini

adalah konsep diri dan dukungan sosial dan Devendent Variabel dalam penelitian

ini adalah motivasi belajar.

Page 82: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Dalam penelitian ini terdapat 10 variabel yaitu:

1. Independent variabel

● Konsep Diri : Subjective self

Body image

Ideal self

Social self

● Dukungan Sosial : Dukungan emosional

Dukungan penghargaan

Dukungan instrumental

Dukungan informatif

Dukungan jaringan

2. Dependent variabel : Motivasi belajar.

3.3.1 Definisi konseptual variabel

1. Konsep diri adalah kepercayaan diri dan evaluasi individu tentang karakteristik

yang ada pada diri mereka, peran-peran mereka, kemampuan mereka, dan

hubungan sosial mereka.

2. Dukungan sosial adalah sebagai informasi dari orang lain yang dicintai dan

perduli, dihargai dan bernilai, dan bagian dari jaringan komunikasi dan saling

Page 83: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

mengisi. Ini dapat bersumber dari pasangan atau sahabat, keluarga, teman-teman,

rekan sekerja, dan komunitas yang memiliki kesamaan.

3. Motivasi belajar adalah motivasi pada diri pelajar yang secara alami aktif

dengan hasrat pada diri pelajar untuk berpartisipasi dalam proses belajar dan

kekuatan yang mendorong, menopang, dan mengarahkan perilaku ke arah tujuan

akhir (goal).

3.3.2 Definisi operasional variable

1. Konsep diri adalah skor yang diperoleh dari pengukuran konsep diri melalui

skala konsep diri yang dibuat berdasarkan pandangan diri individu terhadap

dirinya secara positif atau negatif melalui dimensi-dimensi konsep diri, yaitu;

subjective self, body image, ideal self, dan social self.

2. Dukungan sosial adalah skor yang diperoleh dari skala dukungan sosial yang

dibuat berdasarkan dari jenis-jenis dukungaan sosial yang mungkin diterima oleh

remaja tersebut yaitu: dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan

instrumental, dukungan informatif, dukungan jaringan.

3. Motivasi belajar adalah skor yang diperoleh dari skala motivasi belajar yang

dibuat berdasarkan teori yang telah dijelaskan. Dalam penelitian ini peneliti

Page 84: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

menjelaskan aspek-aspek dari motivasi belajar yaitu: intrinsic motivation, dan

extrinsic motivation.

3.4 Pengumpulan Data

3.4.1 Metode pengumpulan data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner.

Menurut Sugiyono (2010) kuesioner merupakan pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawab.

3.4.2 Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2010). Di dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan tiga skala berbentuk skala model Likert

yaitu, skala konsep diri, skala dukungan sosial, dan skala motivasi belajar yang di

susun dengan menggunakan empat pilihan jawaban yaitu, sangat sesuai (SS),

sesuai (S), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS) dan tidak menggunakan

pilihan jawaban tengah (netral/ragu-ragu) dengan alasan pilihan jawaban tersebut

tidak dapat menggambarkan konstruk psikologis dari sampel yang ingin diteliti.

Peneliti membagi dua kategori item pernyataan yaitu favorable dan unfavorable

Page 85: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

serta menentukan bobot nilai. Untuk item favorable,skor subjek dimulai dari 4, 3,

2, 1. Sementara untuk item unfavorable, skor subjek dimulai dari 1, 2, 3, 4.

Tabel 3.1

Pilihan Jawaban Favorable Unfavorable

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

a. Skala Konsep Diri

Skala konsep diri dibuat berdasarkan dimensi-dimensi dari konsep diri

yang dijelaskan oleh Atwater (1983). Dimensi yang disebutkan ada empat, yaitu;

subjective self, body image, ideal self, dan social self. Di dalam tiap dimensi ada

indikator-indikator yang dijadikan acuan yang mendukung dalam pembuatan

skala.

Page 86: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Tabel 3.2

Hasil Try Out Skala Konsep Diri

Ket: *item valid

Dimensi Indikator Favorable Jumlah

Pandangan dan Evaluasi diri

1*, 12* 2

Pengharapan terhadap diri

2*, 13*, 23*, 30 4

Subjective Self

Penerimaan terhadap diri

3*, 14*, 24* 3

Evaluasi bentuk tubuh

4*, 15*, 25 3

Ketertarikan bentuk tubuh

5*, 16* 2

Daya tarik sosial 6*, 17*, 26* 3

Body Image

Kemampuan yang dapat dilakukan oleh tubuh

7*, 18* 2

Diri yang didambakan

8*, 19* 2 Ideal Self

Memandang diri yang ideal dan sesuai

9*, 20*, 27*, 31* 4

Mampu beradaptasi

10*, 21*, 28* 3 Social Self

Interaksi terhadap lingkungan sekitar

11*, 22*, 29* 3

Total 31

Page 87: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

b. Skala Dukungan Sosial

Skala dukungan sosial yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

menggunakan konstruk teori dukungan sosial dari Sarafino (2002) dengan

membagi jenis dukungan sosial menjadi lima jenis, yaitu; dukungan emosional,

dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informatif, dan

dukungan jaringan.

Tabel 3.3

Hasil Try Out Skala Dukungan Sosial

Dimensi Indikator Favorable Unfavorable Jumlah

Ungkapan empati

1*, 2* 23*, 24* 4

Kepedulian 13*, 14* 3, 4* 4

Dukungan Emosional

Perhatian terhadap orang yang bersangkutan.

21*, 22* 12* 3

Ungkapan penghargaan untuk orang tersebut

5*, 6* 15*, 16* 4

Dukungan untuk merasa kompeten dan maju

25, 26* 31*, 32* 4

Dukungan penghargaan

Umpan balik yang 22*, 34* 8* 3

Page 88: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

membangun

Dukungan instrumental

Mencakup bantuan langsung

17*, 18* 7* 3

Petunjuk-petunjuk atau informasi

9*, 10* 19*, 20* 4 Dukungan informative

Saran-saran atau umpan balik

35* 27*, 28* 3

Dukungan jaringan

Dukungan dari kegiatan kelompok atau aktifitas yang dilakukan bersama.

29*, 30* 11* 3

Total 35

Ket: *item valid

c. Skala Motivasi Belajar

Skala motivasi belajar yang digunakan merupakan adopsi dari skala baku

yang digunakan oleh Vallerand, et al (1992) dan teori yang digunakan dalam hal

pembagian jenis motivasi yang digunakan berdasarkan konstruk teori dari Ryan

dan Deci (2000) yaitu dengan membagi jenis motivasi menjadi dua bagian yaitu,

intrinsic motivation, dan extrinsic motivation.

Tabel 3.4

Hasil Try Out Skala Motivasi Belajar

Dimensi Indikator Favorable Jumlah

Intrinsic

Motivation

Senang mengetahui dan

mendapatkan hal-hal

yang baru.

2*, 8*, 14*, 20* 4

Page 89: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Keinginan untuk

mencapai sesuatu dalam

belajar.

5*, 11*, 17*, 23* 4

Mempunyai keinginan

dan rangsangan yang

tinggi pada pengalaman

dalam proses belajar.

4*, 10*, 16*, 22* 4

Mengidentifikasi bahwa

belajar itu penting dan

bermanfaat.

3*, 9*, 15*, 21* 4

Introjected, diri internal

yang mendorong

sebagai peningkatan

ego dan kebanggaan.

6, 12*, 18*, 24* 4

Extrinsic

Motivation

External regulation

adanya dorongan dari

luar atau hasil setelah

belajar yang menjadi

alasan utama.

1*, 7*, 13*, 19* 4

Total 24

Ket: *item valid

3.5 Teknik Uji Instrumen Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan uji instrument (try

out) alat ukur kepada 50 sampel penelitian. Uji instrumen dilakukan dengan

maksud untuk:

Page 90: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

1. Sejauh mana pemahaman sampel terhadap pernyataan item-item yang

diberikan.

2. Mengetahui validitas instrument dan item-item yang akan dilakukan pada

penelitian sebenarnya (field test).

3. Mengetahui tingkat reliabilitas instrumen.

3.5.1 Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2010) instrumen yang valid berarti alat ukur yang

digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen

tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

3.5.2 Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2010) instrumen yang reliabel adalah instrumen yang

bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama.

3.6 Prosedur Penelitian

Secara garis besar, penelitian ini dilakukan dalam empat tahap yaitu:

1. Tahap persiapan

Page 91: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

• Dimulai dengan perumusan masalah yang akan diteliti.

• Menentukan variabel yang akan diteliti.

• Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan landasan teori yang

tepat mengenai variable penelitian.

• Menentukan subjek penelitian.

• Persiapan alat pengumpulan data dengan menentukan dan

menyusun alat ukur atau instrument penelitian yang akan

digunakan dalam penelitian ini yaitu skala model Likert yang

terdiri dari skala konsep diri, dukungan sosial dan motivasi belajar.

2. Tahap uji coba alat ukur

• Melakukan uji coba terhadap alat ukur yang telah dibuat. Uji coba

dilakukan di panti asuhan atau panti sosial dengan karakteristik

sampel yang sama.

• Memilih item-item skala yang valid dan reliabel.

• Memilih dan menyusun kembali item-item yang valid dan reliabel

untuk dijadikan alat ukur siap pakai dalam penelitian ini.

3. Tahap pelaksanaan

• Menentukan jumlah sampel penelitian.

• Melaksanakan pengambilan data penelitian.

4. Tahap pengolahan data

• Melakukan skoring terhadap hasil jawaban responden.

• Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh dan

membuat data.

Page 92: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

• Menganalisis data dengan menggunakan statistik untuk menguji

hipotesis.

• Membuat kesimpulan dan laporan akhir.

3.7 Teknik Analisis Data

Metode pengolahan data adalah suatu metode yang digunakan untuk

menganalisa data hasil penelitian dalam rangka menguji kebenaran hipotesis.

Analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah multi regresi, untuk

mengetahui besar dan arah hubungan antara variabel X1 (konsep diri) dan X2

(dukungan sosial) dengan Y (motivasi belajar). Analisa multi regresi adalah suatu

metode untuk mengkaji akibat-akibat dan besarnya akibat dari lebih satu variabel

bebas terhadap satu variabel terikat, dengan menggunakan prinsip-prinsip korelasi

dan regresi. Analisis dalam penelitian ini menggunakan SPSS Versi 17. 0.

Page 93: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

Bab ini akan diuraikan hasil pengolahan data yang diambil pada penelitian,

gambaran umum mengenai subjek penelitian serta hasil penelitian yang telah

dilaksanakana.

4.1 Analisis Deskriptif

4.1.1 Deskriptif subjek penelitian.

Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani daerah

Bambu Apus Jakarta Timur. Panti tersebut berada di bawah naungan Dinas

Departemen Sosial daerah Jakarta Timur. Secara keseluruhan jumlah subjek yang

diambil dalam penelitian ini ada 90 remaja. Remaja tersebut adalah remaja yang

tinggal dan memperoleh pembinaan di dalam panti sosial tersebut.

4.1.2 Deskriptif masing-masing variabel penelitian

Tabel berikut ini menunjukkan skor mean dan standar deviasi dari masing-

masing variabel penelitian. Skor mean adalah skor yang pada umumnya

digunakan untuk mengukur titik tengah. Mean di hasilkan dari penjumlahan skor-

skor dan membagi jumlah tersebut dengan jumlah individu (Gravetter dan

Forzano, 2009). Kemudian, standar deviasi adalah skor yang digunakan sebagai

pengukuran dari variablitias. Standar deviasi menggunakan mean dari distribusi

sebagai titik tolak dan pengukuran variabilitas dengan mengukur jarak antara skor

Page 94: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

dan mean (Gravetter dan Forzano, 2009). Skor-skor ini, yang selanjutnya

digunakan untuk mengetahui kategorisasi tiap variabel.

Tabel 4.1 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian

Descriptive Statistics

Mean

Std. Deviation N

motivasi_belajar 41.8556 4.92770 90

konsep_diri 76.6889 7.45570 90

dukungan_sosial 83.5333 8.30892 90

Dari tabel 4.1, diketahui bahwa mean variabel motivasi belajar sebesar

41.8556 dan standar deviasi 4.492770, variabel konsep diri memiliki skor mean

sebesar 76.6889 dan standar deviasi sebesar 7.45570, sementara variabel

dukungan sosial memiliki skor mean sebesar 83.5333 dan standar deviasi

8.30892.

4.2 Kategorisasi Variabel Penelitian

Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam

kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum

berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2008). Kontinum jenjang ini contohnya

adalah dari rendah ke tinggi yang akan peneliti gunakan dalam kategorisasi

variabel penelitian.

Tabel berikut menjelaskan motivasi belajar yang dikategorikan menjadi

tiga yaitu tinggi, sedang dan rendah.

Page 95: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Tabel 4.2

Kategorisasi Motivasi Belajar

Kategori Rumus Raw Score

Jumlah Responden

Persentase

Tinggi X > M + 1 SD > 46 20 21,1%

Sedang M – 1SD ≤ X ≤ M + 1 SD

37 – 46 55 61,1%

Rendah X < M – 1 SD < 37 16 17,8%

Total 90 100%

Keterangan:

X : skor total masing-masing individu

M : mean dari motivasi belajar

SD : standar deviasi motivasi belajar

Setelah kategorisasi didapatkan, maka akan diperoleh nilai persentase

untuk motivasi belajar yang tinggi sejumlah 20 orang (21,1%), sedang sejumlah

55 orang (61,1%) dan rendah sejumlah 16 orang (17,8%). Untuk melihat lebih

jelas tentang pola sebaran motivasi belajar dapat dilihat dalam grafik di bawah ini:

Motivasi

Motivasi

tinggisedangrendah

Fre

quen

cy

60

50

40

30

20

10

0

Page 96: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Pada tabel berikut ini menggambarkan dukungan sosial responden yang

dikategorikan menjadi tiga yaitu rendah, sedang dan tinggi.

Tabel 4.3

Kategorisasi Dukungan Sosial

Kategori Rumus Raw Score

Jumlah Responden

Persentase

Tinggi X > M + 1 SD > 91 16 17,8%

Sedang M – 1SD ≤ X ≤ M + 1 SD

76 – 91 62 68,9%

Rendah X < M – 1 SD < 76 11 13,3%

Total 90 100%

Keterangan:

X : skor total masing-masing individu

M : mean dari dukungan sosial

SD : standar deviasi dukungan sosial

Setelah kategorisasi didapatkan, maka akan diperoleh nilai persentase

untuk dukungan sosial yang tinggi sejumlah 16 orang (17,8%), sedang 62 orang

(68,9%) dan rendah sejumlah 11 orang (13,3%). Kemudian untuk melihat lebih

jelas pola sebaran dukungan sosial dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Page 97: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Dukungansosial

Dukungansosial

tinggisedangrendah

Freq

uenc

y

70

60

50

40

30

20

10

0

4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menguji hipotesis penelitian dengan teknik

analisis regresi berganda (multiple regression) menggunakan software SPSS 17.0.

Uji regresi ini dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian yang telah diajukan

di Bab II.

4.3.1 Analisis koefisien regresi

Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis penelitian untuk mengetahui

seberapa besar atau berapa persen varians dependent variable (DV) yang

dijelaskan oleh independent variable (IV). Maka dari itu peneliti ingin mengetahui

lebih jauh mengenai apakah secara keseluruhan IV berpengaruh secara signifikan

terhadap DV, dengan melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari

masing – masing IV. Langkah pertama peneliti menganalisis dampak dari seluruh

Page 98: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

independent variable dari konsep diri dan dukungan sosial terhadap motivasi

belajar sebagai dependen variabel. Adapun hasilnya dapat dilihat ditabel berikut.

Tabel 4.4 Tabel Anova Motivasi Belajar

ANOVA b

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Regression 1003.300 9 111.478 7.703 .000a

Residual 1157.822 80 14.473

1

Total 2161.122 89

a. Predictors: (Constant), duk_jaringan, duk_instrumental, ideal_self, body_image, duk_informatif, duk_penghargaan, duk_emosional, social_self, sub_self

b. Dependent Variable: motivasi_belajar

Jika melihat kolom ke Sig. dapat diketahui bahwa (p < 0.05), maka

hipotesis nihil mayor (Ho) yaitu “Tidak Ada Pengaruh yang Signifikan Konsep

Diri dan Dukungan Sosial Terhadap Motivasi Belajar Remaja Panti Sosial”,

ditolak. Artinya, bahwa konsep diri dan dukungan sosial secara signifikan

mempengaruhi motivasi belajar. Langkah kedua peneliti melihat besaran R square

untuk mengetahui berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV.

Selanjutnya untuk tabel R square, dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5

R Square Change Model Summaryb

Change Statistics

Model R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

R Square Change

F Chang

e df1 df2 Sig. F

Change

Page 99: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

1 .681a .464 .404 3.80431 .464 7.703 9 80 .000 a. Predictors: (Constant), duk_jaringan, duk_instrumental, ideal_self, body_image, duk_informatif, duk_penghargaan, duk_emosional, social_self, sub_self

b. Dependent Variable: motivasi_belajar

Dari tabel 4.5, dapat diketahui bahwa nilai R Square Change adalah

sebesar 0.464 Artinya, proporsi varian dari dependent variable (motivasi belajar)

yang dapat dijelaskan oleh independent variabel konsep diri (subjective self, body

image, ideal self, social self) dan dukungan sosial (dukungan emosional,

dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informatif, dukungan

jaringan) dalam penelitian ini adalah sebesar 46,4%, sedangkan sisanya yaitu

53,6%, dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.

Pengujian selanjutnya yaitu koefisien regresi (B), untuk mengetahui

seberapa banyak dampak dari setiap variabel independen. Sedangkan untuk

mengetahui signifikansi tiap variabel dilihat dari kolom Sig., jika nilai signifikansi

< 0.05 maka variabel tersebut signifikan. Adapun hasil penghitungannya adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.6

Koefisien Regresi

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 16.012 6.345 2.524 .014 1

sub_self .776 .152 .660 5.091 .000

Page 100: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

body_image -.027 .226 -.015 -.118 .906

ideal_self -.380 .380 -.087 -.998 .321

social_self .227 .317 .077 .716 .476

duk_emosional -.359 .146 -.266 -2.456 .016

duk_penghargaan

.171 .139 .124 1.227 .223

duk_instrumental

.233 .270 .072 .862 .391

duk_informatif .488 .219 .233 2.232 .028

duk_jaringan .287 .324 .083 .887 .378

a. Dependent Variable: motivasi_belajar

Setelah mengetahui koefisien-nya, maka dapat disusun persamaan

regresinya sebagai berikut:

Berdasarkan tabel 4.6, dari 9 koefisien regresi yang dihasilkan ternyata

hanya 3 IV yang secara statistik berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar,

yaitu 1 variabel dari dimensi konsep diri yaitu subjective self dengan nilai

signifikansi (0.000) dan 2 dari dukungan sosial yaitu dukungan emosional (0.016)

dan dukungan informatif (0.028) nilai ( p <0,05).

4.3.2 Hasil uji hipotesis minor

Untuk menjawab hipotesis minor dalam penelitian ini, maka dilakukan uji

proporsi, yaitu mencari proporsi varians masing-masing variabel independen

penelitian. Nilai signifikansi pada kolom Sig. F Change kemudian dibandingkan

Motivasi Belajar = 16.012 + 0.776 *sub_self + -0.027 *body_image + -0.380

*ideal_self + 0.227 *social_self + -0.359 *duk_emosional +

0.171 *duk_penghargaan + 0.233 *duk_instrumental + 0.488

*duk_informatif + 0.287 *duk_jaringan

Page 101: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

dengan 0.05 (taraf sigifikansi 5%) yang telah ditentukan sebelumnya. Jika nilai

signifikansi < 0.05, maka variabel tersebut dapat dikatakan signifikan. Besarnya

proporsi varians pada motivasi belajar dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7

Proporsi Varians

Ket: 1. Subjective self 2. Body image 3. Ideal self 4. Social self 5. Dukungan emosional 6. Dukungan penghargaan 7. Dukungan instrumental 8. Dukungan informatif 9. Dukungan jaringan

Dari tabel 4.7, diketahui bahwa hanya terdapat 3 variabel independen yang

memiliki pengaruh signifikan terhadap motivasi belajar yaitu, subjective self

dengan nilai signifikansi 0.000, kemudian variabel dukungan penghargaan dengan

nilai signifikansi 0.016 dan variabel dukungan informatif dengan nilai signifikansi

Model Summaryj

Change Statistics

Model R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate

R Square Change

F Change df1 Df2

Sig. F Change

1. .589a .347 .340 4.00378 .347 46.815 1 88 .000 2. .589b .347 .332 4.02673 .000 .000 1 87 .999

3. .592c .350 .328 4.04048 .003 .409 1 86 .524

4. .603d .364 .334 4.02208 .013 1.788 1 85 .185

5. .607e .368 .330 4.03213 .004 .577 1 84 .450

6. .641f .411 .368 3.91654 .043 6.031 1 83 .016 7. .647g .419 .369 3.91342 .008 1.133 1 82 .290

8. .677h .459 .406 3.79929 .040 6.000 1 81 .016 9. .681i .464 .404 3.80431 .005 .786 1 80 .378

Page 102: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

0.016. Sedangkan 6 variabel independen lainnya, yaitu: body image, ideal self,

social self, dukungan emosional, dukungan instrumental, dan dukungan jaringan

tidak signifikan.

Dengan demikian, dari 9 hipotesis minor dalam penelitian ini, ada 3

hipotesis minor yang ditolak yaitu, H01 (Tidak ada pengaruh yang signifikan

subjective self terhadap motivasi belajar remaja panti sosial), H06 (tidak ada

pengaruh yang signifikan dukungan penghargaan terhadap motivasi belajar remaja

panti sosial) dan H08 (tidak ada pengaruh yang signifikan dukungan informatif

terhadap motivasi belajar remaja panti sosial). Adapun penjelasan dari nilai R

square change dari masing-masing IV adalah sebagai berikut:

1. Variabel subjective self memberi sumbangan atau pengaruh sebesar

34,7% bagi motivasi belajar dan signifikan secara statistik. Nilai

signifikansi (0.000). Jadi, semakin tinggi subjective self seseorang

maka akan semakin tinggi pula motivasi belajarnya. Maka untuk

hasil uji hipotesis minornya, ditolak, karena hasil tersebut signifikan.

2. Variabel body image memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0%

bagi motivasi belajar dan tidak signifikan secara statistik. Nilai

signifikansi (0.999). Jadi, body image tidak memberikan pengaruh

terhadap motivasi belajar anak. Maka untuk hasil uji hipotesis

minornya, diterima, karena hasil tersebut tidak signifikan.

3. Variabel ideal self memberi sumbangsih atau pengaruh sebesar 3%

bagi motivasi belajar dan tidak signifikan secara statistik. Nilai

signifikansi (0.524). Jadi, semakin tinggi ideal self seseorang maka

Page 103: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

akan semakin tinggi juga motivasi belajarnya. Maka untuk hasil uji

hipotesis minornya, diterima, karena hasil tersebut tidak signifikan.

4. Variabel social self memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 1,3%

bagi motivasi belajar dan tidak signifikan secara statistik. Nilai

signifikansi (0.185). Jadi, semakin tinggi social self seseorang maka

semakin tinggi pula motivasi belajarnya. Maka untuk hasil uji

hipotesis minornya, diterima, karena hasil tersebut tidak signifikan.

5. Variabel dukungan emosional memberi sumbangsih atau pengaruh

sebesar 0,4% bagi motivasi belajar dan tidak signifikan secara

statistik. Nilai signifikansi (0.450). Jadi, semakin tinggi dukungan

emosional seseorang maka semakin tinggi pula motivasi belajarnya.

Maka untuk hasil uji hipotesis minornya, diterima, karena hasil

tersebut tidak signifikan.

6. Variabel dukungan penghargaan memberi sumbangsih atau pengaruh

sebesar 4,3% bagi motivasi belajar dan signifikan secara statistik.

Nilai signifikansi (0.016). Jadi, semakin tinggi dukungan

penghargaan seseorang maka akan semakin tinggi pula motivasi

belajarnya. Maka untuk hasil uji hipotesis minornya, ditolak, karena

hasil tersebut signifikan.

7. Variabel dukungan instrumental memberi sumbangsih atau pengaruh

sebesar 0,8% bagi motivasi belajar dan tidak signifikan secara

statistik. Nilai signifikansi (0.290). Jadi, semakin tinggi dukungan

instrumental seseorang maka akan semakin tinggi pula motivasi

Page 104: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

belajarnya. Maka untuk hasil uji hipotesis minornya, diterima, karena

hasil tersebut tidak signifikan.

8. Variabel dukungan informatif memberi sumbangsih atau pengaruh

sebesar 4% bagi motivasi belajar dan signifikan secara statistik. Nilai

signifikansi (0.016). Jadi, semakin tinggi dukungan informatif

seseorang maka akan semakin tinggi pula motivasi belajarnya. Maka

untuk hasil uji hipotesis minornya, ditolak, karena hasil tersebut

signifikan.

9. Variabel dukungan jaringan memberi sumbangsih atau pengaruh

sebesar 0,5% bagi motivasi belajar dan tidak signifikan secara

statistik. Nilai signifikansi (0.378). Jadi, semakin tinggi dukungan

jaringan seseorang maka akan semakin tinggi pula motivasi

belajarnya. Maka untuk hasil uji hipotesis minornya, diterima, karena

hasil tersebut terbukti tidak signifikan.

Page 105: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab lima peneliti akan memaparkan lebih lanjut mengenai hasil dari

penelitian yang telah dilakukan. Bab ini terdiri dari tiga bagian yaitu kesimpulan,

diskusi, dan saran.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan analisis regresi, maka

kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah:

1. “Ada Pengaruh yang Signifikan Antara Konsep Diri dan Dukungan Sosial

Terhadap Motivasi Belajar Remaja Panti Sosial”. Selanjutnya untuk proporsi

varians yang dapat dijelaskan oleh Independent Variable (IV) dari konsep diri

(subjective self, body image, ideal self, social self) dan dukungan sosial (dukungan

emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informatif,

dukungan jaringan) sejumlah 46,4 % sedangkan sisanya sejumlah 53,6 %

dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.

2. Jika dilihat berdasarkan koefisien regresi pada setiap variabel yang

dihasilkan berdasarkan analisis statistik, maka variabel subjective self, dukungan

emosional dan dukungan informatif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

motivasi belajar. Dengan nilai signifikansi subjective self (0.000), dukungan

emosional (0.016) dan dukungan informatif (0.028).

Page 106: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

3. Jika dilihat berdasarkan proporsi varians independent variable (IV)

terhadap dependent variable (DV) yang dihasilkan melalui analisis statistik maka

variabel subjective self dari konsep diri dan variabel dukungan penghargaan dan

dukungan informatif dari dukungan sosial yang berpengaruh signifikan terhadap

motivasi belajar. Maka untuk uji hipotesis minor ada 3 hipotesis minor yang

ditolak, yaitu, H01 (Tidak Ada Pengaruh yang Signifikan Subjective Self Terhadap

Motivasi Belajar Remaja Panti Sosial), H06 (Tidak Ada Pengaruh yang Signifikan

Dukungan Penghargaan Terhadap Motivasi Belajar Remaja Panti Sosial) dan H08

(Tidak Ada Pengaruh yang Signifikan Dukungan Informatif Terhadap Motivasi

Belajar Remaja Panti Sosial). Karena ketiga variabel tersebut, terbukti signifikan

berdasarkan hasil analisis statistik.

5.2 Diskusi

Berdasarkan hasil penelitian pada bab 4, menunjukkan bahwa konsep diri

dan dukungan sosial secara keseluruhan memberikan sumbangan proporsi varians

terhadap motivasi belajar sebesar 46,4 %. Ketika konsep diri dijabarkan

berdasarkan nilai koefisien regresi, maka ditemukan bahwa varibel subjective self,

dukungan penghargaan dan dukungan informatif memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap motivasi belajar. Sedangakan sisanya sejumlah 53,6 %

dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini.

Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya menurut pada variabel

konsep diri. Bong dan Clark (1999) menemukan bahwa terdapat hasil yang

signifikan antara konsep diri motivasi belajar. Maka berdasarkan hasil penelitian

Page 107: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

yang telah peneliti lakukan menemukan bahwa variabel tersebut terbukti

berhubungan dan memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar. Karena Bong

dan Clark (1999) beranggapan bahwa ketika si anak memiliki pandangan yang

positif terhadap kemampuan yang ada pada dirinya akan memperoleh kesuksesan

dan dapat melewati rintangan-rintangan yang mereka hadapi. Pada lain hal jika si

anak dengan konsep diri yang negatif maka si anak akan merasa gagal untuk

memperoleh atau memenuhi potensi yang ada dalam dirinya.

Pada variabel dukungan sosial jika dibandingkan dengan penelitian

sebelumnya berdasarkan penelitian dari Wentzel (1998) melalui sumber-sumber

dukungan sosial yang diterima si anak, maka terdapat hasil yang signifikan

terhadap motivasi anak. Maka berdasarkan hasil penelitan yang telah peneliti

lakukan terbukti memberikan pengaruh yang signifikan terhadap motivasi anak.

Karena Wentzel (1998) beranggapan kepedulian yang diberikan oleh orangtua,

guru-guru dan teman sebaya memberikan hasil yang signifikan. Hasil tersebut

terlihat pada penerimaan dukungan dari teman sebaya dalam menampilkan bentuk

prososial dalam bertingkah laku yang mengingatkan kita pada peran positif dari

remaja dalam berperan ketika bermain dengan teman sekelas dan penyesuaian

sosial di sekolah.

Kemudian dalam penelitian ini, peneliti mencoba membagi tiap-tiap

variabel inti menjadi beberapa variabel turunan agar memenuhi menjadi sejumlah

9 variabel, yaitu 4 dari konsep diri (subjective self, body image, ideal self, social

self) yang diturunkan dari dimensi konsep diri berdasarkan teori dari Awater

(1983) dan 5 dari dukungan sosial (dukungan emosional, dukungan penghargaan,

Page 108: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

dukungan instrumental, dukungan informatif, dukungan jaringan) yang diturunkan

dari jenis-jenis dukungan sosial yang memungkinkan akan diterima pada diri si

anak berdasarkan dari teori dukungan sosial Sarafino (1994).

Pada variabel konsep diri dari 4 variabel yang ada, berdasarkan hasil

analisis statistik yang telah dilakukan hanya variabel subjective self yang

berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar dengan nilai

signifikansi (0.000) dan memberikan sumbangan sebesar 34,7 % terhadap

motivasi belajar. Jadi jika semakin tinggi subjective self seseorang maka akan

semakin tinggi motivasi belajarnya. Berdasarkan teori subjective self yang ada

menurut Atwater (1983) bahwa subjektifitas diri kita, adalah bagaimana cara kita

memandang diri kita, terbentuk dari begitu banyaknya persepsi diri kita yang

diperoleh semasa perkembangan hidup kita. Ketika kita muda dan mudah

terpengaruh, kita cenderung untuk memahami apa yang mereka pikir tentang kita,

penilaian dan pengharapan mereka, bersamaan dengan penerimaan diri kita.

Kemudian, pada variabel dukungan sosial dari 5 variabel yang diturunkan

berdasarkan jenis-jenis dukungan sosial yang diterima pada diri si anak yaitu

dukungan emosional, dukungan pernghargaan, dukungan instrumental, dukungan

informatif dan dukungan jaringan dari teori dukungan sosial Sarafino (2002). Ada

2 variabel yang berpengaruh dan signifikan berdasarkan hasil analisis statistik

terhadap motivasi belajar, yaitu variabel dukungan penghargaan dan dukungan

informatif. Pada variabel dukungan penghargaan memberikan sumbangsih

terhadap motivasi belajar sebesar 4,3 % dan nilai signifikansi (0.016). Jadi dapat

diasumsikan semakin tinggi dukungan penghargaan yang didapat si anak, maka

Page 109: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

akan semakin tinggi motivasi belajarnya. Berdasarkan teori yang dijelaskan oleh

Sarafino (2002) dukungan penghargaan adalah jenis dukungan yang diberikan

sebagai bentuk suatu dukungan yang diekspresikan melalui penghargaan dan

tanpa syarat atau apa adanya. Karena jenis dukungan ini dapat menimbulkan

perasaan berharga dan kompeten pada diri si anak. Kemudian, House (dalam

dalam Glanz, dkk, 2008) menjelaskan bahwa dukungan ini menyediakan

informasi yang berguna sebagai evaluasi diri, dengan kata lain, umpan balik yang

konstruktif dan penegasan.

Untuk variabel berikutnya yaitu, variabel dukungan informatif,

berdasarkan hasil analisis statistik variabel tersebut memberikan perngaruh yang

signifikan dengan nilai signifikansi (0.016) dan sumbangannya terhadap motivasi

belajar sejumlah 4 % sehingga dapat diasumsikan semakin tinggi dukungan

informatif yang didapatkan si anak maka akan semakin tinggi motivasi belajarnya.

Karena berdasarkan teori yang dijelaskan oleh Sarafino (2002) dukungan

informatif adalah jenis dukungan berupa pemberian nasihat, saran dan informasi

pada anak tersebut.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, Peneliti menyadari

bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini. Untuk itu, peneliti

memberikan beberapa saran untuk bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan

penelitian selanjutnya, baik berupa saran teoritis dan saran praktis.

Page 110: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

5.3.1 Saran Teoritis

1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan independent

variable lain selain konsep diri dan dukungan sosial misalnya konsep diri

akademik, self efficacy dan self confidence yang sekiranya dapat

digunakan untuk penelitian terhadap motivasi belajar.

2. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan skala baku

dari tiap variabel yang akan diteliti atau skala yang memiliki reliabilitas

dan validitas yang baik agar dapat memperoleh data yang baik.

3. Pada penelitian selanjutnya jika ingin melakukan penelitian dengan

kriteria sampel yang sama, dapat menggunakan sampel pada panti sosial

lain, seperti panti sosial daerah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat.

5.3.2 Saran Praktis

Bagi remaja panti sosial, keberadaannya di panti sosial adalah untuk

mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang lebih layak. Pelajaran yang

diberikan diharapkan dapat memberikan perubahan perilaku ke arah yang lebih

baik. Sehingga dapat memberikan ilmu yang bermanfaat yang dapat digunakan

untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi sehingga dapat memperoleh

pekerjaan yang layak nantinya.

Kemudian, pembentukan konsep diri yang baik pada diri anak. Sehingga,

anak dapat memandang dirinya dengan positif terhadap penilaian pada

kemampuan yang dimiliki oleh anak. Begitu juga pengharapan dan penerimaan

Page 111: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

diri anak terhadap kekurangan yang ada pada dirinya karena keberadaannya di

panti sosial tersebut sehingga tidak mematahkan semangatnya dalam belajar guna

memperoleh kehidupan yang lebih layak nantinya.

Pada dukungan sosial yang diberikan dari lingkungan yang ada di panti

sosial diharapkan dapat lebih di tingkatkan. Sehingga anak merasa hidup di

lingkungan yang nyaman dan merasa dihargai keberadaannya serta lebih

termotivasi dalam aktifitas akademik. Meskipun latar belakang keberadaan

mereka beragam seperti terpisah dari orang tua, ketidakmampuan dari segi

keuangan diharapkan keberadaan dan kegiatan mereka di panti sosial

mendapatkan dukungan yang baik.

Page 112: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Daftar Pustaka

Buku:

Atwater, E (1983) Psychology of adjustment (2nd Edition) Prentice-Hall, Inc. United Stated.

Azwar, S (2008). Penyusunan skala psikologi. Pustaka Pelajar. Jogjakarta

Burns, R. B (1993) Konsep diri teori, pengukuran, perkembangan, dan perilaku. Alih Bahasa Eddy. Penerbit Arcan. Jakarta

Calhoun, J. F. & Acocella, J. R. (1990) Psikologi tentang penyesuaian dan hubungan kemanusiaan. Alih bahasa oleh Satmoko, R. S. IKIP Semarang Press.

Djamarah, S. B (2002) Psikologi belajar. Rineka Cipta. Jakarta

Gravetter, F. J & Forzano, L. B (2009) Research method for the behavioral sciences. Wadsworth Cengage Learning. USA

Ghufron, M. N. & Risnawita, R. S (2010) Teori-teori psikologi. Ar-Ruzz Media. Jogjakarta

Pintrich, P. R. & Schunk, D. H (2002) Motivation in education, theory, research, and applications. Pearson Merrill Prentice Hill, New Jersey.

Reynolds, W. M & Miller, G. E (tanpa tahun) Handbook of psychology. John Wiley & Sons, Inc.

Sarafino, E. P (2002). Health psychology biopsychological interactions (3rd edition). John Wiley & Sons, Inc. United States of America.

Sardiman, A. M. (2008) Interaksi dan motivasi belajar-mengajar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Sugiyono (2010) Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung

Uno, H. B (2008) Teori motivasi dan pengukurannya analisis di bidang pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta

Glanz, et al (2008) Health behavior and health education theory, research and practice (4th Edition). Jossey-Bass A Wiley Imprint. USA

Jurnal:

Arslan, C (2009) Anger, self-Esteem, and perceived social support in adolescence. Social Behavior and Personality, 2009, 37 (4), 555-564. Society for Personality Research (Inc.)

Page 113: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Barkoukis, et al (2008) The assesment of intrinsic and extrinsic motivation and amotivation: validity and reliability of the Greek version of the academic motivation scale. Routledge. England. 13 April 2011 http://www.informaworld.com/smpp/tittle-content=t713404048

Bernadetta, I. (2010) Body image amoung young females with anorexia nervosa and the structure of body image among their mothers. Archives of Psychiatry and Psychotherapy, 2010; 4 : 61-67

Bernal, et al. (2003). Developments brief scale for social support: reliability and validity in Puerto Rico. International Journal of Clinical and Health Psychology ISSN 1576-7329 2003, Vol. 3, No. 2.

Bong, M. & Clark, R. E (1999) Comparison between self-concept and self-efficacy in academic motivation research. Educational Psychologist, 139-153. Routledge, London.

Cohen, Sheldon. (2004) Social relationship and health. American Psychologist 2004 676-684.

Frith, C. (2004) Motivation to learn. Educational Communication and Technology http://www.usask.ca/education/coursework/802papers/Frith/Motivation.

16 Maret 2011

Kim, et al. (2008) Culture and social support. American Psychological Association Vol. 63, No. 6, 518-526

Liechty, T & Yarnal C. M. (2010) The role of body image in older women’s leisure. Journal of Leisure Research 2010, Vol. 42, No. 3, pp. 443-467. National Recreation and Park Association

Lumsden, L. S (1994) Student motivation to learn. ERIC Clearinghouse on Educational Management

http://punya.educ.msu.edu/courses/coursevault/summer09/readings/motivation-lumsden.pdf 21 April 2011

Manning, M. A (2007) Self-concept and self-esteem in adolescents. National Association of School Psychologists. www.naspcenter.org 16 Maret 2011

Rash, E. M. (2007) Social support in elderly nursing home populations: manifestations and influences. The Qualitative Report Vol. 12 No. 3 September 2007. 375-396

Page 114: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Russel, D. & Cutrona, C. (1987) The social provision scale. The Provisions of Social Relationships and Adaptation to Stress. Vol. 1, Page 37-67. JAI Press.

Ryan, R. M. & Deci, E. L (2000) Intrinsic and extrinsic motivations: classic definitions and new directions. Contemporary Educational Psychology 25, 56-67 http:/www.idealibrary.com 16 Januari 2011

Sanchez, F. J. P & Roda, M. D. S (tanpa tahun) Relationship between self-concept and academic achievement in prymary students. Electronic Journal of Research in Educational Psychology and Psychopedagogy, 1 (1), 95-120. ISSN: 1696-2095

Sarason, et al. (1983) Assessing social support: The social support questionaire. Journal of Personality and Social Psychology 1983, Vol. 44, No. 1, 127-139

Stake, J. (1994) Six factor self-concept scale. Psychological Measures for Asian Americans:Tools for Practice and Research www.columbia.edu/cu/ssw/projects/pmap 28 Maret 2011

Vansteenkiste, et al. (2006) Intrinsic versus extrinsic goal content in self-determination theory: another look at the quality of academic motivation. Educational Psychologist, 41 (1), 19-31.

Valllerand, et al. (1992) The academic motivation scale: A measure of intrinsic, extrinsic, and amotivation in education. Educational and Psychological Measurement 1992, 52

Wentzel, K. R. (1998). Social relationship and motivation in middle school: the role of parents, teachers, and peers. Journal of Educational Psychology, Vol. 90, No. 2, 202-209.

Wigfield, et al (2005) Early adolescents’ development across the middle school years: implication for school counselors. American School Counseling Association 112-119 9:2

Zimmerman, B. J. (2000) Self-efficacy: An essential motive to learn. Contemporary Educational Psychology 25, 82-91, (2000). http://www.idealibrary.com 5 April 2011

Page 115: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

LAMPIRAN

Page 116: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Hasil Try Out Skala Konsep Diri

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.843 31

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

VAR00001 89.3200 82.140 .389 .837

VAR00002 89.5200 82.459 .335 .839

VAR00003 89.5400 82.009 .328 .839

VAR00004 89.5800 81.187 .376 .837

VAR00005 89.5000 80.827 .333 .839

VAR00006 89.2200 83.400 .272 .840

VAR00007 90.3200 79.406 .505 .833

VAR00008 89.8800 81.414 .298 .840

VAR00009 89.7200 81.634 .346 .838

VAR00010 89.2000 81.878 .432 .836

VAR00011 89.4400 82.374 .347 .838

VAR00012 90.0000 81.837 .338 .839

VAR00013 89.3600 82.766 .324 .839

VAR00014 89.0000 82.776 .356 .838

VAR00015 88.9600 83.876 .235 .841

VAR00016 89.3600 82.766 .260 .841

VAR00017 88.9400 84.262 .260 .841

Page 117: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

VAR00018 89.8800 81.496 .394 .837

VAR00019 90.2400 81.900 .388 .837

VAR00020 89.6600 79.127 .465 .834

VAR00021 89.7600 82.839 .325 .839

VAR00022 89.2600 78.972 .544 .832

VAR00023 90.0400 79.876 .392 .837

VAR00024 90.0800 81.830 .275 .841

VAR00025 89.7000 84.255 .130 .846

VAR00026 88.8400 83.729 .285 .840

VAR00027 89.6800 80.712 .394 .837

VAR00028 89.3600 79.174 .560 .832

VAR00029 89.3600 81.378 .383 .837

VAR00030 89.5000 84.745 .112 .846

VAR00031 89.9800 78.102 .609 .830

Page 118: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Hasil Try Out Skala Dukungan Sosial

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.856 35

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

VAR00001 101.0600 102.833 .256 .855

VAR00002 100.3200 100.916 .375 .852

VAR00003 100.4400 105.394 .105 .859

VAR00004 100.2400 100.880 .450 .850

VAR00005 100.3600 103.011 .373 .852

VAR00006 100.2200 102.338 .397 .851

VAR00007 100.3000 103.439 .284 .854

VAR00008 100.4600 102.294 .362 .852

VAR00009 100.4000 103.633 .299 .853

VAR00010 100.1600 102.872 .374 .852

VAR00011 100.1400 102.572 .368 .852

VAR00012 100.5800 97.881 .554 .847

VAR00013 100.4200 102.657 .286 .854

VAR00014 100.3400 100.556 .460 .850

VAR00015 100.6400 100.398 .362 .852

VAR00016 100.0400 102.651 .376 .852

VAR00017 100.9400 102.874 .243 .855

Page 119: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

VAR00018 100.5800 102.371 .285 .854

VAR00019 100.2400 102.390 .284 .854

VAR00020 100.2600 100.686 .357 .852

VAR00021 100.1200 102.271 .409 .851

VAR00022 100.3200 103.814 .263 .854

VAR00023 100.2000 101.837 .488 .850

VAR00024 100.6000 96.571 .633 .844

VAR00025 100.0800 106.524 .057 .859

VAR00026 100.2400 104.023 .267 .854

VAR00027 100.6400 99.337 .437 .850

VAR00028 100.3000 101.112 .464 .850

VAR00029 99.9000 102.459 .368 .852

VAR00030 100.0200 105.040 .208 .855

VAR00031 100.5000 102.908 .243 .855

VAR00032 100.2200 99.073 .488 .849

VAR00033 100.7600 100.635 .405 .851

VAR00034 100.5800 100.861 .431 .850

VAR00035 100.2600 101.502 .393 .851

Page 120: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Hasil Try Out Skala Motivasi Belajar

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.834 24

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

VAR00001 78.1200 47.496 .251 .833

VAR00002 78.3000 44.255 .638 .818

VAR00003 77.9600 47.100 .424 .828

VAR00004 78.7000 44.541 .436 .826

VAR00005 78.3400 46.433 .303 .831

VAR00006 78.5600 48.007 .165 .836

VAR00007 78.4000 46.898 .220 .836

VAR00008 78.5800 43.800 .520 .822

VAR00009 78.5800 44.371 .426 .826

VAR00010 78.5000 46.949 .293 .831

VAR00011 78.0000 46.122 .465 .825

VAR00012 78.3800 47.016 .323 .830

VAR00013 78.1400 45.102 .529 .822

VAR00014 78.1400 45.143 .465 .825

VAR00015 78.3800 45.342 .388 .828

VAR00016 78.2800 46.614 .337 .830

VAR00017 78.2400 43.819 .586 .819

VAR00018 78.3800 46.649 .322 .830

Page 121: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

VAR00019 78.2800 46.451 .334 .830

VAR00020 78.6800 46.793 .344 .829

VAR00021 78.1600 47.362 .265 .832

VAR00022 78.0800 47.300 .282 .832

VAR00023 78.1200 47.251 .338 .830

VAR00024 78.2600 44.727 .510 .823

Hasil Uji Hipotesis Mayor

Model Summaryb

Change Statistics

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

R Square Change

F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .681a .464 .404 3.80431 .464 7.703 9 80 .000

a. Predictors: (Constant), duk_jaringan, duk_instrumental, ideal_self, body_image, duk_informatif, duk_penghargaan, duk_emosional, social_self, sub_self

b. Dependent Variable: motivasi_belajar

ANOVA b

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 1003.300 9 111.478 7.703 .000a

Residual 1157.822 80 14.473

1

Total 2161.122 89

a. Predictors: (Constant), duk_jaringan, duk_instrumental, ideal_self, body_image, duk_informatif, duk_penghargaan, duk_emosional, social_self, sub_self

b. Dependent Variable: motivasi_belajar

Page 122: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Hasil Uji Koefisien Regresi

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 16.012 6.345 2.524 .014

sub_self .776 .152 .660 5.091 .000

body_image -.027 .226 -.015 -.118 .906

ideal_self -.380 .380 -.087 -.998 .321

social_self .227 .317 .077 .716 .476

duk_emosional -.359 .146 -.266 -2.456 .016

duk_penghargaan .171 .139 .124 1.227 .223

duk_instrumental .233 .270 .072 .862 .391

duk_informatif .488 .219 .233 2.232 .028

1

duk_jaringan .287 .324 .083 .887 .378

a. Dependent Variable: motivasi_belajar

Page 123: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Hasil Uji Proporsi Varians

Model Summaryj

Change Statistics

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate R Square Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .589a .347 .340 4.00378 .347 46.815 1 88 .000

2 .589b .347 .332 4.02673 .000 .000 1 87 .999

3 .592c .350 .328 4.04048 .003 .409 1 86 .524

4 .603d .364 .334 4.02208 .013 1.788 1 85 .185

5 .607e .368 .330 4.03213 .004 .577 1 84 .450

6 .641f .411 .368 3.91654 .043 6.031 1 83 .016

7 .647g .419 .369 3.91342 .008 1.133 1 82 .290

8 .677h .459 .406 3.79929 .040 6.000 1 81 .016

9 .681i .464 .404 3.80431 .005 .786 1 80 .378

a. Predictors: (Constant), sub_self

b. Predictors: (Constant), sub_self, body_image

c. Predictors: (Constant), sub_self, body_image, ideal_self

d. Predictors: (Constant), sub_self, body_image, ideal_self, social_self

e. Predictors: (Constant), sub_self, body_image, ideal_self, social_self, duk_emosional

f. Predictors: (Constant), sub_self, body_image, ideal_self, social_self, duk_emosional, duk_penghargaan

g. Predictors: (Constant), sub_self, body_image, ideal_self, social_self, duk_emosional, duk_penghargaan, duk_instrumental

h. Predictors: (Constant), sub_self, body_image, ideal_self, social_self, duk_emosional, duk_penghargaan, duk_instrumental, duk_informatif

i. Predictors: (Constant), sub_self, body_image, ideal_self, social_self, duk_emosional, duk_penghargaan, duk_instrumental, duk_informatif, duk_jaringan

j. Dependent Variable: motivasi_belajar

Page 124: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Saya mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang

menyusun skripsi dengan judul “Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial

Terhadap Motivasi Belajar Remaja”. Untuk itu, saya memohon kesediaan adik-adik

untuk mengisi kuesioner yang berkaitan dengan perihal tersebut.

Dalam mengisi kuesioner ini tidak perlu berdiskusi dengan orang lain karena

tidak dinilai jawaban yang benar atau salah. Jadi diharapkan jawaban yang diberikan

adalah pendapat pribadi

Setiap pernyataan yang adik-adik berikan akan saya jaga kerahasiaannya dan

hanya digunakan untuk tujuan penelitian. Oleh karena itu saya harapkan kejujuran dalam

mengisi kuesioner ini.

Saya berharap agar adik-adik tidak melewatkan satu nomor pun yang ada demi

kelengkapan informasi data yang saya butuhkan. Atas kerjasama dan partisipasinya, saya

ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Page 125: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

IDENTITAS RESPONDEN

Nama (inisial) :

Jenis kelamin : L (laki-laki) / P (perempuan)

Usia :

Suku : 1. Sunda 2. Jawa

3. Minang 4. Batak

5. Lainnya : …….

Semua identitas yang saya tulis diatas adalah benar, dan saya bersedia menjadi responden dalam penelitian

Peneliti Responden

Luqman Syah Tandatangan

Page 126: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

Petunjuk pengisian

Baca dan pahamilah baik-baik setiap pernyataan berikut ini. Adik-adik diminta untuk

mengemukakan pendapat apakah pernyataan tersebut sesuai dengan diri anda. Cara

pengisiannya adalah dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu pilihan

jawaban yang telah tersedia. Dan pilhan jawaban tersebut adalah:

SS : Sangat Sesuai, jika pernyataan sangat sesuai dengan pendapat anda

S : Sesuai, jika pernyataan sesuai dengan pendapat anda

TS : Tidak Sesuai, jika pernyataan tidak sesuai dengan pendapat anda

STS : Sangat Tidak Sesuai, jika pernyataan sangat bertentangan dengan pendapat

anda

Contoh:

No PERNYATAAN SS S TS STS

1. Saya senang belajar di dalam kelas X

Artinya:

Anda merasa sangat senang belajar di dalam kelas

KD

NO. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya dapat menilai sifat baik dan buruk yang ada pada diri saya.

2. Saya berharap dapat masuk kelas tepat waktu.

3. Saya menerima sifat baik dan buruk yang

Page 127: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

pada ada diri saya.

4. Menurut saya,bentuk tubuh saya sudah cukup baik.

5. Saya ingin merubah penampilan saya.

6. Saya ingin berteman dengan semua orang di sekolah.

7. Saya dapat melakukan kegiatan sehari-hari tanpa bantuan orang lain.

8. Sikap saya menyenangkan bagi teman-teman saya.

9. Saya tidak ingin merubah apa yang ada pada tubuh saya.

10. Saya anak yang mudah bergaul.

11. Komunikasi dengan teman-teman saya berjalan baik.

12. Menurut pandangan saya, saya adalah anak yang rajin dalam belajar.

13. Saya berharap dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

14. Saya dapat menerima keadaan diri saya saat ini.

15. Saya mengetahui kekurangan yang ada pada tubuh saya.

16. Saya ingin memiliki bentuk tubuh seperti seorang atlet olahraga.

17. Saya senang memiliki teman banyak.

18. Saya dapat melakukan kegiatan yang

Page 128: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

orang lain lakukan.

19. Teman-teman saya ingin menjadi seperti saya.

20. Menurut saya, saya sudah memiliki bentuk tubuh yang sesuai.

21. Saya senang jika mendapat teman-teman baru.

22. Saya tidak membedakan antara teman laki-laki atau perempuan dalam berteman.

DS

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Teman-teman dapat merasakan masalah yang saya hadapi.

2. Dukungan dari lingkungan membuat saya merasa tidak hidup seorang diri.

3. Teman saya menjauh ketika saya menghadapi masalah.

4. Teman-teman perhatian ketika saya sedang menceritakan masalah saya.

5. Saya selalu mendapat perhatian dari orang-orang sekitar.

6. Terkadang hinaan sering kali saya dapati ketika saya sedang menghadapi masalah dalam hidup.

7. Teman-teman selalu mendukung saya agar saya mampu menjalani hidup.

8. Lingkungan sekitar saya ikut berperan dalam kemajuan hidup saya.

9. Saya sering kali dicela ketika sedang

Page 129: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

dibandingkan dengan orang lain.

10. Bantuan berupa uang sering kali saya terima dari teman-teman.

11. Teman-teman sering kali turun tangan langsung dalam penyelesaian masalah yang saya hadapi.

12. Saya merasa seperti hidup seorang diri karena tidak ada informasi dari orang lain.

13. Tanpa diminta orang-orang di sekeliling saya sering kali memberikan saran yang positif bagi hidup saya.

14. Orang-orang di sekitar saya tidak perduli terhadap keberadaan saya.

15. Banyak teman yang peduli akan masalah yang saya hadapi.

16. Kepedulian lingkungan sekitar terhadap saya sesuai dengan harapan saya.

17. Jarang sekali saya menemui teman yang peduli terhadap kehidupan saya.

18. Masyarakat sekitar menghormati kehidupan saya.

19. Sikap menghargai dan menghormati saya dapatkan dari lingkungan sekitar saya.

20. Kurangnya perhatian dari lingkungan sekitar menyebabkan saya sulit mengambil keputusan dalam hidup.

21. Saya selalu diberi pujian ketika dibandingkan dengan orang lain.

22. Saya dijadikan contoh yang baik ketika sedang dibandingkan oleh orang lain.

Page 130: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

23. Banyak orang di sekitar saya yang ingin menjerumuskan saya.

24. Saya mudah mendapatkan petunjuk atau informasi dari teman-teman.

25. Petunjuk-petunjuk yang positif sering kali diberikan teman kepada saya.

26. Orang-orang di sekitar saya tidak perduli terhadap keberadaan saya.

27. Saya senang melakukan kegiatan bersama teman-teman.

28. Saya senang mengobrol dan bercerita bersama teman-teman.

29. Saya jarang menerima umpan balik yang membangun ketika saya sedang menceritakan masalah yang saya hadapi.

MB

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya senang mempelajari hal yang baru.

2. Saya senang jika saya dapat mewujudkan cita-cita saya.

3. Saya akan membicarakan ide-ide saya kepada orang lain.

4. Saya pikir belajar itu sangat penting.

5. Saya ingin menunjukkan bahwa saya seorang anak yang cerdas.

Page 131: Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Motivasi

6. Saya ingin mendapatkan kehidupan yang layak nantinya.

7. Saya menikmati pengalaman menemukan hal yang baru.

8. Saya senang jika saya dapat menyelesaikan tugas sekolah.

9. Saya senang jika telah mengerti tentang buku pelajaran yang saya baca.

10. Belajar membantu saya mendapatkan pekerjaan yang saya inginkan.

11. Saya akan menunjukkan bahwa saya akan sukses dalam pelajaran di sekolah.

12. Saya belajar agar saya mendapatkan penghasilan yang cukup ketika bekerja.